GEMA REDAKSI
Membawa Program Terpadu ke Desa
Para pembaca yang budiman,
A
KHIR bulan lalu, selama dua hari, Universitas Trilogi di Jakarta, dalam rangka Dies Natalis ketiga, menggelar Seminar Nasional menyongsong Dua Dekade Desentralisasi dalam Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI dan Kesejahteraan Sosial 2016. Seminar dibuka oleh Rektor Universitas itu, Prof Dr Asep Syaifuddin, diramaikan dengan paparan Ketua MPR, Bapak Dr (HC) Zulkifli Hassan, SE, MM dengan Pidato khusus yang memukau. Seminar itu membawakan para pembicara yang ahli dalam bidangnya. Topik utama Kebijakan Desentralisasi dengan memilih Alternatif Peletakan Otonomi Daerah diantar oleh Gurubesar senior Prof Dr E Koswara Kertapradja, MA dari Universitas Trilogi. Topik ini dibahas oleh para Dirjen, Bupati dan pakar lainnya, antara lain tampil Dr. Soni Sudarsono, Dirjen Otonomi Daerah Kemdagri, Prof Dr Tjahja Supriatna, Rektor IIP Abdi Negara Jakarta, dan para dosen dan mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia. Seminar ini dihadiri juga oleh para pakar dari berbagai perguruan tinggi, utamanya mereka yang menaruh perhatian pada upaya desentralisasi yang telah berjalan selama ini di Indonesia. Banyak kertas kerja dan pikiranpikiran maju yang mengemuka dalam Seminar yang digelar dengan antusiasme yang tinggi
itu. Para pembawa makalah, baik dari kalangan kementerian atau dari kalangan akademisi, termasuk Ketua MPR, mengakui bahwa Desentralisasi yang dilakukan di Indonesia dalam rangka memperkuat NKRI telah membawa banyak kemajuan. Tetapi diakui juga bahwa Desentralisasi itu, karena variari tanah air yang sangat majemuk, masih menyisakan kendala dan kekurangan yang segera harus diatasi. Secara khusus diantarkan oleh Prof Dr Haryono Suyono, mantan Menko Kesra dan Taskin, berlangsungnya Program Pemberdayaan Keluarga secara Terpadu yang membawakan prinsip desentralisasi, yaitu keadilan dan kesejahteraan, kepada rakyat banyak melalui pengembangan Posdaya di pedesaan. Pembawaan Program terpadu itu merupakan suatu paket yang tidak saja berbasis program di tanah air, tetapi mengacu pada kesepakatan internasional yang diantar oleh berbagai Konperensi Internasional sejak tahun 1990-an. Suksesnya target SDGs PBB, Sustainable Development pada akhir tahun 2030 akan merupakan upaya membawa suatu paket program dunia yang mengentaskan kemiskinan, menghapus kelaparan dan mendekatkan kesenjangan di kalangan rakyat banyak. Semoga Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa memberkati kita semua.
Suksesnya target SDGs PBB, Sustainable Development pada akhir tahun 2030 akan merupakan upaya membawa suatu paket program dunia yang mengentaskan kemiksinan, menghapus kelaparan dan mendekatkan kesenjangan di kalangan rakyat banyak. [FOTO: MULYONO]
Prof Dr Haryono Suyono Pemimpin Umum Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
3
DAFTAR ISI
Pemimpin Umum: Prof. Dr. H. Haryono Suyono Wakil Pemimpin Umum: Dr. Subiakto Tjakrawerdaja dr. Loet Affandi, SpOG Penasehat: Sudwikatmono Bambang Trihatmodjo Pemimpin Perusahaan: Drs. TP Suparta, MBA Pemimpin Redaksi: Drs. Dadi Parmadi, MA Wakil Pemimpin Redaksi: Hari Setiyowanto Redaktur Pelaksana: Dede Haeruddin Redaktur Senior/Koordinator Liputan Daerah: H Harun Nurochadi Staf Redaksi: Rahmawati Haris Fadillah Irwan Riduan Fotografer: Tirto Andayanto, POV Kontributor Foto: Drs. Fajar Wiryono Naziruddin (Rudi) Lubis Designer: S Herman Ade Sudrajat H. M. Nizar
LAPORAN UTAMA
Menempatkan Perempuan sebagai Titik Sentral Pemberdayaan Indonesia sangat peduli akan pemberdayaan perempuan dan perlindungan perempuan. Dalam kegiatan pemberdayaan perempuan dan keluarga yang dilakukan di pedesaan menjadi strategi untuk mencapai kesetaraan gender sekaligus membawa bangsa yang potensinya begitu besar maju bersama untuk masa depan yang gemilang.
Sekretaris Redaksi: Ari Yusnita, SE Gemari On-Line: Donni A Hanafie Abdurrahman Fadil Binnur, S. Kom Konsultan Ahli: Dr. Moch. Soedarmadi Dr. Mazwar Noerdin Dr. Sugito Suwito, MA Dr. Rohadi Haryanto, MSc Drs. Made Are Subrata Manajer Iklan dan Promosi: Dr. Mulyono D Prawiro Staf Tata Usaha dan Umum: Hendro B Setiadi, SE, Ak Irwan Febriansyah, SE Sandra Amelia, SE Produksi: Sidik Nurhidayat Sirkulasi dan Distribusi: Drs. FX Riswadi, Johari, Sulaeman. Alamat Redaksi: Jl. Pengadegan Barat No. 4 Jakarta Selatan 12770 Telp. (021) 794 3120 Fax. (021) 794 2802 E-Mail:
[email protected], http:// www.gemari.or.id. Penerbit: Yayasan Dana Sejahtera Mandiri Pelaksana Penerbitan: Yayasan Anugerah Kencana Buana Percetakan: PT. Citra Kharisma Bunda Isi di luar tanggung jawab percetakan
4
38
CERITA SAMPUL
41
Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc Kembangkan Kampus Berbasis Mahasiswa dan Komunitas Kecil-kecil cabe rawit, demikian julukan yang disandang lelaki kelahiran Garut, 16 Maret 1957, Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc yang tak lain adalah Rektor Universitas Trilogi. Meski berbadan kecil, beliau dikenal memiliki magma pemikiran yang besar. Buah cipta karyanya yang gemilang antara lain, pembangunan Botani Square, IPB International Convention Centre (IICC) dan Bogor Life Sciaence and Technology (BLST). Di bawah kepemimpinannya, Universitas Trilogi juga menjadi perguruan tinggi swasta satu-satunya di Indonesia yang mengusung teknopreneur, kolaborasi dan kemandirian. Universitas Trilogi juga telah menjadi Koordinator Pos Pembedayaan Masyarakat (Posdaya) di beberapa Perguruan Tinggi di Jakarta dan Bekasi.
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
PENDIDIKAN
LAPORAN DAERAH
48
Dari Seminar Nasional Universitas Trilogi Posdaya Rangsang Pembagian Keadilan dan Kemakmuran Hampir dua dekade kebijakan otonomi daerah di Indonesia kini bergulir. Namun kerap kali roda kekuasaan pusat yang di distribusikan ke daerah ini masih banyak mengalami kendala. Sejak 2001 sistem ini bergulir telah memberi perubahan positif maupun negatif bagi sejumlah daerah di berbagai pelosok tanah air. Tak heran, bila kondisi ini menjadi keprihatinan sejumlah tokoh nasional. Fokus itulah yang menjadi pembahasan acara Seminar Nasional menyongsong Dua Dekade Desentralisasi dalam Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI dan Kesejahteraan Sosial yang digelar Universitas Trilogi Jakarta pada Senin pagi 28 Maret 2016 lalu.
POSDAYA MASYARAKAT
14
Posdaya Dahlia Batusangkar Wujudkan Impian Jadi Kenyataan Tak pernah terbayangkan. Sebuah desa yang cukup jauh dan dikelilingi sejumlah bukit, di wilayah Sumatera Barat, memiliki tingkat kebersamaan dan kegotongroyongan yang relatif tinggi. Sehingga, ketika Posdaya Dahlia, di Nagari Lubuk Jantan, Kecamatan Lintau Buo Utara, Kabupaten Tanah Datar, mendapat respon positif warga, tokoh masyarakat dan pemerintah setempat.
Redaksi menerima artikel via Pos, Faximile atau E-mail:
[email protected] yang sesuai dengan misi Majalah Gemari. Artikel diketik 2 (dua) spasi di atas kertas folio, antara 1,5 - 3 halaman. Redaksi berhak merubah tulisan tanpa merubah isi artikel. Karya yang dimuat diberikan imbalan.
56
Damandiri Akan Berdayakan 2.300 Komunitas di Perdesaan Sahabat Damandiri program pemberdayaan masyarakat yang digulirkan Yayasan Damandiri di tahun 2016. Program pengentasan kemiskinan ini akan dilakukan di 2.300 desa. Dalam pelaksanaannya, dukungan pemerintah daerah menjadi bagian penting dari program ini. Langkah ini seiring laporan BPS pada Maret 2015 lalu yang ternyata jumlah penduduk miskin di pedesaan mengalami peningkatan.
Gema Redaksi
3
Surat Pembaca
6
Posdaya Perguruan Tinggi
16
Posdaya Pemerintah
30
Posdaya Lembaga Keuangan
32
Kolom Khusus
44
Forum Kita
54
DNIKS
64
www.gemari.or.id F o t o S a m p u l : Imaji Indonesia
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
5
SURAT PEMBACA Setiap surat yang dikirim harus disertai identitas diri antara lain KTP/SIM atau lainnya.
POSDAYA JADI PROGRAM PEMERINTAH
A
Apakah Anda setuju jika Posdaya jadi program pemerintah? Yang pasti, Observation Study Tour (OST) dan Pelatihan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) terus mendapat perhatian serius berbagai kalangan di pelosok tanah air. Jajaran pemerintah daerah, perguruan tinggi dan masyarakat terus bersinergi mengembangkan program ini. Bahkan sejumlah kementerian dan lembaga pemerintah pun tak ketinggalan terus menggali kiprah Posdaya. Yang menarik, pada Februari 2016 lalu Direktur Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Adhi Putra Alfian, SE, MSi, yang menjadi kepala rombongan peserta pelatihan angkatan ke-108 OST tersebut berangjangsana ke Haryono Suyono Center (HSC). Pihaknya pun siap mengadopsi Posdaya jadi program pemerintah. Acara yang digelar HSC bekerja sama dengan Yayasan Damandiri dan Siti Padmirah Silver College ini mengundang decak kagum seluruh peserta yang datang dari berbagai pelosok negeri ini. Sejumlah Koordinator Wilayah (Korwil) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Jawa Timur III antusias
mengikuti acara ini. Seperti dari Universitas Jember, Universitas 17 Agustus Banyuwangi, Universitas Bondowoso, STIKes Banyuwangi, Poltek Negeri Jember, Universitas Muhammadiyah Jember dan STIE Mandala Jember. Selain itu, sejumlah Ketua LPM dari Universitas Adi Buana, Universitas Pelita Harapan Surabaya, Universitas Ronggolawe (Unirow) Tuban, mewakili Korwil Jatim I tampak semangat mengikuti kegiatan ini. Hadir pula sebagai peserta dalam pelatihan ini Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Bondowoso, Jatim, dan para Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati) Cirebon, Jabar. Mereka disambut langsung Prof Dr Haryono Suyono dan istri Hj Astuti Hasinah Haryono selaku tuan rumah
yang juga Pembina Siti Padmirah Silver College. Tak pelak, ratusan peserta merasa tersanjung atas penerimaan istimewa tuan rumah. Acara yang berlangsung di Gedung Siti Padmirah Silver College Jl Pengadegan Barat 4, Jakarta ini pun berjalan meriah, hangat, berkesan dan penuh makna. Acara yang didatangi masyarakat hampir dari seluruh pelosok tanah air ini, mulai dari pulau Jawa baik Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta dan peserta OST dari Jawa Timur. Begitu pun dari luar Pulau Jawa seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, NTB dan NTT makin menarik minat tamu-tamu OST. Menurut Direktur Direktur Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Adhi Putra Alfian, SE, MSi, pemerintah tentunya akan mendorong bersamasama dengan berbagai pihak menyukseskan program Posdaya ini. Karena kalau hanya diserahkan kepada pemerintah saja urusan pemberdayaan keluarga ini tentu hasilnya tidak akan bisa optimal. Demikian pertemuan tersebut. Semoga Posdaya semakin jaya. Terima kasih dimuatnya surat ini. Angga DS D/A Empang Wisata Bengkulu.
Formulir Berlangganan
N a m a : ........................................................................................................ Alamat Lengkap : .............................................................................................................................................................. ............................................................ Kode Pos: ........................... Telp.: ....................................... Sebagai pelanggan tetap mulai nomor: ......... s/d. ........... Sebanyak: .............. eksemplar. Pembayaran dimuka melalui Yayasan Anugerah Kencana Buana Rekening Bank Central Asia (BCA) Irwan Febriansyah No. Rek.: 375 135 6941 Kantor Cabang Pembantu (KCP) Graha Inti Fauzi Pelanggan, (.....................…………….) 6
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
POSDAYA MASYARAKAT
Posdaya Mawar Setu
Hidup di Tengah Ego Megapolitan Menggiatkan kegiatan Posdaya di Kota Megapolitan yang mayoritas penduduknya super sibuk dan rasa egoismenya nyaris menghambat sikap kebersamaan dan kegotongroyongan warga ini, memang cukup menarik dan cukup menantang. Berada di tengah kampung peternak ayam potong, Posdaya Mawar salah satu Posdaya yang mulai menjadi tujuan tinjauan peserta kegiatan Observation Study Tour (OST) Posdaya, membuktikan keberadaannya.
Kader Posdaya Mawar dengan penuh kebanggan mengabdikan kegiatanya saat gelar bazar hasil usaha ekonomi produktif Posdaya. [FOTO-FOTO: DOK]
D
ALAM hal Ekonomi, masyarakat Kelurahan Setu, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur, cukup kreatif dalam menambah penghasilannya. Seperti melalui bidang pertanian maupun peternakan. Di bidang peternakan ayam yang dimulai sejak tahun 1971 masih terus berjalan sampai saat ini. Ternak ayam potong jumlahnya sampai belasan ribu per peternak. Peternak di Kelurahan Setu memasok restoran padang dan pada umumnya ayam berusia 1 -2 bulan. Selain ayam, ada pula ternak kambing yang dilakukan warga Kelurahan Setu. Pada umumnya pembeli meminta kambingnya sudah sekaligus dimasak, entah dibuat gulai atau sate, untuk acara akekahan mereka. Semoga dengan tersedianya Kredit Tabur Puja dari Yayasan Damandiri melalui gerakan Posdaya akan memudahkan masyarakat anggota Posdaya mengembangkan diri dan usahanya Kelurahan Setu memiliki 6 RW dan yang memiliki Posdaya Mawar Setu adalah RW 4.
Ketua RW 4 menuturkan berdirinya Posdaya Mawar ini. “Ketika diadakan lomba Toga keluar sebagai Juara 1, ditingkat Kecamatan meraih juara 1 demikian pula tingkat Kecamatan meraih juara I, nah ketika di tingkat Provinsi menduduki posisi juara 2, dari seluruh DKI Jakarta. Nah Universitas Trilogi kemudian merangkul RW 04 untuk membentuk Posdaya, dinamakan Posdaya Mawar Setu,” ungkap Amirudin selaku Ketua RW 4. Dengan penduduk 1300 warga, RW 04 yang terdiri dari 10 RT telah memiliki Posdaya. Kegiatannya di bidang pendidikan, ekonomi, lingkungan dan kesehatan. “Dengan aktifnya PAUD diharapkan kelak akan tercetaklah pribadi yang disiplin dan punya keberanian serta percaya diri,” ujarnya. Siswa PAUD terdapat 34 siswa, dengan 4 guru yang mengajar dengan kerelaan karena tanpa honor. Lokasi PAUD ada ditanah warga yang disediakan atau dipinjamkan untuk proses belajar anak usia dini. Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
7
darah, dilakukan pula pemberantasan nyamuk dengan system Jumat keliling (Jumling) di Kelurahan Setu. Kegiatannya dengan perwakilan satu RT dua orang. Kegiatannya dilakukan 2 kali seminggu. Satu kali untuk keliling, dan satu kali lagi untuk diskusi membahas hasil keliling sebelumnya.
Posdaya Mawar pun menjadi salah satu tujuan kunjungan peserta OST Posdaya.
Pak Lurah dengan ekpresi penuh semangat foto bersama dengan petugas pembantu kebersihan sarana umum dan taman.
Selain itu terdapat pula 2 Posyandu yang menangani ratusan warga masyarakat utamanya untuk membantu para ibu muda peduli pada kesehatan keluarga, khususnya yang masih memiliki balita. Kegiatan penimbangan dilakukan dengan jemput bola, mau kumpul dimana, akan dijemput untuk dibawa ketempat penimbangan. Sementara bagi ibu yang mengantar buah hatinya belajar di PAUD, mengikuti bermacam pelatihan ketrampilan. “Puskemas juga sangat mendukung kegiatan Posyandu, Bidan Puskesmas menjadi bagian dari aktifitas Posyandu,” kata Amirudin. Bila terdapat balita kurang gizi, maka ibu bayi diminta datang ke Puskesmas untuk mendapatkan pencerahan bagaimana meningkatkan gizi balita mereka. Saat ini anak yang berada di bawah garis merah terdapat satu atau dua balita saja. Sementara itu, terkait dengan demam ber-
Ekonomi masyarakat Dalam hal ekonomi, masyarakat Kelurahan Setu dikenal cukup kreatif untuk menambah penghasilan. Di antaranya dialakukan melalui bidang pertanian, peternakan. Bahkan, di bidang peternakan ayam sudah dimulai sejak tahun 1971, dan hingga kini masih terus berjalan. Ternak ayam potong jumlahnya sampai belasan ribu per peternak. Peternak di Kelurahan Setu memasok restoran padang dan pada umumnya ayam berusia 1-2 bulan. Selain ayam, ada pula ternak kambing yang dilakukan warga Kelurahan Setu. Pada umumnya pembeli meminta kambingnya sudah sekaligus dimasak untuk acara akekahan, baik berupa masakan gulai atau sate. “Semoga dengan tersedianya Kredit Tabur Puja dari Yayasan Damandiri melalui gerakan Posdaya akan memudahkan masyarakat anggota Posdaya mengembangkan diri dan usahanya,” ujarnya. Sementara untuk kebun, masyarakat memanfaatkan rak-rak untuk tanaman. Rak 4 tingkat yang diberi talang air 1 meteran untuk ditanami kangkung bayam tomat sawi cabe, dan saat ini menjelang panen tomat. Peran Posdaya Sementara itu, Ibu Nurjanah menyampaikan adanya 3 persen keluarga Pra Sejahtera di antara 10 RT 4346 jiwa, dari 1338 KK. Berarti keluarga Pra Sejahtera ada 27 KK, mereka adalah buruh cuci dan tukang ojek. Sesudah pendataan ini akan dilakukan lelang kepedulian di RW 4 Mawar Setu. “Ada sekitar 6 RW di Kelurahan Setu diharapkan akan bergabung dengan Posdaya,” kata Nurjanah.
8
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
Kader Posdaya Mawar Setu, Ibu Mana Yusniah juga berbagi cerita. “Terdapat 195 balita, dan lansia yang aktif 50, serta ada 50 orang remaja yang aktif,” ujarnya. Saat ini, kata dia, makanan untuk balita diberikan makanan seimbang berimbang menggantikan empat sehat lima sempurna. Seperti, memperbanyak buah dan sayur. Selain pemberian ASI eksklusif untuk bayi usia 0-6 bulan, dan berlanjut sampai dua tahun. “W arga RW 04 juga telah memiliki KJS dan BPJS,” imbuhnya lagi. Sedangkan, Bapak Herman selaku LMK (Lembaga Musyawarah Kelurahan) dari RW 04, sangat berkesan dengan adanya Posdaya. “Posdaya menjadikan masyarakat jauh lebih peduli pada keluarga masing-masing,” katanya. Sebagai Ketua Posdaya Mawar Setu, Ibu Nurjanah sangat berharap PAUD dapat maju, menjadikan tunas muda sosok yang siap tumbuh menjadi anak berkarakter. Posdaya Mawar Setu diharapkan bukan hanya memberi manfaat bagi keluarga sendiri melainkan juga pada masyarakat umumnya.
Sementara ini bantuan kelurahan untuk aktivitas berupa bimbingan dan bina bina sosial, mengoptimalkan kegiatan lingkungan ramah anak dengan menyediakan taman bermain. Bila waduk di Mawar Setu jadi destinasi wisata tentu akan membanggakan. Adapun produk andalan Posdaya Mawar Setu di antaranya cendol, putu kripik pisang dan lain-lain. Untuk mengembangkan produk lokal ini, dibutuhkan packaging yang lebih baik, dan pemasaran yang lebih luas. HARI
Pak Lurah dengan penuh apresiasi memberi sambutan ketika Posdaya Mawar mendapat kunjungan tamu peserta OST dari luar provinsi.
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
9
POSDAYA MASYARAKAT
Posdaya Kartini Utama
Memberdayakan Sambil Sodaqoh Raden Ajeng Kartini, perempuan asal Jepara, Jawa Tengah yang menjadi pahlawan nasional, menjadi sumber inspirasi bagi Posdaya Kartini Utama Mejasem, Tegal, Jawa Tengah. Sosok RA Kartini yang gigih memperjuangkan hak-hak perempuan berharap menginspirasi masyarakat dalam pemberdayaan keluarga di pedesaan. Sedangkan tambahan kata ‘Utama’ dalam nama itu dengan harapan selalu menjadi yang pertama dalam setiap kegiatan.
Pengurus Posdaya Kartini Utama memperlihatkan kebersamaanya di depan Sekretariat. [FOTO-FOTO: ISTIMEWA]
P
OSDAYA yang terletak di Desa Mejasem Barat, Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah ini berdiri sejak 8 Mei 2012 melalui surat keputusan kepala desa Mejasem Barat itu, merupakan binaan Universitas Panca Sakti, Tegal, melalui KKN Tematik Posdaya. Letaknya tidak di pedesaan melainkan sebuah komplek perumahan yang rata-rata penghuninya adalah pendatang. Namun tingkat partisipasi masyarakat sangat tinggi dan mampu kembali menghidupkan budaya gotong-royong. “Masyarakat di sini sangat aktif. Guyub dan mudah diajak partisipasi dalam setiap kegiatan sosial dan saling bantu antar sesama,” kata Ketua Posdaya Kartini Utama Purwantini. Posdaya Kartini Utama mencakup hampir seluruh kegiatan. Antara lain, mengelola limbah rumah tangga menjadi karya seni yang memiliki nilai jual tinggi. Seperti pembuatan bunga hiasan oleh ibu-ibu rumah tangga yang tembus harga Rp 100 ribu per pot. “Bungabunga hiasan tersebut dipasarkan di ibu-ibu dharmawanaita dan kantor-kantor pemerintah 10
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
serta toko hiasan. Hasilnya lumayan dapat menambah pendapatan bagi keluarga pra sejahtera,” ungkap Purwanti, perempuan super aktif ini. Keahlian ibu-ibu rumah tangga merangkai bunga dari limbah melalui pelatihan dari SMKN I Kota Tegal. Tidak hanya merangkai bunga, ibu rumah tangga setiap bula mengikuti pelatihan tata boga, membuat berbagai makanan dan jajanan pasar. “Setelah mendapat keterampilan, mereka ibu-ibu langsung praktek membuat makanan, terutama jajanan pasar yang dijual di pasar dan supermarket. Setiap pertemuan atau rapat RT dan rapat RW, konsumsinya membeli dari Posdaya. Bahkan keterampilan membuat jajanan pasar pernah memenangkan lomba tingkat provinsi Jawa Tengah,” katanya. Posdaya Kartini Utama terbilang sangat mandiri. Hampir 90 persen seluruh kegiatan atas partisipasi dan kesadaran warga melalui iuran rutin maupun kegiatan tidak rutin. Di samping swadaya masyarakat Posdaya Kartini Utama menyalurkan dana CSR (Corporate
Social Responsibility) untuk kegiatan Posdaya. “Perkumpulan sodaqoh seikhlasnya dari warga setiap perkumpulan waktu 3 bulan terkumpul mencapai Rp 23 juta. Uang tersebut digunakan untuk membantu keluarga pra sejahtera. Membelikan peralatan sekolah untuk anak-anak tidak mampu,” papar Purwantini. Kredit Skim Tabur Puja belum hadir di Mejasem, Tegal. Namun Posdaya Kartini Utama sudah mendapatkan skim serupa dari PNPM. Karena cicilan lancar pinjaman awal mendapat Rp 1 juta kini berkembang sudah dikucurkan kredit Rp 5 juta. “Tabur Puja dari bank mitra damandiri belum ada. Namun kami dapat Skim dari program PNPM,” katanya. Posdaya Kartini Utama aktif melakukan pendataan dan pemetaan keluarga untuk memperoleh basis keluarga dan anggotanya. Pendataan untuk mengetahui gambaran secara tepat dan menyeluruh keadaan Posdaya untuk kepentingan perencanaa, pengendalian operasional dan penilaian. Pemetaan melalui pelatihan dari LPPM UPS. “Kami mengirim 2 kader Posdaya Kartini Utama untuk ikut pelatihan pemetaan ke UPS. Lalu mereka membagikan ilmunya kepada kader lain, sebelum melakukan pemetaan,” ucap Purwantini, istri dari pensiunan ini. Setelah selesai melakukan pendataan keluarga dan diketahui tahapan keluarganya, maka pengurus Posdaya bersama pemerintah desa mengadakan sarasehan. Sebuah wahana pertemuan dari berbagai pihak yang berkepentingan mendiskusikan dan mendayagunakan hasil pendataan dan pemetaan serta permasalahannya untuk dicari jalan keluar. “Peserta sarasehan adalah pemerintah desa, tokoh masyarakat, SKPD terkait, seperti camat, puskesmas, BPPKB, Dikpora, BP3K serta pihak lain di luar Posdaya, seperti UPK, PNPM, TP PKK, Muslimat NU, dan pihak swasta atau CSR. Kami diskusi mencari solusi,” katanya. Dari hasil pemetaan dilakukan lelang kepedulian. Purwantini menuturkan, Kepala Desa Mejasem Barat memimpin langsung lelang kepedulian. Masyarakat merespon undangan lelang kepedulian dalam rangka menuntaskan kelurga pra sejahtera. Banyak masyarakat peduli dengan menyumbangkan uang dan material demi membentuk keluarga pra sejahtera. Selain itu, respon SKPD sangat tinggi dengan memberi pelayanan gratis untuk keluarga pra
sejahtera kesehatan melalui program Jamkesmas. “Untuk keluarga Pra Sejahtera kategori lantai rumah, maka SKPD mengusahakan program RTLH, yaitu program bantuan rumah tidak layak huni atau bedah rumah. Sementara dari perusahaan melalui CSR juga tinggi. Mereka bersedia menyumbangkan dana mau pun material bangunan,” paparnya. Keberadaan Posdaya Kartini Utama membawa perubahan signifikan. Kemiskinan berkurang. Tingkat pendidikan meningkat. Penyakit menular berkurang. Lingkungan hidup membaik dan kemitraan meningkat. Hasil pencapaian secara komulatif dan kuantitatif sangat baik. “Harapannya dalam satu tahun semua keluarga pra sejahtera yang ada di wilayah Rt 04 RW 5 dapat dituntaskan semua,” harapnya. HARI
Keceriaan dan optimisme selalu nampak di wajah Tim Posdaya Kartini Utama saat mengikuti Lomba Posdaya tingkat Regional Jawa Tengah.
