MANAJEMEN PENYADAPAN KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) DI DOLOK MERANGIR ESTATE, PT BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE, SIMALUNGUN, SUMATERA UTARA
HENDRA WIGUNA
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Penyadapan Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di Dolok Merangir Estate, PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate, Simalungun, Sumatera Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Oktober 2014 Hendra Wiguna NIM A24100002
* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.
ABSTRACT HENDRA WIGUNA. Tapping Management of Rubber (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) at Dolok Merangir Estate, PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate, Simalungun, North Sumatra. Supervised by SUPIJATNO. The internship was conducted in order to improve knowledge, field skills, and aimed to learn and identify rubber tapping management. It was conducted at Dolok Merangir Estate, PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate (BSRE), Simalungun, North Sumatra from February10th until June 9th 2014. Tapping management is aimed to upkeep continuity and increase the production of natural rubber according to its economic life spans. The percentage of average tappable tree per task field at PT BSRE on plant year 2005 and 2009 was 96.82%. The bark consumptions between tappers with A and B classification in downward tapping system ½ S d/3 and upward tapping system ¼ S d/3 were not significantly different and it has not been appropriate to the tapping standard practices. Factors of education and experience of tappers affected cuplump production in downward tapping system ½ S d/3, but factors of age did not affect it. Factors of education, age, and experience of tappers did not affect cuplump production in upward tapping system ¼ S d/3. Tapping panel management and using of stimulant at PT BSRE were applicated according to clonal spesified. Tapping panel dryness (TPD) disease of serial clone PB on plant year 2005 was significantly higher than plant year 2009, meanwhile TPD disease of clone PB 330 and DMI 35 was not significantly different at the same plant year periode. Keywords: bsre, cuplump, Hevea brasiliensis, tapping, tpd ABSTRAK Kegiatan magang dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan, keahlian lapangan, dan bertujuan untuk mempelajari dan mengidentifikasi manajemen penyadapan tanaman karet. Kegiatan magang dilaksanakan di Dolok Merangir Estate, PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate (BSRE), Simalungun, Sumatera Utara pada tanggal 10 Februari hingga 9 Juni 2014. Manajemen penyadapan ditujukan untuk menjaga kontinuitas dan meningkatan produksi karet alam sesuai dengan umur ekonomis tanaman. Persentase populasi tanaman siap sadap rata-rata per-hanca di PT BSRE pada tahun tanam 2005 dan 2009 adalah 96.82%. Konsumsi kulit sadapan antara penyadap kelas A dan kelas B pada sistem sadap tarik ½ S d/3 dan sadap sorong ¼ S d/3 tidak berbeda nyata dan belum sesuai dengan standar penyadapan perusahaan. Faktor pendidikan dan pengalaman kerja penyadap mempengaruhi produksi cuplump pada sistem sadap tarik ½ S d/3, sedangkan faktor usia tidak mempengaruhi. Faktor pendidikan, usia, dan pengalaman kerja penyadap tidak mempengaruhi produksi cuplump pada sistem sadap sorong ¼ S d/3. Manajemen bidang sadap dan penggunaan zat stimulansia di PT BSRE bersifat spesifik klon. Penyakit kering alur sadap (KAS) klon seri PB nyata lebih tinggi pada tahun tanam 2005 dibandingkan pada tahun tanam 2009, sedangkan penyakit KAS pada klon PB 330 dan DMI 35 tidak berbeda nyata pada tahun tanam sama. Katakunci: bsre, cuplump, karet, kas, penyadapan
MANAJEMEN PENYADAPAN KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) DI DOLOK MERANGIR ESTATE, PT BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE, SIMALUNGUN, SUMATERA UTARA
HENDRA WIGUNA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah yang dilimpahkan, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Manajemen Penyadapan Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di Dolok Merangir Estate, PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate, Simalungun, Sumatera Utara. Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis turut mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, diantaranya: 1. Orang tua dan saudara-saudara tercinta 2. Dr Ir Supijatno, MSi selaku dosen pembimbing tugas akhir magang 3. Dr Dwi Guntoro, SP MSi dan Anggi Nindita, SP MSi selaku dosen penguji 4. Ir Zuki Elnasir Sinaga selaku Manajer Divisi III Dolok Ulu PT BSRE 5. Ir Heri Haryono selaku Manajer Divisi IV Dolok Ulu PT BSRE 6. Ir PE Sibarani selaku Asisten Sub-Divisi I, Divisi III Dolok Ulu PT BSRE dan pembimbing lapangan 7. Ir Rizalsyah selaku Asisten field service department (FSD) PT BSRE 8. Pihak human resource department (HRD) PT BSRE 9. Pihak safety, health, and environment department (SHE) PT BSRE 10. Bapak Janaidi selaku Mandor Besar Sub-Divisi I, Disivi III Dolok Ulu PT BSRE beserta jajarannya 11. Bapak Yahmaya Sinaga selaku Instruktur Sadapan Divisi III Dolok Ulu PT BSRE 12. Bapak Ponimin selaku Mandor Besar FSD PT BSRE beserta jajarannya 13. Bapak Jumadi selaku fasilitator transportasi lapangan 14. Tim dosen pengajar Mata Kuliah Teknik Penulisan Ilmiah sebagai pembimbing penulisan karya ilmiah 15. Rekan-rekan mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura yang senantisa memberikan kritik, saran, dan motivasi semangatnya 16. Radhiya Nur Anwar sebagai teman magang di PT BSRE 17. Liza Arma Ditri S sebagai teman diskusi Mudah-mudahan karya ilmiah ini bermanfaat dan penulis dapat meraih gelar sarjana dengan hasil terbaik di bidangnya.
Bogor,
Oktober 2014 Hendra Wiguna
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
ix
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Fisiologi Pengaliran Lateks
2
Konsumsi Kulit Sadapan
2
Aplikasi Zat Stimulansia
3
Kering Alur Sadap
4
Premi Penyadapan
5
Tenaga Kerja Penyadapan
5
METODE MAGANG
6
Tempat dan Waktu
6
Metode Pelaksanaan
6
Pengamatan dan Pengumpulan Data
7
Analisis Data dan Informasi
9
KEADAAN UMUM
10
Letak Geografi dan Administratif
10
Keadaan Iklim dan Tanah
11
Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan
11
Keadaan Tanaman dan Produksi
12
Struktur Organisai dan Ketenagakerjaan
14
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
16
Aspek Teknis
16
Pembibitan
16
Persiapan Lahan
19
Pemancangan
21
Pemeliharaan TBM Karet
22
Penyadapan
22
Pengumpulan dan Penimbangan Hasil
35
Aspek Manajerial
36
Asisten Sub-Divisi
36
Mandor Sadap
37
Mandor Strip Weeding
37
Mandor Pemupukan
38
Krani Stasiun Lateks
39
PEMBAHASAN
40
Populasi Tanaman Siap Sadap
40
Konsumsi Kulit Sadapan
41
Tanaman Terserang Kering Alur Sadap
43
Produksi Lateks Tenaga Kerja Sadap
44
Aplikasi Zat Stimulansia
46
Manajemen Bidang Sadap
47
SIMPULAN DAN SARAN
48
Simpulan
48
Saran
49
DAFTAR PUSTAKA
49
LAMPIRAN
51
RIWAYAT HIDUP
69
DAFTAR TABEL 1 Pembagian luas areal penggunan lahan Divisi III Dolok Ulu PT BSRE 2 Luas areal penanaman TM dan TBM Divisi III Dolok Ulu PT BSRE 3 Perkembangan produksi dan produktivitas tanaman di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE tahun 2005-2012 4 Program replanting di Divisi III Dolok Ulu tahun 2014 5 Komposisi tenaga kerja di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE 6 Sistem penyadapan di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE 7 Kriteria penotolan tanaman siap sadap di PT BSRE 8 Penilaian kelas penyadap di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE 9 Kriteria kelas penyadap di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE 10 Pemberian premi penyadap di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE 11 Populasi tanaman siap sadap per-hanca di Sub-Divisi I, Divisi III Dolok Ulu PT BSRE 12 Konsumsi kulit sadapan sistem sadap tarik ½ S d/3 panel BOI-1 di SubDivisi I, Divisi III Dolok Ulu PT BSRE tahun 2014 13 Konsumsi kulit sadapan sistem sadap sorong ¼ S d/3 panel HOI-2 di SubDivisi I, Divisi III Dolok Ulu PT BSRE tahun 2014 14 Serangan KAS yang terjadi di Sub-Divisi I, Divisi III Dolok Ulu PT BSRE tahun 2014 15 Produksi cuplump yang dihasilkan penyadap pada sistem sadap tarik ½ S d/3 di Sub-Divisi I, Divisi III Dolok Ulu PT BSRE tahun 2014 16 Produksi cuplump yang dihasilkan penyadap pada sistem sadap sorong ¼ S d/3 di Sub-Divisi I, Divisis III Dolok Ulu di PT BSRE tahun 2014 17 Ketentuan penyiapan zat stimulansia siap aplikasi di PT BSRE 18 Kode aplikasi zat stimulansia ethephon di PT BSRE 19 Formulasi zat stimulansia sesuai klon dan panel sadapan di PT BSRE
11 12 13 14 15 23 25 26 26 26 28 28 29 29 30 31 31 32 33
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Penyemaian benih karet calon batang bawah Pengendalian gulma di pembibitan batang bawah Seleksi bibit calon batang bawah (culling) Okulasi green budding Pewiwilan bibit okulasi Seleksi bibit siap tanam Pembongkaran dan perumpukan tunggul Ripping II Utara-Selatan Ploughing II Utara-Selatan Pembuatan teras mekanis Pemancangan pola mata lima di PT BSRE Penunasan cabang dan tunas liar
17 17 17 18 19 19 20 20 21 21 21 22
13 14 15 16 17 18 19 20 21
Penyadapan yang diterapkan di PT BSRE Tampilan susunan sebuah hanca sadap di PT BSRE Serangan KAS di perkebunan karet PT BSRE Teknik lace application zat stimulansia di PT BSRE Manajemen bidang sadap di PT BSRE Kolom sadapan pada panel dan inspeksi tanda bulan Kegiatan penimbangan cuplump di Stasiun Lateks X-24 Strip weeding pada TM karet Pemupukan metode circle application
23 24 30 32 34 34 35 38 39
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jurnal kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas (KHL) Jurnal kegiatan magang sebagai pendamping mandor Jurnal kegiatan magang sebagai pendamping asisten Peta perkebunan karet PT BSRE Data curah hujan PT BSRE Struktur organisasi kebun PT BSRE Penetapan poin penilaian sadapan PT BSRE Peralatan sadap standar PT BSRE Faktur kiriman lateks dan cuplump PT BSRE Dosis pemupukan TBM karet PT BSRE
52 54 57 59 60 61 62 64 67 68
PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) merupakan tanaman asli Amerika Selatan dan diintroduksi secara massal ke negara-negara tropis Asia seperti Indonesia sejak abad ke-19. Negara-negara utama produsen karet alam di dunia adalah Thailand, Indonesia, Malaysia, India, dan Vietnam (Lai et al. 2012). Pada tahun 2012 Indonesia memiliki perkebunan karet seluas 3 484 073 ha dengan produksi mencapai 3 180 297 ton karet kering per tahun. Luas areal perkebunan karet di Indonesia terus mengalami peningkatan sepanjang tahun. Luas perkebunan karet di Indonesia adalah 3 424 217 ha pada tahun 2008 dan kemudian mengalami peningkatan sebesar 1.75% menjadi 3 484 073 ha pada tahun 2012. Produksi karet Indonesia juga turut mengalami peningkatan sebesar 15.46%, yaitu 2 754 356 ton pada tahun 2008 menjadi 3 180 297 ton pada tahun 2012. Perkebunan karet di Indonesia memiliki produktivitas nasional rata-rata 1 080 kg ha-1 tahun-1 karet kering pada tahun 2012 (DITJENBUN 2013). Pada tahun 2012 Indonesia memiliki kontribusi sebesar 36.36% produksi karet alam dunia. Jepang dan Cina tercatat sebagai negara pengimpor produk karet alam Indonesia terbesar di Asia dengan kuota masing-masing 389 234 ton dan 437 750 ton, sedangkan Amerika Serikat tercatat sebagai negara pengimpor terbesar di dunia dengan kuota 572 278 ton. Kuota impor karet alam Amerika Serikat meningkat 4.71% dari tahun 2010 hingga 2012 (GAPKINDO 2013). Permintaan terhadap produk karet alam Indonesia yang tinggi dan cenderung meningkat merupakan peluang yang sangat potensial sebagai sumber devisa negara. Permintaan yang tinggi dan cenderung meningkat setiap tahun di pasar internasional harus tetap dipertahankan stabilitas dan kontinuitasnya agar negara tidak kehilangan devisa. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui manajemen produksi kebun, khususnya melalui manajemen penyadapan. Manajemen penyadapan bertujuan untuk menjaga kontinuitas dan meningkatan produksi karet alam sesuai dengan umur ekonomi tanaman karet, yaitu 20–22 tahun. Produksi tanaman karet dapat dikategorikan optimal apabila produksi karet yang diperoleh telah mencapai produksi maksimal tetapi tidak menyebabkan kerusakan pada tanaman. Produksi optimal tersebut dicapai dalam satu siklus umur ekonomi tanaman karet (Sumarmadji 2000). Manajemen penyadapan harus dilaksanakan secara tepat dan bijaksana agar komponen-komponen penyadapan seperti tenaga kerja penyadapan, frekuensi penyadapan, konsumsi kulit sadapan, dan aplikasi zat stimulansia dapat benarbenar saling terkoordinasi sesuai dengan perencanaan produksi kebun. Penyadapan yang dilakukan dengan benar akan berimplikasi terhadap peningkatan produksi dan pengoptimalan umur ekonomi tanaman, sebaliknya jika penyadapan tidak sesuai maka kulit pulihan akan rusak dan berpengaruh langsung terhadap produksi pada tahun yang akan datang. Oleh karena itu, kegiatan mempelajari dan mengidentifikasi manajemen penyadapan tanaman karet sangat perlu dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mempertahankan stabilitas dan kontinuitas produksi karet alam di Indonesia.
2 Tujuan Pelaksanaan magang secara umum bertujuan untuk meningkatkan pemahaman terhadap teori yang diperoleh di perkuliahan melalui kegiatan praktik yang sesungguhnya di lapangan. Kegiatan magang diharapkan mampu meningkatkan keahlian sesuai dengan disiplin ilmu yang dipelajari. Tujuan khusus adalah mempelajari dan mengidentifikasi manajemen penyadapan tanaman karet di PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate, Simalungun, Sumatera Utara.
TINJAUAN PUSTAKA
Fisiologi Pengaliran Lateks Penyadapan merupakan ilmu dan seni melukai kulit tanaman karet secara terukur dan terbatas untuk memperoleh produksi maksimal dan berkelanjutan. Pembuluh lateks yang terpotong akibat pelukaan akan pulih kembali sehingga jika dilakukan kegiatan penyadapan berikutnya akan tetap kembali mengeluarkan lateks (Setiawan dan Andoko 2008). Kegiatan penyadapan di kebun produksi memerlukan perlakuan yang sebaik-baiknya. Tanaman muda peralihan dari masa TBM disadap ketika mencapai umur 5–6 tahun dan bergantung pada kesuburan tanahnya (Setyamidjaja 1993). Siregar (1995) menyatakan bahwa manajemen penyadapan bertujuan untuk mempertahankan umur ekonomi tanaman, merencanakan produksi pada periode mendatang, merencanakan keuangan terutama premi sadap, dan mempersiapkan dalam menempuh kebijakan baru di kebun. BALIT Sembawa (1982) menyatakan bahwa proses keluarnya lateks diakibatkan oleh adanya tekanan pada pembuluh lateks yang dikenal dengan tekanan turgor dari dalam dinding sel oleh isi sel. Isi sel yang semakin banyak akan menghasilkan tekanan turgor yang semakin besar pada dinding sel. Jika hal ini terjadi, maka jumlah lateks yang keluar dari pembuluh lateks akan semakin banyak. Tekanan turgor terbesar terjadi pada pukul 04.00–08.00, sehingga penyadapan untuk memperoleh lateks terbanyak sebaiknya dilaksanakan pada rentang waktu tersebut. Kekuatan turgor tersebut sangat dipengaruhi oleh waktu. Seiring dengan tingginya intensitas matahari, tekanan turgor tanaman semakin lemah sehingga lateks yang keluar semakin sedikit (Setiawan dan Andoko 2008). Konsumsi Kulit Sadapan Konsumsi kulit sadapan merupakan ukuran ketebalan kulit tanaman karet yang diiris oleh penyadap dalam setiap dilakukannya penyadapan. BALIT Sembawa (1982) merekomendasikan bahwa kulit asli tanaman karet dapat disadap dengan kedalaman 1–1.5 mm dari lapisan kambium dan ketebalan irisan 1.5–2.0 mm dalam setiap satu kali penyadapan, sedangkan Siregar dan
3 Suhendry (2013) menyatakan bahwa kulit pulihan dapat disadap kembali dengan toleransi ketebalan irisan 2–2.5 mm dalam setiap satu kali penyadapan. Penetapan rekomendasi tersebut bertujuan agar kulit tidak rusak dan produksi lateks tetap stabil sehingga penyadapan tetap dapat dilakukan hingga tanaman mencapai umur ekonominya. Ukuran pembuluh lateks sangat bervariasi atau tergantung pada jenis klonnya, yaitu 21.6–29.7 mikron. Pembuluh lateks sebanyak 20–55% terdapat pada jarak 1 mm pertama dari kambium, 10–35% pada jarak 2 mm dari kambium, dan 10–30% pada jarak berikutnya dari kambium (Setiawan dan Andoko 2008). Kemiringan sadapan yang terbentuk pada bidang sadap akan mempengaruhi jumlah pembuluh lateks yang terpotong. Rekomendasi standar sudut kemiringan bidang sadap yang paling baik, yaitu 30o–40o pada sistem sadap tarik dan 45o pada sistem sadap sorong. Penetapan sudut kemiringan bidang sadap ini didasarkan pada pembuluh lateks yang letaknya agak miring dari arah kanan atas ke kiri bawah membentuk sudut 3.7o terhadap bidang vertikal batang tanaman karet (BALIT Sembawa 2008).
Aplikasi Zat Stimulansia Sistem penyadapan yang dikenal di Indonesia sekarang ini ada dua sistem, yaitu sistem penyadapan tanpa menggunakan zat stimulansia (penyadapan konvensional) dan penyadapan sistem kombinasi antara kegiatan penyadapan dan pemakaian zat stimulansia (penyadapan stimulasi) (BALIT Sembawa 1982). Pemakaian zat stimulansia ditujukan pada tanaman karet yang telah dewasa. Penggunaan zat stimulansia bertujuan untuk memperoleh tambahan keuntungan melalui peningkatan produksi lateks yang dihasilkan (Setyamidjaja 1993). Penyadapan stimulasi dapat meningkatkan produksi sebesar 40% dari penyadapan tanpa zat stimulansia pada frekuensi sadap sama (Siregar dan Suhendry 2013). Peningkatan frekuensi aplikasi atau konsentrasi zat stimulansia dapat dilakukan untuk mencapai produksi tanaman yang optimal. Setiap satuan zat stimulansia memberikan efek yang berbeda pada jenis klon yang berbeda sehingga perlakuan stimulasi hanya akan efektif pada klon-klon yang mempunyai respon tinggi terhadap zat stimulansia (Boerhendhy dan Amypalupy 2010). Suatu klon tertentu sampai batas-batas yang masih efektif, pemberian zat stimulansia akan menguntungkan. Oleh karena itu, penggunaan zat stimulansia harus dilakukan secara hati-hati. Pemberian zat stimulansia yang berlebihan akan merugikan kesehatan tanaman yang ditandai oleh meningkatnya intensitas kering alur sadap (Sumarmadji et al. 2005). Setiawan dan Andoko (2008) menyatakan bahwa zat stimulansia yang banyak digunakan pada perkebunan karet di Indonesia adalah zat stimulansia berbahan aktif ethephon (2-chloroethyl phosphonic acid) dengan merek dagang Ethrel, ELS, dan Cepha. Ethephon memiliki kandungan berupa gas etilen dan jika diaplikasikan pada alur sadap, gas tersebut akan meresap ke dalam pembuluh lateks. Prinsip kerjanya adalah gas etilen akan menyerap air yang berada dalam sel-sel di sekitar pembuluh lateks. Penyerapan air yang terjadi mengakibatkan tekanan turgor naik dan berakibat pada derasnya aliran lateks yang keluar. Produksi tanaman karet hanya dapat ditingkatkan melalui penggunaan
4 zat stimulansia jika telah berumur lebih dari 10 tahun atau 15 tahun dan disadap dengan intensitas rendah (½ S d/4 atau ½ S d/3). Siregar dan Suhendry (2013) menyatakan bahwa terdapat empat teknik aplikasi zat stimulansia, yaitu groove application (Ga), lace application (La), bark application (Ba), dan bark hole application (Bhl). Teknik Ga merupakan teknik aplikasi zat stimulansia dengan terlebih dahulu menarik scrap dari alur sadap dan setelah terlepas zat stimulansia dioleskan tepat pada alur sadap tersebut menggunakan sikat gigi atau kuas. Teknik La dilakukan dengan langsung menggosokkan ujung sikat gigi atau kuas yang telah dicelupkan dalam larutan zat stimulansia ke alur sadap tanpa menarik scrap-nya terlebih dahulu. Teknik Ba dilakukan dengan terlebih dahulu mengerok kulit perawan selebar 2–2.5 cm hingga sebatas kulit pasir dan kemudian ujung sikat gigi atau kuas yang telah dicelupkan dalam larutan zat stimulansia dioleskan tepat pada kulit kerokan tersebut. Teknik Bhl dilakukan dengan terlebih dahulu membuat lubang berdiameter 0.5–0.8 cm pada permukaan kulit tanaman karet, kemudian wadah atau botol zat stimulansia dihubungkan menggunakan selang menuju lubang tersebut untuk mengalirkan zat stimulansia ke dalam kulit tanaman karet.
