Manual Pelatihan
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
PERNYATAAN (DISCLAIMER) Buku Manual ini dipublikasikan oleh PNPM Support Facility (PSF) yang dipersiapkan melalui Program PNPM Lingkungan Mandiri Perdesaan, dengan dukungan dana dari Pemerintah Denmark. PSF memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Tim PNPM LMP dan Tim Penyusun Buku Manual ini. Dipersilahkan memperbanyak seluruh atau sebagian buku ini sepanjang dipergunakan untuk keperluan pelatihan dan peningkatan kesadaran masyarakat. Kami amat menghargai jika Anda mencantumkan judul dan penerbit buku ini sebagai sumber. PSF tidak bertanggungjawab atas data dan informasi yang terdapat dalam publikasi ini, atau dengan ketidaksesuaian dalam penerapan dari data dan informasi yang terdapat dalam Buku Manual ini. Pendapat, angka dan perhitungan yang terkandung dalam Buku Manual ini adalah tanggungjawab Tim Penyusun dan tidak harus mencerminkan pandangan dari Pemerintah Indonesia, Pemerintah Denmark, maupun Bank Dunia.
Manual Pelatihan Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
|1
UCAPAN TERIMAKASIH
P
ada tahun 2011, PNPM Lingkungan Mandiri Perdesaan (PNPM-LMP) telah menerbitkan Manual Pelatihan berjudul Teknologi Energi Terbarukan yang Tepat untuk Aplikasi di Masyarakat Perdesaan. Dan pada tahun 2012 PNPMLMP kembali menerbitkan Manual Pelatihan berjudul “Pengelolaan Sumberdaya Alam untuk Masyarakat Perdesaan”. Manual Pelatihan ini disusun dan didisain untuk digunakan dalam pelatihan yang akan dilaksanakan dalam rangka Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat di Perdesaan khususnya di Sulawesi dan Sumatera. Tim Penyusun menghaturkan banyak terimakasih kepada Kedutaaan Kerajaan Denmark untuk Jakarta/DANIDA yang telah mensponsori pembuatan Buku Manual Pelatihan ini. Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada semua pihak yang telah terlibat secara aktif dalam pembuatan Manual Pelatihan ini, yaitu: 1.
Søren Moestrup, Danida Senior Adviser, atas saran dan bimbingannya yang sangat bermanfaat dalam penyusunan Manual Pelatihan ini.
2.
Fransiskus Harum, Consultant of Royal Danish Embassy in Jakarta/DANIDA, atas kerja kerasnya mengkoordinasikan penyusunan Manual Pelatihan ini dan berkontribusi dalam penyusunan Modul 3 dan 4, serta sebagai Editor Utama dari Manual Pelatihan ini.
3.
Sunjaya, sebagai kontributor utama penyusunan Modul 1 dan Editor untuk Manual Pelatihan ini.
4.
Dr. Edi Purwanto, Ahli Managemen DAS dan Direktur Yayasan Operation Wallace Trust (OWT), atas kontribusinya dalam penyusunan Modul 2 dan 3.
5.
Ujang S. Irawan, Senior Staff Yayasan Operation Wallace Trust (OWT), atas kontribusinya dalam penyusunan Modul 2, 3 dan 4.
6.
Hendra Gunawan, Senior Staff Yayasan Operation Wallace Trust (OWT), atas kontribusinya dalam penyusunan Modul 2 dan 4.
7.
Akbar A. Digdo, Senior Staff Wildlife Conservation Society (WCS), atas kontribusinya dalam penyusunan Modul 5 dan 6.
8.
Agustinus Wijayanto, Senior Staff Wildlife Conservation Society (WCS), atas kontribusinya dalam penyusunan Modul 5 dan 6.
9.
Abdul Rahman, Senior Staff Yayasan Operation Wallace Trust (OWT), atas kontribusinya dalam penyusunan Modul 7.
10. Nassat Idris, sebagai kontributor penyusunan Modul 7. 11. Yoga Adhiguna, yang telah membuat Disain dan Layout dari Manual Pelatihan ini. 12. Ida Lestari, Staff PNPM-LMP, atas dukungannya dalam penyelenggaraan lokakarya penyusunan Manual Pelatihan ini. Terimakasih yang sebesar-besarnya juga disampaikan kepada Tim Green PNPMPSF, Tim dari National Management Consultant (NMC) dan PMD (Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat Desa, Depdagri) atas dukungannya dalam menyusun Manual Pelatihan ini. Semoga Manual Pelatihan ini dapat bermanfaat bagi para Fasilitator dan Asisten Teknis Program PNPM-LMP serta pihak lain yang terlibat di dalam upaya pengelolaan sumberdaya alam perdesaan yang arif dan bijaksana di seluruh wilayah Indonesia.
2 | Manual Pelatihan
Jakarta, April 2012 Penyusun
daftar isi
1
MODUL
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan Halaman
15
I. PENDAHULUAN II. SUMBERDAYA ALAM DI PERDESAAN II.1. Apa itu PSDA? II.2. SDA di Perdesaan II.3. Persoalan SDA dan Lingkungan II.3.1. Jenis Ancaman II.3.2. Pengaruh Kerusakan SDA III. MERANCANG PSDA BERSAMA MASYARAKAT III.1. Faktor Sosial Budaya dalam PSDA 1). Kemiskinan 2). Tenurial 3). Nilai tukar hasil SDA 4). Gender 5). Pengetahuan lokal 6). Konflik dengan satwa III.2. Prinsip Dasar 1). Peran serta masyarakat 2). Pemanfaatan potensi lokal 3). Pendampingan III.3. Masalah Dalam Pengembangan Program 1). Kesiapan masyarakat dan pendamping 2). Perencanaan yang lemah 3). Pengorganisasian kegiatan tidak memadai 4). Kebijakan tak mendukung III.4. Merencanakan PSDA di Desa III.4.1. Desa: Sebuah Kehidupan Sosial III.4.2. Tahap Perencanaan 1. Sampaikan, apa tujuan program 2. Kumpulkan informasi, pahami masalahnya a. Pemetaan b. Pertemuan masyarakat 3. Susunlah rencana kegiatan 4. Peliharalah hasil kegiatan EVALUASI DAFTAR PUSTAKA
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
|3
daftar isi
2
MODUL
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
I. KONSEP DAERAH TANGKAPAN AIR I.1. Pengertiaan Daerah Aliran Sungai (DAS) I.2. DAS Sebagai Cekungan Peresapan dan Pengaliran Air I.3. DAS Sebagai Ekosistem I.4. Konsep Daerah Tangkapan Air (DTA) II. PERENCANAAN REHABILITASI DAERAH TANGKAPAN AIR II.1. Pemetaan Batas DTA II.1.1. Pembatasan DTA Secara Visual/Sketsa II.1.2. Pembatasan DTA Menggunakan Peta Topografi II.1.3. Pembatasan DTA Menggunakan Program GIS II.2. Identifikasi Kondisi Daerah Tangkapan Air (DTA) II.2.1. Sasaran Rehabilitasi DTA II.2.2. Kriteria Tingkat Kekritisan Suatu Lahan II.2.3. Metode Identifikasi Lahan Kritis Perdesaan a. Penutupan vegetasi b. Kedalaman tanah c. Penggunaan lahan II.2.4. Pemetaan Lahan Kritis Pada DTA II.3. Perencanaan Rehabilitasi DTA II.3.1. Rancangan Pembibitan II.3.2. Rancangan Penanaman II.3.3. Rancangan Pemeliharaan II.3.4. Rancangan Anggaran Biaya (RAB) a. RAB Pembibitan b. RAB Penanaman c. RAB Pemeliharaan Tanaman EVALUASI KEMAMPUAN DAFTAR PUSTAKA
4 | Manual Pelatihan
Halaman
45
daftar isi
3
Agroforestry
MODUL
Halaman
67
I. KONSEP AGROFORESTRI I.1. Definisi Agroforestri I.2. Ciri-ciri Agroforestri I.3. Komponen Agroforestri I.4. Sistem Agroforestri I.4.1. Agroforestri Sederhana I.4.2. Agroforestri Kompleks I.5. Manfaat Agroforestri I.6. Keunggulan Agroforestri I.6.1. Produktivitas I.6.2. Keberagaman I.6.3. Kemandirian (Self-Regulation) I.6.4. Stabilitas (Stability) I.7. Ruang Lingkup Agroforestri I.8. Sasaran Agroforestri II. PRAKTEK AGROFORESTRI DI INDONESIA II.1. Pulau Sumatera II.1.1. Sistem Parak II.1.2. Repong Damar II.2. Pulau Jawa II.2.1. Di Jawa Barat dan Banten II.2.2. Di Jawa Timur II.2.3. Perum Perhutani II.3. Kalimantan II.3.1. Sistem Tembawang II.3.2. Sistem Lembo II.4. Sulawesi II.4.1. Sulawesi Utara II.4.2. Sulawesi Tenggara II.4.3. Sulawesi Selatan II.5. Pulau Bali
II.6. Nusa Tenggara III. IMPLEMENTASI AGROFORESTRI DI INDONESIA III.1. Implementasi Agroforestri III.2. Strategi Pemilihan Jenis III.3. Agroforestri Pada Lahan Bervegetasi Jarang III.4. Agroforestri Pada Lahan Terbuka a. Pola Agroforestri Berbagai Tanaman Kayu b. Pola agroforestri karet c. Pola agroforestri kelapa sawit d. Sistem agroforestri lada/kopi EVALUASI KEMAMPUAN DAFTAR PUSTAKA
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
|5
daftar isi
4
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
MODUL
I. PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN PERSEMAIAN DESA I.1. Penyiapan Sarana dan Prasarana Persemaian I.1.1. Penetapan Lokasi Persemaian I.1.2. Kebutuhan Bahan dan Peralatan a. Bahan b. Peralatan I.1.3. Fasilitas Persemaian a. Tempat Penyemaian b. Bedeng Sapih c. Naungan Persemaian d. Sarana Perairan e. Gubuk Kerja f. Rumah Produksi Pupuk Organik g. Alat Pembuat Arang Sekam I.2. Teknik Pembibitan I.2.1. Pemilihan Jenis Tanaman I.2.2. Pengadaan Benih I.2.3. Penyemaian Benih a. Perlakuan Benih Sebelum Penyemaian b. Penyiapan Media Kecambah c. Teknik Penyemaian Benih I.2.4. Penyapihan b. Teknik Penyapihan I.2.5. Pemeliharaan Bibit I.2.6. Seleksi Bibit Sebelum Penanaman I.2.7. Tata Waktu Pembibitan II. PENANAMAN DI DAERAH TANGKAPAN AIR II.1. Persyaratan Penanaman II.1.1. Kesesuaian Tempat Tumbuh/ Jenis II.1.2. Kesesuaian Musim Tanam II.1.3. Kesesuaian Teknik Menanam II.1.4. Kualitas Bibit II.2. Teknik Penanaman
6 | Manual Pelatihan
Halaman
93 II.2.1. Cara Penanaman II.2.1.1. Cara penanaman Pada Lahan Terbuka II.2.1.2 . Cara penanaman di Lahan Tegalan/Pekarangan II.2.2. Sistem Penanaman II.2.3. Pola Penanaman II.3. Tahapan Penanaman II.3.1. Persiapan Bahan dan Alat II.3.2. Pembersihan Lapangan dan Jalur Tanam II.3.2.1. Kondisi Lahan Terbuka dan Datar II.3.2.2. Kondisi Lahan Terbuka, Miring dan Tidak Rawan Erosi II.3.2.3. Kondisi Lahan Terbuka, Miring, dan Rawan Erosi II.3.2.4. Kondisi Lahan Terbuka, Sangat Curam, Tanah Subur, dan Rawan Erosi II.3.2.5. Kondisi Lahan Tegalan/Vegetasi Jarang dan Datar II.3.3. Penentuan Arah Larikan, Jarak Tanam, dan Pemasangan Ajir II.3.3.1. Lahan Terbuka, Datar atau Landai II.3.3.2. Lahan Terbuka dan Miring II.3.3.3. Lahan Tegalan/Pekarangan II.3.4. Pembuatan Lubang Tanam II.3.5. Pengangkutan Bibit II.3.6. Pelaksanaan Penanaman II.4. Tahap Pemeliharaan II.4.1. Penyulaman II.4.2. Penyiangan II.4.3. Pendangiran II.4.4. Pemberian Pupuk II.4.5. Pencegahan Hama dan Penyakit Tanaman EVALUASI KEMAMPUAN DAFTAR PUSTAKA
daftar isi
5
Rehabilitasi Hutan Bakau
MODUL
Halaman
129
I. PENGENALAN EKOSISTEM HUTAN BAKAU I.1. Kawasan Pesisir I.2. Pengenalan Ekosistem Bakau 1.3. Sistem Perakaran Bakau II. PENGELOLAAN HUTAN BAKAU II.1. Manfaat Bakau II.2. Pelestarian Alam II.3. Wisata Alam II.4. Kegiatan Ekonomi a. Kendala Aspek Teknis b. Kendala Aspek Kelembagaan III. REHABILITASI HUTAN BAKAU IV. PEMBUATAN PERSEMAIAN JENIS-JENIS BAKAU IV.1. Pengumpulan Buah IV.2. Penyiapan bibit IV.4. Pemilihan Bibit Bakau IV.5. Lokasi Persemaian bibit bakau dan Pembuatan bedeng persemaian IV.6. Menyemaikan Benih atau Buah Bakau IV.7. Sumber Benih atau Bibit Bakau IV.8. Pemeliharaan Persemaian Bakau IV.9. Penyapihan V. PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN BAKAU V.1 Teknik Penanaman Bibit Bakau V.2 Penanaman Bakau V.2. Pemeliharaan Bakau V.2.1. Teknik Pemeliharaan Bakau V.2.2. Penyiangan dan Penyulaman V.2.3. Penjarangan V.2.4. Perlindungan Dari Hama EVALUASI KEMAMPUAN DAFTAR PUSTAKA
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
|7
daftar isi
6
MODUL
8 | Manual Pelatihan
Perlindungan Satwa Liar
Halaman
163 I. PENGENALAN PERLINDUNGAN SATWA LIAR I.1. Pengenalan Perlindungan Satwa Liar Pada Lahan Pertanian dan di Sekitar Wilayah Perdesaan I.1.1. Gajah Sumatera (Elephant maximus sumatranus) I.1.2. Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) I.1.3. Orangutan Sumatera (Pongo abelii) I.1.4. Yaki (Macaca nigra) I.1.5. Anoa (Bubalus sp.) I.2. Pengenalan Kawasan Konservasi di Sekitar Wilayah Pedesaan I.2.1. Kawasan Suaka Alam (KSA) I.2.1.1. Kawasan Cagar Alam I.2.1.2. Kawasan Suaka Marga Satwa I.2.2. Kawasan Perlindungan Alam (KPA) I.2.2.1. Kawasan Taman Nasional I.2.2.2. Kawasan Taman Wisata Alam I.2.2.3. Kawasan Taman Hutan Raya I.2.3. Taman Buru I.2.4. Cagar Biosfir I.2.5. Hutan Lindung I.3. Mengenal Beberapa Kawasan Konservasi di Sulawesi dan Sumatera I.3.1. Kawasan Konservasi di Sulawesi I.3.2. Kawasan Konservasi di Sumatera II. PERAN SERTA MASYARAKAT III. CONTOH PENANGANAN KONFLIK ANTARA SATWA LIAR DAN MASYARAKAT (GAJAH, HARIMAU, ORANGUTAN DAN YAKI) III.1. Penanganan Konflik Antara Manusia dan Gajah III.2. Penanganan Konflik Antara Manusia dan Harimau III.3. Penanganan Konflik Antara Manusia dan Orangutan III.4. Penanganan Konflik Antara Manusia dan Monyet Hitam Sulawesi (Yaki) EVALUASI KEMAMPUAN DAFTAR PUSTAKA
daftar isi
7
MODUL
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam Halaman
207
I. PENDAHULUAN II. RUANG LINGKUP KEGIATAN IGA II.1. Ekonomi Produktif II.2. Peningkatan Nilai Tambah (Added Value) II.3. Peningkatan Efisiensi dan Kapasitas III. TAHAPAN PERENCANAAN KEGIATAN IGA III.1 Faktor yang Diperhatikan Dalam III.2. Langkah Memberikan Motivasi Kepada Masyarakat III.3. Perencanaan Strategis III.4. Identifikasi Kapasitas Masyarakat III.5. Identifikasi Potensi SDA yang akan dikembangkan III.6. Permodalan dan Tingkat Konsumsi Keluarga III.7. Analisa Pasar III.8. Memilih Kegiatan IGA III.8.1. Memutuskan Usulan Kegiatan IGA Dalam Musyawarah Desa III.8.2. Studi Kelayakan Menentukan bagaimana usulan kegiatan IGA akan berjalan Menentukan Biaya Dalam Memulai Usaha Baru IV. CONTOH KEGIATAN PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT BERBASIS SDA IV.1. Beberapa Jenis Kegiatan Usaha Ekonomi Rakyat Ramah Lingkungan IV.2. Dua Contoh Sukses Kegiatan Usaha Ekonomi Berbasis Sumberdaya Alam IV.2.1. Usaha Pembuatan Minuman Saraba Instan IV.2.2. Kerajinan Tas Berbahan Sampah Plastik
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
|9
Daftar Singkatan BLM
Bantuan Langsung Masyarakat
BAPPEDA
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
BKSDA
Balai Konservasi Sumberdaya Alam
BPDAS
Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
BPS
Biro Pusat Statistik
CA
Cagar Alam
CITES
Convention on International Trade in Endegered Species
CSO
Civil Society Organization
DAS
Daerah Aliran Sungai
DANIDA
Danish International Development Assistance
DEM
Digital Evaluation Model
DPL
Daerah Perlindungan Laut
DPM
Daerah Perlindungan Mangrove (Mangrove protected area)
DTA
Daerah Tangkapan Air
GIS
Geographical Information System
GPS
Geographical Positioning System
HOK
Hari Orang Kerja
ICRAF (WAC)
International Centre for Research in Agro-Forestry (World Agro-forestry Centre
IGA
Income Generating Activity
IUCN
International Union for Conservation Nature
KMG
Konflik Manusia dan Gajah
KPA
Kawasan Pelestarisan Alam
KPH
Kesatuan Pemangkuan Hutan
KPMD
Kader Pembangunan Masyarakat Desa
KSA
Kawasan Suaka Alam
LSM
Lembaga Swadaya Masyarakat
MPTS
Multi Purpose Tree Species (Jenis Pohon Serba Guna)
10 | Manual Pelatihan
NMC
National Management Consultant
NTFP
Non-Timber Forest Products
OWT
Operation Wallacea Trust
PERDES
Peraturan Desa
PHKA
Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
PKG
Pusat Konservasi Gajah
PNPM-LMP
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Lingkungan Mandiri Perdesaan
PMD
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
PSF
PNPM Support Facility
PSDA
Pengelolaan Sumber Daya Alam
PTO
Petunjuk Teknis Operasional
RAB
Rancangan Anggaran Biaya
RHL
Rehabilitasi Hutan dan Lahan
RTRW
Rencana Tata Ruang Wilayah
SDA
Sumber Daya Alam
SM
Suaka Margasatwa
SWOT
Strength Weakness Opportunity and Treats
TN
Taman Nasional
TWA
Taman Wisata Alam
UU
Undang-Undang
WCS
Wildlife Conservation Society
ZEE
Zona Ekonomi Ekslusif
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 11
Pengenalan Manual Manual Pelatihan ‘Pengelolaan
digunakan sebagai pedoman dalam
Sumberdaya Alam Untuk Masyarakat
pelatihan yang akan dilaksanakan
Perdesaan’ ini merupakan seri
Program PNPM – LMP atau
lanjutan Manual Pelatihan
program pendampingan lain yang
yang dipublikasikan oleh PNPM
berhubungan dengan pengelolaan
Lingkungan Mandiri Perdesaan
SDA di perdesaan.
(PNPM-LMP). Pengetahuan dan informasi praktis yang tersedia di dalam Manual ini mencakupi uraian umum tentang potensi dan permasalahan SDA di perdesaan, konsep, prinsip utama , tahapan perencanaan dan rekomendasi kegiatan yang berbasis SDA, seperti: pengelolaan daerah tangkapan air, penerapan pola agroforestri, pembangunan persemaian dan penanaman pohon, rehabilitasi hutan mangrove, perlindungan satwa liar, dan bagaimana merencanakan kegiatan-kegiatan peningkatan ekonomi berbasis SDA. Manual Pelatihan ini disusun agar tersedia pengetahuan dan informasi
Manual Pelatihan ini disusun dengan menggunakan bahasa , struktur dan muatan yang mudah dipahami oleh praktisi di lapangan khususnya facilitator dan penyuluh lapangan yang menjalankan program pendampingan masyarakat. Pada setiap modul terdapat bahan evaluasi yang digunakan pada setiap pelatihan guna mengukur kemampuan peserta pelatihan sebelum dan setelah selesai pelatihan. Pada bagian lampiran tersedia penjelasan ‘istilahistilah’ teknis yang ada di setiap modul. Manual Pelatihan ini terdiri dari tujuh modul , yaitu:
bagi para fasilitator lapangan,
Modul 1. Pengantar Pengelolaan
penyuluh pertanian dan kehutanan
Sumberdaya Alam di Perdesaan.
tentang teknologi pengelolaan
Menguraikan tentang konsep
sumberdaya alam (SDA) yang tepat
pengelolaan sumberdaya alam di
dan bermanfaat untuk masyarakat
perdesaan, permasalahan lingkungan
perdesaan di seluruh Indonesia serta
penting di perdesaan dan dampaknya
12 | Manual Pelatihan
terhadap kehidupan masyarakat,
teknik dan pola penanaman pada
prinsip dasar dalam upaya
berbagai bentuk dan kondisi lahan
pengelolaan SDA, dan bagaimana
di dalam suatu unit DTA serta teknik
merencanakan pengelolaan SDA di
pemeliharaannya.
perdesaan.
Modul 5. Rehabilitasi Hutan
Modul 2. Pengelolaan Daerah
Bakau. Menguraikan tentang
Tangkapan Air (DTA). Menguraikan
ekosistem kawasan pesisir dan lebih
tentang konsep DTA dan bagaimana
spesifik tentang ekosistem hutan
merencanakan rehabilitasi DTA yang
mangrove (bakau), bagaimana
rusak.
masyarakat dapat berpartisipasi
Modul 3. Agroforestri. Menguraikan secara lugas tentang konsep agroferestri yang meliputi ciri-ciri, sistem, manfaat dan keunggulan agroforestri, serta ruang lingkup agroforestri. Kemudian menjelaskan praktek agroforestri yang telah
dalam pengelolaan dan rehabilitasi hutan bakau. Kemudian dilanjutkan dengan penjelasan tentang teknik rehabilitasi hutan bakau yang mencakup pembuatan persemaian, teknik penanaman dan pemeliharaan.
dilaksanakan di Indonesia
Modul 6. Perlindungan Satwa Liar.
serta pedoman bagaimana
Menguraikan tentang perlindungan
mengimplementasikan agroforestri
satwa liar di sekitar wilayah
oleh masyarakat perdesaan di
perdesaan dengan penjelasan khusus
Indonesia.
tentang beberapa jenis satwa liar
Modul 4. Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon. Menguraikan secara rinci prinsip dan tahapan teknis pembangunan persemaian skala kecil di desa, dan menjelaskan secara khusus tentang tahapan kegiatan penanaman,
penting, kemudian dilanjutkan dengan penjelasan tentang kawasan konservasi dan informasi sejumlah kawasan konservasi yang berada di Sulawesi dan Sumatera. Selanjutnya terdapat uraian tentang partisipasi masyarakat dalam
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 13
Pengenalan Manual upaya perlindungan satwa liar dan beberapa contoh penanganan konflik antara manusia dan satwa liar. Modul 7. Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam. Modul ini secara khusus menguraikan tentang ruang lingkup kegiatan peningkatan pendapatan masyarakat berbasis SDA, tahapan perencanaan dan beberapa contoh sukses kegiatan peningkatan pendapatan berbasis SDA.
14 | Manual Pelatihan
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
1 MODUL
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 15
MODUL I. Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
MODUL I.
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan I. Pendahuluan
dan mengawasi pelaksanaan kegiatan,
Salah satu tujuan dari Program Nasional
serta menjaga dan memelihara hasil-hasil
Pemberdayaan Masyarakat-Lingkungan
kegiatan.
Mandiri Pedesaan (PNPM-LMP) adalah terciptanya kualitas sumberdaya alam dan
Hubungan timbal balik antara SDA dengan
lingkungan yang mampu meningkatkan
masyarakat di sekitarnya selalu dinamis
taraf hidup masyarakat desa setempat
dan terus berkembang dengan berbagai
secara berkelanjutan. Pada dasarnya,
permasalahannya. Hal itu harus disadari
beberapa jenis kegiatan di dalam skema
dalam kegiatan PSDA dan penataan
PNPM-LMP selama ini merupakan bentuk
lingkungan yang dilakukan bersama
dari pengelolaan sumberdaya alam
masyarakat. Maka, seorang fasilitator PNPM-
(PSDA) dan perbaikan lingkungan di mana
LMP perlu memahami betul karakteristik
masyarakat desa diberi peran paling besar
kedua faktor tersebut, yaitu: SDA dan
untuk membuat keputusan, menjalankan
masyarakat desa.
Mengapa fasilitator PNPM-LMP perlu memahami hubungan antara SDA dan masyarakat perdesaan (rural)? 1. Seorang fasilitator LMP harus bisa menjadi ‘mitra’ diskusi yang berbagi pengetahuan dan kemampuan pada masyarakat tentang pengelolaan SDA. Meski tidak menguasai seluruh persoalan SDA , setidaknya tahu ke mana informasi tentang hal tersebut dapat diperoleh. 2. Fasilitator harus berhadapan dan berinteraksi dengan masyarakat desa yang beragam kondisi sosial, ekonomi, budaya dan persoalan politiknya. Tak hanya di satu desa, bahkan beberapa desa. Persoalan dalam satu desa juga memiliki kaitan dengan faktorfaktor di luar mereka, misalnya kebijakan pemerintah atau kehadiran perusahaan yang mengeksploitasi SDA di sekitar desa. 3. Fasilitator adalah salah satu ‘agen’ perubahan bagi masyarakat desa dan SDA. Untuk itu, dia perlu mengetahui dan mampu mengantisipasi berbagai dampak perubahan dari setiap kegiatan PSDA atau PNPM-LMP yang dilakukan masyarakat desa. Dalam hal ini, dampak kegiatan adalah segala pengaruh positif dan negatif bagi SDA sebagai sebuah ekosistem maupun bagi kehidupan masyarakat setempat.
16 | Manual Pelatihan
1
MODUL
proses pengembangan PSDA bersama
II.1. Apa itu PSDA?
masyarakat memang sebuah pekerjaan
Sumberdaya alam (SDA) adalah seluruh
berat dan rumit. Tak hanya membutuhkan
unsur alami, baik biotik maupun abiotik,
komitmen kerja, tapi keinginan belajar terus
yang dapat dimanfaatkan untuk menopang
menerus untuk mengembangkan diri.
kehidupan manusia. Contoh-contoh jenis SDA di Indonesia antara lain: tumbuhan,
bumi, bahkan mikroba sekalipun. Inovasi
terbatas, meliputi: pemahaman dasar
teknologi dan ilmu pengetahuan telah
tentang masyarakat desa, beberapa
mengubah berbagai unsur di alam yang
contoh persoalan SDA yang ada di
semula dianggap tidak berguna menjadi
desa, serta langkah penting dalam
sebuah SDA yang bermanfaat, misalnya:
perencanaan kegiatan PSDA bersama
sampah organik menjadi pupuk, kotoran
masyarakat desa. Dalam Modul-modul
ternak menjadi biogas, serta berbagai jenis
selanjutnya akan dibahas secara khusus
tumbuhan menjadi obat-obatan berkhasiat.
semua aspek teknis yang tercakup dalam
sebagai model pemanfaatan lahan yang
serta memelihara dan melindungi kualitas
bermanfaat eknomis dan ekologis, 3).
SDA agar terus bermanfaat bagi masyarakat
Rehabilitasi hutan bakau oleh masyarakat
setempat dan sekitarnya. Dengan demikian,
perdesaan, 4). Perlindungan Satwa Liar oleh
masyarakat di mana SDA berada menjadi
masyarakat perdesaan dan 5). Kegiatan yang
pihak yang paling berkepentingan, sehingga
meningkatkan pendapatan masyarakat
perannya dalam PSDA menjadi sangat besar.
perdesaan.
pengelolaan SDA atau lingkungan hidup juga telah diatur dalam berbagai
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 17
7
Peran dan partisipasi masyarakat dalam
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
adalah proses memahami, memanfaatkan
Perlindungan Satwa Liar
Daerah Tangkapan Air, 2). Agroforestri –
5 6
Pengelolaan SDA (PSDA) pada dasarnya Rehabilitasi Hutan Bakau
PSDA di perdesaan yaitu 1). Pengelolaan
Agroforestry
disampaikan dalam modul ini pun sangat
4
panas bumi (geothermal), mineral, gas
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
begitu luas, maka aspek-aspek yang
2 3
hewan, tanah, air, angin, sinar matahari, Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Mengingat ruang lingkup dari PSDA
1
II. Sumberdaya Alam di Perdesaan
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
Menjadi fasilitator atau pendamping dalam
MODUL I. Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
Beberapa peraturan perundangan yang bisa menjadi acuan bagi masyarakat dalam PSDA dan penataan lingkungan hidup: • UU No. 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, • UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, • UU No. 5 tahun 1990 tentang Pelestarian Keanekaragaman Hayati dan Ekosistemnya, • UU No. 5 tahun 1994 tentang Pengesahan United Nation Convention on Biological Diversity (Konvensi Persatuan Bangsa Bangsa mengenai Keanekaragaman Hayati), di dalamnya terdapat pengakuan hak masyarakat adat/lokal dan wanita dalam konservasi alam. • UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. • UU No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan, • UU No. 7 tahun 2004 tentang Sumberdaya Air, • UU No. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil • Peraturan lain di bawah undang-undang.
perundang-undangan Indonesia. Beberapa
Ada pula yang berperan sebagai pedagang
peraturan memang tumpang tindih, bahkan
atau penyedia jasa yang terhubung secara
bertentang satu sama lain, sehingga
langsung maupun tak langsung dengan
membingungkan. Namun pada dasarnya
pemanfaatan SDA. Data Biro Pusat Statistik
masyarakat berhak untuk memperoleh
(BPS) menyebutkan, tahun 2010 ada sekitar
manfaat dari SDA dan lingkungan yang baik,
41,4 juta penduduk Indonesia berusia di atas
sebagaimana tercantum dalam Undang-
15 tahun yang bekerja di sektor pertanian,
Undang Dasar RI.
kehutanan, perikanan dan perburuan (www. bps.go.id).
II.2. SDA di Perdesaan Sebagian besar penduduk Indonesia
Selain iklim, ketersediaan dan kualitas SDA
tinggal di desa atau wilayah perdesaan
menjadi faktor yang sangat menentukan
(rural), baik yang berada di kawasan pesisir
bagi kehidupan sosial ekonomi di desa.
pantai, dataran rendah, hingga di kawasan
Tanah ladang dan persawahan, perairan
pegunungan dataran tinggi. Mereka
sungai dan danau serta rawa, flora dan
umumnya bekerja sebagai petani dan
fauna hutan, aneka bahan galian atau
peladang, peternak, nelayan, atau pemburu.
tambang serta berbagai sumber daya alam
18 | Manual Pelatihan
1
MODUL
penduduk desa. Terutama bila petani
lingkungan alami yang penting bagi orang
atau nelayan tak memiliki kemampuan
desa. Sebagai contoh, keberlimpahan ikan
menjangkau pasar di luar desa.
aspek sosal budaya. Beberapa praktek dan
dan terumbu karang sebagai sebuah
pengetahuan lokal dalam pemanfaatan
ekosistem. Demikian pula dengan kondisi
SDA telah menjadi bagian dari identitas
hutan yang berperan menyediakan produk
budaya suatu kelompok masyarakat. Subak
hutan yang bernilai sosial ekonomi, menjaga
atau sistem pengairan sawah di Bali, repong
tata air (fungsi hidrologis), menjamin
damar pada masyarakat Krui di Lampung,
rantai makanan bagi aneka spesies fauna
pengetahuan tentang terumbu karang
di dalamnya, serta mencegah terjadinya
dan jenis ikan pada suku Bajau, sistem
bencana alam.
perladangan dan lumbung padi (leuit)
Agroforestry
hutan mangrove, padang lamun (seagrass)
pengumpul hasil hutan adalah contoh
semuanya tak bisa dilepaskan dari SDA yang
profesi yang digeluti oleh kebanyakan
ada. Apa yang terjadi pada mereka ketika
penduduk di desa. Hasil produksi mereka ada
areal persawahan, hutan atau terumbu
yang hanya untuk konsumsi sendiri bersama
karang telah hilang?
keluarga, atau disebut subsisten. Dalam suatu
kebanyakan penduduk desa kini menjual hasil produksi mereka ke luar desa sebagai
luas. Peran perantara, tengkulak, atau broker
rantai perdagangan komoditas pertanian, kehutanan, dan perikanan yang dihasilkan
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 19
7
juga menjadi “amat penting” di tengah
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
nilai tukar dalam ekonomi pasar yang lebih
1. Ekonomi: sebagai modal produksi atau aset bagi kegiatan ekonomi (lahan, sumberdaya hutan dan perikanan, bahan galian, ternak dsb); sebagai bentuk investasi masa depan (tabungan atau warisan). 2. Sosial, misalnya: sumber nutrisi
Perlindungan Satwa Liar
barter mungkin masih diterapkan. Tetapi,
Bagi masyarakat desa, beberapa jenis SDA berperan penting dalam aspek:
5 6
Rehabilitasi Hutan Bakau
perburuan pada masyarakat di Mentawai,
4
Nelayan, petani, peternak, pemburu dan
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
oleh orang Baduy di Jawa Barat, atau pola
masyarakat tertentu sistem pertukaran atau
2 3
Sumberdaya alam juga berpengaruh pada
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
sangat ditentukan oleh kondisi air laut,
1
atau biota laut yang bernilai bagi nelayan
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
di laut dan pesisir adalah contoh jenis
MODUL I. Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
II.3. Persoalan SDA dan Lingkungan (tanaman pangan, hewan buruan, dsb); material bangunan (rumah, jembatan, lumbung padi, dsb); sumber energi (kayu bakar, arang tempurung, minyak jarak untuk lampu, sungai untuk penggerak turbin listrik, kincir angin, dsb); bahan obat-obatan (jamu/herbal); alat transportasi (bahan membuat perahu, gerobak, dsb). 3. Budaya, misalnya: penunjang kegiatan/ritual adat (misal: bambu bagi adat Toraja, mangrove bagi suku Bobongko di Teluk Tomini, mata air bagi upacara adat di Bali, dsb); identitas sosial kelompok (terutama pada lokasi ekowisata).
II.3.1. Jenis Ancaman Indonesia kaya akan sumberdaya alam, baik berupa sumber daya hutan, laut dan pesisir, perairan air tawar, maupun bahan tambang. Namun, hampir seluruh jenis SDA tersebut tengah menghadapi kerusakan dan penyusutan akibat pemanfaatan secara berlebihan.
Data dari Kementerian Kehutanan tahun 2009 menyebutkan, Indonesia memiliki sekitar 45,2 juta ha hutan primer, sekitar 41,4 juta ha hutan sekunder berada di kawasan
Gambar 1. Lanskap perdesaan dan sumberdaya alamnya © foto-Sundjaya - 2011
20 | Manual Pelatihan
1
MODUL
terjadi pada hutan mangrove di pesisir
pulau-pulau di Indonesia. Menurut Menteri
persennya atau 3,25 juta hektare dari 7,7 juta hutan mangrove di Indonesia mengalami kerusakan (www.tribunnews.com, 2011).
bercocok tanam. Jumlah penduduk yang
Indonesia juga memiliki sekitar 26,5 juta
lahan-lahan pertanian dan perkebunan.
ha lahan gambut dengan perincian 8,9
Kesuburan lahan mulai menurun akibat
juta ha di Sumatera, sekitar 6,5 juta ha di
penggunaan pupuk dan pestisida kimiawi
Kalimantan, di Papua sekitar 10,5 juta ha
yang meningkat. Berkurangnya sumber-
dan lainnya 0,2 juta ha (www.forda-mof.org).
sumber air juga menyebabkan lahan-lahan
Akan tetapi, luasan hutan di Indonesia terus
pertanian tak terairi dengan baik. Pola
menyusut dengan laju kerusakan sekitar 1,1
pertanian dengan sistem agroforestri atau
juta hektar per tahun (www.kompas.com,
kebun campur mulai tergantikan dengan
2009).
tanaman monokultur karena harganya yang menarik bagi petani, misalnya sawit.
Agroforestry
berakibat pada peningkatan kebutuhan
Perlindungan Satwa Liar
hutan sekunder (Murdiyarso, dkk., 2011).
5 6
peningkatan kebutuhan pangan, tapi juga
Rehabilitasi Hutan Bakau
kawasan hutan negara, yang dianggap
4
terus meningkat tak hanya menyebabkan
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
hutan negara dan 5,3 juta ha hutan di luar
2 3
masyarakat perdesaan yang hidup dari Gambar 2. Pemandangan desa dengan sumberdaya alam air, tumbuhan dan lahan pertanian © foto- Sundjaya-2011
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Lahan subur juga SDA yang vital bagi
1
Kehutanan Zulkifli Hasan, sekitar 41,9
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
(www.jurnas.com, 2011). Kerusakan juga
Sumberdaya alam di laut dan pesisir
berbagai penelitian mencatat kerusakan
berkurang juga disebabkan perkembangan
terumbu karang di perairan Indonesia saat
wilayah perkotaan, pemukiman dan
ini telah mencapai angka 31,5 persen dari
industri, terutama di wilayah perdesaan
total luasan terumbu karang yang ada
yang berbatasan dengan kota (desa semi-
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
7
Tak hanya itu, luas lahan pertanian
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
Indonesia mengalami hal serupa. Hasil
| 21
MODUL I. Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
urban). Sebagai contoh, konversi lahan pertanian di pulau Jawa yang dianggap mulai menghawatirkan. Hasil sensus lahan oleh Kementerian Pertanian (Kementan)
PERSOALAN SDA Penurunan kualitas lahan pertanian
Kekeringan, pencemaran bahan kimiawi, penggunaan pupuk dan pestisida kimiawi secara intensif, dsb.
Kerusakan ekosistem hutan
Konversi hutan, penebangan liar, pemanfaatan hasil nonkayu secara berlebihan, penangkapan satwa, kebakaran hutan, dsb
Kerusakan terumbu karang
Penangkapan hasil laut secara berlebihan (overharvesting), penambangan karang, sedimentasi, pencemaran laut, penangkapan dengan alat yang merusak, dsb, ;
Kerusakan mangrove
Penebangan mangrove untuk kebutuhan rumahtangga dan komersil, konversi menjadi lahan pertambakan atau pemukiman, dsb.
Abrasi pantai
Hilangnya hutan mangrove dan kerusakan terumbu karang
Penurunan kualitas sumberdaya perairan (laut, sungai atau danau).
Limbah industri dan rumah tangga, sedimentasi, ledakan tanaman pengganggu (eceng gondok dll), penggunaan alat tangkap ikan yang merusak (racun, setrum, bahan peledak), dsb.
menyebutkan lahan sawah di Pulau Jawa pada 2010 telah menyusut menjadi 3,5 juta hektare (ha) dari 4,1 juta ha pada tahun 2007. Hanya dalam waktu tiga tahun, konversi lahan mencapai 600 ribu ha (www.nvestor. co.id, 2011). Kasus di pulau Jawa ini bukan tak mungkin akan dialami di daerah luar Jawa.
Meski SDA sangat menopang kehidupan masyarakat perdesaan. Ironisnya, sebagian dari kerusakan alam juga melibatkan masyarakat desa di sekitarnya, di samping ekploitasi oleh berbagai perusahaan pemegang ijin pertambangan, perkebunan, perikanan tangkap, kehutanan, industri dan pembangunan pemukiman. Keterlibatan penduduk desa dalam proses kerusakan SDA tak hanya dipicu oleh faktor ekonomi, namun juga oleh lemahnya pemahaman mereka tentang efek dari pemanfaatan SDA secara berlebihan, ditambah kebijakan pemerintah yang belum berjalan dengan baik.
Berikut adalah sebagian dari persoalan SDA dan lingkungan di perdesaan: Kerusakan SDA dan lingkungan di wilayah
22 | Manual Pelatihan
PENYEBAB
1
MODUL
penduduk setempat, tapi juga terhadap pihak lainnya yang mengandalkan
komoditas yang dihasilkan desa, misalnya pabrik pengolahan, konsumen di perkotaan, para pedagang perantara di dalam dan
Sumber air berkurang, longsor, ledakan hama, konflik satwa dengan petani, hilangnya hasil hutan non-kayu untuk penduduk, hilangnya jasa lingkungan lainnya.
luar desa, atau para pelaku pariwisata
1
Produktifitas petani menurun, ledakan hama, dsb.
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
perdesaan tak hanya berdampak pada
AKIBAT
yang mengandalkan keindahan alam.
terkait, mulai dari perdagangan, industri,
terjadi dari tingkat lokal, regional, nasional hingga internasional.
Ketika kualitas SDA di perdesaan menurun, berbagai aspek kehidupan mereka
4
II.3.2. Pengaruh Kerusakan SDA
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
Hilangnya tempat pemijahan ikan, hasil tangkapan menurun, sedimentasi, hilangnya penahan ombak dan angin
Agroforestry
transportasi hingga pariwisata. Efek juga
2 3
akan menyentuh pada banyak sektor Fungsi pemecah ombak berkurang, hasil tangkapan nelayan menurun, hilang atraksi wisata, dsb.
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Efek kerusakan SDA dan lingkungan
pun sedikit demi sedikit mengalami
besar ‘ongkos’ atau ‘kerugian’ yang harus mereka korbankan? Mari lihat kasus kerusakan terumbu karang di kepulauan
Perlindungan Satwa Liar
Produksi hasil laut, sungai dan danau menurun. Kehilangan sumber air untuk berbagai keperluan.
5 6
perubahan alam. Masalahnya, seberapa
Rehabilitasi Hutan Bakau
perubahan sebagai bentuk adaptasi dari Penyusutan luas pantai, kerusakan pemukiman dan fasilitas milik penduduk.
Togean dalam box kasus 1. Menurut anda,
pada masyarakat? Bagaimana masyarakat
karang?
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 23
7
beradaptasi terhadap kerusakan terumbu
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
dampak ekonomi apa saja yang terjadi
MODUL I. Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
Kasus 1: Mengail Sampai Jauh
O
rang-orang Bajau di desa Kabalutan, kepulauan Togean, Sulawesi Tengah telah turun temurun hidup dengan mencari hasil laut seperti ikan, teripang, kepiting, dan berbagai jenis udang. Sebagian besar dari mereka masih menggunakan teknik penangkapan secara tradisional dengan kail, tombak, maupun jaring. Namun, sebagian lainnya secara intensif menggunakan bahan peledak dan racun sianida untuk menangkap ikan. Para tetua kampung menceritakan bahwa saat mereka masih muda ikan dan jenis hasil laut lainnya cukup berlimpah di perairan sekitar Kabalutan yang dipenuhi hamparan terumbu karang dan hutan mangrove. Kondisi tersebut membuat mereka tak perlu mendayung perahu terlalu jauh dari kampung menuju lokasi mengail dan hasil laut pun sangat mudah didapat. Namun, sejak awal 90-an mereka mulai merasakan sulitnya mencari hasil laut. Selain itu, lokasi di mana hasil laut masih berlimpah pun semakin jauh sehingga sulit dijangkau dengan mendayung perahu. Perubahan tersebut terjadi sebagai akibat maraknya penggunaan bom ikan rakitan dan racun sianida oleh sebagian nelayan di Kabalutan dan desa-desa lain di kepulauan Togean. Kerusakan terumbu karang tak hanya berpengaruh pada jumlah tangkapan hasil laut. Ketergantungan mereka semakin besar pula pada mesin perahu, meski dengan ukuran kecil, yaitu kapasitas mesin 5.5 PK. Dengan menggunakan mesin, nelayan memang bisa menjangkau lokasi penangkapan hasil laut yang lebih jauh dalam waktu lebih singkat dibanding mendayung. Namun, pengeluaran mereka pun bertambah untuk membeli mesin perahu, bahan bakar, serta perawatan mesin. Semakin banyak orang Bajau di Kabalutan yang berhutang pada tauke untuk memiliki perahu tersebut. (sumber: riset pribadi oleh Sundjaya)
Adaptasi atau penyesuaian terhadap
Dalam sistem pertanian sawah di pulau
perubahan lingkungan seringkali tak hanya
Jawa misalnya, penggunaan pestisida dan
mempengaruhi aktivitas masyarakat,
pupuk kimia yang intensif dan penanaman
tetapi juga pengetahuan lokal dan budaya
berbagai benih varietas unggul sejak tahun
mereka. Bukan tak mungkin, semakin lama
70-an tak hanya mengubah ekosistem
pengetahuan tersebut tidak digunakan,
pertanian tapi juga turut mengubah
karena dianggap tak mampu mengatasi
perilaku beberapa jenis hama padi. Di sisi
perubahan lingkungan, maka pengetahuan
lain, masyarakat petani padi semakin hilang
budaya tersebut semakin hilang.
pengetahuannya dalam mengenali hama
24 | Manual Pelatihan
1
MODUL
kehidupan masyarakat tak hanya pada
pada pestisida kimia. Bagi petani, pestisida
masalah ekonomi belaka, namun juga pada
adalah ‘obat’ bagi padi mereka yang ‘sakit’
persoalan sosial budaya mereka.
1
karena terserang ‘penyakit’ (hama). Padi
atau pestisida agar ‘sembuh’ dan sehat
III. Merancang PSDA Bersama Masyarakat
kembali (Winarto, 1998).
Mengingat besarnya keterkaitan antara
bagaikan manusia yang harus diberi ‘obat’
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
akibat ketergantungan yang begitu lama
SDA dan lingkungan dengan masyarakat
SDA yang baik perlu dikembangkan di
Apa penyebabnya? Budaya seperti apa yang
desa. Adapun bentuk pengelolaan SDA
akhirnya berubah dan hilang pada masyarakat?
yang paling baik tentu yang sesuai dengan karakteristik sosial ekonomi mereka. Oleh
semakin terlihat bahwa hubungan antara
menjadi sangat penting dalam sebuah
kondisi lingkungan atau SDA dengan
program PSDA di perdesaan.
4
karenanya, partisipasi masyarakat desa
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
Dengan membaca dua kasus di atas,
Kasus 2:
Perlindungan Satwa Liar
7
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
| 25
5 6
M
enjelang tahun 2000 banyak penduduk desa Guwa Kunthi, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, mengalami kesulitan ekonomi. Mereka lalu beramai-ramai menebangi hutan jati dan sono di kawasan itu. Setelah hutan jati habis, kini bukit kecil itu tidak bisa lagi menampung air. Oleh karena itu, banjir Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo dua pekan lalu bisa dimengert, air langsung mengalir ke sungai tanpa sempat disimpan di dalam tanah. “Sejak hutan di bukit itu rusak, kami kesulitan air. Kalau musim hujan, ada banyak air, tetapi keruh. Kalau kemarau, kami harus ke desa tetangga untuk mendapatkan air,” kata Slamet (47), sambil menunjuk Alas Guwa Kunthi. Beban masyarakat bertambah ketika iklim juga berubah. Dalam hitungan mereka, dengan menggunakan pranatamangsa, yaitu kalender musim tradisional dalam kebudayaan Jawa, persiapan musim tanam biasanya dimulai bulan kapat (bulan keempat dalam penanggalan Jawa). Lalu mereka menanam padi pada bulan kanem (bulan keenam) karena hujan telah tiba. Sekarang ini petani mulai terkecoh karena petunjuk dalam kalender Jawa semakin
Rehabilitasi Hutan Bakau
Hutan Hilang, Budaya pun Berubah
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
Agroforestry
Perubahan alam seperti apa saja yang terjadi?
2 3
di perdesaan, maka sebuah pengelolaan
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Cobalah lihat box kasus 2 berikut ini.
MODUL I. Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
tak cocok dengan kenyataan karena perubahan musim. Penduduk menceritakan bahwa pada bulan keempat dalam kalender Jawa hujan harusnya sudah turun hingga petani tergoda untuk segera menanam. Petani menduga saat itulah saat untuk menanam. Tetapi, ternyata hujan hanya turun sebentar. Petani yang terlanjur menanam hanya menggigit jari karena padi yang ditanam tidak bertahan lama alias rusak karena hujan terhenti sehingga tak ada pasokan air ke sawah. Tanda-tanda alam seperti perubahan perilaku hewan dan pertumbuhan tanaman yang biasa digunakan dalam pranatamangsa juga semakin hilang dalam kehidupan mereka. Kalender pranatamangsa mengajarkan petani untuk menentukan musim tanam berdasarkan kehadiran burung srigunting. Namun, Sekarang, untuk menentukan waktu tanam, petani mengandalkan turunnya hujan semata yang kadang mengecohkan petani itu. Burung srigunting biasa memakan serangga kecil di hutan. Hutan yang telah rusak menyebabkan makanannya makin langka. Lingkungan yang berubah telah menyebabkan srigunting sulit ditemukan lagi. Kini petani telah kehilangan tanda-tanda alam. (Sumber: Kompas, Sabtu, 19 Januari 2008, hal. 22)
Gambar 3. Solidaritas dalam mengolah SDA/lahan oleh suku Bobongko, Sulawesi Tengah. © Sundjaya
26 | Manual Pelatihan
1
MODUL
pada nelayan dan petani padi saat
seorang fasilitator atau perencana program
paceklik. Di desa, kemiskinan biasanya
PSDA membutuhkan pemahaman tentang
terkait dengan penguasaan modal/aset
permasalahan sosial budaya setempat
dan alat-alat produksi, misalnya buruh
yang saling terkait dengan SDA yang akan
tani tanpa lahan. Kondisi miskin juga
dikelola. Beberapa faktor tersebut antara
sangat dinamis dan banyak ditentukan
lain:
faktor-faktor di luar desa. Orang desa
1). Kemiskinan.
yang semula tidak miskin karena
manfaatkan beralih pada pihak lain,
menyebabkan kerusakan SDA. Sebagian
misalnya oleh perusahaan pemegang
lainnya menganggap kerusakan SDA
ijin konsesi perikanan atau perkebunan.
justru menyebabkan penduduk desa
Oleh karenanya, sulit mengukur
menjadi miskin. Faktor-faktor penyebab
kemiskinan dan mengidentifikasi siapa
kemiskinan tak berdiri sendiri, tapi
orang miskin hanya berdasarkan satu
saling terkait. Kemiskinan adalah kondisi
faktor. Namun, masyarakat biasanya
ketidakberdayaan secara ekonomi, sosial
memiliki pengetahuan kolektif tentang
budaya dan politik. Ada pula kondisi
kategori miskin di desa mereka.
Perlindungan Satwa Liar
7
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
| 27
5 6
Pertanyaan penting tentang kemiskinan: Apa saja kategori kemiskinan di desa setempat? Siapa saja mereka? Bagaimana kondisinya? Apa saja penyebab kondisi miskin di desa setempat? pengaruh dalam masyarakat atau akibat faktor luar? Apakah terkait dengan kondisi SDA? Apakah terkait dengan penguasaan (tenurial) atas SDA? Atau terkait kebijakan pemerintah? Pada saat (musim) seperti apa kondisi miskin di desa paling dirasakan masyarakat? Bagaimana ‘orang atau keluarga miskin’ memenuhi kebutuhan hidup mereka? Penghasilan dan pola konsumsi mereka? Bagaimana masyarakat bersikap terhadap kondisi miskin di desa setempat? Apa saja program yang dilakukan untuk mengatasi kemiskinan? Bagaimana hasilnya?
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
Agroforestry
kemiskinan penduduk di desa
Rehabilitasi Hutan Bakau
kondisi miskin karena SDA yang mereka
4
mata uang. Sebagian orang menilai
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
mampu mengolah SDA, bisa jatuh pada
2 3
Kemiskinan dan SDA bagai dua sisi
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Sebelum bekerja bersama masyarakat,
1
miskin yang bersifat musiman, misalnya
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
III.1. Faktor Sosial Budaya dalam PSDA
MODUL I. Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
2). Tenurial.
pertambangan. Oleh karenanya, sebuah
Secara sederhana, tenurial adalah
program PSDA perlu mengidentifikasi
segala hal terkait dengan penguasaan
secara mendetail persoalan tenurial
dan kepemilikan (lahan/SDA). Masalah
ini. Hal yang perlu diidentifikasi antara
tenurial biasanya muncul karena ada
lain: Sistem tenurial sering sangat
dua pihak atau lebih yang memiliki klaim
menentukan akses atau kemampuan
atau hak atas SDA yang sama sehingga
seseorang dalam menerima manfaat dari
menimbulkan konflik atau sengketa.
SDA yang dikelola. Contoh: bagaimana
Konflik tenurial bisa juga terjadi di dalam
bantuan bibit pohon bisa dimanfaatkan
masyarakat desa atau antardesa. Masalah
oleh penduduk yang tak punya lahan?
tenurial lainnya adalah kesenjangan
Atau ia hanya menjadi penyewa lahan
dalam pemilikan SDA, misalnya petani
orang lain?
Pertanyaan penting tentang tenurial: Objek: Apa saja jenis SDA yang dikuasai atau dimiliki? Misalnya: tanah, pohon, lokasi penangkapan ikan, hutan, sarang lebah, sumber mata air, bahan galian, dsb. Apa status kawasan di mana SDA itu berada? Hutan lindung? Kawasan konservasi? Areal konsesi perusahaan, dsb. Aktor: Siapa saja pihak yang memiliki hak atas SDA? Apakah individual, perusahaan, negara, kelompok/suku/keluarga/dsb? Bagaimana penguasaan atau kepemilikan itu diperoleh? Misal: keputusan adat, jual beli, sewa, gadai, pinjam pakai, ijin pemerintah (konsesi), warisan, dsb. Akses terhadap manfaat: Siapa saja yang memperoleh manfaat dari SDA? Misal: pemegang hak, pekerja/buruh tani, perantara, pemerintah (pajak/retribusi), pedagang, dsb? seberapa besar manfaat yang diperoleh masing-masing pihak? Bagaimana konflik tenurial selama ini terjadi? Bagaimana cara penyelesaiannya (pengadilan,sidang adat, mediasi, dibiarkan, dsb)? Bagaimana hasilnya?
pemilik lahan, petani penggarap, buruh
3). Nilai tukar hasil SDA.
tani yang bekerja dengan imbalan upah.
Nilai tukar hasil pemanfaatan SDA
Tenurial juga berlaku pada wilayah
oleh masyarakat desa seringkali tak
laut, hutan mangrove, atau lokasi
sesuai dengan kebutuhan mereka.
28 | Manual Pelatihan
1
MODUL
makanan olahan, mengemas atraksi
ekowisata, atau membuat kerajinan. Namun, analisis ekonomi yang lebih
jika beberapa kegiatan peningkatan penghasilan (Income Generating Activities/IGA) terhenti pada tahap
1
lengkap seringkali terabaikan. Tak heran
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
produksi atau menghasilkan produk. Kalaupun hingga dipasarkan, tidak berlangsung lama.
Di desa, pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin biasanya masih cukup
tapi juga memiliki peran-peran tertentu dalam pengelolaan SDA. Sedangkan
4
dalam urusan domestik (rumahtangga),
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
ketat. Perempuan tak hanya bekerja
Agroforestry
4). Gender.
2 3
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Pertanyaan penting tentang nilai tukar SDA: Apa saja komoditas yang dihasilkan masyarakat? Bagaimana dimanfaatkan (konsumsi sendiri, dijual, barter)? Bagaimana komoditas dihasilkan? Berapa investasi/modal yang dikeluarkan? Rantai komoditas: ke mana produk/ komoditas didistribusikan? Siapa saja yang terkait dalam distribusi? Bagaimana posisi masyarakat dalam rantai komoditas ini? Siapa yang menentukan harga atau nilai tukar bagi masyarakat? Mengapa? Pengembangan nilai tukar: bagaimana ketersediaan bahan baku dan alat produksi, manajemen kerja, infrastruktur untuk distribusi produk, pangsa pasar, serta kemampuan dalam mengelola pendapatan.
lelaki lebih banyak menjadi pengambil
lain, akses pasar yang sulit, komoditas
mereka dianggap tergantung pada
berupa bahan mentah/bukan olahan,
lelaki, terutama yang telah menikah
atau ketergantungan pada perantara/
dan memiliki anak. Padahal, perempuan
tengkulak yang terlalu tinggi. Program
juga sering menjadi penentu dalam
PSDA sering pula memilih strategi
memutuskan jenis tanaman apa yang
peningkatan nilai tambah bagi produk
akan ditanam. Bahkan ikut mencari
yang dihasilkan, misalnya pengolahan
penghasilan untuk keluarga. Mereka juga
hasil pertanian dan perkebunan menjadi
lebih memahami kebutuhan ekonomi
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 29
7
SDA seringkali terabaikan karena
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
berlimpah, persaingan dengan tempat
Perlindungan Satwa Liar
dan kemampuan perempuan tentang
5 6
Hal ini bisa disebabkan karena panen
Rehabilitasi Hutan Bakau
keputusan dalam keluarga. Pengetahuan
MODUL I. Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
Pertanyaan penting tentang gender: Apa saja aktivitas yang dilakukan kelompok perempuan dan lelaki di desa? Apa saja bentuk kegiatan perempuan dan lelaki yang terkait dengan PSDA? Berapa waktu yang dihabiskan perempuan dan lelaki pada tiap jenis aktivitas (dalam rumah dan di luar rumah)? Siapa pengambil keputusan dalam urusan rumah tangga, kegiatan ekonomi, dll? Bagaimana keputusan dibuat (termasuk dalam PSDA)? Hal atau norma apa saja yang diajarkan pada perempuan dan lelaki? Adakah perbedaannya? Pengetahuan apa saja yang dimiliki perempuan dan lelaki terkait SDA? Bagaimana sikap anggota keluarga terhadap peran perempuan dalam kegiatan di luar rumah? Misal: penjadi KPMD, ketua TPK, ikut rapat desa, ikut pelatihan di kota, dsb? Bagaimana sikap perempuan terhadap peran mereka dalam masyarakatnya? keluarga, seperti kebutuhan pangan,
individu maupun kelompok. Contohnya
kayu bakar, Meski demikian, peran
pengetahuan tentang: jenis atau varietas
perempuan dalam PSDA juga perlu
tanaman dan kegunaannya, sumber air,
mempertimbangkan kultur di dalam
musim, penanggulangan hama, satwa
masyarakatnya. Tak semua masyarakat
dalam hutan, sejarah pengelolaan SDA,
memiliki toleransi terhadap keterlibatan
lokasi ikan, dsb. Makna pengetahuan
perempuan pada kegiatan tertentu.
lokal jauh lebih luas ketimbang istilah
Kondisi seperti ini perlu diperhatikan
‘kearifan tradisional’ yang berkesan statis
ketika mendorong partisipasi
atau kurang adaptif terhadap perubahan.
perempuan dalam program PSDA di
Tak selalu yang bersifat ‘tradisional’
desa.
mampu mengatasi persoalan SDA dan lingkungan dengan baik, atau selaras
5). Pengetahuan lokal.
dengan aspek pelestarian. Pengetahuan
Pengetahuan lokal bersifat kultural yang
lokal terus berkembang, bisa merupakan
terbentuk melalui proses belajar dengan
hasil penggabungan antara pengalaman
cara pengamatan, ujicoba, praktek
dalam masyarakat dengan pengetahuan
dan penyebarannya pada orang lain.
dari orang luar. Sebaiknya jangan terlalu
Pengetahuan lokal tersimpan dalam
terfokus pada pemisahan antara sifat
fikiran penduduk setempat, baik secara
tradisional atau modern dalam memahami
30 | Manual Pelatihan
1
MODUL
Konflik manusia dengan satwa terjadi ketika salah satu atau keduanya
menerima kerugian materil maupun jiwa. Konflik dengan satwa biasa terjadi dengan masyarakat yang berbatasan dengan hutan atau habitat satwa. Jenis
1
satwa yang sering terlibat konflik adalah gajah, harimau, orangutan, beberapa
hewan lain yang umumnya endemik
berkecimpung dalam menangani konflik
memberi pedoman bagi seseorang atau
“mana lebih penting, menyelamatkan
masyarakat dalam menanggapi persoalan
hewan atau perut [nasib] petani”. Hal
SDA dan lingkungan dengan baik. Ingat,
ini disebabkan persepsi petani yang
cukup banyak orang desa yang muncul
menganggap satwa tersebut adalah
sebagai inovator yang manfaatnya
pengganggu sekaligus ancaman bagi
dirasakan masyarakatnya.
keselamatan mereka. Sementara pihak
7
| 31
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
Perlindungan Satwa Liar
Pertanyaan penting tentang konflik satwa: Apa saja jenis satwa yang dilindungi di sekitar desa? Apa saja pengetahuan dan persepsi masyarakat tentang satwa (liar) di sekitar mereka? Dari mana mereka memperoleh pengetahuan tentang satwa-satwa tersebut? Bagaimana kaitan satwa-satwa tersebut dengan kehidupan mereka? Ada manfaatnya? Apa saja yang dilakukan masyarakat dalam habitat satwa? Berburu, mencari kayu, membuat kebun, dsb? Di mana lokasi terjadinya konflik dengan satwa? Apa dampak yang diterima masyarakat akibat konflik dengan satwa? Bagaimana konflik dengan satwa diselesaikan? Bagaimana hasilnya?
