MEDIA POSTER SEBAGAI SARANA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN PERSUASI SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 PULAU GOROM KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR Iwan Rumalean1
Abstrak. Salah satu wujud bahasa yang digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan ide, gagasan, perasaan sedih dan gembira, bisnis, politik dan sebagainya adalah bahasa tulisan. Salah bentuk tulisan yang digunakan di sekolah sesuai dengan isi kurikulum 2013 adalah Karangan Persuasi. Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan persuasi siswa kelas IX SMP Negeri 3 Pulau Gorom adalah penggunaan media poster sebagai sarana pembelajaran. Tulisan ini merupakan hasil PTK yang di laksanakan pada 25 siswa kelas IX SMP Negeri 3 Pulau Gorom. Hasilnya adalah terjadi peningkatan kemampuan menulis karangan pesuasi pada siswa kelas IX SMP Negeri 3 Pulau Gorom, bila dibandingkan dengan sebelum pelaksanaan PTK. Semula kemampuan menulis karangan persuasi siswa tidak mencapai KKM yang ditetapkan sebesar 66, setelah dilaksanakan PTK sebanyak dua siklus. Pada siklus Pertama 3 kali pertemuan, dan siklus kedua 2 kali pertemuan, maka hasil yang diperoleh adalah 100% siswa mencapai KKM. Kata-Kata Kunci: Media Poster, Kemampuan Menulis Karangan Persuasi, Siswa Kelas IX SMP Negeri 3 Pulau Gorom. Peningkatan kemampuan peserta didik diimplementasikan ke dalam empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu aspek keterampilan mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Usaha meningkatkan motivasi belajar siswa merupakan tugas yang paling penting bagi seorang guru. Guru harus jeli memilih metode atau media pembelajaran yang dapat membuat pembelajaran menjadi menarik dan tidak membosankan siswa. Guru harus dapat menciptakan inovasi-inovasi yang kreatif dan variatiff agar siswa dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan. Bila motivasi siswa sudah meningkat, dengan sendirinya hasil belajar siswa juga akan meningkat. Oleh karena itu, pembelajaran menulis di sekolah dapat dilakukan dan dipelajari secara terus-menerus kepada siswa (Mudini, 2009: 5). 1
Iwan Rumalean adalah dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fkip Universitas Pattimura, Ambon
Rumalean, Media Poster Sebagai Sarana --- 59
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan observasi awal terlebih dahulu, yang bertujuan untuk mengidentifikasikan permasalahan pembelajaran menulis karangan persuasi, memperlihatkan bahwa ketepatan penggunaan bahasa dalam karangan persuasi yang dibuat oleh siswa masih terdapat banyak kesalahan. Selain itu guru hanya menilai hasil pekerjaan dengan paraf saja tanpa memeriksanya. Hal ini mengindikasikan pembelajaran menulis karangan persuasi belum mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi terhadap guru dan siswa ditemukan permasalahan bahwa siswa tidak memiliki kemauan dan tidak dimotifasi dengan kemudahan-kemudahan penggunaan media yang menarik, sehingga menulis karangan persuasi menjadi sulit dilakukan. Untuk itu salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan persuasi adalah dengan menggunakan media poster. Kompetensi dasar menulis karangan persuasi dalam kurikulum baik KTSP maupun Kurikulum 2013 adalah untuk meyakinkan atau mengajak pembaca bersikap atau melakukan sesuatu dalam bentuk persuasi. Dengan demikian menulis karangan persuasi berdasarkan media poster diharapkan dapat melatih siswa menulis karangan persuasi dengan bahasa ajakan, sehingga siswa dapat menyampaikan maksud dari poster tersebut. Selain itu pemilihan media poster didasarkan pada dua hal, Pertama; kesamaan sifat antara poster dan tulisan persuasi yaitu mengajak dan meyakinkan pembaca. Kata-kata poster dapat memunculkan ide siswa untuk menghasilkan tulisan karangan persuasi. Kedua; poster lebih mudah dipahami karena bersifat umum, ditujukan pada masyarakat secara luas (Anderson,1983: 3). Berdasarkan sifatnya poster sebaga media berfungsi menarik dan membantu guru menghadirkan “suasana” dan pusat perhatian bagi siswa. Selain itu proses pembelajaran dapat berlangsung secara optimal dan berorientasi pada prestasi. (Sadiman, 2006: 2). Dengan demikian diharapkan siswa dapat memunculkan ide dan mengembangkannya dalam bentuk karangan persuasi. Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, Peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan poster sebagai media untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan persuasi. Sejalan dengan hal tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah dengan menggunakan Media Poster dapat Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Persuasi Siswa Kelas IX SMP Negeri 3 Pulau Gorom Kabupaten Seram Bagian Timur?”. Selanjutnya tujuan penelitiana ini adalah untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan persuasi siswa kelas IX SMP Negeri 3 Pulau Gorom Kabupaten Seram Bagian Timur. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat praktis sebagai berikut: (a) Penelitian ini memberikan masukan bagi guru untuk bahan pembelajaran menulis, selain itu sebaga media pembelajaran. dan (2)
