BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1
Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Noe dan Hollenbeck (2011:2), manajemen sumber daya
manusia adalah kombinasi kebijakan, praktik dan sistem yang mempengaruhi kebiasaan,
tingkah
laku
dan
performa
karyawan
dalam
aktivitas
berorganisasi. Menurut Sutrisno (2009:5), manajemen sumber daya manusia mempunyai
definisi
sebagai
suatu
perencanaan,
pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan atas pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemutusan hubungan kerja dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan secara terpadu. Armstrong (2009:4) berpendapat bahwa manajemen sumber daya manusia adalah pendekatan yang terintegrasi, koheren dan strategis untuk mengelola perkembangan, kepegawaian, dan orang – orang yang bekerja dan terlibat didalam suatu organisasi. Menurut Mathis dan Jackson (2009:4), sumber daya manusia merupakan proses pembentukan sistem manajemen untuk memastikan potensi yang dimiliki manusia dimanfaatkan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan perusahaan. Menurut Bangun (2012:6), manajemen sumber daya manusia merupakan suatu proses perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, penggerakan,
dan
pengawasan,
terhadap
pengadaan,
pengembangan,
pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahan ternaga kerja untuk mencapai tujuan organisasi. Snell dan Bohlander (2010:4) berpendapat bahwa manajemen sumber daya manusia merupakan suatu proses yang mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan organisasi dan orang – orang yang menjalankannya.
7
8
2.1.2
Aktivitas Sumber Daya Manusia Ada 7 aktivitas sumber daya manusia menurut Mathis dan Jackson (2009:43) yaitu sebagai berikut: a. Perencanaan dan analisis sumber daya manusia Perencanaan dan análisis sumber daya manusia ini digunakan sebagai langkah pencegahan akan perkembangan proses bisnis dimasa depan yang berpotensi untuk mempengaruhi karyawan dimasa depan. Kondisi ini memperkuat alasan bahwa sistem informasi sumber daya manusia merupakan elemen penting sebagai alat yang dapat digunakan untuk menghasilkan informasi yang tepat dan akurat. Hal ini semata – mata dilakukan untuk mempertahankan daya saing organisasi. b. Kesetaraan kesempatan kerja Kesetaraan hukum dan peraturan tentang kesempatan kerja mempengaruhi aktivitas sumber daya manusia yang sejalan dengan manajemen sumber daya manusia. c. Pengangkatan pegawai Tujuan
dari
pengangkatan
pegawai
adalah
pemberian
kompensasi yang memadai atas kontribusi individu – individu yang memenuhi kualifikasi untuk mengisi titik – titik tertentu dalam sebuah organisasi. d. Pengembangan sumber daya manusia Dimulai dengan pengenalan karyawan baru dan pengembangan sumber daya manusia, salah satunya dengan mengikuti pelatihan. Ketika kebutuhan atas bisnis dan pekerjaan yang berubah, diperlukan adanya pelatihan kembali agar performa karyawan tetap mengikuti perkembangan bisnis dan teknologi yang dinamis. e. Kompensasi dan tunjangan Kompensasi memberikan penghargaan kepada karyawan atas pelaksanaan pekerjaan melalui gaji, insentif dan tunjangan. Para pemberi kerja harus mengembangkan dan memperbaiki sistem upah dan gaji dasar. Selain itu, program insentif seperti pembagian keuntungan dan penghargaan produktivitas mulai
9
digunakan. Kenaikan yang cepat dalam hal biaya tunjangan, terutama tunjangan kesehatan, akan terus menjadi persoalan utama. f. Kesehatan, keselamatan dan keamanan Jaminan atas kesehatan fisik dan mental serta keselamatan para karyawan adalah hal yang sangat penting. Secara global, berbagai hukum keselamatan dan kesehatan telah menjadikan organisasi lebih responsif dan waspada terhadap persoalan kesehatan dan keselamatan. Keamanan dan keselamatan di tempat kerja menjadi penting karena sejalan dengan siklus hidup perusahaan. g. Hubungan karyawan dan buruh/manajemen Hubungan antara manajer dan karyawan mereka harus ditangani secara efektif. Manajemen dan karyawan berperan penting dalam
kemajuan
organisasi.
Bekerja
secara
sinergi
meningkatkan peluang tercapainya tujuan perusahaan.
