P3M STIE BANK BPD JATENG
Prestasi Vol. 5 No. 1 - Juni 2009
ISSN 1411 - 1497
MENCERMATI ARTI TANDA PANAH DALAM RELASI ANTAR VARIABEL Oleh : Usman STIE Bank BPD Jateng ABSTRACT Banyak sekali penelitian terdahulu yang model penelitiannya mengandung beragam penafsiran. Salah satunya disebabkan oleh ketidakjelasan arti tanda panah yang menghubungkan antar variabel penelitian. Pengetahuan tentang jenis dan arti hubungan antar variabel serta tanda panah yang merelasikannya sangat diperlukan untuk bisa mengidentifikasi dengan baik model penelitian yang dibangun. Artikel ini mendeskripsikan 3 jenis tanda panah untuk merelasikan antar variabel penelitian, di mana masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda. Selain itu berbagai jenis hubungan antar variabel atau entitas juga dielaborasi, termasuk tanda panahnya untuk menjelaskan arti dari model hubungan antar variabel atau antar entitas tersebut. Keywords:relationship among variables, vaiance model, process model, statistically dependencies. beragam, maka jenis tanda panah yang digunakannya pun beragam, yaitu ada tanda panah tunggal bermata tunggal, tanda panah tunggal bermata ganda, dan tanda panah ganda permata tunggal. Oleh karena itu untuk dapat memilih dan menggunakan tanda panah yang sesuai dengan model penelitian yang diajukan, diperlukan pengetahuan yang lengkap mengenai berbagai jenis hubungan antara variabel, berbagai jenis model penelitian, makna dari hubungan antar variabel, dan tentunya pengetahuan tentang arti tanda panah yang
PENDAHULUAN Model merupakan simplifikasi dari realitas. Dalam hubungan antar variabel, model dapat direpresentasikan dalam dua macam cara, yaitu: dalam bentuk persamaan matematis atau dalam bentuk bagan. Dalam hal merepresentasikan model hubungan antar variabel menggunakan bagan, maka tanda panah memegang peran sentral yaitu sebagai yang menyatakan relasi dalam hubungan antar variabel tersebut. Mengingat bahwa jenis hubungan antar variabel sangat 107
P3M STIE BANK BPD JATENG
Prestasi Vol. 5 No. 1 - Juni 2009
ISSN 1411 - 1497
menghubungkan antar variabel atau antar entitas lainnya. Hal terpenting yang perlu diketahui adalah, tanda panah tidak selalu hanya menyatakan relasi antar variabel saja, melainkan juga seringkali digunakan untuk menyatakan relasi antar kejadian (even), antar objek, atau antar entitas lain yang sifatnya lebih umum. Meskipun dengan tanda panah yang sama, bisa jadi relasi yang terbangun mempunyai arti yang berbeda. Pemahaman secara metodologis dan konseptual serta pengalaman praktis sangat diperlukan untuk dapat mengidentifikasi relasi tersebut sehingga dapat memilih alat analisis yang sesuai untuk model penelitiannya sekaligus mengantisipasi terjadinya salah interpretasi terhadap analisis yang dilakukan.
y = f(x), –dibaca: y merupakan fungsi dari x. Hubungan fungsional tidak mengandung unsur probabilitas, karena jika nilai dari satu atau beberapa variabel diketahui maka nilai dari variabel yang lain dapat diketahui dengan tepat. Sebagai contoh, hubungan antara luas lingkaran dengan jari-jarinya, hubungan antara volume kubus dengan panjang rusuknya, atau hubungan antara biaya tetap dan biaya variabel terhadap biaya total. Dalam hubungan antar variabel yang bersifat deterministik ini, relasinya tidak diwujudkan dalam bentuk bagan melainkan selalu dalam bentuk persamaan matematis. Oleh karenanya tanda panah tidak diperlukan dalam merepresentasikan relasi antara variabel yang hubungannya bersifat deterministik ini. Sementara itu, hubungan yang bersifat probabilistik adalah hubungan antar variabel yang mengandung unsur ketidakpastian atau probabilitas. Hubungan ini juga disebut dengan hubungan statistika. Contoh dari hubungan probabilistik adalah hubungan antara harga dan permintaan. Jika harga naik, permintaan cenderung turun. Namun, kecenderungan ini bukanlah suatu kepastian. Seberapa besar tingkat turunnya permintaan tidaklah sama antara permintaan pada suatu periode dibandingkan periode yang lain, juga tidak sama antara permintaan komoditas yang satu dibandingkan komoditas yang lain. Kenaikan harga belum tentu selalu dibarengi dengan
JENIS HUBUNGAN ANTAR VARIABEL Hubungan Deterministik dan Probabilistik Hubungan antar variabel dapat diklasifikasikan dalam beragam perspektif. Klasifikasi secara umum menggolongkan hubungan antar variabel dalam dua jenis, yaitu: hubungan deterministik dan hubungan probabilistik. Hubungan yang bersifat deterministik adalah hubungan antar variabel yang hanya mengandung unsur kepastian. Hubungan ini juga disebut sebagai hubungan fungsional yang seringkali diwujudkan dalam bentuk persamaan matematis seperti 108
P3M STIE BANK BPD JATENG
Prestasi Vol. 5 No. 1 - Juni 2009
ISSN 1411 - 1497
penurunan tingkat permintaannya, bahkan bisa jadi permintaannya malah naik. Hubungan antar variabel-variabel ekonomi dan hubungan antar variabel dalam ilmuilmu sosial lainnya pada umumnya bersifat probabilistik. Terhadap hubungan yang bersifat probabilistik ini, statistika menjadi pilihan penting sebagai alat bantu analisisnya.
