PENYEWAAN VCD/DVD FILM PRODUKSI PT DEMI GISELA CITRA SINEMA OLEH USAHA PENYEWAAN FILM ORIGINAL CLUB RENTAL BERDASARKAN UNDANGUNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA
Memorandum Hukum
Oleh: Antonius Ginting 110110060061
Program Kekhususan: Hukum Ekonomi
Pembimbing: Dr. Danrivanto Budjihanto, S.H., LL.M., It.Law. Muhamad Amirulloh, S.H., M.H.
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2013
PENYEWAAN VCD/DVD FILM PRODUKSI PT DEMI GISELA CITRA SINEMA OLEH USAHA PENYEWAAN FILM ORIGINAL CLUB RENTAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA Antonius Ginting 110110060061
ABSTRAK Film merupakan suatu karya cipta sinematografi yang dilindungi oleh hak cipta. Pencipta dan atau pemegang hak cipta atas suatu film memiliki hak-hak yang terkandung dalam hak cipta, salah satu diantaranya merupakan hak menyewakan. Di dalam praktek dilapangan hak-hak yang terkandung dalam suatu film banyak diabaikan oleh komsumen termaksud diantaranya adalah hak menyewakan film tersebut. Tujuan penulisan memorandum hukum ini adalah untuk mengetahui apakah perbuatan menyewakan VCD/DVD film original yang dilakukan oleh usaha penyewaan film Original Club Rental dapat dikategorikan sebagai pelanggaran hak cipta sesuai Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, dan tindakan hukum apa yang dapat dilakukan PT Demi Gisela Citra Sinema selaku pemegang Hak Cipta film ”Alangkah Lucunya Negeri Ini”, ”Kentut”, dan ”Ketika” terhadap penyewaan film-film tersebut yang dilakukan oleh usaha penyewaan film Original Club Rental berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Dalam penulisan tugas akhir ini penulis menggunakan metode penelitian dengan metode pendekatan yuridis normatif, Metode penelitian dengan tahap pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan dan wawancara. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan hukum primer dan sekunder. Data tersebut kemudian digunakan untuk menggambarkan suatu objek permasalahan yang berupa persesuaian antara fakta-fakta yang terjadi dengan peraturan perundangundangan dengan teori yang ada. Berdasarkan dokumen-dokumen hukum yang diperiksa dalam memorandum hukum ini, dapat disimpulkan bahwa perbuatan yang dilakukan oleh Original Rental Club adalah pelanggaran hak cipta. Oleh karena itu, PT Demi Gisela Citra Sinema selaku pemegang Hak Cipta film ”Alangkah Lucunya Negeri Ini”, ”Kentut”, dan ”Ketika” dapat melakukan tindakan-tindakan hukum di luar proses pengadilan, yaitu negosiasi, maupun melalui proses pengadilan, yaitu secara perdata maupun pidana.
THE RENTING OUT OF PT DEMI GISELA CITRA SINEMA- PRODUCED VCD/DVD FILMS BY ORIGINAL CLUB RENTAL BASED ON THE LAW NO. 19 OF THE YEAR 2000 ON COPYRIGHT
Antonius Ginting 110110060061
ABSTRACT A film is a cinematographic creation protected by copyright law. The creator or the copyright holder of a film has the rights contained in a copyright, one of which is the right to rent it. In practice, copyrights contained in a film largely ignored by the users of copyrighted works, among which is the right to rent the film. The purpose of writing this legal memorandum is to find out whether the act of renting the original VCD/DVD films by the rental business Rental Original Club can be categorized as a violation of copyright according to the Law No. 19 Year 2002 on Copyright, and what legal actions can be taken by PT Demi Gisela Citra Sinema as the copyright holder of the films entitled "What a Funny Thing Is This Country", "Fart" and "When" toward Original Club Rental based on the Law No. 19 of the Year 2002 on Copyright. In this last writing task the writer uses research methods with normative juridical approach. Research method with data collection phase used is literature study and interviews. The data used in this study are primary and secondary legal materials. The data are then used to describe an object of problem in the form of compatibility between the available facts and the legislation with existing theories. Based on the legal documents examined in this legal memorandum, it can be concluded that the act committed by the Original Rental Club is a violation of copyright. Therefore, PT Demi Gisela Citra Sinema as a copyright holder of the films entitled "What a Funny Thing Is This Country", "Fart" and "When" can take legal action outside the court process, i.e. the negotiation, or through the court process, i.e. civil law suit or criminal law prosecution.