2.1.3
Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Hasibuan (2007:21), fungsi manajemen sumber daya
manusia meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan dan pemberhentian. a. Perencanaan Perencanaan adalah merencanakan tenaga kerja secara efektif serta efisien agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam membantu terwujudnya tujuan. b. Pengorganisasian Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengorganisasi semua karyawan dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang, integrasi, dan koordinasi dalam bagan organisasi. c. Pengarahan Pengarahan
(controlling)
adalah
kegiatan
mengendalikan
semua
karyawan, agar mau bekerja sama dan bekerja efektif serta efisien dalam membantu tercapainya tujuan perusahaan.
10
d. Pengendalian Pengendalian adalah kegiatan mengendalikan semua karyawan, agar mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja sesuai dengan rencana. e. Pengadaan Pengadaan (procurement/recruitment) adalah proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi, dan induk untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. f. Pengembangan Pengembangan adalah proses peningkatan keterampilan teknis, teoretis, konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan pekerjaan masa kini maupun masa depan. g. Kompensasi Kompensasi adalah pemberian balas jasa langsung (direct) dan tidak langsung (indirect), uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalan jasa yang diberikan kepada perusahaan. h. Pengintegrasian Pengintegrasian adalah kegiatan untuk mempersatukan kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar tercipta kerja sama yang serasi dan saling menguntungkan. i. Pemeliharaan Pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental, dan loyalitas karyawan, agar mereka tetap mau bekerja sama sampai pensiun. j. Kedisiplinan Kedisiplinan merupakan fungsi manajemen sumber daya manusia yang terpenting dan kunci terwujudnya tujuan karena tanpa disiplin yang baik sulit terwujud tujuan yang maksimal. k. Pemberhentian Pemberhentian adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari suatu perusahaan. Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan karyawan, keinginan perusahaan, kontrak kerja berakhir, pensiun, dan sebab – sebablainnya.
11
2.1.4
Pengertian Perekrutan Menurut Mathis dan Jackson (2009:227), perekrutan merupakan suatu
proses untuk menghasilkan individu atau kelompok calon karyawan pada suatu organisasi, dengan catatan calon karyawan tersebut memenuhi syarat untuk melakukan aktivitas pekerjaan yang ditentukan organisasi. Menurut Snell dan Bohlander (2010:188), perekrutan merupakan proses mencari individu potensial yang memungkinkan untuk bergabung dengan organisasi. Selama proses ini, perusahaan berusaha untuk menginformasikan pelamar sepenuhnya tentang kualifikasi yang mereka butuhkan untuk pekerjaan tertentu dan kesempatan karir organisasi. Menurut Noe dan Hollenbak (2011:7), perekrutan merupakan suatu proses dimana organisasi mencari calon karyawan yang memiliki potensi pengetahuan, keterampilan, karakteristik yang sesuai dengan kultur perusahaan sehingga dapat dimanfaatkan perusahaan untuk membantu mencapai tujuannya. Menurut Yani (2012:75), perekrutan merupakan aktivitas yang mempengaruhi sejumlah dan berbagai tipe pelamar yang melamar suatu pekerjaan dan apakah pelamar menerima pekerjaan yang ditawarkan tersebut dan membantu organisasi dalam mencapai tujuan.
2.1.5
Pengertian Pelatihan Menurut Mathis dan Jackon (2009:301), pelatihan merupakan sebuah
proses peningkatan kapasitas sumber daya manusia, dimana sumber daya manusia mendapatkan kemampuan lebih demi mencapai tujuan organisasi dengan baik. Menurut Noe dan Hollenback (2011:7), pelatihan merupakan upaya terencana yang memungkinkan karyawan mempelajari yang pengetahuan, keterampilan dan perilaku untuk mencapai tujuan perusahaan. Menurut Yani (2012:95), pelatihan merupakan suatu program yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawannya untuk memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu yang dilakukan secara rutin dan terperinci. Maka dapat disimpulkan bahwa pelatihan dan pengembangan dalam sumber daya manusia adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan kapasitas
12
potensi yang dimiliki agar menjadi sumber daya yang berkualitas baik dari segi pengetahuan, tingkat profesionalisme maupun keterampilan kerja.
2.1.6
Pengertian Gaji Pokok Menurut Mathis dan Jackson (2009:420), banyak organisasi
menggunakan dua kategori gaji pokok, per jam dan gaji tetap, yang didefinisikan berdasarkan cara imbalan kerja tersebut didistribusikan dan sifat dari pekerjaan. Imbalan kerja per jam merupakan cara pembayaran yang paling umum yang didasarkan pada waktu, dan karyawan yang dibayar berdasarkan jam kerja menerima upah (wage), yang merupakan imbalan kerja yang dihitung secara langsung berdasarkan jumlah waktu kerja. Sedangkan orang-orang yang menerima gaji (salary) mendapatkan imbalan kerja yang besarnya tetap untuk setiap periode tanpa menghiraukan jumlah jam kerja.