60 Tahuri, Volume 11, Nomor 2, Agustus 2014
hasil penelitian ini diharapakan memberikan pengetahuan baik teoretis maupun praktis bagi siswa dalam mengembangkan dan meningkatkan kreativitas menulis karangan persuasi. Kajian Teoretis Tarigan (1994: 21) berpendapat bahwa menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa untuk dipahami, sehingga orang lain dapat membaca lambanglambang grafik itu. Dengan demikian grafik dalam tulisan ini grafik-grafik bahasa Indonesia. Selanjutnya secara etimologi istilah persuasi berasal dari bahasa Inggris “persuasion” diturunkan dari kata to persaude yang artinya membujuk atau meyakinkan. Dengan demikian karangan persuasi adalah jenis karangan yang mengandung ajakan atau himbauan agar pembaca menerima dan mengikuti pendapat/ kemauan penulis. Menurut Nuristo (2000: 46) karangan persuasi memunyai beberapa ciri, yaitu: (1) Harus menimbulkan kepercayaan para pembacanya; (2) Persuasi harus dapat menciptakan kesepakatan/ penyesuaian melalui kepercayaan antara penulis dengan pembaca; (3) Persuasi sedapat mungkin menghindari konflik agar kepercayaan tidak hilang dan supaya kesepakatan pendapatnya tercapai; (4) Persuasi memerlukan fakta dan data. Lebih lanjut dijelaskan bahwa langkah-langkah menulis karangan persuasi sebagai berikut: (a) menentukan topik dan tujuan, (b) membuat kerangka karangan, (c) mengumpulkan bahan, (d) penarikan kesimpulan, dan (e) penutup. Pengertian Media Pembelajaran Media pembelajaran terdiri atas dua kata, yaitu media dan pembelajaran. Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari “medium” yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Dengan demikian media berarti pengantar pesan dari pengirim pesan ke penerima, sedangkan kata pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi perserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (baca, UU NO.20 tahun 2003 tentang sisdiknas). Selanjutnya dijelaskan juga bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Selain itu media pembelajaran adalah saran fisik untuk menyampaikan isi atau materi pembelajaran seperti buku, film, video dan sebagainya. Media pembelajaran adalah bentuk-bentuk komunikasi, baik tercetak maupun audio visual serta peralatannya. Dengan demikian disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik dan berlangsung dalam suasan kreatif.
Rumalean, Media Poster Sebagai Sarana --- 61
Bentuk ilustrasi pembelajaran yang kreatif, yaitu siswa dapat melakukan pengamatan terhadap media poster, kemudian menggali dan mengembangkan ide dalam bentuk tulisan serta dapat dijadikan pengalaman baru yang ia rasakan. Sedangkan pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang dirancang oleh guru, yang sifatnya baru. Bentuk ilustrasinya: guru atau peneliti menggunakan media pembelajaran poster dalam kegiatan belajar mengajar untuk meningkatkan nilai dan keaktifan sesuai dengan potensi siswa. Pembelajaran variatif adalah pembelajaran yang dapat dilakukan dengan jalan memvariasikan format tulisan dalam teks, menyajikan gambar-gambar, warna-warna yang beraneka ragam, dan sebagainya. Bentuk ilustrasi pembelajaran yang variatif: penggunaan media pembelajaran poster yang disajikan dengan gambar yang sesuai tema serta warna-warni yang beranekaragam. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran Empat fungsi media pembelajaran khususnya media visual, yaitu: (1) fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang ditampilkan; (2) fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar atau membaca teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa; (3) fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar; (4) fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks dan membantu siswa yang lemah dalam membaca dan mengingatkan kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan siswa untuk menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan (Levies dan Lentz, 1982: 17). Selanjutnya secara umum media pembelajaran memiliki beberapa manfaat seperti dijelaskan sebagai berikut: (1) media pembelajaran dapat dimanfaatkan untuk memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis; (2) media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, bergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut; (3) media pembelajaran dapat menanamkan konsep dasar yang benar konkret dan realistis; (4) media pembelajaran membangkitkan motivasi dan rangsangan siswa untuk belajar; (5) media pembelajaran menimbulkan keinginan dan minat baru. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa peranan media pembelajaran sebagai alat bantu yang
62 Tahuri, Volume 11, Nomor 2, Agustus 2014
