Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING PADA TARIF JASA RAWAT INAP RUMAH SAKIT (Studi Pada Rumah Sakit Wiyung Sejahtera Surabaya) Neni Jayanti
[email protected] Titik Mildawati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT The purpose of this research is to find out how the determination of inpatient tariff has been done by using activity based costing at Wiyung Sejahtera Hospital Surabaya and to find out the great comparison of the inpatient tariff by using accounting based costing and traditional cost accounting. Qualitative method is used as the research method. The data which have been obtained from the hospital only include the 2012 data and the determination of inpatient tariff which is going to be studied is the general treatment type for room tariff only. The result of the research shows that inpatient service tariff which has been done by using activity based costing system has been performed through two stages. On the first stage, the cost is traced to the activities which generate costs and on the second stage the hospital charges activity costs to product. The calculation of inpatient service tariff which has been done by using ABC (Accounting Based Costing) has found the amount of room tariff for VVIP class is Rp 550,000; VIP class is Rp 500,000; 1st class is Rp 400,000; 2nd class is Rp 350,000; and 3rd class is Rp 325,000. Keywords:
Tariff, Inpatient, Activity Based Costing System ABSTRAK
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penentuan tarif rawat inap dengan menggunakan activity based costing pada RS Wiyung Sejahtera Surabaya dan mengetahui besarnya perbandingan tarif rawat inap dengan menggunakan akuntansi biaya tradisional dan activity based costing system. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Data-data yang digunakan dari rumah sakit hanya mencakup data tahun 2012 dan penentuan tarif rawat inap yang akan diteliti adalah jenis perawatan umum untuk tarif kamarnya saja. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tarif jasa rawat inap dengan menggunakan activity based costing system, dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama biaya ditelusuri ke aktivitas yang menimbulkan biaya dan kemudian tahap kedua membebankan biaya aktivitas ke produk. Dari perhitungan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode ABC diketahui besarnya tarif untuk Kelas VVIP Rp 550.000,-, Kelas VIP Rp 500.000, kelas I Rp 400.000, Kelas II Rp 350.000 dan Kelas III Rp 325.000. Kata Kunci : tarif, rawat inap, activity based costing
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
2 PENDAHULUAN Pada organisasi yang berorientasi profit atau yang bertujuan mencari laba, penjualan adalah sumber utama yang menghasilkan laba. Organisasi seperti itu akan berusaha menekan jumlah biaya yang dikeluarkan. Begitu pula dengan organisasi yang berorientasi nonprofit juga tetap berusaha akan meningkatkan penjualan dengan tujuan menjaga kelangsungan operasional organisasi dan memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya demi kepuasan konsumen. Rumah sakit adalah salah satu contoh organisasi yang berorientasi nonprofit. Tugas utama rumah sakit adalah memberikan jasa pengobatan, perawatan, dan pelayanan kesehatan. Dalam memberikan jasa pelayanan kesehatan, rumah sakit memperoleh penghasilan dari pendapatan jasa dan fasilitas yang diberikan, salah satunya adalah jasa rawat inap, di mana pendapatan dari jasa tersebut didapat dari tarif yang harus dibayar oleh pemakai jasa rawat inap. Penentuan tarif jasa rawat inap merupakan suatu keputusan yang sangat penting, karena dapat mempengaruhi profitabilitas suatu rumah sakit. Berdasarkan kondisi diatas, maka rumah sakit dituntut untuk dapat memanfaatkan teknologi dan tenaga-tenaga ahli di bidang kesehatan, bidang komunikasi, informasi, dan bidang transportasi yang dapat mendukung jasa pelayanan kesehatan sehingga rumah sakit mampu memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik. Pemanfaatan berbagai teknologi dan tenaga-tenaga ahli membuat biaya operasional yang dikeluarkan rumah sakit menjadi besar yang akan berdampak pada tarif rawat inap yang tinggi. Untuk mengendalikan biaya, pihak rumah sakit memerlukan sistem akuntansi yang tepat, khususnya metode penghitungan penentuan biaya guna menghasilkan informasi biaya yang akurat berkenaan dengan biaya aktivitas pelayanannya. Selama ini pihak rumah sakit dalam menentukan harga pokoknya hanya menggunakan sistem biaya tradisional yang penentuan harga pokoknya tidak lagi mencerminkan aktivitas yang spesifik karena banyaknya kategori yang bersifat tidak langsung dan cenderung tetap. Perhitungan harga pokok pada awalnya diterapkan dalam perusahaan manufaktur, akan tetapi dalam perkembangannya perhitungan harga pokok telah diadaptasi oleh perusahaan jasa, perusahaan dagang, dan sektor nirlaba. Dalam pasal 3 Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 560/MENKES/SK/IV/2003 tentang Pola Tarif Perjan Rumah Sakit diperhitungkan atas dasar unit cost dari setiap jenis pelayanan dan kelas perawatan, yang perhitungannya memperhatikan kemampuan ekonomi masyarakat, standar biaya dan atau benchmarking dari rumah sakit yang tidak komersil. Kenyataan ini menunjukkan bahwa pemerintah telah menyadari pentingnya perhitungan harga pokok termasuk dalam sektor pelayanan kesehatan. Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan pada awal 1900-an lahirlah suatu sistem penentuan harga pokok berdasarkan aktivitas yang dirancang untuk mengatasi distorsi biaya. Sistem akuntansi ini disebut Activity based costing (ABC). Dalam metode ABC, timbulnya biaya disebabkan oleh adanya aktivitas 3 yang dihasilkan produk. Pendekatan ini menggunakan cost driver yang berdasar pada aktivitas yang menimbulkan biaya dan akan lebih baik bila diterapkan pada perusahaan yang menghasilkan keanekaragaman produk. Rumah Sakit Wiyung Sejahtera (RSWS) Surabaya adalah obyek yang dijadikan sebagai fokus penelitian. Rumah sakit ini berlokasi di Jl. Kranggan PDAM 1-3, Wiyung Surabaya. RSWS Surabaya menawarkan berbagai macam pelayanan, yaitu: Pelayanan ICU, Pelayanan Rawat Inap, IGD, Poliklinik Spesialis, Medical Check Up, Bedah Sentral, Kamar Bersalin, dan Ruang Isolasi. Untuk pelayanan rawat inap, RSWS Surabaya mempunyai tipe-tipe kamar yang ditawarkan sesuai dengan tingkat pasien yang ada, yaitu: Kelas III, Kelas II, Kelas I, VIP, dan VVIP. Rumah Sakit Wiyung Sejahtera Surabaya menghitung tarif kamar rawat inapnya atas dasar unit cost. Perhitungan unit cost dilakukan secara terpisah untuk setiap jenis kelas rawat inap. Cara perhitungannya yaitu dengan menjumlahkan biaya tetap, biaya semi
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