A. PENDAHULUAN 1. Kasus Posisi PT Demi Gisela Citra Sinema adalah sebuah rumah produksi yang bergerak di bidang produksi film layar lebar maupun film sinetron. Rumah produksi ini didirikan pada tahun 1997 oleh aktor Deddy Mizwar, berkantor di Jl. Pondok Kelapa Raya, Rukan Pondok Kelapa Blok B7-8, Jakarta Timur.1 Hingga saat ini, DGCS telah memproduksi berbagai jenis film, antara lain film layar lebar, sinetron, film serial dan FTV yang telah meraih berbagai jenis prestasi. Beberapa judul film layar lebar yang cukup terkenal antara lain ialah ”Ketika” dirilis tahun 2005, ”Alangkah Lucunya Negeri Ini” dirilis tahun 2010, dan ”Kentut” dirilis pada tahun 2011. Film-film tersebut, selain ditayangkan pada bioskopbioskop di Indonesia, juga dijual kepada masyarakat dalam bentuk VCD dan DVD, serta disiarkan di beberapa stasiun televisi di Indionesia.2 Original Club Rental adalah salah satu usaha yang bergerak di bidang penyewaan (rental) VCD/DVD film yang berbentuk usaha perseorangan. Original Club Rental beralamat di Jalan Bunga Rampai Blok C No. 6, Perumnas Klender, Jakarta Timur. Usaha penyewaan VCD/DVD ini dimiliki oleh Ibu Etty, namun dalam pengelolaan dan pengoperasian sehari-hari sepenuhnya dipercayakan kepada dua orang karyawannya. Usaha ini menyewakan berbagai jenis VCD/DVD orisinil, baik film ataupun lagu, dan juga menjual beberapa jenis VCD orisinil. Usaha ini telah beroperasi lebih lima tahun dan saat ini merentalkan sekitar 1.500 judul film buatan luar negeri dan sekitar 500 judul film dalam negeri.3 Beberapa judul film Indonesia yang juga disewakan oleh Original Club Rental adalah film-film hasil produksi PT Demi Gisela Citra Sinema, yaitu ”Alangkah Lucunya Negri Ini”, ”Kentut”, dan ”Ketika”. Original Club Rental menyatakan bahwa dengan membeli film-film original dan menyewakannya, mereka tidak melanggar hukum, dan hal tersebut pada umumnya juga dilakukan oleh usaha-usaha rental lainnya. PT Demi Gisela Citra Sinema sebenarnya keberatan dengan adanya rental-rental film dalam bentuk VCD/DVD yang merentalkan film-film produksi mereka tanpa seizin mereka karena hal tersebut dapat mengurangi pendapatan mereka. Harga sewa film pada rental-rental VCD/DVD lebih murah dari harga jual VCD/DVD film sehingga menyebabkan konsumen lebih memilih menyewa film daripada membeli VCD/DVD film original. PT Demi Gisela Citra Sinema menyatakan belum pernah 1
http://www.citrasinema.com/index.php?option=com_content&view=category&layout=blog&id=51&Itemid=206, diakses 9 November 2012 pukul 15.00 WIB. 2 Orlow Seunke, “Citra sinema”, http://www.indonesianfilmcenter.com/pages/filminfo/production.php?comid=106, diakses 5 Desember 2012 pukul 12.30 WIB. 3 Wawancara dengan pengelola Original Club Rental (Rusyiana), Jl. Bunga Rampai Blok C No.6, Jakarta Timur, tanggal 31 Oktober 2011.
