MANAJEMEN RISIKO RANTAI PASOKAN SAYURAN EDAMAME YANG DIINTRODUKSI OLEH PT SAUNG MIRWAN
Oleh ARNI NOVRIANA SIJABAT H24080032
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
RINGKASAN
Arni Novriana Sijabat. H24080032. Manajemen Risiko Rantai Pasokan Sayuran Edamame yang diintroduksi Oleh PT Saung Mirwan. Di bawah bimbingan Muhammad Syamsun dan Alim Setiawan S. Edamame merupakan salah satu tanaman sejenis kedelai yang berasal dari daerah sub tropika, yang telah berhasil dikembangkan di Indonesia. Tanaman ini merupakan komoditi unggul yang dikonsumsi sebagai kedelai segar (vegetable soybean), dengan rasa yang unik dan sangat tinggi nilai gizinya sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan energi. Risiko adalah seluruh hal yang dapat mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Risiko terhadap kuantitas dan kualitas sayuran Edamame harus diperhatikan untuk mendapatkan keunggulan kompetitif yaitu dengan cara melakukan manajemen risiko rantai pasokan sayuran Edamame. Penelitian ini bertujuan (1) Menganalisis manajemen rantai pasokan sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan, (2) Menganalisis prioritas dari anggota rantai pasokan sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan dalam manajemen risiko rantai pasokan, (3) Menganalisis manajemen risiko (yang memiliki nilai prioritas paling tinggi) sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan dalam manajemen risiko rantai pasokan, (4) Menganalisis rancangan sistem penunjang keputusan untuk mengelola risiko (yang memiliki nilai prioritas paling tinggi) sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan dalam manajemen risiko rantai pasokan. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder yang terkait dengan manajemen risiko rantai pasokan sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Excel 2007 dan SuperDecisions ANP version 2.0.8. Bentuk analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, metode Analytic Hierarchy Process (AHP), metode Analytic Network Process (ANP), dan analisis risiko Non Numeric Multi Expert Multi Criteria Decision Making (ME-MCDM), metode Ordered Weighted Averaging (OWA), dan rumus logika IF-THEN. Teknik pengambilan sampel berdasarkan non probability sampling. Pengambilan sampel non probability sampling dilakukan secara purposive sampling dan convenience sampling. Anggota rantai pasokan sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan terdiri dari 3 (tiga) anggota yaitu petani sebagai pemasok, PT Saung Mirwan sebagai perusahaan pengolah, dan ritel sebagai konsumen (tetapi bukan konsumen akhir). Aliran produk berlangsung dari petani - PT Saung Mirwan - Ritel. Aliran uang atau biaya berlangsung dari Ritel - PT Saung Mirwan - Petani, sedangkan aliran informasi berlangsung dari dua arah melalui jaringan telekomunikasi atau diskusi. Penilaian AHP dan ANP secara keseluruhan dianggap konsisten karena menghasilkan nilai CR < 0.1 pada masing-masing level atau hirarki. Berhubung risiko operasional dan PT Saung Mirwan memiliki nilai prioritas yang lebih tinggi dibanding dengan anggota lain, maka fokus penelitian ini adalah manajemen risiko operasional sayuran Edamame pada anggota rantai pasok yang memiliki nilai prioritas yang tertinggi yaitu pada PT Saung Mirwan.
Risiko operasional rantai pasokan berdasarkan hirarki dengan dua level yaitu aktivitas risiko dan pemicu risiko (peubah risiko). Risiko operasional merupakan potensi kerugian yang disebabkan oleh lima hal. Risiko operasional merupakan kerugian finansial yang disebabkan oleh kegagalan proses internal perusahaan, kesalahan sumber daya manusia, kegagalan sistem, kerugian yang disebabkan kejadian dari luar perusahaan, dan kerugian karena pelanggaran peraturan dan hukum yang berlaku. Penelitian ini hanya fokus pada 4 (empat) faktor risiko operasional yaitu faktor yang pertama sampai keempat. Pada hasil penilaian risiko operasional, menunjukkan bahwa risiko akibat kegagalan proses internal adalah tinggi (4), risiko akibat kesalahan sumber daya manusia adalah tinggi (4), risiko akibat kegagalan sistem adalah tinggi (4), dan risiko yang menyebabkan kerugian akibat kejadian di luar perusahaan adalah tinggi (4). Berdasarkan hasil agregasi keseluruhan, diperoleh nilai risiko operasional adalah tinggi (4). Penelitian ini menghasilkan rancangan awal sistem penunjang keputusan dalam bentuk rule base dalam penanganan risiko operasional.
MANAJEMEN RISIKO RANTAI PASOKAN SAYURAN EDAMAME YANG DIINTRODUKSI OLEH PT SAUNG MIRWAN
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh ARNI NOVRIANA SIJABAT H24080032
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
Judul Skrispi : Manajemen Risiko Rantai Pasokan Sayuran Edamame yang diintroduksi Oleh PT Saung Mirwan Nama
: Arni Novriana Sijabat
NIM
: H24080032
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc NIP 19500727 197412 1 001
Alim Setiawan, S.TP, M.Si NIP 19820227 200912 1 001
Mengetahui, Ketua Departemen,
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc. NIP 196101231986011002
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP
Arni Novriana Sijabat dilahirkan di Cianjur pada tanggal 14 Maret 1990 dari pasangan suami istri, ayahanda Kindo Fernando Sijabat dan ibunda Nurhaini Situmorang. Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara. Penulis memulai pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri 01 Ciranjang pada tahun 1996 dan lulus pada tahun 2002. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 01 Ciranjang dan lulus pada tahun 2005. Penulis menamatkan pendidikan menengah atas di Sekolah Menengah Atas Negeri 02 Cianjur pada tahun 2008. Kemudian pada tahun 2008 penulis diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menuntut ilmu di Departemen Manajemen, penulis aktif di organisasi
kampus,
diantaranya
Unit
Kegiatan
Mahasiswa
Persekutuan
Mahasiswa Kristen (Komisi Pelayanan Mahasiswa) mendapat amanat sebagai koordinator tim SMP Negeri 11 periode 2010-2012, Himpunan Profesi Manajemen (Centre of Management) mendapat amanat sebagai Direktur Public Relation periode 2010-2011.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan YME atas segala Rahmat dan Kasih Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Manajemen risiko diperlukan oleh komoditas pertanian yaitu sayuran Edamame. Salah satu perusahaan agribisnis yang menjual sayuran Edamame adalah
PT
Saung
Mirwan.
Manajemen
risiko
perlu
diterapkan
pada
PT Saung Mirwan untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dan agar mampu mempertahankan keberadaan usahanya dalam penjualan sayuran Edamame. Penelitian ini berjudul Manajemen Risiko Rantai Pasokan Sayuran Edamame yang Diintroduksi Oleh PT Saung Mirwan. Tidak ada manusia yang sempurna. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dalam penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga penelitian ini bermanfaat terhadap ilmu pengetahuan, khususnya Manajemen Produksi dan Operasi, Manajemen Rantai Pasokan, Manajemen Risiko.
Bogor, Maret 2012
Penulis
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan, masukan, motivasi, dan semangat dari berbagai pihak. Rasa syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada: 1. Dr. Ir. M. Syamsun, M.Sc dan Alim Setiawan, S.TP, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dengan penuh kesabaran dan perhatian dalam membimbing penulis,
memberikan masukan dalam
penyelesaian skripsi ini, membagi ilmu, motivasi dan semangat, dan pengarahan kepada penulis. 2. Dra. Siti Rahmawati M.Pd yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi dosen penguji penulis dan memberi masukan dalam ujian sidang skripsi ini. 3. Direktur Utama PT Saung Mirwan (Bapak Tatang), Manajer Pemasaran (Bapak Jarot), Manajer Produksi (Bapak Dedy), Manajer Processing (Bapak Hendro), Manajer Pengadaan (Ibu Dhita), Kepala Bagian Kemitraan (Bapak Wasil), Penyuluh Kemitraan (Bapak Munawar), Buyer PT Caffefour (Bapak Nugroho), dan petani yang telah bersedia sebagai responden dan meluangkan waktunya dalam penelitian ini dan segenap pihak PT Saung Mirwan yang telah bersedia
meluangkan
waktunya
untuk
memberikan
informasi
untuk
melengkapi data pada penelitian ini. 4. Ketua Departemen Manajemen dan seluruh Dosen Departemen Manajemen FEM IPB yang telah memberikan ilmu pengetahuan, memberikan perhatian, dan bimbingan kepada penulis. 5. Staf Departemen Manajemen atas bantuan selama penulis duduk di bangku kuliah hingga dalam penyelesaian skripsi ini. 6. Keluarga tercinta : Ibu, Bapak, Debora, Abang Obernius , Dede Yuni, Dede Dira, dan keluarga besar yang selalu memberikan doa, kasih sayang, motivasi, perhatian serta dukungan yang tak terbatas kepada penulis. Kiranya Tuhan YME selalu memberikan kesempatan kepada penulis untuk selalu memberikan yang terbaik bagi mereka.
v
7. Kekasih tersayangku Rahmad Jakle yang selalu memberikan doa, inspirasi, motivasi dan semangat, kesabaran, dukungan penuh di kala suka maupun duka. Semoga kita selalu bersama. 8. Orang tua dan Adik Rahmad Jakle yang selalu memberikan doa, dukungan, dan perhatian kepada penulis. 9. Teman-teman tersayangku di Manajemen 45, Regita, Risya, Dewi, Ida, Amel, Fitri, Ocha. Terimakasih untuk kebersamaan dan keceriaannya. Semoga silaturhami tetap terjalin dengan baik. 10. PR tersayangku Risya, Rida, Bery, Ica, Vidi, Meita, dan Egi. Terimakasih untuk team work-nya selama mengemban tanggung jawab di Centre Of Management. 11. Tim SMP 11 tersayangku, Tomi. Putri, Indah, Samuel, Christian, terimakasih untuk semangat yang selalu membara dalam pelayanan siswa-siswa di Kota Bogor. Mari terus berkarya dalam nama-Nya dimana pun kita berada. 12. Teman-teman kostan ITB, Sela, Debo, Hany, Nela, Epoy, Helin, Ratna, Murni, Titin, Santa 46, Santa 47, Lantri, Bora, Nia yang selalu memberikan dukungan kepada penulis. Terimakasih kehangatan keluarga yang telah kalian berikan. 13. Sahabat tersayangku Nanda dan Sela yang selalu memberikan dukungan, doa, dan waktu kepada penulis. 14. Teman satu bimbingan skripsi : Dede, Mely, Yuti, Yuvi, Risya, Jejes, dan Ocha yang selalu memberikan motivasi dan semangat untuk berjuang bersama sampai akhir. 15. Sahabat terbaik Manajemen 45 dalam kebersamaan dan kekeluargaannya selama perkuliahan yang telah membuat kenangan dan persahabatan yang indah serta pengalaman hidup yang diberikan. Semoga tali silaturahmi akan selalu terjalin diantara kita. 16. Teman-teman Komisi Pelayanan Siswa yang selalu memberikan dukungan, doa, memberi arti hidup bersyukur sebenarnya kepada penulis. Semoga kebersamaan selalu ada diantara kita. 17. Semua pihak yang tak dapat disebutkan satu persatu
vi
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ iii KATA PENGANTAR .................................................................................... iv UCAPAN TERIMAKASIH .......................................................................... v DAFTAR ISI ................................................................................................... vii DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii I.
PENDAHULUAN ................................................................................... 1 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5.
Latar Belakang ................................................................................. Perumusan Masalah ......................................................................... Tujuan .............................................................................................. Manfaat Penelitian ........................................................................... Ruang Lingkup Penelitian................................................................
1 4 4 5 5
II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 6 2.1. Manajemen Rantai Pasokan ............................................................. 2.1.1 Rantai Pasokan ....................................................................... 2.1.2 Manajemen Rantai Pasokan.................................................... 2.2. Manajemen Risiko Rantai Pasokan.................................................. 2.2.1 Risiko Rantai Pasok ................................................................ 2.2.2 Manajemen Risiko Rantai Pasokan ........................................ 2.3. Siklus Manajemen Risiko ................................................................ 2.3.1 Identifikasi Risiko................................................................... 2.3.2 Pengukuran Risiko.................................................................. 2.3.3 Pemetaan Risiko ..................................................................... 2.3.4 Model Pengelolaan Risiko ...................................................... 2.3.5 Monitoring dan Pengendalian Risiko ..................................... 2.4. Analytic Hierarchy Process (AHP) .................................................. 2.5. Analytic Network Process (ANP) .................................................... 2.5.1 Konsep-konsep dari ANP ....................................................... 2.5.2 Prosedur ANP ......................................................................... 2.5.3 Prinsip Dasar ANP.................................................................. 2.6. Landasan Matematik Penilaian Risiko ............................................. 2.7. Penelitian Terdahulu ........................................................................
6 6 8 11 11 13 14 14 15 15 16 16 17 18 18 19 21 21 23
III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 25 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual ..................................................... 25 3.2. Tahapan Penelitian .......................................................................... 27 3.3. Waktu dan Tempat Penelitian.......................................................... 29 vii
3.4. Jenis dan Metode Pengumpulan Data.............................................. 3.5. Teknik Pengambilan Sampel ........................................................... 3.6. Pengolahan dan Analisis Data ......................................................... 3.6.1 Analisis Deskriptif .................................................................. 3.6.2 Metode AHP (Analytic Hierarchy Process) ........................... 3.6.3 Metode Analytical Network Process (ANP)........................... 3.6.3 Analisis Risiko........................................................................ 3.6.4 Tahapan Penilaian Risiko .......................................................
29 34 35 35 35 39 43 43
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 45 4.1. Gambaran Umum Rantai Pasokan Sayuran Edamame.................... 4.1.1 Karakteristik dan Budidaya Sayuran Edamame ..................... 4.1.2 Identifikasi dan Aktivitas Rantai Pasok Sayuran Edamame .. 4.2. Prioritas dari Anggota Rantai Pasok Sayuran Edamame dalam Manajemen Risiko Rantai Pasokan ....................................... 4.2.1 Proses Bisnis Rantai Pasokan ................................................. 4.2.2 Risiko Rantai Pasok Sayuran Edamame ................................. 4.2.3 Anggota Risiko Rantai Pasok Sayuran Edamame PT Saung Mirwan ................................................................... 4.2.4 Analytic Hierarchy Process (AHP) ........................................ 4.2.5 Hasil Analytic Hierarchy Process (AHP) ............................... 4.2.6 Kerangka Umum ANP............................................................ 4.2.7 Hasil Analytic Network Process (ANP).................................. 4.3. Manajemen Risiko Operasional Rantai Pasokan Sayuran Edamame pada PT Saung Mirwan .................................................. 4.3.1 Identifikasi Risiko Operasional Rantai Pasokan Sayuran Edamame pada PT Saung Mirwan ........................... 4.3.2 Pengukuran dan Pemetaan Risiko Operasional Rantai Pasokan Sayuran Edamame pada PT Saung Mirwan ............. 4.3.3 Penilaian Risiko Operasional Rantai Pasokan Sayuran Edamame PT Saung Mirwan .................................................. 4.4. Rancangan Sistem Penunjang Keputusan Risiko Operasional Rantai Pasokan Sayuran Edamame pada PT Saung Mirwan ........... 4.4.1 Risiko Operasional yang disebabkan oleh Kegagalan Proses Internal ........................................................................ 4.4.2 Risiko Operasional yang disebabkan oleh Kesalahan Sumber Daya Manusia (SDM) ............................................... 4.4.3 Operasional yang disebabkan oleh Kegagalan Sistem ........... 4.4.4 Risiko Operasional yang Disebabkan oleh Kejadian yang Disebabkan oleh Faktor di Luar Perusahaan ................. 4.5. Implikasi Manajerial ........................................................................
45 45 49 63 63 65 65 66 67 77 78 82 82 87 91 96 96 99 101 102 103
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 104 a. Kesimpulan........................................................................................... 104 b. Saran..................................................................................................... 105 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 106 LAMPIRAN............................................................................................. 108
viii
DAFTAR TABEL
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Halaman Jumlah Permintaan Sayuran Edamame, Lettuce, dan Ceysin pada PT Saung Mirwan Pada Tahun 2009-2011 ............................................... 3 Karakteristik Pasokan ............................................................................... 11 Matriks Perbandingan Berpasangan.......................................................... 36 Skala Perbandingan Fundamental ............................................................. 37 Prioritas akhir AHP ................................................................................... 77 Prioritas akhir ANP ................................................................................... 80 Perbedaan nilai bobot prioritas AHP dan ANP......................................... 81 Keterangan Peta Risiko Operasional......................................................... 90 Hasil Agregasi Penilaian Risiko pada Peubah Risiko Proses Internal akibat Kegagalan Proses Internal .............................................................. 93 Hasil Agregasi Penilaian Risiko pada Peubah Risiko akibat Kesalahan Sumber Daya Manusia ............................................................ 94 Hasil Agregasi Penilaian Risiko pada Peubah Risiko akibat Kegagalan Sistem ...................................................................................... 95 Hasil Agregasi Penilaian Risiko pada Peubah Risiko akibat Kejadian yang Terjadi di luar Perusahaan ................................................................ 95 Penanganan Risiko Rantai Pasokan Sayuran Edamame yang Diakibatkan oleh Proses Internal (pada Budidaya) ....................................................... 97 Penanganan Risiko Rantai Pasokan Sayuran Edamame yang Diakibatkan oleh Proses Internal (pada Pasca Panen) ................................................... 98 Penanganan Risiko Rantai Pasokan Sayuran Edamame yang Diakibatkan oleh Proses Internal (pada Proses Pengiriman) ......................................... 99 Penanganan Risiko Rantai Pasokan Sayuran Edamame yang Diakibatkan oleh Sumber Daya Manusia (Petani)......................................................... 99 Penanganan Risiko Rantai Pasokan Sayuran Edamame yang Diakibatkan oleh Sumber Daya Manusia (Karyawan) .................................................. 100 Penanganan Risiko Rantai Pasokan Sayuran Edamame yang Diakibatkan oleh Sumber Daya Manusia (Petani)......................................................... 101 Penanganan Risiko Rantai Pasokan Sayuran Edamame yang Diakibatkan oleh kejadian yang disebabkan oleh faktor di luar perusahaan ................. 102
ix
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Pola Aliran Material .................................................................................. Struktur Rantai Pasokan ............................................................................ Diagram Pemetaan Risiko......................................................................... Kerangka Pemikiran Konseptual .............................................................. Tahapan Penelitian .................................................................................... Struktur Organisasi PT Saung Mirwan ..................................................... Skema Ruang Lingkup SCOR ................................................................... Struktur Hirarki Penentuan Prioritas dari Anggota Rantai Pasok Sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan dalam Manajemen Risiko Rantai Pasokan................................................. 9. Perbandingan Berpasangan antara Tujuan dengan Proses Bisnis ............. 10. Prioritas dan Nilai CR dari Hasil Perbandingan Berpasangan antara Tujuan dengan Proses Bisnis .................................................................... 11. Perbandingan Berpasangan antara Plan dengan Risiko Rantai Pasok...... 12. Prioritas dan Nilai CR dari Hasil Perbandingan Berpasangan antara Plan dengan Risiko Rantai Pasok ............................................................. 13. Perbandingan Berpasangan antara Source dengan Risiko Rantai Pasok .. 14. Prioritas dan Nilai CR dari Hasil Perbandingan Berpasangan antara Source dengan Risiko Rantai Pasok.......................................................... 15. Perbandingan Berpasangan antara Make dengan Risiko Rantai Pasok .... 16. Prioritas dan Nilai CR dari Hasil Perbandingan Berpasangan antara Make dengan Risiko Rantai Pasok ............................................................ 17. Perbandingan Berpasangan antara Process dengan Risiko Rantai Pasok.. 18. Prioritas dan Nilai CR dari Hasil Perbandingan Berpasangan antara Process dengan Risiko Rantai Pasok ........................................................ 19. Perbandingan Berpasangan antara Deliver dengan Risiko Rantai Pasok . 20. Prioritas dan Nilai CR dari Hasil Perbandingan Berpasangan antara Deliver dengan Risiko Rantai Pasok ......................................................... 21. Perbandingan Berpasangan antara Risiko Operasional terhadap anggota rantai pasok Sayuran Edamame ................................................................ 22. Prioritas dan Nilai CR dari Hasil Perbandingan Berpasangan antara Risiko Operasional terhadap anggota rantai pasok Sayuran Edamame .... 23. Perbandingan Berpasangan antara Risiko Pemasaran terhadap anggota rantai pasok Sayuran Edamame ................................................................ 24. Prioritas dan Nilai CR dari Hasil Perbandingan Berpasangan antara Risiko Pemasaran terhadap anggota rantai pasok Sayuran Edamame ...... 25. Perbandingan Berpasangan antara Risiko Keuangan terhadap anggota rantai pasok Sayuran Edamame ................................................................ 26. Prioritas dan Nilai CR dari Hasil Perbandingan Berpasangan antara Risiko Keuangan terhadap anggota rantai pasok Sayuran Edamame ....... 27. Sintesis prioritas Anggota Rantai Pasok pada AHP.................................. 28. Kerangka Umum ANP Pengukuran Bobot Anggota Rantai Pasok .......... 29. Matriks antar kelompok ............................................................................. 30. Supermatriks tidak tertimbang ...................................................................
x
7 9 16 26 28 54 63
67 68 68 69 69 70 70 71 71 72 72 73 73 74 74 75 75 76 76 77 78 78 79
31. Supermatriks tertimbang ............................................................................ 32. Supermatriks limit ...................................................................................... 33. Sintesis prioritas Anggota Rantai Pasok pada ANP ................................... 34. Peta Risiko Operasional ............................................................................. 28. Struktur Hirarki Penilaian Risiko Operasional Rantai Pasokan Sayuran Edamame pada PT Saung Mirwan .............................................
xi
79 79 80 89 92
DAFTAR LAMPIRAN No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Halaman Data Hasil Penilaian Pakar ...................................................................... Data Responden Identifikasi Risiko........................................................ Agregasi Risiko Proses Internal (Budidaya) ........................................... Agregasi Risiko Proses Internal (Pasca Panen) ...................................... Agregasi Risiko Proses Internal (Proses Pengiriman) ............................ Agregasi Risiko Proses Internal Keseluruhan......................................... Agregasi Risiko Sumberdaya manusia (Petani) ...................................... Agregasi Risiko Sumberdaya manusia (Karyawan) ............................... Agregasi Risiko SDM Keseluruhan ........................................................ Agregasi Risiko Sistem ........................................................................... Agregasi Risiko karena kejadian di luar perusahaan .............................. Agregasi Risiko Operasional secara keseluruhan ...................................
xii
108 110 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Salah satu produk pertanian Indonesia adalah produk holtikultura. Salah satu produk holtikultura adalah sayur-sayuran. Sayuran merupakan sebutan umum bagi hasil pertanian yang
berasal dari tumbuhan yang
biasanya mengandung kadar air tinggi dan dikonsumsi dalam keadaan segar atau diolah secara minimal. Seiring dengan perkembangan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia serta kebutuhan industri, maka konsumsi kedelai sebagai sumber protein nabati dan rendah kolesterol semakin diminati bagi sejumlah besar masyarakat Indonesia. Sayuran Edamame merupakan salah satu tanaman sejenis kedelai yang berasal dari daerah sub tropika yang telah berhasil dikembangkan di Indonesia. Tanaman ini dikonsumsi sebagai vegetable soybean (kedelai segar), dengan rasa yang unik dan sangat tinggi nilai gizinya sebagai sumber vitamin, mineral, protein, energi. Sayuran Edamame masih kurang populer di Indonesia, karena komoditas Edamame sebagian besar diekspor ke luar negeri, khususnya Negara Jepang dan Negara Amerika, sedangkan dalam negeri, produk ini sering dijumpai di restoran Jepang atau restoran berkelas lainnya untuk disantap atau dimasak menjadi sup. Sayuran Edamame menjadi satu-satunya sayuran yang mengandung semua (sembilan) jenis asam amino esensial yang dapat menstabilkan kadar gula darah, meningkatkan metabolisme dan kadar energi, serta membantu membangun otot dan sel-sel sistem imun. Peluang untuk meningkatkan produksi sayuran Edamame dalam negeri masih terbuka luas, jika dikaitkan untuk keperluan industri pakan ternak, industri tempe, tahu, dan kecap di Tanah Air. Selain itu juga permintaan Edamame di luar negeri masih terbuka luas, khususnya Negara Jepang dan Amerika. Tidak hanya kuantitas sayuran yang harus diperhatikan untuk memenuhi permintaan konsumen, tetapi kualitas dari sayuran sangat perlu diperhatikan juga. Adanya kondisi yang menyatakan bahwa adanya peluang
2
permintaan sayuran Edamame yang semakin meningkat, maka peningkatan permintaan tersebut harus diimbangi dengan peningkatan kualitas sayuran Edamame untuk memperoleh keunggulan kompetitif sayuran Edamame. Salah satu cara untuk mendapatkan keunggulan kompetitif yaitu dengan melakukan manajemen rantai pasokan, karena sayuran mempunyai sifat yang mudah rusak. Secara umum, sayuran cepat mengalami pembusukan, berair, dan rusak apabila tidak segera diolah dan dikonsumsi, sehingga diperlukan penanganan segera untuk mengatasi hal tersebut. Manajemen rantai pasokan merupakan siklus lengkap usaha produksi, mulai dari kegiatan pengelolaan di setiap mata rantai aktivitas produksi sampai siap untuk digunakan oleh pemakai/user. Supply Chain Management (SCM) menegaskan adanya interaksi antar fungsi produksi, pemasaran pada suatu perusahaan. Memanfaatkan kesempatan untuk meningkatkan pelayanan kepada konsumen dan penurunan biaya yang dapat dilakukan melalui koordinasi
dan
kerjasama
antara
pengadaan
bahan
baku
dan
pendistribusiaanya (Siagian, 2005). Kegiatan manajemen rantai pasokan sayuran dimulai dari hulu hingga hilir. Mulai dari pemasok sayuran hingga pengecer sayuran. Anggota rantai pasok terdiri dari hulu sampai ke hilir, maka diperlukan suatu metode untuk mengurutkan anggota rantai pasok tersebut, yaitu dengan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dan Analytical Network Process (ANP). Analytic Hierarchy Process (AHP) dan Analytical Network Process (ANP) merupakan suatu teknis analisis keputusan dengan menggunakan perbandingan berpasangan. Analytic Hierarchy Process (AHP) dan Analytical Network Process (ANP) dapat digunakan untuk menentukan prioritas
dari
risiko
sayuran
Edamame
yang
diintroduksi
oleh
PT Saung Mirwan dan menentukan prioritas dari anggota rantai pasok sayuran Edamame. Setelah prioritas dari risiko rantai pasokan diketahui, maka dibutuhkan suatu pengelolaan risiko rantai pasokan yang berupa manajemen risiko sayuran pada rantai pasokan. Pengelolaan rantai pasokan adalah pengelolaan secara keseluruhan proses produksi, distribusi, dan
3
pemasaran yang memungkinkan konsumen mendapatkan pasokan produk yang memiliki kualitas yang baik dan layak untuk dikonsumsi. PT Saung Mirwan merupakan perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis, yang telah memiliki banyak pengalaman dalam bidang hortikultura, yaitu sayuran dan bunga. PT Saung Mirwan memiliki prestasi yaitu sebagai perusahaan yang memperkenalkan sayuran Edamame di Bogor dan sekitarnya, sehingga tidak heran bahwa komoditas sayuran utamanya di bidang ritel adalah sayuran Edamame. Permintaan sayuran Edamame dalam tiga tahun terakhir (tahun 2009-2011) paling besar dibandingkan dengan Lettuce dan Ceysin, keduanya merupakan komoditas yang diminta juga oleh pihak ritel. Jumlah permintaan sayuran Edamame dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah Permintaan Sayuran Edamame, Lettuce, dan Ceysin Pada PT Saung Mirwan Pada Tahun 2009-2011 Komoditi Lettuce Ceysin Edamame
2009 36.505 ton 4.717 ton 165.517 ton
Tahun 2010 20.971 ton 2.766 ton 119.953 ton
2011 6.752 ton 1.443 ton 110.165 ton
Sumber: PT Saung Mirwan (2011) Perusahaan dituntut untuk memiliki keunggulan kompetitif yang tinggi sehingga dapat memberikan sayuran Edamame yang berkualitas sesuai dengan yang dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen. PT Saung Mirwan selama ini belum melakukan
manajemen risiko rantai pasokan sayuran
Edamame dengan cara membuat struktur hirarki risiko, sehingga belum memiliki
rancangan
sistem
penunjang
keputusan
untuk
mengelola
risiko-risiko pada rantai pasokan. Oleh karena itu, diperlukan suatu struktur hirarki risiko dan membuat rancangan sistem penunjang keputusan yang tepat untuk mengelola risiko-risiko pada rantai pasokan, dan pada akhirnya dapat memberikan sayuran Edamame yang berkualitas, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Manajemen risiko dengan membuat struktur hirarki risiko sayuran Edamame
yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan, dalam manajemen
rantai pasokan diharapkan dapat memperbaiki pembuat keputusan, membantu menghindari kejadian-kejadian yang tidak terduga dan merugikan anggota rantai pasok sayuran Edamame, dan membantu menemukan sebuah
4
rancangan sistem penunjang keputusan untuk mengelola risiko sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan dalam manajemen rantai pasok. 1.2. Perumusan Masalah Masalah-masalah yang dianalisis, dibahas, dan dipecahkan dalam penelitian ini dirangkum dalam beberapa hal, yaitu: 1. Bagaimana
manajemen
rantai
pasokan
sayuran
Edamame
yang
diintroduksi oleh PT Saung Mirwan? 2. Bagaimana prioritas dari anggota rantai pasok sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan dalam manajemen risiko rantai pasokan? 3. Bagaimana manajemen risiko (yang memiliki nilai prioritas paling tinggi) sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan dalam manajemen risiko rantai pasokan? 4. Bagaimana rancangan sistem penunjang keputusan untuk mengelola risiko (yang memiliki nilai prioritas paling tinggi) sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan dalam manajemen risiko rantai pasokan? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini antara lain: 1. Menganalisis
manajemen
rantai
pasokan
sayuran
Edamame
PT Saung Mirwan. 2. Menganalisis prioritas dari anggota rantai pasok sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan dalam manajemen risiko rantai pasokan. 3. Menganalisis manajemen risiko (yang memiliki nilai prioritas paling tinggi) sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan dalam manajemen risiko rantai pasokan. 4. Menganalisis rancangan sistem penunjang keputusan untuk mengelola risiko (yang memiliki nilai prioritas paling tinggi) sayuran Edamame yang
5
diintroduksi oleh PT Saung Mirwan dalam manajemen risiko rantai pasokan. 1.4. Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini yaitu sebagai: 1. Saran bagi anggota rantai pasokan sayuran Edamame untuk menjadi bahan pertimbangan dalam menganalisis risiko sayuran Edamame dalam manajemen rantai pasokan. 2. Tambahan informasi dan referensi untuk penelitian selanjutnya. 3. Tambahan informasi untuk memperluas wawasan para pembaca. 4. Media pengembangan serta penerapan ilmu dari disiplin ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Produk yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah produk sayuran Edamame yang diproduksi secara rutin dan merupakan komoditas utama PT Saung Mirwan di bidang ritel. 2. Anggota rantai pasokan yang akan dikaji secara mendalam dalam penelitian ini adalah anggota primer rantai pasokan komoditas sayuran Edamame. 3. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. 4. Penilaian risiko difokuskan kepada anggota rantai pasok sayuran Edamame yang memiliki nilai prioritas paling tinggi. 5. Manajemen risiko difokuskan pada risiko yang memiliki nilai prioritas paling tinggi, yang berkaitan dengan kualitas Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Manajemen Rantai Pasokan 2.1.1 Rantai Pasokan Menurut Hadiguna (2010), rantai pasok adalah jejaring fisik dan aktivitas yang terkait dengan aliran bahan dan informasi di dalam atau melintasi batas-batas perusahaan. Sebuah rantai pasok akan terdiri dari rangkaian
proses
pengambilan
keputusan
dan
eksekusi
yang
berhubungan dengan aliran bahan, informasi, dan uang. Proses dari rantai pasok bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan mulai dari produksi sampai konsumen akhir. Rantai pasok bukan hanya terdiri dari produsen dan pemasoknya tetapi mempunyai ketergantungan dengan aliran logistik, pengangkutan, penyimpanan atau gudang, pengecer, dan konsumen itu sendiri. Berdasarkan konsep supply chain terdapat tiga tahapan dalam aliran
material.
