Sekolah Pembelajaran Terpadu SMP-SMA
17
Arsitektur Prilaku
BAB III TINJAUAN KHUSUS
III.1.
Latar Belakang Tema Beberapa dekade belakangan ini, hubungan antara perilaku manusia dan lingkungan fisik telah menarik perhatian para peneliti dari ilmu sosial ataupun para professional di bidang perancangan arsitektur, perencaan kota, ragional, dan lanskap. Kata prilaku menunjukkan manusia dalam MANUSIA MAHLUK SOSIAL
aksinya, berkaitan dengan semua aktivitas manusia secara fisik; berupa interaksi manusia dengan sesamanya ataupun dengan lingkungan fisiknya. Di sisi lain, desain arsitektur akan menghasilkan suatu bentuk fisik yang bisa dilihat dan bisa di pegang karena itu, hasil desain arsitektur dapat menjadi salah satu fasilitator terjadinya prilaku. Kebiasaan mental dan sikap prilaku seseorang dipengaruhi oleh lingkungan fisiknya. Drucker (1969) mengindikasikan bahwa “ sebagian besar yang kita lihat adalah sesuatu yang ingin kita lihat.” Sementara Von Foerster (1973) menulis bahwa “ apa yang kita bentuk dalam pikiran, itulah realitas yang kita bentuk dalam pikiran, itulah realitas yang kita perhitungkan.” Namun, realitas itu tidak selalu seperti yang di inginkan. Apa yang dibayangkan dalam imajinasi arsitek pada proses perencanaan mungkin akan menghasilkan akibat berbeda pada saat atau setelah proses penghunian.1
III.2. 1
Definisi Istilah
Joyce Marcella Laurens, Arsitektur dan Prilaku manusia 2004
ZULFACHRIZAL
41207010020
Jurusan Arsitektur – Universitas Mercu Buana
Sekolah Pembelajaran Terpadu SMP-SMA
18
Arsitektur Prilaku
Arsitektur perilaku secara harifah memiliki arti :
Arsitektur Adalah ilmu dan seni dalam merancang bagunan, kumpulan bangunan dan stuktur-struktur lain yang fungsional terkonstruksi dengan baik, memiliki nilai ekonomi serta nilai estetika.
Perilaku adalah kelakuan, tingkah laku seseorang dapat menunjukkan derajat keturunan.2 Jadi, kesimpulan dari arsitektur perilaku adalah ilmu dan seni yang
diterapkan di dalam bangunan baik bentuk, fungsi maupun struktur dari bangunan tersebut dengan memperhatikan tingkah laku manusia yang menggunakan bangunan tersebut. Dalam kasus ini pula perlu pemahaman tentang perilaku-perilaku yang terjadi pada Sekolah Pembelajaran Terpadu SMP-SMA yang harus diperhatikan adalah : 1.
Perilaku masyarakat sekitar dengan adanya keberadaan bangunan.
2.
Perilaku pengguna bangunan (masyarakat penguna, guru, siswa, dan wali murid).
Bagaimanapun
pengguna
dan
masyarakat
sekitar
itu
harus
merasakan
kenyamanan dengan adanya sebuah bangunan yang akan di rancang nanti.
III.3. 2
Dasar- Dasar Arsitektur Prilaku
Badudu, J.S. Prof.Dr Kamus Bahas Indonesia, 1994.
ZULFACHRIZAL
41207010020
Jurusan Arsitektur – Universitas Mercu Buana
Sekolah Pembelajaran Terpadu SMP-SMA
19
Arsitektur Prilaku
III.3.1. Fenomena lingkungan – prilaku Masing-masing dari fenomena ini merupakan aspek prilaku manusia yang berbeda sehubungan dengan lingkungan fisik tiap hari. Contoh umum adalah proxemic dan privacy. Proxemic adalah jarak yang berbeda antar manusia yang dianggap menyenangkan untuk melakukan interaksi sosial. Privacy adalah suatu mekanisme pengendalian antar pribadi yang mengukur dan mengatur interaksi dengan orang orang lain. Gaktor – faktor rancangan fisik mempengaruhi sejauh mana kita dapat mengendalikan interaksi antarpribadi dan mempertahankan keseimbangan antara keluasan pribadi ( privacy ) dan masyarakat ( komunitas ). Contoh - contoh lain tentang fenomena lingkungan prilaku meliputi makna simbolisme lingkungan dan cara – cara manusia menggunakan lingkungan dalam menyajikan diri. Beberapa fenomena ini, seperti proxemic dan privacy yang menunjuk pada pola – pola prilaku pribadi, menghadapi pola-pola dan ketentuan-ketentuan sosial. Semua fenomena prilaku lingkungan ini penting bagi para perancang karena mereka saling berkaitan dan dengan demikian muncul lagi sebagai kelompok pemakai.3 III.3.2. Kelompok pemakai Kelompok pemakai yang berbeda mempunyai kebutuhan yang berbeda dan di pengaruhi dalam berbagai cara oleh sifat lingkungan. Banyak sekali informasi kini dapat mengenai anak-anak dan lingkungan kelompok etnis yang berbeda- beda. Dan kelompok- kelompok pemakai khusu seperti mereka yang tak mampu belajar dan cacat jasmaniah. Ialah bahwa ia member
kepada
arsitek
perbendaharaan
poengalaman
yang
dapat
diterapkan dalam setiap proyek perancangan yang melibatkan para pemakai tersebut.