2.1.7
Pengertian Penghasilan Tidak Tetap Menurut Mathis dan Jackson (2009:420), penghasilan tidak tetap
merupakan kompensasi yang dihubungkan secara langsung dengan kinerja individual, tim atau organisasional. Jenis penghasilan tidak tetap yang paling umum untuk sebagian besar karyawan berupa pembayaran bonus dan program insentif. Eksekutif sering menerima penghargaan jangka panjang seperti opsi saham.
2.1.8
Pengertian Penggajian Menurut Noe dan Hollenback (2011:8), penggajian merupakan balas
jasa yang diberikan oleh suatu organisasi dalam bentuk kompensasi atas kinerja yang telah diberikan karyawan dalam membantu organisasi untuk mencapai tujuan. Dimana penggajian diberikan untuk memotivasi karyawan agar dapat bekerja dengan baik. Menurut Warren (2008:489), Penggajian didalam akuntansi diartikan sebagai jumlah tertentu yang dibayarkan kepada karyawan untuk jasa yang diberikan selama periode tertentu. Menurut Sugiyarso dan Winarni (2006:6), gaji merupakan balas jasa yang dibayarkan kepada pemimpin-pemimpin, pengawas- pengawas,
13
pegawai tata – usaha dan pegawai-pegawai kantor
serta para manajer
lainnya. Jumlah pembayaran gaji biasanya ditetapkan secara perbulan. Maka dapat disimpulkan bahwa penggajian adalah suatu sistem yang menyajikan jumlah tertentu yang dibayarkan kepada pegawai yang telah memberikan jasa pada periode tertentu.
2.1.9
Fungsi Penggajian Berdasarkan pendapat Romney dan Steinbart (2009:516), fungsi
sistem
informasi
akuntansi
pada
siklus
penggajian
adalah
untuk
menghasilkan pengendalian internal yang memadai pada tujuan berikut:
a. Semua transaksi penggajian harus diotorisasi. b. Semua transaksi penggajian yang disimpan harus benar. c. Semua transaksi penggajian yang benar dan diotorisasi harus disimpan. d. Semua transaksi penggajian disimpan secara akurat. e. Laporan penggajian harus sesuai dengan ketentuan pajak yang berlaku. f. Aset (kas dan data) harus disimpan secara aman dari kehilangan dan pencuri. g. Aktivitas siklus penggajian harus efisien dan efektif.
2.1.10 Pengertian Pajak Penghasilan Dalam bukunya, Mardiasmo (2011:1) mengemukakan pengertian pajak sebagai iuran rakyat kepada negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat di paksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Berdasarkan Pasal 21 Undang-Undang No.36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan, bahwa Pajak penghasilan 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa,dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri. Apabila orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri memperoleh penghasilan dan dikenakan PPh Pasal 21, maka menjadi wajib pajak orang pribadi dalam negeri.
14
2.1.11 Penghasilan Tidak Kena Pajak Sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.011/2012, terhitung mulai 1 Januari 2013, PTKP (penghasilan tidak kena pajak) yang berlaku adalah sebagai berikut: - Untuk diri WP Rp 24.300.000 - Tambahan WP Kawin Rp 2.025.000 - Tambahan untuk penghasilan istri digabung dengan penghasilan suami Rp 24.300.000 - Tambahan untuk anggota keluarga yang menjadi tanggungan (max 3 orang) @ Rp 2.025.000 Berikut ini besarnya PTKP sesuai dengan status perkawinan WP : - TK/0 = Rp 24.300.000 - K/0 = Rp 26.325.000 - K/1 = Rp 28.350.000 - K/2 = Rp 30.375.000 - K/3 = Rp 32.400.000 Untuk perhitungan PPh 21, besarnya PTKP maksimal adalah Rp 32.400.000, sedangkan untuk perhitungan PPh Orang Pribadi, besarnya PTKP maksimal menjadi Rp 56.700.000 untuk WP dengan status K/I/3.
2.1.12 Tarif Pajak Penghasilan Tabel 2.1 Tarif pajak penghasilan Lapisan Penghasilan Kena Pajak
Tarif Pajak
0 Sampai dengan Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
5% ( lima persen)
Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai 15% (lima belas dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)
persen)
Di atas Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) 25% (dua puluh lima sampai dengan Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
persen)
Di atas Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
30% (tiga puluh persen)
Sumber: pajak.go.id/content/seri-pph-tarif-pph-pasal-17, 2012
15
2.2.