3 variabel, dan biaya variabel sehingga dihasilkan biaya total. Kemudian biaya total dibagi dengan jumlah hari rawat inap. Penentuan tarif dengan menggunakan cara tersebut akan menghasilkan informasi yang kurang akurat dalam menentukan tarif yang harus dibayar oleh pemakai jasa rawat inap. Berdasarkan latar belakang di atas penelitian ini diberi judul “Penerapan Activity based costing pada Tarif Jasa Rawat Inap Rumah Sakit Wiyung Sejahtera Surabaya”. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis mengemukakan rumusan masalah sbb: (1) Bagaimana penentuan tarif rawat inap pada RS Wiyung Sejahtera Surabaya dengan menggunakan activity based costing ? (2) Berapa besarnya perbedaan tarif rawat inap pada RS Wiyung Sejahtera Surabaya dengan menggunakan perhitungan akuntansi biaya tradisional dan activity based costing? TINJAUAN TEORETIS Mulyadi (2007: 10) menjelaskan bahwa definisi biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang dihitung dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Istilah cost atau biaya dapat dinyatakan sebagai kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk memperoleh barang dan jasa yang diharapkan akan membawa manfaat sekarang atau masa yang akan datang. Hansen dan Mowen (2006: 40) mengatakan biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi organisasi. Biaya juga dapat dikatakan sebagai pengorbanan ekonomis yang dikeluarkan oleh perusahaan yang menghasilkan barang atau jasa, dimana biaya tersebut dinyatakan dalam bentuk uang (Rangkuti, 2009: 56). Krismiaji (2011:17) menyatakan bahwa cost atau biaya adalah kas atau ekuivalen kas yang dikorbankan untuk membeli barang atau jasa yang diharapkan akan memberikan manfaat bagi perusahaan saat sekarang ataupun yang akan datang. Biaya dapat digolongkan ke dalam beberapa macam kategori. Penggolongan adalah proses mengelompokkan secara sistematis atas seluruh elemen yang ada kedalam golongangolongan tertentu yang lebih ringkas untuk memberikan informasi penting. Berikut ini akan diuraikan jenis biaya berdasarkan penggolongannya. Menurut Mulyadi (2010: 13) biaya dapat digolongkan menurut: Pertama Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran, Merupakan dasar penggolongan biaya yang terdiri dari: (a) Biaya bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi. Bahan baku yang digunakan dalam suatu proses produksi biasanya dikelompokkan atas bahan baku langsung dan bahan baku tidak langsung atau bahan penolong. Pertimbangan utama dalam pengelompokkan bahan baku ini adalah kemudahan penelusuran bahan tersebut sampai menjadi barang jadi. (1) Bahan baku langsung merupakan keseluruhan bahan baku yang diolah menjadi barang jadi dan dapat ditetapkan langsung pada harga pokok dari barang jadi, atau dengan kata lain merupakan komponen biaya yang jumlahnya relatif besar dalam menghasilkan output dan biasanya merupakan bagian integral dari output tersebut. Biaya bahan baku langsung ini biasanya dianggap sebagai biaya variabel, yaitu biaya yang bergerak secara proporsional sesuai dengan perubahan volume kegiatan. Berdasarkan teori, biaya bahan baku langsung terdiri dari harga pokok pembelian bahan baku langsung ditambah semua biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan menyiapkannya untuk memasuki proses produksi, misalnya biaya pengangkutan, biaya bongkar muat, biaya gudang dan biaya asuransi. Syarat jual beli dan potongan pembelian juga harus diperhatikan. (2) Bahan baku tidak langsung disebut juga biaya bahan penolong, yaitu bahan baku yang jumlahnya relatif kecil untuk menghasilkan produk. Penggunaan bahan ini relatif kecil tetapi merupakan bagian dari barang jadi. (b) Biaya tenaga kerja langsung, Biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
4 penggunaan tenaga kerja manusia tersebut. Biaya tenaga kerja pada fungsi produksi diklasifikasikan atas biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung. Biaya tenaga kerja langsung adalah jumlah upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang secara langsung menangani pengolahan bahan baku menjadi produk jadi, sedangkan biaya tenaga kerja tidak langsung adalah jumlah gaji yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang secara tidak langsung menangani pengolahan bahan. Pada umumnya biaya tenaga kerja langsung terdiri dari: (1) Gaji dan upah, yaitu uang yang harus dibayarkan kepada setiap buruh sesuai dengan kontrak kerja, yang dapat dibayar secara harian, mingguan atau bulanan. (2) Insentif, yaitu yang yang dibayarkan kepada karyawan agar karyawan dapat bekerja dengan lebih baik. Insentif dapat didasarkan pada waktu kerja, hasil yang diproduksi, atau kombinasi diantara keduanya. (3) Premi lembur, yaitu upah tambahan yang diberikan kepada pekerja yang melaksanakan pekerjaan melebihi jam kerja yang ditentukan. (c) Biaya overhead adalah keseluruhan biaya yang terjadi pada departemen produksi selain biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Adapun yang termasuk biaya tidak langsung ialah : (1) Biaya bahan penolong bahan yang bersifat sebagai bahan pembantu untuk proses pembuatan barang jadi, nilainya relatif kecil dibanding biaya produksi. (2) Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya untuk tenaga kerja yang menangani produksi secara tidak langsung dan tidak dapat diidentifikasikan dengan produk selesai. Biaya ini tidak dikeluarkan secara langsung dalam produksi barang atau jasa tertentu. (3) Biaya reparasi dan pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan dalam rangka untuk menjaga bangunan pabrik dan mesin-mesin agar selalu siap untuk digunakan dalam proses produksi. Contoh biaya ini adalah suku cadang, pelumas, dan perlengkapan pabrik lainnya untuk menjaga pabrik dan peralatannya agar dalam kondisi siap pakai. (4) Biaya yang timbul atas penilaian aktiva tetap Biaya ini sering disebut juga dengan penyusutan. Contoh biaya ini adalah penyusutan mesin dan penyusutan kendaraan. (5) Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu adalah biaya yang diperhitungkan pada akhir periode. Contoh biaya ini adalah biaya asuransi bangunan pabrik, biaya asuransi mesin dan biaya lain-lain. (1) Biaya yang memerlukan pengeluaran tunai lainnya Biaya overhead pabrik yang masuk dalam biaya ini ialah biaya listrik, biaya air dan biaya telepon. Secara umum biaya overhead dibedakan atas: (2) Biaya overhead tetap yaitu biaya overhead pabrik yang jumlahnya tetap walaupun volume produksinya bervariasi. (3) Biaya overhead variabel yaitu biaya overhead pabrik yang jumlahnya berubah secara proporsional sesuai dengan perubahan volume produksi.(4) Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan: (a) Biaya Produksi, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Biaya produksi dapat digolongkan ke dalam biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. (b) Biaya Pemasaran, adalah biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk, contohnya biaya iklan, biaya promosi, dan biaya sampel. (c) Biaya Administrasi dan Umum, yaitu biaya-biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan produksi dan pemasaran produk, contohnya gaji bagian akuntansi, dan gaji personalia. Kedua Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayainya: (a)Biaya langsung. Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayainya. Jika sesuatu yang dibiayainya tersebut tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. (b) Biaya tidak langsung. Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayainya. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik (factory overhead costs). Ketiga Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas: (a) Biaya variabel. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. (b) Biaya semivariabel.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
