MANAJEMEN PERGURUAN TINGGI MENUJU PERUBAHAN KUALITAS LAYANAN MUTU Oleh Lukman Hakim1 Abstract: This article is aimed at discussing the management of college tat has to be improved and changed as a means of giving high quality of service to users. Currently the college can not stand idly by and as organization it must move forward, dynamic and positive impact on the organization development. Regional challenges and dynamic as symmetrical problem of national and global and must be answered by the college. The position of Indonesia below Thailand, Malaysia, Singapore in quality should be a trigger to improve the quality of the qualified graduates. Need for evaluation and re-formulation of the vision, mission, organizational goals through programs that have been created to make the right strategy in order to accelerate the quality of better quality. So that a college can address community needs and can respond to changing global society. Keywords: Management, quality, college
1
Dosen Prodi MPI Fakultas Tarbiyah Universitas Hasyim Asy’ ari Tebuireng Jombang
Al Ta’dib Volume 6 No. 1, Juli 2016
32
Lukman Hakim A. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara maritim, memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia yang melimpah. Pertumbuhan Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. hingga pada atahun 2012 pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6,2 persen. Negara Indonesia termasuk salah satu anggota ASEAN. ASEAN merupakan suatu organisasi perkumpulan bangsa-bangsa di Asia Tenggara. Pada tahun 2015, ASEAN merencanakan penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), untuk menjaga stabilitas politik dan keamanan regional ASEAN, meningkatkan daya saing kawasan secara keseluruhan di pasar dunia, dan mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan, serta meningkatkan standar hidup masyarakat. Indonesia`memiliki penduduk 42% di kawasan ASEAN dari 11 Negara. Hal tersebut adalah asset yang sangat berharga. Dalam kurun waktu 2 tahun dengan metode percepatan mulai dari pengetahuan, pembekalan, persaingan hingga menjadi pemain inti di kawasan ASEAN. Sangat memungkinkan Indonesia pergerakannya dalam bidang ekonomi dapat dirasakan Negara ASEAN lainnya. Sekarang pekerjaan pemerintah yang paling dekat bagaimana mengoptimalkan peluang tersebut. Jangan sampai kekuatan utama SDM yang melimpah ruah, terbuang sia-sia begitu saja. Mulai dari masyarakat terpencil sampai masyarakat perkotaan harus mengikuti perkembangan yang ada. Dengan begitu percepatan yang merata dapat membuat tujuan mengoptimalkan peluang Indonesia di ASEAN akan semakin besar. "Yang menarik jumlah penduduk Indonesia usia produktif sebesar 70% dari 240 juta itu adalah anak muda jadi kisarannya 140 juta populasi masuk dalam usia produktif. Seharusnya ini bisa meningkatkan kemampuan kita," Finance.detik.com 2013. Hal ini menjadi pendorong yang sangat mendukung, ditambah banyaknya jumlah penduduk Indonesia dengan usia yang produktif. 2 Negara-Negara ASEAN akan terintegrasi menjadi satu masyarakat ekonomi yang tergabung dalam ASEAN Economic Community (AEC). para pemimpin negara-negara ASEAN telah merumuskan kesepakatan bersama berupa pencapaian ASEAN Community yang dimulai dengan penerapan ASEAN Economic Community pada 2015. Dengan akan diterapkannya MEA, Indonesia harus melakukan banyak perubahan dari berbagai aspek. Hal ini dilakukan untuk menjawab tuntutan pasar, persaingan pasar bebas dalam negara ASEAN menjadi sangat terbuka. Bidang pertanian, industri, perikanan, pendidikan, sumber daya manusia, harus dapat menjawab perubahan pasar dengan bentuk kualitas barang maupun kualitas pelayanan. Hal ini sangat terkait dengan kesiapan bagaimana pemerintah menyiapkan semua unsur-unsur yang menunjang keberhasilan penerapan MEA. Terutama menyiapkan tenaga terampil yang berkualitas baik