MEMAHAMI LALU LINTAS LEWAT PROGRAM SIARAN KELANA KOTA Fajar Arifianto Isnugroho1 dan Nita Femmilia
Abstrack Technological developments make the radio should be more creative in designing programs that meet the needs of the broadcast audience. The research was conducted with subjects taking Surabaya radio voice. Radio is one of the many radio listeners accessible. Radio Suara Surabaya is a radio pioneer who focus primarily on the information or news about traffic information. The study was conducted to determine whether there is a correlation between the frequency of listening to the broadcast program at Radio City Kelana Surabaya with the listener's level of understanding about the manner of traffic. The method used is survey method by using a sample of the entire audience research that meets the criteria of sound Surabaya. From these results, it was concluded there were significant correlations between the frequency of listening to programs broadcast on radio Voice Kelana city Surabaya with the listener's level of understanding about the way of traffic in Surabaya. It is based on the calculation of the frequency of listening score very often, as many as 84.62% while the level of understanding of public order and traffic safety programs broadcast by the broadcast Kelana very high, as many as 84.62%. That is, the more often the listener to listen to the broadcast program Kelana City, the higher the level of knowledge about the traffic.
Key Words Radio, Kelana Kota Program, Traffic
Abstrak Perkembangan teknologi membuat radio harus lebih kreatif dalam merancang program siaran yang dapat memenuhi kebutuhan pendengarnya. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil subjek penelitian radio Suara Surabaya. Radio ini merupakan salah satu radio yang banyak diakses oleh pendengar. Radio Suara Surabaya merupakan pelopor radio yang fokus pada informasi atau berita utamanya seputar informasi lalu lintas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antara frekuensi mendengarkan program siaran Kelana Kota di Radio Surabaya dengan tingkat pemahaman pendengar mengenai tata cara berlalu lintas. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survai dengan menggunakan sampel penelitian seluruh pendengar Suara Surabaya yang memenuhi kriteria. Dari hasil penelitian ini, disimpulkan terdapat korelasi yang signifikan antara frekuensi mendengarkan program siaran Kelana Kota di radio Suara Surabaya dengan tingkat pemahaman pendengar tentang tata cara berlalu lintas di Surabaya. Hal ini berdasarkan perhitungan skor tingkat kekerapan mendengarkan sangat sering, yaitu sebanyak 84,62 % sedangkan untuk tingkat pemahaman tentang ketertiban dan 1
Fajar Arifianto Isnugroho adalah Dosen pada Program Studi Ilmu Komunikasi Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi-Almamater Wartawan Surabaya. Dapat dihubungi melalui email:
[email protected].
1
keselamatan berlalu lintas yang disiarkan oleh program siaran Kelana sangat tinggi, yaitu sebanyak 84,62 %. Artinya, makin sering pendengar mendengarkan program siaran Kelana Kota, maka semakin tinggi tingkat pengetahuan tentang lalu lintas. Kata Kunci: Radio, Program Kelana Kota, Lalu Lintas
Pendahuluan Teknologi informasi dan komunikasi terus berkembang sejalan dengan kemajuan jaman. Bagi masyarakat modern informasi kini menjadi salah satu kebutuhan pokok. Itulah mengapa manusia kemudian menggunakan segala saluran untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Sumber-sumber untuk mendapatkan informasi bisa berasal dari mana saja, termasuk radio. Radio mempunyai sifat khas dalam menyampaikan pesan atau informasi kepada masyarakat: auditif, terbatas kepada rangkaian suara dan bunyi yang hanya menerpa indera telinga. Selain murah dan mudah, radio merupakan sarana tercepat dalam penyampaian informasi dibandingkan televisi atau koran. Menurut Friedrich Nauman Stifung dalam bukunya “Politik dan Radio” radio disebut-sebut sebagai “bisnis detik”. Artinya apa yang terjadi detik ini, dapat disiarkan pada menit yang sama tanpa proses yang rumit. Itulah mengapa disebut jurnalisme radio terdepan dalam kecepatan distribusi informasi. Data dari Nielsen Media Research menyebutkan radio memilki pendengar sejumlah 13,35 juta orang dan memiliki jangkauan paling luas. Hal ini terbukti 85% akses informasi dikuasai oleh masyarakat kota. Radio merupakan alternatif media yang praktis karena bisa didengarkan di mana saja dan kapan saja, bahkan sambil melakukan aktivitas lain. Selain itu radio dianggap sebagai media yang mampu memberi informasi yang kredibel/terpercaya. Wilburm Schramm (1977:13) dalam buku ”Psikologi Komunikasi” mendefinisikan informasi sebagai segala sesuatu “yang mengurangi ketidakpastian atau mengurangi jumlah kemungkinan alternatif dalam situasi” informasi yang diperoleh telah menstruktur atau mengorganisasikan realitas. Khalayak yang mengetahui atau sengaja ingin mendengarkan informasi atau pesan di radio disebut sebagai pendengar. Dalam penelitian ini yang dimaksud sebagai khalayak adalah pendengar. Pendengar dapat memperoleh informasi dengan
