MARJORIE DAW Thomas Bailey Aldrich
2016
Marjorie Daw Diterjemahkan dari Marjorie Daw karangan Thomas Bailey Aldrich terbit tahun 1873 (Hak cipta dalam Domain Publik) Penerjemah Penyunting Penyelaras akhir Penata sampul
: Ilunga d’Uzak : Kalima Insani : Bared Lukaku : Bait El Fatih
Diterbitkan dalam bentuk e-Book oleh: RELIFT MEDIA Jl. Amil Sukron No. 47 Kec. Cibadak Kab. Sukabumi Jawa Barat 43351 SMS : 0853 1179 4533 Surel :
[email protected] Situs : reliftmedia.com Pertama kali dipublikasikan pada: Desember 2016 Revisi terakhir: Copyright © 2016 CV. RELIFT Hak kekayaan intelektual atas terjemahan dalam buku ini adalah milik penerbit. Dilarang mengutip dan/atau memperbanyak seluruh atau sebagian isi buku ini dalam bentuk dan cara apapun tanpa izin tertulis dari penerbit.
Buku ini adalah karya fiksi. Semua nama, karakter, bisnis, organisasi, tempat, peristiwa, dan kejadian hanyalah imajinasi penulis. Segala kemiripan dengan seseorang, hidup atau mati, peristiwa, atau lokasi kejadian hanyalah kebetulan belaka.
Ebook ini adalah wujud kesungguhan kami dalam proyek penerjemahan sastra klasik asing. Kami menyebutnya RELIFT: Mengangkat Kembali, dari masa lalu untuk masa kini hingga masa depan. Pembaca dapat turut mendukung kami dengan mengklik iklan sponsor di situs dan blog kami.
I Dari Dr. Dillon kepada Yth. Edward Delaney di The Pines dekat Rye, N.H. 8 Agustus 1872
T
UAN
yang Terhormat: Dengan bahagia kuyakinkan padamu
bahwa kegelisahanmu tidak beralasan. Flemming akan
terkungkung di sofa selama tiga atau empat minggu, dan mulamula harus berhati-hati menggunakan kakinya. Patah jenis ini selalu membosankan. Untung tulangnya dibetulkan dengan terampil oleh ahli bedah yang kebetulan berada di toko obat tempat Flemming dibawa usai jatuh, dan aku tidak melihat gangguan permanen akibat kecelakaan itu. Flemming bagus secara fisik; tapi harus kuakui kondisi lekas marah dan murung yang dialaminya membuatku risau. Harusnya dia orang terakhir di dunia yang patah kaki. Kau tahu betapa tidak sabaran teman kita ini. Jiwanya penuh gerak dan energi, tak pernah puas kecuali kalau sedang mengejar suatu sasaran, seperti banteng mengejar selendang merah, tapi tetap ramah. Dia tak lagi ramah. Tabiatnya jadi sedikit buruk. Nona Fanny Flemming datang dari Newport, di mana keluarganya tinggal selama musim panas, guna merawat Flemming. Tapi dia menyuruhnya pergi keesokan pagi dalam derai air mata. Dia menumpuk satu set lengkap karya Balzac, dua puluh tujuh jilid, dekat sofanya, untuk dilempar kepada Watkins kapanpun pelayan teladan itu muncul membawa makanan. Kemarin dengan lugu 5
kubawakan sekeranjang kecil limun untuknya. Kau tahu, kupasan kulit limun di pinggir trotoarlah yang sudah membuat sial teman kita ini. Well, begitu matanya tertuju pada limun-limun itu, dia mengamuk tak terkira. Ini baru salah satu mood, dan paling kurang merepotkan. Pada waktu-waktu lain, dia duduk dengan kepala tertunduk memperhatikan tungkai pecahnya, bisu, cemberut, putus asa. Ketika dirundung oleh sawan ini—dan kadang berlangsung seharian—tak ada yang bisa mengalihkan melankolinya. Dia tak mau makan, bahkan tidak membaca koran. Buku-buku, kecuali sebagai proyektil untuk Watkins, tak punya pesona baginya. Kondisinya betul-betul menyedihkan. Nah, andai dia orang miskin, dengan keluarga yang bergantung pada kerjanya sehari-hari, sikap lekas marah dan patah semangat ini cukup wajar. Tapi untuk ukuran seorang pemuda 24 tahun, dengan uang berlimpah dan tak punya beban di dunia ini, hal itu janggal. Jika dia terus memperturutkan tingkah anehnya ini, lamalama bisa radang tulang betis. Dia patah tulang betis. Aku kehabisan akal untuk membuat resep. Aku punya obat bius dan losion, untuk menidurkan dan meredakan nyeri; tapi aku tak punya obat yang bisa membuat seseorang sedikit waras. Itu di luar keahlianku, tapi mungkin tidak untukmu. Kau teman akrab Flemming, Achates setianya. Tulis surat untuknya, tulis seringsering, alihkan pikirannya, semangati dia, jangan sampai dia menjadi kasus melankolia kronis. Mungkin dia punya suatu rencana penting yang berantakan oleh pengungkungannya saat ini. Kalau ya, kau pasti tahu, dan akan tahu cara menasehatinya dengan 6
bijak. Aku yakin ayahmu menganggap perubahan ini bermanfaat? Hormatku untukmu.
7
II Dari Edward Delaney kepada John Flemming di West 38th Street, New York 9 Agustus 1872
J
ACK
Tersayang: Aku dapat surat pendek dari Dillon pagi ini,
dan aku gembira lukamu tidak separah yang dikabarkan.
