MENDAMPINGI ORANG TUA DAN PENYANDANG DISABILITAS INTELEKTUAL DI LINGKUNGAN KELUARGA
Buku Pegangan Pendamping Program RSBK BBRSBG Kartini Temanggung
BALAI BESAR REHABILITASI SOSIAL BINA GRAHITA KARTINI TEMANGGUNG Jl. Kartini 1-2 Temanggung Kode Pos 56217 Telp. (0293) 491138 – 491623 Fax (0293 ) 491138 E- mail :
[email protected]
ISO 9001
Mengantar Menuju Kemandirian i
LEMBAR PENGESAHAN
BALAI BESAR REHABILITASI SOSIAL BINA GRAHITA ”KARTINI” TEMANGGUNG Jalan Kartini no 1-2 Temanggung, Jawa Tengah-Indonesia-56217
BUKU PEGANGAN PENDAMPING PROGRAM RSBK BBRSBG KARTINI TEMANGGUNG
NO. DOKUMEN : LAMP.04. PM/BBRSBG/WMM-06 Kepala
Ketua Tim
Drs. Ruh Sanyoto, MP
Dra. Restyaningsih, MM
Plt. Kepala BBRSBG Kartini Temanggung Tanggal 29 Maret 2016
Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Tanggal: 28 Maret 2016
2016
ii
KATA PENGANTAR Keluarga memegang peranan terpenting dalam pemenuhan kebutuhan tumbuh kembang penyandang disabilitas intelektual dalam mencapai kemandirian. Proses pembimbingan dan pembiasaan anak di dalam keluarga memberikan cukup waktu dan tempat untuk proses hidup mandiri yang dalam jangka panjang akan membentuk kemandirian. Pemahaman, sikap dan keterampilan orang tua dalam memberikan bimbingan merupakan modal utama untuk mengembangkan kemampuan penyandang disabilitas intelektual. Melalui pemahaman, sikap dan perlakuan yang sesuai dengan karaktertitik anak akan memungkinkan terciptanya kondisi promotif bagi penumbuhan dan pengembangan kemandirian anak di dalam keluarga. Salah satu upaya membantu orang tua dalam memahami, bersikap dan meningkatkan kemampuan melakukan bimbingan terhadap penyandang disabilitas intelektual dalam keluarga, dilakukan melalui pendampingan dalam program Rehabilitasi Sosial Berbasis Keluarga (RSBK). Tujuannya adalah pendamping dapat membimbing dan mendampingi orang tua secara lebih optimal agar mereka mampu berperan sebagai pembimbing, instruktur, pendamping dan fasilitator bagi anaknya. Buku pegangan pendamping program RSBK ini disusun sebagai pegangan pendamping dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan tugas membimbing dan mendampingi orang tua penyandang disabilitas intelektual. Buku ini berisikan gambaran program RSBK, informasi seputar disabilitas intelektual dan cara-cara praktis membimbing penyandang disabilitas intelektual dalam keluarga yang disusun dengan bahasa sederhana, aplikatif, dilengkapai dengan contoh-contoh dan langkah-langkah praktis pembimbingan, sehingga mudah dipahami dan dipraktikkan di dalam keluarga. Dengan tersusunnya buku pegangan pendamping ini semoga dapat memberikan manfaat bagi pendamping dan keluarga dalam memberikan bimbingan terhadap penyandang disabilitas intelektual dan memperkaya referensi bagi berbagai pihak dalam rangka mengembangkan kemandirian penyandang disabilitas intelektual. Temanggung, 29 Maret 2016 Plt. Kepala
Ruh Sanyoto
iii
DAFTAR ISI LEMBAR COVER ...........................................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................................
ii
KATA PENGANTAR.....................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN.......................................................................................... A. Latar Belakang....................................................................................... B. Tujuan.................................................................................................. C. Ruang Lingkup........................................................................................ D. Pengertian.........................................................................................
1 1 1 1 1
BAB II
PROGRAM REHABILITASI SOSIAL BERBASIS KELUARGA (RSBK).. A. Deskripsi Program................................................................................... B. Bentuk Pelayanan.................................................................................... C. Kriteria Penerima Manfaat..................................................................... D. Tahapan Pelayanan..................................................................................
3 3 3 4 4
BAB III
INFORMASI SEPUTAR DISABILITAS INTELEKTUAL...........................
12
BAB IV
PENDAMPING, TUGAS DAN PENDAMPING DALAM RSBK................ A. Pendamping dan Pendampingan ............................................................ B. Prinsip Dasar Pendampingan.................................................................. C. Peran Pendamping.................................................................................. D. Tugas Pendamping .................................................................................
12 12 12 14 14
BAB V
CARA PRAKTIS MENDAMPINGI ORANG TUA DALAM MEMBIMBING PENYANDANG DISABILITAS INTELEKTUAL
DI LINGKUNGAN KELUARGA..........................................................
16
A. B. C. D.
16 16 17
Latar Belakang........................................................................................ Teknik dan Tahapan Bimbingan............................................................. Prinsip Bimbingan.................................................................................. Contoh Cara Praktis Mendampingi Orangtua dalam Membimbing Penyandang Disabilitas Intelektual di Lingkungan Keluarga................ LAMPIRAN...........................................................................................................
17 31
iv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat atau keluarga penyandang disabilitas seringkali kurang memahami permasalahan dan potensi penyandang disabilitas intelektual, sehingga tidak mampu menciptakan kondisi yang promotif bagi tumbuhkembangnya kemandirian penyandang disabilitas intelektual. Oleh karenanya, mereka membutuhkan uluran tangan dari pihak lain yang berkompeten dalam rangka membekali pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mengantar kemandirian penyandang disabilitas intelektual. BBRSBG Kartini Temanggung sebagai lembaga berkompeten dan pelopor program RSBK mempunyai keterbatasan untuk memberikan bimbingan serta fasilitasi kepada keluarga dan penyandang disabilitas intelektual secara intensif dan terus menerus disebabkan oleh persebaran populasi disabilitas intelektual dalam jangkauan wilayah yang luas. Pendampingan oleh kader pendamping dari unsur masyarakat setempat merupakan langkah strategis yang memungkinkan proses rehabilitasi sosial penyandang disabilitas intelektual di dalam keluarga dapat dilaksanakan secara lebih optimal. B. Maksud dan Tujuan Buku pegangan ini merupakan sarana membekali pengetahuan pendamping program RSBK melalui berbagai informasi praktis tentang pendampingan penyandang disabilitas intelektual dengan tujuan: 1. Meningkatkan pengetahuan praktis tentang cara pendampingan orang tua dan penyandang disabilitas intelektual dan peran-peran yang diperlukan oleh pendamping. 2. Memberikan acuan bagi pendamping RSBK dalam melaksanakan tugas. 3. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam pelaksanaan dan pencapaian program RSBK. C. Ruang Lingkup Buku pegangan pendamping priogram RSBK ini berisikan informasi tentang: 1. Program Rehabilitasi Sosial Berbasis Keluarga (RSBK) 2. Informasi seputar disabilitas intelektual 3. Pendampingan dalam program RSBK 4. Cara praktis mendampingi orang tua/keluarga. D. Pengertian Dalam buku ini, yang dimaksud dengan: 1. Rehabilitasi Sosial adalah proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk memungkinkan seseorang mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat. 2. Rehabilitasi sosial penyandang disabilitas intelektual adalah proses refungsionalisasi dan pengembangan fisik, mental, sosial dan keterampilan untuk memungkinkan penyandang
1
disabilitas intelektual mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat. 3. Rehabilitasi Sosial Berbasis Keluarga adalah rehabilitasi sosial yang dilaksanakan melalui peran aktif keluarga dengan mendayagunakan secara optimal sumber daya, prakarsa dan potensi keluarga sebagai pengupaya, penilai dan pemelihara kemandirian penyandang disabilitas sesuai potensi yang dimiliki. 4. Keluarga adalah keluarga yang memiliki anggota menyandang disabilitas intelektual. 5. Penyandang disabilitas adalah mereka yang memiliki kelainan fisik, mental, intelektual, atau sensorik dalam jangka waktu lama dan menghambat mereka dalam berinteraksi dan berpartisipasi dalam masyarakat. 6. Penyandang disabilitas Intelektual adalah seseorang yang mengalami hambatan fungsi intelektual bersamaan dengan terhambatnya penyesuaian perilaku yang dimanifestasikan selama periode perkembangan. 7. Pendampingan sosial adalah interaksi terus menerus antara pendamping dengan yang didampingi agar terjadi proses pembelajaran serta perubahan kreatif, sehingga yang didampingi dapat berperan dalam kehidupan masyarakat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. 8. Pendamping adalah pekerja sosial dan tenaga sukarela dari unsur masyarakat yang telah diberikan pelatihan untuk mendampingi penyandang disabilitas intelektual dan keluarga dalam pelaksanaan program RSBK.