Kering Alur Sadap Penyakit kering alur sadap (KAS) merupakan penyakit bidang sadap akibat adanya gangguan fisiologis yang disebabkan oleh intensitas penyadapan yang terlalu berat dan pemberian zat stimulansia yang berlebihan (Siregar dan Suhendry 2013). Penyakit kering alur sadap (KAS) yang tinggi pada perkebunan karet tidak dapat dipisahkan dari klon dan sistem eksploitasi tanaman. Penyakit KAS tergolong ke dalam penyakit tanaman karet yang sangat merugikan. Pencegahan KAS merupakan upaya prioritas yang harus dilakukan untuk mempertahankan produksi. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan penerapan sistem eksploitasi yang tepat (Boerhendhy dan Amypalupy 2010). Klon berproduksi tinggi dan rentan terhadap zat stimulansia tidak dianjurkan untuk diberi zat stimulansia, seperti klon PB 235, PB 260, dan RRIM 712 (Sumarmadji 2000), dan klon BPM 1, PB 330, dan RRIC 100 (Woelan et al. 1999). Robianto (2013) menyatakan bahwa pohon yang terserang kering alur sadap (KAS) di Tulung Gelam Estate, PT PP London Sumatera bukan karena tanaman tersebut telah berumur lebih tua, tetapi lebih disebabkan karena adanya intensitas penyadapan yang terlalu sering, terutama adanya penyadapan liar yang dilakukan pada malam hari sehingga dalam satu hari tanaman karet disadap dua kali, ditambah dengan adanya aplikasi zat stimulansia. Serangan KAS lebih tinggi terjadi pada tanaman tahun tanam 2004 dibandingkan tahun tanam 2006. Persentase serangan KAS pada tanaman tahun tanam 2004 dan 2006 masingmasing adalah 5.62% dan 0.43%.
5 Premi Penyadapan Premi adalah pendapatan yang diperoleh pekerja apabila telah melampaui batas ketentuan basis kerja yang ditetapkan perusahaan. Seseorang yang bekerja melebihi kewajibannya berhak memperoleh premi (Ghani 2003). Premi yang diterima oleh seorang penyadap di perkebunan karet adalah premi penyadapan. Setiap perkebunan karet memiliki ketentuan masing-masing dalam menetapkan sistem premi penyadapaan. Saragih (2002) menyatakan bahwa sistem premi sadap yang diberlakukan di Kebun Kawung, PTP Nusantara IX terdiri atas premi buka sadap, premi luar buka sadap, premi sadap borongan, dan premi untuk pengawas. Premi buka sadap terdiri dari premi kualitas, yaitu Rp 500 HK-1 efektif dan premi kuantitas, yaitu Rp 45 kg-1 karet kering. Premi luar buka sadap dihitung berdasarkan klasifikasi penyadap. Premi sadap borong berlaku pada hari Minggu atau hari libur dan perhitungan preminya sama dengan premi luar buka sadap, akan tetapi premi kuantitas diganti dengan premi sadap borong sebesar Rp 700 kg-1 karet kering. Premi penyadapan diberikan setiap akhir bulan berdasarkan premi yang diperoleh setiap hari, baik dari sadap rutin maupun borongan selama satu bulan. Premi pengawas terdiri dari premi untuk mandor sebesar 200%, mandor sadap atau tap control sebesar 150%, dan pelayan TPH sebesar 100% masing-masing dari rata-rata premi penyadap. Herdiati (2003) menyatakan bahwa premi penyadap yang diberikan di PT Pinago Utama Sei Kukui bertujuan untuk meningkatkan semangat dan prestasi kerja penyadap sesuai dengan kriteria dan ketentuan yang telah ditetapkan. Premi penyadapan yang diterima oleh seorang penyadap terdiri atas premi lateks, premi cuplump, premi scrap, premi kualitas, dan premi kehadiran. Premi lateks untuk kelas A adalah Rp 140 kg-1, kelas B adalah Rp 95 kg-1, dan kelas C adalah Rp 55 kg-1. Premi cuplump dan scrap ditentukan berdasarkan jumlah cuplump dan scrap yang diperoleh penyadap selama satu bulan dikalikan dengan premi masingmasing, yaitu cuplump sebesar Rp 50 kg-1 dan scrap sebesar Rp 150 kg-1.
Tenaga Kerja Penyadapan Fungsi manajemen sumber daya manusia tidak cukup hanya dipandang sebagai fungsi pendukung operasi dan lebih rendah dari fungsi utama seperti pemasaran, operasional, ataupun keuangan. Fungsi sumber daya manusia tidak dapat digantikan oleh fungsi lain dalam memberikan kontribusi terhadap keberhasilan perusahaan. Oleh karena itu, evaluasi terhadap pelaksanaan dan pengendalian program-program sumber daya manusia harus dilakukan agar fungsi sumber daya manusia berjalan dengan baik (Kosasih et al. 2012). Pengelolaan tenaga kerja dinilai memiliki prioritas yang sama dengan aspek teknis pengelolaan kebun karet. Tinggi atau rendahnya produksi lateks yang dihasilkan dari kebun sangat ditentukan oleh baik atau tidaknya penyadap melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, penyadapan tanaman karet sering didefinisikan sebagai perpaduan kebijaksanaan antara aspek teknis agronomi dan pengelolaan tenaga kerja (Siregar 1995). Hamparan kebun karet yang dapat disadap oleh seorang penyadap dikenal dengan istilah hanca sadap. Seorang penyadap yang terampil mampu menyadap
6 tanaman karet sebanyak 500–550 tanaman pada areal datar dan 400–450 tanaman pada areal bergelombang atau sama dengan 1 ha hanca setiap hari (Siregar dan Suhendry 2013). Seorang penyadap di Perkebunan Karet Tulung Gelam Estate, PT PP London Sumatera mampu menyadap tanaman karet sebanyak 478–545 tanaman setiap hari atau sama dengan hanca seluas 0.95–1.08 ha dengan populasi normal 505 tanaman ha-1 (Robianto 2013).
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Sub-Divisi I, Divisi III Dolok Ulu, Perkebunan Karet Dolok Merangir, PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate (BSRE), Simalungun, Sumatera Utara. Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan, dimulai pada tanggal 10 Februari 2014 hingga 9 Juni 2014.
Metode Pelaksanaan Kegiatan magang di PT BSRE dilaksanakan dengan mengikuti serangkaian kegiatan teknis dan manajerial kebun. Kegiatan yang dilaksanakan adalah kegiatan teknis sebagai karyawan harian lepas atau free labour (FL) selama satu bulan dan kegiatan manajerial sebagai pendamping mandor selama dua bulan serta sebagai pendamping asisten sub-divisi selama satu bulan. Kegiatan teknis Kegiatan teknis bertujuan untuk memperoleh dan meningkatkan kemampuan teknis yang dilaksanakan oleh karyawan kebun di lapangan. Kegiatan teknis yang dilaksanakan sebagai tenaga FL selama satu bulan adalah kegiatan di pembibitan green budding yang terdiri atas persemaian, pengendalian gulma di pembibitan, seleksi calon batang bawah (culling), okulasi, pewiwilan, dan seleksi bibit siap tanam. Kegiatan teknis di lapangan terdiri atas pemancangan, persiapan lahan, aplikasi zat stimulansia, penyadapan, dan penimbangan hasil. Jurnal kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas di PT BSRE dapat dilihat pada Lampiran 1. Kegiatan manajerial Kegiatan manajerial bertujuan untuk memperoleh dan meningkatkan kepemimpinan dan kemampuan manajerial kebun sesuai dengan prosedur operasional standar perusahaan. Kegiatan manajerial yang dilaksanakan sebagai pendamping mandor sadap dan perawatan adalah mengawasi kegiatan kerja, mengecek kehadiran karyawan, dan membuat laporan realisasi pekerjaan harian. Jurnal kegiatan magang sebagai pendamping mandor dapat dilihat pada Lampiran 2. Kegiatan manajerial yang dilaksanakan sebagai pendamping asisten sub-divisi adalah melaksanakan fungsi pengawasan terhadap seluruh kegiatan
7 kerja sub-divisi, pendampingan saat rapat dan apel/antrian pagi, dan penyusunan laporan administrasi sub-divisi. Jurnal kegiatan magang sebagai pendamping asisten dapat dilihat pada Lampiran 3.
Pengamatan dan Pengumpulan Data Metode memperoleh data dan informasi selama kegiatan magang dilakukan dengan metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung dilakukan untuk mengumpulkan data primer melalui wawancara, diskusi, dan pengamatan langsung di lapangan. Metode tidak langsung dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder mengenai letak geografis dan administratif kebun, keadaan iklim dan tanah, luas areal konsesi dan tata guna lahan, keadaan tanaman dan produksi, dan struktur organisasi dan ketenagakerjaan. Pengumpulan data selama dilaksanakannya kegiatan magang diperoleh dengan melakukan pengamatan dan pengukuran langsung pada data primer dan analisis arsip pada data sekunder. Data primer Data primer merupakan data yang bersumber dari pengamatan langsung di lapangan sehingga diperoleh hasil dalam bentuk data primer kuantitatif dan kualitatif. Data primer yang diamati antara lain adalah: 1. Populasi tanaman siap sadap per hanca Pengamatan terhadap data ini dilakukan untuk mengetahui populasi rata-rata tanaman karet yang telah siap untuk disadap per hanca. Pengamatan dilakukan pada sepuluh sampel hanca penyadapan dengan sistem sadap tarik ½ S d/3 dan sadap sorong ¼ S d/3 sehingga terdapat tiga hanca pengamatan sebagai ulangan untuk setiap penyadap. Data diperoleh dengan mewawancarai penyadap dan sensus terhadap jumlah tanaman (treecount) siap sadap di setiap hanca sampel. 2. Konsumsi kulit sadapan Pengamatan terhadap data ini dilakukan masing-masing pada sepuluh sampel hanca sadap dengan sistem sadap tarik ½ S d/3 dan sadap sorong ¼ S d/3 sehingga terdapat tiga hanca pengamatan sebagai ulangan untuk setiap penyadap. Jumlah tanaman sampel yang diamati dari setiap penyadap adalah sebanyak 30 tanaman. Komponen-komponen konsumsi kulit sadapan yang diamati terdiri atas: a. Tebal irisan sadap. Pengamatan dilakukan dengan mengukur ketebalan kulit bekas sadapan (tatal) menggunakan sigmat pada hari dilakukannya penyadapan. Kulit bekas sadapan diambil dan dikumpulkan sesuai dengan asal tanaman sampel, kemudian diukur untuk memperoleh nilai ketebalan kulit sadapan sesuai hanca dan hari sadapnya. b. Kedalaman sadap. Pengamatan dilakukan dengan menusukkan alat tusuk berupa jarum inspeksi hingga menyentuh kayu pada bidang sadapan yang baru disadap dan kemudian mengukur hasil kedalaman tusukan tersebut menggunakan penggaris. Pengukuran dilakukan pada tiga titik bidang sadapan, yaitu bagian atas, tengah, dan bawah. c. Tebal konsumsi kulit bulanan. Pengamatan dilakukan dengan mengukur ketinggian alur sadapan terakhir terhadap alur sadapan pertama atau sadapan perawan menggunakan meteren gulung pada masing-masing tanaman sampel.
8 Nilai hasil pengamatan yang diperoleh merepresentasikan tingkat konsumsi kulit bulanan atau tahunan. Pengamatan dilakukan pada hanca dengan sistem sadap tarik ½ S d/3 panel BOI-1 yang telah disadap selama 6 bulan dan sistem sadap sorong ¼ S d/3 panel HOI-2 yang telah disadap selama 12 bulan. d. Panjang alur sadap. Pengamatan dilakukan dengan mengukur panjang alur sadap masing-masing tanaman sampel dari kiri atas ke kanan bawah. Pengukuran panjang alur sadap dilakukan menggunakan meteran gulung pada sepuluh sampel hanca penyadapan dengan sistem sadap tarik ½ S d/3 dan sadap sorong ¼ S d/3 sehingga terdapat tiga hanca pengamatan sebagai ulangan untuk setiap penyadap. Jumlah tanaman sampel yang diamati dari setiap penyadap adalah sebanyak 30 tanaman. e. Kemiringan sadapan. Pengamatan terhadap data ini dilakukan dengan mengukur kemiringan bidang sadap terhadap bidang horizontal. Pengukuran kemiringan sadapan dilakukan menggunakan busur digital pada sepuluh sampel hanca penyadapan dengan sistem sadap tarik ½ S d/3 dan sadap sorong ¼ S d/3 sehingga terdapat tiga hanca pengamatan sebagai ulangan untuk setiap penyadap. Jumlah tanaman sampel yang diamati dari setiap penyadap adalah sebanyak 30 tanaman. 3. Aplikasi zat stimulansia Pengamatan terhadap data ini dilakukan dengan mengamati dan mempraktikkan proses penyiapan larutan zat stimulansia, mencatat informasi frekuensi aplikasi zat stimulansia, penentuan dosis aplikasi zat stimulansia per tanaman spesifik panel sadapan, cara pengaplikasian, merek dagang, dan bahan aktif. Pengamatan dilakukan dengan mengikuti kegiatan kerja pada satu mandoran stimulansia. 4. Tanaman terserang Kering Alur Sadap (KAS) Pengamatan terhadap data ini dilakukan untuk memperoleh data jumlah tanaman karet yang terserang KAS akibat penerapan sistem eksploitasi yang tidak tepat. Data diperoleh melalui analisis arsip laporan Tapping Panel Dryness kebun. Metode deteksi serangan KAS yang dilakukan di PT BSRE adalah metode sampling dan pengamatan secara visual. Tanaman sampel siap sadap diambil secara acak sebanyak 200 tanaman dari satu blok, kemudian jumlah tanaman terserang KAS yang ditemui dipersentasekan dan dikalikan dengan jumlah tanaman (treecount) siap sadap keseluruhan blok tersebut. Deteksi visual serangan KAS dilakukan pada blok-blok dengan panel sadapan BO dan HO yang masingmasing memiliki tahun tanam berbeda. 5. Tenaga kerja penyadapan Pengamatan terhadap data ini dilakukan untuk memperoleh informasi hubungan korelasi antara pengalaman kerja penyadap dan produksi lateks yang diperoleh serta melihat pengaruh perbedaan latar belakang pendidikan, usia, dan pengalaman kerja penyadap terhadap produksi lateks yang diperoleh. Data diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung terhadap produksi lateks yang dihasilkan dan wawancara kepada sepuluh tenaga penyadap pada hanca sampel.
9 Data sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh dengan melakukan analisis arsip perusahaan, laporan kerja, dan studi pustaka. Data ini tersedia dalam bentuk data kualitatif. Data sekunder yang diamati antara lain adalah: 1. Manajemen bidang sadap Data ini diperoleh dengan menganalisis arsip perusahaan mengenai penerapan manajemen bidang sadap tanaman karet spesifik klon dan umur sadap pada beberapa tahun tanam. Penerapan manajemen bidang sadap merupakan cara untuk mengelola umur ekonomi tanaman karet secara optimal. 2. Kelas penyadap di kebun Data ini diperoleh dengan menganalisis arsip perusahaan mengenai syarat penentuan kelas penyadap berdasarkan mutu sadapan sesuai prosedur operasional standar penyadapan perusahaan. 3. Sistem premi penyadapan Data ini diperoleh dengan menganalisis arsip perusahaan mengenai sistem premi penyadapan yang diterapkan di PT BSRE. Penyadap yang mampu mencapai atau melebihi target produksi yang ditetapkan perusahaan akan memperoleh premi penyadapan. 4. Letak geografis dan administratif Data ini diperoleh dengan melakukan uji koordinat GPS dan pengenalan batas-batas kebun PT BSRE dengan cara mempelajari peta kebun. 5. Keadaan iklim dan tanah Data ini diperoleh dengan menganalisis laporan catatan curah hujan kebun dan kemudian dilanjutkan dengan studi pustaka mengenai tipe iklim di PT BSRE berdasarkan klasifikasi Schmidth dan Ferguson. 6. Luas areal konsesi dan tata guna lahan Data ini diperoleh dengan menganalisis laporan tata guna lahan dan arsip status HGU terakhir PT BSRE. 7. Keadaan tanaman dan produksi Data ini diperoleh dengan menganalisis arsip tahun penanaman dan laporan produksi tahunan PT BSRE. 8. Struktur organisasi dan ketenagakerjaan Data ini diperoleh dengan menganalisis arsip perusahaan mengenai struktur organisasi kebun di PT BSRE dan laporan jumlah tenaga kerja efektif tahun 2014.
Analisis Data dan Informasi Data dan informasi yang diperoleh selama magang dianalisis menggunakan uji t-student taraf nyata 5% yang meliputi data produksi lateks dan konsumsi kulit sadapan sadapan berdasarkan kelas penyadap, umur, pengalaman kerja, dan latar belakang pendidikan terakhir, sedangkan jumlah tanaman terserang KAS dibandingkan berdasarkan klon dan tahun tanam. Hasil t-hitung kemudian dibandingkan dengan t-tabel. Jika nilai t-hitung berada dalam wilayah kritik, maka hasil pengamatan berbeda nyata dan sebaliknya jika t-hitung berada di luar wilayah kritik, maka hasil pengamatan tidak berbeda nyata (Walpole 1992).
10 t-hitung = rataan pengamatan 1 - rataan pengamatan 2 Sp √ (1/n 1 + 1/n 2 ) Nilai Sp = √ [ (n 1 -1) S 1 2 + (n 2 -1) S 2 2 ] √ (n 1 + n 2 ) - 2 Dimana: Sp : simpangan baku gabungan pengamatan 1 dan 2 n 1 : populasi pengamatan 1 n 2 : populasi pengamatan 2 S 1 2 : ragam populasi 1 S 2 2 : ragam populasi 2 Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan positif atau negatif antara pengalaman kerja penyadap dan produksi lateks yang dihasilkan. n ∑ x i y i – ((∑ x i ) (∑ y i )) ) 2 2 2 2 √ [ n ∑ x i – ( ∑ x i ) ] [ n ∑ yi – ( ∑ yi ) ]
r = Dimana: r
: koefisien korelasi contoh (-1 < r < 1) x i : nilai populasi x ke-i yi : nilai populasi y ke-i n : jumlah populasi yang diamati
Analisis deskriptif dilakukan terhadap data dan informasi aplikasi zat stimulansia, pola penerapan rumus sadap berdasarkan umur sadap dan klon, kelas penyadap di kebun, dan sistem premi penyadapan. Hasil analisis statistik yang diperoleh akan digunakan untuk menentukan kesesuaian hasil kerja penyadap terhadap standar yang diterapkan perusahaan.
KEADAAN UMUM Letak Geografis dan Administratif Perkebunan Karet PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate (BSRE) terletak di Nagori Dolok Merangir, Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Head Office perkebunan karet ini secara geografis terletak pada koordinat 3o 6’ 57.5” Lintang Utara dan 99o 7’ 17.8” Bujur Timur. Letak wilayah administratif PT BSRE adalah sebelah timur berbatasan dengan PTPN IV Unit Dolok Ilir, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tapian Dolok, sebelah utara berbatasan dengan Kebun PTPN III Unit Gunung Para, dan sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Tapian Dolok. Perkebunan Karet PT BSRE Dolok Merangir terletak pada ketinggian + 141 meter di atas permukaan laut (dpl) dengan kondisi kelerengan lahan datar hingga berbukit. Empat divisi berada di wilayah Head Office Dolok Merangir, sedangkan satu divisi terpisah dan berada di Kabupaten Asahan, yaitu Divisi V Aek Tarum. Peta lokasi Perkebunan Karet PT BSRE sesuai luas lahan konsesi terakhir dapat dilihat pada Lampiran 4.
11 Keadaan Iklim dan Tanah Keadaan iklim di Perkebunan Karet PT BSRE menurut klasifikasi Schmidth dan Ferguson termasuk ke dalam tipe iklim A (sangat basah) dengan curah hujan rata-rata tahunan 2 377 mm tahun-1, bulan basah (BB) 9.30 bulan, dan bulan kering (BK) 1.10 bulan dalam setahun. Kelembaban udara rata-rata harian adalah + 75% dengan suhu rata-rata 30 oC. Data curah hujan di Perkebunan Karet PT BSRE dapat dilihat pada Lampiran 5. Jenis tanah yang terdapat di Perkebunan Karet PT BSRE adalah Podsolik Merah Kuning dengan pH 6–7.
Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan Perkebunan karet PT BSRE secara keseluruhan memiliki lahan konsesi seluas 18 002.86 ha yang terbagi atas lima divisi, yaitu Divisi I Naga Raja seluas 3 352.26 ha, Divisi II Dolok Merangir seluas 4 590.81 ha, Divisi III Dolok Ulu seluas 3 159.84 ha, Divisi IV Dolok Ulu seluas 2770.20 ha, dan Divisi V Aek Tarum seluas 4 129.75 ha. Lahan perkebunan karet yang diusahakan oleh PT BSRE sepenuhnya adalah lahan perkebunan inti sesuai dengan sertifikat HGU yang diperoleh dari pemerintah. Status kepemilikan perusahaan tercantum dalam keputusan sirkuler pada Akte Notaris No. 80, Persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. C-02853 HT.01.04.TH.2005 tanggal 2 Februari 2005 dan Persetujuan Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia No. 236/B.2/A6/2005 tanggal 4 Oktober 2005. Divisi III Dolok Ulu terbagi atas tiga Sub-Divisi, yaitu Sub-Divisi H Pondok Burihan seluas 934.47 ha, Sub-Divisi I Pondok Baru seluas 1 123.91 ha, dan Sub-Divisi J Jaman Dolok seluas 1 101.46 ha. Luas areal penggunaan lahan di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Pembagian luas areal penggunan lahan Divisi III Dolok Ulu PT BSRE Uraian TM Karet TBM Karet Replanting Pembibitan Areal terbuka dapat ditanami Jalan/rel Bangunan dan pemukiman Sawah dan rawa Hutan konservasi Total
H 900.88 -
Luas lahan Sub-Divisi (ha) I J 832.23 1 042.27 115.55 94.73 16.50 -
Total 2 775.38 115.55 94.73 16.50
-
-
-
-
19.76
28.73
24.02
72.51
8.22
30.33
15.70
54.25
5.61 943.47
5.84
17.00 2.47 1 101.46
28.45 2.47 3 159.84
1 123.91
*Sumber: Laporan status hektar efektif Divisi III Dolok Ulu tahun 2014
12 Keadaan Tanaman dan Produksi Perkebunan karet PT BSRE terdiri atas beberapa tahun tanam, baik tahun tanam paling tua berupa tanaman menghasilkan (TM) hingga tahun tanam yang paling muda berupa tanaman belum menghasilkan (TBM). Tahun tanam yang terdapat di Divisi III Dolok Ulu terdiri atas tahun tanam 1991, 1993, 1994, 1995, 1996, 1997, 1998, 1999, 2000, 2001, 2002, 2005, 2006, 2007, 2009, 2012, dan 2013. Tanaman karet di PT BSRE sudah mulai dapat disadap ketika memasuki umur 42–48 bulan setelah dipindah tanam ke lapangan. Klon karet yang ditanam di PT BSRE khususnya di Divisi III Dolok Ulu antara lain adalah klon PB 260, PB 235, PB 330, PB 340, DMI 3, DMI 4, DMI 12, DMI 13, DMI 14, RRIC 100, RRIM 901, RRIM 911, dan RRIM 921. Jarak tanam yang digunakan untuk replanting tahun 2014 adalah 4 m x 4.5 m membentuk pola mata lima, yaitu 4 m jarak dalam baris dan 4.5 m jarak antar baris tanaman sehingga terdapat populasi sebanyak 555 tanaman ha-1. Luas areal TM dan TBM di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE sesuai tahun tanam dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Luas areal penanaman TM dan TBM di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE Luas areal penanaman Sub-Divisi (ha) Tahun Tanam H I J TM 1991 108.15 1993 26.42 117.21 34.06 1994 9.13 48.80 1995 74.55 1996
47.93
-
-
1997 1998 1999 2000
161.64 51.53 187.87 154.50
40.25 39.26 -
45.20 207.43 113.17 -
2001
232.30
4.31
291.10
2002
4.85
2005
-
2006
33.85
-
96.57
200.72
-
22.85
-
2009
-
117.21
-
2012
-
88.60
-
2013
-
94.73
-
Total
900.88
805.82
TBM
*Sumber: Laporan status hektar efektif Field Service Department tahun 2014
1 042.27
13 Produksi yang dihasilkan di PT BSRE adalah cuplump, yaitu lateks yang digumpalkan langsung di mangkuk penampung menggunakan larutan asam semut atau formic acid 3%. Hasil produksi berupa cuplump ini kemudian diangkut menggunakan truk dan diolah di pabrik Dolok Merangir (DM-Factory). Pabrik Dolok Merangir merupakan pabrik pengolahan karet alam yang khusus memproduksi Crumb Rubber SIR 10 (TA62), SIR 20VK (TA77), dan SIR 3WF (TA01) untuk diekspor ke Jepang, Amerika, dan Brazil. Perkembangan produksi dan produktivitas tanaman karet selama delapan tahun di Divisi III Dolok Ulu dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Perkembangan produksi dan produktivitas tanaman di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE tahun 2005–2012 Luas TM Rata-rata produksi Rata-rata produktivitas Tahun (ha) karet kering (kg) karet kering (kg ha-1) 2005 2 681.22 3 579 248 1 335 2006
2 725.22
4 624 676
1 697
2007
2 627.44
4 938 892
1 880
2008
2 633.19
5 093 947
1 935
2009
2 719.97
5 224 591
1 921
2010
2 776.67
5 151 187
1 855
2011
2 874.45
5 229 182
1 819
2012
2 785.85
4 454 088
1 599
*Sumber: Laporan Field Dry Production History-Field Service Department tahun 2014
Produktivitas selama tahun 2005 hingga tahun 2008 cenderung mengalami peningkatan, sedangkan pada tahun 2008 hingga tahun 2012 cenderung mengalami penurunan. Produktivitas tertinggi dicapai pada tahun 2008, yaitu 1 935 kg ha-1 tahun-1 karet kering, sedangkan produktivitas terendah terjadi pada tahun 2005, yaitu 1 335 kg ha-1 tahun-1 karet kering dengan rata-rata pencapaian dry rubber content (DRC) kebun 48%. Produktivitas tertinggi pada tahun 2008 dicapai karena tanaman karet yang ditanam telah mencapai kemampuan berproduksi maksimal sesuai potensi produksinya. Penurunan produktivitas mulai tahun 2008 hingga 2012 dipengaruhi oleh kondisi tanaman di beberapa blok telah berumur tua dan mulai memasuki masa replanting. Kegiatan replanting terbesar pada tahun 2014 di Divisi III Dolok Ulu akan dilaksanakan secara intensif di Sub-Divisi I Pondok Baru. Klon-klon yang akan ditanam di Divisi III Dolok Ulu sebagian besar adalah klon karet dengan seri PB, yaitu PB 330 dan PB 340. Klon PB 330 akan ditanam di lahan seluas 131.09 ha atau 40.26% dari luas total replanting, sedangkan klon PB 340 akan ditanam di lahan seluas 136.75 ha atau 42% dari luas total replanting. Sisa 17.74% lahan replanting akan ditanami klon karet dengan seri trial dan DMI (Dolok Merangir Indonesia). Pencapaian replanting di Divisi III Dolok Ulu sampai dengan bulan Juni 2014 adalah telah memasuki tahap pemancangan di seluruh blok penanaman. Program replanting di Divisi III Dolok Ulu dapat dilihat pada Tabel 4.
14 Tabel 4 Program replanting di Divisi III Dolok Ulu tahun 2014 Sub-Divisi H I
J
Blok U-15 AA-26 T-21 T-22 U-21 U-22 V-22 W-22 X-24 Y-22 Y-23 Y-24 AA-16 BB-16 BB-19
Klon yang akan ditanamx PB 330 PB 330 PB 330 PB 340 DMI 11 PB 330 PB 340 PB 340 PB 340 DMI 13 PB 330 DMI 14 PB 340 PB 340 PB 330
Total
Luas (ha) 23.84 22.32 10.96 24.62 6.73 24.50 24.27 24.39 20.90 25.00 25.00 25.00 18.17 24.40 24.47 325.57
x
PB: Prang Besar; DMI: Dolok Merangir Indonesia *Sumber: Replanting Program by Block-Divisi III Dolok Ulu tahun 2014
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Perkebunan karet PT BSRE merupakan perkebunan karet yang seluruh unit departemennya berada pada satu lokasi terpusat, yaitu di Emplasmen Dolok Merangir. Pimpinan tertinggi yang berwenang terhadap beberapa departemen di PT BSRE adalah seorang Presiden Direktur. Field Department dipimpin oleh seorang manager field operational (MFO) yang membawahi lima manajer kebun dan seorang manager field administration (MFA). Manajer kebun masing-masing membawahi tiga asisten lapangan dan asisten training, kecuali Divisi II Dolok Merangir dan Divisi V Aek Tarum yang masing-masing membawahi empat asisten lapangan dan dua asisten training, sedangkan MFA membawahi seorang asisten field service department (FSD). Manajer kebun berkewajiban dan berwenang mengawasi para asisten lapangan, memberikan pedoman tata cara kerja untuk mengontrol biaya dan meningkatkan efisiensi, mengawasi kegiatan administrasi lapangan, menyiapkan estimasi produksi dan anggaran tahunan (annual budget), memperhatikan dan meningkatkan kesejahteraan karyawan, mengawasi pemeliharaan fasilitas umum dan kebun, mengawasi dan memeriksa kualitas kegiatan penyadapan, memastikan pengiriman hasil (cuplump dan lateks) sesuai SOP, dan memonitor kegiatan apel/antrian pagi rutin pukul 05.30 WIB di setiap sub-divisi wilayah kerjanya secara bergiliran. Manajer kebun dibantu oleh seorang krani manajer selama melaksanakan kegiatan di kantor kebun, sedangkan ketika di lapangan sepenuhnya dibantu oleh para asisten kebun dan seorang asisten training. Struktur organisasi kebun di PT BSRE dapat dilihat pada Lampiran 6. Tenaga kerja yang terdapat di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE terdiri atas staf, karyawan, dan pekerja lepas atau free labour (FL). Pekerja lepas tidak secara
15 langsung menjadi tanggungan pihak PT BSRE, tetapi sepenuhnya ditanggung oleh kontraktor selaku pihak kedua. Tenaga kerja staf terdiri dari majer kebun, asisten kebun, dan asisten training. Karyawan terdiri dari karyawan SKU bulanan atau monthly paid (MP) dan karyawan SKU harian atau daily paid (DP). Mandor besar, mandor satu, mandor sadap, krani, dan mandor perawatan termasuk ke dalam MP, sedangkan tenaga penyadap (tapper) termasuk ke dalam DP. Jumlah tenaga kerja di Divisi III Dolok Ulu adalah 878 orang dengan indeks tenaga kerja (ITK) 0.28 orang ha-1. Nilai ITK di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE masih lebih rendah dibandingkan dengan di Perkebunan Karet TGE PT PP London Sumatera. Robianto (2013) menyebutkan bahwa ITK di Perkebunan Karet Tulung Gelam Estate, PT PP London Sumatera adalah 0.38 orang ha-1. Komposisi tenaga kerja di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Komposisi tenaga kerja di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE tahun 2014 Golongan Jabatan Jumlah (orang) Staf Manajer divisi, Asisten sub-divisi, dan 5 Asisten training Karyawan Monthly paid Mandor besar, Mandor satu, Mandor 169 sadap, Mandor perawatan (penunasan, semprot, penyakit, pemupukan, dan stimulansia), Krani manajer, Krani sub-divisi, dan Krani stasiun lateks Daily paid Penyadap 704 Total 878 *Sumber: Buku labour force effective-Divisi III Dolok Ulu tahun 2014
ITK =
Jumlah Tenaga Kerja Luas kebun
=
878 orang
3 159.84 ha
= 0.28 orang ha-1
Sistem kerja yang diterapkan di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE adalah sistem kerja harian dan borongan. Sistem kerja harian memberlakukan jam kerja selama 7 jam HK-1, sedangkan sistem borongan adalah berdasarkan besaran basis tugas yang harus diselesaikan setiap pekerja dan kemudian dihargai dengan pemberian prestasi kerja berupa HK. Sistem kerja borongan tidak memiliki batasan waktu. Artinya, jika suatu pekerjaan selesai dikerjakan dalam waktu 3 jam dan telah mencapai basis tugas, maka akan dihargai Rp 19 000 HK-1. Sistem kerja borongan hanya berlaku untuk pekerja lepas atau FL, sedangkan sistem kerja harian berlaku untuk tenaga penyadap (tapper) atau karyawan SKU harian lainnya. Kegiatan kerja di lapangan pada hari Senin hingga Sabtu di PT BSRE bagi pekerja lepas atau FL dimulai pada pukul 07.00–11.00 WIB, sedangkan kegiatan kerja bagi karyawan SKU harian dimulai pada pukul 06.30–13.30 WIB. Karyawan SKU harian, khususnya seperti penyadap (tapper) dan pengokulasi tetap bekerja pada hari Minggu dengan diberi upah secara kontan sebesar Rp 150 000 hari-1. Upah ini dikenal dengan istilah upah kontanan. Jenis pekerjaan dengan sistem borongan antara lain pengendalian gulma, hama dan penyakit, penunasan cabang, pemupukan, pembibitan, penyemaian
16 benih, pengisian polybag, seleksi batang bawah (culling), penyerongan (cutback), penimbangan dan pengangkutan cuplump, penggambaran panel sadapan, dan aplikasi zat stimulansia. Jenis pekerjaan dengan sistem kerja harian adalah penyadapan, okulasi, dan pemancangan.
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pembibitan Kegiatan produksi bibit di PT BSRE dilaksanakan di Sub Divisi I, Divisi III Dolok Ulu dan berada di bawah tanggung jawab field service department (FSD). Total luas pembibitan produksi beserta sarana pendukung seperti bangunan dan jalan adalah 16.50 ha, sedangkan total luas kebun entress (source nursery) adalah 9.06 ha. Kebun entress ini terletak di lokasi yang berbeda, yaitu di Blok N-31 Sub-Divisi E, Divisi II Dolok Merangir. Bibit yang diproduksi di pembibitan PT BSRE pada tahun 2014 antara lain adalah PB 260, PB 330, PB 340, DMI 11, DMI 13 dan DMI 35. Kriteria lokasi produksi bibit yang dimiliki oleh PT BSRE adalah areal rata, dekat dengan sumber air, dan merupakan pusat dari areal penanaman. Hal ini bertujuan untuk mempermudah perawatan, kontrol, dan pendistribusian bibit. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama magang di pembibitan produksi dan kebun entress antara lain adalah pembuatan bedengan pembibitan, penyemaian benih, seleksi batang bawah (culling), okulasi (budding), pengendalian gulma, dan seleksi bibit siap tanam. Persemaian. Benih karet yang disemai berasal dari biji tanaman karet yang tersedia di lapangan dan dikenal dengan istilah benih campuran (mixed). Kriteria benih yang akan disemai antara lain memiliki ciri fisik ukuran paling besar, berat, dan berkilau. Benih yang tidak normal dengan ciri fisik ringan, buram, pecah atau berjamur langsung segera disingkirkan. Benih karet disemai dengan cara ditebarkan satu lapis di atas bedengan berukuran 15 m x 0.9 m x 0.05 m yang telah diisi lapisan pasir tipis dan disusun saling berdekatan dengan kerapatan ratarata 1000 benih/m2. Bagian bawah benih ditimbun dengan pasir untuk menjaga kelembaban, sedangkan sepertiga bagian atas benih dibiarkan tersembul. Benihbenih tersebut disiram pada pagi dan sore hari untuk menjamin kelembaban bedengan. Benih akan berkecambah setelah 7–8 hari kemudian pada musim kemarau dan 5 hari kemudian pada musim hujan. Benih akan segera dibongkar dari persemaian setelah radikulanya muncul, kemudian dicuci, dan langsung ditanam pada hari yang sama sebanyak tiga benih per polybag. Norma kerja yang berlaku pada kegiatan persemaian ini adalah bersifat borongan dan penulis turut membantu melakukan persemaian benih. Kegiatan penyemaian benih karet dapat dilihat pada Gambar 1. Pengendalian gulma di pembibitan. Pengendalian gulma di pembibitan batang bawah khususnya gulma yang tumbuh di dalam polybag bibit dilakukan secara manual menggunakan tangan. Pencabutan dilakukan hingga ke akarnya agar gulma tidak tumbuh kembali. Gulma dominan yang tumbuh di dalam
17 polybag diantaranya gulma rumput-rumputan (Setaria plicata dan Axonopus compressus) dan gulma daun lebar (Peperomia pelucida dan Cleome rutidosperma). Gulma-gulma tersebut dikendalikan ketika masih berada pada fase vegetatif. Norma kerja yang berlaku pada kegiatan pangendalian gulma ini adalah bersifat borongan. Standar borongan untuk kegiatan ini adalah 10 bedengan HK-1. Prestasi kerja penulis adalah 4 bedengan HK-1, sedangkan prestasi kerja tenaga FL wanita adalah 6 bedengan HK-1. Kegiatan pengendalian gulma di pembibitan batang bawah dapat dilihat pada Gambar 2. Seleksi calon batang bawah (culling). Seleksi bibit calon batang bawah untuk okulasi dilakukan pada polybag yang berisi tiga tanaman calon batang bawah hasil semaian. Culling dilakukan dengan cara mencabut dua dari tiga bibit batang bawah yang memiliki kriteria pertumbuhan tidak jagur, akarnya melintir, albino, dan berukuran paling kecil. Bibit calon batang bawah yang disisakan adalah bibit yang paling jagur pertumbuhannya, minimal memiliki satu payung berdaun tua, dan bukan bibit albino. Bibit yang tidak memenuhi syarat batang bawah dicabut dan dikumpulkan di pinggir pasar blok. Bibit calon batang bawah yang pada awalnya sebanyak 300% diseleksi menjadi 100% bibit batang bawah siap okulasi. Norma kerja yang berlaku pada kegiatan seleksi calon batang bawah (culling) ini adalah bersifat borongan. Standar borongan untuk kegiatan ini adalah 13 bedengan HK-1. Prestasi penulis adalah 6 bedengan HK-1, sedangkan prestasi kerja tenaga FL wanita adalah 11.5 bedengan HK-1. Kegiatan seleksi calon batang bawah dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 1 Penyemaian benih karet calon batang bawah
(a) Pencabutan bibit calon batang bawah afkir
Gambar 2 Pengendalian gulma di pembibitan batang bawah
(b) Bibit calon batang bawah albino
Gambar 3 Seleksi bibit calon batang bawah (culling)
18 Okulasi. Kegiatan okulasi merupakan salah faktor penting dalam memperoleh tanaman karet yang baik dan seragam di lapangan. Bibit batang bawah yang telah melewati proses culling dan telah berumur empat bulan setelah penanaman benih akan diokulasi sesuai dengan klon yang dibutuhkan pada kegiatan replanting di lapangan. Bibit batang bawah akan diokulasi apabila terdapat minimal 35% populasi satu bedengan telah memiliki rata-rata diameter batang 1.5 cm pada ketinggian 10 cm dari tanah. Satu bedengan berisi 300 polybag tanaman. Bibit batang bawah yang sudah memenuhi kriteria diokulasi pada satu kali rotasi, namun apabila keberhasilan okulasi pertama < 60% maka batang bawah akan diokulasi kembali pada rotasi kedua di sisi belakang okulasi pertama. Bibit batang bawah yang sudah dua kali diokulasi dan tetap tidak berhasil akan dibuang. Kegiatan okulasi green budding dapat dilihat pada Gambar 4.
(a) Pengambilan mata entress
(b) Penempelan mata entress
Gambar 4 Kegiatan okulasi green budding Pembukaan perban okulasi dilakukan 21–23 hari setelah okulasi dan mata okulasi telah menempel sempurna pada jendela okulasi batang bawah. Pembukaan perban dilakukan dengan mengiris plastik perban secara hati-hati di bagian simpul ikatan bagian atas agar tidak merusak mata. Penghitungan keberhasilan jumlah okulasi dilakukan setelah proses pembukaan perban okulasi dalam satu bedengan selesai. Tingkat keberhasilan okulasi green budding di PT BSRE mencapai 80%. Penulis mengikuti kegiatan okulasi klon PB 330 dengan prestasi kerja 112 tanaman HK-1, sedangkan prestasi karyawan okulasi adalah 317 tanaman HK-1. Norma kerja yang berlaku adalah 7 jam HK-1 dengan basis tugas 16 tanaman jam-1 sehingga selama 7 jam kerja diperoleh 112 tanaman okulasi. Pewiwilan. Kegiatan ini merupakan kegiatan pemeliharaan yang bertujuan untuk membuang tunas-tunas adventif yang tumbuh di tempat dilakukannya penyerongan (cutback) pada bibit hasil okulasi. Tunas-tunas adventif yang dibuang terdiri atas tunas adventif yang sudah tumbuh dan masih berupa mata tunas. Tunas-tunas adventif ini dapat menghambat pertumbuhan mata okulasi. Pemotongan tunas-tunas adventif tersebut dilakukan dengan menggunakan pisau cutter. Norma kerja yang berlaku bagi tenaga FL bagi kegiatan pewiwilan di PT BSRE adalah bersifat borongan. Standar borongan setiap pekerja yang ditetapkan untuk kegiatan pewiwilan adalah 16 bedengan HK-1. Setiap bedengan pembibitan berisi + 300 polybag tanaman. Prestasi kerja penulis dalam kegiatan
19 pewiwilan adalah 18 bedengan HK-1, sedangkan prestasi kerja tenaga FL wanita adalah 25 bedengan HK-1. Kegiatan pewiwilan dapat dilihat pada Gambar 5. Seleksi Bibit Siap Tanam. Kegiatan ini merupakan kegiatan tahap akhir sebelum bibit hasil okulasi siap ditanam di lapangan. Kriteria bibit siap tanam adalah telah memiliki satu tajuk atau payung berdaun tua dan berumur 2–2.5 bulan setelah dilakukan penyerongan (cutback). Penanaman pada musim hujan dapat dilakukan dengan cukup memilih bibit yang telah memiliki satu payung berdaun tua, sedangkan penanaman pada musim kemarau dilakukan dengan memilih bibit yang telah memiliki satu payung berdaun tua dengan tunas terminal yang sudah mulai muncul di atas payung. Setiap bibit siap tanam yang diproduksi memiliki identitas klon berupa cat penanda berwarna pada ujung batang, yaitu hitam untuk PB 340, putih untuk PB 330, dan merah untuk PB 260. Norma kerja yang berlaku pada kegiatan seleksi bibit siap tanam adalah bersifat borongan. Standar borongan setiap pekerja pada kegiatan seleksi ini adalah 300 tanaman HK-1. Tenaga FL wanita selalu dapat mencapai standar borongan tersebut, sedangkan prestasi penulis adalah 42 tanaman HK-1. Kegiatan seleksi bibit siap tanam dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 5 Pewiwilan bibit okulasi
Gambar 6 Seleksi bibit siap tanam
Persiapan lahan Persiapan lahan di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE dilaksanakan setelah proses penebangan tanaman karet tua telah selesai. Kegiatan persiapan lahan di PT BSRE secara berturut-turut dimulai dari kegiatan pembongkaran tunggul dan perumpukan, ripping, ploughing, dan terracing. Seluruh kegiatan persiapan lahan di PT BSRE dikerjakan secara mekanis menggunakan traktor sesuai spesifikasi. Kegiatan persiapan lahan pada satu blok seluas 25 ha membutuhkan waktu ratarata selama empat bulan. Pembongkaran dan perumpukan tunggul. Kegiatan pembongkaran tunggul dan perumpukan dilakukan pada hari yang sama saat proses penebangan berlangsung. Penebangan tanaman karet tua dilakukan dengan menyisakan batang setinggi 30 cm dari permukaan tanah. Proses pembongkaran tunggul dilakukan menggunakan traktor bulldozer. Waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk membongkar satu tunggul adalah 12 detik atau sama dengan 5 tunggul menit-1. Tunggul yang telah dibongkar kemudian dirumpuk membentuk barisan arah Timur-Barat. Jarak antar rumpukan tunggul adalah 100 m. Kegiatan pembongkaran dan perumpukan tunggul dapat dilihat pada Gambar 7.
20 Ripping. Ripping merupakan kegiatan mengangkat sisa-sisa akar dari dalam tanah menggunakan traktor ripper. Standar kedalaman ripping di PT BSRE adalah 50 cm. Apabila kedalamannya kurang, maka pengawas akan meniupkan peluit sebagai tanda bahwa proses ripping harus diulang pada bagian tersebut. Pengecekan kedalaman alur ripping dilakukan dengan menusukkan tongkat besi dengan tinggi penanda 50 cm. Pengawas akan mengikuti dari belakang traktor ripper dengan jarak 8–10 m. Ripping dilakukan sebanyak empat kali, yaitu Ripping I arah Timur-Barat, Ripping II arah Utara-Selatan, Ripping III arah Tenggara-Barat laut, dan Ripping IV arah Barat daya-Timur laut. Jarak waktu antar ripping adalah 21 hari. Traktor ripper beroperasi selama 9 jam atau sama dengan 1 jam kerja traktor (JKT). Prestasi kerja traktor rata-rata selama 1 JKT adalah 4 ha. Kegiatan ini diawasi oleh seorang mandor replanting yang membawahi 2 orang tenaga FL dan 2 orang operator traktor ripper. Kegiatan ripping yang sedang berlangsung saat ini adalah Ripping II Utara-Selatan dan dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 7 Pembongkaran dan perumpukan tunggul
Gambar 8 Ripping II Utara-Selatan
Ploughing. Ploughing merupakan kegiatan mencacah bongkahan tanah hasil ripping agar menjadi bongkahan yang berukuran lebih kecil. Jarak waktu antara ploughing dan ripping adalah 21 hari. Ploughing dikerjakan menggunakan traktor C-Tine Plough. Kedalaman ploughing yang diharuskan di PT BSRE adalah 30 cm. Ploughing dilakukan sebanyak dua kali dengan rincian Ploughing I arah Timur-Barat dan Ploughing II arah Utara-Selatan. Jarak waktu antar ploughing adalah 21 hari. Traktor C-Tine Plough beroperasi selama 9 jam atau sama dengan 1 jam kerja traktor (JKT). Prestasi kerja traktor rata-rata selama 1 JKT adalah 19 ha. Kegiatan ini sepenuhnya diawasi oleh seorang mandor replanting yang membawahi seorang tenaga FL dan dua orang operator tarktor C-Tine Plough. Kegiatan ploughing saat ini telah mencapai tahap Ploughing II Utara-Selatan dan dapat dilihat pada Gambar 9. Terracing. Terracing merupakan kegiatan pembuatan teras pada lahan berbukit yang memiliki kemiringan > 20o atau > 36% dengan tujuan untuk mencegah erosi, menjaga kelembaban tanah, dan mempermudah perawatan ataupun penyadapan. Pembuatan teras di PT BSRE dilakukan dengan memotong kontur bukit menggunakan traktor bulldozer. Lebar teras yang dibuat adalah 2 m dan bagian belakang teras lebih rendah 0.25 m dari bagian depan.
