DIDAKTIKA PGRI, 1, (1), 2015, 22
MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KOGNITIF ANAK TK DALAM MEMBILANG 1 SAMPAI 10 Tumingin Taman Kanak-kanak Saraswati Pandan *)
E-mail:
[email protected]
Abstrak Kemampuan membilang merupakan salah satu aspek yang penting pada anak TK. Kemampuan membilang anak di TK Saraswati masih sangat rendah. Hal ini dapat dilihat ketika anak disuruh membilang angka 1 sampai 10, hanya beberapa anak yang mampu untuk menyelesaikan tugas tersebut. Sedangkan yang lain masih menunggu bantuan dari guru yang mengajar. Oleh karena itu, penulis menggunakan permainan membilang dengan konsep media kartu gambar untuk meningkatkan minat anak dalam menghitung bilangan 1 sampai 10. Dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai adalah anak tertarik dengan kegiatan membilang melalui permainan; agar anak mampu berfikir secara spontan, logis dan sistematis sejak dini melalui permainan membilang; agar anak mengetahui dasar-dasar pembelajaran membilang; agar anak lebih siap mengikuti pembelajaran membilang pada jenjang yang lebih komplek. Subjek penelitian adalah kemampuan membilang murid TK Saraswati Kelompok B Semester dua (II) Tahun 2015 yang berjumlah 25 anak. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar observasi siswa, lembar observasi guru. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa dengan melalui media gambar dapat dikatakan sangat efektif dalam meningkatkan perkembangan kognitif anak terutama di bidang pemahaman tentang membilang angka 1 sampai 10. Kata kunci: kemampuan membilang, kognitif anak, media gambar
1. Pendahuluan Belajar pada hakikatnya adalah aktivitas untuk melakukan perubahan tingkah laku pada diri individu yang belajar. Perubahan-perubahan tingkah laku terjadi karena adanya usaha individu yang bersangkutan baik yang mencakup ranah-ranah afektif, kognitif, dan psikomotorik. Pembelajaran merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan yang memadukan secara sistematis dan berkesinambungan dalam suatu kegiatan. Kegiatan pembelajaran dapat dilakukan di lingkungan sekolah dan dilakukan di luar sekolah dalam wujud penyediaan beragam pengalaman belajar untuk semua peserta didik. Kegiatan pembelajaran sebagai suatu proses harus berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran. Usia prasekolah merupakan usia yang efektif untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki oleh anak. Upaya pengembangan berbagai potensi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara termasuk melalui permainan membilang. Permainan membilang di Taman Kanak-kanak diharapkan tidak hanya berkaitan dengan kemampuan kognitif saja, tetapi juga kesiapan mental dan emosional. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara menarik dan bervariasi.
Mengenal konsep bilangan merupakan kegiatan dari matematika yang diperlukan untuk menumbuhkembangkan keterampilan membilang yang sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan yang merupakan dasar bagi pengembangan kemampuan matematis. Dengan kata lain, berhitung atau membilang di TK diperlukan untuk mengembangkan pengetahuan dasar matematika, sehingga anak secara mental siap mengikuti pembelajaran matematika lebih lanjut disekolah dasar, seperti pengenalan konsep bilangan, lambang bilangan, warna, bentuk, ukuran, ruang dan posisi melalui berbagai bentuk alat dan kegiatan bermain yang menyenangkan. Selain itu permainan berhitung juga diperlukan untuk membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif, dan disiplin pada diri anak. Dari pertimbangan inilah banyak orang tua yang menghendaki agar anak-anak mereka segera memiliki kemampuan berhitung, disamping membaca dan menulis.Namun demikian seringkali keinginan orang tua kurang sesuai dengan perkembangan anak.Oleh karena itu, diperlukan panduan-panduan yang memuat prinsipprinsip dan pola pengenalan keterampilan tersebut yang sesuai dengan segi Psikologis.Dengan panduan tersebut