berfungsi mengkonkritkan materi pelajaran, sehingga memudahkan pemahaman siswa. Poster Menurut KBBI, poster adalah plakat yang dipasang di tempat umum (berupa pengumuman, atau iklan). Selain itu ada poster yang berisi himbauan kepada masyarakat tentang suatu kegiatan. Ada juga poster yang berisi larangan untuk menghindari perbuatan tertentu. Dengan demikian poster tidak saja penting untuk menyampaikan kesan-kesan tertentu tetapi mampu untuk memengaruhi orang lain untuk mengikuti kegiatan/ program yang dapat dituangkan lewat poster. Pemasangannya bisa di kelas, di pohon, di tepi jalan dan di majalah. Jika dilihat poster-poster yang terpasang di masyarakat ada bermacam-macam ukuran, namun secara umum, poster yang baik adalah: (1) sederhana sehngga mudah dipahami, (2) mampu menyajikan satu ide dan mampu mencapai satu tujuan pokok; (3) berwarna yang berfungsi untuk menarik perhatian; (4) slogannya ringkas dan jitu sehingga tidak membosankan; (5) tulisannya jelas tidak menyulitkan; (6) motif dan disain bervariasi. Selain itu poster merupakan gagasan yang dicetuskan dalam bentuk ilustrasi gambar yang bertujuan untuk menarik perhatian, membujuk, memotivasi masyarakat terhadap suatu peristiwa. Jadi dapat disimpulkan bahwa media poster merupakan media dalam bentuk ilustrasi gambar yang bertujuan untuk menarik perhatian, membujuk dan memotivasi siswa (baca Sudjana dan Rivani, 1991: 54). Selain itu dikemukakan juga bahwa beberapa manfaat poster dari segi pendidikan yaitu: (1) memotivasi, (2) sebagai peringatan, dan (3) pengalaman kreatif. Sedangkan kelebihan poster adalah (1) poster memiliki warna yang menarik dan memiliki daya tertarik yang khusus, (2) poster bisa disertai dengan ilustrasi berupa uraian dan pernyataan sehingga menarik perhatian siswa, dan (3) poster memuat keterangan sehingga lebih memudahkan pemahaman siswa khususnya dalam menulis karangan persuasi. Ambry (1994: 143) mengemukakan bahwa jenis-jenis poster sebagai berikut: (a) poster pendidikan, merupakan poster yang bertema pendidikan; (b) poster kegiatan, dibuat untuk menyosialisasikan suatu kegiatan; (c) poster niaga, dibuat untuk kerperluan kegiatan niaga atau kegiatan suatu usaha; (d) poster hiburan, dibuat untuk kegiatan yang bersifat hiburan; (e) poster lingkungan, bertema lingkungan; (f) poster penerangan; biasanya dibuat oleh lembaga atau instansi tertentu untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang program atau informasi tertentu yang perlu diketahui. Penggunaan Media Poster dalam Menulis Karangan Persuasi Pemanfaatan media pembelajaran secara tepat dan didemonstrasikan pada saat yang tepat dapat berfungsi memperjelas informasi/ konsep yang dibicarakan.
Rumalean, Media Poster Sebagai Sarana --- 63
Melalui media poster diharapkan siswa mulai berpikir apa yang akan ia tulis dalam karangan persuasi yang berkaitan dengan tema yang diilustrasikan dalam gambar. Poster yang digunakan ini sebagai media pembelajaran untuk menulis karangan persuasi, dilengkapi dengan petunjuk dan dikembangkan melalui tahap-tahap sebagai berikut: (1) tahap pengamatan poster di depan kelas; (2) tahap penyusunan langkah-langkah menulis karangan, siswa diminta menentukan topik dan tujuan yang tersirat dalam poster, kemudian siswa membuat kerangka karangan, mengumpulkan bahan; (3) tahap pengembangan/ menuangkan ide dan gagasan, siswa menuangkan ide ke dalam karangan dengan menggunakan ejaan, ketepatan penggunaan bahasa, siswa merevisi karangan persuasi yang telah ditulis, (4) tahap publikasi, tahap ini siswa membacakan karyanya di depan kelas dan bersama-sama dengan guru menempelkan beberapa karya terbaik di majalah dinding. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe Penelitian Tindakan Kelas, yang dikemukan (Arikunto dkk, 2010: 3, Susilo, 2009: 16, Suyanto 1988: 1-5). Penelitian tindakan kelas bersumber dari keprihatinan guru atas permasalahan pembelajaran yang benar-benar faktual muncul di dalam kelas. Karakteristik PTK yaitu bersifat kolaboratif antara guru dengan teman sejawat atau guru mata pelajaran dengan peneliti. Selanjutnya siklus dalam penelitian tindakan kelas tidak dapat ditetapkan atau direncanakan beberapa kali sebelum pelaksanaan. Berapa kali siklus yang akan dilaksanakann, hal tersebut bergantung pada hasil refleksi, jika hasil refleksi pada siklus pertama menunjukkan bahwa pelaksanaan PTK telah berhasil artinya telah memenuhi standar KKM, maka pelaksanaan PTK dapat diakhiri, akan tetapi bila hasil pada siklus pertama tidak berhasil artinya nilai yang diperoleh siswa belum memenuhi standar KKM maka PTK dapat dilanjutkan pada siklus berikutnya, begitu pun dengan pelaksanaan sikulus-siklus berikutnya (Baca Susilo (2009: 23). Penelitian tindakan kelas terdiri atas empat tahap yaitu: (a) Observasi (Observing); (b) Perencanaan (Planing); (c) Pelaksanaan (Implemanting); (d) Refleksi (Reflekting). Setting penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IX SMP Negeri 3 Pulau Gorom Kabupaten Seram Bagian Timur, yang mengacu pada prosedur yang telah dirancang, dengan garis besar pelaksanaannya dalam tabel berikut di bawah ini.