Sistem Informasi Akuntansi 2.2.1. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Menurut Jones dan Rama (2006:6), sistem informasi akuntansi merupakan subsistem dari sebuah sistem informasi manajemen yang menyediakan informasi tentang akuntansi dan keuangan juga informasi lain yang didapatkan dari pemrosesan rutin atas suatu transaksi akuntansi. Menurut Romney dan Steinbart (2009:28), sistem informasi akuntansi merupakan sebuah sistem berbasis komputer yang digunakan untuk mengumpulkan,
mencatat,
menyimpan
dan
memproses
data
untuk
menghasilkan informasi dimana informasi tersebut diperuntukkan bagi para pengambil keputusan. Menurut Sarosa (2009:13), sistem informasi akuntansi merupakan sebuah sistem yang digunakan untuk mengumpulkan, mencatat, menyimpan dan memproses data sehingga menghasilkan informasi yang berguna dalam membuat keputusan. sistem informasi akuntansi bisa berupa kertas dan alat tulis (manual) maupun terkomputersasi penuh (serba otomatis) atau kondisi diantara keduanya (gabungan manual dan komputerisasi). Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi merupakan suatu sistem berbasis komputer yang mengumpulkan, mencatat, menyimpan, dan memproses data dengan tujuan untuk menghasilkan informasi keuangan yang berguna bagi pemakai di dalam dan di luar perusahaan.
2.2.2. Komponen Sistem Informasi Akuntansi Komponen sistem informasi akuntansi menurut Romney dan Steinbart (2009:28): a. Orang yang mengoperasikan sistem dan melakukan berbagai fungsi. b. Aktivitas prosedur dan instruksi, baik manual dan otomatis, yang terlibat dalam proses pengumpulan, pengolahan, dan penyimpanan data tentang kegiatan organisasi. c. Data tentang organisasi dan proses bisnis. d. Software yang digunakan untuk memproses data organisasi.
16
e. Infrastruktur informasi teknologi, termasuk komputer, perangkat, dan jaringan komunikasi perangkat yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, mengolah, dan mengirimkan data dan informasi. f. Pengendalian internal dan langkah-langkah keamanan yang menjaga data dalam sistem informasi akuntansi.
2.2.3. Manfaat Sistem Informasi Akuntansi Menurut Jones dan Rama (2006:7), manfaat SIA terdiri dari 5 komponen, yaitu: a. Menghasilkan laporan eksternal Dalam menjalankan proses bisnisnya, perusahaan menggunakan sistem informasi akuntansi untuk menghasilkan laporan yang memenuhi kebutuhan informasi bagi stakeholder. b. Mendukung aktivitas rutin Manager membutuhkan sistem informasi akuntansi untuk mendukung aktivitas rutin di dalam perusahaan, seperti penerimaan pesanan, pengiriman barang, menagih pelanggan, dan menerima kas. Sistem komputer dan beberapa software akuntansi juga menangani aktivitas rutin. c. Pengambilan keputusan Informasi juga dibutuhkan untuk mendukung pengambilan keputusan non-rutin pada semua tingkat organisasi, termasuk informasi mengenai produk yang paling banyak terjual. Informasi ini sangat kritis dalam perencanaan produk baru, memutuskan produk apa yang harus tetap ada, dan pemasaran produk ke pelanggan. d. Perencanaan dan pengendalian Sistem
Informasi
dibutuhkan
untuk
aktivitas
perencanaan
dan
pengendalian. Contoh, informasi mengenai anggaran dan biaya disimpan oleh sistem perusahaan, kemudian laporan yang dihasilkan digunakan untuk membandingkan anggaran dengan jumlah aktual. Menggunakan scanner untuk mencatat item yang dibeli dan pendapatan hasil penjualan memungkinkan user merencanakan dan mengendalikan secara detail. Sebagai contoh, analisis pendapatan dan beban dapat diselesaikan pada individual product level. Data historis dapat ditarik dari database dan
17
digunakan pada spreadsheet atau program untuk meramalkan kenaikan dan arus kas. e. Implementasi pengendalian internal Pengendalian internal meliputi kebijakan, prosedur, dan sistem informasi yang digunakan untuk melindungi aset perusahaan dari kerugian atau pencurian. Selain itu, pengendalian internal juga dapat memelihara data keuangan. Sangat mungkin untuk membangun pengendalian ke dalam sistem informasi akuntansi komputerisasi untuk membantu mencapai tujuan ini.