Seperti tokoh tertentu, kau tidak babak-belur sebagaimana dilukiskan. Dillon akan memasang kakimu lagi dalam dua hingga tiga pekan, kalau kau mau bersabar dan menuruti nasehatnya. Apa kau terima suratku Rabu lalu? Aku sangat cemas saat mendengar kecelakaan itu. Aku bisa bayangkan betapa sentosa dan salehnya kau dengan kaki dalam bak! Ini sangat buruk, tentunya, karena kita sudah janji untuk bersama-sama menghabiskan satu bulan meriah di tepi laut; tapi kita harus ambil yang terbaik dari keadaan ini. Sialnya, kesehatan ayahku juga membuatku mustahil meninggalkannya. Kurasa dia sudah sangat membaik; udara laut adalah unsur alamiahnya. Tapi dia tetap butuh lenganku untuk bersandar saat jalan kaki, dan perlu seseorang yang lebih telaten dibanding pelayan untuk mengurusnya. Aku tak bisa menjengukmu, Jack tersayang, tapi aku punya jam-jam luang, dan aku akan tulis banyak surat sepenuh kantor pos, jika itu dapat mengalihkan perhatianmu. Tuhan tahu, belum ada yang bisa kuceritakan. Bukan berarti kami tinggal di salah satu rumah pantai; lantas aku bisa 8
kerjakan telaah karakter untukmu, dan mengisi imajinasimu dengan berkelompok-kelompok dewi laut, beserta gagak mereka (atau orang lain) dan rambut tengkuk pirang yang terurai ke bawah pundak. Lalu kau temukan Aphrodite dalam gaun pagi, baju malam, dan pakaian renang tercantik. Tapi di sini kami jauh dari itu semua. Kami menyewa kamar di rumah tani, di perempatan, dua mil dari hotel-hotel, dan menjalani hidup tenang. Andai saja aku penulis novel. Rumah tua ini, dengan lantailantai diampelas dan kayu-kayu lis tinggi, dan jendela-jendela sempit menghadap gugusan cemara yang berubah jadi kecapi aeolian setiap kali angin berhembus, adalah tempat yang pas untuk menulis romansa musim panas. Kisah dengan bau-bau hutan dan tiupan laut di dalamnya. Pasti akan mirip novel buatan orang Rusia itu—siapa namanya?—Tourguenieff, Turguenef, Turgenif, Toorguniff, Turgenjew—tak ada yang tahu cara mengejanya. Tapi aku penasaran apa seorang Liza atau Alexandra Paulovna sekalipun dapat menggerakkan hati pria yang kakinya terus berdenyut. Aku penasaran apakah salah satu dari gadis-gadis Yankee terbaik kami, angkuh dan spiritual, dapat menjadi pelipur bagimu dalam kondisi menyedihkan sekarang ini. Jika kupikir begitu, aku akan bergegas ke Surf House dan menjemput satu untukmu; atau, lebih baik, aku akan temukan di seberang jalan. Kau bayangkan saja sebuah rumah putih besar di seberang jalan, nyaris berhadapan dengan pondok kami. Itu bukan rumah, tapi mansion, mungkin dibangun di masa kolonial, dengan ekstensi ke sana kemari, atap lengkung, dan serambi piazza di tiga sisi— 9
sepotong arsitektur tenang dan mulia, dengan moncong di udara. Ia agak surut ke belakang dari jalan, dan dikerubungi rombongan penjilat: pohon-pohon elm berumbai, ék, dan willow menangis. Kadang di pagi hari, dan lebih lunak di sore hari, ketika matahari sudah menarik diri dari bagian mansion itu, seorang perempuan muda tampak di serambi sambil memegang jaring sulaman Penelope misterius, atau sebuah buku. Ada buaian gantung di sana —dari serat nanas. Kelihatan dari sini. Buaian sangat cocok saat seseorang berumur 18, berambut keemasan, bermata gelap, dan bergaun ilusi warna zamrud yang tergelung ke atas seperti gaya patung porselen gadis gembala Dresden, dan bersepatu seperti wanita molek zaman Louis Quatorze. Semua kemegahan ini masuk ke dalam buaian tersebut, dan berayun-ayun di sana bagai teratai dalam petang keemasan. Jendela kamarku memandang serambi itu —begitu juga aku. Tapi cukup sudah omong-kosong ini, yang tidak pantas untuk liburan pengacara muda dan kalem bersama ayah yang sakit. Kirimi aku surat pendek, Jack tersayang, dan ceritakan bagaimana keadaanmu. Sampaikan pengaduanmu. Tulis surat panjang untukku. Kalau kau keras atau kasar, akan kujatuhkan hukuman atasmu.
10
III Dari John Flemming kepada Edward Delaney 11 Agustus 1872
S
URATMU,
Ned tersayang, bagaikan karunia Tuhan. Bayang-
kan betapa terjepitnya aku sekarang—aku, yang tak pernah
terkena penyakit satu hari pun sejak lahir. Kaki kiriku berbobot tiga ton. Dibalsem dengan rempah dan ditutupi lapisan linen halus, seperti mumi. Aku tak bisa bergerak. Aku belum bergerak selama lima ribu tahun. Aku dari zaman Firaun. Aku berbaring di sofa dari pagi sampai malam, memelototi jalan yang panas. Setiap orang keluar kota, menikmati dirinya sendiri. Rumah-rumah dengan muka batu cokelat di seberang jalan menyerupai barisan peti mati jelek yang diberdirikan. Cetakan hijau menempati nama-nama mendiang, terpahat pada pelat-pelat pintu perak. Laba-laba sengit menjahit lubang-lubang kunci. Segalanya adalah kesunyian, debu, dan kesedihan.—Kupotong ini sebentar, untuk melempar Watkins dengan jilid kedua Cesar Birotteau. Meleset! Kurasa dia bisa dijatuhkan dengan salinan karya Sainte-Beuve atau Dictionnaire Universel, kalau punya. Buku-buku kecil Balzac ini entah kenapa tidak pas di tanganku, tapi aku tetap akan menghantamnya. Kuduga Watkins sedang membuka sumbat anggur Chateau Yquem milik pak tua itu. Kunci duplikat gudang anggur. Pesta malam ala Irlandia di besmen depan. Cheops muda di lantai atas, nyaman dalam kain kafannya. 11