5 Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. (c) Biaya semifixed. Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. (d) Biaya tetap. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu. Keempat Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya: (a) Pengeluaran modal (capital expenditure). Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya periode akuntansi adalah satu tahun kalender). (b) Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure). Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional (Traditional Costing) Perusahaan penggerak aktivitas tingkat unit (unit activity cost drivers). "Penggerak aktivitas tingkat unit adalah faktor yang menyebabkan perubahan dalam biaya seiring dengan perubahan jumlah unit yang diproduksi" (Hansen dan Mowen, 2006:142). Contoh penggerak aktivitas tingkat unit yang pada umumnya digunakan untuk membebankan overhead meliputi: unit yang diproduksi, jam tenaga kerja langsung, biaya tenaga kerja langsung, jam mesin, dan biaya bahan baku langsung. Unit activity drivers ini membebankan biaya overhead melalui tarif keseluruhan perusahaan dan tarif departemen. Tarif keseluruhan perusahaan adalah tarif biaya overhead yang berlaku diseluruh perusahaan menggunakan satu tarif untuk seluruh operasi untuk membebankan biaya dari sumber daya tidak langsung pada produk atau jasa. Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk tarif keseluruhan perusahaan adalah dengan mengakumulasikan biaya overhead pada satu kesatuan untuk keseluruhan perusahaan yang besar. Setelah biaya-biaya diakumulasikan ke dalam satu kesatuan untuk keseluruhan perusahaan kemudian tarif keseluruhan perusahaan dihitung dengan menggunakan driver tunggal yang biasanya adalah jam kerja langsung. Hasil produksi dianggap menggunakan biaya overhead sesuai dengan jam kerja langsung yang digunakan. Tarif departemen adalah metode tarif biaya overhead perdepartemen menggunakan penggerak berdasarkan volume yang terpisah-pisah untuk menentukan tarif biaya overhead pada setiap departemen. Untuk tarif departemen, biaya overhead ditransfer ke setiap departemen dengan menggunakan beberapa metode, yaitu: (a) Direct tracing, biaya dibebankan secara langsung ke aktivitas. (b) Driver tracing, biaya dibebankan ke aktivitas melalui resource driver, yaitu basis yang menunjukkan hubungan sebab akibat antara konsumsi sumber daya denganaktivitas. (c) Allocation, biaya dibebankan ke aktivitas melalui basis yang bersifat sembarang. Setelah biaya ditransfer ke tiap departemen dengan menggunakan penggerak aktivitas tingkat unit seperti jam kerja langsung atau jam mesin. Langkah terakhir yang perlu dilakukan adalah membebankan biaya overhead pada hasil produksi dengan mengalikan tarif departemen dengan jumlah driver yang digunakan per departemen. Pengertian Activity Based Costing Garrison dan Norren (2000: 148) mendefenisikan “activity based costing adalah system perhitungan harga pokok produksi yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk pembuatan keputusan strategi dan keputusan lain yang mempengaruhi kapasitas dan biaya tetap. Menurut Blocher (2005: 222) menyatakan bahwa activity based costing adalah Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (activity based costing-ABC) adalah pendekatan perhitungan biaya yang membebankan biaya sumber daya ke objek seperti
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
6 produk, jasa, atau pelanggan berdasarkan aktivitas yang dilakukan untuk objek biaya tersebut. Menurut Hansen Mowen (2006:153) sistem biaya berdasarkan aktivitas (activity based cost – ABC) Pertama tama menelusur biaya aktivitas dan kemudian produk asumsi yang mendasari adalah bahwa aktivitas aktivitas memakai sumber sumber daya dan produk sebagai gantinya memakai aktivitas akan tetapi dalam sistem biaya ABC menekankan penelusuran langsung dan penelusuran penggerak (menekankan hubungan sebab akibat). Berikut ini merupakan prosedur-prosedur yang perlu dilakukan dalam penerapan activity based costing (a) Prosedur tahap pertama. Pada tahap pertama penentuan harga pokok berdasarkan aktivitas meliputi empat langkah sebagai berikut: (1) Penggolongan berbagai aktivitas. (2) Menghubungkan biaya dengan aktivitas. (3) Penentuan kelompok-kelompok biaya (cost pools) yang homogen, dan (4) Penentuan tarif kelompok (pool rate). Langkah pertama dalam prosedur tahap pertama ABC adalah penggolongan berbagai aktivitas. Berbagai aktivitas diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok yang mempunyai suatu interpretasi fisik yang mudah dan jelas serta cocok dengan segmen-segmen proses produksi yang dapat dikelola. Setelah menggolongkan berbagai aktivitas, maka langkah kedua adalah menghubungkan berbagai biaya dengan setiap aktivitas. Setelah itu, langkah ketiga adalah penentuan kelompok-kelompok biaya yang homogen yang ditentukan. Kelompok biaya homogen (homogenous cost pool) adalah sekumpulan biaya overhead yang terhubungkan secara logis dengan tugas-tugas yang dilaksanakan dan berbagai macam biaya tersebut dapat diterangkan oleh cost driver tunggal. Dengan kata lain suatu kelompok biaya dapat dikatakan homogen apabila aktivitas-aktivitas overhead dapat dihubungkan secara logis dan mempunyai rasio konsumsi yang sama untuk semua produk. Rasio konsumsi yang sama menunjukkan eksistensi dari sebuah cost driver. Cost driver yang dipilih harus mudah dipahami berhubungan langsung dengan aktivitas yang dikerjakan dan memadai untuk ukuran kinerja. Jika kelompok-kelompok biaya yang homogen telah ditentukan, maka langkah terakhir adalah penetuan tarif kelompok. Tarif kelompok (pool rates) adalah tarif biaya overhead per unit cost driver yang dihitung untuk suatu kelompok aktivitas biaya per unit suatu produk dihitung dengan menjumlahkan total biaya utama produk ke biaya overhead yang dibebankan dan kemudian membagi biaya total dengan unit yang diproduksi. Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penentuan cost driver adalah pengidentifikasian aktivitas pada berbagai tingkat. Pada proses ini aktivitas yang luas dikelompokkan ke dalam empat kategori aktivitas, yaitu: (1) Aktivitas-aktivitas berlevel unit (unit level activities). Aktivitas yang dilakukan setiap satu kali unit produk diproduksi, besar kecilnya aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang diproduksi. untuk masingmasing output yang diproduksi. (2) Aktivitas-aktivitas berlevel batch (batch level activities) Aktivitas yang dilakukan setiap kali suatu batch produk diproduksi,besar kecilnya aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah batch produk yang diproduksi. (3) Aktivitas-aktivitas berlevel produk (product level activities) Aktivitas yang dilakukan untuk mendukung berbagai produk yang diproduksi oleh perusahaan. Aktivitas ini menggunakan masukan (input) yang bertujuan untuk mengembangkan dan atau memproduksi produk untuk dijual. Biaya dari aktivitas jenis ini cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah produk yang berbeda. (4) Aktivitas-aktivitas berlevel fasilitas (facility level activities) Aktivitasaktivitas yang dilakukan untuk mempertahankan proses produksi secara keseluruhan. Aktivitas ini tidak berhubungan dengan volume atau bauran produk yang diproduksi dan dimanfaatkan secara bersama oleh berbagai jenis produk yang berbeda. Aktivitas ini memberikan keuntungan bagi organisasi sampai tingkat tertentu, akan tetapi tidak memberikan keuntungan untuk satu spesifik produk. (b) Prosedur tahap kedua. Di dalam tahap yang kedua, biaya-biaya dari setiap overhead pool ditelusuri kembali ke hasil produksi.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
7 Ini dilakukan dengan menggunakan pool rates yang dihitung dalam tahap pertama dan dengan mengukur jumlah sumbersumber yang digunakan oleh setiap hasil produksi. Pengukuran ini hanyalah jumlah dari activity driver yang digunakan oleh setiap hasil produksi. Dapat dihitung sebagai berikut: “Overhead yang dibebankan = tarif kelompok x unit-unit cost driver yang digunakan”.