model varians. Teknik analisis yang biasa digunakan untuk menginvestigasi hubungan simetris ini adalah analisis korelasi, seperti analisis korelasi pearson dan korelasi spearman, atau analisis asosiasi antara dua variabel nominal, seperti analisis tabel silang (crosstabs) dengan uji chi-kuadrat. Sementara itu, hubungan antara 2 buah variabel yang bersifat asimetris biasanya digambarkan dengan menggunakan sebuah tanda panah bermata tunggal (X Y). Hubungan asimetris menggambarkan dependensi, yaitu kebergantungan suatu variabel terhadap variabel lainnya. Dengan kata lain, hubungan ini membicarakan bagaimana variasi suatu variabel diprediksi oleh variabel lainnya. Oleh karenanya, model dependensi ini juga termasuk sebagai model varians. Dalam hubungan ini harus jelas ditentukan variabel mana yang bertindak sebagai variabel dependen atau respon atau kriterion dan mana yang bertindak sebagai variabel independen atau prediktor. Kelompok analisis yang biasa digunakan untuk menginvestigasi hubungan asimetris ini disebut analisis dependensi, contohnya analisis regresi dan SEM. Selain kedua jenis hubungan tersebut, terdapat jenis hubungan antara variabel yang disebut hubungan resiprokal (timbal balik). Seharusnya hubungan simetris (korelasional) dan hubungan resiprokal ini dapat dibedakan dengan jelas. Hubungan resiprokal
Hubungan Simetris, Asimetris, dan Resiprokal Dengan perspektif lain, hubungan antar variabel khususnya untuk yang bersifat probabilistik dapat diklasifikasikan ke dalam dua jenis, yaitu hubungan simetris dan hubungan asimetris. Hubungan simetris antar 2 buah variabel biasanya digambarkan dengan menggunakan tanda panah yang bermata ganda di kedua ujungnya (X Y). Hubungan simetris yang sering disebut sebagai hubungan korelasional ini sekedar membicarakan ada-tidaknya ataupun kuatnya relasi antar variabel dan tidak membicarakan hubungan dependensi atau pengaruh suatu variabel terhadap variabel yang lain. Dengan demikian, tidak penting lagi untuk menetapkan variabel mana yang bertindak sebagai variabel dependen dan mana yang bertindak sebagai variabel independen. Jadi, dalam hubungan simetris ini yang dievaluasi adalah apakah variasi yang terdapat pada suatu variabel terkait dengan variasi pada variabel lainnya. Oleh karenanya model hubungan simetris dikatakan sebagai 109
P3M STIE BANK BPD JATENG
Prestasi Vol. 5 No. 1 - Juni 2009
ISSN 1411 - 1497
digambarkan dengan menggunakan 2 buah tanda panah bermata tunggal dalam arah yang saling berkebalikan (X Y). Hubungan ini membicarakan dependensi timbal balik antar dua buah variabel. Di satu sisi atau pada keadaan tertentu X bertindak sebagai variabel independen dan di sisi atau pada keadaan yang lain X bertindak sebagai variabel dependen. Demikian pula dengan variabel Y. Jadi, hubungan resiprokal merupakan gabungan 2 buah hubungan asimetris antar 2 variabel dengan arah yang saling berkebalikan sehingga analisisnya termasuk sebagai analisis dependensi. Karena dalam model resiprokal variasi suatu variabel diprediksi oleh variabel yang lain, oleh karenanya model ini juga termasuk sebagai model varians.
