Vol.1/Maret 2014
ISSN 1858-2621
REALISASI POLITIK ETIS DI BOJONEGORO PADA AWAL ABAD XX : Kajian Sosial Ekonomi
Mudji Hartono Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta
ABSTRAK Sebagaimana diketahui bahwa Kemerosotan kesejahteraan Penduduk pribumi Pulau Jawa melatarbelakangi lahirnya Politik Etis. Ratu Wihelmina, dalam pidao pembukaan di parlemen Belanda mengatakan bahwa Pemerintah kolonial Belanda di penghujung era Sistem Liberal. Memiliki tugas Moral, di dalam pidato tersebut tersirat pengakuan bahwa Pmerintah Belanda memiliki Hutang Budi (Ereschuld) yang merupakan tujuan utama, yaitu memperbaiki ekonomi koloni dan penduduk Pribumi dengan melaksanakan pembangunan Irigasi, Edukasi, dan Emigrasi. Bojonegoro merupakan salah satu daerah di Pulau Jawa yang mengalami kemerosotan kesejahteraanan. De Vries dalam pidatonya di depan para Guru Besar di Belanda menyatakan bahwa Bojonegoro, Cirebon Selatan, dan Pekalongan Selatan merupakan daerah yang “menuju kematian”. Selain itu Penders mengatakan bahwa kemiskinan di Bojonegoro itu bersifat endemis. Sehubungan dengan itu, Maka pada tahun 1906, Residen Rembang, Fraenkel melaporkan kepada Gubernur Jendral bahwa Bojonegoro dan Blora dilanda kemiskinan yang gawat. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengungkap seberapa jauh politik Etis dilaksanakan di Bojonegoro? kiranya permasalahan ini sampai saat sekarang masih relevan untuk diungkapkan, karena dari zaman kolonial Belanda hingga kini terdapat pola bencana yang sama dan berkelanjutan. Selain itu tulisan ini bermaksud untuk mensintesis fakta-fakta tentang Realisasi Kebijaksanaan Etis di Bojonegoro. Dalam mengungkap permasalahan tersebut di atas pendekatan sosiologi turut menerangkan seberapa jauh politik etis dilaksanakan di Bojonegoro. Hasil kajian menunjukkan bahwa Pemerintah Kolonial Belanda benar-benar merealisasikan Politik Etis di Bojonegoro, bahkan Pemerintah Hindia Belanda tampak lebih aktif dari pada rakyat dalam menghadapi kemerosotan ekonomi didaerah itu. Realisasi Politik Etis, khususnya aspek irigasi dan edukasi begitu tampak jelas dilaksanakan di Bojonegoro, sedangkan untuk program transmigrasi, dapat dikatakan tidak begitu populer, sehingga Pemerintah Hindia Belanda tidak berhasil memindahkan sebagian penduduk Bojonegoro ke tempat lain, ini berarti pemerintah gagal mengurangi kepadatan penduduk di Bojonegoro. Penduduk Residensi Rembang, termasuk juga Bojonegoro yang melakukan perpindahan ke luar Jawa tidak begitu besar. Jumlah orang yang pindah ke luar Jawa lebih kecil dibandingkan dengan jumlah orang yang berpindah ke Semarang. Penduduk Bojonegoro tidak berniat melakukan transmigrasi ke luar Jawa, Mereka kebanyakan enggan meninggalkan daerahnya untuk pergi jauh sebab tanahnya dianggap masih dapat menghidupi keluarga, maka tidak tertarik oleh iming-iming memperoleh tanah secara cuma-cuma dari pemerintah jika ikut bertransmigrasi. Kata kunci : Realisasi, Politik Etis, Bojonegoro
Vol.1/Maret 2014
ISSN 1858-2621
luar) yang secara prinsipiil sampai tahun
PENDAHULUAN Kabupaten Bojonegoro berada di
1810. Selanjutnya pada tahun 1811-1816
wilayah Propinsi Jawa Timur. Namun
Mancanegara di bawah kontrol langsung
pada
pemerintah
masa
kolonial
Belanda,
Batavia,
sementara
itu
Bojonegoro berada di wilayah Jawa
Bojonegoro diserahkan Inggris kepada
Tengah, Letak Bojonegoro berhampiran
seorang putra Noto Kusumo (yang
dengan
bernama Paku Alam).
Sungai
Bengawan
Solo,
Bojonegoro terletak di sebelah timur
Perlu
diketahui
bahwa
bagian Jawa Tengah bagian utara. Pada
Bojonegoro dipilih sebagai wilayah
tahun
fokus Studi. Ini karena Bojonegoro
1900
merupakkan
wilayah bagian
Bojonegoro
dari
Residensi
disebut-sebut
sebagai
daerah
yang
Rembang, tetapi pada 1 juli 1928
secara sosial-ekonomi sangat terpuruk,
Bojonegoro dipisahkan dari Residensi
karena setiap tahun dilanda bencana
Rembang,
menjadi
Residensi
banjir
nama
Residensi
mengakibatkan produktifitas pertanian
Bojonegoro, yang wilayahnya meliputi
sangat rendah dan akibatnya sering kali
Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten
penduduknya mengalami
Tuban.
1931
yang endemis serta kelaparan.2 Masalah
Bojonegoro dimasukan dalam Wilayah
Kemerosotan kemakmuran penduduk
Residensi Gresik.1 Sebelumnya, Secara
Bojonegoro
yuridis
Kemiskinan
tersendiri
dan dengan
Kemudian
Bojonegoro
Kasultanan
tahun
adalah
Yogyakarta,
wilayah
yaitu
yang
dan
Berdasarkan
kekeringan
kemiskinan
bersifat terjadi
secara
data-data
yang
endemik kronis. yang
disebut bagian Mancanegara (wilayah
diketemukan keadaan seperti itu sudah
1
2
Penders, C.L.M Bojonegoro 1900-1942. A.Story of EndemicPoverty in. North East Java Indonesia. Singapura:Gunung Agung,1984.h, 32-
Penders, C.L.M Bojonegoro 1900-1942. A.Story of EndemicPoverty in. North East Java Indonesia. Singapura:Gunung Agung,1984.h, 32-34.
Vol.1/Maret 2014
ISSN 1858-2621
terjadi pada tahun 1888, 1889, 1890 dan
programkan pada waktu berikutnya,
18913, Kehancuran Bojonegoro tahun
seperti
1890 disebabkan oleh bencana banjir
memajukan
Sungai Bengawan Solo (bulan Februari).
transmigrasi.
