MANAJEMEN MODAL KERJA DAN PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SYARIAH DAN KONVENSIONAL (PERIODE 2007-2010) SKRIPSI
Oleh Ageng Satria Anugrah NIM : 109081000094
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013 M / 1434 H
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS PRIBADI 1.
Nama
: Ageng Satria Anugrah
2.
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 11 Mei 1990
3.
Alamat
: Jl. Kemital no.3 Blok E, Perum. Ciputat Baru, Ciputat,Tangerang Selatan.
II.
4.
Telepon
: 085779473615
5.
E-mail
:
[email protected]
PENDIDIKAN 1.
MI Madrasah Pembangunan IAIN Jakarta
Tahun 1996-2002
2.
SMPN 87 Jakarta
Tahun 2002-2005
3.
SMAN 87 Jakarta
Tahun 2005-2008
S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2009-2013
III. LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah
: Tri Djatmoko
2. Ibu
: Ety Sri Juhaeti
Alamat
: Jl. Kemital no.3 Blok E, Perum. Ciputat Baru, Ciputat, Tangerang Selatan
IV.
PENGALAMAN ORGANISASI 2012-2013
Staf Bidang Data dan Trading, Lab. Pasar Modal FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
vi
2011
Anggota Lingkar Studi Ekonomi Syariah (LiSEnSi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2010-2011
Kepala Divisi Keuangan II, Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2010-2011
Staf Divisi Keuangan Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2010-2011
Staf Bidang Olahraga, Badan Eksutif Mahasiswa Jurusan Manajemen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
vii
WORKING CAPITAL MANAGEMENT AND PROFITABILITY IN SYARIAH AND CONVENTONAL MANUFACTURING COMPANY (THE PERIODE 2007-2010) Ageng Satria Anugrah Abstract This study aimed to anylyze the differences and the effect of working capital management on profitability index in Islamic and conventional manufacturing company. Total of 23 companies from Chemical and Basic Industry Sector listed in Indonesian Stock Exchange has taken as sample. The study was conducted in the period of 2007 to 2010. Difference t-test was used to determine differences in the cash conversion cycle, current assets and debt-to-asset ratio, and return on assets between Islamic and conventional firms in the alpha 5%. While multiple regression is used to determine the effect of the cash conversion cycle, current assets and debt-to-asset ratio on return on assets with a 95% confidence level.The t-test result shows that return-onasset, current ratio, and debt-to-asset ratio in Islamic and conventional firms are significantly different. Islamic companies have a higher level of profitability despite having a higher current ratio position then conventional firms. Islamic firms also have a lower debt ratio than conventional because such regulations specify. While the results of the regression analysis in Islamic firms showed variable DAR have a negative impact on ROA with a significance value of 0.018 which is smaller than alpha 0.05 so that the effect is statistically significant. Whereas in conventional firms, cash conversion cycle and debt-to-asset ratio was found negatively related to the return on asset value and significance to CCC DAR 0.035 and 0.000 is less than the alpha 0.05 so we can conclude the effect is significant. Thus, the criteria sharia company is proven to cause the company is able to manage working capital well and create high profit. Keywords : working capital management, profitability, Islamic and conventional firms.
