PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016
Konsep Diri Pada Pasien TB Di RSUD Kota Surakarta Imam Thohari1), Anita Istiningtyas2), Joko Kismanto3) 1)
Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta Dosen Program Studi S1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
2) 3)
Abstrak Penyakit TB paru merupakan penyakit infeksi dan menular.Penyakit ini dapat di derita oleh setiap orang dan dapat menyebabkan perubahan fisik, mental, dan sosial.keadaan ini dapat mempengaruhi konsep diri penderitanya. Sehingga menyebabkan penderita TB paru merasa tidak berdaya, menolak, merasa bersalah, merasa rendah diri dan menarik diri dari orang lain. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Konsep Diri Pasien TB Di RSUD Kota Surakarta. Penelitian kualitatif ini menggunakan analisa Colaizzi karena dalam penelitian ini menggunakan metode fenomenologis.Penelitian ini menggunakan desain penelitian fenomenologis karena berusaha untuk memahami makna dari berbagai peristiwa dan interaksi manusia di dalam situasinya yang khusus. Jumlah informan dalam penelitaian ini tiga orang Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran diri pasien TB paru terjadi perubahan fisik, psikologis, dan sosial.ideal diri pasien TB paru dukungan lingkungan sosial memotivasi pasien TB paru untuk sembuh dan bisa kerja lagi nafkahi anak istri. harga diri pada psien TB paru informan mengalami harga diri rendah seperti penderita merasa bersalah, pesimis, dan merasa malu dengan penyakit TB yang di derita. peran pada pasien TB paru informan sebagai kepala keluarga dan masyarakat biasa, keadaannya membuat informan terbatasi dan menyebabkan ketidak puasan. identitas diri pasien TB paru informan dapat mengenali dirinya dan memperkenalkan dirinya. Kesimpulan penelitian konsep diri pada pasien TB paru yaitu gambaran diri negatife, ideal diri negatif, harga diri negatif, peran positif, dan identitas diri positif. Kata kunci : Konsep Diri, Pasien TB Daftar Pustaka : 21 (2005-2015)
1
BACHELOR OF NURSING PROGRAM SCHOOL OF HEALTH SCIENCES OF KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016 The Self Concept of Patients with Tuberculosis in Regional Public Hospital of Surakarta Imam Thohari1), Anita Istiningtyas2), Joko Kismanto3) 1)
Student of Bachelor of Nursing Program at School of Health Sciences of Kusuma Husada, Surakarta 2) 3) Lecturer of Bachelor of Nursing Program at School of Health Sciences of Kusuma Husada, Surakarta
Abstract
Pulmonary Tuberculosis is an infectious and contagious disease. Every person can suffer from this disease, which causes physical, mental and social changes. This condition potentially affects patients’ self concept which then makes tuberculosis patients feel powerless, offensive, guilty, and inferior, and tend to withdraw from society. This study aims at investigating the self concept of patients with tuberculosis in Regional Public Hospital of Surakarta This qualitative research employs Colaizzi analysis since this research applies phenomenological method in order to find out the essence of various events and interactions among people in specific situations. Three patients with tuberculosis were selected as informants. The research results demonstrate that there are physical, psychological and social changes on the body image of tuberculosis patients, performing as informants. The self ideal of patients with tuberculosis and social environmental support motivate patients to recover and make money for family. The patients’ self-esteem is considered low, reflected from their feeling guilty, pessimistic, and ashamed for suffering from tuberculosis. The patients’ roles as the heads of family and their condition as ordinary people in society make them unconfined and unsatisfied. The patients can identify their identity and introduce themselves to other people. In conclusion, this study reveals that the patients with tuberculosis show negative body image, negative self ideal, negative self-esteem, positive role performance, and positive identity. Keywords Bibliography
2
: Self concept, Tuberculosis patients : 21 (2005-2015)
penduduk, insiden TB paru 122 kasus
PENDAHULUAN Penyakit
Tuberkulosis
(TB)
per
100.000
penduduk
dan
angka
paru merupakan penyakit infeksi dan
kematian sebesar 13 kasus per 100.000
menular. Penyakit ini dapat diderita oleh
penduduk.