Bahan
mentah
didistribusikan
ke
manufaktur
membentuk suatu sistem physical supply, manufaktur mengolah bahan mentah, dan produk jadi didistribusikan kepada konsumen akhir membentuk suatu physical distribution (Marimin dan Maghfiroh, 2010). Aliran material tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. Pola aliran material pada Gambar 1 menunjukkan bahwa bahan mentah didistribusikan kepada supplier dan manufacture yang melakukan pengolahan, sehingga menjadi barang jadi yang siap didistribusikan kepada customer melalui distributor. Aliran produk terjadi mulai dari supplier hingga ke konsumen, sedangkan arus balik aliran ini adalah aliran permintaan dan informasi. Permintaan dari customer diterjemahkan oleh distributor dan distributor menyampaikan pada manufacture, selanjutnya manufacture menyampaikan informasi tersebut pada supplier. Rantai pasokan mencakup keseluruhan interaksi antara pemasok, perusahaan manufaktur, distributor, dan konsumen (Siagian, 2005).
7
S S U U P P P P L L I I E E R R
MANUFACTURE
Physical Supply
DISTRIBUTION SISTEM
Manufacturing Planning and Controlling
Physical Distribution
DOMINANT FLOW OF DEMAND AND DESIGN INFORMATION
Gambar 1. Pola Aliran Material (Arnold dan Chapman dalam Maghfiroh, 2010) Menurut Marimin dan Maghfiroh (2010), mekanisme rantai pasok produk pertanian secara alami dibentuk oleh para pelaku rantai pasok itu sendiri. Pada negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, mekanisme rantai pasok produk pertanian dicirikan dengan lemahnya produk pertanian dan komposisi pasar. Kedua hal tersebut akan menentukan kelangsungan mekanisme rantai pasok. Mekanisme rantai pasok produk pertanian dapat bersifat tradisional ataupun modern. Mekanisme tradisional adalah petani menjual produknya langsung ke pasar atau lewat tengkulak, dan tengkulak yang akan menjualnya ke pasar tradisional dan pasar swalayan. Mekanisme rantai pasok modern terbentuk oleh beberapa hal, antara lain mengatasi kelemahan
karakteristik
dari
produk
pertanian,
meningkatkan
permintaan kebutuhan pelanggan akan produk yang berkualitas, dan memperluas pangsa pasar yang ada. Pada rantai pasok modern, petani sebagai produsen dan pemasok pertama produk pertanian membentuk kemitraan berdasarkan perjanjian atau kontrak dengan manufaktur, eksportir, atau langsung dengan pasar sebagai ritel, sehinggga petani memiliki posisi tawar yang baik (Marimin dan Maghfiroh, 2010).
C U S T O M E R
8
2.1.2 Manajemen Rantai Pasokan Manajemen rantai pasokan berawal dari konsep Porter tentang value chain (rantai nilai) (Haming dan Nurnajamuddin, 2007). Rantai nilai merupakan konsep yang mengajarkan bahwa tujuan utama usaha bisnis untuk mewujudkan laba diproses dan diwujudkan melalui kerja sama antara para aparatur operasi dan aparatur penunjang. Heizer dan Render (2010), mendefinisikan manajemen rantai pasokan adalah integrasi aktivitas pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan menjadi barang setengah jadi, dan produk akhir, serta pengiriman ke pelanggan. Seluruh aktivitas ini mencakup aktivitas pembeliaan dan pangalihdayaan, ditambah fungsi lain yang penting bagi hubungan antara pemasok dengan distributor. Manajemen rantai pasokan mencakup aktivitas untuk menetukan (1) penyedia transportasi, (2) transfer uang secara kredit dan tunai, (3) para pemasok, (4)distributor, (5) utang dan piutang usaha, (6) pergudangan dan persediaan, (7) pemenuhan pesanan, serta (8) berbagi informasi pelanggan, prediksi dan produksi. Tujuannya adalah untuk membangun sebuah rantai pemasok yang memusatkan perhatian untuk memaksimalkan nilai bagi pelanggan. Persaingan bukan lagi antar perusahaan, melainkan antar rantai pasokan dan rantai pasokan itu bersifat global. Menurut Prawirosentono (2007), tujuan dari manajemen rantai pasokan adalah memenuhi kebutuhan para konsumen dengan menjual barang pada saat yang tepat, barang yang sesuai dengan kebutuhan, dan dengan harga yang logis. Sedangkan menurut Hadiguna (2010), tujuan dari manajemen rantai pasok adalah memperbaiki kepercayaan dan kolaborasi sejumlah mitra rantai pasok sekaligus perbaikan persediaan yang terlihat dan kecepatan peningkatan persediaan dan titik awalnya adalah persediaan yang perlu disiasati sehingga kinerja sistem secara keseluruhan bisa lebih baik yang diukur dari berbagai sudut pandang para pemangku kepentingan.
9
Menurut Ma’Arif dan Tanjung (2003), manajemen rantai pasokan merupakan suatu perluasan dari logistic management di perusahaan. Dalam manajemen rantai pasokan yang dibahas adalah dimulai dari perusahaan, pemasok, pelanggan, grosir, pengecer, diintegrasikan menjadi satu. Tujuannya adalah supaya lebih efisien. Menurut Ma’Arif dan Tanjung (2003), keuntungan manajemen rantai pasokan adalah persiapan diri dalam menghadapi persaingan bebas, di mana perusahaan kelas dunia akan bertempur di Indonesia dalam tujuan-tujuan global. Dalam manufaktur, 50% - 80% biaya terkait dengan kegiatan manajemen rantai pasokan, apabila manajemen rantai pasokan tidak baik, organisasi tidak akan sanggup menghadapi tujuan global. Menurut William et al dalam Anatan dan Ellitan (2008) mendefinisikan manajemen rantai pasokan sebagai pengelolaan atau manajemen organisasi yang saling berkaitan dan saling berhubungan satu sama lain baik dengan konsumen maupun pemasok dalam suatu proses untuk menghasilkan nilai produk dan jasa bagi konsumen. Prinsip
manajemen
rantai
sinkronisasi dan koordinasi
pasokan
pada
dasarnya
merupakan
aktivitas-aktivitas yang terkait dengan
aliran material/produk, baik yang ada dalam suatu organisasi maupun antar organisasi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.
Supplier
Manufa ktur
Distribution Center
Whole saler
Retailer
End Customer
Aliran Produk Aliran Biaya Aliran Informasi Gambar 2. Struktur Rantai Pasokan (Anatan dan Ellitan, 2008)
10
Menurut Tunggal (2009), Supply Chain Management (SCM) terdiri dari tiga elemen yang saling terikat satu sama lain, yaitu: 1. Struktur jaringan supply chain Jaringan kerja anggota dan hubungan dengan anggota supply chain lainnya. 2. Proses bisnis supply chain Aktivitas – aktivitas yang menghasilkan nilai keluaran tertentu bagi pelanggan. 3. Komponen manajemen supply chain Variabel-variabel manajerial dimana proses bisnis disatukan dan disusun sepanjang supply chain. Menurut Tunggal (2009), ada dua anggota supply chain, yaitu: 1. Primary members (anggota primer) Semua
perusahaan/unit
bisnis
strategik
yang
benar-benar
menjalankan aktivitas operasional dan manajerial dalam proses bisnis yang dirancang untuk menghasilkan keluaran tertentu bagi pelanggan atau pasar. 2. Secondary members (anggota sekunder) Perusahaan-perusahaan
yang
menyediakan
sumber
daya,
pengetahuan, utilitas atau aset-aset bagi anggota primer di supply chain. Menurut Austin (1992) dan Brown (1994) dalam Marimin dan Maghfiroh (2010), manajemen rantai pasok pertanian berbeda dengan manajemen rantai pasok produk manufaktur karena: 1. Produk pertanian bersifat mudah rusak 2. Proses pananaman, pertumbuhan, pemanenan tergantung pada iklim dan musim 3. Hasil panen memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi 4. Produk pertanian bersifat kamba sehingga sulit untuk ditangani Seluruh
faktor
tersebut
harus
dipertimbangkan
dalam
desain
manajemen rantai pasok produk pertanian karena kondisi rantai pasok produk pertanian lebih kompleks daripada rantai pasok pada umumnya.
11
Selain lebih kompleks, manajemen rantai pasok produk pertanian juga bersifat probabilistik dan dinamis. Perusahaan yang dapat menjalankan kegiatan supply chain akan mendapatkan keuntungan tidak hanya jangka pendek, bahkan juga jangka panjang seperti kemungkinan peningkatan profit dari adanya kerja sama yang berkepanjangan dengan berbagai pihak, perluasan pangsa pasar, dan kepuasaan konsumen. Ada dua hal penting yang menjadi ide pokok supply chain management yaitu pertama, SCM merupakan kolaborasi hasil usaha bersama antar setiap bagian atau proses dalam siklus produk. Kedua, SCM harus dapat meng-cover seluruh kegiatan siklus produk. Dan kunci SCM yang efektif adalah penyeimbangan arus produksi dengan permintaan konsumen yang selalu berubah-ubah (Siagian, 2005). Dalam Hadiguna (2010), Lee (2002) merumuskan karakteristik pasokan berdasarkan fenomena stabil dan berkembang yang diringkas pada Tabel 2. Tabel 2. Karakteristik Pasokan Stabil Breakdown kurang Hasil stabil dan tinggi Masalah mutu berkurang Sumber pasokan banyak Pemasok handal Perubahan proses kurang Kendala kapasitas kurang Sangat mudah dipertukarkan Fleksibel Bergantung waktu ancang
Berkembang Mudah breakdown Hasil variabel dan rendah Potensial masalah mutu Sumber pasokan terbatas Pemasok kurang handal Banyak perubahan proses Potensial kendala kapasitas Sulit dipertukarkan Tidak fleksibel Waktu ancang menjadi variabel
Sumber: Hadiguna (2010) 2.2. Manajemen Risiko Rantai Pasokan 2.2.1 Risiko Rantai Pasok Perumusan Masalah Risiko adalah seluruh hal yang dapat mengakibatkan kerugian bagi perusahaan (Muslich, 2007). Menurut Djohanputro (2008), risiko diartikan sebagai ketidakpastiaan yang telah diketahui tingkat probabilitas kejadiannya atau ketidakpastiaan yang bisa dikuantitaskan
12
yang dapat menyebabkan kerugian atau kehilangan. Risiko juga dapat diartikan penyebaran dan atau penyimpangan dari target, sasaran, atau harapan. Menurut Cavinato dalam Hadiguna (2010), pada dasarnya terdapat lima aliran yang bisa dianalisa dalam manajemen risiko rantai pasokan, yaitu risiko operasional, risiko finansial atau risiko keuangan, risiko informasi, risiko relasional, dan risiko inovasional. Manajemen risiko rantai pasokan pada umumnya fokus pada pada risiko operasional. Misalnya risiko dalam penerimaan pesanan, risiko dalam pembeliaan barang, risiko dalam persediaan, risiko dalam produksi, risiko dalam perencanaan, risiko dalam hubungan antara agen serta prinsipal dan beberapa kejadian lain yang sangat banyak dalam proses bisnis suatu perusahaan. Djohanputro
(2008),
risiko
operasional
adalah
potensi
penyimpangan dari hasil yang diharapkan karena tidak berfungsinya suatu sistem, SDM, teknologi, atau faktor lain. Risiko operasional dapat terjadi pada dua tingkatan yaitu teknis dan organisasi. Pada tataran teknis, risiko operasional dapat terjadi apabila sistem informasi, kesalahan mencatat, informasi yang tidak memadai, dan pengukuran risiko yang tidak akurat dan tidak memadai. Pada tataran organisasi, risiko operasional dapat muncul karena sistem pemantauan dan pelaporan, sistem dan prosedur, serta kebijakan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Risiko operasional dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu manusia (sumber daya manusia), teknologi, sistem dan prosedur, kebijakan, dan stuktur organisasi. Risiko operasional merupakan salah satu risiko rantai pasok. Menurut Muslich (2007), risiko operasional mempunyai dimensi yang luas dan kompleks dengan sumber risiko yang merupakan gabungan dari berbagai sumber yang ada dalam organisasi, proses dan kebijakan, sistem dan teknologi, orang, dan faktor-faktor lainnya. Demikian pula besaran kerugian risiko operasional juga semakin meningkat dari waktu ke waktu sejalan dengan semakin kompleksnya
13
bisnis perusahaan dan teknologinya. Risiko operasional merupakan potensi kerugian yang disebabkan oleh lima hal. Risiko operasional merupakan kerugian finansial yang disebabkan oleh kegagalan proses internal perusahaan, kesalahan sumber daya manusia, kegagalan sistem, kerugian yang disebabkan kejadian dari luar perusahaan, dan kerugian karena pelanggaran peraturan dan hukum yang berlaku. Menurut Marimin dan Maghfiroh (2010), risiko rantai pasok dapat didefinisikan sebagai kerugian yang dikaji dari sisi kemungkinan terjadinya, sisi kemungkinan penyebabnya, dan sisi akibatnya dalam rantai pasok sebuah perusahaan dan lingkungannya. Dalam suatu rantai pasok, jika satu pelaku mengalami masalah dalam rantai pasok, maka akan berpengaruh baik secara langsung atau tidak langsung kepada mitra dalam jaringan rantai pasoknya. 2.2.2 Manajemen Risiko Rantai Pasokan Menurut Djohanputro (2008), tujuan memahami resiko adalah untuk mengelola risiko. Manajemen resiko operasional merupakan salah satu kegiatan manajemen risiko rantai pasokan. Proses manajemen resiko operasional adalah proses penanganan resiko yang dimulai
dari
proses
pengenalan
risiko
operasional
sampai
mengendalikan risiko operasional (Muslich, 2007). Menurut Marimin dan Maghfiroh (2010), analisis risiko rantai pasok merupakan bagian dari manajemen rantai pasok yang harus dilakukan untuk menghindari atau mengurangi terjadinya kegagalan berbisnis dalam kondisi yang penuh dengan ketidakpastiaan. Menurut Schoenher (2008) dalam Marimin dan Maghfiroh (2010), kategori risiko rantai pasok terbagi menjadi 17 macam, yaitu risiko komplain standarisasi, risiko kualitas produk, risiko biaya produksi, risiko biaya persaingan, risiko permintaan, risiko pemenuhan pasokan, risiko penggudangan, risiko ketepatan waktu kirim, risiko ketepatan budget pengiriman, risiko pemenuhan pesanan, risiko salah mitra, risiko jarak, risiko pemasok, risiko manajemen pemasok, risiko rekayasa dan inovasi, risiko transportasi, risiko bencana serta risiko produk asing.
14
2.3. Siklus Manajemen Risiko Menurut Djohanputro (2008), siklus manajemen risiko terdiri dari lima tahapan, yaitu identifikasi risiko, pengukuran risiko, pemetaan risiko, model pengelolaan risiko, monitor, dan pengendalian. 2.3.1 Identifikasi Risiko Pada tahap ini, analis berusaha mengidentifikasi apa saja risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Perusahaan tidak selalu menghadapi seluruh risiko tersebut. Tetapi, ada risiko yang dominan dan risiko yang minor. Dengan melakukan identifikasi risiko, maka dapat terkumpul informasi tentang kejadian risiko, informasi tentang penyebab risiko, dan informasi tentang dampak yang ditimbulkan oleh risiko tersebut. Identifikasi risiko dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara yaitu analisis data historis, pengamatan dan survei, pengacuan (benchmarking), dan pendapat ahli. Prinsip dari analisis data historis adalah menggunakan berbagai informasi atau data mengenai segala sesuatu yang pernah terjadi, baik data primer maupun data sekunder. Prinsip dari pengamatan dan survei adalah melakukan investigasi secara langsung, pengamatan atau survei, on the spot. Prinsip dari pengacuan (benchmarking) adalah pertama-tama memilih acuan atau benchmark. Benchmark atau acuan adalah obyek yang memiliki kesamaan dengan obyek yang sedang diamati berkaitan dengan keberadaan risiko. Metode ini dapat diterapkan untuk melengkapi identifikasi risiko menggunakan metode
analisis data historis dan metode pengamatan dan survei.
Metode dengan menggunakan pendapat ahli dapat diperoleh dengan cara wawancara kepada satu orang, kepada sekelompok orang, atau melalui diskusi kelompok khusus, atau focus group discussion (FGD). Pihak yang diwawancarai atau dilibatkan dalam FGD adalah orang yang dianggap ahli. Pada dasarnya, identifikasi risiko dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu dari keempat metode atau digunakan secara bersama-sama supaya saling melengkapi.
15
2.3.2 Pengukuran Risiko Pengukuran risiko mengacu pada dua faktor yaitu faktor kuantitas risiko dan faktor kualitas risiko. Kuantitas risiko terkait dengan berapa banyak nilai, atau eksposur yang rentan terhadap risiko. Kualitas risiko terkait dengan kemungkinan suatu risiko muncul. Semakin tinggi kemungkinan risiko terjadi, semakin tinggi pula risikonya. Menurut Halikas et al (2004) dalam Marimin dan Maghfiroh (2010), dua metode utama untuk mengukur risiko rantai pasok adalah metode pengukuran risiko berdasarkan pendapat pakar (bersifat subjektif) dan metode pengukuran risiko secara statistik (bersifat objektif). 2.3.3 Pemetaan Risiko Sebuah manajemen akan mampu menilai risiko dengan adanya pengelompokkan terhadap risiko. Pemetaan risiko pada prinsipnya merupakan
penyusunan
risiko
berdasarkan
kelompok-kelompok
tertentu sehingga manajemen dapat mengidentifikasi karakter-karakter dari masing-masing risiko dan menetapkan tindakan yang sesuai terhadap masing-masing risiko (Djohanputro, 2008). Risiko selalu terkait dengan dua dimensi, pemetaan yang paling tepat juga menggunakan dua dimensi yang sama. Kedua dimensi yang dimaksud adalah probabilitas terjadinya risiko dan dampaknya bila risiko terjadi. Diagram pemetaan risiko seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3. Kunci
tahap
pemetaan
menurut Scandizzo
(2005)
adalah
mengidentifikasi kegiatan kunci, menganalisis pemicu risiko yaitu people, process, system, dan external; menganalisis faktor-faktor risiko (kuantitas, kualitas, kondisi kritis, kegagalan); mengidentifikasi risiko; mengidentifikasi dan menganalisis kerugian; mengidentikasi dan menganalisis Key Risk Indicators (KRIs).
16
Risiko II
Tinggi Risiko
yang
Risiko I
berbahaya Mengancam
pencapaian
yang jarang terjadi
tujuan perusahaan
Risiko IV
Risiko III
Sedang
Risiko tidak berbahaya
Risiko yang terjadi secara rutin
Rendah Rendah
Sedang Probabilitas
Tinggi
Gambar 3. Diagram Pemetaan Risiko (Djohanputro, 2008) 2.3.4 Model Pengelolaan Risiko Pengelolaan risiko dapat dilakukan secara konvensional, penetapan model risiko dan struktur organisasi pengelolaan risiko. Tahap ini adalah tahap memilih metode manajemen yang akan digunakan untuk mencegah atau mengurangi risiko yang akan terjadi, baik secara parsial atau menyeluruh, sehingga mampu meminimalkan dampak terhadap pengoperasian rantai pasok. 2.3.5 Monitoring dan Pengendalian Risiko Status sebuah risiko dapat berubah-ubah sesuai kondisi, sehingga faktor-faktor risiko harus dimonitor untuk mengetahui keefektifan respon yang telah dipilih dan mengidentifikasi adanya risiko yang baru maupun berubah dari kemungkinan dan konsekuensinya. Monitoring dan
pengendalian
risiko
bertujuan
untuk
memastikan
bahwa
pelaksanaan pengelolaan risiko berjalan sesuai dengan rencana, cukup efektif, dan untuk memantau perkembangan terhadap kecendrungankecendrungan berubahnya profil risiko. Perubahan ini berdampak pada pergeseran peta risiko yang otomatis merubah prioritas risiko.
17
2.4. Analytic Hierarchy Process (AHP) Salah satu alat (metode) yang dapat dipakai oleh pengambil keputusan untuk bisa memahami kondisi suatu sistem dan membantu didalam melakukan prediksi dan pengambilan keputusan adalah Analytic Hierarchy Process (AHP) (Fewidarto, 1996). Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan
suatu
teknis
analisis
keputusan
dengan
menggunakan
perbandingan berpasangan dalam suatu diagram bertingkat yang umumnya dimulai dari tujuan (sasaran), kemudian kriteria level pertama, lalu sub kriteria dan seterusnya (Santoso, 2005). Sumber kerumitan masalah pengambil keputusan bukan hanya ketidakpastian atau ketidaksempurnaan informasi. Penyebab lainnya adalah faktor yang berpengaruh terhadap pilihan-pilihan yang ada, beragamnya kriteria, pemilihan dan jika pengambilan keputusan lebih dari satu. Menurut Fewidarto (1996), ada beberapa keuntungan yang didapat dari penerapan AHP, diantaranya adalah: 1. Penyajian sistem secara hirarki dapat digunakan untuk menjelaskan bagaimana perubahan-perubahan prioritas pada level atas mempengaruhi prioritas elemen-elemen pada level/tingkatan dibawahnya. 2. Hirarki memberikan banyak informasi yang lengkap pada struktur dan fungsi suatu sistem dalam level yang lebih rendah dan memberikan gambaran tentang pelaku-pelaku dan tujuan-tujuannya pada level yang lebih tinggi. Elemen-elemen kendala yang terbaik adalah disajikan pada level yang lebih tinggi lagi untuk menjamin bahwa kendala-kendala itu diperhatikan. 3. Sistem alamiah disusun secara hirarki, yaitu dengan membangun konstruksi modul dan akhirnya menyusun rakitan modul-modul itu. Hal ini jauh lebih efisien daripada merakit modul-modul itu secara keseluruhan sekalipun. 4. Hirarki lebih mantap (stabil) dan lentur (fleksibel). Stabil dalam arti bahwa perubahan yang kecil mempunyai efek yang kecil, dan lentur dalam hal bahwa penambahan untuk mendapatkan suatu hirarki yang terstruktur baik tidak mengganggu kerjanya.
18
2.5. Analytic Network Process (ANP) Analytical Network Process (ANP) merupakan alat analisis yang mampu merepresentasikan tingkat kepentingan berbagai pihak dengan mempertimbangkan hubungan ketergantungan baik antar kriteria maupun subkriteria. ANP memberikan pendekatan yang lebih akurat karena ANP mampu menangani masalah yang kompleks yang berkaitan dengan ketergantungan dan umpan balik. ANP memberikan bobot dalam pengukuran kinerja rantai pasok pada masing-masing anggota rantai pasokan. Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Analytical Network Process (ANP)
berbeda,
pada
Analytical
Hierarchy
Process
(AHP)
tidak
mempertimbangkan hubungan ketergantungan dan hanya mempertimbangkan hubungan linier dari atas ke bawah. AHP tidak dapat menangani interkoneksi antara faktor-faktor keputusan pada tingkat yang sama karena kerangka pengambilan keputusan dalam model AHP mengasumsikan hubungan satu arah antara tingkat hirarki keputusan.
Pada jaringan AHP terdapat level
tujuan, kriteria, subkriteria, dan alternatif, tetapi dalam ANP level dalam AHP disebut cluster yang dapat memiliki kriteria dan alternatif di dalamnya yang disebut simpul. Masing-masing skala rasio menunjukkan perbandingan kepentingan antara elemen di dalam sebuah komponen dengan elemen di luar komponen (outer dependence) atau di dalam elemen terhadap elemen itu sendiri yang berada di komponen dalam. Tidak setiap elemen memberikan pengaruh terhadap elemen dari komponen lain. Elemen yang tidak memberikan pengaruh pada elemen lain akan memberikan nilai nol. Matriks hasil perbandingan direpresentasikan kedalam bentuk vertikal dan horisontal dan berbentuk matriks yang bersifat stokastik yang disebut sebagai supermatriks. Supermatriks diharapkan dapat menangkap pengaruh dari elemen-elemen pada elemen-elemen lain dalam jaringan (Saaty and Vargas, 2006). 2.5.1 Konsep-konsep dari ANP Menurut Saaty dalam Susilo (2008), konsep-konsep dari Analytic Network Process (ANP) meliputi: 1.
Feedback, inner, dan outer dependence
19
2.
Pengaruh dengan respek ke sebuah kriteria
3.
Kontrol hirarki atau sistem
4.
Supermatrix
5.
Limiting supermatrix dan limiting prioritie
6.
Primitivity, irreducibility, cyclicity
7.
Membuat limiting supermatrix stochastic: mengapa cluster harus dibandingkan
8.
Sintesis untuk kriteria dari sebuah kontrol hirarki atau sebuah kontrol sistem
9.
