MANAJEMEN PENGEMBANGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU BERBASIS RELIGIUS DI SDIT ANAK SHOLEH MATARAM Lalu Sirajul Hadi Universitas Nahdlatul Wathan Mataram Email:
[email protected] Abstrak: Kualitas proses dan hasil pembelajaran ditentukan oleh kompetensi yang dimiliki guru, yang didasarkan pada nilai-nilai religius yang dirujuk sebagai keyakinan, pengetahuan, pemahaman dan pengamalan. Maka, dibutuhkan manajemen pengembangan yang tepat, baik pada aspek pedagogik maupun pada aspek religius. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan (1) konsep performance kompetensi pedagogik guru berbasis religius (2) strategi pengembangan kompetensi pedagogik guru berbasis religius dan (3) implikasi manajemen pengembangan kompetensi pedagogik guru berbasis religius di SDIT Anak Sholeh Mataram. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, jenis studi kasus. Tekhik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi partisipan dan dokumentasi. Teknik analisis dilakukan dengan proses reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan serta pengujian kesimpulan data (drawaing and verifying conclusions).Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan tingkat kepercayaan (credibility), kebergantungan (dependability) dan objektivitas (confirmablity). Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) konsep performance kompetensi pedagogik religius adalah unjuk kerja guru yang dibangun berdasarkan potensi, ability, capabeltiey, capacity dan afeksi religius dalam mewujudkan kinerja guru dalam proses dan hasil pembelajaran yang dilandasai dengan nilai-nilai religius sebagai spirit, motivasi dan ideologi (2) pengembangan kompetensi pedagogik religius guru belum dilakukan melalui tahapan dan langkah-langkah yang sistematis, holisitk dan sestemik, kegiatan pengembangan bersifat general-temporary karena tanpa melalui proses analisis penilaian (assessment analysis) dan analisis kebutuhan (need analysis) yang komprehensif dan objektiv. Strategi pengembangan dapat dilakukan dengan menggunakan model pengembangan kompetensi berkelanjutan melalui pendekatan religius learning community (3) implikasi manajemen pengembangan kompetensi pedagogik berbasis religius, adalah; Pertama, implikasi bagi guru (personal impact), terbangunnya kepercayaan diri (self confident), kepuasan diri (self satisfication), kualitas kinerja, dan produktivitas dalam proses pembelajaran dengan menjadikan nilai-nilai religius sebagai spirit, motivasi dan ideologi. Kedua, implikasi bagi sekolah (institution impact), tercipta dan terjaganya kepercayaan stakeholder sebagai pengguna pendidikan. Kata Kunci: manajemen pengembangan, kompetensi pedagogik, berbasis religius
PENDAHULUAN Bagi kepentingan masa depan manusia yang lebih baik, maka sejatinya pendidikan harus dirancang dan didesain sebagai sistem yang dinamis dan berwawasan ke depan (futuristic). Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif dapat
223
Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 12, No. 2, Juli 2016: 223-250
mengembangkan potensi dirinya, untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1 Gambaran tentang ciri pendidikan masa depan dapat disederhanakan sebagai bentuk pendidikan yang dapat menghasilkan lulusan yang mampu bersaing secara baik.2 Dengan demikian, maka penyelenggaran pendidikan harus mempersiapkan peserta didiknya menjadi manusia-manusia yang unggul dan tangguh. Manusia dikatakan unggul apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut; (1) Berdedikasi dan berdisiplin tinggi; manusia unggul harus memiliki rasa pengabdian terhadap tugas dan pekerjaannya, harus sadar arah dan memiliki visi yang jauh ke depan. Orang yang berdedikasi tinggi harus berdisiplin tinggi, memiliki visi strategis dan memiliki target-target capaian dalam jangka waktu tertentu, (2) Jujur dan objektf; pada era kompetisi dewasa ini orang yang tidak jujur akan kalah, karena dalam kompetisi orang akan bekerja sama dalam suatu jaringan (networking) dengan orang lain, jika tidak jujur maka orang lain akan sulit untuk mengajaknya bekerja sama, (3) Inovatif; adalah sebuah bentuk sifat tidak puas dengan apa yang telah dihasilkan (tidak status quo), selalu ingin membuat dan mendapatkan sesuatu yang baru, (4) Manusia unggul harus tekun; ketekunan akan menghasilkan sesuatu, maka manusia unggul tidak akan selesai melakukannya sebelum menghasilkan sesuatu sehingga ia harus tekun dan fokus, (5) Ulet dan tidak mudah putus asa; manusia unggul akan berdedikasi kepada pekerjaannya untuk sebuah hasil yang maksimal, (6) Manusia unggul adalah manusia yang mampu mengendalikan dirinya; harus disadari bahwa kesuksesan seseorang tidak saja ditentukan oleh intelektualitasnya (IQ) saja, tetapi juga ditentukan oleh kemampuan mengendalikan dirinya dengan baik secara emosional (EQ). Namun demikian, yang tidak kalah penting dari ciri-ciri di atas, yakni perlunya kemuliaan akhlak dan keunggulan spritulalitas yang harus ditunjukkan dalam semua domain aktifitas sehari-hari. Secara ideal dan normatif, kompetensi yang dimiliki oleh guru harus menggambarkan beberapa jenis kemampuan atau kompetensi. Guru harus memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.3 Semua kompetensi tersebut pada dasarnya memiliki kedudukan dan fungsi masing-masing, yang saling berkorelasi dan saling memberi konstribusi, bagi tercapainya proses dan hasil belajar yang baik. Dengan demikian, dimilikinya kompetensi bagi guru adalah syarat penting (esensial) yang mencerminkan kemampuan guru dalam melaksanakan tugas-tugas pembelajaran dan pendidikan secara profesional.
1
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 TentangSistem Pendidikan Nasional, Bab I, Pasal 1 Ayat (1), (Bandung: Asa Mandiri, 2004). 2 Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam; Integrasi Jasmani, Rohani dan Kalbu Memanusiakan Manusia, (Bandung: Rosdakarya, 2012), hlm.202-203. 3 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Komptensi Guru.
224
Manajemen Pengembangan Kompetensi (Lalu Sirajul Hadi)
Murphy4 menyatakan bahwa keberhasilan pembaharuan sekolah sangat ditentukan oleh gurunya, karena guru adalah pemimpin (leader) pembelajaran, fasilitator dan sekaligus merupakan pusat inisiatif pembelajaran. Oleh sebab itu, guru harus senantiasa mengembangkan dirinya secara mandiri serta tidak selalu tergantung kepada pihak lain, seperti kepada kepala sekolah atau kepada supervisor. Dari berbagai studi dan hasil penelitian, sedikitnya tujuh indikator yang menunjukan masih mejadi penyebab rendahnya kinerja guru dalam melaksanakan tugas utamanya mengajar (teaching) yaitu: (a) rendahnya pemahaman terhadap strategi pembelajaran, (b) rendahnya kemampuan dalam pengelolaan kelas, (3) rendahnya kekampuan dalam melakukan kegiatan penelitian tindakan kelas (classroom action research), (d) rendahnya motivasi berprestasi, (e) kurangnya disiplin, (e) rendahnya komitmen profesi dan (e) rendanya kemampuan komitmen waktu. Beberapa indikator yang menjadi penyebab redahnya kinerja guru tersebut, akan berdampak pada rendahnya kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru di sekolah. Dari kondisi dan realitas tersebut, maka kegiatan pengembangan kualitas dan profesionalitas guru menjadi kebijakan yang mutlak dan penting untuk dilakukan. Fakta tentang masih rendahnya kemampuan guru dalam melaksanakan tugas-tugas pembelajaran di sekolah adalah fenomena dan masalah yang harus disikapi secara sungguh-sungguh, dengan kebijakan yang fokus dan solutif. Dengan demikian, aspek rendahnya kompetensi guru dapat dibenahi dan diperbaiki. Data lain tentang problem kompetensi pedagogik guru juga menunjukan, bahwa dari 1.611.252 guru yang mengikuti Uji Kompetensi Guru (UKG), rata-rata nilai uji kompetensi yang diperoleh adalah 47%, dengan materi kompetensi dasar bidang studi dan pedagogik, dan kondisi ini didominasi oleh guru-guru yang berasal dari luar pulau jawa.5 Data ini sekaligus mengkonfirmasi, dan memberikan gambaran secara faktual, bahwa kompetensi dan kualitas guru adalah permasalahan serius pendidikan yang harus terus diperbaiki dan ditingkatkan secara berkesinambungan (sustainable), termasuk juga pemerataan kesempatan kepada para guru di setiap daerah, untuk meningkatkan kualitas kompetensinya melalui pendidikan dan pelatihan yang relevan, dengan kebutuhan masingmasing guru. Hadirnya lembaga-lembaga pendidikan atau sekolah, yang memadukan antara konsep pendidikan umum dengan pendidikan keagamaan secara terintegrasi (terpadu) seperti sekolah Islam Terpadu (IT), yang dikelola secara khusus dengan berkarakter religius yang kental, kurikulum dan metode pendidikan khas, telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari khazanah dan warna baru pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia, khususnya bagi kekayaan dan pembaharuan model-model dan jenis lembaga pendidikan Islam. Dipilihnya SDIT Anak Sholeh Mataramsebagai lokasi penelitian, karena sekolah ini memiliki karakteristik, kekhasan dan ciri yang berebeda jika dibandingkan dengan 4
E.Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifiasi Guru, (Bandung: PT. Rosda Karya. 2007), hlm. 8-9 Jawa Post, 4 April 2015
5
225
Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 12, No. 2, Juli 2016: 223-250
Sekolah Dasar regular lainnya, terutama jika dilihat dari system pendidikan yang dikembangkan dan manajemen pengembangan guru yang dilakukan selama ini. Berangkat dari latar belakang atau konteks di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Manajemen Pengembangan Kompetensi Pedagogik Guru Berbasis Religius di SDIT Anak Sholeh Mataram”. Dari uraian dan deskripsi pada konteks penelitian di atas, maka penelitian ini difokuskan pada bagaimana manajemen pengembangan kompetensi pedagogik berbasis religius. Fokus penelitian kemudian dikembangkan dalam rumusan; (1) bagaimanakah konsep performance kompetensi pedagogik guru berbasis religius di SDIT Anak SholehMataram? (2) bagimanakah strategi pengembangan kompetensi pedagogik guru berbasis religius di SDIT Anak Sholeh Mataram, dan (3) bagaimanakah implikasi pengembangan kompetensi pedagogik guru berbasis religius di SDIT Anak Sholeh Mataram ? METODE PENELITIAN Pendekatan dan Jenis Penelitian Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah interpretif paradigmatik, yakni paradigma penelitian yang fokus pada makna dari suatu tindakan.6 Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, yakni pendekatan penelitian yang mempunyai ciri dan latar alamiah. Suatu latar alamiah dalam penelitian kualitatif adalah sumber langsung data penelitian.7 Peneliti kualitataif mempelajari sesuatu di dalam latarnya yang alamiah, berusaha untuk memahaminya, kemudian berusaha untuk menafsirkan dan memberikan makna terhadap suatu fenomena yang yang didapatkan atau ditemukannya. Metode penelitian kualitatif dimaksudkan untuk menangkap arti secara mendalam dari suatu peristiwa, gejala, fakta, realitas dan masalah tertentu.8Pendekatan kualitatif adalah sebuah pendekatan penelitian yang didasarkan pada logika empiris, dan latar alamiah (naturalistic) yang menyelidiki sesuatu dengan kacamata apa adanya, tanpa manipulasi, serta dilakukan untuk mengungkap fenomena secara objektif empiris, sehingga dapat ditemukan makna dari setiap gejala dan fenomena yang diteliti. Jenis rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian multisitus (multisite research). Kasus tidak saja dalam kontek dipahami, tetapi juga diharapkan dapat dikonfirmasi sebagai sebuah solusi ilmiah dari masalah yang ada.
