Melatih Prajurit Menjadi Petembak Yang Baik Kegiatan menembak bukan hanya sekedar ritual meledakkan peluru yang dengan mudahnya langsung kena kearah sasaran seperti yang sering kita saksikan di film TV atau bioskop. Kegiatan menembak, sesungguhnya membutuhkan proses yang teliti mulai dari membuat gambar bidik, mengatur nafas dan menentukan ritme untuk menarik picu sehingga peluru lepas dari senapan menuju sasaran yang dituju sesuai keinginan kita. Untuk melakukan proses tersebut, dibutuhkan persiapan fisik, mental dan keahlian khusus untuk melakukan kegiatan menembak tersebut. Setelah rangkaian kegiatan tersebut selesai, senjata yang kita pakai juga harus dibersihkan dan diperlakukan sesuai dengan standar perawatannya agar mekanisme kerja senapan tetap terpelihara dengan baik. Sebelum kegiatan melatih prajurit agar menjadi petembak yang mahir dan handal, perlu dilaksanakan proses perekrutan untuk mencari petembak yang baik dengan beberapa kriteria yang harus dipenuhi sebagai berikut: 1. Kesehatan jiwa, merupakan syarat utama dan mutlak untuk dipenuhi karena seorang petembak harus mampu bertanggung jawab atas profesinya karena dia mengawaki dan mengendalikan penggunaan senjata dan munisinya yang apabila disalahgunakan dapat membahayakan keselamatan diri maupun orang lain. Seorang petembak yang kesehatan jiwanya terganggu akan cenderung menyalahgunakan senjatanya manakala dia mendapatkan tekanan masalah yang tidak dapat dia pecahkan dan mencari penyelesaian sendiri dengan menyalahgunakan senjatanya. 1 Kesehatan jiwa adalah faktor yang paling dominan dan vital bagi petembak, karena aspek ini merupakan bawaan dasar manusia sejak dia dilahirkan.
1
Kejadian penyalahgunaan senjata untuk mendukung kejahatan yang dilakukan oleh seorang petembak pernah terjadi di Batalyon 323/Raider pada tahun 2006.
2 2. Kesehatan fisik. Yang dimaksud sehat fisik disini adalah, bahwa seorang petembak dituntut untuk memiliki fisik yang tidak cacat, organ tubuhnya bisa digerakkan dan difungsikan dengan normal dan tidak memiliki penyakit dalam yang bersifat fatal. Seorang petembak tidak harus memiliki bakat “fisik yang kuat” karena kekuatan dan ketahanan fisik bisa dilatihkan asalkan petembak tersebut memiliki dasar kesehatan yang baik. 3. Bakat. Untuk jadi petembak yang baik memang dibutuhkan bakat, tetapi bakat bukan segalanya karena walaupun seorang petembak tidak memiliki bakat yang baik, tapi bila dia memiliki keinginan yang kuat dan mau berlatih keras hasil akhirnya akan sama dengan petembak berbakat tetapi dia tidak memiliki keinginan yang kuat untuk maju dan berlatih keras. Memang petembak yang berbakat dan memiliki keinginan kuat untuk maju akan dapat mencapai hasil yang lebih cepat dibandingkan dengan yang kurang berbakat. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa petembak berbakat dan yang biasa-biasa memang beda, tetapi hasil akhirnya akan sangat tergantung pada motivasi dan seberapa besar kemauan mereka untuk berlatih keras mencapai kemajuan yang diharapkan. 4. Motivasi. Yang diharapkan disini adalah seorang prajurit yang memiliki motivasi dan semangat untuk berlatih dan menjadi petembak yang mahir dan handal. Motivasi terbaik adalah keingianan yang lahir dari dalam diri seorang petembak, yang dengan kesadaran dan dorongan dari dirinya sendiri ingin maju meraih prestasi terbaik. Apabila didapatkan seorang petembak yang baik tetapi kurang memiliki motivasi tinggi, maka menjadi tugas pelatih, atasan atau rekan untuk membantu memberikan motivasi agar semangat petembak tersebut tetap tinggi dan terpelihara untuk terus meningkatkan diri menjadi yang terbaik di bidang menembak.