setiap
sering
kesembuhannya mencapai target sebesar
ditemukan pada usia muda atau usia
83,7 % (target minimal 85 %) dan angka
produktif yaitu 15-50 tahun, terutama
keberhasilan pengobatan pada tahun
mereka yang bertubuh lemah, kurang
2013 mencapai target sebesar 90,3 %
gizi, atau yang tinggal satu rumah dan
(target minimal 85%), dari data tersebut
berdesak-desakan bersama penderita TB
menjadikan Indonesia sebagai Negara ke
paru. Lingkungan yang lembab, gelap
empat terbanyak setelah india, cina, dan
dan
afrika selatan (WHO, 2013).
orang,
tetapi
tidak
paling
memiliki
ventilasi
Kemudian
angka
memberikan andil besar bagi seseorang
Republik Indonesia pada tahun
terjangkit penyakit TB paru.Penyakit TB
2012 terdapat 197.000 kasus baru TB
paru
paru BTA positif yaitu laki-laki 117.000
sangat
cepat
menyebar
dan
menginfeksi manusia terutama bagi
jiwa
kelompok sosial ekonomi rendah dan
(Kemenkes RI, 2013). Prevalensi di
kurang gizi.Kecepatan penyebaran dan
jawa tengah pada tahun 2014 sebanyak
infeksi penyakit TB paru sangat tinggi,
21.084 kasus 114/100.000 penduduk,
maka tidak berlebihan jika penyakit TB
sedangkan total jumlah kasus TB baik
paru
kasus baru maupun kambuh sebanyak
merupakan
penyakit
yang
dan
perempuan
80.000
jiwa
37.753 kasus. penderita TB yang di
mematikan(Anggraeni, 2012). Organization
obati mencapai 83,03% (Dinkes Jateng,
(WHO) telah mencanangkan TB sebagai
2014).Data yang di peroleh di RSUD
global
emergency.WHO
Kota Surakarta menunjukkan bahwa
memperkirakan bahwa jumlah seluruh
pada tahun 2014 terdapat 100 orang
kasus di dunia akan meningkat dari 7,5
negatif TB paru dan 28 orang positif TB
juta pada tahun 1990 menjadi 10,2 juta
paru dengan rata-rata perbulan 15 orang.
pada tahun 2000, sedangkan jumlah
Sedangkan di awal tahun 2015 hingga
kematian akan meningkat seluruhnya
bulan juni terdapat 8 orang positif TB
dari
paru (Rekam Medik, 2015).
World
Health
health
2,5
juta
menjadi
3,5
juta.
Berdasarkan global report TB WHO
TB paru dapat menyebabkan
tahun 2013, prevalensi TB diperkirakan
perubahan fisik, mental, dan sosial pada
sebesar 169 kasus per 100.000
penderita.Penyakit
TB
paru
dapat
3
mempengaruhi konsep diri penderitanya.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di
Individu yang menderita penyakit TB
RSUD
paru sering merasa tidak berdaya,
menggunakan
menolak,
merasa
kepada 2 orang pasien TB paru di ruang
rendah diri, dan menarik diri dari orang
poli dalam pada tanggal 3 Agustus 2015,
lain karena khawatir penyakit yang di
di
derita menular kepada orang lain.
menyatakan kecewa dengan kondisi
Konsep diri adalah semua ide, pikiran,
fisiknya, karena berat badan menurun
kepercayaan,
yang
dan lemah. Penderita menyatakan sedih
diketahui individu dalam berhubungan
dengan keadaan dirinya, karena sering
dengan orang lain. Konsep diri yang
batuk dan merasa malu ketika batuk.
