BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Perindustrian mengalami perkembangan yang pesat di dunia. Hal ini terjadi di masa revolusi industri yaitu di Eropa pada abad pertengahan. Awalnya mendirikan pabrik bertujuan untuk membantu kemudahan manusia. Namun, hal ini memberikan efek buruk bagi manusia. Hal ini berkaitan dengan limbah industri yang tidak terkontrol sehingga terjadi pencemaran lingkungan (Palar, 2008). Salah satu kasus pencemaran merkuri (Hg) yaitu kasus Minamata yang terjadi di Jepang tahun 1950. Kasus Minamata ini terjadi akibat pembuangan limbah industri. Setelah sekitar 600 ton merkuri (Hg) yang digunakan sebagai katalis dalam prosesnya dibuang secara bertahap selama sekitar 45 tahun. Sekitar 120 penduduk Minamata meninggal karena keracunan merkuri (Hg) dan 800 0rang menderita sakit (Redhana, 2013). Kasus pencemaran logam berat yaitu merkuri (Hg) pernah terjadi di Indonesia yaitu kasus yang terjadi di perairan Teluk Jakarta.
A.A Loeddin,
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Dapertemen Kesehatan. Hasil penelitian mengatakan bahwa kadar merkuri (Hg) di perairan Teluk Jakarta mencapai 0,027 ppm (Palar, 2008). Merkuri (Hg) termasuk logam berat yang sangat berbahaya. Penggunaan merkuri (Hg) sangat banyak, misalnya sebagai senyawa kimia di laboratorium, peralatan laboratorium seperti termometer, baterai, fungisida, amalgam gigi, dan
Universitas Sumatera Utara
bahan farmasi. Senyawa organik juga
banyak digunakan sebagai pestisida
khususnya fenil merkuri dimetilditiokarbamat yang digunakan di pabrik kertas, dan etil merkuri klorida yang digunakan sebagai fungisida. Target keracunan merkuri (Hg) adalah kerusakan syaraf yang mampu mengakibatkan kelumpuhan, dan kebutaan (Situmorang, 2007). Belawan merupakan salah satu kawasan pantai di Sumatera adalah kecamatan yang berada dibagian Utara kota Medan. Perairan Belawan disinyalir tercemar oleh logam berat yang berbahaya dan beracun. Hal ini disebabkan terdapatnya beberapa industri yang merupakan konstributor pencemar utama logam berat pada aliran sungai Deli (Hayati, 2009). Menurut majalah Kompas berdasarkan laporan PT Pelabuhan Indonesia I melaporkan bahwa logam timbale (Pb) ,cadmium (Cd), dan merkuri (Hg) merupakan logam berat yang toksik dalam perairan Belawan telah melewati baku mutu. Menurut penelitian Bapedalda Sumut pada tahun 2003 menyatakan bahwa kandungan merkuri (Hg) di laut Belawan mencapai 0,7012 mg/L. Padahal berdasarkan standart baku mutu Peraturan Pemerintah No 82 tahun 2001, kandungan merkuri (Hg) yang aman adalah 0,002 mg/L (Kompas, 2005). Belawan merupakan salah satu tempat pelelangan ikan terbesar di Kota Medan. Salah satu jenis ikan yang dipasarkan adalah ikan tongkol. Ikan tongkol merupakan ikan digemari masyarakat. Ikan tongkol memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Ikan tongkol memiliki kandungan gizi yang sangat baik untuk dikonsumsi. Adapun kandungan gizi yang terkandung dalam ikan tongkol antara lain asam
Universitas Sumatera Utara
lemak omega 3. Namun, ikan tongkol yang berasal dari perairan Belawan telah tercemar kandungan merkuri (Hg). Kebiasaan masyarakat menggunakan jeruk nipis untuk menghilangkan bau amis dan sebagai citra rasa ternyata memiliki khasiat yang berguna bagi mengurangi toksik dalam tubuh kita. Jeruk nipis ternyata memiliki kemampuan sebagai pereduksi logam berat yaitu asam sitrat. Asam sitrat akan bereaksi dengan logam berat dan membentuk garam sitrat. Beberapa penelitian telah dilakukan tentang pemanfaatan jeruk nipis sebagai alternatif penurunan kadar logam berat antara lain : penelitian dilakukan oleh Armanda ( 2009 ) menunjukkan hasil bahwa ada perbedaan lama waktu perendaman pada udang windu memberikan pengaruh yang berbeda terhadap penurunan kadar logam Pb setelah perendaman selama 30 menit dan selama 60 menit terjadi penurunan kadar sebesar 0,4286 ± 0,0517 mg/kg dan 0,2990 ± 0,0666 mg/kg, sedangkan penurunan kadar logam Cd yang direndam selama 30 menit dan 60 menit sebesar 0,0616 ± 0,0026 mg/kg dan 0,0421 ± 0,0027 mg/kg. Penelitian lain yaitu penelitian yang dilakukan oleh Sinaga (2013) menyatakan bahwa telah terjadi penurunan kadar cadmium setelah direndam dengan jeruk nipis dengan konsentrasi 0 %, 25 %, dan 50 % selama 15 menit dan 30 menit sebesar 0,47176 % hingga 80,25 %. Dasar penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hikmawati dan Sulistyorini ( 2006 ) yang melakukan penelitian tentang perubahan kadar merkuri (Hg) pada ikan tongkol dengan perlakuan perendaman larutan jeruk nipis dan pemasakan. Penelitian ini menunjukkan perendaman
