HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS KESEHATAN TENTANG TUBERKULOSIS DENGAN PERANAN PETUGAS KESEHATAN DALAM PENEMUAN SUSPEK TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS KARTASURA Maryani 1), Anita Istiningtyas2), Sunardi3), Wahyu Rima Agustin4) 1)
Mahasiswa Prodi S-1 STIKES Kusuma Husada Surakarta Staf Dosen Prodi S-1 STIKES Kusuma Husada Surakarta
[email protected]
2), 3), 4)
ABSTRAK Peneliti melakukan survei pendahuluan di Puskesmas Kartasura terhadap 10 petugas kesehatan Puskesmas Kartasura dan didapatkan hasil bahwa 8 tenaga kesehatan dapat menjelaskan pengertian TBC dengan tepat dan 2 petugas kesehatan tidak dapat menjelaskan pengertian TBC dengan tepat, 6 petugas kesehatan dapat menyebutkan tanda-tanda penyakit TBC dengan tepat dan 4 petugas kesehatan tidak dapat menyebutkan tanda-tanda penyakit TBC dengan tepat, 8 petugas kesehatan mengatakan tidak mengetahui program pengendalian TBC dan hanya 2 petugas kesehatan Puskesmas Kartasura yang mengetahui program pengendalian TBC. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan petugas kesehatan tentang penyakit tuberkulosis (TBC) dengan peranan dalam penemuan suspek TBC di wilayah kerja Puskesmas Kartasura. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik. Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan teknik total sampling. Jumlah sampel 50 orang. Tingkat pengetahuan petugas kesehatan tentang penyakit tuberkulosis (TBC) di wilayah kerja puskesmas Kartasura sebagian besar responden berada pada tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 35 responden (70%). Peranan petugas kesehatan dalam penemuan suspek TBC di wilayah kerja Puskesmas Kartasura sebagian besar responden mempunyai peranan kurang yaitu sebanyak 23 responden (46%). Ada hubungan tingkat pengetahuan petugas kesehatan tentang penyakit tuberkulosis (TBC) dengan peranan dalam penemuan suspek TBC di wilayah kerja Puskesmas Kartasura. Kata Kunci: Hubungan, tingkat pengetahuan, peranan ABSTRACT The researcher conducted a preliminary survey on 10 Health workers of Community Health Center of Kartasura, and the result of the survey shows that: (1) 8 health workers could explain the definition of TB correctly and 2 health workers could not explain the definition of TB correctly; (2) 6 health workers could mention the symptoms of TB correctly and 4 health workers could not mention the symptoms of TB correctly; and (3) 8 health workers did not know the TB control program and only 2 health workers of Community Health Center of Kartasura knew the TB control program. The objective of this research is to investigate the correlation between the health workers’ knowledge level of Tuberculosis (TB) and their role in the invention of TB suspect at the working region of Community Health Center of Kartasura. This research used the analytical method. Its samples consisted of 50 persons and were taken by using the total sampling technique. The result of research shows that 35 respondents (70%) had good knowledge of tuberculosis decease, and 23 respondents (46%) lacked of role in the invention of TB suspect. Thus, there was a correlation between health workers’ knowledge level of tuberculosis decease and their role in the invention of TB suspect at the working region of Community Health Center of Kartasura. Keywords: Correlation, knowledge level, roles
1
pengobatan mencapai 87% sampai pada
A. PENDAHULUAN Penyakit tuberkulosis atau yang dikenal dengan singkatan TBC adalah suatu penyakit yang
disebabkan
mycobacterium menyerang
oleh
infeksi
bakteri
paru-paru
% (WHO (2010) dalam Firdaus (2012). Menurut
Survey
Kesehatan
Rumah
biasanya
Tangga (SKRT), menempatkan tuberkulosis
(disebutkan
sebagai penyebab kematian ketiga setelah
tuberculosis,
pada
tahun 2008 keberhasilan sudah mencapai 91
kasus
penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran
tuberkulosis menyerang pada organ lain
pernafasan pada semua kelompok usia dan
(Zulkani, 2011). Sepertiga penduduk dunia
nomor satu dari golongan penyakit infeksi.
telah terinfeksi mycobacterium tuberculosis.
Hasil survey prevalensi TBC di Indonesia
Tahun 2007, di seluruh dunia diperkirakan
tahun 2004 menunjukkan bahwa angka
ada 9,2 juta pasien TBC baru dan 1,7 juta
insiden TB BTA positif secara nasional 110
kematian
Negara-negara
per 100.000 penduduk. Wilayah Jawa angka
berkembang kematian TBC merupakan 25%
insiden TBC adalah 110 per 100.000
dari seluruh kematian yang sebenarnya dapat
penduduk.
dicegah. Diperkirakan 95% kasus TBC dan
(Kemenkes, 2012). Penyakit tuberkulosis
98% kematian akibat TBC di dunia terjadi
dapat
pada negara-negara berkembang. Kematian
secara
wanita karena TBC lebih banyak daripada
pengobatan tuberkulosis dipengaruhi oleh
kematian
beberapa faktor antara lain yaitu faktor status
sebagai
TB
Paru).
akibat
Beberapa
TBC.
wanita
karena
kehamilan,
persalinan dan nifas (Kemenkes, 2012). Penyakit
tuberkulosis
merupakan
jumlah penderita terus bertambah seiring epidemi
Human
survey
disembuhkan rutin
dan
yang
dengan
sama
pengobatan
teratur.