2
BAB II PROGRAM REHABILITASI SOSIAL BERBASIS KELUARGA (RSBK) A.
Deskripsi Program Rehabilitasi Sosial Berbasis Keluarga (RSBK) merupakan bentuk pelayanan penjangkauan BBRSBG Kartini Temanggung untuk melayani penyandang disabilitas intelektual di dalam keluarga. RSBK adalah rehabilitasi sosial yang dilaksanakan melalui peran aktif keluarga dengan mendayagunakan secara optimal sumber daya, prakarsa dan potensi keluarga sebagai pengupaya, penilai dan pemelihara kemandirian penyandang disabilitas sesuai potensi yang dimiliki. RSBK berisikan aktivitas refungsionalisasi dan pengembangan kemampuan fisik, mental, sosial dan keterampilan penyandang disabilitas intelektual yang dilakukan oleh keluarga dengan melibatkan kader pendamping. RSBK ditujukan untuk menumbuhkembangkan kemampuan orang tua/keluarga sebagai pendidik, pembimbing, pelatih dan pendamping penyandang disabilitas intelektual di dalam keluarga, sehingga pada giliranya mereka dapat mengembangkan kemandirian penyandang disabilitas intelektual sesuai potensi yang dimiliki. Untuk mengarahkan dan mendampingi keluarga dalam mendidik, membimbing dan melatih penyandang disabilitas intelektual diberikan asistensi berupa pandampingan oleh tenaga pendamping dari unsur masyarakat yang telah diberikan pelatihan dan secara berkala dilakukan supervisi oleh pekerja sosial BBRSBG Kartini Temanggung.
B.
Bentuk Pelayanan Bentuk pelayanan RSBK terdiri dari:
1. Bimbingan orang tua (Parents Training) Bimbingan orang tua diberikan dalam bentuk pelatihan teknik membimbing penyandang disabilitas intelektual kepada orang tua dengan tujuan menguatkan peran orang tua sebagai fasilitator, pembimbing, pendidik, instruktur, pendamping dan terapis di lingkungan keluarga agar penyandang disabilitas intelektual mencapai kemandirian sesuai dengan potensinya. Bimbingan orang tua dilakukan oleh kader pendamping dan secara berkala di supervisi oleh pekerja sosial BBRSBG Kartini Temanggung
2. Konseling keluarga Konseling keluarga diberikan terhadap keluarga yang mengalami kesulitan atau masalah berkaitan dengan keberadaan Penyandang disabilitas intelektual di dalam keluarga. Tujuannya adalah meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah. Konseling dilaksanakan di dalam keluarga atau keluarga datang ke BBRSBG Kartini Temanggung. Konseling keluarga di lakukan oleh pekerja sosial BBRSBG Kartini Temanggung.
3. Pendampingan sosial. Pendampingan diberikan dalam bentuk asistensi oleh tenaga pendamping dari masyarakat yang telah dididik dan dilatih untuk mendampingi keluarga dalam memberikan bimbingan kesehatan, terapi, bimbingan mental, sosial serta bimbingan keterampilan dan kewirausahaan di dalam keluarga. 3
4. Fasilitasi bahan dan perlengkapan bimbingan dalam bentuk: a. Bahan dan perlengkapan bimbingan perawatan dan pemeliharaan kebersihan/ kesehatan: sabun mandi, pasta gigi, sampho, sikat gigi dan lain-lain.
b. Bahan dan perlengkapan bimbingan mental, sosial dan ADL, seperti: pakaian, bedak, sabun cuci, sapu, buku, pensil, peraga, dan sebagainya.
c. Peralatan keterampilan, seperti: sabit, caping, keranjang, batu asah, tempat telor, tempat minum, tempat makan ayam, dan sebagainya.
5. Supervisi berkala Supervisi dilakukan oleh pekerja sosial dari BBRSBG Kartini Temanggung dan dilaksanakan untuk mengarahkan /memperkuat pelaksanaan pendampingan serta pelaksanaan bimbingan oleh orang tua yang membutuhkan tindakan profesional.
6. Bimbingan keterampilan dan Bantuan Stimulan Usaha Ekonomi Produktif Bimbingan keterampilan diberikan sesuai kondisi penerima manfaat potensi atau sumber yang tersedia. Sementara bantuan Stimulan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) diberikan dalam bentuk bantuan modal usaha sebagai rangsangan dan memberikan kesempatan penyandang disabilitas intelektual untuk melakukan usaha ekonomis produktif dan mengembangkan usahanya di dalam lingkungan keluarga atau masyarakat. C.
Kriteria Penerima Manfaat Kriteria penerima layanan RSBK: 1. Penyandang disabilitas intelektual 2. Mampu didik dan atau mampu latih 3. Usia produktif (15 s/d 40 tahun) 4. Diutamakan untuk penyandang disabilitas yang memiliki potensi mampu melakukan keterampilan kerja/ usaha produktif baik secara mandiri maupun dalam pengawasan keluarga. 5. Tidak membutuhkan pelayanan medis atau terapi khusus secara terus menerus. 6. Tidak sedang mengikuti program pelayanan sosial dalam panti maupun luar panti dari lembaga lain.
D.
Tahapan Pelayanan Tahapan pelaksanaan rehabilitasi sosial berbasis keluarga sebagai berikut: 1. Pemetaan sosial untuk identifikasi populasi dan penyebaran penyandang disabilitas intelektual, mengetahui data lengkap (by name dan by address) penyandang disabilitas intelektual, menentukan calon penerima layanan dan lokasi pelaksanaan RSBK. 2. Sosialisasi dan motivasi untuk mengenalkan program, menumbuhkan kesadaran keluarga tentang permasalahan, kebutuhan dan hak-hak penyandang disabilitas intelektual serta menumbuhkan motivasi untuk mengembangkan kemandirian penyandang disabilitas intelektual. 3. Identifikasi dan seleksi untuk mengetahui kondisi aspek-aspek dari penyandang disabilitas intelektual dan keluarga yang didasarkan pada kriteria spesifik yang telah ditentukan guna menentukan sasaran yang tepat sesuai dengan eligibilitas pelayanan.
4
4. Penyiapan tenaga/ kader pendamping, melalui rekruitmen kader pendamping pada lokasi terdekat dengan penerima layanan dengan perbandingan 1: 4 atau 5 (satu kader mendampingi 4 atau 5 keluarga). Selanjutnya kader pendamping ini diberikan pelatihan tentang teknik-teknik memberikan bimbingan terhadap penyandang disabilitas intelektual dan teknik-teknik mendampingi orang tua dalam membimbing penyandang disabilitas intelektual dalam keluarga. 5. Asesmen dan Perumusan Rencana Pelayanan Asesmen merupakan proses kajian aspek fisik, mental, sosial dan vokasional penyandang disabilitas intelektual dan kondisi keluarga serta lingkungan sosialnya untuk merumuskan masalah/kebutuhan, potensi, sumberdaya dan peluang yang dapat dimanfaatkan dengan melibatkan peran aktif keluarga. Dalam asesmen ini, kebutuhan keluarga, hambatanhambatan dan sumberdaya didasarkan pada perspektif keluarga dan lingkungannya. Perumusan rencana pelayanan disusun bersama dengan keluarga penyandang disabilitas intelektual. Dalam proses ini, keluarga diberikan peranan dalam menentukan prioritas masalah/ kebutuhan, penyusunan rencana tindakan dan penilaian terhadap kelayakan tindakan. Penilaian kelayakan mencakup berbagai dimensi antara lain: ekonomi, sosial, budaya, norma masyarakat dan operasional. 6. Tahap Pelaksanaan Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tahap ini merupakan implementasi pelayanan RSBK untuk mewujudkan keswadayaan keluarga dalam melakukan bimbingan dan pendampingan terhadap penyandang disabilitas intelektual di lingkungan keluarga, meliputi pelaksanaan bimbingan orang tua, konseling keluarga, fasilitasi bahan dan peralatan, pendampingan sosial, supervisi, bimbingan keterampilan dan bantuan stimulan usaha ekonomi produktif. 7. Pengakhiran dan tindak lanjut Pengakhiran pelayanan dilakukan setelah batas waktu rehabilitasi selesai sesuai kontrak pelayanan. Dalam pengakhiran pelayanan, BBRSBG Kartini Temanggung berkoordinasi dengan intansi dan pihak-pihak terkait, membuat rekomendasi dan menumbuhkan komitmen untuk menindaklanjuti pelayanan dalam rangka memelihara dan mengembangkan kemandirian yang telah dicapai. E.