SUSUNAN PENGURUS Pembina Penasehat Ketua Wakil Ketua Sekretaris 1 Sekretaris 2 Bendahara 1 Bendahara 2 Koord. Desa Koord Bidang Kesehatan
: : : : : : : : : :
Kepala Desa Mejasem Barat Drs Tahrudin MM Hj. Purwantini, SH Puji Rahayu Ngastuti Haryanti Spd Siti Markonah Hidayati Sri Sardiati Yuli Wulan Ipuk Ambarwati L. Sarno, Muhadjirin Fauziah Noor, SH, Tri Martini, Suhardati, SPd Koord Bidang Pendidikan : Maaroh, Harsiwi, Dwi Retnokowati Koord Bidang Kewirausahaan : Lina Listiana, Sri Indrawati, Hj Jarini Koord Bidang Lingkungan : Samsit, Suratin, Sri Endrawiyati Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
11
POSDAYA MASYARAKAT
Posdaya Permata Bunda
Produknya Rambah Mancanegara Cercaan dan makian tak pernah menyurutkan niat sejumlah kaum ibu di RW 08 Kelurahan Gunung Sarik, Kota Padang, Sumatera Barat. Sejumlah kaum hawa yang dipimpin Ny Dewi, memiliki sikap bahwa tindakan paling berharga yang dapat Anda lakukan buat orang lain, baik individu maupun kelompok, adalah membantu mereka menemukan yang terbaik. Dalam kata bijak diungkapkan “Do good things for others and people may accuse you of selgish motives.Do good anyway”.
Pengurus Posdaya Permata Bunda Kota Padang, Sumbar, memamerkan hasil tanaman sayuran yang berkembang selama ini. [FOTO-FOTO: DOK]
D
ALAM berbagai pertemuan pun, kaum ibu di sana merumuskan sebuah visi ingin memberdayakan masyarakat sekaligus mengentaskan kemiskinan dan kondisi lingkungan tetap aman, indah, dan bersih. Mereka berpendapat “Visi tanpa eksekusi adalah lamunan. Eksekusi tanpa visi adalah mimpi buruk” atau “Vision without execution is a daydream. Execution without vision is a nightmare”. Secara perlahan-lahan, para perempuan yang memiliki gerak mirip Srikandi, dalam pewayangan, tiada henti melakukan koordinasi sesama kaumnya yang tergabung dalam Tim Penggerak PKK, dan menggandeng figur perempuan yang bekerja di Pemkot Padang. Jerih payah yang dilakukan kelompok Dewi, membawa hasil yang menggembirakan. Sedangkan cercaan yang tidak pernah ditanggapi serius, lama kelamaan menghilang dengan sendirinya.”Hinaan dan cercaan kita anggap sebagai kritikan dan dorongan. Sehingga, kami berhasil mendirikan Posdaya Permata Bunda,” kata Ketua Posdaya Permata 12
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
Bunda, Ny Dewi, di rumahnya yang sekaligus sebagai markas lembaga pemberdayaan yang dibentuk. Dewi menceritakan, kesan negatif ketika sejumlah kaum perempuan mengajak kalangan ibu rumah tangga, untuk mengumpulkan sampah organik dan non-organik. Awalnya, ajakan itu, disepelekan warga dan tidak sedikit yang mencelanya. Namun setelah kelompoknya bisa membuktikan bahwa sampah yang kebanyakan kertas dan plastik bisa dibuat taplak meja dan hiasan rumah lama-kelamaan para ibu rumah tangga, menyukainya. Kini, kaum ibu di sana mampu membuat taplak meja dari plastik bekas tempat air mineral, sedotan, dan sejumlah asesoris lainnya. yang lebih menggembirakan lagi, barang yang diproduksi sebagai kerjaan sambilan sudah banyak dipesan buyer dari Malaysia, Singapura, dan Australia. “Kita bangga hasil Posdaya Permata Bunda sudah merambah internasional tapi harganya masih murah, hanya sekitar Rp1,5 juta untuk satu set sarung bantal sebanyak enam buah
dan satu taplak meja palstik,” kata Dewi, bangga. Usaha lain yang dikembangkan berupa produk makanan jadi, berhasil dikoordinir Posdaya Permata Bunda. Alasannya, semua pembuat kue di wilayahnya sepakat bergabung di lembaganya dan pihaknya membantu mengirimkan dagangan warga ke sejumlah warung. Hasil penjualan disepakati untuk kas Posdaya Permata Bunda. “Ini, keinginan pembuat kue memberi fee 10 persen setiap dagangan kue yang terjual,” kata Dewi, didampingi sejumlah Pengurus Posdaya Permata Bunda. Untuk bidang pendidikan, pihaknya sudah mendirikan PAUD tapi muridnya baru sekitar 20 orang. Biaya pendidikannya pun, masih murah yakni Rp3.500 setiap datang. Uang ini, digunakan untuk makanan anak-anak sebesar Rp1.500 dan sisanya digunakan membeli berbagai perlengkapan pendidikan. Gurunya, menurut Dewi, hanya diberikan transport alakadarnya sebab, semua memahami jika PAUD yang didirikan merupakan sekolah yang rata-rata orangtua murid berpenghasilan rendah. Menyinggung soal lingkungan dan pemanfaatan lahan pekarangan yang kosong, Posdaya Permata Bunda berhasil mengajak anggotanya, untuk menanam berbagai sayuran. Misalnya, cabe, bayam, dan berbagai jenis lainnya, yang bermanfaat untuk kepentingan sendiri. “Untuk bidang kesehatan, adakalanya, kita memberikan layanan kesehatan gratis setelah dibantu tim medis Puskesmas. Posyandu tetap berjalan seperti biasa. Koperasi pun, sudah tumbuh berkat bantuan Tabur Puja. Intinya, sekarang masyarakat bangga dengan Posdaya Permata Bunda. Karena kita bisa membuktikan bahwa apa yang kami perbuat bermanfaat bagi warga dan mampu memberikan dana tambahan dalam keluarga,” tuturnya. Menurut Korwil I Sumbar, Arnes Satriani,SH, MH, keberhasilan Posdaya Permata Bunda, mengolah sampah, layak dijadikan contoh Posdaya lainnya. Selain, banyak pesanan dari lokal dan luar negeri, sampah yang biasanya menggunung di lingkungan, kini menjadi bersih. Sehingga, wilayahnya pun, tidak ada bau sampah di tempat pembuangan sampah warga.
Arnes Satriani, yang juga Ketua LPPM Universitas Taman Siswa Padang, akan terus memberikan dorongan Posdaya lain yang belum berkembang dan terus koordinasi dengan lembaga pembinanya yakni sejumlah perguruan tinggi. “Kita, akan lakukan pendataan ulang dan pemetaan, untuk mengetahui kondisi setiap Posdaya,” tuturnya. Sementara, Rektor Universitas Taman Siswa, Irwandi Sulin, mengaku akan memaksimalkan program pemeberdayaan masyarakat melalui Posdaya. “Program Posdaya itu khan sederhana, mudah dimengerti masyarakat makanya, kita akan memberikan dorongan penuh agar masyarakat mampu merubah kondisi yang semula kurang beruntung menjadi kondisi yang baik. Kegiatannya sih melalui aspek ekonomi, kesehatan, pendidikan, keagamaan, maupun bidang lainnya,” jelasnya. Jumlah Posdaya yang di bawah koordinasinya, ada sekitar 300 Posdaya. Jumlah ini, tidak akan ditambah, melainkan akan dipupuk agar setiap Posdaya memiliki unggulan. “Saya ingin setiap Posdaya memiliki satu unggulan walau kegiatan bidang lain tetap dijalankan. Jadi, bukan target jumlah yang kita sasar melainkan peningkatan kegiatan hingga memiliki sebuah kegiatan yang bisa dijadikan contoh di masyarakat,” tuturnya. Berbagai prestasi pun sudah diraihnya, mulai dari tingkat korwil, kota, provinsi bahkan tingkat nasional. Penghargaan yang telah diterima antara lain, Adhi Bhakti Madya, Kader Lestari 15 tahun dari Kementrian Kesehatan. Selain itu telah pula dikunjungi peserta OST dari Malaysia, Singapura maupun dalam negeri yang tak terbilang jumlahnya. HARI
Pengurus Posdaya Permata Bunda Kota Padang didampingi Pembina dari IAIN Imam Bonjol Padang, Sudarman (paling kanan) dan Korwil I Sumbar, Arnes Satriani (paling kiri), memamerkan hasil karya berupa kerajinan yang terbuat dari sampah non organik.
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
13
POSDAYA MASYARAKAT
Posdaya Dahlia Batusangkar
Wujudkan Impian Jadi Kenyataan Tak pernah terbayangkan. Sebuah desa yang cukup jauh dan dikelilingi sejumlah bukit, di wilayah Sumatera Barat, memiliki tingkat kebersamaan dan kegotongroyongan yang relatif tinggi. Sehingga, ketika Posdaya Dahlia, di Nagari Lubuk Jantan, Kecamatan Lintau Buo Utara, Kabupaten Tanah Datar, mendapat respon positif warga, tokoh masyarakat dan pemerintah setempat.
Kader Posdaya Dahlia dengan bangga memperlihatkan hasil kreasi hasil olahan daur ulang sampah produktif.
D
UKUNGAN yang diberikan masyarakat dan aparat pemerintahan, bukan karena wilayah ini merupakan tempat kelahiran istri Wapres Jusuf Kalla, melainkan adanya sebuah keinginan untuk mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan pendapatan keluarga di sana. Keinginan kuat ini, diilhami adanya sebuah kata bijak “All our dreams can come true if we have the courage to pursue them”. (Semua impian kita bisa menjadi kenyataan jika kita memiliki keberanian untuk mengejarnya). Melalui empat pilar Posdaya, meliputi bidang pendidikan, kesehatan, perekonomian, dan lingkungan secara bertahap dilaksanakan secara baik. Diawali dengan pendirian sekolah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) Posdaya Dahlia mampu mengubah perilaku anak yang biasanya hanya bermain tanah, mulai diajari dengan menyanyi, menulis dan memperkenalkan produk lokal. Misalnya, anak-anak diajak ke wilayah sekitar diperkenalkan dengan berbagai tumbuhan yang tumbuh subur. “PAUD di sini ba-
14
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
yarannya masih murah sekitar Rp 25 ribu per bulan dan dibina oleh tiga guru. Muridnya makin hari makin banyak karena masyarakat sadar anak yang dididik sejak kecil, memiliki kecerdasan lebih,” kata Ketua Posdaya Dahlia, Sasrita, SSos, yang biasa dipanggil Bu Upik. Ketua Posdaya yang didampingi sejumlah anggota menggebu-gebu menyampaikan berbagai program yang sudah dilaksanakan mendapat dukungan banyak pihak. Sehingga Posdaya yang baru berumur satu tahun ini, mampu meningkatkan perekonomian keluarga. Hal itu diakui, Wali Nagari Lubuk Jantan, Riki Afrizaldi, SSTP, Camat Lintau Buo Utara, Suripto, dan Hernita Zarliarti, selaku Kepala Badan Taskin, Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan KB Kabupaten Tanah Datar. Ketiganya, menyatakan hal serupa bahwa Posdaya diberikan dukungan penuh karena masyarakat mudah menerapkan program yang sudah dirancang sesuai kondisi wilayah itu. Masyarakat juga mudah memahami semua gerakan yang dilakukan Posdaya Dahlia. “Yang lebih penting lagi, masyarakat justru
semakin akrab, tidak merasa ada saingan dalam menjalankan bisnis sederhana, seperti menjual kue,” kata Hernita Zarliarti. Perempuan yang tampak gesit ini, berulang-ulang menjelaskan sebuah tujuan tanpa perencanaan hanyalah harapan. Bersama pimpinan wilayah di sana, senantiasa memberikan dukungan, baik moral maupun pendanaan agar Posdaya semakin berkembang. “Posdaya Dahlia ini, hebat. Semua pedagang bisa disatukan, petani pun ikut-ikutan jadi anggota agar mendapatkan info yang baik dalam menunaikan profesi utamanya menanam padi dan kakao,” ujarnya. Tidak berbeda jauh dengan pernyataan itu, disampaikan Wali Nagari Riki. “Sebuah tujuan tanpa perencanaan hanya menjadi harapan,” kata Riki, menirukan kata-kata bijak. Dirinya, tidak pernah menolak program yang disampaikan Posdaya Dahlia. “Karena semua programnya untuk kebersamaan dan peningkatan berbagai sektor dalam kehidupan,” jelasnya. Kaum ibu anggota Posdaya Dahlia mengembangkan kegiatan ekonomi, berupa pembuatan berbagai kue. Seperti, lotek ubi, steak ubi, bolu ubi, kripik jengkol, dan asesoris rumah tangga terbuat dari kartu mainan bekas, dititip ke sejumlah warung dan toko. Hasilnya, cukup menggembirakan karena masyarakat sudah mengakui kualitas produk itu dan harganya sangat murah. “Di samping itu, pengolahan pupuk organik juga terus kami kembangkan membantu petani yang agak kesulitan mencari pupuk selama ini,” tambahnya. Sebelum ada Posdaya Dahlia, pembuat kue kadang bersaing negatif agar dagangannya bisa dititip di warung maupun toko. Kini, mereka bersatu dan malahan sebagian hasil penjualan kue diberikan ke kas Posdaya Dahlia. “Hanya saja, petaniyang tergabung dalam Posdaya Dahlia, ingin mengolah hasil kakao sendiri. Ini yang diinginkan karena selama ini kakao itu dijual saja bijinya sehingga keuntungan menipis,” keluhnya. Selanjutnya, Ketua Posdaya Dahlia, Sasrita, menyampaikan kalau Tim PenggerakPKK ikut bergabung dan secara bersama-sama mengembangkan berbagai kegiatan, tanpa merasa
bersaing. Begitu juga, Posyandu yang semula berjalan sendiri, bergabung dengan Posdaya Dahlia. Dampaknya, masyarakat yang datang ke Posyandu semakin banyak walaupun pelayanan yang diberikan sederhana, mulai penimbangan, konsultasi kesehatan anak dan ibu, maupun menampung sejumlah keluhan kesehatan yang dihadapi masyarakat. Selain itu, mengarahkan kepada warga yang mengalami gangguan kesehatan untuk mendatangi Puskesmas. Kondisi kompak penuh dengan kebersamaan, terwujud berkat bimbingan Kepala LPPM IAIN Batusangkar, Ulya Atsani, SH. “Pak Ulya, secara kontinyu memberikan bimbingan dan arahan demi pengembangan Posdaya. Padahal, jarak antara Batusangkar dengan wilayahnya cukup jauh dan ditempuh dengan kendaraan sekitar satu jam,” kata Sasrita. Sementara, Ulya, selain memberikan bimbingan sesuai dengan program yang harus dikembangkan, juga menurunkan sejumlah mahasiswa bersama masyarakat di sana. “Tanpa dukungan Pak Rektor IAIN, Dr H Kasmuri, MA, kita juga akan mengalami kesulitan. Kami beruntung karena rektor kami sangat peduli terhadap berbagai program pemberdayaan bagi masyarakat,” jelasnya. Pihaknya, memang mengakui, jika masyarakat Posdaya Dahlia, tingkat kebersamaannya tinggi. Tingkat kegotongroyongannya juga tinggi. Sehingga, setiap Program Posdaya Dahlia nyaris tidak ada hambatan kecuali hanya soal marketing berbagai produk yang dikembangkan, masih terbatas tingkat lokal wilayah kabupaten saja, belum mengarah ke tingkat provinsi. “Ini, yang akan kami carikan solusi,” tuturnya. HARI
Setelah dikukuhkan pada akhir Desember 2014, Posdaya Dahlia, lewat Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Batusangkar berhak untuk ikut seleksi ke tingkat nasional setelah meraih Juara Harapan I pada Penilaian Lomba Posdaya Terbaik 2015 Tingkat Koordinator Wilayah Sumbar I, bertempat di Gedung Haryono Suyono Universitas Tamansiswa Padang.
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
15
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Mahasiswa dan DPL Unnes Semarang
Giat Bantu Daerah KKN sebagai Destinasi Wisata Selain menjalankan tugas, mahsiswa dan Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) dalam pengabdiannya kepada masyaraat di desa tujuan, bersama masyarakat dan aparat UPKD kecamatan juga membuat pelatihan website untuk mempromosikan potensi daerah. Di antaranya mengembangkan potensi lokal sebagai destinasi wisata. Langkah itulah yang kini tengah giat dilakukan para mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan DPL Universitas Negeri Semarang (Unnes) Semarang, Jawa Tengah.
Ketua Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja mengamati hasil kebun bergizi yang dikembangkan Posdaya binaan Unnes Semarang yang ada di Kabupaten Batang, Jawa Tengah. 16
U
NNES sebagai salah satu perguruan tinggi mitra Yayasan Damandiri dalam program pengembangan dan peningkatan sumber daya manusia melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya, sangat intens membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa tujuan KKN mahasiswanya. Dalam setiap kegiatan dilepas ribuan mahasiswa KKN ke berbagai kabupaten/kota
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
di sekitar wilayah Jawa Tengah. Salah satunya, di Kabupaten Batang, sebuah kabupaten yang berada di jalur pantura hingga ke perbatasan pegunungan Dieng. Adalah Heri Supriyadi, salah satu peserta mahasiswa KKN Tematik Posdaya Unnes Semarang yang juga didaulat sebagai Koordinator Mahasiswa KKN tingkat Desa (Koordinator Mahasiswa di tingkat Desa). Mahasiswa Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi ini menuturkan pengalamannya melaksanakan tugas kuliah kerja nyatanya ke desa di wilayah Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Dipercaya sebagai Kormades, bersama rekan kelompoknya berfokus pada upaya pembudidayaan ayam hibrida. Ayam hibrida tersebut diternakan dengan dominasi ayam pejantan pada ayam kampung dengan ayam pedaging. “Jadi ayam pejantan kampung dipadukan dengan ayam pedaging,” ujar Heri demikian akrab disapa. Heri menuturkan, kalau satu sel sperma ayam jantan bisa membuahi delapan sel telur ayam betina pedaging. Nantinya akan menghasilkan delapan ekor ayam hibrida yang dapat dipelihara dan dikembangkan dengan baik. Dengan cara, di antaranya ditingkatkan pola makan, dalam artian penyediaan pola makan diatur sedetil atau secermat mungkin. Disitu nanti dibanu dengan ditekankan oleh beberapa ahli yang sudah berpengalaman dalam menangani pembiakan ayam dengan sistem kawin silang untuk mendapatkan ayam jenis unggul. Dipilihnya pengembangan ayam hibrida bagi mahasiswa KKN Unnes ini, menurut Heri
dikarenakan udara di daerah tempatnya melaksanakan KKN tersebut udaranya sejuk sehingga dinilai cocok bagi pembiakan budidaya ayam hibrida. Udara yang sejuk sangat mendukung perkembangan pesat bagi pembiakan ayam hibrida. Sebagai awalan sewaktu pelaksanaan KKN, baru mencoba lima ekor. Usia dominan, baik ayam pejantan maupun betinanya adalah satu tahun. Ayam jenis hibrida ini hanya membutuhkan waktu 30 hari untuk berkembangnya. Perkembangannya sangat cepat. Setiap ayam hibrida betina setiap musim bertelor mampu menghasilkan 30 butir. “Dari 30 butir tersebut, kalau ditetaskan rata-rata bisa menetas sebesar 75 sampai 100 persen,” imbuh Heri. Memang, situasi dan kondisi telor tersebut juga mempengaruhi keberhasilan menetas tidaknya. Untuk membantu penetasan juga ada alatnya. Selain mengembangkan budidaya ayam hibrida, mahasiswa KKN Tematik Posdaya Unnes di Kabupaten Batang juga melakukan kegiatan kewirausahaan, seperti pembuatan tas, maupun terapi pijat (refleksi, citra terapis hidra, dan pijat penyembuhan). Mayoritas masyarakat desa tempat KKN petani merasa senang mendapat pelatihan pijat. Pelatihan pijat ini diajarkan dua orang dosen pembimbing lapangan (DPL) KKN, Hendro dan Supriyono, yang sangat antusias dengan pengembangan pijat refleksi. Dengan membagi ilmu pijat memijat tersebut, selain dapat untuk membantu menolong orang juga berguna menjaga kebugaran tubuh sendiri. Pijat penyembuhan berguna membantu pemulihan pasien penderita gula, stroke dan lain-lain.
Dra Sri Prastiti Kusuma Anggraeni bergambar bersama Ir Ulfah Mediarty Arief, MT.
Posdaya. Setiap desa terbentuk satu Posdaya. Bersama tujuh orang DPL lainnya di Kecamatan Bawang, Prastiti mengungkapkan Posdaya yang terbentuk tersebut berbasis wisata. Dalam kegiatan KKN tersebut juga digelar Gebyar Posdaya se-Kecamatan Bawang dengan mengusung tema “Desa Cantik Konservasi Menuju Kecamatan Bawang Menjadi Destinasi Wisata di Kabupaten Batang dan di Jawa Tengah”. Alasan pemilihan tema tersebut didasrkan pada potensi 19 desa dari 20 desa yang ada di Kecamatan Bawang, masing-masing desa mempunyai potensi wisata. Prastiti juga mengungkapkan, inovasiinovasi yang ditularkan mahasiswa disesuaikan daerah masing-masing. Selain itu untuk mendukung konservasi lingkungan, disumbangkan juga sebanyak 200 pohon kelengkeng
Beberapa buah yang dihasilkan dari kebunkebun yang akan dijadikan sebagai hasil unggul daerah destinasi wisata Posdaya. Selain itu, telur hasil budidaya ayam hibrida pendampingan Unnes Semarang.
Posdaya Berbasis Wisata Penuturan Heri, diamini dua orang DPL Unnes Sri Prastiti Kusuma Anggraeni dan Ulfah Mediarty Arief. Sebagai DPL dan juga Satgas KKN LPPM Unnes Semarang, Sri Prastiti atau biasa dipanggil Bu Pras ini, saat bertugas mendampingi 206 mahasiswa KKN di Kecamatan Bawang berhasil membentuk 20 Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
17
Heri Supriyadi, salah satu peserta mahasiswa KKN Tematik Posdaya Unnes Semarang yang juga didaulat sebagai Koordinator Mahasiswa KKN tingkat Desa di wilayah Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
dan pucuk merah. DPL yang kesehariannya sebagai Dosen Bahasa Jawa ini menambahkan, selain membantu membuka akses promosi wisata Gunung Perahu yang letaknya nyaris menyatu dengan Wisata Dieng yang sudah lebih dulu dikenal. Hal senada juga dikemukakan Ir Ulfah Mediarty Arief, MT, DPL mahasiswa KKN Tematik Posdaya dari Fakultas Teknik mengajak mahasiswanya membantu Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang ke depan bisa men-
18
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
jadi salah satu destinasi wisata. Salah satu di antaranya dengan membuatkan website sebagai sarana mempromosikan potensi wisata dari Kecamatan Bawang. Dari tinjauan tekniknya, pembuatan website tersebut bisa membantu mempopulerkan pasar potensi wisata daerah tersebut secara mendunia. Di Kecamatan Bawang dari 20 desa yang ada, 19 desa di antaranya potensi wisatanya cukup menjanjikan jika diolah secara optimal. DPL yang juga dosen teknik elektro ini mengatakan, dalam kegiatan KKN, mahasiswa jurusan teknik bersama DPLnya melakukan sosialisasi bahwa teknologi sangat berkembang. “Di era saat ini kemajuan teknologi banyak manfaatnya bagi peningkatan kesejahteraan dan kemajuan masyarakat. Asalkan benar-benar dimanfaatkan secara proporsional dan benar,” ujarnya. Sebelumnya, masyarakat diinfokan bahwa komputer adalah salah satu alat yang sangat potensi dalam pembuatan web untuk memberikan berbagai informasi melalui internet, maka kita ada pelatihan terlebih dahulu. Selain masyarakat, yang lebih utama dulu didorong adalah aparat pemerintah mulai dari tingkat desa hingga kecamatan untuk melek teknologi. Menurutnya, dengan menguasai teknologi, serta mampu membuat dan mengoperasionalkan website akan berdampak positif pada kemajuan pembangunan di daerah tersebut. Website secara efisien dan efektif untuk melaporkan segala kegiatan yang ada di pedesaan. Selain itu juga berguna untuk memasarkan berbagai potensi yang ada. Tentu ini akan menjadi sebuah keuntungan yang sangat berguna bagi pembangunan bekesinambungan. “Alhamdulillah di Kecamatan Bawang sudah menggunakan teknologi IT, sehingga akan memudahkan pembuatan maupun pengelolaan website dimaksud,” ujar Ulfah. Dengan website tersebut promosi potensi wisata religi, budaya maupun kuliner bisa dipromosikan. Ke depannya, pengelolaan website tersebut bisa dilakukan dengan dua arah, baik dari perguruan tingi Unnes maupun Pemda Kabupaten Batang. HARI
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
KKN Tematik Posdaya Mahasiswa UPI Bandung
Bentuk Posdaya Sukamanah Desa Sukamanah, Kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat merupakan salah satu desa tujuan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) para mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Jabar. Mereka selain menerapkan ilmu yang selama ini diterima di bangku kuliah kepada masyarakat, juga membina sejumlah keluarga di lokasi KKN dengan membentuk Posdaya Sukamanah.