Keberhasilan
gizi, faktor imunitas, faktor lingkungan,
masalah utama kesehatan masyarakat karena
munculnya
Hasil
Immuno-
faktor sarana dan prasarana (Ahmadi (2005) dalam Firdaus (2012). Mulai
tahun
pemerintah
anggaran
1994/1995
melaksanakan
Program
deficiency Virus (HIV) dan Accuired Immune
Pemberantasan Tuberkulosis (P2TB) dengan
Deficiency Laporan
Sydrome penyakit
menyebutkan
bahwa
(AIDS)
di
dunia.
strategi
tuberkulosis
dunia
Treathment
Indonesia
masih
terdapat
DOTS
(Directly
Shortcourse).
tiga
hal
Observed Strategi
penting
yang
ini perlu
ditempatkan sebagai penyumbang terbesar
diperhatikan,
tuberkulosis nomor 3 di dunia setelah India
melakukan
dan China yaitu 294.731 kasus pada tahun
pengawasan langsung. Seorang petugas di
2009.
pengobatan
fasilitas
mengalami
melaksanakan
Data
tuberkulosis
keberhasilan setiap
tahun
yaitu
mendeteksi
pengobatan,
pelayanan
dan
melakukan
kesehatan
tugasnya
pasien,
dalam
seharusnya
peningkatan mulai pada tahun 2003 sampai
mempunyai
pada tahun 2008. Tahun 2003 keberhasilan
kulosis, program pengendalian TBC, serta
2
pengetahuan
tentang
tuber-
hal-hal lain yang mendukung terselenggara-
adalah sebesar 58,45% belum mencapai
nya pelayanan pengendalian TBC supaya
target yaitu 100%. Angka kesembuhan (Cure
tujuan
pemberantasan
Rate) dengan target 90% Provinsi Jawa
tuberkulosis (P2TB) dapat tercapai, dengan
Tengah baru mencapai 82,90% (Suwandi,
ditemukan dan disembuhkan pasien TB BTA
2014).Cakupan penemuan kasus TB Paru di
positif (menular), secara bermakna akan
Kabupaten Sukoharjo tahun 2012 baru
dapat
mencapai 28,9%. Capaian ini masih sangat
dari
program
menurunkan
penularan,
angka
kesakitan dan angka kematian akibat TB di
rendah bila dibandingkan
masyarakat. Kesempatan penemuan pasien
pengendalian TB Paru. Hal ini juga terlihat
TB akan hilang kalau petugas kesehatan tidak
dari target suspek yang harusdi temukan
mempunyai pengetahuan yang baik sehingga
sebesar 8773, ternyata hanya ditemukan 2539
tidak melakukan anamnese dengan baik dan
suspek (Dinkes Kab. Sukoharjo, 2012).
benar serta tidak melakukan pemeriksaan
Hasil
penelitian
targetprogram
tentang
pengaruh
dahak (Kemenkes, 2012). Hasil penelitian
karakteristik, pengetahuan dan sikap petugas
Maryun (2006) tentang beberapa faktor yang
pemegang program TB paru puskesmas
berhubungan dengan kinerja petugas program
terhadap penemuan suspek TB di kabupaten
TB Paru terhadap cakupan penemuan kasus
Blora terhadap 56 responden didapatkan hasil
baru BTA (+) di Kota Tasikmalaya tahun
bahwa
2006, didapatkan hasil bahwa ada hubungan
kesehatan di
yang kuat antara pengetahuan dengan kinerja
pengetahuan baik sebanyak 30 orang (58%),
petugas/peranan
TB
tingkat pengetahuan sedang 19 orang (36%)
penemuan
dan tingkat pengetahuan kurang 3 orang
kasus baru BTA (+). Responden yang
(6%). Ada hubungan yang bermakna antara
mempunyai pengetahuan kurang dan kinerja
pengetahuan
kurang yaitu sebesar 66,7%, responden yang
penemuan
mempunyai pengetahuan sedang dan kinerja
pengetahuan petugas kesehatan tentang TB
kurang yaitu sebesar 0,00%, dan responden
Paru
yang mempunyai pengetahuan baik dan
penemuan suspek TB. Petugas dengan
kinerja kurang yaitu sebesar 4,8%. Hasil
tingkat pengetahuan baik akan lebih berperan
penelitian ini sesuai dengan pendapat Ilyas
dalam penemuan suspek TB. Kesempatan
yang menyatakan pengetahuan merupakan
penemuan pasien TB akan hilang kalau
faktor dominan yang sangat penting untuk
petugas
terbentuknya tindakan seseorang.
pengetahuan
puskesmas
pengelola
terhadap
program
cakupan
tingkat
pengetahuan
petugas
Kabupaten Blora,
responden suspek
kesehatan yang
dengan
praktik
Paru.
Tingkat
TB
mempengaruhi
tingkat
peranan
tidak
dalam
mempuanyai
baik sehingga
tidak
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
melakukan anamnese dengan baik dan benar
menyebutkan bahwa, angka penemuan kasus
serta tidak melakukan pemeriksaan dahak
(Case Detection Rate) Provinsi Jawa Tengah
(Widjanarko dkk, 2006).
