perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MANAJEMEN PEMELIHARAAN BURUNG PUYUH (Coturnix-coturnix japonica) DI PETERNAKAN AGRI BIRD JATEN KARANGANYAR Tugas Akhir Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh Gelar Ahli Madya Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Jurusan / Program Studi DIII Agribisnis Peternakan
Oleh : VERY TRIA SAPUTRO H 3408012
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat dan hidayah_Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini, dengan judul ” Manajemen Pemeliharaan Burung Puyuh ( Coturnixcoturnix japonica ) di Peternakan AGRI BIRD Jaten Karanganyar”. Laporan Tugas Akhir ini penulis susun guna melengkapi syarat-syarat memperoleh gelar Ahli Madya Diploma III Jurusan Agribisnis Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penyusunan Laporan Tugas Akhir ini tidak mampu penulis susun sendiri tanpa bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya Laporan Tugas Akhir ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1)
Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS., selaku Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2)
Ir. Wartoyo, SP, MS selaku Koodinator Program D III Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3)
Wara Pratitis S.S, S.Pt, MP selaku Pembimbing Akademik Program D III Agribisnis Peternakan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4)
Drh. Sunarto, MSi., selaku Dosen Pembimbing dan Penguji I.
5)
Bapak Ir. Suryono MP., beserta karyawannya yang turut membantu selama berlangsungnya kegiatan magang di peternakan burung puyuh AGRI BIRD Jaten, Karanganyar.
6)
Bapak, Almarhumah Ibu dan Kakak tercinta yang telah memberi doa, semangat dan dorongan selama kuliah di Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
7)
Teman-teman D III Agribisnis 2008 yang selalu mendukung penulis untuk mengerjakan Tugas Akhir ini.
8)
Saudara-saudaraku pecinta motor tua ( Mbah Sar, Pak Zaenal, Robert, Agung, Ferry FMM, Tedjo, Lanjar, Uqi, Mbak Nia, Romadhon dan Catur)
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang telah memberi semangat dan do’anya sehingga memberikan inspirasi untuk dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. 9)
Serta semua pihak yang telah membantu terselesaikannya pembuatan laporan Tugas Akhir ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Akhirnya semoga Laporan Tugas Akhir ini nantinya banyak membantu
dan berguna bagi penulis dan semua yang membaca. Penulis menyadari, masih begitu banyak kekurangan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. Oleh sebab itu kritik dan saran yang sifatnya membangun senantiasa penulis harapkan demi perbaikan Laporan Tugas Akhir ini. Akhir kata penulis sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya Laporan Tugas Akhir ini.
Surakarta, Juli 2011 Penulis,
Very Tria Saputro H 3408012
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL.....................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................
ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................
iii
DAFTAR ISI ................................................................................................
v
DAFTAR TABEL ........................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
viii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................
1
A. Latar Belakang ..................................................................................
1
B. Tujuan Magang .................................................................................
2
C. Manfaat Magang ...............................................................................
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................
4
A. Definisi dan Taksonomi Burung Puyuh ............................................
4
B. Perkandangan ....................................................................................
5
C. Bibit Puyuh .......................................................................................
6
D. Pemeliharaan .....................................................................................
7
E. Pakan .................................................................................................
8
F. Penyakit .............................................................................................
9
BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN ...........................................
11
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan .......................................................
11
B. Metode Pelaksanaan ..........................................................................
11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................
13
A. Kondisi Umum Lokasi Magang ........................................................
13
1. Sejarah Peternakan Burung Puyuh AGRI BIRD ..........................
13
2. Kondisi Wilayah ..........................................................................
14
3. Struktur Organisasi ......................................................................
14
B. Pembahasan .......................................................................................
16
1. Perkandangan ...............................................................................
17
2. Pembibitan Puyuh ........................................................................
21
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Pemeliharaan Puyuh Fase Starter ................................................. 27 4. Pemeliharaan Puyuh Fase Grower .............................................. 31 5. Pemeliharaan Puyuh Fase Layer .................................................. 33 6. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ...................................... 35 7. Pemanenan ................................................................................... 37 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 39 A. Kesimpulan ....................................................................................... 39 B. Saran.................................................................................................. 39 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Organ reproduksi puyuh betina beserta fungsi dan waktu pembentukan telur ...........................................................................
5
Tabel 2. Kebutuhan nutrisi puyuh starter .....................................................
8
Tabel 3. Kebutuhan nutrisi puyuh layer ........................................................
9
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur organisasi peternakan burung puyuh AGRI BIRD .......
commit to user viii
14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Seiring dengan semakin berkembangnya pola pikir dan pemahaman masyarakat mengenai pemenuhan kebutuhan akan gizi, terutama yang berasal dari hewan, maka kebutuhan akan protein hewani juga terus mengalami peningkatan. Usaha dibidang peternakan saat ini banyak dilirik orang, karena dirasa sebagai usaha yang mempunyai prospek bagus dimasa yang akan datang, salah satunya adalah usaha beternak burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica). Usaha beternak burung puyuh biasanya dilakukan sebagai usaha sampingan, atau hanya untuk mengisi waktu luang, akan tetapi jika beternak burung puyuh dilakukan secara sungguh – sungguh dan memahami aspek sekecil apapun yang terdapat dalam usaha beternak burung puyuh maka tingkat keberhasilannya juga akan semakin tinggi. Dari beberapa jenis burung puyuh yang ada di dunia,
burung puyuh yang sering digunakan untuk
diternakkan yaitu dari jenis Coturnix – coturnix japonica karena burung puyuh jenis ini mempunyai beberapa keunggulan antara lain, umur mulai produksi lebih singkat dibandingkan ternak unggas lainnya, tidak membutuhkan permodalan yang besar, mudah dalam pemeliharaan, dapat diusahakan di lahan yang terbatas, tahan terhadap penyakit, dan produk yang dihasilkan mudah dipasarkan. Cara pemeliharaan burung puyuh juga mudah dan sederhana, modal yang digunakan relatif lebih kecil dibandingkan dengan usaha ternak unggas lainnya. Burung puyuh mempunyai tingkat produktivitas yang tinggi, dan umur awal produksi yang relatif cepat yaitu sekitar 38-45 hari sudah mulai bertelur, yang berarti sejak permulaan pemeliharaan sampai dengan mendapatkan hasilnya membutuhkan waktu yang singkat. Produk utama yang dihasilkan dari usaha beternak burung puyuh petelur adalah telur puyuh, dan ketika puyuh betina produksinya sudah mulai menurun, burung puyuh akan
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
dijual sebagai puyuh pedaging atau biasa disebut puyuh afkir. Selain menghasilkan produk utama yaitu berupa telur dan daging puyuh, burung puyuh juga menghasilkan produk sampingan berupa kotoran puyuh yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kandang atau pakan ikan lele. Dari beberapa uraian diatas, penulis ingin mengetahui lebih mendalam tentang usaha beternak burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica). Hal inilah yang melatar belakangi penulis melaksanakan magang di peternakan burung puyuh AGRI BIRD, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar. Karena pada usaha peternakan ini, selain berskala besar juga mempunyai jenis usaha lain yang masih berkaitan dengan usaha beternak burung puyuh, sehingga penulis dapat memperoleh tambahan ilmu dan pengalaman dalam pemeliharaan burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica). B. Tujuan Magang Adapun tujuan dari kegiatan magang ini adalah sebagai berikut : 1. Tujuan umum : a. Memperoleh ketrampilan dan pengalaman kerja secara langsung sehingga dapat memecahkan permasalahan dalam bidang peternakan. b. Memperluas pengetahuan dan wawasan sehubungan antara teori dan penerapannya, sehingga dapat menjadi bekal penulis dalam terjun dalam dunia kerja. c. Meningkatkan ketrampilan dan pengalaman kerja dalam usaha beternak burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica). 2. Tujuan khusus : a. Melihat dan memahami secara langsung teknik beternak burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica) di lokasi magang. b. Mengetahui dengan jelas kendala dalam beternak burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica) di lokasi magang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
C. Manfaat Magang Manfaat dari pelaksanaan magang di peternakan burung puyuh AGRI BIRD yang beralamat di Dusun Gunung Wijil, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar ini adalah : 1. Memperoleh gambaran tentang perusahaan peternakan burung puyuh AGRI BIRD dilihat segi proses pemilihan strain, teknologi yang digunakan, pakan yang diberikan, pencegahan dan penanggulangan penyakit dan pemasaran produk. 2. Memperoleh pengalaman kerja secara langsung sehingga dapat digunakan sebagai bekal bagi mahasiswa ketika terjun di dunia kerja. 3. Mengetahui manajemen pemeliharaan burung puyuh yang baik. 4. Mahasiswa mampu berkomunikasi dan mengintegrasikan diri dalam lingkungan perusahaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi dan Taksonomi Burung Puyuh Burung puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang jauh, ukuran tubuh relatif kecil, berkaki pendek, dan dapat diadu. Burung puyuh disebut juga gemak ( Jawa ) atau quail ( asing ), merupakan bangsa burung liar yang pertama kali diternakkan di Amerika Serikat tahun 1870 dan terus dikembangkan ke penjuru dunia. Sedangkan di Indonesia burung puyuh mulai dikenal dan diternakkan sejak akhir 1979 dan kini mulai bermunculan di kandang-kandang ternak yang ada di Indonesia. Di dunia ini ada tiga marga
burung puyuh, yaitu marga Turnix yang berasal dari keluarga Turnicidae serta marga Arborophila dan Coturnix yang berasal dari keluarga Phasianidae. Sepintas, akan sulit membedakan puyuh keluarga Turnicidae dengan Phasianidae. Namun, jika diamati lebih teliti, akan tampak perbedaan yang nyata. Keluarga Turnicidae memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil. Jari kakinya berjumlah tiga dan semuanya mengarah ke depan. Keluarga Phasianidae jumlah jarinya empat. Tiga menghadap ke depan, satu jari lainnya ke belakang. Contoh keluarga Turnicidae adalah Turnix suscitator atau puyuh tegalan, Turnix sylvatica atau puyuh kuning, dan Turnix maculosta atau puyuh punggung hitam. Sementara itu, yang termasuk keluarga Phasianidae antara lain Arborophila javanica atau puyuh gonggong, Arborophila brunneopectus, Arborophila orientalis, Arborophila rubrirostris atau puyuh paruh merah, Rollulus roulroul atau puyuh mahkota, Coturnix coturnix japonica, dan Coturnix chinensis ( Agus, 2002 ). Sistem reproduksi pada puyuh jantan terdiri dari sepasang testis yang memiliki epididimis dan vas deferens yang menuju ke alat kelamin jantan (copulatory organ). Sedangkan sistem reproduksi pada puyuh betina terdiri dari ovarium yaitu tempat pembentukan sel telur, infundibulum, magnum, istmus, uterus, dan vagina.