3
Moore dalam Snyder & catanese (1994), diolah.
ZULFACHRIZAL
41207010020
Jurusan Arsitektur – Universitas Mercu Buana
Sekolah Pembelajaran Terpadu SMP-SMA
20
Arsitektur Prilaku
III.3.3. Seting Komponen terakhir dari model meliputi semua skala setting, mulai dari skala kamar sampai kepada agama, bangsa, dan dunia. Skala kamar terhadap bangunan dan terdapat kelompok bangunan penting sekali bagi arsitk. Skala bangunan terhadap kota adalah urusan perancang kota. Kelompok bangunan sehubung dengan daerah dan seterusnya. Perkembangan akhir-akhir ini dalam prilaku dan criteria untuk tipe berbagai bangunan; umpamanya, tua, dan daerah – daerah kediaman dan ketetanggaan bagi berbagai kelompok sosial budaya. Cirri yang unik tentang orientasi ini terhadap perhatian – perhatian sosial dan budaya yang harus diperhatikan dalam merancang tipe bangunan yang berbeda – beda.4 III.3.4. Gambaran ruang lingkup informasi lingkungan prilaku. Setting
III.4.
Anak – anak Remaja Dewasa Usia lanjud Orang cacat Penderita penyakit
Dunia Bangsa-bangsa Wilayah pedesaan Wilayah perkotaan Permukiman Kompleks bangunan Berbagai tipe bangunan Elemen elemen bangunan Ruangan Perabot Pelengkapan interior.
Kelompok
Konsep fenomena
Pemakai
Lingkungan - prilaku
Proxemics Privacy Teritorialitas Persepsi Kognisi Citra
Analisa Prilaku III.4.1. Karakteristik anak usia 12-14 tahun (SMP)
4
Moore dalam Snyder & catanese ( 1994 ), diolah
ZULFACHRIZAL
41207010020
Jurusan Arsitektur – Universitas Mercu Buana
Sekolah Pembelajaran Terpadu SMP-SMA
21
Arsitektur Prilaku
Adapun dari ciri khas secara mental yaitu : 1. Inilah usia dimana seorang anak memiliki kepekaan intelektual yang tinggi, suka mengadakan eksplorasi, diliputi perasaan ingin tahu, dan amat berminat terhadap segala sesuatu yang terjadi di sekelilingnya. Penting bagi guru untuk merancang berbagai program/aktivitas menarik yang mampu merangsang daya pikir serta kreativitas mereka. 2. Pada usia ini, seorang anak senang berdebat dan mengkritik. Mungkin kalimat
yang
diucapkannya
kedengaran
kurang
sopan,
namun
demikianlah caranya mencari tahu mengenai dunia sekitarnya. Guru sebaiknya tidak mudah tersinggung dan marah, melainkan belajar untuk memahami dan mengenali maksud pertanyaan di balik kalimat mereka yang mungkin kedengaran sangat tidak sopan atau kasar tsb. 3.
Menuntut segala sesuatu yang logis dan bisa diajak berpikir secara serius. Tapi, daya pengertian mereka masih terbatas oleh kurangnya pengalaman hidup. Diskusi terpimpin merupakan aktivitas yang disukai anak-anak
usia
pra-remaja.
Bila
memungkinkan,
guru
dapat
menghadirkan “tokoh” jemaat dalam diskusi tsb. (misalnya pendeta, dokter, dosen, pengacara, dsb). 4.
Anak pra-remaja cenderung terlalu mudah mengambil kesimpulan terhadap suatu hal, juga dalam pengambilan keputusan. Mengingat pengalaman hidup yang masih sangat terbatas, mereka masih memerlukan
bimbingan
dalam
banyak
hal.
