Journal of Pediatric Journal Nursingof Pediatric Nursing Vol. 1(1), pp. 009-013, January, 2014 Available online at http://library.stikesnh.ac.id ISSN 2354-726X
PENGETAHUAN DAN KEPATUHAN IBU PADA PEMBERIAN IMUNISASI DASAR BAGI BAYI Lisa Kadir1, Fatimah2, Hj.Hadia3 1STIKES
Nani Hasanuddin Makassar STIKES Nani Hasanuddin Makassar 3 RSUP DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar 2
(Alamat Respondensi:
[email protected] /082348740984) ABSTRAK Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan pada bayi atau anak agar terhindar dari penyakit (Proverawat, 2010). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan kepatuhan ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas Buntu Batu Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang. Penelitian ini merupakan jenis penelitian survei analitik dengan metode cross sectional study, populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki bayi dan melakukan imunisasi dasar di Puskesmas Buntu Batu Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling, yaitu 36 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan program microsoft excel dan program statistik (SPSS).Hasil analisis bivariat didapatkan hubungan antara pengetahuan ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi (ρ<0,001), dan terdapat hubungan antara kepatuhan ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi (ρ<0,020). Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara pengetahuan dan kepatuhan ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas Buntu Batu Kecamatan Buntu batu Kabupaten Enrekang, dimana pengetahuan ibu mempunyai pengaruh yang dominan terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi. Kata Kunci : Kepatuhan, Pengetahuan, dan Imunisasi Dasar
PENDAHULUAN Laporan UNICEF (Desember 2005) menyebutkan bahwa 27 juta anak balita dan 40 juta ibu hamil di seluruh dunia masih belum mendapatkan layanan imunisasi rutin. Akibatnya, penyakit yang dapat dicegah oleh vaksin ini diperkirakan menyebabkan lebih dari dua juta kematian tiap tahun. Angka ini mencakup 1,4 juta anak balita yang terenggut jiwanya. Sejak diluncurkannya Program Pengembangan Imunisasi (EPI) pada 1974, imunisasi telah menyelamatkan lebih dari 20 juta jiwa pada dua dasawarsa. Bahkan ini dapat menyelamatkan lebih banyak nyawa dan dana daripada bentuk-bentuk intervensi lainnya. Program ini merupakan intervensi kesehatan dengan pembiayaan efektif. Tidak hanya jiwa yang terselamatkan tapi juga memacu pembangunan yaitu dengan mengurangi beban biaya kematian dan penyakit pada sebuah keluarga. Sekalipun imunisasi telah menyelamatkan dua juta anak pada 2003, data yang terbaru menyebutkan bahwa 1,4 juta anak meninggal karena mereka tidak divaksin. Hampir seperempat dari 130 juta bayi yang lahir tiap tahun tidak diimunisasi agar terhindar dari penyakit anak yang umum. Vaksin telah menyelamatkan jutaan jiwa anak-anak dalam tiga dekade terakhir, namun masih ada jutaan anak lainnya yang tidak terlindungi dengan imunisasi (Unicef, 2013).
Pemerintah mewajibkan setiap anak untuk mendapatkan imunisasi dasar terhadap tujuh macam penyakit yaitu penyakit TBC, Difteria, Tetanus, Batuk Rejan (Pertusis), Polio, Campak (Measles, Morbili) dan Hepatitis B, yang termasuk dalam Program Pengembangan Imunisasi (PPI) meliputi imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B. Imunisasi lain yang tidak diwajibkan oleh pemerintah tetapi tetap dianjurkan antara lain terhadap penyakit gondongan (mumps), rubella, tifus, radang selaput otak (meningitis),Hepatitis A, cacar air (chicken pox, varicella) dan rabies (Mannan, 2009). Bayi dan anak yang mendapat imunisasi dasar lengkap akan terlindung dari beberapa penyakit berbahaya dan akan mencegah penularan ke adik, kakak dan teman-teman disekitarnya. Imunisasi akan meningkatkan kekebalan tubuh bayi dan anak sehingga mampu melawan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin tersebut. Anak yang telah diimunisasi bila terinfeksi oleh kuman tersebut maka tidak akan menularkan ke adik, kakak, atau teman-teman di sekitarnya. Jadi, imunisasi selain bermanfaat untuk diri sendiri juga bermanfaat untuk mencegah penyebaran ke adik, kakak dan anak-anak lain disekitarnya. Sayangnya,kebanyakan masyarakat belum sadar akan hal tersebut. Mereka tidak mengimunisasikan bayinya karena berbagai
9
