PAI UNPAD
MANUSIA & AGAMA Naluri beragama merupakan hal pasti ada pada diri setiap manusia. Naluri ini merupakan berkaitan dengan perasaan manusia yang membutuhkan kepada Al-Khaliq (Pencipta), Dzat yang Maha Kuasa yang mengaturnya, tanpa memandang siapa yang dianggap sang Pencipta itu. Perasaan ini merupakan fitrah dan secara pasti ada pada diri manusia, baik orang tersebut beriman terhadap Al-Khaliq atau ia mengingkari AlKhaliq (faham materialisme dan naturalisme). Perwujudan keberadaan perasan ini bersifat pasti, sebab merupakan bagian penciptaan manusia, sehingga upaya untuk memisahkannya atau menghilangkannya merupakan perkara mustahil. Naluri ini disebut naluri beragama (gharizah tadayyun). Allah SWT. berfirman:
ﻦ ا ْﻟ َﻘ ِﻴّ ُﻢ ُ ﻚ اﻟ ِﺪّﻳ َ ﻖ اﻟَّﻠ ِﻪ َذ ِﻟ ِ ﺨ ْﻠ َ ﻋ َﻠ ْﻴﻬَﺎ ﻻ َﺗ ْﺒﺪِﻳ َﻞ ِﻟ َ س َ ﻄ َﺮ اﻟ َﻨّﺎ َ ﻄ َﺮ َة اﻟَّﻠ ِﻪ اَّﻟﺘِﻲ َﻓ ْ ﺣﻨِﻴﻔًﺎ ِﻓ َ ﻦ ِ ﻚ ﻟِﻠ ِﺪّﻳ َ ﺟ َﻬ ْ َﻓ َﺄ ِﻗ ْﻢ َو ن َ س ﻻ َﻳ ْﻌ َﻠﻤُﻮ ِ ﻦ َأ ْآ َﺜ َﺮ اﻟ َﻨّﺎ َّ َو َﻟ ِﻜ ”Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah); (tetaplah atas)
Fitrah Allah yang menciptakan manusia atas fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui“ (QS. Ar Ruum:30)
1
Ini menunjukkan bahwa manusia tidak dapat melepaskan diri dari agama, karena Allah telah menciptakannya demikian, sehingga agama merupakan kebutuhan hidup manusia itu sendiri secara inheren. Quraisy Shihab (1999:377) menyatakan bahwa dalam pandangan pakar Islam, agama yang diwahyukan Tuhan, benihnya muncul dari pengenalan dan pengalaman manusia pertama di pentas bumi. Di sini ia menemukan tiga hal, yaitu keindahan, kebenaran, dan kebaikkan. Gabungan ketiganya dinamai suci. Manusia ingin mengetahui siapa atau apa Yang Maha Suci, dan ketika itulah dia menemukan Tuhan, dan sejak itu pula ia berusaha berhubungan dengan-Nya; bahkan berusaha untuk meneladani sifatsifatNya. Usaha itulah yang dinamai beragama, atau dengan kata lain, keberagamaan adalah terpatrinya rasa kesucian dalam jiwa seseorang. Karena itu seorang yang beragama akan selalu berusaha untuk mencari dan mendapatkan yang benar, yang baik, lagi yang indah. Adapun perwujudan naluri beragama ini adalah adanya perasaan taqdis (pensucian) terhadap Pencipta Yang Maha Kuasa, atau terhadap sesuatu yang digambarkannya sebagai penjelmaan sang Pencipta. Kadang kala pensucian itu dalam bentuk hakiki, sehingga menjadi suatu ibadah; tetapi terkadang tediwujudkan dalam gambaran/bentuk yang sederhana, sehingga hanya menjadi sebuah kultus atau pengagungan Wawsasan PAI UNPAD | Tubagus Chaeru
1
PAI UNPAD
2
semata. Dengan demikian, taqdis (pensucian) adalah penghormatan secara tulus dan tinggi, yaitu penghormatan yang bukan berasal dari rasa takut manusia, tetapi berasal dari naluri beragama manusia. Jadi, dapat dipahami bahwa manusia sebenarnya beragama semenjak Allah SWT. menciptakannya dan setiap manusia pasti menyembah sesuatu. Sesuatu yang disembah manusia tersebut ada yang berbentuk penyembahan terhadap matahari, planet, api, berhala (paganisme), atau menyembah Allah SWT. Tidak pernah ditemukan pada bangsa apapun, kecuali mereka senantiasa menyembah sesuatu. Bahkan pada bangsa yang diperintah seorang diktatorpun, yang memaksa mereka melepaskan agamanya sekalipun, mereka tetap beragama dan menyembah sesuatu, meskipun harus melawan kekuatan yang menguasainya serta rela menanggung derita siksaan agar tetap dapat menjalankan ibadah tersebut. Tidak satu kekuatan pun yang dapat menghilangkan naluri beragama ini dalam diri seorang manusia atau mencegah manusia beribadah. Adapun penampakan pada orang atheis dengan tidak bertuhan, maka sebenarnya mereka telah mengalihkan keberadaan naluri tersebut dari beribadah kepada Allah SWT. (Al Khaliq) menjadi beribadah kepada makhluk dan diwujudkan pada alam nyata, para pahlawan atau sesuatu yang dianggap agung dan mulia. Berdasarkan itu, pengingkaran naluri beragama lebih sulit dibandingkan mengimananinya, sebab kekufuran (pengingkaran) merupakan usaha pengalihan manusia dari fitrahnya. Sungguh manusia sangat sulit mengalihkan dan menghilangkan fitrah/tabiat tersebut dari dalam dirinya, karena ia bersifat inheren (bersatu dengan dirinya). Memang benar banyak kalangan, terutama beberapa tokoh ilmuwan mencoba untuk menjauhkan atau menegasikan korelasi manusia dengan agama ini. Hanya saja pada akhirnya mereka pun menyadari bahwa keberaadaan agama sangat sulit dipisahkan dari kehidupan manusia, karena ia merupakan sesuatu yang fitrah dan inheren berada dalam diri mansuai. Di antara tokoh-tokoh ilmuwan yang kurang bersimpatik terhadap agama adalah : 1. William James seorang psikolog yang menyebut orang beragama sebagai creatures of exalted emotional sensibility. Menurutnya orang beragama dihinggapi perasaan yang berlebih-lebihan, melankoli, halusinasi, mendengar suara atau melihat visi, dan berbagai karakteristik patologikal lainnya. Bahkan James menegaskan bahwa selama manusia memiliki naluri cemas dan mengharap, maka selama itu pula ia beragama (berhubungan dengan Tuhan). Itulah sebabnya bahwa perasaan takut merupakan salah satu faktor terbesar yang mendorong manusia untuk memeluk agama. 2. Sigmund Freud menganggap agama dan orang beragama sebagai universal obsessional neurosis. Sebuah ungkapan yang tidak simpatik. Wawsasan PAI UNPAD | Tubagus Chaeru
2
PAI UNPAD
3. Anton T. Boisen berteori bahwa sebelum orang menghayati agama lebih baik, ia harus menderita sakit jiwa terlebih dahulu; orang-orang beragama harus melewati tahap skzoprenia terlebih dahulu. Dalam penciptaan manusia, Allah SWT. memberikan dasar kekuatan potensial yang siap untuk ditumbuhdikembangkan dan didayagunakan. Ditanamkan-Nya kekuatan ruhaniyah yang mengarahkan manusia kepada nilai-nilai kebenaran dan kemuliaan, serta kepada ketuhanan. Kekuatan ruhaniyah ini merupakan kekuatan fitrah yang melekat pada saat manusia tercipta dan menjadi energi yang menuntun manusia selalu menuju hal-hal yang Illahi. Di samping itu, Allah membekali pula dengan kekuatan inderawi dan daya nalar. Dengan kekuatan ini manusia dapat mengenali, memahami, dan menggali hal-hal yang ada di sekitarnya untuk mengenal lebih jauh. Dilihatnya langit beserta benda-benda yang ada padanya, pergantian dan perubahan waktu dan musim, dilihatnya pula orangorang di sekitarnya. Semua itu ia pahami dan pikirkan sehingga tampak olehnya rahasia alam yang tidak mungkin diperoleh kecuali oleh orang yang mau memfungsikan kekuatan ini. Dalam menggunakan kekuatan yang fitrah ini, Allah memberikan tuntunan berupa ajaran-Nya sehingga kekuatan tersebut tidak berubah menjadi sumber yang destruktif (merusak) melainkan sumber yang konstrukstif dan kontributif (mendukung) bagi suksesnya amanah Allah SWT.. Tuntunan-Nya itu adalah Dienullah, Al-Islam. Manusia diberikan kebebasan oleh Allah SWT. untuk menentukan hidup yang akan jalaninya. Manusia berkemampuan menentukan pilihan. Dengan kemampuan ini, manusia dapat menghasilkan tata nilai serta aturan hidup, yang apabila ia mengangapnya lebih baik daripada agama Allah berarti ia telah menolak tawaran-Nya. Namun, apabila ia memandang bahwa kekuatan yang dimilikinya belum cukup untuk menunaikan amanat hidup yang Allah pikulkan kepadanya, ia semestinya tidak salah dalam menjatuhkan pilihan, yaitu berpatokan pada Agama Allah semata.
