MANFAAT PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN DALAM MENINGKATKAN KINERJA INSTALASI RAWAT INAP (Studi Kasus Pada Rumah Sakit SantoYusup Bandung)
SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat dalam menempuh Ujian Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama
Disusun oleh:
Nama : Maria Mirna Triyane Nrp
: 01.02.239
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WIDYATAMA Terakreditasi (accredited) SK. Ketua Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) Nomor : 039/BAN-PT/Ak-VII/S1/XI/2003 Tanggal 6 November 2003
2005
SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Maria Mirna Triyane
Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 1 Januari 1984 Menyatakan bahwa skripsi ini adalah benar pekerjaan saya sendiri, bila terbukti tidak demikian saya bersedia menerima segala akibatnya, termasuk pencabutan kembali gelar Sarjana Ekonomi yang saya peroleh.
Bandung, Oktober 2005
Penulis
ABSTRAK Manfaat Penerapan Sistem Pengendalian Manajemen dalam Meningkatkan Kinerja Instalasi Rawat Inap (Studi Kasus pada RS Santo Yusup Bandung) Seiring dengan semakin meningkatnya permintaan layanan kesehatan dan semakin banyak munculnya Rumah Sakit, maka Rumah Sakit Santo Yusup harus dapat beroperasi secara efektif dan efisien agar dapat bersaing dengan Rumah Sakit lainnya. Sistem pengendalian manajemen sangat diperlukan bagi rumah sakit untuk menuntun dan memotivasi usaha guna mencapai tujuan organisasi maupun untuk mengoreksi unjuk kerja yang tidak efektif dan tidak efisien. Berdasarkan pemikiran di atas, penulis mencoba melakukan penelitian pada RS St Yusup yang hasilnya dituangkan dalam skripsi dengan judul: “MANFAAT PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN DALAM MENINGKATKAN KINERJA INSTALASI RAWAT INAP.” Ruang lingkup penelitian dibatasi pada pembahasan masalah mengenai bagaimana efektivitas penerapan sistem pengendalian manajemen pelayanan pasien rawat inap serta bagaimana kinerja instalasi rawat inap telah meningkat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penerapan sistem pengendalian manajemen pelayanan pasien rawat inap di RS St Yusup dan mengetahui kinerja instalasi rawat inap telah meningkat. Penulis menggunakan metode deskriptif analitis yaitu suatu metode penelitian dengan pendekatan yang bertujuan memberikan gambaran keadaan objek penelitian yang sebenarnya. Dalam penelitian ini, terdapat 4 indikator yang menyangkut instalasi rawat inap. Indikator tersebut antara lain, BOR, LOS, BTO, dan TOI. Penerapan proses sistem pengendalian manajemen yang memadai, terdiri dari penyusunan program, penyusunan anggaran, pelaksanaan dan pengukuran, serta pelaporan dan analisis yang dimaksudkan agar pengendalian terhadap pelayanan pasien rawat inap dapat berjalan dengan efektif. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis mengemukakan hipotesis, yaitu ”SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN PELAYANAN PASIEN RAWAT INAP YANG EFEKTIF BERMANFAAT DALAM MENINGKATKAN KINERJA INSTALASI RAWAT INAP.” Secara umum, efektivitas penerapan sistem pengendalian manajemen pelayanan pasien rawat inap di RS St Yusup adalah baik dan efektif. Kinerja instalasi rawat inap diukur berdasarkan data non keuangan, meliputi BOR, BTO, TOI, dan LOS tercapai dengan sangat memuaskan. RS St Yusup disarankan untuk dapat mempertahankan penerapan sistem pengendalian manajemen pelayanan pasien rawat inap, diharapkan agar penerapan sistem pengendalian yang baik dapat mendukung peningkatan kinerja instalasi rawat inap.
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, atas berkat dan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Manfaat Penerapan Sistem Pengendalian Manajemen Dalam Meningkatkan Kinerja Instalasi Rawat Inap” yang merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian sidang Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi di Universitas Widyatama Bandung. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini jauh dari sempurna dan masih terdapat kekurangan, mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Selama penyusunan skripsi ini penulis banyak memperoleh bimbingan, saran-saran dan bantuan yang sangat besar dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak H. Supriyanto Ilyas,S.E., M.Si., Ak, selaku pembimbing satu, yang telah banyak menyediakan waktu dan tenaga, pikiran, saran-saran, serta kesabarannya bagi penulis hingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. 2. Ibu Dini Arwaty, S.E., M.Si., Ak, selaku pembimbing dua, yang juga telah banyak menyediakan waktu dan tenaga, pikiran, saransaran, serta kesabarannya bagi penulis hingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. 3. Ibu Prof. Dr. Hj. Koesbandijah A.K., M.S., Ak, selaku Ketua Yayasan Widyatama. 4. Bapak Dr. H. Mame S. Sutoko, Ir., D.E.A., selaku Rektor Universitas Widyatama. 5. Bapak Prof. Dr. Hiro Tugiman. Ak, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama. 6. Bapak Bachtiar Asikin, S.E., M.M., Ak, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Widyatama.
7. Seluruh staf dan dosen Universitas Widyatama, yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan yan berharga. 8. Seluruh staf administrasi dan perpustakaan Universitas Widyatama, yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama perkuliahan. 9. dr. Robert Kwaria selaku direktur RS St Yusup. 10. Seluruh pihak RS St Yusup, antara lain drg. Wiana Maengkom, dr. Robert Kwaria. Sr. Vianey, Ibu Aning. 11. Mbak Ida,Mba Sisca, Mas Anto. 12. (Alm) Bapak dan Ibu. 13. Antonius Robby Setiadi, Theresia Renny Pujiati. Felix Suhartono, Rebecca Ferren Easteryn, Mika Easterino Felix. 14. Lily, Beatryce, Ella, Indri, Evi, Novi, Achil, Tutri, Angel, Kanti, Lia Imut, Ceuceu Leni. Eki, Santi, Adam, Fisca, Adhe, Vita, Reno, Juan, khususnya teman-teman seperjuangan Akuntansi 2002. 15. Rekan-rekan KMK, Felix, Siska, Medy, Retno, Yessie, Asteria, Ranggi, Eko, Iba, Roida, Cucu, Alfon, Anes, Ever, Wisnu, Novi, Marmoet, Chow-chow, Winda, Fenny,Loren, Erwin-Sisca, dll. 16. Samuel Rinaldy. 17. Teman-teman dan pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata, semoga Tuhan Yesus Kristus selalu melimpahkan kasih dan berkatNya kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi dan berharap semoga skripsi ini dengans egala keterbatsannya dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Bandung, Oktober 2005 Penulis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebutuhan masyarakat akan jasa layanan kesehatan semakin tinggi, hal itu disebabkan karena semakin tingginya kesadaran masyarakat akan artinya kesehatan. Untuk menjawab kebutuhan masyarakat akan jasa layanan masyarakat kesehatan, Rumah Sakit berusaha untuk selalu memenuhinya. Rumah Sakit adalah bagian yang integral dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan yang dikembangkan melalui perencanaan pembangunan kesehatan. Tantangan bagi Rumah Sakit yang ada tersebut dijawab dengan peningkatan kemampuan dalam melakukan pelayanan jasa kesehatan. Bagi pengelola maupun pemilik Rumah Sakit agar kegiatannya tetap survive, maka peningkatan dilakukan dengan menambah teknologi kedokteran yang ada., tenaga paramedis, tenaga ahli di bidang kesehatan, serta tenaga lainnya yang menunjang operasional Rumah Sakit. Pengelolaan sebuah Rumah Sakit ini sangatlah berbeda dengan bidang usaha lain, selain Rumah Sakit juga ditekankan penerapan nilai sosial etika disamping segi ekonomis. Kegiatan pengelolaan sebuah Rumah Sakit adalah kompleks dengan disiplin - disiplin ilmu, antara lain disiplin ilmu kedokteran, keperawatan, teknik, ekonomi, hukum maupun humas. Seiring dengan semakin meningkatnya permintaan layanan kesehatan dan semakin banyak munculnya Rumah Sakit, maka Rumah Sakit Santo Yusup harus dapat beroperasi secara efektif dan efisien agar dapat bersaing dengan Rumah Sakit lainnya. Rumah Sakit Santo Yusup dapat beroperasi dengan efektif dan efisien apabila fungsi manajemen dilaksanakan dengan baik, dimana fungsi ini dimulai dari perencanaan sampai dengan pengendaliannya.
Pekerjaan seorang manajer profesional dapat disahkan kedalam 4 (empat) fungsi, yaitu fungsi: a) Planning (Perencanaan) b) Organizing (Organisasi) c) Actuating (Pelaksanaan) d) Controlling (Pengawasan / Pengendalian) Pada dasarnya keempat fungsi tersebut di atas saling berhubungan yang merupakan bagian dari seluruh proses pengelolaan suatu unit usaha. Operasi perusahaan yang dimulai dari tahap perencanaan sampai dengan pelaksanaanya harus selalu dikendalikandan diawasi oleh manajemen. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin tercapainya tujuan perusahaan. Yang dimaksud dengan sistem pengendalian manajemen adalah suatu sistem yang digunakan oleh manajer untuk mempengaruhi anggota organisasi lain guna melaksanakan strategi perusahaan secara efektif dan efisien. Dari definisi tersebut terdapat 3 (tiga) kata kunci, yaitu sistem, strategi, efektif dan efisien yang secara operasional dapat dijelaskan sebagai berikut: Sistem dibuat untuk mencapai tujuan tertentu dan tujuan dibuat melalui berbagai penerapan strategi alokasi sumber ekonomi secara efektif dan efisien. Efektivitas mengukur kesesuaian antara keluaran sistem dengan tujuan sedangkan efisiensi menjelaskan rasio antara masukan dengan keluaran sistem tersebut. Dengan demikian suatu sistem pengendalian yang baik harus mampu mengendalikan operasi perusahaan secara efektif dan efisien. Penulis dalam penelitian ini akan lebih memfokuskan pada masalah manfaat penerapan sistem pengendalian manajemen pelayanan pasien rawat inap dalam meningkatkan kinerja instalasi rawat inap. Penulis berpendapat bahwa pentingnya topik tersebut untuk dikaji kembali adalah untuk mengetahui ada tidaknya manfaat penerapan sistem pengendalian manajemen pelayanan pasien rawat inap dalam meningkatkan kinerja instalasi rawat inap. Dalam pelayanan pasien rawat inap terdapat aktivitas-aktivitas yang sangat kompleks, dimana pasien akan memperoleh pelayanan yang bermacam-
macam, seperti: rawat perawatan, obat-obatan, kunjungan dokter periksa, pemeriksaan intensif yang membutuhkan sarana penunjang medis lainnya, yang semuanya itu akan dibebankan kepada pasien (Merupakan pendapatan operasional bagi pihak Rumah Sakit). Diperlukannya sistem pengendalian manajemen adalah untuk menuntun dan memotivasi usaha guna mencapai tujuan organisasi maupun untuk mengoreksi unjuk kerja yang tidak efektif dan tidak efisien. Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, penulis tertarik untuk mengambil judul skripsi sebagai berikut: “MANFAAT PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN DALAM MENINGKATKAN KINERJA INSTALASI RAWAT INAP” (Studi Kasus pada Rumah Sakit Santo Yusup)
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan di atas, penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana efektivitas penerapan sistem pengendalian manajemen pelayanan pasien rawat inap yang ada di Rumah Sakit Santo Yusup 2.
Bagaimana kinerja instalasi rawat inap Rumah Sakit Santo Yusup meningkat
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui efektivitas penerapan sistem pengendalian manajemen pelayanan pasien rawat inap di Rumah Sakit Santo Yusup . 2. Mengetahui kinerja instalasi rawat inap Rumah Sakit Santo Yusup telah meningkat
1.4 Kegunaan Penelitian Dengan adanya penelitian ini penulis berharap agar terdapat kegunaan untuk berbagai pihak, diantaranya:
a) Bagi penulis Dengan penelitian yang dilakukan penulis, diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar dalam pemahaman terhadap disiplin ilmu akuntansi, khususnya hal-hal yang berkaitan dengan masalah sistem pengendalian manajemen yang diterapkan di Rumah Sakit. b) Bagi rumah sakit •
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Rumah Sakit sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan efektivitas sistem pengendalian manajemen pelayanan pasien rawat inap yang dijalankan Rumah Sakit.
•
Dari hasil penelitian tersebut penulis dapat memberikan saransaran
yang
dapat
dijadikan
tolak
ukur
dan
bahan
pertimbangan di dalam menyusun rencana selanjutnya. c) Bagi pihak lain Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi dan rujukan mengenai topik-topik yang berkaitan
1.5 Kerangka Pemikiran Setiap perusahaan sangat memerlukan suatu pengendalian untuk menjamin bahwa aktivitas perusahaan telah dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Sistem pengendalian akan mengarahkan dan menuntun perusahaan ke tujuan yang diinginkan. Pengendalian perusahaan secara keseluruhan ini memerlukan sistem pengendalian oleh para manajer yang disebut dengan Sistem Pengendalian Manajemen. Pengendalian manajemen merupakan semua metode, prosedur dan sarana termasuk sistem dalam pengendalian manajemen, yang digunakan oleh manajemen untuk menjamin dipatuhinya kebijakan dan strategi perusahaan. Sistem Pengendalian Manajemen adalah suatu proses dan struktur yang tersusun secara sistematis dan digunakan oleh manajemen dalam pengendalian manajemen. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Sistem Pengendalian
Manajemen adalah merupakan tindakan untuk mengarahkan operasi perusahaan, dimana tindakan ini dapat berupa koreksi atas kekurangankekurangan serta penyesuaian-penyesuaian aktivitas agar sesuai dengan tujuan dan strategi perusahaan. Definisi pengendalian manajemen menurut Robert N. Anthony dan Vijay Govindarajan yang dialihbahasakan oleh F.X Kurniawan Tjakrawala (2002:6) adalah sebagai berikut: “Pengendalian manajemen merupakan proses di mana para manajer mempengaruhi
anggota
organisasi
lainnya
untuk
mengimplementasikan strategi organisasi.” Definisi Sistem Pengendalian Manajemen menurut Marciariello dan Kirby yang dialihbahasakan oleh Abdul Halim, Achmad Tjahjono, dan Muh. Fakhri Husein (2003:12) adalah sebagai berikut: “Sistem Pengendalian Manajemen sebagai perangkat struktur komunikasi yang saling berhubungan yang memudahkan pemrosesan informasi dengan maksud membantu manajer mengkoordinasikan bagian-bagian yang ada dan pencapaian tujuan organisasi secara terus menerus.” Sistem pengendalian yang baik akan mengarahkan berbagai macam usaha yang dilaksanakan oleh semua unit organisasi kearah tujuan organisasi. Pengendalian yang baik dalam arti dapat diandalkan dan memadai adalah jika pengendalian tersebut dapat mengindikasikan bahwa sistem, prosedur, dan metode yang dijalankan sesuai dengan kebijakan dan ketentuan yang telah ditetapkan, serta efektif dan efisien dalam penggunaan sumber daya yang ada. Pengendalian manajemen merupakan suatu proses dimana para manajer menjamin bahwa sumber-sumber yang diperoleh, digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Kinerja perusahaan dapat diukur berdasarkan berbagai cara, baik dari segi finansial maupun dari segi non finansial. Sebagai contoh, pengukuran
kinerja perusahaan tersebut dapat berupa kapasitas produksi, perluasan jangkauan pelayanan, produktivitas karyawan, aduan masyarakat, kepuasan konsumen, pendapatan, beban, dan banyak ukuran atau rasio yang dapat dipakai untuk mengukurnya. Untuk mengelola prestasi yang baik maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu perlu dilakukan pendefinisian terhadap pekerjaan jabatan atau tugas, karena hal tersebut menyangkut tanggung jawab, hasil dan sasaran suatu jabatan, maka akan memudahkan dalam menilai prestasi kerjanya tersebut.Dalam mengelola suatu prestasi yang baik, terdapat 3 persyaratan yang harus dipenuhi dalam melaksanakan prestasi kerja yaitu standar, informasi, dan tindakan kreatif. Standar diperlukan agar hasil dapat diterima sesuai tujuan dan sasaran. Informasi menunjukkan hasil nyata dan hasil yang direncanakan dapat dibandingkan secara cukup dan dapat dipercaya. Sedangkan tindakan kreatif merupakan tindakan yang diambil oleh manajer puncak pada sat hasil nyata tidak efektif, karena tanpa kemampuan untuk mengambil tindakan kreatif, fungi pengendalian tidak mempunyai arti. Performance merupakan suatu pola tindakan atau perilaku yang tampak dalam mencapai tujuan diukur atau dibandingkan dengan suatu standar. Jadi unjuk kerja atau performance adalah pencapaian suatu tujuan dari suatu kegiatan atau pekerjaan tertentu dengan memperhitungkan perilaku yang diukur dengan suatu standar. Dengan demikian hasil dari kegiatan perusahaan harus dinilai. Dari segi finansial kinerja perusahaan dapat diukur berdasarkan tingkat pendapatan yang merupakan komponen yang penting yang ingin dicapai dalam tujuan organisasi. Pendapatan bagi suatu perusahaan merupakan hal yang sangat penting karena dengan pendapatan operasi perusahaan dapat berjalan serta diharapkan akan memperoleh laba untuk kelangsungan hidup serta mengembangkan usahanya. Dalam organisasi Rumah Sakit yang tidak berorientasi laba (non profit oriented), maka bisanya manajemen Rumah Sakit akan menghubungkan pendapatan dari pasien dengan indikator lainnya yang berhubungan dengan
tingkat pelayanan Rumah Sakit. Untuk menilai tingkat keberhasilan / memberikan gambaran tentang keadaan pelayanan di Rumah Sakit biasanya dilihat dari berbagai segi, yaitu: a. Peningkatan pemanfaatan pelayanan b. Mutu pelayanan c. Tingkat efisiensi pelayanan d. Aksesibilitas e. Cakupan f. Ketersediaan g. Tenaga dan alat Untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan Rumah Sakit, diperlukan berbagai indikator. Selain itu, agar informasi yang ada dapat bermakna, harus ada parameter yang akan dipakai sebagai nilai banding antara fakta dengan standar yang diinginkan. Terdapat banyak sekali indikator yang dipakai untuk menilai suatu Rumah Sakit, khususnya yang menyangkut instalasi rawat inap. Menurut A.A Gde Muninjaya (2004:232), indikator yang paling sering digunakan yaitu: 1.Bed Occupancy Rate (BOR) 2.Average Length of Stay (ALOS/LOS) 3.Bed Turn Over (BTO) 4.Turn Over Internal (TOI) Indikator tersebut dapat dijelaskan sebagaimana berikut ini: Ad 1. BOR (Bed Occupancy Rate) adalah rata-rata prosentase dari tempat tidur yang tersedia yang dihuni atau dipakai oleh penderita selama satu periode waktu atau per hari, dengan rumus: BOR= Jumlah hari perawatan Rumah Sakit x 100% Jumlah tempat tidur x jumlah hari Ad 2. LOS (Long Of Stay) / Rata-rata lamanya dirawat adalah rata-rata lamanya (dinyatakan dalam hari ) dari masing-masing penderita yang keluar dibagi dengan jumlah penderita yang keluar tersebut selama jangka waktu tertentu atau periode tertentu.
LOS= Jumlah hari perawatan selama periode tertentu Jumlah penderita yang keluar (hidup+mati) pada periode tertentu Ad 3. BTO / Bed Turn Over adalah rata-rata penderita yang menghuni sebuah tempat tidur selama suatu periode. Frekuensi pemakaian tempat tidur yang menunjukkan berapa kali satu satuan waktu tertentu (biasanya satu tahun) tempat tidur Rumah Sakit dipakai, dengan rumus: BTO = Jumlah penderita yang keluar (hidup+mati) Jumlah tempat tidur yang tersedia pada periode tertentu Ad 4.
Turn Over Internal adalah rata-rata lamanya waktu (dinyatakan dalam hari) dimana sebuah tempat tidur tidak dihuni / dipakai diantara dua perawatan penderita (antara penderita keluar dan penderita yang masuk berikutnya). Jadi merupakan rata-rata hari, tempat tidur tidak ditempati dari saat terisi ke saat terisi berikutnya, dengan rumus:
TOI = Jumlah hari perawatan yang tersedia – Jumlah hari perawatan yang terpakai Jumlah penderita yang keluar (hidup+mati) pada periode tertentu = (Jumlah tempat tidur x hari) – hari perawatan Rumah Sakit Jumlah penderita yang keluar (hidup+mati) dalam tahun Penerapan proses
sistem pengendalian manajemen yang memadai,
terdiri dari penyusunan program, penyusunan anggaran, pelaksanaan dan pengukuran, serta pelaporan dan analisis oleh perusahaan dimaksudkan agar pengendalian terhadap pelayanan pasien rawat inap dapat berjalan dengan efektif. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut: “Sistem Pengendalian Manajemen Pelayanan Pasien Rawat Inap yang Efektif Bermanfaat dalam Meningkatkan Kinerja Instalasi Rawat Inap.”
1.6
Metodologi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
analitis, yaitu suatu pendekatan yang bertujuan memberikan gambaran keadaan objek penelitian yang sebenarnya. Data-data yang diperoleh kemudian diolah, dianalisis, dan diproses lebih lanjut dengan dasar teori-teori yang telah dipelajari, untuk kemudian ditarik kesimpulan. Untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik-teknik sebagai berikut: 1.
