MATHunesa Volume 3 No.6 Tahun 2017
Jurnal Ilmiah Matematika ISSN 2301-9115
ANALISIS KESTAB ILAN SISTEM DINAMIK SATELIT PENGAMAT BUMI Rumia Octavia Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya e-mail:
[email protected] Yusuf Fuad Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya e-mail:
[email protected] Abstrak Satelit merupakan benda angkasa yang dapat memantau area yang berada diluar bumi. Satelit pengamat bumi dapat dijadikan alat untuk memberi informasi mengenai gejala-gejala alam yang akan terjadi, dapat mendukung komunikasi saat keadaan darurat, dan dapat menyelidiki tata surya dan alam semesta secara lebih bebas tanpa dipengaruhi oleh atmosfer. Pada skripsi ini, dilakukan rekonstruksi model dan analisis kestabilan sistem dinamik satelit pengamat bumi. Rekonstruksi model menghasilkan model nonlinier dari sistem dinamik satelit pengamat bumi. Linierisasi dilakukan sehingga menghasilkan model linier dan dianalisis kestabilan pada gerak deviasi kecepatan sudut dan percepatan sudut terhadap sumbu ๐ฅ, ๐ฆ, dan ๐ง. Hasil analisis kestabilan menunjukkan bahwa sistem tidak stabil. Sistem dapat stabil jika memenuhi ๐ผ๐ฅ >
2 ๐ผ๐ฅ๐ง
๐ผ๐ง
. Simulasi dilakukan menggunakan Matlab
R2009b yang menunjukkan gerak deviasi kecepatan dan percepatan setiap sudut roll, pitch, dan yaw. Kata Kunci : satelit pengamat bumi, rekonstruksi, linierisasi, analisis kestabilan. Abstract Satellites are celestial bodies that can monitor areas that are outside the earth. Earth observer satellites can be used as tools to inform the natural phenomena that will occur, can support communications during emergencies, and can investigate the solar system and the universe more freely without being affected by the atmosphere. In this thesis, conducted model reconstruction and stability analysis d ynamics system of earth observation satellites. The model reconstruction yields a nonlinear model of the dynamic system of the Earth observer satellites. The linearisation is done so as to produce linear model and analyzed the stability of motion deviation of angular velocity and angle acceleration to ๐ฅ, ๐ฆ, and ๐ง axes. The result of stability analysis shows thatunstable system. The system can be stable if it meets ๐ผ๐ฅ >
2 ๐ผ๐ฅ๐ง
๐ผ๐ง
. then a stable system is obtained. The simulation is done using Matlab
R2009b which shows the deviation motion speed and acceleration of each corner of roll, pitch, and yaw. Keywords: satellite earth observation, reconstruction, linearization, stability analysis untuk menjaga satelit tetap berada pada orbitnya. Pada penelitian yang dilakukan oleh Yang, et. al (2012), yang berjudul Concept Design, Modeling and Station-keeping Attitude Control of an Earth Observation Platform, mengkaji desain konseptual dan model dinamik satelit pengamat bumi berupa sistem nonlinier yang kemudian dilakukan linierisasi sehingga sistem menjadi linier serta melakukan kontrol pada stasiun satelit di bumi. Dalam penelitian ini dilakukan rekonstruksi model persamaan gerak satelit pengamat bumi dan analisis kestabilan sistem dinamik satelit pengamat bumi serta dilakukan simulasi dari gerak deviasi kecepatan dan percepatan setiap sudut terhadap sumbu ๐ฅ, ๐ฆ, dan ๐ง.
PENDAHULUAN Satelit buatan banyak manfaatnya bagi kehidupan manusia di era yang semakin maju. Diantaranya dapat digunakan untuk memantau keadaan bumi dari luar angkasa yang tidak dipengaruhi atmosfer. Jenis satelit ini adalah satelit pengamat bumi. Satelit bergerak mengelilingi bumi pada lintasan tertentu, dan bersamasama dengan bumi berputar mengelilingi matahari. Keadaan inilah yang mengakibatkan satelit dapat berpindah dari orbit yang ditentukan, Cara kerja utama satelit terletak pada ketepatan posisi orbit yang ditentukan, sehingga perlu mengatur sedemikian rupa agar satelit tetap pada orbit yang ditentukan. Kestabilan gerak satelit sangat diperlukan 158
Volume 3 No.6 Tahun 2017
Untuk menganalisis gerakan satelit, terdapat dua macam koordinat yakni koordinat sumbu satelit B (๐๐ฅ๐ฆ๐ง ) dan kordinat sumbu bumi E (๐๐๐๐ ) . Kinematika satelitcabang dalam mekanika klasik yang membahas gerak satelit dan sistem satelit tanpa mempersoalkan gaya penyebab gerakannya. Kinematika satelit berorientasi pada tiga sumbu (๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง) yang berkaitan dengan pergerakan satelit yaitu roll, pitch, dan yaw. Roll adalah gerak naik turunnya sayap kiri atau kanan dan gerak ini terjadi di sepanjang sumbu ๐ฅ. Pitch adalah gerak naik turunnya hidung satelit yang terjadi di sepanjang sumbu ๐ฆ. Yaw adalah gerak berbelok dalam bidang horizontal sepanjang sumbu ๐ง (Yang, et al. 2012).