M
AHASISWA KKN Tematik Posdaya UPI mengadakan berbagai kegiatan dalam tugas pengabdiannya sebagai mahasiswa semester VIII. Kegiatan tersebut di antaranya, kegiatan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan. Posyandu yang merupakan kegiatan swadaya dari masyarakat di bidang kesehatan dengan penanggung jawab desa. Adapun Posyandu yang ada di Desa Sukamanah, Kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya, Jabar, terdiri dari 10 Posyandu. Salah satunya adalah Posyandu Camar. Kegiatan yang dilakukan di Posyandu Camar meliputi KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), KB, Imunisasi, gizi dan penanggulangan diare, pelayanan pada balita (imunisasi, timbang berat badan), pelayanan ibu hamil dan menyusui. Selain kegiatan tersebut, Bidan juga mela-
yani masyarakat yang memiliki keluhan pada kesehatannya. Bidan yang bertugas untuk memberikan pelayanan di Desa Sukamanah yaitu Ibu Wildan sebagai bidan satu-satunya yang berada di Desa Sukamanah. Pelayanan minimal pada anak yaitu berupa penimbangan. Penimbangan dilakukan untuk memantau pertumbuhan anak. Selain itu harus diberikan perhatian khusus terhadap anak yang tidak melakukan penimbangan dan anak yang pertumbuhannya berada di bawah garis merah KMS. Di samping itu memantau atau melakukan pelayanan imunisasi dan tanda-tanda lumpuh layu. Adapun manfaat dari Posyandu yaitu memberikan pelayanan kesehatan Ibu dan Anak, KB, imunisasi, gizi dan penanggulangan diare. Untuk kegiatan pelayanan Kesehatana Ibu dan Anak, misalnya pelayanan untuk ibu seperti pemeliharaan kesehatan ibu, pemeriksaan kehamilan dan nifas, pelayanan pening-
Tim Mahasiswa KKN Tematik Posdaya UPI Bandung bergambar bersama dengan Tim Penggerak PKK Desa Sukamanah, Kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya, Jabar. [FOTO-FOTO: DOK]
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
19
Mahasiswa KKN Tematik Posdaya UPI sedang menimbang bayi.
Salah satu mahasiswa KKN UPI Bandung mengabadikan diri di peternakan ayam milik warga.
20
katan gizi melalui pemberian vitamin dan pil penambah darah, imunisasi TT untuk ibu hamil. Kegiatan lainnya, pemberian vitamin A baik vitamin A dosis tinggi pada bulan Februari dan Agustus. Tujuannya, karena akibat dari kurangnya vitamin A adalah menurunnya daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit. Sedangkan untuk penimbangan balita dilakukan setiap bulan di posyandu. Penimbangan secara rutin di posyandu untuk pemantauan pertumbuhan dan mendeteksi sedini mungkin penyimpangan pertumbuhan balita. Dari penimbangan yang kemudian dicatat di KMS, dari data tersebut dapat diketahui status pertumbuhan balita. KMS merupakan kartu untuk mencatat dan memantau perkembangan balita dengan melihat garis pertumbuhan berat badan anak dari bulan ke bulan pada KMS dapat diketahui status pertumbuhan anaknya.
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
Sementara itu untuk kegiatan Keluarga Berencana (KB) diberikan pelayanan KB berupa pelayanan kontrasepsi kondom, pil KB dan suntik KB. Kegiatan pelayanan kesehatan lainnya, Imunisasi. Di posyandu balita akan mendapatkan imunisasi. Macam imunisasi yang diberikan di Posyandu di antaranya BCG untuk mencegah penyakit TBC, Imunisasi DPI untuk mencegah penyakit difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus. Imunisasi Polio untuk mencegah penyakit kelumpuhan. Selain itu juga ada imunisasi Hepatitis B untuk mencegah penyakit hepatitis B (penyakit kuning). Aktivitas lainnya, Peningkatan Gizi. Dengan adanya posyandu yang sasaran utamanya bayi dan balita, sangat tepat untuk meningkatkan gizi balita. Peningkatan gizi balita di posyandu yang dilakukan oleh kader berupa memberikan penyuluhan tentang ASI, status gizi balita, MPASI, imunisasi, vitamin A, stimulasi tumbuh kembang anak, diare pada balita. Penanggulangan Diare di Posyandu dilakukan dengan cara menyediakan oralit. Selain itu memberikan penyuluhan penanggulangan diare yang dilakukan oleh kader posyandu. Senam sehat Selain membantu kegiatan pelayanan kesehatan di Posyandu, kegiatan lainnya adalah Senam Sehat yang diadakan oleh peserta KKN dipandu oleh Noni dan Laksmi telah dilaksanakan pada tanggal 22 Juni 2014 bertempat di Kampung Nyantong RT 04 RW 02 Desa Sukamanah yang diikuti oleh peserta KKN, warga Nyantong dan Ibu-ibu PKK. Senam sehat tersebut diadakan dengan tujuan agar masyarakat dusun 3 peduli akan kesehatan. Awalnya senam sehat di desa sukamanah telah dilaksanakan dengan cakupan seDesa Sukamanah, namun karena adanya beberapa hal senam sehat ini menjadi terhenti. Maka dari itu, KKN UPI Kampus Tasikmalaya 2014 berinisiatif untuk menghidupkan kembali kesadaran masyarakat akan kepedulian terhadap kesehatan melalui senam sehat. Selain diadakannya Senam Sehat di Kampung Nyantong peserta KKN juga keliling ke Kampung Samende RT 01 RW 01 dan
Sindangsono Tonggoh RT 03 dan 04 RW 01. Antusias dari Kampung yang kami datangi ini sangat baik, hal tersebut ditandai dengan adanya permintaan dari ibu-ibu untuk mengadakan kembali senam sehat di kampungnya. Berhubung KKN UPI Kampus Tasikmalaya dibatasi oleh waktu hanya 45 hari, sebagai kenang-kenangan mahasiswa KKN memberikan video senam sehat dalam bentuk CD kepada ibu-ibu kader agar senam sehat tersebut tetap berjalan meskipun KKN UPI Kampus Tasikmalaya telah berakhir. Dari kegiatan KKN UPI Kampus Tasikmalaya telah membentuk Posdaya di Desa Sukamanah Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya. Penyuluhan dan pembuatan hasta karya Mahasiswa KKN UPI Bandung dalam kegiatan pengabdiannya di Desa Sukamanah juga menggelar penyuluhan dan pembuatan hasta karya untuk melatih keterampilan kaum ibu. Desa Sukamanah yang terdiri dari 3 dusun dan beberapa RW di setiap dusunnya ini, pada umumnya masyarakat bekerja sebagai petani, peternak ayam dan bebek. Ada beberapa wargan lainya bekerja sebagai wirausaha. Sebagian ibu-ibunya pun ikut membantu bapakbapaknya bekerja di sawah. Selebihnya, waktu luang yang ada mereka gunakan untuk mengobrol dan beristirahat di rumah sambil menunggu anaknya pulang sekolah. Karena usia ibu-ibu tersebut masih sangat muda dan termasuk ke dalam usia produktif, maka perlu diberikan pengetahuan dan keterampilan agar bisa menutupi tingkat pendidikan yang sebagian besar masih sangat rendah. Ibu-ibu di desa Sukamanah ini kebanyakan usia muda dan tidak bekerja, sehingga mereka perlu dilatih untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam pembuatan hasta karya. Hasta karya yang dilatihkan pada ibuibu tersebut berupa pelatihan menghias toples dari kain flanel. Dengan dimilikinya keterampilan tersebut maka waktu yang dimiliki menjadi bermanfaat, bahkan dapat membantu meningkatkan ekonomi keluarga. Peserta pelatihan sangat antusias saat diberikan materi teori bahan, alat-alat yang digunakan untuk menghias toples dari kain flanel, hal ini terlihat dari terjadi diskusi antara tim KKN dengan peserta. Adapun praktek yang dilakukan adalah menghias toples dengan kain
flannel secara berkelompok. Para peserta secara berkelompok dan bekerjasama menghias toples sesuai dengan kreasi mereka masing-masing. Mereka membagi-bagi tugas dalam proses pembuatannya. Ada yang membuat pola, menggunting kain, dan menempelkan hiasan pada toples. Diharapkan dari kegiatan pelatihan bisa menjadi bekal kaum ibu muda desa ini untuk mengembangkan lebih jauh menjadi kegiatan usaha ekonomi produktif yang penting membantu pendapatan ekonomi keluarganya. posdayasukamanah.blogspot.co.id/HARI
Mahasiswa KKN Tematik Posdaya UPI Bandung mengadakan berbagai kegiatan dalam tugas pengabdiannya di Posyandu Camar, di antaranya dengan melakukan kegiatan senam keluarga.
POSDAYA KITA Lingkaran kecil, lingkaran kecil, lingkaran kecil. Lingkaran kecil, lingkaran kecil, lingkaran besar. Ada Posyandu, ada BKB, ada PAUD-nya Ada Koperasi, ada BKL, Kebun Bergizi Posdaya, Posdaya, Posdaya milik kita Posdaya, Posdaya, Keluarga Sejahtera.
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
21
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Mahasiswa KKN Tematik Posdaya UMP
Kembangkan Budidaya Lele Metode Bioflok Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP) kini kembali ke kampus. Selama kurang lebih 40 hari mereka berada di desa melaksanakan KKN. Yang menggembirakan, karya-karya para mahasiswa di lokasi KKN telah mampu meninggalkan pengetahuan cara budidaya ikan lele dengan sistim bioflok yang kini dikembangkan masyarakat.
1 - Rektor UM Palembang saat bersilahturahmi di di Halaman Masjid Walimah Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir. [FOTO-FOTO: HARI]
S
ANGAT membanggakan. Demikian kesan pada momen serah terima mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya Angkatan X Tahun 2016 dari Walikota Palembang H Harnojoyo, SSos, kepada Rektor Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP) Dr Abid Djazuli, SE, MM. Kegiatan KKN Posdaya Universitas Muhammadiyah Palembang ini bersama dengan kegiatan Gotong Royong Bersama Masyarakat Kelurahan Sukodadi Kecamatan Sukarame Menuju Palembang EMAS Tahun 2018. Hadir dalam kegiatan tersebut antara lain, unsur pemerintahan Kota Palembang, jajaran Direksi Bank SumSelBaBel, Wakil Rektor, dan Dekan di lingkungan Universitas Muhammadiyah Palembang. Pada kegiatan serah terima yang berlangsung di Kelurahan Sukodadi Kecamatan Sukarame Palembang (28/2/2016) itu, Rektor UMP berpesan kepada pemerintah dan masyarakat setempat agar Posdaya yang sudah terbentuk dapat terus ditingkatkan agar semakin bermanfaat untuk meningkatkan kesejah22
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
teraan masyarakat. “Semoga Pemerinyah Kota Palembang dapat terus meningkatkan pembinaan Posdaya yang sudah terbentuk di Kota Palembang dan kerjasama dengan Pemkot Palembang terkait pembinaan masyarakat juga dapat terus ditingkatkan,” pesan sekaligus pinta Rektor Universitas Muhammadiyah Palembang. Sementara Walikota Palembang H Harnojoyo,SSos mengatakan, kegiatan KKN dan gotong royong ini dilaksanakan untuk kemajuan Kota Palembang, dan pemerintah membutuhkan partisipasi dan peran masyarakat. “Kami memberi appresiasi kepada mahasiswa KKN Universitas Muhammadiyah Palembang, karena ikut terus berpatisipasi dalam kegiatan Pemkot selama menjalani KKN dan semoga kegiatan ini dapat terus di tingkatkan”, ujarnya. Selain itu, kepada Bank SumselBabel, Walikota Palembang meminta agar Bank Sumsel Babel siap mensuport kegiatan Pemkot Palembang terutama dalam rangka menyukseskan Palembang EMAS 2018. Selain di Kota Palembang, Rektor Universi-
tas Muhammadiyah Palembang juga bersilaturahmi dengan Pemerintah dan masyarakat Tanjung Batu dalam kegiatan KKN Tematik Posdaya Angkatan X Tahun 2016. “Kami merasa bersyukur karena saya dapat bersilaturahmi dengan masyarakat tanah kelahiran saya, dan semoga jalinan kerjasama antara Universitas Muhammadiyah Palembang dengan Pemerintah Kecamatan Tanjung Batu dapat membawa angin segar dalam masyarakat Desa di Kecamatan Tanjung Batu,” tandas Abid. Bertempat di Halaman Masjid Walimah Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir (24/2), kegiatan tersebut diisi dengan Penyuluhan Bahaya Narkoba dari BNN Provinsi Sumatera Selatan, Lomba Pangan dan Non Pangan, dan Pelatihan Peternakan Ikan Lele menggunakan Metode Bioflok serta Cek Kesehatan Gratis. Hadir dalam silaturahim tersebut jajaran Pemerintah Kecamatan Tanjung Batu, Kapolsek dan Kodim Tanjung Batu serta masyarakat Kecamatan Tanjung Batu. Camat Tanjung Batu Azhari Adan menyampaikan ucapan terima kasihnya atas kegiatan KKN di Kecamatan Tanjung Batu. “Kegiatan KKN Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Palembang telah memberikan dampak perubahan pada masyarakat di seluruh Desa Tanjung Batu. Untuk itu kami mengharapkan selanjutnya mampu terjalin kerjasama yang baik dan progresif antara Pemerintah Kecamatan Tanjung Batu dengan Universitas Muhammadiyah Palembang,” katanya. Kegiatan Pelatihan Ketua LPM Universitas Muhammadiyah Palembang Ir Alhananasir, MSi mengungkapkan, Universitas Muhammadiyah Palembang baru saja menarik kembali mahasiswa KKN Tematik Posdaya dari berbagai daerah (Kota Palembang, Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Ogan Ilir). “Dalam kegiatan KKN, mahasiswa memberikan pelatihan pada masyarakat desa. Pelatihan itu di antaranya, budidaya ikan dengan menggunakan metode bioflok. Sistem budidaya ikan tanpa mengganti air hingga
10 kali panen,” paparnya. Sistem bioflok merupakan teknologi yang memiliki proses self-nutrification dalam budidaya air dengan nol pertukaran air. Sistem Bioflok sebenarnya dikembangkan untuk meningkatkan pengendalian lingkungan supaya lebih produksi pada tempat-tempat yang memang memiliki permasalahan untuk mendapatkan air dan keterbatasan lahan, sehingga penerapannya akan lebih efektif. Dengan penerapan sistem bioflok ini terlihat adanya insentif ekonomi yang kuat untuk aquabisnis dengan input produksi terutama yang paling mahal (pakan) dan paling membatasi (air dan tanah). Sistem bioflok juga dikembangkan untuk mencegah penyakit yang masuk ke dalam kolam atau peternakan baik yang dibawa bibit ikan maupun air yang masuk. Pada dasarnya pemeliharaan ikan memerlukan sistem yang mampu mengolah limbah organik sisa pakan
Mahasiswa KKN UM Palembang siap-siap menuju lokasi KKN menerapkan ilmu yang diterimanya di masyarakat pedesaan.
Budidaya lele sistem bioflok ini menjadi salah satu solusi bagi masyarakat yang ingin membudidayakan lele namun terkendala pada keterbatasan lahan dan air.
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
23
Penerapan sistem bioflok ini terlihat adanya insentif ekonomi yang kuat untuk aquabisnis dengan input produksi terutama yang paling mahal (pakan) dan paling membatasi (air dan tanah).
24
agar tidak menjadi racun bagi ikan yang dipelihara, dan bioflok merupakan salah satu sistem yang dirancang untuk mengolah limbah organik di dalam kolam dengan memanfaatkan bakteri heterotrofik. Menurutnya, cara budidaya lele sistem bioflok ini menjadi salah satu solusi bagi masyarakat yang ingin membudidayakan lele namun terkendala pada keterbatasan lahan dan air, karena budidaya dengan sistem bioflok bisa diterapkan dengan menggunakan tong-tong maupun kolam-kolam terpal. “Kebetulan di UMP ada jurusan perikanan. Sehingga bisa mempraktekkan ilmunya untuk budidaya ikan dengan sitem bioflok,” tuturnya. Alhanan menambahkan, budidaya ikan lele sistem bioflok dilakukan dengan menumbuhkan mikroorganisme yang berfungsi mengolah limbah budidaya itu sendiri menjadi gumpalan-gumpalan kecil (floc) yang justru bermanfaat sebagai makanan alami ikan. Pertumbuhan mikroorganisme dipicu dengan cara memberikan kultur bakteri nonpathogen (probiotik) berupa minyak dari tepung ikan yang difermentasi dan molase (tetes tebu) ke dalam kolam.
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
Kemudian, ujar dia, setelah beberapa hari dan muncul jentikjentik mikroorganisme baru ditebarlah benih ikan lele ukuran sekitar 7-10 cm. Jika keasaman kolam meningkat dinetralisir dengan garam dan kapur karena pada sistem ini air yang berkualitas diutamakan. Dalam waktu 45 hari, lele yang sudah berbobot enam-sembilan ekor per kg tersebut siap panen. Alhanan menambahkan, beberapa kelompok peserta pelatihan sudah mencoba memesan peralatan untuk budidaya ikan lele dengan sistem bioflok itu. Alat-alat yang diperlukan antara lain, pipa paralon, perlak, rangka besi, pasir, semen, batu bata, cat dan terpal. Untuk itu, ujar Alhanan, perlu adanya support dari mitra perbankan yang ada di Sumatera Selatan. Perkiraan satu set harga untuk peralatan, ada yang Rp 1,2 juta, Rp 1,5 juta. “Jika komplit dengan benih ikannya nggak sampai Rp 5 juta-an,” jelas Alhanan. Lebih lanjut Alhanan menuturkan, dari hasil panen modal bisa kembali. Karena kolam biasa hanya bisa menampung 2000-3000 ekor saja tetapi dengan sistim bioflok dapat memuat 5000 ekor ikan lele. Agar tidak saling memakan, maka ikan yang besar dimasukkan terlebih dulu. Sedangkan ikan yang masih kecil dipisah untuk dibesarkan sebelum dimasukkan ke dalam kolam bioflok. Karena, ikan yang lebih kecil biasa sering menjadi makanan bagi ikan-ikan besar. Alhanan juga mengungkapkan, selain pelatihan budidaya ikan, dilaksanakan juga kegiatan penanaman bawang dengan menggunakan polybag yang mudah ditempatkan di lahan sempit, seperti halaman rumah maupun lahan pekarangan yang terbatas. HARI
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
IKIP PGRI Madiun Kirim Mahasiswa Unggul
Jadi Penggerak Pemberdayaan Desa Ada yang menarik dari persiapan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) PGRI Madiun, Jawa Timur, yang akan menerjunkan kembali para mahasiswanya ke desa belum lama ini. Pasalnya, sebanyak 400 mahasiswa yang berangkat semuanya mahasiswa unggul dengan Indeks Prestasi Kumultif (IPK) di atas 3. Dengan harapan, mereka terbiasa terjun di masyarakat sehingga mampu menjadi penggerak pemberdayaan desa. Mereka akan dikirim secara bergelombang untuk 12 desa tujuan pendirian Posdaya yang tersebar di sejumlah kabupaten/kota di Jawa Timur, seperti, Kota Madiun, Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan dan Kabupaten Ngawi.
Perintis Posdaya Prof Dr Haryono Suyono tengah memberikan pembekalan mahasiswa KKN Tematik IKIP PGRI Madiun. [FOTO-FOTO: HARI]
P
ERGURUAN tinggi mempunyai peran penting dalam upaya pengentasan kemiskinan. Sebagai wujud pengabdian kepada masyarakat, utamanya dalam peningkatan derajat kesejahteraan masyarakat khususnya keluarga-keluarga miskin di daerah pedesaan dan daerah tertinggal, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) PGRI Madiun, Jatim, mengirim ratusan mahasiswa berkategori khusus untuk melakukan program kuliah kerja nyata (KKN) ke dua kabupaten dan satu kota. “Kami telah siap menerjunkan 400 mahasiswa, yang kami pilih mahasiswa unggul dengan IPK (Indeks Prestasi Komulatif) di atas 3, rekomendari Kaprodi (Kepala Program Pendidikan) dan aktif di Orgamawa (organisasi kemahasiswaan), sehingga mereka terbiasa terjun di masyarakat,“ kata Ketua LPPM IKIP PGRI Madiun Dra Fida Chasanatun, MPd. Fida demikian akrab disapa menjelaskan, empat ratus mahasiswa unggul tersebut akan
dikirim secara bergelombang untuk 12 desa tujuan pendirian Posdaya, yang tersebar di sekitar Kota Madiun, Kabupaten Madiun, Magetan dan Ngawi, Jawa Timur. Di desa, lanjut Fida, mereka akan membuat Posdaya-Posdaya Rintisan. Setelah nantinya Posdaya Rintisan tersebut terbentuk, selanjutnya akan dilakukan penguatan-penguatan. Diharapkan, mahasiswa KKN Tematik IKIP PGRI Madiun juga bisa bersinergi dan berkolaborasi dengan siswa-siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Yosonegoro Magetan. Seperti diketaui, saat kunjungan Prof Dr Haryono Suyono ke SMK Yosonegoro Magetan beberapa waktu lalu, memesan alat pengrajang singkong sehingga menjadi bahan kripik singkong. Jika pesanan alat tersebut sudah jadi bisa diberikan kepada keluarga-keluarga miskin agar mereka dapat memanfaatkannya membuat kripik singkong. “Kami akan menggandeng SMK-SMK, kegiatan akan dilakukan setelah Posdaya Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
25
Prof Dr Haryono Suyono secara simbolis memakaikan topi pada salah satu pesreta KKN Tematik Posdaya IKIP PGRI Madiun.
Rektor IKIP PGRI MadiunDr Parji, MPd saat menyampaikan sambutan.
26
rintisan-rintisan itu terwujud,” terangnya. Sesuai dengan posisinya sebagai sekolah kejuruan, SMK mempunyai berbagai potensi ketrampilan, termasuk membuat alat-alat keperluan produksi rumah tangga, adi busana, tata boga dan sebagainya. Sehingga tidak saja alatalat hasil produksi rumah tangganya yang perlu dikolaborasikan dalam satu kemitraan, tetapi juga adi busana ini yang bisa dikerjasamakan dengan para penjahit untuk menggelar pelatihan ketrampilan menjahit yang mengajak keluarga miskin sebagai pesertanya. “Dengan mengikutkan keluarga miskin, maka mendorong keluarga miskin bisa naik kelas. Pasalnya, kalau peserta hanya keluarga kaya maka yang kaya semakin kaya dan keluarga miskin semakin miskin serta semakin tertinggal,” ujarnya. Sesuai arahan Prof Haryono Suyono yang juga penggagas program Posdaya, lanjut Fida, dalam setiap kegiatan pemberdayaan pembangunan, keluarga miskin harus disertakan. Sehingga sesuai dengan tujuan Posdaya sebagai
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
gerakan pengentasan kemiskinan. Beberapa waktu lalu, IKIP PGRI Madiun yang dipimpin oleh Rektornya, Dr Parji, MPd, mengadakan pertemuan dengan beberapa wakil perguruan tinggi di daerah Madiun dan sekitarnya serta para Kepala SMK dari wilayah yang sama. Pada pertemuan itu digelar dialog dengan para peserta guna membahas kemungkinan perpaduan antara gerakan mahasiswa semester ke tujuh dan ke delapan dari berbagai perguruan tinggi dengan praktek siswa SMK di pedesaan. Para mahasiswa diharapkan tinggal di desa selama sekitar satu setengah bulan dan dalam kegiatan berdialog dan bekerja dengan komunitas di pedesaan menggandeng para guru dan siswa SMK terdekat. Rektor meminta agar mahasiswa dan masyarakat bekerja sama mengembangkan suatu pendidikan terbuka dengan keluarga prasejahtera yang didampingi rekan keluarga lainnya. Dalam suasana sejuk penuh keakraban itu guru SMK mengajak anak didiknya mengembangkan praktek pembuatan alat produksi untuk industri di desa. Rakyat desa ikut belajar membuat alat industri itu. “Dengan berjalannya waktu maka keluarga desa juga akan sama mahirnya dengan anak didik siswa SMK yang sedang berlatih. Para mahasiswa dapat ikut membantu guru SMK melatih rakyat desa dan sekaligus memberi contoh-contoh konkrit belajar menurut sistem yang teratur,” ajak Rektor. Ajakan Rektor itu diperjelas dengan uraian panjang lebar tentang masalah yang dihadapi masyarakat desa di Indonesia. Sekaligus diberikan secara rinci upaya membentuk dan mengembangkan Posdaya secara mandiri sehingga rakyat dan keluarga yang bersatu dan terpadu membangun di desa dapat mengadakan berbagai kegiatan secara mandiri. “Secara bersama-sama keluarga desa bisa mengadakan pemetaan keluarga dan memilah keluarga mampu dan keluarga prasejahtera. Dalam pertemuan keluarga yang diadakan sekali atau lebih setiap bulan, semua keluarga desa memperbincangkan keadaaan dalam lingkungan Posdaya,” tuturnya. Secara bertahap, lanjut Dr Parji, MPd, melalui sistem gotong royong dapat diselesaikan masalah yang
mereka hadapi secara sistematis. “Keluarga kaya dapat bersama-sama mengumpulkan bantuan untuk rekanrekannya yang masih memerlukan dorongan untuk maju,” katanya. Kesepakatan dengan para Kepala SMK itu akan menghasilkan sinergi yang sangat menarik. Para mahasiswa yang mengadakan KKN ke desa setelah mengembangkan peta keluarga, biasanya mengetahui keadaan keluarga yang belum beruntung, atau biasa disebut sebagai keluarga prasejahtera. Melalui kerukunan di antara para keluarga lainnya, keluarga prasejahtera diberikan dukungan pemberdayaan. Dalam proses pemberdayaan itu keluarga prasejahtera mendapatkan pelatihan ketrampilan. Untuk pelatihan ketrampilan itu maka para guru dan siswa SMK diberi kesempatan ikut memberi pelatihan kepada rakyat di desa. Keluarga prasejahtera diberi kesempatan bergabung dengan siswa SMK yang sedang berlatih praktek di desa. Kalau pelajar SMK berlatih dengan kecepatan tinggi, maka mahasiswa ikut membantu rakyat biasa yang mungkin kalah cepat dibanding pelajar SMK yang masih muda. Keluarga desa akan mendapat dukungan dari mahasiswa mengadakan pelatihan ulang atau mengulang pelatihan yang diikutinya. Rektor IKIP PGRI Madiun dan Ketua LPPM yang telah menjalin kerja sama dengan Yayasan Damandiri berkeyakinan bahwa keterpaduan KKN mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di daerah Kabupaten Madiun, Magetan dan Ngawi serta Kota Madiun itu, melalui dukungan pemerintah kabupaten dan kota serta aparatnya, akan memperoleh kemudahan untuk meningkatkan nilai IPM di masing-masing daerahnya. “Sekaligus akan mampu mempertahankan nilai Ecological Footprint atau kelestarian lingkungan yang dalam strategi pembanguan global dewasa ini harus dipertahankan untuk tetap saling mendukung dalam keadaan makin baik dan lestari,” tuturnya. Baik Rektor maupun Ketua LPPM IKIP PGRI Madiun berkeyakinan, pemerintah daerah masing-masing yang sebagian telah membentuk
Posdaya di daerahnya akan memberikan dukungan program dan kegiatan yang sangat berguna untuk mendorong kemajuan melalui berbagai upaya pengentasan kemiskinan dan dorongan pengembangan kesehatan, pendidikan dan pelatihan ketrampilan yang mendorong kemajuan pencari kerja dan wirausaha bagi keluarga prasejahtera. HARI
Ratusan peserta KKN Tematik Posdaya IKIP PGRI Madiun tanpak serius mengikuti pembekalan yang disampaikan narasumber.