3
Pada tanggal 25 November 2014 peneliti
penemuan suspek TBC sebanyak 40 adapun
melakukan survei pendahuluan di Puskesmas
suspek yang ditemukan sebanyak 25 suspek,
Kartasura
Desa
terhadap 10 petugas kesehatan
Wirogunan
target
pencapaian
Puskesmas Kartasura dan didapatkan hasil
penemuan
bahwa 8 tenaga kesehatan dapat menjelaskan
ditemukan 12 suspek, Desa Makamhaji target
pengertian TBC dengan tepat dan 2 petugas
pencapaian penemuan suspek TBC sebanyak
kesehatan tidak dapat menjelaskan pengertian
130 suspek adapun suspek yang ditemukan
TBC dengan tepat, 6 petugas kesehatan dapat
20 suspek, Desa Gumpang target pencapaian
menyebutkan tanda-tanda penyakit TBC
penemuan suspek TBC sebanyak 80 suspek
dengan tepat dan 4 petugas kesehatan tidak
adapun suspek yang ditemukan sebanyak 11
dapat menyebutkan
suspek,
tanda-tanda penyakit
suspek
TBC
Kelurahan
sebanyak
Ngadirejo
40
target
TBC dengan tepat, 8 petugas kesehatan
pencapaian penemuan suspek TBC sebanyak
mengatakan
program
80 adapun suspek yang ditemukan sebanyak
pengendalian TBC dan hanya 2 petugas
14 suspek, Desa Pabelan target pencapaian
kesehatan
penemuan
suspek
TBC
ditemukan
suspek
sebanyak
tidak
mengetahui
Puskesmas
Kartasura
yang
mengetahui program pengendalian TBC. Berdasarkan survei yang dilakukan di
sebanyak 43,
50 Desa
Gonilan target pencapaian penemuan suspek
wilayah kerja Puskesmas Kartasura pada
TBC
bulan November tahun 2014 didapatkan hasil
sebanyak
bahwa dari pencapaian target penemuan
pencapaian penemuan suspek TBC sebanyak
suspek TBC berada di bawah target. Target
50 adapun suspek yang ditemukan sebanyak
penemuan
16.
suspek
TB
di
Puskesmas
Kartasura sebanyak 730 pertahun tetapi
sebanyak 9,
50
didapatkan
suspek
Singopuran
target
Desa
Rumusan masalah pada penelitian ini
suspek yang ditemukan sebanyak 318 (43%).
adalah
Kecamatan Kartasura terdapat 12 desa dan
Pengetahuan Petugas Kesehatan tentang
hanya 2 desa yang mencapai target penemuan
Penyakit
suspek TBC yaitu Desa Ngemplak dan
Peranan dalam Penemuan Suspek TBC di
Kelurahan Kertonatan, 10 desa lainnya belum
wilayah Kerja Puskesmas Kartasura”.
“Adakah
Hubungan
Tuberkulosis
Tingkat
(TBC)
dengan
memenuhi target penemuan suspek TBC
Tujuan penelitian ini adalah untuk
yaitu Kelurangan Pucangan target pencapaian
mengetahui hubungan tingkat pengetahuan
penemuan suspek TBC sebanyak 100 adapun
petugas
suspek yang ditemukan 24 suspek, target
tuberkulosis (TBC) dengan peranan dalam
pencapaian
penemuan suspek TBC di wilayah kerja
penemuan
suspek
TBC
Kelurahan Kartasura sebanyak 130 adapun
kesehatan
tentang
penyakit
Puskesmas Kartasura.
suspek yang ditemukan sebanyak 58 suspek, Kelurahan 4
Ngabean
target
pencapaian
4
Adapun manfaat yang diharapkan dari
Populasi dalam penelitian ini adalah
untuk meningkatkan
seluruh petugas kesehatandi wilayah kerja
peranan petugas kesehatan khususnya dalam
Puskesmas Kartasura yaitu sejumlah 50
menangani penemuan suspek tuberkulosis.
orang. Sampel dalam penelitian ini adalah
penelitian ini adalah
sebagian petugas kesehatan yang ada di B. METODOLOGI Penelitian
wilayah
ini
menggunakan
jenis
kerja
Pengambilan
puskesmas sampel
Kartasura.
penelitian
ini
penelitian analitik. Penelitian analitik adalah
menggunakan teknik total sampling. Total
penelitian yang tidak hanya mendiskripsikan
sampling adalah teknik penentuan sampel
saja tetapisudah menganalisis hubungan antar
jika semua anggota populasi digunakan
variabel. Pada penelitian ini menganalisis
sebagai sampel. Adapun sampel yang pada
hubungan
antar
yaitu
tingkat
penelitian
kesehatan
tentang
(Saryono dan Setiawan, 2010), adapun
penyakit tuberkulosis (TBC) dengan peranan
rinciannya dokter 7 orang, perawat 18 orang,
dalam penemuan suspek TBC di wilayah
dan bidan 25 orang.
pengetahuan
variabel
petugas
kerja Puskesmas Kartasura (Saryono, 2010). Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian cross sectional adalah suatu penelitian yang mempelajari
ini
berjumlah
50
responden
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kartasura pada bulan Februari - Juli 2015. Variabel
penelitian
adalah
segala
hubungan antara faktor resiko (independent)
sesuatu yang berbentuk apa saja yang
dengan faktor efek (dependent) dimana
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
melakukan observasi/pengukuran variabel
sehingga diperoleh informasi tentang hal
sekali dan sekaliguspada waktu yang sama.
tersebut kemudian ditarik kesimpulannya
Arti dari “sekali dan sekaligus” tidak berarti
(Sugiyono, 2010). Adapun variabel dalam
semua responden diukur dan diamati pada
penelitian
saat yang bersamaan, tetapi artinya dalam
Independen (variabel bebas) variabel yang
penelitian cross sectional setiap responden
mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan
hanya
dan
atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono,
pengukuran variabel responden dilakukan
2010). Variabel independen yang dimaksud
pada saat pengamatan/pengukuran tersebut,
dalam
kemudian peneliti tidak melakukan tindak
pengetahuan
lanjut (Riyanto, 2010). Pada penelitian ini,
penyakit
TBC, (2) Variabel
dalam sekali waktu peneliti menyebarkan
(variabel
terikat)
kuesioner pada petugas kesehatan Puskesmas
dipengaruhi atau menjadi akibat karena
Kartasura.
adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010).
diobservasi
satu
kali
saja
ini
penelitian
adalah:
ini
petugas
(1)
Variabel
adalah
tingkat
kesehatan
tentang
yaitu
Dependen
variabel
yang
Variabel dependen di sini adalah peranan
5
petugas kesehatan dalam penemuan suspek
dilaporkan oleh peneliti (Sugiyono, 2010),
TBC di wilayah kerja Puskesmas Kartasura.
disebutkan bahwa. Penentuan valid atau
Alat penelitian atau instrumen penelitian
tidaknya suatu item yang digunakan, peneliti
adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
menggunakan
peneliti dalam mengumpulkan data agar
Pearson Product Moment.