dari segi kemampuan keterampilan maupun penguasaan bahasa asing. Hal ini harus dilakukan oleh pemerintah melalui dunia pendidikan maupun ketenagakerjaan. Untuk mendukung arus bebas tenaga terampil, maka disusunlah mutual recognation arragement (MRA). MRA dapat diartikan sebagai kesepakatan bersama seluruh anggota ASEAN untuk menerima beberapa atau semua aspek hasil penilaian seperti hasil tes atau sertifikat. Adapun tujuan MRA adalah untuk menciptakan mekanisme prosedur dan akreditasi untuk mendapatkan kesamaan/kesetaraan serta mengakui perbedaan antar negara untuk pendidikan, pelatihan,
2
Ahmad Yaris Firrdaus, Muhammad Andi hakim, Economics Development Analysis Journal, Universitas Negeri Semarang, 2013, ISSN 2252-6889
33
Al Ta’dib Volume 6 No. 1, Juli 2016
Manajemen Perguruan Tinggi pengalaman dan persyaratan lisensi untuk para profesional yang ingin berpraktek. Terdapat 7 MRA yang telah ditanda-tangani sampai tahun 2009 yaitu: 1. ASEAN MRA on engineering services 2. ASEAN MRA on nursing services 3. ASEAN MRA on architectural services 4. ASEAN framework arragement for the mutual recognation of surveying qualifications 5. ASEAN MRA on dental practitioners 6. ASEAN MRA Framework on accountancy services 7. ASEAN sectoral MRA for good manufacturing practice inspection of manufaturers of medicinal product (MRA). 3 Bagi Perguruan Tinggi baik PTN maupun PTS, kondisi ini menuntut Perguruan Tinggi untuk melakukan perubahan pelayanan pendidikan maksimal dengan hasil yang optimal dalam Menyiapkan lulusan-lulusan yang berkualitas dan dapat bersaing dengan masyarakat ekonomi ASEAN. Terkait dengan fenomena tersebut yang menuntut perguruan tinggi adalah bagaimana melakukan perubahan untuk menyiapkan lulusan yang unggul dan bagaimana menerapkan strategi dalam menjawab Persaingan sebagai langkah dalam mengoptimalkan daya saing Indonesia di MEA.
B. PERGURUAN TINGGI SEBAGAI ORGANISASI 1. Persoalan Kualitas Perguruan Tinggi adalah tempat dimana mahasiswa menggali ilmu pengetahuan dengan berbagai kurikulum dan disiplin ilmu yang beragam. Perguruan tinggi dituntut profesional dalam mentransformasikan ilmu pengetahuan kepada mahasiswa. Perguruan Tinggi sebagai organisasi pendidikan dalam proses kehidupan yang masalahnya sangat kompleks dan tetap ada sepanjang manusia membentuk peradaban. Namun dalam prosesnya pendidikan tetap memerlukan pembenahan sesuai dengan masalah yang dihadapi. Dari beberapa masalah yang ada setidaknya terdapat tiga persoalan pendidikan nasional yang dapat dipelajari dalam sebuah konsep pemikiran atau setidaknya menjadi acuan dalam mengatasi berbagai anomali dalam pendidikan, antara lain : 1. Kesempatan dan perluasan akses pendidikan; 2. Peningkatan mutu layanan pendidikan; 3. Penguatan tata kelola, akuntabilitas publik. Negara hadir dalam wujud pemberian regulasi yang melindungi, mengayomi kepentingan publik khususnya diwujudkan dalam organisasi pendidikan. Sekaligus mengimplementasikan UU, dan aturan-aturan yang berkaitan dengan pelayanan dan perlindungan komsumen. Pelayanan sebagai proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain secara lansung, merupakan konsep yang senantiasa aktual dalam berbagai aspek kelembagaan. Bukan hanya pada organisasi bisnis, tetapi telah berkembang lebih luas pada tatanan organisasi pemerintah.4 Dunia pendidikan pada faktanya juga mengalami perubahan, salah satunya adalah pemberian pelayanan sesuai standard pendidikan. Hal ini dilakukan melalui perubahan3
4
Benedicta Evienia P, B. Elnath Aldi, Astri Madhyaratri, pandangan pelaku pendidikan di universitas terhadap pemberlakuan masyarakat ekonomi asean 2015, Bina Ekonomi Majalah Ilmiah Fakultas Ekonomi Unpar, Volume 106 18, Nomor 2, Agustus 2014, hal. 106. Sinambela Poltak Lijan, 2006, Reformasi Pelayanan Publik Teori, Kebijakan, dan. Implementasi, PT. Bumi Aksara, Jakarta, hal. 42-43.