Mudjia Rahardjo, “Anatomi Metodologi Penelitian”,http://mudjiarahardjo.uin-malang.ac.id/2010/ 03/07/, diakses tanggal 10 September 2013. 7 Bogdan,RC, & Biklen,SK, Qualitative Research for Education, an Introduction to Theory and Methods, (Boston : Allyn& Bacon.Inc. 1982) 8 MudjiaRahardjo, “Apakah Metode Penelitian Kualitatif Ilmiah?”,http://mudjiarahardjo.uinmalang.ac.id/2010/10/25/, diakses tanggal 10 September 2013. 6
226
Manajemen Pengembangan Kompetensi (Lalu Sirajul Hadi)
Kerena penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data yang terkait dengan manajemen pengembangan kompetensi pedagogik guru berbasis religius, maka beberapa langkah yang dilakukan peneliti adalah; dilakukan pengumpulan data pada latar atau di situs di SDIT Anak Sholeh Mataram. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang manajemen pengembangan kompetensi pedagogik guru berbasis religius di SDIT Anak Sholeh Mataram. Data utama penelitian kualitatif adalah gejala, fenomena, bahan, tindakan dan kecendrungan-kecendrungan yang tampak dan tidak tampak, termasuk pula data-data yang bersumber dari hasil wawancara dan dokumen yang ditemukan. Jenis-jenis data yang dikumpulkan mengacu pada fokus dan tujuan penelitian. Data atau informasi yang dicari dan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data mengenai: (a) konsep performance kompetensi pedagogik guru berbasis religius, (b) strategi pengembangan kompetensi pedagogik guru berbasis religius dan (c) implikasipengembangan kompetensi pedagogik guru berbasis religius di SDIT Anak Sholeh Mataram. Dalam penelitian ini, yang menjadi informan penelitian pada ketiga situs lokasi penelitian terdiri dari; (a) kepala sekolah, (b) wakil kepala sekolah, (c) para guru dan (d) unsur pengelola yayasan. Penetapan informan ditentukan oleh data dan informasi yang dibutuhkan, yang tentunya terkait dan relevan juga dengan fokus serta tujuan penelitian. Ditetapkannya pimpinan yayasan, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru dan staf tata usaha diharapan bisa menjadi sumber data yang refresentatif, dalam rangka menjaring data penelitian yang kredibel dan mendalam. Untuk membantu kemudahan peneliti dalam melaksanaan kegiatan penelitian, peneliti membekali diri dengan panduan atau kisi-kisi yang dijadikan pedoman atau petunjuk (guidance) peneliti dalam melakukan wawancara dan pengamatan, yakni yang terkait dengan materi yang akan menjadi bahasan wawancara dan objek yang akan menjadi fokus observasi serta dokumen apa yang diperlukan. Dalam penelitian ini, jenis data dan sumber data adalah sebagai berikut: (1) data tentang konsep performance kompetensi pedagogik guru berbasis religius di SDIT Anak Sholeh Mataram, (2) data tentang strategi pengembangan kompetensi pedagogik guru berbasis religius di SDIT Anak Sholeh Mataram. Data ini diperoleh dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, yayasan dan guru, melalui wawancara, observasi dan dokumentasi kegiatan yang tercatat, (3) data tentang implikasi manajemen pengembangan kompetensi pedagogik guru berbasis religius di SDIT Anak Sholeh Mataram. Data ini diperoleh dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, pembina-pembina kegiatan, para guru, dan pengurus yayasan, yang didapatkan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Untuk mandapatkan data secara utuh (holistic), mendalam, relevan dan terkait dengan fokus dan tujuan penelitian, maka pengumpulan data dilakukan dengan teknik sebagai berikut; (2) teknik observasi partisipan (partisivan observation), (2) teknik
227
Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 12, No. 2, Juli 2016: 223-250
wawancara mendalam (indepth interview) dan (3) studi dokumentasi (study of documents). Dalam kegiatan observasi partisipan ini peneliti melihat, menyaksikan dan mengamati secara langsung bagaimana kompetensi pedagogik guru berbasis religius pada ketiga situs penelitian terimplementasi dalam proses pembelajaran di kelas. Peneliti juga mengamati secara langsung tentang bagaimana strategi pengembangan kompetensi pedagogik guru berbasis religius di SDIT Anak Sholeh Mataram. Proses observasi yang dilakukan peneliti dilakuakan dengan membawa bahan catatan (notes) untuk memudahkan peneliti dalam mengingat proses dan pristiwa yang ditemukan dan diamati. Peneliti juga mengamati secara langsung kondisi dan lingkungan sekolah seharihari di SDIT Anak Sholeh Mataram, dengan maksud untuk mendapatkan gambaran, kesan dan makna dari kekhasan dan karakteristik yang menjadi ciri dan keunikan masing-masing sekolah yang menjadi situs penelitian. Metode wawancara digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data dan informasi melalui proses tanya jawab, dialog dan komunukasi dengan responden. Walaupun sifat wawancara yang dilakukan peneliti memiliki kebebasan, namum kegiatan wawancara dengan responden dilakukan dengan tetap memfokuskan diri pada masalah yang diteliti, yakni tentang manajemen pengembangan kompetensi pedagogik guru berbasis religius yang meliputi; (1) konsep performance kompetensi pedagogik guru berbasis religius, (2) starategi pengembangan kompetensi pedagogik guru berbasis religius, dan (3) implikasi pengembangan kompetensi pedagogik di SDIT Anak Sholeh Mataram. Adapun materi dalam kegiatan wawancara yang dilakukan peneliti dengan informan adalah terkait dengan manajemen pengembangan kompetensi pedagogik guru berbasis religius di SDIT Anak Sholeh Mataram, materi wawancara terdiri dari; (1) bagaimana performance kompetensi pedagogik guru berbasis religius, (2) bagaimana strategi pengembangan kompetensi pedagogik guru berbasis religius, dan (3) bagaimana implikasi pengembangan kompetensi pedagogik guru berbasis religius. Untuk memudahkan peneliti menggali iformasi melalui wawancara dengan setiap informan, peneliti membekali diri dengan pedoman wawancara yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Secara spesifik, data dokumen yang dicari dan diperoleh peneliti dari teknik dokumentasi tersebut antara lain; (a) profile sekolah (b), visi misi sekolah, tata tertib dan aturan, (c) pedoman pembelajaran dan kurikulum sekolah, (d) struktur organisasi sekolah, (e) data tentang program dan kegiatan-kegiatan sekolah, (e) foto-foto kegitan sekolah yang relevan, (f) data guru, dan beberapa dokumen administratif lainnya yang relevan dengan fokus penelitian. Semua jenis dokumen tersebut peneliti dapatkan di SDIT Anak Sholeh Mataram.
228
Manajemen Pengembangan Kompetensi (Lalu Sirajul Hadi)
Analisis data dalam penelitian kualiatif adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode atau tanda, dan mengkategorikannya sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus masalah yang ingin dijawab. Melalui serangkaian aktivitas tersebut, data kualitatif yang biasanya berserakan dan bertumpuktumpuk bisa disederhanakan untuk akhirnya bisa dipahami dengan mudah.9 Kegiatan analisis data merupakan proses mencari dan mengatur (search and manage) secara sistematis terhadap catatan-catatan, temuan-temuan, tranksrip, notes dan bahan-bahan lainnya yang telah dikumpulkan dan dihimpun oleh peneliti selama berada di lapangan. Analisis data kualitatif sesungguhnya sudah dimulai saat peneliti mulai mengumpulkan data, dengan cara memilah mana data yang sesungguhnya penting atau tidak. Ukuran penting dan tidaknya suatu data mengacu pada kontribusi data tersebut pada upaya menjawab fokus penelitian. Rahardjo10 di dalam penelitian lapangan (field research) bisa saja terjadi karena memperoleh data yang sangat menarik, peneliti akhirnya mengubah fokus penelitian. Ini bisa dilakukan karena perjalanan penelitian kualitatif bersifat siklus, sehingga fokus yang sudah didesain sejak awal bisa berubah di tengah jalan karena peneliti menemukan data yang sangat penting, yang sebelumnya tidak terbayangkan. Tahapan-tahapan analisis data tersebut peneliti lakukan secara terus menerus, mulai dari kegiatan mengoleksi atau mengumpulkan data yang didapatkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Editing data dilakuakan peneliti untuk mengklasifikasi dan memberi kode pada data, reduksi data, penyajian data sampai dengan kemudian peneliti menarik dan membuat kesimpulan yang terus-menerus disempurnakan dan direvisi. Pengecekan Keabsahan Data Untuk mengetahui dan mencapai keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan empat teknik yaitu; kredibilitas, transferbilitas, dipendablitias, dan konfirmabilitas di samping dengan cara triangulasi. Untuk mendapatkan dan mengetahui kredibelitas data penelitian adalah data yang kredibel. Peneliti beberapa kali mendatangi sekolah yang menjadi lokasi, yakni ke SDIT Anak Sholeh Mataram.Dengan perpanjangan waktu penelitian , maka hubungan peneliti dengan responden, semakin akrab atau dekat sehingga responden juga semakin leluasa, terbuka dan bebas untuk menyampiakan dan memberikan informasi atau data yang dimintakan. Dengan waktu penelitian yang lebih banyak dan lebih lama, peneliti mengharapkan data yang dimiliki semakin kaya dan semakin variatif. Oleh sebab itu, peneliti selalu berusaha untuk berulang-ulang mendatangi lokasi penelitian atau sekolah, 9 Mudjia Rahardjo, “Analisis Data Penelitian Kualitatif (Sebuah Pengalaman Empirik)”, http://mudjiarahardjo.uin-malang.ac.id/2010/06/11/, diakses tanggal 15 September 2013. 10 Mudjia Rahardjo,“Analisis Data Penelitian Kualitatif (Sebuah Pengalaman Empirik)”,http://mudjiarahardjo.uin-malang.ac.id/2010/06/11/, diakses tanggal 15 September 2013.
