JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 2, JULI 2016
P- ISSN 1693 - 3273 E- ISSN 2527 - 3469
VOLUME 18 NO 2 JULI 2016
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS MENELUSURI PENCATATAN AKUNTANSI PADA MASA KERAJAAN ABBASIYAH Khadijah Ath Thahirah1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dharma Andalas
1)
ABSTRAK Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang mengungkapkan penemuanpenemuan mengenai sejarah akuntansi Islam yang ada pada zaman kejayaan Islam dahulu. Hal ini bertentangan dengan berbagai literature konvensional Akuntansi yang menganggap akuntansi ditemukan oleh non muslim dan mengklaim bahwa Luca Pacioli adalah bapak akuntansi. Data-data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari penelitian-penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Oktav Guvemli dan Batuhan Guvemli pada tahun 2006. Tulisan tersebut menjelaskan dengan sangat detail bahwa system akuntansi mencapai kemajuan yang pesat pada masa kerajaan Abbasiyah. Sistem Akuntansi pada masa tersebut dikenal dengan Akuntansi Merdiban yang berasal dari bahasa Persia yang berarti tangga. Penelitian mereka juga disertai dengan bukti-bukti contoh pencatatan dari masa tersebut yang diyakini masih tersimpan dengan sangat baik di Museum Istanbul, Turki. Kata kunci : Akuntansi Syariah, Akuntansi Merdiban, Sejarah Akuntansi PENDAHULUAN Kehidupan umat muslim pada saat sekarang ini pada umumnya sudah dikuasai oleh kaum kapitalis, baik itu dari segi hukum, pendidikan, dan juga ekonomi. Bahkan mereka mengklaim beberapa ilmu dan pengetahuan yang digunakan pada saat ini adalah penemuan yang berasal dari kaum mereka. Contohnya Ilmu Akuntansi yang dalam berbagai literatur akuntansi konvensional, banyak ditulis akuntansi lahir dari seorang ilmuwan dan pengajar di beberapa universitas yang lahir di Tuscany-Italia pada tahun 1445 M bernama Luca Pacioli dengan bukunya Summa de Arithmatica, Geometrica Proportioni et Proportionalita ( a review
of arithmetic, geometry and proportion) yang diterbitkan tahun 1949 M di Venice. Luca Pacioli dikenal sebagai Bapak Akuntansi Modern dimana di dalam bukunya beliau menerangkan mengenai double entry bookkeeping sebagai dasar perhitungan akuntansi modern. Berbeda dengan yang banyak disebutkan dalam literature konvensional, dari sudut pandang literatur Islam, Ilmu pengetahuan banyak yang berasal dari ilmuwan Islam seperti Al-Jabr dari Al-Khawarizmi (logaritma) juga telah berkembang ilmu kedokteran dari Ibnu Sina (Avicenna), kimia karya besar Ibnu Rusyd (Averos), ilmu ekonomi (Ibnu Khaldun). Termasuk 294
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 2, JULI 2016
Ilmu Akuntansi dalam berbagai literature Islam juga berasal dari kaum Muslim. Pengembangan dan praktek-praktek tersebut didokumentasikan oleh sejumlah akademisi Muslim dari tahun 150 H (768 M) dalam sejumlah cetakan dan tulisan, diantaranya adalah ( Zaid, 2009: 5): a. Salah satu karya Al-Khawarizmy yaitu Mafatieh Al-Uloom (kunci ilmu pengetahuan mendiskusikan tipe-tipe pencatatan di Dewans (kantor) dan buku tersebut digunakan untuk mencatat akun-akun. Di salah satu bagian buku tersebut didedikasikan bagi “kesekretariatan”. b. Manuskrip