2.3
Human Resources Information System 2.3.1
Pengertian Human Resources Information System Menurut Hendrickson dari jurnal “Human resource information
systems: Backbone technology of contemporary human resources” (2003), human resources information system merupakan sebuah sistem sociotechnical yang terintegrasi dimana memiliki tujuan untuk mengumpulkan, menyimpan dan menganalisa informasi yang terkait dengan departemen sumber daya manusia didalam organisasi yang menggabungkan hardware komputer dan aplikasi, dimana didalamnya terdapat manusia, kebijakan – kebijakan, prosedur dan data yang dibutuhkan untuk mengelola fungsi sumber daya manusia. Menurut Khera & Gulati yang dikutip dari jurnal ”Human Resource Information System and its impact on Human Resource Planning” (2012), mengungkapkan fakta perkembangan human resources information system dengan mengutip hasil penelitian Siriwal Tevavichulada (1997), bahwa awalnya human resources information system diperuntukkan untuk mengatur karyawan karena fungsinya untuk menyimpan dan mengelola departemen sumber daya manusia tapi sekarang human resources information system tidak terbatas pada penyimpanan, tetapi mencakup berbagai bidang yang terkait dengan karyawan seperti perencanaan tenaga kerja, permintaan tenaga kerja dan pasokan peramalan, deskripsi pekerjaan untuk pekerjaan dan pelamar, rekrutmen dan seleksi, pelatihan dan pengembangan, negosiasi, manajemen keluhan dan lain-lain.
18
Menurut Lomarga (2013:3) yang dikutip dari jurnalnya yang berjudul “Menciptakan Strategi Kompetitif Melalui Fungsi Sistem Informasi SDM”, dengan mengutip peryataan dari Kovach et al (2002), berpendapat bahwa sistem informasi sumber daya manusia adalah sebuah konsep pemanfaatan teknologi informasi dan karakteristik untuk pengelolaan yang efektif dari sistem informasi sumber daya manusia dianggap sebagai prosedur yang sistematis untuk mengumpulkan, menyimpan, memelihara, dan memulihkan data yang dibutuhkan oleh organisasi tentang sumber daya manusia mereka, kegiatan personil dan karakteristik dalam organisasi. Menurut Hota yang dikutip dari jurnal “Implementation of ERP SaaS Option for HRIS Reporting Practices” (2012), Human Resources Information Systemdidefinisikan sebagai aplikasi berbasis komputer untuk merancang dan memproses data – data yang terkait dengan aktivitas sumber daya manusia. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa human resources information system merupakan sistem komputerisasi yang menyediakan data terbaru dan akurat dengan tujuan pengendalian dan pengambilan keputusan yang terintegrasi satu sama lain unutk pengelolaan sumber daya manusia yang baik.
2.3.2
Keunggulan Human Resources Information System Hussain, Wallace dan Cornelius (2007) didalam jurnalnya “The Use
and Impact of Human Resource Information Systems on Human Resource Management Professionals. Information & Management” berpendapat bahwa penggunaan Human Resources Information System secara strategis dapat memberikan nilai tambah terhadap suatu perusahaan.Menurut Benfatto yang dikutip dari jurnalnya “Human Resource Information Systems and The Performance of The Human Resource Function” (2010), Human Resources Information System memiliki beberapa manfaat: a. Mengurangi process cost b. Mengurangi administrative cost c. Mengurangi response time d. Meningkatkan produktivitas
19
Kasim, Ramayah dan Kurnia dari jurnal “Antecedents and Outcomes of Human Resource Information System (HRIS) Use” berpendapat bahwa penggunaan Human Resources Information System tidak terbatas pada penggunaan hardware komputer dan penggunaan aplikasi yang membentuk suatu kesatuan system saja, tetapi Human Resources Information System juga mencakup orang – orang yang terlibat, kebijakan perusahaan, ketetapan prosedur dan data – data yang digunakan untuk mengelola fungsi dari sumber daya manusia. Pendapat lain yang dikutip dalam jurnal yang ditulis oleh Altaraweh dan Al-Shqairat yaitu “Human Resource Information Systems in Jordanian Universities” (2010:2), mengungkapkan manfaat HRIS yang dikutip dari Teze (1973), Will dan Hammond (1981), Lederer (1984), Ngai dan Wat (2006), dimana manfaat HRIS adalah akurasi data yang dihasilkan, akses terhadap informasi yang cepat dan penghematan biaya.
