Menata dan Memperkuat Perbankan Indonesia, Menyongsong Pemulihan Ekonomi Global Dr. Darmin Nasution Pjs. Gubernur Bank Indonesia Pertemuan Tahunan Perbankan 2010 22 Januari 2010
Yang saya hormati, Para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, Para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Para Pemimpin Perbankan di Tanah Air, Hadirin sekalian yang berbahagia, Assalamu‘alaikum Wr. Wb, Selamat malam dan salam sejahtera bagi kita semua,
1. Di malam yang baik ini, mari kita panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kesempatan yang diberikan sehingga kita dapat berkumpul pada Pertemuan Tahunan Perbankan 2010. 2. Walau 2010 telah tiga minggu berselang, ijinkan saya, atas nama seluruh anggota Dewan Gubernur dan pegawai Bank Indonesia, mengucapkan Selamat Tahun Baru 2010 kepada para hadirin sekalian. Semoga di tahun 2010 ini, kita semua akan mengalami peningkatan dalam pencapaian di bidang masingmasing. Saya optimis pengalaman berat di tahun yang lalu akan menguatkan langkah ke depan kita semua dalam menghadapi berbagai tantangan.
1
Hadirin sekalian yang saya hormati, 3. Kita baru saja melalui tahun 2009, tahun yang penuh tantangan bagi perekonomian Indonesia. Melalui pergulatan yang tidak ringan terutama sejak triwulan akhir 2008 dan di awal tahun 2009, kita dapat melalui tahun yang sulit ini
dengan
sejumlah
pencapaian
yang
patut
dibanggakan.
Resiliensi
perekonomian kita dalam merespon ekonomi global relatif tinggi. Pertumbuhan ekonomi 2009 mencapai 4,3%, sehingga perekonomian kita termasuk dalam kelompok sedikit negara yang masih bisa tumbuh positif. 4. Kinerja yang positif ini tidak terlepas dari upaya kita bersama dalam mencegah dalamnya pelemahan perekonomian domestik.
Di sisi fiskal, stimulus yang
diberikan berhasil menjaga daya beli masyarakat dan insentif bagi dunia usaha di tengah melemahnya permintaan dunia. Terjaganya resiliensi perekonomian domestik ini juga didukung oleh pelonggaran kebijakan moneter yang dilakukan sejak akhir 2008. 5. Di sisi harga, inflasi tahun 2009 tercatat hanya sebesar 2,78%, yang merupakan angka terendah selama 10 tahun terakhir. Walaupun perlambatan ekonomi turut menahan inflasi, upaya Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas nilai tukar tak dapat dipungkiri memiliki peran dalam menurunkan ekspektasi inflasi. Disamping itu, kebijakan pemerintah untuk menurunkan harga BBM dan transportasi cukup signifikan dalam mendorong rendahnya inflasi. Stabilitas harga pangan di tahun 2009 juga memberikan sumbangan yang positip pada rendahnya inflasi. 6. Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencapai surplus sekitar USD 12 miliar, didukung oleh surplusnya transaksi berjalan dan transaksi modal dan
2
finansial. Cadangan devisa akhir tahun 2009 tercatat sebesar USD 66,1 miliar, atau setara kemampuan mengimpor selama 6,6 bulan ditambah kemampuan membayar seluruh hutang luar negeri pemerintah. 7. Perkembangan sektor eksternal yang positif ini secara fundamental mendorong penguatan
nilai tukar rupiah, terutama sejak triwulan II-2009.