commit to user 4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
Tabel 1. Organ reproduksi puyuh betina beserta fungsi dan waktu pembentukan telur Nama organ reproduksi Infundibulum Magnum Istmus Uterus Vagina
Panjang (cm) 9 33 10 10-12 12
Fungsi Menangkap kuning telur (yolk) dan tempat menampung sperma Memberi albumen Memberi shell dalam dan luar Pembentukan kerabang telur Penyimpanan kutikel di kerabang
Waktu 15 menit 3 jam 75 menit 18-20 jam 3 menit
Sumber : Agromedia 2007 Secara ilmiah burung puyuh dikelompokkan dalam kelas dan susunan taksonomi pada :
Kelas
: Aves ( Bangsa Burung )
Ordo
: Galiformes
Sub Ordo
: Phasianoidae
Famili
: Phasianidae
Sub Famili : Phasianinae Genus
: Coturnix
Species
: Coturnix-coturnix japonica
( Rasyaf, 1985 ). B. Perkandangan Lokasi kandang sangat mempengaruhi kesehatan dan produktivitas puyuh. Lokasi kandang sangat menentukan lancar dan tidaknya distribusi dari dan ke kandang, yaitu distribusi bibit, pakan, sarana dan hasil produksi. Untuk itu dalam menentukan lokasi kandang perlu diperhatikan beberapa hal antara lain, berada cukup jauh dari pemukiman penduduk, transportasi relatif mudah, tersedia cukup air dan saluran pembuangan, pencahayaan dan sirkulasi udara lancar, aman dan mudah pengawasannya ( Wuryadi, 2011 ). Seperti halnya kandang ayam, kandang puyuh terdiri dari beberapa macam. Setiap macamnya memiliki kelebihan dan kekurangan. Sistem kandang yang biasa diterapkan adalah sistem litter dan sangkar atau baterai. Kandang sistem baterai mempunyai kelebihan yaitu mudah dibersihkan dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
sirkulasi udara lancar. Kandang puyuh sistem litter mempunyai beberapa keunggulan yaitu menghemat tenaga kerja dan praktis, karena tidak perlu dibersihkan setiap hari, dapat memberikan rasa hangat pada puyuh, kesehatan kaki puyuh juga terjaga karena tidak langsung mengenai lantai yang keras, litter juga memberikan kesibukan dari puyuh sehingga dapat mengurang sifat kanibal pada puyuh. Kekurangan dari kandang sistem litter diantaranya adalah telur tertutup oleh litter, sehingga dapat terinjak oleh puyuh, tempat pakan dan minum akan cepat kotor karena tecemar litter yang dikais-kais oleh puyuh. Debu yang timbul akibat litter yang dikais-kais oleh puyuh dapat menyebabkan penyakit pernafasan ( Listiyowati dan Roospitasari, 2009 ). C. Bibit Puyuh Pembudidayaan puyuh untuk memproduksi telur sekaligus daging, membutuhkan bibit puyuh yang berkualitas. Bibit puyuh yang akan diperoleh sebaiknya dari ras unggul dan diperoleh dari peternak yang sudah mempunyai kredibilitas. DOQ yang baik mempunyai ciri-ciri antara lain : 1. DOQ terlihat lincah, tidak cacat, terutama kaki dan paruh. 2. DOQ mempunyai bobot dan ukuran yang seragam sekitar 6-8 gram/ekor. 3. Bentuk bulu normal, mengkilap dan tidak kusam. 4. DOQ bukan berasal dari perkawinan Inbreeding. Selain dilakukan pemilihan bibit pada fase starter, pemilihan bibit juga dilakukan pada fase selanjutnya yaitu fase grower dan layer agar didapat puyuh yang menghasilkan jumlah telur yang tinggi dan berkualitas, ciri-ciri puyuh fase starter dan grower yang baik antara lain : 1. Puyuh memiliki badan yang sehat, tidak menunjukkan tanda-tanda sakit dan terlihat lincah. 2. Seluruh bagian tubuh lengkap dan tidak cacat. 3. Mata bening dan cerah. 4. Bentuk kepala, tubuh dan kaki proporsional. 5. Bobot badan seragam dan ideal sekitar 150 gram/ekor.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
6. Asal-usul indukan jelas, dan bukan merupakan hasil perkawinan sedarah atau inbreeding. Pemilhan bibit puyuh grower dan layer final stock yang berasal dari perkawinan atau persilangan puyuh parent stock, sebab puyuh jenis tersebut mempunyai produktifitas lebih tinggi dibandingkan dengan jenis puyuh hasil dari perkawinan sedarah atau inbreeding. Selain itu kondisi kesehatan dan kualitas bibit juga lebih terjaga, karena telah melewati tahap seleksi yang benar ( Wuryadi, 2011 ). Seleksi bibit puyuh hendaknya tidak hanya dilakukan pada masa starter, tetapi juga pada masa grower, dan menginjak dewasa ( siap bertelur ). Seleksi pada periode starter meliputi pemilihan DOQ ( Day Old Quail). DOQ yang dipilih bukan hasil dari perkawinan sedarah, memilih anak puyuh yang besarnya seragam, gesit serta tidak mempunyai cacat fisik seperti kaki pengkor/bengkok, paruh melengkung, dan sayap patah. Mata puyuh harus cerah, bersih, tidak terlihat mengantuk dan penyakitan, serta aktif mencari pakan. Seleksi pada burung puyuh periode grower dan puyuh menginjak dewasa hampir sama yaitu dilakukan dengan memilih puyuh yang sehat, tidak berpenyakit, tidak mempunyai cacat fisik, aktif mencari pakan, selain itu juga dilakukan pemilihan terhadap bibit puyuh yang pertumbuhannya tidak normal atau kerdil sehingga diperoleh puyuh yang mempunyai bobot dan ukuran seragam ( Listiyowati dan Roospitasari, 2009 ). D. Pemeliharaan Pemeliharaan burung puyuh terdiri dari 3 fase yaitu 1) pemeliharaan
puyuh starter yang dilakukan dikandang khusus puyuh starter, pemeliharaan puyuh starter harus terpisah dari puyuh yang lebih besar agar tidak terjadi perkelahian. Perkelahian dapat mengakibatkan cacat bahkan kematian. 2) pemeliharaan puyuh fase grower, pemeliharaan puyuh grower dilakukan dalam kandang grower. 3) pemeliharaan puyuh fase layer, pada pemeliharaan puyuh pada fase layer kandang yang digunakan sama seperti kandang grower. Kandang untuk skala besar sebaiknya tidak dalam ukuran besar sekaligus,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
tetapi berukuran sedang yang disatukan dalam kandang besar, dengan demikian pemeliharaan menjadi lebih mudah dan puyuh tidak saling berkelahi karena populasi terlalu besar. Luas kandang yang dibuat tergantung kebutuhan dan jumlah puyuh yang dipelihara. Untuk kandang berukuran 1 m² dapat diisi 90-100 ekor anak puyuh. Sementara untuk anak puyuh umur berumur 10 hari hingga lepas anakan per meter persegi dapat diisi 60 ekor puyuh, dan selanjutnya menjadi 40 ekor per meter persegi sampai dengan puyuh diafkir ( Listiyowati dan Roospitasari, 2009 ). E. Pakan Jenis pakan dibedakan menurut bentuknya dan kegunaannya dalam fase pemeliharaan puyuh. Menurut bentuknya, pakan dibagi menjadi 3 yaitu, 1) mash atau pakan yang berbentuk tepung, 2) crumble atau pakan yang berbentuk remahremah, keuntungan pakan bentuk ini mudah dipatuk sehingga lebih disukai puyuh, dan 3) pellet, bentuk pelet seperti biji-bijian sehingga dapat mengundang selera makan ternak. Sedangkan menurut penggunaannya berdasarkan fase pemeliharaan, pakan dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu 1) pakan fase starter, yaitu pakan yang diberikan pada masa pertumbuhan, fase pertumbuhan tersebut mulai DOQ masuk sampai siap bertelur, 2) pakan fase layer, yaitu pakan yang diberikan pada puyuh yang mulai bertelur ( Rangkuti, 2011 ). Kebutuhan Nutrisi Puyuh Starter.