21 Standar jarak antar teras adalah 6–8 m dan antar teras tersebut dibuat tangga setapak dengan kemiringan maksimal 45o. Setiap jarak 10 m dibuat guludan penahan air yang dilengakapi dengan reservoir. Traktor bulldozer beroperasi selama 9 jam atau sama dengan 1 jam kerja traktor (JKT). Prestasi kerja traktor rata-rata selama 1 JKT adalah sepanjang 700 m dengan lebar teras 2 m, sehingga luas teras yang dapat dibuat adalah 1 400 m2 JKT-1. Kegiatan pembuatan teras yang sedang dilakukan adalah di Blok T-22 dan dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 9 Ploughing II Utara-Selatan
Gambar 10 Pembuatan teras mekanis
Pemancangan Pemancangan merupakan kegiatan yang berpengaruh langsung terhadap jumlah populasi ideal dan susunan barisan tanaman karet pada blok penanaman. Barisan tanaman yang terbentuk akan berpengaruh terhadap pertumbuhan akar dan tajuk tanaman karet. Kegiatan pemancangan di PT BSRE dilaksanakan setelah proses pengolahan lahan, yaitu Ploughing II Utara-Selatan selesai. Pekerjaan memancang ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab pihak FSD. Kegiatan pemancangan dapat dilihat pada Gambar 11a, sedangkan susunan titik tanaman dapat dilihat pada Gambar 11b.
(a) Pelaksanaan pemancangan
(b) Denah tanam pola mata lima
Gambar 11 Pemancangan pola mata lima di PT BSRE Sistem pemancangan yang diterapkan untuk penanaman tahun 2013 adalah pola mata lima dengan jarak tanam 4 m x 4.5 m, yaitu 4 m jarak dalam baris dan 4.5 m jarak antar baris tanaman. Pemancangan yang pertama dilaksanakan adalah
22 pemancangan ajir kepala arah Utara-Selatan dan kemudian dilanjutkan dengan pemancangan ajir anakan arah Timur-Barat. Ajir kepala dan ajir anakan masingmasing memiliki standar panjang 100 cm dan 30 cm dengan bagian atas diberi cat kapur berwarna putih. Standar peletakan titik tanaman pertama menggunakan ajir kepala adalah 6 m dari titik tanaman terakhir di blok sebelah Utara atau Selatan blok yang dipancang dan 7 m dari titik tanaman terakhir di blok sebelah Timur atau Barat blok yang dipancang. Pemancangan yang diikuti penulis adalah pemancangan di Blok E-31, F-30, dan G-30 Sub-Divisi D Mainu dengan rata-rata prestasi kerja borongan 7 ha HK-1. Pemancangan di Blok E-31 dan F-30 masingmasing dilakukan selama dua hari, sedangkan di Blok G-30 selama satu hari. Pemeliharaan TBM karet Pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM) dan tanaman belum menghasilkan (TBM) dilakukan untuk memberikan kondisi optimum bagi tanaman karet agar tetap dapat tumbuh sehat dan jagur. Kehadiran organisme pengganggu tanaman (OPT) dan tumbuhnya bagian dari tanaman karet yang tidak diharapkan dapat menghambat proses pertumbuhan. Menunas. Pembuangan tunas-tunas liar pada tanaman karet mulai dilakukan pada masa TBM agar terbentuk bidang sadap yang ideal. Penunasan tunas liar dilakukan menggunakan pisau cutter atau antel pada batang utama hingga ketinggian 3 m dari permukaan tanah. Cabang tunas liar dipotong hingga ke pangkal percabang agar tidak terbentuk benjolan pada permukaan batang saat masuk ke masa TM. Rotasi penunasan yang diterapkan adalah setiap 10–12 hari sekali. Standar borongan setiap pekerja adalah 5 ha HK-1. Prestasi kerja rata-rata penunas adalah 3 ha HK-1, sedangkan prestasi kerja penulis adalah 0.4 ha HK-1. Kegiatan penunasan dapat dilihat pada Gambar 12.
(a) Penunasan cabang menggunakan pisau cutter
(b) Penunasan cabang menggunakan pisau antel
Gambar 12 Penunasan cabang dan tunas liar Penyadapan Penyadapan merupakan suatu kegiatan seni melukai pohon karet secara terukur dan terbatas dengan tujuan untuk menghasilkan produksi maksimal. Penyadapan dikategorikan sebagai faktor utama yang berpengaruh langsung terhadap produksi karet. Teknik penyadapan yang digunakan di Divisi III
23 Dolok Ulu PT BSRE adalah teknik sadap tarik atau downward tapping system (DTS) dan sadap sorong atau upward tapping system (UTS). Sistem penyadapan yang diterapkan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Sistem penyadapan di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE Notasi sadap
Teknik sadap
Rotasi sadap (hari)
½ S d/3
Sadap tarik ½ spiral
3
½ S d/4
Sadap tarik ½ spiral
4
½ S ↗ d/4
Sadap sorong ½ spiral
4
Sadap sorong ¼ spiral
3
¼ S d/3
*Sumber: Rencana sistem sadap Sub-Divisi I, Divisi III Dolok Ulu PT BSRE tahun 2014
Sistem penyadapan ½ S d/3 dan ½ S d/4 diterapkan pada TM I–III dan TM XIII–XV, sedangkan sistem sadap sorong ¼ S d/3 diterapkan pada TM IV–X dan TM XVI–XXV. Sistem sadap sorong ½ S ↗ d/4 hanya diterapkan pada TM tua dua tahun menjelang di-replanting. Sistem penyadapan ini tidak bersifat tetap karena sangat bergantung pada jenis klon. Kegiatan penyadapan sistem sadap tarik dan sadap sorong dapat dilihat pada Gambar 13.
(a) Sadap tarik ½ S d/3
(b) Sadap sorong ¼ S d/3
Gambar 13 Penyadapan yang diterapkan di PT BSRE Jumlah hari dan waktu penyadapan. Kegiatan penyadapan di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE dimulai pada pukul 06.30–10.30 WIB. Waktu istirahat selama satu jam diberikan kepada para penyadap hingga pukul 11.30 WIB dan kemudian dilanjutkan dengan pemberian asam semut atau formic acid untuk menggumpalkan lateks menjadi cuplump hingga pukul 13.00 WIB. Pengutipan hasil dilaksanakan pada pukul 13.30 WIB dan dibawa ke stasiun lateks terdekat untuk ditimbang pada pukul 15.00 WIB. Penyadap diberi lembur atau overtime selama 1.5 jam kerja mulai pukul 13.30–15.00 WIB.
24 Penetapan jumlah hari sadap per tahun adalah berdasarkan asumsi bahwa tiga hari Minggu dalam satu bulan merupakan hari kerja. Kemudian, setelah dikurangi hari-hari libur umum, maka terdapat ± 345 hari kerja dalam satu tahun. Jumlah hari kerja tersebut merupakan jumlah hari sadap dalam satu tahun di PT BSRE. Atas dasar penetapan jumlah hari sadap tersebut, maka jumlah hari sadap per tanaman adalah sebagai berikut: 1. Sistem rotasi sadap d/2 = 177 hari per tahun 2. Sistem rotasi sadap d/3 = 115 hari per tahun 3. Sistem rotasi sadap d/4 = 86 hari per tahun Pembagian hanca dan pergiliran rotasi sadap. Aturan penamaan blok penanaman yang diterapkan di PT BSRE adalah menggunakan kombinasi huruf dan angka. Penyematan angka terkecil hingga terbesar dimulai dari blok sebelah barat menuju sebelah timur, sedangkan penyematan huruf secara alfabetis dimulai dari blok sebelah utara menuju sebelah selatan. Penamaan blok didahulukan dengan penyebutan huruf dan kemudian diikuti dengan angka. Misalnya, blok yang terletak pada urutan huruf L secara alfabetis dan urutan angka 29 secara numerik akan disebut sebagai Blok L-29. Blok ideal seluas 25 ha dibagi ke dalam 12–16 hanca sadap yang ditandai dengan pemberian nomor hanca atau polet. Setiap hanca dipisahkan oleh sebuah pasar tengah (PST) yang membagi hanca menjadi dua bagian, yaitu hanca sebelah barat dan timur. PST digunakan sebagai jalan akses pemeriksaan sekaligus tempat penyadap menempatkan kendaraan dan peralatan sadapnya. Satu hanca seorang penyadap terdiri atas enam sektor hanca. Hanca sebelah barat PST akan terdiri atas tiga sektor, yaitu sektor 1, 2, dan 3, sedangkan hanca sebelah timur PST terdiri atas sektor 4, 5, dan 6. Tampilan susunan sebuah hanca sadap di PT BSRE dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14 Tampilan susunan sebuah hanca sadap di PT BSRE Seorang penyadap di PT BSRE secara umum memiliki 3–4 hanca penyadapan. Hanca-hanca tersebut dikenal sebagai hanca TAP A, TAP B, TAP C, dan TAP D. Hanca TAP D merupakan hanca tambahan karena adanya penggunaan rotasi sadap empat hari sekali atau d/4. Hanca TAP A diberi tanda polet dengan cat berwarna merah, hanca TAP B warna biru, hanca TAP C warna hijau, dan hanca TAP D warna kuning. Tanda polet akan ditempatkan pada dua pohon yang berada di ujung PST sebelah selatan dan utara. Pergiliran rotasi sadap dalam hanca diterapkan berdasarkan aturan pembagian hanca yang telah ditetapkan. Penyadapan dimulai dari hanca sebelah Barat setiap bulan genap, sedangkan setiap bulan ganjil penyadapan dimulai dari hanca sebelah Timur. Ketentuan lebih spesifiknya adalah penyadapan sebelah barat pada bulan 2, 6, dan 10 akan dimulai dari barisan tanaman paling kanan sedangkan pada bulan 4, 8, dan 12 dimulai dari barisan tanaman paling kiri.
25 Penyadapan sebelah timur pada bulan 1, 5, dan 9 dimulai dari barisan tanaman paling kiri, sedangkan pada bulan 3, 7, dan 11 dimulai dari barisan tanaman paling kanan. Pegiliran rotasi sadap ini bertujuan mencegah serangan penyakit kering alur sadap (KAS) atau tapping panel dryness (TPD). Kriteria siap sadap. Tanaman karet di PT BSRE mulai disadap ketika berumur 42–48 bulan setelah penanaman ke lapangan. Tanaman yang disadap seluruhnya berasal dari okulasi hijau atau green budding. Tanaman siap sadap memiliki lingkar batang minimal 46 cm yang diukur pada ketinggian 170 cm dari permukaan tanah. Pohon yang sudah masuk ke dalam kriteria sadap ditandai dengan tanda totol berjumlah empat buah. Totol merupakan titik atau noktah berbahan cat hitam yang ditorehkan di sisi pohon karet sebelah timur pada ketinggian 170 cm dari permukaan tanah. Penotolan pertama dilakukan ketika tanaman berumur 36 bulan setelah penanaman ke lapangan. Suatu blok dapat disadap ketika 135 tanaman ha-1 telah memenuhi kriteria siap sadap atau sekitar 24% dari populasi normal 555 tanaman ha-1. Kriteria penotolan di PT BSRE dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Kriteria penotolan tanaman siap sadap di PT BSRE Jumlah totol Ukuran lingkar batang (cm) 1 38–41.9 2 42–43.9 3 44–45.9 4 > 46 *Sumber : Buku field standard practice (FSP) - 018 Tapping PT BSRE tahun 2014
Penggambaran bidang sadap. Penggambaran bidang sadap dilakukan menggunakan mal gambar. Mal gambar yang digunakan ada dua jenis, yaitu mal gambar dengan sudut kemiringan 30o dan 45o. Mal gambar dengan sudut kemiringan 30o digunakan untuk penggambaran bidang sadap setengah spiral (½ S), sedangkan mal gambar dengan sudut kemiringan 45o digunakan untuk penggambaran bidang sadap seperempat spiral (¼ S). Sudut sadapan atau kemiringan bidang sadap yang terbentuk sebesar 30o pada bidang sadap ½ S dan 45o pada bidang sadap ¼ S. Bidang sadap yang terbentuk adalah dari kiri atas ke kanan bawah. Penggambaran bidang sadap perawan dimulai pada setengah sisi pohon di sebelah barat dan kemudian menuju ke bidang sadap selanjutnya sesuai klon. Penetapan kelas penyadap. Penyadap di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE diklasifikasikan ke dalam tiga kelas, yaitu kelas I, II, dan III. Penyadap kelas I setara dengan kelas A, kelas II setara dengan kelas B, dan kelas III setara dengan kelas C. Penyadap di PT BSRE diklasifikasikan ke dalam salah satu kelas tersebut berdasarkan jumlah nilai mutu yang diperoleh setelah dilakukannya inspeksi sadapan oleh asisten. Asisten melakukan inspeksi sadapan setiap satu bulan sekali untuk menentukan status kelas penyadap dan jumlah nilai premi yang akan diperoleh pada bulan yang bersangkutan. Dasar penetapan nilai atau poin pada kategori penilaian yang terdiri dari waktu penyadapan, pemakaian kulit, luka kayu, dan kedalaman sadap dapat dilihat pada Lampiran 7. Kriteria penilaian kelas penyadap dapat dilihat pada Tabel 8 dan Tabel 9.
26 Tabel 8 Penilaian kelas penyadap di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE Kategori penilaian Nilai Waktu penyadapan 0–30 Pemakaian kulit 0–30 Luka kayu 0–10 Kedalaman sadap 0–20 Kebersihan panel, mangkuk, talang, dll. 0–10 Total 0–100 *Sumber: Buku field standard practice (FSP) - 023 Tapping Premium Payment tahun 2014
PT BSRE
Tabel 9 Kriteria kelas penyadap di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE Kelas penyadap A B C
Jumlah nilai 75–100 50–74 < 50
*Sumber: Buku field standard practice (FSP) - 023 Tapping Premium Payment PT BSRE tahun 2014
Premi penyadapan. Penyadap yang mampu mencapai atau melebihi target produksi lateks yang ditetapkan perusahaan akan memperoleh premi. Pemberian premi ditujukan sebagai penghargaan atas prestasi kerjanya dan diharapkan akan semakin lebih giat. Premi yang diberikan kepada penyadap di PT BSRE terdiri atas premi dasar dan premi bonus. Penyadap akan menerima premi dasar apabila dapat memperoleh sampai dengan 80% target produksi yang ditetapkan, sedangkan premi bonus diberikan apabila memperoleh lebih dari 80% target produksi yang ditetapkan. Jumlah premi yang diterima juga dipengaruhi oleh status kelas penyadap. Ketentuan pemberian premi di Divisi III dolok Ulu PT BSRE dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Pemberian premi penyadap di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE
A
< 80% target produksi Premi dasar Rp 75
> 80% target produksi Premi bonus Rp 250
B
Rp 50
Rp 225
C
Rp 25
Rp 175
Kelas penyadap
*Sumber: Buku field standard practice (FSP) - 023 Tapping Premium Payment PT BSRE tahun 2014
Perhitungan Premi : Jumlah Kg cuplump kering ( < 80% target ) x premi dasar Jumlah Kg cuplump kering ( > 80% target ) x premi bonus Premi yang akan dibayar
= Rp ......... = Rp ......... + = Rp .........
27 Perhitungan premi tersebut tidak berlaku untuk penyadapan pada kulit perawan. Penyadap hanya menerima premi mati Rp 72 000 bulan-1 selama enam bulan pertama penyadapan kulit perawan. Premi lain yang juga diberikan kepada penyadap adalah premi buka sadap, premi formic acid, dan premi getah tarik atau scrap. Premi buka sadap diberlakukan menjelang perubahan panel sadapan dan penyadap akan membuka terlebih dahulu panel sadapan baru. Penyadap akan memperoleh bayaran sebesar Rp 15 000 hanca-1 siap untuk pre-opening dan Rp 25 000 hanca-1 siap untuk new opening. Premi formic acid diberikan sebesar Rp 1 200 hari-1 karena penyadap menuangkan formic acid 3% ke mangkuk lateks. Premi getah tarik diberikan sebesar Rp 2 500 kg-1 untuk scrap yang dikumpulkan. Premi juga diberikan kepada karyawan SKU bulanan atau MP, khususnya para mandor yang terlibat pada kegiatan penyadapan. Rincian preminya adalah : 1. Mandor Besar = 2.5 x rata-rata premi penyadap 2. Instruktur Sadap = 2 x rata-rata premi penyadap 3. Mandor Sadap = 1.5 x rata-rata premi penyadap 4. Mandor Perawatan (Pemupukan, = 1 x rata-rata premi penyadap Semprot, dan Penunasan) 5. Mandor Penyakit dan Stimulansia = 1.5 x rata-rata premi penyadap Peralatan sadap. Setiap penyadap bertanggung jawab untuk merawat semua peralatannya agar tetap dalam kondisi baik dan bersih. Jenis-jenis peralatan sadap standar yang digunakan penyadap di PT BSRE antara lain pisau sadap, mangkuk lateks, talang, kawat kakak tua, jerigen peralatan, jerigen lateks, batu asah, dan kaca mata pengaman. Peralatan sadap tersebut akan diperiksa keadaannya setiap hari oleh mandor deres, setiap minggu oleh mandor besar, dan setiap bulan oleh asisten. Daftar peralatan sadap di PT BSRE secara terperinci dapat dilihat pada Lampiran 8. Retraining penyadapan. Pemahaman bahwa kulit pohon karet itu adalah aset perusahaan yang sangat berharga selalu ditekankan oleh instruktur sadap kepada para penyadap. Salah satu upaya menekankan pemahaman tersebut adalah melalui kegiatan retraining penyadapan. Kegiatan retraining di PT BSRE dilakukan setiap tiga bulan sekali di masing-masing divisi. Penulis mengikuti kegiatan retraining penyadapan di Sub-Divisi I, Divisi III Dolok Ulu selama empat hari. Pengetahuan yang diperoleh selama kegiatan adalah mengenai jenisjenis peralatan sadap dan pemeliharaannya, kriteria pohon karet siap sadap, aturan konsumsi kulit dan perpindahan panel, tata cara penyadapan yang benar, dan faktor keselamatan dan kesehatan kerja (KKK). Penulis pada awalnya tidak memahami cara menyadap tanaman karet, akan tetapi setelah mengikuti kegiatan retraining penulis mampu melakukan pekerjaan menyadap sesuai kriteria sadap PT BSRE dan menyandang predikat nilai C. Populasi tanaman siap sadap Populasi tanaman siap sadap rata-rata per hanca di Sub-Divisi I, Divisi III Dolok Ulu tahun tanam 2005 dan 2009 adalah 592 tanaman dari populasi optimal 611 tanaman per hanca atau sama dengan 96.82%. Tanaman siap sadap pada tahun tanam 2005 disadap dengan sistem sadap sorong ¼ S d/3, sedangkan tahun tanam 2009 disadap dengan sistem sadap tarik ½ S d/3. Populasi tanaman siap sadap rata-rata per hanca dapat dilihat pada Tabel 11.
28 Tabel 11 Populasi tanaman siap sadap per hanca di Sub-Divisi I, Divisi III Dolok Ulu PT BSRE Nama Jumlah Tahun Jumlah Jumlah tanaman Persentase penyadap hanca tanam tanaman siap sadap tanaman siap per hanca per hanca sadap (%) Heri I 3 2009 611 596 97.60 Sujono 3 2009 611 601 98.42 Rakino 3 2009 610 547 89.73 Ramadani 3 2009 611 609 99.62 Jamaludin 3 2009 610 576 94.37 Legito 3 2005 624 617 98.82 Darmadi 3 2005 603 580 96.13 Irwan 3 2005 603 587 97.29 Sunarto 3 2005 624 615 98.50 Ipan Padli 3 2005 603 594 98.56 Rata-rata 611 592 96.82 Konsumsi kulit sadapan Standar konsumsi kulit di setiap perkebunan karet tidak selalu sama, bergantung pada kebijakan masing-masing manajemen. Sistem penyadapan yang sekarang ini diterapkan di Sub-Divisi I, Divisi III Dolok Ulu PT BSRE ada dua jenis, yaitu jenis sadap tarik ½ S d/3 dan sadap sorong ¼ S d/3. Sistem sadap tarik. Hasil pengamatan terhadap konsumsi kulit sadapan pada sistem sadap tarik ½ S d/3 panel BOI-1 dapat dilihat pada Tabel 12. Penyadap kelas A menyadap dengan tebal irisan rata-rata 2.11 mm, sedangkan kelas B dengan tebal irisan rata-rata 1.90 mm. Konsumsi kulit sadapan rata-rata penyadap kelas A dan kelas B selama enam bulan masing-masing adalah 11.18 cm dan 11.07 cm. Kedalaman sadap rata-rata yang dihasilkan penyadap kelas A dan kelas B relatif sama, yaitu 1.22 mm. Kemiringan sadapan rata-rata yang dihasilkan oleh penyadap kelas A dan kelas B masing-masing adalah 36.11o dan 36.81o. Panjang alur sadap rata-rata yang dihasilkan oleh penyadap kelas A dan kelas B masing-masing adalah 34.27 cm dan 34.26 cm. Tabel 12
Konsumsi kulit sadapan sistem sadap tarik ½ S d/3 panel BOI-1 di Sub-Divisi I, Divisi III Dolok Ulu PT BSRE tahun 2014 Komponen konsumsi kulit Kelas Jumlah Tebal Kedalaman Konsumsi Kemiringan Panjang penyadap penyadap irisan sadap kulit enam sadapan alur sadap (mm) (mm) bulan (cm) ( o) (cm) A 3 2.11a 1.22a 11.18a 36.11a 34.27a B 7 1.90a 1.22a 11.07a 36.81a 34.26a Standar perusahaan
2.00
1.00
12.00
30.00
31.00
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji t-student).