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
27
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
P2SDM IPB Gelar Pelatihan
Pembuatan Kemasan Produk Wirausaha Posdaya Produk yang dihasilkan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) binaan Institut Pertanian Bogor (IPB) Bogor, Jawa Barat, harus tampil lebih baik, sehingga mampu bersaing dengan produk luar. Daya tarik kemasan pun perlu ditingkatkan. Sebagai mitra, Pusat Pengembangan Sumberdaya Manusia (P2SDM) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB berkewajiban mendampingi, membina dan memberikan pengetahuan serta pelatihan cara membuat kemasan produk yang menarik dan baik.
Penggagas Posdaya mengamati kemasan sebuah produk hasil usaha ekonomi produktif di acara Pasar Tugu yang digelar P2SDM IPB Bogor, Jabar. [FOTO-FOTO: DOK]
28
Jadi, belum bisa dipastikan bahwa produk yang memiliki kualitas baik akan mempunyai banyak permintaan, kecuali jika para konsumen memang benarbenar membutuhkannya. Kemasan produk juga sangat perlu dipikirkan sebagai salah satu bagian dari strategi pemasaran. Untuk mendukung pemsaran hasil produk usaha ekonomi kretaif dari kelompok wirausaha Posdaya yang selama ini dibina dan didampingi, belum lama ini P2SDM LPPM IPB menyelenggarakan pelatihan pembuatan kemasan. Kegiatan tersebut diselengggarakan selama dua hari, 29-30 Januari 2016 lalu. ANYAK para pelaku pengusaha berKegiatan yang bertempat di Kampus IPB pikir bahwa kualitas sebuah produk Baranangsiang Bogor ini, diikuti oleh sekira serta strategi cara pemasaran produk 40 kader Posdaya yang berasal dari tiga kabujauh lebih penting untuk meningkat- paten/kota, seperti Kabupaten dan Kota kan penjualan. Padahal, tampilan kemasan sa- Bogor, serta Cianjur. ngat penting. Pasalnya, kemasan dalam setiap Pada kegiatan pelatihan tersebut, Kepala produk merupakan salah satu unsur penting P2SDM LPPM IPB, Dr Pudji Muljono menyamyang mempengaruhi banyaknya perminta- paikan, pelatihan ini difokuskan untuk proan konsumen dan banyaknya penjualan duk-produk pengolahan pangan dan kerajinan terhadap produk UKM. berbasis potensi di Posdaya. Antara kualitas produk, pelayanan, keSementara ini, lanjut Pudji demikian akrab masan produk dan juga strategi pemasaran itu disapa, produk yang dihasilkan oleh Posdaya sangat mempengaruhi penjualan produk yang binaan IPB masih kalah bersaing dengan prosemuanya itu saling berkaitan. Semuanya saling duk luar, terutama dari daya tarik kemasanmendukung antara yang satu dengan lainnya. nya. “Untuk itu, P2SDM LPPM IPB sebagai
B
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
mitra berkewajiban mendampingi, membina dan memberikan pengetahuan cara membuat kemasan produk yang menarik dan baik,” ujarnya. Sementara itu, Ketua Pelaksana, Ir Yannefri Bachtiar, MSi mengatakan, pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan penjualan dari produk yang dihasilkan oleh Posdaya. “Dengan bentuk kemasan yang menarik konsumen, otomatis daya beli akan meningkat dan keuntungan akan lebih banyak didapat,” ujarnya. Pelatihan berlangsung menarik. Seluruh peserta begitu antusias mengikuti setiap materi yang disampaikan dan dipraktekkannya. Salah satu peserta, Suherti dari Posdaya Cemara, Bondongan, Kota Bogor mengatakan dengan mengikuti pelatihan ini, ia berharap dapat menambah pengetahuan tentang pembuatan kemasan produk yang menarik. “Ilmu yang didapat akan saya tularkan kepada anggota Posdaya,” ujarnya. Tampil sebagai narasumber pelatihan, Hendra Gautama Putra dari Rumah Kemasan Atama Pack Bandung menjelaskan, desain kemasan produk harus semenarik mungkin bagi konsumen. Menurutnya, yang harus diperhatikan bagi produsen dalam pembuatan kemasan di antaranya adalah harus mencantumkan informasi bahan produk, informasi perijinan dari Dinas Kesehatan, dan label halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Dalam membuat kemasan produk diperlukan sebuah keahlian dalam memadukan produk dengan desain kemasan produk yang dibuat, proses cetak dan juga finishing serta proses pembuatan pada mesin pengemas. Bentuk, warna, ukuran serta informasi lengkap yang dicantumkan dalam kemasan produk juga menimbulkan daya tarik yang luar biasa. Selain itu, penampilan gambar juga sekitar 75 persen sangat mempengaruhi keputusan para konsumen untuk membeli produk tersebut. Maka, kemasan produk sangatlah menentukan ketertarikan kon-
Kripik ubi jalar makin menarik setelah dikemas secara apik.
sumen terhadap suatu produk. Cetakan yang terdapat dalam kemasan produk harus tertulis, bisa dibaca dan terlihat dengan jelas jenis produknya, nama produsen, berat produk, cara penggunaan, pengedarnya di Indonesia dan tanda-tanda lainnya. Sebagai brand image, maka secara tidak langsung suatu kemasan produk harus bisa menjual dirinya sendiri, mampu berkomunikasi dengan baik dan juga menjadi iklan atau promosi terselubung yang gratis saat berada di etalase atau saat di distribusikan. “Oleh sebab itu buatlah desain kemasan produk semenarik mungkin,” ujarnya. Dengan kemasan produk yang menarik dan unik juga bisa membentuk image atau citra sebuah produk. Untuk itulah, penting bagi para pelaku bisnis mengetahui peranan penting suatu kemasan produk dan dapat menerapkannya dalam bisnis yang dijalankan. HARI
Pelatihan pembuatan kemasan produk wirausaha Posdaya yang digelar P2SDM IPB Bogor, Jabar.
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
29
POSDAYA PEMERINTAH
Melalui KKN Tematik Posdaya
Mahasiswa Belajar di Masyarakat dan Ikuti Jejak Para Pemimpin Kepala daerah sangat berharap dengan turunnya mahasiswa melakukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) ke pedesaan bisa belajar dari masyarakat, sekaligus mengambil makna penting kehidupan nyata masyarakat desa. Melalui KKN Tematik Posdaya ini juga menjadi proses pembelajaran bagi para mahasiswa sebagai pemimpin di masyarakat.
Walikota Madiun H Bambang Irianto, SH, MM saat memberikan sambutan. [FOTO-FOTO: HARI]
30
W
ALIKOTA Madiun, H Bambang Irianto, SH, MM berharap mahasiswa belajar di masyarakat dan mengikuti jejak para pemimpin. Harapan itu disampaikan saat memberi kata sambutannya pada kegiatan pelepasan 400 mahasiswa peserta kuliah kerja nyata (KKN) Tematik Posdaya IKIP PGRI Madiun. “Saya mengajak para mahasiswa yang melakukan Kuliah Kerja Nyata di Kota Madiun dapat membantu masyarakat. Mahasiswa adalah mahasiswa yang memiliki ilmu pendidikan dan mahasiswa merupakan bagian dari solusi. Untuk itu mahasiswa harus tetap belajar,” ujarnya. Menurut Walikota bahwa yang diajarkan Islam pertama adalah Ikro, bacalah, artinya belajarlah kepada orang-orang yang telah berhasil.
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
Walikota Madiun, H Bambang Irianto mengungkapkan, banyak tokoh dari Madiun yang berhasil seperti Pakde Karwo (Dr H Soekarwo – Gubernur Jawa Timur) dan tokoh lainnya yang berhasil. “Kita harus punya jiwa dan semangat. Pakde Karwo ngambil Jurusan Hukum ketika kuliah, saya mengambil jurusan ekonomi dan menjadi pengusaha tetapi sekarang menjadi Walikota. Semua itu berkat kerja keras dan cerdas. Untuk menjadi Walikota itu tidak ada di pikirannya karena dirinya adalah seorang pengusaha,” katanya. Untuk itu, dia berharap kepada para mahasiswa untuk terus belajar baik dikampus maupun di tengah masyarakat melalui KKN yang dilaksanakan hari ini sehingga menjadi kebanggaan bukan saja orang tua tetapi juga masyarakat dan bangsa. “Hal itu kami sampaikan karena mahasiswa
adalah calon pengganti saya, pengganti tokoh-tokoh bangsa dan lainnya. Kita harus punya prinsip hari ini lebih baik dari pada hari kemarin dan besuk lebih baik dari hari ini,” ujarnya sebelum melepas peserta KKN Tematik Posdaya di Kampus IKIP Kota Madiun. Senada dengan Walikota Madiun, Wakil Bupati Madiun, Drs H Iswanto MSi yang turut hadir menambahkan bahwa adanya KKN Tematik Posdaya pihaknya sangat terbantu karena KKN Tematik Posdaya ini adalah dalam upaya untuk memberdayakan masyarakat melalui kelompok-kelompok dalam rangka berusaha. “Dengan usaha itu diharapkan rakyat desa akan mampu berusaha secara ekonomi. Di Kabupaten Madiun ada sentuhan dalam rangka membantu mereka karena KKN ini memang menyentuh masyarakat miskin yang perlu untuk diberdayakan,” tuturnya. Masalah data kemiskinan di Madiun diakui sering berubah-ubah tidak bisa dipastikan tetapi yang tadinya berjumlah 15.000 data yang baru menunjukkan tinggal 2.500. Bisa turun secara drastis seperti itu di antaranya adanya penanganan rumah tidak layak huni dan ini adalah sangat mendasar karena menyangkut kesehatan. “Dalam menangani hal itu kami menggelontor dengan dana lewat kerjasama dengan TNI dalam rangka penanganan rumah tidak layak huni yang anggaran disiapkan setiap tahun antara Rp 2,- Rp 3 milyar,” ujarnya. Ke depan, lanjut Wakil Bupati Iswanto, masih konsisten untuk menuntaskan rumah yang tidak layak huni. Berkaitannya dengan Posdaya, lanjut Iswanto, semua perguruan tinggi yang ada di Madiun sudah menjalankan Tematik dalam artian membentuk kelompok-kelompok untuk memberdayakan
Wakil Bupati Madiun Drs H Iswanto, MSi secara simbolis memakaikan topi pada salah satu mahasiswa peserta KKN Tematik Posdaya.
masyarakat, yang sudah ada ditingkatkan yang belum ada dibentuk. “Alhamdulillah, berkaitannya dengan Posdaya ini, semua perguruan tinggi yang ada di Madiun sudah menjalankan Tematik dalam artian membentuk kelompok-kelompok untuk memberdayakan masyarakat, yang sudah ada ditingkatkan, yang belum ada segera dibentuk,” ujarnya. Baik Walikota maupun Bupati Madiun mengucapkan terima kasih atas perhatian masyarakat luas, seperti Yayasan Damandiri dan mitranya, IKIP PGRI Madiun yang membantu pembangunan mengentaskan kemiskinan di wilayahnya. HARI
Drs H Iswanto MSi bersama Dr Parji, MPd saat diwawancarai TV lokal Jatim usai pelepasan mahasiswa KKN Tematika Posdaya.
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
31
POSDAYA LEMBAGA KEUANGAN
Warung Online Posdaya Majukan Masyarakat Desa Pemanfaatan media internet menjadi sebagai solusi penyebarluasan informasi dan pemasaran produk Posdaya. Hal ini seiring dengan perkembangan kemajuan dunia maya menjadi peluang untuk memasarkan berbagai produk usaha kreatif kepada masyarakat secara lebih dan jangkauan yang sangat jauh hingga pangsa pasar luar negeri.
Perintis Posdaya Prof Dr Haryono Suyono didamping Dr Mazwar Noerdin bergambar bersama dengan para pelaku UKM yang tergabung dalam Komunitas Online mitra Posdaya usai mengisi siaran di Radio DFM 103.4 Jakarta. [FOTO-FOTO: HARI]
M
UDAH, praktis, simple, efektif, murah, cepat dan menguntungkan bagi pengenalam produk. Itulah model pemasaran secara online. Media sosial (medsos) bukan saja menjadi media strategis dalam membangun jejaring pertemanan tetapi juga akses penting untuk memasarkan berbagai produk secara kreatif pada lingkungan yang lebih luas dan jangkauan yang sangat jauh sekalipun bisa antara Negara bahkan antar benua. Melalui medsos, kini banyak pelaku usaha memasarkan produk dagangannya secara online. Dalam kegiatan pemasaran hasil usaha ekonomi produktif kelompok-kelompok yang tergabung dalam pos-pos pemberdayaan keluarga (Posdaya), pertama kali diperkenalkan oleh P2SDM IPB Bogor yang merupakan salah satu mitra kerja Yayasan Damandiri. Dalam suatu kesempatan Bazaar Posdaya, Ir Yannefri Bachtiar, MSi salah satu aktifis yang kreatif dari P2SDM - IPB Bogor mencoba “menjual” paket-paket produksi dari Posdaya dari berbagai desa dengan nilai Rp100.000, Rp 200.000 dan seterusnya yang terdiri dari makanan kecil buatan anggota Posdaya binaan IPB itu. “Cara membelinya bisa pada peristiwa Bazaar yang diadakan di Alun-alun atau dipesan
32
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
dengan sistem “on-line” melalui nomor Handphone tertentu. Pesanan melalui HP itu ternyata mendapat sambutan yang meriah. Segera setelah acara Bazaar itu berlangsung pesanan lewat HP itu tetap mengalir dan produk yang dipesan itu bisa dikirim dengan baik tanpa mendapat kesulitan yang berarti,” tutur Prof Dr Haryono Suyono yang juga Penggagas Program Posdaya. Pengalaman yang menarik itu, ujar Menko Kesra era Kabinet Pembangunan Pemerintahan Presiden Soeharto ini, memberi inspirasi kemungkinan pengembangan penjualan produkproduk anggota Posdaya dengan sistem online. Maka dalam setiap memenuhi undangan dari perguruan tinggi dari bebrabagi daerah, Prof Haryono selalu mengajak perguruan tinggi memulai usaha onlien akan segera bekerja sama dengan Posdaya di desa-desa guna dijadikan pemasok barang-barang produksi lokal yang akan difoto dengan baik dan diangkat ke sosial media sebagai bahan promosi yang menarik. Menurutnya, kalau ini terjadi maka teknologi akan masuk desa dan produksi dari desa akan merambah ke seluruh tanah air dan tidak mustahil akan merambah ke seluruh dunia. Lebih lanjut Prof Dr Haryono Suyono
menuturkan, pada pertengahan tahun 2015 lalu, di Bogor, diresmikan penggunaan mobil unit pengantar barang untuk melayani Warung-warung Posdaya yang tersebar di sekitar 22 Posdaya di Kota dan Kabupaten Bogor. Mobil pengantar barang itu dioperasikan oleh Koperasi Posdaya Indonesia yang didirikan di Bogor pada pertengahan bulan April satu tahun sebelumnya. Setelah bekerja sama dengan Yayasan Damandiri, Koperasi Posdaya Indonesia itu mengkhususkan diri pada pelayanan barang kebutuhan pokok untuk warung-warung Posdaya yang tersebar desadesa tersebut. Hal serupa terjadi di Yogyakarta, Pacitan dan kemudian menyusul di Kota Padang dan Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat. Warung pusat pelayanan itu disebut sebagai Sentral Kulakan Posdaya atau disingkat dengan nama generik “Senkudaya”. “Perkembangannya Senkudaya itu ada yang maju pesat, ada juga karena sesuatu alasan kurang berjalan dengan lancar, antara lain karena jumlah perkembangan Warung yang lamban dan kegiatan untuk membeli kebutuhan pada Warungnya sendiri kurang disiplin, atau masih ingin membeli pada Warung langganan lamanya,” paparnya. Dengan dioperasikannya mobil unit tersebut, di Bogor, kata Prof Haryono, Ketua Koperasi Posdaya Indonesia yang bernama Warcito, SP, MM berkeyakinan bahwa jumlah Warung Posdaya yang dapat dilayani oleh koperasinya akan bertambah banyak. Warung-warung Posdaya yang banyak itu didirikan oleh anggota Posdaya, utamanya keluarga prasejahtera yang bermitra dengan keluarga yang lebih mampu. Terlebih dahulu, tutur pakar sosiologi dan kependudukan ini menambahkan, keluarga prasejahtera sebelumnya dilatih keterampilan untuk mengelola warung dan berjanji untuk giat menabung apabila nantinya memperoleh kesempatan untuk membuka warung. Setelah mengikuti pelatihan dalam lingkungan Posdaya yang dikelola bersama para mahasiswa IPB, yang mengadakan kuliah kerja nyata tematik posdaya, mereka diberikan kredit Tabur Puja sebanyak-banyaknya Rp 2 juta tanpa agunan, asalkan bisa menunjukkan kerjasama tanggung renteng sesama anggota Posdaya. Penggagas Posdaya ini pun memberi gambaran, di Bantul kemajuan
Senkudayanya cukup lumayan dan jumlah Warung Posdaya yang dilayani oleh Senkudaya juga cukup lumayan banyak, sehingga omsetnya cukup memadai untuk bisa membayar biaya operasional dan memberikan pembagian keuntungan “relatif lebih dulu” kepada anggota koperasi “warungnya” seperti dijanjikan oleh gerakan koperasi. Namun, Senkudaya di Pacitan kurang berjalan lancar, sehingga perlu dilakukan konsolidasi dan ditata ulang agar bisa melayani jumlah warung yang lebih banyak dan Senkudayanya tidak berubah menjadi warung eceran yang melayani pembeli pada tingkat warung Senkudayanya di tingkat pusat di kota Pacitan. Ditambahkan, di Kota Padang, Senkudaya yang dikelola dalam lingkungan masjid relatif maju pesat dan memiliki langganan warung yang jumlahnya relatif banyak, sehingga penjualan pada tingkat pelayanan di warung dan di pusat Senkudaya memadai serta seimbang. Dalam penuturannya, Prof Hayono mengatakan, pengalaman pemasaran melalui sisteim online yang menarik itu memberi inspirasi kemungkinan pengembangan penjualan produk-produk anggota Posdaya dengan sistem on-line. “Pengalaman yang menarik itu memberi inspirasi kemungkinan pengembangan penjualan produk-produk anggota Posdaya dengan sistem on-line,” tukasnya. Niken Profesor Haryono dalam berbagai kegiatannya acap kali menyebut satu nama pelaku usaha online, yang tak lain adalah menantu mantan Wakil Presiden Sudharmono. Diberbagai kesempatan melepas para mahasiswa untuk ke-
Dengan motor box sangat efektif dan efisien dalam memberikan pelayanan bagi konsumen maupun mitra pelanggan Sentra Kulakan serta selalu siap mengantar ke warungwarung Posdaya.
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
33
Warung Posdaya menjadi salah satu pemanfaat dari pelayanan sistem online Sentra Kulakan.
34
giatan KKN tematik Posdaya seperti di Madura, di Kediri dan di Cirebon, gagasan tersebut disebarluaskan. Adalah Ibu Niken Indra Dhamayanti Tantyo Adji Sudharmono, yang memiliki pengalaman lebih luas melakukan penjualan produk dengan sistem on-line telah berbicara panjang lebar tentang pengalaman memiliki “pabrik” yang dipasarkan hanya dengan sistem tersebut. Pemilik usaha online “Coklatchic” - Niken Indra Dhamayanti Tantyo Adji Sudharmono menggeluti bisnis roti online berkelas internasional. Menurutnya, mempunyai usaha roti tapi tidak perlu repot setiap hari ke pabrik rotinya. “Mempunyai toko roti tapi tidak pernah buka toko. Karena menjual produknya melalui sistim online,” ujarnya. Produk rotinya dipasarkan hingga ke Washington maupun New York, Amerika Serikat. Usahanya terus berkembang berkat kejeliannya dalam memanfaatkan sistem media sosial (Medsos) sebagai peluang untuk memasarkan produk usahanya. Sebelum era medsos, ia menawarkan produknya melalui website atau lebih tepatnya le-
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
wat blogspot. Dari blogspot terus masuk ke music line. “Untuk itu di era medsos ini kita akan membuat website dan memasukkannya ke dalam facebook. Melalui facebook ini kita bisa berdagang menawarkan produk kita. Melalui medsos ini, dalam berdagang kita tidak perlu ke mana-mana,” ujarnya. Selama ini karena memasarkan produknya melalui medsos menjadikan Niken bisa mendampingi suaminya Tantyo Sudharmono ke mana-mana. Bisa senang-senang tapi toko juga jalan terus. Bisa mendapatkan penghasilan. Bahkan, Rektor Universitas Nusantara PGRI Kediri Dr Sulistyono Msi telah meminta mahasiswa KKN Tematik Posdaya Universitas Nusantara PGRI Kediri tahun 2016 ini memberi tugas membantu pemasaran produk-produk hasil usaha ekonomi produktif masyarakat desa akan dipasarkan secara online. “Kami mohon pada mahasiswa KKN Tematik Posdaya yang berasaldari fakultas teknik sistem informatika maupun teknik informasi untuk memfasilitasi membuatkan programnya. Sehingga produk-produk masyarakat desa tersebut bisa dipasarkan secara online,” paparnya. Arahan penggagas Posdaya yang mengajak kalangan perguruan tinggi baik dosen pendamping lapangan maupun mahasiswa KKN Tematik Posdaya untuk membantu masyarakat desa dengan menggerakan sistem pemasaran online untuk berbagai produk hasil usaha masyarakat desa mendapat respon dan mulai ditindaklanjuti para rektor maupun ketua LPPM/LPM perguruan tinggi. HARI
POSDAYA LEMBAGA KEUANGAN
Kemenkop dan UKM Gelar Pelatihan di Kota Malang
Pelatihan Pra Koperasi bagi Kader Posdaya Sebanyak 30 kader Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) binaan Korwil Jatim II mendapat kesempatan pertama mengikuti kegiatan pelatihan peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) dari KUMK Kemenkop dan UKM, yang digelar di Kota Malang, 21-22 Maret lalu.
Menteri Koperasi dan UMKM Drs Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga memukul gong sebagai tanda dibukanya kegiatan pelatihan. [FOTO-FOTO: DOK]
K
ETUA Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja menyambut baik pelatihan dalam rangka memberikan pengetahuan dan bekal penting bagi para peserta termasuk kader Posdaya dalam upaya membentuk Pra Koperasi ke depan. “Pelatihan ini sangat bermanfaat bagi kader Posdaya yang tergabung dalam kelompokkelompok usaha ekonomi produktif, agar pada saatnya nanti memiliki bekal wirausaha yang baik sehingga bisa membentuk Pra KoperasiPra Koperasi. Makanya pelatihan ini sangat penting,” tutur Subiakto saat menghadiri pelatihan yang bertajuk “Pelatihan Peningkatan Kapasitas SDM Fasilitator” yang dilangsungkan di Hotel Max One, Kota Malang. Dalam pelatihan ini lebih difokuskan pada sistem tanggung renteng di mekanisme kelompok Pra Koperasi maupun koperasi. Pelatihan diikuti 60 orang. Sekitar 30 orang di antaranya kader Posdaya binaan Koorditaor Wilayah Program Posdaya di Jawa Timur yang dalam hal ini diketuai Ketua LPPM Universitas Merdeka (Unmer) Malang dan Ketua LPPM Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang untuk Posdaya berbasis
Masjid-nya. Kegiatan pelatihan dilakukan setelah terlebih dahulu Menteri Koperasi dan UKM Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga membuka Pelatihan Peningkatan Kapasitas SDM KUMK” di gedung Widyaloka Universitas Brawijaya (UB) Malang, Senin (21/3). Sebagai pemandu pelatihan di antaranya dari Learning Center Kopwan SU Setia Budi Wanita Jawa Timur, dengan yang mengakat tema bahasan “Menjadi Pemandu Modul Sistem Tanggung Renteng”. Dalam kegiatan ini, dari Damandiri selain Subikato Tjakrawerdaja, hadir pula Ir Anna Murnijati, MMA, Asisten Deputi Yayasan Damandiri. Dengan kegiatan pelatihan ini Subiakto berharap, nantinya akan memberikan bekal bagi kader-kader yang mempunyai usaha ekonomi produktif untuk nantinya bisa membuat kelompok-kelompok yang untuk selanjutnya membentuk Pra Koperasi-Pra Koperasi. Pra Koperasi adalah bentuk kegiatan dengan berbagai macam persiapan yang secara khusus mengupayakan untuk dapat Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
35
Ketua Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja saling berjabat tangan dengan Menteri Koperasi dan UMKM Drs Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga, dan Koordinator Wilayah Program Posdaya Jatim II Prof Agus Suprapto, PhD turut menyaksikan pertemuan tersebut.
Menteri Koperasi dan UMKM Drs Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga ketika memberikan sambutan pada pembukaan kegiatan Pelatihan Peningkatan Kapasitas SDM KUMK” di gedung Widyaloka Universitas Brawijaya (UB) Malang.