Journal of Pediatric Nursing sebab, sehingga masih ada kemungkinan Balita yang dapat tertular Penyakit yang dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD31) (Andriyani, 2011). Rata-rata angka imunisasi di Indonesia hanya 72 persen. Artinya, angka di beberapa daerah sangat rendah. Ada sekitar 2.400 anak di Indonesia meninggal setiap hari termasuk yang meninggal karena sebab-sebab yang seharusnya dapat dicegah. Misalnya tuberculosis, campak, pertusis, dipteri dan tetanus. “Ini merupakan tragedi yang mengejutkan dan tidak seharusnya terjadi. Masalah ini mencerminkan masalahmasalah sistem dari tingkat kabupaten ke bawah. Sekaligus juga mencerminkan perlunya pendanaan yang sesuai di tingkat nasional untuk untuk mendukung dan mempertahankan pengawasan program imunisasi di Indonesia. Wabah polio yang baru saja terjadi merupakan krisis kesehatan yang berdampak global. Ini merupakan contoh yang baik mengapa beberapa program tidak boleh dibiarkan gagal karena kurangnya dana dan kapasitas sumber daya manusia pada pelaksanaannya,” kata Dr. Gianfranco Rotigliano, Kepala Perwakilan UNICEF di Indonesia. Survei atas dugaan kasus polio yang dilakukan WHO menunjukkan bahwa di beberapa daerah angka imunitas kurang dari 56 persen. Tiga tahun sebelumnya angka imunitas mencapai 70 persen. Hal ini menunjukkan turunnya layanan kesehatan di beberapa daerah miskin. (Unicef, 2013). Pada keadaan tertentu imunisasi tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang sudah disepakati, keadaan ini tidak merupakan hambatan untuk melanjutkan imunisasi. Vaksin yang sudah diterimah oleh anak tidak menjadi hilang manfaatnya tetapi sudah menghasilkan respons imunologis sebagaimana yang diharapkan tetapi belum mencapai hasil yang optimal. Dengan perkataan lain anak belum mempunyai antibody yang optimal karena belum mendapatkan imunisasi yang lengkap, sehingga kadar antibodi yang dihasilkan masih dibawa kadar ambang perlindungan (protective level) atau belum mencapai kadar antibodi yang memberikan perlindungan untuk kurun waktu yang lengkap (live long immunity) sebagaimana imunisasinya lengkap. Dengan ini kita harus menyelesaikan jadwal imunisasi dengan melanjutkan imunisasi yang belum lengkap (Sudarti, 2012). Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian rekam medik Puskesmas Buntu Batu Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang Propensi Sulawesi Selatan, imunisasi pada tahun 2011 sebanyak 283 imunisasi dimana imunisasi BCG 32 (11,3%), Polio 1 sebanyak 37 (13,07%), DPT sebanyak 43 (15,19%), Polio 2 sebanyak 31 (10,95%), DPT 2 sebanyak 27 (9,54%), Polio 3 sebanyak 30 (10,60%), DPT 3 sebanyak 32 (11,3%), Polio 4 sebanyak 31 (10,95%), Campak sebanyak 20 (7,06%) sedangkan pada tahun 2012 sebanyak 268 imunisasi dimana imunisasi BCG 25 (9,32%), Polio 1 sebanyak 33 (12,31%), DPT
sebanyak 22 (8,2%), Polio 2 sebanyak 20 (7,46%), DPT 2 sebanyak 34 (12,68%), Polio 3 sebanyak 34 (12,68%), DPT 3 sebanyak 25 (9,32%), Polio 4 sebanyak 38 (14,17%), Campak sebanyak 37 (13,8%) (Rekam Medik Puskemas Buntu Batu, 2013). Berdasarkan uraian di atas dan hasil penelitian sebelumnya, peneliti merasa tertarik melakukan penelitian dengan judul hubungan pengetahuan dan kepatuhan ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas Buntu Batu Kecamatan Buntu BatuKabupaten Enrekang. METODE Penelitian in dilaksanakan di Puskesmas Buntu Batu Kecamatan Buntu Batu kabupaten Enrekang pada tanggal 09 sampai 23 juli 2013. Teknik pengambilan sampel dilakukan total sampling. Desain penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan Cross Sectional Study untuk mendapatkan gambaran tentang hubungan pengetahun dan kepatuhan ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi , dengan jumlah sampel 36 orang. Data hasil penelitian diperoleh dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara kunjungan ke lokasi penelitian dan membagikan kuisioner untuk di isi sendiri oleh responden. Kuesioner yang dibagikan berupa pertanyaan yang menggali pengetahuan dan kepatuhan terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi. Data sekunder di peroleh dari instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian. Sedangkan penyajian datanya dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan disertai dengan penjelasan-penjelasan tabel selain itu dilakukan analisis hubungan antara variabel independen dan dependen. Dalam penelitian ini digunakan kuesioner yang disebarkan kepada responden yang menjadi sampel pilihan. Adapun urutan prosedur penelitian sebagai berikut : Membuat kuesioner sebanyak jumlah responden yang akan ditentukan, membagi kuesioner kepada responden, mengumpulkan kuesioner yang telah dibagi, dan mentabulasi data Setelah data diperoleh dimasukkan kedalam pengujian statistik untuk memperoleh kejelasan tentang Hubungan Pengetahuan dan Kepatuhan Ibu terhadap pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi di Puskesmas Buntu Batu kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang. Setelah data tersebut dilakukan editing, koding, dan tabulasi maka selanjutnya dilakukan analisa data berupa : Analisa univariat yaitu dilakukan untuk variabel yang di anggap terkait dengan peneliti. Selanjutnya dilakukan Analisa bivariat yaitu untuk menjawab tujuan peneliti dan menguji hipotesis peneliti untuk mengetahui atau menguji apakah ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, yang dilakukan dengan uji Chi-Square pada program SPSS 16,0 dengan nilai kemaknaan α = 0,05.