3 5. Disiplin. Seorang petembak diharapkan memiliki disiplin tinggi dalam mengatur waktu untuk dirinya, mulai dari kapan harus latihan, istirahat, makan, pembinaan fisik, dan disiplin terhadap semua ketentuan dan perintah atasan. Petembak yang disiplin akan mudah dibentuk untuk mencapai kemajuan dalam hal menembak seperti yang diharapkan karena dia cenderung untuk mudah mengikuti aturan. Kelima kriteria yang disebutkan diatas semuanya saling berkaitan dan diharapkan semuanya memenuhi standar “baik” bahkan kalau perlu diatas rata-rata prajurit kebanyakan karena kalau salah satu aspek dari lima kriteria tersebut jelek atau kurang, maka hasil akhirnya tidak akan maksimal. Menerima instruksi sebelum melaksanakan latihan menembak
4 Beberapa ”Rahasia” Petembak Divif 1 Kostrad yang Sudah Berprestasi di Tingkat Nasional dan Internasional Di tingkat nasional dan internasional, para petembak Divif 1 Kostrad kerap meraih prestasi gemilang dan mereka merupakan para petembak yang diperhitungkan oleh lawan tandingnya, dibawah ini beberapa ”rahasia” para petembak yang dibuka untuk para pembaca, dengan harapan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam menguasai tehnik menembak. Berikut adalah penuturan Serka Sutarto, Sertu Poltak Siahaan, Serda Misran, Serda Jefri Susanto, Kopda Woli Hamsan dan Praka Bambang Priyantono tentang beberapa ”rahasia” keberhasilan mereka. Mempersiapkan Diri Untuk Berlatih dan Berlomba 1. Olahraga. Untuk melatih pernafasan para petembak sering melakukan olah raga, seperti: bola voli, sepak bola, jogging (lari), senam yoga, berenang dan menyelam di dalam air selama mungkin. 2.
Pola makan. a. Pola makan harus teratur setiap harinya. b. Jangan telalu banyak makan karena kondisi tubuh harus terus dijaga untuk mencegah kegemukan. c. Jangan terlalu sering mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak lemak, perbanyaklah makan buah untuk menunjang stamina. d. Jangan terlalu sering makan makanan pedas. e. Usahakan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin dan karbohidrat. Dianjurkan yang banyak mengandung serat dan vitamin A (vitamin yang baik untuk mata/pengelihatan), sebagai contoh: umbi-umbian, kentang, daging dan wortel.
5 f. Sebelum menembak, makan makanan yang tidak mengandung daging dan diperbolehkan makan daging 3 (tiga) jam sebelum pelaksanaan menembak karena proses pencernaan daging yang lebih lama dibandingkan dengan makanan lainnya. 3.
Pola istirahat : a. Istirahat harus diperhatikan bagi para petembak, jangan tidur terlalu malam agar di pagi hari kondisi tubuh menjadi segar. b. Laksanakan istirahat secukupnya pada waktu malam hari sekurang – kurangnya 6 jam dan pada siang hari + 30 Apabila menit atau maksimal + 8 (delapan) jam sehari. siang hari melaksanakan istirahat, jangan langsung melaksanakan kegiatan menembak. Usahakan tubuh dalam kondisi stabil terlebih dahulu setelah itu baru melaksanakan latihan menembak. c. Untuk istirahat minimal tidur malam jam 10.00 dan jangan merubah kebiasaan. Tidur terlalu cepat juga dapat mengakibatkan terbangun pada malam hari dan sulit untuk tidur lagi sehingga dapat mengurangi waktu tidur dan mengganggu pola istirahat.
Menyiapkan Senjata 1. Penyiapan senjata dimulai dari laras senjata yang baik, peralatan picu, cek semua mekanik/bagian yang bergerak apakah ada yang rusak/patah. 2. Apabila menggunakan teleskop dicek terlebih dahulu apakah ada ada goyangan yang dapat mengakibatkan perubahan hasil perkenaan. 3. Laras yang masih dalam kondisi bagus atau alurnya masih bagus apabila ditembakkan perkenaannya akan mengelompok.
