Berkarya untuk dunia dengan nilai-nilai baru.
EDISI 20 I 2015 I 16 HALAMAN TabloidVerbeek
Informasi, Interaksi, Inspirasi
@TabloidVerbeek
Dipublikasikan oleh Divisi Komunikasi PT Vale Indonesia Tbk
- Tidak Diperjualbelikan -
SOSOK > HAL 7
WAWASAN > HAL 9
JENDELA > HAL 15
Baharuddin Idris: Belajar, Mengamati, dan Bereksperimen di Kebun Kakao
Peluang Usaha Makanan Ringan
Corine Verbeek:
Menyaksikan Kebesaran Nama Leluhur
PTPM Program Pertanian Berkelanjutan
Mencetak Tenaga Penyuluh Andal
Laporan Utama > Hal 6
Membangun Karakter Guru, Meningkatkan Mutu Pendidikan
Wawasan > Hal 8
Mengapa Petani Perlu Membentuk Kelompok? Event > Hal 12
Panen Perdana Padi Organik Petani dari Kelompok Tani Lembo Sejahtera, Desa Wasuponda, berdiskusi dengan fasilitator Sekolah Lapang (SL) Kakao. Mereka mengidentifikasi permasalahan yang ada di kebun kakao dan mencari solusi terbaik yang ramah lingkungan. SL Kakao digelar pada Juni-Agustus 2015 di empat lokasi.
2
EDITORIAL Verbeek edisi 20 | 2015
Pembaca yang budiman, Anda pernah mendengar nama Bob Sadino? Ya, dialah petani sukses, pendiri serta pemilik jaringan usaha Kemfood dan Kemchick. Lelaki eksentrik ini, yang ke mana saja selalu pakai celana pendek jeans, bahkan ketika bertemu presiden, sangat inspiratif. Dia pernah menulis buku berjudul Belajar Goblok dari Bob Sadino. Bob Sadino tutup usia di 75 tahun pada 19 Januari 2015 lalu. Banyak pemikirannya yang inspiratif. Tentang perbedaan antara orang pintar dan orang bodoh, misalnya, dia mengatakan, “Orang bodoh cari cara, orang pintar cari alasan.” Dia katakan pula, “Belajar bukan sekadar menjejalkan ilmu ke dalam otak, tapi bagaimana ilmu itu diterapkan di dalam praktik. Kalau mau jago teori, belajarlah di sekolah. Kalau mau jago praktik, belajarlah di lapangan. Sekolah kehidupan memberi kebebasan kepada para siswanya untuk mengeksplorasi seluruh potensi yang dimilikinya.” Semua yang dikatakan Bob itu berasal dari pengalaman hidupnya sendiri. Dari pengalamannya menggeluti bisnis pertanian pula dia berani berkesimpulan, usaha yang paling bertahan lama serta cocok di negara kita adalah usaha tani. Pembaca, semangat apa yang bisa kita ambil dari diri Bob Sadino? Kemauan untuk terus belajar selayaknya orang bodoh. Dengan memposisikan diri sebagai orang bodoh, maka kita terpacu untuk terus mengasah diri di bidang apa pun. Dalam konteks Program Terpadu Pengembangan Masyarakat (PTPM), kemauan menambah ilmu juga menjadi salah satu tiang keberhasilan setiap program. Pada pertengahan Juni lalu, misalnya, diselenggarakan pembelajaran dasar ekologi dan prinsip dasar SRI Organik bagi tenaga penyuluh pertanian se-Kabupaten Luwu Timur. Sementara bagi penyuluh perkebunan digelar training of trainer (ToT) teknis budidaya tanaman lada ramah lingkungan. Verbeek edisi kali ini banyak menyuguhkan beragam topik yang berkaitan dengan pembelajaran. Pada rubrik “Sosok”, kami sajikan Baharuddin Idris, petani kader dari Desa Ledu-Ledu. Dia mengatakan, “Belajar, mengamati, dan bereksperimen, menurut saya, sangat penting. Apa yang terjadi di kebun kita belum tentu sama dengan masalah di kebun orang lain.” Semoga sajian kami kali ini menginspirasi Anda untuk terus mau mengasah diri dengan belajar. Selamat membaca.
SURAT PEMBACA MENDUKUNG TRANSPARANSI
Perbedaan program Comdev dulu dengan PTPM sekarang ini ada pada transparansi kegiatan dan anggaran. Menurut saya, tabloid Verbeek bagian dari prinsip transparansi tersebut. Bagaimana kalau Verbeek dipasang juga di kantor-kantor desa dan tempat umum lain yang ada papan pengumumannya? Ini supaya semua masyarakat bisa baca. Sama halnya dengan daftar nama penerima manfaat yang sebaiknya ditempel di papan pengumuman. Akan bagus sekali itu. Lukas Toding, Ketua Komite Desa Lioka, Kecamatan Towuti
KONTRIBUSI PEMBACA
Bisakah tabloid Verbeek menampilkan tulisan dan foto-foto kegiatan yang dilakukan oleh instansi, lembaga, atau organisasi masyarakat? Misalnya ada kegiatan kami di Puskesmas, lalu kami punya informasi dan fotonya bisakah dimuat?. Kalau bisa, bagaimana caranya? Terima kasih. Muliati, Staf PKM Towuti Redaksi Verbeek menerima kiriman naskah dan foto dari pembaca, baik tulisan tentang event, opini, atau karya. Silakan kirim tulisan Anda ke alamat Redaksi maupun melalui email tabloid Verbeek yang tertera di kolom bagian bawah (masthead) halaman ini. Tulisan dan foto yang masuk ke Redaksi akan kami seleksi dan sunting sebelum ditampilkan.
TERINSPIRASI
Untuk saat ini, masyarakat bisa mendapatkan tabloid Verbeek di kantor desa, Puskesmas, dan prasarana umum lainnya. Kami akan mengapresiasi jika ada pelaku PMDM atau masyarakat bersedia menempelkan tabloid Verbeek secara rutin di papan pengumuman.
DISTRIBUSI DI MUSYAWARAH
Bisakah tabloid Verbeek dibagikan kepada masyarakat saat ada musyawarah desa PMDM? Bagaimana saya bisa mendapatkan Verbeek dalam jumlah cukup banyak sehingga masyarakat bisa kebagian semuanya? Tahwil, KPMD Nuha, Kecamatan Nuha
Pak Tahwil bisa mendapatkan tabloid Verbeek di Kantor Kepala Desa Nuha atau melalui Fasilitator Kecamatan. Namun jika jumlahnya tidak mencukupi, KPMD dan Komite Desa bisa berinisiatif menempelkan Verbeek di papanpapan pengumuman yang ada di desa.
Saya senang membaca tabloid Verbeek. Sebagai KPMD, saya mendapat banyak informasi tentang penyelenggaraan PMDM di desa-desa lain. Kalau ada kegiatan bagus yang masuk berita, saya jadi terinspirasi untuk punya kegiatan yang bagus juga. Kalau masih ada kurang-kurangnya, saya jadi tahu di mana letak kekurangannya dan berharap kekurangan itu tidak terjadi di desa saya. Semoga Verbeek bisa terbit terus dan semakin banyak memberitakan PMDM dan PTPM. Hasmawati, Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) Baruga, Kecamatan Towuti
Terima kasih atas apreasi Ibu Hasmawati. Sukses untuk pelaksanaan PMDM di Desa Baruga. Jasmihar Djufri, siswi SMP Towuti yang juga pembaca setia Tabloid Verbeek. Foto kiriman
[email protected].
08114056715
570946F9
Tabloid Verbeek
TabloidVerbeek
@TabloidVerbeek
Tabloid Verbeek
Pelindung: Dewan Direksi PT Vale | Penasihat: Basrie Kamba (Direktur Komunikasi & Urusan Luar), Busman Dahlan Shirat (Senior Manajer Program Pengembangan Sosial) | Penanggungjawab: Teuku Mufizar Mahmud (Senior Manajer Komunikasi), | Redaktur Pelaksana: Sihanto B. Bela | Editor: Bayu Aji Suparam (Senior Manajer Perencanaan Strategis), La Ode M. Ichman, Sohra, Aswaddin, Iskandar Ismail, Andi Zulkarnain, Baso Haris, Misdar | Redaksi: Rohman Hidayat Yuliawan, Nala Dipa Alamsyah, Nuki Adiati, Maman Ashari, Wahyudi | Fotografer: Doni Setiadi | Desain & Tata Letak: Azwar Marzuki | Alamat Redaksi: Kantor Departemen Komunikasi & Urusan Luar, Jl. Ternate No. 44 Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan - 92984.
LAPORAN UTAMA Verbeek edisi 20 | 2015
3
Mencetak Tenaga Penyuluh Andal Penyuluh merupakan mitra terdekat petani. Meningkatkan kapasitas mereka berarti memajukan petani sekaligus sektor pertanian.
P
enyuluh pertanian, perkebunan, perikanan, dan kehutanan punya peran besar dalam membangun sektor agroindustri. Mereka menyebarkan informasi ke petani dan menyampaikan aspirasi petani kepada pengambil kebijakan. Menyadari pentingnya peran penyuluh—terutama dalam mengubah pola pikir petani demi memajukan sektor pertanian dan meningkatkan kesejahteraan petani—motivasi, wawasan, serta keterampilan penyuluh perlu dikembangkan melalui pelatihan. Pertanian masa depan mengarah pada pola bertanam ramah lingkungan. System of Rice Intensification (SRI) Organik untuk tanaman padi, misalnya, mengaplikasikan teknologi ramah lingkungan. Teknologi ini bukan hanya bermanfaat bagi keseimbangan alam, melainkan juga bagi kesehatan petani dan masyarakat. Program Terpadu Pengembangan Masyarakat (PTPM), melalui Program Pertanian Berkelanjutan, menggelar pembelajaran dasar ekologi dan prinsip dasar SRI Organik bagi tenaga penyuluh pertanian se-Kabupaten Luwu Timur pertengahan Juni 2015 lalu. Pelatihan diikuti 40 tenaga teknis penyuluh pertanian dan 6 petani kader. Sementara bagi penyuluh perkebunan digelar Training of Trainer (ToT) teknis budidaya tanaman lada ramah lingkungan, diikuti 30 penyuluh perkebunan dan 6 petani kader.