229
Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 12, No. 2, Juli 2016: 223-250
menemui dan berdiskusi dengan kepala sekolah, guru-guru dan pihak-pihak yang ada di sekolah, agar data yang didapatkan utuh dan kredibel. Pengecekan keabsahan data, oleh peneliti juga dilakukan dengan metode triangulasi. Raharjo11 berpendapat bahwa triangulasi hakikatnya merupakan pendekatan multi metode yang dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan menganalisis data. Ide dasarnya adalah bahwa fenomena yang diteliti dapat dipahami dengan baik sehingga dapat diperoleh kebenaran tingkat tinggi, jika didekati dari berbagai pendekatan dan sudut pandang. Beberapa teknik triangulasi yang dilakukan peneliti antara lain yakni; triangulasi data atau yang sering juga disebut dengan traingulaisi sumber, triangulasi metode, triangulasi teori dan triangulasi peneliti. Dalam proses uji dependabilitas ini, peneliti mengkonsultasikan data-data dan temuan penelitan kepada kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru-guru, pembinapembina kegiatan, dan kepada unsur pembina atau pengurus yayasan yang membawahi atau menanungi sekolah-sekolah yang menjadi lokasi penelitian. Hal tersebut penting bagi peneliti lakukan, agar data dan temuan penelitian merupakan kenyataan atau fakta yang sebenarnya ada dan terjadi, dan ditemukan di sekolah yang menjadi lokasi penelitian, yakni di SDIT Anak Sholeh Mataram. Untuk mendapatkan kualitas mutu penelitian, peneliti juga melakukan diskusi dan konsultasi dengan beberapa pakar, yang mempunyai kekahlian dan disiplin ilmu yang relevan dengan objek kajian penelitian. Dalam melakukan konfirmabilitas, peneliti melakukan proses konsultasi dan diskusi secara intensif dan berulang-ulang, yakni dengan beberapa kali menghubungi dan menemui pihak-pihak yang dianggap refresentatif dan memiliki kualifikasi yang relevan untuk memberikan penilaian, pendapat dan pandangan tentang kesesuaian hasil penelitian dan konteks penelitian. Untuk kepentingan konfirmasi tersebut, peneliti melakukan diskusi dan berkonsultasi dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru-guru, pembina-pembina kegiatan, dan unsur yayasan pengelola di SDIT Anak Sholeh Mataram. HASIL PENELITIAN Konsep Performance Kompetensi Pedagogik Berbasis Religius 1.
Kompetensi Pedagogik dalam Pembelajaran
Istilah Performance sebagaimana pendapat W. Gulo adalah suatu bentuk kompetensi yang tampil dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati, dilihat, didemontrasikan dan dirasakan. Guru adalah suatu pekerjaan profesional yang menuntut kemampuan dan keahlian yang diimplementasikan dalam proses dan praktik pembelajaran, sehingga guru harus memiliki performance yang baik. Salah satu jenis kompetensi, yang harus dimiliki oleh guru adalah kompetensi pedagogik. Kompetensi 11
Mudjia Rahardjo,Triangulasi Dalam Penelitian Kualitatif, Materi Kuliah Program Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2013.
230
Manajemen Pengembangan Kompetensi (Lalu Sirajul Hadi)
pedagogik merupakan jenis kemampuan yang terkait dan berhubungan secara langsung dengan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran. Implementasi kompetensi pedagogik guru dalam aktivitas dan pengelolaan pembelajaran terhadap peserta didik di SDIT Anak Sholeh Mataram, tercermin pada kemampuan yang dimiliki oleh guru dalam mengelola proses dan aktivitas pembelajaran di kelas. Relevan dengan kemampuan guru dalam memahami dan menguasai perbedaan karakteristik peserta didik, proses dan pendekatan pembelajaran yang digunakan guru, berorientasi pada terlayani dan terbantunya proses belajar peserta didik. Strategi yang dilakukan oleh sekolah dan guru di SDIT Anak Sholeh Mataram dalam mewujudkan keterlayanan belajar bagi setiap peserta didik adalah dengan team teaching dan dengan pembelajaran yang terindividualisasi. Menurut Otomo Dananjaya12, kemampuan dan peran pendidik dalam aktivitas pembelajaran adalah terkait dengan bagaimana seorang guru mampu memandang posisi peserta didik secara tepat. Kemampuan tersebut meliputi; (a) pendidik mengutamakan perbedaan individu peserta didik dari pada persamaan-persamaanya dalam menentukan program pembelajaran, (b) pendidik secara moral memandang peserta didik setara secara demokratis dan berkeadilan, sehingga secara demokratis pula, setiap peserta didik memiliki kesempatan yang sama dalam memperoleh layanan pembelajaran secara adil dan tidak diskriminatif. Sebagaimana dalam perspektif Islam, penciptaan manusia dalam bentuk dan krakteristik yang berbeda-beda adalah sebuah sunatullah atau keniscayaan. Penciptaan yang memiliki makna yang sangat dalam bagi manusia untuk memikirkan dan menangkap ibrah dibalik penciptaan-Nya, sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an Surah al-Hujurat ayat 13. Yusuf Qardawi memberikan pandangan tentang hal itu, bahwa seorang Muslim kaffah tidak ditentukan oleh perbedaan garis keturunan atau kelas sosialnya tetapi ditentukan oleh kualitas dan potensi kebaikan yang dimilikinya.13 Dalam kaitannya dengan kemampuan guru di SDIT Anak Sholeh Mataram, mengembangkan kurikulum, ditunjukkan dengan penyusunan dan pengembangan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan. Guru di sekolah, diwajibkan dan diharuskan untuk membuat dan mengembangan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Kemampuan guru dalam mengembangkan kurikulum, terlihat pada kemampuan dalam mengembangkan materi pelajaran yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Dalam kaitannya dengan perkembangan materi, guru harus mampu mempelajari dan menyatukan perkembangan ilmu pengetahuan dengan materi yang diajarkan. Materi yang baik, di samping harus relevan dengan kurikulum juga harus 12
Utomo Dananjaya, Media Pembelajaran Aktif, (Bandung: Nuansa, 2010), hlm.43 Yusuf Qardawi, Menuju Pemahaman Islam yang Kaffah; Analisis Komprehensif Tentang Pilar, Karakteristik, Tujuan dan Sumber-Sumber Acuan Islami, Judul Asll: Madkhal Li Ma'rifah al-Islam; terj. Saifii Hadi, (Jakarta: Insan Cemerlang, 2003) 13
231
Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 12, No. 2, Juli 2016: 223-250
aktual dan mutakhir. Sehingga, dapat menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi peserta didik. Kurikulum tentu bukan hanya sebatas materi (content) pelajaran, melainkan kurikulum adalah sebuah pengalaman. Sebagaimana yang dikatakan Roland C Dol, bahwa kurikulum sebagai pengalaman memuat secara menyeluruh seperangkat proses yang dapat membentuk dan mengembangkan potensi peserta didik melalui proses pembelajaran. Ramayulis,14 menjelaskan bahwa kurikulum merupakan program pendidikan yang disediakan oleh sekolah yang tidak sebatas pada bidang studi dan kegiatan belajar saja, tetapi meliputi segala sesuatu yang mempengaruhi perkembangan dan pembentukan pribadi peserta didik. Islam sebagai agama menjelaskan bahwa dalam konteks mewarisi sesuatu kepada generasi (peserta didik), hendaknya bertujuan untuk memberikan dan mewariskan sesuatu yang dapat membuat generasi muslim menjadi kuat, berilmu pengtahuan dan berkepribadian dalam iman dan taqwa yang kokoh, sebagaimana firman Allah dalam alQur’an Surah An-Nisaayat 9. Dalam kaitanya dengan tujuan pembentukan pribadi peserta didik yang kuat dan kokoh, secara intlektual, sosial dan spiritual, maka pengembangan kurikulum di SDIT Anak Sholeh Mataram dilakukan dengan mengintegrasikan antara kurikulum pendidikan nasional, dengan kurikulum intern sekolah yang menitik beratkan pada kemampuan peserta didik pada bidang religius keagamaan. Guru sangat penting memiliki kemampuan dalam melakukan evaluasi dan penilaian hasil belajar. Kemampuan guru dalam melakukan evaluasi adalah salah satu bentuk kompetensi pedagogik, yang dapat digunakan oleh guru untuk mengetahui sejauh mana program pembelajaran selama kurun waktu tertentu, telah berjalan secara efektif dan efesien. Penilaian merupakan komponen penting dalam pembelajaran dan pendidikan, karena mencerminkan perkembangan kemajuan hasil atau mutu pendidikan. Salah satu prinsip penting lainnya tentang evaluasi adalah prinsip objektivitas, artinya setiap orang akan mendapatkan hasil penilaian sesuai dengan kemampuan, tanpa tendensi atau unsur-unsur subjektivitas. Dalam perspektif Islam, hal inilah yang digambarkan Allah dalam al-Qur’an surah Az-Zalzalah ayat 7-8, bahwa amal perbuatan seseorang akan mendapatkan balasan yang setimpal dan sesuai dari Allah SWT atau dalam ilmu pendidikan dikenal istilah penghargaan dan hukuman (reward and punishment). Pendidikan dan praktik pembelajaran yang ada di dalamnya, adalah suatu sistem yang harus digerakkan dengan landasan kebaikan dan kebajikan yang kuat. Dengan demikian, sejatinya pendidikan selalu memiliki keterkaitan dengan nilai-nilai dan pandangan etik yang berlaku. Menurut Sidek Baba15, bahwa praktik pendidikan dengan semua komponen dan aktivitas 14
Ramayulis, llmu Pendidikan IsIam,(Jakarta: Kalam Mulia, 2012) Sidek Baba, Pendidikan Rabbani:Mengenal Allah Melalui Dunia Pendidikan, (Malaysia: Karya Bestari Sdn.Bhd, 2006.) 15
232
Manajemen Pengembangan Kompetensi (Lalu Sirajul Hadi)
pedagogik yang ada di dalamnya, haruslah bersifat value-laden (bertautan dan berkaitan erat dengan nilai), bukan pendidikan yang value-free (bebas nilai). Lebih lanjut dikatakan, bahwa guru juga perlu merasakan bahwa proses mendidik itu adalah suatu amal dan jihad yang menuntut keikhlasan, kesungguhan dan kesabaran yang tinggi. Oleh karena itu, dalam tradisi Islam makna guru juga mempunyai keterkaitan dengan konsep murabbī, yakni sebuah makna konseptual yang menghubungkan proses pendidikan dengan Allah, dan menjadikan Allah sebagai sumber rujukan dalam proses pendidikan. Artinya, kedudukan agama sebagai landasan filosofis religius pendidikan adalah bagian yang termanifestasi dalam semua dimensi aktivitas, proses dan tujuan pendidikan. Merujuk pendapat Sidek Baba sebagaimana dikemukan di atas, pembelajaran dan pendidikan atau aktivitas pedagogik tidak dapat dimaknai hanya sebagai proses transfer ilmu semata-mata. Pendidikan tidak hanya dalam kontek berbuat seadanya, tetapi diperlukan usaha dan kerja keras (jihād-mujāhadah), kesungguhan atau totalitas. Namun, dibalik semua itu tetap pada konteks keikhlasan dan kesabaran. Sebagaimana yang dikatakan An-Nahlawi dalam Muhaimin16 bahwa pendidik yang memliki kompetensi religius bisa dicirikan dari sikap dan perilakunya antara lain; tingkah laku dan pola pikirnya sebagai pendidik bersifat rabbani, ikhlas, sabar, jujur dan adil. Di samping itu juga, guru perlu memiliki kompetensi yang relevan, yakni kompetensi adalah yang terkait dengan kemampuannya dalam menggunakan pendekatan atau metode yang bervariasi dalam pembelajaran. Pembelajaran yang dipraktikkan guru di SDIT Anak Sholeh Mataram, adalah konsep dan praktik pembelajaran yang memadukan secara integratif, antara ilmu-ilmu umum dan ilmu agama, serta pengamalan religius keagamaan yang implementatif. Hal tersebut termanifestasi dalam praktik sehari-hari yang dilakukan guru dalam membina dan membimbing peserta didik dalam pembelajaran. Menurut Muhamain, mengutip pendapat Imam al-Ghazali, seorang ulama’ dan tokoh pendidikan di kalangan Islam, disarankan agar guru mampu menyajikan pelajaran sesuai dengan taraf kemampuan peserta didiknya. 2.