negatif dapat dilihat dari hubungan
Penderita juga menyatakan bahwa ketika
individu dan sosial.Konsep diri terdiri
ingin batuk memisahkan diri dengan
atas gambaran diri, ideal diri, harga diri,
anggota kelompoknya karena takut di
peran diri, dan identitas diri.Harga diri
ketahui
adalah penilaian pribadi terhadap hasil
menderita TB paru. Penderita juga
yang
menyatakan
merasa
dicapai
dan
bersalah,
pendirian
dengan
menganalisa
Kota
Surakarta metode
dapatkan
dengan wawancara
penderita
orang
lain
TB
kalau
paru
dirinya
kehadirannya
dalam
seberapa jauh prilaku memenuhi ideal
keluarga merasa dibeda-bedakan karena
diri.Gambaran diri adalah sikap individu
takut
terhadap dirinya baik di sadari maupun
keluarga lainnya.
tidak meliputi persepsi masa lalu atau sekarang.Ideal
diri
adalah
persepsi
menularkan
kepada
Berdasarkan
anggota
kondisi
dan
permasalahan yang ditemukan, peneliti
yang
tertarik untuk melakukan penelitian
seharusnya bertingkah laku berdasarkan
tentang konsep diri pada penderita TB di
standar pribadi.Identitas diri adalah
RSUD Kota Surakarta.
individu
tentang
bagaimana
kesadaran tentang diri sendiri yang
Pada penderita TB biasanya
dapat diperoleh individu dari observasi
mengalami
dan
adalah
menjadi lebih kurus, sering batuk-batuk
serangkaian pola sikap prilaku. Pada
dan tampak pucat. Keadaan seperti ini
jurnal yuliana dkk. Mendapatkan hasil
akan mempengaruhi konsep diri pada
bahwa sebagian besar penderita TB paru
penderita TB sehingga menyebabkan
memiliki harga diri rendah berjumlah 19
penderita TB malu terhadap orang di
responden (63,3%) dari 30 responden
sekitarnya.
(Riyadi & Purwanto, 2009).
penelitian ini adalah bagaimana konsep
4
penilaian
dirinya.Peran
perubahan
Maka
bentuk
pertanyaan
fisik
pada
diri pada pasien TB paru Di RSUD Kota
yang
didasarkan
pada
suatu
Surakarta.
pertimbangan tertentu. Misalnya, orang
1. Tujuan Umum
tersebut dianggap paling tahu tentang
Tujuan umum dalam penelitian ini
apa yang kita harapkan, atau mungkin
adalah untuk mengetahui konsep
dia
diri pasien TB di RSUD Kota
memudahkan
Surakarta.
obyek/ situasi sosial yang di teliti.
2. Tujuan Khusus
Penelitian kualitatif ukuran dan jumlah
sebagai
penguasa peneliti
sehingga menjelajahi
Tujuan khusus dalam penelitian ini
sampel bergantung pada kejenuhan data
adalah untuk mengidentifikasi :
(point of data saturation) maksudnya
a. Gambaran diri pasien TB di
apabila dalam proses analisis data peneliti telah menemukan pola yang
RSUD Kota Surakarta b. Ideal diri pasien TB di RSUD
terulang
berkali-kali,
maka
analisis
sudah boleh di hentikan karena saat itu
Kota Surakarta c. Harga diri pasien TB di RSUD
terjadi kejenuhan data (Sugiyono, 2015). Informan dalam penelitian ini adalah
Kota Surakarta d. Peran pasien TB di RSUD Kota
semua pasien TB paru wanita dan pria di RSUD Kota Surakarta.
Surakarta e. Identitas diri pasien TB di RSUD Kota Surakarta
INSTRUMEN
DAN
PROSEDUR
PENGUMPULAN DATA Alat pengumpulan data dapat
METODE PENELITIAN Jenis
penelitian
menggunakan kualitatif
metode dengan
ini
diambil dari peneliti itu sendiri dengan
penelitian
melakukan wawancara, dokumen dan
pendekatan
dokumentasi.
fenomenologis.Penelitian dilakukan di
analisa data dalam penelitian ini
ruang Poli Dalam RSUD Kota Surakarta
menggunakan langkah-langkah colaizzi.
