MEDIASI PENAL SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN RINGAN (STUDI DI POLRES MALANG KOTA) James Hasudungan Hutajulu Polda Jatim Jln. Ahmad Yani No. 116 Surabaya Email:
[email protected]
Abstract Research about implementation of penal mediation in resolving minor theft conducted by Malang Kota Resort Police is supposed to know and analyze the considerations of implementation of penal mediation and the steps of the implementation. The method used in this research was sociological law research or empirical research. The use of penal mediation as an alternative penal settlement of minor theft cases is in order to create a sense of fairness to parties so that people are satisfied with the services performed by the investigator. Another result, the implementation of penal mediation, namely: Reconciling the parties, the investigator witnessing the return of goods that were stolen by the offender, Help in making a letter of agreement with the parties, Receive a letter of revocation cases (police report), and doing a case discussion about it. Key words: penal mediation, minor theft case, an alternative penal settlement
Abstrak Penelitian mengenai pelaksanaan mediasi penal pada tindak pidana pencurian ringan oleh Polres Malang Kota bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis digunakannya mediasi penal serta menganalisis pelaksanaan mediasi penal sebagai alternatif penyelesaian perkara. Adapun metode yang digunakan adalah yuridis sosiologis atau jenis penelitian hukum sosiologis atau penelitian lapangan. Hasil penelitian yang diperoleh antara lain: Polres Malang Kota melakukan mediasi penal dengan alasan agar tercipta rasa keadilan terhadap para saksi sehingga masyarakat puas atas pelayanan yang dilakukan penyidik. Selain itu, langkah-langkah yang dilakukan dalam penerapan mediasi penal ini adalah mempertemukan para pihak, penyidik menyaksikan pengembalian barang yang dicuri oleh pelaku, membantu membuat surat kesepakatan bersama, menerima surat pencabutan perkara serta melakukan gelar perkara. Kata kunci: mediasi penal, pencurian ringan, alternatif penyelesaian perkara
388
James Hasudungan Hutajulu, Mediasi Penal sebagai Alternatif ...
Latar Belakang
389
undang Hukum Acara Pidana (KUHAP),
Mendiskusikan tentang hukum, maka
karena KUHAP ini berbicara mengenai tata
harus melibatkan masyarakat, karena hukum
cara atau prosedur sistem peradilan pidana
dan masyarakat tidak dapat dipisahkan. Von
Indonesia atau yang dikenal sebagai hukum
Savigny salah satu tokoh dan pakar di bidang
acara untuk menegakkan hukum pidana
sejarah hukum mengatakan bahwa hukum
materiil. Penegakan hukum pidana dimulai
itu tidak dibuat melainkan berkembang dan
dari proses penyelidikan dan penyidikan di
tumbuh bersama masyarakat.1 Oleh karena itu
kepolisian, penuntutan oleh Jaksa penuntut
hukum diciptakan untuk mengatur masyarakat
umum di persidangan, dan vonis hukuman
agar tertib, aman, dan damai.
atau
Pelaksanaan hukum dalam kehidupan
sanksi
oleh
Hakim.
Jadi
intinya
penegakan hukum adalah salah satu bentuk
arti
penjatuhan hukuman (pidana). Berhubungan
yang sangat penting karena tujuan hukum
dengan hal tersebut, Sauer memberikan tiga
adalah menciptakan keadilan, kepastian dan
pengertian dasar dalam hukum pidana, yaitu
memberikan kemanfaatan bagi masyarakat.
sifat melawan hukum, kesalahan dan pidana.3
Ketiganya itu bukan jargon semata dan harus
Berbicara mengenai sistem hukum kita
bisa diwujudkan dan diimplementasikan pada
yang merupakan warisan dari Belanda,
pelaksanaan hukum itu sendiri. Keadilan
mengisyaratkan bahwa pelaksanaan pidana
dalam masyarakat hanya dapat diwujudkan
pada hakikatnya tidak terlepas dari kemauan
kalau hukum dilaksanakan. Hukum itu harus
masyarakat maupun kemauan negara untuk
dilaksanakan dan dipatuhi oleh semua orang
menciptakan rasa aman, tentram dan damai
dan semua orang itu harus diperlakukan sama
dalam
di depan hukum (equality before the law).
Sejak dahulu sampai sekarang, permasalahan
Apabila hukum tidak ditegakkan, maka ia tidak
pidana telah menyerap banyak energi para
akan mempunyai makna dalam kehidupan
anak bangsa untuk membangun rekonstruksi
masyarakat. Peraturan hukum yang demikian
sosial. Peningkatan aktivitas kriminal dalam
akan mati dengan sendirinya.2
berbagai bentuk menuntut kerja keras dalam
masyarakat
sehari-hari
mempunyai
Mengenai mekanisme penegakan hukum dalam sistem peradilan pidana di Indonesia, tentunya akan mengacu pada Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-
menjalani
membangun
kehidupan
sehari-hari.
pemikiran-pemikiran
baru
mengenai arah kebijakan di masa depan. Arah
kebijakan
hukum
bertujuan
menjadikan hukum sebagai aturan yang
1 Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, Mandar Maju, Bandung, 2007, hlm. 63. 2 Imam Sukadi, Matinya Hukum dalam Proses Penegakan Hukum di Indonesia, Jurnal Risalah Hukum Volume 7 No.1, ISSN 021-969X, Fakultas Hukum Unmul, hlm. 35. 3 Dwidja Priyatno, Pemidanaan untuk Anak dalam Konsep Rancangan KUHP (dalam Kerangka Restorative Justice), Lembaga Advokasi Hak Anak (LAHA), Edisi VIII, Volume III, Bandung, 2007, hlm. 9.
ARENA HUKUM Volume 7, Nomor 3, Desember 2014, Halaman 303-471
390
memberikan perlindungan bagi hak-hak warga
sangat perlu dengan memperhatikan peraturan
negara dan menjamin kehidupan generasi di
perundang-undangan, serta Kode Etik Profesi
masa depan. Oleh karena itu, sistem hukum
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
tiap negara dalam prakteknya terus mengalami
Kata diskresi atau discretion (Inggris) atau
modernisasi dan tidak ada satu negara yang
pouvir discretionnaire (Perancis) atau freis
dapat menolaknya.4
ermessen (Jerman) memiliki banyak definisi.