independen yang berakibat pada perubahan nilai pada variabel dependen. Dari rancangan penelitian eksperimental, hubungan kausalitas ini biasa dihasilkan. Hal yang pasti, kausalitas dalam hubungan statistika selalu mengandung makna dependensi secara statistik. Pada kenyataanya memang tidak mudah membicarakan konsep kausalitas. Interpretasi kausalitas sangat bergantung pada substansi dari variabel-variabel penelitiannya dan juga pada pengetahuan dan pengalaman sebelumnya dari si peneliti mengenai variabel-variabel tersebut. Dari sudut pandang matematis, model regresi yang seringkali menjadi representasi dari hubungan kausalitas menggunakan tanda “=” untuk menghubungkan variabel dependen dengan variabelvariabel independen. Secara matematis, jika A = B maka B = A. Jadi tanda “=” hanya menjelaskan persamaan dan sama sekali tidak mencerminkan sebab-akibat. Selain itu, kata “penyebab” juga bukan merupakan bahasa teori probabilitas sehingga tidak ada pengujian statistik langsung terhadapnya (Grace, 2006). Perhatikanlah dua buah contoh berikut ini. Pertama, konsumsi karbohidrat per hari menentukan kadar gula darah seseorang. Kedua, usia seseorang menentukan tingkat risiko penyakit diabetes. Pada kedua contoh tersebut dapat dikenali adanya dependensi secara statistik antar variabel. Namun banyak yang berpendapat bahwa hanya pada contoh pertama saja
DEPENDENSI SECARA STATISTIK DAN HUBUNGAN KAUSALITAS Dependensi atau kebergantungan dalam hubungan probabilistik merupakan dependensi secara statistik. Dependensi secara statistik seringkali ditafsirkan sama dengan hubungan kausalitas (sebabakibat). Namun banyak juga yang berpendapat tidak selalu harus demikian. Kedudukan dependensi secara statistik adalah sebagai subjek dari interpretasi hubungan kausalitas. Sementara itu interpretasi hubungan kausalitas dapat dilakukan bilamana bisa diasumsikan terdapat manipulasi yang cukup terhadap variabel 110
P3M STIE BANK BPD JATENG
Prestasi Vol. 5 No. 1 - Juni 2009
ISSN 1411 - 1497
hubungan kausalitas dapat diinterpretasikan, karena dapat dilakukan manipulasi yang cukup terhadap variabel independen untuk mendapatkan perubahan nilai pada variabel dependen. Implikasi dari hal ini adalah munculnya perdebatan di kalangan peneliti mengenai penggunaan kata “pengaruh” dan “prediksi” dalam mendeskripsikan hubungan statistik antara variabel independen dan dependen, terutama dalam model regresi. Kata “pengaruh” lebih berkonotasi pada hubungan kausalitas, sedangkan “prediksi” bersifat lebih umum sebagaimana dependensi secara statistik. Banyak peneliti yang tidak mempermasalahkan kalimat “Pengaruh return on assets (ROA) terhadap tingkat pertumbuhan laba perusahaan”. Namun, tidak sedikit juga yang mempermasalahkannya dan mereka lebih setuju dengan kalimat “Penggunaan return on assets (ROA) untuk memprediksi pertumbuhan laba perusahaan”. Kalimat “Pengaruh rasio profitabilitas terhadap kinerja keuangan” adalah kalimat yang janggal, dan banyak peneliti yang lebih setuju dengan kalimat “Kemampuan rasio profitabilitas untuk memprediksi kinerja keuangan”, atau “Pengaruh tingkat profitabilitas terhadap kinerja keuangan”. Meskipun perbedaan istilah antara dependensi secara statistik dan hubungan kausalitas barangkali berguna, namun tulisan ini tidak secara spesifik mempertentangkan
penggunaan kedua terminologi tersebut, dan tidak juga terhadap penggunaan kata “pengaruh” dan “prediksi”. Penggunaan kata “pengaruh” dalam tulisan ini selalu dimaksudkan dengan adanya dependensi secara statistik dan boleh juga diinterpretasikan sebagai hubungan kausalitas. TANDA PANAH “ ” DALAM HUBUNGAN ANTAR VARIABEL Pada umumnya tanda panah “” dalam hubungan antar variabel diartikan sebagai hubungan kausalitas, meski sebenarnya tidaklah selalu demikian. Bila dicermati, ada banyak arti dari tanda panah tersebut, meskipun tidak selalu berkaitan dengan pembicaraan hubungan antar variabel. Tentunya harus berhati-hati dalam menterjemahkannya. Tanpa kehati-hatian bisa memunculkan potensi multi tafsir yang berujung pada model penelitian yang menjadi tidak bermakna. Model Sukses Sistem Informasi oleh DeLone dan McLean (1992) adalah sebuah contoh yang ditunjukkan oleh Seddon (1997) bahwa tanda panah dalam model tersebut mengandung banyak arti, sehingga menurut Seddon model tersebut perlu direspesifikasi. Beberapa arti tanda panah yang sering dijumpai dalam sejumlah besar model penelitian tentunya perlu dibicarakan lebih rinci.
