JURNAL EKONOMI ISSN 1412 – 0879 Vol. 12 No 2. Agustus 2012
PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT MATA DI SURABAYA Nurul Aini Fanny Dwi Septiana Fakultas Ekonomi Universitas Narotama Surabaya
ABSTRAK Dalam menentukan harga pokok produk terkadang banyak rumah sakit yang masih menggunakan akuntansi biaya tradisional dalam menentukan biaya. Akibat yang ditimbulkan dari perhitungan biaya dengan pendekatan tradisional adalah: adanya distorsi biaya yang cukup besar, sehingga dikhawatirkan perusahaan akan sulit bersaing dengan perusahaan pesaing. Distorsi timbul karena adanya ketidakakuratan dalam pembebanan biaya, sehingga mengakibatkan kesalahan penentuan biaya, pembuatan keputusan, perencanaan, dan pengendalian (Supriyono, 1999:259). Distorsi tersebut juga mengakibatkan under cost / over cost terhadap produk (Supriyono, 1999:267). Adanya kelemahan tersebut, metode Activity Based Costing perlu diterapkan untuk mengatasinya. Activity Based Costing adalah metode penentuan harga pokok yang menelusur biaya ke aktivitas kemudian ke produk. Metode ini menggunakan lebih banyak cost driver (pemicu biaya) yang digunakan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari perhitungan tarif jasa rawat inap dengan metode Activity Based Costing apabila dibandingkan dengan metode tradisional, maka Activity Based Costing memberikan hasil yang lebih kecil. Terdapat selisih yang cukup besar yaitu pada tipe kamar kelas I Rp. 29.664/kamar, kelas II Rp. 13.874/kamar, kelas IIIA Rp. 40.195/kamar dan kelas IIIB Rp. 34.864/kamar. Kata Kunci : Activity Based Costing
PENDAHULUAN
Lingkungan bisnis senantiasa mengalami perubahan yang begitu pesat dari waktu ke waktu yang dapat berdampak langsung pada peningkatan persaingan ekonomi. Dimana pada dasarnya tujuan dan sasaran perusahaan adalah untuk mencapai target laba atau keuntungan dan juga terjaminnya kelangsungan hidup perusahaan. Persaingan itu tidak hanya persaingan dibidang manufaktur atau industri tetapi juga dibidang usaha pelayanan jasa. Salah satu bentuk usaha pelayanan jasa adalah jasa kesehatan, terutama jasa rumah sakit. Hal ini terbukti semakin banyaknya rumah sakit yang didirikan baik pemerintah maupun swasta. Akibat dari perkembangan rumah sakit yang semakin pesat ini, menimbulkan persaingan yang ketat pula. Sehingga menuntut adanya persaingan atas produk dan kepercayaan pelanggan. Tugas utama rumah sakit adalah memberikan jasa pengobatan, perawatan, dan pelayanan kesehatan. Dalam memberikan jasa pelayanan kesehatan, rumah sakit memperoleh penghasilan dari pendapatan jasa dan fasilitas yang diberikan. Salah satunya adalah jasa rawat inap. Dimana pendapatan dari jasa tersebut di dapat dari tarif yang harus dibayar oleh pemakai jasa rawat inap.
Nurul Aini & Fanny Dwi Septiana | 86
JURNAL EKONOMI ISSN 1412 – 0879 Vol. 12 No 2. Agustus 2012 Penentuan tarif jasa rawat inap merupakan suatu keputusan yang sangat penting karena dapat mempengaruhi profitabilitas suatu rumah sakit. Dengan adanya berbagai macam fasilitas pada jasa rawat inap, serta jumlah biaya overhead yang tinggi, maka semakin menuntut ketepatan dalam pembebanan biaya yang sesungguhnya. Dalam menentukan harga pokok produk terkadang banyak rumah sakit yang masih menggunakan akuntansi biaya tradisional dalam menentukan biaya. Akibat yang ditimbulkan dari perhitungan biaya dengan pendekatan tradisional adalah: adanya distorsi biaya yang cukup besar, sehingga dikhawatirkan perusahaan akan sulit bersaing dengan perusahaan pesaing. Distorsi timbul karena adanya ketidakakuratan dalam pembebanan biaya, sehingga mengakibatkan kesalahan penentuan biaya, pembuatan keputusan, perencanaan, dan pengendalian (Supriyono, 1999:259). Distorsi tersebut juga mengakibatkan under cost / over cost terhadap produk (Supriyono, 1999:267). Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, pada tahun 1800-an dan awal 1900-an lahirlah suatu sistem penentuan harga pokok produk berbasis aktivitas yang dirancang untuk mengatasi distorsi pada akuntansi biaya tradisional. Sistem akuntansi ini disebut Activity-Based Costing. Wirabhuana (2003) mendefinisikan metode Activity-Based Costing, (ABC) merupakan sebuah sistem informasi biaya yang menempatkan aktivitas sebagai faktor utama (Focal point). Dalam metode ABC, menganggap bahwa timbulnya biaya disebabkan oleh adanya aktivitas yang dihasilkan produk. Pendekatan ini menggunakan cost driver yang berdasar pada aktivitas yang menimbulkan biaya dan akan lebih baik apabila diterapkan pada perusahaan yang menghasilkan keanekaragaman