viii
MANAJEMEN MODAL KERJA DAN PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SYARIAH DAN KONVENSIONAL (PERIODE 2007-2010) Ageng Satria Anugrah Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan dan pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur syariah dan konvensional. Sebanyak 23 perusahaan manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia dijadikan sampel. Penelitian ini dilakukan pada periode tahun 2007 sampai 2010. Uji beda t-test digunakan untuk mengetahui perbedaan cash conversion cycle (CCC), current ratio (CR) dan debt-to-asset ratio (DAR), antara perusahaan syariah dan konvensional pada alfa 5%. Sedangkan regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh CCC, CR dan DAR terhadap ROA dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil uji beda t-test menunjukkan nilai signifikansi CR dan DAR adalah sebesar 0.000 lebih kecil dari 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa CR dan DAR antara perusahaan syariah dan konvensional adalah berbeda. Perusahaan syariah memiliki posisi current ratio yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan konvensional. Perusahaan syariah juga memiliki rasio hutang yang lebih rendah karena adanya peraturan yang mengatur batas tingkat hutang yang diperbolehkan. Sedangkan hasil analisis regresi perusahaan syariah menunjukkan variabel DAR memiliki pengaruh negatif terhadap ROA dengan nilai signifikansi sebesar 0.018 lebih kecil dari derajat kesalahan 0.05 sehingga secara statistik pengaruhnya adalah signifikan. Sementara diperusahaan konvensional, cash conversion cycle dan debt-to-asset ratio ditemukan berhubungan negatif dengan return on asset nilai signifikansi untuk CCC dan DAR adalah 0.035 dan 0.000 lebih kecil dari derajat kesalahan 0.05 sehingga dapat disimpulkan pengaruhnya adalah signifikan. Dengan demikian, kriteria perusahaan syariah terbukti menyebabkan perusahaan mampu mengelola modal kerja dengan baik dan menciptakan profit yang tinggi. Kata kunci : manajemen modal kerja, profitabilitas, perusahaan syariah dan konvensional.
ix
KATA PENGANTAR Segala puji bagi dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimphakan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada bidang studi Manajemen Keuangan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Skripsi ini berjudul “Manajemen Modal Kerja dan Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur Syariah dan Konvensional”. Tujian penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan dan pengaruh manajemen modal kerja pada perusahaan manufaktur syariah dan konvensional. Penelitian ini juga didorong keinginan penulis umtuk membuktikan bahwa konsep sistem ekonomi syariah lebih baik dari sistem ekonomi yang eksis secara luas saat ini. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah yang telah memberikan dukungan, bantuan, doa, serta semangat. Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada : 1. Kedua orang tua, Ety Sri Juhaeti dan Tri Djatmoko. Dan kakak, Dipta Rizky Satwika. 2. Prof Dr. Abdul Hamid, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta seluruh jajarannya. 3. Suhendra, S.Ag., MM., selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta seluruh jajarannya. 4. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, selaku Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Dosen Pembimbing I. 5. Amalia, SE., MSM., Selaku Dosen Pembimbing II dan Pembimbing Akademik. 6. Keluarga Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sahabat-sahabat, dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
x
Semoga dengan segala kebaikan dan bantuan dari semua pihak yang telah diberikan kepada penulis akan mendapat balasa pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin. Akhir kata, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kriteria penelitian yang sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan pembaca serta peneliti selanjutnya.
Jakarta, Juni 2013
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ...........................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .............................
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .............................................
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .....................
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................
vi
ABSTRACT .. ................................................................................................... viii ABSTRAK ....................................................................................................
ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................
x
DAFTAR ISI ................................................................................................ xii DAFTAR TABEL ........................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xviii BAB I
BAB II
PENDAHULUAN ........................................................................
1
A. Latar Belakang .........................................................................
1
B. Perumusan Masalah .................................................................
8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................