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
r ix =
baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan,
{nSx
uji
validitas
item
nSxy - (Sx )(Sy ) 2
}{
- (Sx ) nSy 2 - (Sy ) 2
2
yaitu
}
sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2010). Alat pengumpulan data
Keterangan:
yang digunakan adalah kuisioner. Instrumen
r
= koefisien korelasi
tersebut yang digunakan untuk mengukur
x
= skor obyek pada item
peranan petugas kesehatan dalam penemuan
y
= skor total
suspek TBC di wilayah kerja Puskesmas
xy
= skor pertanyaan
Kartasura.
n
= banyaknya subyek
Pengumpulan data dalam penelitian ini
Item pernyataan dikatakan valid, jika
membagikan
rhitung lebih besar sama dengan rtabel (uji 2 sisi
kuesioner dalam bentuk angket tertutup yang
dengan sig. 0,05) maka butir pertanyaan
sifatnya terstruktur dan terpimpin, sehingga
dinyatakan valid. Sedangkan jika rhitung
pertanyaan yang diajukan pada responden
kurang dari rtabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05)
sama dan terarah dan tidak terjadi bias pada
maka butir pertanyaan dinyatakan tidak valid.
responden.
kepada
rtabel dalam penelitian ini adalah 0, 444. Uji
petugas kesehatan kemudian menjelaskan
validitas pada item pertanyaan kuisioner
maksud pertanyaan dan memberi kesempatan
dilakukan pada responden yang memiliki
pada petugas kesehatan untuk bertanya
karakteristik yang sama dengan sampel
tentang hal-hal yang tidak dimengerti.
penelitian. Uji validitas pada item pertanyaan
dilakukan
dengan
teknik
Kuesioner
dibagikan
Pembagian kuisioner dilakukan dalam
kuesioner
tingkat
pengetahuan
petugas
waktu satu minggu dan didampingi peneliti,
kesehatan tentang penyakit tuberkulosis dan
adapun responden bidan dilakukan ketika
kuesioner peranan petugas kesehatan dalam
pertemuan bidan di puskesmas, responden
penemuan suspek akan dilakukan pada
perawat dilakukan ketika pertemuan perawat
responden yang memiliki karakteristik yang
dan
dillakukan
sama dengan sampel penelitian. Uji validitas
pengambilan data dengan cara mendatangi
pada item pertanyaan akan dilakukan pada
dokter satu persatu.
bulan Febuari 2015, pada 20 petugas
responden
dokter
Uji Validitas. Validitas adalah derajad
kesehatan Puskesmas Baki. Supaya diperoleh
ketepatan antara data yang terjadi pada
distribusi nilai hasil yang mendekati normal,
penelitian
maka sebaiknya jumlah responden untuk uji
6
dengan
daya
yang
dapat
6
coba paling sedikit 20 orang (Notoatmodjo,
penelitian ini adalah 0,6. Semakin tinggi
2010). Hasil uji validitas pada kuisioner
koefisien korelasi berarti konsistensi antara
pengetahuan
tentang
dua tes tersebut dikatakan semakin reliabel.
penyakit TBC didapatkan bahwa item soal no
Apabila dua tes dianggap paralel menghasil-
10,13, 22, 24 dan 25 dinyatakan tidak valid
kan skor yang satu sama lain berkorelasi
karena nilai rhitung lebih kecil dari nilai r tabel
rendah, maka dikatakan hasil tes tersebut
dengan
tidak tinggi.
petugas
taraf
kesehatan
signifikasi
5%
(0,396).
Selanjutnya item pertanyaan yang tidak valid
Hasil
uji
validitas
dan
reliabilitas
tidak diikutsertakan dalam item pertanyaan
kuisioner
tentang
dalam kuesioner karena indikator sudah
petugas
kesehatan
terwakili pada item pertanyaan yang telah
tuberkulosis
valid, sehingga dalam penyusunan kuisioner
pertanyaan didapatkan hasil bahwa item soal
penelitian
untuk
no 10, 13, 22, 24 dan 25 dinyatakan tidak
mengukur pengetahuan petugas kesehatan
reliabel karena nilai rhitung lebih kecil dari
tentang
nilai rtabel dengan taraf signifikasi 5% (0,6).
menggunakan
penyakit
TBC
kisi-kisi
dengan
jumlah
tingkat
(TBC)
pengetahuan
tentang
penyakit
terhadap
25
item
pertanyaan sebanyak 20 item pertanyaan.
