101
Manajemen Sumber Daya Manusia – BAB V
Bab V
Pengembangan A. PENTINGNYA PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN B. TUJUAN & MANFAAT PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN C. LANGKAH, PRINSIP, DAN METODE D. PENILAIAN PRESTASI KERJA E. LATIHAN/PERTANYAAN
Tujuan Belajar Setelah mempelajari Bab III, Anda akan mendapat : Mendefinisikan Pengertian Pemahaman Tentang Pengembangan, Orientasi, Pelatihan, dan Penilaian Kinerja Sumber Daya Manusia Menjelaskan Fungsi Pengembangan, Orientasi, Pelatihan, dan Penilaian Kinerja Sumber Daya Manusia Mendiskusikan Bagaimana Mahasiswa Memahami Arti Penting Pengembangan, Orientasi, Pelatihan, dan Penilaian Kinerja Sumber Daya Manusia
Deden Mastaka Ekapraja, Drs., SE., MM STIE Gema Widya Bangsa
102
Manajemen Sumber Daya Manusia – BAB V
BAB V PENGEMBANGAN
Fungsi pengembangan merupakan rangkaian lanjutan dari pelaksanaan
fungsi
operasional
Manajemen
Sumber
Daya
Manusia. Artinya sukses fungsi pengadaan secara kuantitatif maupun kualitatif
tidak berarti selesai tugas dari Manajemen
Sumber Daya Manusia. Hal ini dimungkinkan hasilnya belum tentu mampu
memberikan
kesesuaian
dengan
kebutuhan
yang
diinginkan. Oleh karena itu fungsi pengembangan sumber daya manusia perlu mendapat perhatian sehingga tercapai kesesuaian secara kualitatif. Proses pengembangan dan pelatihan diarahkan setelah mendapat proses penilaian atas prestasi kerja karyawan, sehingga akan
diketahui
secara
pasti
kualitas
dan
kebutuhan
dari
pengembangan dan pelatihan. Pengembangan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
suatu organisasi sebagai langkah
untuk penyesuaian antara realisasi pekerjaan dengan keharusan dari pencapaian kinerja. Untuk
memahami
hal
itu
berikut
diuraikan
tentang
pengembangan dan pelatihan yang kemudian akan dibahas penilaian prestasi kerja.
Deden Mastaka Ekapraja, Drs., SE., MM STIE Gema Widya Bangsa
103
Manajemen Sumber Daya Manusia – BAB V
A. PENTINGNYA PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN Pegawai merupakan kekayaan bagi organisasi yang paling berharga yang memiliki atau menduduki suatu posisi harus terus dilatih dan dikembangkan sehingga dapat memberikan kontribusi positif bagi peningkatan kinerja dan produktivitas organisasi dalam mencapai tujuan. Penggunaan intilah pelatihan (training) atau pengembangan (development) banyak dikemukakan oleh beberapa ahli, oleh karena
itu
seperti
Flippo
mendefinisikan
pelatihan
dan
pengembangan sebagai : Development would include both training to increase skill in performaning a specific job and educational to increase general knowledge and understanding of our total environment. Cascio menyebutkan : Management training and development is a learning experience, planned by the orgazation, after the individual has joined the organization, and is intended to further the organization’s goals. Training is a process that enables an individual to acquire the necessary skills or knowledge to meet job requirement. Kemudian Sikula menyebutkan : Development, in a referebce to staffing and personnel matters, is a long term educational process utilizing a systematic and organized procedureby which managerial personal learn conceptual and theoretical knowledge for general purpose Training is a short term educational process utilizing a systematic and organized procedure by which nonmanagerial personnel learn technical knowledge and skill for a definite purpose. (Pengembangan mengacu pada masalah staf dan personel adalah suatu proses pendidikan jangka panjang menggunakan suatu prosedur yang sistematis dan terorganisasi dengan mana manajer belajar pengetahuan
Deden Mastaka Ekapraja, Drs., SE., MM STIE Gema Widya Bangsa
104
Manajemen Sumber Daya Manusia – BAB V
konseptual dan teoritis untuk tujuan umum. Latihan adalah suatu proses pendidikan jangka pendek dengan menggunakan prosedur yang sistematis dan terorganisir, sehingga karyawan operasional belajar pengetahuan teknik pengejaran dan keahlian untuk tujuan tertentu.) Dengan
pengertian
membedakan
secara
tersebut tegas
tampak
antara
jelas
dapat
pelatihan
dan
pengembangan. Sikula menyebutkan perbedaan tersebut melalui sasaran program yaitu : Dimensi Belajar
Pelatihan
Pengembangan
Siapa
Non Manager
Manager
Apa
Keterampilan Teknis
Kemampuan teori dan konsep
Mengapa
Tujuan khusus
Tujuan umum
berhubungan dengan jabatan Waktu
Jangka pendek
Jangka panjang
Perbedaan lainnya dalam pelaksanaan program pelatihan dan pengembangan tergantung pula pada kemampuan dibidang teknis, kemampuan konseptual, dan kemampuan hubungan kemanusiaan (human relation). Technical Skill Training
Skill
Development
Human Conceptual Skill
Deden Mastaka Ekapraja, Drs., SE., MM STIE Gema Widya Bangsa
105
Manajemen Sumber Daya Manusia – BAB V
Proses platihan dan pengembangan merupakan bentuk pengembangan yang diarahkan pada tujuan nonkarier dan karier bagi pegawai baik yang baru maupun yang lama. Hal ini dituntut agar pegawai mampu bekerja efektif, efisien, berkualitas, dan produktif sehingga mampu meningkatkatkan daya saing organisasi atau perusahaan.Pengembangan dan pelatihan dirasa semakin penting dan menjadi tuntutan pekerjaan atau jabatan untuk mengantisipasi atau mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
dan
semakiin
ketatnya
persaingan
diantara
perusahaan/organisasi sejenis.
