BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan kegiatan pemasaran adalah mempengaruhi pembeli untuk bersedia membeli produk pada saat konsumen tersebut membutuhkan. Keputusan konsumen membeli suatu produk yang ditawarkan tidak lepas dari yang namanya persepsi pelanggan terhadap citra merek produk tersebut. Dengan mengetahui persepsi pelanggan terhadap produk tersebut, produsen dapat memutuskan bagaimana produk yang akan dijual, sehingga tercapai kepuasan jangka panjang pelanggan. Sebagai akibat dari perkembangan ekonomi dan meningkatnya tingkat kesejahtraan masyarakat Indonesia maka pola komsumsi telah menjadikan kegiatan perdagangan meningkat secara pesat untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Pada saat ini semakin banyak perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa bakery dan cafe untuk menarik konsumen. Perusahaan-perusahaan tersebut berusaha untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumennya. Perkembangan ini tidak langsung dapat mempengaruhi persepsi konsumen terhadap produk yang ditawarkan oleh perusahaan. Seseorang yang termotivasi akan siap bereaksi. Bagaimana orang itu bertindak akan dipengaruhi oleh persepsi mengenai situasi yang dihadapinya. Sebelum memutuskan
membeli suatu produk atau jasa yang ditawarkan oleh
perusahaan, tidak lepas dari bagaimana seseorang mempersepsikan produk tersebut. Dua orang yang mengalami keadaan dorongan yang sama dan tujuan yang sama
1
mungkin akan berbuat sesuatu yang berbeda, karena mereka menanggapi situasi secara berbeda pula. Pemasaran terhadap bisnis bakery cafe di Indonesia telah mengalami pertumbuhan dan persaingan yang sangat gencar dengan masuknya perusahaan besar baik dari dalam maupun dari luar negri seperti Coffee Bean, Starbucks, Daily Bread, Excelso dan lainnya. Saat ini terdapat sekitar limapuluh perusahaan bakery cafe di Indonesia, yang tersebar di kota besar Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Medan, Surabaya, dan Bali. Adanya berbagai macam bentuk dan jenis coffee shop ini, membuat persepsi pelanggan terhadap pelayanan dan fasilitas yang diberikan menjadi beragam. Persepsi secara literatur dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pengalaman, situasi lingkungan, kebutuhan saat itu, nilai-nilai yang dianutnya, kemasan produk, kualitas produk, ekspektasi, harga produk, sifat-sifat stimulus dan sebagainya.
Variabel-variabel
inilah yang
mempengaruhi
konsumen
dalam
pengambilan keputusan. Jadi, reaksi konsumen terhadap suatu stimulus akan sesuai dengan pandangannya terhadap dunia atau versi subjektifnya terhadap realitas yang dibentuk dari faktor-faktor di atas. Pada waktu seseorang ingin membeli suatu produk baru, ia sebetulnya merespon persepsinya tentang produk itu sendiri. Pemasar harus merespon persepsi konsumen terhadap realitas yang subjektif dan bukan realitas yang objektif. Untuk mengetahui mengapa konsumen menerima atau menolak suatu produk atau merek, produsen harus
memperhatikan dengan
2
sungguh-sungguh pandangan konsumen terhadap citra produk atau merek tersebut, meski pandangan tersebut sangat tidak masuk akal sekalipun. Citra Merek ternyata dapat mempengaruhi persepsi pelanggan, dan jika persepsi pelanggan terhadap suatu citra merek produk itu positif tentu mereka akan mau membeli produk tersebut. Selain itu ditekankan bahwa jika pelanggan mempunyai kecenderungan yang kuat ke arah suatu coffee shop maka dia akan mengubah semua penjelasan yang buruk tentang coffee tersebut menjadi coffee shop yang lebih baik dari pesaing. Persepsi positif dan kuat pada bakery cafe adalah faktor penting dalam kesuksesan dalam perdagangan coffee shop dan kemampuan bakery cafe untuk bertahan. Selain itu pada era coffee shop modern saat ini, loyalitas terhadap sebuah toko dapat ditentukan langsung oleh persepsi pelanggan terhadap produk dan jasa yang ditawarkan kepada pelanggan. Fenomena munculnya berbagai perusahaan bakery besar atau cafe di Indonesia dalam berbagai bentuk toko modern (cafe), berlaku juga di Jakarta. Hal ini mendorong perusahaan bakery untuk tetap melakukan penelitian terhadap para pelanggannya. Hal ini diperlukan untuk dapat memberi masukan kepada pihak manajemen dalam menyusun strategi bersaingnya dalam kondisi makin ketatnya persaingan. Salah satu perusahaan bakery cafe dengan skala usaha besar adalah Daily Bread dengan produk unggulannya best croissants yang sering kita dengar roti yang berasal dari negara Prancis. Daily Bread memulai sejarahnya di Jakarta pada tahun 1996 dengan membuka tiga unit pertama di Pondok Indal Mall, BRI dan JSX. Hingga saat ini terdapat dua puluh stores, yang tersebar di seluruh kota besar Indonesia,