Penelitian Lapangan Penelitian yang dilakukan secara langsung di tempat penelitian, dengan maksud untuk memperoleh data primer yang meliputi: a. Wawancara, melakukan tanya jawab untuk mendapatkan informasi tentang permasalahan yang diteliti dengan pihak-pihak yang berwenang. b. Dokumentasi, dokumen diperoleh di bagian rekam medis rumah sakit serta di bagian PURS (Pengembangan Usaha Rumah Sakit). c. Kuesioner, cara pengisian kuesioner atau daftar pertanyaan terstruktur dari masing-masing bagian yang terkait serta kepada pasien rawat inap tiap-tiap bagian.
2. Studi Kepustakaan Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data sekunder dengan mempelajari literatur-literatur tertentu yang berkaitan dengan objek penelitian.
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di instalasi rawat inap RS St.Yusup yang berlokasi di Jl. Cikutra No. 7 Cicadas, Bandung. Penelitian ini berlangsung dari bulan September-Oktober 2005.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Pengendalian Manajemen 2.1.1 Pengertian Sistem Pengertian sistem menurut Abdul Halim, Achmad Tjahjono, dan Muh. Fakhri Husein (2003:3) adalah sebagai berikut: “Sistem adalah suatu kegiatan yang telah ditentukan caranya dan biasanya dilakukan berulang-ulang.“ Menurut Anthony dan Govindarajan yang dialihbahasakan oleh F.X. Kurniawan Tjakrawala (2005:7), pengertian sistem yaitu: “Sebuah sistem merupakan suatu cara tertentu dan biasanya berulang untuk melaksanakan suatu atau serangkaian aktivitas.” Dalam kegiatan suatu organisasi, banyak tindakan manajemen yang tidak sistematis. Keadaan tidak memungkinkan bagi seorang manajer untuk menggunakan aturan sistem yang telah ditetapkan, sehingga manajer menggunakan pertimbangan pribadinya dalam bertindak. Kegiatan seperti ini biasanya berkaitan dengan interaksi antara manajer yang satu dengan yang lainnya dan manajer dengan bawahannya. Ketepatan sistem itu sendiri akhirnya tergantung pada kemampuan manajer mengatur seseorang, tidak lagi berdasarkan aturan yang ditentukan oleh sistem tersebut.
2.1.2 Pengertian Pengendalian Pengendalian berkaitan erat dengan fungsi manajemen, dimana fungsi ini diawali dari perencanaan dan diikuti dengan pengendalian agar tujuan perusahaan tercapai dengan efektif dan efisien. Fungsi manajemen dimulai dari perencanaan, yaitu penetapan tujuan perusahaan secara umum. Langkah selanjutnya adalah menentukan langkah apa dan bagaimana hal tersebut dapat dilaksanakan. Kebijakan-kebijakan yang harus diambil oleh manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan biasa disebut dengan strategi. Setelah strategi diterapkan, manajemen perusahaan membutuhkan keyakinan bahwa operasi perusahaan telah diarahkan sesuai dengan tujuan perusahaan dan dilaksanakan dengan menggunakan strategi yang tepat. Agar tujuan perusahaan dapat tercapai dengan efektif dan efisien, manajemen harus memerlukan suatu proses yang disebut pengendalian. Pengendalian menurut Hansen & Mowen yang direvisi oleh Abdul Halim, Achmad Tjahjono, dan Muh. Fakhri Husein (2003:4) adalah sebagai berikut: “Pengendalian adalah proses penetapan standar, dengan menerima umpan balik berupa kinerja sesungguhnya, dan mengambil tindakan yang diperlukan jika kinerja sesungguhnya berbeda secara signifikan dengan apa yang telah direncanakan.” Dengan
demikian
pengendalian
merupakan
aktivitas
yang
menyangkut tindakan dan evaluasi, yang berarti implementasi dari perencanaan dan penggunaan umpan balik agar supaya sasaran dicapai secara total. Pengendalian dilakukan untuk mengarahkan aktivitas perusahaan agar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dapat tercapai dengan efektif dan efisien. Proses pengendalian meliputi tiga langkah yaitu menentukan standar, mengevaluasi pelaksanaan kerja dan melakukan tindakan koreksi. Jadi dengan demikian dapat dinyatakan bahwa pengendalian merupakan fungsi manajemen yang melakukan pengukuran dan koreksi terhadap aktivitas perusahaan untuk
menjamin bahwa operasi perusahaan telah berjalan sesuai dengan rencana dan beroperasi dengan efektif dan efisien.
2.1.2.1 Elemen-elemen Proses Pengendalian Suatu sistem pengendalian mempunyai beberapa elemen yang memungkinkan pengendalian berjalan dengan baik. Elemen-elemen
sistem
pengendalian
menurut
Anthony
&
Govindarajan yang dialihbahasakan oleh F.X. Kurniawan Tjakrawala (2005:3), adalah: 1. Pelacak (detector) atau sensor 2. Penaksir (assessor) 3. Effector 4. Jaringan Komunikasi Elemen-elemen sistem pengendalian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Ad 1. Pelacak (detector) atau sensor yakni sebuah perangkat yang mengukur apa yang sesungguhnya terjadi dalam proses yang sedang dikendalikan. Ad 2. Penaksir (assessor) yakni suatu perangkat yang menentukan signifikansi dari peristiwa aktual dengan membandingkannya dengan beberapa standar atau ekspektasi dari apa yang seharunya terjadi. Ad 3. Effector yakni suatu perangkat (yang sering disebut “feedback”) yang mengubah perilaku jika assessor mengindikasikan kebutuhan yang perlu dipenuhi. Ad. 4 Jaringan Komunikasi yakni alat yang mengirim informasi antara detector dan assessor dan antara assessor dan effector.
Gambar 2.1.2.1 Elemen-elemen Proses Pengendalian
2.1.3 Pengertian Manajemen Salah satu pengertian manajemen adalah seni mencapai tujuan melalui tangan orang lain. Pengertian yang lain adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian pekerjaan anggota organisasi, serta pengendalian sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Sebuah organisasi terdiri dari sekelompok orang yang bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu bersama. Fungsi-fungsi manajemen menurut Stephen P. Robbins dan Mary Coulter yang dialihbahasakan oleh T. Hermaya dan Harry Slamet (2004:8) adalah sebagai berikut: 1. Fungsi perencanaan 2. Fungsi pengorganisasian 3. Fungsi kepemimpinan 4. Fungsi pengendalian
Fungsi-fungsi manajemen di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: Ad 1. Fungsi Perencanaan yaitu fungsi manajemen yang mencakup proses menentukan tugas apa yang harus dilakukan, siapa yang harus melakukan, bagaimana cara mengelompokkan tugas-tugas itu, siapa harus melapor ke siapa, dan dimana keputusan harus dibuat. Ad 2. Fungsi pengorganisasian yaitu fungsi manajemen yang mencakup proses memotivasi bawahan, mempengaruhi individu atau tim sewaktu mereka bekerja, memiliki saluran komunikasi yang paling efektif, dan memecahkan dengan berbagai cara masalah perilaku karyawan. Ad 3. Fungsi kepemimpinan yaitu fungsi manajemen yang mencakup proses memantau kinerja aktual, membandingkan aktual dengan standar, dan membuat koreksinya, jika perlu. Ad 4. Fungsi pengendalian yaitu fungsi manajemen yang mencakup proses
mendefinisikan
mencapai
sasaran
itu
sasaran, dan
menetapkan menyusun
strategi rencana
untuk untuk
mengintegrasikan dan mengkoordinasikan sejumlah kegiatan. Pengertian Proses Manajemen menurut Stephen P. Robbins & Mary Coulter yang dialihbahasakan oleh T. Hermaya dan Harry Slamet (2004:8) (2004:8) yaitu: “Proses manajemen adalah serangkaian keputusan dan kegiatan kerja yang sedang terjadi yang dialami oleh para manajer sewaktu mereka merencanakan, mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan.”
2.1.4
Pengertian Pengendalian Manajemen Pengendalian manajemen merupakan proses untuk memotivasi dan
memberi semangat anggota organisasi dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Pengendalian manajemen juga merupakan suatu proses untuk mendeteksi dan mengoreksi kesalahan-
kesalahan unjuk kerja yang tidak disengaja dan ketidakberesan yang disengaja. Pada perusahaan yang relatif kecil, pimpinan perusahaan dapat melaksanakan pengelolaan kegiatan perusahaan secara langsung. Pimpinan dapat secara langsung merencanakan dan mengendalikan pelaksanaannya. Dengan semakin berkembangnya perusahaan, pimpinan tidak akan mampu lagi mengelola perusahaan sendirian. Untuk itu dia memerlukan bantuan staf lain untuk melaksanakan sebagian fungsinya dengan cara delegasi wewenang kepada staf tersebut. Untuk memastikan bahwa operasi perusahaan telah berjalan sesuai dengan rencana maka diperlukan pengendalian manajemen. Pengendalian manajemen dalam suatu perusahaan melibatkan beberapa macam aktivitas, seperti perencanaan (planning) yang berarti apa yang harus dilakukan oleh perusahaan. Langkah selanjutnya adalah koordinasi (coordinating) dengan beberapa bagian yang ada dalam perusahaan untuk kepentingan pencapaian tujuan perusahaan. Setelah koordinasi dilaksanakan kemudian mengkomunikasikan informasi kepada semua tingkatan manajemen yang ada di dalam perusahaan. Pada setiap periode, dilaksanakan evaluasi dan strategi apa yang harus dilakukan. Dengan demikian pengendalian manajemen dilakukan untuk menjamin bahwa semua strategi yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai oleh perusahaan. Definisi pengendalian manajemen menurut Robert N. Anthony dan Vijay Govindarajan yang dialihbahasakan oleh F.X Kurniawan Tjakrawala (2005:8) adalah sebagai berikut: “Pengendalian manajemen merupakan proses di mana para manajer mempengaruhi
anggota
organisasi
lainnya
untuk
mengimplementasikan strategi organisasi.” Pengendalian manajemen terdiri atas bermacam-macam kegiatan, diantaranya: •
Merencanakan apa yang seharusnya dilakukan oleh organisasi
•
Mengkoordinasikan kegiatan dari beberapa bagian organisasi
•
Mengkomunikasikan informasi
•
Mengevaluasi informasi
•
Memutuskan tindakan apa yang seharusnya diambil jika perlu
•
Mempengaruhi orang-orang untuk mengubah perilaku mereka
Dari definisi-definisi tersebut di atas, diketahui bahwa pengendalian manajemen merupakan suatu proses yang digunakan oleh manajemen untuk menjamin bahwa perusahaan yang dikelolanya telah melaksanakan strategi secara efektif dan efisien. Dalam melaksanakan pengendaliannya, manajemen menggunakan
metode
dan
prosedur
termasuk
di
dalamnya
sistem
pengendalian manajemen yang terdiri atas struktur organisasi, wewenang, tanggung jawab, dan informasi untuk melaksanakan pengendalian yang memastikan bahwa organisasi telah berfungsi untuk mencapai tujuan. Tujuan pengendalian manajemen adalah menjamin bahwa strategi yang dijalankan sesuai dengan tujuan organisasi yang akan dituju. Jadi, apabila seorang manajer menemukan cara yang lebih baik dalam operasi sehari-harinya, pengendalian manajemen seharusnya tidak melarang manajer tersebut melakukan dengan cara yang menurut dia benar. Pengendalian
manajemen
merupakan
alat
bagi
manajemen
dalam
mengimplementasikan rencana dan strategi dengan cara mempengaruhi anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk mengembangkan pengendalian manajemen yang efektif, organisasi harus memiliki tujuan, strategi, program dan kebijakan yang jelas dan realistis. Pengendalian manajemen yang efektif pada dasarnya memerlukan prosedur-prosedur yang tepat, sehingga memungkinkan bagi manajer untuk melakukan pengawasan dan pengevaluasian atas masukan dan keluaran secara optimum. Untuk lebih jelasnya, proses pengendalian manajemen secara formal dapat dijelaskan lewat gambar berikut ini:
Gambar 2.1.4 Proses Pengendalian Manajemen secara Formal
Dengan demikian, manajemen memerlukan suatu sistem untuk menangani proses yang digunakan oleh manajemen untuk menjamin bahwa organisasi yang dikelolanya telah melaksanakan strateginya secara efektif dan efisien, sistem tersebut dikenal dengan istilah dengan Sistem Pengendalian Manajemen.
2.1.5
Pengertian Sistem Pengendalian Manajemen
2.1.5.1 Definisi Sistem Pengendalian Manajemen Definisi Sistem Pengendalian Manajemen menurut R.A Supriyono (2000:27): “Sistem pengendalian manajemen adalah system yang digunakan oleh manajemen untuk mempengaruhi anggota organisasinya agar melaksankan strategi dan kebijakan organisasi secara efisien dan efektif dalam rangka mencapai tujuan organisasi, sistem pengendalian manajemen terdiri atas struktur dan proses.” Suatu sistem diciptakan untuk mencapai tujuan tertentu. Sistem Pengendalian Manajemen dirancang untuk mencapai tujuan perusahaan yang ditetapkan dalam proses yang disebut perencanaan stratejik. Dalam
proses ini manajemen menetapkan tujuan perusahaan dan memutuskan berbagai strategi untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk mencapai tujuan melalui berbagai strategi yang telah ditetapkan, manajemen memerlukan suatu sistem untuk mengalokasikan pengunaan berbagai sumber ekonomi perusahaan secara efektif dan efisien. Secara singkat dikatakan bahwa Sistem Pengendalian Manajemen merupakan suatu sistem yang digunakan oleh para manajer untuk mengarahkan anggota organisasi agar melaksanakan kegiatan secara efektif dan efisien sesuai strategi pokok yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan dan sasaran. Aktivitas Sistem Pengendalian Manajemen meliputi aktivitas untuk merencanakan tujuan yang hendak dicapai dan strategi yang harus dilaksanakan serta mengendalikan dan mengarahkan operasi organisasi sesuai rencana dan tujuan perusahaan. Jadi, Sistem Pengendalian Manajemen adalah merupakan suatu sistem yang dirancang untuk menjamin bahwa organisasi telah melaksanakan strateginya secara efektif dan efisien melalui para manajernya. Dua unsur yang penting dalam sistem pengendalian manajemen adalah lingkungan pengendalian dan proses pengendalian.
2.1.5.2 Struktur Sistem Pengendalian Manajemen Pengendalian manajemen sebenarnya merupakan suatu proses. Dalam proses tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan. Dua aspek penting dari lingkungan tersebut adalah eksternal dan internal. Faktor internal dalam hal ini adalah struktur organisasi, struktur program, struktur rekening, faktor administratif, faktor perilaku, dan faktor budaya. Satu faktor penting adalah baik lingkungan internal maupun eksternal bervariasi pada setiap organisasi sehingga pengaruhnya terhadap proses pengendalian manajemen juga akan berbeda. Suatu organisasi mempunyai tujuan dan fungsi pengendalian manajemen yaitu mendorong anggota organisasi mencapai tujuan. Disinilah faktor keselarasan tujuan masing-masing anggota organisasi dalam pencapaian tujuan organisasi.
Sistem Pengendalian Manajemen dipusatkan pada berbagai jenis pusat pertanggungjawaban. Definisi pusat pertanggungjawaban menurut Abdul Halim, Achmad Tjahjono, dan Muh. Fakhri Husein (2003:74): “Pusat pertanggungjawaban adalah satu unit organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer pertanggungjawaban.” Jenis-jenis pusat pertanggungjawaban menurut Abdul Halim, Achmad Tjahjono, dan Muh. Fakhri Husein (2003:74), adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.
Pusat Pendapatan Pusat Biaya Pusat Laba Pusat Investasi
Pusat-pusat pertanggungjawaban di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: Ad 1. Pusat pendapatan merupakan pusat pertanggungjawaban yang manajernya diukur prestasinya berdasarkan pendapatannya. Manajer pusat pendapatan tidak dimintai pertanggungjawabannya mengenai masukannya, karena dia tidak mempengaruhi pemakaian masukan tersebut. Pusat pendapatan bertanggung jawab terhadap pencapaian pendapatan yang ditargetkan tanpa harus dibebani tanggung jawab pencapaian pendapatan yang ditargetkan tanpa harus dibebani tanggung jawab mengenai biaya yang terjadi di departemennya. Karena biaya seringkali tidak mempunyai hubungan dengan pendapatan yang diperoleh oleh departemen tersebut. Pada umumnya, biaya-biaya yang terjadi dalam pusat pendapatan merupakan biaya kebijakan, maka pusat pandapatan umumnya juga merupakan pusat biaya kebijakan. Ad 2. Pusat biaya merupakan pusat pertanggungjawaban yang manajernya diukur prestasinya atas dasar biayanya (nilai masukannya). Setiap pusat
pertanggungjawaban
mengkonsumsi
masukan
dan
menghasilkan keluarannya tidak dapat atau tidak perlu diukur dalam bentuk pendapatan. Hal ini disebabkan karena kemungkinan keluaran pusat biaya tersebut tidak bertanggung jawab atas keluaran pusat biaya tersebut. Berdasarkan hubungan antara keluaran dan masukannya, pusat biaya dapat dibagi lagi menjadi: •
Pusat Biaya Teknik Pusat biaya teknik adalah pusat pertanggungjawaban yang sebagian besar masukannya mempunyai hubungan yang nyata dan erat dengan keluarannya. Manajer pusat biaya teknik diukur prestasinya atas dasar seberapa jauh dia dapat mempertahankan efisiensinya.
•
Pusat Biaya Kebijakan Pusat biaya kebijakan adalah pusat pertanggungjawaban yang sebagian besar masukannya tidak mempunyai hubungan dengan keluarannya. Pusat biaya kebijakan tidak dapat diukur prestasinya dari susut efisiensinya. Pengendalian pusat biaya kebijakan dilakukan dengan menggunakan anggaran sebagai pedoman bagi manajer.
Ad 3. Pusat laba merupakan pusat pertanggungjawaban yang manajernya diukur dari selisih antara pendapatan dengan biaya untuk memperoleh pendapatan tersebut. Dalam pusat laba, masukan dan keluarannya diukur dalam satuan uang untuk menghitung laba yang merupakan dasar pengukuran prestasi manajer. Dalam akuntansi keuangan, pendapatan diakui dan dicatat pada saat terjadi transaksi penjualan. Suatu pusat pertanggungjawaban merupakan pusat laba jika manajemen menghendaki untuk mengukur keluaran pusat pertanggungjawaban tersebut dalam satuan uang dan manajer pusat pertanggungjawaban tersebut diukur prestasinya atas dasar selisih antara pendapatan dengan biayanya.
Ad 4. Pusat investasi adalah pusat laba yang prestasi manajernya diukur dengan
menghubungkan
pertanggungjawaban
laba
tersebut
yang
diperoleh
pusat
dengan
investasi
yang
bersangkutan. Ukuran prestasi manajer pusat investasi dapat berupa rasio antara laba dengan investasi yang digunakan untuk memperoleh laba (ROI = Return On Investment). Prestasi dapat juga diukur dengan menggunakan residual income ( laba dikurangi beban modal / capital charge).
2.1.5.3
Proses Sistem Pengendalian Manajemen Seperti diungkapkan di atas, sistem pengendalian manajemen terdiri
dari struktur dan proses. Struktur merupakan hubungan antara komponen yang dinyatakan dalam bentuk organisasi dan sifat informasi yang mengalir di antara unit-unit tersebut. Sedangkan proses merupakan seperangkat tindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa organisasi bekerja untuk mencapai tujuannya melibatkan banyak komunikasi. Komunikasi ini dapat bersifat formal dan informal. Komunikasi informal dapat berupa percakapan, memo, pertemuan, dan lain-lain. Komunikasi formal meliputi tahap-tahap yang terstruktur yang saling terkait. Menurut Abdul Halim, Achmad Tjahjono, dan Muh. Fakhri Husein (2003:15) menyatakan bahwa proses sistem pengendalian manajemen formal meliputi tahap-tahap sebagai berikut: 1. Perencanaan Strategi 2. Penyusunan Anggaran 3. Pelaksanaan 4. Evaluasi Kinerja Proses sistem pengendalian manajemen di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: Ad 1.
Perencanaan strategi (pemrograman) adalah proses memutuskan program-program utama yang akan dilakukan suatu organisasi dalam rangka implementasi strategi dan menaksir jumlah sumber daya yang
akan dialokasikan untuk tiap-tiap program jangka panjang beberapa tahun yang akan datang. Keluaran dari proses perencanaan strategi berbentuk dokumen yang dinamakan strategic plan (atau sering juga disebut program). Informasi tentang program meliputi beberapa tahun yang akan datang, biasanya meliputi tiga atau lima tahun. Dalam perusahaan yang berorientasi laba, setiap produk utama atau lini produk disebut sebagai program. Sedangkan dalam organisasi nirlaba, bentuk utama jasa organisasi yang ditawarkan merupakan suatu program. Ad 2.