5 6
pada pertanyaan dari masyarakat, yaitu:
Rehabilitasi Hutan Bakau
adalah seberapa jauh pengetahuan
4
satwa-manusia ini sering dihadapkan
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
pengetahuan lokal. Hal paling penting
Agroforestry
dan dilindungi UU. Mereka yang
2 3
jenis monyet atau kera, beruang, atau
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Pertanyaan penting tentang pengetahuan lokal: Pengetahuan tentang apa saja yang terkait dengan PSDA? Siapa saja yang menguasai pengetahuan tersebut (individu atau kelompok)? Dari mana sumber pengetahuan diperoleh? Bagiamana diperoleh? Pada situasi seperti apa pengetahuan itu dipraktekkan? Bagaimana hasilnya? Apakah ada pengetahuan lokal dilembagakan sebagai bagian dari adat, peraturan desa, dsb?
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
6). Konflik dengan satwa
MODUL I. Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
lain menilai justru masyarakat yang
motivasi dan komitmen tiap individu dalam
telah mengambil habitat tempat satwa
waktu tertentu, bukan dari kehadiran
hidup, lalu menjadikannya sebagai lahan
atau keberadaan mereka pada kegiatan-
pertanian.
kegiatan yang dilakukan. Akan tetapi, tanpa partisipasi masyarakat, kegiatan
III.2. Prinsip Dasar
yang direncanakan dan dilaksanakan
Setidaknya ada tiga prinsip dasar sebagai
biasanya menjadi tidak efektif dan mudah
landasan dalam menjalankan program PSDA
putus di tengah jalan. Mereka cenderung
di desa, yaitu:
kurang peduli dan menjadi tidak merasa
1). Peran serta masyarakat.
bertanggungjawab atas hasil kegiatan.
Asumsi: Semakin tinggi peran masyarakat (baca: partisipatif) dalam PSDA, maka hasil-hasil
2). Pemanfaatan potensi lokal.
kegiatan akan semakin berkelanjutan.
Asumsi: semakin banyak potensi lokal yang
Partisipasi yang dianggap mampu
dimanfaatkan dalam kegiatan PSDA, maka
pendukung PSDA memang sulit untuk
masyarakat akan lebih memiliki kapasitas untuk
diukur karena sangat tergantung pada
mandiri karena tak terlalu tergantung pada pihak lain di luar desa. Potensi lokal adalah segala bentuk material dan non-material di dalam desa yang dapat memberi kontribusi bagi pengelolaan SDA. Wujud potensi material misalnya: ketersediaan dan kondisi lahan, aneka jenis tanaman, bebatuan dan bahan mineral, sungai, dan sebagainya. Adapun potensi non-material misalnya: solidaritas dalam masyarakat, sikap saling percaya, pengetahuan lokal tentang SDA, aturan dan lembaga lokal/adat, aktor-aktor yang mampu dan mendukung kegiatan,
Gambar 4. Contoh rumah masyarakat miskin yang kehidupannya bergantung pada SDA © foto Sunjaya 2011
32 | Manual Pelatihan
peran aktif perempuan serta mental
1
MODUL
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
kerja keras masyarakat. Pemanfaatan dan pengembangan potensi lokal di desa ikut menentukan kemandirian masyarakat dalam
1
PSDA, misalnya: membuat kebun bibit di desa untuk proyek penanaman, bukan membeli bibit dari luar.
3). Pendampingan
2 3
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Asumsi: Masyarakat desa tidak selalu memiliki kemampuan mengatasi persoalan tersebut karena persoalan SDA kadang bersifat kompleks
Agroforestry
dan terkait dengan faktor luar desa. Masyarakat desa tidak selalu mampu mengembangkan kegiatan secara mandiri.
4
dan pengelolaan SDA seringkali bersifat kompleks atau rumit, maka bantuan teknis atau pendampingan oleh petugas khusus yang menguasai bidangnya menjadi
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
Mengingat masalah-masalah lingkungan
Gambar 5. Contoh masyarakat yang telah mengelola dan memanfaatkan SDA dengan arif dan bijaksana © foto Aqbar Digdo 2011
bersama masyarakat memungkinkan
pertanian, biogas, pembangunan mikro-
masalah mendesak dapat segera ditangani
hidro, rehabilitasi terumbu karang atau
sebelum berkembang menjadi lebih
pengendalian erosi.
rumit. Namun, pendampingan tetap
Perlindungan Satwa Liar
ekowisata, pengolahan dan pemasaran hasil
5 6
menyediakan petugas khusus yang tinggal
Rehabilitasi Hutan Bakau
sangat penting, misalnya dalam kegiatan
perlu mengedepankan peran masyarakat
bagus namun pada akhirnya terhenti di
kapasitas yang efektif melalui pelatihan dan
tengah jalan karena masyarakat dibiarkan
pendidikan perlu diberikan.
7
dalam bertindak. Untuk itu, peningkatan
bekerja sendiri dalam pelaksanaannya. Pendampingan teknis, apalagi dengan
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
Banyak kegiatan di desa yang sesungguhnya
| 33
MODUL I. Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
INGAT Di beberapa tempat, masyarakat tak selalu punya kemampuan untuk mandiri dalam memahami dan mengatasi persoalan lingkungan atau sumberdaya alam. Oleh karena itu, pada situasi tertentu pendampingan dan dukungan pihak lain tetap diperlukan. Ada masyarakat yang: • Tidak tahu akar masalah SDA yang mereka hadapi, sehingga tak tahu cara penyelesaiannya; • Tahu akar masalahnya, namun tak tahu cara penyelesaiannya; • Tahu akar masalah dan penyelesaiannya, namun tak ada dukungan, baik dari masyarakatnya sendiri maupun pihak lain. Contoh hal ini: tak ada keswadayaan, terjadi konflik, cara penyelesaian masalah bertentangan dengan adat istiadat, atau kebijakan pemerintah tak sejalan. III.3. Masalah Dalam Pengembangan Program
pekerjaannya.
Masyarakat menganggap ada
1). Kesiapan masyarakat dan pendamping.
resiko yang akan muncul namun
Program pengelolaan SDA oleh masyarakat
mereka belum yakin akan mampu
desa sering kali tidak berjalan baik karena
mengatasinya, misalnya: kerugian ketika
masyarakat desa belum siap menerima
sebuah produk yang dihasilkan dari
gagasan tersebut. Penyebabnya antara lain:
program ternyata tak laku dipasaran.
Komunikasi antara perencana program dengan masyarakat yang tidak efektif.
Bukan hanya masyarakat, adakalanya
Masyarakat belum sepenuhnya
pendamping juga belum siap untuk
memahami tujuan program namun
menjalani perannya di masyarakat.
dipaksakan untuk dijalankan.
Ketidaksiapan tersebut bisa disebabkan
Masyarakat belum berani
mental dan perbedaan budaya dari
mengorbankan waktu dan tenaganya
pendamping, tidak terbiasa hidup lama
untuk terlibat dalam program, misalnya:
di masyarakat, pengetahuan dan keahlian
kegiatan yang direncanakan ternyata
pendamping tentang aktivitas yang
berbarengan dengan masa tanam
dikembangkan sangat terbatas, dan
atau panen. Partisipasi masyarakat
sebagainya.
menjadi sedikit karena sibuk dengan
34 | Manual Pelatihan
1
MODUL
Kesalahan dalam merencanakan program
aktivitas yang akan dijalankan, tapi harus
juga bisa terjadi. Hal seperti itu dapat
mempertimbangkan:
disebabkan oleh:
Kesalahan dalam mengidentifikasi
Berapa lama akan dilakukan? Kapan
akar masalah, sehingga kegiatan
hasilnya akan tercapai?
yang diusulkan tidak mengarah pada
membutuhkan dana? berapa banyak
Terburu-buru dalam mengidentifikasi
yang diperlukan? Bagaimana dana
masalah karena waktu yang tersedia
dialokasikan? Dari mana dana
tidak memadai;
didapatkan: apakah swadaya, bantuan
Salah mengidentifikasi aktor-aktor kunci
pemerintah atau lembaga lain, atau
yang terkait dengan masalah atau yang
kemitraan dengan masyarakat?
Tenaga: Pengetahuan dan keahlian
menyeluruh, atau tdak melihat
kegiatan? Siapa saja orang-orang yang
keterkaitannya dengan faktor-faktor
memenuhi persyaratan tersebut? Apa
lain, terutama dalam pengembangan
insentif atau imbalan (tak selalu berupa
ekonomi alternatif dan ekowisata.
uang) yang mereka dapatkan dan
peran dan tugas mereka dapat
memadai
dipertanggungjawabkan?
Perlindungan Satwa Liar
Yang dimaksud dengan pengorganisasian
dan terencana untuk memberdayakan
Salah satu penentu keberhasilan PSDA
dan memanfaatkan berbagai faktor atau
adalah dukungan kebijakan pemerintah.
hal yang dibutuhkan program. Faktor-
Ada beberapa situasi di mana kebijakan
faktor tersebut misalnya: waktu, dana, dan
pemerintah, baik pusat maupun daerah,
tenaga yang akan mendukung tercapainya
berpengaruh terhadap kegagalan sebuah
tujuan program. Sebuah rencana kegiatan
program:
| 35
7
4). Kebijakan tak mendukung
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
kegiatan adalah upaya-upaya sistematis
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
5 6
3). Pengorganisasian kegiatan tidak
Rehabilitasi Hutan Bakau
bagaimana itu diberikan? Bagaimana
4
seperti apa yang dibutuhkan dalam
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
Identifikasi masalah tidak bersifat
Agroforestry
penyelesaian dan tidak tepat sasaran;
berpotensi mendukung kegiatan;
Dana: Apakah seluruh kegiatan
2 3
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Waktu: kapan kegiatan dilakukan?
1
(workplan) tak sekedar menyusun aktivitas-
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
2). Perencanaan yang lemah.
MODUL I. Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
Institusi pemerintah yang terkait
No. 75 tahun 2005 tentang Pemerintahan
dengan program tidak dilibatkan dalam
Desa mendefinisikan: Desa atau yang
proses perencanaan;
disebut dengan nama lain, selanjutnya
Ada alasan tertentu bagi pemerintah
disebut desa, adalah kesatuan masyarakat
untuk tidak mendukung program.
hukum yang memiliki batas-batas wilayah
Bisa saja efek dari pilkada, pemilihan
yang berwenang untuk mengatur dan
kepala desa atau konflik antara instansi
mengurus kepentingan masyarakat setempat,
pemerintah dengan desa bersangkutan;
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat
Program atau kegiatan dianggap tidak
setempat yang diakui dan dihormati dalam
sesuai dengan kebijakan atau rencana
sistem Pemerintahan Negara Kesatuan
pembangunan dari pemerintah,
Republik Indonesia. Dalam tata pemerintahan
misalnya berada di dalam kawasan
di Indonesia, desa merupakan wilayah
lindung atau konservasi, atau lokasi
administratif pemerintahan terkecil yang
SDA yang akan dikelola akan telah
dapat menjalankan kegiatan-kegiatan
direncanakan untuk kegiatan lain oleh
pembangunan bagi masyarakatnya. Oleh
Pemda setempat sesuai Rencana Tata
karenanya, UU No. 32 tahun 2004 tentang
Ruang Wilayah (RTRW).
Pemerintahan Daerah juga mengatur adanya Pemerintahan Desa yang terdiri dari
III.4. Merencanakan PSDA di Desa
Kepala desa dan Badan Permusyawaratan
Semua bersumber dari rencana. Program
Desa (BPD).
PSDA, terutama yang ditawarkan dari luar masyarakat seperti PNPM-LMP,
Secara sosiologis desa, atau sebutan lainnya,
membutuhkan perencanaan yang baik
merupakan sebuah kehidupan sosial yang
bersama masyarakat setempat. Namun,
dinamis, di mana penduduknya saling
seorang pendamping perlu memahami dulu
berinteraksi, menerapkan sistem kehidupan
karakteristik umum dari masyarakat (desa)
sosial/adat istiadat/norma-norma tertentu,
sebelum menjalankan tugas.
dan melakukan berbagai kegiatan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, baik
II.4.1. Desa: Sebuah Kehidupan Sosial Pasal 1 ayat (5) Peraturan Pemerintah RI
36 | Manual Pelatihan
sebagai individu maupun kelompok.
1
MODUL
transportasi, dan hubungan sosial
kekerasan), negosiasi dengan mediator/
dengan orang luar telah mempengaruhi
penengah, gugatan hukum (sidang
perubahan sosial di desa. Kini, sulit
adat/pengadilan), atau dibiarkan hingga
menemukan desa yang benar-benar
terlupakan. Konflik dapat dikelola dan
terisolir dan tak terhubung dengan
dihindari.
Perlindungan Satwa Liar
dunia luar. Tak ada yang dapat mengukur Peran individu: Masyarakat terdiri
terjadi, atau sebuah kondisi sosial di desa
dari individu-individu yang memiliki
bisa bertahan. Perubahan bisa terjadi
pengetahuan, pemahaman, kemampuan
setiap saat.
dan kepentingan berbeda-beda.
terjadi dalam berbagai hal. Mulai dari
menyebabkan kegagalan dalam sebuah
yang sederhana hingga yang sangat
program PSDA atau konservasi lingkungan
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 37
7
Mengabaikan peran individu sering
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
seberapa lama perubahan sosial bisa
b. Konflik: Konflik adalah hal lumrah dan
5 6
dari konfrontasi (kadang menggunakan
Rehabilitasi Hutan Bakau
komunikasi, sarana dan prasarana
Agroforestry
Penyelesaian konflik juga beragam, mulai
4
a. Dinamika sosial: Perkembangan teknologi
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
dan penyebabnya yang beragam.
2 3
masyarakat desa adalah:
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
rumit karena melibatkan banyak pihak
1
Hal lain yang perlu dipahami tentang
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
Beberapa ciri sosial yang masih menonjol pada kebanyakan masyarakat perdesaan di Indonesia antara lain: Penduduknya masih terikat dalam hubungan kekerabatan, baik berdasarkan garis keturunan maupun perkawinan. Kehidupan, terutama ekonomi, yang sangat bergantung pada keberadaan jenis-jenis sumberdaya alam tertentu serta faktor alam lainnya seperti iklim. Sebagian norma atau pranata dalam kehidupan masih diterapkan sebagai adat istiadat, meski sedikit banyak telah mengalami perubahan dan penyesuaian. Beberapa kegiatan masih dilakukan secara kolektif (bersama) karena ketergantungan satu sama lain yang masih tinggi, misalnya gotong royong. Pembagian kerja berdasarkan gender atau jenis kelamin dan status sosial cenderung masih ketat, terutama dalam kegiatan ekonomi dan ritual adat. Alam seringkali memiliki nilai budaya bagi sebagian masyarakat desa. Kedekatan mereka dengan alam terlihat dalam sistem kepercayaan, adat istiadat atau ritual dalam pemanfaatan SDA.
MODUL I. Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
Gambar 6. Contoh kearifan masyarakat perdesaan dalam melndungi sumber mata air © foto Frans Harum 2011
(Agrawal dan Gibson, 1999). Mem-fasilitasi
bentuk, tujuan dan tahapan kegiatannya.
masyarakat berarti pula menggiring
Kegiatan sosialisasi ini terutama dilakukan
kepentingan-kepentingan individu ke dalam
dalam program-program yang datang
tujuan dan rencana kerja bersama.
dari lembaga atau organisasi di luar desa. Biasanya sosialisasi dilakukan dengan cara
III.4.2. Tahap Perencanaan
pertemuan khusus dengan berbagai pihak,
Secara khusus, langkah-langkah sederhana
individu atau organisasi, yang memiliki
yang dapat dilakukan dalam merencanakan
keterkaitan dengan program yang akan
PSDA adalah:
dijalankan.
1. Sampaikan, Apa Tujuan Program
Mengingat kegiatan pengelolaan
Sosialisasi atau pemaparan program adalah
sumberdaya alam dan lingkungan seringkali
kegiatan awal untuk menyampaikan
berkaitan pula dengan peraturan atau
38 | Manual Pelatihan
1
MODUL
lengkap dan sesuai, misalnya: tentang lokasi,
Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Kantor
tentang jenis tanaman, kondisi tanah atau
Lingkungan Hidup di daerah, Dinas
lahan, tingkat ketergantungan masyarakat
Kehutanan, Dinas Kelautan dan Perikanan,
terhadap sumberdaya alam, nilai-nilai
Dinas Pertanian, Balai Konservasi dan
ekonomi sumberdaya alam yang sudah
Sumber Daya Alam (BKSDA) di propinsi, dan
dimanfaatkan, kepemilikan atas SDA dan
sebagainya.
sebagainya.
2. Kumpulkan Informasi, Pahami
Informasi, data, atau pengetahuan dapat
Masalahnya
diperoleh dari pengetahuan masyarakat
Sebelum menyusun program, masyarakat
desa, buku atau terbitan, ahli khusus,
maupun pendamping perlu memahami
dan sebagainya. Pengumpulan informasi
persoalan yang akan ditangani. Kumpulkan
dan memahami masalah dapat dilakukan
informasi atau data sebagai bahan atau
dengan cara:
masukan dalam pembuatan usulan kegiatan, misalnya: masalah pengelolaan hutan desa,
Agroforestry
tersebut, misalnya: Badan Perencanaan
4
dll. Informasi, pengetahuan, atau data yang
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
dinas-dinas yang berkaitan dengan program
2 3
atau pemanfaatan sumberdaya hutan bakau,
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
juga disampaikan kepada instansi atau
1
sumber air, penanganan banjir atau erosi,
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
kebijakan pemerintah, sebaiknya sosialisasi
a. Pemetaan
dihasilkan juga bisa sangat sederhana,
alam dan permasalahan lingkungannya,
Perlindungan Satwa Liar
seperti sketsa yang berisi lokasi sumberdaya
5 6
cara yang sangat mudah. Peta yang
Rehabilitasi Hutan Bakau
Pemetaan dapat dilakukan dengan cara-
batas-batasnya, lokasi lahan masyarakat,
khusus lainnya seperti lokasi upacara adat,
Informasi tersebut dapat diperoleh Gambar 7. Contoh aktifitas masyarakat perdesaan yang tidak arif dalam memanfaatkan SDA © foto Frans Harum 2011
berdasarkan pengetahuan masyarakat
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 39
7
lokasi longsor dan banjir, dan sebagainya.
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
lahan tidur, sungai, atau tempat-tempat
MODUL I. Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
desa sendiri. Yang pasti, pemetaan harus
dan memahami suatu persoalan lingkungan
dilakukan secara langsung ke lokasi
atau sumberdaya alam yang dihadapi desa.
sumberdaya alam.
Caranya, dengan mengumpulkan sebagian warga desa yang dianggap mewakili
Pemetaan yang lebih akurat, tepat
kelompok-kelompok masyarakat yang
dan lengkap dapat dilakukan dengan
ada, misalnya: petani, nelayan, pemburu,
menggunakan GPS untuk menentukan titik
kelompok perempuan, pendidik (guru),
dan koordinat di mana sumberdaya alam
tokoh agama, kepala dusun, dan lain-lain.
berada. Hal ini dapat dilakukan dengan
Bisa dilakukan dengan metode PRA atau
meminta bantuan LSM atau lembaga
diskusi kelompok sederhana.
lain yang memiliki pengalaman dalam melakukan pemetaan.
Kegiatan yang dapat dilakukan dalam pertemuan kampung antara lain:
Kegiatan
Tujuan
Penilaian manfaat
mencari manfaat apa saja yang bisa diperoleh masyarakat desa dari adanya SDA di desa.
Penilaian ancaman
mencari hal-hal yang dianggap dapat mengurangi dan menghilangkan manfaat dari SDA, atau hal-hal yang dapat membawa kerugian akibat hilang/rusaknya SDA tersebut.
Penilaian pelaku atau pihak terkait
mencari dan memahami pihak-pihak (individu, lembaga atau perusahaan) yang berkepentingan dengan SDA dan pengelolaannya, langsung maupun tak langsung. Para pelaku/pihak terkait ini sering disebut sebagai ‘stakeholder’.
Daftar penyelesaian masalah
hal-hal yang diyakini sebagai jalan keluar atau cara menyelesaikan persoalan dalam PSDA, misalnya: penerapan sanksi adat atau peraturan desa, patroli laut, membuat daerah-daerah perlindungan, penanaman lahan kritis, pengembangan agroforestri, pengaturan hewan ternak, mengembangkan pupuk organik dan sebagainya.
b. Pertemuan Masyarakat
3. Susunlah Rencana Kegiatan
Pertemuan masyarakat atau musyawarah
Bersama masyarakat, buat prioritas kegiatan
desa merupakan cara yang paling sering
dari daftar penyelesaian masalah di atas.
dilakukan untuk mengumpulkan informasi
Prioritas tersebut dapat menjadi usulan
40 | Manual Pelatihan
1
MODUL
Intinya, apa yang direncanakan sebaiknya
PSDA oleh masyarakat memang sulit karena
sesuai dengan problem SDA dan lingkungan
membutuhkan berbagai kondisi dalam
yang dihadapi. Bukan sebagai cara untuk
rentang waktu tertentu. Kita bisa saja
mendapatkan bantuan dana. Bukan pula
menilai bahwa kegiatan oleh masyarakat
program yang hanya sesuai keinginan
memiliki keberlanjutan ketika berjalan dua
individu tertentu sehingga tidak mengatasi
atau lima tahun. Namun, siapa yang dapat
persoalan yang dihadapi bersama.
menjamin saat menginjak tahun keenam
Salah satu penyebab kegagalan program
penyelesaiannya, hingga penyusunan usulan
PSDA adalah masyarakat dan pelaksana
kegiatan saling terkait, sebagaimana alur
kegiatan tak mampu menciptakan
yang tergambar berikut ini:
kelembagaan untuk memelihara hasil-hasil
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
ALUR PROSES DALAM PERENCANAAN KEGIATAN PSDA DI DESA
4
Identifikasi pelaku/pihak terkait
Buatlah Rencana Kerja dan Usulan Kegiatan
Perlindungan Satwa Liar
Carilah cara penyelesaian masalah SDA/ Lingkungan
yang dicapai (Acheson, 2006). Kelembagaan
Ini adalah upaya yang tak kalah penting,
dimaksud bukan sekedar sebuah
yaitu menjaga keberlanjutan kegiatan
organisasi atau kelompok, melainkan
| 41
7
4. Peliharalah hasil kegiatan
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
Pemetaan SDA dan kondisi lingkungan
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
5 6
Penilaian ancaman terhadap SDA
Kumpulkan informasi dan pahamilah masalah SDA di desa
Rehabilitasi Hutan Bakau
Penilaian manfaat dan potensi SDA
Agroforestry
informasi, mengenali masalah, cara
2 3
Dengan demikian, tahap pengumpulan
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
situasinya justru berbalik?
1
PSDA. Menciptakan keberlanjutan program
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
kegiatan dalam PNPM-LMP atau PSDA.
MODUL I. Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
Beberapa situasi yang mempengaruhi keberlanjutan kegiatan PSDA di masyarakat: Masyarakat tak merasa memiliki program karena tak terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan kegiatan; Masyarakat (pada akhirnya, di tengah jalan) menyadari bahwa program yang mereka usulkan dan jalankan tidak memberi manfaat sebagaimana yang mereka bayangkan; Tak ada pendampingan intensif dalam jangka waktu cukup lama, di mana masalah yang dihadapi tak mampu ditangani masyarakat; Muncul konflik yang tak terselesaikan di antara para pelaksana kegiatan atau di antara penerima manfaat program; Tak ada peningkatan kapasitas bagi masyarakat sesuai kebutuhan program; Muncul faktor eksternal yang tak terfikirkan sebelumnya, dan masyarakat tak mampu mengatasinya, misalnya: perubahan iklim, bencana alam, gejolak politik dan keamanan; Ada kebijakan sektoral yang tak konsisten dan menghambat jalannya program, misalnya: pemerintah mengeluarkan ijin pertambangan di dekat lokasi ekowisata, atau konversi areal persawahan menjadi pabrik padahal petani setempat tengah mengembangkan pupuk organik. sebuah mekanisme di mana aturan, cara
membangun kesepakatan untuk mengelola
pengambilan keputusan, kepemimpinan,
hasil kegiatan, menentukan aturan, memilih
serta hak dan tanggungjawab disepakati
individu yang memiliki kemampuan dan
dan dijalankan bersama. Salah satu contoh
kepemimpinan, serta mengembangkan
kelembagaan ini adalah kesepakatan
kerjasama dengan pihak lain.
masyarakat yang dijadikan hukum adat atau Peraturan Desa (perdes).
Dalam PNPM-LMP dimungkinkan untuk membentuk kelompok pemelihara kegiatan. Namun, jika hanya sebatas membentuk kelompok atau organisasi, tanpa hal-hal di atas, bukan tak mungkin keberadaan kelompok tersebut tak berlangsung lama. Untuk itu, proses sosial tetap diperlukan setelah kegiatan berjalan, meliputi:
42 | Manual Pelatihan
Gambar 8. Sumberdaya alam perdesaan yang dikelola dan dimanfaatkan dengan baik © foto Frans Harum 2011
1
MODUL
....................................................................................
perdesaan sekitar tempat tinggal anda,
................................................................................... 5. Apa saja persoalan sosial budaya dan
bagaimana kondisinya? Dan apa saja
....................................................................................
dengan PSDA? Jelaskan secara singkat.
....................................................................................
....................................................................................
....................................................................................
....................................................................................
....................................................................................
.................................................................................... ....................................................................................
2. Mengapa seorang fasilitator atau
karakteristik masyarakat desa?
masyarakat? Sebutkan pula asumsi
....................................................................................
masing-masing.
....................................................................................
....................................................................................
....................................................................................
....................................................................................
....................................................................................
....................................................................................
4
pengembangan program PSDA dengan
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
memahami persoalan SDA dan
Agroforestry
6. Apa saja prinsip-prinsip dasar dalam
pendamping PNPM-LMP perlu
2 3
ekonomi di perdesaan yang terkait
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
permasalahannya?
1
1. Sebutkan jenis-jenis sumberdaya alam di
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
Evaluasi
....................................................................................
3. Banyak kehidupan masyarakat desa
....................................................................................
sumberdaya alam bersama masyarakat di
....................................................................................
perdesaan?
....................................................................................
....................................................................................
....................................................................................
....................................................................................
sumberdaya alam dan lingkungan bagi
....................................................................................
7
masyarakat di perdesaan? .................................................................................... ....................................................................................
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
....................................................................................
4. Apa saja dampak dari kerusakan
Perlindungan Satwa Liar
saat merencanakan kegiatan pengelolaan
5 6
maksudnya.
Rehabilitasi Hutan Bakau
7. Apa saja tahapan yang dapat dilakukan
dipengaruhi faktor dari luar, jelaskan
| 43
MODUL I. Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
Daftar Pustaka Acheson, James M. 2006. “Institutional Failure in Resource Management”. Annual Review of Anthropology, vol: 35. pp:117–34. Australian National University. Agrawal, Arun and Clark C. Gibson. 1999. “Enchantment and Dischantment: the Role of Community in Natural Resource Conservation”. World Development. Vol. 27. No. 4: 629-649. Chambers, Robert. 1987. Pembangunan Desa Mulai dari Belakang. Jakarta: LP3ES. Murdiyarso, D., Dewi, S., Lawrence, D. dan Seymour, F. 2011. “Moratorium Hutan Indonesia: Batu Loncatan untuk Memperbaiki Tata Kelola Hutan?” Working Paper 77. CIFOR, Bogor, Indonesia. Winarto, Yunita T., 1998. “Hama dan Musuh Alami, Obat dan Racun: Dinamika Pengetahuan Petani dalam Pengendalian Hama”. Antropologi Indonesia. Vol. 55/XXII. Depok: Jurusan Antropologi UI. Hal. 53-68.
Unduhan http://www.forda-mof.org/files/RPI_5_Pengelolaan_Hutan_Rawa_Gambut.pdf. http://www.jurnas.com/news/45926.“Kerusakan Terumbu Karang di Indonesia Capai 31,5%”. http://sains.kompas.com/read/2009/11/27/18190192/edan.11.juta.hektar.laju.kerusakan. hutan.indonesia). “Edan! 1,1 Juta Hektar, Laju Kerusakan Hutan Indonesia”. http://www.investor.co.id/agribusiness/dikonversi-ke-industri-lahan-pertanian-di-jawa-susut600-ribu-ha/7198. “Dikonversi ke Industri, Lahan Pertanian di Jawa Susut 600 ribu Ha” http://id.berita.yahoo.com/3-25-juta-hektare-hutan-mangrove-alami-kerusakan-110344638. html. “3,25 Juta Hektare Hutan Mangrove Alami Kerusakan”.
44 | Manual Pelatihan
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
2 MODUL
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 45
MODUL 2. Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
MODUL 2.
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air I. Konsep Daerah Tangkapan Air
Undang-Undang Sumberdaya Air (No.
I.1. Pengertiaan Daerah Aliran Sungai
7/2004) mendefinisikan DAS sebagai berikut: ’DAS adalah suatu wilayah daratan yang
(DAS) DAS biasa diberi nama sesuai nama sungai
merupakan satu kesatuan dengan sungai
utamanya, satu sungai utama biasanya
dan anak-anak sungainya, yang berfungsi
memiliki puluhan anak sungai, satu anak
menampung, menyimpan dan mengalirkan
sungai memiliki puluhan anak-anak sungai.
air yang berasal dari curah hujan ke danau
Setiap anak-anak sungai memiliki anak-anak
atau ke laut secara alami, yang batas di darat
sungai lagi di wilayah hulunya. Daerah Aliran
merupakan pemisah topografi dan batas di
Sungai (DAS), sering didefinisikan:
laut sampai dengan daerah perairan yang
‘Daerah yang dibatasi oleh batas topografi
masih terpengaruh aktifitas daratan’.
(punggung-punggung bukit) dimana air hujan yang jatuh di permukaan bumi mengalir ke sungai-sungai kecil, kemudian ke sungai utama menuju ke laut’
I.2. DAS Sebagai Cekungan Peresapan dan Pengaliran Air Dilihat dari udara, permukaan bumi terdiri atas cekungan-cekungan (basin) yang
Gambar 1. DAS sebagai unit hidrologi. Sumber OWT, 2011
46 | Manual Pelatihan
2
MODUL
gaya gravitasi bumi. Aliran curah hujan yang
sungai kecil. Kumpulan aliran air yang
jatuh di permukaan bumi yang tidak sempat
berasal dari alur dan sungai-sungai kecil
meresap ke dalam tanah dan mengalir
berkembang menjadi sungai yang lebih
menuju saluran drainase (baik alami
besar dan seterusnya, hingga akhirnya
maupun buatan) disebut sebagai aliran
bermuara ke laut, danau atau penampungan
permukaan (surface run-off/overland flow).
alami/buatan lainnya.
Aliran permukaan mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah mengikuti bentuk
sebuah mangkuk air yang diletakkan dalam
cekungan permukaan bumi. Sebagian
posisi miring (Gambar 2), memiliki dua
dan pengaliran air. Pada saat terjadi hujan,
sifat fisik tanah, kelerengan dan kondisi
mangkuk, apabila mangkuknya telah penuh
4
peresapan air (infiltration). Sebagian akan
sebagian curah hujan tertampung kedalam Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
penutupannya kondusif untuk terjadinya
3
fungsi utama, yaitu sebagai penampung
akan meresap ke dalam tanah pada saat
Agroforestry
aliran permukaan, dalam perjalanannya,
terus mengalir menuju kaki-kaki bukit,
Cekungan alami, dapat diibaratkan sebagai
2
kemudian berkembang menjadi sungai-
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
hujan yang jatuh ke tanah sesuai dengan
1
membentuk alur-alur pengaliran yang
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
mengatur (mengontrol) arah aliran curah
air, maka air akan meluber.
lembah-lembah cekungan, mengumpul
Perlindungan Satwa Liar
5 6
Rehabilitasi Hutan Bakau
7
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
Gambar 2. Cekungan permukaan bumi diibaratkan sebagai mangkuk air. Sumber OWT, 2011 Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 47
MODUL 2. Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Sifat cekungan adalah menangkap,
perkotaan (built-up area) atau didominasi
meresapkan dan mengalirkan curah hujan
oleh kelerengan terjal dan batuan kedap air
(catchment area). Kondisi dan karakteristik
lebih berperan sebagai wilayah pengaliran
cekungan mempengaruhi besarnya proporsi
(drainage area) daripada peresapan air
curah hujan yang mampu meresap maupun
(recharge area).
yang mengalir sebagai aliran permukaan menuju ke laut. Cekungan yang memiliki penutupan vegetasi yang baik serta memiliki kondisi tanah dan batuan yang kondusif terjadinya peresapan air akan mampu berperan sebagai gudang air (watershed area) yang mampu menangkap curah hujan dalam jumlah besar. Sebaliknya cekungan yang telah rusak, penutupan lahannya didominasi oleh pemukiman dan
DAS biasa dibagi menjadi daerah hulu, tengah dan hilir. Karakteristik biogeofisik, daerah DAS hulu: (a) topografi terjal, berbukit dan bergunung; (b) memiliki kerapatan drainase tinggi; (c) bukan merupakan daerah banjir; (d) sungai lurus dan kecepatan alirannya tinggi; (e) biasanya didominasi oleh penutupan vegetasi alami (hutan). Karakteristik biogeofisik DAS Hilir:
Gambar 3. DAS membatasi aliran permukaan, aliran bawah permukaan dikontrol oleh struktur dan formasi geologi. Sumber OWT, 2011
48 | Manual Pelatihan
2
MODUL
(surface run-off ), DAS tidak mengontrol
sungai berkelok-kelok (meandering); (e)
aliran di bawah permukaan (sub-surface
pengaturan air diatur oleh saluran irigasi;
flow/inter-flow), maupun aliran air tanah
(f) biasanya didominasi oleh sawah dan
(groundwater flow). Kedua aliran tersebut
perkotaan. Sedangkan karakteristik DAS
dikontrol oleh struktur dan formasi geologi
bagian tengah merupakan wilayah transisi
(Gambar 3).
2
dari kedua karakteristik biogeofisik tersebut
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
rendah; (c) merupakan daerah banjir; (d)
1
DAS hanya mengontrol aliran permukaan
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
(a) topografi landai; (b) kerapatan drainase
I.3. DAS Sebagai Ekosistem
karena mempunyai fungsi perlindungan,
dimana didalamnya terdiri atas berbagai
baik dari segi tata air maupun tata tanah
komponen ekosistem, yang memiliki
terhadap keseluruhan bagian DAS. DAS
keterkaitan dan ketergantungan satu
hulu sering menjadi fokus perencanaan
sama lain. Komponen utama ekosistem
konservasi dan rehabilitasi DAS.
DAS adalah vegetasi, tanah dan air serta
Agroforestry
DAS dapat dipandang sebagai ekosistem,
3
DAS hulu merupakan bagian terpenting,
4
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
seluruh makluk hidup yang ada di dalamnya,
Perlindungan Satwa Liar
5 6
Rehabilitasi Hutan Bakau
7
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
Gambar 4. Satu DAS terbagi kedalam banyak Sub-DAS. Sumber OWT, 2011
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 49
MODUL 2. Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
termasuk satwa dan manusia. Manusia
aktifitas manusia, (b) untuk menganalisa
bisa menjadi perusak maupun pelestari
kegiatan on-site di hulu dan dampak atau
sumberdaya alam di dalam ekosistem
manfaatnya secara off-site di hilir,
DAS yang sangat berpengaruh terhadap karakteristik sebuah DAS.
I.4. Konsep Daerah Tangkapan Air (DTA) DAS mencakup seluruh cekungan dimana
Memperhatikan uraian di atas batas DAS
sungai utama mengalir. Bagian cekungan
sangat penting untuk (a) melihat dan
yang dialiri anak sungai dari sungai utama
mengalisa keterkaitan dan ketergantungan
disebut Sub-DAS, misalnya Sub-DAS
antara daerah hulu dan hilir, antara berbagai
Cikapundung yang terletak di sekitar
komponen ekosistem DAS, seperti hutan
Lembang, Bandung, Provinsi Jawa Barat
(penutupan lahan), tanah dan air, serta
yang merupakan salah satu Sub-DAS dari
Gambar 5. Perbedaan batas DTA dan batas desa. Sumber OWT, 2011
50 | Manual Pelatihan
2
MODUL
1
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
2
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Agroforestry
3 4
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
Gambar 6. Hasil pembatasan DTA secara visual/sketsa DTA. Sumber JKPP, 2005
kabupaten yang merupakan batas
lebih kecil dari Sub-DAS (berarti Sub-Sub
administratif. Satu desa bisa memiliki
DAS) dan kemudian yang lebih kecil lagi
beberapa DTA atau sebaliknya satu DTA
(Sub-Sub-Sub DAS?). Memperhatikan
dapat mencakup beberapa desa (periksa
hal tersebut, modul ini menggunakan
Gambar 5).
terminologi DTA (daerah tangkapan air)
Kehutanan.
Agar kondisi DTA tetap member manfaat
7
lingkungan maka perlu dilakukan Sebagimana DAS, DTA merupakan batas
perencanaan pengelolaan yang baik.
alam (natural boundary) yang berbeda
Salah satu bentuk pengelolaan DTA adalah
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
sudah banyak digunakan di Kementerian
II. Perencanaan Rehabilitasi Daerah Tangkapan Air
yang setara dengan istilah DAS mikro yang
Perlindungan Satwa Liar
kurang praktis untuk menunjuk DAS yang
5 6
dengan batas desa, kecamatan, atau
Rehabilitasi Hutan Bakau
DAS Citarum Hulu. Penamaan menjadi
| 51
MODUL 2. Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
melakukan rehabilitasi DTA yang telah rusak.
penting sebagai dasar penyusunan RPJM
Agar rehabilitasi dapat dilakukan dengan
Desa. Informasi yang terdapat dalam sketsa
tepat sesuai dengan akar permasalahannya
DTA meliputi : batas DTA dan sungai dengan
diperlukan pemetaan batas dan identifikasi
berbagai jenis pengalirannya.
kondisi DTA. Batas DTA diberi warna yang berbeda II.1. Pemetaan Batas DTA
dengan batas desa, sehingga terlihat
Pemetaan batas DTA dilakukan untuk
perbedaan antara batas desa dengan
mengetahui posisi batas DTA terhadap batas
DTA. Titik-titik tertinggi dari punggung-
administrasi wilayah (batas desa, kecamatan,
punggung bukit yang merupakan batas
dst-nya.). Pemetaan batas DTA dilakukan
alam DTA diberi tanda segitiga disertai
berdasarkan kemampuan sumberdaya
nama-nama lokasi atau nama bukit.
manusia yang ada dan pada dasarnya dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu :
Pengaliran sungai atau anak-anak sungai biasa dibagi menjadi tiga : (1) sungai yang
II.1.1. Pembatasan DTA Secara Visual/ Sketsa
memiliki aliran terus-menerus sepanjang tahun, (2) sungai yang hanya mengalir
Sketsa DTA merupakan gambaran kasar dari
pada musim hujan, (3) sungai yang hanya
batas DTA berdasarkan pengamatan visual.
mengalir sesaat setelah hujan. Berbagai
Pengamatan visual dilakukan dengan cara
bentuk pengaliran sungai tersebut ditandai
mengamati batas punggung-punggung
dengan garis yang berbeda, misalnya (1)
bukit dan aliran sungai. Hasil pengamatan
sungai menerus dengan garis tidak terputus,
visual kemudian digambarkan dalam peta
(2) sungai musiman dengan garis putus-
desa, sehingga masyarakat akan mengatahui
putus, dan (3) sungai sesaat dengan garis
posisi DTA terhadap batas desa mereka.
titik-titik. Tingkat kerapatan sungai sesaat
Dengan melakukan pembatasan DTA secara
(torehan) biasanya dapat digunakan sebagai
visual masyarakat desa akan mengetahui
indikator tingkat kekritisan lahan. Sungai
apakah di dalam desa mereka memiliki
sesaat terjadi oleh jurang-jurang yang
beberapa DTA atau desa mereka hanya
terbentuk dari kerusakan lahan pada lahan
menjadi bagian dari suatu DTA. Informasi
yang miring.
seperti ini walaupun sederhana namun
52 | Manual Pelatihan
2
MODUL
Peta Topografi
menentukan batas DTA adalah peta topografi dengan skala 1 : 50.000.
pemetaan DTA secara visual, namun
Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional
dineliasi batasnya menggunakan peta
(Bakosurtanal), atau dapat juga diperoleh
topografi. Peta Topografi adalah peta yang
dari instansi terkait (BPDAS, Dinas
menggambarkan relief (perbedaan tinggi)
Kehutanan, Dinas Pekerjaan Umum, dll.).
suatu wilayah, terdiri atas gari-garis yang
2
- Penyiapan kertas transparan Peta topografi selanjutnya dilapisi
ketinggian yang sama. Tahapan pembatasan
kertas transparan sebagai media untuk
DTA adalah sebagai berikut :
mengambarkan garis kontur dan jaringan
- Sediakan peta topografi
sungai. Perhatikan sungai utama yang
3
terdapat di wilayah DTA untuk dilakukan
Agroforestry
menghubungkan titik-titik yang memiliki
Peta topografi yang digunakan untuk
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Peta ini dapat diperoleh dari Badan
1
Cara pemetaan ini pada prinsipnya sama
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
II.1.2. Pembatasan DTA Menggunakan
4
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
Perlindungan Satwa Liar
5 6
Rehabilitasi Hutan Bakau
7
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
Gambar 7. Hasil delineasi DTA menggunakan peta topografi secara manual. Sumber OWT, 2011
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 53
MODUL 2. Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
penggambaran pada kertas transparan.
DTA secara visual dari peta topografi, saat
Kemudian lakukan pembatasan DTA
ini juga sudah berkembang cara cepat
dengan cara menghubungkan puncak-
untuk membatasi DTA secara otomatis
puncak bukit. Adapun tanda lainnya
dengan menggunakan perangkat lunak
menggambarkan DTA didahului dengan
seperti: Arcview, ArcGIS, dan Global
mencari ujung anak-anak sungai,
Mapper. Dengan cara ini penentuan batas
kemudian tariklah garis menggunakan
DTA diproses berdasarkan hasil tumpang
pensil dengan mengikuti kontur pada
tindih (overlay) antara soft copy data Digital
peta topografi sehingga tergambar
Elevation Model (DEM) dan peta RBI pada
batas sebuah DTA. Hasil delineasi atau
skala 1 : 25000 untuk pulau Jawa dan
pembatasan DTA dengan menggunakan
skala 1:50000 untuk di luar Jawa. Metode
peta topografi disajikan sebagai berikut:
yang digunakan ada dua macam, yaitu : (1) melakukan digitasi mengikuti kontur
II.1.3. Pembatasan DTA Menggunakan Program GIS Selain dapat dilakukan interpretasi batas
dan aliran sungai, dan (2) menggunakan automatic system tool hidrology dalam software yang dipilih (menentukan arah
Gambar 8. Hasil delineasi DTA menggunakan program GIS. Sumber OWT, 2010
54 | Manual Pelatihan
2
MODUL
dan sosial ekonomi masyarakat sehingga
kemudian delianasi batas DTA).
dapat diperoleh strategi yang tepat untuk
II.2. Identifikasi Kondisi Daerah
pengumpulan data dapat dilakukan dengan
Tangkapan Air (DTA)
pengambilan data primer maupun sekunder. Data biofisik dan sosial ekonomi yang
mengetahui dan mengenal kondisi suatu
diidentifikasi disajikan pada tabel berikut :
2
DTA saat ini, yang meliputi aspek biofisik Tabel 1. Kebutuhan Data Biofisik dan Sosial Ekonomi untuk Identifikasi Kondisi DTA
No
Cara Pengambilan Data
Primer dan sekunder
Peta tanah
Primer atau sekunder Primer atau sekunder Primer Primer Primer Primer Primer Primer
Peta topografi Peta topografi
sekunder sekunder primer sekunder primer primer dan sekunder sekunder primer primer
Monografi desa Monografi desa
Agroforestry
BMG
Perlindungan Satwa Liar
5 6
Rehabilitasi Hutan Bakau
sekunder
4 Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
Monografi desa Monografi desa Monografi desa
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
7
Biofisik a. Iklim (curah hujan, suhu, kelembaban, dll.) b. Media tumbuh (kedalaman tanah, jenis tanah, struktur tanah, dll.) c. Ketinggian tempat d. Kelerengan e. Tingkat penutupan vegetasi f. Penggunaan lahan g. Jenis pohon tumbuh baik h. Sebaran lahan kritis i . Nama sungai/danau j. Jenis pengaliran sungai Sosial Ekonomi a. Luas dan status kepemilikan lahan b. Jumlah penduduk c. Nama kelompok tani d. Mata pencaharian e. Standar upah f. Tingkat pendapatan g. Tingkat pendidikan h. Jenis tanaman diminati i. Pola tanam diminati
Keterangan
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
B
Jenis Data
3
A
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Identifikasi kondisi DTA bertujuan untuk
1
melakukan rehabilitasi DTA. Metode
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
aliran, akumulasi aliran, jaringan aliran, dan
| 55
MODUL 2. Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
II.2.1. Sasaran Rehabilitasi DTA
penutupan lahan yang bervegetasi (tajuk
Pada dasarnya rehabilitasi DTA diprioritaskan
pohon) serta adanya gejala erosi yang
pada lahan kritis baik di dalam maupun
akhirnya membahayakan fungsi hidrologi
di luar kawasan hutan negara. Namun
dan lingkungannya.
rehabilitasi DTA dapat juga dilakukan pada lahan-lahan yang berpotensi kritis.
II.2.2. Kriteria Tingkat Kekritisan Suatu Lahan
Menurut Permenhut No P.3 /Menhut-
Menurut Pusat Penelitian Tanah dan
II/2011 yang dimaksud lahan kritis adalah
Agroklimat (1997) tingkat kekritisan suatu
lahan tidak produktif dan tidak berfungsi
lahan dibedakan menjadi empat tingkat,
lagi sebagai media pengatur tata air dan
yaitu lahan (1) potensial kritis, (2) semi
perlindungan tanah, dengan kriteria
kritis, (3) kritis, dan (4) sangat kritis yang
penutupan vegetasi kurang dari 25% dan
dikelompokkan berdasarkan parameter:
ada gejala erosi permukaan dan parit.
kondisi penutupan vegetasi, kerapatan
Sedangkan pusat penelitiaan tanah dan
drainase, penggunaan lahan, dan kedalaman
agroklimat (1997) mendefenisikan lahan
tanah sebagiamana disajikan dalam Tabel 2
kritis sebagai lahan yang telah mengalami
berikut :
kerusakan fisik tanah karena berkurangnya
Tabel 2. Kriteria Penilaian Lahan Kritis Parameter Potensial Kritis Penutupan >75% vegetasi (rapat) Tingkat torehan/ Agak tertoreh kerapatan drainase Penggunaan Hutan, kebun lahan/vegetasi campuran, perkebunan, belukar Kedalaman Dalam tanah (>100 cm)
Semi Kritis 50-75% (jarang/ sedang) Cukup tertoreh
Kritis 25-50% (terbuka) Sangat tertoreh
Sangat Kritis <25% (sangat terbuka) Sangat tertoreh
Pertanian, lahan kering, semak belukar, alangalang Sedang (60-100 cm)
Pertanian, lahan kering, rumput semak
Gundul, rumput semak
Dangkal (30-60 cm)
Sangat dangkal (<30 cm)
Sumber : Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (1997)
56 | Manual Pelatihan
2
MODUL
negara memerlukan koordinasi dengan
pada lahan kritis di dalam wilayah DTA yang
lembaga terkait seperti Kementrian
menjadi target rehabilitasi.
1
bersama masyarakat. Identifikasi dilakukan
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
Rehabilitasi DTA di dalam kawasan hutan
Kehutanan. Sedangkan rehabilitasi DTA di
lahan-lahan kering (tidak beririgasi),seperti
dilakukan dengan metode observasi
tegalan, kebun campuran, dan lahan tidur
lapangan dengan mempertimbangkan
(semak belukar/lahan kurang produktif )
kriteria lahan kritis. Metode ini bertujuan
sebagai berikut :
untuk memudahkan para fasilitator,
Tanah milik rakyat yang terlantar dan
masyarakat, dan pelaku di desa dalam
2
Identifikasi lahan kritis pada sebuah DTA
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
luar kawasan hutan negara dilakukan pada
mengenali kondisi kekritisan sebuah DTA.
berada di bagian hulu maupun hilir
Langkah identifikasi dilakukan sebagai
3
lainnya yang sudah ada tanaman kayu-
berikut :
kayuan tetapi masih perlu pengkayaan
Kenali dahulu batas DTA karena kita akan
bebas, serta tanah lainnya yang terlantar
karena mereka yang paling mengenal
dan bukan kawasan hutan negara
kondisi wilayahnya Lakukan identifikasi lahan kritis yang
melakukan pengambilan data sebagai berikut :
perlu dilakukan sebelum implementasi
a. Penutupan vegetasi Penutupan vegetasi dapat diamati
identifikasi tersebut akan diperoleh
dengan dua cara, yaitu :
informasi lokasi, luas, dan tingkat kekritisan
1) Melakukan pengamatan tingkat penutupan tajuk tegakan pohon,
Mengingat rehabilitasi akan difokuskan di
yaitu berapa persen cahaya yang
lahan masyarakat, maka identifikasi lahan
tidak sampai ke lantai hutan karena
kritis harus dilakukan secara partisipatif
terhalang tajuk tegakan pohon. Jika
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 57
7
suatu lahan yang akan direhabilitasi.
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
kegiatan rehabilitasi lahan. Melalui kegiatan
Perlindungan Satwa Liar
Identifikasi lahan kritis dalam suatu desa
5 6
Perdesaan
masuk dalam wilayah DTA target dengan
Rehabilitasi Hutan Bakau
II.2.3. Metode identifikasi Lahan Kritis
4
Lakukan identifikasi bersama masyarakat
Tanah desa, tanah adat, tanah negara
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
bekerja dalam wilayah DTA target
tanaman
Agroforestry
Tanah milik rakyat/tanah desa/tanah
MODUL 2. Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
yang diamati adalah keterbukaan
2) Menghitung kerapatan populasi
tajuk tegakan pohon (besarnya
jenis pohon (meliputi tingkat semai,
persentase cahaya yang sampai
pancang, tiang, atau pohon) dalam
ke lantai hutan), maka penutupan
setiap ha. Kerapatan populasi
tajuk tegakan = 100% - persentase
dibedakan menjadi tiga, yaitu (1)
keterbukaan tajuk tegakan.
Rapat (jika ∑ pohon > 500 individu/
Mengamati penutupan tajuk
ha atau >5 individu dalam setiap
tegakan dapat dilakukan secara
plot ukuran 10 m x 10 m), (2) Sedang
visual. Namun untuk ketepatannya
(2-5 individu setiap plot ukuran
dapat digunakan alat densiometer
10 m x 10 m), dan (3) Terbuka (< 2
yang dikembangkan oleh SEAMEO-
individu setiap plot ukuran 10 m x
BIOTROP seperti gambar berikut :
10 m).
Gambar 9. Alat Densiometer. Sumber Biotrop, 2000
Gambar 10. Berbagai kondisi penutupan vegetasi : rapat (A), jarang (B), dan terbuka (C). Sumber OWT, 2010, 2011, dan Ujang 2009
58 | Manual Pelatihan
2
MODUL
II.2.4. Pemetaan Lahan Kritis Pada DTA
secara partisipatif. Pemetaan partisipatif
dengan cara menggali tanah hingga
adalah pemetaan yang dilakukan oleh
ditemukan bahan dasar (batuan).
kelompok masyarakat mengenai tempat
Kedalaman tanah dibedakan menjadi :
atau wilayah di mana mereka hidup. Hal
(1) Dalam (> 100 cm), (2) Sedang (60 –
ini dilakukan oleh masyarakat setempat
100 cm), (3) Dangkal (30 – 60 cm), dan
karena masyarakat yang hidup dan bekerja
(4) Sangat dangkal (< 30 cm).
di tempat itulah yang memiliki pengetahuan
c. Penggunaan lahan
dan kepentingan terhadap wilayahnya.
secara visusal di lapangan.
tergambar posisi di mana rencana lokasi
Penggunaan lahan difokuskan pada
rehabilitasi DTA.
areal yang akan dijadikan sasaran
biofisik, dapat ditetapkan lahan yang
antara lain : hutan, kebun campuran,
layak untuk direhabilitasi. Pemetaan perlu
perkebunan, pertanian lahan kering,
dilakukan terhadap lahan yang telah
semak belukar, alang-alang, rumput
ditetapkan untuk mengetahui batas dan luas
semak, atau gundul.
lahan.
DTA dilakukan pemetaan batas areal sasaran
berkaitan, yaitu : (a) Tingkat kelerengan, (b)
rehabilitas DTA yang antara lain berupa
Ketinggian tempat, (c) Jenis pohon yang
lahan kritis yang tersebar di dalam DTA
tumbuh baik, (d) Status kepemilikan lahan,
tersebut. Prinsip-prinsip pemetaan lahan
(e) Nama pemilik, batas, dan luas lahan
lahan kritis dilakukan sebagai berikut :
melalui kegiatan pemetaan lahan sasaran
- Untuk memulai pemetaan lahan kritis, tentukanlah titik awal yang dapat menentukan rute pemetaan
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 59
7
dapat dilakukan pengambilan data lain yang
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
Setelah diketahui batas DTA, maka di dalam
Perlindungan Satwa Liar
Bersamaan dengan identifikasi lahan kritis,
5 6
Rehabilitasi Hutan Bakau
lahan yang mungkin ditemukan
4
Berdasarkan hasil pengumpulan data
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
rehabilitasi. Beberapa penggunaan
rehabilitasi DTA.
Agroforestry
Dari hasil pemetaan secara partisipatif akan
3
Penggunaan lahan dapat diamati
2
menggunakan penggaris atau meteran
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Pemetaan lahan kritis pada DTA dilakukan
1
Kedalaman tanah dapat diukur
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
b. Kedalaman tanah
MODUL 2. Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
- Titik awal sebaiknya adalah objek yang
penting yang terdapat di dalam wilayah
mudah dikenali dan mudah dicari dalam
pemetaan, antara lain : kelerengan lahan,
peta topografi, misalnya jembatan
ketinggian tempat, kedalaman tanah,
atau persimpangan jalan. Kemudian
tingkat penutupan vegetasi, jenis pohon
ambillah koordinat titik awal tersebut
yang tumbuh baik, nama pemilik/status
menggunakan GPS
kepemilikan lahan, dan luas lahan.
- Pasanglah patok pertama sebagai awal pemetaan pada lokasi lahan kritis
II.3. Perencanaan Rehabilitasi DTA
atau lahan sasaran rehabilitasi lainnya,
Perencanaan rehabilitasi DTA memuat antara
kemudian ambil datanya menggunakan
lain :
GPS.
- Rancangan Pembibitan, pengadaan
- Aktifkan “track” pada GPS. Lalu dari patok I bergeraklah mengelilingi lahan kritis
bibit maupun pembuatan bibit oleh masyarakat
yang menjadi sasaran hingga kembali lagi
- Rancangan Penanaman
ke patok pertama. Gunakan tanda-tanda
- Rancangan Pemeliharaan
patok lain sepanjang perjalanan ketika
- Rancangan Anggaran Biaya pembibitan,
melakukan pemetaan lahan kritis untuk
penanaman, dan pemeliharaan tanaman
memberikan informasi penting yang dijumpai seperti batas kepemilikan lahan. - Jika lahan kritis terpencar, maka proses
II.3.1. Rancangan Pembibitan Rancangan pembibitan meliputi : rencana
pemetaan tetap berjalan seperti cara di
lokasi pembibitan, jenis bibit, metode
atas dengan memberi tanda patok yang
pembibitan yang akan diterapkan, target
lain.
jumlah bibit. Untuk target jumlah bibit
- Patok-patok yang telah dipasang akan
dihitung berdasarkan kebutuhan bibit untuk
diikuti dengan entry data pada GPS
penanaman tahun berjalan, penyulaman
dengan kode sesuai nomor patok
tahun berjalan, dan penyulaman tahun
sehingga informasi rute pemetaan akan
pemeliharaan I. Contoh perhitungan
tergambarkan dalam GPS.
disajikan sebagai berikut:
- Sepanjang perjalanan pengukuran lahan kita dapat mencatat informasi
60 | Manual Pelatihan
2
MODUL
No
Penuh Pengkayaan
Luas (ha)
Kebutuhan Bibit Penanaman (btg)
40 20
Bibit Penyulaman Pemeliharaan Tahun I = 20% (btg) 1.600 3.200 400 800
Total (btg)
20.800 5.200 26.000
2
Keterangan : Kebutuhan bibit untuk rehabilitasi penuh disepekati 400 batang/ha, dan pengkayaan 200 batang/ha
II.3.2. Rancangan Penanaman
tanam dapat digunakan jalur kontur dan
Rancangan penanaman memuat antara lain :
dengan tata letak zig-zag atau lurus (grid).
meliputi pembersihan lahan, pembuatan
komponen pekerjaan pada setiap petak.
Agroforestry
c. Rincian kebutuhan bahan dan biaya tiap
3
a. Komponen pekerjaan penanaman,
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
16.000 4.000 Total
Bibit Penyulaman Pemeliharaan Tahun Berjalan = 10 % (btg)
1
1 2
Jenis Rehabilitasi
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
Tabel 2. Perhitungan Kebutuhan Bibit
jalur tanaman, pembuatan dan
tanaman, penanaman dan pemupukan.
Pemeliharaan tanaman dilakukan melalui
b. Cara Penanaman, meliputi : (a) pola
tiga tahap, yaitu : Pemeliharaan Tahun
sela (interplanting), campuran (mixed
Pemeliharaan Tahun II. Jenis kegiatan
planting) atau penyangga (buffer zone)
pada masing-masing tahap pemeliharaan
melingkar batas petak tanaman. (b) tata
disajikan sebagai berikut :
Pemeliharaan Tahun I
3
Pemeliharaan Tahun II
| 61
7
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
2
Jenis Kegiatan Penyulaman 10%, penyiangan, pendangiran, pemupukan, pencegahan hama penyakit Penyulaman 20%, penyiangan, pendangiran, pemupukan, pencegahan hama penyakit Penyiangan, pendangiran, pemupukan, pencegahan hama penyakit. Pada tahap ini tidak dilakukan penyulaman
Perlindungan Satwa Liar
No Tahap Pemeliharaan 1 Pemeliharaan Tahun Berjalan
5 6
Berjalan, Pemeliharaan Tahun I, dan
Rehabilitasi Hutan Bakau
tanam dapat diatur dalam pola tanaman
4
II.3.3. Rancangan Pemeliharaan
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
pemasangan ajir, pembuatan lubang
MODUL 2. Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
II.3.4. Rancangan Anggaran Biaya (RAB)
Berdasarkan hasil musyawarah dengan
a. RAB Pembibitan
masyarakat, maka dari daftar tabel
Kebutuhan biaya dihitung berdasarkan target
kebutuhan bahan, alat, dan tenaga ini,
jumlah bibit yang akan dikembangkan,
akan diperoleh kesepakatan komponen-
selanjutnya dapat dibuat persemaian
komponen mana yang bisa diswadayakan/
dalam bentuk persemaian sementara atau
digotongroyongkan dan komponen-
permanen. Kebutuhan bahan, alat, dan
komponen mana yang harus dibiayai.
Tabel 3. Komponen Pembiayaan Pembangunan Persemaian
No
Komponen Biaya
1
Pengadaan bambu untuk tiang dan rangka atap persemaian (tiang bedeng sapih dan bedeng tabur) Pengadaan bambu untuk pembuatan bedeng sapih (ukuran 1 m x 5 m ). Kapasitas bedeng sapih tergantung dari ukuran diameter polybag, Pengadaan alang-alang/nipah untuk atap persemaian, jika dana cukup tersedia maka atap persemaian lebih baik menggunakan paranet dengan intensitas penutupan 65%. Pengadaan papan untuk pembuatan bedeng tabur ukuran 1 m x 4 m. Pengadaan media tumbuh di polybag : tanah, pupuk kandang, arang sekam padi Pengadaan peralatan pembuatan persemaian (cangkul, gergaji, ember, selang air, penampung air, handsprayer, sekop, dll.) dan bahan pembibitan (fungisida, pestisida, dll.) Pengadaan polybag (standar ukuran 12 cm x 15 cm) Tenaga kerja pembangunan atap peersemaian, bedeng sapih, dan bedeng tabur Borongan pengisian media ke polybag Borongan penyapihan bibit Pemeliharaan bibit di persemaian selama 5-6 bulan Pengadaan benih dan transportasi pengiriman Bahan-bahan pembangunan persemaian (paku, kawat, dll.)