Mekanisme Kerja
PENDAMPING
BBRSBG BBRSBG Kartini Dinas Sosial Organisasi sosial RT, RW, Kelurahan
ORANG TUA PD INTELEKTUAL: 1. Bimbingan orang tua 2. Konseling 3. Fasilitasi bahan bimbingan 4. Pendampingan. 5. Bantuan Stimulan Usaha Ekonomi Produktif 6. Monitoring dan Supervisi
Orang tua sebagai pendidik, pembimbing, intsruktur bagi PD Intelektual
PD Intelektual mandiri
5
BAB III INFORMASI SEPUTAR DISABILITAS INTELEKTUAL 1. Pengertian disabilitas intelektual a. Disabilitas intelektual adalah kata lain dari cacat mental, terbelakang mental, mental retardasi, lemah ingatan atau lembek ingatan. b. Disabilitas intelektual merupakan keadaan fungsi intelektual seseorang berada dibawah normal, yang terjadi sejak lahir atau pada masa awal anak-anak, sehingga mereka mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. c. Disabilitas intelektual bukan merupakan penyakit, tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat ditingkatkan kemampuannya melalui pendidikan, pelatihan dan perlakuan khusus, diantaranya melalui rehabilitasi sosial. 2. Penyandang disabilitas intelektual berbeda dengan orang sakit jiwa atau gila Penyandang disabilitas intelektual sangat berbeda dengan sakit jiwa atau gila. Kalau gila penyandangnya pernah normal dan bisa terjadi kapan saja bahkan kebanyakan setelah dewasa. Sementara penyandang disabilitas intelektual terjadi sejak dalam kandungan, pada saat lahir atau pada masa anak-anak. Sakit jiwa bisa disembuhkan dengan pengobatan tertentu karena merupakan penyakit atau terjadi kelainan pada syaraf tertentu. Penyembuhannya di Rumah Sakit Jiwa (RSJ). Penyandang disabilitas intelektual tidak bisa disembuhkan karena bukan penyakit dan bersifat permanen atau selamanya. 3. Ciri-ciri yang mudah dikenali dari penyandang disabilitas intelektual a. Tidak mampu menempuh pendidikan formal di sekolah biasa. Jika mereka ikut sekolah di SD nilainya akan selalu ketinggalan dari teman-temannya, sering tidak naik kelas atau jika naik kelas karena belas kasihan dari gurunya. b. Ada ketidaksesuaian/keterlambatan antara usia mental dengan usia fisiknya, misalnya secara fisik usianya 25 tahun, tetapi secara mental (pola pikirnya) seperti anak-anak usia 6 tahun. Berikut usia mental penyandang disabilitas intelektual berdasarkan pendapat ahli: Klasifikasi/ Tingkatan
Kisaran IQ
Umur Intelektual Bila Dewasa
Mild Moderate Severe Profound
50-70 35-50 20-35 < 20
9-12 tahun 6-9 tahun 3-6 tahun < 3 tahun
c. Pada kecacatan sedang/ berat, seringkali di sertai dengan bentuk fisik yang khas, seperti down syndrome, bibir tebal, mata sipit, kepala besar, kepala kecil, mutut terbuka dan mengeluarkan air liur (bhs jawa: ngeces) d. Pada kecacatan sedang/ berat sering mengalami kesulitan berkomunikasi, kurang mampu menerima atau menyampaikan pesan, bicara cadel, tidak jelas. e. Mudah lupa, sehingga untuk melakukan pekerjaan sederhana sering membutuhkan waktu lama dan berulang-ulang.
6
4. Yang menjadi ukuran disabilitas intelektual Yang menjadi ukuran seseorang sebagai penyandang disabilitas intelektual adalah kecerdasan atau intelelegensi yang biasanya dinyatakan dalam istilah IQ (Intelegence Quation). Anak yang memiliki kecerdasan dibawah orang normal disebut cacat mental atau penyandang disabilitas intelektual . 5. Tingkat kecerdasan (IQ) penyandang disabilitas intelektual Ada beberapa perbedaan dari para ahli yang menilai kecerdasan seseorang sebagai penyandang disabilitas intelektual . Agung Yuwono misalnya menyatakan bahwa kecerdasan penyandang disabilitas intelektual itu sama atau kurang dari 70. Ada juga Chaplin menganggap bahwa kecerdasan penyandang disabilitas intelektual sama atau kurang dari 80. 6. Klasifikasi penyandang disabilitas intelektual Berdasarkan kecerdasan ini, beberapa ahli mengklasifikasikan atau menggolongkan penyandang disabilitas intelektual menjadi tiga golongan dan ada juga yang empat golongan. Agung Yuwono menggolongkan Penyandang disabilitas intelektual menjadi tiga golongan, yaitu: Klasifikasi Kecerdasan Idiot < 25 Embisil 25 – 50 Debil 50 – 70 Chaplin mengklasifikasikan Penyandang disabilitas intelektual menjadi empat golongan,yaitu: Klasifikasi Kecerdasan Borderline 70 - 80 Morons 50 - 69 Imbicilles 20 – 49 Idiot < 20 7. Karakteristik (ciri-ciri) setiap klasifikasi disabilitas intelektual Ciri-ciri Penyandang disabilitas intelektual berdasarkan klasifikasinya sebagai berikut: a. Ambang batas (Borderline) Kondisi dan perkembangan jasmani tidak berbeda dengan anak normal. Mereka berada di ambang batas normal. Hanya lambat belajar, sehingga perkembangan proses berpikir agak terlambat. b. Ringan (Debil) Keadaan fisik anak hampir sama dengan anak normal, tetapi perkembangan intelegensinya terlambat. Keadaan emosional tidak stabil, seperti mudah marah, cemburuan, dan cepat putus asa. Kontrol diri kurang, sehingga kurang dapat menilai baik dan buruk. Kategori ini pada umumnya mampu didik, mereka berpotensi dapat membaca, menulis, berhitung sederhana. Kecerdasan mereka umumnya berkisar antara 50 sampai dengan 70. c. Sedang (Imbisil) Keadaan fisik sering berbeda dengan anak normal. Perkembangan psikologis sangat terlambat dan sering kesulitan dalam berorientasi sosial. Kategori ini biasanya mampu latih, mereka kesulitan atau bahkan tidak mampu membaca, menulis atau berhitung. Mereka
7
dapat dilatih dalam beberapa macam kegunaan praktis sederhana. Mereka mempunyai kecerdasan 25 s.d. 50. d. Berat (Idiot) Pada klasifikasi ini, anak hanya perlu dirawat. Mereka mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas bantu diri yang sederhana sekalipun dan cenderung hanya terlentang di tempat tidur. Pada anak idiot ringan masih mempunyai insting primitif seperti merasa lapar, haus, dingin, dan sebagainya. Mereka tidak dapat berbicara atau dapat berbicara tetapi tidak jelas, mulut sering terbuka dan mengeluarkan air liur. Kecerdasan mereka dibawah 20 atau 25. 8.
Penyebab disabilitas intelektual a. Faktor sebelum lahir (pranatal) Ketika ibu hamil sakit sakitan terus, alkoholis, perokok berat, terkena radiasi, kurang gizi, kurang hormon, kecelakaan, percobaan pengguguran, perawatan kehamilan yang buruk dan lain-lain b. Faktor ketika lahir (natal) Pada proses kelahiran tidak lancar, kekurangan oksigen, lahir yang belum waktunya (premature), salah penanganan, kelahiran yang tidak ditangani oleh petugas yang semestinya dan sebagainya. c. Faktor setelah lahir (postnatal) Pada masa bayi atau balita anak sakit dengan suhu tinggi, kejang-kejang yang tidak segera dirawat, jatuh, kecelakaan yang merusak saraf otak, kuang gizi yang berat atau gangguan lain yang dapat menimbulkan kerusakkan pada syaraf, seperti peradangan selaput otak.