36
mendirikan sebuah koperasi yang berbadan hukum, persiapan pendirian koperasi inilah yang selanjutnya disebut Pra Koperasi. Menteri Koperasi di era Kabinet Pembangunan ini berpendapat dan juga merujuk pandangan Bung Hatta bahwa perwujudan pemberdayaan ini dapat dilakukan dengan membangun sistem koperasi terlebih dahulu, terutama koperasi pedesaan sebagai wadah gerakan ekonomi rakyat untuk memakmurkan keluarga miskin di pedesaan. “Membangun koperasi pedesaan sangat tepat karena, pertama, kemiskinan dan pengaruh globalisasi rentan terhadap rakyat
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
miskin yang sebagian besar hidup di pedesaan. Gerakan pemberdayaan dari, oleh, dan untuk mereka sendiri dilandasi jiwa dan semangat gotong royong yang merupakan nilai dasar Pancasila,” tuturnya. Kedua, dalam badan usaha koperasi, keluarga miskin yang menjadi anggotanya memiliki identitas ganda, yaitu sebagai pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi. Identitas inilah yang membedakan koperasi dengan badan usaha lainnya sehingga koperasi memiliki fungsi pemberdayaan sekaligus perlindungan. Fungsi pemberdayaan usaha dilakukan melalui subsidi silang dan pengambilan risiko bersama (tanggung renteng), sedangkan, fungsi perlindungan melalui jaminan harga dan pasar barang atau jasa kebutuhan anggota. Menurutnya, kedua fungsi tersebut mesti dikelola berdasarkan prinsip-prinsip perusahaan agar menghasilkan nilai tambah, baik yang berdimensi ekonomi maupun sosial. Pada gilirannya koperasi akan bermanfaat besar bagi anggotanya untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan secara mandiri dan berkelanjutan. Menkop dan UKM buka pelatihan Kemenkop dan UKM, melalui Asisten Deputi Bidang Peningkatan Kualitas SDM Perkoperasian yang berada di bawah Deputi Bidang Pengembangan SDM Kementrian Koperasi UKM menggelar Pelatihan Peningkatan Kapasitas SDM KUMK di Kota Malang, Jawa Timur. Sebanyak 30 kader Posdaya yang berasal dari binaan LPPM perguruan tinggi mitra Yayasan Damandiri, dalam hal ini Universitas Merdeka (Unmer) Malang dan Univer-
sitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, mendapat kesempatan pertama mengikuti kegiatan pelatihan peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) fasilitator. Kegiatan pelatihan ini merupakan bagian dari gelaran kegiatan Kementrian Koperasi dan UKM, yang pembukaannya dilakukan oleh Menteri Koperasi dan UMKM Drs Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga. Dalam sambutan pada pembukaan pelatihan yang dilakukan di gedung Widyaloka Universitas Brawijaya (UB) Malang, Menkop dan UKM mengajak mahasiswa wirausaha berbasis sosio techno. Artinya, menyelesaikan masalah-masalah sosial dipadu dengan teknologi. “Saya ajak semua pihak wirausaha dengan berbasis sosio techno,” kata Puspayoga, saat membuka “Pelatihan Peningkatan Kapasitas SDM KUMK” di gedung Widyaloka Universitas Brawijaya (UB) Malang, Senin (21 Maret 2016 lalu. Pada acara yang diikuti UKM dan mahasiswa dari tiga perguruan tinggi di Malang ini, Menkop Puspayoga mencontohkan, sosio techno berupa wirausaha mengelola sampah. “Saya sempat keliling di Malang. Dan hasilnya berupa tas dan tikar dibeli oleh pedagang Bali dan beberapa daerah lainnya,” papar Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Indonesia pada Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo yang menjabat sejak 27 Oktober 2014 ini. Ia memberi contoh lagi produk anggur yang rugi. Kemudian datang pengusaha menjadi wine (anggur). Penghasilan petani pun meningkat dari Rp 800.000/bulan jadi Rp 8 juta per bulan. “Merintis jadi wirausaha bisa sejak masa kuliah itu lebih mulia. Karena jadi PNS sudah kecil peluangnya karena ada moratorium. Maka, jangan menunggu ada pendaftaran CPNS,” kata menteri kelahiran Denpasar, Bali, 7 Juli 1965. Pada kesempatan itu, Menkop dan UKM menyebut, jumlah wirausaha di Indonesia masih kecil dibanding jumlah penduduk yang mencapai 250 juta jiwa. “Yang wirausaha hanya 1,6 persen dari jumlah penduduk,” jelas mantan Wali Kota Denpasar.
Kegiatan pelatihan ini diikuti beberapa elemen, satu di antaranya, dari komunitas yang tergabung dalam Posdaya, selain elemen dari Anggota Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan keluarga wartawan di Malang. Materi pelatihan di antaranya tentang UMKM dan Perkoperasian. Materi lainnya adalah nilai kewirausahaan, yang kreatif resiko dan produktivitas. Selain itu mereka juga menerima materi tentang perijinan dan setrategi pengembangan usaha. Menteri Puspayoga terlihat bersemangat mendorong koperasi menjadi penggerak ekonomi. Sebab, sekitar 35 juta jiwa warga bergabung dalam koperasi dan 60 juta jiwa terlibat industri UKM. “Pertumbuhan ekonomi tidak dibarengi dengan rasio pemerataan kesejahteraan rakyat. Pertumbuhan ekonomi 5,2 persen, tapi rasio pemerataan 0,43 persen,” kata Puspayoga. Menurut Menkop dan UKM Kabinet Kerja ini, meningkatnya pertumbuhan ekonomi idealnya diikuti dengan pemerataan kesejahteraan. Dengan demikian lapangan pekerjaan bertambah dan kemiskinan berkurang. “Namun kenyataannya pemerataan kesejahteraan tak tercapai. Pertumbuhan hanya dinikmati oleh sekelompok orang saja,” ujarnya. Puspayoga menambahkan, tiga sektor yang mempengaruhi pertumbuhan dan pemerataan kesejahteraan yakni badan usaha milik negara, swasta dan koperasi. Sehingga tiga-tiganya harus bersinergi agar UKM dan koperasi dapat berperan dalam pemerataan kesejahteraan. “Jika koperasi dan UKM untung, maka ribuan jiwa akan merasakan dampaknya lantaran koperasi menerapkan prinsip gotong-royong dan kekeluargaan,” katanya. HARI
Seorang trainner dari dari Learning Center Kopwan SU Setia Budi Wanita Jawa Timur tengah memberikan materi pada peserta Pelatihan Peningkatan Kapasitas SDM Fasilitator yang dilangsungkan di Hotel Max One, Kota Malang.
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
37
LAPORAN UTAMA
Menempatkan Perempuan sebagai Titik Sentral Pemberdayaan Indonesia sangat peduli akan pemberdayaan perempuan dan perlindungan perempuan. Dalam kegiatan pemberdayaan perempuan dan keluarga yang dilakukan di perdesaan menjadi strategi untuk mencapai kesetaraan gender sekaligus membawa bangsa yang potensinya begitu besar maju bersama untuk masa depan yang gemilang.
Hj Utje Ch Suganda, SSos, MAP melihat hasil usaha produktif kaum perempuan di wilayahnya pada sebuah kegiatan gelar produk hasil usaha ekonomi produktif. [FOTO-FOTO: DOK]
38
P
EMBERDAYAAN perempuan dan upaya kesetaraan jender erat terkait dengan perjuangan Raden Ajeng (RA) Kartini selaku Pahlawan Nasional Wanita Indonesia. Semangat perjuangan RA Kartini tidak pernah dan tidak akan luntur. Nilai semangat perjuangannya menguatkan perempuan sebagai titik sentral pembangunan, utamanya anak muda dan remaja perempuan ditempatkan sebagai sasaran prioritas yang tinggi atau secara konsisten mendapat peranan penting dalam olah pembangunan yang direncanakan. Setiap tanggal 21 April, bangsa Indonesia memperingati Hari Kartini. Setiap peringatan Hari Kartini menjadi momentum yang sangat berarti bagi Bangsa Indonesia. RA Kartini yang
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
lahir pada 21 April 1879 adalah seoarang perempuan Indonesia yang memiliki cita-cita luhur bagi perjuangan kaum perempuan di Indonesia. Sehingga hari kelahirannya tanggal 21 April 2016 menjadi sebuah hari yang diperingati Hari Nasional. Tahun 2016 ini menjadi hari lahir RA Kartini ke-137. Peringatan hari lahir pejuang wanita Indonesia ini secara rutin diperingati secara nasional. semangat dan perjuangan RA Kartini yang dengan gigih memperjuangkan hak-hak wanita pada zamannya itu perlu menjadi teladan bersama. Walaupun RA Kartini merupakan keturunan bangsawan akan tetapi dalam kesehariannya sangat sederhana, sehingga menjadi panutan bagi perempuan Indonesia. RA Kartini telah member andil besar bagi kemajuan dan semangat kaum perempuan Indonesia untuk maju dan sejajar dengan kaum mitranya. Kaum perempuan Indonesia sudah mampu menjadi pemimpin, baik mulai dari level presiden, menteri, perwira tinggi, dirjen, gubernur, bupati, walikota, camat, lurah. Yang menjadi rektor pun sudah banyak. Demikian pula di bidang-bidang lainnya banyak posisi direktur utama dipegang kaum perempuan. “Perempuan harus maju,” kata Hj Utje Ch Suganda, SSos, MAP salah satu perempuan Indonesia yang sejak 2013-2018 sebagai Bupati Kuningan, Jawa Barat. Menurut penerima penghargaan Damandiri Award 2015 yang diberikan bertepatan HUT Yayasan Damandiri pada 15 Januari 2016 lalu di Semarang ini, perjuangan RA Kartini dalam mensejajarkan harkat dan kedudukan perempuan Indonesia patut manjadi contoh dan motivasi bagi kita semua, terutama kaum perempuan Indonesia masa kini yang merupakan generasi penerus. Oleh karena itu, sebagai Bupati Kuningan ingin agar perempuan di wilayahnya maju. “Pemerintah Kabupaten Kuningan tengah melaksanakan berbagai kegiatan pembangunan di berbagai bidang, termasuk didalamnya
adalah pemberdayaan perempuan yang merupakan potensi sumber daya manusia untuk tercapainya program Pemerintah Daerah, dan saya mengharapkan agar kaum perempuan di Kabupaten Kuningan dapat berperan aktif dalam mendukung pencapaian program pembangunan daerah,” tuturnya. Yang terpenting, ujar istri H Aang Hamid Suganda, SSos yang juga Bupati periode sebelumnya ini menegaskan, dalam memperingati Hari Kartini saat ini adalah kita menggali api semangat Kartini. “Dimana kaum perempuan Indonesia dituntut dalam keikutsertaan secara maksimal untuk turut mensukseskan pembangunan, sesuai dengan kemampuan dan bidang kita masing-masing,” katanya. Hj Utje Suganda menambahkan, meskipun saat ini kaum perempuan Indonesia telah memperoleh persamaan hak-haknya dan memperoleh kebebasan, tetapi perjuangan dan cita-cita Kartini belum sepenuhnya berhasil dan masih banyak perempuan Indonesia yang perlu diperjuangkan nasibnya serta masih banyak yang membutuhkan uluran tangan kita. “Oleh sebab itu marilah kita tingkatkan partisipasi kita terhadap gelora pembangunan sekarang, khususnya di Kabupaten Kuningan yang sampai saat ini sudah banyak penghargaan dari tingkat Provinsi maupun Nasional. Hal ini mercerminkan bahwa Kabupaten Kuningan yang saat ini dipimpin oleh seorang perempuan sudah dapat memperlihatkan keberhasilannya baik dalam bidang fisik maupun non fisik,” papar bupati yang membangun jejaring kemitraan dengan Universitas Kuningan (Uniku) maupun Yayasan Damandiri dalam pengembangan program Posdaya. Kegiatan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya Uniku, sebut Bupati Utje, telah melahirkan embrio Posdaya di Kuningan. Bahkan, salah satu Posdaya binaan LPM Uniku mendapat apresiasi Yayasan Damandiri. Pada awal 2016, Posdaya Nuurul Huda yang beralamat di Desa Bayuning, Kecamatan Kadugede menjadi salah satu dari 20 Posdaya Rujukan Nasional. Pada tahun sebelumnya (2015), Posdaya ini juga masuk dalam 19 Posdaya Unggulan Nasional dan mendapat apresiasi Damandiri Award. “Penghargaan ini menjadi spirit baginya untuk memberdayakan seluruh masyarakat Kuningan. Ini juga menjadi spirit bagi saya untuk memberdayakan masyarakat, bagaimana mengembangkan peran-peran potensi masyarakat, khususnya mengenai Posdaya,” ujarnya. Pendapat lainnya juga datang Hj Luki Tri
Baskorowati Indartato mengatakan, keberadaan perempuan saat ini telah diakui kesetaraannya. “Wanita sekarang sudah mampu berbicara sejajar dengan kaum laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa bangsa kita khususnya wanita telah menyadari betapa pentingnya peranan dan kemampuan wanita dalam menegakkan kehidupan berbangsa dan bernegara serta bermasyarakat, sehingga yang sangat kita perlukan saat ini adalah meneladani sosok Kartini yang mampu mengubah nasib kesetaraan dan emansipasi,” paparnya. Namun istri Bupati Pacitan Drs Indartato, MM ini menegaskan, yang perlu dingatkan adalah wanita tidak boleh meninggalkan kodratnya sebagai seorang perempuan yang tetap harus memperhatikan keluarga. Ketua TP PKK Kabupaten Pacitan yang juga selaku Penasehat Organisasi Wanita di Kabupaten Pacitan mengajak keluarga Indonesia, utamanya anak-anak perempuan menjadi perempuan yang cerdas, sejahtera dan mempunyai ketangguhan sehingga dapat memberi kontribusi dan partisipasi dalam membangun masa depan bangsanya. Melalui Program Grindulu Mapan (Gerakan Terpadu Mesejahteraan Masyarakat Pacitan) sudah sepakat dikawal Posdaya dalam rangka pengentasan kemiskinan di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur ini juga memberi akses bagi kaum perempuan dalam berbagai kegiatan pemberdayaan. Grindulu diambil dari nama sebuah sungai yang mengalir melalui Kota Pacitan. Filofosinya, air yang mengalir itu kalau dikendalikan dengan baik akan bermanfaat untuk kesejahteraan dan kehidupan manusia, selain baik dan bermanfaat untuk tumbuhan maupun hewan.
Hj Luki Indartato tengah bersama dengan seorang siswa sekolah dalam rangka hari Cuci Tangan sebagai bagian pendidikan pemeliharaan kesehatan yang penting.
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
39
Kalau pemberdayaan berbasis perempuan berhasil maka tingkat pendidikan kaum perempuan dan laki-laki muda akan setara dan komposisi pekerja dalam berbagai bidang menjadi seimbang sehingga kemakmuran bisa dijamin dengan kerja keras oleh semua anak bangsa secara adil dan merata.
Dengan dukungan Posdaya, Gerakan Grindulu Mapan dapat membantu mengurangi angka kemiskinan di Pacitan. Penurunan angka kemiskinan akan bisa segera tercapai. “Alhamdulillah, dengan adanya Posdaya, kami banyak terbantu. Karena kegiatan yang diawali dari Posdaya merupakan kegiatan paling gampang untuk digerakan khususnya dalam mensupport 10 program pokok PKK yang ada di desa,” ucapnya. Posdaya, sambung dia, juga mengawali tumbuhkembangnya Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di Kabupaten Pacitan. Keberadaan KRPL ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan nilai tambah produk pertanian dan kegiatan ekonomi.
[FOTO: ADE S]
Pemberdayaan perempuan Pemberdayaan dan perlindungan terhadap perempuan yang dilakukan Pemerintah Republik Indonesia dipaparkan di Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Indonesia kembli berkiprah di Sidang Tahunan PBB, tepatnya pada siding Komisi Status perempuan (Commision on the Status of Women – CSW) ke 60 yang berlangsung di Markas Besar PBB New York, Amerika Serikat, pada 14-24 maret 2016. Menteri pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Prof Yohana Yembise mengungkapkan, Pemerintah RI yang diwakili dirinya akan membagi pengalaman dan pencapaian Indonesia terkait pemberdayaan 40
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
perempuan di berbagai sektor yang telah diapresiasi masyarakat internasional. “Kita sampaikan kepada dunia bahwa Indonesia sangat peduli akan pemberdayaan perempuan dan perlindungan perempuan,” ujarnya. Menteri asal Papua ini menambahkan, pertemuan tersebut peting agar ada upaya lebih dari PBB untuk melindungi perempuan di seluruh Indonesia. Sementara itu Prof Dr Haryono Suyono, sosiolog yang cukup makan asam garam dalam kegiatan pemberdayaan perempuan dan keluarga, sekaligus penggagas program pemberdayaan melalui pos-pos pemberdayaan keluarga (Posdaya). Sejak beberapa puluh tahun silam Menko Kesra era Pemerintahan Presiden Soeharto dan BJ Habibie ini sudah menegaskan bahwa untuk masa tigapuluh tahun yang akan datang tidaklah salah apabila bangsa Indonesia bekerja keras menggalang pemberdayaan bangsa berbasis perempuan. “Upaya ini bukan karena hari ini kita memperingati hari lahir Ibu Kartini, tetapi upaya itu bisa menjadi strategi yang jitu untuk mencapai kesetaraan jender yang sekaligus membawa bangsa yang potensinya begitu besar maju bersama untuk masa depan yang gemilang,” ujarnya. Dalam tigapuluh tahun mendatang, tutur mantan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang sukses dengan program Keluarga Berencana hingga dikenal dunia ini menyebut, apabila kita tidak hati-hati dan tidak bekerja keras, penduduk Indonesia akan berjumlah sangat besar, yang mungkin saja menjadi negara yang jumlah penduduk miskinnya nomor satu di seluruh dunia. Prof Haryono menegaskan, kalau saja upaya membangun berbasis perempuan itu dikembangkan secara luas, maka jumlah penduduk Indonesia yang melimpah bisa diantar memasuki periode yang sangat menguntungkan. Penduduk Indonesia tigapuluh tahun mendatang akan menjadi sangat seimbang dalam struktur karena penduduk usia potensial, atau penduduk usia kerja akan dominan jumlahnya dibandingkan dengan penduduk dibawah usia 15 tahun atau penduduk diatas usia 65 tahun. Kalau pemberdayaan berbasis perempuan berhasil maka tingkat pendidikan kaum perempuan dan laki-laki muda akan setara dan komposisi pekerja dalam berbagai bidang menjadi seimbang sehingga kemakmuran bisa dijamin dengan kerja keras oleh semua anak bangsa secara adil dan merata. HARI
CERITA SAMPUL
Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc
Kembangkan Kampus Berbasis Mahasiswa dan Komunitas Kecil-kecil cabe rawit, demikian julukan yang disandang lelaki kelahiran Garut, 16 Maret 1957, Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc yang tak lain adalah Rektor Universitas Trilogi. Meski berbadan kecil, beliau dikenal memiliki magma pemikiran yang besar. Buah cipta karyanya yang gemilang antara lain, pembangunan Botani Square, IPB International Convention Centre (IICC) dan Bogor Life Sciaence and Technology (BLST). Di bawah kepemimpinannya, Universitas Trilogi juga menjadi perguruan tinggi swasta satu-satunya di Indonesia yang mengusung teknopreneur, kolaborasi dan kemandirian. Universitas Trilogi juga telah menjadi Koordinator Pos Pembedayaan Masyarakat (Posdaya) di beberapa Perguruan Tinggi di Jakarta dan Bekasi.
M
ENURUT Prof Asep, julukan “kecilkecil cabe rawit” itu diberikan oleh guru statistik yang dikaguminya, Prof Andi Hakim Nasution. “Temanteman tidak ada yang menyebut secara khusus. Karena nama Asep sudah cukup mencerminkan kecil dan cakep hehehe..,” kelakarnya. Dalam setiap kesempatan, Prof Asep memang sangat suka diajak bertukar pikiran, berbicara panjang lebar, diselingi kelakar segar. Pribadinya yang low profil ini membuatnya tak sulit untuk mendekati tokoh-tokoh kalangan atas maupun kaum grassroot (akar rumput). Bahkan ia pun sangat mengagumi dan banyak belajar dari Prof Dr Haryono Suyono. “Karena beliau menerapkan ilmu dengan kehidupan. Dan beliau juga mempunyai filosofi “jangan mempersulit persoalan”, dalihnya. Mengakui memiliki persamaan dengan tokoh yang dikaguminya, yaitu sama-sama memiliki postur kecil, tetapi ada kesamaan menarik lainnya yaitu sebagai guru. “Saya memulai dari guru, beliau komunikator yang sebenarnya adalah guru masyarakat.” Meski sangat mencintai dunia pendidikan, siapa sangka kalau latar belakang orangtua Prof Asep bukan terlahir dari keluarga guru. Ibunya, Hajjah Maimunah lulusan Sekolah Desa, bukan sekolah formal karena hanya belajar menulis dan sedikit berhitung selama dua tahun. Sedang ayahnya, H Muhamad Puja Solichin, bahkan tidak pernah sekolah. “Tetapi Bapak saya termasuk pembelajar yang cepat. Jadi ketika Bapak meminta anakanaknya sekolah, kami diminta tidak hanya sekolah umum tetapi juga sekolah agama (madrasah). Kalau saya belajar menulis Arab, Bapak belajar menulis Arab dari anak-anaknya. Tetapi beliau jadi lebih pintar berbahasa Arab daripada anak-anaknya. Karena beliau
pembelajar yang cepat dan pembaca Al Qur’an yang handal.” Keduanya merupakan inspirasinya untuk belajar yang keras dan menjadi pekerja keras. Tetapi tanpa sekolah bisa menyekolahkan semua anaknya untuk bersekolah. Dari 13 anakanaknya, semua anak-anak Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc l e l a k i n y a menjadi dosen, [FOTO: IMAJI INDONESIA] sedang anak perempuan di dunia
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
41
Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc bersama Pembina YPPIJ Prof Dr Haryono Suyono, Ketua YPPIJ Dr Subiakto Tjakrawerdaja dan Sekretaris YPPIJ Drs Indra Kartasasmita, MSc, saat mengawali jabatan Rektor Universitas Trilogi pada 4 Oktober 2013 lalu . [FOTO: ADE S]
Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc didampingi Wakil Rektor Universitas Trilogi Dr Aam Bastaman, SE, MM, kerap terjun langsung dengan aktivitas para mahasiswanya. [FOTO: ADE S]
42
usaha. “Ibu saya pedagang dan bapak tukang jahit,” ujar Prof Asep yang merupakan anak ke-7 dari 13 bersaudara. Kecintaannya terhadap profesi guru ini pula yang membuatnya terpikat pada seorang guru lulusan IKIP Jakarta bernama Dra Ratna Widiastuti. Dari hasil pernikahan ini dikaruniai putera satu-satunya bernama Aji Reswara Saefuddin yang memilih bekerja secara profesional di sebuah perusahaan. Dan belum lama ini, tepatnya Maret 2016 lalu mereka dikaruniai cucu pertama dari pernikahan Aji dengan Sunengsih, teman satu angkatannya. Selamat! Membangun IPB Berangkat dari pengabdian dasarnya sebagai guru, Prof Asep ternyata sudah mulai merintis profesi guru sejak kelas II SMP di Bogor. “Kalau kebetulan guru matematika, ilmu ukur dan aljabar tidak ada, saya yang disuruh ke depan kelas mengajarkan teman-teman. Pertama,
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
saya memang diminta oleh guru. Guru bilang ke saya, kalau kebetulan saya tidak ada atau tidak masuk, kamu terangkan bab ini dan seterusnya ya. Kedua, saya senang. Karena saya memang senang mengajar,” kenangnya. Lulus kuliah S-1 di Institut Pertanian Bogor (IPB), ia dipercaya menjadi guru SMA Negeri I Bogor, sekaligus asisten dosen di IPB. Meski berbadan kecil, gerakannya gesit dan cepat menangkap ilmu yang didapat hingga di IPB dipercaya menjadi Wakil Rektor Bidang Pengembangan dan Kerja sama. Saat menjabat wakil rektor inilah, Prof Asep mulai menginisiasi gagasan knowledge bisnis, yaitu membangun bisnis untuk kepentingan pendidikan. Knowledge bisnis yang diinisiasinya pada saat itu adalah aplikasi genetik untuk membuat vaksin yang berkaitan dengan flu burung. Karena pada 2004 itu, sedang maraknya flu burung di Indonesia. Berdasar penelitiannya, flu burung merupakan salah satu jenis penyakit yang menular ke manusia melalui hewan unggas (ayam, burung) yang terkena flu dengan jenis penyakit H5N1 menyebabkan manusia pun bisa terkena flu. “Dan itu sangat berat. Sehingga saya ingin menerapkan hasil rekayasa genetik untuk membuat vaksin ke ayam. Karena membuat vaksin untuk ayam tidak bisa sekarang, besok jadi, maka saya mempunyai gagasan untuk memanfaatkan lahan-lahan nganggur yang ada di IPB,” jelasnya. Dari gagasan ini lah kemudian ia membangun Botani Square dan memanfaatkan lahan nganggur di sekitarnya dengan membangun IPB International Convention Centre. Kemudian untuk memayungi bisnis-bisnis itu semua, ia pun membuat perusahan-perusahan kecil berbentuk PT yang diberi nama Bogor Live Sciens and Technology (BLST). Jadi, BLST ini tidak lain merupakan suatu holding company di bawah perusahaan-perusahan yang mempunyai knowledge company. “Saya pikir di perguruan tinggi di Indonesia tidak banyak universitas yang mempunyai
knowledge company. Nah, di IPB itu semua sudah berjalan, tetapi sekarang sudah banyak diadopsi oleh universitasuniversitas lain,” cetusnya. Bersyukur menjadi bagian Trilogi Menurut Prof Asep, untuk membangun Indonesia sejahtera diperlukan enterpreneur muda yang handal. Sayangnya, enterpreneur di Indonesia masih sangat kurang. Setidaknya, dari sekitar 250 juta penduduk Indonesia, 5 jutanya harus enterpreneur yang mempunyai kekuatan ilmu pengetahuan atau memanfaatkan ilmu pengetahuan di dalam dunia enterpreneur. Selain itu, pendidikan ke depan juga harus memikirkan agar para lulusan itu tidak saja kuat dibidang hardskill (dalam hal ini ilmu pengetahuan dan teknologi), tetapi juga softskill-nya yaitu enterpreneur. Karena, keberhasilan seseorang ditentukan 80 persen dikuasai oleh softskill. Artinya, sifat sifat seperti entrepreneur, comunication skill, kepedulian, kerja keras, dominan di dalam keberhasilan. “Pendidikan di Indonesia masih belum ke arah itu. Masih melihat bahwa manusia itu adalah bagian yang harus di isi otaknya saja. Padahal otak itu juga tergantung dari kemauan. Nah yang harus dikembangkan itu sebetulnya kemauannya. Untuk itu universitas harus membuat suatu ekosistem yang bisa memberikan dorongan kemauan kepada para mahasiswanya agar para mahasiswanya mau bekerja keras, mau bekerja cerdas dan mau bekerja sama. Level kompetisinya terlalu ditekankan. Padahal juga kompetisi itu sebenarnya tidak akan pernah menghasilkan keberhasilan tanpa adanya kolaborasi. Jadi ke depan pun bukan kompetisi yang harus ditekankan tetapi kolaborasi,” jelasnya. Oleh karena itu, ia sangat beruntung bisa bergabung dengan Universitas Trilogi yang memiliki kesamaan visi berpikirnya. Yaitu, visi mengembangkan tiga logi-nya; teknopreneur, kolaborasi dan kemandirian. Ketiga logi itu tidak bisa dipisahkan. Teknopreneur dalam rangka mengisi ekonomi sosial dan manajemen yang baik. Kolaborasi akan mempercepat teknopreneur itu. Dan kemandirian bisa menolong seseorang untuk tidak terlalu tergantung kepada orang lain. “Saya sangat bersyukur menjadi bagian dari Trilogi ini. Karena saya sendiri mempunyai keinginan semenjak dulu ingin membangun universitas atau pendidikan yang bisa meningkatkan kemampuan bangsanya. Tidak sekedar
kuat di dalam sumberdaya alamnya, tetapi juga kuat di dalam sumberdaya manusianya. Sehingga kita bukan hanya negara yang bisa mengimpor saja, tetapi justru harus menjadi negara produsen yang mengekspor,” tandasnya. Sejak dipercaya menjadi Rektor Universitas Trilogi, ia pun menanamkan konsep pembelajaran berbasis kepada mahasiswa dan komunitas (community and student centre learning). Mahasiswa mempunyai kreativitas, inovasi bekerja sama dengan masyarakat . “Masyarakat juga mempunyai inovasi. Tentunya, karena masyarakat itu tidak diam. Masyarakat harus bekerja sama sehingga mahasiswa bisa menjadi sumber pembelajaran. Bukan lagi sumber pembelajaran ini dari dosen,” tukasnya. Komunitas mahasiswa sebagai pusat pembelajaran inilah yang kemudian dikembangkan Universitas Trilogi. Semua titik-titik yang ada di universitas adalah bagian ekosistem yang mendukung terhadap proses pembelajaran mahasiswa. Sebagai pusat pembelajaran, Universitas Trilogi memiliki pusat sumberdaya belajar yaitu Learning Resource Centre yang di dalamnya menggodok konsep, pola dan upaya agar ada pembaharuan-pembaharuan terhadap pembelajaran secara terus menerus. Universitas Trilogi juga memiliki Tecnopreneur Centre dan Pusat Studi Ekonomi Pancasila. “Ketiganya tidak bisa dipisahkan, terkait dengan visi misi kami,” cetusnya. Sistem pembelajaran berbasis kepada mahasiswa dan komunitas inilah membuat Universitas Trilogi menyambut baik konsep Pos Pemberdayaan Masyarakat (Posdaya) di lingkungan kampus melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya. Baginya, Posdaya merupakan gerakan pemberdayaan akar rumput untuk solidaritas sosial. Dan KKN Tematik Posdaya menjadi sarana menempa diri mahasiswa di masyarakat. HANUR/RW
Rektor Universitas Trilogi, Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc, saat menjadi pembicara dalam Seminar Statistik Nasional yang diadakan oleh Universitas Tanjungpura Pontianak, Kalbar.
