IMMIM
MEMELIHARA PERSATUAN UMAT
SEJARAH IMMIM IMMIM dididirikan oleh H. Fadeli Luran pada awal Januari 1964. Saat itu kekuasaan politik paling mencekam sejak proklamasi kemerdekaan. Panggung politik berada di tangan tiga komponen yaitu Sukarno sebagai agenda setter sistem politik Demokrasi Terpimpin, Angkatan Bersenjata (ABRI) dan Partai komunis Idnonesia (PKI). ABRI dan PKI saling berebut pengaruh dari Sukarno, tetapi PKI lebih memiliki peluang. Segala gagasan PKI didukung oleh Sukarno. PKI ingin mengganti Pancasila dengan ide baru yaitu – Nasionalisme – Agama dan Komunis atau NASAKOM. Gagasan ini mereduksi sila Ke Tuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila. PKI hanya jadikan NASAKOM sebagai alat untuk mendirikan negara komunis Indonesia. Sebab itu ide NASAKOM ditentang umat beragama, terutama umat Islam yang mayoritas dan ABRI. Melihat umat Islam sebagai penghalang utama ide PKI maka partai ini menggunakan taktik yang disebut tactics front from above and below- taktik yang mengobok-obok kaum elite dan akar rumput. Tahun 1960 partai Islam Masyumi dibubarkan karena sangat anti NASAKOM, membuat partai-partai lain tiarap tak berdaya melawan keangkuhan PKI. Pada arus bawah umat Islam, di blow upperbedaan dalam cabang-cabang (furu’iah) keagamaan seperti baca kunut, baca barazanji, mazhab, dsb. Karena cabang-cabang agama ini ada yang melaksanakannya seperti kelompok NU dan membid’ahkannya adalah kelompok Muhammadiyah dan persis Bandung. Masalah sepele itu terus diperuncing dan dikompori sehingga menimbulkan tensi di kalangan elite Islam sampai merambah pada kaum ulama. Meletuplahkonflikdanperselisihan yang bukan saja antar individu anggota arus bawah, melainkan menyentuh harga diri dan martabat pemimpin, dan ulama organisasi. Jadilahmerekacacimencaci, ejekmengejek, saling melecehkan – yang pada akhirnya – ukhuwahIslamiahmengangalebarmenjadifirqah-firqah yangsulitdipertemukan. Mereka tidak sadar – bahwa adakelompok yang mengudakdanmengail di air keruh dengan menggunakan cabang-cabang agama yang remehtemehitu. Konsekuensinya sering terjadi seorang anggotaMuhammadiyahenggansalatdalam masjid yang dikelola NU, demikian juga terjadi sebaliknya. Jurus yang dilakukan PKI ini melemahkan posisi umat Islam dalam arena politik. Iamenjadisilientmayority. Firqah-firqahtersebutmengusikhatinuraniFadeliLuranwalauia hanya seorang pengusaha sukses. Beliaupunlakukanceramah di berbagai masjid di Makassar dengantemapokoksupayaumat Islam kokohkanpersatuan. Ayatayngseringdiutarakanadalah Surah Ali Imran ayat 103 dan al Hujaratayat 10. Lebihintensbeliaumelakukanmelakukankonsultasidenganberbagaipimpinanormasdanpartai Islam yaitu Hafied Yusuf dari NU, Wahab Rajab dariMuhammadiyah, S.S. Mahmud dari Partai Syarikat Islam Indonesia
Sulawesi Selatan. FadeliLuranmengajakmereka agar tidak terjebak dalam permainan PKI terhadapmasalahfuru’iahitu. Gagasannyaadalahmembentukorganisasikemasjidan, karenadalam masjid semua golongan Islam pasti menggunakannya, termasuk orang PKI yang beragama Islam.
Dari
diskusidankongko-kongko
yang intensmaka di tengah-tengahkeganasanparaintelijen PKI – dibentuklahIkatan Masjid Mushallah Indonesia Makassar (IMMIM) tanggal 1 Januari 1964. Tujuannya adalah memakmurkan masjid apa pun golongannya danmencegahpertengkaranberlarat-larattentangfuru’iayh. Tahun 1966pascaruntuhnyaOrde Lama, organisasiinimemperluasjaringannyakeseluruhtanah air sehinggadiubahmenjadiIkatan Masjid Mushallah Indonesia Muttahidah yang jugadisingkat IMMIM.