Al Ta’dib Volume 6 No. 1, Juli 2016
34
Lukman Hakim perubahan manajemen pelayanan yang diberikan kepada masyarakat stakeholders perguruan tinggi. Perubahan ini dilakukan secara kontinuou dan berimplikasi kepada peningkatan kualitas layanan pendidikan. Ryas Rasyid mengemukakan bahwa : Pemerintah modern, dengan kata lain, pada hakekatnya adalah pelayanan kepada masyarakat. Pemerintah tidaklah diadakan untuk melayani dirinya sendiri, tetapi untuk melayani masyarakat. Memungkinkan setiap anggota masyarakat mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya demi mencapai kemajuan bersama.5 Keberadaan pemerintah dalam memberikan dan mendukung perguruan tinggi dengan layanan yang profesional baik negeri maupun swasta, mutlak menjadi tugas pemerintah untuk diwujudkan oleh negara dalam hal ini oleh kementerian pendidikan Republik Indonesia dengan berkeadilan. Sebagai perwujudannya adalah melalui standarisasi pendidikan yang dialkuka oleh BAN PT. Standarisasi pendidikan Perguruan Tinggi yang dikeluarkan oleh Badan Akriditasi Nasional Perguruan Tinggi ditentukan melalui 7 standard, yaitu: a. Standard satu, Visi, misi, tujuan dan sasaran, serta strategi pencapaian. b. Standard dua, Tata pamong, kepemimpinan, sistem pengelolaan dan penjaminan mutu. c. Standard tiga,. Mahasiswa dan lulusan d. Standard empat, Sumber daya manusia. e. Standard lima, Kurikulum, pembelajaran, dan suasana akademik. f. Standard enam, Pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sistem informasi. g. Standard tujuh, Penelitian, pelayanan/pengabdian masyarakat, dan kerjasama.6 Tujuh standard yang ditetapkan oleh BAN PT dan diterapkan dalam proses kepemimpinan, manajerial, administrasi, serta kepemimpinan pada sebuah perguruan tinggi, akan dapat menghasilkan sebuah proses yang mempunyai kualitas yang baik. Sehingga sebuah perguruan tinggi eksistensinya diakui oleh stakeholders, dan out put yang dihasilkan akan dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat dan masyarakat pengguna pendidikan. Dalam sebuah publikasi perbandingan Sistem Pendidikan Tinggi Nasional (SPTN) 48 negara baru-baru ini (2012), Indonesia menduduki peringkat ke-47, hanya sedikit lebih baik daripada India (48), namun pada tingkat ASEAN, Indonesia kalah dari Thailand (41), Malaysia (36) dan tentu saja, Singapura (11). Peringkat ini bukanlah peringkat hasil penilaian atas kualitas universitas seperti ranking Times Higher Education (THE), Shanghai Jiao Tong University Ranking dan yang sejenisnya, tapi penilaian atas kualitas Sistem Pendidikan Tinggi Nasional di sebuah negara.7 Data yang diolah berasal dari data-data tahun 2005 hingga 2009. Ada empat kriteria yang dievaluasi, yaitu: sumberdaya (resources), lingkungan (environment), konektivitas (connectivity), dan keluaran (output) pendidikan tinggi. Berikut ini hasil evaluasi mereka: a. Sumber dana berkaitan langsung dengan kualitas pengajaran dan riset karena memiliki lebih banyak dana berarti bisa mendapatkan pengajar dan periset dengan 5 Ryas Rasyid, 2006, Memahami Ilmu Pemerintahan; Suatu kajian, Teori, konsep, dan Pengembangannya, Raja Grafindo Persada, hal. 11. 6 BAN-PT. Standard dan Prosedur Akriditasi Institusi Perguruan Tinggi 2011 7 http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/19/sistem-pendidikan-tinggi-kita-tertinggal-463763.html
35
Al Ta’dib Volume 6 No. 1, Juli 2016
Manajemen Perguruan Tinggi
2.
