MANAJEMEN STRES KERJA PADA KRU SINETRON KEJAR TAYANG
¹Lia Nursofa ²Dona Eka Putri 1.2
Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma
Abstrak Kru sinetron kejar tayang adalah orang yang bekerja dalam pembuatan sebuah sinetron yang ditayangkan setiap hari. Hal ini membuat kru harus melakukan syuting dengan waktu yang cukup panjang dan biasanya dapat membuat kru menjadi bosan dan jenuh. Akibat dari jam kerja yang tidak dapat ditentukan, syuting setiap hari, banyaknya waktu menunggu, maka akan memicu timbulnya stres. Apabila stres tersebut diabaikan, maka stres akan berdampak pada kesehatan mentalnya. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk meneliti bagaimana gambaran stres kerja dan faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan stres kerja pada, gambaran manajemen stres kerja yang dilakukan oleh kru sinetron kejar tayang, dan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan manajemen stres kerja seperti itu. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif berupa studi kasus. Subjek yang diteliti adalah kru sinetron kejar tayang dan berjumlah satu orang. Hasil penelitian adalah subjek merasakan gejala-gejala stres saat bekerja seperti bosan dan jenuh, faktor-faktor yang menyebabkan stres yaitu syuting yang dilakukan setiap hari, jam kerja yang tidak bisa dipastikan waktu selesainya, menunggu set yang belum selesai, menungu pemain. Subjek melakukan berbagai cara untuk mengendalikan stres seperti bercanda, menciptakan rasa humor, bersenda gurau, bercerita dengan kru lain sambil tertawa-tawa untuk menenangkan suasana pikiran agar tidak jenuh, main games, membuka friendster, membuka facebook, berkumpul dengan rekan kerja yang lain, atau kadang menyendiri, dan memanfaatkan waktu kosong dengan tidur karena kurangnya istirahat. Faktor-faktor yang menyebabkan manajemen stres seperti itu adalah subjek merasa semangat, senang, mampu mengurangi, mengendalikan dan membuat perubahan dari stres kerja yang berdampak negatif menjadi stres kerja yang berdampak positif. Kata Kunci : Kru, Sinetron Kejar Tayang, Manajemen Stres Kerja.
PENDAHULUAN Kru atau pekerja film yang andal adalah mereka yang bisa tetap kreatif meski di bawah tekanan dahsyat dari sutradara, dan tetap penuh rasa humor. Rasa humor biasanya sangat membantu dalam menjaga semangat kerja. Setiap proses produksi film biasanya merupakan sederetan proses pemecahan masalah. Ada saja masalah yang timbul, terutama pada hari syuting. Tekanan terhadap masing-masing kru cukup berat. Pekerja film atau kru tidak tidak hanya harus bisa tetap tenang dalam mencari pemecahan yang terbaik bagi aneka masalah yang terjadi, tetapi juga harus kreatif dalam mengantisipasi serta mengadaptasi tugasnya dengan kenyataan di lapangan (Effendy dalam Saroengallo, 2008). Jam kerja yang panjang dan hasil kerja yang optimal tidak sesuai dengan upah kerja yang diperoleh oleh para kru sinetron kejar tayang yang waktu syutingnya dilakukan setiap hari dan bahkan tidak jarang waktunya bisa habis di lokasi. Lamanya membuat set, menunggu pemain, terkadang terjadi perdebatan antar kru dan bahkan tidak jarang mengulang adegan-adegan yang salah atau tidak sesuai dengan skenario. Hal-hal tersebut biasanya dapat membuat kru menjadi bosan, jenuh dan memicu timbulnya stres (Saroengallo, 2008). Kata “stres” telah digunakan sejak awal tahun 1900-an untuk menggambarkan situasi yang menimbulkan perubahan secara fisik dan psikis dalam diri seseorang. Sulit untuk mengartikannya karena stres muncul dalam begitu banyak bentuk. Tiap orang memandang stres secara berbeda-beda. Stres dapat menjadi berbahaya atau bahkan dapat membantu, tergantung keadaan (Losyk, 2005). Stres kerja dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif, oleh karena itu yang harus dilakukan bukanlah menghilangkan seluruh stres tetapi membatasi dampak negatif dari stres tersebut. Upaya untuk tidak menghilangkan stres adalah melalui manajemen stres (Greenbreg dalam Cary, 1993). Manajemen stres adalah teknik untuk mengontrol dan mengurangi stres. Manajemen stres merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan perubahan dari stres kerja yang berdampak negatif menjadi stres kerja yang berdampak positif bagi dirinya dan akhirnya akan menampilkan hasil kerja yang optimal (Quick dkk., 1997).
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran stress kerja dan faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan stress kerja pada kru sinetron kejar tayang, Bagaimana gambaran manajemen stres yang dilakukan oleh kru sinetron kejar tayang, dan Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan manajemen stress kerja pada kru sinetron kejar tayang seperti itu.