9
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 10 A. Landasan Teori ........................................................................ 10 1. Keuangan Islam ................................................................. 10 2. Perbedaan Entitas Bisnis Syariah dan Konvensional ........ 12 3. Pasar Modal Syariah .......................................................... 15 4. Saham Syariah ................................................................... 16 5. Modal Kerja ....................................................................... 18 6. Manajemen Modal Kerja ................................................... 19 7. Profitabilitas....................................................................... 21 8. Cash Conversion Cycle ..................................................... 21
xii
9. Inventories Turn Over Period............................................ 22 10. Average Collection Period ............................................... 24 11. Payable Deferral Period .................................................. 25 12. Current Ratio .................................................................... 25 13. Debt Ratio ......................................................................... 26 B. Penelitian Terdahulu ................................................................ 26 C. Kerangka Berpikir .................................................................. 30 D. Hipotesis ................................................................................. 32 1. Hipotesis untuk Uji Beda ....................................................... 32 2. Hipotesis untuk Regresi Perusahaan Syariah ...................... 33 3. Hipotesis untuk Regresi Perusahaan Konvensional............ 34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 35 A. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 35 B. Metode Penentuan Sampel ...................................................... 37 C. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 39 D. Metode Analisis Data ............................................................. 40 1. Jenis Penelitian .................................................................. 40 2. Uji Beda:Independent Sample ........................................... 41 3. Uji Regresi Berganda......................................................... 43 a. Uji Asumsi Klasik ....................................................... 44 b. Ketepatan Model (Goodness of Fit) ............................ 51 E. Operasionalisasi Variabel ........................................................ 55
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................ 57 A. Gambaran Umum Objek Penelitan .......................................... 57 1. Pasar Modal Syariah .......................................................... 57 2. Sektor Manufaktur: Industri Dasar dan Bahan Kimia ....... 58 3. Deskriptif Variabel Penelitian ........................................... 59 a. Perkembangan Return on Asset (ROA) ....................... 59 b. Perkembangan Cash Conversion Cycle (CCC) ........... 60 c. Perkembangan Inventories Collection Period (ICP) .. 61
xiii
d. Perkembangan Average Collection Period (ACP) ..... 62 e. Perkembangan Payable Deferal Period (PDP) .......... 63 f. Perkembangan Current Ratio (CR) ............................ 64 g. Perkembangan Debt to Asset Ratio (DAR) ................ 65 B. Analisis dan Pembahasan ........................................................ 66 1. Uji Beda ............................................................................. 67 a. Uji Normalitas ............................................................. 67 b. t-Test Independent ....................................................... 68 2. Analisis Regresi Berganda................................................. 73 a. Analisis Regresi Berganda Kelompok Perusahaan Syariah ......................................................................... 73 1) Uji Asumsi Klasik ................................................. 73 2) Model Regresi........................................................ 77 3) Uji F ....................................................................... 78 4) Uji Signifikansi Individual (Uji Statistik t) ........... 78 5) Uji Koefesien Determinasi (R2) ............................. 80 b. Analisis Regresi Berganda Kelompok Perusahaan Konvensional 1) Uji Asumsi Klasik .................................................. 81 2) Model Regresi........................................................ 90 3) Uji F ....................................................................... 90 4) Uji Signifikansi Individual (Uji Statistik t) ........... 91 5) Uji Koefesien Determinasi (R2) ............................. 92 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 96 A. Kesimpulan .............................................................................. 96 B. Saran ........................................................................................ 97
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 99 LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL No.
Keterangan
Halaman
2.1
Perbedaan Proses Bisnis Perusahaan Syariah dan Konvensional ........
15
2.2
Ringkasan Penelitian Terdahulu .........................................................
29
3.1
Daftar Kelompok Perusahaan Syariah yang Dijadikan Sampel ...........
38
3.2
Daftar Kelompok Perusahaan Konvensional yang Dijadikan Sampel .
38
3.3
Bentuk Transformasi Data ..................................................................
46
3.4
Pengambilan Keputusan Uji Durbin-Watson ......................................
48
3.5
Definisi Operasional Variabel .............................................................
55
4.1
Perbandingan Return Saham Sektoral dengan IHSG...........................
59
4.2
Uji Normalitas untuk Uji Beda ............................................................
67
4.3
Uji Normalitas untuk Uji Beda Setelah Transformasi Data .................
68
4.4
Uji Normalitas Output Uji Beda Bagian Pertama ................................
69
4.5
Uji Normalitas Output Uji Beda Bagian Kedua ..................................
70
4.6
Ringkasan Hasil Uji Beda.. .................................................................
72
4.7
Deskriptif Statistik Normalitas Perusahaan Syariah ............................
73
4.8
Hasil Uji Autokorelasi Perusahaan Syariah .........................................
75
4.9
Hasil Uji Multikolinieritas Perusahaan Syariah...................................
76
4.10
Uji F Perusahaan Syariah ...................................................................
78
4.11
Model Regresi Perusahaan Syariah ....................................................
78
4.12
Uji t Perusahaan Syariah ...................................................................
78
4.13
Uji Koefesien Determinasi Perusahaan Syariah ................................
80
4.14
Deskriptif Statistik Normalitas Perusahaan Konvensional ..................