111
P3M STIE BANK BPD JATENG
Prestasi Vol. 5 No. 1 - Juni 2009
ISSN 1411 - 1497 keduanya sama-sama merupakan variabel manifest atau observed. Sebagai contoh, perhatikan Gambar 1.
Tanda Panah yang Menunjukkan Model Varians Tanda panah dalam model hubungan simetris, (X Y) asimetris (X Y) maupun hubungan resiprokal (X Y) menunjukkan bahwa model tersebut merupakan model varians. Dalam model varians, variabilitas suatu variabel berkaitan dengan variabilitas variabel yang lain. Untuk hubungan asimetris X Y, model varians ini dapat diartikan bahwa variabilitas Y ditentukan atau dapat diprediksi oleh variabilitas X. Dengan kata lain, variasi yang terdapat pada variabel-variabel independen memenuhi syarat cukup dan juga syarat perlu untuk menjadi penyebab variasi yang terdapat pada variabel dependen. Terhadap model ini dapat dilakukan pengujian secara empiris dengan menggunakan data sampel berukuran besar dan selanjutnya dengan teknik statistika tertentu (seperti OLS –ordinary least square atau PLS –partial least square) dilakukan inferensi mengenai keadaan populasi. Model varians merepresentasikan dependensi secara statistik. Bentuk spesifik dari model dependensi secara statistik dapat diklasifikasikan menjadi 2 macam, yaitu hubungan pengaruh dan hubungan pengukuran. Jadi dalam banyak kasus, X Y dapat diartikan dengan “X mempengaruhi Y” atau “X mengukur Y”. X Y lebih tepat diartikan dengan “X mempengaruhi Y” jika kedua variabel merupakan variabel laten atau unobserved, atau jika
Kualitas Layanan
Kepuasan Pelangan
Gambar 1 Baik kualitas layanan maupun kepuasan pelanggan, keduanya merupakan variabel laten, sehingga model tersebut lebih tepat dibaca “kualitas layanan mempengaruhi kepuasan pelanggan” atau “pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan pelanggan”. Demikian juga jika X dan Y keduanya merupakan variabel observed atau manifest, atau indikator, maka X Y seharusnya dibaca “X mempengaruhi Y”. Sebagai contoh: Tinggi Badan
Berat Badan
Gambar 2 Karena keduanya merupakan variabel yang dapat diukur secara langsung, maka model tersebut dibaca: “tinggi badan mempengaruhi berat badan”. Contoh yang lain: “tingkat empati seseorang dalam memberikan pelayanan tingkat respon seseorang dalam memberikan pelayanan”. Karena keduanya merupakan variabel indikator, yaitu indikator dari konsep kualitas layanan, maka tanda panah yang
112
P3M STIE BANK BPD JATENG
Prestasi Vol. 5 No. 1 - Juni 2009
ISSN 1411 - 1497
menghubungkan keduanya lebih tepat dibaca “mempengaruhi”. Sementara itu, tanda panah yang menghubungkan dua buah variabel lebih tepat dibaca “mengukur” daripada “mempengaruhi” jika variabel yang berada di belakang pangkal panah (prediktor) merupakan variabel indikator atau manifest yang menunjukkan ukuran (measure) sedangkan variabel di depan mata panah (respon) merupakan variabel laten atau unobserved. Perhatikanlah contoh berikut:
Tingkat Empati
Jaminan
Gambar 4 Model tersebut lebih tepat dibaca: “tingkat empati, tingkat respon, dan jaminan mengukur kualitas layanan”, atau “kualitas layanan diukur oleh tingkat empati, tingkat respon, dan jaminan”. Model yang demikian biasa disebut sebagai model pengukuran. Dalam konteks pembicaraan relasi antara variabel-variabel indikator dengan variabel laten ini, tentunya tidak setiap sejumlah variabel indikator yang dihubungkan dengan sebuah variabel laten menggunakan sejumlah tanda panah dengan sendirinya menjadi sebuah model pengukuran. Pengetahuan tentang konsep masing-masing variabel-variabel yang direlasikan sangat diperlukan untuk bisa membangun sebuah model pengukuran. Pada Gambar 4, tanda panah yang menghubungkan antar variabel berasal dari indikator menuju variabel laten. Indikator dalam model pengukuran yang demikian disebut sebagai indikator formatif. Model dengan indikator formatif ini banyak dijumpai dalam analisis faktor komponen utama (principal component analysis) dan analisis yang menggunakan Partial Least Square (PLS). Sebaliknya, dalam