Watkins meluncur ke kamarku, dengan wajah munafik pucat yang terulur panjang seperti akordeon; tapi aku tahu dia nyengir sepanjang tangga, dan senang kakiku patah. Bukankah bintang jahatku sedang di zenith sewaktu aku berlari ke kota untuk menghadiri makan malam di Delmonico’s itu? Aku datang bukan untuk itu saja. Sebagian untuk membeli kuda betina dauk, Margot, milik Frank Livingstone. Dan sekarang aku tak bisa duduk di pelana selama dua bulan ini. Akan kukirim kuda betina itu padamu di The Pines—itukah nama tempatnya? Pak Dillon mengira ada sesuatu yang mengusik pikiranku. Dia membuatku gila dengan limun. Limun untuk pikiran yang sakit! Persetan. Aku cuma gelisah di bawah kungkungan ini—aku tak biasa. Contohkan saja seorang pria yang belum pernah sakit kepala atau sakit gigi seumur hidupnya, ikat salah satu kakinya pada pipa penyemprot air, tahan dia di sebuah kamar di kota selama berminggu-minggu, di tengah cuaca panas, dan kemudian berharap dia tersenyum, mendengkur, dan gembira! Itu tak masuk akal. Aku tak bisa ceria atau tenang. Suratmu adalah pelipur pertama yang kudapat sejak musibah itu, sepuluh hari lalu. Itu betul-betul menggembirakanku selama setengah jam. Kirimi aku surat panjang, Ned, sesering yang kau bisa, kalau kau menyayangiku. Apapun boleh. Tulis lebih banyak tentang gadis kecil di buaian. Itu sangat manis, semua tentang patung porselen gadis gembala Dresden dan teratai itu; tamsil yang sedikit campur-aduk, mungkin, tapi sangat manis. Tak kusangka kau punya banyak perabot sentimentil di lantai atas. Itu menunjuk12
kan betapa seseorang bisa akrab selama bertahun-tahun dengan ruang penerimaan tetangganya, tapi tak pernah curiga apa yang ada di bawah atap mansard-nya sendiri. Aku menduga lotengmu penuh dengan perkamen hukum kering, hipotek, dan surat sumpah. Kau menurunkan sepaket naskah, dan loh! ternyata ada lirik, soneta, dan canzonetta. Kau memang punya sentuhan grafis deskriptif, Edward Delaney, dan aku curiga kaulah pengarang anonim kisahkisah cinta dalam majalah. Aku akan menjadi beruang sampai ada kabar lagi darimu. Ceritakan semuanya tentang si jelita tak dikenal di seberang jalan. Siapa namanya? Siapa dia? Siapa ayahnya? Di mana ibunya? Siapa pacarnya? Kau tak bisa bayangkan betapa ini akan menyibukkanku. Semakin remeh, semakin baik. Pemenjaraan telah melemahkan akalku sedemikian rupa hingga aku merasa hadiah suratmu sangat penting. Aku sedang memasuki masa kecil kedua. Dalam satu atau dua minggu aku akan menyukai cincin karet India dan gigi garpu dari karang. Cangkir perak, dengan ukiran yang pantas, akan menjadi perhatian tajam di pihakmu. Sementara ini, menulislah!
13
IV Dari Edward Delaney kepada John Flemming 12 Agustus 1872
P
ASHA
yang sakit akan terhibur. Bismillah! dia berkehendak
demikian. Jika pendongeng jadi bertele-tele dan menjenuh-
kan—tali busur dan karung goni, maka dia akan dijatuhkan ke Sungai Piscataqua oleh dua orang suku Nubian! Tapi sungguh, Jack, ini tugas yang sulit. Betul-betul tak ada apa-apa di sini— selain gadis kecil di seberang jalan. Saat ini dia sedang berayun di buaian. Bagiku, melihatnya sekali-kali mengeluarkan sepatu anak kecil, yang pas seperti sarung tangan, dan berangkat pergi, menjadi kompensasi atas banyak kesusahan hidup. Siapa dia, dan siapa namanya? Namanya Daw. Hanya anak perempuan Tn. Richard W. Daw, bekas kolonel dan bankir. Ibu sudah tiada. Satu saudara di Harvard, kakak lelaki tewas di pertempuran Fair Oaks, sepuluh tahun silam. Keluarga tua yang kaya, Daw. Itu adalah rumah dan pekarangan di mana ayah dan puterinya melewatkan delapan dari dua belas bulan; sisanya di Baltimore dan Washington. Musim dingin New England terlalu berat bagi pak tua itu. Sang puteri dipanggil Marjorie—Marjorie Daw. Mulanya terdengar aneh, bukan? Tapi setelah digumamkan setengah lusin kali, kau suka itu. Ada kelucuan menyenangkan pada nama itu, sesuatu yang rapi dan mirip bunga violet. Pasti tipe gadis yang cantik hingga dinamai Marjorie Daw. 14
Aku mendudukkan tuan rumah The Pines di bilik saksi tadi malam, dan menarik kesaksian tersebut darinya. Dia mengurus kebun sayur milik Tn. Daw, dan sudah tiga puluh tahun mengenal keluarga itu. Tentu saja aku akan berkenalan dengan para tetanggaku tak lama lagi. Hampir mustahil aku tidak akan bertemu Tn. Daw atau Nona Daw dalam perjalananku. Nona muda itu punya lintasan favorit menuju pantai. Aku akan mencegatnya suatu pagi, dan memberinya salam. Lalu ratu akan membungkukkan kepala indahnya padaku dengan kekagetan santun bercampur keangkuhan. Malah akan mencercaku. Semua ini demi dirimu, oh Pasha dari pohon Snapt Axle!... Keadaan jadi aneh! Sepuluh menit lalu aku dipanggil turun ke ruang tamu—kau hafal jenis ruang tamu di rumah tani pesisir, sejenis ruang tamu amfibi, dengan kerang laut di atas rak perapian dan dahan spruce pada mantel cerobong—di mana kudapati ayahku dan Tn. Daw sedang saling bersopan-santun kuno. Dia datang untuk memberi penghormatan kepada tetangga barunya. Tn. Daw adalah pria jangkung ramping berumur 55-an, dengan muka kemerahan, kumis seputih salju, dan cambang. Mirip Tn. Dombey, atau seolah-olah Tn. Dombey pernah berdinas beberapa tahun di Tentara Inggris. Tn. Daw adalah kolonel dalam perang terakhir, memegang komando resimen di mana puteranya menjadi letnan. Pak tua pemberani, tulang punggung granit New Hampshire. Sebelum pergi, kolonel mengeluarkan undangan seolah sedang menerbitkan perintah jenderal. Nona Daw kedatangan beberapa sahabat, jam 4 sore, untuk bermain bola kayu di halaman rumput (lapangan parade) dan 15
minum teh (rangsum dingin) di serambi. Akankah kami menghormati mereka dengan ikut bergabung? (atau dikirim ke rumah jaga.) Ayahku menolak dengan dalih sakit. Putera ayahku membungkuk dengan sopan-santun sebanyak yang diketahuinya, dan menerima. Dalam surat berikutnya aku akan punya sesuatu untuk diceritakan. Aku akan telah bertatap muka dengan gadis cantik itu. Aku punya firasat, Jack, bahwa Daw ini orang langka! Tetap semangat, sobat, sampai aku menulis surat berikutnya—dan terus kirim kabar tentang keadaan kakimu.