Dari
Sedangkan uji validitas pada peranan petugas
dilakukan,
kesehatan dalam penemuan suspek TBC di
petugas kesehatan tentang penyakit TBC
wilayah
Kartasura
dinyatakan reliabel. Hasil uji validitas dan
didapatkan hasil bahwa semua item soal
reliabilitas dapat dilihat pada lampiran,
valid.
sedangkan hasil uji validitas dan reliabilitas
kerja
Puskesmas
hasil
uji
reliabilitas
maka
kuesioner
yang
telah
pengetahuan
Sedangkan uji reliabilitas adalah uji
kuisioner tentang peranan dalam penemuan
yang digunakan untuk derajad konsistensi
suspek TBC di wilayah kerja Puskesmas
dan stabilitas data. Penguji reliabilitas ini
Kartasura didapatkan hasil bahwa kuisioner
menggunakan Alfa Cronbach (Sugiyono,
dinyatakan reliabel.
2012).
Sebelum melakukan analisis data, data
2 k ì ï å Si ü ï ri = í1 2 (k - 1) ïî S t ýïþ
diolah untuk memudahkan dalam analisis data sehingga data tersebut menjadi sumber informasi. Data-data hasil jawaban dalam
Keterangan : k
åS S t2
2 i
penelitian ini diolah dengan langkah-langkah
= Means kuadrat subjek = Means kuadrat kesalahan
= Varians total Harga rhitung selanjutnya
antara lain: Editing, Coding, dan Tabulating Adapun analisis yang digunakan adalah: digunakan
(1) Analisis univariat yaitu analisis
yang
untuk memutuskan instrumen reliabel atau
dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi
tidak, harga tersebut dikonsultasikan dengan
baik dari
harga
variabel
rtabel (Sugiyono, 2010). rtabel dalam
variabel independen maupun dependen.
Analisa
univariat
7
dilakukan terhadap tiap variabel dalam
Keterangan:
penelitian. Analisa ini hanya menyederhana-
p = nilai korelasi spearman
kan atau
d = selisih antara X dan Y
meringkas kumpulan data hasil
pengukuran
sedemikian
rupa
sehingga
n = jumlah pasangan data
kumpulan data menjadi informasi yang
Interpretasi hasil uji yaitu jika p-value
berguna (Notoatmojo, 2010). Adapun analisis
≤ 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima
univariatyang digunakan dalam penelitian ini
yang berarti ada hubungan antara tingkat
adalah
pengetahuan
distribusi
observasi
frekuensi.
analisis
hasil
petugas
kesehatan
tentang
dengan
penyakit TBC dengan peranan petugas
menggunakan tabel distribusi frekuensi yang
kesehatan dalam penemuan suspek TBC di
akan disajikan dalam bentuk diagram dan
wilayah kerja Puskesmas Kartasura. Jika
grafik. Adapun rumus distribusi frekuensi
p-value > 0,05 maka Ho diterima dan Ha
menurut Machfoedz (2009) adalah sebagai
ditolak yang berarti tidak ada hubungan
berikut:
antara tingkat pengetahuan petugas kesehatan
P=
dilakukan
Dari
tentang penyakit TBC dengan peranan
x × 100 % n
petugas kesehatan dalam penemuan suspek
Keterangan :
TBC di wilayah kerja Puskesmas Kartasura
P = prosentase
(Saryono dan Setiawan, 2010).
x = jumlah seluruh jawaban yang benar dari seluruh responden
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
n = jumlah item pertanyaan × jumlah responden
a. Karakteristik responden berdasarkan
(2) Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan
untuk
1. Karakteristik Responden
mengetahui
hubungan
antara dua variabel yaitu tingkat pengetahuan petugas kesehatan tentang penyakit TBC dengan peranan petugas kesehatan dalam penemuan suspek TBC di wilayah kerja
umur Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura Prosentase No Umur Frekuensi (%) 1 25-30 tahun 7 14
Puskesmas Kartasura. Uji yang digunakan
2
30-35 tahun
16
32
untuk menentukan Ho diterima atau ditolak
3
35-40 tahun
15
30
adalah, uji korelasi Spearman (rs). Adapun
4
41-45 tahun
5
10
rumus Uji Korelasi Spearman menurut
5
45-50 tahun
5
10
Siregar (2012) adalah sebagai berikut:
6
>50tahun
2
4
50
100
Jumlah
Sumber: Data Primer bulan Mei 2014
8
8
8
b. Karakteristik responden berdasarkan
2. Tingkat pengetahuan petugas kese-
jenis kelamin
hatan tentang penyakit tuberkulosis
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura Jumlah Presentase No Pengetahuan responden (%) 1 Laki-laki 9 18 2
Perempuan Total
41
82
50
100
Sumber: Data Primer bulan April 2015
(TBC) di wilayah kerja Puskesmas Kartasura Tabel 5 Pengetahuan Petugas Kesehatan Tentang Penyakit Tuberkulosis (TBC) di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura Jumlah Presentase No Pengetahuan responden (%) 1 Kurang 12 24 2
Cukup
3
6
3
Baik
35
70
50
100
Total
c. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan petugas kesehatan
Sumber: Data primer bulan April 2015
di wilayah kerja puskesmas Kartasura Tabel 3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura Jumlah Presentase No Pengetahuan responden (%) 1 SMA/SPK 5 10 2
Diploma
33
66
3
Sarjana
12
24
50
100
Total
Sumber: Data primer bulan April 2015
d. Karakteristik responden berdasarkan jenis petugas kesehatan di wilayah
3. Peranan
petugas
kesehatan
dalam
penemuan suspek TBC di wilayah kerja Puskesmas Kartasura Tabel 6 Peranan Petugas Kesehatan Dalam Penemuan Suspek TBC di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura Peranan Jumlah Presentase petugas No responden (%) kesehatan 1 Kurang 23 46 2
Cukup
12
24
3
Baik
15
30
50
100
Total
Sumber: Data Primer bulan April 2015
kerja puskesmas Kartasura Tabel 4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Jenis Petugas Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura Jumlah Presentase No Pengetahuan responden (%) 1 Dokter 8 16
4. Hubungan
tingkat
pengetahuan
petugas kesehatan tentang penyakit tuberkulosis (TBC) dengan peranan dalam
penemuan
suspek
TBC
di
wilayah kerja puskesmas Kartasura
2
Perawat
17
34
3
Bidan
25
50
mengetahui jawaban dari hipotesa penelitian
50
100
yang diajukan adalah Analisis Spearman
Total
Analisa
yang
dilakukan
untuk
Sumber: Data Primer bulan April 2015
9
yaitu hubungan tingkat pengetahuan petugas
perilaku/peran dapat disebabkan oleh proses
kesehatan
tuberkulosis
pendewasaan melalui pengalaman umur,
(TBC) dengan peranan dalam penemuan
individu yang bersangkutan telah melakukan
suspek TBC di wilayah kerja Puskesmas
adaptasi terhadap lingkungan.