DIDAKTIKA PGRI, 1, (1), 2015, 23
permainan berhitung di TK dapat diberikan secara efektif dan menyenangkan. Untuk mendapatkan hasil pendidikan yang baik, sarana TK merupakan peranan yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran sebagai sistem pada dasarnya merupakan proses yang sistematis dan terdiri dari berbagai komponen, seperti bahan kegiatan, prosedur didaktif (penggunaan metode), pengelompokan anak didik dan media pengajaran yang merupakan sarana atau alat peraga yang digunakan. Setiap komponen tersebut tidak bersifat terpisah atau berdiri sendiri, akan tetapi saling berkaitan berjalan secara teratur, berkesinambungan dan saling menunjang. Setelah terjadi proses pembelajaran tersebut, diharapkan ada perubahan pada anak, baik dari segi kemampuan, pengetahuan, keterampilan maupun sikap anak didik. Disamping itu, seperti diketahui bersama bahwa dalam menuju kedewasaan, setiap anak memerlukan kesempatan untuk mengembangkan diri. Untuk menunjang kesempatan tersebut diperlukan fasilitas dan sarana pendukungnya dalam berbagai bentuk dan jenisnya, antara lain alat peraga dan alat bermain. Oleh sebab itu, Taman Kanak-kanak tanpa sarana yang memadai tidak dapat berfungsi sebagai lembaga pendidikan yang baik, karena kegiatan pembelajaran di TK dilakukan melalui prinsip “Bermain Sambil Belajar” atau “Belajar Sambil Bermain”. Di TK Saraswati kemampuan membilang anak masih sangat rendah, ini dapat dilihat dari setiap anak disuruh membilang angka 1 sampai 10 baru beberapa anak yang mampu untuk menyelesaikan tugas tersebut, sedangkan yang lain masih menunggu bantuan dari guru yang mengajar. Oleh karena itu, perlu model pembelajaran dan media pembelajaran yang mampu untuk meningkatkan minat anak dalam menghitung bilangan 1 sampai 10. Media pembelajaran merupakan aspek yang penting. Dengan media yang menarik, anak akan semakin bersemangat untuk melakukan pembelajaran. Media yang digunakan harus sesuai dengan usia anak. Di usia anak TK, mereka masih suka bermain, sehingga diperlukan media pembelajaran yang menyenangkan. Oleh karena itu media gambar merupakan media yang tepat untuk digunakan. Permainan membilang di Taman Kanak-kanak diperlukan untuk mengembangkan pengetahuan dasar matematika, sehingga anak secara mental siap mengikuti pebelajaran matematika lebih lanjut di sekolah dasar. Seperti pengenalan dalam meningkatkan pengembangan kognitif anak dalam pemahaman membilang 1-10 melalui media gambar. Akan tetapi, dari hasil refleksi tentang apa yang terjadi dalam kelas timbul masalah yang teridentifikasi yaitu sebagai berikut: 1. Kemampuan kognitif anak masih kurang terutama di bidang membilang angka 1-10; 2. Metode yang selama ini digunakan guru mungkin kurang tepat;
3.
Kurangnya minat atau motivasi anak dalam belajar. Berdasarkan hal tersebut di atas dalam penelitian ini penulis mengambil judul “Peningkatan Pengembangan Kognitif Anak dalam Pemahaman Membilang 1 sampai 10 melalui Konsep Media Gambar di TK Saraswati Kelompok B Desa Pandan Kecamatan Pancur Kabupaten Rembang”. Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Apakah melalui media gambar dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak dibidang membilang angka 110 di TK Saraswati Desa Pandan Kecamatan Pancur Kabupaten Rembang?” Penulis melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas memiliki beberapa tujuan: 1. Tujuan Umum a. Supaya anak tertarik akan kegiatan membilang melalui permainan. b. Supaya anak mampu berfikir secara spontan, logis, dan sistematis sejak dini melalui permainan membilang. c. Supaya anak mengetahui dasar-dasar pembelajaran membilang pada saatnya nanti anak akan lebih siap mengikuti pembelajaran membilang pada jenjang selanjutnya yang lebih komplek. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui penggunaan media gambar dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak di bidang membilang angka 1-10 di TK Saraswati Desa Pandan Kecamatan Pancur Kabupaten Rembang.