Bencana
banjir
itu
menghanyutkan
perbaikan
Tujuan
sistem
irigasi,
pendidikan
dan
penulisan
adalah
rumah-rumah penduduk, jalan-jalan dan
untuk
jembatan
tanaman
sejarah tentang pelaksanaan Politik Etis
kemarau
di Bojonegoro dan sekaligus untuk
serta
pangan.4
merusakan
Banjir
dan
mensintesiskan
ini
fakta-fakta
mengakibatkan kegagalan panen, gagal
menunjukkan
panen yang terjadi berturut-turut, seperti
sejarah Indonesia pada masa kolonial
tahun 1904 hingga 1906, mengakibatkan
tidak
kekurangan
eksploatasi
bahan
makanan
dan
saja
sebuah
melulu
bukti,
berisi
Pemerintah
bahwa
tentang Hindia
selanjutnya terjadi kelaparan. Keadaan
Belanda terhadap penduduk Pribumi
seperti
dan koloninya, melainkan juga adanya
itu pernah dilaporkan oleh
Residen Rembang, Fraenkel. Kepada
usaha-usaha
Pemerintah
Gubernur Jenderal pada tahun 1906,
Belanda dalam memperbaiki ekonomi
namun Pemerintah pusat menganggap
rakyat,
khususnya
di
kolonial
Bojonegoro.
mengkhawatirkan.5
Memang Eksploatasi Pemerintah Hindia
Sehinga Pemerintah Residensi segera
Belanda terhadap koloni merupakan
mengambil
yang
fakta historis yang sulit terbantahkan.
berkaitan dengan pengadaan persediaan
Namun tulisan ini bermaksud untuk
bahan pangan. Kemudian langkah untuk
menunjukkan bahwa pelaksanaan Politik
kepentingan jangka panjang baru di
Etis di Bojonegoro juga merupakan
3
fakta historis yang amat kuat. Selain itu
belum
begitu
langkah-langkah
AVRR. 1891. 4 Ibid. 5 Mudji Hartono,Tesis.h. 181-182.
Vol.1/Maret 2014
ISSN 1858-2621
juga untuk membuktikan bahwa Politik
Kolonial
Etis direalisasikan dengan serius di
tersebut
Bojonegoro.
bahwa
diungkapkan, karena pada saat sekarang
bermaksud
di Bojonegoro terdapat pola bencana
memberikan penilaian tentang berhasil
yang sama dan berkelanjutan seperti
tidaknya pelaksanaan Politik Etis di
terjadi pada zaman kolonial Belanda.
Bojonegoro. Sehingga berbeda dengan
Bagaimanapun Bojonegoro merupakan
apa yang dilakukan oleh Penders dalam
wilayah fokus Studi ini.
penulisan
Perlu ini
diketahui tidak
karyanya yang berjudul : Bojonegoro 1900-1942.
A.Story
of
Belanda. masih
Pada Bojonegoro
tahun
Permasalahan relevan
1900
merupakan
untuk
wilayah
bagian
dari
EndemicPoverty in. North East Java
Residensi Rembang, tetapi sejak tanggal
Indonesia.
1 juli 1928 Bojonegoro dipisahkan dari
Singapura:
Gunung
Agung,1984. Hal ini dapat dilihat pada
Residensi
Rembang,
bagian Epilognya, dalam bagian terakhir
Residensi
tersendiri
tulisannya itu Penders menilai bahwa
Residensi Bojonegoro, yang wilayahnya
secara substansial Politik Etis gagal
meliputi Kabupaten Bojonegoro dan
meningkatkan standar hidup penduduk
Kabupaten Tuban. Kemudian tahun
Bojonegoro.
1931 Bojonegoro dimasukan dalam
Dengan demikian Tulisan ini tidak
memiliki
prasangka
buruk
dan dengan
menjadi nama
Wilayah Residensi Gresik. Sebelumnya, Secara
yuridis
Bojonegoro
adalah
terhadap Pemerintah kolonial Belanda,
wilayah kasultanan Yogyakarta, yaitu
yang
yang
mungkin
berbeda
dengan
disebut
bagian
Mancanegara
kebanyakan tulisan yang mempunyai
(wilayah luar) yang secara prinsipiil
Stigma
sampai tahun 1810. Selanjutnya pada
buruk
terhadap
pemerintah
Vol.1/Maret 2014
tahun
ISSN 1858-2621
1811-1816
Mancanegara
sumber
pendapatan
tambahan
dibawah kontrol langsung pemerintah
Pemerintah Kolonial Belanda, yaitu dari
Batavia,
Bojonegoro
produk kayu jatinya yang berkualitas
diserahkan Inggris kepada seorang putra
tinggi. Berdasarkan pernyataan Penders
Noto Kusumo (yang bernama Paku
dan de Vries
Alam).6
bahwa
Residen Rembang, Fraenkel kepada
Bojonegoro dipilih sebagai wilayah
gubernur Jendral maka dapat diketahui
fokus Studi. Ini karena Bojonegoro
bahwa kondisi ekonomi Bojonegoro
disebut-sebut
yang
sangat buruk. Sudah tentu kondisi
kali
Bojonegoro yang mengkhawatirkan ini
kelaparan.7
menjadi perhatian yang serius dari
sangat
sementara
Perlu
itu
diketahui
sebagai
terpuruk,
daerah sering
penduduknya
mengalami
Sehubungan
dengan
itu
Penders
pemerintah
tersebut serta laporan
kolonial
Belanda
menyatakan bahwa Bojonegoro sebagai
komitmen
daerah di wilayah karesidenan Rembang
kesejahteraan. Melalui Kebijaksanaan
yang termiskin, terbelakang dalam soal
Etiknya. Hal ini mengacu pada pidato
sosial-ekonominya.8 sedangkan Prof de
Ratu Wihelmina, dalam pembukaan di
Vries menyebutnya Bojonegoro sebagai
parlemen Belanda yang mengatakan
daerah yang menuju ”kematian”. Sama
bahwa Pemerintah kolonial Belanda di
Seperti daerah Cirebon Selatan dan
penghujung
PekalonganSelatan.9
Memiliki tugas Moral, yang merupakan
demikian
Bojonegoro
Walaupun merupakan
tujuan
dengan
yang
era
utama,
perbaikan
Sistem
yaitu
Liberal.
memperbaiki
ekonomi koloni dan penduduk Pribumi. 6
Penders, C.L.M. Bojonegoro 1900-1942. A.Story of EndemicPoverty in. North East Java Indonesia. Loc.Cit. 7 Penders, C.L.M1984, Ibid.,h.3. 8 MudjiHartono. Tesis,h.47. 9 Vries de E.Masalah-masalah Petani Jawa. Jakarta:Bhratara, 1972.,h.19.