MOTTO IMMMIM : BERSATU DALAM AQIDAH TOLERANSI DALAM KHILAFIYAH FURU’IYAH Kiprah IMMIM dalam dakwahnya terus menyapa umat Islam dari seluruh golongan dengan mottonya yang terkenal – Bersatu dalam Aqidah, Toleransi Dalam Khilafiyah Furuiyah. Suatu motto yang magis agar umat Islam selalu berada dalam bingkai persatuan (UKHUWAH). Secara kesejarawan masuknya Islam di Indonesia membawa berbagai aliran, dan mengkristal pada dua golongan, yaitu Islam Modernis dan Islam Tradisionil. Modernis menggunakan rujukan keislaman tanpa mengikuti satu mazhab, melainkan bersumberkan dari Quran dan Hadist. Sedangkan Islam tradisionil menganut mazab tertentu. Dalam hal akidah (ushuliyah), kedua golongan Islam ini sama. Perbedaan terjadi hanya seputar cabang-cabang agama (furuiyah), seperti membaca kunut dalam salat Subuh, baca usali, jaharkan tidak menjaharkan bismillah dalam memulai salat, dsb. Meski tiap golongan punya shibghah dan identitas masing-masing, namun aqidah tiada mengalami perbedaan yang direfleksikan dalam enam rukun iman. Menyangkut cabang-cabang agama (furuiyah) di luar garis keimanan ushuliyah dan pokok-pokok ibadah yang sudah baku seperti salat-salat wajib, IMMIM memberikan toleransi. IMMIM lebih mengedepankan persatuan (ukhuwah) umat daripada menguras energi untuk perdebatan laten soal khilafiyah furuiyah, mazhab dan fikih yang kontraproduktif. Lebih baik umat Islam salat dengan baca kunut, baca usali, dan sebagainya daripada mereka tidak bersalat, atau melakukan perjudian, minum minuman keras, serta melakukan perbuatan kriminalitas lainnya Suatu saat dua ulama besar Indonesia ketemu, yaitu Prof. Dr. Hamka (Muhammadiyah) dan K.H. Idham Khalid (NU). Ketika salat subuh, K.H. Idham Khalid menjadi imam, beliau tidak kunut. Saat ditanya mengapa tidak kunut pada hal ia tokoh NU yang penganut kunut. Beliau menjawab karena dia menghormati Prof. Dr. Hamka yang menjadi makmun di belakang. Pada salat subuh lain, giliran Prof. Dr. Hamka menjadi imam dan di belakang ada K.H. Idham Khalid menjadi makmun. Saat itu, Prof. Dr. Hamka membaca kunut padahal kalangan Muhammadiyah bukan penganut kunut. Ketika ditanya, beliau menjawab bahwa ia menghormati K.H. Idham Khalid yang menjadi makmun di belakang. Alangkah indah toleransi yang dipertontonkan kedua ulama dari dua organisasi Islam Indonesia yang berbeda faham dalam berbagai cabang agama. Satu sama lain saling menghormati, masing-masing saling memberi dan masing-masing saling menerima. Kerukunan yang diusung IMMIM dapat membuat kaum muslimin melakukan ibadah dengan aman sesuai dengan keyakinan mereka tanpa paksaan, tidak doktrinal, dan tidak saling menghalangi atau mengganggu. Sikap yang ditampilkan akan membuahkan mahabbah Islamiyah, memelihara agar umat Islam yang berbeda paham selalu berada dalam koridor satu barisan. Kecintaan Allah akan turun kepada kaum yang berjuang di jalan-Nya dalam satu barisan rapi dan teratur seolah-olah mereka ibarat satu bangunan yang tersusun kokoh (As-Shaff ayat 4). IMMIM juga bukan menempuh jalan poros tengah karena organisasi tidak memiliki paham tersendiri, tidak berafiliasi pada sekte Islam tertentu. Ia
hanya memersepsikan diri sebagai khadam abdi umat. Organisasi lebih bermartabat dan lentur jika tampil sebagai pendamai antara kelompok-kelompok yang berbeda paham menyangkut furuiyah untuk mencari titik temu serta menghindari mencuatnya konflik dan ketegangan-ketegangan. “Sungguh orang mukmin hanya satu dalam persaudaraan, maka damaikanlah kedua saudaramu dan takwalah kamu kepada Allah supaya kamu beroleh rahmat” (Quran Surah Al-Hujarat ayat 10 ). IMMIM menginginkan umat senantiasa dalam kondisi yang satu mengokohkan dengan lainnya. “Laksana satu tubuh, bila menderita sakit satu anggotanya, seluruh tubuh merasakannya dengan tidak bisa tidur dan (merasakan) demam ” (Hadis Bukhari-Muslim). Prinsip inilah yang selalu didengungkan oleh pendiri IMMIM, H. Fadeli Luran. Membangun ukhuwah demikian Allah akan menurunkan rahmatNya. IMMIM memersepsikan diri sebagai organisasi kemasjidan yang independen sebab masjid sebagai basis jamaahnya, niscaya di dalamnya ada warga