Pertemuan ke: 13
Memberikan wawasan pengetahuan bagi Mahasiswa pada khususnya dan bagi pelaku bisnis pada umum, agar dalam menjalankan bisnisnya tetap mengedapkan prinsipprinsip, kaidah, konsep, norma-norma (Islam) sebagai landasan hukum.
Menurut M. Musrofi dalam bukunya Kunci Sukses Berwirausaha (2006 Elex Media Komputindo) Bisnis/Berwirausaha: Salah satu cara untuk memanfaatkan kemampuan unik sesorang yang dilakukan dengan membangun, memiliki dan menjalankan usaha agar dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat. Adapun imbalan yang diterima seorang pembisnis bisa berupa materi, prestise, kepuasan dan lain-lain sebanding dengan besarnya manfaat yang diberikannya.
Menurut Bertens (1997:4) adalah kebiasaan, akhlaq/watak/karakter yang baik. Immanuel Kant (1724-1804) Etika adalah moral, bahkan beliau membuat pernyataan: ”bukan manusia apabila ia tidak mempunyai moral, sebab bila tidak mempunyai moral berarti ia bagaikan orang mati, sehingga kemanusiaannya seperti hewan”. Drs. Agustianto, MA: Etika adalah a code or set of principles which people live (kaedah atau seperangkat prinsip yang mengatur hidup manusia). Etika adalah bagian dari filsafat yang membahas secara rasional dan kritis tentang nilai norma ataupun moralitas. Dengan demikian etika berbeda dengan norma. Norma adalah suatu pranata dan nilai mengenai baik dan buruk, sedangkan etika adalah refleksi kritis dan penjelasan rasional mengapa sesuatu itu baik dan buruk. Contoh kasus menipu orang lain itu adalah buruk. Ini berada pada tataran norma, sedangkan kajian kritis dan rasional mengapa menipu itu buruk? Apa alasan dalam logika kita, merupakan lapangan etika.
Menurut Drs. Mustopa Halmar, M.Ag dalam bukunya berjudul Pendidkan DAI Sebuah Pendekatan Normatif dan Praktek disebutkan; Islam menurut istilah (terminologi), Islam adalah sebuah nama ajaran (syari’at) Allah SWT yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada umat manusia. Kata Islam yang dijadikan nama agama, adalah nama yang diambil dari inti ajaran; yang mengajarkan ketaatan, penyerahan diri dan kedamaian serta keselamatan. Islam Secara Bahasa: berarti tunduk, taat, patuh dan berserah diri pada Tuhan. Juga berarti selamat, damai, sejahtera, bahagia. Tidak dikatakan Islam, kalau tidak ada ketaatan, kepatuhan, penyerahan diri dari hamba kepada Tuhan. Atau tiada kedamaian dan keselamatan (dunia-akhirat) kalau tiada sikap penyerahan diri (Islam) kepada Tuhan. Orang muslim adalah orang yang taat, patuh, tunduk dan menyerahkan diri kepada Allah SWT.
االسالم هو االستسالم هلل بالتو حيد واالنقيادله بالطاعة واالبتعاد عن الشرك “Islam itu ialah berserah diri kepada Allah dengan mengesakanNya dalam beribadah dan tunduk dengan melakukan ketaatan dan menjauhkan diri dari syirik”. Islam merupakan sumber nilai dan etika dalam segala aspek kehidupan manusia secara menyeluruh, termasuk wacana bisnis. Islam memiliki wawasan yang komprehensif tentang etika bisnis. Mulai dari prinsip dasar, pokok-pokok kerusakan dalam perdagangan, factor-faktor produksi, tenaga kerja, modal organisasi, distribusi kekayaan, masalah upah, barang dan jasa, kualifikasi dalam bisnis, sampai pada etika social ekonomi menyangkut hak milik dan hubungan social.
Bisnis Cara Islami adalah: bagaimana manusia dalam segala aktivitas, usaha, action untuk mencapai profit, bertanggung jawab sosial, ekonomi, dll dengan moral yang berbasic hukum syariat Islam, sebagai keyakinan yang mutlak, obyektif dan rasional karena yang bersangkutan menyadari akan kebenarannya dan sebagai sesuatu yang seharusnya dilakukan.
