MANAJEMEN PENGENDALIAN PENDUDUK PENDATANG DALAM UPAYA PERBAIKAN LINGKUNGAN KOTA BALIKPAPAN
WITA DAHLIYANI P052090131
PROGRAM STUDI PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Manajemen Pengendalian Penduduk Pendatang dalam Upaya Perbaikan Lingkungan Kota Balikpapan adalah karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Juli 2011
Wita Dahliyani NRP. P052090131
ABSTRACT WITA DAHLIYANI. Management Control of Migrants in An Urban Environment Improvement Efforts in Balikpapan. Under direction of HARIYADI and SAID RUSLI Balikpapan City is one city that high levels of urbanization. Pull factors are the most prominent of the City of Aberdeen is the city's economy relies on oil and gas industry, commerce and services. The phenomenon of the high number of immigrants, it is necessary to control the management of migrants in order to achieve balance and harmony with the population carrying capacity. The results showed that the City of Aberdeen population not spread evenly throughout the district. With a population that exist today and the next few years is still sufficient capacity of West District Balikpapan, East and North. As for Aberdeen South and Central districts already exceed the carrying capacity. Aberdeen is also able to accommodate the arrival of job-seekers as the capacity of labor is very minimal. Proper management of population control is redirecting immigrants to the county that still has the capacity of the environment and have the availability of water. Since the capacity of labor is very minimal, then you should only accept immigrants Aberdeen City who have migrated for reasons to move the task from city to city Balikpapan. Issue of the settlements, one with a built Rusunawa not slums located on the river, forming a more healthy environment.
Key Words : management control of migrants, migrants, carrying capacity, environment
RINGKASAN WITA DAHLIYANI. Manajemen Pengendalian Penduduk Pendatang dalam Upaya Perbaikan Lingkungan Kota Balikpapan. Di bawah bimbingan HARIYADI dan SAID RUSLI Dinamika perubahan kependudukan secara umum disebabkan oleh empat faktor yaitu: kelahiran, kematian, migrasi keluar dan migrasi masuk. Kelahiran dan kematian merupakan faktor alami, sementara migrasi atau mobilitas penduduk merupakan trend factor yang sesaat tetapi dominan. Daerah tujuan penduduk dalam melakukan migrasi adalah kota besar, tingkat kepadatan penduduknya cukup tinggi dan sudah maju baik dalam segi perekonomian dan pendidikan. Kondisi tersebut menjadi faktor penarik masyarakat dalam melakukan migrasi. Faktor penarik paling menonjol dari Kota Balikpapan adalah perekonomian kotanya yang bertumpu pada sektor industri yang didominasi oleh industri minyak dan gas, perdagangan dan jasa. Hal ini menyebabkan Kota Balikpapan terus dibanjiri oleh pendatang dari berbagai daerah. Dengan demikian Kota Balikpapan membutuhkan manajemen pengendalian penduduk pendatang yang penting untuk dikaji terkait dengan masalah informasi tentang data kondisi penduduk pendatang dan tentang daya dukung daya serta tampung lingkungan yang dapat menampung kapasitas penduduk di masa yang akan datang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Kondisi penduduk pendatang dilakukan dengan menganalisis kependudukan mencakup aspek kuantitas penduduk yaitu jumlah, pertumbuhan, persebaran, dan kepadatan penduduk. Aspek kualitas penduduk dianalisa dengan mengkaji karakteristik dan perilaku penduduk pendatang. Analisis ini mencakup bahasa, aktifitas, ritual, sikap, etiket dan kebiasaankebiasaaan. Keseimbangan penduduk dengan daya dukung dan daya tampung wilayah dilakukan analisis berupa analisis terhadap penduduk dan lahan, penduduk dan air bersih, penduduk dan tenaga kerja, serta analisa permukiman. Selanjutnya manajemen pengendalian penduduk pendatang dilakukan dengan variabel pengamatan yang sama meliputi penduduk dan lahan, penduduk dan air bersih, penduduk dan tenaga kerja serta analisa permukiman. Kota Balikpapan ditinjau dari kondisi penduduk pendatang menunjukkan jumlah penduduk pendatang pada tahun 2003 adalah 12.813 jiwa dan meningkat di tahun 2009 menjadi 17.811 jiwa dengan peningkatan sebesar 3,11 persen pertahun. Dibandingkan pertumbuhan penduduk karena kelahiran periode 2009, yaitu sebesar 25,99 persen, pertumbuhan penduduk akibat pendatang dengan periode yang sama sebesar 49,25 persen. Pertumbuhan penduduk karena pendatang jauh lebih tinggi atau hampir 2 kali lipat dibandingkan pertumbuhan penduduk karena kelahiran. Analisis daya dukung dan daya tampung wilayah untuk penduduk dan lahan menunjukkan persentase penggunaan lahan di Kota Balikpapan wilayah terbangun baru mencapai 10,96 persen dan yang belum terbangun masih 89,04 persen. Wilayah terbangun yang masih sangat rendah di Kecamatan Balikpapan Timur, Balikpapan Utara dan Balikpapan Barat. Sementara Kecamatan
Balikpapan Selatan dan Balikpapan Tengah wilayah terbangunnya sudah tinggi terutama untuk daerah permukiman. Total potensi ketersediaan semua sumber air bersih yang dimiliki Kota Balikpapan adalah sebesar 34,286 juta m3/tahun. Sementara total air yang dibutuhkan untuk berbagai kegiatan di Kota Balikpapan adalah sebesar 18.994.048 m3. Hasil perbandingan diperoleh cadangan akhir atau sisa sebesar 15,292 juta m3. Menurut Standar Pelayanan Minimum (SPM) Bidang Air Baku (2009), pada tahun 2015, persentase Kota Balikpapan dalam memenuhi kebutuhan air bersih penduduk adalah 94,85 %. Ditinjau menurut lapangan usaha, jumlah pekerja di Kota Balikpapan yang bergerak di sektor service (S) merupakan yang terbanyak dibandingkan sektor lainnya. Jumlah pendatang yang tinggi di Kota Balikpapan tidak dimbangi dengan kompetensi yang memadai atau sesuai dengan sektor-sektor yang dibutuhkan. Dirinci menurut pendidikannya, tingkat kualitas pencari kerja pada umumnya semakin lebih baik dibanding penduduk yang telah bekerja. Kota Balikpapan memiliki enam tipe permukiman yaitu permukiman sepanjang jalan utama. permukiman kampung /swadaya, permukiman di atas air, permukiman instansi / perkantoran swasta atau pemerintah, permukiman industri dan permukiman real estate. Permasalahan permukiman adalah kumuh. Tipe yang termasuk permukiman kumuh adalah permukiman kampung (permukiman lama) dan permukiman di atas air (nelayan). Manajemen terhadap lahan yaitu dengan pengawasan ketat dan mengarahkan pendatang ke Kecamatan Timur, Utara dan Barat sesuai RTRW Kota Balikpapan bahwa kawasan pengembangan pemukiman dan perumahan kepadatan tinggi di Balikpapan Barat dan Timur. Manajemen terhadap air bersih yatu meminimalisir kehilangan air dengan peremajaan pipa, mengganti meter air, mendenda pencurian air sebesar 2 kali lipat dari harga sebenarnya. Kecamatan yang masih terlayani sebesar 50 persn diatasi dengan meningkatkan pertambahan air alami, yaitu mengelola hujan, mengelola air permukaan, dan meningkatkan sumur resapan. Manajemen terhadap tenaga kerja yaitu dengan mengembangkan sektor informal sehingga dapat menampung pengangguran yang tidak tertampung di sektor formal. Sektor ini diharapkan lebih produktif sebagai penyedia pelayanan dan penyedia barang-barang murah sehingga dapat menyumbang PAD. Selain itu memastikan pendatang memiliki kompetensi yang sesuai atau memastikan pendatang bertujuan pindah tugas dari kota asalnya. Manajemen terhadap permukiman yaitu dengan melakukan program perbaikan kampung dan program pembangunan rumah susun yang melibatkan masyarakat secara langsung dari tahap perencanaan sampai tahap pelaksanaan.
@ Hak cipta milik IPB, tahun 2011 Hak cipta dilindungi Undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
MANAJEMEN PENGENDALIAN PENDUDUK PENDATANG DALAM UPAYA PERBAIKAN LINGKUNGAN KOTA BALIKPAPAN
Oleh WITA DAHLIYANI
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
Penguji Luar Komisi Pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc
LEMBAR PENGESAHAN Judul Tesis
: Manaajemen Pengendalian Penduduk Pendatang dalam Upaya Perbaikan Lingkungan Kota Balikpapan
Nama
:
Wita Dahliyani
NRP
:
P052090131
Disetujui, Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Hariyadi, MS
Ir. Said Rusli, MA
Ketua
Anggota Diketahui,
Ketua Program Studi
Dekan Sekolah Pascasarjana IPB
Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan
Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS
Tanggal Ujian :
Dr. Ir. Dahrul Syah, M. Sc. Agr
Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbilalamin, penulis panjatkan kepada Alloh SWT, yang teah memberikan bimbingan dan karuniaNya sehingga tesis yang berjudul “Manajemen Pengendalian Penduduk Pendatang dalam Upaya Perbaikan Lingkungan Kota Balikpapan” berhasil diselesaikan. Penyusunan tesis ini berhasil diselesaikan, tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Dr. Ir. Hariyadi, MS dan Ir. Said Rusli, MA atas bimbingan yang diberikan kepada penulis dalam penyusunan tesis ini. 2. Pemerintah Daerah dan Warga Peandatan gKota Balikpapan yang telah menerima penulis dengan tulus dan memberikan informasi yang penulis butuhkan. 3. Mama (Alm) Fathonah dan Bapak Wasono, orangtua penulis, atas seluruh pelajaran hidup dan tauladan yang diberikan, semoga Alloh membalasnya dengan syurga. 4. Mama Siti Noorlailawati, S.Pd dan Abah Rambeli, mertua penulis, yang tak henti-hentinya memberikan dukungan dan motivasi, semoga Alloh membalas dengan rahmat dan keberkahan. 5. Rahmatullah Noor Hidayat, suami tercinta atas semua kesempatan, kepercayaan dan dukungannya. 6. Alfiya Syaffa, penyejuk mata yang senantiasa memberikan energi besar dalam setiap langkah penulis. Semoga Bunda bisa menjadi contoh yang baik bagimu. 7. Seluruh keluarga (Mas Yudi, Mba’ Uci, Mba’ Lies, De Emma dan De Ayie) serta semua sahabat (PSL) atas sumbangan doa dan motivasi yang sangat berharga. Semoga Tesis ini dapat bermanfaat. Amin.
Bogor, Juli 2011 Wita Dahliyani
RIWAYAT HIDUP WITA DAHLIYANI, dilahirkan di Balikpapan
pada tanggal 18
Desember 1982, merupakan anak ke empat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Wasono dan Fathonah (Alm). Penulis merupakan istri dari Rahmatullah Noor Hidayat dan ibu dari satu orang putri yaitu Alfiya Syaffa Rahmatullah. Pendidikan formal yang telah diselesaikan penulis adalah Sekolah Dasar Negeri 45 Balikpapan tahun 1988, SMPN ITCI Kenangan Balikpapan tahun 1994, SMUN ITCI Kenangan Balikpapan Tahun 1997.
Kemudian penulis
melanjutkan ke Program Sarjana Jurusan Biologi Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru yang diselesaikan pada tahun 2000. Sejak tahun 2009, penulis melanjutkan studi ke Program Pascasarjana Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor. Untuk meraih gelar Magister Sains, penulis menyelesaikan tesis dengan judul “Manajemen Pengendalian Penduduk Pendatang dalam Upaya Perbaikan Lingkungan Kota Balikpapan” di bawah bimbingan Dr. Ir. Hariyadi, MS dan Ir. Said Rusli, MA.
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ....................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................
ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................
iii
PENDAHULUAN .........................................................................................
1
Latar Belakang .......................................................................................
1
Perumusan Masalah ................................................................................
3
Kerangka Pemikiran ....... ......................................................................
3
Tujuan Penelitian ...................................................................................
5
Manfaat Penelitian .................................................................................
6
Output Penelitian ..................................................................................
6
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................
7
Penduduk Pendatang .............................................................................
7
Dampak Pendatang Terhadap Lingkungan Kota ...................................
10
Manajemen Pengendalian Penduduk ......................................................
12
Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan ...................................
13
Kondisi Kependudukan Kota Balikpapan .............................................
15
METODOLOGI PENELITIAN .....................................................................
16
Waktu dan Tempat Penelitian ..............................................................
16
Jenis dan Sumber Data .........................................................................
17
Teknik Pengumpulan Data ....................................................................
17
Analisis Data ........................................................................................
18
1. Analisis Kependudukan ....................................................................
18
2. Analisis Penduduk dan Lahan ..........................................................
19
3. Analisis Kebutuhan dan Ketersediaan Air Bersih .............................
20
4. Analisis Ketenagakerjaan ................................................................
20
5. Analisis Karakteristik dan Perilaku Pendatang ................................
22
6. Analisis Pemukiman ........................................................................
22
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................
23
Profil Kota Balikpapan ..........................................................................
23
Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk .....................................................
24
Persebaran dan Kepadatan Penduduk ...................................................
27
Daya Dukung dan Daya Tampung Wilayah .........................................
29
1. Penduduk dan Lahan ........................................................................
29
2. Penduduk dan Air Bersih .................................................................
32
3. Penduduk dan Tenaga Kerja ............................................................
34
4. Karakteristik dan Perilaku Penduduk Pendatang .............................
38
5. Analisis Pemukiman .........................................................................
43
Manajemen Pengendalian Penduduk Pendatang .....................................
50
1. Penduduk dan Lahan .........................................................................
50
2. Penduduk dan Air Bersih .................................................................
51
3. Penduduk dan Tenaga Kerja ............................................................
52
5. Penduduk dan Permukiman ..............................................................
53
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................
56
Kesimpulan ............................................................................................
56
Saran ......................................................................................................
57
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
58
LAMPIRAN ....................................................................................................
61
DAFTAR TABEL Halaman 1. Tujuan, variabel, tenik pengumpulan dan analisis data serta keluaran ......
18
2. Pertumbuhan Penduduk tahun 1961 – 2009 ...............................................
24
3. Pertumbuhan Penduduk Pendatang Tahun 2003 - 2009 .............................
25
4. Jumlah Kelahiran, Kematian, Pindah dan Datang Kota Balikpapan .........
27
5. Persebaran Penduduk Menurut Kecamatan (%), 2010 ............................
27
6. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan ..................
28
7. Perbandingan antara kepadatan penduduk, total luas lahan dan luas lahan terbangun perkecamatan ..........................................................
30
8. Potensi Ketersediaan Air Bersih di Kota Balikpapan ...............................
33
9. Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kota Balikpapan ....
34
10. Laju Pengangguran Penduduk Kota Balikpapan Tahun 2004 – 2009 .......
37
11. Sebaran Asal Pendatang Responden ........................................................
39
12. Sebaran Tingkat Pendidikan Responden ...................................................
40
13. Sebaran Alasan Kedatangan Responden ...................................................
40
14. Sebaran Pengelolaan Persampahan Responden .......................................
41
15. Perkembangan Banyaknya Pemakaian Air Minum Di Kota Balikpapan ..
51
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Pertumbuhan Penduduk Balikpapan Januari – Desember 2009 .................
4
2. Kerangka Pemikiran Penelitian Secara Skematik ......................................
5
3. Lokasi Penelitian ... ....................................................................................
16
4. Kelahiran, Kematian, Pindah dan Datang Kota Balikpapan .......................
27
5. Pencari Kerja Menurut Jenjang Pendidikan di Kota Balikpapan................
38
6. Pemukiman di Sepanjang jalan Utama ......................................................
44
7. Pemukiman Kampung/Swadaya .................................................................
44
8. Pemukiman di atas Air ................................................................................
45
9. Sungai yang mengalami Sedimentasi .........................................................
49
10.Selokan Pinggir Jalan di Kecamatan Balikpapan Tengah ..........................
49
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Peta Penduduk dan Lahan Terbangun Perkecamatan ......................................