2
mudah melalui radio dan menimbulkan adanya perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi pendengar. Perubahan ini berkaitan dengan transmisi efek kognitif si pendengar (Rakhmat, 2005:219). Menurut Dr. Lawrence Kincaid dan Wilburm Schramm (1987:115) dalam buku ”Psikologi Komunikasi” pengetahuan atau kognitif merupakan wujud dari kenyataan atau kebenaran, informasi dan prinsip-prinsip yang dimiliki oleh umat manusia. Efek kognitif di sini dimaksudkan adalah akibat yang timbul pada diri pendengar yang sifatnya informatif bagi dirinya. Efek kognitif yang didapat oleh pendengar berbedabeda, bergantung dari frekuensi mendengarkan informasi dari media radio. Yang dimaksud frekuensi mendengarkan adalah tingkat kekerapan dalam mendengarkan program di sebuah stasiun radio. Dalam buku “Suara Surabaya Bukan Radio” Arifin BH, penulisnya mengatakan bahwa Suara Surabaya merupakan radio pertama di Indonesia yang sejak awal kelahirannya secara sadar menerapkan format “Radio News atau Informasi” sebagai bagian dari materi siarannya. Radio ini memiliki misi menjadi perusahaan media massa yang dituntut berkembang dengan mengandalkan kemajuan teknologi komunikasi dan telekomunikasi dan sentra informasi tentang Surabaya dan Jawa Timur. Di Radio Suara Surabaya, terdapat program yang mengacu pada konsep “local news” dalam pemberitaan, yaitu Program Kelana Kota. Program ini beritsi informasi lokal seputar daerah Surabaya, seperti informasi tentang lalu lintas. Berdasarkan data Polwiltabes di Surabaya kasus pelanggaran lalu lintas tahun 2009 sebanyak 523.349. Hal ini disebabkan karenakan rendahnya kesadaran pengguna kendaraan. Oleh karena itu, Informasi lalu lintas dianggap penting untuk diketahui masyarakat karena menurut Undang-undang No 22 tahun 2009, peraturan dan tata tertib lalu lintas bertujuan untuk terwujudnya pelayanan lalu lintas yang aman, selamat, tertib, dan lancar. Program Kelana Kota, disiarkan setiap hari selama 24 jam. Siaran perharinya 70% didominasi oleh siaran informasi lalu lintas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat korelasi antara frekuensi mendengarkan program siaran Kelana Kota dengan tingkat kognitif pendengar tentang lalu lintas yang dibatasi hanya pada comprehension (pemahaman) tentang tata cara berlalu lintas yang sering disiarkan oleh Kelana Kota. Frekuensi mendengarkan dalam penelitian ini, dioperasionalkan menjadi jumlah waktu yang digunakan
untuk mendengarkan Program Kelana Kota terhadap 3
informasi yang dikonsumsi, yaitu pemahaman tentang tata cara berlalu lintas.
Rumusan Masalah Rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Adakah korelasi antara frekuensi mendengarkan program siaran Kelana Kota dengan tingkat kognitif pendengar tentang lalu lintas?”
Signifikansi Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi dunia industri radio mengenai format program siaran yang dibutuhkan dan bermanfaat bagi pendengar. Selain itu hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dalam mengembangkan format dan isi siaran khususnya untuk program Kelana Kota di radio Suara Surabaya.
Landasan Teori Radio: Definisi & Fungsinya Berdasarkan Undang-undang Penyiaran No 32/2002, radio adalah kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan/atau sarana transmisi di darat, di laut, atau di antariksa dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran, yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan. Radio adalah teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan cara modulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang elektromagnetik). Moeryanto Ginting Munthe dalam buku “Media Komunikasi Radio” menyebutkan beberapa fungsi radio yaitu fungsi informatif, fungsi edukatif, dan fungsi entertainment.
Karakteristik Radio Produksi Radio Hanya ‘Suara’ Produksi radio semata-mata hanya ‘suara’. Karena itu menjadi tantangan terbesar produsen berita radio memahami hal-hal yang mungkin disiarkan dan yang tidak melalui radio. Keberhasilan utama pemberitaan radio apabila khalayak pendengar mampu menerima informasi tersebut dengan sempurna secara makna maupun persepsi. 4
Karakter radio yang produksinya hanya suara mengharuskan reporter radio untuk menguasai teknik penyiaran. Apabila jurnalis radio mampu menyiarkan informasi yang diperolehnya tanpa harus melalui penyiar lain, maka produksinya lebih akurat, aktual, faktual karena jurnalisnya sangat menguasai dan menghayati materi pelaporannya.