B. TUJUAN & MANFAAT PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN Pelatihan dan pengembangan seperti telah disebutkan pada dasarnya
merupakan
usahan
untuk
memperkecil
bahkan
menghilangkan kesenjangan antara kemampuan yang dimiliki oleh pegawai dengan kemampuan yang dikehendaki oleh organisasi/ perusagaan.
Dengan
demikan
program
pelatihan
dan
pengembangan dapat digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus. Oleh karena itu pelatihan dan pengembangan dalan suatu organisasi harus dilakukan dengan tujuan-tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Ada beberapa alasan suatu organisasi melakukan atau diperlukan pelatihan maupun pengembangan, yaitu : 1. Terpilihnya pada proses seleksi yang kemudian diteruskan dengan proses orientasi belum cukup untuk memberikan pengenalan
dan
pemahaman
olehpegawai
dalam
menyelesaikan tugas-tugasnya.
Deden Mastaka Ekapraja, Drs., SE., MM STIE Gema Widya Bangsa
106
Manajemen Sumber Daya Manusia – BAB V
2. Adanya jabatan baru yang memerlukan pemahaman yang
lebih
luas
dan
memerlukan
keterampilan-
keterampilan tertentu dari pejabatnya. 3. Diperlukan penyegaran kembali dari tugas-tugasnya serta memberikan pemahaman baru akan tugas yang sesuai dengan
cara-cara
penyelesaian
tugas
baru
sesuai
dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuan Pelatihan dan Pengembangan adalah : 1. Meningkatkan produktivitas 2. Meningkatkan Kualitas 3. Meningkatkan mutu perencanaan tenaga kerja 4. Meningkatkan semangat (morale) tenaga kerja. 5. Meningkatkan efisiensi 6. Meningkatkan rangsangan untuk berprestasi 7. Mengurangi tingkat kerusakan dan kecelakaan. 8. Meningkatkan pelayanan. 9. Mendorong peningkatan karier pegawai Dalam
menetapkan
dipertimbangkan
prinsip-prinsip
tujuan-tujuan perencanaan
tersebut pelatihan
perlu dan
pengembangan, menurut Gehee disebutkan : 1. Materi harus diberikan secara sistematis dan berdasarkan tahapan-tahapan. 2. Tahapan-tahapan tersebut harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai. 3. Penatar harus mampu memotivasi dan menyebarkan respon yang berhubungan dengan serangkaian materi pelajaran.
Deden Mastaka Ekapraja, Drs., SE., MM STIE Gema Widya Bangsa
107
Manajemen Sumber Daya Manusia – BAB V
4. Adanya penguat (reinforcement) guna membangkitkan respon yang positif dari peserta. 5. Menggunakan konsep shaping (pembentukan) perilaku. Tatapan-tahapan yang dimaksud diatas dari penyusunan pelatihan dan pengembangan ini, harus memenuhi kegiatankegiatan sebagai berikut : 1. Mengidentifikasikan
kebutuhan
pelatihan
atau
pengembangan. 2. Menetapkan
tujuan
dan
sasaran
pelatihan
atau
pengembangan. 3. Menetapkan kriteria-kriteria yang dapat dijadikan ukuran keberhasilan pelatihan atau pengembangan. 4. Penerapan try out sebagai bagian dari uji coba. 5. Proses implementasi dan penetapan evaluasi. Kemampuan pegawai baru setelah dilakukan pelatihan dan pengembangan harus mampu pula memberikan manfaat bagi semua pihak. Menurut MJ Tessin terdapat manfaat dari pelatihan atau pengembangan yaitu : 1. Manfaat bagi organisasi a. Memperbaiki
pengetahuan
tentang
jabatan
dan
keterampilan. b. Memperbaiki moral kerja c. Mengenali tujuan organisasi d. Membuat citra terhadap organisasi lebih baik e. Memperbaiki hubungan antara atasan dan bawahan f. Membantu
pegawai
menyesuaikan
diri
dengan
perubahan-perubahan. g. Membatu menangani konflik sehingga mencegah stress dan tensi tinggi
Deden Mastaka Ekapraja, Drs., SE., MM STIE Gema Widya Bangsa
108
Manajemen Sumber Daya Manusia – BAB V
h. Membantu meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja. 2. Manfaat bagi individu a. Membantu individu untuk dapat membuat keputusan dan pemecahan masalah secara lebih baik. b. Internalisasi dan operasionalisasi motivasi kerja, prestasi, tanggung jawab, dan kemampuan. c. Mempertinggi rasa percaya diri dan pengembangan diri d. Membantu mengurangi rasa takut dalam menghadapi tugas-tugas baru. 3. Manfaat bagi bagian kepegawaian a. Memperbaiki
komunikasi
antar
kelompok
dengan
individu b. Dimengertinya kebijakan organisasi, aturan-aturan, dsb. c. Membangun rasa keterdekatan dalam kelompok d. Menciptakan organisasi sebagai tempat yang baik untuk bekerja dan hidup didalamnya.
