MEMINIMASI JUMLAH PRODUK CACAT PADA PROSES PRODUKSI GULA DI PG. KARANGSUWUNG Diana Puspita Wulandari PG. Karangsuwung Jl. Raya Karangsuwung No. 26, Cirebon 45186 Jawa Barat-Indonesia, (0231)635020,
[email protected] Diana Puspita Wulandari, Ketut Gita Ayu
ABSTRAK
Semakin pesat perkembangan dunia agroindustri sangat besar sekali manfaatnya bagi perekonomian negara. PG. Karangsuwung salah satu perusahan yang memproduksi gula kristal putih di Jawa Barat, Indonesia. Pengolahan gula melalui beberapa tahapan, yaitu unit gilingan, pemurnian, penguapan, kristalisasi, puteran, penyelesaian atau pengemasan. Proses produksi melibatkan proses pemurnian penting bagi kualitas hasil produksi. Proses pemurnian diharapkan menghasilkan kejernihan nira optimal. Perusahaan harus mampu bersaing
menghasilkan produk yang layak
dipasarkan dengan kualitas terbaik dan kuantitas memadai agar dapat memuaskan pihak konsumen, bertujuan memperbaiki cacat clarity nira Hasil penelitian proses pemurnian nira di PG. Karangsuwung tidak dalam batas kendali. Grafik kejernihan nira encer menunjukkan ada beberapa proses yang berada diluar parameter. Diagram pareto menunjukan cacat pada proses pemurnian nira yaitu rendahnya kadar phospat merupakan cacat terbesar dengan presentase 37.5%. Penyebab utama terjadinya cacat, adalah kerusakan nira encer sehingga dapat menghambat proses berikutnya. Dari hasil analisis maka solusi yang diharapkan memeriksa suhu pada alat pemanas pendahuluan I, menjaga agar bahan pembantu proses pemurnian tepat dosisnya. Kata Kunci Statistical Process Control (SPC), Diagram sebab-akibat, proses pemurnian, kemurnian nira, PDCA, Diagram pareto.
PENDAHULUAN Latar Belakang PT. Rajawali Nusantara Indonesia adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan, impor, ekspor, serta menjadi grosir, supplier, dan distribusi obat-obatan, peralatan kesehatan, pengepakan dan pergudangan. Pada awalnya PT. Rajawali Nusanara Indonesia dibentuk untuk menunjang kelancaran penjualan produk-produk yang dihasilkan oleh kelompok sendiri untuk pasaran ekspor dan local, seperti: perdagangan obat-obatan atau alat kesehatan, penjualan gula atau tetes, CPO atau Palm Kernel, Teh dan Penyamakan kulit, serta menyediakan kebutuhan bahan baku, bahan pembantu obat-obatan, pupuk, pestisida untuk perkebunan, karung untuk pabrik gula dan lain sebagainya. RNI GROUP
PT.PG RAJAWALI II CIREBON
UNIT PG
UNIT INDUSTRI
PG. SINDANGLAUT
PSA. PALIMANAN
PG. KARANGSUWUNG
PT INTI BAGAS
PG. TERSANA BARU
PABRIK PUPUK
UNIT USAHA LAIN
NUSINDO FARMA : 1. APOTIK 2.LABORATORIUM DIAGNOSTIK 3. DOKTER SPESIALIS
PG. SUBANG PT MITRA CANE TOP
UNIT HORTIKULTURA DAN AGROMEDICINE
PG. JATITUJUH
PUSLIT AGRONOMI
Sumber: PG. Karangsuwung Gambar 1.1 Unit-unit Bisnis PT. PG. Rajawali II PG. Karangsuwung merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang agro industri dengan produk berupa gula kristal dan tetes. Gula kristal adalah gula yang dihasilkan dari nira tebu sebagai bahan baku, yang dicampur dengan bahan kimia lainnya sebagai bahan pembantu yang melalui beberapa tahapan proses produksi menghasilkan gula kristal putihsehingga siap untuk di pasarkan. Sementara tetes adalah hasil samping pabrik gula yang merupakan cairan kental yang berwarna coklat, yang masih mengandung gula (sukrosa dan gula reduksi) dimana sukrosanya tidak dapat