Tekun belajar
Para penyuluh peserta pembelajaran SRI Organik selama lima hari tidak keberatan dengan waktu belajar yang cukup panjang. Mereka mendengarkan materi yang dibawakan oleh Alik Sutaryat dan beberapa staf Yayasan Aliksa Organik SRI, mempelajari ekologi tanah, belajar membuat Mikro Organisme Lokal dan pupuk organik, mengamati agro-ekosistem sawah, hingga teknik penanaman menggunakan metode SRI Organik. Proses belajar yang didominasi praktik lapangan itu bahkan berlangsung hingga pukul 11 malam. Program pembelajaran SRI Organik bagi tenaga penyuluh sudah dilakukan dua kali. Sebelumnya, PTPM memfasilitasi pembelajaran untuk 22 tenaga penyuluh pertanian pada Februari 2015. Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Luwu Timur Nursih Hariani, mengatakan, “Tindak lanjut dari kegiatan pembelajaran, para penyuluh mengaplikasikan metode SRI Organik bersama kelompok tani dampingan selama satu musim tanam. Setelah itu dilanjutkan dengan lokakarya untuk mengkaji temuan selama penerapan SRI Organik sepanjang musim tanam.”
Penyuluh pertanian turun ke sawah untuk mengamati ekosistem sawah di Kecamatan Nuha. Praktik lapangan itu merupakan bagian dari pembelajaran dasar ekologi dan prinsip SRI Organik yang digelar pertengahan Juni 2015.
Tahapan akhir kegiatan itu adalah penguatan teknis dan ToT, yang akan menghasilkan tenaga penyuluh andal dalam penerapan pertanian ramah lingkungan. “Saya berharap suatu saat semua penyuluh di Kabupaten Luwu Timur punya kesempatan untuk mendapatkan pelatihan seperti ini. Sehingga mereka menguasai betul metode SRI Organik lalu menularkan ilmunya kepada petani,” kata Nursih. Saat ini Luwu Timur memiliki 168 tenaga penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan. “Saya baru kali ini mengikuti pelatihan SRI Organik, tapi saya sudah sering mendengar keberhasilan metode ini dalam meningkatkan produktivitas pertanian. Karena itu, saya ingin sekali mencoba menerapkan pola tanam padi dengan SRI Organik,” kata Ependi Likuara, penyuluh pertanian dari Kecamatan Burau. Sementara Asmin Amin, penyuluh dari Kecamatan Tomoni Timur, menyatakan antusiasmenya seputar pertanian ramah lingkungan setelah mendengar penuturan rekan sesama penyuluh yang sudah mengikuti pelatihan tahap pertama.
Kesmar, Koordinator BP3K Towuti, mengatakan, kecendrungan petani lada adalah mengukur produktivitas berdasarkan luasan lahan dengan pola ekstensifikasi. “Dengan pola ini, tanaman yang sudah menghasilkan akan terabaikan sehingga mudah diserang hama dan penyakit. Pembenahan lahan yang tidak ramah lingkungan berkonstribusi pada meningkatnya serangan hama dan penyakit.” Hama yang kerap menyerang tanaman lada di Luwu Timur adalah penggerek polong (lada muda), penggerek daun, penyakit busuk akar, dan jamur. Senior Manager Social Development Program PT Vale Busman Dahlan Shirat menyampaikan, teknis budidaya lada dengan konsep ramah lingkungan digagas
untuk menjawab tuntutan dan kondisi perkebunan lada saat ini. “Pengembangan tanaman perkebunan lada memiliki prospek cukup baik untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Di sisi lain, pengembangan komoditas ini masih dihadapkan pada ketersediaan lahan untuk budidaya, karena banyak di antaranya masuk dalam kawasan hutan lindung dan/atau konservasi,” kata Busman. Meskipun lada merupakan komoditas unggulan, lanjut dia, pengembangan yang dilakukan secara masif dengan pola lahan berpindah berpotensi mengancam kawasan hutan. Karena itu, perlu dikembangkan model pertanian ramah lingkungan dengan tingkat produktivitas tinggi.[].
Tantangan budidaya lada
Sementara dalam ToT teknis budidaya tanaman lada ramah lingkungan, yang difasilitasi oleh konsultan teknis agrikultura A+ CSR Indonesia, Surapati M. Senin dan Agus Sasia, materi difokuskan pada sistem budidaya dan pengendalian hama. Selama tiga hari, peserta belajar selama 7 jam per hari dengan metode yang mendorong diskusi berdasarkan hasil observasi lapangan.
Petugas Penyuluh Lapangan menyimak materi sistem budidaya dan pengendalian hama yang menjadi fokus ToT lada ramah lingkungan di halaman BP3K Model Kecamatan Nuha.
4
LAPORAN UTAMA Verbeek edisi 20 | 2015
Kembali ke Alam Melalui Sekolah Lapang Petani kakao belajar teknik pengendalian hama secara alami.
Petani yang mengikuti SL belajar di rumah kebun sehingga mereka bisa langsung melihat keterkaitan antara materi pelatihan dengan kondisi kebun kakao.
luh pertanian se-Kabupaten Luwu Timur pada akhir April 2015.
Pengendalian hama
Selama SL, petani mengamati kondisi kakao dan mendiskusikan solusi untuk meningkatkan produktivitas.
“M
engapa pohon dan tanaman di hutan tumbuh subur padahal dibiarkan saja, tidak dirawat manusia?” Pertanyaan itu dilontarkan fasilitator sekolah lapang (SL) kakao di hadapan puluhan petani setelah mereka mengamati ekosistem dasar dan hama tanaman di kebun kakao salah seorang peserta SL. Pertanyaan itu membuat para peserta tersenyum, tertawa, bahkan beberapa mengangguk sambil berkata, “Iya juga, ya.” Mereka semua tahu bahwa jawabannya karena lingkungan hutan masih asli, ekosistemnya terjaga baik, dan rantai makanan tidak terputus. Dari alam kembali ke alam, itulah materi yang dipelajari dalam SL. Sekolah lapang bukan metode baru di dunia pertanian. Diperkenalkan oleh Food and Agriculture Organization (FAO) dan pertama kali diterapkan di Indonesia tahun 1989.
Sejak itu, lebih dari 2 juta petani di Asia berpartisipasi dalam metode pembelajaran tersebut. Sekolah lapang mengajak petani belajar langsung di sawah atau di kebun, mengamati masalah dan penyebabnya, serta menganalisis sendiri perkembangan tanaman. SL menyatukan konsep dan metodologi agro-ekologi, pendidikan berbasis pengalaman, dan pemberdayaan masyarakat. Program Terpadu Pengembangan Masyarakat (PTPM) mengadakan SL bagi petani kakao dalam empat kali pertemuan, Juni hingga Agustus 2015. SL dilakukan di empat lokasi, yaitu Desa Manurung (Kecamatan Malili), Desa Matano (Kecamatan Nuha), Desa Tole (Kecamatan Towuti), dan Desa Wasuponda (Kecamatan Wasuponda). Sekolah lapang merupakan kelanjutan dari Training of Trainers (ToT) yang diikuti 30 petani kader dan penyu-
Pada pertemuan pertama, peserta SL mempelajari ekosistem dasar dan daur hidup hama Penggerek Buah Kakao (PBK). “PBK memang sudah lama menjadi masalah bagi petani kakao. Tapi selama ini petani hanya memikirkan cara memberantas hama tanpa mengenali bentuk dan siklus hidupnya. Materi ini diharap bisa membuka wawasan petani untuk mengenal lebih jauh karakter PBK. Dengan demikian bisa mencari tindakan tepat dan ramah lingkungan untuk menekan hama,” kata Adriani, penyuluh pertanian lapangan Desa Wasuponda. Pada pertemuan kedua, petani diajak menganalisis agro-ekosistem, melakukan panen sering-serentak-teratur, serta membuat sanitasi kulit buah. Pertemuan pertama dan kedua yang bertepatan dengan bulan Ramadhan tidak menyurutkan semangat petani. Mereka tetap antusias turun ke kebun untuk menjalani proses pengamatan dan belajar bersama. “Model begini bagus, karena kita sekolahnya di kebun, bukan di dalam kelas. Kita bisa banyak praktik lapangan, jadi lebih cepat paham dan tidak bosan duduk,” kata Andi Wardah, anggota Kelompok Tani Lembo Sejahtera, Desa Wasuponda, yang memiliki 600 pohon kakao di lahan seluas setengah hektar. Teknik pemangkasan dan pemupukan dibahas pada pertemuan ketiga. Teknik yang merupakan bagian dari metode PsPSP (panen sering-pemangkasan-sanitasipemupukan) tersebut merupakan cara efektif dalam mengendalikan serangan hama PBK. “Cara alami menguntungkan petani karena kita tidak ketergantungan sama pupuk dan pestisida. Kalau suatu saat kita tidak sanggup beli pupuk, pekerjaan di kebun tetap bisa jalan,” ujar Andi Wardah. Pada pertemuan terakhir, petani kakao didorong untuk menguatkan sistem
kelembagaan dan menyusun Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL) dari sekolah lapang. SL juga dihadiri petani kader yang membagikan pengalamannya kepada peserta seputar pertanian ramah lingkungan.
Kembalikan kesuburan tanah
Pelaksanaan sekolah lapang di berbagai negara selama hampir tiga dekade dinilai berperan besar dalam menekan penggunaan bahan kimia dan meningkatkan hasil panen. SL yang diadakan sebagai bagian dari Program Pertanian Terpadu PTPM juga mengharapkan peran serupa. Produksi kakao di Sulawesi Selatan terus turun dalam empat tahun terakhir. Tahun 2014, petani hanya menghasilkan 137.860 ton biji kakao, turun dari produksi 2013 sebanyak 148.956 ton, dan jauh dari angka tahun 2011 yang mencapai 200.000 ton. Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) Sulsel menyebutkan, usia tanaman yang sudah tua, serangan hama, dan kesuburan tanah yang terus berkurang menjadi kendala produktivitas kakao di Sulawesi Selatan. Pemupukan serta pengendalian hama dan penyakit dengan racun kimia membuat petani melupakan prinsip-prinsip pertanian berkelanjutan. “Dengan teknik budidaya yang baik, hama bisa dikendalikan tanpa pestisida. Justru racun kimia seringkali memunculkan hama dan penyakit baru. Kalau kondisi itu dibiarkan, maksimal hanya 20% biji kakao yang bisa dipanen,” kata Agus Sasia, fasilitator sekolah lapang dari A+ CSR Indonesia. Budidaya kakao ramah lingkungan dengan metode PsPSP memungkinkan sisa pemangkasan dan kulit buah untuk dikembalikan lagi ke tanah dalam bentuk pupuk organik. Semua yang tumbuh dari alam dikembalikan ke alam. Tidak perlu lagi membeli pupuk dan pestisida, produktivitas meningkat karena tanah menjadi subur, kesehatan petani terjaga karena tak lagi terpapar bahan kimia.[]
LAPORAN UTAMA Verbeek edisi 20 | 2015
5
BP3K Model Kecamatan Nuha yang terletak di Jl. Sumantri Brojonegoro mengemban tujuh fungsi, mulai dari pusat informasi hingga tempat belajar masyarakat.