produk. Rumah sakit merupakan salah satu perusahaan jasa yang menghasilkan keanekaragaman produk. Dimana output yang dijual lebih dari satu. Keanekaragaman produk pada rumah sakit mengakibatkan banyaknya jenis biaya dan aktivitas yang terjadi pada rumah sakit, sehingga menuntut ketepatan pembebanan biaya overhead dalam penentuan harga pokok produk. Metode ABC dinilai dapat mengukur secara cermat biaya-biaya yang keluar dari setiap aktivitas. Hal ini disebabkan karena banyaknya cost driver yang digunakan dalam pembebanan biaya overhead, sehingga dalam metode ABC dapat meningkatkan ketelitian dalam perincian biaya, dan ketepatan pembebanan biaya lebih akurat. Sebelumnya rumah sakit mata ini belum menerapkan Metode Activity Based Costing didalam membebankan biaya perawatan rawat inap dan masih menggunakan metode tradisional sehingga masih terjadi distorsi atau ketidaktepatan pembebanan tarif perawatan rawat inap. Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh penulis bertujuan untuk menerapkan metode Activity Based Costing dalam menentukan besarnya tarif jasa rawat inap pada rumah sakit mata di Surabaya.
RERANGKA TEORI
Pengertian Activity-based Costing Activity Based Costing merupakan metode yang menerapkan konsep-konsep akuntansi aktivitas untuk menghasilkan perhitungan harga pokok produk yang lebih akurat. Namun dari perspektif manajerial, system Activity Based Costing menawarkan lebih dari sekedar informasi biaya produk namun lebih jauh dari pada itu ABC juga didesain untuk tujuan penyediaan informasi bagi semua pihak yang terlibat didalam proses pengambilan keputusan (personal) dan pemberdayaan karyawan (informing and empowering) untuk membangun daya saing perusahaan melalui cost leadership strategy (Wirabhuana, 2003). Activity Based Costing telah dikembangkan pada organisasi sebagai suatu solusi untuk masalah-masalah yang tidak bisa diselesaikan dengan baik oleh system biaya tradisional, system
Nurul Aini & Fanny Dwi Septiana | 87
JURNAL EKONOMI ISSN 1412 – 0879 Vol. 12 No 2. Agustus 2012 biaya ABC ini merupakan hal yang masih akan terus berkembang, sehingga ada berbagai definisi yang menjelaskan system ABC itu sendiri. Konsep Dasar Activity Based Costing Menurut Garrison et.al (2010:308) Activity Based Costing (ABC) merupakan suatu metode perhitungan biaya yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk keputusan strategis dan keputusan lainnya sebagai pelengkap, bukan sebagai pengganti sistem yang biaya biasa dipakai oleh perusahaan. ABC dirancang untuk dapat digunakan dalam pembuatan keputusan internal, sehingga perusahaan yang menggunakan ABC, mempunyai dua sistem yaitu sistem biaya resmi yang disiapkan untuk pengambilan keputusan internal dan untuk menjalankan aktivitas. Dalam sistem ABC, biaya ditelusuri ke aktivitas dan kemudian keproduk. System ABC mengansumsikan bahwa aktivitas-aktivitaslah, yang mengkonsumsi sumber daya dan bukannya produk. (Hansen dan Mowen, 2004) Perbandingan Biaya Produk Tradisional dan ABC Menurut Tunggal (2000) perbedaan antara sistem biaya tradisional dan ABC adalah sebagai berikut : a. Sistem biaya ABC menggunakan aktivitas-aktivitas sebagai pemicu biaya (cost driver) untuk .menentukan seberapa besar konsumsi overhead dan setiap produk. Sedangkan sistem biaya tradisional mengalokasikan biaya overhead berdasarkan satu atau dua basis alokasi yang non representatif. b. sistem biaya ABC memfokuskan pada biaya, mutu dan faktor waktu. Sistem biaya tradisional berfokus pada performansi keuangan jangka pendek seperti laba. :Apabila sistem biaya tradisional digunakan untuk penentuan harga dan profitabilitas produk, angka-angkanya tidak dapat diandalkan. c. sistem biaya ABC memerlukan masukan dari seluruh departemen persyaratan ini mengarah ke integrasi organisasi yang lebih baik dan memberikan panduan fungsional silang mengenai organisasi. d. system biaya ABC mempunyai kebutuhan yang jauh lebih kecil untuk analisis varian dari pada sistem tradisional, karena kelompok biaya (cost pools) dan pemicu biaya (cost driver) jauh lebih akurat dan jelas, selain itu ABC dapat menggunakan data biaya historis pada akhir periode untuk menghilangkan biaya actual apabila kebutuhan muncul. Sedangkan menurut Hansen dan Mowen (2004) metode ABC memandang bahwa biaya overhead dapat dilacak dengan secara memadai pada berbagai produk secara individual. Biaya yang ditimbulkan oleh cost driver berdasarkan unit adalah biaya yang dalam metode tradisional disebut sebagai biaya variabel. Metode ABC juga memperbaiki keakuratan perhitungan harga pokok produk dengan mengakui, bahwa banyak dari biaya overhead tetap bervariasi dalam proporsi untuk berubah selain berdasarkan volume produksi. Dengan memahami apa yang menyebabkan biaya-biaya tersebut meningkat dan menurun, biaya tersebut dapat ditelusuri ke masing-masing produk. Hubungan sebab akibat ini memungkinkan manajer memperbaiki ketepatan kalkulasi biaya produk yang dapat secara signifikan memperbaiki pengambilan keputusan. Prosedur Pembebanan Biaya Overhead dengan system ABC Menurut Mulyadi (1993:94) prosedur pembebanan biaya overhead dengan system ABC melalui dua tahap kegiatan:
