Prosiding SNYuBe 2013
MEMBUAT TANGGUL DAN PENATAAN SISTEM DRAINASE DAPAT MENGURANGI GENANGAN AIRDALAM KOMPLEK PERUMAHAN SUNGAI PAWOH KOTA LANGSA Fauzi Abdul Gani1* dan Munardy2 1,2
Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri lhokseumawe Jl. Banda Aceh-Medan km. 280 Buketrata – Lhokseumawe *Email:
[email protected] Abstrak
Komplek Perumahan Sungai Pawoh berada dalam wilayah Kecamatan Langsa Barat, merupakan daerah dataran rendah dekat dengan pantai yang sering mengalami banjir genangan. Banjir genangan kerap terjadi, selain diakibatkan oleh curah hujan juga akibat air pasang/rob yang masuk melalui saluran air tambak. Sistem drainase yang ada dalam komplek perumahan Sungai Pawoh sendiri selama ini tidak berfungsi, dikarenakan banyak ruas saluran sudah tersumbat dan tertimbun oleh tanah.Besar debit rencana ditentukan dengan Metode Rasional yang didasarkan pada hubungan rasional antara air hujan dengan limpasannya, dengan asumsi bahwa hujan yang terjadi mempunyai intensitas seragam dan merata di seluruh daerah pengaliran selama paling sedikit sama dengan waktu konsentrasi, tc daerah pengalirannya. Penentuan waktu konsentrasi didasarkan pada rencana sistem pengaliran air pada komplek sampai ke saluran pengumpul.Luas pengaliran sistem drainasenya adalah 18,17 Ha direncanakan dibagi dalam 6 (enam) blok yaitu Blok-1 mengalir ke Saluran Utama Drainase Kota Langsa, sedangkan Blok-2 ; Blok-3 ; Blok-4 ; Blok-5 dan Blok-6 pembuangan akhir direncanakan ke saluran pengumpul lainnya yang berada di belakang komplek perumahan. Untuk menahan air rob yang naik ke dalam komplek setiap hari diatas jam 12.00 wib dan surut pada jam 14.00, maka pada daerah tersebut dipasang tanggul dan satu buah pintu engsel yang berguna menahan air pada saat pasang/rob dan dapat terbuka sendiri pada saat air turun. Kata kunci: Debit rencana, waktu konsentrasi, penataan sistem drainase
Pendahuluan Sebagian besar drainase utama di Kota Langsa, baik yang alamiah maupun buatan, dibagian hilir mempunyai elevasi dasar saluran lebih rendah dari pada elevasi dasar muara/pantai. Hal ini menyebabkan sedimentasi serius dan menimbulkan pendangkalan. Sistem drainase utama yang ada, sebagian besar belum mempunyai garis sempadan yang jelas dan belum di perdakan/di qanunkan. Hal ini menimbulkan kerancuan dalam upaya pengelolaan dan pengawasan bangunan. Kondisi saluran drainase yang lebih kecil (sekunder dan tersier) juga tidak kalah memprihatinkan. Kapasitas saluran makin hari semakin menurun akibat sedimentasi, sampah dan pemeliharaan yang kurang. Sehingga seringkali di kawasan kota (sebagian besar kecamatan langsa kota, dan kecamatan langsa barat dan wilayah pertanian di kecamatan langsa timur) tergenang air banjir kiriman dari wilayah hulu sungai/krueng Langsa maupun akibat hujan yang hingga hari ini masalah tersebut belum dapat terpecahkan. 144
Prosiding SNYuBe 2013
Gambar 1.Daerah Genangan Kawasan Komplek Perumahan Sungai Pawoh Kota langsa Sumber genangan (banjir) di Kota Langsa dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu : Banjir kiriman: aliran banjir yang datangnya dari daerah hulu sungai di luar kawasan yang tergenang. Hal ini terjadi jika hujan yang terjadi di daerah hulu menimbulkan aliran banjir yang melebihi kapasitas sungainya, sehingga terjadi limpasan. Banjir kiriman yang besar tercatat pada awal tahun 2006 yang lalu akibat hujan deras hingga 2 hari berturut-turut sehingga sungai/krueng Langsa meluap menggenangi rumah-rumah penduduk di sekitar bantaran sungai. Ketinggian banjir mencapai 50-300 cm selama 6-12 jam. Daerah yang mengalami kerugian terbesar meliputi gampong Selalah, Sidorejo, Sidodadi, Pondok Pabrik, sebagian lahan pertanian di gampong Baroh Langsa Lama, perumnas Paya Bujok Seulemak, BTN Seuriget, gampong Jawa, Pondok Kelapa, Karang Anyar dan Geudubang Jawa. Banjir lokal: genangan air yang timbul akibat hujan yang jatuh di daerah itu sendiri. Hal ini dapat terjadi kalau hujan yang terjadi melebih kapasitas sistem drainase yang ada. Pada banjir lokal, ketinggian genangan air mencapai 30-50 cm dan lama genangan antara 1-3 jam. Banjir lokal ini sering terjadi terutama pada daerah dataran rendah, meliputi : BTN Seuriget, kawasan lapangan merdeka di wilayah gampong Jawa, gampong Sungai Pauh, gampong Sidorejo. Banjir rob: banjir yang terjadi baik akibat aliran langsung air pasang atau air balik dari saluran drainase akibat terhambat oleh air pasang. Banjir pasang merupakan banjir 145