Rupiah mulai
mengalami apresiasi sejak triwulan II hingga mencapai level Rp9.425 per USD pada akhir 2009, atau menguat 16% sejak triwulan II tersebut. 8. Sementara itu, kebijakan moneter yang akomodatif sepanjang tahun 2009 ikut mendukung kinerja perekonomian. BI rate terus diturunkan hingga Agustus 2009, masing-masing 50 bps per bulan selama Januari-Maret dan 25 bps per bulan sepanjang April-Agustus, untuk kemudian dipertahankan tetap sejak September 2009 sampai saat ini. Urutan penetapan BI rate ini merupakan inti dari pelonggaran moneter yang secara sadar dipilih. Kebijakan ini juga didukung oleh langkah-langkah di tataran operasional seperti memperkuat operasi pasar terbuka dan memperbaiki struktur suku bunga. Hadirin sekalian yang saya hormati, 9. Pada tahun 2010, prospek ekonomi domestik diperkirakan akan semakin membaik. Ekonomi diperkirakan akan tumbuh sekitar 5,2% di 2010 dan selanjutnya meningkat menjadi sekitar 6,0% pada 2011. Prospek pertumbuhan ini diperkirakan akan disebabkan oleh kondisi eksternal yang lebih kondusif dengan pulihnya ekonomi dunia. Namun, pemulihan global ini bergantung pada kesuksesan exit policy di negara-negara maju dan mitra dagang Indonesia. Sedangkan terkait prospek stabilitas harga, tekanan inflasi di 2010 diperkirakan
3
masih akan bersumber dari persoalan struktur pasar sejumlah komoditas makanan, distribusi, serta pengaruh harga internasional. 10. Namun demikian, pencapaian prospek perekonomian di atas menghadapi sejumlah tantangan yang tidak ringan. Tantangan utama adalah bagaimana mendorong struktur pertumbuhan yang lebih seimbang melalui peningkatan investasi.
Upaya ini tentunya membutuhkan ketersediaan infastruktur yang
memadai dan perbaikan iklim investasi. Upaya ini juga sangat relevan dalam rangka memanfaatkan peluang dari pemulihan ekonomi global, termasuk dalam mengundang FDI.
Karakteristik industri pengolahan yang sangat tergantung
bahan baku impor dan berdaya saing rendah berpotensi menjadi hambatan peningkatan produksi dalam memenuhi kenaikan permintaan domestik maupun eksternal. 11. Tantangan lain muncul dari masih adanya keterbatasan transmisi kebijakan moneter. Efektivitas transmisi kebijakan moneter melalui perbankan, baik untuk penurunan suku bunga maupun peningkatan kredit, masih perlu ditingkatkan. Penurunan suku bunga kredit menurut hemat saya masih dimungkinkan karena masih tingginya rentang bunga (spread) terhadap suku bunga deposito. Hadirin sekalian yang saya hormati, 12. Ke depan, kebijakan moneter diarahkan untuk menjaga agar inflasi rendah dan stabil. Untuk tahun 2010, sasaran inflasi Bank Indonesia berada pada kisaran 5%±1%. Dalam jangka menengah, Bank Indonesia mengarahkan agar inflasi terus dalam tren yang menurun sehingga berada pada tingkat yang rendah sebanding dengan tingkat inflasi di negara kawasan, yang sudah berada pada kisaran 3%.
Upaya mencapai tingkat inflasi yang rendah dalam jangka
4
menengah ini sangat relevan untuk menjaga daya saing perekonomian domestik, terutama dalam menghadapi ASEAN Economic Community pada tahun 2015. 13. Dalam rangka mencapai target inflasi tersebut, Bank Indonesia berkomitmen untuk mengarahkan BI rate dalam takaran yang tepat secara konsisten, sehingga inflasi dan ekspektasi inflasi tergiring ke target inflasi jangka menengah yang diinginkan sebagai jangkar. Penentuan BI rate akan selalu mempertimbangkan outlook perekonomian domestik maupun global. Untuk saat ini dampak exit policy negara-negara maju terhadap pemulihan ekonomi dunia juga dipertimbangkan. Hal ini perlu untuk berjaga-jaga terhadap kemungkinan bahwa pemulihan ekonomi kurang sesuai dengan perkiraan sebelumnya. 14. Untuk memitigasi shock yang kemungkinan dapat muncul di perekonomian Indonesia, Bank Indonesia memiliki strategi kebijakan yang mengkombinasikan penggunaan respon suku bunga dan manajemen volatilitas nilai tukar. 15. Di sisi nilai tukar, Bank Indonesia akan tetap berupaya menjaga agar volatilitas nilai tukar yang terjadi di pasar tidak berlebihan. Dalam kaitan ini, BI akan tetap mengoptimalkan penggunaan instrumen moneter yang ada, disertai dengan aturan kehati-hatian untuk menghindari munculnya ketidakstabilan sistem keuangan. 16. Dalam tataran implementasi kebijakan moneter, Bank Indonesia akan terus aktif menjaga koridor suku bunga pasar uang dan lebih mengoptimalkan penggunaan berbagai instrumen moneter yang ada. 17. Untuk mendorong peningkatan produksi dan kelancaran distribusi yang berperan menahan inflasi, Bank Indonesia akan lebih mengintensifkan upaya-upaya pengendalian inflasi di daerah dengan memberdayakan Kantor Bank Indonesia untuk bekerja lebih aktif lagi sebagai penggerak Tim Pengendalian Inflasi Daerah 5
