7
Menurut Sundjaja dan Barlian (2007: 47), Laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi untuk pihak-pihak yang berkepentingan dengan data keuangan atau aktivitas perusahaan. Proses akuntansi tersebut meliputi pengumpulan dan pengolahan data keuangan perusahaan. Dalam proses akuntansi didefinisikan berbagai transaksi atau peristiwa yang merupakan kegiatan ekonomi perusahaan, yang dilakukan melalui pengukuran, pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran transaksi – transaksi yang bersifat keuangan sedemikian rupa sehingga hanya informasi yang relevan dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya yang mampu memberikan gambaran secara layak tentang keadaan keuangan serta hasil perusahaan dalam suatu periode yang akan digabungkan dan disajikan dalam bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan pertanggungjawaban keuangan pimpinan atas perusahaan yang telah dipercayakan kepadanya. Kondisi keuangan dan hasil – hasil operasi perusahaan tercermin dalam laporan keuangan perusahaan, pada hakekatnya merupakan hasil akhir dari kegiatan perusahaan yang mana dapat menggambarkan performa atau kinerja keuangan dari perusahaan yang bersangkutan. 2.1.2.1 Analisis Laporan Keuangan Menurut Bernstein (2009:3), Analisis laporan keuangan mencakup penerapan metode dan teknik analitis atas laporan keuangan dan data lainnya untuk melihat dari laporan itu ukuran – ukuran dan hubungan tertentu yang sangat berguna dalam proses pengambilan keputusan. . Menurut Foster (2008: 58), ”Analisis laporan keuangan adalah mempelajari hubungan – hubungan di dalam suatu set laporan keuangan pada suatu saat tertentu dan kecenderungan – kecenderungan dari hubungan ini sepanjang waktu”.
8
Di sini kegiatan analisis laporan keuangan berfungsi untuk mengonversikan data yang berasal dari laporan sebagai bahan mentahnya menjadi informasi yang lebih berguna, lebih mendalam dan lebih tajam dengan teknik tertentu. 2.1.2.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan Tujuan analisis laporan keuangan dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dari laporan keuangan biasa. 2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan (implicit). 3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan. 4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan. 5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peringkatan (rating). 6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan. Dengan perkataan lain apa yang dimaksudkan dari suatu laporan keuangan merupakan tujuan analisis laporan keuangan juga antara lain: a. Dapat menilai prestasi perusahaan b. Dapat memproyeksi keuangan perusahaan
9
c. Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang dari aspek waktu tertentu : 1) Posisi keuangan (Asset, Neraca, dan Ekuitas) 2) Hasil usaha perusahaan (hasil dan Biaya) 3) Likuiditas 4) Solvabilitas 5) Aktivitas 6) Rentabilitas dan Profitabilitas 7) Indikator Pasar Modal d. Menilai perkembangan dari waktu ke waktu e. Menilai komposisi struktur keuangan, arus dana. 7. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis. 8. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal. 9. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan dan sebagainya. 10. Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di masa yang akan datang. Dari sudut lain tujuan analisis laporan keuangan menurut Bernstein (2009: 4) adalah sebagai berikut :
10
1. Screening, analisis dilakukan dengan melihat secara analitis laporan keuangan dengan tujuan untuk memilih kemungkinan investasi atau merger. 2. Forcasting, analisis digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan di masa yang akan datang. 3. Diagnosis, analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah-masakah yang terjadi baik dalam manajemen operasi, keuangan atau masalah lain. 4. Evaluation, analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen, operasional, efisiensi dan lain-lain Dari penjelasan diatas, dapat dikemukakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi atau untuk memberikan gambaran mengenai posisi keuangan dari satu perusahaan yang bermanfaat bagi pimpinan untuk merumuskan kebijaksanaan perusahaan untuk masa yang akan datang. 2.1.2.3 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009: 5-8), laporan keuangan yang berguna bagi pemakai informasi bahwa harus terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan. 1. Dapat dipahami Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas
11
ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tesebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pemakai tertentu. 2. Relevan Informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi
keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka
mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi hasil evaluasi mereka dimasa lalu. Peran informasi dalam peramalan (predictive) dan penegasan (confirmatory) berkaitan satu sama lain. Misalnya informasi struktur dan besarnya aset yang dimiliki bermanfaat bagi pemakai ketika
mereka
berusaha
meramalkan
kemampuan
perusahaan
dalam
memanfaatkan peluang dan bereaksi terhadap situasi yang merugikan. Informasi yang sama juga berperan dalam memberikan penegasan (confirmatory role) terhadap prediksi yang lalu, misalnya tentang bagaimana struktur keuangan perusahaan diharapkan tersusun atau tentang hasil dari operasi yang direncanakan. Informasi posisi keuangan dan kinerja di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja masa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai, seperti pembayaran dividen dan upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan
untuk memenuhi
komitmennya ketika jatuh tempo. Untuk memiliki nilai prediktif, informasi tidak
12
perlu harus dalam bentuk ramalan eksplisit. Namun demikian, kemampuan laporan keuangan untuk membuat prediksi dapat ditingkatkan dengan penampilan informasi tentang transaksi dan peristiwa masa lalu. Misalnya nilai prediktif laporan laba-rugi dapat ditingkatkan kalau akun-akun penghasilan atau badan yang tidak biasa, abnormal dan jarang terjadi diungkapkan secara terpisah. 3. Keandalan Informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, material, dan dapat diandalkan pemakaiannya sebagai penyajian yang tulus atau jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. Informasi mungkin relevan tetapi jika hakekat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Misalnya jika tindakan hukum masih dipersengkatakan, mungkin tidak tepat bagi perusahaan untuk mengakui jumlah seluruh tuntutan tersebut dalam neraca, meskipun mungkin tepat untuk mengungkapkan jumlah serta keadaan dari tuntutan tersebut. a) Penyajian jujur Informasi harus digambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan. Jadi misalnya, neraca harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya dalam bentuk aset, kewajiban dan ekuitas perusahaan pada tanggal pelaporan yang memenuhi kriteria pengakuan.