6 4. Sebelum digunakan untuk menembak, usahakan laras kering tidak ada minyak sama sekali. 5. Jangan lupa membersihkan senjata setiap hari agar senjata yang dipakai mempunyai perkenaan yang akurat. 6. Setelah senjata selesai digunakan bersihkan kembali senjata, lumuri pelumas secukupnya pada saat senjata akan digudangkan. Menyiapkan Perlengkapan Perorangan Lainnya 1. Penggunaan kopel, draghrim dan sling jangan sampai mengganggu pada waktu berada di garis tembak. 2. Perlengkapan yang digunakan dari ujung kaki hingga kepala harus dapat digunakan senyaman mungkin. Waktu Berlatih 1. Berlatih bisa dengan cara basah atau kering. 2. Yang dimaksud dengan latihan basah adalah latihan menembak dengan menggunakan peluru tajam. Sedangkan latihan kering adalah dengan melaksanakan latihan acu bidik ataupun drill. 3. Minimal setiap hari harus memegang senjata untuk mengenali picu ataupun pegangannya. 4. Harus sering melatih bidikan dan tekanan/tarikan picu yang sempurna. 5. Latihan yang dimulai pada pagi sampai menjelang siang ditujukan untuk mencari koreksi senjata yang benar, dilanjutkan pada sore harinya untuk mencari perkenaan yang sesuai di sasaran. 6. Pelaksanaan latihan normalnya dilaksanakan pada pukul 08.00 pagi karena kabut sudah tidak ada serta kelembaban udara mulai berkurang. 7. Sore hari dapat dilanjutkan dengan pembinaan fisik atau olahraga.
7 Cara Mengatasi Keraguan Pada Saat Menembak 1. Pada dasarnya keraguan tidak akan terjadi apabila setiap petembak memiliki keyakinan akan kemampuan dirinya sendiri. 2. Berupaya untuk benar-benar mengenal karakteristik senjata yang digunakan. 3. Berupaya memahami kondisi alam/lapangan tembak. 4. Berupaya untuk memahami materi yang akan dilatihkan/ dilombakan. 5. Jangan hanya mencari nilai yang baik tetapi mencari bagaimana caranya dapat membuat dan mempertahankan gambar bidik yang benar. 6. Hindarkan kesalahan di setiap jarak. 7. Konsentrasi penuh. 8. Percaya pada alat/senjata yang digunakan. 9. Lari-lari kecil dapat menstabilkan jantung, jantung akan berdenyut teratur dan keraguan akan hilang dengan sendirinya. Teknik Menembak dengan NABITEPI (Pernafasan, Bidikan dan Tekanan Picu) 1.
Bidikan a. Dasar pisir dan pejera harus benar-benar sama untuk memperoleh hasil bidikan yang sempurna. b. Hindarkan terjadinya goyangan dengan cara tangan jangan memegang senjata terlalu keras. c. Posisi senjata bisa dirubah/digeser ke kanan, ke kiri, ke atas atau ke bawah akan tetapi posisi pisir dengan pejera tetap harus diperhatikan. d. Pertahankan gambar bidik yang sempurna sampai saat meletusnya senjata.
8 e.
Gambar bidik: 1) Senapan dengan lesan tubuh (masing-masing petembak senapan memiliki cara membuat gambar bidik berbeda-beda karena perbedaan kemampuan mata/penglihatan masing-masing). a)
Jarak 100 m: - Titik bidik titik kena. - Disanggah di jam 6 lesan.
b)
Jarak 200 m: - Titik bidik titik kena. - Lebih ke atas dari bidikan 100 m. - Disanggah di jam 6 lesan.
c)
Jarak 300 m: - Titik bidik titik kena menggunakan pisir ”Long/L”. - Lebih ke atas dari bidikan 200 m. - Ditutup di jam 12 lesan. - Titik bidik di jam 6 lesan (ada kaki putih di lesan tubuh dan harus ada titik yang dikenal pada lesan). - Dinaikkan ± 25-30 cm/ ekstra klik.
d)
Jarak 400 m: - Dibidik di muka menggunakan pisir “Long/L”. - Lebih ke atas dari bidikan 300 m (pisir 400). - Diklik 4, titik bidik titik kena. - Sama dengan jarak 300 m. - Ekstra klik.