(TPID). Dalam kaitan ini, kerjasama dengan pemerintah daerah sangat penting sifatnya. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, Bank Indonesia mengucapkan terima kasih kepada para Gubernur Kepala Daerah beserta jajarannya atas kerjasama yang telah terjalin selama ini. Hadirin sekalian yang saya hormati, 18. Disamping cukup berhasil menjaga kondisi perekonomian, stabilitas sektor keuangan juga terpelihara. Keberhasilan ini tidak terlepas dari sejumlah langkahlangkah kebijakan yang telah diambil Pemerintah dan Bank Indonesia untuk mengatasi dampak krisis global pada triwulan terakhir 2008 yang dilanjutkan dengan langkah kebijakan di 2009. Sektor keuangan yang sempat tertekan pada bulan November 2008 dengan Financial Stability Index (FSI) sebesar 2,43 kemudian menjadi semakin membaik kondisinya secara bertahap sehingga pada akhir Desember 2009, FSI sudah menurun menjadi sebesar 1,91 atau sudah berada di bawah batas indikatif kritis 2,0. 19. Terjaganya stabilitas sistem keuangan tidak terlepas dari kinerja industri perbankan yang juga cukup positif. Permodalan (CAR) industri perbankan tetap terjaga pada level yang cukup tinggi (17,0% pada akhir November 2009) dengan profitabilitas yang juga relatif memuaskan, serta kondisi likuiditas yang cukup terpelihara. Namun demikian, sangat disayangkan pertumbuhan kredit atau pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan masih berjalan cukup lambat, hanya mencapai 10,7% pada akhir Desember 2009. 20. Mulai meredanya krisis global memberi kesempatan lebih luas kepada kita untuk mengambil pelajaran dan mengkajinya. Beberapa pelajaran penting tersebut diantaranya terkait: manajemen risiko likuiditas, ketersediaan modal yang cukup untuk menyerap risiko usaha, tindakan pencegahan sedini mungkin dalam 6
mengawasi bank, dan penataan otoritas pengawasan di sektor keuangan. Selain itu keanggotaan kita di forum internasional Group of 20 (G20), Financial Stability Board (FSB), Bank for International Settlements (BIS) dan Islamic Financial Services Board (IFSB) memberi kesempatan kita untuk menerapkan praktekpraktek terbaik dalam penyempurnaan peraturan dan sistem pengawasan. 21. Atas dasar pengalaman menghadapi krisis tersebut dan bertambahnya pemahaman terhadap praktek-praktek terbaik, kebijakan perbankan 2010 diarahkan untuk semakin meningkatkan peranan industri perbankan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Perkembangan industri perbankan dan keuangan di tingkat global dan nasional memerlukan adanya pemantapan kembali Arsitektur Perbankan Indonesia (API). Dalam kaitan ini, pemantapan API akan dilandasi terutama oleh prinsip bahwa penguatan modal menjadi kritikal, penciptaan iklim kompetisi yang lebih adil, dan mendorong peningkatan efisiensi perbankan secara cepat. Hadirin sekalian yang saya hormati, 22. Belajar dari pengalaman menghadapi krisis, di 2010 Bank Indonesia memiliki 4 (empat) kebijakan utama berbasis insentif dan disinsentif. Pertama, peningkatan ketahanan sistem perbankan akan ditempuh melalui penguatan pengaturan, pemantapan sistem pengawasan bank, penataan kembali tingkat kompetisi di industri perbankan Indonesia, serta pendalaman pasar keuangan. 23. Terkait kebijakan penguatan pengaturan, yang akan disesuaikan adalah peraturan permodalan untuk tujuan memperkuat ketahanan bank terhadap risiko, peraturan transparansi laporan keuangan, peningkatan kualitas implementasi tata kelola organisasi yang baik, serta peningkatan efektivitas manajemen risiko.