13
b) Substansi mengungguli bentuk Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. c) Netralitas Informasi harus diarahkan pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan yang berlawanan. d) Pertimbangan sehat Penyusunan laporan keuangan ada kalanya menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu, seperti ketertagihan piutang yang diragukan, perkiraan masa manfaat prabrik serta peralatan, dan tuntutan atas jaminan garansi yang
mungkin
timbul.
Ketidakpastian
semacam
itu
diakui
dengan
mengungkapkan hakekat serta tingkatnya dan dengan menggunakan pertimbangan sehat dalam penyusunan laporan keuangan. Pertimbangan mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan perkiraan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aset atau penghasilan tidak dinyatakan terlalu rendah. Namun demikian, penggunaan pertimbangan sehat tidak diperkenankan, misalnya pembentukan cadangan tersembunyi atau penyisihan berlebihan dan sengaja menetapkan aset atau penghasilan yang lebih rendah atau pencatatan kewajiban atau beban yang
14
lebih tinggi, sehingga laporan keuangan menjadi tak netral, dan karena itu tidak memiliki kualitas andal. e) Kelengkapan Informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas dan beban. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan tidak sempurna ditinjau dari segi relevansinya. 4. Dapat dibandingkan Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antara periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus
dapat memperbandingkan laporan keuangan antara
perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan, transaksi, dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perushaan bersangkutan, antar periode perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda. 2.1.2.4 Karakteristik Umum Penyajian Laporan Keuangan Karakteristik umum penyajian laporan keuangan yang diatur dalam PSAK no.1 adalah sebagai berikut : 1.Penyajian secara wajar dan kepatuhan terhadap PSAK Laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas suatu entitas. Penyajian yang wajar mensyaratkan penyajian secara jujur dampak dari transaksi, peristiwa dan kondisi lain sesuai dengan definisi dan kriteria pengakuan aset, liabilitas,
15
pendapatan dan beban. Entitas yang laporan keuangannya telah patuh terhadap SAK membuat pernyataan secara eksplisit dan tanpa kecuali tentang kepatuhan terhadap SAK tersebut dalam catatan atas laporan keuangan. 2. Kelangsungan usaha Dalam menyusun laporan keuangan, manajemen membuat penilaian
tentang
kemampuan
entitas
untuk
mempertahankan
kelangsungan usaha. Entitas menyusun laporan keuangan berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, kecuali manajemen bertujuan untuk melikuidasi
entitas
atau
menghentikan
perdagangan,
atau
tidak
mempunyai alternatif lainnya yang realistis selain melakukannya. 3. Dasar akrual Entitas menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali laporan arus kas. Ketika akuntansi berbasis akrual digunakan, entitas mengakui pos-pos sebagai aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban (unsur-unsur laporan keuangan). 4. Materialitas dan agregasi Entitas menyajikan secara terpisah kelompok pos sejenis yang material. Entitas menyajikan secara terpisah pos yang mempunyai sifat atau fungsi berbeda kecuali pos tersebut tidak material. Entitas menyajikan secara terpisah kelompok pos sejenis yang material. Entitas menyajikan secara terpisah pos yang mempunyai sifat atau fungsi berbeda kecuali pos tersebut tidak material.
16
5. Saling hapus Entitas tidak boleh melakukan saling hapus atas aset dan laibilitas atau pendapatan dan beban, kecuali disyaratkan atau diijinkan oleh suatu PSAK. Saling hapus dalam laporan laba rugi komprehensif atau laporan posisi keuangan atau dalam laporan laba rugi terpisah (jika disajikan) mengurangi kemampuan pengguna laporan keuangan baik untuk memahami transaksi, peristiwa dan kejadian lain yang telah terjadi maupun untuk menilai arus kas entitas di masa depan, kecuali jika saling hapus mencerminkan substansi transaksi atau peristiwa. Pengukuran aset secara neto setelah dikurangi penyisihan penilaian (misalnya, penyisihan keusangan atas persediaaan dan penyisihan piutang tak tertagih) tidak termasuk kategori saling hapus. 6. Frekuensi pelaporan Entitas menyajikan laporan keuangan lengkap (termasuk informasi komparatif) setidaknya secara tahunan. Jika akhir periode pelaporan entitas berubah dan laporan keuangan tahunan disajikan untuk periode yang lebih panjang atau lebih pendek dari periode satu tahun, sebagai tambahan terhadap periode cakupan laporan keuangan, maka entitas mengungkapkan: a. Alasan penggunaan periode pelaporan yang lebih panjang atau lebih pendek; b. Fakta bahwa jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan tidak dapat diperbandingkan secara keseluruhan.
