Manggis (Garcinia mangostana L.) : DARI KULIT BUAH YANG TERBUANG HINGGA MENJADI KANDIDAT SUATU OBAT Mangosteen (Garcinia mangostana L.) : FROM DISCARDED-FRUIT HULL TO BE A CANDIDATE FOR A A DRUG Agung Endro Nugroho Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi, Bagian Farmakologi dan Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi, UNIVERSITAS GADJAH MADA
ABSTRAK Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan pohon buah yang beasal dari daerah asial tenggara meliputi Indonesia, Malaysia, Thailand dan Myanmar. Secara umum, orang hanya mengkonsumsi buannya saja dan cenderung membuang kulit buah manggis tersebut. Bagian tanaman yang secara tradisional sering dipakai dalam pengobatan tradisional (diare, disentri, eksim dan penyakit kulit lainnya) adalah kulit buah. Kulit buah manggis ternyata dilaporkan mengandung kaya senyawa golongan xanton. Dari percobaan isolasi yang dipandu uji aktivitas diketahui senyawa paling aktifnya adalah alfa-mangostin, gamma-mangostin dan garsinon-E. Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah manggis dan senyawa aktifnya memiliki aktivitas farmakologi yaitu anti-alergi, anti-inflamasi, anti-oksidan, anti-kanker, antimikroorganisme, anti-aterosklerosis, dan bahkan anti-HIV. Pada uji toksistas, ekstrak etanol buah manggis yang mengandung senyawa aktif xanton tidak menunjukkan toksisitas baik secara akut maupun sub-kronis. Kata kunci : manggis , farmakologi , mangostin , xanton
ABSTRACT Mangosteen (Garcinia mangostana L.) is a fruit tree originated from south-east Asia including Indonesia, Thailand, Malaysia and Myanmar. Generally, people use only the fruit and discard it’s hull or rind. Traditionally, part of the tree used for medicinal purpose is the rind or hull as herbal remedies such as diarrhea, dysentery, eczema and other skin disorders. The fruit hulls of mangosteen are well known to be rich in xanthone compounds. From bioassay-guided isolation study, the most active xanthones are alphamangstin, gamma-mangostin and garcinone-E. Extensive research has shown that extracts of mangosteen hulls and the xanthones exhibit a wide range of pharmacological activities such as anti-allergy, antiinflammatory, anti-oxidant, anti-carcinogenic, anti-microorganism, anti-atherosclerosis and anti-HIV. The ethanolic extract of the hull containing major active xanthone was reported to be non-toxic in both acute and sub-chronic toxicity studies. Key words : mangosteen , pharmacology , mangostin , xanthone
PENDAHULUAN Sampai saat ini, telah banyak pemanfaatan tanaman obat tradisional oleh masyarakat Indonesia untuk menanggulangi beberapa penyakit. Manfaat penggunaan obat tradisional tersebut secara luas telah dirasakan oleh masyarakat. Hal ini juga tercermin dengan semakin meningkatnya penggunaan obat tradisional, atau meningkatnya produksi obat dari industri-industri obat tradisional. Seiring dengan ada slogan “back to nature”, maupun krisis ekonomi yang berkepanjangan sehingga mengakibatkan daya beli masyarakt terutama masyarakat golongan menengah ke bawah, penggunaan obat tradisional menjadi alternatif pengobatan disamping obat modern. Pemanfaatan tanaman obat tersebut meliputi pencegahan, pengobatan maupun pemeliharaan kesehatan. Banyak tanaman obat tradisional yang telah dipasarkan antara lain sebagai pencegahan ataupun pengobatan suatu penyakit. Meskipun demikian, bukti ilmiah keberkhasiatan berbagai tanaman obat terkait, belum dilaporkan. Indonesia merupakan negara terbesar kedua di dunia setelah Brazil yang mempunyai biodiversitas (keanekaragaman hayati). Biodiversitas tersebut meliputi : ekosistem, jenis maupun genetik. Hal ini jelas merupakan suatu anugerah besar bagi masyarakat Indonesia apabila dimanfaatkan