16
V Dari Edward Delaney kepada John Flemming 13 Agustus 1872
P
ESTANYA,
Jack tersayang, suram sekali. Seorang letnan
angkatan laut, kepala Episcopal Church di Stillwater, dan
masyarakat datang bergelombang dari Nahant. Letnan seolah baru menelan dua kancingnya, dan kesulitan mencerna emas lantakan. Kepala gereja adalah pemuda tafakur, seperti bunga daffydowndilly. Dan gelombang dari Nahant adalah gelombang pasang yang sangat lemah. Kaum wanita jauh lebih baik, seperti biasa. Dua Nona Kingsbury dari Philadelphia, menginap di Seashell House, dua gadis ceria dan memikat. Kecuali Marjorie Daw! Rombongan bubar segera usai minum teh, dan aku tetap di tempat untuk mengisap cerutu bersama kolonel di serambi. Bagai melihat lukisan, kulihat Nona Marjorie menunggui sang prajurit kawakan, dan mengerjakan seratus perbuatan berbudi dan sepele untuknya. Dia membawakan cerutu dan menyalakan tirus lilin dengan jemari halusnya, dengan gaya paling mempesona. Sementara kami duduk di sana, dia datang dan memasuki cahaya senja musim panas. Dengan gaun putih dan rambut emas pucat, dia bagaikan hantu yang muncul dari lingkaran asap. Seandainya dia larut ke dalam udara, seperti patung Galatea dalam sandiwara, aku pasti sedih ketimbang kaget. Mudah sekali untuk merasa bahwa kolonel tua memujanya dan 17
begitupun sebaliknya. Kupikir hubungan antara ayah sepuh dan anak perempuan yang sedang tumbuh dewasa ini paling indah. Di dalamnya ada sentimen halus yang tidak bisa hadir dalam kasus ibu dan anak perempuan, atau ibu dan anak lelaki. Tapi ini sangat dalam. Aku duduk bersama keluarga Daw sampai jam setengah sebelas, dan kulihat rembulan terbit di laut. Samudera, yang membentang tanpa gerak dan hitam berlatarkan horison, disihir menjadi padang es gemerlap, diselingi teluk perak ajaib. Di kejauhan, Isle of Shoals nampak seperti sekelompok gunung es raksasa yang hanyut ke arah kami. Kawasan Kutub dalam pencairan Juni! Sangat indah. Apa yang kami obrolkan? Kami mengobrol tentang cuaca—dan dirimu! Cuaca tidak menyenangkan dalam beberapa hari terakhir—dan begitupun dirimu. Aku bergeser dari satu topik ke topik lain dengan sangat alami. Kuceritakan musibahmu kepada teman-teman; bagaimana itu telah menggagalkan rencana musim panas kita, dan apa rencana kita. Aku bernyanyi lincah tentang tulang betis. Lalu kulukiskan dirimu; atau lebih tepatnya bukan. Aku bicara tentang keramahanmu, kesabaranmu di bawah penderitaan berat ini; terimakasihmu yang mengharukan saat Dillon membawa hadiah kecil berupa buah; kelembutanmu terhadap adikmu Fanny, yang tak kau perkenankan menginap di kota untuk merawatmu, dan bagaimana heroiknya kau menyuruh dia pulang ke Newport, memilih tetap bertiga saja dengan Mary sang koki dan anak buahmu Watkins, yang kepadanya kau terikat setia. Andai kau di sana, Jack, kau takkan 18
kenal dirimu sendiri. Aku pasti sudah unggul sebagai pengacara pidana, andai tidak mengalihkan perhatianku pada cabang yurisprudensi lain. Nona Marjorie melontarkan bermacam-macam pertanyaan penting tentang dirimu. Waktu itu tak terpikir olehku, tapi terbersit kemudian, bahwa dia menunjukkan minat luar biasa pada perbincangan itu. Saat kembali ke kamar, aku ingat betapa bersemangatnya dia mencondong ke depan, dengan leher sempurna seputih salju dalam terang bulan, menyimak ucapanku. Positif, kupikir aku sudah membuatnya suka padamu! Nona Daw adalah gadis yang akan sangat kau sukai, kuberitahu kau. Perempuan cantik tanpa kepura-puraan, sifat luhur dan lembut—sekiranya orang bisa membaca jiwa dari wajah. Dan kolonel tua itu juga berwatak mulia. Aku senang keluarga Daw begitu menyenangkan. The Pines adalah tempat terpencil, dan sumber dayaku sedikit. Sebelumnya aku takut kehidupan di sini akan monoton, tanpa ada masyarakat selain ayah istimewaku. Benar, mungkin aku telah membidik seorang penderita cacat yang pasrah, tapi aku tidak punya selera dengan artileri.
19
VI Dari John Flemming kepada Edward Delaney 17 Agustus 1872
U
NTUK
ukuran orang yang tak punya selera pada artileri,
tiba-tiba terpikir olehku, kawan, bahwa kau sedang
mempertahankan nyala api di dalam batinku. Tapi lanjutkan. Sinisme adalah meriam lapangan kecil yang akhirnya meledak dan membunuh prajurit artileri. Kau boleh aniaya aku sesukamu, dan aku takkan mengeluh. Entah apa yang bisa kulakukan tanpa surat-suratmu. Itu mengobatiku. Aku belum melempar apapun pada Watkins sejak Minggu kemarin, sebagian karena aku semakin ramah di bawah pengajaranmu, dan sebagian karena Watkins merebut amunisiku pada suatu malam, dan membawanya ke perpustakaan. Dia sedang kehilangan kebiasaannya menghindar setiap kali aku menggosok telinga, atau membuat gerakan sekecil apapun dengan tangan kanan. Namun dia tetap berbau gudang anggur. Kau boleh patahkan, kau boleh remukkan Watkins, kalau kau mau, tapi aroma Roederer akan tetap menggelayutinya. Ned, Nona Daw itu pasti sosok yang menawan. Aku pasti menyukainya.
Aku
sudah
suka.