pada bulan September 2015 sampai
Alasan pemilihan metode analisa ini
dengan November 2015.Populasi pada
didasarkan pada kesesuaian dengan
penelitian ini 6 bulan terahir adalah 8
filosofi Husserl, yaitu suatu penampakan
orang
Paru.Teknik
fenomena (informan), sehingga sangat
pengambilan sampel yang digunakan
cocok untuk memahami arti dari suatu
dalam penelitian ini adalah purposive
makna fenomena konsep diri pada
sampling yaitu pengambilan sampel
pasien TB paru.
positif
TB
5
Adapun langkah-langkah analisa sebagai
5. Mengorganisasikan
arti-arti
yang
telah teridentifikasi dalam beberapa
berikut: 1. Membuat
deskripsi
informan
tentang fenomena dari informan
kelompok tema tersebut. 6. Mengumpulkan
semua
hasil
dalam bentuk narasi yang bersumber
penelitian kedalam suatu narasi
dari wawancara.
yang menarik dan mendalam sesuai
2. Membaca
kembali
secara
keseluruhan deskripsi informasi dari informan perasaan
untuk yang
pengalaman melakukan
memperoleh sama
seperti
informan. 3-4
Peneliti
kali
dengan topik penelitian. 7. Mengembalikan penelitian
pada
semua
hasil
masing-masing
informan lalu diikutsertakan pada diskripsi hasil akhir penelitian.
membaca
transkip untuk merasa hal yang
HASIL DAN PEMBAHASAN Peneliti akan menguraikan hasil
sama seperti informan. 3. Mengidentifikasi kata kunci melalui
wawancara sesuai dengan tujuan dalam
penyaringan pernyataan informan
penelitian ini, meliputi : 1) Gambaran
yang signifikan dengan fenomena
diri, 2) Ideal diri, 3) Harga diri, 4) Peran,
yang di teliti. Pernyataan-pernyataan
5) Identitas diri
yang merupakan pengulangan dan mengandung makna yang sama atau mirip
maka
pernyataan
ini
di
abaikan.
yang
sesuai
penelitian
pernyataan selanjutnya
mengelompokkan lagi kata kunci yang sejenis. Peneliti sangat berhatihati
Dari gambaran diri di hasilkan 3 tema yaitu : 1) kondisi fisik, 2) kondisi
4. Memformulasikan arti dari kata kunci
1) Gambaran Diri
agar
tidak
membuat
penyimpangan arti dari pernyataan
psikologis, 3) kondisi sosial Kondisi fisik Dua
informan
mengatakan
bahwa
gambaran dirinya berupa bentuk tubuh “… pandangan saya itu ya gimana ya wong dulunya itu saya sehat gemuk sekarang kurus ya itu gara-gara kena penyakit tb tu…”(I.1)
informan dengan merujuk kembali pada pernyataan informan yang signifikan.
Cara
yang
perlu
dilakukan adalah menelaah kalimat satu dengan yang lainnya.
6
“…ya ini pak jadi kurus berat badan turun dulunya itu 60 kg pas saya timbang terakhir itu cuman 45 kg sudah turun berapa kilo itu…” (I.3)
Dua informan dari satu informan yang sama mengatakan bahwa gambaran dirinya berupa kondisi tubuh “…ya sebelumnya saya itu menjadi tulang punggung menjadi orang yang bekerja keras tapi sekarang setelah kena penyakit ini saya itu jadi lemah…” (I.2)
“…yo masih mensyukuri masih di kasih umur panjang itu…”(I.1) “…ya sering mensyukuri memang ya ini opo keadilan allah itu seperti ini, ini adil sangat lah adil hehe…” (I.2) Hasil
analisis
dari
tiga
informan
menghasilkan bahwa kondisi psikologis “…emm kurang percaya diri pak sekarang ini kurus ngangkat-ngangkat ndak kuat jalan sana-sini ya cepat capek pak…”(I.3)
pasien TB paru tiga informan memiliki
Hasil
yang sama juga menyatakan perasaan
analisis
menghasilkan
dari
tiga
bahwa
informan
kondisi
fisik
perasaan negative seperti tidak berguna dan tidak percaya diri dan dua informan
positif yaitu masih tetap mensyukuri.
pasien TB paru mengalami perubahan yaitu dua informan tubuhnya menjadi
Kondisi sosial
kurus dan dua dari satu informan yang
Dua
sama kondisi tubuhnya lemah dan cepat
gambaran dirinya berupa terisolasi
capek.