Pada umumnya ketentuan pidana masuk
Saut P. Panjaitan mendefinisikan diskresi
dalam ranah hukum publik artinya negara
sebagai suatu bentuk penyimpangan terhadap
mempunyai peranan yang sangat vital untuk
asas legalitas dalam pengertian wet matigheid
menegakkannya. Hal ini tentu berbeda dengan
van bestuur, jadi merupakan “kekecualian”
hukum perdata, yang titik tekannya pada
dari asas legalitas.
persoalan individu. Pada pokoknya, hukum
mengartikan
itu mengatur segala tingkah laku masyarakat
pejabat
untuk hidup bermasyarakat di dalam suatu
pertimbangannya sendiri. Dengan demikian,
negara.5
menurutnya setiap pejabat publik memiliki
Lembaga Kepolisian sebagai ujung tombak
diskresi
pengambil
Sedangkan Benyamin sebagai
kebebasan
keputusan
menurut
kewenangan diskresi. Sejalan dengan itu,
dalam penegakan hukum pidana mempunyai
Rycko
Amelza
Dahniel
tugas dan kewenangan apakah suatu perbuatan
bahwa
diskresi
merupakan
itu perlu dihentikan prosesnya atau perlu
polisi dalam melaksanakan pemolisian, yakni
ditindaklanjuti dalam proses peradilan pidana
sebagai tindakan yang diambil untuk tidak
dengan alasan-alasan tertentu. Payung hukum
melakukan tindakan hukum dengan tujuan
yang digunakan adalah Pasal 18 ayat (1)
untuk kepentingan umum, kemanusiaan,
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang
memberikan pencerahan atau pendidikan
Kepolisian
Indonesia,
kepada masyarakat, dan tindakan diskresi
yang berbunyi “untuk kepentingan umum
bisa dilakukan oleh setiap anggota kepolisian
dan masyarakat, pejabat Kepolisian Negara
yang bertugas atau menangani suatu kasus
Republik Indonesia dalam melaksanakan
atau permasalahan dalam lingkup tugas dan
fungsi, tugas, dan wewenangnya dapat
kewenangannya.6
Negara
Republik
mengemukakan kewenangan
bertindak menurut penilaiannya sendiri”.
Beberapa contoh kasus yang terjadi di
Sedangkan di ayat (2)-nya, pelaksanaan
Indonesia yang salah satunya menimpa ibu
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat
Miniasih, 2 orang anaknya serta keponakannya
(1) hanya dapat dilakukan dalam keadaan yang
yang mencuri 2 Kg buah Randu (kapuk),
4 Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia: Pengembangan Konsep Diversi dan Restorative Justice, Refika Aditama, Bandung, 2009, hlm. 1-2. 5 Wirjono Projodikoro, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia, Refika Aditama, Jakarta, 2003, hlm. 2. 6 Rycko Amelza Dahniel, Diskresi Kepolisian dalam Nilai-nilai Dasar Hukum, KIK-UI, Jakarta, 2009, hlm. 8.
James Hasudungan Hutajulu, Mediasi Penal sebagai Alternatif ...
391
yang apabila dinominalkan, buah randu yang
di hukum begitu ringan, padahal mereka
dipungut itu tidak lebih dari 10 ribu rupiah.
adalah penyebab negeri ini menderita penyakit
Akibat dari perbuatannya itu, ibu Miniasih
kronis dan sudah sepantasnya diberi hukuman
sempat mendekam di Rutan Rowobelang
yang berat. Benar apa yang dikatakan oleh
sebagai tahanan Polres Batang.
Lord Acton, bahwa hukum itu tumpul ke atas
Kasus
hampir
sama
juga
menimpa
Kolil (50) dan Basar Suyanto (41), warga
dan tajam ke bawah. Melihat
kasus-kasus
yang
sudah
Lingkungan Bujel, Kelurahan Sukorame,
dikemukakan di atas, pertanyaannya adalah
Kecamatan Mojoroto Kediri yang dituduh
dapatkah
mencuri 1 butir buah semangka. Terdakwa tidak
kekeluargaan tanpa dibawa ke persidangan?
memiliki niat menguasai atau menguntungkan
Apabila kita cermati kasus di atas, ini adalah
diri sendiri dan tidak untuk diperjualbelikan.
pertentangan nilai kepastian hukum dengan
Mereka hanya mencoba ingin mengobati rasa
nilai
haus dengan memakan buah semangka yang
melakukan pencurian dan memenuhi unsur
sudah complong (rusak). Contoh lainnya
Pasal 362 KUHP, akan tetapi layakkah kasus
adalah kasus yang menimpa Nenek Minah
itu dibawa persidangan?
kasus
keadilan.
itu
diselesaikan
Mereka
memang
secara
sudah
(50), warga desa Darmakradenan Kabupaten
Kota Malang sebagai kota pendidikan juga
Banyumas, yang oleh PT. Rumpun Sari Antan
tidak terlepas dari adanya kasus pencurian.
dituduh melakukan pencurian atas 3 biji buah
Salah satunya yang terjadi di MOG Jalan
kakao dan telah menjalani masa tahanan
Kawi Malang, dimana seorang perempuan
rumah selama tiga bulan.
yang bernama Nuna Octaviani 18 tahun,
Dan yang terakhir yaitu kasus pencurian
bertempat tinggal di Jl. Jodipan Wetan Gang
sandal jepit dengan terdakwa berinisial AAL
1 Kota Malang, telah didapati melakukan
(15) seorang siswa SMKN 3 Palu Selatan,
pencurian satu potong pakaian di Center Point
Sulawesi Tengah yang sampai ke persidangan
MOG Malang yang berharga sekitar 120 Ribu.
juga. AAL harus menghadapi jerat Pasal 362
Entah dengan alasan apa dia mencuri, pihak
KUHP dengan ancaman maksimal tuntutan 5
Kepolisian Malang Kota meminta kepada
tahun penjara.
pelapor Kardi Wantoko (Pihak MOG) untuk
Fenomena yang terjadi di atas merupakan beberapa kasus yang melukai rasa keadilan
melakukan mediasi karena barang yang dicuri itu jumlahnya hanya sedikit.7
dalam masyarakat. Hukum yang berlaku
Kasus serupa juga menimpa Diyan
di negeri ini hanya mengandalkan legalitas
Prayogo 15 Tahun. Dia kedapatan melakukan
formal belaka. Bandingkan dengan koruptor
pencurian di center point MOG Malang.