Informasi Muncul Selintas Siaran radio tidak terdokumentasi. Berkaitan dengan penampilannya yang hanya suara, berakibat karakteristik suara di radio menjadi selintas. Artinya suara itu lenyap dalam sekejap setelah mengudara. Siaran radio yang tak berwujud nyata, produksinya hanya bisa didokumentasi apabila direkam. Tetapi merekam siaran tentu bukan kelaziman pendengar. Akibat kelemahan dokumentasi ini, tantangan produksi pemberitaan adalah bagaimana sekali informasi tersebut mengudara dan hanya dengan sekali dengar, khalayak pendengar mampu mencerna dan mengerti informasi tersebut. Itulah sebabnya radio dikenal sebagai medium yang wajib melakukan pengulanganpengulangan agar pendengar semakin jelas memahami materi yang disiarkan. Sehingga tugas utama seluruh anggota pemberitaan, memaksimalkan keselintasan siaran radio menjadi kenyamanan pendengar. Unggul dalam Kecepatan Siaran radio dengan karakter proses produksi siaran yang pendek, alias tidak serumit dan sepanjang media, membuat jurnalisme radio paling depan dalam kecepatan distribusi informasinya. Radio disebut-sebut sebagai “bisnis detik”,artinya apa yang terjadi detik ini, radio mampu menyiarkan pada menit ynag sama. Perkembangan teknologi telekomunikasi seperti perangkat satelit dan seluler semakin memudahkan radio menampilkan kecepatannya menyiarkan informasi. Sehingga selayaknya seluruh personil siaran yang berhubungan dengan pemberitaan memahami, inilah keunggulan juranalisme radio dibandingkan media lainnya. Imajinatif Karena produksi informasi di radio berbentuk suara, maka proses dan dampak komunikasi yang diciptakannya juga berbeda. Hanya suara itulah yang paling kuat mengundang imajinasi pendengar. Karena pendengar berusaha memvisualkan suara itu dalam benak masing-masing. Akibat kekuatan imajinasi yang bisa sering tidak sama dengan relaita, siaran radio lebih segera menyentuh emosi ketimbang nalar. Suara yang datang ke telinga pendengar sangat potensial mempengaruhi perasaan 5
pendengar. Oleh karena itu tim pemberitaan radio pantas lebih berhati-hati karena sebelum informasi mengudara,
menjadi keharusan untuk memperhitungkan
dampaknya sebelum menulis dan menyiarkannya.
Teori Uses and Gratification Menurut Jalaluddin Rakhmat dalam buku “Metode Penelitian Komunikasi” pendekatan Uses and Gratification mengasumsikan audiens merupakan khalayak aktif dan mengarah pada satu tujuan dan motif-motif tertentu. Media hanyalah dianggap sebagai salah satu cara untuk memenuhi kebutuhannya dan individu dapat saja memenuhi kebutuhannya itu melalui media atau cara lain. Menurut Penemunya, Elihu Katz, Jay G. Blumer, dan Michael Gurevitch, Uses and Gratification meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan (atau keterlibatan pada kegiatan lain) dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain, barangkali termasuk juga yang tidak diinginkan. Dengan model ini yang diteliti ialah(1) sumber sosial dan psikologis dari (2) kebutuhan, yang melahirkan (3) harapan-harapan dari (4) media massa atau sumbersumber yang lain, yang menyebabkan (5) perbedaan pola terpaan media (atau keteribatan dalam kegiatan lain), dan menghasilkan (6) pemenuhan kebutuahn dan (&) akibat-akibat lain, bahkan sering kali akibat-akibat yang tidak dikehendaki. Model ” Uses and Grafification”
Anteseden
Motif
Penggunaan Media
Efek
Variabel Individual
- personal
- hubungan
- kepuasan
Variabel lingkungan
- diversi
- macam isi
- pengetahuan
- personal identity
- hubungan dengan isi
Dengan menggunakan model ini, peneliti berusaha
- kepuasan
menemukan hubungan di
antara variabel-variabel yang diukur. Anteseden meliputi variabel individual yang terdiri dari data demografis dan variabel lingkungan seperti organisasi, sistem sosial, dan struktur sosial. Penggunaan media terdiri dari jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai media, jenis isi media yang dikonsumsi dan berbagai hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan (Rosengren,1974:277). Efek media dapat dioperasionalisasikan sebagai evaluasi kemampuan media untuk memberikan kepuasan maupun pengetahuan.