“…terus itu ya itu g bisa kemana mana cuma di rumah aja sama hubungan keluarga itu kurang…” (I.1) “…kalau sekarang lagi sakit gini lebih sering di rumah pak g bisa kumpul atau ikut kegiatan di masyarakat kaya ronda sama kerja bakti…”(I.3)
Kondisi psikologis Tiga
informan
gambaran
mengatakan
dirinya
berupa
bahwa perasaan
informan
mengatakan
bahwa
negative
Hasil
“…ya ada dulu waktu gemuk sehat kuat kemana-mana bisa ko sekarang mau kemana-mana nda bisa ko cuma dudukduduk ga percaya diri ya ada…” (I.1)
menghasilkan
pasien TB paru menjadi terganggu
“…ya seperti tidak berguna…” (I.2)
pasien TB paru tidak dapat bersosialisasi
“…emm kurang percaya diri pak sekarang ini kurus ngangkat-ngangkat ndak kuat jalan sana-sini ya cepat capek pak…” (I.3)
analisis
dari
dua
informan
bahwa kondisi
sosial
karena penyakit TB paru membuat
seperti biasanya dan lebih sering di rumah.
2)
Ideal Diri
Dua informan yang sama mengatakan
Dari ideal diri di hasilkan 3 tema yaitu :
bahwa
1) kesehatan 2) dukungan lingkungan, 3)
gambaran
perasaan positif
dirinya
berupa
kebutuhan ekonomi Kesehatan
7
Dua informan mengatakan bahwa ideal
Satu informan mengatakan bahwa ideal
dirinya berupa sembuh/ sehat
dirinya berupa pengakuan
“…harapannya yo itu biar penyakite hilang dapat anu kembali cari uang lagi nafkahi anak-anak sama istri itu g seperti ini cuma duduk-duduk susah…” (I.1)
“…ya supaya saling mengerti aja saling mengerti dalam keadaan saya lagi kena penyakit ya jangan di hina jangan di ejek…” (I.2) Hasil
“…harapannya ya supaya bisa sehat kembali ya bisa bekerja lagi paling tidak itu harus punya pemasukan buat keluarga…”(I.2)
analisis
dari
tiga
informan
menghasilkan bahwa ideal diri pasien TB paru terhadap lingkungan bisa kumpul lagi, tidak minder, dan saling
Satu informan mengatakan bahwa ideal
mengerti.
dirinya berupa kesehatan fisik
Kebutuhan ekonomi
“…ya harapan saya sih ya cepat sembuh pak kan kalau dulu itu saya sehat kerja itu ya g cepat capek pak sekarang kerja dikit udah capek…” (I.3)
Tiga informan mengatakan bahwa ideal
Hasil
analisis
dari
tiga
informan
menghasilkan bahwa ideal diri pasien
dirinya berupa bekerja “…harapannya yo itu biar penyakite hilang dapat anu kembali cari uang lagi nafkahi anak-anak sama istri itu g seperti ini cuma duduk-duduk susah…” (I.1)
TB paru yaitu penyakitnya hilang bisa sehat kembali dan tidak cepat capek. Dukungan lingkungan Dua informan mengatakan bahwa ideal dirinya berupa kebersamaan “…harapan saya ya cuma satu cuma bisa anu itu bisa kumpul g minder gitu lo sama teman itu ya cuma itu…”(I.1) “…ya kalau bisa cepat sehat la pak biar bisa ikut kegiatan masyarakat kaya dulu lagi ngumpul-ngumpul gitu sama temen…” (I.3) Satu informan yang sama mengatakan bahwa ideal dirinya berupa perasaan positif “…harapan saya ya cuma satu cuma bisa anu itu bisa kumpul g minder gitu lo sama teman itu ya cuma itu…” (I.1)
8
“…harapannya ya supaya bisa sehat kembali ya bisa bekerja lagi paling tidak itu harus punya pemasukan buat keluarga…” (I.2) “…ya kalau harapan saya sih biar cepat sembuh terus bisa kerja lagi buat nambah pemasukan keluarga…”(I.3) Hasil
analisis
dari
tiga
informan
menghasilkan bahwa ideal diri pasien TB paru bisa bekerja lagi nafkahi anak istri, punya pemasukan buat keluarga dan
mencukupi
kelurga.