kelas kakap yang ada di negeri ini, yang hanya
Barang yang dicuri adalah sebuah pakaian
7 Data Polres Malang Kota Tahun 2012.
ARENA HUKUM Volume 7, Nomor 3, Desember 2014, Halaman 303-471
392
yang kisaran harganya 80 Ribuan. Karena
Untuk penanganan kasus pidana, sekilas
yang melakukan pencurian itu seorang anak di
mediasi penal hampir sama dengan yang
bawah umur,8 maka Pihak Polres Malang Kota
kita kenal diskresi (discretion) yang dimiliki
meminta kepada pelapor untuk melakukan
oleh lembaga sistem peradilan pidana kita,
mediasi.9
seperti kepolisian dan kejaksaan untuk
Dalam bekerjanya sistem peradilan pidana
menyaring kasus-kasus yang masuk untuk
Indonesia yang berlandaskan pada Undang-
tidak meneruskan sebagian kasus tertentu
Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
melalui proses peradilan pidana. Namun
Acara Pidana (KUHAP), sistem peradilan
demikian terdapat esensi yang berbeda dengan
pidana itu diawali di kepolisian, kejaksaan,
sistem diskresi tersebut. Mediasi penal lebih
dan hakim pada saat peradilan. Dalam proses
mengedepankan kepentingan pelaku tindak
sistem peradilan pidana, membutuhkan waktu
pidana dan sekaligus kepentingan korban,
yang agak lama dan panjang bahkan terkadang
sehingga tercapai win-win solution yang
berbelit-belit, sehingga dibutuhkan sebuah
menguntungkan pelaku tindak pidana dan
terobosan hukum yakni dengan mengunakan
korbannya. Dalam mediasi penal korban
mediasi penal. Mediasi penal merupakan
dipertemukan secara langsung dengan pelaku
salah satu bentuk dari pelaksanaan restorative
tindak pidana dan dapat mengemukakan
justice. Mediasi penal merupakan sebuah
tuntutannya sehingga dihasilkan perdamaian
langkah terobosan hukum dalam rangka
para pihak.
pembaharuan hukum pidana. Mediasi penal erat hubungan dengan restorative justice. Penggunaan
khususnya tindak pidana pencurian ringan.
khususnya
Melalui mediasi penal proses penanganan
dalam tindak pidana pencurian ringan tidak
perkara dilakukan secara transparan sehingga
terbilang baru dan bukan suatu keharusan
dapat
untuk
tergantung
seringkali terjadi dalam proses peradilan
pada sikap aparat penegak hukum. Namun
pidana tradisional. Mengingat banyaknya
seiring perkembangan zaman dan kebutuhan
keuntungan yang ada pada mediasi penal,
korban, mediasi penal yang merupakan
sebagaimana telah dipraktekkan di beberapa
sebuah terobosan hukum mempunyai manfaat
negara, maka diperlukan upaya berupa kajian
yang banyak bagi kedua belah pihak yang
untuk menerapkan mediasi penal dalam proses
berperkara dan memberikan keuntungan
peradilan pidana Indonesia sebagai bagian
tersendiri kepada pelaku dan korban.
dari sistem peradilan pidana di Indonesia.
peradilan
dilaksanakan,
penal
jalan alternatif untuk menyelesaikan perkara
sebagai
alternatif
mediasi
Mediasi Penal merupakan salah satu
pidana
itupun
mengurangi
penyimpangan
yang
8 Yakni masih 15 tahun, sedangkan seorang anak sudah dewasa jika sudah berumur 18 Tahun, lihat UU No. 23 tahun 2004 tentang Perlindungan Anak. 9 Data Polres Malang Kota Tahun 2012.
James Hasudungan Hutajulu, Mediasi Penal sebagai Alternatif ...
393
Saat ini mediasi penal mulai sering
2. Bagaimana pelaksanaan mediasi penal
dilakukan oleh Polri sejak terbitnya Surat
sebagai alternatif penyelesaian perkara
Kapolri No Pol: B/3022/XII/2009/SDEOPS
pada tindak pidana pencurian ringan di
tanggal 14 Desember 2009 tentang Penanganan
Kepolisian Resort Malang Kota?
Kasus Melalui Alternative Dispute Resolution
Sedangkan
tujuannya
antara
lain:
(selanjutnya disebut ADR). Artinya surat
pertama, untuk mengetahui dan menganalisis
Kapolri ini berlaku bagi kedua belah pihak
digunakannya mediasi penal sebagai alternatif
(baik pelaku dan korban) apabila mereka
penyelesaian perkara dalam tindak pidana
sepakat untuk dilakukan mediasi dengan syarat tindak pidana yang dilakukan adalah tindak pidana ringan. Mediasi penal sebagai alternatif sistem peradilan pidana dalam kasus pencurian ringan sangat dibutuhkan dan bahkan sangat diperlukan, dikarenakan:10 a. diharapkan
dapat
mengurangi
penumpukan perkara; b. merupakan salah satu proses penyelesaian sengketa yang dianggap lebih cepat, murah dan sederhana; c. dapat memberikan akses seluas mungkin kepada para pihak yang bersengketa untuk memperleh keadilan, dan d. memperkuat dan memaksimalkan fungsi lembaga pengadilan dan penyelesaian sengketa di samping proses menjatuhkan pemidanaan.11 Berdasarkan latar belakang masalah di atas, pokok permasalahan yang menjadi obyek pembahasan dalam tulisan ini adalah: 1. Mengapa
mediasi
penal
digunakan
sebagai alternatif penyelesaian perkara dalam tindak pidana pencurian ringan oleh Kepolisian Resort Malang Kota?
pencurian ringan oleh Kepolisian Resort Malang Kota; Kedua, untuk mengetahui dan menganalisis penerapan dan pelaksanaan mediasi penal sebagai alternatif penyelesaian perkara tindak pidana pencurian ringan di Kepolisian Resort Malang Kota. Untuk menjawab permasalahan di atas, penulis menggunakan metode penelitian empiris. Jenis penelitian yang digunakan adalah yuridis sosiologis atau dengan kata lain adalah jenis penelitian hukum sosiologis dan atau dapat disebut pula dengan penelitian lapangan, yaitu mengkaji ketentuan hukum yang berlaku serta apa yang terjadi dalam kenyataannya di masyarakat.12 Tulisan ini mengkaji Penal
tentang
Sebagai
Pelaksanaan Alternatif
Mediasi
Penyelesaian
Perkara Pada Tindak Pidana Pencurian Ringan (Studi di Kepolisian Resort Malang Kota). Lokasi penelitian dilakukan di kantor Kepolisian Resort Malang Kota dikarenakan di Kota Malang terdapat beberapa kasus pencurian ringan yang sudah diselesaikan dengan menggunakan mediasi penal dengan pendekatan restorative justice.