Penyusunan anggaran adalah proses pengoperasionalan rencana dalam bentuk pengkuantifikasian, biasanya dalam unit moneter, untuk kurun waktu tertentu. Hasil dari penyusunan anggaran adalah anggaran. Anggaran merupakan rencana yang diungkapkan secara kuantitatif, biasanya dalam unit moneter, meliputi periode waktu tertentu, biasanya satu tahun. Program atau strategic plan yang telah disetujui pada tahap sebelumnya, merupakan titik awal dalam mempersiapkan anggaran. Anggaran menunjukkan jabaran dari program dengan menggunakan informasi terkini. Dalam anggaran, program
dihubungkan
terhadap
pusat
pertanggungjawaban,
bukannya program secara individual. Anggaran menggambarkan biaya-biaya
yang
dikeluarkan
oleh
setiap
manajer
yang
bertanggungjawab terhadap sebuah program atau bagian dari program. Proses penyusunan anggaran pada dasarnya merupakan suatu proses negosiasi antara manajer pusat pertanggungjawaban dan atasannya. Hasil akhir proses negosiasi adalah persetujuan tentang perkiraan biaya yang akan terjadi selama satu tahun (untuk pusat biaya), atau anggaran laba atau ROI yang disyaratkan (untuk pusat laba atau pusat investasi)
Ad 3.
Pelaksanaan Selama tahun anggaran manajer melakukan program atau bagian dari program yang menjadi tanggung jawabnya. Laporan yang dibuat hendaknya menunjukkan dapat menyediakan informasi tentang program
dan
pusat
pertanggungjawaban.
Laporan
pusat
pertanggungjawaban juga harus menunjukkan informasi untuk mengukur kinerja keuangan maupun non keuangan, informasi internal maupun informasi eksternal. Ad 4.
Evaluasi Kinerja Kegiatan terakhir dari proses pengendalian manajemen adalah menilai kinerja manajer pusat pertanggungjawaban. Prestasi kerja pada intinya bisa dilihat dari efisien dan efektif tidaknya suatu pusat pertanggungjawaban menjalankan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Evaluasi dilakukan dengan cara membandingkan antara realisasi
anggaran
dengan
anggaran
yang
telah
ditetapkan
sebelumnya.
2.2
Organisasi Nirlaba
2.2.1
Pengertian Organisasi Nirlaba Sejalan dengan perkembangan masyarakat, berkembang pula
organisasi yang disebut organisasi nirlaba, yaitu organisasi yang dalam operasinya tidak berorientasi untuk menghasilkan laba. Pada umumnya organisasi jenis ini lebih menekankan pada pelayanan sebaik-baiknya pada pihak eksternal, misalnya organisasi pelayanan kesehatan, pendidikan, layanan sosial dan keagamaan. Pengertian organisasi nirlaba menurut Abdul Halim, Achmad Tjahjono, dan Muh. Fakhri Huesin (2003:252): “Organisasi nirlaba menurut definisi hukumnya merupakan organisasi yang tidak bias mengalihkan aktiva, pendapatan, atau
keuntungannya kepada anggota, pegawai, direktur organisasi tersebut.” Salah satu contoh dari organisasi nirlaba adalah organisasi kesehatan. Organisasi kesehatan terdiri atas Rumah Sakit, klinik, dan organisasi pelayanan kesehatan lainnya, seperti: organisasi pemeliharaan kesehatan, rumah peristirahatan dan perawatan, laboratorium kesehatan, dan lain sebagainya. Walaupun organisasi-organisasi tersebut sebagaian besar memiliki karakteristik organisasi non profit, namun beberapa diantaranya berorientasi pada laba. Secara hukum, organisasi nirlaba adalah organisasi yang tidak dapat membagi kekayaan yang tidak dapat membagi kekayaan atau penghasilan kepada anggota, pejabat atau direkturnya. Jika terdapat kelebihan penghasilan atas biaya yang terjadi, maka kelebihan ini akan digunakan untuk pengembangan organisasinya. Industri layanan kesehatan berhubungan dengan kehidupan manusia, sehingga kualitas dalam pemberian jasa tersebut merupakan hal yang sangat penting. Karena itu, sistem pengendalian manajemen sangat diperlukan dalam hal ini. Banyak bukti empiris menyebutkan bahwa maksimasi keuntungan bukanlah satu-satunya tujuan utama.
2.2.2 Tujuan Organisasi Nirlaba Sesuai definisinya, organisasi nirlaba tidak meletakkan tingkat keuntungan sebagai tujuan utama. Tujuan utama mereka adalah menyediakan jasa, pendidikan, pelayanan untuk Rumah Sakit, pembelaan hukum, dan lainlain jasa. Keputusan-keputusan yang dibuat oleh manajemen mereka dimaksudkan untuk mengahsilkan jasa sebaik mungkin, dengan sumber daya yang tersedia, dan keberhasilan mereka diukur terutama dengan seberapa banyak jasa yang mereka berikan dan seberapa baik mereka memberikannya. Secara lebih mendasar, keberhasilan mereka sebaiknya diukur dengan seberapa banyak mereka memberi konribusi bagi kesejahteraan umum. Mengingat kesulitan pengukuran kualias dan kuantitas dari jasa yang
diberikan, sehingga pengukuran prestasi dalam organisasi nirlaba ini juga sulit. Organisasi nirlaba juga mempunyai tujuan mencari laba tapi berbeda dengan tujuan mencari laba seperti halnya dalam organisasi bisnis. Apabila mendapat laba, laba ini digunakan untuk dana cadanganm sumber dana unutk membeli asset, dan lain-lain.
2.2.3
Pengukuran Prestasi Pada Organisasi Nirlaba Berdasarkan definisi, tujuan organisasi nirlaba adalah sesuatu yang
bukan laba. Jadi, walaupun keluaran (output) pada organisasi seperti ini dapat diukur dalam satuan moneter (serupa dengan pendapatan pada organisasi yang berorientasi pada laba), selisih antara keluaran dengan masukan dalam bentuk uang tidak akan menjadi ukuran tentang seberapa baik organisasi telah mencapai tujuannya. Tujuannya lebih kepada bagaimana menyediakan jasa layanan sebanyak-banyaknya dengan sumber daya tertentu, atau menggunakan sumber daya sesedikit mungkin untuk menghasilkan jada tertentu. Dalam kebanyakan situasi, prestasi keuangan yang diharapkan dari organisasi nirlaba adalah prestasi pulang pokok (break even), artinya secara umum dan jangka panjang, pendapatan harus sama dengan pengeluaran. Jika pendapatan nirlaba melampaui pengeluaran dalam jumlah yang besar, ini merupakan pertanda bahwa harga yang dikenakan terlalu tinggi atau bahwa layanan yang diberikan kepada klien kurang memadai. Jika pendapatan lebih rendah dari pengeluaran, organisasi ini akan bankrut, persis seperti organisasi bisnis. Ada beberapa kualifikasi untuk generalisasi ini. Laba yang sedang-sedang saja mungkin dibenarkan bukan hanya sebagai pos persediaan dalam keadaan darurat, melainkan juga untuk memberikan imbalan kepada organisasi karena organisasi sudah mengeluarkan biaya dengan menggunakan modalnya sendiri, karena menyediakan dana untuk riset atau proyek lain yang disediakan bagi kepentingan umum walaupun tidak secara langsung memberi manfaat kepada klien yang ada, dan dalam beberapa keadaan untuk mengganti harta tetap.
2.3
Tinjauan Umum Atas Rumah Sakit
2.3.1
Pengertian Rumah Sakit Menurut
peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
Nomor
159b/Menkes/PER/1988, yang dimaksud dengan Rumah Sakit adalah: “Sarana
upaya
untuk
menyelenggarakan
kegiatan
pelayanan
kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kerja dan pelatihan.” Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, Rumah Sakit berfungsi sebagai: a. Tempat pengobatan (medical care) bagi penderita rawat jalan (outpatient) maupun rawat inap (in-patient) b. Tempat pendidikan / latihan tenaga medis maupun para medis c. Tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi di bidang kesehatan d. Tempat pencegahan dan peningkatan kesehatan Dalam penyerahan jasanya, sebuah Rumah Sakit swasta haruslah melaksanakan fungsi sosial-ekonomi. Fungsi sosial Rumah Sakit akan terlihat dalam kebijakan Rumah Sakit yang menyediakan 25% dari kapasitas tempat tidurnya untuk pasien yang kurang mampu atau tidak mampu. Kelebihan hasil eksploitasi kelas-kelas yang ditujukan untuk pasien mampu dibatasi untuk menutupi pengeluaran-pengeluaran bagi pasien yang kurang mampu atau dikembalikan kepada masyarakat dalam bentuk peningkatan mutu jasa perawatan ataupun pelayanan medis.
2.3.2
Klasifikasi Rumah Sakit Klasifikasi Rumah Sakit adalah suatu pengelompokkan Rumah Sakit
sesuai dengan kemampuan pelayanan dalam pembedaan bertingkat atau kelas, dimana senantiasa berkembang sesuai dengan perubahan kebutuhan.
Berdasarkan bentuk pelayanannya, Rumah Sakit dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus: a. Rumah Sakit Umum adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan dalam semua jenis yang bersifat sub-spesialistik b. Rumah Sakit Khusus adalah Rumah Sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan berdasarkan jenis tertentu, yakni penyakit mata, paru-paru, kusta, jiwa, dan lain-lain. Berdasarkan penyelenggaraannya, Rumah Sakit dapat digolongkan menjadi Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta: a.
Rumah Sakit Pemerintah adalah Rumah Sakit yang dimiliki dan diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan, Pemerintah Daerah, TNI, ataupun BUMN.
b.
Rumah Sakit Swasta adalah Rumah Sakit yang dimiliki dan diselenggarakan oleh: •
Yayasan, yang sudah disahkan oleh badan hukum.
•
Badan Hukum lain yang bersifat sosial
Rumah Sakit Umum akan diklasifikasikan lebih lanjut berdasarkan pembedaaan bertingkat menurut kemampuan pelayanan kesehatan yang dapat disediakan. Klasifikasi Rumah Sakit Umum menurut Departemen Kesehatan adalah sebagai berikut: a. Rumah Sakit Kelas D, adalah Rumah Sakit Umum yang mempunyai
fasilitas
dan
kemampuan
sekurang-kurangnya
pelayanan medis dasar (pelayanan kesehatan yang bersifat umum). b.
Rumah Sakit Kelas C, adalah Rumah Sakit Umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan media spesialistik, paling sedikit dalam empat cabang, yaitu: penyakit dalam, bedah, kebidanan (kandungan), dan kesehatan anak
c.
Rumah Sakit Kelas B1, adalah
Rumah Sakit Umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan medis spesialistik sekurangkurangnya sebelas jenis spesialistik.
d. Rumah Sakit Kelas B2, yaitu Rumah Sakit Umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik luas dan sub- spesialistik terbatas. e. Rumah Sakit Kelas A, yaitu Rumah Sakit Umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik dan subspesialistik luas. Klasifikasi Rumah Sakit Khusus ditentukan berdasarkan tingkat fasilitas ditetapkan tersendiri oleh Menteri Kesehatan.
2.3.3
Pentingnya Sistem Pengendalian Manajemen Seperti telah dijelaskan sebelumnya, Rumah Sakit merupakan
organisasi nirlaba yang berbeda jelas dengan organisasi berbentuk perusahaan yang bertujuan mencari laba. Walaupun merupakan organisasi nirlaba, tidak berarti dengan masalah pengelolaan keuangan, organisasi jenis ini umumnya memiliki sumber keuangan yang terbatas sehingga perlu ada prosedur kerja yang efisien untuk mengamankan sumber dana yang terbatas tersebut. Perencanaan keuangan tetap diperlukan walaupun sasaran organisasi tersebut bukan laba. Teknik yang biasa dilakukan Rumah Sakit adalah pengawasan keuangan secara preventif untuk mengamankan harta serta melakukan perbandingan prestasi dengan rencana yang telah ditetapkan. Manajemen Rumah Sakit menghadapi masalah yang cukup rumit, yaitu pertimbangan biaya dalam pelayanan medis. Hal ini disebabkan karena ada kalanya pelayanan medis yang efektif tidak selalu diikuti dengan efisiensi biaya. Kadang-kadang justru diperlukan biaya yang tinggi untuk memberikan pelayanan yang efektif. Manajemen harus mengambil keputusan dengan mempertimbangkan dana yang terbatas namun tetap memperhatikan faktor kemanusiaan lainnya. Sesuai dengan fungsi sistem pengendalian manajemen yang telah diuraikan sebelumnya dan mengaitkannya dengan kondisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem ini diperlukan di Rumah Sakit untuk memastikan bahwa semua strategi dan kebijakan dalam pengelolaan keuangan diarahkan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan yaitu pelayanan yang baik dan kelangsungan hidup organisasi.
2.4 Instalasi Rawat Inap Menurut Peraturan Menkes RI Nomor 159b/ Menkes/ PER/1988, yang dimaksud dengan instalasi rawat inap adalah: “Sarana penunjang kegiatan untuk pelaksanaan pelayanan pasien rawat inap.” Menurut Keputusan Menkes RI Nomor 560/Menkes/SK/IV/2003, yang dimaksud dengan pelayanan rawat inap, yaitu: “Pelayanan pasien untuk observasi , diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik, dan atau upaya pelayanan kesehatan lainnya dengan menginap di rumah sakit.” Pada Rumah Sakit, instalasi rawat inap merupakan bagian penting dari pelayanan kesehatan kepada pasien Rumah Sakit yang kegiatannya meliputi: 1. Perawatan kepada pasien rawat inap 2. Melakukan penyuluhan kepada pasien dalam melakukan pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit yang diderita 3. Pendidikan dan pelatihan kepada para tenaga medis dan paramedic dalam meningkatkan mutu pelayanan
2.5
Penilaian Kinerja Penilaian kinerja menurut Gary Siegel & Helene Ramanauskas -
Marconi yang dialihbahasakan oleh Mulyadi (2001:415) yaitu: “Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya
berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.” Tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran. Penilaian kinerja dilakukan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang dan menegakkan perilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang dan menegakkan perilaku yang semestinya diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta penghargaan, baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik. Kinerja perusahaan dapat diukur berdasarkan berbagai cara, baik dari segi finansial maupun dari segi non finansial. Sebagai contoh, pengukuran kinerja perusahaan tersebut dapat berupa kapasitas produksi, perluasan jangkauan pelayanan, produktivitas karyawan, aduan masyarakat, kepuasan konsumen, pendapatan, beban dan banyak ukuran atau rasio yang dapat dipakai untuk mengukurnya. Dari segi finansial, kinerja perusahaan dapat diukur berdasarkan tingkat pendapatan yang merupakan komponen penting yang ingin dicapai dalam tujuan organisasi. Pendapatan bagi suatu perusahaan merupakan hal yang sangat penting, karena dengan pendapatan, operasi perusahaan dapat berjalan serta diharapkan akan memperoleh laba untuk kelangsungan hidup serta mengembangkan usaha. Definisi pendapatan menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam bukunya Standar Akuntansi Keuangan (2004:23,2) adalah sebagai berikut: “Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode, bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.”
Prinsip pengakuan pendapatan menetapkan bahwa pendapatan diakui pada saat (1) direalisasi atau dapat direalisasi dan (2) dihasilkan. Pendapatan direalisasi bila barang dan jasa dipertukarkan dengan kas atau klaim atas kas (piutang). Pendapatan dapat direalisasikan bila aktiva yang diterima dapat dikonversikan segera pada jumlah kas atau klaim atas kas yang diketahui. Pendapatan dihasilkan bila suatu kesatuan sebagian besar telah menyelesaikan apa yang seharusnya dilakukan agar berhak atas manfaat yang diberikan dari pendapatan. Pendapatan adalah uang yang diterima atau akan diterima dalam satu periode anggaran sebagai bayaran atas jasa yang diserahkan. Kegiatankegiatan yang memberikan jasa pelayanan profesional kepada pasien diidentifikasikan sebagai pusat-pusat pendapatan di Rumah Sakit. Klasifikasi pendapatan di Rumah Sakit menurut Standar Akuntansi Keuangan Rumah Sakit yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pelayanan Medis Rumah Sakit adalah: 1. Pendapatan Operasional •
Pendapatan rawat jalan
•
Pendapatan rawat inap
•
Pendapatan unit penunjang
•
Pendapatan apotek
2. Pendapatan Non Operasional •
Pendapatan jasa lembaga keuangan
•
Pendapatan sewa
•
Pendapatan penjualan aktiva tetap
3. Pengurangan Pendapatan •
Restitusi, subsidi tidak mampu, asuransi kesehatan, penghapusan piutang
Unjuk kerja (Performance) suatu instalasi rawat inap dapat saja berbeda satu dengan yang lain. Tetapi dalam hal ini, indicator unjuk kerja yang dipakai yaitu 4 jenis. Indikator tersebut antara lain seperti yang dijelaskan di bawah ini:
1. Bed Occupancy Rate (BOR) adalah rata-rata persentase dari tempat tidur yang tersedia yang dihuni atau dipakai oleh penderita selama satu periode waktu atau per hari, dengan rumus: BOR= Jumlah hari perawatan Rumah Sakit x 100% Jumlah tempat tidur x jumlah hari Bila tempat tidur yang tersedia tidak konsisten selama 1 tahun (mungkin tersedia tempat tidur cadangan yang sewaktu-waktu dikeluarkan bila tempat tidur yang ada sudah penuh atau di tengah-tengah periode berjalan terjadi perluasan tempat tidur), maka sebaiknya sebagai denominator digunakan jumlah dari hari perawatan yang tersedia (bed days available) tiap-tiap hari. Manfaat: •
Untuk mengetahui tingkat pemanfaatan tempat tidur Rumah Sakit
•
Menggambarkan sampai seberapa jauh tempat tidur yang tersedia di Rumah Sakit dimanfaatkan untuk perawatan penderita rawat tinggal
Interpretasi •
Angka BOR yang rendah menunjukkan kurangnya pemanfaatan fasilitas Rumah Sakit oleh masyarakat
•
Umumnya nilai makin besar makin baik
•
Angka
BOR
yang
tinggi
(>85%)
menunjukkan
tingkat
pemanfaatan tempat tidur yang terlalu tinggi, sehingga perlu pengembangan Rumah Sakit atau penambahan tempat tidur •
Nilai parameter dari BOR ini idealnya 60%-80%
•
Indikator ini dapat dipengaruhi oleh tingginya hari perawatan yang lama dan rendahnya angka kunjungan rawat inap
2. LOS (Length Of Stay) atau ALOS (Average Long Of Stay) adalah ratarata lamanya (dinyatakan dalam hari) dari masing-masing penderita yang
keluar dibagi dengan jumlah penderita yang keluar tersebut selama jangka waktu tertentu atau periode tertentu. LOS= Jumlah hari perawatan selama periode tertentu Jumlah penderita yang keluar (hidup+mati) pada periode tertentu Cara lain perhitungan adalah dengan menjumlahkan hari perawatan (lamanya dirawat) dari masing-masing penderita yang keluar dibagi dengan jumlah penderita yang keluar tersebut selama jangka waktu atau periode tertentu. Manfaat: •
Untuk mengukur efisiensi pelayanan Rumah Sakit (Instalasi Rawat Inap)
•
Indikator ini di samping memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila ditetapkan pada diagnosa tertentu yang dijadikan”tracer” (yang perlu pengamatan lebih lanjut)
Interpretasi: •
LOS ini menggambarkan lamanya seorang penderita dirawat oleh suatu Rumah Sakit dan secara tidak langsung menggambarkan efisiensi atau mutu perawatan Rumah Sakit (instalasi rawat inap tersebut)
•
Umumnya nilai makin kecil makin baik, tetapi bila harus membandingkan, harus dipikirkan faktor penyakit-penyakit yang berlainan (lamanya perawatan berlainan untuk penyakit yang berlainan) dan keadaan penderita waktu keluar (penderita yang keluar mati atau pulang paksa dalam keadaan belum sembuh tidak menggambarkan lamanya dirawat yang sebenarmya)
•
Secara umum LOS yang ideal antara 6-9 hari
3. BTO (Bed Turn Over) adalah rata-rata penderita yang menghuni sebuah tempat tidur selama satu periode. Frekuensi pemakaian tempat tidur yang
menunjukkan berapa kali satu satuan waktu tertentu (biasanya 1 tahun) tempat tidur Rumah Sakit dipakai, dengan rumus: BTO = Jumlah penderita yang keluar (hidup+mati) Jumlah tempat tidur yang tersedia pada periode tertentu Manfaat: •
Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi dari pemakaian tempat tidur
•
Bersama-sama indikator TOI dan LOS dapat digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur Rumah Sakit
•
Menggambarkan berapa banyak penderita yang memanfaatkan sebuah tempat tidur dalam jangka waktu tertentu
Interpretasi: •
Umumnya nilai makin besar makin baik
•
Idealnya selama 1 tahun, 1 tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 hari
4. TOI (Turn Over Interval) adalah rata-rata lamanya waktu (dinyatakan dalam hari), dimana sebuah tempat tidur tidak dihuni atau dipakai diantara 2 perawatan penderita (antara penderita yang keluar dan penderita yang masuk berikutnya). Jadi TOI merupakan rata-rata hari, tempat tidur tidak ditempati dari saat terisi ke saat terisi berikutnya, dengan rumus: TOI = Jumlah hari perawatan yang tersedia – Jumlah hari perawatan yang terpakai Jumlah penderita yang keluar (hidup+mati) pada periode tertentu = (Jumlah tempat tidur x hari) – hari perawatan Rumah Sakit Jumlah penderita yang keluar (hidup+mati) dalam 1 tahun Manfaat: • Menggambarkan
efisiensi
Rumah
Sakit
dalam
mengatur
pemasukan penderita rawat tinggal yang tidak akut emergency selama 1 periode tertentu •
Indikator ini jua memberikan tingkat efisiensi dari penggunaan tempat tidur
•
Bersama dengan ALOS merupakan indikator tentang efisiensi penggunaan tempat tidur
Interpretasi: •
Idealnya tempat tidur kosong hanya dalam waktu 1-3 hari
•
Umumnya nilai makin kecil makin baik
Hal-hal penting dalam penilaian kinerja rawat inap menurut Boy S. Sabarguna (2005:32), antara lain: 1. Kepuasan pelayanan pasien 2. Hubungan administratif di Rumah Sakit 3. Hubungan antara perawat dengan pasien 4. Kepuasan dokter 5. Difensiasi lokasi
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1
Objek Penelitian Dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian pada
Rumah Sakit Santo Yusup yang berlokasi di Jalan Cikutra No. 7 Bandung. Adapun yang menjadi objek penelitian di dalam penyusunan skripsi ini adalah penerapan sistem pengendalian manajemen pelayanan pasien rawat inap dan tingkat kinerja instalasi rawat inap sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Melalui penelitian ini, data yang diperoleh akan dianalisis untuk mengetahui sampai sejauh mana manfaat penerapan sistem pengendalian manajemen dalam meningkatkan kinerja instalasi rawat inap, sehingga dapat diketahui bermanfaat tidaknya sistem pengendalian manajemen dalam rumah sakit.