Universitas Sumatera Utara
dengan larutan jeruk nipis 50 % dengan metode pemasakan berkisar 0,035-0,402 mg/kg dengan rata-rata 0,200 mg/kg. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rasmidah tahun 2004, terdapat kandungan merkuri (Hg) pada beberapa ikan dan kerang di Pasar KUD Gabion Belawan bahwa kadar merkuri (Hg) pada tongkol sebesar 0,0001265 ppm. Dari hasil penelitian tersebut seluruh sampel terbukti mengandung merkuri (Hg). Namun, masih dibawah baku mutu yang ditetapkan SK Dirjen POM Depkes RI no 0325/B/SK/1989. Pemeriksaan ikan tongkol yang dilakukan pada tanggal 14 April 2015 dan telah diambil sampelnya dengan hasil uji UPT Laboratorium KesehatanDaerah Medan bahwa kadar merkuri (Hg) pada ikan tongkol yang berasal dari Belawan sebesar 0,0875 ppm dengan metode AAS. Hal ini masih dibawah baku mutu yang ditetapkan Peraturan Kepala BPOM Nomor HK.00.06.1.52.4011 tahun 2009 tentang penetapan batas maksimum cemaran mikroba dan kimia pada makanan bahwa ikan olahan memiliki batas maksimum kandungan merkuri (Hg) sebesar 0,5 mg/kg. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penelitian eksperimen ini untuk melihat penurunan merkuri (Hg) dengan berbagai konsentrasi dan variasi waktu perendaman dengan larutan jeruk nipis. 1.2. Perumusan Masalah Ikan tongkol yang dijual di Pasar KUD Gabion Belawan tersebut tercemar merkuri (Hg) sebesar 0,0875 ppm dari hasil pemeriksaan laboatorium. Hasil ini masih dibawah baku mutu yang ditetapkan sehingga masih aman dikonsumsi. Namun, merkuri (Hg) tersebut dapat mengalami akumulasi pada tubuh manusia
Universitas Sumatera Utara
jika mengkonsumsinya terus-menerus. Oleh karena itu, diperlukan alternatif mengurangi kadar merkuri (Hg) pada ikan tongkol dengan cara merendam ikan tongkol tersebut dengan larutan jeruk nipis sebelum dimasak. 1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan penurunan kadar merkuri (Hg) pada ikan tongkol dengan variasi konsentrasi dan lama perendaman larutan jeruk nipis. 1.3.2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui kadar merkuri (Hg) pada ikan tongkol yang dijual di Pasar KUD Gabion Belawan. b. Untuk mengetahui penurunan kadar merkuri (Hg) pada ikan tongkol dengan konsentrasi 0 % yaitu perendaman 100 ml air selama 5 menit dan 10 menit sebagai kontrol. c. Untuk mengetahui penurunan kadar merkuri (Hg) pada ikan tongkol dengan konsentrasi 25 % selama 5 menit dan 10 menit. d. Untuk mengetahui penurunan kadar merkuri (Hg) pada ikan tongkol dengan konsentrasi 50 % selama 5 menit dan 10 menit. e. Untuk mengetahui penurunan kadar merkuri (Hg) pada ikan tongkol dengan konsentrasi 75 % selama 5 menit dan 10 menit. f. Untuk mengetahui ada atau tidak perbedaan berbagai konsentrasi dan lama perendaman larutan jeruk nipis terhadap penurunan kadar merkuri (Hg) pada ikan tongkol.
Universitas Sumatera Utara
g. Untuk mengetahui konsenrasi dan lama perendaman larutan jeruk nipis yang paling efektif dalam menurunkan kadar merkuri (Hg) pada ikan tongkol. 1.4. Hipotesis Penelitian Ho : Tidak ada perbedaan rata-rata penurunan kadar merkuri (Hg) pada ikan tongkol sesudah perendaman larutan jeruk nipis. Hi : Ada perbedaan rata-rata penurunan kadar merkuri (Hg) pada ikan tongkol sesudah perendaman dengan larutan jeruk nipis. 1.5. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi kepada konsumen untuk mengetahui keamanan mengkonsumsi ikan tongkol yang dijual di pasar tradisional.. 2. Memberikan alternatif bagi masyarakat khususnya para ibu cara menurunkan kadar merkuri (Hg) pada ikan sebelum dimasak dengan larutan jeruk nipis yang mudah didapat. 3. Memberikan masukan bagi Dinas Kesehatan dan instansi terkait dalam mengandalikan pencemaran logam berat yaitu merkuri (Hg) yang berasal dari perairan Belawan serta melakukan pengawasan terhadap cemaran logam berat pada ikan yang dijual di pasaran. 4. Sebagai penemuan sederhana dalam menangani penurunan cemaran logam berat pada bahan makanan.
Universitas Sumatera Utara