17
7. Informasi komparatif Informasi kuantitatif diungkapkan secara komparatif dengan periode sebelumnya untuk seluruh jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan periode berjalan, kecuali dinyatakan lain oleh SAK. Informasi komparatif yang bersifat naratif dan deskriptif dari laporan keuangan periode sebelumnya diungkapkan kembali jika relevan untuk pemahaman laporan keuangan periode berjalan. 8. Konsistensi penyajian Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode harus konsisten kecuali: a. Setelah terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat operasi entitas atau review atas laporan keuangan, terlihat secara jelas bahwa penyajian atau pengklasifikasian yang lain akan lebih tepat untuk digunakan dengan mempertimbangkan kriteria untuk penentuan dan penerapan kebijakan akuntansi; atau b. Perubahan tersebut diperkenankan oleh suatu PSAK 2.1.2.5 Pemakai Laporan Keuangan Laporan keuangan bermanfaat dan dibutuhkan masyarakat karena dapat memberikan informasi yang dibutuhkan para pemakainya dalam dunia bisnis yang dapat menghasilkan keuntungan. Dengan membaca laporan keuangan dengan tepat, seseorang dapat melakukan tindakan ekonomi menyangkut lembaga perusahaan yang dilaporkan dan diharapkan akan menghasilkan baginya. Pemakai laporan keuangan meliputi :
keuntungan
18
1. Pemegang Saham Pemegang saham ingin mengetahui kondisi keuangan perusahaan, aset, utang, modal, biaya dan laba. Ia juga ingin melihat prestasi perusahaan dalam pengelolaan manajemen yang diberikan amanah dan ingin mengetahui perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu. Dari informasi ini pemegang saham dapat mengambil keputusan apakah ia akan mempertahankan sahamnya, menjual atau menambahnya. 2. Investor Para investor berkepentingan terhadap resiko yang melekat dan hasil pengembangan investasi yang dilakukannya. Investor ini membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. 3. Kreditur (pemberi pinjaman) Para kreditur tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. 4. Supplier Supplier tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk mengetahui apakah perusahaan layak diberikan fasilitas kredit, seberapa lama akan diberikan, dan sejauh mana potensi risiko yang dimiliki perusahaan.
19
5. Pelanggan Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan atau bergantung pada perusahaan. 6. Pemerintah Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan aktivitas perusahaan. Mereka membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional. 7. Karyawan Karyawan dan kelompok - kelompok yang mewakilinya tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Informasi ini memungkinkan mereka melakukan penilaian atas kemampuan perusahaan memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja. 8. Analisis Pasar Modal Analisis pasar modal selalu melakukan analisis lengkap terhadap laporan keuangan perusahaan yang go public maupun berpotensi masuk pasar modal. Ia ingin mengetahui nilai perusahaan, kekuatan dan posisi keuangan perusahaan. Apakah layak disarankan untuk dibeli sahamnya, dijual atau dipertahankan. Informasi ini akan disampaikan kepada langganannya berupa investor baik individual maupun lembaga.
20
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bersifat umum, sehingga tidak sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan informasi setiap pemakainya. Berhubung para investor merupakan penanam modal beresiko, maka ketentuan laporan keuangan yang memenuhi kebutuhan mereka juga akan memenuhi sebagian besar kebutuhan pemakai lain. 2.1.2.6 Jenis Laporan Keuangan Jenis Laporan Keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan meliputi : 1. Neraca, menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu. 2. Laporan Laba Rugi, menggambarkan jumlah penjualan,biaya,dan labat rugi perusahaan pada suatu periode tertentu. 3. Laporan Perubahan Ekuitas, menjelaskan perubahan posisi modal perusahaan. 4. Laporan Arus Kas, menggambarkan sumber dan penggunaan kas dalam suatu periode. 5. Catatan atas laporan keuangan 2.1.2.7 Keterbatasan Laporan Keuangan Keterbatasan laporan keuangan antara lain: 1. Laporan keuangan dapat bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat. Karenanya laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai laporan mengenai keadaan saat ini, karenanya akuntansi tidak hanya satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi.
21
2. Laporan keuangan menggambarkan nilai harga pokok atau nilai pertukaran pada saat terjadinya transaksi, bukan harga saat ini. 3.Laporan keuangan bersifat umum, dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu. Informasi disajikan untuk dapat digunakan semua pihak. Sehingga terpaksa selalu memperhatikan semua pihak pemakai yang sebenarnya mempunyai perbedaan kepentingan. 4. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan dalam memilih alternatif dari berbagai pilihan yang ada yang sama-sama dibenarkan tetapi menimbulkan perbedaan angka laba maupun aset. 2.1.3 Neraca Menurut Budi Rahardjo (2009:4) dalam bukunya memahami laporan keuangan,”Neraca merupakan laporan mengenai keadaan harta kekayaan perusahaan atau keadaan posisi keuangan perusahaan”. Menurut Suad Husnan dan Enny Pujiastuti (2008:65) dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, neraca menunjukkan posisi kekayaan perusahaan, kewajiban keuangan, dan modal dasar perusahaan pada waktu tertentu. Kekayaan disajikan pada sisi aktiva sedangkan kewajiban dan modal di sisi pasiva. Jadi tujuan neraca adalah untuk menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada tanggal tertentu, biasanya pada waktu dimana buku - buku ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiskal atau tahun kalender, sehingga neraca sering disebut dengan balance sheet.