Nurul Aini & Fanny Dwi Septiana | 88
JURNAL EKONOMI ISSN 1412 – 0879 Vol. 12 No 2. Agustus 2012 a. Tahap Pertama Pengumpulan biaya dalam cost pools yang memiliki aktivitas yang sejenis atau homogen, terdiri dari 4 (empat) langkah yaitu : 1. Mengidentifikasi dan menggolongkan biaya ke dalam berbagai aktivitas 2. Mengklasifikasikan aktivitas biaya ke dalam berbagai aktivitas, pada langkah ini biaya digolongkan kedalam aktivitas yang terdiri dari 4 kategori yaitu: Unit level activity costing, Batch related activity costing, Product sustaining activity costing, Facility sustaining activity costing. Level tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Aktivitas-aktivitas Berlevel Unit (Unit-Level activities) Aktivitas berlevel unit (unit level activities) adalah aktivitas yang dikerjakan setiap kali satu unit produk diproduksi, besar kecilnya aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah unit yang diproduksi. Biaya yang timbul karena aktivitas berlevel unit ini dinamakan biaya aktivitas berlevel unit (unit level activities cost), contoh biaya overhead untuk aktvitas ini adalah biaya listrik dan biaya operasi mesin. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung juga termasuk kedalam biaya aktivitas berlevel unit. Namun tidak termasuk kedalam biaya overhead. b. Aktivitas-aktivitas berlevel Batch (Batch-Level activities) Aktivitas-aktivitas yang berlevel batch (batch level activities) adalah aktivitas yang dikerjakan setiap kali suatu hatch produk diproduksi, besar kecilnya aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah batch produk yang diproduksi. Contoh aktivitas yang termasuk dalam kelompok ini adalah aktivitas setup, aktivitas penjadwalan produksi, aktivitas pengelolaan (gerak bahan dan order pembelian), aktivitas inspeksi. Biaya yang timbul akibat dari aktivitas ini adalah biaya aktivitas berlevel batch (batch level activities), biaya ini bervariasi batch produk yang diproduksi, namun bersifat tetap jika dihubungkan dengan jumlah unit produk yang diproduksi dalam setiap batch. c. Aktivitas-aktivitas berlevel produk (Product level activities) disebut juga sebagai aktivitas penopang produk (product sustaining activities) yaitu aktivitas yang dikerjakan untuk mendukung berbagai produk yang diproduksi oleh perusahaan. Aktivitas ini mengkonsumsi masukan untuk mengembangkan produk atau memungkinkan produk diproduksi dan dijual. Aktivitas ini dapat dilacak pada produk secara individual, namun sumber-sumber yang dikonsumsi oleh aktivitas tersebut tidak dipengaruhi oleh jumlah produk atau batch produk yang diproduksi. Contoh aktivitas yang termasuk dalam kelompok ini adalah aktivitas penelitian dan pengembangan produk, perekayasaan proses, spesifikasi produk, perubahan perekayasaan, dan peningkatan produk. Biaya yang timbul dari aktivitas ini disebut dengan biaya aktivitas berlevel produk (product-level activities cost) d. Aktivitas-aktivitas berlevel fasilitas (Facility level activities) Aktivitas berlevel fasilitas (facility level activities) disebut juga sebagai aktivitas penopang fasilitas (facility sustaining activities) adalah meliputi aktivitas untuk menopang proses manufaktur secara umum yang diperlukan untuk menyediakan fasilitas atau kapasitas pabrik untuk memproduksi produk, namun banyak sedikitnya aktivitas ini tidak berhubungan dengan volume atau bauran produk yang diproduksi. Aktivitas ini dimanfaatkan secara bersama oleh berbagai jenis produk yang berbeda, atau dengan kata lain aktivitas ini dilakukan untuk mempertahankan eksistensi perusahaan. Contoh aktivitas ini mencakup misalnya : manajemen pabrik, pemeliharaan kebersihan, pajak bumi dan bangunan (PBB), serta depresiasi pabrik. 3. Mengidentifikasi Cost Driver Dimaksudkan untuk memudahkan dalam penentuan tarif / unit cost driver. 4. Menentukan tarif / unit cost driver Adalah biaya per unit cost Driver yang dihitung untuk suatu aktivitas. Tarif / unit cost driver dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Nurul Aini & Fanny Dwi Septiana | 89