8
kualitas yang lebih baik, mampu melakukan riset-riset yang lebih berkualitas dan jumlah riset lebih banyak. Dana untuk Pendidikan Tinggi Nasional biasanya disediakan oleh pemerintah dan bisa pula berasal dari sumbangan pribadi dan pihak swasta. Kanada menempati peringkat teratas dalam urusan ketersediaan dana (100 poin), selanjutnya disusul oleh Swedia dan Denmark di posisi ke-2 & ke-3, lalu berturut-turut dari peringkat 4 hingga 10 meliputi: Amerika Serikat, Norwegia, Finlandia, Swiss, Singapura, Belanda dan Ukraina. Indonesia berada di posisi terakhir (15,8 poin), sedangkan Thailand di posisi ke-38 dan Malaysia berada di posisi ke-24. Bahkan dibandingkan dengan India yang populasi dan jumlah universitasnya lebih banyak pun, Indonesia masih kalah 7.1 poin (India peringkat ke47 dengan 22.9 poin). b. Lingkungan mencakup partisipasi wanita dalam kegiatan belajar-mengajar dan riset, keberadaan badan yang memonitor kegiatan pendidikan tinggi dan kualitas di sekitar regulasi dan policy. Indonesia lebih baik daripada beberapa negara Eropa seperti Hungaria, Italia, Kroasia dan Yunani; Iran, Turki dan India, namun tertinggal dari tetangga dekat seperti Thailand (31) dan Malaysia (24). c. Konektivitas meliputi jumlah mahasiswa asing di perguruan tinggi dan kolaborasi dengan periset asing, dalam arti publikasi makalah bersama-sama. Indonesia menempati urutan ke-16, karena ada banyak periset Indonesia yang berkolaborasi dengan periset asing yang dibuktikan dengan menjadi “co-author“ dalam publikasi internasional (catatan: tidak jelas apakah sebagai penulis pertama atau kedua, ketiga dst). Sayangnya, memiliki peringkat rendah dalam poin ini tidak berarti jelek karena minimnya kolaborasi dengan pihak asing dapat menunjukkan bahwa periset dalam negeri sudah mandiri dan tak perlu bekerja sama dengan orang lain seperti di Amerika Serikat, Cina, Jepang dan Taiwan. d. Keluaran mencakup jumlah dan kualitas publikasi ilmiah yang dihasilkan oleh PT, banyaknya PT di sebuah negara yang berhasil masuk Shanghai Jiao Tong Top 500 Universities, jumlah pengangguran berijazah sarjana dibandingkan dengan yang berijazah sekolah menengah, kualitas riset PT terkemuka di negara tersebut dan jumlah staf periset per kepala populasi. Indonesia berada di peringkat 48, kalah dari Malaysia di peringkat 47 dan Thailand di peringkat 44.8 Oleh karena itu, Perguruan Tinggi mempunyai kewajiban pada dirinya untuk melakukan perubahan disetiap lini. Perubahan itu digunakan untuk menjawab terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh sebuah Perguruan Tinggi dalam menghadapi tuntutan jaman. Tanpa melakukan perubahan khususnya lulusan yang berkualitas siap kerja dengan skill yang tinggi Indonesia melalui penerapan MEA, akan ketingglan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Dan Indonesia akan dibanjiri oleh tenaga kerja asing serta barang-barang asing yang tidak bisa ditolak keberadaannya pada masyarakat kita. Perguruan Tinggi dan Perubahan a. Pengertian Perubahan Sebagaimana layaknya dengan dinamika organisasi pada sebuah perguruan tinggi dalam menjawab perkembangan dunia global, sebuah perguruan tinggi akan selalu
Kompasiana, Ibid.
Al Ta’dib Volume 6 No. 1, Juli 2016
36