2 3 4 6 7
8 9 10 11 12 13 14
tenaga kerja yang akan menjadi komponen
b. RAB Penanaman
biaya pembangunan persemaian disajikan
Perencanaan pembiayaan penanaman
pada Tabel 3.
disajikan pada tabel berikut :
62 | Manual Pelatihan
2
MODUL
Komponen Biaya
Jumlah
2
Pengadaan patok batas
Sesuai kondisi di lapangan
3
Pembersihan lapangan dan jalur tanam
6 HOK/ha x Rp upah/HOK x luas
4
Penentuan arah larikan dan jarak tanam
3 HOK/ha x Rp upah/HOK x luas
5
Pemasangan ajir
2 HOK/ha x Rp upah/HOK x luas
6
Pembuatan lubang tanam dan piringan
11 HOK/ha x Rp upah/HOK x luas
7
Distribusi bibit ke lubang tanam
2 HOK/ha x Rp upah/HOK x luas
8
Pengangkutan kompos/pupuk kandang ke lubang tanam
3 HOK/ha x Rp 35.000/HOK x luas
9
Penanaman
6 HOK/ha x Rp 35.000/HOK x luas
2
Borongan sesuai jumlah target tanaman
Nilai HOK pada masing-masing komponen kegiatan merupakan angka prestasi kerja menurut Kementerian Kehutanan, sedangkan satuan Rupiah hanya angka ilustrasi saja.
Perencanaan pembiayaan pemeliharaan
disajikan pada tabel berikut :
tanaman meliputi tahap pemeliharaan tahun
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
Komponen Biaya Pemeliharaan Tahun Berjalan
Jumlah
Pemupukan
2 HOK/ha x Rp upah/HOK x luas
2
Penyulaman
2 HOK/ha x Rp upah/HOK x luas
3
Penyiangan dan Pendangiran (2x)
15 HOK/ha x Rp upah/HOK x luas
4
Pengadaan pupuk
100 kg/ha x luas x Rp harga/kg
5 6
Rehabilitasi Hutan Bakau
1
4
Komponen Biaya
Kompnen Biaya Pemeliharaan Tahun I
Jumlah 0,5 HOK/ha x Rp upah/HOK x luas 4 HOK/ha x Rp upah/HOK x luas 10 HOK/ha x Rp upah/HOK x luas
Perlindungan Satwa Liar
100 kg/ha x luas x Rp harga/kg
Kompnen Biaya Pemeliharaan Tahun II
No.
Komponen Biaya
Jumlah
Penyiangan, pendangiran, dan pemupukan (2x)
9 HOK/ha x Rp upah/HOK x luas
2
Pengadaan pupuk
100 kg/ha x luas x Rp harga/kg
7
1
Nilai HOK pada masing-masing komponen kegiatan adalah acuan standar HOK maksimal berdasarkan Ancarancar biaya RHL Kementrian Kehutanan
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
No. Komponen Biaya 1 Distribusi bibit ke lubang tanam 2 Penyulaman 3 Penyiangan, pendangiran, dan pemupukan (2x) 4 Pengadaan pupuk
Agroforestry
berjalan, tahun I, dan Tahun II sebagaimana
3
c. RAB Pemeliharaan Tanaman
No.
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Pengadaan ajir
1
1
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
No.
| 63
MODUL 2. Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
kebutuhan bibit untuk penanaman hingga
Evaluasi Kemampuan
pemeliharaan tahun berjalan adalah : Modul 2 (Konsep DTA dan Perencanaan)
a. 1650 batang
Soal Essay
b. 2200 batang
1. Apa yang anda ketahui tentang definisi
c. 1500 batangir
DAS (Daerah Aliran Sungai) dan DTA
d. 1800 batang 8. Salah satu kegiatan perencanaan adalah
(Daerah Tangkapan Air)? 2. Sebutkan karakteristik biogeofisik DAS
menentukan
jenis
dikembangkan,
hulu! 3. Mengapa DAS hulu sering menjadi fokus perencanaan konservasi dan rehabilitasi?
bibit
berikut
5. Sebutkan
kebutuhan
c. Manggis, durian, nangka
data biofisik dan sosek apa saja dalam
d. Mahoni, sengon, nangka
melakukan identifikasi kondisi suatu DTA!
adalah
yang
a. Sengon, akasia, eukaliptus b. Mahoni, jati, suren
ringkas
akan
termasuk jenis tanaman kelompok MPTS :
4. Jelaskan tentang pemetaan batas DTA! secara
yang
9. Berikut adalah yang termasuk dalam perencanaan kegiatan Pemeliharaan
Soal Pilihan Ganda
Tahun II :
6. Berikut ini adalah tujuan rehabilitasi DTA,
a. Pendangiran, penyiangan, dan pemupukan, tidak ada penyulaman
kecuali : a. Memperbesar kapasitas peresapan air
b. Penyulaman 10 %, pendangiran,
b. Memperpendek lereng
penyiangan, dan pemupukan
c. Memperpanjang lereng
c. Penyulaman 20%, pendangiran,
d. Memperkecil volume dan kecepatan aliran permukaan 7. Jika diketahui
luas areal yang akan
penyiangan, dan pemupukan d. Penyulaman saja 10. Berikut ini adalah komponen yang bukan
ditanami memiliki vegetasi jarang 1 ha
termasuk dalam RAB penanaman
dan vegetasi terbuka 1 ha, tanaman akan
a. Pengadaan ajir
ditanam dengan jarak tanam 3 m x 3 m
b. Penentuan arah larikan dan jarak tanam
untuk rehabilitasi penuh, dan 400 batang/
c. Distribusi bibit ke lubang tanam
ha untuk rehabilitasi pengkayaan, maka
Pendangiran dan pemupukan
64 | Manual Pelatihan
2
MODUL
Tangkapan Air. Program Penyediaan Air Bersih dan Perbaikan Sanitasi Berbasiskan Masyarakat (Pamsimas), Jakarta
Pamsimas, Jakarta
Catchment in West Java,Indonesia. PhD Thesis, Vrje Universiteit Amsterdam, The Netherlands
2
Purwanto, E. 1999. Erosion, Sediment Delivery and Soil Conservation in Upland Agricultural
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Purwanto E. dan U.S. Irawan, 2012. Modul Implementasi Perlindungan Daerah Tangkapan Air.
1
Purwanto E. dan U.S. Irawan,2011. Modul Penyadaran dan Perencanaan Perlindungan Daerah
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
Daftar Pustaka
Agroforestry
3 4
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
Perlindungan Satwa Liar
5 6
Rehabilitasi Hutan Bakau
7
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 65
MODUL 2. Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
66 | Manual Pelatihan
Agroforestri
3 MODUL
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 67
MODUL 3. Agroforestri
MODUL 3.
Agroforestri I. Konsep Agroforestri I.1. Definisi Agroforestri Dalam bahasa Indonesia agroforestri dikenal dengan istilah wanatani. Istilah agroforestri telah didefiniskan oleh berbagai pihak baik lembaga penelitian maupun para peneliti agroforestri. Namun dari berbagai istilah yang ada, pada dasarnya agroforestri berarti: sistem-sistem dan teknologi-teknologi penggunaan lahan, yang secara terencana
4. Ada interaksi ekologi dan ekonomi antara tanaman berkayu dengan tanaman tidak berkayu serta interaksi soisal, 5. Memiliki dua macam produk atau lebih (multi product), misalnya pakan ternak, kayu bakar, buah-buahan dan obatobatan, 6. Minimal mempunyai satu fungsi pelayanan jasa, misalnya pelindung angin, penaung, penyubur tanah, dan peneduh.
dilaksanakan pada satu unit lahan dengan mengkombinasikan tumbuhan berkayu (pohon, perdu, palem, bambu dll.) dengan tanaman pertanian dan/atau hewan (ternak) dan/atau ikan, yang dilakukan pada waktu yang bersamaan atau bergiliran sehingga terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis antar berbagai komponen yang ada.
I.3. Komponen Agroforestri Agroforestri pada prinsipnya dikembangkan untuk memecahkan permasalahan pemanfaatan lahan dan pengembangan pedesaan serta memanfaatkan potensipotensi dan peluang-peluang yang ada untuk kesejahteraan manusia. Oleh karena itu manusia merupakan komponen yang
I.2. Ciri-ciri Agroforestri
terpenting dari suatu sistem agroforestri.
Beberapa ciri penting agroforestri antara lain:
Dalam melakukan pengelolaan lahan,
1. Biasanya tersusun dari dua jenis tanaman
manusia melakukan interaksi dengan
atau lebih yaitu tanaman semusim
komponen-komponen agroforestri lainnya,
dan tahunan dan paling tidak satu di
yaitu : lingkungan abiotis (air, tanah,
antaranya adalah tumbuhan berkayu dan
iklim, topografi, dan mineral), lingkungan
atau terdapat juga hewan ternak,
biotis (tumbuhan berkayu, tumbuhan tidak
2. Siklus sistem agroforestri selalu lebih dari satu tahun, 3. Waktu pelaksanaannya dapat secara bersamaan atau bergilir dalam suatu periode,
68 | Manual Pelatihan
berkayu, dan binatang), dan lingkungan budaya.
3
MODUL
dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu
antara tanaman pohon (kelapa, karet,
: (1) Hutan alami, (2) Hutan buatan, dan
cengkeh, jati, sengon, dadap, petai cina, dll.)
(3) Pertanian. Selanjutnya agroforestri
dan tanaman semusim (jagung, padi, sayur-
itu sendiri menjadi bagian dari sistem
mayur, rerumputan, pisang, kopi, coklat,
penggunaan lahan hutan buatan
dll.) yang ditanam dalam suatu lahan yang
sebagaimana disajikan pada gambar
sama yang biasa diterapkan dalam sistem
berikut:
tumpangsari, misalnya: (1) palawija dan jati,
3
Agroforestry
Sistem Penggunaan Lahan
2
Agroforestri sederhana adalah perpaduan
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
sederhana sistem penggunaan lahan
1
I.4.1. Agroforestri Sederhana
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
Terkait dengan penggunaan lahan, secara
Hutan Alami
Hutan Buatan
Pertanian
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
Argoforestry
Perkebunan
4
Argoforestry Sederhana
Argoforestry Komplek
5 6
Rehabilitasi Hutan Bakau
Kebun/Pekarangan
Hutan Tanaman Industri (HTI)
Argoforest/Hutan
Perlindungan Satwa Liar
Gambar 1. Klasifikasi Sistem Penggunaan Lahan
(2) kelapa dan padi sawah, (3) kelapa dan
Berdasarkan bentuk kegiatannya,
palawija, (4) kopi dan dadap, (5) nanas dan
agroforestri dapat dibagi kedalam dua
sengon, (6) cokelat dan jati putih, dll.
agroforestri komplek/agroforest.
Jenis-jenis pohon yang ditanam dengan system agroforestri sederhana ini sangat
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 69
7
sistem, yaitu agroforestri sederhana dan
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
I.4. Sistem Agroforestri
MODUL 3. Agroforestri
beragam, yaitu : (a) pohon bernilai ekonomi
berbaris dalam larikan sehingga membentuk
tinggi (kelapa, karet, cengkeh, kopi, kakao,
lorong/pagar.
nangka, melinjo, petai, jati, mahoni, suren, dll.), (b) pohon bernilai ekonomi rendah
Bentuk agroforestri sederhana yang paling
(dadap, lamtoro, kaliandra, gamal).
banyak dibahas adalah tumpangsari, yang merupakan sistem versi Indonesia yang
Adapun jenis tanaman semusim yang
diwajibkan di areal hutan jati di Jawa.
ditanam antara lain: (a) tanaman pangan
Sistem ini dikembangkan dalam program
(padi gogo, jagung, kedelai, kacang-
perhutanan sosial Perum Perhutani. Dalam
kacangan, ubikayu), (b) Sayuran, (c)
sistem agroforestri sederhana ini pepohonan
rerumputan, dan lain-lain.
adalah khusus jenis penghasil kayu dan
Gambar 2. Sistem agroforestri sederhana cokelat dan jati putih di Kolaka (kiri), sengon dan nanas di Perhutani KPH Kediri (kanan). Sumber OWT, 2011 dan RSSNC, 2009
Agroforestri sederhana dilakukan dengan
bukan milik masyarakat dimana tanaman
cara menanam pepohonan secara
palawija milik masyarakat ditumpangsarikan
tumpangsari dengan satu atau lebih jenis
dengan tanaman jati. Setelah pohon
tanaman semusim. Pepohonan bisa ditanam
dewasa tidak ada lagi pemaduan.
sebagai pagar yang mengelilingi petak lahan tanaman pangan, secara acak dalam
I.4.2. Agroforestri Kompleks
petak lahan, atau dengan pola lain misalnya
Agroforestri kompleks adalah sistem
70 | Manual Pelatihan
3
MODUL
Oleh karena itu sistem ini dapat pula disebut
jenis pepohonan (berbasis pohon) baik
sebagai agroforest (ICRAF, 1996).
alami pada sebidang lahan yang dikelola
Kebun agroforest dibangun pada lahan-
petani mengikuti pola tanam dan ekosistem
lahan yang sebelumnya dibabati kemudian
yang menyerupai hutan.
ditanami dan diperkaya. Pada sistem
perdu, tanaman memanjat (liana),
lain yang bermanfaat. Semua agroforest
tanaman musiman dan rerumputan
memiliki satu ciri tetap, yaitu tidak ada
dalam jumlah banyak. Penciri utama dari
produksi bahan makanan pokok (beras,
sistem agroforestri kompleks ini adalah
ubi kayu, dll.). Selain itu sejumlah besar
kenampakan fisik dan dinamika di dalamnya
keanekaragaman flora dan fauna asal hutan
yang mirip dengan ekosistem hutan alam
alam tetap berkembang.
Agroforestry
tetap memadukan bermacam tanaman
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
jenis pohon, juga terdapat tanaman
3
tahap tanaman pepohonan dewasa, petani
2
Dalam sistem ini, selain terdapat beraneka
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
agroforest, pepohanan dimiliki petani. Pada
1
sengaja ditanam maupun tumbuh secara
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
pertanian menetap yang melibatkan banyak
4
baik hutan primer maupun hutan sekunder.
Perlindungan Satwa Liar
5 6
Rehabilitasi Hutan Bakau
7
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
Gambar 3. Sistem agroforestri komplek jenis durian di Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Sumber OWT, 2011
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 71
MODUL 3. Agroforestri
Gambar 4. Agroforestri multistrata pada sistem agroforestri komplek. Sumber, ICRAF
Berdasarkan jaraknya terhadap tempat
berbasis pohon aren; agroforest cengkeh,
tinggal, sistem agroforestri kompleks ini
kelapa dan pala
dibedakan menjadi dua, yaitu (1) Kebun atau pekarangan berbasis pohon (home garden)
- Pulau Seram dan Maluku : perpaduan pohon kenari, buah, pala, cengkeh
yang letaknya di sekitar tempat tinggal dan
- Sumatera Barat (Sisetm Parak) : durian,
(2) Agroforest yang biasanya disebut ‘hutan’
bayur, suren, kopi, kayu manis, pala
yang letaknya jauh dari tempat tinggal (De Foresta, 2000), Berbagai model sistem
I.5. Manfaat Agroforestri
agroforest yang dijumpai di Indonesia antara
Manfaat praktek penggunaan lahan dengan
lain :
sistem agroforestri antara lainsebagai
- Sumatera Utara : agroforest berbasis
berikut:
pohon kemenyan
1. kombinasi tanaman yang terdiri dari dua
- Lampung : agroforest berbasis kopi
strata atau lebih dapat menutup tanah
- Kalimantan Barat (Sistem Tembawang)
dan mengurangi erosi serta pemanfaatan
: perpaduan tengkawang dan pohon buah/kayu - Kalimantan Timur (Sistem Lembo) :
sinar matahari lebih maksimal, 2. mencegah perluasan tanah terdegradasi, 3. memperluas kesempatan kerja dan
agroforest buah-buahan dan berbasis
meningkatkan pendapatan masyarakat di
rotan
sekitar hutan;
- Lombok dan Sulawesi Utara : agroforest
72 | Manual Pelatihan
4. Optimalisasi pemanfaatan lahan sehingga
3
MODUL
campuran memberikan keuntungan, karena
guna,
kegagalan satu komponen/jenis tanaman akan dapat ditutup oleh keberhasilan
menambahkan bahan organik tanah.
komponen/jenis tanaman lainnya. Dengan demikian penanaman sistem agroforestri
I.6.1. Produktivitas
pasar, yaitu ketika salah satu komoditi
Dari hasil penelitian terbukti bahwa produk
memiliki harga jual yang kurang baik,
total sistem campuran dalam agroforestri
masih terdapat komoditi lain yang mungkin
jauh lebih tinggi dibandingkan pada
memiliki harga yang cukup baik.
2
memiliki keuntungan jika dilihat dari aspek Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
I.6. Keunggulan Agroforestri
1
5. menghasilkan serasah sehingga bisa
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
mendapatkan bentuk hutan yang serba
I.6.2. Keberagaman
yang beragam, akan tetapi juga karena dapat
Adanya pencampuran dua komponen atau
merata sepanjang tahun. Adanya tanaman
lebih dalam agroforestri menghasilkan
3
keluaran (output) dari satu bidang lahan
Agroforestry
monokultur. Hal tersebut bukan saja karena
4
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
Perlindungan Satwa Liar
5 6
Rehabilitasi Hutan Bakau
7
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
Gambar 5. Keanekaragaman Hayati Dari Sebuah Sistem Agroforestri.
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 73
MODUL 3. Agroforestri
keberagaman atau diversitas yang tinggi,
I.7. Ruang Lingkup Agroforestri
baik menyangkut produk maupun
Pada dasarnya agroforestri terdiri dari tiga
jasa. Dengan demikian dari segi ekonomi
komponen penting, yaitu : kehutanan,
dapat mengurangi risiko kerugian akibat
pertanian, dan peternakan. Dari ketiga
fluktuasi harga pasar. Sedangkan dari segi
komponen tersebut, nampaknya bidang
ekologi dapat menghindarkan kegagalan
kehutanan menjadi komponen utama untuk
fatal pemanen sebagaimana dapat terjadi
kombinasi gabungan dengan komponen
pada budidaya tunggal (monokultur).
lain. Kombinasi gabungan tersebut menghasilkan beberapa bentuk agroforestri
I.6.3. Kemandirian (Self-Regulation)
sebagai berikut:
Keberagaman atau diversifikasi yang
1. agrosilvikultur (kombinasi pertanian dan
tinggi dalam agroforestri diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pokok masyarakat, dan petani kecil dan sekaligus melepaskannya dari ketergantungan terhadap produk-produk luar.
kehutanan), 2. silvopastura (kombinasi kehutanan dan peternakan), 3. agrosilvopastura (kombinasi pertanian, kehutanan, dan peternakan), 4. silvofishery (kombinasi kehutanan dan
I.6.4. Stabilitas (Stability) Praktek agroforestri yang memiliki keberagaman dan produktivitas yang optimal mampu memberikan hasil yang seimbang sepanjang pengusahaan lahan,
perikanan, 5. apiculture (kombinasi kehutanan dan lebah), 6. sericulture (kombinasi pohon dan ulat sutera).
sehingga dapat menjamin stabilitas dan kesinambungan pendapatan petani.
Gambar 6. Silvopastura (kiri), agrosilvikultur (tengah), silvofishery (kanan). Sumber (kiri dan tengah) internet, (kanan) Santoso
74 | Manual Pelatihan
3
MODUL
kepiting, rajungan), kerang-kerangan
areal mangrove, dapat diterapkan sistem
(kerang hijau, kerang bakau).
1
agroforestri dengan bentuk agrsilvofishery
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
Pada wilayah pesisir, khususnya pada
satu bentuk pemanfaatan mangrove
dalam sistem wanamina adalah dengan
dengan kombinasi komoditas perikanan.
membuat tambak/kolam dan saluran air
Jenis komoditas perikanan yang dapat
untuk budidaya ikan seperti ikan bandeng,
dikembangkan dalam silvofishery antara
udang, dll. Dengan demikian terdapat
lain: ikan bersirip (ikan kakap, kerapu,
perpaduan antara tanaman mangrove (wana)
bandeng, baronang), Crustase (udang,
dan budidaya sumberdaya ikan (mina).
2
Penanaman benih atau bibit mangrove
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
atau wanamina. Silvofishery adalah salah
Agroforestry
3 4
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
Perlindungan Satwa Liar
5 6
Rehabilitasi Hutan Bakau
7
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
Gambar 7. Pola empang parit (atas) komplangan (bawah)
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 75
MODUL 3. Agroforestri
Secara umum ada 3 pola dalam sistem
mencegah erosi, perlindungan
wanamina, yaitu:
keanekaragaman hayati, perbaikan tanah,
a. Pola empang parit : pada pola empang
pengelolaan sumber air secara lebih baik).
parit, lahan untuk hutan mangrove dan empang masih menjadi satu hamparan
II. Praktek Agroforestri di Indonesia
yang diatur oleh satu pintu air
II.1. Pulau Sumatera :
b. Pola empang parit yang disempurnakan:
II.1.1. Sistem Parak: Kebun pepohonan
lahan untuk hutan mangrove dan empang
campuran di Maninjau, Sumatera Barat
diatur oleh saluran air yang terpisah
merupakan sistem agroforestri yang sangat
c. Pola komplangan : lahan untuk hutan
mengesankan, berisi perpaduan tanaman
mangrove dan empang terpisah dalam
pohon komersil dan komponen kebun
dua hamparan yang diatur oleh saluran
pepohonan campuran terdiri dari tanaman
air dengan dua pintu yang terpisah untuk
semusim, tanaman tahunan (durian, bayur,
hutan mangrove dan empang.
surian, kayu manis, pala, kopi), pohon lain dan perdu, serta hewan. Sistem agroforestry
I.8. Sasaran Agroforestri
Maninjau sangat erat hubungannya dengan
Sasaran agroforestri antara lain :
sistem sosial tertentu.
1. Menjamin dan memperbaiki kebutuhan bahan pangan, 2. Memperbaiki penyediaan energi lokal, khususnya produksi kayu bakar, 3. Meningkatkan, memperbaiki secara kualitatif, dan diversifikasi produk bahan mentah kehutanan maupun pertanian, 4. Memperbaiki kualitas hidup daerah pedesaan khususnya pada daerah di mana banyak dijumpai masyarakat miskin, 5. Memelihara hingga memperbaiki
Gambar 8. Agroforestri sistem parak di Sumatera Barat. Sumber, OWT, 2012
II.1.2. Repong Damar, sistem agroforestry
kemampuan produksi dan jasa
damar mata kucing yang banyak
lingkungan setempat (antara lain:
dikembangkan di daerah Krui, Kabupaten
76 | Manual Pelatihan
3
MODUL
yang dihasilkan dari sistem agrforestry
tanaman obat-obatan. Komposisi jenis
repong damar. Produk-produk lain adalah
yang umum ditemui di Jawa Barat dan
buah-buahan, sayur-mayur, dan produk
Banten adalah kombinasi dari tanaman
hortikultura yang lain, seperti langsat, duku,
sengon sebagai tanaman pokok, ubi
nangka, durian, aren, kopi, lada, bambu, dan
kayu, padi gogo, cengkeh, kelapa, pisang,
rotan.
teh, jagung, kopi, dan nangka sebagai tanaman pengisi.
2
padi, jagung, kacang-kacangan dan
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
getah dari pohon meranti (Shorea javanica)
1
tanaman semusim berupa umbi-umbian,
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
Lampung Barat. Damar mata kucing adalah
Beberapa kombinasi jenis tanaman
jambu, nangka, dan kelapa, (2) akasia dan
komposisi jenis tanaman agroforestri di
randu, (3) sengon, rambutan, kemiri, ketela,
Jawa Timur adalah: (1) kopi, lamtoro, pisang,
kacang tanah, dan kedelai.
kelapa, dan bambu, (2) sengon, lamtoro, dan
II.2. Pulau Jawa
4
kelapa, waru, nangka,
II.2.1. Di Jawa Barat dan Banten, terdapat 2
yaitu
telahmengembangkan sistem agroforestri
- Pola tumpangsari (di dalam kawasan
berupa: (1) damar, pinus, dan poh-pohan, (2)
tanaman pokok, tanaman sela, tanaman
Vanili, (4) jati dan garut, (5) jati dan ganyong,
pengisi dan tanaman tumpangsari berupa
(6) kaliandra, kapuk randu, dan lebah madu,
palawija (padi, jagung) dan tanaman
(7) sistem empang parit, (8) jati, mahoni,
semusim lainnya seperti kacang-kacangan,
pohon buah-buahan, tanaman pangan, dan
sayuran dan tanaman obat-obatan
tanaman pakan ternak. (PHBM)
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
jati dan porang (iles- iles), (3) pinus, gamal,
(empon-empon) yang tahan naungan.
II.3.1. Sistem Tembawang dikenal di
dan tanaman lainnya berupa pisang serta
Kalimantan Barat, yaitu bentuk kebun
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
7
II.3. Kalimantan
tanaman penghasil kayu, buah-buahan
Perlindungan Satwa Liar
hutan) yaitu: pola tumpangsari yang berisi
5 6
II.2.3. Perum Perhutani
Rehabilitasi Hutan Bakau
sistem agroforestri yang dikenal masyarakat
- Agroforestri pada lahan milik, berisi
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
kopi, (3) lamtoro, kopi, cengkeh, sengon,
Agroforestry
II.2.2. Di Jawa Timur, secara umum
3
agroforestri di Riau antara lain: (1) rambutan,
| 77
MODUL 3. Agroforestri
hutan yang berasal dari sistem perladangan
II.3.2. Sistem Lembo, adalah areal kebun
berpindah, sehingga merupakan suatu
tradisional masyarakat dayak di Kalimantan
bagian dari tradisi, kebudayaan dan
Timur, dimana terdapat berbagai jenis
kebiasaan masyarakat Dayak.
tanaman berkayu bermanfaat, baik yang belum dibudidayakan, setengah
Gambar 9. Agroforestri Tembawang. Sumber ICRAF
78 | Manual Pelatihan
3
MODUL
didominasi oleh jenis pohon dari
pisang, jambu mete, dan kopi, (5) padi gogo,
suku penghasil buah-buahan, yang
ketela pohon, kedelai, jagung, kacang tanah,
dikombinasikan dengan tanaman-tanaman
kelapa, kopi, cokelat, jambu mete dan kapuk
bermanfaat lainnya atau hewan. Klasifikasi
randu, (6) coklat, kopi, gamal, nilam, lada
1
lada, (4) padi lahan kering, jagung, talas,
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
dibudidayakan dan dibudidayakan,
lembo berdasarkan lokasinya yaitu: lembo
lembo jalan. Hasil dari limbo beragam, yaitu:
mengkombinasikan: (1) tanaman tanaman
pangan, kayu pertukangan, kayu bakar, rotan,
murbei, palawija (kacang, jagung, kedelai),
obat-obatan, racun, bahan pewarna, dll,
padi, kaliandra, sengon, dan lamtoro, (2)
3
Agroforestry
Kemiri dan tanaman pertanian.
2
II.4.3. Sulawesi Selatan,
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
lading, lembo lamin, lembo rumah, dan
II.4. Sulawesi
tanaman : (1). Pala, cengkeh, kelapa dan
Beberapa bentuk agroforestri yang
pohon buah-buahan, (2). Coklat, kelapa dan
dilakukan petani Bali, yaitu : 1. kelapa,
cengkeh
pisang, singkong dan talas, 2. kelapa rumput dan pisang, 3. kelapa cengkeh dan panili,
mengkombinasikan tanaman : (1) kelapa,
sawo, 5, kopi, pisang, dadap dan lamtoro, 6.
langsat, dan kopi, (2) cengkeh, kapuk, dan
kelapa dan coklat, 7. srikaya dan singkong,
jambu mete, (3) jambu mete, kapuk dan
8. srikaya dan rumput, 9. Lamtoro, gamal, jeruk, kacang tanah dan jagung, 10. Akasia,
Perlindungan Satwa Liar
5 6
4. Cengkeh, pisang, nangka, dukuh dan
Rehabilitasi Hutan Bakau
II.4.2. Sulawesi Tenggara,
4
II.5. Pulau Bali
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
II.4.1. Sulawesi Utara, mengkombinasikan
lamtoro, jagung, ayam dan sapi.
II.6. Nusa Tenggara;
di Nusa Tenggara adalah: (1) Uma atau
hanya ada tanaman semusim tetapi ada Gambar 10. Agroforestri kakao dan jati putih di Kolaka, Sulawesi Tenggara. Sumber OWT, 2012
tanaman kerasnya, (2) Sistem pemberaan
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 79
7
Oma, yaitu ladang berpindah dimana tidak
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
Beberapa model agroforestri yang dilakukan
MODUL 3. Agroforestri
tanaman penghasil nira (Arenga pinnata) yang dikombinasikan dengan tanaman pangan di bawahnya, (12) Pemeliharaan atau penangkapan kepiting, udang di daerah bakau, (13) Sistem pagar hidup yang berfungsi ganda sebagai pengaman kebun dan sebagai sumber pakan ternak, (14) Okaluri, yaitu: batas lahan ditanami dengan tanaman serbaguna, (15) Omang wike, yaitu: hutan keluarga tradisional di Sumba, (16) Kone, yaitu: hutan keluarga tradisional di Timor, (17) Rau, yaitu: sistem pertanian lahan kering menetap dengan pohon penutup yang tersebar untuk Gambar 11. Contoh Agroforestri Kopi dengan naungan pohon suren di Manggarai, NTT. © Foto Frans Harum 2008
meningkatkan kapasitas penangkapan air, (18) Terasering tradisional dengan tanaman
dengan pohon dan semak, (3) tumpangsari,
hidup seperti ubi kayu, pakan ternak, pisang
(4) pekarangan, (5) hutan di atas daerah
yang dipadukan dengan tanaman berkayu
persawahan, (6) kebun campuran, dimana
atau semak, (19) Ngerau, yaitu: sistem
pohon dan semak dicampur dengan
pertanian menetap di pinggir hutan dengan
tanaman pangan dan makanan ternak, (7)
mengusahakan tanaman semusim.
turi di pematang sawah, (8) Mamar: bisa
mamar basah, tergantung ada tidaknya
III. Implementasi Agroforestri di Indonesia
mata air, atau mamar pisang dan mamar
Rehabilitasi hutan dan lahan merupakan
kelapa tergantung dominasi tanaman
program pemerintah dalam sistem
ini (terutama di Timor), (9) integrasi kayu
pengelolaan hutan dan lahan, yang
bangunan dalam kebun, (10) pakan ternak,
ditempatkan pada kerangka daerah
peternakan di padang penggembalaan,
aliran sungai. Rehabilitasi dilakukan
(11) Loka tua: tempat orang memelihara
untuk mengisi kesenjangan ketika sistem
diklasifikasikan ke dalam mamar kering dan
80 | Manual Pelatihan
3
MODUL
hasil sistem budidaya hutan dan lahan, yang
serbaguna (MPTS) yang akan ditanam setelah
mengakibatkan deforestasi dan degredasi
memenuhi kriteria bibit layak tanam, yaitu:
fungsi hutan dan lahan.
sehat, seragam, telah berkayu, tinggi minimal 30 cm, dan bermedia kompak.
1
jenis tanaman kayu-kayuan dan tanaman
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
perlindungan tidak dapat mengimbangi
Kegiatan rehabilitasi merupakan kegiatan
budaya bercocok tanam telah lama, termasuk
di luar kawasan hutan negara, maka
di dalamnya budaya menanam dengan
kegiatan banyak dilakukan pada lahan-
melakukan optimalisasi pemanfaatan lahan.
lahan masyarakat dengan berbagai kondisi
Dalam rangka optimalisasi pemanfaatan
penutupan lahan yang secara umum
lahan itulah, maka i sistem agroforestri sangat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu (1) lahan
dianjurkan dalam pelaksanaan program
berpenutupan vegetasi jarang, dimana perlu
penanaman di masyarakat.
III.1. Implementasi Agroforestri
penuh.
Penanaman pada lahan-lahan di luar
4
dilakukan rehabilitasi pengkayaan dan (2) lahan terbuka yang memerlukan rehabilitasi
Agroforestry
kawasan hutan negara. Untuk rehabilitasi
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
bagi masyarakat desa di Indonesia, karena
3
kawasan hutan negara maupun di luar
2
Kegiatan tanam-menanam bukan hal baru
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
penanaman yang dilakukan di dalam
kawasan hutan, dapat dilakukan pada
lahan-lahan yang bervegetasi pohon jarang
tersebut dapat dilakukan melalui dua cara,
hingga terbuka, (3) lahan bertopografi datar
yaitu : (a) membeli bibit atau (b) membuat
hingga miring, (4) lahan di bagian hulu
bibit. Namun apapun caranya pengadaan
hingga hilir suatu Daerah Tangkapan Air
bibit harus memperhatikan : kesesuaian
(DTA), dll. Implementsi sistem agroforestri
tempat tumbuh, kebutuhan masyarakat akan
dalam kegiatan penanaman di perdesaan
jenis yang dipilih, dan kualitas bibit sehingga
dapat dilakukan sebagai berikut :
diperoleh hasil penanaman yang berkualitas.
1. Penanaman secara umum dilakukan
Bibit dapat dikelompokkan ke dalam
pada dua kondisi penutupan vegetasi,
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 81
7
rehabilitasi hutan dan lahan. Pengadaan bibit
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
berpotensi kritis hingga sangat kritis, (2)
Perlindungan Satwa Liar
kegiatan utama yang dilakukan dalam rangka
5 6
(1) lahan-lahan masyarakat baik yang
Rehabilitasi Hutan Bakau
Pembibitan dan penanaman merupakan
MODUL 3. Agroforestri
yaitu lahan berpenutupan vegetasi
dapat diterapkan jarak tanam 6 m x 6 m
jarang dan lahan terbuka.
atau 5 m x 5 m untuk tanaman pohon
2. Pada lahan berpenutupan jarang,
dan MPTS, sedangkan untuk kakao atau
penanaman dilakukan dalam rangka
kopi dapat ditanam di antara tanaman
pengkayaan tanaman dimana
pohon tersebut.
penanaman pengkayaan pada lahan
5. Lahan bervegetasi jarang dan terbuka
masyarakat dapat dilakukan dalam
dapat memiliki kondisi kekritisan lahan
bentuk : (a) penanaman sisipan pada
mulai dari potensial kritis hingga kritis,
suatu tegakan yang sudah ada atau
kondisi topografi datar maupun miring,
(b) penanaman sebagai batas lahan
serta berada di bagian hulu, hilir hingga
(periksa Modul Sub-Bab Penanaman).
pesisir.
Jumlah populasi bibit yang ditanam
6. Pada lahan bagian hulu dan hilir, dapat
sekitar 200 batang/ha. Dengan demikian
dipilih jenis tanaman kayu-kayuan dan
agroforestri yang diterapkan merupakan
MPTS untuk tanah kering yang dipadukan
sistem agroforestri kompleks dalam
dengan tanaman semusim dengan
bentuk pengkayaan kebun/pekarangan.
bentuk agroforestri (1) agrosilvikultur
3. Pada lahan terbuka atau berpenutupan
(kombinasi pertanian dan kehutanan),
vegetasi terbuka, penanaman dilakukan
(2) silvopastura (kombinasi kehutanan
dalam bentuk rehabilitasi penuh.
dan peternakan), (3) agrosilvopastura
Untuk tanaman kayu-kayuan dan MPTS
(kombinasi pertanian, kehutanan, dan
dapat menerapkan jarak tanam 5 m x
peternakan), (4) silvofishery (kombinasi
5 m, sehingga jumlah populasi yang
kehutanan dan perikanan, (5) apiculture
dibutuhkan adalah 400 batang/ha.
(kombinasi kehutanan dan lebah), atau
Pada kondisi lahan terbuka ini dapat
(6) sericulture (kombinasi pohon dan ulat
diterapkan sistem agroforestri sederhana,
sutera). Adapun pada bagian pesisir
dimana di antara tanaman kayu-kayuan
khususnya areal mangrove, dapat dipilih
dan MPTS dapat ditumpangsarikan
jenis-jenis tanaman mangrove seperti
dengan tanaman semusim.
Rhizophora sp (bakau) yang dipadukan
4. Jika ingin melakukan kombinasi antara tanaman pohon dan kakao atau kopi,
82 | Manual Pelatihan
dengan kegiatan perikanan (silvofishery/ wanamina).
3
MODUL
jenis yang tahan naungan
11. Sistem penanaman pertama dapat
merupakan upaya pengendalian alangalang
memerlukan jenis yang memerlukan
12. Tanaman yang bisa memberi naungan
cahaya penuh
ditanam lebih dahulu dari tanaman yang
9. Kesalahan pemilihan jenis untuk
1
8. Penanaman pada lahan terbuka
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
7. Penanaman pengkayaan memerlukan
tahan atau yang perlu naungan 13. Tanaman yang mampu menyuburkan tanah ditanam lebih dahulu sebelum
menyebabkan kegagalan pertumbuhan
jenis tanaman yang memerlukan kondisi
tanaman.
tanah yang lebih baik 14. Tanaman yang memerlukan cahaya penuh tidak ditanam pada lokasi dimana
pilihan yang tepat. Kedua jenis tersebut
tanaman lain akan menaunginya
memerlukan naungan ringan dalam
sebelum mereka dewasa
akan memerlukan ruangan untuk tumbuh
III.2. Strategi Pemilihan Jenis
4
produksi yang optimal.
15. Pohon yang berukuran sedang atau besar
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
pertumbuhannya untuk menghasilkan
3
sebagai tanaman sisipan merupakan
Agroforestry
10. Pemilihan tanaman kakao dan kopi
2
penutupan vegetasi tersebut, akan
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
penanaman pada kedua kondisi
Di lapangan sering ditemukan kegagalan
itu untuk mencapai tingkat keberhasilan
beberapa faktor yang dapat menentukan
Perlindungan Satwa Liar
penanaman yang tinggi, perlu diperhatikan
5 6
penanaman kurang diperhatikan. Oleh sebab
Rehabilitasi Hutan Bakau
dalam penanaman akibat persyaratan dalam
keberhasilan penanaman, yaitu: kesesuaian
kesesuaian teknik penanaman, kualitas bibit,
7
dan keamanan dari gangguan. Gambar 12. Contoh silvopastura yang dipraktekan di Manggarai, NTT. © Foto Frans Harum 2008
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
tempat tumbuh, kesesuaian musim tanam,
| 83
MODUL 3. Agroforestri
Dari beberapa faktor tersebut, kesesuaian
karbohidrat yang akan disebarkan ke
tempat tumbuh menjadi faktor penting
seluruh bagian tanaman, yang sangat
penting dalam menentukan keberhasilan
berguna bagi pertumbuhan tanaman. Tanpa
penanaman. Kesesuaian tempat tumbuh
cahaya pertumbuhan beberapa kelompok
sangat terkait dengan pemilihan jenis
tanaman akan berjalan lambat karena proses
tanaman. Tanaman yang ditanamdi tempat
menghasilkan energi dan karbohidrat tidak
yang tidak sesuai akan mengurangi tingkat
berjalan normal.
keberhasilan penanaman. Oleh sebab itu penentuan jenis yang akan dikembangkan
Perlu dipahami pula bahwa kebutuhan
menjadi prasyarat utama yang harus
cahaya tiap jenis tanamanberbeda.
diperhatikan dalam suatu program
Pada tanaman jenis pohon, terdapat
rehabilitasi lahan atau hutan.
pengelompokkan tanaman yang membutuhkan cahaya penuh, khususnya
Berdasarkan kenyataan tersebut, apapun
pada tingkat anakan, dan tanaman yang
bentuk kegiatan penanaman, harus
tidak membutuhkan cahaya penuh
memperhatikan faktor-faktor yang akan
tetapi memerlukan naungan dalam
menentukan keberhasilan penanaman.
pertumbuhannya. Pemahaman akan
Suatu kegiatan penanaman dikatakan
kebutuhan cahaya sangat berguna dalam
berhasil jika tanaman yang ditanam di
melakukan praktek budidaya tanaman
lapangan tumbuh dengan baik yang
sehingga teknik dan pola penanaman yang
ditandai oleh persentase tanaman tumbuh
tepat dapat dilakukan.
dan persentase tanaman sehat yang tinggi. Pemahaman tentang kebutuhan tanaman Cahaya adalah faktor abiotik-klimatis
akan cahaya sangat penting bagi
yang secara langsung mempengaruhi
keberhasilan suatau penanaman. Praktek
pertumbuhan tanaman. Dengan bantuan
pananaman yang salah uga terjadi akibat
cahaya maka proses fotosintesis (‘memasak’)
tingkat kebutuhan tanaman akan cahaya
yang dilakukan pada daun tanaman dapat
tidak dipahami. Hal ini dapat berdampak
berjalan dengan baik. Dari proses ‘memasak’
pada kegagalan penanaman. Berdasarkan
tersebut akan menghasilkan energi dan
kebutuhan akan cahaya, tanaman dapat
84 | Manual Pelatihan
3
MODUL
dan jenis yang memerlukan cahaya penuh
kebun-kebun atau pekarangan masyarakat
(jenis intoleran). Jenis tanaman intoleran
yang berdasarkan identifikasi kondisi semula
(perlu cahaya) dapat ditanam lebih awal,
memiliki vegetasi jenis pohon jarang (sekitar
sedangkan jenis tanaman toleran (perlu
2-5 individu setiap plot ukuran 10 m x 10 m).
naungan) dapat ditanam kemudian
Pada kondisi ini perlu dipilih jenis tanaman
atau digunakan pada model rehabilitasi
yang tahan naungan.
2
kebun di mana penanaman dilakukan pada
pengkayaan. Tingkat kebutuhan cahaya III.4. Agroforestri Pada Lahan Terbuka
berikut:
Kondisi yang sering dijumpai pada lahan
3
Tabel 1. Tingkat Kebutuhan Cahaya Berbagai Jenis Tanaman
Jenis Butuh Cahaya Penuh
Jenis Butuh Naungan
Agak Rendah (perdu, merambat, dll.)
Pepaya, ubi kayu, pisang
Kopi, pisang abaca, lada, kakao
Rendah (herba)
Padi gogo, sayur-sayuran
Sayuran tahan naungan, tumbuhan bawah tahan naungan
Usaha penanggulangan alang-alang dapat
lahan bervegetasi jarang dapat dilakukan
Namun, penanganan secara biologi sangat
penanaman pengkayaan baik sebagai
dianjurkan karena relatif murah, ramah
tanamn sisipan maupun penanaman pada
lingkungan, dan memberikan hasil yang
batas lahan (periksa Gambar 7). Penanaman
optimal.
7
dilakukan secara kimiawi maupun biologi.
pengkayaan merupakan salah satu wujud pelaksanaan sistem agroforestri, khususnya
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
Sebagaimana disebutkan di atas, pada lahan-
Perlindungan Satwa Liar
Jarang
terbuka adalah tumbuhnya alang-alang.
5 6
Jambu mete, sentang, kelapa sawit, Pinang (Jambe), sirsak, bambu, alpukat, jambu biji, pohon buah-buahan, kayu manis, langsat, pala, aren pohon penghasil kayu bakar
Rehabilitasi Hutan Bakau
Agak Tinggi (Pohon Kecil)
4
Trembesi, sukun, cemara, kelapa, jati putih, mangga, sengon, angsana, mahoni, jati, suren, dll.
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
Durian, manggis, rambutan, meranti, gaharu, dll.
Tinggi (Pohon Besar)
III.3. Agroforestri Pada Lahan Bervegetasi
Agroforestry
berberapa jenis tanaman disajikan sebagai
Kebutuhan Cahaya
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
yang memerlukan naungan (jenis toleran)
1
agroforestri kompleks bentuk pekarangan/
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : jenis
| 85
MODUL 3. Agroforestri
Usaha penekanan pertumbuhan alang-
sebagai berikut :
alang secara biologi dilakukan dengan memberikan perlakuan tingkat naungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat naungan berpengaruh nyata terhadap
a. Pola Agroforestri Berbagai Tanaman Kayu Sengon (Paraserianthes falcataria): Pada
pertumbuhan alang-alang (Purnomosidhi, et
tahap awal petani membuka lahan
al., 1998) sebagai berikut:
alang-alang secara kimiawi atau mekanis
Naungan 90% : pertumbuhan alang-
(membajak). Selanjutnya lahan ditanami
alang dapat dikendalikan dalam waktu 4
sengon dengan jarak tanam 2 m x 4 m.
bulan
Pada Tahun I padi gogo ditanam di antara
Naungan 50% : pertumbuhan alang-
tanaman sengon, Tahun II - IV ditanami
alang dapat dikendalikan dalam waktu 8
ketela. Tahun V-VIII naungan tajuk
bulan
sengon berkisar 28%, kemudian menurun
Naungan 25% : tidak dapat
hingga 18%. Pada intensitas ini, alang-
mengendalikan pertumbuhan alang-
alang dapat ditekan pertumbuhannya,
alang, hanya menurunkan viabilitas
tetapi masih mampu untuk tumbuh
rhizomanya
kembali jika mendapat cukup cahaya. Akasia (Acacia mangium): Akasia yang
Penggunaan pohon sebagai naungan untuk
ditanam dengan jarak tanam 2 m x 4
mengendalikan alang-alang merupakan
m (1.250 tanaman/ha) pada umur 4
metode yang murah. Jenis-jenis pohon yang
tahun memiliki intensitas cahaya sampai
dipilih sebagai naungan sebaiknya pohon
di permukaan tanah sebesar 10%,
yang cepat tumbuh, menghasilkan banyak
sehingga cukup baik digunakan untuk
serasah, mempunyai kanopi yang rapat,
merehabilitasi alang-alang.
relatif tahan terhadap alelopati dan tahan
Petaian (Peltophorum dasyrrachis): P.
terhadap api. Pola agroforestri yang biasa
dasyrrachis yang ditanam di antara alang-
digunakan untuk mengendalikan alang-
alang dapat menghambat pertumbuhan
alang antara lain agroforestri tanaman
alang-alang.
kayu, karet, lada, kakao, dan kopi. Pola
Gamal (Gliricidia sepium): Gamal termasuk
agroforestri antara lain dapat dilakukan
jenis tanaman yang cepat tumbuh dan
86 | Manual Pelatihan
3
MODUL
alang-alang. Di samping itu kayunya juga
kembali setelah terbakar dan tahan terhadap
dapat digunakan sebagai bahan arang
kekeringan. Jarak tanam yang biasa
kayu.
digunakan petani untuk bertanam kelapa sawit adalah 8 m x 9 m atau terdapat 138
Pada umur sekitar 7 tahun intensitas cahaya
50-80%, dan pada jarak 4 m dari tanaman
yang sampai ke permukaan tanah adalah
masih sekitar 100%. Pada tanaman sawit
kurang dari 20%. Pada Tahun I - III, biasanya
yang telah mencapai ketinggian 10 m
petani menanam ketela pohon di antara
intensitas cahaya yang sampai di bawah
barisan tanaman karet. Setelah Tahun III,
tanaman tinggal sekitar 15-20% sehingga
ketika percabangan tanaman karet telah
dapat menekan pertumbuhan alang-alang.
terbentuk, tanaman pangan dan alang-alang
Sistem agroforestri dilakukan dengan cara
mulai tidak bisa tumbuh.
menanam tanaman pohon di antara kelapa sawit, misalnya : karet, jelutung, pisang,
c. Pola agroforestri kelapa sawit
gaharu, pepaya, jahe, nilam, dll.
Agroforestry
di dekat kanopi tanaman adalah antara
4
jarak tanam 4 m x 5 m (500 tanaman/ha).
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
cahaya yang sampai ke permukaan tanah
3
Karet biasanya ditanam oleh petani dengan
2
tanaman/ha. Pada umur 1-5 tahun, intensitas Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
b. Pola agroforestri karet
1
pilihan yang terbaik karena dapat tumbuh
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
dapat digunakan untuk mengendalikan
Petani menganggap kelapa sawit sebagai
7
| 87
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
Perlindungan Satwa Liar
K
enyataan di lapangan menunjukkan banyak lahan masyarakat telah dikonversi menjadi perkebunan-perkebunan sawit. Petani menganggap kelapa sawit sebagai pilihan yang terbaik, karena bisa tumbuh kembali setelah terbakar dan tahan terhadap kekeringan. Jarak tanam yang biasa digunakan petani untuk bertanam kelapa sawit adalah 8 m x 9 m atau terdapat 138 tanaman/ha. Pada umur 1-5 tahun, intensitas cahaya yang sampai di permukaan tanah di dekat kanopi tanaman dalam sistem ini antara 5080% dan pada jarak 4m dari tanaman masih sekitar 100%. Pada tanaman yang telah mencapai ketinggian 10 m intensitas cahaya yang sampai di bawah tanaman sekitar tinggal 15-20% sehingga dapat menekan pertumbuhan alang-alang. Sistem agroforestri dilakukan dengan cara menanam tanaman pohon di antara kelapa sawit, misalnya : karet, jelutung, pisang, gaharui, pepaya, jahe, nilam, dll.
5 6
Rehabilitasi Hutan Bakau
Kotak 1. Penerapan pola agroforestri pada kebun sawit
MODUL 3. Agroforestri
1. Tanaman Pagar Spesies yang disarankan
Calliandra calothyrsus (Kalianda) Gliricidia sepium (Gamal) Leucaena leucocephala (Lamtoro gung) Sebania sesban (Turi) Senna spectabilis
Sifat-sifat species yang baik Tahan terhadap kebakaran Memiliki kanopi yang luas & rapat, sehingga dapat menutupi bidang olah selama bera Tahan pemangkasan yang dilakukan seringkali Mengikat nitrogen atau daunnya kaya N dan P Menghasilkan banyak seresah Memeiliki perakaran yang dalam Dapat ditanam dari biji Bisa adaptasi dengan iklim dan tanah setempat Tersedia bahan tanam Menghasilkan pakan ternak dan kayu bakar
2. Tanaman kacang-kacangan untuk menghambat pertumbuhan alang-alang Spesies anjuran
Calopogonium mucunoides (Kacang asu) Centrosema pubescens (Ki besin) Mucuna pruriens (Koro benguk) Phaseolus carcaratus (Kacang oci) Pueraria spp. (Kacang ruji) Stylosanthes guyanensis Campuran spesies
Sifat-sifat spesies yang baik
Penambat nitrogen Beradaptasi pada kondisi tanah dan iklim setempat Toleran terhadap pengaruh alelopati alang-alang Mudah dan cepat tumbuh secara alami Tahan terhadap hama dan penyakit Merambat dan mampu menghambat pertumbuhan alang-alang Penghasil pakan ternak dan kayu bakar Benihnya mudah tersedia
3. Jenis tanaman buah tumbuh baik di lahan alang-alang Spesies yang tahan
Aleurites moluccana (Kemiri) Anacardium occidentale (Jambu mede) Cocos nucifera (Kelapa) Hevea brasiliensis (Karet) Mangifera indica (Mangga) Musa spp. (Pisang) Psidium guajava (Jambu biji)
88 | Manual Pelatihan
Spesies lainnya
Artocarpus heterophyllus (Nangka) Canarium ovatum (Kenari) Ceiba pentandra (Kapok) Citrus spp. (Jeruk) Garcinia mangostana (Manggis) Manilkara zapota (Sawo manila) Sandoricum koetjape (Kecapi, Sentul) Spondias purpurea (Kedondong) Syzyqium cumini (Juwet) Tamarindus indica (Asam)
3
MODUL
Tumbuh cepat Tajuk lebar dan rapat Tahan kebakaran: Kulit kayu tebal Bertunas setelah kebakaran, atau Biji tumbuh kembali setelah kebakaran Beradaptasi dengan tanah dan iklim setempat
petani lebih dahulu menanam tanaman
seperti padi, jagung atau tanaman pangan
penaung yaitu Gliricidia sepium atau
yang lain. Selain itu, di dalam sistem ini
Erythrina orientalis. Tanaman penaung yang
biasa ditemukan pula tanaman buah dan
juga berfungsi sebagai tanaman perambat,
tanaman lain seperti pete (Parkia spesiosa),
ditanam dengan jarak 2 x 2 m2. Setelah
jengkol (Phitecellobium dulce), durian (Durio
tumbuh dengan baik (1-2 tahun), lada dan
zibethinus), duku (Lansium domisticum)
kopi baru ditanam. Lada ditanam di dekat
dan kapuk (Ceiba pentandra) yang tumbuh
tanaman penaung sedangkan kopi ditanam
secara acak dan berfungsi sebagai penaung
di tengah luasan 4 m2. Selama menunggu
atau batas kepemilikan lahan.
Agroforestry
biasanya petani menanam tanaman pangan
4
Untuk memulai penanaman lada/kopi,
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
tanaman penaung tumbuh dengan baik,
3
d. Sistem agroforestri lada/kopi
2
Acacia mangium (Akasia) Acacia auriculiformis (Akasia) Bambusa spp. (Bambu) Gliricidia sepium (Gamal) Gmelina arborea (Bulangan) Leucaena leucocephala (Lamtoro gung) Vitex pubescens (Laban)
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Sifat-sifat yang diharapkan
1
Jenis utama yang berhasil
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
4. Jenis tanaman yang tumbuh baik di lahan alang-alang
Perlindungan Satwa Liar
5 6
Rehabilitasi Hutan Bakau
7
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 89
MODUL 3. Agroforestri
Pada umur 4 tahun intensitas cahaya yang
Evaluasi Kemampuan
sampai di permukaan tanah masih berkisar antara 45-50%, tetapi pada umur 10 tahun
Modul 3. Agroforestri
intensitas cahaya yang sampai dipermukaan
Soal Essay
tanah hanya 20%.
1. Apa yang dimaksud dengan agroforestri? 2. Sebutkan ciri-ciri agroforestri!
Berikut ini adalah jenis-jenis tanaman
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan
untuk rehabilitasi lahan alang-alang yang
sistem agroforestri sederhana dan
dikelompokkan berdasarkan tujuannya yaitu:
agroforestri komplek
Mengingat sebagian besar lahan, khususnya
4. Sebutkan beberapa bentuk agroforestri!
di luar Jawa, memiliki pH rendah, maka perlu
5. Sebutkan contoh-contoh praktek
diketahui juga beberapa contoh tanaman
agroforestri di Indonesia!
yang toleran pada tingkat kemasaman tanah tinggi, antara lain :
Soal Pilihan Ganda
Tanaman palawija: kacang tanah, kacang
6. Bentuk agroforestri yang kenampakan
tunggak, gude Tanaman keras: kopi, teh, kelapa sawit, karet Pohon buah-buahan : rambutan, nangka,
fisik dan dinamika di dalamnya mirip ekosistem hutan, baik hutan primer maupun sekunder disebut : a. Agroforestri sederhana
durian, cempedak, dukuh, manggis,
b. Silvopastura
jambu air, jambu air, jambu biji, jambu
c. Agroforestri komplek
mete, sirsak, mangga, petai, jengkol.
d. Agrosilvikultur
Penghasil kayu : sungkai, pulai, sengon
7. Agrosilvopastura merupakan salah satu
laut, mahoni, mangium, jati putih
bentuk agroforetsri yang merupakan
(gmelina)
gabungan dari komponen-komponen
Tanaman pagar : lamtoro, gamal, petaian, flemingia Tanaman legume : orok-orok, callopo, centro, pueraria, dll.
sebagai berikut : a. Pertanian, kehutanan, perikanan b. Pertanian, kehutanan, peternakan c. Kehutanan, perikanan, peternakan d. Pertanian, kehutanan, dan lebah madu
90 | Manual Pelatihan
3
MODUL
1
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
8. Berikut adalah strategi yang salah dalam membangun agroforestri
putih, sengon, angsana, mahoni
lain akan menaunginya sebelum
c. Durian, manggis, rambutan, meranti,
mereka dewasa
gaharu, cokelat d. Semua benar
cahaya penuh
agroforestri dengan sistem penanaman
c. Penanaman pada lahan terbuka
lainnya
baik menyangkut produk maupun jasa. c. Kurang mampu memenuhi kebutuhan pokok masyarakat dan petani kecil d. Jawaban a dan c benar
penanamannya
Perlindungan Satwa Liar
5 6
memerlukan cahaya penuh untuk
b. Menghasilkan diversitas yang tinggi,
Rehabilitasi Hutan Bakau
9. Di bawah ini adalah jenis-jenis yang
rendah
4
alang-alang
a. Menghasilkan produk total yang lebih
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
memerlukan jenis yang memerlukan
merupakan upaya pengendalian
10. Berikut ini adalah keunggulan
3
memerlukan jenis yang memerlukan
Agroforestry
b. Penanaman pada lahan terbuka
d. Sistem penanaman pertama dapat
putih, mangga, sengon, meranti, kopi
2
penuh tidak ditanam dimana tanaman
b. Trembesi, sukun, cemara, kelapa, jati
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
a. Tanaman yang memerlukan cahaya
naungan
a. Trembesi, sukun, cemara, kelapa, jati
7
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 91
MODUL 3. Agroforestri
Daftar Pustaka Bagnall-Oakeley H, Conroy C, Faiz A, Gunawan A, Gouyon A, Penot E, Liangsutthissagon S, Nguyen HD and C Anwar. 1997. Imperata managementstrategies used in smallholder rubber-based farming system. Agroforestri System 36:83-104. Garrity DP et al. 1997. The Imperata grasslands of tripocal Asia: area, distribution and typology. Agroforestri Systems 36: 3-29. Hairiah K et al. 2000. Reclamation of Imperata Grassland using Agroforestri. Lecture Note 5. ICRAF. (http://www.icraf.cgiar.org/sea). Kang BT. 1989. Nutrient management for sustained crop production in the humid and subhumid tropic. In Van der Heide (ed) Proc. Int. Symp. Nutrient management for food crop production in tropical farming system. IB-DLO and Unibraw :3-28. Tjitrosemito S and M Soerjani. 1991. Alang-alang grassland and land management aspects. In M Sambas Sabarnurdin et al. (ed). Forestation of alang-alang (Imperata cylindrica Beauv. var Koenigii Benth) grassland : lesson from South Kalimantan. p. 10-36. Purnomosidhi P, van Noordwijk M and S Rahayu. 1998. Shade-based Imperata control in the establishment of agroforestri system (field survey report). Van Noordwijk M. 1997. Agroforesty as reclamation pathway for imperata grassland use by Smallholders. In Proc. Panel Discussion on Management of Imperata Control and Transfer of Technology for Smallholder Rubber Farming System. Balai Penelitian Sembawa, Pusat Penelitian Karet Indonesia. pp 2-10. Van Noordwijk M and Rudjiman. 1997. Peltophorum dasyrhachis (Miquel) Kurz. In Faridah Hanum I & van der Maesen LJG (Eds.): Plant Resources of South-East Asia No. 11. Auxiliary Plants. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. pp. 207-209. (http://www.icraf.cgiar.org).
92 | Manual Pelatihan
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
4 MODUL
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 93
MODUL 4. Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
MODUL 4.
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon I. Pembangunan dan Pengelolaan Persemaian Desa
Berdasarkan sifat lokasinya, maka
Persemaian adalah tempat atau areal untuk
jenis, yaitu persemaian lahan kering
kegiatan memproses benih (atau bahan lain
dan mangrove. Persemaian mangrove
dari tanaman) menjadi bibit/semai yang
dibahas secara khusus pada Modul 5.
siap ditanam. Pembangunan persemaian
Lokasi persemaian lahan kering memiliki
desa merupakan bagian penting dalam
persyaratan sebagai berikut :
upaya rehabilitasi Daerah Tangkapan
- Pada lahan datar-landai. Apabila pada
persemaian dikelompokkan dalam dua
Air (DTA), karena persemaian akan
lahan yang miring sebaiknya pada lahan
memproduksi bibit sebagai hasil usaha
dengan arah lereng ke timur agar mudah
masyarakat yang akan digunakan dalam
dijangkau sinar matahari pagi
penanaman di areal DTA.
- Dekat dengan lokasi penanaman, untuk mengurangi resiko kerusakan bibit saat
Tujuan dibangunnya persemaian desa
pengangkutan dari lokasi pembibitan ke
antara lain : (a) meminimalkan kerusakan
lokasi penanaman.
bibit akibat pengangkutan, (b) mendekatkan
- Bebas dari konflik kepemilikan lahan.
bibit dengan lokasi penanaman, (c) memberi
- Terlindungi atau aman dari gangguan.
percontohan teknik persemaian kepada
- Dekat dengan sumber air.
masyarakat ketika akan mengembangkan
- Memiliki akses jalan yang baik untuk
jenis-jenis bermanfaat ke depan, (d) sebagai pusat pendidikan dan kegiatan sosial untuk peningkatan SDM masyarakat dalam
memudahkan pengangkutan - Dekat dengan kampung agar mudah diawasi dan mendapatkan tenaga kerja
bidang pembibitan, (e). memungkinkan pengendalian biaya produksi bibit dan (f ).
I.1.2. Kebutuhan Bahan dan Peralatan
membangun kemandirian dan tanggung
a. Bahan
jawab dalam produksi bibit dan penanaman.