9
2)
e)
Jarak 450 m: - Ekstra memutar pisir dan pejera karena lebih jauh kita menembak pasti perkenaan akan lebih ke bawah apabila memakai bidikan yang sama dengan jarak 400 m. - Lebih diatas dari bidikan 300 m (pisir 400). - Klik jarak 400. - Sama dengan jarak 300 m. - Ekstra klik.
f)
Jarak 600 m: - Ekstra memutar pisir dan pejera. - Naikkan pejera 4 putaran - Klik 10, titik bidik titik kena. - Sama dengan jarak 300M - Ekstra klik.
Pistol. a) Jarak 5 m : Titik bidik di tengah. b) Jarak 10 m : Titik bidik di tengah. c) Jarak 15 m : Titik bidik di tengah. d) Jarak 20 m : Sudah ada perubahan karena pengaruh jarak, sesuaikan dengan koreksi senjata. e) Jarak 25 : Pengaruh makin banyak, tetap perhatikan pisir pejera, perhatikan nafas yang benar. Pada jarak 25 m apabila terjadi pengelompokkan perkenaan harus dipindahkan pengelompokan perkenaan tersebut dengan metode sudut tengah atau pindahkan gambar bidiknya.
10 2.
Pernafasan a. Pengaturan pernafasan dioptimalkan setelah gambar bidik sudah terbentuk. b. Setelah menarik nafas secara penuh kemudian tahan nafas, selanjutnya buang secara perlahan sebesar seperempat (25%) sambil menekan picu. c. Pelihara keteraturan penarikan nafas. d. Apabila nafas tidak panjang maka akan mengganggu saat penembakan yang menimbulkan goyangan (senjata berputar) saat menembak. e. Pada saat kita menembak cepat dengan waktu yang sempit kita harus bisa menembakkan sebanyak 5 butir peluru dalam satu nafas atau lebih.
3.
Tekanan Picu a. Picu mulai ditekan setelah gambar bidik terbentuk. b. Tekan picu menggunakan jari telunjuk secara perlahan sampai senjata meletus dengan sendirinya. c. Hindari terjadinya goyangan dengan teknik meremas picu yang benar. d. Jangan sampai ada penambahan tenaga pada pertengahan tekanan picu, tekanan awal sampai senjata meletus harus tetap sama tekanannya. Diibaratkan seperti menarik gas pada sepeda motor, apabila terjadi penambahan tenaga mendadak akan mengakibatkan sepeda motor itu meloncat, sama halnya juga dengan senjata/pistol pasti akan goyang. e. Tidak boleh ragu untuk mengambil keputusan terutama dalam menembak cepat, tekanan picu ke-2 dan seterusnya jangan ragu-ragu.
11 Pedoman bagi Pelatih maupun Penyelenggara untuk Meningkatkan Kemampuan Menembak Prajurit dan Pembinaan Petembak di Satuan Dari uraian di atas terlihat bahwa menjadi petembak yag baik bukanlah sesuatu yang serta merta terjadi atau terwujudkan tetapi melalui serangkaian proses yang terencana, terkendali dan terawasi dengan baik. Bagi pelatih/penyelenggara latihan menembak atau pembinaan petembak di satuan beberapa pedoman yang harus diperhatikan terangkum di bawah ini: 1. Melatih Fisik Petembak. Kemampuan fisik yang diinginkan dari seorang petembak adalah: harus memiliki daya tahan terhadap segala macam cuaca; dari mulai hujan, panas, dingin, maupun angin. Hal lainnya adalah kemampuan untuk dapat menahan nafas lebih lama dalam kondisi fisik yang stabil serta memiliki kelincahan dalam melaksanakan gerakan-gerakan tertentu, berjalan dan berlari. Untuk menjadi petembak yang baik, diperlukan kondisi fisik yang kuat dan segar agar selama melaksanakan kegiatan, petembak tidak kelelahan dan kehabisan tenaga. Kondisi fisik yang tidak prima sangat berpengaruh pada saat akan melaksanakan penembakan, oleh karena itu kebugaran fisik merupakan syarat utama bagi petembak. Untuk mendapatkan kondisi fisik yang prima, berikut diberikan beberapa jenis latihan yang dapat dipilih berdasarkan kebutuhan fisik petembak agar didapatkan kondisi fisik yang diharapkan: 1) Latihan rutin untuk mendapatkan ketahanan fisik, kecepatan dan kelincahan gerakan. Untuk mendapatkan ketahanan fisik, dapat diperoleh dengan melaksanakan joging selama 30