7
24. Kebijakan pemantapan sistem pengawasan bank akan dicapai diantaranya dengan penyempurnaan dan penguatan metode dan praktek pengawasan berbasis
risiko,
penguatan
ketentuan
operasional
pengawasan
bank,
penyempurnaan ketentuan uji kelayakan dan kepatutan, dan peningkatan kerjasama dengan otoritas pengawas lembaga keuangan non-bank baik di dalam maupun di luar negeri. 25. Kebijakan penataan kembali tingkat kompetisi di industri perbankan Indonesia akan dilakukan dengan memantapkan kembali stuktur perbankan yang menyelaraskan skala usaha dengan kebutuhan permodalan, guna mempertinggi kemampuan
menyerap
risiko
usaha.
Selain
memperbaiki
ketentuan
yang
mencakup
itu
antara
Bank lain
Indonesia
mengenai
akan merjer,
konsolidasi, sumber dana akuisisi bank, persyaratan badan yang dapat mengakuisisi
bank, peran pemilik perorangan/keluarga, serta persyaratan
pengembangan usaha. 26. Kebijakan
pendalaman
pasar
keuangan
diarahkan
untuk
mendorong
pengembangan produk-produk keuangan yang sekaligus dapat digunakan bank sebagai alternatif penyaluran dan penempatan dana secara produktif bagi sektor riel khususnya pembiayaan infrastruktur. Dengan demikian diharapkan pasar uang menjadi lebih likuid dan bank tidak terlalu bergantung terhadap pendapatan dari penempatan pada instrumen BI. 27. Kedua, peningkatan intermediasi perbankan melalui penyempurnaan peraturan dan penyediaan infrastruktur pendukung. Peraturan yang akan disempurnakan diantaranya meliputi giro wajib minimum (GWM), optimalisasi dan efisiensi kegiatan operasional bank, kemudahan persyaratan kegiatan devisa yang dapat mendorong pemberian kredit. BI juga akan mendorong terbentuknya institusi
8
yang memiliki fungsi menyediakan basis data kredit per sektor dan per daerah, guna memudahkan bank dalam mengukur risiko. 28. Ketiga, peningkatan peran perbankan syariah terhadap perekonomian nasional dan penguatan ketahanannya. Kebijakan untuk perbankan syariah ini akan ditempuh
diantaranya
dengan
meningkatkan
insentif
untuk
mendorong
peningkatan modal, memfasilitasi pengembangan unit usaha syariah dan anak perusahaannya, serta memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan SDM perbankan syariah yang kompeten. 29. Keempat, peningkatan peran Bank Perkreditan Rakyat dalam pembiayaan keuangan mikro dan penguatan ketahanannya. Kebijakan ini akan ditempuh diantaranya dengan, memberikan insentif untuk mendorong peningkatan modal, dan memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan SDM BPR yang kompeten, serta mempertegas posisi BPR sebagai community bank. Hadirin sekalian yang saya hormati, 30. Saya ingin kemukakan, bahwa kesehatan, efisiensi dan intermediasi optimal dari sektor perbankan merupakan kata-kata kunci. Kesehatan perbankan dipastikan dengan berbagai sistem pengawasan yang telah diuraikan sebelumnya, sementara efisiensi yang menghasilkan intermediasi yang optimal dicapai dengan sebisa mungkin mengadopsi berbagai skema insentif dan disinsentif yang digulirkan. 31. Untuk memaksimumkan efisiensi perbankan, Bank Indonesia akan melakukan benchmarking terhadap biaya dana untuk kredit, biaya overhead, premi risiko dan margin keuntungan. Dengan demikian bank dapat mencari area-area yang dapat ditingkatkan efisiensinya guna mendorong penetapan suku bunga kredit
9