Bentuk neraca : Dalam menyajikan neraca dapat dibagi dalam tiga bentuk yaitu :
22
1) Bentuk skontro ( account form ) dimana semua aktiva tercantum sebelah kiri atau debet dan hutang, serta modal tercantum sebelah kanan atau kredit. 2) Bentuk vertical ( refort form ) atau stafel, dalam bentuk ini semua aktiva nampak di bagian atas yang selanjutnya diikuti dengan hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, serta ekuitas. 3) Bentuk yang menyajikan posisi keuangan (Financial position form). Dalam bentuk ini posisi keuangan tidak dilaporkan seperti dalam bentuk sebelumnya yang berpedoman pada persamaan akuntansi. Dalam bentuk ini pertama-tama dicantumkan aktiva lancar dikurangi hutang lancar dan hasil pengurangannya diketahui modal kerja. Modal kerja ditambah aktiva tetap dan aktiva lainnya kemudian dikurangi hutang jangka panjang maka akan diperoleh modal pemilik. Neraca terdiri dari tiga bagian utama yaitu : 1) Aktiva Menurut Weygandt (2007:11), “Aktiva adalah sumber penghasilan atas usahanya sendiri, dimana karakteristik umum yang dimilikinya yaitu memberikan jasa atau manfaat dimasa yang akan datang”. Menurut Djarwanto (2009:15) “Aktiva merupakan bentuk dari penanaman modal perusahaan, bentuk-bentuknya dapat berupa harta kekayaan atau hak atas kekayaan atau jasa yang dimiliki perusahaan yang bersangkutan.” Dari pengertian diatas dapat dikemukakan bahwa aktiva adalah sumber– sumber ekonomi yang dimiliki perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu
23
dan darimana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan manfaatnya di masa datang. Pada dasarnya aktiva dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian utama yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar : a) Aktiva Lancar Menurut Alimsyah dan Padji (2009:284), Aktiva lancar adalah harta perusahaan yang dapat ditukar dengan uang tunai dalam waktu relative singkat, biasanya ukuran waktunya yang dipakai ialah siklus usaha atau tahu buku, yang termasuk aktiva lancar ialah uang kas, rekening giro bank, investasi jangka pendek, piutang usaha, persediaan barang dagang, biaya dibayar dimuka, wesel, dll. Menurut Zaki Baridwan (2009:21) dalam bukunya Intermediate Accounting, Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva-aktiva lain atau sumber-sumber yang diharapkan akan direalisasikan menjadi uang kas atau dijual atau dikonsumsi selama siklus usaha yang normal dalam waktu tertentu. Dari pengertian diatas, dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan aktiva lancar adalah aktiva yang dapat dicairkan atau diuangkan dalam waktu satu tahun atau dalam siklus operasi normal. Yang termasuk kelompok aktiva lancar adalah : 1) Kas atau uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan. 2) Investasi jangka pendek (surat –surat berharga atau marketable securities) adalah investasi yang sifatnya sementara ( jangka pendek ) dengan maksud untuk memanfaatkan uang kas yang untuk sementara belum dibutuhkan dalam operasi. 3) Piutang wesel, adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam suatu wesel atau perjanjian yang diatur dalam undang –
24
undang. Karena wesel pembuatanya diatur dengan undang – undang, maka wesel ini lebih mempunyai kekuatan hukum dan lebih terjamin pelunasannya, dan piutang wesel (notes receiveable) ini dapat diperjual belikan. 4) Piutang dagang, adalah tagihan kepada pihak lain (kepada kreditor atau langganan) sebagai akibat adanya penjualan barang dagangan secara kredit. 5) Persediaan, untuk perusahaan perdagangan yang dimaksud dengan persediaan adalah semua barang – barang yang diperdagangkan yang sampai tanggal neraca masih digudang atau masih belum laku dijual. Untuk perusahaan manufacturing (yang memproduksikan barang) maka persediaan yang dimiliki meliputi : persediaan bahan mentah, persediaan barang dalam dalam proses, dan persediaan barang jadi. 6) Piutang penghasilan atau penghasilan yang masih harus diterima, adalah penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena perusahaan telah memberikan jasa atau prestasinya, tetapi belum diterima pembayarannya, sehingga merupakan tagihan. 7) Persekot atau biaya yang harus dibayar dimuka, adalah pengeluaran untuk memperoleh jasa atau prestasi dari pihak lain, tetapi pengeluaran itu belum menjadi biaya atau jasa atau prestasi pihak lain itu dinikmati oleh perusahaan pada periode ini melainkan pada periode berikutnya. b) Aktiva Tidak Lancar Menurut Haryono Yusuf (2007:153) dalam bukunya Dasar-dasar Akuntansi Keuangan, “Aktiva tidak lancar adalah aktiva berwujud yang
25
digunakan dalam operasi perusahan dan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan”. Menurut Abdul Halim dan Bambang Supomo (2008:154), Aktiva tetap adalah kekayaan yang dimiliki dan digunakan untuk beroperasi dan memiliki masa manfaat dimasa yang akan datang lebih dari satu periode anggaran serta tidak dimaksudkan untuk dijual. Yang termasuk aktiva tidak lancar adalah : 1) Investasi Jangka Panjang, dapat berupa : (a) Saham dari perusahaan lain, obligasi atau pinjaman dari perusahaan lain. (b) Aktiva tetap yang tidak ada hubungannya dengan usaha perusahaan dalam bentuk dana – dana yang sudah mempunyai tujuan tertentu. (c) Biaya Pra Operasi (d) Goodwill, Hak Paten (e) Beban Ditangguhkan Tujuan investasi atau penanaman ini pada umumnya adalah untuk dapat mengadakan pengawasan terhadap kebijaksanaan atau kegiatan terhadap perusahaan lain, untuk memperoleh pendapatan yang tetap secara terus menerus, untuk membentuk suatu dana tujuan – tujuan tertentu, untuk membina hubungan baik dengan perusahaan lain, dan untuk tujuan – tujuan lainnya. Penyajian investasi jangka panjang ini dalam neraca adalah sebesar cost atau harga perolehan dari investasi tersebut, yang meliputi harga beli, komisi perantar, pajak, dan pengeluaran – pengeluaran lain sehubungan dengan pembelian investasi jangka panjang tersebut.