61
2. Peta Pelayanan Air Bersih Perkecamatan ........................................................
62
3. Peta Permukiman Kota Balikpapan .................................................................
63
4. Pencari Kerja dan Permintaan Tenaga Kerja Menurut Tingkat Pendidikan .....
64
5. Banyaknya Lowongan Kerja yang Belum Dipenuhi Menurut Lapangan Usaha Utama dan Jenis Kelamin ......................................................................
65
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah kependudukan dalam pembangunan merupakan masalah serius dimana Indonesia saat ini mempunyai jumlah penduduk yang besar disertai dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi dan penyebaran penduduk yang belum merata. Menurut Munir (2000), dinamika perubahan kependudukan secara umum disebabkan oleh empat faktor yaitu: Kelahiran, kematian, migrasi keluar dan migrasi datang. Kelahiran dan kematian merupakan faktor alami dalam sistem kependudukan yang akan menyebabkan perubahan jumlah ataupun komposisi kependudukan. Sementara migrasi atau mobilitas penduduk berupa urbanisasi merupakan trend factor yang sesaat tetapi dominan (Henny, 2000). Daerah yang menjadi tujuan masyarakat dalam melakukan urbanisasi biasanya adalah kota besar dengan tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi dan sudah maju baik dalam segi perekonomian dan pendidikan (Soemarwoto, 1985). Masyarakat menentukan daerah tujuan tidak semata berasal dari pemikiran dan niatan dari diri mereka, tetapi umumnya berasal dari sebuah pengaruh yang kuat. Pengaruh tersebut biasanya dalam bentuk ajakan yang datang dari orangorang sekitar yang telah melakukan urbanisasi sebelumnya, informasi-inforamsi yang ada media massa tentang daerah tujuan, impian pribadi, terdesak kebutuhan ekonomi, dan lain sebagainya. Pengaruh-pengaruh tersebut bisa berasal dari daerah asal yang mendorong masyarakat maupun daerah tujuan yang menjadi daya tarik masyarakat dalam melakukan urbanisasi (UNESCAP & UNHABITAT, 2008). Kota Balikpapan adalah kota yang perekonomiannya yang bertumpu pada sektor industri yang didominasi oleh industri minyak dan gas, perdagangan dan jasa. Letak industri di kota ini terpusat pada dua kelompok areal yang cukup dominan dalam konteks ekonomi kota, yaitu: Pertama, kawasan industri kilang minyak milik Pertamina dengan luas areal sekitar 250 ha. Keberadaan kilang ini sangat strategis karena merupakan bagian dari cikal bakal pertumbuhan kota
2
sekaligus memberikan jiwa pada fungsi utama kota sebagai kota industri. Kedua, kawasan industri pendukung pengelolaan tambang/migas, berupa pengelompokan pabrik, tempat usaha, bengkel/workshop dan distributor/supplier. Hal di atas menyebabkan kota Balikpapan terus dibanjiri oleh pendatang dari berbagai daerah. Pemerintah Kota kemudian memberlakukan operasi kependudukan berupa operasi Kartu Tanda Penduduk terutama dari etnis pendatang yang sudah lama menetap di Balikpapan yakni berasal dari etnis Jawa Timur, Banjar, Bugis, Makassar kemudian pendatang lain yang di antaranya beretnis Madura, Manado, Gorontalo, Jawa, Sunda dan lain-lain. Selain dibanjiri oleh banyak pendatang, banyak perusahan-perusahaan asing dan lokal yang berinvestasi di Balikpapan. Hal ini semakin membuat Kota Balikpapan sebagai kota yang paling maju di Kalimantan, khususnya Kalimantan Timur. Pemerintah Kota Balikpapan telah memiliki Peraturan Daerah yang mengatur masalah pendatang ini, dimana didalamnya salah satunya mengatur mengenai aturan bagi pendatang, yang secara umum isinya mensyaratkan bahwa adanya kewajiban bagi pendatang (terutama yang bertujuan untuk mencari kerja) untuk memberikan uang jaminan kepada pemerintah, apabila setelah batas waktu 6 bulan yang bersangkutan belum mendapatkan pekerjaan maka uang jaminan itu dikembalikan sebagai ongkos untuk kembali ke daerah asal. Dari sini diharapkan kota Balikpapan bisa mengatur pesatnya pertumbuhan penduduk pendatang dan mempertahankan daya dukung lingkungannya dengan melakukan manajemen pengendalian penduduk. Manajemen pengendalian penduduk bisa diartikan sebagai sekumpulan usaha merencanakan, mengorganisasikan, dan menggerakkan sumber daya manusia dan sumber daya lain dalam rangka mempengaruhi pola kembang biak penduduk ke arah angka pertumbuhan penduduk yang disesuaikan dengan daya tampungnya dan ditempuh melalui suatu kebijaksanaan pemerintah di bidang kependudukan.
Singkatnya pengendalian penduduk adalah upaya untuk
membatasi pertumbuhan penduduk yang disesuaikan dengan daya dukung dan daya tampung wilayahnya.
3
Berdasarkan uraian diatas ada beberapa kebutuhan dasar terkait dengan masalah pendatang yaitu manajemen pengendalian penduduk yang harus dimiliki oleh Pemerintah Kota Balikpapan. Hal itu menyangkut masalah informasi, antara lain adalah
informasi data ketersediaan lapangan kerja, informasi pendatang
dengan fitur yang harus mencakup keseluruhan aspek yang telah diuraikan di atas. Demikian pula informasi daya dukung lingkungan yang dapat menampung kapasitas penduduk di masa yang akan datang .
Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah yang perlu dicari jawabannya adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kondisi penduduk pendatang di Kota Balikpapan? 2. Bagaimana kondisi keseimbangan antara penduduk pendatang dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan di Kota Balikpapan? 3. Bagaimana manajemen yang tepat dalam mengendalikan penduduk pendatang di Kota Balikpapan ?
Kerangka Pemikiran Dinamika perubahan kependudukan secara umum disebabkan oleh empat faktor yaitu: Kelahiran, kematian, migrasi keluar dan migrasi datang. Kelahiran dan kematian merupakan faktor alami dalam sistem kependudukan yang akan menyebabkan perubahan jumlah ataupun komposisi kependudukan. Sementara perpindahan (migrasi) atau mobilitas penduduk
dengan berbagai alasan baik
karena sosial, ekonomi ataupun pendidikan merupakan trend factor sebagai akibat dari daya tarik ekonomi dari suatu daerah, ini merupakan faktor sesaat tapi dominan. Suatu daerah apabila berubah menjadi daerah perkotaan maka pada wilayah daerah itu akan dapat dipastikan akan muncul ‘Urban Problem’ (Munir, 2000). Adanya migrasi, baik migrasi keluar maupun migrasi datang dapat menimbulkan masalah berupa urbanisasi. Pada kondisi seperti ini maka mulai
4
muncul masalah social kemasyarakatan, ekonomi, politik bahkan kerusakan lingkungan yang sangat serius sehingga memerlukan penanganan khusus dari pemerintah terkait. Kota Balikpapan merupakan salah satu kota yang tingkat urbanisasinya tinggi. Pada tahun 2009, jumlahnya penduduk Kota Balikpapan sebanyak 621.862 jiwa, meningkat sebesar 3,3 persen dari jumlah penduduk tahun 2008 (601.392 jiwa). Dari
lima Kecamatan di Kota Balikpapan, yang mempunyai jumlah
penduduk terbanyak adalah Kecamatan Balikpapan Selatan, yaitu sebesar 218.520 jiwa, sedangkan Kecamatan Balikpapan Timur mempunyai jumlah penduduk yang paling sedikit, yaitu sebanyak 61.691 jiwa (BPS, 2005). Gambar 1. Pertumbuhan Penduduk Balikpapan Januari – Desember 2009
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Balikpapan (Last update : Januari 2010
Dengan
demikian
dibutuhkan
adanya
manajemen
pengendalian
penduduk yang menyangkut masalah informasi, antara lain adalah informasi data ketersediaan lapangan kerja, informasi pendatang dengan fitur yang harus mencakup keseluruhan aspek yang telah diuraikan di atas, serta informasi daya dukung lingkungan yang dapat menampung kapasitas penduduk di masa yang akan datang sebagai kebijakan dari Pemerintah Kota Balikpapan.
5
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian Secara Skematik Kematian
Kelahiran
Pindah Keluar
Pindah Masuk
Faktor Sengaja
Faktor Alami
Dinamika Perubahan Penduduk
Aspek Sosial
Kebijakan Pemerintah
Aspek Ekonomi
Aspek Ekologi
Aspek Politik
Manajemen Pengendalian Penduduk Pendatang
Tujuan Penelitian 1. Menghimpun informasi mengenai kondisi penduduk pendatang di Kota Balikpapan. 2. Mengkaji kondisi keseimbangan antara penduduk pendatang dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan di Kota Balikpapan. 3. Merumuskan manajemen yang tepat dalam mengendalikan penduduk pendatang di Kota Balikpapan.
Manfaat Penelitian Secara singkat manfaat yang ingin di peroleh adalah: 1. Mempermudah akses data pendatang yang disesuaikan dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan.
6
2. Memberikan informasi kepada pemerintah terkait tentang pengendalian penduduk pendatang di Kota Balikpapan.
Output Penelitian Output dari hasil penelitian ini berupa rekomendasi mengenai hal-hal berikut. 1. Pengendalian
laju
pertumbuhan
penduduk
pendatang
agar
tercapai
keseimbangan dan keserasian jumlah penduduk dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan. 2. Mengarahkan, mengatur, dan mengendalikan persebaran penduduk pendatang agar tercapai keseimbangan dan keserasian antara jumlah penduduk dengan potensi alam dan lingkungannya.
TINJAUAN PUSTAKA
Penduduk Pendatang Penduduk pendatang secara umum didefinisikan adalah penduduk yang lahir di luar suatu daerah kemudian melakukan perrpindahan kedaerah tersebut. Pendatang biasanya di sebut juga migran dan aktivitasnya disebut migrasi. Salah satu bentuk migrasi adalah urbanisasi. Urbanisasi memiliki pengertian yang berbeda-beda tergantung sudut pandang yang di ambil. Urbanisasi dapat diartikan sebagai suatu proses pertambahan penduduk pada suatu wilayah perkotaan atau proses transformasi suatu wilayah berkarakter rural menjadi urban. Sementara jika dilihat dari segi Geografis, urbanisasi ialah sebuah kota yang bersifat integral, dan yang memiliki pengaruh atau merupakan unsur yang dominan dalam sistem keruangan yang lebih luas tanpa mengabaikan adanya jalinan yang erat antara aspek politik, sosial dan aspek ekonomi dengan wilayah sekitarnya (kutipan). Berdasarkan pengertian tersebut, urbanisasi memiliki Pandangan inilah yang mejadi titik tolak dalam menjelaskan proses urbanisasi. Menurut Hauser, et.al (1978), urbanisasi dikenal melalui empat proses utama keruangan (four major spatial processes),yaitu 1) Adanya pemusatan kekuasaan pemerintah kota sebagai pengambil keputusan dan sebagai badan pengawas dalam penyelenggaraan hubungan kota dengan daerah sekitarnya. 2) Adanya arus modal dan investasi untuk mengatur kemakmuran kota dan wilayah disekitarnya. Selain itu, pemilihan lokasi untuk kegiatan ekonomi mempunyai pengaruh terhadap arus bolak-balik kota desa. 3) Difusi inovasi dan perubahan yang berpengaruh terhadap aspek sosial, ekonomi, budaya dan politik di kota akan dapat meluas di kota-kota yang lebih kecil bahkan ke daerah pedesaan. Difusi ini dapat mengubah suasana desa menjadi suasana kota. 4) Migrasi dan pemukiman baru dapat terjadi apabila pengaruh kota secara terusmenerus masuk ke daerah pedesaan. Perubahan pola ekonomi dan perubahan
8
pandangan penduduk desa mendorong mereka memperbaiki keadaan sosial ekonomi. Ada beberapa alasan penduduk melakukan urbanisasi (UNESCAP dan UN-HABITAT, 2008). Terkadang mereka terpaksa keluar dari daerah asalnya akibat rendahnya kualitas hidup atau adanya daerah yang menjanjikan kesempatan untuk hidup lebih layak. Seringkali seseorang memutuskan untuk pindah karena kombinasi dari kedua faktor di atas. Beberapa penduduk terpaksa keluar dari daerah asalnya karena mereka tidak bisa mendapatkan penghasilan yang mencukupi untuk kehidupan yang layak. Faktor lain adalah kerawanan bencana di daerah tersebut, seperti banjir, kemarau ataupun gempa bumi, atau perubahan ekologis yang berkelanjutan seperti gurun-isasi atau erosi tanah. Pada saat yang bersamaan, seseorang merasa ditarik ke kota karena adanya kesempatan kerja, pendidikan dan fasilitas kesehatan yang lebih baik, atau lebih adanya kebebasan dari struktur sosial dan budaya yang dirasa mengekang. Minimnya Kesempatan untuk memiliki penghasilan yang layak dari kegiatan agrikultur. Kebanyakan penduduk desa bekerja di sektor agrikultur yang merupakan sektor yang sangat tergantung dengan kondisi cuaca, ketersediaan lahan dan tingkat kesuburan tanah. Selain itu, tanah miliknya tergolong kecil sehingga mereka terpaksa berhutang dan seringkali terpaksa menjual tanahnya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan melunasi hutang. Akibatnya, penghasilan di desa cenderung kecil. Untuk meningkatkannya, maka para petani harus meningkatkan produktivitas mereka, yang membutuhkan sokongan dana yang tidak sedikit untuk membayar teknologi yang dibutuhkan, bibit tanaman unggul ataupun obat anti hama yang relatif mahal. Pilihan yang tersedia adalah menambah penghasilan mereka dengan pekerjaan tambahan yang tidak terkait dengan sektor agrikultur, baik pekerjaan di desa, ataupun di kota untuk sementara, sebagai buruh bangunan, pembantu rumah tangga, pedagang kaki lima, dan pekerjaan informal lainnya yang umum ditemukan di perkotaan. Migrasi ke kota meningkatkan kesempatan mencari pekerjaan yang lebih baik. Peningkatan jaringan transportasi, ketersediaan telepon selular, meningkatkan komunikasi dan jejaring dengan kenalan mereka di
9
kota, telah membuat penduduk
desa paham mengenai keuntungan (ataupun
kerugian) untuk pindah ke kota. Terutama informasi mengenai kesempatan kerja serta kondisi huni di perkotaan. Alasan lain penduduk melakukan mobilitas ke daerah urban adalah dalam rangka memenuhi kebutuhan rumah tangga di desa. Dalam memenuhi ini, anggotanya seringkali bekerja terpencar di berbagai tempat: daerah pedesaan, kota kecil dan kota besar; bahkan ke luar negeri. Hal ini dilakukan untuk memastikan keragaman sumber penghasilan sehingga tidak rentan terhadap kondisi ekonomi di satu tempat yang dapat mempengaruhi keamanan finansial mereka. Survei antar sensus (BPS, 1995) mengindikasikan bahwa sejak sensus 1990, sekitar 7.2 persen dari populasi penduduk Indonesia total bermigrasi pada periode lima tahun. Sebagian besar (61 %) kaum migran pindah ke kawasan perkotaan. Dari pendatang yang disebut terakhir ini, 34 persen datang dari kawasan perkotaan lain (mobilitas intra urban) sedangkan 27 persen sisanya datang dari kawasan pedesaan. Hal ini mengindikasikan bahwa sekitar 25-30 persen merupakan pertumbuhan penduduk perkotaan, sedangkan 30-35 persen yang tersisa diperkirakan merupakan akibat dari transformasi perubahan kawasan dari perdesaan menjadi perkotaan.