Muhammadiyah, NU, Persis, Sarikat Islam, PKS, PKB, PAN, PBB, Golkar, PDIP, Demokrat, Al-Wahdah dan lain-lain. IMMIM berfungsi sebagai pembangun kehidupan dan tatanan baru berdasar prinsip-prinsip tasamuh (toleransi) karena ranahnya secara mendasar mengakui adanya kehidupan kebinekaan atau kemajemukan itu. Ia harus tetap berada dalam mainstream dan identitas sebagai wadah, tidak beranjak menjadi aliran tersendiri. IMMIM akan kehilangan identitas bila bergeser dari fungsinya sebagai media dan pengusung solidaritas, nilainilai persaudaraan, kedamaian, kehidupan harmoni di tengah-tengah aliran-aliran Islam yang pluralis tersebut. Bila ada pengurus IMMIM menjadi anggota salah satu organisasi Islam, keanggotaannya adalah pribadi. Dalam posisinya sebagai pengurus IMMIM, baju organisasi Islam harus dilepas. IMMIM tidak dapat diseret ke dalam organisasi tertentu. Tugas mubalig IMMIM pun supaya menghindari khilafiyah golongan dan lebih menekankan pada jamaah agar memakmurkan masjid, memperkuat iman, menggemarkan ibadah dan amal saleh serta membina akhlakulkarimah. Ukhuwah Islamiyah atau kerukunan internal umat Islam dalam bingkai persamaan akidah dan toleransi dalam furuiyah sebagai motto IMMIM akan mengantar pada kemantapan dan pemahaman secara benar bila toleransi dilandasi oleh : a. Konsep tanawwu’ al-‘ibadah – yakni mengantar pada pengakuan terhadap keragaman yang dipraktekkan oleh Nabi Muhammad S.a.w. dalam bidang furuiyah sehingga semua diakui kebenaraannya. b. Al-mukhti’ fi al-ijtihad lahu ajr, yang salah pun dalam berijtihad mendapat pahala, dan yang benar dan salah bukan ditetapkan oleh makhluk, melainkan menjadi otoritas Allah S.w.t. c. La hukma lillah qabla ijtihad al-mujtahid, Allah belum menetapkan suatu hukum sebelum upaya ijtihad seorang mujtahid sehingga hasil ijtihadnya itu yang menjadi ketetapan hukum Allah bagi setiap mujtahid, walaupun timbul perbedaan-perbedaan. Kunci mengantar ukhuwah Islamiyah dalam kehidupan nyata bukan sekadar pemaparan segi-segi persamaan akidah dan toleransi terhadap perbedaan-perbedaan. Letaknya pada langkah bersama yang diimplementasikan oleh para elite agama dan mubalig yang berbeda dalam furuiyah. Ditopang oleh ketulusan dan tenggang rasa mereka mengintrepretasikan makna esensial tentang persatuan umat Islam itu.
Untuk lebih lengkap dan utuh menyimak IMMIM disarankan membaca buka sejarah IMMIM dengan judul KIPRAH IMMIM MEMBANGUN UMAT edisi kedua tahun 2013.
GEMARLAH MEMBERI MAAF Bilamenyimak al Quran kita diberi petunjuk bahwamemberimaaf (al-afwu) lebihdianjurkandaripada meminta maaf. Memberi maafakanmemperolehkeampunan Allah. Berimaaflahdanberlapangdadalah apakah kamutidakmenghendakikeampunan Allah padakamu (Q.S. An Nur : 24). Dalam berbagai hal memberi maaf membawa berkah yang tiada terhingga, persaudaraan, persahabatan dan orang lain akan tunduk dan ikut kepada kita. Ketika Nabi habis memimpin suatu peperangan, beliau beristirahat di bawah sebuah pohon. Beliau jauh dari pasukan dan sahabatnya. Tiba-tiba datanglahseorangmusuhbernamDat’surdenganpedangterhunus di tangan. “Siapa yang melindunginengkau (Muhammad)daripedangkuini”?. Kata Dat’sursambilmenggoyanggoyangkanpedangnya. Nabi tidak panik, tidak gentar sedikitpun, kecuali beliau berkata “Allah”!. Mendengar nama Allah disebut, hatiDat’surgemetarketakutan, tangannya lemas, dan pedangnya jatuh. Nabiambilpedangitu. Kini kekuasaan berada di tangan Nabi. ‘WahaiDat’sursiapamelindungiengkaudaripedangmuini”, kata Nabi. Dat’surdengankeadaanlemasmenjawab “tiada siapa-siapa kecuali engkau Muhammad”. Nabitidakmenghinakandia, melainkandiberinya ampun. LidahDat’surpatahmenjawabdanmerasakanbetapaagungnyaakhlak yang dipertontonkan oleh Nabi. Ia pun masuk Islam danmenganjurkankaumnyaturutmengikutinyaserta mengajak mereka untuk membantu Nabi berperang. Itulah buah memberi maaf. Dakwah berkembang tak dapat dibendung, menggulung segala kaum yang masih menyembah berhala, menyadarkan nalar dan hati mereka dengankelembutandankerahmatan. Barang siapa memberi maaf saat dia mampu membalas maka Allah akan mengampuni dia saat dia mengalami kesukaran (Hadist).