3
ESENSI HIDUP MANUSIA Seorang muslim seharusnya sadar tentang hakikat kehidupannya di dunia. Sebab pemahaman terhadap hakekat hidup dan kehidupan merupakan faktor mendasar bagi seorang manusia. Pemahaman terhadap hakekat kehidupan inilah yang akan memandu dan menentukan gayacorak kehidupan manusia dan masyarakatnya. Pertanyaan dari mana saya, untuk apa tujuan saya menjalani kehidupan ini, dan hendak kemana saya setelah mengalami kematian yang pasti terjadi pada diri setiap
Wawsasan PAI UNPAD | Tubagus Chaeru
3
PAI UNPAD
4
manusia merupakan pertanyaan mendasar yang selalu dipertanyakan. Manusia menginginkan jawaban pasti tentang hal itu. Hanya saja berkaitan dengan aspek mendasar ini seringkali umat Islam kurang memahaminya, sehingga kehidupan yang dijalani tidak bermakna. Umat Islam pada saat ini terjebak pada pola kehidupan sekular dan liberal; yang intinya adalah pemisahan agama dari kehidupan. Pemisahan agama (Islam) dari ekonomi, politik, budaya, hukum, pendidikan, sosial, dan lain sebagainya. Kegagalan manusia dalam memahami esensi hidup dan kehidupan menyebabkan manusia mengalami keterasingan (alienasi) terhadap dirinya sendiri, keluarga, masyarakat dan agama yang menjadi landasan kehidupannya. Tahap berikutnya adalah kehancuran manusia dan masyarakatnya. Era globalisasi telah membawa masyarakat Indonesia berhadapan dengan perubahan peradaban dan kebudayaan modern yang cepat. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat telah menciptakan perubahan sosial yang besar. Berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan material, fakta menunjukkan bahwa paham pragmatisme yang erat kaitannya dengan materialisme dan sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan) telah meredisposisi manusia melaksanakan peran yang bertitik tolak pada kepentingan manusia. Peran manusia yang fungsional ini telah menjadikannya berpandangan humanis, yaitu menempatkan manusia sebagai penentu kebenaran dan menolak konsepsi kemahakuasaan dan keilahiyahan. Ketika manusia mampu berfikir reflektif dan menarik kesimpulan tertentu, maka hal ini telah mendorong manusia bukan hanya berfikir empiris dengan menyatakan bahwa kebenaran adalah hasil pengalaman, tetapi juga menetapkan kebenaran atas dasar peristiwa. Hal ini berarti sesuatu itu benar jika sesuatu itu bekerja atau melahirkan akibat yang memuaskan manusia secara material. Pandangan itu menyatakan bahwa satu-satunya tolak ukur kebenaran adalah tolak ukur yang dapat menentukan dan membawa manusia pada hasil-hasil yang bermanfaat secara material. Jadi, kebenaran itu relatif dan nisbi. Kelanjutan pandangan ini mendorong lahirnya pemikiran instrumentalisme, yaitu pemikiran yang menekankan pentingnya alat dalam rangka mengendalikan alam semesta untuk kekuatan manusia. Pengalaman menjadikan manusia tidak berhenti menembus rahasia-rahasia alam lebih jauh. Alat dapat digunakan untuk kepentingan ini. Paham yang sangat menekankan pentingnya pengalaman, pencarian eksperimental, dan pandangan bahwa mengetahui dan bertindak itu sinambung telah berimplikasi langsung pada dunia pendidikan kita saat ini. Pada gilirannya hal itu mempengaruhi cara pandang peserta didik tentang agama dan aspek keagamaan.
Wawsasan PAI UNPAD | Tubagus Chaeru
4
PAI UNPAD
5
Gerak pendidikan progresif menekankan pentingnya peran peserta didik memiliki keyakinan bahwa ia belajar apabila mata pelajaran itu bermakna dalam kehidupannya; bukan mempelajari sejumlah mata pelajaran yang terpisah dari kehidupannya. Penanaman kebutuhan ’asing‘ yang dilandasi oleh prasarana perombakan sistem berfikir, metodologi ilmiah, dan aplikasi teknologinya bukan hanya merujuk pada norma dan nilai jadian (derivate values) yang pragmatik, tetapi juga mengarah pada perubahan perilaku yang akhirnya menyebabkan peserta didik ’terasing‘ terhadap dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, kebudayaan, nilai religiusitas, dan agama yang menjadi landasan kehidupannya. Gelombang ini telah mendorong peserta didik mengambil keputusan untuk menyimpan nilai-nilai agamanya dalam suatu benteng yang tidak berjendela dan berpintu. Mereka menutup tempat tersebut dan memandangnya sebagai suatu tradisi yang sudah menjadi endapan dan bagian masa lalu. Mereka mengalami kehampaan nilai dan keterbauran, disfungsionalisasi, ketidakutuhan (desintegratedness), ketelantaran, sekaligus keterpurukan. Kondisi itu begitu nyata saat ini. Reformasi di tengah pembaharuan politik, ekonomi, dan hukum di Indonesia yang demikian luas, dan posisi sekolah/kampus yang berada di kota-kota besar, tantangan sekularisme mengancam dunia pendidikan termasuk agama. Ilmu dan teknologi memberikan jawaban terhadap problem riil peserta didik, sementara agama ”tidak mendapat“ tempat di hati mereka. Kuliah hanya untuk pengejaran status/pekerjaan (find a job). Agama tidak pernah dipersiapkan sebagai sesuatu yang sangat penting dan fundamental dalam masalah ketenagakerjaan (konsekuensi logisnya melahirkan praktika Korupsi-Kolusi-Manipulasi-Nepotisme dalam setiap sektor kehidupan publik). Agama tidak diperlukan dengan persiapan yang lebih sungguh-sungguh dan serius. Akan tetapi ilmu-ilmu utama pada jurusannya dinyatakan sebagai sesuatu yang akan menghasilkan pekerjaan. Kerja adalah vehicle for the humanization of man and society. Dampaknya, Indonesia mengalami krisis multidimensional dalam segala aspek kehidupan. Fenomena kemiskinan, kebodohan, kedzaliman, penindasan, ketidakadilan di segala bidang, kemerosotan moral, peningkatan tindak kriminal dan dan berbagai bentuk patologi sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan, puluhan juta orang terpaksa hidup dalam kemiskinan dan belasan juta orang kehilangan pekerjaan. Sementara, sekitar 4,5 juta anak harus putus sekolah. Hidup semakin tidak mudah dijalani, sekalipun untuk sekadar mencari sesuap nasi. Beban kehidupan bertambah berat seiring dengan kenaikan harga-harga akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan. Bagi mereka yang lemah iman, berbagai kesulitan telah mendorongnya melakukan tindak Wawsasan PAI UNPAD | Tubagus Chaeru
5
PAI UNPAD
kejahatan, sebagian terjebak dengan frustasi dan berakhir bunuh diri. Berbagai bentuk kriminalitas mulai dari pencopetan, perampokan, pencurian dengan pemberatan, serta pembunuhan dan perbuatan tindak asusila, budaya permisif, pornografi dengan dalih kebutuhan ekonomi terasa semakin meningkat tajam. Di sisi lain, sekalipun pemerintahan baru telah terbentuk, tapi kestabilan politik belum juga kunjung terujud. Bahkan gejolak politik di beberapa daerah malah terasa lebih meningkat. Mengapa semua ini terjadi? Dalam keyakinan Islam, berbagai krisis tadi merupakan fasad (kerusakan) yang ditimbulkan karena perilaku manusia sendiri. Allah SWT. berfirman dalam al-Qur’ân surah ar-Rum ayat 41:
ن َ ﺟ ُﻌﻮ ِ ﻋ ِﻤﻠُﻮا َﻟ َﻌَّﻠ ُﻬ ْﻢ َﻳ ْﺮ َ ﺾ اَّﻟﺬِي َ س ِﻟ ُﻴﺬِﻳ َﻘ ُﻬ ْﻢ َﺑ ْﻌ ِ ﺖ َأ ْﻳﺪِي اﻟ َﻨّﺎ ْ ﺴ َﺒ َ ﺤ ِﺮ ِﺑﻤَﺎ َآ ْ ﻇ َﻬ َﺮ ا ْﻟ َﻔﺴَﺎ ُد ﻓِﻲ ا ْﻟ َﺒ ِّﺮ وَا ْﻟ َﺒ َ “Telah nyata kerusakan di daratan dan di lautan oleh karena tangan-tangan manusia”. (QS. Ar Rum: 41)