Dampak Pendatang terhadap Lingkungan Kota Akibat dari meningkatnya penduduk pendatang menimbulkan dampakdampak terhadap lingkungan kota, baik dari segi tata kota, masyarakat, maupun keadaan sekitarnya. Dampak penduduk pendatang (urbanisasi) terhadap lingkungan kota (Manning dan Efendi, 1985) antara lain: 1. Semakin minimnya lahan kosong di daerah perkotaan Pertambahan penduduk kota yang begitu pesat, sudah sulit diikuti kemampuan daya dukung kotanya. Saat ini, lahan kosong di daerah perkotaan sangat jarang ditemui. ruang untuk tempat tinggal, ruang untuk kelancaran lalu lintas kendaraan, dan tempat parkir sudah sangat minim. Bahkan, lahan untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) pun sudah tidak ada lagi. Lahan kosong yang
10
terdapat di daerah perkotaan telah banyak dimanfaatkan oleh para urban sebagai lahan pemukiman, perdagangan, dan perindustrian yang legal maupun ilegal. Bangunan-bangunan yang didirikan untuk perdagangan maupun perindustrian umumnya dimiliki oleh warga pendatang. Selain itu, para urban yang tidak memiliki tempat tinggal biasanya menggunakan lahan kosong sebagai pemukiman liar mereka. Hal ini menyebabkan semakin minimnya lahan kosong di daerah perkotaan. 2. Menambah polusi di daerah perkotaan Masyarakat yang melakukan urbanisasi baik dengan tujuan mencari pekerjaan maupun untuk memperoleh pendidikan, umumnya memiliki kendaraan. Pertambahan kendaraan bermotor roda dua dan roda empat yang membanjiri kota yang terus menerus, menimbulkan berbagai polusi atau pemcemaran seperti polusi udara dan kebisingan atau polusi suara bagi telinga manusia. 3. Penyebab bencana alam Para urban yang tidak memiliki pekerjaan dan tempat tinggal biasanya menggunakan lahan kosong di pusat kota maupun di daerah pinggiran Daerah Aliran Sungai (DAS) untuk mendirikan bangunan liar baik untuk pemukiman maupun lahan berdagang mereka. Hal ini tentunya akan membuat lingkungan tersebut yang seharusnya bermanfaat untuk menyerap air hujan justru menjadi penyebab terjadinya banjir. Daerah Aliran Sungai sudah tidak bisa menampung air hujan lagi. 4. Pencemaran yang bersifat sosial dan ekonomi Kepergian penduduk desa ke kota untuk mengadu nasib tidaklah menjadi masalah apabila masyarakat mempunyai keterampilan tertentu yang dibutuhkan di kota. Namun, kenyataanya banyak diantara mereka yang datang ke kota tanpa memiliki keterampilan kecuali bertani. Oleh karena itu, sulit bagi mereka untuk memperoleh pekerjaan yang layak. Mereka terpaksa bekerja sebagai buruh harian, penjaga malam, pembantu rumah tangga, tukang becak, dan pekerjaan lain yang sejenis. Bahkan,masyarakat yang gagal memperoleh pekerjaan sejenis itu menjadi tunakarya, tunawisma, dan tunasusila.
11
5. Penyebab kemacetan lalu lintas Padatnya penduduk di kota menyebabkan kemacetan dimana-mana, ditambah lagi arus urbanisasi yang makin bertambah. Para urban yang tidak memiliki tempat tinggal maupun pekerjaan banyak mendirikan pemukiman liar di sekitar jalan, sehingga kota yang awalnya sudah macet bertambah macet. Selain itu tidak sedikit para urban memiliki kendaraan sehingga menambah volum kendaraan di setiap ruas jalan di kota. 6. Merusak tata kota Tata kota suatu daerah tujuan urban bisa mengalami perubahan dengan banyaknya urbanisasi. Urban yang mendirikan pemukiman liar di pusat kota serta gelandangan-gelandangan di jalan-jalan bisa merusak sarana dan prasarana yang telah ada, misalnya trotoar yang seharusnya digunakan oleh pedestrian justru digunakan sebagai tempat tinggal oleh para urban. Hal ini menyebabkan trotoar tersebut menjadi kotor dan rusak sehingga tidak berfungsi lagi.
Manajemen Pengendalian Penduduk Untuk menjelaskan definisi manajemen pengendalian penduduk, maka harus dijelaskan dulu definisi manajemen secara umum. Menurut pengertian Stoner
&
Wankel
(1986),
manajemen
adalah
proses
merencanakan,
mengorganisasikan, memimpin, mengendalikan usaha-usaha anggota organisasi dan proses penggunaan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi yang sudah ditetapkan. Sedangkan menurut Terry (1982) manajemen adalah
proses
tertentu
yang
terdiri
dari
kegiatan
merencanakan,
mengorganisasikan, menggerakkan sumber daya manusia dan sumber daya lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Banyak definisi lain, namun pada intinya manajemen adalah sekumpulan aktifitas atau usaha yang disengaja (merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan) yang terkait dengan tujuan tertentu. Pengendalian penduduk ditinjau dari definisi umum adalah segala usaha untuk mempengaruhi pola pertumbuhan penduduk ke arah angka pertumbuhan
12
penduduk yg diinginkan dan ditempuh melalui suatu kebijaksanaan pemerintah di bidang
kependudukan.
Kebijaksanaan
kependudukan
dapat
berbentuk
kebijaksanaan langsung, yaitu kebijaksanaan kependudukan yang mempengaruhi variabel kependudukan (antara lain migrasi) secara langsung. Jadi manajemen pengendalian penduduk pendatang bisa diartikan sebagai sekumpulan usaha merencanakan, mengorganisasikan, dan menggerakkan sumber daya manusia dan sumber daya lain dalam rangka mempengaruhi pola pertumbuhan penduduk pendatang ke arah angka pertumbuhan penduduk yang disesuaikan dengan daya tampungnya dan ditempuh melalui suatu kebijaksanaan pemerintah di bidang kependudukan. Pengendalian penduduk adalah upaya untuk membatasi pertumbuhan penduduk yang disesuaikan dengan daya dukung dan daya tampung wilayahnya. Hal ini perlu dilakukan karena luas lahan yang ada di permukaan bumi ini sudah bertuan semua, sehingga tidak ada kemungkinan perluasan wilayah dari sekelompok masyarakat tertentu tanpa perlawanan dari kelompok masyarakat lain. Dapat dikatakan bahwa di suatu daerah luasan lahan tidak bertambah. Akibatnya dengan meningkatnya jumlah penduduk maka besarnya rasio manusia-lahan, yaitu perbandingan antara jumlah manusia dan luas lahan di suatu daerah semakin meningkat, meskipun nilai setiap jengkal lahan sangat dipengaruhi oleh tingkat kebudayaan masyarakat yang mendiami (Rusli, 1996).
Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Pengukuran daya dukung lingkungan didasarkan pada pemikiran bahwa lingkungan memiliki kapasitas maksimum untuk mendukung suatu pertumbuhan organisme. Tiap daerah mempunyai suatu batas maksimal dalam menampung jumlah penduduk seperti pernyataan berikut : “Each region or area has a natural carrying capacity for sustaining humans populations which cannot be exceeded in the long-term without negative consequencies” (Orians dan Skumanish, 1997). Odum (1971) menegaskan bahwa daya dukung lingkungan merupakan jumlah populasi organisme yang kehidupannya dapat didukung oleh suatu
13
kawasan/ekosistem. Caughley (1979) membedakan antara dua tipe daya dukung, yaitu daya dukung ekologi dan daya dukung ekonomi. Daya dukung ekologi menjelaskan ukuran herbivora dan populasi tanaman yang dapat dicapai secara alami apabila keduanya dibiarkan berinteraksi tanpa ada intervensi manusia. Sementara itu, daya dukung ekonomi menjelaskan suatu kesetimbangan yang ditimbulkan oleh kelestarian pemanenan populasi herbivora.
Dalam
konteks ini, perbedaan manajemen dapat berimplikasi pada ukuran populasi optimal yang diperoleh. Satu hal penting dalam proses membangun daya dukung lingkungan adalah menjelaskan hubungan antar berbagai tingkatan aktivitas dengan pengaruh-pengaruh lingkungannya, serta suatu dugaan perolehan akibat pengaruh lingkungan yang berbeda pada suatu teknik manajemen yang lain pula. Karenanya, perlu ditetapkan tentang elemen-elemen apa dari interaksi-interaksi tersebut yang akan dioptimalkan. Senada dengan pengertian sebelumnya, daya dukung lingkungan dimaknai sebagai kapasitas maksimum lingkungan yang dapat memikul beban yang ada (Duarte, et al. 2003). Sementara itu, Losondo, dan Westers, (1993) menyatakan bahwa daya dukung ekologis merupakan landasan bagi optimalisasi habitat dalam menghasilkan produksi. Daya dukung dapat berubah sesuai dengan asupan manajemen dan teknologi.
Atas dasar ini dapat dimengerti pendapat bahwa daya dukung
lingkungan bukanlah suatu konsep atau formula keilmuan untuk mendapatkan suatu angka. Batasan-batasannya hendaklah dipandang sebagai suatu arahan. Batasan-batasan tersebut seharusnya dengan hati-hati digunakan dan dimonitor serta dipadukan dengan standar lainnya. Daya dukung tidaklah tetap, melainkan berkembang sesuai dengan waktu, perkembangan serta dapat dipengaruhi oleh teknik-teknik manajemen dan pengontrolan (Telfor dan Robinson, 2003.). Lingkungan mempunyai kemampuan dalam mengasimilasi limbah disebut sebagai daya tampung lingkungan.
Daya tampung lingkungan berdasarkan
Undang-undang 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lainnya yang masuk atau atau dimasukkan ke dalamnya. Padahal sebenarnya daya tampung lingkungan sudah dapat tercakup dalam pengertian daya dukung
14
lingkungan karena “mendukung perikehidupan dapat diartikan sebagai mendukung ketersediaan sumber daya yang dibutuhkan sekaligus mengasimilasi limbah dari dari konsumsi sumberdaya tersebut. Menurut
Undang-undang
52
tahun
2009
tentang
Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, yang dimaksud dengan daya dukung alam adalah kemampuan lingkungan alam beserta segenap unsur dan sumbernya untuk untuk menunjang perikehidupan manusia serta makhluk lain secara berkelanjutan.
Sementara yang dimaksud dengan daya tampung lingkungan
adalh kemampuan lingkungan hidup buatan manusia untuk memenuhi perikehidupan penduduk.
Dari pengertian tersebut, daya dukung lingkungan
adalah sesuatu yang bersifat dinamis, dapat terdegradasi atau punah apabila tidak dilestarikan dan sebaiknya dapat ditingkatkan kemampuannya.
Kondisi Kependudukan Kota Balikpapan Komposisi penduduk Kota Balikpapan sangat heterogen meliputi hampir seluruh suku yang ada di Indonesia, baik dari Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Jawa, Sumatera dan Kalimantan sendiri. Penduduk asli Balikpapan sendiri adalah Pasir Balik yang halmpir punah dan tersebar didaerah Kecamatan Balikpapan seberang. Penduduk Kota Balikpapan umumnya berbahasa Indonesia dan sedikit yang mempergunakan bahasa daerah. Untuk Tahun 2009, banyaknya penduduk Kota Balikpapan sejumlah 621.862 jiwa, meningkat sebesar 20.470 dari jumlah penduduk tahun 2008 sebanyak 601.392 jiwa. Dari 5 (lima) Kecamatan di Kota Balikpapan, yang mempunyai jumlah penduduk terbanyak adalah Kecamatan Balikpapan Selatan, yaitu sebesar 218.520 jiwa, sedangkan Kecamatan Balikpapan Timur mempunyai jumlah
penduduk
yang
paling
sedikit,
yaitu
sebanyak
61.691
jiwa.
(www,Balikpapan.go.id) Upah untuk tenaga kasar/buruh atau pembantu di Balikpapan relatif lebih tinggi dibandingkan di pulau jawa bisa sampai dengan 2, 3 x lipat upah di pulau jawa atau Sumatera yaitu sekitar Rp 600 ribu s/d 1 juta. Tidak mengherankan jika harga-harga kebutuhan sandang dan pangan sangat tinggi di provinsi ini. Developer perumahan/proyek besar biasanya membawa tenaga kerja dari pulau
15
jawa langsung karena bisa dibayar murah. Sedangkan warga asli atau lokal sendiri jarang yang berminat terjun sebagai tenaga kasar atau buruh sehingga kemungkinan karena gengsi. Inilah yang merupakan salah satu dari faktor penarik bagi pendatang.
16
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di wilayah Kota Balikpapan selama empat bulan, dari bulan Nopember 2010 – April 2011. Gambar 3. Peta lokasi penelitian
17
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terbagi dalam data primer dan sekunder. Data primer bersumber dari hasil survei dan wawancara di lapangan. Responden terdiri atas penduduk pendatang. Sedangkan data sekunder diperoleh dari beberapa sumber, yaitu dari studi literatur, dinas atau departemen terkait baik berupa teori, hasil-hasil penelitian dan dokumen yang memiliki keterkaitan langsung dengan penelitian. Data kependudukan diperoleh dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Balikpapan, data penggunaan lahan diperoleh dari Bappeda Kota Balikpapan, data tentang air bersih diperoleh dari PDAM dan BPS, data ketenagakerjaan diperoleh dari Dinas Tenaga Kerja dan Sosial, serta data dan peta permukiman diperoleh dari Bappeda Kota Balikpapan.
Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara dan kuisioner. contoh informan
dilakukan dengan teknik
purposive sampling dengan
pertimbangan bahwa informan yang dipilih adalah penduduk pendatang sebanyak 75 orang. Sementara pengumpulan data sekunder diambil dari beberapa pustaka, baik berupa teori, hasil-hasil penelitian dan dokumen yang memiliki keterkaitan langsung dengan penelitian.
18
Tabel 1. Tujuan, variabel, tenik pengumpulan dan analisis data serta keluaran Variabel Pengamatan
Pengumpulan Data
1. Mengkaji kondisi pendatang
• Kependudukan
Rumus geometrik (Rusli, 2006) Distribusi Frekuensi
2. Mengkaji daya dukung dan daya tampung lingkungan
• Penduduk dan lahan,
Kuisioner, wawancara dan studi literatur Data sekunder dan Studi literatur
Data Sekunder dan Studi literatur
Perda no 22 tahun 2002 RTRW Kota Balikpapan
Tujuan Penelitian
• Penduduk dan air bersih • Penduduk dan tenaga kerja
3.Merumuskan manajemen pengendalian penduduk pendatang
• Penduduk dan lahan, • Penduduk dan air bersih • Penduduk dan tenaga kerja
Analisis Data
Analisis penduduk dan lahan (Bappenas, 2004) Analisis ketersediaan dan kebutuhan air bersih (Soerjani, 1987, SPM, 2009) Analisis ketenagakerjaan (BPS, 1990)
Keluaran (output) yang diharapkan Jumlah, persebaran dan pertumbuhan penduduk pendatang Keseimbangan dan keserasian jumlah penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan
Mengarahkan, mengatur, dan mengendalikan penduduk pendatang
Analisis Data Secara umum manajemen pengendalian penduduk ini menggunakan pendekatan indikator dinamis keseimbangan penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan dengan menganalisa faktor-faktor yang meliputi :
Analisis Kependudukan Analisis kependudukan akan mencakup aspek kuantitas penduduk. Aspek kuantitas berkaitan dengan jumlah, pertumbuhan, persebaran, dan kepadatan penduduk. Untuk mengetahui laju perkembangan penduduk untuk tahun tertentu dapat dihitung dengan rumus (Rusli, et al, 2006):
19
Dimana : B = jumlah kelahiran r = laju perkembangan penduduk tahunan D = jumlah kematian I = jumlah migrant masuk E = jumlah migran keluar Ptt = penduduk tengah tahun
Jika data yang tersedia hanya pada dua titik waktu, maka laju pertumbuhan penduduk dapat dihitung dengan rumus Geometrik :
Pt = Po (1 + r )t Dimana : Pt = jumlah penduduk pada akhir periode t P 0 = jumlah penduduk pada awal periode t r = laju perkembangan penduduk tahunan t = waktu
Analisis berikutnya adalah analisis faktor kritis permasalahan lingkungan Kota Balikpapan berupa analisis akan keseimbangan penduduk dengan daya dukung dan daya tampung wilayah yang meliputi :
1. Analisis Penduduk dan lahan Untuk mengetahui potensi lahan yang sesuai dengan daya dukug dan daya tampung wilayah dilakukan dengan membandingkan antara lahan terbangun dan lahan yang tidak terbangun (Bappenas, 2004).