Tabel 2. Kebutuhan nutrisi puyuh starter Kandungan Pakan ME (Metabolisme energi) Protein Kasar Lemak kasar Kadar Air Serat kasar Abu Kalsium (Ca) Phospor Sumber: Wuryadi, 2011
Persentase (%) Min Min Mak Mak Mak Mak
commit to user
2800 Kcal/kg 21-23 4-8 12 4 8 0,9 - 1,2 0,76 - 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
Tabel 3. Kebutuhan nutrisi puyuh layer Kandungan Pakan ME (Metabolisme energi) Protein Kasar Lemak kasar Kadar Air Serat kasar Abu Kalsium (Ca) Phosphor (P) Sumber: Wuryadi, 2011
Persentase (%) Min Min Mak Mak Mak Mak
2900 Kcal/kg 22 3,96 14 6 10 3,25 - 4 0,6
F. Penyakit Pencegahan penyakit pada pemeliharaan puyuh lebih diutamakan dibandingkan dengan pengobatan, karena biaya yang dikeluarkan untuk pencegahan relatif lebih murah dibandingkan dengan biaya pengobatan. Meskipun puyuh termasuk jenis unggas yang tahan terhadap penyakit, tidak menutup kemungkinan puyuh masih tetap terjangkit oleh penyakit, beberapa jenis penyakit yang menyerang puyuh antara lain adalah : 1. Snot atau Infection Coryza Penyakit snot disebabkan oleh bakteri Hemophilus gallinarum. Gejala yang terlihat, diantaranya puyuh terlihat lesu, nafsu makan dan minum menurun, puyuh ngorok, serta bersin-bersin yang diikuti keluarnya cairan dari hidung dan mata. Jika sudah parah akan terjadi pembengkakan dihidung, mata dan pipi. Penyakit snot biasanya terjadi pada musim pancaroba. Upaya pencegahan dilakukan dengan memberikan pakan yang cukup mutu dan jumlahnya, memberikan vitamin, antibiotik, dan selalu menjaga kondisi kandang agar selalu bersih, tidak terlalu lembab dan padat. Puyuh yang terkena penyakit snot dikarantina dan diberikan obat antibiotik, dosis dan cara pemberian sesuai dengan petunjuk pada kemasan. 2. Tetelo atau Newcastle Disease Penyakit tetelo atau Newcastle Disease disebabkan oleh virus ND dari famili Paramyxovirus yang menyerang saluran pernapasan. Gejala
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
yang terlihat pada puyuh yang terkena penyakit ND diantaranya puyuh susah bernafas, puyuh ngorok, terlihat lesu, mengantuk, sayap turun, jalan mundur atau berputar-putar, serta kepala kepala menunduk kebawah, bahkan memutar hingga kebelakang. Hingga saat ini penyakit tetelo belum ditemukan obatnya. Peternak hanya bisa melakukan tindakan pencegahan, dengan menjaga kebersihan lingkungan kandang, peralatan, dan pakan, mengkarantina puyuh yang sakit, serta memberikan vaksin ND sedini mungkin. Dosis yang diberikan sesuai dengan umur puyuh. 3. Berak Putih atau Pullorum Pullorum atau berak putih disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum. Gejala yang terlihat diantaranya adalah kotoran berwarna putih, puyuh sering bergerombol, terlihat mengantuk, nafsu makan menurun, sesak nafas, sayap lemah menggantung. Pengendalian penyakit berak putih hampir sama dengan pengendalian penyakit tetelo yaitu dengan memberikan antibiotik yang mengandung trimetoprim dan sulfadiazine. 4. Flu Burung atau Avian Influensa ( AI ) Penyakit flu burung disebabkan oleh virus Avian Influensa. Penyakit ini menyerang pernapasan dan sistem saraf. Flu burung biasanya terjadi secara mendadak sehingga dapat mengakibatkan kematian yang tinggi dalam waktu sehari. Gejala yang terlihat pada unggas yang terkena serangan penyakit ini antara lain pilek, hidung bengkak, keluar air mata, pial dan jengger berwarna biru. Hingga saat ini penyakit flu burung atau Avian Influensa belum ditemukan obatnya, dan hanya bisa dilakukan tindakan pencegahan yaitu dengan sanitasi, biosecurity yang ketat dan dilakukan vaksinasi ( Wuryadi, 2011 ).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan magang ini dilaksanakan di peternakan burung puyuh AGRI BIRD, yang beralamat di Dusun Gunung Wijil, Desa Ngringo, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar. Adapun pelaksanaan magang ini kurang lebih 1,5 bulan, yaitu dari bulan Februari – Maret 2011.
B. Metode Pelaksanaan Metode yang digunakan dalam praktek magang ini adalah sebagai berikut : 1. Praktek Kerja Magang Di Lapang Praktek kerja magang secara langsung dilakukan dengan mengikuti kegiatan beternak burung puyuh ( Coturnix-coturnix japonica ), selain itu juga mengikuti semua kegiatan yang dilaksanakan di peternakan puyuh AGRI BIRD, Jaten, Karanganyar. 2. Diskusi dan Wawancara Metode diskusi dan wawancara yang dilakukan dalam kegiatan magang ini meliputi: a. Melakukan tanya jawab dengan pembimbing lapangan atau pihak yang terkait menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan beternak burung puyuh ( Coturnix-coturnix japonica ). b. Identifikasi
masalah
dan
mencari
pemecahannya
kemudian
didiskusikan dengan pembimbing lapangan atau pihak yang terkait kemudian dibandingkan dengan kondisi yang ada di lapang. 3. Pengamatan dan Pengumpulan Data Kegiatan ini dilakukan secara rutin selama berlangsungnya kegiatan magang. Tujuan kegiatan ini adalah untuk melengkapi data yang sudah diperoleh yang akan dipergunakan sebagai perlengkapan atau lampiran dalam penyusunan laporan magang.
commit to user 11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
4. Studi Pustaka Pengumpulan data dengan cara memanfaatkan data yang tersedia yang berhubungan dengan kegiatan magang. Data tersebut berupa data dari internet, buku, arsip, dan lain sebagainya yang bersifat informatif dan relevan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum Lokasi Magang 1. Sejarah Peternakan Burung Puyuh AGRI BIRD Usaha peternakan burung puyuh AGRI BIRD yang beralamat di Dusun Gunung Wijil, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar, berdiri sejak tahun 2001. Awal mula berdirinya peternakan burung puyuh ini adalah akibat adanya krisis ekonomi yang melanda negara Indonesia dan beberapa negara di Asia Tenggara lainnya yang berakibat terhadap lemahnya perekonomian masyarakat Indonesia pada umumnya, dan berangkat dari krisis ekonomi kemudian muncul ide pemilik peternakan yaitu Ir. Suryono, MP. untuk mendapatkan hasil tambahan, dan sebagai kegiatan untuk mengisi waktu luang disaat pulang dari bekerja sebagai dosen di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Beliau bapak Suryono, mempunyai prinsip yaitu usaha dengan modal kecil bisa berjalan, dan apabila ditambah modal usaha juga bisa berkembang, maka dipilihlah usaha ternak burung puyuh untuk memberi tambahan pemasukan setiap harinya. Modal awal yang digunakan yaitu sebesar Rp. 1.500.000, dengan jumlah populasi awal burung puyuh yang diternakkan yaitu kurang lebih 300 ekor. Pemeliharaan burung puyuh awalnya dilakukan didalam rumah beliau, untuk kemudian berkembang dan menyewa lahan di beberapa tempat untuk dijadikan kandang pemeliharaan puyuh petelur. Sampai pada puncaknya peternakan burung puyuh AGRI BIRD pernah mencapai jumlah total populasi sekitar 20.000 ekor, yang tersebar di beberapa lokasi kandang di daerah Jaten dan sekitarnya. Usaha peternakan burung puyuh yang dirintis oleh beliau tidak selamanya berjalan dengan lancar, ada beberapa kendala dan masalah yang harus dihadapi dalam usaha ternak burung puyuh, diantaranya adalah penyakit seperti Avian Influenza ( AI ) yang pernah terjadi peternakan ini.
commit to user 13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
2. Kondisi Wilayah Peternakan burung puyuh AGRI BIRD terletak di Dusun Gunung Wijil, Desa Ngringo, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar. Bila dilihat dari garis bujur dan garis lintang, maka Kabupaten Karanganyar terletak antara 110°40’ – 110°70’ BT dan 7°28’ – 7°46’ LS. Ketinggian rata-rata 511 meter di atas permukaan laut serta beriklim tropis dengan temperatur 22°-31°, dengan curah hujan rata-rata 2.453 mm/tahun. Letak peternakan burung puyuh AGRI BIRD sangat strategis karena hanya berjarak ± 2 km dari jalan raya Sragen – Solo, dan di sebelah barat berbatasan langsung dengan Bengawan Solo. Lokasi peternakan sudah dikelilingi dengan pagar tembok, yang berguna untuk mempermudah pengawasan terhadap aset yang ada dalam peternakan AGRI BIRD, selain itu sarana dan prasarana kandang, mess karyawan, dan jalan juga sudah cukup memadai, sehingga memudahkan akses menuju kandang dan pengangkutan hasil peternakan. 3. Struktur Organisasi Peternakan burung puyuh AGRI BIRD menggunakan struktur organisasi yang sederhana dan masih bersifat kekeluargaan, pemilik peternakan
langsung
membawahi
dan
mengawasi
pekerja
yang
memelihara puyuh. Struktur organisasi di peternakan burung puyuh AGRI BIRD Jaten adalah sebagai berikut : Pimpinan AGRI BIRD Jaten, Karanganyar • Bapak Ir. Suryono, MP.
Kandang puyuh 01
Kandang puyuh 02
Kandang puyuh 03
• Mas Man.
• Pak Pardi.
• Mas Rusdi B.
Pemeliharaan lele • Mas Rusdi K.