Lukman Hakim melakukan kajian-kajian kaitannya dengan perkembangan perguruan tinggi itu sendiri khususnya yang berkaitan dengan peningkatan kualitas layanan pendidikan. Tanpa melakukan kajian-kajian dan membuat action plan yang diwujudkan pada program, sebuah perguruan tinggi akan ketinggalan dan ditinggal oleh masyarakat. Perubahan secara definitif menurut Cook et.al (dalam Ismail Nawawi Uha), memformulasikan konsep perubahan adalah proses dimana kita pindah dari kondisi yang berlaku menuju kondisi yang diinginkan yang dilakukan oleh para individu, kelompok, serta organisasi dalam hal bereaksi terhadap kekuatan dinamik internal maupun eksternal. Pembahasan perubahan dan proses perubahan, biasanya dilakukan melalui fokus perubahan keorganisasian (organization changing). Ada beberapa macam mengapa organisasi itu berubah dan banyak tipe perubahan yang dilaksanakan, seperti perubahan timbul karena kegiatan restrukturisasi reengenering dan ereengenering, inovasi, dan Total Qyality Management. (TQM). Hal ini disebabkan karena adanya kekuatan kompetetif, kekuatan ekonomi dan politik, kekuatan global, kekuatan demografik, kekuatan sosial, dan kekuatan etikal. Setiap perubahan dalam manusia struktur dan teknologi (Change... any alteration in people, structure and technology).9 Peguruan Tinggi harus terus melakukan perubahan dalam menjawab tantangan global. Perubahan dilakukan dalam rangka menunjukkan eksistensi Perguruan tinggi yang selalu dan terus menerus harus melakukan perubahan dinamis, posistif untuk perkembangan organisasi yang lebih baik. Tantangan regional,nasional, dan global menekan sebuah perguruan tinggi untuk menjadi lebih maju, lebih establish dalam menjawab tekanan perubahan. Sehingga Perguruan Tinggi di Indonesia tidak ketinggalan dengan negara-negara di tingkat ASEAN maupun global. Kurt Lewin menyatakan, perubahan terjadi karena munculnya tekanan-tekanan organisasi, individu, atau kelompok. Jadi, ia memfokuskan pada pertanyaan “mengapa”, yaitu, mengapa individu-individu, kelompok, atau organisasi berubah. Dari situ ia mencari tahu bagaimana perubahan dapat dikelola dan menghasilkan sesuatu. Ia berkesimpulan kekuakatan tekanan (driving force) akan berhadapan dengan keengganan (resistence) untuk berubah. Perubahan itu sendiri dapat terjadi dengan memperkuat “driving force” itu, atau melemahkan “resistence to change”.10 Bagan 1 Model Force Field tiga tahap dari Kurt Lewin Driving Forces Unfreezing Changing Refreezing
Resistences
Dengan demikian, sebelum dan setelah dilakukan perubahan ada proses yang harus dilakukan, dan semua itu ditentukan oleh seberapa besar vektor tekanan dari: 9
Ismail Nawawi Uha, 2014, Manajemen Perubahan Teori dan Aplikasi pada Organisasi Publik dan Bisnis, PT. Ghalia Indonesia, Ciawi-Bogor, hal. 2. 10 Rheinald Kasali, 2013, CHANGE, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal. 99.
37
Al Ta’dib Volume 6 No. 1, Juli 2016
Manajemen Perguruan Tinggi a. Unfreezing, yaitu suatu proses penyadaran tentang perlunya atau adanya kebutuhan untuk berubah. b. Changing, Langkah berupa tindakan baik memperkuat “Driving Forces” maupun memperlemah “resistences” c. Refeezing, Membawa kembali organisasi kepada kesimbangan yang baru (a new equelibrium).11 Dengan demikian MEA harus dijawab oleh Perguruan Tinggi sebagai tantangan untuk melakukan perubahan disetiap lini. MEA sebagai driving forces, sebagai pemicu semangat untuk menjawab tantangan perubahan. b. Menerapkan Manajemen Strategi 1) Pengertian Manajemen Strategi Untuk memwujudkan perubahan matang dan dapat diwujudkan dalam kegiatan sebuah organisasi maka perlu adanya manejemen strategi. Manajemen strategi sangat diperlukan dalam mencapai tujuan perubahan dengan keberhasilan yang maksimal. Sondang P. Siagian memberikan pengertian tentang Manajemen strategi adalah sebagai berikut; serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi tersebut.12 Pada tingkat top leader, membuat serangkaian kebijakan organisasi yang didasarkan pada kebutuhan organisasi dan bersifat mendasar untuk diimplementasikan secara bersama. Hal ini dilakuka untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen strategis, merupakan sebuah kegiatan yang membtuhkan keterampilan dengan kepekaan analisis kebutuhan organisasi. Seorang leader sekaligus manajer dituntut untuk terampil dalam menggunakan analisis kebutuhan organisasi, sehingga cepat merespon terhadap perubahan-perubahan dan tuntutan yang terjadi ditengah-tengah masyarakat. Sehingga dibutuhkan seni tersendiri dalam mengelola strategi organisasi. Manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi keputusan-keputusan lintas fungsional yang memampukan sebuah organisasi dapat mencapai tujuannya. 