Tabel 1, Skenario Pembelajaran
64 Tahuri, Volume 11, Nomor 2, Agustus 2014
Tahap-tahap Aktivitas Pembelajaran Tahap I Menginformasi kan tujuan dan menjelaskan latar belakang
Aktivitas Guru
Aktivitas Siswa
1. menjelaskan materi pembelajaran 2. menginformasikan pentingnya materi pembelajaran dan latar belakang
1. memperhatikan penjelasan guru 2. mendengarkan informasi guru
Tahap 2 Menjelaskan karangan persuasi dengan menggunakan media poster
1. mengidentifikasi karangan persuasi dengan menggunakan media poster 2. mendeskripsikan langkah-langkah menulis karangan persuasi
1. memperhatikan penjelasan guru 2. mencermati langkahlangkah menulis karangan persuasi
Tahap 3 Memberi praktik terbimbing
1. memberikan tugas menulis karangan persuasi dengan menggunakan media poster kepada siswa 2. menyuruh siswa menulis karangan persuasi dengan langkah-langkah yang tepat.
1. menulis karangan persuasi dengan menggunakan media poster. 2. mempresentasikan hasil karangan persuasi menggunakan media poster sesuai langkahlangkah yang disusun.
Masalah Yang Terjadi
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran menulis karangan persuasi menggunakan media poster semuanya terstruktur. Selanjutnya model rancangan PTK yang digunakan adalah model spiral bersiklus, yang dikemukakan oleh Eliot dalam Sukidin, dkk (2007: 52) meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan analisis dan refleksi. Proses pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik sebagai beriku: (1) Observasi, (2) Wawancara, (3) Penugasan, dan (4) Angket (baca Wiraatmajda, dalam Kustomo, 2007: 76). Dengan demikian instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Pedoman Wawancara, (2)
Rumalean, Media Poster Sebagai Sarana --- 65
Angket, (3) Penilaian Diri Sendiri (Self Assessment), (4) Lembaran Observasi, (5) Penugasan, (6) Penilaian dari guru atau kolaborator. Kemudian data yang diperoleh dari PTK ini dianalisis melalui tiga tahap, yaitu: 1. Redukasi data yaitu proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi pengklasifikasian dan pemfokuskan data mentah menjadi informasi bermakna. 2. Paparan data yaitu proses penampilan data secara jelas dalam bentuk naratif maupun bentuk numerikal. 3. Penyimpulan yaitu pengambilan intisari dalam bentuk pernyataan atau kalimat atau formula yang singkat dan padat tapi mengandung pengertian luas. (baca Ardiana, dalam Kustomo, 2007: 75). Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan rumus: jumlah skor nilai:
x skor ideal (100) skor maksimum
Keterangan rumus: skor maksimum: jumlah skor tertinggi yang telah ditentukan, yaitu 9 jumlah skor: keseluruhan jumlah skor yang diperoleh dari hasil indikator skor ideal : 100. (BSNP, 2007: 17) Di bawah ini adalah tabel rublik penilaian yang berisi aspek yang akan dinilai pada kolom pertama, kolom kedua berisi despektor, dan kolom ketiga berisi skor penilaian dari masing-masing despektor.
Tabel 3 Rubrik Penilaian Aspek Menentukan topik karangan persuasi
Despektor a. Menentukan topik karangan persuasi yang tepat b. Menentukan topik karangan persuasi kurang tepat c. Menentukan topik karang persuasi tidak tepat
Skor 3 2
1
66 Tahuri, Volume 11, Nomor 2, Agustus 2014
Membuat kerangka karangan persuasi
Menulis karangan persuasi dengan poster
a. Membuat kerangka karangan persuasi yang tepat b. Membuat kerangka karangan persuasi kurang tepat c. Membuat kerangka karangan persuasi tidak tepat
3
a. Menulis karangan persuasi dengan poster yang tepat b. Menulis karangan persuasi dengan poster kurang tepat c. Menulis karangan persuasi dengan poster tidak tepat
3
2 1
2 1
Pembahasan Berdasarkan hasil observasi, diketahui bahwa kemampuan menulis karangan persuasi siswa kelas IX SMP Negeri 3 Pulau Gorom masih rendah. Hal ini yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tindakan kelas. Kemudian data wawancara dengan siswa, menunjukkan bahwa sebagian besar siswa tidak tahu apa yang harus ditulis ketika mendapat tugas menulis karangan persuasi. Hal itu disebabkan karena guru yang memberikan materi tentang karangan persuasi kurang menarik atau dapat dikatakan bahwa belum sesuai dengan tuntutan kurikulum serta tidak menggunakan media pembelajaran yang menarik. Wawancara dengan satu orang guru bahasa Indonesia (kolaborator) diperoleh informasi bahwa selama ini proses pembelajaran keterampilan menulis karangan persuasi memang belum menggunakan media poster. Hal tersebut diduga sebagai salah satu penyebab yang menghambat dan mempersulit siswa untuk memahami penulisan karangan persuasi. Sebagai bukti masih banyak siswa yang belum mencapai standar KKM bahasa Indonesia yang ditetapkan sebesar yaitu 66. Kegiatan pada siklus I pertemuan ke-1 dilaksanakan di kelas IX SMP Negeri 3 Pulau Gorom melalui tahapan sebagai berikut: Pembelajaran diawali dengan apersepsi. Guru mengulas secara singkat kekurangan-kekurangan siswa dalam menulis karangan pada pembelajaran terdahulu, antara lain: menentukan topik, membuat kerangka karangan, penulisan karangan, penggunaan ejaan dan lain-lain. Siswa yang memenuhi KKM sebanyak 9 siswa, sedangkan 16 siswa belum mencapai standar KKM. Salah satu permasalahan utama dalam pembelajaran menulis karangan persuasi di kelas IX SMP Negeri 3 Pulau Gorom adalah sulit menuangkan ide, dan memulai kegiatan menulis. Oleh karena itu, peneliti dan guru mata pelajaran (kolaboratur) berupaya mengatasi permasalahan