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
43
KOLOM KHUSUS
Prof Dr Haryono Suyono*)
Lelang Kepedulian pada Posdaya Selama ini upaya pengentasan kemiskinan lebih banyak diselesaikan dengan pendekatan makro yang apabila diterjemahkan dalam kegiatan program aksi di desa sulit dilaksanakan. Indikator kemiskinan yang dipergunakan biasanya bersifat makro yang diramu dari kumpulan berbagai proksi abstrak yang sulit dicari padanannya di lapangan. Sejak tahun 1990-an BKKBN mengembangkan indikator keluarga sejahtera yang diramu bersama para ahli ilmu-ilmu sosial sebagai indikator keluarga yang membagi keluarga Indonesia atas tahapan keluarga prasejahtera sampai keluarga sejahtera III plus. Tahapan itu mempergunakan indikator tingkah laku yang mutable dan bisa diubah dengan mudah oleh keluarga sendiri.
K
Proses kegiatan di Unnes bukan hanya bagian dari Dies Natalis saja, tetapi dijamin menjadi bagian dari kegiatan perguruan tinggi dan seluruh mahasiswanya yang peduli terhadap masa depan anak bangsanya. [FOTO: MULYONO]
44
ELUARGA paling rendah dalam tahapan kemajuan diberi label sebagai keluarga prasejahtera. Keluarga itu belum tentu keluarga miskin, tetapi dengan goncangan sedikit saja keluarga prasejahtera akan menjadi miskin. Bahkan keluarga prasejahtera pada umumnya, sekitar 90 persen, adalah keluarga miskin. Upaya pengentasan kemiskinan dikemas dalam upaya pemberdayaan. Pada masa itu diupayakan sebagai upaya peningkatan pemberdayaan keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera I menjadi keluarga sejahtera II dan seterusnya sehingga akhirnya menjadi keluarga sejahtera III plus, yaitu keluarga yang mandiri dan sekaligus memberi perhatian kepada keluarga lain yang masih tertinggal. Pengalaman pembangunan keluarga se-
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
jahtera yang dilaksanakan oleh BKKBN selama tahun 1990-an itu dilanjutkan melalui pembangunan keluarga sejahtera dengan pembentukan Posdaya di seluruh Indonesia oleh tidak kurang dari 450 Perguruan Tinggi di Indonesia dan Masjid-masjid anggota DMI melalui KKN Tematik Posdaya. Tidak kurang dari 55.000 Posdaya telah terbentuk di seluruh pelosok dan sebagian mulai mengisi kegiatan dengan mengajak anggotanya hidup gotong royong, memberi perhatian kepada keluarga prasejahtera dan membantu dengan kepedulian yang tinggi kepada keluarga tertinggal agar segera dapat dientaskan dan ditingkatkan menjadi keluarga yang lebih sejahtera. Salah satu kegiatan yang menarik khalayak anggota Posdaya adalah pertemuan bersama antara anggota Posdaya dengan menggelar “lelang kepedulian” guna mengentaskan keluarga prasejahtera dan memberdayakannya menjadi lebih sejahtera. Salah satu contoh yang dilaksanakan baru-baru ini di Semarang dilakukan oleh LPPM UNNES yang dipimpin langsung oleh Prof Dr Totok Sumarwanto, Ketua LPPM, yang didampingi oleh Konsultan Damandiri Ibu Dra Wien Sukarsih dan para anggota lengkap termasuk Ibu Dra Dewi Prastitie. Lelang itu dihadiri oleh Ka Bapermasdes Kabupaten Semarang Drs Y Bambang
Triharyono, para Camat Kecamatan Berhas dan Ibu, serta Kepala Desa dan stafnya. Lelang kepedulian dilakukan di Posdaya Ngudi Rahayu yang dipimpin oleh Ibu Sumarni di Kabupaten Semarang. Panitia Lelang dipimpin oleh Bapak Medi salah satu pengurus Posdaya setempat. Lelang yang untuk kesekian kalinya di gelar di berbagai Posdaya itu menarik perhatian anggota Posdaya setempat, termasuk Pak Budi Ari, keluarga prasejahtera yang semula malu ikut dalam kegiatan itu karena merasa sebagai keluarga prasejahtera yang tertinggal dibandingkan keluarga lainnya. Tetapi dengan dorongan tetangga anggota lainnya pak Ari dan isterinya, berpartisipasi hadir dalam acara lelang di Posdaya di mana dia bergabung itu. Pak Camat dan Kepala Desa serta para punggawa Desa yang hadir memberi semangat dengan menyaksikan acara lelang sebagai upaya pengentasan kemiskinan yang marak dan penuh ceria itu. Dari hasil pendataan yang dilakukan bersama antara keluarga anggota Posdaya yang didampingi para mahasiswa UNNES yang melakukan KKN Tematik Posdaya diketahui bahwa di lingkungan Posdaya itu ada beberapa keluarga yang berstatus keluarga prasejahtera. Satu di antaranya karena anaknya tidak sekolah dengan baik. Dalam gebrakan lelang itu keluarga prasejahtera yang anaknya belum sekolah langsung diambil anak oleh Ibu Wien yang menjamin anak itu sekolah sampai tamat Perguruan Tinggi dengan S1. Spontanitas itu memberi semangat keluarga lainnya. Mas Budi Ari yang termasuk keluarga prasejahtera karena tidak memiliki pekerjaan tetap dan tempat tinggal yang memadai langsung mendapat sponsor dari para anggota Posdaya akan dibuatkan sebuah rumah tinggal yang memadai menempel pada bengkel yang dimilikinya oleh warga setempat. Pak Camat memberikan ijin bangunan secara gratis dan ijin usaha bengkelnya secara resmi. Keluarga prasejahtera lainnya juga langsung mendapat dukungan untuk memenuhi syarat naik ke tahapan berikutnya. Suatu prestasi yang tidak pernah terbayang bahwa dengan gotong royong masyarakat setempat mampu membantu upaya pengentasan kemiskinan secara tuntas. Menjadi tugas para pengurus dan anggota Posdaya setempat untuk memelihara agar keluarga yang dientaskan itu maju mandiri secara lestari ke arah yang lebih baik lagi. Menurut Prof Totok, Ketua LPPM UNNES, pengalaman lelang kepedulian yang berhasil itu
akan dibukukan dan disebar kepada Posdaya binaan lainnya agar dijadikan pedoman untuk kegiatan lelang kepedulian lainnya. Antusiasme para peserta lelang yang bervariasi, ada yang dengan ikhlas memberikan bantuan dengan meminta sangat agar namanya dirahasiakan karena sumbangannya diberikan dengan ikhlas dan tidak ingin dijadikan guncingan di kampungnya bahwa yang bersangkutan adalah penyumbang yang baik. Biarlah sumbangan itu membantu dan tidak perlu membuat dirinya populer karena perbuatannya itu. Tetapi ada pula yang dengan ikhlas ingin perbuatannya menjadi acuan lainnya untuk diikuti dengan ikhlas. Pengalaman di beberapa Posdaya itu membuktikan bahwa sesungguhnya di pedesaan rasa gotong royong dan saling peduli itu masih tinggi dan tergantung kepada kita sekalian untuk mengungkap kembali dan mengajak masyarakat menyegarkan kembali kebiasaan saling membantu tersebut. Untuk menjamin kegiatan ekonomi rumah tangga dikembangkan juga kegiatan koperasi dan warung Posdaya yang dikelola oleh para anggota Posdaya dan diisi produk dari keluarga anggota Posdaya setempat. Kegiatan ini sekaligus menjadi pemicu dari kegiatan yang oleh LPPM UNNES bakal diulang di tempat Posdaya binaan lainnya. Kegiatan KKN Tematik Posdaya ternyata membawa para mahasiswa UNNES siap bertindak sebagai “guru bangsa” sebelum mereka lulus menjadi sarjana dari perguruan tinggi yang menghasilkan banyak lulusan yang nantinya berprofesi sebagai guru itu. Proses kegiatan di UNNES tersebut tidak berhenti sebagai bagian dari Dies Natalis saja, tetapi dijamin menjadi bagian dari kegiatan perguruan tinggi dan seluruh mahasiswanya yang peduli terhadap masa depan anak bangsanya. Sukses untuk UNNES di Semarang, seluruh dosen dan mahasiswanya. *) Penulis adalah Ketua Umum DNIKS, Ketua Umum PB PWRI, mantan Menko Kesra dan Taskin, Menteri Negara Kependudukan dan Kepala BKKBN, sangat mencintai anak bangsanya – www.haryono.com.
Kegiatan KKN Tematik Posdaya ternyata membawa para mahasiswa UNNES siap bertindak sebagai “guru bangsa” sebelum mereka lulus menjadi sarjana dari perguruan tinggi yang menghasilkan banyak lulusan yang nantinya berprofesi sebagai guru itu.
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
45
PENDIDIKAN
Delegasi Republik Fiji Tertarik Konsep Universitas Trilogi Konsep Universitas Trilogi Jakarta terus mendapat perhatian berbagai kalangan. Kiprahnya dalam mencetak generasi unggul membuat daya tarik sejumlah lembaga dan pemerintahan. Bahkan bukan saja di dalam negeri namun beberapa negara di mancanegara bergantian mengunjungi langsung kampus yang bermotto Teknopreneur, Kolaborasi dan Kemandirian ini. Belum lama ini datang dari delegasi Republik Fiji yang diwakili Duta Besar (Dubes) Republik Fiji untuk Indonesia dan perwakilan dari Fiji National University (FNU).
K
EDATANGAN Dubes Republik Fiji
Rektor Universitas dan perwakilan FNU di kampus penTrilogi Prof Dr Ir Asep cetak generasi teknopreneur ini langSaefuddin, MSc, saat sung disambut Rektor Universitas memaparkan seputar Trilogi Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc. Bahkan konsep dan visi Pembina Universitas Trilogi Prof Dr Haryono Universitas Trilogi di Suyono yang juga Ketua Pembina Yayasan hadapan delegasi Pengembangan Pendidikan Indonesia Jakarta Republik Fiji. (YPPIJ) turut menyambut tamu dari Republik [FOTO-FOTO: DOK TRILOGI]
46
Fiji itu. Tak pelak, pertemuan tokoh nasional dan pendidikan dari kedua Negara itu menambah banyaknya negara mancanegara yang tertarik dengan universitas ini.
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
Mengawali acara, Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc, secara singkat memperkenalkan tim struktural dari Universitas Trilogi dan sejumlah delegasi Republik Fiji. Lebih lanjut, Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) ini, memaparkan seputar konsep yang dikembangkan Universitas Trilogi. Di hadapan delegasi negara kepulauan ini, dirinya memaparkan, konsep trilogi dari kampus yang dipimpinnya. Salah satunya adalah mengenai orientasi Universitas Trilogi dalam menumbuhkan generasi teknopreneur. Salah satu konsep yang menjadi daya tarik
Universitas Trilogi. “Trilogi itu adalah tiga logi, yang terdiri dari teknopreneur, kolaborasi, dan kemandirian. Terkait teknopreneur, Universitas Trilogi mengembangkannya dalam berbagai dimensi, termasuk salah satunya melalui penerapan yang terintegrasi langsung dalam kurikulum pembelajaran,” papar pria kelahiran Garut, Jabar, 6 Maret 1957 ini di hadapan Dubes Republik Fiji dan perwakilan FNU. Sementara itu, Ketua Pembina YPPIJ Prof Dr Haryono Suyono yang juga penggagas Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) juga turut memperkenalkan seputar kiprah Universitas Trilogi yang gencar mengembangkan Posdaya. Dirinya sebagai Pembina serta salah satu pendiri Universitas Trilogi turut memperkenalkan sejumlah hasil binaan perguruan tinggi dalam memberdayakan masyarakat melalui Posdaya. Tak ayal, acara yang berlangsung di Ruang Seminar Eksekutif lt 2 Universitas Trilogi ini turut ditampilkan produk-produk dari kelompok Posdaya binaan Universitas Trilogi. Sedangkan delegasi Fiji yang langsung diketuai Dubes Fiji untuk Indonesia, Seremaia Tuinausori Cavuilati menyampaikan rasa terimakasih dan apresiasi atas sambutan yang hangat dari Universitas Trilogi. Dirinya mengungkapkan ketertarikannya atas visi dan konsep Uni-
Prof Dr Haryono Suyono didampingi Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc, saat memberikan cinderamata kepada Dubes Republik Fiji Seremaia Tuinausori Cavuilati.
versitas Trilogi juga terhadap program-program yang dikembangkannya. Ke depan, sebagai tindaklanjut hubungan antara kedua belah pihak. Rencananya akan dilakukan kunjungan balasan. Bahkan lebih jauh, di kalangan mahasiswa akan dilakukan semacam ‘student exchange’ dan agenda kerja sama lainnya. Selamat dan sukses! ADE S
Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc, berbincang serius dengan Dubes Republik Fiji Seremaia Tuinausori Cavuilati.
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
47
PENDIDIKAN
Dari Seminar Nasional Universitas Trilogi
Posdaya Rangsang Pembagian Keadilan dan Kemakmuran Hampir dua dekade kebijakan otonomi daerah di Indonesia kini bergulir. Namun kerap kali roda kekuasaan pusat yang di distribusikan ke daerah ini masih banyak mengalami kendala. Sejak 2001 sistem ini bergulir telah memberi perubahan positif maupun negatif bagi sejumlah daerah di berbagai pelosok tanah air. Tak heran, bila kondisi ini menjadi keprihatinan sejumlah tokoh nasional. Fokus itulah yang menjadi pembahasan acara Seminar Nasional menyongsong Dua Dekade Desentralisasi dalam Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI dan Kesejahteraan Sosial yang digelar Universitas Trilogi Jakarta pada Senin pagi 28 Maret 2016 lalu.
Pembina YPPJ Prof Dr Haryono Suyono saat menyampaikan paparannya tentang peran Posdaya di hadapan ratusan peserta seminar. [FOTO-FOTO: ADE S]
48
A
CARA dalam rangka Dies Natalis Universitas Trilogi ketiga yang terselenggara atas kerja sama Universitas Trilogi dan Yayasan Damandiri ini menarik perhatian berbagai kalangan. Ratusan mahasiswa, para dosen, sejumlah pimpinan perguruan tinggi negeri dan swasta, jajaran pemerintahan serta para pemerhati pemerintahan. Apalagi dengan menghadirkan para narasumber yang ahli di bidangnya. Di antaranya Pembina Yayasan Pengembangan Pendidikan Indonesia Jakarta (YPPJ) Prof Dr Haryono Suyono, Ketua MPR Dr (HC) Zulkifli Hassan, SE, MM, dan sejumlah pakar lainnya. Tak pelak, acara yang berlangsung di Auditorium Kampus Universitas Trilogi Jl Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta ini tampak berkesan dan bermakna. Acara yang berlangsung dua hari ini dibuka Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Ir Asep
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
Saefuddin, MSc. Topik utama Kebijakan Desentralisasi dengan memilih Alternatif Peletakan Otonomi Daerah diantar oleh Guru Besar senior Universitas Trilogi Prof Dr E Koswara Kertapradja, MA. Topik ini langsung mendapat respon dari para Dirjen, Bupati dan pakar lainnya, seperti Dirjen Otonomi Daerah Kemdagri Dr Soni Sudarsono, Rektor IIP Abdi Negara Jakarta Prof Dr Tjahja Supriatna, para dosen dan ratusan mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia. Pada kesempatan itu, Prof Dr Haryono Suyono menyatakan seputar latar belakang bergulirnya era otonomi daerah. Menurutnya, desentralisasi itu didekatkan sampai ke daerah kar ena kepala daerah dipilih langsung oleh rakyat. Sehingga kepala daerah pada tingkat kabupaten harus berbuat dengan seadil-adilnya karena dipilih penduduk daerahnya satu demi satu.
Yang menjadi fokus berikutnya, lanjut Prof Haryono adalah kemakmuran. “Kemakmuran bukan hanya kemauan kelompok pegawai pemerintah daerah tetapi kemakmuran juga milik penduduk satu demi satu yang ada di daerah. Karena yang disebut desentralisasi adalah keadilan kemakmuran dan kesejhateraan,” tegas Menko Kesra dan TAskin era Presiden HM Soeharto ini di hadapan ratusan peserta seminar. “Apa yang terjadi kalau kemakmuran dan keadilan tidak dibagi sampai ke tingkat akar rumput? Maka yang akan terjadi adalah gejolak sosial karena manusia Indonesia di dalam 2016 ini berbeda dengan manusia Indonesia di tahun 1970-an,” jelas pria kelahiran Pacitan, Jatim, 6 Mei 1938 ini. Oleh karena itu, lanjut Prof Haryono, Yayasan Damandiri mengembangkan apa yang dinamakan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di tingkat pedesaan. “Kita potong kompas bahwa tuntutan keadilan dan kemakmuran adalah pada tingkat akar rumput. Itulah sebabnya pada sepuluh tahun terakhir ini kita mengembangkan Posdaya untuk merngsang proses pembagian keadilan dan kemakmuran di tingkat pedesaan dan tingkat pedukuhan,” ungkap penggagas Posdaya. Dijelaskannya, yang diajak turun ke bawah adalah presiden, gubernur, bupati, walikota untuk terjun ke desa dengan membangun Posdaya. “Keadilan yang dibagi rata, kemakmuran yang dibagi rata dengan partisipasi sebanyak mungkin dari kekuatan pembangunan yang ada di pedesaan,” tegasnya Itulah sebabnya, tambah Prof Haryono, kalau pada umumnya pada tingkat provinsi, tingkat kabupaten apa yang ditawarkan adalah bagian-bagian pembangunan yang sifatnya makro sifatnya tidak diakases oleh penduduk, oleh keluarga yang mempunyai kemamapuan
Pembina YPPJ Prof Dr Haryono Suyono bergambar bersama Ketua MPR Dr (HC) Zulkifli Hassan, SE, MM, dan Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc.
untuk akses. Oleh karena itu pada Posdaya dilakukan pemetaan agar pada tingkat akar rumput, setiap pemimpin pembangunan tahu persis tatanan pembangunan yang ada. “Mengacu pada pelajaran Paka Harto sesuatu akan dapat diberikan kalau terjadi kegotongroyongan yang luar biasa. Pancasila dijadikan pedoman yang sangat rapi dan sangat kental sehingga dengan gotong royong interfensi pembangunan dapat dilakukan,” ujarnya “Hanya dengan pendidikan pembangunan dapat dilakukan dan membuka kesempatan kerja. Oleh karena itu kesempatan pembangunan ini adalah pro jop, pro poor dan pro kesejahteraan menjadi pedoman,” imbuhnya. Hadir dalam acara Yayasan Damandiri Dr
Tampak para peserta seminar tampak serius menyimak paparan para narasumber.
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
49
Prof Dr Haryono Suyono bersama Ketua YPPIJ Dr Subiakto Tjawerdaja, Sekretaris YPPIJ Drs Indra Kartasasmita, MSc, Dr Ir Illah Sailah dan peserta seminar saat bersama-sama menyanyikan lagu “Posdaya Kita”.
50
Subiakto Tjakrawerdaja yang juga Ketua YPPIJ, Koordinator Kopertis Wilayah III Jakarta, Dr Ir Illah Sailah M.S, Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Asep Saefuddin. Mantan Sekjen Mendagri Progo Nurdjaman, Ketua LPPM UNNES Semarang, Prof Dr Totok Sumaryanto FM Pd, Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri Dr Moch Soedarmadi, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, ratusan mahasiswa Universitas Trilogi, para dosen dan undangan lainnya. Sedangkan Ketua MPR RI Zulkifli Hasan
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
menilai kebijakan otonomi daerah yang telah diterapkan selama 15 tahun sejak 2001 masih banyak mengalami salah kaprah di tingkat elite daerah. “Kebijakan otonomi daerah diterapkan sasarannya adalah untuk memperpendek rentang kendali pelayanan terhadap masyarakat,” kata Zulkifli Hasan. Menurutnya, dengan memperpendek rentang kendali pelayanan maka akan terjadi percepatan pembangunan di daerah sehingga dapat mendorong peningkatan kesejahteraan rakyat secara bertahap. “Namun realitasnya, banyak kepala daerah yang terpilih bukan berorientasi membangun daerah atau mensejahterakan rakyat, tapi beramai-ramai koleganya bermain proyek di daerah tersebut memanfaatkan anggaran daerah,” ungkap Zulkifli Hasan Sementara Koordinator Kopertis Wilayah III Jakarta Dr Ir Illah Sailah dalam sambutannya mengatakan bahwa ratarata perguruan tinggi apabila ingin berdaya saing maka harus mempunyai keunggulan. Untuk memiliki Keunggulan harus melibatkan semua unsur dari rektor, dosen, mahasiswa itu sendiri serta dukungan lingkungan lainnya. Karena Universitas Trilogi berada dikota dan masih mengembangkan bidang pertanian maka bisa mengembangkan pertanian perkotaan yang rata-rata hanya memiliki lahan yang sempit. Mahasiswa sekarang har us diajari tentang hal-hal yang bersifat kekinian. ADE S
PENDIDIKAN
Kesetiaan Para Ajudan Begawan KB Setiap pejabat tinggi negara, terutama Menteri atau Kepala Lembaga Pemerintahan pasti memiliki ajudan, sekretaris dan staf pribadi yang selalu menyertainya. Begitu pula dengan Prof Dr Haryono Suyono yang sudah mengemban tugas negara mulai saat menjabat sebagai Kepala BKKBN, kemudian Menteri Negara Kependudukan, hingga menjabat Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat dan Pengentasan Kemiskinan selama dua priode yaitu era Presiden Soeharto dan era Presiden BJ Habibie.
M
ENARIKNYA, sejumlah ajudan, sekretaris maupun staf pribadi Prof Dr Haryono Suyono yang dikenal sebagai Begawan KB ini, meski sudah berganti-ganti bahkan hingga beliau sudah tidak lagi bekerja di pemerintahan, tetap setia mengikuti ide-ide beliau yang terus mengalir menjadi sebuah gerakan pemberdayaan masyarakat grassroot yang terus mendukung program pemerintah. Tak ayal, mereka pun menganggap Prof Dr Haryono Suyono adalah Menko Kesra Taskin seumur hidup, seperti tertera di KTP-nya. Bukti keberlanjutan hubungan yang baik antara “pimpinan dan bawahan” ini terekam manis dalam acara temu kangen Prof Dr Haryono Suyono dengan sejumlah ajudannya di Rumah Makan Dapur Sunda, di Jakarta beberapa waktu lalu. Tampak di antara mereka adalah Anas, Ssos, Dr Mulyono D Prawira, Drs Ida Rosdiawan, MA, Drs Purwanta Iskandar, MSc, Drs Dedi Darmadji, MA, Drs Dadi Parmadi, MA, Dra Sri Rahayu, MSi dan Drs Eddy Setiadi. Tak ketinggalan, acara ini juga dihadiri keluarga besar Prof Haryono Suyono yang juga ingin mengulang kenangan manis bersama.
Dr Mulyono D Prawira merupakan salah satu ajudan yang paling lama mendampingi beliau hingga kini. “Ajudan, sekretaris maupun staf pribadi beliau ada yang diganti dua tahun, satu tahun, ada juga 6 tahun. Beberapa kali mereka berganti dengan harapan supaya kariernya meningkat. Dari yang dulunya staf biasa naik menjadi Eselon IV, Eselon III, bahkan rata-rata sekarang ini mantan Ajudan maupun Sekretaris sebagian besar menduduki jabatan Eselon II di pemerintahan. Dan para ajudan dan sekretaris ini bukan hanya di kantor BKKBN tetapi menyebar di beberapa Kementerian. Ada yang tetap di BKKBN, ada juga yang bertugas di instansi lain seperti di Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pembangunan Manusia dan Kebudayaan yang dulu Menko KESRA dan ada juga ada di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, “ ungkap Dr Mulyono. Diakuinya, sebagian besar dari para mantan ajudan dan sekretaris saat ini sudah pensiun dan beberapa saja yang masih aktif. Di antara yang masih aktif adalah Dra Sri Rahayu, MSi atau biasa disebut Mbak Yayuk, yang saat ini menjabat sebagai Kepala Biro Kepegawaian di BKKBN Pusat. HANUR/RW
Prof Dr Haryono Suyono dan Ibu Hj Astuti Hasinah Haryono bergambar bersama ajudan, para mantan ajudan dan sekretaris pribadinya usai acara temu kangendi Rumah Makan Dapur Sunda, di Jakarta belum lama ini. [FOTO: DOK HAESA]
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
51
PENDIDIKAN
Faozan Alfikri Raih Gelar Doktor Predikat Cumlaude Perasaan haru, bangga dan syukur tampak terpancar dari raut wajah Faozan Alfikri. Pasalnya, pada Kamis, 24 Maret 2016 lalu menjadi saksi sejarah dikukuhkannya Asisten Deputi Direktur Bidang Program Yayasan Damandiri ini sebagai Doktor Pemerintahan dengan predikat Cumlaude.