3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan BERDIRINYA RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS 1921 Atas prakarsa beberapa orang biarawati konggregasi CINTA CAROLUS BORROMEUS yang datangnya di kota Bandung dalam bulan Juli dan Agustus 1921, maka pada tanggal: 18-9-1921 Berdirilah di kota Bandung sebuah Rumah Sakit Katolik dengan nama Rumah Sakit Santo Borromeus. Mereka memilih tempat di sebuah rumah bekas poliklinik DR. MERZDI di Jalan Dago No. 80 (sekarang Jalan Dago No.100). Pada tahun-tahun pertama berdirinya Rumah Sakit ini, ternyata mendapat perhatian besar dari masyarakat Bandung, bahkan operasi-operasi terpaksa dan harus dilakukan.
PENGEMBANGAN 1925
Mengingat kenyataan-kenyataan tersebut, maka mulai tahun 1925 dilakukan pembangunan dan pengembangan Rumah Sakit lebih lanjut. Rawatan-rawatan diperluas dan bagian-bagian yang dipandang perlu mulai dibangun.
KEBUTUHAN
AKAN
ADANYA
PENDIDIKAN
PENGATUR
RAWAT 1926
Untuk menunjang perkembangan Rumah Sakit tersebut, dipikirkan juga mengenai masalah pengadaan tenaga perawat. Oleh sebab itu, pada tahun 1926 dimulai dengan mengadakan Pendidikan Pengatur Rawat. Pendidikan ini berjalan sampai saat ini
. PENDIDIKAN BIDAN GAYA BARU 1969
Dengan perkembangan Rumah Sakit, maka dibutuhkan tenagatenaga bidan. Oleh karena itu, maka pada tahun 1969 Rumah Sakit membuka pula pendidikan BIDAN GAYA BARU, yakni pendidikan Bidan 1 tahun setelah lulus dari Pendidikan Pengatur Rawat.
BERDIRINYA RUMAH SAKIT SANTO YUSUP 1932 Sementara Rumah Sakit Santo Borromeus mengembangkan dirinya, maka pada tahun 1932, PASTOR KLEIN OSC, memprakarsai untuk mendirikan sebuah POLIKLINIK di wilayah Cicadas. Yayasan Borromeus menyetujui atas gagasan tersebut dan bahkan bersedia untuk menanggung sebagian biaya poliklinik di wilayah Cicadas dengan menumpang pada sebuah rumah milik seorang Tionghoa. Sekalipun demikian, kedua Rumah Sakit tersebut berganti tangan dari Pemerintah Militer Jepang ke Pemerintah Militer Belanda. Namun demikian, para biarawati sudah dapat
bekerja kembali di dua Rumah Sakit tersebut, sekalipun hanya sebagai karyawan biasa. PENYERAHAN KEMBALI KEPADA YAYASAN BORROMEUS 1949
Dengan melalui perjuangan yang cukup berat, akhirnya pada tanggal 20 Juli 1949, Rumah Sakit Santo Borromeus oleh Pemerintah Militer Belanda diserahkan kepada YAYASAN BORROMEUS.
1953
Sedangkan Rumah Sakit Santo Yusup, baru diserahkan kembali kepada Yayasan Salib Suci pada tahun 1953.
PENATAAN KEMBALI KEDUA RUMAH SAKIT DENGAN SERIUS Setelah Rumah Sakit Santo Borromeus diserahkan kembali kepada Yayasan Borromeus dan Rumah Santo Yusup dikembalikan kepada Yayasan Salib Suci, maka mulailah kedua Rumah Sakit tersebut ditandatangani atau ditata kembali dengan penuh perhatian.
PENYERAHAN
RS
ST.
YUSUP
KEPADA
YAYASAN
BORROMEUS 1975 Berdasarkan persetujuan bersama, antara Yayasan Salib Suci dengan Yayasan Borromeus, maka pada bulan Maret 1976, RS St. Yusup pengelolaannya diserahkan kepada Perhimpunan Santo Borromeus. Dengan demikian, pada pertengahan bulan Maret 1976, RS. St. Borromeus
ditangani
oleh
satu
Direktur
Utama
dengan
kewenangan mengelola: 1. RS St. Yusup Cicadas 2. Pusat Pelayanan Kesehatan Sekar Kamulyan di Cigugur 3. Balai Pengobatan Sari Asih di Sekeloa, Bandung 4. Pelayanan Kesehatan di Badan Pembina Wiyata Guna Bandung
PERUBAHAN STRUKTUR ORGANISASI 1975 Dengan Surat Keputusan Perkumpulan “PERHIMPUNAN SANTO BORROMEUS” tertanggal 1 Maret 1987 No. 001/SK/PSB/III1987, terhitung mulai tanggal 1 Maret 1987, ditetapkan: 1. RS St. Borromeus 2. RS St. Yusup 3. RS Sekar Kamulyan 4. Pendidikan Perawat Kesehatan Santo Borromeus-Santo Yusup a. Masing-masing nomor 1 sampai dengan 4 tersebut di atas langsung
berada
di
bawah
pimpinan
Perkumpulan
“PERHIMPUNAN SANTO BORROMEUS” b. Para Direktur dari masing-masing Rumah Sakit tersebut di atas, dapat menyusun tata kerja dan mekanisme kerja dari unit masing-masing, sesuai dengan susunan organisasi yang disahkan.
KESULITAN KEUANGAN Mengingat masyarakat di wilayah Cicadas sebagian besar keadaan ekonominya sangat lemah, maka tidak jarang poliklinik mengalami kesulitan dalam bidang keuangan, sampai untuk membayar sewa rumah pun tidak mampu. Untunglah si pemilik rumah yang dipergunakan untuk poliklinik mengetahui dan mengerti kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh pihak poliklinik. Akhirnya, poliklinik oleh pihak pemilik rumah dibebaskan dari membayar sewa rumah dengan pertimbangan karena menurut kenyataan poliklinik telah banyak membantu masyarakat yang memerlukan pengobatan di jaman keadaan ekonomi yang sangat lemah.
BANGUNAN BARU UNTUK POLIKLINIK 1935 Poliklinik makin lama makin berkembang, sehingga akhirnya pada tahun 1935, berhasil mendirikan bangunan baru untuk poliklinik.
1936
Poliklinik terus menerus berkembang, sehingga dipandang perlu mengubah status poliklinik menjadi sebuah Rumah Sakit, supaya dapat lebih ditingkatkan dalam melayani masyarakat dalam bidang kesehatan. Akhirnya pada tahun 1937 diresmikan sebuah Rumah Sakit dengan nama: RUMAH SAKIT SANTO YUSUP
Di wilayah Cicadas, sekarang dengan alamat Jalan Cikutra Nomor 7 Bandung
3.1.2
Struktur Organisasi RS St. Yusup Dilihat dari struktur organisasi secara keseluruhan, RS St. Yusup
Bandung dipimpin oleh seorang Direktur. Direktur dalam hal ini membawahi 3 (tiga) departemen yang masing-masing dikepalai oleh Wakil Direktur, yaitu: 1. Wakil Direktur Medis, yang membawahi: -
Poliklinik
-
Unit Gawat Darurat
-
Kamar Operasi
-
Rekam Medis
-
PKMRS
-
Farmasi
-
Laboratorium
-
Radiologi
-
Fisioterapi
-
Gizi
2. Wakil Direktur Perawatan, yang membawahi: -
Rawat rawat inap Anna
-
Rawat rawat inap Fatima
-
Rawat rawat inap Maria
-
Rawat rawat inap Lukas & HCU
-
Rawat rawat inap Theresia
departemen
-
Rawat rawat inap Yasinta
3. Wakil Direktur Umum yang membawahi: -
Sumber Daya Manusia
-
Perbendaharaan
-
Kepala Sub Rekening
-
Kepala Sub Bendaharawan
-
Kepala Sub Penagihan
-
Akuntansi & Anggaran
-
Pengadaan Kepala Seksi
-
Kebersihan & Lingkungan
-
Cuci & Jahit
-
Teknik Pemeliharaan
-
Keamanan & Kendaraan
-
Gudang Umum
3.1.3 Instalasi Rawat Inap RS. St. Yusup Sedangkan untuk struktur organisasi instalasi rawat inap RS St. Yusup (terdapat dalam lampiran) yaitu: Instalasi Rawat Inap Santo Yusup ini dipimpin oleh seorang Wakil Direktur Keperawatan yang bertanggung jawab secara langsung kepada Direktur RS St. Yusup. Wakil Direktur Keperawatan membawahi 6 divisi rawat inap yang ada, yaitu: 1. Rawat Inap Maria Rawat inap Maria mengurus penyakit dalam. Rawat inap ini terdiri dari kelas 3 sampai kelas 1 dan memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 44 buah. 2. Rawat Inap Yasinta Rawat Inap Yasinta mengurus semua penyakit. Rawat Inap ini terdiri dari kelas 1 dan kelas utama dan memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 32 buah. 3. Rawat Inap Fatima
Rawat Inap Fatima mengurus penyakit dalam juga, sama seperti Rawat Inap Maria. Rawat Inap ini terdiri dari kelas 3 sampai kelas 1 dan memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 45 buah. 4. Rawat Inap Theresia Rawat Inap Theresia mengurus penyakit anak-anak. Rawat Inap ini terdiri dari kelas 3 sampai kelas 1 dan memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 44 buah. Dalam hal ini yang termasuk kategori anak-anak adalah yang berumur sampai 12 tahun.
5. Rawat Inap Lukas & HCU (High Care Unit) Rawat Inap Lukas mengurus penyakit bedah . Rawat Inap ini terdiri dari kelas 3 sampai kelas 1 dan memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 28 buah. Selain itu, terdapat juga kelas utama yang memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 1 buah. Pada rawat inap Lukas ini, terdapat HCU. HCU ini terbagi atas perawatan intensif menggunakan alat, misalnya perawatan intensif dengan alat detak jantung, tabung oksigen, dan lain-lain. Selain perawatan intensif menggunakan alat, juga ada yang dinamakan intermediate
yaitu observasi tanpa
menggunakan alat, misalnya bagi pasien yang baru selesai operasi perlu dicek bagaimana kesadarannya dan cairan yang ada dalam tubuhnya. 6. Rawat Inap Anna Rawat Inap Anna mengurus bagian kebidanan, yaitu mengurus bayi dan ibu serta melakukan operasi-operasi seperti operasi caesar, operasi pengangkatan kandungan, operasi karena hamil di luar kandungan, dan lain-lain. Pada rawat inap Anna terdapat kamar bayi dan nifas, yaitu pada saat pasien telah selesai melakukan persalinan, ibu dipindah ke kamar nifas dan bayinya dipindah ke kamar bayi. Kamar bayi nifas ini memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 37 buah untuk ibu dan 32 buah untuk bayi.
Selain 6 divisi tersebut, juga ada yang disebut dengan Pastoral Care dan Medical Sosial Unit (MSU). Pastoral Care merupakan pendampingan kepada orang sakit berdasarkan agama. Sedangkan Medical Sosial Unit (MSU) membantu pasien secara spiritual dan psikologis. Misalnya mengatasi kesulitan dalam hal biaya, masalahmasalah keluarga dan dapat juga mencari donatur bagi yang tidak mampu. Berikut ini akan diuraikan tugas dan wewenang tiap-tiap kepala bagian rawat inap: 1. a. Nama Jabatan : Kepala Bagian Rawat Inap Anna b. Pengertian : Seorang perawat yang diberi tugas dan tanggung jawab untuk mengelola kegiatan pelayanan rawat inap di bagian rawat inap Anna RS St. Yusup c. Tingkat jabatan : 4 (empat) d. Tujuan jabatan: - Bertanggung jawab dalam penyelenggaraan kegiatan pelayanan di bagian rawat inap Anna - Menjamin terwujudnya visi dan misi RS St. Yusup di dalam pelayanan di bagian rawat inap Anna - Menjamin
terlaksananya
perencanaan,
pengorganisasian,
pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi di bagian rawat inap Anna - Menjamin tercapainya mutu pelayanan di bagian rawat inap Anna, sehingga memuaskan pengguna jasa di RS St. Yusup e. Kedudukan dalam organisasi: Atasan langsung : Wakil Direktur Keperawatan Membawahkan
: Perawat / Non perawat di bagian rawat inap Anna
2. a. Nama jabatan: Koordinator kamar bayi dan nifas b. Pengertian: Seorang perawat yang diberi tugas untuk mengkoordinir kegiatan di kamar bayi dan nifas dan atau menggantikan tugas kepala bagian rawat inap Anna apabila berhalangan hadir / tidak dapat melakukan tugas c. Tingkat jabatan: 4 (empat) d. Tujuan jabatan: - Bertanggung jawab dalam penyelenggaraan kegiatan pelayanan di bagian kamar bayi dan nifas - Menjamin terwujudnya visi dan misi RS St. Yusup di dalam pelayanan di bagian kamar bayi dan nifas - Menjamin
terlaksananya
perencanaan,
pengorganisasian,
pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi di bagian kamar bayi dan nifas - Menjamin tercapainya mutu pelayanan di bagian kamar bayi dan nifas, sehingga memuaskan pengguna jasa di RS St. Yusup e. Kedudukan dalam organisasi: Atasan langsung : Kepala Bagian Kebidanan dan Kandungan Membawahkan
: Perawat / Non perawat di bagian kamar bayi dan
nifas 3. a. Nama Jabatan : Kepala Bagian Rawat Inap Fatima b. Pengertian : Seorang perawat yang diberi tugas dan tanggung jawab untuk mengelola kegiatan pelayanan rawat inap di bagian rawat inap Fatima RS St. Yusup c. Tingkat jabatan : 4 (empat) d. Tujuan jabatan: - Bertanggung jawab dalam penyelenggaraan kegiatan pelayanan di bagian rawat inap Fatima - Menjamin terwujudnya visi dan misi RS St. Yusup di dalam pelayanan di bagian rawat inap Fatima
- Menjamin
terlaksananya
perencanaan,
pengorganisasian,
pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi di bagian rawat inap Fatima - Menjamin tercapainya mutu pelayanan di bagian rawat inap Fatima, sehingga memuaskan pengguna jasa di RS St. Yusup e. Kedudukan dalam organisasi: Atasan langsung : Wakil Direktur Keperawatan Membawahkan
: Perawat / Non perawat di bagian rawat inap
Fatima
4. a. Nama Jabatan : Kepala Bagian Rawat Inap Lukas dan HCU b. Pengertian : Seorang perawat yang diberi tugas dan tanggung jawab untuk mengelola kegiatan pelayanan rawat inap di bagian rawat inap Lukas dan HCU RS St. Yusup c. Tingkat jabatan : 4 (empat) d. Tujuan jabatan: - Bertanggung jawab dalam penyelenggaraan kegiatan pelayanan di bagian rawat inap Lukas dan HCU - Menjamin terwujudnya visi dan misi RS St. Yusup di dalam pelayanan di bagian rawat inap Lukas dan HCU - Menjamin
terlaksananya
perencanaan,
pengorganisasian,
pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi di bagian rawat inap Lukas dan HCU - Menjamin tercapainya mutu pelayanan di bagian rawat inap Lukas dan HCU, sehingga memuaskan pengguna jasa di RS St. Yusup e. Kedudukan dalam organisasi: Atasan langsung : Wakil Direktur Keperawatan Membawahkan
: Perawat / Non perawat di bagian rawat inap Lukas dan
HCU
5. a. Nama Jabatan : Kepala Bagian High Care Unit
b. Pengertian : Seorang koordinator High Care Unit yang diberi tugas dan tanggung jawab untuk mengkoordinasikan di bagian High Care Unit atau menngantikan tugas kepala bagian Lukas dan HCU apabila berhalangan hadir atau tidak dapat melaksanakan tugasnya. c. Tingkat jabatan : 4 (empat) d. Tujuan jabatan: - Bertanggung jawab dalam penyelenggaraan kegiatan pelayanan di bagian High Care Unit - Menjamin terwujudnya visi dan misi RS St. Yusup di dalam pelayanan di bagian rawat inap High Care Unit - Menjamin
terlaksananya
perencanaan,
pengorganisasian,
pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi di bagian High Care Unit - Menjamin tercapainya mutu pelayanan di bagian High Care Unit, sehingga memuaskan pengguna jasa di RS St. Yusup e. Kedudukan dalam organisasi: Atasan langsung : Wakil Direktur Keperawatan Membawahkan
: Perawat / Non perawat di bagian High Care Unit
6. a. Nama Jabatan : Kepala Bagian Rawat Inap Maria b. Pengertian : Seorang perawat yang diberi tugas dan tanggung jawab untuk mengelola kegiatan pelayanan rawat inap di bagian rawat inap Maria RS St. Yusup c. Tingkat jabatan : 4 (empat) d. Tujuan jabatan: - Bertanggung jawab dalam penyelenggaraan kegiatan pelayanan di bagian rawat inap Maria - Menjamin terwujudnya visi dan misi RS St. Yusup di dalam pelayanan di bagian rawat inap Maria - Menjamin
terlaksananya
perencanaan,
pengorganisasian,
pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi di bagian rawat inap Maria
- Menjamin tercapainya mutu pelayanan di bagian rawat inap Maria, sehingga memuaskan pengguna jasa di RS St. Yusup 7. a. Nama Jabatan : Kepala Bagian Rawat Inap Theresia b. Pengertian : Seorang perawat yang diberi tugas dan tanggung jawab untuk mengelola kegiatan pelayanan rawat inap di bagian rawat inap Theresia RS St. Yusup c. Tingkat jabatan : 4 (empat) d. Tujuan jabatan: - Bertanggung jawab dalam penyelenggaraan kegiatan pelayanan di bagian rawat inap Theresia - Menjamin terwujudnya visi dan misi RS St. Yusup di dalam pelayanan di bagian rawat inap Theresia - Menjamin
terlaksananya
perencanaan,
pengorganisasian,
pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi di bagian rawat inap Theresia - Menjamin tercapainya mutu pelayanan di bagian rawat inap Theresia, sehingga memuaskan pengguna jasa di RS St. Yusup 8. a. Nama Jabatan : Kepala Bagian Rawat Inap Yasinta b. Pengertian : Seorang perawat yang diberi tugas dan tanggung jawab untuk mengelola kegiatan pelayanan rawat inap di bagian rawat inap Yasinta RS St. Yusup c. Tingkat jabatan : 4 (empat) d. Tujuan jabatan: - Bertanggung jawab dalam penyelenggaraan kegiatan pelayanan di bagian rawat inap Yasinta - Menjamin terwujudnya visi dan misi RS St. Yusup di dalam pelayanan di bagian rawat inapYasinta
- Menjamin
terlaksananya
perencanaan,
pengorganisasian,
pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi di bagian rawat inap Yasinta - Menjamin tercapainya mutu pelayanan di bagian rawat inap Yasinta, sehingga memuaskan pengguna jasa di RS St. Yusup
3.2
Metode Penelitian
3.2.1 Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian Lapangan (Field Research) Penulis melakukan pengamatan secara langsung untuk melihat secara jelas pelaksanaan kegiatan di rumah sakit. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data primer, dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Wawancara Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan Tanya
jawab
untuk
mendapatkan
informasi
tentang
permasalahan yang diteliti dengan pihak-pihak yang berwenang. Wawancara ini dilakukan dengan melakukan tanya jawab dengan kepala bagian akuntansi dan anggaran RSY, kepala bagian humas RSY, kepala bagian PURS RSY. b. Dokumentasi Dokumentasi
yaitu
teknik
pengumpulan
data
dengan
mengumpulkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan objek penelitian, dalam hal ini yang perlu dikumpulkan yaitu dokumen tingkat kinerja instalasi rawat inap selama tiga tahun terakhir (tahun 2003, 2003, 2004). Dokumen ini diperoleh di bagian rekam medis RS. St Yusup dan digunakan untuk mendukung kawaban-jawaban yang diperoleh dari kuesioner. c.
Kuesioner
Kuesioner yaitu daftar pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan berupa formulir yang diajukan secara tertulis kepada kepala bagian rawat inap, bagian manajemen rawat inap, perawat-perawat RS St.Yusup yang dianggap mampu dan berwenang dalam memberikan jawaban atas pertanyaanpertanyaan yang diajukan untuk melengkapi informasi yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini. b. Penelitian Kepustakaan Dalam studi kepustakaan ini penulis mengumpulkan dan mempelajari berbagai teori dan konsep dasar yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Teori dan konsep dasar tersebut penulis peroleh dengan cara menelaah berbagai macam bacaan seperti buku-buku literatur, kebijakan akuntansi perusahaan, dan bahan bacaan yang relevan lainnya.