20
2. Analisis Ketersediaan dan Kebutuhan Air Bersih Analisis data untuk menentukan potensi air yang tersedia di Kota Balikpapan menggunakan pendekatan dari berbagai sumber penyediaan air. Membandingkan antara potensi air yang tersedia dengan total kebutuhan air bersih (Soerjani, 1987). Menentukan Standar Pelayanan Minimum air bersih dianalisis dengan menggunakan pendekatan rumus SPM Bidang Air Baku (2009) : SPM = ∑ ketersediaan air bersih (m3/tahun) ∑ kebutuhan air bersih (m /tahun)
x 100 %
3
3. Analisis Ketenagakerjaan a. Angkatan Kerja Untuk mengukur angkatan kerja ditetapkan usia kerja, yaitu usia yang dipakai untuk menilai apakah seseorang merupakan angkatan kerja atau bukan. Secara internasional usia 15 – 64 tahun. Batasan yang dipakai (BPS) yaitu : a) Bekerja • Mereka yang selama seminggu sebelum interview melakukan pekerjaan atau bekerja dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan selama pling sedikit satu jam dalam seminggu yang lalu dan tidak boleh terputus. • Mereka yang selama seminggu sebelum interview tidak melakukan pekerjaan atau bekerja kurang dari satu jam, tetapi mereka adalah : (1) Pekerja tetap, pegawai pemerintah atau swasta yang sedang tidak masuk kerja karena cuti, sakit dan sebagainya. (2) Petani yang mengusahakan tanah pertanian yang tidak bekerja karena menunggu panen atau menunggu hujan untuk menggarap sawah dan sebagainya (3) Orang yang bekerja dibidang keahlian seperti tukang cukur, tukang pijat dan sebagainya b) Mencari Pekerjaan • Mereka yang bekerja, tetapi karena suatu hal masih mencari pekerjaan
21
• Mereka yang dibebastugaskan dan akan dipanggil kmbali • Mereka yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan. b. Kesempatan Kerja dan Lapangan Kerja Dalam hal ini akan dikumpulkan data berdasarkan kesempatan kerja dan lapangan pekerjaan. Kesempatan kerja digolongkan dalam tiga sektor : 1. Sektor Pertanian 2. Sektor Industri 3. Sektor Jasa Penggolongan lapangan pekerjaan berdasarkan : 1. Pertambangan dan perminyakan 2. Pertanian dan perikanana 3. Industri pengolahan 4. Listrik, gas dan air 5. Bangunan 6. Perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel 7. Angkutan, pergudangan dan komunikasi 8. Jasa kemasyarakatan 9. Lainnya. c. Pemanfaatan Tenaga Kerja dan Pengangguran Laju pengangguran biasanya dihitung sebagai berikut (BPS, 1995) :
Dalam hal ini di lakukan pengkategorian sebagai berikut : 1. Penganggur (penganggur terbuka) 2. Jam kerja kurang 3. Tingkat pendapatan rendah meskipun jam kerja cukup 4. Tidak sesuai antara pekerjaan dan pendidikan/keterampilan yang diperoleh 5. Penganggur pasif atau tenaga kerja yang kehilangan harapan.
22
Kemudian dibandingkan antara jumlah pencari kerja berdasarkan tingkat pendidikan dengan jumlah permintaan tenaga kerja.
4. Analisis Karakteristik dan Perilaku Penduduk Pendatang Analisis ini mencakup bahasa, ritual, sikap, etiket dan kebiasaan-kebiasaaan (Abdullah, 1999)
5. Analisis Pemukiman Analisis ini dilakukan dengan pengamatan terhadap pemukiman dan sistem drainase Analisis pemukiman mencakup aspek tata guna tanah, tipologi kawasan dan kondisi fisik bangunan rumah.
23
HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Kota Balikpapan Kota Balikpapan memiliki luas wilayah daratan sebesar 503,3 km2 dan luas pengelolaan laut mencapai 160,10 km2 dan terletak pada posisi 116,5° Bujur Timur dan 117,0° Bujur Timur serta di antara 1,0° Lintang Selatan dan 1,5°Lintang Selatan. Kota ini terdiri atas lima kecamatan dan 27 kelurahan.Lima kecamatan tersebut adalah Balikpapan Selatan, Balikpapan Timur, Balikpapan Utara, Balikpapan Tengah dan Balikpapan Barat. Kota Balikpapan di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kutai Kartanegara, di sebelah barat dengan Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), sedangkan di sebelah selatan dan timur berbatasan dengan Selat Makassar. Dilihat dari topografinya, kemiringan dan ketinggian permukaan tanah dari permukaan air laut sangat beragam. Mulai yang terendah dari wilayah pantai dengan ketinggian 0 meter sampai dengan wilayah berbukit dengan ketinggian 100 meter dari permukaan laut (d.p.l). Dominasi wilayah berbukit membuat sebagian besar wilayah, yaitu 42,33 persen mempunyai kelas kemiringan antara 15 persen sampai dengan 40 persen yang rawan tanah longsor (Dinas Kependudukan Kota Balikpapan, 2008). Kota Balikpapan memiliki letak yang strategis, yaitu pada posisi silang jalur perhubungan nasional dan internasional, berpengaruh pada perkembangan kota sebagai pusat jasa, perdagangan, dan industri yang tidak hanya berskala regional Kalimantan Timur, namun juga berkembang sebagai salah satu sentra di Indonesia Tengah. Dengan potensi sumber daya yang besar di sekitar kota, terutama di wilayah hinterland seperti Kabupaten Kutai dan Pasir, maka Kota Balikpapan menjadi daya tarik bagi kegiatan perekonomian. Apalagi dengan keberadaan sarana penunjang Pelabuhan Laut Semayang dan Bandar Udara Sepinggan. Selain itu, Kota Balikpapan merupakan pusat kegiatan eksplorasi minyak dan gas serta batu bara di seluruh Kaltim bahkan juga sebagian wilayah Kalimantan. Perekonomiannya sangat dipengaruhi oleh sektor perdagangan,
24
restoran dan hotel, sektor angkutan dan komunikasi, bangunan/konstruksi serta industri pengolahan.
Hal ini telah membawa dampak meningkatnya jumlah
penduduk karena terdapatnya peluang untuk mendapat pekerjaan yang cukup besar dan untuk melakukan usaha di berbagai sektor.
Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Komposisi penduduk Kota Balikpapan sangat heterogen, meliputi hampir seluruh suku yang ada di Indonesia, baik dari Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Jawa, Sumatera dan suku-suku yang ada di Kalimantan. Penduduk asli Balikpapan adalah Pasir Balik yang hampir punah dan tersebar didaerah Kecamatan Balikpapan seberang. Penduduk Kota Balikpapan umumnya berbahasa Indonesia dan sedikit yang mempergunakan bahasa daerah. Berdasarkan
hasil
sensus
penduduk
Kota
Balikpapan
(Dinas Kependudukan, 2008) mulai tahun 1961 – 2009, kenaikan jumlah penduduk dapat dilihat pada Tabel 2 : Tabel 2 : Pertumbuhan penduduk tahun 1961 – 2009
No.
Tahun
Jumlah Penduduk (Jiwa)
1.
1961
91.706
Tingkat Pertumbuhan Selang Tahun (% per tahun) -
2.
1971
137.340
4,16
3.
1980
280.675
8,17
4.
1990
344.405
2,07
5.
2000
406.833
1,74
6.
2009
621.862
4,83
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Balikpapan (2009)
Berdasarkan data pada Tabel 2, selama kurun waktu 50 tahun yaitu dari tahun 1961 - 2009 jumlah penduduk Kota Balikpapan mencapai 7 kali lipat. Pertumbuhan penduduk yang tinggi pada kurun waktu 1971 – 1980 yaitu 8,17 persen yang sebelumnya 4,16 persen pada periode tahun 1961 – 1971 berkaitan
25
dengan proses percepatan pembangunan pada kota ini. Hal ini juga memicu migrasi penduduk dari daerah lain ke Kota Balikpapan. Sementara Jumlah penduduk pendatang Kota Balikpapan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 : Pertumbuhan Jumlah Penduduk Pendatang Tahun 2003 - 2009 No.
Bulan
1.
Januari
2.
Februari
3.
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
1,366
1,451
1,214
1,458
1,761
1,836
1,840
991
1,121
1,286
1,510
1,637
1,547
1,515
Maret
1,105
1,351
1,522
1,324
1,622
1,392
1,555
4.
April
1,181
1,064
1,303
1,250
1,550
1,654
1,345
5.
Mei
1,084
1,141
1,226
1,454
1,731
1,523
1,581
6.
Juni
991
1,223
1,452
1,372
1,759
1,867
1,813
7.
Juli
1,054
1,181
1,414
2,296
1,857
1,849
1,708
8.
Agustus
979
1,315
1,604
2,215
1,883
1,602
1,500
9.
September
1,063
1,176
1,560
1,653
1,182
1,308
868
10.
Oktober
1,033
1,146
1,254
1,155
1,039
1,318
1,498
11.
Nopember
700
729
1,134
1,669
1,720
1,874
1,462
12.
Desember
1,266
1,314
1,774
1,553
1,297
1,425
1,126
12,813
14,212
16,743
18,909
19,038
19,195
17,811
Total
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Balikpapan (2009)
Dari Tabel 3 dapat diketahui jumlah penduduk pendatang di tahun 2003 adalah 12.813 jiwa dan meningkat di tahun 2009 menjadi 17.811 jiwa dengan peningkatan sebesar 3,11 persen pertahun. Dibandingkan pertumbuhan penduduk karena kelahiran periode 2009, yaitu sebesar 25,99 persen, pertumbuhan penduduk akibat pendatang dengan periode yang sama sebesar 49,25 persen, maka pertumbuhan penduduk karena pendatang hampir 2 kali lipat dibandingkan pertumbuhan penduduk karena kelahiran. Demikian pula pada tahun 2009, laju pertumbuhan alami penduduk Kota Balikpapan diperkirakan 1,30 persen.
Dengan demikian pertumbuhan
penduduk akibat pendatang melebihi 2 kali lipat dari pertumbuhan penduduk alami.
Berikut ini adalah Tabel dan Grafik kelahiran, kematian, pindah dan
datang kota Balikpapan tahun 2009.
26
Tabel 4 : Jumlah Kelahiran, Kematian, Pindah dan Datang Kota Balikpapan, 2009 No. Bulan Lahir Mati Pindah Datang Jumlah 1.
Januari
2.
Februari
3.
Maret
4.
April
5.
Mei
6.
Juni
7.
Juli
8.
Agustus
9.
September
10.
Oktober
11.
Nopember
12.
Desember Jumlah Persentase
653
63
546
1.840
3.102
800
56
548
1.515
2.919
923
59
571
1.555
3.108
717
119
535
1.345
2.716
831
199
483
1.581
3.094
1.036
176
763
1.813
2.752
925
76
625
1.708
3.334
692
189
507
1.500
2.888
561
175
459
868
2.063
818
118
632
1.498
3.066
858
58
850
1.462
3.228
587
43
1.099
1.126
1.756
9.401 25,99
1.331 3,7
7.618 21,06
17.811 49,25
34.026 100
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Balikpapan (tahun 2009)
Gambar 4 : Kelahiran, Kematian, Pindah dan Datang Kota Balikpapan, 2009
25,99 % Lahir
49,25 %
Mati 21,06 %
Pindah Datang 3,70 %
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Balikpapan (2009)
27
Dengan asumsi pertumbuhan penduduk kota Balikpapan sama dengan pertumbuhan penduduk tahun 2000 – 2009 sebesar 4,83 persen, maka jumlah penduduk Kota Balikpapan tahun 2015 akan meningkat menjadi 825.275 jiwa.
Persebaran dan Kepadatan Penduduk Pertumbuhan penduduk yang tinggi di Kota Balikpapan ternyata tidak diimbangi oleh persebaran penduduk yang merata antar wilayah kecamatan. Indikasinya dapat dilihat bahwa dari lima kecamatan di Balikpapan, Kecamatan Balikpapan Selatan mempunyai jumlah penduduk terbanyak yaitu sebesar 183.858 jiwa atau sekitar 34,14 persen penduduk. Hal ini bisa dimaklumi, karena wilayah Kecamatan Balikpapan Selatan merupakn pusat perekonomian dan pemerintahan.
Di samping itu, pembukaan lahan secara intensif untuk
pemukiman semakin mengukuhkan Balikpapan Selatan sebagai kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak. Sedangkan Kecamatan Balikpapan Timur yang sebagian daerah pantai dengan fasilitas umum dan fasilitas sosial yang masih terbatas, juga wajar apabila penduduknya paling sedikit yaitu 52.611 jiwa atau sekitar 9,77 persen. Mayoritas penduduk Balikpapan mendiami pusat kota yang terletak di wilayah Kecamatan Balikpapan Tengah. Kecamatan Balikpapan Tengah dengan luas wilayah hanya 11,07 Km2 dihuni oleh 108.056 jiwa, atau dengan kepadatan penduduk sekitar 9.761 jiwa per Km2. Sedangkan Kecamatan Balikpapan Barat dengan wilayah terluas 179,95 Km2 hanya dihuni oleh 89.831 jiwa atau dengan kepadatan penduduk sekitar 499 jiwa per Km2 . Informasi tentang persebaran penduduk perkecamatan Kota Balikpapan dapat dilihat pada Tabel 5. Sementara luas wilayah dan kepadatan penduduk menurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel 6. Terkonsentrasinya penduduk pada suatu wilayah dengan pola aktivitas yang terus berkembang akan dapat memberikan konsentrasi yang besar bagi daya dukung lingkungan wilayah yang bersangkutan.
28
Tabel 5. Persebaran Penduduk Menurut Kecamatan (%), 2010 Balikpapan
Balikpapan
Balikpapan
Balikpapan
Balikpapan
Jumlah
Selatan
Timur
Utara
Tengah
Barat
(%)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
2000
32,87
9,64
17,97
21,81
17,11
100,00
2001
32,87
10,04
18,65
22,00
16,44
100,00
2002
32,32
9,99
18,05
22,90
16,74
100,00
2003
33,47
9,77
18,60
21,12
17,03
100,00
2004
33,54
9,81
18,98
20,95
16,72
100,00
2005
33,73
9,79
18,82
20,94
16,71
100,00
2006
34,05
9,77
18,58
20,90
16,69
100,00
2007
34,36
9,68
18,64
20,71
16,61
100,00
2008
34,33
9,74
18,70
20,51
16,72
100,00
2009
34,14
9,77
19,03
20,38
16,68
100,00
Tahun
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Balikpapan (Last update : Januari 2010)
Tabel 6. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan, 2010 Luas Wilayah
Kepadatan Penduduk
(Km )
(jiwa Per Km2)
1. Balikpapan Selatan
47,95
3.834
2. Balikpapan Timur
132,16
398
3. Balikpapan Utara
132,17
775
4. Balikpapan Tengah
11,07
9.915
5. Balikpapan Barat
179,95
499
Jumlah
503,30
1,070
Kecamatan
2
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Balikpapan (Last update : Januari 2010)
29
Daya Dukung dan Daya Tampung Wilayah Adapun hasil dan pembahasan dari manajemen pengendalian penduduk ini menggunakan pedekatan indikator dinamis keseimbangan penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan dengan menganalisa faktor-faktor kritis dari Kota Balikpapan. Faktor kritis adalah faktor-faktor yang menentukan daya dukung dan daya tampung penduduk di suatu wilayah pada satu tingkat teknologi dan organisasi tertentu. 1. Penduduk dan Lahan Berdasarkan data perkembangan penggunaan lahan dalam rencana tata ruang wilayah kota, tampak bahwa di Kota Balikpapan ada 5 (lima) penggunaan lahan utama di daerah ini, yaitu untuk kawasan pusat kota, kawasan coastal road, kawasan perumahan, kawasan konservasi alam dan sektoral serta kawasan industri Kariangau. Secara visual, perkembangan industri Kariangau cukup pesat. Dengan demikian, akan terjadi peningkatan kepadatan penduduk dalam satuan wilayah. Dengan peningkatan lahan untuk kepentingan tersebut maka akan terjadi pengurangan lahan kering. Penggunaan lahan untuk pemukiman di Kota Balikpapan sudah terbangun mencapai
3.147,32 ha dengan wilayah untuk pemukiman pada tiap-tiap
Kecamatan yaitu Balikpapan Tengah dengan luas 520,44 ha, Kecamatan Balikpapan Selatan : 1.168,1 Ha, Kecamatan Balikpapan Barat : 270,21 ha, Kecamatan Balikpapan Utara mencapai luas 832,89 ha, Kecamatan Balikpapan Timur mencapai luas 355,68 ha. Perbandingan antara kepadatan penduduk, total luas lahan dan luas lahan terbangun perkecamatan dapat dilihat pada Tabel 7.
