Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8
MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) DITINJAU DARI PERSPEKTIF ISLAM (PENDEKATAN SURAT AL JUMUAH (62) AYAT 10 – 11) ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (MEA) BASED ON ISLAMIC PERSPECTIVE (APPROACH SURAH AL Jumuah (62) VERSES 10-11) Encep Saepudin1 dan Wage F. Syah2 1
Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Jl. Raya Dukuhwaluh, PO BOX 202 Purwokerto 53182 Telp. (0281) 636751 ext. 2 Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Jl. Raya Dukuhwaluh, PO BOX 202 Purwokerto 53182 Telp. (0281) 636751 ext. 1 Email :
[email protected] ABSTRAK
Penelitian yang dilakukan dengan membedah surat Al Jumuah (73) ayat 10 dan 11 dan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) bertujuan untuk mencari kaitan antara isu implementasi MEA ditinjau dari perspektif surat Al Jumuah (73) ayat 10 dan 11. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada surat Al Jumuah ayat 10 dan 11 memang kita akan menemukan kata al farasy (hamparan), ardha (bumi), rizqi (rezeki), tabtaghu (supaya kamu mencari), min fadhillah (rezeki dari Allah), dan fantasyiru (maka bertebaranlah kamu). Secara umum, Allah SWT menggambarkan pada manusia bahwa bumi itu adalah hamparan yang sangat luas dan disanalah terdapat karunia Allah SWT yang dapat digali dan dikelola untuk kemaslahatan manusia dan makhluk hidup lainnya. Berkaitan dengan isu implementasi MEA pada Desember 2015 bukan sesuatu yang perlu ditakuti bagi umat Islam di Asia Tenggara karena ini suatu keniscayaan. Sebab pergeseran geopolitik dan geoekonomi sebenarnya sudah diingatkan Allah SWT dalam gambaran al farasy (hamparan) di bumi. Bahwa bentuk hamparan itu adalah MEA seperti yang terjadi pada akhir 2015. Kata Kunci : MEA, Karunia, Rezeki ABSTRACT Research conducted by dissecting a letter Al Jumuah (73) paragraphs 10 and 11 and the ASEAN Economic Community (AEC) aims to find the link between MEA implementation issues viewed from the perspective of surat Al Jumuah (73) paragraphs 10 and 11. The results showed that in the letter Al Jumuah paragraphs 10 and 11, indeed we will find the word al farasy (overlay), ardha (earth), rizqi (sustenance), tabtaghu (so that you are looking for), min Fadhillah (sustenance from Allah), and fantasyiru (abroad). In general, Allah wanted to illustrate in humans that the Earth is a very wide expanse and that's where there is the gift of Allah that can be extracted and managed for the benefit of humans and other living creatures. Issues related to the implementation of MEAs in December 2015 is not something to be feared for Muslims in Southeast Asia because it is a necessity. Because shifting geopolitical and geoekonomi actually been reminded of Allah in al farasy picture (overlay) on earth. That it is a form overlay MEA as happened at the end of 2015. Keywords: MEA, Gift, Rezeki
6
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8
PENDAHULUAN Perdagangan internasional makin memainkan peran strategis dalam memajukan perekonomian suatu negara. Pemikiran mengenai pentingnya perdagangan internasional telah dirintis sejak abad ke-18 saat Eropa membutuhkan negara lain untuk mengembangkan industrinya. Dengan perdagangan internasional terjalin hubungan ekonomi yang intens dan saling mempengaruhi dari masing-masing negara. Setiap negara berupaya memetik manfaat dari hubungan ekonomi ini dengan meningkatkan produk barang dan jasa, kualitas sumberdaya manusia (SDM), serta aliran modal. Guna meningkatkan perekonomian nasional ditempuh banyak cara diantaranya dengan meningkatkan kerjasama ekonomi dalam skala regional atau kawasan tertentu seperti Asia Tenggara. Pada 1992, Asean menyepakati pembentukan Asean Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada tahun 2015 dengan ditandatanganinya Common Effective Preferential Tarif –Asean Free Trade Area (CEPT-AFTA). Pada Desember 2015, MEA resmi diberlakukan, yang merupakan bentuk perdagangan bebas internasional skala Asia Tenggara. Negara-negara di Asia Tenggara adalah Indonesia, Singapura, Malaysia, Brunei Darrussalam, Thailand, Myanmar, Kamboja, Vietnam, Laos, dan Timur Leste. Pada MEA, perdagangan internasional bukan sekadar transaksi barang dan jasa, melainkan juga keleluasaan arus investasi, tenaga kerja terampil, dan modal. Dalam MEA, setiap negara diharuskan memangkas atau menghapus kebijakan yang menghambat arus mobilitas produk barang dan jasa, angkatan kerja, dan modal. Penghapusan pembatasan ini dilakukan secara bertahap selama beberapa tahun sebelum akhirnya ditetapkan pada implementasi MEA pada tahun 2015 agar semua negara dapat menyiapkan diri. Dalam Islam, ketakwaan seorang hamba bukan hanya terletak pada ibadah maqda, melainkan juga tercermin pada hubungan sesama manusia, termasuk diantaranya perdagangan. Dalam perdagangan bukan sekadar mengejar laba (profit), namun mengharapkan karunia Allah SWT, seperti yang difirmankan pada surat Al Jumu’ah (62) : 10, yaitu :
Artinya : “Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung." Surah Al-Jumu'ah (62) : 10. Dari pemaparan di atas akan kita ketahui garis besarnya bahwa Islam telah lebih dahulu menganjurkan umatnya melakukan perdagangan atau perniagaan atau jual-beli di muka bumi Allah SWT. Umat Islam harus memetik manfaat dari kekayaan alam yang Allah limpahkan diberbagai dunia. Namun demikian, diperlukan suatu penulusuran lebih dalam mengenai maksud yang terkandung dalam surat Al Jumu’ah ayat 10-11 itu dan kaitannya dengan perdagangan bebas internasional dalam lingkup MEA. Dengan pendekatan maudhu’i (tematik) ini diharapkan dapat memahami maksud yang terkandung dalam surat Al Jumu’ah itu dan kaitannya dengan perdagangan bebas internasional sekarang ini, khususnya pelaksanaan MEA 2015. METODE PENELITIAN Spesifikasi Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan (library research) karena sumber datanya adalah teks dari berbagai literatur yang tersedia seperti Al Quran, buku panduan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), buku-buku, serta jurnal yang terkait dengan perdagangan internasional dalam khazanah keilmuan Islam kontemporer. Karena penelitian ini fokusnya pada upaya umat Islam menyikapi perdagangan bebas internasional, maka obyek utamanya adalah mushaf Al Quran yang diterbitkan Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) dan buku panduan Menuju MEA 2015 yang diterbitkan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (Kemendag RI).
7
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 Sumber Data Data penelitian ini merujuk pada mushaf Al Quran Tafsir Kementerian Agama Republik Indonesia. Sedangkan buku panduan Menuju MEA 2015 diterbitkan oleh Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, buku dan jurnal terkait dengan perdagangan internasional dalam khazanah keilmuan Islam kontemporer. Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumentasi, yaitu teknik pencatatan berupa pengumpulan data sekunder dengan cara mencatat data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Metode Analisis Data Dikarenakan obyek penelitian adalah ayat-ayat Al Quran, maka untuk memahami kandungan ayat dimaksud memakai pendekatan ilmu tafsir dengan menggunakan metode maudhu’i (tematik), yaitu tafsir berdasarkan tema, yaitu memilih satu tema dalam al-Qur'an untuk kemudian menghimpun seluruh ayat Qur'an yang berkaitan dengan tema tersebut baru kemudian ditafsirkan untuk menjelaskan makna tema tersebut. Adapun alur penafsirannya dimulai dari mengumpulkan ayat-ayat yang mengandung fantasyiri, al farasy, ardha, min fadhillah, tabtaghu, dan rizqi. Kemudian menelusuri asbab nuzul sehingga diketahui apa latar belakang keluarnya ayat-ayat dimaksud dengan merujuk pada pendapat para ahli tafsir terdahulu. Hasil penelusuran ini akan menghasilkan jawaban dan kesimpulan dari pokok bahasan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada abad ke-18, muncul kelompok pemikiran ekonomi klasik, yang menjadi cikal bakal sistem perdagangan bebas, yang model pemberlakuannya terus mengalami perkembangan hingga sekarang ini. Pakar ekonomi penganut mazhab klasik, David Ricardo, menyatakan teorinya bahwa perdagangan internasional harus mengarah pada perdagangan bebas agar setiap negara dapat memetik keuntungan spesialisasi dan perdagangan. Perdagangan bebas adalah sistem perdagangan internasional di mana setiap negara melakukan perdagangan tanpa ada halangan perdagangan seperti pembebasan pajak barang dan peraturan-peraturan yang melarang ekspor dan impor1. Jauh sebelum kelompok pemikiran ekonomi merkantilisme dan klasik, tepatnya pada abad ke-7, sudah muncul konsep perdagangan luar negeri, yang lebih mengedepankan keadilan dan menentang penindasan. Konsep perdagangan yang ditawarkan pada masa itu bersumber dari Al Quran, yaitu surat Al Jumuah (62) ayat 10, sebagai berikut :
Artinya : “Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung.” Berikut ini merupakan arti per kata dari ayat 10 dari Surat Al Jumuah (62), yang matan (isi)-nya mengandung kaitan erat dengan perdagangan atau perniagaan, sebagai berikut : ِ ﻟِﻠﺼﱠﻼة : shalat ﻓ َﺎ ْﻧﺘ َ ِﺸﺮُ وا : maka bertebaranlah kamu ض ِ ْ ﻓ ِﻲ اﻷر: di muka bumi َوا ْﺑﺘَﻐ ُﻮا : dan carilah ِ ﻣِ ﻦْ ﻓ َﻀْﻞِ ا ﱠ: karunia Allah َ َواذ ْ ﻛ ُﺮُ وﷲ ﱠ: dan ingatlah Allah َﻛﺜ ِﯿﺮً ا : banyak-banyak ْﻟ َﻌ َﻠ ﱠ ﻜ ُﻢ : supaya kamu َﺗ ُﻔْ ﻠِﺤُﻮن : beruntung Bila kita hanya menyimak arti dari ayat 10 di atas akan menimbulkan penafsiran bahwa yang dimaksud sholat itu adalah seluruh sholat. Padahal maksud dari ayat ini bukanlah demikian, melainkan 1
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Pengantar Teori, edisi ke-10, Jakarta, Rajawali Press, 2010.
8
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 hanya pada satu sholat saja, yaitu sholat Jumat. Untuk menghilangkan penafsiran demikian maka kita harus menyambung dengan ayat berikutnya sebagai berikut :
“Dan apabila mereka melihat perdagangan atau permainan, mereka segera menuju kepada-Nya dan mereka tinggalkan engkau (Muhammad) sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah,”Apa yang ada di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perdagangan,” dan Allah Pemberi rezeki yang terbaik.” (QS. Al Jumuah (62) ayat : 11) Maka bila kita menyimak kandungan makna pada ayat 10 dan 11 maka dapat diketahui beberapa hal yang harus kita perhatikan, sebaai berikut : 1.
Perintah melaksanakan sholat Jumat.
2.
Perintah meninggalkan jual beli mulai dari khutbah hingga usai sholat Jumat.
3.
Perintah bertebaran untuk mencari karunia (rezeki) Allah SWT.
4.
Lokasi atau area pencarian karunia itu di muka/hamparan bumi.
5.
Allah SWT menjamin kecukupan rezeki pada setiap manusia.
6.
Dalam pencarian ini jangan sampai melalaikan kewajiban sebagai seorang hamba Allah SWT.
Sebab diturunkannya ayat 11 surat Al Jumuah ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, sebagai berikut :“Jabir r.a. berkata bahwa kalau Rasulullah saw menyampaikan khotbah pada hari Jumat, tiba-tiba rombongan kafilah datang membawa dagangan dari Syam. Kaum Muslim pun mendatangi rombongan itu, hingga hanya tersisa 12 orang yang mendengarkan khotbah Rasul saw. Berkhotbah.” Diriwayatkan, suatu kali di musim panas dan paceklik, rombongan kafilah dagang yang dipimpin Dihyah Al Kalbi dari Syam tiba di Makkah saat Rasulullah Muhannad SAW berkutbah sebelum pelaksanaan sholat Jumat2. Debu-debu yang berterbangan menandai akan kehadiran rombongan pedagangan sehingga mengundang para pemuda dan pemudi di Makkah menabuh genderang. Suara genderang itu didengar pula para sahabat sehingga meninggalkan meninggalkan Rasulullah Muhammad SAW yang sedang berkhotbah Jumat untuk mendatangi rombongan kafilah untuk melaksanakan jual beli (perdagangan). Diriwayatkan bahwa jumlah jamaah yang tersisa sebanyak 12 orang sahabat. Lantas mengapa Rasulullah Muhammad SAW melaksanakan khutbah dan sholat hanya dua rakaat pada hari Jumat? Pertanyaan ini tidak lepas dari kebiasaan bani Ka’ab bin Lu’ay di Madinah berkumpul pada hari Arubah saat menunggu kedatangan Rasulullah Muhammad SAW. Arubah adalah nama hari sebelum diubah menjadi hari Jumat. Selama masa menunggu itu terbersit usulan dari kaum Anshar di Madinah untuk menetapkan satu hari yang istimewa sebagaimana yang dilaksanakan kaum Yahudi dan Nasrani, dimana kaum Yahudi mempunyai hari berkumpul pada hari Sabtu dan kaum Nasrani berkumpul di hari Ahad. Selayaknya kaum muslim juga mempunyai hari berkumpul dan disepakati pada hari Arubah. Dengan berkumpulnya kaum muslimin pada hari khusus ini akan lebih leluasa dan fokus dalam berdzikir pada Allah SWT selama seharian penuh, sebagaimana layaknya kaum Yahudi dan Nasrani. Kemudian mereka menemui As’ad bin Zurarah dan melaksanakan sholat dua rakaat bersama pada hari Arubah itu, maka hari itu kemudian disebut hari Jumat karena pada hari itu mereka berkumpul dan menyembelih seekor kambing untuk makan malam dan menjadi sholat Jumat pertama.
2
Bahrum Abu Bakar, Tafsir Al Maragi (Edisi Bahasa Indonesia), Semarang, CV Toha Putera, 1993.
9
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 Pengecualian ini diberikan pada umat Islam bahwa diperbolehkan bekerja, dalam ayat ini adalah aktivitas jual beli, atau apa pun selama tidak bertentangan perintah Allah SWT. Sebab inti perintah pada ayat 10 dan 11 ini adalah perintah melaksanakan sholat Jumat dan meninggalkan jual beli selama sholat berlangsung. Sebab Allah SWT maha mengetahui kemampuan para hamba-Nya dan rahasia apa yang terkandung dalam hati seorang hamba. Itulah yang terjadi pada kaum Yahudi karena mereka justru melanggar perintah Allah SWT karena tetap memancing ikan di hari Sabat (sabtu) meski ada perintah untuk tidak beraktivias di hari itu. Kaum Yahudi tetap menjalankan kegiatan kesehariannya seperti biasa sehingga Allah SWT murka pada mereka dan dijatuhi hukuman pada mereka. Dengan demikian, terdapat perbedaan yang menyolok mengenai hari berkumpul bagi kaum muslim, kaum Yahudi, dan kaum Nasrani dalam hal pelaksanaan dzikir pada Allah SWT. Kaum Yahudi meliburkan aktivitas duniawi seharian dan kaum muslim menghentikan aktivitas duniawi hanya selama berlangsung prosesi sholat Jumat. Mengenai penghentian aktivitas bagi umat Islam pada hari Jumat ditafsirkan tidaklah seharian sebagaimana perintah bangsa Yahudi. Karena itu, untuk menghilangkan kesan perintah sehari penuh, maka Allah SWT membolehkan hamba-Nya untuk ‘bertebaran mencari karunia Allah” di muka bumi. Maksud dari karunia disini adalah sesuatu yang berkaitan dengan nikmat Allah SWT, baik materi maupun immaterial3. Ahli tafsir berbeda pendapat mengenai maksud ‘karunia’ karena ada yang mengartikan sebagai sesuatu yang dinikmati manusia dan ada pula yang mengartikan sebagai ‘rezeki’. Ditambahkan bahwa pengertian rezeki adalah sesuatu yang diperoleh dari hasil bekerja. Pendapat mengenai makna ‘rezeki’, diantaranya dikatakan bahwa rezeki adalah sesuatu yang dimiliki manusia seperti : uang, rumah, peluang usaha, bisnis, jabatan, kesehatan, sakit, anak dan istri, popularitas, dan sebagainya. Sesuatu ini yang bila diberikan pada orang lain disebut dengan zakat, infaq, atau zakat (ZIS)4. Namun demikian, Quraish Shihab (2000) mengingatkan bahwa perintah Allah SWT pada hambahamba-Nya agar ‘bertebaran’ di bumi dan mencari sebagian karunia-Nya pada ayat di atas bukanlah perintah wajib. Sebab merujuk kaidah ulama-ulama dinyatakan bila ada perintah yang bersifat wajib, lalu disusul dengan perintah sesudahnya, maka yang kedua itu hanya mengisyaratkan bolehnya hal tersebut dilakukan atau tepatnya menjadi tidak wajib. Maksud perintah ‘wajib’ dan ‘tidak wajib’ bukan berarti kita wajib melaksanakan sholat dan setelah itu berdiam diri. Sholat Jumat merupakan wujud rasa bakti seorang hamba pada tuhannya, Allah SWT. Setelah melaksanakan sholat Jumat maka seorang muslimdibolehkan encari karunia Allah SWT di hamparan bumi ini. Betapa menakjubkannya Al Quran karena yang diperintahkan untuk bertebaran di muka bumi, bukan di satu wilayah saja, misalkan kaum Ka’ab hanya bertebaran di Madinah saja. Tidak demikian redaksi Al Quran karena kandungan ayat 10 dan 11 dari Surat Al Jumuah adalah keharusan bertebaran di muka bumi. Untuk meraih keberuntungan duniawi, yaitu mendapatkan rezeki, maka kita dianjurkan untuk bertebaran (fantasyiru) di muka bumi. Kata ‘bertebaran’ bukan kata pasif, melainkan kata kerja, yang berarti mengusahakan atau mengupayakan agar mendapatkan sesuatu dan disini membutuhkan tindakan aktif. Di mana kita bertebaran? Maka Allah SWT menyebutkan di bumi. Seperti apa bentuk bumi? Hanya agama Islam yang menegaskan bahwa bumi itu adalah bulat. Agama Nasrani menggambarkan bumi rata, dimana setiap ujung-ujungnya terdapat malaikat. Jelas ini pernyataan salah dan menyesatkan karena dunia ilmu pengetahuan membuktikan bahwa bumi bulat diantaranya adalah terjadinya siang dan malam.
3
Quraish Shihab, Tafsir Al Mishbah : Pesan,kesan, dan keserasian Al Quran Volume 10, Tangerang, Lentera Hati, 2000. 4
Muhammad Muhyidin, Metafisika Bisnis Bersama Allah Berdasarkan QS Ath Thalaq : 9, Yogyakarta, Mitra Pustaka, 2009.
10
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 Islam menggambarkan bahwa ‘muka’ bumi adalah sebagai hamparan (al farasy) yang memang sudah Allah SWT sediakan untuk kebutuhan manusia selama hidupnya. Seperti apa yang terjadi permukaan hamparan ini, dapat kita ketahui dari surat Al Baqarah (2) : 22, sebagai berikut : تﻗ ًﺎ ﻟ َﻜ ُﻢْ ﻓ َﻼ ﺗ َﺠْ ﻌ َﻠ ُﻮا ِ ﱠ ِ أ َ ْﻧﺪ َادًا َوأ َ ْﻧﺘ ُﻢْ ﺗَﻌْﻠ َﻤُﻮ َن ِ ْض ﻓ َِﺮاﺷ ًﺎ َواﻟﺴﱠﻤَ ﺎءَ ﺑ ِ ﻨَﺎءً َوأ َ ﻧ ْﺰَ َل ﻣِ ﻦَ اﻟﺴﱠﻤَ ﺎءِ ﻣَ ﺎءً ﻓ َﺄ َﺧْ َﺮجَ ﺑ ِ ِﮫ ﻣِ َﻦ اﻟﺜ ﱠﻤَﺮَ ِارز َ ْاﻟ ﱠ ﺬِي ﺟَ ﻌ َ َﻞ ﻟ َﻜ ُﻢُ اﻷر Artinya : “Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, pada hal kamu mengetahui.” Ternyata di hamparan bumi ini terjadi suatu proses kehidupan yang dinamis, yang kesemuanya itu digunakan dan ditujukan bagi umat manusia untuk kemaslahatan. Hujan dan buah-buahan hanya sedikit karunia yang Allah turunkan pada hamba-Nya. Karena itu, manusia harus mencarinya (tabtaghu) diseluruh permukaan bumi. Mencari apa? Jelaslah mencari karunia. Dimana? Di hamparan (al farasy) bumi (ardha). Sholat Jumat wajib. Mencari karunia juga diperbolehkan setelah sholat Jumat. Itu pesan yang disampaikan Ibnu Malik r.a. ketika usai sholat jumat, beliau mundur dari shaf atau barisan sholat. Kemudian beliau berdiri dekat pintu seraya berkata,” Ya Allah, aku telah memenuhi seruan-Mu. Aku telah melaksanakan sholat yang Engkau fardhukan, Aku telah bertebaran seperti yang Engkau perintahkan kepadaku. Maka berilah aku rezeki dari karunia-Mu karena Engka sebaik-baiknya pemberi rezeki.” Al Quran Kementerian Agama menafsirkan ayat 10 surat Al Jumu’ah adalah pengertian ‘pelaksanaan sholat Jumat’ dan ‘bertebaran di muka bumi’ bagaikan satu kesatuan utuh. Pelaksanaan sholat Jumat sebagai keharusan seorang hamba untuk senantiasa mengingat Allah SWT agar terhindar dari perilaku curang, penyelewengan, dan tindakan jahat lain yang dilarang Al Aquran. Disisi lain, bertebaran di muka bumi juga suatu keharusan untuk melaksanakan kehidupan atau urusan duniawi untuk mendapatkan rezeki halal. Dengan demikian, pelaksanaan dua perintah tersebut akan mengantarkan manusia mendapatkan keberuntungan di dunia dan di akhirat. Untuk memberikan kekhusyu’an dalam beribadah sholat Jumat, beberapa negara di Timur Tengah dan Pakistan menetapkan hari Jumat sebagai hari libur nasional. Semua aktivitas perkantoran dan sekolah diliburkan. Dengan demikian, mereka bekerja sejak hari Sabtu hingga Kamis. Hari Jumat libur. Hari minggu bekerja seperti biasa. Ini berbeda dengan Indonesia yang menetapkan hari libur nasional adalah hari Minggu. Memang pernah sejumlah masyarakat muslim yang mengusulkan hari Jumat sebagai hari libur dan hari Minggu tetap bekerja. Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra mengatakan bahwa usulan itu ditolak pemerintah Republik Indonesia karena alasan : 1.
Tidak sesuai dengan perintah Al Quran surat Al Jumuah ayat 10, dimana setelah sholat Jumat diperbolehkan kita bertebaran di muka bumi. Ayat ini menandakan bahwa hari Jumat adalah hari aktivitas dan produktivitas bagi umat Islam.
2.
Menjadikan hari Jumat sebagai hari libur maka masjid di kawasan perkantoran akan sepi dan kaum laki-laki yang berada di rumah pun berpotensi tidak akan menghadiri sholat Jumat. Bila mereka tetap bekerja maka akan malu tidak sholat Jumat karena akan menjadi sorotan teman-teman dan pimpinan di kantornya.
3.
Hari Jumat tetap sebagai hari aktivitas membuat syiar Islam lebih semarak sehingga dapat menyebabkan Islam makin berkembang.
4.
Dikarenakan hari Jumat adalah hari libur, maka malam Jumat dipastikan diisi dengan kegiatan yang bersifat bersenang-senang sehingga masjid sepi dari kajian ilmu.
5.
Bila hari jumat menjadi hari libur maka orang-orang akan mengisinya dengan plesiran ke obyek wisata. Mereka berdalih sebagai musafir sehingga mendapatkan keringanan untuk tidak melaksanakan sholat Jumat.
Yang menjadi satu pertanyaan adalah dimana seorang muslim beraktivitas? Apakah di lingkungan tempat tinggalnya? Di daerahnya? Pertanyaan ini sebenarnya sudah terjawab pada surat Jumuah itu sendiri, dimana Allah mempersilahkan hamba-hamba-Nya untuk ‘bertebaran di muka bumi’ (fantasyiru).
11
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 Untuk apa? Untuk meraih rezeki (karunia) dari Allah (min fadhlilah). Islam memang bukan agama bagi kaum Makkah dan Madinah saja, melainkan rahmatan lil alamin. Pada surat Al Jumuah ayat 10 dan 11 memang kita akan menemukan kata al farasy (hamparan), ardha (bumi), rizqi (rezeki), tabtaghu (supaya kamu mencari), min fadhillah (rezeki dari Allah), dan fantasyiru (maka bertebaranlah kamu). Secara umum, Allah SWT ingin menggambarkan pada manusia bahwa bumi itu adalah hamparan yang sangat luas dan disanalah terdapat karunia Allah SWT yang dapat digali dan dikelola untuk kemaslahatan manusia dan makhluk hidup lainnya pada berikut ini : َﻀﻠ ِ ِﮫۦ َوﻟ َﻌ َﻠ ﱠ ﻜ ُﻢْ ﺗ َﺸْ ﻜ ُﺮُون ْ َ َوﻣِ ﻦ رﱠ ﺣْ ﻤَ ﺘ ِ ِﮫۦ َﻞﺟَ ﻟﻌ َ َﻜ ُﻢ ُ ٱﻟ ﱠ ْﯿ َﻞ َوٱﻟﻨ ﱠﮭَﺎرَ ِﻟﺘ َ ْﺴﻜ ُﻨ ُ۟ﻮا ﻓ ِﯿ ِﮫ َو ِﻟﺘ َ ْﺒﺘَﻐ ُ۟ﻮا ﻣِ ﻦ ﻓ Artinya : “Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.” (QS. Al Qashash (28) : 73) Al Quran mengharuskan kita berikhtiar dalam mencari karunia Allah SWT di hamparan yang maha luas ini. Dengan dukungan teknologi hasil karya cipta manusia menjadi mudah bagi manusia untuk meraih karunia sebanyak mungkin. Diantara upaya mengoptimalkan karunia itu adalah memanfaatkan semaksimal mungkin isu perdagangan bebas dunia, yang dalam beragam tingkatannya. Perdagangan bebas terbentuk mulai dari tingkat regional, kawasan, hingga dunia. Pada tingkat regional dikenal Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Ditingkat kawasan dikenal dengan APEC (Asia Pasific Economic Cooperation). Kawasan Asia Tenggara memiliki nilai strategis dari sudut geopolitik dan geoekonomi karena menjadi penghubung dunia bagian utara dengan dunia bagian selatan. Nilai ini membuat negara-negara yang berada di kawasan ini berupaya melindungi wilayah teritorialnya dan upaya ini menimbulkan konflik hingga konfrontasi seperti yang pernah terjadi antara Indonesia dengan Malaysia, Malaysia dengan Filipina, serta terpisahnya Singapura dari Federasi Malaysia. Untuk meredakan ketegangan sesama negara serumpun ini dibentuklah Association of South East Asian Nations (ASEAN), yang merupakan hasil pertemuan lima menteri (Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Singapura) di Bangkok pada 8 Agustus 1967, yang disebut dengan Deklarasi Bangkok. Pada masa awal pendiriannya untuk membangun rasa saling percaya antara negara Anggota untuk mengembangkan kerjasama regional yang bersifat kooperatif. Seiring dengan penambahan jumlah anggota ASEAN, yang kini menjadi sepuluh, yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Vietnam, Laos, Brunei Darussalam, Myanmar, dan Timor Leste, kerjasama antar negara di kawasan Asia Tenggara pun dipertajam visi dan misinya. Saat para para pemimpin negara di ASEAN menyepakati Common Effective Preferential Tariff – Asean Free Trade Area (CEPT-AFTA) pada tahun 1992 mulai dirintis pembicaraan kerjasama yang lebih terintegrasi dan kemungkinan membuka pasar di ASEAN bagi anggotanya. Pertemuan terus digulirkan secara berkesinambungan sehingga disepakati penyatuan pasar di kawasan Asia Tenggara menjadi satu bingkai Asean Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), yang segera diberlakukan pada Desember 2015. Pada 1997, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-2 ASEAN di Malaysia, menyepakati ASEAN Vision 2020 dengan tujuan menciptakan kawasan ekonomi Asean, liberalisasi perdagangan dibidang jasa, dan peningkatan pergerakan profesional dan jasa. Setelah visi ini mengalami penambahan dan penyempurnaan pada tingkat pertemuan menteri maupun kepala negara pada konferensi berikutnya. Hingga pada 13 Januari 2007, pada KTT ke-12 ASEAN di Cebu, Filipina, para Pemimpin Asean menyepakati pembentukan AEC dari tahun 2020 dipercepat menjadi tahun 2015. Percepatan ini bertujuan untuk memperkuat daya saing Asean dalam menghadapi kompetisi global seperti dengan India dan China. Adapun elemen pasar tunggal MEA adalah 5: 1.
Arus bebas barang Negara ASEAN menyepakati liberalisasi perdagangan barang berbasis produksi karena dapat membentuk jaringan produk ditingkat ASEAN melalui komponen penurunan dan penghapusan tarif secara signifikan, serta menghapus hambatan nontarif sesuai skema ASEAN Free Trade Area (AFTA). Juga dilakukan peningkatan fasilitas perdagangan untuk memperlancar arus perdagangan ASEAN seperti 5
Kementerian Perdagangan, Menuju ASEAN Economic Community, Jakarta, Kementerian Perdagangan.
12
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 prosedur kepabeanan, kebijakan tariff, dan harmonisasi standard an kesesuaian, system elektronik yang mengintegrasikan informasi kepabenanan, melindungi kesehatan manusia, hewan atau tumbuhan, dan anti dumping. 2.
Arus bebas jasa
Disepakati liberalisasi jasa dengan tujuan untuk menghilangkan hambatan-hambatan perdagangan jasa yang terkait dengan pembukaan akses pasar dan penerapan perlakuan nasional, untuk setiap mode of supply di atas seperti pembatasan dalam jumlah penyedia jasa, volume transaksi, jumlah operator jumlah tenaga kerja, bentuk hukum, serta kepemilikan modal asing. 3.
Arus investasi
Pembebasan arus investasi mengandung prinsip utama dalam meningkatkan daya asing menarik penanaman modal asing (PMA) adalah dengan menciptakan iklim investasi yang kondusif di negaranegara anggota ASEAN sehingga dapat menarik investor dari intra ASEAN dan negara non ASEAN. 4.
Arus bebas modal yang lebih bebas
Diberlakukannya arus modal yang lebih bebas mengandung sisi positif dan negatif karena kalau dibatasi akan membuat suatu negara mengalami keterbatasan ketersediaan modal yang diperlukan untuk mendorong peningkatan arus perdagangan dan pengembangan pasar uang. Sebaliknya bila pemerintah membebaskan arus bebas modal akan mengancam kestabilan perekonomian suatu negara. 5.
Arus bebas tenaga kerja terampil.
Tidak terdapat definisi yang disepakati mengenai definisi tenaga kerja yang terampil (skilled labor), namun secara umum dapat diartikan pekerja yang mempunyai keterampilan atau keahlian khusus, pengetahuan, atau kemampuan di bidangnya yang bisa berasal dari lulusan perguruan tinggi, akademisi, atau sekolah teknik atau pengalaman kerja. 6.
Sektor prioritas integrasi
Setiap negara mempunyai sektor-sektor yang dianggap strategis dan harus negara lindungi dan kini sektor tersebut diliberalisasikan menuju pasar tunggal dan berbasis produksi, dan ini disebut dengan sektor prioritas strategis (SPI). Ada 11 sektor yang dianggap SPI , yaitu agro based product, air travel, automotives, e-ASEAN, electronics, fisheries, healthcare, rubber based product, textile & apparels, tourism, wodd based product, dan logistic. Bila kita kaitkan makna yang terkandung dari surat Al Jumuah (62) ayat 10 dan 11 dengan isu Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), maka sebenarnya sah saja mengingat jumlah penduduk muslim di Asia Tenggara sekitar 240 juta jiwa atau sekitar 42 persen dari populasi penduduknya. Jumlah ini setara dengan 25 persen dari total penduduk muslim dunia yang berjumlah 1,6 miliar jiwa pada tahun 20126. Muslim di Asia Tenggara akan menjadi rujukan atau minimal perhatian dari dunia Islam dalam semangat bekerja atau ‘berjihad’ dari setiap muslim, maupun dalam lingkup komunitas. Makna berjihad disini bukanlah memerangi kaum kafir, melainkan berjihad dalam bekerja. Dalam konteks surat Al Jumuah bahwa seorang muslim ‘diperbolehkan’ bertebaran di hamparan bumi ini, maka sudah semestinya seorang muslim melihat lingkungan yang lebih luas. Makna lingkungan bukan lagi dimana ia tinggal atau domisili, melainkan di seluruh daratan dan lautan yang terbentang luas di kawasan ASEAN. Semangat untuk bertebaran di muka bumi, meskipun dalam lingkup regional, sebagai suatu keniscayaan karena pada hakekatnya manusia selalu ingin mengetahui apa yang di permukaan bumi untuk segala motif dan tujuan. MEA membatasi tujuan pencarian karunia Allah SWT di hamparan bumi ini sebatas pada bidang ekonomi. Teknologi sudah mendukung kemana seorang muslim akan bekerja dan tinggal untuk mencari karunia Allah SWT di muka bumi ini.
6
Agung Sasongko, Muslim Asia Tenggara Mencari Identitas, http://www.republika.co.id/berita/duniaislam/islam-mancanegara/12/01/17/lxy1ji-muslim-asia-tenggara-mencari-identitas, diakses tanggal 10 Agustus 2015
13
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 Mari kita telusuri jejak Rasulullah Muhammad SAW, yang diriwayatkan telah mengikuti perjalanan dagang pamannya, Abu Thalib, pada usia 12 tahun. Pada usia 17 tahun, beliau telah memimpin misi perdagangan ke luar negeri seperti Yaman, Syiria, Yordania, Irak, Basrah, dan kota-kota perdagangan lainnya di jazirah Arab dengan hanya berkendaraan unta. Penduduk Indonesia yang mayoritas muslim sepantasnya mengikuti jejak Rasulullah SAW dengan mendarmabaktikan tenaga dan pikirannya untuk kemajuan bangsa. Konstitusi pun sudah memberikan ruang bagi pemuda untuk berkiprah disegala bidang berdasarkan karakter pemuda yang disebutkan pada Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan menyebutkan karakter pemuda sebagai berikut:memiliki semangat kejuangan, kesukarelaan, tanggungjawab,ksatria, memiliki sifat kritis, idealis, inovatif, progresif, dinamis, reformis, dan futuristik. Karakter pemuda di atas sejalan dengan yang disabdakan Rasululllah bahwa Allah mencintai hamba-Nya yang bekerja keras, yang dinukilkan sebagai berikut :Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang berkarya. Dan barang siapa bekerja keras untuk keluarganya maka ia seperti pejuang di jalan Allah Azza wa Jalla.” (HR. Ahmad) Umat Islam harus memiliki motivasi yang tinggi untuk mencari karunia Allah SWT karena tanpa motivasi mustahil dapat meraihnya. Arijo mengatakan bahwa bekerja berarti kita merealisasikan fungsi kehambaan kita kepada Allah SWT untuk mendapatkan ridha-Nya dengan cara mengangkat harga diri, meningkatkan taraf hidup, dan memberi manfaat kepada sesama. Muhammad Irham (2012) mengutip Toto Tasmara (1995) mengatakan bahwa “bekerja” bagi seorang Muslim adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh, dengan mengerahkan seluruh asset, fikir dan zikirnya untuk menampakkan arti dirinya sebagai hamba Allah untuk menundukkan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik (khaira ummah). Pelaksanaan MEA yang ditinjau dari surat Al Jumuah tidak bertentangan karena terdapat semangat untuk mencari karunia Allah di hamparan bumi. Islam tidak membatasi mau ke mana manusia dalam bertebaran karena bumi itu sendiri teramat luas. MEA merupakan model perekonomian merupakan buah karya manusia sekarang untuk mengembangkan pasar produk barang dan jasa, dimana dengan diberlakuannya dapat melayani kebutuhan, yang konsumennya sebanyak 617 juta jiwa, dimana sebanyak 200 juta jiwa adalah umat Islam.
KESIMPULAN MEA tidak bertentangan dengan makna yang terkandung dalam surat Al Jumuah ayat 10 dan 11 dan justru memotivasi umat Islam untuk bekerja keras dalam meraih karunia Allah SWT. Islam sangat menganjurkan umatnya untuk bertebaran di hamparan bumi untuk meraih karunia Allah SWT melalui sarana dan prasarana yang diperbolehkan secara syariat dan mematuhi segala larangan-Nya dengan harapan memperoleh kemaslahatan di dunia dan akhirat. Setelah dilakukan penelusuran ternyata ayat pada surat Al Jumuah 10 dan 11 itu dapat dikaitkan dengan surat Al Baqarah (2) ayat 22 dan surat Al Qashash ayat 73 dimana terdapat kata-kata yang keharusan bagi manusia sebagai hamba Allah SWT untuk ’maka bertebaranlah kamu’ (fantasyiru), ’rezeki dari Allah (min fadhlillah), ’supaya kamu mencari’ (tabtaghu), ’hamparan’ (al farasy), ’rezeki’ (rizqi).
DAFTAR PUSTAKA Ahmad Suryadi, Rudi. (2013) Asbab Al Nuzul Dalam Tafsir Pendidikan. Jurnal Pendidikan Agama Islam – Ta’lim, 11, 105- 122. Andriansyah, Yuli. (2013) Kualitas Hidup Menurut Tafsir Nusantara : Baldatun Thayyibatun Warabbun Ghafur Dalam Tafsir Marah Labid, Tafsir Al Azhar, Tafsir An Nur, Tafsir Departemen Agama, dan Tafsir Al Misbah. Prosiding Seminar Nasional 2013. Ditjen Dikti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013) Modul Kewirausahaan.
14
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8
Hidayatulloh, Haris. Etika Bisnis Dalam Prespektif Al-Qur’an: Upaya Membangun Bisnis Yang Islami Untuk Menghadapi Tantangan Bisnis Di Masa Depan. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=116595&val=5316. Diakses pada tanggal 1 Maret 2015. Isnoer Narjono, Arijo. (2013) Etika Islam dan Motivasi Kerja. Jurnal Jibeka, 7, 7 - 13. Istibsyaroh. (2012) Hak Politik Perempuan Kajian Tafsir Mawdu’i. Jurnal Al-Risalah, 12. Irham, Muhammad. (2012). Etos Kerja Dalam Perspektif Islam. Jurnal Subtantoa, 14, 11-24. Kholis, Nur. (2004) Etika Bekerja Dalam Islam. Al Mawarisi, XI, 142-157. Kementerian Agama, (200). Al Quran dan Tafsir. Kementerian Perdagangan (2010). Menuju Asean Economic Community 2015. Kementerian Perdagangan. (2011) Kajian Dampak Kesepakatan Perdagangan Bebas Terhadap Daya Saing Produk Manufaktur Indonesia. Maloko, M. Thahir. (2012) Islam dan Kewirausahaan (Sebuah Gagasan Dalam Menumbuhkan Semangat Wirausaha Muslim). Asset, 2, 56 – 70. Mohd Nizho bin Abdul Rahman dan Mohd Shukri bin Hanapi. (2011) Etika Perniagaan dari Perspektif Al Qur’an : Satu Tinjauan. http://emuamalat.gov.my/sites/default/files/kertas_persidangan/2011/06/etika_perniagaan_dari_perspektif _al-quran__satu_tinjauan.pdf. Diakses pada tanggal 1 Maret 2015.
Marzuki. Dr. M.Ag. Kerja Keras. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/lain-lain/dr-marzuki-mag/Dr. Marzuki, M.Ag_. Kerja Keras.pdf. Diakses pada tanggal 1 Maret 2015. Makhmud Syafe’i. Makna Spiritual sebuah jabatan. http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/195504281988031MAKHMUD_SYAFE'I/MAKNA_SEBUAH_JABATAN.pdf. Diakses pada tanggal 1 Maret 2015. Permana, Budhi. Profesionalisme Dalam Bekerja. http://sultra.kemenag.go.id/file/file/Tulisan/uisy1348470906.pdf. Diakses pada tanggal 1 Maret 2015. Republika. (2013) Jejak Dagang Rasulullah SAW. http://khazanah.republika.co.id/berita/duniaislam/islam-mancanegara/13/10/23/mv3fkm-jejak-dagang-rasulullah-saw. Diakses pada tanggal 1 Maret 2015. Sasongko, Agung. (2012) Muslim Asia Tenggara Mencari Identitas. http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/12/01/17/lxy1ji-muslim-asiatenggara-mencari-identitas. Diakses pada tanggal 1 Maret 2015. Saifullah, Muhammad. (2011) Etika Bisnis Islami dalam Praktek Bisnis Rasulullah. Jurnal Walisongo,19 Sugianto, Bambang, (2012) Kajian Tafsir Tematik Tentang Toleransi Beragama. Al-Fikr, 16, 176-184. Wangke, Humprey. (2014) Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN. Jurnal Info Singkat, 10, 5- 8.
15
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 Yusril Ihza Mahendra, Prof. Dr. Hari Jumat Hari Yang Produktif Bagi Umat Islam. http://bulanbintang.org/prof-dr-yusril-ihza-mahendra-shmsc-hari-jumat-hari-yang-produktif-bagi-umatislam/Diakses pada tanggal 1 Maret 2015.
16