2. Materi dan Metode 2.1 Materi 2.1.1 Media Gambar Kata media sebagai bentuk jamak dari kata medium yang berasal dari bahasa latin secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim pesan (sumber) kepada penerima (sasaran). Yusuf Hadi Miarso (1984:49) mendefinisikan media pembelajaran sebagai berikut: “Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri peserta didik.” Pendapat Yusuf Hadi Miarso ini luas mencakup segala jenis kegiatan dalam berbagai situasi dengan tujuan membelajarkan peserta didik. Adapun pengertian media pengajaran lebih berpusat pada menyampaikan pesanpesan pengetahuan tertentu kepada anak dalam usaha mencapai tujuan pengajaran tertentu. 1. Jenis-jenis Media Secara umum media dibagi menjadi 3 yaitu: a. Media Audio
DIDAKTIKA PGRI, 1, (1), 2015, 24
Media audio adalah media yang penampilannya ditangkap dengan indera telinga, misalnya radio, audio, kaset, piringan hitam b. Media Visual Media visual adalah media yang penyampaiannmya ditangkap dengan indera mata, seperti model, buku, gambar, foto, chart, slide diam, papan, magnetik, papan tulis, papan flannel dan sebagainya. c. Media Audio Visual Media audio visual adalah media yang penampilannya ditangkap dengan indera telinga dan mata, contohnya film suara, video, televisi dan slide bersuara
2.1.2 Kognitif Kognitif dalam konteks ilmu psikologi sering didefinisikan secara luas mengenai kemampuan berfikir dan mengamati suatu perilaku yang mengakibatkan seseorang memperoleh pengertian. Di dalam buku tumbuh kembang anak (dalam Soetjingsih, 2004:53) kemampuan berkonsentrasi terhadap suatu rangsangan dari luar, memecahkan masalah, mengingat dan memanggil kembali dari memorinya suatu kejadian yang telah lalu, memahami lingkungan fisik social termasuk dirinya sendiri termasuk proses kognitif. Istilah kognitif mulai banyak ditemukan ketika teori Jean Piaget banyak ditulis dan dibicarakan lagi pada kira-kira tahun 1960-an. Pengertian kognisi sebenarnya meliputi aspek-aspek struktur kognitif yang digunakan untuk mengetahui sesuatu.pendekatan ini didasarkan kepada suatu yang fundamental dan yang membimbing tingkah laku anak terletak pada berbagai aspeknya. Kognitif dapat diartikan sebagai pengetahuan yang luas, daya nalar, kreatifitas (daya cipta), kemampuan berbahasa, serta daya ingat (dalam Tedjasaputra, 2001)
2.1.3 Membilang 1.
Tingkat Perkembangan Mental Anak Jean Piaget mengatakan bahwa kegiatan belajar memerlukan kesiapan dari jalan diri anak. Artinya belajar sebagai suatu proses menumbuhkan aktivitas baik fisik maupun psikis. Selain itu kegiatan belajar pada anak harus disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan mental anak, karena belajar bagi anak harus keluar dari anak itu sendiri. Anak usia TK berada pada tahapan pra operasional konkrit yaitu tahapan persiapan ke arah pengorganisasian pekerjaan yang konkrit dan berfikir intivitif dimana anak mampu amempertimbangkan benar, bentuk dan hubungan benda-benda didasarkan pada interpretasi dan pengalamannya. 2.
Masa Peka Membilang Pada Anak Perkembangan dipengaruhi oleh factor kematangan dan belajar.Apabila anak sudah menunjukkan masa peka (Kematangan) untuk berhitung maka orang tua dan guru TK harus tanggap untuk segera memberikan
layanan dan bimbingan sehingga kebutuhan anak dapat terpenuhi dan tersalurkan dengan sebaik-baiknya menuju perkembangan kemampuan berhitung yang optimal. Anak usia TK adalah masa yang sangat strategis untuk mengenalkan berhitung di jalur matematika. Karena usia TK sangat peka terhadap rangsangan yang diterima dari lingkungan. Rasa ingin tahunya yang tinggi akan tersalurkan apabila mendapat stimulus atau rangsangan atau motivasi yang sesuai dengan tugas perkembangannya. Apabila kegiatan berhitung diberikan melalui berbagai macam permainan tentunya akan lebih efektif karena bermain merupakan wahana bermain dan bekerja bagi anak. Diyakini bahwa anak akan lebih berhasil mempelajari sesuatu apabila apa yang ia pelajari sesuai dengan minat, kebutuhan dan kemampuannya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Osborn (1981:21) perkembangan intelektual pada anak berkembang sangat pesat pada kurun usia nol sampai dengan pra sekolah (4-6 tahun). Oleh karena itu usia pra sekolah seringkali disebut sebagai “masa peka belajar”. Pernyataan ini didukung oleh Benyamin S Bloom yang menyatakan bahwa 50% dari potensi intelekktual anak sudah terbentuk di usia 4 tahun kemudian mencapai sekitar 80% pada usia 8 tahun. 