Saat
surat
pertamamu
menyinggung seorang gadis yang berayun di buaian di bawah jendela kamarmu, entah bagaimana aku tertarik padanya. Sulit kuterangkan. Tulisanmu berikutnya tentang Nona Daw telah 20
memperkuat kesan itu. Kau seperti sedang melukiskan seorang wanita yang sudah kukenal dalam eksistensi terdahulu, atau kumimpikan. Percayalah, andai kau kirim fotonya, aku yakin akan mengenalinya sekejap mata. Gayanya, sikap menyimak itu, ciri pembawaannya, sebagaimana kau isyaratkan, rambut terang dan mata gelap—itu semua familiar bagiku. Dia banyak bertanya? Penasaran tentangku? Ini aneh. Kau,
tukang
sinis
terkutuk,
pasti
tertawa
diam-diam
seandainya kau tahu bagaimana aku terjaga setiap malam, dengan lampu gas dikecilkan demi cahaya bintang, memikirkan The Pines dan rumah di seberang jalan. Alangkah sejuknya berada di sana! Aku rindu bau pasir di udara. Aku membayangkan kolonel mengisap cerutu di serambi. Aku memberangkatkan kau dan Nona Daw untuk keliling sore sepanjang pantai. Kadang kubiarkan kau jalan-jalan dengannya di bawah pepohonan elm dalam cahaya rembulan, karena kuanggap kalian sudah berteman baik sekarang dan bertemu setiap hari. Aku tahu kebiasaan dan gayamu! Lalu aku jatuh ke dalam mood sengit, dan ingin menghancurkan seseorang. Sudahkah kau lihat sesuatu berwujud pacar menempel harta berharga kolonel? Apakah letnan marinir berkuda itu atau pendeta muda Stillwater itu sering berkunjung? Bukan berarti aku meminta kabar mereka, tapi gosip semacam ini tentu wajar. Aku heran, Ned, kau tidak jatuh cinta pada Nona Daw. Aku sendiri siap jatuh cinta. Ngomong-ngomong soal foto, tak bisakah kau selundupkan salah satu kartu nama dari albumnya—dia pasti punya album, kau tahu —lantas kirimkan padaku? Akan kukembalikan sebelum itu dicari21
cari. Begitulah orang baik! Apakah kuda betinaku tiba dengan selamat dan sehat? Ia akan jadi binatang utama musim gugur ini untuk Central Park. Oh—kakiku? Aku lupa soal kakiku. Sudah mendingan.
22
VII Dari Edward Delaney kepada John Flemming 20 Agustus 1872
F
IRASATMU
benar. Aku bergaul ramah dengan tetangga kami.
Kolonel dan ayah mengisap cerutu sore bersama-sama di
ruang duduk kami atau di serambi seberang, dan kulewatkan satu atau dua jam siang atau malam bersama puterinya. Aku semakin terkesan oleh kecantikan, kesederhanaan, dan kecerdasan Nona Daw. Kau tanya kenapa aku tidak jatuh cinta padanya. Aku akan terus-terang, Jack. Aku sudah terpikir soal itu. Dia muda, kaya, pandai. Berpadu dalam dirinya lebih banyak daya tarik, secara mental dan kepribadian, daripada gadis kenalan manapun yang bisa kuingat. Tapi dia tak punya sesuatu yang diperlukan untuk mengilhamiku jenis ketertarikan itu. Dengan atribut tak dikenal ini, seorang wanita yang tidak cantik atau kaya atau muda dapat membuatku bertekuk lutut. Tapi tidak Nona Daw. Andai kami terdampar di sebuah pulau tak berpenghuni—biar kuusulkan pulau tropis, sebab tidak lagi menelan biaya untuk disebut indah—akan kubangunkan untuknya sebuah gubuk bambu, akan kuambilkan untuknya buah sukun dan kelapa, akan kugorengkan untuknya ubi rambat, akan kupancing kura-kura lihai dan kubuatkan untuknya sop bergizi, tapi aku takkan menggodanya—tidak di bawah delapan belas bulan. Aku akan memperlakukannya sebagai adik, 23
aku akan melindungi dan menasehatinya, dan membelanjakan separuh pendapatanku pada renda benang dan syal bulu unta. (Kami sedang di lepas pantai sekarang.) Andai perasaanku tidak demikian, tetap akan ada rintangan untuk mencintai Nona Daw. Hampir tak ada kemalangan lebih besar yang dapat menimpaku selain mencintainya. Flemming, aku hendak mengungkapkan sesuatu yang akan membuatmu heran. Mungkin aku keliru dalam premisku dan karenanya dalam kesimpulanku, tapi kau bisa menilai. Malam itu, saat aku kembali ke kamar usai pesta bola kayu di tempat Daw, dan sedang memikirkan peristiwa-peristiwa remeh di malam itu, tiba-tiba aku terkesan oleh hawa perhatian Nona Daw dalam mengikuti cerita tentang musibahmu. Rasanya ini sudah kusebutkan padamu. Well, keesokan pagi, saat pergi untuk mengirim surat, aku menyusul Nona Daw di jalan menuju Rye, di mana kantor pos berada, dan menemaninya ke sana dan pulang, jalan kaki satu jam. Obrolan lagi-lagi tertuju padamu, dan lagi-lagi kulihat raut perhatian tak terjelaskan yang menerangi wajahnya kemarin malam. Sejak saat itu, mungkin sudah sepuluh kali aku bertemu Nona Daw, atau lebih sering. Dan di setiap kesempatan aku merasa, bila tidak sedang membahas dirimu, atau adikmu, atau seseorang atau suatu tempat yang terkait denganmu, aku tidak mendapat perhatiannya. Dia acuh tak acuh, matanya berpaling ke laut, atau suatu benda jauh dalam pemandangan; jemarinya memain-mainkan lembaran buku dengan cara yang membuatku yakin bahwa dia tidak menyimak. Pada momen-momen ini, jika 24
tiba-tiba aku mengganti tema—kulakukan beberapa kali sebagai eksperimen—dan berkomentar tentang temanku Flemming, mata biru suram itu kembali padaku seketika. Nah, bukankah ini hal teraneh di dunia? Bukan, bukan teraneh. Efek yang, kau bilang, ditimbulkan oleh penyebutan gadis tak dikenal sedang berayun di atas buaian tentu saja sama anehnya. Kau bisa tebak betapa kalimat dalam surat Jumat-mu membuatku kaget. Mungkinkah dua orang yang belum pernah bertemu, yang terpisah ratusan mil, dapat mengerahkan pengaruh magnetik pada satu sama lain? Aku pernah baca fenomena psikologis semacam ini, tapi tak pernah percaya. Kuserahkan solusi masalah ini padamu. Adapun aku, meski selebihnya menyenangkan, mustahil aku jatuh cinta pada seorang wanita yang mendengarkanku hanya ketika aku membahas temanku! Setahuku tidak ada siapapun yang memberi perhatian khusus pada tetangga cantikku. Letnan angkatan laut—dia ditempatkan di Rivermouth—kadang mampir di malam hari, dan kadang si kepala gereja dari Stillwater; tapi letnan lebih sering. Dia ke sana semalam. Aku tak terkejut kalau dia pasang mata pada sang pewaris. Tapi dia bukan lawan berat. Nyonya rumah Daw mengemban tombak ironi kecil, dan si letnan yang jujur tampaknya punya kecakapan khusus untuk menyula dirinya dengan mata tombak itu. Harus kubilang dia tidak berbahaya, meski aku kenal seorang wanita yang mencibir seorang pria selama bertahun-tahun, dan tetap menikah dengannya. Jelas, kepala gereja rendahan tidak berbahaya; tapi, lagi-lagi, siapa yang belum pernah lihat Cloth of 25
Frieze menang dalam daftar di mana Cloth of Gold kalah? Soal foto. Ada satu cetakan gading Marjorie yang elok sekali, dalam isolasi gambar, di atas rak perapian di ruang kumpul. Itu akan langsung dicari-cari jika kuambil. Aku akan berbuat apapun yang masuk akal demi kau, Jack; tapi aku tak punya hasrat membara untuk diseret ke hadapan hakim setempat, atas tuduhan pencurian kecil-kecilan. Catatan—Terlampir setangkai mignonette. Kusarankan rawatlah dengan lembut. Ya, kami membicarakanmu lagi tadi malam, seperti biasa. Ini jadi sedikit membosankan untukku.