30
Tabel 7. Perbandingan antara kepadatan penduduk, total luas lahan dan luas lahan terbangun perkecamatan
Kecamatan
Kepadatan Penduduk (jiwa per Km2)
Luas Wilayah (ha)
Luas Lahan Terbangun (ha)
Balikpapan Selatan Balikpapan Timur Balikpapan utara Balikpapan Tengah Balikpapan Barat Jumlah Total Persentase
Luas Lahan Tidak Terbangun (%)
(ha)
(%)
3.834
4.795,57
2.198,04
45.83
2.597,52
54.17
398
13.215,81
741,21
5,61
12.474,59
94,39
775
13.216,62
1.276,65
9,66
11.939,97
90.34
9.915
1.107,38
844,01
76,22
263,37
23,78
499
17.989,95
457,45
2,54
17.532,51
97,46
1,070
50.325,33
5.517,36
44.807,96
100,00
10,96
89,04
Sumber : RDTR Kota Balikpapan, 2008
Persentase penggunaan lahan menjadi daerah terbangun dan tidak terbangun di Kota Balikpapan menunjukkan bahwa wilayah terbangun baru mencapai 10,96 persen, sementara wilayah yang belum terbangun masih 89,04 persen. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa wilayah terbangun di Kota Balikpapan masih sangat rendah terutama di Kecamatan Balikpapan Timur, Balikpapan Utara dan Balikpapan Barat. Sementara persentase penggunaan lahan di Kecamatan Balikpapan Selatan antara lahan yang terbangun dengan yang tidak terbangun selisihnya sangat sedikit yaitu 8,34 persen. Sebagai pusat kota, Kecamatan Balikpapan Selatan memiliki perkembangan dan pertumbuhan yang cukup pesat, sehingga pelaksanaan pembangunannya dari tahun ketahun semakin meningkat dan mengakibatkan terjadinya perubahan penggunaan lahan untuk pembangunan permukiman, perdagangan dan jasa, industri dan lainnya. Wilayah terbangun di keempat kecamatan paling tinggi digunakan untuk pemukiman dan wilayah tidak terbangun paling besar adalah semak belukar.
31
Sementara Kecamatan Balikpapan Tengah sebagian besar pola pemanfaatan lahannya mereupakan kawasan terbangun yang mencapai 844,01 ha atau 76,22 persen dari luas wilayah.
Jenis penggunaan lahan terbesar adalah untuk
pemukiman dengan luas 520,44 ha. Hal ini wajar, karena Kecamatan Balikpapan Tengah merupakan wilayah yang terkategori paling diminati oleh pendatang. Permukiman penduduk berfungsi ganda yaitu selain sebagai tempat bermukim rumah-rumah juga berfungsi sebagai tempat usaha baik itu perdagangan maupun kegiatan jasa. Di Wilayah Kecamatan Balikpapan Tengah juga terdapat faktor penarik utama. Faktor utama tersebut adalah adanya kilang minyak Pertamina yang merupakan aset Nasional. Selain adanya kilang Pertamina, berkembang pula kegiatan industri perdagangan berupa swalayan, pusat grosir dan pertokoan. Kegiatan jasa yang berkembang berupa perbankan, jasa konveksi, bengkel dan kegiatan jasa lainnya. Kegiatan-kegiatan tersebut pada akhirnya berdampak pada permintaan kebutuhan ruang yang semakin meningkat. Dari data pada Tabel 7, dapat dinyatakan bahwa penggunaan lahan wilayah Kecamatan Balikpapan Timur, Balikpapan Utara dan Balikpapan Barat belum mengkhawatirkan karena penggunaan lahan masih terkendali, pertumbuhan penduduk yang rendah, perubahan alih fungsi lahan juga relatif kecil. Tetapi wilayah tersebut memerlukan pengaturan alih fungsi lahan lebih terkendali dan terarah. Wilayah Kecamatan Balikpapan Tengah dan Kecamatan Balikpapan Selatan dari data Tabel 7 diketahui penggunaan lahan terbangunnya sudah sangat tinggi sehingga perlu langkah-langkah pengendalian yang ketat. Terutama Balikpapan Tengah, jika dikaitkan dengan standar luasan hutan kota ádalah 10% dari luasan wilayah. Maka luas wilayah Kecamatan Balikpapan Tengah adalah 1.107,38 ha sedangkan luas hutan kota di Kecamatan Balikpapan Tengah hanya mencapai 7,995 ha atau hanya mencapai 0.72 % dari luas wilayah. Hal tersebut tentunya masih jauh dari kurang untuk kawasan hutan kota di Kecamatan Balikpapan Tengah.
32
Penduduk dan Air Bersih Guna mengetahui daya dukung sumber daya air suatu wilayah maka tingkat kebutuhan air harus dibandingkan dengan tingkat ketersediaan air yang dalam wilayah tersebut (Soerjani, 1987). Besarnya kebutuhan air bersih di Kota Balikpapan seperti tersebut diatas harus dibandingkan dengan ketersediaan air dari berbagai sumber yang dimiliki Kota Balikpapan. Kebutuhan air kota Balikpapan untuk sosial umum (meliputi hydran umum. kamar mandi. dll) adalah 181622 m3 dan untuk sosial khusus (meliputi badan-badan sosial; rumah sakit; rumah ibadah) 733,623 m3. Kebutuhan untuk rumah tangga A, B dan C sebesar 16.243.516 m3. Kebutuhan air untuk rumah tangga atau domestik ini merupakan yang terbesar dibandingkan dengan kegiatankegiatan lain yang membutuhkan air bersih. Sementara itu, instansi pemerintah membutuhkan air bersih sebesar 347.447 m3 dan perniagaan baik perniagaan besar (hotel, restoran, pasar, swalayan) maupun kecil (kios, perusahaan, toko, rumah minum, losmen, penginapan, dll) membutuhkan air sebesar 1.420.623 m3. Sebaliknya industri kecil (seperti kerajinan rumah tangga, peternakan kecil, dll) dan industri besar (pabrik, peternakan besar. dll) hanya membutuhkan air bersih sebesar 12.103 m3.
Selain itu, masih ada kebutuhan akan air bersih yaitu
pelabuhan (pelabuhan laut, sungai dan udara) 33.881 m3 dan pengisian Auto Tangki sebesar 21.233 m3.
Jadi, total air yang dibutuhkan untuk berbagai
kegiatan di Kota Balikpapan adalah sebesar 18.994.048 m3/tahun. Air yang diproduksi oleh PDAM Kota Balikpapan sebanyak 29,342 juta 3
m /tahun. Air baku yang dipergunakan PDAM antara lain berasal dari air tanah dalam, air permukaan, air reshecling, dan air tadah hujan. Pelayanan PDAM ini mampu melayani 71,36 – 89,93 persen masyarakat Kecamatan Balikpapan Barat dan Tengah. Sementara Kecamatan Balikpapan Selatan, Timur dan Utara hanya sekitar 50 persen yang dapat terlayani air bersihnya oleh pihak PDAM. Artinya cakupan air bersih oleh PDAM di Kota Balikpapan ini belum merata. Selebihnya, masyarakat di tiga Kecamatan tersebut memanfaatkan air bersih yang berasal dari sumur gali dengan potensi ketersediaan sebesar 2,098 juta m3//tahun, sumur pompa dengan potensi ketersediaan sebesar 1,459 juta m3/tahun, dan hidran
33
umum yang berpotensi ketersediaan sebesar 1,387 m3/tahun. Oleh karena itu, total potensi ketersediaan semua sumber air bersih yang dimiliki Kota Balikpapan adalah sebesar 34,286 juta m3/tahun. Tabel 8. Potensi Ketersediaan Air Bersih di Kota Balikpapan No.
Sumber Air
Potensi Ketersediaan Air (juta m3/tahun)
1.
PDAM
29,342
2.
Sumur gali
2,098
3.
Sumur pompa
1,459
4.
Hidran umum
1,387
Total Potensi
34,286
Sumber : PDAM (2009) dan hasil perhitungan
Perbandingan antara potensi ketersediaan air dengan besarnya kebutuhan dari data tersebut di atas sebesar 15,292 juta m3 yang merupakan cadangan akhir atau sisa dari hasil pemanfaatan sumber daya air yang ada. Ini berarti Kota Balikpapan masih mampu memenuhi kebutuhan air masyarakatnya dari cadangan yang tersedia. Hanya saja butuh pendistribusian yang merata pada setiap Kecamatannya. Hasil registrasi penduduk tahun 2009, jumlah penduduk di Kota Balikpapan menunjukkan angka 621.862 jiwa yang tersebar di enam kecamatan. Berdasarkan data terbaru tentang rata-rata konsumsi air penduduk per kapita sebesar 120 lt/orang/hari (SNI, 2002) maka kebutuhan air bersih untuk jumlah penduduk sebesar 621.862 jiwa adalah sebesar 74,62 juta liter/hari atau 27,24 juta m3/tahun. Selain itu, dengan melihat adanya tren pertumbuhan penduduk (2003 – 2009) yaitu sebesar 4,83 persen dan
jumlah penduduk meningkat menjadi
825.275 jiwa, maka menurut Standar Pelayanan Minimum (SPM) Bidang Air Baku (2009), dengan membandingkan antara potensi ketersediaan air bersih (34,286 m3/tahun) dengan total kebutuhan air bersih (36,147 m3/tahun) maka diketahui bahwa pada tahun 2015, persentase Kota Balikpapan dalam memenuhi kebutuhan air bersih penduduk adalah 94,85 %.
34
Selain itu, menurut penelitian Susilastuti, et.al (2009), perilaku dapat memperlambat krisis air bersih yang semula diprediksikan terjadi pada tahun 2018 dapat diundurkan menjadi tahun 2022. Artinya
perilaku positif penduduk
terhadap air mengakibatkan pengurangan konsumsi dan pencemaran, sehingga cadangan ketersediaan air bersih meningkat dan kelestarian airpun lebih terjaga.
Penduduk dan Tenaga Kerja Penduduk merupakan salah satu unsur lingkungan hidup, yakni unsur sumber daya manusia. Jumlah penduduk yang besar dapat membawa dampak yang bersifat multidimensi. Secara ekonomis, penduduk yang banyak merupakan potensi tenaga kerja yang murah. Tabel 9. Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kota Balikpapan, 2009 Lapangan Usaha Sektor A (Agriculture) Pertanian Jumlah Sektor M (Manufacture) Pertambangan dan penggalian Industri Listrik, Gas dan Air Minum Bangunan Jumlah Sektor S (Service) Perdagangan Restoran dan Hotel Angkutan dan Komunkasi Bank dan Lembaga Keuangan Jasa-jasa Lainnya Jumlah Total
Laki-Laki Jumlah %
Perempuan Jumlah %
Jumlah Jumlah %
12.080 12.080
7,60 7,60
2.453 2.453
3,43 3,43
14.533 14.533
6,30 6,30
17.759
11,17
1.271
1,78
19.030
8,25
9.764 2.439
6,14 1,53
4.297 387
6,00 0,54
14.061 2.825
6,10 1,23
16.758 46.719
10,54 29,58
872 6.826
1,22 9,53
17.630 53.546
7,65 23,14
37.902
23,63
33.870
47,32
71.772
31,12
18.996
11,95
2.969
4,15
21.965
9,53
10.598
6,66
5.297
7,40
15.894
6,89
24.303 8,423
15,28 5,30
16.757 3,409
23,41 4,76
41.060 11.832
17,81 5,13
100.222 159.021
62,82 100,00
62.302 71,58
87,04 100,00
162.523 230.602
70,48 100,00
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Balikpapan (2009)
35
Demikian pula halnya bilamana penduduk yang banyak dengan kualitas yang baik tentunya menjadi kekuatan dalam membangun daerah dan bangsa. Sebaliknya, bilamana penduduk yang jumlahnya banyak tidak terkendalikan, tentunya akan membawa berbagai akibat negatif bagi dinamika pembangunan serta lingkungan hidup,seperti di bidang perumahan, sosial budaya, ekonomi, ketenteraman dan ketertiban masyarakat, kriminalitas, serta pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup. Pada Tabel 9 disajikan data penduduk Kota Balikpapan yang bekerja menurut lapangan usaha. Tampak bahwa jumlah pekerja di Kota Balikpapan yang bergerak di sektor service (S) merupakan yang terbanyak dibandngkan sektor lainnya. Proporsi pekerja kelompok sektor (S) mencapai 70,48 persen, sedangkan sector yang paling banyak menyerap tenaga kerja pada kelompok ini yaitu perdagangan, restoran, hotel dan jasa-jasa yang seluruhnya mencapai 31,12 persen.
Hal ini memperkuat gambaran bahwa Kota Balikpapan adalah kota
perdagangan dan jasa-jasa. Sementara itu, sektor manufacture (M) menyerap tenaga kerja sebanyak 23,14 persen dari seluruh pekerja. Pada kelompok ini, sektor pertambangan dan galian merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja terbesar, yaitu mencapai 8,25 persen. Sektor pertanian yang merupakan lapangan usaha tradisional hanya menyerap tenaga kerja 6,30 persen. Kondisi lahan yang sempit serta kurang suburnya tanah mempengaruhi sedikitnya pekerja yang terserap pada sektor ini. Selain perkembangan penduduk menyebabkan kepadatan penduduk meningkat juga menyebabkan tingginya jumlah tenaga kerja yang tidak tertampung (pengangguran) dalam lapangan pekerjaan yang tersedia di Kota Balikpapan (Lampiran 4). Pada tahun 2001, jumlah pencari kerja sebesar 3.425 sementara permintaan tenaga kerja hanya 1.088. Demikian pula pada tahun-tahun berikutnya.
Jumlah pencari kerja semakin tinggi sementara permintaan akan
tenaga kerja semakin rendah. Bahkan pada tahun 2007, pencari kerja melonjak secara drastis sebesar 38.037. Sementara permintaan tenaga kerja yang tersedia saat itu hanya sebesar 1.909.
Akhirnya kedatangan mereka di Kota Balikpapan
hanya menyebabkan pengangguran meningkat.