Oleh
karena
itu,
kedekatannya dengan guru/pembimbing Rohani di gereja memainkan peranan yang sangat penting, khususnya bagi mereka yang sedang mengalami masa remaja yang penuh konflik dengan orangtua. 5.
Suka berimajinasi, tapi kali ini pikiran dan imajinasinya mendasari berbagai pengharapan dan tujuan yang ada di dalam hatinya Seringkali
ZULFACHRIZAL
41207010020
Jurusan Arsitektur – Universitas Mercu Buana
Sekolah Pembelajaran Terpadu SMP-SMA
22
Arsitektur Prilaku
mereka menjalani hidupnya menurut teladan orang-orang yang dikaguminya, kadang mereka membayangkan diri mereka menjadi seperti tokoh idolanya tersebut. Usahakan agar anak-anak usia praremaja
ini
dapat
bertemu
dengan
orang-
orang
yang
dapat
menantangnya pada kehidupan kristen mereka yang menarik.
Adapun ciri khas secara emosi yaitu : 1. Emosinya tidak stabil, sebentar naik, sebentar turun. Suatu saat mereka merasa sangat senang, tapi tidak lama kemudian mereka dapat menjadi marah atau sedih. Seringkali mereka tidak dapat mengendalikan perasaan-perasaannya tersebut. Guru sebaiknya bertindak sabar dan penuh pengertian dalam membimbing mereka. Penjelasan dari sudut pandang ilmu psikologi mungkin diperlukan untuk memberikan “alasan logis” pada mereka mengenai apa yang tengah terjadi di dalam diri mereka pada usia pra-remaja ini, tapi pastikan bahwa materi yang disampaikan tidak bertentangan dengan Firman Tuhan. 2. Sering berubah dan tak menentu. Ada kalanya mereka bersukaria dan lincah, tapi ada kalanya juga bermuram durja, bahkan ingin melarikan diri dari kenyataan hidup yang tidak bisa diterimanya. Hal ini wajar terjadi
dalam
diri
anak
pra-remaja,
asal
tidak
berlangsung terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup panjang. Dalam hidupnya, memang anak-anak usia pra-remaja sering mengalami keresahan, kebimbangan, bahkan tekanan. Mereka memerlukan bimbingan dari orang dewasa yang dapat mengerti dan memahami mereka sebagaimana adanya. Mereka membutuhkan kehadiran guru yang dapat menjadi “teman baik” mereka dalam menghadapi berbagai.
Adapun ciri khas secara sosial
ZULFACHRIZAL
41207010020
Jurusan Arsitektur – Universitas Mercu Buana
Sekolah Pembelajaran Terpadu SMP-SMA
23
Arsitektur Prilaku
1. Boleh dikatakan seorang anak pra-remaja akan melakukan apa saja untuk memperoleh atau mempertahankan statusnya di dalam sebuah kelompok. Bilamana seorang anak diombang-ambingkan oleh tekanan dari teman sebaya, ia perlu sekali mengetahui apa standar Allah mengenai masalah yang sedang dihadapinya. Ia perlu diyakinkan bahwa seluruh kuasa Allah tersedia baginya untuk menolongnya mengatasi konflik pribadi tsb. 2. Hubungan antara laki dan perempuan dapat menjurus pada hal-hal yang kurang sehat, apalagi dengan pengaruh media yang ada saat ini. Akan lebih ideal bila laki-laki dibimbing oleh guru/ pembimbing pria dan anak wanita dengan guru/pembimbing wanita.5 III.4.2. Karakteristik anak usia 15-17 tahun (SMA) Menurut Hunkins (1980), anak siswa SMA cenderung berkarakteristik sebagai berikut : a. Secara fisik : 1. Umumnya individu telah mempunyai kematangan yang lengkap 2. Individu – individu ini kian menyerupai orang dewasa ; tulang –tulang tumbuh kian lengkap, dan sosoknya kian tinggi; serta 3. Meningkatkan energi gerak pada setiap individu. b. Secara mental: 1. individu dilanda kerisauan untuk menemukan jati diri dan tujuan hidup mereka; 2. keadaan mental remaja itu terus berlanjut dan untuk berusaha keras untuk menjadi mandiri;
5
http://whitepegasus96.blogdetik.com/71/mengenal-anak-pra-remaja-umur-12-14-tahun.html.
