MANFAAT DEDAK PADI YANG DIFERMENTASI OLEH KHAMIR SACCHAROMYCES CEREVISIAE DALAM RANSUM ITIK BALI JANTAN I KOMANG AGUS TIRTAYASA JUR/PS : PETERNAKAN ABSTRAK Tujuan penelitian adalah untuk mengamati sejauh mana penggunaan dedak padi terfermentasi oleh Saccharomyces cerevisiae dalam ransum dapat meningkatkan bobot potong dan bobot karkas itik Bali jantan umur 8 minggu. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi data untuk penelitian-penelitian selanjutnya, selain itu juga sebagai informasi kepada peternak tentang penggunaan dedak padi terfermentasi oleh Saccharomyces cerevisiae dalam ransum terhadap peningkatan bobot potong dan bobot karkas itik Bali jantan umur 8 minggu. Rancangan percobaan yang dipergunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 (tiga) perlakuan : A : Ransum basal dengan 10% dedak padi tanpa terfermentasi sebagai kontrol, B : Ransum dengan dedak padi terfermentasi oleh Saccharomyces cerevisiae 20% perlakuan, C : Ransum dengan dedak padi terfermentasi oleh Saccharomyces cerevisiae 30% perlakuan. Persentase karkas itik Bali jantan umur 8 minggu yang ditambahkan Saccharomyces cerevisiae 20 – 30% nyata lebih tinggi dari perlakuan A (kontrol). Berdasarkan hasil yang diperoleh konsumsi ransum untuk perlakuan B dan C sangat nyata lebih tinggi dari perlakuan A, perlakuan B nyata lebih rendah dari perlakuan C, hal ini disebabkan karena penggunaan probiotik dalam konsumsi ransum dapat meningkatkan pertumbuhan. Secara keseluruhan, hasil penelitian ini menunjukkan penggunaan dedak padi terfermentasi oleh kamir Saccharomyces cerevisiae dalam ransum sangat efektif pengaruhnya pada bobot potong, bobot karkas, persentase karkas dan konsumsi ransum itik. A. PENDAHULUAN
Itik Bali (Anas sp.) merupakan plasma nutfah asli Indonesia yang harus dijaga kelestariannya dan dikembangkan secara optimal dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Beternak itik Bali memiliki kontribusi nyata terhadap peningkatan pendapatan petani peternak dan penerimaan asli daerah (PAD), serta terhadap penyediaan daging unggas dalam rangka pemenuhan kebutuhan domestik. Berdasarkan data statistik Dirjenak (2007), ketersediaan daging itik untuk provinsi Bali adalah sebanyak 410 ton dan pada tahun 2011 menurun drastis menjadi 251,24 ton atau menurun sebesar 38,72% dalam kurun waktu lima tahun (Anon, 2011). Produk limbah argro-industri pertanian yang paling mendasar digunakan dalam penyusunan ransum unggas adalah dedak padi. Dedak padi mengandung potensi yang sangat besar, baik sebagai sumber energi, sumber serat kasar, ataupun sumber lainnya. Faktor pembatas penggunaannya dalam ransum unggas adalah tingginya kandungan asam fitat, tannin, dan serat kasarnya, sehingga ternak unggas tidak dapat mencerna senyawa tersebut (Bidura et al., 2010). Upaya meningkatkan nilai guna dedak padi tersebut dapat dilakukan dengan
mengaplikasikan
biofermentasi
dengan
memanfaatkan
jasa
mikroba,
yaitu
memanfaatkan kemampuan dari khamir Saccharomyces cerevevisiae yang terkandung dalam ragi tape. Saccharomyces cerevevisiae dapat meningkatkan kecernaan pakan berserat tinggi (Wallace dan Newbold., 1993) dapat berperan sebagai probiotik pada unggas, dan dapat mencegah kejadian keracunan yang disebabkan oleh aflatoksin atau aflatoxicosis (Stanley et al., 1993). Hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh Bidura et al., (2009) menunjukkan bahwa penggunaan ragi tape sebagai inokulan fermentasi pollard ternyata dapat meningkatkan kecernaan protein dan serat kasar pollard pada itik. Apabila produk pollard terfermentasi tersebut diberikan pada itik, secara nyata dapat meningkatkan pertambahan berat badan dan efisiensi penggunaan ransumnya. Produk pakan fermentasi nyata dapat meningkatkan pertumbuhan dan menurunkan serum kolesterol dan meningkatkan kualitas karkas itik (Bidura et al., 2008). Pada saat difermentasi oleh khamir, kandungan serat kasar ransum dapat didegradasi, sehingga dapat dimanfaatkan oleh ternak unggas. Dilaporkan oleh Bidura (2007) bahwa penggunaan produk fermentasi dalam ransum secara nyata dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas karkas, sertra menurunkan jumlah lemak abdomen ayam. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh tingkat penggunaan dedak padi terfermentasi oleh Saccharomyces cerevisiae dalam ransum terhadap bobot potong dan bobot karkas itik Bali jantan umur 0 - 8 minggu. Hipotesis Penggunaan dedak padi terfermentasi oleh Saccharomyces cerevisiae dalam ransum dapat meningkatkan bobot potong dan bobot karkas itik Bali jantan umur 8 minggu. Tujuan Penelitian Mengamati sejauh mana penggunaan dedak padi terfermentasi oleh Saccharomyces cerevisiae dalam ransum dapat meningkatkan bobot potong dan bobot karkas itik Bali jantan umur 8 minggu. Manfaat Penelitian Dapat menjadi informasi data untuk penelitian-penelitian selanjutnya, selain itu juga sebagai informasi kepada peternak tentang penggunaan dedak padi terfermentasi oleh Saccharomyces cerevisiae dalam ransum terhadap peningkatan bobot potong dan bobot karkas itik Bali jantan umur 8 minggu.