Merintis Ekowisata dan Pertanian Berkelanjutan BP3K menjadi salah satu kunci keberhasilan pembangunan pertanian.
“D
i bagian depan yang menghadap jalan raya nanti akan ada showcase atau semacam etalase hidup yang berisi aneka tanaman. Di sebelahnya ada blok tanaman herbal. Fasilitas ini juga dilengkapi kolam ikan dan nantinya ada juga peternakan di tempat ini,” kata Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Nuha Burhanuddin, sambil menunjuk lokasi pengembangan yang direncanakan. BP3K Kecamatan Nuha telah diresmikan sebagai proyek percontohan atau BP3K Model di wilayah terdampak operasi PT Vale. Etalase hidup, blok tanaman herbal, kolam ikan, dan kandang komunal merupakan bagian dari rencana pengembangan BP3K Model. Selain itu, masih ada bangunan baruga sebagai ruang pertemuan, rumah kaca, blok tanaman buah, demplot pertanian bagi masyarakat sekitar, dan wahana pembelajaran pertanian. Lokasi pengembangan di atas tanah seluas kurang lebih dua hektar. “Gagasan ini dibangun melalui skema kemitraan strategis dalam Program Terpadu Pengembangan Masyarakat (PTPM). BP3K Model dikembangkan untuk mendukung Program Pertanian Berkelanjutan yang menjadi salah satu program andalan PTPM,” kata Koordinator Senior PTPM PT Vale-Bidang Ekonomi, La Ode M. Ichman. Tujuan besarnya adalah menghidupkan tujuh fungsi BP3K Model, yaitu sebagai pusat komunikasi, pusat informasi, kebun bibit masyarakat, lumbung pangan, pusat kesehatan pertanian masyarakat, tempat belajar, dan lokasi ekowisata. Selain itu, BP3K Model juga bisa menjadi ikon bagi wilayah terdampak operasi Perusahaan.
Untuk petani dan masyarakat
BP3K berperan dalam menentukan keberhasilan pembangunan pertanian, sekaligus cermin keberhasilan pembangunan pertanian di wilayah kecamatan. Kementerian Pertanian menjadikan BP3K sebagai pusat koordinasi pelaksanaan kegiatan pembangunan pertanian di kecamatan yang berbasis kawasan atau komoditas. Selain itu, BP3K merupakan pusat data dan informasi bagi petani dan pemangku kepentingan lainnya terkait pengembangan usaha. Saat ini, BP3K Kecamatan Nuha memiliki 39 kelompok tani binaan dan 18 kelompok binaan di bidang kehutanan. Dengan jumlah personel yang hanya enam orang, lembaga tersebut merasa kesulitan menjangkau para petani, khususnya yang tinggal di daerah-daerah terpencil. “Jadi selama ini, kami melakukan penyuluhan dengan sistem kelompok. Petani dikumpulkan berdasarkan komoditas yang mereka tanam, lalu kami adakan penyuluhan secara serempak,” kata Burhanuddin. Kelak, kegiatan penyuluhan bisa dipusatkan di BP3K Model yang sudah dilengkapi berbagai fasilitas belajar bagi petani. Selain menjadi sarana belajar bagi petani, BP3K Model diharapkan memberi manfaat bagi masyarakat setempat. Demplot pertanian yang disediakan akan digarap oleh masyarakat yang tinggal di sekitar kantor BP3K Kecamatan Nuha. Sementara masyarakat umum, misalnya warga Kecamatan Nuha dan pelajar sekolah, bisa berwisata atau belajar tentang tanaman dan pertanian di kompleks BP3K Model.
ada enam BP3K Model yang dikembangkan menjadi BP3K Center of Excellence (CoE), sebuah program kerja sama antara Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Pemerintah Provinsi Lampung. Sebagai CoE, BP3K menjadi “tempat pertemuan” antara pemerintah daerah, perguruan tinggi, pengusaha /perbankan, dan kelompok tani. Salah satu kriteria menarik BP3K CoE adalah penerapan cyber extension, yaitu penggunaan jaringan online dan multimedia untuk menyebarluaskan teknologi pertanian. Inspirasi lain datang dari BP3K Model di Kecamatan Sukamantri, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, yang mendapat predikat Unit Kerja Pelayanan Publik Terbaik bidang pertanian di tingkat nasional tahun 2011. Penyuluh lapangan di BP3K Sukamantri bukan hanya meningkatkan kapasitas petani, melainkan melatih angkatan kerja yang belum punya pekerjaan. Para pemuda mendapat penyuluhan pertanian dan punya kesempatan menggarap lahan demplot di sekitar kompleks kantor BP3K Sukamantri. Sebagian besar
pemuda yang mendapat pelatihan kini telah menjadi pelaku usaha atau petani sukses. Selain itu, mereka juga punya sederet inovasi, yaitu pemberdayaan masyarakat sekitar hutan, penguatan kelompok wanita tani, konsultasi agribisnis, serta inovasi telekomunikasi komputer. BP3K Model Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat, juga menarik disimak. BP3K terbaik tingkat provinsi tahun 2013 ini berhasil membina penyuluh swadaya, melakukan pertemuan secara berkala dengan para pelaku usaha, memfasilitasi pengembangan Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), dan mendatangkan berbagai narasumber demi meningkatkan kapasitas petani. BP3K Model Kecamatan Guguak dilengkapi demplot tanaman pangan dan kebun, kolam ikan, fasilitas pembibitan tanaman hutan, serta mengelola usaha peternakan kambing. Di Kabupaten Luwu Timur, kesempatan untuk mengembangkan konsep serupa dengan BP3K Model di tempat lain sama sekali bukan hal mustahil.[]
Inspirasi BP3K Model
Sebenarnya, konsep BP3K Model bukan hal baru. Di Provinsi Lampung, misalnya,
Aneka tanaman sayur yang menjadi koleksi BPK3 Model Kecamatan Nuha sekaligus tempat masyarakat belajar mengembangbiakkan tanaman.
6
LAPORAN UTAMA Verbeek edisi 20 | 2015
Membangun Karakter Guru, Meningkatkan Mutu Pendidikan PTPM menggelar pelatihan bagi tenaga pendidik dan merenovasi bangunan sekolah.
D
alam skema kemitraan strategis Program Terpadu Pengembangan Masyarakat (PTPM), pendidikan merupakan salah satu bidang yang menjadi fokus program, selain kesehatan, ekonomi, dan sosial budaya. Selain memberikan beasiswa kepada mahasiswa program Diploma hingga S3 pada 2014, PTPM juga kontribusi pada peningkatan kualitas tenaga pendidik dan mutu fasilitas pendidikan. Kegiatan peningkatan kualitas guru diawali dengan pelatihan karakter bertema “Membangun Karakter Guru Pemimpin”, diikuti oleh 550 peserta dari kalangan kepala sekolah, guru, komite sekolah, dewan pendidikan, dan pengawas pendidikan. Pelatihan dilakukan di Kecamatan Malili, Towuti, dan Nuha, pertengahan Juni 2015. Pendidik adalah pemimpin bagi siswa di sekolah. Bicara kepemimpinan atau leadership, kata kuncinya adalah karakter. Karakter adalah sejumlah sifat baik Pelatihan “Membangun Karakter Guru Pemimpin” di Gedung Serbaguna Ontaeluwu, Sorowako, Juni 2015 yang diikuti oleh sekitar 200 guru, kepala sekolah, dan komite sekolah. yang telah menjadi perilaku sehari-hari Untuk menghindari tumpang-tindih untuk menjalankan peran dan fungsi sesu- “guru dan masa depan bangsa” dan “ku- torium. Ada 40 kursi kayu yang kokoh, ai amanah dan tanggung jawabnya. Pela- alitas guru”, tim CBI menyuguhkan video- meja yang semuanya baru, dan dinding pembiayaan, pertanggungjawaban anggaran harus jelas sehingga tidak ada intihan diharapkan bisa menjadi bekal bagi video inspirasi. Materi yang paling me- yang dicat sehingga tampak bersih. narik adalah kisah sukses tenaga penDan yang paling penting: listrik dan dikasi atau kecurigaan penyalahgunaan Finlandia yang memiliki air sudah mengalir ke laboratorium yang dana. Transparansi dan akuntabilitas juga didik agar sistem pendidikan terba- baru selesai direnovasi itu. “Kami ber- diterapkan pada kegiatan renovasi dua memiliki Kualitas manusia dunia. pemahaman terima kasih kepada PT Vale. Mudah- ruang kelas di SMPN 1 Towuti. Renovasi s e j a t i n y a b e r g a n t u n g p a d a ik di Para pendidik di Fin- mudahan bantuan ini dapat kami man- tersebut kini memasuki pembuatan desatentang kalandia percaya bahwa ka- faatkan semaksimal mungkin, sehingga in renovasi bangunan. rakter yang k o m p e t e n s i d a n k a r a k t e r . rakter dan pola pikir ada- anak-anak didik kami menjadi pelajar Senior Manajer Program Pengembangkuat, karena Namun karakterlah yang lah hal paling penting un- yang semakin berprestasi,” kata Dra Sitti an Sosial PT Vale Busman Dahlan Shirat, mereka metuk meraih sukses di dunia Muhajirah, MPd, Kepala Sekolah SMPN mengatakan, program peningkatan mutu rupakan pa- m e n e n t u k a n 8 0 p e r s e n yang semakin kompetitif. 1 Wasuponda. pendidikan mendesak dilakukan di bebenutan bagi kesuksesan seseorang Siswa-siswi di negara Erosiswa. Renovasi laboratorium IPA SMPN 1 rapa lokasi. Di Wasuponda, misalnya, hapa Utara itu dididik untuk Wasuponda menyerap anggaran Rp225,1 nya ada satu SMP yang bisa diakses oleh Semen- secara berkelanjutan. menguasai kecakapan so- juta. Dalam serah terima bantuan dari PT siswa di daerah pusat Kecamatan. Kondisi tara untuk sial, memahami perbeda- Vale ke pihak sekolah, Kepala Dinas Dik- serupa juga dijumpai di Kecamatan Towumeningkatkan mutu fasilitas pendidikan, PT Vale an budaya, dan tanggung jawab moral. Di budparmudora Ismail, MEd menyebut- ti. Karena itu, penambahan daya tampung melalui PTPM berkontribusi dengan mela- balik kesuksesan pendidikan di Finlandia, kan, pendidikan merupakan tanggung ja- dan peningkatan mutu perlu segera dilakukan renovasi laboratorium IPA di SMPN ada guru yang punya karakter kuat untuk wab bersama sehingga kontribusi pihak kukan demi membuka akses pendidikan 1 Wasuponda dan ruang kelas SMPN 1 menjadi pendidik seumur hidup. ketiga, seperti PT Vale, sangat diapresiasi. dan meningkatkan daya saing sekolah.[] Di sela-sela pelatihan, peserta diberi Towuti. kesempatan mengisi kuisioner seputar Karakter menentukan kualitas pemahaman pendidikan karakter dan pePelatihan "Membangun Karakter Guru nerapannya di sekolah. Pemimpin" mendatangkan Erie Sudewo dari lembaga Character Building Indo- Meningkatkan daya saing “Dulu laboratorium kami tidak ada air nesia (CBI). “Kualitas manusia sejatinya bergantung pada kompetensi dan karak- dan listrik. Anak-anak sulit sekali kalau ter. Namun, karakterlah yang menentu- mau praktikum, apalagi praktik fisika kan 80 persen kesuksesan seseorang se- yang banyak membahas arus listrik dan cara berkelanjutan. Ketika masa depan sebagainya. Wastafel, meja, dan kursi rubangsa ditentukan oleh kualitas sumber sak semua,” kata Elisabeth Gasong, SPd, daya manusia, maka guru memegang pe- guru IPA kelas 8 SMPN 1 Wasuponda. Begitulah dia menggambarkan kondiran penting untuk menyiapkan generasi muda yang mandiri, unggul, dan siap si laboratorium IPA yang ada di sekolah menjadi pemimpin yang menginspirasi,” tempat dia mengajar. Tapi mulai pertekata Erie, yang mendapat gelar The Young ngahan Juni 2015, sekitar 700 siswa di Entrepreneur 2009 versi Ernst & Young. SMPN 1 Wasuponda sudah bisa mengaSelain memaparkan materi tentang dakan aneka percobaan sains di labora- Laboratorium SMPN I Wasuponda berkapasitas 40 siswa yang mendapat bantuan renovasi dari PTPM PT Vale.