kebutuhan
dalam
3) Harga Diri Dari harga diri di hasilkan 1 tema yaitu : 1) HDR Harga Diri Rendah (HDR) Tiga informan mengatakan bahwa harga dirinya berupa kritik diri sendiri “…Ya malunya sama diri sendiri…” (I.1) “…g sih, g begitu saya ya seolah olah menyalahkan diri sendiri gitu na, g jadi beban untuk…” (I.2) “…ya ada pak malu punya penyakit kaya gini mau ngapa-ngapain g bisa…”(I.3)
bisa sembuh-sembuh apa aku cuma gini terus yo, ora-ora endak-endak nantinya sembuh ko istri saya kan cuma ngeyemngeyem gitu lo…”(I.1) “…g ada karena apa yo cemas sih, tapi kita lalu anu ya…”(I.2) “…ya cemas sih pak kepikiran keluarga kasihan kalau saya gini terus g kerja kasihan anak sama istri...”(I.3) Hasil
analisis
dari
tiga
informan
menghasilkan bahwa pasien TB paru mengalami harga diri rendah seperti malu
dengan
penyakitnya,
merasa
bersalah terhadap diri sendiri, sedih, dan Dua informan yang sama mengatakan bahwa
harga
dirinya
berupa
merasa cemas.
rasa
bersalah “…yo menyesal yo bersalah salahe punya penyakit ko begini…” (I.1) “…ya merasa bersalah sih pak dulu sering di ingatkan berenti meroko jangan suka keluyuran malah g dengerin ya merasa bersalahnya sih kesitu pak pas sudah gini baru nyalahin diri sendiri…” (I.3)
4) Peran Dari peran di hasilkan 2 tema yaitu : 1) kesesuaian, 2) kegagalan Kesesuaian Tiga informan mengatakan bahwa peran dirinya berupa peran yang di terima “…sebagai kepala keluarga…”(I.1)
Dua informan yang sama mengatakan bahwa harga dirinya berupa pesimis “…g marah g tersinggung cuma sedih gitu aja…” (I.1) “…ya aga terganggu sih seperti misalnya mau ngobrol jaga jarak ngobrolnya juga jauhan kan rasanya lain pak…” (I.3) Tiga informan yang sama mengatakan bahwa harga dirinya berupa cemas “…lo waktu itu waktu kumat itu cemasnya apa saya itu yo begini terus gitu lo opo ndak bisa sembuh langsung komunikasi karo ibu saya bu ini ya ndak
“…sebagai apa ya, ya sebagai kepala rumah tangga…”(I.2) “…sebagai kepala keluarga…”(I.3) Dua informan yang sama mengatakan bahwa peran dirinya berupa fungsi dalam masyarakat “…ya masyarakat biasa…”(I.2) “…masyarakat biasa…”(I.3) Hasil
analisis
dari
tiga
informan
menghasilkan bahwa peran pasien TB
9
paru sesuai pada posisinya sebagai kepala keluarga dan masyarakat biasa.