dikristalkan lagi dengan cara-cara biasa, sehingga secara teknis sudah tidak ekonomis untuk dikristalkan menjadi gula kristaldi pabrik-pabrik gula.Dengan adanya tuntutan konsumen pengguna gula dengan kualitas yang baik, maka PG. Karangsuwung dituntut untuk lebih memperhatikan pengawasan mutu dalam proses produksi agar di dapat kualitas gula produksi yang baik sesuai dengan persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang ditetapkan. Data hasil produksi gula dari PG.Karangsuwung pada musim giling 2013 seperti dalam tabel berikut:
Tabel 1.1 Hasil Produksi Gula 2013 Periode 26 Mei 2013 s/d 15 Juni 2013 16 Juni 2013 s/d 30 Juni 2013 1 Juli 2013 s/d 15 juli 2013 16 Juli 2013 s/d 31 Juli 2013 1 Oktober 2013 s/d 15 Oktober 2013 1 Agustus 2013 s/d 15 Agustus 2013 15 Agustus 2013 s/d 31 Agustus 2013 1 September s/d 15 September 2013 16 September 2013 s/d 30 September 2013 16 Oktober 2013 s/d 31 Oktober 2013 1 November 2013 s/d 21 November 2013
Hasil Produksi Gula ( Kw ) 749 1504 2159 3339 9813 4044 5396 7005 8494 11060 12615
Gambar 1.3Grafik Hasil Produksi Gula 2013 Dengan adanya gambar diatas menunjukan bahwa PG. Karangsuwung mengalami fluktuasi hasil produksi gula pada tahun 2013 dengan beberapa faktor yang menyebabkan hal itu terjadi maka dari itu melakukan penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk mencari tahu penyebab utama terjadinya penurunan hasil produksi. Dari penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk memperbaiki kecacatan yang terdapat pada Gula Kristal Putih yang diproduksi oleh PG. Karangsuwung pada musim giling tahun 2014.
METODE PENELITIAN 1. Observasi Lapangan Langkah awal dalam penelitian ini adalah melakukan observasi lapangan untuk mengetahui lebih dalam tentang perusahaan. Observasi dilakukan untuk mendapatkan informasi-informasi menyeluruh tentang sistem produksi dan mengenai pokok permasalahan yang terjadi di perusahaan beserta faktorfaktor yang mempengaruhi. Dalam observasi lapangan yang berupa pengamatan langsung di lapangan untuk mendapatkan gambaran secara nyata tentang proses produksi, data yang didapat berupa data tertulis atau arsip perusahaan maupun wawancara dengan staf atau karyawan perusahaan dengan melakukan wawancara. 2. Identifikasi dan Perumusan Masalah Setelah melakukan observasi, penulis melanjutkan tahapan penelitian dengan melakukan identifikasi masalah. Identifikasi masalah ini dilakukan dengan tujuan menjelaskan permasalahan yang terjadi di perusahaan. Identifikasi masalah yang terjadi di PG. Karangsuwung seputar terjadinya cacat pada clarity nira encer yang dihasilkan di stasiun pemurnian yang dapat mempengaruhi kualitas hasil prodkusi. Hal ini menjadi dasar perumusan masalah. 3. Studi Pustaka Penulis melakukan studi pustaka dengan tujuan mempelajari teori-teori yang mendukung dalam mempelajari hal-hal yang berpengaruh dalam penyusunan laporan, pengumpulan dan pengolahan data, serta menganalisis permasalahan yang ada sehingga memberikan analisis yang tepat sesuai dengan literatur yang digunakan.
HASIL DAN BAHASAN Untuk mengetahui penyebab terjadinya kerusakan nira pada stasiun pemurnian dilakukan analisis menggunakan diagram pareto. Dimana dapat diketahui penyebab terbesar sampai yang terkecil. Dengan begitu perusahaan dapat menemukan solusi yang tepat atas masalah yang ada dengan mendahulukan solusi masalah yang terbesar. Perhitungan agar dapat mencari persentase kerusakan ialah sebagai berikut: % Kerusakan =
x 100%
Berdasarkan pengecekan yang dilakukan oleh PG. Karangsuwung pada jam giling, didapat data yang digunakan sebagai acuan dalam membuat diagram pareto sebagai berikut ini.