3.2.2
Tipe Penelitian yang Digunakan Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis yaitu
penelitian yang bersifat menemukan fakta dengan inventarisasi yang cukup atas data yang diperoleh selama penelitian. Data tersebut akan diperoleh, dianalisis, dan diproses lebih lanjut berdasarkan teori-teori yang dipelajari. Penelitian ini dilakukan pada satu rumah sakit sehingga penulis menggunakan metode studi kasus, yaitu dengan cara mengambil beberapa unsur yang akan menjadi bahan penelitian untuk memperoleh data primer maupun data sekunder. Hal ini disebabkan masalah yang terjadi pada setiap rumah sakit yang sejenis akan berbeda-beda, akan tetapi pada dasranya memerlukan perhatian yang sama. Dengan demikian hasil penelitian ini belum tentu berlaku bagi rumah sakit yang memiliki aktivitas yang sama dengan rumah sakit sebagai objek penelitian ini.
Selanjutnya data serta informasi yang selama penulis lakukan penelitian ini akan dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan dasar berupa teori yang telah dipelajari, sehingga dapat memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.
3.2.3
Operasionalisasi Variabel Pada penelitian ini, penentuan variabel berdasarkan identifikasi
masalah yang ada. Variabel yang dimaksud dengan identifikasi masalah adalah: 1. Variabel
Efektivitas
Penerapan
Sistem
Pengendalian
Manajemen Pelayanan Pasien Rawat Inap Pengumpulan
informasi
mengenai
variabel
efektivitas
penerapan sistem pengendalian manajemen pelayanan pasien rawat inap dengan menggunakan kuesioner yang berupa daftar pertanyaan yang diajukan kepada responden yaitu kepalakepala bagian rawat inap dan wakil direktur keperawatan. Pengukuran variabel ini dilakukan dengan menilai struktur dan proses sistem pengendalian manajemen sebagai indikatornya. 2. Variabel Kinerja Instalasi Rawat Inap Pengumpulan informasi mengenai variabel kinerja instalasi rawat inap dengan teknik pengumpulan data berupa dokumendokumen yang berkaitan dengan kinerja instalasi rawat inap. Dokumen-dokumen tersebut diperoleh di bagian Medical Record
(Rekam Medis)
untuk
mengetahui
pengukuran
indikator seperti Bed Occupancy Rate, Turn Over Internal, Bed Turn Over, Average Length of Stay selama periode tertentu yang kemudian menjadi dasar bagi tiap-tiap kepala bagian rawat inap untuk melakukan peningkatan kinerja instalasi rawat inap. Selain itu, pengumpulan informasi untuk variabel ini dilakukan melalui pengajuan kuesioner kepada para pasien yang dirawat di RS St. Yusup mengenai bagaimana pelayanan
yang diberikan baik itu oleh dokter, perawat, bagian gizi, keamanan, kehumasan, administrasi, fasilitas dan kebersihan umum. 3. Variabel Manfaat Penerapan Sistem Pengendalian Manajemen Dalam Meningkatkan Kinerja Instalasi Rawat Inap Pengumpulan informasi mengenai variabel manfaat penerapan sistem pengendalian manajemen dalam meningkatkan kinerja instalasi rawat inap dengan menggunakan kuesioner yang berupa daftar pertanyaan yang diajukan kepada responden yaitu kepala-kepala bagian rawat inap,wakil direktur keperawatan, dan karyawan lainnya. Dalam penyusunan kuesioner, harus ditetapkan terlebih dahulu variabel-variabel yang akan diukur, indikator, sub indikator, serta instrumen yang digunakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari table di bawah ini:
No.
Variabel
Indikator Evaluasi Kinerja
2.
Kinerja Instalasi Bed Occupancy Rawat Inap Rate
Sub Indikator - Terdapat pencatatan yang rinci atas aktivitas pelayanan pasien rawat inap - Adanya sistem pelaporan atas hasil kerja pegawai
Kuesioner
-Adanya penghargaan dan sanksi atas kerja karyawan
Kuesioner
Rata-rata prosentase dari tempat tidur yang tersedia yang dihuni oleh penderita selama satu periode * dalam prosentase
Turn Over Internal Rata-rata lamanya waktu (dalam hari) dimana sebuah tempat tidur tidak dihuni diantara perawatan penderita (antara yang masuk dan yang keluar) * dalam hari
Bed Turn Over
Average Length of Stay
Instrumen
Banyaknya penderita yang memanfaatkan sebuah tempat dalam jangka waktu tertentu *tingkat intensitas (berapa kali)
Rata-rata lamanya (dalam hari) seorang penderita menghuni sebuah tempat tidur (dirawat) selama satu periode * dalam hari
Kuesioner
Wawancara
Wawancara
Wawancara
Wawancara
3.2.3.1 Teknik Pengembangan Instrumen Dalam penelitian ini, penulis hanya meneliti satu perusahaan saja. Data yang dikumpulkan terdiri dari dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Cara pengumpulan data primer adalah dengan melakukan wawancara, mengumpulkan dokuemn-dokumen, dan menyebarkan kuesioner yang merupakan hasil penelitian.
Kuesioner yang akan digunakan penulis dalam pengumpulan data terdir dari dua bagian, yaitu: 1.
Pertanyaan umum, yaitu pertanyaan yang menyangkut identitas umum responden antara lain: (a) nama, (b) umur, (c) jenis kelamin, (d) jabatan, yang ditanyakan melalui pertanyaan terbuka yang kemungkinan jawabannya tidak ditetapkan terlebih dahulu.
2.
Pertanyaan khusus, yaitu pertanyaan yang berkaitan dengan manfaat sistem pengendalian manajemen dalam meningkatkan kinerja instalasi rawat inap Kuesioner yang kaan diajukan menggungkan metode pertanyaan tertutup yang kemungkinan jawabannya ditentukan terlebih dahulu dan responden tidak dibolehkan memberi jawaban lain (kecuali dalam kuesioner yang diajukan untuk pasien, karena di dalamnya perlu dituliskan kritik dan saran juga hal-hal yang harus dipertahankan oleh pihak RS. St Yusup). Dalam pertanyaan ini penulis menyediakan beberapa alternatif jawaban, yaitu “sangat baik”, “baik”, “cukup baik”, “kurang baik”, “tidak baik”.
3.2.3.2 Analisis Data Dalam menganalisis data, prosedur yang dapt ditempuh adalah sebagai berikut: 1. Analisis fakta-fakta dari hasil kegiatan penelitian lapangan 2. Pengujian analisis hasil penelitan dilakukan dengan menghitung persentase yang menunjukkan berapa besar manfaat penerapan sistem pengendalian manajemen dalam meningkatkan kinerja instalasi rawat inap. Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan Skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item kuesioner. Jawaban setiap item kuesioner yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang berupa kata-kata antara lain: a. Sangat baik b. Baik c. Cukup Baik d. Kurang Baik e. Tidak Baik Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu diberi skor: a. Sangat baik = 5 b. Baik = 4 c. Cukup baik = 3 d. Kurang baik = 2 e. Tidak baik = 1 Jawaban atas kuesioner dinilai berdasarkan kriterian penilaian tersebut di atas kemudian total nilai yang diperoleh pada setiap bagian diranking. Dalam proses perankingan ini, nilai yang paling besar mendapatkan ranking 15dan seterusnya sampai dengan ranking yang terbawah. Untuk menghitung persentase dilakukan dengan rumus: = Jumlah jawaban maksimum x 100% Jumlah jawaban total Sesuai dengan skala penilaian skor jawaban kuesioner yang digunakan yaitu skala Likert dengan lima pilihan mulai 1 sampai 5, maka skor akhir akan berkisar antara 20%-100% dari skor maksimal. Oleh karena itu, dapat dibuat kriteria penilaian berdasarkan persentase skor jawaban sebagai berikut: 20%-35% = Sangat buruk dan tidak efektif 36%-51% =Buruk dan tidak efektif 52%-67% = Cukup baik dan efektif
68%-83% = Baik dan efektif 84%-100% =Sangat baik dan efektif Sedangkan untuk data yang berasal dari dokumentasi, perhitungannya sebagai berikut: 1. Indikator BOR A = 90%-75% B = 75%-60% C = >60% D = <60% 2. Indikator TOI A = <1 hari B = 1-3 hari C = 3-5 hari D = >5 hari 3. Indikator BTO A = >12 kali B = 12-9 kali C = 9-6 kali D = < 6kali 4. Indikator LOS A = <6 hari B = 6-9 hari C = 9-12 hari D = >12 hari Keterangan untuk ukuran di atas adalah sebagai berikut: A= Sangat memuaskan = 4 B= Memuaskan = 3 C= Kurang memuaskan =2 D= Tidak memuaskan =1
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Kebijakan Sistem Pengendalian Manajemen Kebijakan Sistem Pengendalian Manajemen di RS. Santo Yusup dilakukan secara terstruktur dengan prosedur-prosedur yang cermat. Kebijakan sistem pengendalian manajemen: 1. Peningkatan profesionalitas manajer Dengan adanya profesionalitas manajer, maka kinerja manajer dapat diukur secara optimal, tepat waktu, dan tepat cara. Hal-hal yang dilakukan: ● Mensosialisasikan, mengaplikasikan, mengevaluasi rencana kerja bulanan ke semua staf ● Membuat instrumen kinerja manajer bersama wakil direktur keperawatan ● Mengevaluasi fungsi-fungsi manajer secara keseluruhan ● Memprediksi kebutuhan harian, mingguan, bulanan, dan tahunan ● Mengevaluasi rencana kerja harian, mingguan, bulanan (daftar dinas, jadwal cuti, laporan harian dan bulanan) ● Memprediksi kebutuhan alat medis dan perawatan rumah tangga ● Mengadakan pertemuan dengan mitra kerja (dokter) untuk merumuskan langkah-langkah baru guna pengembangan pelayanan kepada masyarakat 2. Peningkatan proses bisnis manajemen pelayanan Hal-hal yang dilakukan, antara lain: • Meningkatkan proses pelayanan secara efisien dan efektif
• Menurunkan waktu jeda / waktu tunggu dengan kerjasama antar bagian seperti: bagian laboratorium, farmasi, radiologi, dan Unit Gawat Darurat (UGD) untuk menilai proses kerja agar dapat lebih efisien dan efektif • Melakukan penilaian antar bagian, bagaimana mutu/kerjasama bagian yang satu dinilai oleh bagian yang lain 3. Kepuasan karyawan dengan sistem penghargaan berbasis kinerja • Membuat kriteria laporan untuk pemilihan tiga karyawan yang berkinerja tinggi • Membuat instrumen pemantauan kinerja dan evaluasi karyawan - Attitude: keramahan - Skill: pasang infus satu kali jadi, cepat, tepat, mengenai sasaran - Knowledge: membuat soal perlevel kerjasama dengan komite keperawatan • Rekreasi karyawan • Membina persaudaraan • Membuat instrumen kepuasan karyawan , sehingga karyawan dapat bekerja dengan penuh semangat, kinerja semakin baik, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan (inovasi), bekerja dengan senang hati, loyalitas meningkat. 4. Meningkatkan proses layanan kepada costumer Dengan adanya peningkatan proses layanan, diharapkan kesalahan dan ketidaknyamanan yang dirasakan pasien dalam pelayanan juga berkurang. Hal-hal yang dilakukan dalam meningkatkan proses layanan, antara lain: • Mengikutsertakan staf bila ada penyegaran visi dan misi • Membudayakan 4S: senyum, sambut, salam, sapa
• Mengikutsertakan staf dalam pelatihan/seminar yang diadakan oleh Bagian Sumber Daya Manusia/Komite • Mengikutsertakan staf dalam presentasi Asuhan Keperawatan yang diadakan oleh Komite Keperawatan • Melakukan presentasi Asuhan Keperawatan di bagian tiap 2 minggu untuk kasus 10 penyakit terbanyak di bagian rawat inap masing-masing Kebijakan Sistem Pengendalian Manajemen di atas, didasari oleh visi dan misi yang diterapkan RS. St. Yusup. Visi dan misi RS. St. Yusup tersebut dapat dijelaskan di bawah ini: Misi RS. St. Yusup •
Dengan semangat cinta kasih kristiani kepada sesama manusia serta pengabdian yang tulus, kami menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi yang membutuhkan kesembuhan jiwa dan raga.
•
Kami selalu berbuat dan memberikan yang terbaik untuk meningkatkan mutu kehidupan masyarakat di bidang kesehatan di Indonesia.
Visi RS. St. Yusup •
Dalam terang dan semangat iman kristiani, kami mengabdi seutuhnya untuk keselamatan jiwa dan raga bagi semua umat manusia tanpa membedakan suku, kebangsaan, golongan, warna kulit, asal usul, status sosial-ekonomi, agama, atau kepercayaan.
•
Tugas mewartakan kabar keselamatan bagi manusia adalah tugas mulia.
•
Kami menghormati martabat serta nilai-nilai kemanusiaan yang luhur dan mendasar.
•
Kami peduli kepada mereka yang kurang mampu atau mengalami kesesakan hidup.
•
Organisasi kegiatan kami berwujud organisasi nirlaba yang ingin tumbuh berkembang dan mandiri serta peduli terhadap perubahan menuju masa depan yang lebih baik
•
Apa yang kami peroleh, selalu kami kembalikan kepada masyarakat.
•
Para pengabdi kehidupan yang menjalankan tugas mulia bidang pelayanan dan karya sosial ini menjadi sumber daya yang utama dan amat bernilai. Berdasarkan visi dan misi di atas, dapat diketahui bahwa
segmentasi pasien rata-rata berasal dari masyarakat menengah ke bawah. Karena RS. St. Yusup ini berada di kawasan kumuh, yang kebanyakan masyarakat di sana merupakan kaum buruh, tukang becak, pedagang kaki lima. Sangat banyak masyarakat yang tidak mampu. Dalam rangka mengurangi piutang, maka manajemen RS. St. Yusup memiliki kebijakan agar obat-obatan dibeli sendiri oleh pasien. Obat yang dibeli tersebut atas rekomendasi resep yang diberikan dokter setelah dokter mengidentifikasi penyakit si pasien. Pasien memberikan resep dokter ke bagian farmasi dan membayarnya, kemudian pasien memberikan obat yang telah dibayar kepada perawat.Lalu perawat akan memberikan obat kepada pasien sesuai dosis tertentu. Sehingga, walaupun pasien tidak sanggup membayar biaya rawat inap, tetapi setidaknya biaya obat-obatan sudah dibayar. Hal tersebut guna mengurangi kerugian RS. St. Yusup dan sekaligus meringankan beban masyarakt yang tidak mampu. .
4.1.2 Struktur Sistem Pengendalian Manajemen Struktur Sistem Pengendalian Manajemen yang terdapat di RS. St. Yusup dapat dilihat dari adanya pusat-pusat pertanggungjawaban yang jelas. Penentuan pusat-pusat pertanggungjawabandi RS St. Yusup ini dipengaruhi oleh struktur organisasinya. Adanya struktur organisasi
yang menggambarkan secara jelas mengenai pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab untuk setiap fungsi yang ada dalam organisasi RS St. Yusup, merupakan salah satu syarat dari akuntansi pertanggungjawaban. Dari sruktur organisasi dan deskripsi kerja RS St. Yusup, dapat dilihat bahwa perusahaan telah metapkan tugas dan tanggung jawab secara jelas sesuai dengan tingkatan manajemen. Terdapap 6 divisi rawat inap di RS St. Yusup, yang meliputi: 1. Rawat inap Maria : untuk penyakit dalam 2. Rawat inap Yasinta : untuk semua penyakit 3. Rawat inap Fatima : untuk penyakit dalam 4. Rawat inap Theresia : untuk penyakit anak-anak 5. Rawat inap Lukas : untuk penyakit bedah 6. Rawat inap Anna : untuk kebidanan dan kandungan Masing-masing rawat inap itu dipimpin oleh kepala bagian dan kepala bagian tersebut bertanggungjawab langsung kepada wakil direktur keperawatan. Pusat-pusat pertanggungjawaban tersebut di atas merupakan pusat pendapatan bagi RS. St. Yusup. Disebut pusat pendapatan sebab segala jasa pelayanan profesional yang diberikan oleh para perawat dan pihakpihak lain kepada pasien, akan dibayar oleh pasien sebagai bayaran atas jasa yang telah diberikan tersebut. Tarif yang ditetapkan di tiap rawat inap RS. St. Yusup ditetapkan oleh Direktur Utama atas persetujuan seluruh Dewan Direksi. Tarif yang ditetapkan adalah sama untuk semua bagian rawat inap tergantung dari kelas-kelas yang ditempati. Sehingga kepala bagian rawat inap selaku manajer divisi bertanggung jawab untuk mengawasi pelaksanaan kegiatan pelayanan pasien untuk secara pasti mengetahui pendapatan yang diterima sesuai tariff yang telah ditetapkan oleh Direktur Utama. Kegiatan-kegiatan yang memberikan jasa pelayanan profesional kepada pasien diidentifikasikan sebagai pusatpusat pendapatan di Rumah Sakit.
Bagian HCU (High Care Unit) yang masih merupakan bagian dari rawat inap Lukas pun menghasilkan pendapatan bagi RS. St. Yusup, namun karena peralatan yang digunakan di HCU (High Care Unit) ini sangat mahal dan biaya pemeliharaannya tinggi, maka HCU (High Care Unit) diakui sebagai pusat biaya bagi RS. St. Yusup. Sebab biaya yang dikeluarkan lebih besar daripada pendapatan yang diterima. HCU (High Care Unit) ini dipimpin oleh kepala bagian HCU (High Care Unit) dan bertanggung jawab langsung kepada wakil direktur keperawatan. Pada dasarnya semua instalasi perawatan baik rawat inap maupun rawat jalan dan medik merupakan pusat pendapatan. Sebab pusat pertanggungjawaban ini berhubungan langsung dengan pelayanan jasa profesional yang diberikan kepada masyarakat.
4.1.3 Proses Sistem Pengendalian Manajemen Proses Sistem Pengendalian Manajemen yang diterapkan di RS. St. Yusup dapat dilihat dari tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh kepala bagian di masing-masing rawat inap yang ada. Proses Sistem Pengendalian Manajemen tersebut meliputi: 1.
Perencanaan Strategi (Pemrograman) Program merupakan kegiatan pokok yang akan dilaksanakan oleh perusahaan untuk melaksanakan strategi yang telah ditetapkan dalam perencanaan stratejik. Pemrograman adalah proses memilih program spesifik untuk kegiatan-kegiatan organisasi. Program-program ini yang
merupakan
hasil
dari
proses
pemrograman
yang
memperlihatkan dimana, kapan, dan berapa banyak sumber daya yang akan digunakan untuk tiap-tiap program. Pemrograman yang dilaksanakan di RS. St. Yusup khususnya di instalasi rawat inap dilakukan dengan mengacu pada 2 hal, yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Program di instalasi rawat inap RS. St. Yusup meliputi:
● Jangka pendek a. Dilakukannya penyuluhan kepada pasien mengenai suatu penyakit
tertentu yang sedang menjadi trend saat itu.
Misalnya, apabila pada saat itu banyak pasien yang masuk ke RS. St Yusup karena menderita sakit kencing manis, maka akan dilakukan penyuluhan mengenai penyakit kencing manis, yaitu apa penyebabnya, bagaimana cara mengatasinya bila sudah terkena sakit kencing manis, apa saja obat-obatan yang digunakan, dll. b. Pelaksanaan tugas harian yang ditetapkan setiap hari oleh para kepala bagian untuk melayani pasien rawat inap. ● Jangka Panjang a. Program senam bagi penderita asma b. Penyuluhan osteoporosis (kerapuhan tulang) sekaligus melakukan pemeriksaan tekanan darah (tensi) c. Deteksi dini terhadap kanker rahim d. Penyuluhan seksualitas kepada ibu-ibu PKK e. Penyuluhan tentang narkoba di sekolah-sekolah f. Paket Persalinan Peduli Program yang dibuat tersebut tiap tahunnya tidak sama. Program yang dibuat tersebut merupakan tanggung jawab kepala bagian. Kepala
bagian
tiap
tahunnya
juga
melakukan
rencana
pengembangan ketenagakerjaan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menyekolahkan para perawat atau dengan melakukan program pelatihan baik di dalam divisi sendiri maupun dalam lingkungan RS. St. Yusup yang dalam hal ini bekerja sama dengan Bagian Sumber Daya Manusia. Dengan ditingkatkannya kemampuan sumber daya manusia ini, diharapkan pelayanan terhadap pasien rawat inap dapat ditingkatkan mutunya.
2. Penyusunan Anggaran Anggaran operasi merupakan rencana tindakan organisasi, biasanya dinyatakan dalam satuan uang, untuk periode tertentu dan biasanya dibuat untuk jangka waktu satu tahun. Proses
penyusunan
memperhitungkan
beberapa
anggaran
di
RS
indicator-indikator
St.