Dalam pidato itu disebut juga Ereschuld (
hutang
budi),
Utang
Budi
itu
Vol.1/Maret 2014
ISSN 1858-2621
didasarkan pada fakta bahwa selama
menyebabkan kekurangan kemakmuran
abad ke-19 koloni Hindia Belanda telah
di Hindia Belanda. Selain itu Perbaikan
mengumpulkan pajak yang kemudian
kesejahteraan
dikirimkan ke Negeri Belanda guna
dibicarakan oleh Roseboom, Gubernur
membantu neraca anggaran belanja.
Jenderal dengan Menteri Tanah Jajahan,
Bagi Hindia Belanda pengakuan tentang
Idenburg10 dalam Surat menyuratnya.11
Utang Budi dari Ratu Belanda tersebut
Adapun inti pembicaraannya adalah
penting artinya karena sebelumnya dana
tentang
yang dikirimkan dari daerah ke pusat
mendapatkan
tidak ada yang kembali tetapi sejak
memperbaiki ekonomi penduduk Jawa
politik
pemerintah
perhatian diutamakan pada soal Irigasi,
memberikan bantuan kepada Hindia
edukasi, emigrasi, pertanian, perbaikan
Belanda.
jalan-jalan,
Etis
diterapkan
Kedua,
Belanda
melihat
adanya pemerintah di Hindia Belanda yang mengurus kemakmuran rakyat.
penduduk
apa
saja
Jawa
yang
harus
perhatian
kredit
juga
untuk
pertanian
dan
memajukan peningkatan Indstri.12 I.
Berarti pemerintah aktif menaikkan taraf
PERBAIKAN
SISTEM
PERTANIAN
hidup rakyat. Resep Politik Etis ada
Perbaikan
Sistem
Pertanian
dalam semboyan tiga program, yaitu:
sebagai bagian dari Pelaksanaan Politik
pembangunan
Etis,
Irigasi,
Edukasi,
dan
karena
bertujuan
untuk
Emigrasi. Gubernur Jenderal Idenburg,
meningkatkan kesejahteraan penduduk
yang diangkat (1916-1921). dari partai
Program
politik kristen. memiliki tugas utama
merupakan dukungan
melaksanakan
sosial ekonomi dari pembaharuan sistem
kebijaksanaan
Politik
Etis
karena
sebelumnya
telah
10
Peningkatan
Mudji Hartono, Tesis.,h.2-3. Ibid. 12 Ibid. 11
Pertanian
terhadap soal
Vol.1/Maret 2014
Etikal.
Langkah
ISSN 1858-2621
pertama
dalam
yang baik, dan pupuk kimia. Upaya
memperbaiki sistem pertanian adalah
pemerintah
yang
perbaikan sistem irigasi. Namun pihak
Peningkatan
hasil
Departemen Pertanian di Bogor pesimis
dimulai
dengan langkah itu, dan lebih setuju
Bojonegoro mendapat perhatian khusus,
dengan pembangunan Sekolah Pertanian
yaitu diputuskan untuk mendapatkan
desa (Desa Lanbouwscholen).
“perawatan
pada
lain penduduk
akhir
istimewa”
tahun
dan
adalah yang 1936,
usaha
Pada September 1899 Direktur
sistematis serta bantuan pemerintah
Institut Penelitian Botanical Nasional di
untuk meningkatkan hasil penduduk. Ide
Bogor
pemerintah
baru muncul: pertama, pinjaman kredit
kolonial untuk menyusun dan mengurus
tidak perlu dibayar jika panen gagal,
bidang-bidang tanah yang dialokasikan
tetapi digunakan untuk irigasi pada
untuk percobaan tanaman 1907-1910. Di
tanah dan kebun yang digunakan untuk
Bojonegoro digunakan untuk Percobaan
penanaman dan pesemaian benih, kedua,
tanaman padi, kopi, dan randu. Secara
pemerintah menyediakan lapangan kerja
keseluruan percobaan itu mengalami
di perusahaan keramik di Ngandong dan
kegagalan
proyek kaca dan semen jika panen
diarahkan
karena
oleh
sulit
merubah
pembawaan petani yang konservatif dan memakai metode tradisional,13 namun
gagal.14 II.
percobaan tanaman padi di Bojonegoro
PERBAIKAN SISTEM IRIGASI Kemerosotan
kesejahteraan
dapat dikatakan berhasil, akan tetapi
penduduk Bojonegoro berkaitan erat
petani tidak dapat melaksanakan hasil
dengan masalah pertanian penduduk,
percobaan tersebut karean terbentur
seperti Sistem irigasi, pemilihan bibit,
pada masalah dana untuk membeli bibit
pemupukan dsb. Sebelum tahun 1905
13
14
Penders.OpCit.,h.49.
Penders, baca bagian Epilog.
Vol.1/Maret 2014
penanganan
ISSN 1858-2621
masalah
perbaikan
Sedangkan daerah yang tidak subur
pertanian ditangani oleh Institut Botani
tidak disediakan irigasi teknik oleh
Nasional di Bogor, akan tetapi tidak
pemerintah. Oleh sebab itulah hasil
berhasil,
Jawa
produksi padi termasuk rendah, dan di
(mantri) tidak memiliki latar belakang
daerah-daerah yang tidak subur seperti
pendidikan
formal,
sehigga
tak
Bojonegoro
mengetahui
metode
modern
dan
disebut-sebut
karena
Supervisor
kekurangan
air
sebagai
irigasi
penyebab
diversivikasi program.15 Menurut Treub,
kegagalan panen.17 Kegagalan panen
keberhasilan
memperbaiki
mnjadi salah satu penyebab terjadinya
produksi pertanian perlu didirikan Desa
kemiskinan. Pada tahun 1922-1927 rata-
landbouw scholen (sekolah pertanian
rata hasil padi kering adalah 15,80 pikol/
desa),
dan
ha atau 10,31 ku gabah/ ha.18 Hasil
pertanian.16
produksi itu dapat dikatakan tidak
dalam
kursus-kursus
pertanian,
penyuluhan-penyuluhan
Pada tahun 1900 Irigasi Teknik dan
tinggi,
saluran pembuangan air di Bojonegoro
dibandingkan dengan daerah lain yang
masih sangat kurang. Irigasi yang ada
hasil produksinya sangat tinggi dan
pada saat itu hanya bisa mengairi 12%
sangat rendah, Hasil tertinggi padi
dari
Tingkat
kering ialah 19.66 pikol/ha dan terendah
79.000
bau
sawah.