yang ditulis oleh Abdullah bin Muhammad bin Kayah Al Mazindarani pada tahun 765 H/1363 M dan diberi judul “Risalah Falakiyah Kitab As-Siyaqat”. Tulisan ini disimpan di perpustakaan Sultan Sulaiman Al-Qanuni di Istambul Turki, tercatat di bagian manuskrip dengan nomor 2756, dan memuat tentang akuntansi dan sistem akuntansi di negara Islam, c. Buku yang menjelaskan tentang praktek Akuntansi Merdiban yang berjudul “Uber Da Budget der Einnahmen unter der Regierung des Harun Alrasid” yang ditulis oleh A. Freihern von Kramer dan dipublikasikan di Vienna pada tahun 1876 oleh Alfreed Hölder k.k. Hofdari Universitats Buchhandler, Buku yang berbeda yang ditulis oleh A. Freihern von Kramer yang berjudul “Ueber das Eiemmahmebudget des Abbasiden-Reiches Vom Jahr” 306 H (918-919 M) dipublikasikan pada tahun 1888 M di Vienna oleh F. Tempsky dengan judul “Kaiserlichen Akademie der Wissenschaften – Philosophisch Historische Classe”. Praktek-Praktek akuntansi yang dipaparkan di atas bersumber dari zaman kerajaan Abbasiyah. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Didin Saepudin dalam
P- ISSN 1693 - 3273 E- ISSN 2527 - 3469
disertasinya yang berjudul Kejayaan Imperium Islam Kajian Sejarah Sosial, Politik, dan Intelektual di Masa Dinasti Abbasiyah, ketika kerajaan Abbasiyah mengalami kejayaan, sebaliknya Eropa mengalami kemunduran. Abad XI, Eropa mulai menyadari kehadiran peradaban Islam yang tinggi di wilayah Timur. Melalui Spanyol, Sisilia dan Perang Salib, peradaban itu mulai dibawa ke Eropa. Sejak itulah Eropa mulai mengenai sains dan peradaban Islam. Mereka mulai mengenal rumah sakit, bahan makanan timur, bahan pakaian, dan peralatan rumah tangga. Dari orang Islam periode klasik inilah orang barat belajar berpikir obyektif dan logis serta belajar lapang dada di saat Eropa diselubungi suasana pikiran sempit, tidak ada toleransi terhadap kaum minoritas dan suasana penindasan terhadap pikiran mereka. Hal ini menjadi inspirasi bagi renaisans Eropa yang kemudian membawa pada kemajuan dan peradaban barat sekarang ini. Sedemikian besar dan jayanya Dinasti Abbasiyah membuat dia layak mendapat gelar sebagai The golden Age dalam sejarah Islam. Dari pemaparan sejarah di atas, dapat diketahui bahwa akuntansi sudah ada sejak zaman kerajaan Islam dulu. Kerajaan Abbasiyah yang sangat maju pasti memiliki sistem akuntansi untuk melaksanakan kegiatan negaranya. Sistem akuntansi pemerintahan yang digunakan pada masa kerajaan Abbasiyah ini dikenal dengan sebutan Merdiban pada masa kerajaan Ilkhanians. Sistem ini terus bertahan hingga masa kerajaan Turki Usmani. Akuntansi Merdiban yang mulai digunakan pada masa Abbasiyah hingga masa Turki Usmani ini dapat bertahan dalam kurun waktu yang sangat lama sebagai elemen penting bagi kegiatan aktivitas pemerintahan negara. Pada Masa penggunaan Akuntansi Merdiban ini, tatanan ekonomi kerajaan dapat 295
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 2, JULI 2016