13 Manajemen strategis adalah suatu proses untuk menentukan arah dan tujuan organisasidalam jangka panjangerta pemilihan untuk mencapainya melalui pengembangan formulasi strategi dan implementasi yang terencana secara sistematis.14 Manajemen strategik didefinisikan oleh Pearce II dan Robinson (2011) sebagai seperangkat keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan dan penerapan 11
Reynald Kasali, Ibid, hal. 100. Sondang P. Siagian, 2012, Manajemen Stratejik, cetakan ke 10, Bumu Aksara, Jakarta, hal. 15. 13 Fred. R.David, 2010, Strategic Management, manajemen Strategis Suatu Konsep, Penerjemah Dono Sunardi, Penerbit Salemba empat, hal. 5. 14 AB Susanto, 2014, Manajemen Strategik komprehensif Untuk Mahasiswa dan Praktisi, Penerbit PT. Gelora Aksara Pratama, hal. 1. 12
Al Ta’dib Volume 6 No. 1, Juli 2016
38
Lukman Hakim rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran perusahaan. Manajemen strategik terdiri dari 9 (sembilan) tugas penting: a) Merumuskan misi perusahaan, termasuk pernyataan umum tentang tujuan, filosofi, dan sasaran. b) Melakukan analisis yang mencerminkan kondisi dan kapabilitas internal perusahaan. c) Menilai lingkungan eksternal perusahaan, baik kompetisi danfaktor-faktor kontekstual umumnya. d) Menganalisis opsi-opsi perusahaan dengan menyesuaikan sumber daya yang dimilikinya dengan lingkungan eksternalnya. e) Mengenali opsi-opsi yang paling diinginkan dengan mengevaluasi setiap opsi berdasarkan misi perusahaan. f) Memilih seperangkat sasaran jangka panjang dan strategi besar yang mampu mencapai hasil yang paling diinginkan. g) Mengembangkan sasaran tahunan dan strategi jangka pendek yang sesuai dengan pilihan seperangkat sasaran jangka panjang dan strategi besar. h) Menerapkan pilihan-pilihan strategik melalui pengalokasian sumber daya yang dianggarkan, dimana kesesuain tugas-tugas, karyawan, struktur, teknologi, dan sistem imbalan ditekankan. i) Mengevaluasi keberhasilan proses strategik sebagai masukan bagi pengambiklan keputusan di masa depan.15 Dalam hal ini Perguruan Tinggi dituntut untuk mampu melakukan akselerasi kualitas mutu, untuk dapat bersaing dengan negara-negara di ASEAN yang akan menerapkan MEA. Sehingga Perguruan Tinggi harus membuat strategi yang tepat dan dapat mencapai tujuan dari strategi yang telah dibuat. Ketertinggalan Indonesia dengan Thailand, Malaysia, Singapura harus dijadikan sebagai pemicu untuk meningkatkan kualitas lulusan yang benar-benar bermutu. Perguruan perlu mengevaluasi dan merumuskan ulang melalui programprogram yang telah dibuat untuk membuat strategi yang tepat dalam rangka melakukan percepatan kualitas mutu yang lebih baik. Sehingga ketersediaan lulusan yang berkulitas dapat dijamin keberadaanya. Dengan suatu proses metode Pengetahuan, Pengembangan, dan Persaingan unggul sebagai langkah dalam mengoptimalkan daya saing Indonesia di MEA dalam tujuannya Indonesia sebagai pemain. Terlihat cukup sederhana namun jika tidak dilaksanakan akan menjadi salah satu penghambat kesiapan Indonesia dalam menghadapi MEA 2015. Pemerintah harusnya sudah memberitahukan bahwa Indonesia sudah siap menghadapi MEA, namun yang terjadi Indonesia belum begitu siap. “Persiapan pemerintah untuk Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) cenderung belum maksimal. Hal tersebut sangat disayangkan. Menjelang Masyarakat Ekonomi ASEAN pada 2015, pemerintah dirasa perlu mengedepankan rasa nasionalisme. Pasalnya, setiap negara akan melakukan hal yang sama, yakni melindungi diri agar tidak terlalu lemah menghadapi MEA tersebut. Namun, saat ini pemerintah belum maksimal mempersiapkan segala sesuatunya untuk memasuki MEA. Chief 15