2.4
Object Oriented Analysis Design (OOAD) 2.4.1
Object Oriented Analysis Design (OOAD) Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010:60) Object Oriented
Analysis (OOA) adalah semua jenis objek yang melakukan pekerjaan dalam sistem dan menunjukkan interaksi apa saja yang dibutuhkan pengguna untuk menyelesaikan tugas tersebut. Object Oriented Design (OOD) adalah semua jenis objek yang dibutuhkan dapat berkomunikasi dengan orang dan perangkat pada sistem, menunjukkan bagaimana objek tersebut berinteraksi untuk menyelesaikan tugas dan menyempurnakan definisi dari tiap jenis objek sehingga dapat diimplemetasikan dengan bahasa tertentu atau lingkungan.
2.4.2
Unified Model Language (UML) Menurut Rama dan Jones yang diterjemahkan oleh Wibowo (2008:60-
61) Unified Model Language (UML) adalah bahasa pemodelan untuk menspesifikasi, visualisasi, membangun dan mendokumentasikan suatu sistem informasi.UML tersebut dikembangkan sebagai alat untuk analisis objek yang berorientasi dan desain dan dapat digunakan untuk memahami sistem informasi serta dokumentasi dari sistem informasi tersebut.
20
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:46), Unified Model Language (UML) adalah suatu set standar konstruksi model dan notasi yang dikembangkan secara spesifik dalam pengembangan berorientasi objek. Dengan UML, analis dan pengguna akhir dapat digambarkan dan dipahami dalam diagram spesifik yang digunakan dalam proyek pengembangan sistem.
2.4.3 Unified Process (UP) Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010:667) Unified Process (UP) adalah metodologi pengembangan sistem berorientasi obyek yang ditujukan untuk menyempurnakan metodologi yang menggunakan UML untuk model sistem dan mendeskripsikan siklus hidup pengembangan sistem baru dan adaptif. UP sekarang diakui sebagai metodologi pengembangan sistem standar untuk pengembangan sistem berorientasi objek. UP memiliki 4 fase utama, dimana masing – masing fase melambangkan goal atau pengaruh utama pada setiap bagian dari proyek pengembangan sistem. 4 fase tersebut adalah: a. Inception Didalam fase ini dibahas tentang perencanaan dan pengembangan visi, perkiraan sistem yang akan dibuat, membuat bussines case, menentukan ruang lingkup, dan menghasilkan estimasi biaya dan jadwal. b. Elaboration Fase ini menjelaskan tentang penentuan visi, mengidentifikasi dan menjelaskan semua persyaratan pembuatan sistem, finalisasi ruang lingkup, merancang dan mengimplementasikan arsitektur inti dan fungsi, mengatasi risiko tinggi, dan menghasilkan perkiraan yang realistis untuk biaya dan jadwal. c. Construction Didalam fase ini secara iteratif menerapkan elemen – elemen yang memiliki risiko rendah dan dapat diprediksi dan melakukan persiapan untuk pengimplementasian.
21
d. Transition Fase terakhir dari UP ini dilakukan dengan menyelesaikan beta test dan proses implementasi sehingga user dapat menggunakan sistem tersebut didalam aktivitas bisnis mereka.
2.4.4
Activity Diagram Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010:141), activity diagram
adalah suatu diagram alur kerja yang dapat menggambarkan berbagai aktivitas pengguna, siapa yang melakukan aktivitas tersebut dan aliran sekuensial dari aktivitas tersebut.
Gambar 2.1 Activity diagram symbols Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd, 2010:142
22
Tabel 2.2 Penjelasan notasi activity diagram Merupakan area didalam activity diagram yang menggambarkan aktivitas dari suatu agents Merupakan simbol yang menggambarkan awal dari suatu aktivitas Merupakan simbol yang menggambarkan urutan dari setiap aktivitas yang ada Merupakan simbol yang mewakili aktivitas yang dilakukan Merupakan simbol yang menggambarkan proses penggabungan atau pemisahan dari suatu aktivitas yang dilakukan Merupakan simbol yang menggambarkan sebuah keputusan yang terjadi pada suatu aktivitas Merupakan simbol yang menggambarkan akhir dari suatu aktivitas Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd, 2010:141
2.4.5
Event Table Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010:169) Event table
merupakan katalog dari usecase yang daftar kejadian di rincikan dalam baris dan bagian kunci informasi dalam setiap kejadian dirincikan dalam kolom.