secara optimal. Termasuk dalam biodiversitas jenis adalah keanekaragaman tanaman di Indonesia yang sangat besar, termasuk tanaman yang berpotensi sebagai obat. Mengingat fakta tersebut mestinya upaya pemanfaatan tanaman sebagai sumber suatu obat menjadi pilihan utama saat ini bagi para peneliti obat di Indonesia. Proses penemuan suatu obat dari suatu tanaman merupakan sesuatu yang tidak mudah dan membutuhkan waktu yang lama. Proses tersebut meliputi : studi etnofarmakologi, kemotaksonomi, skrining senyawa bioaktif, kemungkinan upaya sintesis senyawa tunggal, studi pre-klinik maupun klinik, hingga produksi skala besar untuk tujuan medik. Salah satu tanaman Indonesia yang bisa dimanfaatkan untuk tujuan tersebut adalah buah manggis (G. mangostana L.), terutama pemanfaatan kulit buahnya. Manggis merupakan salah satu buah favorit yang
digemari oleh masyarakat Indonesia. Kulit buah manggis yang dibuang, ternyata dapat dikembangkan sebagai kandidat obat. Pada artikel kali ini akan disajikan mengenai pemanfaatan kulit buah manggis (G.mangostana L.) dalam upaya penemuan suatu obat baru. MANGGIS (Garcinia mangostana L.) Manggis merupakan salah satu buah yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Tanaman manggis berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara, yaitu hutan belantara Indonesia atau Malaysia. Dari Asia Tenggara, tanaman ini menyebar ke daerah Amerika Tengah dan daerah tropis lainnya seperti Filipina, Papua New Guinea, Kamboja, Thailand, Srilanka, Madagaskar, Honduras, Brazil dan Australia Utara. Manggis merupakan salah satu buah unggulan Indonesia yang memiliki peluang ekspor cukup menjanjikan. Dari tahun ke tahun permintaan manggis meningkat seiring dengan kebutuhan konsumen terhadap buah yang mendapat julukan ratu buah (Queen of Fruits). Ekspor manggis dari Indonesia mengalami peningkatan seiring dengan kebutuhan buah manggis dunia terutama Hongkong, Singapura, dan Inggris. Pada tahun 1999, volume ekspor 4.743.493 kg dengan nilai ekspor 3.887.816 US$ dan tahun 2000 volume ekspor mencapai 7.182.098 kg dengan nilai ekspor 5.885.038 US$ (Prihatman, 2000; ICUC, 2003). Di Indonesia manggis mempunyai berbagai macam nama lokal seperti manggu (Jawa Barat), manggus (Lampung), Manggusto (Sulawesi Utara), manggista (Sumatera Barat). Pohon manggis dapat tumbuh di dataran rendah sampai di ketinggian di bawah 1.000 m dpl. Pertumbuhan terbaik dicapai pada daerah dengan ketinggian di bawah 500-600 m dpl. Pusat penanaman pohon manggis adalah Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Jawa Barat (Jasinga, Ciamis, Wanayasa), Sumatera Barat, Sumatera Utara, Riau, Jawa Timur dan Sulawesi Utara (Prihatman, 2000; ICUC, 2003).
adalah 1,3,6-trihidroksi-7-metoksi-2,8-bis(3metil-2-butenil)- 9H-xanten-9-on and 1,3,6,7tetrahidroksi-2,8-bis(3-metil-2-butenil)- 9Hxanten-9-on. Keduanya lebih dikenal dengan nama alfa mangostin dan gamma-mangostin (Jinsart, 1992). Ho et al (2002) melaporkan senyawa xanton yang diisolasi dari kulit buah manggis, ternyata juga menunjukkan aktivitas farmakologi yaitu garcinon E. Lebih lanjut, Jung et al (2006) berhasil mengidentifikasi kandungan xanton dari ekstrak larut dalam diklorometana, yaitu 2 xanton terprenilasi teroksigenasi dan 12 xanton lainnya. Dua senyawa xanton terprenilasi teroksigenasi adalah 8-hidroksikudraksanton G, dan mangostingon [7-metoksi-2-(3-metil-2butenil)-8-(3-metil-2-okso-3-butenil)-1,3,6trihidroksiksanton. Sedangkan keduabelas xanton lainnya adalah : kudraksanton G, 8deoksigartanin, garsimangoson B, garsinon D, garsinon E, gartanin, 1-isomangostin, alfamangostin, gamma-mangostin, mangostinon, smeathxanthon A, dan tovofillin A. Struktur kimia senyawa-senyawa tersebut disajikan pada Gambar 1 dan 2.