9.
Ada wajah atau bentuk tubuh penyandang disabilitas intelektual yang mirip Tidak semua penyandang penyandang disabilitas intelektual mirip. Pada Penyandang disabilitas intelektual ringan, bentuk fisik seperti anak normal. Namun untuk tipologi tertentu ada yang nampak mirip. Itu disebut tipologi klinis. Salah satunya adalah Down Syndrome. Cirinya mata sipit, bibir tebal, rambut lurus, dahi pendek, jari jemari pendek, ada yang kepala kecil, kepala besar atau kepala gepeng. Menurut para ahli, Down Syndrome banyak dilahirkan oleh ibu usia diatas 35 tahun dan berkali-kali melahirkan atau ibu terlalu muda. Makin tua umur ibu, resiko untuk melahirkan anak dengan Down Syndrome makin besar.
10. Kapan disabilitas intelektual pada anak dapat diketahui? Disabilitas intelektual anak dapat diketahui sejak masih kecil. Semakin berat tingkat kecacatan akan semakin mudah dikenali dari bentuk fisiknya. Pada tingkat sedang biasanya tampak ketika anak-anak (balita), seperti lambat perkembangan bicaranya atau lambat berjalan disbanding anak seusianya yang normal. Pada tingkat ringan mungkin baru diketahui setelah anak masuk sekolah, dimana prestasi belajar anak ketinggalan dari temantemannya atau bahkan tidak dapat meneruskan pelajaran di SD biasa.
8
11. Alasan orang tua perlu mengetahui tentang penyandang disabilitas intelektual. a. Agar dapat memahami dan menerima dengan wajar, tidak salah duga, tidak salah harap dan salah tanggap serta tidak saling salah menyalahkan diantara suami, isteri dan anggota keluarga.
b. Agar orang tua dapat melakukan tindakan untuk mendukung kemajuan dan perkembangan anak.
c. Agar dapat membantu tetangga atau warga masyarakat lain yang juga mempunyai anak penyandang disabilitas intelektual, seperti memberi keterangan dan petunjuk, tukar pengalaman atau hal lain yang diperlukan.
12. Pengaruh disabilitas terhadap penyandangnya Keterbatasan intelegensi penyandang disabilitas intelektual akan mempengaruhi kemampuan aspek kehidupannya, baik fisik, psikologis, sosial maupun vokasionalnya. a. Dari aspek fisik, penyandang disabilitas intelektual terutama yang berat sering disertai kemampuan motorik dan kemampuan bicara rendah, sehingga gerakannya lambat, mudah jatuh, tidak lincah, keseimbangan gerakan kurang, bicara tidak jelas (cadel). b. Dari aspek psikologis, Penyandang disabilitas intelektual sering kurang mampu mengendalikan diri, mudah marah, menyendiri, diam saja, minder, dan sebagainya.
9
c. Dari aspek sosial, mereka sering kurang mampu mengurus dirinya sendiri, mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan bergaul dengan teman atau orang lain, kurang mampu memahami dan melaksanakan nilai atau norma masyarakat. d. Dari aspek vokasional (keterampilan), mereka kurang mampu untuk melakukan tugas yang relatif sulit, bekerja atau mencari nafkah. Bahkan untuk katergori sedang dan berat mereka tidak mampu bekerja atau mencari nafkah. 13. Penyandang disabilitas intelektual mempunyai dorongan seksual seperti lainnya Seperti anak normal, penyandang disabilitas intelektual mempunyai dorongan seksual dan juga tertarik dengan lawan jenis. Hanya saja tidak semua menampakkan gejala yang mudah diamati. Ada yang seolah-olah tidak tertarik, ada yang agresif dan ada yang seperti anak biasa. Karena Penyandang disabilitas intelektual sering mengalami keterbatasan dalam memahami nilai dan norma dan kurang dalam pengendalian dirinya, maka orang tua perlu memberikan bimbingan dan pengawasan anak ketika berhubungan dengan lawan jenisnya. 14. Penyandang disabilitas intelektual boleh kawin atau tidak?. Perkawinan memang hak asasi manusia. Di Indonesia, tidak ada aturan atau larangan bahwa Penyandang disabilitas intelektual itu boleh kawin atau tidak. Tergantung kondisi masingmasing. Kalau kondisi mereka ringan, mereka dapat mencari nafkah dan bertanggung jawab di dalam keluarga boleh saja mereka kawin. Tapi kalau mengurus dirinya saja kesulitan atau bahkan tidak bisa, bagaimana mereka akan mengurus keluarga. Jadi perlu juga dipertimbangkan kemungkinan akan menemui masalah di kemudian hari. Disamping itu, ada ahli menyatakan bahwa faktor penyebab Penyandang disabilitas intelektual diantarannya adalah faktor genetika (bawaan). Penyandang disabilitas intelektual ada kemungkinan akan menurunkan anak Penyandang disabilitas intelektual pula. Jadi alangkah baiknya orang tua/wali berkonsultasi dengan ahli tentang kondisi anaknya sebelum memutuskan perkawinan anak. 15. Masalah-masalah yang biasa terjadi pada orang tua yang mempunyai anak disabilitas intelektual Masalah yang banyak dialami oleh orang tua bila anaknya mengalami disabilitas intelektual adalah khawatir tentang masa depan anak. Hal ini dimaklumi karena banyak anak dengan disabilitas intelektual, apalagi kalau derajat kecacatannya cukup berat akan selalu bergantung pada orang lain. Kekhawatiran orang tua biasanya diungkapkan “ kalau kami sudah tiada, siapa yang akan mengurus anak kami kelak?”. Masalah lain yang juga dialami orang tua adalah merasa kecewa, marah-marah, merasa bersalah ada juga masalah finansial, kesulitan dalam menentukan pendidikan, kejiwaan, hubungan dengan keluarga lain terganggu, bahkan tidak sedikit orang tua yang salah tanggap dan salah harap terhadap anaknya yang mengalami disabilitas intelektual. 16. Penyandang disabilitas intelektual mempunyai potensi untuk mandiri Penyandang disabilitas intelektual mempunyai potensi untuk mandiri kecuali yang klasifikasi berat (idiot). Kemandirian yang dicapai tergantung dari kondisi anak. Ada yang dapat mandiri dan dapat mencari nafkah untuk kehidupannya, ada yang dapat mandiri dengan sedikit bantuan orang lain dan ada pula yang hanya dapat mandiri dalam mengurus dirinya sendiri. Untuk klasifikasi berat (idiot) mereka tidak dapat mandiri dalam segala hal dan akan selalu membutuhkan perawatan terus menerus dari orang lain.
10
Potensi-potensi yang ada pada penyandang disabilitas intelektual akan berguna bagi dirinya apabila diberdayakan melalui pelatihan dan pengawasan secara terus menerus. Berikut ini gambaran kemandirian Penyandang disabilitas intelektual apabila diberikan pelatihan dan pengawasan secara terus menerus:
a. Imbisil (tingkat retardasi sedang ):
1) Mampu melakukan tugas-tugas kerumahtanggaan atau tugas lain seperti mengantar pesanan, mengepel lantai, memberi makan ternak, dan memelihara tanaman secara sederhana.
2) Dapat melakukan pertanian sederhana, memelihara ternak kecil-kecilan, mencuci dan seterika, menjemur pakaian, dan mengerjakan tugas-tugas dapur.
3) Dapat mengerjakan pekerjaan kerumahtanggaan dan keterampilan sederhana. b. Debil (tingkat retardasi ringan): 1)
Dapat melakukan tugas-tugas kerumahtanggaan, mencuci dan menyeterika pakaian, menata meja, loper koran, membersihkan rumput halaman dan memelihara ternak.
2)
Dapat melakukan tugas pekerjaan yang lebih komplek seperti pertanian, memelihara ternak, mengoperasikan beberapa mesin (mesin cuci, televisi, alat-alat bermesin, dan lain-lain) serta pekerjaan lain.