Kualitas Layanan
Tingkat Empati
Kualitas Layanan
Tingkat Respon
Gambar 3 Tingkat empati adalah variabel indikator, sedangkan kualitas layanan adalah variabel laten, sehingga tanda panah yang menghubungkan kedua variabel lebih tepat dibaca “mengukur”. Meskipun demikian, tetap tidak ada salahnya jika dibaca: tingkat empati mempengaruhi kualitas layanan, karena jika X mengukur Y, maka dengan sendirinya X mempengaruhi Y. Contoh lain adalah sebagaimanaGb 4. Kata “mengukur” lebih tepat digunakan daripada “mempengaruhi” bilamana banyaknya variabel indikator lebih dari 1. Sebagai contoh:
113
P3M STIE BANK BPD JATENG
Prestasi Vol. 5 No. 1 - Juni 2009
ISSN 1411 - 1497
model pengukuran di mana tanda panah berasal dari variabel laten menuju ke masing-masing indikator maka indikatornya dinamakan indikator reflektif. Pada contoh sebagaimana Gambar 5Error! Reference source not found., tingkat empati, tingkat respon, dan jaminan yang digunakan untuk mengukur variabel laten kualitas layanan, merupakan indikator reflektif. Model dengan indikator reflektif dijumpai pada analisis faktor biasa (ordinary factor analysis) dan analisis yang menggunakan model persamaan struktural (structural equation Pendidikan modeling). Ayah
Tingkat Empati Tingkat Respon
Pendidikan Ibu Kualitas
mengestimasi nilai-nilai variabel laten. Namun satu hal yang perlu diingat bahwa secara konseptual variabel laten merupakan variabel yang “sebenarnya” yang menjadi interes peneliti, sedangkan indikator hanyalah merupakan manifestasi efek-efek dari entitas yang sebenarnya tersebut.
Latar Belakang Pendidikan Keluarga
Tingkat Pencapaian Pendidikan
Layanan
Jaminan
Pencapaian Kuantitatif Pencapaian Verbal
Gambar 6
Gambar 5
Perhatikanlah model lengkap (full model) sederhana pada Gambar 6 mengenai tingkat pencapaian pendidikan seseorang. Pada model tersebut, relasi antara variabel latar belakang pendidikan keluarga dan variabel tingkat pencapaian pendidikan merupakan model struktural. Variabel di belakang pangkal panah adalah variabel independen dan yang di depan mata panah adalah variabel dependen. Model struktural tersebut dapat dibaca dengan “latar belakang pendidikan keluarga berpengaruh terhadap tingkat pencapaian pendidikan”.
Dengan adanya dua macam indikator pada model pengukuran, maka tentunya dalam model pengukuran tidak perlu dibicarkan lagi variabel mana yang bertindak sebagai variabel independen dan mana yang berlaku sebagai variabel dependen. Pembicaraan tentang hal ini menjadi tidak relevan lagi. Pada mulanya, tanda panah yang menunjukan arah kausalitas dari variabel laten ke indikator ini bisa jadi membingungkan. Hal ini karena nilai-nilai dari variabelvariabel observed (indikator) pada umumnya digunakan untuk 114
P3M STIE BANK BPD JATENG
Prestasi Vol. 5 No. 1 - Juni 2009
ISSN 1411 - 1497
Sementara itu, relasi antara variabel pendidikan ayah dan pendidikan ibu terhadap variabel latar belakang pendidikan keluarga, dan relasi antara variabel pencapaian kuantitatif dan pencapaian verbal terhadap variabel tingkat pencapaian pendidikan merupakan model pengukuran. Terhadap model pengukuran tentunya tidak perlu dibicarakan mana yang merupakan variabel dependen dan mana yang independen. Juga tidak perlu dikatakan bahwa latar belakang pendidikan keluarga berpengaruh terhadap pendidikan ayah dan pendidikan ibu ataupun sebaliknya. Namun, cukup dikatakan bahwa variabel latar belakang pendidikan keluarga diukur (diproksi) dengan variabel indikator pendidikan ayah dan pendidikan ibu. Demikian halnya berlaku bagi model pengukuran untuk variabel tingkat pencapaian pendidikan.