Buah manggis dapat disajikan dalam bentuk segar, sebagai buah kaleng, dibuat sirop/sari buah. Secara tradisional buah manggis digunakan sebagai obat sariawan, wasir dan luka. Kulit buah dimanfaatkan sebagai pewarna termasuk untuk tekstil dan air rebusannya dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Batang pohon dipakai sebagai bahan bangunan, kayu bakar/ kerajinan (Prihatman, 2000). PEMANFAATAN KULIT BUAH MANGGIS Kulit manggis yang dahulu hanya dibuang saja ternyata menyimpan sebuah harapan untuk dikembangkan sebagai kandidat obat. Kulit buah manggis setelah diteliti ternyata mengandung beberapa senyawa dengan aktivitas farmakologi misalnya antiinflamasi, antihistamin, pengobatan penyakit jantung, antibakteri, antijamur bahkan untuk pengobatan atau terapi penyakit HIV. Beberapa senyawa utama kandungan kulit buah manggis yang dilaporkan bertanggungjawab atas beberapa aktivitas farmakologi adalah golongan xanton. Senyawa xanton yang telah teridentifikasi, diantaranya OH
O
OH
CH2
H3C O
O
OCH3
O
OH
H3CO
OH HO
O
OH
(a)
O
(b)
OH O
OH
O O
OR
OH
H3CO
O
(c) R = CH3 (d) R = H
O
(e)
OH O O
OH
HO
OH
H3CO HO HO
O
(f)
O
OH
OH
(g)
Gambar 1. Struktur kimia dari 8-hidroksikudraksanton G (a), mangostingon (b), kudraksanton G (c), 8deoksigartanin (d), garsimangoson B (e), garsinon D (f), dan garsinon E (g).
OH
O
OH
O O
OH
O
H3CO
OH HO
O
(h)
O
OH
O
RO HO
OH (i)
OH
O O
OH
HO
O
OH
( j ) R = CH3 (k)R =H
(l)
R
O
OH
O
OH
OH (m )R=H ( n ) R = OH
Gambar 2. Struktur kimia dari gartanin (h), 1-isomangostin (i), alfa-mangostin (j), gamma-mangostin (k), tovofillin A (l), mangostinon (m), dan smeathxanthon A (n).
KAJIAN FARMAKOLOGI KULIT BUAH MANGGIS Pemanfaatan kulit buah manggis sebenarnya sudah dilakukan sejak dahulu. Kulit buah manggis secara tradisional digunakan pada berbagai pengobatan di negara India, Myanmar Sri langka, dan Thailand (Mahabusarakam et al., 1987). Secara luas, masyarakat Thailand memanfaatkan kulit buah manggis untuk pengobatan penyakit sariawan, disentri, cystitis, diare, gonorea, dan eksim (ICUC, 2003). Di era modern, pemanfaatan kuliat buah manggis secara luas di negara tersebut memicu minat para ilmuwan untuk menyelidi dan mengembangkan lembih lanjut aspek ilmiah keberkhasiatan kulit buah manggis tersebut. Banyak penelitian telah membuktikan khasiat kulit buah manggis, dan diantaranya bahkan menemukan senyawasenyawa yang bertanggungjawab terhadap efek-efek tersebut. Berikut ini akan disajikan pembahasan mengenai efek farmakologi dari kulit buah manggis. A. Aktivitas antihistamin Dalam reaksi alergi, komponen utama yang mengambil beran penting adalah sel mast, beserta mediator-mediator yang dilepaskannya yaitu histamin dan serotonin. Allergi disebabkan oleh respon imunitas terhadap suatu antigen ataupun alergen yang berinteraksi dengan limfosit B yang dapat memproduksi imunoglobulin E (IgE).