3. Perkembangan Awal Menentukan Perkembangan Selanjutnya Hurlock (dalam Karyono, 2003:34) mengatakan bahwa lima tahun pertama dalam kehidupan anak merupakan pelekat dasar bagi perkembangan selanjutnya. Anak yang mengalami masa bahagia berarti terpenuhinya segala kebutuhan baik fisik maupun psikis diawal perkembangannya diramalkan akan dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan selanjutnya. Piaget juga mengatakan bahwa untuk meningkatkan perkembangan mental adalah melalui pengalaman-pengalaman aktif dengan menggunakan benda-benda disekitarnya. Pendidikan di TK sangat penting untuk mencapai keberhasilan belajar pada tingkat pendidikan selanjutnya. Bloom menyatakan bahwa mempelajari bagaimana belajar (learning to learn) yang terbentuk pada masa pendidikan TK akan tumbuh menjadi kebiasaan ditingkat pendidikan selanjutnya. Hal ini bukanlah sekedar proses pelatihan agar anak mampu membaca, menulis dan berhitung, tetapi merupakan cara mendasar, yang meliputi kegiatan memotivasi anak untuk menemukan kesenangan dalam belajar, mengembangkan konsep diri (perasaan mampu dan percaya diri) melatih kedisiplinan, keberminatan, spontanitas, inisiatif, dan opratif. Sejalan dengan beberapa yang telah dikemukakan di atas permainan berhitung di TK seyogyanya dilakukan melalui tiga tahapan penguasaan berhitung dijalur matematika: a. Penguasaan konsep Pemahaman atau pengertian tentang sesuatu dengan menggunakan benda dan peristiwa konkrit, seperti pengenalan warna, bentuk dan menghitung bilangan. b. Masa transisi
DIDAKTIKA PGRI, 1, (1), 2015, 25
Proses berfikir yang merupakan masa peralihan dan penambahan konkrit menuju mengenal lambang yang abstrak, dimana benda konkrit itu masih ada dan mulai dikenalkan bentuk lambangnya. Hal ini harus dilakukan guru secara bertahap sesuai dengan laju dan kecepatan kemampuan anah yang secara individual berbeda. Misalnya ketika guru menjelaskan konsep yang sama sekaligus mengenalkan bentuk lambang dari angka satu itu. c. Lambang Merupakan visualisasi dari berbagai konsep.Misalnya lambang 7 untuk menggambarkan konsep bilangan tujuh, merah untuk menggambarkan warna, besar menggambarkan konsep ruang dan persegi untuk menggambarkan konsep bentuk. 4.
Prinsip-prinsip Permainan Membilang Permainan membilang di TK pada dasarnya mengikuti prinsip-prinsip kegiatan belajar secara umum untuk semua pengembangan yang akan dicapai melalui berbagai kemampuan digaris-garis besar pedoman kegiatan belajar (GBPKB) TK, 1994. Adapun prinsip-prinsip dalam permainan berhitung di TK adalah sebagai berikut: a. Permainan membilang diberikan secara bertahap diawali dengan menghitung benda-benda atau pengalaman peristiwa konkrit yang diawali melalui pegamatan terhadap alam sekitar. b. Pengetahuan dan keterampilan dalam permainan membilang diberikan secara bertahap menurut tingkat kesukaannya, misalnya dari konkrit ke abstrak, mudah ke sukar, dan dari sederhana ke kompleks. c. Permainan membilang akan berhasil jika anak-anak diberikan kesempatan berpartisipasi dan dirangsang untuk menyelesaikan masalah-masalahnya sendiri. d. Permaianan membilang membutuhkan suasana menyenangkan dan memberikan rasa aman serta kebebasan bagi anak. Untuk itu diperlukan alat peraga atau media yang sesuai dengan tujuan menarik dan bervariasi, mudah digunakan dan tidak membahayakan e. Bahasa yang digunakan di dalam konsep membilang seyogyanya bahasa yang sederhana dan jika memungkinkan mengambil contoh yang terdapat disekitar lingkungan anak. f. Dalam permainan membilang anak dapat dikelompokkan sesuai tahap penguasaan berhitung yaitu konsep, masa transisi, dan lambang.
2.2 Metode 2.2.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research)melalui kegiatan pembelajaran circle time karena menurut peneliti model pembelajaran tersebut dirasa cocok dikarenakan model ini menggunakan konsep bermain.
Penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif dengan menggunakan satu orang guru sejawat yang bertugas membantu melaksanakan pengamatan penelitian terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung yang dilakukan oleh guru atau peneliti; 1. Tahap Perencanaan Tindakan Perencanaan tindakan adalah suatu bentuk susunan kegiatan yang mengarah pada suatu tujuan yang akan dilaksanakan. Dalam tahap perencanaan ini penulis akan menyelidiki cara atau upaya meningkatkan kemampuan bahasa pada anak. 2. Tahap Pelaksanaan Tindakan Tahap pelaksanaan tindakan merupakan proses tindak lanjut yang berkesinambungan dari proses perencanaan. Dalam tahap pelaksanaan tindakan ini membahas tuntas hasil dari identifikasi permsalahan yang telah ditemukan pada proses awal (perencanaan). Bilamana permasalahan sudah ditemukan kemudian didiskusikan oleh peneliti bersama kolaborator (rekan guru) untuk menentukan sekaligus juga menetapkan alternatif tindakan tentang judul yang dikemukakan, maka penulis melakukan tindakan yaitu dengan metode penugasan. Metode ini digunakan untuk mengevaluasi tingkat kemampuan anak. 3. Tahap Observasi dan Analisis Tahap observasi dan analisis merupakan tahap ketiga. Dalam tahap ini baik peneliti maupun kolaborator mengadakan observasi atau pengamatan, memonitor dan mengevaluasi semua pelaksanaan implementasi tindakan. 4. Tahap Refleksi Pada tahap ini, penulis mengolah kembali permasalahan yang telah dianalisis secara bersamasama. Dari hasil analisis dan observasi inilah yang merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan jenis tindakan lain pada siklus berikutnya.
2.2.2 Tempat, waktu dan Subjek Penelitian ini dilaksanakan di kelompok B TK Saraswati Desa Pandan Kecamatan Pancur Kabupaten Rembang tempat dimana peneliti saat ini mengajar, yang dimulai tanggal 23 Pebruari 2015 dan berakhir tanggal 20 Maret 2015. Subjek penelitian adalah murid TK Saraswati Kelompok B semester II tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 25 anak.Yang ditinjau dari segi kognitif.
2.2.3 Instrumen Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari hal-hal sebagai berikut: 1. Silabus. 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. 3. Lembar Observasi Peserta Didik. 4. Lembar Observasi Guru. Teknik atau metode pengumpulan data adalah suatu cara yang dipakai oleh peneliti untuk memperoleh data yang akan diselidiki. Berdasarkan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini dengan pertimbangan
DIDAKTIKA PGRI, 1, (1), 2015, 26
agar data yang diperoleh tidak bias (menyimpang dari sebenarnya) sehingga penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut: 1. Metode Tanya jawab. 2. Metode pemberian tugas. 3. Metode observasi. 4. Metode dokumentasi: menggunakan catatan, transkrip nilai, buku-buku, laporan perkembangan anak didik (Arikunto, 1993).
2.2.3 Pengumpulan Data Prosedur penelitian ini meliputi perencanaan, tindakan, observasi, refleksi, serta revisi dari perencanaan. 1. Siklus I a. Perencanaan Perbaikan Menyusun rencana perbaikan pembelajaran Rencana Kegiatan Harian (RKH) dan Instrumen Penelitian (alat penelitian dan lembar pengamatan) secara lengkap. Setelah penulis menemukan penyebab permasalahan yang timbul, langkah selanjutnya dilakukan penulis adalah merencanakan perbaikan pembelajaran antara lain: 1) Menjelaskan materi dengan tidak tergesagesa. 2) Menggunakan bahasa yang mudah dipahami anak. 3) Mengarahkan anak untuk membentuk kelompok kelompok kecil minimal 3 anak. 4) Tiap kelompok diberi gambar yang telah disiapkan kemudian anak disuruh untuk menghitung jumlah gambar tersebut. 5) Mengerjakan Lembar Kerja Anak (LKA). 6) Membuat penelitian. 7) Membuat lembar pengamatan. b. Pelaksanaan Perbaikan Pelaksanaan pembelajaran siklus I berpedamon pada perencanaan pembelajaran sebagai berikut: 1) Memberikan penjelasan tentang materi hari itu yaitu pengenalan konsep bilangan. 2) Memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya. 3) Memberikan tugas kepada anak. c. Pengamatan Data Dalam pengamatan ini penulis meminta bantuan teman sejawat untuk mengisi lembar pengamatan selama pelaksanaan perbaikan berlangsung yaitu dengan memberi penilaian. d. Refleksi Bersama teman sejawat penulis adakan pertemuan untuk menyiapkan siklus yang kedua dikarenakan pada siklus pertama belum berhasil mencapai ketuntasan yaitu anak belum menguasai konsep bilangan, hal ini diketahui ketika anak belum mampu mengerjakan LKA dengan baik.