dikendalikan dan dikontrol dengan baik dengan nilai tambah prinsip-prinsip syariah yang digunakan dalam metode ini. METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah Literatur Review yaitu dengan melakukan penelusuran terhadap sejarah akuntansi pada masa kejayaan Islam khususnya pada masa khalifah Abbasiyah. Penelusuran ini diperoleh dari jurnaljurnal dan buku-buku mengenai sejarah akuntansi Islam. HASIL DAN PEMBAHASAN Aplikasi Metode Merdiban di Masa Kerajaan Abbasiyah (750-1258 M) Kerajaan Abbasiyah diketahui sebagai kerajaan pertama yang menerapkan sistem merdiban dalam akuntansi pemerintahannya. Sebagai pengguna pertama, sistem akuntansi ini pun belum dikenal dengan nama merdiban namun hanya disebut sebagai muhasabah yang berarti akuntansi. Sejarah Negara Islam di Timur Tengah dimulai pada masa Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW mengembangkan agama Islam antara tahun 622-632 M dan setelah beliau meninggal, perkembangan Islam dilanjutkan oleh 4 orang khalifah (632661 M) yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Setelah masa kekuasaan 4 orang khalifah ini, berdiri Dinasty Umayyah (661-750 M) dan setelah itu Dinasty Abbasiyah (750-1258 M). Sederet kejayaan Islam telah merentang panjang di masa Dinasti Abbasiyah. Menurut Al-Thabari dalam Tarikh Al-Umam wa al-Mulk, Dinasti ini berkuasa sejak tahun 132 H - 656 H, atau tahun 750 sampai 1258 Masehi. Kalangan Barat menilai masa Dinasti Abbasiyah ini sebagai ''The Most Brilliant Period'' atau masa paling
P- ISSN 1693 - 3273 E- ISSN 2527 - 3469
cemerlang. Sedangkan Stephen Humphrey mengungkapkan kehadiran Abbasiyah ini merupakan titik balik paling menentukan dalam sejarah Islam. Di saat Abbasiyah mengalami kejayaan, sebaliknya Eropa mengalami kemunduran. Abad XI, Eropa mulai menyadari kehadiran peradaban Islam yang tinggi di wilayah Timur. Melalui Spanyol, Sisilia dan Perang Salib, peradaban itu mulai dibawa ke Eropa. Sejak itulah Eropa mulai mengenal sains dan peradaban Islam. Mereka mulai mengenal rumah sakit, bahan makanan timur, bahan pakaian, dan peralatan rumah tangga. Orientalis dari Perancis Rom Landau mengakui bahwa dari orang Islam periode klasik inilah orang barat belajar berpikir obyektif dan logis serta belajar lapang dada di saat Eropa diselubungi suasana pikiran sempit, tidak ada toleransi terhadap kaum minoritas dan suasana penindasan terhadap pikiran mereka. Hal ini menjadi inspirasi bagi renaisans Eropa yang kemudian membawa pada kemajuan dan peradaban barat sekarang ini. Sedemikian besar dan jayanya Dinasti Abbasiyah membuat dia layak mendapat gelar sebagai The golden Age dalam sejarah Islam. Pencatatan Akuntansi pada masa Kerajaan Abbasiyah mencapai kemajuan dibandingkan kerajaan Islam sebelumnya, dimana pada masa kerajaan Umayyah pencatatan akuntansi terbagi atas beberapa bahasa seperti bahasa koptish di Mesir, bahasa persia di Iraq, yunani di Syria, dan lainnya. Pada masa pemerintahan khalifah Harun Ar-Rasyid terjadi kemajuan yang hebat dalam menjaga pencatatan keuangan negara. Lembaga-lembaga dan spesialisasi akuntansi menjadi sesuatu yang sangat penting. Informasi pertama yang memberikan keterangan tentang buku yang digunakan pada administrasi pusat diperoleh dari buku mafatih al-ulum yang ditulis oleh Muhammed bin Ahmad
296
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 2, JULI 2016