Pembebanan Biaya ke Aktivitas Pembebanan biaya pada aktivitas melengkapi tahap awal perhitungan biaya berdasarkan aktivitas. Pada tahap berikutnya aktivitas diklasifikasikan sebagai primer dan skunder. Jika terdapat aktivitas skunder, maka tahap berikutnya muncul pada tahap selanjutnya biaya aktivitas skunder dibebankan pada aktivitas-aktivitas yang memakai
outputnya. Pembebanan Biaya Pada Produk Setelah biaya dari aktivitas ditentukan maka biaya tersebut dapat dibebankan pada produk dalam suatu proporsi sesuai dengan aktivitas penggunaannya, seperti dengan yang diukur oleh penggerak aktivitas. Pembebanan ini diselesaikan dengan perhitungan suatu tarif aktivitas yang ditentukan terlebih dahulu dan mengkalikan tarif dengan penggunaan aktual aktivitas. Syarat Penerapan Activity Based Costing Menurut Supriyono (2001: 246), dalam penerapannya penentuan harga pokok dengan menggunakan sistem Activity based costing (ABC) menyaratkan tiga hal: (1) Perusahaan mempunyai tingkat diversifikasi yang tinggi. Sistem ABC menyaratkan bahwa perusahaan memproduksi beberapa macam produk atau lini produk yang diproses dengan menggunakan fasilitas yang sama. Kondisi yang demikian tentunya akan menimbulkan masalah dalam membebankan biaya ke masing-masing produk. (2) Tingkat persaingan industri yang tinggi, yaitu terdapat beberapa perusahaan yang menghasilkan produk yang sama atau sejenis, maka perusahaan akan semakin meningkatkan persaingan untuk memperbesar pasarnya. Semakin besar tingkat persaingan maka semakin penting peran informasi tentang harga pokok dalam mendukung pengambilan keputusan manajemen. (3) Biaya overhead lebih dominan dibandingkan biaya tenaga kerja langsung. Sistem ABC akan kehilangan relevansinya bila biaya tenaga kerja langsung lebih dominan dibandingkan dengan biaya overhead, karena penggunaan akuntansi biaya tradisionalpun akan lebih akurat. Perbandingan Biaya Produk Tradisional dan Activity Based Costing Sistem penentuan harga pokok produk dengan metode konvensional yang berdasarkan pada volume sangat bermanfaat jika tenaga kerja langsung dan bahan baku merupakan faktor yang dominan dalam produksi. Sistem penentuan harga pokok produk dengan metode konvensional mengasumsikan bahwa semua biaya diklasifikasikan sebagai biaya tetap atau biaya variabel berkaitan dengan perubahan unit atau volume produk yang diproduksi, maka unit produk atau pendorong lainnya sangat berhubungan dengan unit yang diproduksi seperti jam tenaga kerja langsung atau jam mesin. Hal ini merupakan satusatunya pendorong yang dianggap penting karena pendorong kegiatan berdasarkan unit bukan satu-satunya pendorong yang menjelaskan hubungan penyebab. Oleh karena itu banyak pembebanan biaya produk harus diklasifikasikan sebagai alokasi. Berdasarkan penjelasan di atas biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung disebut juga dengan biaya utama (prime cost), sedangkan biaya tenaga kerja langsung dan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
8 biaya overhead perusahaan sering pula disebut sebagai biaya konversi (convertion cost), yang merupakan biaya untuk mengkonversi atau mengubah bahan baku menjadi produk jadi. Overhead perusahaan (factory overhead) adalah biaya bahan tidak langsung, pekerja tidak langsung dan semua biaya perusahaanasi lainnya yang tidak dapat dibebankan langsung ke produk tertentu. Secara sederhana dapat dinyatakan bahwa overhead perusahaan mencakup semua biaya perusahaanasi kecuali semua yang dicatat sebagai biaya langsung, yaitu bahan langsung dan pekerja langsung. Bahan langsung adalah semua bahan yang membentuk bagian integral dari barang jadi dan yang dapat dimasukkan langsung dalam kalkulasi biaya produk. Pertimbangan utama dalam mengelompokkan bahan ke dalam bahan langsung adalah kemudahan penelusuran proses pengubahan bahan tersebut sampai menjadi barang jadi. Tenaga kerja langsung adalah karyawan yang dikerahkan untuk mengubah bahan langsung menjadi produk jadi. Biaya ini meliputi gaji para karyawan perusahaan yang dapat dibebankan kepada produk tertentu. Akuntansi biaya konvensional (tradisional) memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dari akuntansi biaya konvensional ini adalah sebagai berikut. Pertama Mudah diterapkan, sistem akuntansi biaya konvensional tidak banyak menggunakan cost driver, dalam mengalokasikan biaya produksi tidak langsung sehingga memudahkan manajemen dalam melakukan perhitungan. Kedua Mudah diaudit. Biaya produksi tidak langsung dialokasikan berdasarkan volume based measured, sehingga memudahkan auditor dalam melakukan proses audit. Kekurangan dari sistem akuntansi biaya tradisional ini adalah sebagai berikut. Ketiga Dapat mendistorsi biaya produk. Beberapa penyebab distorsi biaya adalah sebagai berikut. (a) Biaya overhead tidak ditelusuri ke produk secara individual. (b) Total komponen biaya overhead dalam suatu biaya produksi senantiasa terus menigkat. Pada saat persentase biaya overhead semakin besar, maka distorsi biaya produk pun menjadi besar. (c) Banyak kegiatan yang termasuk dalam biaya administrasi dan penjualan yang sebenarnya dapat ditelusuri ke produk. Keempat Berorientasi fungsional. Biaya diakumulasikan berdasarkan item lini, kemungkinan berdasarkan fungsi seperti perekayasaan dalam setiap item lini. Orientasi fungsi ini tidak cocok dengan realitas fungsional silang yang sering digunakan pada perusahaan manufaktur. Beberapa faktor yang mengakibatkan suatu sistem biaya menjadi usang adalah adanya otomatisasi, yaitu perkembangan teknologi pemanufakturan, kompetisi yang intensif, penyederahanaan proses manufaktur (product just in time). Activity based costing system adalah sistem yang terdiri atas dua tahap, yaitu tahap pertama melacak biaya pada berbagai aktivitas, dan tahap kedua membebankannya ke berbagai produk. Penentuan harga pokok produk secara konvensional juga melibatkan dua tahap, namun pada tahap pertama biaya-biaya tidak dilacak ke aktivitas melainkan ke suatu unit organisasi misalnya perusahaan, atau departemen-departemen. Baik pada sistem konvensional maupun activity based costing, tahap kedua meliputi pelacakan biaya ke berbagai produk. Perbedaan prinsip perhitungan dari kedua metode tersebut adalah jumlah cost driver yang digunakan. Sistem penentuan harga pokok dengan ABC menggunakan cost driver yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan sistem konvensional yang hanya menggunakan satu atau dua cost driver berdasarkan unit. Pengertian Biaya Overhead Perusahaan Menurut Armanto (2006: 47) definisi biaya overhead perusahaan adalah semua biaya perusahaanasi selain dari bahan baku dan buruh langsung (biaya pemeliharaan, biaya penyusutan gedung, dsb). Biaya overhead perusahaan memiliki dua ciri khas yang harus dipertimbangkan dalam pembebanannya pada hasil produksi secara layak. Ciri-ciri ini menyangkut hubungan khusus antara overhead perusahaan dengan (1) produk itu sendiri dan (2) jumlah volume
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