10 DS. Dewi dan Fatahillah A. Syukur, Mediasi Penal: Penerapan Restorative Justice di Pengadilan Anak Indonesia, Indie Publishing, Jakarta, 2011, hlm. 80. 11 DS. Dewi dan Fatahillah A. Syukur, Loc.cit., hlm. 80.
394
ARENA HUKUM Volume 7, Nomor 3, Desember 2014, Halaman 303-471
Adapun
teknik
analisis
data
yang
tetapi juga mulai dikenal dan berkembang
digunakan yaitu setelah semua data yang
dalam kaedah hukum pidana. Salah satu
digunakan dalam penyusunan penelitian
jenis ADR yang mulai dikembangkan dalam
ini terkumpul (data lapangan maupun data
hukum pidana adalah dalam bentuk mediasi
kepustakaan), maka dilakukan analisis data.
atau dikenal dengan istilah ‘mediasi penal’
Analisis data yang diperoleh baik melalui
(penal mediation).14
wawancara, observasi lapangan maupun data
Mediasi penal untuk pertama kali dikenal
dari studi kepustakaan akan diuraikan dan
dalam peristilahan hukum positif di Indonesia
dijelaskan mengenai keadaan yang sebenarnya
sejak keluarnya Surat Kapolri No Pol: B/3022/
dan apa yang terjadi didalamnya.
XII/2009/SDEOPS tanggal 14 Desember 2009
Penulis menggunakan analisis data dengan
tentang Penanganan Kasus Melalui Alternative
metode yang bersifat deskriptif analitik.
Dispute Resolution (ADR) meskipun sifatnya
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
parsial. Pada intinya prinsip-prinsip mediasi
bertujuan untuk menyusun gambaran atau
penal yang dimaksud dalam Surat Kapolri
potret suatu permasalahan tentang pola
ini menekankan bahwa penyelesaian kasus
dan problematika.13 Penulis memaparkan
pidana dengan menggunakan ADR, harus
data yang telah diperoleh dari penelitian
disepakati oleh pihak-pihak yang berperkara
lapangan melalui wawancara, observasi dan
namun apabila tidak terdapat kesepakatan
studi kepustakaan sehingga dapat dijadikan
baru diselesaikan sesuai dengan prosedur
pedoman dalam pemecahan permasalahan.
hukum yang berlaku secara profesional dan proporsional.
Pembahasan Pada
pembahasan
Polres Malang Kota dalam beberapa permasalahan
kasus pencurian khususnya pencurian ringan
berdasarkan hasil penelitian, dapat diuraikan
sudah menerapkan mediasi penal. Berikut
sebagai berikut:
Rekapitulasi perkara yang ditangani oleh
A. Mediasi Penal sebagai Alternatif Penyelesaian Perkara pada Tindak Pidana Pencurian Ringan oleh Kepolisian Resort Malang Kota Upaya penyelesaian sengketa alternatif (Alternative Dispute Resolution) tidak hanya dikenal dalam kaedah-kaedah hukum perdata,
Penyidik Satreskrim Polres Malang Kota yang telah diselesaikan dengan mediasi penal dalam kurun waktu tahun 2012 s.d. 2014, sebagai berikut: Menurut Aji Lukmansyah, penerapan mediasi penal sebagai alternatif penyelesaian perkara pencurian sangat efektif dan efesien.
12 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, 2002, hlm. 15. 13 Endang Poerwanti, Dimensi-dimensi Riset Ilmiah, UMM Pers, Malang, 1998, hlm. 26. 14 CSA Teddy Lesmana, Mediasi Penal, Sebuah Transplantasi Hukum dalam Sistem Peradilan Pidana, www.jambilawclub.com, diakses 2 Nopember 2014 pukul 10.00 WIB.
James Hasudungan Hutajulu, Mediasi Penal sebagai Alternatif ...
395
Tabel 2.1. Rekapitulasi Jumlah Perkara yang di Mediasi Penal oleh Satreskrim Polres Malang Kota Jumlah Perkara
Jumlah Perkara Pencurian Ringan
No
Tahun
Keterangan
1.
2012
42
10
Mediasi Penal
2.
2013
8
-
Mediasi Penal
3.
2014
25
1
Mediasi Penal
Sumber: Urmintu Satreskrim Polres Malang Kota Hal ini juga akan menciptakan adanya rasanya
Menurut Evi Andriani, dilakukannya
keadilan terhadap saksi, korban, dan tersangka
mediasi penal sebagai salah satu alternatif
sehingga masyarakat puas atas pelayanan
menyelesaikan perkara pencurian ringan
penyidik.15 Hal senada juga dikatakan oleh
adalah untuk menghindari dampak sosial
Mudjianto, bahwa tidak semua kasus itu harus
masyarakat yang kadang-kadang membuat
diselesaikan sampai ke tingkat pengadilan.
penyidik
Perkara yang diselesaikan dengan mediasi
pendapat di atas, Rudy Hidajanto menjelaskan
penal menimbulkan adanya rasa keadilan
bahwa digunakannya mediasi penal dalam
dalam masyarakat.16
kasus
Menurut Rudy Hidajanto, mediasi penal
Berbeda
dipojokkan.18
pencurian
meningkatkan
ringan
dengan
adalah
kepercayaan
untuk
masyarakat
sering dilakukan oleh Polres Malang Kota
kepada pihak Polres Malang Kota. Namun
terkait perkara yang tidak ada indikasi untuk
apabila ternyata si pelaku pencurian tersebut
komplain. Adapun persyaratan yang harus
sering melakukan kejahatan, maka penyidik
dipenuhi oleh pihak saksi, korban, dan
tidak akan memediasi penyelesaian dengan
tersangka adalah pertama, harus ada surat
pertimbangan agar pelaku memiliki rasa jera.19
kesepakatan bersama antara saksi, korban,
Menurut
KUHP,
pencurian
ringan
dan tersangka serta kedua, harus ada surat
(gepriviligeerde diefsal) diatur dalam Pasal
pencabutan laporan polisi dari pihak korban.
364 KUHP yang rumusannya sebagai berikut:
Dengan adanya dua syarat tersebut, tentu dengan digunakannya mediasi penal akan menimbulkan rasa keadilan bagi saksi, korban dan tersangka.