KAJIAN PUSTAKA A. Satelit Satelit merupakan benda langit yang beredar mengelilingi benda langit yang lebih besar (planet). Jenis satelit ada dua, yaitu satelit buatan dan satelit alami. Satelit alami merupakan satelit yang sudah ada di angkasa, sedangkan satelit buatan adalah satelit yang dibuat oleh manusia. Contohnya satelit Bulan yang merupakan satelit alami Bumi dan satelit Landsat merupakan satelit buatan Amerika Serikat. Salah satu jenis satelit buatan adalah satelit pengamat bumi, yaitu merupakan jenis satelit yang berfungsi untuk menyelidiki tata surya dan alam semesta secara lebih bebas tanpa dipengaruhi oleh atmosfer. Satelit ini berusaha mendapatkan data-data mengenai matahari dan bintangbintang untuk mengungkap gejala maupun pergerakan alam semesta. Satelit yang berada di luar angkasa harus tetap berada pada orbit yang ditentukan agar geraknya tetap stabil. Orbit adalah tempat beredarnya satelit saat mengelilingi bumi. Posisi satelit yang tidak dipengaruhi oleh gaya gravitasi dan hanya bergerak mengikuti bumi disebut posisi geostasioner. Kondisi bumi yang selalu berputar pada porosnya dan berputar mengelilingi matahari, mengakibatkan satelit dapat berpindah dari posisi orbit yang ditentukan. Sehingga Nampak bahwa betapa pentingnya kestabilan gerak satelit. Pengendalian satelit diatur dari stasiun yang ada di bumi. Misalkan untuk mengatur posisi satelit agar tetap berada pada orbitnya. Salah satu contoh satelit pengamat bumi adalah satelit Landsat yang dibuat oleh Amerika Serikat. Satelit Landsat merupakan jenis satelit pengamat bumi yang berada pada orbit LEO dengan ketinggian 705 km.
Gambar 2.4 Kerangka acuan dan variabel pergerakan satelit (Yang, et al. 2012) C. Transformasi Koordinat Transformasi koordinat terdiri dari transformasi kecepatan linier dan transformasi kecepatan sudut yang diperlukan untuk mendeskripsikan gerak satelit dan membuat jelas transformasi diantara dua koordinat. Vektor kecepatan sudut adalah turunan pertama vektor posisi ๐ terhadap kecepatan linier melalui transformasi berikut ini: ๐ฬ = ๐1 ๐ (2.1) ๐ Dimana ๐ฬ = [ ๐ฅฬ ๐ฆฬ ๐งฬ ] , dan ๐ = [ ๐ข ๐ฃ ๐ค ] ๐ . ๐1 adalah matriks transformasi yang berhubungan dengan sudut Euler yaitu roll ๐, pitch ๐, dan yaw ๐ dan didefinisikan sebagai berikut: ๐1 cos ๐ cos ๐ = [ sin ๐ cos ๐ โ sin ๐
cos ๐ sin ๐ sin ๐ sin ๐ sin ๐ sin ๐ + cos ๐ cos ๐ cos ๐ sin ๐
cos ๐ sin ๐ cos ๐ + sin ๐ sin ๐ sin ๐ sin ๐ cos ๐ โ cos ๐ sin ๐ ] cos ๐ cos ๐
Vektor sudut Euler ฯ = [ ๐ ๐ ๐] ๐ disistem koordinat badan satelit dan vektor kecepatan sudut Euler ฮฉฬ = ๐
[๐ฬ ๐ฬ ๐ฬ ] memenuhi transformasi berikut:
Gambar 2.2 Satelit Landsat (sumber: http://pgsp.big.go.id/perkembangan-landsat/ diakses pada tanggal 12 Maret 2017)
ฮฉฬ = ๐2 ๐
(2.2)
dengan ๐2 adalah matriks transformasi dan diketahui sebagai berikut:
B. Persamaan Gerak Satelit 159
Volume 3 No.6 Tahun 2017
0 ๐2 = [0 1
cos ๐ sec ๐ sin ๐ tan ๐ sin ๐
โ sin ๐ sec ๐ cos ๐ ] tan ๐ cos ๐
bergantung pada dua atau lebih variable bebas (Boyce and Di Prima, 2001:19). Berikut adalah bentuk umum dari sistem persamaan diferensial orde satu:
Secara ringkas persamaan kinematika satelit dapat dituliskan sebagai berikut (Yang, et al. 2012): ๐ 03๐ฅ3 ๐ ฬ [๐] = [ 1 ][ ] (2.3) 03๐ฅ3 ๐2 ๐ ฮฉฬ
๐๐ฅ 1 ๐๐ก
= ๐1 (๐ก, ๐ฅ 1 , ๐ฅ 2 , โฆ , ๐ฅ ๐ )
๐๐ฅ 2
= ๐2 (๐ก, ๐ฅ1 , ๐ฅ 2 , โฆ , ๐ฅ ๐ ) ๐๐ก โฎ โฎ ๐๐ฅ ๐ = ๐๐ (๐ก, ๐ฅ 1 , ๐ฅ 2 , โฆ , ๐ฅ ๐ ) (2.11) ๐๐ก dengan ๐ฅ ๐ โ โ; ๐ = 1,2, โฆ , ๐ dan ๐ก menyatakan waktu, sehingga ๐ฅ1 โก ๐ฅ1 (๐ก) , ๐ฅ 2 โก ๐ฅ 2 (๐ก) , โฆ ๐ฅ ๐ โก ๐ฅ ๐ (๐ก) dengan
D. Sistem Dinamik Gerak Satelit Satelit merupakan benda tegar, dengan jarak antara satu titik dan titik yang lainnya tidak akan berubah pada saat terbang. Persamaan gerak satelit yang diturunkan dari hukum Newton yang dinotasikan dengan persamaan dua vektor dalam koordinat E adalah: ๐๐ =๐น (2.4) ๐๐ก ๐๐ฏ =๐ (2.5) ๐๐ก Perhitungan dari menambahkan massa, inersia, momentum linier, dan momentum anguler satelit, dapat dinyatakan sebagai berikut: ๐ = (๐๐ฑ๐๐๐ + ๐ด๐ )๐ฝ๐ป + ๐ ร ๐๐ฎ = ( ๐ด๐ + ๐ด๐ )๐ฝ๐ป + ๐ ร ๐๐ฎ = ๐ด๐ + ๐ ร ๐๐ฎ (2.6)
๐๐ฅ๐ ๐๐ก
๐๐ ; ๐ = 1,2, โฆ , ๐ adalah fungsi yang bergantung pada variabel ๐ฅ1 , ๐ฅ 2,..., ๐ฅ ๐ dan ๐ก. (Neuhauser, 2004). G. Nilai Eigen dan Vektor Eigen Misalkan ๐ด adalah matriks berordo ๐ ร ๐. Vektor tak nol ๐ฅ dalam โ๐ dinamakan vektor eigen dari ๐ด jika ๐ด๐ฅ adalah kelipatan skalar ๐ โ โ dari vektor ๐ฅ maka berlaku: ๐ด๐ฅ = ๐๐ฅ ๐ด๐ฅ = ๐๐ผ๐ฅ (2.12) (๐ด โ ๐๐ผ) ๐ฅ = 0 Persamaan terakhir memiliki solusi tak nol jika dan hanya jika ๐ memenuhi persamaan sebagai berikut: det (๐ด โ ๐๐ผ) = 0 (2.13) Nilai ๐ memenuhi persamaan (2.12) disebut nilai eigen matriks ๐ด, dan solusi tak nol dari persamaan (2.13) diperoleh dengan menggunakan nilai ๐ disebut vektor eigen yang bersesuaian dengan nilai eigen (Boyce dan Di Prima, 2001).
๐ฏ = ( ๐ฐ๐ + ๐ฐ๐ )๐ + ๐๐๐ฎ ร ๐ฝ๐ป = ๐ฐ ๐ + ๐๐ฎ ร (๐๐ฝ๐ป ) (2.7) Dengan mentransformasikan ke koordinat B didapat persamaan gerak rotasi: ๐ด๐ฝ๐ปฬ + ๐ ร ( ๐ด๐ฝ๐ป) + ๐๐ฬ ร ๐ ๐ฎ + ๐๐ ร ( ๐ ร ๐ ๐ฎ) = ๐ญ
( 2.8)
dan persamaan gerak anguler sebagai berikut: [๐ผ๐ฬ + ๐ ร ( ๐ฐ๐)] + ๐[๐๐ฎ ร ๐ฝ๐ป + ๐ ร ( ๐ ๐ฎ ร ๐ฝ๐ป)] = ๐
( 2.9)
Dengan demikian diperoleh persamaan dinamis satelit yang dapat dinyatakan sebagai berikut: ๐ด [ ๐ฅ ๐๐ง๐บ
โ๐๐ง๐ฅ๐บ ๐ฝ๐ปฬ ๐ ร ( ๐ด๐ฝ๐ป) + ๐๐ ร ( ๐ ร ๐ง๐บ ) ][ ]+[ ] = [๐ญ] ( 2.10) ๐ฐ ๐ ร ( ๐ฐ๐) + ๐๐ ร ( ๐ง๐บ ร ๐ฝ๐ป ) ๐ ๐ฬ
(Yang, et al. 2012).
H. Linierisasi Model matematika umumnya berbentuk persamaan diferensial non linier. Dalam mengkaji perilaku solusi model non linier diperlukan linierisasi pada sistem non linier agar mendapatkan sistem linier. Linierisasi dilakukan agar sistem linier dapat dianalisis, dengan hasil analisisnya lebih baik dari sistem nonlinier. Linierisasi adalah suatu proses merubah sistem nonlinier menjadi sistem linier (Olsder, 2003).
E. Persamaan Diferensial Persamaan diferensial (PD) adalah suatu persamaan yang memuat derivatif (turunan) satu atau beberapa fungsi yang tidak diketahui (Boyce and Di Prima, 2001). Misalkan ๐ก dan ๐ข adalah variabel bebas sedangkan ๐ฆ adalah variabel terikat, dengan ๐ก, ๐ข ๐๐๐ ๐ฆ โ โ, berikut contoh persamaan diferensial: 1. 2.