C. LANGKAH-LANGKAH, PRINSIP, DAN METODE -
Langkah-Langkah Pelatihan dan Pengembangan Dalam penyelenggaraan pelatihan atau pengembangan
harus dipersiapkan langkah-langkahnya yang tepat. Menurut Werther dan Davis menyebutkan langkah-langkah tersebut : 1. Penilaian kebutuhan (need assessment) 2. Penetapan tujuan latihan dan pengembangan 3. Penentuan isi program dan prinsip belajar 4. Pelaksanaan program aktual
Deden Mastaka Ekapraja, Drs., SE., MM STIE Gema Widya Bangsa
109
Manajemen Sumber Daya Manusia – BAB V
5. Ketahui keterampilan, pengetahuan, dan kemampuan pegawai. 6. Evaluasi terhadap need assessment Sedangkan menurut Dessler 1. Need Analysis a. Menidentifikasi
keterampilan
spesifikyang
dibutuhkan
untuk memperbaiki performasi dan produktivitas. b. Menganalisis Trainee untuk memastikan bahwa program akan sesuai dengan tingkat pendidikan, pengalaman, keterampilan, sikap, dan motivasi pribadi. c. Menggunakan penelitian untuk mengembangkan tujuan yang dapat diukur. 2. Instructional Design a. Mengumpulkan
tujuan
instruksional,
metode,
media,
uraian, isi program. b. Memastikan semua materi ditulis secara jelas dan sesuai dengan tujuan belajar yang telah ditentukan. c. Menangani semua unsur program dengan teliti dan profesional
untuk
menjamin
kualitas
dan
efektivitas
program latihan. 3. Validation Memperkenalkan dan memvalidasi latihan 4. Implementation Bila dapat ditetapkan, dapat difokuskan pada pengetahuan dan keterampilan yangdibutuhkan. 5. Evaluation dan Follow up Mengakses keberhasilan program sesuai dengan reaksi, belajar, perilaku, dan hasil.
Deden Mastaka Ekapraja, Drs., SE., MM STIE Gema Widya Bangsa
110
Manajemen Sumber Daya Manusia – BAB V
-
Prinsip-prinsip Pelatihan dan Pengembangan Andrew F. Sikula mengemukakan ada 24 prinsip belajar
dalam pelatihan dan pengembangan, yaitu : 1. All human being can learn. Individuals of all ages of various intellectual capacities have the ability to learn new behaviors. (Semua manusia dapat belajar. Individu dari semua umur dengan kapasitas inteletual yang bermacam-macam mempunyai kemampuan untuk mempelajari perilaku-perilaku baru) 2. An individual must be motivated to learn. This motivation may exits in a variety of forms, such as self-actualization, promotional possibilities, or financial incentives. How ever, most learning motivation is self-motivation. (Seorang individu harus bermotivasi untuk aktualisasi diri, promosi, insentif berupa uang. Bahkan motivasi belajar kebanyakan merupakan motivasi diri). 3. Learning is active, not passive. Effective education requires action and involvement from all participants. (Belajar adalah aktif bukan pasif. Pendidikan yang efektif menuntut aksi dan melibatkan semua peserta pelatihan/pengembangan). 4. Learners may acquire knowledge more rapidly with guidance. Feedback is necessary because trial and error are too time consuming and inefficient. (Peserta dapat memperoleh pengetahuan lebih cepat dengan membimbing. Umpan balik adalah perlu karena belajar dengan trial dan error terlalu banyak memerlukan waktu dan tidak efisien). 5. Appropiate materials should be provided. Education should possess a reasonable repertoire of training tools and materials, such as cases, problems, discussion question, and readings. (Materi yang sesuai harus diberikan. Pengajar harus memiliki alatalat pelatihan dan materi-materi yang cukup lengkap, seperti kasus-kasus, masalah-masalah, pertanyaan-pertanyaan untuk diskusi dan bahan bacaan). 6. Time must be provided to practice the learning. Part of the learning process requires a great deal of time for student internalization, assimilation, testing, acceptance, and confidence. (Waktu harus diberikan untuk menerapkan pelajaran. Sebagian dari proses belajar menuntut waktu banyakpeserta mencernakan, menilai, menerima, dan menyakini materi pembelajaran). 7. Learning methods should be varied. Variety should be introduced to offset fatigue and boredown. (Metode-metode
Deden Mastaka Ekapraja, Drs., SE., MM STIE Gema Widya Bangsa
111
Manajemen Sumber Daya Manusia – BAB V
belajar harus bervariasi. Hal itu untuk mencegah timbulnya kelelahan dan kebosanan). 8. The leaner must secure satisfaction form the learning education must fulfill human needs, desires, and expectations. (Peserta harus memperoleh kepuasan belajar. Pendidikan harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan, keinginan-keinginan, dan harapan-harapan peserta). 9. Leaner need reinforcement of correct behavior. Positive and immediate rewards reinforce and cement desired behavior. (Peserta memerlukan penguat dari perilaku yang tepat. Hadiahhadiah positif dan secara langsung menguatkan perilaku yang diinginkan). 10. Standard of performance should be set for the leaner. Goals or benchmarks should be established so that individuals can judge their educational achievements and progress. (Standar prestasi harus ditentukan untuk peserta. Tujuan-tujuan harus ditetapkan sehingga peserta dapat menilai prestasi pendidikan dan kemajuan mereka). 11. Different levels of learning exist. Learning may involve wareness, changed attitudes, or changed behavior. Some learning involves metal processes, while other instructional activities concentrate on physical maneuvers. Different time and method requirements are needed to bring about different levels of learning. (Taraf belajar nyata berbeda-beda. Belajar dapat melibatkan kesadaran, perubahan sikap atau perubahan perilaku. Beberapa orang belajar dengan melibatkan prosen mental, aktivitas belajar lainnya berhubungan dengan fisik. Waktu dan metode yang berbeda-beda diperlukan untuk mengatasi taraf belajar yang berbeda-beda). 12. Learning is an adjustment on the part of an individual. Actual learning represents a change in the student, and all changes require adjustment. (Belajar merupakan sesuatu penyesuaian diri dari individu. Belajar menimbulkan perubahan pada yang bersangkutan dan semua perubahan itu memerlukan penyesuaian). 13. Individual differences play a large part in the effectiveness of the learning process. What can be learned easilyby some individuals may be very difficult for other because of differences in basic abilities or cultural backgrounds. (Perbedaan individu berperan besar dalam efektivitas belajar. Apa yang dapat dipelajari dengan mudah oleh beberapa individu mungkin sangat sukar bagi orang lain, karena perbedaan dasar kemampuan dan latar belakang budaya).