6
Muhammad Ali Ash-Shabuni dalam kitab Shafwatu al-Tafasir menyatakan bahwa yang dimaksud dengan bi maa kasabat aydinnaas dalam ayat itu adalah “oleh karena kemaksiyatan-kemaksiyatan dan dosa-dosa yang dilakukan manusia” (bi sababi ma’ashi al-naas wa dzunu bihim)”. Maksiyat adalah setiap bentuk pelanggaran terhadap hukum Allah, yakni melakukan yang dilarang dan meninggalkan yang diwajibkan. Setiap bentuk kemaksiyatan pasti menimbulkan dosa. Perbuatan dosa berakibat turunnya azab Allah SWT. Dalam sistem sekuler, aturan-aturan Islam memang tidak pernah secara sengaja selalu digunakan. Agama Islam, sebagaimana agama dalam pengertian Barat, hanya ditempatkan dalam urusan individu dengan Tuhannya saja. Agama telah diamputasi dan dikebiri; dimasukkan dalam satu kotak tersendiri dan kehidupan berada pada kotak yang lain. Dalam urusan pengaturan kehidupan, sosial kemasyarakatan, agama (Islam) ditinggalkan. Akibatnya, sistem sekuleristik telah melahirkan tatanan kehidupan yang jauh dari nilai-nilai agama. Yakni, tatanan ekonomi kapitalistik, perilaku politik oportunistik, machiaveli, dan permisif. Dalam kehidupan budaya muncul perilaku hedonistik, kehidupan sosial yang egoistik dan individualistik, sikap beragama yang sinkretistik serta paradigma pendidikan yang materialistik. Tatanan ekonomi kapitalistik telah melahirkan kegiatan ekonomi yang digerakkan sekadar meraih perolehan materi tanpa memandang apakah kegiatan itu sesuai dengan aturan Islam atau tidak (halal atau haram). Aturan Islam yang sempurna dirasakan justru menghambat. Sementara dalam tatanan politik yang oportunistik, kegiatan politik tidak
Wawsasan PAI UNPAD | Tubagus Chaeru
6
PAI UNPAD
7
didedikasikan untuk tegaknya nilai-nilai (kebenaran) melainkan sekadar demi jabatan dan kepentingan sempit lainnya. Dalam tatanan budaya yang hedonistik, budaya telah berkembang sebagai bentuk ekspresi pemuas nafsu jasmani. Dalam hal ini, Barat telah menjadi kiblat ke arah mana “kemajuan” budaya harus diraih. Ke sanalah musik, mode, makanan, film, bahkan gaya hidup ala Barat mengacu. Buah lainnya dari kehidupan yang materialistik-sekuleristik adalah makin menggejalanya kehidupan sosial yang egoistik dan individualistik. Tatanan bermasyarakat yang ada telah memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada pemenuhan hak dan kepentingan setiap individu. Koreksi sosial hampir-hampir tidak lagi dilihat sebagai tanggung jawab bersama seluruh komponen masyarakat. Sikap beragama sinkretistik telah melahirkan pemahaman yang berintikan pada menyamadudukan semua agama. Paham ini bertumpu pada tiga doktrin: (1) Bahwa, kebenaran agama itu bersifat subyektif sesuai dengan sudut pandang setiap pemeluknya; (2) Maka, sebagai konsekuensi dari doktrin pertama, kedudukan semua agama adalah sama sehingga tidak boleh saling mendominasi dan tidak boleh satu agama mengklaim agama yang paling benar dan yang lain salah; (3) Oleh karena itu, dalam masyarakat yang terdiri dari banyak agama, diperlukan aturan hidup bermasyarakat yang mampu mengadaptasi semua paham dan agama yang berkembang di dalam masyarakat. Sikap beragama seperti ini menyebabkan sebagian umat Islam telah memandang rendah, bahkan tidak suka, menjauhi dan memusuhi aturan agamanya sendiri. Sebagian umat telah lupa bahwa seorang Muslim harus meyakini hanya Islam saja yang diridhai Allah SWT. Sementara itu, sistem pendidikan yang materialistik terbukti telah gagal melahirkan manusia shaleh yang sekaligus menguasai pengetahuan, ilmu, dan teknologi (PITEK). Secara formal kelembagaan, sekulerisasi pendidikan ini telah dimulai sejak adanya dua kurikulum pendidikan keluaran dua departamen yang berbeda, yakni Departemen Agama dan Departemen Pendidikan Nasional. Terdapat kesan sangat kuat bahwa pengembangan ilmu-ilmu kehidupan (PITEK) adalah suatu hal yang berada di wilayah bebas nilai, sehingga sama sekali tak tersentuh standar nilai agama. Kalaupun ada hanyalah etik-moral (ethic) yang tidak bersandar pada nilai agama. Sementara, pembentukan karakter siswa yang merupakan bagian terpenting dari proses pendidikan justru kurang tergarap secara serius. Pendidikan yang materialistik memberikan kepada siswa suatu basis pemikiran yang serba terukur secara material serta memungkiri hal-hal yang bersifat non-materi. Bahwa hasil pendidikan Wawsasan PAI UNPAD | Tubagus Chaeru
7
PAI UNPAD
8
haruslah dapat mengembalikan investasi yang telah ditanam oleh orang tua siswa. Pengembalian itu dapat berupa gelar kesarjanaan, jabatan, kekayaan atau apapun yang setara dengan nilai materi yang telah dikeluarkan. Agama ditempatkan pada posisi yang sangat individual. Nilai transendental dirasa tidak patut atau tidak perlu dijadikan sebagai standar penilaian sikap dan perbuatan. Tempatnya telah digantikan oleh etik yang pada faktanya bernilai materi juga. Berbagai tragedi pun telah mewarnai wajah dunia pendidikan kita, mulai perilaku dari siswa, mahasiswa sampai demontrasi para guru dan pendidik lainnya yang menuntut dinaikkan tunjangan mereka merupakan kenyataan yang tidak dapat dibantah lagi. Betapa dunia pendidikan kita begitu rapuhnya. Ini semua merupakan representasi dari keadaan sistem pendidikan yang sekularistik-materialistik. Pengamatan secara mendalam atas semua hal di atas, membawa kita pada simpulan bahwa semua itu telah menjauhkan manusia dari hakikat kehidupannya sendiri. Manusia telah dipalingkan dari hakikat visi dan misi penciptaannya. Berikut ini merupakan simpulan permasalahan masyarakat kita akibat produk dunia pendidikan yang sekuler-matrelistik itu, di antaranya: 1. Agama dipandang sebagai sesuatu yang terpisah dengan pengaturan kehidupan (sekularisme), sehingga agama (Islam) tidak lagi berperan sebagai pengendali motivasi manusia (driving integrating motive) atau faktor pendorong (unifying factor). Agama dipandang sebagai something to use but not to life. 2. Kepribadian peserta didik bahkan mungkin juga pendidik mengalami keguncangan citra diri (disturbance of self image) secara kolektif dan kepribadian manusia yang pecah (split personality) secara individual, sehingga tidak memiliki kepribadian yang Islami (Asy Syakhshiyyah Al Islamiyyah). 3. Pola hidup masyarakat bergeser dari sosial-religius ke arah masyarakat individual materialistis dan sekuler. 4. Pola hidup sederhana dan produktif cenderung ke arah pola hidup mewah dan konsumtif. 5. Struktur keluarga yang semula extended family cenderung ke arah nuclear family bahkan menuju single parent family. 6. Hubungan keluarga yang semula erat dan kuat cenderung menjadi longgar dan rapuh. 7. Nilai-nilai agama yang terdapat dalam masyarakat cenderung berubah menjadi masyarakat modern bercorak sekuler dan permissive society. 8. Lembaga perkawinan mulai diragukan dan masyarakat cenderung untuk memilih hidup bersama tanpa nikah.