Gambar 1. Struktur organisasi peternakan burung puyuh AGRI BIRD
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
Dalam melaksanakan tugas, setiap pekerja kandang mendapat perintah langsung dari pemilik sekaligus pimpinan peternakanAGRI BIRD. Tugas mereka masing-masing antara lain : a. Pimpinan Peternakan Puyuh AGRI BIRD Pengawasan peternakan burung puyuh maupun kolam lele, dilakukan Bapak Ir. Suryono, MP. Selaku pimpinan peternakan burung puyuh AGRI BIRD, Jaten, Karanganyar, mempunyai tugas sebagai berikut : 1) Memberikan bimbingan kepada karyawan apa yang harus dikerjakan. 2) Mengawasi langsung di lapangan dan meneliti hasil kerja karyawan. 3) Mengurusi bidang administrasi di peternakan burung puyuh AGRI BIRD, mengenai daftar infentaris barang, pakan, obat – obatan, penjualan, membayar gaji karyawan. b. Karyawan Kandang Puyuh Di peternakan burung puyuh AGRI BIRD Jaten, Karanganyar, karyawan kandang bagian pemeliharaan puyuh terdiri dari tiga orang, yaitu mas Man, pak Pardi, mas Rusdi B, tugas dari karyawan kandang adalah sebagai berikut : 1) Memelihara burung puyuh sesuai dengan bagian masing – masing, termasuk memberi pakan, minum, membuang kotoran setiap hari dan pencegahan penyakit di waktu tertentu. 2) Melaksanakan instruksi yang diberikan oleh pimpinan. 3) Memberikan masukan dan informasi kepada pimpinan tentang keadaan burung puyuh pada tiap-tiap kandang. 4) Bertangung jawab atas hasil telur yang dicapai pada tiap kandang. c. Karyawan Pemeliharaan Lele Selain usaha peternakan burung puyuh, di AGRI BIRD, Jaten, Karanganyar juga melakukan budidaya lele, karyawan pemeliharaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
lele adalah mas Rusdi K, tugas dari karyawan pemelihara lele adalah sebagai berikut : 1) Membudidayakan lele sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan pimpinan, baik memberi pakan, dan pengobatan jika diperlukan. 2) Melakukan penyaringan agar dalam satu kolam ukuran lele dapat sama dan seragam. 3) Melakukan pemanenan saat ikan lele sudah masuk ukuran konsumsi. B. Pembahasan Praktek magang yang dilaksanakan dipeternakan burung puyuh AGRI BIRD, Jaten, Karanganyar, dalam kurun waktu ± 1,5 bulan. Peternakan AGRI BIRD merupakan usaha peternakan burung puyuh petelur dengan kapasitas saat ini ± 12.000 ekor. Jenis burung puyuh yang diternakkan disini dari jenis Coturnix-coturnix japonica atau biasa disebut dengan puyuh Jepang. Dalam hal ini penulis ikut serta dalam kegiatan pemeliharaan burung puyuh, mulai dari proses awal yaitu persiapan pemasukan DOQ, pemeliharaan puyuh fase starter, pemindahan puyuh dari kandang starter ke kandang grower, pemeliharaan puyuh fase grower, pemindahan puyuh dari kandang grower ke kandang layer, pemberian pakan dan minum, program pencegahan penyakit, dan pemanenan telur. Secara khusus kegiatan magang ini dilaksanakan untuk mengetahui, memahami dan melihat secara langsung kegiatan pemeliharaan burung puyuh ( Coturnix-coturnix japonica ). Selain itu kegiatan magang ini dilaksanakan untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh peternak khususnya peternakan burung puyuh AGRI BIRD dalam usaha berternak burung puyuh ( Coturnix-coturnix japonica ). Burung puyuh dipilih dalam kegiatan magang ini, karena burung puyuh dirasa mempunyai potensi yang besar dan masih jarang diusahakan oleh banyak orang. Burung puyuh ( Coturnix-coturnix japonica ) mempunyai waktu produksi yang lebih singkat dibandingkan dengan ternak unggas lainnya, yaitu sekitar 38-45 hari sudah mulai bertelur, untuk beternak puyuh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
juga tidak memerlukan tempat yang begitu luas, burung puyuh juga lebih tahan terhadap penyakit, dan untuk mengusahakannya tidak dibutuhkan modal yang besar, pemasaran dari produk burung puyuh juga mudah dan kotoran dari burung puyuh juga masih dapat dimanfaatkan sebagai pakan ikan atau digunakan sebagai pupuk organik. Untuk memulai usaha peternakan burung puyuh, banyak aspek yang harus diperhatikan agar usaha berjalan sesuai rencana, hal-hal yang harus diperhatikan tersebut meliputi : perkandangan, bibit puyuh, pemeliharaan puyuh starter, pemeliharaan puyuh grower, pemeliharaan puyuh layer, pencegahan dan pengendalian penyakit, pemanenan. 1. Perkandangan Perkandangan merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan dalam usaha beternak puyuh, karena letak dan lokasi kandang sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan usaha beternak burung puyuh. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan peternakan puyuh AGRI BIRD dalam pembuatan kandang antara lain adalah : a. Lokasi Kandang Lokasi kandang dipilih dan diperhitungkan secara cermat, karena lokasi kandang sangat mempengaruhi produksi burung puyuh, pendistribusian pakan, obat-obatan maupun hasil panen yang nantinya akan dipasarkan, untuk itu dalam penentuan lokasi kandang harus diperhatikan beberapa hal, antara lain : 1) Kandang Jauh Dari Pemukiman Penduduk Letak kandang dipilih pemilik peternakan adalah dipilih lokasi kandang yang jauh dari pemukiman penduduk, karena usaha peternakan burung puyuh selain menghasilkan produk utama, juga menghasilkan limbah yaitu berupa kotoran puyuh, dan kotoran ini dapat menimbulkan bau yang dapat mengganggu lingkungan masyarakat yang ada disekitar lokasi kandang. Peternakan burung puyuh AGRI BIRD Jaten, Karanganyar berjarak kurang lebih 500
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
meter dari pemukiman penduduk, dan dari jarak 500 meter ini, bau kotoran puyuh tidak tercium, sehingga masyarakat sekitar peternakan tidak merasa terganggu dengan adanya peternakan burung puyuh ini. Selain untuk menghindari pencemaran udara yang dapat mengganggu masyarakat sekitar peternakan, letak kandang yang jauh dari pemukiman penduduk juga bertujuan untuk menjauhkan puyuh dari sumber kebisingan, suara bising yang terjadi secara tiba-tiba dapat mengakibatkan stress pada burung puyuh, dan hal ini dapat mengakibatkan penurunan jumlah produksi telur, karena burung puyuh merupakan jenis burung yang mudah stress. 2) Sarana dan Prasarana Transportasi Mudah Sarana dan prasarana dari dan menuju peternakan puyuh AGRI BIRD sudah cukup bagus, hal ini tentunya sangat menunjang kegiatan usaha peternakan burung puyuh, karena pendistribusian pakan, obat-obatan, peralatan, bibit puyuh, dan penjualan hasil dari peternakan juga akan semakin mudah dan lancar. 3) Tersedia Cukup Air dan Saluran Pembuangan Air merupakan salah satu hal terpenting dan mutlak dibutuhkan dalam usaha peternakan maupun usaha lainnya. Air dibutuhkan untuk minum dan kebutuhan lainnya, oleh karena itu kebutuhan air bersih harus selalu tercukupi, baik itu dimusim kemarau maupun musim penghujan. Kebutuhan air di peternakan puyuh AGRI BIRD diperoleh dari 2 sumur utama, yang berfungsi mencukupi semua kebutuhan air di peternakan puyuh. Selain sumber air, saluran pembuangan juga dibutuhkan untuk menyalurkan limbah cair yang akan dibuang. Letak peternakan burung puyuh AGRI BIRD yang sangat strategis yaitu disebelah barat berbatasan langsung dengan Bengawan Solo, sehingga memudahkan dalam pembuangan limbah cair.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
4) Pencahayaan dan Sirkulasi Udara Yang Lancar Sistem pencahayaan dan sirkulasi udara yang lancar sangat diperlukan, burung puyuh membutuhkan sinar selama 24 jam , baik itu sinar matahari di siang hari atau sinar lampu pada malam hari. Cahaya memberikan rangsangan pada pineal untuk memberikan informasi cahaya kepada hipothalamus untuk menjalankan sistem reproduksi. Hipothalamus kemudian memerintahkan anterior pituitary untuk mengeluarkan hormon FSH (Foliste Stimulating Hormon) dan LH (Luteotropic Hormon), rangsangan hormon FSH dan LH inilah yang menghasilkan telur ( Hartono, 2004). Selain itu cahaya matahari yang masuk kedalam kandang dapat berfungsi sebagai pembunuh bibit penyakit, menghindari kelembaban yang terlalu tinggi, dan sebagai sumber vitamin D alami. Sirkulasi udara di kandang puyuh AGRI BIRD Jaten, Karanganyar, dirancang sebaik mungkin agar udara didalam kandang dapat terus berganti, bau amoniak yang dihasilkan dari kotoran puyuh dapat berkurang, sehingga kesehatan burung puyuh lebih terjaga. 5) Aman dan Pengawasan Mudah Penentuan lokasi kandang peternakan burung puyuh AGRI BIRD dipilih tempat yang aman dan bebas dari ancaman binatang buas, maupun wabah penyakit. Lokasi kandang di peternakan burung puyuh AGRI BIRD dikelilingi pagar tembok setinggi 2,5 meter, sehingga mempermudah dalam pengawasan terdapat aset yang terdapat di dalam lokasi kandang peternakan puyuh AGRI BIRD. Lokasi kandang yang aman dan nyaman membuat puyuh dapat berproduksi secara maksimal. b. Sistem Kandang Sistem kandang yang digunakan di peternakan burung puyuh AGRI BIRD yaitu menggunakan sistem kandang baterai. Dalam hal ini pemilik usaha peternakan puyuh bapak Suryono mempunyai beberapa alasan dalam hal penentuan penggunaan kandang baterai, yaitu : sistem