Tabel 4.4Penyebab Kerusakan Nira pada Stasiun Pemurnian PG. Karangsuwung No. 1.
Jenis Penyebab Kerusakan Kadar Phospat Nira Mentah
Jumlah Jam
%
360
37.5%
Kum % 37.5%
2.
Clarity Nira Encer
288
30%
67.5%
3.
Efek Pemurnian
240
25%
92.5%
4.
pH Nira Tersulfitasi
72
7.5%
100%
Total
960
100%
Gambar 4.11 Diagram Pareto Jenis Kecacatan Berdasarkan analisis diatas menunjukan bahwa penyebab kerusakan nira pada stasiun pemurnian adalah rendahnya kadar phospat pada nira mentah, dimana semakin tinggi kandungan P2O5 pemurnian nira mentah lebih mudah dijalankan seperti pernyataan berikut. Kandungan phospat dalam nira mentah tergantung varietas tebu dan lingkungan media tanam, kadar phospat dalam nira mentah normal adalah 250mg P2O5 per liter. Phospat terlarut dalam nira berekasi dengan susu kapur yang diberikan membentuk precipitate yang merupakan inti dari endapan reaksi kapur dengan nira (sugar handbook, clarification with phospohoric acid) Analisis diagaram paretodiatas telah menunjukan bahwa yang menyebabkan kerusakan nira pada stasiun pemurnian ada empat diantaranya yaitu, kadar phospat dalam nira mentah yang rendah. Clarity (kejernihan) clarity nira encer diatas 100 kemudian penghilangan bukan gula dalam nira mentah menjadi nira encer atau efek pemurnian yang besarnya kurang dari 10% (bukan gula dalam nira encer dibagi bukan gula dalm nira mentah x 100%). Dan yang terakhir adalah besarnya pH nira tersulfitasi, pH yang optimal sebesar 7,2. Dari keempat penyebab kerusakan nira pada stasiun pemurnian tersebut, jumlah kerusakan yang paling besar adalah redahnya P2O5 pada nira mentah yaitu 37.5%. Kandungan phospat ini sangat ditentukan oleh jenis tebu dan media tanam
serta management pemupukan. Untuk penyebab kerusakan terbesar kedua yaitu Clarity nira encer dengan presentase 30%. Tingkat penyebab kerusakan yang ketiga ialah efek permunian yang kurang dari 10% dengan presetase kerusakan sebesar 25%. Tingkat penyebab kerusakan yang ke empat adalah pH nira tersulfitasi diatas 7.2 dengan persentase 7.5% seperti yang terlihat di diagram pareto sehingga reaksi pengendapan tidak optimal. Fishbone diagramakan mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari satu efek atau masalah dan menganalisis masalah tersebut melalui sesi brainstorming. Masalah akan dipecah menjadi sejumlah kategori yang berkaitan, mencakup manusia, bahan baku, mesin, lingkungan, metode, kebijakan, dan sebagainya. Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui sesi brainstorming tersebut.