Wawsasan PAI UNPAD | Tubagus Chaeru
8
PAI UNPAD
9. Ambisi karier dan materi yang tidak terkendali mengganggu hubungan interpersonal baik dalam keluarga maupun masyarakat. Untuk mengubah dan memperbaiki kondisi masyarakat maka harus dilakukan pendekatan yang integratif dengan pengubahan paradigma dan pokok-pokok penopang kehidupan. Untuk itu diperlukan Islam sebagai solusi terhadap kenyataan tersebut. Kegagalan manusia dalam memahami hakikat hidup dan kehidupannya, maka hawa nafsulah yang menjadi arah tujuan kehidupannya yang berakibat derajat kemanusiannya menjadi rendah; lebih rendah dari hewan dan hidup tanpa tujuan, amal menjadi tidak bernilai bagaikan fatamorgana atau debu yang beterbangan ditiup angin. Allah SWT. berfirman:
ن ِﺑﻬَﺎ َ ﺼﺮُو ِ ﻦ ﻻ ُﻳ ْﺒ ٌ ﻋ ُﻴ ْ ن ِﺑﻬَﺎ َو َﻟ ُﻬ ْﻢ َأ َ ب ﻻ َﻳ ْﻔ َﻘﻬُﻮ ٌ ﺲ َﻟ ُﻬ ْﻢ ُﻗﻠُﻮ ِ ﻦ وَاﻹ ْﻧ ِّ ﺠ ِ ﻦ ا ْﻟ َ ﺠ َﻬ َّﻨ َﻢ َآﺜِﻴﺮًا ِﻣ َ َو َﻟ َﻘ ْﺪ َذ َر ْأﻧَﺎ ِﻟ ن َ ﻚ ُه ُﻢ ا ْﻟﻐَﺎ ِﻓﻠُﻮ َ ﺿ ُّﻞ أُو َﻟ ِﺌ َ ﻚ آَﺎﻷ ْﻧﻌَﺎ ِم َﺑ ْﻞ ُه ْﻢ َأ َ ن ِﺑﻬَﺎ أُو َﻟ ِﺌ َ ﺴ َﻤﻌُﻮ ْ ن ﻻ َﻳ ٌ َو َﻟ ُﻬ ْﻢ ﺁذَا ”Dan sesungguhnya untuk (isi) neraka Jahannam banyak dari jin dan manusia.
Mereka mempunyai akal, tetapi tidak digunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah), mereka memiliki mata (tetapi) tidak digunakan untuk melihat (tandatanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga, (tetapi) tidak digunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagaikan hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itu orang-orang yang lalai“ (QS. Al A‘raaf:179) ” Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu
(bagaikan) debu yang beterbangan“ (QS. Al Furqan: 23) Dengan demikian, memahami hakikat hidup dan kehidupan merupakan perkara yang mendasar dan penting.
HAKEKAT PENCIPTAAN MANUSIA
9
Dalam pandangan Islam, manusia diciptakan dalam rangka untuk beribadah kepada Allah SWT. Pengertian Ibadah secara etimologis adalah ketaatan (perhatikan kamus Al Muhith kar. Imam Al Fairuz Abadi). Artinya adalah menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan. Adapun pengertian secara terminologis ada dua, yaitu (1) dalam bentuk khusus dan (2) dalam bentuk umum. Muhammad Husein Abdullah dalam kitab Diraasaat fil Fikril Islamiy memberikan pengertian khusus ibadah sebagai menaati perintah dan larangan Allah SWT. yang mengatur hubungan antara Allah SWT. dengan hambaNya, misalnya shalat, shaum pada bulan Ramadhan, berdoa, dan lain-lain. Adapun
Wawsasan PAI UNPAD | Tubagus Chaeru
9
PAI UNPAD
dalam pengertian ibadah dalam bentuk umum bermakna mengikatkan 10 diri dengan seluruh aturan dan hukum-hukum Allah SWT.
ن ِ ﺲ إِﻻ ِﻟ َﻴ ْﻌ ُﺒﺪُو َ ﻦ وَاﻹ ْﻧ َّ ﺠ ِ ﺖ ا ْﻟ ُ ﺧ َﻠ ْﻘ َ َوﻣَﺎ ”Dan Aku tidak ciptakan jin dan manusia kecuali mereka beribah kepadaKu
semata“
(QS. Adz Dzariyaat:56)
Pandangan bahwa misi penciptaan manusia hanyalah untuk beribadah kepada Allah SWT. terbentuk sejalan dengan kesimpulan yang diperolehnya berkenaan dengan keberadaan dirinya dalam kehidupan dunia. Ketika manusia berusia baligh (dewasa) yang ditandai dengan kesempurnaan fungsi akalnya, maka ia mulai berpikir tentang beberapa hal persoalan kehidupan yang sangat mendasar. Persoalan mendasar itu tentu saja memerlukan jawaban yang tuntas, memuaskan akal sehat, menentramkan jiwa, dan bersesuaian dengan fitrah manusia. Jawaban atas pertanyaan itu nantinya menjadi landasan dan tujuan kehidupannya. Jika persoalan mendasar ini belum terjawab secara tuntas, maka selama itu pula orientasi hidup manusia tidak akan tetap, terombang-ambing arus kehidupan. Dampak berikutnya melahirkan keresahan, kegelisahan, serta ketidaktentraman hidup. Ujung berikutnya adalah pengingkaran terhadap fitrah manusia itu sendiri. Adapun persoalan mendasar manusia itu dapat diformulasikan dalam bentuk pertanyaan: 1. Dari mana manusia, kehidupan, dan alam semesta berasal ?
Pertanyaan pertama ini muncul karena berkaitan erat dengan fakta bahwa manusia itu berada dan hidup di alam semesta. Sehingga pertanyaan yang merujuk kepada asal-muasal manusia akan muncul, sebab kenyataannya manusia dan makhluk lainnya sebelumnya adalah tidak ada. Oleh sebab itu, persoalan yang terdapat pada pertanyaan pertama ini adalah tentang hakikat apa yang ada sebelum kehidupan dunia ini (Qabla al-hayati al-dunya). 2. Mau dan untuk apa manusia dan kehidupan itu?
10
Pertanyaan kedua ini berkaitan dengan fakta bahwa manusia lahir dan eksis dalam kehidupan dunia ini. Wajar muncul pertanyaan untuk apa dia hidup dan harus bagaimana dia menjalani kehidupan ini. Jadi pertanyaan kedua ini berkaitan erat dengan makna keberadaan manusia dalam kehidupan. 3. Hendak kemana manusia dan kehidupan itu pada akhirnya (setelah kehidupan dunia) ?