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
kandang baterai mudah dibersihkan, sirkulasi udara bagus sehingga dapat mengurangi resiko penyakit, kenyamanan dan keamanan puyuh di dalam kandang juga terjaga, karena puyuh tidak akan di makan oleh predator, seperti tikus dan kucing, kandang baterai juga tidak membutuhkan tempat yang terlalu luas sehingga lahan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Sistem kandang baterai yang digunakan dipeternakan burung puyuh AGRI BIRD berukuran 100x60x30 cm, terbuat dari kerangka kayu, alas dan dinding kawat, dan di bagian bawah kandang terdapat wadah yang berguna untuk menampung kotoran puyuh. Penggunaan wadah kotoran ini mumudahkan dalam pemeliharaan kebersihan kandang, karena kotoran puyuh tidak menimpa puyuh yang ada dikandang bawahnya. Bahan pembuatan kandang dipilih dari bahan yang tahan terhadap suhu dan kelembaban, dan mempunyai umur pakai relatif lama. c. Bangunan Kandang Bangunan kandang puyuh AGRI BIRD berukuran 5x15 m dan tinggi 4 m, terbuat dari batu bata dan semen, bertujuan untuk melindungi semua yang ada didalam bangunan kandang dari pengaruh cuaca dan terpaan angin secara langsung. Atap bangunan dipilih genteng, karena genteng mampu menahan panas, mempunyai umur pakai yang lebih lama, dan pada saat musim penghujan mudah diketahui apabila terjadi kebocoran. Lantai kandang dibuat dari campuran semen dan pasir, hal ini bertujuan agar lantai kandang mudah dibersihkan, dan kandang tidak terlalu lembab. Setiap bangunan kandang mempunyai lubang ventilasi yang cukup, sehingga sirkulasi udara yang ada didalam kandang dapat dapat berjalan lancar,udara dapat terus berganti dan hal ini juga bermanfaat terhadap kesehatan burung puyuh.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
2. Pembibitan Puyuh Untuk mendapatkan bibit puyuh yang berkualitas bagus, yang nantinya diharapkan akan menghasilkan puyuh petelur yang berkualitas dan mempunyai produksi telur tinggi, peternak dapat melakukan penetasan sendiri atau membeli DOQ dari perusahaan penetasan puyuh yang sudah terakreditasi baik. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembibitan puyuh antara lain : a. Persiapan Kandang Kandang pembibitan diperlukan untuk tempat terjadinya perkawinan alami antara puyuh jantan dan betina. Kandang yang digunakan pada pemeliharaan puyuh pembibitan sama seperti yang digunakan pada fase pemeliharaan Layer. Kandang yang digunakan dalam proses pembibitan atau terjadinya perkawinan puyuh secara alami berukuran 100x60x30 cm. Sebelum kandang digunakan,terlebih dahulu diperbaiki apabila terjadi kerusakan pada kandang, disediakan tempat pakan dan minum, dicuci dan dibersihkan terlebih dahulu, kemudian dijemur, agar kandang cepat kering dan bertujuan untuk membunuh kuman dan bibit penyakit yang mungkin masih tersisa di kandang. b. Seleksi Indukan dan Pejantan Sebelum pada tahapan perkawinan, terlebih dahulu dilakukan seleksi terhadap bakal calon pejantan dan indukan, agar nantinya didapatkan hasil yang maksimal, yaitu menghasilkan telur tetas dengan daya tetas tinggi, bermutu dan berkualitas baik. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk indukan puyuh yang akan digunakan sebagai indukan adalah : 1) Berasal dari strain puyuh dengan produktivitas tinggi. 2) Puyuh berasal dari perkawinan silang Grand Parent Stock (GPS), bukan berasal dari puyuh Parent Stock (PS) atau Final Stock (FS). 3) Berasal dari daerah yang berbeda dengan pejantan bertujuan untuk menghindari perkawinan sedarah (Inbreeding).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
4) Induk betina minimum 2,5 bulan dan sudah mengalami dewasa kelamin dan dewasa tubuh. 5) Penampilan fisik baik, tidak memiliki cacat tubuh, terlihat sehat, lincah, dan memiliki bobot tubuh yang seragam. Selain dibutuhkan indukan yang berkualitas baik, dalam usaha pembibitan juga dipersiapkan puyuh pejantan yang berkualitas tinggi, antara lain adalah : 1) Berasal dari strain puyuh dengan produktivitas tinggi. 2) Puyuh berasal dari perkawinan silang Grand Parent Stock (GPS), bukan berasal dari puyuh Parent Stock (PS) atau Final Stock (FS). 3) Puyuh jantan minimum berumur sekitar 2,5 bulan atau sudah mengalami dewasa kelamin dan dewasa tubuh. 4) Penampilan fisik baik, sehat, lincah, dan tidak terdapat cacat tubuh, serta memiliki bobot badan yang seragam (Wuryadi, 2011). Pembibitan burung puyuh yang dilakukan oleh peternak penetas yaitu dengan menggunakan indukan puyuh dari strain Coturnix-coturnik japonica atau puyuh Jepang, karena puyuh Jepang mempunyai tingkat produksi yang tinggi, umur bertelur lebih cepat, perawatan mudah, dan lebih tahan terhadap penyakit. Indukan yang digunakan oleh peternak penetas berasal dua daerah yang berbeda, hal ini bertujuan untuk menghindari perkawinan sedarah atau inbreeding yang merugikan, karena dari perkawinan sedarah atau inbreeding akan menghasilkan bibit puyuh yang berkualitas kurang bagus, lebih rentan terhadap penyakit, dan biasanya mempunyai cacat tubuh. Indukan burung puyuh yang digunakan oleh peternak penetas untuk puyuh betina berumur sekitar 3,5 bulan, dan untuk puyuh jantan berumur lebih muda yaitu sekitar 2,5 bulan. Menurut peternak penetas burung puyuh pada umur tersebut sudah benar-benar siap untuk membuahi, dan kualitas telur yang dihasilkan juga lebih baik. Bobot rata-rata untuk puyuh jantan sekitar 120 gram/ekor, dan untuk puyuh betina sekitar 140-150 gram/ekor.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
c. Perawatan Puyuh dan Kandang Perawatan puyuh pembibitan tidak berbeda jauh dengan perawatan puyuh pada fase layer pada usaha puyuh petelur. Kualitas, kuantitas pakan dan minum harus selalu diperhatikan agar telur yang dihasilkan berkualitas bagus. Jumlah pakan yang diberikan rata-rata adalah 22 gr/ekor/hari dan kebutuhan air minum rata-rata 50-60 ml/ekor/hari atau pemberian pakan dan minum dilakukan secara adlibitum. Perawatan kandang yang dilakukan yaitu dengan membuang kotoran puyuh, membersihkan tempat minum dan mengganti airnya dengan yang baru setiap hari, memberikan Vita Tetra-Chlor yang berfungsi sebagai antibiotik dan vitamin pada saat-saat tertentu, misalnya pada saat terjadi perubahan cuaca, perpindahan dari satu kandang ke kandang yang lainnya, atau hal yang lainnya yang dapat mengakibatkan stress. Perubahan cuaca yang terjadi secara tiba-tiba, perpindahan puyuh dari satu kandang ke kandang lainnya dapat mengakibatkan stress, yang pada akhirnya dapat menurunnya produksi telur tetas. d. Proses Kawin Alami Proses pembibitan puyuh dilakukan dengan cara perkawinan alami, yaitu dengan menempatkan puyuh dalam satu kandang ukuran 100x60x30 cm, dan mengisinya dengan puyuh jantan dan betina yang bukan merupakan puyuh inbreeding sebanyak 25 ekor, dengan perbandingan 1 : 4, yang artinya 1 ekor pejantan membuahi 4 ekor betina. Perbandingan jumlah antara puyuh jantan dan betina ini dirasa ideal, karena apabila puyuh jantan terlalu banyak membuahi puyuh betina, dan indukan yang digunakan dari burung puyuh inbreeding maka akan berpengaruh terhadap kualitas telur yang dihasilkan dan daya tetas dari telur puyuh juga akan menurun. Pemilihan umur puyuh bertujuan agar puyuh indukan benarbenar sudah siap melakukan perkawinan. Umur puyuh saat dilakukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
perkawinan adalah puyuh jantan berumur 2,5 bulan dan untuk puyuh betina berumur 3,5 bulan. Pada umur tersebut puyuh indukan pejantan maupun betina sudah masuk dalam dewasa kelamin maupun dewasa tubuh. Pemilihan umur indukan dan pejantan yang digunakan ini penting dilakukan, karena apabila indukan yang digunakan belum memasuki dewasa kelamin atau dewasa tubuh juga akan berpengaruh terhadap tingkat fertilitas dari telur yang ditetaskan. e. Penetasan Burung puyuh tidak mengerami telurnya sendiri, sehingg masih membutuhkan campur tangan dari peternak, oleh karena itu dilakukan penetasan dengan menggunakan mesin tetas. Sebelum melakukan penetasan, peternak penetas terlebih dahulu melakukan beberapa rangkaian kegiatan yang harus dilakukan agar proses penetasan berjalan lancer dan memperoleh hasil yang diinginkan. Beberapa hal yang dilakukakan tersebut adalah : 1) Melakukan seleksi telur tetas Setelah proses pemanenan telur dari kandang indukan, dan sebelum dimasukkan kedalam mesin penetas terlebih dahulu dilakukan pemilihan atau sortasi terhadap telur yang akan ditetaskan, telur yang berkualitas baik akan dimasukkan dalam mesin tetas, dan telur yang masuk dalam kriteria sortir akan digunakan menjadi telur konsumsi. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan telur tetas adalah : a) Kulit telur halus, tidak terdapat kotoran yang menempel dikulit, dan telur tidak retak, telur puyuh dipilih yang terdapat kulitnya totol-totol warna hitam kecoklatan, tidak yang berwarna polos. b) Bentuk telur normal yaitu oval, tidak terlalu bulat dan tidak terlalu lonjong. c) Telur mempunyai ukuran dan bobot yang seragam, telur yang akan ditetaskan mempunyai berat rata-rata 10-11 gram/butir.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