9 produksi. Berbeda dengan bahan langsung dan upah (buruh) langsung, biaya overhead perusahaan merupakan bagian yang tidak berwujud dari barang jadi. Ciri kedua menyangkut perubahan sebagian unsur biaya overhead karena adanya perubahan volume produksi, yaitu overhead bisa bersifat tetap, variabel atau semivariabel. Biaya overhead perusahaan diklasifikasikan menjadi tiga kelompok berdasarkan karakteristiknya dalam hubungannya dengan produksi. Tiga kelompok tersebut adalah: (1) Biaya Overhead Variabel (Variabel Factory Overhead Cost). Total biaya overhead variabel berubah-ubah sebanding dengan unit yang diproduksi, yaitu semakin besar unit yang diproduksi, semakin tinggi total biaya variabelnya. Biaya variabel per unit konstan walaupun produksi berubah. (2) Biaya Overhead Tetap (Fixed Factory Overhead Cost). Total biaya overhead perusahaan tetap adalah konstan dalam tingkat hasil tertentu, tanpa dipengaruhi oleh adanya perubahan tingkat produksi sampai suatu tingkat hasil tertentu (relevan range). Contoh biaya overhead perusahaan tetap adalah sewa gedung perusahaan. (3) Biaya Overhead Semivariabel. Biaya overhead semivariabel adalah biaya yang sifatnya tidak semuanya tetap dan juga tidak semuanya variabel, tetapi mempunyai karakteristik keduanya. Biaya overhead perusahaan semivariabel akhirnya harus dipisahkan ke komponen biaya tetap atau biaya variabel untuk keperluan perencanaan dan pengendalian. Activity Based Costing untuk Perusahaan Jasa Departemen jasa menurut Garrison (2000: 206) adalah “Semua yang meliputi departemen-departemen yang tidak langsung berkaitan dengan aktivitas operasi suatu organisasi.” Departemen jasa berfungsi sebagai penyedia jasa atau membantu penyediaan aktivitas-aktivitas yang diperlukan dalam operasi organisasi. Prinsip utama penerapan activity based costing system baik untuk departemen jasa maupun untuk perusahaan jasa tidak berbeda. Kedua organisasi tersebut (departemen jasa dan perusahaan jasa) sama-sama menghasilkan produk yang sulit untuk diidentifikasikan. Penerapan activity based costing system pada perusahaan jasa disebabkan karena perusahaan jasa menghasilkan produk yang tidak berwujud (intangible) dan bervariasi sehingga menimbulkan kesulitan dalam menentukan biaya aktivitas. dalam menghasilkan jasa tersebut. Menggunakan activity based costing system dalam organisasi jasa pada dasarnya merupakan tindakan untuk mengatur aktivitas yang berhubungan dengan jasa. Manajemen aktivitas ini berdasarkan prinsip bahwa proses aktivitas atau usaha akan mengkonsumsi sumber daya sedangkan service costing ditentukn dengan cara menelusuri secara lebih spesifik terhadap support cost (biaya pendukung) yang secara tradisional dialokasikan ke semua produk jasa melalui direct basis, misalkan tenaga kerja langsung, pemakaian peralatan atau persediaan. Sedangkan dalam activity based costing system, diperlukan penelusuranpenelusuran aktivitas pembantu ke masing-masing produk jasa. Cost Driver Landasan penting untuk menghitung biaya berdasarkan aktivitas adalah dengan mengidentifikasi pemicu biaya atau cost driver untuk setiap aktivitas. Pemahaman yang tidak tepat mengenai pemicu akan mengakibatkan ketidaktepatan pada pengklasifikasian biaya, sehingga menimbulkan dampak bagi manajemen dalam mengambil keputusan. Jika perusahaan memiliki beberapa jenis produk maka biaya overhead yang terjadi ditimbulkan secara bersamaan oleh seluruh produk. Hal ini menyebabkan jumlah overhead yang ditimbulkan oleh masing-masing jenis produk harus diidentifikasi melalui cost driver. Cost driver adalah kejadian atau aktivitas yang menyebabkan atau berakibat keluarnya biaya. Dalam ABC sistem, hal terpenting adalah mengidentifikasikan cost driver. Terdapat tiga faktor penting dalam memilih cost driver yang tepat. (1) Degree of correlation (tingkat korelasi). Konsep dasar ABC adalah membebankan biaya-biaya dari setiap aktivitas ke lini produk, berdasarkan pada bagaimana setiap lini produk mengkonsumsi cost driver. Oleh
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
10 karena itu, keakurataan pengalokasian setiap biaya tergantung pada tingkat korelasi antara konsumsi aktivitas dan konsumsi cost driver. (2) Cost measurement. Perancangan sistem informasi memerlukan cost benefit trade offs. Jumlah activity cost pool yang terdapat dalam suatu sistem ABC yang lebih banyak memerlukan cost driver, menyebabkan biaya implementasi menjadi lebih besar. Namun demikian, korelasi yang tinggi antara cost driver dan konsumsi sesungguhnya dari setiap aktivitas menyebabkan perhitungan harga pokok semakin akurat. Rumah Sakit Rumah sakit adalah sebuah institusi yang bertugas untuk memberikan layanan jasa kesehatan. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit menyebutkan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perseorangan secara paripurna, meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit merupakan salah satu institusi penting dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Rerangka Pemikiran Industri yang akan diteliti pada penelitian ini adalah industri jasa. Industri jasa adalah suatu jenis usaha yang outputnya berupa pelayanan kepada pelanggan. Obyek yang diteliti untuk industri jasa adalah tarif kamar rawat inap pada sebuah rumah sakit. Berdasarkan kajian teoritis, maka dapat diajukan kerangka berfikir tentang bagaimana penerapan sistem Activity based costing (ABC) dalam penghitungan tarif rawat inap pada rumah sakit dan membandingkan perbedaan antara tarif rumah sakit yang dihitung menggunakan metode konvensional dengan tarif rumah sakit yang dihitung menggunakan metode ABC. Proporsisi Penelitian Menurut Sony Sumarsono (2004: 27) proporsisi adalah pernyataan tentang sifat dari realitas yang dapat diuji kebenarannya. Jika proporsisi sudah dirumuskan sedemikian rupa dan sementara diterima untuk diuji kebenarannya proporsisi tersebut dinamakan hipotesa. Melalui proporsisi inilah dapat disusun suatu teori dan sekaligus dapat dilakukan formulasi hipotesa: Berdasarkan permasalahan proporsisi yang diajukan adalah: (1) Membandingkan harga rawat inap dengan metode ABC dengan metode tradisional. (2) Penerapan ABC berfungsi sebagai ukuran layaknya harga tersebut di tentukan sebagai tarif yang tepat. (3) Pemilihan metode dan prosedur yang digunakan untuk kegiatan ABC dapat menghasilkan perencanaan dan untuk membantu masyarakat mendapatkan harga yang lebih akurat dan optimal untuk tarif rumah sakit METODE PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah jenis penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif, melalui studi kasus penelitian kualitatif dapat di definisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif (menggambarkan sifat sesuatu yang telah berlangsung pada saat study) berupa kata-kata tertulis atau lisan dari narasumber dan perilaku yang diamati. Rumah Sakit Wiyung Sejahtera (RSWS) Surabaya adalah obyek yang dijadikan sebagai fokus penelitian. Rumah sakit ini berlokasi di Jl. Karangan PDAM 1-3, Wiyung Surabaya
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
11 Teknik Pengumpulan Data Studi lapangan dapat dilakukan dengan: (a) Survey pendahuluan Menurut Amin Widjaja Tunggal (2000:16) survey pendahuluan harus dilakukan peneliti, selama fase ini peneliti melakukan penilaian pendahuluan atas aktivitas yang akan diuji, pada fase ini juga pertanyaan yang relevan dapat diajukan kepada manajemen operasi dan operasi aktual yang diamati. Informasi yang harus diperoleh adalah rencana, anggaran, dan pengukuran lain serta sistem yang dipercayai oleh manajemen untuk memonitor kinerja.