Wawsasan PAI UNPAD | Tubagus Chaeru
PAI UNPAD
Pertanyaan ini muncul berkaitan dengan fakta bahwa manusia dan makhluk hidup lainnya mengalami kematian. Jadi, pertanyaan ketiga 11 berkaitan dengan adakah kehidupan setelah kematian ataukah kematian itu merupakan akhir dari segalanya. Jadi kaitan hal ini adalah dengan hakikat apa yang terjadi setelah kehidupan di dunia (ba‘da al-hayati dunya). Dari ketiga pertanyaan mendasar itu muncul pula pertanyaan yang berkenaan dengan bagaimana korelasi antara apa yang terjadi sebelum kehidupan dengan kehidupan saat ini, dan korelasi kehidupan saat ini dengan apa yang terjadi setelah kehidupan dunia. Inilah peroalan mendasar manusia yang selalu dipertanyakan sehingga diperlukan jawaban atas pertanyaan tersebut, karena jawaban atas pertanyaan mendasar manusia itu akan menjadi pedoman, arah, dan point of view manusia dalam menajalani kehidupannya. Jawaban atas pertanyaan tersebut memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perilaku, kepribadian, persoalan-persoalan hidup manusia lainnya yang bersifat cabang yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, seperti mengapa dan bagaimana manusia harus bekerja mencari nafkah, membina sebuah keluarga dan masyarakat, melaksanakan aktivitas sosial dan ekonomi, mengelola pemerintahan dan negara, dan lain-lain. JAWABAN ISLAM TERHADAP PERSOALAN MENDASAR Untuk menjawab persoalan mendasar sebagaimana yang dikemukakan di atas, maka seorang muslim harus merujuk pada sumber mutlak yang berasal dari nash Al-Qur’an Al-Karim dan As Sunnah. Kedua hal itu, merupakan wahyu Allah SWT. yang diturunkan kepada Rasulullah Muhammad SAW. agar menjadi pedoman bagi manusia dalam menjalani kehidupannya. 1. Jawaban atas pertanyaan mendasar tentang Dari Manakah manusia,
kehidupan, dan alam semesta berasal? Islam memberikan jawaban atas ketiga hal itu berasal dari Allah SWT., Dzat Maha Pencipta. Artinya manusia, kehidupan, dan alam semesta bukanlah hal yang terjadi dengan sendirinya dan tiba-tiba maujud. Dengan pernyataan yang lain bahwa apa yang terdapat sebelum adanya manusia, kehidupan, dan alam semesta adalah Allah SWT. 11
ن َ ﻦ َﻗ ْﺒ ِﻠ ُﻜ ْﻢ َﻟ َﻌَّﻠ ُﻜ ْﻢ َﺗ َّﺘﻘُﻮ ْ ﻦ ِﻣ َ ﺧ َﻠ َﻘ ُﻜ ْﻢ وَاَّﻟﺬِﻳ َ ﻋ ُﺒﺪُوا َر َﺑّ ُﻜ ُﻢ اَّﻟﺬِي ْ سا ُ ﻳَﺎ َأ ُّﻳﻬَﺎ اﻟ َﻨّﺎ ”Wahai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kalian dan orang-
orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa“ (QS. Al Baqarah: 21)
Wawsasan PAI UNPAD | Tubagus Chaeru
PAI UNPAD
ﻚ َ ك َﻓ َﻌ َﺪ َﻟ َ ﺴ َﻮّا َ ﻚ َﻓ َ ﺧ َﻠ َﻘ َ ﻚ ا ْﻟ َﻜﺮِﻳ ِﻢ اَّﻟﺬِي َ ك ِﺑ َﺮ ِّﺑ َ ﻏ َّﺮ َ ن ﻣَﺎ ُ ﻳَﺎ َأ ُّﻳﻬَﺎ اﻹ ْﻧﺴَﺎ ”Wahai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka)
terhadap Tuhanmu yang maha pemurah. Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang“ (QS. Al Infithaar: 6-7) ” Mengapa kalian kafir kepada Allah, padahal kalian tadinya mati lalu Allah
menghidupkan kalian; kemudian Allah mematikan kalian dan menghidupkan kembali kalian, kemudian kepadaNyalah kalian dikembalikan?“ (QS. Al Baqarah:28) Ayat-ayat tersebut memberikan penjelasan tentang asal mula manusia, yaitu sebagai makhluk ciptaan Allah dan bukan makhluk yang ada dengan sendirinya atau tercipta semata-mata karena proses alam, atau melalui evolusi organisme lain yang lebih sederhana. Allah-lah yang telah menciptakan manusia, kehidupan, dan alam semesta. 2. Jawaban terhadap pertanyaan Untuk apa manusia dan kehidupan ini
ada? Islam memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut bahwa manusia hidup di atas dunia ini adalah dalam rangka untuk mengabdikan dirinya secara totalitas hanya untuk beribadah kepada Penciptanya, Allah SWT. Beribadah dalam perseptif ini adalah menaati Allah dengan menjalankan seluruh perintahNya dan menjauhi segala laranganNya. Berkitan dengan hal ini misi hidup manusia dijelaskan dalam Al Quran, yaitu:
ن ِ ﺲ إِﻻ ِﻟ َﻴ ْﻌ ُﺒﺪُو َ ﻦ وَاﻹ ْﻧ َّ ﺠ ِ ﺖ ا ْﻟ ُ ﺧ َﻠ ْﻘ َ َوﻣَﺎ ” Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan mereka beribadah
(menyembah) hanya kepadaKu saja“ ( QS. Adz Dzariyat:56)
ﻦ ُ ﻚ دِﻳ َ ﺼّﻼ َة َو ُﻳ ْﺆﺗُﻮا اﻟ َّﺰآَﺎ َة َو َذ ِﻟ َ ﺣ َﻨﻔَﺎ َء َو ُﻳﻘِﻴﻤُﻮا اﻟ ُ ﻦ َ ﻦ َﻟ ُﻪ اﻟ ِﺪّﻳ َ ﺨ ِﻠﺼِﻴ ْ َوﻣَﺎ ُأ ِﻣﺮُوا إِﻻ ِﻟ َﻴ ْﻌ ُﺒﺪُوا اﻟَّﻠ َﻪ ُﻣ ا ْﻟ َﻘ ِّﻴ َﻤ ِﺔ ”Padahal mereka tidak diperntah kecuali agar mereka beribadah (menyembah)
Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam (menjalankan) agama...“ (QS. Al Bayyinah:5) 12
Ibadah merupakan gambaran ketaatan seorang Penciptanya, dengan menaati segala perintahNya laranganNya. Adapun pengertian ibadah secara khusus seorang hamba terhadap aturan-aturan hukum syara‘
hamba kepada dan menjauhi adalah ketaatan yang mengatur
Wawsasan PAI UNPAD | Tubagus Chaeru
12
PAI UNPAD
hubungan manusia dengan Tuhannya. Berkaitan dengan hal itu, ibadah dalam pengertian khusus ini tergambar dalam pelaksanaan shalat, shaum, 13 zakat, haji, berdoa, dll. Adapun ibadah dalam pengertian umum pada dasarnya merupakan aktualisasi yang diwujudkan dalam mencapai misi hidup manusia di dunia. Aktualisasi ibadah ini terwujudkan ketika seorang muslim mengikatkan dirinya dengan aturan-aturan Allah SWT. dalam seluruh aktivitasnya, baik saat berhubungan dengan Tuhannya dalam persoalan aqidah dan ibadah, berhubungan dengan dirinya sendiri dalam bidang akhlak, makanan, minuman, dan berpakaian, maupun dalam interaksi dengan sesamanya dalam masyarakat untuk bermuamalah dan melaksanakan uqubat (hukum dan sanksi). Dengan demikian, saat seorang muslim menjalankan shalat lima waktu, mengeluarkan zakat setiap tahunnya, shaum pada bulan Ramadhan, menunaikan ibadah haji ke baitullah, bertaubat, atau membaca Al-Qur’an Al-Karim dikategorikan sedang melaksanakan ibadah dalam pengertian yang khusus. Sementara saat seorang muslim bekerja secara profesional dengan etos kerja yang tinggi yang didukung dengan keahlian dan bersikap amanah, mendidik anak secara Islam, menepati janji, mengkaji ajaran Islam dan mendakwahkannya kepada sesama manusia, bersabar ketika ditimpa musibah, menengok orang yang sakit, menuntut ilmu, mencari nafkah dengan cara halal, bertolongtolongan dalam bermasyarakat pada jalan yang benar, bermusyawarah, menjaga kesehatan dan kebersihan, dan lain sebagainya maka hal itupun dikategorikan sebagai pelaksanaan ibadah. Hanya saja ketika saat seorang muslim melakukan perbuatan melalaikan tugas atau amanah, terlibat dalam praktika korupsi, manipulasi, berdusta, berzina, mencuri, menzalimi orang lain, menganiaya isteri dan anak, tidak jujur, dan lain sebagainya maka seluruh perbuatan tersebut dikategorikan bukan ibadah, yang berarti pula ia telah lalai dan melakukan kemaksiatan kepada Allah SWT. Berarti pula pada saat yang sama ia telah melupakan misi dan hakikat keberadaannya dalam kehidupan di dunia, yaitu beribadah dalam pengertian totalitas hanya kepada Rabbul ’alamiin. 3. Jawaban terhadap pertanyaan Hendak kemana manusia dan kehidupan
13
itu pada akhirnya (setelah kehidupan dunia) ? Dalam hal ini Islam memberikan jawaban bahwa setelah kematian akan terjadi hari Qiamat (Yaumul Qiyamah). Islam menyatakan bahwa kehidupan itu bukan hanya di dunia semata, tetapi juga di Akhirat yang pasti akan dijalani seluruh manusia. Pada hari Qiamat seluruh makhluk ciptaan Allah dihancurleburkan dan setelah itu manusia akan dibangkitkan kembali dari kuburnya untuk dimintai pertanggung jawaban atas terhadap seluruh perbuatan sepanjang kehidupan yang dijalaninya. Amal manusia dihitung dan ditimbang yang pada giliran Wawsasan PAI UNPAD | Tubagus Chaeru
PAI UNPAD
berikutnya manusia dibalasi sesuai dengan amal perbuatannya saat ia 14 hidup di dunia, surga atau neraka. Allah SWT. Berfirman:
ن َ ن ُﺛ َّﻢ ِإ َّﻧ ُﻜ ْﻢ َﻳ ْﻮ َم ا ْﻟ ِﻘﻴَﺎ َﻣ ِﺔ ُﺗ ْﺒ َﻌﺜُﻮ َ ﻚ َﻟ َﻤ ِّﻴﺘُﻮ َ ُﺛ َّﻢ ِإ َّﻧ ُﻜ ْﻢ َﺑ ْﻌ َﺪ َذ ِﻟ ”Kemudian sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati.