Deden Mastaka Ekapraja, Drs., SE., MM STIE Gema Widya Bangsa
112
Manajemen Sumber Daya Manusia – BAB V
14. Learning in cumulative process. An individuals reaction in any lesson is conditioned and modified by what has been learned earlier lessons and experience. (Belajar adalah proses komulatif. Reaksi individu terhadap suatu pelajaran dikondisikan dan dimodifikasikan oleh apa yang telah dipelajari pada pelajaranpelajaran sebelumnya dan pengalaman). 15. Ego involvement is widely regarded as a major factor in learning. Each participant learns most when he sees the training opportunity as a related to the attainment of his personal goals. (Keterlibatan ego adalah factor utama dalam belajar. Setiap peserta akan belajar lebih banyak bilamana ia melihat adanya hubungan antara kesempatan pelatihan dengan tercapainya tujuan-tujuan pribadinya). 16. The rate of learning decreases when complex skills are involved. Simple skills can be learned easier and quicker than complex activities. (Kecepatan belajar akan menurun bilamana menyangkul skill yang kompleks. Skill yang sederhana dapat dipelajari lebih mudah dan cepat daripada aktivitas yang kompleks). 17. Learning is closely related to attention and concentration. The learning process is more effective if distractions are avoided. (Belajar berhubungan erat dengan perhatian dan konsentrasi. Proses belajar akan efektif jika tidak ada gangguan). 18. Learning involves long-term retention and immediate acquisition of knowledge. Such retention is encouraged by understanding, emphasizing, and repeating. (Belajar meliputi ingatan jangka panjang dan penguasaan segera dari pengetahuan. Ingatan dapat diperkuat dengan pemahaman atau pengulangan). 19. There are upward spurts of understanding followed by plateaus in the curve of learning. New knowledge is always gathered in a paradic fashion. (Ada arah ketas grafik proses belajar dan diikuti dengan garis mendatar dalam kurva belajar. Pengetahuan baru sellau terkumpul walaupun biasanya jarang terjadi). 20. Accuracy generally deserves more aphases than speed during the learning process. Speed can be improved, but accuracy is more difficult to control. (Ketelitian patut mendapat penekanan lebih banyak daripada kecepatan selama proses belajar. Kecepatan dapat ditingkatkan, tetapi ketelitian lebih sukar dikontrol). 21. The law of effect states that a particular response becomes more certain the more often it occurs. In other words, repetition tends to fix the response or adjustment. (Hukum pengaruh menyatakan bahwa jawaban yang tepat terhadap sesuatu masalah menjadi
Deden Mastaka Ekapraja, Drs., SE., MM STIE Gema Widya Bangsa
113
Manajemen Sumber Daya Manusia – BAB V
lebih pasti semakin ia timbul. Dengan perkataan lain, pengulangan cenderung memantapkan suatu jawaban atau suatu penyesuaian). 22. Sleep affects learning. Sleeping immediately following (but not during) a learning experience opten improves retention. (Tidur mempengaruhi belajar. Tidur segera setelah satu pengalaman belajar sering meningkatkan ingatan). 23. Learning should be reality based. Education should be highly related to the learner’s ilfe experiences. (Belajar harus didasarkan dengan realitas. Pendidikan harus berhubungan erat dengan pengalaman hidup pelajar). 24. Learning should be goal oriented. Specific purpose and rewards affiliated with the learning effort generally enhance educational attainment endeavors. (Belajar harus berorientasi pada tujuan. Tujuan-tujuan khusus dan hadiah yang berhubungan dengan usaha belajar pada umumnya memperlancar mencapai tujuantujuan yang diharapkan).