3)
Dapat melakukan tugas kerumahtanggaan yang lebih sulit, seperti memasak, mencuci, seterika dan menjemur pakaian, menjahit, dan pekerjaan rutin rumah tangga.
Informasi lebih lanjut tentang penyandang disabilitas intelektual dapat menghubungi Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Grahita Kartini Temanggung Alamat Jl Kartini 1-2 Temanggung. Telepon/ Fax (0293) 491138 atau Email
[email protected].
11
BAB IV PENDAMPINGAN, TUGAS DAN PERAN PENDAMPING DALAM PROGRAM RSBK A.
Pendampingan dan Pendamping Pendampingan dalam RSBK merupakan interaksi (hubungan) yang terus menerus antara pendamping dengan yang didampingi untuk membantu keluarga dan penyandang disabilitas intelektual dengan berangkat dari kebutuhan dan kemampuan keluarga melalui proses pembelajaran dalam rangka menumbuhkan kesadaran, sehingga dapat berperan dalam kehidupan masyarakat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Pendampingan diarahkan untuk menumbuhkan keberdayaan dan keswadayaan, masyarakat, keluarga untuk membantu Penyandang Disabilitas (PD) Intelektual agar dapat hidup secara mandiri. Kegiatan pendampingan merupakan aktivitas untuk memfasilitasi masyarakat, keluarga dan PD Intelektual agar terjadi proses pembelajaran sehingga terwujud kemampuan untuk mengenali masalah/kebutuhan, merencanakan kehidupan penyandang disabilitas yang lebih baik dan kemampuan memecahkan masalah/ memenuhi kebutuhannya. Perubahan perilaku masyarakat, keluarga dan PD Intelektual untuk mandiri dan dapat mengembangkan keterampilan/usaha merupakan fokus program pendampingan. Dalam pendampingan ada pendamping dan yang didampingi. Pendamping adalah orang yang mendampingi keluarga dan PD Intelektual. Mendampingi berarti yang melakukan pemecahan masalah bukan hanya pendamping. Pendamping berperan memfasilitasi agarkeluarga dapat memecahkan masalah, mulai dari tahap mengidentifikasi permasalahan, mencari alternatif pemecahan masalah, sampai pada penerapannya. Dalam RSBK, pendamping adalah relawan yang diberikan pendidikan/ pelatihan. Sebagai pendamping, mereka dinilai mempunyai kelebihan baik dalam pengetahuan, pengalaman maupun kemampuan dalam memecahkan berbagai masalah. Kriteria pendamping adalam program RSBK dan Kampung Peduli adalah: 1. Tenaga sukarela 2. Kader TKS/RBM atau orang yang aktif dalam kegiatan sosial di masyarakat 3. Mempunyai kepedulian dan komitmen terhadap pemecahan masalah PMKS penyandang disabilitas 4. Telah mengikuti pelatihan/bimtek sebagai pendamping.
B.
Prinsip Dasar Pendampingan 1. Memberdayakan keluarga untuk mengantar kemandirian PD intelektual Adalah fakta bahwa banyak PD Intelektual berlatar belakang keluarga dari golongan sosial ekonomi kelas bawah. Mereka perlu didampingi agar mampu mengatasi permasalahan atau memenuhi kebutuhan mandiri. Dengan kata lain mereka membutuhkan bantuan pihak lain. Namun demikian, dalam mendampingi keluarga bukan berarti mendikte mereka untuk melakukan sesuatu sesuai keinginan pendamping, melainkan saling berbagi, memfasilitasi bagaimana memecahkan masalah secara bersama-sama, mulai dari tahap mengidentifikasi permasalahan, menggali dan memanfaatkan
12
sumberdaya, mencari alternatif pemecahan masalah, sampai pada penerapannya. Dalam pendampingan, peran pendamping lebih banyak memberikan alternatif-alternatif sementara keluarga dapat memilih alternatif mana yang sesuai untuk diambil. Pendamping adalah fasilitator yang bersama sama keluarga dan masyarakat mencari solusi terbaik dalam membantu PD intelektual agar mandiri. Berikan peran yang lebih besar kepada keluarga/ masyarakat agar mereka dapat membimbing dan mengusahakan kemandirian penyandang disabilitas intelektual melalui proses pembelajaran sehingga keluarga dapat mengenali masalah/kebutuhan dan merencanakan kehidupan penyandang disabilitas yang lebih baik. Hubungan yang perlu dibangun antara pendamping dan keluarga yang didampingi adalah hubungan konsultatif dan partisipatif. Konsultatif berarti berbagi dan bertukar informasi dalam rangka memastikan keluarga PD Intelektual mengetahui lebih dalam tentang langkah atau bimbingan yang perlu dilakukan dalam memandirikan anak. Partisipatif berarti memberikan kesempatan kepada keluarga PD Intelektual untuk menentukan pilihanya sesuai kemampuan dan potensi yang ada. 2. Membangkitkan kepercayaan diri · Keluarga terkadang kurang percaya diri dalam menghadapi situasi dan kondisi yang bukan merupakan tradisi mereka atau ketika akan melakukan perubahan. Pendamping harus dapat meyakinkan dan menumbuhkan kepercayaan diri keluarga dalam melakukan perubahan demi kepentingan anak. 3. Berpusat pada potensi dan kepentingan PD intelektual serta keluarganya. Penyandang disabilitas intelektual sebagai penerima manfaat merupakan fokus utama yang akan dikembangkan kompetensinya agar dapat mencapai kamandirian. Karena itu, orientasi bimbingan kepada keluarga diarahkan agar mereka mampu mengembangkan kemampuan anak sesuai potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan anak. 4. Keragaman Pendampingan dilaksanakan dengan memperhatikan keragaman kondisi keluarga, PD intelektual, kondisi lingkungan serta dilandasi dengan penghargaan terhadap perbedaan agama, status sosial ekonomi, dan jender. 5. Menyeluruh dan berkesinambungan Bagi penyandang disabilitas intelektual, proses bimbingan harus mencakup seluruh ranah potensi, tidak hanya menyentuh pemahaman saja, tetapi melibatkan penghayatan serta penerapan keterampilan secara terus menerus dalam kehidupan sehari-hari melalui pembiasaan. Karena itu, bimbingan keluarga harus diarahkan agar dapat melakukan dan menerapkan bimbingan secara terus menerus. 6. Prinsip santai dan informal Pendampingan dilaksanakan dalam suasana kekeluargaan, keakraban, santai dan tidak formal. 7. Prinsip orientasi praktis Alternatif kegiatan dan pengembangannya dapat terapkan oleh keluarga sendiri.
13
8. Belajar dari kesalahan. Melakukan kesalahan adalah wajar, tetapi harus belajar dari kekurangan untuk berbuat lebih baik. C.
Peran Pendamping Peran pokok pendamping dalam program RSBK adalah: 1. Pembimbing/ Instruktur Memberikan bimbingan kepada orang tua/ keluarga tentang cara-cara membimbing PD intelektual serta cara menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangannya. 2. Motivator Menyadarkan dan mendorong keluarga dengan memberian masukan positif untuk membangkitkan kesadaran, menumbuhkembangkan sikap dan perilaku produktif, mengenali potensi dan kemampuan serta menggunakan sumberdaya yang ada untuk memecahkan permasalahan atau memenuhi kebutuhan. 3. Peran Fasilitator Memberikan kemudahan, alternatif jalan keluar dari masalah, memberikan berbagai informasi yang berguna untuk menciptakan dan mengkondisikan suasana yang mendukung anak dapat berkembang. 4. Mediator Melakukan aktivitas sebagai penghubung ketika keluarga membutuhkan lembaga/ pihak lain yang dapat membantu memecahkan masalahsecara lebih baik atau ketika membutuhkan lembaga/ pihak lain untuk memecahkan masalah/ mengembangkan kemandiriannya.
D.
Tugas Pendamping 1.
Mensosialisasikan program RSBK kepada keluarga dan masyarakat.
2.
Memberikan informasi tentang disabilitas intelektual, permasalahan dan potensinya kepada keluarga.
3.
Memberikan motivasi kepada keluarga PD intelektual untuk melakukan perubahan dalam memberikan perlakuan kepada anak agar mencapai kemandirian.