82
4.15
Deskriptif Normal P-Plot Perusahaan Konvensional Setelah Transformasi Data............. ..................................................................
85
4.16
Hasil Uji Autokorelasi Perusahaan Konvensional ...............................
87
4.17
Hasil Uji Autokorelasi Perusahaan Konvensional Setelah Transformasi Data .............. ................................................................
89
4.18
Hasil Uji Multikolinieritas Perusahaan Konvensional .........................
90
4.19
Model Regresi Perusahaan Konvensional ...........................................
91
4.20
Uji F Perusahaan Konvensional ..........................................................
92
xv
4.21
Uji t Perusahaan Konvensional ...........................................................
92
4.22
Uji Koefesien Determinasi (R2) Perusahaan Konvensional .................
94
4.23
Ringkasan Hasil Analisis Regresi .......................................................
95
xvi
DAFTAR GAMBAR No.
Keterangan
Halaman
1.1
Grafik Perbandingan Kinerja Indeks Syariah dan Konvensional........
2.1
Perbedaan Proses Bisnis Perusahaan Syariah dan Konvensional........ 13
2.2
Ilustrasi Cash Conversion Cycle ........................................................
22
2.3
Kerangka Pemikiran......... .................................................................
31
3.1
Bentuk Histogram Normalitas......... ..................................................
45
4.1
Grafik Perkembangan ROA pada Perusahaan Syariah dan Konvensional.............. .......................................................................
4.2
64
Grafik Perkembangan CR pada Perusahaan Syariah dan Konvensional.............. .......................................................................
4.7
63
Grafik Perkembangan PDP pada Perusahaan Syariah dan Konvensional.............. .......................................................................
4.6
62
Grafik Perkembangan ACP pada Perusahaan Syariah dan Konvensional.............. .......................................................................
4.5
61
Grafik Perkembangan ICP pada Perusahaan Syariah dan Konvensional.............. .......................................................................
4.4
60
Grafik Perkembangan CCC pada Perusahaan Syariah dan Konvensional.............. .......................................................................
4.3
2
65
Grafik Perkembangan DAR pada Perusahaan Syariah dan Konvensional.............. .......................................................................
66
4.8
Grafik Normal P-Plot Perusahaan Syariah.........................................
73
4.9
Grafik Scatter Plot Perusahaan Syariah ............................................
77
4.10
Grafik Normal P-Plot Perusahaan Konvensional .............................
81
4.11
Grafik Histogram Perusahaan Konvensional ....................................
83
4.12
Grafik Normal P-Plot Perusahaan Konvensional Setelah
4.13
Transformasi Data............. ................................................................
83
Grafik Scatter plot Perusahaan Konvensional ..................................
89
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Daftar Perusahaan Manufaktur
Lampiran 2
: Data Penelitian
Lampiran 3
: Output SPSS Uji Beda
Lampiran 4
: Output SPSS Regresi Berganda Perusahaan Syariah
Lampiran 5
: Output SPSS Regresi Berganda Perusahaan Konvensional
Lampiran 7
: Tabel dl-du
xviii
BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah Krisis kredit dan krisis ekonomi baru-baru ini, sekali lagi menyoroti kerapuhan dari sistem ekonomi kapitalisme. Krisis kredit macet pada tahun 2007/2008 menyebabkan kepanikan dan gejolak pada pasar keuangan dan menyebabkan bubble pasar properti Amerika Serikat pecah. Sehingga krisis tersebut mengancam dunia dengan resesi ekonomi global, dan berpotensi menghentikan pertumbuhan lapangan pekerjaan dan kesejahteraan untuk ekonomi barat serta berpotensi merugikan ekonomi dunia sebesar 1 triliun dolar AS. (Boeari dan Guiso, 2008). Krisis kredit yang di ikuti krisis ekonomi global pun akhirnya menuntut untuk pencarian sistem ekonomi alternatif. Praktik bisnis Islam pun bangkit menjadi sebuah sistem ekonomi yang lebih kebal dari krisis. Sebagai contoh, di Indonesia, terbukti bahwa kinerja indeks saham berlabel syariah memiliki kinerja yang lebih baik ketika indeks pada umumnya masih terhamabat sentimen negatif dari krisis amerika dan eropa. Pada tahun pertama kinerja indeks saham syariah Indonesia (ISSI) mampu tumbuh sebesar 10.92%. Begitu pula dengan Jakarta Islamic Index (JII) mampu tumbuh
sebesar 6.85%. Pertumbuhan tersebut berhasil
melampaui indeks harga saham gabungan (IHSG) yang ada di titik 7,23% pada periode yang sama.