-
Metode-metode Pelatihan dan Pengembangan Metode dalam pelatihan dan pengembangan menurut
Sikula dipisah antara pelatihan dan pengembangan, dengan menyebutkan : Metode pelatihan adalah On the job, vestibule,demontration and examples, simulation, oppenticeship, classroom methods (lecture, conference, case study, role, role playing and programmed instruction), and other training methods. Sedangkan metode pengembangan adalah Same of the most commonly management development methods include ; training methods, understudies, job rotation and planned progression,coaching-counseling, junior boards of executives or multiple management, committee assignments, stattmeetings and project, business games, sensitivity training, and other development methods. Secara
jelas
masing-masing
metode
pelatihan
pengembangan sebagaimana siuraikan di bawah.
dan
Adapun
Metode dalam Pelatihan adalah :
Deden Mastaka Ekapraja, Drs., SE., MM STIE Gema Widya Bangsa
114
Manajemen Sumber Daya Manusia – BAB V
1. On the job. Peserta latihan langsung bekerja ditempat untuk belajar dan meniru pekerjaan dibawah bimbingan seorang pengawas atau tutor. 2. Vestibule. Metode latihan yang dilakukan dalam kelas atau bengkel dalam sebuah perusahaan untuk memperkenalkan pekerjaan pada pekerja baru dan melatih mereka yang mengerjakan pekerjaan tersebut. 3. Demonstration and Example. Merupakan metode latihan yang dilakukan dengan cara peragaan dan penjelasan bagaimana cara-cara
mengerjakan
sesuatu
melalui
contoh
atau
percobaan-percobaan. 4. Simulation. Merupakan situasi atau kejadian yang ditampilkan secara baik untuk mendekati yang sebenarnya tetapi hanya merupakan tiruan saja, jadi meniru secara konseptual dengan sebenarnya. 5. Apprenticeship. Suatu cara untuk mengembangkan keahlian pertukangan sehingga para karyawan yang bersangkutan dapat mempelajari segala aspek dari kegiatan. 6. Classroom Methods. Metode pertemuan dalam kelas ini meliputi lecture
(pengajaran),
conference
(rapat),
programmed
instruction, metode studi kasus, role playing, metode diskusi, dan metode seminar. a. Lecture
(ceramah
atau
kuliah).
Dilakuakn
layaknya
perkuliahan, dimana pengajar menyampaikan materinya dan
yang
dilatih
mencatat,
menyikapi,
serta
mempersepsikannya. b. Conference (rapat). Pelatih menyampaikan makalah tertentu dan peserta pengembangan ikut serta berpartisipasi dalam
Deden Mastaka Ekapraja, Drs., SE., MM STIE Gema Widya Bangsa
115
Manajemen Sumber Daya Manusia – BAB V
memecahkan
masalah
tersebut.
Mereka
dituntut
mengeluarkan ide-idenya dan saran-sarannya. c. Programmed instruction. Program instruksi merupakan bentuk training sehingga peserta belajar sendiri sebagaimana langkah-langkah pengerjaan yang sudah diprogramkan. d. Metode studi kasus. Pelatih memberikan kasus kepada peserta, kasus ini tidak disertai data yang komplit tujuannya agar peserta terbiasa mencari dan mengolah data. e. Role Playing. Peserta ditunjuk untuk memerankan suatu peran dalam suatu organisasi tiruan, jadi seperti sandiwara. f. Metode diskusi. Melatih peserta untuk berani mkemberikan pendapat dan rumusannya serta cara-cara bagaimana menyakinkan orang lain. g. Metode seminar. Mengembangkan keahlian dan kecakapan peserta
untuk
menilai
dan
memberikan
saran-saran
konstruktif atas saran atau pendapat orang lain. Sedangkan metode dalam pengembangan adalah : 1. Training Methods. Metode didalam kelas yang dapat digunakan sebagai metode pendidikan karena manajer juga karyawan. 2. Understudies. Teknik pengembangan yang dilakukan melalui praktek langsung bagi seseorang yang dipersiapkan memangku jabatan atasannya. 3. Job Rotation and Planned Progression. Teknik pengembangan yang dilakukan dengan cara memindahkan suatu jabatan ke jabatan lainnya secara periodic untuk menambah keahlian dan kecakapan pada setiap jabatan. 4. Coaching and Counseling. Metode pendidikan dengan cara atasan
mengajarkan
keahlian
dan
keterampilan
kepada
bawahan, sehingga supervisor diperlukan sebagai pemberi
Deden Mastaka Ekapraja, Drs., SE., MM STIE Gema Widya Bangsa
116
Manajemen Sumber Daya Manusia – BAB V
petunjuk.
Sedangkan
konseling
cara
pendidikan
dengan
melakukan diskusi antara pekerja dan manajer mengenai hal yang pribadi. 5. Junior board of executive or multiple Management. Merupakan komite penasehat tetap yang terdiri dari calon-calon manager untuk
memecahkan
masalah-masalah
organisasi
yang
kemudian direkomendasikan kepada manajer lini. 6. Committee Assignment. Komite yang dibentuk untuk menyelidiki, mempertimbangkan, menganalisis dan melaporkan masalah pada atasannya. 7. Business Games. Pengembangan yang dilakukan dengan cara diadu atau bersaing memecahkan masalah tertentu. 8. Sensitivity Training. Ditujukan untuk membantu para karyawan agar
lebih
mengerti
tentang
diri
sendiri,
penciptaan
kebersamaan, mengembangkan keahlian yang spesifik. 9. Other Development Method. Digunakan untuk tujuan pendidikan terhadap manajer. Untuk
mencapai
hasil
yang
diharapkan,
maka
perlu
dilakukan penentuan tolok ukur keberhasilan dari metode-metode yang diterpkan. Tolok ukur tersebut diantaranya adalah : 1. Prestasi kerja karyawan 2. Kedisiplinan karyawan 3. Tingkat kehadiran karyawan 4. Tingkat kesalahan operasional 5. Tingkat kecelakaan 6. Tingkat kerja sama 7. Tingkat perubahan kompensasi 8. Tingkat kreativitas dan inovasi
Deden Mastaka Ekapraja, Drs., SE., MM STIE Gema Widya Bangsa
117
Manajemen Sumber Daya Manusia – BAB V
9. Tingkat
kemampuan
pengambilan
keutusan
dan
kepemimpinan. Dalam penentuan hasil tersebut perlu juga dipertimbangkan faktorfaktor
kendala
yang
memungkinkan
dapat
menggangu
keberhasilan program. Kendala-kendala tersebut adalah yang berkenaan dengan : 1. Peserta 2. Pelatih atau instruktur 3. Fasilitas pengembangan 4. Kurikulum 5. Dana pengembangan
D. PENILAIAN PRESTASI KERJA Penilaian
prestasi
kerja
atau
dengan
istilah
lain
Performance Appraisal, Performance Rating, Personnal Assessment, Employee Evaluation, Merit Rating, Efficiency Rating, Service Rating, merupakan
langkah
lanjutan
dari
proses
penerimaan,
penempatan, dan pemberian tugas. Penilaian ini mutlak diperlukan untuk mengetahui prestasi yang dicapai oleh karyawan. Dengan penilaian memiliki manfaat kedua belah pihak khususnya pegawai mendapat pegawai
perhatian untuk
dari
atasannya,
meningkatkan
sehingga
performanya.