d) Telur yang akan ditetaskan berumur kurang dari 5 hari, karena menurut pengalaman peternak telur yang berumur lebih dari 5 hari daya tetasnya akan lebih rendah dibandingkan dengan telur yang berumur kurang dari 5 hari. e) Telur ditata di rak tempat telur yang untuk selanjutnya akan dimasukkan kedalam mesin penetas. 2) Mempersiapkan mesin penetas Sebelum telur dimasukkan kedalam mesin tetas, terlebih dahulu dipersiapkan mesin tetas yang akan digunakan. Persiapan yang dilakukan tersebut antara lain adalah : a) Membersihkan mesin tetas dari kotoran yang mungkin masih tersisa
dan
menyemprotkan
desinfektan/formalin
yang
dicampur dengan air, dengan perbandingan 1 : 60 keseluruh bagian mesin penetas sampai merata, hal ini bertujuan untuk membunuh bakteri yang ada dalam mesin penetas yang dapat mengganggu selama proses penetasan telur, atau bahkan dapat menurunkan daya tetas telur. b) Mempersiapkan bohlam yang akan digunakan sebagai pemanas dalam penetasan, untuk mesin penetasan ukuran 120x80x40cm menggunakan 11 bohlam ukuran 5 watt, 10 bohlam berfungsi sebagai sumber penghangat, sedangkan 1 bohlam berfungsi sebagai lampu kontrol. c) Mempersiapkan termometer yang berfungsi untuk melihat suhu didalam mesin penetas, agar suhu di dalam mesin penetas dapat dikontrol dengan baik. d) Sebelum telur dimasukkan, mesin tetas dinyalakan terlebih dahulu agar diperoleh suhu optimum untuk penetasan yaitu 3838,5ºC. e) Dibagian bawah rak telur ditempatkan 2 buah baki wadah air ukuran 25x40cm, yang berfungsi untuk menjaga kelembaban dalam mesin tetas sekitar 80-90%.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
f) Mengatur thermostat agar suhu didalam mesin penetas tetap terjaga yaitu sekitar 38-38,5ºC. g) Telur puyuh yang telah disusun di rak telur siap dimasukkan kedalam mesin penetasan dan untuk mengetahui perkiraan kapan telur akan menetas pada mesin penetas diberi tanda tanggal, dan waktu pemasukan telur. 3) Perlakuan saat penetasan Penetasan
yang
dilakukan
oleh
peternak
penetas,
masih
menggunakan mesin penetas manual, oleh karena itu dibutuhkan campur tangan dari peternak agar hasil yang diperoleh dapat maksimal, kegiatan yang dilakukan selama proses penetasan antara lain adalah : a) Melakukan pembalikan telur secara manual 2-4 kali setiap hari, pukul 7 pagi, pukul 11 siang, pukul 3 sore, dan pukul 7 malam, pembalikan telur dilakukan setiap hari dari hari ke-2 sampai hari ke-15. b) Suhu dan kelembaban telur terus dijaga dan diperhatikan agar tetap berada pada suhu 38-38,5ºC dan kelembaban 80-90%. Bohlam yang mati harus segera diganti, dan ketersediaan air sebagai pengatur kelembaban harus selalu tersedia. c) Apabila suhu didalam mesin penetas terlalu panas akan mengakibatkan puyuh menetas lebih awal, dan biasanya puyuh tersebut akan mempunyai cacat fisik atau kaki pengkor. d) Pada hari ke-16 telur puyuh sudah mulai menetas dan pada hari berikutnya yaitu hari ke-17 telur puyuh sudah menetas keseluruhan. Puyuh sudah dapat dikeluarkan dari mesin penetas, setelah berada dalam mesin penetas selama 24 jam, atau dapat dilihat dari ciri fisik yaitu bulu DOQ sudah kering. e) Mengambil DOQ dari dalam mesin penetas. Oleh karena puyuh yang dihasilkan merupakan jenis puyuh Final Stock maka sexing sudah dapat dilakukan sejak puyuh berumur 1 hari atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
DOQ, yaitu dengan melihat perbedaan warna pada bulu DOQ. Untuk DOQ jantan bulu berwarna hitam, sedangkan untuk DOQ betina bulu berwarna coklat. f) Menurut pengalaman peternak pak penetas, persentase daya tetas dari menetaskan 1.000 butir telur puyuh, rata-rata berkisar 70%, atau menetas sebanyak 700 ekor, dan dari 700 ekor tersebut perbandingan jantan dan betina sekitar 50 : 50, atau 350 ekor jantan dan 350 ekor betina. 4) Pelakuan setelah penetasan Setelah proses penetasan telah selesai dilakukan, hal yang dilakukan oleh peternak selanjutnya adalah: a) Mematikan aliran listrik dalam mesin tetas. b) Mengeluarkan baki tempat air, dan membersihkan mesin tetas dari sisa-sisa penetasan, kulit telur dan telur yang tidak menetas. 3. Pemeliharaan Puyuh Fase Starter Seperti halnya ternak unggas lainnya, usaha beternak puyuh juga mempunyai beberapa tahapan pemeliharaan, yaitu pemeliharaan puyuh fase starter, grower dan layer. Setiap fase pemeliharaan memiliki perbedaan dalam proses pemeliharaan. Beberapa hal yang harus dilakukan dalam setiap fase pemeliharaan tersebut antara lain adalah : a. Persiapan Kandang Kandang yang digunakan peternakan puyuh AGRI BIRD untuk memelihara puyuh fase starter adalah berupa kandang box, dengan dinding kandang terbuat dari triplek, alas kandang dan bagian depan berupa kawat. Sebelum DOQ (Day Old Quail) datang, kandang dibersihkan terlebih dahulu, lalu dijemur dibawah terik matahari, hal ini bertujuan untuk membunuh kuman dan bibit penyakit yang mungkin masih terdapat di dalam kandang box. Dalam kandang box terdapat beberapa bohlam yang berfungsi sebagai pemanas agar suhu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
didalam kandang box tidak terlalu rendah, sehingga DOQ tidak kedinginan dan merasa nyaman saat berada dalam kandang. Sebelum DOQ dimasukkan dalam kandang, terlebih dahulu bohlam dinyalakan agar suhu didalam kandang menjadi hangat atau paling tidak mendekati suhu pada saat berada dalam mesin penetas yaitu sekitar 38-38,5ºC sehingga nanti pada waktu DOQ dimasukkan dalam kandang DOQ tidak mengalami perubahan suhu yang drastis. Alas kandang yang berupa kawat, bagian atasnya dilapisi dengan kertas koran bertujuan agar DOQ tidak terperosok, kotoran dan air yang jatuh dapat terserap. b. Pemilihan DOQ Anak puyuh yang baru menetas atau DOQ (Day Old Quail), berasal dari indukan yang berkualitas, dan biasanya bapak Suryono, mendapatkan bibit puyuh dari peternakan dan penetasan puyuh bapak Partubi dan bu Sartini yang beralamat di Kampung Gajahan, Colomadu, Karanganyar. Alasan Bapak Suryono membeli bibit dari tempat pak Partubi dan bu Sartini, karena DOQ dari kedua peternakan penetasan tersebut DOQ yang didapatkan terlihat lincah, sehat, tidak mempunyai cacat fisik, ukuran DOQ seragam, bobot DOQ berkisar 6,5-8 gram/ekor, bulu terlihat bersih dan mengkilap. Selain alasan diatas peternakan penetas pak Partubi dan bu Sartini telah memahami perkawinan sedarah atau inbreeding sehingga DOQ yang dihasilkan berkualitas bagus dan produksi telur yang dihasilkan bisa maksimal yaitu bisa mencapai produksi puncak sekitar 97% yang berlangsung kurang lebih selama 2-4 minggu. c. Kepadatan dan Suhu di Dalam Kandang Setelah semua persiapan kandang, tempat pakan, tempat minum telah selesai, DOQ dapat segera dimasukkan kandang open atau kandang box. Jumlah DOQ yang dimasukkan dalam kandang box disesuaikan dengan luas kandang box, jumlah DOQ tidak terlalu banyak karena bisa mengakibatkan DOQ saling menumpuk dan bisa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
mengakibatkan kematian, dan juga jumlah DOQ dalam kandang tidak terlalu sedikit. Di peternakan puyuh AGRI BIRD jumlah DOQ dalam kandang open yaitu 100 ekor/kandang, dengan ukuran kandang 100x60x25 cm. Jumlah DOQ dalam kandang starter di peternakan burung puyuh AGRI BIRD telalu padat, hal ini tidak sesuai dengan pendapat Roospitasari dan Kinanti, 2009 yaitu biasanya untuk ukuran kandang 1m² dapat menampung 100 ekor anak puyuh umur 1-10 hari. Dalam kandang box terdapat 2 bohlam berukuran 25 watt yang berfungsi sebagai pemanas, DOQ membutuhkan suhu kandang yang hangat. Indikasi suhu didalam kandang dapat diketahui dari perilaku burung puyuh yaitu apabila suhu dalam kandang terlalu rendah, puyuh cenderung akan bergerombol dibawah bohlam, untuk mencari tempat yang hangat, dan sebaliknya apabila suhu didalam kandang terlalu tinggi, puyuh akan mendekati tempat minum dan menjauhi sumber panas. Apabila suhu didalam kandang sudah cukup ideal, puyuh akan menyebar merata diseluruh kandang. d. Pemberian Pakan dan Minum DOQ (Day Old Quail) yang baru datang diberikan air minum yang telah dicampur dengan Vita Tetra-Chlor dengan dosis 1gram untuk 1 liter air. Pemberian Vita Tetra-Chlor berfungsi sebagai sumber vitamin, mineral dan antibiotik. Tempat minum yang digunakan khusus untuk puyuh anakan yang mempunyai pengaman pada piringnya, atau apabila menggunakan tempat minum untuk puyuh dewasa pada piringan diberi batu agar anakan puyuh tidak tercebur dalam piringan tempat minum. Kebutuhan minum untuk satu kandang box ukuran 100x60x25 cm berisi 100 ekor, kurang lebih 6,5-7 ml/ekor/hari akan tetapi untuk menghindari puyuh kekurangan air minum, pemberian air minum dilakukan secara adlibitum. Air minum untuk puyuh ditempatkan dalam gelas tempat minum, masing-masing berisi 500 ml, dan air minum diganti setiap hari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