membuat perjanjian lisensi dengan pihak rental VCD/DVD mana pun untuk menyewakan film-film hasil produksi mereka serta mendapatkan royalti atas penggunaannya. Akan tetapi, pihak PT Demi Gisela Citra Sinema belum mengambil langkah-langkah hukum untuk permasalahan ini karena mereka berasumsi bahwa biaya yang dikeluarkan untuk melalui proses hukum tidaklah murah dan tentu akan menyita waktu dan tenaga yang dikhawatirkan akan menghambat mereka untuk terus berkreasi dalam menciptakan film. Masalah terbesar yang sedang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan pembuatan film pada umumnya pada saat ini adalah tingginya produksi dan penjualan film-film bajakan, sehingga banyak yang lebih fokus untuk mengurusi masalah tersebut.4 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta merupakan suatu produk hukum yang dibuat untuk memberikan perlindungan hukum atas hak kekayaan intelektual di bidang hak cipta. Hak-hak para pencipta ini perlu dilindungi dari perbuatan orang lain yang tanpa izin mengumumkan atau memperbanyak karya pencipta. Pada prinsipnya dengan membeli suatu bentuk ciptaan yang dilindungi hak cipta bukan berarti hak-hak yang terkandung dalam ciptaan tersebut juga berpindah tangan kepada si pembeli.5
2. Permasalahan Hukum a. Apakah perbuatan menyewakan VCD/DVD film original berjudul ”Alangkah Lucunya Negeri Ini”, ”Kentut”, dan ”Ketika” yang dilakukan oleh Original Club Rental dapat dikategorikan sebagai pelanggaran hak cipta film berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta? b. Tindakan hukum apa yang dapat dilakukan PT Demi Gisela Citra Sinema selaku pemegang Hak Cipta film ”Alangkah Lucunya Negeri Ini”, ”Kentut”, dan ”Ketika” terhadap penyewaan filmfilm tersebut yang dilakukan oleh Original Club Rental berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta?
B. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-
4
Wawancara dengan Kahfi Donduan, Kepala Bagian Legal Rumah Produksi PT Demi Gisela Citra Sinema di Jalan Pondok Kelapa Raya No. B7-B8, Jakarta Timur, 27 Oktober 2011. 5 Tim Lindsey (et. al), Hak Kekayaan Intelektual, Suatu Pengantar, Alumni, Bandung, 2006, hlm 96.
pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.6 Dikatakan sebagai hak eksklusif karena hak tersebut hanya diberikan kepada pencipta dan tidak ada orang lain yang boleh memanfaatkan hak tersebut kecuali atas dasar izin dari pencipta. 7 Hak eksklusif tersebut meliputi hak untuk mengumumkan dan hak untuk memperbanyak ciptaan. Hal ini dapat dilihat dari pengertian hak cipta sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Hak Cipta Pasal 2 Ayat (1), berbunyi: “Hak cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.” Yang dimaksud dengan “mengumumkan atau memperbanyak” dalam penjelasan Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta termasuk ke dalam kegiatan menerjemahkan, mengadaptasikan, mengaransemenkan, mengalihwujudkan, menjual, menyewakan, meminjamkan, mengimpor, memamerkan, mempertunjukkan kepada publik, menyiarkan, merekam, dan mengkomunikasikan ciptaan kepada publik melalui sarana apa pun. Sebuah karya sinematografi diciptakan dengan melibatkan banyak pihak dengan berbagai macam peran, seperti penulis skenario, kameraman, sutradara, para pemain, dan lain-lain. Berdasarkan keterangan dari salah satu staff PT Demi Gisela Citra Sinema, pencipta film dengan judul ”Alangkah Lucunya Negri ini”, ”Kentut”, dan ”Ketika” adalah sebuah Tim kerja produksi dari Rumah Produksi PT Demi Gisela Citra Sinema yang terdiri dari penulis cerita, sutradara, kameraman, pemeran, dan lain sebagainya, yang dipimpin oleh produser. Ketiga film tersebut di produseri oleh Zairin Zein dengan penulis naskah skenario Muhfar Yasin. Sedangkan Pemegang hak ciptanya diserahkan kepada PT Demi Gisela Citra Sinema sepenuhnya sebagai perusahaan tempat dimana mereka bekerja. Salah satu prinsip perlindungan hak cipta yang dikemukakan oleh Eddy Damian dalam bukunya yang berjudul Hukum Hak Cipta adalah hak cipta timbul dengan sendirinya (otomatis). Pendaftaran suatu ciptaan di Kantor Hak Cipta bukan merupakan suatu keharusan bagi pencipta atau pemegang hak cipta, dan timbulnya perlindungan atas suatu ciptaan dimulai sejak ciptaan itu ada atau terwujud dan bukan karena pendaftaran. Dengan demikian, suatu ciptaan baik yang terdaftar maupun tidak terdaftar tetap dilindungi. Namun ada baiknya juga bila dilakukan pendaftaran, karena akan mempermudah pembuktian kepemilikan hak cipta oleh pencipta dalam hal terjadi sengketa mengenai hak cipta.8