Bahan-bahan yang dibutuhkan pembuatan persemaian antara lain :
I.1. Penyiapan Sarana dan Prasarana Persemaian I.1.1. Penetapan Lokasi Persemaian
94 | Manual Pelatihan
benih beberapa jenis tanaman media (pasir halus, tanah humus (lapisan tanah atas), pupuk kandang,
4
MODUL I.1.3. Fasilitas Persemaian
Naungan dari alang-alang atau daun
a. Tempat Penyemaian
Tempat penyemaian benih dapat disiapkan
modal cukup dapat menggunakan
berdasarkan kelompok ukuran benih, yaitu :
paranet (naungan 65%),
(1) Penyemaian benih ukuran besar (ukuran
12 cm, untuk benih besar dapat
mangga) dengan cara disemai langsung
menggunakan polybag ukuran lebih
pada media di polybag.
Agroforestry
2 3
> 2 cm, seperti : nangka, durian, alpukat, Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
polybag (standar ukuran diameter
1
kelapa atau aren. Apabila memiliki
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
sekam padi (dibuat arang sekam),
4
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
Gambar 11. Benih besar langsung disemai di polybag. Sumber OWT, 2011
besar misalnya diameter 15 cm).
(2) Penyemaian benih ukuran sedang (1-2
insektisida)
mindi,) ukuran kecil (0,5 – 1 cm, seperti
b. Peralatan
: sengon, suren, akasia, gaharu), dan
duabanga) dengan cara disemai dahulu
sarung tangan, masker, timbangan, gelas
pada media semai/perkecambahan.
ukur, handsprayer, selang air, gerobak
Tempat untuk mengecambahkan benih
dorong, karung, peralatan pengairan,
dapat dibuat dalam tiga bentuk, yaitu :
tangki air, ayakan pasir, terpal, golok, dan
- Bedeng tabur, dibuat dalam bentuk
gunting stek,
bedengan dengan ukuran 1 m x 4 m. Bedeng dibatasi oleh bambu atau
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 95
7
cangkul, sekop, ember plastik, gembor,
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
halus (< 0,5 cm, seperti: jabon, ekaliptus,
Perlindungan Satwa Liar
Peralatan yang diperlukan antara lain :
5 6
cm, seperti : mahoni, khaya, kayu afrika,
Rehabilitasi Hutan Bakau
Obat-obatan (fungisida dan
MODUL 4. Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
papan kayu setebal 20 cm. Media
- Bak kecambah plastik
semai diletakkan pada bedengan
Bak kecambah plastik juga dapat
untuk menyemai/menabur benih.
digunakan untuk mengecambahkan
Atap bedeng tabur dapat dibuat
benih, khususnya benih-benih
dari rumbia agar tidak terkena hujan
berukuran kecil (sengon, suren,
langsung, sedangkan tiangnya dibuat
meranti, mindi, jati, gaharu, dll.) dan
dari bambu dengan ketinggian
benih halus (jabon, ekaliptus, akasia,
sekitar 100 cm. Media penyemaian
dll.). Bak kecambah perlu dilubangi
dimasukkan ke dalam bedeng tabur
bagian bawahnya agar tidak terjadi
hingga kedalaman sekitar 10-15 cm.
penggenangan air saat disiram.
Gambar 12. Model bedeng tabur (kiri) dan semai mahoni siap sapih (kanan). Sumber OWT, 2011
Gambar 13. Penyemaian benih Shorea selanica (kiri) dan semai siap sapih (kanan). Sumber OWT, 2011
96 | Manual Pelatihan
4
MODUL
1
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
dari pasir halus atau campuran pasir
plastik, bak kecambah juga dapat
perbandingan 1 : 1. Lalu bak ditutup
dibuat dari papan kayu. Bak ini dibuat
dengan penutup yang rangkanya
dari papan kayu ukuran : panjang 4
dilapisi plastik buram.
4
halus dan arang sekam dengan
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
Selain menggunakan bahan dari
Agroforestry
- Bak kecambah papan kayu
2 3
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Gambar 14. Bak kecambah papan kayu (kiri) dan semai sengon siap sapih (kanan). Sumber OWT, 2010 - 2011
m, lebar 0,8 m, dan tinggi 0,6 m. Pada
kecil setebal 5 cm lalu bagian atasnya
Bedeng sapih adalah tempat untuk
diisi media kecambah setebal 15
menyusun polybag berisi media tumbuh
cm. Media kecambah dapat dibuat
untuk penyapihan semai dan dipelihara
Perlindungan Satwa Liar
5 6
b. Bedeng Sapih
Rehabilitasi Hutan Bakau
bagian dasar diisi batu koral/batubatu
7
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
Gambar 15. Benih besar langsung disemai di polybag. Sumber OWT, 2011
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 97
MODUL 4. Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
hingga menjadi bibit siap tanam. Bedeng
menghasilkan naungan yang tidak seragam
sapih dibuat dengan ukuran 1 m x 5 m. Batas
terhadap semua bibit di bedeng sapih. Agar
bedeng menggunakan bambu dan jarak
diperoleh naungan dengan pencahayaan
antar bedeng 1 m. Bedeng sapih sebaiknya
yang seragam, maka sebaiknya digunakan
dibuat memanjang menurut arah Utara-
paranet Naungan paranet memeiliki tingkat
Selatan agar memperoleh cahaya secara
penutupan yaitu: 75%, 65%, 50%, dll.
merata d. Sarana Perairan c. Naungan Persemaian
Air merupakan syarat penting dalam
Pertumbuhan bibit saat masih kecil
sebuah persemaian. Oleh sebab itu
tidak tahan terhadap penyinaran cahaya
persemaian harus dibuat tidak jauh dari
matahari secara langsung, karena itu
sumber air, misalnya sungai atau sumber
perlu diberi naungan. Untuk membuat
mata air. Jika sumber air berada di bagian
naungan diperlukan tiang dan atap. Tiang
atas persemaian, tidak perlu alat jenset
dapat dibuat dari bambu yang tahan lama
(pompa air) untuk mengalirkan air menuju
(misalnya bambu betung), kemudian
penampung air/tangki air di persemaian.
bagian atapnya diberi naungan. Tinggi
Sebaliknyajika sumber air berada di bawah
tiang disesuaikan agar tidak mengganggu
areal persemaian maka diperlukan jenset
saat orang berdiri (± 2 – 3 m). Naungan
atau pompa air untuk mengalirkan air ke
dapat dibuat dari alang-alang, daun
lokasi persemaian.
kelapa atau aren namun biasanya cara ini
Gambar 16. Naungan persemaian menggunakan paranet. Sumber OWT, 2011
98 | Manual Pelatihan
4
MODUL
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
e. Gubuk Kerja Pembuatan gubuk kerja tergantung
1
ketersediaan dana. Gubuk kerja merupakan bangunan sederhana dapat berukuran 3 m x 4 m, beratap rumbia, dan lantai tanah. Gubuk kerja digunakan untuk melakukan
Gambar 17. Contoh Rumah Bokashi. Sumber OWT, 2011
polybag, pencampuran pestisida, perlakuan g. Alat Pembuat Arang Sekam
penyiapan media kecambahdan administrasi
Pemanfaatan arang sekam sebagai media
persemaian
tumbuh tanaman memiliki manfaat antara
Agroforestry
benih, penyiapan bak kecambah plastik,
2 3
pengayakan media, pengantongan media ke
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
beberapa pekerjaan persemaian seperti:
lain: (1) meningkatkan sirkulasi udara (aerasi)
Digunakan untuk memproduksi pupuk
hara tidak mudah tercuci sehingga siap
organik seperti bokashi dan kascing. Pupuk
digunakan untuk tanaman, dan (4) arang
organik akan digunakan sebagai campuran
sekam mempunyai pori yang efektif untuk
dalam media tumbuh bibit.
mengikat dan menyimpan hara. Arang
4
dan air (drainase), (2) menetralkan pH, (3)
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
f. Rumah Produksi Pupuk Organik
sekam dapat dimanfaatkan sebagai media
Perlindungan Satwa Liar
5 6
Rehabilitasi Hutan Bakau
campuran dengan komposisi,untuk media
7
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
Gambar 18. Model Alat Pembuat Arang Sekam. Sumber OWT, 2010
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 99
MODUL 4. Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
perkecambahan benih menggunakan campuran arang sekam dan pasir = 1 : 1;
lamtoro, dll • Rehabilitasi lahan kritis: jenis-jenis pionir
untuk media sapih menngunakan campuran
seperti legume (gamal, lamtoro, sengon,
arang sekam : kompos : tanah = 1 : 1 : 2‘
dll)
dan untuk media tanam di lapangan hanya
• Rehabilitasi DAS, resapan air, sumber
menambahkan 1 liter arang sekam/lubang
mata air, dll.: prioritaskan jenis-jenis
tanam.
pohon lokal. Penetepan jenis dilakukan berdasarkan
I.2. Teknik Pembibitan
kesesuaian tempat tumbuh dan merupakan
Pembibitan dapat dilakukan dengan dua
jenis yang diminati masyarakat.
cara, yaitu secara generatif (dari benih) dan vegetatif (bagian tanaman selain biji) seperti
I.2.2. Pengadaan Benih
dengan cara stek, cangkok, okulasi, atau
Dalam pengadaan benih, hal penting yang
sambung. Pembibitan secara vegetatif
harus diketahui adalah (1) Mengetahui
memerlukanketerampilan khusus, sehingga
musim benih, misalnya benih mahoni dan
pada tahap awal perlu dikuasai teknik
suren dapat dikumpulkan pada bulan
pembibitan secara generatif terlebih dahulu.
Mei-Juni, benih nangka dan alpukat bisa dikumpul setiap saat, benih durian bisa
I.2.1. Pemilihan Jenis Tanaman
dikumpulkan pada bulan Juni-Juli, dan
Sebelum kegiatan pembibitan, perlu
manggis pada Juli-Agustus, (2) Mengetahui
ditetapkan jenis yang akan dikembangkan.
sifat benih, terdapat dua sifat penting, yaitu
Jenis apa yang anda ingin tanam tergantung
: (a) Ortodok (benih dapat disimpan lama,
pada dimana dan untuk apa anda tanam,
misalnya : sengon, jabon, jati, dll.) dan (b)
antara lain:
Rekalsitran (benih tidak dapat disimpan
• Penghasil balok, papan (bahan
lama, misalnya : suren, nangka, manggis,
bangunan): mahoni, jati, suren, uru,
durian, karet, dll.), (3). Dimana benih akan
sengon, dll
diperoleh, Benih sebaiknya diperoleh
• Penghasil buah-buahan: manggis, durian, karet, nangka, dll • Penghasil pakan ternak: Kaliandra,
100 | Manual Pelatihan
dari sumber benih berkualitas baik dan diutamakan dari jenis-jenis lokal, oleh sebab itu jika dijumpai jenis pohon lokal
4
MODUL
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
berkualitas disarankan untuk dijadikan sebagai pohon induk desa sehingga sifat
1
unggul diharapkan akan menurun pada bibit yang kita produksi. Untuk memastikan mutu genetik, maka sebaiknya tidak hanya mengunduh benih dari satu pohon induk
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
saja. Kumpulkan sebanyak-banyaknya dari
2 3
semua pohon-pohon induk yang ada.
Namun demikian tidak menutup
Agroforestry
kemungkinan pengadaan benih diperoleh dari pohon dari luar daerah. Beberapa lokasi tempat pengumpulan benih dari beberapa
4
sebagai berikut : Gambar 19. Pohon Induk Desa. Sumber Ujang, 2009 Tabel 1. Daftar Lokasi untuk Pengumpulan Benih
Litbang Kehutanan dan Perhutani KPH Cianjur Litbang Kehutanan Litbang Kehutanan Litbang Kehutanan Litbang Kehutananand Perhutani KPH Kediri Litbang Kehutanan PTPN VIII
Tajur-Bogor
SEAMEO-BIOTROP
7
8 9.
Carita (Banten) dan Cianjur (Jawa Barat) Carita (Propinsi Banten ) Carita (Propinsi Banten ) Dramaga-Bogor Dramaga-Bogor and Kediri (Jawa Timur) Dramaga-Bogor Cisarua-Bogor
Informasi detail sumber-sumber benih sejumlah jenis pohon yang telah diidentifikasi dapat diperoleh di Balai Perbenihan Tanaman Hutan, Dinas Kehutanan Kabupaten, dan sejumlah perusahaan hutan tanaman industri dan Perhutani di Jawa. Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 101
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
6 7
Lembaga/Institusi
Perlindungan Satwa Liar
2 3 4 5
Swietenia macrophylla (mahoni) Intsia bijuga Alstonia scholaris (pulai) Gmelina arborea (jati putih) Paraserianthes falcataria (sengon) Entrolobium cyclocarpum Maesopsis eminii (kayu afrika) Aquilaria crassna * Tectona grandis (jati)
Lokasi dan kategori
5 6
1
Jenis
Rehabilitasi Hutan Bakau
No
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
lokasi sumber benih di Jawa disajikan
MODUL 4. Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
I.2.3. Penyemaian Benih
Setiap jenis memiliki cara khusus untuk
a. Perlakuan Benih Sebelum Penyemaian
mempercepat proses perkecambahan,
Agar benih dapat segera berkecambah,
antara lain dengan cara : (1) melakukan
perlu diberi perlakuan awal. Hal ini
perendaman di dalam air panas dan dingin
agar benih sehat yang awalnya sulit
(misalnya sengon, akasia, ekaliptus), (2)
berkecambah menjadi cepat berkecambah
direndam dan dijemur (jati), (3) disangrai
setelah diberi perlakuan pendahuluan.
(jati), dengan bantuan jamur dekomposer
Perlakuan pendahuluan dilakukan pada
(panggal buaya), (4) memecahkan kulit
kelompok benih ortodok, sedangkan benih
benih (sirsak). Perlakuan awal benih, lama
rekalsitran umumnya tidak perlu perlakuan
berkecambah dan jumlah benih per kg
pendahuluan karena benih kelompok ini
beberapa jenis tanaman dsajikan dalam
lebih mudah dan cepat berkecambah.
Tabel di bawah ini.
Tabel . Perlakuan awal benih, lama berkecambah dan jumlah benih per kg beberapa jenis tanaman
Nama Botani
Nama Umum
Anthocephalus cadamba
Jabon
Acacia mangium
Acasia
Anacardium occidentale Annona muricata Artocarpus heterophyllus Azadirachta indica
Jambu mete Sirsak Nangka Nimba
Carica papaya
Papaya
Coffee spp. Delonix regia
Perlakuan Tanpa perlakuan, tetapi benihnya harus dicampur dengan pasir halus sebelum ditabur Masukan dalam air hangat (40oC) selama 30 detik sampai 1 menit dan rendam selama 1 malam dalam air dingin Pisahkan biji dan buahnya Direndam selama 1 malam Kupas kulit biji dan rendam di air dingin selama 24 jam Rendam di air dingin selama 3-6 hari
Lama Jumlah berkecambah benih per (hari) kg 10 – 14 26,182,000
3-6
40,000 – 70,000
12
200 - 900
2-3 3-5
1,750 45 - 90
3-5
4,000– 6,000 4700 - 7600
Keluarkan lapisan berlendir, bersihkan 7 dan kering anginkan Kopi Keluarkan kulit buah dan rendam 30 selama 24 jam dalam air dingin Flamboyan Masukan dalam air panas selama 10 12 - 20 detik dan rendam dalam air dingin selama 24 jam
102 | Manual Pelatihan
2000 1,600 – 9,300
4
MODUL Durian Ipil-ipil
Mangga Nara
Tamarindus indica Asam
Jati
14 - 28 4-7
60,000 – 75,000 1,000 – 2,600
1,000 – 1,200
memberikan lingkungan yang sesuai untuk terjadinya perkecambahan benih, untuk itu media kecambah harus : (1) porous
4
akar. Kegunaan media kecambah adalah
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
a) Rendam selama 5–6 hari dalam air 13 dingin; (b) rendam dalam air hangat selama 24 jam Rendam benih pada air mengalir 14 - 68 selama 24 jam, jemur di matahari selama 1-2 hari
40 1,500 – 2,000 2,300
Agroforestry
Tectona grandis
6-9 4 - 15
13,000
2 3
suren
5 - 12
45 15,000
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Mahoni
2–3 7 - 15
1
Gamal
Keluarkan daging buah dan bersihkan Rendam dalam air panas selama 3 menit Rendam dalam air dingin selama 36 jam Keluarkan kulit biji Rendam dalam air hangat (50 °C) selama 10 menit Rendam dalam air hangat (50 °C) selama; Patahkan sayap benih 5 menit Tanpa perlakuan
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
Durian zibethinus Leucaena diversifolia Leucaena leucacephala Mangifera indica Pterocarpus macrocarpus Swietenia macrophylla Toona sureni
(mudah meresapkan air dan sirkulasi udara),
saat penyapihan, (2) selalu lembab, (3)
steril dari kemungkinan penyakit. Media kecambah dapat dibuat dengan beberapa komposisi, antara lain : (1) pasir murni, (2) campuran pasir sungai : tanah dengan
Media kecambah digunakan untuk
perbandingan 2 : 1, (3) campuran arang
melakukan proses perkecambahan
sekam : tanah = 2 : 1, (4) campuran arang
benih yang ditandai oleh keluarnya
sekam : pasir sungai = 1 : 1, dll.
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 103
7
b. Penyiapan Media Kecambah
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
Gambar 20. Memecah kulit benih sirsak untuk perecapatan perkecambahan. Sumber OWT, 2011
Perlindungan Satwa Liar
tidak tergenang air,(4) tidak kering, dan (5)
5 6
disapih dan meminimalkan kerusakan akar
Rehabilitasi Hutan Bakau
sehingga memudahkan semai untuk
MODUL 4. Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
c. Teknik Penyemaian Benih Tahap penyemaian benih adalah sebagai
tidak menyerap air dari media. - Media semai harus dijaga kelembabannya
berikut :
agar proses perkecambahan tetap dapat
- Siapkan media semai lalu masukkan ke
berjalan dengan baik. Penyiraman jangan
dalam bak tabur, bak kecambah plastik,
sampai menyebabkan media becek.
atau bak kecambah papan kayu - Basahkan media dengan air, tetapi tidak sampai becek - Untuk benih kecil dan halus, penyemaian
I.2.4. Penyapihan a. Penyiapan Media Sapih Media sapih digunakan sebagai media
dilakukan dengan cara menabur benih
pertumbuhan semai hingga menjadi
secara merata pada media kecambah, lalu
bibit siap tanam. Komposisi media sapih
benih yang telah ditabur ditutup media
akan menentukan kualitas pertumbuhan
secara tipis
bibit. Media sapih dibuat dari beberapa
- Untuk benih ukuran sedang, penyemaian
komposisi media, seperti tanah, kompos,
dilakukan dengan cara menanam benih
arang sekam, pasir, serbuk gergaji, kokopit,
hingga kedalaman ½ - ¾ bagian benih.
dll. Namun apapun komposisinya, media
Bagian yang dipendam adalah bagian
sapih sebaiknya dapat menghasilkan
tempat keluarnya akar. Jika posisi ini
pertumbuhan bibit yang optimal dan
terbalik, maka saat akar keluar tidak
menghasilkan media perakaran yang
mengenai media kecambah sehingga
kompak.
bisa menyebabkan semai mati akibat akar Media sapih dapat dibuat dari komposisi tanah : arang sekam : pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1 : 1. Namun demikian terdapat beberapa contoh komposisi media sapih yang dapat digunakan pada beberapa jenis tanaman, antara lain Campuran tanah : pupuk kandang kotoran sapi = 3 : 1, misalnya untuk Gambar 21. Proses penyemaian benih. Sumber OWT, 2010
104 | Manual Pelatihan
4
MODUL b. Teknik Penyapihan
Tanah liat, khususnya untuk angkutan
Penyapihan adalah proses memindahkan
semai dari bak tabur/kecambah ke dalam
tetap terjaga. Jika persemaian dekat,
media sapih di dalam polybag. Hal penting
dapat digunakan media campuran
yang perlu diperhatikan dalam kegiatan
lumpur : pasir = 2 : 1
penyapihan semai adalah meminimalkan tingkat kerusakan akibat proses penyapihan.
afrika, kepuh, suren, balsa, sungkai,
oleh : kerusakan akar atau kerusakan batang.
tanjung, jati, gmelina, kemlandingan,
Secara sederhana teknik penyapihan semai
kesambi, mindi, sengon
disajikan sebagai berikut :
Campuran tanah : kompos = 3 : 1 dan
- Siapkan media tumbuh bibit dalam polybag ukuran dengan komposisi media
untuk tanaman cendana
tertentu untuk penyapihan semai
kompos = 1 : 1, misalnya nyatoh. durian Campuran tanah : sekam padi atau tanah : kompos = 3 : 1, misalnya untuk sentang Campuran tanah : pasir : kompos = 1 : 1 :
- Siapkan semai dalam bak kecambah/ media perkecambahan lain yang akan disapih ke media tumbuh bibit
misalnya pala
telah memiliki sepasang daun - Basahi media kecambah hingga jenuh
rotan manau
agar semai mudah dicabut sehingga kerusakan akar dapat dikurangi
Campuran tanah : pasir = 3 : 1, misalnya
- Siapkan wadah berisi air untuk menampung cabutan semai dari media
Campuran tanah : pasir = 2 : 1, misalnya
kecambah
kecambah, lalu masukkan ke dalam wadah berisi air sehingga mengurangi
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 105
7
- Perlahan-lahan cabutlah semai dari media
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
kemenyan
Perlindungan Satwa Liar
Campuran tanah : pasir = 1 : 1, misalnya
5 6
- Pilih semai yang siap sapih, antara lain
Campuran tanah : pupuk kandang = 2 : 1,
kemiri
hingga jenuh
Rehabilitasi Hutan Bakau
1, misalnya untuk duabanga
- Basahi media tumbuh bibit dengan air
4
Campuran tanah : pupuk kandang atau
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
penanaman tanaman inang misalnya
Agroforestry
Kerusakan antara lain dapat disebabkan
2 3
= 7 : 2 : 1, misalnya untuk cempaka, kayu
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Campuran pasir : tanah : kompos daun
1
jarak jauh sehingga kekompakan media
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
ekaliptus dan meranti
MODUL 4. Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
Gambar 22. Kondisi semai mahoni (kiri) dan suren (tengah dan kanan) siap sapih. Sumber OWT, 2011
I.2.5. Pemeliharaan Bibit Beberapa kegiatan utama dalam pemeliharaan bibit di persemaian adalah sebagai berikut : - Lakukan penyiraman secara rutin, pagi (sekitar jam 8) dan sore hari (jam 4), khususnya jika tidak hujan Gambar 23. Penyapihan semai. Sumber OWT, 2012
penguapan semai.
- Bibit dipelihara hingga siap tanam - Setiap 2 – 3 minggu lakukan penggeseran
- Buat lubang pada media tumbuh bibit
posisi bibit di bedeng sapih agar akar
dalam polybag lalu pindahkan semai
tidak terlalu dalam menembus tanah
secara perlahan ke media tumbuh bibit
karena dapat menyebabkan kelayuan
yang telah disiapkan
hingga kematian bibit saat diangkut dari
- Tutup kembali atau tekan media secara perlahan sehingga semai dapat berdiri dengan kokoh - Tempatkan hasil semai yang telah disapih
persemaian ke lokasi penanaman - Lakukan pencegahan jika terjadi tandatanda penyakit atau hama tanaman dengan menggunakan pestisida organik.
di bawah naungan paranet hingga siap dipindahkan untuk adaptasi di tempat
I.2.6. Seleksi Bibit Sebelum Penanaman
terbuka (khususnya untuk jenis yang
Untuk meningkatkan keberhasilan tanaman,
tidak perlu naungan).
maka sebelum penanaman perlu dilakukan seleksi bibit. Bibit yang layak ditanam harus
106 | Manual Pelatihan
4
MODUL
1
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan Agroforestry
2 3
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Gambar 24. Proses Seleksi Bibit
banyak akar putus sehingga dapat
- Pangkal batang telah berkayu dan
menyebabkan kematian saat ditanam di
memenuhi tinggi minimal 30 cm
lapangan - Batang bibit lurus dan tidak bercabang
- Bibit tidak sedang memiliki daun muda
- Bagian pucuk bibit tidak patah atau
- Media perakaran kompak, artinya jika polybag dilepas maka media tanaman
mati, karena akan menyebabkan banyak tumbuh trubusan
I.2.7. Tata Waktu Pembibitan
Mei Jun X X
X X X
X X
7
X X
Bulan keJul Ags Sep Okt Nov
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
No Kegiatan 1 Pengadaan benih 2 Pengadaan bahan dan alat persemaian Pembangunan sarana & prasarana 3 persemaian 4 Penyemaian benih 5 Penyapihan semai ke media di polybag 6 Pemeliharaan bibit di persemaian 7 Selekesi bibit sebelum penanaman
Perlindungan Satwa Liar
Tabel 2. Tata Waktu Pembibitan
5 6
Rehabilitasi Hutan Bakau
tidak hancur/lepas tetapi tetap kompak. Media yang hancur akan menyebabkan
4
- Bibit sehat dan seragam
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
memenuhi kriteria sebagai berikut :
X
X
X
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
X X
| 107
MODUL 4. Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
II. Penanaman di Daerah Tangkapan Air
akibat penanaman dilakukan pada akhir musim hujan atau bukan pada musim hujan.
II.1. Persyaratan Penanaman Penanaman akan gagal jika tidak memenuhi
II.1.3. Kesesuaian Teknik Menanam
persyaratan penanaman. Hal ini biasanya
Salah satu penyebab kegagalan
karena kita hanya berfikir asal bibit sudah
menanam adalah kesalahan dalam teknik
ditanam, sehingga tidak peduli apakah bibit
pelaksanaannya di lapangan, antara
yang ditanam akan tumbuh baik atau tidak.
lain : (1) cara mengangkut bibit yang salah (kumpulan banyak bibit diangkut
Beberapa persyaratan penanaman adalah:
dengan memegang bagian batangnya
II.1.1. Kesesuaian Tempat Tumbuh/Jenis
tanpa menggunakan alat angkut) yang
Tanaman akan tumbuh dengan baik jika
menyebabkan batang bibit patah, (2) cara
memenuhi kesesuaian tempat tumbuh.
melepas polybag yang tidak hati-hati
Kesesuaian tempat tumbuh meliputi :
sehingga merusak akar, (3) Ukuran lubang
kesesuaian tanaman terhadap : jenis tanah,
tanam terlalu sempit atau dangkal, (4) jarak
iklim (curah hujan, suhu), kondisi air dan
tanam yang terlalu rapat.
ketinggian tempat. Cara paling sederhana untuk mengetahui kesesuaian tempat
II.1.4. Kualitas Bibit
tumbuh suatu jenis adalah dengan melihat
Bibit yang akan ditanam harus memenuhi
apakah terdapat jenis yang sama telah
kriteria bibit siap tanam yang berkualitas.
tumbuh dengan baik di lokasi tersebut.
Bibit siap tanam antara lain dicirikan oleh : pangkal batang telah berkayu, bibit sehat,
II.1.2. Kesesuaian Musim Tanam
media di polybag kompak, kecukupan
Penanaman harus dilakukan pada musim
tinggi/diameter tanaman, batang kokoh/
hujan. Kondisi terbaik penanaman adalah
tegar, dan memiliki batang tunggal, tidak
pada awal musim hujan sampai minimal
bercabang, kekokohan bibit, dan secara
satu bulan sebelum akhir musim hujan.
genetik diperoleh dar induk yang unggul.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kematian tanaman sebagian besar
II.2. Teknik Penanaman
disebabkan karena kurangnya pasokan air
Cara, Sistem dan Pola Tanam akan berbeda-
108 | Manual Pelatihan
4
MODUL
keragaman kondisi lahan seperti: tingkat
pokok akan dilakukan penanaman
kelerengan, tingkat penutupan vegetasi, pola
tanaman semusim.
1
tumpangsari, di mana di antara tanaman
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
beda sesuai tujuan penanaman dan
penggunaan lahan yang bervariasi, sertav kepekaan erosi.
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
II.2.1. Cara Penanaman
2 3
II.2.1.1. Cara penanaman Pada Lahan Terbuka - Baris dan larikan tanaman lurus
Agroforestry
Cara tanam ini sesuai untuk lahan dengan tingkat kelerengan datar tetapi peka Gambar 25. Tanaman jalur dengan sistem tumpangsari
terhadap erosi. Baris dan larikan tanaman - Penanaman searah garis kontur
kelerengan agak curam hingga sangat
m x 3 m) sedangkan pada lahan Hutan
curam dan peka erosi. Pada Hutan
Rakyat jumlah tanaman 400 batang/Ha
Rakyat jumlah tanaman 400 batang/
(jarak tanam 5 m x 5 m). Penanaman
ha. Penanaman dilakukan dengan sistim
dilakukan dengan sistem jalur dan pola
cemplongan dan pola tanam monokultur
tanam monokultur atau campuran.
atau campuran.
- Tanaman jalur dengan sistem tumpangsari
tingkat kelerengan datar hingga landai
II.2.1.2 . Cara penanaman di Lahan Tegalan/Pekarangan Umumnya di lahan tegalan sudah terdapat
Baris dan larikan tanaman dibuat lurus
tanaman kayu kayuan maupun tanaman
dengan jarak tanam teratur.
MPTS. Dalam rangka pengembangan hutan
Pada Hutan
rakyat, pada lahan tegalan yang jumlah
Ha (jarak tanam 5 m x 5 m). Penanaman
pohon dan anakannya kurang dari 200
dilakukan dengan sistem jalur dan pola
batang/ha dapat dilakukan pengkayaan
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 109
7
Rakyat jumlah tanaman 400 batang/
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
dan tanah tidak peka terhadap erosi.
Perlindungan Satwa Liar
Pola tanam ini sesuai untuk lahan dengan
5 6
adalah 1100 batang/ha (jarak tanam 3
Rehabilitasi Hutan Bakau
Pola tanam ini sesuai untuk lahan dengan
4
Pada lahan hutan negara jumlah tanaman
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
dibuat lurus dengan jarak tanam teratur.
MODUL 4. Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
tanaman. Pola penanaman di lahan tegalan
lahan-lahan yang miring dan peka
meliputi :
terhadap erosi,
- Penanaman pengkayaan pada batas
- Sistem jalur : teknik ini dilaksanakan
pemilikan lahan
dengan pembuatan lobang tanam
Pada lahan tegalan biasanya sudah
dalam jalur larikan, dengan pembersihan
terdapat tanaman kayu kayuan/MPTS,
lapangan sepanjang jalur tanaman.
maka tanaman baru sebagai tanaman
Teknik ini dapat dipergunakan di lereng
pembatas maksimal 200 batang/ha.
bukit dengan tanaman sabuk gunung,
- Pengkayaan penanaman/sisipan
- Sistem tugal/zero tillage : teknik
Pada lahan tegalan biasanya sudah
ini dilaksanakan dengan tanpa olah
terdapat tanaman kayu kayuan dan MPTS,
tanah (zero tillage). Lubang tanaman
maka tanaman baru sebagai tanaman
dibuat dengan tugal (batang kayu yang
pengkayaan sisipan sejumlah 200 batang/
diruncingi ujungnya). Teknik ini cocok
ha.
untuk pembuatan tanaman dengan benih langsung terutama pada areal
II.2.2. Sistem Penanaman
dengan kemiringan lereng yang cukup
- Sistem Cemplongan : teknik penanaman
tinggi, namun tanahnya subur dan peka
yang dilaksanakan dengan pembuatan
erosi.
lobang tanam dan piringan tanaman. Pengolahan tanah hanya dilaksanakan
II.2.3. Pola Penanaman
pada piringan disekitar lobang tanaman.
- Pola Tumpangsari/Campuran :adalah pola
Sistem cemplongan dilaksanakan pada
penanaman antara tanaman tahunan
Gambar 26. Pola tanam tumpangsari (kiri) dan pola campuran (kanan). Sumber OWT, 2011
110 | Manual Pelatihan
4
MODUL
beberapa jenis tanaman tahunan pada
II.3.2. Pembersihan Lapangan dan Jalur Tanam
Pembersihan lapangan akan sangat
dilakukan dengan cara agroforestry
terkait dengan lokasi dan kondisi vegetasi
sederhana maupun agroforestry komplek.
yang ada. Pembersihan lapangan akan
- Pola Monokultur : yaitu pola penanaman
1
satu lahan yang sama. Pola ini dapat
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
dan tanaman semusim atau penanaman
menghindari teknik pembersihan total
tanaman tahunan pada suatu lahan.
tersebutakan menghilangkan vegetasi tumbuhan bawah yang mengakibatkan peningkatan aliran permukaan.
pembersihan secara mekanik atau dengan
Agroforestry
Pembersihan lapangan akan mengutamakan
2 3
dengan cara membakar lahan, karena cara
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
yang menerapkan hanya satu jenis
menggunakan gabungan antara mekanik
tergantung kondisi penutupan lahan, kemiringan lahan, dan tingkat kerawanan Gambar 27. Pola tanam monokultur. Sumber Ujang, 2009
II.3. Tahapan Penanaman
erosi.
4
dapat dilakukan dengan beberapa cara
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
dan mesin rumput. Pembersihan lapangan
Cara pembersihan lapangan adalah:
penanaman antara lain : cangkul, linggis,
alang-alang dibersihkan sepanjang jalur
golok, ajir (dibuat dari bambu lebar 3 cm,
tanam dengan lebar 1 m. Pembersihan
tinggi 120 cm, pangkal dicat merah 10 cm
dapat dilakukan menurut larikan dan baris
dan ujung runcing), kompas, GPS, meteran
tanaman. Pembersihan jalur tanam dapat
rol 50 m, tali plastik 100 m, keranjang atau
dilakukan dengan menggunakan parang
alat angkut bibit dan alat ondol-ondol untuk
untuk memotong gulma-gulma berkayu
penjaluran pada lahan miring.
lalu dilanjutkan dengan mesin rumput untuk membersihkan gulma-gulma tidak
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 111
7
Pada kondisi ini gulma, rumput atau
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
kekgiatan sebelum, sesaat, dan setelah
Perlindungan Satwa Liar
II.3.2.1. Kondisi Lahan Terbuka dan Datar
5 6
Bahan dan alat yang perlu disiapkan dalam
Rehabilitasi Hutan Bakau
II.3.1. Persiapan Bahan dan Alat
MODUL 4. Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
berkayu. Namun jika mesin rumput tidak
II.3.2.3. Kondisi Lahan Terbuka, Miring,
tersedia dapat dilakukan secara manual
dan Rawan Erosi
dengan parang. Selanjutnya di sekitar
Pada kondisi ini pembersihan lahan
lubang tanam dilakukan pembersihan
dilakukan secara cemplongan, yaitu
gulma dan penggemburan tanah selebar 1
lahan dibersihkan hanya pada radius 1
m mengelilingi lubang tanam.
meter sekitar lubang tanam dan lakukan penggemburan jika tanah agak padat
II.3.2.2. Kondisi Lahan Terbuka, Miring
dilakukan penggemburan tanah, sedangkan
dan Tidak Rawan Erosi
pada jalur tanam atupun antar jalur tanam
Pembersihan lahan pada jalur tanam
tidak dilakukan pembersihan lahan.
menurut kontur. Pada kondisi seperti ini lahan harus dibersihkan selebar 1 m pada jalur tanam sesuai kontur. Pada lahan yang bukan jalur tanam tidak dilakukan pembersihan lahan sehingga vegetasi yang tumbuh dibiarkan hidup, agar tidak tidak menyebabkan peningkatan erosi tanah karena pada bukan jalur tanam tersebut tidak dilakukan pembabatan dan pembersihan gulma.
Gambar 29. Pembuatan cemplongan. Sumber OWT, 2011
II.3.2.4. Kondisi Lahan Terbuka, Sangat Curam, Tanah Subur, dan Rawan Erosi Pada kondisi seperti ini tidak dilakukan pembersihan lahan, namun penanaman akan dilakukan dengan sistem tugal, yaitu memasukkan benih pada lubang-lubang yang dibuat dengan tugal, yaitu batang kayu berdiameter ± 5 cm yang ujungnya dibuat Gambar 28. Pembersihan pada lahan miring. Sumber OWT, 2011
runcing untuk memudahkan pembuatan lubang tanam
112 | Manual Pelatihan
4
MODUL
1
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
ditetapkan 3 m x 3 m sedangkan pada
Jarang dan Datar
Hutan Rakyat jarak tanam bisa 5m x 5m.
Pada kondisi ini vegetasi pohon sudah
tanaman dengan cara melakukan
Pada kondisi lahan terbuka dan miring, arah
penanaman sisipan atau pengkayaan pada
larikan dan baris tanaman dibuat menurut
batas pemilikan lahan. Pembersihan pada
garis kontur.
lahan seperti ini akan lebih menerapkan
4
II.3.3.2. Lahan Terbuka dan Miring Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
ada, namun perlu dilakukan pengkayaan
Agroforestry
II.3.2.5. Kondisi Lahan Tegalan/Vegetasi
2 3
Gambar 31. Pemasangan ajir pada lahan datar. Sumber OWT, 2011
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Gambar 30. Penanaman sistem tugal. Sumber OWT, 2011
sistem cemplongan, yaitu lahan dibersihkan
1 m.
II.3.3. Penentuan Arah Larikan, Jarak Tanam, dan Pemasangan Ajir II.3.3.1. Lahan Terbuka, Datar atau Landai Penentuan arah larikan, jarak tanam, dan
Gambar 32. Pemasangan ajir pada lahan miring. Sumber OWT, 2011
II.3.3.3. Lahan Tegalan/Pekarangan
- Larikan ditetapkan menurut arah utara-
Pada lahan tegalan/pekarangan penanaman akan menerapkan pengkayaan tanaman
timur
secara sisipan dan penanaman pada batas
- Pada lahan hutan negara, jarak tanam
pemilikan lahan.
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 113
7
selatan, sehingga baris menurut barat-
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
pemasangan ajir dilakukan dengan cara:
Perlindungan Satwa Liar
5 6
Rehabilitasi Hutan Bakau
hanya sekitar lubang tanam dengan radius
MODUL 4. Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
- Penanaman pengkayaan sisipan
- Penanaman pengkayaan pada batas
Tanaman disisipkan pada tegakan pohon
pemilikan lahan
yang telah ada. Asumsinya, tegakan
Pada kondisi ini ajir dipasang di bagian
pohon tersebut ditanam dengan jarak
luar dari tanaman kayu yang sudah ada
tanam teratur sehingga arah larikan
sebagai batas pemilikan lahan. Untuk
mengikuti arah yang telah terbentuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
sebelumnya, di mana ajir-ajir untuk
berikut :
penanaman sisipan ditempatkan pada tempat kosong dengan patokan jarak tanam tertentu, misalnya 5 m x 5 m. Jika tegakan tersebut telah ditanam dengan jarak tanam yang tidak teratur, maka ajir dipasang pada tempat-tempat kosong dengan tetap memperhatikan jarak tanam. Untuk jelasnya lihat gambar berikut : Gambar 34. Model pengkayaan pada batas pemilikan lahan. Sumber OWT, 2011
II.3.4. Pembuatan Lubang Tanam Lubang tanam dapat dibuat dengan ukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm atau umumnya menggunakan ukuran lebar cangkul. Jika kondisi tanahnya padat, lubang tanam dapat dibuat lebih lebar, misalnya dengan ukuran 40 cm x 40 cm x 30 cm (sekitar dua kali ukuran lebar cangkul).
Selanjutnya di sekitar lubang tanam Gambar 33. Model pengkayaan tanaman sisipan. Sumber OWT, 2011
114 | Manual Pelatihan
buatlah piringan radius 1 m dengan cara
4
MODUL
tumbuhan bawah lainnya. Hal ini dilakukan
jadi, penambahan ke lubang tanam dapat
untuk mengurangi persaingan dengan
dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
gulma sehingga tanaman pokok dapat
penanaman atau 1 hari sebelum
tumbuh secara optimal dalam mendapatkan
penanaman. Sedangkan kompos alami dari
unsur hara maupun cahaya.
serasah di lantai-lantai hutan dimasukkan ke
penanaman, agar proses pengomposan
perbaikan sifat fisik tanah, maka pada setiap
telah terbentuk sempurna sebelum
lubang tanam disarankan ditambahkan
penanaman.
Pada waktu menggali tanah simpanlah
pupuk kascing. Pupuk organik ditambahkan
tanah bagian atas sebelah kiri, bagian bawah
sekitar 1/3 volume lubang tanam, atau
sebelah kanan (lihat gambar 35)
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
daunan, bokashi, pupuk kandang, atau
Agroforestry
pupuk organic, baik berupa kompos daun-
2 3
Untuk membantu pasokan unsur hara dan
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
dalam lubang tanam sekitar 7 hari sebelum
1
alami. Untuk kompos buatan yang sudah
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
membersihkan tanah dari gulma dan
4
dapat juga ditambahkan sekitar 2-3 liter/
Ukuran lubang 40 – 60 cm untuk bibit tanaman buah-buahan
II.3.5. Pengangkutan Bibit
terdapat serasah-serasah yang telah
Bibit yang diangkut adalah bibit yang telah
menjadi kompos, dapat juga dimasukkan
diseleksi di persemaian dan memenuhi
ke dalam lubang tanam sebagai kompos
persyaratan untuk ditanam. Bibit yang layak
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 115
7
lubang tanam. Jika di atas lubang tanam
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
Gambar 35. Pembuatan Lubang Tanam, Sumber Wiyono 2012.
Perlindungan Satwa Liar
Ukuran lubang tanam 20-40 cm untuk bibit dari cabutan
5 6
Rehabilitasi Hutan Bakau
Ukurang lubang tanam 20-40 cm untuk bibit dari polybag
MODUL 4. Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
ditanam harus memenuhi kriteria sebagai
Distribusi bibit ke lubang tanam.
berikut :
Pada tahap ini harus memperhatikan
- Pangkal batang telah berkayu dan
cara mengangkut bibit agar dapat
memenuhi tinggi minimal 30 cm
meminimalkan kerusakan. Kerusakan
- Bibit sehat dan seragam
biasanya disebabkan oleh cara membawa
- Media perakaran kompak, artinya jika
bibit dengan memegang batang
polybag dilepas maka media tanaman
bibit, sehingga bibit dapat lepas dari
tidak hancur/lepas tetapi tetap kompak.
polybag atau patah batang. Sebaiknya
Media yang hancur akan menyebabkan
distribusi bibit ke lubang tanam tetap
banyak akar putus sehingga dapat
menggunakan alat angkut bibit seperti
menyebabkan kematian saat ditanam di
dengan cara dipikul.
lapangan - Batang bibit lurus dan tidak bercabang
Hal-hal penting yang harus diperhatikan
- Bagian pucuk bibit tidak patah atau
dalam pengangkutan bibit adalah:
mati, karena akan menyebabkan banyak tumbuh trubusan
Bibit diangkut dengan cara dipikul, bukan dipegang bagian batangnya karena akan patah.
Pengangkutan bibit dilakukan melalui dua
Jarak jangkau untuk memikul maksium
tahap, yaitu:
2 km, agar bibit tidak terlalu lama
Pengangkutan dari persemaian ke
dalam proses distribusi yang dapat
penampungan bibit di lokasi penanaman. Pengangkutan bibit ke lokasi penanaman
menyebabkan bibit layu Jumlah bibit yang diangkut ke lubang
dapat dilakukan dengan cara dipikul,
tanam disesuaikan dengan jadwal
menggunakan motor, gerobak, atau jika
penanaman dan kemampuan regu
akses memungkinkan menggunakan
menanam, jumlah bibit yang terlalu
mobil. Tempat penampungan bibit
banyak dan tertinggal di lapangan
di lokasi penanaman harus tetap
karrena belum sempat ditanam dapat
memperhatikan kondisi lingkungan agar
layu sehingga bibit bisa mati setelah
bibit tidak layu, antara lain bibit harus
ditanam.
ditempatkan pada tempat yang ternaung.
116 | Manual Pelatihan
4
MODUL
1
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan Agroforestry
2 3
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Gambar 36. Cara mengangkut bibit benar (kiri) dan cara salah (kanan). Sumber OWT, 2011
- Kumpulkan polybag yang telah dilepas karena dapat digunakan kembali untuk
sebagai berikut:
pembibitan. Jangan membuang polybag
- Pastikan bahwa penanaman dilaksanakan
di lokasi penanaman karena akan menjadi
pada musim hujan
4
Teknik penanaman dilakukan dengan cara
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
II.3.6. Pelaksanaan Penanaman
sumber pencemaran lingkungan. - Letakkan bibit yang telah lepas polybagnya ke dalam lubang tanam. Jika
dahulu agar tidak layu
lubang tanam sudah berisi kompos maka
bukan dengan cara disobek.
bibit diletakkan dan ditimbun di antara kompos.
- Melepas polybag dari media dapat
- Masukkan tanah ke dalam lubang tanam. Masukkan terlebih dahulu tanah lapisan
polybag sehingga polybag mudah untuk
atas kemudian diikuti tanah lapisan
dilepas.
bawah. Selanjutnya, tekan tanah yang
bibit tidak rusak, khususnya jika media
telah ditimbun hingga kondisi bibit tegak/kokoh.
bibit kurang kompak.
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 117
7
- Lepaskan polybag secara perlahan agar
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
dilakukan dengan menekan media dalam
Perlindungan Satwa Liar
- Polybag sebaiknya dilepas dari media,
5 6
langsung ditanam, tetapi diadaptasikan
Rehabilitasi Hutan Bakau
- Bibit dari persemaian yang jauh tidak
MODUL 4. Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
- Agar tidak tergenang air saat hujan, tanah
dalam satu kesatuan luas tertentu. Kegiatan
di sekitar bibit dibuat agak lebih tinggi
penyulaman untuk memenuhi jumlah
dengan cara digundukkan
tanaman per hektar sesuai jarak tanamnya.
- Untuk areal yang banyak angin kencang, ikat batang bibit dengan tali rafia ke ajir.
Penyulaman sebaiknya dilakukan pada sore hari dan atau pagi hari sebelum terik matahari. Frekuensi dan intensitas penyulaman adalah sebagai berikut : Penyulaman tanaman pokok dilakukan maksimal 2 kali selama daur, yaitu 1-2 bulan setelah penanaman (Pemeliharaan
Tamah Lapisan atas/ humus
Tahun Berjalan) dan akhir kegiatan Tahun II (Pemeliharaan Tahun I) yang dilaksanakan selama hujan masih turun atau air tersedia. Penyulaman dilakukan untuk mengganti bibit yang mati.
Gambar 37. Teknik Penanaman
Cara penyulaman dapat dilakukan melalui empat tahap, yaitu:
II.4. Tahap Pemeliharaan
1. Menginventarisasi seluruh tanaman yang
Kegiatan pemeliharaan harus dilakukan
mati pada setiap jalur tanaman. Kegiatan
dengan baik, benar, dan periodik agar
ini dilakukan pada tahun pertama (1-2
proses pertumbuhan dan perkembangan
bulan setelah penanaman) dan tahun
tanaman berjalan optimal. Kegiatan
kedua.
pemeliharaan meliputi : penyulaman,
2. Tanaman yang disulam adalah tanaman
pemupukan, penyiangan dan pendangiran,
yang mati, tanaman tidak sehat/merana,
serta pengendalian hama dan penyakit.
tanaman yang rusak (patah, bengkok, daun gandul). Penyulaman juga dilakukan
II.4.1. Penyulaman
pada lubang tanam yang tidak ada
Tujuan penyulaman adalah untuk
tanamannya.
meningkatkan persentase jadi tanaman
118 | Manual Pelatihan
3. Penyulaman dapat dilakukan pada saat
4
MODUL
Kegiatan penyiangan diakhiri ketika
4. Penyulaman tahun berjalan
tanaman pokok mampu bersaing
dengan tanaman liar terutama dalam
seumur dan sehat.
memperoleh kebutuhan cahaya matahari. Untuk jenis yang cepat tumbuh,
dalam mendapatkan kebutuhan cahaya
memberi ruang tumbuh yang lebih baik
matahari biasanya dicapai pada saat
pada tanaman pokok agar pertumbuhan
tanaman berumur 2-3 tahun, sedangkan
dan presentase hidupnya meningkat. Hal
untuk jenis yang lambat tumbuh dicapai
yang perlu diperhatikan dalam penyiangan:
pada umur 3-4 tahun.
Agroforestry
Tujuan penyiangan tanaman adalah untuk
Penyiangan harus segera dilakukan Tahap penyiangan adalah sebagai berikut:
di sekitar tanaman sudah pada tahap
Tanaman yang disiangi terdiri dari
Kegiatan penyiangan dilakukan sebanyak
Penyiangan dilakukan dengan cara manual dapat berupa piringan
Tahun Berjalan, yaitu pada umur 3 dan
dengan lebar 1meter, dengan tanaman
6 bulan setelah penanaman. Lakukan
pokok sebagai porosnya.
penyiangan pada waktu musim kemarau atau musim penghujan.
Semua tanaman gulma yang ada dalam piringan atau jalur dibersihkan dengan alat sederhana seperti koret, cangkul, atau sabit. Cara pembersihannya dapat
(rumput, alang-alang, dan tanaman liar
dilakukan dengan pembabatan atau
lainnya).
pengolahan tanah.
Frekuensi dan intensitas penyiangan
Hasil babatan disingkirkan dibagian luar jalur/piringan. Diharapkan hasil
dalam setahun sampai dengan umur 2
pembabatan tersebut dapat menutupi
tahun.
gulma.
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 119
7
dilaksanakan minimal 3-4 bulan sekali
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
dari tanaman pokok tertutup oleh gulma
Perlindungan Satwa Liar
Tanaman perlu disiangi pada saat 40-50%
5 6
berdiameter 1 m atau dengan sistem jalur
Rehabilitasi Hutan Bakau
dua kali pada kegiatan Pemeliharaan
4
(sudah masuk di sekitar proyeksi tajuk).
tanaman pokok dan tanaman tepi
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
jika gulma atau rumput yang tumbuh
mengganggu pertumbuhan tanaman
2 3
kemampuan bersaing dengan gulma Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
II.4.2. Penyiangan
1
menggunakan bibit dari persemaian yang
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
monitoring jalur tanaman
MODUL 4. Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
Untuk gulma yang merambat penyiangan dilakukan dengan memotong gulma (± 10 cm dari permukaan tanah).
II.4.3. Pendangiran Tujuan pendangiran untuk memacu pertumbuhan tanaman dengan cara menggemburkan tanah di sekitar tanaman.
Gambar 38. Pendangiran. Sumber RSSNC, 2009
Pendangiran dilaksanakan pada waktu musim kemarau menjelang musim hujan. Pendangiran dilakukan pada tanaman yang sudah berumur 1-4 tahun dan diutamakan
cangkul, pencangkulan tanah jangan terlalu dalam agar akar tanaman pokok tidak terpotong.
apabila terjadi stagnasi pertumbuhan, tanah bertekstur berat/mengandung liat tinggi, serta persiapan lahan tidak melalui pengolahan tanah. Frekuensi dan intensitas pendangiran adalah 1-2 kali dalam satu tahun tergantung tingkat tekstur tanahnya. Semakin besar tekstur tanahnya makin sering dilakukan pendangiran. Dalam hal ini pendangiran dilakukan saat tanaman berumur 3 dan 6 bulan. Intensitas pendangiran juga tergantung pada jarak tanam dan kisarannya 50 cm sekeliling tanaman. Cara pendangiran adalah sebagai berikut : Pendangiran dilakukan secara manual di sekitar tanaman dengan radius 50 cm tergantung pada jarak tanamnya. Jika mendangir dengan menggunakan
II.4.4. Pemberian Pupuk Pemupukan tanaman hutan bertujuan untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah agar tanaman mendapatkan nutrisi yang cukup sehingga kuantiítas dan kualitas tanaman meningkat. Pemupukan dilakukan jika kondisi tanah miskin hara, tanaman pertumbuhannya terlambat walaupun sudah dilakukan penyiangan, dan dijumpai gejala kekurangan unsur hara. Jenis pupuk yang digunakan umumnya mengandung unsur N,P,K. Namun demikian tidak menutup kemungkinan tanaman kekurangan unsur lain. Sehubungan dengan hal tersebut perlu dilakukan diagnosa kebutuhan hara tanaman dengan menggunakan data hasil analisa jaringan tanaman/daun dan analisa tanah. Sebelum pemupukan sebaiknya pH tanaman
120 | Manual Pelatihan
4
MODUL
agar pH tanah naik sehingga pemupukan
tinggi), maka pupuk NPK dapat diberikan
memberikan respon dan dapat berjalan
pada umur 3 bulan, 6 bulan, 1 tahun, dan
efektif. Waktu pemupukan tergantung pada
2 tahun setelah tanam. Dosis untuk setiap
kondisi iklim dan dilakukan menjelang atau
tanaman pada masing-masing umur tanaman
awal musim hujan. Bila diperlukan tambahan
adalah = 50 gram/ tanaman. Pupuk ditabur di
pada pupuk yang sama, maka dilakukan
sekeliling proyeksi tajuk, di mana lahan telah
menjelang akhir musim hujan.
dibuat jalur melingkar (piringan) dengan kedalaman ± 5 cm. Setelah pupuk ditabur
tercuci. Secara sederhana pemupukan dapat
jelek tingkatkesuburan tanah dan lahan
dilakukan sebagai berikut :
yang diolah, pemupukan harus dilakukan
Siapkan jenis pupuk yang diperlukan dan
lebih awal, kemudian diulangi 6 hingga24
sesuai dosis yang dianjurkan (misalnya
bulan sampai tinggi tanaman melampaui
pupuk NPK dengan dosis 100 gram/
tinggi gulma. Tanaman yang tumbuh kerdil
tanaman).
membutuhkan pupuk yang lebih banyak
Sebelum dipupuk tanah sekeliling
Pada tanah yang jelek dosis pemupukan
melingkar di sekeliling batas tajuk
lebih tinggi dibandingkan tanah yang relatif
tanaman sedalam 5-10 cm
subur. Dosis pemupukan ditentukan dengan
lingkaran proyeksi tajuk tersebut Tutup kembali pupuk yang telah ditabur
tanaman dan tanah.
Perlindungan Satwa Liar
membandingkan data hasil analisa jaringan
Taburkan pupuk secara merata sepanjang
5 6
tanaman disiangi dan dibuat lubang Rehabilitasi Hutan Bakau
dibanding tanaman yang tumbuh normal.
Agroforestry
tanaman berumur 1-3 bulan. Semakin
4
lalu ditutup kembali dengan tanah agar tidak
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
Pemupukan dilakukan umumya pada saat
2 3
lahan mengandung tanah (kandungan liat
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
rendah) perlu diberi kapur dolomit (CaMgO3)
1
akan mudah tercuci saat turun hujan. Jika
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
diketahui. Tanah yang pH-nya asam (pH
ke dalam lubang dengan tanah untuk menghindari fiksasi untuk fosfat dan
memenuhi standar mutu SNI (standar mutu
kalium.
pada lahan yang kadar pasirnya tidak terlalu
Tanda-tanda tanaman yang kekurangan
tinggi karena pemeberian pupuk anorganik
unsur hara disajikan pada tabel di bawah ini.
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 121
7
yang telah diakui). Pupuk diberikan terutama
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
Pupuk yang akan digunakan sebaiknya sudah
MODUL 4. Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
Tabel 2. Tanda-Tanda Umum pada Bagian Tanaman yang Kekurangan Unsur Hara
Gejala kekurangan Tanda-tanda umum unsur Nitrogen (N) Gejala-gejala kelihatan pada seluruh daun yang tua, warna daun menjadi hijau muda kemudian berubah menjadi kuning. Jaringan daun kemudian menjadi kering dan berwarna merah coklat. Tanaman kerdil, perkembangan buahnya tak sempurna, kecil dan lekas masak, pertumbuhan tinggi terlambat. Phosporus (P) Gejala terlihat pada seluruh daun yang tua.Secara keseluruhan warna daun hijau tua, lebih hijau dari biasa, sering terlihat mengkilap kemerah-merahan. Tangkai daun kelihatan lancip, daun yang tua tersebut kadang-kadang menjadi khlorosis (kuning). Pembentukan buah kurang sempurna begitu pula produksi bijinya, jerami dan gandum berwarna abu-abu, tanaman tumbuhnya menjadi kerdil. Kalium (K) Gejala terlihat pada daun yang tua, dan mulanya setempat pada daun itu. mula-mula daun mengkerut dan mengkilap, setelah itu pada ujung daun mulai kelihatan klorosis, yang menjalar diantara tulang-tulang daun. Terdapat bercak-bercak merah coklat kemudian sering jatuh sehingga daun-daun kelihatan bergigi dan mati. Calcium (Ca) Gejalanya terlihat pada daun yang muda, pada mulanya kelihatan setempat, kecuali perubahan warna pada beberapa tempat mati. Pada ujung tepi daun mulai terlihat klorosis dan menjalar diantara tulang-tulang daun seperti kekurangan borium. Selain itu kekurangan kapur menyebabkan jumlah perakaran berkurang. Pada umumnya tanaman menjadi lemah. M a g n e s i u m Gejalanya terlihat pada daun yang tua, yang mulanya setempat pada daun tersebut. (Mg) Khlorosis mulai terlihat pada tulang-tulang daun dengan tekstur menjalar dengan temperatur dan warna daun berubah menjadi kuning dan merah coklat. Sedangkan tulang daun tetap hijau. Tanaman menjadi lemah, mudah terbakar atau daun kering karena terik matahari dan produksi biji berkurang. Mangan (Mn) Gejalanya terlihat pada daun yang muda, pada mulanya kelihatan setempat. Selain perubahan warna pada beberapa tempat jaringan daun mati. Di antara tulang daun terjadi khlorosis dan biasanya mati. Sedangkan tulang daun tetap berwarna hijau. Bagian tengah helai daun kadang berwarna coklat dan kemudian patah, pembentukan biji kurang baik. Zat besi (Fe) Gejalanya terlihat pada seluruh daun yang muda, awalnya tidak merata diantara tulang daun muda. Belerang (S) Gejalanya terlihat pada seluruh daun yang muda. Warna daun menjadi hijau muda tidak merata, mengkilap keputihan sampai kuning sekali. Borium (B) Gejalanya terlihat pada daun yang muda. Pada mulanya kelihatan setempat pada daun. Selain warna daun berubah, jaringan daun juga mati.Khlorosin dimulai dari bagian bawah daun dan menjalar kesepanjang tepi daun kemudian mati. Daun yang baru berukuran kecil dan kerdil. Cuprum (Cu) Gejalanya terlihat pada daun yang muda. Mulanya terlihat setempat pada daun lalu ujung daun menjadi layu. Jaringan daun tidak ada yang mati. Pada daun yang muda terjadi chloroose. Zincum (Zn) Gejalanya terlihat pada daun yang tua yang awalnya terjadi setempat pada daun tersebut. Khlorosis terjadi diantara tulang daun, kemudian mati dan gugur. M o l o b d i n Kekurangan unsur ini menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak normal. Terjadi (Mo) perubahan warna pada daun, daun mengeriput dan mengering, pucuk mati dan menyebabkan tanaman mati.
122 | Manual Pelatihan
4
MODUL
pestisida baik fungisida maupun
lebih baik menggunakan pupuk organik
insektisida atau bahan kimia lain sesuai
yang ramah lingkungan hasil produksi
dengan jenis penyebabnya. Dosis dan
masyarakat baik dalam bentuk pupuk
tata cara penggunaan disesuaikan
organik cair maupun pupuk organik padat.
dengan jenis pestisida yang digunakan. Cara silvikultur, mengatur kerapatan tegakan, komposisi jenis, dan mengatur
disarankan dengan pembuatan dari bahan-
drainase. Cara biologi, yaitu menggunakan
bahan alami.
II.4.5. Pencegahan Hama dan Penyakit Tanaman
cendawan akar putih pada cempaka
Agroforestry
predator/musuh alami. Untuk serangan
2 3
hara nitrogen, fosfor, dan kalium sangat
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Termasuk untuk pemenuhan kebutuhan
1
Dalam realisainya di lapangan, pemupukan
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
Cara kimiawi, yaitu menggunakan
maka dapat dikendalikan dengan
dari serangan hama dan penyakit, serta
sp sebagai musuh alami yang dapat
mencegah timbulnya serangan hama dan
menekan kolonisasi cendawan patogen.
penykait secara ekplosif. Pencegahan hama
antara lain dengan cara: pengawasan yang
kerugian yang besar terhadap tanaman. Jika
intensif, pemupukan, pengaturan drainase,
terdapat tanda-tanda serangan hama atau
penanaman jenis yang resisten hama dan
penyakit maka perlu pengendalian. Untuk
penyakit. Jika terjadi serangan hama dan
pengendalian patogen yang disebabkan
penyakit, maka teknik penanggulangannya
oleh cendawan, maka dapat digunakan
dapat dilakukan melalui beberapa cara,
fungisida, antara lain Mancozeb 80%
antara lain:
dengan dosis 1800-2000 ppm (1,8-2 gram/
Cara mekanis/fisik, yaitu: dengan merusak
liter). Adapun untuk penanggulangan insekta dapat digunakan insektisida
sakit (misalnya dipotong atau ditimbun
dengan kandungan bahan aktif tertentu.
dalam tanah).