17
“perbuatan-perbuatan
yang
dite-
rangkan dalam pasal 362 dan 363 butir
4,
begitupun
perbuatan-
perbuatan yang diterangkan dalam
15 Wawancara dengan Aipda Aji Lukmansyah, S.H., Anggota Satreskrim Polres Malang Kota, 10 Nopember 2014. 16 Wawancara dengan Brigadir Mudjianto, S.H., Anggota Satreskrim Polres Malang Kota, 10 Nopember 2014. 17 Wawancara dengan Ipda Rudy Hidajanto, S.H., Anggota Satreskrim Polres Malang Kota, 11 Nopember 2014. 18 Wawancara dengan Bripka Evi Andriani, S.H., Anggota Satreskrim Polres Malang Kota, 11 Nopember 2014. 19 Wawancara dengan Ipda Rudy Hidajanto, S.H., Anggota Satreskrim Polres Malang Kota, 11 Nopember 2014.
ARENA HUKUM Volume 7, Nomor 3, Desember 2014, Halaman 303-471
396
pasal 363 butir 5, apabila tidak
sebagaimana diatur dalam Pasal 18 Undang-
dilakukan dalam sebuah tempat
undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Polri,
kediaman, jika harga barang yang
telah
dicuri
tidak lebih dari Rp 250,-,
polisi (penyidik) untuk melakukan diskresi
diancam karena pencurian ringan
(discretion), yakni hak untuk tidak memproses
dengan pidana penjara paling lama 3
hukum terhadap tindak pidana sepanjang demi
bulan atau denda paling banyak Rp
kepentingan umum maupun moral, karena
900,-.
diskresi pada hakikatnya berada di antara
Berdasarkan Pasal 364 KUHP di atas, jadi ada 3 kemungkinan saja yang dapat dikatakan sebagai pencurian ringan, yakni apabila:20 1. pencurian biasa sebagaimana diatur pasal 362, ditambah adanya unsur yang meringankan yakni apabila benda yag dicuri tidak lebih dari Rp 250,2. dua orang atau lebih melakukan pencurian dengan bersekongkol ditambah unsur nilai objeknya tidak melebihi dari Rp 250,3. pencurian itu dilakukan dengan cara masuk ke suatu tempat (tempat kejadian perkara) dengan cara: membongkar, merusak, memanjat, memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu, ditambah nilainya benda yang dicuri tidak lebih dari Rp 250,-. Secara yuridis dalam sistem penegakan hukum pidana di Indonesia, sebenarnya para
penegak
wewenang
hukum
tertentu
oleh
telah
diberikan
undang-undang
untuk mengesampingkan perkara pidana atau menyelesaian perkara pidana tanpa meneruskannya
ke
pengadilan
(sarana
non litigasi). Seperti halnya kepolisian,
memberikan
kewenangan
kepada
hukum dan moral. Dalam Pasal 18 ayat (1) Undangundang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Polri menyebutkan bahwa ”untuk kepentingan umum pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
dapat
bertindak
menurut
penilaiannya sendiri”. Selanjutnya dalam ayat (2) disebutkan bahwa ”pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan dalam keadaan yang sangat perlu
dengan
memperhatikan
peraturan
perundang-undangan, serta Kode Etik Profesi Polri”. Dalam penjelasan Pasal 18 Undangundang ini memberikan pengertian mengenai ”bertindak menurut penilaian sendiri” sebagai suatu tindakan yang dapat dilakukan oleh anggota Polri yang dalam bertindak harus mempertimbangkan manfaat dan risiko serta biaya dan keuntungan (cost and benefit) dari tindakannya yang benar-benar untuk kepentingan umum. Apabila dikaitkan dengan Pasal 18 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 di atas, dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a angka 4 dan Pasal 7 ayat (1) huruf j Undang-undang Nomor
20 Adami Chazawi, Kejahatan terhadap Harta Benda, IKIP Malang, Malang, 1995, hlm. 29.
James Hasudungan Hutajulu, Mediasi Penal sebagai Alternatif ...
397
8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
di sini juga perlu dipikirkan mengenai konsep
(KUHAP) menyatakan bahwa polisi selaku
tentang
penyelidik maupun penyidik mempunyai
penyidikan atas dasar diskresi. Oleh karena
wewenang untuk mengadakan tindakan lain
itu, yang menjadi kesimpulan dari penulis
menurut hukum yang bertanggung jawab.
adalah belum adanya kejelasan terkait batasan
Yang
diskresi
dimaksud
”tindakan
lain”
dalam
bagaimana
dalam
dengan
penghentian
kewenangan
kepolisian
penjelasan kedua pasal ini merupakan tindakan
(Pasal 18 Undang-undang Nomor 2 Tahun
dari kepolisian (penyelidik/penyidik) untuk
2002), sehingga apabila polisi atau penyidik
kepentingan penyelidikan/penyidikan dengan
polri dengan menggunakan kewenangan
syarat: (a) tidak bertentangan dengan suatu
diskresinya dalam menyelesaikan perkara
aturan hukum, (b) selaras dengan kewajiban
pidana melalui mekanisme mediasi penal,
hukum yang mengharuskan dilakukannya
maka yang terjadi adalah polisi atau penyidik
tindakan jabatan, (c) tindakan itu harus
tersebut telah melanggar hukum atau setidak-
patut dan masuk akal dan termasuk dalam
tidaknya telah melangar hukum internalnya
lingkungan jabatannya, (d) atas pertimbangan
(baik peraturan disiplin maupun kode etik
yang
yang
profesi polri). Hal ini dikarenakan kewenangan
memaksa, dan (e) menghormati hak asasi
diskresi yang belum jelas batasannya tadi
manusia.
ditambah penggunaan mekanisme mediasi
layak
berdasarkan
keadaan
Di samping itu, dalam rangka menjalankan
penal yang belum ada payung hukumnya.
tugas, Kepolisian Negara Republik Indonesia
Mengingat Polri dalam setiap langkahnya
berwenang untuk mengadakan penghentian
selalu berdasarkan peraturan perundang-
penyidikan. Penyidik karena kewajibannya
undangan yang ada dan berlaku saat ini, maka
mempunyai
mengadakan
Polri dalam melaksanakan tugas penegakan
penghentian penyidikan. Dalam Pasal 109
hukum selalu berdasarkan asas legalitas
ayat (2) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981
sebagai konsekuensi dari negara hukum yang
(KUHAP) menyatakan bahwa polisi dalam hal
dianut negara Indonesia.
wewenang
ini penyidik dapat menghentikan penyidikan
Apabila mediasi penal (penal mediation)
atas perkara tindak pidana karena: (1) tidak
dikaitkan dengan ide keadilan restoratif
terdapat cukup bukti, (2) peristiwa tersebut
(restorative justice) dan diskresi (discretion),
ternyata bukan merupakan tindak pidana,
maka dapat dikatakan bahwa ajaran atau
atau (3) penyidikan dihentikan demi hukum.