TIP UNTUK MASJID Salah satu fungsi utama masjid adalahmenyediakantempatwudhubagijamaah yang ingin shalat. Perlu masjid membenahi tempat wudhu, karenaberkaitandengan sahnya shalat. Air yang suci dipakai berwudhu memenuhi syaratsyarat sebagai berikut : 1. Air segar seperti air yang dipompa dari PDAM. 2. Air dipompa dari sumur, tapi tidak berbau 3. Air tidak berubah warna, karena lama dalam penampungan dantelahbercampurnajis. Sebaiknyakerantempatwudhu, dipisahkan dari toilet yang digunakan untuk buang air kecil, untuk mandi dan buang air besar (closet). Toliletselaludibersihkandandiberikapurbarusatausemacamnya, agar tidaktimbulbaupesing yang menyiksa.Dengankondisi seperti itu jamaah yang berwudhu merasa
aman dan tenang dan tidak terganggu oleh bau yang tidak sedap. Kebersihan (kesucian) adalah bagian dariiman (HadistTabarani). Sesungguhnya Allah bencikepadapengotor yang kusutmasasi(HadistBaihaqi). Wallahua’lam.
PESAN-PESAN UNTUK MUBALIG DAN MUBALIGAH
Sukses tidaknya pencapaian sasaran dakwah banyak bergantung pada para mubalig atau pengemban dakwah. Tak ada jaminan keberhasilan dakwah dengan lawakan lucu yang menimbulkan gelak tawa atau dakwah yang mengalirkan cucuran air mata atau dengan applause dari objek dakwah, melainkan diukur antara lain pada bekas dan kesan yang ditinggalkan dalam hati pendengarnya, menggugah jiwa kemudian tercermin dalam pola dan tingkah laku mereka. Dari berbagai segi, beberapa persiapan dapat dikemukakan beerikut.. a. Penuh Vitalitas Mubalig harus memiliki semangat penuh vitalitas, tahan banting, karena dalam dakwah niscaya akan menghadapi cemohan, nista dan caci. Jangan mempertontonkan diri dalam keadaan loyo, kehilangan spirit dan dinamika. Di sini mubalig wajib yakin bahwa Allahlah yang menjadi tumpuan harapannya, Allahu Akbar- “dan agungkanlah Tuhanmu” (Al Muddatsir ayat 3). Tugas mubalig sebatas memberi berita gembira dan peringatan – sedang mad’u memperoleh hidayah - itu otoritas Allah semata. Keyakinan ini akan memperkuat vitalitas mubalig IMMIM menghadapi tantangan sekalipun membentang rintangan segompok gunung.