12 menit (maksimal) yang dilakukan pada cuaca yang berbeda (pagi, siang, sore, hujan ataupun panas) diselingi lari cepat (sprint) dengan berlari jinjit dengan jarak 100 M dengan tekanan/tarikan nafas 4/5 kali sampai jarak 100 M. Untuk mendapatkan kelincahan gerakan, dianjurkan untuk melakukan permainan yang tidak menggunakan tangan sebagai alat utamanya seperti bola voli. 2 Permainan yang dianjurkan adalah sepak bola, futsal, polo air, dan berenang selama + 45-60 menit. 2) Latihan untuk menguatkan otot dapat dilaksanakan dengan latihan beban, push up dan sit ups agar otot-otot motorik yang digerakkan selama pelaksanaan menembak senantiasa siap untuk menunjang kegiatan menembak. Latihan penguatan otot juga ditujukan agar otot tangan menjadi kuat sehingga memiliki pegangan teguh saat memegang senapan. 3) Senam untuk peregangan otot sebelum melaksanakan kegiatan menembak agar otot-otot petembak siap untuk melaksanakan kegiatan menembak. Petembak biasa melaksanakan “senam petembak” yang gerakangerakannya ditujukan untuk mendapatkan kelincahan tangan dalam menarik picu dan senam mata untuk melatih kelincahan dan ketajaman mata.
2
Petembak umumnya menghindari permainan voli ball karena setelah bermain voli, biasanya tangan menjadi sakit dan kaku, suatu keadaan yang tidak bagus untuk pelaksanaan menembak.
13 2. Melatih Pernafasan Petembak. Langkah-langkah dalam melatih pernafasan petembak dapat dilaksanakan sebagai berikut: a. Drill pernafasan tanpa menggunakan senjata/sebelum menembak : 1) Petembak diperintahkan untuk bernafas normal. 2) Petembak diperintahkan untuk membuang nafas sampai habis/kosong. 3) Petembak diperintahkan untuk menarik nafas penuh dan selanjutnya membuang nafas sebesar + 25% secara perlahan. 4) Petembak diperintahkan untuk bernafas secara normal kembali dan ulangi cara pengaturan nafas seperti di atas beberapa kali. b. Drill pernafasan menggunakan senjata/saat menembak: 1) Petembak diperintahkan untuk bernafas normal. 2) Petembak diperintahkan untuk membuang nafas sampai habis/ kosong. 3) Petembak diperintahkan untuk menarik nafas penuh dan selanjutnya membuang nafas sebesar + 25% secara perlahan. 4) Petembak diperintahkan untuk menahan nafas sampai terjadi letusan. 5) Setelah terjadi letusan petembak diperintahkan untuk membuang nafas 6) Petembak diperintahkan untuk bernafas secara normal kembali dan ulangi cara pengaturan nafas seperti tadi setiap kali akan menarik picu.
14 Untuk melatih petembak agar memiliki ketahanan nafas yang stabil dapat dilaksanakan latihan berenang sambil menyelam, bermain sepak bola dan senam yoga.
3. Melatih Petembak dalam Teknik Membidik. Teknik membidik yang baik sangat diperlukan oleh para petembak agar peluru yang ditembakkan dapat mengena di sasaran sesuai yang kita inginkan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melatih petembak dalam tehnik membidik antara lain: 1) Teknik membidik dilakukan dengan memadukan dasar pisir dan dasar pejera sampai membentuk gambar bidik dan diluruskan ke sasaran. 2) Penempatan gambar bidik di sasaran, tergantung pada jarak penembakan karena setiap jarak tembak memiliki penempatan gambar bidik yang berbeda di sasaran. 3) Dasar pisir dan pejera harus benar-benar sama untuk memperoleh hasil bidikan yang sempurna oleh karena itu dalam membidik, ketelitian sangat diperlukan agar kita
15 mampu mempertahankan gambar bidik yang sudah terbentuk sempurna. 4) Gambar bidik harus tetap dipelihara dan dan dipertahankan karena selama gambar bidik sempurna sampai kita menarik picu maka peluru akan dapat mengenai sasaran sesuai bidikan. 5) Bidikan saat menembak harus selaras dengan pengaturan nafas diikuti oleh konsentrasi penuh, disinilah kunci ketepatan dalam menembak sasaran.