JURNAL EKONOMI ISSN 1412 – 0879 Vol. 12 No 2. Agustus 2012
Tarif per unit Cost Driver
Jumlah aktivitas Cost Driver
b.Tahap Kedua Penelusuran dan pembebanan biaya aktivitas kemasing-masing product yang menggunakan cost driver. Pembebanan biaya overhead dari setiap aktivitas dihitung dengan rumus sebagai berikut :
BOP yang dibebankan = Tarif / unit Cost Driver X Cost Driver yang dipilih Manfaat Penentuan Harga Pokok Produk Berdasarkan Aktivitas Menurut Supriyono (2002:698) apabila persyaratan implementasi sistem ABC telah terpenuhi, maka sebaiknya perusahaan segera mengimplementasikan sistem ABC tersebut dan mendesain ulang sistem akuntansi biayanya karena akan bermanfaat sebagai berikut : 1.Memperbaiki mutu pengambilan keputusan Pengambilan keputusan oleh manajer akan lebih tepat jika informasi biaya produk yang disajikan lebih teliti dan akurat, terlebih jika perusahaan menghadapi persaingan tajam 2.Memungkinkan manajemen melakukan perbaikan terus menerus (continues improvement) terhadap kegiatan untuk mengurangi biaya overhead. Sistem ABC mengakui bahwa tidak semua overhead bervariasi dengan jumlah unit yang diproduksi. Dengan menggunakan biaya berdasarkan unit dan non unit overhead dapat lebih akurat ditelusuri ke masing-masing produk. 3.Memberikan kemudahan dalam menentukan biaya relevan Karena sistem ABC menyediakan informasi biaya yang relevan yang dihubungkan. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis kualitatif, yaitu sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi dan mendefinisikan aktivitas dan pusat aktivitas - Aktivitas langsung : depresiasi gedung, depresiasi peralatan medis, gaji perawat, biaya bahan habis pakai, konsumsi pasien, biaya administrasi, biaya listrik dan air. - Aktivitas tidak langsung : depresiasi peralatan non medis, biaya kebersihan, biaya laundry. 2. Mengklasifikasikan aktivitas biaya ke dalam berbagai aktivitas. 3. Mengidentifikasi cost driver. 4. Menentukan tarif per unit cost driver. 5. Membebankan biaya ke produk dengan menggunakan tarif cost driver dan ukuran aktivitas.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap Rumah Sakit Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis di rumah sakit mata, diperoleh keterangan bahwa dalam menentukan harga pokok jasa masih menggunakan metode akuntansi biaya konvensional yang hanya mempertimbangkan biaya yang bersifat tidak langsung. Dan yang dijadikan dasar unit perhitungan tarif jasa rawat inap adalah jumlah hari tinggal pasien rawat inap. Sedangkan tarif diperoleh dari menambahkan harga pokok tiap kelas dengan prosentase laba menurut kelasnya. Nurul Aini & Fanny Dwi Septiana | 90
JURNAL EKONOMI ISSN 1412 – 0879 Vol. 12 No 2. Agustus 2012 Tabel 1 Tarif Jasa Rawat Inap Rumah Sakit Mata Tahun 2009 NO KELAS TARIF/HARI 1 Kelas I Rp 500.000,2 Kelas II Rp 250.000,3 Kelas IIIa Rp 150.000,4 Kelas IIIb Rp 80.000,Sumber : Rumah Sakit Mata Penentuan Harga Pokok Rawat Inap menggunakan Activity Based Costing System Mengidentifikasi dan mendefinisikan aktivitas pada pusat aktivitas Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian keuangan, bagian perawatan, bagian dapur, dan bagian gudang. Aktivitas-aktivitas biaya yang ada di unit rawat inap meliputi : 1. Biaya perawatan / gaji perawat 2. Biaya konsumsi pasien 3. Biaya listrik dan air, telepon 4. Biaya kebersihan 5. Biaya administrasi 6. Biaya bahan habis pakai 7. Biaya penyusutan gedung 8. Biaya penyusutan fasilitas 9. Biaya penyusutan medis 10. Biaya laundry Aktivitas-aktivitas tersebut dikelompokkan menjadi beberapa pusat aktivitas, yaitu : 1. Aktivitas perawatan pasien - biaya perawat 2. Aktivitas pemeliharaan inventaris - biaya depresiasi gedung - biaya depresiasi fasilitas - biaya depresiasi medis - biaya kebersihan 3. Aktivitas pemeliharaan pasien - biaya konsumsi 4. Aktivitas pelayanan pasien - biaya listrik dan air, telepon - biaya administrasi - biaya bahan habis pakai - biaya laundry Mengklasifikasi Aktivitas Biaya kedalam Berbagai Aktivitas a. Berdasarkan Unit-level activity cost Aktivitas ini dilakukan setiap hari dalam menjalani rawat inap pada rumah sakit mata . Aktivitas yang termasuk dalam kategori ini adalah aktivitas perawatan, penyediaan tenaga listrik dan air, telepon dan biaya konsumsi. b. Berdasarkan Batch-related activity cost Besar kecilnya biaya ini tergantung dari frekuensi order produksi yang diolah oleh fungsi produksi. Yaitu biaya administrasi, biaya bahan habis pakai, biaya sanitas.