Tabel 4.5Rangkuman diskusi brainstorming fishbone diagram Possible Root cause MAN Kemampuan karyawan melakukan tugas (cidera, lelah fisik) Tidak tahu proses pemurnian
Discussion Pelaksanaan tugas tidak tergantung pada fisik
Sudah ada pelatihan dan pendidikan yang disediakan Operator tidak Hal ini bisa terjadi, displin, lalai karena tergantung kesadaran diri sendiri Tidak mengetahui Dapat terjadi pada dan mengikuti proses karyawan baru dan K3 bisa dikenakan pinalti MACHINE Tinggi tempat kerja Tidak mempengaruhi jika metode dapat diubah Mesin sudah tua, Dapat menjadi akar temperatur meter permasalahan jika alat sudah using tidak ada perawatan atau alat tidak diganti Mesin masih manual Dapat menyebabkan insiden kecacatan Tidak ada tanda Sudah ada tanda bahaya bahaya METODE Prosedur tidak Review prosedur rutin diperbaharui setahun sekali Tidak ada prosedur Prosedur meliputi K3 K3 untuk semua kegiatan
Root Cause Tidak
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Ya Tidak
Tidak Tidak
Pengambilan keputusan yang salah
Jika strategi tidak tepat dapat mempengaruhi kualitas gula Kristal Analisis yang kurang Jika pengaturan suhu, tepat pH meter tidak tepat dapat merusak kandungan gula pada nira
Ya
Ya
Untuk dapat menganalisis apa penyebab terjadinya cacat pada proses pemurnian maka penting untuk mengetahui terlebuih dahulu bagaimana cara proses pemurnian pada PG. karangsuwung. Stasiun pemurnian merupakan tahap untuk memurnikan nira mentah dari stasiun pemerahan. Nira mentahakan ditimbang kemudian dilakukan proses defekasi serta sulfitasi. Adanya hubungan penyimpangan kualitas dengan faktor-faktor penyebab yang berkaitan dapat digambarkan dalam Fishbone Diagram berikut
Gambar 4.12 Diagram Sebab-Akibat Cacat Pada Proses Pemurnian
SIMPULAN DAN SARAN
1.
2.
3.
4.
5.
Simpulan Dari penelitian dan pembahasan mengenai meminimasi jumlah produk cacat pada proses produksi gila di PG. Karangsuwung dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: Proses produksi gula melalui beberapa tahapan atau stasiun, yaitu stasiun gilingan, stasiun pemurnian, stasiun penguapan, stasiun kristalisasi, stasiun puteran, stasiun penyelesaian atau pengemasan. Ada beberapa hal penting yang perlu dipersiapkan dengan baik sebelum proses produksi gula, khususnya pada stasiun pemurnian yaitu mempersiapkan bahan baku dan bahan pembantu seperti nira mentah, susu kapur, gas SO2 dan asam phospat. Mesin atau peralatan, seperti alat pemanas pendahuluan (Voorwarmer), Pompa pengeluaran kondensat pemanas pendahuluan, Tangki Defecator, Single tray clarifier, Sulfitator tower, Tobong belerang, Rotary vacuum filter, dan Clarified juice tank. Pengadaan operator atau staf ahli yang sudah paham mengenai prosedur dan proses produksi juga sangat penting. Hal yang perlu dikendalikan pada proses di stasiun pemurnian adalah suhu, pH, dosis pemberian susu kapur, kejernihan nira encer, %brix, %pol dan kemurnian (HK) nira bahan, kadar phospat dalam nira mentah. Akar permasalahan yang dapat menyebabkan kerusakan nira pada stasiun pemurnian yaitu karena redahnya P2O5 pada nira mentah yaitu 37.5%. Kandungan phospat ini sangat ditentukan oleh jenis tebu dan media tanam serta pengaturan pemupukan. Untuk penyebab kerusakan terbesar kedua yaitu clarity nira encer dengan presentase 30%. Tingkat penyebab kerusakan yang ketiga ialah efek permunian yang kurang dari 10% dengan presetase kerusakan sebesar 25%. Tingkat penyebab kerusakan yang ke empat adalah pH nira tersulfitasi diatas 7.2 dengan persentase 7.5% seperti yang terlihat di diagram pareto sehingga reaksi pengendapan tidak optimal. Dari perhitungan breakeven point dan payback period yang didapat, maka perusahaan tetap memilih menggunakan mesin yang sudah ada karena payback period didapat selama 36,6 tahun dibandingkan dengan menggunakan mesin defecator yang kedua yaitu sebesar 80 tahun. Walaupun dengan menggunakan mesin defecator baru breakeven point lebih profitable yaitu sebesar 54.150.000.000 tetapi bagi perusahaan terkait apabila membeli mesin yang baru tersebut akan merugi karena tidak sebanding dengan penjualan yang dihasilkan per tahunnya. Saran
Berdasarkan pembahasan analisis data dan kesimpulan hasil dari penelitian yang telah dilakukan dapat merangkum saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak perusahaan. Adapun saran tersebut adalah sebagai berikut: 1. Melakukan pengecekan berkala dan mencatat jika terjadi ketidak sesuaian pada stasiun pemurnian untuk dilakukan perbaikan secepatnya sebagai landasan atau dasar menuju proses berikutnya. Data-data berupa dokumen pada musim giling sebelumnya sebaiknya disimpan, jika sewaktu-waktu dibutuhkan.