Rumalean, Media Poster Sebagai Sarana --- 67
tersebut dengan bantuan media yang mudah dan sederhana sehingga siswa dapat menuangkan ide. Media tersebut adalah poster, karena menurut peneliti dan kolaboratur menganggap sebagai pemandu untuk memudahkan siswa dalam menulis karangan persuasi. Poster digunakan untuk membantu meningkatkan daya nalar siswa dalam menuangkan ide atau gagasan untuk menjelaskan apa yang dilihat, kemudian dituliskan melalui kalimat sebagai kata kunci. Untuk maksud tersebut, maka poster yang digunakan adalah poster perokok yang dikutipdari (Ameks, 2012). Gambar 1, Poster Merokok
Poster tersebut dilengkapi dengan petunjuk dan dikembangkan melalui tahap-tahap sebagai berikut: 1. Tahap pengamatan: Siswa mengamati poster di depan kelas; 2. Tahap penyusunan langkah-langkah karangan: siswa menentukan topik dan tujuan yang tersirat dalam poster; siswa membuat kerangka karangan; siswa mengumpulkan bahan; siswa menarik kesimpulan karangan dan penutup. 3. Tahap pengembangan/ menuangkan: siswa menuangkan ide dalam karangan dengan menggunakan ejaan; pengungkapan jelas; ketepatan penggunaan bahasa; siswa merevisi karangan persuasi yang telah ditulis. 4. Tahap publikasi: siswa membacakan karyanya di depan kelas dan ditempelkan karangan; persuasi yang terbaik di majalah dinding. Selanjutnya siswa membentuk kelompok masing-masing lima orang. Siswa diberikan kebebasan menentukan anggota kelompoknya, agar tidak merasa tertekan berada dalam kelompok shingga senang belajar bersama temannya.
68 Tahuri, Volume 11, Nomor 2, Agustus 2014
Setelah itu siswa diberi kesempatan untuk mengamati poster yang sudah ditempelkan di papan tulis. Selanjutnya siswa berdiskusi dalam kelompok membicarakan langkah-langkah menulis karangan persuasi. Kegiatan berikutnya adalah guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti. Pertanyaanpertanyaan yang muncul dalam pembelajaran adalah. 1. S5 : Ibu guru, apakah kita menentukan topik harus sesuai dengan poster? 2. S13 : Ibu guru, karangan persuasi itu seperti apa? 3. S19 : Ibu guru, apakah karangan persuasi terdiri atas dua paragraf saja? Pada akhir pertemuan, guru memberikan penguatan kepada siswa. Selanjutnya hasil penelitian siklus I pertemuan ke-1 dapat dijelaskan seperti dijelaskan di bawah ini. Berdasarkan data kesulitan pada siklus I pertemuan ke- 1, 20 siswa mengalami kesulitan. 2 siswa menyatakan sulit menuangkan ide dalam menulis karangan persuasi, 3 siswa menyatakan kurang memahami karangan persuasi, 1 siswa sulit menentukan topik, 3 siswa sulit membuat kerangka karangan, 1 siswa sulit mengumpulkan bahan dan 1 siswa menyatakan sulit menarik kesimpulan. Setelah diterapkan pembelajaran menulis karangan persuasi menggunakan media poster, semua siswa (100%) menyatakan senanng belajar menulis karangan persuasi, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan perolehan nilai siswa yang memenuhi KKM, namun belum 100% siswa memenuhi KKM. Siklus I pertemuan ke- 2 dilaksanakan melalui langkah-langkah sebagai berikut: penyampaian tujuan pembelajaran yaitu: 1) siswa mengamati, menyusun langkah-langkah karangan, mengembangkan/ menuangkan ide, dan memublikasikan pengamatan terhadap poster yang dikembangkan melalui karangan persuasi. 2) siswa menulis karangan dengan mengikuti tahap-tahap tersebut. Guru menjelaskan pengamatan yang akan dilakukan, dan memberikan petunjuk tentang aktivitas yang akan dilakukan antara lain: 1) siswa diberi tugas untuk mengamati poster; 2) siswa memperhatikan penjelasan guru. Siswa diberikan kesempatan bertanya mengenai tugas yang akan dilakukan, dan dua siswa yang memberikan pertanyaan: 1. S17: apakah langkah-langkah menulis karangan persuasi harus diikuti secara berurutan 2. S14: apakah di dalam karangan persuasi itu bisah dimasukkan misalnya akibat dari merokok? Selama pengamatan pada poster, siswa dapat bertanya dengan sesama teman, juga kepada guru atau kolaborator. Berdasarkan
Rumalean, Media Poster Sebagai Sarana --- 69