Nurul Aini & Fanny Dwi Septiana | 91
JURNAL EKONOMI ISSN 1412 – 0879 Vol. 12 No 2. Agustus 2012 c. Berdasarkan Product sustaining activity cost Aktivitas ini berhubungan dengan penelitian dan pengembangan produk tertentu dan biaya-biaya untuk mempertahankan produk agar tetap dapat dipasarkan. Aktivitas ini tidak ditemui dalam penentuan tarif jasa rawat inap pada rumah sakit mata. d. Berdasarkan Facility sustaining activity cost Aktivitas ini berhubungan dengan kegiatan untuk mempertahankan fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan. Aktivitas yang termasuk dalam kategori ini adalah biaya laundry, biaya asuransi, biaya penyusutan gedung, biaya penyusutan fasilitas. Klasifikasi biaya ke dalam berbagai aktifitas dapat dilihat pad tabel 2 sebagai berikut : Tabel 2 Klasifikasi aktivitas biaya ke dalam berbagai aktivitas Rumah Sakit Mata ELEMEN BIAYA Unit – level activity cost Biaya gaji perawat Biaya listrik dan air Biaya konsumsi Batch-related activity cost Biaya sanitasi Biaya administrasi Biaya bahan habis pakai Facility – sustaining activity cost Biaya laundry Biaya depresiasi gedung Biaya depresiasi medis Biaya depresiasi fasilitas TOTAL Sumber : Data Diolah
JUMLAH (Rp) 318.781.882 78.492.013 266.110.282 43.262.210 1.047.938.597 107.126.439 49.905.470 42.197.270 2.026.052 13.016.100 1.968.856.315
Mengidentifikasi Cost Driver Setelah aktivitas-aktivitas ini diidentifikasi sesuai dengan kategorinya, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi cost driver dari setiap biaya aktivitas. Tabel 3 Pengelompokan Biaya Rawat Inap Dan Cost Driver Kamar Rawat Inap NO 1
AKTIVITAS Unit-level activity cost a. Biaya perawat 1. Kelas I 2. Kelas II 3. Kelas IIIa 4. Kelas IIIb b. Biaya listrik dan air 1. Kelas I 2. Kelas II 3. Kelas IIIa 4. Kelas IIIb c. Biaya konsumsi 1. Kelas I 2. Kelas II 3. Kelas IIIa 4. Kelas IIIb
COST DRIVER
DRIVER Jumlah hari rawat inap Jumlah hari rawat inap Jumlah hari rawat inap Jumlah hari rawat inap Jumlah hari rawat inap KWH KWH KWH KWH KWH Jumlah hari rawat inap Jumlah hari rawat inap Jumlah hari rawat inap Jumlah hari rawat inap Jumlah hari rawat inap
5.503 294 941 1.687 2.581 2.852,78 633,94 1.743,36 158,5 316,98 5.503 294 941 1.687 2.581
JUMLAH (RP) 318.781.882
78.492.013
266.110.282
Nurul Aini & Fanny Dwi Septiana | 92
JURNAL EKONOMI ISSN 1412 – 0879 Vol. 12 No 2. Agustus 2012 2
Batch-related activity cost a. Biaya sanitasi 1. Kelas I 2. Kelas II 3. Kelas IIIa 4. Kelas IIIb b. Biaya bahan habis pakai 1. Kelas I 2. Kelas II 3. Kelas IIIa 4. Kelas IIIb c. Biaya administrasi
1. Kelas I 2. Kelas II 3. Kelas IIIa 4. Kelas IIIb 3 Facility – sustaining activity cost a. Biaya laundry 1. Kelas I 2. Kelas II 3. Kelas IIIa 4. Kelas IIIb b. Biaya penyusutan gedung 1. Kelas I 2. Kelas II 3. Kelas IIIa 4. Kelas IIIb c. Biaya penyusutan medis 1. Kelas I 2. Kelas II 3. Kelas IIIa 4. Kelas IIIb d. Biaya penyusutan fasilitas 1. AC (K I, K II, K IIIa) 2. Bed (K I, K II, K IIIa, IIIb) 3. TV (K I) 4. Sofa (K I) 5. Kursi (K II) Sumber : Data Diolah
Luas lantai / luas kamar Luas lantai / luas kamar Luas lantai / luas kamar Luas lantai / luas kamar Luas lantai / luas kamar Jumlah hari rawat inap
461 80 132 49 200 5.503
43.262.210
Jumlah hari rawat inap Jumlah hari rawat inap Jumlah hari rawat inap Jumlah hari rawat inap Jumlah pasien
294 941 1.687 2.581 3.493