Al Harizmi pada abad ke 10. (Oktay Govemli, 2008, hal. 44). Buku untuk pencatatan akuntansi pada masa Kerajaan Abbasiyah ini terbagi kepada 2 macam, yaitu buku untuk pencatatan fiskal dan buku untuk pencatatan militer. Adapun nama-nama buku untuk pencatatan fiskal adalah sebagai berikut: 1. Qanun al- kharaj : buku yang berisikan pencatatan pendapatan negara 2. Jaridah al-kharaj : buku yang berisikan pencatatan penerimaan zakat sesuai dengan abjad nama pembayar zakat 3. Jaridah an-nafakat : buku yang berisikan pencatatan pengeluaran negara dibuat oleh diwan an-nafakat berdasarkan urutan abjad 4. Jaridah al-mal : buku yang berisikan pencatatan pemungutan dan pembayaran zakat. 5. Jaridah al-musadirin : buku yang berisikan pencatatan barang-barang hasil sitaan yang diperoleh dari pejabat yang menyalahgunakan tanggung jawabnya. 6. Daftar al-yaumi : buku yang berisi pencatatan pengeluaran secara harian. 7. Daftar at-taujihat : buku yang berisi pencatatan anggaran pengeluaran. 8. Daftar at-tahwilat : buku yang berisi pencatatan pendapatan yang ditransfer dari prvinsi ke pusat. Pemerintahan pusat memiliki anggaran yang terpisah antara tiap provinsi. 9. Avarec Saysi : buku yang berisi pencatatan hutang. 10. Ruznamce : buku yang berisi pencatatan pengeluaran dan pendapatan yang ditransfer setiap harinya dari provinsi ke pusat. 11. Al-Khatimatul Jami’a : laporan akhir yang berisi pendapatan dan pengeluaran tahunan secara detail.
P- ISSN 1693 - 3273 E- ISSN 2527 - 3469
12. Al-Khitamah : buku yang menunjukkan total pendapatan dan pengeluaran bulanan. 13. Ta’rij : buku yang berisi rekening kas dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan pembayaran kas. 14. Ariza : buku yang menunjukkan perbedaan antara jumlah yang sebenarnya dengan jumlah pada waktu transaksi. 15. Berae : dokumen yang berisi tentang pembayar pajak dan juga tagihan pajak. 16. Al- muwafaka fil-jama’i : buku akuntansi umum. 17. Al- jaridatul sauda : buku yang menunjukkan asal, kondisi fisik, dan pembayaran gaji tentara. 18. Raj’a : buku akuntansi untuk tentara yang digunakan di provinsi. 19. Ar-raj’atul jami’a : buku akuntansi umum yang disusun oleh akuntan militer. Berikut adalah 5 dokumen yang menjelaskan tentang perbendaharaan kerajaan Abbasiyah (Nejat Göyünç): 1. Dokumen yang berasal dari Ibnu Khaldun (808 H) dalam bukunya AlMukaddimah yang berdasarkan kepada kalender muslim tahun 158170. 2. Qudam bin Ja‟far yang merupakan karyawan diwan pada masa pemerintahan Abbasiyah yang terkenal dengan penyusunan buku akuntansi umum. Qudam yang pertama kali menunjukkan buku katibul kharaj kepada menteri Ali bin Isa. Dokumen Qudam ini merujuk kepada tahun 204-207H. 3. Ibnu Hurdasbih dengan dokumen bernama Al-masalik fil mamalik. Dokumen ini merujuk kepada tahun 204-237H. 4. Ali bin Isa (306 H) merupakan menteri dari khalifah Al-Muktadir Billah. Dokumen dari Ali bin Isa ditemukan di sejarah Vassaf yang 297
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 2, JULI 2016