29 Sistem sadap sorong. Hasil pengamatan terhadap konsumsi kulit sadapan pada sistem sadap sorong ¼ S d/3 panel HOI-2 dapat dilihat pada Tabel 13. Tebal irisan sadap rata-rata yang dihasilkan penyadap kelas A dan kelas B masingmasing adalah 2.28 mm dan 2.37 mm. Konsumsi kulit sadapan rata-rata penyadap kelas A dan kelas B selama 12 bulan masing-masing adalah 32.97 cm dan 33.62 cm. Kedalaman sadap rata-rata yang dihasilkan penyadap kelas A dan kelas B masing-masing adalah 1.36 mm dan 1.31 mm. Kemiringan sadapan rata-rata yang dihasilkan penyadap kelas A dan kelas B masing-masing adalah 50.52o dan 50.64o. Panjang alur sadap rata-rata yang dihasilkan penyadap kelas A dan kelas B masing-masing adalah 20.86 cm dan 20.83 cm. Tabel 13 Konsumsi kulit sadapan sistem sadap sorong ¼ S d/3 panel HOI-2 di Sub-Divisi I, Divisi III Dolok Ulu PT BSRE tahun 2014 Komponen konsumsi kulit Kelas Jumlah Tebal Kedalaman Konsumsi Kemiringan Panjang penyadap penyadap irisan sadap kulit enam sadapan alur sadap (mm) (mm) bulan (cm) ( o) (cm) A 5 2.28a 1.36a 32.97a 50.52a 20.86a B 5 2.37a 1.31a 33.62a 50.64a 20.83a Standar perusahaan
2.50
1.00
30.00
45.00
19.00
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji t-student).
Tanaman terserang kering alur sadap Penyakit kering alur sadap (KAS) atau tapping panel dryness (TPD) merupakan penyakit fisiologis yang diakibatkan oleh penyadapan yang tidak bijaksana. Tingkat serangan KAS yang terjadi di Sub-Divisi I, Divisi III Dolok Ulu PT BSRE dapat dilihat pada Tabel 14. Serangan KAS terhadap klon seri PB pada tahun tanam 2005 dan 2009 masing-masing adalah 1.97% dan 0.015%. Serangan KAS terhadap klon DMI 35 dan PB 330 pada tahun tanam 2005 masing-masing adalah 4.09% dan 1.97%. Contoh tanaman yang terserang KAS dapat dilihat pada Gambar 15a dan tanaman yang terserang KAS diberi simbol seperti pada Gambar 15b. Tabel 14 Serangan KAS yang terjadi di Sub-Divisi I, Divisi III Dolok Ulu PT BSRE tahun 2014 Faktor Jumlah blok Serangan KAS (%) Tahun tanam 2005 3 1.97a 2009 3 0.015b Klon PB 330 3 1.97a DMI 35 3 4.09a Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji t-student).
30
(a) KAS pada panel sadap HO
(b) Simbol tanaman terserang KAS
Gambar 15 Serangan KAS di perkebunan karet PT BSRE Produksi lateks tenaga kerja sadap Produksi lateks yang dihasilkan pada suatu perkebunan karet sangat ditentukan oleh baik atau tidaknya penyadap melaksanakan tugasnya. Faktorfaktor mendasar yang dapat mempengaruhi baik atau tidaknya penyadap melaksanakan tugasnya antara lain adalah tingkat pendidikan, usia, dan pengalaman kerja penyadap. Sistem sadap tarik. Produksi cuplump penyadap pada sistem sadap tarik ½ S d/3 dapat dilihat pada Tabel 15. Produksi cuplump rata-rata yang dihasilkan penyadap dengan latar belakang pendidikan SMA dan SD masing-masing adalah 28.99 kg dan 32.61 kg. Produksi cuplump rata-rata yang dihasilkan penyadap usia < 33 tahun dan > 33 tahun masing-masing adalah 28.54 kg dan 31.78 kg. Produksi cuplump rata-rata yang dihasilkan penyadap dengan pengalaman kerja < 10 tahun dan > 10 tahun masing-masing adalah 28.96 kg dan 33.47 kg. Koefisien korelasi antara pengalaman kerja dan produksi cuplump dari 10 orang penyadap bernilai positif sebesar 0.917. Tabel 15 Produksi cuplump yang dihasilkan penyadap pada sistem sadap tarik ½ S d/3 di Sub-Divisi I, Divisi III Dolok Ulu PT BSRE tahun 2014 Jumlah Produksi cuplump Faktor penyadap (kg orang-1) Latar belakang pendidikan SMA 6 28.99b SD 6 32.61a Usia penyadap (tahun) < 33 5 28.96a > 33 5 31.78a Pengalaman kerja penyadap (tahun) < 10 5 28.96b > 10 5 33.47a Koefisien korelasi antara pengalaman 0.917** dan produksi cuplump penyadap (r) Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji t-student); **Berkorelasi secara sangat nyata.
31 Sistem sadap sorong. Produksi cuplump penyadap pada sistem sadap sorong ¼ S d/3 dapat dilihat pada Tabel 16. Produksi cuplump rata-rata yang dihasilkan penyadap dengan latar belakang pendidikan SMA dan SD masingmasing adalah 19.11 kg dan 18.99 kg. Produksi cuplump rata-rata yang dihasilkan penyadap dengan usia < 33 tahun dan > 33 tahun masing-masing adalah 19.54 kg dan 18.84 kg. Produksi cuplump rata-rata yang dihasilkan penyadap dengan pengalaman kerja < 10 tahun dan > 10 tahun masing-masing adalah 20.56 kg dan 19.27 kg. Koefisien korelasi antara pengalaman kerja dan produksi cuplump dari 10 orang penyadap bernilai negatif sebesar 0.242. Tabel 16 Produksi cuplump yang dihasilkan penyadap pada sistem sadap sorong ¼ S d/3 di Sub-Divisi I, Divisis III Dolok Ulu di PT BSRE tahun 2014 Faktor Jumlah Produksi cuplump penyadap (kg orang-1) Latar belakang pendidikan SMA 5 19.11a SD 5 18.99a Usia penyadap (tahun) < 33 5 19.54a > 33 5 18.84a Pengalaman kerja penyadap (tahun) < 10 5 20.56a > 10 5 19.27a Koefisien korelasi pengalaman dengan 0.242tn produksi cuplump penyadap (r) Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda tn nyata pada taraf uji 5% (uji t-student); Berkorelasi secara tidak nyata.
Aplikasi zat stimulansia Penggunaan zat stimulansia dalam kegiatan budidaya tanaman karet didasarkan atas adanya upaya untuk mempertahankan turgor sel-sel pembuluh lateks agar tetap tinggi. Turgor yang tinggi akan mengakibatkan waktu pengaliran lateks menjadi lebih lama. Hal inilah yang menjadikan penggunaan zat stimulansia tidak dapat dipisahkan dalam setiap kegiatan penyadapan di perkebunan karet. Teknik aplikasi zat stimulansia yang diterapkan di PT BSRE adalah teknik lace aplication (La). Zat stimulansia yang digunakan adalah merek dagang Flo-tex 10 dengan bahan aktif ethephon (2-chloroethyl phosphonic acid). Komposisi zat stimulansia yang diaplikasikan adalah air bersih dan ethephon 10%. Konsentrasi aplikasi yang digunakan adalah 2.50% dan 5.00%.Ketentuan pencampuran air dan ethephon 10% untuk menyiapkan 190 kg ethephon 2.50% dan 5.00% siap aplikasi dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Ketentuan penyiapan zat stimulansia siap aplikasi di PT BSRE Konsentrasi aplikasi (%) Jumlah air (kg)x Jumlah ethephon 10% (kg) 2.50 142.5 47.5 5.00 95 95 x
Massa jenis air 1000 g liter-1 atau sama dengan 1 kg liter-1 *Sumber : Buku field standard practice (FSP) - 021 Stimulation PT BSRE tahun 2014
32 Aplikasi zat stimulansia PT BSRE dilakukan dua hari sebelum hanca tersebut disadap. Apabila terjadi hujan kurang dari dua jam setelah aplikasi selesai, maka pengaplikasian diulang kembali. Setiap pengaplikasian zat stimulansia hanya dilakukan pada setengah hanca sadap, yaitu hanca sadap sebelah timur atau barat secara bergantian. Aplikasi zat stimulansia dapat dilihat pada Gambar 16a dan alat yang digunakan dalam proses aplikasi adalah sikat gigi yang telah dikalibrasi seperti pada Gambar 16b.
(a) Aplikasi zat stimulansia
(b) Sikat gigi pengoles terkalibrasi
Gambar 16 Teknik lace application zat stimulansia di PT BSRE Pengaplikasian zat stimulansia di PT BSRE bersifat spesifik klon dan panel sadap. Setiap klon yang ditanam memiliki formulasi stimulansia masing-masing, kecuali klon PB 340 yang sama sekali tidak diberi zat stimulansia (non-ethrel). Kode formulasi aplikasi zat stimulansia dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Kode aplikasi zat stimulansia ethephon di PT BSRE Frekuensi aplikasi Konsentrasi Kode stimulansiax x setahun (kali) aplikasi (%) A 1–24 2.50 B 1–24 2.50 C 1–24 2.50 X 2–25 5.00 Y 2–25 5.00 Z 2–25 5.00
Dosis aplikasi (g tanaman-1) 0.50 0.75 1.00 0.50 0.75 1.00
x
Kode huruf stimulansia dikombinasikan dengan angka frekuensi aplikasi, misalnya kombinasi kode A23 adalah diaplikasikan 23 kali setahun , konsentrasi aplikasi 2.50%, dosis 0.50 g tanaman-1. *Sumber: Buku field standard practice (FSP) - 021 Stimulation PT BSRE tahun 2014
Kode stimulansia A, B, dan C digunakan sebagai pedoman dalam aplikasi zat stimulansia pada TM produktif, sedangkan kode stimulansia X, Y, dan Z digunakan untuk TM tua. Frekuensi aplikasi sangat bergantung pada pola gugur daun. Zat stimulansia tidak diaplikasikan pada musim gugur daun, melainkan hanya diaplikasikan pada kondisi daun tua. Klon PB 260 dan DMI 35 merupakan dua di antara beberapa klon di Perkebunan Karet PT BSRE yang diberi
33 zat stimulansia dalam proses penyadapannya. Formulasi zat stimulansia pada klon PB 260 dan DMI 35 dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Formulasi zat stimulansia sesuai klon dan panel sadapan di PT BSRE Klon No.
Panel sadap
Sistem sadap
PB 260
A1 A3 A8 B16 B20 B22 A16 A16 A18 A18 A18
Dosis per tahun (mg tanaman-1) 13 38 100 300 375 413 200 200 225 225 225
A18
225
A14
175
B20
375
A14
175
B20
375
A14
175
Kode
1
2
3
4
5
6
BOI-1 BOI-2 BOI-3 BOII-1 BOII-2 BOII-3 HOI-1 HOI-2 HOI-3 HOI-4 HOI-5
½ S d/3
HOII-1 s.d. HOII-5
¼ S d/3
HOIII-1
¼ S d/3
s.d. HOIII-5
Sadap sorong 5 tahun
HOIV-1 s.d. HOIV-5
¼ S d/3
Sadap tarik 3 tahun ½ S d/3
Sadap tarik 3 tahun ¼ S d/3
Sadap sorong 5 tahun
Sadap sorong 5 tahun
UTS 5 tahun
DMI 35 Kode
Dosis per tahun (mg tanaman-1)
None None None
None None None
B12 B12 B12 A14 A14 A14 A14 A14
225 225 225 175 175 175 175 175
*Sumber: Buku field standard practice (FSP) - 021 Stimulation PT BSRE tahun 2014
Manajemen bidang sadap Umur ekonomi tanaman karet salah satunya dipengaruhi oleh manajemen bidang sadap yang diterapkan. Permukaan kulit batang tanaman karet dibagi ke dalam beberapa panel sadap agar dapat disadap secara optimal. Tata nama bidang sadap yang digunakan antara lain adalah panel BO, HO, dan VH. Panel BO dan HO digunakan dalam kegiatan eksploitasi pada umur produktif, sedangkan panel VH digunakan untuk tanaman karet dua tahun menjelang di-replanting pada ketinggian sadapan > 3 m. Setiap klon tanaman karet yang ditanam memiliki pola perpindahan bidang sadap yang berbeda. Manajemen bidang sadap di PT BSRE dapat dilihat pada Gambar 17.
34
(a) Manajemen panel sadap klon seri PB, DMI, dan RRIC
(b) Manajemen panel sadap klon seri RRIM
Gambar 17 Manajemen bidang sadap di PT BSRE Bidang sadap dikelola sesuai rencana produksi kebun dan tanda bulan konsumsi kulit dikontrol setiap bulan oleh instruktur sadapan. Bidang sadap panel BO dan HO memiliki proporsi konsumsi kulit dalam satu bulan yang tidak boleh dilanggar oleh penyadap. Proporsi konsumsi kulit sadapan ini disajikan dalam bentuk kolom-kolom sadap. Kolom sadap pada panel BO dan HO dapat dilihat pada Gambar 18a dan b, kemudian tanda bulan dapat dilihat pada Gambar 18c.
(a) Kolom panel BO
(b) Kolom panel HO
(c) Tanda bulan: I) pendek; II) panjang
Gambar 18 Kolom sadapan pada panel dan inspeksi tanda bulan
35 Penerapan manajemen panel sadap ini juga berpengaruh pada kebutuhan jumlah tenaga kerja sadap. Seorang penyadap pada hanca panel sadap BO dengan kondisi lahan rata memiliki basis tugas 650–675 tanaman per hanca, sedangkan pada hanca lahan terasan memiliki basis tugas 600–625 tanaman per hanca. Kemudian, seorang penyadap pada hanca panel sadap HO dengan kondisi lahan rata memiliki basis tugas 550–575 tanaman per hanca, sedangkan pada hanca lahan terasan memiliki basis tugas 500–525 tanaman per hanca. Pengumpulan dan penimbangan hasil Kegiatan pengumpulan hasil di Sub-Divisi I, Divisi III Dolok Ulu PT BSRE secara serentak dilakukan oleh para penyadap pada pukul 15.00 WIB ke stasiun lateks terdekat dengan hancanya. Hasil yang dikumpulkan penyadap ke stasiun lateks terdiri atas cuplump dan getah tarik atau scrap. Stasiun lateks dipimpin oleh seorang krani stasiun lateks yang memiliki dua orang anggota pemuat hasil. Mandor sadap turut mendampingi para penyadapnya selama proses pengumpulan hasil berlangsung. Penimbangan cuplump dan getah tarik dilakukan satu persatu dan hasilnya dicatat di buku produksi dan langsung di-input ke komputer krani sesuai nama dan nomor komputer penyadap. Mandor sadap akan menyalin kembali hasil penimbangan di buku laporan produksi miliknya dan pada keesokan paginya akan diperiksa oleh mandor besar. Proses penimbangan cuplump (Gambar 19) terdiri atas tiga tahap, yaitu pembelahan cuplump, penimbangan bobot (weighing), dan penyusunan di atas meja batu. Cuplump dibelah menjadi empat bagian secara membujur. Hal ini bertujuan untuk mempercepat proses pengeluaran air dan memeriksa kandungan kontaminasi di dalam cuplump seperti tatal, daun, talang, ranting kayu, dan cangkang. Cuplump yang ditimbang akan dikenakan pemotongan bobot 15% dari bobot aktual. Pemotongan sebesar 15% ini bertujuan untuk menghindari selisih bobot penimbangan yang terlalu besar antara di lapangan dan ketika tiba di pabrik. Selisih bobot penimbangan terjadi karena cuplump yang ditimbang dalam kondisi basah dan air yang terkandung di dalamnya keluar di sepanjang perjalanan menuju pabrik. Cuplump yang telah selesai ditimbang kemudian disusun di atas meja batu sebelum dimuat ke dalam truk.
(a) Pembelahan cuplump
(b) Penimbangan cuplump dan scrap
Gambar 19 Kegiatan penimbangan cuplump di Stasiun Lateks X-24
36 Pengangkutan cuplump dilakukan menggunakan truk berkapasitas 6 ton. Pengiriman cuplump dari lapangan menuju pabrik pengolahan dibuktikan dengan penandatanganan Faktur Kiriman Lump. Faktur ini sebagai bukti bahwa cuplump yang diangkut oleh truk sepenuhnya telah diserahkan dan menjadi tanggung jawab pihak pabrik. Contoh berkas Faktur Kiriman Lump di Sub-Divisi I, Divisi III Dolok Ulu dapat dilihat pada Lampiran 9.
Aspek Manajerial
Asisten sub-divisi Asisten sub-divisi memiliki kewenangan dan tanggung jawab dalam mengatur dan memeriksa seluruh kegiatan kerja di sub-divisi yang dipimpin sesuai dengan SOP lapangan PT BSRE. Asisten Sub-Divisi I, Divisi III Dolok Ulu setiap hari hadir pada pukul 05.15 WIB. Kegiatan pertama yang dilakukan asisten tersebut adalah memimpin para mandor melaksanakan senam Taisho selama 15 menit. Kemudian, tepat pada pukul 05.30 WIB apel/antrian pagi dimulai dan asisten mengevaluasi secara keseluruhan kualitas kerja para mandor pada hari kemarin. Hal yang menjadi pembahasan ketika apel/antrian pagi adalah pencapaian produksi, pencapaian dry rubber content (DRC) kebun, dan kualitas kerja mandor perawatan. Permasalahan pencapaian produksi dan DRC kebun adalah dua hal yang sangat intensif dibahas ketika apel/antrian pagi. Setelah evaluasi selesai, kegiatan dilanjutkan dengan pemantapan rencana kerja yang sebelumnya telah disusun oleh mandor besar dan penekanan mengutamakan aspek keselamatan dan kesehatan kerja (KKK). Setiap mandor dilatih oleh asisten untuk peka menganalisis potensi bahaya di tempat kerja. Apel/antrian pagi yang dipimpin oleh asisten berlangsung selama 1 jam hingga pukul 06.30 WIB. Asisten Sub-Divisi I, Divisi III Dolok Ulu membawahi 1 orang mandor besar, 7 orang mandor sadap, dan 14 orang mandor perawatan. Setelah selesai apel/antrian pagi, asisten langsung berkeliling ke setiap lokasi kerja para mandor. Lokasi kerja yang pertama kali dikontrol oleh asisten adalah lokasi kerja mandor sadap. Asisten memeriksa secara langsung kehadiran penyadap dan keadaan hanca sadap sambil berdiskusi dengan mandor sadap. Lokasi kerja berikutnya yang dikontrol adalah lokasi kerja masing-masing mandor perawatan. Hasil kontrol pada masing-masing lokasi kerja mandor akan dijadikan sebagai bahan evaluasi saat apel/antrian pagi keesokan hari. Kegiatan sebagai pendamping asisten yang telah diikuti selama magang di Sub-Divisi I, Divisi III Dolok Ulu PT BSRE antara lain adalah memeriksa kegiatan penyadapan, mengawasi seluruh kegiatan perawatan di areal TBM dan TM, mengawasi kegiatan persiapan lahan dan penanaman di areal replanting, dan megikuti kegiatan apel/antrian pagi pukul 05.30 WIB bersama para mandor. Rincian kegiatan kerja yang diawasi adalah pelaksanaan penyadapan di Blok V-23, V-26 dan W-26, pembibitan LCC di Blok W-23, pemancangan di Blok U-22, pembuatan parit isolasi batas kebun di Blok T-21, pembuatan reservoir, dan pengendalian gulma strip weeding di Blok W-23. Kinerja dan kedisiplinan para mandor di Sub-Divisi I, Divisi III Dolok Ulu sudah cukup baik.
37 Mandor sadap Mandor sadap merupakan orang yang memiliki wewenang mengawasi kegiatan penyadapan. Mandor sadap di Sub-Divisi I, Divisi III Dolok Ulu mayoritas memiliki wilayah kerja tiga TAP, yaitu wilayah TAP A, TAP B, dan TAP C. Pengawasan pada masing-masing wilayah TAP disesuaikan dengan rotasi pergiliran sadap. Mandor sadap telah memiliki wilayah kerja tetap sehingga penyadap yang menjadi anggota kemandorannya berjumlah tetap. Mandor sadap tiba di wilayah kerjanya pada pukul 06.00 WIB dan langsung memeriksa kehadiran penyadap. Mandor sadap secara rutin menginstruksikan kepada para penyadap untuk terlebih dahulu membersihkan wilayah meja peralatan dan pasar tengah (PST) hancanya sebelum bekerja. Kebersihan dan kelengkapan peralatan sadap setiap penyadap diperiksa secara menyeluruh oleh mandor sadap. Pengawasan kerja dimulai pada pukul 06.30 WIB bersamaan dengan dimulainya kegiatan penyadapan. Mandor sadap di Sub-Divisi I, Divisi III Dolok Ulu membawahi 18–20 orang penyadap dalam satu kemandoran. Kegiatan pengawasan mandor sadap terdiri atas pengawasan proses penyadapan, pemberian asam semut, dan pemungutan hasil. Pengawasan berlangsung hingga pukul 15.00 WIB saat pemungutan selesai dan kemudian mandor sadap mengawal proses pengiriman hasil ke stasiun lateks. Kegiatan pendampingan mandor sadap yang diikuti adalah kegiatan pengawasan penyadapan di Blok Y-25, Y-26, Z-25, T-24, U-23, U-24, dan V-23. Kegiatan penyadapan yang berlangsung secara umum sudah cukup baik, akan tetapi kesadaran penyadap untuk mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja masih perlu ditingkatkan. Penyadap yang ditemui ada yang sengaja tidak memakai kaca mata pelindung dan menyadap sambil merokok. Mandor strip weeding Strip weeding bertujuan untuk membersihkan gulma-gulma yang tumbuh di sepanjang jalur panyadapan. Jadwal strip weeding di Sub-Divisi I, Divisi III Dolok Ulu dilaksanakan setiap empat bulan sekali, akan tetapi tetap disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Mandor strip weeding terlebih dahulu memeriksa kelayakan peralatan semprot sebelum digunakan, yaitu Micron Herby kapasitas tangki 5 liter dengan nozle kuning yang memiliki flowrate 200 ml menit-1. Tangki dikosongkan dari cairan sisa dan nozle diperiksa secara menyeluruh. Setelah itu, mandor memesan herbisida yang akan digunakan di bagian krani sub-divisi. Jumlah herbisida yang dipesan disesuaikan dengan luasan blok yang akan disemprot. Proses penyiapan larutan semprot dilakukan oleh petugas pencampur pestisida di gudang kantor Sub-Divisi I, Divisi III Dolok Ulu. Konsentrasi larutan semprot yang digunakan adalah 4%, sedangkan volume semprot untuk kegiatan strip weeding ini adalah 25 liter ha-1. Herbisida yang digunakan berbahan aktif Glyphosate dan 2.4-D Amine dengan merek dagang Rumat 300/100 SL. Peralatan Micron Herby yang digunakan dalam setiap kegiatan strip weeding berjumlah 12 unit untuk penyemprotan satu blok seluas 25 ha. Tenaga penyemprot disediakan oleh pihak kontraktor dan mandor hanya mengkoordinir. Kebutuhan tenaga kerja dalam kegiatan pengendalian gulma ini berjumlah 12 orang penyemprot dan 1 orang pelangsir larutan herbisida. Kondisi blok yang akan disemprot terlebih dahulu diperiksa oleh mandor, terutama keadaan embun yang ada dipermukaan gulma. Kecepatan jalan penyemprot diawasi oleh mandor
38 agar tetap stabil pada kecepatan 66.67 m menit-1 selama penyemprotan berlangsung. Mandor mengikuti tepat di belakang rombongan penyemprot. Penyemprotan dilakukan secara berpasangan pada setiap barisan tanaman. Setiap barisan tanaman disemprot dengan jarak 1.2 m ke kanan dan kiri tanaman sehingga lebar semprotan setiap barisan tanaman adalah 2.4 m. Setelah kegiatan strip weeding selesai, mandor kembali memeriksa kelengkapan peralatan semprot dan mengumpulkan nozle yang terpasang pada alat. Baterai yang digunakan pada Micron Herby diisi ulang untuk digunakan pada penyemprotan selanjutnya. Pendampingan mandor strip weeding dilakukan di Blok BB-21 yang memiliki luas semprot efektif 9.96 ha dari luas total 25 ha. Volume semprot herbisida yang digunakan adalah 249 liter untuk luas semprot efektif tersebut. Penyemprotan dilakukan selama 220 menit mulai pukul 08.00–11.40 WIB menggunakan Micron Herby ber-nozle kuning sebanyak 8 unit. Volume semprot sebanyak 249 liter tersebut seharusnya dapat dihabiskan dalam waktu 155 menit. Penyemprotan yang membutuhkan waktu selama 220 menit di Blok BB-21 menunjukkan bahwa pelaksanaan strip weeding masih belum baik. Kecepatan jalan penyemprot lebih lambat dibandingkan dengan kecepatan jalan standar yang ditetapkan. Penyemprot juga berusaha membuang sisa larutan herbisida sembarangan. Ketegasan mandor perlu ditingkatkan selama mengawasi para penyemprot. Kegiatan strip weeding di Blok BB-21 dapat dilihat pada Gambar 20.