SOSOK Verbeek edisi 20 | 2015
hasilnya. Mungkin di awal hasilnya sedikit, tapi kalau kita mau belajar dan amati teknik budidaya mana yang paling efektif untuk tanaman kita, produktivitas akan naik. Belajar, mengamati, dan bereksperimen itu, menurut saya, sangat penting. Apa yang terjadi di kebun kita belum tentu sama dengan masalah di kebun orang lain. Jadi, kalau kita asalasalan menerapkan teknologi, belum tentu pas untuk tanaman kita. Harus pilih-pilih mana yang paling cocok.
Anda sudah sering ikut pelatihan?
Iya, itu perlu untuk menambah wawasan. Saya sering ikut pelatihan yang diadakan pemerintah daerah dan sering berdiskusi dengan petugas penyuluh pertanian. Karena saya selalu mengamati sendiri perkembangan tanaman, saya jadi fokus saat berdiskusi. Saya paham betul masalahnya, sehingga saat diskusi saya mencoba mencari solusi.
Baharuddin Idris, Petani kader dari Desa Wasuponda
Belajar, Mengamati, dan Bereksperimen di Kebun Kakao
B
aru beberapa kalimat meluncur, bisa diambil kesimpulan petani kakao ini punya daya ingat yang kuat. Baharuddin hafal tahun-tahun penting dalam hidupnya dan bisa bercerita dengan runtut. Bapak tujuh anak itu kini menjadi petani kader yang kerap membagikan ilmunya kepada rekan sesama petani. Keahlian di bidang engineering yang dia dapatkan saat masih bekerja di perusahaan konstruksi dan PT Vale menjadi nilai tambah. “Saya bikin sendiri mesin semprot. Dari dulu tidak pernah beli,” kata pria asal Bone itu. Selain menanam kakao, dia menanam 2.000 pohon lada yang sudah paNama
:
Baharuddin Idris
Alamat
:
Jl. Lasemba 131, Desa Ledu-Ledu, Kecamatan Wasuponda
Pekerjaan :
Petani kakao, Petani kader, Ketua RT 16
Pendidikan :
Kelas 3 Sekolah Rakyat (SR)
nen dalam hitungan ton. Usai mengikuti sekolah lapang kakao di kebun demplot di Desa Wasuponda, Baharuddin Idris menyempatkan diri berbincang dengan Verbeek. Berikut petikannya.
Sejak kapan Anda mulai bertani kakao?
Dari mana Anda belajar teknik budidaya kakao?
Awalnya saya coba-coba saja. Saya pakai logika, karena menurut saya menanam apa pun prinsipnya sama. Asal kita tekun dan rawat itu tanaman, pasti ada
kolah lapang kakao, saya bisa membagi pengalaman selama lebih dari 30 tahun bertani kakao, ditambah pengetahuan tentang budidaya ramah lingkungan yang saya dapatkan waktu mengikuti ToT.
Berarti Anda juga menguasai teknik berkomunikasi di hadapan orang banyak?
Itu juga diajarkan waktu ToT, karena petani kader memang disiapkan untuk menyebarkan ilmu dan pengalaman ke sesama petani. Kalau bicara dari petani ke petani, kan, bahasanya lain, jadi kita lebih bisa memahami satu sama lain.
Wawasan baru apa yang Anda dapat dalam ToT?
Banyak. Saya jadi tahu teknik memangkas dan cara mengurangi pemakaian pestisida. Itu ilmu yang paling penting bagi saya. Sudah saya buktikan di kebun sendiri dua metode itu, dan hasilnya sudah kelihatan. Kakao saya kelihatan sehat.
Seberapa penting peran pelatihan bagi petani? Mana lebih enak, menjadi petani Saya mendukung PTPM, karena seka- atau karyawan perusahaan?
rang petani banyak diberi pelatihan. Kalau dulu, waktu masih dikasih uang, tidak pernah ada puasnya. Pelatihan itu efektif sekali untuk meningkatkan produktivitas. Kalau produktivitas naik, ujung-ujungnya, kan, kita dapat uang juga. Tapi memang perlu proses, itu yang sulit diterima sebagian orang. Kalau bagi saya, pelatihan sangat bagus dan penting.
Bagaimana Anda bisa menjadi petani kader?
Saya sudah ikut Sekolah Lapang Kakao yang diadakan PTPM tahun lalu. Kemudian saya mendapat kesempatan untuk mengikuti ToT (training of trainers—Red) bagi penyuluh lapangan dan petani. Di situlah saya semakin mendalami teknik budidaya kakao ramah lingkungan dan sekarang sudah menjadi petani kader.
Jadi Anda sudah bisa memberikan penyuluhan kepada sesama Saya ini dulu karyawan PT Vale, dari petani?
tahun 1978 sampai pensiun 2007. Sebelumnya saya bergabung di Dravo Corp yang mengerjakan konstruksi awal pabrik Sorowako. Itu tahun 1973. Lalu 1975-1978 saya dikontrak oleh Bechtel Corp yang mengerjakan town site (area perumahan karyawan—Red) dan PLTA Larona. Tapi di sela-sela itu, saya bertani. Tahun 1979, kebun cengkeh saya terbakar. Kemudian saya baru mulai menanam cokelat tahun 1983. Saya beli bibit harganya Rp100 per bibit. Saya tanam pelan-pelan, sampai umur 18 bulan sudah berbunga. Senang sekali waktu itu.
7
Berbagi pengalaman tepatnya, karena kalau penyuluhan itu tugasnya penyuluh lapangan. Kalau ada pelatihan atau se-
Dua-duanya ada baiknya. Saya selalu berpikir positif. Dengan bekerja di perusahaan, saya bisa menyekolahkan anakanak. Tujuh anak saya sarjana semua. Dari hasil kebun cokelat, saya bisa berinvestasi. Berkat cokelat juga saya jadi punya banyak kegiatan setelah pensiun, tidak tinggal saja di rumah. Malah temanteman bilang kalau saya tambah segar sekarang, tambah gemuk badan saya.
Apakah Anda akan mengajari anak-anak Anda untuk bertani juga?
Saya ini tidak punya latar belakang pendidikan. Orangtua meninggal saat adik saya masih kecil, jadi saya korbankan sekolah untuk cari biaya hidup. Saya tidak mau anak-anak saya tidak tamat sekolah seperti saya. Mereka harus kuliah. Jadi, pendidikan itu yang paling penting. Setelah mereka selesai kuliah, mereka bisa mengejar cita-cita bekerja di perusahaan atau di mana saja. Tapi saya tetap arahkan mereka untuk merawat kebun. Saya bilang ke mereka, kebun bisa diwariskan, perusahaan tidak.[]
8
WAWASAN Verbeek edisi 20 | 2015
Mengapa Petani Perlu Membentuk Kelompok? Peran kelompok tani sangat penting untuk meningkatkan kapasitas dan mengakses sumber daya. 2. Mendata anggota dan membentuk organisasi
Lakukan pendataan calon anggota yang berminat untuk bergabung. Setelah terkumpul, anggota dapat melakukan musyawarah untuk menyusun Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Hal ini penting untuk mengetahui tujuan kelompok tani, termasuk hak dan kewajiban anggotanya. Kemudian membentuk pengurus inti. Data anggota kelompok yang memiliki kemampuan memotivasi anggota serta mengelola organisasi. Kemampuan membaca dan menulis juga diperlukan, sebab kegiatan kelompok tani memerlukan pencatatan dan dokumentasi. Selanjutnya, kelompok tani perlu mempersiapkan sarana pendukung kegiatan. Keberadaan tempat pertemuan adalah hal paling penting. Di tempat inilah nantinya anggota berkumpul untuk melakukan pertemuan, musyawarah, atau penyuluhan dan pembinaan oleh PPL.
3. Menyusun kegiatan
S
ebatang lidi gampang patah, tapi tidak demikian dengan seikat lidi. Demikian pula dengan petani. Manfaat yang didapat seorang petani dibandingkan sekumpulan petani yang membentuk kelompok tentu akan berbeda. Kelompok tani dapat menjadi wadah yang memberi petani kekuatan teknis, wawasan, dan kesolidan. Petani bisa membuka komunikasi, bertukar pikiran memecahkan masalah, mengakses informasi, memperkuat permodalan, serta membangun pemasaran atau sumber daya lainnya. Dari aspek pembinaan, kelompok tani mempermudah kerja PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan). Mereka dapat memberikan penyuluhan, pembinaan, serta pendampingan cukup dengan mendatangi simpul-simpul petani yang membentuk kelompok di desa-desa. “Keberadaan kelompok tani akan membuat pembinaan dan pendampingan PPL kepada petani lebih fokus, efektif, dan efisien. Kelompok tani dengan anggota belasan sampai puluhan petani bisa dijangkau dalam satu waktu, bukan orang per orang,” ujar Amrullah, Sekretaris BP4K (Balai Penyuluhan Pertanian, Perkebunan, Perikanan, dan Kehutanan) Kabupaten Luwu Timur. Pendapat itu disampaikan dalam rapat kerja PTPM (Program Terpadu Pengembangan Masyarakat) sektor pertanian awal Juni 2015 silam. Ke depan, tambah Amrullah, sejalan dengan PTPM sektor pertanian, PPL tingkat BP4K dan BP3K (kecamatan) akan memprioritaskan pembinaan dan pendampingan kepada kelompokkelompok tani. Hal ini dimaksudkan untuk melahirkan para petani yang berhasil sebagai model percontohan. Membentuk kelompok tani juga sesuai arahan pemerintah melalui Peraturan Menteri Pertanian No. 273 Tahun 2007 tentang Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani. Peraturan ini sejalan dengan rencana pemerintah untuk merevitaliasi sektor pertanian, sekaligus menurunkan angka kemiskinan di desa-desa.