TINJAUAN PUSTAKA Stres kerja terjadi ketika individu tidak dapat memenuhi tuntutan atau kebutuhan dari pekerjaannya (Losyk, 2005). Menurut Cooper (dalam Rini, 2002) sumber stres kerja dapat muncul karena kondisi pekerjaan, masalah peran, hubungan interpersonal, kesempatan pengembangan karier dan struktur organisasi. Manajemen stres adalah teknik untuk mengontrol dan mengurangi stres. Manajemen stres merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan perubahan dari stres kerja yang berdampak negatif menjadi stres kerja yang berdampak positif bagi dirinya dan akhirnya akan menampilkan hasil kerja yang optimal (Quick dkk., 1997). Manajemen stres adalah cara individu mengendalikan stres dengan menetapkan tujuan, menjalankannya, dan mengubah perilaku. Membuat langkah demi langkah untuk meraih dan mempertahankan kendali terhadap stres yang dialami (Losyk, 2005). Losyk (2005) menjelaskan berbagai cara untuk mengendalikan stres, menenangkan diri, dan mengisi tenaga. Manajemen stres bertujuan untuk mencegah berkembangnya stres jangka pendek menjadi stres jangka panjang atau stres kronis. Semua orang yang dipekerjakan dalam pembuatan sebuah sinetron selama hari syuting, selain pemain atau aktor atau aktris disebut dengan kru atau pekerja film (Nawawi, 1992). Stres kerja yang dialami para kru sinetron kejar tayang terjadi ketika seseorang tidak dapat memenuhi tuntutan atau kebutuhan dari pekerjaannya. Para kru bekerja dengan waktu yang lebih panjang dan mulai timbul banyak gejala stres secara fisik maupun mental, namun beberapa stres kadang menguntungkan karena memotivasi para kru untuk
meningkatkan kinerja dan membuat perubahan-perubahan dalam mengatasinya. Jika tidak memiliki stres, individu mungkin tidak akan melakukan fungsi apapun (Losyk, 2005).
METODE PENELITIAN Menurut Heru Basuki (2006), studi kasus adalah suatu bentuk penelitian (inguiry) atau studi tentang suatu masalah yang memiliki sifat kekhususan (particularity), dapat dilakukan baik dengan pendekatan kualitatif maupun kuantitatif, dengan sasaran perorangan (individual) maupun kelompok, bahkan masyarakat luas. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berbentuk studi kasus. Menurut Poerwandari (2001), untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam dan permasalahan khusus atas suatu fenomena serta untuk dapat memahami manusia dalam segala kompleksitasnya sebagai makhluk subjektif, maka pendekatan kualitatif merupakan metode yang paling sesuai untuk digunakan. Karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah seorang kru sinetron kejar tayang, yang berusia 20 tahun dan berjenis kelamin perempuan. Dalam penelitian ini wawancara yang digunakan yaitu wawancara semiterstruktur dimana fihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan. Dalam pengamatan ini peneliti menggunakan bentuk observasi non partisipan dimana peneliti hanya mengamati tingkah laku subjek tanpa ikut aktif dalam kegiatan subjek, karena peneliti hanya sebagai pengamat.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian adalah subjek menunjukkan gejala-gejala stres kerja yaitu gejala psikologis seperti merasa stres, jenuh, suntuk, bosan, marah. Gejala fisiologis seperti merasa badan pegal-pegal, pusing, masuk angin, flu, kelelahan. Gejala perilaku seperti menunda pekerjaan. Hal tersebut juga dijelaskan oleh significant other. Faktor-faktor yang
menyebabkan stres kerja pada subjek yaitu kondisi lingkungan kerja subjek ramai, bising, berantakan, jam kerja yang tidak bisa dipastikan dan schedule banyak, merasa bosan dengan tempat kerja, diberikan tugas yang bukan tugasnya. Dalam pengembangan karir, subjek ingin meningkatkan karir dengan bekerja di stasiun televisi agar mendapatkan penghasilan yang continue. Faktor-faktor yang menimbulkan stres kerja pada kru sinetron kejar tayang adalah lingkungan kerja subjek berantakan, ramai, bising dan kurang bersih, jam kerja yang tidak bisa dipastikan waktu selesainya, banyak waktu menunggu, menunggu set yang belum selesai, menungu pemain, menunggu skenario yang belum turun, pengambilan gambar atau adegan yang dilakukan berkali-kali karena kesalahan, pemain yang sulit diatur, waktu istirahat yang kurang. Hal ini terlihat dari hasil observasi dan wawancara bahwa subjek merasa stres saat bekerja karena hal-hal tersebut. Manajemen stres atau cara yang dilakukan subjek untuk mengendalikan stres yang dirasakan ketika bekerja yaitu melakukan hal-hal yang menyenangkan, bercanda dengan rekan kerja, berkumpul dengan kru lain, bercerita, menggoda kru yang latah, menciptakan suasana humor, main games, membuka friendster, membuka facebook. Setelah melakukan hal-hal tersebut, subjek merasa semangat lagi dalam bekerja. Subjek malakukan hal tersebut agar merasa semangat kerja muncul lagi, senang karena dapat menenangkan pikiran, membuang rasa jenuh dan merasa ada perubahan kearah yang lebih baik. Subjek juga ingin berusaha untuk membuat stres yang dirasakan tidak berdampak negatif terhadap pekerjaan, manajemen stres yang dilakukan subjek dapat mengubah stres yang berdampak negatif menjadi stres yang berdampak positif bagi dirinya dan pekerjaan.