๐2๐ฆ ๐๐ก2 ๐ 2๐ฆ ๐ ๐ก2
+9 โ3
๐๐ฆ
= ๐ โ2๐ก
(2.17)
=0
(2.19)
๐๐ก ๐ 2๐ฆ
๐๐ข2
merupakan derivatif pertama dari ๐ฅ ๐ terhadap ๐ก dan
I. Kestabilan Titik Ekuilibrium Titik Ekuilibrium Titik ekuilibrium merupakan titik tetap yang tidak berubah terhadap waktu. Diberikan sistem ๐ฬ = ๐(๐), titik ๐ ฬ
โ โ๐ disebut titik ekuilibrium dari sistem tersebut jika ๐ (๐ ฬ
) = 0 (Olsder, 2003).
F. Sistem Persamaan Diferensial Sistem persamaan diferensial adalah sistem yang memuat dua atau lebih fungsi yang tidak diketahui yang 160
Volume 3 No.6 Tahun 2017
Oleh karena itu kecepatan sudut tubuh satelit pada sumbu ๐ฅ, ๐ฆ, dan ๐ง sebagai berikut: ๐ฬ 1 [๐ฬ ] = [0 0 ๐ฬ
Kestabilan Titik Ekuilibrium Diberikan sistem persaman diferensial ๐ฬ = ๐ด๐ dengan ๐ด merupakan suatu matriks 6 ร 6 yang memiliki nilai eigen berbeda, yaitu ๐ 1 , ๐ 2, ๐ 3 , โฆ , ๐ 6 (Olsder, 2003:66). 1. Titik ekuilibrium ๐ ฬ
dikatakan stabil asimtotik jika dan hanya jika โ๐ ๐๐ < 0, โ๐ = 1,2,3, โฆ ,6. 2. Titik ekuilibrium ๐ ฬ
dikatakan stabil jika dan hanya jika โ๐ ๐ ๐ โค 0, โ๐ = 1,2,3, โฆ ,6 dan jika setiap nilai eigen ๐ ๐ kompleks dengan โ๐ ๐ ๐ = 0, maka multiplisitas aljabar dan geometri untuk nilai eigen harus sama. 3. Titik ekuilibrium ๐ ฬ
dikatakan tidak stabil jika dan hanya jika terdapat paling sedikit satu โ๐ ๐ ๐ > 0, โ๐ = 1,2,3, โฆ ,6
sin ๐ tan ๐ cos ๐ sin ๐ sec ๐
cos ๐ tan ๐ ๐ โ sin ๐ ] [ ๐ ] cos ๐ sec ๐ ๐
(3.14)
Atau dapat ditulis menjadi: ๐ฬ = ๐ cos ๐ โ ๐ sin ๐ ๐ฬ = ๐ ๐๐ ๐(๐ cos ๐ + ๐ sin ๐) (3.15) ฬ ๐ = ๐ + (๐ cos ๐ + ๐ sin ๐) tan ๐ Karena satelit berotasi tidak sama dengan rotasi sumbu bumi, maka perlu dilakukan transformsi ke sistem sumbu badan satelit. Notasi persamaan momen pada sumbu ๐๐ฅ, sumbu ๐๐ฆ, dan sumbu ๐๐ง masing-masing dengan ๐ฟ, ๐, dan ๐. diperoleh: ๐ฬ = ๐ฟ๐3 + ๐๐4 + ๐1 ๐๐ + ๐2 ๐๐ ๐ฬ = ๐๐7 โ ๐6 (๐ 2 โ ๐ 2 ) + ๐5 ๐๐ (3.16) ๐ฬ = ๐๐9 + ๐ฟ๐4 ๐8 ๐๐ + ๐2 ๐๐ Karena gerak rotasi dipengaruhi gaya gravitasi dan gaya gravitasi dipengaruhi oleh momen inersia, maka persamaan (3.16) menjadi: ๐ฬ = (๐1 ๐ + ๐2 ๐) ๐ + ๐3 (๐ฟ โ ๐ง๐บ ๐บ cos ๐ sin ๐) + ๐4 ๐ ๐ฬ = ๐5 ๐๐ โ ๐6 ( ๐ 2 โ ๐ 2 ) + ๐7 (๐ โ ๐ง๐บ ๐บ sin ๐) (3.17) ๐ฬ = ( ๐8 ๐ + ๐2 ๐) ๐ + ๐4 (๐ฟ โ ๐ง๐บ ๐บ cos ๐ sin ๐) + ๐9 ๐ Dari persamaan (3.15) dan (3.17) diperoleh persamaan gerak satelit sebagai berikut: ๐ฬ = ๐ cos ๐ โ ๐ sin ๐ ๐ฬ = ๐ ๐๐ ๐(๐ cos ๐ + ๐ sin ๐) ๐ฬ = ๐ + (๐ cos ๐ + ๐ sin ๐) tan ๐ ๐ฬ = ( ๐1 ๐ + ๐2 ๐) ๐ + ๐3 (๐ฟ โ ๐ง๐บ ๐บ cos ๐ sin ๐)
PEMBAHASAN A. Rekonstruksi Model Ketika menganalisa gerakan satelit, terdapat dua macam koordinat yakni koordinat sumbu satelit B (oxyz) dan kordinat sumbu bumi E (OXYZ). Koordinat sumbu satelit mempresentasikan kecepatan dan percepatan satelit yang bertepatan dengan pusat gravitasi sedangkan koordinat sumbu bumi mempresentasikan posisi dan perubahan sudut satelit.