10
Journal of Pediatric Nursing HASIL PENELITIAN a. Imunisasi dasar Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pemberian Imunisasi Dasar di Puskesmas Buntu Batu Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang Imunisasi Frekuensi Persentase Dasar (f) (%) Lengkap 25 69,4 Tidak lengkap 11 30,6 Total 36 100 Sumber :Data Primer ( Juli 2013)
interpretasi maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara kepatuhan ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas Buntu Batu Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang. PEMBAHASAN 1. Hubungan pengetahuan ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh Tawi (2010) yang menyatakan bahwa tanggung jawab keluarga terutama para ibu tehadap imunisasi balita sangat memegang peranan yang sangat penting sehingga akan diperoleh suatu manfaat terhadap keberhasilan imunisasi serta peningkatan kesehatan anak. Pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh komponen-komponen pendorong yang menggambarkan faktor-faktor individu secara langsung berhubungan dengan penggunaan pelayanan kesehatan yang mencakup beberapa faktor, terutama pengetahuan ibu tentang kelengkapan status imunisasi dasar balita. Pengetahuan ibu dapat diperoleh dari pendidikan atau pengamatan serta informasi yang didapat seseorang. Melalui pengetahuan manusia dapat melakukan perubahanperubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas yang dilakukan para ibu seperti dalam pelaksanaan imunisasi balita tidak lain adalah hasil yang diperoleh dari pendidikan (Tawi, 2010). Pengetahuan yang tinggi akan berpengaruh pada penerimaan hal-hal baru dan dapat menyesuaikan diri dengan hal yang baru. Pengetahuan juga dipengaruhi oleh faktor pengalaman yang berkaitan dengan usia individu, Semakin matang usia seseorang akan semakin banyak pengalaman hidup yang dimiliki, dan mudah untuk menerima perubahan perilaku, karena usia ini merupakan usia paling produktif dan umur paling ideal dalam berperan khususnya dalam pembentukan kegiatan kesehatan. Semakin cukup umur seseorang, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.Pengalaman pribadi umumnya digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu, selain itu bertambahnya usia seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperoleh. (Tarwoto, 2003). Menurut Notoatmodjo (2007), bahwa pengetahuan dapat dikatakan sebagai pengalaman yang mengarah pada kecerdasan serta akan meningkatkan minat dan perhatian. Pengetahuan merupakan domain yang sangat
b. Pengetahuan Tabel 5.10. Hubungan Pengetahuan terhadap Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi di Puskesmas Buntu Batu Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang Imunisasi Dasar Pengeta huan
lengkap
Tinggi Rendah total
24 1 25
F
%
Total
Tidak lengkap F
66,7 5 2,8 6 79,5 11 p = 0.001
%
F
%
13,9 16,7 30,6
29 7 36
80,6 19,4 100
Sumber :Data Primer (Juli 2013) Setelah dilakukan uji statistic untuk pengetahuan menggunakan uji chi square, maka berdasarkan nilai Fisher’s Exatc Test diperoleh nilai ρ=0,001 yang lebih kecil dari pada nilai α=0,05, sehingga hipotesis Alternatif (Ha) diterima dan Hipotesis (Ho) ditolak dengan interpretasi maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara pengetahuan ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas Buntu Batu Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang. c. Kepatuhan Tabel 5.11. Hubungan Kepatuhan terhadap Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi di Puskesmas Buntu Batu Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang Kepatuhan Patuh Tidak patuh Total
Imunisasi Dasar Tidak Lengkap lengkap F % F % 20 55,6 4 11,1 5 13,9 7 19,4 25 69,5 11 30,5 p = 0.020
Total F 24 12 36
% 66,7 33,3 100
Sumber :Data Primer ( Juli 2013) Setelah dilakukan uji statistic untuk kepatuhan menggunakan uji chi square, maka berdasarkan nilai Fisker’s Exactc Test didapatkan nilai ρ=0,020 yang lebih kecil dari pada nilai α=0,05, sehingga hipotesis Alternatif (Ha) diterima dan Hipotesis (Ho) ditolak dengan
11