1
Gambar 1.1 Grafik Perbandingan Kinerja Indeks Syariah dan Konvensional
(Sumber: www.infovesta.com) Meski demikian, indeks ini masih tergolong cukup baru, oleh karena itu, masih terlalu cepat untuk memutuskan apakah ISSI akan lebih baik dari indeks lainnya dalam jangka panjang. Dan mengingat indeks ini hanya memasukkan emiten dengan rasio hutang yang di bawah 45% dan berbasis syariah, tentu akan menjadi suatu topik penelitian yang menarik di masa yang akan datang jika ternyata dalam jangka panjang, kinerja Indeks ini tetap dapat mengalahkan kinerja indeks lainnya secara umum. Sebab secara tidak langsung hal ini membuktikan bahwa emiten dengan rasio hutang lebih rendah dan bisnis yang “halal” ternyata memiliki kinerja
2
yang lebih baik dibandingkan IHSG secara umum. Namun tentu, hipotesis ini masih membutuhkan waktu untuk dibuktikan lagi kebenarannya (Rudiyanto, 2011)
Perkembangan Islamic Finance merupakan representasi masuknya hukum-hukum religius dalam wilayah kehidupan komersial. Islamic finance menentang hukum komersial sekuler yang diperasumsikan lebih efesien dan superior, menentang hukum komersial yang memisahkan dari pertimbangan religius dan kepatuhan atas jajarannya (Rodoni, 2009:26). Namun, pada kenyataannya keadaan dunia bisnis saat ini masih berada di bawah sistem kapitalisme yang tak terkendali dan tentunya masih jauh dari cita-cita Islam. Oleh karena itu, bentuk entitas bisnis yang memiliki label syariah akan lebih baik jika mengikuti bentuk bisnis yang telah dipraktikan kebanyakan entitas bisnis (konvensional) lainnya selama ini. Namun tetap pada garis perbedaannya yang terletak pada nilai-nilai prinsip dan aturan-aturan dasar mengenai esensi aktifitas bisnis. Kombinasi bentuk entitas bisnis modern dan aturan dan nilai-nilai islami merupakan aspek penting yang harus dipertimbangkan oleh semua entitas bisnis syariah. Untuk itu, meraka tidak hanya harus mengikuti prinsip-prinsip islam, namun juga membentuk diri mereka sendiri dalam model yang diterima oleh bisnis moderen, tentu tanpa harus mengkompromikan nilai-nilai dan prinsip dasar syariah. Hal tersebut harus dilakukan oleh semua entitas bisnis yang berlabel syariah seperti misalnya ; Bank Syariah, Asuransi Syariah, Pasar Modal Syariah, dan Institusi non-finansial dan perusahaan Syariah lainnya. Model bisnis yang sesuai kriteria syariah-serupa dengan entitas bisnis konvensional- harus fokus
3
paling tidak kepada lima aspek entitas bisnis ; fungsi manajemen, proses bisnis, budaya organisasi (perusahaan), tata kelola perusahaan, dan tanggung jawab sosial perusahaan. Kemudian aspek-aspek tersebut dikombinasikan dengan nilai-nilai dan aturan syariah. Dalam setiap aktifitas dalam proses manajemen bisnis, ada beberapa aspek yang ditekankan dalam prinsip syariah. Aspek-aspek tersebut antara lain; pembiayaan, pemasaran, sumber daya manusia, manajemen operasi. Dimana aspek-aspek tersebut harus mengikuti aturan syariah yang disebut Fiqh Muamalah. Fiqh Muamalah adalah hukum Islam yang mengatur hunbungan antara manusia dan semua tindakan mereka dalam berinteraksi satu sama lain (semua diperbolehkan kecuali ada ketentuan yang melarang). Ruang lingkup fiqh muamalah meliputi antara lain , hukum yang berkaitan dengan semua aspek kehidupan manusia serta hukum yang terkait aktifitas keuangan (Febianto, 2011:1-19). Penelitian ini mencoba untuk mengkaji dan membandingkan bagaimana kinerja perusahaan-perusahaan publik pada sektor manufaktur, baik yang memenuhi kriteria syariah maupun yang masih berbasis konvensional. Semua entitas bisnis atau perusahaan, baik syariah maupun konvensional pasti melakukan manajemen keuangan. Dalam hukum syariah, diperbolehkan semua jenis transaksi keuangan kecuali untuk beberapa elemen yang mengandung riba (bunga dan semua margin yang tidak dibenarkan), maysir (perjudian), dan gharar (ketidakpastian atau ketidak-jelasan). Hal ini wajib dipatuhi bagi badan usaha untuk menggunakan dana yang halal. Perusahaan tentu membutuhkan modal untuk menjalankan bisnisnya. Dalam bisnis