+ ๐4 ๐ (4.9) ๐ฬ = ๐5 ๐๐ โ ๐6 (๐ 2 โ ๐ 2 ) + ๐7 (๐ โ ๐ง๐บ ๐บ sin ๐) ๐ฬ = ( ๐8 ๐ + ๐2 ๐) ๐ + ๐4 (๐ฟ โ ๐ง๐บ ๐บ cos ๐ sin ๐) + ๐9 ๐ Karena sistem gerak satelit tersebut dalam bentuk persamaan nonlinier maka dilakukan linierisasi agar sistem menjadi linier. Didefinisikan (Nelson, 1989:105) ๐ = ๐0 + โ๐ ๐ = ๐0 + โ๐ ๐ = ๐0 + โ๐ ๐ฟ = ๐ฟ0 + โ๐ฟ ๐ = ๐0 + โ๐ ๐ = ๐0 + โ๐ ๐ = ๐0 + โ๐ ๐ = ๐0 + โ๐ ๐ = ๐0 + โ๐ Saat satelit terbang memantau bumi, satelit terbang jelajah dalam kondisi tunak yang memiliki kecepatan konstan. Dengan kata lain ๐0 = ๐0 = ๐0 = ๐0 = ๐0 = 0 Karena ๐0 = ๐0 = ๐0 = ๐0 = ๐0 = 0 dan ketika deviasi signifikan kecil, maka digunakan asumsi berikut (Caughey, 2011:51): i. Perkalian antar deviasi dapat dianggap nol ii. sin โ๐ โ โ๐ dan sin โ๐ โ โ๐ iii. cos โ๐ โ 1 dan cos โ๐ โ 1
Gambar 4.1. Posisi sumbu-sumbu satelit terhadap bumi (Widodo, 2004) Satelit bergerak terhadap sistem sumbu badan satelit, sehingga dilakukan rotasi dari sistem sumbu bumi (X, Y, Z) ke sistem sumbu badan satelit (x, y, z). Posisi satelit digambarkan oleh koordinat origin sumbu badan satelit pada kerangka inersia (X, Y, Z) yang orientasinya diwakili oleh sudut Euler (roll, pitch, dan yaw) Kecepatan sudut menjadi: ฬ 0 ๐ = ๐ฬ๐ 2 + ๐ฬ ๐1 + ๐๐ 161
Volume 3 No.6 Tahun 2017
Dan karena ๐ฟ0 = ๐0 = ๐0 = ๐0 = 0, maka diperoleh sistem gerak satelit: โ๐ฬ = โ๐ โ๐ฬ = โ๐ โ๐ฬ = โ๐ โ๐ฬ = ๐3 ( โ๐ฟ โ ๐ง๐บ ๐บ โ๐) + ๐4 โ๐ (3.18)
sistem menjadi stabil. Diantaranya dengan mengganti nilai parameter yang sudah ada pada jurnal acuan. Dari matriks ๐ yang diperoleh, dapat dicari nilai eigen dengan tanpa memasukkan nilai parameter. Untuk mendapatkan nilai eigen matriks ๐, maka det (๐๐ผ โ ๐) = 0 harus terpenuhi. Sehingga:
โ๐ฬ = ๐7 ( โ๐ โ ๐ง๐บ ๐บ โ๐) โ๐ฬ = ๐4 (โ๐ฟ โ ๐ง๐บ ๐บ โ๐) + ๐9 โ๐ Jika persamaan (3.18) diubah dalam diperoleh: ๐ฬ (๐ก) = ๐๐ฅ(๐ก ) + ๐๐(๐ก) Dimana โ๐ฬ 0 โ๐ฬ 0 0 ฬ โ๐ ( ) ๐ฬ ๐ก = ๐ = ๐ ๐ฟ + ๐ ๐ ๐ (๐ก) = 3 4 โ๐ฬ ๐7 ๐ โ๐ฬ [ ๐ 4 ๐ฟ + ๐9 ๐ ] [ โ๐ฬ ]
diperoleh nilai eigen sebagai berikut: ๐ 1 = (โ๐7 ๐ง๐บ ๐บ ) 1/2 ๐ 2 = (โ๐4 ๐ง๐บ ๐บ ) 1/2 ๐ 3 = (โ๐3 ๐ง๐บ ๐บ ) 1/2 ๐ 4 = โ(โ๐7 ๐ง๐บ ๐บ ) 1/2 ๐ 5 = โ(โ๐4 ๐ง๐บ ๐บ ) 1/2 ๐ 4 = โ(โ๐3 ๐ง๐บ ๐บ ) 1/2 Sehingga
0 0 0 ๐= 0 โ๐ 7๐ง๐บ๐บ [ 0
0 0 0 0 0 โ๐4 ๐ง๐บ๐บ
0 0 0 โ๐ 3๐ง๐บ๐บ 0 0
0 0 1 0 0 0
1 0 0 0 0 0
๐ 0 0 0 ๐ 7๐ง๐บ๐บ [ 0
bentuk matriks (3.19)
โ๐ฟ [โ๐] โ๐ 0 1 0 0 0 0]
โโ๐7 ๐ง๐บ ๐บ,
karena
0 0 ๐ ๐ 3๐ง๐บ๐บ 0 0
0 0 โ1 ๐ 0 0
โ1 0 0 0 ๐ 0
๐7 , ๐ง๐บ , dan ๐บ > 0
0 โ1 0 =0 0 0 ๐ ]
maka
nilai
โโ๐7 ๐ง๐บ ๐บ berbentuk imajiner dengan ๐
๐ = 0 โโ๐4 ๐ง๐บ ๐บ, karena ๐ง๐บ dan ๐บ > 0 maka nilai ๐4 > 0 atau ๐4 < 0,