Pemeliharaan puyuh pada fase starter diberikan pakan jenis complete feed yaitu BR1 merk Comfeed dari produsen pakan JAPFA Comfeed Indonesia, yang telah digiling atau berbentuk tepung (mash) sehingga memudahkan anakan puyuh dalam mencerna pakan yang diberikan. Pakan BR1 merk Comfeed mempunyai kandungan protein 21%, dan ini sangat bagus untuk puyuh fase starter, karena pada fase ini puyuh membutuhkan pakan untuk pertumbuhan. Tempat pakan berupa nampan berukuran 20x25 cm sebanyak 2 buah yang diatasnya diberi kawat agar pakan tidak tercecer saat di kais-kais oleh puyuh. Pakan yang dibutuhkan saat umur 1-7 hari sekitar 2-4 gram/ekor/hari. Pemberian pakan dilakukan pada pagi dan sore hari agar tidak ada pakan yang tersisa yang dapat menimbulkan bakteri dan jamur yang bisa menggangu kesehatan anak puyuh. e. Perawatan Puyuh dan Kandang Perkembangan puyuh pada masa awal pertumbuhan harus selalu diawasi, karena pada masa ini puyuh sangat rentan terhadap perubahan suhu dalam kandang. Alas kandang yang berupa koran diganti setiap 2 hari sekali, atau diganti setiap kertas koran sudah mulai lembab dan kotor. Pada hari ke-1 seluruh ventilasi kandang ditutup, agar suhu didalam kandang tetap terjaga dan puyuh terhindar dari terpaan angin secara langsung. Pada hari ke-2 sampai dengan hari ke-5 ventilasi kandang dibuka secara bertahap, dan pada hari ke-6 ventilasi dibuka seluruhnya pada siang hari dan ditutup pada malam hari. Pada hari ke-7 alas kandang yang berupa koran dapat diambil dan dibersihkan, puyuh menggunakan alas kandang berupa kawat, pada siang hari bohlam hanya dinyalakan 1 buah, sedangkan pada malam bohlam dinyalakan keseluruhan. Pada hari ke-10 populasi di setiap kandang box dikurangi 50 ekor perkandang, dan pada siang hari sekitar pukul 09.00-14.00 sampai hari ke-21 puyuh dipanaskan di bawah terik sinar matahari, saat dijemur dibawah sinar matahari, aktivitas puyuh selalu diperhatikan agar tidak terjadi puyuh terengah-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
engah akibat kepanasan. Perlakuan mengeluarkan puyuh dan menjemur puyuh dibawah terik matahari hal ini menurut pemilik peternakan puyuh yaitu bapak Suryono, berfungsi sebagai sumber vitamin D alami, dan dapat membunuh kuman yang terdapat dalam kandang puyuh. 4. Pemeliharaan Puyuh Fase Grower Pemeliharaan puyuh pada fase grower, merupakan lanjutan dari tahapan pemeliharaan sebelumnya yaitu fase starter. Fase grower yaitu saat puyuh berumur 21-30 hari, pada fase ini fisik puyuh sudah lebih kuat, dan bisa beradaptasi dengan lingkungan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pemeliharaan puyuh fase grower yaitu : a. Persiapan kandang Sebelum puyuh dimasukkan ke kandang grower, kandang dibenahi terlebih dahulu, tempat untuk menampung kotoran dan kawat dinding kandang yang sudah rusak diganti dengan yang baru. Tempat pakan dan minum juga harus disiapkan. Setelah itu kandang dicuci bersih, dijemur berfungsi untuk mematikan bibit penyakit yang mungkin masih tertinggal didalam kandang, setelah itu kandang siap ditempati puyuh fase grower. Untuk menghindari stress, sebelum dipindah ke kandang grower, puyuh diberi vitamin dan antibiotik terlebih dahulu. b. Pemilihan Bibit Puyuh Grower Puyuh yang sebelumnya berada di kandang starter, secara bertahap dipindah ke kandang grower. Puyuh yang dimasukkan kandang grower diseleksi terlebih dahulu berdasarkan ciri fisik yaitu puyuh yang sehat dan mengalami cacat fisik di bedakan kandangnya, selain itu juga dipilih berdasarkan kesehatan puyuh yang dapat dilihat dari kelincahan dan gerak puyuh saat berada dikandang, selain itu seleksi juga berdasarkan ukuran tubuh yang seragam, sehingga puyuh dalam satu kandang mempunyai ukuran tubuh dan bobot badan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
seragam yaitu sekitar 70-75 gram/ekor, dan hal ini dilakukan bertujuan untuk mengurangi resiko kematian dan kekerdilan. c. Kepadatan dan Suhu di Dalam Kandang Kandang puyuh pada fase grower berukuran 100x60x30 cm, jumlah puyuh yang dimasukkan kedalam kandang grower adalah 25 ekor/kandang. Karena puyuh pada fase grower sudah dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, maka tidak dibutuhkan lagi bohlam sebagai pemanas, suhu dalam kandang cukup 25ºC. Hanya saja pada malam hari didekat kandang grower ditempatkan bohlam secukupnya sebagai sumber cahaya, agar puyuh tidak saling tabrak yang dapat mengakibatkan luka bahkan cacat pada puyuh, dan selain itu agar puyuh dapat melakukan aktivitas makan dan minum, sehingga pertumbuhan bisa maksimal. d. Pemberian Pakan dan Minum Pada fase grower jenis pakan yang diberikan masih sama dengan jenis pakan yang diberikan pada fase starter adalah jenis pakan complete feed yaitu BR1 merk Comfeed dari produsen pakan JAPFA Comfeed Indonesia, yang telah digiling sehingga berbentuk tepung (mash). Jumlah pakan yang diberikan per ekor per hari yaitu sekitar 12-14 gr/ekor/hari. Kebutuhan pakan yang diberikan juga akan terus mengalami peningkatan sesuai dengan tingkatan umur puyuh. Pemberian pakan dilakukan pada pagi hari, sedangkan kebutuhan minum untuk satu kandang ukuran 100x60x30cm yang berisi 50 ekor puyuh adalah kurang lebih 25-35 ml/ekor/hari, akan tetapi lebih baik jika pemberian minum dilakukan secara adlibitum, air minum ditempatkan pada wadah minum berukuran 1 L/botol, dan penggantian air dilakukan setiap hari. e. Perawatan Puyuh dan Kandang Perawatan puyuh pada masa grower sangat penting dan perlu diperhatikan dengan seksama, karena pertumbuhan pada masa grower mempengaruhi produksi pada saat fase layer. Kandang puyuh fase
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
grower sudah ditempatkan menjadi satu bangunan dengan puyuh fase layer. Kelembaban dan sirkulasi udara harus tetap terjaga dengan baik, untuk itu kotoran puyuh dibersihkan setiap hari, agar tidak timbul bibit penyakit dan kelembaban yang terlalu tinggi sehingga kesehatan puyuh tetap terjaga dengan baik. 5. Pemeliharaan Puyuh Fase Layer Pemeliharaan fase layer merupakan tahapan terakhir dalam proses pemeliharaan burung puyuh, pada fase ini puyuh sudah mulai berproduksi atau bertelur. Umur pertama puyuh bertelur sekitar 38-45 hari, dan terus akan mengalami peningkatan produksi sampai pada puncak produksi pada umur 4-6 bulan, produksi akan stabil sampai beberapa bulan dan akan mengalami penurunan secara perlahan hingga puyuh afkir. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan puyuh fase layer antara lain : a. Menyiapkan Kandang Sama halnya dengan perlakuan pada kandang puyuh fase grower, sebelumnya kandang yang akan digunakan untuk puyuh pada fase layer, dibenahi terlebih dahulu apabila terdapat kerusakan pada bagian kandang, setelah itu kandang dicuci bersih dan dijemur dibawah terik sinar matahari, hal ini bertujuan untuk mematikan bibit penyakit yang mungkin masih tertinggal didalam kandang, tempat pakan dan minum disediakan, dan kandang siap untuk digunakan. Sebelum puyuh dari kandang grower dipindahkan kekandang layer, untuk menghindari stress puyuh diberi vitamin terlebih dahulu. b. Pemilihan Bibit Fase Layer Pada fase layer puyuh sudah siap berproduksi, proses pemilihan dan penyeleksian pada tahap ini sama dengan tahap penyeleksian pada tahap pemeliharaan grower yaitu puyuh yang akan dimasukkan kandang layer dipilih berdasarkan kesehatan yang dapat dilihat dari kelincahan, gerak didalam kandang serta berdasarkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
ukuran tubuh dan bobot yang seragam, sehingga pertumbuhan puyuh dalam satu kandang dapat sama dan seragam. c. Kepadatan dan Suhu Kandang Jumlah puyuh yang dimasukkan ke dalam kandang layer ukuran 100x60x30 cm sama dengan jumlah puyuh saat berada dalam kandang grower yaitu sebanyak 25 ekor/kandang. Jumlah puyuh ini menurut pemilik peternakan yaitu bapak Suryono cukup ideal, karena jika didalam kandang populasi puyuh terlalu padat dapat mengganggu kesehatan puyuh, puyuh saling berhimpitan dan sirkulasi udara didalam kandang menjadi kurang baik. Dan sebaliknya apabila populasi puyuh didalam kandang terlalu sedikit dapat mengakibatkan puyuh lebih aktif bergerak sehingga konsumsi pakan meningkat dan pada akhirnya menimbulkan pemborosan pakan. d. Pemberian Pakan dan Minum Jenis pakan yang digunakan pada fase layer yaitu jenis complete feed, masih menggunakan pakan BR1 merk Comfeed. Pada masa ini puyuh mulai dilatih untuk makan dalam bentuk crumble. Pemberian pakan BR1 terus dilakukan sampai puyuh mulai berproduksi, setelah puyuh mulai berproduksi pakan diganti dengan pakan khusus untuk puyuh yaitu merk Formula dari produsen pakan Sierad Produce . Jumlah pakan yang diberikan pada fase layer sekitar 20-22 gram/ekor/hari. Sebelum pemberian pakan, terlebih dahulu pakan yang tersisa didalam tempat pakan diratakan terlebih dahulu, hal ini bertujuan agar pakan sisa hari sebelumnya dimakan terlebih dahulu, dan agar tidak terjadi pakan yang menjamur yang dapat mengganggu kesehatan puyuh. Kebutuhan air minum pada fase layer kurang lebih 40-60 ml/ekor/hari, Kebutuhan minum puyuh juga dipengaruhi cuaca, apabila cuaca sedang panas, kebutuhan minum dapat meningkat, dan apabila cuaca dingin puyuh tidak banyak minum. Untuk itu agar kebutuhan minum selalu tercukupi, pemberian dilakukan secara adlibitum. Air