Penilaian Performance Kompetensi Pedagogik Guru Berbasis Religius
Penilaian terhadap kompetensi pedagogik dan kinerja guru secara komprehensif, di SDIT Anak Sholeh Mataramdilakukan melalui dua cara yakni: melalui supervisi dan melalui penilaian kinerja guru (PKG). Kegiatan supervisi dilakukan oleh kepala sekolah untuk mengetahui sejauh mana guru memiliki kemampuan dalam merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Sedangkan penilian kinerja pada umumnya, dilakukan secara formatif dan sumatif. Teknik yang digunakan dalam melakukan penilaian terhadap kompetensi dan kinerja guru adalah dengan menggunakan teknik pengamatan dan pemantauan. Pengamatan adalah teknik penilaian yang dilakukan untuk 16
An-Nahlawi dalam Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2006)
233
Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 12, No. 2, Juli 2016: 223-250
menilai kinerja guru melalui diskusi sebelum pembelajaran, pengamatan selama pembelajaran dan diskusi setelah pembelajaran. Sedangkan pemantauan merupakan kegiatan yang dilakukan melalui pemeriksaan dokumen-dokukemn yang dimiliki oleh guru. Kompetensi dan kinerja guru adalah variabel penting, yang menentukan keberhasilan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran di kelas. Oleh karenanya, pengembangan terhadap kompetensi dan kinerja guru perlu dilakukan secara berkelanjutan (sustainable), sehingga kualitas dan profesionalitas guru semakin baik. Kompetensi dan kinerja pada hakikatnya, ditentukan oleh adanya dua faktor dasar yang sangat penting kedudukannya dalam diri individu, yakni faktor motivasi (motivation) dan kemampuan (ability). Dalam penilaian kinerja, kedua dasar dan landasan tersebut digunakan sebagai indikator. Motivasi (motivation) adalah faktor penting yang menentukan dalam diri manusia, sebagai sebuah dorongan yang muncul dari diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Menurut Stoner, motivasi diartikan sebagai faktor penyebab yang menghubungkan dengan sesuatu dalam perilaku seseorang. Sedangkan ablitas (ability), adalah sesuatu yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki individu. Mengacu pada implementasi, penerapan dan penilaian terhadap kompetensi pedagogik religius dalam pembelajaran, guru secara umum telah mampu secara baik mengimplementasikan kompetensi pedagogik dalam proses pengelolaan pembelajaran, walaupun pada indikator-indikator tertentu, masih perlu dikembangkan secara optimal. Kompetensi pedagogik religus, diartikan sebagai kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran terhadap peserta didik. Untuk itu, kemampuan guru dalam menginternalisasi nilai-nilai religius sebagai spirit, motivasi dan ideologi dalam melaksanakan proses dan aktivitas pembelajaran. Integrasi kemampuan pedagogik dan kemampuan religius pada guru, dapat berfungsi sebagai kekuatan (power) atau spirit (ghīroh), sehingga proses pengelolaan pembelajaran dapat dilakukan secara maksimal dan bermakna. Sebagai lembaga pendidikan yang mengusung visi religius keagamaan (islami), maka ruang lingkup aktivitas dan nilai-nilai keagamaan yang dilaksanakan dan dikembangkan di sekolah, secara umum bermuara pada tiga ajaran dan nilai utama (pokok), yakni: akidah, ibadah dan akhlāq al-Karīmah. Muhaimin,17 menjelaskan bahwa Islam sebagai landasan religius kegamaan, yang dijadikan sebagai rujukan dalam kehidupan manusia dalam semua segmentasi pada hakikatnya terdiri dari tiga bagian yakni tauhid (akidah), ibadah dan akhlak. Dengan demikian, dalam konsep pengembangan lembaga pendidikan yang religius, tiga ajaran pokok tersebut adalah sumber nilai yang utama, yang semestinya dijadikan sebagai pilar dan fondasi pengembangan pendidikan di sekolah. 17 Muhaimin,Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam,(Jakarta: Rajawali Pres, 2011)
234
Manajemen Pengembangan Kompetensi (Lalu Sirajul Hadi)
Keberadaan dan aktivias religius keagamaan yang dilaksanakan di sekolah, dapat dipandang sebagai bentuk dan pendekatan dalam memahami kebutuhan peserta didik secara holistik sebagai manusia. Sehingga, dapat berkembang sebagai manusia yang memiliki kekuatan iman dan taqwa. Sekolah atau lembaga pendidikan, tidak hanya berfungsi untuk membuat peserta didik menjadi cerdas secara ilmu pengetahuan (knowledge)saja, tetapi proses dan praktik penyelenggaran pendidikan juga harus mampu menyentuh dan mengasah sikap (afektif) keagamamaan, untuk menjadi lebih baik dan berkualitas. Oleh sebab itu, sebagaimana juga pandangan Baba18, bahwa dalam tradisi Islam pendidik mempunyai kedudukan dan kaitan dengan konsep murabbi, sebuah konsep pilosofis yang menghubungkan antara pendidikan dengan Allah, dengan pendekatan rabbani, dengan menjadikan Allah sebagai rujukan dalam melaksanakan tugas profesionalnya sebagai pendidik. Dalam praktiknya, pelaksanaan kegiatan kegamaan di SDIT Anak Sholeh, Mataram, terdiri dari bentuk amaliyah keagamaan yang jika dilihat dari sifatnya terdiri ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah, atau ibadah wajib dan ibadah sunnah. Ibadah dalam makna yang luas, adalah semua bentuk aktivitas yang dilakukan manusia beriman, yang pekerjaannya itu tidak bertentangan dengan Islam sebagai agama dan Islam sebagai nilai. Implementasi kegiatan religius keagamaman di sekolah, mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang dimiliki oleh masing-masing sekolah, dalam aspek pengetahuan dan pengamalan kegamaan. Dari hasil dan temuan penelitian, aktivitas keagamaan yang paling pokok dikembangkan kepada peserta didik dan juga kepada guru adalah pada kompetensi alQur’an yang meliputi kemampuan membaca al-Qur’an (tahsisn-tartil) secara baik dan benar, serta kemampuan dalam menghafal al-Qur’an (hifzil Qu’ran) atau, dengan standar acuan yang digunakan adalah setelah meyelesaikan studi peserta didik mampu menghafal dua sampai dengan tiga juz al-Qur’an. Sedangkan kompetensi keagamaan lain, yang dipandang urgen atau penting adalah pada ibadah sholat. Artinya guru dan peserta didik memiliki kemampuan tata cara sholat yang baik, terutama pada bacaan dan gerakannya. Beberapa bentuk kegiatan religius keagamaan lainnya juga adalah pelaksanaan kegiatan ibadah yang bersifat pembiasaan (habituation) atau ketauladanan (ushwah), yang dilaksanakan guru bersama peserta didik di sekolah. 3.