Dalam pelaksanaannya di lapangan,
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 123
7
benalu, menghilangkan tanaman yang
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
secara dini agar tidak menimbulkan
Perlindungan Satwa Liar
dilakukan sejak pembuatan tanaman,
5 6
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan
Rehabilitasi Hutan Bakau
dan penyakit yang sifatnya pencegahan
4
menggunakan cendawan Trichoderma
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
Tujuan kegiatan adalah melindungi tanaman
MODUL 4. Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
penanggulangan hama dan penyakit akan
II.5. Jadwal Kegiatan Penanaman
lebih disarankan menggunakan pestisida
Jadwal kegiatan dapat disusun sebagaimana
organik yang telah diproduksi oleh
contoh di bawah ini.
masyarakat. Tabel 3. Contoh Tata Waktu Kegiatan Penanaman dan Pemeliharaan Tahun I
No
Kegiatan
Bulan keOkt
Nov
Des
Jan
X
X
Feb
1
Pengadaan bahan dan alat penanaman
X
2
Pembersihan lahan
X
3
Penngaturan jarak tanam dan pemasangan ajir
X
4
Pembuatan lubang tanam
X
5
Pengangkutan bibit ke lokasi tanam
X
6
Pelaksanaan penanaman
7
Evaluasi Tanaman Tahun Berjalan
8
Pemeliharaan Tahun Berjalan (penyulaman 10 %)
X
9
Pemeliharaan Tahun Berjalan (penyiangan, pemupukan, pendangiran)
X
10
Monitoring dan Evaluasi Tahun I
Mar
X
X
X
Evaluasi Kemampuan Modul 4 (Persemaian Mini dan Penanaman) Soal Essay 1. Apa keunggulan membangun persemaian jika dibandingkan dengan pengadaan bibit dengan cara membeli dari luar desa?
124 | Manual Pelatihan
2. Sebutkan syarat-syarat persemaian yang baik! 3. Sebutkan dan jelaskan secara ringkas sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam membangun persemaian! 4. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penanaman!
4
MODUL
pemeliharaan tanaman?
9. Berikut ini adalah yang termasuk dalam kegiatan pemeliharaan tanaman
Soal Pilihan Ganda
b. Pendangiran
6. Di bawah ini adalah contoh benih yang
c. Pembuatan jalur tanam
bersifat rekalsitran
1
a. Pembuatan ajir
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
5. Kegiatan apa saja yang diperlukan dalam
d. Semua benar 10. Suatu lahan bervegatasi jarang (jumlah individu jenis pohon < 500 batang/ha)
c. Sirsak, sengon, jati, jabon
seluas 5 ha, maka berapa jumlah bibit
d. Suren, durian, jati, cokelat
yang diperlukan untuk penanaman pada kondisi lahan tersebut? (Terdapat acuan
perkecambahan benih berhasil
bahwa untuk rehabilitasi pengkayaan
a. Media perkecambahan selalu
menerapkan 200 batang/ha dan rehabilitasi penuh dengan jarak tanam 3 m x 3 m).
c. Media perkecambahan sebaiknya
a. 5500 batang
kering agar tidak terserang penyakit d. Semuanya benar
4
b. Media perkecambahan selalu lembab
b. 1300 batang c. 2500 batang
8. Penanaman pada lahan sangat curam
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
tergenang air
Agroforestry
7. Berikut adalah salah satu syarat agar
2 3
b. Nangka, durian, alpukat, meranti
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
a. Nangka, durian, sengon, meranti
d. 1000 batang Rehabilitasi Hutan Bakau
5 6
dilakukan dengan cara a. Jalur penanaman memotong kontur dari bawah ke atas, dan jalur tanam
Perlindungan Satwa Liar
dibuat bersih b. Jalur tanam searah kontur, vegetasi yang ada di luar jalur tanam tetap
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
dipertahankan c. Dilakukan pembersihan total untuk
7
memudahkan penanaman dan mengurangi persaingan dengan gulma d. Jalur dan baris dibuat lurus
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 125
MODUL 4. Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
Daftar Pustaka Anwar.C. dan E. Subiandono. 1996. Pedoman Teknis Penanaman Mangrove. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor. Balai Litbang Teknologi Perbenihan. 2002. Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan. Du-Hyun Kim. 2009. Forest Seed Storage Technology. Paper of Training on Forest Tree Seed Management and Development. Korea Forest Research Institute Harum F. dan Moestrup S. 2009. Pedoman Pembuatan Persemaian Pohon Untuk Petani. Forest and Landscape Denmark (FLD) dan Burung Indonesia. Kusmana.C., Sri.W., Iwan.H., Prijanto.P., Cahya.P.,Tatang.T., Adi.T., Yunasfi dan Hamzah., 2003. Teknik Rehabilitasi Mangrove. Fakultas Kehutanan . Institut Pertanian Bogor. Bogor. Primavera, J.H. et al., 2004. Handbook of Mangroves in Philippines-Panay. Southeast Asian Fisheries Development Center Aquaculture Department UNESCO Man and the Biosphere. Panjiwibowo C, Soejachmoen MH, Tanujaya O, Rusmantoro W. 2003. Mencari pohon uang: CDM kehutanan di Indonesia. Jakarta: Yayasan Pelangi. Permenhut No. P.70/Menhut-II/2008 tentang Pedoman Teknis Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Direktorat jendral Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial, Departemen Kehutanan. Schmidt. 2000. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub Tropis. Danida Forest Seed Center. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Departemen Kehutanan. Sub Teknik Konservasi Tanah. Direktorat Rehabilitasi dan Konservasi Tanah. 1999. Informasi Teknik Rehabilitasi dan Konservasi Tanah. Pusat Penyuluhan Kehutanan dan Perkebunan, Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Jakarta. Supriyanto. 1996. Penggunaan Inokulum Kelereng Alginat dalam Uji Efektifitas pada Semai Beberapa Jenis Dipterocarpaceae. Laporan DIP 1995/ 1996. SEAMEO-BIOTROP. Bogor.
126 | Manual Pelatihan
4
MODUL
Hutan. Makalah Pelatihan Manajemen Perbenihan dan Persemaian Tahun 1997 Tingkat
1
Asper/ KBKPH dan Sederajat. Perum Perhutani Unit III Jawa Barat. Cianjur.
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
Supriyanto. 1997. Pengenalan Silvikultur Tanaman Hutan dan Teknik Pembibitan Tanaman
Supriyanto and Ujang S. Irawan. 1997. Inoculation Techniques of Ectomycorrhizae. Seminar of Mycorrhizae, Ministry of Forestry – Overseas Development Administration/ United
dan Pengembangan Kehutanan, Bogor.
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan.
Agroforestry
Balai Litbang Teknologi Perbenihan. 2002. Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia. Badan
2 3
Anwar.C. dan E. Subiandono. 1996. Pedoman Teknis Penanaman Mangrove. Badan Penelitian
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Kingdom, 28 – 29 February 1997, Balikpapan, East Kalimantan.
Du-Hyun Kim. 2009. Forest Seed Storage Technology. Paper of Training on Forest Tree Seed
Teknik Rehabilitasi Mangrove. Fakultas Kehutanan . Institut Pertanian Bogor. Bogor. Primavera, J.H. et al., 2004. Handbook of Mangroves in Philippines-Panay. Southeast Asian
4
Kusmana.C., Sri.W., Iwan.H., Prijanto.P., Cahya.P.,Tatang.T., Adi.T., Yunasfi dan Hamzah., 2003.
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
Management and Development. Korea Forest Research Institute
Fisheries Development Center Aquaculture Department UNESCO Man and the Biosphere.
Direktorat jendral Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial, Departemen Kehutanan. Schmidt. 2000. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub Tropis. Danida
Departemen Kehutanan.
Teknik Rehabilitasi dan Konservasi Tanah. Pusat Penyuluhan Kehutanan dan Perkebunan, Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Jakarta.
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 127
7
Sub Teknik Konservasi Tanah. Direktorat Rehabilitasi dan Konservasi Tanah. 1999. Informasi
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
Forest Seed Center. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial
Perlindungan Satwa Liar
Permenhut No. P.70/Menhut-II/2008 tentang Pedoman Teknis Rehabilitasi Hutan dan Lahan.
5 6
kehutanan di Indonesia. Jakarta: Yayasan Pelangi.
Rehabilitasi Hutan Bakau
Panjiwibowo C, Soejachmoen MH, Tanujaya O, Rusmantoro W. 2003. Mencari pohon uang: CDM
MODUL 4. Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
Supriyanto. 1996. Penggunaan Inokulum Kelereng Alginat dalam Uji Efektifitas pada Semai Beberapa Jenis Dipterocarpaceae. Laporan DIP 1995/ 1996. SEAMEO-BIOTROP. Bogor. Supriyanto. 1997. Pengenalan Silvikultur Tanaman Hutan dan Teknik Pembibitan Tanaman Hutan. Makalah Pelatihan Manajemen Perbenihan dan Persemaian Tahun 1997 Tingkat Asper/ KBKPH dan Sederajat. Perum Perhutani Unit III Jawa Barat. Cianjur. Supriyanto and Ujang S. Irawan. 1997. Inoculation Techniques of Ectomycorrhizae. Seminar of Mycorrhizae, Ministry of Forestry – Overseas Development Administration/ United Kingdom, 28 – 29 February 1997, Balikpapan, East Kalimantan.
128 | Manual Pelatihan
Rehabilitasi Hutan Bakau
5 MODUL
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 129
MODUL 5. Rehabilitasi Hutan Bakau
MODUL 5.
Rehabilitasi Hutan Bakau I. Pengenalan Ekosistem Hutan Bakau
penggundulan hutan dan pencemaran.
I.1. Kawasan Pesisir
Sayangnya, kekayaan alam laut dan pesisir
Indonesia dikenal sebagai negara bahari
Indonesia yang berlimpah tersebut terus
dan kepulauan terbesar di dunia dengan
mengalami kerusakan. Di daratan, hutan-
luas perairan laut, termasuk zona ekonomi
hutan alami yang berfungsi sebagai
eksklusif (ZEE), sekitar 5.8 juta kilometer
pengatur tata air terus ditebangi. Di pesisir,
persegi atau 75% dari total wilayah
hutan bakau dan terumbu karang juga
Indonesia. Wilayah laut tersebut ditaburi
mengalami nasib yang sama. Kerusakan
lebih dari 17.500 pulau dan dikelilingi
tersebut tak hanya mengganggu ekosistem
garis pantai sepanjang 81.000 km yang
pesisir, tapi juga akan mengurangi sumber
merupakan terpanjang di dunia setelah
pendapatan ekonomi masyarakat di
Kanada. Dari panjang pantai tersebut,
sekitarnya, bahkan bagi perekonomian di
sekitar 1.2 juta Ha di antaranya berpotensi
Indonesia secara luas.
sebagai lahan tambak, meski yang baru dimanfaatkan sebagai tambak udang baru
Masyarakat dapat melakukan berbagai
sekitar 300.000 Ha.
kegiatan secara bersama, seperti penanaman kembali hutan bakau,
Bagaimana dengan wilayah pesisir? Wilayah
melakukan budidaya hasil laut secara baik
pesisir merupakan daerah pertemuan
untuk mengurangi aktivitas penangkapan
antara darat dan laut. Ke arah darat meliputi
langsung dari alam, serta pemeliharaan
bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi sifatsifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin. Sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi proses-proses alami yang terjadi di darat, seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti
130 | Manual Pelatihan
Gambar 1. Kawasan Pesisir Wori, Kec. Wori, Kab. Minahasa Utara, salah satu lokasi pilot PNPM LMP (©Agustinus Wijayanto/WCS IP)
5
MODUL
perairan asin/payau (Santoso, 2000).
Masyarakat juga dapat mencegah kerusakan
Ekosistem utama di daerah pesisir adalah
dapat merusak lingkungan pesisir.
ekosistem bakau, ekosistem lamun dan ekosistem terumbu karang. Menurut
ekosistem tersebut dijumpai, namun
alam tempat berlangsungnya kehidupan
demikian apabila ketiganya dijumpai maka
yang mencerminkan hubungan timbal
terdapat keterkaitan antara ketiganya.
balik antara makhluk hidup dengan
Masing-masing ekosistem mempunyai
lingkungannya dan diantara makhluk hidup
fungsi sendiri-sendiri.
3
Agroforestry
Ekosistem bakau adalah suatu sistem di
2
Kaswadji (2001), tidak selalu ketiga Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
I.2. Pengenalan Ekosistem Bakau
1
dengan mengurangi segala kegiatan yang
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
dan pemulihan kondisi terumbu karang.
itu sendiri, terdapat pada wilayah pesisir,
didominasi oleh spesies pohon atau semak
detritus, sumber nutrien dan bahan organik
yang khas dan mampu tumbuh dalam
yang dibawa ke ekosistem padang lamun
4
Ekosistem bakau merupakan penghasil Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
terpengaruh pasang surut air laut, dan
5
Rehabilitasi Hutan Bakau
6
Perlindungan Satwa Liar
7
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
Gambar 2. Hamparan Hutan Bakau. (Dok WCS IP) Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 131
MODUL 5. Rehabilitasi Hutan Bakau
oleh arus laut. Sedangkan ekosistem lamun
padang lamun ataupun terumbu karang.
berfungsi sebagai penghasil bahan organik dan nutrien yang akan dibawa ke ekosistem
Di samping hal-hal tersebut di atas, ketiga
terumbu karang. Selain itu, ekosistem lamun
ekosistem tersebut juga menjadi tempat
juga berfungsi sebagai penjebak sedimen
migrasi atau sekedar berkelana organisme-
(sedimen trap) sehingga sedimen tersebut
organisme perairan, dari hutan bakau ke
tidak mengganggu kehidupan terumbu
padang lamun kemudian ke terumbu karang
karang. Selanjutnya ekosistem terumbu
atau sebaliknya (Kaswadji, 2001).
karang dapat berfungsi sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak (gelombang)
Indonesia dikaruniai kawasan bakau
dan arus laut. Ekosistem bakau juga
yang sangat luas, yaitu sekitar 3,7 juta
berperan sebagai habitat (tempat tinggal),
hektar. Kawasan Bakau tersebut tersebar
tempat mencari makan (feeding ground),
di pesisir-pesisir Sumatera, Kalimantan,
tempat asuhan dan pembesaran (nursery
Jawa, Bali, hingga Papua. Tetapi, kegiatan
ground), tempat pemijahan (spawning
pembangunan di wilayah pesisir telah
ground) bagi organisme yang hidup di
mengurangi luas hutan bakau di Indonesia.
Gambar 3. Tipe Ekosistem Pesisir
132 | Manual Pelatihan
5
MODUL
pertambakan, permukiman, industri dan
organisme yang didominasi oleh bebeapa
lain-lain. Selain konversi, kerusakan hutan
pohon bakau yang mampu tumbuh dan
bakau juga terjadi akibat pemanfaatan yang
berkembang di daerah pasang surut pantai
intensif untuk kayu bakar, bahan bangunan,
berlumpur. Bakau juga tumbuh subur di
pemanfaatan daun bakau sebagai makanan
sepanjang delta, estuaria dan danau di pinggir
ternak, serta penambangan pasir laut di
laut (coastal lagoon) yang dilindungi oleh
sepanjang pantai bagian depan kawasan
batu karang, tumpukan pasir atau struktur
bakau.
lain dari gelombang dan pasang air laut.
pada tanah berlumpur, terutama di daerah
tersebut sebagai hutan bakau. Sebenarnya,
dimana endapan lumpur terakumulasi.
khusus untuk beradaptasi dengan
menghindarkan kemungkinan salah
lingkungan dengan kondisi lingkungan
pengertian dengan hutan yang terdiri
yang ekstrim, seperti kondisi tanah yang
atas pohon bakau Rhizophora spp. Karena
tergenang, kadar garam yang tinggi
bukan hanya pohon bakau yang tumbuh
serta kondisi tanah yang kurang stabil.
di sana. Selain bakau, terdapat banyak jenis
Oleh karena itu, jenis-jenis tumbuhan
tumbuhan lain yang hidup di dalamnya.
bakau beradaptasi salah satunya melalui
6
diketahui di Indonesia antara lain Avicennia,
Perlindungan Satwa Liar
perakarannya. Beberapa jenis bakau yang
5
sebagai pengganti istilah bakau untuk
Rehabilitasi Hutan Bakau
Tumbuhan bakau memiliki kemampuan
4
mangrove. Istilah ‘Mangrove’ digunakan
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
hutan tersebut lebih tepat dinamakan hutan
Agroforestry
Kita sering menyebut hutan di pinggir pantai
3
Sebagian jenis bakau tumbuh dengan baik
2
tropis atau areal sub-tropis beserta seluruh
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
lahan atau konversi hutan menjadi kawasan
1
Bakau adalah komunitas vegetasi pantai
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
Penyebabnya antara lain adalah: pembukaan
Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops.
Scyphyphora. Bakau juga digunakan untuk
bakau seperti Barringtonia. Gambar 4. Distribusi mangrove di Asia Tenggara (FAO and Wetlands International, 2006) Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 133
7
jenis tumbuhan yang terdapat dipinggiran
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
Lumnitzera, Exoeceria, Xylocarpus, Aegiceras,
MODUL 5. Rehabilitasi Hutan Bakau
Bakau yang tumbuh dan berkembang
rendah sekalipun dapat dijumpai dan
menunjukkan adanya zonasi terhadap
didominasi oleh jenis Avicennia atau
jenis-jenis tertentu, dari mulai dari yang
Sonneratia.
terdekat dengan kawasan pesisir hingga yang berbatasan dengan daratan. Hal
Zonasi hutan bakau adalah daerah tempat
ini berkaitan dengan pasang surut/tinggi
tumbuh dan berkembangnya berbagai
rendahnya pasang surut. Daerah yang
macam vegetasi hutan bakau.
digenangi walaupun pada saat pasang
Daerah yang paling dekat dengan laut,
Rhizopora apiculata
Rhizopora mucronata
Avicennia marina
Sonneratia alba
Gambar 5. Jenis-jenis Bakau. Sumber : (http://bmcmangrove.blogspot.com)
134 | Manual Pelatihan
5
MODUL
ular, primata, dan burung. Kelompok ini
ditumbuhi oleh Avicennia spp
tidak mempunyai sifat adaptasi khusus
untuk hidup di dalam hutan bakau, karena
umumnya di dominasi oleh Rhizophopora
mereka melewatkan sebagian besar
spp.
hidupnya di luar jangkauan air laut pada
Zona berikutnya di dominasi oleh
1
Lebih kearah darat, hutan bakau
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
dengan subtrat agak berpasir, sering
bagian pohon yang tinggi. Meskipun mereka dapat mengumpulkan makanan berupa hewan laut pada saat air surut.
hutan dataran rendah bisa ditumbuhi
Kelompok fauna perairan / akuatik, terdiri
beberapa spesies palm lainya.
a) Yang hidup di kolom air, terutama
berbagai jenis ikan, dan udang Di dalam hutan bakau, terdapat berbagai
b) Yang menenpati subtrat baik keras
antara 2 (dua) kelompok:
maupun lunak(lumpur), terutama
Kelompok fauna daratan / terestrial yang
kepiting, kerang dan berbagai jenis invertebrata lainnya.
4
(akar dan batang pohon bakau)
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
jenis fauna, membentuk percampuran
umumnya menempati bagian atas pohon
Agroforestry
dari dua tipe, yaitu:
3
oleh pohon nipah (Nypa fruticans), dan
2
Zona transisi antara hutan bakau dengan
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Bruguiera spp.
bakau, terdiri berbagai jenis serangga,
5
Rehabilitasi Hutan Bakau
6
Perlindungan Satwa Liar
7
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
Gambar 6. Citra satelit SPOT meliputi sebagian Delta Mahakam. Warna merah mengindikasikan tutupan vegetasi, termasuk hutan mangrove. (a) Tahun 1992, tambak udang hanya meliputi 4 % dari luas hutan mangrove. (b). Tahun 1998, tambak udang telah merusak 41% dari luas hutan mangrove. (c) Inset dari daerah di dalam kotak bergaris putih pada gambar (b), menunjukkan pola tambak yang berkembang di kawasan tersebut (Husein, 2006) Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 135
MODUL 5. Rehabilitasi Hutan Bakau
Beberapa data menunjukkan bahwa
Apabila tidak ada usaha untuk mencegah
kerusakan dan penyusutan luas hutan bakau
kerusakan, serta tak ada usaha untuk
Indonesia terus terjadi. Pada tahun 1982
mengembalikan kondisi hutan bakau,
Indonesia masih memiliki 5.209.543 ha hutan
maka lingkungan pesisir Indonesia akan
bakau, namun di tahun 1992 jumlahnya telah
semakin mengkhawatirkan bagi kehidupan.
menjadi 2.496.185 ha. Pada tahun 1985, pulau
Bahkan, perekonomian penduduk pesisir
Jawa telah kehilangan 70% hutan bakaunya.
yang bergantung pada ekosistem bakau
Luas hutan bakau di Sulawesi Selatan
juga akan semakin sulit. Salah satu
berkurang dari 110.000 ha pada tahun
kegiatan yang dapat dilakukan masyarakat
1965 menjadi 30.000 ha pada tahun1985.
untuk melestarikan bakau adalah melalui
Sedangkan Teluk Bintuni (Papua) masih
penanaman atau rehabilitasi bakau.
terdapat 300.000 ha bakau, namun kini terus menerus mengalami tekanan, sebagaimana
1.3. Sistem Perakaran Bakau
terjadi pula di delta Sungai Mahakam dan
Berikut ini beberapa system perakaran
pesisir Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.
bakau/mangrove antara lain: 1. Rhizophora spp memiliki akar tunjang
Akar papan
Akar nafas
Akar lutut
Gambar 7. Sistem perakaran bakau. Repro Wahyu Gumelar 2012.
136 | Manual Pelatihan
5
MODUL
akar nafas
Misalnya untuk tempat perkawinan ikan ataupun pemijahan ikan, bahkan dapat digunakan untuk budidaya kepiting
memiliki akar lutut
bakau yang punya nilai ekonomi bagi
4. Heritiera spp memiliki akar papan
masyarakat. Selain itu, dengan keberadaan
1
3. Bruguiera spp dan Xylocarphus spp
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
2. Avicennia spp dan Sonneratia spp memiliki
bakau dapat mengurangi potensi bencana,
Seperti telah disampaikan pada bahasan
maupun tidak, bakau perlu diupayakan
di atas bagaimana bakau mempunyai
pelestariannya secara berkesinambungan.
peran penting bagi ekosistem dan manusia
kehidupan fauna. Tentu saja bakau tidak
Karena ancaman atas keberadaan bakau
bisa begitu saja dipandang hanya berupa
cukup besar, terutama dalam kaitannya
pohon-pohon yang berguna untuk diambil.
dengan ekosistem pendukung, misalnya
Agroforestry
pengelolaan secara berkesinambungan?
4
alam berupa bakau ini cukup penting bagi
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
Mengapa kemudian diperlukan
3
yang berada di sekitarnya. Sumberdaya
2
misalnya tsunami. Dan secara langsung
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
II. Pengelolaan Hutan Bakau
5
Rehabilitasi Hutan Bakau
6
Perlindungan Satwa Liar
7
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
Gambar 8. Ekosistem Hutan Bakau. Repro Wahyu Gumelar 2012.
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 137
MODUL 5. Rehabilitasi Hutan Bakau
daerah aliran sungai. dan meningkatnya
Pengelolaan bakau secara berkelanjutan
pencemar hasil industri dan rumah tangga
bertujuan untuk menciptakan ekosistem
yang masuk ke dalam daur hidrologi.
yang produktif dan berkelanjutan
Hasil yang terjadi dari erosi tanah yang
untuk menopang berbagai kebutuhan
parah dan meningkatnya kuantitas serta
pengelolaannya. Oleh karena itu
kecepatan sedimentasi yang diendapkan di
pengelolaan SDA harus diarahkan agar :
lingkungan bakau adalah kematian masal
Praktek pengelolaan SDA harus meliputi
(dieback) bakau yang tidak terhindarkan
kegiatan eksploitasi dan pembinaan
lagi karena lentisel-nya tersumbat oleh
yang tujuannya mengusahakan agar
sedimen tersebut. Polusi dari limbah cair
penurunan daya produksi alam akibat
dan limbah padat berpengaruh serius
tindakan eksploitasi dapat diimbangi
pada perkecambahan dan pertumbuhan
dengan tindakan peremajaan dan
bakau. Ini yang kemudian perlu mendapat
pembinaan. Maka diharapkan manfaat
perhatian serius dari semua pihak.
maksimal dari SDA dapat diperoleh secara terus menerus. Dalam pengelolaan SDA yang
berkelanjutan, pertimbangan ekologi dan ekonomi harus seimbang, oleh karena itu pemanfaatan berbagai jenis produk yang diinginkan oleh pengelola dapat dicapai dengan mempertahankan kelestarian SDA tersebut dan lingkungannya Dengan demikian secara filosofis,
pengelolaan SDA berkelanjutan dipraktekan untuk memenuhi kebutuhan saat ini dari pengelola, dengan tanpa mengabaikan pemenuhan kebutuhan bagi generasi yang akan datang, baik dari Gambar 9. Abrasi pantai akibat tidak adanya hutan bakau sebagai penghalang ombak. Sumber: http://sungailinaukayuara.blogspot.com/2011/08/abrasi-pantai.html)
138 | Manual Pelatihan
segi keberlanjutan hasil maupun fungsi.
5
MODUL
peranserta masyarakat yang berada di
harus dipertimbangkan, sehingga total
kawasan bakau/pesisir. Mulai dari aspek
keanekaragaman hayati ekosistem tersebut
perencanaan, pelaksanaan, monitoring
menjadi lebih tinggi. Dapat diambil suatu
dan evaluasi, hendaknya cukup kuat untuk
kegiatan, bahwa pengelolaan bakau selalu
melibatkan masyarakat sebagai aktor
merupakan bagian dari pengelolaan habitat-
utama. Bakau sangat penting artinya
habitat di sekitarnya agar bakau dapat
dalam pengelolaan sumber daya pesisir
tumbuh dengan baik.
di sebagian besar, walaupun tidak semua
lautan. Tumbuhan, hewan benda-benda
wisata alam. Selain itu bakau memainkan
lainnya, dan nutrisi tumbuhan ditransfer
peranan penting dalam melindungi
ke arah daratan atau ke arah laut melalui
daerah pantai dan memelihara habitat
bakau. Bakau berperan sebagai filter untuk
untuk sejumlah besar jenis satwa, jenis
mengurangi efek yang merugikan dari
yang terancam punah dan jenis langka
perubahan lingkungan utama, dan sebagai
yang kesemuanya sangat berperan dalam
sumber makanan bagi biota laut (pantai)
memelihara keanekaragaman hayati di
dan biota darat. Jika bakau tidak ada maka
wilayah tertentu.
Agroforestry
estuarin dan pantai (perairan dangkal), serta
5
menjadi penghubung antara daratan dan
Rehabilitasi Hutan Bakau
sumber utama yaitu hasil hutan, perikanan
4
terpenting bagi daerah pantai adalah
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
Potensi ekonomi bakau diperoleh dari tiga
3
wilayah Indonesia. Fungsi bakau yang
2
hayati yang berada di sekitar bakau juga
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
pengelolaan bakau tidak lepas dari
1
mempunyai arti bahwa keanekaragaman
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
Dari upaya yang dilakukan untuk
produksi laut dan pantai akan berkurang Tumbuh pada daerah yang memiliki jenis tanah berlumpur, berlempung atau
keanekaragaman hayati yang rendah
berpasir
dibandingkan dengan ekosistem lainnya,
wilayah yang sempit diantara darat laut. Namun hubungan kedua wilayah tersebut
teratur, Terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat.
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 139
7
karena hambatan bio-kimiawi yang ada di
Tergenang air laut atau air payau secara
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
Habitat bakau sendiri memiliki
6
Ciri-ciri lingkungan hutan bakau
Perlindungan Satwa Liar
secara nyata.
MODUL 5. Rehabilitasi Hutan Bakau
II.1. Manfaat Hutan Bakau
Sebagai tempat wisata.
Peredam gelombang dan badai,
Beberapa cara untuk melindungi Bakau
pelindung abrasi, serta penahan lumpur dan sedimen, Menghasilkan serat untuk keset dan bahan bangunan (kayu), Menyediakan bahan baku untuk
Tidak menggunakan areal bakau sebagai
tempat pembuangan sampah, Tidak membendung anak sungai dan
sungai di area bakau, Pembuatan karamba dengan struktur
makanan, minuman, obat-obatan dan
yang baik, sehingga tidak mengganggu
kosmetik.
aliran air, rute migrasi binatang air dan
Menghasilkan bahan kimia: arang dan coal tar, bahan pewarna kain, rotenone
ekosistem akau, Membangun jalan air (walkways) yang
(bahan semacam racun yang digunakan
tinggi dan rumah pohon di area bakau,
untuk membunuh ikan hama atau ikan
membuat jalur lintasan perahu (boat trip)
lain yang tidak dikehendaki), tanin,
secara terbatas.
flavonoid (senyawa yang dapat mencegah
Membiarkan air tidal (pasang) bebas
serangan jantung dan kanker), gula
bergerak ketika membangun jalan
alkohol, asam asetat, dll.
menuju garis pantai,
Menghasilkan madu, kepiting, udang,
Menggunakan metode tradisional dan
tiram, kerang-kerangan dan ikan serta
mengobservasi kearifan lokal yang
makanan bagi binatang. Bakau juga
berkaitan dengan pemanfaatan dan
merupakan tempat terbaik bagi budidaya
perlindungan bakau.
ikan air payau dalam karamba. Memberikan tempat tumbuh untuk udang dan ikan yang bermigrasi ke area bakau ketika muda, dan kembali ke laut ketika
Membantu proses pertumbuhan
ekosistem dengan membangun groins dan bukan tembok laut (sea wall), Bekerjasama dengan ahli biologi
mendekati usia matang seksual. Selain itu
untuk kegiatan yang berkaitan dengan
udang karang dan ikan yang bereproduksi
silvikultur dan aquakultur, serta
di hulu sungai (freshwater upstream) dan
pengembangan genetika tumbuhan.
bermigrasi pada masa mudanya karena
Bekerjasama dengan industri pariwisata
makanan berlimpah di daerah bakau.
140 | Manual Pelatihan
untuk mengembangkan taman laut,
5
MODUL
Dalam usaha pelestarian alam, bakau
wisata kebudayaan.
menjadi tempat berbagai kehidupan fauna
matahari tenggelam dan malam hari, Lautan tropis sangat jernih. Oleh karena
yang ada di dalamnya, baik kehidupan di di darat ataupun perairan. Keberadaan fauna tersebut, tadak hanya sebagai penghias
makanan ikan, kepiting dan udang.
bakau, namun memiliki peranan tersendiri
Ekosistem bakau memiliki produktivitas
dalam kehidupan.
2
keragaman kehidupan di dalam hutan
unsur organik yang lebih tinggi dari produktivitas di lautan dan batu karang.
Beberapa jenis ikan, ikan, udang dan
(berkembang biak), sehingga sangat
manusia. Sehingga keberadaannya sangat
menguntungkan bagi nelayan, dimana tidak
memerlukan pengelolaan secara terpadu,
perlu melaut jauh.
Agroforestry
langsung ataupun tidak, untuk kebutuhan
4
hutan bakau untuk tempat pemijahan
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
Hutan bakau banyak memiliki manfaat, baik
3
kehidupan perairan lainnya, memerlukan
untuk menunjang kehidupan. Dalam II.3. Wisata Alam
berbagai kepentingan manusia dan mahluk
Pada daerah tertentu, bakau yang masih
hidup yang ada di sekitarnya, diantaranya
terjaga dengan baik, dan kehidupan
adalah :
di dalamnya aman dan merasa
5
Rehabilitasi Hutan Bakau
pengelolaan hutan bakau, diarahkan untuk
tidak terganggu, kawasan ini dapat
pesisir, sangat diperlukan terutama untuk
dapat melihat aneka kehidupan. Masyarakat
melindungi bahaya abrasi, gelombang
Bahoi, Minahasa dan Kepulauan Togean
pasang. berbagai kasus telah menunjukkan
ataupun di Bali, kawasan bakau dijadikan
bahwa kawasan yang masih memiliki hutan
daerah tujuan wisata, dengan pengemasan
bakau yang terjaga dengan baik, memiliki
paket yang berbeda sesuai dengan potensi
pantai yang aman dari kikisan gelombang
alam yang ada di sekitarnya.
dan ancaman tsunami.
| 141
7
wisata pantai. Pengunjung dengan mudah
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
Keberadaan hutan bakau yang ada di
6
dikembangkan menjadi daerah tujuan Perlindungan Satwa Liar
II.2. Pelestarian Alam
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
itu hanya ada sedikit plankton untuk
1
Menyediakan silent boating pada saat
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
perlindungan biosfer laut dan promosi
MODUL 5. Rehabilitasi Hutan Bakau
II.4. Kegiatan Ekonomi
desanya yang terjaga dengan baik.
Dengan perkembangan dan pertambahan penduduk yang kian meningkat, tentunya
Dalam pelaksanaannya, pengelolaan bakau
kebutuhan akan perekonomian sangat
tidak lepas dari kendala yang menghadang.
diperlukan untuk meningkatakan. Ada
Beberapa kendala yang ada diantaranya :
beberapa hal kegiatan perekonomian yang
a. Kendala Aspek Teknis
dapat dilakukan pada kawasan bakau,
Kondisi habitat yang tidak begitu
diantaranya adalah:
ramah, yakni tanah yang anaerob dan labil dengan salinitas yang relatif tinggi
Peternakan (pembesaran) kepiting bakau.
apabila dibandingkan dengan tanah
Hal ini sudah dilakukan oleh masyarakat di
mineral, adanya pengaruh pasang
Minahasa Utara di dalam kawasan bakau di
surut dan sedimentasi serta abrasi pada
Kotak 1. Studi kasus : Contoh pengelolaan kawasan pesisir oleh masyarakat di Desa Bahoi, Kecamatan Likupang Barat, Kabupaten Minahasa Utara. Sulawesi Utara
D
esa Bahoi, adalah sebuah desa kecil di pesisir pantai timur laut Sulawesi Utara. Secara administratif, terletak di Kecamatan Likupang Barat Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Desa yang memiliki hutan bakau dan terumbu karang seluas 30 hektar ini, dikelola dengan baik. Seluas 28 hektar dijadikan kawasan lindung, dan selebihnya, diperuntukkan sebagai tempat berpangkalnya beberapa perahu nelayan. Desa sudah memiliki Peraturan Desa yang disepakati oleh semua warga. Hutan yang dilindungi, dibatasi dengan pelampung, sebagai pertanda, nelayan tidak boleh melintas batas yang disepakati tersebut. Daerah yang dilindungi (ilustrasi 7), rupanya memiliki terumbu karang yang sangat baik dan kombinasi dengan hutan bakau yang terjaga, maka kawasan pesisir tersebut menjadi daerah yang subur. Artinya kawasan lindung tersebut menjadi tempat perpijah atau berkembang biaknya berbagai jenis ikan ataupun udang. Sehingga para nelayan diuntungkan dengan adanya kawasan tersebut, karena ikan tidak mengalami kesuitan. Kawasan lindung tersebut oleh desa, juga dijadikan kawasan wisata, khususnya wisata air seperti snokleing ataupun diving. Wisatawan dapat melihat kehudupan bawah air dengan mudah. merupakan suatu contoh, bahwa hutan bakau memiliki manfaat langsung bagi manusia yang ada di sekitarnya, baik secara ekologis ataupun ekonomis.
142 | Manual Pelatihan
5
MODUL
1
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
2
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air Agroforestry
3
Gambar 10. Usaha masyarakat dalam usaha perlindungan kawasan melalui kawasan Daerah Perlindungan Laut (DPL). Sumber: WCS IP
dengan tingkat kesejahteraan dan tingkat
4
Adanya pencampuran komponen
pendidikan yang rendah.
ekosistem akuatik (ekosistem laut) dan
pengelolaannya menjadi lebih kmpleks.
Dalam pengelolaan wilayah pesisir beberapa
Hal ini mengharuskan kecermatan yang
kendala aspek kelembagaan diantaranya
tinggi dalam menerapkan pengelolaan
adalah :
mengingat beragamnya sumber daya
Tata ruang kawasan pesisir di banyak
peka terhadap gangguan, dan adanya
ada yang belum sama sekali.
6
lokasi belum tersusun secara baik, bahkan Status kepemilikan bahan dan tata batas
di suatu kawasan pesisir (padang lamun, terumbu karang, estuaria).
yang tidak jelas. Banyaknya pihak yang berkepentingan
dengan kawasan dan sumber daya bakau
umumnya mendukung populasi
Belum jelasnya wewenng dan tanggung
jawab berbagai stakeholders yang terkait
penduduk yang cukup tinggi, tetapi
Masih lemahnya law enforcement dari
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 143
7
Kawasan pantai dimana bakau berada
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
dengan tipe ekosistem produktif lainnya
Perlindungan Satwa Liar
hayati yang ada pada umumnya relatif
5
b. Kendala Aspek Kelembagaan
Rehabilitasi Hutan Bakau
ekosistem daratan, yang mengakibatkan
keterkaitan antara ekosistem bakau
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
berbagai lokasi tertentu.
MODUL 5. Rehabilitasi Hutan Bakau
peraturan perundangan yang sudah ada
dan Pangasa, Sinjai, Sulawesi Selatan
Masih lemahnya koordinasi di antara
yang memiliki barisan bakau yang tebal di
berbagai instansi yang berkompeten
pantai terlindung dari gelombang pasang
dalam pengelolaan bakau
(Tsunami) di pulau Flores pada akhir tahun
Praktek perencanaan, pelaksanaa dan
1993. Sedangkan beberapa dusun yang
pengendalian dalam pengelolaan
berbatasan dengan kedua dusun ini yang
bakau belum banyak mengikutsertakan
tidak mempunyai bakau yang cukup tebal
masyarakat lokal
mengalami kerusakan yang cukup parah.
III. Rehabilitasi Hutan Bakau
Di Bangladesh, pada bulan Juni 1985
Bakau memiliki peranan penting dalam
sebanyak 40.000 penduduk yang tinggal
melindungi pantai dari gelombang, angin
di pesisir dihantam badai. Mengetahui
dan badai. Tegakan bakau dapat melindungi
manfaat bakau dalam menahan gempuran
pemukiman, bangunan dan pertanian
badai, pemerintah Bangladesh kemudian
dari angin kencang atau intrusi air laut.
melakukan penanaman seluas 25.000
Bakau juga terbukti memainkan peran
hektar areal pantai dengan vegetasi bakau
penting dalam melindungi pesisir dari
(Maltby, 1986). Kemampuan bakau untuk
gempuran badai. Dusun Tongke-tongke
mengembangkan wilayahnya ke arah laut merupakan salah satu peran penting bakau dalam pembentukan lahan baru. Akar bakau mampu mengikat dan menstabilkan substrat lumpur, pohonnya mengurangi energi gelombang dan memperlambat arus, sementara vegetasi secara keseluruhan dapat memerangkap sedimen (Davies and Claridge, 1993 dan Othman, 1994). Pada awalnya, proses pengikatan sedimen oleh bakau dianggap sebagai suatu proses yang aktif, dimana jika terdapat bakau otomatis
Gambar 11. Hutan di Kawasan Pesisir Sebagai Peredam Tsunami. Sumber : http://sirrma.bppt.go.id/home/tata-ruang
144 | Manual Pelatihan
akan terdapat tanah timbul (Steup, 1941).
5
MODUL
1
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
2
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air Agroforestry
3 bakaunya, pulau tersebut mudah disapu
bahwa proses pengikatan dan penstabilan
ombak dan arus musiman (Chambers, 1980).
tersebut ternyata hanya terjadi pada Peranan bakau dalam menunjang kegiatan
hal yang penting adalah vegetasi bakau
perikanan pantai dapat disarikan dalam dua
mempunyai peranan yang besar dalam
hal :
6
Perlindungan Satwa Liar
pantai yang telah berkembang. Satu
mempertahankan lahan yang telah
arus laut. Pada pulau-pulau di daerah
hidup berbagai jenis ikan, udang dan moluska
delta yang berlumpur halus ditumbuhi
(Davies & Claridge, 1993), karena lingkungan
bakau, peranan bakau sangat besar untuk
bakau menyediakan perlindungan dan
mempertahankan pulau tersebut.
makanan berupa bahan-bahan organik yang masuk kedalam rantai makanan.
| 145
7
Pertama, bakau berperan penting dalam siklus Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
dikolonisasinya, terutama dari ombak dan
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
5
Chapman, 1977) kemudian menyebutkan
Rehabilitasi Hutan Bakau
Sebaliknya, pada pulau yang hilang
4
Berbagai penelitian (van Steenis, 1958 dan
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
Gambar 12. Kegiatan rehabilitasi hutan bakau, salah satu kegiatan PNPM LMP di Sulawesi Utara. Dok. © Agustinus Wijayanto/WCS IP
MODUL 5. Rehabilitasi Hutan Bakau
Kedua, bakau merupakan pemasok bahan
restorasi kawasan Bakau, diperlukan dan
organik, sehingga dapat menyediakan
(sangat) disarankan pada kawasan yang
makanan untuk organisme yang hidup pada
sudah berubah dan mengalami kerusakan,
perairan sekitarnya (Mann, 1982).
atau sudah beralih fungsi, sehingga sangat sulit pulih secara alami.
Produksi serasah bakau berperan penting dalam kesuburan perairan pesisir dan hutan
Sedangkan restorasi bakau, adalah suatu
bakau dianggap yang paling produktif
tehnik untuk mengembalikan lahan yang
diantara ekosistem pesisir (Odum, dkk, 1974).
rusak ke kondisi asli atau mendekati asli.
Di Indonesia, produksi serasah bakau berkisar
Di dalam melakukan restorasi kawasan
antara 7 – 8 ton/ha/tahun (Nontji, 1987).
bakau, diperlukan dan (sangat) disarankan pada kawasan yang sudah berubah dan
Rehabilitasi hutan Bakau merupakan upaya
mengalami kerusakan, atau sudah beralih
pengembalian fungsi hutan Bakau yang
fungsi, sehingga sangat sulit pulih secara
mengalami degradasi menjadi fungsi hutan
alami.
Bakau yang lebih baik yang bermanfaat untuk fungsi ekologis dan ekonomis. Terkait
Kegiatan restorasi ini, biasanya dilakukan
dengan rehabilitasi Bakau hendaknya
pada kawasan bakau yang sudah berubah
perlu memahami “autekologi,” yakni sifat-
keperuntukannya dana tau yang mealami
sifat ekologi tiap-tiap jenis Bakau di lokasi,
kerusakan akibat kegiatan manusia maupun
khususnya pola reproduksi, distribusi benih,
gangguan alam. Ada dua cara dalam
dan keberhasilan pertumbuhan bibit. Di
melakukan restorasi bakau tersebut, antara
samping itu, rencana rehabilitasi Bakau
lain : 1). Regenerasi alami. yaitu restorasi
harus mempertimbangkan zonasi atau
dengan memanfaatkan sumber benih yang
tata ruang kawasan, manfaat dan fungsi
dihasilkan langsung dari pohon di sekitar
kawasan serta aspirasi masyarakat di lokasi
hutan bakau dan 2). Regenerasi buatan,
yang akan dilakukan rehabilitasi. Sedangkan
yaitu benih diambil dari lokasi pembibitan
Restorasi Bakau, adalah suatu tehnik untuk
benih/penanaman.
mengembalikan lahan yang rusak ke kondisi asli atau mendekati asli. Di dalam melakukan
146 | Manual Pelatihan
Selanjutnya dalam melakukan tahapan-
5
MODUL
Kelas 3 : Digenangi oleh ketinggian air normal. Kebanyakan spesies
Pemilihan lokasi restorasi, 2). Pembibitan,
bisa tumbuh dalam ketinggian
3). Persemaian, 4). Penanaman, dan 5).
ini. Sebagian besar spesies
Pemeliharaan.
bakau tumbuh di sini sehingga
1
hutan bakau adalah sebagai berikut : 1).
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
tahapan untuk melakukan restorasi
tingkat keragaman hayati tinggi.
yang dapat hidup pada lingkungan tertentu.
dominan), Ceriops tagal, Xylocarpus
Artinya, kawasan pesisir yang dipengaruhi
granatum, Lumnitzera littorea, dan
oleh pasang surut atau kondisi lahan
Exoecaria agallocha.
sebaiknya perlu diketahui beberapa jenis
air tinggi. Spesies yang umumnya
yang cocok dan pas untuk lingkungan yang
dapat tumbuh di sini adalah
akan ditanami jenis bakau.
Brugueira spp., Xylocarpus spp., Lumnitzera littorea, dan Exoecaria agallocha. Rhizophora spp. jarang
dalam beberap kelas, antara lain :
ditemui di areal ini karena lahannya
Kelas 1 : Bakau dalam kelas ini tergenang
terlalu kering untuk tumbuh. Kelas 5 : Genangan hanya terjadi pada saat
Rhizophora mucronata, R. stylosa
adalah Brugeira gymnorrhiza
dan R. apiculata. R. mucronata lebih
(dominan), Instia bijuga, Nypa
banyak tumbuh pada areal yang
fruticans, Herritera littoralis, Exoecaria
lebih banyak pasokan air tawar.
agallocha dan Aegiceras spp. Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
Kelas 2 : Bakau pada kelas ini digenangi oleh tingkat air dengan ketinggian
7
sedang. Spesies utama yang tumbuh adalah Avicennia alba, A. marina, Sonneratia alba, dan R. mucronata.
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
6
air pasang besar. Spesies utama
Perlindungan Satwa Liar
dominan yang tumbuh disini adalah
5
oleh semua ketinggian air. Spesies
Rehabilitasi Hutan Bakau
Untuk memudahkan, maka akan dibagi
4
Kelas 4 : Genangan hanya terjadi pada saat
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
(pasir atau lumpur) yang bervariasi, maka
Agroforestry
adalah Rhizophora spp. (seringkali
3
tanpa harus mengetahui jenis jenis bakau
2
Spesies yang paling umum
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Terkadang melakukan restorasi hutan bakau,
| 147
MODUL 5. Rehabilitasi Hutan Bakau
Gambar 13. Zonasi Hutan Bakau. Dari kiri ke kanan : 1. Avicennia alba; 2. Rhizophora apiculata; 3. Bruguiera parviflora; 4. Bruguiera gymnorhiza; 5. Nypa fruticans; 6. Xylocarpus granatum; 7. Excoecaria agallocha; 8. Pandanus furentus; 9. Bruguiera cylindrica
IV. Pembuatan Persemaian Jenisjenis Bakau
+ Pertumbuhan bibit lebih baik + Asal bibit mudah diketahui
Seperti tumbuhan-tumbuhan lain, bakau
Kelemahan (- )
juga mampu memperbanyak dirinya
- Spesies pengganti bisa jadi tidak akan
sendiri (regenerasi alami). Namun untuk tujuan rehabilitasi dan restorasi kita harus
sama dengan yang asli - Ketiadaan pohon induk bisa
memahami beberapa karakter kunci dari
mengakibatkan kekurangan persediaan
bibit bakau alami. Karakter ini kemudian bisa
biji
ditingkatkan kualitas dan tingkat hidupnya dengan tahapan-tahapan persemaian agar sesuai kebutuhan. Berikut adalah kelebihan dan kekurangan regenerasi alami: Kelebihan (+)
- Pertumbuhan dapat terganggu oleh ombak - Serangan hama predator (seperti kepiting, siput, dll) - Tidak ada pengendalian jarak tanam,
+ Biaya pelaksanaannya lebih murah.
persediaan dan komposisi bibit di lokasi
+ Biaya tenaga kerja dan penggunaan
tanam untuk penyesuaian dengan
mesin lebih kecil + Gangguan terhadap kondisi tanah lebih sedikit
148 | Manual Pelatihan
lingkungan setempat
5
MODUL
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
IV.1. Pengumpulan Buah Sebelum melakukan persemaian, lakukanlah
1
pengumpulan buah bakau terlebih dahulu untuk dijadikan bibit tanaman bakau. Karakteristik buah berdasarkan jenis tanaman bakau sebagai berikut:
2
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Bakau (Rhizophora spp.), buah sebaiknya
dipilih dari pohon yang telah berusia di atas 10 tahun, buah yang baik dicirikan
Gambar 14. Jenis Soneratia. Dok. WCS IP
oleh hampir lepasnya bonggol buah
matang untuk jenis:
Ada dua hal penting agar bibit bakau sesuai
o Bakau besar (Rhizophora mucronata):
dengan kebutuhan kegiatan:
setempat atau lokasi terdekat, bibit bakau disesuaikan dengan kondisi
kuning o Bakau kecil (Rhizophora apiculata):
tanah di mana persemaian dilakukan,
4
dengan kotiledon (cincin) berwarna
bibit bakau diusahakan berasal dari lokasi
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
warna buah hijau tua atau kecoklatan
Agroforestry
IV.2. Penyiapan bibit
3
dan batang buah. Ciri buah yang sudah
warna buah hijau kecoklatan dan Rehabilitasi Hutan Bakau
warna kotiledon merah.
5
Tancang (Bruguiera spp.), buah dipilih dari
pohon yang berumur antara 5-10 tahun. Ciri buah yang matang: batang buah
Perlindungan Satwa Liar
6
hampir lepas dari bonggolnya. Api-api (Avicennia spp.), bogem
(Sonneratia spp.) dan bolicella (Xylocarpus
jatuh dari pohon. ciri buah yang matang:
7
warna kecoklatan, agak ketas dan bebas
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
granatum), lebih baik buah yang sudah
dari hama penggerek, Gambar 15. Jenis Bruguiera. Sumber: http:// mangrovecengkrong.blogspot.com/2011/10/bibit-bakau.html
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 149
MODUL 5. Rehabilitasi Hutan Bakau
Gambar 16. Propagul Rhizophora. Sumber: www.biotafoundation.blogspot.com
IV.3. Teknik Pembibitan Bakau Secara umum teknik pembibitan terbagi menjadi tiga aspek yaitu penyiapan bibit, pembibitan dan lokasi. Yang perlu dilakukan dalam penyiapan bibit adalah sumber bibit bakau sebisa mungkin dari lokasi terdekat, disesuaikan dengan substat lokasi, persemaian dilakukan di lokasi bibit dan waktu pengumpulan buah. Aspek kedua yakni teknik pembibitan yang dilakukan dalam polibek atau bisa diganti dengan bambu atau bekas botol air mineral. Pembibitan tersebut menggunakan media sedimen lumpur. Aspek terakhir yaitu cara Gambar 17. Propagul Bruguiera spp. Sumber : http://sylvaunila. multiply.com/photos/photo/7/27
150 | Manual Pelatihan
pembibitan. Setidaknya terdapat tiga cara
5
MODUL
tanpa tingkat, dan tanpa bedeng. Untuk
pengumpulan buah (propagule) dapat
itu, perlu memperhatikan beberapa hal di
dilakukan antara bulan September hingga
bawah ini :
bulan Maret.
Spesies
Bulan
Tanda Matang
Ukuran Buah Matang
Kulit buah kuning
Berat > 30 g
Brugeira gymnorrhiza
Propagule
M, J, J, A, S, O, N, D
Warna buah coklat kemerahan
Panjang > 20 cm
Ceriops tagal
Propagule
A, S
Tangkai Kuning, buah coklat atau hijau
Panjang > 20 cm
Rhizophora apiculata
Propagule
D, J, M, A
Tangkai kemerahan
Panjang > 20 cm, diameter > 14 mm
Rhizophora mucronata
Propagule
S, O, N, D
Tangkai kemerahan, Buah coklat
Panjang > 50 cm
Sonneratia alba
Buah
A, M, J, S, O
Terapung di air
diameter > 4 cm
S, O, N
Buah kuning/coklat dan terapung di air
Berat tiap biji dalam buah lebih dari 30 g
dua cara, yaitu: menanam langsung
Pembuatan bedeng persemaian 1. Pemilihan tempat:
keberhasilan antara 20-30%. Cara lain adalah
dekat dengan lokasi tanam,
melalui persemaian bibit dengan tingkat
terendam air saat pasang, dengan
frekuensi lebih kurang 20-40 kali/bulan, sehingga tidak memerlukan penyiraman.
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 151
7
lahan yang lapang dan datar,
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
buahnya. Cara ini memiliki tingkat
keberhasilan antara 60-80%.
6
Penanaman bakau dapat dilakukan dengan
Perlindungan Satwa Liar
IV.5. Lokasi Persemaian bibit bakau dan
5
IV.4. Pemilihan Bibit Bakau
Rehabilitasi Hutan Bakau
Huruf yang ditebalkan menunjukkan musim puncak. Diadaptasi dari Hachinohe et. AL, “Nursery Manual for Bakau Species - At Benoa Port in Bali,” JICA, 1998 Sumber : Brown, Benyamin, 2006. Petunjuk Teknis Rehabilitasi Hidrologi Bakau
4
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
Xylocarpus granatum Buah
Agroforestry
D,*J, F
3
Propagule
2
Avicennia marina
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Jenis Biji
1
Untuk memperoleh bibit bakau yang baik,
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
pembibitan, yaitu bedeng tingkat, bedeng
MODUL 5. Rehabilitasi Hutan Bakau
air mineral bekas (500 ml) sebanyak 1200 unit, atau 2.250 unit untuk bedeng berukuran 1 x 10 meter.
IV.6. Menyemaikan Benih atau Buah Bakau Buah disemaikan langsung ke kantong-
kantong plastik atau ke dalam botol air mineral bekas yang sudah berisi media tanah. Sebelum diisi tanah, bagian bawah
kantong plastik atau botol bekas air mineral diberi lubang agar air yang berlebihan dapat keluar. Khusus untuk buah bakau (Rhizophora
spp.) dan tancang (Bruguiera spp.), Gambar 18. Jenis Rhizophora spp. Sumber: © Agustinus Wijayanto/WCS IP
2. Pembuatan bedeng persemaian: ukuran bedeng disesuaikan dengan
sebelum disemaikan sebaiknya disimpan dulu di tempat yang teduh dan ditutupi dengan karung basah selama 5-7 hari. Hal ini bermanfaat untuk menghindari
kebutuhan, umumnya berukuran 1 x 5
batang bibit dimakan serangga atau
meter atau 1x10 meter. dengan tinggi
ketam pada saat ditanam nanti.
1 meter, Bedeng diberi naungan ringan dari
daun nipah atau sejenisnya,
Daun akan muncul setelah 20 hari, Bibit dapat ditanam di lokasi setelah
berumur antara 2-3 bulan.
Media bedengan berasal dari tanah
lumpur di sekitarnya, Bedeng berukuran 1 x 5 meter dapat
Untuk memperoleh bibit bakau yang baik, pengumpulan buah (propagule), dapat
menampung bibit dalam kantong
dilakukan antara bulan September sampai
plastik (10 x 50 cm) atau dalam botol
dengan bulan Maret, dengan karakteristik
152 | Manual Pelatihan
5
MODUL
pohon bakau dan bebas dari ombak. Penggunaan polibek sangat praktis,
karena tidak perlu menyirap setiap hari,
Benih atau bibit bakau diperoleh dari:
serta sangat mudah untuk penanaman
Pohon Induk
kemudian.
1
IV.7. Sumber Benih atau Bibit Bakau
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
sebagai berikut:
Benih yang bagus untuk bibit, adalah
Artinya bibit tersebut tumbuh normal dan
Bibit tanaman yang belum tahan
tidak cacat. Selain itu, bibit yang bagus
terhadap sinar matahari sebaiknya diberi
dapat diperoleh dari pohon yang sudah
naungan.
langsung dipetik langsung dari pohon
namun bila sudah mulai tumbuh (pucuk
atau mengambil yang sudah berjatuhan
daun), cukup sehari sekali. Pemupukan dilakukan bila nampak
terhambat pertumbuhannya, misalnya
terkumpul harus segera ditanam pada
dengan NPK.
semaian atau direndam air agar tidak
Pengendalian gulma.
4
yang berkualitas baik. Bibit yang sudah
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
di sekitar pohon. Kemudian pilihlah bibit
Agroforestry
Penyiraman dilakukan pagi dan sore,
3
tua, atau minimal usia 8 tahun. Bibit dapat
2
IV.8. Pemeliharaan Persemaian Bakau:
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
yang sudah tua dan berkualitas baik.
kering. Rehabilitasi Hutan Bakau
Cabutan
IV.9. Penyapihan:
5
Setelah bibit siap untuk ditanam
Tanpa polybag (polibek)
(berlumpur tanpa menggunakan
pembibitan), harus dilakukan hati-hati
polibek). Setelah berumur 5-6 bulan
jangan sampai mengganggu sistem
bibit tersebut dipindahkan ke lokasi
perakaran,
yang sudah disediakan. Khusus untuk
sebaiknya ditanam saat berumur 1 tahun.
Akar disiram air untuk memudahkan
pemindahan, Tanah yang disiapkan dalam
kantong plastik/polibek harus dijaga
Pembibitan dengan menggunakan
kelembapannya agar tidak terlalu basah
polibek sebaiknya disemai di bawah
atau terlalu kering.
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 153
7
Menggunakan polybag
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
lokasi yang tergenang dengan air, bibit
6
(tergantung dari jenisnya waktu
Perlindungan Satwa Liar
Bibit disemai pada tepian pantai
MODUL 5. Rehabilitasi Hutan Bakau
Untuk pengangkutan yang memerlukan
transportasi, dianjurkan untuk menutup bibit agar tidak cepat layu karena sinar matahari.
memiliki tingkat keberhasilan tumbuhnya rendah (sekitar 20 – 30%), Melalui persemaian, dengan tingkat
keberhasilan tumbuhnya relatif tinggi (sekitar 60 – 80%).
V. Penanaman dan Pemeliharaan Bakau
Beberapa pertimbangan dalam penanaman
V.1 Teknik Penanaman Bibit Bakau
bakau antara lain :
Banyak hal yang harus diperhatikan dalam
Lokasi penanaman bakau: Lokasi
proses penanaman bakau. Pertama, lokasi
penanaman bakau adalah di:
dan jarak penanaman bakau disesuaikan
Pantai, dengan lebar 120 kali rata-rata
dengan substrat tanah dan spesies bakau.
perbedaan air pasang tertinggi dan
Kedua, pemasangan ajir-ajir, yaitu patok-
terendah yang diukur dari garis air surut
patok bambu yang ditanam dalam lokasi
terendah ke arah pantai.
penanaman bakau secara sejajar dan
Tepian sungai, selebar 50 meter ke arah
rapi. Ketiga, pada proses penanaman ada
kiri dan kanan tepian sungai yang masih
dua cara yang dapat digunakan yakni
terpengaruh air laut.
penanaman buahnya langsung dengan tingkat keberhasilan tumbuh hanya sekitar
Tanggul, pelataran dan pinggiran saluran
air ke tambak.
20 - 30%, dan persemaian bibit dengan tingkat keberhasilan 60 - 80%. Tekniknya
Pemilihan jenis pada setiap tapak/lokasi
ada 2 cara dengan sistem banjaran dan
Bakau (Rhizophora spp.) dapat tumbuh
wanamina (silvofishery). Keempat adalah
dengan baik pada substrat (tanah) yang
pemasangan alat pemecah gelombang
berlumpur. Bakau dapat bertoleransi
(Apo) yang akan melindungi bibit bakau
pada tanah lumpur-berpasir, pantai
yang ditanam dari gempuran gelombang.
yang agak berombak dengan frekuensi genangan 20-40 kali/bulan. Bakau merah
V.2 Penanaman Bakau
(Rhizophora stylosa) dapat ditanam pada
Penanaman bibit bakau dapat dilakukan
lokasi bersubstrat pasir berkoral.
dengan 2 (dua) cara : Mananam langsung buahnya yang
154 | Manual Pelatihan
Api-api (Avicennia spp.) lebih cocok
ditanam pada substrat pasir berlumpur,
5
MODUL
dengan frekuensi genangan 30-40 kali/
o Di dekat ajir, buatlah lubang tanam
pada saat air surut dengan kedalaman
Bogem/prapat (Sonneratia spp.) dapat
lubang disesuaikan dengan panjang benih yang akan ditanam. Penanaman
lumpur atau lumpur berpasir dari pinggir
benih sebaiknya sedalam sepertiga
pantai ke arah darat dengan frekuensi
panjang benih. o Benih ditanam secara tegak dengan
Tancang (Bruguiera gymnorrhiza) .)
bakal kecambah menghadap ke atas.
dapat tumbuh dengan baik di substrat
genangan 30-40 kali/bulan.
o Buat lubang di dekat ajir saat air surut
Agroforestry
darat dari garis pantai dengan frekuensi
1.2. Menggunakan bibit.
3
yang lebih keras, yang terletak ke arah
2
genangan 30-40 kali/bulan.
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
tumbuh dengan baik di lokasi bersubstrat
1
bulan.
1.1. Menggunakan benih.
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
terutama di bagian terdepan pantai
dengan ukuran lebih besar dari ukuran
mineral.