Kartasura.
dengan
tentang
penyakit
Tabel 7 Analisa Hubungan Tingkat Pengetahuan Petugas Kesehatan Tentang Penyakit Tuberkulosis (TBC) dengan Peranan Dalam Penemuan Suspek TBC di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura Kurang
p-value
rs
0,00
0,635
penelitian Supardi
dalam
Widayat (2006) bahwa petugas kesehatan yang berumur dewasa tidak menunjukkan peran penemuan suspek TBC yang lebih baik dibanding
dengaan
muda.Hal
Peran Variabel
hasil
Berbeda
ini
umur
dapat
yang
dibuktikan
lebih dengan
Cukup
Baik
n
%
n
%
n %
Tingkat Kurang 12 pengetaCukup 3 huan
52
0
0
0
0
13
0
0
0
0
8
35
12 100 15 100
praktik
23
100
12 100 15 100
kesehatan yang berumur < 30 tahun sebagian
Baik Total
adanya sebagian petugas kesehatan yang berumur dewasa (≥ 30 tahun) melaksanakan praktik baik dan sebagian lagi melaksanakan
Sumber: Data Primer bulan April 2015
sedang.
Begitu
juga
petugas
melaksanakan praktik baik dan sebagian melaksanakan praktik sedang. Keadaan ini
Hasil Penelitian
disebabkan
1. Karakteristik Responden
karena
petugas
kesehatan
dalam
puskesmas di Kabupaten Blora rata-rata
penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin
sudah berumur lebih dari 40 tahun sehingga
dan tingkat pendidikan petugas kesehatan di
secara
wilayah kerja Puskesmas Kartasura. Adapun
kemampuan fisik dan mental. Faktor lain
Karakteristik
ketiga
karakteristik
responden
responden
dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Karakteristik responden berdasarkan
fisiologis
terjadi
penurunan
adalah bertambahnya kegiatan dan tanggung jawab keluarga seiring dengan bertambah umur, akan bertambah pula kebutuhan ekonomi untuk biaya anaknya yang semakin
umur responden Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Puskesmas Kartasura didapatkan hasil
besar dan kebutuhan rumah tangga lainnya. b. Karakteristik reponden berdasarkan jenis kelamin
bahwa sebagian besar responden berada pada
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
umur 30-35 tahun sebanyak 16 responden (32%). Menurut Wawan dan Dewi (2010) disebutkan bahwa, semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan
di
wilayah
kerja
Puskesmas
Kartasura
dengan 50 responden didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 41 responden (82%).
bekerja. Hal senada juga disebutkan oleh
Hasil
Widayat
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
10
(2006)
bahwa
perubahan
penelitian
Widayat
(2006)
10
antara jenis kelamin responden dengan peran
memberikan pengetahuan sehingga terjadi
petugas kesehatan. Hasil penelitian Widayat
perubahan.
tidak sesuai dengan teori Green (1991),
pendidikannya semakin tinggi pula tingkat
dimana jenis kelamin termasuk
pengetahuannya.
faktor
Semakin
tinggi
Pernyataan
tingkat
ini
sesuai
predisposing terjadinya perubahan perilaku
dengan Widayat (2006) dalam penelitiannya
seseorang. Hal ini menggambarkan bahwa
yang
meskipun jumlah petugas kesehatan laki-laki
Pengetahuan dan Sikap Petugas Pemegang
lebih banyak dari pada perempuan, akan
Program
tetapi
dalam
terhadap Penemuan Suspek TB Paru di
penemuan suspek TBC tidak jauh berbeda.
Kabupaten Blora” bahwa ada hubungan antar
Petugas kesehatan di Puskesmas sebagian
pengetahuan dengan praktik/peran petugas
melaksanakan praktik dengan baik sebagian
dalam penemuan suspek TBC.
melaksanakan praktik kurang baik. Begitu
2. Tingkat
juga
dalam
hal
dengan
praktik/peran
petugas
kesehatan
yang
berjudul
“Pengaruh
Tuberkulosis
Karakteristik,
Paru
Puskesmas
pengetahuan
petugas
tentang
penyakit
kesehatan
perempuan sebagian melaksanakan praktik
tuberkulosis (TBC) di wilayah kerja
baik sebagian melaksanakan praktik kurang
puskesmas Kartasura
baik. Keadaan tersebut menunjukkan adanya
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
persamaan kedudukan antara laki-laki dan
di Puskesmas Kartasura didapatkan hasil
perempuan.
bahwa
Perempuan
mendapatkan
tingkat
pengetahuan
petugas
kesempatan untuk memperoleh kedudukan
kesehatan
yang sama dengan laki-laki termasuk dalam
(TBC) di wilayah kerja Puskesmas Kartasura
peran penemuan suspek penderita TBC.
paling banyak adalah tingkat pengetahuan
Dengan demikian baik tidaknya penemuan
baik yaitu sebanyak 35 responden (70%).
penemuan suspek TBC tidak ada kaitannya
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
dengan jenis kelamin.