Kemudian sesungguhnya kamu akan dibangkitkan dari kuburmu pada hari Qiamat“ (QS. Al Mukminun:15-16)
ي َﺑﻨَﺎ َﻧ ُﻪ َ ﺴ ِّﻮ َ ن ُﻧ ْ ﻋﻠَﻰ َأ َ ﻦ َ ﻋﻈَﺎ َﻣ ُﻪ َﺑﻠَﻰ ﻗَﺎ ِدرِﻳ ِ ﺠ َﻤ َﻊ ْ ﻦ َﻧ ْ ن َأَّﻟ ُ ﺐ اﻹ ْﻧﺴَﺎ ُ ﺴ َ ﺤ ْ َأ َﻳ ”Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali)
tulang belulangnya? Bukan demikian, sebenarnya Kami berkuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna“ (Qs. Al Qiyamah:3-4) ”Sesungguhnya kalian akan dibangkitkan pada hari Qiamat tanpa alas kaki,
telanjang bulat, dan tidak berkhitan. Aisyah bertanya: ”Yaa Rasulullah, laki-laki dan perempuan saling melihat (aurat) yang lain? Rasulullah menjawab: ”Wahai Aisyah, pada saat itu perkara (hari Qiamat) sangatlah dahsyat sehingga orang tidak akan memperhatikan hal itu“ (Muttafaq ’alaihi)
ﻦ َﻳ ْﻌ َﻤ ْﻞ ِﻣ ْﺜﻘَﺎ َل َذ َّر ٍة ْ ﺧ ْﻴﺮًا َﻳ َﺮ ُﻩ َو َﻣ َ ﻦ َﻳ ْﻌ َﻤ ْﻞ ِﻣ ْﺜﻘَﺎ َل َذ َّر ٍة ْ ﻋﻤَﺎ َﻟ ُﻬ ْﻢ َﻓ َﻤ ْ ﺷﺘَﺎﺗًﺎ ِﻟ ُﻴ َﺮوْا َأ ْ س َأ ُ ﺼ ُﺪ ُر اﻟ َﻨّﺎ ْ َﻳ ْﻮ َﻣ ِﺌ ٍﺬ َﻳ ﺷ ًّﺮا َﻳ َﺮ ُﻩ َ ”Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam
supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) atas perbuatan mereka“ (QS. AlZalzalah: 6-8)
ﻦ َﻣ ْﺮ َﻗ ِﺪﻧَﺎ َهﺬَا ﻣَﺎ ْ ﻦ َﺑ َﻌ َﺜﻨَﺎ ِﻣ ْ ن ﻗَﺎﻟُﻮا ﻳَﺎ َو ْﻳ َﻠﻨَﺎ َﻣ َ ﺴﻠُﻮ ِ ث ِإﻟَﻰ َر ِّﺑ ِﻬ ْﻢ َﻳ ْﻨ ِ ﺟﺪَا ْ ﻦ اﻷ َ ﺼّﻮ ِر َﻓ ِﺈذَا ُه ْﻢ ِﻣ ُ ﺦ ﻓِﻲ اﻟ َ َو ُﻧ ِﻔ ن َ ﺳﻠُﻮ َ ق ا ْﻟ ُﻤ ْﺮ َ ﺻ َﺪ َ ﻦ َو ُ ﺣ َﻤ ْ ّﻋ َﺪ اﻟ َﺮ َ َو ”Dan ditiupkan sangsakala, maka tiba-tiba merka keluar dengan segera dari
kuburnya (menuju) Rabb mereka. Mereka berkata: ”Aduh, celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)? Inilah yang dijanjikan Dzat yang maha Pemurah dan benarlah para RasulNya“ (QS. Yasin: 51-52) Setiap manusia, baik laki-laki maupun perempuan akan membaca kitab amal perbuatannya ketika di dunia. 14
” Maka demi Rabbmu, kami pasti akan menanyai mereka semua tentang apa yang
telah mereka kerjakan dahulu“ (QS. Al Hijr: 92-93)
ﻦ ْ ﺴﺮُورًا َوَأ َﻣّﺎ َﻣ ْ ﺐ ِإﻟَﻰ َأ ْه ِﻠ ِﻪ َﻣ ُ ﺣﺴَﺎﺑًﺎ َﻳﺴِﻴﺮًا َو َﻳ ْﻨ َﻘ ِﻠ ِ ﺐ ُ ﺳ َ ف ُﻳﺤَﺎ َ ﺴ ْﻮ َ ﻲ ِآﺘَﺎ َﺑ ُﻪ ِﺑ َﻴﻤِﻴ ِﻨ ِﻪ َﻓ َ ﻦ أُو ِﺗ ْ َﻓ َﺄ َﻣّﺎ َﻣ ﺳﻌِﻴﺮًا َ ﺼﻠَﻰ ْ ف َﻳ ْﺪﻋُﻮ ُﺛﺒُﻮرًا َو َﻳ َ ﺴ ْﻮ َ ﻇ ْﻬ ِﺮ ِﻩ َﻓ َ ﻲ ِآﺘَﺎ َﺑ ُﻪ َورَا َء َ أُو ِﺗ Wawsasan PAI UNPAD | Tubagus Chaeru
PAI UNPAD
”Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya maka dia akan
diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali pada kaumnya 15 (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang maka dia akan berteriak ’Celakalah aku‘. Dan ia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)“ (QS. Al Insyiqaq: 7-12)
ب ﻻ ُﻳﻐَﺎ ِد ُر ِ ن ﻳَﺎ َو ْﻳ َﻠ َﺘﻨَﺎ ﻣَﺎ ِل َهﺬَا ا ْﻟ ِﻜﺘَﺎ َ ﻦ ِﻣ َّﻤﺎ ﻓِﻴ ِﻪ َو َﻳﻘُﻮﻟُﻮ َ ﺸ ِﻔﻘِﻴ ْ ﻦ ُﻣ َ ﺠ ِﺮﻣِﻴ ْ ب َﻓ َﺘﺮَى ا ْﻟ ُﻤ ُ ﺿ َﻊ ا ْﻟ ِﻜﺘَﺎ ِ َو ُو ﺣﺪًا َ ﻚ َأ َ ﻈ ِﻠ ُﻢ َر ُّﺑ ْ ﺿﺮًا وَﻻ َﻳ ِ ﻋ ِﻤﻠُﻮا ﺣَﺎ َ ﺟﺪُوا ﻣَﺎ َ ﺣﺼَﺎهَﺎ َو َو ْ ﺻﻐِﻴ َﺮ ًة وَﻻ َآﺒِﻴ َﺮ ًة إِﻻ َأ َ ”Dan diletakan kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: ”Aduh celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya dan mereka mendapati apa yang telah merka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorangpun jua“ (QS. Al Kahfi:49)
ﺧ ْﺮ َد ٍل َأ َﺗ ْﻴﻨَﺎ ِﺑﻬَﺎ َ ﻦ ْ ﺣ َّﺒ ٍﺔ ِﻣ َ ن ِﻣ ْﺜﻘَﺎ َل َ ن آَﺎ ْ ﺷ ْﻴﺌًﺎ َوِإ َ ﺲ ٌ ﻈ َﻠ ُﻢ َﻧ ْﻔ ْ ﻂ ِﻟ َﻴ ْﻮ ِم ا ْﻟ ِﻘﻴَﺎ َﻣ ِﺔ ﻓَﻼ ُﺗ َﺴ ْ ﻦ ا ْﻟ ِﻘ َ ﻀ ُﻊ ا ْﻟ َﻤﻮَازِﻳ َ َو َﻧ ﻦ َ ﺳﺒِﻴ ِ َو َآﻔَﻰ ِﺑﻨَﺎ ﺣَﺎ ”Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari Qiamat, maka tidalah
dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika amalan itu hanya seberat biji SAW..i pun pasti kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan“ (QS. Al Anbiyaa: 47)
ﺖ َﻣﻮَازِﻳ ُﻨ ُﻪ َﻓُﺄ ُّﻣ ُﻪ هَﺎ ِو َﻳ ٌﺔ ْ ﺧ َّﻔ َ ﻦ ْ ﺿ َﻴ ٍﺔ َوَأ َﻣّﺎ َﻣ ِ ﺸ ٍﺔ رَا َ ﺖ َﻣﻮَازِﻳ ُﻨ ُﻪ َﻓ ُﻬ َﻮ ﻓِﻲ ﻋِﻴ ْ ﻦ َﺛ ُﻘ َﻠ ْ َﻓ َﺄ َّﻣﺎ َﻣ ”Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada
dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah“ (QS. Al Qari‘ah : 6-9) Dalam sebuah riwayat Rasulullah SAW. bersabda: ”Kedua telapak kaki seorang anak Adam di hari Kiamat masih belum beranjak