Imunoglubulin E yang diproduksi kemudian menempel pada reseptor FcεRI pada permukaan membran sel mast. Setelah adanya interaksi kembali antara antigen-antibodi, akan merangsang sel mast untuk melepaskan histamin (Kresno, 2001; Subowo, 1993). Berhubungan dengan reaksi alergi atau pelepasan histamin tersebut, Chairungsrilerd et al. (1996a, 1996b, 1998) melakukan pengujian ekstrak metanol kulit buah manggis terhadap kontraksi aorta dada kelinci terisolasi yang diinduksi oleh histamin maupun serotonin. Dari analisa komponenkomponen aktif dari fraksi lanjutan hasil dari kromatografi gel silika, mengindikasikan bahwa senyawa aktifnya adalah alfa dan gamma mangostin. Alfa mangostin sendiri mampu menunjukkan aktivitas penghambatan kontraksi trakea marmut terisolasi dan aorta torak kelinci terisolasi, yang diinduksi simetidin, antagonis reseptor histamin H2. Namun, senyawa tersebut tidak menunjukkan aktivitas pada kontraksi yang diinduksi karbakol, fenilefrin dan KCl. Alfa mangostin juga mampu menghambat ikatan [3H]mepiramin terhadap sel otot polos arta tikus. Senyawa terakhir tersebut merupakan antagonis spesifik bagi reseptor histamin H1. Dari analisa kinetika ikatan [3H]mepiramin megnindikasikan bahwa alfa mangostin menghambat secara kompetitif. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa alfa mangostin tersebut
dikategorikan sebagai pengeblok reseptor histaminergik khususnya H1, sedangkan gamma mangostin sebagai pengeblok reseptor serotonergik khususnya 5-hidroksitriptamin 2A atau 5HT2A. Lebih lanjut, Nakatani et al. (2002a) melakukan penelitian ke arah mekanisme ekstrak kulit buah manggis tersebut. Pada penelitian tersebut ekstrak kulit manggis yaitu : etanol 100%, 70 %, 40% dan air, diuji terhadap sintesa prostaglandin E2 dan pelepasan histamin. Ekstrak etanol 40% menunjukkan efek paling poten dalam menghambat pelepasan histamin dari sel 2H3RBL yang diperantarai IgE. Semua ekstrak kulit buah manggis mampu menghambat sintesa PGE2 dari sel glioma tikus yang diinduksi Ca2+ ionophore A23187. Pada reaksi anafilaksis kutaneus pasif, semua ekstrak kulit manggis juga menunjukkan aktivitas penghambatan reaksi tersebut. Dari penelitian ini, ekstrak etanol 40 % buah manggis adalah paling poten dalam menghambat sintesa PGE2 dan pelepasan histamin. B. Antiinflamasi Penelitian mengenai aktivitas antiinflamasi dari kulit buah manggis sampai saat ini baru dilakukan pada tahapan in vitro dan untuk tahap in vivo baru pada penelitian dengan metode tikus terinduksi karagenen. Dari hasil penelitian diduga bahwa senyawa yang mempunyai aktivitas anti-inflamasi adalah gamma-mangostin. Gamma-mangostin merupakan xanton bentuk diprenilasi tetraoksigenasi, struktur kimia bisa dilihat pada Gambar 2. Nakatni et al. (2002b) melakukan penelitian aktivitas anti-inflamasi in vitro dari gamma mangostin terhadap sintesa PGE2 dan siklooksigenase (COX) dalam sel glioma tikus C6. Kedua senyawa dan enzim tersebut merupakan mediator terpenting dalam terjadinya reaksi inflamasi. Gamma-mangostin menghambat secara poten pelepasan PGE2 pada sel glioma tikus C6 yang diinduksi Ca2+ ionophore A23187. Gammamangostin menghambat perubahan asam arakidonat menjadi PGE2 dalam mikrosomal, ini ada kemungkinan penghambatan pada jalur siklooksigenase. Pada percobaan enzimatik in vitro, senyawa ini mampu menghambat
aktivitas enzim COX-1 dan COX-2. Namun, senyawa tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap : (1) fosforilasi sinyal ekstraseuler p42/p44 yang diinduksi A23187, yang mengatur protein kinase teraktivasi kinase/mitogen, dan (2) pelepasan [14C]-asam arakidonat dari sel yang terlabel [14C]-AA tersebut. Dari penelitian ini, gamma mangostin mempunyai aktivitas anti-inflamasi dengan menghambat aktivitas siklooksigenase (COX). Lebih lanjut, Nakatani et al. (2004) mengkaji pengaruh gamma-mangostin terhadap ekspresi gen COX-2 pada sel glioma tikus C6. Gamma mangostin menghambat ekspresi protein dan mRNA COX-2 yang diinduksi lipopolisakarida, namun