Gambar 20 Strip weeding pada TM karet di Blok BB-21 Mandor pemupukan Pelaksanaan pemupukan tanaman karet bertujuan untuk mempertahankan tingkat unsur hara yang optimum pada tanaman sehingga pertumbuhan lilit batang, akar, dan tajuk dapat berjalan dengan baik. Mandor pemupukan di Sub-Divisi I, Divisi III Dolok Ulu mempersiapkan pupuk yang akan diaplikasikan sehari sebelum pemupukan. Mandor memesan pupuk di bagian krani sub-divisi, kemudian pupuk diambil dari gudang sesuai jumlah rekomendasi yang diberikan dari kantor sub-divisi. Pupuk yang diaplikasikan adalah pupuk tunggal seperti Urea (46% N), MOP (60% K 2 O), dan CIRP (32% P 2 O 5 ) dan pupuk majemuk Kieserite (26% MgO dan 21% S). Pupuk tersebut dicampur menjadi satu campuran satu hari sebelum pemupukan dan kemudian dimasukkan ke dalam karung. Mandor menentukan tempat pengeceran pupuk di sepanjang pasar blok dan karung pupuk diecer setiap 10 baris tanaman. Tenaga pemupuk disediakan oleh pihak kontraktor dan mandor hanya mengkoordinir para tenaga pemupuk tersebut. Kebutuhan tenaga kerja dalam
39 kegiatan pemupukan di lahan seluas 25 ha adalah 7 orang penabur dan 2 orang pelangsir pupuk. Ember untilan yang digunakan memiliki kapasitas 8 kg dalam sekali angkut. Pemberian pupuk pada TBM karet di PT BSRE dilakukan dengan dua metode, yaitu metode circle application dan strip application. Circle application merupakan metode pemberian pupuk tanaman secara melingkar dengan diameter taburan 1 m, sedangkan strip application dilakukan ketika tajuk tanaman sudah saling bersinggungan antar tanaman dalam baris. Pupuk diberikan tepat pada barisan tanaman dan ditaburkan sedikit menyerong ke sisi luar barisan tanaman. Metode strip application ini di PT BSRE dikenal dengan istilah penaburan iris tempe. Kebijakan pemupukan di PT BSRE hanya diterapkan pada tanaman immature atau tanaman belum menghasilkan (TBM), sedangkan pemupukan pada tanaman mature atau tanaman menghasilkan (TM) dihentikan apabila jumlah tanaman yang disadap telah mencapai 135 tanaman ha-1 atau 24% dari populasi normal 555 tanaman ha-1. Mandor mengawasi para penabur dengan cara mengikuti tepat di belakang rombongan penabur. Kualitas taburan sudah cukup baik, akan tetapi penabur tidak menggunakan wadah penakar yang telah ditentukan dari perusahaan melainkan menggunakan tangan. Pemupukan dilaksanakan di Blok Z-24 dan Y-23 tahun tanam 2012 adalah metode circle application. Dosis pupuk yang diaplikasikan di PT BSRE dapat dilihat pada Lampiran 10. Kegiatan pemupukan TBM karet dapat dilihat pada Gambar 21.
(a) Penaburan pupuk pada TBM
(b) Hasil taburan pupuk
Gambar 21 Pemupukan metode circle application Krani stasiun lateks Krani stasiun lateks merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap pengumpulan hasil di stasiun lateks. Krani stasiun lateks bertugas mencatat produksi cuplump seluruh penyadap dan menyerahkan data produksi tersebut kapada krani sub-divisi. Rekapitulasi data produksi dilakukan pada pagi hari di kantor sub-divisi untuk data produksi kemarin sore. Proses penimbangan hasil di stasiun lateks dilakukan pada pukul 14.30–15.30 WIB. Krani stasiun lateks dibantu oleh dua orang pemuat hasil yang bertugas memeriksa kontaminasi dan memuat cuplump ke dalam bak truk. Cuplump yang telah terkumpul di stasiun lateks segera dikirim ke Pabrik Dolok Merangir. Krani stasiun lateks menyerahkan Faktur Kiriman Lump sebagai bukti serah terima hasil
40 dari lapangan ke pabrik. Komponen Faktur Kiriman Lump yang diisi oleh Krani Stasiun Lateks antara lain adalah identitas stasiun lateks, identitas truk, tanggal dan waktu pengiriman, kuantitas cuplump, kuantitas getah tarik, cuaca, dan jumlah penyadap. Pelaksanaan pengumpulan hasil di Stasiun Lateks X-24 sudah sesuai dengan prosedur yang ditetapkan perusahaan dan kebersihan stasiun lateks sudah terjaga dengan baik.
PEMBAHASAN Populasi Tanaman Siap Sadap Populasi tanaman siap sadap dapat disebut ideal apabila jumlah tanaman yang disadap memiliki selisih yang tidak signifikan dengan jumlah tanaman awal saat penanaman. Sistem pembagian hanca di Sub-Divisi I, Divisi III Dolok Ulu PT BSRE adalah hanca tetap. Setiap penyadap memiliki tiga hanca tetap yang disadap secara bergiliran dengan rotasi sadap tiga hari sekali. Ketiga hanca tersebut terletak pada tiga blok berbeda yang masing-masing memiliki populasi tanaman optimal. Tanaman menghasilkan (TM) yang berumur produktif di Sub-Divisi I, Divisi III Dolok Ulu PT BSRE adalah tanaman karet tahun tanam 2005 dan 2009. Jarak tanam yang digunakan pada tahun tanam 2005 dan 2009 adalah 4.25 m x 4.75 m dengan populasi optimal 496 tanaman ha-1. Seorang penyadap di Sub-Divisi I, Divisi III Dolok Ulu PT BSRE setiap hari melakukan penyadapan pada satu hanca dengan rata-rata luas 1.23 ha. Satu hanca sadap rata-rata memiliki populasi optimal 611 tanaman. Tabel 11 memperlihatkan bahwa populasi tanaman siap sadap rata-rata per hanca di Sub-Divisi I, Divisi III Dolok Ulu tahun tanam 2005 dan 2009 adalah 592 tanaman dari populasi optimal 611 tanaman per hanca atau sama dengan 96.82% dari populasi optimal per hanca. Persentase tanaman siap sadap ini masih relatif lebih tinggi dibandingkan di Kebun Sumber Tengah PTPN XII dan Perkebunan Karet Tulung Gelam Estate (TGE). Ismail (2012) menyatakan bahwa populasi tanaman siap sadap di Kebun Sumber Tengah PTPN XII adalah 90.98% dan Robianto (2013) di Perkebunan Karet Tulung Gelam Estate adalah 87.40% dari populasi optimal per hanca. Persentase tanaman siap sadap Sub-Divisi I, Divisi III Dolok Ulu PT BSRE yang hanya mencapai 96.82% disebabkan oleh tanaman karet belum seluruhnya mencapai kriteria matang sadap dan terdapat tanaman yang tumbang karena serangan penyakit akar dan serangan angin. Penurunan populasi tanaman siap sadap yang terjadi di perkebunan karet Indonesia dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti serangan hama dan penyakit, penyadapan yang tidak bijaksana, pelaksanaan pruning dan topping yang tidak tepat, serangan angin, atau bahkan akibat pencurian kayu dan lateks. Siregar dan Suhendry (2013) menyatakan bahwa tanaman karet pada populasi normal 417–550 tanaman per hektar pada awal penanaman akan menurun menjadi 150–220 tanaman per hektar selama kurun waktu 25–30 tahun. Penurunan populasi rata-rata tanaman karet selama 25–30 tahun tersebut adalah 60% atau sama dengan 2% per tahun.
41 Konsumsi Kulit Sadapan Kulit merupakan modal utama dalam kegiatan budidaya tanaman karet, bahkan beberapa perkebunan karet di Indonesia menyebutkan bahwa kulit karet sebagai aset perusahaan yang harus dikelola secara bijaksana. Pemahaman mengenai kulit karet sebagai aset perusahaan harus selalu ditanamkan kepada para penyadap. Pemakaian kulit yang boros dapat memperpendek umur ekonomi tanaman karet. Setiap perkebunan karet memiliki aturan konsumsi kulit yang tidak selalu sama, bergantung pada kebijakan masing-masing manajemen. Sistem sadap tarik. Konsumsi kulit sadapan pada sistem sadap tarik ½ S d/3 terdiri atas komponen tebal irisan sadap, kedalaman sadap, konsumsi kulit bulanan, kemiringan sadapan, dan panjang alur sadap. Konsumsi kulit sadapan pada sistem sadap tarik ½ S d/3 (Tabel 12) menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata antara penyadap kelas A dan kelas B. Penyadap kelas A menyadap lebih boros dengan rata-rata tebal irisan 2.11 mm, sedangkan penyadap kelas B dengan rata-rata tebal irisan 1.90 mm. Standar baku tebal irisan kulit sistem sadap tarik ½ S d/3 pada penel BOI-1 yang ditetapkan PT BSRE adalah 2.00 mm per hari sadap. Konsumsi kulit sadapan selama enam bulan juga menunjukkan bahwa penyadap kelas A relatif lebih boros dibandingkan dengan penyadap kelas B. Konsumsi kulit sadapan rata-rata penyadap kelas A dan kelas B selama enam bulan masingmasing adalah 11.18 cm dan 11.07 cm. Tebal irisan sadap dan konsumsi kulit bulanan antara kedua kelas penyadap tersebut tidak berbeda nyata berdasarkan hasil uji t-student taraf 5%. Siregar dan Suhendry (2013) menyatakan bahwa tebal irisan sadap pada sistem sadap tarik ½ S d/3 adalah 2.00 mm setiap kali sadap. Penyadap kelas A harus lebih dibatasi konsumsi kulitnya karena akan merugikan secara umur ekonomis. Sebaliknya, penyadap kelas B harus menambah ketebalan irisan sadapannya agar produksi dapat lebih ditingkatkan. Kedalaman sadap rata-rata yang dihasilkan penyadap kelas A dan kelas B juga tidak berbeda nyata berdasarkan hasil uji t-student taraf 5% dan nilai keduanya relatif sama, yaitu 1.22 mm. Kedalaman sadap ini belum memenuhi kriteria kedalaman sadap yang ditetapkan oleh PT BSRE, yaitu 0.5–1 mm. Siregar dan Suhendry (2013) menyatakan bahwa kedalaman sadap yang baik adalah 0.5–1 mm dari kambium. Kedalaman sadap yang dihasilkan kedua kelas penyadap tersebut belum sesuai dengan standar baku yang ditetapkan di PT BSRE. Penyadap dari kedua kelas tersebut disarankan agar menambah kedalaman sadapannya sehingga jumlah pembuluh lateks yang terpotong lebih banyak. Kemiringan sadapan rata-rata yang dihasilkan oleh penyadap kelas B lebih besar dibandingkan penyadap kelas A, namun tidak berbeda nyata berdasarkan hasil uji t-student taraf 5%. Kemiringan sadapan rata-rata penyadap kelas A dan kelas B masing-masing adalah 36.11o dan 36.81o. Standar kemiringan sadap tarik ½ S d/3 yang ditetapkan PT BSRE adalah 30o. BALIT Sembawa (2008) menetapkan rekomendasi standar sudut kemiringan bidang sadap yang paling baik pada sistem sadap tarik, yaitu 30o–40o. Kemiringan sadapan kedua kelas penyadap tersebut belum sesuai standar perusahaan dan alur sadapan yang tebentuk relatif lebih curam, akan tetapi masih sesuai dengan rekomendasi dari BALIT Sembawa. Panjang alur sadap rata-rata yang dihasilkan oleh penyadap kelas A dan kelas B masing-masing adalah 34.27 cm dan 34.26 cm dan tidak berbeda nyata berdasarkan hasil uji t-student taraf 5%. Standar panjang alur sadap di PT BSRE
42 untuk panel BOI-1 yang memiliki lingkar batang (girth) rata-rata 53.76 cm adalah 31.00 cm. Penyadapan yang dilaksanakan oleh penyadap kelas A dan kelas B belum baik dan belum sesuai dengan standar konsumsi kulit yang ditetapkan perusahaan. Sistem sadap sorong. Konsumsi kulit sadapan pada sistem sadap sorong ¼ S d/3 terdiri atas komponen tebal irisan sadap, kedalaman sadap, konsumsi kulit bulanan, kemiringan sadap, dan panjang alur sadap. Konsumsi kulit sadapan pada sistem sadap sorong ¼ S d/3 (Tabel 13) menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata antara penyadap kelas A dan kelas B dan konsumsi kulit kedua kelas penyadap tersebut belum sesuai dengan standar konsumsi kulit yang ditetapkan perusahaan. Tebal irisan sadap rata-rata yang dihasilkan menunjukkan bahwa penyadap kelas B relatif lebih boros dibandingkan penyadap kelas A, yaitu adalah 2.37 mm berbanding 2.28 mm. Hasil yang sama juga diperlihatkan pada komponen konsumsi kulit bulanan. Konsumsi kulit rata-rata penyadap kelas B selama enam bulan relatif lebih boros dibanding penyadap kelas A, yaitu 33.62 cm berbanding 32.97 cm. Tebal irisan sadap dan konsumsi kulit bulanan antara kedua kelas penyadap tersebut tidak berbeda nyata berdasarkan hasil uji t-student taraf 5%. Kedalaman sadap yang dihasilkan oleh kedua kelas penyadap tidak berbeda nyata berdasarkan uji t-student taraf 5%. Kedalaman sadap rata-rata yang dihasilkan penyadap kelas A dan kelas B masing-masing adalah 1.36 mm dan 1.31 mm. Kedalaman sadap kedua kelas penyadap tersebut belum sesuai dengan standar baku kedalaman sadap yang ditetapkan PT BSRE, yaitu 0.5–1 mm. Siregar dan Suhendry (2013) menyatakan bahwa kedalaman sadap yang baik adalah 0.5–1 mm dari kambium. Penyadap dari kedua kelas tersebut disarankan agar menambah kedalaman sadapannya sehingga jumlah pembuluh lateks yang terpotong lebih banyak. Kemiringan sadapan rata-rata yang dihasilkan penyadap kelas A dan kelas B memperlihatkan hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan hasil uji t-student taraf 5%. Kemiringan sadapan rata-rata yang dihasilkan penyadap kelas A dan kelas B masing-masing adalah 50.52o dan 50.64o. Kemiringan sadapan rata-rata tersebut belum sesuai dengan standar perusahaan dan alur sadapan yang terbentuk masih relatif lebih curam. Sudut kemiringan sadapan yang semakin curam pada sistem sadap sorong ini dapat mengakibatkan aliran lateks menyimpang dari parit aliran lateks dan tidak masuk ke mangkuk penampung. Standar kemiringan sadapan sistem sadap sorong yang ditetapkan PT BSRE adalah 45o. BALIT Sembawa (2008) menetapkan rekomendasi standar sudut kemiringan bidang sadap yang paling baik pada sistem sadap sorong, yaitu 45o. Kemiringan sadapan kedua kelas penyadap tersebut belum sesuai standar perusahaan dan rekomendasi dari BALIT Sembawa karena alur sadapan yang tebentuk relatif lebih curam. Panjang alur sadap rata-rata yang dihasilkan penyadap kelas A dan kelas B juga tidak berbeda nyata berdasarkan hasil uji t-student taraf 5%, yaitu masing-masing 20.86 cm dan 20.83 cm. Standar panjang alur sadap di PT BSRE untuk panel HOI-2 yang memiliki lingkar batang (girth) rata-rata 55.71 cm adalah 19.00 cm. Penyadap dari kedua kelas tersebut tidak mengikuti gambar bidang sadap yang tersedia selama melaksanakan penyadapan sehingga kemiringan sadapan dan panjang alur sadap yang terbentuk tidak sesuai dengan standar perusahaan.
43 Kemiringan sadapan yang terbentuk pada sistem sadap tarik ½ S d/3 dan sadap sorong ¼ S d/3 akan berdampak langsung pada panjang alur sadap. Sudut kemiringan sadapan yang semakin besar akan mengakibatkan alur sadap bertambah panjang dan mempercepat perpindahan ke panel sadap berikutnya. Selain itu, laju aliran lateks menjadi lebih cepat sehingga dapat menyimpang dari parit aliran lateks. Peran aktif instruktur sadap dalam mensosialisasikan dan melatih keterampilan penyadap pada sistem sadap tarik ½ S d/3 dan sadap sorong ¼ S d/3 sangat perlu ditingkatkan. Hal ini bertujuan untuk mencapai dan menjaga kualitas sadapan agar sesuai dengan standar baku penyadapan yang ditetapkan PT BSRE. Sosialisasi dan pelatihan dapat diberikan dalam bentuk kegiatan retraining penyadapan ataupun pemeriksaan langsung ke hanca masing-masing penyadap secara intensif.
Tanaman Terserang Kering Alur Sadap Panel sadapan tanaman karet yang sebagian atau bahkan seluruhnya tidak lagi mengeluarkan lateks merupakan salah satu bentuk respon stres yang terjadi pada sistem metabolisme (Gambar 15a). Tanaman karet yang terserang KAS pada seluruh bagian panel sadapnya diistirahatkan dari seluruh kegiatan penyadapan. Tabel 14 memperlihatkan bahwa persentase serangan KAS terhadap klon seri PB nyata lebih tinggi pada tanaman tahun tanam 2005 dibandingkan tahun tanam 2009 dan berbeda nyata berdasarkan hasil uji t-student taraf 5%. Persentase serangan KAS rata-rata pada tahun tanam 2005 adalah 1.97%, sedangkan pada tahun tanam 2009 adalah 0.015%. Persentase tersebut mengindikasikan bahwa seiring dengan peningkatan umur produktif tanaman, maka serangan KAS berpotensi semakin meningkat. Tabel 14 juga memperlihatkan bahwa persentase serangan KAS terhadap klon DMI 35 lebih tinggi dibandingkan dengan klon PB 330 pada tahun tanam 2005, namun persentase serangan KAS pada kedua klon tersebut tidak berbeda nyata berdasarkan hasil uji t-student taraf 5%. Persentase rata-rata serangan KAS klon DMI 35 dan PB 330 masing-masing adalah 4.09% dan 1.97%. Boerhendhy dan Amypalupy (2010) menyebutkan bahwa klon PB 330 termasuk kedalam klon dengan metabolisme rendah atau slow starter (SS). Siregar dan Suhendry (2013) menyatakan bahwa salah satu sifat unggulan klon SS adalah relatif tahan terhadap serangan KAS. Serangan KAS di perkebunan karet PT BSRE terjadi karena aplikasi zat stimulansia tetap dilakukan walaupun dengan frekuensi rendah ketika tanaman memasuki masa gugur daun. Tanaman karet tahun tanam 2005 di PT BSRE umumnya disadap pada panel HOI-1–HOI-2 dengan frekuensi aplikasi zat stimulansia 14–16 kali dalam setahun. Frekuensi aplikasi pada bulan Januari–Juli adalah sebanyak 5–6 kali dengan distribusi satu kali sebulan. Siregar dan Suhendry (2013) menyebutkan bahwa masa gugur daun yang terjadi di perkebunan karet sebelah utara khatulistiwa seperti Sumatera Utara adalah pada semester I, yaitu Januari–Juli dan zat stimulansia tidak dibenarkan untuk digunakan pada masa gugur daun karena dapat menimbulkan serangan KAS. Tanaman yang terserang KAS di PT BSRE akan diistirahatkan selama 3–6 bulan. Tanaman tersebut akan diberi tanda silang pada bidang sadap sisi
44 bagian timur dan dicantumkan bulan dan tahun sejak tanaman tersebut terseraang KAS (Gambar 15a). Tanaman yang telah kembali sehat dapat disadap dengan mengurangi intensitas dari yang biasa dan tanpa zat stimulansia. Boerhendhy dan Amypalupy (2010) menyatakan bahwa rekomendasi sistem eksploitasi yang dilaksanakan di perkebunan saat ini masih belum memenuhi kriteria karena disamakan untuk semua klon atau semua umur. Akibatnya, eksploitasi belum optimal untuk suatu klon sehingga potensi produksi klon belum tergali sepenuhnya, namun pada klon lain telah melewati batas optimalnya sehingga memacu timbulnya serangan KAS.