mendorong
Penilaian
harus
mengacu pada prinsip penilaian yang jujur dan objektif. Jadi penilaian prestasi merupakan proses evaluasi prestasi atau unjuk kerja pegawai yang dilakukan oleh organisasi. Andrew F. Sikula menyebutkan bahwa penilaian adalah sebagai berikut :
Deden Mastaka Ekapraja, Drs., SE., MM STIE Gema Widya Bangsa
118
Manajemen Sumber Daya Manusia – BAB V
Appraising is the process of estimating or judging the value, excellence, qualities or status of some object, person, or thing. Employee appraising us the systematic evaluation of a worker’s job performance and potential for development. (Penilaian adalah suatu proses mengestimasi atau menetapkan nilai, penampilan, kualitas atau status dari beberapa objek, orang atau benda. Penilaian prestasi kerja adalah evaluasi yang sistematis terhadap pekerjaan yang telah dilakukan oleh karyawan dan ditujukan untuk pengembangan). Sedangkan Dale Yoder menyebutkan : Personnel appraisals refers to the formal procedures used in working organizations to evaluate the personalities and contributions and potentials of group members. Personnal appraisal or ratings are widely used to identify those who should be promoted. (Penilaian prestasi kerja merupakan prosedur yang formal dilakukan di dalam organisasi untuk mengevaluasi pegawai dan sumbangan serta kepentingan bagi pegawai. Penilaian karyawan secara luas digunakan untuk mengidentifikasi mereka yang akan dipromosikan). Menurut Leon C. Mangginson mengatakan : Performace appraisal is the process an employer uses to determine whether an employee is performing the job as intended. (Performace appraisal adalah suatu proses yang digunakan majikan untuk menentukan apakah seorang pegawai melakukan pekerjaannya sesuai dengan yang dimaksudkan). Dari penilaian
pengertian
prestasi
kerja
di
atas
dapat disimpulkan
merupakan
proses
bahwa
estimasi
dan
menentukan nilai keberhasilan kerja pegawai melalui penilaian perilaku,
prestasi
kerja,
dan
potensi
pengembangan,
yang
dilakukan oleh atasan terhadap bawahannya sehingga mampu menampilkan gambaran prestasi seseorang yang kemudian dapat menentukan kebijakan lanjutan.
Deden Mastaka Ekapraja, Drs., SE., MM STIE Gema Widya Bangsa
119
Manajemen Sumber Daya Manusia – BAB V
Berdasarkan pendpat-pendapat tersebut,maka dapat diketahui bahwa penilian prestasi kerja sangatlah dibutuhkan oleh manajemen, sebagaimana dikemukakan oleh beberapa ahli, seperti Dessler yang menyebutkan alas an pentingnya penilaian prestasi kerja sebagai : 1. Memberikan informasi untuk keputusan promosi dan gaji. 2. Memberikan peluang bagi karyawan itu sendiri dan supervisornya untuk meninjau perilaku yang berkaitan dengan pekerjaan. 3. Penilaian prestasi kerja merupakan pusat bagi proses perencanaan karier. Sedangkan menurut Werther dan Davis menyebutkan : 1. Memperbaiki prestasi kerja. 2. Untuk dapat penyesuaian kompensasi. 3. Untuk
bahan
pertimbangan-pertimbangan
penempatan (promosi, Treanfer, dan demosi). 4. Untuk
menetukan
kebutuhan
pelatihan
dan
pengembangan. 5. Untuk membantu perencanaan dan penegmbangan karir. 6. Untuk dalam
dapatmengetahui proses
kekurangan-kekurangan
penempatan
staff
(staffing
proses
penempatan staff (staffing process deficienties). 7. Untuk dapat dijadikan patokan dalam menfanalisis informasi analisis jabatan. 8. Untuk mengdignosis kesalahan-kesalahan rancangan jabatan. 9. Mencegah adanya diskriminasi. Kemudian menyebutkan elemen-elemen penting dalam sistem penilaian prestasi kerja :
Deden Mastaka Ekapraja, Drs., SE., MM STIE Gema Widya Bangsa
120
Manajemen Sumber Daya Manusia – BAB V
Kinerja/Prestasi Kerja Karyawan
Penilaian Prestasi Kerja
Umpan Balik Karyawan
Ukuran-ukuran Prestasi Kerja
Kriteria Tentang Prestasi Kerja
Keputusan Keputusan Personalia
CatatanCatatan Karyawan
1. Metode-Metode Penilai Prestasi Kerja Dalam melaksanakan penilaian prestasi karyawan, dapat dicapai melalui beberapa metode penilaian. Seperti pengertianpengertian
akan
sesuatu
hal,
dalam
metode
pun
dikenal
beberapa metode yang dikembangkan oleh para ahli. Hal ini berbeda-beda, tetapi secara garis besar antara satu pendapat dengan pendapat lainnya memiliki banyak kesamaan. Berikut metode-metode dan ahlinya ; - Edwin B. Flippo menyebutkan : a. Penilaian secara kebetulan -
Tidak sistematis Penilaian ini dilakukan sewaktu-waktu, tidak terprogram, dan diadakan saat ada kekosongan jabatan serta tidak konsisten.