Dalam menganalisis kestabilan sistem tersebut, menggunakan nilai parameter yang diperoleh dari data penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yang, et al. (2012). Untuk menganalisis kestabilan, perlu ditentukan nilai eigen dari matriks ๐. Misalkan ๐ ๐ โ merupakan nilai eigen dari matriks ๐. Untuk mendapatkan nilai eigen matriks ๐, maka det (๐๐ผ โ ๐) = 0 harus terpenuhi. Sehingga: ๐ 0 0 ๐ 0 0 0 0 โ5 0 2.7119 ร 10 [ 3.6783 ร 10โ6 0
0 ๐ 0 0 0 ๐4๐ง๐บ๐บ
Jika ๐4 > 0 maka nilai โโ๐4 ๐ง๐บ ๐บ berbentuk imajiner dengan ๐
๐ = 0 Jika ๐4 < 0 maka nilai โโ๐4 ๐ง๐บ ๐บ berbentuk ๐
๐ > 0 โโ๐3 ๐ง๐บ ๐บ , karena ๐ง๐บ dan ๐บ > 0 maka nilai ๐3 > 0 atau ๐3 < 0, Jika ๐3 > 0 maka nilai โโ๐3 ๐ง๐บ ๐บ berbentuk imajiner dengan ๐
๐ = 0 Jika ๐3 < 0 maka nilai โโ๐3 ๐ง๐บ ๐บ berbentuk ๐
๐ > 0
0 0 โ1 0 0 0 โ1 0 ๐ โ1 0 0 =0 0.0133 ๐ 0 0 0 0 0 ๐ 0 0 0 ๐]
Diperoleh agar sistem stabil, maka โ๐ผ๐ง โ๐ผ๐ฅ๐ง ๐3 = 2 > 0 dan ๐4 = 2 >0 ๐ผ๐ฅ๐ง โ ๐ผ๐ฅ ๐ผ๐ง ๐ผ๐ฅ๐ง โ ๐ผ๐ฅ ๐ผ๐ง Diperoleh: 2 ๐ผ๐ฅ๐ง ๐ผ๐ฅ > ๐ผ๐ง dan berdasarkan nilai parameter di jurnal referensi diketahui bahwa: ๐ผ๐ฅ๐ง = 1.6 ร 106 dan ๐ผ๐ง = 5.8 ร 109 Maka diperoleh batasan nilai ๐ผ๐ฅ agar sistem linier tersebut stabil, yakni: 2 ๐ผ๐ฅ๐ง ๐ผ๐ฅ > ๐ผ๐ง (1.6 ร 106 )2 ๐ผ๐ฅ > 5.8 ร 109 ๐ผ๐ฅ > 4.41 ร 102
Dengan mengalikan 1012 ke setiap nilai eigen dari matiks ๐, diperoleh: ๐1 = โ1.7347 ร 10โ6 + 1.1519 ร 1011 ๐ ๐ 2 = โ1.7347 ร 10 โ6 โ 1.1519 ร 1011 ๐ ๐ 3 = 4.3368 ร 10 โ7 + 5.2093 ร 109 ๐ ๐ 4 = 4.3368 ร 10 โ7 โ 5.2093 ร 109 ๐ ๐ 5 = โ4.0658 ร 10 โ7 + 1.9195 ร 109 ๐ ๐ 5 = โ4.0658 ร 10 โ7 โ 1.9195 ร 109 ๐ Dari hasil tersebut, dapat diketahui bahwa ( ) ๐
๐ ๐ 1 = ๐
๐ (๐ 2 ) < 0, ๐
๐ (๐ 3 ) = ๐
๐ ( ๐ 4 ) > 0, dan ๐
๐ ( ๐ 5 ) = ๐
๐ ( ๐ 6) < 0 dengan demikian dapat dikatakan bahwa sistem linier dari satelit pengamat bumi tidak stabil. Untuk menjadikan sistem stabil, maka perlu dilakukan pengecekan hal-hal yang mengakibatkan
B. Simulasi 162
Volume 3 No.6 Tahun 2017
Dengan nilai awal ๐ฬ = 0.1, ๐ฬ = 0.1, ๐ฬ = 0.1, ๐ฬ = 0.0015 , ๐ฬ = 0.002, dan ๐ฬ = 0.001, diperoleh simulasi sebagai berikut: 1. Parameter yang digunakan dengan 2 ๐ผ๐ฅ < 4.41 ร 10
550 ๐ ๐๐ dan kecepatan sudutnya mencapai 12.5 ร 106 ๐๐๐ /๐ ๐๐. 5
8 6 4 percepatan sudut roll(p)
Deviasi Kecepatan Sudut pada Sumbu-Y 14000
kecepatan sudut pitch(๏ฑ)
12000
10000
2 0 -2 -4
8000
-6
6000
-8 4000
0
100
200
300 waktu (t)
400
500
0
100
200
300 waktu(t)
400
500
600
Gambar 4.9 Deviasi percepatan sudut terhadap sumbu-X Pada gambar 4.9, deviasi percepatan sudut terhadap sumbu-X menunjukkan bahwa sistem stabil hingga 550 ๐ ๐๐ dan kecepatan sudutnya mencapai 7 ร 105 ๐๐๐ /๐ ๐๐.