Hal terakhir yang perlu dilakukan adalah menyusun kegiatan kelompok tani. Hal terpenting adalah menyusun jadwal pertemuan rutin para pengurus dan anggotanya, misalnya sekali seminggu. Bila diperlukan, kelompok tani bisa menyusun rencana pertemuan dengan kelompok tani dari desa/kecamatan lain. Hal ini bermanfaat untuk saling berbagi wawasan dan mencari solusi atas persoalan yang dihadapi petani. Kelompok tani juga perlu rutin melakukan monitoring dan evaluasi terhadap lahan atau hasil panen anggotanya. Hal ini untuk mengetahui tingkat produktivitas ataupun kendala yang dihadapi. Kegiatan terakhir yang perlu dilakukan adalah mengadakan pelatihan bagi anggota yang bisa dikerjasamakan dengan PPL. Materi pelatihan bisa macammacam. Dari budidaya pertanian sampai manajemen organisasi. Yusuf, Ketua Kelompok Laika Tani Matano, mengaku, dengan membentuk kelompok tani ada kepuasan dan keuntungan yang didapat bagi dia dan anggota lainnya. “Kami jadi punya tujuan bersama. Bergotong-royong membuat demplot dan saling menyemangati,” ujar dia.[]
Prinsip-prinsip Kelompok Tani
Indikator Penilaian Kinerja Kelompok Tani
1. Keanggotaan berdasarkan kesadaran dan sukarela. 2. Bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota. 3. Rutin mengadakan pertemuan anggota dan pengurus. 4. Mengembangkan modal bersama.
1. Jumlah anggota. Biasanya satu kelompok tani beranggotakan 15-20 orang. Namun lebih banyak makin baik. 2. Jumlah anggota petani wanita. 3. Target produksi. 4. Produktivitas. 5. Target nilai usaha dan atau pendapatan anggota/kelompok. 6. Jaringan pemasaran.
Pembentukan kelompok tani
Membentuk kelompok tani tidaklah sulit. Tidak pula dibutuhkan legalitas seperti badan hukum atau sejenisnya. Berikut tiga tahap sederhana membentuk kelompok tani.
1. Persiapan dan sosialisasi
Pada fase ini, para petani—dapat difasilitasi PPL, tapi lebih baik atas inisiatif sendiri—melakukan sosialisasi kepada petani lain, termasuk kepada tokoh masyarakat bahwa ada rencana pembentukan kelompok tani dengan tujuan tertentu. Lakukan dialog secara informal atau musyawarah. Tujuannya adalah menghimpun segala masukan dan masalah yang dapat mengarahkan lebih tajam tujuan kelompok tani. Lewat dialog semacam itu, kelompok tani bisa mengidentifikasi potensi pertanian di wilayahnya.
Petugas Penyuluh Lapangan melakukan pendampingan bagi Kelompok Laika Tani, Desa Matano, Kecamatan Nuha.
WAWASAN Verbeek edisi 20 | 2015
Peluang Usaha Makanan Ringan Anda punya hobi membuat kue? Coba jadikan hobi Anda sebagai pemasukan keluarga. Usaha camilan punya peluang yang besar.
S
iapa tak suka ngemil? Kegiatan satu ini bisa dilakukan di segala kesempatan dan di mana saja. Ngemil asyik dilakukan sambil menonton televisi, kumpul keluarga, pendamping minum kopi di pagi hari, bahkan saat rehat sejenak dari aktivitas bekerja. Karena masyarakat kita punya kebiasaan ngemil, peluang usaha camilan terbuka lebar. Menjelang hari-hari khusus seperti Lebaran, Natal, dan tahun baru, penjualannya camilan umumnya meningkat. Di hari biasa, pembeli juga tidak pernah sepi. Bisnis camilan kue kering lebih mudah dijalankan, karena kue kering bisa bertahan lebih dari enam bulan. Maka risiko kerugian terbilang lebih kecil dibandingkan bisnis kue basah yang bertahan tidak lebih dari tiga hari. Bagi Anda yang baru merintis usaha, berjualan camilan merupakan salah satu pilihan terbaik. Bisnis ini tidak membutuhkan ruang besar dan memiliki banyak varian yang bisa dikembangkan sesuai selera pasar. Penjualan produk bisa dilakukan di mana saja, mulai dari depan rumah, dititipkan di warung tetangga atau kantin sekolah, atau di pinggir jalan yang terlindung dari matahari dan polusi.
Memulai usaha camilan
Meskipun peluang usaha makanan ringan terbuka lebar, bukan berarti seseorang yang terjun dalam bisnis ini dijamin untuk sukses. Tidak jarang kita melihat pelaku usaha kuliner gulung tikar dengan cepat karena tidak memperhatikan pangsa dan selera pasar, tidak melakukan promosi, atau tidak memperlakukan pembeli dengan benar. Berikut kiat memulai usaha camilan yang kami olah dari berbagai sumber. 1. Dalam menekuni bisnis camilan, ada banyak pilihan yang bisa Anda jalankan. Bisa memproduksi sendiri, mengemas ulang camilan dari produsen maupun pemasok, atau membeli waralaba (franchise). Jika Anda suka membuat kue dan banyak orang suka dengan kue buatan Anda, tentu cara pertama lebih menyenangkan. Namun jika Anda tidak pandai membuat kue, jangan berkecil hati. Masih ada cara kedua dan ketiga yang bisa dijalankan, bahkan dengan risiko bisnis yang lebih kecil. 2. Saat ini masyarakat semakin peduli dengan makanan sehat. Pelaku usaha perlu memperhatikan hal ini dengan menggu-
nakan bahan-bahan yang sehat sehingga camilan Anda lebih diterima masyarakat. 3. Sebisa mungkin gunakan bahan pangan yang mencerminkan hasil pertanian lokal, karena biasanya lidah masyarakat setempat lebih mudah menerima citarasa lokal. 4. Tentukan lebih dulu pangsa pasarnya. Apakah Anda hendak menjual camilan untuk orang dewasa atau anak-anak? Apakah Anda hendak menyasar orangtua murid di sekolah atau para pekerja? Beda pasar beda pula jenis camilannya, strategi pemasaran, dan harga yang ditawarkan. 5. Kreasikan camilan inovatif yang tidak dimiliki produk lain ataupun varian rasa agar konsumen bebas memilih yang paling disukai. Misalnya, keripik singkong panggang rasa keju atau barbeque, jelly lidah buaya rasa coklat atau jeruk, dan banyak lagi. 6. Kemasan produk menjadi modal utama Anda untuk bisa tampil beda. Walaupun produk camilan Anda tidak jauh berbeda dari produk kompetitor, bila didukung kemasan yang cantik produk Anda akan terlihat lebih menarik. 7. Pastikan kepuasan pelanggan menjadi poin utama yang perlu Anda jaga. Anda perlu memberikan layanan pra, saat, dan purna jual bagi setiap konsumen. Produk berkualitas perlu dibarengi pelayanan yang memadai, sebab kepuasan pembeli akan menghasilkan loyalitas pelanggan. 8. Mulai promosikan produk Anda ke lingkungan sekitar. Bagikan secara gratis kepada tetangga, kerabat, teman kerja, sesama orangtua ketika menjemput anak sekolah, sambil memberi tahu harga yang ditawarkan. Jika Anda kerap berselancar di dunia maya, bisa juga mempromosikan camilan Anda melalui media sosial. 9. Sertifikasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) diperlukan apabila Anda hendak memperluas pasar, misalnya memasarkan camilan produksi Anda melalui jaringan supermarket. Setelah membaca kiat memulai usaha makanan ringan di atas, kini giliran Anda untuk menerapkannya langsung. Semoga informasi singkat ini bisa memberikan manfaat bagi para pemula yang ingin merintis usaha. Maju terus UKM Indonesia![]
9
10
DOKTER MENJAWAB Verbeek edisi 20 | 2015
Mengurangi Risiko Kesehatan dari Pemakaian Komputer Oleh dr. Kristiawan Basuki, Mkes, occupational health specialist RS PT Inco
2. Nyeri punggung dan leher
Nyeri punggung dan leher disebabkan posisi duduk yang salah dan bentuk kursi yang tidak dilengkapi penyangga punggung. Kondisi ini dapat memicu rasa sakit berat yang memengaruhi kualitas hidup.
Penyebab nyeri punggung dan leher
Pencegahan
Bekerja di ruang sempit
Ambil jeda secara berkala untuk melakukan peregangan
Posisi layar komputer yang salah
Atur posisi layar monitor sehingga berada di bawah ketinggian mata
Tidak duduk tegak di kursi
Sesuaikan kursi dengan postur dan tinggi badan Anda. Duduk tegak dengan punggung tersangga Pijakkan kaki ke lantai
3. Mata lelah
S
elain risiko keselamatan, ada sejumlah bahaya kesehatan terkait penggunaan perangkat teknologi, khususnya komputer. Jika komputer digunakan secara intens dalam jangka waktu panjang, masalah kesehatan bisa muncul.
Keluhan yang paling banyak timbul adalah cedera regangan berulang (repetitive strain injury/RSI), nyeri punggung dan leher, mata lelah, dan sakit kepala. Dengan sejumlah penyesuaian, risiko cedera bisa dikurangi.
Penyebab RSI
Bekerja di ruangan dengan pencahayaan buruk
Pencegahan
Mengetik terlalu lama
Istirahatkan tangan Anda
Tidak memegang mouse dengan benar
Gunakan penyangga lengan
Menggunakan mouse terlalu sering dan lama Bekerja di ruang sempit
Penyebab mata lelah
Berpindah fokus dari benda lain ke layar monitor dalam waktu yang lama
1. Cedera regangan berulang (RSI)
RSI menimbulkan rasa sakit karena bengkak pada pergelangan tangan dan jari. Jika sudah parah, penderita tidak dapat menggerakkan tangan sama sekali. RSI disebabkan karena seseorang melakukan gerakan kecil yang sama berulang kali dalam rentang waktu panjang. Pengguna komputer yang mengetik dan menggunakan mouse sepanjang hari kerap terkena gejala RSI.