Produksi Lateks Tenaga Kerja Sadap Pengelolaan tenaga kerja dinilai memiliki prioritas yang sama dengan aspek teknis pengelolaan kebun karet. Tinggi atau rendahnya produksi lateks yang dihasilkan pada suatu perkebunan karet sangat ditentukan oleh baik atau tidaknya penyadap melaksanakan tugasnya. Faktor-faktor mendasar yang dapat mempengaruhi baik atau tidaknya penyadap melaksanakan tugasnya antara lain adalah tingkat pendidikan, usia, dan pengalaman kerja penyadap. Faktor-faktor tersebut masing-masing diamati dan diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu pendidikan SD dan SMA, usia < 33 tahun dan > 33 tahun, dan pengalaman kerja < 10 tahun dan > 10 tahun. Sistem sadap tarik. Produksi cuplump penyadap pada faktor latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata, sedangkan produksi cuplump penyadap pada faktor usia yang berbeda menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (Tabel 15). Penyadap dengan latar belakang pendidikan SD memiliki produksi cuplump yang nyata lebih tinggi dibandingkan penyadap dengan latar belakang pendidikan SMA. Produksi cuplump rata-rata yang dihasilkan penyadap dengan latar belakang pendidikan SMA dan SD masing-masing adalah 28.99 kg dan 32.61 kg. Nilai rata-rata produksi cuplump kedua kelompok penyadap tersebut berbeda nyata berdasarkan hasil uji t-student taraf 5%. Produksi cuplump penyadap usia > 33 tahun lebih tinggi dibandingkan penyadap usia < 33 tahun, namun tidak berbeda nyata berdasarkan hasil uji t-student taraf 5%. Produksi cuplump rata-rata penyadap usia < 33 tahun dan > 33 tahun masing-masing adalah 28.54 kg dan 31.78 kg. Penyadap yang memiliki pengalaman kerja > 10 tahun memiliki produksi cuplump yang nyata lebih tinggi dibandingkan penyadap dengan pengalaman kerja < 10 tahun. Produksi cuplump rata-rata yang dihasilkan penyadap yang memiliki pengalaman kerja < 10 tahun dan > 10 tahun masing-masing adalah 28.96 kg dan 33.47 kg dan berbeda nyata berdasarkan hasil uji t-student taraf 5%. Uji korelasi yang dilakukan terhadap faktor pengalaman kerja dan produksi cuplump dari 10 orang penyadap pada sistem sadap tarik ½ S d/3 menunjukkan adanya hubungan positif yang sangat erat. Hal ini berarti, seiring dengan bertambahnya pengalaman kerja penyadap, maka produksi cuplump yang dihasilkan akan semakin meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien korelasi antara kedua faktor tersebut yang bernilai positif, yaitu sebesar 0.917.
45 Faktor pendidikan dan pengalaman kerja penyadap pada sistem sadap tarik ½ S d/3 berpengaruh langsung terhadap produksi cuplump yang dihasilkan, sedangkan faktor usia tidak berpengaruh. Penyadap dengan latar belakang pendidikan SD di PT BSRE umumnya adalah penyadap dengan usia > 33 tahun dan memiliki pengalaman kerja > 10 tahun. Penyadap ini dapat dikategorikan sebagai penyadap senior. Penyadap senior lebih sesuai ditempatkan pada hanca dengan sistem sadap tarik ½ S d/3 karena produksi cuplump rata-rata yang dihasilkan relatif lebih tinggi. Sebaliknya, penyadap dengan latar belakang pendidikan SMA adalah penyadap dengan usia < 33 tahun dan memiliki pengalaman kerja < 10 tahun. Penyadap ini dapat dikategorikan sebagai penyadap junior dan kurang sesuai ditempatkan pada hanca dengan sistem sadap tarik ½ S d/3 berdasarkan produksi cuplump yang dihasilkan. Sistem sadap sorong. Produksi cuplump penyadap pada faktor latar belakang pendidikan, usia, dan pengalaman kerja berbeda menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (Tabel 16). Produksi cuplump yang dihasilkan penyadap dengan latar belakang pendidikan SMA lebih tinggi dibandingkan penyadap dengan latar belakang SD. Produksi cuplump rata-rata kedua kelompok penyadap tersebut masing-masing adalah 19.11 kg dan 18.99 kg, namun nilai rata-rata tersebut tidak berbeda nyata berdasarkan hasil uji t-student taraf 5%. Produksi cuplump penyadap usia < 33 tahun lebih tinggi dibandingkan penyadap usia > 33 tahun, namun tidak berbeda nyata berdasarkan hasil uji t-student taraf 5%. Produksi cuplump rata-rata yang dihasilkan penyadap usia < 33 tahun dan > 33 tahun masing-masing adalah 19.54 kg dan 18.84 kg. Produksi cuplump penyadap yang memiliki pengalaman kerja < 10 tahun lebih tinggi dibandingkan penyadap yang memiliki pengalaman kerja > 10 tahun, namun tidak berbeda nyata berdasarkan hasil uji t-student taraf 5%. Produksi cuplump rata-rata yang dihasilkan penyadap dengan pengalaman kerja < 10 tahun dan > 10 tahun masing-masing adalah 20.56 kg dan 19.27 kg. Uji korelasi yang dilakukan terhadap faktor pengalaman kerja dan produksi cuplump dari 10 orang penyadap pada sistem sadap sorong ¼ S d/3 menunjukkan hubungan negatif dengan tingkat keeratan yang rendah. Hal ini berarti, seiring dengan bertambahnya pengalaman kerja penyadap, maka produksi cuplump yang dihasilkan akan mengalami penurunan secara tidak signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien korelasi antara kedua faktor tersebut yang bernilai negatif, yaitu sebesar 0.242. Faktor pendidikan, usia, dan pengalaman kerja penyadap pada sistem sadap sorong ¼ S d/3 tidak berpengaruh langsung terhadap produksi cuplump yang dihasilkan. Walaupun demikian, penyadap dengan latar belakang pendidikan SMA, usia < 33 tahun, dan memiliki pengalaman kerja < 10 tahun yang merupakan penyadap junior akan lebih sesuai ditempatkan pada hanca dengan sistem sadap sorong ¼ S d/3 karena produksi cuplump rata-rata yang dihasilkan relatif lebih tinggi. Penyadap junior memiliki semangat kerja yang lebih tinggi jika ditempatkan pada hanca dengan sistem sadap sorong ¼ S d/3 karena muncul anggapan bahwa mereka telah diberikan kepercayaan lebih untuk merawat hanca dengan sistem sadap tersebut. Sebaliknya, penyadap dengan latar belakang pendidikan SD, usia > 33 tahun, dan memiliki pengalaman kerja > 10 tahun yang merupakan penyadap senior, kurang sesuai ditempatkan pada hanca dengan sistem sadap sorong ¼ S d/3 berdasarkan produksi cuplump yang dihasilkan.
46 Aplikasi Zat Stimulansia Aplikasi zat stimulansia PT BSRE dilakukan dua hari sebelum hanca tersebut disadap. Teknik aplikasi zat stimulansia yang diterapkan di PT BSRE adalah teknik lace aplication (La), yaitu cara pengaplikasian zat stimulansia dengan langsung menggosokkan ujung sikat atau kuas yang telah dicelupkan ke dalam larutan zat stimulansia pada alur sadap tanpa membersihkan scrap-nya terlebih dahulu. Metode aplikasi ini diterapkan oleh PT BSRE karena dianggap lebih efisien dan praktis. Pengaplikasian zat stimulansia di PT BSRE bersifat spesifik klon dan panel sadap. Siregar dan Suhendry (2013) menyatakan bahwa penggunaan zat stimulansia dilakukan 24 jam sebelum penyadapan agar diperoleh waktu yang cukup untuk meresap ke dalam kulit tanaman karet. Zat stimulansia diaplikasikan menggunakan sikat gigi yang telah dikalibrasi sesuai dosis aplikasi (Gambar 16a). Jumlah bulu sikat gigi disesuaikan agar dapat menampung larutan zat stimulansia yang akan diaplikasikan. Sikat gigi yang telah dikalibrasi terdiri atas ukuran dosis 0.50 g, 0.75 g, dan 1.00 g. Sikat gigi yang akan digunakan saat pengaplikasian zat stimulansia cukup dicelupkan bagian permukaan bulu sikatnya saja. Cara pengolesan zat stimulansia dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu (1) dari bagian tengah menuju ujung atas, (2) ujung atas menuju ujung bawah, dan (3) ujung bawah menuju ujung atas kembali. Apabila terjadi hujan kurang dari dua jam setelah aplikasi selesai, maka pengaplikasian diulang kembali. Setiap pengaplikasian zat stimulansia hanya dilakukan pada setengah hanca sadap, yaitu hanca sadap sebelah timur atau barat pasar tengah (PST) secara bergantian. Zat stimulansia yang diaplikasikan adalah merek dagang Flo-tex 10 berbahan aktif ethephon (2-chloroethyl phosphonic acid) dengan konsentrasi aplikasi 2.50% dan 5.00%. Hal yang membedakan kedua konsentrasi aplikasi tersebut adalah warna larutan zat stimulansianya. Zat stimulansia dengan konsentrasi aplikasi 2.50% memiliki identitas berupa warna merah muda (pink), sedangkan konsentrasi aplikasi 5.00% memiliki identitas berupa warna biru. Kode aplikasi zat stimulansia pada Tabel 18 merupakan kode aplikasi zat stimulansia yang digunakan di PT BSRE. Kode stimulansia A, B, dan C digunakan sebagai pedoman dalam aplikasi zat stimulansia pada TM produktif, sedangkan kode stimulansia X, Y, dan Z digunakan pada TM tua. Cara menafsirkan kode aplikasi zat stimulansia tersebut adalah dengan mengkombinasikan antara kode huruf yang merupakan kode stimulansia dan kode angka yang merupakan frekuensi aplikasi dalam setahun, sedangkan konsentrasi dan dosis aplikasinya sudah ditetapkan berdasarkan kode huruf. Contohnya, kode aplikasi zat stimulansia A23 memiliki pengertian bahwa zat stimulansia diaplikasikan pada satu pohon karet dengan frekuensi 23 kali dalam setahun, konsentrasi 2.50%, dan dosis 0.50 g. Frekuensi aplikasi sangat bergantung pada pola gugur daun. Zat stimulansia tidak diaplikasikan pada musim gugur daun, melainkan hanya diaplikasikan pada kondisi daun tua. Klon yang ditanam di Perkebunan Karet PT BSRE memiliki formulasi aplikasi zat stimulansia masing-masing, kecuali klon PB 340 yang sama sekali tidak diberi zat stimulansia (non-ethrel). Tabel 19 merupakan contoh ketentuan aplikasi zat stimulansia pada klon PB 260 dan DMI 35 berdasarkan umur tanaman dan panel sadap. Frekuensi, konsentrasi, dan dosis aplikasi zat stimulansia pada
47 kedua klon tersebut semakin meningkat seiring dengan pertambahan umur tanaman. Peningkatan frekuensi, konsentrasi, dan dosis aplikasi zat stimulansia pada klon PB 260 tidak sama dengan klon DMI 35 karena karakter metabolisme fisiologinya berbeda. Frekuensi aplikasi zat stimulansia tertinggi klon PB 260 adalah sebanyak 22 kali dalam setahun dan klon DMI 35 adalah sebanyak 12 kali dalam setahun masing-masing dengan kode B pada panel BOII-3.
Manajemen Bidang Sadap Manajemen bidang sadap yang diterapkan di PT BSRE bersifat spesifik klon, artinya setiap klon tanaman karet yang ditanam memiliki pola perpindahan bidang sadap masing-masing. Panel BO memiliki pengertian bahwa kulit yang disadap adalah kulit asli dengan teknik sadap tarik atau downward tapping system (DTS), sedangkan panel HO memiliki pengertian bahwa kulit yang disadap adalah kulit asli dengan teknik sadap sorong atau upward tapping system (UTS). Panel BO mulai disadap pada ketinggian 110 cm hingga batas 10 cm dari permukaan tanah, sedangkan panel HO mulai disadap pada ketinggian 110 cm hingga ketinggian 300 cm dari permukaan tanah. Panel BO dibagi menjadi dua sisi bidang sadap, yaitu panel BOI di sisi Barat dan panel BOI di sisi Timur. Alasan ditetapkannya panel BOI di sebelah barat adalah karena panel BOI merupakan panel sadapan tanaman karet muda atau TM I–III yang belum memiliki tajuk cukup rimbun sebagai penghalang cahaya matahari. Apabila panel ini menghadap ke timur, maka aliran lateks cepat menggumpal atau terkoagulasi karena terkena paparan panas sinar matahari langsung. Oleh karena itu, panel BOI ditempatkan di sebelah barat untuk mecegah koagulasi di parit aliran lateks. Panel BOI kemudian dibagi ke dalam tiga partisi, yaitu panel BOI-1, BOI-2, dan BOI-3 dengan masing-masing partisi memiliki proporsi sadap selama satu tahun sehingga panel BOI total diekploitasi selama tiga tahun. Pembagian partisi ini juga diterapkan pada panel BOII. Panel HO dibagi menjadi empat sisi bidang sadap, yaitu panel HOI di sisi Barat daya, panel HOII di sisi Barat laut, panel HOIII di sisi Timur laut, dan panel HOIV di sisi Tenggara. Penel HOI dibagi ke dalam lima partisi, yaitu panel HOI-1, HOI-2, HOI-3, HOI-4, dan HOI-5. Partisi tersebut masing-masing memiliki proporsi sadap selama satu tahun sehingga panel HOI total dieksploitasi selama lima tahun. Pembagian partisi ini juga diterapkan pada panel HOII, HOIII, dan HOIV. Klon seri PB, DMI, dan RRIC memiliki pola perpindahan panel sadap yang sama (Gambar 17a), yaitu penyadapan secara berturut-turut dimulai dari panel BOI, kemudian berlanjut ke panel HOI, HOII, BOII, HOIII, dan berakhir pada panel HOIV. Pola perpindahan panel klon seri PB, DMI, dan RRIC berbeda dengan klon seri RRIM (Gambar 17b). Perbedaannya terletak pada pola perpindahan panel BOI yang berlanjut ke panel BOII, kemudian setelah itu memasuki panel HOI, HOII, HOIII, dan berakhir pada panel HOIV. Alasan dibedakannnya pola perpindahan panel ini adalah karena pada klon seri RRIM jika perpindahan panelnya dari panel BOI menuju panel HOI, produksi lateksnya lebih sedikit dibandingkan perpindahan panelnya dari panel BOI menuju
48 panel BOII. Hal inilah yang menjadi pertimbangan pihak FSD PT BSRE membedakan pola perpindahan panel sadap klon seri RRIM. Pisau sadap yang digunakan di PT BSRE untuk masing-masing panel sadap juga berbeda (Lampiran 8). Penyadapan pada panel BOI-1 dilakukan menggunakan pisau sadap jenis Fauna Rambung Muda dan pada panel BOII-1 menggunakan pisau sadap jenis Fauna Rambung Tua, sedangkan pada panel BOI-2, BOI-3, BOII-2, dan BOII-3 disadap menggunakan pisau sadap jenis Schlieper Tarik. Panel HO seluruhnya disadap menggunakan pisau sadap jenis Schlieper Sorong. Faktor yang membedakan jenis-jenis pisau sadap tersebut antara lain adalah sudut kupingan pisau, sudut suru pisau, dan ukuran pisau. Penyadap di PT BSRE setiap bulan diwajibkan untuk membuat garis tanda bulan pada sisi kiri panel sadapan (Gambar 18c). Panjang tanda bulan pada setiap bulan adalah 2.5 cm atau tanda bulan pendek, kecuali pada bulan ke-6 dan ke-12, yaitu 5 cm atau tanda bulan panjang. Contohnya, panel HOI-1 yang disadap selama satu tahun akan memiliki 12 buah tanda bulan, yaitu 10 buah tanda bulan pendek dan 2 buah tanda bulan panjang. Pembuatan tanda bulan digunakan dalam penentuan boros atau tidaknya konsumsi kulit penyadap. Penyadap yang diketahui melakukan pencurian tanda bulan akan langsung diberikan surat peringatan. Pencurian tanda bulan ini sangat dilarang keras karena merupakan bentuk pemborosan pemakaian kulit dan akan berdampak langsung pada umur ekonomi tanaman. Tindakan pencegahan yang dilakukan PT BSRE adalah dengan cara menggambar panel sadapan yang dilengkapi dengan kolom selebar batas konsumsi kulit sadapan dalam sebulan.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Simpulan dari pelaksanaan kegiatan magang dengan aspek khusus manajemen penyadapan di Sub-Divisi I, Divisi III Dolok Ulu Perkebunan Karet PT BSRE antara lain adalah: 1. Kegiatan magang dapat meningkatkan kemampuan dan keahlian dalam melaksanakan kegiatan produksi dan fungsi pengawasan di kebun karet. Kemampuan khusus yang diperoleh adalah mampu melaksanakan kegiatan penyadapan sesuai dengan standar yang ditetapkan PT BSRE dan menyandang predikat nilai C sesuai hasil program retraining penyadapan. 2. Penyadapan yang dilaksanakan di Perkebunan Karet PT BSRE sudah cukup baik. Hal ini dibuktikan oleh jumlah populasi tanaman siap sadap, persentase serangan KAS, dan pengaplikasian zat stimulansia yang sudah sesuai dengan standar perusahaan, namun konsumsi kulit sadapan dan penempatan penyadap sesuai sistem sadap perlu dievaluasi kembali. 3. Populasi tanaman siap sadap rata-rata di Sub-Divisi I, Divisi III Dolok Ulu pada tahun tanam 2005 dan 2009 adalah 592 tanaman dari populasi optimal 611 tanaman per hanca atau sama dengan 96.82%.
49 4.
5.
6.
7.
Konsumsi kulit sadapan antara penyadap kelas A dan kelas B pada sistem sadap tarik ½ S d/3 dan sadap sorong ¼ S d/3 menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata dan belum sesuai dengan standar konsumsi kulit PT BSRE. Pengaplikasian zat stimulansia di PT BSRE bersifat spesifik klon dan panel sadap, kecuali klon PB 340 yang sama sekali tidak diberi zat stimulansia (non-ethrel). Frekuensi aplikasi zat stimulansia tertinggi klon PB 260 adalah sebanyak 22 kali dan klon DMI 35 adalah sebanyak 12 kali dalam setahun masing-masing dengan kode B pada panel BOII-3. Persentase serangan KAS terhadap klon seri PB lebih tinggi pada tahun tanam 2005 dibandingkan pada tahun tanam 2009, sedangkan persentase serangan KAS pada klon PB 330 dan klon DMI 35 tidak berbeda nyata. Penyadap senior relatif lebih sesuai ditempatkan pada hanca dengan sistem sadap tarik ½ S d/3, sedangkan penyadap junior relatif lebih sesuai ditempatkan pada hanca dengan sistem sadap sorong ¼ S d/3 apabila ditinjau berdasarkan produksi cuplump yang dihasilkan.
Saran Pembinaan dan pelatihan secara berkesinambungan kepada para penyadap di Sub-Divisi I, Divisi III Dolok Ulu PT BSRE sangat diperlukan untuk memperoleh kualitas sadapan yang sesuai dengan standar perusahaan. Peran instruktur sadapan sangat penting terhadap kualitas sadapan tersebut. Program retraining penyadapan yang dilaksanakan setiap tiga bulan sekali sudah sangat baik dan tetap perlu lebih ditingkatkan. Aplikasi zat stimulansia sebaiknya tidak dilakukan ketika tanaman karet memasuki masa gugur daun pada periode Januari–Juli. Penyadap senior sebaiknya ditempatkan pada hanca dengan sistem sadap tarik ½ S d/3 dan penyadap junior sebaiknya ditempatkan pada hanca dengan sistem sadap sorong ¼ S d/3.
DAFTAR PUSTAKA Asim M. 2012. Penyadapan Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di PT Air Muring, Bengkulu [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [BALIT Sembawa] Balai Penelitian Perkebunan Sembawa. 1982. Penyadapan Tanaman Karet. Palembang (ID): Pusat Penelitian Karet. 32 hlm. . 2008. Sapta Bina Usaha Tani Karet Rakyat. Palembang (ID): Pusat Penelitian Karet. 124 hlm. Boerhendhy I, Amypalupy K. 2010. Optimalisasi produktivitas karet melalui penggunaan bahan tanam, pemeliharaan, sistem eksploitasi, dan peremajaan tanaman. Jurnal Litbang Pertanian. 30(1): 23–30. [DITJENBUN] Direktorat Jendral Perkebunan. 2013. Statistik Perkebunan Karet Indonesia 2007–2012. Jakarta (ID): Kementrian Pertanian.
50 [GAPKINDO] Gabungan Pengusaha Karet Indonesia. 2013. Ekspor Karet Alam Indonesia Berdasarkan Negara Tujuan tahun 2006–2012. Jakarta (ID): GAPKINDO. Ghani MA. 2003. SDM Perkebunan dalam Perspektif. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia. Herdiati D. 2003. Penyadapan Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di PT Pinago Utama, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Ismail M. 2012. Penyadapan tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di Kebun Sumber Tengah, PT Perkebunan Nusantara X11, Jember, Jawa Timur [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Kosasih, Sungkono, Pratami SA. 2012. Audit sumber daya manusia pada dinas pertanian, kehutanan, perkebunan, dan peternakan kabupaten karawang. Jurnal Manajemen. 9 (3): 757–768. Lai VL, Tran T, Le TTT, Vu VT, Huynh BL, Le MT. 2012. Hevea Germplasm in Vietnam: Conservation, Characterization, Evaluation and Utilization in Genetic Diversity in Plants. Caliskan M, editor. 498 hlm. Shanghai (CN): InTech. Priwanto. 2009. Penyadapan Karet (Hevea brasilliensis Muell. Arg.) di Tulung Gelam Estate, PT PP London Sumatera Indonesia, Tbk. Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Robianto. 2013. Sistem Penyadapan Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di Tulung Gelam Estate, PT PP London Sumatera Indonesia, Tbk. Sumatera Selatan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Saragih JE. 2002. Manajemen Penyadapan Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di Kebun Kawung , Cilacap, PT Perkebunan Nusantara IX, Jawa Tengah [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Setiawan DH, Andoko A. 2008. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka Utama. 166 hlm. Setyamidjaja D. 1993. Karet (Budidaya dan Pengolahannya). Jakarta (ID): CV. Yasaguna. 150 hlm. Siregar THS. 1995. Teknik Penyadapan Karet. Yogyakarta (ID): Kanisius. 50 hlm. Siregar THS, Suhendry I. 2013. Budi Daya dan Teknologi Karet. Jakarta (ID) : Penebar Swadaya. 236 hlm. Sumarmadji. 2000. Sistem eksploitasi tanaman karet yang spesifik-diskriminatif. Warta Pusat Penelitian Karet. 19 (1–3). __________. 2000. Pengendalian kering alur sadap dan nekrosis pada kulit tanaman karet. Warta Pusat Penelitian Karet. 20 (1–3): 1–3. Sumarmadji, Karyudi, Siregar THS. 2005. Rekomendasi Sistem Eksploitasi pada Klon Quick dan Slow Starter serta Penggunaan Irisan Ganda untuk meningkatkan Produktivitas Tanaman Karet. Prosiding Lokakarya Nasional Budi Daya Tanaman Karet; 2006 September 4–6; Medan, Indonesia. Medan (ID): Balai Penelitian Sungei Putih, Pusat Penelitian Karet. Hlm. 169–188. Walpole RE. 1997. Pengantar Statistika. Ed ke-3. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama. 515 hlm. Woelan SI, Suhendry, Aidi-Daslin, Azwar R. 1999. Karakteristik klon anjuran rekomendasi 1999–2001. Warta Pusat Penelitian Karet. 18 (1–3): 52–63.