6
Teori Informasi Konsep dasar teori informasi berasal dari Claude Shannon dan Warren Weave. Menurut teori ini, informasi adalah jumlah ketidakpastian yang dapat diukur dengan cara mereduksikan sejumlah alternatif pilihan yang tersedia. Informasi berkaitan dengan situasi yang tidak pasti. Semakin tidak pasti suatu situasi, maka semakin banyak pula alternatif yang dapat digunakan secara berturut-turut dan bertumpang tindih (reduktif) untuk mengurangi ketidakpastian tersebut. Informasi adalah sesuatu yang mengurangi ketidakpastian akan sesuatu. (Sendjaja,1998:84). Untuk mengurangi ketidakpastian, dibutuhkan paling sedikit dua alternatif pilihan. Jika hanya satu yang diperlukan berarti namanya sudah pasti. “Information can be though of as the nmber of choices, or alternatives, available to person in predicting the outcome or situation. In acomplex situation of many possible outcomes”
Informasi yang diterima oleh seseorang tidak hanya berasal dari satu sumber. Informasi dapat diperoleh dari pengamatan individual, percakapan dengan orang lain, dari media massa, dan lain sebagainya. Sumber informasi di masyarakat terbagi menjadi dua: sumber informasi dari saluran interpersonal, dan sumber informasi dari saluran media massa (Jahi,1989:109). Ada
pertimbangan-pertimbangan
yang
dilakukan
seseorang
dalam
menggunakan suatu sumber informasi, salah satunya adalah sikap terhadap karakteristik sumber tersebut. Karekteristik sumber ini, oleh Alexis S.Tan disebutkan antara lain adalah : pertama, kredibilitas, dapat atau tidaknya sebuah sumber dipercaya tergantung pada keahlian dan kejujuran. Kedua, daya tarik, penerima informasi cenderung tertarik bila sumber memiliki kesamaan, keakraban, disukai, dan menarik secara fisik. Ketiga, kekuasaan. Sumber informasi efektif mengubah perilaku penerima informasi karena ia memiliki kemampuan mengubah kontrol, kemampuan memerhatikan apakah penerima informasi tunduk atau tidak, kemampuan meneliti apakah penerima informasi tunduk atau tidak (Tan,1981:104).
Tingkat Kognitif Dalam proses komunikasi, kognisi atau pengetahuan sering dipandang sebagai salah satu hasil akhir yang terpenting. Dr. Lawrence Kincaid dan Wilburm Schramm (1987:115) dalam buku “Psikologi Komunikasi” mengatakan bahwa pengetahuan
7
merupakan wujud dari kenyataan atau kebenaran, informasi dan prinsip-prinsip yang dimiliki oleh umat manusia. Seseorang mengetahui berarti ia mengamati secara langsung, memiliki pengalaman, mengenali, atau sudah biasa terhadap sesuatu hal, menginsafi kesamaan dengan sesuatu yang sudah lebih dulu diketahui, memahami, meyakini, atau merasa pasti serta menyadari kebenaran tentang sesuatu hal. Berdasarkan hal tersebut, Abdillah Hanafi mengemukakan bahwa tingkat pengetahuan atau kognisi adalah tingkat keluasan pengetahuan sumber mengenai apa yang dibicarakan yang juga akan mempengaruhi pesan-pesan yang disampaikan. Seseorang tidak dapat mengomunikasikan apa yang ia tidak ketahui, seseorang tidak dapat berkomunikasi dengan efektif mengenai hal-hal yang tidak ia mengerti. Pengetahuan mengenai proses komunikasi dapat juga mempengaruhi perilaku sumber. Kognisi itu didapatkan dari bagaimana khalayak itu mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitif. Kognisi
terjadi apabila
adanya perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan, atau informasi (Rakhmat, 2005:219). Ada lima variabel dimensi efek kognitif yaitu Attention
(perhatian),
Awarenes
s(menyadari),
Recognition
(mengenal),
Comprehension (mengerti atau paham), dan Recall (mengingat kembali). Dari kelima tipe variabel, peneliti lebih memfokuskan tingkat kognitif pada tipe variabel comprehension (mengerti atau paham). Ini diukur dari kemampuan responden dalam memahami lalu lintas.
Lalu Lintas Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu lintas yang dimaksud dengan: 1.
Lalu lintas dan angkutan jalan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas lalu lintas, angkutan jalan,jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, kendaraan pengemudi, pengguna jalan, serta pengelolaannya.
2.
Lalu lintas adalah gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan.
3.
Prasarana lalu lintas dan angkutan jalan adalah ruang lalu lintas, terminal, dan perlengkapan jalan yang meliputi marka, rambu, alat pemberi isyarat lalu lintas, alat pengendali dan pengaman pengguna 8
jalan, alat pengawasan dan pengamanan jalan, serta fasilitas pendukung. 4. Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor. 5. Kendaraan
bermotor
adalah
setiap
kendaraan
yang
digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di atas rel. 6. Ruang lalu lintas jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak
pindah kendaraan, orang, dan/atau barang yang berupa
jalan dan fasilitas pendukung. 7. Rambu lalu lintas adalah bagian perlengkapan jalan yang berupa lambang, huruf, angka, kalimat, dan perpaduan yang berfungsi sebagai peringatan, larangan, perintah, atau petunjuk bagi pengguna jalan. 8. Marka jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan jalan atau di atas permukaan jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis membujur, garis melintang, garis serong, serta lambang yang berfungsi untuk mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi daerah kepentingan lalu lintas. 9. Alat pemberi isyarat lalu lintas adalah perangkat elektronik yang menggunakan isyarat lampu yang dapat dilengkapi dengan isyarat bunyi untuk
mengatur
lalu lintas orang dan kendaraan di
persimpangan atau pada ruas jalan. 10. Pengemudi bermotor di
adalah
orang
yang
mengemudikan
kendaraan
jalan yang telah memiliki Surat Izin Mengemudi
(SIM). 11. Sepeda motor adalah Kendaraan bermotor beroda dua dengan atau tanpa rumah- rumah dan dengan atau tanpa kereta samping atau kendaraan bermotor beroda tiga. 12. Keselamatan
lalu lintas adalah suatu
keadaan
terhindarnya
setiap orang dari risiko kecelakaan selama berlalu lintas yang disebabkan oleh manusia, kendaraan, jalan, dan lingkungan. 13. Ketertiban lalu lintas adalah suatu keadaan berlalu lintas yang berlangsung secara teratur sesuai dengan hak dan kewajiban setiap 9
pengguna jalan. 14. Tujuan diselenggarakan UU Lalu Lintas No 22 tahun 2009, yaitu terwujudnya pelayanan lalu lintas yang aman, selamat, tertib, lancar, serta memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa juga mampu menjunjung tinggi martabat bangsa.