36
Jumlah pendatang yang tinggi di Kota Balikpapan tidak dimbangi dengan kompetensi yang memadai atau sesuai dengan sektor-sektor yang dibutuhkan. Salah satunya terbukti yaitu pada tahun 2007, besarnya pendatang yang bertujuan utama mencari pekerjaan dengan pendidikan lulusan SD adalah sebesar 9.472. Padahal saat itu tidak ada permintaan tenaga kerja untuk lulusan SD. Demikian pula pada tahun 2009, tenaga kerja lulusan SMP yang tidak tertampung adalah sebesar 204 dan SMU sebesar 1.973. Sementara tenaga kerja lulusan perguruan tinggi yang dibutuhkan masih sebesar 494, tetapi jumlah pencari kerja pada jenjang tersebut justru tidak tersedia. Jika dilihat secara keseluruhan, besarnya jumlah pencari kerja tidak diimbangi dengan besarnya permintaan akan tenaga kerja. Sekalipun pada tahun 2009 jumlah pencari tenaga kerja dan permintaan akan tenaga kerja hanya selisih 1.802, namun angka ini masih relatif cukup tinggi. Selisih yang cukup rendah ini disebabkan kualitas pencari kerja pada umumnya semakin lebih baik. Dirinci menurut pendidikannya, tingkat kualitas pencari kerja pada umumnya semakin lebih baik dibanding penduduk yang telah bekerja, karena mereka yang termasuk penduduk pencari kerja ini pada umumnya memiliki strata ekonomi yang lebih tinggi dibanding kebanyakan penduduk yang bekerja. Pada tahun 2009, jumlah pencari kerja dengan kategori pendidikan rendah (paling tinggi tamat SD) hanya sebesar 119 orang atau 1,40 persen dari seluruh pencari kerja. Sementara pendidikan menengah ke atas mencapai 98,60 persen. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), laju pengangguran didefinisikan dengan rasio antara jumlah penduduk yang mencari pekerjaan dengan angkatan kerja. Angkatan Kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) yang bekerja atau mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja dan yang sedang mencari pekerjaan. Bukan Angkatan Kerja terdiri atas orang yang bersekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya. Pada tahun 2009, jumlah Angkatan Kerja Kota Balikpapan sebesar 245.681 jiwa, terdiri dari yang bekerja 230.602 jiwa dan mencari pekerjaan 15.079 jiwa. Berdasarkan data tersebut, laju pengangguran di Kota Balikpapan pada tahun 2009 adalah 6,14 persen.
37
Tabel 10. Laju Pengangguran Penduduk Kota Balikpapan Tahun 2004 – 2009 Laju Pengangguran (%) 11,61
Tahun
Pencari Kerja
Angkatan Kerja
2004
24.990
215.261
2005
24.990
215.261
11,61
2006
21.468
220.120
9,75
2007
15.891
226.351
7,02
2008
15.210
219.510
6,93
2009
15.079
245.681
6,14
Rata-rata laju pengangguran
8,84
Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kota Balikpapan, 2004 – 2009
Tabel 10 menunjukan rata-rata laju pengangguran pertahun sebesar 8,84 persen. Angka ini cukup tinggi, kemungkinan salah satu faktor penyebabnya karena posisi Kota Balikpapan yang strategis.
Kota Balikpapan sebagai pintu gerbang
Kalimantan Timur dan ditunjang dengan kegiatan ekonominya, menjadi daya tarik bagi pendatang dari luar untuk mencari kerja. Di samping itu, terdapat gejala setengah pengangguran,
yaitu tenaga kerja yang belum termanfaatkan secara
penuh. Tingginya jumlah pencari kerja yang tidak tertampung dalam lapangan pekerjaan yang tersedia disebabkan bertambahnya jumlah penduduk (tenaga kerja) tidak disertai bertambahnya lapangan kerja yang memadai serta keterampilan dan pendidikan yang dibutuhkan. Hal ini menyebabkan semakin banyaknya penduduk yang bekerja di sektor informal.
38
Gambar 5. Pencari Kerja Menurut Jenjang Pendidikan di Kota Balikpapan, 2009
1,40 %
4,61 %
26,29 %
SD SMP SMU
67,70 %
D1-Univ
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Balikpapan (2009)
Pada umumnya sektor informal di negara-negara sedang berkembang dianggap
sebagai
penyebab
kemiskinan
kota,
bahkan
juga
penyebab
kesemrawutan kota. Kelangkaan pekerjaan bagi penduduk pendatang di Kota Balikpapan juga menimbulkan masalah-masalah bagi penataan kota utamanya pemukiman dan meningkatnya kriminalitas. Sementara itu pemerintah baik pusat maupun pemerintah kota seringkali kurang memperhatikan pengembangan sektor ini, sehingga produktivitasnya tetap rendah. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa daya tampung Kota Balipapan terhadap tenaga kerja sudah sangat minim.
Artinya Kota Balikpapan tidak
mampu menampung pendatang pencari kerja kecuali pendatang tersebut bermigrasi dengan kompetensi yang memadai sesuai bidang yang dibutuhkan atau dengan alasan pindah tugas dari kota asal ke Kota Balikpapan.
Karakteristik dan Perilaku Penduduk Pendatang Penelitian ini menggunakan responden sebagai data penunjang untuk mengetahui karakteristik dan perilaku penduduk pendatang. Adapun yang dikaji adalah asal penduduk pendatang, tingkat pendidikan,alasan kedatangan dan perilaku pendatang terhadap pengelolaan sampah.
39
Karakteristik Responden Asal Responden Asal responden dalam penelitian ini bervariasi. Suku responden adalah berasal dari Jawa, Madura, Betawi, Toraja, Bugis, Buton dan Banjar. Pada Tabel 11 disajikan persentase sebaran asal responden. Tabel 11. Sebaran Asal Pendatang Asal Jawa
Jumlah
Persentase (%)
23
30
Madura
6
8
Betawi
3
4
Toraja
8
11
Bugis
15
20
Buton
5
7
Banjar
15
20
75
100
Jumlah
Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa responden yang terbanyak adalah berasal dari Jawa sebanyak 30 persen. Responden paling sedikit berasal dari Betawi yaitu 4 persen. Hal ini diduga karena pulau Jawa merupakan populasi terpadat sehingga penduduknya banyak yang melakukan migrasi. Sementara suku Betawi jarang melakukan migrasi karena sudah merasa nyaman berada di wilayah ibukota. Tingkat Pendidikan Responden Tingkat pendidikan responden bervariasi mulai dri tingkat terendah yaitu tidak tamat SD hingga perguruan tinggi. Tabel 12 menunjukkan bahwa responden terbanyak memiliki pendidikan SLTA yaitu 36 persen. Responden yang memiliki tingkat pendidikan SD adalah 25 persen, responden dengan tingkat pendidikan SLTP sebanyak 12 persen dan perguruan tinggi 4 persen. Dengan demikian disimpulkan bahwa rata-rata tingkat pendidikan responden masih rendah.
40
Tabel 12. Sebaran Tingkat Pendidikan Pendidikan
Jumlah
Persentase (%)
Tidak tamat SD
17
23
SD
19
25
SLTP
9
12
SLTA
27
36
3
4
75
100
Perguruan Tinggi Jumlah
Alasan Kedatangan Responden Alasan kedatangan responden beragam, diantaranya adalah mencari pekerjaan, pindah kerja atau ikut keluarga (suami). Pada Tabel 13 disajikan persentase sebaran alasan kedatangan responden. Tabel 13. Sebaran Alasan Kedatangan Responden Alasan Kedatangan
Jumlah
Persentase (%)
Mencari pekerjaan
36
48
Pindah kerja
25
33
Ikut keluarga (suami)
14
19
Jumlah
75
100
Berdasarkan Tabel 13, diketahui bahwa responden yang datang atau bermigrasi ke Kota Balikpapan sebagian besar alasannya adalah mencari pekerjaan (48 %). Alasan responden lainnya adalah pindah kerja sebanyak 33 persen. Responden dengan alasan kedatangan karena mengikuti keluarga atau suami kebanyakan dialami oleh responden wanita sebanyak 19 persen.
Pengelolaan Sampah Responden Kesadaran responden dalam mengelola persampahan menunjukkan perilaku atau sikap responden terhadap lingkungan. Tabel 14 menunjukkan perilaku yang berbeda pada responden dalam mengelola sampah.
41
Tabel 14. Sebaran Pengelolaan Persampahan Responden Pengelolaan Sampah
Jumlah
Persentase (%)
Dibuang ke TPS
38
50
Dipungut oleh petugas sampah
26
35
Dibakar langsung
8
11
Dibuang ke sungai
3
4
75
100
Jumlah
Berdasarkan Tabel 14, diketahui bahwa responden sebagian besar mengelola sampahnya dengan langsung membuang ke TPS (50 %). Sementara responden yang pengelolaan sampahnya dipungut oleh petugas sampah sebanyak 35 persen. Responden yang mengelola sampahnya dengan langsung dibuang ke sungai, persentasenya paling kecil yaitu 4 persen. Pengelolaan sampah dengan pola terakhir ini dilakukan oleh responden yang memiliki permukiman di atas air atau sungai. Dengan demikian dapat disimpulkan responden sebagian besar sudah memiliki kesadaran dalam menjaga kebersihan lingkungan Kota Balikpapan.
Profil Penduduk Pendatang Masyarakat pendatang mulai memasuki Kota Balikpapan sejak masa kejayaan Kerajaan Kutai Kartanegara dimana perdagangan antar pulau sudah mulai dilaksanakan oleh masyarakat Islam, selanjutnya disusul oleh Suku Banjar, Suku Bugis dan suku lainnya. Di Kecamatan Balikpapan Barat khususnya Kelurahan Kampung Baru mayoritas penduduk berasal dari Bugis, sedangkan pedagang yang terdapat di pasar Kampung Baru mayoritas masyarakatnya berasal dari Jawa, Banjar, Makasar dan Madura (Bappeda, 2009). Mulai abad 20, ketika kawasan pertambangan dan industri mulai dibuka, masyarakat
pendatang
semakin
membajiri
Kota
Balikpapan.
Hal
ini
dimungkinkan oleh keberadaan Kota Balikpapan yang berfungsi sebagai kota perdagangan dan jasa atau disebut sebagai Kota Tempat mencari Kerja bagi penduduk dari luar Kota Balikpapan atau disebut sebagai penduduk pendatang. Dengan adanya masyarakat pendatang ini, maka terjadilah proses akulturasi maupun asimilasi kebudayaan, yaitu berpadunya dua kebudayaan atau lebih yang
42
masih terasa nuansa dua kebudayaan yang bersangkutan atau bahkan membentuk kebudayaan baru. Akulturasi ini antara lain terjadi karena perkawinan, kehidupan bermasyarakat, dan bersosialisasi serta masuknya teknologi informasi dan komunikasi. Masyarakat Kota Balikpapan tidak mempunyai kebudayaan khas karena mayoritas masyarakatnya yang pendatang. Oleh sebab itu budaya dan adat istiadat yang berkembang di Kota Balikpapan lebih bersifat heterogen. Pada saat ini Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional menjadi bahasa pada acara-acara resmi serta berkomunikasi dengan orang dari luar daerah. Sedangkan bahasa suku hanya dipergunakan untuk berkomunikasi antar anggota suku. Oleh karena itu, budaya dan adat istiadat yang berkembang di Kota Balikpapan sesuai dengan adat dan istiadat masing-masing pendatang diantaranya adalah suku Jawa, Madura, Batak, Padang, Manado, Makasar, Toraja, Bugis, Buton Maluku dll. Hal ini terlihat dari tarian yang sering ditampilkan dalam acara-acara maupun makanan yang diperdagangkan. Kota Balikpapan sampai saat ini aman, tentram, sejahtera dan hampir tidak pernah terjadi adanya kerusuhan adalah sifat positif masyarakatnya yang mau menerima dan menjaga kerukunan antar kebudayaan dari luar Kota Balikpapan. Hal demikian ini bisa dilihat pada waktu pringatan hari jadi Kota Balikpapan kesenian dan adat istiadat dari luar Kota Balikpapan baik itu kesenian tradisional Jawa, Makasar, Bugis, Madura serta kesenian lainnya di tampilkan semua. Berbagai kesenian, budaya maupun adat istiadat yang sering dirayakan di Kota Balikpapan diantaranya atraksi, upacara adat dari berbagai daerah, tari-tarian tradisional dari berbagai daerah, festival layang-layang, kompetisi perahu naga, hadrah, jepen, pesta kembang api dan berbagai acara hiburan lainnya. Hal ini menunjukkan masyarakat Kota Balikpapan bersifat terbuka dan selalu siap menerima pendatang yang heterogen.
43
Analisis Pemukiman Kota Balikpapan memiliki lahan yang pola pemanfaatan lahannya sebagian besar merupakan pemukiman. Permukiman di Kota Balikpapan sebagian besar dikelompokkan pada 6 tipe pemukimaan yaitu sebagai berikut : 1. Permukiman yang berkembang disepanjang jalan protokol atau jalan utama. 2. Permukiman yang berkembang di kampung yang merupakan permukiman tradisional dan permukiman lama (kota lama). 3. Permukiman yang berkembang disekitar pantai dan sungai yang menunjang kehidupan nelayan dan transportasi laut. 4. Permukiman yang dibangun oleh instansi atau perkantoran swasta atau pemerintah. 5. Permukiman yang berkembang disekitar pusat-pusat kegiatan atau ekonomi seperti pusat kegiatan industri, perdagangan dan jasa. 6. Permukiman yang dibangun oleh pemerintah (Perumnas) atau swasta (developer). Berdasarkan tipe tersebut, maka klasifikasi dan karakteristik permukiman di Kota Balikpapan dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1. Permukiman di sepanjang jalan utama Permukiman yang berkembang di sepanjang jalan utama tersebut pada mulanya berfungsi hanya sebagai sarana tempat tinggal saja, namun dengan berkembangnya kota maka permukiman tersebut berubah fungsi menjadi perdagangan dan jasa ataupun permukiman tersebut bisa berfungsi ganda yaitu selain berfungsi sebagai tempat tinggal juga berfungsi sebagai perdagangan maupun kegiatan jasa. Perubahan fungsi penggunaan tersebut bisa disebabkan karena lahan tersebut telah dibeli orang lalu dikembangkan untuk perdagangan dan jasa atau mereka sendiri memanfaatkan untuk kegiatan perdagangan dan jasa. Permukiman ini terdapat pada Kecamatan Balikpapan Tengah dan Balikpapan Barat. Suatu ilustrasi permukiman di sepanjang jalan utama dapat dilihat pada gambar 6.
44
Gambar 6. Pemukiman di Sepanjang jalan Utama
2. Permukiman Kampung/Swadaya Permukiman
kampung
merupakan
permukiman
lama dan
sudah
berkembang seiring dengan perkembangan Kota Balikpapan. Permukiman ini bisa juga disebut permukiman swadaya karena dibangun sendiri oleh masyarakat di atas lahan yang dimilikinya dan merupakan cikal bakal atau asal usulnya Kota Balikpapan. Permukiman ini biasanya berkembang di belakang jalan-jalan utama di wilayah Kecamatan Balikpapan Barat, Utara, Selatan. Pada mulanya permukiman ini berkembang disepanjang jalan utama namun karena permukiman disepanjang jalan utama sudah berubah fungsi maka yang sekarang permukiman yang berkembang di belakang jalan-jalan utama. Sebagai contoh permukiman kampung yang terdapat di Kota Balikpapan dapat dilihat pada gambar 7. Gambar 7. Pemukiman Kampung
45
3. Permukiman di Atas Air Permukiman di atas air yang salah satunya terdapat di Kecamatan Balikpapan Tengah mengumpul pada satu tempat yaitu di sekitar kawasan industri kilang minyak Pertamina yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Balikpapan Barat tepat di ujung Kelurahan Karang Jati, Balikpapan Selatan, serta Balikpapan Timur. Karakteristik
dari
permukiman
diatas
air
adalah
Lebih
banyak
memanfaatkan tepi sungai/pantai sebagai kawasan permukiman dibandingkan dengan daratan. Permukiman seluruhnya terbuat dari kayu dalam bentuk rumah panggung dengan kepadatan tinggi, terkesan kumuh dan padat, rawan kebakaran kurang penyinaran dan kurang tertata dengan baik. Lingkungan sekitar terkesan kumuh, sampah-sampah dibuang langsung di bawah rumah, dengan sanitasi yang kurang baik pula Di ujung kawasan ini terdapat perahu-perahu yang disandarkan sebagai sarana untuk pencari ikan maupun sarana transportasi (ojek spead boot). Sebagai contoh permukiman kampung yang terdapat di Kota Balikpapan dapat dilihat pada gambar 8. Gambar 8. Permukiman di atas air
4. Permukiman Instansi/Perkantoran Swasta/Pemerintahan Permukiman instansi/perkantoran
instansi
adalah
swasta
atau
permukiman
pemerintahan.
yang
disediakan
Karakteristiknya
oleh adalah
permukiman dirancang dengan konsep yang terpadu antara ruang hijau dan bangunan serta dilengkapi dengan fasilitas pelayanan umum yang dibutuhkan oleh penghuni. Permukiman juga dibangun dalam beberapa tipe sesuai dengan
46
tingkatan atau jabatan masing-masing penghuni. Permukiman seperti ini terdapat di Kecamatan Balikpapan Utara, Selatan, Timur 5. Permukiman Industri Permukiman industri dibangun perusahaan untuk para pekerja industri, khususnya bagi para tenaga profesional. Permukiman ini terdapat di Kota Balikpapan di antaranya adalah permukiman bagi karyawan Pertamina, Unocal, Vico, Total dan lain-lain. Terdapat pada Kecamatan Balikpapan Utara, Tengah, Selatan, Timur Karakteristik permukiman ini adalah permukiman berada di sekitar lokasi industri dengan aksesibilitas yang cukup mudah dan memadai. Permukiman tertata dengan baik dengan sarana dan prasarana serta fasilitas umum sudah tersedia di dalam kawasan permukiman dengan sistem satu pintu sehingga keamanan cukup terjaga. Permukiman ini dirancang dengan nuansa asri karena keseimbangan
antara
bangunan
lingkungan
dengan
lahan
terbuka/jalur
hijau/taman yang cukup banyak. 6. Permukiman Real Estate/Developper Permukiman ini dibangun oleh pemerintah (Perumnas) atau swasta (developper) untuk memenuhi kbutuhan perumahan.