membuat seorang sejarawan Austria bernama Joseph Von Hammer tertarik untuk mempelajarinya. Namun, dokumen ini tidak dapat dipelajari karena disusun berdasarkan literatur diwan pada masa itu. 5. Abu Abdillah Muhammad bin Abdus bin Abdillah al- Jahsiyari adalah seorang pejabat kantor pemerintahan Abbasiyah. Dokumennya bernama Kitabul Wizara fil kittab. Dokumen ini disebut dokumen terlengkap dan paling tua di masa kerajaan Abbasiyah. Al Mazindarani menyatakan bahwa ada manuskrip-manuskrip yang menjelaskan aplikasi-aplikasi akuntansi yang populer pada masa Abbasiyah sebelum dia menulis bukunya yang dikenal dengan judul :”Risalah Falakiyah Kitab As Sayaqat”. Dia juga mengatakan bahwa secara pribadi, dia telah mengambil manfaat dari bukubuku itu dalam menulis buku “Risalah Falakiyah” tersebut. Dalam bukunya yang masih dalam bentuk manuskrip itu, Al Mazindarani menjelaskan hal-hal berikut ini: 1. Sistem akuntansi yang populer pada saat pemerintahan Islam, dan pelaksanaan pembukuan yang khusus bagi setiap sistem akuntansi. 2. Macam-macam buku akuntansi yang wajib digunakan untuk mencatat transaksi keuangan. 3. Cara menangani kekurangan dan kelebihan dalam pencatatan. Al-Mazindarani juga menjelaskan pelaksanaan pembukuan yang populer pada saat itu dan juga kewajiban-kewajiban yang harus diikuti dalam menyusun pembukuan, contohnya : ” Ketika menyiapkan laporan atau mencatat di buku-buku akuntansi harus dimulai dengan basmalah, “Bismillahir Rahmanir Rahim”. Jika hal ini yang dicatat oleh Al Mazindarani pada tahun 765 H./1363 M., maka hal ini pula yang disebut oleh penulis Itali, Pacioli 131
P- ISSN 1693 - 3273 E- ISSN 2527 - 3469
tahun kemudian. Pacioli berkata, “harus dimulai dengan ungkapan “Bismillah’.” (Brown and Johnson, 1963, hal. 28). aturan-aturan dalam pencatatan akuntansi zaman kerajaan Abbasiyah : 1. Apabila ada bagian buku pada pencatatan yang kosong secara tidak sengaja, maka harus dibuat garis pembatas yang disebut Tarqin, sehingga hal-hal yang berkaitan dengan manipulasi dan penyelewengan dapat dihindari. 2. Pengeluaran saldo harus dilakukan secara teratur, sehingga aliran kas keluar dapat dikontrol dengan baik. 3. Pencatatan transaksi harus secara berurutan sesuai dengan tanggal terjadinya. 4. Pencatatan transaksi harus menggunakan pengungkapan yang benar dan dapat dimengerti sehingga tidak terjadi kesalahpahaman. 5. Dilarang mengoreksi transaksi yang telah dicatat dengan cara mencoret ataupun menghapusnya. Apabila seorang akuntan (bendaharawan) kelebihan mencatat sebuah transaksi maka dia harus membayar selisih kelebihan tersebut dari kantong pribadinya. Begitu juga jika akuntan (bendaharawan) lupa mencatat transaksi pengeluaran maka dia harus membayar jumlah kekurangan di kas sampai dia berhasil melacak transaksi pengeluaran tersebut. Pada zaman Umayyah, pernah terjadi seorang akuntan lupa mencatat transaksi pengeluaran sebesar 1300 dinar, sehingga dia terpaksa harus membayar jumlah tersebut. Pada akhir tahun buku, kekurangan tersebut dapat diketahui, yaitu ketika membandingkan antara saldo buku bandingan dengan saldo buku-buku yang lain, dan saldo-saldo bandingannya yang ada di kantor. 6. Pada akhir tahun buku, seorang akuntan harus mengirimkan laporan secara rinci tentang jumlah keuangan 298
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 2, JULI 2016
P- ISSN 1693 - 3273 E- ISSN 2527 - 3469