tidak berefek terhadap ekspresi protein COX-1. Lipopolisakarida berfungsi untuk stimulasi fosforilasi inhibitor kappaB (IkappaB) yang diperantarai IkappaB kinase, yang kemudian terjadi degradasi dan lebih lanjut menginduksi translokasi nukleus NF-kappaB sehingga mengaktivasi transkripsi gen COX-2. Berkaitan dengan itu, gamma mangostin tersebut juga menghambat aktivitas IkappaB kinase dan menurunkan degradasi IkappaB dan fosforilasi yang diinduksi LPS. Pada luciferase reporter assay, senyawa tersebut menurunkan aktivasi NF-kappaB diinduksi LPS dan proses transkripsi gen COX-2 yang tergantung daerah promoter gen COX-2 manusia. Temuan tersebut didukung hasil penelitian in vivo, gamma mangostin mampu menghambat inflamasi udema yang diinduksi karagenen pada tikus. Dari penelitian ini dapat dibuat resume : gamma mangostin secara langsung menghambat aktivitas enzim Ikappa B kinase, untuk kemudian mencegah proses transkripsi gen COX-2 (gen target NFkappaB), menurunkan produksi PGE2 dalam proses inflamasi. C. Anti-oksidan Dalam Moongkarndi et al. (2004) melaporkan bahwa ekstrak kulit buah manggis berpotensi sebagai antioksidan. Selanjutnya, Weecharangsan et al. (2006) menindak-lanjuti hasil penelitian tersebut dengan melakukan penelitian aktivitas antioksidan beberapa ekstrak kulit buah manggis yaitu ekstrak air, etanol 50 dan 95%, serta etil asetat. Metode
yang digunakan adalah penangkatapan radikal bebas 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semua ekstrak mempunyai potensi sebagai penangkal radikal bebas, dan ekstrak air dan etanol mempunyai potensi lebih besar. Berkaitan dengan aktivitas antioksidan tersebut, kedua ekstrak tersebut juga mampu menunjukkan aktivitas neuroprotektif pada sel NG108-15. Seiring dengan hasil tersebut, Jung et al. (2006) melakukan penelitian aktivitas antioksidan dari semua senyawa kandungan kulit buah manggis yang disajikan pada Gambar 1-2, minus mangostingon. Dari hasil skrining aktivitas antioksidan dari senyawasenyawa tersebut, yang menunjukkan aktivitas poten adalah : 8-hidroksikudraxanton, gartanin, alpha-mangostin, gamma-mangostin dan smeathxanton A. D. Antikanker Hingga saat ini, pengobatan kanker masih tidak memuaskan. Oleh karena itu, penelitian penemuan obat kanker masih gencar dilakukan. Salah satu tanaman obat yang menjadi objek kajian adalah kulit buah manggis. Ho et al. (2002) berhasil mengisolasi beberapa senyawa xanton dan menguji efek sitotoksisitas pada sel line kanker hati. Berdasarkan penelitian tersebut, senyawa garsinon E menunjukkan aktivitas sitotoksisitas paling poten. Sementra itu, Moongkarndi et al. (2004) melaporkan bahwa ekstrak metanol kulit buah manggis menunjukka aktivitas sangat poten dalam menghambat proliferasi sel kanker payudara SKBR3, dan menunjukkan aktivitas apoptosis. Di lain pihak, Matsumoto et al. (2003) melakukan uji serupa yaitu aktivitas antiproliferatif dan apoptosis pada pertumbuhan sel leukimia manusia HL60. Berbeda dengan hasl penelitian sebelumnya, alfa-mangostin menunjukkan aktivitas anti-proliferasi dan apoptosis terpoten diantara senyawa xanton lainnya. Pada tahun 2004, Matsumoto et al. melanjutkan penelitian tersebut untuk mempelajari mekanisme apoptosis dari alfamangostin. Senyawa tersebut mampu mengaktivasi enzim apoptosis caspase-3 dan 9, namun tidak pada caspase-8. Alfa mangostin diduga kuat mem-perantarai
apoptosis jalur mitokondria, ini didasari oleh perubahan mitokondria setelah perlakuan senyawa tersebut selama 1-2 jam. Perubahan mitokondria tersebut meliputi : pembengkakan sel, berkurangnya potensial membran, penurunan ATP intraseluler, akumulasi senyawa oksigen reaktif (ROS), dan pelepasan c/AIF sitokrom sel. Namun, alfa-mangostin tidak mempengaruhi ekspresi protein famili bcl-2 dan aktivasi MAP kinase. Hasil penelitian tersebut mengindikasikan bahwa target aksi alfa-mangostin adalah mitokondria pada fase awal sehingga menghasilkan apoptosis pada sel line leukimia manusia. Dari studi hubungan struktur