Pangsa pasar dari
perumahan ini adalah masyarakat umum atau karyawan pemerintah atau swasta. Karakteristiknya permukiman dibangun secara teratur dan terencana dengan fasilitas umum dan sosial yang sudah lengkap tersedia dalam kawasan permukiman. Permukiman dibangun sesuai dengan tipe dan jenis bangunan yang disesuaikan dengan pangsa pasar. Terdapat pada Kecamatan Balikpapan Utara, Balikpapan Selatan, Balikpapan Timur dan Balikpapan Barat. Masalah utama permukiman adalah adanya permukiman kumuh (slums). Permukiman kumuh menunjukkan keadaan permukiman padat yang tidak teratur dan tidak dilengkapi dengan prasarana dan utilitas yang memadai, terutama jalan dan saluran pembuangan air limbah. Menurut Sadyohutomo (2008), permukiman kumuh biasanya terdapat pada permukiman lama. Kepadatan bangunan pada permukiman lama terjadi melalui pemecahan bidang tanah perumahan karena pembangian waris atau dijual sebagian tanahnya kepada pihak lain untuk
47
dibangun rumah baru.
Proses pemecahan bidang tanah ini sering tidak
memperhatikan kebutuhan prsarana dasar permukiman seperti jalan dan saluran pembuangan air. Kondisi ini biasanya terjadi pada kampung-kampung lama di pusat kota. Dalam tata kota, pemukiman kumuh (slums) adalah permukiman yang berdiri di atas tanah yang tidak diperuntukkan untuk bangunan (seperti di bantaran sungai) yang sering juga disebut hunian liar. Tanah-tanah yang diduduki secara liar ini adalah tanah kosong milik perorangan atau milik perusahaan, dan tanahtanah pemerintah atau tanah negara. Menilik dari pengertian di atas, maka dapat diketahui bahwa di Kota Balikpapan salah satu permukiman kumuh adalah permukiman kampung. Pemukiman kampung ini meskipun berada pada lahan pribadi hanya saja dibangun dengan tidak teratur dengan tingkat kepadatan yang tinggi. Sesuai dengan karakteristiknya, permukiman ini merupakan permukiman lama yang juga merupakan asal usul Kota Balikpapan. Permukimannya banyak yang tidak memiliki akses jalan yang memadai dan saluran pembuangan air. Beberapa diantaranya, dibangun pada tanah yang curam. Pemukiman kumuh yang terluas di Kota Balikpapan adalah pemukiman nelayan yang berada di atas air. Pemukiman ini ada di setiap Kecamatan yaitu Kelurahan Klandasan Ulu dan Ilir, Kelurahan Manggar, Teritip, Karang Jati, Margasari dan Kelurahan Damai. Karakteristik pemukiman atas air sebagian besar penduduknya bermata pencaharian utama sebagai nelayan. Adapun cirriciri bangunannya berada di tepi pantai. Permukiman seluruhnya terbuat dari kayu dalam bentuk rumah panggung dengan kepadatan tinggi, padat, rawan kebakaran dan kurang tertata dengan baik.
Lingkungan sekitar terkesan kumuh karena
sampah-sampah yang dibuang langsung di bawah rumah dengan sanitasi yang kurang baik pula. Dekat kawasan permukiman ini terdapat pangkalan-pangkalan pendaratan ikan dan pasar. Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk serta semakin banyaknya penduduk pendatang di Kota Balikpapan, meningkatkan tingkat kepadatan di beberapa kawasan. Sementara itu minimnya sarana pemukiman serta fasilitasfasilitas untuk pemukiman yang layak huni dan sehat ditambah kemampuan
48
ekonomi penduduk pendatang yang sangat terbatas (di mana tempat hunian seringkali juga merupakan tempat berproduksi dan sekaligus tempat untuk berjualan) menyebabkan kawasan tersebut menjadi semakin kumuh. Meskipun demikian, jika dilihat pada pembahasan daya dukung lahan, Kota Balikpapan sesungguhnya masih mampu menampung pendatang dengan syarat harus memperhatikan pola penyebaran penduduknya dan disesuaikan dengan RTRW Kota Balikpapan. Hal ini membutuhkan ketegasan dari pihak pemerintah Kota Balikpapan (Bappeda, 2009).
Sistem Drainase Hampir semua saluran primer drainase yang ada di Kota Balikpapan merupakan saluran alam yang disesuaikan untuk kebutuhan saluran drainase. Karena berasal dari saluran alam maka sebagian besar saluran berbelok-belok, baik yang berada pada daerah datar maupun yang berada pada daerah yang mempunyai kemiringan tinggi. Jaringan sistem drainase di Kota Balikpapan belum tertata dengan baik dalam hal hirarki dan fungsinya. Apabila dilihat dari kondisi fisik saluran yang ada, masih memanfaatkan saluran yang ada dengan penampang saluran sempit dan tak beraturan serta dipenuhi tumbuhan liar. Sifat tanah setempat yang rawan terhadap erosi, berakibat mudah terbentuk alur yang berbelok-belok. Kemiringan curam di daerah hulu dan di daerah perbukitan menghasilkan kecepatan tinggi aliran kritis ditambah dengan perkembangan kota dengan pembukaan lahan untuk permukiman dengan cara pengeprasan perbukitan. Hal ini akan berdampak pada lingkungan yaitu meningkatkan erosi permukaan dan menyebabkan angkutan sedimentasi pada saluran dan sungai semakin bertambah. Selanjutnya pengendapan sedimen mengakibatkan pendangkalan sungai dan saluran-saluran alam, sehingga tidak mampu lagi menampung limpasan hujan. Limpasan dari jalan dan area perumahan berkumpul di selokan-selokan pinggir jalan yang kapasitasnya tidak mencukupi, sehingga tidak mampu membawa limpasan ke dalam sistem drainase primer dengan cepat. Akibatnya, terjadi genangan di jalan-jalan dan untuk sementara berfungsi sebagai area tampungan air
49
sampai saluran-saluran di pinggir jalan akhirnya dapat mengalirkan volume air yang tertahan. sebagai ilustrasi kondisi sungai dan selokan dapat dilihat pada Gambar 9 dan Gambar 10. Gambar 9. Sungai yang Mengalami Sedimentasi
Gambar 10. Selokan Pinggir Jalan di Kecamatan Balikpapan Tengah
50
Manajemen Pengendalian Penduduk Pendatang Manajemen
pengendalian
penduduk
pendatang
diarahkan
untuk
mewujudkan keseimbangan antara pertumbuhan penduduk dan daya dukung lingkungannya. Pembahasan dibatasi pada 1). Penduduk dan lahan 2). Penduduk dan air bersih 3). Penduduk dan tenaga kerja dan 4). Permukiman. Penduduk dan Lahan Persentase penggunaan lahan menjadi daerah terbangun dan tidak terbangun di Kota Balikpapan menunjukkan bahwa wilayah terbangun baru mencapai 10,96 persen, sementara wilayah yang belum terbangun masih 89,04 persen. Dengan demikian diketahui bahwa wilayah terbangun di Kota Balikpapan masih sangat rendah terutama di Kecamatan Balikpapan Timur, Balikpapan Utara dan Balikpapan Barat. Sementara persentase penggunaan lahan di Kecamatan Balikpapan Selatan antara lahan yang terbangun dengan yang tidak terbangun selisihnya sangat sedikit yaitu 8,34 persen. Demikian pula dengan Kecamatan Balikpapan Tengah sebagian besar pola pemanfaatan lahannya merupakan kawasan terbangun yang mencapai 844,01 ha atau 76,22 persen dari luas wilayah. Ini menunjukkan persebaran penduduk yang tidak merata mempengaruhi pola penggunaan lahan.
Artinya akibat persebaran penduduk yang tidak merata,
penggunaan lahan juga menjadi tidak merata. Ada kecamatan yang terbengkalai lahannya, akan tetapi ada juga lahan yang sangat padat penggunaannya.
Ini
membutuhkan perhatian dan pengawasan yang ketat dari pihak pemerintah daerah untuk dapat mengarahkan pendatang ke Kecamatan yang berpenduduk jarang. Pengawasan ini salah satunya dengan cara lebih selektif dalam memberikan ijin mendirikan bangunan (IMB). Wilayah Kecamatan Balikpapan Tengah dan Kecamatan Balikpapan Selatan diketahui penggunaan lahan terbangunnya sudah sangat tinggi sehingga perlu langkah-langkah pengendalian yang ketat. Terutama Balikpapan Tengah, jika dikaitkan dengan standar luasan hutan kota ádalah 10% dari luasan wilayah. Maka luas wilayah Kecamatan Balikpapan Tengah adalah 1.107,38 ha sedangkan luas hutan kota di Kecamatan Balikpapan Tengah hanya mencapai 7,995 ha atau hanya mencapai 0.72 % dari luas wilayah. Hal tersebut tentunya masih jauh dari kurang untuk kawasan hutan kota di Kecamatan Balikpapan Tengah. Dalam hal
51
ini Dinas Tata Kota dapat melakukan tindakan berupa teguran dan mengupayakan Ruang Terbuka Hijau dapat terpenuhi hingga 10% dari luas wilayah.
Penduduk dan Air Bersih Menurut tabel 15, air yang diproduksi oleh PDAM Kota Balikpapan pada tahun 2009 sebanyak 29.341.997 m3, akan tetapi hanya sekitar 70,69% yang mampu disalurkan ke konsumen, dan 29,31% dari air yang tersalurkan tersebut hilang. Tiap tahun, dari tahun 2000-2009, angka kehilangan rata-rata 6.664.170 m3 atau 29,23%. Artinya apabila rata-rata konsumsi air penduduk per kapita sebesar 120 lt/orang/hari maka angka kehilangan tersebut dapat memenuhi 55.535 orang dari penduduk Kota Balikpapan. Melihat fenomena di atas maka harus ada upaya yang lebih serius dari pihak PDAM dalam meminimalisir kehilangan air tersebut. Hal tersebut dapat dilakukan dengan melakukan peremajaan pipa-pipa lama dan mengganti meter air. Apabila kehilangan air dapat diminimalisir, maka air bisa dimanfaatkan lebih optimal. Apalagi mengingat Kecamatan Balikpapan Selatan, Timur dan Utara hanya sekitar 50 persen yang dapat terlayani air bersihnya oleh pihak PDAM. Artinya cakupan air bersih oleh PDAM di Kota Balikpapan ini belum merata. Tabel 15. Perkembangan Banyaknya Pemakaian Air Minum Di Kota Balikpapan Tahun
Terjual (M3)
Hilang (M3)
%
Jumlah Yang Didistribusikan (M3)
2000
12.490.909
5.715.918
31,39
18.206.827
2001
13.679.716
5.118.838
27,23
18.798.554
2002
14.613.404
5.261.818
26,47
19.875.222
2003
15.384.496
7.154.451
31,74
22.538.947
2004
16.031.139
7.011.098
30,43
23.042.237
2005
16.913.712
7.528.753
30,80
24.442.465
2006
17.327.313
7.257.122
29,52
24.584.435
2007
17.886.479
6.383.309
26.30
24.269.788
2008
18.648.828
6.607.647
26,16
25.256.475
2009
18.994.048
8.602.749
29,31
29.341.997
Sumber : Perusahaan Daerah Air Minum (2000 – 2009)
52
Upaya lain yang bisa dilakukan pihak PDAM Kota Balikpapan adalah meningkatkan pertambahan air alami dengan cara mengelola hujan, mengelola air permukaan, serta meningkatkan jumlah sumur-sumur resapan. Selain itu PDAM juga bisa memanfaatkan potensi air bersih yang ada di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Balikpapan Selatan, Timur dan Utara, untuk dikelola sehingga air yang dihasilkan lebih bersih dan dapat terdistribusi secara merata. Selain itu, menurut penelitian Susilastuti, et.al (2009), perilaku positif penduduk dapat memperlambat krisis air bersih yang semula diprediksikan terjadi pada tahun 2018 dapat diundurkan menjadi tahun 2022. Artinya penduduk harus bersikap lebih hemat dalam memanfaatkan air bersih, sehingga terjadi pengurangan konsumsi dan pencemaran air. Bapedalda melakukan kreativitas
Dalam hal ini pemerintah yaitu
peningkatan pengetahuan, kebiasaan baik, kesadaran, dan
penduduk secara individu maupun kelompok dan badan usaha
berkaitan dengan perubahan perilaku dan upaya-upaya positif untuk menekan pencemaran
air dan
menurunkan konsumsi air melalui prinsip-prinsip
pembelajaran, motivasi, persepsi, pembentukan sikap, dan interaksi sosial melalui media massa.
Penduduk dan Tenaga Kerja Dari hasil analisa penduduk dan tenaga kerja, diketahui bahwa Kota Balikpapan daya tampung akan tenaga kerjanya sudah sangat minim akibat besarnya pencari kerja tidak sebanding dengan permintaan akan tenaga kerja. Tingginya persentase tenaga kerja yang tidak tertampung dalam lapangan pekerjaan yang tersedia disebabkan bertambahnya jumlah penduduk pendatang (tenaga kerja) tidak disertai bertambahnya lapangan kerja yang memadai serta keterampilan dan pendidikan yang dibutuhkan.. Hal ini menyebabkan semakin banyaknya penduduk yang bekerja di sektor informal. Selama ini, sudah ada kebijakan Pemerintah Kota Balikpapan yaitu berupa peraturan
daerah
nomor
22
Tahun
2002
tentang
Sistem
Manajemen
Kependudukan, yaitu berupa uang jaminan bagi pendatang yang diberikan selama enam bulan.
Apabila dalam waktu tersebut, pendatang belum mendapatkan
pekerjaan maka akan dikembalikan ke daerah asal dengan uang jaminan tersebut.
53
Kebijakan ini diharapkan dapat mengendalikan jumlah pendatang ke Kota Balikpapan. Selain itu diharapkan Dinas Tenaga Kerja dan Sosial dapat lebih memperketat dalam mengawasi penduduk pendatang, dimana pendatang pencari kerja yang mendaftar harus benar-benar dipastikan memiliki kompetensi yang sesuai dengan permintaan tenaga kerja atau kedatangannya ke Kota Balikpapan memang bertujuan untuk pindah tugas dari kota asalnya. Sementara untuk tenaga kerja yang sudah berada di Kota Balikpapan mengatasinya adalah dengan mengembangkan sektor informal. Meskipun pada umumnya sektor informal di negara-negara sedang berkembang dianggap sebagai penyebab kemiskinan kota, bahkan juga penyebab kesemrawutan kota. Akan tetapi dengan dukungan dan pegelolaan yang tepat dari Dinas Tenaga Kerja dan Sosial, sektor informal ini diharapkan dapat lebih produktif dan memberikan pendapatan daerah. Sektor informal ini selain dapat berfungsi sebagai penampung tenaga kerja yang tidak terserap oleh sektor formal, sebagai penyedia pelayanan dan barangbarang yang murah dan mudah dijangkau, juga memiliki peranan dalam menyumbang pendapatan daerah.