Bukti medis menunjukkan, komputer tidak ada kaitannya dengan kerusakan organ mata maupun kualitas penglihatan. Namun—ambil contoh ketika Anda sedang mengetik ulang sebuah dokumen—otot mata yang beralih fokus dari buku atau dokumen ke layar monitor dalam jangka panjang akan kelelahan. Layar yang berkedip dan cahaya dari monitor juga menjadi penyebab mata lelah. Gejala mata lelah, antara lain, rasa pusing, mata gatal dan perih, pandangan kabur, mual, dan Anda merasa lelah.
Gunakan keyboard dan mouse yang ergonomik Atur ruang kerja Anda agar lebih lapang
Layar monitor berkedip dan silau Layar monitor kotor
Pencegahan
Ambil jeda secara berkala (misalnya setiap satu jam). Saat mengambil jeda, jauhkan pandangan Anda dari layar komputer. Jeda pendek tapi sering lebih baik dibanding jeda panjang dengan interval yang lama. Pastikan pencahayaan ruangan tertata dengan baik tanpa cahaya langsung yang menyebabkan monitor silau.
Gunakan layar LCD karena lebih sedikit berkedip dibanding layar CRT (monitor tabung). Gunakan layar anti-glare (tidak silau) Bersihkan komputer Anda secara teratur
Lakukan pemeriksaan mata secara teratur[]
PEMDA MENYAPA Verbeek edisi 20 | 2015
11
Komersialisasi Bandara Sorowako untuk Mendorong Investasi
L
uwu Timur memiliki potensi pengembangan dan pertumbuhan yang tinggi di masa depan karena karakteristik khusus yang dimilikinya yaitu sebagai wilayah dengan kekayaan sumberdaya alam yang melimpah. Dengan berbagai potensi yang dimiliki Luwu Timur, baru sebagian kecil yang dilirik oleh para investor. Salah satu kendalanya adalah jarak tempuh yang cukup jauh. Bayangkan saja, jarak tempuh antara Kota Malili dan Kota Makassar dengan menggunakan jalur darat, bisa mencapai 12 hingga 15 jam. Padahal untuk menarik investor di suatu daerah, salah satu pertimbangannya adalah akses yang mudah dan cepat. Sejak dilantik menjadi Penjabat Bupati Luwu Timur, Irman Yasin Limpo sudah bertekad untuk membangun investasi di Luwu Timur. Menurut Irman, untuk mempercepat pengembangan potensi Luwu Timur, harus ada alternatif jalur udara. Dia menilai, Bandara Sorowako yang saat ini dikelola PT Vale layak dikomersialkan. Apalagi pihak Kementerian Perhubungan RI telah mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 1204 Tahun 2013 yang ditandantangani Menteri E.E. Mangindaan pasca melakukan site visit di Bandara Sorowako beberapa waktu lalu. Hanya saja untuk mendaratkan pesawat komersial, harus ada penambahan panjang landasan pacu kurang lebih 175 meter. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menilai, posisi Bandara Sorowako sangat baik dan layak untuk di darati pesawat komersil. Namun saat ini panjang landasan Bandara Sorowako baru mencapai 1.150 meter. Pencanangan perpanjangan landasan Bandara Sorowako berlangsung pada awal Oktober 2015 oleh Irman Yasin Limpo, Ketua DPRD Amran Syam, Kajari Malili Ida Komang Ardhana, Mantan Bupati dan Wakil Bupati Luwu Timur Andi Hatta Marakarma dan Muhammad Thorig Husler, serta Presiden Direktur PT Vale Nico Kanter. Irman juga telah bertemu maskapai Garuda Indonesia dan Wings Air. Keduanya menyatakan kesiapan untuk beroperasi di Sorowako[]
Pejabat Bupati Lutim Irman Yasin Limpo, Gubernur Sulsel, dan Presiden Direktur PT Vale saat melakukan pencanangan perpanjangan landasan Bandara Sorowako, awal Oktober 2015.
Luwu Timur Terima Penghargaan Laporan Keuangan 2014
P
emerintah Kabupaten Luwu Timur menerima penghargaan untuk Laporan Keuangan (LK) Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) Tahun Anggaran 2014. Penghargaan diserahkan langsung oleh Menteri Keuangan (Menkeu) RI Bambang PS Brodjonegoro kepada Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DKPPAD) Kabupaten Luwu Timur Aini Endis Anrika. Menkeu mengatakan bahwa opini LK 2014 mengalami banyak peningkatan. “Opini WTP di Pemerintah Daerah menunjukkan peningkatan,” jelasnya saat acara Rakernas Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah. Pemerintah berharap kegiatan Rakernas dapat meningkatkan komitmen para pengelola keuangan negara, baik dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Ini untuk mewujudkan pengelolaan keuangan negara yang baik, transparan dan akuntabel melalui implementasi akuntansi dan pelaporan keuangan berbasis akrual. Selain Kabupaten Luwu Timur, Pemerintah juga memberikan penghargaan kepada 286 Laporan Keuangan yang mendapatkan opini WTP dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Laporan ini terdiri atas 62 LK Kementerian/Lembaga, 26 LK Pemerintah Provinsi, 149 LK Pemerintah Kabupaten, dan 50 LK Pemerintah Kota. (Humas Lutim)[]
Kepala Dinas DKPPAD Luwu Timur saat menerima penghargaan dari Menteri Keuangan di Jakarta, Februari 2015.
12
EVENT Verbeek edisi 20 | 2015
Penen perdana padi yang ditanam dengan metode SRI Organik di Desa Ledu-ledu, Kecamatan Wasuponda. Jumlah anakan produktif dari padi organik terbukti lebih banyak dengan biaya produksi yang lebih ringan.
Panen Perdana Padi Organik
B
ulir-bulir padi yang merunduk tampak di sepetak sawah di Desa Leduledu, Kecamatan Wasuponda. Padi yang menguning itu telah siap dipanen pada pertengahan Agustus 2015 setelah empat bulan melewati masa tanam. Ada yang istimewa dari panen pagi itu. Tidak hanya petani yang turun ke sawah untuk memanen padi, melainkan petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) hingga Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) juga ikut turun ke sawah dan mengayunkan sabit untuk memotong batang-batang padi. Hasil panen memang sudah ditunggutunggu karena untuk kali pertama metode System of Rice Intensification (SRI) Organik akan dibuktikan keberhasilannya. Panen perdana dilakukan di sepetak sawah milik Linus Bungin yang digarap berdua dengan ayahnya. Dia bersama 14 petani mengikuti pelatihan pada Februari 2015 dan selanjutnya menerapkan prinsip pertanian ramah lingkungan pada sebagian lahan persawahannya. “Sebenarnya saya mau semua lahan saya pakai SRI Organik, tapi kemarin terlambat kami belajarnya jadi ada kendala di pembuatan kompos,” kata Linus. Meskipun akhirnya Linus baru bisa memanen padi organik dari lahan berukuran 7x15 meter, semangat dan jerih payahnya tidak sia-sia. Hasil panen padi
organik terbukti lebih banyak, lebih berat, dan biaya produksi bisa dipangkas.
Kenaikan produktivitas
Di Desa Ledu-ledu, petak sawah yang ditanami padi organik bersebelahan dengan area tanam padi konvensional sehingga perbandingan di antara keduanya bisa langsung diamati. Dari panen diketahui bahwa dengan metode SRI Organik, penanaman satu benih menghasilkan 27 hingga 36 anakan, sementara metode konvensional memerlukan 8 benih untuk menghasilkan 20 anakan. Pengamatan akar juga menunjukkan perbedaan. Akar padi organik lebih panjang, tebal, dan kokoh. Selesai disangking, padi dikumpulkan di pinggir sawah untuk diamati hingga bulirnya. Hasilnya, dari 1 malai padi organik menghasilkan 12 ranting dan 140174 bulir gabah. Sementara dari padi metode konvensional didapat 8 ranting dan 82-105 bulir dari 1 malai. Usai mengamati malai, ranting, dan bulir, petani dan PPL langsung merontokkan gabah untuk menghitung produktivitas per hektar lahan. Produktivitas lahan padi organik sebesar 5,1 ton per hektar, sedangkan tanaman padi konvensional menunjukkan angka produktivitas 3,6 ton per hektar. Anakan dan bulir lebih banyak, lahan juga terbukti lebih produktif. “Ini belum
maksimal. Petani baru mendapat pelatihan SRI Organik saat padi konvensional sudah dipanen. Jadi jerami-jerami sisa sudah dibakar padahal jerami itulah bahan utama kompos. Begitu dibakar semua, mereka kesulitan mencari jerami sehingga pembuatan kompos tidak maksimal,” kata Darlan, PPL Desa Ledu-ledu. Jika petani bisa memenuhi kebutuhan kompos dan punya waktu yang cukup untuk mengolah lahan sebelum memulai musim tanam, target produktivitas sebesar 6-7 ton per hektar sangat mungkin direalisasikan.
Menurunkan biaya produksi
Panen di Desa Ledu-ledu tahun ini, baik padi organik maupun konvensional, terkendala oleh hama. Padi diserang oleh berbagai hama, mulai dari tikus, wereng, dan walang sangit. Kondisi tersebut membuat petani terpaksa menyemprotkan racun hama sebanyak tiga kali sepanjang musim tanam. Untuk membeli racun, petani mengeluarkan biaya sebesar Rp120.000 per liter. Sementara untuk merangsang pertumbuhan tanaman padi di lahan pertanian konvensional, petani juga memerlukan pupuk NPK yang dibeli seharga Rp115.000 per sak. Dengan metode SRI Organik, kebutuhan pupuk kimia dan pestisida ditiadakan. Petani hanya perlu membeli gula merah
seharga Rp 15.000 per kg untuk membuat mikro organisme lokal (MOL) dan kotoran hewan Rp 17.000 per karung sebagai bahan baku pembuatan kompos. “Mulai sekarang, tidak ada lagi jerami yang dibakar. Kalau petani bisa kumpulkan banyak jerami, kebutuhan kotoran hewan bisa dikurangi karena jerami ini yang paling penting. Selain itu, bisa diambahkan hijauan seperti daun gamal untuk pembuatan kompos. Biaya bisa ditekan lagi,” kata Darlan. Penurunan biaya produksi paling jelas terlihat pada kebutuhan benih. Padi organik hanya memerlukan 5kg benih per hektar sawah karena menggunakan sistem tanam tunggal, sementara lahan konvensional membutuhkan 25-30kg benih pada luasan yang sama. Harga benih per kilogram Rp9.500. Usai panen, Linus langsung mengumpulkan batang-batang tanaman padi untuk dikeringkan menjadi jerami. “Kalau dulu yang begini langsung dibakar. Modal korek gas, selesai. Ternyata jerami masih bisa dimanfaatkan,” kata Linus. Untuk musim tanam selanjutnya, dia berencana menambah luasan area sawah yang akan ditanami menggunakan metode SRI Organik. “Setelah lihat jumlah anakan produktifnya, saya semakin tertarik. Semoga secara bertahap lahan saya bisa seluruhnya SRI Organik,” ujar Linus.[]
KEMITRAAN Verbeek edisi 20 | 2015
13
Kemitraan Nasional untuk Ketahanan Pangan 24 perusahaan dan 60 organisasi internasional bermitra untuk menjangkau 83.000 petani kecil di Indonesia.