(1) Studi lapangan Penelitian ini melakukan pengumpulan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian dengan cara melakukan tinjauan secara langsung pada objek penelitian pengumpulan data-data tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut: (2) Wawancara Yaitu dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung staf rumah sakit yang bekerja pada bagian akuntansi, yaitu Apri Sukmawati, SE. Pertanyaan yang disampaikan antara lain terkait dengan: (a) Gambaran umum rumah sakit; (b) Jumlah pasien pengguna rumah sakit, jumlah hari pasien, dan fasilitas yang digunakan; (c) Jenis-jenis layanan yang ada di rumah sakit; (d) Prosedur pelayanan rumah sakit, khususnya untuk layanan rawat inap; (e) Aktivitas yang dilakukan rumah sakit untuk memberikan layanan kepada pasien; (f) Fasilitas yang ada untuk setiap layanan rumah sakit; (g) Biaya yang dibebankan untuk setiap layanan yang ada di rumah sakit (3) Dokumentasi Teknik pengumpulan data dengan cara melihat data-data rumah sakit seperti sejarah penelitian, profil yang akan diteliti, lokasi penelitian visi dan misi rumah sakit, tujuan didirikan rumah sakit, struktur organisasi, aktivitas rumah sakit. (4) Observasi Teknik pengumpulan data melalui pengamatan langsung terhadap objek penelitian dapat membantu responden untuk menjawab pertanyaan yang dirasakan tidak atau kurang mampu menjawabnya. Disini peneliti mengamati secara langsung aktivitas rawat inap sampai dengan penggunaan fasilitas juga mengambil data yang akan diteliti adapun data-data berikut : (a) Data pendukung jumlah pasien tahun 2012; (b) Data pendukung lama hari pasien selama tahun 2012; (c) Data tarif rawat inap kelas 1,2, 3, VIP, dan VVIP selama tahun 2012. Satuan Kajian Activity based costing adalah pendekatan perhitungan biaya yang membebankan biaya sumber daya ke objek biaya berdasarkan aktivitas yang dilakukan untuk objek biaya tersebut. Tarif pelayanan adalah jumlah biaya pelayanan yang akan dibayar oleh pasien setelah selesai menjalani perawatan rawat inap dimana besarnya tarif pelayanan yang berbeda-beda tergantung dari jenis kamar yang digunakan. Jasa pelayanan adalah pelayanan rumah sakit termasuk sektor jasa pelayanan publik yang dimiliki tujuan utamanya memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dari hasil penelitian didapatkan data tarif dari rumah sakit adalah sbb : (1) Penentuan tarif jasa rawat inap RS. Wiyung Sejahtera. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis, diperoleh keterangan bahwa RS. Wiyung Sejahtera menghitung tarif kamar rawat inapnya atas dasar unit cost. Perhitungan unit cost dilakukan secara terpisah untuk setiap jenis kelas rawat inap. Cara perhitungannya yaitu dengan menjumlahkan biaya tetap, biaya semi variabel, dan biaya variabel sehingga dihasilkan biaya total. Kemudian biaya total dibagi dengan jumlah hari rawat inap. Dalam penentuan tarif jasa rawat inap, pihak manajemen RS. Wiyung Sejahtera memiliki beberapa pertimbangan antara lain, yaitu: (a) Survey harga pasar (tarif pesaing). Penyesuaian tarif ini merupakan hal penting dalam penentuan tarif. (b) Keadaan sosial masyarakat. Dalam penentuan tarif, rumah sakit harus memperhitungkan kemampuan ekonomi masyarakat umum.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
12 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelitian didapatkan data internal fasilitas rawat inap dari rumah sakit wiyung sejahtera seperti tabel 1 dibawah ini :
Kelas
VVIP
VIP
Kelas I
Kelas II
Tabel 1 Fasilitas Untuk Ruangan Rawat Inap RSWS Kamar Fasilitas 3 kali makan, 2 kali snack (2 orang) Kamar mandi, shower bath A-15 Ekstra bed penunggu AC, TV, Kulkas, Lemari, Telepon 1 set kursi tunggu 3 kali makan, 2 kali snack (2 orang) Kamar mandi, shower bath A-9, B-6 Ekstra bed penunggu AC, TV, Kulkas, Lemari, Telepon 1 set kursi tunggu 3 kali makan, 2 kali snack (2 orang) Kamar mandi, shower bath A-10 Ekstra bed penunggu AC, TV, Kulkas, Lemari, Telepon 1 set kursi tunggu 3 kali makan, 1 kali snack Kamar mandi A-8, A-11 AC, TV, Lemari, Telepon 2 bed/kamar 3 kali makan, 1 kali snack Kamar mandi A-3 AC, TV, Lemari, Telepon 2 bed/kamar 3 kali makan, 1 kali snack Kamar mandi B-5 AC, TV, Lemari, Telepon 2 bed/kamar 3 kali makan, 1 kali snack Kamar mandi A-7, A-12, A-4 AC, lemari 3 bed/ kamar 3 kali makan, 1 kali snack Kamar mandi A-1, A-2 Kipas Angin, lemari 3 bed/ kamar 3 kali makan, 1 kali snack B-1, B-2 Kamar mandi AC, lemari
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
13
B3
B-4, B7
Kelas III
A-5
A-6
A-4
3 bed/ kamar 3 kali makan, 1 kali snack Kamar mandi AC, lemari 2 bed/ kamar 3 kali makan, 1 kali snack Kamar mandi AC, lemari 3 bed/ kamar 3 kali makan, 1 kali snack Kamar mandi Kipas Angin, lemari 2 bed/ kamar 3 kali makan, 1 kali snack Kamar mandi AC, lemari 5 bed/ kamar 3 kali makan, 1 kali snack Kamar mandi AC, lemari 4 bed/ kamar
Sumber: Data Internal RSWS, 2013
Menjelaskan tentang fasilitas untuk masing-masing kelas yang ada di Rumah Sakit Wiyung Surabaya. Setiap kelas terdiri dari beberapa kamar dengan fasilitas yang terkadang berbeda antara kamar yang satu dengan kamar yang lain. Perbedaan fasilitas ini mengakibatkan perbedaan tarif untuk masing-masing kamar. Adapun besarnya tarif tiap kelas jasa yang ditetapkan untuk masing-masing kelas dan kamar pada Rumah Sakit Wiyung Surabaya dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini: Tabel 2 Tarif Jasa Rawat Inap RS. Wiyung Sejahtera Surabaya Tahun 2012-2013 Kelas Kamar Tarif Kamar (Rp500.000,-/hari) VVIP A-15 Dokter spesialis (Rp175.000,-/visit) Kamar (Rp400.000,-/hari) A-9, B-6 Dokter spesialis (Rp125.000,-/visit) VIP Kamar (Rp375.000,-/hari) A-10 Dokter spesialis (Rp125.000,-/visit) Kamar (Rp250.000,-/hari) A-8, A-11 Dokter spesialis (Rp100.000,-/visit) Kamar (Rp200.000,-/hari) Kelas I A-3 Dokter spesialis (Rp100.000,-/visit) Kamar (Rp250.000,-/hari) B-5 Dokter spesialis (Rp100.000,-/visit) Kelas II A-7, A-12, A-4 Kamar (Rp125.000,-/hari)
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
14 Kelas
Kamar A-1, A-2 B-1, B-2 B3 B-4, B7
Kelas III
A-5 A-6 A-4
Tarif Dokter spesialis (Rp80.000,-/visit) Kamar (Rp110.000,-/hari) Dokter spesialis (Rp80.000,-/visit) Kamar (Rp125.000,-/hari) Dokter spesialis (Rp80.000,-/visit) Kamar (Rp75.000,-/hari) Dokter spesialis (Rp70.000,-/visit) Kamar (Rp65.000,-/hari) Dokter spesialis (Rp70.000,-/visit) Kamar (Rp65.000,-/hari) Dokter spesialis (Rp70.000,-/visit) Kamar (Rp75.000,-/hari) Dokter spesialis (Rp70.000,-/visit) Kamar (Rp75.000,-/hari) Dokter spesialis (Rp70.000,-/visit)
Sumber: RS. Wiyung Sejahtera
Tabel 2 adalah tabel tarif ruangan ruangan rawat inap untuk berbagai jenis kelas ruangan yang ada di Rumah Sakit Wiyung Surabaya. Terdapat lima jenis ruangan di RSWS, yaitu VVIP, VIP, Kelas I, Kelas II, dan Kelas III. Tarif untuk kamar terkadang mengalami perbedaan meskipun masih masuk dalam kategori satu kelas. Data mengenai jumlah pasien rawat inap dan jumlah hari pasien rawat inap disajikan pada Tabel 3 dan Tabel 4. Tabel 3 Data Jumlah Pasien Rawat Inap Tahun 2012 Kelas Bulan Kelas I Kelas II Kelas III VIP VVIP Total Januari
38
56
54
14
2
164
Februari
33
47
72
9
3
164
Maret
36
63
70
4
2
175
April
32
60
97
13
4
206
Mei
30
65
69
9
3
176
Juni
18
58
52
20
4
152
Juli
16
58
60
19
4
157
Agustus
18
48
59
11
5
141
September
21
41
61
13
2
138
Oktober
17
54
53
13
3
140
November
20
33
42
28
4
127
Desember
14
50
59
14
5
142
Total
293
633
748
167
41
1882
Sumber: Rs. Wiyung Sejahtera
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
15 Tabel 3 menunjukkan data pengunjung rumah sakit selama tahun 2012. Berdasarkan data yang ada dapat dilihat bahwa jumlah pasien setiap bulannya berada di atas 100 orang pasing. Jumlah terkecil pada bulan November 2012 dengan jumlah pasien sebesar 127 orang, sementara itu jumlah terbanyak pada bulan April 2012 dengan jumlah pasien sebesar 206 orang. Tabel 4 Data Jumlah Hari Menginap Pasien Tahun 2012 Bulan
Kelas Kelas I
Kelas II
Kelas III
VIP
VVIP
Total
Januari
114
224
165
53
9
565
Februari
99
187
358
37
14
695
Maret
108
189
253
14
9
573
April
96
178
486
56
18
834
Mei
90
196
274
37
13
610
Juni
108
175
207
84
19
593
Juli
64
198
215
78
17
572
Agustus
72
186
236
47
21
562
September
28
163
185
52
9
437
Oktober
68
215
158
52
13
506
November
80
130
169
113
18
510
Desember
56
251
236
59
21
623
983
2292
2942
682
181
7080
Jumlah bed
8
21
19
3
1
52
Hari/tahun
365
365
365
365
365
365
2920
7665
6935
1095
365
18980
33,66%
29,90%
42,42%
62,28%
49,59%
37,30%
Total
Bedxhari BOR
Sumber: RS. Wiyung sejahtera