Prosiding SNYuBe 2013
rutin akibat air laut pasang yang terjadi di sepanjang wilayah pesisir laut. Banjir rob ini sering terjadi terutama pada daerah gampong Kuala Langsa, gampong Sei Lueng, gampong Telaga Tujuh dan gampong Cinta Raja. Ketinggian genangan antara 30-100 cm, namun demikian hal ini belum menjadi permasalahan serius bagi warga, karena konstruksi perumahan warga seluruhnya dibangun dengan rumah panggung diatas air. Kondisi tersebut diatas berdampak buruk terhadap komplek Perumahan Sungai Pawoh yang berada dalam wilayah Kecamatan Langsa Barat, karena komplek perumahan ini merupakan daerah dataran rendah dekat dengan pantai yang sering mengalami banjir genangan. Banjir genangan kerap terjadi selain diakibatkan oleh curah hujan juga akibat air pasang yang masuk melalui saluran air tambak. Sistem drainase yang ada dalam komplek perumahan Sungai Pawoh sendiri selama ini tidak berfungsi, dikarenakan banyak ruas saluran sudah tersumbat dan tertimbun oleh tanah. Diketahui bahwa Out let dari air hujan dan lainnya dari kota Langsa adalah melalui saluran dipinggir Komplek perumahan Sungai Pawoh. Gambaran/peta daerah genangan yang sering terjadi diperlihatkan pada Gambar 1. Penelitian ini bertujuan untuk merencanakan sistem drainase pada kondisi areal yang dipengaruhi pasang surut air laut/rob dan untuk menentukan berapa ketinggian tanggul yang harus dibuat untuk menghindari masuknya air pasang/rob ke Komplek perumahan tersebut. Material dan Metode Eksperimental Penelitian ini dilakukan dengan mempelajari literatur yang ada yang berkenaan dengan daerah studi, terutama hasil survei/pengamatan lapangan terhadap penyebab terjadinya banjir. Data primer meliputi kondisi topografi, debit air, sedimen, dasar saluran outlet, tanggul daerah tambak dan sosial ekonomi di sekitarnya. Data tinggi curah hujan harian maksimum diperoleh dari Kantor Dinas pertanian dan kantor BMG Malikussaleh Lhokseumawe. Berdasarkan data tersebut selanjutnya dianalisis karakteristik saluran-saluran utama yang memberikan konstribusi debit banjir kedalam kawasan studi, debit banjir rancangan dan analisis frekwensi curah hujan harian maksimum. Analisis dilakukan dalam dua wilayah, yaitu bagian komplek perumahan Sungai Pawoh dan daerah sekitar tambak. Data hidrologi yang dianalisis diasumsikan tidak bergantung (independent) dan terdistribusi secara acak serta bersifat stokastik. Analisis frekuensi ini didasarkan pada sifat statistik data kejadian yang telah lalu untuk memperoleh probabilitas besaran hujan di masa yang akan datang [1].Parameter statistik yang diperlukan dalam kaitan analisis frekuensi data meliputi nilai rata-rata, simpangan baku, koefisien variasi, dan koefisien kemencengan (skewness). Frekuensi banjir rencana ditetapkan berdasarkan pertimbangan kemungkinankemungkinan kerusakan terhadap bangunan-bangunan di sekitar daerah aliran akibat banjir [2]. Besar debit rencana ditentukan dengan Metode Rasional (Pers. 1) yang didasarkan pada hubungan rasional antara air hujan dengan limpasannya [3]. Nilai koefisien ”C” (runoff coefficient), perbandingan antara jumlah air hujan yang mengalir di atas permukaan tanah (surface runoff) dengan jumlah air hujan yang jatuh dari atmosfir, berkisar antara 0 sampai dengan 1 [4]. Nilai tersebut ditentukan oleh laju
146
Prosiding SNYuBe 2013