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
sangat dibutuhkan burung puyuh pada fase layer, air merupakan salah satu syarat berlangsungnya kehidupan. Air bermanfaat untuk menstabilkan panas badan, membantu pencernaan, transportasi sari makanan keseluruh tubuh, dan juga berfungsi dalam proses pembentukan telur, karena apabila pakan atau minum yang diberikan terlambat akan mempengaruhi produksi telur, jumlah telur yang dihasilkan akan berkurang untuk beberapa hari selanjutnya. e. Perawatan Puyuh dan Kandang Pada pemeliharaan fase layer, burung puyuh sudah mulai bertelur, untuk itu keadaan dan kondisi puyuh harus selalu diperhatikan, agar produksi telur yang dihasilkan bisa optimal. Pada fase layer puyuh membutuhkan pencahayaan selama 24 jam. Karena itu, kandang puyuh harus diberi pencahayaan pada malam hari. Cahaya akan merangsang puyuh untuk makan dan minum serta merangsang hormone FSH (Folicel Stimulating Hormone), sehingga puyuh betina akan rajin bertelur. Dalam 1 bangunan kandang dipeternakan puyuh AGRI BIRD ukuran 5x15 m terdapat 4 buah lampu essential berdaya 24 watt. Kotoran, tempat minum, lantai kandang dan langit-langit kandang dibersihkan setiap hari, agar kelembaban didalam kandang tidak terlalu tinggi dan tidak terjadi bau amonia yang berlebihan, bau ammonia dan kelembaban yang berlebihan dapat mengakibatkan puyuh mudah terserang penyakit. 6. Pecegahan dan Pengendalian Penyakit Burung puyuh termasuk jenis unggas yang tahan terhadap penyakit,
akan tetapi burung puyuh sangat peka terhadap perubahan
cuaca, untuk itu pencegahan terhadap serangan penyakit dan perubahan cuaca harus selalu diperhatikan. Di peternakan burung puyuh AGRI BIRD Jaten,
program
pencegahan
penyakit
lebih
diutamakan
daripada
pengobatan terhadap penyakit. Karena biaya yang dikeluarkan untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
program pencegahan lebih murah dibandingkan dengan pengobatan, dan umumnya puyuh yang pernah terjangkit penyakit tidak mampu berproduksi secara maksimal. Dengan bisa merasakan perubahan cuaca dan mengetahui ciri-ciri burung puyuh yang sehat, merupakan hal yang sangat penting agar dapat mengetahui ciri puyuh yang sehat dan yang sakit, sehingga dalam melakukan suatu tindakan pencegahan tepat pada waktunya. Ciri-ciri puyuh yang sehat antara lain adalah : 1. Puyuh terlihat lincah 2. Kotoran normal tidak encer 3. Mata terlihat bening dan cerah 4. Konsumsi pakan dan minum normal 5. Produksi telur normal Program pencegahan penyakit yang dilakukan dipeternakan puyuh AGRI BIRD Jaten, Karanganyar yaitu : 1. Sanitasi kandang 2. Pemberian pakan sesuai dengan standart kebutuhan dan umur puyuh 3. Menyediakan lingkungan yang nyaman 4. Manajemen pemeliharaan 5. Manajemen penyakit Sanitasi
dilakukan
setiap
hari,
kegiatan
sanitasi
meliputi
pembersihan wadah penampungan kotoran, menjaga kebersihan lantai kandang, tempat minum dan tempat pakan. Setelah wadah tempat penampungan kotoran dibersihkan, kemudian ditaburi dengan serbuk gergaji atau sekam padi, hal ini bertujuan agar kotoran yang dihasilkan puyuh tidak menempel di wadah kotoran dan dapat mengurangi bau kotoran puyuh. Tempat minum dibersihkan dan air diganti setiap hari. Kandang dibersihkan dari kotoran dan pakan yang tercecer dilantai. Agar puyuh dapat berproduksi optimal, kecukupan pakan sangat dibutuhkan baik kandungan nutrient maupun jumlah pakan yang diberikan. Jumlah pakan yang diberikan sesuai dengan umur puyuh, pakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
yang tidak memadai sesuai kebutuhan dapat mengakibatkan produksi telur menurun, selanjutnya kondisi puyuh akan menurun dan puyuh akan mudah terjangkit penyakit. Sebelum pemberian pakan terlebih dahulu dilakukan perataan pakan sisa hari sebelumnya, hal ini bertujuan agar pakan yang tersisa dikonsumsi terlebih dahulu. Lingkungan yang nyaman memungkinkan burung puyuh untuk berproduksi secara optimal. Untuk itu lingkungan harus dijaga dari kebisingan, kondisi yang terlalu panas atau terlalu dingin, lalu lalang manusia disekitar kandang puyuh, dan hal lainnya yang dapat memicu timbulnya stress pada puyuh. Program pencegahan penyakit pada puyuh, tidak sepenuhnya dapat menjamin keberhasilan peternakan terbebas dari penyakit. Salah satu yang menentukan keberhasilan usaha beternak puyuh adalah manajemen pemeliharaan. Pencegahan penyakit yang dilakukan dipeternakan puyuh AGRI BIRD Jaten, Karanganyar yaitu dengan memberikan vitamin VITA Tetra-Chlor, sebagai sumber vitamin, mineral dan juga antibiotik. Pemberian minum yang telah dicampur dengan VITA Tetra-Chlor dilakukan selama 2-4 hari berturut-turut, dan waktu pemberian yaitu saat terjadi perubahan cuaca, dan perpindahan puyuh dari satu kandang ke kandang lainnya. 7. Pemanenan Hasil utama dari usaha peternakan puyuh AGRI BIRD Jaten, Karanganyar adalah telur puyuh. Pada saat umur 38 hari, puyuh sudah mulai bertelur sebagian dan saat umur 45 hari puyuh sudah bertelur seluruhnya. Produksi telur akan terus meningkat sampai dengan puncaknya yaitu sekitar 97% yang berlangsung selama 2-3 minggu, saat puyuh berumur 4-6 bulan, setelah produksi puncak puyuh akan mulai stabil yaitu produksi sekitar 80-87%, dan akan menurun sampai masa afkir yaitu saat puyuh berumur 18 bulan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
Proses pengambilan telur dilakukan satu kali setiap hari, yaitu pada pukul 19.00. Berat telur puyuh pada awal produksi sekitar 9,25 gr/butir, untuk selanjutnya terus mengalami peningkatan hingga mencapai bobot normal 10-11 gr/butir. Telur puyuh yang dipanen ditampung dalam bak plastik untuk kemudian disortir berdasarkan ukuran, berat telur, kualitas kulit, warna kulit, dan apabila ada telur puyuh yang retak akan disendirikan dan telur yang lolos diseleksi dimasukkan kedalam kardus tempat telur. Setiap kardus terdiri dari 5 baris, dan setiap baris berisi 150 butir telur konsumsi. Setelah semua telur dikemas dalam kardus, keesokan harinya telur puyuh akan segera di pasarkan dibeberapa tempat yang sudah menjadi langganan penjualan telur puyuh. Selain hasil utama yang berupa telur puyuh, peternakan puyuh AGRI BIRD juga menghasilkan hasil sampingan yaitu berupa daging puyuh afkir, dan kotoran puyuh. Hasil sampingan daging puyuh afkir diperoleh dari puyuh betina yang produksi telurnya rendah atau kualitas telur yang dihasilkan sudah jelek, biasanya puyuh petelur yang sudah berusia tua, kerabang dari telur yang dihasilkan lebih tipis, dan bentuk telur menjadi tidak seragam. Produk sampingan dari usaha beternak puyuh yang berupa kotoran puyuh, dimanfaatkan sebagai starter untuk pakan ikan lele, dan sebagai pupuk tanaman dan sayuran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Di peternakan burung puyuh AGRI BIRD Jaten, Karanganyar, penentuan lokasi kandang, pemilihan indukan dan pejantan untuk pembibitan, penetasan, sexing, pemilihan bibit puyuh, kepadatan populasi burung puyuh dalam kandang, pemberian pakan, pemberiaan minum, dan kebersihan kandang sudah dilakukan dengan baik. 2. Di peternakan puyuh AGRI BIRD program pencegahan penyakit lebih diutamakan karena biaya yang dikeluarkan lebih ringan di bandingkan dengan biaya pengobatan. B. Saran 1. Jarak antar kandang yang terlalu dekat dapat menimbulkan munculnya penyakit, hendaknya di peternakan AGRI BIRD jarak antar kandang jangan terlalu dekat agar sirkulasi udara lebih baik dan munculnya bibit penyakit dapat diminimalisir. 2. Pemberian vaksin perlu dilakukan sedini mungkin, hal ini bertujuan untuk memberikan kekebalan pada puyuh. 3. Pada peternakan puyuh AGRI BIRD recording kematian belum dilakukan dengan baik, sehingga jumlah kematian tidak dapat didata secara jelas. 4. Kandang karantina tidak terdapat pada peternakan puyuh AGRI BIRD, sehingga puyuh yang sakit dan yang sehat masih berada dalam satu kandang. 5. Tumpukan kandang sebaiknya disusun 4-5 tingkat saja, agar penanganan dan pengawasan terhadap burung puyuh lebih mudah.
commit to user 39