sebelum ditanya kepadanya mengenai 5 perkara, yaitu (1) tentang umurnya untuk apa dihabiskan,(2) masa mudanya tentang apa yang telah dilakukannya, (3) hartanya dari mana dia memperolehnya, (4) untuk apa dia belanjakan, (5) ilmunya tentang apa yang telah dikerjakannya dengan ilmunya itu“ (HR. Ahmad) 15
Keadaan orang-orang yang ingkar (kafir) kepada Allah SWT. AlQur’an Al-Karim menjelaskan:
ﺤﻴَﺎﺗِﻲ َ ﺖ ِﻟ ُ َﻳﻘُﻮ ُل ﻳَﺎ َﻟ ْﻴ َﺘﻨِﻲ َﻗ َﺪّ ْﻣ Wawsasan PAI UNPAD | Tubagus Chaeru
PAI UNPAD
”Dia mengatakan, alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal
shaleh) untuk hidupku ini“ (QS. Al Fajr: 24)
ﺖ ُﺗﺮَاﺑًﺎ ُ ﺖ َﻳﺪَا ُﻩ َو َﻳﻘُﻮ ُل ا ْﻟﻜَﺎ ِﻓ ُﺮ ﻳَﺎ َﻟ ْﻴ َﺘﻨِﻲ ُآ ْﻨ ْ ﻈ ُﺮ ا ْﻟ َﻤ ْﺮ ُء ﻣَﺎ َﻗ َّﺪ َﻣ ُ ﻋﺬَاﺑًﺎ َﻗﺮِﻳﺒًﺎ َﻳ ْﻮ َم َﻳ ْﻨ َ ِإ َﻧّﺎ َأ ْﻧ َﺬ ْرﻧَﺎ ُآ ْﻢ ”Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepada kalian (wahai orang kafir)
siksa yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbnuat oleh kedua tangannya, dan orang kafir berkata ”Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah“ (QS. An Naba‘:40) Adapun keadaan seorang muslim yang banyak berbuat dosa menyesal terhadap apa yang telah dilakukannya di dunia karena tidak menjalankan Islam dan telah mengambil panutan (teman) yang sesat dan menyesatkan. Al-Qur’an Al-Karim menjelaskan:
ﺨ ْﺬ ِ ﺳﺒِﻴﻼ ﻳَﺎ َو ْﻳ َﻠﺘَﻰ َﻟ ْﻴ َﺘﻨِﻲ َﻟ ْﻢ َأ َّﺗ َ ت َﻣ َﻊ اﻟ َّﺮﺳُﻮ ِل ُ ﺨ ْﺬ َ ّﻋﻠَﻰ َﻳ َﺪ ْﻳ ِﻪ َﻳﻘُﻮ ُل ﻳَﺎ َﻟ ْﻴ َﺘﻨِﻲ ا َﺗ َ ﻈّﺎ ِﻟ ُﻢ َ ﺾ اﻟ ُّ َو َﻳ ْﻮ َم َﻳ َﻌ ﺧﺬُوﻻ َ ن ِ ن ﻟِﻺ ْﻧﺴَﺎ ُ ﺸ ْﻴﻄَﺎ َّ ن اﻟ َ ﻦ اﻟ ِّﺬ ْآ ِﺮ َﺑ ْﻌ َﺪ ِإ ْذ ﺟَﺎ َءﻧِﻲ َوآَﺎ ِﻋ َ ﺿَّﻠﻨِﻲ َ ﺧﻠِﻴﻼ َﻟ َﻘ ْﺪ َأ َ ﻓُﻼﻧًﺎ ”Dan ingatlah hari ketika itu orang yang zalim menggigit kedua tangannya
seraya berkata, ”Aduhai kiranya (dulu) aku megambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku, kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari A-lQuran ketika Al-Qur’an Al-Karim telah datang kepadaku Dan adalah syetan itu tidak mau menolong manusia.“ (QS Al Furqan: 27-29) Keadaan seorang muslim yang menaati setiap perintah Allah dan menjauhi laranganNya maka pada saat Qiamat tiba ia tidak mengalami keguncangan. Berkaitan dengan hal ini Nabi SAW... bersabda: ”Orang-orang ahli laa Ilaha illallah (yang mengucapkan kalimat tersebut dan
menunaikan konsekuensinya) maka tidak akan mengalami keguncangan tatkala wafat, di alam kubur, dan ketika dibangkitkan. Seolah-olah aku melihat mereka ketika ditiup sangsakala yang kedua (saat dibangkitkan dari kubur)- sedang menyingkirkan tanah (pasir) dari kepala mereka seraya berkata, ”Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita kami“ (HR. Abu Ya‘la) Al-Qur’an Al-Karim pun mengungkapkan gambaran dahsyatnya azab neraka dan penderitaan yang dialami orang-orang yang ingkar dan bermaksiat kepada Allah SWT. sebagaimana firmanNya: 16
ﻏ ْﻴ َﺮهَﺎ ِﻟ َﻴﺬُوﻗُﻮا َ ﺟﻠُﻮدًا ُ ﺟﻠُﻮ ُد ُه ْﻢ َﺑ َّﺪ ْﻟﻨَﺎ ُه ْﻢ ُ ﺖ ْ ﺠ َﻀ ِ ﺼﻠِﻴ ِﻬ ْﻢ ﻧَﺎرًا ُآَّﻠﻤَﺎ َﻧ ْ ف ُﻧ َ ﺳ ْﻮ َ ﻦ َآ َﻔﺮُوا ﺑِﺂﻳَﺎ ِﺗﻨَﺎ َ ن اَّﻟﺬِﻳ َّ ِإ ﺣﻜِﻴﻤًﺎ َ ﻋ ِﺰﻳﺰًا َ ن َ ن اﻟَّﻠ َﻪ آَﺎ َّ ب ِإ َ ا ْﻟ َﻌﺬَا
Wawsasan PAI UNPAD | Tubagus Chaeru
16
PAI UNPAD
”Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami kelak akan Kami
masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti 17 kulit mereka dengan kulit yang lain supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana“ (QS. An Nisaa:56)
ق ِ ﻦ َﻓ ْﻮ ْ ﺐ ِﻣ ُّ ﺼ َ ﻦ ﻧَﺎ ٍر ُﻳ ْ ب ِﻣ ٌ ﺖ َﻟ ُﻬ ْﻢ ِﺛﻴَﺎ ْ ﻄ َﻌ ِّ ﻦ َآ َﻔﺮُوا ُﻗ َ ﺼﻤُﻮا ﻓِﻲ َر ِّﺑ ِﻬ ْﻢ ﻓَﺎَّﻟﺬِﻳ َ ﺧ َﺘ ْنا ِ ﺼﻤَﺎ ْ ﺧ َ ن ِ َهﺬَا ﺠﻠُﻮ ُد ُ ﺼ َﻬ ُﺮ ِﺑ ِﻪ ﻣَﺎ ﻓِﻲ ُﺑﻄُﻮ ِﻧ ِﻬ ْﻢ وَا ْﻟ ْ ﺤﻤِﻴ ُﻢ ُﻳ َ ﺳ ِﻬ ُﻢ ا ْﻟ ِ ُرءُو "Inilah dua golongan (golongan mukmin dan golongan kafir) yang bertengkar
mengenai Tuhan mereka. Maka orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian-pakaian dari api neraka. Disiramkan air yang mendidih ke atas kepala mereka. Dengan air itu dihancurkan segala apa yang ada dalam perut mereka dan kulit mereka“ (QS. Al Hajj: 19-20) ”Azab yang paling ringan di neraka pada hari Qiamat adalah seseorang yang pada
kedua telapak kakinya ada dua bongkah bara api, lalu bara api ini akan merebus otak orang tersebut“ (HR. Turmudzi) Begitu pula Al-Qur’an Al-Karim mengungkapkan gambaran orangorang yang beriman dengan seluruh kenikmatan yang mereka peroleh di dalam keridlaan Allah SWT. dan surgaNya.