26
VIII Dari Edward Delaney kepada John Flemming 22 Agustus 1872
S
URAT
balasanmu telah menyita pikiranku sepanjang pagi.
Entah apa yang harus kupikirkan. Maksudmu kau serius
setengah jatuh cinta pada seorang wanita yang belum pernah kau temui—pada bayangan, pada chimera? Apa lagi arti Nona Daw bagimu? Aku tak mengerti sama sekali. Aku tak mengerti dirimu ataupun dirinya. Kalian sepasang makhluk halus yang bergerak di udara lebih tipis daripada yang bisa dihirup dengan paru-paru normalku. Kepekaan sentimen semacam itu adalah sesuatu yang kukagumi tanpa kupahami. Aku bingung. Aku dari tanah yang berbau tanah, dan kudapati diriku dalam posisi janggal, berurusan dengan jiwa-jiwa belaka, dengan sifat-sifat yang bertabiat demikian halus, hingga aku beresiko meremukkan mereka dalam kekakuanku. Aku seperti Caliban di antara para arwah! Merenungi suratmu, aku yakin tidaklah bijak meneruskan surat-menyurat ini. Tapi ya, Jack; aku keliru menyangsikan kepekaan yang menjadi dasar karaktermu. Kau sangat tertarik pada Nona Daw; kau merasa dia sosok yang akan kau kagumi begitu mengenalnya: pada saat yang sama kau berpikir ada kemungkinan sepuluh banding lima bahwa, bila kau sampai mengenalnya, dia akan jauh dari idamanmu, dan kau takkan peduli padanya sedikitpun. Pertimbangkanlah dari sudut logis ini, dan aku takkan 27
menyembunyikan apa-apa darimu. Kemarin sore aku dan ayah berkendara ke Rivermouth bersama keluarga Daw. Hujan lebat di pagi hari menyejukkan atmosfer dan mengendapkan debu. Pergi ke Rivermouth adalah perjalanan delapan mil, menyusuri jalan berliku yang didereti semak barberry liar. Aku tak pernah lihat sesuatu yang lebih berkilau daripada semak-semak ini, hijaunya dedaunan dan merah redupnya béri-béri yang diperkuat oleh hujan. Kolonel menyetir di depan bersama ayah, aku dan Nona Daw di kursi belakang. Kuputuskan, selama lima mil pertama namamu tidak boleh keluar dari bibirku. Aku geli oleh usaha licinnya di awal untuk menerobos sikap diamku. Lalu kebungkaman menimpanya; dan tiba-tiba dia menjadi riang. Ketajamannya kepada letnan yang sangat kunikmati ternyata tidak begitu memuaskan saat diarahkan padaku. Nona Daw punya fitrah sangat manis, tapi dia bisa menyebalkan. Dia seperti nona muda dalam sajak, dengan keriting di keningnya: Tatkala dia baik, dia amat sangat baik, dan tatkala dia jahat, dia dahsyat! Aku tetap berpegang pada keputusanku. Tapi dalam perjalanan pulang aku melunak, dan menyebutkan kuda betinamu! Nona Daw akan mencoba duduk menyamping di atas Margot kapan-kapan di pagi hari. Hewan itu sedikit terlalu ringan untuk bobotku. Oh ya, aku hampir lupa, Nona Daw berpose untuk dipotret kemarin oleh 28
seorang seniman Rivermouth. Jika negatifnya bagus, aku akan dapat salinan. Jadi tujuan kita akan tercapai tanpa kejahatan. Tapi aku harap bisa mengirimimu cetakan gading di ruang kumpul; itu diwarnai dengan pintar, dan akan memberimu gambaran rambut dan matanya, sementara yang satu lagi tidak. Bukan, Jack, tangkai mignonette itu bukan dariku. Seorang pria 28 tahun tidak melampirkan bunga dalam suratnya—kepada pria lain. Tapi jangan memberi arti lebih pada hal ini. Dia memberi tangkai mignonette kepada si kepala gereja, kepada si letnan. Dia bahkan memberi mawar dari dadanya untuk budakmu. Sudah jadi sifat riangnya untuk menebar bunga-bunga, seperti Musim Semi. Jika isi suratku kadang terpotong-potong, kau harus maklum; aku tak pernah menuntaskan surat sekali duduk, tapi menulis sebentar-sebentar, kalau sedang mood. Sekarang aku sedang tidak mood.
29
IX Dari Edward Delaney kepada John Flemming 23 Agustus 1872
A
KU
baru pulang dari tanya-jawab teraneh dengan Marjorie.