Buatlah jalur tanam searah garis pantai
o Bibit ditanam secara tegak ke dalam
dan bersihkan jalur tanaman sekitar 1
lubang yang telah dibuat. Lepaskan
meter dari tumbuhan liar.
bibit dari kantong plastik atau botol bekas air mineral secara hati-hati agar
0,5 meter, dengan jarak disesuaikan
5
berdiameter 10 cm secara tegak sedalam
tidak merusak akarnya. o Sela-sela lubang di sekeliling bibit
kemudian ditimbun dengan tanah
bertujuan untuk mengetahui tempat
sebatas leher akar.
6
Perlindungan Satwa Liar
dengan jarak tanam. Pemasangan ajir
bibit akan ditanam, sebagai tanda 1.3. Jarak tanam,
menyeragamkan jarak bibit yang satu
Jarak tanam bergantung pada tujuan
dengan lainnya.
penanaman bakau. Untuk perlindungan
Cara penanaman
1 x 1 meter. Tetapi untuk kegiatan produksi
1. Sistem banjar harian
digunakan jarak 2 x 2 meter.
| 155
7
pantai, jarak tanam yang digunakan adalah
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
adanya tanaman baru dan untuk
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
Rehabilitasi Hutan Bakau
Pasang ajir dari kayu atau bambu
4
Persiapan lahan
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
kantong plastik atau botol bekas air
MODUL 5. Rehabilitasi Hutan Bakau
1.4. Jenis tanaman bakau.
dibuatkan tambak/kolam dan saluran air
Jenis yang ditanam disesuaikan dengan
untuk budidaya perikanan (ikan, udang, dll)
zonasi atau tujuan penanaman di lokasi
sehingga ada perpaduan antara tanaman
tersebut. Untuk menahan abrasi, gunakan
bakau (wana) dan budidaya perikanan
jenis bakau antara lain Rhizophora spp,
(mina).
Avicennia spp, dan Sonneratia spp. Jika untuk penghijauan, cukup tanam jenis api-api
2.2. Secara umum ada 3 pola wanamina,
(Avicennia spp)
yaitu: Wanamina pola empang parit. Lahan
2. Sistem wanamina
untuk hutan bakau dan empang masih
2.1. Pada prinsipnya sistem wanamina sama
menjadi satu hamparan yang diatur oleh
dengan penanaman bakau sistem banjar
satu pintu air.
harian. Bedaannya, pada sistem wanamina
Gambar 19. Cara menanam dengan ajir yang diikatkan pada tali
Wanamina pola empang parit yang
Gambar 20. Cara menanam dengan ajir tanpa tali
Gambar 21. Alternatif Pola Tanam Bakau Sumber : Lampiran I, P.03/MENHUT-V/2004, tentang Pedoman Pembuatan Tanaman Rehabilitasi Hutan Mangrove, Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan
156 | Manual Pelatihan
5
MODUL
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
disempurnakan. Lahan untuk hutan bakau dan empang diatur oleh saluran air yang
1
terpisah. Wanamina pola komplangan. Lahan untuk hutan bakau dan empang terpisah dalam dua hamparan yang diatur oleh saluran
Gambar 22. Buis beton. Sumber: http://anekabeton.com/?Buis_ Beton
Cara penanaman khusus
Agroforestry
perlu dilakukan cara penanaman yang
3
Jika lokasi penanaman berombak besar,
V.2. Pemeliharaan Bakau V.2.1 Teknik Pemeliharaan Bakau
berbeda, yaitu dengan:
Setelah bibit bakau ditanam maka perlu
spp. Pancangkan bambu sedalam 50 cm pada
titik tanam, kemudian tanam bibit di
Penyiangan dan Penyulaman, yaitu dengan memeriksa kondisi dan memastikan tidak ada sampah yang tersangkut, tumbuhan ‘liar’ yang tumbuh di sekitar penanaman, atau dengan menyiangi tanaman bakau yang
1.2. Penggunaan Buis Beton atau Bambu, Pilih buis beton atau bambu dengan garis
mati agar pertumbuhan tumbuhan lainnya
Pancangkan buis beton atau bambu ke
titik tanam sedalam 50 cm. Isi dengan Tanam bibit ke dalam buis beton atau
Penjarangan, yaitu dengan memberi ruang tumbuh yang ideal bagi tanaman agar pertumbuhan tanaman dapat meningkat dan pohon-pohon yang tumbuh bisa sehat
7
dan baik.
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
lumpur.
6
tengah 30 cm dan panjang 1 meter.
Perlindungan Satwa Liar
tak terganggu.
5
bambu dengan tali rafia.
sebagai berikut:
Rehabilitasi Hutan Bakau
sebelahnya dan ikatkan batangnya pada
4
Untuk lokasi ini ditanam jenis Rhizophora
dilakukan pemeliharaan dengan kegiatan
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
1.1. Bantuan batang bambu,
bambu tesebut.
2
hutan bakau dan empang.
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
air dengan dua pintu yang terpisah untuk
| 157
MODUL 5. Rehabilitasi Hutan Bakau
Perlindungan Tanaman, yaitu melindungi
sehingga pertumbuhan tanaman dapat
bakau dari hama penganggu pada masa
meningkat serta pohon dapat tumbuh
kritis. Misalnya pada usia 1 tahun hama yang
sehat dan baik. Hasil penjarangan dapat
bisa menyerang adalah ketam atau serangga.
dimanfaatkan sebagai bahan baku arang, industri chips/kertas, kayu bakar, atau untuk
Pengelolaan Rehabilitasi Bakau, pengelolaan
makanan kambing.
rehabilitasi bakau yang baik adalah berbasis masyarakat dan sejalan dengan peningkatan
V.2.4. Perlindungan dari Hama
kapasitas dan kegiatan ekonomi masyarakat.
Pertumbuhan tanaman bakau memiliki masa-masa kritis. Oleh karena itu, perlu
V.2.2. Penyiangan dan Penyulaman
dilakukan perlindungan dari hama sejak
Tiga bulan setelah penanaman perlu
masa pembibitan hingga mencapai anakan.
dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui
Sejak pembibitan hingga berusia 1 tahun,
tingkat pertumbuhan tanaman. Apabila
batang mangrove sangat disukai oleh
ada tanaman yang mati harus segera
serangga atau ketam. Biasanya 60-70%
disulam (diganti) dengan tanaman yang
bakau akan mati sebelum berusia 1 tahun
baru. Lokasi penanaman yang agak tinggi
karena digerogoti serangga atau ketam.
atau frekuensi genangan air pasang kurang
Untuk mengatasi hama ini, lakukanlah
perlu mendapat perhatian lebih karena pada
beberapa cara berikut ini:
lokasi tersebut biasanya cepat ditumbuhi
a. Pilihlah buah bakau dan tancang
kembali oleh jenis pakis-pakisan atau piyai
yang cukup matang untuk dijadikan
(Acrosthicum aureum). Jadi, ketika piyai sudah
bibit. Tanda-tanda kematangan buah
terlihat mengganggu pertumbuhan anakan
ditunjukkan oleh keluarnya buah dari
bakau, perlu dilakukan penebasan. Kegiatan
tangkai,
penyiangan dan penyulaman dilakukan sampai tanaman berumur 5 tahun.
b. Simpanlah buah-buah yang telah dipilih
di tempat yang teduh, lalu tutup dengan karung goni setengah basah selama 5
V.2.3. Penjarangan
sampai 7 hari. Cara penyimpanan seperti ini
Penjarangan dilakukan untuk memberi
untuk menghindari serangga yang tertarik
ruang tumbuh yang ideal bagi tanaman
dengan bau atau aroma segar buah bakau,
158 | Manual Pelatihan
5
MODUL
pada kantong plastik atau botol bekas
langsung ke lokasi tanam,
di lokasi tanam.
1
air mineral, atau dapat pula ditanam
bekas air mineral atau ditanam langsung
V.2.5. Pemantauan dan Evaulasi Beberapa hal yang perlu mendapat
bug). Kutu lompat dapat menyebabkan daun
pernah dilakukan selama ini, yaitu sebagai
bakau muda berwarna kuning, kemudian
berikut: kesalahan dalam waktu penanaman,
rontok dan tanaman mati. Jika terdapat
pemilihan jenis dan teknologi rehabilitasi
tanda-tanda seperti itu, sebaiknya tanaman
yang tidak sesuai dengan lokasi rehabilitasi;
yang terserang dimusnahkan agar tidak
tingginya aktivitas (perahu) di beberapa
menyebar pada tanaman yang lain.
lokasi yang mengganggu keberhasilan
dari mulai perencanaan sampai dengan
beberapa cara sebagai berikut :
pelaksanaan kegiatan rehabilitasi sehingga
Buah Rhizopora spp. Atau Bruguiera
tujuan untuk memberdayakan masyarakat
dipilih yang cukup matang. Tanda –
tercapai secara baik; tingkat kesejahteraan
tanda kematangan buah ditunjukan oleh
masyarakat di sekitar hutan bakau yang
keluarnya buah dari tangkai .
masih rendah menjadi permasalahan utama yang segera dipecahkan dalam pelaksanaan
Penyimpanan selama itu dimaksudkan
terutama dalam proses perencanaan dan
untuk menghilangkan bau/aroma buah
kegiatan pemeliharaan tanaman hasil
segar dari buah bakau yang sangat
rehabilitasi. Disamping itu, pembinaan dari
disenangi serangga.
instansi terkait kepada masyarakat masih sangat terbatas, sehingga kepeduliaan
disemai pada kantong plastik/ botol
masyarakat terhadap upaya-upaya
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 159
7
dan kurangnya keterlibatan masyarakat
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
setengah basah selama 5 – 7 hari.
6
kegiatan penyelematan rehabilitasi bakau;
Perlindungan Satwa Liar
teduh, ditutupi dengan karung goni
Setelah itu buah bakau siap untuk
5
dalam kegiatan rehabilitasi bakau tidak Rehabilitasi Hutan Bakau
spp. Yang akan digunakan sebagai bibit
4
Untuk mengatasi hama ini dilakukan
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
kegiatan penanaman; sempitnya waktu
Agroforestry
beberapa kegiatan rehabilitasi bakau yang
3
bakau muda adalah kutu lompat (mealy
2
perhatian, berdasarkan pembelajaran dari Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Hama lain yang sering menyerang tanaman
Buah kemudian disimpan di tempat
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
c. Setelah itu buah bakau siap disemai
MODUL 5. Rehabilitasi Hutan Bakau
pelestarian dan rehabilitasi bakau masih rendah. Tabel 1. Prosedur Penanaman Bakau
Spesies R. Mucronata
R. Apiculata
B. Gymnorrhiza
C.tagal
S. alba
A. Marina
X. Granatum
Pembenihan Tanam ± 7 cm dari permukaan tanah Tanam ± 5 cm dari permukaan tanah Tanam ± 5 cm dari permukaan tanah Tanam ± 5 cm dari permukaan tanah Tancapan buah sedikit ke permukaan tanah Letakkan pada permukaan tanah Letakkan pada permukaan tanah
160 | Manual Pelatihan
Naungan Penyiraman
Pengendalian Hama serangga ulat bulu
30%
saat pasang
30%
saat pasang
-
15%
saat pasang
-
30%
saat pasang
-
30%
2 kali sehari
30%
sekali sehari
30%
sekali sehari
Catatan
Jangan lepaskan tangkainya
tikus, kepiting, Jaring kawat untuk ulat bulu menahan biji, tambahkan kotoran ternak 30% ke media tanah tikus, kepiting, ulat bulu kepiting
5
MODUL
bakau di Indonesia, kecuali?
a. Penebangan pohon untuk kayu bakar
pesisir?
b. Pembuatan perabot rumah tangga
....................................................................................
c. Rehabilitasi pesisir
....................................................................................
Bagaimana cara melindungi habitat
....................................................................................
.................................................................................... ....................................................................................
a. Rhizopora sp
.................................................................................... Bagaimana proses persemaian dan
b. Tectona grandis
Agroforestry
....................................................................................
3
mangrove/bakau, kecuali?
2
bakau dari kerusakan?
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
.................................................................................... Berikut ini merupakan jenis tanaman
1
Apa yang Anda ketahui tentang wilayah
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
Berikut ini menjadi penyebab kerusakan
Evaluasi Kemampuan
pembibitan bakau?
c. Avicennia sp
.................................................................................... ....................................................................................
....................................................................................
....................................................................................
....................................................................................
....................................................................................
....................................................................................
penanaman bakau? ....................................................................................
....................................................................................
....................................................................................
....................................................................................
....................................................................................
.................................................................................... ....................................................................................
dalam pemeliharaan dan perawatan bakau sehingga tumbuhannya bisa bagus?
....................................................................................
....................................................................................
....................................................................................
....................................................................................
....................................................................................
.................................................................................... ....................................................................................
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 161
7
....................................................................................
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
Apakah manfaat bakau bagi masyarakat?
Tapahapan apa saja yang dilakukan
6
....................................................................................
Perlindungan Satwa Liar
hidup?
5
Apakah manfaat bakau bagi lingkungan
Apa saja yang perlu dipersiapkan dalam Rehabilitasi Hutan Bakau
....................................................................................
4
di Indonesia?
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
Bagaimana sistem zonasi bakau yang ada
MODUL 5. Rehabilitasi Hutan Bakau
Daftar Pustaka Bengen, Dr. Dietrich G., 2000. Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Bakau. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan - Bogor Institute of Agriculture. Brown, Benyamin. 2004. Petunjuk Teknis Rehabilitasi Hidrologi Bakau: 5 Tahap Rehabilitasi Bakau. RR Lewis, Alfredo Quarto, Jim Enright, Elaine Corets, Jurgenne Primavera, Ravi Shankar, Rignolda Djamaluddin, Almira Riyanti, Anggoro, T. Lukmanul Hakim (Penyunting). Bakau Action Project dan Yayasan Akar Rumput Laut Indonesia April 2006 Yogyakarta, Indonesia. Dahuri, R. 2003. “Paradigma Baru Pembangunan Indonesia Berbasis Kelautan”. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Bidang Pengelolaan Sumber Daya Pesisir Dan Lautan . Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Hachinhoe, Hideki et.al., 1998. Manual Persemaian Bakau, di Bali. Departemen Kehutanan dan Perkebunan RI & Japan International Cooperation Agency. Kitamura, Shozo, et al., 1997. Handbook of Bakaus in Indonesia. JICA & ISME. Bakau Information Centre. 2003. “Pengelolaan Kawasan Hutan Bakau yang Berkelanjutan”. Seminar Pengelolaan Hutan Bakau, Denpasar Bali, 8 September 2003. Rusila Noor, Y., M. Khazali, I.N.N. Suryadiputra. (1999). Panduan Pengenalan Bakau di Indonesia. PKA/WI-IP, Bogor. Soemodihardjo, S., P. Wiroatmodjo, F. Mulia, and M.K. Harahap. 1996. “Bakaus in Indonesia - a case study of Tembilahan, Sumatra”. pp. 97-110 In C. Fields (ed.) Restoration of Bakau Ecosystems. Yapeka. 2009. Pedoman Penanaman Bakau di Pantai Timur Surabaya (tidak diterbitkan). Yayasan Akar Rumput Laut Indonesia. 2006. Petunjuk Tehnis Rehabilitasi Bakau. April Yogyakarta, Indonesia.
162 | Manual Pelatihan
Perlindungan Satwa Liar
MODUL
6
Foto Tarsius, Ular & Katak sumber © Agustinus Wijayanto/WCS IP
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 163
MODUL 6. Perlindungan Satwa Liar
MODUL 6.
Perlindungan Satwa Liar I. Pengenalan Perlindungan Satwa Liar
Lahirnya Peraturan Menteri Kehutanan
I.1. Pengenalan Perlindungan Satwa Liar
Pedoman Penanggulangan Konflik Manusia
Nomor: P.48/MENHUT II/2008 Tentang
Pada Lahan Pertanian dan di Sekitar
dan Satwa liar didorong oleh makin
Wilayah Perdesaan
meningkatnya konflik antara manusia
Saat ini perkembangan pembangunan
dan satwa liar belakangan ini. Satwa liar
daerah sangat pesat sebagai bagian
yang sering berkonflik antara lain gajah,
dalam meningkatkan kesejahteraan
harimau, orangutan, dan lain-lain. Konflik
masyarakat dan ekonomi nasional. Di
antara manusia dan satwa liar terjadi akibat
sisi lain, pembangunan hendaknya tetap
interaksi negatif, secara langsung maupun
memperhatikan aspek sosial, lingkungan,
tidak langsung, antara manusia dan satwa
dan ekosistem, sehingga pembangunan
liar. Berdasarkan fakta di lapangan sering
yang berkesinambungan dengan tetap
terjadi konflik antar manusia dan satwa liar
menjaga kelestarian sumberdaya alam
hingga menimbulkan kerugian harta benda
dan keanekaragaman hayati beserta
maupun keselamatan jiwa manusia dan atau
ekosistemnya dapat tercapai. Semakin
satwa liar itu sendiri. Konflik tersebut harus
cepat upaya pembangunan semakin
diselesaikan dengan tetap memperhatikan
kompleks upaya untuk penataan ruang bagi
keselamatan manusia dan kelestarian satwa
kelestarian keanekaragaman hayati dan
liar.
ekosistem. Kondisi ini sering menimbulkan benturan kepentingan yang akhirnya
Penyusutan dan kerusakan kawasan
merugikan pemerintah dan masyarakat
hutan dataran rendah yang terjadi di
umum secara luas. Salah satu dampak
Sumatera dan Kalimantan selama sepuluh
langsung dari pembangunan tersebut
tahun terakhir telah mencapai titik kritis
adalah berkurangnya luasan hutan dan
yang dapat membawa bencana ekologis
cenderung mengakibatkan konflik antara
skala besar bagi masyarakat. Penyusutan
satwa yang hidup di dalamnya dengan
hutan juga berpeluang menimbulkan
manusia yang tinggal di sekitar lahan
kompetisi pemanfaatan ruang antara
pertanian atau perdesaan yang berbatasan
manusia dengan satwa liar. Konflik antara
langsung dengan kawasan hutan.
satwa liar yang dilindungi, seperti gajah,
164 | Manual Pelatihan
MODUL
lain seperti babirusa yang dilindungi
1
dengan masyarakat umumnya berupa
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
harimau, orangutan, maupun satwa liar
6
gangguan terhadap tanaman masyarakat. Hal itu disebabkan berbagai faktor yang diduga menjadi penyebab terjadinya
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
gangguan satwa liar, misalnya terpecah
2
belahnya (fragmentasinya) tempat hidup makhluk hidup atau habitat satwa serta menyempitnya daerah jelajah satwa liar
3
Agroforestry
akibat konversi hutan, serta menurunnya daya dukung lingkungan.
4
dengan manusia adalah akibat dari kelalaian kita. Kerusakan alam sebagai akibat dari pola pikir bahwa sumber daya alam adalah kumpulan sumber daya bagi kebutuhan dan
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
Disadari atau tidak, konflik antara satwa liar
Gambar 1. Penyusutan kawasan hutan di Pulau Sumatera dari tahun ke tahun
spesifik ada dua hal yang ingin diwujudkan.
alam, salah satunya dengan dengan
Pertama, pengelolaan satwa liar dilakukan
menganggap satwa liar harus disingkirkan
untuk mencegah atau mengurangi kerugian
dari kehidupan manusia atau masyarakat
jiwa dan material pada pihak manusia.
yang mengalami konflik.. Untuk mencegah
Kedua, pengelolaan dilakukan agar populasi
hal tersebut, diperlukan sebuah pengelolaan
dan habitat satwa liar tidak terganggu.
satwa liar yang lebih baik.
Tujuan dari pencegahan dan penanganan
yang biasanya mengalami konflik dengan
konflik satwa liar secara umum adalah
manusia di wilayah Sulawesi dan Sumatera:
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 165
7
Berikut ini adalah pengenalan satwa liar
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
melakukan eksploitasi atau menundukkan
6
antara manusia dengan satwa liar. Secara
Perlindungan Satwa Liar
alasan untuk menggalang solidaritas guna
5
menciptakan hubungan yang “harmonis”
Rehabilitasi Hutan Bakau
kesenangan manusia. Untuk itu, ada cukup
MODUL 6. Perlindungan Satwa Liar
I.1.1. Gajah Sumatera (Elephant maximus sumatranus)
dewasa mencapai 3.500-5000 kilogram, lebih kecil dari gajah Afrika.
Gajah Sumatera (Elephant maximus sumatranus) hanya berhabitat di pulau
Rata-rata gajah Sumatera dewasa dalam
Sumatera, Indonesia. Populasinya tersebar
sehari membutuhkan makanan hingga 150
di tujuh provinsi yaitu Aceh, Sumatera Utara,
kilogram dan 180 liter air. Dari jumlah itu,
Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan,
hanya sekitar 40% saja yang mampu diserap
dan Lampung. Meskipun sebaran habitatnya
oleh pencernaannya. Untuk memenuhi
luas, namun populasinya menurun
nafsu makan ini gajah Sumatera dapat
drastis. Oleh karena itu TUCN Redlist
melakukan perjalanan hingga 20 km per
menggolongkan binatang besar ini dalam
hari. Dengan kondisi hutan yang semakin
kategori Endangered sejak tahun 1996.
berkurang akibat pembalakan liar dan
Gajah Sumatera secara umum mempunyai
kebakaran hutan, tidak heran jika nafsu
ciri badan lebih gemuk dan lebar. Ujung
makan dan daya jelajah hewan ini sering
belalainya memiliki satu bibir. Berbeda
menimbulkan konflik dengan manusia.
dengan gajah Afrika, gajah Sumatera
Sebagaimana spesies gajah Asia lainnya,
memiliki 5 kuku pada kaki depan dan 4
gajah Sumatera tidur sambil berdiri. Selama
kuku di kaki belakang. Berat Gajah Sumatera
tidur, telinganya selalu dikipas-kipaskan. Ia
Gambar 2. Gajah Sumatera (Elephant maximus sumatranus).
166 | Manual Pelatihan
MODUL
Jenis
Keterangan Gajah Sumatera (Elephant maximus sumatranus)
Populasi
Pada tahun 1980-an, pernah dilakukan survei gajah di seluruh Sumatera dengan menggunakan metode penaksiran secara cepat (rapid assessment survey). Hasil survei tersebut memperkirakan populasi gajah sumatera berjumlah 2800-4800 individu dan tersebar di 44 lokasi (Blouch dan Haryanto 1984; Blouch dan Simbolon 1985)
Distribusi
Tersebar di tujuh provinsi yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan dan Lampung.
Status Perlindungan
a. Dilindungi (PP.7 Tahun 1999) b. Terancam Punah/Endangered (IUCN) c. Apendiks I (CITES)
Ciri-ciri
Gajah Sumatera secara umum mempunyai ciri badan lebih gemuk dan lebar. Pada ujung belalai memiliki satu bibir. Berbeda dengan Gajah Afrika, Gajah Sumatera memiliki 5 kuku pada kaki depan dan 4 kuku di kaki belakang. Berat Gajah Sumatera dewasa mencapai 3.500-5000 kilogram, lebih kecil dari Gajah Afrika.
Ancaman
Perburuan Hilang dan rusaknya habitat akibat penggundulan hutan (deforestasi) Berkurangnya habitat menjadikan penyempitan area jelajah gajah, sehingga mengganggu lahan kebun/ pemukiman masyarakat. Kondisi demikian yang menjadi pemicu konflik antara manusia dengan gajah
4
2 Agroforestry
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
5
Rehabilitasi Hutan Bakau
6
Perlindungan Satwa Liar
(Sebaran gajah sumatera saat ini, terdapat di tujuh (7) provinsi. Populasi gajah sumatera diperkirakantelah mengalami penurunan sekitar 35% dari tahun 1992, dan nilai ini merupakan penurunan yang sangat besar dalam waktu yang relatif pendek).
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Gambar 3. Peta Sebaran Gajah Sumatera.
1
Nama Satwa
3
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
Tabel 1. Deskripsi Gajah Sumatera (Elephant maximus sumatranus)
6
7
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 167
MODUL 6. Perlindungan Satwa Liar
Tabel 2. Proporsi sebaran populasi gajah Sumatra dengan beberapa status kawasan hutan
Status Kawasan
Luas Kawasan (hektar)
Persentase (%)
Hutan Konversi
386.829
9,39
Hutan Produksi Terbatas
1.648.654
40,03
Hutan Konservasi
619.988
15,05
Hutan Produksi
709.145
17,22
Hutan Lindung
494.088
12,0
Hutan Negara Tidak Terbatas
15.916
0,39
Perairan
2.108
0,05
Daerah Lain
234.460
5,69
Tidak Ada Data
7.678
0,19
Sumber : Departemen Kehutanan, Strategi & Rencana Aksi Konservasi Gajah Indonesia
mampu mendeteksi keberadaan sumber air
itu sering menjadi pemicu terjadinya konflik
dalam radius 5 kilometer. Gajah Sumatera
antara manusia dengan gajah.
mengalami masa kawin pada usia 10-12 tahun, dan akan melahirkan anak selama
I.1.2. Harimau Sumatera (Panthera tigris
4 tahun sekali dengan masa mengandung
sumatrae)
hingga 22 bulan.
Harimau Sumatera semakin langka dan dikategorikan sebagai satwa yang terancam
Selain karena perburuan, berkurangnya
punah. Dari catatan para ahli, harimau
populasi gajah di alam juga disebabkan
berkembang di kawasan timur Asia, yaitu
makin berkurangnya luasan habitat mereka.
China dan Siberia sebelum berpecah dua.
Pengurangan habitat tersebut salah satunya
Satu kelompok bergerak ke hutan-hutan
karena perubahan habitat gajah Sumatera
di Asia Tengah di barat dan barat daya
menjadi perkebunan monokultur skala
yang kemudian menjadi harimau Caspian.
besar, seperti sawit, karet, dan kakao.
Kelompok lainnya bergerak dari Asia Tengah
Perubahan habitat juga telah membuat
ke arah kawasan pergunungan barat, dan
gajah terjebak dalam blok-blok kecil hutan
seterusnya ke Asia tenggara dan kepulauan
yang tidak mampu menyokong kehidupan
Indonesia. Sebagian lagi terus bergerak
gajah untuk jangka panjang. Kondisi seperti
ke barat hingga India (Hemmer,1987).
168 | Manual Pelatihan
MODUL
1
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
6
2
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air Agroforestry
3
Gambar 4. Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae).
Harimau Sumatera dipercaya terasing ketika
2. Harimau Bengal (Panthera tigris tigris) terdapat di Bangladesh, Bhutan, China,
mutakhir telah mengungkapkan tanda-
India, dan Nepal.
tanda genetik yang unik yang menandakan
amoyensis) terdapat di China. 4. Harimau Siberia (Panthera tigris altaica)
mungkin berkembang menjadi spesies
Harimau Timur Laut China, atau harimau
terpisah bila berhasil lestari.
Manchuria. Terdapat di China, Korea Utara, dan Asia Tengah di Rusia.
Perlu diketahui, terdapat 9 subspesies
5. Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) terdapat hanya di pulau
punah. Kesembilan subspesies harimau
Sumatera, Indonesia.
tersebut adalah:
6. Harimau Malaya (Panthera tigris jacksoni) terdapat di semenanjung Malaysia.
corbetti) terdapat di Malaysia, Kamboja, China, Laos, Myanmar, Thailand,
7. Harimau Caspian (Panthera tigris virgata), telah punah sekitar tahun
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 169
7
1. Harimau Indochina (Panthera tigris
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
harimau, tiga diantaranya telah dinyatakan
6
dikenal juga sebagai Amur, Ussuri,
Perlindungan Satwa Liar
subspesies harimau lainnya dan sangat
5
mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan
Rehabilitasi Hutan Bakau
bahwa subspesies harimau Sumatera
3. Harimau Cina Selatan (Panthera tigris
4
hingga 12.000 tahun silam. Uji genetik
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
permukaan air laut meningkat pada 6.000
dan Vietnam.
MODUL 6. Perlindungan Satwa Liar
1950an. Harimau Caspian ini terdapat
Bali terdapat di pulau Bali, Indonesia.
di Afganistan, Iran, Mongolia, Turki, dan Rusia.
Makanan harimau Sumatera tergantung
8. Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica),
tempat tinggal dan seberapa berlimpah
telah punah sekitar tahun 1972.
mangsanya. Harimau Sumatera merupakan
Harimau Jawa hanya terdapat di pulau
hewan soliter yang berburu di malam hari.
Jawa, Indonesia.
Kucing besar ini mengintai mangsanya
9. Harimau Bali (Panthera tigris balica) yang telah punah sekitar tahun 1937. Harimau
dengan sabar sebelum menyerang dari belakang atau samping. Mereka
Tabel 3. Deskripsi Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae)
Jenis
Keterangan
Nama Satwa
Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae)
Populasi
Di alam liar menurut para ahli diperkirakan tinggal 400–500 ekor
Distribusi
Pulau Sumatera
Status Perlindungan
a. Dilindungi (PP.7 Tahun 1999) b. Terancam Punah/ Critically Endangered (IUCN) c. Apendiks I (CITES)
Ciri-ciri
Harimau Sumatera adalah subspesies harimau terkecil. Jenis ini mempunyai warna paling gelap diantara semua subspesies harimau lainnya. Pola hitamnya berukuran lebar dan jaraknya rapat bahkan terkadang berdempetan. Panjang Harimau Sumatera jantan dapat mencapai antara 2,2 – 2,8 meter, sedangkan betina sekitar 2,15 – 2,3 meter. Tingginya, diukur dari kaki ke tengkuk, rata-rata adalah 75 cm, tetapi ada juga yang mencapai antara 80 – 95 cm. Sedangkan berat jantan antara 130 – 255 kg sedangkan betina berkisar 120 dan 180 kg. Hewan ini mempunyai bulu sepanjang 8 – 11 mm. Surai pada harimau Sumatera jantan berukuran 11 – 13 cm
Ancaman
Ancaman terbesar terhadap kelestarian harimau sumatera adalah aktivitas manusia, terutama konversi kawasan hutan untuk tujuan pembangunan seperti perkebunan, pertambangan, perluasan pemukiman, transmigrasi dan pembangunan infrastruktur lainnya. Selain mengakibatkan fragmentasi habitat, berbagai aktivitas tersebut juga sering memicu konflik antara manusia dan harimau, sehingga menyebabkan korban di kedua belah pihak, bahkan sering berakhir dengan tersingkirnya harimau dari habitatnya.
170 | Manual Pelatihan
MODUL
dan bonobo hidup di Afrika. Kurang dari
orangutan. Menurut penduduk di sekitar
20.000 tahun yang lalu Orangutan dapat
hutan, setempat harimau Sumatera juga
dijumpai di seluruh Asia Tenggara, dari
gemar makan durian. Harimau Sumatera
Pulau Jawa di ujung selatan sampai ujung
juga mampu berenang dan memanjat
utara Pegunungan Himalaya dan Cina
pohon ketika memburu mangsa. Luas
bagian selatan. Akan tetapi, saat ini jenis
kawasan perburuan harimau Sumatera tidak
kera besar itu hanya ditemukan di Sumatera
diketahui dengan tepat, tetapi diperkirakan
dan Borneo (Kalimantan), atau sekitar 90%
bahwa 4-5 ekor harimau Sumatera dewasa
populasi orangutan berada di wilayah
memerlukan kawasan jelajah seluas 100
Indonesia. Penyebab utama mengapa
kilometer.
terjadi penyempitan daerah sebaran adalah
tempat hidup yang sama, terutama dataran
Orangutan merupakan satu-satunya
alluvial di sekitar daerah aliran sungai dan
4
I.1.3. Orangutan Sumatera (Pongo abelii)
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
karena manusia dan orangutan menyukai
Agroforestry
mereka juga memangsa unggas, ikan, dan
3
tiga kerabatnya, yaitu; gorila, simpanse,
2
umumnya babi hutan dan rusa., Terkadang
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
kera besar yang hidup di Asia, sementara
1
memakan apa pun yang dapat ditangkap,
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
6
5
Rehabilitasi Hutan Bakau
6
Perlindungan Satwa Liar
7
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
Gambar 6. Orangutan Sumatera (Pongo abelii). Dok. Foto Orangutan Information Centre (OIC) Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 171
MODUL 6. Perlindungan Satwa Liar
Tabel 4. Deskripsi Orangutan Sumatera (Pongo abelii)
Jenis
Keterangan
Nama Satwa
Orangutan Sumatera (Pongo abelii)
Habitat
Pulau Sumatera
Populasi
Saat ini populasi orangutan Sumatera diperkirakan hanya tersisa sekitar 6.500-an ekor (Rencana Aksi dan Strategi Konservasi Orangutan, Dephut 2007)
Distribusi
Terbatas di bagian Utara Pulau Sumatera
Status Perlindungan
a. Dilindungi (PP.7 Tahun 1999) Sangat Terancam punah/ Critically Endangered (IUCN) Apendiks I (CITES)
Ciri-ciri
Orangutan Sumatera mempunyai kantung pipi yang panjang pada orangutan jantan. Panjang tubuhnya sekitar 1,25 meter sampai 1,5 meter. Beart orangutan dewasa betina sekitar 30-50 kilogram, sedangkan yang jantan sekitar 50-90 kilogram. Bulu-bulunya berwarna coklat kemerahan.
Ancaman
Perburuan Hilang dan rusaknya habitat akibat penggundulan hutan (deforestasi)
hutan rawa gambut. Pemanfaatan wilayah
Gajah di Aceh Tengah sampai Sitinjak di
seperti itu untuk aktivitas sosial, ekonomi,
Tapanuli Selatan.
dan budaya manusia umumnya berakibat fatal pada orangutan.
I.1.4. Yaki (Macaca nigra) Yaki atau dalam bahasa latin disebut Macaca
Para ahli primata saat ini sepakat untuk
nigra merupakan satu dari tujuh subspesies
menggolongkan Orangutan yang hidup di
monyet di Sulawesi. Hidup berkelompok
Sumatera sebagai Pongo abelii yang berbeda
adalah ciri khas dari genus Macaca. Perilaku
dari Pongo pygmaeus yang menempati
sosial yaki sangat terorganisir dan kompleks.
hutan-hutan dataran rendah di Borneo
Pejantan membentuk hirarki kekuasaan.
(pulau Kalimantan). Dibandingkan dengan
Hirarki kekuasaan atau kedudukan dalam
kerabatnya di Borneo, orangutan Sumatera
kelompok tersebut disusun berdasarkan
menempati daerah sebaran yang lebih
suatu kompetisi dan setiap saat akan
sempit. Orangutan di Sumatera hanya
berubah karena bertambahnya umur atau
menempati bagian utara,, mulai dari Timang
ketika individu tersebut meninggalkan
172 | Manual Pelatihan
MODUL
1
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
6
2
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air Agroforestry
3 Daerah jelajah yaki berkisar antara 114 –
kelompok lain (Singapore Zoological garden
320 ha (Rowe 1996; Supriatna & Edy Hendras
Docents 2004).
2000), dan jelajah hariannya dapat mencapai
hari (diurnal) dan sore hari menjelang tidur
menggunakan dahan untuk melakukan
memilih tumbuhan yang rimbun. Tidur
penjelajahan. Pergerakan di tanah dan
dilakukan pada tajuk tinggi pepohonan
pada percabangan pohon dilakukan secara
yang mereka tinggalkan menjelang matahari
quadropedal (kaki dan kedua tangannya).
terbit untuk segera mencari makan. Yaki
Namun cara bergerak yaki sangat bervariasi,
memakan berbagai tumbuhan, mulai dari
biasa menggunakan kedua kakinya (bipedal),
daun, pucuk, bunga, biji, buah dan umbi,
menggantung (brankiasi), atau memanjat.
serta beberapa jenis serangga, moluska dan invertebrata kecil.
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 173
7
lebih dominan hidup arboreal dan sering
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
jelajah kelompok lain. Yaki aktif pada siang
6
teresterial (di tanah), namun mereka
Perlindungan Satwa Liar
kelompok, dapat juga menjadi daerah
5
Yaki hidup semiarboreal (di pohon) dan
Rehabilitasi Hutan Bakau
6 km (Rowe 1996). Daerah jelajah suatu
4
kelompoknya dan bergabung dengan
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
Gambar 7. Yaki (Macaca nigra). © Agustinus Wijayanto/WCS IP.
MODUL 6. Perlindungan Satwa Liar
Habitat yaki telah banyak menyusut akibat
dan mencari makan. Setiap kelompok
penebangan dan pembukaan lahan untuk
memiliki pohon tidur masing-masing yang
perkebunan. Yaki dapat dijumpai pada
disukai. Biasanya pohon tersebut tinggi
hutan primer atau hutan sekunder dataran
dan merupakan sumber makanan bagi
rendah karena cocok untuk tempat tidur
kelompoknya (O’Brien & Kinnaird 1997).
Tabel 5. Deskripsi Yaki (Macaca nigra)
Jenis
Keterangan
Nama Satwa
Yaki (Macaca nigra)
Habitat
Yaki hidup semiarboreal dan teresterial, meskipun lebih dominan hidup arboreal (di pohon), dan sering menggunakan dahan untuk melakukan penjelajahan. Umumnya pergerakan di tanah dan pada percabangan pohon dilakukan secara quadropedal. Namun cara bergerak yaki sangat bervariasi, biasa menggunakan kedua kakinya (bipedal), menggantung (brankiasi), ataupun memanjat.
Populasi
-
Distribusi
Endemik (khas) di Sulawesi Utara : Semenanjung Sulawesi Utara memiliki tiga jenis yaki, yaitu Macaca nigra (terdapat di semenanjung utara), M. nigrescens (terdapat didaerah kabupaten Bollang Mongondow), dan M. hecki.
Status Perlindungan
a. Dilindungi (PP.7 Tahun 1999) Endangered (IUCN) Apendiks II (CITES)
Ciri-ciri
Tubuhnya berwarna hitam seluruhnya, kecuali pada bagian pantat yang disebut inchial callosities yang berwarna kemerahan. Panjang kepala dan badan binatang dewasa berkisar antara 45 hingga 57 cm, beratnya bervariasi antara 4 hingga 11 kg. Yaki hidup secara berkelompok. Besar kelompoknya antara 5 sampai 10 ekor.
Ancaman
Perburuan untuk dijadikan sebagai satwa peliharaan Hilang dan rusaknya habitat akibat penggundulan hutan (deforestasi)
174 | Manual Pelatihan
MODUL
Agroforestry
3 4
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
5
Rehabilitasi Hutan Bakau
Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
2
c. Mengeluarkan satwa yang dilindungi dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia; d. Memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit, tubuh, atau bagian-bagian lain satwa yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagian-bagian tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia; e. Mengambil, merusak, memusnahkan, memperniagakan, menyimpan atau memiliki telur dan atau sarang satwa yang dillindungi.
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Pasal 21 ayat 2 Setiap orang dilarang untuk : a. Menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup; b. Menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan mati;
1
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA.
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
Kotak I.
6
6
Perlindungan Satwa Liar
7
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 175
MODUL 6. Perlindungan Satwa Liar
I.1.5. Anoa (Bubalus sp.) Tabel6. Deskripsi Anoa (Bubalus sp.)
Nama Satwa
Anoa (Bubalus sp)
Habitat
Sulawesi
Populasi
Kurang dari 5000 ekor yang hidup di alam liar
Distribusi
Pulau Sulawesi
Status Perlindungan
Dilindungi (PP 7 Tahunh 1999) Genting/Endangered (IUCN) Apendiks I (CITES)
Ciri-ciri
Penampilan mereka mirip dengan kerbau dan memiliki berat 150-300 kg. Anak Anoa akan dilahirkan sekali setahun
Ancaman
Perburuan, hilang dan rusaknya habitat
Gambar 8. Anoa (Bubalus sp.) ©Dwi Nugroho Adhiasto/WCS IP.
176 | Manual Pelatihan
MODUL
I.2. Pengenalan Kawasan Konservasi di
lingkungan strategis baik nasional maupun
Sekitar Wilayah Pedesaan
internasional.
1
Lokasi beberapa desa di kecamatan pilot
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
6
satwa, kawasan taman nasional, kawasan
Indonesia tidak memuat definisi mengenai
taman wisata alam, kawasan taman
kawasan konservasi secara jelas. Adapun
hutan raya, dan kawasan taman buru.
pengertian kawasan konservasi menurut
Kawasan konservasi merupakan salah satu
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan
cara yang ditempuh pemerintah untuk
dan Konservasi Alam (PHKA), Departemen
melindungi keanekaragaman hayati dan
Kehutanan adalah “kawasan yang ditetapkan
ekosistemnya dari kepunahan. Pengelolaan
sebagai kawasan suaka alam, kawasan
dan pengembangan kawasan konservasi
pelestarian alam, taman buru dan hutan
ditujukan untuk mengusahakan kelestarian
lindung”. Sementara itu istilah-istilah yang
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya
lebih dikenal adalah “kawasan lindung“.
sehingga dapat mendukung upaya
Sedangkan hutan lindung adalah adalah
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan
kawasan hutan yang mempunyai fungsi
mutu kehidupan manusia. Oleh karenanya
pokok sebagai perlindungan sistem
keberadaan fungsi-fungsi keanekaragaman
penyangga kehidupan untuk mengatur
hayati tersebut sangatlah penting.
Agroforestry
dilakukan. Di dalam perundang-undangan
6
Perlindungan Satwa Liar
kawasan cagar alam, kawasan suaka marga
5
konservasi sumber daya alam hayati
Rehabilitasi Hutan Bakau
28,166,580.30 ha. Luasan tersebutmencakup
4
arti yang luas adalah kawasan di mana
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
konservasi di Indonesia diperkirakan sekitar
3
konservasi. Kawasan konservasi dalam
2
Sampai saat ini, total luas kawasan
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
PNPM LMP berbatasan dengan kawasan
tata air, mencegah banjir, mengendalian
memelihara kesuburan tanah. Namun
1990, kawasan konservasi di Indonesia di
dalam perjalanannya, pengelolaan kawasan
bagi menjadi dua kategori, yaitu: kawasan
konservasi dan hutan lindung saat ini
suaka alam (KSA) dan kawasan pelestarian
belum mampu mengadopsi kebutuhan di
alam (KPA). Kawasan suaka alam (KSA)
masyarakat yang menyangkut perubahan
merupakan kawasan dengan ciri khas
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 177
7
Menurut Undang-undang No. 5 tahun
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
erosi, mencegah intrusi air laut dan
MODUL 6. Perlindungan Satwa Liar
tertentu, baik di daratan maupun di perairan
Kawasan lain selain KPA dan KSA yang juga
yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlu diketahui adalah Taman Buru, Cagar
kawasan pengawetan keanekaragaman
Biosfer dan Hutan Lindung.
tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem
I.2.1. Kawasan Suaka Alam (KSA)
penyangga kehidupan. Sedangkan kawasan
I.2.1.1. Kawasan Cagar Alam
pelestarian alam (KPA) merupakan kawasan
Kawasan Cagar Alam adalah kawasan
dengan ciri khas tertentu, baik di daratan
suaka alam yang karena keadaan alamnya
maupun di perairan yang mempunyai fungsi
mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa
pokok perlindungan sistem penyangga
dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu
kehidupan, pengawetan keanekaragaman
yangperlu dilindungi dan perkembangannya
jenis tumbuhan dan satwa, serta
berlangsung secara alami.
pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Kawasan
I.2.1.2. Kawasan Suaka Marga Satwa
suaka alam terdiri dari: cagar alam (sering
Kawasan Suaka Margasatwa adalah kawasan
disingkat CA) dan suaka margasatwa(SM).
suaka alam yang mempunyai ciri khas
Sedangkan kawasan pelestarian alam terdiri
berupa keanekaragaman dan atau keunikan
atas taman nasional (TN), taman wisata alam
jenis satwa yang untuk kelangsungan
(TWA), dan taman hutan raya (Tahura).
hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya.
Sebagai bentuk upaya pelestarian kawasan maka dilakukanlah pengelolaan terhadap
I.2.2. Kawasan Perlindungan Alam (KPA)
KSA dan KPA tersebut. Tujuan dari
I.2.2.1. Kawasan Taman Nasional
pengelolaan tersebut untuk mengawetkan
Kawasan Taman Nasional adalah kawasan
keanekaragaman tumbuhan dan satwa
pelestarian alam yang mempunyai
dalam rangka mencegah kepunahan spesies,
ekosistem asli, dikelola dengan sistem
melindungi sistem penyangga kehidupan,
zonasi yang dimanfaatkan untuk keperluan
dan pemanfaatan keanekaragaman hayati
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
secara lestari/berkelanjutan.
menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Pembagian zonasi umumnya terdiri
178 | Manual Pelatihan
MODUL
dilindungi dan dilestarikan bagi kepentingan
rimba.
penelitian dan pendidikan.
I.2.2.2. Kawasan Taman Wisata Alam
I.2.5. Hutan Lindung
Kawasan Taman Wisata Alam adalah
Hutan lindung adalah kawasan hutan
kawasan pelestarian alam dengan
yang mempunyai fungsi pokok sebagai
tujuan utama untuk dimanfaatkan bagi
perlindungan sistem penyangga kehidupan
kepentingan pariwisata dan rekreasi alam.
untuk mengatur tata air, mencegah banjir,
1
atas zona inti, zona pemanfaatan, dan zona
3
pelestarian alam untuk tujuan koleksi
Agroforestry
Kawasan Taman Hutan Raya adalah kawasan I.3. Mengenal Beberapa Kawasan
tumbuhan dan atau satwa yang alami atau
2
laut dan memelihara kesuburan tanah.
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
mengendalian erosi, mencegah intrusi air I.2.2.3. Kawasan Taman Hutan Raya
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
6
Konservasi di Sulawesi dan Sumatera
I.3.1. Kawasan Konservasi di Sulawesi
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
Sulawesi Utara merupakan wilayah yang
menunjang budidaya, budaya, pariwisata,
cukup strategis dan memiliki endemisitas
dan rekreasi.
keanekaragaman hayati tinggi. Ada
di Sulawesi. Dari 127 jenis mamalia yang
ditetapkan sebagai tempat wisata berburu
ditemukan di Sulawesi, 79 jenis (62%)
atau tempat dilaksanakan perburuan secara
endemik. Hanya di daratan Sulawesi tercatat
teratur.
ada 233 jenis burung, 84 diantaranya
6
Taman buru adalah kawasan yang
Perlindungan Satwa Liar
Indonesia, hampir setengahnya (46%) ada
5
I.2.3. Taman Buru
Rehabilitasi Hutan Bakau
165 jenis hewan mamalia yang endemik
4
asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
bukan alami, jenis asli dan atau bukan jenis
endemik Sulawesi. Jumlah ini mencakup
Cagar biosfer adalah suatu kawasan yang
yang endemik Indonesia. Sulawesi didiami
terdiri dari ekosistem asli, ekosistem unik,
oleh sebanyak 104 jenis reptilia, hampir
dan atau ekosistem yang telah mengalami
sepertiganya atau 29 jenis adalah jenis
degradasi yang keseluruhan unsur alamnya
endemik. Itu berarti, dari 150 reptilia yang
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 179
7
lebih dari sepertiga dari 256 jenis burung
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
I.2.4. Cagar Biosfir
MODUL 6. Perlindungan Satwa Liar
tercatat endemik di Indonesia, seperlima di
monyet hitam Sulawesi/yaki (Macaca nigra ),
antaranya ada di Pulau Sulawesi. Sulawesi
anoa (Bubalus spp.), kuskus (Ailurops ursinus
memiliki sejumlah satwa endemik yang
dan Stigocuscus celebensis). Beberapa jenis
antara lain burung maleo (Macrocephalon
satwa endemik tersebut mendiami wilayah
maleo), babirusa (Babyrousa babyrussa),
konservasi (taman nasional atau cagar alam).
Tabel 7. Kawasan Konservasi di Sulawesi
Nama Kawasan
Satwa /Tumbuhan Endemik
Sulawesi Utara Taman Nasional Bogani Nani Wartabone
Satwa Yaki/ monyet hitam (Macaca nigra), monyet dumoga bone (M. nigrecens), Musang Sulawesi (Macrogalidia musschenbroekii), Anoa (Bubalus sp). Jenis burung yang terkenal dan menjadi mascot taman nasional adalah burung maleo (Macrochepalon maleo) Tumbuhan Tumbuhan yang khas adalah palem matayangan (Pholidocrpus ihur), kayu hitam (Diospyros celebica), kayu besi (Intsia spp.), kayu kuning (Arcaangelisia flava) dan Bungan bangkai (Amorphophallus companulatus).
Taman Nasional Laut Bunaken
Terkenal dengan terumbu karangnya yang indah. Terdapat jenis ikan purba yang sangat terkenal adalah ikan coelacanth (Latimeria manadoensis). Selain itu terdapat ikan kuda gusumi (Hippocampus kuda), oci putih (Seriola rivoliana), lolosi ekor kuning (Lutjanus kasmira), goropa (Ephinephelus spilotoceps dan Pseudanthias hypselosoma), ila gasi (Scolopsis bilineatus)
Cagar Alam Tangkoko
Terdapat jenis burung yang terkenal adalah burung manguni (Otus manadensis) yang menjadi symbol daerah Minahasa. Kukus kerdil (Strigocuscus celebensis), kangkareng (Penelopides exarrhatus), tangkasi (Tarsius spectrum)
Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan Taman Nasional Wakatobi
Memiliki kergaman terumbu karang yang tinggi, termasuk kedalam wilayah segitiga karang di dunia. Panorama lautnya juga menakjubkan, sehingga menjadi daerah tujuan wisata yang terkenal baik nasional dan internasional. Jenis-jenis yang ada antara lain Acropora formosa, A. hyacinthus, Psammocora profundasafla, Pavona cactus, Leptoseris yabei, Fungia molucensis, Lobophyllia robusta
180 | Manual Pelatihan
MODUL
Lambusango
Hutan Lambusango memiliki lima satwa kebanggaan yaitu anoa (Bubalus sp.), Kuskus (Phalanger ursinus), julang sulawesi (Aceros cassidix), andoke (Macaca ochreata brunescens) dan tangkasi (Tarsius sp.)
terkenal antara lain harimau Sumatra, gajah
karena di dalamnya dihuni oleh satwa liar
Sumatra, orangutan Sumatra, badak, tapir
yang endemik dan beberapa diantaranya
dan beberapa jenis satwa lainya. Satwa-
terancam. Sedikitnya empat mamalia
satwa tersebut menghuni di beberapa
besar menghuni hutan-hutan di Sumatra
kawasan konservasi.
Agroforestry
Kawasan hutan Sumatera sangat unik
3
keberadaannya. Satwa khas Sumatra yang
2
I.3.2. Kawasan Konservasi di Sumatera
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Terkenal dengan keunikan kars, goa-goa dengan stalaknit yang indah. Dikenal juga dengan kawasan The Kingdom of butterfly (kerajaan kupukupu) setidaknya terdapat 20 jenis kupu-kupu yang dilindungi oleh pemerintah. Beberapa spesies unik antara lain Troides helena, Troides hypolitus, Troides haliphron, Papilo adamantius, dan Cethosia myrana
1
Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
6 Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
meskipun tidak seluruh daratan Sumatra
4
Tabel 8. Kawasan Konservasi di Sumatera
5
Satwa /Tumbuhan Endemik
| 181
7
Memiliki 4000 jenis tumbuhan yang didominasi family Dipterocapaceae. Tumbuhan yang langka dan endemic seperti pinus kerinci (Pinus merkusii stain kerinci), kau pacat (Harpulia alborea), bunga raflesia (Raflesia arnoldi dan R. haselltii) dan bunga bangkai (Amorphophallus titanum dan A. decus-silvae)
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
Taman Nasional Kerinci Seblat
6
Satwa terkenal di kawasan ini adalah harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), gajah Sumatera (Elephan maximus sumatranus), Siamang (Hylobates syndactylus syndactylus) mawas/ orangutan (Pongo abelii), kambing hutan (Capricornis sumatranensis), rangkong (Buceros bicornis), rusa sambar (Cervus unicolor) dan kucing hutan (Prionailurus bengalensis sumatrana)
Perlindungan Satwa Liar
Taman Nasional Gunung Leuser
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
Rehabilitasi Hutan Bakau
Nama Kawasan
MODUL 6. Perlindungan Satwa Liar
Terdapat juga jenis satwa burung rangkong (Buceros rhinoceros sumatranus) dan julang (Aceros undulatus undulatus), burung gading (Rhinoplax vigil) dan adanyaa kucing emas (Catopuma temminckii) yang sangat mesterius. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan
Tumbuhan yang menjadi ciri khas kawasan ini adalah bunga bangkai jangkung (A. decus-silvae), bunga bangkai raksasa (A. titanum) dan angrek raksasa/ tebu (Grammatophylum speciosum).
Habitat beruang madu (Helarctos malayanus malayanus), badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis sumatrensis), harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), tapir (Tapirus indicus), ungko (Hylobates agilis), siamang (H. syndactylus syndactylus), simpai (Presbytis melalophos fuscamurina), kancil (Tragulus javanicus kanchil), dan penyu sisik (Eretmochelys imbricata).
Gambar 9. Kawasan Hutan Taman Nasional Gunung Leuser, Sumatra Utara. (©Agustinus Wijayanto/WCS IP).
182 | Manual Pelatihan
1
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
6 MODUL
2
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Agroforestry
3
4
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
5
6
Perlindungan Satwa Liar
7
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
| 183
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
Rehabilitasi Hutan Bakau
Gambar 10. Peta kawasan konservasi di Sumatra dan Sulawesi
MODUL 6. Perlindungan Satwa Liar
II. Peran Serta Masyarakat
kehutanan yang berdaya guna dan berhasil
Dalam pengelolaan kawasan konservasi
guna. Pemberdayaan masyarakat di sekitar
dalam mendukung pengelolaan satwa liar di
kawasan hutan (baik kawasan konservasi
daerahnya sangat dibutuhkan. Hal ini sudah
maupun hutan lindung) multak diperlukan.
tertuang dalam UU No. 41/1999 tentang
Dampak positif dan negative dari bentuk
Kehutanan dimana peran masyarakat
pengelolaan kawasan akan dirasakan
termasuk masyarakat adat cukup besar.
oleh warga sekitar pedesaan terutama
Masyarakat mempunyai kewajiban dalam
bagi mereka yang tempat hidup dan
turut serta menjaga dan melestarikan hutan,
matapencahariannya berada di kawasan
yaitu :
hutan dimana satwa liar hidup di dalamnya.
a) Masyarakat berkewajiban untuk ikut serta
KSA dan KPA di Indonesia beserta pengelola
memelihara dan menjaga kawasan hutan
wilayah yang bersangkutan dengan lokasi
dari gangguan dan perusakan;
PNPM LMP dapat dilihat pada lampiran.
b) Dalam melaksanakan rehabilitasi hutan, masyarakat dapat meminta pendampingan, pelayanan, dan dukungan kepada lembaga swadaya masyarakat, pihak lain, atau pemerintah.
III. Contoh Penanganan Konflik Antara Satwa Liar dan Masyarakat (Gajah, Harimau, Orangutan dan Yaki) Ancaman terbesar terhadap kelangsungan
Selain itu, masyarakat juga memiliki
hidup satwa liar berasal dari perusakan
peran strategis masyarakat yaitu bahwa
habitatnya yang disebabkan oleh
masyarakat turut berperan serta dalam
pembukaan hutan untuk dijadikan lahan
pembangunan di bidang kehutanan
pertanian, perkebunan, pertambangan,
terutama dalam ikut memantau terjadinya
dan pemukiman. Kegiatan tersebut
ancaman kerusakan terhadap kawasan
mengakibatkan populasi satwa liar
konservasi yang akan berdampak buruk
menurun dan tempat hidupnya terbelah-
terhadap daerah sekitar masyarakat
belah (fragmentasi). Konflik antara
tersebut tinggal. Disisi lain, Pemerintah
manusia dengan satwa liar terjadi karena
wajib mendorong peran serta masyarakat
adanya kompetisi atau perebutan dalam
melalui berbagai kegiatan di bidang
memanfaatkan ruang dan sumber daya alam
184 | Manual Pelatihan
MODUL
1
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
6
2
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air Agroforestry
3 4
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
Gambar 11. Deforestasi (penggundulan hutan) menjadi salah faktor kepunahan satwa liar
akan lahan, sumber daya alam, kekayaan
manusia di sekitar wilayah Kecamatan
dan kesejahteraan meningkat, ancaman bagi
Serbajadi dan Peunaron, di Kabupaten Aceh
keberadaan dan kelangsungan hidup satwa
Timur, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
5
Penangan konflik satwa liar (gajah) dengan
Rehabilitasi Hutan Bakau
yang terbatas. Ketika kebutuhan manusia
liar juga meningkat. Di Sumatera, secara
satwa liar sering terjadi, terutama pada
kerugian yang signifikan bagi manusia.
gajah, harimau, dan orangutan.
Kerusakan tanaman, terbunuhnya manusia
6
Konflik manusia-gajah mengakibatkan
Perlindungan Satwa Liar
khusus, konflik antara manusia dengan
dan kerusakan harta benda sering terjadi akibat konflik dengan gajah. Kerusakan
upaya penanganannya:
tanaman (crop raiding) oleh gajah
III.1. Penanganan Konflik Antara Manusia dan Gajah
Di sisi lain, konflik manusia-gajah (KMG) juga menimbulkan kematian pada gajah
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 185
7
merupakan akibat yang paling sering terjadi.
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
Berikut ini contoh konflik yang terjadi dan
MODUL 6. Perlindungan Satwa Liar
karena diracun, ditembak atau disetrum.
adalah perambahan (encroachment)
Jika terus bermasalah gajah akan ditangkap
dan pembalakan liar (illegal logging),
dan dipindahkan ke Pusat Konservasi Gajah
perburuan dan penangkapan satwa
(PKG) atau ke tempat lain (translocation)
(illegal hunting), kebakaran hutan
yang mengakibatkan terjadinya kepunahan
(forestfire) yang akan menyebabkan
lokal,misalnya ke wilayah di provinsi Riau
penurunan kualitas hutan dan
dan Lampung.
penyempitan habitat gajah. b) Tidak bercocok tanam di daerah
Secara garis besar kerusakan tanaman yang
perlintasan gajah. Kebutuhan akan lahan
ditimbulkan oleh gajah dapat dikategorikan
yang tinggi mendorong masyarakat
menjadi dua bagian, yaitu:
petani untuk terus memperluas lahan
· Opportunistic raiding, yaitu kerusakan
pertanian, perkebunan dan perladangan.
tanaman yang terjadi karena gajah secara
Akan tetapi beberapa lokasi lahan
kebetulan menemukan lahan pertanian
pertanian, perkebunan dan perladangan
yang berada di dalam atau berdekatan
masyarakat berada pada jalur perlintasan
dengan daerah jelajahnya;
gajah. Hal ini semakin parah karena jenis
· Obligate raiding, yaitukerusakan tanaman oleh gajah yang keluar dari habitatnya yang telah rusak akibat fragmentasi habitat atau degradasi yang parah.
tanaman yang ditanam masyarakat juga disukai gajah. c) Tidak membangun pemukiman penduduk. Pemukiman penduduk berhubungan erat dengan tempat
Cara mencegah terjadinya konflik antara
manusia bercocok tanam, perladangan
manusia dengan gajah
dan perkebunan dan berhubungan
a) Tidak melakukan aktivitas yang
dengan semakin padatnya jumlah
mengganggu dan merusak habitat
penduduk.
gajah.. Disengaja atau tidak disengaja manusia telah melakukan aktivitas yang
Faktor-faktor di atas adalah pertimbangan-
mengganggu dan merusak habitat
pertimbangan untuk menghindari terjadinya
gajah. Aktivitas-aktivitas manusia yang
konflik antara manusia dengan gajah.
mengganggu dan merusak habitat majah
Terdapat tiga tipe konflik yang dikenal
186 | Manual Pelatihan
MODUL
1
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
6
2
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air Agroforestry
3 4
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
Gambar 12. Konflik gajah yang terjadi seperti di sekitar TN Way Kambas. Dok. WCS IP
selama ini, yaitu tipe A (sangat parah), tipe B (berat dan sering terjadi), dan tipe C (ringan
· Memindahkan populasi gajah ke Rehabilitasi Hutan Bakau
habitat lain yang mendukung.
5
dan jarang terjadi). Jika KMG telah terjadi
habitat yang mendukung,
di suatu wilayah , ada beberapa solusi yang bisa dilakukan sesuai tipe konfliknya:
b. Konflik tipe B (berat dan sering terjadi),
· Meningkatkan status perlindungan
lahan untuk dijadikan kawasan
kawasan hutan bagi wilayah
lindung,
hutan yang belum memiliki status perlindungan, serta melakukan
Elephant Range”/jarak pengelolaan
· Membangun batas (barrier) fisik
· Memindahkan populasi melalui
yang dapat menghentikan konflik
penggiringan ataupun translokasi ke
gajah dan manusia. Barrier fisik dapat
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 187
7
kawasan dengan gajah
manajemen habitat yang intensif.