LAMPIRAN
52
Lampiran 1 Jurnal kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas (KHL) di Sub-Divisi I Divisi III Dolok Ulu PT BSRE tahun 2014 Prestasi kerja Tanggal 10-2-2014 11-2-2014
12-2-2014
Uraian kegiatan Tiba di lokasi PT BSRE Penjelasan Dasar Teori Penyadapan Pewiwilan
Standar perusahaan -------Satuan HK-1------
Penulis
Karyawan
-
-
-
18 bedengan
25 bedengan
16 bedengan
13-2-2014
Seleksi bibit siap tanaman
42 tanaman
300 tanaman
300 tanaman
15-2-2014
Pembukaan Perban Okulasi
480 tanaman
2005 tanaman
1800 tanaman
17-2-2014
Pengendalian Gulma Manual
18-2-2014
Pembuatan Bedengan Semai dan Penyemaian Benih Karet
4 bedengan polybag 1 bedengan
6 bedengan polybag 1.5 bedengan
10 bedengan polybag 1 bedengan
19-2-2014
6 bedengan
11.5 bedengan
13 bedengan
20-2-2014
Seleksi calon batang bawah (Culling) Belajar Okulasi
-
-
-
21-2-2014
Belajar Okulasi
-
-
-
22-2-2014
Okulasi
112 tanaman
317 tanaman
112 tanaman
24-2-2014
Pengisian Polybag
43 polybag
160 polybag
160 polybag
25-2-2014
Pemeliharaan kebun Entress
-
-
-
3-3-2014
Pemancangan Ajir Kepala
7 ha
7 ha
7 ha
4-3-2014
Pemancangan Ajir Kepala
7 ha
7 ha
7 ha
5-3-2014 6-3-2014
Izin (Sakit) Pemancangan Ajir Kepala
7 ha
7 ha
7 ha
Lokasi Kantor HRD, SHE, dan FSD Kantor Trainning Division Pembibitan di SudDiv. I Divisi III Dolok Ulu Pembibitan di SubDiv. I Divisi III Dolok Ulu Pembibitan di SubDiv. I Divisi III Dolok Ulu Pembibitan di SubDiv. I Divisi III Dolok Ulu Pembibitan di SubDiv. I Divisi III Dolok Ulu Pembibitan di SubDiv. I Divisi III Dolok Ulu Pembibitan di SubDiv. I Divisi III Dolok Ulu Pembibitan di SubDiv. I Divisi III Dolok Ulu Kebun Entress di Sub-Div. E Divisi II Dolok Merangir Blok Replanting E 31 Sub-Div. F Divisi II Dolok Merangir Blok Replanting E 31 Sub-Div. F Divisi II Dolok Merangir Blok Replanting F 30 Sub-Div. F Divisi II Dolok Merangir
53
Lampiran 1 (Lanjutan) Prestasi kerja Tanggal
Uraian kegiatan
Penulis
Karyawan
Standar perusahaan
Lokasi
-------Satuan HK-1-----7-3-2014
Pemancangan Ajir Kepala
7 ha
7 ha
7 ha
8-3-2014
Pemancangan Ajir Kepala
7 ha
7 ha
7 ha
10-3-2014 11-3-2014
Transfer magang dari FSD ke Divisi III Dolok Ulu Trainning penyadapan Trainning penyadapan Trainning penyadapan Trainning penyadapan
-
-
-
Panel BO1 selesai Panel BO2 selesai Panel HO1 selesai Bedelan HO selesai
Panel BO2 selesai Panel HO2 selesai Panel HO4 selesai Panel VH selesai
17-3-2014 18-3-2014 19-3-2014 20-3-2014
Panel BO2 selesai Panel HO2 selesai Panel HO4 selesai Panel VH selesai
Blok Replanting F 30 Sub-Div. F Divisi II Dolok Merangir Blok Replanting G 30 Sub-Div. F Divisi II Dolok Merangir Blok X-24 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu Blok X-24 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu Blok X-24 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu Blok X-24 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu
54
Lampiran 2 Jurnal kegiatan magang sebagai pendamping mandor di Sub-Divisi I Divisi III Dolok Ulu PT BSRE tahun 2014 Prestasi kerja pengawasan Uraian Jumlah Luas Lama Tanggal Lokasi karyawan areal kegiatan kegiatan 26-2-2014
27-2-2014 28-2-2014
12-3-2014 13-3-2014
14-3-2014
15-3-2014 21-3-2014 22-3-2014 24-3-2014 25-3-2014
26-3-2014 27-3-2014
28-3-2014
29-3-2014
1-4-2014
2-4-2014
(orang) 7
(ha) 1
(jam) 3.5
21
0.5
7
Sensus Data Produksi Blok klon Trial Penyadapan
23
30
2
7
21.37
5.5
Pengendalian gulma (spot spraying) Menunas tunas samping Semprot strip gawangan (strip weeding) Hujan pukul 07.00-09.45 Pemupukan immature Pemupukan immature Persiapan lahan (Ripping) Persiapan lahan (Terracing) #Traktor rusak Persiapan lahan (Terracing) Pembibitan LCC (Mucuna bracteata) Pembibitan LCC (Mucuna bracteata) Pembibitan LCC (Mucuna bracteata) Penyadapan dan pengamatan jumlah tanaman siap sadap TAP B
5
18.02
2
6
4.51
2.5
10
24.64
4
-
-
-
-
9
19.3
2.5
10
25
2.5
6
6.73
4
2
-
-
Blok Z-24 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu Blok Y-23 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu Blok U-21 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu Blok T-22 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu
2
5.05
4
10
2
5
10
2
5
Blok V-23 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu
10
2
5
Blok V-23 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu
12
22.78
5.5
Blok Y-26 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu
6
11.39
5.5
Blok Y-26 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu
Penyulaman tanaman bibit entress dan Penjarangan cabang entress Okulasi
Pengamatan jumlah tanaman siap sadap TAP C
Kebun Entress di Sub-Div. E Divisi II Dolok Merangir
Pembibitan di Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu Blok R 27 TAP B Sub-Div. F Divisi II Dolok Merangir Blok Y-25 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu Blok BB-26 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu Blok CC-25 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu Blok BB-21 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu
Blok T-22 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu Blok V-23 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu
55
Lampiran 2 (Lanjutan) Tanggal 3-4-2014
4-4-2014
5-4-2014
7-4-2014 8-4-2014
Uraian kegiatan Pengamatan jumlah tanaman siap sadap TAP A Pengamatan jumlah tanaman siap sadap TAP B Pengamatan jumlah tanaman siap sadap TAP C Aplikasi zat stimulansia Aplikasi zat stimulansia
Prestasi kerja pengawasan Jumlah karyawan (orang) 8
Luas areal (ha) 21.4
Lama kegiatan (jam) 5.5
6
11.39
5.5
2
2.39
3
3
11.15
4.5
6
22.58
4.5
Lokasi Blok Z-25 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu Blok Y-26 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu Blok BB-22 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu Blok W-26 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu Blok W-26, X-26, dan U-24 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu Blok BB-26, BB-27, dan CC-26 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu Blok Y-25 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu
9 4-2014 10-4-2014
Pemilu legislatif Menunas tunas samping
6
18.02
4.5
11-4-2014
Pengamatan jumlah tanaman siap sadap TAP A Inspeksi sadapan
10
21.37
5
12
21.4
5
Pengamatan konsumsi kulit sadapan TAP A Pengamatan konsumsi kulit sadapan TAP B Pengamatan konsumsi kulit sadapan TAP C Pengamatan konsumsi kulit sadapan TAP A Pengamatan konsumsi kulit sadapan TAP B Pengamatan konsumsi kulit sadapan TAP C Pengendalian hama-penyakit daun Pengendalian hama-penyakit daun Pengamatan lingkar batang (Girth)
6
14.28
5
7
15.95
5
Blok Y-26 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu
6
14.51
5
Blok T-25 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu
4
9.52
5
Blok Y-26 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu
3
6.83
5
Blok Y-25 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu
4
9.67
5
Blok Y-25 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu
4
7
2
Blok BB-26 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu
4
7
2.5
Blok W-24 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu
-
25
5
Blok V-23 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu
12-4-2014 14-4-2014
15-4-2014
16-4-2014
17-4-2014
18-4-2014
19-4-2014
21-4-2014
22-4-2014
23-4-2014
Blok Z-25 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu Blok Z-25 dan BB-22 SubDiv. I Divisi III Dolok Ulu
56
Lampiran 2 (Lanjutan)
Tanggal 24-4-2014
25-4-2014
26-4-2014
28-4-2014
29-4-2014
30-4-2014 2-5-2014
3-5-2014
5-5-2014
6-52014 7-5-2014 8-5-2014
9-5-2014
10-5-2014
12-5-2014 13-5-2014 14-5-2014
16-5-2014
Uraian kegiatan
Prestasi kerja pengawasan Jumlah karyawan (orang) -
Luas areal (ha) 22.85
Lama kegiatan (jam) 5
-
22.98
5
Blok V-25 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu
-
25
5
Blok W-23 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu
2
-
2
Satsiun lateks X-24 SubDiv. I Divisi III Dolok Ulu
2
-
2.5
Satsiun lateks U-24 SubDiv. I Divisi III Dolok Ulu
-
-
3.5
5
12.11
5
Kantor Sub-Div. I, Divisi III Dolok Ulu Blok U-24 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu
5
11.56
5
Blok T-24 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu
5
12.5
5
Blok V-23 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu
-
-
-
Pesiapan lahan (C-Tine Plough) Pengamatan jumlah tanaman siap sadap TAP A Pengamatan jumlah tanaman siap sadap TAP B Pengamatan jumlah tanaman siap sadap TAP C Pengumpulan cuplump Diskusi dengan krani timbang Pengamatan data sekunder
3
24.5
3.5
5
12.11
5
Kantor Manajer Divisi III dan Divisi IV Dolok Ulu Blok U-22 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu Blok U-24 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu
5
11.56
5
Blok T-24 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu
5
12.5
5
Blok V-23 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu
2
-
2
-
-
3.5
-
-
2
Pengamatan di pembibitan
-
-
4
Satsiun lateks X-24 SubDiv. I Divisi III Dolok Ulu Kantor Sub-Div. I, Divisi III Dolok Ulu Kantor Manajer Divisi III Dolok Ulu dan Kantor SubDiv. I Blok T-23 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu
Pengamatan lingkar batang (Girth) Pengamatan lingkar batang (Girth) Pengamatan lingkar batang (Girth) Pengumpulan dan penimbangan cuplump Pengumpulan dan penimbangan cuplump Diskusi dengan krani timbang Pengamatan jumlah tanaman siap sadap TAP A Pengamatan jumlah tanaman siap sadap TAP B Pengamatan jumlah tanaman siap sadap TAP C SUPERVISI
Lokasi Blok X-26 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu
57
Lampiran 3 Jurnal kegiatan magang sebagai pendamping asisten di Sub-Divisi I Divisi III Dolok Ulu PT BSRE tahun 2014 Tanggal 14-2-2014
19-5-2014
20-5-2014
21-5-2014
22-5-2014
23-5-2014
24-5-2014
26-5-2014
28-5-2014
30-5-2014
31-5-2014 2-6-2014
3-6-2014
4-6-2014
Uraian kegiatan Pengawasan seleksi dan Pengangkutan Bibit Siap Tanam Pengawasan pemancangan Ajir Kepala Pengawasan pemancangan Ajir Kepala Pengamatan konsumsi kulit sadapan TAP A Pengamatan konsumsi kulit sadapan TAP B Pengamatan konsumsi kulit sadapan TAP C Pengawasan pemancangan Ajir Anakan Pengamatan konsumsi kulit sadapan TAP C Pengamatan konsumsi kulit sadapan TAP B Pengamatan konsumsi kulit sadapan TAP A Pengamatan di pembibitan Pengawasan penyadapan, pembibitan LCC, pemancangan, dan pembuatan parit batas kebun Pengawasan pembibitan LCC, pemancangan, dan pembuatan parit batas kebun Pengawasan penyadapan, pembibitan LCC, dan pruning cabang
Prestasi kerja pengawasan Jumlah mandor (orang) 1
Luas areal (ha) 1
Lama kegiatan (jam) 2.5
2
5
2
Blok V-22 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu
2
5
1.5
Blok V-22 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu
1
12.11
5
Blok V-23 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu
1
11.56
5
Blok U-24 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu
1
12.5
5
Blok T-24 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu
1
10
2.5
1
12.5
5
Blok T-24 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu
1
12.11
5
Blok U-24 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu
1
12.11
5
Blok V-23 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu
-
-
-
6
84.68
5
Blok T-23 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu Blok V-23, U-22, T-21, dan U-24 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu
5
60.46
4
Blok V-23, U-22, dan T-21 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu
3
47.27
3
Blok V-26 dan V-23 SubDiv. I Divisi III Dolok Ulu
Lokasi Pembibitan di Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu
Blok AA-26 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu
58
Lampiran 3 (Lanjutan) Tanggal 5-6-2014
6-6-2014
7-6-2014
9-6-2014
Uraian kegiatan Pengawasan pemancangan, pembuatan reservoir, semprot strip gawangan Pengawasan penyadapan dan pemancangan Pamitan kepada mandor sadap dan pembibitan Pamitan di kantor sub-divisi, kantor manajer, dan kantor FSD
Prestasi kerja pengawasan Jumlah mandor (orang) 5
Luas areal (ha) 69.29
Lama kegiatan (jam) 4
4
45.3
3
Blok U-22 dan W-21 SubDiv. I Divisi III Dolok Ulu
-
-
-
-
-
-
-
-
Lokasi Blok U-22, Z-22, dan W-23 Sub-Div. I Divisi III Dolok Ulu
59
Lampiran 4 Peta Perkebunan Karet PT BSRE Dolok Merangir sesuai luas lahan konsesi tahun 2014
*Sumber : Field Service Department PT BSRE (2014)
Lampiran 5 Data curah hujan PT BSRE Dolok Merangir 60
Q= Q=
Rata−rata Bulan Kering Rata−rata Bulan Basah
1.10 9.30
x 100 %
x 100 % = 11.83 %
# Termasuk Tipe Iklim A (Schmidth-Ferguson)
Lampiran 6 Struktur organisasi kebun PT BSRE Dolok Merangir tahun 2014
*Sumber: Field Service Department PT BSRE tahun 2014
61
62
Lampiran 7 Penetapan poin penilaian sadapan di PT BSRE Dolok Merangir Sadap tarik ½ S d/3 Poin
Kedalaman sesuai per 10 tanaman sampel (tanaman)
Poin
Konsumsi kulit sesuai per 10 tanaman sampel (tanaman)
Poin
0
10
10
20
10
30
1
9
9
18
9
27
2
8
8
16
8
24
3
7
7
12
7
21
4
6
6
8
6
18
5
5
5
4
5
9
6
4
4
0
4
0
7
3
3
(4)
3
-
8
2
2
(12)
2
-
9
1
1
(20)
1
-
10
0
0
-
0
-
11
-2
-
-
-
-
12
-4
-
-
-
-
13
-6
-
-
-
-
14
-8
-
-
-
-
15
-10
-
-
-
-
Luka per tanaman
Lama waktu menyadap Waktu selesai menyadap
Poin
Sebelum 10.30
30
10.30–11.00
22
11.00–11.30
15
11.30–12.00
8
12.00–ke atas
0
63
Lampiran 7 (lanjutan) Sadap sorong ¼ S d/3 Luka per 10 tanaman
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Poin
Kedalaman sesuai per 10 tanaman sampel (tanaman)
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 9 8 7 6 5 4 -
Poin
Konsumsi kulit sesuai per 10 tanaman sampel (tanaman)
Poin
20 16 12 8 4 0 -
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 -
30 27 24 21 18 15 12 9 6 3 0 -
*Sumber : Buku field standard practice (FSP) - 023 Tapping Premium PT BSRE tahun 2014
64
Lampiran 8 Peralatan sadap standar di PT BSRE Dolok Merangir No.
Nama alat
1
Pisau Fauna Rambung Muda Keterangan : Digunakan pada panel sadap BOI-1 Panjang tangkai : 13 cm Sudut kupingan : 50o Sudut suru : 10o
2
Pisau Fauna Rambung Tua Keterangan : Digunakan pada panel sadap BOII-1 Panjang tangkai : 18 cm Sudut kupingan : 60o Sudut suru : 10o
3
Pisau Sclieper Tarik Keterangan : Digunakan pada panel sadap BOI-2, BOI-3 dan BOII-2, BOII-3 Panjang tangkai : 13.5 cm Sudut kupingan : 60o Sudut suru : 20o
4
Pisau Schlieper Sorong Keterangan : Digunakan pada panel sadap HO seluruhnya Panjang tangkai : 50 cm Sudut kupingan : 60o Sudut suru : 20o
5
Pisau Cekung Sampan Keterangan : Digunakan pada panel sadap VH Panjang tangkai : 50 cm Sudut kupingan : 60o
Gambar
65
Lampiran 8 (Lanjutan) No.
Nama alat
6
Mal sadap Keterangan : Digunakan untuk menggambar alur sadapan di bidang pohon dengan kemiringan 30o dan 45o.
7
Segitiga Aluminium Keterangan : Digunakan untuk mengukur kemiringan sudut panel sadap dan kecuraman
8
Jarum inspeksi sadapan Keterangan : Digunakan untuk mengukur kedalaman sadapan
9
Kawat mangkuk model kakak tua Keterangan : Digunakan sebagai penahan mangkuk lateks di pohon
10
Mangkuk lateks 750 ml Keterangan : Digunakan sebagai wadah penampung lateks atau cuplump.
Gambar
66
Lampiran 8 (Lanjutan) No.
Nama alat
11
Batu asah Keterangan : Digunakan untuk mengasah pisau sadap. Alat ini telah dimodifikasi dengan dilengkapi tameng/perisai dan tangkai/pegangan.
12
Wadah alat sadap Keterangan : Digunakan sebagai wadah peralatan sadap dan dibawa oleh penyadap selama melakukan penyadapan.
13
Jerrycan cuplump 30 liter Keterangan : Wadah penampung yang digunakan penyadap saat mengumpulkan cuplump dari pohon ke pohon hingga ke stasiun lateks penimbangan hasil. Jerrycan cuplump tersebut juga dilengkapi dengan nomor hanca sadapnya sesuai dengan urutan TAP-nya.
14
Kaca mata safety Keterangan : Digunakan sebagai pelindung mata saat melakukan penyadapan. Kaca mata ini melindungi mata penyadap dari serpihan tatal ataupun percikan getah tarik yang mengandung ethepon. Apabila mengenai mata dapat mengakibatkan iritasi hingga kebutaan permanen.
Gambar
*Sumber : Kantor Sub-Divisi I Divisi III Dolok Ulu PT BSRE tahun 2014
67
Lampiran 9 Faktur kiriman lateks dan cuplump dari stasiun lateks di PT BSRE Dolok Merangir
*Sumber : Kantor Sub-Divisi I Divisi III Dolok Ulu PT BSRE tahun 2014
68
Lampiran 10 Dosis pemupukan TBM karet di PT BSRE Dolok Merangir
-1
Dosis (g tanaman ) Umur
Bulan
Urea (46% N)
ZA (21% N)
CIRP (30% P 2 O 5 )
MOP (60% K 2 O)
-
35
15
5
5
60
35
15
5
5
60
35
15
5
5
60
35
15
5
5
60
35
15
5
5
60
50
31
15
10
106
60
31
15
10
116
60
31
20
10
121
30
23
22.5
7.5
83
30
23
22.5
7.5
83
30
23
22.5
7.5
83
30
23
22.5
7.5
83
Agustus
25
37.5
12.5
113
25
38
37.5
12.5
113
Oktober
25
38
37.5
12.5
113
November
25
-
38
September
38
37.5
12.5
113
-
50
38
37.5
12.5
138
50
38
37.5
12.5
138
50
38
37.5
12.5
138
Agustus
31
47
16
142
31
48
47
16
142
Desember
31
-
48
Oktober
48
47
16
142
-
60
61
60
40
221
60
61
60
40
221
60
61
60
40
221
Agustus
44
88
59
281
Oktober
44
90
88
59
281
Desember
44
-
90 90
88
59
281
1 bulan 3 bulan 1 tahun
Januari Maret Mei Juli September November
2 tahun
Januari Maret Mei Juni
3 tahun
Januari April Juni
4 tahun
Januari April Juni
KIES (25% MgO)
*Sumber : Buku field standard practice (FSP) - 011 Fertilization PT BSRE
Total
RIWAYAT HIDUP
69
Penulis lahir dari pasangan Mulyadi dan Puji Astuti pada tanggal 31 Januari 1992 di Nagori Dolok Merangir, Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan SD di SD Negeri 091598 Dolok Merangir pada tahun 2004, kemudian melanjutkan ke SMP Swasta Sultan Agung Pematang Siantar dan lulus pada tahun 2007. Penulis kemudian diterima sebagai siswa di SMA Negeri 1 Dolok Batu Nanggar dan lulus pada tahun 2010. Setelah lulus dari SMA, penulis melanjutkan pendidikan S1 di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada Program Studi Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Penulis diterima sebagai mahasiswa IPB melalui jalur undangan seleksi masuk IPB (USMI) pada tahun 2010. Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif dalam beberapa kegiatan non-akademik seperti kepanitian dan organisasi kemahasiswaan. Penulis pernah diberi amanah sebagai ketua Departemen Minat, Bakat, Olahraga, dan Seni Himpunan Mahasiswa Agronomi (Himagron) periode kepengurusan 2013–2014. Selama mengikuti beberapa kegiatan kepanitiaan, penulis pernah menjadi ketua pelaksana Seminar Pengembangan Kepribadian tahun 2013 dan ketua divisi Pasukan Disiplin Masa Perkenalan Departemen tahun 2012. Penulis juga tergabung ke dalam organisasi mahasiswa daerah (OMDA) Ikatan Mahasiswa Muslim Asal Medan. Kegiatan akademik penunjang yang pernah dilaksanakan penulis adalah sebagai Asisten Praktikum Mata Kuliah Dasar-Dasar Agronomi pada tahun 2013 dan Magang di Perkebuan Karet PT Bridgestone tahun 2014. Pelatihan yang pernah diikuti penulis selama mahasiswa adalah Pelatihan Kewirausahaan bagi Calon Wirausaha dari Kementrian Koperasi dan UKM Republik Indonesia tahun 2014.