Metodologi Penelitian Pendekatan Dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif karena ingin menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasi dengan menggunakan metode survai. Yaitu meneliti populasi yang relatif luas dengan cara menentukan sampel yang representatif dari populasi yang diteliti (Singarimbun,1995:9). Jenis atau tipe penelitiannya adalah jenis penelitian eksplanatif, yaitu penelitian yang berusaha menjelaskan korelasi antara gejala sosial satu (variabel x) dengan gejala sosial yang lain (variabel y), sekaligus menjawab mengapa hal itu terjadi melalui pengujian hipotesis (Berger, 2000). Populasi & Sampel Untuk membatasi penelitian, peneliti memilih pendengar Siaran kelana kota di Surabaya. Surabaya dipilih sebagai lokasi penelitian sesuai dengan misi Radio Suara Surabaya: Suara Surabaya, sentra informasi tentang Surabaya dan Jawa Timur. Selain itu, program siaran Kelana Kota juga memiliki konsep ”local news”, berita dan informasi seputar Surabaya. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah pendengar Radio Suara Surabaya yang tercatat sebagai warga Surabaya, baik laki-laki maupun perempuan, dan selama 1 minggu berturut-turut (25 November 2009 – 01 Desember 2009) mendengarkan Program Siaran Kelana Kota. Dari data yang dimiliki Radio Suara Surabaya, jumlah populasi pendengar Radio Suara Surabaya program siaran Kelana Kota sebanyak kurang lebih 77 (ribu) jiwa.
Teknik Sampling Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Purposive Sampling , yakni memilih sampel berdasarkan pada kelompok, wilayah, atau sekelompok individu melalui pertimbangan tertentu yang diyakini mewakili semua unit analisis yang ada. Pemilihan kelompok atau wilayah tertentu dilakukan, setelah peneliti melakukan pengamatan atau penjajakan di lokasi penelitian (Hamidi, 2007:139). 10
Penentuan sampel menggunakan rumus Slovin, yaitu digunakan untuk menentukan ukuran sampel dari populasi yang diketahui jumlahnya. Rumusnya adalah: N n= 1 + Ne² Keterangan : n
= ukuran sampel
N
= ukuran populasi
e
= derajat ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir, dalam penelitian ini sebesar 5 %.
Dalam penelitian ini diperoleh jumlah sampel sbb.
77 n= 1 + (77) x (0,05)²
n=
65 jiwa
Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional Variabel adalah Konsep dalam bentuk konkret atau konsep operasional. Suatu variabel adalah konsep adalah konsep tingkat rendah, yang acuan-acuannya secara relatif mudah diidentifikasi, diurut atau diukur (Mayer, 1984:215). Dalam penelitian ini,
peneliti
ingin
mengetahui
korelasi
(hubungan)
antara
frekuensi
mendengarkan program siaran Kelana Kota dengan tingkat kognitif pendengar yang dibatasi hanya pada pemahaman terhadap tata cara berlalu lintas. Operasionalisasi konsep dalam penelitian ini adalah: (1) Frekuensi mendengarkan program siaran Kelana Kota. Yang dimaksud frekuensi mendengarkan di sini yaitu tingkat keseringan atau tingkat kekerapan responden dalam mendengarkan.
Jarang, yaitu 1 – 2 hari dalam satu minggu mendengarkan program siaran Kelana Kota di Radio Surabaya, dengan penilaian 3.
Sering, yaitu 3 - 4 hari dalam satu minggu tetapi tidak setiap hari
11
mendengarkan Program siaran Kelana Kota di Radio Surabaya, dengan penilaian 4.
Sangat Sering, 5 - 6 hari dalam satu minggu mendengarkan program siaran Kelana Kota di Radio Surabaya, dengan penilaian 5.
(2) Tingkat kognitif tentang lalu lintas di Surabaya. Dalam penelitian ini, untuk mengukur tingkat kognititf responden mengenai pemahaman tata cara berlalu lintas digunakan skala Likert. Variabel yang diukur diuraikan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen berupa pernyataan atau pertanyaan. Skala Likert digunakan dalam kuesioner, yaitu : Sangat Paham (SP) dengan nilai 5, Paham (P) dengan nilai 4, Cukup Paham (CP) dengan nilai 3, Tidak Paham (TP) bernilai 2, dan Sangat Tidak Paham (STP) bernilai 1.