nilai-nilai yang mendasari mediasi penal
Dalam hal penyidik menghentikan penyidikan
(penal
karena ketiga alasan dimaksud, maka penyidik
justice, sedangkan roh mediasi penal (penal
memberitahukan hal ini kepada penuntut
mediation)
umum, tersangka atau keluarganya. Tentunya
restortaif (restorative justice) ada pada
mediation) untuk
adalah mewujudkan
restorative keadilan
398
ARENA HUKUM Volume 7, Nomor 3, Desember 2014, Halaman 303-471
tiap-tiap institusi penegak hukum. Hal ini
bangsa beradab. Dalam skala lokal, pelaku
dapat diketahui seperti halnya jaksa punya
kejahatan
polisi
punya
di
Indonesia
bisa
diskresi
dikucilkan, ditolak atau dikeluarkan dari
(discretion). Dengan demikian diskresi yang
komunitasnya. Jika menyangkut kejahatan
dimiliki institusi kepolisian merupakan roh
tertentu, suatu masyarakat dapat melakukan
atau sesuatu yang bisa menghidupkan atau
upacara atau kegiatan ritual sebagai upaya
setidak-tidaknya menjadi sumber inspirasi
pemulihan keseimbangan agar jiwa komunal
dimana mediasi penal dapat diterapkan pada
kemasyarakatan pulih kembali. Fenomena
tahap penyidikan oleh kepolisian sehingga
praktek hukum ini menunjukkan bahwa
akan menciptakan kedamaian bagi para
perbuatan pidana berada dalam kawasan
pihak yang berperkara serta terwujudnya rasa
publik dan tidak berada dalam ranah privat
keadilan yang dapat memulihkan para pihak
seperti hubungan keperdataan.21
deponeering
dan
kesusilaan
Keterlibatan
dan masyarakat secara umum.
B. Pelaksanaan
Mediasi
Penal
sebagai Alternatif Penyelesaian Perkara pada Tindak Pidana Pencurian Ringan oleh Kepolisian Resort Malang Kota Dalam proses peradilan pada perkara pidana yang berupaya maksimal untuk menemukan dan mewujudkan kebenaran materiil, sering muncul keluhan ketidakadilan dari pihak yang berkepentingan (stakeholder) dalam perkara tersebut. Karena dalam perkara pidana stakeholder-nya tidak seperti dalam perkara perdata yaitu penggugat dan tergugat, tetapi lebih luas yaitu korban, pelaku dan masyarakat banyak terutama komunitas sekitar di mana kejahatan itu terjadi. Bahkan dalam perkara kejahatan luar biasa yang menyangkut kejahatan kemanusiaan, genosida, kejahatan perang dan agresi, stakeholder-nya adalah masyarakat internasional dan/atau bangsa-
masyarakat
sebagai
komponen stakeholder dalam perkara pidana berbanding lurus dengan jangkauan tingkat berbahayanya kejahatan yang dilakukan. Komunitas
masyarakat
banyak
sebagai
stakeholder juga merupakan konsekuensi etis dari akibat yang ditimbulkan oleh kejahatan, sehingga menuntut rasa pertanggungjawaban kolektif dari masyarakat, karena berbahayanya kejahatan
berada
dalam
ranah
publik.
Jika masyarakat beradab tidak melakukan reaksi terhadap perbudakan, pembunuhan massal atau kejahatan kemanusiaan lainnya, maka martabat kemanusiaan dapat berubah dan merosot menjadi setingkat dengan kebinatangan. Jika bangsa manusia tidak merespon
terhadap
kemanusiaan,
penistaan
berarti
tidak
martabat merasa
bertanggung jawab dan mati rasa terhadap harkat kemanusiaan dirinya sendiri. Atensi, empati dan tanggung jawab stakeholder atas
21 M. Sholehuddin, Sistem Sanksi dalam Hukum Pidana, Ide Dasar Double Track System dan Implementasinya, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm. 26.
James Hasudungan Hutajulu, Mediasi Penal sebagai Alternatif ...
399
adanya kejahatan manusia terhadap manusia
mediasi penal pada dasarnya merupakan
lainnya merupakan bagian dari sikap moral.
salah
Entitas tanggung jawab, niat, kesalahan dan
pelaksanaan konsep restorative justice dalam
rasa bersalah merupakan fokus acuan hukum
penyelesaian perkara pidana. Mediasi penal
pidana dan proses pengadilan perkara pidana.
sebagai mekanisme penyelesaian perkara
justice
bertujuan
untuk
mewujudkan
pemulihan
kondisi
korban
kejahatan,
pelaku
Restorative
dan
masyarakat
satu
sarana
dalam
mewujudkan
pidana dalam mewujudkan keadilan restoratif (restorative justice). Restorative
justice
merupakan
suatu
berkepentingan (stakeholder) melalui proses
model pendekatan yang muncul dalam era
penyelesaian perkara yang tidak hanya
tahun 1960-an dalam upaya penyelesaian
berfokus pada mengadili dan menghukum
perkara pidana. Berbeda dengan pendekatan
pelaku. Dalam proses pengadilan pidana
yang dipakai pada sistem peradilan pidana
konvensional, kepentingan korban seolah-
konvensional, pendekatan ini menitikberatkan
olah telah terwakili atau direpresentasikan
pada adanya partisipasi langsung pelaku.
oleh negara cq pemerintah cq kejaksaan
Terlepas dari kenyataan bahwa pendekatan
dan kepolisian. Pertanyaannya, seberapa
ini masih diperdebatkan secara teoritis, akan
efektif dan representatif pemerintah dapat
tetapi pandangan ini pada kenyataannya
mewakili
berkembang
kepentingan
korban
kejahatan
dan
banyak
mempengaruhi
secara utuh? Perlu cermin besar untuk dapat
kebijakan hukum dan praktik di berbagai
melihat kepentingan korban kejahatan, karena
negara.23
menyangkut hak, martabat dan kemampuan
Berangkat dari teori restoratif justice inilah
insani dari korban selaku manusia yang
Polres Malang Kota menerapkan mediasi penal
berdaulat. Begitu pula hak dan kepentingan
sebagai alternatif penyelesaian perkara dalam
masa depannya. Apalagi kalau korban yang
kasus pencurian ringan. Hal ini dikatakan oleh
berstatus kepala keluarga yang mempunyai
May Retnowati, bahwa mediasi penal dan
tanggungan anggota keluarga.22
restorative justice mempunyai hubungan yang
Perkembangan ide mediasi penal tidak
erat dan memiliki tujuan yang sama yakni
lepas dari perkembangan ide restorative
menyelesaikan perkara dengan melibatkan
justice sebagai salah satu ide pembaharuan
pihak tersangka dan korban sehingga rasa
hukum pidana (penal reform), karena konsep
keadilan tercipta di masyarakat.24
Mengenai teknis pelaksanaan mediasi
22 Ibid., hlm. 27. 23 Eva Achjani Zulfa, Restorative Justice di Indonesia (Peluang dan Tantangan Penerapannya), Restorative Centre, http://evacentre.blogspot.com/p/restorative-justice-di-indonesia.html, diakses 20 Nopember 2014 pukul 11.00 WIB. 24 Wawancara dengan Aiptu May Retnowati, Anggota Satreskrim Polres Malang Kota, 10 Nopember 2014.