yang berada di bawah tanggung pemasukan dan sumber-sumbernya jawabnya. serta pengalokasiannya. (Muhammad 7. Laporan tahunan yang dikirim oleh Al Marisi Lasyin, 1973, hal. 163-akuntan harus dikoreksi dan 165). membandingkannya dengan laporan Aturan-aturan di atas merupakan tahunan sebelumnya. rujukan bagi akuntan ataupun katibin 8. Harus mengelompokkan transaksipada masa kerajaan Abbasiyah. Aturan transaksi keuangan dan mencatatnya ini mungkin sudah jarang sekali sesuai dengan karakternya dalam ditemukan di saat sekarang, dimana kelompok-kelompok yang sejenis, penggunaan kata “basmalah” untuk seperti mengelompokkan dan mengawali semua pencatatan untuk mencatat pajak-pajak yang memiliki akuntansi yang berlandasakan Islam. satu karakter dan sejenis dalam satu Laporan keuangan yang terkenal dari kelompok. masa kerajaan Abbasiyah ini adalah Al9. Mencatat pemasukan di halaman Khitamah dan Al-Khatimul Jami’ah. Alsebelah kanan dengan mencatat Khitamah adalah laporan keuangan sumber-sumber pemasukan tersebut. bulanan yang dibuat pada setiap akhir 10. Mencatat pengeluaran di halaman bulan. Laporan ini memuat pemasukan sebelah kiri dan menjelaskan dan pengeluaran yang sudah pengeluaran-pengeluaran tersebut. dikelompokkan sesuai dengan jenisnya, 11. Harus ada sebuah tanda khusus yang di samping memuat saldo bulanan. dibubuhkan ketika menutup saldo. Sedangkan Al-Khitamatul Jami’ah 12. Setelah mencatat seluruh transaksi adalah laporan keuangan yang dibuat keuangan, maka harus memindahkan oleh seorang akuntansi untuk diberikan transaksi-transaksi sejenis ke dalam kepada orang yang lebih tinggi buku khusus yang disediakan untuk derajatnya. Apabila Al-Khitamatul transaksi-transaksi yang sejenis itu Jami’ah disetujui oleh orang yang saja. menerima laporan tersebut, maka 13. Harus memindahkan transaksilaporan itu dinamakan Al Muwafaqah. transaksi yang sejenis itu oleh orang Dan apabila Al Khitamatul Jami’ah tidak lain yang berdiri sendiri, tidak terikat disetujui karena adanya perbedaan pada dengan orang yang melakukan data-data yang dimuat oleh Al pencatatan di buku harian dan bukuKhitamatul Jami’ah, maka ia dinamakan buku yang lain. Muhasabah (akuntansi) saja. 14. Setelah mencatat dan memindahkan (Muhammad Al Marisi Lasyin, 1973, transaksi-transaksi keuangan di dalam hal. 138). buku-buku, maka harus menyiapkan Di bawah ini merupakan contoh laporan berkala, bulanan atau tahunan laporan Al-Khitamah yang diperoleh dari sesuai dengan kebutuhan. Pembuatan buku Muhammad Al-Marisi Lasyin: laporan itu harus rinci, menjelaskan Gambar 1 laporan Al-Khitamah
299
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 2, JULI 2016
P- ISSN 1693 - 3273 E- ISSN 2527 - 3469
Berikut ini ada contoh pencatatan akuntansi pada masa Abbasiyah: Gambar 2. Pencatatan Akuntansi pada masa Abbasiyah:
300
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 2, JULI 2016
P- ISSN 1693 - 3273 E- ISSN 2527 - 3469
Lanjutan Gambar 2.
301
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 2, JULI 2016
P- ISSN 1693 - 3273 E- ISSN 2527 - 3469
Lanjutan Gambar 2.
302
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 2, JULI 2016
P- ISSN 1693 - 3273 E- ISSN 2527 - 3469
Gambar 3. Contoh Pencatatan Akuntansi pada Masa Kerajaan Abbasiyah Sumber: Prof. Oktay Guvemli, dkk. Accounting Method used by Ottoman Empire: Merdiban Method. Ankara. 2008.