Jumlah pasien Jumlah pasien Jumlah pasien Jumlah pasien
161 576 1.191 1.565
Jumlah hari rawat inap Jumlah hari rawat inap Jumlah hari rawat inap Jumlah hari rawat inap Jumlah hari rawat inap Luas lantai / luas kamar
5.503 294 941 1.687 2.581 461
Luas lantai / luas kamar Luas lantai / luas kamar Luas lantai / luas kamar Luas lantai / luas kamar Jumlah pasien
80 132 49 200 3.493
Jumlah pasien Jumlah pasien Jumlah pasien Jumlah pasien
161 576 1.191 1.565
Jumlah hari rawat inap
2.922
3.266.750
Jumlah hari rawat inap
5.503
6.875.600
Jumlah hari rawat inap Jumlah hari rawat inap Jumlah hari rawat inap
294 294 941
876.500 628.500 1.368.750
107.126.439
1.047.938.59 7
49.905.470
42.197.270
2.026.052
Menentukan tarif per unit cost driver Setelah mengidentifikasi cost driver, kemudian menentukan tarif per unit cost driver. Karena setiap aktivitasnya memiliki cost driver dengan cara membagi jumlah biaya dengan cost driver. Tarif per unit cost driver dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Tarif per unit Cost Driver =
Jumlah Aktivitas Cost Driver
Nurul Aini & Fanny Dwi Septiana | 93
JURNAL EKONOMI ISSN 1412 – 0879 Vol. 12 No 2. Agustus 2012 Berikut ini merupakan penentuan tarif per unit cost driver kamar rawat inap dengan metode Activity Based Costing. Tabel 4 Penentuan Tarif Per Unit Cost Driver Kamar Rawat Inap Dengan Metode ABC NO 1
2
3
AKTIVITAS Unit-level activity cost a. Biaya perawat 1. Kelas I 2. Kelas II 3. Kelas IIIa 4. Kelas IIIb b. Biaya listrik dan air 1. Kelas I 2. Kelas II 3. Kelas IIIa 4. Kelas IIIb c. Biaya konsumsi 1. Kelas I 2. Kelas II 3. Kelas IIIa 4. Kelas IIIb Batch-related activity cost a. Biaya sanitasi 1. Kelas I 2. Kelas II 3. Kelas IIIa 4. Kelas IIIb b. Biaya bahan habis pakai 1. Kelas I 2. Kelas II 3. Kelas IIIa 4. Kelas IIIb c. Biaya administrasi 1. Kelas I 2. Kelas II 3. Kelas IIIa 4. Kelas IIIb Facility-sustaining activity cost a. Biaya laundry 1. Kelas I 2. Kelas II 3. Kelas IIIa 4. Kelas IIIb b. Biaya penyusutan gedung 1. Kelas I 2. Kelas II 3. Kelas IIIa 4. Kelas IIIb c. Biaya penyusutan medis 1. Kelas I
JUMLAH (RP) 318.781.882
78.492.013
266.110.282
43.262.210
107.126.439
1.047.938.597
49.905.470
42.197.270
2.026.052
COST DRIVER 5.503 294 941 1.687 2.581 2.852,78 633,94 1.743.36 158,5 316,98 5.503 294 941 1.687 2.581
461 80 132 49 200 5.503 294 941 1.687 2.581 3.493 161 576 1.191 1.565
5.503 294 941 1.687 2.581 461 80 132 49 200 3.493 161
TARIF / UNIT (RP) (pembulatan) 57.929
27.514
Sesuai tariff 27.000 21.000 15.000 15.000
93.844
19.467
300.011
9.069
91.534
580
Nurul Aini & Fanny Dwi Septiana | 94
JURNAL EKONOMI ISSN 1412 – 0879 Vol. 12 No 2. Agustus 2012 2. Kelas II 3. Kelas IIIa 4. Kelas IIIb d. Biaya penyusutan fasilitas 1. AC (K I, K II, K IIIa) 2. Bed (K I, K II, K IIIa, IIIb) 3. TV (K I) 4. Sofa (K I) 5. Kursi (K II)
576 1.191 1.565
3.266.750 6.875.600
2.922 5.503
1.118 1.249
876.500 628.500 1.368.750
294 294 941
2.981 2.138 1.455