aktivitas, gugus hidroksi mempunyai kontribusi besar terhadap aktivitas apoptosis tersebut. Melanjutkan temuan di atas, Nabandith et al. (2004) melakukan penelitian in vivo aktivitas kemopreventif alfa-mangostin pada lesi preneoplastik putatif yang terlibat pada karsinogenesis kolon tikus, yang diinduksi 1,2-dimetilhidrazin (DMH). Pemberian senyawa tersebut selama 4-5 minggu, menghambat induksi dan perkembangan aberrant crypt foci (ACF), menurunkan dysplastic foci (DF) dan betacatenin accumulated crypts (BCAC). Pada pelabelan antigen nukleus sel yang mengalami proliferasi, senyawa tersebut menurunkan terjadinya lesi focal dan epitelium kolon tikus. E. Antimikroorganisme Selain memiliki beberapa aktivitas farmakologi seperti di atas, kulit buah manggis juga menunjukkan aktivitas antimikroorganisme. Suksamrarn et al. (2003) bersama kelompoknya asal Thailand, melakukan penelitian potensi antituberkulosa dari senyawa xanton terprenilasi yang diisolasi dari kulit buah manggis. Seperti pada hasil penelitian sebelumnya, alfa mangostin, gamma-mangostin dan garsinon B juga menunjukkan aktivitas paling poten pada percobaan ini. Ketiga senyawa tersebut menghambat kuat terhadap bakteri Mycobacterium tuberculosis. Hasil temuan tersebut ditindaklanjuti peneliti asal Osaka Jepang, Sakagami et al. (2005). Fokus pada alfa-mangostin, kali ini senyawa tersebut diisolasi dari kulit batang pohon untuk
memperoleh jumlah yang besar. Alfa mangostin aktif terhadap bakteri Enterococci dan Staphylococcus aureus yang masingmasing resisten terhadap vancomisin dan metisilin. Ini diperkuat dengan aktivitas sinergisme dengan beberapa antibiotika (gentamisin dan vancomisin) terhadap kedua bakteri tersebut. Sementara itu, Mahabusarakam et al. (2006) melakukan pengujian golongan xanton termasuk mangostin, pada Plasmodium falciparum. Hasil menunjukkan bahwa mangostin mempunyai efek antiplasmodial level menengah, sedangkan xanton terprenilasi yang mempunyai gugus alkilamino menghambat sangat poten. F. Aktivitas lainnya Telah disebutkan sebelumnya bahwa alfa-mangostin memiliki aktivitas antioksidan dan penangkal radikal bebas. Berkaitan dengan fakta tersebut, alfa-mangostin mampu menghambat proses oksidasi lipoprotein densitas rendah (LDL) yang sangat berperan dalam aterosklerosis (William et al., 1995). Sedangkan Mahabusarakam et al. (2000) melaporkan bahwa xanton terprenilasi juga dapat menghambat proses oksidasi dari LDL tersebut. Penelitian lainnnya, mangostin dilaporkan menghambat poten terhadap HIV-1 protease (Chen et al., 1996). Sementara itu, Gopalakrishnan et al. (1997) melaporkan bahwa senyawa xanton mangostin dari kuliat buah manggis mampu penghambat pertumbuhan jamur patogenik : Fusarium oxysporum vasinfectum, Alternaria tenuis, dan Dreschlera oryzae. KAJIAN TOKSISITAS KULIT BUAH MANGGIS Telah disebutkan bahwa kulit buah manggis mampu menunjukkan berbagai aktivitas farmakologi, dan diantaranya adalah sangat poten. Senyawa-senyawa utama yang dominan menunjukkan aktivitas farmakologi adalah alfa-mangostin, gamma-mangostin dan garsinon-E. Di lain pihak, perlu juga dilakukan penelitian mengenai kemungkinan efek toksik dari penggunaan kulit buah manggis tersebut. Jujun et al. (2006) melakukan uji toksisitas aku maupun sub-
kronis terhadap ekstrak etanol kulit buah manggis yang mengandung senyawa-senyawa aktif pentingnya. Pada percobaan toksistas akut, ekstrak (10-25 %) tersebut tidak menunjukkan efek toksis (kematian dan perubahan fisik ataupun aktivitas) pada tikus. Secara histopatologi, juga tidak ditemukan perubahan yang berarti pada organ-organ vital tikus (hati, jantung, paru-paru, adrenal, ovarium, ginjal, testis). Pada percobaan toksisitas sub-kronis, pemakaian ekstrak etanol kulit buah manggis (dosis 50-1000 mg/kg BB) selama 28 hari juga tidak menunjukkan efek toksik yang berarti, yang meiputi pengamatan gejala efek toksis, perubahan pertumbuhan, bobot organ-organ vital, analisa hematologi, kimia darah maupun gross histopatologinya.