4.
Mengidentifikasi masalah dan sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung upaya memandirikan PD intelektual.
5.
Bersama- sama keluarga menyusun rencana kegiatan, menentukan alternatif-alternatif untuk mengembangkan kemampuan PD intelektual.
6.
Mengunjungi dan memberikan bimbingan kepada orang tua/ keluarga tentang cara-cara membimbing dan mendampingi penyandang disabilitas intelektual di lingkungan keluarga.
7.
Mengarahkan dan memonitor orang tua/ keluarga dalam memanfaatkan bahan bimbingan.
8.
Mengarahkan dan memonitor orang tua/ keluarga dan memastikan bahwa orang tua/ keluarga melakukan bimbingan kepada anaknya yang menyandang disabilitas intelektual.
14
9.
Membantu keluarga dalam menentukan jenis keterampilan/usaha ekonomi produktif yang cocok untuk anaknya yang menyandang disabilitas intelektual
10. Membantu keluarga dalam menyusun rencana pemanfaatan bantuan Stimulan Usaha Ekonomi Produktif (SUEP). 11. Mendampingi PD intelektual/ keluarga dalam pembuatan rekening tabungan di Bank untuk menyalurkan bantuan SUEP, 12. Mengarahkan dan memonitor pemanfaatan bantuan SUEP. 13. Mendampingi keluarga ketika membutuhkan lembaga/ pihak lain yang dapat membantu memecahkan masalah atau ketika membutuhkan lembaga/ pihak lain untuk mengembangkan kemandiriannya. 14. Mengevaluasi dan menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan dan perkembangan anak/ keluarga kepada supervisor BBRSBG Kartini Temanggung setiap bulan. 15. Memberikan informasi yang diperlukan apabila diminta. Peran-peran dan tugas pendamping dapat dilaksanakan secara maksimal jika pendamping memahami keluarga dan PD intelektual yang didampingi. Karena itu pendamping harus:
hadir di tengah mereka, belajar dari apa yang mereka miliki, mengajar dari apa yang mereka ketahui, bekerja sambil belajar.
15
BAB V CARA PRAKTIS MENDAMPING ORANG TUA A.
Latar Belakang Keluarga merupakan lembaga utama dalam pengembangan kemandirian penyandang disabilitas intelektual. Proses pembimbingan di dalam keluarga akan memberikan waktu dan tempat untuk proses pembiasaan hidup mandiri. Pengurusan pemenuhan kebutuhan sehari-hari, pemeliharaan kebersihan diri dan lingkungan serta aktivitas kehidupan sehari-hari lainnya yang secara rutin dilakukan di dalam keluarga merupakan proses pembiasaan untuk hidup mandiri yang dalam jangka panjang akan membentuk kemandirian. Tujuan pembimbingan disabilitas intelektual adalah kemandirian anak sesuai potensi yang dimiliki. Pengembangan kemandirian memerlukan proses yang melibatkan potensi penerima manfaat secara utuh, tidak hanya terbatas pada pengetahuan dan pemahaman , tetapi melibatkan penghayatan dan penyadaran serta penerapan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari. Karenanya, kemandirian tidak hanya cukup dibentuk melalui proses pembelajaran, melainkan juga melalui internalisasi dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari di dalam keluarga. Penyandang disabilitas intelektual mempunyai karakteristik yang khusus. Guna membantu mereka dalam mengembangkan kemandirian, diperlukan sentuhan atau perlakuan yang khusus yang berbeda dari anak umumnya. Berikut disajikan cara praktis membimbing disabilitas intelektual di dalam keluarga dengan harapan dapat dipahami oleh pendamping untuk membantu orang tua dalam memberikan bimbingan kepada penyandang disabilitas disabilitas intelektual di lingkungan keluarga.
B.
Teknik dan Tahapan Bimbingan Sesuai karakteristik disabilitas intelektual yang memiliki perkembangan umur mental lebih lambat daripada umur fisik, kelambatan dalam proses belajar dan keterbatasan daya inisiatif dan kreatifitas, maka untuk membimbing penyandang tuna membutuhkan cara-cara yang praktis dan mudah dilakukan anak. Secara prinsip, ada lima cara dan tahapan praktis membimbing disabilitas intelektual , yaitu: 1. Penjelasan sederhana dan penumbuhan motivasi Disabilitas intelektual mempunyai daya berpikir lambat, sehingga kesulitan untuk menangkap pesan atau perintah yang relatif kompleks. Untuk menanamkan pemahaman, berikan penjelasan tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dengan bahasa sederhana, mudah dipahami, dan aplikatif atau mudah dipraktikkan. Agar anak dapat mengikuti bimbingan dengan baik, berikan motivasi dengan pemberian harapan-harapan yang sederhana dan suasana yang menyenangkan. 2. Pemberian contoh Kelambatan dalam proses berpikir dan keterbatasan inisiatif dan kreatifitas menyebabkan penyandang disabilitas intelektual kesulitan untuk menterjemahkan pesan atau perintah dalam tindakan sesuai yang diharapkan. Agar anak mengerti apa dan bagaimana cara melakukan aktivitas, diberikan model, contoh-contoh atau peragaan untuk melakukan aktivitas yang akan dilakukan secara sederhana dan mudah dilakukan anak mulai tahap yang paling mudah.
16
3. Pemberian tugas Setelah anak diberikan bagaimana melakukan aktivitas yang diharapkan, tugaskan anak untuk meniru seperti yang diperagakan. Tugas diberikan dari yang paling mudah sampai anak dapat melakukannya sendiri. 4. Pendampingan dan pengawasan Cobalah anak untuk melakukan tugas melakukan aktivitas sendiri. Bantulah anak apabila mereka mengalami kesulitan dengan mengulang langkah satu sampai tiga. 5. Pembiasaan Pembiasaan merupakan cara menerapkan kemampuan anak melakukan aktivitas secara rutin dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pembiasaan anak akan menguasi aktivitas yang diharapkan dengan baik. Usahakan pembiasaan ini secara teratur baik waktu maupun caracara yang dilakukan. Secara ringkas, tahapan praktis membimbing disabilitas intelektual digambarkan dalam bagan sebagai berikut: LANGKAH 1 JELASKAN
C.
LANGKAH 2 PERAGAKAN
LANGKAH 3 TUGASKAN
LANGKAH 4
LANGKAH 5
DAMPINGI
BIASAKAN
Prinsip dalam Pembimbingan Hal yang perlu diperhatikan orang tua dalam membimbing disabilitas intelektual agar mencapai hasil yang diharapkan: 1. Yakinlah bahwa dengan ketekunan dan kesabaran setahap demi setahap anak dapat melakukan aktivitas yang diharapkan. 2. Sediakan perlengkapan atau fasilitas yang diperlukan untuk melakukan aktivitas yang diharapkan. 3. Janganlah bosan untuk memberikan bimbingan secara berulang-ulang. 4. Berikan kesempatan anak untuk ikut membantu orang tua dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan di rumah. 5. Biasakanlah anak melakukan tugas tertentu secara rutin. 6. Tegakkan aturan kepada anak secara proporsional.
D.
Contoh Cara Praktis Mendampingi Orangtua dalam Membimbing Penyandang Disabilitas Intelektual dalam Lingkungan Keluarga
1. Bimbingan Bantu Diri Umum a. Materi Bimbingan 1) 2) 3) 4)
Berbelanja di warung atau pasar. Cara membersihkan rumah/ruangan Cara membersihkan halaman Cara mengerjakan tugas-tugas kerumahtanggaan lainnya.
b. Cara mendampingi orang tua 1) Yakinkan orang tua bahwa dengan ketekunan dalam membimbing setahap demi dan setahap anak dapat melakukan sendiri. 17
2) Berikan penjelasan dan dorongan kepada orang tua untuk menciptakan suasana bimbingan yang menarik. 3) Berikan penjelasan kepada orang tua tentang jenis bimbingan bantu diri umum yang akan dilakukan. 4) Arahkan orang tua untuk menyediakan perlengkapan yang diperlukan seperti alat alat kebersihan (sapu, sulak, erok, pel, tempat sampah dsb), ternak kecil-kecilan (seperti ayam beberapa ekor, kelinci, kolam ikan dsb), tanaman dan pot pot bunga dilingkungan sekitarnya. 5) Berikan penjelasan, pengarahan dan dorongan kepada orang tua untuk:
a) Memberikan bimbingan berbelanja dengan cara: - Memberi penjelasan kepada anak tentang cara berbelanja dengan bahasa sederhana.