Dia nyaris mengakui ketertarikannya padamu. Tapi dengan
bersahaja dan bermartabat! Kata-katanya menghindari penaku saat coba kutaruh di atas kertas; dan, bahkan, apa yang dia katakan tidak sebanyak sikapnya. Dan itu sulit kureproduksi. Mungkin, sejalan dengan anehnya urusan ini, dia harus mengakui diam-diam kepada pihak ketiga perihal cintanya untuk seorang pria yang belum pernah dia lihat! Tapi aku sudah kehilangan kemampuan untuk terkejut, berkat bantuanmu. Aku terima keadaan ini seperti dalam mimpi. Kini setelah aku kembali ke kamar, itu semua seperti ilusi—massa hitam bayangan Rembrandtish di bawah pepohonan, kunang-kunang berputar dalam tarian Phyrrhic di antara semakbelukar, laut nun di sana, Marjorie duduk di atas buaian! Sudah lewat tengah malam, aku terlalu mengantuk untuk menulis lagi. Kamis pagi. Ayahku tiba-tiba terpikir untuk menghabiskan beberapa hari di Shoals. Sementara ini kau takkan dapat kabar dariku. Kulihat Marjorie sedang berjalan di kebun bersama kolonel. Andai saja aku bisa mengobrol berdua dengannya, tapi mungkin tak ada kesempatan sebelum kami pergi.
30
X Dari Edward Delaney kepada John Flemming 28 Agustus 1872
K
AU
sedang memasuki masa kecil kedua, kan? Akalmu
berkurang sampai-sampai hadiah suratku terasa sangat
penting, kan? Aku menjulang lebih tinggi dari sarkasmemu dalam surat tanggal 11, saat kuamati bahwa ketiadaan kabar dariku selama lima hari cukup untuk menjerumuskanmu ke dalam kemurungan. Kami baru pulang pagi ini dari Appledore, pulau bersihir itu— dengan biaya empat dolar per hari. Kutemukan tiga suratmu di atas mejaku! Jelas tak ada keraguan dalam benakmu perihal kesenangan yang kudapat dari korespondensimu. Surat-surat ini tak bertanggal, tapi dalam surat terbaru ada dua kalimat yang perlu kupertimbangkan. Maaf atas keterusteranganku, Flemming; aku berkeyakinan bahwa seiring menguatnya kakimu, kepalamu jadi semakin lemah. Kau minta nasehatku tentang satu hal. Akan kuberikan. Menurut hematku, sangat tidak bijak mengalamatkan surat kepada Nona Daw, untuk berterimakasih atas bunganya. Itu, aku yakin, akan melukai kepekaannya tanpa bisa diampuni. Dia cuma mengenalmu lewat diriku; baginya kau adalah abstraksi, sosok dalam mimpi—mimpi yang darinya dia akan terbangun oleh goncangan sekecil apapun. Tentu saja, kalau kau lampirkan sebuah surat padaku dan bersikeras agar itu diantarkan, akan kuantarkan; 31
tapi kunasehati jangan lakukan itu. Katamu kau mampu berjalan keliling kamar dengan bantuan tongkat, dan kau bermaksud datang ke The Pines begitu Dillon menganggapmu cukup kuat untuk memikul perjalanan. Sekali lagi kunasehati jangan. Tidakkah kau lihat, setiap jam kau tetap jauh di sana, daya tarik Marjorie semakin dalam, dan pengaruhmu padanya bertambah? Kau akan merusak segalanya dengan bertindak tergesa-gesa. Tunggu sampai kau pulih betul. Biar bagaimanapun, jangan datang tanpa memberitahuku. Aku khawatir dengan dampak kedatanganmu kemari secara tiba-tiba—dalam keadaan seperti ini. Nona
Daw
jelas
senang
melihat
kami
pulang,
dan
menyambutku secara terang-terangan. Dia mampir sebentar di pintu tadi sore dalam kereta kuda; dia habis pergi ke Rivermouth untuk mengambil foto-fotonya. Sial, fotografer menumpahkan asam ke atas pelat, dan dia diharuskan berpose lagi. Aku punya intuisi, ada sesuatu yang mengganggu pikiran Marjorie. Ada nuansa tak acuh darinya. Tapi mungkin itu cuma khayalanku... Kuakhiri surat ini, menyisakan beberapa hal tak tersampaikan, demi menemani ayahku dalam salah satu perjalanan panjang yang kini jadi obat utama baginya—dan bagiku!
32
XI Dari Edward Delaney kepada John Flemming 29 Agustus 1872
A
KU
buru-buru menulis untuk memberitahukan apa yang
terjadi di sini sejak suratku tadi malam. Aku bingung
sekali. Hanya satu hal yang jelas—kau jangan mimpi datang ke The Pines. Marjorie sudah menceritakan semuanya pada sang ayah! Aku menemuinya selama beberapa menit di kebun, satu jam lalu. Sejauh yang bisa kusimpulkan dari pernyataan gugupnya, beginilah fakta-faktanya: Letnan Brady—perwira angkatan laut yang ditempatkan di Rivermouth itu—telah merayu-rayu Nona Daw selama beberapa waktu, tapi dia tidak suka itu, tidak seperti kolonel, yang merupakan kawan lama ayah pemuda tersebut. Kemarin (aku tahu dia sedang ada dalam masalah saat berkendara ke gerbang kami) kolonel bicara pada Marjorie tentang Bradly— mendesak
pinangannya,
kukira.
Marjorie
mengungkapkan
ketidaksukaannya terhadap si letnan dengan sikap blak-blakan khas, dan akhirnya mengaku pada ayahnya—well, aku benar-benar tidak tahu apa yang dia akui. Itu pasti pengakuan paling samar, dan pasti cukup membingungkan kolonel. Biar bagaimanapun, itu membuatnya kesal. Kurasa aku tersangkut dalam urusan ini, dan kolonel bersikap kecut padaku. Entah kenapa: aku tak membawa pesan antara kau dan Nona Daw. Aku sudah bertindak dengan sangat bijaksana. Aku tidak temukan cacat apapun dalam 33
kelakuanku. Setahuku tak ada siapa-siapa yang berbuat apa-apa— kecuali kolonel sendiri. Walau demikian, mungkin hubungan bersahabat antara kedua rumah akan putus. “Wabah kedua rumah kalian,” katamu. Aku akan terus memberi informasi, sebisaku, tentang apa yang terjadi di seberang jalan. Kami akan tetap di sini sampai pekan kedua bulan September. Tetaplah di tempatmu, atau, apapun yang terjadi, jangan mimpi menyusulku. Kolonel Daw sedang duduk di serambi, kelihatan agak gusar. Aku belum bertemu Marjorie sejak berpisah dengannya di kebun.