Kategori
ini
tentu
kalau
kesuburan
tanah
di
Bojonegoro
adalah 11,37 ku/ha. Sedangkan apabila
tergolong
rendah.
Hal
ini
berbentuk gabah tertinggi adalah 12,83
dapat
terendah
adalah
7,42
ku/ha.19
dipahami karena Irigasi di seluruh Jawa
dan
pada abad ke-19 yang tersedia hanya ada
Apabila dibandingkan dengan daerah
di daerah-daerah yang tanahnya subur. 17
15 16
Penders, h.75. MSJ., h. LXX.
Baudet& Brugmans,I.J. Politik Etis dan Revolusi Kemerdekaan. Jakarta: Yayasan Obor, 1987.,h.307. 18 Sayogya, dan Cdollier. W. L. Budi daya PADI DI Jawa. Jakarta: Gramedia1986, h.180 19 Ibid.
Vol.1/Maret 2014
lain
untuk
ISSN 1858-2621
tingkat
kabupaten,
Direktur
Departemen
Pertanian
di
Bojonegoro termasuk paling rendah,
Bogor, untuk memperbaiki pertanian
yaitu 124,84 kg/orang/tahun, Blora:
perlu didirikan Desa Lanbouw Scholen.
138,09 kg. Rembang: 137,81 kg, Tuban:
Sekolah Pertanian Desa, karena tenaga
127,31 kg/orang/tahun.20
pertanian lulusan Bogor sangat sedikit
Perbaikan
di
yang dapat diangkat pada tahun 1908.
Bojonegoro merupakan perhatian utama
Yang dimaksud Treub Sekolah itu
pemerintah setempat. Ketika itu waduk
adalah
yang sudah ada berjumlah lebih dari
kemudian
tujuh buah, yaitu: waduk Tlogo Haji,
penyuluhan-penyuluhan
Koedoer, Plesoengan, Pacak, Panjang,
Sekolah Umum dianjurkan memasukkan
Pasiman, Karangdinojo, dan waduk
mata pelajaran yang bersifat praktis
Metaunan, serta waduk kerjo. Pemilihan
seperti:
bibit, gagal panen, kesuburan tanah dsb.
kerajinan tangan Departemen Pertanian
Hambatan
di
di Bogor. Hal ini didasarkan pada suatu
Karesidenan Rembang umumnya dan
kenyataan bahwa Tamatan sekolah desa
Bojonegoro
yang menjadi petani sangat sedikit. Dari
hasil
sistem
perbaikan
khususnya
pengamatan
irigasi
pertanian
sebagaimana
Landbouw
Shcolen,
kursus-kursus
bertani,
dan
pertanian.22
pertukangan
dan
Lanbouw
537 tamatan pada tahun 1917 hanya 101
Consullen (Penyuluh Pertanian) adalah
orang yang terjun ke bidang pertanian
pertama karena Irigasi teknis sangat
23 orang bekerja membantu sekolah itu
kurang,
35% bekerja di penerangan pertanian
dan
kedua
pihak
Desa
Tidak
adanya
kerjasama antara pihak Dinas Prtanian
pada
dan Pangreh Praja.21 Menurut Treub,
bekerja di tempat lain. Akibatnya adalah
20
22
21
Ibid. Mudji Hartono, Tesis 192.
Dinas
Pertanian
dan
sisanya
ANRI, Memorie Serah Jabatan 1921-1930, Jawa Tengah, LXX.
Vol.1/Maret 2014
ISSN 1858-2621
sekolah tersebut tidak diminati oleh
Setiap tahunnya Bojonegoro dilanda
anak-anak. Maka fungsinya sebagai
bencana Banjir dan kekeringan. Maka
penyalur
oleh
Pemerintah mengeluarkan Keputusan
Kursus Guru Sekolah Desa yang ada di
No. 36 tanggal 8 Oktober 1902 tentang
Bojonegoro. Harapannya adalah setelah
perbaikan sistem waduk. Semua waduk
selesaimengikuti pelajaran di kursus
yang ada diperdalam, kecuali waduk
Guru-guru sekolah Desa, kemudian
Pajang yang belum lama berselang
melanjutkan kursus selama 2 tahun serta
diperbaiki dengan menghabiskan dana
praktek Lapangan dan yang terakhir
sebesar 5.728 gulden.26
informasi
digantikan
mereka kemudian mengajarkan kepada
Ketika itu waduk yang sudah ada
para tamatan sekolah dasar.23 Perbaikan
berjumlah lebih dari 7 buah, yakni:
sistem Irigasi teknis merupakan bagian
waduk Tlogo Haji, Koedoer, pasinan,
dari
Blongsong,
pelaksanaan
kebijakan
kesejahteraan.24
Karangdinojo,
Metaunan
Plesoengan, Pacal, Kerjo, Pengantin dan
Perbaikan sistem Irigasi teknis
waduk Balong Soembak.27 Meskipun
merupakan bagian dari pelaksanaan
demikian Luas sawah yang dapat diairi
kebijakan kesejahteraan atau Politik
masih
Etis.25
Perbaikan sistem irigasi masih sangat
Pemerintah
Rembang
sangat
Karesidenan memperhatikan
sebab
Bojonegoro
yaitu
3.227
bau.28
diperlukan di Bojonegoro.
pembangunan sistem irigasi teknis di Bojonegoro
sedikit,
Pada tahun 1900 Irigasi Teknik dan
saluran
pembuangan
air
di
merupakan daerah yang rawan banjir.
Bojonegoro masih sangat kurang Irigasi
23
yang ada pada saat itu hanya bisa
Mudji Hartono. Op.Cit.,2002,h.193. J. Linblad, J.Thomas. (ed). Sejarah Ekonomi Modern Indonesia. Berbagai Tantangan Baru. Terjemahan M.Arief dan Bambang Purwanto..(Jakarta, LP3E 1998).,h.235-237 25 Ibid. 24
26 27
28
Penders, OpCit.,h.32., lihat juga Baudet. Locit. Penders,Ibid, h . 33.
Penders LocCit.