Yusup
yang
ini
sangat
memepengaruhi, antara lain: a. Inflasi Dimana dengan adanya inflasi, kebutuhan primer masyarakat akan meningkat, sehingga permintaan kebutuhan jasa kesehatan akan menurun. Hal ini akan berpengaruh pada tarif rumah sakit periode berikutnya. b. Nilai tukar dolar Dengan adanya kenaikan nilai tukar dolar, maka harga-harga barang kebutuhan rumah sakit pun meningkat. Sebab sebagian besar obatobatan yang ada adalah impor dan menggunakan teknologi tingkat tinggi yang tentu memerlukan biaya pemeliharaan yang tinggi. c. Pertumbuhan ekonomi Apabila pertumbuhan ekonomi melemah, maka gejala pengangguran meningkat, pemenuhan kebutuhan masyarakat akan kebutuhan primer meningkat, sehingga sangat pesimis untuk jasa kesehatann. Sehingga harus dipertimbangkan strategi penetapan tarif rumah sakit, apakah tarif tetap sama rata atau akan ditekan pada harga tertentu. d. Tingkat harga pinjaman Tidak semua cash flow rumah sakit digunakan untuk pengelolaan kegiatan. Rumah sakit pun membutuhkan modal dari luar, seperti dari bank. Oleh karena itu, dengan tingkat bunga pinjaman yang tinggi, rumah sakit harus waspada akan kewajiban pembayaran bunga yang tinggi pula.
Penyusunan rencana kerja dan anggaran RS. St. Yusup dilaksanakan pada tiap akhir tahun dan dibuat oleh para kepala bagian. Para kepala bagian akan mendata apa saja yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi yang ada pada tiap divisinya. Anggaran yang dibuat meliputi anggararan rutin dan anggaran kapital. Rencana kerja dan anggaran tersebut kemudian diajukan kepada wakil direktur keperawatan dan selanjutnya wakil direktur keperawatan tersebut akan membuat prioritas-prioritas mana yang perlu didahulukan, hal tersebut dilakukan karena harus menyesuaikan dana yang tersedia. Proses penyusunan anggaran pada dasarnya merupakan ajang negosiasi antara manajer pusat dengan atasannya untuk menentukan apa yang akan dilakukan manajer dan dengan cara bagaimana. Hasil akhir dari negosiasi ini adalah pernyataan yang telah disahkan mengenai pendapatan dan pengeluaran yang diharapkan selama tahun anggaran untuk setiap pusat tanggung jawab dan untuk organisasi secara keseluruhan. Anggaran yang dibuat selalu mempertimbangkan kondisi yang ada di tiap-tiap divisi rawat inap dan pejabat yang berwenang melakukan penelaahan atas rencana anggaran yang diajukan.
3. Pelaksanaan Rencana kerja yang telah disahkan, kemudian dikomunikasikan kepada seluruh karyawan untuk dilaksanakan dan dijadikan pedoman dalam menjalankan aktivitas RS. St. Yusup. Dengan adanya pedoman kerja yang jelas, maka setiap karyawan
akan dapat menjalankan
tugasnya dengan baik. Dalam pelaksanaan kerja, kepala bagian akan melakukan pembagian kerja dan penugasan harian kepada para stafnya. Terdapat 3 shift dalam pelaksanaan kerja, yaitu shift pagi, sore, dan malam. Tugas harian terbagi atas-atas tim-tim dan tiap tim tersebut bertanggung jawab atas sejumlah pasien tertentu. Dalam hal ini anggaran dilaksanakan oleh kepala bagian, dan bagian akuntansi
bertugas mencatat penerimaan dan pengeluaran anggaran. Selama periode operasi aktual, dilakukan tentang pencatatan sumber daya yang secara aktual digunakan dan dinyatakan dalam bentuk biaya. Tiap divisi rawat inap harus mencapai target kinerja yang sudah ditetapkan, meliputi BOR, LOS, BTO, TOI dan juga mutu pelayanan yang dilihat dari bagaimana kepuasan pasien dan komplain-komplain yang ada. Sehingga pelaksanaan pelayanan kesehatan terhadap pasien rawat inap harus dapat dilakukan dengan sebaik dan seprofesional mungkin.
4. Evaluasi Kinerja Setiap kegiatan dalam menangani kegiatan pelayanan pasien rawat inap selalu dicatat secara rinci dan tepat waktu. Para pegawai di instalasi rawat inap selalu dengan teratur membuat laporan secara periodik atas hasil pekerjaannya kepada pejabat atasannya. Dalm tahap ini, kepala bagian membuat laporan realisasi dari rencana kerja dan anggaran yang telah dibuat sebelumnya. Realisasi tersebut dilakukan secara bulanan, triwulanan, maupun secara tahunan. Dalam realisasi rencana
kerja
dan
anggaran
tersebut
dilakukan
dengan
membandingkan antara target yang ingin dicapai dengan yang benarbenar dapat tercapai. Laporan kinerja tersebut kemudian dilaporkan kepada wakil direktur keperawatan. Laporan atas kinerja tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk pengendalian. Pengendalian ini berupa evaluasi terhadap penyimpangan dari pelaksanaan anggaran dan penjelasan mengenai penyimpangan tersebut, sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikan berupa perbaikan pelaksanaan, perbaikan anggaran, perbaikan program, atau perumusan kembali strategi untuk mencapai tujuan perusahaan. Sistem pengendalian manajemen juga berfungsi sebagai alat komunikasi. Informasi ini membuat kepala bagian dapat mengetahui
apa yang sedang terjadi guna memastikan bahwa pekerjaan yang dilaksanakan oleh setiap pusat tanggung jawab yang terpisah-pisah terkoordinasi dengan baik.
4.1.5 Kinerja Instalasi Rawat Inap Penilaian kinerja instalasi rawat inap sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya, yaitu berdasarkan empat kategori, yaitu: 1. BOR 2. LOS 3. BTO 4. TOI
Tabel 4.1 Kinerja Instalasi Rawat Inap (dalam persen)
KW I
KW II
2002 KW III
KW IV
KW I
2003 KW KW II III
KW IV
KW I
2004 KW KW II III
KW IV
BOR 80,66 84,29
81,61
82,06
89,34
88,08
87,61
80,38 81,87 82,58
76,67
81,31
LOS 4,06 4,23 TOI 1,01 0,79 BTO 17,41 18,16
3,99 0,94 18,09
3,84 0,88 18,9
4,25 0,52 18,39
4,16 0,57 18,89
4,28 0,61 18,65
4,17 4,15 4,29 1,02 0,92 0,9 17,79 17,65 17,54
4,11 1,29 16,91
4,13 0,97 18,03
Berdasarkan kategori di atas, dimana penulis mendapatkan data dengan cara
mengumpulkan
dokumen-dokumen
yang
bersangkutan,
dapat
dijelaskan sebagai berikut: ● Tingkat BOR sangat baik dan cukup mengalami peningkatan dari tahun 2002 sampai dengan 2004, walaupun sempat mengalami penurunan pada kuartal ke-3 tahun 2004 sebesar 76,67%. Pada kuartal ke-1 tahun 2003 tercapai puncak BOR yaitu sebesar 89,34%.
● Tingkat LOS mengalami peningkatan pada kuartal ke-3 tahun 2002 sebesar 3,99 hari, sedangkan penurunan LOS terjadi pada kuartal ke-2 tahun 2004 yaitu sebesar 4,29 hari. ● Tingkat TOI mengalami peningkatan pada kuartal ke-4 tahun 2004 sebesar 0,97 hari, sedangkan penurunan TOI terjadi pada kuartal ke-3 tahun 2004 sebesar 1,29 hari. ●Tingkat BTO mengalami peningkatan pada kuartal ke-4 tahun 2002 sebesar 18,9 kali, sedangkan penurunan BTO terjadi pada kuartal ke-3 tahun 2004 sebesar 16,91 kali. Berdasarkan hasil perhitungan yang dibuat, kinerja di instalasi rawat inap sudah sangat memuaskan. Pada tiap-tiap kuartal hampir selalu mencapai angka maksimal (angka yang diharapkan) yaitu sebesar 16. Hal tersebut dapat dilihat pada lampiran. Kinerja instalasi rawat inap dapat mencapai target yang sudah ditentukan sebelumnya. Jumlah pasien yang masuk juga semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap RS. St. Yusup semakin baik. Kinerja di instalasi rawat inap ini diukur berdasarkan data non keuangan yang telah ditetapkan, yaitu meliputi BOR, LOS, BTO, dan TOI. Selain dari keterangan di atas, pengukuran kinerja instalasi rawat inap dapat juga dilihat dari peningkatan mutu pelayanan serta kepuasan pasien RS. St. Yusup. Pelayanan yang diberikan oleh RS. St Yusup ini terdiri dari pelayanan yang diberikan oleh dokter, perawat, instalasi gizi, bagian pendaftaran rawat inap dan administrasi, petugas keamanan, kehumasan, serta bagian fasilitas dan kebersihan umum. Semakin tinggi pelayanan yang diberikan oleh pihak-pihak yang terkait di atas, maka semakin tinggi kepuasan yang diterima pasien, semakin tinggi pula kesetiaan pasien untuk menggunakan jasa yang diberikan RS. St Yusup. Kesemua faktor tersebut di atas dapat meningkatkan kinerja instalasi rawat inap, baik itu peningkatan indikator BOR, LOS, BTO, TOI juga indikator dari pelayanan yang diberikan oleh pihak-pihak terkait tersebut di atas
4.2
Pembahasan
4.2.1 Penerapan Sistem Pengendalian Manajemen Pelayanan Pasien Rawat Inap Penerapan sistem pengendalian manajemen pelayanan pasien rawat inap di RS. St Yusup telah diterapkan dengan sangat baik. Hal itu terlihat dari adanya penerapan struktur dan proses sistem pengendalian manajemen yang baik pula. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat bagaimana sebenarnya struktur dan proses sistem pengendalian manajemen yang dimaksud. Struktur Sistem Pengendalian Manajemen yang terdapat di RS. St. Yusup dapat dilihat dari adanya pusat-pusat pertanggungjawaban yang jelas. Penentuan pusat-pusat pertanggungjawabandi RS St. Yusup ini dipengaruhi oleh struktur organisasinya. Adanya struktur organisasi yang menggambarkan secara jelas mengenai pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab untuk setiap fungsi yang ada dalam organisasi RS St. Yusup, merupakan salah satu syarat dari akuntansi pertanggungjawaban. Dari sruktur organisasi dan deskripsi kerja RS St. Yusup, dapat dilihat bahwa perusahaan telah metapkan tugas dan tanggung jawab secara jelas sesuai dengan tingkatan manajemen. Proses Sistem Pengendalian Manajemen yang diterapkan di RS. St. Yusup dapat dilihat dari tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh kepala bagian di masing-masing rawat inap yang ada. Proses Sistem Pengendalian Manajemen tersebut meliputi: 1. Perencanaan Strategi (Pemrograman) Program merupakan kegiatan pokok yang akan dilaksanakan oleh perusahaan untuk melaksanakan strategi yang telah ditetapkan dalam perencanaan stratejik. Pemrograman adalah proses memilih program spesifik untuk kegiatan-kegiatan organisasi. Program-program ini yang merupakan hasil dari proses pemrograman yang memperlihatkan dimana, kapan, dan berapa banyak sumber daya yang akan digunakan untuk tiap-tiap program.
2. Penyusunan Anggaran Anggaran operasi merupakan rencana tindakan organisasi, biasanya dinyatakan dalam satuan uang, untuk periode tertentu dan biasanya dibuat untuk jangka waktu satu tahun. Penyusunan rencana kerja dan anggaran RS. St. Yusup dilaksanakan pada tiap akhir tahun dan dibuat oleh para kepala bagian. Para kepala bagian akan mendata apa saja yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi yang ada pada tiap divisinya. Anggaran yang dibuat meliputi anggararan rutin dan anggaran kapital. Rencana kerja dan anggaran tersebut kemudian diajukan kepada wakil direktur keperawatan dan selanjutnya wakil direktur keperawatan tersebut akan membuat prioritas-prioritas mana yang perlu didahulukan.
3. Pelaksanaan Rencana kerja yang telah disahkan, kemudian dikomunikasikan kepada seluruh karyawan untuk dilaksanakan dan dijadikan pedoman dalam menjalankan aktivitas RS. St. Yusup. Dengan adanya pedoman kerja yang jelas, maka setiap karyawan akan dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Dalam pelaksanaan kerja, kepala bagian akan melakukan pembagian kerja dan penugasan harian kepada para stafnya. Terdapat 3 shift dalam pelaksanaan kerja, yaitu shift pagi, sore, dan malam. Tugas harian terbagi atas-atas tim-tim dan tiap tim tersebut bertanggung jawab atas sejumlah pasien tertentu.dilakukan karena harus menyesuaikan dana yang tersedia.
4. Evaluasi Kinerja Setiap kegiatan dalam menangani kegiatan pelayanan pasien rawat inap selalu dicatat secara rinci dan tepat waktu. Para pegawai di instalasi rawat inap selalu dengan teratur membuat laporan secara periodik atas hasil pekerjaannya kepada pejabat atasannya. Dalm tahap ini, kepala bagian membuat laporan realisasi dari rencana kerja dan anggaran yang
telah dibuat sebelumnya. Realisasi tersebut dilakukan secara bulanan, triwulanan, maupun secara tahunan. Dalam realisasi rencana kerja dan anggaran tersebut dilakukan dengan membandingkan antara target yang ingin dicapai dengan yang benar-benar dapat tercapai. Laporan kinerja tersebut kemudian dilaporkan kepada wakil direktur keperawatan.
4.2.2
Efektivitas
Penerapan
Sistem
Pengendalian
Manajemen
Pelayanan Pasien Rawat Inap Berdasarkan jawaban responden, maka dapat dikatakan bahwa struktur sistem pengendalian manajemen telah berjalan secara efektif. Hal ini terlihat dengan banyaknya responden yang menjawab kuesioner dengan jawaban sangat jelas dan jelas. Ini menunjukkan bahwa dalam instalasi rawat inap RS. St Yusup terdapat struktur Berdasarkan hasil pengumpulan data dan penilaian terhadap jawaban responden, penerapan sistem pengendalian manajemen pelayanan pasien rawat inap adalah sudah efektif. Penerapan sistem pengendalian dikatakan efektif tersebut dapat dilihat dari jawaban yang diberikan responden dan juga dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis. Berikut ini secara rinci bagaimana deskripsi tanggapan responden atas penerapan sistem pengendalian manajemen pelayanan pasien rawat inap berdasarkan indikatornya: 1. Terhadap Indikator Struktur Sistem Pengendalian Manajemen Berdasarkan jawaban responden, maka dapat dikatakan bahwa struktur sistem pengendalian manajemen telah berjalan secara efektif. Hal ini terlihat dengan banyaknya responden yang menjawab kuesioner dengan jawaban sangat jelas dan jelas. Ini menunjukkan bahwa dalam instalasi rawat inap RS St. Yusup terdapat struktur organisasi yang jelas yang membagi tiap-tiap divisi sesuai dengan tugas dan wewenangnya. Melihat struktur organisasi dan deskripsi kerja RS. St. Yusup yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dikatakan bahwa RS. St. Yusup telah menetapkan tugas dan
tanggung jawab secara jelas sesuai dengan tingkatan manajemen. Responden menganggap bahwa struktur sistem pengendalian manajemen pelayanan pasien rawat inap di RS. St. Yusup terstruktur dengan sangat jelas dan telah dijalankan secara efektif. 2. Terhadap indikator Penyusunan Program Responden cenderung menjawab baik atas pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Ini membuktikan bahwa penyusunan program di tiap-tiap divisi rawat inap dilakukan secara rutin dan berkala dan program yang dibuat tersebut merupakan implementasi dari strategi perusahaan dalam hal ini RS. St Yusup, sehingga dapat disimpulkan bahwa indikator penyusunan anggaran telah berjalan secara efektif. Sebab strategi perusahaan yang telah ditetapkan dalam bentuk program-program jangka pendek dan jangka panjang telah diimplementasikan dengan baik. Penyusunan program merupakan proses pengambilan keputusan mengenai
program-program
yang
akan
dilaksanakan
oleh
organisasi dan perkiraan jumlah sumber-sumber yang akan dilaksanakan oleh organisasi untuk melaksanakan strategi yang telah ditetapkan dalam perencanaan strategik 3. Terhadap indikator Penyusunan Anggaran Responden banyak yang menjawab baik. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kepala bagian terlibat secara partisipatif dalam penyusunan anggaran. Anggaran yang dibuat merupakan alat kendali dalam pelaksanaan kegiatan dan selalu dilakukan analisis bila terjadi penyimpangan untuk kemudian dicari pemecahannya. Maka dapat dikatakan bahwa penyusunan anggaran di instalasi rawat inap RS. St. Yusup berjalan dengan efektif. Hal tersebut dapat dilihat dari
jawaban
kuesioner.
Anggaran
yang
dibuat
selalu
mempertimbangkan kondisi yang ada di tiap-tiap divisi rawat inap dan
pejabat yang berwenang melakukan penelaahan atas rencana anggaran yang diajukan. 4. Terhadap indikator Pelaksanaan dan Pengukuran Berdasarkan jawaban responden, pelaksanaan terhadap rencana kerja dan anggaran perusahaan sudah baik. Adanya prosedur-prosedur yang jelas membantu setiap karyawan untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Setiap pegawai di instalasi rawat inap dapat memahami prosedur kerja yang ada dengan baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa indikator pelaksanaan dan pengukuran di RS. St Yusup telah berjalan secara efektif. Tiap divisi rawat inap harus mencapai target kinerja yang sudah ditetapkan, meliputi BOR, LOS, BTO, TOI dan juga mutu pelayanan yang dilihat dari bagaimana kepuasan pasien dan komplain-komplain yang ada. Sehingga pelaksanaan pelayanan kesehatan terhadap pasien rawat inap harus dapat dilakukan dengan sebaik mungkin dan seprofesional mungkin. Terdapat suatu prosedur kerja yang jelas sehingga setiap karyawan dapat bekerja sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. 5.
Terhadap indikator pelaporan dan analisis Berdasarkan indikator pelaporan dan analisis yang telah dibahas sebelumnya, dapat diketahui bahwa indikator tersebut telah dijalankan secara efektif. Sebab responden terhadap indikator ini cenderung menjawab baik. Ini menunjukkan bahwa terhadap pelaksanaan rencana kerja dan anggaran selalu dibuat laporannya dan semuanya itu dilakukan secara teratur , sehingga apabila terhadap penyimpangan segera dapat dianalisis penyebabnya dan dibuat pemecahannya. Setiap pusat pertanggungjawaban perlu untuk membuat laporan kinerjanya. Laporan kinerja dibuat dengan melakukan perbandingan antara realisasi dengan target yang ingin dicapai. Laporan atas kinerja tersebut
dapat
digunakan
sebagai
dasar
untuk
pengendalian.
Pengendalian ini berupa analisis terhadap penyimpangan dari pelaksanaan anggaran dan penjelasan mengenai penyimpangan tersebut, sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikan berupa perbaikan pelaksanaan anggaran, perbaikan program, atau perumusan kembali strategi untuk mencapai tujuan perusahaan.
Tabel 4.2.2 Skor Jawaban Responden Atas Variabel Efektivitas Penerapan Sistem Pengendalian Manajemen Pelayanan Pasien Rawat Inap
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total
Skor Total 158 174 173 178 194 202 176 177 189 162 180 182 2145
Skor Max. 225 225 225 225 225 225 225 225 225 225 225 225 2700
Persentase 70,2 77,3 76,8 79,1 86,2 89,7 78,2 78,6 84 72 80 80,8 79,4
Berdasarkan hasil skor jawaban responden terhadap variabel efektivitas penerapan sistem pengendalian manajemen pelayanan pasien rawat inap di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan sistem pengendalian manajemen pelayanan pasien rawat inap berjalan baik dan efektif. Hal tersebut berdasarkan hasil persentase di atas yaitu: 2145 x 100% = 79,4% 2700 Berdasarkan analisis
pengujian
hipotesis
yan
gtelah
dikemukakan sebelumnya yang menyatakan bahwa range 68%-83% menunjukkan hasil yang baik dan efektif, oleh karena hasil perhitungan kuesioner
berada dalam range tersebut yaiu sebesar
79,4%, maka variable atas efektivitas penerapan system pengendalian manajemen pelayanan pasien rawat inap menunjukkan hasil yang baik dan efektif.
4.2.3 Kinerja Instalasi Rawat Inap Dari tabel kinerja instalasi rawat inap yang sudah diperlihatkan sebelumnya, dapat dibuat perhitungan dari data yang ada. Berikut ini skor total yang diperoleh dari indikator BOR, LOS, BTO, dan BTO selam 3 tahun terakhir. Tabel 4.2.3.1 Variabel Kinerja Instalasi Rawat Inap RS. St. Yusup Bandung
BOR LOS TOI BTO Total
KW I 4 4 4 3 15
2002 KW II 4 4 4 4 16
KW III 4 4 4 4 16
KW IV 4 4 4 4 16
KW I 4 4 4 4 16
2003 KW II 4 4 4 4 16
KW III 4 4 4 4 16
KW IV 4 4 4 3 15
KW I 4 4 4 4 16
2004 KW II 4 4 4 4 16
KW III 4 4 4 3 15
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa seluruh indikator kinerja instalasi rawat inap menunjukkan hasil yang sangat baik. Sebab dari skor maksimal yang bernilai 16, hampir seluruh kuartal mencapai skor maksimal tersebut. Tetapi, bukan berarti dengan mendapatkan skor yang bernilai 15, kinerja instalasi rawat inap tidak baik. Sebab, dapat dilihat dari setiap kuartal, indikator BOR, LOS, TOI, dan BTO mencapai bobot maksimum yaitu 4. Namun, dalam indikator BTO, skor yang bernilai 3 terdapat pada kuartal ke-1 tahun 2002, kuartal ke-4 tahun 2003, dan kuartal ke-3 tahun 2004. Ini menunjukkan bahwa tingkat efisiensi kinerja instalasi rawat inap yang diukur berdasarkan BOR, LOS, BTO, dan TOI ini sudah sangat baik.