Gambar bidikan
6) jarak:
Membuat gambar bidik senjata SS-1 pada berbagai a) Jarak 100 m: Lesan L-1 bidikan pada jam 6 disanggah 3 Lesan tubuh bidik 10 cm dibawah gambar tangan yang memakai jam tangan. b) Jarak 200 m: Lesan L-2 bidikan pada jam 6 + 7,5 cm dari dasar lingkaran hitam lesan tubuh
3
Yang dimaksud disanggah adalah lingkaran hitam pada sasaran diletakkan diatas ujung pejera.
16 dibidik pada gambar tangan kiri yang memakai jam tangan. c) Jarak 300 m: Lesan L-3 bidikan dengan menutup lingkaran hitam Lesan tubuh bidik pada gambar muka (raut wajah /dagu). d) Jarak 400 m: Lesan tubuh dibidik di kepala. e) Jarak 450 m: Ekstra memutar pisir dan pejera. Karena lebih jauh jarak tembak ke sasaran perkenaan cenderung kebawah apabila memakai bidikan di jarak 400 M. e) Jarak 600 M: Lebih banyak putaran pisir dan pejera. 1
2
3
4
5 6 7 8 9
200 M
300 M
400 M 500 M
Gambar bidik senjata SS-1 pada berbagai jarak
17 4. Melatih Tekanan/Tarikan Picu. Untuk tekanan/tarikan picu, petembak harus mengerti karakteristik senjata yang petembak gunakan sehingga mereka tahu persis kapan peluru akan meledak agar petembak tidakterkejut saat peluru meledak. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melatih tekanan/tarikan picu petembak antara lain: a. Jari yang digunakan saat menarik picu tergantung pada kebiasaan, bisa menggunakan telunjuk atau jari tengah, yang lazim dipakai adalah jari telunjuk dengan alasan jari telunjuk memiliki tenaga paling besar terutama bila picu diletakkan di ruas tengah dari jari telunjuk. b. Picu yang ditarik dengan ruas tengah jari telunjuk posisinya kokoh, berbeda dengan tekanan/tarikan picu yang dilakukan dengan menggunakan ujung jari telunjuk, tekanan/tarikan picu tidak stabil dan ada kemungkinan jari tergelincir. c. Pada senapan yang masih memiliki perangkat picu yang masih standar, 4 pada saat ditarik, umumnya picu memiliki tiga tahapan sampai terjadinya ledakan munisi, cara menarik picu adalah laksanakan tekanan/tarikan awal, tarik 2/3 tekanan/tarikan, buat gambar bidik yang sempurna, tarik tahap ketiga dengan halus sampai kita tidak merasakan kapan peluru meledak. d. Tekanan/tarikan/tekanan picu harus konsisten dimana tekanan awal sampai senjata meledak harus tetap sama tekanannya. Saat menarik picu kita tidak boleh raguragu untuk mengambil keputusan sesuai dengan ritme tekanan/tarikan pertama sampai terjadi letusan.
4
Senapan yang biasa digunakan untuk menembak biasanya perangkat picunya sudah dimodifiksi sedemikian rupa oleh petembak agar tekanan/tarikan picu menjadi seringan mungkin. Berbeda dengan perangkat picu yang masih standar, umumnya keras dan memerlukan tiga tahapan tekanan/tarikan picu sampai peluru meledak.
18
Gambar cara menarik picu
5.
Waktu Berlatih a. Waktu latihan terbaik untuk berlatih adalah pada siang hari baik di waktu pagi, siang maupun sore untuk menyesuaikan dengan kondisi cuaca pada keadan tersebut. b. Tidak dianjurkan untuk melaksanakan latihan pada saat hujan karena dapat merusak senjata dan lesan, saat angin kencang latihan menembak juga tidak efektif karena tiupan angin sangat berpengaruh pada lintasan peluru sehingga perkenaan peluru seringkali meleset dari bidikan. c. Petembak harus melakukan latihan setiap hari agar dapat melatih pernafasan, bidikan dan tekanan/tarikan picu sehingga terbiasa dengan mekanisme penembakan tersebut. d. Normalnya latihan pada pagi hari dimulai pada jam 08.00 sampai menjelang siang untuk melatih teknik menembak. Siang harinya gunakan waktu untuk mencari perkenaan di sasaran yang sesuai dengan latihan menembak pada pagi harinya. Sore hari dilanjutkan dengan pembinaan fisik.