Terjemahannya dalam bahasa Inggris: Letter___________________________________________________________________ Sevâd region and several provinces mentioned below 1 Revenues from Sevâd and its provinces, together with the alms from West region in Basira and revenues from marine vessels and other articles in Basira 1.547.734 dînar 4 Nehrüseyr , Rûmekan , İgaru Yaktîn , Câzer and Medînetülatîka 75.576 dînar 7 Fellûce-i Ulyâ (Upper Fellûce) and Erhâ 16.736 dînar
2 Bâzûrya and Kelvâzi and Nehreyn 166.283 dirhem
3 Anbar and Katrabbel and Südd 198.313 dînar
5 Kûsi and Nehru Derkît [Dervasat] 25.000 dînar
6 Zâb-ı A„lâ (Yukarı Zab) and Nehrü Keştâseb 9.526 dînar
8 Fellûce-i Süflâ (Aşağı Fellûce) , Nehreyn and Aynüttemr 13.585 dînar
10 Nehrülmülk , Mûrcâ , Nehru Cûber , Esâsan and Malikiyât 38.350 dînar 13 Almhouses in Serre Men Ray 33.350 dînar 16
11 Bârûsemâ-i Esfel (Lower Bârûsemâ) 46.336 dînar
9 Seyb-i A„lâ (Yukarı Seyb) , Sûra , Babel , Hatarniye and Bârûsema-i A„lâ (Upper Bârûsemâ) 140.259 dînar 12 Kûfe towns and cellars 110.154 dînar
14 Nehrü Bûk and Deyr-i Esfel (Lower Deyr) 20,590 dînar 17
15 Bezer Cesâbur 24.300 dînar
Râzanân
Rostekbâd
Nehrevân-ı A„lâ and
30.035 dînar
13.666 dînar
Semetnây
18
46.480 dînar 19 Nehrevân-ı Evsat (Central Nehrevân) 40.327 dînar
20 Nehrevan-ı Esfel (Lower Nehrevân) 60.532 dînar
21 Sulh and Menâzil 159.89 dînar
303
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 2, JULI 2016
22 Bâdrâyâ and Bâkesâya 42.499 dînar
23 Vâsıt. The remaining after unavoidable cost and revenues from properties of the Sultan and newly established farms 310.720 dînar 25 26 Revenues from marine Money gathered from vessels İltizâms in Basra and irrigation revenues from 22.575 dînar rivers 42.750 dînar 28 29 Sheep markets in Bağdat, Mints in Bağdat, Serre Men Serre Men Ray, Vâsıt, Ray, Vâsıt, Basra ve Kufe Basra 60.370 dînar and Kufe 16.975 dînar 31 32 Money paid to the Ahvaz towns. Iltizams of Caliphate İbrahim bin Abdullah and from the revenues of others property 1.260.922 dînar taxes, forests and mukata‟a (land rents) 13.874 dînar 34 35 Revenues from estates of Revenues from estates of high high ranked officials in this ranked officials in Kirman. region (Grassland taxes, properties and taxes from marine of vessels villages in deserts and 258.000 dînar amount allocated by Mûnis Hâdim from his jewellery and vaults are not included to this account) 364.380 dînar 37 38 Tributes from Eastern Tributes from Rey and (east of Euphrates) Demavend, tithe and states and revenues ispenche born from the revenues (Amounts collected agreements with the by towns in this region as İbn Dâvudan and Ahmed bin emanet (deposit) and Ali iltizam taxes. are not included) 1.570.525 dirhem 465.078 dînar
P- ISSN 1693 - 3273 E- ISSN 2527 - 3469
24 Basra and Dicle provinces 121.095 dînar
27 Irrigation and tax revenues from Behit 80.250 dînar
30 Jizyah revenue from Bağdat 16.000 dînar
33 Revenues from Fâris region and Mûnis Hâdim and other estate owners 1.634.520 dînar
36 Revenues from Umman mukata. (Presents given to the Caliphate are not included) 80.000 dînar
39 The Sultan‟s farms there 122.644 dînar
304
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 2, JULI 2016
P- ISSN 1693 - 3273 E- ISSN 2527 - 3469