KW IV 4 4 4 4 16
● Tingkat BOR sangat baik dan cukup mengalami peningkatan dari tahun 2002 sampai dengan 2004, walaupun sempat mengalami penurunan pada kuartal ke-3 tahun 2004 sebesar 76,67%. Pada kuartal ke-1 tahun 2003 tercapai puncak BOR yaitu sebesar 89,34%. ● Tingkat LOS mengalami peningkatan pada kuartal ke-3 tahun 2002 sebesar 3,99 hari, sedangkan penurunan LOS terjadi pada kuartal ke-2 tahun 2004 yaitu sebesar 4,29 hari. ● Tingkat TOI mengalami peningkatan pada kuartal ke-4 tahun 2004 sebesar 0,97 hari, sedangkan penurunan TOI terjadi pada kuartal ke-3 tahun 2004 sebesar 1,29 hari. ●Tingkat BTO mengalami peningkatan pada kuartal ke-4 tahun 2002 sebesar 18,9 kali, sedangkan penurunan BTO terjadi pada kuartal ke-3 tahun 2004 sebesar 16,91 kali. Berdasarkan hasil perhitungan yang dibuat, kinerja di instalasi rawat inap sudah sangat memuaskan. Pada tiap-tiap kuartal hampir selalu mencapai angka maksimal (angka yang diharapkan) yaitu sebesar 16 seperti yang terlihat pada tabel di atas. Selain dari variabel yang diukur di atas, kinerja instalasi rawat inap pun dapat dilihat dari bagaimana tingkat pelayanan serta kepuasan yang diterima pasien rawat inap RS. St Yusup. Hasil jawaban responden terhadap pelayanan serta kepuasan yang diterima dapat dilihat dari tabel di bawah ini.
Tabel 4.2.3.1 Hasil Jawaban Responden terhadap Variabel Kinerja Instalasi Rawat Inap Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total
Skor Total 96 110 110 101 114 115 108 99 99 129 121 108 1310
Skor Max. 140 140 140 140 140 140 140 140 140 140 140 140 1680
Persentase 68,6 78,6 78,6 72,1 81,4 82,1 77,1 70,7 70,7 92,1 86,4 77,1 77,9
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa jawaban responden terhadap variabel kinerja instalasi rawat inap menunjukkan hasil perhitungan sebagai berikut: 1310 x 100%=77,9% 1680 Berdasarkan analisis pengujian hipotesis, kriteria penilaian berdasarkan range skor 68%-83% menunjukkan hasil yang baik dan memuaskan. Persentase skor dari hasil perhitungan variabel di atas berada pada hasil 77,9%, ini berarti bahwa variabel kinerja instalasi rawat inap yang berkaitan dengan pelayanan serta kepuasan yang diterima pasien rawat inap RS. St. Yusup ini adalah baik dan memuaskan.
4.2.3 Manfaat Penerapan Sistem Pengendalian Manajemen Dalam Meningkatkan Kinerja Instalasi Rawat Inap Manfaat
penerapan
sistem
pengendalian
manajemen
peningkatan kinerja instalasi rawat inap sangat berperan dalam:
terhadap
1. Peningkatan efektivitas penerapan sistem pengendalian manajemen pelayanan pasien rawat inap Peningkatan efektivitas ini dapat terlihat dari adanya peningkatan pertanggungjawaban manajer terhadap pusat pertanggungjawabannya serta peningkatan pelaksanaan tugas yang didasarkan pada uraian tugas sesuai dengan tingkatan manajemennya. Selain itu pelaksanaan penyusunan
program,
penyusunan
anggaran,
pelaksanaan
dan
pengukuran, serta pelaporan dan analisis dapat berjalan secara efektif pula. Peningkatan efektivitas penerapan sistem pengendalian manajemen pelayanan pasien rawat inap menyebabkan semakin tercapainya tujuan dan strategi yang ditetapkan oleh Dewan Direksi RS. St Yusup. Dimana tujuan dan strategi tersebut telah dituangkan dengan jelas dalam misi dan visi RS St. Yusup, seperti halnya telah diuraikan pada halaman sebelumnya. Sistem pengendalian manajemen dapat mengkoordinasikan kegiatan perkiraan pendapatan dan pengendalian biaya, penganggaran, pengukuran dan penilaian kinerja. Sehingga, sistem pengendalian manajemen yang dirancang dengan baik akan membantu dan mengkoordinasikan suatu proses pengambilan keputusan dan mendorong setiap individu untuk merasa terlibat dalam proses tersebut. Dengan adanya peningkatan efektivitas penerapan sistem pengendalian manajemen pelayanan pasien rawat inap maka motivasi karyawan pun meningkat. Sebab dengan keberhasilan dalam peningkatan kinerja instalasi rawat inap, baik itu yang menyangkut indikator BOR, BTO, LOS, LOI dan juga menyangkut pelayanan dan kepuasan pasien RS. St Yusup maka tujuan perusahaan dapat tercapai. Pencapaian tujuan perusahaan dipengaruhi oleh produktivitas para karyawan. Produktivitas tersebut dipengaruhi oleh motivasi para karyawan untuk mencapai tujuan tersebut. Oleh karena itu, manajer perusahaan harus berusaha agar para karyawan mempunyai motivasi yang tinggi di dalam menjalankan tugas yang harus dilaksanakannya. Manajemen dan pendesain sistem pengendalian manajemen harus memahami motivasi dalam organisasi.
Identifikasi faktor-faktor dan keadaan yang mungkin mempengaruhi motivasi para karyawan adalah realita yang harus dipahami oleh manajemen sehingga mereka dapat memotivasi para karyawan. 2. Peningkatan kinerja instalasi rawat inap Kinerja instalasi rawat inap dapat meningkat dengan adanya hasil laporan yang didapatkan dari bagian rekam medis, dimana dilaporkan hasil-hasil indikator seperti BOR, BTO, TOI, dan LOS dengan hasil yang sangat memuaskan. •
Rata-rata prosentase dari tempat tidur yang tersedia yang dihuni oleh penderita selama satu periode (BOR) telah sangat efektif dan efisien digunakan karena berada kisaran prosentase 75%90%.
•
Rata-rata lamanya waktu (dalam hari) dimana sebuah tempat tidur tidak dihuni di antara perawatan penderita (antara yang masuk dan yang keluar) (TOI) telah menunjukkan hasil yang sangat memuaskan dimana batas kisaran TOI ini jangka waktunya kurang dari 1 hari. Itu berarti banyak pasien yang menggunakan tempat tidur untuk rawat inap, sehingga kekosongan tempat-tempat tidur jauh dari kemungkinan. Itu berarti indikator TOI telah berjalan secara efektif.
•
Banyaknya penderita yang memanfaatkan sebuah tempat tidur dalam jangka waktu tertentu ( BTO) telah menunjukkan hasil yang sangat memuaskan dimana intensitas pemanfaatan tempat tidur oleh pasien lebih dari 12 kali. Itu berarti pelaksanaan indikator BTO telah berjalan secara efektif.
•
Rata-rata lamanya (dalam hari) seorang penderita menghuni sebuah tempat tidur (dirawat) selama satu periode (LOS) menunjukkan hasil kurang dari 6 hari. Itu berarti proses kesembuhan pasien yang dirawat tidak akan memakan waktu yang lama, sebab diindikasikan bahwa kurang dari 6 hari pasien
rata-rata sudah diperbolehkan pulang ke rumahnya. Walaupun mungkin saja kepulangan pasien tersebut atas permintaan keluarga, terlepas sudah sembuh atau belum pasien tersebut. Itu berarti pelaksanaan indikator LOS telah berjalan secara efektif. Selain itu kinerja instalasi rawat inap pun dapat dilihat dari faktor kepuasan dan pelayanan yang diterima oleh pasien. Seperti halnya telah dijelaskan dari variabel sebelumnya bahwa tingkat kepuasan yang didapatkan oleh pasien adalah baik dan memuaskan. Dengan adanya tingkat kepausan yang berada dalam level baik dan memuaskan tersebut, maka pasien akan semakin percaya pasa RS. St Yusup. Dengan adan ya tingkat kepercayaan yang tinggi diharapkan bahwa pasien akan kembali dating ke RS. St Yusup apabila membutuhkan pelayanan jasa kesehatan secara professional. Hal ini akan sangat memberikan keuntungan besar bagi pihak RS St. Yusup, sebab dengan meningkatnya jumlah pasien, maka tujuan RS St Yusup untuk dapat memberikan pelayanan yang luas kepada masyarakat dapat tercapai dan imbasnya tentu saja berpengaruh pada peningkatan pendapatan RS St Yusup.
Tabel 4.2.4 Hasil Jawaban Responden terhadap Variabel Manfaat Penerapan Sistem Pengendalian Manajemen Dalam Meningkatkan Kinerja Instalasi Rawat Inap
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total
Skor Total 53 59 60 56 64 63 57 52 54 73 67 57 715
Skor Max. 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 900
Persentase 70,6 78,6 80 74,6 85,3 84 76 69,3 72 97,3 89,3 76 79,4
Dari hasil jawaban responden terhadap variabel manfaat penerapan sistem pengendalian manajemen dalam meningkatkan kinerja instalasi rawat inap, diperoleh hasil persentase sebagai berikut: 715 x 100%=79,4% 900 Berdasarkan analisis
pengujian
hipotesis,
kriteria
penilaian
berdasarkan range skor 68%-83% menunjukkan hasil yang baik dan memuaskan. Persentase skor dari hasil perhitungan variabel di atas berada pada hasil 79,4%, ini berarti bahwa variabel manfaat penerapan sistem pengendalian manajemen dalam meningkatkan kinerja instalasi rawat inap berjalan dengan baik dan efektif.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat diuraikan simpulan sebagai berikut: 1. Secara umum, efektivitas penerapan sistem pengendalian manajemen pelayanan pasien rawat inap di RS. St. Yusup adalah baik dan efektif. Hal tersebut dapat dilihat dari pelaksanaan struktur dan proses sistem pengendalian manajemen yang diterapkan menunjukkan hasil yang efektif. Dimana dengan melihat struktur organisasi dan deskripsi kerja RS. St. Yusup yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat dikatakan bahwa RS. St. Yusup telah menetapkan tugas dan tanggung jawab secara jelas sesuai dengan tingkatan manajemen. Sedangkan dari proses sistem pengendalian manajemen yang menyangkut proses penyusunan program, penyusunan anggaran, pelaksanaan dan pengukuran, serta pelaporan dan analisis kesemuanya menunjukkan hasil yang efektif pula. •
Penyusunan program di tiap-tiap divisi rawat inap dilakukan secara rutin dan berkala dan program yang dibuat tersebut merupakan implementasi dari strategi perusahaan dalam hal ini RS. St Yusup, sehingga dapat disimpulkan bahwa indikator penyusunan anggaran telah berjalan secara efektif.
•
Setiap kepala bagian terlibat secara partisipatif dalam penyusunan anggaran. Anggaran yang dibuat merupakan alat kendali dalam pelaksanaan kegiatan dan selalu dilakukan analisis bila terjadi penyimpangan untuk kemudian dicari pemecahannya. Maka dapat dikatakan bahwa penyusunan anggaran di instalasi rawat inap RS. St. Yusup berjalan dengan efektif. Hal tersebut dapat dilihat dari jawaban kuesioner.
•
Adanya prosedur-prosedur yang jelas membantu setiap karyawan untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Setiap pegawai di instalasi rawat inap dapat memahami prosedur kerja yang ada dengan baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa indikator pelaksanaan dan pengukuran di RS. St Yusup telah berjalan secara efektif.
•
Berdasarkan indikator pelaporan dan analisis yang telah dibahas sebelumnya, dapat diketahui bahwa indikator tersebut telah dijalankan secara efektif. Sebab responden terhadap indikator ini cenderung menjawab baik. Ini menunjukkan bahwa terhadap pelaksanaan rencana kerja dan anggaran selalu dibuat laporannya dan semuanya itu dilakukan secara teratur , sehingga apabila terhadap penyimpangan segera dapat dianalisis penyebabnya dan dibuat pemecahannya.
Para kepala bagian di tiap-tiap divisi instalasi rawat inap, bertanggung jawab terhadap terlaksananya sistem pengendalian manajemen di instalasi rawat inap. Penerapan sistem pengendalian manajemen pelayanan pasien rawat inap telah memenuhi syarat karena meliputi adanya struktur dan proses sistem pengendalian manajemen. Hal ini didukung dengan hasil kuesioner, dimana diperoleh skor rata-rata penerapan sistem pengendalian manajemen pelayanan pasien rawat inap adalah baik. 2. Kinerja instalasi rawat inap yang diukur berdasarkan data non keuangan, meliputi BOR, TOI, BTO, dan LOS tercapai dengan sangat memuaskan.Hal itu terbukti dengan hasil perhitungan bagian rekam medis RS St. Yusup, dimana per triwulannya indikator tersebut rata-rata memperoleh skor 4 (sangat baik). Selain dari indikator tersebut di atas, keberhasilan kinerja instalasi rawat inap dapat dilihat juga dari segi kepuasan dan pelayanan yang diterima oleh pasien. Dari hasil kuesioner yang diberikan, kepuasan dari pelayanan yang diberikan kepada pasien oleh seluruh pihak-pihak yang terkait,
seperti dokter, perawat, bagian instalasi gizi, administrasi dan pendaftaran, keamanan, humas, kebersihan adalah baik. Hal itu terlihat dari banyaknya pasien yang menjawab baik dan puas atas pelayanan yang diberikan. 3.
Terdapat manfaat penerapan sistem pengendalian manajemen pelayanan pasien rawat inap yaitu: 1. Peningkatan efektivitas penerapan sistem pengendalian manajemen pelayanan pasien rawat inap Peningkatan efektivitas ini dapat terlihat dari adanya peningkatan pertanggungjawaban manajer terhadap pusat pertanggungjawabannya serta peningkatan pelaksanaan tugas yang didasarkan pada uraian tugas sesuai dengan tingkatan manajemennya. Selain itu pelaksanaan penyusunan
program,
penyusunan
anggaran,
pelaksanaan
dan
pengukuran, serta pelaporan dan analisis dapat berjalan secara efektif pula. 2. Peningkatan kinerja instalasi rawat inap. Kinerja instalasi rawat inap dapat meningkat dengan adanya hasil laporan yang didapatkan dari bagian rekam medis, dimana dilaporkan hasil-hasil indikator seperti BOR, BTO, TOI, dan LOS dengan hasil yang sangat memuaskan. Selain itu kinerja instalasi rawat inap pun dapat dilihat dari faktor kepuasan dan pelayanan yang diterima oleh pasien. Sehingga dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan sistem pengendalian manajemen pelayanan pasien rawat inap memiliki manfaat dalam meningkatkan kinerja instalasi rawat inap.
5.2 Saran Pada bagian akhir skripsi ini penulis mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya. Saransaran yang penulis sampaikan antara lain adalah: 1. Saran untuk pihak RS. St. Yusup
•
Berkaitan dengan hasil penelitian ini, maka perusahaan disarankan untuk dapat mempertahankan penerapan sistem pengendalian manajemen pelayanan pasien rawat inap. Diharapkan agar penerapan sistem pengendalian yang baik dapat mendukung peningkatan kinerja instalasi rawat inap.
•
Tingkat kinerja instalasi rawat inap juga sudah baik, terlihat dari pencapaian target kinerja yang sudah ditetapkan. Selain itu pelayanan kepada pasien pun perlu ditingkatkan guna pencapaian kepuasan pasien. Apabila kepuasan pasien telah tercapai, maka tingkat kepercayaan akan semakin meningkat pula. Dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, maka pasien akan terus menerus dating ke RS St. Yusup apabila sewaktu-waktu membutuhkan jasa palayanan kesehatan profesional.
2. Saran untuk penelitian selanjutnya Untuk penelitian selanjutnya yang tertarik dengan permasalahan serupa, penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut: •
Mengevaluasi pertanyaan-pertanyaan yang digunakan untuk kuesioner
•
Menggunakan responden yang lebih luas, sehingga hasil penelitian ini dapat digeneralisasikan untuk berbagai rumah sakit.
•
Memperluas cakupan penelitian, bukan hanya pada instalasi rawat inap saja tetapi juga pada instalasi rawat jalan, apotek, dan unit penunjang lainnya.
•
Penelitian dapat juga dilakukan dengan membandingkan penerapan sistem pengendalian manajemen pelayanan pasien rawat inap pada berbagai rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA Anthony, Robert N., dan Vijay Govindarajan, 2005. Sistem Pengendalian Manajemen, Edisi Kedua, Terjemahan F.X Kurniawan Tjakrawala, Jakarta : Salemba Empat. Halim, Abdul., Tjahjono, Achmad., dan Muh. Fakhri Husein, 2005, Sistem Pengendalian Manajemen, Edisi Revisi, Yogyakarta : UPP AMP YKPN. Ikatan Akuntan Indonesia, 2004, Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta : Salemba Empat. Mulyadi, 2001, Akuntansi Manajemen, Edisi Ketiga, Jakarta : Salemba Empat. Muninjaya, A.A Gde, 2004, Manajemen Kesehatan, Edisi Kedua, Jakarta : Kedokteran EGC. Robbins, Stephen P., dan Mary Coulter, 2004, Manajemen, Edisi Ketujuh, Terjemahan T. Hermaya dan Hary Slamet, Jakarta : PT. Prenhallindo. Sabarguna, Boy S., 2005, Manajemen Pelayanan Rumah Sakit, Surakarta : Konsorsium RS Islam Jateng-DIY Sugiyono, 2004, Metode Penelitian Administrasi, Edisi Kesebelas, Bandung : CV. Alfabeta. Supriyono, R.A., 2000, Sistem Pengendalian Manajemen, Edisi Pertama, Yogyakarta : BPFE. Dokumen: Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 159b/Menkes/PER/1988 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 560/Menkes/SK/IV/2003
KUESIONER Kuesioner ini diajukan ke bagian instalasi rawat inap RS St. Yusup untuk kepentingan penyusunan skripsi yang berjudul: “Manfaat Penerapan Sistem Pengendalian Manajemen Dalam Meningkatkan Kinerja Instalasi Rawat Inap.” Kuesioner ini diajukan oleh: Nama: Maria Mirna Triyane NRP : 01.02.239 Fakultas/Jurusan: Ekonomi/Akuntansi Universitas: Widyatama
A. Petunjuk Pengisian 1. Mohon mengisi identitas responden 2. Mohon bacalah baik-baik setiap item / butir pertanyaan dan seluruh alternative jawaban 3. Mohon semua item / butir pertanyaan dapat diisi dan tidak ada yang terlewatkan 4. Pilihlah salah satu alternatif jawaban yang paling sesuai menurut Bapak/Ibu/Sdr/i dengan cara memberi tanda silang (X)
B. Identitas Responden Nama :…………………………………………………………………………. Umur
:
………………………………………………………………………… Jenis Kelamin : □ Pria □ Wanita Jabatan …………………………………………………………………………
:
KUESIONER Struktur Sistem Pengendalian Manajemen (SPM) 1. Apakah terdapat pembagian pusat-pusat pertanggungjawaban yang jelas dalam struktur SPM? a. ada dan sangat jelas
d. ada tetapi kurang jelas
b. ada dan jelas
e. tidak ada
c. ada dan cukup jelas 2. Apakah terdapat struktur organisasi yang menggambarkan secara jelas, tugas, wewenang, dan tanggung jawab tiap bagian yang ada dalam rumah sakit khusunya instalasi rawat inap? a. ada dan sangat jelas
d. ada tetapi kurang jelas
b. ada dan jelas
e. tidak ada
c. ada dan cukup jelas 3. Apakah terdapat job description secara tertulis yang dilengkapi dengan perincian tugas dan tanggung jawab? a. ada dan sangat jelas
d. ada tetapi kurang jelas
b. ada dan jelas
e. tidak ada
c. ada dan cukup jelas 4. Apakah tugas dari para karyawan ditetapkan sesuai dengan tanggung jawabnya? a. ya dan sangat jelas
d. ya tetapi kurang jelas
b. ya dan jelas
e. tidak
c. ya dan cukup jelas 5. Apakah pegawai pada bagian Bapak/Ibu mempunyai tugas dan tanggung jawab yang saling berbeda antara satu dengan lainnya sesuai dengan fungsi, tugas, dan jabatannya? a. ya dan sangat jelas
d. ya tetapi kurang jelas
b. ya dan jelas
e. tidak
c. ya dan cukup jelas
6. Apakah terdapat suatu sistem pendelegasian wewenang dari pejabat atasan kepada pejabat di bawahnya? a. ya dan sangat jelas
d. ya tetapi kurang jelas
b. ya dan jelas
e. tidak ada
c. ya dan cukup jelas Proses Sistem Pengendalian Manajemen (SPM) 7. Apakah penyusunan program pelayanan pasien rawat inap dilakukan secara rutin dan berkala? a. ya dan sangat rutin
d. ya tetapi kurang rutin
b. ya dan rutin
e. tidak
c. ya dan cukup rutin 8. Apakah program rumah sakit yang pernah dijalankan merupakan implementasi strategi yang dijabarkan dalam perencanaan strategi? a. ya dan sangat sesuai
d. ya tetapi kurang rutin
b. ya dan sesuai
e. tidak
c. ya dan cukup sesuai 9. Apakah terdapat suatu program pelayanan pasien rawat inap yang jelas untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran perusahaan? a. ada dan sangat jelas
d. ada tetapi kurang jelas
b. ada dan jelas
e. tidak ada
c. ada dan cukup jelas 10. Apakah selalu dilakukan penelaahan kembali atas suatu program sesuai dengan tuntutan dan perkembangan perusahaan? a. ya dan sangat rinci
d. ya tetapi kurang rinci
b. ya dan rinci
e. tidak
c. ya dan cukup rinci 11. Apakah dalam setiap menjalankan aktivitas pelayanan terhadap pasien rawat inap selalu menggunakan prinsip efisiensi dan efektivitas? a. ya, sangat efektif, dan efisien b. ya, efektif, dan efisien c. ya, cukup efektif, dan efisien
d. ya. tetapi kurang efektif dan efisien e. tidak 12. Apakah penyusunan program pelayanan pasien rawat inap selalu mempertimbangkan
sumber
daya
yang
ada?