Vol.1/Maret 2014
ISSN 1858-2621
mengairi 12% dari 79.000 bau sawah.
itu meliputi: pertama mengubah mulut
Ketika itu waduk yang sudah ada
sungai Solo, dan kedua penggalian kanal
berjumlah tujuh buah, yaitu waduk
untuk irigasi. Untuk proyek Solo Valley
Tlogo
Pirang,
Semula Pemerintah menganganggarkan
Plesoengan, Pacal, Kerjo, dan waduk
dana sebesar 19 milyar gulden, akan
Panjang sendiri. Namun demikian luas
tetapi kemudian membengkak menjadi
sawah yang dapat diairi baru berjumlah
38 milyar gulden, karena proyek itu
3227 bau pengairan ini berasal dari
bertambah dengan pembangunan kanal-
sumber air S. Solo. Perbaikan sistem
kanal untuk irigasi di daerah-daerah
Irigasi teknis terbentur pada masalah
yang ada di lembah Sungai Solo.
Solo Valley. Pada tahun 1893 Parlemen
Khususnya di Bojonegoro, karena petani
Belanda telah menerima rencana proyek
Bojonegoro tidak bisa menggunakan air
Solo valley Proyek itu, yaitu tanah yang
irigasi dari kanal yang ada di desa
tidak subur, sungai dengan sifat alami
Ngablak, 14 km dari kota Bojonegoro.
sulit dikontrol.29 Dengan adanya proyek
Kanal itu hanya dapat mengairi sawah-
lembah solo, maka daerah-daerah di
sawah petani di Surabaya bagian utara
Bojonegoro seperti distrik Pelem dan
saja.
Baureno
Haji,
Koedoer,
air
Hingga tahun 1925 kebutuhan air
merupakan
irigasi penduduk Bojonegoro dirasa
proyek besar Tujuan utama proyek
masih sangat kurang. Hal ini diakui oleh
raksasa itu adalah untuk menghentikan
Residen Rembang J.F. Hildering dalam
timbunan pasir wegast. Mengubah Jalan
laporannya
laut kecil agar dapat dilalui perahu-
Waktu pengerjaannya pun bertambah
perahu ke pelabuhan Surabaya. Proyek
30
pengairan
29
memperoleh Solo
tambahan
Valley
Mudji Hartono, Op.cit h.,101..
Sebelum
tahun
1925.30
.L.M. Penders, Bojonegoro 1900-1942. A.Story of EndemicPoverty in. North East Java Indonesia.,h.29-30.
Vol.1/Maret 2014
ISSN 1858-2621
lama tidak seperti diperkirakan semula,
Sebelum
tahun
1925
yaitu selesai sekitar 7-8 tahun ternyata
infrastruktur irigasi yang telah selesai
menjadi lebih lama lagi.
dibangun selain waduk, juga berupa
Pembangunan irigasi solo valley tidak
berdiri
melainkan
mengalirkan air dari sumber mata air
pembuatan
Pirang dan Dunder, serta bangunan
infrastruktur irigas yang lain, yakni
irigasi pada sungai Pacal, kali Kerjo,
waduk Dam, dan kanal, Pembangunan
Kali Keduang, kali Cawak (kali ini
infrastuktur itu dimulai pada tahun 1905
merupakan anak sungai selatan Sungai
beberapa waduk, yang dibangun saat itu
Solo dan sekaligus merupakan batas
adalah Waduk Tlogo Haji, waduk
antara wilayah Bojonegoro dan Gresik
Pajang, waduk koedoer, Ketiga waduk
dan juga batas antara seksi pengairan
itu disediakan dana sebesar 17.728
Bojonegoro dan Lamongan dari Dinas
gulden, waduk yang lain yang dibangun
Pengairan lembah Solo. Perlu diketahui
di Bojonegoro adalah waduk Pengantin,
bahwa antara kali Cawak dan Kali Kerjo
Balong Soembak, Pirang, Plesoengan,
terdapat 1800 bau sawah yang telah
Pacak, waduk kerjo,
Khusus waduk
dapat diairi, berkat bangunan irigasi
Pacak dirancang selesai 4-5 tahun
teknis tersebut, maka luas areal sawah
dengan dana sebesar 1,2 milyar gulden.
yang dapat diairi bertambah menjadi
Sedangkan pembangunan dam seperti
2500 bau, dan kali Tidu. Pada tanggal 30
dam Sokosewu yang ada di desa klepek
Agustus tahun 1927 bangunan waduk
disediakan biaya sebesar 3 milyar
yang
gulden.31
pembangunannya adalah waduk Pacal
terintegrasi
sendiri
saluran irigasi yang utamanya untuk
dengan
dapat
diselesaikan
yang terletak di desa Tretes (Onder 31
Ibid.h.33.
Vol.1/Maret 2014
ISSN 1858-2621
distrik Sugihkuranang di sebelah selatan
distrik. Hal ini telah dilaporkan oleh
S. Pacal Waduk itu diperkirakan dapat
Residen, Fraenkekel kepada Ggubernur
menampungair 40 milyar meter kibek
Jenderal. Laporan dari Residen Fraenkel
dan dapat dipakai untuk mengairi lebih
tahun 1904 menjadi suatu pertanda
dari 20.000 bau sawah di distrik Palem
kekhawatiran pemerintah. Oleh karena
dan Bojonegoro. Di samping itu juga
itu
dapat
sebesar 30.000 gulden untuk membeli
dipakai
untuk
menampung
kelebihan air dari bagian selatan distrik Baureno.32
mengeluarkan
dana
bibit jagung.35 III.
Setelah
pemerintah
EDUKASI
pembangunan
Pendidikan modern merupakan
infrastruktur pertanian di Bojonegoro,
satu aspek penting dari Politik Etis.
maka hasil produksi padi mengalami
Opini Mayoritas di kalangan pembuat
kenaikan
pada
Meskipun demikian masih
1930-an.33
kebijaksanaan
di Bojonegoro
bagaimanapun
tahun
sering
muncul
fenomena
masyarakat
keresahan penduduk dan kekhawatiran
pendidikan
kekurangan mempertahankan sebagaimana kegagalan
kriminalitas.34 Bojonegoro
di
mengatakan lapisan
memerlukan yang
atas standar
ekuivalen
dengan
pangan
serta
pendidikan Belanda. Sedangkan lapisan
hidup
keluarga
masyarakat yang lain hanya memerlukan
dilaporkan
panen
itu
menambah
Kegagalan tahun
bahwa
instruksi ringkas yaitu 3 R.
angka
Pemerintah
panen
di
1904-1906
Pembanguan
pembangunan
32
sementara
Penders, Ibid.,h.34. 33 Mudji Hartono,Op.Cit.,h.11. 34 Op.cit SMJ. H. LXX.
sektor
khususnya Irigasi
mengakibatkan kelaparan di berbagai
35
Penders.,h.25.
itu
selain
melakukan pertanian,
juga melaksanakan sektor
pendidikan
perhatian
pemerintah
Vol.1/Maret 2014
ISSN 1858-2621
terhadap program emigrasi terlihat tidak
ke daerah terdekat yang menjadi tujuan
dapat berjalan dengan baik. Pada tahun
orang-orang Bojonegoro antara lain
1930,
adalah Kudus, Ngawi, Madiun, Kediri,
dari jumlah penduduk 483791
jiwa, yang bersedia mengikuti program
Pati, dan Semarang serta Surabaya.38
Transmigrasi ke luar Jawa hanya ada 24385 orang.