2000
0
Deviasi Percepatan Sudut pada Sumbu-X
x 10
600
Gambar 4.6 Deviasi kecepatan sudut terhadap sumbu-Y Pada gambar 4.6, deviasi kecepatan sudut terhadap sumbu-Y menunjukkan bahwa sistem tidak stabil.
Deviasi Percepatan Sudut pada Sumbu-Y 35
30 Deviasi Kecepatan Sudut pada Sumbu-Z percepatan sudut pitch(q)
3500
kecepatan sudut yaw(๏น )
3000
2500
2000
25
20
15
10
1500
5 1000
0
0
100
200
500
0
0
100
200
300 waktu(t)
400
500
300 waktu(t)
400
500
600
Gambar 4.10 Deviasi percepatan sudut terhadap sumbu-Y Pada gambar 4.10, deviasi percepatan sudut terhadap sumbu-Y menunjukkan bahwa sistem tidak stabil.
600
Gambar 4.7 Deviasi kecepatan sudut terhadap sumbu-Z Pada gambar 4.7, deviasi kecepatan sudut terhadap sumbu-Z menunjukkan bahwa sistem stabil hingga 550 ๐ ๐๐ dan kecepatan sudutnya mencapai 3500 ๐๐๐/๐ ๐๐
Deviasi Percepatan Sudut pada Sumbu-Z 200 150 100
6
Deviasi Kecepatan Sudut pada Sumbu-X
x 10
percepatan sudut yaw(r)
14
12
kecepatan sudut roll(๏ฆ )
10
50 0 -50 -100
8
-150
6
-200 4
0
100
200
300 waktu(t)
400
500
100
200
300 waktu(t)
400
500
600
Gambar 4.11 Deviasi percepatan sudut terhadap sumbu-Z Pada gambar 4.11, deviasi percepatan sudut terhadap sumbu-Z menunjukkan bahwa sistem stabil hingga 550 ๐ ๐๐ dan percepatan sudutnya mencapai 200 ๐๐๐ / ๐ ๐๐.
2
0
0
600
Gambar 4.8 Deviasi kecepatan sudut terhaadap sumbu-X Pada gambar 4.8, deviasi kecepatan sudut terhadap sumbu-X menunjukkan bahwa sistem stabil hingga 163
Volume 3 No.6 Tahun 2017
Parameter yang ๐ผ๐ฅ > 4.41 ร 102 Dengan memilih nilai simulasi berikut:
digunakan
dengan
๐ผ๐ฅ = 5.2 ร 102 ,
didapat
Deviasi Percepatan Sudut pada Sumbu-Y 40 30 20
percepatan sudut pitch(q)
2.
Deviasi Kecepatan Sudut pada Sumbu-Y 14000
kecepatan sudut pitch(๏ฑ)
12000
10000
10 0 -10 -20
8000
-30
6000
-40
4000
4
8 0
200
400
600
800
1000 1200 waktu (t)
1400
1600
1800
400
600
800
1000 1200 waktu(t)
1400
1600
1800
2000
Deviasi Percepatan Sudut pada Sumbu-Z
x 10
2000
6
Gambar 4.12 Deviasi kecepatan sudut terhadap sumbu-Y percepatan sudut yaw(r)
4
Deviasi Kecepatan Sudut pada Sumbu-Z 3500
3000
2500
kecepatan sudut yaw(๏น )
200
Gambar 4.16 Deviasi percepatan sudut terhadap sumbu-Y
2000
0
0
2000
2 0 -2 -4
1500
-6 1000
-8 500
0
0
200
400
600
800
1000 1200 waktu(t)
1400
1600
1800
0
200
400
600
800
1000 1200 waktu(t)
1400
1600
1800
2000
Gambar 4.17 Deviasi percepatan sudut terhadap sumbu-Z
2000
Gambar 4.13 Deviasi kecepatan sudut terhadap sumbu-Z 6
14
Dari keenam gambar yaitu gambar 4.12 sampai 4.17 menunjukkan bahwa sistem gerak satelit pengamat bumi stabil
Deviasi Kecepatan Sudut pada Sumbu-X
x 10
12
kecepatan sudut roll(๏ฆ )
10
PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil pembahasan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil rekonstruksi model dinamik satelit pengamat bumi adalah sebagai berikut: ๐ฬ = ๐ cos ๐ โ ๐ sin ๐ ๐ฬ = ๐ ๐๐ ๐(๐ cos ๐ + ๐ sin ๐) ๐ฬ = ๐ + (๐ cos ๐ + ๐ sin ๐) tan ๐ ๐ฬ = ( ๐1 ๐ + ๐2 ๐) ๐ + ๐3 (๐ฟ โ ๐ง๐บ ๐บ cos ๐ sin ๐ ) + ๐4 ๐ 2 ๐ฬ = ๐5 ๐๐ โ ๐6 (๐ โ ๐ 2 ) + ๐7 (๐ โ ๐ง๐บ ๐บ sin ๐) ๐ฬ = ( ๐8 ๐ + ๐2 ๐) ๐ + ๐4 (๐ฟ โ ๐ง๐บ ๐บ cos ๐ sin ๐) + ๐9 ๐ 2. Hasil linierisasi model dinamik satelit pengamat bumi adalah sebagai berikut: โ๐ฬ = โ๐ โ๐ฬ = โ๐ โ๐ฬ = โ๐
8
6
4
2
0
0
200
400
600
800
1000 1200 waktu(t)
1400
1600
1800
2000
Gambar 4.14 Deviasi kecepatan sudut terhadap sumbu-X 8
3
Deviasi Percepatan Sudut pada Sumbu-X
x 10
percepatan sudut roll(p)
2
1
0
-1
-2
-3
0
200
400
600
800
1000 1200 waktu(t)
1400
1600
1800
2000
Gambar 4.15 Deviasi percepatan sudut terhadap sumbu-X 164
Volume 3 No.6 Tahun 2017
3.