فاذا كضيت امصلوة فاهترشوا يف الارض وابتغوا من فضل هللا واذكروهللا كثريا معلمك تفلحون ”Maka apabila telah ditunaikan sholat, bertebarlah kamu dimuka bumi dan carilah kurnia (rezki) Allah dan ingatlah kepada Allah, sebanyakbanyaknya, mudah-mudahan kamu menjadi orang yang menang (sukses), beruntung” Artinya:
(Q.S Al-Jumu’ah: 10)
ايهيااذلين امنوا التألكوا امواممك بينمك ابمباطل الا ان تكون جتارة عن تراض منمك وال تلتلوا اهفسمك ان هللا اكن بمك رحامي Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu makan harta orang lain dengan jalan yang batil, kecuali dengan perniagaan (jual-beli) dengan suka sama suka diantara kamu, janganlah kamu bunuh dirimu (saudaramu) sesungguhnya Allah penyayang kepadamu (Q.S. An-Nisa’;29)
ايهيااذلين امنوا اذاتداينمت بدين اىل اجل مسمى فاكتبوه وميكتب بينمك اكتب ابمعدل واليأب اكتب ان يكتب كام علمو هللا فليكتب ـ ـ ـ Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu berutang dengan suatu piutang, hingga masa yang telah ditetapkan, hendaklah kamu tuliskan; dan hendaklah seorang penulis diantaramu menuliskannya dengan keadilan. Janganlah enggan penulis itu menuliskannya, sebagaimana Allah mengajarkan kepadanya...... (Q.S. Al_Baqarah: 282)
Panduan Nabi Muhammad SAW Dalam Bisnis
1. Kejujuran Dalam Islam doktrin kejujuran merupakan syarat fundamental dalam kegiatan bisnis. Sabda Nabi Muhammad SAW: ”Tidak dibenarkan seoarang muslim menjual satu jualan yang mempunyai aib, kecuali ia menjelaskannya” (H.R. Al-Quzwani). ”Siapa yang menipu kami, maka dia bukan kelompok kami” (H.R. Muslim). 2. Kesadaran tentang signifikansi sosial kegiatan bisnis Bisnis menurut Islam tidak semata-mata mencari keuntungan sebanyakbanyaknya, akan tetapi juga berorientasi pada sikap ta’awun (tolongmenolong).
3. Tidak Melakukan Sumpah Palsu Sabda Nabi Muhammad SAW: ”Dengan melakukan sumpah palsu, barang-barang memang terjual, tetapi hasilnya tidak berkah”. (H.R. Bukhari). Rasulullah SAW mengancam dengan adzab yang pedih bagi orang yang bersumpah palsu dalam bisnis, dan Allah tidak akan memperdulikannya nanti di hari kiamat” (H.R. Muslim) 4. Bersikap Ramah Tamah Sabda Nabi Muhammad SAW: “Allah merahmati seseorang yang ramah dan toleran dalam berbisnis”. (H.R. Bukhari dan Tarmizi).
5. Tidak boleh berpura-pura menawar dengan harga tinggi, agar orang lain tertarik untuk membeli dengan harga tersebut. 6. Tidak boleh menjelekkan bisnis orang lain. 7. Tidak melakukan ihtikar (menumpuk dan menyimpan barang dalam masa tertentu). 8. Takaran, timbangan dan ukuran yang benar. Firman Allah ”celakalah bagi orang yang curang, yaitu orang yang apabila menerima takaran dari orang lain minta dipenuhi, dan apabila menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi” (Q.S. 83: 112)
9. Keseimbangan Bisnis tidak boleh mengganggu beribadah kepada Allah. 10. Membayar upah sebelum kering keringat karyawan. 11. Tidak memonopoli. 12. Tidak boleh melakukan bisnis dalam kondisi eksisnya bahaya (mudharat). 13. Komoditi bisnis yang dijual barang yang suci dan halal. 14. Bisnis dilakukan dengan suka rela. 15. Segera melunasi kredit yang menjadi kewajibannya. 16. Memberi tenggang waktu apabila debitor belum mampu membayar. 17. Bisnis yang dilakukan bersih dari unsur riba