individual, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, dan kepemilikan manajerial. Seringkali tanda-tanda panah digunakan untuk menggambarkan hubungan antara variabel-variabel atau entitas tersebut dengan masing-masing kategorikategorinya sebagaimana Gambar 7. Komandan Birokrat Pelayan
Gaya Kerja
Manajer Bohemian
Individual Institusional Asing
Struktur Kepemilikan
Manajerial
(a) Gambar 7
Tanda Panah yang Menunjukkan Klasifikasi Ada sejumlah variabel penelitian, atau lebih tepatnya disebut entitias yang terdiri dari sejumlah kelas atau kategori. Sebagai contoh, variabel Gaya Kerja terdiri dari kategori gaya kerja: komandan, birokrat, pelayan, manajer, dan bohemian. Dengan kata lain, kelima gaya kerja ini merupakan kategorikategori atau klasifikasi dari Gaya Kerja. Demikian juga dengan struktur kepemilikan saham perusahaan, dapat diklasifikasikan misalnya menjadi kepemilikan
Variabel Gaya Kerja dan variabel Struktur Kepemilikan seolah-olah bagaikan variabel laten atau konstruk yang diukur dengan sejumlah indikator, –dalam hal ini indikator reflektif. Dengan kata lain, tanda panah yang sebenarnya menunjukkan klasifikasi dibaca sebagai tanda panah yang berkaitan dengan pengukuran atau model varians. Kalau dicermati, sebenarnya “variabel-variabel laten” tersebut, yaitu Gaya Kerja dan Struktur Kepemilikan hanyalah merupakan 115
P3M STIE BANK BPD JATENG
Prestasi Vol. 5 No. 1 - Juni 2009
ISSN 1411 - 1497
variabel-variabel nominal dengan sejumlah kategori sebagaimana variabel jenis kelamin dengan kategori laki-laki dan perempuan atau profesi seseorang dengan kategori pedagang, pengusaha, pegawai, pelajar, dll. Dari Gambar 7 (a) diketahui bahwa kelima macam gaya kerja tersebut tidak bisa diperlakukan sebagai indikator yang mengukur Gaya Kerja. Seseorang yang dalam bekerja cenderung menggunakan gaya komandan dengan sendirinya tidak atau minim sekali menggunakan gaya kerja yang lain. Tidaklah mungkin seseorang mempunyai kelima macam gaya kerja sekaligus dengan kelimanya menunjukkan skor yang tinggi. Sudah tentu jika salah satu gaya kerja seseorang mempunyai skor tinggi maka gaya kerja yang lain pasti akan mempunyai skor rendah, atau dengan kata lain saling menghilangkan satu dengan yang lain. Hal ini karena kelima gaya kerja tersebut bukanlah indikator variabel Gaya Kerja, melainkan sekedar klasifikasi atau kategori. Bandingkan dengan: Kecepatan, Keramahan, dan Penampilan Diri yang ketiganya merupakan indikator dari Kualitas Layanan petugas front office. Sangat mungkin seorang petugas front office memiliki skor yang sama-sama tinggi untuk ketiga indikator tersebut, dan sebaliknya juga sangat mungkin mempunyai skor yang sama-sama rendah untuk ketiganya. Semakin tinggi skor ketiga indikator tersebut maka semakin tinggi pula kualitas
layanan yang diberikan, dan demikian sebaliknya. Demikian halnya dengan Struktur Kepemilikan saham suatu perusahaan sebagaimana Gambar 7 (b). Tidaklah mungkin persentase kepemilikan individual, institusional, asing, dan manajerial keempatnya sama-sama mempunyai persentase tinggi. Bukankah total kepemilikan untuk kesemua unsur adalah 100%? Jika persentase sebagian kepemilikan tinggi, maka kepemilikian yang lain sudah pasti akan rendah. Demikian pula sebaliknya. Jadi tidaklah mungkin keempatnya sama-sama tinggi atau sama-sama rendah. Jadi, Kepemilikan Individual, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Internal, dan Kepemilikan Manajerial bukanlah indikator atau manifest dari Struktur Kepemilikan, melainkan sekedar klasifikasi atau kategori. Dengan demikian jika salah satu konsep dalam penelitian Anda adalah Struktur Kepemilikan, maka untuk mengukurnya Anda hanya bisa menggunakan salah satu saja dari kategori-kategori struktur kepemilikan yang ada, misalnya hanya kepemilikan publik (gabungan individual dan institusional), atau hanya kepemilikan CEO. Atau, Anda juga bisa menggunakan semua kategori struktur kepemilikan, namun bukan sebagai indikator suatu konsep melainkan masing-masing berdiri sendiri sebagai variabel.