pengamatan peneliti dan kolaborator semua siswa terlihat antusias melakukan pengamatan, juga aktif menuliskan apa ditemukan (bahan). Kegiatan berikut adalah siswa menyusun langkah-langkah karangan persuasi, kemudian menuangkan pikiran masing-masing dalam bentuk karangan persuasi sesuai dengan hasil pengamatan. Selama proses penulisan siswa dapat bertanya pada teman maupun guru atau kolaborator. Sebagai akhir dari proses pembelajaran menulis karangan siklus I pertemuan ke- 2 adalah siswa mengumpulkan karangan yang ditulis sesuai dengan waktu yang disediakan. selanjutnya temuan yang dilaporkan dari pelaksanaan siklus I pertemuan ke-2 sebagai berikut: 1. Hasil Penilaian Menulis Karangan Persuai Penilaian difokuskan pada 3 aspek, yaitu menentukan topik, membuat kerangka karangan dan menulis karangan persuasi dengan poster (lihat tabel 2). Berdasarkan fokus tersebut maka jumlah rerata nilai yang diperoleh adalah 59, 94 apabila nilai ini dibandingkan dengan rerata nilai yang diperoleh sebelum PTK dilaksanakan yaitu 52, 88 maka terjadi peningkatan 7,06%. Selanjutnya jumlah siswa yang mendapat nilai memenuhi standar KKM pada siklus I pertemuan ke-2 adalah 9 siswa. Sedangkan pada pembelajaran sebelum PTK, maka yang memenuhi standar KKM hanya 5 siswa. Apabila dibandingkan dengan pembelajaran pertama, maka telah terjadi peningkatan sebesar 4 siswa yang memenuhi standar KKM. Data hasil Self Assessmant, menunjukkan bahwa 25 siswa menyatakan serius pada waktu menulis karangan persuasi. Kemudian 24 siswa bertanya jawab dengan teman kelompok kecil. 20 siswa bertanya kepada teman sewaktu menulis karangan persuasi. 3 siswa bertanya kepada guru. 22 siswa menyatakan menggunakan daya sugesti untuk menulis karangan persuasi. 25 siswa menyatakan menggunakan media poster dalam menulis karangan persuasi dan merevisi karangan persuasi yang telah ditulis sebelum dikumpulkan. Berdasarkan data-data tersebut maka dapat dikatakan bahwa telah terjadi peningkatan dalam menulis karangan persuasi karena pada semula siswa tidak serius, tidak aktif bertanya baik kepada guru maupun sesama siswa, maupun kelompok kecil, namun setelah dilakukan pembelajaran maka 23 siswa (83%) siswa antusias bertanya, 95% siswa aktif bertanya secara indifidu maupun di dalam kelompok kecil. Pada data angket siklus I di peroleh penjelasan bahwa semua siswa menyatakan media poster memberikan manfaat dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan persuasi. Walaupun belum pernah mengikuti lomba menulis karangan, namun siswa sangat senang dalam mengikuti pembelajaran menulis karangan persuasi dengan menggunakan media poster, karena tidak membosankan. Berdasarkan jawaban siswa maka dapat disimpulkan bahwa memang media poster
70 Tahuri, Volume 11, Nomor 2, Agustus 2014
berperan di dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan persuasi. Berdasarkan data kesulitan siswa diketahui bahwa sebanyak 9 siswa menyatakan masih merasakan adanya kesulitan menulis karangan persuasi dengan menggunakan media poster. Apabila diklasifikasikan dari 9 kesulitan yang dialami oleh siswa, sebagian besar adalah pada masalah belum memahami karangan persuasi dalam menggunakan media poster. 5 siswa menyatakan masih kesulitan memahami karangan persuasi. 2 siswa kesulitan menuangkan ide dalam menulis karangan persuasi. 2 siswa kesulitan menarik kesimpulan, dan 1 siswa kesulitan menentukan pilihan kata. Berdasarkan data tersebut maka dilanjutkan dengan pertemuan ke 3 seperti penjelasan berikut. Siklus I pertemuan ke- 3 merupakan hasil refleksi dari pelaksanaan siklus I pertemuan ke- 2. Guru dan siswa bertanya jawab mengenai pengalaman menulis karangan persuasi menggunakan media poster. Siswa mencermati pembacaan hasil penilaian karya karangan yang mereka tulis pada siklus I pertemuan ke -2. Siswa mencermati pembacaan catatan tentang kekurangan-kekurangan dalam karya karangan persuasi yang ditulis pada siklus I pertemuan ke-2. Berdasarkan data kesulitan siswa diketahui bahwa pada prinsipnya siswa merasa kesulitan dalam menuangkan ide, menarik kesimpulan, dan menentukan pilihan kata. Akhir kegiatan refleksi ini diisi dengan penguatan dari guru, dan siswa diharapakan mampu menulis karangan persuasi secara baik. Kemudian hasil angket siklus I pertemuan ke-3 menjelaskan bahwa semua siswa menyatakan senang belajar Bahasa Indonesia tetapi belum pernah mengikuti lomba menulis karangan. Selain itu semua siswa menyatakan bahwa di kelas IX SMP Negeri 3 Pulau Gorom belum pernah menerapkan media poster dalam menulis karangan persuasi. Setelah mengikuti pembelajaran menulis karangan persuasi dengan menggunakan media poster maka hasilnya positif dan menarik sehingga siswa senang mengikutinya. Semua siswa menyatakan ada manfaat yang diperoleh dari pembelajaran menulis karangan persuasi dengan menggunakan media poster. Pembelajaran siklus II pertemuan ke-1 dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi dari pelaksanaan siklus I. Berdasarkan hasil refleksi dapat diketahui bahwa; (1) siswa masih kesulitan menulis karangan persuasi dengan menggunakan media poster, (2) siswa masih kesulitan memahami karangan persuasi, dan (3) jumlah siswa yang mencapai KKM baru 20 siswa. Dengan demikian data tersebut memperlihatkan bahwa evaluasi belajar siswa pada siklus I perserta didik belum mencapai KKM. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti berdiskusi dengan kolaborator untuk meninjau kembali skenario pembelajaran yang telah dijadikan sebagai acuan tindakan dalam siklus I.