Sintesis untuk keuntungan, biaya, peluang, dan risiko kontrol hirarki
10. Formulasi untuk menghitung limit 11. Hubungkan ke Neural Network Firing-kasus berkelanjutan 12. Kepadatan dari neural firing dan distribusi serta aplikasinya untuk menghasilkan kembali citra yang dapat dilihat dan komposisi simponik. 2.5.2 Prosedur ANP Menurut Izik et at (2011) proses solusi ANP memiliki empat langkah utama yaitu: 1. Mengembangkan Struktur Model Keputusan Pada langkah ini, masalah harus disusun dan model konseptual harus
dibuat.
Awalnya,
komponen-komponen
penting
harus
diidentifikasi. Elemen paling atas (cluster) didekomposisi menjadi sub-komponen dan atribut (node). ANP memungkinkan dependensi baik di dalam sebuah cluster (ketergantungan dalam) dan antar cluster (ketergantungan luar) (Saaty dalam Izik et al, 2011). Masing-masing variabel pada setiap tingkat harus didefinisikan bersama dengan hubungannya dengan unsur-unsur lain dalam sistem.
20
2. Matriks Perbandingan Berpasangan dari Variabel yang Saling Terkait Pada ANP, perbandingan elemen berpasangan dalam setiap tingkat dilakukan terhadap kepentingan relatif untuk kriteria kontrol mereka. Matriks korelasi disusun berdasarkan skala rasio 1 - 9. Ketika penilaian dilakukan untuk sepasang, nilai timbal balik secara otomatis ditetapkan ke perbandingan terbalik dalam matriks. Setelah perbandingan berpasangan selesai, vektor yang sesuai dengan nilai eigen maksimum dari matriks yang dibangun dihitung dan vektor prioritas diperoleh. Nilai prioritas ditemukan dengan menormalkan vektor ini. Dalam proses penilaian, masalah dapat terjadi dalam konsistensi dari perbandingan berpasangan. Rasio konsistensi memberikan penilaian numerik dari seberapa besar evaluasi ini mungkin tidak konsisten. Jika rasio yang dihitung kurang dari 0.10, konsistensi dianggap memuaskan (Meade dalam Izik et al, 2011). 3. Penghitungan Supermatriks Setelah
perbandingan
berpasangan
selesai,
supermatriks
dihitung dalam 3 langkah: a.Unweighted Supermatrix (supermatriks tanpa pembobotan), dibuat secara langsung dari semua prioritas lokal yang berasal dari perbandingan berpasangan antar elemen yang mempengaruhi satu sama lain; b.Weighted Supermatrix (supermatriks berbobot), dihitung dengan mengalikan nilai dari supermatriks-tanpa-pembobotan dengan bobot cluster yang terkait; c.Komposisi dari Limiting Supermatrix (Supermatriks terbatas), dibuat dengan memangkatkan supermatriks-berbobot sampai stabil. Stabilisasi dicapai ketika semua kolom dalam supermatriks yang sesuai untuk setiap node memiliki nilai yang sama. Langkah-langkah ini dilakukan dalam software Super Decisions,
yang
merupakan
paket
perangkat
lunak
yang
dikembangkan untuk aplikasi ANP. Setiap subnetwork, prosedur yang sama diterapkan dan alternatif diberi peringkat.
21
4. Bobot Kepentingan dari Clusters dan Nodes Penentuan bobot kepentingan dari faktor penentu dengan menggunakan hasil supermatriks-terbatas dari model ANP. Prioritas keseluruhan dari setiap alternatif dihitung melalui proses sintesis. Hasil yang diperoleh dari masing-masing subnetwork disintesis untuk memperoleh prioritas keseluruhan dari alternatif. 2.5.3 Prinsip Dasar ANP Seperti halnya AHP, ANP juga memiliki prinsip-prinsip dasar. Menurut Saaty dalam Susilo (2008) prinsip-prinsip dasar ANP juga ada tiga, yaitu dekomposisi, penilaian komparasi, dan komposisi hirarkis atau sintesis dari prioritas, sama seperti prinsip dasar AHP. Prinsip dekomposisi diterapkan untuk menstrukturkan masalah yang kompleks menjadi kerangka hirarki atau jaringan cluster, sub-cluster, sub-sub cluster, dan seterusnya. Dengan kata lain dekomposisi adalah memodelkan masalah ke dalam kerangka ANP. Prinsip penilaian komparasi
diterapkan
untuk
membangun
pairwise
comparison
(perbandingan pasangan) dari semua kombinasi elemen-elemen dalam cluster dilihat dari cluster induknya. Perbandingan pasangan ini digunakan untuk mendapatkan prioritas lokal dari elemen-elemen dalam
cluster
dengan
prioritas
global
seluruh
hirarki
dan
menjumlahkannya untuk menghasilkan prioritas global untuk elemen level terendah. 2.6. Landasan Matematik Penilaian Risiko Menurut Halikas et al (2004) dalam Marimin dan Maghfiroh (2010), dua metode utama untuk mengukur risiko rantai pasok adalah metode pengukuran risiko berdasarkan pendapat pakar (bersifat subjektif) dan metode pengukuran risiko secara statistik (bersifat objektif). Menurut Hadiguna (2010), proses pengambilan keputusan yang melibatkan pendapat berbagai pakar menjadi sangat rumit jika setiap pendapat didasarkan pada kriteria jamak. Pengambilan keputusan tersebut dikenal dengan istilah Multi-Expert (Person) Multi Criteria Decision Making atau ME-MCDM. Proses agregasi rating dan preferensi serta penggabungan pendapat dari setiap pakar
22
mendukung penyelesaian teknik ME-MCDM, sehingga penyelesaian yang dihasilkan adalah yang paling diterima oleh kelompok secara keseluruhan (Hadiguna, 2010) Operasi agregasi kriteria adalah metode Order Weighted Average (OWA). Operator OWA merupakan operator yang dapat dengan mudah menyesuaikan atau mengagresikan operator “dan” dan operator “atau” dalam persoalan ME-MCDM (Yager (1988) dalam Santoso (2005)). Operasi agregasi kriteria dirumuskan oleh Yager dalam Santoso (2005) yaitu: Pik=Min[NegI(qj)vPik(qj)]......................................(1) dimana: Pik
= Nilai agregasi risiko dari penilai
I(qj)
= Nilai kemungkinan terjadinya risiko (frekuensi)
NegI(qj)= Nilai negasi I (qj) Pik(qj) = Nilai tingkat kekerasan risiko dari pendapat penilai (dampak) v
= Notasi maksimum
Rumus tersebut menunjukkan bahwa kriteria yang tingkat kepentingannya rendah mempunyai pengaruh yang kecil terhadap skor keseluruhan. Bobot faktor nilai pengambil keputusan (pakar) dengan formula: QA (k) = Sb(k) b(k)= Int [1 + k * ( q – 1) / r]…………….……(2) dimana: QA
= Bobot rata-rata penilai pada skala k
q
= Jumlah skala penilai risiko (5)
r
= Jumlah penilai (pakar) (3)
Agregasi keputusan ahli dengan menggunakan operator Order Weighted Average (OWA) dirumuskan sebagai berikut: Pi =Maxj...r [ Qj ^ Bj]...............................(3) dimana: Pi
= Nilai agregasi risiko
Qj
= Bobot kelompok penilai
Bj
= Pengurutan nilai dari besar ke kecil
^
= Notasi minimum
23
2.7. Penelitian Terdahulu Santoso (2005) meneliti tentang Rekayasa Model Manajemen Risiko untuk Pengembangan Agroindustri Buah-buahan Secara Berkelanjutan. Penelitian ini membahas secara komprehensif manajemen risiko agroindustri buah-buahan khususnya mangga dengan mengkombinasikan berbagai teknik pengambilan keputusan kriteria majemuk. Hasil penelitian ini adalah sistem penunjang keputusan M-RISK, yang terdiri dari lima model utama yang membantu
pengambil
keputusan
dalam
pengembangan
agroindustri
buah-buahan. Model M-RISK dapat digunakan untuk menentukan prioritas produk agroindustri unggulan, menganalisis risiko dan merumuskan strategi manajemen risiko pengadaan bahan baku, pengolahan dan pemasaran produk agroindustri, merumuskan manajemen kelembagaan dan menganalisis kelayakan usaha agroindustri dengan berbagai skenario. Risiko yang tertinggi dari penelitian tersebut adalah aspek pengadaan bahan baku. Kaitan penelitian ini adalah sebagai referensi proses manajemen risiko dan teknik yang digunakan. Machfud dkk (2009), meneliti tentang Teknik Non Numeric MEMCDM dan Sistem Pakar dalam Pengelolaan Risiko Mutu pada Agroindustri Minyak Sawit Kasar - Crude Palm Oil. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi
sumber-sumber
risiko
mutu,
menstrukturisasi
sumber-sumber risiko mutu sebagai satu kesatuan dan merancang sistem penunjang keputusan untuk penilaian dan penanganan risiko penurunan mutu. Cakupan penelitian meliputi kebun, pabrik dan tangki timbun di pelabuhan. Sistem penunjang keputusan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan secara berkelompok yang melibatkan manajer kebun, manajer pabrik, dan manajer utama. Sistem penunjang keputusan yang dihasilkan adalah SIRPO yang berguna sebagai media untuk membantu pengambil keputusan dalam mengelola risiko mutu. Sumber-sumber risiko mutu distrukturisasi dalam tiga tingkatan yaitu faktor-faktor pemicu, kegiatan kunci dan unit operasional. Penilaian risiko dilakukan untuk mendapatkan tingkat risiko pada kegiatan kunci, unit operasional dan keseluruhan serta memberikan rekomendasi penanganan risiko sesuai dengan skor risiko. Hasil penilaian risiko mutu
24
adalah kebun berisiko tinggi dan penanganan risiko difokuskan pada transportasi tandan buah segar. Implikasi dari penilaian risiko mutu adalah pentingnya peningkatan koordinasi yang efektif antara unit operasional sehingga penjaminan mutu menjadi tangggung jawab bersama. Penilaian risiko mutu menjadi ukuran yang berguna dalam meningkatkan efektifitas pengelolaan risiko mutu minyak sawit kasar. Hadiguna (2010) meneliti tentang Perancangan Sistem Penunjang Keputusan Rantai Pasokan dan Penilaian Risiko Mutu pada Agroindustri Kelapa Sawit Kasar. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan cara penilaian risiko operasional, merumuskan model matematik manajemen panen-angkut-olah dan mengahasilkan rancang bangun sistem penunjang keputusan yang berfungsi untuk pengelolaan risiko penurunan dan optimasi rantai pasokan minyak sawit kasar. Rancangan sistem penunjang keputusan yang dihasilkan bernama SIRPRO yang berguna untuk menganalisis risiko penurunan mutu dan optimasi rantai pasok. SPK dirancang dengan mengintegrasikan teknik optimasi dan mekanisme protokol atau rule base sehingga mampu memberikan keluaran sesuai kebutuhan pengambil keputusan. Rancangan ini dimaksudkan untuk mengintegrasikan pengelolaan mutu dan optimasi rantai pasok. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah penilaian risiko mutu menggunakan teknik Non-Numeric Multi Expert-Multi Criteria Decision Making (ME-MCDM) dengan agregasi penilaian menggunakan teknik Order Weighted Average (OWA).
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual PT Saung Mirwan melihat bahwa sayuran Edamame merupakan salah satu sayuran yang memiliki prospek yang cerah. Peluang pasar luar dan dalam negeri masih terbuka lebar karena di dalam negeri, komoditas ini masih terdengar awam. Komoditas ini sering diekspor ke luar negeri seperti Negara Jepang. Kondisi ini membuat, sayuran Edamame memiliki peluang untuk lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia, yang mengakibatkan permintaan terhadap sayuran Edamame menunjukkan peningkatan. Peningkatan produksi sayuran harus didukung dengan suatu sistem yang dapat mendukung produktivitas untuk mendapatkan keunggulan kompetitif. Sistem tersebut adalah manajemen rantai pasokan. Anggota rantai pasokan sayuran Edamame PT Saung Mirwan terdapat dua jenis anggota, yaitu anggota primer dan anggota sekunder. Anggota yang akan dilibatkan dalam penelitian ini adalah anggota primer. Anggota primer pada rantai pasokan
komoditas
sayuran
Edamame
yang
diintroduksi
oleh
PT Saung Mirwan adalah petani sayuran Edamame sebagai pemasok, perusahaan atau PT Saung Mirwan sebagai pengolah, ritel sebagai konsumen. Manajemen rantai pasokan komoditas sayuran Edamame tidak menutup kemungkinan untuk mengatasi ketidakpastian kualitas dan kuantitas komoditas sayuran Edamame. Ketidakpastian terhadap sesuatu akan menjadi risiko yang dapat mengakibatkan kerugian usaha dalam mencapai keunggulan kompetitif untuk mempertahankan usaha komoditas sayuran Edamame. Penilaian risiko akan difokuskan kepada anggota primer rantai pasokan sayuran Edamame yang memiliki nilai prioritas yang paling tinggi. Risiko yang akan dikaji adalah risiko yang memiliki nilai prioritas paling tinggi diantara risiko operasional, risiko pemasaran, dan risiko keuangan. Risiko tersebut akan dianalisis dan dibentuk rancangan sistem penunjang keputusan risiko rantai pasokan komoditas sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan. Risiko yang telah dianalisis perlu dikelola dengan baik
26
untuk mencapai keunggulan kompetitif yang pada akhirnya membantu dalam keberlanjutan usaha. Keunggulan kompetitif yang dimaksud adalah keunggulan dalam hal kualitas dan biaya. Dengan adanya keunggulan kompetitif mampu menciptakan ketahanan dan keberlanjutan usaha komoditas sayuran Edamame PT Saung Mirwan. Diagram kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4. Peluang permintaan sayuran Edamame yang terus meningkat Peluang pasar yang sangat luas Peningkatan produksi sayuran Edamame Manajemen rantai pasokan sayuran Edamame PT Saung Mirwan: anggota primer Ketidakpastian kualitas dan kuantitas sayuran Edamame Penilaian risiko pada anggota rantai pasok sayuran Edamame PT Saung Mirwan yang memiliki nilai prioritas paling tinggi (nilai prioritas paling tinggi dengan metode AHP dan ANP) Manajemen risiko yang memiliki nilai prioritas paling tinggi (AHP dan ANP) Rancangan model sistem penunjang keputusan Keunggulan kompetitif Ketahanan usaha Gambar 4. Kerangka Pemikiran Konseptual
27
3.2. Tahapan Penelitian Berdasarkan Gambar 5, tahapan penelitian secara rinci terdiri dari: 1. Identifikasi minat penelitian dan pemilihan topik penelitian. 2. Studi pustaka dan diskusi. 3. Proposal penelitian yang meliputi pendahuluan, tinjauan pustaka, dan metodologi penelitian. 4. Ijin dan penjajakan penelitian merupakan kegiatan pra survey. 5. Pengumpulan data, baik data primer maupun data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dengan bantuan kuesioner kepada anggota primer rantai pasokan sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan (petani Edamame sebagai pemasok, perusahaan atau PT Saung Mirwan sebagai pengolah, ritel sebagai konsumen).
Wawancara
dengan
responden
ahli
bertujuan
untuk
melakukan penilaian risiko (risiko yang memiliki nilai prioritas paling tinggi) komoditas sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan. 6. Input data ke program SuperDecisions ANP version 2.0.8 dan Microsoft Excel 2007. 7. Pengolahan data primer identifikasi rantai pasokan sayuran Edamame dengan menggunakan analisis deskriptif. Menentukan prioritas dari anggota rantai pasok sayuran Edamame dalam manajemen risiko rantai pasok menggunakan metode Analytic Hierarchy Process dan Analytic Network Process. Pengolahan data primer identifikasi risiko rantai pasok sayuran Edamame dengan analisis deskriptif berdasarkan proses manajemen risiko (identifikasi risiko, pengukuran risiko, pemetaan risiko, pengolahan risiko atau penanganan risiko). Identifikasi risiko dan penanganan risiko menggunakan metode Non Numeric Multi Criteria Decision Making (MCDM), Order Weighted Average (OWA). Pengolahan data sekunder mengenai Edamame dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. 8. Merumuskan faktor-faktor risiko dan peubah penentu yang dibutuhkan dalam penilaian risiko rantai pasokan. Cara yang dilakukan melalui
28
wawancara dengan pakar. Faktor risiko akan distrukturisasi secara hirarki sehingga dapat menggambarkan keterkaitan antar faktor. 9. Merumuskan basis aturan untuk menerjemahkan hasil penilaian risiko. Rekomendasi yang berasal dari para ahli (pakar) dan pelaku usaha. Studi pustaka dan diskusi
Identifikasi minat penelitian dan pemilihan topik penelitian
Proposal penelitian Ijin dan penjajakan penelitian Pengumpulan data
Analisis anggota primer rantai pasokan Sayuran Edamame
Identifikasi rantai pasokan
Input data identifika si rantai pasok
Analisis risiko Identifikasi risiko dan penanganan risiko yang memiliki nilai prioritas paling tinggi pada anggota pimer yang memiliki nilai prioritas paling tinggi
Penilaian pakar (Non Numeric MCDM) dan Teknik agregasi OWA
Pembuatan rule base
Input data identifikasi risiko
Pengukuran probabilitas dan dampak risiko Analisis deskriptif Pemetaan risiko Analisis deskriptif risiko Kesimpulan dan saran
Gambar 5. Tahapan Penelitian
Rancangan awal sistem penunjang keputusan
29
3.3. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan selama tiga bulan dimulai dari Bulan Desember 2011 - Februari 2012. Tempat penelitian dilaksanakan di Bogor, tepatnya di PT Saung Mirwan yang terletak di Desa Sukamanah, Kampung Pasir Muncang, Kecamatan Megamendung - Bogor, dengan objek penelitian adalah sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan. Pemilihan
tempat
penelitian
dilakukan
secara
sengaja
karena
PT Saung Mirwan merupakan perusahaan agribisnis yang memiliki banyak pengalaman di bidang hortikultura, yaitu sayuran dan bunga. Selain itu, PT Saung Mirwan merupakan perusahaan yang telah memperkenalkan sayuran Edamame di sekitar Bogor dan sekitarnya. Sayuran Edamame dipilih karena
permintaan
sayuran
Edamame
dalam
tiga
tahun
terakhir
(tahun 2009-2011) paling besar dibandingkan dengan Lettuce dan Ceysin (keduanya merupakan komoditas yang diminta juga oleh pihak ritel), sayuran Edamame diproduksi secara rutin, dan merupakan komoditas utama PT Saung Mirwan di bidang ritel. 3.4. Jenis dan Metode Pengumpulan Data/Informasi Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari penelitian yang dilakukan. Data primer diperoleh dengan melakukan observasi, wawancara dengan bantuan kuesioner, dan wawancara secara langsung dengan anggota rantai pasokan komoditi sayuran Edamame. Data sekunder berupa studi pustaka dari data lain yang berkaitan dengan topik penelitian ini yang diperoleh dari jurnal, buku, website, disertasi, skripsi yang berhubungan dengan perkembangan sayuran Edamame, risiko rantai pasokan, manajemen risiko rantai pasokan sayuran Edamame, dan data penjualan sayuran Edamame periode tahun 2009 - 2011 pada PT Saung Mirwan. Metode pengumpulan data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi adalah salah satu instrumen pengumpulan data dengan cara pengamatan dan pencatatan secara teliti dan sistematis mengenai gejala-
30
gejala (fenomena) yang sedang diteliti. Obyek yang akan diamati adalah lahan sayuran Edamame, sayuran Edamame, proses budidaya sayuran Edamame. 2. Wawancara adalah pengumpulan data dengan bertanya jawab langsung antara petugas (peneliti) dengan responden. Wawancara dilakukan kepada petani sayuran Edamame, pemangku jabatan di PT Saung Mirwan (Direktur utama, Wakil Direktur, Manajer, Kepala Bagian), dan pihak ritel. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang dibagikan kepada responden untuk diisi dan kemudian dikembalikan kepada peneliti. Kuesioner akan dibagikan kepada petani, pemangku jabatan di PT Saung Mirwan (Direktur utama, Wakil Direktur, Manajer, Kepala Bagian), dan pihak ritel. Kuesioner dibagi menjadi empat jenis, yaitu a. kuesioner untuk mengidentifikasi rantai pasokan sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT.Saung Mirwan (untuk petani, PT Saung Mirwan, dan ritel), b. kuesioner untuk menentukan prioritas dari anggota rantai pasok sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan dalam manajemen risiko rantai pasok, c. kuesioner untuk mengidentifikasi risiko rantai pasokan sayuran Edamame, dan d. kuesioner untuk penilaian risiko rantai pasokan sayuran Edamame. a. Kuesioner Identifikasi Rantai Pasokan sayuran Edamame (petani, PT Saung Mirwan, dan ritel) Kuesioner untuk petani berisi identitas responden, identitas usaha, dan aspek budaya. Identitas responden berisi pertanyaan yang berkaitan dengan data kepribadian responden yang terdiri dari nama, alamat (kecamatan dan desa), nomor telepon atau handphone yang dapat dihubungi, dan latar belakang pendidikan responden. Identitas usaha berisi pertanyaan yang berkaitan dengan usaha yang dilakukan atau yang dimiliki, dan kurun waktu lamanya menjalankan usaha. Aspek budidaya
berisi
pertanyaan-pertanyaan
yang
bertujuan
untuk
memberikan gambaran mengenai pola budidaya, tahapan budidaya Edamame,
sumber bibit yang diperoleh, sistem pemesanan bibit,
mekanisme pembayaran bibit, kesesuaian tahapan budidaya Edamame
31
yang dilakukan dengan Good Agricultural Practise (GAP), dan gambaran mengenai hubungan antara petani Edamame dengan PT Saung Mirwan. Kuesioner untuk pemangku jabatan PT Saung Mirwan hanya diberikan kepada bidang produksi dan komersial karena bidang tersebut yang memiliki hubungan langsung dengan topik penelitian. Divisi dari Bidang Produksi yang dilibatkan adalah Divisi kemitraan. Kuesioner untuk Divisi Kemitraan berisi identitas responden dan aspek kemitraan. Identitas responden berisi pertanyaan yang berkaitan dengan data kepribadian responden yang terdiri dari nama, alamat (kecamatan dan desa), nomor telepon atau handphone yang dapat dihubungi, latar belakang pendidikan responden, pekerjaan, dan jabatan. Aspek kemitraan
berisi
pertanyaan-pertanyaan
yang
bertujuan
untuk
memberikan gambaran mengenai jenis dan bentuk kemitraan yang dilakukan dengan petani Edamame, tujuan kemitraan, sistem transaksi, risiko yang terjadi dalam menjalin kemitraan dengan petani Edamame, tahapan budidaya Edamame, sumber bibit yang diperoleh, gambaran mengenai hubungan kemitraan antara petani Edamame dengan PT Saung Mirwan, kesulitan dan cara mengatasi kesulitan dalam melakukan hubungan kemitraan dengan petani. Divisi dari Bidang Komersial yang dilibatkan adalah Divisi pemasaran, pengemasan, dan pengadaan. Kuesioner untuk Divisi Pemasaran berisi identitas responden dan aspek pemasaran. Aspek pemasaran
berisi
pertanyaan-pertanyaan
yang
bertujuan
untuk
memberikan gambaran mengenai tujuan pemasaran, bentuk kerjasama yang dilakukan dengan pihak ritel, bauran strategi pemasaran, bauran pemasaran, sistem pemesanan dan mekanisme pembayaran antara PT Saung Mirwan dengan pihak ritel, cara pendistribusian Edamame ke ritel,
gambaran
mengenai
hubungan
kerjasama
antara
PT Saung Mirwan dengan pihak ritel, kesulitan dan cara mengatasi kesulitan dalam pemasaran Edamame pada PT Saung Mirwan.
32
Kuesioner untuk Divisi Pengemasan berisi identitas responden dan aspek pengemasan. Aspek pengemasan berisi pertanyaanpertanyaan yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai penanganan
pascapanen
Edamame,
kemasan
Edamame
PT Saung Mirwan, proses pengemasan Edamame, kesulitan dan cara mengatasi
kesulitan
dalam
pengemasan
Edamame
pada
PT Saung Mirwan. Kuesioner untuk Divisi Pengadaan berisi identitas responden dan aspek pengadaan. Aspek pengadaan berisi pertanyaan-pertanyaan yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai pemasok Edamame, pendistribusian Edamame dari pemasok ke PT Saung Mirwan, sistem pengadaan Edamame yang selama ini dilakukan, sistem pemesanan dan mekanisme pembayaran Edamame antara petani ke PT Saung Mirwan, gambaran mengenai hubungan kerjasama antara PT Saung Mirwan dengan pemasok Edamame, permasalahan dan cara mengatasi permasalahan dalam pengadaan Edamame pada PT Saung Mirwan selama ini. Kuesioner untuk ritel berisi identitas responden, identitas usaha, aspek pemasaran, aspek kemitraan, aspek pengadaan, dan aspek pengemasan. Identitas responden berisi pertanyaan yang berkaitan dengan data kepribadian responden yang terdiri dari nama, alamat (kecamatan dan desa), nomor telepon atau handphone yang dapat dihubungi, jenis kelamin, umur responden, latar belakang pendidikan responden, pekerjaan, dan jabatan. Identitas usaha berisi pertanyaan yang berkaitan dengan profil perusahaan (nama perusahaan, alamat perusahaan, bentuk perusahaan, visi dan misi perusahaan) dan kegiatan perusahaan. Aspek pemasaran berisi pertanyaan-pertanyaan yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai tujuan pemasaran, bentuk kerjasama yang dilakukan antara pihak ritel dengan PT Saung Mirwan, bauran strategi pemasaran, bauran pemasaran, dan pendapat pihak ritel mengenai kualitas Edamame PT Saung Mirwan.
33
Aspek kemitraan berisi pertanyaan-pertanyaan yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai jenis dan bentuk kemitraan yang dilakukan dengan PT Saung Mirwan, tujuan kemitraan, sistem transaksi, risiko yang terjadi dalam menjalin kemitraan dengan PT Saung Mirwan, gambaran mengenai hubungan kemitraan antara pihak ritel dengan PT Saung Mirwan, kesulitan dan cara mengatasi kesulitan
dalam
melakukan
hubungan
kemitraan
dengan
PT Saung Mirwan. Aspek pengadaan berisi pertanyaan-pertanyaan yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai pemasok Edamame, sistem pengadaan Edamame yang selama ini dilakukan, permasalahan dan cara mengatasi permasalahan dalam pengadaan Edamame pada ritel. Aspek pengemasan berisi pertanyaan-pertanyaan yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai pendapat ritel tentang kualitas pengemasan Edamame PT Saung Mirwan. b. Kuesioner untuk menentukan prioritas dari anggota rantai pasok sayuran Edamame. Kuesioner untuk menentukan prioritas dari anggota rantai pasok sayuran Edamame dalam manajemen risiko rantai pasok ditujukkan kepada PT Saung Mirwan, terdiri dari identitas responden dan penentuan prioritas dari anggota rantai pasok sayuran Edamame PT Saung Mirwan dalam manajemen risiko rantai pasok. c. Kuesioner Identifikasi Risiko Rantai Pasokan sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan Kuesioner
identifikasi
risiko
ditujukkan
kepada
PT Saung Mirwan terdiri dari identitas responden dan risiko. Identitas responden berisi pertanyaan yang berkaitan dengan data kepribadian responden yang terdiri dari nama, alamat (kecamatan dan desa), nomor telepon atau handphone yang dapat dihubungi, jenis kelamin, umur responden, latar belakang pendidikan responden, pekerjaan, dan jabatan.
34
Responden memberikan penilaian terhadap frekuensi dan dampak terjadinya risiko dengan skala Sangat Tinggi (ST=5), Tinggi (T=4), Sedang/Netral (S/N=3), Rendah (R=2), Sangat Rendah (SR=1). Setelah itu, responden mengidentifikasi upaya manajemen risiko yang telah dilakukan, hasil dari upaya tersebut, serta pihak-pihak lain yang diharapkan dapat membantu mengantisipasi atau mengeliminasi risiko. d. Kuesioner Penilaian Risiko Rantai Pasokan sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan Kuesioner penilaian risiko ditujukkan kepada pakar untuk mengetahui nilai agregasi risiko. Responden pakar atau ahli memberikan penilaian terhadap frekuensi dan dampak terjadinya risiko dengan skala Sangat Tinggi (ST=5), Tinggi (T=4), Sedang/Netral (S/N=3),
Rendah
(R=2),
Sangat
Rendah
(SR=1).