116
P3M STIE BANK BPD JATENG
Prestasi Vol. 5 No. 1 - Juni 2009
ISSN 1411 - 1497 Panah yang menghubungkan kejadian C dengan kejadian D dalam model proses menunjukkan bahwa jika kejadian A, B, dan C telah terjadi, dan kemudian kejadian D terjadi, selanjutnya kejadian E dan F akan mengikuti. Jadi panah yang terdapat dalam model hanya menunjukkan urutan kejadian, dan bukan hubungan kausalitas sehingga tidak mungkin untuk mengadopsi interpretasi model varians pada model tersebut. Dari uraian di atas dapat dipetik sebuah pelajaran bahwa jika sebuah tanda panah menghubungkan dua buah entitas, objek, atau variabel, maka harus diperhatikan
Tanda Panah yang Menunjukkan Proses Perhatikanlah contoh model seperti Gambar 8 di bawah ini. (A): seorang penderita malaria digigit nyamuk malaria, (B): parasit nyamuk malaria berkembang biak di tubuh nyamuk menjadi parasit-parasit baru, (C): setelah beberapa waktu, parasit malaria baru menempel di ludah nyamuk, (D): ketika nyamuk tersebut menggigit seseorang yang lain, maka parasit malaria yang baru akan ditransmisikan ke tubuh orang tersebut, (E): parasit baru berkembang biak di tubuh orang tersebut, (F): orang tersebut terjangkit penyakit malaria. A
B
C
D
E
F
bahwa bisa jadi tanda panah tersebut mengandung 2 macam arti. Pertama, menunjukkan urutan kejadian atau proses yang menjelaskan bahwa suatu kejadian didahului oleh kejadian yang lain. Kedua, menunjukkan hubungan dependensi atau berkaitan dengan model varians yang menjelaskan bahwa variasi variabel-variabel yang di belakang pangkal panah (variabel independen) memenuhi syarat cukup dan juga syarat perlu untuk menjadi penyebab variasi yang terdapat pada variabel yang terdapat di depan mata panah (variabel dependen).
Gambar 8 Model di atas adalah model proses yang menunjukkan bagaimana kombinasi sejumlah kejadian tertentu dalam urut-urutan tertentu menyebabkan suatu outcome tertentu. Masing-masing kejadian dalam proses tersebut hanya memenuhi syarat perlu tetapi tidak cukup sebagai penyebab outcome. Untuk bisa terjangkit penyakit malaria tidak cukup hanya dengan digigit nyamuk malaria saja, tetapi merupakan kombinasi dari uruturutan kejadian. Kejadian C bukanlah penyebab kejadian D.
117
P3M STIE BANK BPD JATENG
Prestasi Vol. 5 No. 1 - Juni 2009
ISSN 1411 - 1497
Ketidakhati-hatian dengan mencampuradukkan varians dan proses dalam satu model berpotensi menimbulkan interpretasi yang membingungkan. Sebagai contoh, model suskes sistem informasi oleh DeLone dan McLean (1992) sebagaimana Gambar 9 telah dikritisi oleh Seddon (1997). Menurutnya mereka telah mencampuradukkan model varians dan model proses sehingga kotak-kotak dan panahpanah dalam model tersebut dapat diartikan berlaku sebagai varians dan sekaligus sebagai proses. Terhadap model varians dapat dilakukan pengujian secara empiris dengan menggunakan data sampel berukuran besar dan selanjutnya dengan teknik statistika tertentu (seperti OLS, PLS, SEM) dilakukan inferensi mengenai keadaan populasi. Namun demikian tidak berlaku bagi model proses.
System Quality
Quality, dan User Satisfaction merupakan bagian dari model varians dengan Use sebagai variabel dependen. Di sisi lain, Use dapat dipandang sebagai suatu kejadian dalam suatu proses yang mengawali terjadinya dampak individual dan organisasional, sehingga User Satisfaction, Individual Impact, dan Organizational Impact merupakan outcome dari suatu proses yang diawali dari Use. Jadi, bagian model di mana Use direlasikan menggunakan tanda panah dengan Individual Impact, dan Individual Impact yang direlasikan menggunakan tanda panah dengan Organizational Impact bukanlah model varians, melainkan hanya sebuah urut-urtan kejadian atau proses. Dengan demikian seharusnya tidak dilakukan inferensi untuk analisis dependensi di mana Use
Use Individual Impact
Information Quality
Organizational Impact
User Satisfaction
dipandang sebagai variabel independen dan Individual Impact sebagai variabel dependennya. Jika model varians dan model prose dicampuradukkan sebagaimana model dari DeLone dan McLean (1992) ini, maka bermacam-macam
Gambar 9 Model pada Gambar 9 menunjukkan bahwa Use dapat berlaku sebagai variabel dependen dalam model varians, sehingga panah-panah yang keluar dari konstruk System Qualtiy, Information 118
P3M STIE BANK BPD JATENG
Prestasi Vol. 5 No. 1 - Juni 2009
ISSN 1411 - 1497
arti dapat terjadi dan model yang diajukan menjadi kurang bermakna.