Tingkat Pemahaman dalam penelitian ini, akan dibagi menjadi 3 kategori: tinggi, sedang, dan rendah. Untuk itu dalam menentukan jenjang masingmasing, peneliti menggunakan rumus :
Nilai Tertinggi – Nilai Terendah Interval Kelas: Jenjang yang diinginkan
Pengumpulan & Analisis Data Pengumpulan data dilakukan dengan meminta responden mengisi kuesioner dan wawancara melalui telepon. Peneliti menggunakan angket tertutup, yaitu suatu angket di mana resonden telah diberikan alternatif jawaban oleh periset. Responden tinggal memilih jawaban yang menurutnya sesuai dengan realitas yang dialaminya. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis hubungan (asosiatif), yang menggunakan uji statistik inferensal dengan tujuan melihat derajat hubungan antara kedua variabel (Kriyantono,2008 :170). Untuk menguji hipotesis asosiatif antara interval atau rasio dengan interval atau rasio, peneliti menggunakan rumus Pearson’s correlations.
12
Symbol korelasi product ditulis dengan huruf “r”.
NXY XY
r
NX
2
Keterangan r
X NY 2 Y 2
2
:
= Koefisien korelasi Person’s Product Moment
N = Jumlah individu dalam sampel X
= Angka mentah untuk variabel X
Y = Angka mentah untuk variabel Y
Untuk menguji tingkat signifikasi korelasi peneliti menggunakan uji t untuk sampel berpasangan. Peneliti menggunakan rumus statistik karena t-test berfungsi untuk menguji perbandingan, uji korelasional dan uji estimasi secara statistik. Selain itu t-.test digunakan untuk menguji perbedaan dua sampel pada variabel interval atau rasio. Sedangkan dalam penelitian ini datanya adalah bersakala interval. Menguji signifikasi korelasi antar variabel X dan Y, selain menggunakan tabel juga bisa dihitung dengan uji t yang rumusnya adalah : t
r n2 1 r2
Pengukuran Skala pengukuran digunakan untuk mengklasifikasikan variabel yang akan di-ukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan langkah riset selanjutnya.(Rachmat Kriyantono,2008:132) Dalam penelitian ini skala yang digunakan: 1.Variabel Dependen: tingkat kognitif, menggunakan skala interval. Skala interval adalah skala yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data lainnya dan mempunyai bobot atau jarak atau interval yang sama. Yang nantinya alat ukurnya adalah skor jawaban terhadap kuesioner dengan opsi tinggi, sedang, rendah. 2. Variabel Independen: frekuensi mendengarkan radio, juga menggunakan skala interval yang alat ukurnya adalah skor jawaban terhadap kuesioner dengan opsi sangat sering, sering, jarang. Analisis Data
13
Frekuensi Mendengarkan Program Kelana Kota Mendengarkan Seminggu
Jumlah
Persentase (%)
1 – 2 hari dalam satu minggu
1
2%
3 - 4 hari dalam satu minggu
9
14 %
5 - 6 hari dalam satu minggu
55
84 %
Tingkat Kognitif: Pemahaman Tata Cara Berlalu lintas Dalam penelitian ini, pemahaman tata cara berlalulintas merupakan variable Y atau variabel terikat yang dikorelasikan dengan variabel X atau variabel bebas yaitu frekuensi mendengarkan program siaran Kelana Kota di Radio Suara Surabaya. Pembahasan mengenai tata cara berlalu lintas menunjukkan 2 indikator variabel, yaitu : 1. Ketertiban Lalu Lintas adalah suatu keadaan
berlalu
lintas yang
berlangsung secara teratur sesuai dengan hak dan kewajiban setiap pengguna jalan; 2. Keselamatan
Lalu Lintas adalah suatu
keadaan
terhindarnya setiap
orang dari risiko kecelakaan selama berlalu lintas yang disebabkan oleh manusia, Kendaraan, Jalan, dan/atau lingkungan.
Pemahaman Ketertiban Berlalu Lintas Pemahaman dalam kategori ini yaitu pemahaman yang berhubungan dengan suatu keadaan berlalu lintas yang berlangsung secara teratur sesuai dengan hak dan kewajiban setiap Pengguna Jalan. Pemahaman ketertiban berlalu lintas yang diperoleh akan diukur melalui 15 (lima belas) pernyataan dalam kuesioner. Jawaban yang telah didapat diberi skor masing-masing kemudan ditotal. Untuk total skor dari pemahaman ketertiban berlalu lintas yang diperoleh, dikategorikan dalam 3(tiga) interval, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Untuk kategori pemahaman ketertiban berlalu lintas diperoleh skor tertinggi 71 dan skor terendah 38. Hasil pemberian skor pada jawaban responden adalah sebagai berikut : a)
Pemahaman rendah
= 38 - 49
b) Pemahaman sedang
= 50 - 60
c)
= 61 - 71
Pemahaman tinggi
14
Pemahaman Ketertiban Berlalu lintas dalam Program Siaran Kelana Kota di Radio Suara Surabaya (N = 65) F
%
1
Tingkat Pemahaman Ketertiban Berlalu lintas Rendah
1
1,54
2
Sedang
9
13,84
3
Tinggi
55
84,62
Jumlah
65
100
No
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui tingkat pemahaman ketertiban berlalau lintas memiliki jumlah tertinggi sebanyak 55 responden atau 84,62 %, untuk tingkat pemahaman sedang sebanyak 9 responden atau 13,84 %, sedangkan sebanyak 1 responden atau 1, 54 % untuk tingkat pemahaman ketertiban berlalu lintas rendah. Dari keseluruhan tingkat pemahaman mengenai ketertiban berlalu lintas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa tingkat pemahaman ketertiban lalu lintas,tinggi, karena program siaran Kelana Kota memberikan porsi lebih besar (70%) pada informasi mengenai lalu lintas dan informasi yang di dapat diterima dengan baik, jelas, dengan bahasa tutur yang mudah dimengerti dan dipahami oleh pendengar. Sehingga responden yang mendengarnya juga mudah untuk memahami pesan yang disampaikan oleh Penyiar dalam program siaran Kelana Kota di Radio Suara Surabaya.