Pakar
mengidentifikasi upaya manajemen risiko yang dapat dilakukan serta pihak-pihak lain yang diharapkan dapat membantu mengantisipasi atau mengeliminasi risiko. 3.5. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel berdasarkan non probability sampling. Pengambilan sampel non probability sampling dilakukan secara purposive sampling dan convenience sampling. Purposive sampling atau judgement sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu atau pengambilan sampel yang disesuaikan untuk menjawab tujuan dan maksud penelitian dengan mempertimbangkan kriteria tertentu. Kriteria dari sampel yang dipilih adalah bagian dari kemitraan PT Saung Mirwan, sampel yang mengetahui dan terlibat dalam aliran komoditas, finansial, dan informasi yang terjadi dalam rantai pasokan sayuran Edamame PT Saung Mirwan. Convenience sampling adalah teknik penentuan sampel dengan memilih unit-unit analisis dengan cara yang dianggap sesuai oleh peneliti. Responden identifikasi rantai pasokan sayuran Edamame terdiri dari petani Edamame sebagai pemasok, PT Saung Mirwan sebagai pengolah, dan ritel sebagai konsumen. Responden untuk menentukan prioritas dari anggota rantai pasok adalah PT Saung Mirwan. Responden identifikasi risiko rantai
35
pasokan adalah pihak yang berkepentingan di PT Saung Mirwan. Responden ahli adalah tiga orang pemangku jabatan di PT Saung Mirwan. 3.6. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Excel 2007 dan SuperDecisions ANP version 2.0.8, sedangkan bentuk analisis data yang digunakan adalah: 3.6.1 Analisis Deskriptif Analisis deskriptif adalah alat analisis yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu stastistik hasil penelitian, tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan (generik/inferensia). Analisis
deskriptif
berfungsi
untuk
menggambarkan
atau
mendeskripsikan obyek yang diteliti sebagaimana adanya. Analisis data secara deskriptif dilakukan untuk menggambarkan keadaan umum rantai pasokan sayuran Edamame dan menggambarkan aspek-aspek risiko operasional sayuran Edamame. 3.6.2 Metode AHP (Analytic Hierarchy Process) Metode
Analytic
Hierarchy
Process
digunakan
untuk
mengetahui nilai prioritas tertinggi atau terbesar dari anggota rantai pasokan sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan (petani, PT Saung Mirwan, dan ritel) dan untuk mengetahui nilai prioritas tertinggi atau terbesar dari risiko rantai pasokan sayuran Edamame (risiko operasional, risiko pemasaran, dan risiko keuangan). Adapun tahapan yang dilakukan dalam AHP adalah: 1. Penyusunan Prioritas Setiap elemen yang terdapat dalam hirarki harus diketahui bobot relatifnya satu sama lain. Tujuan adalah untuk mengetahui tingkat kepentingan pihak-pihak yang berkepentingan dalam permasalahan terhadap kriteria dan struktur hirarki atau sistem secara keseluruhan.
Langkah pertama yang dilakukan dalam
menentukan prioritas kriteria adalah menyusun perbandingan berpasangan, yaitu membandingkan dalam bentuk berpasangan seluruh kriteria untuk setiap sub sistem hirarki. Perbandingan
36
tersebut
kemudian
ditransformasikan
dalam
bentuk
matriks
perbandingan berpasangan untuk analisis numerik. Misalkan terhadap sub sistem hirarki dengan kriteria C dan sejumlah n alternatif dibawahnya, Ai sampai An. Perbandingan antar alternatif untuk sub sistem hirarki itu dapat dibuat dalam bentuk matriks n x n, seperti pada Tabel 3. Tabel 3. Matriks Perbandingan Berpasangan C A1 A2 : Am
a11 a21 : am1
A1 a12 a22 : am2
A2 … … … … …
An a1n a2n : amn
Nilai a11 adalah nilai perbandingan elemen A1 (baris) terhadap A1 (kolom) yang menyatakan hubungan: a. Seberapa jauh tingkat kepentingan A1 (baris) terhadap kriteria C dibandingkan dengan A1 (kolom) atau b. Seberapa jauh dominasi A1 (baris) terhadap A1 (kolom) atau c. Seberapa banyak sifat kriteria C terdapat pada A1 (baris) dibandingkan dengan A1 (kolom). Nilai numerik yang dikenakan untuk seluruh perbandingan diperoleh dari skala perbandingan 1 sampai 9 yang telah ditetapkan oleh Saaty, seperti pada Tabel 4. Contoh Pairwise Comparison Matrix pada suatu level of hierarchy, yaitu:
Baris 1 kolom 2: Jika K dibandingkan L, maka K sedikit lebih penting/cukup penting dari L yaitu sebesar 3, artinya K moderat pentingnya daripada L, dan seterusnya.
37
Tabel 4. Skala Perbandingan Fundamental Intensitas Kepentingan 1
Definisi Sama Penting
3
Sedikit Lebih Penting
5
Lebih Penting
7
Sangat Lebih Penting
9
Mutlak Lebih Penting
2, 4, 6, 8
Resiprokal
Rasio
Untuk kompromi antara nilai-nilai di atas
Kebalikan
Rasio yang didapat langsung dari pengukuran
Keterangan Dua kegiatan berkontribusi sama terhadap tujuannya Pengalaman dan penilaian suatu kegiatan sedikit berkontribusi atas yang lain Pengalaman dan penilaian suatu kegiatan berkontribusi sangat kuat atas yang lain, menunjukkan dominasinya dalam praktek Suatu kegiatan yang favorit berkontribusi sangat kuat atas yang lain; menunjukkan dominasinya dalam praktek Bukti yang menguntungkan satu kegiatan di atas yang lain merupakan kemungkinan urutan afirmasi tertinggi Kadang-kadang perlu melakukan interpolasi penilaian kompromi secara numerik karena tidak ada istilah yang pas untuk menggambarkan hal tersebut Jika elemen i memiliki salah satu angka dari skala perbandingan 1 sampai 9 yang telah ditetapkan oleh Saaty ketika dibandingkan dengan elemen j, maka j memiliki kebalikannya ketika dibandingkan dengan elemen i
38
2. Eigen value dan Eigen vector Apabila
pengambil
keputusan
sudah
memasukkan
persepsinya atau penilaian untuk setiap perbandingan antara kriteriakriteria yang berada dalam satu level (tingkatan) atau yang dapat diperbandingkan maka untuk mengetahui kriteria mana yang paling disukai atau paling penting, disusun sebuah matriks perbandingan di setiap level (tingkatan). Di bawah ini adalah definisi-definisi yang berkaitan dengan eigen value dan eigen vector, yaitu antara lain: a. Matriks Matriks adalah sekumpulan elemen berupa angka/simbol tertentu yang tersusun dalam baris dan kolom berbentuk persegi. Suatu matriks biasanya dinotasikan dengan huruf kapital ditebalkan (misal matriks A, dituliskan dengan A). b. Vektor dari n dimensi Suatu vector dengan n dimensi merupakan suatu susunan elemenelemen yang teratur berupa angka-angka sebanyak n buah, yang disusun baik menurut baris, dari atas ke bawah (disebut vektor baris atau Row Vector dengan ordo 1 x n) maupun menurut kolom, dari kiri ke kanan (disebut vektor kolom atau Colomn Vector dengan ordo n x 1). Himpunan semua vektor dengan n komponen dengan entry riil dinotasikan dengan Rn. c. Eigen value dan Eigen Vector Definisi : Jika A adalah matriks n x n maka vector tak nol x di dalam Rn dinamakan Eigen Vector dari A jika Ax kelipatan skalar λ , yakni Ax = λx………………………….(4) Skalar λ dinamakan eigen value dari A dan x dikatakan eigen vektor yang bersesuaian dengan λ. 3. Uji Konsistensi Indeks dan Rasio Salah satu utama model AHP yang membedakannya dengan model-model pengambilan keputusan yang lainnya adalah syarat konsistensi mutlak. Dengan model AHP yang memakai persepsi
39
decision maker sebagai inputnya maka ketidakkonsistenan mungkin terjadi karena manusia memiliki keterbatasan dalam menyatakan persepsinya secara konsisten terutama kalau harus membandingkan banyak kriteria. Berdasarkan kondisi ini maka decision maker dapat menyatakan persepsinya tersebut akan konsisten nantinya atau tidak. Apabila CI bernilai nol, maka matriks pairwise comparison tersebut konsisten. Batas ketidakkonsistenan yang telah ditetapkan oleh Thomas L. Saaty ditentukan dengan menggunakan Rasio Konsistensi (CR), yaitu perbandingan indeks konsistensi dengan nilai Random Indeks (RI). Rasio konsistensi dapat dirumuskan sebagai berikut: …………….………..(5) Bila matriks pairwise comparison dengan nilai CR < 0.100 maka ketidakkonsistenan pendapat dari decision maker masih dapat diterima, jika CR > 0.100 maka penilaian perlu diulang. 3.6.3 Metode Analytical Network Process (ANP) Metode ANP digunakan untuk manghitung bobot kinerja rantai pasok dengan memperhatikan tingkat ketergantungan antar kelompok atau cluster. Perhitungan ANP dapat diselesaikan juga dengan menggunakan software Super Decisions. Adapun tahapan yang dilakukan dalam ANP adalah: 1. Pembuatan Konstruksi Model Langkah pertama adalah membuat model yang akan dievaluasi dan menentukan satu set lengkap jaringan kelompok (komponen) dan elemen-elemen yang relevan dengan tiap kriteria kontrol. Selanjutnya untuk masing-masing kriteria kontrol, tentukan semua elemen di tiap kelompok dan hubungkan mereka sesuai dengan pengaruh ketergantungan dari luar dan dari dalam kelompok. Hubungan tersebut menunjukkan adanya aliran pengaruh antar elemen. Anak panah yang menghubungkan suatu kelompok dengan kelompok yang lain menunjukkan pengaruh elemen suatu kelompok terhadap elemen kelompok yang lain. Selain itu, kelompok dari elemen memiliki loop di dalam diri mereka sendiri jika
40
elemen-elemennya saling bergantung satu sama lain. Selanjutnya hasil kuesioner dari beberapa responden digabung untuk menentukan ada tidaknya hubungan saling ketergantungan antar kriteria. 2. Pembuatan Matriks Perbandingan Berpasangan antar Kelompok/Elemen Pada tahap kedua ini, dipilih kelompok dan elemen-elemen yang akan dibandingkan sesuai dengan kriteria kontrol (apakah mereka mempengaruhi kelompok dan elemen lain yang berkaitan dengan kriteria kontrol atau dipengaruhi oleh kelompok dan elemen lainnya).
Gunakan
jenis
pertanyaan
yang
sama
untuk
membandingkan elemen dalam kelompok, yang berkaitan dengan elemen spesifik dalam suatu kelompok (kriteria kontrol); pasangan elemen mana yang berpengaruh lebih besar? Gunakan jenis pertanyaan yang sama untuk membandingkan kelompok. Kemudian, gunakan skala perbandingan fundamental pada Tabel 4, lakukan perbandingan berpasangan berikut matriks antara kelompok/elemen untuk menurunkan eigen vector dan untuk membentuk supermatriks. Perbandingan berpasangan yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Perbandingan Kelompok Melakukan perbandingan berpasangan pada kelompok yang mempengaruhi masing-masing kelompok yang saling terhubung, yang berkaitan dengan kriteria kontrol yang diberikan. Bobot yang diperoleh dari proses ini akan digunakan untuk memberikan bobot pada elemen-elemen yang sesuai dengan kolom blok dari supermatriks. Tetapkan nol bila tidak ada pengaruh. b. Perbandingan Elemen Melakukan
perbandingan
berpasangan
pada
elemen-elemen dalam kelompok mereka sendiri berdasarkan pengaruh mereka pada setiap elemen dalam kelompok lain yang saling terhubung (atau elemen-elemen dalam kelompok mereka sendiri).
41
c. Perbandingan untuk Alternatif Membandingkan semua alternatif yang berkaitan dengan masing-masing elemen di dalam komponen. Perbandingan berpasangan dilakukan dengan membuat matriks perbandingan berpasangan, dengan nilai aij merepresentasikan nilai kepentingan relatif dari elemen pada baris (i) terhadap elemen pada kolom (j); misalkan aij = wi / wj. Jika ada n elemen yang dibandingkan, maka matriks perbandingan A didefinisikan sebagai :
3. Pembuatan Supermatriks Vektor prioritas yang berasal dari matriks perbandingan berpasangan dimasukkan sebagai sub kolom dari kolom yang sesuai pada
supermatriks.
Supermatriks
merepresentasikan
prioritas
pengaruh dari elemen di sebelah kiri matriks terhadap elemen di atas matriks. Hasil dari proses ini adalah unweighted supermatrix (supermatriks
yang
tidak
tertimbang).
Kemudian,
weighted
supermatrix (supermatriks yang tertimbang) diperoleh dengan mengalikan semua elemen di blok dari unweighted supermatrix dengan bobot kelompok yang sesuai. Weighted supermatrix, dimana masing-masing kolom dijumlahkan jadi satu, dikenal sebagai kolom matriks stokastik. Weighted supermatrix kemudian dinaikkan sampai batas kekuatan untuk memperoleh prioritas akhir dari semua elemen dalam matriks limit yang disebut juga limiting supermatrix. Kemudian, hasil sintesis dari prioritas ini dinormalkan untuk memilih alternatif prioritas tertinggi. Di bawah ini merupakan struktur umum dari supermatriks.
42
Masing-masing kolom dalam Wij adalah eigen vector yang menunjukkankepentingan dari elemen pada komponen ke-i dari jaringan pada sebuah elemen pada komponen ke-j. Beberapa masukan yang menunjukkan hubungan nol pada elemen mengartikan tidak terdapat kepentingan pada elemen tersebut. Jika hal tersebut terjadi maka elemen tersebut tidak digunakan dalam perbandingan berpasangan untuk menurunkan eigen vector. Jadi yang digunakan adalah elemen yang menghasilkan nilai kepentingan bukan nol (Saaty, 2006). i dan j menunjukkan cluster yang dipengaruhi dan mempengaruhi, dan n adalah elemen dari cluster yang bersangkutan. Komponen dari sub-matriks dalam Wij adalah merupakan skala rasio yang diturunkan dari perbandingan pasangan yang dilakukan pada elemen di dalam cluster itu sendiri sesuai dengan pengaruhnya pada setiap elemen pada cluster yang lain atau elemenelemen dalam cluster yang sama. Hasilnya yang berupa unweighted supermatrix kemudian ditransformasikan menjadi suatu matriks yang penjumlahan dalam kolom menghasilkan angka satu untuk mendapatkan
supermatriks
stokastik.
Bobot
yang
diperoleh
digunakan untuk membobot elemen-elemen pada blok-blok kolom cluster yang sesuai dari supermatrik, yang akan menghasilkan weighted supermatrix yang juga stokastik. Sifat stokastik diperlukan dengan alasan-alasan yang akan dijelaskan di bawah ini. Suatu elemen dapat mempengaruhi elemen kedua secara langsung dan tidak langsung melalui pengaruhnya pada elemen ketiga dan kemudian dengan pengaruh dari elemen ketiga pada elemen kedua, sehingga setiap kemungkinan dari elemen ketiga harus diperhitungkan. Hal ini tertangkap dengan mengalikan matriks terbobot pangkat dua. Namun, elemen ketiga juga mempengaruhi elemen keempat, yang selanjutnya mempengaruhi elemen kedua. Pengaruh-pengaruh ini bisa diperoleh dari pangkat tiga weighted supermatrix. Selama proses berjalan secara berkesinambungan, akan didapatkan deret tak
43
terbatas
dari
matriks
pengaruh
yang
dinyatakan
dengan
k
W , k=1, 2,… . 4. Uji Konsistensi Index dan Rasio Untuk kedua tahap tersebut sama dengan pada pengukuran kinerja menggunakan AHP. 3.6.4 Analisis Risiko Analisis risiko secara deskriptif berdasarkan analisis manajemen risiko yaitu identifikasi risiko dengan teknik Non Numeric Multi Expert Multi Criteria Decision Making (ME-MCDM). Pengukuran risiko ratarata skor pendapat responden menggunakan modus yang selanjutnya dipetakan pada peta risiko. Selanjutnya analisis risiko untuk mendapatkan model risiko menggunakan teknik ME-MCDM untuk penilaian
risiko
menggunakan
dari
responden
ahli.
Teknik
agregasi
risiko
metode Ordered Weighted Averaging (OWA).
Tingkatan risiko dihubungkan dengan basis pengetahuan menggunakan basis aturan. Rumus hubungan ini menggunakan logika IF-THEN dengan format umum sebagai berikut IF (Tingkat Risiko) THEN (rekomendasi 1, rekomendasi 2,...). Metode penilaian risiko merujuk pada Santoso (2005). Jika dampak risiko sangat tinggi dan kemungkinan risiko sangat tinggi maka tingkat risiko pada suatu bagian akan menjadi sangat tinggi. Skala penilaian penurunan mutu ditentukan berdasarkan lima tingkatan yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. 3.6.5 Tahapan Penilaian Risiko Tahapan penilaian risiko diawali dengan penilaian risiko oleh pakar. Setelah penilaian pakar, tentukan Bj sebagai urutan nilai dari terbesar hingga nilai terkecil. Jumlah pakar yang ditetapkan dalam penilaian adalah tiga orang dengan batasan risiko merujuk Yager dalam Hadiguna (2010) yaitu sebagai berikut: QA (k)
= Sb(k)
b(1) = Int [1 + 1 * ( 5 – 1) / 3], dimana k= 1,2,3 b(1) = Int [1 + 1 * 4/ 3]
44
Perbandingan secara bebas dilakukan antara nilai aktual dengan preferensi pengambil keputusan dengan cara menghitung nilai tingkat kepentingan setiap peubah penentu menggunakan rumus 3 yaitu: Pi = Maxj...r [ Qj ^ Bj] Nilai agregasi risiko merupakan hubungan antara kemungkinan terjadinya risiko dan dampak risiko.Tujuan manajemen risiko rantai pasokan Sayuran Edamame adalah mendapatkan tindakan manajerial untuk mengatasi dampak risiko tersebut. Tindakan manajerial diperoleh melalui pengetahuan para praktisi di lapang dan pakar. Rangkuman tindakan manajerial tersebut dapat diolah menjadi sebuah rule base. Hubungan antara tingkat risiko dan kumpulan tindakan-tindakan manajerial akan menghasilkan tindakan-tindakan manajerial yang sesuai dengan tingkat risiko. Agregasi tingkatan risiko yang diperoleh akan dihubungkan dengan basis pengetahuan menggunakan rule base. Prosedur penilaian risiko dilakukan secara bertahap yaitu sebagai berikut: 1. Memasukkan hasil penilaian kemungkinan risiko dan dampak risiko untuk setiap elemen. Penilaian berdasarkan skala penilaian risiko. Data penilaian risiko diperoleh berdasarkan pendapat tiga orang ahli (pakar). 2. Melakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai risiko dari setiap faktor risiko untuk setiap pengambil keputusan ke-j (Vij) pada semua variabel (peubah) risiko. Rumus yang digunakan dalam perhitungan Yager dalam Santoso (2005) adalah: Pik=Min[NegI(qj)vPik(qj)] 3. Menentukan bobot faktor nilai pengambil keputusan (pakar) dengan formula: b(k) = Int [1 + k * ( q – 1) / r] 4. Menentukan nilai gabungan dari seluruh nilai pakar dengan metode OWA= Pi= Maxj...r [ Qj ^ Bj] 5. Melakukan proses perhitungan dari tahap 2 sampai tahap 4 dilakukan secara berulang sampai didapat agregasi secara total.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Rantai Pasokan Sayuran Edamame 4.1.1 Karakteristik dan Budidaya Sayuran Edamame Salah satu sayuran yang memiliki prospek yang baik untuk dipasarkan adalah sayuran Edamame. Seiring dengan perkembangan dan peningkatan kesejahtraan masyarakat Indonesia serta kebutuhan industri, maka konsumsi kedelai sebagai sumber protein nabati dan rendah kolesterol semakin diminati bagi sejumlah besar masyarakat Indonesia. Sayuran Edamame merupakan salah satu tanaman sejenis kedelai yang berasal dari daerah sub tropika, yang telah berhasil dikembangkan di Indonesia. Tanaman ini dikonsumsi sebagai kedelai segar, dengan rasa yang unik dan sangat tinggi nilai gizinya sebagai sumber vitamin, mineral, protein, energi. Sayuran Edamame menjadi satu-satunya sayuran yang mengandung semua (sembilan) jenis asam amino
esensial,
yang
dapat
menstabilkan
kadar
gula
darah,
meningkatkan metabolisme dan kadar energi, serta membantu membangun otot dan sel-sel sistem imun. Sayuran Edamame memiliki ukuran yang lebih besar daripada kedelai biasa. Jenis sayuran Edamame yang dibudidayakan oleh PT Saung Mirwan adalah jenis Ryokoh. Lahan tanam yang ideal untuk Sayuran Edamame yaitu pada ketinggian di bawah 1000 m di atas permukaan laut, derajat keasamaan tanah (pH) sekitar 5,5 - 6, dan tanahnya subur. Budidaya sayuran Edamame dapat dilakukan secara tumpang sari maupun monokultur. Budidaya sayuran Edamame dapat dilakukan secara tumpang sari, yaitu dengan Pohon Durian, Pohon Salak, dan Pohon Pisang. Informasi mengenai budidaya sayuran Edamame diperoleh dari penyuluhan dan pembinaan, yang dilakukan oleh penyuluh PT Saung Mirwan kepada petani mitra. Bagi petani mitra yang mengikuti saran yang dianjurkan oleh PT Saung Mirwan, mereka cenderung mendapatkan hasil panen yang lebih baik. Budidaya sayuran
46
Edamame yang diajarkan oleh PT Saung Mirwan terdiri dari beberapa tahapan, yaitu antara lain: 1. Persiapan Lahan Sebelum dilakukan pengolahan tanah, dilakukan terlebih dahulu pengecekan pH tanah untuk memperoleh hasil penanaman yang baik. pH optimal tanah yaitu pH 6. Apabila pH tanah di bawah pH 6, maka perlu diaplikasikan kapur pertanian atau dolomit. Untuk areal selain lahan ex sawah, dianjurkan untuk mengaplikasikan herbisida dengan tujuan untuk mengurangi biaya pemeliharaan. Penerapan hal ini dilakukan 20 hari sebelum pengolahan tanah. 2. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah dilakukan dua minggu sebelum penanaman, dengan menggunakan bajak. Tujuan pengolahan tanah yaitu untuk membuka tanah dan mematikan biji-biji rumput atau akar-akar rumput, sehingga pertumbuhan rumput terhambat. Tinggi bedengan untuk tanaman sayuran Edamame yaitu +/- 15 - 20 cm dari permukaan tanah, panjang bedengan 10 m, dan lebar bedengan 1,1 m. Jarak antar bedengan tanaman Sayuran Edamame yaitu 40 - 60 cm. 3. Persiapan Tanam Pupuk kandang yang dianjurkan oleh PT Saung Mirwan adalah pupuk kandang sapi atau kambing yang sudah masak (tidak berbau dan
berwarna
hitam),
tetapi
tidak
memungkinkan
dapat
menggunakan pupuk ayam. Pupuk disebarkan di atas bedengan dalam jumlah 4 ton/ha dan bisa dilakukan secara bersamaan dengan penyebaran dolomit (bila diperlukan). Penyebaran pupuk dasar yaitu Urea 100 kg/ha, SP 36 kg/ha, dan KCl 100 kg/ha dilakukan tujuh hari sebelum tanam, setelah lahan digaru, tujuannya adalah supaya pupuk tercampur dengan tanah. Apabila lahan penanaman kering, sebaiknya 1 - 2 hari sebelum pananaman dilakukan pengairan.
47
4. Penanaman Sebelum ditanam, benih Sayuran Edamame di treatment dengan menggunkaan
Marshal atau Benlate. Tujuannya adalah untuk
mencegah serangan hama dan penyakit. Kedalaman penanaman benih sayuran Edamame +/- 1 - 1,5 cm, apabila ditugal, ujung tugal perlu ditumpulkan. Kedalaman benih sayuran Edamame jangan terlalu dalam, sebab akan mudah rusak. Kebutuhan benih per Ha adalah 60 kg, ± 150.000 biji benih. 5. Pemeliharaan a. Pengamatan germinasi atau daya tumbuh dilakukan 10 hari setelah tanam, bertujuan untuk mengetahui populasi tanaman dan untuk penyulaman. b. Penyulaman dilakukan setelah berumur 10 hari atau 10 hari setelah tanam sampai dengan 15 hari setelah tanam. Penyulaman adalah kegiatan mengamati benih yang tidak tumbuh dan menggantikannya dengan benih yang sudah ditanam selama 10 hari atau 15 hari. c. Pengairan dilakukan setiap 5 - 7 hari sekali, tergantung dari kondisi tanah dan tanaman. Umumnya, bila tanah berpasir, maka frekuensi pengairan lebih sering dilakukan, bila dibandingkan dengan tanah liat. Karena tanah liat memiliki kemampuan menahan air di dalam tanah yang lebih baik. d. Pemupukan susulan I dilakukan setelah selesai dilakukannya penyiangan I, yaitu 10 - 14 hari setelah tanam. Komposisi pupuk yaitu: Urea 100 kg/ha atau 182 gr/bedeng dan KCl 80 kg/ha atau 145 gr/bedeng (jumlah bedeng/ha yaitu 550 bedeng). Pemupukan susulan II diberikan pada umur 24 - 28 hari setelah tanam (diaplikasikan setelah dilakukan penyiangan) sebanyak 180 gr/bedeng Urea dan 180 gr/bedeng KCl. Tujuan diberikan setelah penyiangan adalah untuk mencegah persaingan penyerapan pupuk Urea dan KCl antara rumput dan tanaman sayuran Edamame
48
e. Penyemprotan dilakukan pertama kali saat tanaman berumur 10 hari setelah tanam, bertujuaan untuk mencegah serangan hama Agromyza sp. Hama ini menyerang pangkal batang tanaman sayuran Edamame, meletakkan telurnya di dalam batang sehingga tanaman akan mati dengan gejala serangan seperti kekeringan. Apabila batangnya dibelah, maka akan tampak telur-telur Agromyza sp di dalamnya. Penyemprotan selanjutnya dilakukan secara berkala yaitu 7 atau 8 hari sekali untuk mencegah hamahama seperti ulat jengkal, ulat grayak, penghisap polong sesuai dengan periode-periode pertumbuhan tanaman sayuran Edamame. Cara mengendalikannya dengan menggunakan insektisida Decis, Curacron, atau Regent, sedangkan untuk mengendalikan penyakit seperti Phakopspora pachhyrhizi (penyakit karat), Xanthomonas phaseoli (penyakit bercak daun) dapat menggunakan Dithane atau Benlate. 6. Panen Panen dilakukan setelah tanaman berumur ± 67 hari. Kriteria polong siap panen, yaitu warna hijau segar, polong sudah terisi penuh, sehat (tidak terserang hama atau penyakit), biji dalam polong 2 - 3, dan jumlah polong/0,5 kg minimum 150 polong. 7. Pasca panen Hasil panen harus dikirim langsung ke PT Saung Mirwan, tidak disimpan terlebihdahulu, bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas. Upaya untuk mendapatkan hasil panen yang sesuai dengan kriteria polong siap panen, petani harus melakukan pemberantasan hama dan penyakit. Pemberantasan hama dan penyakit sering menjadi faktor penurunan kualitas sayuran Edamame.