yang lebih wajar. Ini semua dilakukan dengan tetap mengedepankan prinsipprinsip kewajaran pasar. 32. Di lain pihak, efisiensi industri perbankan juga akan ditingkatkan dengan melakukan pendalaman pasar keuangan. Misalnya dengan bekerja sama dengan sejumlah instansi lain untuk mengkaji dan mendorong instrumen pasar uang jangka pendek yang dapat menjadi kompetitor dari kredit jangka pendek perbankan. Kita dapat berharap bahwa dengan demikian, pasar keuangan kita (perbankan maupun non-perbankan) akan lebih adil dan efisien, sehingga secara keseluruhan akan lebih menguntungkan perekonomian. Hadirin sekalian yang saya hormati, 33. Pasca krisis global, kebutuhan akan adanya regulator sistemik yang mengawasi kesehatan dan stabilitas keseluruhan sistem keuangan semakin mengemuka. Peran institusi ini mencakup pengumpulan, analisis dan pelaporan informasi terkait interaksi signifikan di pasar dan risiko yang ada di antara lembaga keuangan; meneliti apakah ada lembaga keuangan yang menyebabkan sistem keuangan terekspos risiko sistemik; merancang dan mengimplementasikan aturan; serta melakukan koordinasi dengan lembaga regulator lainnya, termasuk otoritas fiskal, dalam mengelola krisis-krisis sistemik yang mungkin timbul. 34. Ada tiga alasan mengapa bank sentral dapat berperan sebagai regulator sistemik. Pertama, bank sentral memiliki hubungan jual-beli sehari-hari dengan pelaku pasar sebagai bagian dari fungsi utamanya
mengimplementasikan
kebijakan moneter, sehingga tidak ada lembaga lain yang memiliki pengetahuan dan akses sejenis ke aliran utama sistem keuangan. 35. Kedua, tanggung jawab untuk mempertahankan stabilitas ekonomi makro sangat sejalan dengan peran untuk menjamin stabilitas sistem keuangan. Sejarah 10
menunjukkan, berbagai krisis ekonomi di dunia selalu berhubungan dengan krisis keuangan,
sehingga
bank
sentral
secara
alami
memang
harus
mempertimbangkan interaksi antara sektor keuangan dan kebijakan moneter dalam melaksanakan tugasnya. 36. Ketiga, fungsi lender of last resort memang ada di bank sentral. Dengan fungsi itu, bank sentral dapat menggunakan neracanya untuk menyediakan pendanaan darurat jangka pendek di masa krisis. Sebagai regulator sistemik, bank sentral akan mampu memperoleh informasi lapangan langsung dari lembaga-lembaga keuangan yang diawasi. Informasi ini dibutuhkan untuk membuat keputusan yang tepat apakah suatu lembaga keuangan perlu diselamatkan. Hadirin sekalian yang saya hormati, 37. Saya ingin mengajak saaudara-saudara pelaku perbankan untuk mulai mengalihkan strategi bisnis, yaitu dari bertahan terhadap situasi krisis menjadi bersiap memanfaatkan peluang dari pemulihan ekonomi global. Saya yakin, pelajaran besar dari krisis global saat ini tentu membuat kita semua lebih solid lagi melangkah ke depan. 38. Demikian yang dapat saya sampaikan pada kesempatan ini. Momentum pemulihan ekonomi global yang ada di depan mata harus dimanfaatkan sebaikbaiknya. Untuk itu, seluruh komponen bangsa seyogyanya merapatkan barisan dan saling menguatkan. Suasana yang saling percaya harus kita bangun, ide-ide segar harus ditampilkan, diuji, dan diperkaya, untuk selanjutnya dicoba dilaksanakan. Dalam industri perbankan, penataan kembali bukan berarti perombakan, namun penyesuaian dengan tantangan dan kesempatan baru yang ada di depan mata. Penguatan industri perbankan bukan meragukan kesehatan perbankan saat ini, namun untuk menggiring perbankan lebih jauh agar lebih 11
efisien sehingga dapat menjalankan fungsi intermediasi secara lebih optimal. Saya yakin ini adalah tekad kita semua, sebab kita ingin ekonomi nasional ini bukan hanya mampu melangkah maju, tapi juga sebisa mungkin berlari. 39. Selamat bekerja dan sekali lagi, Selamat Tahun Baru 2010. Semoga di tahun baru ini Tuhan YME memudahkan langkah kita menuju Indonesia yang lebih maju dan sejahtera. Terima Kasih Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
12