Pemahaman Keselamatan Berlalu lintas Pemahaman dalam kategori ini yaitu pemahaman yang berhubungan dengan suatu keadaan terhindarnya setiap orang dari risiko kecelakaan selama berlalu lintasyang disebabkan oleh
manusia, Kendaraan, Jalan, dan/atau lingkungan.
Pemahaman keselamatan berlalu lintas yang diperoleh akan diukur melalui 15 (lima belas) pernyataan dalam kuesioner. Jawaban yang telah didapat diberi skor masingmasing kemudan ditotal. Untuk total skor dari pemahaman keselamatan berlalu lintas yang diperoleh, dikategorikan dalam 3(tiga) interval, yaitu tinggi, sedang, rendah. Untuk kategori pemahaman keselamatan berlalu lintas diperoleh skor tertinggi 70 dan skor terendah 40. Hasil pemberian skor pada jawaban responden adalah sebagai berikut :
15
a)
Pemahaman rendah
= 40 - 50
b) Pemahaman sedang
= 51 - 60
c)
= 61 - 70
Pemahaman tinggi
Pemahaman Keselamatan Berlalu lintas dalam Program Siaran Kelana Kota di Radio Suara Surabaya (N = 65) No
F
%
1
Tingkat Pemahaman Keselamatan Berlalu lintas Rendah
1
1,54
2
Sedang
9
13,84
3
Tinggi
55
84,62
Jumlah
65
100
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui tingkat pemahaman ketertiban berlalu lintas memiliki jumlah tertinggi sebanyak 55 responden atau 84,62 %, untuk tingkat pemahaman sedang sebanyak 9 responden atau 13,84 %, sedangkan sebanyak 1 responden atau 1, 54 % untuk tingkat pemahaman ketertiban berlalu lintas rendah. Dari keseluruhan tingkat pemahaman mengenai ketertiban berlalu lintas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa tingkat pemahaman ketertiban lalu lintas,tinggi, karena program siaran Kelana Kota memberikan porsi lebih besar (70%) pada informasi mengenai lalu lintas dengan informasi yang dapat diterima dengan baik, jelas, dengan bahasa tutur yang mudah dimengerti dan dipahami oleh pendengar. Sehingga responden yang mendengarnya juga mudah untuk memahami pesan yang disampaikan oleh Penyiar dalam program siaran Kelana Kota.
Dari perhitungan di atas dengan hasil koefisien korelasi Pearson’s Product Moment yang menggunakan rumus Pearson’s Correlations, selengkapnya dapat dijelaskan sebagai berikut : Nilai koefisien korelasi ini adalah Kurang dari 0,20
Hubungan rendah sekali; lemas sekali
0,20 – 0,39
Hubungan rendah tetapi pasti
0,40 – 0,70
Hubungan yang cukup pasti
0,71 – 0,90
Hubungan yang tinggi; kuat 16
Lebih dari 0,90
Hubungan yang sangat tinggi;kuat sekali; dapat diandalkan.
Korelasi antara frekuensi mendengarkan program siaran Kelana Kota di Radio Suara Surabaya dengan tingkat kognitif pendengar tentang lalu lintas di Surabaya, berdasarkan perhitungan menggunakan Pearson’s Correlations dengan responden yang berjumlah sebanyak 65 orang, diperoleh hasil nilai r hitung sebesar 0,9623. Sehingga korelasi di antara kedua variabel sangat tinggi; kuat sekali, dapat diandalkan yaitu antara antara frekuensi mendengarkan program siaran Kelana Kota dengan tingkat kognitif pendengar tentang lalu lintas. Hal ini berarti menunjukkan bahwa semakin sering frekuensi mendengarkan program siaran Kelana Kota semakin tinggi tingkat kognitif pendengar tentang lalu lintas. Hasil perhitungan korelasi menunjukkan telah terjadi hubungan positif dengan kekuatan hubungan sangat tinggi. Oleh karena itu untuk memeroleh hasil korelasi dengan taraf yang signifikasi, dengan kata lain terdapat hubungan yang berarti atau bermakana(signifikasi) bukan sekedar kebetulan. Maka perlu dibandingkan dengan nilai r tabel dengan taraf kesalahan yang ditetapkan peneliti sebesar 5 % (taraf kebenaran 95 %) dengan N, yaitu 65 yang kemudian diperoleh hasil r tabel, 0,244. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa r tabel ≤ r hitung, yaitu 0,244 ≤ 0,9623, yang berarti nilai r yang diperoleh adalah signifikan. Sehingga nilai Ho ditolak dan Ha diterima , yang menunjukkan terdapat korelasi yang berarti atau bermakna(signifikasi) antara frekuensi mendengarkan program siaran Kelana Kota dengan tingkat kognitif pendengar tentang lalu lintas. Artinya data dan koefisien korelasi yang diperoleh dalam sampel dapat digeneralisasikan pada populasi dimana sampel diambil atau data tersebut mencerminkan keadaan populasi.