Rumalean, Media Poster Sebagai Sarana --- 71
Setelah memberikan penjelasan kepada siswa, guru memberikan kesempatan untuk bertanya, dan ada 2 siswa yang mengajukan pertanyaan sebagai berikut: 1. S20 : apakah cara penanggulangan pecandu rokok dapat dijelaskan pada langkah karangan ke berapa, Bu? 2. S25 : Bagaiman Bu? kalau karangan persuasi yang saya tulis, tidak sesuai dengan langkah-langkah karangan. Kegiatan berikut adalah siswa mengamati poster di papan tulis. Selama pengamatan berlangsung siswa mulai menulis karangan persuasi, siswa dapat bertanya jawab sesama teman, guru atau kolaborator tentang media poster yang diamati sebagai bahan untuk menulis karangan persuasi. Berdasarkan pengamatan peneliti dan kolaborator, ternyata siswa terlihat antusias dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Selama proses penulisan karangan persuasi berlangsung, ada tiga siswa yang mengajukan pertanyaan kepada peneliti: 1. S22 : langkah ketiga penyusunan karangan persuasi yaitu mengumpulkan bahan seperti apa, pu? 2. S16: apakah topik karangan persuasi digarisbawahi, pu? 3. S24: bagaimana cara menarik kesimpulan dalam karangan persuasi, pu? Pada akhir pertemuan, siswa mengumpulkan karangan persuasi yang ditulis setelah waktu yang disediakan selesai. Temuan yang dapat dilaporkan dari pelaksanaan siklus II pertemuan ke- 1 sebagai berikut: 1) Hasil Angket Berdasarkan data hasil angket siklus II pertemuan ke-1 yaitu semua siswa menyatakan senang belajar bahasa Indonesia khususnya menulis karangan persuasi, tetapi belum pernah mengikuti lomba menulis karangan persuasi. Semua siswa menyatakan di kelas IX SMP Negeri 3 Pulau Gorom belum menggunakan media poster di dalam pembelajaran menulis karangan persuasi. Setelah mengikuti pembelajaran menulis karangan dengan menggunakan media poster ada peningkatan Kemudian semua siswa menyatakan ada manfaat yang diperoleh dari pembelajaran menulis karangan persuasi. Berdasarkan data kesulitan siswa pada waktu mengikuti pembelajaran siklus II pertemuan ke- 1, sebanyak 6 siswa masih merasakan kesulitan dalam mengikuti pembelajaran menulis karangan persuasi, yang dapat diklasifikasikan: 3 siswa menyatakan masih mengalami kesulitan menuangkan ide, 2 siswa menyatakan kesulitan memahami karangan persuasi, dan 1 siswa menyatakan sulit menentukan pilihan kata.