3
seperti di Jakarta, Bandung dan Bali. Fokus terhadap segmen pasar dengan positioning produk yang tidak dimiliki oleh pesaing
membuat Daily Bread
mempunyai tiga pilar utama yang diyakini akan dapat membuat Daily Bread menjadi pilihan tempat orang yang bergaya hidup modern, dengan atmosfer yang relax, hangat dan bersih, dengan ayunan lagu jazz, dan menyajikan Croissants dan Italian Roasted Coffee yang terbaik. Ketiga pilar utama tersebut adalah sebagai berikut: a. Yang berkualitas tinggi b. Pelayanan yang memuaskan c. Lingkungan yang bersih Konsep bisnis Daily Bread adalah pelanggan berkelas A, B dan C, sebuah bakery dan cafe dengan internasional image, yang membuka bakery cafenya di gedung atau mall dengan tingkat pengunjung yang tinggi dan berkelas, produk berkualitas tinggi dan baru setiap hari merupakan konsep perdagangan yang diciptakan oleh Daily Bread yang dirancang untuk memuaskan para konsumen. Adanya produk pelengkap seperti sandwich, pastries, omelette, pasta, sweet and savory breads, maka Daily Bread merupakan bakery dan cafe yang bergaya hidup modern. Daily Bread juga menerapkan cafe shops marketing mix, seperti; store location, yang tepat dengan prospek pengembangan daerah hunian elite; product characteristic dengan memfokuskan pada best Croissants dan Italian Roasted Coffee; Cafe shops communication dengan adanya menu dan keanggotaan melalui program member card; in store ambience seperti alunan musik dan adanya kenyamanan
4
ruangan; cafe shops consideration mempertimbangkan harga jual pesaing dalam menetapkan harga. Desain interior dibuat menarik dengan ruang display bakery yang tersusun rapi, lampu gantung yang begitu menarik, tatanan mesin mesin yang di tempatkan dengan rapi dan
warna perabotan yang tidak mencolok, sehingga
menimbulkan kesan interior yang bernuansa modern. Berdasarkan gambaran yang dikemukakan di atas maka Daily Bread dipandang sangat representatif untuk mewakili kelompok coffee shop modern di Jakarta. Sehingga penelitian ini akan menggunakan Daily bread sebagai objek penelitian dalam persepsi pelanggan di Jakarta. Penulis mengadakan penelitian dengan judul Analisis Persepsi Pelanggan Terhadap Citra Merek Daily Bread (Studi Kasus Daily Bread Wisma Bakrie 2) 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah persepsi pelanggan terhadap Citra Merek Daily Bread cabang Wisma Bakrie 2. 2. Apakah konsumen mempunyai persepsi yang baik atau buruk terhadap Daily Bread sebagai merek dagang dari PT. Daily Bread Food Indonesia. 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui tingkat persepsi pelanggan terhadap citra merek Daily Bread. 2. Untuk mengetahui persepsi antar pelanggan apakah baik atau buruk terhadap citra merek Daily Bread
5
1.4 Manfaat penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi penulis, akademis dan perusahaan. a. Manfaat bagi penulis adalah sebagai berikut : Sebagai ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi penulis untuk menghadapi persaingan di dalam perusahaan serta dapat megetahui pengaruh persepsi pelangan terhadap citra merek. . b. Manfaat bagi akademis adalah sebagai berikut: 1. Sebagai salah satu bagian dari pengembangan konsep persepsi pelanggan. 2. Sebagai masukan dalam pengembangan ilmu pemasaran, terutama pada bidang strategi pemasaran. c. Manfaat bagi perusahaan adalah: 1. Untuk perusahaan bakery cafe dapat digunakan sebagai informasi dalam memahami perilaku pelanggannya. 2. Untuk manajemen bakery cafe di Jakarta dapat digunakan untuk meningkatkan pelayanan kepada pelanggannya. 3. Dapat digunakan sebagai masukan dalam menyusun strategi bersaing antara para pengusaha bakery cafe di Jakarta.
6