19 6.
Menyiapkan Senjata bagi Petembak a. Untuk menyiapkan senjata yang digunakan oleh para petembak diawali dengan mengecek kerja mekanik senjata, memilih laras yang masih memiliki alur yang masih utuh dan bagus, kemudian memodifikasi picu agar dapat digunakan dengan seenak mungkin tanpa menyalahi aturan beratnya tekanan/tarikan picu sehingga dalam tidak ada masalah dalam menembak. b. Jangan lupa membersihkan senjata setiap hari setelah senjata selesai dipakai dan olesi pelumas sebelum senjata digudangkan tetapi pada saat akan memulai menembak usahakan laras kering, tidak ada minyak didalamnya karena percikan minyak saat peluru meledak dapat membahayakan mata.
7. Mengarahkan petembak dalam mengatasi keraguan pada saat berlatih/berlomba (mentalitas). a. Untuk melakukan dan mengatasi keraguan pada saat lomba, dapat dilakukan dengan pemberian motivasi dan dorongan semangat dari komandan, pelatih maupun teman. b. Untuk menghindari gangguan pikiran saat akan menembak, apabila ada masalah segera diselesaikan. Begitupun komandan atau pelatih jangan memberikan beban atau target yang melebihi kemampuan petembak karena akan membuat petembak tertekan, merasa terbebani dan tegang. c. Cara lainnya yang juga efektif adalah, harus ditanamkan kepada petembak bahwa keyakinan pada diri sendiri dan ia mengerti betul semua tindakan yang akan dilakukan, memahami betul senjatanya, situasi lingkungan, cuaca, medan dan materi yang akan dilaksanakan dan serta memahami betul kemampuan pribadinya.
20 d. Sedapat mungkin petembak diarahkan untuk memusatkan pikiran bahwa lomba sama dengan latihan sehari-hari sehingga pikiran tidak tegang dan anggaplah bahwa pihak lawan adalah teman sendiri pada saat melaksanakan latihan sehari-hari. e. Prinsipnya jangan ingin mencari nilai yang baik sehingga petembak menjadi tegang tetapi tetap kontrol diri, yakinkan petembak bahwa gambar bidik yang dibuat sudah benar dan upayakan tidak ada kesalahan sama sekali dalam setiap penembakan. Ada beberapa kegiatan sebelum melaksanakan lomba yang bisa menghilangkan keraguan. Contoh: berdoa, membayangkan gerakan yang akan dilaksanakan dan lari-lari kecil untuk menstabilkan denyut jantung, kalau denyut jantung sudah normal maka keraguan itu pasti akan hilang dengan sendirinya. 8.
Penyiapan perlengkapan petembak lainnya. a. Saat Berlatih. Pada saat berlatih, arahkan petembak untuk menyiapkan semua perlengkapan sesuai dengan yang akan digunakan saat berlomba. Setting semua perlengkapan seperti dragrim, kopel dan sling senyaman mungkin sehingga dapat menunjang kegiatan menembak dengan maksimal. Biasakan petembak untuk mengecek perlengkapan senjata supaya jangan sampai salah klik dan cek elevasi senjata.
21 b. Saat Lomba. pada saat lomba, perlengkapan yang akan digunakan sedapat mungkin menggunakan semua alat dan perlengkapan yang akan digunakan pada saat melaksanakan latihan karena petembak sudah terbiasa dengan perlengkapa tersebut. Sekecil apapun perbedaan perlengkapan akan mempengaruhi dalam pelaksanaan lomba. 9. Mengawasi bagaimana petembak memperlakukan senjatanya. a. Perawatan senjata harus dilakukan dengan rutin. Arhakan petembak untuk membersihkan senjata pada saat akan menembak dan setelah menembak. Bagian-bagian penting yang harus dibersihkan adalah bagian bergerak (mekanik), olesi minyak tipis untuk menjamin kelancaran gerak. Begitupun bagian laras harus tetap bersih agar tidak terjadi gangguan saat menembak. b. Arahkan petembak untuk memperhatikan keamanan saat membawa atau menyimpan senjata supaya tidak merubah kedudukan pisir atau pejera yang sudah disesuikan dengan kebiasaan penembak. c. Hal terpenting dalam memperlakukan senjata adalah mengenal betul senjata tersebut dengan cara membiasakan petembak untuk membongkar, membersihkan dan memasang senjatanya sendiri sehingga petembak betul-betul mengenal dan mencintai senjatanya. 5 5
Bagi petembak, ada istilah senjata adalah istri pertama, sehingga perlakuan terhadap senjata sangat teliti dan hati-hati. Bagi petembak yang sudah “jadi” mereka
22 10.