ARENA HUKUM Volume 7, Nomor 3, Desember 2014, Halaman 303-471
400
penal yang dilakukan oleh Polres Malang
terpenting dan harus diperhatikan adalah
Kota dalam menyelesaikan perkara pencurian
adanya kesepakatan. Hal ini dikarenakan
ringan, dikemukakan oleh Aji Lukmansyah,
kesepakatan itu (para pihak) merupakan sebuah
yakni:25
komitmen bersama untuk melakukan proses
1. mempertemukan para pihak
(saksi,
damai dengan cara-cara yang dibenarkan oleh
korban dan tersangka serta keluarga
hukum yang dituangkan dalam sebuah surat
korban/tersangka);
resmi yang ditandatangani oleh para pihak.27
2. menyaksikan pengembalian barang yang
Mediasi dalam perkara pidana dapat
dicuri oleh pelaku atau ganti kerugian
dilakukan dalam bentuk langsung atau tidak
lain;
langsung, yaitu dengan mempertemukan para
3. membantu membuat surat kesepakatan
pihak (korban dan pelaku) secara bersama-
bersama para pihak (saksi, korban dan
sama atau mediasi yang dilakukan oleh
tersangka);
mediator secara terpisah (kedua belah pihak
4. menerima surat pencabutan perkara
tidak dipertemukan secara langsung). Ini dapat dilakukan oleh mediator profesional atau
(laporan polisi); perkara
relawan terlatih. Mediasi dapat dilakukan di
terhadap kasus tersebut untuk menentukan
bawah pengawasan lembaga peradilan pidana
penyelesaiannya.
atau organisasi berbasis masyarakat yang
5. penyidik
Senada menambahkan
melakukan
dengan bahwa
gelar
itu,
Mudjianto
independen dan selanjutnya hasil mediasi
jika
tersangkanya
penal dilaporkan kepada otoritas peradilan
masih anak di bawah umur, maka orang tua wajib mendampinginya. Hal ini dilakukan
pidana.28 Pelaksanaan mediasi penal oleh Polres
untuk menjaga psikologis atau kejiwaan dari
Malang
Kota
dilakukan
dalam
bentuk
anak tersebut. Karena pada dasarnya seorang
langsung yaitu dengan mempertemukan para
anak memiliki sisi psikologis yang lemah dan
pihak (korban dan pelaku) secara bersama-
kadang dia tidak tahu apa yang diperbuatnya
sama, dimana pihak penyidik Polres Malang
itu benar atau bertentangan dengan aturan
Kota bertindak sebagai mediatornya. Hal
yang berlaku.26
ini dikatakan oleh Rudy Hidajanto bahwa
Menurut Santi Aman Wibowo, dari
tentunya pihak penydik sebagai mediator
keseluruhan proses mediasi penal yang
akan bersikap netral dan akan mengakomodir
dilakukan oleh Polres Malang Kota, hal yang
kepentingan
para
pihak.
Lebih
lanjut
25 Wawancara dengan Aipda Aji Lukmansyah, S.H., Anggota Satreskrim Polres Malang Kota, 10 Nopember 2014. 26 Wawancara dengan Brigadir Mudjianto, S.H., Anggota Satreskrim Polres Malang Kota, 10 Nopember 2014. 27 Wawancara dengan Briptu Santi Aman Wibowo, S.H., Anggota Satreskrim Polres Malang Kota, 10 Nopember 2014.
James Hasudungan Hutajulu, Mediasi Penal sebagai Alternatif ...
ia
menyatakan
bahwa
adanya
terletak pada korban dan didukung oleh
penyelesaian perkara di luar pengadilan (di
tersangka yang kooperatif mengakui segala
tingkat kepolisian) maka perkara tersebut
perbuatannya. Namun, apabila si korban tidak
dianggap tuntas/selesai. Kemudian penyidik
mau menyelesaikannya secara kekeluargaan
membuat
melalui mediasi penal, maka perkara akan
SP2HP
(Surat
dengan
401
Pemberitahuan
Perkembangan Hasil Penyidikan) kepada
harus dilanjutkan ke tingkat selanjutnya.
saksi pelapor bahwa perkara yang dilaporkan
Sebagai langkah terakhir, apabila korban
telah selesai secara kekeluargaan sehingga
masih bersikukuh untuk melanjutkan ke tingkat
penyidik tindak menindaklanjuti lagi proses
persidangan, maka pihak Polres Malang Kota
penyidikan. Dengan demikian sudah ada
mencoba menasehati dan menjelaskan duduk
kepastian hukum dan masyarakat puas atas
persoalannya yang salah salah satunya adalah
pelayanan petugas kepolisian.29
memberikan pengertian bahwa nilai barang
Kenyataan yang terjadi di lapangan,
yang dicuri itu adalah ringan.31 Akan tetapi
Polres Malang Kota juga mengalami kendala
semuanya akan tetap kembali pada kemauan
dalam
dan kehendak pada diri si korban karena
melakukan
penyelesaian
perkara
dengan mediasi penal. Hal ini diungkap oleh
korban adalah pihak yang dirugikan.