infiltrasi tanah, kemiringan lahan, dan tanaman penutup tanah, air tanah, derajat kepadatan tanah, porositas tanah dan simpanan depresi. Q= 0,00278 C.I.A ....................................................(1) Dalam persamaan tersebut, Q adalah debit rencana dalam m3/det, C adalah koefisien aliran, I adalah intensitas hujan selama waktu konsentrasi dalam mm/jam dan A adalah luas daerah aliran dalam Ha. Intensitas hujan didefinisikan sebagai ketinggian hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu dimana air tersebut terkonsentrasi [4]. Tinggi intensitas hujan sangat diperlukan dalam perhitungan debit banjir rencana berdasarkan Metode Rasional (Pers. 2). Sifat umum hujan adalah semakin singkat hujan berlangsung, intensitasnya cenderung semakin tinggi dan semakin besar periode ulang, T semakin tinggi pula intensitasnya. Hubungan antara intensitas hujan, lama hujan dan frekuwensi hujan biasanya dinyatakan dalam lengkung Intensitas-DurasiFrekuensi (IDF = Intensity-Duration-Frequency Curve). 23
R 24 I 24 24 t ........................................................... (2) Dalam persamaan tersebut, I adalah intensitas curah hujan dalam mm/jam, t adalah lamanya hujan dalam jam dan
R24
dalah curah
hujan maksimum harian selama 24 jam dalam mm. Intensitas hujan dapat ditentukan secara impiris berdasarkan data hujan jangka pendek diantaranya dengan metode Talbot, Ishiguro dan Sherman. Apabila data hujan jangka pendek tidak tersedia, penentuan intensitas hujan dapat didasarkan pada data hujan harian yaitu dengan menggunakan metode Mononobesebagai [3,4]. Dalam metode tersebut, waktu konsentrasi, tc merupakan waktu yang dibutuhkan oleh titik hujan yang jatuh di tempat terjauh untuk mengalir di atas tanah ke tempat pengukuran. Waktu konsentrasi pada sistem drainase perkotaan jumlah dari waktu yang diperlukan air untuk mengalir melalui permukaan tanah dari tempat terjauh ke saluran terdekat (inlet time) ditambah waktu untuk mengalir di dalam saluran ke tempat pengukuran (conduit time).Sedangkan Intensitas hujan yang dipergunakan untuk perhitungan debit banjir, ditentukan dengan menggunakan metode Mononobe berdasarkan tinggi curah hujan rencana 2 tahunan. Hasil dan Pembahasan Luas pengaliran sistem drainase Komplek Perumahan Sungai Pawoh Kota Langsa (SPKL) adalah 18,17 Ha. Sistem drainase komplek perumahan SPKL merupakan bagian dari Sistem Drainase Kota Langsa. Daerah pengaliran pada komplek perumahan SPKL dibentuk berdasarkan pembagian sistem blok yang ditentukan berdasarkan kondisi topografi, sistem blok tersebut dibagi dalam 6 (enam) blok sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 2. Pengaliran air buangan pada sistem ini dapat ditentukan, yaitu Blok-1 mengalir ke Saluran Utama Drainase Kota Langsa, sedangkan Blok-2 ; Blok-3; Blok-4 ; Blok-5 dan Blok-6 pembuangan akhir dialirkan ke saluran pengumpul lainnya yang berada di belakang komplek perumahan. Pelayanan Aliran sesaat (genangan air) akibat air hujan pada masing-masing blok akan dilayani oleh satu ruas saluran. Luas daerah pengaliran masing-masing blok sistem drainase 147
Prosiding SNYuBe 2013
Komplek Perumahan SPKL akan dilayani oleh Saluran Drainase Sungai Pawoh (SDPS).
Gambar 2 Pembagian Blok Komplek Perumahan Sungai Pawoh Kota Langsa Kebutuhan dimensi Saluran Drainase Sungai Pawoh (SDSP) didasarkan pada beban hidrolis akibat tinggi curah hujan 2 tahunan (R2 = 311,19 mm) dan kondisi topografi pada lokasi rencana saluran. Perhitungan dimensi masing-masing ruas saluran dilakukan dengan metode coba-coba berdasarkan persamaan faktor penampang dengan anggapan pengaliran yang terjadi merupakan jenis aliran seragam (uniform flow). Hasil perhitungan kebutuhan penampang melintang untuk masing-masing ruas Saluran drainase Sungai Pawoh (SDSP) diperoleh setelah didapat kebutuhan kapasitas salurannya, Rangkuman kebutuhan penampang melintang untuk masingmasing ruas Saluran drainase Sungai Pawoh (SDSP) diperlihatkan pada Tabel 1. Kawasan di sekitar komplek perumahan juga banyak dijumpai saluran-saluran irigasi yang dipergunakan oleh masyarakat untuk memasukkan air untuk kebutuhan tambak. Keberadaan saluran irigasi tambak tersebut tidak terawat dan sudah sangat 148
Prosiding SNYuBe 2013
memprihatinkan (banyak ruas saluran tidak mempunyai tanggul). Diketahui bahwa Banjir genangan pada Komplek Perumahan Sungai Pawoh Kota Langsa selain diakibatkan oleh tinggi curah hujan, juga diakibatkan oleh masuknya air laut/rob pada saat pasang. Untuk menanggulangi permasalahan tersebut, maka diperlukan konstruksi tanggul yang terbuat
dari
timbunan
tanah
pilihan
(dipadatkan).