26
2) Aktiva Tetap Menurut Warren, Reeve, dan Fess (2007:504), “Aktiva tetap merupakan aktiva jangka panjang atau aktiva yang relative permanen”. Menurut Michael Suharli (2007:56) , Aktiva tetap adalah sumber daya yang memiliki tiga karakteristik yaitu memiliki bentuk fisik, digunakan dalam kegiatan operasional, dan tidak untuk dijual ke konsumen. Yang termasuk dalam aktiva tetap ini meliputi : a) Tanah yang diatasnya didirikan bangunan atau digunakan operasi, misalnya sebagai lapangan, halaman, tempat parkir, dan lain sebagainya. b) Bangunan baik bangunan kantor, toko, maupun bangunan untuk pabrik c) Mesin d) Inventaris (pabrik, kantor) e) Kendaraan atau perlengkapan alat – alat lainnya 2) Kewajiban (Liabilitas) Menurut Chariri dan Ghozali (2007:157), Hutang atau kewajiban adalah pengorbanan manfaat ekonomi yang mungkin terjadi di masa yang mendatang yang mungkin timbul dari kewajiban sekarang dari suatu entitas untuk menyerahkan aktiva atau memeberikan ke entitas lain di masa mendatang sebagai akibat transaksi di masa lalu. Menurut Hery (2009:34), “Hutang atau kewajiban merupakan kewajiban perusahaan kepada pihak lain untuk membayar sejumlah uang atau menyerahkan barang atau jasa pada tanggal tertentu”. Hutang atau kewajiban perusahaan dapat dibedakan ke dalam hutang lancar (hutang jangka pendek) dan hutang jangka panjang. (a) Kewajiban lancar atau kewajiban jangka pendek
27
Menurut Machfoed (2007:18) menyatakan bahwa, hutang lancar atau hutang jangka pendek adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayarannya akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Sedangkan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam bukunya Standar Akuntansi Keuangan (2010 : 911) menyatakan bahwa, kewajiban jangka pendek adalah kewajiban yang diharapkan akan dilunasi dalam waktu satu tahun atau satu siklus operasi normal perusahaan, mana yang lebih lama. Dari pengertian di atas, dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kewajiban jangka pendek adalah hutang jangka pendek atau hutang lancar yang harus dilunasi dalam waktu satu tahun. Yang termasuk hutang lancar adalah : 1) Hutang dagang, adalah hutang yang timbul karena adanya pembelian barang dagang secara kredit 2) Hutang wesel, adalah hutang yang disertai dengan janji tertulis ( yang diatur dengan undang – undang ) untuk melakukan pembayaran sejumlah tertentu pada waktu tertentu dimasa yang akan datang 3) Hutang pajak, baik pajak untuk perusahaan yang bersangkutan maupun pajak pendapatan karyawan yang belum disetorkan ke kas negara. 4) Biaya yang masih harus dibayar, adalah biaya – biaya yang harus sudah terjadi tetapi belum dilakukan pembayarannya. 5) Hutang jangka panjang yang segera jatuh tempo, adalah sebagian ( seluruh ) hutang jangka panjang yang sudah menjadi hutang jangka pendek, karena harus segera dilakukan pembayarannya. 6) Penghasilan yang diterima dimuka ( defered revenue ) adalah penerimaan uang untuk penjualan barang dan jasa yang belum direalisasi.