Mudjianto, yang mengatakan bahwa kendala
Kendala lainnya, adalah apabila setelah
yang sering dihadapi oleh Pihak Polres
terjadi kesepakatan bersama para pihak (korban
Malang Kota dalam menyelesaikan perkara
dan tersangka) dan telah ada pencabutan
dengan mediasi penal adalah tersangka tidak
Laporan Polisi oleh korban tetapi kemudian
mengakui perbuatannya, barang bukti tidak
setelah itu, korban datang dan meminta
ada pada pelaku, dan korban tidak mau
kembali agar kasusnya dilanjutkan, penyidik
diselesaikan secara kekeluargaan dan tetap
akan menjelaskan bahwa kesepakatan itu telah
meminta perkara diselesaikan sampai ke
menjadi perjanjian kedua pihak dan bersifat
tingkat pengadilan.30 Apabila ketiga unsur
mengikat serta kasus itu pun telah dihentikan
ini belum terpenuhi, mustahil mediasi penal
penyidikannya.32 Saran/rekomendasi yang dapat penulisan
dapat dilakukan. Apabila kita cermati secara seksama,
berikan dalam tulisan ini antara lain: pertama,
perkara
perlu dibangun kesadaran bagi pengemban
pencurian ringan dengan mediasi penal
profesi di bidang hukum, baik kalangan
sebenarnya
28 29 30 31
ide
penyelesaian
DS. Dewi dan Fatahillah A. Syukur, Op.cit., hlm. 93. Wawancara dengan Ipda Rudy Hidajanto, S.H., Anggota Satreskrim Polres Malang Kota, 11 Nopember 2014. Wawancara dengan Brigadir Mudjianto, S.H., Anggota Satreskrim Polres Malang Kota, 11 Nopember 2014. Wawancara dengan Briptu Santi Aman Wibowo, S.H., Anggota Satreskrim Polres Malang Kota, 10 Nopember 2014. 32 Wawancara dengan Ipda Ipda Rudy Hidajanto, S.H., Anggota Satreskrim Polres Malang Kota, 11 Nopember 2014.
402
ARENA HUKUM Volume 7, Nomor 3, Desember 2014, Halaman 303-471
akademisi maupun praktisi tentang perlunya
puas atas pelayanan yang dilakukan oleh
penerapan mekanisme mediasi penal (penal
penyidik Polres Malang Kota. Karena tidak
mediation) dalam sistem peradilan pidana
semua kasus harus diselesaikan sampai ke
Indonesia
sebagai
tingkat persidangan; Kedua, pelaksanaan
alternatif dalam penyelesaian perkara tindak
mediasi penal juga dapat meningkatkan
pidana pencurian ringan termasuk perlunya
kepercayaan
lembaga mediasi penal sebagai pendukung
karena ada sebagian korban yang sebenarnya
pelaksanaan mediasi penal, agar pencapaian
hanya ingin agar kerugiannya diganti daripada
tujuan hukum dapat diwujudkan baik keadilan,
harus berperkara di pengadilan sehingga
kemanfaatan,
hukum
dengan mediasi penal masyarakat percaya
di dalam masyarakat. Dan kedua, konsep
bahwa Polri dapat menjadi mediator dalam
keadilan
penyelesaian perkara masyarakat; Dan ketiga,
di
masa
mendatang
maupun
restoratif
kepastian
perlu
diformulasikan
masyarakat
terhadap
dalam payung hukum yang kuat yakni
meningkatkan
undang-undang sebagai landasan legalitas
mengurangi beban kerja penyidik.
mengimplementasikan
dalam
penyelesaian
perkara
Polri
dan
penanganan
Pelaksanaan mediasi penal yang dilakukan
perkara pidana. Kebijakan formulatif ini dapat
oleh Polres Malang Kota dalam menyelesaikan
didahului oleh Polri dengan diterbitkannya
perkara pencurian ringan, dilakukan dengan
suatu peraturan kepolisian terutama berupa
langkah-langkah sebagai berikut: pertama,
Peraturan Kapolri sebagai acuan atau pedoman
mempertemukan para pihak (saksi, korban
bagi penyidik.
dan tersangka maupun keluarga korban/
Simpulan
tersangka). Kedua, penyidik menyaksikan pengembalian barang yang dicuri oleh pelaku
Digunakannya mediasi penal sebagai
atau ganti kerugian lainnya. Ketiga, membantu
alternatif penyelesaian perkara pencurian
membuat surat kesepakatan bersama para
ringan yang dilakukan oleh Polres Malang
pihak (saksi, korban dan tersangka). Keempat,
Kota dilatarbelakangi oleh beberapa hal,
menerima surat pencabutan perkara (Laporan
yaitu: pertama, untuk menciptakan rasa
Polisi). Dan kelima, penyidik melakukan gelar
keadilan terhadap para pihak yaitu: saksi,
perkara untuk penyelesaian kasus tersebut.
korban, dan tersangka, sehingga masyarakat
James Hasudungan Hutajulu, Mediasi Penal sebagai Alternatif ...
403
DAFTAR PUSTAKA Buku
Wirjono
Adami Chazawi, 1995, Kejahatan terhadap Harta Benda, IKIP Malang, Malang. Bambang Waluyo, 2002, Penelitian Hukum dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta. DS.
Dewi
dan
Fatahillah A.
Syukur,
2011, Mediasi Penal: Penerapan Restorative Justice di Pengadilan Anak Indonesia, Indie Publishing, Jakarta. Endang Poerwanti, 1998, Dimensi-dimensi Riset Ilmiah, UMM Pers, Malang. Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, 2007, Pengantar Filsafat Hukum, Mandar Maju, Bandung. Marlina, 2009, Peradilan Pidana Anak di Indonesia: Pengembangan Konsep Diversi dan Restorative Justice, Refika Aditama, Bandung. M. Sholehuddin, 2003, Sistem Sanksi dalam Hukum Pidana, Ide Dasar Double Track System dan Implementasinya, RajaGrafindo Persada, Jakarta. Rycko Amelza Dahniel, 2009, Diskresi Kepolisian dalam Nilai-nilai Dasar Hukum, KIK-UI, Jakarta.
Projodikoro,
2003,
Asas-asas
Hukum Pidana di Indonesia, Refika Aditama, Jakarta.
Jurnal Dwidja Priyatno, 2007, Pemidanaan untuk Anak dalam Konsep Rancangan KUHP (dalam Kerangka Restorative Justice),
Lembaga Advokasi
Hak
Anak (LAHA), Edisi VIII, Volume III, Bandung. Imam Sukadi, Matinya Hukum dalam Proses Penegakan Hukum di Indonesia, Jurnal Risalah Hukum Volume 7 No.1, ISSN 021-969X, Fakultas Hukum Unmul.
Naskah Internet CSA Teddy
Lesmana,
Mediasi
Penal,
Sebuah Transplantasi Hukum dalam Sistem
Peradilan
Pidana,
www.
jambilawclub.com. Eva Achjani Zulfa, Restorative Justice di Indonesia (Peluang dan Tantangan Penerapannya), Restorative Centre, http://evacentre.blogspot.com/p/ restorative-justice-di-indonesia.html.