Menentukan biaya ke produk dengan menggunakan tarif cost driver dan ukuran aktivitas Dalam tahap ini, biaya aktivitas dibebankan ke produk berdasarkan konsumsi masingmasing aktivitas produk. Pembebanan biaya overhead dari tiap aktivitas ke setiap kamar dihitung dengan rumus sebagai berikut : BOP yang dibebankan = Tarif / unit Cost Driver X Cost Driver yang dipilih Dengan mengetahui BOP yang dibebankan pada masing-masing produk, maka dapat dihitung tarif jasa rawat inap per kamar. Menurut Mulyadi (1993) perhitungan tarif masingmasing tipe kamar dengan metode ABC dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Tarif per Kamar = Cost Rawat Inap + Laba yang diharapkan Untuk cost rawat inap per kamar diperoleh dari total biaya yang telah dibebankan pada masing-masing produk dibagi dengan jumlah hari pakai. Tabel 5 Tarif Jasa rawat inap kelas I 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Aktifitas Biaya perawat Biaya listrik, air, telepon Biaya konsumsi Biaya laundry Biaya sanitasi Biaya bahan habis pakai Biaya administrasi Biaya penyusutan gedung Biaya penyusutan medis Biaya penyusutan fasilitas a. AC b. Bed c. TV d. Sofa
Tarif CD 57.929 27.514 27.000 9.069 93.844 19.467 300.011 91.534 580
Driver 294 634 294 294 80 294 161 80 161
Total (Rp) 17.031.126 17.443.876 7.938.000 2.666.286 7.507.520 5.723.298 48.301.771 7.322.720 93.380
1.118 294 1.249 294 2.981 294 2.138 294 Total Biaya untuk Kelas I Jumlah Hari Pakai Biaya Rawat Inap Per Kamar Obat Ruang Laba yang Diharapkan Total Biaya Perawatan Rawat Inap
328.692 367.206 876.414 628.572 116.228.861 294 395.336 20.000 55.000 470.336
Sumber : Data Diolah
Nurul Aini & Fanny Dwi Septiana | 95
JURNAL EKONOMI ISSN 1412 – 0879 Vol. 12 No 2. Agustus 2012 Tabel 6 Tarif Jasa Rawat Inap Kelas II
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Driver 941 1.743 941 941 132 941 576 132 576
Total (Rp) 54.511.189 47.956.902 19.761.000 8.533.929 12.387.408 18.318.447 172.806.336 12.082.488 334.080
1.118 941 1.249 941 1.455 941 Total Biaya untuk Kelas II Jumlah Hari Pakai Biaya Rawat Inap Per Kamar Obat Ruang Laba yang Diharapkan (per pasien Rp. 40.000) Total Biaya Perawatan Rawat Inap
1.052.038 1.175.309 1.369.155 350.288.281 941 372.251 20.000 80.000 472.251
Aktifitas Biaya perawat Biaya listrik, air, telepon Biaya konsumsi Biaya laundry Biaya sanitasi Biaya bahan habis pakai Biaya administrasi Biaya penyusutan gedung Biaya penyusutan medis Biaya penyusutan fasilitas a. AC b. Bed c. Kursi
Tarif CD 57.929 27.514 21.000 9.069 93.844 19.467 300.011 91.534 580
Sumber : Data Diolah Tabel 7 Tarif Jasa Rawat Inap Kelas IIIa 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Driver 1.687 159 1.687 1.687 49 1.687 1.191 49 1.191
Total (Rp) 97.726.223 4.374.726 25.305.000 15.299.403 4.598.356 32.840.829 357.313.101 4.485.166 690.780
1.118 1.687 1.249 1.687 Total Biaya untuk Kelas IIIa Jumlah Hari Pakai Biaya Rawat Inap Per Kamar Obat Ruang Laba yang Diharapkan (per pasien Rp. 35.000) Total Biaya Perawatan Rawat Inap
1.886.066 2.107.063 546.626.713 1.687 324.023 50.000 175.000 549.023
Aktifitas Biaya perawat Biaya listrik, air, telepon Biaya konsumsi Biaya laundry Biaya sanitasi Biaya bahan habis pakai Biaya administrasi Biaya penyusutan gedung Biaya penyusutan medis Biaya penyusutan fasilitas a. AC b. Bed
Tarif CD 57.929 27.514 15.000 9.069 93.844 19.467 300.011 91.534 580
Sumber : Data Diolah
Nurul Aini & Fanny Dwi Septiana | 96
JURNAL EKONOMI ISSN 1412 – 0879 Vol. 12 No 2. Agustus 2012 Tabel 8 Tarif Jasa Rawat Inap Kelas IIIb 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Driver 2.581 317 2.581 2.581 200 2.581 1.565 200 1.565
Total (Rp) 149.514.749 8.721.938 38.715.000 23.407.089 18.768.800 50.244.327 469.517.215 18.306.800 907.700