28
b)
Kewajiban jangka panjang Menurut Jumingan (2009:62), “Hutang jangka panjang adalah kewajiban
perusahaan kepada pihak lain yang harus dipenuhi dalam jangka waktu melebihi satu tahun”. Menurut Kieso (2007: 242), Hutang jangka panjang terdiri dari pengorbanan manfaat ekonomi yang sangat mungkin di masa depan akibat kewajiban sekarang yang tidak dibayarkan dalam satu tahun atau siklus operasi perusahaan, mana yang lebih lama. Yang termasuk hutang jangka panjang adalah : 1) Hutang obligasi, yaitu hutang yang timbul berkaitan dengan dana yang diperoleh melalui pengeluaran surat-surat obligasi. 2) Hutang hipotik, yaitu hutang yang timbul berkaitan dengan perolehan dana dari pinjaman yang dijaminkan dengan harta tetap. 3) Pinjaman jangka waktu yang lain 3) Modal Menurut Prawirosentono (2008:45), “Modal merupakan kekayaan yang dimiliki perusahaan yang dapat menghasilkan keuntungan pada waktu yang akan datang dan dinyatakan dalam nilai uang”. Menurut Gilarso (2008:81),”Modal merupakan sarana atau bekal untuk melaksanakan usaha”. Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa modal merupakan sejumlah dana yang menjadi dasar untuk mendirikan suatu perusahaan, perusahaan dana ini untuk membiayai aktivitas perusahaan dalam menghasilkan produk barang dan jasa.
29
2.1.4 Laporan Laba Rugi Menurut Warsono (2007: 26), “Laporan laba rugi adalah laporan keuangan yang mengambarkan hasil-hasil usaha yang dicapai selama periode tertentu”. Menurut Munawir (2010:26), “Laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, beban, laba rugi yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu”.
Laporan Laba Rugi meliputi : a. Penjualan yaitu barang atau jasa yang dijual dan terjadi penyerahan barang/jasa pada pihak lain dalam periode akuntansi tertentu b. Beban pokok penjualan yaitu beban pokok barang-barang yang laku dijual dalam periode tertentu c.
Biaya yaitu barang/jasa atau aktiva yang dikorbankan dalam usaha untuk merealisasikan pendapatan dalam suatu periode akuntansi. Biaya-biaya usaha dapat dibagi menjadi dua kelompok : 1. Biaya penjualan terdiri dari : a. Gaji dan komisi untuk bagian pemasaran / penjualan b. Advertensi c. Bahan pembantu untuk kegiatan penjualan d. Depresiasi aktiva tetap bagian penjualan e. Depresiasi alat pengangkutan penjualan f. Semua biaya yang bersangkutan dengan bagian penjualan 2. Biaya administrasi dan umum terdiri dari : a. Gaji Direksi dan pegawai kantor
30
b. Depresiasi aktiva tetap kantor c. Telepon, perangko, sumbangan dan lain-lain d. Pendapatan, yaitu pendapatan yang diperoleh dari sumber-sumber ekonomi yang akan diperoleh perusahaan dan transaksi jasa kepada pihak lain. e. Laba yaitu selisih dari pendapatan dan biaya dalam jangka waktu tertentu. Walau belum ada keseragaman tentang susunan laporan laba rugi bagi tiap-tiap perusahaan. Bentuk Laba Rugi : Bentuk laporan laba rugi adalah sebagai berikut : 1. Bentuk single step, yaitu dengan menggabungkan semua penghasilan menjadi satu kelompok dan semua biaya dalam satu kelompok, sehingga untuk menghitung laba rugi bersih hanya memerlukan satu langkah yaitu mengurangkan total biaya terhadap total penghasilan. 2. Bentuk multiple step, dalam bentuk ini dilakukan pengelompokan yang teliti sesuai dengan prinsip yang digunakan secara umum. 2.1.5 Profitabilitas 2.1.5.1 Pengertian Profitabilitas Menurut Kasmir (2008:196), profitabilitas adalah jumlah relatif laba yang dihasilkan dari sejumlah investasi atau modal yang ditanamkan dalam suatu usaha. Profitabilitas merupakan kriteria penilaian yang secara luas digunakan dan dianggap paling valid untuk dipakai sebagai alat pengukur tentang hasil pelaksanaan operasi perusahaan. Karena mempunyai ciri – ciri sebagai berikut : 1. Profitabilitas merupakan alat pembanding pada berbagai alternatif investasi atau penanaman modal yang ( sudah barang tentu ) sesuai dengan
31
tingkat resiko masing – masing secara umum dapat dikatakan semakin besar resiko suatu penanam investasi atau modal dituntut profitabilitas yang semakin tinggi pula, demikian sebaliknya. 2. Profitabilitas mampu menggambarkan tingkat laba yang dihasilkan menurut jumlah yang ditanamkan atau investasinya, karena profitabilitas dinyatakan dalam angka relatif (persentase). Menurut Sofyan Syafri Harahap (2013 : 304) menyatakan bahwa : “Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal dan sebagainya”. Profitabilitas disebut juga dengan rentabilitas atau ROI, yang dinyatakan dalam suatu rumus sebagai berikut : L x 100 % M Dimana L, adalah jumlah laba yang diperoleh selama periode tertentu (laba bersih). Dan M, adalah aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Dengan demikian, profitabilitas dapat diukur dengan persamaan ROI (Return On Investment). Cara untuk menilai profitabilitas atau perusahaan adalah bermacam–macam dan tergantung pada laba dan aktiva atau modal mana yang akan diperbandingkan satu dengan yang lainnya. Apabila yang akan diperbandingkan itu laba yang berasal ini operasi usaha, atau laba netto sesudah pajak dengan aktiva operasi,
32
atau laba netto sesudah pajak diperbandingkan dengan keseluruhan aktiva atau laba netto sejumlah pajak dengan jumlah modal tersendiri. Jumlah laba yang diperoleh secara teratur kecenderungan atau trend keuntungan yang meningkat merupakan suatu faktor yang perlu mendapat perhatian menganalisis didalam menilai profitabilitas perusahaan. Dari uraian diatas, dapat dikemukan bahwa profitabilitas atau ROI adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memperoleh laba dengan memperbandingkan antara laba bersih dengan aktiva selama periode tertentu yang dinyatakan dalam persentase. 2.1.5.2 Tujuan atau Fungsi Perusahaan Menghitung Profitabilitas Setiap perusahaan pada umumnya bertujuan untuk mencari laba, dimana laba merupakan barometer untuk menilai sejauh mana kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Sedangkan untuk mengukur derajat laba suatu perusahaan biasanya digunakan ukuran profitabilitas, yaitu hasil perbandingan antara laba yang dihasilkan pada suatu waktu dengan besarnya modal yang diinvestasikannya. Profitabilitas