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
· Membentuk kawasan “Managed
6
· Mempertimbangkan ulang konversi
solusinya:
Perlindungan Satwa Liar
a. Konflik tipe A (sangat parah), solusinya:
MODUL 6. Perlindungan Satwa Liar
berupa pagar listrik, kanal, ataupun
konflik dengan menggunakan
pembentukan zona tanaman di lahan
chemical deterrents dan penjagaan
perkebunan yang berbatasan dengan
lahan pertanian.
habitat gajah, · Pembentukan tim penanggulangan konflik gajah yang dapat mengurangi
· Membentuk sistem kompensasi yang dapat membantu ekonomi masyarakat yang terkena konflik.
konflik dengan menggunakan zat anti
· Mempertimbangkan untuk mengubah
kimia serta penjagaan lahan pertanian
sistem pertanian dengan mengganti
oleh masyarakat.
jenis tanaman yang kurang disukai
· Membentuk sistem kompensasi yang dapat membantu ekonomi masyarakat yang terkena konflik. · Mempertimbangkan untuk mengubah
gajah, sepertidamar, kopi, dll. · Meningkatkan kesadaran melalui kegiatan penyadartahuan bagi masyarakat di sekitar habitat gajah
sistem pertanian dengan mengganti jenis tanaman yang tidak disukai
Adapun tahapan penanggulangan konflik
gajah, misalnyadamar, kopi, dll.
antara manusia dengan gajah yang bisa
· Mempertimbangkan untuk merelokasi atau memindahkan masyarakat ke
dilakukan: a. Sebelum terjadi gangguan
tempat yang lebih aman dan jauh dari
Tim Penanggulangan bersama-sama
habitat gajah
masyarakat melakukan beberapa kegiatan seperti:
c. Konflik tipe C (ringan dan jarang terjadi),
· Membuat peta daerah rawan konflik
solusinya:
gajah dan menginformasikan kepada
· Meningkatkan status perlindungan
pemerintah dan masyarakat yang
kawasan hutan bagi wilayah hutan yang belum memilki status
bersangkutan. · Menyusun potensi pembentukan
perlindungan, serta melakukan
kelompok-kelompok masyarakat untuk
manajemen habitat yang intensif.
penanggulangan konflik dengan gajah.
· Pembentukan tim penanggulangan konflik gajah yang dapat mengurangi
188 | Manual Pelatihan
· Menetapkan daerah alternatif pemblokiran dan penggiringan gajah
MODUL
ke daerah gangguan.
· Penerapan alat penghalau tradisional
dan peralatan satgas KGM ke daerah
· Menyusun program penanggulangan konflik gajah manusia berbasis partisipasi sesuai prosedur rencana kerja.
bencana/konflik. · Melaporkan kejadian gangguan dan
1
(budidaya lebah madu)
· Mengirimkan bantuan sarana prasarana
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
(pembuatan kanal)
6
penaggulangannya kepada Kepala Desa,
Alam (BKSDA), dan Bupati bila diperlukan.
· Merumuskan dan mencari penyandang
gajah
· Menghitung jumlah kerusakan yang dialami masyarakat, dan menyampaikan
b. Ketika terjadi gangguan
Agroforestry
c. Sesudah terjadi gangguan
3
dana untuk kegiatan penanganan konflik
2
anggaran/biaya kegiatan.
Kepala Balai Konservasi Sumberdaya
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
· Membuat dan menetapkan rencana
informasi jumlah perkiraan kerugian
melakukan kegiatan seperti:
rencana tindak lanjut.
· Memberi petunjuk teknis pelaksanaan
4
kepada Kepala BKSDA, dan membuat
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
Tim Penanggulangan pada saat kejadian
· Memberikan bantuan sarana dan
penanggulangan gangguan satwa liar
prasarana yang diperlukan dalam upaya
gajah dan mengirimkan Tim Reaksi Cepat
penanganan gangguan gajah di lapangan
5
kondisi yang kondusif di wilayah yang
Rehabilitasi Hutan Bakau
· Mendorong terciptanya situasi dan
mengalami konflik gajah.
6
kabupaten Aceh Selatan dalam menghadapi
Perlindungan Satwa Liar
Pengalaman masyarakat desa Menggamat di
konflik dengan gajah cukup menarik. Untuk
pengawas serta memperkuat kelompok
sehingga ketika ada gajah yang akan masuk Gambar 13. Ladang masyarakat yang dirusak oleh gajah. Dok. WCS IP
kebun dapat segera dihalau.
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 189
7
masyarakat untuk bergiliran berjaga
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
mengusir gajah mereka membuat menara
MODUL 6. Perlindungan Satwa Liar
Gambar 14. Kegiatan PNPM LMP di Aceh Selatan, pembangungan menara jaga pergerakan gajah, sebagai upaya pencegahan dini untuk menangani konflik manusia dengan gajah. ©Ade Kusuma Sumantri/WCS IP.
III.2. Penanganan Konflik Antara Manusia dan Harimau
Pengendalian diri adalah unsur utama dalam setiap konfrontasi manusia dengan
Harimau merupakan jenis hewan
harimau. Akhir-akhir ini di beberapa media
pemangsa yang masuk dalam tingkat atas
diberitakan tentang temuan korban baik
dalam rantai makanan. Harimau dapat
manusia mapun harimau yang berujung
mendekati mangsanya tanpa diketahui dan
pada kematian kedua belah pihak.
membunuhnya secepat kilat. Oleh sebab itu bila kita melihat harimauyang mungkin saja
Berikut ini beberapa hal yang perlu
harimau itu tidak bermaksud menyerang
dikatahui terkait konflik antara manusia
kita--perilaku atau sikap yang tepat akan
dengan harimau:
sangat menolong untuk menghindari serangan harimau terhadap kita.
190 | Manual Pelatihan
MODUL
terpisah dengan pemiliknya. Saat itu, anjing
Situasi yang sangat berbahaya adalah
dengan cepat akan menghilang tanpa
pada saat bertemu sarang dengan harimau
jejak dan suara karena seketika dibunuh
bersama anaknya yang baru lahir secara
harimau. Kadang harimau ini mengikuti
tidak sengaja. Biasanya harimau akan
anjing dan manusia hingga beberapa hari
mengeluarkan auman peringatan. Pada
dan mengikuti manusia hingga ke tempat
kasus seperti ini usahakan tidak panik, dan
tinggal sementara manusia di dalam hutan,
segeralah mencari jalan kembali hingga
seperti gubuk atau pondok.. Pada kasus ini,
sekitar 500 meter jauhnya dari sarang
bukan hanya anjing yang terancam, namun
tersebut. Bila bertemu anak harimau tanpa
manusia juga dalam bahaya besar.
Agroforestry
a. Harimau Dengan Anak
3
Harimau akan menunggu hingga anjing
2
harimau
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
oleh manusia maupun anjing tersebut.
1
Berbagai situasi pada saat bertemu
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
6
induk, tidak diperbolehkan menangkap
sudah mulai besar sering berkeliaran secara
keselamatan. Harimau yang sudah terlalu
mandiri. Induk akan melindungi anaknya
bernafsu untuk membunuh tidak dapat
tanpa memperhatikan orang atau apapun,
menghentikan diri dan sering kali tanpa
bahkan kendaraan yang lewat. Kalau anda
memperhitungkan keberadaan manusia,
melewati jalan dan melihat anak harimau di
harimau tetap saja menerkam anjing
lebih dari satu tempat, anda harus lapor ke
yang berada di dekat pemiliknya. Setelah
pihak yang berwenang.
membawa anjing tersebut pergi, biasanya harimau pergi meninggalkan manusia
Cukup sulit dijelaskan alasannya mengapa
bisa menolong anjing tersebut, karena
harimau cenderung menyukai anjing.
justru akan memicu harimau tersebut
Harimau dapat menghabiskan waktu
mempertahankan hasil tangkapannya.
cukup lama untuk mengikuti manusia yang pergi bersama anjing tanpa diketahui
Kadang anjiing dapat menemukan si
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 191
7
begitu saja tanpa masalah. Anda tidak akan Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
b. Harimau dan anjing
6
di belakang pemiliknya untuk mencari
Perlindungan Satwa Liar
yang cukup lama dan anak harimau yang
5
tidak berhasil, dan anjing bersembunyi
Rehabilitasi Hutan Bakau
meninggalkan anak-anaknya dalam waktu
4
Kadang terkaman pertama harimau
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
anak tersebut. Induk harimau kadang
MODUL 6. Perlindungan Satwa Liar
pengintai (harimau). Anjing akan menjadi
mungkin ia akan menyerang anda.
lemas/takut dan akan terus menempel di kaki pemilik dan terus merengek-
Anda seharusnya tidak mendekati mangsa
rengek. Pada situasi ini, sebaiknya
harimau yang sudah mati. Keingintahuan
segera meninggalkan lokasi tersebut
yang berlebihan seperti ini mungkin akan
sambil melakukan kegiatan yang dapat
menimbulkan sebuah akibat tragis. Beruang
mengejutkan harimau, misalnya suara-suara
dapat memakan sisa-sisa mangsa harimau
keras, memukul benda logam, enembakkan
dan pada situasi seperti ini beruang akan
senjata-jika anda aparat keamanan agar
sangat agresif. Situasi yang berbahaya
harimau takut. .
terjadi saat harimau dan pemburu mengincar mangsa yang sama. Pada saat
c. Harimau dengan mangsanya
didekati, mangsa incaran seperti rusa atau
Bila anda seorang pemburu yang telah
babi berhasil melarikan diri. Kadang harimau
mendapat mangsa untuk diambil, sebaiknya
akan melompat melakukan provokasi
anda memeriksa jejak harimau di sekitar
terhadap pemburu dan dalam keadaan
area pemburuan mangsa tersebut. Anda
ini pemburu harus “melakukan tindakan
harus “memberitahukan” keberadaan anda
drastis”.
pada harimau ini dengan membuat suara khas yang biasa dilakukan manusia seperti:
d. Harimau terluka atau lapar
tembakan ke udara, suara dari benda logam,
Setelah mengalami luka yang serius,
berbicara dengan keras, atau memukul
harimau akan kehilangan kemampuan
pohon-pohon. Biasanya harimau tidak akan
berburu walaupun sebenarnya belum terlalu
menyentuh hewan yang dibunuh oleh
tua untuk dapat berburu dengan normal
pemburu. Lagipula, predator (harimau) yang
(alami). Secara alami ini merupakan harimau
normal dan sehat akan mengurungkan
dengan kemampuan berburu yang buruk.
niatnya untuk berburu jika dia menemukan
Rasa lapar akan merangsang harimau untuk
jejak manusia di daerah perburuannya.
mendekati perkampungan, berkeliaran ke
Harimau yang mempunyai indra penciuman
tempat pembuangan sampah, memakan
tajam akan memilih pergi. Namun jika
bangkai, memangsa ternak dan anjing.
harimau bertemu secara kebetulan,
Keberadaan harimau ini merupakan
192 | Manual Pelatihan
MODUL
untuk menangkap harimau. Hewan
hanya orang berpengalaman dan
yang terkena jerat mungkin akan sangat
mempunyai senjata lengkap yang
berbahaya bagi orang yang mendekatinya.
menangani kasus ini.
Biasanya harimau akan mengaum dan mencakar permukaan tanah hingga harimau
agar anda harus lebih berhati-hati. Pada
mendekat dia akan kembali meyuarakan
kasus seperti ini nda tidak diperbolehkan
raungan putus asa. Andai jerat putus atau
berjalan sendirian dan anda harus
lepas, orang yang sedang berada di tempat
membawa perlengkapan mempertahankan
tersebut kecil kemungkinan untuk selamat.
diri. Tindakan yang paling baik adalah
Biasanya orang yang terluka pada kasus
meninggalkan area tersebut hingga situasi
seperti ini bukanlah si pelaku pemasangan
menjadi lebih aman.
jerat. Sekali terkena dan bisa lepas dari jerat, harimau yang mengalami trauma ini akan
Penurunan tajam pada jumlah
menjadi sangat-sangat berbahaya.
Agroforestry
beberapa saat dan pada saat ada yang
4
kecil yang tak biasa adalah pertanda
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
Kemudian, harimau ini akan berhenti (diam)
3
harimau berbaring, atau jejak-jejak langkah
2
ini mendengar ada manusia mendekat. Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Darah pada jejak kaki atau di tempat biasa
1
ancaman serius dan direkomendasikan
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
6
ungulata (mangsa utama harimau) juga
untuk sekedar melintas atau karena mencari
mempunyai kemampuan dalam bidang
tahu sesuatu. Harimau semacam ini tidak
ini. Selain itu, memberikan informasi
membahayakan bagi pengendara mobil
pada masyarakat secara kontinyu. Jangan
selama tidak berhanti dan keluar dari mobil.
bepergian di area tersebut tanpa jumlah
Pengendara sepeda motor seharusnya tidak
orang yang cukup.
mendekati harimau ini dan perlu segera mengambil keputusan cepat untuk terus melaju melewati harimau dengan kecepatan
Sudah bertahun-tahun, para penjerat
maksimal atau balik arah. Pengendara
menggunakan snare/sling dan jerat kaki
sepeda kayuh harus terus melaju dengan
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 193
7
e. Harimau dengan Jerat.
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
dimonitor oleh petugas khusus yang
6
Seekor harimau bisa saja berada di jalan raya
Perlindungan Satwa Liar
harimau. Kasus seperti ini harus terus
5
f. Harimau di jalan raya
Rehabilitasi Hutan Bakau
meningkatkan bahaya akan serangan
MODUL 6. Perlindungan Satwa Liar
cepat tanpa menunjukkan rasa takut dengan
Perilaku ‘demonstrative” harimau ini ditandai
tidak memunggungi harimau, berbicaralah/
dengan auman. Dia akan membiarkan
berteriak pada harimau dengan keras dan
kita dan mungkin bergerak searah kita.
segera meninggalkan tempat tersebut.
Sering kali hal ini terjadi pada waktu gelap (sore). Pada kondisi ini, tidak ada ancaman
g. Perilaku harimau saat mengancam (mengintimidasi)
serangan secara langsung, tapi auman yang keras akan membuat kita tegang,stress,
Jika harimau terlihat, ini sudah harus
takut dan panik. Hewan-hewan predator lain
diartikan sebagai sebuah tanda peringatan.
pun pasti akan ketakutan mendengar auman
Biasanya harimau akan berperilaku secara
keras ini, hal ini menegaskan bahwa auman
diam-diam. Harimau akan mempelajari
ini begitu kerasnya dan sangat mengerikan
kita dari bau dan suara, sambil berjalan
bagi manusia. Buatlah suara gaduh seperti
keluar dari tempat persembunyian untuk
berbicara, tembakan udara (hanya petugas
mendapatkan semua “informasi”yang dia
dengan ijin senjata) dan tidak panik. Segera
perlukan tentang kita. Satwa liar berpotensi
tinggalkan lokasi tersebut dengan tidak
membahayakan, dan perlu untuk selalu
berlari.
waspada. Dengan perilaku ini, harimau bisa jadi ingin memberikan peringatan bahwa
Perilaku harimau saat menyerang
ada anak-anak harimau yang berada tidak
Saat terjadi pertemuan tanpa sengaja
jauh atau mungkin ada mangsa miliknya.
antara manusia dan harimau secara “face
Tapi bisa juga karena alasan lain, misalnya
to face” atau berhadapan, hewan yang
dia melihat manusia sebagai pesaing yang
sedang kelelahan pun tidak akan langsung
tidak diharapkan. Perilaku ini menunjukkan
mengambil keputusan. Pada situasi ini,
bahwa harimau ini tidak berencana untuk
inilah waktu untuk mempelajari keadaan.
membunuh manusia, tapi lebih cenderung
Biasanya harimau tidak akan berdiri tanpa
pada memberikan peringatan bahwa
bergerak untuk beberapa saat, tegang
harimau berada disini. Oleh sebab itu, kita
memberikan auman peringatan (warning)
harus keluar dari tempat tersebut tanpa
dan mungkin akan berpura-pura menerkam
menembak ataupun memperlihatkan gaya
atau menyerang. Pada saat tegang, biasanya
menembak pada harimau ini.
telinga harimau akan ditarik menempel
194 | Manual Pelatihan
MODUL
di sekitar pemukiman dan pondok.
berdiri, dan ekor menggeliat tegang. Situasi
Jangan membiarkan tumpukan sampah
ini akan menjadi berbahaya sehingga
yang mungkin akan mengundang
keputusan harus segera anda ambil.
predator. Dilarang keras membuang bangkai atau bagian tubuh hewan di
Harimau jarang melihat manusia
1
pada kepala, rambut pada kepala dan leher
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
6
sekitar tempat tinggal; c. Pada daerah (habitat) harimau, jangan
akan membuat harimau justru mendekati
atau memberi peringatan. Berpura-pura
manusia. Jarang ditemukan ada harimau
menerkam adalah sebuah peringatan.
yang mendekati pondok atau gubuk yang
Umumnya kasus seperti ini terjadi pada
tidak terdapat anjing. Dilarang untuk
orang yang membawa senjata. Tembakan
membiarkan anjing terlepas/berkeliaran
terburu-buru yang diarahkan pada
di sekitar gubuk;
harimau hanya akan memancing harimau
d. Jangan mendekati mangsa harimau
sesungguhnya, apalagi jika harimau ini
ditemukan jejak-jejak baru, apalagi
terluka.
memindahnya; e. Orang yang memasuki habitat harimau direkomendasikan untuk berjalan dalam
a. Sebelum memasuki habitat harimau,
kelompok tidak kurang dari 3 orang
6
anda harus mempunyai informasi
dalam satu kelompok.
mengenai perilakunya. Bila memiliki
f. Tidak direkomendasikan untuk
ternak diserang, harimau yang sering
jangan dibiarkan tanpa pengawasan
menampakkan diri, sebaiknya anda
karena kuda dapat mengundang
membatalkan rencana atau setidaknya
datangnya harimau. g. Anggota expedisi seharusnya hanya
b. Sangat perlu untuk menjaga kebersihan
membawa peralatan untuk menakuti
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 195
7
menggunakan kuda. Kalaupun ada kuda, Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
informasi soal anjing yang hilang,
meningkatkan kewaspadaan;
Perlindungan Satwa Liar
Bagaimana cara menghindari serangan?
5
yang sudah mati. Meskipun di situ tidak
Rehabilitasi Hutan Bakau
melakukan serangan atau terkaman yang
Agroforestry
menunjukkan perilaku demonstratif
4
tak hanya terancam kematian, tapi juga
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
harimau akan menyerang padahal hanya
3
menggunakan anjing pemburu. Anjing
2
tidak seharusnya gegabah menyangka
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
sebagai mangsa, oleh sebab itu anda
MODUL 6. Perlindungan Satwa Liar
harimau. Peralatan yang paling efektif
membuat harimau takut. Oleh sebab
adalah lampu dan dentuman. Bunga api,
itu, anda harus tetap berbicara tenang
pistol gas dan alat pembuat dentuman
dan penuh percaya diri.
(meriam) juga direkomendasikan.
· Jika harimau marah, dan ia berusaha
Peralatan ini harus selalu berada di
mendekat atau menjauh untuk
tangan dan siap dipergunakan.
kemudian berbalik arah lagi – ini
h. Jangan berjalan mengikuti jejak
adalah peringatan bahaya yang
hewan mangsa, kadang jejak-jejak ini
serius. Jika sempat, dianjurkan untuk
membingungkan dan membawa kita
memanjat pohon, tapi anda harus
pada jejak mangsa yang masih baru
yakin bahwa anda benar-benar
bahkan mangsa tangkapan harimau.
mampu memanjat pohon. Ada satu
i. Jika melihat jejak harimau yang masih
kasus di mana harimau menerkam dan
segar atau baru, harus lebih waspada.
menarik orang yang sedang berusaha
Tindakan merangkak dan bersembunyi
memanjat pohon.. Jika anda mampu
dapat membingungkan harimau
memanjat, biasanya harimau akan
dan membangkitkan rasa curiga dan
menunggu untuk sementara saat anda
ketertarikan harimau. Suara manusia
di atas pohon. Jika memungkinkan,
malah akan menjadi sebuah tanda atau
cobalah menakuti harimau dengan
peringatan bagi harimau.
membakar apa pun benda yang ada di
j. Jika anda tidak dapat menghindari bertemu dengan harimau,
tangan atau disekitar anda. · Jika tida ada pilihan pohon yang
direkomendasikan untuk:
cukup besar, dan harimau semakin
· Menakutinya dengan suara: pukul
mendekat, tetap tenang jangan
logam atau kayu sekuatnya, lakukan
lepas kendali atau panik. Beberapa
tembakan ke udara, dan hidupkan
kasus, harimau tidak mengganas bila
bunga api (flare). Predator akan
kitabersikap tenang seperti mundur
mengenali dan memahami suara-
tanpa membuat gerakan tiba-tiba
suara tersebut dengan baik. Dengan
atau berjalan kebelakang tanpa
membuat suara yang menyerupai
membelakangi harimau. Harimau
suara harimau atau histeris tidak akan
mungkin akan mengikuti anda untuk
196 | Manual Pelatihan
MODUL
b. Peternakan atau kandang di dekat
hutan sebaiknya memiliki kandang atau
berjalan mundur, tinggalkanlah tas
pagar yang tingginya tidak kurang dari
bawaan anda, topi, mantel atau apa
2.5 meter. Pagar ini harus cukup kuat
saja karena ini akan membantu untuk
untuk menahan serangan harimau atau
mengalihkan perhatian harimau.
beruang;
2
lari dan membelakangi harimau.
c. Semua bangkai ternak yang mati harus dibakar; d. Mengasuransikan ternak anda;
Gerakan memepertahankan diri saat diserang
e. Anjing perlu diikat pada malam
diselamatkan. Buatlah kandang anjing
bermaksud menyerang, biasanya konflik
yang tidak dapat diterobos harimau.
akan berakhir dengan luka-luka. Tidak ada
Misalnya di bawah rumah panggung;
hutan, tetaplah mengikat anjing anda.
keadaan ini. Bagaimanapun juga, tetap ada
seseorang.
Harimau takut akan suara-suara. Oleh sebab itu, jika anda bertemu dengan
ternak
membuat suara-suara. Perlu diingat, bahwa
a. Ternak tidak dibiarkan berkeliaran.
tembakan ke udara akan lebih menakuti
dengan pengawasan oleh penggembala
harimau, karena harimau yang terluka akan
yang membawa peralatan untuk
semakin membahayakan dan berakibat
mempertahankan diri atau bisa menakuti
fatal. Cara paling efektif untuk menakuti
harimau. Pada malam hari ternak harus
harimau adalah dengan menggunakan
dimasukkan ke dalam kandang yang
petasan/mercon, karena peralatan-peralatan
cukup kuat;
semacam ini termasuk bunga api (flares),
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 197
7
harimau dibanding tembakan mengarah ke
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
Pada siang hari ternak digembalakan
6
harimau, penting untuk sebisa mungkin Perlindungan Satwa Liar
Rekomendasi bagaimana cara menjaga
5
Cara menakuti atau mengusir Harimau Rehabilitasi Hutan Bakau
kemungkinan untuk menyelamatkan nyawa
4
yang dapat menjamin keselamatan dalam
f. Jika sedang berburu atau memasuki
Agroforestry
menyerang, padahal harimau ini tidak
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
hari, karena anjing pun tetap perlu
3
Jika harimau sudah terprovokasi dan
rekomendasi metode mempertahankan diri
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
· Dalam setiap situasi seperti ini, jangan
1
akan meninggalkan anda. Saat anda
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
sementara waktu, tapi kemudian ia
6
MODUL 6. Perlindungan Satwa Liar
Gambar 15. Pembangunan kandang ternak untuk mencegah gangguan dari harimau. Dok. WCS IP
meriam (noise rocket) tidak memerlukan ijin
pemukiman dan peternakan pada malam
khusus dalam penggunaannya.
hari, dianjurkan untuk membuat api atau menembakkan meriam.
Meriam pada saat digunakan tidak diarahkan ke atas, namun sedikit diarahkan
Semua kasus harimau menyerang manusia
di atas harimau. Untuk lebih efektif, gunakan
dan ternak harus dilaporkan secepatnya
beberapa meriam dalam sekali waktu.
ke otoritas penanganan satwa liar yang
Setelah menembakkan meriam ini, perlu
bertanggungjawab pada hal ini untuk
untuk melakukan tindakan pengamanan
memberikan informasi dan investigasi. Jika
kebakaran, untuk memastikan tidak terjadi
kemudian diketahui bahwa harimau ini
kebakaran pada tempat roket tersebut
akan terus menimbulkan bahaya, bisa saja
mendarat. Untuk mengusir harimau dari
harimau ini dibunuh. Hal ini hanya dapat
198 | Manual Pelatihan
MODUL
dengan menggunakan suara-suara gaduh
seperti BKSDA. Yang harus selalu diingat
bisa mengusir keberadaan orangutan tanpa
apabila anda bertemu harimau adalah anda
harus melukainya.
1
dilakukan dengan petugas berwenang
TIDAK:
b. Lari;
Survei Kondisi Aktual
c. Membelakangi harimau;
Survei ini dilaksanakan untuk
d. Menembak harimau.
mengumpulkan informasi mengenai konflik manusia dan satwa liar. Survei
Orangutan sering dianggap sebagai hama
mencari sumber pakan di luar hutan. Sering
Tim ini dibentuk beranggotakan masyarakat
kali orangutan mendatangi pohon-pohon
sekitar kawasan dan petugas dari BKSDA
buah masyarakat yang berada di sekitar
atau Taman Nasional atau Dinas Kehutanan.
hutan sehingga masyarakat marah dan
Tim ini akan melakukan patroli rutin dan
orangutan menjadi korban kemarahan.
mitigasi terhadap orangutan yang masuk
Kebutuhan mitigasi sangat diperlukan untuk
ke kawasan perladangan masyarakat,
mengurangi konflik dengan orangutan.
menghalau orangutan tersebut kembali
informasi potensi konflik di lapangan.
dengan cara berpatroli di daerah konflik
hari. Dapat pula dilakukan penghalauan
Unit ini bisa dibentuk bersama masyarakat
secara langsung oleh petugas patroli.
didukung oleh lembaga swadaya
Tim patroli bisa berasal dari gabungan
masyarakat ataupun pemerintah melalui
masyarakat dan pihak Balai KSDA atau
UPT terkait. Penyadartahuan secara
Taman Nasional. Membuat bunyi-bunyian
berkeliling di daerah-daerah sekitar kawasan
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 199
7
Unit penyadartahuan keliling Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
setiap pagi (dari subuh), siang dan sore
6
Hal yang bisa dilakukan untuk mengatasinya
Perlindungan Satwa Liar
kehutan serta mengumpulkan data dan
5
penanganan konflik
Rehabilitasi Hutan Bakau
yang menipis menyebabkan mereka harus
4
Pembentukan tim pengamanan swakarsa dan Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
ketika musim buah tiba. Habitat orangutan
Agroforestry
berbatasan dengan habitat orangutan.
3
dan Orangutan
perlu dilaksanakan di daerah-daerah yang
2
Tahapan Kegiatan
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
a. Panik dan ketakutan atau melawan ;
III.3. Penanganan Konflik Antara Manusia
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
6
MODUL 6. Perlindungan Satwa Liar
konservasi maupun hutan lindung berguna
pertanian dengan menggunakan satwa
untuk meningkatkan pengetahuan dan
domestik dapat mengurangi akibat sosial,
kesadaran masyarakat sehingga mereka
namun satwa domestikasi dapat menularkan
dapat hidup berdampingan dengan
penyakit yang berbahaya atau mengancam
orangutan.
keselamatan yaki.
III.4. Penanganan Konflik Antara Manusia
Penjagaan biasanya efektif jika penjaga
dan Monyet Hutam Sulawesi (Yaki)
secara aktif menakut-nakuti yaki yang
Mengingat monyet hitam Sulawesi atau
datang ke kawasan pertanian. Namun
Yaki berstatus dilindungi, maka yaki yang
yaki jantan dewasa terkadang melakukan
bermasalah hanya dapat dihalau agar
perlawanan pada manusia yang menyerang,
menjauh, dipindahkan atau dibiarkan.
sehingga beresiko menimbulkan cedera
Penjagaan pada tanaman pertanian adalah
bahkan kematian pada kedua belah pihak.
langkah yang biasa diambil di perbatasan
Oleh karena itu, untuk mengusir yaki tidak
antara kawasan pertanian masyarakat
dianjurkan dengan cara melempari dengan
dengan habitat yaki. Oleh karena insiden
benda. Laki-laki biasanya lebih mampu
pengambilan hasil tanaman pertanian
menghalau primata yang datang ke kawasan
terkadang bersifat oportunistik dan
pertanian dibandingkan wanita atau anak-
terjadi dilahan yang tidak dijaga dengan
anak. Pemagaran tradisional telah terbukti
baik, maka kerugian tanaman pertanian
tidak efektif untuk melindungi lahan-lahan
biasanya berkorelasi terbalik dengan tingkat
pertanian dari serangan yaki.
kewaspadaan petani (Osborn dan Hill 2005). Penanganan konflik antara yaki dengan Langkah penjagaan yang disukai oleh
masyarakat harus dilihat dari berbagi
kelompok masyarakat memiliki tingkat
perspektif dan ditempatkan dalam
kepraktisan dan efektivitas yang bervariasi,
konteks kebutuhan masyarakat lokal,
seperti dengan cara berpatroli dan
stujuan konservasi pemerintah serta
berteriak-teriak, memukul-mukul benda dan
perusahaan perkebunan. . Strategi
melemparkan batu, dahan atau tombak,
penanganan yang dianggap tepat bagi
masih sulit diukur. Penjagaan kawasan
peneliti belum tentu praktis atau dapat
200 | Manual Pelatihan
MODUL
diterima oleh petani. Penanganan konflik
Evaluasi Kemampuan
antara yaki dengan masyarakat biasanya
1. Apa saja jenis-jenis satwa liar yang
1
diselesaikan dengan cepat atau hanya
...................................................................................
mengandalkan kemampuan teknis semata.
...................................................................................
Penanganannya seringkali membutuhkan
...................................................................................
penyesuaian dan serangkaian strategi.
...................................................................................
Langkah-langkah pemecahan yang berhasil
................................................................................... 2. Ada berapa jumlah kawasan konservasi
konflik lainnya.
konservasi tersebut? ...................................................................................
konflik antara yaki dengan masyarakat
...................................................................................
dan tidak ada strategi penyelesaian konflik
...................................................................................
antara yaki dengan masyarakat yang
...................................................................................
dapat berhasil tanpa informasi mengenai
3. Mengapa satwa liar penting
biaya dan manfaat juga dibutuhkan
...................................................................................
untuk mengidentifikasi pilihan langkah
...................................................................................
penanganan jangka pendek dan jangka
...................................................................................
panjang yang paling efektif untuk
...................................................................................
mengurangi konflik.
...................................................................................
6
kehidupan manusia?
Perlindungan Satwa Liar
atau sesuai di daerah tertentu. Analisa
5
keberadaannya bagi hutan dan Rehabilitasi Hutan Bakau
apa yang mungkin dilakukan, kepraktisan
4
................................................................................... Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
Tidak ada solusi ideal dalam mengelola
Agroforestry
di daerah anda? Apa saja nama kawasan
3
belum tentu dapat diterapkan pada tipe
2
dilindungi di daerah Anda?
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
sangat kompleks dan tidak mungkin
diimplementasikan pada satu tipe konflik
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
6
4. Yang termasuk Kawasan Perlindungan Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
Alam, kecuali? a. Taman Nasional
7
b. Cagar Alam c. Taman Hutan Raya 5. Sebutkan kawasan apa saja yang
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 201
MODUL 6. Perlindungan Satwa Liar
termasuk dalam Kawasan Suaka Alam
9. Apa yang dapat dilakukan agar satwa liar
dan Kawasan
dapat hidup harmonis dengan manusia?
Pelestarian Alam?
...................................................................................
...................................................................................
...................................................................................
...................................................................................
...................................................................................
...................................................................................
...................................................................................
...................................................................................
...................................................................................
................................................................................... 6. Apa saja pemicu konflik antara manusia
10. Bagaimana PNPM LMP dapat berperan dalam upaya pengelolaan satwa liar?
dengan satwa liar ? bagaimana cara
...................................................................................
mengatasinya?
...................................................................................
...................................................................................
...................................................................................
...................................................................................
...................................................................................
...................................................................................
...................................................................................
................................................................................... ................................................................................... 7. Apa yang dimaksud dengan pengelolaan satwa liar? ................................................................................... ................................................................................... ................................................................................... ................................................................................... ................................................................................... 8. Masyarakat berperan dalam pengelolaan hutan dan satwa liar, apa saja peran strategis masyarakat menurut Anda? ................................................................................... ................................................................................... ................................................................................... ...................................................................................
202 | Manual Pelatihan
MODUL
1
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
Daftar Pustaka
6
UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Departemen Kehutanan RI
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.48/MENHUT II/2008 Tentang Pedoman Penanggulangan
Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. Departemen Kehutanan RI
2
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kawasan
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Konflik Manusia dan Satwa Liar. Departemen Kahutanan RI
Dunishenko YM, Smirnov EN, Salkina GP, Nikolaev IG(1999). Rules on how people should behave Agroforestry
State Committee for EnvironmentalProtection, Vladivostok, Russia.(diterjemahkanolehDrh.
3
and maintainlivestock in areas of tiger habitat in PrimorskyKrai.PrimorskyPrimorskyKrai
MunawarKholis, Team Leader Wildlife Response Unit Medan (WRU – Medan) Wildlife
Indonesia. Jakarta http://www.celebio.org/content/view/31/54/
4
Supriatna J., EdyHendrasWahyono (2000). PanduanLapanganPrimata Indonesia. YayasanObor
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
Conservation Society – Indonesia Program Bogor – Indonesia)
Rehabilitasi Hutan Bakau
5
http://www.dephut.go.id/informasi/PHPA/rekap_konservasi.html http://www.dephut.go.id/INFORMASI/TN%20INDO-ENGLISH/tn_index.htm http://www.iucnredlist.org/apps/redlist/details/2461/0
6
Perlindungan Satwa Liar
http://www.iucnredlist.org/apps/redlist/details/7140/0 http://www.iucnredlist.org/apps/redlist/details/12556/0 http://www.iucnredlist.org/apps/redlist/details/15966/0
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
http://www.iucnredlist.org/apps/redlist/details/39780/0
7 Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 203
MODUL 6. Perlindungan Satwa Liar
Lampiran : Daftar nama dan alamat Taman Nasional di Sumatera dan Sulawesi
Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser
Jl. Raya Blangkejeren No. 37 Tanah Merah Kutacane Po. Box. 16 Aceh Tenggara- 24601 Tlp.(0629) 21358 Fax.(0629)21016
Balai Taman Nasional Batang Gadis
Perumahan Cemara Madina Blok D No. 1 Panyabungan - Sumatera Utara
Balai Taman Nasional Siberut
Jl. Khatib Sulaiman No. 46 Padang Tlp/Fax.(0751) 423094 atau Jalan Raya M. Siberut - Maileppet Km. 3,5 Kec. Siberut Selatan Tlp/Fax. 0759-21109
Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat
Jl. Basuki Rachmat No. 11 Kotak Pos. 40 Sungai Penuh, Jambi 37101 Tlp. 0748-22250, 22240 Fax. 0748-22300 Website: http://www.kerinciseblat.org
Balai Taman Nasional Bukit Tigapuluh
Jl. Lintas Timur Km. 3 Puncak Selasih Pematang Rebah-Rengat INHU Riau Tlp/Fax.(0769) 7000030 Website: http://www.bukit30.org/
Balai Taman Nasional Bukit Duabelas
Jl. Komplek Perkantoran Pemerintah Kab. Sarolangun, Jambi Tlp. 0741-62451
Balai Taman Nasional Berbak
Jl. Yos Sudarso Km. 4 PO Box 112 Sejinjang, Jambi Tlp. (0741) - 31257, 7076277 Fax. 0741-31257
Balai Taman Nasional Sembilang
Jln. AMD Kelurahan Talang Jambe Kecamatan Sukarame Palembang 30152 Telp. 0711-7839200
Balai Taman Nasional Bukit Barisan-Selatan
Jl. Ir. Juanda 19 Kota Agung,Tanggamus Lampung Selatan 35751 Tlp/Fax. (0722) 21064
204 | Manual Pelatihan
MODUL
Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu
Jl. Prof. Dr. Moh. Yamin No. 21 Palu 94111 Sulawesi Tengah Tlp. (0451) 457623
Balai Taman Nasional Kep. Togean
Jl. Sis Aljufri Kecamatan Ampana Kota, Kabupaten Tojo Una-Una Sulawesi Tengah
Balai Taman Nasional Taka Bonerate
Jl. S. Parman No. 40 Benteng Selayar 92812, Sulawesi Selatan Tlp. (0414)22111 Fax. 0414-21565 website: www.tntakabonerate.com emai:
[email protected]
Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung
Jl. Poros Maros-Bone Km. 42 Bantimurung, Kab. Maros, Sulawesi Selatan Telp. 0411-3881699, 3880252 Fax 0411-3880139 website : http://www.tn-babul.org/ Email :
[email protected]
Balai Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai
d/a Desa Lamowulu Kec. Binanggia, Kab. Konawe Selatan, Kendari Sultra - 93721 HP. 086812101439
Balai Taman Nasional Kepulauan Wakatobi
Jl. Dayanu Ikhsanuddin No. 71 Bau-Bau Sultra93721 Tlp. (0402) 25652
4 5
Rehabilitasi Hutan Bakau
6
Perlindungan Satwa Liar
7
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
Agroforestry
Jl. AKD Mongkonai Kotak Pos 106 Kotamobagu - Sulawesi Utara Tlp. (0434) 22548 Fax. 0434-22547 Website: http://boganinaniwartabone.dephut.go.id/
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone
3
Jl. Raya Langgam Km.4 Pangkalan Kerinci Kab.Pelalawan Provinsi Riau Telp / Fax : 0761-494728 E-mail :
[email protected] website: http://www.wwf.or.id/tessonilo/Default.php atau http://www.wwf.or.id/tessonilo/Default.php?wwf_lang=1
2
Balai Taman Nasional Tesso Nilo
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Jl.Raya Labuhan Ratu Lama, Labuhan Ratu, Sukadana – Lampung Timur - 34196 Telp. 0725 7645024Fax . 0725 7645090 Website: www.waykambas.or.id Email :
[email protected],
[email protected]
1
Balai Taman Nasional Way Kambas
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
6
| 205
MODUL 6. Perlindungan Satwa Liar
206 | Manual Pelatihan
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumber Daya Alam
7
MODUL
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 207
MODUL 7. Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumber Daya Alam
MODUL 7.
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumber Daya Alam I. Pendahuluan
Kegiatan IGA dapat menjadi modal awal
Sebagian besar mata pencarian masyarakat
untuk melaksanakan kegiatan baru atau
miskin desa adalah di sektor pertanian,
sebagai katalisator Ipengembangan) bagi
kehutanan, dan perikanan yang sangat
kegiatan ekonomi yang sudah berjalan di
bergantung kepada ketersediaan Sumber
masyarakat. Melalui kegiatan peningkatan
Daya Alam (SDA) yang lestari. Dalam
pendapatan masyarakat, masyarakat
pemanfaatan SDA, masyarakat miskin desa
didorong untuk memberdayakan dirinya
memiliki keterbatasan terhadap akses
sehingga dapat melakukan identifikasi
kepemilikan lahan, teknologi, modal,
kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, dan
pengetahuan, dan akses informasi.
menjaga keberlanjutan kegiatan ekonomi
Dengan keterbatasan tersebut, banyak
oleh masyarakat sendiri.
SDA di wilayah pedesaan yang belum dimanfaatkan secara maksimal dan efisien.
Namun dari beberapa pengalaman dan
Dampaknya, pengelolaan SDA yang
hasil studi menunjukan bahwa sebagian
ada tidak memberikan nilai tambah
kegiatan IGA tidak dapat diteruskan
terhadap pendapatan masyarakat secara
dan dipraktekkan masyarakat setelah
maksimal. Selain itu faktor kesadaran
kegiatan sub-proyek selesai. Hasil studi
terhadap lingkungan yang rendah dan
menunjukan faktor utama kegagalan
faktor kebutuhan ekonomi yang mendesak
tersebut adalah perencanaan yang tidak
menyebabkan masyarakat cenderung
sempurna dan tidak disesuaikan dengan
memanfaatkan SDA dalam jangka pendek
kemampuan masyarakat maupun
(tidak berkelanjutan) sehingga merusak
sumber daya alam yang ada. Oleh karena
sumberdaya yang ada.
itu, untuk mewujudkan pemberdayaan, diperlukan fasilitasi dari fasilitator atau kader
Kegiatan peningkatan pendapatan
pemberdayaan yang mampu menyusun
masyarakat atau Income Generating Activity
perencanaan yang baik.
(IGA) ditujukan untuk memfasilitasi akses masyarakat miskin di perdesaan dalam
Modul ini dibuat sebagai panduan bagi
memenfaatkan SDA sebagai kegiatan
fasilitator maupun KPMD untuk membantu
ekonomi produktif yang berkelanjutan.
masyarakat dalam memilih, merencanakan
208 | Manual Pelatihan
7
MODUL
II.1. Ekonomi Produktif
terdiri dari 6 bagian utama, yaitu:
Menciptakan kegiatan ekonomi produktif
lingkungan yang belum dimanfaatkan di desa. Contoh kegiatan: pemanfaatan limbah pertanian menjadi pupuk kompos, pemanfaatan limbah kelapa, pemanfaatan
pemanfaatan jasa lingkungan air untuk air minum kemasan;
Agroforestry
II.2. Peningkatan Nilai Tambah (Added
2 3
bentang alam untuk wisata alam,
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Value) Meningkatkan nilai SDA dari bahan mentah
kepada kegiatan ekonomi yang sudah berjalan; Contoh Kegiatan: peningkatan
buah pala menjadi manisan yang siap
dan perijinan;
II. Ruang Lingkup Kegiatan IGA antara lain harus memenuhi 2 (dua) kriteria
Meningkatkan efisiensi dan kemampuan
utama yaitu meningkatkan pendapatan
dari kegiatan ekonomi yang sudah ada.
masyarakat dengan memanfaatkan SDA
Contoh Kegiatan: Peningkatan teknologi
secara berkelanjutan sekaligus usaha
industri kecil pertanian dan kehutanan.
perbaikan lingkungan. Ruang lingkup kegiatan IGA terdiri dari:
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 209
7
II.3. Peningkatan Efisiensi dan Kapasitas
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
Ruang lingkup kegiatan IGA yang diusulkan
Perlindungan Satwa Liar
dipasarkan, bantuan teknis pengemasan
5 6
peningkatan nilai minyak atsiri, pengolahan
Rehabilitasi Hutan Bakau
nilai tambah komoditas biji jambu mete,
4
menjadi bahan olahan yang difokuskan
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
1) Ruang lingkup kegiatan IGA. Bagian ini memberikan wawasan jenis-jenis kegiatan apa saja yang termasuk dalam IGA; 2) Penjelasan untuk Fasilitator/KPMD dalam perencanaan IGA; 3) Langkah memotivasi masyarakat dalam kegiatan IGA, 4) Langkah-langkah menyusun perencanaan kegiatan IGA. Bagian ini akan disampaikan langkah utama yang harus dilakukan merencanakan IGA. Langkah utama tersebut untuk menjawab unsur-unsur kesiapan manajemen kegiatan yaitu Apa/Siapa/Kapan/ Bagaimana? Pada setiap langkah dijelaskan pertanyaan kunci untuk mendapatkan data dan faktor-faktor kesalahan yang biasanya terjadi; 5) Contoh perencanaan kegiatan IGA yang paling banyak dipilih oleh masyarakat, yaitu: pembuatan kompos, pembuatan arang briket; 6) Monitoring dan evaluasi kegiatan IGA.
1
dengan memanfaatkan SDA dan jasa
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
dan menjalankan kegiatan IGA. Modul ini
MODUL 7. Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumber Daya Alam
Faktor-faktor yang menjamin keberlanjutan
dari sumber daya yang mereka miliki.
sebuah kegiatan IGA adalah kegiatan tersebut harus dapat dilaksanakan oleh
III.1 Faktor yang Diperhatikan Dalam
masyarakat (tidak menghabiskan waktu)
Penyusunan Perencanaan
dan memberikan keuntungan secara
Sebelum memulai perencanaan, ada 5 faktor
finanasial secara langsung.
yang harus diperhatikan oleh Fasilitator/ KPMD dalam menyusun perencanaan
III. Tahapan Perencanaan Kegiatan IGA
kegiatan IGA, yaitu: 1) keahlian dan pengetahuan masyarakat, 2) pasar atau
Sebelum Memulai Perencanaan: Apakah Penerima Manfaat Dapat Mengoperasikan Kegiatan IGA?
peluang pemasaran, 3) pendapatan yang akan diperoleh, 4) ketersediaan modal, dan 5) pendapatan pada tingkat keluarga
Bagian ini memberi pemahaman kepada
(lihat diagram).
fasilitator/KPMD dalam merancang kegiatan IGA dan mendorong masyarakat agar lebih
Dari usulan kegiatan IGA PNPM LMP yang
percaya diri dalam membangun kemandirian
selama ini dilakukan, masyarakat sering tidak
ekonomi melalui kegiatan IGA.
memikirkan faktor-faktor di atas sebelum mengusulkan suatu kegiatan. Masyarakat dan
Kegiatan IGA memberi kesempatan kepada
fasilitator biasanya melakukan pengamatan
masyarakat untuk menjadi mandiri secara
secara singkat dari media informasi,
ekonomi sesuai keahlian yang mereka miliki
hanya melihat daftar kegiatan yang ada
dan sesuai kondisi SDA yang ada di desa.
di Petunjuk Teknis Opersional (PTO),
Hasil dari kegiatan IGA harus memberikan
serta mengikuti proposal desa lain tanpa
dampak langsung kepada peningkatan
melihat keadaan potensi dan kondisi
pendapatan masyarakat sehingga mereka
desanya sendiri.
mampu membelanjakan pendapatan yang dimilikinya untuk kehidupan yang lebih baik.
Sebelum melakukan proses perencanaan,
Tetapi biasanya sebagian besar masyarakat
fasilitator perlu meningkatkan motivasi
miskin tidak percaya diri untuk melakukan
masyarakat dan membangun komitmen dari
inisiatif dan membangun kegiatan ekonomi
kegiatan yang diusulkan. Motivasi dibangun
210 | Manual Pelatihan
7
MODUL
1
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan Agroforestry
2 3
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
4
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
SWOT akan dikaji lebih lanjut pada bagian
diharapkan setelah kegiatan IGA dijalankan?
selanjutnya.
Kemudian fasilitator/KPMD melakukan
Setelah melakukan kajian SWOT, fasilitator
analisa perencanaan strategis dengan
bersama masyarakat akan memiliki
melihat faktor kekuatan, kelemahan, peluang
gambaran tentang kegiatan atau tindakan
dan resiko (SWOT-Strength, Weakness,
apa yang diperlukan dan dianggap realistis
Opportunity, Threats) dari setiap usulan yang
dapat dilaksanakan dalam kurun waktu
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 211
7
terjadi di desa? Dan kondisi seperti apa yang
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
ada berdasarkan 5 faktor di atas. Metode
Perlindungan Satwa Liar
dari identifikasi mengapa kemiskinan bisa
5 6
Rehabilitasi Hutan Bakau
Diagram 1. 5 Faktor Pertimbangan Utama dalam Perencanaan Kegiatan IGAs
MODUL 7. Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumber Daya Alam
proyek (1 tahun). Selain itu, identifikasi
menceritakan kasus ditempat lain dan
analisa SWOT harus memberikan gambaran
menjelaskan pohon masalah
pihak kepentingan/institusi ( misal: SKPD,
Hal-hal yang didiskusikan antara lain:
Balai Taman Nasional, Swasta, Bank/lembaga
Apakah kita mengalami kemiskinan?
keuangan, CSO atau Universitas) yang harus
Apa yang menjadi kriteria suatu keluarga
dihubungi setelah memilih kegiatan yang akan dilaksanakan. Daftar kontak dan alamat
dikatakan miskin? Apa yang menjadi ukuran masyarakat
lembaga yang dapat dihubungi dapat dilihat
untuk mendapatkan kehidupan
di lampiran buku panduan ini.
yang lebih baik dari sisi peningkatan pendapatan? Apakah penambahan
III.2. Langkah Memberikan Motivasi
pendapatan untuk biaya sekolah, modal
Kepada Masyarakat
atau perbaikan fisik rumah, dll?
Tujuan dari sesi ini adalah untuk membuka wawasan masyarakat dan memberikan
Solusi apa yang bisa diberikan agar
masyarakat keluar dari kemiskinan?
motivasi, sehingga setelah sesi ini mampu untuk:
Gunakan analisa “pohon masalah” untuk
Menggambarkan keadaan masyarakat
mendiskusikan “Apa yang menjadi penyebab
miskin dan faktor-faktor apa yang
utama suatu keluarga menjadi miskin dan
menyebabkan mereka miskin
lihat dampak dari kemiskinan (Gambar..)
Menggambarkan keadaan keluarga yang
Gambarkan suatu pohon, dan gunakan akar
diharapkan masyarakat dan pentingnya
paling bawah sebagai masalah/hambatan
memilih kegiatan IGA,
utama yang menyebabkan kemiskinan,
Menjelaskan kesalahan ataufaktor
contoh: tidak tersedianya akses lahan,
kegagalan dari kegiatan IGA yang
rendahnya upah buruh tani. Pada sisi ranting,
diusulkan sebelumnya,
ilustrasikan dampak yang disebabkan oleh
Menjelaskan 5 prinsip utama yang harus
di pertimbangkan sebelum memilih
kemiskinan contoh kesulitan pangan, anak tidak bisa sekolah, dll.
kegiatan IGA. Setelah faktor penyebab dan dampak Metode yang digunakan adalah dengan
212 | Manual Pelatihan
kemiskinan diketahui, fasilitator
7
MODUL
1
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
mengenai pentingnya kegiatan IGA.
hasil diskusi pada sesi ini dengan analisa
Melalui diskusi ini masyarakat diharapkan
SWOT.
4
mampu mendefinisikan IGA sebagai suatu kegiatan ekonomi yang dapat dilaksanakan oleh individu atau
5 6
Rehabilitasi Hutan Bakau
kelompok di desa dengan menggunakan tenaga kerja masyarakat untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.
Perlindungan Satwa Liar
Pastikan masyarakat tidak menganggap
kegiatan IGA hanya untuk meningkatkan pendapatan secara langsung dalam
hanya mengusulkan kegiatan pelatihan tanpa didukung prasarana produksi untuk
7
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
jangka pendek. Contoh: masyarakat
dilanjutkan menjadi kegiatan produktif
Setelah permasalahan/hambatan utama dapat didefinisikan oleh masyarakat,
Agroforestry
langkah selanjutnya adalah memetakan
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
memberikan arahan kepada masyarakat
2 3
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Diagram 2. Identifikasi Pohon Masalah
Diagram 3. Langkah-langkah Perencanaan
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 213
MODUL 7. Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumber Daya Alam
III.3. Perencanaan Strategis
dan masyarakat, atau disebut jugaFaktor
Perencanaan matang sangat diperlukan
Internal); 2) Faktor Peluang dan Resiko
untuk menentukan kegiatan IGA yang akan
(Opportunity and Threat) yang ditentukan
diusulkan. Kesalahan dalam perencanaan
oleh Faktor Eksternal
akan menjadi masalah ketika kegiatan sudah berjalan. Dalam menyusun perencanaan
1). Analisa Kekuatan dan Kelemahan
strategis, analisa SWOT banyak digunakan
(Faktor Internal)
karena cukup sederhana dan dapat
Secara garis besar analisa faktor internal
memberikan gambaran kepada masyarakat
mencakup analisa pada Tiga komponen
pada titik mana mereka akan memulai
utama yaitu i) Pengetahuan dan Keahlian
kegiatan. Melalui langkah awal analisa
(Kapasitas Masyarakat), ii) SDA yang akan
SWOT, masyarakat didorong untuk untuk
dikembangkan iii) Permodalan & Tingkat
melakukan penilaian sendiri mengenai
konsumsi keluarga
kekuatan, kelemahan, peluang, dan resiko dari setiap usulan kegiatan IGA,
2). Analisa Peluang dan Resiko (Faktor
seperti diagram di bawah ini.
Eksternal) Analisa faktor eksternal adalah analisa suatu
Diagram 4. Analisis SWOT Analisa SWOT terdiri 2 (dua) analisa utama,
kegiatan dengan mempertimbangkan
yaitu: 1) Faktor kekuatan dan kelemahan
faktor yang ada di luar desa yang terdiri dari
(Strength and Weakness) yang ada di desa
peluang dan resiko. Dalam buku panduan
214 | Manual Pelatihan
7
MODUL
Perdagangan atau Koperasi setempat.
pemasaran
III.4. Identifikasi Kapasitas Masyarakat
mengajukan pertanyaan kunci kepada
Tujuan identifikasi kapasitas masyarakat
masyarakatsebagai berikut:
adalah
Apakah di desa anda terdapat kelompok
dan kualitas sumber daya manusia di
oleh masyarakat? Contoh: Kelompok
desa dalam menjalankan manajemen
usaha tani, kelompok tani hutan, lembaga
operasional atau mengelola kegiatan IGA;
usaha desa, koperasi, dll o Jikat tidak ada kelompok usaha, maka
individu yang akan menjadi menjadi
perlu diadakan pertemuan desa
penggerak kegiatan;
untuk membentuk unit usaha; o Dalam pembentukan unit usaha tersebut, Fasilitator/KPMD
kegiatan IGA.
memberikan wawasan dan
4
waktu masyarakat untuk menjalankan
informasi kepada masyarakat
ini dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
kelemahan, peluang, dan resiko
Wawancara individu dengan Kepala Desa
(SWOT) dari setiap kegiatan yang
Wawancara dengan penyuluh pertanian
setempat,
SWOT dijelaskan pada langkah ke-2). o Konsultasikan dengan aparartur Desa
koperasi setempat,
dan Kecamatan untuk pembentukan kelompok usaha terkait;
Musyawarah desa,
o Kegiatan IGA sangat disarankan untuk diarahkan kepada kelompok usaha
wawancara dengan pemerintah di
desa. Bagaimana bentuk organisasi kelompok
Kabupaten (SKPD), seperti: dinas Pertanian, Kehutanan, Perindustrian dan
usaha?
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 215
7
Mengumpulkan informasi dan
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
Diskusi dengan kelompok tani, UKM, dan
Perlindungan Satwa Liar
akan diusulkan; (Panduan analisa
5 6
mengenai potensi desa, kekuatan,
Rehabilitasi Hutan Bakau
Metode pengumpulan data untuk kegiatan
dan tokoh setempat,
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
Melakukan identifikasi ketersediaan
Agroforestry
Menentukan kelompok masyarakat/
2 3
usaha yang dibentuk secara swadaya
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Menentukan seberapa jauh ketersediaan
1
Melalui metode di atas fasilitator/KPMD
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
ini, analisa eksternal difokuskan pada faktor
MODUL 7. Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumber Daya Alam
o Kelompok usaha minimal memiliki struktur Ketua, Sekretaris/Bendahara o Kelompok usaha harus memiliki visi untuk menjadi badan hukum Siapa tokoh kunci di dalam manajemen
tidak ada komitmen anggota, atau kelompok tidak mampu menjalankan usaha b) Permodalan: Faktor modal menjadi masalah umum yang dialami
usaha yang diusulkan?
dalam menjalankan usaha. Dalam
o Tokoh kunci adalah seseorang yang
hal ini, fasilitator harus mampu
berpengaruh, memiliki kemampuan
mendefinisikan kebutuhan modal
kepimpinan dan memiliki inisiatif
yang akurat dan sumber-sumber
untuk memberdayakan masyarakat
swadaya yang dapat menutupi
Apa peran dan tanggung jawab masing-
masing anggota kelompok? o Fasilitator/KPMD harus memastikan motivasi dan komitmen atau
kebutuhan yang ada. Faktor permodalan akan dibahasa tersendiri; c) Sistem produksi; d) Pemasaran.
kesungguhan setiap anggota
Apakah masyarakat memiliki ketersediaan
kelompok untuk menjalankan
waktu untuk melaksanakan kegiatan yang
kegiatan yang diusulkan
akan diusulkan?
Apakah ada anggota kelompok yang
tergolong sebagai masyarakat miskin?
o Banyak kasus ditemukan, masyarakat miskin, terutama laki-laki, sudah
Jika berjalan, apakah ada pembagian
cukup sibuk dengan kegiatan aktivitias
keuntungan kepada tiap anggota
sehari-hari. Oleh karena itu kelompok
kelompok usaha tersebut?
perempuan sangat didorong untuk
Apa saja kelemahan yang perlu
ditingkatkan kelompok usaha tersebut
mengusulkan dan menjalankan kegiatan IGA;
dalam menjalankan usahanya? Apa yang menjadi kelemahan yang perlu
Data yang telah didentifikasi berdasarkan
ditingkatkan kelompok usaha yang ada
pertanyaan kunci kemudian dipilah
untuk menjalankan usaha?
manakah yang masuk dalam kolom
a) Tata kelola (manajemen)? Contoh:
kekuatan dan manakah yang masuk kolom
Organisasi tidak berjalan karena
216 | Manual Pelatihan
kelemahan
7
MODUL
identifikasi kapasitas masyarakat antara lain:
usaha. Dalam musyawarah desa seringkali
Tidak adanya informasi tentang kelompok
seluruh masyarakat hanya mengusulkan
Agroforestry
Perlindungan Satwa Liar
5 6
Rehabilitasi Hutan Bakau
7
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
| 217
4
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
Untuk menjamin keberlangsungan dan pengembangan kegiatan, Daud Andilolo melakukan insiatif untuk mencari pasar pupuk kompos melalui hubungan baiknya dengan melakukan kontak dengan pihak pemerintah daerah yaitu Dinas Kehutanan. Melalui proses penawaran kepada pihak Dinas Kehutanan, Desa Lamunan mendapatkan order pertama sebesar 20 ton pupuk kompos dengan harga Rp. 1.100/Kg. Untuk meningkatkan partsipasi masyarakat dan menjaga komitmen anggota kelompok tani, Daud Andilolo menerapkan sistem gaji kepada anggota kelompok. Pada saat ini kelompok tani Desa Lamunan melakukan pengembangan pasar kompos dengan menawarkan pupuk kompos untuk kegiatan penanaman PNPM LMP, dan melakukan ujicoba pertanian padi organik.
2 3
D
esa Lamunan terletak di Kecamatan Makale, Tana Toraja, Sulawesi Selatan adalah salah desa target kegiatan PNPM LMP. Kegiatan IGA yang di usulkan dalam skema PNPM LMP pada tahun 2009 adalah pengembangan pupuk organic (kompos) dari limbah pertanian padi. Bermula dari tokoh penggiat kegiatan, Daud Andilolo, yang mengambil inisiatif mengketuai kelompok masyarakat untuk melaksanakan kegiatan pembuatan kompos. Daud Andilolo adalah sarjana ekonomi. Bersama kelompok tani yang dia ketuai, Dud mengambil inisiatif untuk melakukan identifikasi potensi limbah jerami dari kegiatan panen padi di desanya untuk menjadi pengganti pupuk anorganik. Kelompok tani di desa lamunan mengalami masalah dengan mahalnya harga pupuk dan menurunnya hasil panen karena tanah pertanian mereka jenuh dengan pupuk anorganik. Dengan pengalamannya sebagai petani dan pengetahuan ekonomi, Daud Andilolo melakukan analisa kelayakan dan identifikasi pembiyaan yang menjadi porsi kontribusi masyarakat dan pembiyaan yang diajukan ke PNPM LMP. Untuk kegiatan PNPM LMP, desa lamunan mengajukan kegiatan yang terintegrasi yaitu pelatihan pembuatan kompos dan pengadaan alat-alat produksi kompos.
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Cerita Sukses Pengembangan IGA di Desa Lamunan, Tana Toraja, Sulawesi Selatan
1
masyarakat yang akan menjalankan
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
Faktor kegagalan dalam tahapan
MODUL 7. Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumber Daya Alam
kegiatan, tetapi tidak tahu siapa yang
mengambil keputusan melalui mufakat atau
akan bertanggung jawab dalam
voting tentang produk-produk apa saja yang
melaksanakan kegiatan tersebut;
akan dikembangkan.
Tidak ada motivator dalam kelompok; Identifikasi kelompok masyarakat
Seperti diuraikan di atas tahapan ini
miskin. Masyarakat miskin biasanya tidak
dilakukan secara pararel. Sebelum
aktif berbicara atau mengungkapkan
melakukan komunikasi dengan kelompok
pendapatnya dalam pertemuan desa.
target atau masyarakat, fasilitator/KPMD
Untuk hal ini fasilitator harus memiliki
harus melakukan observasi atau
data awal pemetaan masyarakat miskin.
pengamatan lapangan. Hal ini dilakukan agar pertemuan desa berjalan efektif dan
III.5. Identifikasi Potensi SDA yang akan
fasilitator/KPMD mampu menyiapkan
dikembangkan
konsep kegiatan yang akan ditawarkan
Pada tahapan ini tugas utama fasilitator/
kepada masyarakat.