4
konvensional, biasanya perusahaan menggunakan sumber dana yang megandung bunga di dalamnya. Hal tersebut dilarang oleh Islam karena sifatnya yang merusak (Febianto,2011: 5). Dalam manajemen keuangan, modal kerja merupakan salah satu aspek keuangan yang paling mempengaruhi keberlangsungan operasi perusahaan. Pengelolaan modal kerja yang tepat dapat menghindarkan perusahaan dari kebangkrutan dan menentukan baik buruknya kinerja perusahaan. (Raheman, et al. 2010: 414). Preve dan Sarria-Allende (2010: 15) mendefinisikan modal kerja adalah Modal dikurangi aset tetap , atau dalam konsep jangka pendek, modal kerja adalah uang atau kas (aset likuid) yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan yang timbul karena kewajiban lancar. Oleh sebab itu modal kerja harus dikelola dengan baik. Manajemen
modal kerja adalah kegiatan yang
mencakup semua fungsi manajemen atas aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek perusahaan yang terdapat dalam perusahaan agar mampu membiayai pengeluaran atau operasi perusahaan.Manajemen Modal Kerja meliputi tata usaha aset lancar perusahaan - termasuk kas dan surat berharga, piutang, dan persediaan-
dan pembiayaan, terutama kewajiban lancar, yang perlu di
penuhi oleh aset lancar. Untuk itu, manajemen modal kerja di berbagai jenis perusahaan menjadi penting untuk beberapa alasan, misalnya ; Pertama, aset lancar untuk perusahaan yang bergerak pada sektor manufaktur dan distribusi meliputi dari setengah total asetnya bahkan lebih. Kedua, bagi perusahaan kecil yang tidak
5
memiliki akses terhadap modal jangka panjang, liabilitas lancar menjadi sumber pembiayaan yang utama. Dan ketiga, bagi perusahaan besar yang sedang berkembang juga banyak yang memanfaatkan pembiayaan jangka pendek untuk membiyai pertumbuhannya. (Horne dan Wachowiz, 2008:206) Telah banyak peneliti yang mengkaji pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dari berbagai pandangan di berbagai sektor. Beberapa diantaranya sanagat menarik dan berguna untuk penelitan yang akan dilakukan saat ini. Ganesan (2007) menganalisis efesiensi manajemen modal kerja pada industri peralatan telekomunikasi. Studinya menemukan bahwa days of working capital (serupa cash coversion cycle) memiliki hubungan yang tidak siginifikan terhadap income atau pendapatan. Sementara Quayyum (2011) dalam studi nya menemukan bahwa cash conversion cycle dan quick ratio berpengaruh negatif terhadap profitabilitas perusahaan, sedangkan interest coverage ratio berpengaruh positif. Ching, et al. (2011) melakukan studi untuk mengetahui hubungan antara manajemen modal kerja dan profitabilitas pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa efek Brazil. Dalam penelitiannya, profitabilitas sebagai variabel terikat diukur dengan tiga cara berbeda yaitu menggunakan Return in Sales (ROS), Return on Assets (ROA), Retrun on Equity (ROE). Dan variabel bebasnya adalah Cash Conversion Cycle (CCC), Debt Ratio, Days of Working Capital, Days of Receivable, dan
Days of Inventories. Hasil
6
studinya menggunakan regresei linear berganda mengemukakan bahwa CCC dan Debt Ratio memeliki hubungan negatif terhadap Profitabilitas. Owalabi dan Alu (2012) melakukan studi serupa terhadap sektor manufaktur di India, dengan menguji hubungan antara Inventories Conversion Periode (ICP) , Cash Conversion Periode (CCP – serupa dengan CCC), Debtors Collection Period (DCP), dan Creditors Payment Periode (CPP)