6
Tim Lindsey (et al.), Hak Kekayaan Intelektual, Suatu Pengantar, Alumni, Bandung, 2006, hlm 97. Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, Alumni, Bandung, 2009, hlm 134. 8 Eddy Damian, Op. Cit., Alumni, Bandung, 2009, hlm 109. 7
Masa berlaku hak cipta menurut Pasal 30 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta yaitu selama 50 tahun sejak pertama kali diterbitkan atau diumumkan. Film ”Alangkah Lucunya Negeri Ini”, ”Kentut”, dan ”Ketika” merupakan karya cipta sinematografi yang masih berlaku masa perlindungan hak ciptanya, yaitu belum mencapai 50 tahun sejak pertama kali diterbitkan. Hal ini dapat dilihat dari waktu merilis film-film tersebut kepada publik:”Alangkah Lucunya Negri ini” dirilis pada tahun 2010,”Kentut” dirilis pada tahun 2011, dan ”Ketika” dirilis tahun 2005. Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta menjelaskan bahwa: ”Pencipta atau Pemegang Hak Cipta atas Karya Cipta Sinematografi dan Program Komputer memiliki hak untuk memberikan izin atau melarang orang lain yang tanpa persetujuannya menyewakan ciptaan tersebut untuk kepentingan yang bersifat komersial.” Ini membuktikan bahwa dalam penggunaan suatu karya cipta sinematografi untuk mendapatkan manfaat ekonomi dengan cara menyewakan karya cipta tersebut harus berdasarkan izin dari si pencipta atau pemegang hak cipta. Perbuatan-perbuatan yang diperbolehkan atau tidak digolongkan sebagai pelanggaran hak cipta dengan syarat bahwa sumbernya harus disebutkan dan dicantumkan adalah perbuatan sebagai berikut:9 a. Penggunaan Ciptaan pihak lain untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pencipta; b. Pengambilan ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian, guna keperluan pembelaan di dalam atau di luar pengadilan; c. Pengambilan ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian, guna keperluan: 1) ceramah yang semata-mata untuk tujuan pendidikan dan ilmu pengetahuan. 2) pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran dengan ketentuan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pencipta. d. Perbanyakan suatu ciptaan bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra dalam huruf braile guna keperluan para tunanetra, kecuali perbanyakan tersebut bersifat komersial; e. Perbanyakan suatu ciptaan selain program komputer, secara terbatas dengan cara atau alat apa pun atau proses yang serupa oleh perpustakaan umum, dan pusat dokumentasi yang nonkomersial semata-mata untuk keperluan aktivitasnya;
9
Tim Lindsey (et al.), Op. Cit., Alumni, Bandung, 2006, hlm 123-124.
f. Perubahan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan pelaksanaan teknis atas karya arsitektur, seperti ciptaan bangunan; g. Pembuatan salinan cadangan suatu program komputer oleh pemilik program komputer yang dilakukan semata-mata untuk digunakan sendiri. Untuk memastikan apakah perbuatan Original Club Rental merupakan perbuatan pelanggaran hak cipta, harus dipenuhi unsur-unsur penting sebagai berikut: a) Larangan undang-undang. Perbuatan yang dilakukan oleh seorang pengguna hak kekayaan intelektual dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-undang. Perbuatan menyewakan film berjudul ”Alangkah Lucunya Negeri Ini” ”Kentut”, ”Ketika” dengan tujuan komersil yang dilakukan usaha Original Club Rental tanpa seizin dari pemegang hak ciptanya, dalam hal ini PT Demi Gisela Citra Sinema, merupakan perbuatan hukum yang diatur dalam Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 2 ayat (2) Undang-undang Hak Cipta. b) Izin (lisensi). Penggunaan hak kekayaan intelektual dilakukan tanpa persetujuan (lisensi) dari pemilik atau pemegang hak cipta. PT Demi Gisela Citra Sinema menyatakan bahwa belum pernah memberikan izin serta membuat perjanjian lisensi mengenai hak untuk menyewakan film-film hasil produksi mereka kepada pihak usaha-usaha penyewaan VCD/DVD film mana pun, termasuk dengan pihak penyewaan film Original Rental Club. c) Pembatasan undang-undang. Penggunaan hak kekayaan intelektual melampaui batas ketentuan yang telah ditetapkan oleh undang-undang. Perbuatan