49
4.1.2 Identifikasi dan Aktivitas Rantai Pasok Sayuran Edamame Rantai pasok adalah jejaring fisik dan aktivitas yang terkait dengan aliran bahan dan informasi di dalam atau melintasi batas-batas perusahaan. Sebuah rantai pasok akan terdiri dari rangkaian proses pengambilan keputusan dan eksekusi yang berhubungan dengan aliran bahan, informasi, dan uang. Proses dari rantai pasok bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, mulai dari produksi sampai konsumen akhir (Hadiguna, 2010). Rantai pasok sayuran Edamame terfokus pada pengaturan aliran sayuran Edamame, uang, dan informasi dimulai dari hulu sampai ke hilir, sebaliknya, dan dari dua arah. Anggota
primer
rantai
pasok
sayuran
Edamame
yang
diintroduksi oleh PT Saung Mirwan yaitu petani, PT Saung Mirwan (sebagai pengolah), dan ritel atau biasanya PT Saung Mirwan menyebutnya customer. Dalam rantai pasok sayuran Edamame, sayuran Edamame dari petani didistribusikan kepada PT Saung Mirwan, kemudian PT Saung Mirwan mendistribusikan sayuran Edamame ke customer. Rantai pasokan mencakup keseluruhan interaksi antara pemasok,
perusahaan
manufaktur
(perusahaan
pengolah),
dan
konsumen. Berikut di bawah ini adalah anggota primer rantai pasok sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan: 1. Petani sebagai Mitra Tani PT Saung Mirwan Jenis kemitraan yang dilakukan oleh PT Saung Mirwan, yaitu mitra tani dan mitra beli. Mitra tani yaitu hubungan kerja sama dengan petani yang berada di sekitar perusahaan. Sedangkan mitra beli yaitu hubungan kerja sama antara PT Saung Mirwan dengan petani atau perusahaan lain, dimana petani memproduksi sayuran dengan modal sendiri, tanpa bantuan dari PT Saung Mirwan dan tanpa ada ikatan dengan PT Saung Mirwan. Status kepemilikan lahan sayuran Edamame petani mitra dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu, lahan milik sendiri, lahan sewaan, dan lahan milik perusahaan. Biaya sewa lahan sayuran Edamame bekisar Rp 10 juta/Ha/tahun. Luas lahan tanaman sayuran Edamame petani
50
mitra bekisar 0,03 Ha - 0,433 Ha dengan jumlah produksi bekisar 117 kg - 1517 kg/petani/panen. Petani mitra yang bekerja di lahan perusahaan mendapatkan upah bekisar Rp. 40.000,00/hari dengan waktu kerja selama enam hari dalam satu minggu. Sistem pemesanan benih yang dilakukan oleh petani mitra berdasarkan perjanjian dengan PT Saung Mirwan. Harga jual benih sayuran Edamame yang diterima oleh petani mitra adalah Rp 40.000,00/kg. Petani membayar benih secara kredit, yaitu dibayar setelah hasil panen dikirim ke PT Saung Mirwan. Standar kualitas benih yang yang diberikan PT Saung Mirwan kepada petani yaitu daya tumbuh benih (germinasi) minimum 85% dan jumlah biji/kg bekisar antara 2500 - 2800 biji, sehingga bobot/biji adalah 0,4 gram - 0,36 gram. Petani mitra dapat melakukan panen sebanyak enam kali dalam satu tahun. Hasil panen sayuran Edamame cenderung berubah-ubah karena hama dan penyakit, luas lahan, dan kondisi lahan. Sampai saat ini petani mitra belum menerapkan Good Agriculture Practise (GAP) karena belum adanya informasi Good Agriculture Practise (GAP) mengenai Sayuran Edamame dan petani melakukan budidaya Sayuran Edamame sesuai dengan Standard Operational Procedure yang disarankan oleh PT Saung Mirwan. Pihak PT Saung Mirwan pun sampai saat ini belum mendapatkan informasi mengenai Good Agriculture Practise (GAP) mengenai Sayuran Edamame. Meskipun demikian, petani mitra mendapatkan hasil panen yang berkualitas. Permasalahan yang dihadapi oleh petani mitra dalam melakukan budidaya sayuran Edamame yaitu ketersediaan benih yang tidak konsisten, mutu benih yang kurang berkualitas, adanya serangan hama dan penyakit, dan pembayaran hasil panen dari pihak PT Saung Mirwan yang terkadang terlambat. Cara mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut yaitu dengan cara membuat cadangan persediaan benih, melakukan pemeliharaan yang rutin (pemberantasan hama dan penyakit secara dini dan secara tepat
51
waktu), dan petani mitra terbuka terhadap perusahaan atau atasan, sehingga pendanaan yang lain dapat dialihkan untuk penanaman sayuran Edamame. Hubungan antara petani mitra dengan PT Saung Mirwan berjalan dengan baik. Indikator yang mempengaruhinya adalah adanya pembinaan dan penyuluhan dari PT Saung Mirwan mengenai budidaya Sayuran Edamame, manajemen usaha petani, administrasi keuangan, dan penyusunan rencana bisnis. 2. PT Saung Mirwan PT Saung Mirwan adalah perusahaan agribisnis yang memproduksi berbagai sayuran hidroponik maupun konvensional. Komoditi yang diperjualbelikan diantaranya adalah paprika, tomat recento, timun jepang, Edamame, berbagai jenis sayuran daun, berbagai jenis Lettuce, dan masih banyak komoditi lain yang dapat disediakan. Awal berdirinya PT Saung Mirwan berawal dari niat seorang pengusaha bernama Bapak Tatang, yang beralih dari bisnis jasa konstruksi dan periklanan pada tahun 1984. Beliau lebih berminat pada profesi sebagai petani untuk mengisi masa pensiun. Bapak Tatang untuk mewujudkan obsesinya, kemudian menyewa lahan di Cipanas seluas 7 hektar, dan mengusahakan tak kurang dari 30 komoditas sayuran. Seluruhnya dikelola dengan menganut cara ala petani Cipanas. Strategi Tatang dalam menjalankan usaha bisnisnya adalah menembak pasar khusus menjadikan PT Saung Mirwan sebagai salah satu ‘konglomerat’ sayuran dan bibit bunga. Menyadari pentingnya dukungan dari luar perusahaan, tahun 1995 PT Saung Mirwan mencoba membina hubungan dengan segelintir petani. Sebagai mitra, petani mengusahakan sejumlah komoditas sayuran sesuai permintaan PT Saung Mirwan. Mereka banyak dibantu baik modal, benih maupun transfer budidayanya. Hampir setiap minggu ada penyuluh yang mendatangi petani mitra untuk memantau perkembangan kebun.
52
Visi PT Saung Mirwan adalah menjadi salah satu leader di bidang agribisnis dengan menerapkan teknologi tepat guna untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pertanian. Adapun misi PT Saung Mirwan adalah sebagai berikut: a. Menghasilkan produk pertanian yang berkualitas tinggi secara berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan pasar. b. Senantiasa meningkatkan kualitas produk, kualitas sumber daya manusia, dan kualitas pelayanan untuk memberikan kepuasan pelanggan. c. Mengembangkan sistem agribisnis melalui jaringan kemitraan. d. Bekerjasama
dengan
berbagai
lembaga
penelitian
untuk
menerapkan teknologi tepat guna yang bermanfaat untuk pelaku agribisnis. PT Saung Mirwan dipimpin oleh seorang Direktur Utama (Dirut) yang sekaligus bertindak sebagai pendiri dan pemilik perusahaan yang bertanggung jawab atas segala aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan. Dalam menjalankan tugasnya, Dirut dibantu oleh Sekretaris Direktur yang bertugas untuk mengurus segala keperluan direktur. Dirut mempunyai beberapa staf ahli yaitu Information Technology (IT) yang memberikan informasi serta masukan yang penting bagi Dirut dalam pengambilan keputusan, Quality Assurance (QA) yang memberikan masukan untuk dapat menghasilkan produk yang berkualitas dan memenuhi standar serta Research
and
Development
(R&D)
yang
bertugas
untuk
mengembangkan dan melakukan penelitian terhadap inovasi dan penelitian untuk produksi. Direktur Utama PT Saung Mirwan membawahi tiga orang direktur, yaitu Direktur Bidang Produksi, Direktur Bidang Komersial, dan Direktur Bidang Umum. Struktur PT Saung Mirwan dapat dilihat pada Gambar 6. Bidang Umum terbagi dalam Divisi Keuangan dan Accounting, Human Resources, General Assurance, dan Teknik. Divisi Keuangan bertugas untuk mencatat semua
53
pengeluaran dan pemasukan serta yang berhubungan dengan keuangan. Divisi General Assurance dan Divisi Human Resource bertugas untuk mencatat absen karyawan dan menentukan insentif untuk karyawan. Selain itu divisi ini juga bertugas untuk menilai kinerja karyawan. Divisi Teknik bertugas untuk mengurus masalah teknik misalnya jika terjadi kerusakan pada mobil pengangkutan, maka melaporkan ke divisi teknik. Bidang Produksi terdiri dari Divisi Produksi Kebun Gadog dan Divisi
kemitraan
(berhubungan
dengan
mitra
tani
PT Saung Mirwan), sedangkan Bidang Komersial terdiri dari Divisi Penjualan Sayuran, Divisi Penjualan Bunga, Divisi Pengadaan, dan Divisi Pengemasan. Divisi yang akan dibahas lebih mendalam dalam penelitian adalah yaitu Divisi Kemitraan (karena Edamame diproduksi oleh petani mitra PT Saung Mirwan), Divisi Penjualan Sayuran, Divisi Pengadaan, dan Divisi Pengemasan. a. Divisi Kemitraan Divisi Kemitraan PT Saung Mirwan melakukan hubungan kemitraan dengan para petani sayuran Edamame di sekitar perusahaan. Tujuan
PT Saung Mirwan melakukan hubungan
kemitraan adalah untuk
memenuhi permintaan customer
PT Saung Mirwan, mendapatkan sayuran Edamame, dan untuk membantu petani dalam meningkatkan kesehjahtraan petani. Petani yang ingin melakukan hubungan kemitraan dengan PT Saung Mirwan harus memberikan identitas diri (berupa fotocopy Kartu Tanda Pengenal), petani menyepakati perjanjian bahwa benih yang akan ditanam adalah benih yang berasal dari PT Saung Mirwan, dan petani wajib menjual hasil panen sayuran Edamame kepada PT Saung Mirwan. Divisi kemitraan melakukan kemitraan dengan petani dalam hal pemberian pinjaman benih, budidaya sayuran Edamame, membuat program tanam sayuran Edamame, dan pembeliaan hasil panen sayuran Edamame.
54 Direktur Utama PT Saung Mirwan Staf Ahli IT, QA, R&D
Bidang
Bidang Komersial
Bidang Umum
Kebun Gadog
Div. Penjualan Sayur
Div. Teknik
Div. Kemitraan
Div. Penjualan Bunga
Div. Keuangan dan Accounting
Div. Pengadaan Div. Pengemasan
Div. Human Resources Div. General Assurance
Gambar 6. Struktur Organisasi PT Saung Mirwan PT Saung Mirwan pernah mengalami kesulitan benih, hal tersebut dikarenakan faktor iklim dan cuaca yang tidak mendukung
dalam
pembuatan
benih.
Oleh
karena
itu,
PT Saung Mirwan mengajarkan kepada petani dalam hal pembuatan benih Edamame. Hubungan kemitraan antara PT Saung Mirwan dan petani Edamame didasarkan pada sebuah komitmen dan perjanjian. Komitmen tersebut berdasarkan harga, kualitas, dan volume sayuran Edamame. Bentuk perjanjian yang dilakukan adalah kontrak berdasarkan per musim tanam. Risiko yang terdapat dalam menjalin hubungan kemitraan dengan petani yaitu tidak terpenuhinya kualitas, kuantitas, dan target
produksi
sayuran
Edamame
yang
diharapkan
PT Saung Mirwan. Meskipun demikian, PT Saung Mirwan tidak kesulitan dalam menjalin hubungan kemitraan dengan petani mitra, karena kedua belah pihak saling membutuhkan. PT Saung Mirwan juga melakukan kerjasama dengan pihak lain yaitu Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Badan Penelitian
55
Sayuran. Kerjasama yang dilakukan adalah melakukan percobaan mengenai budidaya sayuran Edamame. Sifat hubungan kerja sama yang dilakukan adalah temporer. Manfaat yang diperoleh dalam melakukan hubungan kerja sama yaitu dalam hal pengembangan budidaya sayuran Edamame. b. Divisi Penjualan Sayuran Penjualan dan pemasaran Edamame PT Saung Mirwan dilakukan oleh divisi penjualan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan omset dan laba yang sebesar-besarnya. Ritel atau customer PT Saung Mirwan saat ini adalah Carrefour, Matahari, Diamond, dan Farmer. Customer tersebut sudah lama melakukan hubungan kerja sama dengan PT Saung Mirwan dalam hal pengadaan sayuran Edamame, semenjak ritel tersebut berdiri. Strategi pemasaran terdiri dari segmentation, targetting, dan positioning. Segmentation sayuran Edamame PT Saung Mirwan adalah semua customer yang ingin menjual sayuran Edamame, targgeting PT Saung Mirwan adalah customer yang selalu memberikan keuntungan bagi PT Saung Mirwan (setelah beberapa lama melakukan hubungan kerjasama, memiliki histori pembayaran yang bagus kepada PT Saung Mirwan). Positioning Edamame PT Saung Mirwan adalah sayuran Edamame yang berkualitas dengan jumlah yang tepat pada saat yang tepat (dari segi kuantitas pun berkualitas). Bauran pemasaran terdiri dari product, price, place, dan promotion. Product yang dijual adalah sayuran Edamame yang fresh (berwarna hijau segar). Price sayuran Edamame dibagi menjadi
dua
harga.
Pertama,
harga
Edamame
adalah
Rp 10.000,00 - Rp 13.000,00/kg untuk sayuran Edamame curah dan Rp 18.000,00/kg untuk sayuran Edamame pack. Tempat pemasaran dan penjualan sayuran Edamame berada di Kota Jakarta dan Kota Tangerang. Promosi yang dilakukan oleh PT Saung Mirwan dengan cara melakukan demo masak di store,
56
membagikan pamflet dan brosur, mengurangi harga jual sayuran Edamame, dan promosi melalui media internet. Sistem pemesanan yang dilakukan antara PT Saung Mirwan dengan customer yaitu dengan cara melakukan perjanjian. Perjanjian yang dilakukan antara PT Saung Mirwan dengan customer berisikan Supplier Name, Supplier Maintenance, Rebates, Promotion, Trading Term, Store Opening/Special Occasion, dan Holiday Closing Period. Supplier name terdiri dari nama perusahaan dan kode perusahaan. Supplier maintenance terdiri dari data PT Saung Mirwan sebagai supplier tetap atau musiman, beserta nomor gudang ritel yang akan dituju sebagai tempat pengiriman produk. Rebates merupakan perjanjian antara pemasok dengan pihak ritel terkait dengan biaya display barang dan potongan penjualan. Promotion berisikan persentase biaya promosi yang ditanggung oleh pemasok. Trading Term adalah aturan-aturan umum terkait dengan pengiriman barang ke ritel. Hal-hal yang diatur dan disepakati dalam Trading Term antara lain mengenai waktu pembayaran pesanan oleh ritel, tenggang waktu pengiriman, diskon reguler, biaya registrasi, kompensasi keterlambatan pengiriman barang, biaya
pengemasan,
kompensasi
pelayanan,
pengembaliaan
produk, dan ketentuan harga. Store opening merupakan bentuk kerja sama yang dilakukan perusahaan pemasok dengan pihak ritel yang berada di kantor pusat terkait dengan pembukaan cabang atau toko baru. Holiday Closing Period merupakan tenggang waktu yang telah disepakati antara perusahaan pemasok dengan perusahaan ritel mengenai penundaan pengiriman barang berkaitan dengan peringatan hari-hari besar seperti perayaan lebaran, natal, tahun baru, dan perayaan hari-hari besar. Mekanisme pembayaran yang dilakukan oleh pihak customer dengan PT Saung Mirwan secara kredit, dengan tempo pembayaran selama dua-tiga minggu setelah pemberian faktur
57
kepada
ritel.
Pendistribusian
sayuran
Edamame
dari
PT Saung Mirwan ke customer dengan menggunakan mobil truk yang dilengkapi dengan cold storage. Complain atau masalah dari customer yang biasa diterima oleh PT Saung Mirwan mengenai kualitas dan kuantitas sayuran Edamame. Kualitas yang kurang baik disebabkan karena adanya bintik hitam pada polong dan polong yang kurang berisi. Kuantitas Edamame yang disebabkan karena jumlah sayuran Edamame yang tidak sesuai dengan permintaan customer. Upaya yang biasanya dilakukan oleh Divisi penjualan dan pemasaran PT Saung Mirwan dalam mengatasi kondisi tersebut, adalah dengan memberitahukan kondisi yang sebenarnya secara jujur kepada customer (terbuka terhadap customer). Risiko yang terjadi pada penjualan dan pemasaran sayuran Edamame adalah yang berkaitan dengan kualitas dan kuantitas sayuran Edamame. Ketika persediaan sayuran Edamame sedikit, customer tetap menerimanya dan tidak complain karena customer sangat membutuhkan sayuran Edamame. Tetapi ketika persedian sayuran Edamame cukup banyak, customer menolaknya dan complain.
Walaupun
demikian,
sejauh
ini
hubungan
PT Saung Mirwan dengan customer berjalan dengan baik dan hubungan kerja sama dibangun diatas keterbukaan dan kejujuran. c. Divisi Pengadaan Divisi pengadaan merupakan salah satu divisi di Bidang Komersial. PT Saung Mirwan memperoleh sayuran Edamame dari petani mitra (daerah sekitar Gadog di Bogor) dan pemasok Edamame yang lain (daerah sekitar Garut dan daerah Jember Jawa Timur). Jumlah pemesanan sayuran Edamame terhadap mitra tani, kelompok usaha tani, atau kombinasi dari keduanya adalah 3 - 4 ton/minggu. Sistem pengadaan sayuran Edamame yang dilakukan oleh PT Saung Mirwan, yaitu dengan cara Bidang produksi membagi
58
program tanam ke petani mitra, setelah panen, hasil panen diberikan kepada PT Saung Mirwan, Edamame dibersihkan, Edamame dikemas, dan kemudian Edamame siap untuk dikirim ke customer. Prosedur pemesanan Edamame dari petani (mitra tani) atau pemasok (mitra beli), yaitu dengan sistem kontrak (berdasarkan perjanjian) dan dipesan secara langsung. Sistem pembayaran Edamame dilakukan secara kredit dalam jangka waktu empat minggu. Permasalahan yang dihadapi dalam melakukan pengadaan sayuran Edamame, yaitu ketersediaan bahan baku Edamame yang tidak konsisten, mutu sayuran Edamame yang tidak sesuai dengan yang diharapkan, permintaan dan penawaran yang tidak seimbang, kurangnya informasi, jumlah hasil panen petani mitra yang tidak sesuai rencana (karena faktor cuaca, benih yang tidak berkualitas, pestisida). Cara mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut, yaitu dengan cara menyimpan benih lebih banyak pada saat musim panas, melakukan strategi harga, tidak panen di siang hari agar warna sayuran Edamame tidak menjadi kuning, dan hasil panen tidak diletakkan di tempat yang terlalu lembab. Pada saat ketersediaan sayuran Edamame sedikit, sedangkan permintaan sayuran Edamame tinggi, cara yang tepat untuk mengatasi hal tersebut dengan membeli Edamame dari mitra beli. Pada saat ketersediaan sayuran Edamame banyak, sedangkan permintaan sayuran Edamame rendah, cara yang tepat untuk mengatasi hal tersebut dengan melakukan promosi sayuran Edamame dan menurunkan harga jual sayuran Edamame. Kontinuitas hubungan yang terjalin antara PT Saung Mirwan dengan petani atau pemasok Edamame berdasarkan kepuasan kedua belah pihak dan harus saling menguntungkan.
59
d. Divisi Pengemasan Pengemasan adalah kegiatan penanganan pasca panen sayuran Edamame. Peralatan dan bahan yang diperlukan untuk kegiatan pasca panen sayuran Edamame, dibagi menjadi tiga bagian, yaitu peralatan dan bahan untuk panen, untuk penerimaan dan penyimpanan, dan untuk pengemasan sayuran Edamame. Peralatan yang dibutuhkan untuk panen yaitu krat plastik dan alat transportasi. Krat plastik berfungsi untuk tempat sayuran Edamame setelah dipanen dan alat transportasi berfungsi untuk membawa sayuran Edamame dari lahan atau kebun ke packing house . Alat transportasi yang digunakan adalah mobil dan motor. Peralatan
yang
dibutuhkan
untuk
penerimaan
dan
penyimpanan yaitu timbangan digital, meja sortir, krat plastik, dan cold storage. Timbangan digital berfungsi untuk menimbang sayuran Edamame dari petani, meja sortir berfungsi untuk memisahkan sayuran Edamame yang diterima dan ditolak oleh PT Saung Mirwan, krat plastik berfungsi
untuk tempat sayuran
Edamame yang diterima oleh PT Saung Mirwan, dan cold storage berfungsi untuk menyimpan dan atau mendinginkan sayuran Edamame yang diterima PT Saung Mirwan. Peralatan yang dibutuhkan untuk pengemasan Edamame yaitu meja kerja, wrapping holder, pisau, dan bahan kemasan. Meja kerja berfungsi untuk proses pengemasan sayuran Edamame, wrapping holder untuk tempat dudukan plastik film, pisau berfungsi untuk menyobek plastik film, dan bahan kemasan digunakan pada tahap penyelesaian. Bahan kemasan terdiri dari tray foam, plastik film, dan bahan perekat (selotip).
Tray foam berfungsi untuk kemasan
sayuran Edamame, plastik film berfungsi untuk penutup kemasan sayuran Edamame, dan bahan perekat berfungsi sebagai perekat. Ketentuan kemasan Edamame PT Saung Mirwan terdiri dari Edamame yang berkualitas, sesuai dengan kriteria yang
60
ditetapkan oleh PT Saung Mirwan dan ketentuan kemasan yang diinginkan oleh customer, sehingga ukuran kemasan Edamame bermacam-macam sesuai dengan permintaan customer. Kemasan sayuran Edamame yang diminta oleh customer dibagi menjadi dua, yaitu kemasan untuk sayuran Edamame pack dan kemasan untuk sayuran Edamame curah. Kemasan sayuran Edamame pack menggunakan bahan pengemasan seperti tray foam, plastik film, dan bahan perekat, sedangkan kemasan sayuran Edamame curah menggunakan bahan pengemasan seperti carton box dan plastik atau krat plastik. Proses
pengemasan
sayuran
Edamame
pada
PT Saung Mirwan terdiri dari dua tahap. Pertama, sayuran Edamame yang akan dikemas adalah sayuran Edamame hasil sortir oleh bagian penerimaan yang telah didinginkan di cold storage. Kedua, sayuran Edamame ditata pada tray foam, berat sayuran Edamame disesuaikan dengan permintaan customer, kemudian ditutup dengan plastik film. Ukuran kemasan sayuran Edamame pack yang diminta oleh customer yaitu 250 g/pack dan 500 g/pack. Ukuran kemasan sayuran Edamame curah yang diminta oleh customer yaitu 10 kg/carton box dan 5 kg/krat plastik. 3. Customer Salah satu customer PT Saung Mirwan adalah PT Carrefour Lebak Bulus. Visi PT Carrefour adalah “Dikenal dan Dicintai karena Membantu Pelanggan dan Konsumen untuk Menikmati Kualitas Hidup yang Lebih Baik Setiap Hari”. Misi PT Carrefour adalah “Menjadi Ritel Pilihan Di Indonesia Pada 2012”. PT Carrefour Indonesia berdiri pada tanggal 1 September 1999. Kegiatan yang dilakukan oleh PT Carrefour adalah melakukan penjualan dan pembeliaan Consumer Goods. Dalam menganalisis PT Carrefour dibagi menjadi 4 (empat) aspek yaitu aspek pemasaran, aspek kemitraan, aspek pengadaan, aspek pengemasan.
61
a. Aspek Pemasaran Pemasaran sayuran Edamame PT Carrefour dilakukan oleh divisi pemasaran dengan tim. Tujuan dari kegiatan pemasaran Edamame PT Carrefour adalah untuk penjualan sayuran Edamame, mendapatkan keuntungan, untuk penetrasi pasar, dan edukasi ke customer. Strategi pemasaran terdiri dari segmentation, targeting, dan positioning.
Segmentation sayuran Edamame PT Carrefour
adalah semua pasar. Targeting sayuran Edamame PT Carrefour adalah golongan
menengah ke atas. Positioning sayuran
Edamame PT Carrefour adalah makanan cemilan yang sehat. Bauran pemasaran terdiri dari product, price, place, dan promotion. Product yang dijual adalah sayuran Edamame yang fresh (berwarna hijau segar). Price sayuran Edamame dibagi menjadi
dua
harga.
Pertama,
harga
Edamame
adalah
Rp 10.000,00 - Rp 13.000,00/kg untuk sayuran Edamame curah dan Rp 18.000,00/kg untuk sayuran Edamame pack. Tempat pemasaran dan penjualan sayuran Edamame berada di daerah yang memiliki komunitas golongan menengah ke atas. Promosi yang dilakukan oleh PT Carrefour dengan cara melakukan demo masak di store, membagikan pamflet dan brosur, mengurangi harga jual sayuran Edamame, memasang iklan di koran, word of mouth, dan promosi melalui media internet. Kualitas
sayuran
Edamame
yang
diintroduksi
oleh
PT Saung Mirwan berbeda dengan kualitas sayuran Edamame perusahaan lain. Kualitas sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan telah memenuhi spesifikasi yang sesuai dengan PT Carrefour. Kualitas sayuran Edamame yang diminta oleh PT Carrefour yaitu warna kulit polong hijau segar, jumlah biji dalam polong 2 - 3 biji, tidak cacat, jumlah polong/0,5 kg maksimum 150 polong, dan tidak busuk.
62
b. Aspek Kemitraan, Aspek Pengadaan, dan Aspek Pengemasan PT Carrefour melakukan hubungan kerja sama dengan PT Saung Mirwan dalam hal pengadaan dan pemasaran sayuran Edamame. Tujuan PT Carrefour melakukan hubungan kemitraan dengan PT Saung Mirwan adalah untuk mendapatkan kualitas dan kuantitas produktifitas sesuai dengan target yang dibutuhkan. Kebutuhan sayuran Edamame bekisar 1 ton/minggu. Kualitas kemasan sayuran Edamame PT Saung Mirwan lebih rapih dan sesuai dengan keinginan PT Cafferour. Alur pemesanan sayuran Edamame antara PT Carrefour dengan PT Saung Mirwan adalah pihak ritel mengirimkan Purchasing Order dan PT Saung Mirwan menerimanya, kemudian PT Saung Mirwan mengirimkan
Delivery Order
kepada Distribution Centre atau ritel, kemudian pihak ritel menyortir sayuran Edamame. Apabila ada yang tidak sesuai dengan spesifikasi PT Carrefour, maka sayuran Edamame dikembalikan kepada PT Saung Mirwan. PT Carrefour dengan PT Saung Mirwan melakukan hubungan kerja sama dengan baik, komunikasi kedua belah pihak lancar, dan saling terbuka. Risiko yang terjadi dalam menjalin hubungan kerja sama dengan PT Saung Mirwan yaitu pemenuhan kapasitas tidak terpenuhi, adanya risiko bisnis, dan sayuran Edamame yang dipesan di awal tidak semuanya habis terjual sehingga menyebabkan produk basi. Permasalahan yang dihadapi dalam pengadaan sayuran Edamame selama ini adalah karakteristik sayuran Edamame yang sulit diprediksi dan memiliki jumlah ketidakpastiaan yang cukup tinggi. Cara yang biasa dilakukan oleh PT Carrefour adalah mencari supplier lain atau tidak menjual sayuran Edamame.
63
4.2. Prioritas dari Anggota Rantai Pasok Sayuran Edamame Dalam Manajemen Risiko Rantai Pasokan 4.2.1 Proses Bisnis Rantai Pasokan Ruang lingkup Supply Chain Operations Reference (SCOR) meliputi
Plan,
Source,
Make,
Process,
dan
Deliver.
SCOR
menunjukkan adanya suatu proses bisnis dalam rantai pasok. Ruang lingkup SCOR dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Skema Ruang Lingkup SCOR (SCOR Model dalam Marimin dan Maghfiroh, 2010) 1. Plan (Perencanaan) Perencanaan merupakan proses awal dalam rantai pasok. Perencanaan kegiatan merencanakan rantai pasokan mulai dari pengadaan sumber daya rantai pasokan, merencanakan produksi, merencanakan
penjualan
dengan
memperkirakan
permintaan,
merencanakan distribusi, merencanakan pengiriman, merencanakan persediaan, hingga merencanakan saluran penjualan. Perencanaan menjadi sangat penting karena perencanaan digunakan untuk membuat suatu strategi dalam pengadaan sumber daya yang dibutuhkan, untuk menghasilkan produk yang memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan kepada konsumen. 2. Source (Pengadaan) Proses ini berkaitan dengan pengadaan bahan baku dan pelaksanaan outsource. Proses ini meliputi komunikasi, negosiasi, penerimaan barang, inspeksi dan verifikasi, hingga pembayaran barang kepada pemasok. Umumnya proses ini dilakukan oleh bandar,
64
usaha dagang dan koperasi dengan menjalin kerjasama dengan petani dan pemasok barang non pertanian baik secara individu maupun kelompok yang dipercaya dapat memasok barang yang sesuai dengan standar mutu. Manajemen pengadaan mencakup penentuan harga, pengiriman, pembayaran kepada pemasok, dan meningkatkan hubungan baik. Penentuan harga melalui mekanisme pasar dan berdasarkan pada pasar yang dituju (pasar modern/pasar tradisional), dan jalur rantai distribusi. 3. Make (Budidaya) Budidaya adalah kegiatan menghasilkan sayuran Edamame. Budidaya merupakan faktor penentu terhadap kelangsungan rantai pasok sayuran Edamame. Budidaya merupakan proses produksi sayuran Edamame yang membutuhkan ketersediaan sarana produksi baik lahan, benih, pupuk, irigasi, dan lain-lain. 4. Process (Pengolahan) Pengolahan merupakan lanjutan dari kegiatan budidaya karena produk yang dihasilkan dari budidaya akan diproses dan diolah dalam kegiatan pengolahan. Kegiatan pengolahan meliputi kegiatan sortasi, pengemasan, pelabelan, dan persiapan pengiriman. Sortasi adalah kegiatan terpenting karena tingkat kualitas ditujukan ke pasar yang berbeda. 5. Deliver (Pengiriman) Pengiriman adalah proses bisnis yang melibatkan pergerakan fisik dari sayuran yang berada dalam satu jalur rantai pasok. Manajemen pengiriman barang didahului dengan komunikasi pendahuluan terutama informasi harga, jumlah, kualitas, dan frekuensi yang harus dikirim. Proses tawar menawar dan negosiasi sering dilakukan dalam proses ini.