Penduduk dan Permukiman Tipe permukiman di Kota Balikpapan dibagi dalam enam tipe, permukiman disepanjang jalan protokol atau jalan utama, permukiman instansi/perkantoran swasta atau pemerintahan, permukiman industri, permukiman real estate atau developper, permukiman kampung atau swadaya dan permukiman di atas sungai. Dua tipe permukiman terakhir adalah permukiman yang banyak terdapat di kota Balikpapan. Seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, kecamatan terpadat penduduknya adalah Kecamatan Balikpapan Selatan dan Kecamatan Balikpapan Tengah. Di Kecamatan Balikpapan Tengah yang merupakan kawasan kumuh adalah kawasan padat di pusat kota di belakang jalan utama terutama belakang jalan utama Jl. Jend. A. Yani terutama pada Kelurahan Karang Rejo, Mekarsari dan Gunung Sari Ilir. Kondisi bangunan tersebut dapat dikatakan kumuh karena : a) Kepadatan bangunan tinggi b) Tidak ada jarak antar bangunan
54
c) Kondisi bangunan sebagian besar merupakan non permanen (terbuat dari kayu) dan Kondisi sanitasi (sampah, limbah padat dan cair) langsung dibuang ke badan air. Di Kecamatan Balikpapan Tengah, terutama di pusat kotanya, masih banyak terdapat rumah kampung. Rumah kampung adalah perumahan rakyat dengan bentuk bangunan, lebar kapling yang beragam dengan kepadatan tinggi dengan prasarana jalan berupa gang. Rumah kampung didirikan secara tidak teratur.
Bahkan penduduknya yang sebagian besar adalah pendatang berani
membangun di daerah yang rawan longsor.
Berikut adalah gambar rumah
kampung yang terdapat di Balikpapan Tengah. Melihat fenomena tersebut, perlu adanya upaya Dinas Permukiman dan Prsarana Wilayah untuk menangani perumahan kumuh ini. Dinas Permukiman dan Prsarana Wilayah dapat melakukan relokasi terhadap perumahan yang berada di area rawan longsor. Selain itu, untuk perumahan yang berada di atas sungai, yang masyarakatnya terbiasa membuang sampah di bantaran sungai, perlu adanya upaya penyadaran untuk berperilaku hidup sehat melalui peingkatan kegiatan prokasih (program kali bersih). Menurut Sadyohutomo (2008), program yang layak diterapkan pada permukiman kumuh yaitu program perbaikan kampung dan pembangunan rumah susun. Permasalahannya, keduanya terkendala oleh ruang gerak pelaksanaannya dibatasi oleh kondisis fisik tata bangunan dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Adanya bangunan-banguna fisik yang padat menyebabkan penataan perumahan tidak mudah.
Selanjutnya kondisi sosial ekonomi masyarakat yang lemah
menghambat upaya perbaikan rumah dan penyediaan fasilitas lingkungan. Oleh karena itu, program penataan permukiman kumuh harus didukung oleh masyarakat setempat dengan prinsip pemberdayaan dalam menata lingkungannya sendiri secara langsung dari tahap perencanaan sampai tahap pelaksanaan. Pemerintah bertindak dalam penyediaan prasarana, bantuan dana stimulan dan bimbingan teknis. Program perbaikan kampung adalah membantu masyarakat dalam merencanakan dan membangun prasarana dasar permukiman.Kegiatan utama program ini adalah penataan jalan meliputi pelebaran gang, pengerasan jalan.
55
Selanjutnya penataan sarana sanitasi lingkungan meliputi saluran pembuangan air dan pengelolaan sampah. Menurut
UNESCAP
&
UNHABITAT
(2009),
untuk
program
pembangunan rumah susun, selain menata lingkungan juga sekaligus berupaya meningkatkan kapasitas hunian dengan menambah luas dan jumlah lantai. Hambatan utama program ini adalah penyediaan tanah untuk dibangun rumah susun.
Salah satu pilihan dalam mengatasi penyediaan tanah adalah dengan
melalui model land pooling. Dalam melakukan land pooling, pemilikan bidangbidang tanah secara individu yang sempit-sempit disatukan kepemilikannya dalam satu bidang. Pada sebidang tanah milik bersama tersebut dibangunlah rumah tinggal bertingkat yang dimilii secara bersama pula. Dengan bentuk bangunan yang bertingkat maka terdapat efisiensi pemanfaatan ruang sehingga dengan batas kepadatan penduduk tertentu tetap diperoleh fasilitas ruang terbuka milik bersama. Secara konsepsi, land pooling dapat meningkatkan kualitas lingkungan hunian, tetapi untuk diterapkan di lapangan terdapat hambatan. Hambatan tesebut antara lain keterbatasan dana untuk merombak bangunan secara total, perubahan budaya atau kebiasaan hidup dari rumah individual ke sistem hunian rumah susun, dan perubahan kepemilikan tanah dan bangunan individual menjadi kepemilian secara bersama. Dalam sistem hunian yang baru ini dituntut sifat kebersamaan dan sikap toleransi yang lebih tinggi. Akan tetapi, dengan bantuan dan perhatian yang serius dari pemerintah daerah dan organisasi masyarakat maka hambatanhambatan tersebut dapat dibatasi. Dengan alternatif kebijakan untuk perumahan di atas, diharapkan dapat mengatasi masalah pemukiman kumuh yang terjadi di Kota Balikpapan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan manajemen pengendalian penduduk dalam upaya perbaikan lingkungan Kota Balikpapan maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pertumbuhan penduduk yang tinggi di Kota Balikpapan tidak diimbangi dengan persebaran penduduk yang merata antar wilayah.
Pertumbuhan
penduduk dominan disebabkan oleh migrasi penduduk sementara kelahiran dan kematian relatif rendah.
Pertumbuhan penduduk pendatang dua kali lipat
dibandingkan pertumbuhan alami. 2. Berdasarkan analisis daya dukung dan daya tampung lingkungan, Kota Balikpapan penggunaan lahannya masih rendah hanya saja tidak merata penggunaan lahannya.
Air bersih masih memiliki cadangan akhir sebesar
15,292 juta m3 dan pada tahun 2015, prosentase Kota Balikpapan dalam memenuhi kebutuhan air bersih penduduk adalah 94,85%. Sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor jasa. Laju pengangguran rata-rata pertahun adalah 8,84 persen. Pemukiman kumuh adalah pemukiman dengan tipe rumah kampung dan rumah yang berada di atas sungai. 3. Manajemen air bersih adalah dengan meminimalisir kehilangan meningkatkan pertambahan air alami serta melakukan penyadaran kepada masyarakat untuk berhemat sehingga mengurangi tingkat konsumsi dan pencemaran air. Manajemen terhadap tenaga kerja adalah dengan menyediakan lapangan kerja informal dan mengatasi perumahan kumuh adalah dengan melakukan program penataan permukiman kumuh dan program pembangunan rumah susun yang melibatkan masyarakat secara langsung.
Saran 1. Pertumbuhan penduduk pendatang yang tinggi perlu dikendalikan dengan melakukan manajemen yang tepat dan kerjasama antara pemerintah Kota Balikpapan dengan penduduk pendatang.
57
2. Pemerintah Kota Balikpapan sebaiknya sering mengadakan pelatihan kerja bagi penduduk pendatang agar memiliki kompetensi yang sesuai dengan lapangan kerja yang tersedia disamping melakukan penyadaran akan kebersihan lingkungan Kota Balikpapan. 3. Penduduk pendatang perlu dilibatkan secara aktif dalam melaksanakan setiap manajemen kebijakan dari pemerintah Kota Balikpapan.
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, T. 1999. Etnisitas dan Konflik Sosial Sebuah Pengantar Penelitian tentang Pemecahan Masalah Hubungan Antar Etnis. Pusat Kemasyarakatan dan Kebudayaan. LIPI. Jakarta. Badan Standarisasi Nasional, 2002. Penyusunan Neraca Sumber Daya Bagian 1 : Sumber Daya Air Spasial. Standar Nasional Indonesia, SNI 196728.12002. Bappeda Kota Balikpapan. 2000 - 2010. Balikpapan dalam Angka. Bappeda Kota Balikpapan. Badan Pusat Statistik, 1995. Statistik Indonesia. Jakarta : Biro Pusat Statistik. Badan Pusat Statistik, 2010. Kota Balikpapan dalam Angka. Balikpapan : Biro Pusat Statistik. Caughley, G. 1979. What is this thing called carrying capacity? Pages 2-8 in Boyce, M. S. North American Elk: ecology, behavior, and management. University of Wyoming, Laramie, Wyoming. Chriss, M dan Tadjuddin N.E. 1985. Urbanisasi Pengangguran, dan sector Informal di Kota. Gramedia. Jakarta. Dinas Kependudukan Kota Balikpapan. 2008. Jumlah Penduduk Pendatang Kota Balikpapan 2000 – 2008. Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kota Balikpapan. 2000 -2009. Jumlah Pencari Kerja dan Permintaan akan Tenaga Kerja. Duarte, P. et al. 2003. Mathematical Modelling to assess the Carrying Capacity for Multi-species Culture within Coastal Waters. Ecological Modelling hal. 109 – 143. Portugal. Gani, A. 1984. Indikator Kualitas Manusia dan Penduduk, Prisma. XIII. Henny, W. 2000. Pelibatan Partisipasi Kelompok-kelompok dalam Resolusi Konflik. Pusat Kemasyarakatan dan Kebudayaan. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Jakarta. Kurnia, R. 2005. Penentuan Daya Dukung Lingkungan Pesisir (Makalah). Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Losondo, T. M. dan Westers, H. 1993. System Carrying Capacity and Flow Estimation. Munir, R. 2000. Migrasi. dalam Lembaga Demografi FEUI. Dasar-dasar Demografi: edisi 2000. Lembaga Penerbit UI, Jakarta.
59
Peraturan Daerah Kota Balikpapan nomor 22 Tahun 2002 tentang Sistem Manajemen Kependudukan. Perusahaan Daerah Air Minum Kota Balikpapan. 2000 – 2009. Perkembangan Banyaknya Pemakaian Air Minum Di Kota Balikpapan. Rusli, S. Kependudukan. Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia. Sekolah Pascasarjana IPB. Sadyohutomo, M. 2008. Manajemen Kota dan Wilayah : Realita dan Tantangan. Bumi Aksara. Bandung. Sanusi, A. 2003. Metodologi Penelitian Praktis. Penerbit Buntara Media. Malang. Soemarwoto, O. 1985. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Djambatan. Bandung. Soerjani, M, Ahmad R., Munir, R., 1987. Lingkungan : Sumberdaya Alam dan Kependudukan dalam Pembangunan. Lembaga Penerbit UI, Jakarta. Standar Pelayanan Minimum (SPM) Bidang Air Baku. 2009. Indonesia Climate Change Sectoral Road Map, Sektor Sumber Daya Air. Stoner, James A.F., Wankel, C., 1986. Management, Third Edition, Englewood Cliffs Prentice Hall International. Susilastuti, D., Putrawan, I.M., Wijaya, H., Model Hubungan Penduduk dan Konversi Lahan dngan Ketersediaan Air Bersih untuk Perencanaan Pengelolaan Sumber Daya Air melalui Metode System Dynamics Di Kabupaten Bekasi. Jurnal Bumi Lestari, Volume 9 No. 2, Agustus 2009, hlm. 138 – 150. Telfor, T. dan Robinson, K. 2003. Environmental Quality and Carrying Capacity for Aquaculture in Mulroy Bay Co, Donegal. Marine Institute, Marine Environment and Food safety Services, Parkmore, Galway. Terry, George, R., Franklin, S.G., 1982. Principles of Management, Eight Edition, Homewood : Richard Irwin, Inc. Tola, T., Balla, P.T., Ibrahim, B. 2007. Analisis Daya Dukung dan Produktivitas Lahan Tanaman Pangan di Kecaamatan Batang Kabupaten Jeneponto SulawesiSelatan. Ilmu Tanah dan Lingkungan.Vol. 7 No 1 p : 13 – 22. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. UNESCAP dan UN-HABITAT. 2008. Panduan Ringkas Untuk Pembuat Kebijakan. Perumahan Bagi Kaum Miskin di Kota-Kota Asia.
60
Rajdamnern Nok Avenue. Edisi 1. Bangkok. Thailand dan Nairobi, Kenya. UNESCAP dan UN-HABITAT. 2009. Panduan Ringkas Untuk Pembuat Kebijakan. Perumahan Bagi Kaum Miskin di Kota-Kota Asia. Rajdamnern Nok Avenue. Edisi 3. Bangkok. Thailand dan Nairobi, Kenya. Urmila, D. 2007. Daya Dukung Kabupaten Badung Dilihat dari Aspek Perkembangan Penduduk. Buletin Studi Ekonomi Volume 12 Nomor 3. Universitas Udayana.
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Peta Penduduk dan Lahan Terbangun Perkecamatan
2,54 % 499 jw/km
2
9,66 % 775 jw/km
2
5,61 % 76,22 % 9.915 jw/km
398 jw/km
2
2
45,83 % 3.834 jw/km
Keterangan :
2
Luas lahan terbangun (%) Kepadatan penduduk (jw/km2)
61
Lampiran 2 : Peta Pelayanan Air Bersih Perkecamatan
71,36 % II
58,79 % III
20,15 % 89,93 %
V
I
49,26 % IV
Keterangan :
Pelayanan air bersih (%) Skor pelayanan
62
Lampiran 3 : Peta Permukiman Kota Balikpapan Lampiran 3 : Peta Permukiman Kota Balikpapan
63
Lampiran 4. Tabel Pencari Kerja dan Permintaan Tenaga Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun
Pencari Kerja SD
SMP
SMU
SM
Permintaan Tenaga Kerja
S1
S2
Jumlah SD
SMP
SMU
SM
S1
S2
Jumlah
2001*
59
161
2.603
249
353
-
3.425
1.088
2002*
294
250
2.761
599
921
-
4.825
911
2003*
294
250
2.761
599
921
-
4.825
911
2004*
707
396
6.250
657
2.798
43
10.851
3782
2005*
331
332
6.460
767
2.713
27
10.630
2006
556
362
9.175
1.369
27
-
11.489
190
153
2.833
212
3.043
-
6.431
2007
9.472
2.296
24.080
2.189
-
-
38.037
-
21
724
65
1.099
-
1.909
2008
626
358
4.249
832
1.670
101
7.836
234
261
2.946
494
966
-
4.901
2009
119
394
5.782
511
1.730
4
8.540
-
190
3.809
753
1.984
2
6.738
% (2009)
1,40
4,61
67,70
5,98
20,26
0,05
100,00
Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kota Balikpapan (2001-2009 Keterangan : SM ; Sarjana Muda (D1, D2, D3) *) Data Tidak Tersedia
64
Lampiran 5. Banyaknya Lowongan Kerja Yang Belum Dipenuhi Menurut Lapangan Usaha Utama Dan Jenis Kelamin 2008 Lapangan Usaha Utama/ Main Industry
2009
Laki-laki/ Male
Perempuan/ Female
Laki-laki/ Male
Perempua n/ Female
(2)
(3)
(4)
(5)
632
467
0
0
2.Tenaga Kepemimpinan & Ketalaksanaan
74
89
0
0
3.Tenaga Tata Usaha & yang Sejenis
41
24
0
0
4.Tenaga di Bidang Penjualan
20
1
0
0
5.Tenaga di Bidang Jasa
83
57
0
0
6.Tenaga Usaha Pertanian, Kehutanan, Perkebunan & Perikanan
0
0
0
0
7.Tenaga Produksi, Alat Angkutan & Pekerjaan Kasar
166
114
0
0
1.016
752
0
0
(1) 1.Tenaga Profesional, Teknisi & yang Sejenis
Jumlah
Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kota Balikpapan, 2008 - 2009
65