ن َ ﻋ ْﻨﻬَﺎ وَﻻ ُﻳ ْﻨ ِﺰﻓُﻮ َ ن َ ﺼ َّﺪﻋُﻮ َ ﻦ ﻻ ُﻳ ٍ ﻦ َﻣﻌِﻴ ْ س ِﻣ ٍ ﻖ َو َآ ْﺄ َ ب َوَأﺑَﺎرِﻳ ٍ ن ِﺑ َﺄ ْآﻮَا َ ﺨَّﻠﺪُو َ ن ُﻣ ٌ ﻋ َﻠ ْﻴ ِﻬ ْﻢ ِو ْﻟﺪَا َ ف ُ َﻳﻄُﻮ ﺟﺰَا ًء ِﺑﻤَﺎ َ ن ِ ﻦ َآ َﺄ ْﻣﺜَﺎ ِل اﻟُّﻠ ْﺆُﻟ ِﺆ ا ْﻟ َﻤ ْﻜﻨُﻮ ٌ ن َوﺣُﻮ ٌر ﻋِﻴ َ ﺸ َﺘﻬُﻮ ْ ﻃ ْﻴ ٍﺮ ِﻣ َﻤّﺎ َﻳ َ ﺤ ِﻢ ْ ن َو َﻟ َ ﺨ َّﻴﺮُو َ َوﻓَﺎ ِآ َﻬ ٍﺔ ِﻣ َﻤّﺎ َﻳ َﺘ ن َ آَﺎﻧُﻮا َﻳ ْﻌ َﻤﻠُﻮ ”Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda dengan membawa
gelas, cerek dan minuman yang diambil dari air yang mengalir. Mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk. Dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih dan daging burung dari apa yang mereka inginkan. Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli, laksana mutiara yang tersimpan baik. Sebagai balasan bagi apa yang mereka kerjakan“ (Qs. Al Waqi‘ah: 17-24)
17
KORELASI ANTAR FASE-FASE KEHIDUPAN Islam menjelaskan korelasi antara sebelum kehidupan dengan kehidupan di dunia, yaitu Pertama, hubungan penciptaan. Artinya hanya Allah SWT. yang telah menciptakan manusia, kehidupan, dan alam semesta. Kedua, Hubungan adanya perintah dan larangan Allah SWT. Artinya adalah Allah SWT. tidak hanya sekedar menciptakan makhluk
Wawsasan PAI UNPAD | Tubagus Chaeru
PAI UNPAD
saja, tetapi juga memberikan perintah dan larangan kepada manusia yang termaktub dalam wahyuNya, yaitu Al-Qur’an Al-Karim dan Sunnah 18 Rasulullah SAW. Kedua bentuk hubungan tersebut dijelaskan dalam Al Quran:
ﻦ َ ب ا ْﻟﻌَﺎ َﻟﻤِﻴ ُّ ك اﻟَّﻠ ُﻪ َر َ ﻖ وَاﻷ ْﻣ ُﺮ َﺗﺒَﺎ َر ُ ﺨ ْﻠ َ أَﻻ َﻟ ُﻪ ا ْﻟ ” Ingatlah menciptakan dan memerintahkan hanya hak Allah. Maha suci Allah,
Tuhan semesta alam”. (QS. Al A‘raaf: 54) Ayat di atas menegaskan bahwa menciptakan dan memerintah hanyalah hak dan wewenang Allah SWT. Hak untuk memerintah ini terwujud dalam dua bentuk, yaitu 1. perintah untuk alam semesta berupa hukum-hukum pengaturan alam semesta (sunnatullah) dan berlaku hanya bagi alam semesta saja, 2. perintah hukum syara‘ yang ditujukan kepada manusia berupa hukum-hukum yang mengatur kehidupan manusia itu sendiri. Hubungan antara kehidupan dunia dan apa yang terjadi setelah kehidupan dunia dijelaskan Islam dalam dua bentuk hubungan, yaitu pertama, hubungan kebangkitan dan pengumpulan. Artinya Allah SWT. akan membangkitkan manusia dari kuburnya dan mengumpulkan mereka di Padang Mahsyar. Kedua, hubungan perhitungan amal, artinya Allah SWT. tidak hanya membangkitkan kembali manusia dari kubur dan mengumpulkannya di Padang mahsyar, tetapi juga menghitung setiap amal perbuatan manusia ketika mereka hidup di dunia. Allah meminta pertanggungjawaban manusia terhadap apa yang telah mereka lakukan semasa hidupnya, apakah mereka beriman kepadaNya ataukah tidak, apakah ia menjalankan setiap perintahNya dan menjauhi setiap laranganNya ataukah tidak.
ن َ ن ُﺛ َّﻢ ِإ َّﻧ ُﻜ ْﻢ َﻳ ْﻮ َم ا ْﻟ ِﻘﻴَﺎ َﻣ ِﺔ ُﺗ ْﺒ َﻌﺜُﻮ َ ﻚ َﻟ َﻤ ِّﻴﺘُﻮ َ ُﺛ َّﻢ ِإ َّﻧ ُﻜ ْﻢ َﺑ ْﻌ َﺪ َذ ِﻟ ”Kemudian sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati.
Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan dari kuburmu di hari Qiamat“ (QS. Al Mukminun: 15-16)
ن َ ﻋ َﻤّﺎ آَﺎﻧُﻮا َﻳ ْﻌ َﻤﻠُﻮ َ ﻦ َ ﺟ َﻤﻌِﻴ ْ ﺴ َﺄ َﻟ َّﻨ ُﻬ ْﻢ َأ ْ ﻚ َﻟ َﻨ َ َﻓ َﻮ َر ِّﺑ ”Maka demi rabbmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua tentang apa yang
telah mereka kerjakan dahulu“ (QS. Al Hijr: 92-93) 18
Demikianlah Aqidah Islam telah memberikan penjelasan dan jawaban secara lugas dan jelas terhadap persoalan mendasar manusia. Dari aspek inilah seorang muslim memiliki cara pandang kehidupannya
Wawsasan PAI UNPAD | Tubagus Chaeru
PAI UNPAD
yang khas, berbeda dengan cara pandang sekulerisme dan materialisme. Cara pandang kehidupan inilah yang akan berpengaruh besar dalam 19 membentuk kepribadian dan akhlak seorang muslim dan masyarakatnya.
19
Wawsasan PAI UNPAD | Tubagus Chaeru