PENUTUP Kajian di atas telah membuka tabir rahasia mengenai keberkhasiatan kulit buah manggis yang selama ini hanya dibuang saja. Indonesia merupakan salah satu produsen terbesar buah manggis disamping Thailand, Malaysia, Myanmar dan Sri Lanka. Sehingga sangat disayangkan apabila kulit buah manggis tersebut tidak dimanfaatkan karena sudah terbukti berkhasiat. Di beberapa negara maju, kulit buah manggis bahkan sudah dibuat preparat obat tradisional siap pakai misalnya Mangosteen RX®, Amigo Health Juice®, AmerMed Mangosteen Pericarp® yang kesemuanya mengandung ekstrak kulit buah manggis. Fakta dan kenyataan di atas mestinya menjadi pemacu Masyarakat Indonesia (salah satu produsen terbesar buah manggis) untuk memanfaatkan lebih lanjut kulit buah manggis yang selama ini kita buang saja. Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kulit buah manggis mempunyai aktivitas farmakologi antara lain : anti-alergi, antiinflamasi, anti-mikroorganisme, anti-oksidan, anti-kanker, anti-aterosklerosis maupun antiHIV. Senyawa paling aktif dalam kulit buah manggis adalah alfa-mangostin, gammamangostin dan garsinon-E.
DAFTAR PUSTAKA Chairungsrilerd N, Furukawa K, Ohta T, Nozoe S, Ohizumi Y., 1996a, Histaminergic and serotonergic receptor blocking substances from the medicinal plant Garcinia mangostana, Planta Med., 62(5):471-472. Chairungsrilerd N, Furukawa K, Ohta T, Nozoe S, Ohizumi Y., 1996b, Pharmacological properties of alpha-mangostin, a novel histamine H1 receptor antagonist, Eur J Pharmacol., 314(3):351-356. Chairungsrilerd N, Furukawa KI, Ohta T, Nozoe S, Ohizumi Y., 1998, Gamma-mangostin, a novel type of 5-hydroxytryptamine 2A receptor antagonist, Naunyn Schmiedebergs Arch Pharmacol., 357(1): 25-31. Chen SX, Wan M, Loh BN., 1996, Active constituents against HIV-1 protease from Garcinia mangostana, Planta Med., 62(4):381-2. Gopalakrishnan G, Banumathi B, Suresh G., 1997, Evaluation of the antifungal activity of natural xanthones from Garcinia mangostana and their synthetic derivatives, J Nat Prod., 60(5):519-524. Ho CK, Huang YL, Chen CC., 2002, Garcinone E, a xanthone derivative, has potent cytotoxic effect against hepatocellular carcinoma cell lines, Planta Med., 68(11):975-979. ICUC, 2003, Fruit to the Future Mangosteen, Factsheet, No 8, International Centre for Underutilized Crops. Jinsart W, Ternai B, Buddhasukh D, Polya GM., 1992, Inhibition of wheat embryo calcium-dependent protein kinase and other kinases by mangostin and gammamangostin, Phytochemistry, 31(11):37113713. Jujun, P., Taesotikul, W., Pootakham, K., Duangrat, C., Tharavigitkul, P., Pongpaibul, Y., 2006, Acut and repeated Dose Toxicities of Garcinia Mangostana Rind extract., Proceedings of 6th National Symposium on Graduate Research, Graduate School of Chulalongkorn University, Thailand. Jung HA, Su BN, Keller WJ, Mehta RG, Kinghorn AD., 2006, Antioxidant xanthones from the pericarp of Garcinia mangostana (Mangosteen), J Agric Food Chem., 54(6):2077-2082.