menyewakan VCD/DVD film original dengan tujuan komersial bukanlah merupakan suatu perbuatan yang diperbolehkan dalam Undang-Undang Hak Cipta apabila hal tersebut dilakukan tanpa seizin dari pencipta atau pemegang hak ciptanya . Jadi, berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa perbuatan menyewakan film original dalam bentuk VCD/DVD yang berjudul ”Alangkah Lucunya Negeri Ini”, ”Kentut”, dan ”Ketika” yang telah dilakukan Original Club Rental tanpa seizin PT Demi Gisela Citra Sinema sebagai pencipta dan pemegang hak cipta atas film-film tersebut merupakan suatu bentuk pelanggaran hak ekonomi yang merupakan hak eksklusif dari si pencipta atau pemegang hak cipta. Dengan demikian, PT Demi Gisela Citra Sinema dapat mengambil langkah-langkah hukum terhadap Original Club Rental untuk mendapatkan haknya sebagai pencipta atas film-film tersebut. sesuai dengan apa yang telah diatur dalam Undang-undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Langkah-langkah hukum tersebut adalah sebagai berikut:
1. Langkah Hukum di Luar Pengadilan a) Negosiasi Negosiasi merupakan cara penyelesaian sengketa melalui perundingan yang diadakan secara langsung antara para pihak dengan tujuan mencari penyelesaian melalui dialog tanpa melibatkan pihak ketiga.10 Penyelesaian sengketa melalui negosiasi diatur dalam Pasal 65 Undang-Undang Hak Cipta yang menyatakan bahwa: “Selain penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 dan Pasal 56, para pihak dapat menyelesaikan perselisihan tersebut melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa.” Dalam penjelasan Pasal 65 Undang-Undang Hak Cipta, yang dimaksud dengan alternatif penyelesaian sengketa adalah negosiasi, mediasi, konsiliasi, dan cara lain yang dipilih oleh para pihak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam proses negosiasi, PT Demi Gisela Citra Sinema dapat meminta pihak Original Club Rental untuk dengan itikad baik membuat perjanjian lisensi hak menyewakan film-film hasil produksi PT Demi Gisela Citra Sinema. b) Somasi Apabila negosiasi tidak berhasil dilakukan, maka PT. Demi Gisela Citra Sinema dapat menempuh jalur hukum melalui gugatan perdata atau dapat dibarengi dengan tuntutan pidana. Sebelum menempuh jalur hukum tersebut PT. Demi Gisela Citra Sinema dapat melakukan somasi terlebih dahulu. Cara melakukan somasi terhadap pihak yang melakukan pelanggaran diatur dalam Pasal 1238 KUHPerdata yang menentukan bahwa somasi tersebut harus dengan “surat perintah atau akta sejenis”, yang berupa suatu tulisan biasa (bukan resmi), surat maupun telegram yang tujuannya untuk memberikan peringatan11 kepada Original Rental Club untuk tidak menyewakan film-film hasil produksi PT Demi Gisela Citra Sinema kecuali atas izin atau lisensi dari pencipta atau pemegang hak cipta, dalam hal ini PT Demi Gisela Citra Sinema.
2. Langkah Hukum melalui Proses di Pengadilan Apabila somasi tidak membuahkan hasil seperti yang diharapkan, maka PT. Demi Gisela Citra Sinema dapat menempuh jalur hukum melalui gugatan perdata atau tuntutan pidana. a. Gugatan Perdata di Pengadilan Niaga
10 11
Huala Adolf, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Bandung: Sinar Grafika, 2004, hlm 26. Mariam Darus (et. al.), Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001., hlm 14.
Undang-Undang Hak Cipta di Indonesia memungkinkan pemegang hak cipta untuk menegakkan hak-hak mereka melalui gugatan perdata di Pengadilan Niaga. Pasal 56 Undang-Undang Hak Cipta menyebutkan bahwa: “Pemegang Hak Cipta berhak mengajukan gugatan ganti rugi kepada Pengadilan Niaga atas pelanggaran Hak Ciptanya dan meminta penyitaan terhadap benda yang diumumkan atau hasil Perbanyakan Ciptaan itu.” Pasal 1365 KUH Perdata menyatakan bahwa: “Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.” Atas permintaan pihak yang merasa dirugikan atas pelanggaran hak cipta yang dimilikinya dan sambil menunggu pemrosesan gugatan perdata di muka Pengadilan Niaga, Pengadilan Niaga dapat menerbitkan Surat Penetapan Sementara yang diberlakukan segera dan efektif untuk: (1) mencegah berlanjutnya pelanggaran hak cipta; (2) menghindari terjadinya penghilangan barang bukti; (3) meminta kepada pihak yang merasa dirugikan untuk memberikan bukti yang menyatakan bahwa hak pemohon tersebut memang sedang dilanggar.