2. Siklus II a. Perencanaan Menyusun rencana perbaikan pembelajaran dan instrumen penelitian (alat evaluasi dan lembar observasi) secara lengkap RKH, setelah penulis menemukan penyebab permasalahan yang timbul, langkah selanjutnya yang dilakukan penulis adalah merencanakan perbaikan pembelajaran antara lain: 1) Pada siklus yang kedua ini kegiatannya tidak jauh berbeda dengan siklus I. 2) Menjelaskan materi dengan tidak tergesa-gesa. 3) Menggunakaan bahasa yang mudah dipahami anak. 4) Membagi anak menjadi beberapa kelompok. 5) Menyuruh tiap kelompok untuk mencari benda-benda sesuai dengan jumlah yang ada digambar disekitar lingkungan sekolah. 6) Mengerjakan Lembar Kerja Anak (LKA). 7) Membuat penilaian. 8) Membuat lembar pengamatan. b. Pelaksanaan Pelaksanaan siklus II berpedoman pada skenario pembelajaran sebagai berikut: 1) Memberikan penjelasan tentang materi hari itu yaitu pengenalan konsep bilangan. 2) Memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya. 3) Memberikan tugas kepada anak. c. Pengamatan Data Masih sama pada siklus I dalam pelaksanaan pembelajaran ini minta bantuan teman sejawat dengan menggunakan lembar pengamatan sekaligus membari penilaiana hasil karya anak. d. Refleksi Bersama teman sejawat kita adakan pertemuan untuk mengambil keputusan apakah kegiatan ini mampu meningkatkan kognitif anak dalam pemahaman angka 1-10 atau sebaliknya. A. Teknik Analisis Data Perkembangan hasil belajar anak akan dipantau dan dianalisis dalam tiap siklus melalui lembar penilaian dan lembar observasi. Terhadap data kuantitatif akan dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dengan cara menghitung jumlah anak yang mempunyai nilai baik (● ), cukup (√ ), kurang ( ○ ), membaginya dengan jumlah anak didik kemudian mengalikan dengan 100 %. Sedang terhadap data kualitatif yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang ekspresi anak didik, sikap, perhatian, kepercayaan diri, dan motivasi belajar akan dianalisis secara kualitatif. Metode analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif kualitatif dengan menganalisis data hasil pemberian tugas kepada peserta didik menggunakan rumus sebagai berikut:
DIDAKTIKA PGRI, 1, (1), 2015, 27
skenario pembelajaran yang termuat dalam rencana pembelajaran. Observasi dan penilaian yang dilakukan pada siklus I dapat dilihat pada tabel 2 : P : angka prosentase F : frekuensi N : number of cases (jumlah frekuensi atau banyaknya individu)
Tabel 2 Keberhasilan Peserta didik di siklus I Kemampuan Yang Dicapai ○ 5
√ 9
● 11
3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Hasil Kondisi awal perkembangan kognitif anak dalam pemahaman membilang angka 1 sampai 10 di TK Saraswati Desa Pandan Kecamatan Pancur Kabupaten Rembang sangat memprihatinkan yaitu baru 6 anak atau sekitar 24 %. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat di table 1 : Tabel 1 Kondisi Awal Peserta didik Kemampuan Yang Dicapai ○ 12
√ 7
● 6
Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa anak yang mendapat nilai ● atau yang mampu membilang angka 1 sampai 10 baru sekitar 6 anak atau 24 %, ada 7 anak atau 28 % yang mendapat nilai √ atau yang mampu membilang 1 sampai 10 tetapi masih meminta bantuan teman atau guru sedangkan yang 48 % atau 12 anak mendapat nilai ○ atau belum bisa membilang angka 1 sampai 10. Dengan melihat kondisi tersebut dimana pemahaman anak dalam membilang angka masih sangat memprihatinkan kami mencoba untuk melakukan tindakan dengan menggunakan media gambar. Hasil tindakan akan diterangkan berikut ini: A. 1. a.
b.
Berdasarkan data-data di atas setelah dilaksanakan evaluasi, ternyata baru 11 anak atau sekitar 44 % yang mendapat nilai ● yaitu yang berkembang pemahamannya dalam membilang angka 1 sampai 10, ada sekitar 9 anak yang mendapat nilai √ yaitu masih memerlukan bantuan dari guru dan dari teman atau sekitar 36 %, sedangkan anak yang mendapat nilai ○ yaitu sama sekali belum meningkat pemahamannya tentang membilang angka 1 sampai 10 ada 5 anak atau sekitar 20 %.