Widayat (2006) dalam penelitiannya yang
c. Karakterisktik responden berdasarkan
berjudul “Pengaruh Karakteristik, Pengetahuan
tingkat pendidikan
di
tentang
dan
penyakit
Sikap
tuberkulosis
Petugas
Pemegang
Paru
Puskesmas
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
Program
wilayah
terhadap Penemuan Suspek TB Paru di
kerja
Puskesmas
Kartasura
Tuberkulosis
dengan 50 responden didapatkan hasil bahwa
Kabupaten
Blora”
sebagian
pengetahuan
petugas
besar
responden
mempunyai
bahwa kesehatan
tingkat paling
jenjang pendidikan diploma sebanyak 33
banyak adalah kategori baik yaitu 86,7%.
responden
Notoatmojo
Notoatmodjo (2007) menyebutkan bahwa
(2010), disebutkan bahwa tingkat pendidikan
tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi
mempengaruhi
oleh
Pendidikan
(66%).
Menurut
pengetahuan merupakan
seseorang.
upaya
untuk
pendidikan,
pengalaman,
sumber
informasi, lingkungan budaya dan, sosial
11
ekonomi.
Menurut
penelitian
Widayat
4. Hubungan
tingkat
pengetahuan
(2006), didapatkan hasil bahwa tingkat
petugas kesehatan tentang penyakit
pengetahuan petugas kesehatan dipengaruhi
tuberkulosis (TBC) dengan peranan
oleh pendidikan responden, masa kerja
dalam
respoden,
wilayah kerja Puskesmas Kartasura
tingkat
pelatihan
petugas
kesehatan.
penemuan
suspek
TBC
di
Hasil analisis didapatkan hasil bahwa
3. Peranan
petugas
kesehatan
dalam
terdapat
hubungan petugas
antara
tingkat
kesehatan
tentang
penemuan suspek TBC di wilayah
pengetahuan
kerja Puskesmas Kartasura
penyakit tuberkulosis (TBC) dengan peranan
Dari hasil penelitian didapatkan hasil
dalam penemuan suspek TBC di wilayah
bahwa peranan petugas kesehatan dalam
kerja puskesmas Kartasura. Hasil analisis
penemuan suspek TBC di wilayah kerja
tersebut sesuai dengan penelitian Widayat
Puskesmas Kartasura paling banyak adalah
(2006) dalam penelitiannya yang berjudul
kategori kurang yaitu sebanyak 23 responden
“Pengaruh Karakteristik, Pengetahuan dan
(46%). Widayat (2006) menyebutkan bahwa
Sikap
faktor-faktor yang mempengaruhi peranan
Tuberkulosis
petugas kesehatan dalam penemuan suspek
Penemuan Suspek TB Paru di Kabupaten
adalah
Blora” bahwa ada hubungan yang signifikan
pengetahuan,
sikap,
pendidikan,
pelatihan,
pengalaman,
kebudayaan
tingkat
masa
kerja/
dan
adanya
antara
Petugas
Pemegang
Paru
Puskesmas
pengetahuan
petugas
Program terhadap
kesehatan
dengan praktik/peranan penemuan suspek
supervisi pemegang program tuberkulosis.
TBC.
Adapun Ja’far (2006) juga menyebutkan
pengetahuan terhadap praktik/peran dapat
bahwa cakupan penemuan suspek TBC oleh
bersifat langsung maupun melalui perantara
petugas kesehatan di Puskesmas dipengaruhi
sikap. Suatu sikap belum terwujud dalam
oleh pengetahuan, pelatihan TBC yang
bentuk praktik. Agar terwujudnya sikap agar
diikuti oleh petugas kesehatan, beban kerja,
menjadi
jarak pelayanan dan supervisi pemegang
(praktik/peran) diperlukan faktor pendukung
program
petugas
atau kondisi yang memungkinkan. Menurut
kesehatan dalam penemuan suspek TBC di
Ja’far (2006) juga menyebutkan bahwa
wilayah kerja Puskesmas Kartasura paling
cakupan penemuan suspek TBC oleh petugas
banyak adalah peranan kurang disebabkan
kesehatan di Puskesmas dipengaruhi oleh
karena pengalaman petugas kesehatan masih
pengetahuan, pelatihan TBC yang diikuti
kurang, supervisi masih kurang, beban kerja
oleh petugas kesehatan, beban kerja, jarak
yang berat dan wilayah kerja Puskesmas
pelayanan dan supervisi pemegang program
Kartasura luas.
tuberkulosis.
12
tuberkulosis.