b. Tuntutan Pidana Selain pencipta atau pemegang hak cipta dapat melakukan gugatan ke Pengadilan Niaga, Negara juga dapat menggunakan haknya untuk melakukan tuntutan pidana terhadap pelanggaran hak cipta. Hal ini diperjelas dalam Pasal 66 Undang-Undang Hak Cipta yang menyatakan bahwa: “Hak untuk mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55, Pasal 56, dan Pasal 65 tidak mengurangi hak Negara untuk melakukan tuntutan pidana terhadap pelanggaran Hak Cipta.” Perbuatan yang melanggar hak eksklusif yang dimiliki si pencipta dapat diancam dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). Hal tersebut merupakan rumusan yang diatur dalam Pasal 72 ayat (1) Undang-Undang Hak Cipta yang menjelaskan bahwa: “Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).”
C. PENUTUP 1. Kesimpulan a. Perbuatan yang dilakukan oleh Original Club Rental yang menyewakan film original dalam bentuk VCD/DVD dengan judul “Alangkah Lucunya Negeri Ini” , ”Kentut”, dan ”Ketika” tanpa izin merupakan pelanggaran terhadap hak cipta yang dimiliki PT. Demi Gisela Citra Sinema berdasarkan Pasal 2 Ayat (1) dan Ayat (2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. b. PT. Demi Gisela Citra Sinema dapat melakukan tindakan hukum sebagai berikut: 1). Langkah hukum di luar pengadilan a) Negosiasi berdasarkan Pasal 65 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2002 tentang Hak Cipta serta penjelasan Pasal ini b) Somasi kepada Original Rental Club. 2). Langkah hukum melalui proses pengadilan. Apabila dalam negosiasi tidak dicapai kesepakatan, maka PT Demi Gisela Citra Sinema dapat melakukan langkah-langkah sebagai berikut: a). Gugatan ganti rugi perdata berdasarkan Pasal 56 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. b). Tuntutan pidana berdasarkan Pasal 66 juncto Pasal 72 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. 2. Rekomendasi a. Hendaknya Original Club Rental dengan itikad baik membuat perjanjian lisensi dengan PT Demi Gisela Citra Sinema mengenai hak menyewakan film-film dalam bentuk VCD/DVD hasil produksi PT Demi Gisela Citra serta memberikan royalti berdasarkan kesepakatan bersama untuk mencegah terjadinya pelanggaran hak cipta. b. PT Demi Gisela Citra Sinema dapat melakukan langkah-langkah hukum sesuai dengan ketentuanketentuan dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta apabila tidak ada itikad baik dari Original Club Rental untuk menyelesaikan permasalahan hukum. c. Perlu dilakukan sosialisasi yang lebih komprehensif tentang hak cipta, khususnya hak menyewakan film dalam bentuk VCD/DVD kepada masyarakat Indonesia pada umumnya dan pencipta atau pemegang hak cipta maupun pelaku usaha yang menyewakan suatu karya cipta pada khususnya, mengenai pentingnya menghargai hak-hak yang terkandung dalam suatu karya cipta yang dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta di Indonesia untuk mencegah terjadinya kembali pelanggaran-pelanggaran hak cipta seperti yang dilakukan Original Club Rental.
DAFTAR PUSTAKA A. Buku Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, Alumni, Bandung, 2009. Huala Adolf, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Sinar Grafika, Bandung, 2004. Mariam Darus, et. al., Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001. Tim Lindsey, et al., Hak Kekayaan Intelektual, Suatu Pengantar, Alumni, Bandung, 2006.
B. Peraturan Perundang-Undangan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. C. Sumber Internet http://www.citrasinema.com/index.php?option=com_content&view=category&layout=blog&id=51 &Itemid=206, diakses 9 November 2012 pukul 15.00 WIB. http://www.indonesianfilmcenter.com/pages/filminfo/production.php?comid=106, diakses 5 Desember 2012 pukul 12.30 WIB.