Deskripsi dan Interpretasi Hasil Penelitian Siklus I Tahap Perencanaan Tindakan Pada tahap ini diawali dengan kegiatan pengenalan permainan dengan menggunakan media gambar kepada kolaborator.Selanjutnya bersama dengan kolaborator melakukan penyusunan langkah-langkah pembelajaran menggunakan media kartu gambar.Kemudian menyiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran).Di dalam RPP memuat skenario pembelajaran, alat peraga yang digunakan, format evaluasi, serta format observasi pembelajaran. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan Pelaksanaam kegiatan pembelajaran untuk siklus satu dilaksanakan pada tanggal 2 Maret 2015. Kelompok B TK Sarawati Desa Pandan dengan jumlah peserta didik yang mengikuti pembelajaran 25 peserta didik dari 25 peserta didik. Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai guru sedangkan kolaborator bertindak sebagai observer.Adapun pembelajaran mengacu pada
Rendahnya prestasi peserta didik dalam perkembangan bahasa dan kognitifnya dalam pelaksanaan siklus pertama karena ada sedikit rencana yang kurang lancar yaitu anak-anak masih disibukkan dengan bermain sendiri tanpa memperhatikan intruksi dari guru. c.
Tahap Observasi Observasi dilaksanakan secara langsung bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan pembelajaran.Pada tahap ini dapat dilihat bagaimana guru sudah mulai melaksanakan pembimbingan dengan mengajak anak-anak untuk memperhatikan penjelasan dari guru kemudian mengajak anak untuk bermain kartu gambar yang telah dipersiapkan guru yang dibantu oleh kolaborator sambil mengisi lembar observasi yang telah disiapkan oleh guru.
d.
Tahap Refleksi dan Analisis Berdasarkan pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan pada siklus pertama didapatkan bahwa dari 25 peserta didik yang mengikuti pembelajaran baru 44 % anak yang meningkat pemahamannya dalam membilang angka 1 sampai 10 ini dapat dilihat dari anak yang mampu membilang angka 1 sampai 10 tanpa meminta bantuan dari siapa pun. Sedangkan yang mampu membilang angka 1 sampai 10 tetapi masih meminta bantuan dari guru maupun temannya ada sekitar 36 % sedangkan yang 20 % belum mampu untuk membilang angka 1 sampai 10.
2. a.
Siklus II Tahap Perencanaan Tindakan
DIDAKTIKA PGRI, 1, (1), 2015, 28
Rencana tindakan pada siklus kedua ini didasarkan hasil analisis dan refleksi pada siklus pertama.Diketahui bahwa kendala yang terjadi pada siklus pertama ialah anak-anak masih disibukkan dengan bermain sendiri sehingga tidak memperhatikan intruksi dari guru.Dengan demikian pada siklus kedua ini guru diharapkan memperbaiki kualitas dan kuantitas dalam memotivasi kepada peserta didik. b.
Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk siklus kedua dilaksanakan pada tanggal 9 Maret 2015. Dikelompok B TK Saraswati Desa Pandan Kecamatan Pancur Kabupaten Rembang dengan jumlah peserta didik 25 peserta didik.Adapun pembelajaran mengacu pada skenario pembelajaran yang termuat dalam rencana pembelajaran. Observasi dan penilaian yang dilakukan pada siklus II dapat dilihat pada tabel 3 :
Tabel 3 Keberhasilan Peserta didik Siklus II
Kemampuan Yang Dicapai ○ 0
√ 1
● 24
Hasil pelaksanaan siklus kedua bisa dilihat di table 2 bahwa 96 % anak mendapat nilai ● atau meningkat pemahamannya atau sudah 24 anak yang mampu membilang angka 1 sampai 10 tanpa bantuan siapapun. Sedangkan 4 % atau 1 anak mendapat nilai √ yaitu sudah mampu membilang angka 1 sampai 10 walaupun masih perlu dibantu. Kalau melihat dari tabel siklus I dan siklus II bias dilihat kemampuan kognitif anak terutama dalam pemahaman membilang angka 1 sampai 10 berkembang dengan sangat baik yaitu dari 44 % ke 96 %. c.
Tahap Observasi Observasi dilaksanakan secara langsung bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.Pada tahapan ini dapat dilihat bagaimana guru sudah mulai melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah disusun.
d.
Tahap Refleksi dan Analisis Berdasarkan pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan pada siklus kedua didapatkan hasil bahwa dari 25 peserta didik yang mengikuti pembelajaran sudah 96 % atau sudah 24 anak yang meningkat pemahamannya dibidang kognitif dalam hal membilang angka 1 sampai dengan 10 ini dapat dilihat dari anak yang mampu membilang tanpa bantuan dari siapapun. Sedangkan yang mampu
membilang angka 1 sampai 10 tetapi masih minta bantuan dari guru hanya tinggal 1 anak atau 4 %.