Nilai-Nilai Religius dalam Pendidikan dan Pembelajaran
Internalisasi nilai-nilai religius pada proses pendidikan di lingkungan sekolah, dapat diwujudkan dalam beberapa bentuk, antara lain: Pertama, penciptaan budaya dan lingkungan religius di sekolah. Dalam penerapannya, sekolah dikembangkan dengan menampilkan profile lembaga yang berciri khas religius (islami), yang terlihat dari simbol dan atribut serta kesan religius sehari-hari yang ditunjukan di sekolah. Internalisasi jenis ini lebih bersifat kelembagaan (institusional) sebagai media 18 Sidek Baba,Pendidikan Rabbani: Mengenal Allah Melalui Dunia Pendidikan, (Malaysia: Karya Bestari Sdn.Bhd, 2006)
235
Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 12, No. 2, Juli 2016: 223-250
membangun pesan dan kesan islami lembaga penyelenggara pendidikan atau sekolah; kedua, sikap dan perilaku religius, suatu bentuk internalisasi nilai-nilai religius yang ditunjukkan dari cara setiap individu, dalam membangun hubungan antar sesama di lingkungan sekolah, dengan menjadikan nilai-nilai Islam sebagai standar sikap dan perilaku. Internalisasi sikap dan perilaku ini bersifat pribadi dan bersama (personalsosial), untuk membentuk tatanan nilai dan keperibadian Islami di lingkungan sekolah; ketiga, pengamalan keagamaan; adalah bentuk manifestasi dari wujud ketaatan dan ketundukan terhadap perintah Allah selaku zat yang maha menciptakan (khaliq) melalui praktik dan pengamalan ibadah yang dilakukan dengan sebaik-baiknya. Internalisasi nilai-nilai dalam konteks pengamalan keagamaan, termanifestasi dalam hubungan secara langsung antara manusia dengan Tuhan (ritual-spiritual). Berdasarkan analisis dan kajian tentang kompetensi pedagogik dan nilai-nilai religius dalam pendidikan, maka pada hakikatnya, konsep performance kompetensi pedagogik guru berbasis religius adalah suatu bentuk personal profile guru yang dicirikan dengan kemampuannya dalam menunjukan kinerja pedagogik yang berkualitas dan profesional, memiliki kemampuan yang baik, keterampilan (skill) yang unggul, produktifitas, dedikasi, komitmen dan tanggung jawab. Sehingga, memiliki kepercayaan diri (self confident) dan kepuasan diri (self satisfication) dalam melaksanakan tugastugas sebagai pendidik, dengan menjadikan nilai-nilai religius sebagai landasan, moral force, motivasi, spirit dan ideologi, sebagaimana gambar 5.1:
Gambar 5.1 Profile Performance Kompetensi Pedagogik Religius
Dalam visualisasi di atas, religius dan nilai-nilai yang terdapat di dalamnya adalah hal yang sangat central dan fundamental posisinya, dalam mempengaruhi berbagai jenis perilaku seseorang. Indiviudal characteristic adalah dimensi performance yang terkait secara langsung dengan kepribadian dan integritas. Organizational characteristic berkaitan dengan visi misi, tujuan dan komitmen bersama dalam organisasi yang dibangun dalam sebuah budaya organisasi yang positif dan khas. Sedangkan works characteristic terkait dengan karakter pekerjaan yang ditopang oleh adanya dedikasi, loyalitas, dam profesionalitas. Unsur-unsur karakteristik di atas, adalah 236
Manajemen Pengembangan Kompetensi (Lalu Sirajul Hadi)
kebutuhan yang perlu diimplementasi dalam pendidikan dan pembelajaran yang termanifestasi dalam setiap unjuk kerja guru. Strategi Pengembangan Kompetensi Pedagogik Guru Berbasis Religius di Sekolah Menurut Plan, terdapat tiga pendekatan dalam pengelolaan kompetensi: Pertama, Akusisi kompetensi (competency acquisition), yakni organisasi melakukan upaya yang disengaja dan terencana untuk mendapatkan kompetensi yang diperlukan bagi pertumbuhan dan ekspansi perusahaan. Kedua, Pengembangan Kompetensi (competency development), yakni level kompetensi karyawan yang sudah ada ditingkatkan melalui program pengembangan kompetensi berkelanjutan (sustainable capacity building), dan Ketiga, Penyebaran kompetensi (competency deplopment), yakni karyawan ditempatkan diberbagai posisi dalam organisasi yang paling cocok dengan kompetensi (best personposisition fit). Pada hakikatnya, setiap guru di sekolah telah memiliki kompetensi pedagogik, terutama bagi guru yang memiliki latar belakang akademik bidang pendidikan dan keguruan. Namun demikian, dalam rangka meningkatkan kualitas kompetensi tersebut diperlukan usaha pengembangan kompetensi, apalagi jika dikaitkan dengan pentingnya kemampuan guru dalam mengahadapi atau merespon tantangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kemajuan zaman. Pentingnya mengikuti langkah-langkah, proses, dan tahapan-tahapan dalam kegiatan pelatihan atau pengembangan, kerena berhubungan dengan rencana, proses dan tujuan kegiatan dilaksanakan. Sehingga, secara ideal tahap-tahap kegiatan harus dilakukan secara tepat. Secara ideal, tahap awal yang dilakukan dalam melaksanakan kegiatan pelatihan atau pengembangan terhadap guru, adalah penentuan kebutuhan pelatihan (assessing training needs). Penilaian kebutuhan adalah suatu diagnosa untuk menentukan masalah apa yang dihadapi saat ini oleh organisasi, dan tantangan masa depan, yakni apa yang harus diantisifasi dan dipenuhi melalui kegiatan pelatihan dan pengembangan. Analisis kebutuhan pelatihan dan pengembangan adalah langkah awal yang harus dibuat oleh manager atau pimpinan secara bersama-sama. Kepala sekolah atau unsur pimpinan kepala sekolah pada setiap satuan pendidikan, dituntut mampu untuk melakukan analisis penilaian dan kebutuhan secara objektif dan komprehensif untuk menentukan masalah pada sekolah, sehingga tepat dalam melakukan tindakan penanganan (treatment).Langkah berikut, yang perlu dilaksanakan secara baik adalah mendesain program pelatihan (desaining a training program). Desain format pelatihan, harus didasarkan pada indentifikasi tingkatan keterampilan (skill). Menurut Schuler, tingkatan keterampilan (skill) dapat digolongkan dalam empat kategori utama, yatu: basic skill, basic job skill, interpersonal skill, dan broader based skill conceptual skill. Berdasarkan empat macam keahlian (skill) tersebut, maka desain pelatihan harus berorientasi pada fundamental knowledge untuk basic skills, skill development untuk basic job skills, atau operational proficiency untuk interpersonal dan broader based conceptual skills. Adapun desain program pelatihan dan pengembangan itu, teridiri dari 237
Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 12, No. 2, Juli 2016: 223-250
tujuan pelatihan dan pengembangan, materi program, prinsip pembelajaran dalam pelatihan dan pengembangan dan metode yang digunakan.Dalam konteks pengembangan guru yang dilakukan melalui pelatihan dan pengembangan, Swanson mengajukan beberapa langkah-langkah, yakni: analyze, design, develop, implement dan evaluate (ADDIE). Pengembangan guru yangdilakukan di SDIT Anak Sholeh Mataram, belum diterapkan secara sistemik procedural, tetapi langsung kepada pelaksanaan (implementation). Pengembangan Kompetensi Pedagogik Religius Guru Strategi meliputi cara dan metode yang dilakukan, dalam kegiatan pengembangan kompetensi guru. Metode pengembangan guru ditentukan dari proses desain kegiatan yang dibuat dan dipersiapkan, sebelum kegiatan pelatihan atau pengembangan dilaksanakan. Penetapan metode terkait dengan jenis materi pengembangan dan tujuan pengembangan. Secara implementatif, strategi dan metode pengembangan kompetensi guru berhubungan juga dengan prinsip-prinsip umum yang perlu dipahami dalam konteks pengembangan sumber daya pendidikan secara umum. Menurut Sukaningtiyas, beberapa prinsip yang diperhatikan dalam pelaksanaan pengembangan tenaga pendidik dan kependidikan, yaitu: (1) pengembangan dilakukan untuk semua jenis tenaga pendidikan, struktural, fungsional dan teknis, (2) pengembangan berorientasi pada perubahan tingkah laku dalam rangka peningkatan kemampuan profesional, (3) dilakukan untuk mendorong konstribusi setiap individu terhadap lembaga pendidikan, (4) dirancang untuk mendidik dan melatih, (5) dilakukan untuk memelihara motivasi dan ketahanan organisasi pendidikan atau sekolah, dan (6) terkait dengan jenjang karir. Prinsip-prinsip umum di atas, adalah pertimbangan yang perlu dipahami secara baik, dalam melaksanakan kegiatan pengembangan sumber daya pendidikan. Beberapa jenis kegiatan dan metode pengembangan kompetensi guru yang dilakukan di SDIT Anak Sholeh Mataram, secara umum dilakukan melalui metode pelatihan (training), baik yang dilakukan dengan cara on the job training maupun dengan cara of the job training. Jenis-jenis kegiatan pengembangan kompetensi pedagogik religius guru pada setiap sekolah, umumnya dilakukan melalui pelatihan-pelatihan (training), workshop, seminar, diskusi, dan pembinaan-pembinaan khusus. Pengembangan kompetensi dan kapasitas guru juga dilakukan melalui wadah atau lembaga-lembaga guru, seperti Musyawarah guru mata pelajaran, kelompok kerja guru dan kelompok kerja kepala sekolah. Sekolah juga melakukan kegiatan pengembangan guru dengan metode magang, yakni mengirim beberapa orang guru ke tempat-tempat yang telah ditentukan untuk mempelajari suatu model tertentu, dengan harapan dapat dikembangkan sebagai contoh. Pada prinsipnya, kegiatan pengembangan kompetensi guru adalah keniscayaan yang menjadi kepentingan dan kebutuhan bersama bagi semua komponen atau stakeholder sekolah. Pengembangan kompetensi guru bukan saja merupakan kebutuhan 238
Manajemen Pengembangan Kompetensi (Lalu Sirajul Hadi)
siswa untuk memiliki guru-guru yang berkualitas, bukan kebutuhan kepala sekolah, atau hanya sebagai kebutuhan pribadi guru itu sendiri. Akan tetapi, kebutuhan pengembangan guru adalah kebutuhan colektif organik sebuah lembaga pendidikan. Karena kegiatan pengembangan guru adalah sebagai kebutuhan bersama, maka perlu pola dan bentuk pengembangan yang dapat menciptakan dan menumbuhkan proses learning community, atau penciptaan secara sengaja bagi hadirnya lingkungan, suasana dan budaya masyarakat belajar. Dalam konteks sekolah, Klipatrict, Baret & Jones, dalam Abdul jabar19, menjelaskan istilah learning community sebagai pemenuhan kebutuhan belajar pada sebuah lokalitas melalui kemitraan antar anggota. Dalam mewujudkan hal tersebut, diperlukan adanya kekuatan hubungan sosial dalam kelembagaan untuk menciptakan pergeseran budaya tentang nilai pembelajaran. Dengan demikian, learning community adalah cara untuk mendorong kohesi sosial agar tercapainya tujuan organisasi, termasuk organisasi sekolah. Implikasi Pengembangan Kompetensi Pedagogik Guru Berbasis Religius Pembelajaran yang berkualitas, hanya dapat diwujudkan dari guru yang berkulitas. Logika ini, menegaskan bahwa sumber daya guru memiliki peran strategis dan menentukan dalam proses pembelajaran. Sebagai sumber daya manusia pendidikan, kedudukan guru memerlukan peningkatan terhadap pengetahuan, keterampilan dan kemampuannya. Dalam aspek pedagogik, guru memiliki kemampuan yang diunjuk kerjakan dalam pengelolaan pembelajaran. Guru pada tiap sekolah, dihadapkan pada tuntutan untuk terus mengembangkan kemampuan dan potensi diri. Sehingga, dapat merespon dan menjawab tantangan, dalam kaitannya dengan tugas profesional. Day mengatakan, bahwa dalam konteks pengembangan guru, bahwa pengembangan guru terdiri dari berbagai pengalaman belajar yang alami, kegiatankegiatan yang direncanakan dan disengaja, dengan tujuan untuk memberikan manfaat secara langsung maupun tidak langsung kepada individu, kelompok atau sekolah dan berkonstribusi terhadap kualitas pembelajaran dan pendidikan di ruang kelas. Terhadap kegiatan-kegiatan pengembangan kompetensi guru, khususnya pada aspek pedagogik religius di SDIT Anak Sholeh Mataram, telah memberikan implikasi langsung dan tidak langsung pada tiga aspek pokok, yakni: Pertama, implikasi bagi guru (personal impact) bahwa kegiatan-kegiatan pelatihan, pengembangan dan pembinaan yang diikuti telah meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya guru secara pedagogik religius. Guru akan memiliki kepercayaan diri (self confident) yang baik, kepuasaan diri (self satisfication), menjadi produktif dan dapat menunjukan kerja secara profesional. Kedua, implikasi bagi sekolah (institusional impact), yakni terbangunnya kepercayaan (trust), reputasi, prestise sekolah dan animo masyrakat yang tinggi sebagai pengguna (user) pendidikan. Ketiga, bagi proses pembelajaran dapat menjadi berkualitas dan mutu hasil yang meningkat. 19
Ceci Safrudin Abduljabar dkk, Pembentukan Iklim Sekolah, hlm. 16.