- Memperagakan cara belanja kepada anak. - Menugaskan anak untuk mencoba belanja dengan di dampingi. Lakukan sampai anak dapat dapat melakukan sendiri.
- Menugaskan anak tanpa didampingi untuk berbelanja keperluannya yang sederhana dan tidak banyak macam barang yang dibelanjakan, misalnya hanya membeli sabun saja. Apabila perlu tuliskan pada kertas dan anak disuruh menyampaikan kepada pemilik warung. Setelah berhasil lalu dicoba tidak memakai tulisan dalam kertas dengan jenis barang terbatas.
- Membiasakan anak untuk belanja keperluannya sendiri. b) Memberikan bimbingan membersihkan rumah/ ruangan dengan cara: - Memberi penjelasan cara menyapu atau mengepel ruangan - Memperagakan cara mengepel atau menyapu ruangan dengan cara yang mudah.
- Menugakan anak untuk meniru gerakan menyapu atau mengepel. - Mengusahakan dalam mengepel lantai atau menyapu dengan gerakan tetap. Berilah aba-aba, misalnya kanan-kiri. Aba-aba kanan untuk gerakan ke kanan dan kiri untuk gerakan ke kiri. Atau maju- mundur untuk gerakan mengepel dengan stikpel maju dan mundur.
- Mendampingi anak dalam melakukan cara menyapu dan mengepel sampai anak dapat melakukan sendiri.
- Membiasakan anak untuk mengepel dan menyapu secara rutin. c) Memberikan bimbingan menyapu halaman dengan cara: - Memberi penjelasan cara menyapu halaman secara sederhana - Memperagakan cara memegang sapu lidi dan menggerakkan sapu. - Menugaskan anak untuk meniru gerakan menyapu halaman. - Mendampingi anak dalam melakukan cara menyapu denga benar. - Melakukan gerakan yang sama berulang-ulang sampai anak bisa menyapu 6)
halaman sendiri Memberi kesempatan anak untuk ikut membantu orang tua menyelesaikan tugas kerumahtanggaan. 18
7) 8)
9)
Membiasakan anak anak melakukan tugas tertentu secara rutin, misalnya setiap pagi menyapu halaman, mengepel ruangan, menyiram bunga, dll Menegakkan aturan untuk membagi tugas. Misalnya anak mempunyai tugas menyapu lantai setiap pagi maka setiap pagi Ia harus menyapu dengan memberikan hadiah atau pujian apabila anak dapat mentaati aturan dan berilah sanksi atau teguran apabila tidak mentaati aturan. Konsultasi dengan supervisor atau petugas dari BBRSBG Kartini Temanggung apabila mengalami kesulitan dalam memberikan pendampingan kepada orang tua.
2. Bimbingan Bina Diri a. Materi Bimbingan 1) Cara berhias diri 2) Cara menghindari bahaya fisik. b. Cara praktis mendampingi orang tua 1) Yakinkan orang tua bahwa dengan ketekunan dalam membimbing setahap demi dan setahap anak dapat melakukan sendiri. 2) Berikan penjelasan dan dorongan kepada orang tua untuk menciptakan suasana bimbingan yang menarik. 3) Berikan penjelasan, arahkan, dan bantulah orang tua dalam melakukan bimbingan bina diri sesuai lima tahapan praktis membimbing disabilitas intelektual . 4) Berikan penjelasan dan dorongan kepada orang tua untuk tidak bosan memberikan bimbingan secara berulang-ulang 5) Berikan penjelasan, pengarahan dan dorongan kepada orang tua untuk:
a) Memberikan bimbingan berhias diri, dengan cara: - Ciptakan suasana yang menyenangkan bagi anak untuk menerima materi, misalnya ajaklah bermain, menggambar, melihat gambar bercerita.
- Memberikan penjelasan kepada anak tentang cara menyisir rambut, memakai bedak, memakai handbody, merapikan pakaian, dan sebagainya. Sampaikan dengan bahasa sederhana.
- Memperagakan cara menyisir rambut, memakai bedak, memakai handbody, merapikan pakaian, dan sebagainya. Kemudian tugaskan anak untuk meniru.
- Melakukan berulang-ulang sampai anak mampu melakukannya sendiri. - Mendampingi anak saat berhias. Frekuensi pendampingan dan pengawasan dapat dikurangi perlahan-lahan sesuai kemampuan anak.
- Biasakanlah anak untuk selalu berhias diri secara teratur, misalnya setiap pagi harus menyisir rambutnya.
b) Memberikan bimbingan menghindari bahaya, dengan cara: - Memberi penjelasan tentang bahaya listrik, api, air kotor, air hujan, pisau, binatang dan sebagainya. Jelaskan akibat-akibatnya apabila menggunakan listrik, bemain korek api, air kotor, air hujan, pisau dan mengganggu binatang.
- Memperagakan cara menggunakan listrik atau pisau, misalnya menghidupkan lampu, memasang seterika, menghidupkan televisi, mengupas buah, dsb.
19
- Mendampingi anak ketika melakukan pemasangan stopkontak listrik atau menggunakan pisau. 6) Memastikan instalasi listrik dirumah dalam keadaan aman, meletakkan pisau, korek api, dan benda bahaya lain pada tempatnya. 7) Menegakkan aturan dengan jelas untuk tidak bermain listrik, api, mengganggu binatang, pisau, tidak memanjat pohon, dsb. 8) Konsultasi dengan supervisor atau petugas dari BBRSBG Kartini Temanggung apabila mengalami kesulitan dalam memberikan pendampingan kepada orang tua.
3. Bimbingan Sopan Santun a. Materi Bimbingan 1) Perilaku sopan santun 2) Cara sopan santun
b. Cara praktis mendampingi orang tua 1) Yakinkan orang tua bahwa dengan ketekunan dalam membimbing setahap demi dan setahap anak dapat melakukan sendiri. 2) Berikan penjelasan dan dorongan kepada orang tua untuk menciptakan suasana bimbingan yang menarik. 3) Berikan penjelasan, arahkan, dan bantulah orang tua dalam melakukan bimbingan sopan santun sesuai lima tahapan praktis membimbing disabilitas intelektual . 4) Berikan penjelasan dan dorongan kepada orang tua untuk tidak bosan memberikan bimbingan secara berulang-ulang 5) Berikan penjelasan, pengarahan dan dorongan kepada orang tua untuk: - Memberikan penjelasan tentang perbuatan yang baik dan buruk. Berilah penekanan bahwa anak harus berperilaku yang baik. - Memberikan penjelasan tentang sopan santun, misalnya bagaimana cara memanggil bapak/ibu, bagaimana cara meminta sesuatu, bagaimana berbahasa halus, bagaimana berjabat tangan, bagaimana perilaku apabila di depan orang tua, dan sebagainya. - Memperagakan sopan santun dirumah, seperti memanggil bapak/ibu dengan sopan, berbahasa halus, berjabat tangan, mengatakan permisi ketika lewat di depan orang tua, dsb. Tugaskan anak untuk meniru dan lakukan kegiatan berulang-ulang. - Membiasakan anak untuk berbuat hal sama pada kejadian yang sama. Misalnya setiap melewati orang tua harus bilang permisi sambil membungkukkan badan, setiap mau pergi harus pamit dan berjabat tangan. 6) Mengakkan aturan sopan santun di dalam keluarga. Keluarga harus tegas tentang perbuatan baik dan buruk. Berilah teguran apabila anak berbuat tidak baik dan pujian apabila anak berbuat baik. 7) Konsultasi dengan supervisor atau petugas dari BBRSBG Kartini Temanggung apabila mengalami kesulitan dalam memberikan pendampingan kepada orang tua.