a. ya dan sangat dipertimbangkan b. ya dan dipertimbangkan c. ya dan cukup dipertimbangkan d. kurang dipertimbangkan e. tidak dipertimbangkan 13. Apakah dalam penyusunan program tersebut perlu melaksanakan konsultasi dengan pejabat atasan? a. ya dan sangat perlu
d. ya tetapi kurang perlu
b. ya dan perlu
e. tidak perlu
c. ya dan cukup perlu 14. Apakah program yang telah dibuat dikomunikasikan kepada semua personil dari pejabat paling atas sampai dengan pejabat paling bawah? a. ada dan sangat jelas
d. ada tetapi kurang jelas
b. ada dan jelas
e. tidak ada
c. ada dan cukup jelas Penyusunan Anggaran 15. Apakah
Bapak/Ibu
berpartisipasi
dalam
penyusunan
anggaran?
a. ya dan sangat partisipatif
d. ya tetapi kurang partisipatif
b. ya dan partisipatif
e. tidak berpartisipatif
c. ya dan cukup partisipatif 16. Apakah setiap rencana kerja memuat cara-cara pelaksanaan, kebutuhan dana dan waktu pelaksanaan? a. ada dan sangat jelas
d. ada tetapi kurang jelas
b. ada dan jelas
e. tidak ada
c. ada dan cukup jelas 17. Apakah anggaran dibuat dengan mempertimbangkan kondisi pada bagian Bapak/Ibu?
a. ya dan sangat jelas
d. ya tetapi kurang jelas
b. ya dan jelas
e. tidak
c. ya dan cukup jelas 18. Apakah pejabat yang berwenang selalu mengadakan penelaahan secara rinci atas rencana anggaran yang diajukan? a. ada dan sangat jelas
d. ada tetapi kurang jelas
b. ada dan jelas
e. tidak ada
c. ada dan cukup jelas 19. Rencana anggaran yang telah disetujui merupakan salah satu alat kendali pelaksanaan kegiatan? a. sangat setuju
d. tidak setuju
b. setuju
e. sangat tidak setuju
c. tidak ada pendapat 20. Apakah rencana kerja dan anggaran selalu direvisi apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan rencana kerja dan anggarannya? a. ya dan sangat perlu
d. ya tetapi kurang perlu
b. ya dan perlu
e. tidak perlu
c. ya dan cukup perlu 21. Apakah pejabat yang berwenang melakukan penelaahan atas revisi rencana kerja dan anggaran dan memberikan pendapat setuju atau tidak setuju? a. ada dan sangat jelas
d. ada tetapi kurang jelas
b. ada dan jelas
e. tidak ada
c. ada dan cukup jelas 22. Apakah realisasi biaya atas pelaksanaan rencana kerja selalu ditelusuri dan dianalisa untuk mengetahui adanya penyimpangan? a. ya dan sangat teliti
d. ya tetapi kurang teliti
b. ya dan teliti
e. tidak dilakukan
c. ya dan cukup teliti 23. Apakah dari penyimpangan tersebut selalu ditelusuri dan dianalisa untuk mengetahui penyebab penyimpangannya?
a. ya dan sangat teliti
d. ya tetapi kurang teliti
b. ya dan teliti
e. tidak dilakukan
c. ya dan cukup teliti 24. Apakah solusi pemecahan masalah selalu dibuat atas setiap penyimpangan maupun hambatan dalam pelaksanaan rencana kerja dan anggaran? a. ya dan sangat jelas
d. ya tetapi kurang jelas
b. ya dan jelas
e. tidak
c. ya dan cukup jelas d. Pelaksanaan dan Pengukuran 25. Apakah terdapat program pemeriksaan intern untuk memperbaiki prosedur-prosedur yang sudah ada? a. ada dan sangat memadai
d. ada tetapi kurang memadai
b. ada dan memadai
e. tidak ada
c. ada dan cukup memadai 26. Apakah pengawasan terhadap aktivitas pelayanan pasien rawat inap selalu dilakukan? a. ya dan sangat sering
d. ya tetapi jarang
b. ya dan sering
e. tidak
c. ya dan cukup sering 27. Apakah prosedur kerja yang berlaku di bagian Bapak/Ibu telah sesuai dengan kebijaksanaan rumah sakit? a. ya dan sangat jelas
d. ya tetapi kurang jelas
b. ya dan jelas
e. tidak
c. ya dan cukup jelas 28. Apakah prosedur kerja dibuat dalam bentuk tertulis dan sistematis? a. ya dan sangat sistematis
d. ya tetapi kurang sistematis
b. ya dan sistematis
e. tidak
c. ya dan cukup sistematis
29. Apakah prosedur kerja yang ada sangat membantu Bapak/Ibu dalam menjalankan
fungsi
dan
tugas
secara
efektif
dan
efisien?
a. ya dan sangat membantu
d. ya, tetapi kurang membantu
b. ya dan membantu
e. tidak
c. ya dan cukup membantu 30. Apakah setiap pedoman atau prosedur kerja yang berlaku selalu disahkan oleh
pejabat
yang
berwenang?
a. ya dan sangat diberlakukan dengan tegas b. ya dan diberlakukan dengan tegas c. ya dan cukup diberlakukan dengan tegas d.ya tetapi kurang diberlakukan dengan tegas e. tidak diberlakukan dengan tegas 31. Apakah setiap pedoman kerja selalu dikomunikasikan kepada semua pejabat dan bawahan serta pelaksana yang bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas? a. ya dan sangat jelas
d. ya tetapi kurang jelas
b. ya dan jelas
e. tidak jelas
c. ya dan cukup jelas 32. Apakah prosedur-prosedur kerja yang ada di instansi rawat inap telah dipahami dan dilaksanakan oleh pegawai di bagian Bapak/Ibu? a. ya dan sangat paham
d. ya tetapi kurang paham
b. ya dan paham
e. tidak paham
c. ya dan cukup paham 33. Apakah prosedur kerja yang ada sangat membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan yang berada pada bagian Bapak/Ibu? a. ya dan sangat membantu
d. ya tetapi kurang membantu
b. ya dan membantu
e. tidak membantu
c. ya dan cukup membantu 34. Apakah kegiatan dalam menangani pasien rawat inap dicatat secara rinci dan
tepat waktu sehingga dikelompokkan secara semestinya untuk
pelaporan administrasi dan keuangan?
a. ya, sangat rinci dan tepat waktu b. ya, rinci, dan tepat waktu c. ya, cukup rinci, dan tepat waktu d. ya, tetapi kurang rinci dan tepat waktu e. tidak rinci dan tidak tepat waktu 35. Apakah sistem pelaporan yang ada di bagian Bapak/Ibu dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pejabat yang bertanggung jawab untuk kepentingan
tindakan
manajemen
(perencanaan,
pengendalian,
dan
evaluasi)? a. ya dan sangat lengkap
d. ya tetapi kurang lengkap
b. ya dan lengkap
e. tidak lengkap
c. ya dan cukup lengkap 36. Apakah terdapat sistem pelaporan berjenjang dari pejabat yang paling bawah sampai kepada pejabat yang tertinggi menurut fungsi dan tanggung jawab? a. ada dan sangat jelas
d. ada tetapi kurang jelas
b. ada dan jelas
e. tidak ada
c. ada dan cukup jelas 37. Apakah setiap pejabat perlu untuk menyusun laporan secara periodik atas hasil-hasil pekerjaannya kepada pejabat atasannya? a. ya dan sangat perlu
d. ya tetapi kurang perlu
b. ya dan perlu
e. tidak perlu
c. ya dan cukup perlu 38. Apakah pelaporan selalu membandingkan antara rencana dengan realisasi pada setiap periodenya? a. ada dan sangat jelas
d. ada tetapi kurang jelas
b. ada dan jelas
e. tidak ada
c. ada dan cukup jelas 39. Apakah sistem pelaporan yang dibuat mengacu pada ketepatan waktu? a. ya dan sangat tepat waktu
d. ya tetapi kurang tepat waktu
b. ya dan tepat waktu
e. tidak tepat waktu
c. ya dan cukup tepat waktu
40. Apakah pimpinan selalu melakukan pengecekan terhadap kinerja pegawai yang terlibat dalam kegiatan pelayanan pasien rawat inap? a. ya dan sangat sering
d. ya tetapi kurang sering
b. ya dan sering
e. tidak sering
c. ya dan cukup sering 41. Apakah selalu dilakukan pemeriksaan pada semua bagian instalasi rawat inap? a. ya dan sangat sering
d. ya tetapi kurang sering
b. ya dan sering
e. tidak sering
c. ya dan cukup sering 42. Apakah setiap temuan pemeriksaan selalu dilaporkan dan diadakan pembicaraan kepada pegawai yang menjadi objek pemeriksaan? a. ya dan sangat tegas
d. ya tetapi kurang tegas
b. ya dan tegas
e. tidak tegas
c. ya dan cukup tegas 43. Apakah setiap program pemeriksaan selalu ditekankan pada peningkatan pelayanan pasien rawat inap? a. ya dan sangat jelas
d. ya tetapi kurang jelas
b. ya dan jelas
e. tidak jelas
c. ya dan cukup jelas 44. Apakah manajemen memperhatikan prestasi pegawaai dan memberikan penghargaan sesuai dengan prestasi yang dicapai? a. ya dan sangat adil
d. ya tetapi kurang adil
b. ya dan adil
e. tidak adil
c. ya dan cukup adil 45. Apakah pihak manajemen memberikan sanksi kepada pegawai yang lalai menjalankan tugasnya? a. ya dan sangat adil
d. ya tetapi kurang adil
b. ya dan adil
e. tidak adil
c. ya dan cukup adil
KUESIONER Kuesioner ini diajukan kepada pasien RS St. Yusup untuk kepentingan penyusunan skripsi yang berjudul: “Manfaat Penerapan Sistem Pengendalian Manajemen Dalam Meningkatkan Kinerja Instalasi Rawat Inap”. Kuesioner ini diajukan oleh: Nama: Maria Mirna Triyane NRP : 01.02.239 Fakultas/Jurusan: Ekonomi/Akuntansi Universitas: Widyatama
C. Petunjuk Pengisian 1. Mohon mengisi identitas responden 2. Mohon bacalah baik-baik setiap item / butir pertanyaan dan seluruh alternative jawaban 3. Mohon semua item / butir pertanyaan dapat diisi dan tidak ada yang terlewatkan 4. Pilihlah salah satu alternatif jawaban yang paling sesuai menurut Bapak/Ibu/Sdr/i dengan cara memberi tanda silang (X)
D. Identitas Responden Nama :…………………………………………………………………………. Umur
:
………………………………………………………………………… Jenis Kelamin : □ Pria □ Wanita Kuesioner ini diajukan dalam upaya meningkatkan dan memperbaiki mutu pelayanan serta kepuasan pasien RS St Yusup, khususnya pelayanan rawat inap yang ditujukan pada pasien atau keluarga pasien yang dirawat di RS St Yusup:
1. Anda dirawat di RS St Yusup atas inisiatif…………………………………. 2. Dokter utama yang merawat:………………………………………………..
Penilaian terhadap kualitas pelayanan dokter: 1.
2.
3.
Waktu yang disediakan dokter untuk konsultasi tentang penyakit Anda: a.
Sangat baik
d. Buruk
b.
Baik
e. Sangat Buruk
c.
Cukup
Keramahan/sikap dokter dalam melayani Anda a.
Sangat baik
d. Buruk
b.
Baik
e. Sangat Buruk
c.
Cukup
Ketelitian dan ketepatan dokter dalam memeriksa Anda a.
Sangat baik
d. Buruk
b.
Baik
e. Sangat Buruk
c.
Cukup
Penilaian terhadap kualitas pelayanan perawat: 1.
Kemampuan perawat dalam menjelaskan penyakit dan prosedur perawatan pasien a. Sangat baik
d. Buruk
b. Baik
e. Sangat Buruk
c. Cukup 2. Keramahan/sikap perawat dalam melayani Anda a.
Sangat baik
d. Buruk
b.
Baik
e. Sangat Buruk
c.
Cukup
3. Kecepatan perawat dalam merespon panggilan pasien a. Sangat baik
d. Buruk
b. Baik
e. Sangat Buruk
c. Cukup
4. Kepekaan perawat dalam merespon kebutuhan pasien a. Sangat baik
d. Buruk
b. Baik
e. Sangat Buruk
c. Cukup 5. Ketelitian/ketepatan dan ketrampilan perawat dalam memeriksa Anda a. Sangat baik
d. Buruk
b. Baik
e. Sangat Buruk
c. Cukup Penilaian terhadap kualitas instalasi gizi 1. Variasi menu makanan a. Sangat baik
d. Buruk
b. Baik
e. Sangat Buruk
c. Cukup 2. Cita rasa makanan (bentuk, rasa,aroma, warna) a. Sangat baik
d. Buruk
b. Baik
e. Sangat Buruk
c. Cukup 3. Suhu makanan (panas/dingin) a. Sangat baik
d. Buruk
b. Baik
e. Sangat Buruk
c. Cukup 4. Kualitas makanan (keras-lunak,segar-layu,dll) a. Sangat baik
d. Buruk
b. Baik
e. Sangat Buruk
c. Cukup 5. Waktu penyajian (jarak waktu penyajian makan pasi, makan siang, makan malam) a. Sangat baik
d. Buruk
b. Baik
e. Sangat Buruk
c. Cukup
6. Porsi makanan (hanya diisi oleh pasien yang tidak diit Diabetes Mellitus/ DM dengan kompilkasi) a. Sangat baik
d. Buruk
b. Baik
e. Sangat Buruk
c. Cukup Penilaian terhadap kualitas petugas pendaftaran ranap dan administrasi: 1. Keramahan petugas a. Sangat baik
d. Buruk
b. Baik
e. Sangat Buruk
c. Cukup 2. Ketelitian petugas a. Sangat baik
d. Buruk
b. Baik
e. Sangat Buruk
c. Cukup 3. Kecepatan petugas a. Sangat baik
d. Buruk
b. Baik
e. Sangat Buruk
c. Cukup 4. Penyampaian informasi tentang RS St Yusup a. Sangat baik
d. Buruk
b. Baik
e. Sangat Buruk
c. Cukup Penilaian terhadap kualitas petugas keamanan 1. Keramahan petugas kepada pasien dan pengunjung RS a. Sangat baik
d. Buruk
b. Baik
e. Sangat Buruk
c. Cukup 2. Ketegasan petugas dalam menyampaikan peraturan pada pasien dan pengunjung a. Sangat baik
d. Buruk
b. Baik
e. Sangat Buruk
c. Cukup 3. Penampilan petugas keamanan a. Sangat baik
d. Buruk
b. Baik
e. Sangat Buruk
c. Cukup Penilaian terhadap kualitas kegiatan keamanan 1. Penyajian informasi untuk pasien (leaflet, brosur, pengumuman sound system) a. Sangat baik
d. Buruk
b. Baik
e. Sangat Buruk
c. Cukup 2. Pemilihan lagu-lagu pengantar a. Sangat baik
d. Buruk
b. Baik
e. Sangat Buruk
c. Cukup 3. Volume sound system a. Sangat baik
d. Buruk
b. Baik
e. Sangat Buruk
c. Cukup Penilaian terhadap fasilitas dan kebersihan umum 1. Ketersediaan fasilitas umum (toilet, kursi, tempat sampah, telp umum, TV, dll) a. Sangat baik
d. Buruk
b. Baik
e. Sangat Buruk
c. Cukup 2. Kebersihan dan kenyamanan fasilitas umum a. Sangat baik
d. Buruk
b. Baik
e. Sangat Buruk
c. Cukup 3. Kebersihan dan kenyamanan ruangan a. Sangat baik
d. Buruk
b. Baik
e. Sangat Buruk
c. Cukup Secara umum apakah Anda puas terhadap pelayanan yang RS St Yusup berikan? 1) Tidak puas
2) Cukup puas
3) Puas
4) Sangat puas
Jika suatu hari Anda memerlukan pelayanan rawat inap, bersediakah Anda kembali ke RS St Yusup? 1) ya
2) tidak
Kritik dan saran: .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ................................................................................................................................... .................................................................................................................................... Hal-hal yang Anda sukai (perlu dipertahankan) selama dirawat di RS St Yusup: .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ....................................................................................................................................
KUESIONER Variabel Manfaat Penerapan Sistem Pengendalian Manajemen dalan Meningkatkan Kinerja Instalasi Rawat Inap
Peningkatan Efektivitas Penerapan Sistem Pengendalian Manajemen Pelayanan Pasien Rawat Inap 1. Apakah manfaat penerapan SPM dapat membantu Anda sebagai manajer dalam meningkatkan tanggung jawab? a. Ya, sangat membantu
d. Kurang membantu
b. Ya, membantu
e. Tidak membantu
c. Ya, cukup membantu 2. Apakah manfaat penerapan SPM ini dapat meningkatkan efektivitas struktur dan proses SPM ke arah yang lebih baik lagi? a. Ya, sangat dapat
d. Kurang dapat
b. Ya, dapat
e. Tidak dapat
c. Ya, cukup dapat 3. Apakah manfaat penerapan SPM dapat mendukung pelaksanaan program yang telah disusun sebelumnya? a. Ya, sangat dapat
d. Kurang dapat
b. Ya, dapat
e. Tidak dapat
c. Ya, cukup dapat 4. Apakah dengan manfaat penerapan SPM dalam kinerja instalasi rawat inap mengurangi penyimpangan dari realisasi program dengan rencana program yang ditetapkan sebelumnya? a. Ya, sangat mengurangi
d. Kurang mengurangi
b. Ya, mengurangi
e. Tidak mengurangi
c. Ya, cukup mengurangi 5. Apakah dengan manfaat penerapan SPM, prosedur-prosedur kerja yang ada semakinmenbantu kelancaran pelaksanaan kegiatan di bagian rawat inap? a. Ya, sangat membantu
d. Kurang membantu
b. Ya, membantu
e. Tidak membantu
c. Ya, cukup membantu
Peningkatan Motivasi Manajer dan Karyawan 6. Apakah manfaat penerapan SPM ini memotivasi Anda untuk bekerja lebih efektif lagi? a. Ya, sangat memotivasi
d. Kurang memotivasi
b. Ya, memotivasi
e. Tidak memotivasi
c. Ya, cukup memotivasi 7. Apakah dengan adanya manfaat penerapan SPM, produktivitas Anda dalam bekerja semakin meningkat? a. Ya, sangat meningkat
d. Kurang meningkat
b. Ya, meningkat
e. Tidak meningkat
c. Ya, cukup meningkat 8. Apakah dengan adanya manfaat penerapan SPM akan berpengaruh pada peningkatan profesionalitas Anda? a. Sangat berpengaruh
d. Kurang berpengaruh
b. Berpengaruh
e, Tidak berpengaruh
c. Cukup berpengaruh 9. Apakah Anda merasa sudah puas dengan terdapatnya manfaat penerapan SPM di bagian rawat inap? a. Sangat puas
d. Kurang puas
b. Puas
e. Tidak puas
c. Cukup puas 10. Apakah manfaat penerapan SPM ini meningkatkan kreativitas, aktualisasi, dan potensi diri yang Anda miliki? a. Sangat meningkatkan
d. Kurang meningkatkan
b. Meningkatkan
e. Tidak meningkatkan
c. Cukup meningkatkan
Peningkatan Kinerja Instalasi Rawat Inap 1. Apakah dengan adanya SPM, indikator BOR, BTO, TOI, dan LOS semakin meningkat? a. Sangat meningkat
d. Kurang meningkat
b. Meningkat
e. Tidak meningkat
c. Cukup meningkat 2. Apakah manfaat penerapan SPM ini meningkatkan jumlah pasien yang dirawat di RSY? a. Sangat meningkatkan
d. Kurang meningkatkan
b. Meningkatkan
e. Tidak meningkatkan
c. Cukup meningkatkan 3. Apakah masyarakat semakin percaya terhadap pelayanan yang diberikan berkat adanya penerapan SPM? a. Sangat percaya
d. Kurang percaya
b. Percaya
e. Tidak percaya
c. Cukup percaya 4. Apakah pangsa pasar RSY semakin meluas dengan adanya penerapan SPM? a. Sangat meluas
d. Kurang meluas
b. Meluas
e. Tidak meluas
c. Cukup meluas 5. Apakah dengan tingkat kepercayaan yang tinggi ini berpengaruh pula pada pendapatan yan diterima oleh RSY? a. Sangat berpengaruh
d. Kurang berpengaruh
b. Berpengaruh
e. Tidak berpengaruh
c. Cukup berpengaruh