23
Gambar 2.2 Information about each event and the resulting use case in an event table. Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd, 2010:169
2.4.6
Use Case Diagram Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010:242) Use Case Diagram
adalah diagram yang dapat dengan mudah mendokumenatsikan kejadian pada interaksi pengguna dan sistem, sehingga dapat membantu mengidentifikasi berbagai macam proses yang dilakukan pengguna dan sistem yang saling mendukung proses tersebut.
Gambar 2.3 Simple use case with an actor Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd, 2010:243
24
Tabel 2.3 Penjelasan notasi use case diagram Merupakan batasan sistem yang membedakan komponen yang berada didalam sistem dan aktor Merupakan simbol yang menggambarkan aktor dan peran aktor dalam berinteraksi dengan sistem Merupakan simbol yang menghubungkan aktor dengan use case Merupakan simbol yang menggambarkan use case dari sebuah sistem Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd, 2010:243
2.4.7
Use Case Description Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010:171) Use Case
Description merupakan gambaran mengenai urutan tertentu dari tahapan yang ada di use case, karena use case itu sendiri memiliki beberapa skenario yang berbeda di dalamnya. Use case description memiliki 3 tingkatan dalam perinciannya, yaitu Brief Description, Intermediate Descriptiom, dan Fullydeveloped Description.
25
Tabel 2.4 Fully Developed Use Case Description Use Case Name : Scenario : Triggering Event : Brief Description : Actors : Related Use Cases : Stakeholders : Preconditions : Postconditions: Flow of Activities :
Actor
System
Exceptions Conditions : Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd, 2010:171
Penjelasan bagian dari use case description adalah sebagai berikut: a. Use case name merupakan penamaan use case yang menggunakan kata kerja. b. Scenario merupakan gambaran proses. c. Triggering event mengidentifikasikan pemicu dalam hal kegiatan bisnis jika pelakunya adalah orang atau organisasi. Aktivitas sistem memicu use case yang diprakarsai oleh pelaku sistem. d. Brief description merupakan penjelasan mengenai tujuan use case dan nilai yang akan didapatkan oleh actor. e. Actor merupakan orang yang menjalankan atau berperan dalam hal kegiatan bisnis. f. Related use cases merupakan use case yang terkait. g. Stakeholder merupakan aktor pendukung. h. Preconditions
merupakan
kondisi
yang
harus
dipenuhi
sebelum use case ini dijalankan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan penjelasan singkat atau dapat pula berupa nama use case.
26
i. Postconditions
merupakan
batasan
pada
keadaan
sistem
setelah use case ini diesksekusi dengan baik. Dapat berupa nama use case. j. Flow
of
activities
merupakan
aliran
peristiwa
yang
penggunaannya berisi informasi yang paling penting dan berasal dari penggunaan kasus modeling. Flow activities menjelaskan aliran use case tentang peristiwa yang cukup jelas bagi orang luar untuk dapat dipahami. k. Exceptions conditions merupakan definisi sistem dari kesalahan data atau kondisi yang bisa terjadi untuk setiap langkah dalam keadaan normal dan alternative aliran.
2.4.8
Class Diagram Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010:187), class diagram
menggambarkan struktur dan deskripsi dari kelas, objek, dan atribut serta menjelaskan hubungan satu sama lain seperti asosiasi, pewarisan, dan lainlain.
Gambar 2.4 Internal symbols used to define a design class Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd, 2010:187
27
Tabel 2.5 Penjelasan notasi class diagram Merupakan kolom yang berisi nama dari suatu kelas Merupakan kolom yang berisi atribut – atribut yang dimiliki suatu kelas tertentu Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd, 2010:187
2.4.9
Sequence Diagram Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:252) sequence diagram
adalah diagram yang menunjukkan urutan dari pesan antara actor eksternal dan sistem berdasarkan use case atau skenario, digunakan untuk menjelaskan interaksi objek dan keputusan dokumen desain.
Gambar 2.5 Simple Sequence Diagram Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd, 2010:253
28
Tabel 2.6 Penjelasan notasi sequence diagram Merupakan simbol yang menggambarkan aktor yang berinteraksi dengan sistem Merupakan simbol yang menggambarkan urutan pesan atau aktivitas sistem dari atas ke bawah Merupakan simbol yang menggambarkan pesan yang diberikan oleh aktor kepada sistem (input)
Merupakan simbol yang menggambarkan objek atau sistem
Merupakan simbol yang menggambarkan respon yang dihasilkan oleh sistem (output)
2.4.10 First-Cut Design Class Diagram Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010:413), first-cut design class diagram inidikembangkan dengancara memperluas domain model. Dalam pembuatannya diperlukan dua langkah, yaitu: a. Menguraikan atribut dengan jenis dan informasi nilai awal b. Menambahkan panah navigation visibility yang berfungsi untuk menjelaskan objek yang dapat berinteraksi satu sama lain.