-
Siatematis Penilaian yang dilakukan secara berkala.
Deden Mastaka Ekapraja, Drs., SE., MM STIE Gema Widya Bangsa
121
Manajemen Sumber Daya Manusia – BAB V
b. Metode Tradisional yang sistematis -
Raking Merupakan sistem tertua dan sederhana. Sistem ini hanya membandingkan karyawan satu dengan lainnya serta menentukan siapa yang terbaik.
-
Person to person comparison Metode dengan membandingkan satu dengan lainnya, melalui
faktor-faktor
kepemimpinan,
inisiatif,
dan
kehandalan. Nilainya ditentukan berdasarkan skala yang telah ditentukan -
Grading Penilaian dengan melalui penggolongan mutu. Terdapat skala baik sekali, baik, cukup, dan kurang.
-
Grafic Scale Skala grafik. Cara yang paling banyak digunakan sebab baik tidaknya karyawan didasarkan pada faktor-faktor yang dianggap penting bagi pelaksanaan pekerjaan (job factor)
misalnya
kuantitas-kualitas
pekerjaan,
sikap,
kehandalan, dll. -
Checlist Daftar Pertanyaan. Untuk mengurangi beban penilai, sistem
daftar
pertanyaan
digunakan.
Penilai
tidak
mengevaluasi karyawan tetapi hanya melaporkan pada bagian personalia. Pertanyaan diajukan pada karyawan sehubungan dengan subjek dan perilakunya. Penilai hanya menjawan dengan ‘ya’ atau ‘tidak’. -
Forced – Choice Description Uraian dengan pilihan paksa. Penilai diminta memilih satu pertanyaan yang sesuai dengan sifat orang yang dinilai,
Deden Mastaka Ekapraja, Drs., SE., MM STIE Gema Widya Bangsa
122
Manajemen Sumber Daya Manusia – BAB V
dengan
cara
melukiskan
memilih
orang
satu
yang
yang
dinilai.
lebih
dekat
Metode
ini
dan untuk
menghindari sikap penilai yang berat sebelah. -
Behaviorally Anchored Rating Scale (BARS) Pendekatan menjadi kritis yang dikaitkan dengan perilaku BES didasarkan pada uraian yang membantu penilai untuk merumuskan perilaku sebagai unggul, rata-rata, dan dibawah rata-rata. BOS didasarkan penilai melaporkan frekuensi yang dilakukan karyawan dalam perilaku yang dirinci dalam dasar itu. 1) Expectation Scale (BES) 2) Observation Scale (BOS)
c. Management
by
Objective
(Manajemen
Berdasarkan
Sasaran) (MBO/MBS) Manajemen berdasarkan sasaran. Penilaian prestasi yang dilakukan bersama-sama antara bawahan dan atasan dimana keduanya berunding apa yang akan dicapai dari suatu jabatan dan bagaimana sasaran yang akan dicapai. Pendekatan MBO ini meliputi 6 pendekatan, yaitu : -
Menetapkan tujuan organisasi
-
Menetapkan tujuan departemen
-
Diskusikan tujuan departemen
-
Tetapkan hasil yang diharapkan
-
Mengukur hasil (performance review)
-
Memberikan umpan balik
Manajemen
dalam
menjalankan
metode
ini
perlu
mengantisipasi masalah yang mungkin akan dihadapi, yaitu : -
Tujuan yang tidak jelas dan tidak dapat diukur
-
Memerlukan banyak waktu
Deden Mastaka Ekapraja, Drs., SE., MM STIE Gema Widya Bangsa
123
Manajemen Sumber Daya Manusia – BAB V
-
Menetapkan tujuan dengan bawahan sering kali berubah menjadi permainan tarik tambang.