34
XII Dari Edward Delaney kepada Thomas Dillon, M.D., di Madison Square, New York 30 Agustus 1872
D
OKTER
yang Terhormat: Kalau kau punya pengaruh atas
Flemming, kumohon kerahkan itu untuk mencegahnya
datang ke tempatku saat ini. Ada keadaan, akan kujelaskan nanti, yang mengharuskan dia tak boleh datang ke lingkungan ini. Penampakannya di sini, kukatakan setelah dipikir matang, akan jadi petaka baginya. Dengan mendesaknya tetap di New York, atau pergi ke suatu resor pedalaman, kau berjasa nyata untuknya dan untukku. Tentu saja kau tak boleh menyebut-nyebut namaku dalam kaitan ini. Dokter, kau cukup mengenalku untuk percaya bahwa, dalam meminta kerjasama rahasia darimu, aku punya alasan yang akan kau restui saat dijelaskan nanti. Kami akan kembali ke kota tanggal 15 bulan depan, dan kewajiban pertamaku adalah hadir di pintumu yang ramah dan memuaskan rasa penasaranmu, kalau memang aku membangkitkannya. Ayahku, dengan gembira kusampaikan, sudah sangat membaik, jadi tak bisa lagi dianggap sakit. Dengan hormat, aku, dst, dst.
35
XIII Dari Edward Delaney kepada John Flemming 31 Agustus 1872
S
URATMU,
yang mengumumkan tekad gilamu untuk datang
kemari, baru saja sampai. Kumohon merenunglah sebentar.
Langkah itu akan fatal untuk dirimu dan dirinya. Kau akan menyediakan alasan kejengkelan yang pantas untuk R.W.D.. Dan, walau setia mencintai Marjorie, dia sanggup berbuat sejauh apapun jika ditentang. Kau takkan suka, aku yakin, menjadi alat untuk membuatnya berlaku kasar pada Marjorie. Itulah buah dari kehadiranmu di The Pines pada saat genting ini. Aku kesal harus menerangkan keadaan ini kepadamu. Kita di atas landasan yang rawan, Jack; situasinya kritis, salah langkah sekecil apapun akan membuat kita kehilangan permainan. Kalau kau anggap ini patut dimenangkan, bersabarlah. Percayalah sedikit pada kecerdikanku. Tunggu dan lihat apa yang terjadi. Terlebih, aku dengar dari Dillon bahwa kau kondisimu tidak bagus untuk melakukan perjalanan panjang. Dia pikir udara pantai sangat buruk untukmu; bahwa kau harusnya pergi ke pedalaman, kalau harus pergi. Dengarlah nasehatku. Dengarlah nasehat Dillon.
36
XIV Telegram 1 September 1872 1. Kepada Edward Delaney Surat diterima. Dillon masa bodoh. Kupikir sepatutnya aku ada di landasan. J.F. 2. Kepada John Flemming Tetap di tempatmu. Kau justru akan memperumit masalah. Jangan bergerak sampai ada kabar dariku. E.D. 3. Kepada Edward Delaney Keberadaanku di The Pines bisa dirahasiakan. Aku harus bertemu dengannya. J.F. 4. Kepada John Flemming Jangan berpikir begitu. Itu sia-sia. R.W.D. telah mengunci M. di kamar. Kau takkan bisa memberi pengaruh dan bertanya-jawab. E.D. 5. Kepada Edward Delaney Dikunci di dalam kamar. Astaga. Begitu rupanya. Aku akan berangkat dengan kereta ekspres 12:15. J.F.
37
XV Kedatangan
P
ADA
hari kedua September 1872, selagi kereta ekspres arah
selatan, yang dijadwalkan sampai ke tujuan pukul 15:40,
meninggalkan stasiun di Hampton, seorang pemuda bersandar pada pundak seorang pembantu, yang dia sapa sebagai Watkins. Dia melangkah dari peron ke dalam taksi kuda, dan minta diantar ke “The Pines”. Setibanya di gerbang sebuah rumah tani sederhana, beberapa mil dari stasiun, pemuda ini turun susah-payah dari kereta kuda, dan melirik singkat ke seberang jalan, sangat terkesan oleh pemandangan khas. Sekali lagi bersandar pada pundak Watkins, dia berjalan ke pintu rumah dan menanyakan Tn. Edward Delaney. Dia diberitahu oleh lelaki lanjut usia yang menjawab ketukannya, bahwa Tn. Edward Delaney sudah pergi ke Boston sehari sebelumnya, tapi Tn. Jonas Delaney ada di dalam. Informasi tersebut rupanya tidak memuaskan bagi orang asing ini, yang bertanya apakah Tn. Edward Delaney titip pesan untuk Tn. John Flemming. Ada satu surat untuk Tn. Flemming jika dia orang yang dimaksud. Setelah pergi sebentar, lelaki itu muncul kembali dengan sebuah surat.
38
XVI Dari Edward Delaney kepada John Flemming 1 September 1872
A
KU
ketakutan atas apa yang sudah kuperbuat! Saat
mengawali surat-menyurat ini aku tak punya tujuan lain
selain meringankan rasa jenuh akan kamarmu. Dillon minta aku menyemangatimu. Aku mencoba. Aku kira kau ambil bagian dalam maksud ini. Aku tak tahu-menahu, sampai beberapa hari terakhir, bahwa kau menanggapinya serius. Apa yang bisa kukatakan? Aku bertobat. Aku sampah masyarakat, anjing buangan. Aku coba membuat roman kecil untuk menarik perhatianmu, sesuatu yang menenangkan dan idilis, dan astaga! aku malah mengerjakannya terlalu bagus! Ayahku tak tahu sedikitpun tentang hal ini, jadi jangan goncang pak tua itu lebih dari yang kau perlukan. Aku lari dari murka yang datang—saat kau sampai! Sebab, oh, Jack tersayang, tidak ada serambi, tidak ada buaian gantung—tidak ada Marjorie Daw!
39