Ketinggian
tanggul direncanakan berdasarkan informasi masyarakat terhadap pasang maksimum yang permah terjadi di sekitar kawasan Komplek Perumahan
Sungai Pawoh.Bentuk penampang konstruksi tanggul
banjir Komplek Sungai Pawoh Kota Langsa diperlihatkan pada Gambar 3. Tabel 1. Penampang melintang saluran drainase SPKL NAMA SALURAN
URAIAN
GAMBAR
3
Q = 0,23 m /dt ;H = 0,75 m SDSP – 1
B = 1,70 m
; L = 154,90 m
h = 0,75 m
; i = 0,00037
F = 0,25 m
; n = 0,015 3
Q = 1,35 m /dt ; H = 1,00 m SDSP – 2
B = 1,70 m
; L = 69,00 m
h = 0,75 m
; i = 0,00037
F = 0,25 m
; n = 0,015 3
Q = 1,47 m /dt ; H = 1,00 m SDSP -3
B = 3,00 m
; L = 231,0 m
h = 0,75 m
;i = 0,00016
F = 0,25 m
; n = 0,015
Gambar 3. Rencana tanggul banjir Komplek Perumahan SPKL 149
Prosiding SNYuBe 2013
Kesimpulan Permasalahan banjir sesaat (genangan) yang sering terjadi di Komplek Perumahan Sungai Pawoh Kota Langsa diatasi dengan membuat sistem drainase yang terdiri dari Saluran Drainase Sungai Pawaoh (SDSP -1 ; SDSP-2 dan SDSP-3), Tanggul Banjir dan bangunan outlet berupa konstruksi pintu air. Saluran drainase didesain dari konstruksi beton bertulang K-225 berbentuk empat persegi (flume) yang mampu mengalirkan tinggi hujan rencana R2 tahunan = 311,19 mm. Luas pengaliran sistem drainase perumahan komplek sungai Pawoh dibagi dalam 6 blok yaitu: Blok 1 dengan luas pengaliran 2,50 Ha semua alirannya mengalir ke saluran utama, sehingga tidak mempengaruhi beban hidrolis saluran yang direncanakan. Blok 2 dengan luas pengaliran 4.95 Ha, diperoleh debit 1,117 m3/dt yang akan mempengaruhi saluran SDSP-2. Blok 3 dengan luas pengaliran 3,52 Ha, diperoleh debit 0,117 m3/dt yang akan mempengaruhi saluran SDSP-1. Blok 4 dengan luas pengaliran 3,21 Ha, diperoleh debit 0,117 m3/dt yang akan mempengaruhi saluran SDSP-1. Blok 5 dengan luas pengaliran 1,12 Ha, diperoleh debit 0,070 m3/dt yang akan mempengaruhi saluran SDSP -2. Blok 6 dengan luas pengaliran 2,87 Ha, diperoleh debit 0,127 m3/dt yang akan mempengaruhi saluran SDSP-2, dan debit keseluruhan dari masingmasing blok tersebut sebesar 1,548 m3/dt akan menjadi beban hidrolis SDSP-3. Tanggul banjir didesain sampai pada elevasi + 3,081 untuk mencegah masuknya air pasang/rob dari luar sistem. Pengembangan pemanfaatan lahan pada sistem drainase Komplek Perumahan Sungai Pawoh hendaknya berpedoman pada sistem blok yang didesain. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh pola aliran yang sesuai dengan desain sistem yang ada.
Referensi [1]. Chow, V. T., Maidment, D.R., Mays, L.W., Applied Hydrology, Mc. Graw-Hill Book Company, Singapore, 1988. [2]. Dirjen Tata Perkotaan dan Pedesaan, Panduan dan petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan, DPPW, 2003. [3]. Subarkah, I., Hidroligi untuk perencanaan Bangunan Air, Idea Dharma Bandung, 1980. [4]. Triatmodjo, B., Hidrologi terapan, Beta Ofset, Yogyakarta, 2008.
150