Journal of Pediatric Nursing penting untuk terbentuknya tindakan seseorang karena dari pengalaman dan penelitian ternyata prilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Semakin baik pengetahuan individu tentang masalah kesehatan akan sangat membantu dalam pencegahan terjadinya masalah kesehatan tersebut. Pengetahuan akan membentuk sikap ibu, dan akhirnya akan patuh dalam memberikan imunisasi pada bayi. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosita Agustin Suminar parka tanggal 8 September 2010 dengan judul Pengaruh Tingkat Pendidikan Formal dan Perilaku Ibu Terhadap Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi Di Desa Banjar Sengon Kecamatan Patrang Kabupaten Jember, dari penelitian ini adalah menunjukkan bahwa ibu dengan pendidikan rendah sebagian besar memiliki imunisasi dasar lengkap cukup sebesar 48,35 %, ibu dengan pengetahuan tinggi memiliki imunisasi dasar lengkap yang baik sebesar 30, 76 %, ibu dengan sikap positif memiliki 3imunisasi dasar lengkap yang cukup sebesar 39,56% dan ibu dengan tindakan positif meniliki imunisasi dasar lengkap cukup sebesar 45,05 %. Dengan kesimpulan menunjukkan bahwa ada pengaruh tingkat pendidikan ibu terhadap imunisasi dasar lengkap pada bayi. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti berasumsi bahwa tingkat pengetahuan ibu yang baik tentang imunisasi dasar bayi akan sangat membantu ibu dalam bertindak untuk mencegah terjadinya penyakit yaitu dengan pemberian imunisasi dasar pada bayi sesuai dengan umur yang telah ditentukan karena semakin tinggi pengetahuan seseorang maka akan semakin tinggi pula perkembangannya. 2. Hubungan kepatuhan ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi Secara alamiah setiap orang tua pasti akan melindungi balitanya, karena belum memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dan menjaga dirinya dari penyakit. Oleh sebab itu sebegian besar orang tua balita responden dalam mengasuh balitanya sangat perhatian dalam pemberian imunisasi, sehingga balita terhindar dari penyakit. Hal tersebut terlihat dari usia responden yang masih produktif dengan tingkat pendidikan setingkat SLTA (SMA atau sederajat) mempunyai wawasan yang cukup tentang kesehatan sehingga patuh dalam pemberian imunisasi pada balitanya. Tingkat pendidikan responden merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi pola pikir dalam menentukan kepatuhan pemberian imunisasi, karena semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang diharapkan dapat berpikir lebih baik yang berkaitan dengan kesehatan
balitanya. Responden yang berpendidikan tinggi relatif lebih cepat dalam melaksanakan anjuran tentang pemberian imunisasi pada balitanya. Begitu pula sebaliknya mereka yang berpendidikan rendah, agak sulit dan memakan waktu yang relatif lama untuk mengadakan perubahan. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan seseorang pada umumnya mempengaruhi cara berpikirnya. Makin tinggi tingkat pendidikannya makin dinamis sikapnya terhadap hal-hal baru. Sehingga dalam pemberian imunisasi dasar pada bayi disarankan keluarga agar patuh sesuai anjuran kesehatan dan jangan mempunyai sifat yang masih terlalu tradisional. Perilaku mengonsumsi obat merupakan perilaku peran sakit yaitu tindakan atau kegiatan yang dilakukan penderita agar dapat sembuh. Kepatuhan menjalankan aturan pengobatan sangat penting untuk mencapai kesehatan secara optimal. Perilaku kepatuhan dapat berupa perilaku patuh dan tidak patuh yang dapat diukur melalui dimensi kemudahan, lama pengobatan, mutu, jarak dan keteraturan pengobatan. Kepatuhan akan meningkat bila instruksi pengobatan jelas, hubungan obat terhadap Universitas Sumatera Utara penyakit jelas dan pengobatan teratur serta adanya keyakinan bahwa kesehatan akan pulih, petugas kesehatan yang menyenangkan dan berwibawa, dukungan sosial keluarga pasien dan lain sebagainya (Medicastore, 2007). Kepatuhan berpengaruh terhadap kesadaran responden untuk membawa bayinya imunisasi. ibu yang tidak bersedia mengimunisasikan bayinya dapat disebabkan karena belum memahami secara benar dan mendalam mengenai imunisasi dasar. Selain itu kurang memperhatikan dalam membawa bayinya imunisasi sesuai jadwal. Kesadaran yang kurang akan mempengaruhi ibu dalam memperoleh informasi mengenai pemberian imunisasi. Setelah menyadari tentang pentingnya manfaat imunisasi, ibu dapat membawa bayinya untuk diberikan imunisasi dasar sesuai dengan jadwal (Notoadmodjo, 2003) Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Deni Adinegoro Mardiansyah (2009) yang dalam penelitiannya berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Kepatuhan Pemberian Imunisasi Pada Bayi di Puskesmas Desa Tonjong Brebes Jawa Tengah” yang menyatakan bahwa setelah dilakukan perhitungan didapatkan nilainilai koefisien kontingensi 0,556 dengan taraf signifikan p=0,01 (p<0,05). Kesimpulannya adalah adanya hubungan antara pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar terhadap kepatuhan pemberian imunisasi pada bayi.