2. Teliti dalam membersihkan peralatan pada stasiun pemurnian secara rutin supaya kerak nira, endapan susu kapur tidak mengahambat proses pemanasan pada PPI (Pemanasan Pendahuluan I) dan PPII (Pemanasan Pendahuluan II), agar dapat mengoptimalkan pemanasan. 3. Quality Control pada stasiun pemurnian perlu di tingkatkan kembali, baik pada pengendalian bahan baku, mesin, pengendalian proses, dan pengendalian terhadap operator dan staf ahli, supaya tidak menghambat kelancaran proses produksi gula. 4. Pengendalian mutu bahan baku perlu diperhatikan dengan cara meningkatkan pemeliharaan tanaman, managemen pemupukan dan melakuakan pengawasan terhadap waktu penebangan. 5. Bahan baku tebu penghasil nira, harus segar bersih dari kontaminan sehingga nira mentah hasil pemerahan tebu lebih mudah pemurniannya untuk menghasilkan nira encer dengan kejernihan yang cukup memadai turbidity lebih kecil dari 100 NTU agar dapat menghasilkan gula dengan ICUMSA dibawah 200 IU. Sehingga gula produksi bisa terhindar dari reject. • •
REFERENSI Penelitian sebelumnya Jurnal
1. Judul, tahun
:
Penulis Metodologi
: :
Sumber
:
2. Judul, tahun
Analisa Pengendalian Kualitas Produk dengan Metode SPC pada PT. Top Union Widya Box Industries, 2007. Titus Hariyanto Pengendalian kualitas, peta kendali p, pareto chart dan fishbone diagram. Library of Binus University, Jakarta. :
Penulis Metodologi
: :
Fokus penelitian
:
1. Judul, tahun
Penulis
Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Manajemen Pengendalian Kualitas Produk Kanopi Plastik Poly Propilena Tipe Gelombang Standar 0.8 mm Warna Transparan dengan Menggunakan Metode SQC (Statistical Quality Control) dan Metode FMEA pada PT. Pratama Plas Sunli Pengendalian kualitas, Statistical Quality Control, 7 tools, FMEA, sistem manajemen pengendalian kualitas, analisa dan perancangan berorientasi objek. Pengendalian dan perbaikan kualitas proses
:
:
Implementation of Statistical Process Control (SPC) for Manufacturing Performance Improvement, Journal of Mechanical Engineering, Vol. ME 40 No 1, 2009. Farzana Sultana, Nahid Islam dan Razive
Abdullahil Azeem. 2.Judul, tahun
:
Rekayasa proses penyisihan ion melaaigenetik nira tebu dengan tehnik elektrodeionisasi kontinu untuk produksi gula rafinasi, 2007. I Nyoman Widiasa, Nazaruddin Sinaga, Zainal Abidin.
3.Judul, tahun
:
4.Judul, tahun November 1994
:
Pendeteksian outlier pada model linear multivariat untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi gula dan tetes tebu di pabrik gula Djombang Baru Jombang. Makkulau, 2010 SPC EnhancesTQM
Penulis
:
RIWAYAT HIDUP
Nama Tempat / Tanggal Lahir Jenis Kelamin Alamat rumah
: : : :
Nomor Telpon
:
Diana Puspita Wulandari Cirebon, 20 Desember 1987 Perempuan Komplek. Serpong Park Blok BVA3 No. 2 BSD – Tangerang Selatan 081510201287
E-mail Riwayat Pendidikan • Taman Kanak-kanak • Sekolah Dasar • Sekolah Menengah Pertama • Sekolah Menengah Atas • Perguruan Tinggi
:
[email protected]
: : :
TK Islam Al- Azhar Cirebon SDI Al- Azhar, Cirebon SLTP Negeri 1, Cirebon
: :
SMA Negeri 2, Cirebon Bina Nusantara University, Majoring Industrial Engineering. Real Management
Pendidikan Informal Pekerjaan
: :