BAHAN AJAR
MATA KULIAH STRUKTUR BETON PRATEKAN JILID 1 Oleh : Ir. H. Armeyn Syam, MT
PROGRAM STUDI – S1 TEKNIK SIPIL JURUSAN TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI PADANG Mei 2013
0 Struktur Beton Pratekan Ir. H. Armeyn Syam, MT
Institut Teknologi Padang
KATA PENGANTAR
Sesuai dengan usulan bahan ajar terseleksi yang direncanakan oleh Institut Teknologi Padang pada semester ganjil 2013/2014 yang paling lambat 23 Agustus 2013 tersebut baru dapat di selesaikan dimana bahan ajar yang dibutuhkan dalam kuliah Struktur Beton Pratekan. Bahan ajar ini terdiri dari 2 (dua) jilid. Yang baru di selesaikan saat ini adalah jilid I . Kepada para mahasiswa yang membaca / mamakai bahan ajar ini semoga dapat belajar lebih banyak lagi karena ini merupakan dasar-dasar struktur Beton Pratekan. Bahan ajar ini merupakan kesimpulan dari beberapa textbook dan peraturan peraturan, dan kami harapkan dapat menambah pengetahuan mahasiswa, dengan buku buku lain diharapkan pelaksanaan struktur beton pratekan sudah mulai populer di alam pembangunan Indonesia Kritik dan saran kami harapkan agar tulisan ini dapat lebih sempurna semagaimana yang diharapkan Selamat belajar
Padang, 23 Agustus 2013 Penulis
Ir. H. Armeyn Syam, MT
1 Struktur Beton Pratekan Ir. H. Armeyn Syam, MT
Institut Teknologi Padang
BETON PRATEKAN 1. Pendahuluan 1.1. Kekuatan melawan tarik beton jauh
lebih kecil dari kekuatan lawan
tekannya. ( Lihat gambar 1.1)
τ Tekan
ε
Tarik
Oleh sebab itu umumnya pada pembebanan lentur kegagalan blok beton adalah akibat
retakkaan yang terjadi
tarik didaerah
tarikan
penampang. Untuk
menghindarai
jalan ini perlawanan tarik didaerah tarikan
penampung dipikulkan pada bhan lain yang mempunyai lawan tarik yang tinggi (baja) ; konstruksi ini disebut beton bertulang. Dengan meningkatnya kemajuan teknologi, sekarang sudah bisa diperoleh bahan konstruksi yang bermutu tinggi, misalnya baja dengan kekuatan sampai 17500 kg/cm2 ( high tensioned steel) Jenis
baja ini tidak sesuai untuk dipakai dalam konstruksi beton
bertulang biasa, modulus elstis baja adalah = 2-2,1 x 106 kg/cm2. Pada tegangan tinggi regangan yang terjadi juga sangat besar, dengan demikian balok beton
tulang yang memakai baja jenis ini
dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan bajanya akan mengalami retakan-retakan yang cukup besar, dengan demikian balok boten tulang yang memakai baja 2 Struktur Beton Pratekan Ir. H. Armeyn Syam, MT
Institut Teknologi Padang
jenis ini dengan memanfaatkan seluruh kekuatan bajanya akan mengalami retakan-retakan
yang cukup besar pada daerah tarikan, sehingga
mengungkinkan
masuknya
pengaruh korrosif yang akan merusak
tulangnya. Disamping itu baja jenis ini sangat mudah terpengaruh korrsi tegangan. Disebabkan hal ini tegangan yang dapat dimanfaatkan pada baja keras sangat terbatas pada beton tulang. Dalam konstruksi beton tulang biasanya 30-70 % dari penampang betonnya tidak efektif, yaitu bagian penampang yang tertarik. Dari segi ekonomis hal ini tidak menguntungkan, dari segi konstruksi bagian ini. Dari pertimbangan-pertimbangan
diatas keluar
ide
beton
pratekan. -
Sebelum diberi beban lentur penampang beton terlebih dahulu ditekan sampaitegangan tertentu (gbr.1.2)
τ1 -
P
τ 0 + τ1 -
M d
_
τ2
b P A
τ0 +τ2 M b
P+M c
Akibat bekerjanya lentur sebagain penampang akan tertekan dan sebagain lagi akan tertarik . Dengan menetapkan besarnya tegangan awal (akibat pratekan) menurut besarnya momen yang akan bekerja, kombinasi P dan N pada tekanan ekstrim max tekan ( τ 0 + τ 1 ) . Tidak melewati batan
tegangan
tekan tertentu
dan pada tempat
minimum tekan ( τ 0 + 2 ) tidak melampuai batas tarik tertentu. Sistem
3 Struktur Beton Pratekan Ir. H. Armeyn Syam, MT
Institut Teknologi Padang
pembesian pra-tekan yang umum adalah dengan meregangkan tulangan baja (kabel, tendon) yang berjalan didalam penampang beton menurut panjang balok/kolom beton Kedua ujung
kabel ini diangkerka pada
kedua ujung balok . Akibat tertarik balok dan tertahan oleh angket pada kedua ujungnya penampang beton menjadi tertekan (lihat gambar 1.3). Baji Sheath
Anker
Kabel
Anker
Contoh sistem pemberian pratekan (sistem post tensioan) gambar 1.3 Beton pratekan masih memakai tulang biasa, yang berfungsi sebagai pengaman, perata tegangan pada perangkeran, untuk melawan geser, makin susut akibat membantu
tempratur
perlawanan
dan kadang-kadang dipakai
tarik didaerah
tarikan penampang
untuk untuk
perencanaan beton pratekan dengan stadium retak.
1.2. 1.3
Istilah-istilah dalam beton pratekan Pratekan luar. Ujung-ujung balok beton ditekan ditekan dari luar, baik
dengan dongkrak , memakai bahan pemuai beton dalam adukan beron dan pada ujung balok ditahan sehingga tidak dapat memuai atau dengan caracara lain. Cara ini jarang digunakan. Balok Beton
4 Struktur Beton Pratekan Ir. H. Armeyn Syam, MT
Institut Teknologi Padang
1.4
Sistem praktekan dalam Gaya pratakan ditimbulkan dari dalam, cara inilah yang umum dipakai, terbagi atas dua jenis, post-tension dan pretension.