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dari hasil wawancara dan hasil observasi bahwa, subjek merasakan manfaat dari manajemen stres yang dilakukan, yaitu berdampak positif terhadap diri sendiri. Subjek mampu mengendalikan stres yang dirasakan menjadi stres kearah yang
lebih baik, dengan cara melakukan hal-hal yang menyenangkan, membuat suasana humor dan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Ada beberapa saran yang peneliti berikan: 1. Saran untuk Subjek Dalam kesempatan ini penulis ingin memberikan saran kepada subjek agar tetap melakukan hal-hal yang menyenangkan ketika merasa stres saat bekerja atau saat menunggu di tempat kerja, agar dapat mengendalikan stres yang berdampak negatif menjadi stres yang berdampak positif. Dari manajemen stres yang dilakukan, banyak manfaat yang bisa dirasakan, adanya semangat yang muncul setelah melakukan hal tersebut, atau hanya untuk menenangkan pikiran agar tidak jenuh. Penulis mengupayakan agar subjek mencari cara-cara lain untuk mengendalikan stres yang bisa dilakukan di tempat kerja. 2. Saran untuk para kru sinetron kejar tayang Bagi para kru sinetron kejar tayang, disarankan mencari solusi atau cara lain agar dapat mengendalikan stres di tempat kerja. Penyebab stres memang tidak dapat dihilangkan, namun hal itu dapat dikendalikan oleh diri individu sendiri. Jika keadaan ini diabaikan, maka stres akan menimbulkan kehancuran. Dengan melakukan manajemen stres, maka akan menciptakan dampak positif bagi kesehatan dan membuat hidup lebih menyenangkan. 3. Saran untuk peneliti berikutnya Untuk peneliti berikutnya, disarankan melakukan penelitian dengan menggali lebih mendalam tentang hal yang belum diungkap peneliti, hal tersebut dapat mengungkap tentang motivasi kerja, produktifitas kerja atau kreativitas kerja yang dapat dilihat dari kru sinetron kejar tayang. Dan menambah jumlah subjek penelitian yang mendukung manajemen stres kerja pada kru sinetron kejar tayang. Dengan selesainya penelitian ini, diharapkan akan ada penelitian-penelitian selanjutnya dibidang psikologi industri dan organisasi.
DAFTAR PUSTAKA Cary, A. (1993). Stres manajemen yang sukses. Alih bahasa: T. Hermajaya. Jakarta: Pustaka Jaya. Heru Basuki, A. M. (2006). Penelitian kualitatif. Depok: Gunadarma. Losyk, B. (2005). Kendalikan stres anda!: Cara mengatasi stres dan sukses di tempat kerja. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Moleong, L. J. (2005). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Munandar, A. S. (2001). Psikologi industri dan organisasi. Depok: Universitas Indonesia. Nasir, M. (2003). Metode penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nawawi, M. (1992). Film: Produksi televisi. Jakarta: BP SDM CITRA. Nawawi, H. H. (2005). Metodologi penelitian bidang sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Poerwandari, E. K. (1998). Pendekatan kualitatif dalam penelitian psikologi. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan. Poerwandari, E. K. (2001). Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia. Jakarta: Lembaga Pengenbangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Pranajaya, A. (1999). Film dan masyarakat: Sebuah pengantar. Jakarta: BP SDM CITRA. Quick, James C., Quick, Jonathan D., dkk. (1997). Preventive stress management in organizations. Wasington DC: APA Order Departement. Rice, P. L. (1999). Stress and health (3rd ed). Pasific Grove: Brooks/ Cole Publishing Company. Rini, F. (2002). Stres kerja. http://www.e-psikologi.com/masalah/stres.htm Diakses tanggal 3 Oktober 2008. Saroengallo, T. (2008). Dongeng sebuah produksi film. Jakarta: PT Intisari Mediatama Sugiono. (2005). Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta. Yin, K. R. (2006). Studi kasus: Desain dan metode. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.