239
Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 12, No. 2, Juli 2016: 223-250
KESIMPULAN
Pertama, konsep performance kompetensi pedagogik berbasis religius adalah bentuk personal profile yang dicirikan dari kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran secara baik dan berkualitas, dengan menjadikan nilai-nilai religius (Islam) sebagai landasan, ide, inspirasi, spirit, motivasi (ghiroh) dan ideologi dalam mewujudkan proses dan hasil pembelajaran yang berkualitas dan bermakna. Nilai-nilai religius keagamaan yang dilaksanakan di sekolah, dapat terinternalisasi pada aspek pengetahuan dan pemahaman, penciptaan kesan religius, citra religius, sikap religius dan prilaku religius yang menjadi ciri khas (keunggulan) yang dimiliki sekolah, sebagai penjabaran dari rumusan tujuan dan visi religius keagamaan (islami) pada setiap sekolah.
Kedua, pengembangan kompetensi pedagogik berbasis religius pada guru di sekolah belum dilaksanakan melalui proses, tahapan dan langkah-langkah pengembangan yang sistemik, holistic dan sistematis sebagaimana idealnya tahapan pengembangan sumber daya manusia dalam suatu organisasi. Kegiatan pengembangan guru cendrung dilakukan secara general-temporar dan konvensioanal, tanpa melalui proses kajian, analisis penilaian (assessment analysis) dan analisis kebutuhan (need analysis) yang objektif dan komprehensif, yang menggambarkan kebutuhan pengembangan sumber daya guru secara holistik dan integratif. Kegiatan pengembangan kompetensi pedagogik religius guru dilakukan melalui metode pelatihan dan pengembangan (training and development) seperti melalui workshop, pertemuan kelompok-kelompok guru, seminar, magang, diskusi dan pembinaan–pembinaan informal yang dilakukan secara berkala oleh pimpinan sekolah.
Ketiga, implikasi pengembangan kompetensi pedagogik guru berbasis religius adalah; pertama; implikasi bagi guru (personal impact), yakni meningkatnya pengetahuan, keterampilan (skill) dan kemampuan guru sehingga guru semakin bertanggung jawab, disiplin, profesional, berdedikasi, bekerja keras, memiliki kepercayaan diri (self confident), kepuasan diri (self satisfaction), produktif dan berprestasi, kedua; implikasi bagi sekolah (institution impact), yakni terjaganya quality insurance sekolah, reputasi, prestise, kepercayaan (trust) dan partisipasi masyarakat, ketiga; proses pembelajaran menjadi lebih baik, mutu hasil pembelajaran akademik dan non akademik semakin baik. Hasil penelitian ini secara teoritis memperkuat teori dan pendapat Muhaimin, bahawa pengembangan guru di masa depan perlu dilakukan secara cermat dan seksama. Pada hakikatnya, pengembangan guru tidak hanya fokus atau mutlak dilakukan dalam kontek hanya untuk membuat guru menjadi cerdas, kreatif, inovatif dan berilmu pengetahuan saja, melainkan juga dalam pengembangan guru perlu pembinaan-pembinaan keagamaan, penguatan aspek akidah dan keimanan secara seimbang, sehingga mencerminkan bentukatau sosok guru yang berkepribadian dan berkemampuan integratif. Dengan demikian, dalam melaksanakan tugas profesionalnya sehari-hari, guru tidak hanya didukung oleh potensi dan daya pedagogik akademis semata-mata, tetapai guru juga memiliki daya spiritual yang unggul dan kuat. 240
Manajemen Pengembangan Kompetensi (Lalu Sirajul Hadi)
Hasil penelitian ini juga mengkonfirmasi dan menguatkan pendangan dan teori Ramayulis, tentang tahapan-tahapan dalam penanaman dan pengembangan nilai-nilai religius di sekolah, yang dapat dilakukan dengan proses yang dimulai dari; pengetahuan tentang perangkat-perangkat nilai islami, bersikap dan berprilaku islami, membentuk citra (image) islami, suasana islami dan membangun hubungan yang islami. Setiap sekolah yang memiliki visi religius kegamaan (islami) sebagai basis kebijakan pengembannya pendidikan di sekolah, dapat mengupayakan proses tersebut, dengan tentunya melalui analisis lingkungan (internal dan ekstrenal), dan kebutuhan sumber daya secara komprehensif dan integratif. Penelitian ini juga secara teoritis mengkonfirmasi dan memperkuat teori tentang model-model penciptaan suasana religius di sekolah sebagaimana Muhaimin dkk, bahwa terdapat beberapa model penciptaan suasana religius di sekolah yakni; model struktural, model formal, model mekanik, dan model organik. Dari hasil penelitian, maka penelitian ini secara khusus memperkuat dan mengembangkan teori, bahwa model struktral yang dikembangkan dalam penciptaan suasana religius di sekolah, dapat berlangsung efektif karena ditopang oleh aturan dan kebijakan sebagai semangat dasar (spirit), yang harus dilaksanakan dan dikembangkan oleh semua stakeholder sekolah, sehingga dapat membangun kesan (image) sekolah dengan karakteristik religius islami yang kuat. Sejalan dengan model tersebut, maka guru sebagai ujung tombak pendidikan di sekolah, dalam perspektif pendidikan Islam harus memiliki kemampuan kegamaan yang baik dalam mendukung profesi mengajarnya, sebagaimana An-Nahlawi yang mengemukakan bahwa guru yang beragama Islam (Muslim), harus memiliki sifat berikut: rabbanī, ihlas, amanah, ‘adil dan mampu mengelola pembelajaran secara baik dengan tetap memiliki sikap tanggap terhadap perkembangan Dalam kaitannya dengan konsef guru dalam persepektif al-Qur’an, guru adalah peribadi yang harus memiliki kompetensi pedagogik religius secara padu. Kompetensi pedagogik memiliki hububungan dengan kemampuan dan keahlian (skill), aspek kompetensi merujuk tentang pentingnya guru memiliki kemampuan pikir dan teknik yang unggul dalam mengelola kegiatan pembelajaran. Sedangkan kompetensi religius berkaitan dengan kemampuan guru dalam memahami ajaran agama, berdasarkan ketentuan syariat islam melalui pengamalan ibadah yang baik. Kemampuan religius merujuk pada pentingnya kemampuan guru memiliki kemampuan zikir, sehingga mampu beraktivitas sebagai bentuk penghambaan diri kepada Allah, zat yang maha menciptakan (khaliq). Mengacu pada konsep di atas, maka hasil penelitian ini juga menguatkan pendapat Abduddin Nata, bahwa tugas dan peran guru harus diarahkan pada terwujudnya tugas dan peran sebagai “ulul al-bab” yakni seseorang yang memiliki keseimbangan kemampuan antara daya pikir dan daya zikir. Dalam konteks tentang hakikat kompetensi, secara teoritis hasil penelitian ini memperkuat dan mengembangkan teori Stiener tentang komponen dan unsur-unsur kompetensi yang terdapat pada setiap individu yang menggambarkan bentuk kemampuan
241
Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 12, No. 2, Juli 2016: 223-250
atau kinerja. Komponen-komponen tersebut meliputi: performance component, subject component, professional component, process component, adjustment component, dan attitude component. Perangkat komponen tersebut menggambarkan profile kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu, dalam melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan. Teori tentang unsur komponen kompetensi yang dikemukakan oleh Stiner, tidak secara eksplisit menjadikan komponen agama (religios component). Oleh sebab itu hasil penelitian ini juga memiliki perspektif lain tentang unsur dan komponen-komponen kompetensi, bahwa religios component adalah salah satu unsur komponen kompetensi, yang dapat berfungsi sebagai kompas dan pedoman dalam berprilaku. Begitu pula halnya dengan Spencer, yang membagi kompetensi dalam lima karakteristik yakni motiv, sifat, konsep diri, pengetahuan, dan keterampilan. Hasil penelitian ini secara teoritis mengembangkan teori Spencer bahwa karakteristik kompetensi yang dikemukakan tersebut dapat menentukan perspektif dan kualitas seseorang, dalam melaksanakan pekerjaan atau profesi secara baik, karena di dalamnya terdapat unsur motiv (niah), konsep diri (self concepcion), pengetahuan dan keterampilan (knowledge and skill). Dalam kaitannya dengan teori pengembangan sumber daya manusia, secara teoritis penelitian ini memperkuat beberapa teori dasar yang dijadikan rujukan oleh Ricahad A.Swanson dalam pengembangan sumber daya manusia (human resource development) yakni teori psikologi, teori sistem dan teori ekonomi sebagai teori inti (foundation of theory) dalam pengembangan sumber daya manusia, serta menjadikan etika hanya sebagai pendukung bukan teori inti. Kegiatan pengembangan sumber daya manusia terkait secara erat tentang perilaku (behavior), motiv perubahan manusia, berkaitan dengan beberapa unsur dan komponen dalam satu kesatuan (system), dan produk yang dihasilkan (economic). Penelitian ini tidak hanya pada konteks memperkuat teori yang ada, namun penelitian ini juga sekaligus mengkonfirmasi teori Swanson, tentang kedudukan dan posisi etika dalam pengembangan sumber daya manusia. Pada hakikatnya, etika tidak hanya sekedar sebagai teori pendukung dalam pengembangan sumber daya manusia sebagaimana pendapat Ricahrd A. Swanson. Etika adalah sesuatu yang berhubungan dengan ketentuan tentang baik dan buruk (kepatutan), berdasarkan norma-norma dan nilai universal yang berlaku, termasuk nilai-nilai yang bersumber dari agama (religius). Etika dan nilai religius adalah suatu pedoman yang menjadi spirit (moral-ghiroh) yang memiliki kedudukan penting dalam membentuk atau mengkonstruksi kohesi, komitmen dan kinerja serta kualitas pekerjaan seseorang. Nilainilai religius dan etika adalah aspek sikap yang berhubungan dengan keyakinan seseorang tentang sesuatu yang diyakini kebaikannya, dan kebenaran itu dijadikannya sebagi pedoman dalam kehidupan dan aktivitas sehari-hari. Dengan demikian, maka etika adalah komponen atau unsur kompetensi yang ada pada diri seseorang, yang eksistensinya memerlukan pengembangan secara berkesinambungan (sustainable). Dalam pengembangan sumber daya manusia, etika adalah hal penting, mendasar dan fundamental, karena relevan dengan konsep dan praktik yang insani-islami, yang menuntun seseorang untuk selalu berbuat kebaikan dan menghindari keburukan. 242