Pelaksanaan
program
Jumlah itu lebih kecil
pembangunan Edukasi di Bojonegoro
dibandingkan Orang Bojonegoro yang
sebagai wujud keseriusan Pemerintah
pindah ke Semarang untuk mencari
kolonial Belanda dalam meningkatkan
nafkah, yaitu ada 29.525 orang Orang.36
kesejahteraan
Kebanyakan orang Bojonegoro enggan
memajukan pendidikan di Bojonegoro
pergi
tanah
terlihat pada banyaknya sekolah yang
kelahirannya, mereka hanya bersedia
didirikan oleh Pemerintah. Pada tahun
pergi ke daerah terdekat dan mereka
1920
kebanyakan memiliki anggapan bahwa
pendidikan di Bojonegoro, ada 140 buah
tanah miliknya yang sempit masih bisa
Sekolah Desa. 51 buah sekolah Tweede
memberikan
klasse Schoolen Pada tahun 1927
jauh
meninggalkan
kehidupan.seluruh
penduduk
terdapat
setempat.
pengembangan
keluarganya.37 Oleh karena itu walaupun
jumlah
ada daya tarik yang berupa pemberian
meningkat menjadi 148, dan 182 buah
tanah secara gratis dari pemerintah
sekolah
Hindia Belanda, Penduduk Bojonegoro
Sekolah
rupanya tidak terarik untuk berangkat
mengajarkan bidang ekonomi, menjahit,
transmigrasi ke luar Jawa. Penduduk
pekerjaan tangan, 18 buah diantaranya
Bojonegoro pergi untuk mencari nafkah
ialah sekolah Tweede klasse Scholen di
sekolah
Desa,
2
Khusus
di
buah
Bojonegoro
diantaranya
wanita
yang
seluruh Residensi Rembang terdapat 36 37
Mudji Hartono,Op.Cit. ,h.47 Mudji Hartono, Ibid.
38
Ibid.,h.118.
Vol.1/Maret 2014
ISSN 1858-2621
sekolahan Vervolgscholen sama halnya
sistem
di
Sistem
(berunsurkan bahasa daerah). Perhatian
Persekolahan di Bojonegoro bersifat
utama pemerintah kolonial Belanda
dualistik, artinya ada pembedaan dua
adalah untuk menggalakkan masuknya
sistem persekolahan, di satu pihak
anak-anak golongan atas Indonesia ke
terdapat Sekolahan dengan Pengantar
sekolah
bahasa Belanda, dan di pihak lain ada
Namun ternyata dijumpai juga banyak
pendidikan yang vernakuler,39 atau
anak dari golongan menengah dan
pendidikan dengan unsur bahasa daerah.
bahkan kelas bawah yang berhasrat
Pendidikan modern merupakan satu
masuk ke sekolah tersebut. Orang tua
aspek penting dari Politik Etis. Opini
mereka menyangupi soal pembiayaan.
mayoritas
Pejabat
daerah
lain
di
di
jawa.
kalangan
kebijaksanaan
pembuat menyatakan
bagaimanapun
pada
yang
inquiri
Vernakuler
berbahasa
pada
Belanda.
tahun
1926
menemukan dari 52.600 anak di sekolah
atas
pribumi Belanda, 66% di antaranya
masyarakat yang memerlukan standar
tidak memenuhi norma pendaftaran
pendidikan
asli.40
yang
lapisan
sekolah
ekuivalen
dengan
Sekolah Belanda. Mayoritas masyarakat
Tujuan utama anak-anak pribumi
yang lain hanya instruksi ringkas yang
masuk ke sekolah Belanda adalah untuk
diperlukan, yakni 3R sebagai hasil dari
mendapatkan pekerjaan sebagai pejabat
struktur
dualistik.
sipil kolonial yang memiliki prestise. Di
adalah
tingkat Kabupaten kebutuhan tenaga
pendidikan
Pendidikan sebagian mempunyai
yang dari
yang tampak
pendidikan sistem
tersebut
yang
berpendidikan
terdapat
untuk
pendidikan
menempati jabatan sebagai Kliwon,
berbahasa Belanda, yang lain merupakan
Menteri, dan juru tulis, sedangkan di
39
40
Penders, Op.Cit. h.35.
Penders., Ibid.
Vol.1/Maret 2014
tingkat
ISSN 1858-2621
distrik
ditempatkan
tenaga
sebagai
Jogorekso
terdidik
Menteri
(pesuruh),
mereka
yang
berbekal
pendidikan
Ari,
Belanda jumlahnya telah melebihi target
Menteri
yang ditentukan pemerintah kolonial
Sambong (pengairan Mantri polisi serta
sehingga Komisi
Khusus membatasi
pembantu-pembantu
Di
anak-anak
yang
memasuki
Bojonegoro juga terdapat Landbouw
berbahasa
Belanda,
Consulent
diperbolehkan
yang
nya).
juga
memerlukan
sekolah
adapun
memasuki
yang sekolah
tenaga terdidik Bojonegoro dijadikan
berbahasa Belanda adalah hanya dari
Distrik Hutan karena itu memerlukan
kalangan atas dan sebagian yang telah
tenaga terdidik. Selain itu di Bojonegoro
diterima
juga ada berbagai dinas, seperti Dinas
Vernakuler dan berbagai sekolah teknik
Kehutanan, Kesehatan, Pertanian, dan
yang
Dinas Pekerjaan Umum. Di dalam
Vernakuler mendapat kritik karena
lembaga
sistem
tersebut
menempatkan
Pemerintah
tenaga-tenaga
yang
dialihkan
lain.