Uji Signifikansi Uji tingkat signifikansi koefisien korelasi dilakukan dengan menggunakan uji t untuk sampel berpasangan yang menggunakan rumus statistik t-test. Dalam penelitian ini, datanya, yaitu kedua-duanya berskala interval. Pengujian signifikansi koefisien korelasi, selain dapat menggunakan tabel, juga dapat dihitung dengan uji t yang rumusnya adalah
17
t
r n2 1 r2
0,9623 65 2 1 0.9623 2 0,9623 63 1 0.96232
0,9623 63 1 0,926
0,9623 7,937 0,074
7,638 0,272
= 28,08
t = 28,08
Korelasi antara frekuensi mendengarkan program siaran Kelana Kota dengan tingkat kognitif pendengar tentang lalu lintas. dari perhitungan di atas dengan menggunakan t-test dengan jumlah responden berjumlah 65 orang responden, maka diperoleh hasil nilai t hitung sebesar 28,08. Dari hasil t
yang diperoleh dari perhitungan di atas selanjutnya akan
dibandingkan dengan hsil t
tabel yang diambil dari tabel-tabel nilai t dengan
menentukan taraf kesalahan pada penelitian yaitu 5 % dan derajat kebebasan yaitu(n2). Hasil yang diperoleh dari tabel nilai t adalah 2,000. Maka t hitung ≥ t tabel, yaitu 28,08 ≥ 2,000 sehingga nilai Ho ditolak dan Ha diterima. Yang berarti terdapat korelasi yang signifikan atau terdapat korelasi yang positif antara frekuensi mendengarkan program siaran Kelana Kota dengan tingkat kognitif pendengar tentang lalu lintas.
Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian adalah sbb. 1) Program siaran Kelana Kota di Radio Suara Surabaya, banyak didengar oleh pendengar berjenis kelamin laki-laki (86%), 18
memiliki pendidikan terakhir di
Akademi atau S1 (65 %), dan bekerja sebagai karyawan swasta sebanyak (64%). 2) Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada korelasi positif antara frekuensi mendengarkan program siaran Kelana Kota dengan tingkat kognitif pendengar tentang lalu lintas. 3) Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin sering frekuensi mendengarkan (84%.) program siaran Kelana Kota, semakin tinggi tingkat kognitif pendengar tentang lalu lintas (84,62%).
DAFTAR PUSTAKA Alma, Buchari. 2005. Belajar Mudah Penelitian. Bandung : ALFABETA. Azwar, Saifuddin. 1995. Sikap Manus. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Djuroto, Totok. 2007. Mengelola Radio Siaran. Semarang: Dahara Prize. Gough, Howard. 1999. Programa Radio. Malaysia : AIBD Hadi, Sutrisno. 1988. Statistik.Yogyakarta : Andi Offset. Hamidi. 2007. Metode Penelitian dan Teori Komunikas. Malang: Universitas Muhammadiyah. Jonathan, Errol. 2006. Socrates di Radio. Yogyakarta: Gong Plus. Keith, Michael C. 2000. StasiunRadio Manajemen. Jakarta: Internews Indonesia. Keith, Michael C. 2000. Stasiun Radio Rise. Jakarta: Internews Indonesia. Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Mulyana, Deddy. 2005. Pengantair Ilmu Komunikasi. Bandung: PT Remaja RosdaKarya. Munthe, Moeryanto Ginting. 1996.Media Komunikasi Radio. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Naumann, Friedrich. 2000.Politik dan Radio. Jakarta: Sembrani Aksara Nusantara. Rakhmat, Jalaluddin. 2002.Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. _______________. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Singarimbun, Masrin. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesia. Suparmoko.1991. Metode Penelitian Praktis.Yogyakarta : BPFE.
19
Effendy, Onong Uchjana. 1991.Radio Siaran Teori Dan Praktek. Bandung: Mandar Maju. Vardiansyah,Dani. 2004. Pengantair Ilmu Komunikasi. Bojokerta:Ghalia Indonesia. Widodo,T. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif. Surakarta : LPP UNS Wiryanto. 2000. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: PT Grasindo, anggota Ikapi.
20