20
4. Bimbingan Keterampilan/ Usaha Ekonomi Produktif dan Pemanfaatan Bantuan SUEP a. Memilih Jenis Keterampilan/Usaha Anak 1) Berilah penjelasan kepada orang tua tentang kriteria bimbingan keterampilan yang mudah dilaksanakan didalam keluarga, yaitu: a) Tidak membutuhkan pemikiran atau perhitungan yang sulit. Kelemahan penyandang disabilitas intelektual adalah berhitung, sehingga keterampilan yang perlu pengukuran cermat relatif sulit. Apabila keterampilan ini diberikan, maka sebaiknya anak hanya mengerjakan bagian tertentu saja. Misalnya menjahit, anak cukup bisa menjahit, sedangkan polanya mengikuti pola yang ada atau dibuatkan pola. b) Tidak membutuhkan atau menggunakan peralatan sulit. Keterampilan yang membutuhkan peralatan canggih akan menyulitkan anak, membutuhkan biaya pemeliharaan yang tinggi atau bahkan membahayakan anak apabila kurang pengawasan. Misalnya peralatan mesin gergaji cyrcle atau router bisa membahayakan keselamatan anak apabila tanpa pendampingan intensif. c) Bahan mudah diperoleh agar keterampilan/usaha dapat dilakukan secara terus menerus. d) Sebaiknya dipilih yang menggunakan gerakan tetap, sederhana, tidak banyak variasi. Misalnya ternak kambing, ayam, kelinci, membuat sapu, keset, anyaman, dan sebagainya. 2) Berilah penjelasan, pengarahan dan pendampingan keluarga dalam memilih jenis keterampilan/usaha mempertimbangkan: a) Kondisi dan potensi anak yang dapat dilihat dari aktivitas atau pekerjaan seharihari yang dilakukan anak. Misalnya anak sering sering membantu orang tua mencari rumput dan hasilnya cukup baik, maka ia mepunyai potensi untuk memelihara kambing atau sapi, anak sering membantu memelihara ayam dan dapat melakukannya dengan cukup baik, maka ia mempunyai potensi untuk memelihara ayam sendiri. b) Keterampilan atau usaha yang akan dilakukan hendaknya yang dapat dilakukan atau mudah dikuasai orang tua. c) Potensi lingkungan, misalnya : - Tempat tinggal di daerah pedesaan, banyak air maka potensial apabila anak diberikan ternak bebek. - Tempat tinggal didaerah pedesaan, mempunyai pekarangan, banyak rumput, maka dapat diberikan usaha ternak kambing atau kelinci. - Lingkungan sekitar banyak pohon kelapa, ada toko/ orang yang menampung hasil kerajinan, maka anak dapat diberikan keterampilan membuat sapu lidi. - Keluarga mempunyai sawah/ladang, maka anak dapat diberikan keterampilan pertanian, dan sebagainya. b. Membimbing Keterampilan/Usaha Anak 1) Yakinkan orang tua bahwa dengan ketekunan dalam membimbing setahap demi dan setahap anak anak mampu melakukan jenis keterampilan tertentu.
21
2) Berikan penjelasan dan dorongan kepada orang tua untuk menciptakan suasana bimbingan yang menarik. 3) Berikan penjelasan, arahkan, dan bantulah orang tua dalam melakukan bimbingan keterampilan sesuai lima tahapan praktis membimbing disabilitas intelektual , yaitu: a) Menjelaskan kepada anak tentang keterampilan/usaha yang akan diberikan/ dilakukan. Berikan harapan yang realistis untuk menumbuhkan motivasi anak. Contoh: Apabila nanti berhasil memelihara ayam, maka bisa makan dengan lauk telor setiap hari. Kalau nanti ayamnya banyak, bisa dijual untuk membeli baju, membeli televisi, membeli sandal, dan sebagainya. b) Menjelaskan tentang tugas/pekerjaan harus dilakukan anak yaitu: - Jelaskan tugas atau pekerjaan yang akan dilakukan anak dengan cara memberikan pengertian, menunjukkan contoh pekerjaan dan hasil yang dicapai. Misalnya ajak anak melihat kandang kambing, berilah pengertian bahwa nanti anak akan memelihara seperti itu, tugasnya mencari rumput satu keranjang setiap hari, memberi makan kambing setiap pagi atau sore hari, dan membersihkan kandang setiap satu bulan sekali. - Jelaskan kepada anak setahap demi setahap bagaimana cara melakukan tugas. Contoh bagaimana mencari rumput, bagaimana memberi makan kambing, bagaimana cara membersihkan kandang, dan seterusnya. Usahakan anak dapat mengamati secara langsung orang yang sedang melakukan pekerjaan dengan cara mengajak melihat orang mencari rumput, memberi makan kambing atau sedang membersihkan kandang. c) Memperagakan cara melakukan tugas serta menggunakan peralatan dan lakukan setahap demi setahap. Misalnya diawal kegiatan orang tua memberi contoh mencari rumput tanpa menggunakan sabit, lalu di lanjutkan dengan menggunakan sabit. d) Memberikan tugas kepada anak untuk meniru cara yang diberikan orang tua. Tugaskankan berulang-ulang secara bertahap dari yang paling mudah sampai anak dapat melakukannya. Contoh Orang tua memperagakan cara mencari rumput tanpa menggunakan sabit. Tugaskan anak untuk meniru gerakan dan lakukan berulang-ulang sampai anak dapat melakukannya. Kemudian setelah dapat melakukan, tugaskan untuk meniru cara mencari rumput menggunakan sabit. Lakukan berulang-ulang sampai anak dapat memegang dan menggunakan sabit dengan benar. e) Mendampingi dan mengawasi anak dalam melakukan pekerjaannya dan membantu anak hanya apabila kesulitan atau salah dalam mengerjakan. Contoh: setelah anak dapat memegang dan menggunakan sabit dengan benar, tugaskan Ia untuk mencari rumput sendiri. Orang tua mendampingi dan mengawasi bagaimana anak dalam mencari rumput. Bantulah Ia apabila tidak mengerti atau kesulitan, misalnya tidak mengerti jenis-jenis rumput atau tumbuhan yang tidak boleh untuk makan ternak, tidak mengerti berapa banyak rumput yang harus diambil. Bantulah dengan memberikan penjelasan misalnya daun ketela karet tidak boleh diambil karena nanti kambing bisa mati, daun
22
kleresede tidak boleh diambil karena nanti kambingnya tidak mau makan, kalau keranjang sudah penuh berarti sudah cukup, dan sebagainya. f) Membiasakan anak untuk melakukan tugas secara rutin 4) Menegakkan aturan untuk melaksanakan tugas rutinnya. Berilah hadiah atau pujian apabila anak dapat mentaati aturan dan berilah sanksi atau teguran apabila tidak mentaati aturan. Tetapi ingat sanksi harus lihat kondisi anak. c. Memanfaatkan Stimulan Usaha Ekonomi Produktif 1) Berikan keyakinan bahwa stimulan usaha ekonomi produktif yang diberikan akan
memberikan manfaat bagi kehidupan anak dan akan berhasil apabila dilakukan dengan sungguh-sungguh. 2) Berikan penjelasan tentang ketentuan pemanfaatan stimulan usaha ekonomi
produktif, yaitu: a) Stimulan usaha ekonomi produktif merupakan stimulan atau rangsangan untuk mengembangkan usaha. b) Stimulan usaha ekonomi produktif digunakan untuk operasional bimbingan keterampilan/ usaha anak c) Stimulan usaha ekonomi produktif diberikan sesuai ketentuan yang berlaku. d) Stimulan usaha ekonomi produktif dapat dimanfaatkan untuk bahan dan peralatan. Misalnya untuk membeli kambing , sabit dan keranjangnya, membeli ayam dan makanan ayam. e) Stimulan usaha ekonomi produktif diberikan sesuai dengan keterampilan/jenis usaha yang akan dilakukan anak. f) Orang tua bertanggungjawab untuk mengarahkan anak dan menggunakan stimulan usaha ekonomi produktif sesuai peruntukannya. g) Penerima stimulan usaha ekonomi produktif tidak berkewajiban untuk mengembalikan tetapi berkewajiban untuk mengembangkan usahanya. h) Pemanfaatan stimulan usaha ekonomi produktif akan dimonitoring petugas dan diperiksa oleh auditor. 3) Awasi, arahkan dan dampingi orang tua dalam memanfaatkan stimulan usaha
ekonomi produktif agar dapat dimanfaatkan secara baik. 4) Konsultasi dengan supervisor atau petugas dari BBRSBG Kartini Temanggung
apabila mengalami kesulitan dalam memberikan pendampingan kepada oran
23