1. Tauhid; 2. Keseimbangan (keadilan); 3. Kebebasan, dan 4. Tanggung jawab.
Tauhid, merupakan wacana teologis yang mendasari segala aktivitas manusia, termasuk kegiatan bisnis. Tauhid menyadarkan manusia sebagai makhluq Illahiyah (ciptaan Allah SWT), sosok makhluq yang bertuhan. Dengan demikian, kegiatan apapun termasuk bisnis manusia tidak terlepas dari pengawasan Tuhan, dan dalam rangka melaksanakan titah Tuhan, sebagaimana firman-Nya (Q.S: 62:10)
فاذا كضيت امصلوة فاهترشوا يف الارض وابتغوا من فضل هللا واذكروهللا كثريا معلمك تفلحون Artinya: ”Maka apabila telah ditunaikan sholat, bertebarlah kamu dimuka bumi dan carilah kurnia (rezki) Allah dan ingatlah kepada Allah, sebanyak-banyaknya, mudah-mudahan kamu menjadi orang yang menang (sukses), beruntung” (Q.S Al-Jumu’ah: 10)
Keseimbangan dan keadilan, berarti, bahwa pelaku bisnis harus seimbang dan adil. Kesimbangan berarti tidak berlebihan (ekstrim) dalam mengejar keuntungan ekonomi (Q.S. 7:31).
ولكوا وارشبوا وال ترسفوا اهو الحيب املرسفني Artinya: “Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tiada mengasihi orang-orang berlebih-lebihan (melampaui batas). (Q.S. Al-A’raf: 31) Kepemilikan individu yang tidak terbatas, sebagaimana sistem kapitalis, tidak dibenarkan. Dalam Islam, harta mempunyai fungsi sosial yang kental (Q.S. 51:19)
ويف امواهلم حق نلسأل واحملروم Artinya: “ Dan dalam harta mereka ada hak untuk orang yang meminta dan orang miskin yang tidak mau meminta” (Q.S. Az-Zariyah:19)
3.
Kebebasan, berarti, bahwa manusia sebagai individu dan kolektivitas, punya kebebasan penuh untuk melakukan aktivitas bisnis. Dalam ekonomi, manusia bebas mengimplementasikan kaedah-kaedah Islam. Karena masalah ekonomi termasuk aspek muamalah bukan ibadah, maka berlaku padanya kaedah umum, semua boleh kecuali yang dilarang. Yang tidak boleh dalam Islam adalah ketidakadilan dan riba. Dalam tataran ini kebebasan manusia sesungguhnya tidak mutlak, tetapi merupakan kebebasan yang bertanggung jawab dan berkeadilan.
4. Pertanggungjawaban, berarti, bahwa manusia sebagai pelaku bisnis, mempunyai tanggung jawab moral pada Tuhan atas perilaku bisnis. Harta sebagai komoditi bisnis dalam Islam adalah amanah Tuhan yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan.
Berbisnis cara Islami sangat tepat guna mewujudkan masyarakat yang adil makmur, bahagia, sejahtera duniaakhirat, karena didalamnya terkandung etika-etika yang luhur (akhlaqul karimah) dan berlaku secara universal;
Berbisnis bukan semata-mata mencari keuntungan yang maksimal, akan tetapi harus memperhatikan pula tanggung jawab sosial ta’awun pada orang lain, karena didalam harta itu sendiri ada hak-hak yang harus ditasarufkan, infaqkan.
1. Setelah menyadari beberapa hikmah atau manfaat dibalik bisnis dengan etika Islami, hendaknya setiap aktivitas kita khususnya (bisnis) agar mengaplikasikan nilai-nilai etika Islam, sebagai reflexi keyakinan (keimanan) kepada Tuhan; 2. Berusaha semaksimum-maksimumnya mencegah hawa nafsu, untuk tetap konsisten dalam mengaplikasikan nilai-nilai etika Islami, dan menyadari akan dampak negative bila kita tidak merespon permasalah ini, yang terjadi hanyalah kehancuran, kebinasaan, kehinaan yang ada pada diri manusia. Kata sahabat Ali bin Abi Tholib “Takutlah kamu dengan 2 (dua) perkara, yaitu; menuruti hawa nafsu dan panjang angan-angan, karena sesungguhnya orang yang menuruti hawa nafsu itu ia akan menolak halhal yang haq (benar), dan orang yang panjang angan-angan akan melupakan kehidupan akhirat”.