secara
umum
adalah
kemampuan
perusahaan
untuk
memperoleh laba dengan seluruh investasi yang bekerja didalamnya selama periode tertentu. Profitabilitas juga merupakan alat evaluasi yang paling valid tentang hasil operasi perusahaan. Manfaat lain yang dapat diambil dari profitabilitas adalah dapat dipakai sebagai alat bantu perusahaan dalam membuat proyeksi laba perusahaan. Adapun tujuan perhitungan profitabilitas bagi perusahaan yaitu untuk mengetahui tingkat
33
laba yang diperoleh dari modal yang dipakai atau dinamakan sebagai gambaran efesiensi perusahaan secara keseluruhan. 2.1.5.3 Jenis Profitabilitas Dengan terdapatnya bermacam – macam cara di dalam usaha penilaian profitabilitas suatu perusahaan, maka jelas antara suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya tidak mempunyai kesamaaan di dalam perhitungan profitabilitas. Bambang Riyanto (2008 : 35) menyatakan bahwa, “Profitabilitas dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu profitabilitas ekonomi dan profitabilitas modal sendiri”. a. Profitabilitas Ekonomi ( PE ) Profitabilitas Ekonomi atau rentabilitas ekonomi, adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing (ekuitas) yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam persentase. Laba yang diperhitungkan untuk menghitung profitabilitas ekonomi hanyalah laba dari hasil operasi perusahaan yaitu yang disebut laba usaha.
Profitabilitas Ekonomi (PE) = Laba Usaha x 100 % Modal/Ekuitas b. Profitabilitas Modal Sendiri ( PMS ) Profitabilitas modal sendiri atau sering disebut juga profitabilitas usaha, adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di suatu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di lain pihak. Laba yang diperhitungkan untuk menghitung modal sendiri adalah laba
34
usaha setelah dikurangi dengan bunga modal asing dan pajak perseroan atau income tax. Profitabilitas Modal Sendiri (PSM) : Laba Bersih Setelah Bunga dan Pajak x 100 % Modal Sendiri
2.1.5.4 Mengukur Besar Kecilnya Profitabilitas Menurut I Made Sudana (2009 : 26) terdapat beberapa cara dalam mengukur tingkat besar kecilnya profitabilitas, yaitu : a.
Return On Assets (ROA) = Earning After Tax x 100% Total Assets ROA menunjukkan kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh
aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba setelah pajak. Rasio ini penting bagi pihak manajemen untuk mengevaluasi efektifitas dan efisiensi manajemen perusahaan dalam mengelola seluruh aktiva perusahaan. ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva. Dengan kata lain, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut semakin diminati oleh investor, karena tingkat pengembalian atau deviden akan semakin besar. Hal ini juga akan berdampak pada harga saham dari perusahaan tersebut di pasar modal yang akan semakin meningkat sehingga ROA akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan.
35
b. Return On Equity (ROE) = Earning After Taxes x 100% Total Equity ROE menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba setelah pajak dengan menggunakan ekuitas yang dimiliki perusahaan. Rasio ini penting bagi pihak pemegang saham, untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi pengelolaan modal sendiri yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin efisien penggunaan modal sendiri yang dilakukan pihak manajemen perusahaan. c. Profit Margin Ratio Profit margin ratio mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan penjualan yang dicapai perusahaan. Profit margin merupakan ukuran kemampuan manajemen untuk mengendalikan biaya operasional dalam hubungannya dengan penjualan. Makin rendah biaya operasi per rupiah penjualan, makin tinggi margin yang diperoleh. Rasio profit margin dapat pula menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menetapkan harga jual suatu produk terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan untuk meghasilkan produk tersebut. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan perusahaan semakin efisien dalam menjalankan operasinya. Profit margin ratio dibedakan menjadi : 1. Net Profit Margin Ratio = Earning After Tax x 100% Net Sales Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih dari penjualan bersih yang dilakukan perusahaan yang dinyatakan dengan persentase. Rasio ini mencerminkan efisiensi seluruh bagian,
36
yaitu produksi, personalia, pemasaran dan keuangan yang ada dalam perusahaan. 2. Operating Profit Margin Ratio = Earning Before Interest and Taxes x 100% Net Sales Rasio ini mengukur kemampuan untuk menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak dengan penjualan bersih yang dicapai perusahaan. Rasio ini menunjukkan efisiensi bagian produksi, personalia, serta pemasaran dalam menghasilkan laba. 3. Gross Profit Margin Ratio = Gross Profit x 100% Net Sales Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba kotor dengan penjualan bersih yang dilakukan perusahaan. Rasio ini menggambarkan efisiensi yang dicapai bagian produksi. d. Basic Earning Power (ROI) = Earning Before Interest and Taxes x 100% Total Assets / Investment Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak dengan menggunakan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Dengan kata lain rasio ini mencerminkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak.