1.5
Pratensioan Kabel duregang (ditarik) didalam cetakan beton dan ditahan pada kedua ujungnya. Sesudah beton dicor dan mengeras ujung-ujung kabel dipotong. Akibatnya kabel berusaha memendek kembali, tetapi ditahan oleh beton yang sudah membungkusnya
sehingga
beton menjadi
tertekan. a. Kabel dalam keadaan tertarik
b. Beton dicor dan dibiarkan mengeras
c. Ujung-ujung kabel diputus
1.6
Post tensioned Balok beton docor, dengan kabel yang berada didalam sheatt (selubung kabel) dalam keadaan belum diregang berjalan sepanjang balok beton. Sudah beton mengeras ujung kabel ditarik kemudian kedua ujung kabel diangker pada ujung balok. (Lihat gambar 1.3)
1.7
Bonded Kabel berikatan langsung dengan beton dalam keadaan terjepit / tidak bebas
5 Struktur Beton Pratekan Ir. H. Armeyn Syam, MT
Institut Teknologi Padang
1.8
Unbonded Kabel tidak melekat pada beton, umunya pada sistem post tension dimana kabel berada dalam sheath dan bebas bergerak didalamnya
1.9
Angker Untuk menahan ujung-ujung kabel apada ujung-ujung balok,. Dikenal dengan merek-merek paten seperti Freyssinet, Roebling, BBRV dll.
1.10
Sheath Pelubang kabel-kabel duvt pada sistem Post tension untuk mendapat lubang tempat berjalannya kebel didalam beton . Secara kesatuan sheath dengan kabel disebut tendon
1.11
Coupler (Alat penyambung) Panjang baja
pratekan yang berbentuk batangan
terbats,
untuk
mendapatkan panjang yang melebihi panjang normalisasinya harus disambung dengan coupler, juga didapat pada merk-merk paten 1.12
GROUT Bahan injeksi (martel) yangh diinjeksikan kedalam sheath sesudah kebel ditarik untuk mendapatkan bount yang baik.
2. Bahan-bahan 2.1.
Baja Pra-tekan Baja yang dipakai adalah baja keras (high tensile) berbentuk kawat (wires), kabel dan batangan
(bars). Diolah dengan kandungan karbon
yang tinggi dengan proses dapur terbukti atau dapur listrik yang dibentuk penarikan dingin. Dipanaskan 900-1000ºc dan didinginkan dalam cairan timah
hitam atau garam pada tempratur 550ºc. Setelah dikeluarkan,
didinginkan dan ditarikan sampai mencapai diameter yang diinginkan, dengan penarikkan ini kekuatan tariknya makin tinggi. 1).
Kawat ¯ 2 sampai 10 mm kekuatan putus sampai 175 kg/mm2
6 Struktur Beton Pratekan Ir. H. Armeyn Syam, MT
Institut Teknologi Padang
Didapat
dalam bentuk gulungan
berat antara 60-100 kg dengan
diameter gulungan 60-200 cm, kawat tunggal ¯ 2 dan 3 mm jarang dipakai 2).
Kabel Beberapa kawat dipilin menjadi satu, umunya terdiri dari 3, 7, 19 dan 37 batang batang kawat. Untuk kabel 7 kawat terdiri dari 1 kawat inti dikelilingi oleh kawat lain, untuk 19 kawat kabel 7 kawat dikelilingi 12 kawat lainnya, begitu juga untuk mendapat kabel 37 kawat untuk tension Penampang kawat mungkin bulat, oval atau persegi yang dipuntir untuk mendapat perlekatan yang baik.
3).
Batang (bar) ¯ 10-32mm, biasanya baja alloy tarik dingin tegangan tinggi diolah dengan penggilingan dingin atau panas, ditarik dingin sampai 90% batas spesifik. Kekuatan patah 100 kg/mm2. Panjang normal max 25 meter. Penyimpangan dari diameter pengenal antara 2% s/d lebih 10%, tampang bulat, persegi, oval atau dipropilkan
4).
Diagram regangan tegangan dan idealisasi untuk pemakaian
τp τy
εp εy Penyelidikan + 3%
εy
εp
Idialisasi + 3%
7 Struktur Beton Pratekan Ir. H. Armeyn Syam, MT
Institut Teknologi Padang
Tegangan
:Notasi
2
Kg/mm
:
:
Kawat
: Kabel
: Batang
¯5
:¯7
:Umum
Umum
1.
Teg. Putus
:
;175
: 160
: 175
: 100
: εp=3,5%:
2.
Teg Leleh
:
:0,8
: 0,8
: 0,85
: 0,90
: + 5%
3.
Teg. Initial
:
:1,7
: 1,7
: 0,70
: 0,70
4.
Teg. akhir
:
:0,55
: 0,55
: 0,55
; 0,55
:
kreep .1
Kelemahan
Baja pratekan lebih terpengaruh oleh koorosi dibanding tulangan biasa, disebabkan juga kandungan kimianya juga dipengaruhi oleh koorosi tegangan yang berbentuk serpih.
3.
Beton Beton bermutu tinggi, nilai krep dan susut kecil, supaya
sampai pada
batas tegangan tertentu sifat beton masih dapat dianggap leastis linier, yang perlu diperhatikan dalam pengolahannya ialah grasi bahan pengisi, water cement factor, sifat kedap air dan jumalh semen untuk adukan. Mutu beton diatas K 275 W.C.F MAX 0,45 (Perbandingan berat) Slump 5-10 cm Pemakaian semen yang berlebihan memberikan pengaruh buruk pada kreep dan susut. Penyimpangan (deviasi)
dari mutu beton harus sekecil mungkin untuk
mendapatkan beton yang homogen 3.7.1
Modulus elastisitas beton Sampai kini belum ada keseragaman dan kesesuaian pendapat tentang modulus elastisitas beton, karena sifatnya yang elasto plastis
8 Struktur Beton Pratekan Ir. H. Armeyn Syam, MT
Institut Teknologi Padang
Tetapi ada kesamaan pendapat bahwa apabila tegangan yang dikerjakan pada beton yang bermutu tinggi hanya sampai 50% tegangan hanculnya beton masih dapat dianggap elastis linier, pengaruh creen belum begitu besar. Harga modulus elastis beton masih merupakan rumus-rumus empiris yang didapat dari hasil-hasil percobaan ahli-ahli. Disini
diberikan beberapa
rumus
empiris
yang sudah disesuaikan
dengan kondisi mutu beton yang berlaku di Indonesia menurut P.B.I 1971, yaitu dengan kubus percobaan 15 x 15 x 15 CEB (Comite European du Beton)
E = 19.200 τ 1bk kg / cm 2 RBV 1967 - Belanda E b = ( 200 + 0,275 τ 1bk )10 3 kg / cm 2
A.C.I 1963 (American Concrete Intitute - USA).
Eb = 14500 τ 1 BK Hognestad E b = 126600 + 382τ 1bk Jensen
Eb = 4,2.10 5
τ 1bk τ 1bk + 170
Graph 1000000τ 1bk Eb = 1,7 τ 1bk + 380 Roche 5500000τ 1bk Eb = 1 τ bk + 197 Walker
Eb = 19500 τ 1bk
9 Struktur Beton Pratekan Ir. H. Armeyn Syam, MT
Institut Teknologi Padang
Eb
x10 5 kg / cm 2
K275
K325
K375
K425
K475
RBV 1967
2,76
2,89
3.03
3,17
3,30
ACI 1963
2,41
2,61
2.81
3,00
3,16
Hognestad
2,32
2,51
2.69
2,89
3,08
Jansen
2,60
3,70
2.89
3,00
3,09
Craph
3,25
3,48
3.69
3,85
4,00
Ronche
3,21
3,42
3.60
3,75
3,89
Walker
3,23
3,52
3.27
4,03
4,25
CEB
3,19
3,46
3.72
3,69
4,18
Diagram regangan beton
τ 1s = 0,83τ b k 1
τ
τ
ε
τ 1y = 0,85
0,00015
Penyelidikan 3‰
τ 1s − 0,71τ b k 1
εy →ε
Idilisasi 3‰
1. Sifat Beron Pratekan Dibawah Lentur Murni .1
Hubungan Regangan Tegangan Untuk
pemudahan
dalam perhitungan
dan perencanaan, diadakan
penyederhanaan dalam hubungan tegangan-tegangan untuk beton dan baja.
10 Struktur Beton Pratekan Ir. H. Armeyn Syam, MT
Institut Teknologi Padang
Beton Regangan putus tarik ε t = 0,00015 1 Regangan hancur tekan ε p = 0,003 1 Modulus elastisitas Eb = 01500 τ bk
Batas tegangan elastis = 0,71 τ
1
bk
Baja Regangan putus tarik/tekan ε p = 0,03 6 2 Modulus Elastisitas E a = 2,1.10 kg / cm Tegangan lelah τ y = 0,85τ p
0,85τ p
1 0,71τ bk
τ
τ ε ay
ε
εt ε ap
ε 1by
ε
ε 1bp
a. b
Keterangan gambar 1: Gambar a diagram regangan-tegangan ideal untuk baja Gambar b diagram tegangan idial untuk beton
11 Struktur Beton Pratekan Ir. H. Armeyn Syam, MT
Institut Teknologi Padang
.2
Kelengkungan (Kurvatur) Yang
dimaksud
dengan kelengkungan adalah
sudut
lenturan
sesaat/setempat dari penampang pada saat/pembebanan tertentu.
ε2 y M P
As
Gambar 2. Hubungan garis netral-regangan dan kurvatur panampang kurvatur (kelengkungan)
β=
ε2 y
y
= Jarak garis netral dari tepi atas penampang
ε2
= Regangan pada tepi atas penampang
Satuan kelengkungan cm-1
.3
Stadium-Stadium pembebanan, dibawah lentur murni 1. Hanya gaya pratekan yang bekerja 2.
Lentur sedemikian sehingga regangan penampang pada level pratekan = 0
3. Tegangan tarik beton berada pada batas tegangan tarik utuh, akhir stadium utuh 4. Permulaan stadium retak 5. Tegangan
tekan
beton mencapai batas
leleh
(yield), permulaan
stadium plastis 6. Baja mulai meleleh (yielding) 7. Sesaat sebelum runtuh (ultimate)
12 Struktur Beton Pratekan Ir. H. Armeyn Syam, MT
Institut Teknologi Padang
.1
Regangan-regangan Baja Pratekan Tiap perobahan yang dialami penampang akibat berubahnya lentur
diikuti
olehperubahan
regangan-regangan
gaya
dalam penampang,
dengan demikian kurvatur juga berubah. Perubahan regangan-regangan ini juga dialami oleh baja pratekan pada penampang yang sekaligus merubah besarnya gaya pratekan yang bekerja. Tergantung hubungan lekat antara beton dan baja pratekan (bonded atau
unbonded), perubahan
regangan
pada
baja
pratekan
adalah
sebanding dengan perobahan regangan yang dialami beton pada level yang sama didalam penampang. Koefisien pembanding ini disebut koefisien
kompability,
yang
harganya tergantung
pada
derajat
perlekatan (bong) antara beton dengan baja pratekan. Untuk sistem bonded yang sempurna harga koefisein kompability (F) =1, untuk sistem unbonded harga F ? 1. Pada sistem bonded sempurna
sehingga
regangan
yang dialami
baja
pratekan
adalah
sempurna, sehingga regangan yang dialami baja pratekan adalah sama dengan
regangan
beton
pada level pada baja
pratekan,
untuk
tempat/tampang yang ditinjau. Tetapi pada sistem unbonded perubahan regangan
yang dialami
beton diikuti oleh perubahan panjang pada
keseluruhan panjang baja (redistribusi regangan). Hal ini terjadi karena baja pratekan tidak melekat pada beton, sehingga perubahan setempat dari penampang yang mengakibatkan berubahan dalam baja akan diderita oleh seluruh panjang baja.
M
M +
M2
ε2
Gambar 3. Perubahan-perubahan regangan dalam penampang
13 Struktur Beton Pratekan Ir. H. Armeyn Syam, MT
Institut Teknologi Padang
ε as0 =
P0 As .Ea
∆ε as = F .ε ab
ε as = ε as0 + ∆ε as ε as0 = Regangan baja pratekan pada saat regangan beton pada level pratekan = 0 P0 = gaya pratekan pada saat regangan beton pada level pratekan = 0 As = Luas penampang baja pratekan ∆ε as = Pertambahan/perubahan panjang baja pratekan
ε ab = Regangan akhir beton pada level baja pratekan ε as = Regangan akhir baja pratekan
Misalkan pada sebuah balok beton pratekan, unbonded, terletak atas dua perletakan statis tertentu, dibebani muatan, kelengkungan ditengah bentang
jauh lebih besar
dari pada
kelengkungan pinggir bentang,
regangan beton ditengah batang besar dibanding regangan ditepi bentang, tetapi karena kebebasan gerak baja pratekan maka perubahan panjang yang dialami baja akan sama untuk seluruh panjangnya. Dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk tengah batang harga F<1 (regangan yang dialami baja lebih kecil dari pada regangan yang dialami beton), tetapi dipinggir batang F >1 F<1 (regangan yang dialami baja lebih besar dari pada regangan yang dialami beton). Untuk sistem bonded sempurna regangan yang dialami beton dan baja pratekan ditempat yang sama adalah sama karena baja melekat dengan beton, sehingga pergerakannya harus mengikuti pergerakan beton.
14 Struktur Beton Pratekan Ir. H. Armeyn Syam, MT
Institut Teknologi Padang
a. b.
I2
I1
I3
L’
L’
L’
I1
I2
I3
Gambar. 4 Kurvatur dan regangan baja pratekan a = bonded b = unbonded
Keterangan a; 3
segment
Keterangan b; dari
balok
beton
3
segment
dari
balok
pratekan bonded, panjang maisng-
pratekan
masing sama
sebelum dilentur,
dilentur panjang beton pada level
sesudah dilentur panjang masing-
pratekan adalah I1, I2, I3, panjang
masing pada
baja
level pratekan
adalah I1, I2, I3, baik untuk beton
unbonded,
beton
pada masing
setelah
segmen
menjadi I’
maupaun untuk baja pratekan .
.1
Contoh Pentuan regangan-regangan kelengkungan Balok beton pratekan sistem bonded, tampang 20 x 40, luas baja pratekan 2,5 cm2 diregang dengan gaya pratekan awal 20 ton, baja QP 170, beton K325. Pa = 20000 kg Eb = 2,66. 105
ε asa = 3,81.10 −3 τ by = 229 kg τ ay
cm 2 = 14500 kg 2 cm
15 Struktur Beton Pratekan Ir. H. Armeyn Syam, MT
Institut Teknologi Padang
30 As= 2,5 cm2
Pa
10
20
i.
Pada saat momen = 0
τ =−
Pa 6 Pa .e + Ab b.d 2
τ = −25 + 37,5 τ 1 = +12,5 kg
cm 2
τ 2 = −62,5 kg
cm 2 y 1 = 33,33 cm
ε 1 = +4,4.10 −5 ε 2 = −2,35.10 −4 ε as = ε bs = −1,645.10 − 4 β = −7,06.10 −6 cm −1
ε1
T
ε ba
y
τ1
Pa
16 Struktur Beton Pratekan Ir. H. Armeyn Syam, MT
Institut Teknologi Padang
Regangan pada level pratekan = 0
ii.
τ1
ε1
D
Y
P0
ε2
M
T
ε bs0 = 0 ε as0 = 39.745.10 −4 Po = 20900 kg 20900 620900.10 6.M + + 800 32000 32000 −4 τ = −26,2 + 39,3 + 1,875.10 M
τ =−
τ 1 = +13,1 − 1,875.10 − 4 M τ 2 = −55,5 + 1,875.10 − 4 M y − 30 cm
ε1
τ1 ε2 = τ2 = 3
166,5 − 5,625.1,875.10 − 4 M = 13,1 − 1,875.10 − 4 M M = 408000 kgcm
ε 1 = −2,4.10 − 4 ε 2 = +8.10 −5 β = +8.10 −6 / cm
17 Struktur Beton Pratekan Ir. H. Armeyn Syam, MT
Institut Teknologi Padang
iii.
Akhir stadium utuh 92
ε1 =
1,5 y 10 − 4 40 − y
25870 Y
M
εa =
30 − y 1,5.10 − 4 40 − y
21036 T 4835
ε 2 = 1,5.10
P = 20900 + 787,5.
39,9
−4
30 − y 40 − y
y2 40 − y T = 399(40 − y ) D = 399
20900 + 787,5.
30 − y y2 + (40 − y ) = 399 40 − y 40 − y
y − 27,9 cm M = 564000 kgcm
ε 1 = −3,46.10 −4 β = +12,4.10 − 4 / cm iv.
Stadium retak
τ1
ε1
D Y
-4
1,5.10
Y1
T
M 39,9
ε ba ε2 18 Struktur Beton Pratekan Ir. H. Armeyn Syam, MT
Institut Teknologi Padang
30 − y ε2 P = 20900 +5,25.106 40 − y y2 ε2 40 − y 40 − y T = 598,5.10 − 4 D = 2,66.10 6
ε2
Persamaan umum : P+T-D=0 Setelah diselesaikan didapat :
ε 2 10 −4
P
τ
ε 110 −4
M
y1
β
y 2
21184
3,48
263
102
549330
10,3
1,46.10-5
3
21548
4,06
23,0
108
551560
8,5
1,76.10-5
4
21894
4,42
21,0
117,5
554250
7,13
2,1.10-5
5
22242
4,76
19,5
126,5
564700
6,17
2,46.10-
6
22592
5,11
18,4
136
574700
5,44,
52,77.10-5
7
22950
5,39
17,4
143,5
585200
85
3,1.10-5
8
23300
5,70
16,65
151,5
594250
4,38
3,42.10-5
9
23660
5,98
15,95
159
605400
4,02
3,75.10-5
10
24020
6,23
15,35
165,5
617350
3,70
4,06.10-5
11
24375
6,48
14,48
172,5
627700
3,43
4,37.10-5
12
24735
6,75
14,40
179,5
638550
3,20
4,69.10-5
13
25100
7,00
14,00
186
649950
3,00
4,99.10-5
14
25455
7,31
13,70
194,5
660900
2,82
5,25.10-5
19 Struktur Beton Pratekan Ir. H. Armeyn Syam, MT
Institut Teknologi Padang
Beton
i.
atau baja mencapai batas elastis, kemungkinan baja
terlegih dahulu yield dan mungkin pula beton a.
v.a Beton terlebih dahulu memasuki stadium plastis b.
Catatan kalau ternyata baja terlebih dahulu yield, prosedur
harus dibalikkan. 299
8,6.10-4 c.
2290y
d.
y
1,5.10-4
399
69,5y
0,174y
30 − y 20900 + 4530 y
ε ba ε2
v.b Baja mulai meleleh
ε1
D1
y1
8,6.10-4
y2 y3 -4
1,5.10
y
229
D2 T
39,9 P
ε
2
P
= 36200 kg
D1
= 4580 y1
D2
= 2290 y2
T
= 399y1
20 Struktur Beton Pratekan Ir. H. Armeyn Syam, MT
Institut Teknologi Padang
1,5 y1 = 30 − y1 − y 2 29,35 y2 y
1
=
8,6 1,5
Y2 = 5,75 y 1 39,35 y 1 = 45 − 1,5 y1 − 8,6 y1 y1 = 1,185 − 0,0395 y1 y 2 = 6,83 − 0,227 y1 36200 + 399(1,185 − 0,227 y1 ) = 4580 y + 15600 − 521 y1 y1 = 5,17 cm y 2 = 5,66 cm y1 = 0,98 cm y = 10,83 cm
ε 1 = 1,66.10 −3 M = 934880 kgcm
β = 1,53.10 − 4 / cm i.
Sesaat seblum runtuh (ultimate)
3.10 −3
3280y Y
-4
8,6.10
0,5y 1,5.10-4
229
683y 19,9y 39,9 36200
ε ba 〈3% ε2 P
= 36200 kg
36200+195y = 3280=683y y
= 9,2 cm
Mu
= 937000 kgcm
21 Struktur Beton Pratekan Ir. H. Armeyn Syam, MT
Institut Teknologi Padang
β u = 3,26.10 −4 / cm Menghubungkan M- β
No 1
Pratekan
2
ε ba =0
3 4
ε
Keadaan
+ 4,8.10-5
Batas utuh Retak
ε
1
y
2
-2,35.10-4 -4
-5
(33,33)
β
M
-7,06.10-6 -6
000
-
2,4.10
+8.10
30
+8,0.10
408000
-
3,46.10-4
+1,5.10-4
27,9
+1,24.10-5
564000
-
-4
3,84.10
-4
+2.10
26,3
+4,6.10
549300
-
4,06.10-4
+3.10-4
23,0
+1,76.10-6
551600
-
-4
4,42.10
-4
+4.10
21,0
+2,1.10
-
4,76.10-4
+5.10-4
19,5
+2,46.10-6
564700
-
-4
6,23.10
+10.10
15,35
-6
+4,37.10
617300
-
7,31.10-4
+14.10-4
13,7
+5,25.10-6
660900
-
8,6.10-4
+19,1.10-4
12,35
+7,0.10-6
695800
-4
-6
-6
554200
5 5.a 5.b 6
Beton yield
-
Baja yield
-
Ultimate
-4
16,6.10
-4
30,0.10
-4
+44,7.10
-4
+100.10
10,83 9,2
-6
934900
-6
937000
+15,3.10 +32,6.10
Mu Mu
M
Utuh
Retak
β kr
βr
Plastis βp βu
Dari diagram diatas terlihat bahwa stadium pembebanan dapat dibagi atas 3 stadium utama; 1. Stadium utuh 2. Stadium retak 3. Stadium plastis
22 Struktur Beton Pratekan Ir. H. Armeyn Syam, MT
Institut Teknologi Padang
Peninjauan diatas dilakukan pada balok beton pratekan dengan sistem bonded. Untuk sistem unbonded. Perhitungan tidak begitu sederhan. Misalkan momen penampang titik tertentu akibat gaya pratekan dan momen luar =M
ε ba =
M (h − y ) E .I
Pertumbuhan panjang balok pada level pratekan : ∆ ba = ∫ ε ba dx = ∫
M (h − y ) dx E .I
h = Jarak titik tekan gaya pratekan dari tepi atas penampang I = Momen inertia idial/effektif dari penampang Pertambahan panjang baja pratekan untuk sepanjang balok adalah sama dengan pertambahan panjang beton pada level pratekan, dimana pertambahan itu terbagi rata-rata pada seluruh panjang baja pratekan. Selama penampang berada pada stadium utuh. Harga I adalah konstant, tetapi y tergantung pada M dan ada hubungan dengan gaya pratekan yang bekerja, sehingga penyelesaian persamaan ini tidak lagi mudah/sederhana. Apalagi aklau sudah memasuki stadium retak atau plastis, sehingga persamaan diatas tidak dapat lagi diselesaikan. Namun dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam sistem unbonded gaya pratekan yang terjadi (pertambahan akibat lentur) adalah lebih kecil dari pada dalam sistem bonded, juga beban bats ( beban ultimate) dalam sistem bonded lebih besar dari pada sistem unbonded. Pada stadium retak kenaikan tegangan dalam baja pratekan adalah secara umum lebih cepat pada sistem
unbended
tetapi
pada tempat tempat momen
maximum kejadian ini terjadi sebaliknya. Umumnya
untuk mengtasi kelemahan sistem
dilakukan dengan mmberikan penulangan
unbonded
ini
biasa padabagian tarik
dari penampang beton pratekan.
23 Struktur Beton Pratekan Ir. H. Armeyn Syam, MT
Institut Teknologi Padang
.1
Lentur Dalam Balok Pratekan Pratekan
Sudut lentur
Qx = ∫ β x dx
……………………………………. 3.6.1
Lenturan
Wx = ∫∫ β x dx 2
……………………………………. 3.6.2
Dari persamaan diatas terlihat bahwa sudut lentur danlenturan adalah fungsi dari kelengkungan. Dari digram M- β
hubungan M dan β merupakan garis lurus
selama masih berada dalam stadium utuh, begitu memasuki stadium retak daya pikul lentur akibat redistribusi gaya-gaya dalam, kelengkungan naik dengan cepat. Pada kejadian sebenarnya, beban tidak mungkin diturunkan pada saat memasuki stadium retak. Pada penambahan beban selanjutnya hubungan M- β akan membentuk
garis lengkung
dengan titik-titik
diskontinue pada saat beton dan baja mulai memasuki stadium plastis. Akhir hubungan M- β adalah keadaan runtuh (collaps-ultimate). Dari persamaan 3.6.1 dan 3.6.2 jelas terlihat bahwa apabila kelengkungan balok dianggap sebagai muatan balok, maka gaya lintang dan momen yang dibuat oleh kelengkungan sebagai muatan pada tiap tampang adalah merupakan sudut lentur adan lenturan yang dialami balom pada tampang itu. Untuk memudahkan penentuan lenturan balok
dalam stadium
sudut
lentur
dan besarnya
dan plastitis diagram
M- β
disederhanakan lagi : I.
Pada saat pembebanan lentur kritis (Mkr) diagram mengikuti garis lurus sampai dicapai daya pikul lentur yang sama dengan (Mkr), kelengkungan ini adalah β R
II. Mulai β R sampai dicapai β y diagram mengikuti garis harus dengan momen sebesar Mkr dan Mu. III. Antara β y sampai β u diagram kembali membentuk garis lurus baru dengan momen sebesar My dan Mu. 24 Struktur Beton Pratekan Ir. H. Armeyn Syam, MT
Institut Teknologi Padang
M
u
M
p
M
kr
Fase 1
βo
Fase 2
β kr
Fase 3
β βR
Fase 4
βp
Diagram M- β yang disederhanakan Dari diagram yang baru ini pembebanan dapat dibagi atas 4 fase: Fase 1: Fase utuh Fase 2: Sesaat mulai retak sampai tercapai keseimbangan kembali gaya-gaya dalam Fase 3: Fase selanjutnya dari fase retak sampai tercapai permukaan plastis Fase 4: Fase plaastis sampai ultimate 3.7.1
Persamaan 3.6.1 dengan
3.6.2 merupakan persamaan integral,
untuk
kejadian pembebanan sederhana tidak merupakan persoalan, tetapi pada umumnya penyelesaian cara integral tidak dapat dipakai. Cara yang sederhana dengan methode Newmark Kelengkungan yang dijadikan beban biasanya berbentuk beban terbagi, trapesium, terbagi rata, segi tiga ataupun para bola. Beban ini direbahkan menjadi beban-beban terpusat yang dikerjakan pada titik tertentu pada balok. Selanjutnya yang dihadapi/diselesaikan ada beban-beban terpusat ini.
25 Struktur Beton Pratekan Ir. H. Armeyn Syam, MT
Institut Teknologi Padang
3.7.1.1 Beban trapesium/segi tiga
a e 1
b
c
d
2
3
4
5 d d
d
d
d
d
Segment 1-2 P12 =
d ( 2a = b) 6
P0
P1
P2
P3
P4
P5
P6
Segmen 1-2-3 P21 =
3.7.1.2
d ( a + 4b + c ) 6
Parabala
a
b
1
c
2 P21
P12 d
3 P23
P32
d
26 Struktur Beton Pratekan Ir. H. Armeyn Syam, MT
Institut Teknologi Padang
d (7 a + 6b − c) 24 d P 21 = (3a + 10b − c) 24 d P2 = (a + 10b + c) 12 P12 =
3.7.2
Contoh Sebagai contoh diambil penampang yang lalu, bentang 8 meter, beban terbgi rata tetap 0,1t/m1, beban terpusat ditengah atas 2 perletakan. Tinjau lenturan ditengah balok. Kabel lurus. Diagram M- β
Mu = 9,37 tm Mp = 6,958 tm Mkr M
β0
β
β kr
βR
βP
β 0 = −7,06.10 −6 β kr = +12,4.10 −6 β R = +24,0.10 −6 β p = +70,0.10 −6 β u = +326,0.10 −6
27 Struktur Beton Pratekan Ir. H. Armeyn Syam, MT
Institut Teknologi Padang
1. Beban P = 0 Mmax = 8000 kgcm Dalam stadium utuh
x
M
Mx M
β
_β 0
βx
β x = (3,45M x − 7,06).10 −6 cm −1 β x = (1,38 x − 0,1725 x 2 − 7,06).10 −6 cm −1 Mx = Dalam tan meter Persamaan masih sederhana, dengan integrasi didapt lenturan W = -0,376 cm (naik)
2.
P 〉0 M max 〈 M kr 2,42t 〉 P〉 0 ton M x = 0,4 x − 0,05 x 2 + 1 Px 2 2 β x = (1,38 x − 0,1725 x + 1,725 Px − 7,06).10 −6 cm −1
28 Struktur Beton Pratekan Ir. H. Armeyn Syam, MT
Institut Teknologi Padang
P
Mkr Mt
β kr β0
βx
Mx
Mt
βx
βt
βt
β0
Sesaat sebelum retak P = 2,42 ton
Pkr
β0 −6 - β 0 = − 7 ,06 .10
β q = − 7 ,06 .10 −6
+
+
β P = +16,7.10 −6
Dapat dianggap =
29 Struktur Beton Pratekan Ir. H. Armeyn Syam, MT
Institut Teknologi Padang
1 β 0 .800 2 = −0,56 cm 8 5 yq = β q .800 2 = +0,0184 48 1 y p = β p 800 2 = +0,89 cm 12 y = +0,514 cm y0 =
3. Pada saat ini ditempat momen maksimum β melonjak dengan tiba-tiba, untuk bagian yang mulai retak itu kelengkungan adalah sebesar β R , tetapi pad bagian yang masih utuh kelengkungan masih sebesar β kr . Misalkan lebar retak yang terjadi adalah sebesar 1 cm.
Mkr Mkr
β kr
βR
βR
Kurvatur sepanjang balok
β kr
Dapat dianggap =
sama dengan
sesaat sebelum retak ditambah beban terpusat sebesar
β R − β kr
β kr
Pada saat sebelum retak
+
y1 = +0,514 cm akibat kelengkungan terpusat:
β R − β kr
y 2 = 1 .11,6.10 − 6.800 = 0,002cm 4 y = +0,516 cm
30 Struktur Beton Pratekan Ir. H. Armeyn Syam, MT
Institut Teknologi Padang
1. Dalam stadium retak 3,079 ton 〉P〉 2,42 ton Mt Mt
Mkr
Mkr
Bkr
Br
Bt
BR Bt Bkr
Kelengkungan sebagai
beban
sudah
tidak sederhana
lagi,
selanjutnya diselesaikan dengan metode Newmark. Perlu diingat bahwa segment-segment pemotongan beban untuk menjadikan beban-beban terpusat tidak mesti sama panjangnya, tetapi khusus untuk beban parabolis perlu diambil ordinat beban ditengah segment. Sesaat sebelum elastis P = 3,079 ton Mx = 1,*9395x – 0,05x2
M X = M kr = 5,64tm x = 3,2 m Balok ini dibagi atas 10 segment
1
P0
2
9
P1
P2
P3
P4
10
P5
31 Struktur Beton Pratekan Ir. H. Armeyn Syam, MT
Institut Teknologi Padang
x
M
β
0,8 m
1,52 tm
-1,83.10-6/cm
1,6 m
2,98 tm
+3,24.10-6/cm
2,4 m
4,37 tm
+8,02.10-6/cm
3,2 m
6,44 tm
+12,4.10-6/cm
3,6 m
6,33 tm
+24,0.10-6/cm
4,0 m
6,96 tm
+48,2.10-6/cm +70,0.10-6/cm
P0 = −19,08.10 −5 P1 = −14,68.10 −5 P2 = +25,75.10 −5 P3 = +63,9.10 −5 P4 = +108,42.10 −5 P5 = +251,73.10 −5 R = P0 + P1 + P2 + P3 + P4 + 1 P5 2 −5 R = 290,18.10
Y = 400( R − P0 ) + 320 P1 + 240P2 + 160 P3 + 80 P4 Y = +1,035 cm 1. Fase plastise 4,285 t P 3,079t
32 Struktur Beton Pratekan Ir. H. Armeyn Syam, MT
Institut Teknologi Padang
Dalam keadaan Ultimase sesaat sebelum runtuh Pu = 4,285 ton Mx = 2,5415x – 0,05x2 M kr = 5,64tm M p = 6,958tm x kr = 2,325m x = 2,925m x
M
β
1,1625m
2,8925tm
2,94.10-6
2,325m
5,64 tm
12,4.10-6 24,0.10-6
2,625m
6,3325
48,1.10-6
2,925m
6,958
70.10-6
3,4625m
8,581
242.10-6
4,00m
9,37
326.10-6
33 Struktur Beton Pratekan Ir. H. Armeyn Syam, MT
Institut Teknologi Padang
βu
βp
βR β kr
β0 P0
P1
P2
P3
R
P0 = −45.10 −5 P1 = +203.10 −5 P2 = +912.10 −5 P3 = +3655.10 −5
R = 2899.10 −5 y = 10,454 cm Keruntuhan terjadi pada saat lenturan =10,454 cm
3.7 Penampang pratekan dengan kombinasi tulangan biasa
1. Akibat gaya pratekan saja
ε1
1
1
A
a
ε a1
Ta Tb
d as As
a
b
Pa
Pa
y
ε ba
ε1
Db Da
34 Struktur Beton Pratekan Ir. H. Armeyn Syam, MT
Institut Teknologi Padang
Ta = A1.Ea .ε a1 Da = 1 y.b.ε 2 .Eb 2 Db = A.Ea .ε a
Stadium utuh
Tbu = 1 (d − y ).b.Eb .ε1 2 Stadium retak 0,00015 .(d − y ).b.Eb .0,00015 T br = 1 2. ε 2
d−y ε1 = ε2 y d − y − a1 ε2 y y − as ε ba = ε2 y y−a εa = ε2 y
ε a1 =
Keseimbangan gaya : Pa = da+db-Ta-Tb Keseimbangan momen : Stadium utuh : P a ( y − as ) = Da ( y − a ) +
2 2 y.Db + Ta ( d − y − a1 ) + Tb . (d − y ) 3 3
Stadium retak : P a ( y − as ) = Da ( y − a ) +
2 2 0,00015 Db y. + Ta (d − y − a1 ) + Tb . (d − y ) 3 3 ε1
Kelengkungan :
β=
ε1 (d − y )
35 Struktur Beton Pratekan Ir. H. Armeyn Syam, MT
Institut Teknologi Padang
2. Pada saat peubahan sedemikian sehingga regangan pada level pratekan = 0
ε1
Da Db
ε a1 y
M
ε2
ε2
P0
Tb Ta
P0 = Pa + As.Ea.ε ba y = d − as
ε2 =
as ε1 y
y − a1 ε1 y a −a εa = a ε1 y
ε a1 =
Stadium utuh :
Db = 1 . y.b.Eb .ε 1 2 Da = A1 .E a .ε a1 Tbu = 1 .a s .b.Eb .ε 2 2 Ta = A.E a .ε 2
Keseimbangan : P0 = Db+Da1-Ta-Tb 2 2 M = Da ( y − a 1 ) + Db . y + Ta ( a s − a ) + Tb . a s 3 3
36 Struktur Beton Pratekan Ir. H. Armeyn Syam, MT
Institut Teknologi Padang
Stadium retak
0,00015 Tbr = 1 a s .b.Eb .0.00015 2 ε 2
2 2 0,00015 M = Da ( y − a 1 ) + Db . y + Ta (a s − a) + Tb . as 3 ε2 3 3. Pembebanan lebih lanjut dalam stadium retak Da
ε1
Db
ε a1
y y1
ε ba
Tb Ta
0,00015
P
εa
ε2
.1
M
P
Sesaat sebelum retak, beton pada level pratekan dalam keadaan tertekan.
y〉 d − a s
ε 2 = 0,00015
ε1
ε a1
Da Db
y M
ε ba
P Tb
0,00015
εa
Ta
37 Struktur Beton Pratekan Ir. H. Armeyn Syam, MT
Institut Teknologi Padang
ε1 =
y 0,00015 d−y
ε a1 =
y − a1 0,00015 d−y
y −Y − a 0,00015 d−y d − as 1 εa = y
εa = ε ba
P = P 0 − As .E a .ε ba 2 2 M = Db . y + Da .( y − a 1 ) + Ta ( d − y − a ) + Tb . (d − y ) − P (a s + y + d ) 3 3
.2
Sesaat sebelum retak, beton pada level pratekan dalam keadaan tertarik.
y〉 d − a s
ε 2 = 0,00015
ε1
Da
ε
1 a
Db
y M
ε ba εa
P
Tb Ta
0,00015
2 2 M = Da .( y − a 1 ) + Db . y + Ta ( d − y − a ) + Tb ( d − y ) − P (d − y − a s ) 3 3
1. Stadium retak, belum ada bahan yang memasuki stadium plastis
ε 2 〉 0,00015 ε1
ε a1
Da Db
y M
ε ba 0,00015
εa
Tb
P
Ta
ε2 38 Struktur Beton Pratekan Ir. H. Armeyn Syam, MT
Institut Teknologi Padang
y 1 0,00015 = y ε1
ε ba =
d − y − as 0,00015 y1
P = P 0 + As .E a .ε ba 2 2 M = D a ( y − a 1 ) + Db . y + Ta ( d − y − a ) + Tb . y 1 − P ( d − y − a s ) 3 3
2. Stadium plastis Untuk stadium ini tyidak dibuat penjabarannya berhubung banyaknya kemungkinan-kemungkinan yang harus ditinjau : a. Beton tekan mulai plastis 1 ε 1 〉 4,9 τ bk .10 −5
b. Tulangan biasa belum yield, baik tulangan tekan baik tulangan tarik
ε a 〉1,05.10−5.U U nomor pengenal keteguhan baja tulangan U22 tegangan leleh 2200 kg/cm2 U24 tegangan leleh 2400 kg/cm2 Disamping itu juga baan mana yang terlebih dahulu plastis tidak dapat ditentukan tanpa mencoba-coba. 1. Ultimate
0,003
ε a1
y
Da Db1
y1
Db2 0,00015
ε ba
M
Tb P
39 Struktur Beton Pratekan Ir. H. Armeyn Syam, MT
Institut Teknologi Padang
ε 1 = 0,003 Anggap tulang biasa sudah meleleh, kabel pratekan mungkin sudah meleleh dan mungkin masih elastis.
y1 = 0,05 y Da = A 1 .τ au Ta = A.τ au 1 Tb = 0,025 y.b.0,71 τ bk 1 y 2 = 1,633 y τ bk
y2 = y − y2 1 Db 2 = 0,305 y 2 τ bk 1 Db1 = 0,71y1b τ bk
Tulang pratekan masih elastis P = P 0 + As .E a .ε ba
Tulang pratekan sudah meleleh Pu = 0,85 As .100QP = P
QP nomor pengenal baja pratekan QP175 tegangan putus 175 kg/cm2 Keseimbangan : P = Da + Db1 − Ta − Tb 2 7 M u = Da ( y − a 1 ) + Db1 ( y − 1 y1 ) + Db 2 y 2 + Ta (d − y − a ) + Tb y 2 3 30 − P(d − y − a s )
3.8 Dari hasil
penyelidikan
teoritis
terlihat
bahwa
hampir
tidak
ada
pengaruh pemberian tulangan biasa dalam penampang beton pratekan dalam
status
utuh, tetapi
dalam stadium
retak sampai
runtuh garis
40 Struktur Beton Pratekan Ir. H. Armeyn Syam, MT
Institut Teknologi Padang
lengkung yang dibuat diagram M- β lebih nyata pada tampang dengan kombinasi tulangan biasa dari pada tampang tulangan biasa.
3.9 Tampang-Tampang Istimewa ;I, T,
Pada umumnya tampang-tampang istimewa lebih banyak dipakai dalam konstruksi beton pratekan dari pada penampang persegi, karena lebih efesien. Prinsip penyelesaian adalah sama dengan penyelesaian tampang persegi, hanya lebih rumit dengan adanya bagian sayap (flens) dari penampang, tetapi dapat diatasi dengan adanya tabel dan grafiknya untuk sifat-sifat khusus dari tampang-tampang normal dari penampang istimewa itu. Selama berada dalam stadium utuh kesulitan biasa dikatakan tidak ada, tetapi dalam stadium retak terjadi perubahan sifat penampang karena tidak efektifnya bagian yang sudah retak dapat menimbulkan kesulitankesulitan yang baru.
Stadium utuh
3.9.1
(b1-b)t1
b1 t1 ya
Garis berat
M
e b
b.d
P
d
As yb
as
t2 b2 41
Struktur Beton Pratekan Ir. H. Armeyn Syam, MT
Institut Teknologi Padang
Ab = b.d + (b1 − b)t1 − (b2 − b)t 2
τ1 ε1
τ1
+
β ba ε2
+ M t2
1
τ2
Badan
τ1 =
P Pey a Ny a + − Ab I I
τ2 =
P Pey b Ny b + − Ab I I
e
= Eksentrisitas
t1
τ1
D
y
D1
1
gaya
T
τ2 τ2
P
pratekan
terhadap
garis
Sayap
T1 gaya luar
berat
berat
penampang y2
= Jarak garis berat ketepi atas penampang
yb
= Jarak garis berat ketepi bawah penampang
I
= Momen anaritis penampang
Gaya pratekan P = As .E a (ε asa − ε baa + ε ba )
ε asa
= Regangan awal baja pratekan akibatagaya pratekan saja
ε baa
=Regangan beton pada level pratekan akibat gaya pratekan saja
ε ba
= Regangan beton pada level pratekan disat pembebanan yang sedang ditinjau
42 Struktur Beton Pratekan Ir. H. Armeyn Syam, MT
Institut Teknologi Padang
τ1
ε1 =
Eb
ε2 = y=
β=
τ2 Eb
ε1
ε1 − ε 2 ε1
d
y
Syarat keseimbangan :
∑ D −∑ T = P Keseimbangan Momen:
∑M ∑D
d
= Jumlah gaya tekan dalam pada penampang
∑T ∑M 3.7.1
=M
= Jumlah gaya tarik dalam pada penampang d
= Jumlah momen dalam pada penampang
Stadium Retak Dalam stadium retak dijumpai kesulitan akibat menurunnya tinggi efektifitas penampang yang menyebabkan sifat penampang menjadi berubah, tetapi masih dapat dimudahkan dengan menganggap bagian tarik penampang seluruhnya tidak efektif; hala mana dapat diterima mengingat gaya tarik dalam beton sudah mengecil pada bagian badan penampang
dan abaikan sesaat
mulai
retak
sampai
tercapai
keseimbangan baru yaitu pada saat momen lentur yang dapat dipikul sama dengan momen pada sat sebelum retak.(Mkr)
43 Struktur Beton Pratekan Ir. H. Armeyn Syam, MT
Institut Teknologi Padang
BACAAN/ DAFTAR ACUAN :
1. Badan Standarisasi Nasional, (2002), SNI 03-2847-2002: Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, Badan Standardisasi Nasional. 2. Krishna Raju, N., (1986), Prestressed Concrete 2nd edition, Tata McGraw-Hill. 3. Lin, T.Y, and Burns, N.H., (1981), Design of Prestressed Concrete Structures, Wiley. 4. Nawy, E.G., (1996), Prestressed Concrete: A Fundamental Approach 2nd edition, Prentice Hall. 5. Arthur H.Nilson, “Design of Prestress Concrete”, 6. John Wiley and Sons, 1978
Ir. H. Armeyn Syam, MT Struktur Beton Pratekan
44 Struktur Beton Pratekan Ir. H. Armeyn Syam, MT
Institut Teknologi Padang
Nama Tempat / tanggal lahir Pekerjaan Pangkat / Golongan ruang Jabatan akademik Alamat Tabing Padang Keluarga : Nama Istri Nama Anak
Pengalaman kerja Akademik Ketua Jurusan tahun
BIO DATA: : Ir.H. Armeyn Syam, MT : Medan / 16 Agustus 1952 : Dosen Kopertis Wil X dpk di Institut Teknologi Padang : Penata / IIId : Lektor Kepala : Komplek Jondul IV Blok TT no 20 Parupuk : Sri Indriati : Surya Ariansyah : Ayu Arnita Putri : Arief Cahyadi : Taufiq Ardhan
Kepala Labor Sipil Dekan FTSP
: : 1/3-1987 s/d 20/8-1991 : Juli 1992 s/d 1996 : 1 Juli 200 s/d 1 Desember 2003 : 2 Desember 2003 s/d Desember 2007
Tingkat pendidikan SD SMP SMA Perguruan tinggi Pascasarjana jurusan
: Taman Harapan Medan 1 Juli 1965 : Yosua Medan 3 Desember 1968 : Yosua Medan 24 Nopember 1971 : USU Teknik Spil 30 Juli 1983 : Struktur Bangunan USU 11 Pebruari 1912
Pengalaman kerja lain 1. Memonitor pekerjaan Rumah sakit Umum M.Jamil Padang PT. Grafos 2. Memonitor pekerjaan Pasar Raya Solok PT. Grafos 3. Melaksanakan pekerjaan land Skiping Unand Limau Manis Padang Sumbar. 4. Melaksanakan pekerjaan Ring Road tahap III Unand Limau Manis Padang Sumbar 5. Melaksanakan pekerjaan Gardu Induk Unand Limau Manis Padang Sumbar 6. Pengawasan jalan arteri Kota Padang Dana Khusus PT.Deserco Consultan 7. Pengawasan jalan arteri Kota Padang paket I PT.Deserco Consultan 8. Perencanaan dan Pelaksanaan Gedung B di ITP Padang 9. Pelaksaaan Gedung Kantor Pusat PT Semen Padang Indarung 10. Perencanaan Padang Arean Flood Control Projec Nikken Consultan 11. Perencanaan Jalan dan Jembatan Paket I di P3T.NAS Sumbar Deserco Consultan 12. Pengawasan Jalan dan Jembatan Paket I P3T.NAS Sumbar Deserco Consultan 45 Struktur Beton Pratekan Ir. H. Armeyn Syam, MT
Institut Teknologi Padang
13. Pengawasan Jalan dan Jembatan Paket III P3T.NAS Sumbar Deserco Consultan 14. Pengawasan Jalan dan Jembatan Paket III P3T.NAS Sumbar PT.Tri Udaya Sena Sakti 15. Perencanaan Jembatan Kota Pariaman by PT.Kharisma Konsultan. 16. Perencanaan Jembatan Aek Nabirong di Pasaman Barat CV.Marras Konsultan 17. Pengawasan Kantor Dinas Perternakan Sumbar CV. Arttistik Konsultan 18. Perencanaan Jembatan Banda Pandung Solok panjang 60 meter PT. Tano Konsultan 19. Mengajar di UNES di Padang 20. Mengajar di Sekolah Tinggi Teknik Industri ( STIN ) di Padang 21. Mengajar di Universitas Muhammad Diyah Bukittinggi. 22. Staf Pengajar Kopertis Wil-X dpk Institut Teknologi Padang
Ir. H. Armeyn Syam, MT Struktur Beton Pratekan
46 Struktur Beton Pratekan Ir. H. Armeyn Syam, MT
Institut Teknologi Padang