72 Tahuri, Volume 11, Nomor 2, Agustus 2014
2) Hasil Penilaian Menulis Karangan persuasi Berdasarkan data kemampuan menulis karangan persuasi maka dapat diketahui bahwa nilai keseluruhan yang diperoleh siswa kelas IX SMP Negeri 3 Pulau Gorom dalam pembelajaran menulis karangan persuasi dengan menggunakan media poster adalah 155.40. Apabila jumlah tersebut dirata-rata dengan jumlah siswa sebanyak 25, hasil reratanya adalah 62,16 dan dibandingkan dengan rerata nilai yang diperoleh siswa pada siklus I yaitu 59, 94 maka telah terjadi peningkatan sebesar 2, 22%. Kemudian jumlah siswa yang mendapatkan nilai sesuai standar KKM pada siklus II pertemuan ke-2 adalah 20 siswa. Sedangkan pada pembelajaran siklus I pertemuan ke- 2, yang mencapai KKM hanya 9 siswa. Artinya dari 9 siswa meningkatkan menjadi 20 siswa. Dengan demikian jika dibandingkan antara siklus I dan II maka telah terjadi peningkatan sebanyak 11 siswa. 3) Hasil Penilaian Diri Sendiri Berdasarkan penilaian diri sendiri (Self Assessment), diketahui bahwa 25 siswa menyatakan serius pada waktu menulis karangan persuasi dengan menggunakan media poster. 24 siswa bertanya jawab dengan teman kelompok kecil. Sebanyak 15 siswa bertanya kepada teman sejawat. 7 siswa bertanya kepada guru tentang menulis karangan persuasi. Sebanyak 23 siswa menyatakan menggunakan daya sugesti untuk menulis karangan persuasi. Kemudian semua siswa menyatakan menggunakan media poster dalam menulis karangan persuasi dan merevisi karangan persuasi yang telah ditulis sebelum dikumpulkan. Dengan demikian secara keseluruhan atau yaitu 25 siswa telah aktif bekerja menyusun karangan persuasi secara baik. Atau dengan kata lain 100% siswa telah mengikuti proses secara baik, dan jika proses berjalan secara baik maka hasil yang diperoleh pun diharapkan lebih baik pula. Pelaksanaan siklus II pertemuan ke-2 merupakan refleksi siklus II pertemuan ke-1. Siswa dan guru bertanya jawab mengenai pengalaman menulis karangan persuasi berdasarkan pengamatan pada media poster. Siswa mencermati pembacaan hasil penilaian karangan persuasi yang mereka tulis pada siklus II yang telah mencapai rerata 66,16. Siswa mencermati pembacaan catatan tentang kekurangankekurangan dalam ditemui pada siklus II antara lain: semua siswa telah mampu mengembangkan karangan yang ditulis secara baik, menarik dan mampu memengaruhi pembaca. Siswa dan guru bertanya jawab tentang kekurangan-kekurangan dalam karangan persuasi yang ditulis pada siklus II. Kegiatan akhir ditutup dengan penguatan dari guru. Berdasarkan hasil refleksi menunjukkan bahwa 25 siswa (100%) telah mempu menulis karangan persuasi sesuai tema yang dipilih, isinya mampu memengaruhi pembaca. Selanjutnya berdasarkan hasil diskusi antara peneliti dan kolaboraor, maka disepakati bahwa PTK dapat diakhiri
Rumalean, Media Poster Sebagai Sarana --- 73
karena telah terjadi peningkatan kemampuan menulis karangan persuasi pada siswa kelas IX SMP Negeri 3 Pulau Gorom Kabupaten Seram Bagian Timur sebesar 100%. Simpulan Sebelum media poster diterapkan, nilai rerata menulis karangan persuasi siswa siswa kelas IX SMP Negeri 3 Pulau Gorom adalah 52,88. Kemampuan siswa untuk menulis karangan persuasi hanya biasa saja, setelah media poster diterapkan pada siklus I nilai rerata kelas naik menjadi 59,94. Kemampuan dan minat siswa mulai meningkat, walaupun naik sedikit tetapi dapat meningkat pada siklus II. Pelaksanaan siklus I masih terdapat kekurangan-kekurangan antara lain: 1) siswa masih sulit untuk menulis karangan persuasi dengan menggunakan media poster, 2) siswa masih kesulitan menentukan pilihan kata, penggunaan ejaan dan isi karangan, 3) jumlah siswa yang memenuhi KKM baru 9 siswa. Kekurangan-kekurangan ini disempurnakan pada siklus II. Data hasil siklus II menunjukan adanya peningkatan kemampuan siswa dalam menulis karangan persuasi dengan rata-rata kelas adalah 68,16, yang dalam pencapaian KKM sebanyak 25 siswa. Karena hasil belajar siswa sudah memenuhi KKM yaitu 66, maka penelitian ini dapat diakhiri pada siklus II. Daftar Rujukan Arikunto, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Anderson, R.H. 1983. Pemilihan Dan Pengembangan Media Untuk Pembelajaran. Jakarta: UT dan Pusat Antar Universitas di UT. BSNP. 2007. Model Penelitian Kelas SMA/ MTS. Jakarta: Direktot Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional. Gie, The Liang. 1945. Pengantar Dunia Karang Mengarang. Yogyakarta: Liberty. Kamus Besar Bahasa Indonesia (edesi ke-3). 2002. Jakarta: Depdiknas, Pusat Bahasa. Mudini. 2009. Pembelajaran Menulis. Jakarta: Jaya Karsa. Nuristo. 2000. Penuntun Mengarang. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. Sadiman, Arief S, dkk. 2006. Media Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
74 Tahuri, Volume 11, Nomor 2, Agustus 2014
Susilo. 2009. Paduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher. Sudjana, N, dkk. 1991. Media Pengajaran. Bandung: CV. Sinar Baru Bandung. Suyanto. 1988. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Yogyakarta: Dirjen Dikti Dikbud. Tarigan, Henry Guntur.1994. Menulis Sebagai Suatu Ketrampilan Bahasa.Bandung: Angkasa. Yunus, Suparno Mohammad. 2007. Ketrampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka.