|
221
| 二零
BAHAN SAAT TEDUH | EDISI NO. 221 | SEPTEMBER 2014
“Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan TUHAN yang menjadikan kita” — Mazmur 95:6
Saran-saran Praktis
Bersaat Teduh PERSPEKTIF ditulis tidak untuk menggantikan Alkitab, tetapi sebagai alat penunjang yang membantu kita untuk mengerti firman Tuhan lebih dalam dan sistematis untuk memenuhi kebutuhan rohani Anda. Prinsipnya adalah kembali kepada sumber pertumbuhan itu sendiri, yaitu Alkitab. Back to the Bible! PERSPEKTIF disusun berdasarkan kurikulum yang dalam jangka waktu tertentu, bila Anda setia mengikutinya, maka Anda diharapkan akan memperoleh gambaran yang cukup jelas secara keseluruhan Alkitab. Untuk dapat memanfaatkan bahan ini secara maksimal, Anda dapat mengikuti saran-saran praktis sebagai berikut: Sediakan waktu teratur setiap hari sedikitnya 20 menit. Carilah tempat yang tenang, hindari suara-suara yang dapat mengganggu konsentrasi Anda. Tenangkan hati dan berdoalah terlebih dahulu memohon pimpinan Tuhan. Bacalah bacaan Alkitab yang telah ditentukan pada hari itu 2-3 kali hingga paham benar, kemudian renungkanlah. Bacalah artikel yang tersedia, dan berusahalah menjawab pertanyaan refleksi yang ada dengan jujur. Setiap jawaban dapat pula Anda tuliskan pada sebuah agenda pribadi untuk dapat dibaca lagi sewaktu-waktu. Doakanlah apa yang telah Anda renungkan, serahkan diri Anda hari itu kepada Tuhan, mohon kekuatan dari-Nya untuk hidup sesuai firman Tuhan dan melakukan tekad yang Anda buat hari itu maupun hari sebelumnya. (Doakan pula pokok doa syafaat yang telah disediakan)
PERSPEKTIF
www.gkagloria.or.id
Penerbit: BPH Majelis Umum GKA Gloria Surabaya Alamat: Jl. Pacar 9-17, Surabaya 60272 Tel. (031) 534 5898 Fax. (031) 545 2907 SMS. 087 8511 67282 Email:
[email protected] Rekening Bank: BCA a/c 256 532 5777 a.n. Gereja Kristen Abdiel Gloria Penulis edisi 221: Alfred Jobeanto, Alex Lim, Andree Kho, Bambang Tedjokusumo, Elok Chrisinar, Haryono Wong, Herty Togatorop, Ie David, Liem Sien Liong, Liona Margareth, Otniol H. Seba, Rohani, Sahala Marpaung Penerjemah: Tertiusanto
EDITORIAL
Kedewasaan Rohani
A
ntara “pengetahuan” dan “melakukan pengetahuan” seringkali menjadi dua hal yang bertolak belakang (dikotomi). Ada kalanya seseorang nampak antusias ketika berbicara tentang pengetahuan rohani, tetapi dalam pelaksanaannya sangat minim. Sebaliknya, ada orang yang antusias dalam melakukan hal-hal rohani, tetapi minim pengetahuan iman. Dua posisi ini nampaknya tidak mewakili dengan apa yang disebut “kedewasaan rohani.” Kedewasaan rohani dapat terlihat dalam integrasi beberapa aspek yang diperlihatkan, misalnya: (1) Adanya kesadaran rohani (spiritual awareness). Memiliki pengetahuan iman adalah baik; tapi jika pengetahuan ini tidak menyadarkan kekurangan dan kesalahan kita, atau tidak membuat kita semakin menundukkan diri di hadapan Tuhan; maka pengetahuan yang demikian tidak ada faedahnya. Pengetahuan itu hanya akan membuat dirinya tinggi hati. Sebagai contoh adalah pernyataan Yakobus, bahwa setan-setan pun memiliki pengetahun tentang Allah, tetapi mereka tidak pernah memiliki kesadaran dan mengindahkan Allah (Yak. 2:1820). Sebaliknya, orang yang dewasa rohani memiliki kesadaran rohani yang baik (Flp. 3:1b-16). (2) Adanya realitas kasih pada Allah dan sesama. Orang yang mengalami pertumbuhan rohani yang baik, akan selalu mengasihi Allah dan sesama sesuai perintah firman-Nya. Orang bisa saja memiliki “segudang” pengetahuan tentang Allah, kebenaran firman-Nya dan bicara tentang kebutuhan esensial manusia yang berdosa. Namun apalah artinya memiliki pengetahuan tentang Allah, tetapi tidak mengasihi Dia dan sesamanya? Ketika Paulus menegur jemaat Galatia, ia mengingatkan, agar mereka yang merasa diri dewasa rohani menolong mereka yang lemah. Permintaan ini sebenarnya sebuah ungkapan ironi, karena dalam jemaat Galatia terdapat orang-orang yang merasa dewasa rohani, namun sikap mereka bukan menolong yang lemah, tetapi menghakimi dan memberikan beban kepada mereka (Gal. 6:1). (3) Adanya buah kehidupan rohani yang semakin nyata. Kedewasaan rohani akan selalu diikuti dengan semakin nyatanya buah roh Kudus sebagai implikasi dan tanda bahwa orang tersebut mengalami kedewasaan rohani, baik secara pribadi maupun dalam pelayanannya. Apabila ada orang Kristen tidak mengalami perubahan karakter, atau tidak berdampak bagi sekitarnya, maka sangat mungkin, kerohanian orang tersebut belum bertumbuh dewasa. Tuhan Yesus pernah berkata, jika kita tinggal di dalam Dia, maka kita akan berbuah (Yoh. 15:1-8). Buah menandakan kedewasaan rohani di dalam Kristus. (4) Adanya kerendahan hati untuk dikoreksi firman Tuhan. Semakin dewasa kehidupan rohani seseorang, maka akan semakin peka hatinya untuk dikoreksi. Ia akan rendah hati menerima teguran dan didikan yang benar. Sebaliknya, orang yang tidak mau ditegur firman Tuhan menunjukkan ketidakdewasaan-nya di dalam Tuhan (1Kor. 3:2).
01 SENIN
SEPTEMBER 2014
“Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus.” (1 Korintus 12:12)
Bacaan hari ini: 1 Korintus 12:12-31 Bacaan setahun: 1 Korintus 12
SINERGI DI DALAM TALENTA PELAYANAN
J
ika kita mempelajari surat Korintus, kita akan menemukan beberapa masalah penting yang berkaitan dengan pelayanan dan kesatuan jemaat Kristen di Korintus, di antaranya, adanya perpecahan di antara kelompok-kelompok Kristen yang melayani (ps. 3:1-9); masalah tentang persembahan berhala yang melibatkan jemaat di Korintus (ps. 8:1-13); masalah tata cara beribadat kepada Allah (ps. 11:2-34); masalah karunia pelayanan di dalam jemaat di Korintus (ps. 12:1-11). Semua masalah ini memicu perselisihan dan perpecahan jemaat di Korintus. Masing-masing memiliki penilaian berbeda terhadap masalah yang dihadapi. Hasilnya, mereka terpecah satu dengan lainnya. Rasul Paulus menuliskan bagian yang telah kita baca tadi, dengan tujuan agar: (1) Jemaat bisa bersatu melayani di dalam keberbedaan (ay. 12-13). Dalam bagian ini, Rasul Paulus menjelaskan tentang kesatuan tubuh di dalam keberbedaannya masing-masing. Tubuh memiliki banyak anggota yang berbeda, namun masing-masing terikat, satu dengan yang lain. Apa yang mengikat mereka? Yang mengikat mereka adalah Kristus. Jemaat di Korintus terdiri dari orang-orang yang memiliki latar belakang berbeda; ada orang Yahudi, orang Yunani, budak dan orang-orang merdeka. Semua orang-orang ini yang telah menjadi Kristen, diikat oleh Roh Kristus, menjadi satu tubuh, yaitu: tubuh Kristus. Paulus mengharapkan agar jemaat yang berbeda-beda ini tidak terpecah belah oleh konflik yang ada, melainkan mereka harus bersatu di dalam Kristus, karena mereka adalah satu tubuh di dalam Kristus. (2) Jemaat bisa memiliki rasa saling melengkapi di dalam pelayanan (ay. 15-26). Dalam bagian ini, Rasul Paulus menjelaskan mengenai rasa ”saling melengkapi” telenta satu dengan yang lain. Setiap anggota tidak dapat mementingkan dirinya sendiri atau talentanya yang lebih penting; melainkan ada rasa ”saling melengkapi” satu dengan lainnya. Mengapa bisa demikian? Dalam ayat 18b, Paulus menyatakan, karena Allahlah yang menghendaki demikian. Bagaimana dengan kita? STUDI PRIBADI: Apakah yang dikehendaki Paulus bagi jemaat Korintus yang memiliki latar belakang dan status yang berbeda ketika mereka telah menjadi satu tubuh dalam Kristus? Berdoalah bagi persatuan jemaat dan gereja-gereja Tuhan di Indonesia agar mereka dapat menjalankan kehidupan yang mencerminkan kasih Kristus dan menyaksikan kebesaran-Nya.
02 SELASA
SEPTEMBER 2014
“Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.” (1 Korintus 13:13)
Bacaan hari ini: 1 Korintus 13:1-13 Bacaan setahun: 1 Korintus 13
TENTANG KASIH 1 Korintus 13 memberikan gambaran tentang kasih. Setidaknya ada 2 hal yang penting berkaitan dengan hal ini: Pertama, keunggulan kasih (ay. 1-6). Paulus memulai bagian pertama ini dengan menunjukkan keunggulan kasih. Apa keunggulan dari kasih? Keunggulan kasih itu: Kasih itu melebihi semua bahasa manusia, segala nubuatan, segala pengetahuan, bahkan rahasia-rahasia pengetahuan. Kasih juga melebihi segala usaha, jerih payah dan pengorbanan seorang yang rela melakukannya. Demikian pula, Paulus juga menjelaskan tentang apakah yang dimaksud dengan kasih itu. Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain, dan seterusnya. Melalui bagian ini, Paulus ingin menyatakan bahwa Kasih seharusnya menjadi dasar dari seluruh pelayanan gerejawi. Oleh sebab itu, Paulus menghendaki agar orang-orang Kristen yang berbeda dalam pemahaman mereka, dapat bersatu dan meletakkan “kasih” sebagai dasar kehidupan dan pelayanan mereka. Kedua, ketahanan kasih (ay. 8-13). Paulus melanjutkan bagian yang ketiga ini dengan menunjukkan tentang ketahanan/daya tahan kasih. Kasih tidak akan berakhir. Segala sesuatu yang ada di dalam dunia ini pasti akan berakhir. Namun kasih itu tidak akan berakhir. Paulus ingin menyatakan bahwa kasih memiliki sifat kekal. Kasih bukanlah produk manusia, terlebih ketika manusia sudah jatuh ke dalam dosa. Manusia tidak memiliki kasih yang sejati dan tidak hidup di dalam kasih. Kasih itu berasal dari Allah dan menjadi milik Allah (1Yoh. 4); Orang Kristen yang hidup di dalam Allah, pasti memiliki kasih dan oleh sebab itu Allah dan kasih-Nya itu akan tinggal di dalam diri mereka. Bagi Paulus, ketiga hal ini penting: iman, pengharapan dan kasih. “Kasih” adalah yang paling besar. Sudahkah kita memiliki kasih yang sejati sebagai dasar kehidupan dan pelayanan kita? STUDI PRIBADI: Mengapa kasih memiliki nilai lebih tinggi dari “iman” & “pengharapan”? Apakah ketiga hal ini, “kasih, iman dan pengharapan,” dapat dipisahkan? Berdoalah bagi kehidupan jemaat agar mereka selalu memiliki kasih kepada Tuhan dan sesama, dan hidup sesuai iman-pengharapan yang ada di dalam Kristus Yesus Tuhan kita.
03 RABU
“Tetapi dalam pertemuan Jemaat aku lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar orang lain juga, dari pada beribu-ribu kata dengan bahasa roh.” (1 Korintus 14:19) SEPTEMBER 2014
Bacaan hari ini: 1 Korintus 14:2-8, 13-17, 26 Bacaan setahun: 1 Korintus 14:1-20
BERKATA-KATA DALAM BAHASA ROH
S
alah satu hal yang menyebabkan terjadinya perpecahan di dalam gereja Korintus adalah pemahaman yang berbeda tentang bahasa Roh. Untuk itu, Paulus menjelaskan beberapa hal penting tentang bahasa Roh, supaya jemaat tidak terpecah. “Bahasa roh” menurut Paulus adalah berkata-kata kepada Allah; dan bukan kepada manusia; “oleh Roh mengucapkan hal-hal yang rahasia, dan tidak ada seorangpun yang mengerti bahasanya” (1Kor. 14:2). Paulus juga berkata bahwa orang yang berkata-kata dalam bahasa roh, membangun (memperbaiki) dirinya sendiri (1Kor. 14:4). Bahasa roh merupakan doa yang dilakukan oleh roh (1Kor. 14:14), dan merupakan bahasa pengucapan syukur yang sangat baik (1Kor. 14:16-17). Dalam penggunaannya, Paulus menegaskan bahwa jika dalam suatu ibadah sepenuhnya diwarnai oleh bahasa roh, maka orang lain tidak dapat mengerti apa yang dikatakan (1Kor. 14:11). Di bagian lain dikatakan bahwa karunia-karunia Roh harus diusahakan untuk dipergunakan membangun Jemaat (1Kor. 14:12). Bagian selanjutnya dinyatakan: Siapa yang berkatakata dalam bahasa roh, haruslah berdoa agar diberikan juga karunia untuk menafsirkannya (karena bila berdoa dalam bahasa roh, maka roh yang berdoa, dan akal budi tidak ikut berdoa, 1Kor.14:14). Oleh karena itu, dalam suatu ibadah/pertemuan jemaat, Paulus menyarankan agar didominasi dengan penggunaan bahasa yang dimengerti oleh semua orang (1Kor. 14:19). Kesimpulannya: bahwa jika ada yang berkata-kata dalam bahasa roh, haruslah ada yang dapat menafsirkannya (1Kor. 14:27). Memahami apa yang dimaksud oleh Paulus dengan bahasa roh dan penggunaannya dalam pelayanan, maka sudah selayaknya orang Kristen memiliki pemahaman yang benar tentang bahasa roh. Orang Kristen (dan apalagi gereja) tidak boleh memutlakkan penggunaan bahasa roh di dalam pelayanan. Paulus lebih menekankan kesatuan pelayanan dalam bahasa yang mudah dimengerti. Karena itu, orang Kristen (dan gereja) hendaknya memiliki prinsip yang sama, sebagaimana ditekankan oleh Paulus. STUDI PRIBADI: Apakah pemberian karunia Roh Kudus bagi jemaat/tubuh Tuhan bertujuan agar kita saling berkompetisi? Apa tujuan pemberian karunia rohani bagi jemaat-Nya! Berdoalah agar jemaat antusias untuk terlibat aktif melayani Tuhan, sesuai dengan karunia yang telah Tuhan berikan pada mereka, berdasarkan pada aturan firman Tuhan yang berlaku.
04 KAMIS
SEPTEMBER 2014
“Sebab Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera… segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur.” (1 Korintus 14:33, 40)
Bacaan hari ini: 1 Korintus 14:21-40 Bacaan setahun: 1 Korintus 14:21-40
ALLAH TIDAK MENGHENDAKI KEKACAUAN
T
ujuan adanya peraturan dalam kehidupan manusia adalah adanya ketertiban, keteraturan, kesopanan dan kebaikan untuk manusia. Itu sebabnya aturan diadakan agar segala sesuatu berjalan tertib dan teratur, tidak serampangan dan mendatangkan kebaikan. Bacaan hari ini memberikan petunjuk kepada kita bahwa telah terjadi kekacauan di jemaat Korintus. Kekacauan tersebut terjadi karena perilaku jemaat yang egois, tidak peduli orang lain dan sikap mau menang sendiri. Persaingan di antara mereka dinyatakan secara terang-terangan dalam pertemuan ibadah jemaat. Kelompok yang satu ingin mendominasi, sementara kelompok yang lain juga tidak mau mengalah. Orang yang berbahasa roh tidak peduli apakah orang lain mengerti atau tidak (ay. 27). Kelompok yang memiliki karunia bernubuat juga tidak dapat menahan diri. Semua ingin memperoleh kesempatan dan waktu yang sama untuk bisa menyampaikan kehendak Tuhan (ay. 29-33). Begitu juga dengan kelompok perempuan, yang rupanya di masyarakat Yunani-Romawi tidak pernah mendapat peran, perhatian serta menjadi kelompok yang harus selalu bungkam, mereka juga menuntut kesempatan untuk tampil di pertemuan jemaat (ay. 34, 35). Pertemuan jemaat yang mestinya berpusat kepada Allah, sopan dan saling menghormati, sekarang berubah menjadi egois, ingin menampilkan dirinya sendiri, tanpa mempedulikan orang lain dan tata krama. Akhirnya, bukan kesejahteraan dan berkat yang mereka terima, tapi sikap bermusuhan yang saling menyakiti satu dengan yang lainnya. Allah tidak menghendaki kekacauan seperti itu terjadi, baik di jemaat Korintus maupun jemaat Tuhan di mana pun berada pada saat ini. Tetapi yang Tuhan kehendaki adalah damai sejahtera dan Ia menghendaki agar segala sesuatu yang sedang dilakukan jemaat Tuhan harus berlangsung dengan sopan dan teratur, apalagi jika itu dalam konteks beribadah. Sikap beribadah yang tertib dan sopan menjadi salah satu petunjuk bahwa kita sungguh-sungguh menghormati Tuhan kita dan mengasihi sesama. STUDI PRIBADI: Mengapa kekacauan di dalam jemaat Korintus bisa terjadi? Apa akibatnya bagi kehidupan jemaat Korintus pada waktu itu? Berdoalah agar sebagai jemaat Tuhan, kita hidup sopan dan tertib dalam berjemaat dan beribadah kepada Tuhan. Maka dengan demikian, Tuhan mencurahkan berkat dan damai sejahtera-Nya atas kita sekalian.
05 JUMAT
SEPTEMBER 2014
“Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia…” (1 Korintus 15:10)
Bacaan hari ini: 1 Korintus 15:1-28 Bacaan setahun: 1 Korintus 15:1-28
HIDUP YANG BERARTI
H
idup adalah anugerah Allah. Jika hidup itu anugerah Allah, maka sudah sepatutnya kita memanfaatkannya untuk hal-hal yang berarti bagi Allah yang telah menganugerahkannya kepada kita, sebagai suatu ungkapan syukur bagi-Nya. Itulah kira-kira yang Paulus ingin katakan dalam bagian ayat di atas, yang juga telah menjadi konsep Paulus dalam keberadaan hidupnya yang telah diperbaharui Allah. Mengapa Paulus memiliki konsep hidup yang demikian? Jawabannya, karena kuasa kebangkitan Kristus! Jika kita mencoba melihat ke belakang tentang siapa dan apakah yang telah Paulus lakukan sebelumnya, maka kita akan setuju dengan jawaban di atas tadi. Paulus adalah seorang yang dapat membanggakan dirinya dengan keberadaannya secara lahiriah. Ia adalah seorang Ibrani tulen (2Kor 11:22; Flp. 3:4, 5; Kis. 21:39; 22:3; 23:6). Secara pendidikan, ia seorang sarjana besar, ahli dalam Taurat, yang didik langsung oleh imam Gamaliel (Kis. 22:3). Berdasarkan ketentuan-ketentuan Yahudi, Paulus mempunyai hak yang lebih besar lagi untuk dihormati. Dia adalah orang Farisi (Kis. 23:6; Flp 3:5). Merekalah kelompok yang paling istimewa dari bangsa Yahudi. Ia juga memiliki kewarganegaraan Romawi. Dan dia bangga akan keberadaannya itu (Kis. 16:35-39; 22:25). Oleh karena ketaatan dan kesetiaannya kepada agamanya, dengan semangat yang berkobar-kobar disertai dengan surat kuasa dari Imam Besar (Kis. 9:1, 2), Paulus pergi untuk menangkapi dan membunuhi orang-orang percaya. Terkenal-lah ia sebagai seorang yang menentang Kristus dan penganiaya jemaat. Namun, setelah mengalami perjumpaan dengan Kristus yang bangkit serta jamahan kuasa kebangkitan-Nya (Kis. 9:1-19a), terjadilah suatu perubahan hidup yang baru, total dan radikal dalam hidup Paulus (Gal. 2:19-20). Dahulu, ia bangga akan keberadaan diri dan status lahiriahnya, sekarang semua itu dianggapnya rugi dan sampah karena pengenalannya akan Kristus. Itulah alasan Paulus melepaskan semuanya itu; baginya sekarang, Kristus lebih mulia (Flp. 3:4-11). STUDI PRIBADI: Bagaimana caranya agar Anda memiliki kehidupan yang berarti? Hal-hal apa saja yang ada pada kita, yang dapat kita lakukan bagi Allah dan sesama? Berdoalah agar banyak orang dapat mengalami perjumpaan dengan Kristus secara pribadi dan memiliki hidup yang berarti. Hidupnya diubahkan, yang terpenting telah memiliki jaminan hidup kekal.
06 SABTU
SEPTEMBER 2014
“Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.” (1 Korintus 15:57)
Bacaan hari ini: 1 Korintus 15:29-58 Bacaan setahun: 1 Korintus 15:29-58
KUMENANG BERSAMA YESUS TUHAN
K
itab Suci menyatakan kepada kita bahwa semua manusia telah berdosa (Rm. 3:23). Roma 6:23 menyatakan bahwa upah dosa adalah maut, yaitu kematian. Kematian tersebut menyebabkan putusnya hubungan kita dengan Tuhan, kita harus mengalami kematian jasmani dan akan mengalami kematian kekal di dalam neraka. Itulah yang sedang dan akan dialami oleh kita semua sebagai manusia yang berdosa. Kitab suci pun menyatakan bahwa sebagai manusia yang berdosa, kita berada dalam kondisi yang lemah (Rm. 5:6), di mana kita tidak dapat melepaskan diri dari kuasa dosa yang membelenggu kita. Dengan segala usaha apa pun, kita tidak dapat bebas, apalagi mengalami kemenangan atas dosa tersebut. Sesunguhnya, kita berada dalam kondisi yang tidak berpengharapan karena dosa. “Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.” (1Kor. 15:57). Yesus Kristus telah mati untuk menggantikan hukuman dosa yang seharusnya kita terima dan bahkan, Dia telah bangkit dan menang atas maut dan memberikan kita kemenangan. Kita yang tadinya putus hubungan dengan-Nya, kini memiliki persekutuan kembali dengan-Nya melalui Yesus Kristus, Tuhan kita. Orang yang mati di dalam persekutuan dengan Tuhan tidak akan mati selamanya, mereka akan dibangkitkan pada waktu bunyi nafiri terakhir dalam keadaan tidak binasa dan telah diubahkan (ay. 51-53). Karena maut telah dikalahkan oleh kebangkitan Yesus Kristus, Tuhan kita (ay.54-56). Karena itu, saudarasaudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia” (ay. 58). Paulus menasihatkan kepada kita, sebagai orang-orang yang telah menang dan mengalami persekutuan kembali dengan Allah, agar gigih mempertahankan dan memelihara persekutuan yang kekal itu dengan Tuhan; sebab segala jerih payah kita yang kita kerjakan untuk itu tidak akan pernah sia-sia. STUDI PRIBADI: Bagaimanakah kondisi kita ketika berdosa? Dan bagaimana kondisi kita setelah mengalami kemenangan di dalam Kristus? Apakah yang harus kita lakukan? Berdoalah agar mereka yang telah mengalami kemenangan dengan Kristus, dimampukan mempertahankan dan memelihara persekutuannya bersama Kristus secara gigih di tengah-tengah pergumulan dan ancaman dunia ini.
07 MINGGU
SEPTEMBER 2014
“Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih!” (1 Korintus 16:14)
Bacaan hari ini: 1 Korintus16:1-24 Bacaan setahun: 1 Korintus 16
KASIH SEBAGAI DASAR
P
aulus menulis ayat ini kepada jemaat Korintus agar mereka dapat hidup dalam kasih. Jika kita melihat latar belakang jemaat Korintus, maka kita bisa menemukan bahwa ada banyak masalah di antara jemaat yang mengarahkan mereka kepada perpecahan. Karena itu, dalam bagian ini, Paulus mengingatkan mereka agar sebagai satu kesatuan tubuh Kristus, mereka bisa hidup dalam sikap saling mengasihi yang ditunjukkan dalam seluruh pelayanan, maupun pekerjaan mereka. Seseorang yang mengasihi berarti ia lebih mengutamakan kebutuhan dan kesejahteraan orang lain, daripada kebutuhan atau kepentingan diri sendiri. Dalam ayat 1-4, Paulus mengingatkan mereka agar kasih mereka ditunjukkan kepada mereka yang membutuhkan, yang dinyatakan melalui pengumpulan persembahan. Allah sendiri telah mencurahkan kasih-Nya yang besar dalam kehidupan kita, dan mengaruniakan Anak tunggal-Nya bagi penebusan dosa kita. Ia ingin agar kita juga hidup dalam kasih, yaitu dengan melayani orang-orang sekitar, yang membutuhkan uluran tangan kita. Kasih Allah menjadi nyata sewaktu kita mulai memedulikan orang lain dan mau menolong mereka. Sehingga melalui kita, kasih Allah yang tidak kelihatan dapat dialami dan dirasakan oleh orang banyak. Kasih kepada sesama juga harus diwujudkan dalam kasih pada orangorang yang diutus Tuhan untuk melayani kita, yakni hamba-hamba Tuhan (ayat 5-12). Dalam ayat 6, Paulus mengungkapkan kerinduannya agar jemaat Korintus bisa menolongnya melanjutkan perjalanannya. Dalam ayat 10, ia juga meminta kepada jemaat Korintus agar dapat menolong Timotius. Dari bagian ini kita melihat bahwa sebenarnya hamba-hamba Tuhan pun membutuhkan pertolongan serta dukungan dari jemaat untuk melakukan pekerjaan mereka dengan baik. Apakah kita telah menyatakan kasih kita kepada hamba-hamba Tuhan, yang diutus untuk melayani kita dengan cara memberi dukungan semangat dan mendoakan mereka? Kita bisa menjadi satu tubuh Kristus yang kuat, apabila kita saling mengasihi dan mendukung satu dengan yang lain. STUDI PRIBADI: Apa artinya mengasihi sesama seperti Kristus mengasihi kita? Bagaimana kita mewujudkan kasih kepada sesama dalam kehidupan kita sehari-hari? Berdoalah agar kita diberikan hati yang peka dan mau peduli terhadap orang lain di sekitar kita; juga agar kita diberikan hati yang rindu dan mau mengasihi orang yang sulit sekalipun, bahkan dapat menjadi berkat.
08 SENIN
”Sebab sama seperti kami mendapat bagian berlimpah-limpah dalam kesengsaraan Kristus, demikian pula oleh Kristus kami menerima penghiburan berlimpah-limpah.” (2 Korintus 1:5) SEPTEMBER 2014
Bacaan hari ini: 2 Korintus 1:1-24 Bacaan setahun: 2 Korintus 1
PENGHIBURAN
D
alam perjalanan mengikut dan melayani Tuhan, orang Kristen tidak akan terluput dari yang namanya penderitaan, kesulitan, rintangan, bahkan pencobaan. Hal yang sama juga dialami oleh Paulus, yang membuatnya hampir putus asa (ay. 8-9). Tapi Paulus sadar, bahwa semua yang ia alami itu diizinkan Tuhan, untuk mengajarkan kepadanya agar ia tidak bersandar pada kekuatan diri sendiri, melainkan kepada Allah yang memanggil dan mengutusnya. Itulah penghiburan yang menjadi kekuatan baginya untuk terus teguh berdiri melayani Dia. Setiap kita memerlukan penghiburan. Tidak ada seorang pun dari kita yang kebal terhadap masalah dan penderitaan. Banyak orang, yang ketika mengalami masalah mencari penghiburan di tempat yang salah. Mereka pergi ke tempat-tempat hiburan, mabuk-mabukan, dengan harapan dapat melupakan masalahnya, bahkan ada yang berpikir untuk mengakhiri hidup. Namun, apakah semua itu dapat memberikan penghiburan, ketenangan dan menjadi jalan keluar terbaik? Ternyata tidak! Semuanya itu sia-sia. Tetapi syukur kepada Tuhan, karena sebagai anak-anak Tuhan, kita memiliki sumber penghiburan sejati, yaitu Tuhan Yesus sendiri (ay. 3). Ia tidak pernah membiarkan kita bergumul sendiri, tetapi anugerah-Nya selalu cukup bagi kita dan diberikan-Nya ketika kita memerlukannya. Dengan berbagai cara, Allah sanggup menghibur kita. Entah itu melalui firman-Nya, saudara seiman, bahkan juga melalui berbagai kejadian dalam hidup kita. Karena itu, apabila kita sedang mengalami pergumulan yang berat saat ini, datanglah kepada-Nya dalam doa, dan kita bisa menemukan penghiburan dan kekuatan yang sejati di dalam Dia. Bahkan, pengalaman berjalan bersama dengan Tuhan melalui lembah kekelaman dan pengalaman dihiburkan oleh Tuhan ini akan membuat kita pada akhirnya juga bisa menghibur orang lain. Pengalaman dihiburkan dan kembali disemangatkan oleh Tuhan di tengah penderitaan, akan membuat kita mampu menolong mereka yang juga sedang mengalami pencobaan hidup yang berat. STUDI PRIBADI: Mengapa Tuhan mengijinkan berbagai kesulitan menghampiri hidup kita? Bagaimana hal itu bisa menjadi penghiburan dan kekuatan juga bagi orang lain? Doakanlah agar kita senantiasa datang kepada Tuhan di tengah penderitaan dan kesulitan hidup yang kita lalui. Doakan agar kita juga dapat menghibur orang lain karena kita pun telah dihibur oleh Tuhan.
09 SELASA
SEPTEMBER 2014
“Sebab itu aku menasihatkan kamu, supaya kamu sungguh-sungguh mengasihi dia.” (2 Korintus 2:8)
Bacaan hari ini: 2 Korintus 2:5-11 Bacaan setahun: 2 Korintus 2
KELEMBUTAN HATI PAULUS
P
ada zaman modern yang serba cepat ini, kita dituntut memberikan pengaruh, atau sebaliknya kita yang dipengaruhi. Apabila kita ingin mempengaruhi, maka kehidupan yang memberi dampak bagi orang yang di sekitar kita harus dimulai dari diri kita sendiri; baik itu pengalaman hidup yang menyenangkan atau berbagai masalah yang terjadi; semua itu merupakan kesempatan yang dapat mempengaruhi dan mengembangkan diri kita, serta orang lain yang ada di sekitar kehidupan kita. Surat Paulus yang kedua bagi Jemaat di Korintus ini, ditulis berkaitan dengan berbagai masalah yang sedang terjadi di sana. Memang tidak menyenangkan bila sebuah relasi yang penuh keakraban, harus diwarnai teguran dan peringatan. Namun pada bagian ini, Rasul Paulus memberikan teladan dan menunjukkan bahwa menyelesaikan sebuah persoalan juga merupakan salah satu bagian kehidupan untuk memberikan pengaruh bagi oran lain. Di sini, Rasul Paulus menunjukkan kelembutan hatinya ketika menyelesaikan sebuah masalah yang dihadapi bersama dengan jemaat Korintus. Melihat kelembutan hati Paulus untuk menyelesaikan persoalan dalam Jemaat Korintus, menegaskan betapa pentingnya pola hidup saling mengampuni, menghibur dan mengasihi sesama, ketika sedang menyelesaikan persoalan yang sedang dihadapi; bukan dengan kesombongan, pembenaran diri sendiri ataupun kekerasan. Tiga hal tersebut seringkali ditawarkan oleh dunia untuk menjadi solusi persoalan hidup ini. Namun, sayang sekali, justru kita sering memakai pola dunia untuk menyelesaikan segala problem hidup kita. Pola hidup dan dorongan yang Paulus tunjukkan perlu kita lakukan dan contoh, agar Iblis tidak mengambil keuntungan dalam persoalan hidup setiap anak Tuhan. Dengan kata lain, pertengkaran dan kedengkian tidak memberikan pengaruh yang baik bagi kehidupan di sekitar kita. Hari ini, apakah yang mendasari kita menyelesaikan segala persoalan dalam kehidupan kita? Dengan kelembutan hati, atau prinsip dunia? Coba pikirkan dampaknya apabila kita salah memilih. STUDI PRIBADI: Mengapa kesombongan, pembenaran diri dan kekerasan tidak akan pernah menghasilkan kehidupan yang baik dalam bergereja? Jelaskan alasannya! Berdoalah bagi setiap jemaat agar mereka memiliki hati saling mengasihi, mengampuni dan juga rela berkorban demi kebaikan dan pertumbuhan iman bersama saudara seiman lainnya, di dalam Tuhan Yesus.
10 RABU
SEPTEMBER 2014
“Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang.” (2 Korintus 3:2)
Bacaan hari ini: 2 Korintus 3:1-18 Bacaan setahun: 2 Korintus 3
IDENTITAS DIRI
K
ehidupan masyarakat modern tidak dapat dilepaskan dengan keakuratan (ketepatan) identitas diri seseorang. Dengan adanya eKTP atau sejenisnya, menunjukkan bahwa data diri yang benar dan pasti merupakan hal yang sangat diperlukan untuk menata kehidupan ini. Dengan memiliki ID (Identitas Diri) yang benar akan membuat diri kita dapat dipercaya dan diterima oleh orang lain. Pada suratnya yang kedua kepada Jemaat di Korintus, Rasul Paulus kembali mengingatkan, ada dua identitas diri yang perlu diingat oleh setiap anak Tuhan, yaitu: (a) Kamu adalah Surat pujian kami. Di sini Rasul Paulus mengingatkan jemaat Korintus, bahwa mereka adalah hasil dari pelayanan pengabaran Injil Paulus. ID ini merupakan sebuah bukti pelayanan Paulus yang tidak didasarkan atas materi atau kemasyuran diri, tapi semata-mata demi Injil keselamatan yang diberitakan kepada jemaat Korintus. Oleh sebab itu, Rasul Paulus sangat berharap bahwa kehidupan mereka dapat semakin menjadi berkat bagi banyak orang melalui segala karunia yang telah Tuhan berikan kepada diri mereka. (b) Kamu adalah Surat Kristus. Di sini Rasul Paulus mengingatkan bahwa setiap anak Tuhan adalah hasil yang dinyatakan bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh Tuhan, yaitu untuk menyatakan bahwa setiap kita adalah milik Tuhan. ID ini menunjukkan bahwa Allah sangat mengasihi jemaat Korintus. Pemahaman tentang anugerah Allah yang melampaui pemikiran manusia merupakan dasar yang sangat kuat untuk memastikan bahwa kehidupan anak Tuhan adalah milik Tuhan semata. Pemahaman ini mendorong jemaat Korintus untuk semakin bersungguh-sungguh mengasihi dan melayani Tuhan. Hari ini, kiranya setiap anak Tuhan diingatkan bahwa mereka memiliki Identitas Diri yang sangat penting untuk selalu direnungkan, yaitu bahwa setiap anak Tuhan adalah hasil dari pelayanan orang lain; dan yang penting adalah, setiap anak Tuhan adalah milik Allah, yang telah lunas dibayar bukan dengan barang fana, tetapi dengan darah Kristus. STUDI PRIBADI: Bagaimana identitas yang harus nampak dalam kehidupan setiap orang yang mengaku diri sebagai murid Kristus atau orang Kristen? Jelaskan! Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka hidup bukan menjadi batu sandungan tapi menjadi surat-surat Kristus yang terbuka, sehingga melalui mereka, Kristus dikenal dan dimuliakan banyak orang.
11 KAMIS
SEPTEMBER 2014
“Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar hati.” (2 Korintus 4:1)
Bacaan hari ini: 2 Korintus 4:1-18 Bacaan setahun: 2 Korintus 4
PELAYANAN DAN ANUGERAH ALLAH
M
enjadi “hamba Tuhan” merupakan panggilan setiap orang percaya, karena mereka telah ditebus dan menjadi milik Tuhan. Sangat beralasan jika kehidupan mereka dipersembahkan untuk melayani Dia (Rm.12:1-2). Namun dalam artian lebih sempit, istilah “hamba Tuhan,” dapat ditujukan bagi mereka yang melayani Tuhan dalam jabatan tertentu, seperti menjadi Majelis, Pendeta/Penginjil, Pengurus atau aktivis gereja. Menjalani aktivitas sebagai “hamba Tuhan” sangatlah menyenangkan, karena kita sedang melayani Tuhan dan mengerjakan pelayanan yang berdimensi rohani, bersifat kekal (Why. 14:13). Sekalipun melayani Tuhan sungguh menyenangkan, tetapi pelayanan ini bukanlah hal yang mudah untuk kita kerjakan. Penyebabnya adalah, kita masih mengenakan tubuh fana yang disebut Paulus sebagai “bejana tanah liat” (ay. 7). Selama kita mengenakan tubuh fana ini dan hidup dalam dunia, kita masih merasakan beban berat, kelemahan, sakit-penyakit, disakiti dan sebagainya. Semuanya itu bisa saja membuat kita mundur dari pelayanan, bahwa kita bisa saja tergoda untuk tidak setia kepada Tuhan. Dalam 2 Korintus 4 ini, Paulus mengingatkan kita melalui teladan hidupnya, bahwa apabila kita melayani Tuhan, alangkah baiknya jika kita tidak mendasarkannya pada dunia maupun tubuh kita yang fana ini. Dasar yang benar untuk melayani Dia adalah kanena anugerah-Nya (ay. 1). Itulah sebabnya, dalam kesulitan pelayanannya, Paulus tidak tawar hati, karena anugerah Allah telah memberinya menjamin segala kemuliaan yang akan diterimanya, sementara ia harus berjuang dan mengalami penderitaan di dunia ini (ay. 16-18). Janganlah putus asa dalam melayani Dia; apabila kita menghadapi kesulitan, atau tidak diindahkan orang lain. Sesungguhnya, semuanya itu tidak sebanding dengan kemuliaan yang akan kita terima di dalam Kristus Yesus Tuhan kita. Janganlah mata, hati dan pikiran kita tertuju pada apa yang kelihatan di dunia ini, melainkan arahkan pandangan itu pada kemuliaan yang akan diberikan kepada kita oleh Allah, ketika kita berjumpa dengan-Nya. STUDI PRIBADI: Jika tidak mendapat pujian dalam pelayanan, apakah Anda menyesal telah melayani Tuhan? Apakah motivasi yang benar dalam melayani Tuhan? Berdoalah bagi setiap pelayan Tuhan agar mereka tidak menjadi tawar hati ketika jerih lelah mereka tidak dihargai orang lain, tapi tetap dapat bersyukur dan tidak mundur dalam pelayanan.
12 JUMAT
SEPTEMBER 2014
“Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru; yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” (2 Korintus 5:17)
Bacaan hari ini: 2 Korintus 5:11-21 Bacaan setahun: 2 Korintus 5
CIPTAAN BARU DI DALAM KRISTUS
K
ehidupan orang Kristen sesungguhnya adalah kehidupan yang sangat indah; kehidupan yang berbeda dari kehidupan orang yang belum di dalam Kristus. Kehidupan ini dikatakan indah karena ini adalah suatu kehidupan yang baru, yaitu hidup yang diperdamaikan dan dibenarkan oleh Allah di dalam Kristus Yesus. Kehidupan ini tidak dapat dibeli dengan apapun yang berasal dari dunia ini, bahkan kehidupan inipun tidak bisa kita usahakan sendiri, tetapi telah Allah berikan melalui Kristus Yesus yang menjadi jalan pendamaian bagi kita kepada-Nya dalam iman, yang kita ketahui dan terima melalui pemberitaan Injil-Nya (ay. 20). Maka setiap orang Kristen sudah sepatutnya hidup berdasarkan kehidupan baru ini, dan bukan lagi mengikuti kehidupan dunia, yang disebut Paulus sebagai “kehidupan lama yang sudah berlalu.” Dahulu kita adalah seteru Allah dan hidup memusuhi-Nya dengan cara hidup menurut dosa, maka sekarang, setelah kita menjadi ciptaan baru di dalam Kristus, kita hidup dengan cara yang baru: Pertama, hidup bagi Allah (ay. 15). Hidup bagi Allah merupakan tujuan tertinggi hidup manusia, karena demikianlah tujuan Allah menciptakan manusia. Namun karena dosa (Kej. 3), manusia hidup menurut jalannya sendiri (1Yoh. 3:4). Akibatnya, manusia mengalami disorientasi hidup dan diperbudak dosa, hawa nafsu dunia dan kedagingan. Manusia menjadi objek murka Allah yang kudus, karena ketidak-kudusan mereka. Namun syukur kepada Allah, melalui Kristus Yesus, Allah yang penuh rahmat, telah memperdamaikan dan membenarkan kita, sehingga kita menjadi ciptaan yang baru. Manusia memiliki kembali orientasi hidupnya, yaitu hidup bagi Allah (Rm. 12:1-2). Kedua, hidup dengan perspektif rohani, bukan jasmani. Perbudakan dosa dan tipu daya dunia telah membuat perspektif hidup kita tertuju pada yang jasmaniah. Namun di dalam Kristus, yang telah menjadi ciptaan baru, kita harus hidup dalam perspektif rohani. Setiap hal yang kita kerjakan, dikaitkan dengan Kristus dan firman-Nya. STUDI PRIBADI: Apakah menjadi “ciptaan baru” sungguh menyenangkan bagi diri Anda, sebagai orang Kristen? Apakah orientasi hidup sebagai ciptaan baru di dalam Kristus? Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka hidup sebagai ciptaan baru dan meninggalkan cara hidup yang lama, yang hidup menuruti hawa nafsu daging dan keinginan duniawi.
13 SABTU
SEPTEMBER 2014
“Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini.” (2 Korintus 6:16)
Bacaan hari ini: 2 Korintus 6:1-18 Bacaan setahun: 2 Korintus 6
JANGAN SIA-SIAKAN KASIH KARUNIA
K
ehidupan baru di dalam Kristus semata-mata adalah kasih karunia Allah. Tidak ada upaya atau kerja keras apapun yang dapat manusia lakukan untuk memperolehnya; bahkan kesalehan yang manusia lakukan di hadapan-Nya pun tidak dapat memenuhi standar kebenaranNya (Yes. 64:6). Jika kita menyadari bahwa kehidupan kita sebagai orang Kristen adalah kasih karunia-Nya, pertanggungan jawab apakah yang akan kita lakukan di hadapan Allah? Pertama, jangan kompromi terhadap penyimpangan iman. Di tengah budaya yang pluralis dengan beragam kepercayaannya dan munculnya penghargaan terhadap keberbedaan itu sendiri, tentu sangat mudah bagi kita untuk merelatifkan dan mengompromikan iman kepercayaan kita. Kita memang harus mengasihi semua orang dan menghargai keberbedaan; tetapi mencampur-adukkan kepercayaan iman kita kepada Kristus dengan kepercayaan yang ada di luar Kristus, sama halnya menyangkali apa yang Kristus telah lakukan bagi kita. Inilah yang terjadi di tengah-tengah jemaat Korintus, yang membuat Paulus harus menegur mereka dan mengingatkan tentang apa yang telah Kristus perbuat bagi mereka. Kita tidaklah boleh mensejajarkan, atau bahkan mencampur-adukkan pengabdian kita kepada Kristus dengan ilah lainnya. Kedua, jangan hidup dalam ketidakmurnian. Mencampuradukkan iman Kristen dengan kepercayaan lain tentu berdampak pada pencampuradukkan pola hidup kita. Sebagai ciptaan baru, Allah telah memberikan standar bagaimana kita menjalani kehidupan baru yang telah Ia berikan (ay. 15-18). Contohnya, jika Paulus melarang orang Kristen menikah dengan pasangan yang tidak beriman pada Kristus, itu demi pemurnian hidup iman Kristen; sebab kehidupan yang tidak seimbang ini, hanya akan menyeret dan mengompromikan kehidupan iman Kristen dengan kehidupan yang bukan Kristen, yang pada akhirnya akan menyangkal keutamaan Kristus dalam hidup kita. Karena itu, setiap orang yang menyadari kasih karunia Allah, akan hidup sesuai kasih karunia Allah tersebut. STUDI PRIBADI: Bagaimana cara hidup kita sebagai orang yang telah mendapatkan kasih karunia Allah di dalam Kristus? Bolehkah kita mengkompromikan iman kita? Mengapa! Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka menghargai kasih karunia yang telah mereka terima dari Allah Bapa, yaitu dengan cara hidup benar dan murni, sesuai kebenaran firman-Nya.
14
MINGGU “Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian.” (2 Korintus 7:10) SEPTEMBER 2014
Bacaan hari ini: 2 Korintus 7:1-16 Bacaan setahun: 2 Korintus 7
DUKACITA ROHANI
D
ukacita tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia, termasuk orang percaya. Dukacita muncul terutama ketika seseorang mengalami situasi kehidupan yang menekannya atau kehilangan sesuatu/seseorang yang berharga dalam hidupnya. Pada bagian firman Tuhan ini, Paulus membicarakan tentang dukacita yang bukan sekadar dukacita seperti yang dikenal dunia. Dukacita ini disebut sebagai dukacita menurut kehendak Allah atau dukacita rohani. Apakah itu dukacita rohani? Bagian firman Tuhan ini menunjukkan dua hal yang merupakan ciri-ciri dukacita rohani. Pertama, dukacita rohani adalah dukacita karena dosa yang diperbuat seseorang dalam hidupnya. Dukacita ini muncul karena dia sadar telah mendukakan Tuhan melalui perbuatannya tersebut. Ini berbeda dengan dukacita karena dosa, seperti yang ditunjukkan dunia. Seseorang bisa berduka karena dosanya karena dia mendapatkan konsekuensi yang jelek akibat dosanya. Dia tidak menyesali dosanya di hadapan Tuhan, dia berduka hanya karena mengalami sesuatu yang buruk sebagai akibat perbuatan dosanya. Atau dia menjadi malu karena dosanya ketahuan di hadapan banyak orang sehingga dia berduka. Jadi dukacita rohani tidak bersifat egois, tetapi dalam relasi antara dirinya dan Tuhan. Kedua, dukacita rohani mengakibatkan pertobatan. Berbeda dengan dukacita duniawi yang bersifat egois. Dukacita yang bersifat egois bisa mengakibatkan seseorang tidak meninggalkan dosanya, tetapi hanya lebih berhati-hati untuk melakukannya agar tidak mendapatkan konsekuensi yang jelek atau tidak ketahuan lagi. Contoh yang jelas dari dukacita rohani yang menghasilkan pertobatan adalah kisah Raja Daud, yang ditegur Nabi Nathan karena terlah berzinah dengan Batsyeba dan membunuh Uria (2 Sam. 11-12). Teguran Nathan mengakibatkan Daud menyadari dosanya di hadapan Tuhan, memohon pengampunan Tuhan, dan mau meninggalkan tindakannya yang jahat itu. Bagaimana dengan diri kita? Dukacita rohani yang sejati lahir dari kehidupan orang percaya yang dekat dengan Tuhan. STUDI PRIBADI: Apa ciri-ciri dukacita yang sesuai kehendak Tuhan? Apa bedanya dengan dukacita yang dirasakan orang pada umumnya? Berdoa bagi jemaat agar dapat memelihara relasi yang dekat dengan Tuhan sehingga mereka peka akan kehendak dan teguran Tuhan. Berdoalah pula agar mereka belajar hidup berintegritas.
15 SENIN
“Aku mengatakan hal itu bukan sebagai perintah, melainkan dengan menunjukkan usaha orang-orang lain untuk membantu, aku mau menguji keikhlasan kasih kamu.” SEPTEMBER 2014 (2 Korintus 8:8)
Bacaan hari ini: 2 Korintus 8:1-24 Bacaan setahun: 2 Korintus 8
ENGGAN UNTUK BERMURAH HATI
A
da satu hal yang kurang baik nampak dalam jemaat Korintus, yaitu keengganan mereka terlibat dalam pelayanan membantu jemaat di kota lain yang kekurangan. Jemaat Korintus bukanlah jemaat yang terlalu bermurah hati. Kalaupun mereka mau melibatkan diri dalam pelayanan ini, hal itu dilakukan dengan enggan dan setengah hati. Apakah mereka dalam kondisi yang kekurangan? Ternyata tidak, karena Paulus memuji mereka sebagai jemaat yang kaya dalam segala sesuatu (ay. 7). Lalu, bagaimana cara Paulus mengingatkan mereka untuk belajar bermurah hati dan melibatkan diri dalam pelayanan membantu jemaat yang kekurangan tersebut? Pertama adalah Paulus memberikan contoh jemaat Makedonia yang sebenarnya dalam kondisi membutuhkan bantuan, justru menunjukkan kemurahan hati dalam memberi (ay. 1-5). Jika kita termasuk orang Kristen yang sulit bermurah hati, maka cara ini bisa dipakai untuk mengingatkan kita. Mulailah memperhatikan saudara seiman yang mestinya kita bantu; kadang, yang perlu dibantu justru menolong orang lain melalui apa yang dia miliki. Bukankah seharusnya kita menjadi malu karenanya? Kedua adalah mengingatkan mereka akan apa yang Tuhan Yesus sudah lakukan bagi mereka, yaitu Dia telah menjadi miskin demi agar kita menjadi kaya (ay. 9). Tuhan Yesus yang adalah Tuhan dan Raja, rela mengosongkan diri-Nya menjadi hamba untuk menyerahkan nyawa-Nya, menebus dosa kita. Jika Tuhan telah memberikan yang terbaik, masakan kita masih hitung-hitungan melakukan kehendak-Nya, berbagi dengan saudara seiman? Padahal segala yang kita miliki adalah semata-mata kasih karunia-Nya. Bagaimanakah dengan diri kita? Hendaknya kasih karunia Tuhan memampukan kita untuk hidup bermurah hati dengan cara berbagi akan apa yang kita miliki agar mereka yang kekurangan dapat beroleh berkat. Dengan demikian dunia akan tahu bahwa kita adalah murid-murid Tuhan Yesus, yaitu ketika kita saling mengasihi seperti Kristus, yang telah lebih dahulu mengasihi kita (Yoh 13:35). STUDI PRIBADI: Bagaimana Paulus mengingatkan jemaat Korintus dan kita untuk belajar bermurah hati? Berdoalah bagi Gereja-Gereja Tuhan di manapun ataupun yang Anda kenal, agar dipenuhi dengan kemurahan Tuhan untuk bisa saling memperhatikan dan mendoakan.
16 SELASA
“Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.” (2 Korintus 9:7) SEPTEMBER 2014
Bacaan hari ini: 2 Korintus 9:1-15 Bacaan setahun: 2 Korintus 9
MEMBERI DENGAN SUKACITA
D
alam teks Alkitab ini, Paulus mendorong jemaat Korintus untuk turut serta dalam memberikan persembahan bagi jemaat kota lain yang membutuhkan. Sebagai satu “tubuh Kristus”, adalah sepatutnyalah untuk saling menolong dan mendukung ketika ada yang membutuhkan, walaupun mereka tidak dari kota yang sama. Dari apa yang dinyatakan Paulus, nampaknya jemaat Korintus bukanlah jemaat yang mudah untuk berbagian dalam pelayanan ini. Kalaupun mereka mau memberi, motivasi hati mereka tidak dipenuhi dengan sukacita dan syukur. Karena itu, Paulus mengingatkan mereka untuk memberi dengan sukacita. Pertama, yang diingatkan Paulus tentang memberi dengan sukacita adalah pemeliharaan Allah dalam kehidupan kita. Ketika kita memberi persembahan sering diartikan kita kehilangan sebagian dari harta kita. Di dunia ini, uang dibutuhkan untuk kehidupan kita sehari-hari. Karena itu beberapa orang Kristen menjadi begitu enggan atau hitung-hitungan untuk memberikan persembahan. Ada ketakutan dalam hati kecil kita janganjangan kita akan kekurangan ketika terus-terusan memberi persembahan. Tetapi Paulus mengingatkan jemaat Korintus dan kita, bahwa Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia agar kita berkecukupan dalam segala sesuatu. Artinya janganlah berpikir kita akan dimiskinkan dengan memberi persembahan. Janganlah kita melupakan pemeliharaan Tuhan selama ini dalam kehidupan kita. Kedua, melalui persembahan ada banyak hal yang Allah karyakan melalui kehidupan kita. Allah melimpahkan bukan hanya kecukupan tetapi juga pelbagai kebajikan. Seorang yang memberi dengan sukacita berarti mempersilahkan Allah berkarya dalam dirinya untuk menumbuhkan hidup rohaninya yang akan memancarkan buah-buah kebajikan. Selain itu, ketika kita memberi dengan sukacita terutama bagi yang membutuhkan, maka akan timbul ucapan syukur kepada Allah dari mereka yang menerimanya. Itu artinya kita telah dipakai Allah dalam rencana-Nya memelihara saudara seiman yang membutuhkan. Maukah Anda melakukannya? STUDI PRIBADI: Bagaimana kita dapat belajar memberi persembahan dengan sukacita? Jelaskan! Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar memberi persembahan dengan sukacita dan penuh ucapan syukur, sehingga mereka pun dapat melihat karya Tuhan melalui kehidupannya.
17 RABU
“Tetapi hendaklah orang-orang yang berkata demikian menginsafi, bahwa tindakan kami, bila berhadapan muka, sama seperti perkataan kami dalam surat-surat kami, bila tidak berhadapan muka.” (2 Korintus 10:11) SEPTEMBER 2014
Bacaan hari ini: 2 Korintus 10:1-10 Bacaan setahun: 2 Korintus 10
BERANI BERSIKAP TEGAS
K
etika membaca ay. 1-2 pasal ini, mungkin kita dibingungkan dengan perkataan Paulus yang mengatakan tidak berani bila berhadapan muka dengan jemaat di Korintus, tapi berani bila berjauhan (lewat surat). Sepertinya, Paulus adalah seorang yang plin-plan, pengecut, tidak konsisten dan hanya berani berkata keras melalui surat saja. Tetapi apakah benar Paulus punya sikap yang demikian? Membaca ay. 1-2 ini harus dikaitkan dengan ay. 9-11, dan barulah kita mengerti apa yang Paulus maksudkan. Rupanya saat itu ada sekelompok orang yang menganggap diri rasul (ps. 11:5) yang menuduh bahwa ketika berhadapan muka dengan para pembacanya, Paulus tidak berani. Artinya, ketika di Korintus, Paulus memperlihatkan hati yang lunak, sikap yang tidak tegas. Tetapi ketika berjauhan dan berbicara lewat surat, ia berani berkata keras dan tegas. Jadi apa yang Paulus katakan dalam ay. 1 dan 10 itu sebenarnya merupakan tuduhan yang dilontarkan padanya, dan hal itu dijawab dengan tegas oleh Paulus di ay. 11, bahwa tindakan Paulus bila berhadapan muka, sama seperti perkataannya dalam surat-suratnya yang berani, tegas dan keras. Paulus tidak pernah takut terhadap manusia ketika ia mengatakan kebenaran dan menegur dosa manusia (Kis. 15:2; 23:1-5). Namun Paulus menghimbau agar ia tidak dipaksa untuk membuktikan keberaniannya yang sesungguhnya ketika kembali lagi di Korintus (ay. 2). Bukan memamerkan kuasa dan keberanian, itu yang sesungguhnya Paulus inginkan. Ia lebih suka datang dalam kelemah-lembutan dan keramahan seperti Kristus, yang ia teladani. Rupanya kelemah-lembutan dalam menghadapi penghinaan dan penderitaan inilah, yang dianggap sebagai ketidak-beranian. Tetapi bila memang diperlukan, Paulus tidak pernah takut untuk bertindak berani, keras dan tegas dalam melawan dan merubuhkan keangkuhan mereka yang menentang pengenalan manusia akan Allah, menindak dengan tegas orang-orang yang durhaka (ay. 3-6). Keberanian diri Paulus ini bukanlah untuk meruntuhkan, tapi justru untuk membangun jemaat. Bagaimana dengan kita? STUDI PRIBADI: Hal-hal apa yang membuat orang sulit atau tidak berani bertindak tegas dalam menyatakan kebenaran, maupun dalam melawan dosa? Berdoalah agar anak-anak Tuhan berani menyatakan kebenaran maupun menegur ketidakbenaran, tidak berkompromi dengan dosa. Melalui perilaku tiap hari, orang lain Kristen menjadi berkat dan teladan hidup.
18 KAMIS
SEPTEMBER 2014
“Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya.” (2 Korintus 11:3)
Bacaan hari ini: 2 Korintus 11:1-6 Bacaan setahun: 2 Korintus 11:1-15
WASPADA TERHADAP AJARAN SESAT
S
etelah Paulus menunjukkan otoritasnya sebagai rasul yang telah dikaruniakan Tuhan kepadanya (2Kor.10:1-18), ia mengingatkan jemaat di Korintus untuk waspada terhadap ajaran-ajaran sesat yang dibawa oleh rasul-rasul palsu. Paulus kuatir kalau jemaat di Korintus terpengaruh dengan ajaran sesat, karena nampaknya selama ini jemaat Korintus bersikap “sabar” terhadap beredarnya ajaran sesat (ay. 4). Mereka tidak sadar bahwa dengan bersikap sabar (membiarkan saja ajaran sesat terus berkembang di antara mereka tanpa mereka berbuat apa-apa), maka secara tidak sadar, ajaran sesat itu akan mudah mempengaruhi pikiran dan iman kepercayaan mereka. Paulus memberikan contoh bagaimana Hawa bisa diperdaya oleh ular yang licik (ay. 3). Hal itu terjadi karena awalnya Hawa membiarkan dirinya terlibat percakapan dengan ular itu, bahkan ia meresponi apa yang dikatakan ular itu. Dari situlah, ular itu memasukkan “ajaran-ajaran sesatnya.” Hawa tidak sadar, dan dia menjadi terpengaruh pikirannya, kepercayaannya mulai goyah, dan akhirnya jatuhlah Hawa ke tangan Iblis ketika ia menuruti apa yang dikatakan ular/Iblis itu. Bagaimana supaya kita tidak diperdayakan oleh ajaran-ajaran sesat? (1) Pemahaman akan firman Tuhan harus kuat. Ini adalah dasar iman kita. Apabila kita sendiri belum sungguh-sungguh mengerti firman Tuhan, maka kita mudah bingung dan terpengaruh dengan ajaran-ajaran lainnya. Oleh sebab itu, kita harus terus belajar untuk mengerti kebenaran firman Tuhan, baik dengan bersaat teduh, mengikuti PA, Pembinaan, dsb. (2) Tidak menelan mentah-mentah setiap ajaran yang kita dengar, namun kita harus tetap meneliti kembali, apakah ajaran itu telah sesuai dengan maksud dan kebenaran firman Tuhan, atau tidak. (3) Tegas menolak ajaran yang tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Jangan lagi berkompromi dengan mempertimbangkan “sepertinya ajaran itu masuk akal, ajaran ini juga baik,” dsb. Waspadalah, jangan sampai kita diperdaya dan digoncangkan iman kepercayaan kita kepada Kristus, yang adalah satu-satunya Tuhan dan Juruselamat hidup kita. STUDI PRIBADI: Bagaimana kita bisa mengetahui apakah ajaran yang kita dengar itu sesat atau tidak? Berdoalah agar anak-anak Tuhan mau terus belajar firman Tuhan sehingga semakin kuat dan berakar dalam iman dan memiliki pemahaman yang benar terhadap kebenaran firman Tuhan.
19 JUMAT
SEPTEMBER 2014
“Jika aku harus bermegah, maka aku akan bermegah atas kelemahanku.” (2 Korintus 11:30)
Bacaan hari ini: 2 Korintus 11:16-21, 30-31 Bacaan setahun: 2 Korintus 11:16-33
BERMEGAH KARENA KRISTUS
S
alah satu parameter untuk sebuah kesuksesan adalah pencapaian seseorang. Seseorang dinilai sukses ketika ia mencapai sebuah kedudukan/jabatan, satu gelar yang tinggi, atau mencapai kekayaan tertentu. Jarang sekali kesuksesan diukur dari pencapaian apa yang menjadi tujuan Allah atas hidup seseorang. Pada bagian ini, Paulus dan jemaat Korintus mengalami pergumulan seperti di atas. Pada saat itu, kesuksesan diukur ketika seseorang memiliki kekuatan supranatural tertentu, jabatan tertentu, dan kepandaian tertentu. Paulus sangat menentang hal ini. Paulus mengajarkan bahwa kesuksesan ialah jika seseorang serupa dengan Kristus dalam ketaatan, kematian, dan kebangkitan-Nya. Kesuksesan selain hal ini adalah fana (2Kor. 5:1-4). Paulus membiarkan orang melihat penderitaan dan kelemahankelemahan karena baginya yang penting adalah kemuliaan Allah dapat dinyatakan (2Kor. 4:7), bukan kemuliaan sang pelayan. Ia tidak membuat pelayanannya menjadi batu sandungan (2Kor. 6:3). Oleh sebab itu, ia menyatakan bahwa kendati dirinya dapat bermegah secara duniawi, tetapi ia tidak melakukannya karena menganggap semuanya itu tidak berguna. Ia tidak menyombongkan dirinya, namun meneladani Tuhan Yesus yang telah menderita, mati, dan dianggap tidak berharga oleh dunia. Ia tahu, justru di dalam kelemahan-lah kuasa Tuhan menjadi nyata. Ia bermegah atas kelemahannya. Apa yang dituliskan Paulus di sini seharusnya menjadi refleksi yang sangat mendalam bagi diri kita. Apakah sebenarnya yang kita banggakan? Apakah kedudukan dan jabatan, pendidikan, kekayaan, atau yang lainnya? Kemegahan kita adalah karena Kristus semata. Kita yang adalah sampah, yang seharusnya dibuang, tetapi ditebus oleh-Nya. Bukan hanya itu saja, kita bahkan dipakai-Nya untuk menjadi bejana-Nya yang mulia. Bagaimana dengan kita hari ini? Maukah kita meletakkan Kristus menjadi pusat dari segalanya yang ada dalam hidup kita, melampaui apa saja yang kita miliki, dan merendahkan diri kita untuk melayani-Nya? STUDI PRIBADI: Apakah yang menjadi kebanggaan kita? Apakah Kristus sudah menjadi pusat kebanggaan dan kemegahan kita dalam setiap aktivitas kehidupan kita? Berdoa agar setiap orang Kristen senantiasa menyadari bahwa Kristus lah yang harus menjadi pusat kehidupan, sehingga mereka dapat mengerjakan sesuatu yang bernilai kekal.
20
SABTU
“Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaaan,di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus.” SEPTEMBER 2014 (2 Korintus 12:10) Bacaan hari ini: 2 Korintus 12:1-10 Bacaan setahun: 2 Korintus 12:1-21
LEMAH TAPI KUAT
T
ahukah Anda jika beberapa tanaman yang menghasilkan buah harus mengalami tahap pencacahan/pelukaan di bagian batang kemudian pemangkasan dahan dan ranting, agar berbuah lebat? Benar, inilah tahap yang seringkali dilewati ketika seseorang menanam tananam buah, sehingga tidak jarang muncul pembicaraan seperti demikian, “kok saya sudah beli tanaman buah, tapi tidak berbuah terus?” atau “tanaman buah ini hanya berbuah sedikit.” Masalahnya adalah, karena tahapan ini tidak dilakukan dengan baik. Paulus, pada perikop yang kita baca, menceritakan apa yang menjadi kelebihan dirinya. Ia diangkat sampai ke surga dan mendapat penglihatan langsung dari Allah sendiri. Namun Paulus tidak menganggap hal-hal ini menjadi kekuatan, apalagi pantas untuk dibanggakan (ay. 5). Pada bagian ini, ia hendak menyatakan bahwa ia bertumbuh justru karena ada sesuatu yang mengganggu dirinya, yaitu kelemahannya (duri dalam dagingnya). Kelemahan ini mengganggunya. Beberapa ahli menafsirkan kelemahan ini adalah kondisi fisik matanya yang mulai memudar, beberapa ahli yang lain menafsirkan sebagai maraknya ajaran sesat, dan beberapa ahli yang lain pula menafsirkan adanya gangguan Iblis dan roh jahat atas dirinya. Namun apapun itu, Paulus berdoa kepada Tuhan agar kelemahan ini boleh diambil dari dirinya. Yang menarik adalah, Tuhan tidak mengambil gangguannya ini (duri dalam daging). Tuhan justru membiarkan gangguan kelemahannya ini agar Paulus tidak meninggikan diri, “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahan kuasa-Ku menjadi sempurna” (ay. 7). Tuhan justru ingin, dengan gangguan kelemahan ini, Paulus semakin berbuah! Paulus tidak meninggikan dirinya dan bergantung kepada Tuhan. Lalu, bagaimana dengan kita? Kadangkala Tuhan melakukan hal yang sama dalam hidup kita, sama seperti Paulus, dengan tujuan, agar kita lebih mengandalkan Tuhan. Pertanyaannya adalah, “Maukah kita berbuah justru karena Tuhan tidak mengambil apa yang menjadi kelemahan dan kesakitan kita?” STUDI PRIBADI: Kelemahan dalam diri kita yang manakah, yang dipakai Tuhan, justru untuk membuat kita kuat? Berdoalah agar hari demi hari Tuhan semakin menyempurnakan kita dalam kasih-Nya, sekalipun kita harus menghadapi rintangan dan tantangan yang terjadi di dalam hidup kita ini.
21
MINGGU
SEPTEMBER 2014
“Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! …” (2 Korintus 13:5)
Bacaan hari ini: 2 Korintus 13:1-10 Bacaan setahun: 2 Korintus 13
HATI SEORANG GEMBALA
S
uatu kerinduan seorang Rasul Paulus adalah: “agar jemaat Korintus tetap tegak di dalam iman kepada Yesus Kristus, bukannya terus menyimpan dosa yang lama, yaitu: perselisihan, fitnah, kepentingan diri sendiri, iri hati, amarah, mengumpat, keangkuhan, dan pertengkaran. Masihkah mereka belum bertobat dari kecemaran, percabulan, dan ketidak-sopanan yang terus mereka lakukan? Maka, Paulus menasihati jemaat Korintus untuk yang ketiga kalinya, karena Paulus kuatir iman mereka yang tidak tahan uji sehingga mereka masih hidup dalam dosa yang lama. Paulus menasihati mereka: “Ujilah imanmu dan selidikilah dirimu bahwa Kristus ada di dalam kamu supaya kamu tahan uji, supaya kamu kuat” (ay. 5). Bukan hanya menasihati jemaat Korintus, bahkan Paulus juga “berdoa” kepada Allah, agar mereka bukan saja tahan uji melainkan supaya mereka dapat “berbuat baik,” menjadi kuat, dan juga sempurna. Sikap Paulus yang demikian menunjukkan sikapnya terhadap mereka, yaitu bahwa ia sangat mengasihi mereka. Dengan kasih Kristus, Paulus merendahkan dirinya sampai-sampai dianggap bodoh dan lemah, tetapi semuanya itu tidak menjadi beban bagi dirinya, sebaliknya Paulus tetap bersukacita, sebab menurut Paulus, “apabila kami lemah dan kamu kuat, itu kemegahan kami, kami hanya bermegah di dalam Kristus” (ay. 4). Itulah hati seorang gembala yang baik dan benar. Hati yang senang melihat domba-dombanya bersukacita, dan berusaha supaya menjadi sempurna di dalam iman kepada Kristus Yesus. Seorang gembala tidak henti-hentinya mendorong domba-dombanya untuk dapat tetap berdiri tegak dalam iman kepada Kristus Yesus, di tengah-tengah banyak orang yang melakukan pencemaran, percabulan dan ketidak-sopanan. Demikian pula, seorang gembala harusnya tidak henti-hentinya berdoa dan memohon pada Allah, supaya jemaat dapat sehati sepikir dan hidup dalam damai sejahtera, sehingga Allah yang adalah sumber kasih dan damai sejahtera, menyertai mereka semua. STUDI PRIBADI: Bagaimana sikap Paulus terhadap jemaat Tuhan di Korintus? Apa yang Paulus nasihatkan kepada mereka? Berdoalah bagi para hamba Tuhan, baik itu pendeta maupun penginjil agar mereka dapat menjadi pelayan Tuhan yang sungguh mengasihi umat-Nya dan bertanggung jawab terhadap pertumbuhan iman jemaat.
22
SENIN
SEPTEMBER 2014
“Sebab aku menegaskan kepadamu, saudara-saudaraku, bahwa Injil yang keberitakan itu bukanlah Injil manusia.” (Galatia 1:11)
Bacaan hari ini: Galatia 1:1-24 Bacaan setahun: Galatia 1
HANYA KARENA INJIL
P
aulus ingin menegaskan bahwa kerasulannya bukanlah karena ia sendiri mengangkat dirinya sebagai seorang rasul atau kelompok atau lembaga tertentu; tetapi diperolehnya karena Yesus Kristus sendiri yang memanggilanya untuk menjadi pelayan dan saksi-Nya bagi bangsa Yahudi dan bagi bangsa-bangsa lainnya, untuk membukakan mata mereka supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa Iblis kepada Allah, supaya oleh iman kepada Kristus, memperoleh pengampunan dosa dan mendapatkan bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang yang dikuduskan. Hal ini disebabkan karena beberapa orang jemaat di Galatia menyangkal bahwa Allah telah memilih Paulus sebagai seorang Pemberita Injil. Sebab Paulus memberitakan bahwa orang-orang bukan Yahudi tidak harus mentaati Hukum Taurat (sunat) atau ambil bagian dalam upacara-upacara Yahudi yang menekankan tentang perbuatan. Hal ini bertentangan dengan Injil Kristus yang menekankan anugerah atau kasih karunia Allah saja untuk memperoleh pengampunan dosa/keselamatan. Penegasan kerasulan Paulus ini juga membuktikan bahwa Injil yang Paulus beritakan bukan berasal dari dirinya sendiri atau dari orang lain, melainkan dari Tuhan Yesus, dan tentang apa yang akan Yesus perlihatkan padanya nanti, yaitu: bahwa Kristus yang adalah Mesias harus menderita sengsara dan bahwa Ia adalah yang pertama yang akan bangkit dari antara orang mati, dan bahwa Ia akan memberitakan terang kepada bangsa ini dan bangsa-bangsa lainnya. Hanya dengan melalui Kristus, satu-satunya jalan untuk memperoleh pengampunan dosa bukan melalui Hukum Taurat. Inilah Janji Keselamatan bagi setiap orang yang menerima dan memahami panggilan-Nya, bahwa: mereka akan disebut orang-orang Kudus, milik kepunyaan-Nya sendiri, yang akan dibangkitkan pada kesudahan zaman, karena iman dalam Yesus Kristus saja dan bukan karena Hukum Taurat, agar mereka menjadi anak-anak Allah. Kristus telah membebaskan kita dari Hukum Taurat (ps. 5:1). STUDI PRIBADI: Apa bukti bahwa kerasulan Paulus bukan berasal dari manusia? Siapakah yang memperkenalkan Injil kepada Paulus dan memanggilnya melayani pemberitaan Injil? Berdoalah bagi setiap jemaat agar mereka mensyukuri karunia Tuhan Yesus yang telah menyelamatkan mereka dari neraka kekal, dan doakanlah agar mereka tetap setia kepada Injil Tuhan.
23
SELASA
“Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku…” (Galatia 2:20) SEPTEMBER 2014 Bacaan hari ini: Galatia 2:15-21 Bacaan setahun: Galatia 2:1-21
HIDUP BAGI KRISTUS
P
ada zaman dahulu ketika terjadi jual beli budak, satu-satunya cara supaya seorang budak bisa dibebaskan adalah jika ada seseorang mau membeli atau menebus budak tersebut dengan membayar harga tertentu. Inilah gambaran hidup orang yang berdosa. Kehidupan manusia yang berdosa seperti diikat oleh dosa, sehingga tidak mungkin dengan usahanya sendiri ia mampu melepaskan dirinya dari ikatan dosa itu, kecuali Kristus menebusnya dengan darah-Nya sendiri. Yesus mati menyerahkan dirinya menjadi tebusan bagi kita, supaya kita yang beriman kepada Kristus dilepaskan dari kuasa dosa, kemudian dijadikan milik Tuhan. Inilah alasan Paulus berkata bahwa hidup yang dia jalani sekarang adalah hidup bagi Kristus; dia bukan hidup bagi dirinya sendiri, namun bagi Kristus. Paulus mengajarkan sebuah kebenaran yang sangat penting bagi orang Kristen mengenai konsekuensi dari orang-orang yang ditebus oleh Kristus. Ada dua aspek dalam karya penebusan Kristus, yaitu: (1) kelepasan dari perbudakan dosa karya penebusan Kristus, (2) kita menjadi milik Allah, supaya kita melayani Allah. Kedua hal tersebut penting untuk selalu diingat dan dimengerti dengan baik. Ada banyak orang Kristen yang memandang karya penebusan Kristus secara tidak lengkap, sehingga fokusnya terbatas hanya pada kelepasan dari perbudakan dosa, tetapi melupakan aspek kedua. Sedangkan aspek kedua menegaskan kepada kita tujuan dari karya penebusan Kristus. Kita dibebaskan dari dosa bukan supaya kita menjadi orang-orang yang kemudian hidup sebebas-bebasnya bagi diri sendiri, namun sebaliknya, hidup dan melayani Dia. Saat manusia tidak lagi hidup sesuai dengan tujuan penciptaannya, kita menjadi orang-orang yang hidupnya tidak bahagia, penuh dengan kekosongan dan kehampaan. Sebaliknya, ketika kita hidup bagi Tuhan dan melayani Tuhan, maka hidup kita dibuat Tuhan menjadi kembali bermakna, dipenuhi sukacita dan damai sejahtera. Kita ada dan hidup untuk melayani Tuhan, melalui panggilan kita masing-masing. STUDI PRIBADI: Apa yang terjadi ketika seseorang percaya kepada Tuhan Yesus? Apa yang seharusnya dilakukan oleh mereka yang telah percaya kepada Yesus? Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka tidak lagi hidup oleh dan bagi diri mereka sendiri, tetapi bagi Kristus dan menjadi berkat bagi sesama untuk memuliakan Dia.
24
RABU
“Dan bahwa tidak ada orang yang dibenarkan di hadapan Allah karena melakukan hukum Taurat adalah jelas, karena: Orang yang benar akan hidup oleh iman.” (Galatia 3:11) SEPTEMBER 2014 Bacaan hari ini: Galatia 3:1-14 Bacaan setahun: Galatia 3:1-29
HIDUP OLEH IMAN
B
eberapa waktu terakhir ini dunia digemparkan dengan pemberitaan mengenai orang-orang Kristen yang tinggal di Mosul, Irak. Mereka mengalami penganiayaan yang dahsyat namun banyak di antaranya rela mati demi mempertahankan imannya. Apakah yang membuat mereka bertahan sedemikian rupa? Kata Yunani “dikaios” dapat diterjemahkan “tulus hati, adil,” atau dapat juga diterjemahkan “benar.” Dalam Matius 9:13 kita baca, Tuhan berfirman, “karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.” Ia menghendaki orang berdosa untuk bertobat. Pembenaran adalah tindakan Allah, yang oleh karena Kristus, menyatakan kita yang adalah orang-orang berdosa, yang karena iman kepada Kristus, kita dinyatakan sebagai orang benar. Bukan karena kita benar, namun Allah menerima kita sebagai orang benar. Kita tidak lagi ada di bawah penghakiman dan penghukuman, namun kita telah diperbaharui di dalam Kristus kepada anugerah dan kebaikan-Nya. Dalam pemandangan Allah, Ia melihat kita melalui anugerah dan darah Yesus, kita bersih dan suci dan putih dan telah diselamatkan. Itulah pembenaran. Walaupun sesungguhnya kita adalah orang berdosa, namun Allah memandang kita bukan sebagai orang berdosa dan mengenakan pakaian kotor, melainkan Allah memandang kita dalam kasih dan anugerah dan rahmat Yesus dan menyatakan kita sebagai orang benar, oleh karena pembenaran-Nya, sehingga kita dilayakkan untuk menikmati kehidupan kekal bersama Allah. Kiranya kebenaran ini menolong kita untuk semakin menghargai karya penebusan Kristus dengan tidak menukarkan iman kita dengan hal-hal lain yang ada di dunia ini. Kebenaran ini juga menguatkan kita untuk bisa terus bersaksi kepada sesama kita akan karya penebusan Kristus yang agung ini. Hiduplah dalam iman sebagai orang yang telah dimerdekakan dan menyatakan kebenaran Kristus, sehingga terang Kristus nampak bagi orang-orang di sekitar kita. STUDI PRIBADI: Apa yang Allah lakukan kepada kita sehingga kita dapat dikatakan “orang benar”? Apa buah kehidupan baru yang seharusnya nampak dalam kehidupan kita? Berdoalah bagi jemaat agar mereka hidup dalam iman kepada Kristus dan senantiasa bertumbuh dalam kebenaran sehingga dapat menjadi kesaksian bagi banyak orang, khususnya yang belum percaya.
25
KAMIS
SEPTEMBER 2014
“…. Maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah.” (Galatia 4:7)
Bacaan hari ini: Galatia 4:1-11 Bacaan setahun: Galatia 4
AHLI WARIS
A
da cerita menarik dari seorang TKW di Taiwan. Ia sangat setia melayani tuannya yang sakit tua, meskipun sangatlah melelahkan. Akhirnya tuannya meninggal dan pembantu ini merasa sedih karena kehilangan orang tua yang dianggap seperti orang tua sendiri. Apa boleh buat, segala sesuatu ada waktunya, maka pembantu ini harus cari kerja di tempat lainnya. Suatu hari, keluarga merasa kaget melihat ada surat wasiat yang menyebutkan bahwa pembantu itu sebagai ahli waris dari almarhum bapaknya. Setelah menemukan identitas pembantu itu, keluarga kemudian menyerahkan warisan itu kepadanya. Tentu pembantu itu merasa kaget, namun ia senang sekali mendapatkan warisan yang tak terduga. Demikian juga kita akan menerima berbagai berkat dan warisan dalam Kristus Yesus. Kita seharusnya tidak pantas mendapatkannya, hanya anugerah Tuhan lah yang memungkinkan kita mendapatkannya. Pertama, kita disebut anak, bukan hamba lagi. Rencana Allah adalah membebaskan kita dari perhambaan. Perhatikan Paulus, ia menggunakan istilah anak yang belum akil balig, namun waktunya akan tiba, dan kita akan mengalami akil balig atau kedewasaan. Analogi ini merujuk pada Kristus, sebelum Dia datang kita masih diperhamba, tapi setelah genap waktunya, Allah mengutus Anak-Nya, untuk membebaskan kuk perhambaan dalam diri kita, sehingga kita bukan lagi hamba, melainkan anak. Kedua, jadi ahli waris. Karena kita disebut anak, kita juga adalah ahliahli waris Allah. Hubungan anak dan ahli waris sudah menjadi kepastian hukum, artinya legal, baik budaya waktu itu, maupun sekarang. Berarti kita yang sebenarnya bukan merupakan ahli waris secara alamiah, kini telah memperoleh status ke-anak-an hanya karena anugerah dan kasih karuniaNya. Dengan demikian Roh dari Bapa memeteraikan kita menjadi anak dan ahli waris yang sah di hadapan Allah. Apa yang mengubah nasib seseorang dari hamba menjadi anak yang berhak menjadi ahli waris? Siapa pun juga, baik orang Yahudi, non Yahudi, akan diangkat menjadi anak dan ahli waris bila berada dalam Kristus Yesus. STUDI PRIBADI: Bagaimana seseorang bisa menjadi anak-anak Tuhan dan menjadi ahli waris Kerajaan sorga? Dengan kebaikan saja, apa kita bisa mendapatkannya?Jelaskan! Berdoalah bagi jemaat agar mereka senantiasa bersyukur atas anugerah Tuhan dan tetap setia untuk hidup sebagai anak-anak Tuhan yang menjadi terang bagi lingkungan sekitarnya.
26
JUMAT
SEPTEMBER 2014
“….hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging.” (Galatia 5:16)
Bacaan hari ini: Galatia 5:16-26 Bacaan setahun: Galatia 5
HIDUP OLEH ROH
G
ambar mata uang koin memiliki dua sisi yang berbeda; misalnya koin 500 rupiah, satu sisi berupa gambar burung garuda, sisi yang lain dengan tulisan angka 500, atau disebut satu koin dua muka. Bagaimana dengan kehidupan orang Kristen, apakah boleh hidup bermuka dua? Paulus menegaskan kepada orang-orang yang sudah hidup baru, agar jangan kembali pada kehidupan yang lama. Seolah-oleh hidup dalam dua dunia, hidup dalam kedagingan tapi juga hidup dalam Roh. Ini tidak mungkin, sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh, dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging, karena keduanya bertentangan (Gal. 5:17). Keinginan daging adalah percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya (Gal. 5:10-20). Hal-hal tersebut mencerminkan kehidupan daging yang sangat dimurkai Allah. Karena itu, kita harus menanggalkan manusia lama, yang akan membawa kita kepada kebinasaan (Ef. 4:22). Bukankah sifat-sifat manusia lama itu menyebalkan kita? Janganlah memelihara atau menghidupkan keinginan daging lebih daripada keinginan Roh. Mulai hari ini, tanggalkan semua sifat manusia lama dan belajar hidup menurut keinginan Roh. Keinginan Roh adalah agar setiap kita hidup menampilkan buah Roh, yaitu, kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Menurut Paulus, semua ini tidak ada hukum yang menentang hal-hal ini. Lalu kenapa kita cenderung melakukan hal-hal yang menentang hukum atau melawan keinginan Roh? Apabila ini dijadikan cermin hidup, sifat manakah yang lebih mendominasi hidup kita, keinginan daging atau keinginan Roh? Kiranya kita disadarkan oleh renungan ini, yaitu jangan kembali kepada hidup yang lama atau hidup dua muka; sebagai anak Tuhan, kita hanya punya satu pilihan, yaitu hidup menurut keinginan Roh yang bersfiat positif dan konstruktif. STUDI PRIBADI: Mengapa orang Kristen tidak boleh hidup “bermuka dua?” Jelaskan jawaban Anda! Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka hidup dalam ketulusan dan memiliki integritas yang tinggi, baik dalam iman maupun kehidupan seharihari di tengah masyarakat, sehingga menjadi teladan.
27
SABTU
SEPTEMBER 2014
“Bertolong-tolonganlah kamu menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.” (Galatia 6:2)
Bacaan hari ini: Galatia 6:1-2 Bacaan setahun: Galatia 6
WUJUD IDENTIK DARI BUAH ROH
S
alah satu kecenderungan yang bisa muncul tanpa disadari pada diri seseorang atau sekelompok orang yang merasa sudah mengerti kebenaran atau ajaran kitab suci, adalah kesombongan rohani yang sering berujung pada sikap menghakimi; menghakimi pemahaman yang dianggap salah, apalagi perbuatan yang nyata-nyata salah. Sebenarnya itu merupakan inti/hakekat dari kelemahan kedagingan manusia; memakai kelebihan diri—apapun bentuknya; kekuatan, kekayaan, kepandaian dsb., untuk meninggikan diri atas orang lain. Ketika orang berdosa mengalami anugerah hidup baru dalam Kristus, sesungguhnya dia sudah menyalibkan kedagingannya (Gal. 5:24). Lebih jauh, Roh Kudus yang memeteraikan dirinya, akan memimpin hidupnya. Ini bukan teori kosong. Akan ada buah Roh dengan 9 kualitas muncul dalam kehidupan seorang murid Kristus, yang sedang mengalami pimpinan Roh Kudus. Sebagai wujud nyata dari buah Roh, muncul suatu kecenderungan baru, suatu kualitas hidup baru yang bukan saja bermanfaat bagi dirinya sendiri, tapi juga bagi orang lain. Dia menjadi pembawa pemulihan bagi orang lain yang masih tertinggal di belakangnya. Ini adalah inti dari ajaran anugerah yang diperagakan secara penuh oleh Tuhan Yesus Kristus. Dia yang adalah kebenaran sempurna, datang ke dalam dunia bukan hanya untuk menyatakan kesalahan dunia, tapi adalah untuk memulihkan kehidupan dunia yang sudah rusak, tanpa pengharapan. Anugerah-Nya memulihkan kehidupan yang sudah hancur; pemungut cukai bahkan pelacur, menemukan kembali nilai hidupnya di dalam kasih Allah. Bahkan, seorang musuh besar gereja seperti Paulus, mengalami bukan saja pengampunan tapi juga pemulihan. Kristus datang, untuk memulihkan hidup yang sudah rusak. Tidak ada dosa yang terlalu besar sehingga tidak dapat diampuni, kecuali dosa mengeraskan hati menolak pekerjaan Roh Kudus. Maka sebagaimana Kristus datang untuk memulihkan kehidupan, murid Tuhan, dipanggil untuk memulihkan kehidupan yang sudah jatuh, bukan menghakiminya. STUDI PRIBADI: Bagaimana seharusnya sikap atau perilaku orang Kristen yang telah mengalami kelahiran kembali atau hidup baru dalam Kristus? Jelaskan! Berdoalah bagi komunitas orang Kristen atau jemaat Tuhan agar mereka memiliki kehidupan yang saling menolong dan menyatakan kasih seperti Kristus telah mengasihi mereka.
28
MINGGU
SEPTEMBER 2014
“Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.” (Efesus 1:4)
Bacaan hari ini: Efesus 1:3-14 Bacaan setahun: Efesus 1
DIPILIH BERDASARKAN ANUGERAH
S
urat Efesus merupakan semacam ringkasan ajaran doktrin Kristen yang dikirim ke gereja-gereja oleh Paulus, sebagai penyampaian ajaran dasar iman Kristen kepada jemaat pada zaman itu. Paulus ingin setiap orang percaya memahami dan mensyukuri apa yang telah dia alami di balik statusnya sebagai orang Kristen, bahwa menjadi orang Kristen di tengah-tengah tekanan dan aniaya dari berbagai pihak, bukan terjadi karena seseorang telah mengambil pilihan yang nekad tapi tepat. Justru sebaliknya, hal itu terjadi karena Allah yang telah memilihnya untuk menerima anugerah keselamatan. Ketika seseorang berpaling dari dunia, dari kepercayaan yang dianut sebelumnya, lalu datang percaya dan menerima Kristus sebagai Juruselamat pribadinya—secara kasat mata, nampak seolah dia telah mengambil suatu keputusan berdasarkan pilihan yang paling bijak dan benar; dari sekian banyak tawaran yang kosong, dia telah memilih secara tepat, memilih yang terbaik. Memang yang kelihatan seperti itu. Tetapi, menurut ajaran Alkitab, yang sebenarnya terjadi adalah bahwa Allah, dengan kedaulatan-Nya, sejak semula telah memilih dan menetapkan orang-orang tertentu untuk menerima anugerah. Dan ini konsisten dengan apa yang diucapkan oleh Tuhan Yesus sendiri: “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu” (Yoh.15:16a). Anugerah keselamatan berdasarkan kasih karunia dan kedaulatan Allah ini, bukanlah untuk dijadikan perdebatan melainkan disyukuri dengan sepenuh hati. Orang sering membantah ajaran tentang pemilihan Allah, menuduh bahwa dengan memilih, berarti Allah tidak adil. Tapi bagi Paulus jelas, bahwa tidak ada hak bagi manusia berdosa untuk bicara, bahkan menuntut keadilan Allah. Diperhadapkan dengan keadilan Allah, orang berdosa hanya akan mendapat hukuman atas dosa-dosanya. Justru dalam status sebagai terhukum, orang berdosa kini menerima pengampunan, bukan karena perbuatan baiknya, tetapi sepenuhnya berdasarkan kasih karunia Allah. Puji Tuhan. STUDI PRIBADI: Ketika memutuskan pilihan untuk percaya kepada Kristus sebagai Juruselamat, apa itu terjadi karena keinginan kita yang memilih atau karena Tuhan yang memilih? Berdoa dan bersyukurlah untuk kasih karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada kita bukan karena perbuatan kita, melainkan karena kehendak dan rencana-Nya atas diri kita.
29
SENIN
SEPTEMBER 2014
“Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.” (Efesus 2:1)
Bacaan hari ini: Efesus 2:1-5 Bacaan setahun: Efesus 2
DARI MATI MENJADI HIDUP
S
etelah menjabarkan kasih karunia Allah, Paulus menyampaikan satu dasar penting yang tidak pernah dipahami oleh orang berdosa, yaitu kondisi kerohanian yang sudah mati. Paulus tidak segan-segan mengatakan “kamu,” bukan hanya menunjuk kepada pembaca surat pada zaman itu, tetapi juga seluruh orang pilihan dari segala zaman dan tempat, “sudah mati di dalam dosa.” Istilah “mati di dalam dosa” mengandung arti bahwa orang berdosa, hidup dalam keadaan rohani yang sudah mati. Ini adalah salah satu doktrin paling penting tentang manusia, untuk memahami kebesaran anugerah keselamatan yang dialami. Sepanjang zaman, orang berpikir dia adalah makhluk rohani, dia adalah satu-satunya makhluk yang menyadari keberadaan sang pencipta dan yang sedang berusaha, berjuang lewat agama kembali pada Dia. Adanya agama-agama membuktikan: manusia masih memiliki kapasitas rohani untuk mendambakan relasi dengan sang ilahi dan mewujudkannya dengan semangat ibadah yang cukup mengagumkan. Bukankah ritual-ritual yang ada di dalam setiap kelompok agama adalah bukti nyata dari kerohanian pengikutnya? Sementara orang-orang berbangga diri sebagai “makhluk rohani”, Paulus dengan tegas mengatakan bahwa semua orang sudah mati dalam dosa; dosa telah menyebabkan kematian rohani dan semua orang hidup di dalam kondisi seperti itu. Sebelum manusia pertama jatuh ke dalam dosa, Allah sudah katakan bahwa pada hari Adam memakan buah itu, dia pasti mati. Adam memakannya dan hidup sampai 930 tahun, apa ini berarti Allah berdusta? Tidak! Pada hari Adam memakan buah larangan, dia memang mati; mati secara rohani. Relasinya dengan Allah menjadi terputus. Itulah kematian rohani. Karena fakta itulah, manusia bukan hanya membutuhkan pengajaran yang benar, tetapi perlu lahir baru. Rohani yang mati, perlu dihidupkan terlebih dahulu, supaya manusia dapat menyadari keberdosaannya serta mengenali Allah yang benar. Itulah yang dialami orang-orang pilihan dalam anugerah Allah. STUDI PRIBADI: Bagaimana kondisi rohani orang yang ada di luar Kristus? Apa yang harus terjadi pertama kali, agar mereka bisa percaya kepada Tuhan Yesus? Jelaskan! Berdoa bagi pekerjaan misi seluruh dunia, agar melalui institusi-institusi misi tersebut, banyak orang boleh mendengarkan dan percaya pada Injil Tuhan Yesus Kristus, sehingga beroleh jaminan hidup kekal.
30
SELASA
SEPTEMBER 2014
“Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemulian-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu.” (Efesus 3:16)
Bacaan hari ini: Efesus 3:14-21 Bacaan setahun: Efesus 3
KUALITAS DOA PAULUS “Doa adalah nafas hidup orang percaya.” Demikian frasa yang sering kita dengar sebagai orang Kristen, yang mengajarkan bahwa “doa” adalah hal yang paling penting bagi seorang Kristen. Namun, doa sering menjadi hal yang sangat biasa dilakukan, misalnya ketika seseorang “berhadapan” dengan makanan, maka otomatis dia akan menutup mata dan berdoa. Doa tidak lagi menjadi waktu yang indah bagi kita untuk berbicara dengan Tuhan, tapi doa dijadikan hanya sebagai rutinitas dan “pelengkap” identitas Kristen kita. Pada perikop yang kita baca hari ini, kita melihat kualitas doa Paulus ketika mendoakan orang non-Yahudi. Dalam Ef. 3:1-13, Paulus tahu bahwa Allah menghendaki dia untuk memberitakan Injil kepada orang non-Yahudi (ay. 8). Itulah sebabnya Paulus berdoa untuk mereka. Di sini kita melihat bahwa pemberitaan Firman Tuhan dan doa selalu berjalan bersama-sama. Doa Paulus ini terdiri dari tiga bagian, yaitu pendahuluan, petisi atau permohonan, dan doksologi. Dalam pendahuluan, Paulus menunjukkan sikap doa dengan berlutut atau bersujud, ini menunjukkan kerendahan hati dan kesungguhan di hadapan Tuhan. Kedua, Paulus menunjukkan bahwa pusat permohonan doa kita adalah Allah tritunggal (ay. 16). Paulus memohon supaya Roh Kudus yang menguatkan dan meneguhkan orang percaya; ayat 17-19 merujuk kepada Kristus sebagai pribadi kedua Allah tritunggal, yang mendiami hati setiap orang percaya, dan ayat 19 merujuk kepada Allah Bapa. Terakhir adalah doksologi, Paulus memuji Tuhan, mengembalikan segala kemuliaan kepada Tuhan. Ini menunjukkan iman Paulus, Allah pasti menjawab doa, karena ia mengatakan: “Allah dapat melakukan jauh lebih banyak dari semua yang kita doakan atau pikirkan.” Apabila Paulus sudah memberikan teladan bagaimana harusnya kita berdoa, apakah Anda rindu memiliki kualitas doa yang baik, seperti yang dimiliki Paulus? Yang memiliki kerendahan hati dan kesungguhan di hadapan Allah, dan yang menjadikan Allah Tritunggal sebagai pusat permohonan? STUDI PRIBADI: Sebutkan tiga bagian dalam doa Paulus dan bagaimanakah kualitas doa Paulus? Berdoalah supaya setiap orang Kristen memiliki kualitas doa yang baik dan mengerti dengan benar apakah fungsi doa dalam kehidupan orang Kristen, sehingga mengerti dengan baik apa yang menjadi kehendak Tuhan.
Catatan...
“Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru; yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” (2 Korintus 5:17)
Segala ujung bumi akan mengingatnya dan berbalik kepada TUHAN; dan segala kaum dari bangsa-bangsa akan sujud menyembah di hadapan-Nya. Sebab Tuhanlah yang empunya kerajaan, Dialah yang memerintah atas bangsa-bangsa. — Mazmur 22:28-29