Peranan
Menurut
suatu
Notoatmojo
perbuatan
pengaruh
yang
nyata
12
Tingkat pengetahuan petugas kesehatan
hubungan
tingkat
pengetahuan
tentang penyakit tuberkulosis (TBC) di
kesehatan
tentang
penyakit
wilayah kerja puskesmas Kartasura sebagian
(TBC) dengan peranan dalam penemuan
besar
suspek TBC di wilayah kerja Puskesmas
responden
pengetahuan
berada
baik
pada
yaitu
tingkat
sebanyak
35
petugas
tuberkulosis
Kartasura.
responden (70%) sedangkan peranan petugas
Saran yang dapat penulis berikan pada
kesehatan dalam penemuan suspek TBC di
penelitian ini sebagai berikut: (1) Bagi
wilayah kerja Puskesmas Kartasura sebagian
petugas
besar responden mempunyai peranan kurang
kesehatan yang mempunyai pengetahuan
yaitu
(46%)
kurang agar mengikuti pelatihan tentang
disebabkan oleh supervisi pemegang progam
penyakit TBC dan bagi petugas kesehatan
tuberkulosis yang masih kurang, beban kerja
yang masih berpendidikan SMA/SPK dapat
yang berat dan wilayah kerja Puskesmas
melanjutkan
Kartasura yang luas.
pendidikan yang lebih tinggi, (2) Bagi
sebanyak
23
responden
kesehatan,
hendaknya
pendidikannya
ke
petugas
jenjang
Puskesmas kartasura, hendaknya memberikan reward kepada petugas kesehatan yang
D. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan dari penelitian ini adalah:
mempunyai peranan baik, (3) Bagi dinas
berdasarkan
kesehatan, hendaknya mengadakan pelatihan
umur dapat disimpulkan bahwa sebagian
tentang penyakit TBC secara periodik supaya
besar responden berada pada umur 30-35
semua
tahun
(32%),
mengikuti pelatihan mendapat kesempatan
sebagian besar responden berjenis kelamin
mengikuti pelatihan dan dengan metode
perempuan sebanyak 41 responden (82%),
pelatihan yang variatif supaya peserta yang
sebagian
mengikuti pelatihan mempunyai peserta lebih
(1) Karakteristik responden
sebanyak
besar
16
responden
responden
mempunyai
tenaga
responden (66%), (2) Tingkat pengetahuan
menambah pengetahuannya secara maksimal,
petugas
dan (4) Bagi peneliti selanjutnya, agar
tuberkulosis
(TBC)
Puskesmas
Kartasura
mengadakan penelitian dengan responden
besar
yang lebih banyak dan cakupan wilayah kerja
responden berada pada tingkat pengetahuan
yang lebih luas dari penelitian ini serta dapat
baik yaitu sebanyak 35 responden (70%),
mengembanngkan penelitian tentang faktor
(3)
dalam
lain yang mempengaruhi peranan petugas
penemuan suspek TBC di wilayah kerja
dalam penemuan suspek TBC yaitu sikap,
Puskesmas
tingkat pendidikan, pelatihan, masa kerja,
petugas
Kartasura
wilayah
dapat
kerja
Peranan
di
penyakit
kesehatan
belum
tertarik
tentang
petugas
yang
jenjang pendidikan diploma sebanyak 33
kesehatan
dan
kesehatan
sebagian
kesehatan
sebagian
besar
responden mempunyai peranan kurang yaitu
kebudayaan dan adanya supervisi wasor.
sebanyak 23 responden (46%), dan (4) Ada
13
E. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka. Jakarta. Firdaus, K. 2012. “Pengaruh Peranan Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap Keberhasilan pengobatan TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Baki Sukoharjo ”. Skripsi. Tidak diterbitkan. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hidayat, A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Tekhnik Analisis Data. Salemba Medika. Jakarta. Indonesia. Kemenkes Kesehatan R.I. 2012, Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Tuberkulosis. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta. Indonesia. Kemenkes Kesehatan R.I. 2012, Jejaring Program Pengendalian Tuberkulosis. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta. Indonesia. Kemenkes Kesehatan R.I. 2012, Komunikasi, Informasi dan Edukasi Tuberkulosis. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta. Indonesia. Kemenkes Kesehatan R.I. 2012, Monitoring dan Evaluasi Program Pengendalian Tuberkulosis. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta. Indonesia. Kemenkes Kesehatan R.I. 2012, Program Pengendalian Tuberkulosis. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta. Ja’far.
2007. “Beberapa Faktor yang Berkaitan dengan Cakupan Penemuan Suspek Tuberkulosis Paru Oleh Petugas Puskesmas di Kabupaten Tanjung Jabur Timur Provinsi Jambi”. Skripsi. Tidak diterbitkan.
Machfoed, I. 2009. Metodelogi Penelitian. Fitramaya. Yogyakarta.
14
Notoatmodjo, S. 2007. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan (edisi revisi). Jakarta : Rineka Cipta. Priyanto, D. 2009. Mandiri Belajar SPSS. Mediakom. Yogyakarta. Rahmawati, E. & Atikah, P., 2011. Perlaku Hidup Bersih dan Sehat. Nuha Medika. Yogyakarta. Salamah dan Suyanto. 2008. Riset Kebidanan Metodelogi dan Aplikasi. Mitra Cendikia press. Yogyakarta. Saryono dan Setiawan, A. 2010. Metodelogi Penelitian Kebidanan D III, D IV, S1 dan S2. Muhamedika. Yogyakarta. Suwandi, dkk. 2014. “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Angka Kesembuhan dan Angka Penemuan Kasus Tuberkulosis di Kota Semarang Tahun 2014”. Artikel Ilmiah. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. http://eprints.dinus.ac.id/ 6659/1/jurnal_13746.pdf. Diakses tanggal 7 Januari 2014. Sugiono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D. Alfabeta. Bandung. Wahyudi, E. 2010. “Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Motivasi Kader dengan Penemuan Suspek Tuberkulosis Paru di Puskesmas Sanankulon”. Tesis. Tidak diterbitkan. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Widayat, E. 2006. “Pengaruh Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Petugas Pemegang Program Tuberkulosis paru Puskesmas terhadap Penemuan Suspek TB Paru di Kabupaten Blora”. Tesis. Tidak diterbitkan. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan & Pemberantasan. Erlangga. Semarang
14