3.2 Pembahasan Menurut standar kompetensi kurikulum TK/RA (2004) pendekatan pembelajaran di TK harus memperhatikan prinsip di bawah ini: 1. Pembelajaran berorientasi pada prinsip perkembangan anak yaitu sebagai berikut: a. Anak belajar dengan baik apabila fisik dan psikisnya aman dan tentram. b. Siklus belajar berulang. c. Anak belajar melalui interaksi social. d. Minat belajar keinginan anak akan memotivasi belajar. e. Memperhatikan perbedaan individu. 2. Pembelajaran berorientasi pada kebutuhan anak Anak usia TK adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek. 3. Bermain sambil belajar, belajar sambil bermain. 4. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Abdurrahman dan Bintaro (2000:78) yang mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang setara dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asuh antar sesama peserta didik sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata. Penerapan metode ini tidak keluar dari jalur prinsip dalam pembelajaran di TK karena pada kenyataannya, peserta didik di TK Saraswati merasa senang dan gembira dalam melakukan pembelajaran dengan menggunakan media gambar dikarenakan gambar merupakan salah satu media kegiatan tersebut. Hal ini pun didukung dengan hasil siklus I dan siklus II dimana dari 44 % peseta didik yang mampu bercerita tentang kartu gambar tersebut meningkat menjadi 96 %.
4. Kesimpulan Bertitik tolak pada hasil pembahasan penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa melalui gambar dapat disimpulkan sangat efektif dalam meningkatkan perkembangan kognitif anak terutama dibidang pemahaman tentang membilang angka 1 sampai 10. Hal ini ditunjukkan dengan prosentasi keberhasilan peserta didik pra siklus hanya 24 % (6 anak), siklus I 44 % (11 anak) meningkat menjadi 96 % (24 anak) pada siklus II. Dengan terbuktinya penelitian ini, penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Kepada Teman Pendidik Taman Kanak-kanak Media yang digunakan dalam pembelajaran perkembangan kognitif hendaknya lebih variatif karena hal ini mampu merangsang perkembangan anak. 2. Kepada Pengelola Pendidikan Bahwa untuk kemajuan pendidikan di Taman Kanak-kanak media pembelajaran merupakan sesuatu yang harus ada. Dengan cara seperti ini guru lebih mudah memberikan kegiatan dan anak lebih
DIDAKTIKA PGRI, 1, (1), 2015, 29
3.
cepat memahami apa yang telah diajarkan guru. Dengan metode yang bervariatif, anak tidak pernah merasa bosan untuk belajar dan anak semakin bisa mengembangkan potensi yang dimilikinya dengan bermacam-macam bahan yang tersedia. Kepada Para Peneliti Untuk mengetahui apakah hasil penelitian tindakan kelas ini berlaku untuk semua, maka perlu diadakan penelitian lebih lanjut dengan cara yang berbeda dan pada tahap yang berbeda serta disesuaikan dengan situasi dan kondisi dimana hasil penelitian dilaksanakan.
Daftar Pustaka Arikunto. 1993. Laporan Perkembangan Anak. Jakarta: Gaya Favorit Press. Asmawati Luluk, dkk. 2008. Pengelolaan Kegiatan Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-kanak. Jakarta: Depdikbud.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1997. Metodik Khusus Pengembangan Berhitung. Jakarta: Depdikbud. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2006. Pedoman Pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen pendidikan Dasar dan Menengah. GBPKB, TK. 1993. Prinsip-prinsip Permainan Berhitung.Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Jean Piaget. Tingkat Perkembangan mental Anak.Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Karyono. 2003. Perkembangan Awal Menentukan Perkembangan Selanjutnya. Jakarta: Depdikbud. Miarso, Yusuf Hadi. 1984. Media Pembelajaran. Jakarta: Grafindo Persada. Moeslichatoen. 1999. Metode Pembelajaran Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka. Soetjingsih. 2004. Tumbuh Kembang Anak. Surabaya: Unair. Tedjasaputra. 2001. Perkembangan Kognitif. Jakarta: Grasindo. Tim Dosen Metodologi Penelitian. 2013. Panduan Penyusunan dan Mekanisme Penyelesaian Skripsi. Tuban: Pusat Penelitian Unirow Tuban. Tim Redaksi Ayah Bunda. 2000. Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta. …., Kognitif.(http://wikipedia.org/wiki/kognitif).Diakses 10 November 2009.