Tabel 4 menunjukkan jumlah hari pasien menginap di rumah sakit. Jumlah hari pasien menginap di rumah sakit paling sedikit adalah pada bulan September 2012 dengan jumlah 437, sementara itu jumlah hari meninap pasien paling banyak adalah pada bulan April 2012 dengan jumlah 834 hari perawatan. Rata-rata BOR (Bed Occupancy Rate) untuk tahun 2012 adalah sebesar 37,30%. Nilai masih rendah karena nilai BOR yang ideal adalah antara 60%80%. Perhitungan Tarif Rawat Inap Dengan Activity Based Costing Tahapan dalam melakukan perhitungan tarif tersebut adalah sebagai berikut: Pertama mengidentifikasi aktivitas-aktivitas : (a) Aktivitas Pelayanan Administrasi Umum dilakukan ketika pasien tersebut dinyatakan perlu untuk dirawat inap. Aktivitas ini seperti registrasi nama, alamat, jenis penyakit, dan tipe kamar yang dipilih untuk rawat inap.( b) Aktivitas Pelayanan Perawatan Pasien dilakukan oleh perawat, seperti mengantarkan pasien ke
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
16 kamar rawat inap, mencatat perkembangan kesehatan pasien, melakukan tensi, dan memberikan pertolongan pada pasien jika pasien membutuhkan bantuan. (c) Aktivitas Visite Dokter ini adalah aktivitas kunjungan dokter setiap hari untuk mengontrol kesehatan pasien rawat inap. (d) Aktivitas penginapan pasien adalah aktivitas pasien menggunakan fasilitas yang ada pada kamar rawat inap. (e) Aktivitas Pelayanan Pencucian atau Laundry adalah aktivitas pelayanan rumah sakit kepada pasien berupa pencucian seprei, selimut, dan sarung bantal (f) Aktivitas Pelayanan Pembersihan Kamar atau Cleaning service Aktivitas pelayanan adalah aktivitas pelayanan rumah sakit kepada pasien dengan membersihkan kamar pasien, menyapu, dan mengepel lantai. (g) Aktivitas pelayanan pemberian makan pasien adalah aktivitas pelayanan rumah sakit kepada pasien dengan menyediakan makanan sebanyak 3 kali dalam sehari. (h) Aktivitas pemeliharaan bangunan adalah aktivitas berupa pengecetan dan renovasi yang dilakukan tiap tahun secara rutin oleh rumah sakit. Aktivitas pemeliharaan bangunan merupakan pengganti biaya penyusutan karena rumah sakit tidak melakukan penyusutan pada bangunannya. Kedua melakukan analisis tarif rawat inap rumah sakit dan mengidentifikasi aktivitas dengan menggunakan rumus sebagai berikut : “Tarif per unit = Total Biaya Aktivitas / Cost driver”; (b) Menghitung biaya overhead yang dibebankan pada masing-masing kelas dengan cara: “BOP yang dibebankan = tarif cost driver per unit x driver yang digunakan oleh masing-masing kelas rawat inap”; (c) Menjumlahkan seluruh biaya aktivitas yang telah dikelompokkan. (d) Membaginya total biaya aktivitas masing-masing kelas rawat inap dengan jumlah hari rawat inap di masing-masing kelas. Dari rumus diatas maka dapat diperoleh hasil dari setiap kamar yang dihitung untuk setiap kelas total biaya kelas Vvip, Vip, III, II, I seperti pada tabel 5-9 : Tabel 5 Total Biaya Aktivitas Kelas VVIP Tarif Per Unit (cost driver) Driver
Aktivitas Aktivitas pelayanan Administrasi umum 72.428,7 Aktivitas pelayanan perawatan pasien 197.533,0 Aktivitas visit Dokter 37.781,0 Aktivitas penginapan Pasien Aktivitas pelayanan pencucian/ laundry 36.270,0 Aktivitas pelayanan pembersihan/ Cleaning service 196.619,74 Aktivitas pelayanan 24.580,89 pemberian makan Aktivitas pemeliharan Bangunan 70.970,39 Total biaya aktivitas dibebankan ke kelas VVIP Jumlah hari pakai Tarif rawat inap per kamar Sumber: Olahan peneliti, 2013
Jumlah (Rp)
41 Orang
2.969.576,7
181 Hari 181 Hari
35.753.473,0 6.838.361,0 7.432.637,10
41 Orang
1.487.070,0
16 m2
3.145.915,8
724 Hari
17.796.564,4
16 m2
1.135.526,2 76.559.124,2 181 422.978,6
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
17 Tabel 6 Total Biaya Aktivitas Kelas VIP Tarif Per Unit (cost driver) Driver
Aktivitas Aktivitas pelayanan Administrasi umum 72.428,7 Aktivitas pelayanan perawatan pasien 197.533,0 Aktivitas visit Dokter 37.781,0 Aktivitas penginapan Pasien Aktivitas pelayanan pencucian/ laundry 36.270,0 Aktivitas pelayanan pembersihan/ Cleaning service 196.619,74 Aktivitas pelayanan 24.580,89 pemberian makan Aktivitas pemeliharan Bangunan 70.970,39 Total biaya aktivitas dibebankan ke kelas VIP Jumlah hari pakai Tarif rawat inap per kamar
Jumlah (Rp)
167 Orang
12.095.592,9
682 Hari 682 Hari
134.717.506,0 25.766.642,0 25.233.203
167 Orang
6.057.090,0
36 m2
7.078.310,6
2.728 Hari
67.056.667,9
36 m2
2.554.934,0 280.559.946,5 682 411.378,2
Sumber: Olahan peneliti, 2013
Tabel 7 Total Biaya Aktivitas Kelas I Tarif Per Unit (cost driver)
Aktivitas Aktivitas pelayanan Administrasi umum 72.428,7 Aktivitas pelayanan perawatan pasien 197.533 Aktivitas visit Dokter 37.781 Aktivitas penginapan Pasien Aktivitas pelayanan pencucian/ laundry 36.270 Aktivitas pelayanan pembersihan/ Cleaning service 196.619,74 Aktivitas pelayanan 24.580,89 pemberian makan Aktivitas pemeliharan Bangunan 70.970,39 Total biaya aktivitas dibebankan ke kelas I Jumlah hari pakai Tarif rawat inap per kamar Sumber: Olahan peneliti, 2013
Driver
Jumlah (Rp)
293 Orang
21.221.609,1
983 Hari 983 Hari
194.174.939 37.138.723 20.028.922
293 Orang
10.627.110
48 m2
9.437.747,5
983 Hari 48 m2
24.163.014,9 3.406.578,7 320.198.644,2 983 325.736,2
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
18
Aktivitas
Tabel 8 Total Biaya Aktivitas Kelas II Tarif Per Unit Driver (cost driver)
Aktivitas pelayanan Administrasi umum 72.428,7 Aktivitas pelayanan perawatan pasien 197.533,0 Aktivitas visit Dokter 37.781,0 Aktivitas penginapan Pasien Aktivitas pelayanan pencucian/ laundry 36.270,0 Aktivitas pelayanan pembersihan/ Cleaning service 196.619,74 Aktivitas pelayanan 24.580,89 pemberian makan Aktivitas pemeliharan Bangunan 70.970,39 Total biaya aktivitas dibebankan ke kelas II Jumlah hari pakai Tarif rawat inap per kamar
Jumlah (Rp)
633 Orang
45.847.367,1
2.292 Hari 2.292 Hari
452.745.636,0 86.594.052,0 30.547.732
633 Orang
22.958.910,0
126 m2
24.774.087,2
2.292 Hari 126 m2
56.339.399,9 8.942.269,1 728.749.453,4 2.292,0 317.953,5
Sumber: Olahan peneliti, 2013
Aktivitas
Tabel 9 Total Biaya Aktivitas Kelas III Tarif Per Unit Driver (cost driver)
Aktivitas pelayanan Administrasi umum 72.428,7 Aktivitas pelayanan perawatan pasien 197.533,0 Aktivitas visit Dokter 37.781,0 Aktivitas penginapan Pasien Aktivitas pelayanan pencucian/ laundry 36.270,0 Aktivitas pelayanan pembersihan/ Cleaning service 196.619,74 Aktivitas pelayanan 24.580,89 pemberian makan Aktivitas pemeliharan Bangunan 70.970,39 Total biaya aktivitas dibebankan ke kelas III Jumlah hari pakai Tarif rawat inap per kamar Sumber: Olahan peneliti, 2013
Jumlah (Rp)
748 Orang
54.176.667,6
2.942 Hari 2.942 Hari
581.142.086,0 111.151.702,0 34.541.486
748 Orang
27.129.960,0
58 m2
11.403.944,9
2.942 Hari 58 m2
72.316.978,4 4.116.282,6 895.979.107,5 2.942,0 304.547,6
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
19 Berdasarkan hasil perhitungan biaya pokok rawat inap yang telah dilakukan, dapat ditentukan tarif biaya rawat inap untuk masing-masing kelas. Persentase margin untuk setiap kelas ruangan dibuat berbeda disebabkan karena fasilitas dalam masing-masing kamar juga berbeda, Dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 10 Tarif Biaya Ruangan Rawat Inap Pembulatan Tarif
No
Ruangan
Biaya Pokok
% Keuntungan
Tarif
1
VVIP
422.978,6
25,0%
528.723,2
550.000
2
VIP
411.378,2
20,0%
493.653,9
500.000
3
Kelas I
325.736,2
15,0%
374.596,6
400.000
4
Kelas II
317.953,5
10,0%
349.748,9
350.000
5
Kelas III
304.547,6
5,0%
319.775,0
325.000
Sumber: Olahan peneliti, 2013
Hasil perhitungan yang ada menunjukkan bahwa selisih biaya untuk Kelas I, Kelas II, dan Kelas III tidak jauh berbeda. Kondisi ini disebabkan karena nilai BOR (Bed Occupancy) Rate untuk Kelas I, Kelas II, dan Kelas III relatif masih rendah. Daftar BOR untuk kelima ruangan yang ada di Rumah Sakit.