29
Gambar 2.6 First-Cut Design Class Diagram Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd, 2010:413
2.4.11 User Interface Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010:531) user interface adalah sauatu rancangan untuk input dan output yang terlibat untuk setiap use case yang digunakan ketika pengguna berinteraksi dengan komputer untuk melaksanakan tugas. Pada Satzinger, Jackson, dan Burd (2010:541) dijelaskan bahwa dalam melakukan desain interface, harus mengacu kepada suatu aturan seperti Eight Golden Rules for Designing Interactive Interfaces dari Ben Shneiderman, delapan aturan emas dalam mendesain interface yang interaktif tersebut adalah sebagai berikut:
30
a. Konsistensi Menitik beratkan pada kesamaan desain tata letak menu, ukuran, bentuk ikon, form, dan tata letak layar bantuan. b. Memungkinkan pengguna untuk menggunakan shortcut Untuk
mengefisiensikan
waktu,
terdapat
tampilan
yang
menyediakan shortcut untuk mengurangi beberapa tahapan dalam proses interaksi. c. Memberikan umpan balik yang informatif Dalam setiap tindakan atau tahapan interaksi, desainer system sebaiknya menyediakan fasilitas umpan balik dari komputer sehingga pengguna mengetahui bahwa tindakannya terhadap komputer tersebut telah diakui. Umpan balik tersebut bisa berupa peringatan bahwa ada kesalahan, atau sekedar memberitahu pengguna apabila tindakannya telah dieksekusi sistem dengan baik. d. Merancang dialog untuk menghasilkan suatu penutupan Rancangan dialog pada sistem harus terorganisir dalam urutan, dari adanya ‘awal’, ‘tengah’, dan ‘akhir’. Sehingga pengguna akan terkonfirmasi bahwa tugas telah selesai dan bisa menjadi acuan pengguna untuk memulai tugas berikutnya. e. Menyediakan penanganan kesalahan yang sederhana Sistem harus dapat meminimalisir kesalahan dengan memberikan bantuan kepada pengguna apabila memang terjadi kesalahan, bantuan tersebut berupa peringatan akan kesalahan dan cara penanganan yang sangat sederhana. f. Mengijinkan untuk kembali pada tindakan sebelumnya Memungkinkan
pengguna untuk
memilih dan
mengambil
keputusan apakah tindakannya akan dibatalkan atau dikembalikan pada tahapan sebelumnya. Aturan ini memberikan kemudahan pada pengguna untuk mengembalikan kesalahan ke kondisi awal dengan adanya tombol cancel untuk membatalkan tindakan, sekaligus mencegah kesalahan yang dapat terjadi.
31
g. Mendukung tempat pengendalian internal Pengguna ingin dapat mengontrol sistem tersebut dan sistem menanggapi tindakan yang dilakukan oleh pengguna bukan sebaliknya. h. Mengurangi beban ingatan jangka pendek Desainer sistem diharuskan untuk mendesain sistem dengan tampilan yang mudah diingat oleh pengguna, karena ada keterbatasan dalam ingatan manusia yang memungkinkan akan menghambat kelancaran dari proses interaksi dengan system.
32
2.5
Kerangka Berpikir KERANGKA PIKIR PERENCANAAN Penentuan Awal 1. Latar belakang Penelitian 2. Ruang lingkup Penelitian 3. Tujuan dan manfaat 4. Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitan 1. Penelitian Kepustakaan 2. Penelitian Lapangan, terdiri dari - Wawancara - Studi Dokumentasi - Observasi
ANALISIS Analisis Data 1. Profil Perusahaan 2. Struktur organisasi, tugas dan wewenangnya 3. Gambaran sistem yang berjalan
Teori yang digunakan: 1. Sistem Human Resources Management 2. Object Oriented Analysis and Design (OOAD) oleh Satzinger, Jackson dan Burd
Identifikasi masalah dalam sistem berjalan
Rekomendasi solusi terhadap masalah yang terjadi
PERANCANGAN Hasil analisis direpresentasikan ke dalam fitur rancangan berbentuk Object Oriented Analysis & Design (OOAD)
SIMPULAN DAN SARAN