4.
โ๐ฬ = ๐3 (โ๐ฟ โ ๐ง๐บ ๐บ โ๐) + ๐4 โ๐ โ๐ฬ = ๐7 (โ๐ โ ๐ง๐บ ๐บ โ๐) โ๐ฬ = ๐4 (โ๐ฟ โ ๐ง๐บ ๐บ โ๐) + ๐9 โ๐ Berdasarkan nilai eigen pada sistem linier dapat disimpulkan bahwa sistem tidak stabil atau tidak stabil asimtotik. Sistem dapat stabil jika memilih nilai ๐ผ๐ฅ yang memenuhi ๐ผ๐ฅ >
2 ๐ผ๐ฅ๐ง
๐ผ๐ง
Ogata, Katsuhiko. 2010. Modern Control Engineering. Edisi ke-5. UK: Prentice Hall Olsder, G.J. 2003. Mathematical System Theory. Delft: Delft University Press Saputra, M. Agus. 2015. Solusi Sistem Kontrol Nonlinier Librasi Kesetimbangan Bumi-Satelit. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya Setiawan, samhis. 22 Juni 2016. Pengertian, Fungsi Dan Macam-Macam Satelit Beserta Contohnya Terlengkap, (Online), (http://www.gurupendidikan.com/pengertianfungsi-dan-macam-macam-satelit-besertacontohnya-terlengkap/, diunduh 12 Maret 2017) Siregar, Suryadi. 2007. Dasar-dasar Lintasan Satelit. Bandung: Ebook Penerbit ITB Widodo, Slamet. 2012. โPrinsip Pengendalian Attitude Satelit LAPAN-TUBSATโ Yang, Y. Wu, Jie. dan Zheng, Wei. Concept Design, Modeling and Station-keeping Attitude Control of an Earth Observation Platform. Chinese Journal of Mechanical Engineering, Issue 16 May 2012. Download 28 Agustus 2016.
.
B. Saran Peneliti menyarankan dalam penelitian selanjutnya agar diterapkan sistem kontrol untuk megetahui letak kestabilan sistem gerak satelit pengamat bumi. DAFTAR PUSTAKA Anton, H. 1987. Elementary Linier Algebra. Drexel University Boyce, William E. dan Di Prima, Richard C. 2001. Elementary Differential Equations and Boundary Value Problems. Seventh Edition. United State of America: John Wiley and Sons, Inc. Bronson, R. dan Costa, G. B. 2006. Differential Equations Third Edition. USA Caughey, A. David. 2011. Introduction to Aircraft Stability and Control Course Notes for M&AE 5070. New York: Cornell University. Finizio, N. dan Ladas, G. 1982. Penerapan Diferensial Biasa dengan Penerapan Modern. Terjemahan Widiarti Santoso. Jakarta: Erlangga Ives, N.E. 1962. Principles of Attitude Control of Artificial Sattelites. London: Communicated by The Deputy Controller Aircraft (Research and Development), Ministry of Aviation. Kaplan, Marshall H. 1976. Modern Spacecraft Dynamics and Control. New York: John Willey and Sons. Kusuma, Miati. 5 Agustus 2016. Perkembangan Landsat., (Online), (http://pgsp.big.go.id/perkembanganlandsat/, diunduh 12 Maret 2017) Kreyzig, Erwin. 2011. Advanced Engineering Mathematics. Tenth Edition. United States of America: John Wiley & Sons, Inc. McLean, Donald.1990. Automatic Flight Control System UK: Prentice Hall International. Nelson, C. Robert. 1989. Flight Stability and Automatic Control. Amerika Serikat: McGraw-Hill. Neuhauser, Claudia. 2004. Calculus for Biology and Medicine. New Jersey: Pearson Education Nurachmadani, Setya. 2009. Fisika 2 Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Pusat Pembukuan, Departemen Pendidikan Nasional. 165