Manajemen Pengembangan Kompetensi (Lalu Sirajul Hadi)
Secara toritis, hasil penelitian ini juga mengklarsifikasi secara kritis tentang pandangan dan teori “three satisfiction” Karl Mark tentang kebutuhan manusia yang hanya terdiri dari kebutuhan sandang pangan, papan dan kebutuhan seks. Begitu juga teori “five satisfaction” dari Abraham Maslow yang memahami tentang kebutuhan manusia dalam lima macam yakni kebutuhan fisiologic, rasa aman, sosial, ego dan kebutuhan realasi diri (self actualization). Pendapat dan pandangan kedua tokoh tersebut, tidak secara ekspilist memposisikan agama atau religius spritual sebagai kebutuhan dasar (basic need) manusia. Pada hakikatnya, Islam adalah agama yang dijadikan pedoman yang dibutuhkan karena menentukan tentang kebaikan dan keburukan yang bersisi tentang nilai, moral, dan ajaran-ajaran universal ilahiyah-insaniyah. Oleh sebab itu, hasil penelitian ini juga memperkuat dan mendukung pendapat Thorir Luth, bahwa pekerjaan atau profesi termasuk profesi sebagai guru (pendidik) yang beragama, akan menjadikan agamanya sebagai bimbingan dan pedoman sehingga selalu melalukan aktivitas profesinya dengan baik dan berkualitas, karena agama bagi mereka yang beragama dengan baik (religius), akan menjadikan agamanya sebagai prinsip dan spirit “guiding principle” dalam setiap perilaku dan aktivitas kehidupannya sehari-hari. Dalam kontek pengembangan guru di sekolah, maka perlu dilakukan upaya kolektif dan organik. Bahwa pengembangan kompetensi guru adalah kebutuhan bersama sehingga perlu dilakukan secara kerkelanjutan, dengan melibatkan semua stakeholder sekolah dalam proses dan lingkungan masyarakat belajar (learning community). Relevan dengan itu, maka hasil penelitian ini juga secara teoritik mengembangkan teori dan model dari Diana B. Hiatt Michael tentang model learning community di sekolah. Learning community adalah proses melibatkan semua individu atau semua orang dalam organisasi sekolah untuk berpikir, berbuat, melakukan sesuatu, berpartisipasi dan berksontribusi dalam mencapai tujuan dan misi sekolah, dalam lingkungan dan masyarakat belajar yang efektif. Secara praktis, manajemen pengembangan kompetensi pedagogik guru berbasis religius di sekolah dapat diimplemantasikan dengan mempertimbangkan hal-hal berikut ini :Pertama, kualitas proses dan pengelolaan pembelajaran sangat ditentukan oleh kompetensi yang dimiliki oleh guru. Salah satu kompetensi dasar penting yang harus dimiliki, dikuasai dan dipahami oleh guru adalah kompetensi pedagogik, suatu bentuk atau jenis kompetensi yang mentukan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran terhadap peserta didik. Komponen kompetensi pedagogik guru yang harus dimiliki oleh guru antara lain adalah; penguasaan guru terhadap karekteristik peserta didik, kemampuan dalam pengembangan kurikulum dan silabus, kemampuan dalam membuat perencaan pembelajaran, kemampuan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang mendidik, kemampuan dalam mengembangkan potensi peserta didik, dan kemampuan guru dalam melakukan penilaian dan evluasi pembelajaran. Semua aspek kompetensi tersebut menentukan bagaimana proses pembelajaran dilakukan oleh guru secara dimanis, komunikatif , kreatif dan kontekstual.
243
Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 12, No. 2, Juli 2016: 223-250
Kedua, kompetensi religius keagamaan guru adalah salah satu aspek penting yang perlu dimiliki oleh guru untuk memperkuat peran moral-spiritual guru sebagai agent of change. Fungsi dan peran guru sebagai pendidik (murabbī) dan statusnya sebagai khalifah Allah dimuka bumi, mengemban misi tarbiyah dan dakwah dalam bertugas mengajarkan dan mendidikkan ajaran Islam kepada manusia (peserta didik). Kompetensi religius dapat menjadi spirit moral, ideologi, dan motivasi (ghiroh) bagi guru dalam melaksnakan aktivitas profesionalnya. Sebagai model atau teladan (ushwah) di sekolah, maka guru adalah contoh bagi peserta didik. Agar guru mampu melaksanakan fungsi bimbingan keagamaan secara optimal kepada peserta didik, maka guru perlu memiliki kompetensi religius keagaaman yang baik, yang terdiri dari pengetahuan keagamaan, sikap keagamaan dan pengamalan keagamaan religius yang unggul. Integrasi praktik pedagogik dalam pembelajaran dengan nilai-nilai religius, akan membentuk kualitas konsep performance guru sebagai ulul albab, yang memiliki kemampuan, kepercayaan diri (self confident), tidak saja berkualitas dalam “berpikir” dan bekerja tetapi juga unggul dalam “berzikir” atau beragama dengan baik.
Ketiga, sekolah atau lembaga pendidikan adalah media transformasi pengetahuan, kebudayaan dan nilai-nilai. Mengembangkan lembaga pendidikan dengan kekhasan dan keunggulan religius Islami yang unggul, dapat menjadi daya (magnet) bagi proses mengembangkan sekolah secara kelembagaan. Sekolah dapat melakukan kegiatan pengembangan kegiatan religius keagamaan, dengan berbagai ragam aktivitas keagamaan, sehingga dapat membentuk kompetensi spritual kegamaan yang baik terhadap guru dan peserta didik. Kebijakan tersebut dapat dirancang melalui kejelasan rumusan visi sekolah, tujuan pendidikan di sekolah, proses pembelajaran di sekolah dengan menjadikan ajaran dan nilai-nilai religius (islami) sebagai ciri khas dan basis pengembangan. Kondisi tersebut juga relevan dengan tingginya tingkat kekhawatiran masyarakat (orang tua) tentang fenomena kehidupan sosial, yang sarat dengan penyimpangan-penyimpangan dari etika dan nilai. Sekolah dengan pendidikan agama yang baik, adalah pilihan utama masyarakat untuk mengantisipasi perubahan negativ modernisasi, yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan anak-anak.
Keempat, untuk efektif dan efesiennya pelaksanaan kegiatan pengembangan guru, baik yang dilakukan melalui proses pelatihan (training), pengembangan (development), pendidikan atau pembinaan-pembinaan, maka kegiatan yang dilakukan perlu dilakukan dengan tahapan dan langkah-langkah serta alur atau siklus kegiatan yang tepat. Tahap atau langkah awal yang paling menentukan kegiatan pengembangan guru di sekolah adalah melakukan analisis penilaian (need assessment) dan analisis kebutuhan (needanalysis) secara objektiv dan komprehensif terhadap kebutuhan guru, sehingga mencerminkan pelaksanaan kegiatan yang efektif dan sesuai dengan tujuan. Sekolah yang mampu membuat desain kegiatan pengembangan guru dengan langkah-langkah dan tahapan yang sistematis, akan menghasilkan output kegiatan yang jelas dan sesuai dengan tujuan atau kebutuhan yang diharapkan oleh sekolah sebagai institusi, dan oleh guru sebagai pribadi. 244
Manajemen Pengembangan Kompetensi (Lalu Sirajul Hadi)
DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman. 2007. Meaningfull Learning: Reinvensi kebermaknaan Pembelajaran: Elaborasi Nilai Islam dan Universalisme Pendidikan. Yogjakarta: Pustaka Pelajar. Abduljabar, Ceci Safrudin dkk. 2012.Pembentukan Iklim Sekolah Pada Rintisan Sekolah
Berstandar Internasional Dalam Krangka learning Community (Studi Iklim Seklah Pada SMAN 1 Kasihan Bantul), Laporan Penelitian, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Al Rasyidin. 2008. Falsafah Pendidikan Islami: Membangun Kerangka Ontologi, Epistimohgi, dan Aksiologi Praktik Pendidikan. Bandung: Citapustaka Media. Al-Qarashi, Baqil Sharif. 2000. Seni Mendidik Islami. Jakarta:Pustaka Zahra Anang ,Hidayat. 2007. Strategi Six Sigma; Peta Pengembangan Kualitas dan Kinerja Bisnis. Jakarta: PT.Elex Media Komputindo. Azra, Azyumardi. 1999. Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. Jakarta : Logos Wacana ilmu Baba,Sidek. 2006. Pendidikan Rabbani: Mengenal Allah Melalui Dunia Pendidikan. Malaysia: Karya Bestari Sdn.Bhd. Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP), Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005. Tentang Standar Nasional Pendidikan : Jakarta,2006. Baharuddin & Moh.Makin. 2010. Manajemen Pendidikan Islam: Transformasi Menuju Sekolah /Madrasah Unggul. Malang : UIN-Maliki Press. Wilson, Bangun. 201. Manajemen Sumber Daya Manusia.Jakarta : Erlangga Barizi,Ahmad.2011. Pendidikan Integratif: Akar Tradisi & Integrasi Keilmuan Pendidikan Islam. Malang : UIN-Maliki Press Burden, Paul R & Byrd, David M. 1999. Methods For Effective Teaching. UnatedStates of Amirica: A Viacom Company Chatab, Nevizond. 2007. Diagnostic Managment : Metode Teruji Meningkatkan Keunggulan Organisasi. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Daeng Nadja, Hasanudin Rahman. 2004. Manajemen Fit and Proper Test. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar Dananjaya, Utomo. 2010. Media Pembelajaran Aktif. Bandung: Nuansa. Darajat, Zakiah . 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Darmawan, Cecep. 2006. Kiat Sukses Manajemen Rasulullah, Manajemen Sumber Daya Insani Berbasis Nilai-Nilai ilahiyah. Bandung: Khasznah Intelektual Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1999. Pengelolaan Pengujian Bagi Guru Matapelajaran. Jakarta : Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.
