Manusia Biasa (Tentang Penulis) Aku tidak pernah menjadi spesial, hanya memiliki nama Muhammad Saiful Haq, lalu biasa disapa dengan Saiful, namun karena merasa geli bila nama sapaan sering ditambahkan kata Jamil, aku menggantinya dengan Ipung. Lahir normal tanpa ada operasi sesar di Watampone, 22 Februari 2014. Karena hanya orang biasa, hal paling kusukai sangat sederhana, hanya tertawa lepas, hingga lupa sakit hati masih meninggalkan bekas. Semua orang bisa menjadi seperti aku, karena hanya manusia biasa. Cuma dulu aku lebih berani sedikit saja mengumpulkan tulisantulisan di blog dalam bentuk buku Saiful Is Me: Berpikir Merdeka, tidak serta merta menjadikan aku lebih baik dari siapapun. Aku sampai hari ini masih suka meminta kiriman bulanan untuk hidup di tanah rantau dari bapak Syarifuddin Husain dan ibu Nurhayati Rahman, juga sesekali copypaste bila mengerjakan tugas kuliah yang deadline, dan masih suka pendekatan ke teman-teman kampus perempuan di akhir bulan, berharap diajak makan di rumah kontrakan mereka. Cukuplah hal ini menggambarkan aku masih sama dengan kalian, manusia biasa. Diam-Diam Suka Diam Diam Terluka|182
Akupun pernah gagal dalam banyak hal, gagal menjalin kisah cinta dengan beberapa anak gadis orang, gagal lolos seleksi event nasional maupun internasional, dan gagal menjadi hafidz Al Quran dambaan orang tua. Aku gagal mungkin karena nakal, sejak jadi murid di SD 13 Biru, suka alasan sakit perut karena malas bersekolah. Menginjak Madrasah Tsanawiyah di Pesantren Al Junaidiyyah, Watampone, aku jarang mengikuti kegiatan pesantren seperti baca kitab, karena sok sibuk membaca berbagai literatur koleksi bapak yang menjadi pajangan mayoritas diberbagai sudut rumah. Masuk Madrasah Aliyah pada Pondok Pesanteran Madrasatul Qur‟an, Jombang, bukan menjadi lebih baik, malah aku sering kabur di tengah malam dari asrama untuk memuaskan kegemaran menulis di blog. Sampai hari ini masih selayaknya orang-orang pada umumnya, aku semester 6 di Fakultas Psikologi milik Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim kota Malang. Di semester 2, aku pernah mendapatkan IPK 2,82. Pun pernah titip absen karena kesibukkan di luar kampus, akibatnya matakuliah Bahasa Indonesia aku mendapatkan C, namun tetap optimis untuk terus menulis dan merintis sebuah organisasi reportase jurnalistik untuk publikasi dalam lingkup Fakultas Psikologi UIN Malang. Tidak ada yang istimewa, semua karena aku sedikit saja nekat melawan takdir nilai C. 183 | S A I F U L I S M E
Kebanyakan mengerjakan tugas kuliah dari dosen, menjadikan aku hanya sesekali menumpahkan isi pikiran dan rasa dalam blog yang kuberi alamat saifulisme.blogspot.com, tetapi walau begitu, seperti pada umumnya anak seumuran, aku rajin bermain media sosial, Twitter dan Instagram dengan akun @SaifulHaq22. Bila berkenan, kita bisa bercengkerama melaluinya, dengan tidak banyak menggunakan bahasa ilmiah, karena aku sering bingung dengan itu. Maklum saja, aku hanya seorang mahasiswa dengan nilai matakuliah Bahasa Indonesianya, mendapatkan C.