12
Journal of Pediatric Nursing Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti berasumsi bahwa pemahaman dan kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi dasar pada bayi tidak akan menjadi halangan yang besar jika pendidikan, pengetahuan orang tua yang memadai tentang hal itu diberikan. Untuk meningkatkan pengetahuan orang tua dan kepatuhan ibu dalam memberikan imunisasi pada balitanya, diperlukan bimbingan dan penyuluhan dari petugas kesehatan yang lebih intensif tentang imunisasi. Selain itu juga diperlukan dukungan dari orang tua ,,keluarga dan lingkungan agar ibu lebih aktif dalam membawa anaknya ke puskesmas untuk memperoleh imunisasi secara lengkap.
Deni Adinegoro Mardiansyah . Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Kepatuhan Pemberian Imunisasi Pada Bayi di Posyandu Desa Tonjong Brebes Jawa Tengah (Online) Hidayat, 2008. Ilmu EGC.Jakarta.
Kesehatan
Anak.
Notoatmodjo, 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. RinekaCipta: Jakarta. Notoatmodjo. (2007). Pengetahuan Dan Sikap. Rineka Cipta: Jakarta.
KESIMPULAN Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan kepatuhan ibu dengan pemberian imunisasi dasar pada bayi. Disarankan kepada Ibu yang mempunyai bayi agar berupaya untuk meningkatkan pengetahuan dengan mencari sumber informasi tentang pemberian imunisasi dasar dengan tujuan untuk meningkatkan kepatuhan dalam pemberian imunisasi dasar sesuai dengan jadwal pemberian imunisasi. Pemberi pelayanan kesehatan memberikan dukungan yang positif serta informasi kepada ibu untuk meningkatkan motivasi dan keinginan untuk membawa bayinya ke puskesmas sesuai jadwal agar bayi dapat terhindar dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Proferawati, 2010. Pengaruh Tingkat Pengetahuan Dan Pendidikan Orang Tua Terhadap Status Imunisasi Pada Anak. Nani Hasanuddin. Rekammedik, 2013. Posyandu Buntu Batu Kec. Buntu Batu Kabupaten Enrekang. Rosita.(27 April 2011). Pengaruh Tingkat Pendidikan Formal dan Perilaku Ibu Terhadap Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi. www.google.com. Sunarti, 2012. Prokontra Imunisasi. Sudarti, 2012. Asuhan Kebidanan Newnatus Bayi Dan Balita. Ems, Jakarta. Unicef, 2013. www.unicef.org/indonesia/id/media _3175html.
DAFTAR PUSTAKA Yestiandriyani, 2011. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Orang Tua Tentang Imunisasi Dasar Pada Bayi. UIT.
Dewi rosfika mannan, 2009.Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dan Kepatuhan Ibu Dalam Mengikuti Program Imunisasi Dasar Bayi Di Posyandu Anggrek Wilayah Kerja Baling Nipa Kab.Sinjai.Nani Hasanuddin.
Psychologymania, 2013. gymania.com
http://www.Psycholo
Dr. Markum, 2002. Imunisasi. Wahyuni,2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Pemberian Imunisasi Campak Pada Banyi Umur 9-11 Bulan. UIT.
Dian, 2013.Hubungan Karakteristik Ibu Dengan Kelengkapan Dan Ketepatan Pemberian Imunisasi Dasar Bayi. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar.
13