37
2.2 Penelitian Terdahulu Berdasarkan hasil – hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu, dapat digunakan sebagai acuan dalam penyelesaian penelitin ini, antara lain : Asep
Bangbang Budiman (2010)
Universitas Pasundan
Bandung,
melakukan penelitian tentang “ Analisis Laporan Keuangan dalam Mengukur Tingkat Profitabilitas di PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat UPJ Garut “. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa analisis laporan keuangan dapat dijadikan sebagai alat bantu bagi manajemen untuk menentukan tingkat profitabilitas di PT PLN (persero) distribusi Jawa Barat UPJ GARUT dan untuk mengurangi penurunan rasio profitabilitas PT PLN (persero) distribusi jawa barat UPJ GARUT diusahakan untuk meningkatkan pendapatan dan mengurangi biaya sehingga diperoleh kenaikan laba. Persamaan penelitian dahulu dengan sekarang adalah sama
menganalisis laporan keuangan perusahaan
yang diteliti.
Perbedaannya dari penelitian sebelumnya adalah objek penelitiannya dan juga hasil perhitungan rasio profitabilitas akan dianalisa lebih lanjut. Perbedaan lokasi dan data yang akan diteliti ini juga akan menghasilkan informasi serta hasil penelitian yang berbeda sesuai dengan keadaan perusahaan yang diteliti. Ichsan Sugandi (2011) Universitas Wijaya Putra Surabaya, melakukan penelitian tentang “ Analisis Laporan Keuangan untuk Menilai Kinerja Perusahaan pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk “. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa ditinjau dari rasio profitabilitas dari tahun ke tahun perusahaan menunjukkan mampu menghasilkan profit dengan baik. Persamaan penelitian dahulu dengan sekarang adalah sama menganalisis laporan keuangan
38
perusahaan yang diteliti. Perbedaannya dari penelitian sebelumnya adalah objek penelitiannya dan rasio yang digunakan. Penelitian terdahulu menganalisis laporan keuangan dengan empat rasio sedangkan penelitian sekarang hanya menggunakan ratio profitability saja untuk mengukur kelayakan laporan keuangan. 2.3 Kerangka Konseptual Menurut Muhamad (2009 : 75), “Kerangka pikir adalah gambaran mengenai hubungan antar variabel dalam suatu penelitian, yang diuraikan oleh jalan pikiran menurut kerangka logis”. Menurut Riduwan (2008: 25), Kerangka berfikir adalah dasar pemikiran dari penelitian yang disintesiskan dari fakta-fakta, observasi dan telaah penelitian. Kerangka pikir memuat teori, dalil atau konsep-konsep yang akan dijadikan dasar dalam penelitian.Uraian dalam kerangka pikir ini menjelaskan antar variabel. Selanjutnya menurut Sekaran (2009:72) kerangka berpikir yang baik adalah memenuhi syarat sebagai berikut : 1. Variabel penelitian diidentifikasikan secara jelas dan diberi nama 2. Uraiannya menyatakan bagaimana dua atau lebih variabel berhubungan satu dengan lainnya 3. Jika sifat dan arah hubungan dapat diteorikan berdasarkan penemuan dari penelitian sebelumnya, hal ini seharusnya menjadi dasar dalam uraian kerangka berfikir apakah hubungan itu positif atau negatif 4. Dinyatakan secara jelas mengapa peneliti berharap bahwa hubungan antara variabel itu ada.
39
5. Digambarkan dalam bentuk diagram skematis, sehingga pembaca dapat jelas melihat hubungan antar variabel Kerangka pemikiran diperlukan sebagai acuan berpikir untuk memudahkan pembaca untuk mengetahui apa sesungguhnya yang dibahas pada penelitian ini. Dan merupakan bahasan landasan teori yang di hubungkan dengan variabel penelitian dalam upaya memecahkan masalah atau persoalan. Berikut ini dijelaskan hubungan variabel tersebut :
Gambar 2.1 Skema Kerangka Konseptual
Ratio Profitability
Neraca
Laporan Laba Rugi
Laporan Keuangan
Layak/Tidak
Sumber : PT Dirgaputra Ekapratama Surabaya
40
Berdasarkan kerangka konseptual di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa analisis ratio profitability terhadap laporan keuangan, dapat menentukan tingkat kelayakan laporan keuangan tersebut untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan, terutama
untuk mengetahui
pencapaian laba pada periode tertentu.
kemampuan
perusahaan
dalam