- Werther & Davis : a. Past Oriented Appraisal Methods -
Rating Scale
-
Chechlist
-
Foerced Choice Methods
-
Critical Incident Methods
-
Behaviorally Anchored Rating Scale (BARS)
-
Field Review Methods
-
Performance Tesis and Observation
b. Comparative Evaluation Approachess -
Rangking Methods
-
Forced Distribution
-
Point Allocation Methods
-
Paired Comparison
c. Future Oriented Appraisals -
Self Appraisal
-
MBO Approach
-
Psychological Appraisals
-
Assessment Centre Technique
- Gary Dessler a. Graphic Rating Scale b. Alternation Rating Methods c. Paired Comparison Methods d. Forced Distribution Methods e. Narrative Forms f. Behaviorally Anchored Rating Sale (BARS) g. MBO Approach
Deden Mastaka Ekapraja, Drs., SE., MM STIE Gema Widya Bangsa
124
Manajemen Sumber Daya Manusia – BAB V
2. Penilai Prestasi Kerja Dalam melakukan penilaian prestasi kerja diperlukan ketepatan dalam menentukan unsur penilai yang mampu bersifat objektif atau terhindar dari penilaian yang bersifat subjektif. Penentuan penilai (appraiser) yang obejktif dan qualified sangatlah sulit karena harus memiliki syarat-syarat tertentu, seperti : a. Penilai harus jujur, adil, objektif, serta memiliki kemampuan yang mendalam tentang unsur-unsur yang dinilai untuk mendapatkan hasil yang realistis. b. Penilai harus mendasarkan penilaiannya atas benar dan salah, baik
atau
buruk,
terhadap
unsur
yang
dinilai
sehingga
penilaiannya jujur, adil, dan objektif. Penilai tidak mendasarkan pada fisis rasa. c. Penilai harus memahami secara jelas uraian pekerjaan
dari
setiap pekerjaan dan karyawannya yang dinilai. d. Penilai harus diserati dengan kewenangannnya secara formal untuk melakukan penilaian. e. Penilai harus mendasari dirinya dengan nilai-nilai budaya dan agama yang kuat. Untuk melaksanakan penilai prestasi kerja dapat dilakukan melalui dua penilai, yaitu : a. Penilai Informal Penilaian yang dilakukan oleh penilai yang tidak memiliki authority mengenai kualitas kerja dan pelayanan yang diberikan oleh karyawan. Penilai ini misalnya masyarakat, konsumen, atau rekanan. b. Penilai Formal Penilai yang memiliki authority formal untuk melakukan penilaian terhadap kinerja dari karyawannya baik didalam maupun diluar
Deden Mastaka Ekapraja, Drs., SE., MM STIE Gema Widya Bangsa
125
Manajemen Sumber Daya Manusia – BAB V
pekerjaanya sehingga dapat menetapkan kebijakan. Penilaian ini dapat dilakukan terhadap karyawan melalui penilai individual maupun secara kolektif.
3. Masalah-masalah dalam Penilaian Masalah utama yang sering timbul dalam penilaian prestasi adalah standar yang tidak jelas dan bias. Oleh karena itu penilai
harus
menghindari
sikap-sikap
yang
memungkinkan
penilaian tidak objektif. Ada bebarapa penilaian yang tidak jelas dan bias ini, yaitu diantaranya : a. Halo Effect Halo Effect terjadi jika pendapat atau pandangan penilai mempengaruhi penilaiannya terhadap orang lain (like & dislike). Halo Effect banyak terjadi pada saat kita harus mengevaluasi teman akrab atau musuh kita. Oleh karena itu penilai harus netral ditambah harus tersedia supervisory training. b. Central Tendency Central
Tendency
memberikan
nilai
terjadi rendah
karena atau
penilai
tinggi,
tidak
sehingga
berani nilai
itu
cenderung ditengah (nilai rata-rata). Penilaian ini menjadi tidak valid untuk pembuatan keputusan dalam promosi, gaji, dll. c. Lenience & Strictness Biases Lenience Biases terjadi apabila penilai memiliki kecenderungan menilai dengan nilai yang mudah sekali, sedangkan Strictness Biases terjadi karena penilai terlalu ketat dalam melakukan penilaian. Sehingga penilaiannya akan terasa kabur atau tidak jelas. d. Personal Prejudice
Deden Mastaka Ekapraja, Drs., SE., MM STIE Gema Widya Bangsa
126
Manajemen Sumber Daya Manusia – BAB V
Personal Prejudice memiliki kemiripan dengan Halo Effect, tetapi pada Personal Prejudice penilai merasa memiliki perasaan terhadap sekelompok atau group yang akan dinilai karena pada group itu ada pihak yang tidak disukai oleh penilai. Penilaian ini sering disebabkan oleh adanya perbedaan persepsi terhadap ketidakwajaran dalam suatu budaya atau agama. e. Recency Effect Hal ini terjadi jika penilai menggunakan ukuran subjektif dan penilaian/pengukuran yang dipengaruhi oleh tindakan yang dilakukan oleh pegawai terakhir yang dinilai, sehingga hasilnya akan mempengaruhi. Untuk menghindari masalah-masalah tersebut, dalam penilaian diperlukan langkah-langkah : a. Penilai harus memiliki keyakinan dalam melakukan penilain dan memahami masalah-masalah penilaian. b. Penilaian harus sesuai atau tepat dengan alat penilaiannya. c. Melatih
supervisor
untukmenghilangkan
keslahan-kesalahan
penilaian. Latihan untuk penilai ini meliputi : -
Menjelaskan bias dan penyebabnya.
-
Pemahaman atas peranan penilai agar tujuan objektivitas tercapai.
-
Penilai harus diberikan kesempatan untuk mempraktekan dalam bentuk latihan bagaimana menilai seseorang.
E. LATIHAN/PERTANYAAN
Deden Mastaka Ekapraja, Drs., SE., MM STIE Gema Widya Bangsa
127
Manajemen Sumber Daya Manusia – BAB V
Deden Mastaka Ekapraja, Drs., SE., MM STIE Gema Widya Bangsa