AB Susanto, Ibid, hal. 4
39
Al Ta’dib Volume 6 No. 1, Juli 2016
Manajemen Perguruan Tinggi Economist BNI Ryan Kiryanto mengatakan, pemerintah memang perlu meningkatkan national interest saat memasuki MEA pada 2015”. Ujung Pandang Ekspres 2013.16 Perguruan Tinggi sebaga lembaga pendidikan, bertugas untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, Perguruan Tinggi lemabaga yang paling merasakan tuntutan kualitas utnuk melayani lulusan yang benar-brnar dapat memenuhi kepuasan dunia usaha, pemerintah, dan masyarakat. MEA yang akan diterapkan pada tahun 2015, memberikan tuntutan bagi Perguruan Tinggi melalui pelayanan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa melakukan perubahan strategis Perguruan Tinggi tidak akan mampu bersaing dengan masyarakat ASEAN itu sendiri. Untuk itu Perguruan Tinggi perlu merumuskan kembali visi, misi, tujuan organisasi sebagaisalah satu upaya strategis Perguruan Tinggi dalam rangka menghasilkan mutu lulusan yang lebih berkualitas dan dapat di dunia global. Yang tidak kalah pentingnya untuk selalu diperhatikan adalah peranan perguruan tinggi sebagai lembaga menghasilkan calon pemimpin bangsa yang bermoral dan berbudaya demokratis. 2)
Meningkatkan Pelayanan Kesenjangan kualitas Perguruan Tinggi di Indonesia antara Perguruan Tinggi Negeri dengan Perguruan Tinggi Swasta sangat mencolok. Perguruan Tinggi Negeri dengan subsidi dari negara dapat berjalan lebih baik dari PTS. Sehingga pelayanan yang diberikan dengan segala fasilitas yang dimiliki, PTN dapat melaksanakan kegiatan akademik lebih baik baik dari PTS. Kualitas gedung, perpustakaan, laboratorium, jumlah mahasiswa, jumlah dosen yang berpendidikan S-2 dan S-3. Sangat timpang antara PTN dan PTS. Ini perbandingan antara PTN dan PTS di Indonesia. Bagaimana perbandingan antara perguruan tinggi Indonesia dengan negara ASEAN lainnya. Berdasarkan data dalam Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011: The Hidden Crisis, Armed Conflict and Education yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan BangsaBangsa (UNESCO) yang diluncurkan di New York, Senin (1/3/2011), indeks pembangunan pendidikan atau education development index (EDI) berdasarkan data tahun 2008 adalah 0,934. Nilai itu menempatkan Indonesia di posisi ke-69 dari 127 negara di dunia. EDI dikatakan tinggi jika mencapai 0,95-1. Kategori medium berada di atas 0,80, sedangkan kategori rendah di bawah 0,80.17 Saat ini Indonesia masih tertinggal dari Brunei Darussalam yang berada di peringkat ke-34. Brunai Darussalam masuk kelompok pencapaian tinggi bersama Jepang, yang mencapai posisi nomor satu Asia. Adapun Malaysia berada di peringkat ke-65 atau masih dalam kategori kelompok pencapaian medium seperti halnya Indonesia.Meskipun demikian posisi Indonesia saat ini masih jauh lebih baik dari Filipina (85), Kamboja (102), India (107), dan Laos (109). 18
16
Ahmad Yarist Firdaus,dkk, Ibid, hal 154. http://azharmind.blogspot.com/2012/02/kualitas-pendidikan-indonesia-ranking.html 18 http://azharmind.blogspot.com/2012/02/kualitas-pendidikan-indonesia-ranking.html 17
Al Ta’dib Volume 6 No. 1, Juli 2016
40
Lukman Hakim Keadaan ini menuntut pemerintah Indonesia untuk melakukan peningkatan kualitas pendidikan tinggi di semua aspek pendidikan, baik infrastruktur maupun supra struktur pendidikan. Tanpa adanya perubahan visi, misi dan tujuan strategis Indonesia tidak mungkin akan dapat bersaing dengan negara lain dalam era pasar bebas khusus pada era MEA 2015. Tabel 1 Peringkat 10 Universitas di ASEAN No.