1.249 2.581 Total Biaya untuk Kelas IIIb Jumlah Hari Pakai Biaya Rawat Inap Per Kamar Obat Ruang Laba yang Diharapkan (per pasien Rp. 25.000) Total Biaya Perawatan Rawat Inap
3.223.669 781.327.287 2.581 302.723 100.000 500.000 902.723
Aktifitas Biaya perawat Biaya listrik, air, telepon Biaya konsumsi Biaya laundry Biaya sanitasi Biaya bahan habis pakai Biaya administrasi Biaya penyusutan gedung Biaya penyusutan medis Biaya penyusutan fasilitas Bed
Tarif CD 57.929 27.514 15.000 9.069 93.844 19.467 300.011 91.534 580
Sumber : Data Diolah
Perbandingan Metode Akuntansi Biaya Tradisional dengan ABC dalam Penetapan Tarif Jasa Rawat Inap Tabel 9 Perbandingan Tarif Jasa Rawat Inap Dengan Menggunakan Metode Tradisional Dan Activity Based Costing TIPE KAMAR Kelas I Kelas II
TRADISIONAL / KAMAR (RP) 500.000 (1 pasien) 500.000 (2 pasien) @ 250.000
ACTIVITY BASED COSTING / KAMAR (Rp) 470.336 (1 pasien) 472.251(2 pasien) @ 236.126
SELISIH (Rp) 29.664 13.874
Kelas IIIa
750.000 (5 pasien) @ 150.000
549.023(5 pasien) @ 109.805
40.195
Kelas IIIb
1.600.000 (20 pasien) @ 80.000
902.723 (20 pasien) @ 45.136
34.864
Sumber : Data Diolah
Simpulan Pada metode akuntansi biaya tradisional, biaya overhead pada masing-masing produk, hanya dibebankan pada satu cost driver saja. Akibatnya cenderung terjadi distorsi pada pembebanan biaya overhead. Sedangkan pada metode akuntansi Activity Based Costing (ABC), biaya overhead pada masing-masing produk, dibebankan pada banyak cost driver. Metode ABC telah mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap type kamar rawat inap secara tepat berdasarkan konsumsi masing-masing aktifitas.
Nurul Aini & Fanny Dwi Septiana | 97
JURNAL EKONOMI ISSN 1412 – 0879 Vol. 12 No 2. Agustus 2012
DAFTAR PUSTAKA Carter, Wiliam K., dan Usry, Nuton F., 2004, Akuntansi Biaya, Terjemahan Krista, Edisi 13: buku satu, Jakarta: Salemba Empat. Christien, H., 2004, Analisis penetapan tarif sewa kamar pada hotel ‘X’ di Surabaya dengan menggunakan metode Activity Based Costing, Surabaya: Skripsi S1, diakses 8 Desember, 2010, http://www.google.com Garrison, 1999, Akuntansi Manajerial, Terjemahan A. Totok Budisantoso, S.E., Akt, Buku 1, Jakarta: Salemba Empat. Garrison, Ray H, Noreen,Eric W, and Brewer,Peter C, 2010, Managerial Accounting, Thirteenth Edition, McGrawHill. Hansen, Don R and Maryanne M Mowen, 2000, Manajemen Biaya, Jakarta: Salemba Empat. Hansen, Don R and Maryanne M Mowen, 2004, Akuntansi Manajemen, Edisi 7, Jakarta : Salemba Empat. Mulyadi, 1993, Akuntansi Manajemen, Konsep, Manfaat dan Rekayasa, Edisi 2, Badan Penerbit : STIE YKPN Yogyakarta. Nurhayati, 2004, diakses 10 Desember, 2010, http://www.Google.co.id Supriyono, R.A, 1999, Manajemen Biaya Suatu Reformasi Pengelolaan Bisnis, Edisi 1, BPFE, Yogyakarta. Supriyono, R.A, 2002, Akuntansi Manajemen, Proses Pengendalian Manajemen, Yogyakarta : STIE YKPN Simamora, H., Agustus 2002, Akuntansi Manajemen, Edisi 2: cetakan pertama, UPP AMP YKPN. Simamora, H., 1999, Akuntansi manajemen, Jakarta: Salemba Empat. Tunggal, Amin Widjaja, 2000, Activity Based Costing Untuk Manufacturing dan Pemasaran, Jakarta : Harvarindo Tunggal, Amin Widjaja, 2001, Activity Based Costing Suatu Pengantar, Rineka Cipta, Jakarta. Wirabhuana,Arya, 2003, diakses 10 Desember, 2010, http://
[email protected]
Nurul Aini & Fanny Dwi Septiana | 98