B. MATERI DAN METODE Materi Itik Itik yang digunakan dalam penelitian ini adalah itik Bali jantan umur satu hari (DOD). Itik diperoleh dari Desa Mengwi, Kecamatan Kapal, Kabupaten Badung. Kandang dan Perlengkapan Kandang yang dipergunakan adalah sistim battery colony bertingkat berjumlah 18 petak yang terbuat dari bilah-bilah bambu dengan ukuran tiap unitnya adalah panjang 60 cm, lebar 50 cm dan tinggi 40 cm, kaki kandang setinggi 25 cm dari atas lantai, masing-masing petak kandang berisi 3 ekor itik, kandang dilengkapi dengan tempat makan yang terbuat dari pipa paralon dan tempat minum yang terbuat dari plastik dengan volume 1 liter. Ransum dan Air Minum Bahan penyusun ransum adalah jagung kuning, dedak padi, bungkil kacang kedelai, bungkil kelapa, tepung ikan, garam dapur, dan minyak kelapa, air minum yang diberikan berasal dari air PDAM. Ransum basal yang diberikan mengandung energi metabolisme 2900 Kkal/Kg dan protein kasar 18,00%. Saccharomyces cerevisiae Saccharomyces cerevisiae yang diberikan dalam ransum berbentuk tepung merupakan isolate yang diperoleh dari ragi tape (ragi untuk pembuatan tape) yang telah lolos uji asam, dan garam empedu. Analisis laboratorium dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar. Peralatan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: Timbangan merk “AND” kapasitas 5000 g, kepekaan 1 g, gelas ukur dengan kapasitas 1000 ml, dengan kepekaan 10 ml untuk mengukur volume air minum, lembaran plastik, kantong plastik, ember, pisau, dan alatalat tulis.
Metode Tempat dan Lama Penelitian Penelitian dilakukan di kandang milik petani ternak di Desa Dajan Peken Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan. Penelitian ini dilakukan selama 8 minggu, mulai tanggal 4 Desember 2011 sampai dengan tanggal 28 Januari 2012. Rancangan Percobaan Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 (tiga) perlakuan : A : Ransum basal dengan 10% dedak padi tanpa terfermentasi sebagai kontrol, B : Ransum dengan dedak padi terfermentasi oleh Saccharomyces cerevisiae 20% perlakuan, C : Ransum dengan dedak padi terfermentasi oleh Saccharomyces cerevisiae 30% perlakuan. Setiap perlakuan terdapat 6 (enam) kali ulangan, masing-masing ulangan terdiri dari 3 (tiga) ekor itik Bali jantan umur 1 (satu) hari dengan berat badan yang homogen. Jalannya Penelitian Itik dipelihara mulai umur satu hari, itik diberi makan secara adlibitum. Pada saat itik masuk kandang itik diberi vita stress, sebelum itik dimasukkan ke dalam kandang, terlebih dahulu kandang disemprot dengan antiseptik agar kandang bebas dari kuman. Itik yang dimasukkan ke dalam kandang terlebih dahulu ditimbang untuk mendapatkan berat badan awal. Sisa ransum ditimbang setiap satu minggu, kandang dibersihkan setiap hari pada pagi hari. Analisis Statistik Data yang didapat dianalisis dengan sidik ragam dan apabila di antara perlakuan menunjukkan perbedaan yang nyata (P < 0,05) maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda dari Duncan (Steel dan Torrie, 1989).
C. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Bobot Potong Bobot potong rata-rata itik Bali jantan umur 8 minggu yang diberi dedak padi 10% tanpa terfermentasi oleh Saccharomyces cerevisiae (A) adalah 1023.67 g/ekor. Sedangkan bobot potong untuk perlakuan B dan C masing-masing adalah 18,13 % dan 9,31 %. Bobot Karkas Bobot karkas rata-rata itik Bali jantan umur 8 minggu yang diberi ransum control (A) adalah 482.67 g/ekor. Sedangkan Bobot karkas untuk B dan C masing-masing adalah 26,03 % dan 10,42 % . Persentase Karkas Rataan persentase karkas itik Bali jantan umur 8 minggu yang mendapat perlakuan A adalah 47.18 g/ekor. Sedangkan persentase karkas untuk B dan C masing-masing adalah 6.63 % dan 0,97 %. Konsumsi Ransum Konsumsi ransum itik Bali jantan umur 8 minggu yang diberi ransum kontrol (A) adalah 4457 g/ekor. Sedangkan konsumsi ransum untuk perlakuan B dan C masing-masing adalah 2.90% dan 3,69%. Pembahasan Penambahan khamir Saccharomyces cerevisiae dalam ransum secara nyata dapat meningkatkan bobot potong itik Bali jantan dibandingkan tanpa khamir Saccharomyces cerevisiae pada setiap perlakuan, hal ini disebabkan karena probiotik dalam ransum dapat meningkatkan konsumsi ransum, dapat meningkatkan aktifitas enzim amilotik dalam saluran pencernaan sehingga dapat meningkatkan kecernaan protein dan energy termetabolis. Berdasarkan hasil yang diperoleh ternyata penambahan Saccharomyces cerevisiae sebagai sumber probiotik dalam ransum dapat meningkatkan bobot karkas dan persentase karkas, hal ini disebabkan karena penambahan Saccharomyces cerevisiae sebagai sumber probiotik dalam ransum dapat meningkatkan retensi protein sehingga sintesis urat daging dalam tubuh meningkatkan protein, khususnya asam amino merupakan komponen utama untuk sintesis otot daging (Nahashon et al., 1994).
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Siregar et al., (1982) yang menyatakan bahwa persentase karkas sangat erat hubungannya dengan bobot potong, bobot karkas dan bobot diluar karkas. Berdasarkan hasil yang diperoleh konsumsi ransum untuk perlakuan B dan C sangat nyata lebih tinggi dari perlakuan A, perlakuan B nyata lebih rendah dari perlakuan C, hal ini disebabkan karena penggunaan probiotik dalam konsumsi ransum dapat meningkatkan pertumbuhan. Secara keseluruhan, hasil penelitian ini menunjukkan penggunaan dedak padi terfermentasi oleh kamir Saccharomyces cerevisiae dalam ransum sangat efektif pengaruhnya pada bobot potong, bobot karkas, persentase karkas dan konsumsi ransum itik. D. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penggunaan dedak padi terfermentasi Saccharomyces cerevisiae 20% - 30% dalam ransum dapat meningkatkan bobot potong, bobot karkas dan persentase karkas itik Bali jantan. Saran Dalam usaha untuk meningkatkan produksi daging itik Bali jantan dengan pemberian dedak padi terfermentasi Saccharomyces cerevisiae level yang optimum adalah pada level 20%. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2011. Informasi Data Peternakan Provinsi Bali Tahun 2011. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali. Denpasar Bidura, I.G.N.G. 2007. Aplikasi Produk Bioteknologi Pakan Ternak. Udayana University Press, Unud., Denpasar. Bidura, I.G. N. G., L. G. Sumardani, T. I. Putri, dan I. B. G. Partama. 2008. Pengaruh Pemberian Ransum Terfermentasi Terhadap Pertambahan Berat Badan, Karkas, dan Jumlah Lemak Abdomen Pada Itik Bali. Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis Vol. 33 (4) : 274-281. Bidura, I.G.N.G., T. G. O. Susila, dan I. B. G. Pratama. 2010. Limbah, Pakan Ternak Alternatif dan Aplikasi Teknologi. Udayana University Press, Unud., Denpasar. Bidura, I.G.NG., D. P. M. A. Candrawati, dan D. A. Warmadewi. 2010. Pakan Unggas, Konvensional dan Inkonvensional. Udayana University Press, Unud., Denpasar. Direktorat Jenderal Peternakan. 2007. Statistik Peternakan 2007. Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian, Republik Indonesia, Jakarta. Nahashon , S, N., H. S. Nakaue, And L.W. Mirosh. 1994. Production Variables And Nutrient Retention In Single Comb White Leghorn Laying Pullets Fed Diets Suplemented With Direct-Fed Microbials. Poultry Science 73: 1699-1711. Siregar, A.P., R. R, B. Cumming and D.J. Farrel. 1982. The Of Meat Type Duck II. The Effects of Fibre on Biological Performance and Carcass Characteristic. Agst. J. Agric. Res. 33. 866 877