KPMD adalah Memberikan wawasan kepada
Pertanyan Kunci yang dapat digunakan
masyarakat mengenai potensi SDA yang
untuk menggali informasi potensi SDA di
belum tergali dan dapat memberikan
desa antara lain sebagai berikut:
nilai tambah ekonomi di desa;
Potensi SDA alam apa saja yang tersedia
Memberikan pertimbangan
tentangmasalah-masalah dalam
dan dapat dikembangkan di desa? o Potensi SDA meliputi bentang alam,
pengembangan nilai tambah nilai SDA di
hasil pertanian dan perkebunan,
desa;
perikanan, limbah pertanian, Contoh: potensi limbah hasil sawah pada desa
Fasilitator/KPMD berperan memberikan
yang memiliki areal persawahan yang
informasi atau pandangan seluas-
luas;
luasnya kepada masyarakat mengenai
o Potensi alam yang akan dikembangkan
kekuatan dan kelemahan dari SDA yang
dikaitkan dengan mata pencarian
akan dikembangkan. Dalam konsep
sebagian besar masyarakat seperti
pemberdayaan, masyarakat dapat
potensi ekonomi yang ada di areal
218 | Manual Pelatihan
7
MODUL
memahami resiko yang akan terjadi
daerah pesisir;
jika terjadi kegagalan panen dan
pendapatan mereka tertunda. Hal ini
menggunakan dokumen Menggali
berkaitan dengan analisa resiko pada
Masa Depan desa (MDD) sebagai
bab selanjutnya.
1
o Fasilitator/KPMD disarankan untuk
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
persawahan, potensi yang ada di
bahan rujukan. III.6. Permodalan dan Tingkat Konsumsi Keluarga
dikembangkan di desa?
Pada tahapan ini tugas utama fasilitator/
o Pertanyaan ini meliputi sistem rantai
KPMD adalah Memberikan gambaran seberapa besar
dijual? dalam keadaan bahan mentah?
dana yang dibutuhkan untuk memulai
Contoh: desa penghasil jambu mete
kegiatan IGA.
masyarakat potensi pendanaan yang
produksi saat ini merusak lingkungan?
dapat digunakan untuk pengembangan
Contoh: Penggunaan pupuk anorganik
IGA;
pola pendapatan/konsumsi masyarakat. Tahapan ini dilakukan secara pararel
memboroskan lahan.
dalam rangkain pertemuan desa.
limbah tetapi memiliki potensi ekonomi yang besar? Contoh eceng gondok
Kegiatan IGA yang dipilih oleh masyarakat hendaknya bukan kegiatan ekslusif dari
diusulkan?
kegiatan mata pencarian masyarakat saat
o Apakah SDA tersebut tersedia dan
ini. Kegiatan IGA yang diusulkan baiknya merupakan sumber pendapatan alternatif
o Apakah produksi SDA tersebut
yang tidak menggangu aktivitas selama
bersifat musiman atau tahunan? Jika
ini atau menjadi kegiatan pelengkap
bersifat musiman masyarakat harus
(komplementer) dari kegiatan yang sudah
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 219
7
cukup melimpah?
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
Seberapa besar potensi SDA yang akan
Perlindungan Satwa Liar
Adakah potensi SDA yang dianggap
5 6
pola pertanian ekstensif yang
Rehabilitasi Hutan Bakau
Melakukan indentifikasi kegiatan IGA dan
atau kimia secara berlebihan,
4
o Apakah pola pemanfaatan/sistem
Memberikan gambaran/wawasan kepada
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
yang menjual biji mete tanpa diacip
Agroforestry
perdagangan SDA, seperti apakah SDA
2 3
sistem produksi dari SDA yang sudah
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Bagaimanakah pola pemanfaatan atau
MODUL 7. Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumber Daya Alam
Dari manakah sumber pendanaan untuk
dilakukan. Berapa biaya, hasil penjualan (omset) dan
IGA yang tersedia di desa?
pendapat dari kegiatan IGA yang akan
o Masyarakat desa memiliki berbagai
diusulkan?
macam sumber pendanaan seperti
o Jelaskan kepada masyarakat bahwa
dari tabungan pertanian, tengkulak,
kegiatan IGA tidak dapat diusulkan
pendanaan oleh LSM atau CSO;
sebelum seluruh biaya didefinisikan.
o Fasilitator melakukan identifikasi potensi
Tanyakan kepada masyarakat berapa
pendanaan di desa dan menganilisa
biaya untuk memulai dan menjalankan
kemungkinan penggunaannya. Banyak
kegiatan?
program pemerintah dan kegiatan
o Jelaskan kepada masyarakat bahwa
perbankan tersedia di desa, contoh:
apabila pendanaan program
kredit usaha rakyat (KUR), PNPM simpan
digunakan seluruhnya untuk
pinjam untuk perempuan (SPP), dana
memulai kegiatan dan tidak ada
bergulir pertanian, dan sebagainya;
dana pembiyaan untuk operasional Langkah lanjut:
maka kegiatan tidak akan berlanjut; o Jelaskan kepada masyarakat untuk tidak mencampur dana yang diperoleh dari IGA dengan untuk kegiatan konsumsi keluarga;
Mendiskusikan kepada masyarakat mengenai keuntungan dan kerugian dari sumber dana yang tersedia dan pada posisi mana pendanaan PNPM LMP bisa membiayai suatu kegiatan. Jelaskan dengan menggunakan matrik di bawah.
CONTOH Pembiyaan yang tersedia
Jumlah dana maks
Meminjam dari tetangga Menggunakan dana sendiri PNPM simpan pinjam KUR
220 | Manual Pelatihan
Tingkat Bunga
Kemudahan Durasi untuk akses pengembalian
Scores
Ranks
7
MODUL
III.8. Memilih Kegiatan IGA
pertanyaan di atas.
III.8.1. Memutuskan Usulan Kegiatan IGA
calon pembeli sebagai target pemasaran? Seberapa jauh masyarakat mengetahui
Dalam Musyawarah Desa
Menentukan suatu kegiatan pemberdayaan masyarakat adalah hal yang penuh dinamika
1
Dimanakan letak atauposisi konsumen/
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
Dinas perdagangan terkait untuk
di masyarakat. Pada beberapa kasus
pembeli yang menjadi target pasar?
masyarakat tidak puas dengan kegiatan yang akan dilaksanakan karena tidak sesuai dengan
mingguan atau bulanan?
kepentingan tertentu.
Apakah akan ada fluktuasi (naik-turun
Dalam pengambilan keputusan, fasilitator
tertentu?
bersama masyarakat membuat analisa SWOT
Agroforestry
jumlah) permintaan berdasarkan musim
2 3
barang/jasa yang ditawarkan? Sehari-hari?
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Seberapa sering masyarakat membeli
berdasarkan 5 faktor utama dan pertanyaan Dalam satu wilayah sekitar desa, apakah
Kemudian hasil analisa SWOT dipaparkan dalam musyawarah desa sehingga
dengan produk yang sama dengan yang
masyarakat mendapatkan gambaran yang
diusulkan? Seberapa banyak mereka?
utuh tentang setiap kegiatan yang diusulkan. Berdasarkan analisa SWOT, fasilitator
Pengusaha modal besar?
memandu masyarakat untuk melakukan
barang/jasa?
dengan cara sebagai berikut:
Bagaimana cara mereka menggaet atau
Berapa harga yang ditawarkan oleh
Menentukan langkah yang harus
dilakukan, mulai dari membeli peralatan dan pengadaan bahan baku sampai
kompetitor atau pesaing?
sistem produksi dan barang jadi yang akan dihasilkan; Membuat daftar sumber daya yang
atau pesaing? Apakah kelebihan dari pengusul kegiatan
tersedia dan uang yang diperlukan untuk menggerakan sumberdaya yang ada. Dana
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 223
7
Jika ada, apa saja kelebihan kompetitor
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
memperoleh konsumen atau pembeli?
IGA (kelompok masyarakat)?
verifikasi atau penilaian pada tiap tabel SWOT
Perlindungan Satwa Liar
Dimanakah kompetitor tersebut menjual
5 6
Siapakah mereka? Kelompok tani?
Rehabilitasi Hutan Bakau
ada penjual atau penyedia barang/jasa lain
4
kunci di atas untuk setiap usulan kegiatan.
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
Kompetitor atau Pesaing
MODUL 7. Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumber Daya Alam
yang diperlukan dibagi dalam investasi dan biaya operasional; Memberikan arahan bahwa jika suatu
Apakah masyatakat telah merinci proses
perencanaan dari tahap awal sampai akhir?
kegiatan memiliki faktor yang tidak dapat
Berapa waktu yang dibutuhkan dalam
ditangani masyarakat, sebaiknya kegiatan
menyelesaikan satu putaran produksi?
IGA tersebut tidak diusulkan; Memberi pemahaman tentang tujuan
lingkungan yang akan dicapai dari suatu kegiatan IGA.
Apa yang masyarakat tidak ketahui
tentang usaha yang diusulkan? dan halhal apa sajakah yang ingin anda jelaskan? Apa masalah-masalah yang telah dialami
(Untuk kegiatan yang ada)? Setelah musyawarah desa memutuskan
Bagaimana masyarakat mengatur
suatu kegiatan, langkah berikut adalah
kegiatan IGA dalam hal produksi,
melakukan studi kelayakan.
mengelola keuangan dan pengelolaan harian?
III.8.2. Studi Kelayakan “Studi Kelayakan” adalah perencanaan yang lebih mendetail untuk mengetahui apakah suatu usulan IGA dapat dilaksanakan, produknya dapat dipasarkan dan menguntungkan. Pada dasarnya studi kelayakan mencakup jawaban dari pertanyaan : Bagaimana kegiatan IGA yang diusulkan akan berjalan dan menghasilkan
Gambar 1. Kegiatann Budidaya Rumput Laut
keuntungan? 1). Hitung titik balik modal yang Menentukan bagaimana usulan kegiatan
dikeluarkan
IGA akan berjalan
Lakukan verifikasi atau penilaian kepada
Tanyakan pada pada masyarakat :
masyarakat :
Apakah masyarakat sudah mengetahui
Rinci seluruh pengeluaran yang
proses produksi dalam sebuah usaha?
diperlukan untuk lebih dari satu putaran produksi.
224 | Manual Pelatihan
7
MODUL
yang akan anda butuhkan? Dimana
2). Perkirakan pendapatan dari usulan yang diusulkan
Lakukan verifikasi atau penilaian kepada
Transportasi : Jenis transportasi yang
masyarakat :
diperlukan untuk mendapatkan bahan
Berapa harga yang akan ditawarkan
berdasarkan biaya produksi dan perkiraan
Fasilitas : Di mana masyarakat akan
keuntungan yang diinginkan?
jasa yang akan diusulkan? Apakah perlu untuk membayar uang sewa, listrik dan
Bagaimana cara menentukan harga
tersebut? Sanggupkah pembeli membeli dengan
Karyawan : Siapa yang akan menjalankan
Jika penelitian menunjukkan sebuah
harus dibayarkan? Berapa banyak
membuat usaha yang diusulkan menjadi
karyawan yang dibutuhkan?
menguntungkan?
4
kerugian, apakah ada cara untuk
Pelatihan : Apa jenis pengetahuan
Bagaimana mendapatkannya bila tidak
Baru
memiliki pengetahuan tersebut?
1). Memproyeksikan biaya awal
inisiatif baru, maka perlu modal
mengetahui produk atau jasa yang akan
awal yang cukup untuk menutupi
diusulkan?
modal awal dibandingkan usulan
Uang : Berapa banyak modal yang
peningkatan kegiatan yang sudah ada.
dibutuhkan untuk memulai usaha anda?
Artinya masyarakat harus hati-hati dalam
Jika mendapatkan pinjaman, bagaimana
memperkirakan kebutuhan dan tujuan
melakukan pembayaran dan pelunasan?
dari uang tunai. Biaya awal meliputi dua
Angsuran : Apakah peralatan
bagian : Biaya awal satu waktu dan biaya
membutuhkan pengangsuran? Jika iya,
bulanan. Biaya awal satu waktu : untuk
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 225
7
atau pembeli akan mendengar atau
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
Jika kegiatan IGA yang diusulkan adalah
Perlindungan Satwa Liar
Promosi : Bagaimana pelanggan
5 6
Menentukan Biaya Dalam Memulai Usaha
Rehabilitasi Hutan Bakau
yang dibutuhkan dalam sebuah usaha?
apakah dalam bulan atau tahun?
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
petunjuk pekerjaan? Berapa gaji yang
Agroforestry
harga tersebut?
air?
2 3
menghasilkan produk atau menawarkan
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
baku dan memasarkan produk/jasa?
1
mendapatkan bahan-bahan tersebut?
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
Bahan-bahan : bahan-bahan apa saja
MODUL 7. Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumber Daya Alam
memperhitungkan biaya satu waktu, fasilitator bersama masyarakat harus
listrik, dsb; o Biaya tetap adalah semua yang
meneliti pembiayaan untuk seluruh
tidak berubah-ubah dalam kapasitas
perijinan yang dibutuhkan, biaya
produksi tertentu. Selama tahap
penyimpanan dan pemasangan listrik,
awal, biaya tetap anda mungkin
biaya iklan dan promosi, dan segala biaya
akan signifikan atau sesuai dengan
yang berkaitan dengan peralatan dan
penjualan dan hasil produksi anda.
pemindahan alat produksi ke suatu lokasi yang diinginkan. Biaya bulanan : Biaya bulanan harus
Hal yang harus dilakukan oleh masyarakat
dari kegiatan yang sudah dipilih! Penelitian biaya dalam satu waktu.
terpenuhi hingga kegiatan dimulai dan
Hitung biaya variabel bulanan.
berjalan sampai menghasilkan uang tunai
Hitung biaya tetap bulanan.
yang cukup untuk menutupi biaya yang
Menentukan jumlah bulan yang
sedang berjalan. Acuan sederhana dari
dibutuhkan.
nilai biaya bulanan adalah: kelompok masyarakat harus memiliki uang tunai
2). Melakukan Analisa Balik Modal
yang cukup untuk menutupi biaya
Analisa balik modal berguna untuk
dalam satu waktu di tambah enam
memutuskan kapan kegiatan IGA yang
bulan. Biaya bulanan mencakup gaji
diusulkan akan mulai menghasilkan
karyawan atau anggota kelompok.
keuntungan. Jika suatu kegiatan sudah
Masyarakat dapat menyiapkan anggaran
berjalan, analisa balik modal berguna
bulanan kelompok yang bersumber dari
untuk menunjukan di mana titik
sumbangan atau modal bantuan dari
penjualan di atas yang memberikan
skema PNPM LMP.
keuntungan dan mana titik penjualan di
Biaya bulanan terbagi menjadi dua
bawah yang menyebabkan kerugian.
kategori : variabel (berubah) dan tetap o Biaya variabel adalah semua yang
Titik balik modal dapat dikemukakan dari
berubah-ubah atau naik-turun dalam
segi total penjualan bersih atau total unit
penjualan dan sistem produksi.
yang terjual. Untuk menghitung jumlah
Contoh: harga bahan baku, biaya
ini, harus terlebih dahulu menghitung atau
226 | Manual Pelatihan
7
MODUL
Biaya unit variabel : Rp. 8 Selisih kontribusi satuan : Rp.15 – Rp. 8 = Rp7
Artinya, kegiatan yang diusulkan harus dapat menjual senilai Rp.75,000 sebelum suatu kegiatan menunjukan keuntungan, pada saat Rp75,000 atau 5,000 unit penjualan, keuntungan bersih suatu kegiatan adalah tidak ada bahkan merugi.
Selama harga unit penjualan Rp,15, maka penjualan balik modal : Rp.15 X 5,000 unit = Rp.75,000
biaya unit variabel, dan selisih kontribusi
a. Apa yang akan pasar hasilkan :
satuan. Rumus penjualan balik modal dapat
o Untuk mengetahui apa yang akan
masyarakat pertanyan ini: apakah
variabel untuk melihat apakah ada peluang
suatu kelompok usaha akan
untuk meningkatkan selisih kontribusi
menjadi pemimpin di pasar dan
satuan. Jika tidak ada, maka satu-satunya
memiliki rentang yang lebih dalam
jalan adalah dengan mengurangi biaya
penetapan harga?
tetap.
o Margin tinggi akan memberikan
3). Memberikan Harga Terhadap Barang/ Jasa Yang Dijual
menirukan produk dan manjual dengan harga lebih rendah. o Hasil barang/jasa yang diusulkan
hendaknya tidak ditawarkan diluar
akan memimpin pasar jika satu-
dari pasar. Dalam memberikan
satunya tersedia di pasar setempat.
harga untuk produk anda harus
o Jika produk yang dihasilkan adalah
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 227
7
Harga produk/jasa yang ditawarkan
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
peluang kepada pesaing untuk
Perlindungan Satwa Liar
Periksa harga unit penjualan dan biaya unit
5 6
pasar hasilkan, tanyakan pada
Rehabilitasi Hutan Bakau
dikemukakan sebagai berikut:
4
mempertimbangkan dua faktor :
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
memperkirakan harga unit penjualan,
Agroforestry
Periksa harga unit penjualan dan biaya unit variabel untuk melihat apakah ada peluang untuk meningkatkan selisih kontribusi satuan. Jika tidak ada, maka satu-satunya jalan adalah dengan mengurangi biaya tetap.
2 3
Penjualan unit balik modal : Rp.35,000 / Rp.7 = 5,000 unit
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Jika biaya tetap Rp.35,000
1
Harga unit penjualan : Rp.15
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
Contoh :
MODUL 7. Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumber Daya Alam
b. Margin Keuntungan Ada tiga bentuk perhitungan margin keuntungan yaitu: margin biaya langsung, harga balik modal dan harga keuntungan. i. Margin Biaya Langsung adalah margin yang dihasilkan setelah membayar yang berhubungan Gambar 2. Pasar Merupakan Tempat Penjualan Produk yang Dihasilkan
langsung dengan produk atau jasa yang telah dijual. Rumus dari margin
bukan satu-satunya pasar maka
biaya langsung dan margin biaya
penetapan harga menjadi lebih
langsung (%) adalah :
mudah. Harga produk tidak bisa lebih tinggi dari pesaing terdekat anda. Margin keuntungan menjadi faktor utama.
o Margin Biaya Langsung = Harga Penjualan – Total Biaya Langsung o Margin Biaya Langsung (%) = Margin Biaya Langsung / Harga Penjualan X100% margin biaya langsung (%) untuk menghitung isi balik modal sebagai berikut : o Isi Balik Modal = (biaya tetap / margin biaya langsung(%)) / Harga Jual
228 | Manual Pelatihan
7
MODUL
IV.1. Beberapa Jenis Kegiatan Usaha Ekonomi Rakyat Ramah Lingkungan
Agroforestry
Sektor Perikanan • Budidaya rumput laut • Rumpon ikan laut • Budidaya kerang mutiara • Penangkaran ikan kerapu, dll
2 3
Sektor Perikanan • Budidaya rumput laut • Rumpon ikan laut • Budidaya kerang mutiara • Penangkaran ikan kerapu, dll
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Sektor Kehutanan • Budidaya lebah madu hutan • Usaha getah gamar, gaharu • Pengelolaan rotan, bambu • Penanaman pohon kayu, penangkaran bibit, dll
1
Sektor Pertanian • Pertanian tanaman ; jahe, jagung, nilam • Perkebunan ; jeruk, jambu mete, kelapa, kopi, coklat • Peternakan ; ayam, bebek, penetasan telor, dll
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
IV. Contoh Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis SDA
4
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
5 6
Rehabilitasi Hutan Bakau
IV.2. Dua Contoh Sukses Kegiatan Usaha Ekonomi Berbasis Sumberdaya Alam
Perlindungan Satwa Liar
IV.2.1. Usaha Pembuatan Minuman Saraba Instan
Desa Parara terletak di kecamatan
Sulawesi Selatan. Desa ini merupakan salah
alam berupa tanaman aren yang banyak
Gambar 1. Kelompok Usaha Saraba Instanti Desa Parara, Kecamatan Sabbang – Luwu Utara, Sulawesi Selatan © Foto Abdul Ra
ditemui disekitar desa dan pinggiran hutan di wilayah berbukit ini, telah dimanfaatkan
baku pembuatan gula aren di kecamatan
masyarakat lokal sebagai sumber bahan
Sabbang.
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 229
7
satu desa sentra penghasil gula aren. Potensi
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
Sabbang kabupaten Luwuk Utara,
MODUL 7. Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumber Daya Alam
Di kecamatan ini tidak kurang dari 500 KK
rata- rata penghasilan bersih pengrajin
yang mengjadikan gula aren sebagai sumber
gula setelah dikurangi biaya kayu bakar dan
utama dan tambahan penghasilan. Selama
kapur sirih berkisar Rp 1.300.000. dengan
ini pengrajin gula aren hanya mengelola
perkiraan penurunan pendapatan pada
bahan baku air aren/nira menjadi gula. Air
saat musim angin maka dalam 1 tahun
nira yang disadap pagi hari harus segera
pendapatan bersih yang diperoleh adalah
dimasak menjadi gula selama 5 jam untuk
Rp 14.400.000
di jual sore hari dan air nira yang disadap sore hari dimasak untuk dijual keesokan
Saraba Minuman Tradisional Khas
harinya. 35 liter air aren dapat menghasilkan
Sulawesi
40 keping gula aren yang dicetak dalam
Saraba adalah suatu jenis minuman
tempurung kelapa.
tradisional khas Sulawesi. Minuman biasanya bisa kita jumpai mulai dari sulawesi selatan,
Gula yang sudah jadi kemudian dibungkus
tengah, tenggara hingga sulawesi utara.
dengan daun atau plastic agar dapat
Minuman yang mirip dengan bandrek
bertahan dalam jangka waktu lama, kurang
biasanya dinikmati pada pagi hari atau
lebih 2 bulan, jika tidak dikemas dengan baik
malam hari sebagai minuman kesehatan
gula hanya mampu bertahan selama 14 hari
penghangat tubuh. Minuman ini diracik
sebelum meleleh.
dari campuran rempah seperti : Gula aren, santan, jahe, sereh, kayu manis dan merica.
Gula aren biasanya dipasarkan di pasar desa, kecamatan, kota Masamba bahkan sampai Sulawesi Tengah oleh para pedagang gula yang datang ke desa. Dengan harga jual berkisar Rp 1.000 – 2.000 per buah maka pengrajin dapat memperoleh pendapatan kotor Rp 80.000 perhari pada saat musim baik, namun ada kalanya bahan baku air nira berkurang pada saat musim angin sehingga produksi gula menurun. Dalam 1 bulan
230 | Manual Pelatihan
Gambar 2. Contoh Produk Saraba
7
MODUL
biasanya masyarakat membuat sendiri atau
instan :
membeli dari penjual saraba yang berada
1. Saraba sudah dikenal luas oleh masyarakat
disekitar kampung atau di kios – kios penjual saraba di pasar atau tempat keramaian lainnya.
disekitarnya- Pangsa pasar luas 2. Saat ini penyajian minuman saraba yang
1
Analisa tantangan dan peluang usaha saraba
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
Untuk menikmati secangkir saraba hangat
ada tidak dapat bertahan lebih dari 1 hariPerlu inovasi 3. Saraba sebagai minuman khas belum bisa
yang sudah berjalan puluhan tahun dan
dijadikan buah tangan atau oleh-oleh-
peluang usaha minuman saraba yang
Pengemasan yang baik
, seorang Mustawir mencari jalan untuk
4. Saraba merupaka produk akhir – Harga tidak berfluktuasi
Agroforestry
sudah membudaya disekitar masyarakatnya
2 3
Melihat kondisi pengolahan air aren
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Menangkap Peluang Usaha
memanfaatkan kondisi ini sebagai
pengembangan produk dilakukan dari
pada bulan November 2010 Mustawir
usaha yang telah berjalan.
mengajak 10 orang tetangganya untuk membentuk kelompok usaha swadaya
adalah:
dengan merek dangang produk Saraba
1. Memerlukan bahan baku air nira yang
Instan “Rajana”. Saraba instan merupakan pengembangan produk dari minuman
penggantinya.
saraba. Minuman saraba yang selama ini
2. Bahan baku air aren harus segara dimasak
dijual dalam bentuk cair secara langsung diminum oleh konsumen dirubah menjadi
cepat.
bentuk bubuk. Dengan proses kristalisasi
3. Penjualan gula mengandalkan pedangang
telah berubah menjadi bubuk saraba yang
4. Gula aren bukan produk akhir tapi bahan
dapat dikemas dan lebih tahan lama.
baku dari produk lainnya – Bukan produk akhir.
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 231
7
pengumpul- Harga berfluktuasi.
cairan saraba secara sederhana maka saraba
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
agar tidak masam – Masa kadaluarsa
Perlindungan Satwa Liar
banyak – Tidak ada bahan baku
5 6
yang diberi nama Kelompok Aren Makmur
Rehabilitasi Hutan Bakau
Analisa dari kekurangan usaha gula aren
4
Setelah memperoleh pelatihan dari Yogya,
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
peluang usaha baru. Pemikiran dan analisa
MODUL 7. Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumber Daya Alam
Memulai Usaha Bersama : Saraba Instan
perhitungan dapat diketahui biaya produksi
“Rajana”
untuk 1 sachet adalah sebesar Rp 1.067
Pada tahap awal dilakukan penguatan
sedangkann harga jualnya adalah Rp 1.350
kelompok usaha dengan mengadakan
maka margin laba bersih yang diperoleh per
pemilihan ketua dan membuat kesepakatan
sachet adalah Rp 283 atau 27 % dari biaya
tentang aturan kerja dan bagi hasil secara
yang dikeluarkan. Dengan tingkat penjualan
sederhana. Kepercayaan diantara anggota
awal 900 sachet maka kelompok usaha ini
kelompok merupakan modal utama diantara
hanya mendapatkan keuntungan bersih
mereka. Kepercayaan yang tumbuh diantara
sebesar Rp 255.000 saja per bulan. Kondisi
anggota disebabkan karena tali kekerabatan
ini berjalan sampai dengan 3 bulan pertama
yang dekat dan juga kemampuan ketua
usaha.
kelompok dalam meyakini anggotanya untuk bersama – sama merintis usaha baru
Keyakinan dan Kegigihan Usaha
ini.
Tanpa Lelah Keuntungan yang diperoleh sangatlah kecil
Pada mulanya setiap anggota membayar
jika dibanding dengan tenaga kerja dan
iuran sebesar Rp 135. 000 untuk dijadikan
waktu yang telah tersita, namun hal ini tidak
modal kerja awal membuat saraba instan.
menyurutkan tekad mereka untuk terus
Dana yang terkumpul digunakan untuk
berusaha. Keuntungan kecil dan hamper
membeli bahan baku produksi saja
minus diatas membuat anggota kelompok
sedangkan biaya alat kerja dan tenaga kerja
aren makmur semakin giat mencari pijaman
tidak diperhitungkan karena menggunakan
atau bantuan modal, perbaikan mutu
alat bersama dan tenaga kerja anggota.
kemasan, dan terobosan pasar.
Masa Perintisan
Pemasaran dan Sambutan Pasar
Dengan keterbatasan modal yang ada maka
Diluar Dugaan
proses produksi dilakukan secara manual
Pada awalnya pemasaran hanya dilakukan
di salah satu rumah anggota kelompok dan
di sekitar kota Masamba namun dengan
dalam 1 bulan hanya dapat berproduksi
Keyakinan dan kekompakan kelompok
sebanyak 900 sachet saja. Setelah dilakukan
rentang distribusi pasar bisa merambah
232 | Manual Pelatihan
7
MODUL
seperti Pare –pare dan Makasar.
lebih 27 kali lipat pendapatan yang
Hubungan bisnis dibangun dengan para
diperoleh pada awal produksi.
1
bersih sebesar Rp 27.200.000 atau kurang
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
kota – kota yang lebih jauh dari Masamba
distributor di kota- kota tersebut. Menjadi Kelompok Usaha Mikro
Pada masa perintisan, kelompok usaha ini
system produksi adalah mengikuti jadwal
mendapat bantuan promosi di media massa
pemesanan kembali dan ternyata system
tv, radio dan Koran nasional yang difasilitasi
ini telah berhasil menjaga kepercayaan
sebuah lembaga donor internasional.
konsumen dan distributor sebagai rekan
Setelah adanya promosi yang cukup besar
bisnis.
tersebut maka nama saraba instan Rajana
Agroforestry
kemudahan proses transaksi maka
2 3
Unggulan Kabupaten Luwuk Utara Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
Untuk menjaga kualitas barang dan
semakin dikenal masyarkat dan lebih
dijadikan kelompok usaha mikro teladan
mendapat sambutan positif. Order
di kabupaten Luwul Utara dan sebagai
pembelian kembali diterima oleh kelompok
salah satu nominasi yang diusulkan pemda
ini dengan jumlah yang lebih besar. Saat
Luwu Utara untuk menerima penghargaan
ini kapasitas produksi sudah meningkat
dibidang UMKM dari kementrian
menjadi rata- rata 1.855 sachet per bulan.
perindustrian dan perdagangan.
Perlindungan Satwa Liar
mereka yang baru dikenal dipasar ternyata
Pada akhir tahun 2011 kelompok Aren Makur telah menghasilkan pendapatan
Periode 8 Bulan Berikutnya
1,215,000
5,400,000.00
Biaya produksi @ Rp 1.067
960,000
3,734,500.00
Laba per bulan
255,000
1,665,500.00
Laba per tahun
1,020,000
29,979,000.00
Penjualan per bulan @ Rp 1.350
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 233
7
Periode 3 bulan Pertama
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
Tabel Rugi- laba Kelompok Aren Makmur Tahun 2011
5 6
Saat ini kelompok usaha Aren Makmur telah
Rehabilitasi Hutan Bakau
sudah dirasa pas dan nikmat, produk
4
mendapat perhatian pemerintah daerah.
Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
Dengan komposisi resep ramuan yang
MODUL 7. Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumber Daya Alam
IV.2.2. Kerajinan Tas Berbahan Sampah
Sampah kemasan plastik yang berasal
Plastik
dari kemasan produk makanan,minuman,
KELOMPOK REWU LESTARI
detergen, obat-obatan dan lainnya dibuang
KELURAHAN SARAGI, KEC. PASARWAJO,
disembarang tempat, selama ini sampah
KABUPATEN BUTON, SULAWESI TENGGARA
rumah tangga dibuang ke laut, pinggir pantai atau lahan kosong disekitar kota menjadi tempat penampungan sampah yang tidak tertata. Isu lingkungan ini kemudian diangkat oleh sebuah NGO pendamping PNPM Lingkungan ,Operation Wallacea Trust (OWT) dalam kegiatan penyadaran ditingkat
Gambar 3. Kelompok Rewu Lestari, Kelurahan Saragih, Kecamatan Pasarwajo – Kabupaten Buton
kelurahan. Dalam kegiatan penyadaran yang dilakukan dibeberapa kesempatan dan lokasi yang berbeda OWT memberikan
Masalah sampah yang mencemari laut
pencerahan tentang nilai ekonomi yang bisa
dan lingkungan sekitar
diperoleh dari sampah. Kegiatan penyadaran
Kelurahan Saragih merupakan salah satu
dilakukan dengan cara penyampaian materi
kelurahan di ibu kota kabupaten Buton,
dan pemutaran film yang bercerita tentang
Pasarwajo, Sulawesi Tenggara yang terletak
pengolahan sampah kemasan plastik.
dipinggir laut. Masalah pembuangan sampah rumah tangga merupakan masalah
Pembentukan Kelompok Usaha Ekonomi
klasik yang dihadapi warga selama ini.
Kecil
Tingkat Kehidupan masyarakat yang
Dalam kegiatan penyadaran dihadir
semakin maju dengan daya beli terhadap
oleh masyarakat dan lurah setempat.
produk industri yang semakin baik
Setelah menonton film tersebut para
menyisakan masalah sampah dari produk
penonton terutama ibu-ibu tertarik untuk
yang pada umumnya dikemas dengan
mengembangkan kerajinan sampah
bahan plastik.
sebagai solusi masalah di kelurahan ini. Antusiasme warga selanjutnya diakomodir
234 | Manual Pelatihan
7
MODUL
pihak pemerintah dan lembaga OWT untuk
dengan pembentukan kelompok usaha
memberikan bantuan guna pengembangan
bersama kerajinan tas dari sampah plastik
usaha. Pada bulan ke-2 produksi kelompok
pada tanggal 22 Juli 2011. Kelompok usaha
mendapatkan tambahan beberapa unit
tersebut diberinama rewu lestari. Nama
mesin jahit dari OWT dan bantuan modal
kelompok usaha “Rewu Lestari” diambil
dari pemerintah daerah kabupaten Buton.
Kelompok ini sudah berhasil memproduksi
adalah melestarikan lingkungan dengan
berbagai jenis tas, mulai dari tas samping
memanfaatkan sampah.
sampai ransel kecil untuk anak sekolah, tas belanja, tempat Tisu, tempat HP, dan
harga jual yang bervariasi berkisar Rp
ibu Salama, dengan jumlah anggota 20
40.000 – Rp 50.000, tergantung pada tingkat
orang . Pada awalnya, setelah mendapatkan
kesulitan pembuatan dan pemakaian bahan
pelatihan kelompok usaha ini telah memulai
baku, biasanya semakin besar ukuran tas
produksi dengan bermodalkan 1 unit
maka harganya akan semakin mahal. Saat
mesin jahit hasil dari swadaya anggota.
ini pasokan bahan baku masih terbatas
Melihat kesungguhan kerja dan prospek
disekitar rumah produksi, namun kedepan perluasan suplai bahan baku diperluas di seluruh kota.
orang disekitar kelurahan, Kota Pasar Wajo
kebanggaan pemerintah Kabupaten Buton dan lembaga NGO lainya, Hal ini terbukti Gambar 4. Contoh Produk Tas Plastik
dengan seringnya pemesanan produk
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 235
7
dan sekitarnya. Produk tas ini menjadi icon
Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam
Saat ini produk telah dipasarkan kepada
Perlindungan Satwa Liar
Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD),
5 6
perminggu sebanyak 5- 10 tas. Dengan
Rehabilitasi Hutan Bakau
Kelompok ini diketuai seorang Kader
4
lain-lain. Kapasitas produksi rata- rata Pembangunan Persemaian di Desa dan Penanaman Pohon
Modal awal hasil swadaya anggota
Agroforestry
sampah sehingga maksud nama tersebut
2 3
dari bahasa lokal, suku Cia-cia. Rewu artinya
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
keterampilan menjahit tas dan dilanjukan
1
usaha kelompok telah menarik perhatian
Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Alam di Perdesaan
OWT dengan mengadakan pelatihan
MODUL 7. Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumber Daya Alam
tas untuk dijadikan sebagai merchandise
tempat tapi dikumpulkan secara kelompok,
pada seminanar atau acara lainnya yang
disekolah atau RT untuk dibeli sebagai
diselenggarakan oleh pemda dan lembaga
bahan baku tas. Efeknya sampah plastik akan
lainnya.
kurang berhamburan di lingkungan sekitar.
Rata –rata perhitungan Rugi – Laba kelompok per bulan
No 1 2 3
1 2 3
Keterangan Pendapatan Tas besar (tas belanja,ta, tas dewasa,ransel) Tas kecil ( tas sekolah) Tempat tisu dan hp Total Pendapatan Biaya Biaya bahan baku (sachet) Biaya tenaga kerja (20 orang) biaya overhead 10% Total biaya produksi
Unit
Harga
Jumlah
15
50,000
750,000
10 10
40,000 40,000
400,000 400,000 1,550,000
600 20
100 10,000
60,000 600,000 155,000 815,000
Laba bersih per bulan
735,000.00
Rata – rata pendapapatan bersih per bulan
Replikasi kegiatan
adalah Rp 735,000 yang diterima kelompok.
Menyadari bahwa masalah sampah plastic
Pemanfaatan dana ini dimusyawarahkan
bukan saja terjadi di keluarahan Saragih
oleh anggota sebelum dimanfaatkan.
maka kelompok ini bersedia membagai ilmu dan pengalaman mereka kepada
Kampanye lingkungan yang berkelanjutan
kelompok lain, jika ada yang membutuhkan
Setiap kelompok Rewu Lestari saat ini telah
pelatihan kerajinan sampah dari daerah lain
menjadi individu pencinta lingkungan
maka anggota kelompok ini siap menjadi
dengan sukarela mengkampanyekan
pemateri.
perlunya menjadi kelestarian alam dan kebersihan lingkungan. Kelompok ini juga memberikan penyadaran kepada pelajar dan anak-anak disekitar untuk tidak membuang sampah kemasan plastik sembarang
236 | Manual Pelatihan
Lampiran: Daftar Istilah Modul 2. Pengelolaan Daerah Tangkapan Air Aliran permukaan: disebut juga air larian (surface run off ) adalah bagian dari curah hujan yang mengalir di atas permukaan tanah menuju ke sungai, danau, dan lautan. Air tanah: air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di bawah permukaan tanah Basin: cekungan pengaliran air. Permukaan bumi, karena kondisi fisiografisnya, berperan sebagai penyimpan dan pengaliran air hujan menuju ke danau atau laut DAS Hilir: suatu wilayah daratan bagian dari DAS yang dicirikan dengan topografi datar sampai landai, merupakan daerah endapan sedimen atau aluvial. DAS Hulu: suatu wilayah daratan bagian dari DAS yang dicirikan dengan topografi bergelombang, berbukit dan atau bergunung, kerapatan drainase relatif tinggi, merupakan sumber air yang masuk ke sungai utama dan sumber erosi yang sebagian terangkut menjadi sedimen daerah hilir. Data Primer: adalah informasi yang dikumpulkan terutama untuk tujuan investigasi yang sedang dilakukan. Data primer mempunyai pengertian bahwa data atau informasi tersebut diperoleh dari sumber pertama, yang secara teknis dalam
penelitian disebut responden. Data primer dapat berupa data-data yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data Sekunder: sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan Delineasi: cara menggambarkan batas unsur alam, unsur buatan manusia dan atau tema tertentu dalam bentuk garis Densiometer: alat sederhana yang digunakan untuk mengetahui persentase penutupan atau pembukaan tajuk tegakan atau persentase jatuhnya cahaya hingga ke lantai hutan Erosi: peristiwa pindahnya/terangkutnya tanah/bagian-bagian tanah ke suatu tempat atau ke tempat lain oleh media alami. Erosi lembar (sheet erosion): pengangkutan lapisan yang merata tebalnya dari suatu permukaan bidang tanah. Erosi permukaan/erosi alur (riil erosioan): suatu proses erosi yang terkonsentrasi dan mengalir pada tempat- tempat tertentu dipermukaan tanah sehingga pemindahan
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 237
Lampiran: Daftar Istilah tanah lebih banyak terjadi pada tempat tersebut. Erosi parit (gully erosion): proses erosi yang hampir sama dengan proses erosi alur, tetapi saluran – saluran yang terbentuk sudah sedemikian dalamnya sehingga tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa. Fungsi hidrologi hutan: artinya fungsi hutan dalam siklus hidrologi dalam menghasilkan (produce) dan pengaturan (regulate) air GIS atau Geografic Informatin System: sistem informasi geografis yang memiliki kemampuan untuk membangun, menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi yang bereferensi geografis. GPS atau Global Positioning System: alat yang memiliki sistem untuk menentukan posisi dan navigasi Infiltrasi: adalah proses meresapnya air atau proses meresapnya air dari permukaan tanah melalui pori-pori tanah. Kedalaman tanah atau solum (cm): merupakan ukuran ketebalan lapisan tanah dari permukaan sampai atas lapisan bahan induk tanah. Kontur atau garis kontur: garis yang menghubungkan titik-titik dengan ketinggian sama. Monografi desa dan kelurahan: himpunan data yang dilaksanakan oleh pemerintah desa dan pemerintah yang tersusun
238 | Manual Pelatihan
secara sistematis, lengkap, akurat dan terpadu dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan Pancang: anakan pohon yang memiliki ukuran tinggi 1,5 m ke atas dan diameter 10 cm ke atas Pendangiran: kegiatan penggemburan tanah disekitar tanaman pokok yang bertujuan untuk memperbaiki sifat fisik tanah (aerasi tanah) sebagai upaya memacu pertumbuhan tanaman. Pengelolaan DAS: upaya manusia dalam mengendalikan hubungan timbal balik antara sumberdaya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala aktivitasnya dengan tujuan membina kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatkan kemanfaatan sumberdaya alam bagi manusia secara berkelanjutan. Penyiangan tanaman: pengendalian gulma yang bertujuan untuk mengurangi jumlah gulma sehingga populasinya berada di bawah ambang ekologis. Penyulaman: kegiatan penanaman kembali bagian-bagian yang kosong bekas tanaman mati/akan mati dan rusak sehingga jumlah tanaman normal dalam satu kesatuan luas tertentu sesuai dengan jarak tanamnya Peta topografi: peta yang menunjukkan keadaan muka bumi sesebuah kawasan, selalunya menggunakan garisan kontur
dalam peta moden. Peta topografi mestilah mempunyai garisan lintang dan garisan bujur dan titik pertemuannya menghasilkan koordinat. Koordinat ialah titik persilangan antara garisan lintang dan bujur. Pohon atau juga disebut pokok: tumbuhan dengan batang dan cabang yang berkayu. Pohon memiliki batang utama yang tumbuh tegak, menopang tajuk pohon, memliki diameter 20 cm ke atas
Tajuk: keseluruhan bagian tumbuhan, terutama pohon, perdu, atau liana, yang berada di atas permukaan tanah yang menempel pada batang utama Tiang: anakan pohon dengan diameter 10 cm hingga kurang 20 cm Vegetasi:merupakan bagian hidup yang tersusun dari tetumbuhan yang menempati suatu ekosistem
Semai: anakan pohon mulai kecambah hingga tinggi < 1,5 cm
Modul 3. Agroforestri Abiotik (faktor abiotik) atau komponen tak hidup: komponen fisik dan kimia yang merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat hidup (suhu, air, cahaya, tanah, iklim, Agroforestri komplek: suatu sistem pertanian menetap yang melibatkan banyak jenis pepohonan (berbasis pohon) baik sengaja ditanam maupun yang tumbuh secara alami pada sebidang lahan dan dikelola petani mengikuti pola tanam dan ekosistem yang menyerupai hutan. Agroforestri sederhana: perpaduan antara tanaman pohon (kelapa, karet, cengkeh, jati, sengon, dadap, petai cina, dll.) dan tanaman semusim (jagung, padi, sayurmayur, rerumputan, pisang, kopi, coklat,
dll.) yang ditanam dalam suatu lahan yang sama Alang-alang atau ilalang: sejenis rumput berdaun tajam, yang kerap menjadi gulma di lahan pertanian Biotik (faktor biotik): suatu komponen yang menyusun suatu ekosistem berupa makhluk hidup Fotosintesis: suatu proses biokimia pembentukan zat makanan karbohidrat yang dilakukan oleh tumbuhan, terutama tumbuhan yang mengandung zat hijau daun atau klorofil Hutan primer: hutan yang telah mencapai umur lanjut dan ciri struktural tertentu yang sesuai dengan kematangannya; serta dengan demikian memiliki sifat-sifat
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 239
Lampiran: Daftar Istilah ekologis yang unik Hutan sekunder: hutan-hutan yang merupakan hasil regenerasi (pemulihan) setelah sebelumnya mengalami kerusakan ekologis yang cukup berat; misalnya akibat pembalakan, kebakaran hutan, atau pun bencana alam. Hutan sekunder umumnya secara perlahan-lahan dapat pulih kembali menjadi hutan primer, yang tergantung pada kondisi lingkungannya, Jenis intoleran: jenis tanaman yang tidak tahan (mampu tumbuh) dalam kondisi cahaya yang terbatas atau tanaman yang memerlukan cahaya penuh untuk pertumbuhannya Jenis toleran: jenis tanaman yang tahan (mampu tumbuh) dalam kondisi cahaya yang terbatas atau tanaman yang mampu tumbuh di bawah naungan Kelompok Tani: kumpulan petani (dewasa, wanita dan pemuda) yang terikat secara non formal dalam suatu wilayah kelompok yang bekerjasama atas dasar saling asih, saling asah dan saling asuh bagi keberhasilan usaha pertaniannya yang diketuai oleh seorang kontak tani. MPTS (Multi purpose tree species): jenis tanaman yang menghasilkan kayu dan bukan kayu. Padi gogo: suatu tipe padi lahan kering yang relatif toleran tanpa penggenangan seperti di sawah Palawija: semua tanaman pertanian
240 | Manual Pelatihan
semusim yang ditanam pada lahan kering. Biasanya palawija berupa tanaman kacangkacangan, serealia selain padi (seperti jagung), dan umbi-umbian semusim (ketela pohon dan ubi jalar). Perdu atau semak: suatu kategori tumbuhan berkayu yang dibedakan dengan pohon karena cabangnya yang banyak dan tingginya yang lebih rendah, biasanya kurang dari 5-6 meter. Banyak tumbuhan dapat berupa pohon atau perdu tergantung kondisi pertumbuhannya. Perkebunan: segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat. Serasah: tumpukan dedaunan kering, rerantingan, dan berbagai sisa vegetasi lainnya di atas lantai hutan atau kebun. Serasah yang telah membusuk (mengalami dekomposisi) berubah menjadi humus (bunga tanah), dan akhirnya menjadi tanah. Penanaman pengkayaan: penambahan anakan pohon pada kawasan hutan negara atau di luar hutan negara yang memiliki jumlah individu pohon atau anakan pohon antara 500-700 batang/ha dengan maksud
untuk meningkatkan nilai tegakan hutan baik kualitas maupun kuantitas sesuai fungsinya
panennya dilakukan satu atau beberapa kali masa panen (keprasan) untuk satu kali penanaman.
Penanaman penuh: penanaman anakan pohon pada kawasan hutan negara atau di luar kawasan hutan negara yang memiliki jumlah individu pohon atau anakan pohon kurang dari 500 batang/ha
Tanaman tahunan: tanaman perkebunan yang umumnya berumur lebih dari satu tahun dan pemungutan hasilnya dilakukan lebih dari satu kali masa panen untuk satu kali pertanaman.
Rehabilitasi hutan dan lahan: upaya untuk memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas, dan perannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga Rhizoma: batang yang menjalar di baawah tanah dapat berumbi maupun tidak berumbi yang berfungsi untuk menyimpan makanan dengan ciri-ciri : bentuk mirip akar namun berbuku-buku, ujungnya berkuncup, pada setiap buku terdapat daun yang berubah bentuk menjadi sisik, pada setiap ketiak sisik terdapat mata tunas. Mata tunas yang terdapat pada ujung rhizoma maupun yang terdapat pada setiap ketiak sisik dapat tumbuh menjadi individu baru. Individu baru tetap menyatu dengan tubuh induknya sehingga terbentuklah rumpun Sistem penyangga kehidupan: merupakan satu proses alami dari berbagai unsur hayati dan non hayati yang menjamin kelangsungan kehidupan makhluk. Tanaman semusim: tanaman perkebunan yang pada umumnya berumur pendek dan
Tembawang atau sering disebut sebagai agroforest tembawang: suatu bentuk sistem penggunaan lahan yang terdiri dari berbagai jenis tumbuhan, mulai dari pohon-pohon besar berdiameter lebih dari 100 sentimeter hingga tumbuhan bawah sejenis rumput-rumputan. Sistem ini dikelola dengan teknik-teknik tertentu sesuai dengan kearifan lokal mereka dan mengikuti aturan-aturan sosial sehingga membentuk keanekaragaman yang kompleks menyerupai ekosistem hutan alam. Tumpangsari: suatu bentuk pertanaman campuran (polyculture) berupa pelibatan dua jenis atau lebih tanaman pada satu areal lahan tanam dalam waktu yang bersamaan atau agak bersamaan. Tumpang sari yang umum dilakukan adalah penanaman dalam waktu yang hampir bersamaan untuk dua jenis tanaman budidaya yang sama, seperti jagung dan kedelai, atau jagung dan kacang tanah Viabilitas benih: daya hidup benih
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 241
Lampiran: Daftar Istilah yang dapat ditunjukkan melalui gejala metabiolisme dan atau gejala pertumbuhan, selain itu daya kecambah juga merupakan tolak ukur parameter viabilitas potensial benih. Pada umumnya viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi kecambah.
Modul 4. Pembangunan Persemaian dan Penanaman Pohon Ajir: potongan bambu dengan ukuran panjang dan lebar tertentu, misalnya 2 cm x 120 cm yang digunakan sebagai penanda jarak tanam, penanda jalur penanaman, tempat membuat lubang tanam, dan untuk mengikat bibit. Benih berdasarkan definisi botani maka yang dimaksud dengan benih: biji tumbuhan yang digunakan oleh manusia untuk tujuan pertanaman. Adapun benih berdasarkan definisi perundang-undangan adalah semua bahan tanaman baik yang dihasilkan secara generatif (biji) maupun vegetatif (scion untuk teknik grafting/ sambungan, bahan stek, mata tunas untuk okulasi, dan bahan vegetatif lainnya). Bokashi: sebuah metode pengomposan yang dapat menggunakan starter aerobik maupun anaerobik untuk mengkomposkan bahan organik, yang biasanya berupa campuran molasses, air, starter mikroorganisme, dan sekam padi. Kompos yang sudah jadi dapat digunakan
242 | Manual Pelatihan
sebagian untuk proses pengomposan berikutnya, sehingga proses ini dapat diulang dengan cara yang lebih efisien. Cangkok: teknik pembibitan vegetatif dengan cara menguliti hingga bersih dan menghilangkan kambium pada cabang atau ranting sepanjang 5-10 cm. Tumbuhan dikotil yang dicangkok akan memiliki akar serabut, bukan akar tunggang. Cemplongan: teknik penanaman dengan pembersihan lapangan tidak secara total (pembersihan lapangan hanya dilakukan disekitar tempat yang akan ditanam) yang diterapkan pada lahan miring yang tanahnya peka erosi dan penduduknya jarang dan pada lahan yang sudah ada tanaman kayu kayuan tetapi masih perlu dilakukan pengkayaan tanaman (lahan tidak cocok untuk kegiatan tumpangsari) Dekomposer: organisme yang menguraikan bahan organik menjadi anorganik untuk kemudian digunakan oleh produsen.
Dormansi benih: istilah yang digunakan untuk keadaan dimana benih yang baik tidak bisa berkecambah meskipun berada pada kondisi/lingkungan yang sesuai untuk perkecambahan. Fungisida: substansi kimia dan bahan lain yang secara spesifik membunuh atau menghambat cendawan penyebab penyakit Gulma: segala tanaman yang tumbuh pada tempat yang tidak diinginkan yang merupakan pesaing tanaman dalam pemanfaatan unsur hara, air, dan ruang Hutan negara: merupakan kawasan hutan yang berada di tanah milik negara Hutan rakyat: hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik maupun hak lainnya di luar kawasan hutan dengan ketentuan luas minimum 0,25 Ha, penutupan tajuk tanaman kayukayuan dan tanaman lainnya lebih dari 50 %. Insektisida: bahan-bahan kimia bersifat racun yang dipakai untuk membunuh serangga. Insektisida dapat memengaruhi pertumbuhan, perkembangan, tingkah laku, perkembangbiakan, kesehatan, sistem hormon, sistem pencernaan, serta aktivitas biologis lainnya hingga berujung pada kematian serangga pengganggu tanaman Kascing singkatan dari “bekas cacing”: merupakan pupuk organik yang berasal dari kotoran cacing Lumbricus rubellus
sebagai hasil pengomposan oleh cacing dari bahan baku kotoran sapi. Kascing merupakan kompos yang penguraiannya sangat sempurna. Kekompakan media: tingkat kemampuan akar untuk mengikat media sehingga menjadi kompak/tidak mudah hancur. Kokopit: media tumbuh tanaman dari sabut kelapa yang telah mengalami pengomposan (2-4 minggu) Kompos: hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembap, dan aerobik atau anaerobik Media: bahan yang digunakan untuk menumbuhkan bibit Media kompak: media dan akar membentuk gumpalan yang kompak Mutu genetik: kualitas bibit yang merupakan cerminan sifat induk yang selalu diturunkan dari induk ke anaknya dari generasi ke generasi. Okulasi: teknik memperbanyak tanaman secara vegetatif dengan cara menggabungkan dua tanaman secara lebih Patogen: agen biologis yang menyebabkan penyakit pada tanaman inangnya Penghijauan: kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) yang dilaksanakan di luar kawasan hutan.
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 243
Lampiran: Daftar Istilah Penyemaian: penanaman benih ke dalam bedeng tabur atau langsung dalam polybag dengan tujuan untuk mendapatkan kecambah. Perlakuan pendahuluan benih: istilah yang digunakan untuk proses atau kondisi yang diberikan untuk mematahkan dormansi benih (mempercepat perkecambahan benih). Perlakuan yang diberikan tergantung jenis dormansi (merendam benih, menyangrai benih, mengikir benih, memecah benih, dll.) Pestisida: serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. pH tanah atau kemasaman tanah atau reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H +) di dalam tanah. Pohon induk benih: suatu individu pohon yang memiliki syarat-syarat sebagai pohon penghasil benih. Polybag adalah: plastik tanaman yang didominasi warna hitam untuk persemaian tanaman dan tanaman dalam pot dengan ukuran tertentu yang di sesuaikan dengan jenis tanaman itu sendiri Reboisasi: upaya pembuatan tanaman jenis pohon hutan pada kawasan hutan rusak yang berupa lahan kosong/terbuka, alang-alang, atau semak belukar dan
244 | Manual Pelatihan
hutan rawang untuk mengembalikan fungsi hutan. Sabuk hijau (green belt): hutan yang tumbuh pada kawasan sekitar waduk/danau pada daratan sepanjang tepian danau/waduk yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik waduk/danau. Areal sabuk hijau berjarak + 20 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat dengan lebar 50 – 100 m (Keppres No. 32 tahun 1990). Sambung pucuk: cara menyambungkan batang bawah dan batang atas agar supaya produksi lebih dipercepat Sangrai: menggoreng tanpa menggunakan minyak goreng Sistem jalur: pola penanaman dengan pembersihan sepanjang jalur yang didalamnya dibuat lubang tanaman dengan jarak tertentu. Sistem tumpangsari: suatu pola penanaman yang dilaksanakan dengan menanam tanaman semusim dan tanaman sela diantara larikan tanaman pokok (kayu-kayuan/MPTS). Stek: merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dengan menggunakan sebagian batang, akar, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan menjadi tanaman baru. Sumber benih: suatu tegakan hutan, baik berupa hutan alam maupun hutan tanaman yang ditunjuk atau dibangun
khusus untuk dikelola guna memproduksi benih Tanaman inang dalam biologi: organisme yang menampung virus, parasit, partner mutualisme, atau partner komensalisme, umumnya dengan menyediakan makanan dan tempat berlindung. Tanaman Unggulan Lokal (TUL): jenisjenis tanaman asli atau eksotik, yang disukai masyarakat karena mempunyai keunggulan tertentu seperti produk kayu, buah dan getah dan produknya mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dan ditetapkan oleh Bupati/Walikota berdasarkan rekomendasi BPTH atas nama Dirjen RLPS.
Tegalan letaknya terpisah dengan halaman sekitar rumah. Tegalan sangat tergantung pada turunnya air hujan. Tumbuhan bawah: komunitas tanaman yang menyusun stratifikasi bawah dekat permukaan tanah. Tumbuhan ini umumnya berupa rumput, herba, semak atau perdu rendah. Unsur hara: nutrisi atau zat makanan yang bersama-sama air diserap oleh akar tanaman dan dibaawa ke daun baik unsur mikro (dibutuhkan dalam jumlah sedikit) maupun makro (dibutuhkan dalam jumlah banyak) yang digunakan untuk pertumbuhan dan metabolisme tanaman
Tegalan: lahan kering yang ditanami dengan tanaman musiman atau tahunan, seperti padi ladang, palawija, dan holtikultura.
Modul 5. Rehabilitasi Hutan Bakau Diving: penyelaman dengan menggunakan peralatan selam lengkap berupa tabung oksigen, fin, masker, dan regulator
Ekosistem: suatu system ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Delta: endapan di muara sungai yang terletak di lautan terbuka, pantau, atau danau, sebagai akibat dari berkutangnya laju aliran air saat memasuki laut Detrius: partikel-partikel hasil penguraian berbagai organisme mati dan sisa organisme.
Estuaria/estuarin: perairan yang semi tertutup yang berhubungan bebas dengan lair sehingga laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar. Pohon induk: pohon yang dipilih untuk menghasilkan benih yang cukup banyak dan kualitas yang baik Propagule: bagian tanaman bakau/bakal
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 245
Lampiran: Daftar Istilah buah yang akan diperbanyak. Snorkeling: selam permukaan/selam dangkal dengan menggunakan masker selam/snorkel. Tsunami: kata berbahasa Jepang yang berarti gelombang ombak lautan, merupakan serangkaian gelombang ombak besar yang timbul karena adanya pergeseran dari dasar laut akibat gempa bumi.
ZEE/Zona Ekonomi Ekslusif: jalur di luar dan berbatasan dengan laut wilayah Indonesia sebagaimana ditetapkan berdasarkan undang-undang yang berlaku tentang perairan Indonesia yang meliputi dasar laut, tanah di bawahnya dan air di atasnya dngan batas terluar 200 mil laut diukur dari garis pangkal laut wilayah Indonesia.
Modul 6. Perlindungan Satwa Liar Appendix I CITES: daftar seluruh spesies tumbuhan dan satwa liar yang dilarang dalam segala bentuk perdagangan internasional. Dikeluarkan oleh Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) Appendix II CITES: daftar spesies yang tidak terancam kepunahan, tapi mungkin terancam punah bila perdagangan terus berlanjut tanpa adanya pengaturan. Dikeluarkan oleh Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) BKSDA: Balai Konservasi Sumber Daya Alam yang merupakan unit pelaksana teknis setingkat eselon III (atau eselon II untuk balai besar) di bawah Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA), Kementerian Kehutanan. Critically Endangered/CE: kategori “kritis”, merupakan status konservasi
246 | Manual Pelatihan
yang diberikan kepada spesies yang menghadapi risiko kepunahan di waktu dekat yang merupakan kategori dari International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) Endangered/EN: kategori “genting”, spesies yang menghadapi risiko kepunahan sangat tinggi di waktu mendatang yang merupakan kategori dari International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) Endemik: merupakan istilah yang mengacu pada satwa dan tumbuhan yang hanya ditemukan di daerah tersebut dan tidak ditemukan di tempat lain. Bahkan tidak sedikit satwa endemik ini hanya ditemukan di satu pulau atau wilayah tertentu. IUCN Redlist: daftar status suatu spesies yang merupakan kategori yang digunakan oleh IUCN. Satgas: satuan tugas, seperti dalam
konservasi dikenal satgas KMG (satuan tugas penanganan konflik manusia-gajah) UPT: Unit Pelaksana Teknis
CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) atau konvensi perdagangan internasional spesies satwa liar dan tumbuhan terancam merupakan perjanjian internasional antarnegara yang disusun berdasarkan resolusi sidang anggota IUCN yang bertujuan melindungi tumbuhan dan satwa liar terhadap perdagangan internasional yang mengakibatkan kelestarian spesies tersebut terancam.
IUCN (International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources): sebuah organisasi internasional yang didedikasikan untuk konservasi sumber daya alam. IUCN mengeluarkan IUCN Red List of Threatened Species atau disingkat IUCN Red List, yaitu daftar status kelangkaan suatu spesies. Kategori Status Konservasi dalam IUCN Redlist, meliputi : punah, punah di alam, kritis, genting, rentan, hampir terancam, beresiko rendah, informasi kurang dan belum di evaluasi
Modul 7. Perencanaan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Sumberdaya Alam Sumber Daya Alam (SDA): bahan baku yang berasal dari alam yang dapat diambil manfaatnya Income Generating Activities (IGA): Usaha/kegiatan yang dapat menghasilkan pendapatan Katalisator: pemicu pada awal kegiatan Petunjuk Teknis Operasional (PTO): buku panduan yang diterbitkan oleh penaggungjawab operasional PNPM sebagai aturan pelaksanaan kegiatan dilapangan.
Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD): orang yang dipilih warga desa sembagai penggerakan utama kegiatan PNPM di tingkat desa. Fasilitator: orang yang memberikan pengarahan dalam menjalankan kegiatan Pasar: pembeli/konsumen pengguna barang atau jasa Biaya: besaran nilai rupiah yang dikeluarkan untuk memperoleh manfaat.
Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Masyarakat Perdesaan
| 247
Lampiran: Daftar Istilah Kegiatan produktif: kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa untuk yang memiliki nilai ekonomis Margin: nilai tertentu dari hasil pengurangan, dapat berupa persentase atau nilai rupiah Efisien: pemanfaatan secara hemat berguna Efektif: pemanfaatan secara tepat guna
248 | Manual Pelatihan
Manual Pelatihan “Pengelolaan Sumberdaya Alam Untuk Masyarakat Perdesaan” Editor Fransiskus Harum (Editor Teknis) Sunjaya (Editor Komunikasi) Kontributor Sunjaya, Fransiskus Harum, Edi Purwanto, Ujang S. Irawan, Hendra Gunawan, Akbar A. Digdo, Agustinus Wijayanto, Nassad Idris, Abdul Rahman Design - Layout Yoga Adhiguna | adioga.design ISBN --------------------------Cetakan Pertama April 2012