terdapat di depan mata panah (variabel dependen).
KESIMPULAN Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa: 1. Tanda panah biasa digunakan untuk merelasikan antar variabel dalam hubungan probabilitas, yaitu hubungan simetris, hubungan asimetris, dan hubungan resprokal. 2. Model dalam semua hubungan probabilitas selalu menggambarkan model varians, yaitu variasi dari satu atau beberapa variabel dapat menjelaskan atau berelasi dengan variasi variabel lain yang dihubungkan. 3. Model dalam hubungan probabilitas yang bersifat asimetris selalu menggambarkan dependensi secara statistik, namun hanya pada sebagian kasus dapat ditafsirkan sebagai hubungan kausalitas. 4. Dua atau lebih entitas atau variabel yang dihubungkan dengan tanda panah tidak selalu merupakan model varians, khususnya hubungan probabilitas asimetris. Relasi antar variabel menjadi sebuah model varians hanya bilamana variasi variabelvariabel yang di belakang pangkal panah (variabel independen) memenuhi syarat cukup dan juga syarat perlu untuk menjadi penyebab variasi yang terdapat pada variabel yang
DAFTAR PUSTAKA Bollen,
Kenneth A. (1989), Structural Equations with Laten Variables, Wiley, New York.
Browne, Michael W. dan Cudeck, Robert. (1989), Single Sample Cross-Validation Indices for Covariance Structures, Multivariate Behavioral Research, 24, 445 – 455. Chang, Jerry Cha-Jan. dan King, Willliam R. (2005), Measuring the Performance of Information Systems: A Functional Scorecard, Journal of Management Information Systems, 22, 1, 85 – 115. Cooper, Donald R. and Pamela S. Schindler. (2003), Business Research Methods, Eight Edition. International Edition. New York: McGraw-Hill. DeLone, Wiiliam H. dan McLean Epharim R. (1992), Information Systems Success: The Quest for the Dependent Variable, Information Systems Research, 3, 1, 60 – 94.
119
P3M STIE BANK BPD JATENG
Prestasi Vol. 5 No. 1 - Juni 2009
ISSN 1411 - 1497
Govindaraju, Rajesri dan Usman (2007), Measuring the Performance of Information System Function, Proceeding: Asia Pacific Conference on Manufacturing System.
Studium und Oldenbourg München.
Praxis, Verlag,
Schumacker, Randall E., dan Lomax, Richard G. (1996), A Beginer’s Guide To Structural Equation Modeling, Lawrence Erlbaum Associates, Inc., Publishers, Mahwah, New Jersey.
Gujarati, Damodar N. (1988), Basic Econometric, 2nd ed., McGraw-Hill Book Company, Singapore. Grace, James B. (2006), Structural Equation Modeling and Natural Systems, Cambridge University Press, Cambridge. Hair, Joseph F., Black, William C., Babin, Barry J., Anderson, Rolph E., Tatham, Ronald L. (2006), Multivariate Data Analysis – Sixth Edition, Pearson Education, Inc., New Jersey.
Seddon,
Peter B. (1997), A Respecification and Extension of the DeLone and McLean Model of IS Success, Information Systems Research, 8, 3.
Sekaran,
Uma (2003), Research Methods for Business, John Wiley & Sons, Inc.
Sharma, Subash (1996), Applied Multivariate Techniques, John Wiley & Sons, Inc. New York.
Hussey, J. & Hussey, R. (1997), Business research: A practical guide for undergraduate and postgraduate students, London: MacMillan Press.
Yin, Robert K. (1994), Case Study Research – Design and Methods, California: SAGE Publications, Inc.
Kline, Rex B. (2005), Principles and Practice of Structural Equation Modeling – Second Edition, The Guilford Press, New York. Martens, Jul (1999), Statistische Datenanalyse mit SPSS für Windows – Managementwissen für 120