ZULFACHRIZAL
41207010020
Jurusan Arsitektur – Universitas Mercu Buana
Sekolah Pembelajaran Terpadu SMP-SMA
24
Arsitektur Prilaku
3. dalam melepaskan ketergantungan dari orang dewasa, pelbagai individu ini kerap memperlihatkan perubahan mood yang ekstrem, dari yang kooperatif hingga yang suka memberontak; 4. kendali untuk dapat diterima lingkungan masih kuat, dan individuindividu itu sangat memperhatikan popularitas, terutama bagi kalangan yang berbeda kelamin; serta 5. berbagai individu kerap mengalami beberapa masalah
dengan
membuat penilaian sendiri. c. Secara kebutuhan : 1. Pengetahun tentang diri sendiri. 2. Pengetahuan dan pemahaman tentang sikap dan hubungan seksual. 3. Ketersediaan pelbagai peluang yang memungkinkan individu untuk terlibat
dalam
tanggung
jawab
pengambilan
memperoleh penerimaan dari lingkungan-nya.
keputusan
dan
Peluang yang
disediakan dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas hubungan antar individu dengan orang dewasa lain, termasuk keluarga. 4. Perhatian yang berkelanjutan untuk memberikan peluang bagi individu berkembang sesuai dengan minat dan keterampilannya. Perhatian juga diberikan untuk mengembang-kan bakat dan keterampilan khusus siswa. 5. Pelbagai peluang itu di samping menyertai peluang-peluang itu untuk memahami diri mereka sendiri, juga untuk memahami perasaan, perilaku, dan pengetahuan orang lain.6
6
http://zaifbio.wordpress.com/2010/04/29/karakteristik-model-dan-implementasi-kurikulum-pendidikanmenengah-umum.html ZULFACHRIZAL
41207010020
Jurusan Arsitektur – Universitas Mercu Buana
Sekolah Pembelajaran Terpadu SMP-SMA
25
Arsitektur Prilaku
III.5.
Aspek Arsitektur Prilaku Adapun aspek yang menjelaskan tentang arsitektur prilaku yang diantaranya : a. Ruang Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lainnnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya. b. Ukuran dan bentuk Merupakan variable tetap atau fleksible sebagai pembentuk ruang. Variable tetap jika ukuran dan bentuknya tidak dapat di ubah dan variablenya fleksible jika ukuran dan bentuknya tidak dapat di ubah dan variablenya fleksible jika ukuran dan bentuknya dapat di ubah. Pada perancangan ruang ukuran dan bentuk disesuaikan dengan fungsi yang akan diwadahi sehingga prilaku pemakai yang terjadi adalah seperti yang di harapkan. c. Perabot dan penataanya Sebagai variable yang tergantung dan ruang dapat mempengaruhi persepsi dan penilaian orang terhadap ukuran ruang. Seperti juga ruang atau bangunan, perabot di buat untuk memenuhi tujuan fungsional dan mempengaruhi prilaku pemakaiannya. Bentuk – bentuk penataan perabot akan di pilih sesuai sifat dan kegiatan yang ada di ruang tersebut. d. Warna ruang Warna ruang memiliki peranan penting dalam mewujudkan suasana dan mendukung terwujudnya prilaku – prilaku tertentu. Pengaruh warna pada prilaku tidak sama antara orang satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, latar belakang, budaya atau tradisional mental. e. Suasana, temperatur, dan pencahayaan Unsur lingkungan ini juga mempengaruhi kondisi ruang dan prilaku pemakainya. Temperatur berkaitan dengan kenyamanan pemakai ruang. Pemcahayaan dapat
ZULFACHRIZAL
41207010020
Jurusan Arsitektur – Universitas Mercu Buana
Sekolah Pembelajaran Terpadu SMP-SMA Arsitektur Prilaku
26
mempengaruhi kondisi psikologis seseorang dan untuk segi estetika. Sementara kualitas cahaya dalam suatu ruang akan berakibat tidak berjalannya kegiatan dalam ruang tersebut dengan baik.
III.6.
Keterkaitan Tema dan Judul Tema yang dipilih untuk proyek Sekolah Pembelajaran Terpadu SMP-SMA ini adalah arsitektur prilaku. Arsitektur prilaku di pilih di dasarkan pada perancangan sekolah untuk anak yang tidak hanya sebagai sarana untuk pembelajaran tetapi juga sarana kreatifitas anak. Kenyamanan seseorang anak sangat berpengaruh pada unsur psikologisnya. Maka untuk memberikan rasa nyaman pada anak sarana pendidikan perlu dirancang sedemikian rupa dengan lingkungan anak dengan cara menganalisa ciri –ciri prilaku ataupun karakteristik anak serta menata ruangan dan ekspresi anak kedalam bangunan maupun luar bangunan.
ZULFACHRIZAL
41207010020
Jurusan Arsitektur – Universitas Mercu Buana