Diam-Diam Suka Diam Diam Terluka|184
Seucap Kesan
185 | S A I F U L I S M E
“Tatkala cinta seharusnya apa adanya, Saiful Haq menulis: Cinta ada apanya. Ia pun mulai berjuang menjawab sendiri pertanyaannya. Sebuah upaya masuk akal untuk keluar dari hati yang penuh tanda tanya. Buku „Diam-Diam Suka, Diam-Diam Terluka‟ adalah ikhtiar yang layak disambut dengan baik. Selamat membaca.” CANDRA MALIK Sastrawan Sufi
“Permenungan tentang cinta adalah merenungi tentang subyek, obyek, dan bahkan konteks dimana yang disebut cinta itu dimaknai, dipraktekkan, dan bahkan dimanfaatkan sebagai sarana mencapai pencerahan, setidaknya pencapaian pada satu tingkat hikmat kemanusiaan. Buku ini menawarkan cara yang sangat blak-blak-an tentang bagaimana gairah masa remaja-pemuda dapat dilalui dengan kebahagian, ketulusan, keindahan, sekaligus sebagai peristiwa penghasil makna yang melengkapi jatidiri tiap orang membangun dirinya. Bicara soal cinta adalah bicara soal menghubungkan percikan realitas, dengan begitu sensasinya tidak menjadi egois tetapi reflektif. Fenomena politik pertikaian bangunan koalisipun bisa menjadi rangkaian Diam-Diam Suka Diam Diam Terluka|186
latar belakang yang melengkapi sebuah refleksi personal jika hal itu dikaitkan dengan semangat memaknai cinta. Jika ingin melihat bagaimana seorang mahasiswa dengan ketulusannya menorehkan perspektifnya tentang hidup dalam membangun dunia baru yang kita semua juga alami dan identifikasi sebagai cinta, buku ini adalah contoh yang bagus.” KRISTANTO BUDIPRABOWO, M.Th Pendeta, Penulis Lepas dan Analis Budaya
“Mungkin Saiful ini sedang meracau. Dia tengah meracaukan hal yang bukan barang baru; tentang cinta. Bahwa setiap orang butuh menjalani pengalaman batin. Sedangkan tugas seniman adalah berbagi pengalaman batinnya kepada khalayak. Dan Saiful, dengan racauannya ini, tengah melakukan itu.” AJI PRASETYO Autor Komik Opini “Hidup Itu Indah” dan “Teroris Visual”
187 | S A I F U L I S M E
"Memerlukan pemahaman yang mendalam untuk membaca Saiful Is Me pertama „Berpikir Merdeka‟ dan kedua „Diam-Diam Suka - Diam-Diam Terluka‟. Sebagai wanita aku membacanya dengan emosi. Begitu sempurna apa yang ditulisnya, tentang apa yang dilihatnya dan yang dirasakannya. Begitu sempurna semua yang ditulisnya, semua tentang apa yang ada di dalam perasaan. Sulit bagiku menuliskan kekaguman atas karyanya. Dengan gaya anak mudanya, membuatku ternganga dan terkagum-kagum. Bagiku, Saiful "Ipung" Haq anak muda yang sangat peka akan apa yang terjadi disekelilingnya dan apa yang dirasakannya. Aku menangis membaca hasil karyanya! Telah lahir seorang penulis yang genius didunia tulis menulis. Dia adalah Saiful „Ipung‟ Haq.” LIES TJANDRA KANCANA Sastrawan Sunda
“Pengalaman pribadi yang diceritakan melalui tulisan mengenai hal yang sering diperbincangkan dalam kehidupan, yaitu cinta. Mengajak pembaca meluaskan makna cinta. Meskipun cinta sering dikaitkan dengan luka, tapi bisa juga hadirkan tawa. Siapapun yang tertular cinta yang Diam-Diam Suka Diam Diam Terluka|188
berjuta rasanya serta kesederhanaan cinta yang tulus, akan berubah menjadi lebih mampu memberikan makna akan cinta di dalam perjalanan kehidupan.” ADJIE SILARUS Penulis Buku “Sejenak Hening” dan Praktisi Mindfulness
“Makna cinta itu semakin indah dan penuh hikmah saat para pecinta menemukannya dalam rangkaian kata-kata. Seumur manusia, cinta menjadi pengalaman yang rumit dijalani tetapi nampak keindahannya saat ditulis dalam beragam untaian kata. Melalui kata-kata, cerita cinta dimengerti dan dihayati. Pilu hati tergambar, rona bahagia menjadi semakin indah dan jiwa-jiwa menjadi semakin hidup. Buku ini merangkum dinamika cinta dari sosok pemuda yang berusaha membikin cinta itu semakin bisa dimengerti, karena suara-suara cinta yang mampu dirangkai dalam untaian kata-kata.” Dr. MOHAMMAD MAHPUR Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Psikologi UIN Malang
189 | S A I F U L I S M E