65
4.2.2 Risiko Rantai Pasok Sayuran Edamame Menurut
Djohanputro
(2008),
risiko
diartikan
sebagai
ketidakpastiaan yang telah diketahui tingkat probabilitas kejadiannya atau ketidakpastiaan yang bisa dikuantitaskan yang dapat menyebabkan kerugian atau kehilangan. Risiko juga dapat diartikan penyebaran dan atau penyimpangan dari target, sasaran, atau harapan. Dalam penelitian ini, risiko rantai pasok dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu risiko operasional, risiko pemasaran, dan risiko keuangan. 1. Risiko Operasional Risiko operasional merupakan potensi kerugian finansial yang disebabkan oleh kegagalan proses internal perusahaan, kesalahan sumber daya manusia, kegagalan sistem, kerugian yang disebabkan kejadian dari luar perusahaan, dan kerugian karena pelanggaran peraturan dan hukum yang berlaku. 2. Risiko Pemasaran Risiko yang berhubungan dengan penjualan sayuran Edamame kepada perusahaan agroindustri (PT Saung Mirwan) atau kepada ritel. 3. Risiko Keuangan Risiko keuangan sangat berkaitan dengan modal usaha untuk melakukan budidaya sayuran Edamame. 4.2.3 Anggota Risiko PT Saung Mirwan
Rantai
Pasok
Sayuran
Edamame
Anggota primer rantai pasokan Sayuran Edamame terdiri dari petani (pemasok sayuran Edamame), PT Saung Mirwan (sebagai perusahaan pengolah atau agroindustri), dan ritel. 1. Petani Petani adalah pemasok sayuran Edamame ke PT Saung Mirwan dan melakukan hubungan kemitraan dengan PT Saung Mirwan.
66
2. PT Saung Mirwan PT Saung Mirwan merupakan perusahaan agroindustri yang bertugas untuk mengolah sayuran Edamame dari petani untuk dikirim ke ritel atau pelanggan. 3. Ritel Ritel atau yang biasa disebut oleh PT Saung Mirwan customer adalah pihak yang melakukan kerjasama dengan PT Saung Mirwan, dalam hal pembeliaan sayuran Edamame dari PT Saung Mirwan dan untuk dijual (tanpa diolah terlebih dahulu) oleh konsumen. 4.2.4 Analytic Hierarchy Process (AHP) Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu teknis analisis keputusan dengan menggunakan perbandingan berpasangan dalam suatu diagram bertingkat yang umumnya dimulai dari tujuan (sasaran), kemudian kriteria level pertama, lalu sub kriteria dan seterusnya. Gambar 8 menunjukan kerangka umum AHP yang terdiri dari 4 (empat) level. Level pertama menunjukkan tujuan atau ultimate goal, yaitu “Menentukan Prioritas dari Anggota Rantai Pasok Sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan. Level kedua pada struktur hirarki menunjukkan proses bisnis rantai pasokan, yang terdiri dari Plan, Source, Make, Process, dan Deliver. Level ketiga pada struktur hirarki menunjukkan risiko rantai pasokan yang dibedakan menjadi tiga bagian yaitu risiko operasional, risiko pemasaran, dan risiko keuangan. Level keempat pada struktur hirarki menunjukkan alternatif prioritas dari anggota rantai pasokan sayuran Edamame. Hasil dari analisis ini akan digunakan sebagai dasar dalam menentukan anggota rantai pasok sayuran Edamame dan risiko rantai pasok sayuran Edamame yang akan ditelaah secara mendalam.
67 Menentukan Prioritas dari Anggota Rantai Pasok Sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan Dalam Manajemen Risiko Rantai Pasokan
Plan (perencanaan)
Source (pengadaan)
Risiko Operasional
Petani
Make (budidaya)
Process (pengolahan)
Deliver (pengiriman)
Risiko Pemasaran
Risiko Keuangan
PT Saung Mirwan
Ritel
Gambar 8. Struktur Hierarki Penentukan Prioritas Dari Anggota Rantai Pasok Sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan Dalam Manajemen Risiko Rantai Pasokan 4.2.5 Hasil Analytic Hierarchy Process (AHP ) Berdasarkan hasil kuesioner pakar dengan menggunakan Analytic
Hierarchy
Process
(AHP)
diperolah
perbandingan
berpasangan antara tujuan utama sebagai kontrol dan kriteria (proses bisnis), akan dilihat yang memiliki pengaruh yang paling besar. Gambar 9 menunjukkan matriks dari perbandingan pasangan tersebut. Hasil pengolahan prioritas adalah proses Plan (perencanaan) mempunyai nilai prioritas paling tinggi, yaitu sebesar 0.264 sehingga proses perencanaan memiliki pengaruh paling besar diantara keempat proses yang lain. Nilai CR sebesar 0.047 yang berarti penilaian dianggap konsisten, karena nilai CR < 0.1 (Gambar 10). Setelah menguji penilaian pada perbandingan berpasangan pada tujuan terhadap proses
bisnis,
maka
dilakukan
penilaian
pada
perbandingan
berpasangan pada Plan terhadap risiko rantai pasok. Matriks
68
perbandingan berpasangan Plan terhadap risiko rantai pasok
dan
prioritas dan nilai CR dapat dilihat pada Gambar 11 dan Gambar 12.
Gambar 9. Perbandingan Berpasangan antara Tujuan dengan Proses Bisnis
Gambar 10. Prioritas dan Nilai CR dari Hasil Perbandingan Berpasangan antara Tujuan dengan Proses Bisnis Hasil pengolahan prioritas adalah risiko operasional mempunyai nilai prioritas paling tinggi yaitu, sebesar 0.363 sehingga risiko operasional memiliki pengaruh paling besar atau penting diantara ketiga risiko lain terhadap Plan. Nilai CR sebesar 0.0005 yang berarti penilaian dianggap konsisten, karena nilai CR < 0.1 (Gambar 12). Setelah menguji penilaian pada perbandingan berpasangan pada Plan
69
terhadap risiko rantai pasok, maka dilakukan penilaian pada perbandingan berpasangan pada Source terhadap risiko rantai pasok. Matriks pembandingan berpasangan Source terhadap risiko rantai pasok dan prioritas dan nilai CR dapat dilihat pada Gambar 13 dan Gambar 14.
Gambar 11. Perbandingan Berpasangan antara Plan dengan Risiko Rantai Pasok
Gambar 12. Prioritas dan Nilai CR dari Hasil Perbandingan Berpasangan antara Plan dengan Risiko Rantai Pasok Hasil pengolahan prioritas adalah risiko operasional mempunyai nilai prioritas paling tinggi, yaitu sebesar 0.610 sehingga risiko operasional memiliki pengaruh paling besar atau penting diantara ketiga risiko lain terhadap Source. Nilai CR sebesar 0.005 yang berarti penilaian dianggap konsisten, karena nilai CR < 0.1 (Gambar 14). Setelah menguji penilaian pada perbandingan berpasangan pada Source terhadap risiko rantai pasok, maka dilakukan penilaian pada perbandingan berpasangan pada Make terhadap risiko rantai pasok.
70
Matriks perbandingan berpasangan Make terhadap risiko rantai pasok dan prioritas dan nilai CR dapat dilihat pada Gambar 15 dan Gambar 16.
Gambar 13.Perbandingan Berpasangan antara Source dengan Risiko Rantai Pasok
Gambar 14. Prioritas dan Nilai CR dari Hasil Perbandingan Berpasangan antara Source dengan Risiko Rantai Pasok Hasil pengolahan prioritas adalah risiko operasional mempunyai nilai prioritas paling tinggi yaitu, sebesar 0.518 sehingga risiko operasional memiliki pengaruh paling besar atau penting diantara ketiga risiko lain terhadap Make. Nilai CR sebesar 0.010 yang berarti penilaian dianggap konsisten, karena nilai CR < 0.1 (Gambar 16). Setelah menguji penilaian pada perbandingan berpasangan pada Make terhadap risiko rantai pasok, maka dilakukan penilaian pada perbandingan berpasangan pada Process terhadap risiko rantai pasok. Matriks perbandingan berpasangan Process terhadap risiko rantai pasok
71
dan prioritas dan nilai CR dapat dilihat pada Gambar 17 dan Gambar 18.
Gambar 15. Perbandingan Berpasangan antara Make dengan Risiko Rantai Pasok
Gambar 16. Prioritas dan Nilai CR dari Hasil Perbandingan Berpasangan antara Make dengan Risiko Rantai Pasok Hasil pengolahan prioritas adalah risiko operasional mempunyai nilai prioritas paling tinggi, yaitu sebesar 0.365 sehingga risiko operasional memiliki pengaruh paling besar atau penting diantara ketiga risiko lain terhadap Process. Nilai CR sebesar 0.060 yang berarti penilaian dianggap konsisten, karena nilai CR < 0.1 (Gambar 18). Setelah menguji penilaian pada perbandingan berpasangan pada Procces terhadap risiko rantai pasok, maka dilakukan penilaian pada perbandingan berpasangan pada Deliver terhadap risiko rantai pasok. Matriks perbandingan berpasangan Deliver terhadap risiko rantai pasok
72
dan prioritas dan nilai CR dapat dilihat pada Gambar 19 dan Gambar 20.
Gambar 17. Perbandingan Berpasangan antara Process dengan Risiko Rantai Pasok
Gambar 18. Prioritas dan Nilai CR dari Hasil Perbandingan Berpasangan antara Process dengan Risiko Rantai Pasok Hasil pengolahan prioritas adalah risiko operasional mempunyai nilai prioritas paling tinggi, yaitu sebesar
0.367 sehingga risiko
operasional memiliki pengaruh paling besar atau penting diantara ketiga risiko lain terhadap Deliver. Nilai CR sebesar 0.016 yang berarti penilaian dianggap konsisten, karena nilai CR < 0.1 (Gambar 20). Setelah menguji penilaian pada perbandingan berpasangan pada Deliver terhadap risiko rantai pasok, maka dilakukan penilaian pada perbandingan berpasangan pada Risiko Operasional terhadap anggota rantai pasok Sayuran Edamame. Matriks perbandingan berpasangan Risiko Operasional terhadap anggota rantai pasok Sayuran Edamame
73
dan prioritas dan nilai CR dapat dilihat pada Gambar 21
dan
Gambar 22.
Gambar 19. Perbandingan Berpasangan antara Deliver dengan Risiko Rantai Pasok
Gambar 20. Prioritas dan Nilai CR dari Hasil Perbandingan Berpasangan antara Deliver dengan Risiko Rantai Pasok Hasil pengolahan prioritas adalah PT Saung Mirwan mempunyai nilai
prioritas
paling
tinggi,
yaitu sebesar
0.693 sehingga
PT Saung Mirwan memiliki pengaruh paling besar atau penting diantara ketiga anggota rantai pasok Sayuran Edamame. Nilai CR sebesar 0.036 yang berarti penilaian dianggap konsisten, karena nilai CR < 0.1 (Gambar
22).
Setelah
menguji
penilaian
pada
perbandingan
berpasangan pada Risiko Operasional terhadap anggota rantai pasok Sayuran Edamame, maka dilakukan penilaian pada perbandingan berpasangan pada Risiko Pemasaran terhadap anggota rantai pasok
74
Sayuran
Edamame.
Matriks
perbandingan
berpasangan
Risiko
Pemasaran terhadap anggota rantai pasok Sayuran Edamame dan prioritas dan nilai CR dapat dilihat pada Gambar 23 dan Gambar 24.
Gambar 21. Perbandingan Berpasangan antara Risiko Operasional terhadap anggota rantai pasok Sayuran Edamame
Gambar 22. Prioritas dan Nilai CR dari Hasil Perbandingan Berpasangan antara Risiko Operasional terhadap anggota rantai pasok Sayuran Edamame Hasil pengolahan prioritas adalah PT Saung Mirwan mempunyai nilai
prioritas
paling
tinggi,
yaitu sebesar
0.436 sehingga
PT Saung Mirwan memiliki pengaruh paling besar atau penting diantara ketiga anggota rantai pasok Sayuran Edamame. Nilai CR sebesar 0.087 yang berarti penilaian dianggap konsisten, karena nilai CR < 0.1 (Gambar
24).
Setelah
menguji
penilaian
pada
perbandingan
berpasangan pada Risiko Pemasaran terhadap anggota rantai pasok Sayuran Edamame, maka dilakukan penilaian pada perbandingan berpasangan pada Risiko Keuangan
terhadap anggota rantai pasok
75
Sayuran Keuangan
Edamame.
Matriks
perbandingan
berpasangan
Risiko
terhadap anggota rantai pasok Sayuran Edamame dan
prioritas dan nilai CR dapat dilihat pada Gambar 25 dan Gambar 26.
Gambar 23. Perbandingan Berpasangan antara Risiko Pemasaran terhadap anggota rantai pasok Sayuran Edamame
Gambar 24. Prioritas dan Nilai CR dari Hasil Perbandingan Berpasangan antara Risiko Pemasaran terhadap anggota rantai pasok Sayuran Edamame Hasil pengolahan prioritas adalah PT Saung Mirwan mempunyai nilai
prioritas
paling
tinggi,
yaitu sebesar
0.446 sehingga
PT Saung Mirwan memiliki pengaruh paling besar atau penting diantara ketiga anggota rantai pasok Sayuran Edamame. Nilai CR sebesar 0.087 yang berarti penilaian dianggap konsisten karena nilai CR < 0.1 (Gambar 26).
76
Gambar 25. Perbandingan Berpasangan antara Risiko Keuangan terhadap anggota rantai pasok Sayuran Edamame
Gambar 26. Prioritas dan Nilai CR dari Hasil Perbandingan Berpasangan antara Risiko Keuangan terhadap anggota rantai pasok Sayuran Edamame Prioritas akhir AHP terbesar pada proses bisnis adalah pada proses Plan (perencanaan) yaitu sebesar 0,264, pada risiko rantai pasok adalah risiko operasional yaitu sebesar 0.454, dan pada anggota rantai pasok sayuran Edamame adalah PT Saung Mirwan yaitu sebesar 0,556 (Tabel 5). Hasil sintesis AHP dapat dilihat pada Gambar 27. Setelah dilakukan penilaian prioritas dengan mengggunakan kemudian Analytic Hierarchy Process (AHP), kemudian dilakukan penilaian prioritas dengan mengggunakan Analytic Network Process (ANP). Penilaian prioritas dengan mengggunakan Analytic Network Process (ANP) bertujuan untuk melihat apakah prioritas yang dihasilkan dengan menggunakan Analytic Hierarchy Process (AHP) sama dengan prioritas yang dihasilkan dengan mengggunakan Analytic Network Process (ANP).
77
Tabel 5. Prioritas akhir AHP Keterangan
Normalized by cluster
Limiting
0.26413
0.088043
PROSES BISNIS 1. Plan 2. Source
0.24070
0.080233
3. Make
0.19908
0.066359
4. Process
0.20469
0.068230
5. Deliver
0.09141
0.030469
RISIKO RANTAI PASOK 1. Risiko Operasional
0.45410
0.151366
2. Risiko Pemasaran
0.21750
0.072501
3. Risiko Keuangan
0.32840
0.109466
1. Petani
0.22492
0.074972
2. PT Saung Mirwan
0.55592
0.185306
3. Ritel
0.21917
0.073055
ANGGOTA RANTAI PASOK
Gambar 27. Sintesis prioritas Anggota Rantai Pasok pada AHP 4.2.6 Kerangka Umum ANP ANP terdiri dari dua bagian. Bagian pertama adalah jaringan dari kriteria dan subkriteria yang mengontrol interaksi. Bagian kedua adalah pengaruh diantara elemen dan cluster. Gambar 28 menunjukkan kerangka umum dari ANP. Jaringan ini terdiri dari tiga cluster tanpa tujuan karena pada ANP tidak ada tujuan. Tiga cluster tersebut yaitu: proses bisnis, risiko rantai pasok, dan anggota rantai pasok. Cluster proses bisnis terdiri dari lima elemen, cluster risiko rantai pasok terdiri dari tiga elemen, dan cluster anggota rantai pasok terdiri dari tiga elemen.
78
Gambar 28. Kerangka Umum ANP Pengukuran Bobot Anggota Rantai Pasok 4.2.7 Hasil Analytic Network Process (ANP) Setelah mendapatkan hasil AHP, maka dilakukan pembobotan feedback pada masing-masing elemen dari hasil AHP untuk mendapatkan hasil ANP. Pada ANP terdapat tiga cluster dan terdapat matriks antar kelompok. Hasil dari pembobotan matriks antar kelompok dapat dilihat pada Gambar 29.
Gambar 29. Matriks antar kelompok Setelah mendapatkan matriks antar kelompok, maka selanjutnya supermatriks
tidak
tertimbang,
supermatriks
tertimbang,
dan
supermatriks limit dapat dihitung. Ketiga supermatriks tersebut disajikan pada Gambar 30, Gambar 31, dan Gambar 32.
79
Gambar 30. Supermatriks tidak tertimbang
Gambar 31. Supermatriks tertimbang
Gambar 32. Supermatriks limit Prioritas akhir ANP terbesar pada proses bisnis adalah pada proses Plan (perencanaan) yaitu sebesar 0,431, pada risiko rantai pasok adalah risiko operasional yaitu sebesar 0.562, dan pada anggota rantai pasok sayuran Edamame adalah PT Saung Mirwan yaitu sebesar 0,455 (Tabel 6). Hasil sintesis ANP dapat dilihat pada Gambar 33.
80
Tabel 6. Prioritas akhir ANP Keterangan PROSES BISNIS 1. Plan 2. Source 3. Make 4. Process 5. Deliver RISIKO RANTAI PASOK 1. Risiko Operasional 2. Risiko Pemasaran 3. Risiko Keuangan ANGGOTA RANTAI PASOK 1. Petani 2.PT Saung Mirwan 3. Ritel
Normalized by cluster
Limiting
0.43095 0.19926 0.24488 0.08450 0.04041
0.271556 0.125563 0.154312 0.053245 0.025464
0.56215 0.29934 0.13851
0.101335 0.053960 0.024969
0.33026 0.45540 0.21435
0.062616 0.086337 0.040637
Gambar 33. Sintesis prioritas Anggota Rantai Pasok pada ANP Pada analisis AHP dan ANP didapatkan hasil prioritas yang sama dalam penentuan bobot risiko operasional dan anggota rantai pasok. Akan tetapi bobot pada AHP berbeda dengan bobot ANP (Tabel 7). Bobot pada AHP berbeda dengan bobot ANP disebabkan karena adanya hubungan timbal balik atau ketergantungan (feedback) pada ANP yang tidak terdapat pada AHP (Saaty, 2008) bahwa salah satu konsep dari ANP yaitu feedback, inner, dan outer dependence. Oleh karena itu, pada AHP level atas hanya mempengaruhi elemen-elemen yang ada pada
level di bawahnya. Pada AHP level bawah tidak
mempengaruhi elemen-elemen yang ada di atasnya karena bersifat hirarki sehingga penilaian hanya terpaku pada hirarki dari atas ke
81
bawah, sedangkan pada ANP, elemen-elemen pada level bawah dapat mempengaruhi elemen-elemen yang ada pada level di atasnya sehingga level dalam ANP disebut dengan cluster karena terdapat hubungan ketergantungan baik antara elemen satu dengan yang lain maupun antara cluster satu dengan yang lain. Pada ANP tidak hanya membandingkan elemen, tetapi juga membandingkan antar cluster. Pengukuran dengan AHP dan ANP menghasilkan prioritas tertinggi yang sama, yaitu risiko operasional dan PT Saung Mirwan memiliki nilai prioritas yang lebih tinggi dibanding dengan anggota lain pada masing-masing level, maka fokus penelitian ini adalah manajemen risiko operasional sayuran Edamame pada anggota rantai pasok yang memiliki nilai prioritas yang tertinggi yaitu pada PT Saung Mirwan. Tabel 7. Perbedaan nilai bobot prioritas AHP dan ANP Keterangan
Normalized by cluster
Peringkat
AHP
Normalized by cluster
Peringkat
ANP
PROSES BISNIS 1. Plan
0.26413
1
0.43095
1
2. Source
0.24070
2
0.19926
3
3. Make
0.19908
4
0.24488
2
4. Process
0.20469
3
0.08450
4
5. Deliver
0.09141
5
0.04041
5
0.45410
1
0.56215
1
RISIKO RANTAI PASOK 1. Risiko Operasional 2. Risiko Pemasaran
0.21750
3
0.29934
2
3. Risiko Keuangan
0.32840
2
0.13851
3
1. Petani
0.22492
2
0.33026
2
2. PT Saung Mirwan
0.55592
1
0.45540
1
3. Ritel
0.21917
3
0.21435
3
ANGGOTA RANTAI PASOK
82
4.3. Manajemen Risiko Operasional Rantai Pasokan Sayuran Edamame pada PT Saung Mirwan 4.3.1 Identifikasi Risiko Operasional Rantai Pasokan Sayuran Edamame pada PT Saung Mirwan Identifikasi
risiko,
pada
tahap
ini,
analis
berusaha
mengidentifikasi apa saja risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Perusahaan tidak selalu menghadapi seluruh risiko tersebut. Tetapi, ada risiko yang dominan dan risiko yang minor. Risiko operasional merupakan potensi kerugian yang disebabkan oleh lima hal. Risiko operasional merupakan potensi kerugian finansial yang disebabkan oleh kegagalan proses internal perusahaan, kesalahan sumber daya manusia, kegagalan sistem, kerugian yang disebabkan kejadian dari luar perusahaan, dan kerugian karena pelanggaran peraturan dan hukum yang berlaku. Risiko akibat kerugian karena pelanggaran peraturan dan hukum yang berlaku tidak dibahas dalam penelitian ini, karena PT Saung Mirwan tidak dapat memberikan penilaian terhadap risiko tersebut. Di bawah ini merupakan empat variabel atau faktor pemicu penyebab
risiko
operasional
pada
PT
Saung
Mirwan
yang
menyebabkan potensi kerugian finansial, yaitu antara lain: 1. Kegagalan Proses Internal a. Kelangkaan bahan baku (benih, pupuk) yaitu kesulitan untuk mendapatkan benih, pupuk, dan bahan baku lainnya karena beberapa faktor, antara lain yaitu faktor cuaca dan budidaya benih yang cukup sukar. b. Bahan baku terlambat, keterlambatan bahan baku terkait dengan waktu dan jumlah pengiriman c. Mutu bahan baku tidak sesuai standar, adanya mutu yang berbeda-beda karena perbedaan pemasok d. Mutu peralatan (alat budidaya pertanian) yang tidak sesuai standar, penyalahgunaan dalam memakai alat, tidak ada standarisasi dalam pemakaian peralatan budidaya
83
e. Budidaya
sayuran
Edamame
tidak
sesuai
dengan
Good
Agricultural Practise (GAP), akan mempengaruhi terhadap mutu sayuran Edamame f. Jumlah produksi sayuran Edamame dari petani tidak sesuai target, akan mempengaruhi jumlah sayuran Edamame yang dikirim ke ritel berkurang dan tidak dapat memenuhi kebutuhan ritel g. Inovasi produk yang gagal (mis: kegiatan persilangan), akan mempengaruhi terhadap mutu sayuran Edamame dan harus menambah biaya h. Waktu panen sayuran Edamame tidak tepat waktu menyebabkan penurunan
mutu
keterlambatan
sayuran
Edamame
pengiriman
sayuran
dan
menyebabkan
Edamame
dari
petani - PT Saung Mirwan dan dari PT Saung Mirwan-Ritel i. Penanganan pasca panen yang tidak sesuai standar (mis: kegiatan penggudangan, pengemasan, dll) menyebabkan adanya bintik hitam pada kulit polong, cacat, dan terjadinya penurunan mutu sayuran Edamame j. Karakteristik sayuran yang mudah rusak, sehingga harus senantiasa selalu bertindak hati-hati dan melakukan penyimpanan secara tepat k. Hasil panen memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi disebabkan karena benih Edamame yang berbeda-beda. Hal tersebut menyebakan sayuran Edamame tidak sesuai dengan spesifikasi kualitas yang diminta oleh pihak ritel l. Tindakan penggudangan yang tidak tepat dapat mempercepat terjadinya kerusakan dan penurunan mutu sayuran Edamame m. Waktu pengiriman dari petani ke perusahaan tidak tepat waktu akan menyebabkan keterlambatan pengiriman sayuran Edamame ke pihak ritel n. Waktu pengiriman dari perusahaan ke ritel tidak tepat waktu akan mempengaruhi keharmonisan hubungan yang telah terjalin
84
dengan pihak ritel dan dapat menyebabkan ritel tidak percaya pada kemampuan perusahaan o. Jumlah Edamame yang didistribusikan ke ritel tidak sesuai, akan mempengaruhi keharmonisan hubungan yang telah terjalin dengan pihak ritel dan dapat menyebabkan ritel tidak percaya pada kemampuan perusahaan 2. Kesalahan Sumber Daya Manusia a. Petani kurang memahami cara penanaman yang baik, dapat berpengaruh terhadap kesulitan untuk mendapatkan sayuran Edamame yang berkualitas b. Petani tidak menerapkan budidaya yang sesuai dengan Good Agricultural Practise (GAP), akan mempengaruhi terhadap mutu sayuran Edamame c. Petani kurang terampil dalam memelihara tanaman Edamame, menyebabkan tanaman sayuran Edamame diserang oleh hama dan penyakit d. Kesalahan Petani atau Karyawan kesalahan dalam memilih bibit, pupuk, obat-obatan, penggunaan alat, kesalahan dalam menafsir jumlah produksi Edamame e. Petani atau karyawan kurang memahami penanganan pasca panen yang baik, menyebabkan adanya bintik hitam pada kulit polong, warna kulit polong menjadi kuning, polong menjadi cacat, dan terjadinya penurunan mutu sayuran Edamame f. Petani lalai dalam memelihara Edamame seperti pemupukan yang tidak teratur dan kelalaian dalam pemberian obat-obatan g. Kinerja/produktivitas karyawan rendah menyebabkan karyawan tidak dapat berinovasi dan etos kerja menurun h. Kelalaian dalam penanganan pasca penen menyebabkan adanya bintik hitam pada kulit polong, warna kulit polong menjadi kuning, polong menjadi cacat, dan terjadinya penurunan mutu sayuran Edamame
85
i. Petani kurang terampil dalam mendistribusikan sayuran Edamame dari lahan ke perusahaan, menyebabkan sayuran Edamame menjadi cacat dan terjadi keterlambatan pengiriman j. Pegawai kurang terampil dalam mendistribusikan Edamame dari perusahaan ke ritel, menyebabkan sayuran Edamame menjadi cacat dan terjadi keterlambatan pengiriman k. Kesalahan dalam menasfir waktu panen Edamame menyebabkan tidak dapat memprediksi jumlah hasil panen sayuran Edamame l. Petani dan karyawan tidak peduli dengan kualitas Edamame dengan baik m. Kesalahan dalam memilih alat distribusi sayuran Edamame (lahan - perusahaan - ritel) n. Petani terlambat atau tidak tepat waktu dalam mendistribusikan Edamame dari lahan ke perusahaan o. Karyawan
terlambat
atau
tidak
tepat
waktu
dalam
mendistribusikan Edamame dari perusahaan ke ritel 3. Kegagalan Sistem a. Sistem
penentuan
harga
sayuran
Edamame
antara
pemasok – perusahaan - ritel yang tidak jelas menyebabkan kesulitan dalam penetapan harga b. Sistem
pemesanan
dan
pembayaran
yang
kurang
jelas,
menyebabkan kesulitan untuk melakukan transaksi c. Lokasi penanaman kurang ideal. Faktor ketinggian lahan, keasaaman tanah, sumber air adalah faktor dalam penentuan lokasi tanam d. Informasi budidaya sayuran Edamame yang baik masih terbatas. Hal tersebut akan mempengaruhi terhadap mutu sayuran Edamame e. Penerapan teknologi tidak sesuai standar (kecanggihan alat dan mesin proses budidaya belum tersedia) f. Distorsi informasi (tidak ada jaringan komunikasi, saluran telepon yang tidak berfungsi)
86
g. Sistem informasi yang kurang jelas, tidak adanya sistem informasi yang terintegrasi h. Sistem
pemantauan
proses
pelaksanaan
di
lahan
Edamame - perusahaan - ritel yang kurang berjalan dengan baik i. Sistem pelaporan pelaksanaan suatu program yang tidak berlangsung dengan baik j. Sistem perencanaan produksi yang tidak berjalan dengan baik k. SOP penerapan program perusahaan yang kurang jelas dan tegas l. Sistem transportasi belum memadai (mis: alat transportasi dan mekanisme transportasi) 4. Risiko yang disebabkan Kejadian dari Luar Perusahaan a. Musim kemarau dan musim hujan yang tidak menentu akibat efek Global Warming b. Iklim yang tidak menentu akibat efek Global Warming c. Fluktuasi curah hujan yang tinggi akibat efek Global Warming d. Bencana alam (banjir, gempa bumi), berpotensi menyebabkan kerugian yang cukup besar e. Krisis global yang menyebabkan permintaan dan harga Edamame tidak stabil f. Hama dan penyakit tanaman Edamame yang berpotensi membunuh sayuran Edamame dan menurunkan kualitas sayuran Edamame g. Jarak distribusi yang terlalu jauh menyebabkan waktu tempuh semakin lama. Hal tersebut menyebabkan potensi kerusakan pada sayuran Edamame semakin besar, dan terjadi keterlambatan Risiko-risiko tersebut adalah risiko rantai pasok, dimana di dalamnya terdapat aliran produk, finansial, dan aliran informasi.