“…Tn. a…”(I.3) Tiga
informan
mengatakan
bahwa
identitas dirinya berupa tempat tanggal Kegagalan
lahir
Satu informan mengatakan bahwa peran dirinya berupa terbatasi “…ya di rumah duduk…”(I.1)
cuma
duduk-
Dua dari satu informan yang sama mengatakan bahwa peran dirinya berupa ketidak puasan
“…solo anu Surakarta tanggal lahir 6 november 1967…”(I.1) “…sragen ee sragen…”(I.2) “…1961 3…”(I.2)
karang
bulan
asem
pertama
tanon
tanggal
“…kediri 4 september 1987…”(I.3)
“…ya belum puas, ya belum puasnya itu tadi hubungan sama istri g bisa lancar gitu lo…”(I.1)
Tiga
informan
mengatakan
bahwa
identitas dirinya berupa jenis kelamin “…belum puas sebagai laki-laki…”(I.2) “…laki-laki…”(I.1) “…ya kalau gini sih kurang puas pak tapi ya mau di apain namanya orang lagi sakit…”(I.3)
“…laki-laki…”(I.2) “…laki-laki…”(I.3)
Hasil
analisis
dari
satu
informan
menghasilkan bahwa peran pasien TB paru mengalami keterbatasan hanya bisa di rumah saja dan juga tidak puas dengan
keadaannya
yang
sedang
Tiga
informan
identitas
mengatakan dirinya
bahwa berupa
kewarganegaraan “…indonesia…”(I.1) “…indonesia…(I.2)
menderita TB paru.
“…indonesia…(I.3) 5) Identitas Diri Dalam identitas diri di hasilkan 2 tema
TB
Data Diri informan
mengatakan
identitas dirinya berupa nama “…Tn. s…”(I.1) “…Tn. n…”(I.2)
10
analisis
dari
tiga
informan
menghasilkan bahwa kesadaran pasien
yaitu : 1) Data diri, 2) Status
Tiga
Hasil
bahwa
paru
dalam
memperkenalkan
identitasnya seperti data diri.
paru
Status Tiga
informan
mengatakan
dalam
memperkenalkan
identitasnya seperti status.
bahwaidentitas dirinya berupa alamat “…sambirejo rt no 5 rw 9 kadipiro Surakarta…”(I.1)
KESIMPULAN
“…ohh alamat rumah di gedong, RT 07 RW 10 Kadipiro Banjarsari Solo…”(I.2)
didapat
“…kayan RT 01 RW 02 Krendawahono Gondang Rejo Solo…”(I.3) Tiga
informan
mengatakan
Berdasarkan analisa data yang telah dalam
penelitian,
maka
diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Gambaran diri pada pasien TB paru terjadi
perubahan
badan
kurus,
lemah, cepat capek, merasa minder,
bahwaidentitas dirinya berupa agama
tidak percaya diri, seperti tidak
“…kristen…”(I.1)
berguna,
malu
mau
ngumpul,
mensyukuri, tidak bisa kemana-
“…islam…”(I.2)
mana, cuma di rumah aja, jaga jarak, “…islam…”(I.3) Tiga
informan
identitas
seperti mengatakan
dirinya
berupa
bahwa status
putus
hubungan
di
masyarakat. 2. Ideal diri pada pasien TB paru yaitu dukungan
lingkungan
sosial
perkawinn yaitu menikah
memotivasi pasien TB paru untuk
“…nikah…”(I.1)
sembuh,
memberikan
semangat
pada pasien untuk sehat kembali,
“…sudah menikah…(I.2)
dan bisa bekerja lagi mencari uang “…sudah menikah…(I.3)
nafkahi anak dan istri. bahwa
3. Harga diri pada pasien TB paru
identitas dirinya berupa pekerjaan yaitu
mengalami harga diri rendah seperti
buruh
penderita merasa bersalah, pesimis,
“…buruh…”(I.1)
dan merasa malu dengan penyakit
Tiga
informan
mengatakan
TB paru yang di derita karena
“…buruh…(I.2)
mengetahui
“…buruh…(I.3)
penyakitnya
menularkan kepada orang lain. informan
4. Peran diri pada pasien TB informan
menghasilkn bahwakesadaran pasien TB
sebagai kepala keluarga dan peran di
Hasil
analisis
dari
tiga
masyarakat
sebagai
masyarakat
11
biasa. penyakit TB paru yang di
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
derita membuat informan terbatasi
Bagi
hanya bisa di rumah saja dan
diharapkan
penelitian
menyebabkan ketidak puasan karena
digunakan
sebagai
keadaannya.