Apabila
pemerintah
maka
itu
sekolah
Sekolah
gagal
untuk
memberikan berbagai ajaran yang luas sebagai
gagal
Meskipun
sekolah
berijazah di bidang teknik dan keahlian. mereka
ke
objek
mayor.
sering
Pejabat
menggunakan
alternatifnya menjadi sekretaris, mandor,
paksaan, “perintah halus” agar penduduk
dan
Desa bersedia mendirikan sekolahan
atau sekretaris desa. Hal ini
menunjukkan sifat pendidikan kolonial
untuk komunitasnya.
yang dkenal dengan sebutan: Utiliteit
Sangat
menarik
untuk
Onderwijs.41 Kiranya hal inilah yang
diperhatikan
menjadi motifator yang sangat kuat bagi
Bojonegoro ada fenomena yang berupa
masyarakat. Menjelang tahun 1920-an
tuntutan belajar dan pengetahuan bahasa
41
Hatta., h. 98.
adalah
bahwa
di
Vol.1/Maret 2014
ISSN 1858-2621
Belanda modern yang amat kuat. Hal ini
Priyayi, Kepala Desa, Pedagang, dan
mendorong
dari lingkungan keluarga yang memiliki
berdirinya
ELS
(Eruropeese Logere School ) dan HIS (
kedudukan Sosial tinggi di kampung.43
Holands Inlandsche School). Adapun
Sejak
awal
tahun
1920-an
siswa yang bisa memasuki sekolah HIS
Pemerintah kolonial Belanda berusaha
dan
orang
keras menyebarkan Sekolah Desa, untuk
Belanda, Eurasians, dan anak-anak
itu pemerintah menyediakan dana dan
pribumi dari kelas atas.42 Di kota
pengakomodasiannya dilakukan tahun
Bojonegoro hingga tahun 1906 terdapat
1940-an. Jumlah anak di Sekolah Desa
sekolahan Vernakuler, yakni Eerste
ada 15 197 anak dan 2766 anak
klasse School yang lama belajarnya 5
diantaranya adalah anak perempuan.44
tahun. Selain itu terdapat pula sekolah
Dalam tahun 1929-1930 Pemerintah
Tweede Klasse School dan sekolah
masih merencanakan untuk menambah
swasta
15 buah sekolah per tahunnya dan dana
ELS
non
adalah
anak-anak
subsidi
Khusus
untuk
golongan atas yang mengajarkan 3R,
yang
Geografi, Sejarah, dan ilmu alam,
gulden. Pemerintah menargetkan dalam
menggambar dan meneliti disamping itu
waktu 4 tahun di Bojonegoro terdapat
di luar kota juga ditemukan adanya
250 buah sekolahan. 40% anak Usia 6-9
sekolah seperti di kota, di distrik Pelem
tahun
ada sekolah Tweede Klasse School, di
Vernakuler.45
Baureno telah didirikan sekolah swasta
Vernakuler
bersubsidi, dan di Tambakrejo terdapat
spektakuler, namun Sekolah Vernakuler
sekolah swasta tidak bersubsidi. Pada
itu dikritik oleh orang-orang Belanda
umumnya pelajar berasal dari anak-anak
43
Penders.,h.
dimasukkan
Penders.,h.70. Ibid.,h.47. 45 Penders..Ibid. 44
42
dianggarkan
sebesar
10
juta
ke
sekolah
Meskipun
Sekolah
berkembang
secara
Vol.1/Maret 2014
ISSN 1858-2621
karena keluar dari kebiasaan hidup kaum
gagal panen, kelaparan, wabah penyakit,
pribumi, seperti Hari Libur sekolah yang
kekurangan gizi dan berita itu beredar di
tidak
lingkungan
cocok
karena
tidak
Parlemen
Belanda
memperhitungkan musim tanam, hari-
Kegagalan panen di Bojonegoro tidak
hari
saja
besar
agama,
dan
festival.
terjadi
pada
tanaman
padi
Kurikulum dinilai terlalu intelektual.
melainkan juga pada tanaman kedua,
Persiapan untuk pendidik kurang baik
seperti jagung dan tembakau. Kegagalan
karena tidak sesuai dengan kehidupan
panen itu sudah dialami oleh petani
riil.
Bojonegoro sejak tahun 1888, Gagal
Karakter
sekolah
Barat
mendominasi
vernakuler,
sekolah
panen saat itu berlanjut pada tahun-
mengajarkan
tahun berikutnya, seperti tahun 1889
kehidupan yang nyata dan penting bagi
sampai dengan 1891 dan tahun 1904-
penduduk pribumi.
1906. Adapun sebab-sebab kegagalan
vernakuler
IV.
maka
gagal
BOJONEGORO PADA AKHIR
panen tersebut adalah kekurangan air di
PEMERINTAHAN
musim
HINDIA
Situasi Bojonegoro pada akhir 1930-an
wabah
penyakit
tanaman, tanah-tanah diberokan46 dan
BELANDA.
tahun
penghujan,
belum
mengalami
musim tidak stabil. Tidak adanya solusi telah
menimbulkan
perdebatan
di
perubahan yang signifikan dalam arti
kalangan pejabat kolonial, Sehubungan
belum terjadi perbaikan kemakmuran.
dengan itu Van Mook memerintahkan
Berbagai Pers Belanda memuat berita-
mengkaji masalah Bojonegoro dengan
berita tentang masalah-masalah yang
cara membentuk tim yang terdiri dari
terdapat di Bojonegoro, seperti soal
pejabat
penurunan
Ekonomi,
produksi
pertanian,
soal
46
Departemen pejabat
Hubungan Departemen
Algemen van Resident Rembang,1889, 1890,18
Vol.1/Maret 2014
Transpotasi
ISSN 1858-2621
dan
air,
dan
pejabat
sejak tahun 1888
menjadi langganan
Propinsi. Tugas tim ini adalah untuk
banjir dari meluapnya sungai Solo.
mengeluarkan Bojonegoro dari bencana
Memang daerah itu merupakan daerah
ekonomi yang kronik. Untuk mengatasi
rawan banjir. Selain itu Bojonegoro
kegagalan panen di Bojonegoro dalam
sering kali dilanda kekurangan bahan
tahun
Pemerintah
pangan sebagai akibat gagal panen yang
menerapkan kebijakan, yaitu pertama
kronis. Pada masa Pemerintah Hindia
Pinjaman kredit pertanian dihapuskan
Belanda, di Bojonegoro kerap kali
jika petani gagal panen, anngsuran
terjadi kemunduran pertanian. Oleh
kredit
karena itu Perbaikan sistem pertanian
1936-1938.
tersebut
keperluan
dialihkan
irigasi,
kedu
untuk
pemerintah
menjadi
tujuan
utama
pemerintah.
adalah
dengan
menyediakan lapangan kerja baru, yaitu
Realisasinya
mendirikan
memperbaiki sistem irigasi, Penyuluhan-
pabrik
keramik
di
Ngandong, pabrik kaca di Teben dan
penyuluhan
pabrik semen di Gresik, dan pabrik
infrastruktur irigasi dapat dikatakan
rokok serta cerutu
sangat banyak, yaitu lebih dari 17 buah
industri Disamping
digalakkan sebagai
rumah
tangga itu
Gresik. pemerintah
menggalakkan program transmigrasi. V.