Dr Faozan Alfikri saat memaparkan disertasinya di hadapan para penguji dalam Sidang Senat Guru Besar Universitas Satyagama Disertasi Doktor Ilmu Pemerintahan. [FOTO-FOTO: ADE S]
H Dr Faozan Alfikri bergambar bersama seluruh keluarga besar.
52
ASIL itu diputuskan dalam Rapat Senat Guru Besar Universitas Satyagama Jakarta yang dipimpin oleh Ketua Penguji Prof Dr Ir H Soenardjo Wirjoprawiro, MSi. Faozan Alfikri pun dinyatakan lulus sebagai Doktor Ilmu Kepemerintahan dengan Indek Prestasi Komulatif (IPK) 3,8. Bahkan dirinya pun menyandang lulus dengan predikat cumlaude. Sebelumnya, acara yang berlangsung di Menara Jamsostek Tower B Lantai 12, Jl Gatot Subroto No 38 ini, promovendus Faozan Alfikri berhasil mempertahankan desertasinya di hadapan tidak kurang dari 7 (tujuh) tim penguji. Di antaranya, Prof Dr Ikrar Nusa Bhakti, APU, Prof Dr Ir H Musa Hubeis, MS, Dipl, Ing,
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
DEA, Prof Dr Haryono Suyono, Prof Dr Ir H Soenardjo Wirjoprawiro, MSi, Prof Dr Josy Adiwisastra, Drs, Prof Dr Tjahja Supriatna, SU, dan Dr Ir Dewi Sulistyani, MM, MSi. Melalui disertasinya Pengaruh Implementasi Kebijakan Walikota Bekasi Nomor 463 Tahun 2014 Sumber Daya Manusia Pengelola dan Partisipasi Masyarakat terhadap Pemberdayaan Ekonomi Keluarga dalam Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di Kota Bekasi, Faozan Alfikri dengan lantang dan lancar menjawab setiap pertanyaan dan sanggahan para penghuji.Tak pelak, pujian dan sanjungan kerap dilontarkan para penghuji. Faozan Alfikri yang selama ini menjabat sebagai Asisten Deputi Direktur Bidang Program Yayasan Damandiri serta pernah menjabat sebagai Kepala Kantor Wilayah BKKBN Kalimantan Barat itu berpendapat bahwa Posdaya merupakan forum silaturahmi dan gotong-royong sekaligus wahana pemberdayaan kegiatan secara terpadu. Utamanya fungsi kesehatan, fungsi pendidikan, fungsi ekonomi atau wirausaha dan fungsi lingkungan. “Dengan adanya Posdaya diharapkan memperkuat pemberdayaan ekonomi keluarga dan meningkatkan kemandirian keluarga untuk mencapai kesejahteraannya. Namun demikian Posdaya sebagai fungsi pemberdayaan ekonomi keluarga
di Kota Bekasi belum berjalan sebagaimana mestinya,” ungkap pria kelahiran Sumpiuh, Banyumas, Jateng, 13 Februari 1952 ini di hadapan para penguji. Tujuan penelitian ini, ujarnya, untuk mengetahui dan mengkaji seberapa besar pengaruh implementasi kebijakan Walikota Nomor 463 tahun 2014, sumber daya manusia pengelola, dan partisipasi masyarakat baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama terhadap pemberdayaan ekonomi keluarga dalam Posdaya di Kota Bekasi. Menurutnya, penelitian membuktikan terdapat pengaruh positif dan signifikan implementasi kebijakan Walikota, sumber daya manusia pengelola, dan partisipasi masyarakat terhadap pemberdyaan ekonomi keluarga dan Pos Pemberdayaan Keluarga di Kota Bekasi baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Dijelaskannya, pemberdayaan ekonomi keluarga dalam Posdaya di Kota Bekasi untuk mengawali program melalui tahapan perluasan jangkauan, pelembagaan dan pembinaan. “Proses tersebut meliputi penciptaan suasana yang kondusif, penguatan kapasitas dan kapabilitas keluarga dan masyarakat, perlindungan terhadap ketidakadilan,” jelas ayah tiga anak ( Fitria Nurul Imsani, SKom, Mirza Al Adhar, ST, Astri Mazia Ahriani, SPsi) ini buah pernikahannya dengan Rr Lily Pratmaniwati. Harapannya, tambah Faozan, pemberdayaan masyarakat itu harus membuat masyarakat menjadi mampu mengurusi dirinya sendiri, membiayai keperluan sendiridan memenuhi kebutuhannya secara berkelanjutan. Faozan Alfikri berharap, gelar doktor yang diraihnya itu, bukan hanya untuk dirinya sendiri tetapi ilmunya bermanfaat bagi orang lain. “Semoga ini dapat dijadikan contoh bagi keluarga, anak, cucu, menantu agar terus giat belajar. Saya kini sudah berusia 64 tahun, alhamdulillah masih mampu menyelesaikan Doktor,” ujarnya. “Saya ucapkan terima kasih kepada istri, anak-anak, para mantu dan cucu-cucu, yang turut membantu dan mendukung apa yang saya raih saat ini,” tukasnya. Begitu juga, tambah Faozan,
Rektor Satyagama Prof Dr Ir H Soenardjo Wirjoprawiro, MSi, memberi ucapan selamat usai pengukuhan gelar Doktor Faozan Alfikri disaksikan Prof Dr Haryono Suyono, para penguji dan anggota Senat Universitas Satyagama.
kepada Prof Dr Haryono Suyono dan seluruh jajaran Yayasan Damandiri yang selalu mendukung dan memotivasi hingga kini meraih gelar doktor. Gelar ini, lanjutnya, juga dia persembahkan untuk almarhum dan almarhumah kedua orangtuanya H Abdul Hadie dan Siti Zaenab. Hadir dalam acara ini Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri Dr Moch Soedarmadi, Deputi Direktur Kewirausahaan Yayasan Damandiri Dr Mazwar Noerdin, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, Pemimpin Perusahaan Majalah Gemari Drs TP Suparta, MBA, sejumlah staf Yayasan Damandiri, keluarga besar Dr Faozan Alfikri dan sejumlah sahabat lainnya. Seluruh Pimpinan, Staf Redaksi dan Karyawan Majalah Gemari turut mengucapkan selamat atas gelar doktor yang diraih Dr Faozan Alfikri. Semoga Allah SWT melimpahkan keberkahan, kemuliaan dan kekuatan untuk terus menebar manfaat bagi bangsa dan negara. Aamiin. Selamat! ADE S
Dr Faozan Alfikri dan istri Rr Lily Pratmaniwati bergambar bersama pimpinan Yayasan Damandiri usai wisuda.
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
53
FORUM KITA
Dr Mulyono D Prawiro *)
Perubahan Membawa Dampak Sejak awal tahun 1970-an, Indonesia memiliki sumber daya manusia yang relatif lemah dan sebagian besar penduduknya tinggal di daerah pedesaan atau disebut sebagai penduduk rural. Cara pandang dan cara berpikirpun relatif sederhana dan banyak di antara penduduk hidup dalam kondisi miskin. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada waktu itu masih berkisar 70 persen dari total penduduk yang ada. Melihat kondisi seperti itu, Presiden Soeharto melakukan berbagai terobosan guna meningkatkan sumber daya manusia Indonesia, antara lain dengan melakukan pendekatan formal dengan mengeluarkan berbagai Instruksi Presiden dan programprogram yang dilaksanakan oleh berbagai departemen.
Dengan adanya KKN Tematik Posdaya, telah terjadi perubahan sosial yang maha dahsyat di berbagai perguruan tinggi, utamanya berdampak kepada pimpinan perguruan tinggi, para dosen pembimbing lapangan dan para mahasiswa. [FOTO: DOK GEMARI]
P
ROGRAM-program tersebut adalah program yang cocok dengan kebutuhan rakyat pada waktu itu, terutama rakyat yang tinggal di desa-desa. Memberikan semangat dan gairah kepada rakyat desa untuk berkembang membangun desa. Program besar adalah program dalam bidang pertanian, karena Indonesia adalah negara agraris dan sebagian besar penduduknya adalah petani. Lahan yang sangat luas dan tanah yang sangat subur, membuat bekerja dalam bidang pertanian dapat memberikan harapan kepada rakyat desa untuk meningkatkan kesejahteraannya. Karena sebagian besar rakyat Indonesia berada di daerah pedesaan atau rural area, maka sasaran dan program disesuaikan dengan kebutuhan rakyat desa, yang notabene masih sangat tradisional dan menerima apa adanya. Dengan gencarnya program yang diprioritaskan ke desa-desa, ternya54
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
ta hasilnya sangat membanggakan. Kemiskinan yang semula sekitar 70 persen di tahun 1970an, mampu diturunkan hingga 11 persen, menjelang tahun 2000. Suatu prestasi yang luar biasa dan membanggakan bagi bangsa Indonesia serta rakyat Indonesia bangga dengan pemimpinnya. Kondisi sekarang sudah berubah, lebih dari 70 persen rakyat berada di daerah perkotaan atau urban area, cara berpikir pun perlahanlahan mulai berubah kearah yang lebih modern. Mulai bermunculan suatu daerah yang dulunya desa, secara administratif berubah menjadi kota dan secara otomatis penduduknya berubah menjadi penduduk kota atau urban. Dengan munculnya perubahan yang sangat drastis tersebut, diperlukan adanya kesiapan dari penduduk untuk menerima berbagai perubahan yang muncul, yang kadang-kadang tidak disangka dan terkesan
mendadak. Untuk itulah Yayasan Damandiri yang selama 7-8 tahun yang lalu, mencoba bersama para mitranya, utamanya perguruan tinggi untuk mempersiapkan penduduk desa mengantisipasi munculnya perubahan dan menerima perubahan itu sebagai kesempatan. Dengan diterjunkan para mahasiswa ke desa-desa, untuk melakukan KKN Tematik Posdaya dan membantu memberdayakan penduduk desa, semata-mata bukan untuk mengentaskan kemiskinan, tetapi setidaktidaknya memahami kondisi rakyat dan mengerti kebutuhan rakyat desa. Sehingga apabila mereka lulus dan menjadi pemimpin nantinya, mereka peduli kepada rakyat desa, keluarga prasejahtera ataupun keluarga miskin di desa. Pemimpin yang dicintai rakyat desa dan peduli terhadap rakyat desa. Dalam kegiatan KKN di desa, mahasiswa memberikan semacam pelajaran yang mudah dimengerti oleh rakyat desa. Yang diperlukan rakyat desa adalah sesuatu yang mudah, seperti bagaimana cara pengolah produk lokal menjadi sesuatu yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi, dengan mempergunakan bahan baku lokal yang jumlahnya melimpah di desa. Mahasiswa dalam KKN Tematik Posdaya bukan saja mengajari penduduk desa untuk menciptakan produk yang laku jual dengan bahan baku lokal saja, tetapi juga mendorong setiap keluarga, terutama keluarga prasejahtera yang memiliki anak usia sekolah agar bisa didorong untuk masuk ke sekolah. Mendorong muncul partisipasi rakyat desa, agar keluarga prasejahtera yang belum memiliki jamban keluarga, diusahakan secara gotongroyong untuk membuat jamban keluarga di rumah masing-masing, agar kesehatannya lebih terjamin. Dengan demikian para mahasiswa secara langsung turut serta membantu pemerintah menciptakan lapangan kerja baru di desa dan turut serta mendorong rakyat desa untuk hidup lebih sehat dan berumur panjang. Tujuan utamanya adalah menolong rakyat desa, sehingga program KKN Tematik Posdaya memiliki tujuan ganda, yaitu selain menolong rakyat desa juga menolong mahasiswa itu sendiri. Bagi mahasiswa, apabila nantinya menjadikan pemimpin atau pejabat negara, mereka akan menjadi pemimpin yang amanah, peduli rakyat desa dan dicintai rakyat. Beberapa pimpinan pemerintahan, baik pusat maupun daerah saat ini masih ada yang menyampaikan pidato atau memberikan pengarahan kepada rakyatnya masih bersifat makro yang susah untuk dimengerti, apalagi
dilaksanakan oleh rakyat. Itulah sebabnya para mahasiswa KKN Tematik Posdaya dipersiapkan untuk memahami secara nyata kebutuhan dan keinginan rakyat desa agar kelak apabila lulus dan menjadi pejabat negara, mereka benar-benar paham dan bila menyampaikan pidato atau pengarahan kepada rakyat isinya sesuatu yang bersifat membangun dan mudah dikerjakan oleh rakyat banyak. Saat ini sudah mulai bermunculan adanya perebutan kekuasaan atau jabatan di berbagai lembaga, baik itu Dr Mulyono D Prawiro di lembaga pemerintahan atau lembaga swasta. Bila menggunakan teori konflik lama, perebutan kekuasaan dilakukan dengan cara perang atau dengan cara kekerasan, namun saat ini kondisinya telah berubah. Perebutan kekuasaan bukan dilakukan dengan cara perang atau kekerasan, melainkan dilakukan dengan cara yang lebih sopan dan halus, seolah-olah tidak ada konflik yang menyertainya. Pengambil-alihan ini didasarkan pada peraturan dan perundang-undangan yang memungkinkan untuk itu, sehingga seseorang dengan mudah menggeser kedudukan orang lain atau dengan cara perubahan peraturan perundangan, seperti pemotongan masa jabatan. Oleh beberapa ahli perubahan sosial, kondisi semacam ini disebut sebagai teori konflik gaya baru yang terkesan sopan, halus dan seolah-olah tidak terjadi perubahan. Dengan adanya KKN Tematik Posdaya, telah terjadi perubahan sosial yang maha dahsyat di berbagai perguruan tinggi, utamanya berdampak kepada pimpinan perguruan tinggi, para dosen pembimbing lapangan dan para mahasiswa yang selama ini perguruan tinggi dianggap sebagai menara gading, berubah menjadi lembaga yang peduli terhadap keluarga tertinggal, prasejahtera atau keluarga miskin di desa. Memang diakui, selama ini Yayasan Damandiri tidak secara langsung menurunkan angka kemiskinan di Indonesia, atau rakyat miskin belum merasakan dampaknya tetapi setidak-tidaknya Damandiri dan mitra kerjanya telah memberikan inspirasi dan mendorong banyak orang, utamanya para mahasiswa calon pemimpin bangsa untuk peduli terhadap rakyat miskin di desa. *) Penulis adalah Dosen Pascasarjana dan Anggota Senat Universitas Satyagama dan Universitas Trilogi, Jakarta Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
55
LAPORAN DAERAH
Damandiri Akan Berdayakan 2.300 Komunitas di Pedesaan Sahabat Damandiri program pemberdayaan masyarakat yang digulirkan Yayasan Damandiri di tahun 2016. Program pengentasan kemiskinan ini akan dilakukan di 2.300 desa. Dalam pelaksanaannya, dukungan pemerintah daerah menjadi bagian penting dari program ini.
Ketua Yayasan Damandiri melihat langsung kegiatan pemberdayaan ekonomi di komunitas Posdaya.
P
ADA bulan Maret 2015 lalu Badan Pusat Statistik Pusat (BPS) mengupdate data jumlah penduduk miskin di pedesaan mengalami peningkatan. Jumlah penduduk miskin di pedesaan tercatat 17,94 juta orang, atau naik 570.000 orang dari bulan September 2014 sebanyak 17,37 juta orang. Secara total, jumlah penduduk miskin di Indonesia per Maret 2015 mencapai 28,59 juta orang atau meningkat 0,26 persen dari September 2014. Padahal, penduduk miskin mestinya menjadi aktor pembangunan yang sebenranya agar dia tidak miskin lagi. Memang butuh kesabaran dan biaya tidak murah menjadikan keluarga miskin sebagai aktor pembangunan desa. Perlu sinergi dan kolaborasi berbagai pihak baik swasya, masyarakat dan pemerintah daerah. Melalui Program “Sahabat Damandiri” 56
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
yang merupakan program pemberdayaan masyarakat dengan sasaran dan pelaku utamanya utamanya masyarakat miskin dan prasejahtera di perdesaan sebagai masyarakat yang diberdayakan. Program ini, nantinya akan menginisiasi pembentukan komunitaskomunitas di masyarakat desa dengan merangkul sejumlah pihak sebagai mitra, seperti Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Nusamba dan koperasi. Mitra kerja Damandiri ini diperlukan untuk melakukan pemberdayaan, pembinaan, pendampingan, dan bantuan permodalan bagi komunitas-komunitas masyarakat tersebut sehingga mereka bisa sejahtera dan mandiri. Terkait program pemberdayaan Damandiri 2016, Ketua Yayasan Damandiri Subiakto Tjakrawerdaja mengungkapkan, upaya memberdayakan masyarakat dengan menggandeng mitra BPR, salah satu tujuannya juga untuk
memutus lingkaran setan kemiskinan akibat rentenir atau lintah darat yang selama ini menjerat masyarakaat perdesaan. “Dalam memenuhi kehidupannya, masyarakat perdesaan lebih mengenal rentenir ketimbang lembaga keuangan perbankan. Padahal, bunga yang dikutip rentenir teramat tinggi. Masyarakat di perdesaan masih banyak yang belum tersentuh oleh lembaga-lembaga perbankan ataupun lembaga-lembaga nonbank,” katanya. Mengutip data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia, mantan Menteri Koperasi ini menyebut bahwa masyarakat yang tersentuh lembaga perbankan dan lembaga keuangan nonbank saat ini baru 20 persen dari seluruh penduduk Indonesia yang jumlahnya hampir 250 juta orang, atau sekitar 50 juta orang. Artinya, kata Subikato, masih ada 200 juta penduduk yang justru sama sekali belum tersentuh layanan perbankan dan layanan nonbank. Di pihak lain, lanjut Subiakto, masyarakat miskin atau prasejahtera yang mencoba untuk berusaha, kebanyakan memiliki usaha yang tidak visible atau tidak layak dan tidak bankable bagi lembaga perbankan. “Mungkin karena usaha merek kecilkecilan, tidak punya agunan sebagaimana syarat perbankan, dan lainnya. Padahal, modal atau intial capital yang dibutuhkan masyarakat tersebut tidak terlalu besar,” paparnya. Karena itu, lanjut Subiakto, melalui program Sahabat Damandiri ini, Yayasan Damandiri akan membantu memberikan pelatihan, pendanaan dan pendampingan kepada kelompokkelompok masyarakat, baik yang sudah terbentuk maupun individuindividu yang didorong untuk bergabung atau membentuk kelompok. Mereka yang menjadi sasaran Damandiri adalah masyarakat miskin dan prasejahtera yang bergerak di komunitaskomunitas perdagangan, jasa, nelayan, agrobisnis dan industri rumahan di perdesaan. Tapi, prioritas kami adalah mereka yang baru memulai usaha dan mereka yang sudah berusaha
tapi tidak maju karena terkena rentenir. Nah, mereka bisa pindah ke kita,” kata Subiakto. Sebenarnya menurut Ketua Yayasan Damandiri, dalam proses pendampingan bagi usaha kecil yang dilakkan Damandiri, tidak terbatas pada pra produksi dan proses produksi atau penyediaan bahan baku serta teknologi pengolahan saja tapi juga hingga ke proses pemasaran. Setelah melakukan pendampingan, kemudian pemberian modal oleh BPR, Damandiri juga ikut mengembangkan pasar bagi produk yang dihasilkan. “Dari hal yang kecil saja, mislanya produk kripik singkong, maka Damandiri akan menyiapkan pasar untuk menyerap produksi keripik singkong tersebut, dari mulai menghidupkan dan mengembangkan warungwarung kecil hingga jika memadai, dan disertai pengemasan pengemasan yang bagus, bisa kita arahkan ke pasar-pasar modern yang lebih besar, atau bahkan pasar ekspor,” katanya. Subiakto mengakui, program yang akan dicanangkan Yayasan Damandiri ini merupakan pekerjaan besar yang membutuhkan tidak hanya modal, tenaga, ketelatenan dan konsentrasi tinggi, tapi juga kesungguhan untuk membantu masyarakat miskin di perdesaan serta dukungan dari pemerintah daerah (pemda) setempat. “Dukungan pemda ini sangat penting, bahkan menjadi satu pertimbangan dalam menentukan skala prioritas pelaksanaan kegiatan,” tuturnya. Kabupaten Kendal, yang akan menjadi lo-
Komunitas perempuan perdesaan sedang melakukan kegiatan pemberdayaan usaha ekonomi produktif.
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
57
Pengrajin gerabah “Bayu Seto” Titik Kastiwati, Kelurahan Langenharjo, Kecamatan Kendal, Kabupaten Kendal, Jateng.
kasi pencanganan program Sahabat Damandiri. Program Damandiri ini didukung penuh Bupati Kendal Mirna Anissa. Selain Kendal, kata Subiakto, Damandiri juga memilih sejumlah daerah yang memiliki kebijakan pro rakyat, sebagai daerah pelaksanaan program Sahabat Damandiri. Di antaranya Bantul di Daerah Istimewa Yogyakarta, yang melarang adanya retailmoder sehingga warung-warung tradisional bisa terus hidup dan berkembang. Ini bukti dukungan dari pemda sangat membantu tumbuhnya warung tradisional. “Hal ini pula, dukungan pemda sangat membantu berjalannyaprogram yang dibuat Yayasan Damandiri sehingga tujuan yayasan untuk mengatasi kemiskinan bisa terwujud,” katanya. Pendampingan BPR Dalam proses pendampingan ada bantuan dari BPR Nusamba. Demikian ditambahkan Joko Suyanto yang juga Direktur Utama BPR Nusamba Group Cabang Cepiring, Kendal, Jawa Tengah. “Untuk pendampingan kami BPR Nusamba akan melakukan peningkatan kapasitas masyarakat desa atau capasity building. Itu diperuntukkan bgi mereka, baik layak atau visible usahanya maupun yang belum layak atau belum bankable,” tuturnya. Ia menambahkan, program ini mempunyai
58
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
karakter yang berbeda dari program lain yang dijalankan perbankan pada umumnya, dalam hal ini perbankan akan melakukan penilaian jika visible dibiyai, kalau tidak visible tidak dibiyai, sementara ini, kita akan ikut meningkatkan kapasitas mereka sehingga semua layak dibiyai,” paparnya. Jadi, kata Joko Suyanto yang juga Ketua Umum Perbarindo (Perastuan Bank BPR Seluruh Indonesia) itu, BPR akan memberikan bantuan modal kerja secara kontinu, akses permodalan yang kompetitif, serta pembinaan. Dengan keberdaaan 196 cabang BPR Nusamba se Jawa, Bali dan NTB, Joko Suyanto berharap 2.300 desa yang mendapat program pemberdayaan masyarakat dari Damandiri bisa berkembang dan tercipta pengusaha-pengusaha UMKM baru. Dalam proses pendampingan ada bantuan dari BPR Nusamba. Demikian ditambahkan Joko Suyanto yang juga Direktur Utama BPR Nusamba Group Cabang Cepiring, Kendal, Jawa Tengah. “Untuk pendampingan kami BPR Nusamba akan melakukan peningkatan kapasitas masyarakat desa atau capasity building. Itu diperuntukkan bgi mereka, baik layak atau visible usahanya maupun yang belum layak atau belum bankable,” tuturnya. Ia menambahkan, program ini mempunyai karakter yang berbeda dari program lain yang dijalankan perbankan pada umumnya, dalam hal ini perbankan akan melakukan penilaian jika visible dibiyai, kalau tidak visible tidak dibiyai, sementara ini, kita akan ikut meningkatkan kapasitas mereka sehingga semua layak dibiyai,” paparnya. Jadi, kata Joko Suyanto yang juga Ketua Umum Perbarindo (Perastuan Bank BPR Seluruh Indonesia) itu, BPR akan memberikan bantuan modal kerja secara kontinu, akses permodalan yang kompetitif, serta pembinaan. Dengan keberdaaan 196 cabang BPR Nusamba se Jawa, Bali dan NTB, Joko Suyanto berharap 2.300 desa yang mendapat program pemberdayaan masyarakat dari Damandiri bisa berkembang dan tercipta pengusaha-pengusaha UMKM baru. HARI
LAPORAN DAERAH
Melanjutkan Semangat Kepedulian Eyang dalam Pengentasan Kemiskinan Perhatian besar eyangnya dalam membantu mengangkat keluarga miskin menjadi keluarga sejahtera melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat, kini siap dilanjutkan cucu-cucunya melalui Yayasan Damandiri. Sahabat Damandiri menjadi program 2016.
S
AHABAT Damandiri menjadi program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan Yayasan Damandiri tahun 2016. Program ini bertujuan mendorong masyarakat miskin mejadi sejahtera dan mandiri. Target program pemberdayaan akan dilakukan di 2300 desa. Dukungan pemerintah daerah menjadi bagian penting dari program Sabahat Damandiri ini. Data Badan Pusat Statistik Pusat (BPS) mengupdate jumlah penduduk miskin di perdesaan mengalami peningkatan. Pada bulan Maret 2015 lalu, jumlah penduduk miskin di perdesaan tercatat 17,94 juta orang, atau naik 570.000 orang dari bulan September 2014 sebanyak 17,37 juta orang. Secara total, jumlah penduduk miskin di Indonesia per Maret 2015 mencapai 28,59 juta orang atau meningkat 0,26% dari September 2014. Padahal, penduduk miskin mestinya menjadi aktor pembangunan yang sebenranya agar dia tidak miskin lagi. Memang butuh
kesabaran dan biaya tidak murah menjadikan keluarga miskin sebagai aktor pembangunan desa. Perlu sinergi dan kolaborasi berbagai pihak baik swasya, masyarakat dan pemerintah daerah, termasuk Yayasan Damandiri. Yayasan Dana Sejahtera Mandiri (Yayasan Damandiri) didirikan pada tanggal 15 Januari 1996 oleh HM Soeharto sebagai pribadi, yang kebetulan saat itu menjabat Presiden RI. Sebagai pendiri saat itu, HM Soeharto dipercaya sebagai Ketua Yayasan, dibantu oleh Prof Dr Haryono Suyono sebagai Wakil Ketua I, Sudwikatmono sebagai Wakil Ketua II, dan Liem Soei Liong sebagai Wakil Ketua III. Yayasan Damandiri yang awal pendirian menjadi sponsor utama dari Gerakan Sadar Menabung yang dicanangkan Presiden Soeharto pada tanggal 2 Oktober 1995, dan berhasil mengajak sebanyak 13,6 juta keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera I, atau keluarga kurang mampu, belajar menabung dengan tabungan Takesra sebesar Rp250
Ketua Umum Pertuni Aria Indrawati dan para penyandang tunantera foto bersama dengan Wagub Jabar Dedy Mizwar usai pertemuan pada acara pelepasan Parade Tongkat Putih Surabaya – Jakarta dalam rangka HUT Pertuni ke50 di Aula Barat Gedung Sate, Jl Diponegoro No 22, Kota Bandung, Jabar. [FOTO-FOTO: DOK]
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
59
Danty Indriastuti Purnamasari yang akrab disapa Danty Rukmana.