informasi dasar untuk penelitian
5. Identitas diri pada pasien TB paru tidak
terdapat
identitas
diri,
ini
dapat
data
dan
selanjutnya dan diharapkan peneliti
pada
selanjutnya dapat mengembangkan
informan
dapat
dan memperdalam pertanyaan yang
mengakui
dirinya
dan
menjelaskan data diri dan statusnya.
sudah ada. 4. Bagi Institusi Pendidikan Bagi Institusi Pendidikan dapat memberikan
sumbangan
materi
mengenai konsep diri pasien TB
Saran 1. Bagi pasien TB dan masyarakat Bagi pasien agar menumbuhkan sikap positif seperti berfikir positif, berprilaku
positif,
dalam
menghadapi penyakit TB paru yang di derita agar tidak berlanjut pada konsep
Selanjutnya
gangguan
mengenali dirinya, memperkenalkan dirinya,
Peneliti
diri
masyarakat
yang
negative.Bagi
agar
memberikan
motivasi, dukungan seperti memberi
paru. 5. Bagi Peneliti Dapat
memberikan
pengalaman
secara langsung bagi peneliti dalam melaksanakan
penelitian
serta
mengaplikasikan berbagai teori dan konsep
yang
di
dapatkan dari
bangku kuliah dan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
semangat, support, nasehat, dan rasa nyaman terhadap pasien TB paru agar tidak menimbulkan masalah
DAFTAR PUSTAKA Anggraeni,
S.
tuberculosis.
pada konsep diri pada penderita TB Direja,
2. Bagi RSUD Kota Surakarta
Bogor:
Stop Bogor
keperawatan
psikososial
asuhan tentang
konsep diri pada pasien TB paru.
A.
(2011). Asuhan
Nuha Medika.
dapat menjadikan bahan masukan memberikan
S. H.
keperawatan jiwa. Yogyakarta:
Bagi pihak rumah sakit diharapkan Depkes
RI,
2009.
kejadian
Tentang
angka
penyakit
TB
paru.diakses di internet, tanggal 1 agustus 2015.
12
(2011).
Publishing House.
paru.
agar
D.
Daulay,
W. dukungan
(2009).Hubungan keluarga
dengan
harga diri pada pasien TB Paru
Purwanto, 2009. Metode Penelitian Pendidikan.
Yogyakarta
:
Pustaka Pelajar Priyoto, 2014. Teori Sikap Dan Prilaku
http://repository.usu.ac.id/bitstre
Dalam
am/1234
Medika.
56789/37338/4/Chapter%20I.pd f.
Kesehatan.
Nuha
Riyadi & Purwanto, 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta
Journal PDF WHO penyakit TB paru, Diakses di Internet tanggal 29 juli 2015.
: Graha Ilmu. Sugiyono, 2015. Metode Penelitian Pendidikan.
Kemenkes RI, 2013. Tentang prevalensi TB paru. Diakses di internet tanggal 1 juli, 2015.
Bandung
:
Alfabeta. Sugiyono, Dr. 2010. Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,
Muttaqin, 2014. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan, Jakarta : Salemba Medika.
Penerbit Alfabeta. Sutopo, 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta
Moleong, Lexy J. (2007) Metodologi
Suryono
&
Anggraeni,
2010.
Penelitian Kualitatif, Penerbit
Metodologi
PT
Kesehatan. Jakarta : Rineka,
Remaja
Rosdakarya.
Penelitian
Cipta.
Offset, Bandung dukungan
Stuart & Laraia, 2005. Buku Saku
sosial?.Online.www.masbow.co
Keperawatan Jiwa. Edisi 5,
m/2009/08/apa-itu
Jakarta : EGC.
Mazbow.
2009. Apa
itu
dukungan-
sosial.html. Diakses: 1 maret 2016. Medikal Record RSUD Kota Surakarta. Data tentang TB paru tahun
Sulistyowati,Endah, Implementasi
2012. Kurikulum
Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Citra Aji Parama.
2014-2015. Nazir, 2006. Metodologi Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia.
13
Usu Repository, 2006. Konsep Diri. Di akses di internet pada tanggal 7 Juli
2015.
http://repository.usu.ac.id/bitstre am/123456789/1937/3/D030046 7.pdf.txt
14