Aktivitas PISAgro di bidang pertanian kakao dan jagung. Selain dua komoditas tersebut, program kemitraan itu masih memiliki 9 kelompok kerja lain untuk mendukung “Visi Baru Agrikultura”.
D
ari 7 miliar manusia di dunia, lebih dari 870 juta mengalami kelaparan dan malnutrisi. Sebagian dari mereka terlibat langsung di bidang pertanian. Produksi pangan terkendala keterbatasan lahan, kekurangan air, minimnya infrastruktur, kendala distribusi dan permodalan, faktor alam, serta fluktuasi harga bahan makanan dan komoditas lainnya. Pada 2050, penduduk dunia diperkirakan mencapai 9 miliar jiwa. Diperlukan perubahan mendasar demi memastikan produksi, distribusi, dan konsumsi pangan yang cukup dalam hal kuantitas dan pemenuhan gizi. Untuk itu, rekanan dan konstituen Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEA) mengembangkan “Visi Baru Agrikultura” pada 2010 untuk mengintegrasikan tiga hal: Ketahanan pangan, keberlanjutan lingkungan, dan peningkatan ekonomi. Tujuan akhirnya adalah menaikkan tiga bidang sasaran tersebut masingmasing 20% per dekade hingga 2050. Kemitraan antara pemerintah, swasta, dan masyarakat merupakan pola pendekatan yang digunakan untuk mewujudkan “Visi Baru Agrikultura”. Dimulai di Tanza-
nia dan Vietnam pada 2010, model yang sama direplikasi di Meksiko, Indonesia, Maharashtra (salah satu negara bagian India), dan disusul 11 negara Afrika.
Kemitraan di Indonesia
Di Indonesia, “Visi Baru Agrikultura” diwujudkan melalui program Kemitraan Pertanian Berkelanjutan Indonesia (Partnership for Indonesia’s Sustainable Agriculture/PISAgro). Inilah wadah kemitraan pemerintah-swasta-publik yang bertujuan mendukung pemerintah Indonesia dalam mengatasi masalah ketahanan pangan. Dukungan tersebut direalisasikan melalui program-program yang meningkatkan produktivitas pertanian secara berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan petani kecil. PISAgro berdiri 20 April 2012 dengan dukungan tujuh perusahaan yang kemudian dikenal sebagai pendiri (founder) PISAgro, yaitu Nestlé, Sinarmas, Indofood, Unilever, Bayer Indonesia, Syngenta Indonesia, dan McKinsey Indonesia. PISAgro dibagi dalam 11 kelompok kerja: Padi, jagung, kedelai, kakao, kopi, susu sapi, kelapa sawit, kentang, karet,
hortikultura, dan pembiayaan pertanian. Dalam tiga tahun, pola kemitraan yang dilakukan berhasil menjangkau 83.000 petani kecil, meningkatkan produktivitas lahan petani kecil rata-rata 15%, menggandeng 24 perusahaan dan organisasi internasional sebagai anggota, dan menggalang komitmen investasi ratusan miliar rupiah. Sudah banyak program dilakukan pada masing-masing kelompok kerja PISAgro. Bayer CropScience Indonesia, yang mengetuai kelompok kerja padi, mampu meningkatkan hasil panen hingga 16% (atau 0,9 ton/ha), yang berujung pada peningkatan pendapatan hingga 30% atau senilai Rp15.000.000/ha per musim. Bermitra dengan PT Tiga Pilar Sejahtera (TPS), produsen beras premium, Bayer CropScience menjangkau persawahan di Jawa Barat dan Jawa Tengah, dengan area kerja sama mencapai 3.000 hektar pada 2014. Daerah binaan akan ditingkatkan menjadi 40 ribu hektar pada 2015 dan menjadi 800 ribu hektar pada 2020. Sementara itu, jumlah petani binaan program ini akan ditingkatkan menjadi 120 ribu petani pada 2015, dan menjadi 2,6 juta petani pada 2020. Targetnya adalah meningkatkan hasil panen dan penghasilan petani masing-masing sebesar 20% per hektar. Para petani telah membuktikan manfaat program PISAgro berupa peningkatan kapasitas melalui berbagai pelatihan dan penyuluhan. Para petani yang telah menerima pelatihan berhasil meningkatkan hasil panen dengan kualitas padi yang baik, sehingga bisa dijual ke PT TPS dengan harga lebih tinggi dari rata-rata pasar. Para petani binaan Bayer CropScience memahami dan melakukan praktik pertanian yang baik, dengan menekan penggunaan pestisida dan pupuk. Kelompok kerja kakao PISAgro bekerja di dua rantai pasok utama. Program rantai pasok pertama berlokasi di Mamuju dan Majene, Sulawesi Barat, dipimpin oleh PT Nestlé Indonesia. Rantai pasok kedua dipimpin oleh PT Cargill Indonesia, berlokasi di Bone dan Soppeng, Sulawesi Selatan. Kelompok kerja kakao PISAgro memberikan pelatihan kepada petani tentang cara budidaya kakao yang baik, penggunaan pestisida yang aman, pemupukan yang tepat, juga memberikan pelatihan pembibitan dan teknik melalui sekolah lapang.
Pembiayaan Mikro
Kelompok kerja jagung PISAgro siap mengucurkan pembiayaan mikro sebesar Rp30 miliar untuk 2.000 petani jagung di Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, pada musim tanam 2015. Jumlah tersebut meningkat sepuluh
kali lipat dari program awal kemitraan pembiayaan mikro yang telah dikucurkan kepada 200 petani jagung di dua kabupatan tersebut pada November 2014. Bukan hanya memberikan pendanaan, PISAgro juga memberi pelatihan proses produksi dan pengelolaan keuangan. Beberapa pihak yang terlibat, antara lain, Bank Andara melalui BPR Pesisir Akbar yang memberikan akses pinjaman modal, PT Syngenta Indonesia yang melatih dan mendampingi petani, serta MercyCorps Indonesia yang memberikan pelatihan literasi keuangan kepada petani. Sementara itu, kelompok kerja sawit membentuk program kemitraan dengan petani swadaya berupa skema pembiayaan bagi peremajaan kebun di Riau dan Sumatera Selatan. Dengan demikian, pada luasan kebun yang sama, mereka dapat menikmati pendapatan berkali-kali lipat dan tidak perlu lagi merambah hutan. Kelompok kerja sawit menggandeng berbagai pihak, seperti Sinarmas, BRI Agro, Sustainable Trade Initiative (IDH), Indofood Agri, TPS, Louis Dreyfus Commodities, dan Triputra Agro Persada. Proyek percontohan lain dikelola oleh IndoAgri bekerja sama dengan IDH. Dalam proyek ini, petani diberi pelatihan dan dukungan cara bertani yang baik, akses terhadap input produksi, dilibatkan dalam koperasi, dan dibimbing menjadi petani bersertifikat RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) dan ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil). Proyek ini dianggap menjadi skema sertifikasi petani swadaya RSPO terbesar di dunia. Kemitraan IndoAgri-IDH berlangsung pada 2015 dan 2016, bekerja sama dengan 3.100 petani sawit skala kecil di atas 6.200 hektar lahan untuk meningkatkan produktivitas minimal 20%, meningkatkan pendapatan petani, dan menurunkan deforestasi.
3 Tahun Pencapaian PISAgro
1. Bermitra dengan 83.000 petani kecil swadaya. 2. 67.000 hektar lahan pertanian dikelola dengan praktik yang baik. 3. Produktivitas petani kecil meningkat 12% hingga 71%. 4. Pendapatan petani kecil meningkat 12% hingga 78%. 5. Beranggotakan 24 perusahaan dan organisasi internasional. 6. Melibatkan lebih dari 60 organisasi mitra. 7. Menggalang Rp223 miliar komitmen investasi, Rp76 miliar sudah direalisasi.[]
14
GALERI Verbeek edisi 20 | 2015
Ice breaking games di sela-sela workshop Peningkatan Akses Pasa r bagi petani lada dan kakao di BP3K Model-Kecamatan Nuha, Agustus 2015.
Erie Sudewo, pe ndiri lembaga Ch aracter Building “Membangun Ka Indonesia, menja rakter Guru Pemi di na mpin”, Juni 2015 padi dan kompete . Erie mengibarat rasumber seminar nsi sebagai ilalan kan karakter seb g. “Tanam padi pa agai sti tumbuh ilalan mustahil tumbu g. Tanam ilalang h padi,” kata Erie.
2015, diikuti oleh Petugas dan prinsip SRI Organik, Juni lisis agroekosistem yang Pembelajaran ekologi dasar gana men eka Mer ur. Tim u aten Luw Penyuluh Lapangan se-Kabup ah. saw tak sepe g menopan
Galeri Foto
lah. Bangunan tersebut ar di gedung laboratorium seko Siswi SMPN I Wasuponda belaj akan pada Juni 2015. terim ah diser yang Vale PT PTPM mendapat bantuan renovasi dari
Momen yang te rt kamera sepanja angkap n Program Terpa g pelaksanaan du Pengemban gan Masyarakat (P TP memiliki fotofo M). Jika Anda to dengan pelaksa yang terkait n silakan kirim k aan PTPM, e Redaksi Tablo Verbeek melalu id i verbeek@gma email tabloid. il.c foto minimal 5 om (ukuran 00KB). Foto ya ng dimuat akan m endapatkan suvenir menari k.