Daftar BOR untuk kelima ruangan yang ada di Rumah Sakit dapat dilihat pada Tabel l1. Tabel 11 BOR Rumah Sakit Wiyung Surabaya No
Ruangan
BOR
1
Kelas I
33,66%
2
Kelas II
29,90%
3
Kelas III
42,42%
4
VIP
62,28%
5
VVIP
49,58%
BOR Total
BOR Ideal
60% - 80%
37,30%
Sumber: Olahan peneliti, 2013
Rendahnya nilai BOR untuk ketiga kelas tersbut menjadikan biaya perhari yang harus ditanggung oleh pasien untuk ketiga kelas tersebut masih tinggi. Tarif yang diperoleh dengan metode ABC kemudian dibandingkan dengan tarif yang digunakan pada instalasi rawat inap. Pada tabel 12 berikut berisi perbandingan tarif ABC dengan tarif berlaku di RS. Wiyung Surabaya.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
20
Kelas VVIP VIP
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Tabel 12 Perbandingan Tarif Konvensional dengan ABC Tarif Berlaku Tarif ABC Kamar (Kamar + Dokter) (Kamar + Dokter) A-15
675.000
A-9, B-6
525.000
A-10
400.000
A-8, A-11
325.000
A-3
300.000
B-5
325.000
A-7, A-12, A-4
205.000
A-1, A-2
190.000
B-1, B-2
205.000
B3
145.000
B-4, B7
135.000
A-5
135.000
A-6
145.000
A-4
145.000
550.000 500.000
400.000
350.000
325.000
Sumber: Olahan peneliti, 2013
Menunjukkan perbandingan antara tarif rawat inap rumah sakit yang selama ini telah diterapkan yang dihitung dengan menggunakan tarif konvensional dengan tarif yang dihasilkan dengan perhitungan dengan menggunakan ABC. Tarif VVIP lebih rendah pada perhitungan dengan menggunakan ABC dengan metode konvensional. Pada kelas VIP, tarif yang dihasilkan hampir sama, sementara itu pada kelas I, Kelas II, dan Kelas III, tarif yang dihasilkan dengan perhitungan ABC lebih tinggi dibandingkan dengan tarif Berlaku Rumah Sakit. Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan tarif jasa rawat inap pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa perhitungan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan activity based costing system, dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama biaya ditelusuri ke aktivitas yang menimbulkan biaya dan kemudian tahap kedua membebankan biaya aktivitas ke produk. Dari perhitungan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode ABC diketahui besarnya tarif untuk Kelas VVIP Rp550.000,-, Kelas VIP Rp 500.000, Kelas I Rp 400.000, Kelas II Rp 350.000 dan Kelas III Rp325.000. Dari hasil perhitungan tarif rawat inap dengan menggunakan activity based costing system, apabila dibandingkan dengan tarif rawat inap yang digunakan oleh rumah sakit saat ini terlihat bahwa untuk Tarif VVIP lebih rendah pada perhitungan dengan menggunakan ABC dengan metode konvensional. Pada kelas VIP, tarif yang dihasilkan hampir sama, sementara itu pada kelas I, Kelas II, dan Kelas III, tarif yang dihasilkan dengan perhitungan ABC lebih tinggi dibandingkan dengan tarif konvensional. Perbedaan tarif yang terjadi disebabkan karena pembebanan biaya overhead pada masing-masing produk. Activity based costing system telah mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap kamar secara tepat
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
21 berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas. Tarif untuk Kelas I, Kelas II, dan Kelas III mempunyai nilai tinggi karena BED (Bed Occupancy Rate) nya rendah sehingga faktor pembaginya menjadi lebih kecil yang mengakibatkan biaya rawat inap yang harus ditanggung per harinya lebih besar. Keterbatasan Penelitian Pertama pemilihan rumah sakit yang kurang tepat karena nilai BED RSWS masih sangat rendah, jauh lebih rendah dibandingkan dengan ketentuan yang ada, yaitu antara 60% - 80%. Kedua perhitunngan tarif rawat inap menggunakan data yang diberikan oleh bagian keuangan RSWS, bukan data yang diambil atau diamati langsung dari laporan keuangan rumah sakit. Saran RSWS sebaiknya mulai mempertimbangkan tarif rawat inap dengan menggunakan activity based costing system karena dengan activity based costing system akan diperoleh informasi biaya rawat inap yang lebih akurat. Akan tetapi tidak mutlak harus dipertimbangkan aspek sosialnya
DAFTAR PUSTAKA Armanto, W. 2006. Akuntansi Biaya. Cetakan Pertama, Yogyakarta: Graha Ilmu Blocher, E.J., et.al. 2005. Manajemen Biaya: Penekanan Strategis, Edisi 3. Buku 1. Jakarta: Salemba Garrison, R.H., Noreen, E.W. 2000. Akuntansi Manajerial. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat Hansen, D.R., Mowen, M.M. 2004. Akuntansi Manajemen. Edisi Ketujuh Buku 1. Jakarta: Salemba Empat Krismiaji., Aryani, A. 2011. Akuntansi Manajemen. Edisi Kedua, Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Yogyakarta: YKPN Marzuki. 2000. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta: BPFE Mulyadi. 2007. Activity Based Costing System. Yogyakarta: UPP STIM YKPN ---------. 2010. Akuntansi Biaya. Edisi 5, Cetakan 10. Yogyakarta : UPP STIM YKPN Rangkuti, F. 2007. Riset Pemasaran. Edisi 4.Jakarta: Gramedia Pustama Utama ----------. 2009. Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus Integrated Marketing Communication. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Sumarsono, S. 2004. Metodologi Riset. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu Supriyono, R.A. 2001. Akuntansi Manajemen 3: Proses Pengendalian Manajemen. Yogyakarta: BPFE Tunggal, A.W. 2009. Akuntansi Manajemen: Untuk Perencanaan, Pengendalian dan Pengambilan Keputusan. Jakarta: Harvindo