87
4.3.2 Pengukuran dan Pemetaan Risiko Operasional Rantai Pasokan Sayuran Edamame Pada PT Saung Mirwan Pengukuran risiko mengacu pada dua faktor yaitu faktor kuantitas risiko dan faktor kualitas risiko. Kuantitas risiko terkait dengan berapa banyak nilai, atau eksposur yang rentan terhadap risiko. Kualitas risiko terkait dengan kemungkinan suatu risiko muncul. Semakin tinggi kemungkinan risiko terjadi, semakin tinggi pula risikonya. Pengukuran risiko dilakukan dengan menentukan dampak dan frekuensi dari masing-masing peubah. Pengukuran risiko berdasarkan nilai modus frekuensi dan dampak risiko dari responden. Masing-masing nilai modus peubah risiko dipetakan pada peta risiko yang terdiri dari empat kuadran. Kuadran risiko I merupakan kuadran risiko dengan frekuensi tinggi dan dampak tinggi. Kuadran risiko II merupakan kuadran risiko dengan frekuensi rendah dan dampak tinggi. Kuadran risiko III merupakan kuadran risiko dengan frekuensi tinggi dan dampak rendah. Kuadran IV merupakan kuadran risiko frekuensi rendah dan dampak rendah. Pemetaan risiko operasional dapat dilihat pada Gambar 34 dan keterangan pemetaan risiko operasional dapat dilihat pada Tabel 8. Risiko yang terdapat pada kuadran I adalah risiko yang mempunyai potensi mengancam pencapaian tujuan perusahaan, karena mempunyai frekuensi dan dampak yang tinggi. Risiko-risiko yang terdapat pada kuadran 1 yang dapat membahayakan perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu kelangkaan bahan baku (benih dan pupuk), jumlah produksi tidak sesuai target, bahan baku yang terlambat datang, petani terlambat atau tidak tepat waktu dalam mendistribusikan Edamame dari lahan ke perusahaan, kesalahan petani atau pekerja (Human Error, kesalahan dalam memilih benih, pupuk, obat-obatan, penggunaan alat, kesalahan dalam menafsir jumlah produksi Edamame, musim kemarau dan musim hujan yang tidak menentu (efek Global Warming), dan fluktuasi curah hujan yang tinggi (efek Global Warming).
88
Kelangkaan bahan baku mengakibatkan petani mitra tidak dapat melakukan produksi sayuran Edamame. Solusinya adalah memproduksi sendiri benih Edamame, karena perusahaan lain atau pemasok lain tidak memberikan benih Edamame yang sesuai standar kualitas benih PT Saung Mirwan. Kesalahan dalam memilih benih, pupuk, dan human error lainnya
pun menjadi pemicu risiko, sehingga diperlukan
keuletan, sikap selektif untuk dapat meminimalisir risiko tersebut. Risiko di bagian hulu menyebabkan hasil yang diperoleh di bagian hilir tidak optimal, sehingga muncul risiko jumlah produksi tidak sesuai target dan risiko waktu pengiriman sayuran Edamame dari perusahaan ke ritel tidak tepat waktu. Tujuan manajemen rantai pasok adalah untuk membangun sebuah rantai pemasok yang memusatkan perhatian untuk memaksimalkan nilai bagi pelanggan, sehingga diperlukan tindakan korektif mulai dari hulu sampai hilir rantai pasok. Kejadian yang disebabkan dari luar perusahaan atau lingkungan eksternal perusahaan, seperti musim kemarau dan musim hujan yang tidak menentu dan fluktuasi curah hujan yang tinggi saat ini sulit untuk diprediksi, karena adanya efek Global Warming. Kuadran II berisi risiko yang jarang terjadi tetapi mempunyai dampak yang sangat tinggi. Kuadran II merupakan kuadran yang beranggotakan
risiko-risiko
yang
mampu
dikelola
oleh
PT Saung Mirwan. Contoh risiko yang terdapat pada kuadran II yaitu mutu bahan baku tidak sesuai standar, tindakan penggudangan yang tidak tepat, petani kurang memahami cara penanaman yang baik, pegawai kurang terampil dalam mendistribusikan Edamame dari perusahaan ke ritel, dan bencana alam (banjir, gempa bumi). Risiko-risiko tersebut sudah dapat dikelola oleh PT Saung Mirwan. PT Saung Mirwan selalu memberikan pelatihan, penyuluhan, dan pengarahan kepada petani mitra dan karyawan mengenai upaya untuk menjaga kestabilan mutu sayuran Edamame, seperti dalam hal penggudangan sayuran Edamame yang tepat dan penanganan pasca panen sayuran Edamame yang tepat.
89
5.00
Kuadran 11
Kuadran 1 1
6
42
41 40 32
25
27
2 19
3 12
13 20
31
16
46
Dampak
43
28 22
18
23
39 9
37
35
3.00 36
29 45
4
33
38
11,44, 47,49
15
Kuadran 111
Kuadran 1V
14
1.00 1.00
3.00
Frekuensi Gambar 34. Peta Risiko Operasional Kuadran III berisi risiko-risiko yang sering terjadi dan sering dialami oleh PT Saung Mirwan. Risiko tersebut yaitu jumlah Edamame yang didistribusikan ke ritel tidak sesuai. Frekuensi risiko tersebut cenderung sering, tetapi dampaknya tidak terlalu besar. Meskipun demikian, pemicu-pemicu risiko tersebut harus dikelola, agar tidak menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Risiko yang diidentifikasi pada kuadran IV adalah risiko-risiko yang tidak berbahaya. Risiko-risiko tersebut adalah mutu peralatan (alat budidaya pertanian) yang tidak sesuai standar, waktu pengiriman dari perusahaan ke ritel tidak tepat waktu, lokasi penanaman kurang ideal, distorsi informasi (tidak ada jaringan komunikasi, saluran telepon yang tidak berfungsi), dan sistem pemantauan proses pelaksanaan di lahan Edamame-perusahaan-ritel yang kurang berjalan dengan baik.
5.00
90
Tabel 8. Keterangan Peta Risiko Operasional No 1 2 3 4 6 9 11 12 13 14 15 16 18 19 20 22 23 25 27 28 29 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 49
Variabel Risiko Kelangkaan bahan baku (benih dan pupuk) Bahan baku terlambat Mutu bahan baku tidak sesuai standar Mutu peralatan (alat budidaya pertanian) yang tidak sesuai standar Jumlah produksi Edamame dari petani tidak sesuai target Penanganan pasca panen yang tidak sesuai standar (mis: kegiatan penggudangan, pengemasan, dll) Hasil panen memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi Tindakan penggudangan yang tidak tepat Waktu pengiriman dari petani ke perusahaan tidak tepat waktu Waktu pengiriman dari perusahaan ke ritel tidak tepat waktu Jumlah Edamame yang didistribusikan ke ritel tidak sesuai Petani kurang memahami cara penanaman yang baik Petani kurang terampil dalam memelihara tanaman Edamame Kesalahan Petani atau Pekerja (kesalahan dalam memilih bibit, pupuk, obatobatan, penggunaan alat, kesalahan dalam menafsir jumlah produksi Edamame ) Petani atau Pekerja kurang memahami penanganan pasca panen yang baik Kinerja/produktivitas karyawan rendah Kelalaian dalam penanganan pasca penen Pegawai kurang terampil dalam mendistribusikan Edamame dari perusahaan ke ritel Petani dan pegawai tidak peduli dengan kualitas Edamame dengan baik Kesalahan dalam memilih alat distribusi Edamame (lahan-perusahaan-ritel) Petani terlambat atau tidak tepat waktu dalam mendistribusikan Edamame dari lahan ke perusahaan Sistem penentuan harga Edamame antara pemasok-perusahaan-ritel yang tidak jelas Sistem pemesanan dan pembayaran yang kurang jelas Lokasi penanaman kurang ideal Informasi budidaya Edamame yang baik masih terbatas Penerapan teknologi tidak sesuai standar (kecanggihan alat dan mesin proses budidaya belum tersedia) Distorsi Informasi (tidak ada jaringan komunikasi, saluran telepon yang tidak berfungsi) Sistem informasi yang kurang jelas Sistem pemantauan proses pelaksanaan di lahan Edamame-perusahaan-ritel yang kurang berjalan dengan baik Sistem pelaporan pelaksanaan suatu program yang tidak berlangsung dengan baik Sistem perencanaan produksi yang tidak berjalan dengan baik SOP penerapan program perusahaan yang kurang jelas dan tegas Sistem transportasi belum memadai (mis: alat transportasi dan mekanisme transportasi) Musim kemarau dan musim hujan yang tidak menentu (efek Global Warming) Iklim yang tidak menentu Fluktuasi curah hujan yang tinggi Bencana alam (banjir, gempa bumi) Krisis global yang menyebabkan permintaan dan harga Edamame tidak stabil Jarak distribusi yang terlalu jauh
91
4.3.3 Penilaian Risiko Operasional Rantai Pasokan Sayuran Edamame PT Saung Mirwan 1. Strukturisasi Risiko Operasional Rantai Pasokan Sayuran Edamame PT Saung Mirwan Penilaian risiko operasional didasarkan pada penilaian pakar yang sesuai dengan peubah risiko yang sudah diidentifikasi dan direduksi berdasarkan kesepakatan pakar. Hubungan antara risiko dan peubah dapat digambarkan dalam bentuk struktur hirarki yang berfungsi untuk memudahkan penilaian risiko dan pengagregasian risiko. Struktur hirarki penilaian risiko dapat dilihat pada Gambar 35. Simbol KR menunjukkan Key Risk Indicators diikuti urutan nomor. 2. Hasil Penilaian Risiko Operasional Hasil penilaian risiko operasional oleh responden pakar dapat dilihat pada Lampiran 1. Hasil penilaian risiko operasional oleh responden anggota rantai pasok dapat dilihat pada Lampiran 2. Risiko akibat kegagalan proses internal, yang perlu mendapat perhatian lebih karena memiliki dampak risiko sangat tinggi dan frekuensi tinggi, contohnya adalah kondisi pada saat bahan baku terlambat dan jumlah produksi yang tidak sesuai target. Risiko-risiko tersebut dapat dilihat pada Tabel 9. Risiko akibat kesalahan sumberdaya manusia, yang perlu mendapat perhatian lebih karena memiliki dampak risiko sangat tinggi dan frekuensi tinggi, contohnya adalah petani yang kurang terampil dalam memelihara tanaman Edamame, petani lalai dalam memelihara Edamame, dan kinerja/produktivitas karyawan rendah. Risiko-risiko tersebut dapat dilihat pada Tabel 10. Risiko akibat kegagalan sistem, tidak memiliki dampak risiko sangat tinggi dan frekuensi tinggi, sebaliknya memiliki dampak yang rendah. Risiko-risiko tersebut dapat dilihat pada Tabel 11. Risiko akibat kejadian yang terjadi di luar perusahaan, yang perlu mendapat perhatian lebih karena memiliki dampak risiko sangat tinggi dan frekuensi tinggi, adalah serangan hama dan penyakit tanaman Edamame. Risiko-risiko tersebut dapat dilihat pada Tabel 12.
92
Risiko Operasional Rantai Pasokan Sayuran Edamame Pada PT Saung Mirwan
Sumber Daya Manusia
Proses Internal
Budidaya
PPanen
KR1
KR11
KR2
P.Kirim
KR15
Budidaya
Sistem
Kejadian Di Luar Pers.
KR31
KR41
KR32
KR42
PPanen
KR16
KR25
KR33
KR43
KR12
KR17
KR26
KR34
KR44
KR3
KR13
KR18
KR27
KR35
KR45
KR4
KR14
KR19
KR28
KR36
KR5
KR20
KR29
KR37
KR6
KR21
KR7
KR22
KR39
KR8
KR23
KR40
KR9
KR24
KR30
KR38
KR10
Gambar 35. Struktur Hirarki Penilaian Risiko Operasional Rantai Pasokan Sayuran Edamame Pada PT Saung Mirwan
93
Tabel 9. Hasil Agregasi Penilaian Risiko pada Peubah Risiko Proses Internal akibat Kegagalan Proses Internal Kode
A KR1 KR2 KR3 KR4 KR5 KR6 KR7 KR8 KR9 KR10
KR11 KR12 KR13 KR14
KR15
Peubah Penentu/FaktorFaktor Peubah Risiko Proses Internal Budidaya Kelangkaan bahan baku (benih/ bibit, pupuk) Bahan baku terlambat Mutu bahan baku tidak sesuai standar Mutu peralatan yang tidak sesuai standar Budidaya Edamame tidak sesuai dengan Good Agricultural Practise (GAP) Inovasi produk yang gagal (mis: kegiatan persilangan) Hasil panen memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi Waktu panen Edamame tidak tepat waktu Jumlah produksi tidak sesuai target Jumlah Edamame yang didistribusikan ke ritel tidak sesuai Pasca Panen Penanganan pasca panen yang tidak sesuai standar Karakteristik sayuran yang mudah rusak Tindakan penggudangan yang tidak tepat Waktu pengiriman dari petani ke perusahaan tidak tepat waktu Proses Pengiriman Waktu pengiriman dari perusahaan ke ritel tidak tepat waktu
Tingkat Dampak Risiko
Tingkat Frekuensi Risiko
Sangat Tinggi
Sedang
Sangat Tinggi
Tinggi
Sangat Tinggi
Sedang
Sedang
Rendah
Sangat Tinggi
Rendah
Sedang
Rendah
Sangat Tinggi
Sedang
Sangat Tinggi
Rendah
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
Tinggi
Sangat Tinggi
Rendah
Sangat Tinggi
Tinggi
Sangat Tinggi
Rendah
Sangat Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
94
Tabel 10. Hasil Agregasi Penilaian Risiko pada Peubah Risiko akibat Kesalahan Sumber Daya Manusia Kode
B
KR16 KR17
KR18
KR19
KR20
KR21
KR22 KR23 KR24
KR25 KR26
KR27
KR28
KR29
KR30
Peubah Penentu/FaktorFaktor Peubah Risiko SDM (risiko akibat sumber daya manusia) Petani Petani kurang memahami cara penanaman yang baik Petani tidak menerapkan budidaya yang sesuai dengan Good Agricultural Practise Petani kurang terampil dalam memelihara tanaman Edamame Kesalahan petani atau karyawan (Human Error) (kesalahan dalam memilih bibit, pupuk, obat-obatan, penggunaan alat) Petani atau Pekerja kurang memahami penanganan pasca panen yang baik Petani lalai dalam memelihara Edamame seperti pemupukan yang tidak teratur dan kelalaian dalam pemberian obat-obatan Petani kurang terampil dalam mendistribusikan Edamame dari lahan ke perusahaan Kesalahan dalam menasfir waktu panen Edamame Petani tidak peduli dengan kualitas Edamame dengan baik Karyawan Kinerja produktivitas karyawan rendah Kelalaian dalam penanganan pasca penen Karyawan kurang terampil dalam mendistribusikan Edamame dari perusahaan ke ritel Karyawan tidak peduli dengan kualitas Edamame dengan baik Kesalahan dalam memilih alat distribusi Edamame (lahanperusahaan-ritel) Karyawan terlambat atau tidak tepat waktu dalam mendistribusikan Edamame dari perusahaan ke ritel
Tingkat Dampak Risiko
Tingkat Frekuensi Risiko
Sangat Tinggi
Rendah
Sangat Tinggi
Sedang
Sangat Tinggi
Tinggi
Sangat Tinggi
Tinggi
Sangat Tinggi
Rendah
Sangat Tinggi
Tinggi
Tinggi
Rendah
Sangat Tinggi
Rendah
Sangat Tinggi
Rendah
Sangat Tinggi
Tinggi
Sangat Tinggi
Rendah
Sangat Tinggi
Sangat Rendah
Sangat Tinggi
Rendah
Sangat Tinggi
Rendah
Tinggi
Sangat Rendah
95
Tabel 11. Hasil Agregasi Penilaian Risiko pada Peubah Risiko akibat Kegagalan Sistem Kode
Peubah Penentu/FaktorFaktor Peubah Risiko
C
Sistem Lokasi penanaman kurang ideal Informasi budidaya Edamame yang baik masih terbatas Sistem penentuan harga Edamame antara pemasokperusahaan-ritel yang tidak jelas Sistem pemesanan dan pembayaran yang kurang jelas Sistem pemantauan proses pelaksanaan di lahan Edamame-perusahaan-ritel yang kurang berjalan dengan baik Sistem informasi yang kurang jelas Sistem pelaporan pelaksanaan suatu program yang tidak berlangsung dengan baik Sistem perencanaan produksi yang tidak berjalan dengan baik SOP penerapan program perusahaan yang kurang jelas dan tegas Sistem transportasi belum memadai (mis: alat transportasi dan mekanisme transportasi)
KR31 KR32
KR33
KR34
KR35
KR36 KR37
KR38
KR39
KR40
Tingkat Dampak Risiko
Tingkat Frekuensi Risiko
Sangat Tinggi
Rendah
Sangat Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Tabel 12. Hasil Agregasi Penilaian Risiko pada Peubah Risiko akibat Kejadian yang Terjadi di luar Perusahaan Kode
D KR41 KR42 KR43 KR44 KR45
Peubah Penentu/FaktorFaktor Peubah Risiko Kejadian Di Luar Perusahaan Hama dan penyakit tanaman Edamame Bencana alam (banjir, gempa bumi) Musim kemarau dan musim hujan yang tidak menentu (efek Global Warming) Iklim yang tidak menentu (efek Global Warming) Fluktuasi curah hujan yang tinggi (efek Global Warming)
Tingkat Dampak Risiko
Tingkat Frekuensi Risiko
Sangat Tinggi
Tinggi
Sangat Tinggi
Rendah
Sangat Tinggi
Sedang
Sangat Tinggi
Sedang
Sangat Tinggi
Sedang
96
4.4. Rancangan Sistem Penunjang Keputusan Risiko Operasional Rantai Pasokan Sayuran Edamame Pada PT Saung Mirwan Rancangan sistem penunjang keputusan dalam penelitian ini, untuk para pengambil keputusan dalam mengelola risiko operasional rantai pasokan sayuran Edamame pada PT Saung Mirwan. Sistem penunjang keputusan yang dibuat diposisikan sebagai media yang membantu para pengambil keputusan dalam menganalisis sistem nyata, sehingga dapat melakukan langkah-langkah yang efektif dan tepat dalam menghadapi risiko operasional rantai pasokan Sayuran Edamame. Sistem penunjang keputusan disusun berdasarkan basis aturan. Basis aturan tersebut disusun berdasarkan hasil agregasi dan penanganan risiko yang diakuisisi pakar. Hasil agregasi risiko operasional keseluruhan menunjukkan bahwa risiko operasional rantai pasokan sayuran Edamame pada PT Saung Mirwan adalah tinggi (Lampiran 3 - Lampiran 12). Hasil penilaian tersebut berdasarkan hubungan antara nilai kemungkinan terjadinya risiko (frekuensi) dan dampak risiko. Setelah pakar mengidentifikasi, para pakar diminta untuk mengumpulkan alternatif atau upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau meminimalisir risiko, kemudian
diakuisisi, disimpan dalam basis
pengetahuan model. Alternatif atau upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau meminimalisir risiko harus konsisten dengan berbagai keadaan yang mungkin terjadi. Alternatif atau upaya ini disebut dengan rekomendasi penanganan risiko operasional rantai pasok sayuran Edamame pada PT Saung Mirwan. Mekanisme inferensia yang digunakan adalah if nilai agregasi then rekomendasi. Urutan rekomendasi tidak menunjukkan urutan atau tahapan dalam penanganan risiko. Aturan-aturan yang dibentuk sesuai dengan penanganan hasil akusisi pakar yaitu sebagai berikut: 4.4.1 Risiko Operasional yang disebabkan oleh Kegagalan Proses Internal Rancangan sistem penunjang keputusan untuk mengelola risiko rantai pasokan sayuran Edamame, yang disebabkan oleh kegagalan proses
internal
(pada
budidaya)
membantu
perusahaan
untuk
melakukan penanganan risiko secara efektif dan memudahkan
97
perusahaan untuk melakukan penanganan secara segera, karena telah tersedia berbagai cara penanganan risiko pada setiap tingkat risiko (Tabel 13). Tabel 13. Penanganan Risiko Rantai Pasokan Sayuran Edamame yang disebabkan oleh Proses Internal (pada Budidaya) No. Aturan Tingkat Risiko Penanganan Risiko Sangat Tinggi 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11 1 Tinggi 1,2,3,4,7,8,9,10,11 2 Sedang 1,2,7,8,9 3 Sangat Rendah 1,2,8,9 4 Rendah 2,8,9 5 Penjelasan penanganan risiko: 1.
Perusahaan melakukan produksi benih Edamame dan melakukan seleksi serta perbaikan benih Edamame yang berkualitas
2.
Melakukan penyimpanan benih Edamame di ruangan pendingin
3.
Melakukan pembeliaan benih Edamame dari perusahaan lain yang memiliki benih Edamame yang berkualitas
4.
Menggunakan jenis benih yang seragam dan melakukan seleksi bahan baku (pupuk, pestisida, dan obat) yang berkualitas
5.
Koperasi membantu dalam penyediaan bahan baku
6.
Menggunakan
jasa
outsourcing
peralatan
dari
pihak
luar
perusahaan 7.
Petani diberikan pengarahan mengenai pemakaian pupuk dan pestisida yang sesuai
8.
Melakukan tahapan budidaya sayuran Edamame dengan baik dan disiplin, memberikan pelatihan kepada petani mitra dari divisi kemitraan (petani diarahkan untuk menanam Edamame sesuai dengan SOP), menghindari pemberian pestisida terhadap sayuran Edamame pada saat waktu akan panen
9.
Melakukan perencanaan yang baik, termasuk membuat program jadwal tanam sayuran Edamame
10. Membangun komunikasi yang terbuka dan jujur dengan pihak ritel 11. Mencari sayuran Edamame dari pihak lain (petani non mitra) apabila mengalami kekurangan sayuran Edamame
98
Rancangan sistem penunjang keputusan untuk mengelola risiko rantai pasokan sayuran Edamame, yang disebabkan oleh proses internal (pada
pasca
panen)
membantu
perusahaan
untuk
melakukan
penanganan risiko secara efektif dan memudahkan perusahaan untuk melakukan penanganan secara segera, karena telah tersedia berbagai cara penanganan risiko pada setiap tingkat risiko (Tabel 14). Tabel 14. Penanganan Risiko Rantai Pasokan Sayuran Edamame yang disebabkan oleh Proses Internal (pada Pasca Panen) No. Aturan Tingkat Risiko Penanganan Risiko 6 Sangat Tinggi 1,2,3,4,5,6 Tinggi 1,2,3,4,5,6 7 Sedang 1,2,3,4,5,6 8 Sangat Rendah 1,2,3,4,5,6 9 Rendah 2,3,6 10 Penjelasan penanganan risiko: 1.
Memberikan pelatihan kepada petani mitra
2.
Melakukan penanganan hasil panen yang baik, hasil panen tidak diletakkan di tempat panas atau tempat yang langsung terkena sinar matahari dan menggunakan wadah
krat pelastik, untuk wadah
Sayuran Edamame ketika perpindahan dari lahan petani ke PT Saung Mirwan 3.
Melakukan perencanaan, melakukan penyimpanan hasil panen di cool storage, dan melakukan pengaturan suhu (Suhu untuk penyimpanan sayuran Edamame bekisar 0 - 5 C)
4.
Membuat jadwal panen sayuran Edamame
5.
Menyediakan alat transportasi yang cukup pada saat panen untuk pendistribusian sayuran Edamame
6.
Melakukan koordinasi dengan bagian distribusi, pengadaan, dan bagian kemitraan Rancangan sistem penunjang keputusan untuk mengelola risiko
rantai pasokan sayuran Edamame, yang disebabkan oleh proses internal (pada proses pengiriman) membantu perusahaan untuk melakukan penanganan risiko secara efektif dan memudahkan perusahaan untuk
99
melakukan penanganan secara segera, karena telah tersedia berbagai cara penanganan risiko pada setiap tingkat risiko (Tabel 15). Tabel 15. Penanganan Risiko Rantai Pasokan Sayuran Edamame yang disebabkan oleh Proses Internal (pada Proses Pengiriman) No. Aturan Tingkat Risiko Penanganan Risiko Sangat Tinggi 1,2 11 Tinggi 1,2 12 Sedang 2 13 Sangat Rendah 2 14 Rendah 2 15 Penjelasan penanganan risiko: 1.
Membuat alur atau rute perjalanan yang efektif dan efisien menuju ritel
2.
Jadwal pengiriman dikomunikasikan dengan pihak ritel dan melakukan koordinasi antara PT Saung Mirwan bagian/divisi penjualan dengan pihak ritel
4.4.2 Risiko Operasional yang disebabkan oleh Kesalahan Sumber Daya Manusia (SDM) Rancangan sistem penunjang keputusan untuk mengelola risiko rantai pasokan sayuran Edamame, yang disebabkan oleh kesalahan sumber daya manusia (pada petani) membantu perusahaan untuk melakukan penanganan risiko secara efektif dan memudahkan perusahaan untuk melakukan penanganan secara segera, karena telah tersedia berbagai cara penanganan risiko pada setiap tingkat risiko (Tabel 16). Tabel 16. Penanganan Risiko Rantai Pasokan Sayuran Edamame yang disebabkan oleh Sumber Daya Manusia (Petani) No. Aturan Tingkat Risiko Penanganan Risiko 16 Sangat Tinggi 1,2,3,4,5,6 17 Tinggi 1,2,4,5,6 18 Sedang 1,2,3,6 19 Sangat Rendah 1,2 20 Rendah 1,2 Penjelasan penanganan risiko: 1.
Melakukan penyuluhan dan pembinaan kepada petani mitra serta menindaklanjuti kegiatan budidaya sayuran Edamame yang dilakukan oleh petani mitra
100
2.
Melakukan
kegiatan
perencanaan
agar
para
petani
mitra
mendapatkan gambaran kegiatan budidaya Edamame 3.
Menyediakan alat distribusi hasil panen yang berasal dari lahan, untuk memudahkan pendistribusian sayuran Edamame
4.
Para petani diberikan pengarahan atau informasi mengenai cara pendistribusian hasil panen yang tepat
5.
PT Saung Mirwan selalu mengingatkan petani agar sayuran Edamame tidak cacat dan memenuhi spesifikasi yang diminta oleh PT Saung Mirwan
6.
Tidak melakukan kerja sama kembali dengan petani mitra yang tidak menyepakati perjanjian yang telah disepakati Rancangan sistem penunjang keputusan untuk mengelola risiko
rantai pasokan sayuran Edamame, yang disebabkan oleh kesalahan sumber daya manusia (pada karyawan) membantu perusahaan untuk melakukan penanganan risiko secara efektif dan memudahkan perusahaan untuk melakukan penanganan secara segera, karena telah tersedia berbagai cara penanganan risiko pada setiap tingkat risiko (Tabel 17). Tabel 17. Penanganan Risiko Rantai Pasokan Sayuran Edamame yang disebabkan oleh Sumber Daya Manusia (Karyawan) No. Aturan Tingkat Risiko Penanganan Risiko 21 Sangat Tinggi 1,2,3,4,5,6 22 Tinggi 1,2,3,4,5,6 23 Sedang 1,2,3,5,6 24 Sangat Rendah 1,2,3,5,6 25 Rendah 1,2,3,6 Penjelasan penanganan risiko: 1.