JENDELA Verbeek edisi 20 | 2015
15
Corine Verbeek
Menyaksikan Kebesaran Nama Leluhur
S
uatu sore di awal Agustus 2015, tabloid Verbeek mendapat kabar yang tidak biasa. Keturunan Rogier Diederik Marius Verbeek berkunjung ke Sorowako. Bagi dunia geologi, RDM Verbeek adalah nama besar. Geolog dan naturalis berkebangsaan Belanda itu dikenal atas karyanya Krakatau yang disunting antara tahun 1884-1885. Buku tersebut menjelaskan tentang letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883, salah satu letusan gunung api paling mematikan dan paling merusak sepanjang sejarah yang menelan 36.417 korban jiwa. RDM Verbeek merupakan salah satu saksi mata peristiwa tersebut. Karena begitu besarnya kontribusi RDM Verbeek terhadap penelitian geologi di Indonesia, namanya diabadikan menjadi nama barisan pegunungan yang membentang dari Sulawesi Selatan hingga ke Sulawesi Tengah. EC Abendanon dalam bukunya Midden-Celebes-expeditie. Geologische en geographische doorkruisingen van Midden-Celebes (1909) adalah geologis pertama yang menyebutkan Pegunungan Verbeek dalam catatannya. Sejak masih kanak-kanak, Cornelia Elisabeth Maria de Cler-Verbeek, cicit yang berjarak empat generasi dari RDM Verbeek, begitu kerap mendengar kisah kebesaran leluhurnya. “Ayah saya sering menyebut tentang Pegunungan Verbeek di Sulawesi yang namanya diambil dari nama leluhur kami. Saya datang ke sini untuk membuktikan bahwa omongan ayah saya bukan lelucon,” kata Corine, begitu wanita itu biasa disapa. RDM. Verbeek Mendapat kesempatan untuk berbincang langsung dengan darah-daging RDM Verbeek merupakan suatu kehormatan. Sepanjang pembicaraan, Corine tak henti-hentinya melepas pandangan ke arah Pegunungan Verbeek yang tampak jelas dari lokasi pertemuan kami. “Sungguh indah,” kata Corine yang
kini menetap di Berlin, Jerman, bersama suaminya Jan Williem de Cler dan tiga anak mereka.
Sejauh mana Anda mengenal Indonesia?
Saya punya hubungan yang dalam dengan Indonesia. Waktu kecil, saya pernah tinggal di Middelburg, sebuah kota di Belanda. Di kota itu, banyak orang Indonesia. Saya sering melihat orang memakai sarung dan saya sendiri makan pisang goreng sejak kecil. Saya juga sudah beberapa kali berwisata ke Indonesia. Saya sudah pernah ke Jawa, Bali, Lombok, Sumba, Sumbawa, Pulau Komodo, Rote, dan masih banyak lagi. Tahun 1994 saya ke Makassar dan trekking di Rantepao, Toraja. Jadi Indonesia bukanlah negara asing bagi saya.
Kali ini, apakah Anda memang sengaja terbang dari Berlin ke Sorowako?
Sebenarnya tidak. Kami berniat traveling selama 3 minggu ke Manado, Gorontalo, Togean, Ampana, lalu ke Tentena. Sampai di Tentena, saya melihat peta kuno yang di situ tertera lokasi Pegunungan Verbeek di sekitar Malili. Mungkin itu sebuah pertanda. Saya langsung teringat cerita ayah dan ingin sekali melihat langsung pegunungan itu. Lalu saya bertanya kepada pengemudi yang mengantar kami dari Ampana ke Tentena, apa dia tahu persis letak Pegunungan Verbeek? Ternyata dia tidak tahu. Dia juga belum pernah ke Malili tapi dia bersedia mengantar kami ke sana.
Bagaimana perasaan Anda saat berkendara dari Tentena ke Malili?
Saya antusias sekali, meskipun sedikit was-was. Karena pengemudi kami bilang begini, “Hanya ada tiga hal yang akan kita temui di Malili yaitu jalan berbatu,
danau kotor, dan gajah liar.” Tapi walau pun begitu, semangat saya dan suami tidak berkurang. Kami sudah terbiasa dengan segala rintangan yang bakal dijumpai saat traveling.
Lalu bagaimana kesan Anda begitu tiba di Luwu Timur?
Ternyata jalan raya di sini bagus dan mulus, danaunya cantik, dan banyak orang bisa bicara Bahasa Inggris…hahahaha.
Bagaimana Anda bisa sampai di Sorowako?
Sejak pertama kali berniat melihat peta Pegunungan Verbeek, rasanya semesta mendukung. Kami langsung mendapat pengemudi baik hati yang mau mengantar dan secara kebetulan kami bertemu Pendeta Wayan (Pdt. I Wayan Norsa Adiwijaya, red) di Malili yang tahu banyak tentang sejarah dan arkeologi. Melalui Pendeta Wayan, saya dipertemukan dengan geologis PT Vale di Sorowako yang punya data-data valid seputar Pegunungan Verbeek. Maka di sinilah kami. Ternyata tempat ini begitu modern. Kami benarbenar tidak menyangka.
Apa yang Anda rasakan ketika akhirnya bisa melihat Pegunungan Verbeek?
Saya sangat tersentuh. Saya pernah googling tentang pegunungan ini dan yang kelihatan hanya satu titik kecil lewat satelit. Maka saya membayangkan Pegunungan Verbeek hanyalah bukit kecil berbentuk kerucut di tengah-tengah desa. Setelah sampai di sini, ternyata sangat megah, jauh melampaui bayangan saya. Selain terpesona, saya juga bangga karena nama keluarga saya menjadi sesuatu yang besar di sini.
Sebelum Anda, apakah sudah pernah ada anggota keluarga Verbeek yang berkunjung ke Luwu Timur?
Belum pernah. Ayah saya hanya sering bercerita tapi dia sendiri belum pernah ke sini. Saya punya paman yang menetap di Indonesia selama 4 tahun tapi dia belum pernah ke Sulawesi. Beberapa angota keluarga besar saya juga pernah traveling ke Indonesia tapi, sekali lagi, belum pernah ada yang melihat Pegunungan Verbeek. Saya menjadi yang pertama.
Keluarga Anda memang pecinta traveling ya?
Sepertinya traveling sudah mengalir di darah keluarga besar saya. Leluhur kami, Johannes Verbeek, sudah berlayar ke Amerika pada tahun 1600-an. Keluarga kami banyak yang menjadi misionaris sehingga tugasnya memang pergi ke tempat-tempat yang jauh. Saya sendiri seorang filsuf yang berkutat soal do, hope, think (perbuatan, harapan, pemikiran) sehingga melakukan perjalanan, seperti yang saya lakukan saat ini, adalah bagian dari filosofi.
Apakah Anda akan mendokumentasikan perjalanan ke Pegunungan Verbeek ini?
Saya akan menulis untuk Trompenmuseum (museum antropologis di Amsterdam, Belanda, red) tentang perjalanan saya. Dan yang jelas saya akan membuat tulisan untuk keluarga besar. Mereka pasti senang sekali. Saya akan bercerita kalau nama Verbeek sangat terkenal di sini, bahkan diadopsi sebagai nama tabloid dan nama beberapa perusahaan. Kakak saya sudah tidak sabar ingin membaca tulisan saya.[]
16
EVENT Verbeek edisi 20 | 2015
Latihan Penanganan Gawat Darurat untuk Personel PKM
P
erubahan gaya hidup menjadikan penyakit jantung sebagai ancaman utama kesehatan semua kalangan. Maka, penguasaan pengetahuan dan teknis penanganan penderita penyakit jantung patut dimiliki para tenaga medis di area tugas mana pun. Tak terkecuali di Luwu Timur. Terkait itu, Rumah Sakit Inco dan Pemerintah Daerah Luwu Timur, melalui Kemitraan Strategis Bidang Kesehatan Program Terpadu Pengembangan Masyarakat (PTPM), melakukan pelatihan Penanganan Penderita Gawat Darurat dan Trauma (PPGDT) pada pertengahan Juni 2015 lalu di Sorowako. Pelatihan diadakan di Aula TQ 1 YPS, diikuti 20 tenaga medis dari Pusat Kesehatan Masyarakat (PKM/Puskesmas) dari empat wilayah terdampak operasi Perusahaan. Program pelatihan bertujuan meningkatkan kapasitas dan keterampilan tenaga medis Puskesmas dalam menangani pasien jantung dan trauma akibat kecelakaan, keracunan, dan sebagainya. Sebanyak 20 peserta yang terdiri atas perawat dari PKM Mahalona, Bantilang, Timampu, Lampia, dan internal paramedis RS Inco sangat antusias mengikuti paparan para pemateri. Instruktur pelatihan adalah personel RS Inco yang telah mengikuti pelatihan dan mendapatkan sertifikasi Advanced Cardiac Life Support (ACLS) pada November 2014. Pelatihan serupa juga dilakukan untuk tenaga medis dari PKM Malili, Nuha, Wasuponda, dan Towuti, pada Juli 2015.[]
Pelatihan Penanganan Penderita Gawat Darurat dan Trauma, Juni 2015, diikuti oleh tenaga medis dari Puskesmas di empat wilayah terdampak operasi PT Vale. Pelatihan yang menjadi bagian dari Kemitraan Strategis PTPM itu bertujuan untuk meningkatkan kapasitas personel Puskesmas.
Ku i s 1. Ragam keluhan atau gangguan penglihatan.
6. Buah yang kaya vitamin C.
2. Kepanjangan dari P3K.
7. Termasuk olahraga ringan dan tidak banyak menguras tenaga.
A. Rabun jauh B. Rabun dekat C. Katarak D. Semua benar
A. Proaksi Pertama pada Kecelakaan B. Pertolongan Pertama pada Kecelakaan C. Perbuatan Pertama pada Kecelakaan D. Tidak ada yang benar
3. Alat untuk membersihkan mulut dan gigi sehari-hari. A. Sikat gigi B. Pasta gigi C. Obat kumur antiseptik D. Semua benar
4. Sakit kepala dengan gejala seperti berputar-putar. A. Amnesia B. Migrain C. Vertigo D. Pusing
5. Tindakan bukan bukan pola hidup sehat. A. Mencuci tangan sebelum makan dan olahraga B. Makan dengan menu sehat dan seimbang dan istirahat cukup C. Merokok dan minum minuman beralkohol D. Olahraga dan istirahat cukup
A. Bengkuang B. Jeruk C. Timun D. Apel
A. Maraton B. Berenang C. Sepakbola D. Jalan kaki
8. Sumber makanan yang mengandung karbohidrat. A. Beras B. Singkong C. Jagung D. Semua benar
9. Satuan untuk mengukur berat badan di Indonesia. A. Gram B. Kilogram C. Ons D. Pon
10. Yang bukan merupakan bagian dari mata. A. Retina B. Pupil C. Tendon D. Iris
Kirimkan jawaban melalui email
[email protected] atau melalui surat ke alamat redaksi tabloid Verbeek, Kantor Communications & External Affairs PT Vale, Jl. Ternate 44, Pontada, Kec. Nuha, Kab. Luwu Timur, 92984. Sepuluh pengirim yang beruntung akan mendapatkan suvenir dari redaksi. Nama-nama pemenang kuis diumumkan melalui Facebook Tabloid Verbeek.