Nama Universitas
1
NationalUniversity Singapore Chulalongkorn University - Thailand Mahidol University Thailand Kasetsart University Thailand Universitas Saint Malaysia Nannyang Technological University - Singapore University Putra Malaysia Chiang May University Thailand Khon Kaen University Thailand Universitas Gajah Mada Indonesia
2 3 4 5 6 7 8 9 10
Peringkat ASEAN 1
Peringkat DUNIA 86
2
169
3
246
4
299
5
307
6
315
7
368
8
383
9
436
10
44019
Dengan melihat peringkat di atas, maka Indonesia khusus pemerintah harus dapat mendongkrak peringkat Perguruan Tinggi Indonesai pad tingkat ASEAN. Dalam mewujudkan perubahan peringkat, sebuah Perguruan Tinggi perlu membuat strategi yang tepat untuk mencapai tingkat tertinggi dalam hal pelayanan pendidikan tinggi. Reformasi misi adalah salah satu langkah stratejik yang harus dilakukan oleh sebuah Perguruan Tinggi untuk merealisasikan visi sebuah Perguruan Tinggi. Untuk merealisasikan Visi, perlu dilakukan penataan terhadap struktur program studi, internalisasi paradigma student-learning dan penerapan sistem pengendalian mutu pada semua strata program studi. Bentuk layanan yang harus diwujudkan sebagai implementasi dari visi, misi Perguruan tinggi adalah: 19
http://www.top10indo.com/2013/04/10-universitas-terbaik-di-asia-tenggara.html
41
Al Ta’dib Volume 6 No. 1, Juli 2016
Manajemen Perguruan Tinggi a) Terpenuhi layanan dosen yang sesuai standard untuk mahasiswa S-1 dosen pasca sarjana S-2, program studi S-2, dosen pasca sarjana S-3, program pasca sarjana S-3 dosen profesor. b) Perpustakaan memenuhi standard nasional. c) Terpenuhinya sarana laboratorium bagi setiap program studi yang membutuhkan laboratorium. d) Akses internet berjalan lancar untuk mengkases data informasi via internet. Empat hal ini dapat dipenuhi dengan baik oleh sebuah perguruan tinggi maka kualitas layanan pendikan akan dapat berjalan secara maksimal. C. KESIMPULAN 1. Peguruan Tinggi harus terus melakukan perubahan dalam menjawab tantangan global. Perubahan dilakukan dalam rangka menunjukkan eksistensi Perguruan tinggi yang selalu dan terus menerus harus melakukan perubahan dinamis, posistif untuk perkembangan organisasi yang lebih baik. Tantangan regional,nasional, dan global menekan sebuah perguruan tinggi untuk menjadi lebih maju, lebih establish dalam menjawab tekanan perubahan. Sehingga Perguruan Tinggi di Indonesia tidak ketinggalan dengan negaranegara di tingkat ASEAN maupun global. 2. Ketertinggalan Indonesia dengan Thailand, Malaysia, Singapura harus dijadikan sebagai pemicu untuk meningkatkan kualitas lulusan yang bermutu. Perguruan Tinggi perlu mengevaluasi dan merumuskan ulang visi, misi, tujuan organisasi melalui program-program yang telah dibuat untuk membuat strategi yang tepat dalam rangka melakukan percepatan kualitas mutu yang lebih baik. Sehingga ketersediaan lulusan yang berkulitas dapat dijamin keberadaanya. Dengan memberikan layanan prima bagi stakeholders.
Al Ta’dib Volume 6 No. 1, Juli 2016
42
Lukman Hakim DAFTAR PUSTAKA Yaris firdaus, Ahmad, Andi hakim, Muhammad, 2013, Economics Development Analysis Journal, Universitas Negeri Semarang, ISSN 2252-6889 Evienia P, Benedicta, Aldi, B. Elnath, Madhyaratri, Astri, PANDANGAN PELAKU PENDIDIKAN DI UNIVERSITAS TERHADAP PEMBERLAKUAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015, Bina Ekonomi Majalah Ilmiah Fakultas Ekonomi Unpar, Volume 106 18, Nomor 2, Agustus 2014 BAN-PT. Standard dan Prosedur Akriditasi Institusi Perguruan Tinggi 2011 Kasali, Rheinald, 2013, CHANGE, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, JakartaP. Siagian, Sondang 2012, Manajemen Stratejik, cetakan ke 10, Bumu Aksara, Jakarta, Nawawi Uha, Ismail, 2014, Manajemen Perubahan Teori dan Aplikasi pada Organisasi Publik dan Bisnis, PT. Ghalia Indonesia, Ciawi-Bogor Poltak Lijan, Sinambela, 2006, Reformasi Pelayanan Publik Teori, Kebijakan, dan. Implementasi, PT. Bumi Aksara, Jakarta Rasyid, Ryas, 2006, Memahami Ilmu Pemerintahan; Suatu kajian, Teori, konsep, dan Pengembangannya, Raja Grafindo Persada, hal. 11 R.David, Fred, 2010, Strategic Management, manajemen Strategis Suatu Konsep, Penerjemah Dono Sunardi, Penerbit Salemba Empat Susanto, AB, 2014, Manajemen Strategik komprehensif Untuk Mahasiswa dan Praktisi, Penerbit PT. Gelora Aksara Pratama Internet : http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/19/sistem-pendidikan-tinggi-kita-tertinggal-463763.html
http://www.top10indo.com/2013/04/10-universitas-terbaik-di-asia-tenggara.html
http://azharmind.blogspot.com/2012/02/kualitas-pendidikan-indonesia-ranking.html
43
Al Ta’dib Volume 6 No. 1, Juli 2016