Melakukan pembinaan dan pelatihan setiap tiga bulan sekali
2.
Memberikan reward (insentif, bonus) dan punishment
3.
Melakukan kegiatan perencanaan agar karyawan mendapatkan gambaran tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan
4.
Melakukan pembagian waktu kerja karyawan yang menangani pasca panen sayuran Edamame
101
5.
Karyawan
diberikan
pelatihan
dan
pengarahan
mengenai
penggunaan pendingin pada mobil untuk mengurangi kerusakan sayuran Edamame 6.
Karyawan melakukan pemeriksaan alat distribusi atau alat transportasi sebelum digunakan
4.4.3 Risiko Operasional yang disebabkan oleh Kegagalan Sistem Rancangan sistem penunjang keputusan untuk mengelola risiko rantai pasokan sayuran Edamame, yang disebabkan oleh kegagalan sistem membantu perusahaan untuk melakukan penanganan risiko secara efektif dan memudahkan perusahaan untuk melakukan penanganan
secara segera, karena telah tersedia berbagai cara
penanganan risiko pada setiap tingkat risiko (Tabel 18). Tabel 18. Penanganan Risiko Rantai Pasokan Sayuran Edamame yang disebabkan oleh Kegagalan Sistem No. Aturan Tingkat Risiko Penanganan Risiko Sangat Tinggi 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12 26 Tinggi 1,3,4,5,6,7,8,9,11,12 27 Sedang 1,3,4,5,6,7,8,9,10,12 28 Sangat Rendah 4,5,6,7,8 29 Rendah 4,5,6,7,8 30 Penjelasan penanganan risiko: 1.
Melakukan survei lokasi sebelum penanaman (Ketinggian lokasi yang tepat untuk menanam sayuran Edamame di bawah 1000 m)
2.
Membuka lokasi penanaman yang baru
3.
Petani dan penyuluh harus selalu mencari budidaya Edamame yang baik (sesuai dengan Good Agricultural Practise (GAP) atau Standard Operational Procedure (SOP)
4.
Petani mitra dengan PT Saung Mirwan melakukan kesepakatan atau negosiasi sebelum melakukan kerja sama mengenai harga jual hasil panen secara tertulis
5.
Ritel dengan PT Saung Mirwan tidak menetapkan harga jual yang tetap dalam setiap melakukan pemesanan
6.
Melakukan rapat koordinasi antara divisi kemitraan, divisi penjualan, divisi pengadaan, dan divisi pengemasan satu kali selama satu minggu untuk evaluasi dan rencana selanjutnya
102
7.
Memiliki akses internet dan dibentuknya bagian IT (Information Technology) untuk membuat sistem informasi yang terintegrasi
8.
Penyuluh petani dari bagian kemitraan membuat perencanaan tanam, perencanaan jumlah petani, dan perencanaan panen
9.
Melakukan pengawasan dan melakukan koordinasi dengan direktur utama
10. Pembuatan SOP di awal harus jelas. SOP sesuai dengan kondisi perusahaan dan dapat dilakukan oleh semua pihak yang bersangkutan 11. Menyediakan alat transportasi yang memadai dan membentuk divisi teknis yang menguasai mesin 12. Melakukan
pemeliharaan
terhadap
barang-barang
investasi
termasuk alat transportasi/alat distribusi 4.4.4 Risiko Operasional yang Disebabkan oleh Kejadian di Luar Perusahaan Rancangan sistem penunjang keputusan untuk mengelola risiko rantai pasokan sayuran Edamame, yang disebabkan oleh kejadian di luar perusahaan membantu perusahaan untuk melakukan penanganan risiko secara efektif dan memudahkan perusahaan untuk melakukan penanganan
secara segera, karena telah tersedia berbagai cara
penanganan risiko pada setiap tingkat risiko (Tabel 19). Tabel 19. Penanganan Risiko Rantai Pasokan Sayuran Edamame yang disebabkan oleh kejadian di luar perusahaan No. Aturan Tingkat Risiko Penanganan Risiko 31 Sangat Tinggi 1,2,3,4,5 32 Tinggi 1,2,3,4,5 33 Sedang 1,3,4,5 34 Sangat Rendah 1,4,5 Rendah 1,4,5 35 Penjelasan penanganan risiko: 1.
Petani mitra diberikan penyuluhan mengenai pencegahan dan pemberantasan hama dan penyakit
2.
Petani mitra melakukan saran yang dianjurkan dan melakukan pengawasan atas serangan hama dan penyakit
103
3.
Melakukan prediksi mengenai iklim, curah hujan dan musim dalam waktu
tertentu
dan
mengandalkan
informasi
dari
Badan
Meteorologi dan Geofisika 4.
Mengatur perencanaan tanam (melakukan diversifikasi produk) ketika musim hujan
5.
Melakukan perbaikan saluran-saluran pengairan ketika musim kemarau.
4.5. Implikasi Manajerial Implikasi manajerial dari manajemen risiko operasional rantai pasokan sayuran Edamame PT Saung Mirwan adalah pentingnya koordinasi dalam suatu rantai pasok yang bertujuan memberikan kepuasan kepada pelanggan, pentingnya mengetahui prioritas dari anggota rantai pasok dan prioritas dari risiko rantai pasok dalam manajemen risiko rantai pasokan, agar pengelolaan risiko dapat secara efektif meminimalisir atau mengurangi risiko. Adanya proses penilaian risiko yang menghasilkan struktur hirarki risiko dan penanganannya dapat dijadikan solusi untuk mengelola risiko operasional sayuran Edamame pada PT Saung Mirwan. Manajemen risiko operasional menghasilkan adanya peluang perubahan profil suatu risiko (dari tingkat yang membahayakan menjadi risiko yang tidak berbahaya), sehingga penilaian risiko menjadi ukuran dalam meningkatkan efektivitas manajemen risiko. Hasil agregasi risiko operasional keseluruhan menunjukkan bahwa risiko operasional rantai pasokan sayuran Edamame pada PT Saung Mirwan adalah tinggi. Rancangan sistem penunjang keputusan untuk meminimalisir atau mengurangi risiko operasional pada PT Saung Mirwan adalah penanganan risiko pada tingkat risiko tinggi.
KESIMPULAN DAN SARAN
a.
Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Manajemen rantai pasokan sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan terdiri dari anggota primer dan aliran material. Anggota primer manajemen rantai pasokan Sayuran Edamame PT Saung Mirwan yaitu
petani sebagai pemasok, PT Saung Mirwan sebagai perusahaan
pengolah, dan ritel sebagai konsumen (tetapi bukan konsumen akhir). Aliran material terdiri dari aliran produk, uang, dan informasi. Aliran produk mengalir mulai dari petani - PT Saung Mirwan - Ritel. Aliran uang atau biaya mengalir dari sebaliknya, sedangkan aliran informasi mengalir dari hulu maupun hilir. PT Saung Mirwan tidak melakukan produksi Sayuran Edamame, sehingga Sayuran Edamame diperoleh dari petani, kemudian PT Saung Mirwan melakukan penyortiran dan pengemasan Sayuran Edamame, dan Edamame siap untuk dikirim ke customer. 2. Prioritas dari anggota rantai pasok sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan dalam manajemen risiko rantai pasokan adalah PT Saung Mirwan dan risiko yang memiliki prioritas terbesar adalah risiko operasional. Penilaian AHP dan ANP secara keseluruhan dianggap konsisten karena menghasilkan nilai CR < 0. 3. Manajemen risiko operasional sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan dalam manajemen risiko rantai pasokan adalah perusahaan memproduksi benih, penyimpanan benih di cool storage atau tempat yang panas, melakukan budidaya Sayuran Edamame sesuai dengan saran dari penyuluh dan sesuai dengan Standard Operational Procedure, pemeliharaan tanaman Edamame, pengairann yang cukup dan terik panas matahri yang cukup, melakukan kegiatan penyuluhan dan pembinaan kepada petani mitra mengenai budidaya Edamame, mengadakan pelatihan untuk para karyawan sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan kinerja karyawan, memberikan reward dan punishment terhadap karyawan agar karyawan merasa dihargai dan dilibatkan oleh perusahaan, melakukan
105
kegiatan perencanan, pengorganisasiaan, pelaksanaan, dan kegiatan pengevaluasiaan secara rapi dan sesuai denga prosedur, melakukan kegiatan pencegahan penyerangan hama dan penyakit dengan cara memberi obat pada benih. 4. Rancangan
sistem
penunjang
keputusan
untuk
mengelola
risiko
operasional sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan dalam manajemen risiko rantai pasokan menghasilkan 35 aturan. b. Saran Saran yang berkaitan dengan aktivitas rantai pasok dan manajemen risiko rantai pasok adalah penelitian lanjutan berupa pemodelan komputasi sebagai tindak lanjut rancangan sistem penunjang keputusan risiko operasional rantai pasok sayuran Edamame.
DAFTAR PUSTAKA Anatan, L dan L. Ellitan. 2008. Supply Chain Management Teori Dan Aplikasi. Alfabeta, Bandung. Djohanputro, B. 2008. Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi. PPM, Jakarta. Fewidarto, P. 1996. Proses Hirarki Analitik (Analytical Hierarchy Process). Teknologi Industri Pertanian Program Pascasarjana IPB, Bogor. Hadiguna, R.A. 2010. Perancangan Sistem Penunjang Keputusan Rantai Pasokan dan Penilaian Risiko Mutu Pada Agroindustri Kelapa Sawit Kasar. Disertasi pada Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor. Haming, M dan M. Nurnajamuddin. 2007. Manajemen Produksi Modern Operasi Manufaktur dan Jasa Buku 2 (Dua). PT Bumi Aksara, Jakarta. Heizer, J dan B. Render. 2008. Manajemen Operasi Buku 2 (Dua) Edisi 9. Salemba Empat, Jakarta. Izik, Z, I. Dikmen, dan M.T. Birgonul. 2011. Using Analytic Network Process (ANP) for Performance Measurement in Construction. Turki: Civil Engineering Department, Faculty of Engineering Middle East Technical University. Juanda, B. 2007. Metodologi Penelitiaan Ekonomi dan Bisnis. IPB Press, Bogor. Ma’Arif, M.S dan Tanjung, H. 2003. Manajemen Operasi. PT Grasindo, Jakarta. Machfud, dkk. 2009. Teknik Non Numeric ME-MCDM Dan Sistem Pakar Dalam Pengelolaan Risiko Mutu Pada Agroindustri Minyak Sawit Kasar (Crude Palm Oil). Jurnal Teknologi Industri Pertanian Program Pascasarjana IPB, Bogor. Marimin dan N. Maghfirof. 2010. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan Dalam Manajemen Rantai Pasok. IPB Press, Bogor. Muslich, M. 2007. Manajemen Risiko Operasional Teori dan Praktek. PT Bumi Aksara, Jakarta. Prawirosentono, S. 2007. Manajemen Operasi Analisis dan Studi Kasus Edisi 4 (Empat). PT Bumi Aksara, Jakarta. Saaty, T.L. and L.G. Vargas. 2006. Decision Making with The Analytic Network Process. United States of America : Springer. Santoso, I. 2005. Rekayasa Model Manajemen Risiko untuk Pengembangan Agroindustri Buah-buahan Secara Berkelanjutan. Disertasi pada Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor. Sarwono, J. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Graha Ilmu, Yogyakarta. Scandizzo, S. 2005. Risk Mapping and Key Risk Indicators in Operational Risk Management. Economic Notes by Banca Monte dei Paschi di Siena SpA 34
107
(2): 231-256. Blackwell Publishing Ltd, United Kingdom. Siagiaan, Y.M. 2005. Aplikasi Supply Chain Management dalam Dunia Bisnis. PT Grasindo, Jakarta. Susilo, J. 2008. Rumusan strategi pengembangan PT BPRS Amanah Ummah dengan pendekatan Analytic Network Process. Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Tunggal, A.W. 2009. Supply Chain Management (Manajemen Rantai Pasokan). Harvarindo, Jakarta.
Lampiran 1. Data Hasil Penilaian Pakar Risiko
Frekuensi
Budidaya Proses Internal
Pasca Panen P.Pengiriman
Petani
SDM
Karyawan
Sistem
Kejadian di luar perusahaan
Dampak
Kode
Pakar 1
Pakar 2
Pakar 3
Pakar 1
Pakar 2
Pakar 3
KR1 KR2 KR3 KR4 KR5 KR6 KR7 KR8 KR9 KR10 KR11 KR12 KR13 KR14 KR15 KR16 KR17 KR18 KR19 KR20 KR21 KR22 KR23 KR24 KR25 KR26 KR27 KR28 KR29 KR30 KR31 KR32 KR33 KR34 KR35 KR36 KR37 KR38 KR39 KR40 KR41 KR42 KR43 KR44 KR45
2 3 2 2 2 1 4 2 4 3 2 2 3 2 2 4 4 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 3 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 3 3 3
1 2 2 2 2 1 3 2 3 3 2 2 1 2 2 2 3 2 1 2 3 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 3 1 3 3 3
3 4 3 1 2 2 2 2 5 4 2 4 1 1 1 2 2 4 4 2 4 2 2 2 4 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 4 1 2 2 2
4 4 5 4 4 3 3 4 4 4 5 4 3 3 5 3 4 3 2 4 3 2 4 4 2 4 5 4 2 4 3 4 4 3 3 2 4 4 3 4 5 3 4 4 4
5 3 4 3 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4
5 5 5 3 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5
109
Frekuensi Risiko
Risiko Pakar 1 2
Pakar 2 2
Pakar 3 2
Sumber Daya Manusia
4
3
2
Sistem Kejadian Di Luar Perusahaan
3
1
2
4
3
2
Proses
Risiko
Pakar 1
Frekuensi Risiko Pakar 2
Pakar 3
Budidaya
S
R
S
Pasca Panen
R
R
R
Proses Pengiriman
R
R
SR
Frekuensi Risiko Risiko Pakar 1 Petani Karyawan Keterangan: 1= Sangat Rendah 2=Rendah 3=Sedang/ Netral 4= Tinggi 5= Sangat Tinggi
R R
Pakar 2 R SR
Pakar 3 S R
110
Lampiran 2. Data Responden Identifikasi Risiko 1. Risiko karena kegagalan Proses Internal Frekuensi No Modus B1 B2 B3 B4 1 4 4 2 1 4 2 4 4 3 2 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 2 2 2 5 3 4 4 3 3 6 5 4 4 3 4 7 4 3 4 1 4 8 4 5 3 2 #N/A 9 3 4 3 2 3 10 4 2 3 2 2 11 4 2 3 3 3 12 2 4 2 1 2 13 4 3 2 2 2 14 15
2 4
1 1
2 4
1 2
B1 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5
2 4
2. Risiko karena kesalahan Sumber Daya Manusia Frekuensi No Modus B1 B2 B3 B4 16 2 4 3 2 2 17 2 4 4 2 2 18 2 3 3 2 2
Dampak B2 B3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 5 4 3 4 4 3 4 4 2 3 3 3 3 4 4 3
5 4
B1 5 5 5
2 2
B4 5 4 4 2 2 4 1 4 4 4 4 4 4
2 3
4 3
Dampak B2 B3 4 3 4 3 4 3
B4 4 2 4
Modus 5 4 4 3 #N/A 5 #N/A 4 4 #N/A 3 4 4 2 3
Modus 4 #N/A 4
19
4
4
3
2
4
5
4
3
4
4
20
2
4
4
2
2
5
4
3
4
4
21
2
2
3
2
2
5
2
3
4
#N/A
22 23 24 25 26 27 28 29 30
2 2 4 2 4 1 2 4 4
3 3 4 4 4 3 4 3 1
4 3 4 2 3 2 3 4 3
3 2 1 1 2 2 2 2 2
3 2 4 2 4 2 2 4 #N/A
4 4 5 4 5 5 4 4 5
2 2 2 3 2 3 4 3 1
4 3 3 3 3 4 3 3 3
4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 #N/A 4 #N/A 4 4 4 #N/A
111
3. Risiko karena kegagalan Sistem Frekuensi No B1 B2 B3 B4 31 1 1 1 1 32 2 5 1 1 33 2 3 2 1 34 2 3 2 1 35 2 3 4 2
Modus 1 1 2 2 2
B1 4 4 5 4 4
Dampak B2 B3 1 4 5 4 4 3 3 3 3 3
B4 4 3 3 4 3
Modus 4 4 3 4 3
36
2
1
1
1
1
4
1
3
3
3
37 38
2 2
2 2
1 2
1 1
2 2
4 4
2 2
4 3
3 3
4 3
39 40 41 42
2 2 2 4
2 2 2 5
3 2 2 2
1 1 1 2
2 2 2 2
4 4 4 4
2 2 2 5
4 4 3 3
3 4 4 4
4 4 4 4
4. Risiko karena kejadian di luar perusahaan Frekuensi No Modus B1 B2 B3 B4
Dampak Modus B1
B2
B3
B4
43
5
4
4
3
4
5
4
4
3
4
44
5
4
3
3
3
5
4
3
3
3
45
5
4
4
3
4
5
4
4
3
4
46
5
2
1
1
1
5
2
4
4
4
47
2
3
3
1
3
2
3
3
3
3
48
4
2
3
3
3
5
2
3
4
#N/A
49
4
3
3
1
3
5
3
3
3
3
112 Lampiran 3. Agregasi Risiko Proses Internal (Budidaya) Tahap 1 Frekuensi Pakar1 Pakar2 Pakar3 2 1 3 3 2 4 2 2 3 2 2 1 2 2 2 1 1 2 4 3 2 2 2 2 4 3 5 3 3 4
Kode KR1 KR2 KR3 KR4 KR5 KR6 KR7 KR8 KR9 KR10
DP= Dampak Pakar, DP1 4 4 5 4 4 3 3 4 4 4
NF1 4 3 4 4 4 5 2 4 2 3 min
Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3
3 4 4
Negasi Frekuensi Pakar1 Pakar2 Pakar3 4 5 3 3 4 2 4 4 3 4 4 5 4 4 4 5 5 4 2 3 4 4 4 4 2 3 1 3 3 2
Dampak Pakar1 Pakar2 Pakar3 4 5 5 4 3 5 5 4 5 4 3 3 4 4 5 3 1 3 3 4 5 4 4 5 4 4 5 4 4 5
NF= Negasi Frekuensi Pakar Maks1 4 4 5 4 4 5 3 4 4 4 3
DP2 5 3 4 3 4 1 4 4 4 4
NF2 5 4 4 4 4 5 3 4 3 3 min
Maks2 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4
DP3 5 5 5 3 5 3 5 5 5 5
NF3 3 2 3 5 4 4 4 4 1 2 Min
Maks3 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4
4 4 3
Tahap 2
Tahap 3
Bobot Pakar 1
2,33
2
2
3,67
4
3
5,00
5
Bobot Pakar 2 4 5
Urutan B 4 4 3 Maks
Min 2 4 3 4
113 Lampiran 4. Agregasi Risiko Proses Internal (Pasca Panen) Tahap 1 Frekuensi Pakar1 Pakar2 Pakar3 2 2 2 2 2 4 3 1 1 2 2 1
Kode KR11 KR12 KR13 KR14
DP= Dampak Pakar, DP1 5 4 3 3
Maks1 5 4 3 4
min
3
3 4 5
Negasi Frekuensi Pakar1 Pakar2 Pakar3 4 4 4 4 4 2 3 5 5 4 4 5
NF= Negasi Frekuensi Pakar
NF1 4 4 3 4
Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3
Dampak Pakar1 Pakar2 Pakar3 5 4 5 4 4 5 3 4 5 3 4 5
DP2 4 4 4 4
NF2 4 4 5 4
Maks2 4 4 5 4
min
4
DP3 5 5 5 5
NF3 4 2 5 5
Maks3 5 5 5 5
Min
5
5 4 3
Tahap 2
Tahap 3
Bobot Pakar 1
2,33
2
2
3,67
4
3
5,00
5
Bobot Pakar 2 4 5
Urutan B 5 4 3 Maks
Min 2 4 3 4
114 Lampiran 5. Agregasi Risiko Proses Internal (Proses Pengiriman) Tahap 1 Frekuensi Pakar1 Pakar2 Pakar3 2 2 1
Kode KR15
DP= Dampak Pakar,
Negasi Frekuensi Pakar Pakar Pakar 1 2 3 4 4 5
Dampak Pakar1 Pakar2 Pakar3 5 4 4
NF= Negasi Frekuensi Pakar
DP1
NF1
Maks1
DP2
NF2
Maks2
DP3
NF3
Maks3
5
4
5
4
4
4
4
5
5
min
5
min
4
Min
5
Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3
5 4 5
5 5 4
Tahap 2
Tahap 3
Bobot Pakar 1
2,33
2
2
3,67
4
3
5,00
5
Bobot Pakar 2 4 5
Urutan B 5 5 4 Maks
Min 2 4 4 4
115 Lampiran 6. Agregasi Risiko Proses Internal Keseluruhan Tahap 1 Risiko Budidaya Pasca panen Proses kirim
R= Risiko, R1 4 4 4
4 4 4
Pakar1 3 2 2
Frekuensi Pakar2 2 2 2
Pakar3 3 2 1
Negasi Frekuensi Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3 3 4 3 4 4 4 4 4 5
NF= Negasi Frekuensi Pakar NF1 3 4 4 min
Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3
4 4 4
Maks1 4 4 4 4
R2 4 4 4
NF2 4 4 4 min
Maks2 4 4 4 4
R3 4 4 4
NF3 3 4 5 Min
Maks3 4 4 5 4
4 4 4
Tahap 2
Tahap 3
Bobot Pakar 1
2,33
2
2
3,67
4
3
5,00
5
Bobot Pakar 2 4 5
Urutan B 4 4 4 Maks
Min 2 4 4 4
116 Lampiran 7. Agregasi Risiko Sumberdaya manusia (Petani) Tahap 1 Frekuensi Pakar1 Pakar2 Pakar3 4 2 2 4 3 2 2 2 4 2 1 4 2 2 2 2 3 4 2 1 2 2 1 2 2 1 2
Kode KR16 KR17 KR18 KR19 KR20 KR21 KR22 KR23 KR24
DP= Dampak Pakar, DP1 3 4 3 2 4 3 2 4 4
NF1 2 2 4 4 4 4 4 4 4 min
Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3
3 4 4
Dampak Pakar1 Pakar2 Pakar3 3 3 5 4 4 5 3 3 5 2 4 5 4 4 5 3 4 5 2 4 2 4 4 5 4 4 5
Negasi Frekuensi Pakar1 Pakar2 Pakar3 2 4 4 2 3 4 4 4 2 4 5 2 4 4 4 4 3 2 4 5 4 4 5 4 4 5 4
NF= Negasi Frekuensi Pakar Maks1 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3
DP2 3 4 3 4 4 4 4 4 4
NF2 4 3 4 5 4 3 5 5 5 min
Maks2 4 4 4 5 4 4 5 5 5 4
DP3 5 5 5 5 5 5 2 5 5
NF3 4 4 2 2 4 2 4 4 4
Maks3 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4
4 4 3
Tahap 2
Tahap 3
Bobot Pakar 1
2,33
2
2
3,67
4
3
5,00
5
Bobot Pakar 2 4 5
Urutan B 4 4 3 Maks
Min 2 4 3 4
117 Lampiran 8. Agregasi Risiko Sumberdaya manusia (Karyawan) Tahap 1 Frekuensi Pakar1 Pakar2 Pakar3 1 2 4 2 2 2 1 1 1 2 1 1 3 1 1 1 1 1
Kode KR25 KR26 KR27 KR28 KR29 KR30
DP= Dampak Pakar,
Dampak Pakar1 Pakar2 Pakar3 2 4 5 4 4 5 5 4 5 4 4 5 2 4 5 4 4 4
Negasi Frekuensi Pakar1 Pakar2 Pakar3 5 4 2 4 4 4 5 5 5 4 5 5 3 5 5 5 5 5
NF= Negasi Frekuensi Pakar
DP1
NF1
Maks1
DP2
NF2
Maks2
DP3
NF3
Maks3
2
5
5
4
4
4
5
2
5
4
4
4
4
4
4
5
4
5
5
5
5
4
5
5
5
5
5
4
4
4
4
5
5
5
5
5
2
3
3
4
5
5
5
5
5
4
5
5
4
5
5
4
5
5
min
3
min
4
Min
5
Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3
3 4 5
5 4 3
Tahap 2
Tahap 3
Bobot Pakar 1
2,33
2
2
3,67
4
3
5,00
5
Bobot Pakar 2 4 5
Urutan B 5 4 3 Maks
Min 2 4 3 4
118 Lampiran 9. Agregasi Risiko SDM Keseluruhan Tahap 1 Risiko Petani Karyawan
4 4
R= Risiko,
Frekuensi Pakar1 Pakar2 Pakar3 2 2 3 2 1 2
Negasi Frekuensi Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3 4 4 3 4 5 4
NF= Negasi Frekuensi Pakar
R1
NF1
Maks1
R2
NF2
Maks2
R3
NF3
Maks3
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
5
5
4
4
4
min
4
min
4
min
4
Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3
4 4 4
4 4 4
Tahap 2
Tahap 3
Bobot Pakar 1
2,33
2
2
3,67
4
3
5,00
5
Bobot Pakar 2 4 5
Urutan B 4 4 4 Maks
Min 2 4 4 4
119 Lampiran 10. Agregasi Risiko Sistem Tahap 1 Frekuensi Pakar1 Pakar2 Pakar3 3 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1
Kode KR31 KR32 KR33 KR34 KR35 KR36 KR37 KR38 KR39 KR40
DP= Dampak Pakar, DP1 3 4 4 3 3 2 4 4 3 4
NF1 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 min
Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3
3 4 4
Dampak Pakar1 Pakar2 Pakar3 3 4 5 4 3 5 4 4 4 3 4 4 3 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4
Negasi Frekuensi Pakar1 Pakar2 Pakar3 3 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5
NF= Negasi Frekuensi Pakar Maks1 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3
DP2 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4
NF2 4 5 5 4 4 5 4 4 4 5 min
Maks2 4 5 5 4 4 5 4 4 4 5 4
DP3 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4
NF3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 min
Maks3 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4
4 4 3
Tahap 2
Tahap 3
Bobot Pakar 1
2,33
2
2
3,67
4
3
5,00
5
Bobot Pakar 2 4 5
Urutan B 4 4 3 Maks
Min 2 4 3 4
120 Lampiran 11. Agregasi Risiko karena kejadian di luar perusahaan Tahap 1 Frekuensi Pakar1 Pakar2 Pakar3 4 3 4 2 1 1 3 3 2 3 3 2 3 3 2
Kode KR41 KR42 KR43 KR44 KR45
DP= Dampak Pakar, DP1 5 3 4 4 4
NF1 2 4 3 3 3 min
Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3
4 4 5
Dampak Pakar1 Pakar2 Pakar3 5 4 5 3 4 5 4 4 5 4 4 5 4 4 5
Negasi Frekuensi Pakar1 Pakar2 Pakar3 2 3 2 4 5 5 3 3 4 3 3 4 3 3 4
NF= Negasi Frekuensi Pakar Maks1 5 4 4 4 4 4
DP2 4 4 4 4 4
NF2 3 5 3 3 3 min
Maks2 4 5 4 4 4 4
DP3 5 5 5 5 5
NF3 2 5 4 4 4 min
Maks3 5 5 5 5 5 5
5 4 4
Tahap 2
Tahap 3
Bobot Pakar 1
2,33
2
2
3,67
4
3
5,00
5
Bobot Pakar 2 4 5
Urutan B 5 4 4 Maks
Min 2 4 4 4
121 Lampiran 12. Agregasi Risiko Operasional secara keseluruhan Tahap 1 Risiko Proses SDM (Sumber Daya Manusia) Sistem Kejadian Di luar Perusahaan
Frekuensi Pakar2 Pakar3 2 2
4
Pakar1 2
4
4
3
2
4
3
1
2
4
4
3
2
Negasi Frekuensi Pakar1 Pakar2 Pakar3 4 4 4 2 3 4 3 5 4 2 3 4
NF= Negasi Frekuensi Pakar Risiko
NF1
Maks1
Risiko
NF2
Maks2
Risiko
NF3
Maks3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4
3
4
4
4
4
4
3
4
4
5
5
4
4
4
4
2
4
4
3
4
4
4
4
min
4
min
4
min
4
Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3
4 4 4
4 4 4
Tahap 2
Tahap 3
Bobot Pakar 1
2,33
2
2
3,67
4
3
5,00
5
Bobot Pakar 2 4 5
Urutan B 4 4 4 Maks
Min 2 4 4 4