245
Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 12, No. 2, Juli 2016: 223-250
Dharma, Surya. 2013. Manajemen Kinerja ; Falsafah Teori dan Penerapannya. Jakarta: Pusataka Pelajar Dimyati & Mudjiono.1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Direktorat Tenaga Kependidikan, Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga kependidikan. 2008. Penilaian Kinerja Guru, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Dwikometari, Diaz. 2005. Solution Spritual Quotient: Manajemen Solusi dan Spiritual. Jakarta : Zahra E. Mulyasa. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Rosda Karya. Efendi, Yudi. 2012. Sabar dan Syukur: Rahasia Meraih Hidup Supers Sukses. Jakarta: Kultim Media Endraswara, Sowardi. 2006. Metode Teori Tekhnik Penelitian Kebudayaan; Ideologi Epistimologi dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama Faesal, Yusuf Amir. 1995. Reorientasi Pendidikan Islam.Jakarta:Gema Insani Press. Fathoni AB, Musyafa. 2009. Upaya Peningkatan Kualitas Pendidikan Melalui Sistem
Penjamin Mutu; Studi Multisitus di SD Al-Falah Tropodo 2 Sidoarjo, SDIT Bina Insani Kediri, SDIT Al-Hikmah Belitar. Disertasi tidak diterbitkan. Malang : Program Pascasarja Universitas Negeri Malang Fathurrahman, Pupuh & Sutikno, Sobry. 2007. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum &Islami. Bandung: Refika Aditama. Fuad, Noor & Gafur, Ahmad. 2009. Integrated Human Resources Development. Jakarta : PT.Grashindo Gaol L, Jummy Chr. 2008. Sistem Informasi Manajemen; Pemahaman dan Aplikasi. Yogyakarta : Grashindo Hadi, Syamsul & Masharyono. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. FIP-UPI Bandung : PT. Imprial Bhakti Utama Hardjosoedarmo, Soearso. 2004. Total Quality Management. Yogyakarta: Andi Offcet Hariandja, Marihot Tua Efendi. 2008. Manajemen Sumber Data Manusia; Pengadaan, Pengembangan, Pengkompensasian dan Peningkatan Produktivitas Pegawai. Jakarta: Graslndo. Henrik Kock. 2009. International Persepective on Competence development: developing skills and Capabilities, Knud liter (ed). New York: GreenGate Publishing. Hikmat. 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
246
Manajemen Pengembangan Kompetensi (Lalu Sirajul Hadi)
Imron, Ali. 2009. Manajemen Mutu Sekolah Dasar Berbasis Religius: Studi Multi Kasus Pada SD Mintu, SD Iwa’ Ha, SD Kasayanga, SD Kripe. Disertasi tidak dipublikasikan. Malang : Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang Irianto, Yoyo Bahtiar. 2011. Kebijakan Pembaharuan Pendidikan: Teori, Konsep dan Model. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Jones, F.Jones & Jones, S.Louise. 1998. Conprehensive Classroom Management (fifth edition), United Stated of Amirica: A Viacom Company. Jorgensen, Danny L. I989. Participant Observation; A Mrthodohgy for Human Studies. London: Sage Publication K. Denzin, Norman & S.Lincoln Yvonna (eds).2009. Handbook of Qualitative Research (Edisi Bahasa Indonesia). Yogjakarta : Pustaka Pelajar Kasmawati. 2012. Prinsip-Prinsip Dasar Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jurnal). Makasar : UIN-Alaudin Kementerian Agama RI.2012.Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: PT. Sinergi Pustaka Indonesia Khalil, Akhyar& Hudaya Latuconsina. 2008.Pembelajaran Berbasis Fitrah, Jakarta: PT.Balai Pustaka Kondsvatter, Rochard, et.all. 1996. Dynamics of Effective Teaching (Thrid Edition). Unaitid Satates of Amirica : Longman Publisher Langgulung.Hasan. 1986. Manusia dan Pendidikan Suatu Analisis Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pustaka Al-Husna. Lie, Anita. 2010. Cooprative Learning: Memperakfikan Cooprative Learning di Ruang Kelas. Jakarta . M.Arifm. 2003. Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoritis dan Prakns Berdasarkan Pendekatan Indisipliner. Jakarta: Bumi Akasara. Majid,Abdul. 2005. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung; Remaja Rosdakarya. Mantja, Willem. 1998. Manajemen Pembinaan Profesional Guru Berwawasan Pengembangan Sumber Daya Manusia; Suatu Kajian Konseptual Historik dan Empirik (Pidato Pengukuhan Guru Besar). Malang : IKIP Malang Meldana. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Persepektif Integratif . Malang : UINMalang Press Mbyrd, David & R.Burden Paul. 1999. Methods for Effective Teaching . USA : A Viacorn Compeny Mudjiono & Dmyati. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta
247
Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 12, No. 2, Juli 2016: 223-250
Muhaimain dkk.2004. Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefeklifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: Remaja Rosda Karya.. Muhaimin.2004. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Surabaya: PSAPM & PustakaPelajar Muhaimin.2011. Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali Pres Mulyana, Rahmat. 2004. Mengartikulasi Pendidikan Nilai. Jakarta : Alfabeta Mulyana, Deddy. 2001. Metodelogi Penelitian Kualitatif; Paradigma baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Rosda Karya. Mulyasa.E. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: RosdaKarya, Musfah. Jejen. 2011. Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Peraktek, Jakarta .Kencana Nata, Abuddin.2002. Kapita Selekta Pendidikan Islam; Isu-Isu Kontemporer Tentang Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Nata,Abuddin. 2003. Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta ; Prenada Media Nawawi, Hadari. 2005. Manajemen Strategik : Organisasai Non Propit Bidang Pemerintahan Dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan. Jogjakarta : Gadjah Mada university Press. Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LkiS. Pearce & Robinson. 2008. Manajemen Strategis; Formulasi, Implementasi dan Pengendalian, Krista (ed).Jakarta: Salemba Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 Tahun 2008 Tentang Guru. Bandung: Citra Umbara.2011. Porter, De Bobbi. 1999. Quantum Learning : Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, Alwiyah Abdurrahman (Penerjemah), ( Bandung: Mizan,1999) Prabu, AA. Anwar. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung : Rosda Karya. Prayitno. 2006. Dasar Teori dan Aplikasi Pendidikan. Jakarta: Grasindo Prihadi, Syaiful F. 2004. Assessment Centre; Identifikasi, Pengukuran, dan Pengemhangan Kompetensi .Jakarta: Graha Media Pustaka. Qardawi, Yusuf. 2003.Menuju Pemahaman Islam yang Kaffah; Analisis Komprehensif Tentang Filar, Karakteristik, Tujuan dan Sumber-Sumber Acuan Islami, Judul Asll : Madkhal Li Ma'rifah al-Islam; Saifiil Hadi (penerjemah) . Jakarta: Insan Cemerlang. Race, J.R. 2010. Metode Penelitian Kulaitatif; Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya. Jakarta: Grasindo. 248
Manajemen Pengembangan Kompetensi (Lalu Sirajul Hadi)
Rahardjo,Mudjia.2013. Apakah Metode Penelitian Kualitatif Ilmiah? (Online), (http://mudjiarahardjo.uin-malang.ac.id, diakses tanggal 10 September 2013). Rahardjo,Mudjia.2013.AnatomiMetodePenelitian. (Online), malang.ac.id, diakses tanggal 10 September 2013).
(http://mudjiarahardjo.uin-
Ramayulis.2012. llmu Pendidikan IsIam.Jakarta: Kalam Mulia Raqib, Moh. 2009.llmu Pendidikan Islam; Pengembangan Pendidikan Integratif Sekolah, Keluarga dan Masyarakat. Yogyakarta: Lkis. Riani, Asri Laksmi. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia Masa Kini.Yogyakarta: Graha Ayu Rizali, Ahmad et.al. 2011. Dari Guru Konvensional Menuju Guru Profesional. Jakarta: Grasindo Salam Dz, Abdus. 2014. Manajemen Insani Dalam Bisnis, Yogyakarta : Pustaka Pelajar Sambiring, M.Gorky. 2009. Mengungkap Rahasia dan Tips Manjur Menjadi Guru Sejati (The Art Of Great Teaching Series). Yogyakarta: Best Publisher. Sarwono, Jonathan.2011. Mixed Methods; Cara Menggabung Riset Kuantitatif dan Riset Kualitatif Secara Benar. Jakarta: Gramedia. Saud, Udin Saefudin. 2012. Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta Sedarmayanti. 2002. Sumber Daya Manusia dan Produktifitas Kerja, Bandung : Mandar Maju Sentana, Aso. 2004. Key Ressult Area: Pengayaan Potensi Kepemimpinan Bisnis Berbasis Kepuasan Pelanggan. Jakarta : PT. Alex Media Sirait. T Jastine. 2001.Memahami Aspek-Aspek Pengelolaan Sumber Daya Manusia dalam Organisasi. Jakarta:PT.Grasindo. Stiener, Miriam.1996. Developing The Global Teacher; Theory and Practice Teacher Education. England : Trentham Books. Subekhi, Akhmad & Jauhar Mohammad. 2012. Pengantar Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Prestasi Pustaka Sudjiono, Ahmad. 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rajagrafindo Persada Sudrajat, Ahmad. 2011. Kurikulum & Pembelajaran dalam Paradigma Baru. Yogyakarta: Paramitra Publishing Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. Bandung: Remaja Rosadakarya. Surakhmad,Winarno. 2009. Pendidikan Nasional-Staretegi dan Tragedi, Jakarta: Kompas Media Nusantara. Surya, Mohamad. 2004. Bunga Rampai Guru dan Pendidikan.Jakarta: Balai Pustaka.
249
Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 12, No. 2, Juli 2016: 223-250
Suyanto, M. 2007. Manajemen Global Most Admired Companies. Ypgyakarta : PT. Andi Opcet Swanson A. Richard. 2004. Brief on the Foundation of Human Resource Development.
Colloqoium Presentation at The University The University of Texas at Tyler. University of Minneosta Syah, Darwan. 2007. Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Gaung Persada Press Syah,Muhibbin. l999. Psikologi Belajar. Jakarta : Logos Wacana Ilmu. Tadjoer Ridja J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif; Aktualisasi Metodelogis ke Arah Ragam Varian Kontemporer, Burhan Bungin (edt). Jakarta: Raha Grafmdo Persada. Tafsir, Ahmad. 2012. Filsafat Pendidikan Islam; Integrasi Jasmani, Rohani dan Kalbu Memanusiakan Manusia. Bandung: Rosdakarya. Thoha,Chabib.2001. Tekhnik Evaluasi Pendidikan. Jakarta:PT.Raja Gravindo Persada. Undang-Undang No. 14 Tahun 2005. Tentang Guru dan Dosen, Diundangkan pada tanggai 30 Desember 2005 Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 157 Uno, Hamzah B. 2008. Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. Vernon FJones & Louise F.Jones. 1998. Comprehensive Classroom Management; Creating Communities oj Support and Solving Problem. United Steles Of Amirica: A Viacom Compeney. W.Gulo. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.Grasmdo. W.B Castetter. 1981. The Personnel Function in Education Administration. Pennsylvania: Macmillan Willis,
Jerry W. 2008. Qualitative Research Methods in Education and Educational Technology. United States of America: Infromation Age Publishing Inc.
Wukir. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Organisasi Sekolah. Yogjakarta : Multi Presindo Yasin, Ahmad fatah. 2011. Pengembangan Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Agama Islam di Madrasah (Studi Kasus di MIN Malang I), El-Qudwah, Jurnal Vol.1 : 189 Yasin, Ahmad Fatah. 2011. Pengembangan Sumber daya Manusia dalam Lembaga Pendidikan Islam. Malang: UIN Press Yin, Robert K. 2000. Studi Kasus; Desain dan Metode. Jakarta : Rajagrafindo Persada.
250