Kresno, S.B., 2001, Imunologi: Diagnosis dan Prosedur Laboratorium, 137-145, Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Mahabusarakam W, Iriyachitra P, Taylor WC., 1987, Chemical constituentsof garcinia mangostana., J Nat Prod., 50:474–478. Mahabusarakam W, Proudfoot J, Taylor W, Croft K., 2000, Inhibition of lipoprotein oxidation by prenylated xanthones derived from mangostin, Free Radic Res. , 33(5):643-659. Mahabusarakam W, Kuaha K, Wilairat P, Taylor WC., 2006, Prenylated xanthones as potential antiplasmodial substances, Planta Med., 72(10):912-916. Matsumoto K, Akao Y, Kobayashi E, Ohguchi K, Ito T, Tanaka T, Iinuma M, Nozawa Y., 2003, Induction of apoptosis by xanthones from mangosteen in human leukemia cell lines, J Nat Prod., 66(8):1124-1127. Matsumoto K, Akao Y, Yi H, Ohguchi K, Ito T, Tanaka T, Kobayashi E, Iinuma M, Nozawa Y., 2004, Preferential target is mitochondria in alpha-mangostin-induced apoptosis in human leukemia HL60 cells, Bioorg Med Chem., 12(22):5799-5806. Moongkarndi P, Kosem N, Kaslungka S, Luanratana O, Pongpan N, Neungton N., 2004, Antiproliferation, antioxidation and induction of apoptosis by Garcinia mangostana (mangosteen) on SKBR3 human breast cancer cell line, J Ethnopharmacol., 90(1):161-166. Nabandith V, Suzui M, Morioka T, Kaneshiro T, Kinjo T, Matsumoto K, Akao Y, Iinuma M, Yoshimi N., 2004, Inhibitory effects of crude alpha-mangostin, a xanthone derivative, on two different categories of colon preneoplastic lesions induced by 1, 2-dimethylhydrazine in the rat, Asian Pac J Cancer Prev., 5(4):433-438. Nakatani K, Atsumi M, Arakawa T, Oosawa K, Shimura S, Nakahata N, Ohizumi Y., 2002a, Inhibitions of histamine release and prostaglandin E2 synthesis by mangosteen, a Thai medicinal plant, Biol Pharm Bull., 25(9):1137-1141. Nakatani K, Nakahata N, Arakawa T, Yasuda H, Ohizumi Y., 2002b, Inhibition of cyclooxygenase and prostaglandin E2 synthesis by gamma-mangostin, a xanthone derivative in mangosteen, in C6 rat glioma cells, Biochem Pharmacol., 63(1):73-79. Nakatani K, Yamakuni T, Kondo N, Arakawa T, Oosawa K, Shimura S, Inoue H, Ohizumi
Y., 2004, Gamma-Mangostin Inhibits IkappaB Kinase Activity and Decreases Lipopolysaccharide-Induced Cyclooxygenase-2 Gene Expression in C6 Rat Glioma Cells, Mol Pharmacol., 2004 Jun 24. Prihatman, K., 2000, Manggis (Garcinia mangostana L.), Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi BPP Teknologi, Jakarta. Sakagami Y, Iinuma M, Piyasena KG, Dharmaratne HR., 2005, Antibacterial activity of alpha-mangostin against vancomycin resistant Enterococci (VRE) and synergism with antibiotics, Phytomedicine, 12(3):203-208. Subowo, 1993, Imunologi Klinik, 9-35, Angkasa, Bandung. Suksamrarn S, Suwannapoch N, Phakhodee W, Thanuhiranlert J, Ratananukul P, Chimnoi N, Suksamrarn A., 2003, Antimycobacterial activity of prenylated xanthones from the fruits of Garcinia mangostana, Chem Pharm Bull (Tokyo)., 51(7):857-859. Weecharangsan W, Opanasopit P, Sukma M, Ngawhirunpat T, Sotanaphun U, Siripong P., 2006, Antioxidative and neuroprotective activities of extracts from the fruit hull of mangosteen (Garcinia mangostana Linn.), Med Princ Pract., 15(4):281-287. Williams P, Ongsakul M, Proudfoot J, Croft K, Beilin L., 1995, Mangostin inhibits the oxidative modification of human low density lipoprotein, Free Radic Res., 23(2):175-184.