Mengawasi pola makan dan minum petembak. a. Walaupun untuk pola makan itu tergantung pada selera para petembak sendiri, tetapi awasi petembak agar jangan telalu banyak makan untuk menjaga agar tubuh mereka tidak menjadi gemuk. b. Arahkan petembak untuk mengkonsumsi makanan sehat sehari tiga kali agar mendapatkan asupan gizi yang cukup untuk menjaga kebugaran tubuh kita. c. Anjurkan kepada para petembak untuk banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung serat, vitamin dan makanan yang banyak mengandung lemak dan makanan yang tidak pedas. d. Sebagian besar petembak berpantang minum kopi sebelum menembak karena kopi dipercaya dapat membuat detak jantung lebih kencang sehingga dapat mengganggu pada saat pelaksanaan menembak.
11.
Mengawasi Pola Istirahat Petembak a. Petembak membutuhkan istirahat yang cukup pada waktu malam, tidur sekurang-kurangnya 6 jam sehari dan jangan tidur terlalu malam agar bangun dipagi harinya tubuh kita segar. Apabila pada siang hari ada waktu untuk istirahat, manfaatkan waktu tersebut untuk beristirahat. b. Pada saat akan bertanding jangan merubah kebiasaan tidur, misalnya dengan tidur lebih cepat. Apabila besok akan bertanding, biasanya beberapa petembak tidur mendahului, tetapi mengakibatkan malam harinya mereka terbangun dan tidak bisa tidur lagi sehingga mengakibatkan pola istirahatnya terganggu.
tidak akan pernah menyerahkan senjatanya kepada orang lain untuk dibersihkan maupun saat akan menyimpan karena mereka takut senjata tersebut di apa-apakan oleh orang lain walaupun itu temannya sendiri.
23 Akhirnya dari keseluruhan persiapan menembak yang telah dikemukakan diatas, dapat disimpulkan, dalam menembak beberapa hal yang mempengaruhi hasil tembakan adalah: a. Manusianya; upayakan tidak ada masalah baik fisik maupun mental, harus sehat jiwa dan raganya. b. Senjatanya; masih bagus atau tidak. c. Munisi; cari yang terbaik sesuai kriteria senjatanya. d. Cuaca; harus mendukung saat pelaksanaan menembak. Angin, panas, mendung atau hujan sangat berpengaruh terhadap hasil tembakan. e. Sikap menembak; ada bentuk sikap maupun gerakan tertentu pada saat melaksanakan sikap menembak yang harus dilakukan dan dihindari agar dapat mendukung saat melaksanakan bidikan dan tembakan. Demikian panduan singkat teknik menembak senapan ini dibuat dengan harapan agar dapat memberikan masukan kepada seluruh prajurit Divif-1/Kostrad maupun pelatih guna meningkatkan kemampuan menembaknya. Tidak ada salahnya untuk terus menggali pengetahuan dari siapapun, sehingga kita selalu memiliki pembanding dalam menimba ilmu. Ada istilah “diatas langit masih ada langit,” begitupun dalam belajar menembak, mungkin saja ada teori atau referensi lain yang lebih baik dari sekedar panduan ini, maka ambillah apa yang baik dari buku ini dan abaikan bagian yang tidak baik agar kita senantiasa kaya dengan ilmu-ilmu yang baik dan benar. Akhirnya marilah kita terus berkarya sekecil apapun kerja kita dengan apa yang kita miliki dan dimanapun kita berada, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan jalan terbaik kepada kita dalam mengabdikan diri sebagai prajurit TNI AD.