kekuasaan sebesar gajah atau
b. Performa Menarik Mubalig akan berhadapan dengan orang banyak, para tokoh, sesepuh yang berpengaruh atau dengan siapa saja. Justru itu mubalig harus tampil elegan dengan pakaian yang bersih (AlMuddatsir ayat 4). Kebersihan, kerapian adalah pokok yang penting untuk menarik perhatian orang. Kebersihan dan performa menarik akan menimbulkan harga diri sehingga menjadi satu point menentukan bagi mubalig IMMIM menyampaikan dakwah ke tengah-tengah masyarakat. c. Keikhlasan Prima Kesiapan mental penuh ikhlas harus tertanam dalam hati mubalig IMMIM. “Dan mereka tidak diperintahkan melainkan menyembah Allah dengan hati jernih (ikhlas) beragama karena untuk-Nya semata, dengan menjauhi kesesatan” (Al Bayinah ayat 5). Ia harus memiliki jiwa merdeka, menjauhi sifat ananiyah yang mengganggu tugasnya, seperti frustrasi, ingin kaya,
ingin kedudukan dan pangkat, popularitas, ingin dipuja dan dikultuskan. “Aku tidak meminta dari kamu suatu balasan apa pun atas (menyampaikan Quran), kecuali siapa yang mengambil jalan kepada Tuhannya “(Al-Furqan ayat 57). Kalau ada yang diberikan kepada mubalig, itu bukanlah upah, bukan balas jasa, bukan gaji, melainkan yang diharapkan adalah al-mawaddah fil qurba, “hubungan yang mesra antara mubalig dengan yang menerima dakwahnya” (Assyura ayat 23). Ikhlas dalam arti demikian mubalig akan bebas dari segala bentuk ananiyah yang negatif, membawanya pada maqam jiwa merdeka dalam arti kata sesungguhnya. Jiwa ikhlas dan merdeka mengandung kenangan dan keseimbangan serta sebagai tempat bersemainya akhlak yang jernih dan sifat-sifat positif, yang tidak boleh tidak menjadi bekal seorang mubalig IMMIM dalam melakukan tugasnya. d. Penguasaan Materi Mubalig harus memiliki wawasan luas dan paham benar-benar Risalah yang hendak disampaikan, mengetahui materi dan bidangnya, menyelami saripati dan jiwanya. Bagaimana dakwah akan berhasil kalau ia sendiri tidak menguasasi bidang yang disampaikannya. Sebab itu, mubalig IMMIM perlu menguasai bahasa Al-Quran minimal secara pasif supaya dapat menggali isi dan menangkap jiwa risalah itu secara utuh. e. Paham Berbagai Ilmu Karena yang dihadapi mubalig adalah manusia sebagai makhluk sosial, maka ia perlu memahami unsur fitrah manusia, tingkah laku, alam fikiran dan perasaan, kultur serta budaya mereka. Dengan demikian mubalig IMMIM membutuhkan pengetahun luar selain agama an sich. Ia perlu tahu berbagai cultural universal 2) agar memiliki wawasan luas. Maka perlu bekal penguasaan llmu jiwa (psikologi), Ilmu Sejarah, Ilmu Bumi, Sosiologi, Ilmu Politik, dsb. f. Menggunakan Bahasa Populer Selayaknya mubalig IMMIM menggunakan bahasa populer dipahami oleh objek dakwah. Bahasa pengantar yang tersusun rapi akan menjadi jembatan dan pembuka hati serta penggerak rasa bagi penerima panggilan. Al-Quran menggunakan kata-kata yang menarik seperti ”qaulan layyina” ( Thaha ayat 44), yaitu berkomunikasi dengan mad’u secara lembut, tanpa emosi, atau dengan nista atau memberi cap keras kepala. Ada juga qaulan karima ( Bani Israel ayat 23), yaitu kalimat-kalimat yang memuliakan mereka serta dirasakan apa yang disampaikan mubalig menjadikan diri mereka merasa terhormat. Qaulan baligha (An-Nisa ayat 63) yaitu kata-kata yang memberi kesan dalam hati. Qaulan makrufa (Al-Baqarah 235) yakni ungkapan-ungkapan yang memberi pencerahan, mampu dijadikan solusi dalam mengatasi masalah. Banyak lagi
teknik berkomunikasi yang dilukiskan Al-Quran. Bila semua itu disimak, mubalig akan memperoleh simpulan,............
nasihatilah mereka serta katakanlah kepada mereka kata-kata
yang memberi bekas pada apa-apa yang ada di hati mereka” (An-Nisa ayat 63).
g. Ilmu Akhlak Ilmu ini membahas perbedaan yang baik dan buruk yang terpuji dan tercela. Sebab itu, kita tidak perlu terlalu mengidolakan ilmu akhlak filsafat Aristoteles, sebab akhlak bukan konsep teoritis, melainkan harus diamalkan dengan keteladanan. Seorang mubalig IMMIM akan lebih berwibawa
jika mampu mencontoh kehidupan sehari-hari Rasulullah S.a.w. atau sahabat-
sahabat beliau atau orang-orang yang saleh. Tuntunan Tuhan dalam Al-Quran serta anjuran Rasulullah dalam amar makruf nahyi mungkar, bukan semata-mata tulisan tetapi telah dijalankan dalam praktek. Bagian ilmu akhlak ini adalah garam dari segala syarat yang diperlukan. Keteladanan baik yang ditunjukkan seorang mubalig dalam laku dan perangainya, itulah yang akan lebih membantunya dalam mencapai apa yang ia dakwahkan.