Salah satu produk dari UMKM binaan BPR Nusamba Cepiring Kendal, Jawa Tengah.
60
milyar, merupakan suatu lembaga swasta yang hingga saat ini konsisten dengan komitmennya dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat sebagai wujud kepeduliannya mengentaskan kemiskinan. Perhatian besar eyangnya dalam membantu mengangkat keluarga miskin menjadi keluarga sejahtera melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat, kini siap dilanjutkan ke generasi selanjutnya. Generasi yang lebih energik, visioner dan inovatif. Karena memang, amanah eyangnya untuk menbantu orang miskin harus dilanjutkan. Amanah sang eyang menjadi motivasi utama Retnosari Widowati Harjojudanto atau
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
akrab disapa Eno Sigit maupun Danty Indriastuti Purnamasari yang akrab dikenal dengan Danty Rukmana. Untuk terjun dalam aktivitas-aktivitas sosial kemasyarakatan. Cucu-cucu Presiden Republik Indoensia ke-2 ini tak berpikir lama untuk memutuskan bergabung dan mengurus Yayasan Damandiri yang bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat. Bahkan, Eno siap mengesampingkan kesibukannya sebagain seorang pengusaha, demi untuk mewujudkan harapan sang kakek, mengentaskan kemiskinan. “Saya akan memaksimalkan semua potensi untuk menggerakan Yayasan,” ujar Eno. Bersama sepupunya, Danty Rukmana, kini ia terlibat sebagai pengurus dalam Yayasan Damandiri. “Kami merasa terpanggil melihat kebanyakan masyarakat, khususnya di perdesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan,” kata Danty. “Sejak awal didirikan, tujuan dari Yayasan Damandiri adalah untuk membantu mengentaskan kemiskinan, sehingga yang dibutuhkan adalah sebuah program yang tidak hanya membantu masyarakat msikin agar bisa bertahan hidup, tapi juga mampu mengangkat mereka dan menjadikan mereka sejahtera dan mandiri,” ujar Danty. Karena itu, dalam waktu dekat Yayasan Damandiri mencanangkan sebuah gerakan pemberdayaan masyarakat desa yang disebut program “Sahabat Damadiri”. Gerakan ini, menurut Eno akan diluncurkan di Kendal, Jawa tengah, pada 3 April 2016. Pencanangan kegiatan yang disertai Fun Run dan berbagai kegiatan lainnya tersebut, melibatkan pemerintah daerah kendal dan masyarakat sekitarnya. Program “Sahabat Damandiri” menurut Eno lagi, merupakan program pemberdayaan masyarakat yang menyasar masyarakat miskin dan prasejahtera di perdesaan. Sebagaimana yang ditargetkan Ketua Dewan Pembina Yayasan Damandiri Mohammad Bob Hasan, pada 2016 ini, program Sahabat Damandiri akan diterapkan di 2.300 desa. Program ini, kata Eno, akan menginisiasi pembentukan komunitaskomunitas di masyarakat desa dengan merangkul sejumlah pihak sebagai
mitra, seperti Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Nusamba dan koperasi. Mitra kerja Damandiri ini diperlukan untuk melakukan pemberdayaan, pembinaan, pendampingan, dan bantuan permodalan bagi komunitas-komunitas masyarakat tersebut. “Harapannya setelah kita berdayakan bersama mitra kami, maka masyarakat itu bisa sejahtera dan mandiri,” ujarnya. Penurunan angka kebutaan Gerakan pemberdayaan masyarakat melalui Program Sahabat Damandiri yang akan dilaunching pada 3 April 2016 di Kendal tersebut tidak terlepas dari supprot Ketua Dewan Pembina Yayasan Damandiri Mohamad Bob Hasan. Menurut Ketua Dewan Pembina, gerakan ini selain meningkatkan kesejahteraan masyarakat perdesaan dan menjadi bankable, diharapkan juga berdampak pada penurunan angka kebutaan di masyarakat. Ia mengatakan, dari sejumlah penelitian diketahui bahwa sejumlah pendang tunanetra, khususnya low vision, yang saat iini jumlah mencapai 1,5 persen dari jumlah penduduk Indonesia atau setara dengan 3,75 juta orang terkena kebutaan akibat kekurangan gizi yang disebabkan oleh faktor kemiskinan. Dengan program pemberdayaan di 2.300 desa di tahun dan akan terus berkembang di tahun-tahun berikutnya, maka diharapkan masyarakat di perdesaan terlepas dari kemiskinan dan bisa lebih sejahtera, termasuk dalam pemenuhan gizi bagi anak-anaknya. “Jadi, efeknya juga berdampak pada menurunya jumlah penyandang tuna netra,” kata Bob Hasa n yang juga Ketua Dewan Pembina Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) ini. Meanggapi niatan Yayasan Damandiri, Ketua Umum Pertuni Aria Indrawati mengungkapan, saat dirinya melakukan kegiatan Parade Tongkat Putih di Bandung dan bertemu dengan Wakil Gubenur Jawa Barat Dedy Mizwar, menurut Dedy Mizwar mengatakan bahwa kondisi pendidikan kalangan anak penyandang tunanetra itu sangat memprihatinkan. “Menurut Pak Wagub Dedy Mizwar, banyak anak penyandang tunanetra yang tidak bersekolah akibat kemiskinan,” ujarnya. Fakta inilah, kata Aria, membuktikan bahwa banyak penyandang tunanetra berasal dari kalangan masyarakat miskin, yang bisa
Retnosari Widowati Harjojudanto atau akrab disapa Eno Sigit.
jadi, tidak mampu memenuhi gizi yang baik bagi anak-anaknya. “Pertuni menyambut baik gerakan yag digelontorkan Yayasan Damandiri. Pertuni bahkan telah menitipkan kepada Yayasan Damandiri agar dalam pembentukan komunitas Sahabat Damandiri juga merangkul kalangan penyandang tunanetra,” tuturnya. Mereka, lanjut Aria, dimasukkan sebagai bagian dari komunitas yang ada, dan ukan membenuk komunitas terpisah. Pasalnya, kalau terus dibuat terpisah tentu akan sulit bagi mereka untuk berkembang, karena sama sama memiliki kebutuhan khusus. Tapi, kalau mereka terintegrasi digabungkan dengan komunitas masyarakat yang awas, diharapkan penyandang tunanetra ikut terbantu dan berkembang bersama. “Makin banyak penyandang tunenetra yang terangkat tingkat kehidupannya dari prasejahtera menjadi sejahtera, selain dai aspek ekonomi, program ini juga diharapkan memperhatikan aspek kesehatan para penyandang tunanetra,” ujarnya. Aria mencontohkan, petani dan nelayan yang bekerja dan terpapar secara langusng sinar matahari dapat terhindar dari penyakit katarak yang bisa menyebabkan kebutaan. “Kami berharap program Sahabat Damandiri bisa bermanfaat dan mampu mengangkat derajat kesejahteraan penyadang tunanetra seperti yang ditekadkan pengurus Yayasan Damandiri,” katanya. HARI Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
61
LAPORAN DAERAH
Mahasiswa Belajar Mengabdi di Desa Tugasnya bukan saja belajar di kampus, tetapi bersama masyarakat desa mengolah dan mengoptimal potensi yang ada. Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Bangkalan, Jawa Timur, membuat biogas sebagai sumber energi terbarukan, serta mengolah jagung menjadi Mie Jagung yang menarik memiliki rasa khas.
Melinda Sulfiana Putri bersama kelompok KKN Posdaya memperlihatkan beberapa produk inovasinya yang menggunakan bahan baku hasil pertanian lokal.
62
K
KN bukan saja menjadi tugas bagi mahasiswa semester delapan dari suatu perguruan tinggi, tetapi menjadi media penting untuk belajar berkola borasi dengan masyarakat membangun desa. Begitu juga mahasiswa KKN dari UTM Bangkalan, Jatim. Perguruan UTM sudah secara rutin setiap tahun melaksanakan kegiatan KKN. Mahasiswa KKN yang terbagi dalam beberapa kelompok disebar ke berbagai desa, utamanya desa di sekitar Bangkalan. Seperti yang dilakukan Melinda Sulfiana Putri, mahasiswa Fakultas Ekonomi UUTM Bangkalan, yang tergabung dalam kelompok 73. Bersama kelompoknya mendapat tugas KKN dari perguruan tingginya ke Desa Leppangeng, Kecamatan Modung, Kabupaten Bangkalan. Selama melaksanakan KKN banyak yang sudah dilakukan. Saat KKN mengusung tema lingkungan. Dengan tema tersebut, Kelompok 73 memfokuskan produk utamanya pada pembuatan biogas sesuai dengan potensi kotoran sapi bahan untuk membuat biogas
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
yang banyak terdapat di Desa Leppangeng. Banyak penduduk desa tersebut beternak sapi, sehingga kotorannya cukup banyak. Kotoran sapi inilah yang dijadikan bahan baku utama pembuatan biogas yang bermanfaat untuk masyarakat. “Melalui KKN tersebut, kami mengoptimalkan potensi kotoran sapi yang banyak terdapat di Desa Leppangeng tersebut menjadi biogas, bahan bakar ramah lingkungan,” tutur Melinda mengawali penuturnya di sela kesibukannya menjaga stand pamerannya di lobby Gedung Rektorat UTM Bangkalan pada gelar produk Posdaya sebagai hasil pendampingan mahasiswa KKN ke desa-desa di Bangkalan, beberapa waktu lalu. Sebelum diperkenalkan untuk bahan baku biogas, kotoran sapi oleh penduduk ada yang dijadikan pupuk. Tetapi banyak juga yang tidak dimanfaatkan sehingga mengotori lingkungan dan menjadi polusi bau yang tak sedap serta bisa menggangu kesehatan. “Dulu di Desa Leppangeng pernah ada pengembangan biogas tetapi tidak berlanjut. Maka dengan KKN kami mahasiswa dari UTM Bangkalan mencoba menghidupkan kembali. Karena memang potensinya besar, sehingga bisa membantu masyarakat,” ujar Melinda mewakili kelompok KKN-nya. Melinda menambahkan, dengan memanfaatkan, drum-drum bekas minyak, masyarakat diajak memproduksi biogas. Awalnya sewaktu percobaan dilakukan dengan galon. Kini masyarakat mendapat invetaris drum-drum bekas tersebut. Adapun tempat pembuatan biogas di rumahnya carik desa setempat. “Alhamdulillah sekarang sudah dimanfaatkan oleh warga setempat,” kata Mleinda bangga. Api dari pemanfaatan biogas tersebut sudah dimanfaatkan untuk memasak maupun listrik penerang rumah warga. Mie jagung Selain membantu memanfaatkan potensi kotoran sapi, mahasiswa KKN UTM Bangkalan yang melaksanakan kegiatannya di Desa
Leppangeng, bersama maysarakat juga mengolah hasil pertanian jagung yang cukup melimpah menjadi mie jagung. Mie jagung bisa menjadi makanan hasil inovasi yang cukup menarik. Meskipun rasanya belum sebanding dengan mis-mie instan produk pabrikan besar yang selama banyak beredar, tetapi keberadaan mie jagung cukup menarik dan bisa menjadi alternatif olahan penduduk yang selama lebih cenderung membuat jagung menjadi nasi jagung untuk dikonsumsi warga Madura sehari-hari selain nasi. Jagung merupakan hasil pertanian terbesar di Madura termasuk di Kecamatan Modung. Dengan menjadikan jagung sebagai bahan baku mie akan bisa membantu para petani jagung menjadi lebih berdaya. Hasil pertanian jagung lebih banyak dijual tanpa ada niatan mengolah jagung menjadi lebih bernilai dari sekadar dijual mentah begitu saja. Selain Mie Jagung, lanjut Melinda, jagung juga menjadi bahan baku pembuatan susu jagung yang cukup bergizi dan bermanfaat untuk menambah asupan gizi dan nutrisi untuk warga. Jagung merupakan salah satu bahan makanan pokok yang memiliki kedudukan penting setelah beras bagi masyarakat Indonesia. Kandungan gizi penting pada jagung adalah karbohidrat dan lemak. Karbohidrat jagung terdiri dari pati, gula, serat kasar dan pentosan. Pati jagung terdiri dari amilosa dan amilopektin, sedangkan gulanya berupa sukrosa. Sementara lemak jagung sebagian besar terdapat pada bagian lembaganya. Asam lemak penyusunnya terdiri dari asam lemak jenuh yang berupa palmitat dan stearat serta asam lemak tidak jenuh berupa oleat dan linoleat. Sedangkan protein jagung mempunyai komposisi asam amino yang cukup baik, tetapi asam amino lisin dan triptofan terdapat dalam jumlah kecil. “Untuk kemasan Mie Jagung kami yang membuat disainnya, meskipin masih sederhana tapi diharapkan bisa menggugah semangat masyarakat untuk mengolah jagung menjadi mie jagung maupun susu jagung,” ujarnya. Disain khusus tersebut sudah ditit Selain mengoptimalkan potensi kotoran sapi menjadi biogas, mahasiswa KKN UTM bangkalan juga mengenalkan inovasi mie
jagung serta meningkatkan inovasi tiram yang selama ini kerangnya saja yang dimanfaatkan untuk hiasan tetapi dikenalkan mahasiswa sebagaikanan ringan krupuk gurih yang renyah. “Kerang tiram yang banyak terdapat di Desa Lappangeng kami olah menjadi krupuk yang gurih rasanya,” kata Melinda seraya berpromosi krupuk tiram rasanya tidak kalah dari krupuk udang. Selama sebulan lebih melakukan tugas KKN, Melinda bersama mahasiswa UTM Bangkalan lainnya telah mengenalkan warna baru inovasi yang dapat dimanfaatkan dalam mengoptimalkan berbagai potensi lokal yang ada menjadi lebih bernilai. “Jadi sebagai mahasiswa UTM Bangkalan, kami bersama masyarakat desa di Madura, tidak saja mencoba mengoptimalkan potensi lokal yang banyak tersedia di desa, tetapi juga mencoba membantu mengangkat kehidupan masyarakatnya. Sehingga masyarakat luas saat mau berkunjung ke Madura hanya mengenal Suramadu, Karapan sapi maupun sate ayamnya, tetapi ada sisi lain dari potensi lain di desa, seperti misal desa di Kecamatan Modung sebagai bagian tak terpisahkan dari Pulau Madura yang patut dilihat, “ kata Melinda bersemangat. Kecamatan Modung, terkenal dengan daerah potensi pertambangan, pertanian dan wisata alam serta juga batik. Potensi tersebut perlu lebih diperkenalkan ke publik dan masyarakat luas, termasuk keunikan Modung maupun kecamatan-kecamatan lain yang ada di Madura. Apabila berbagai inovasi yang sudah dikenalkan mahasiswa KKN tersebut dapat dikelola lebih lanjut dan dikenalkan secara lebih luas melalui media sosial internet ke masyarakat akan menjadi sebuah terobosan pengentasan kemiskinan yang menarik. “Itulah yang kami harapkan sebagai mahasiswa peserta KKN dalam belajar mengabdi untuk bangsa melalui KKN di desa,” kata Melinda. HARI
Kemasan mie jagung dan menjadi salah satu terobosan meningkatkan derajat jagung sebagai makanan pengganti mie instan (foto kiri). Begitu juga kemasan kerupuk tiramyang memanfaatkan melimpahnya hasil tiram di pantai Madura (foto kanan).
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
63
DNIKS
Dari Kunjungan LKKS Provinsi Banten di Posdaya Puspa Lestari RW 07
Jika Relawan Memotivasi Aktivis Posdaya Penggagas Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) Prof Dr Haryono Suyono meminta para relawan agar tugasnya dua saja. Yang pertama, merayu para orang kaya dan tetanggatetangganya. “Kalau mau masuk surga buatlah yang baik dan menolong memberi perhatian dan memberi pemberdayaan kepada keluarga-keluarga yang belum mampu. Sehingga orang kaya di sini bersikap sangat akrab terhadap keluarga-keluarga di sekitarnya,” harapnya.
Ketua Umum DNIKS Prof Dr Haryono Suyono mendampingi Ketua Umum LKKS Provinsi Banten Hj Dewi Indriarti Rano saat mengunjungi Posdaya Puspa Lestari Kelurahan Pasir Kuda, Bogor, Jabar. [FOTO-FOTO: SULAEMAN]
“S
IAPA tahu keluarga-keluarga itu sebenarnya adalah modal utama kita. Kalau selama hidup kita baik dengan tetangga hampir pasti kita akan diantar ke tempat peristirahatan terakhir dan semuanya akan mendo’akan. Do’a dari tetangga dan kaum dhuafa adalah do’a yang paling ampuh,” papar Ketua Umum Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) Prof Dr Haryono Suyono saat memberikan sambutan dan pembekalan kepada para Relawan Posdaya disela acara kunjungan LKKS Provinsi Banten di Posdaya Rujukan Nasional Puspa Lestari RW 07, Kelurahan Pasir Kuda, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat pada 16 Maret 2016. Hadir pada acara tersebut Ketua Umum DNIKS Prof Dr Haryono Suyono, Sekjen DNIKS Dr Rohadi Haryanto, Ketua Umum Lembaga Koordinasi Kesejahteraan Sosial (LKKS) Provinsi Banten Hj Dewi Indriarti Rano, Sekretaris Daerah Kota Bogor Ade Sarip Hidayat, P2SDM LPPM IPB Ir Yannefri Bachtiar, MSi dan Ir Mintarti, MSi, Ketua
64
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
Posdaya Puspa Lestari Kartono dan Pengurus LKKS Provinsi Banten. Yang kedua, lanjut Prof Haryono, kepada keluarga-keluarga yang belum berhasil, jangan menengadahkan tangan. Tidak boleh ada keluarga-keluarga yang malas, tiap hari hanya menengadahkan tangan ke atas. Tetapi harus belajar mengikuti kursus-kursus, mengikuti pencerahan dari teman-teman relawan Posdaya, relawan-relawan yang akan membantu agar kita segera bisa bekerja cerdas dan keras. Tidak ada di dunia ini yang tidak bisa dicapai kalau kita mau bekerja cerdas dan keras. “Saya sudah hampir berusia 80 tahun tetapi tetap bekerja dengan keras dan alhamdulillah saya menurut saudara-saudara yang jaraknya kira-kira 100 meter dari sini masih kelihatan seperti usia 17 tahun. Apalagi saya dekat dengan Ibu Dewi rasanya saya ini agak mirip dengan Rano Karno, sebab Rano Karno punya tahi lalat hampir sama dengan tahi lalat saya, punya kumis hampir sama dengan saya, bedanya hanya rambutnya,” ujar Prof Haryono seraya menambahkan, Rano Karno
rambutnya tebal, saya tipis karena saya menjadi Kepala BKKBN hampir 17 tahun. Kita do’akan Pak Rano Karno jadi gubernur dengan baik, tetap dicintai rakyatnya dan kalau ada pilihan lagi saudara ikut mendo’akan Rano Karno jadi gubernur untuk kedua kalinya.” “Jadi para relawan saya sampaikan selamat bekerja dan jangan lupa tetap berdo’a pada Allah SWT agar pekerjaan kita diberikan limpahan ridho dan rahmat-Nya dan dimudahkan. Dan rakyat di sini semuanya menjadi rakyat yang subur, makmur, usia panjang dan banyak gunanya,” harap Prof Haryono. Pada kesempatan itu, Ketua Umum Lembaga Koordinasi Kesejahteraan Sosial (LKKS) Provinsi Banten Hj Dewi Indriarti Rano mengatakan, “Kami dari Provinsi Banten memang sudah menyiapkan jauh-jauh hari untuk datang kemari untuk dapat belajar dan mengetahui langsung apa itu Posdaya dan bagaimana terjadinya Posdaya. Karena memang kita punya rencana akan membuat Posdaya di Provinsi Banten.” Menurut Dewi, “Memang setelah kita melihat Posyandu, PAUD dan semuanya memang mirip dengan program kita di LKKS Pemda Provinsi Banten. Hanya bedanya memang yang perlu kita ketahui dan pelajari bagaimana caranya masyarakat ikut, sama-sama sharing, sama-sama bisa membiayai sendiri, istilahnya tidak bergantung pada pemerintah.” “Mudah-mudahan dengan kita belajar hari ini, kita bisa memantau langsung, mempelajari. Saya berharap teman-teman LKKS bisa menularkan kehebatan Posdaya di Kota Bogor, Jawa Barat ini, mudah-mudahan bisa terbentuk secepatnya Posdaya di Provinsi Banten. Mudah-mudahan silaturahmi ini bisa berlanjut dan ke depan kita bisa sama hebatnya dengan Posdaya di Bogor ini,” ujarnya. Hj Dewi Indriarti Rano sangat kagum dan bangga atas perhatian yang sangat besar dari Prof Dr Haryono Suyono yang sudah berkenan mendampingi dan hadir di tengah kesibukannya yang luar biasa sekali dan membuat LKKS Provinsi Banten tersanjung. Ini membuat pengurus LKKS Provinsi Banten semangat walaupun jauh tapi ini menjadi inspirasi kita semua untuk bisa membuat Posdaya yang sebaik Posdaya di Bogor ini.
Ketua Posdaya Puspa Lestari saat menyerahkan cinderamata kepada Ketua LKKS Provinsi Banten Hj Dewi Indriarti Rano usai acara meninjau lapangan.
na mendapat kunjungan dari Ketua Umum DNIKS Prof Dr Haryono Suyono dan Ketua LKKS Provinsi Banten Hj Dewi Indriarti Rano. “Acara kunjungan ini kami menganggap sudah biasa. Pengurus Posdaya Puspa Lestari menerima dengan sangat senang hati. Dan ini merupakan kunjungan yang ke-20, dan tanggapan mereka terhadap perkembangan Posdaya Puspa Lestari sangat luar biasa,” ucapnya. Menurutnya, “Banyak dari mereka ingin mencontoh bagaimana program pemberdayaan ini melalui Posdaya. Apalagi yang berkaitan dengan disabilitas, mereka sangat antusias
Ketua Umum LKKS Provinsi Banten Hj Dewi Indriarti Rano meninjau kegiatan anak-anak disabilitas binaan Posdaya Puspa Lestari.
Posdaya Puspa Lestari Ketua Posdaya Puspa Lestari Kartono sangat gembira dan bangga yang luar biasa kareGemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016
65
Prof Dr Haryono Suyono saat memberikan motivasi dan arahan kepada Relawan Posdaya Kota Bogor disaksikan oleh Ibu Hj Dewi Indriarti Rano.
sekali bagaimana program dari masyarakat untuk menangani anak-anak disabilitas,” ujar Kartono yang berhasil menyabet juara dua Posdaya Terbaik Damandiri Award 2015 pada puncak HUT Damandiri ke-20. Selain itu, Kartono menjelaskan, yang terbaru ada program lingkungan yaitu biopori dan lingkungan hijau. “Saat ini kami fokus untuk lingkungan berupa pembuatan biopori dan pengolahan sampah skala rumah tangga. Yang kedua, pengembangan anak-anak disabilitas yang cakupannya sekarang ini baru Bogor Barat dan Bogor Selatan mungkin nanti kawasan Bogor yang memang perlu penanganan anak-anak disabilitas akan kita kembangkan.” Seluruh warga yang terdiri dari 282 KK secara otomatis menjadi anggota Posdaya, di samping itu mereka juga menjadi anggota koperasi. Karena di dalam penataan lingkungan, setiap warga juga memberikan kontribusi untuk
penanganan sampah, ada iuran warga yang berkaitan dengan sampah. Jadi pada prinsipnya seluruh KK yang ada sudah masuk jadi anggota Posdaya. “Program kita yang sudah mendesak dan kami sudah koordinasi dengan LPM, DKM dan Pak Lurah rencananya sudah ada empat RW yang ingin membentuk Posdaya seperti ini seperti RW 08, RW 02, RW 06 dan RW 11. Secara khusus kami akan ada kegiatan sarasehan di kelurahan yang berkaitan dengan pengembangan Posdaya dan koperasi,” katanya. Lebih lanjut, Kartono menjelaskan, “Kami juga akan melaunching Relawan Posdaya. Kebetulan Kota Bogor ini akan melaunching Relawan Posdaya yang merupakan para kader Posdaya yang nanti fokusnya di sini dengan melaksanakan gebyar yang rencananya akan dilaksanakan pada akhir Maret 2016. Peran relawan pada intinya adalah untuk memotivasi teman-teman Posdaya yang selama ini mungkin kegiatannya belum efektif dan belum berjalan secara semestinya.” Sehingga fungsi relawan ini adalah memotivasi Posdaya lain dapat maju bersamasama. di Bogor ini setiap kecamatan sudah punya relawan sehingga nanti insya Allah kami akan mengundang walikota untuk peresmiannya. Kegiatannya berkaitan dengan lingkungan yaitu biopori dan pengelolaan sampah yang menjadi program utama di dalam relawan ini. SUL/DH
BERITA DUKA CITA Seluruh Pimpinan, Staf Redaksi dan Karyawan Majalah Gemari mengucapkan belasungkawa atas berpulangnya:
Oni Suhatin Ibunda Rahmawati, Wartawati Majalah Gemari.
Pada 16 Februari 2016 dalam usia 76 tahun Semoga arwah almarhumah diterima di sisi Allah SWT dan keluarga yang ditinggalkan mendapatkan ketabahan serta kekuatan iman dalam menghadapi cobaan ini. Amin ya Robbal ‘alamin.
66
Gemari Edisi 183/Tahun XVII/April 2016