KESIMPULAN
bangunan,
pertanian.
yang
Pembangunan
berupa
waduk,
bendungan, saluran air, dan kanal. Anggaran yang dikeluarkan pemerintah sangat besar. Jumlah areal tanam yang
Kabupaten Bojonegoro terletak
dapat diairi bertambah luas. Dalam
di wilayah Propinsi Jawa Timur yang
tahun 1930-an diketahui terjadi kenaikan
terus menerus atau hampir setiap tahun
produksi beras di Bojonegoro. Dalam
dilanda bencana banjir. Daerah itu sudah
sektor pendidikan banyak bangunan
Vol.1/Maret 2014
sekolah
ISSN 1858-2621
didirikan,
direncanakan
pada perbaikan sistem irigasi, sebanyak
sebanyak 250 buah sekolahan dibangun
lebih
untuk kepentingan rakyat. Meskipun
infrastruktur irigasi dibangun sejak awal
anak-anak dari golongan bawah belum
abad ke-20, yakni berupa: bangunan
memiliki kesempatan yang sama dengan
waduk, dam, kanal, dan saluran air
golongan elit.
irigasi. Pembangunan infrastruktur itu
Perbaikan
kesejahtereaan
dari
didasarkan
17
pada
penduduk dilakukan juga dengan cara
bahwa
penyebab
perbaikan
pendidikan,
karena
kekurangan
pelaksanaan
penghujan.
sistem
bagaimanapun pendidikan sehingga
dalam terdapat
golongan
diskriminasi, bawah
tidak
buah
bangunan
pendapat-pendapat, kegagalan air
di
panen musim
Sesudah Perbaikan sistem irigasi dilakukan,
kemudian
dari
Pihak
memiliki kesempatan yang sama dengan
departemen pertanian di Bogor masih
golongan elit, menggiatkan program
pesimis, mereka berpendapat bahwa
transmigrasi, dan membuka lapangan
perbaikan pertanian akan berhasil jika
kerja baru. Hal ini mengakibatkan
penduduk memiliki pengetahuan yang
kemerosotan kesejahteraan penduduk.
cukup tentang pertanian, karena itu
Sejalan dengan program Politik Etis,
langkah
maka Pemerintah Kolonial Belanda
sekolah pertanian desa (Desa Lanbouw
merealisasikan
scholen).
serius.
Dalam
program upaya
itu
dengan
meningkatkan
selanjutnya
Pelaksanaan
perlu
Politik
didirikan
Etis
di
standar hidup penduduk Pemerintah
Bojonegoro merupakan bukti keseriusan
mengutamakan
sistem
Pemerintah kolonial Belanda dalam
memfokuskan
upaya meningkatkan ekonomi penduduk
pertanian,
perbaikan
Pemerintah
Vol.1/Maret 2014
ISSN 1858-2621
setempat. Perbaikan sistem irigasi di
Pemerintah
Bojonegoro merupakan suatu bagian
memperhatikan bidang pendidikan untuk
dari
semua
pelaksanaan
kesejahteraan. infrastruktur
kebijakan Pembangunan
irigasi
dan
Hindia
lapisan
Belanda
sangat
masyarakat.
Pengembangan pendidikan ditandai oleh
perbaikan
banyaknya sekolahan yang didirikan
sistem irigasi teknis di Bojonegoro
pemerintah di Bojonegoro. Sedangkan
jumlahnya cukup banyak dan biayanya
untuk program transmigrasi, tampaknya
pun sangat besar. Jumlah bangunan
mengalami hambatan, karena penduduk
infrastruktur irigasi, seperti: waduk,
Bojonegoro tidak merespon dengan
dam, dan kanal ada sekitar 17 buah
positif. Orang-orang Bojonegoro tidak
lebih. Jumlah ini menunjukkan bahwa
berminat
perbaikan sistem irigasi teknis lebih
kelahirannya untuk pergi jauh ke luar
banyak jumlahnya dari pada daerah lain
Jawa. Mereka hanya bersedia pindah ke
di wilayah karesidenan Rembang. Di
daerah terdekat untuk mencari nafkah,
Blora misalnya, hanya dibangun 2 buah
seperti ke daerah Ngawi, Pati, Kediri,
waduk, yaitu waduk Geneng dan waduk
Madiun, Surabaya, dan paling banyak di
Tempuran. Begitu pula di Kabupaten
Semarang
meninggalkan
tanah
Rembang, menurut laporan Residen J.Habemma
dalam
Memorie
Van
Overgave bangunan irigasi teknis masih sangat kurang.47 Tentang Pendidikan,
47
MVO, J.Habemma,h.22.
DAFTAR PUSTAKA Algemen van Resident Rembang,1889, 1890,1891. ANRI. Memorie Serah Jabatan ( 1921 1930 ) Jawa Tengah). Jakarta : ANRI , 1977.
Vol.1/Maret 2014
Baudet& Brugmans,I.J. Politik Etis dan Revolusi Kemerdekaan.Jakarta: Yayasan Obor, 1987. Hatta. Kumpulan Karangan. Djakarta: Penerbitan dan Balai Buku Indonesia, 1954. Linblad, J.Thomas. ( ed ). Sejarah Ekonomi Modern Indonesia. Berbagai Tan tangan Baru. Terjemahan M.Arief dan Bambang Purwanto.. ( Jakarta, LP3E 1998 ). Penders, C.L.M. Bojonegoro 1900-1942. A.Story of Endemic Poverty in . North East Java In donesia. Singapura : Gunung Agung, 1984.
ISSN 1858-2621
Mudji Hartono Pertanian Tanaman Pangan di Karesidenan Rembang 1900- 1928., Tesis. Tidak diterbitkan Pada Universitas Gadjah Mada, 2002. MVO, Residen Rembang, J . Habbema. Sayogya , dan Cdollier. W. L. Budidaya Padi di Jawa. Jakarta : Gramedia , 1986). Vries, Egbert , de . Masalah –Masalah Petani Jawa. Jakarta : Bhratara, 1972. _______________ Pertanian dan Kemiskinan di Jawa, Jakarta : Obor, 1985.