40 Kazvin , Zencan and Ebher Tithe Farms (Belonging to the Sultan) 115.710 dînar 58.290
41 Kum Tithe Farms (Belonging to the Sultan) 197.229 dînar 80.229
43 Mâhu'l-Basra and Îgarin Tithe Farms (Belonging to the Sultan) 185.636dinar 267.520 46 Save and mints there 17.625 dînar
44 Hemedan Tithe Farms 150.480 dînar (Belonging to the Sultan) 55.789
49 Hulvan. Tithe revenues and revenues from the Sultan‟s farms there 30.015 dînar
50 Azerbaijan and Armenia revenues. (In accordance to the amounts decided) 226.370 dînar
47 Mâhul‟l-Kûfe. Tithe revenue. (Previous farms, farms taken again and lands given for living are not included) 105.678 dînar
Contoh di atas merupakan contoh pencatatan Akuntansi untuk pendapatan yang disusun oleh Ali bin Isa yaitu seorang Menteri dari khalifah AlMuktadir pada tahun 306 H. Seorang pemimpin terkemuka di Tatar Krimea, Turki yang juga merupakan sejarahwan akuntansi yang bernama Ismail Otar menyebutkan bahwa istilah pendapatan yang digunakan dalam bahasa siyakat pada Kerajaan Abbasiyah yang disebutkan juga dengan nama yang sama di buku Risalah Al-falakiy, Saadatname dan Qanun As-sadat mengartikan kata pendapatan sebagai “inventory” (persediaan).
42 İsfahan_____________________ __ Tithe. Tithes from the reagreements and Kurds and revenues from the estates of the Sultan410.178 dînar Farms of the Sultan 189.334 dînar 45 Mâsebezân Tithe Farms 57.746 (Belonging to the Sultan) 16.750 dînar
48 The Sultan‟s farms there 89.500 dînar
Pada masing-masing pencatatan transaksi, dijelaskan sumber pendapatan tersebut secara terperinci. Seperti yang dapat dilihat dari contoh di atas masingmasing pencatatan disertai dengan nama negara tempat pajak tersebut diperoleh dan juga nama pegawai pemerintahan yang bertugas memungutnya. SIMPULAN Banyak peninggalan dari zaman dinasti Islam dahulu yang masih bisa digali dan diambil lagi manfaatnya. Penulis mengharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk dapat meneliti dan mendalami lagi sistem akuntansi pada masa kerajaan Islam. yang lebih baik
305
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 2, JULI 2016
yang bisa digunakan sebagai acuan dan pedoman, sehingga dapat terwujud sistem akuntansi Islam yang bermanfaat bagi semua pihak, baik masyarakat, pejabat, dan juga pertanggungjawaban terhadap Allah. DAFTAR PUSTAKA Cemal, Elitas dkk. 2008. Accounting Method Used by Ottomans for 500 years: Stairs (Merdiban) Method. Turkey : Turkish Republic Ministry of Finance Strategy Development Unit. Erkan, Mehmet. 2006. An Accounting System used between 14th and 19 centuriesin The Middle East: The Merdiven (Stairs) Method. Journal of Afyon Kocatepe University : Turkey.th Guvemli, Oktay and Batuhan Guvemli. 2006. The birth and development of the accounting ethod in the
P- ISSN 1693 - 3273 E- ISSN 2527 - 3469
Middle East (Merdiban Method). Turkey : Journal of Marmara University. _____________________________ 2006. Development of Accounting from the Ottoman Empire to Turkish Republic”Turkey : Journal of Marmara University. Zaid, Umar Abdullah , 2009, Prosedur dan Sistem Akuntansi Pada Masa Awal Pemerintahan Islam. (Online), http://www.ekisonline.com, hotml 17 April 2009. __________________, 2004, Kerangka Sejarah dan Teori Akuntansi Keuangan dalam Masyarakat Islam, Edisi Terjemahan, LPFEUniversitas Trisakti.
306