dengan profitabiltas perusahaan (Return on Asset) pada sektor
manufaktur yang terdaftar pada Nigeria Stock Exchange. Hasilnya adalah ICP,CCC, dan DCP memiliki pengaruh negatif terhadap ROA. Studi hubungan antara manajemen modal kerja dengan profitabilitas pada sektor fast moving consumer goods (FCMG) juga pernah dilakukan oleh Bagachi dan Khamrui (2012) dalam kurun waktu 2001-2010. Variabel independen yang digunakan adalah CCC, Interest Coverage Ratio (ICR), Debt To Equity Ratio (DER), Age of inventory (sama dengan Days of inventories dan ICP), Age of Debtor (AD), dan Age of Creditor (AC). Dan Return on Asset digunakan sebagai pengukur profitabilitas. Ternyata CCC dan DER secara parsial memiliki hubungan negatif terhadap ROA. Sutanto dan Pribadi (2012) meneliti pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas pada satu perusahaan pribadi yang tergolong dalam sektor Usaha Kecil dan Menengah (UMKM). Mereka menggunakan Current Ratio, Recievable Turnover, dan Networking Capital Turnover sebagai variabel independen, dan ROA sebagai variabel dependen. Penelitian tersebut
7
membuktikan bahawa secara simultan, variabel-variabel bebas tersebut berpengaruh positif secara simultan terhadap profitabilitas. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat dilihat bahwa sistem ekonomi syariah belakangan ini berkembang sangat pesat dan dipredikisi mampu menjadi sistem ekonomi alternatif. Namun, penelitian yang dilakukan disektor keuangan syariah, khususnya yang terkait dengan manajemen modal kerja, dirasakan masih sangat terbatas. Maka penulis tertarik melakukan penelitian yang diberi judul : ”Manajemen Modal Kerja Dan Profitabilitas Pada Perusahaan Manufaktur Syariah Dan Konvensional” Terdapat beberapa perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian terdahulu. Perbedaan tersebut terletak
pada metodologi penelitian,
perusahaan yang menjadi sampel penelitian, dan periode penelitian. Metode analisis deskriptif, komparatif, dan kuantitatif dengan regresi digunakan untuk menganalisis obyek penelitian yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu ; Perusahaan Syariah dan perusahaan konvensional. Sampel dalam penelitian ini menggunakan perusahaan-perusahaan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan periode penelitian yang dimulai dari tahun 2007-2010. Periode tersebut dipilih karena adanya beberapa keterbatasan yaitu ketersediaan laporan keuangan dan periode diterbitkannya Daftar Efek Syariah oleh Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI).
8
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disajikan diatas dapat diketahui bahwa modal kerja merupakan faktor penting atas tingkat profitabilitas suatu perusahaan, sehingga masalah
dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut: 1. Apakah ada perbedaan manajemen modal kerja pada perusahaan syariah dan perusahaan konvensional? 2. Bagaimana pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan syariah? 3. Bagaimana pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas pada perusahaan konvensional?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah : 1. Menganalisis ada atau tidaknya perbedaan manajemen modal kerja pada perusahaan syariah dan perusahaan konvensional. 2. Menganalisis bagaimana pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas pada syariah. 3. Menganalisis bagaimana pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas pada perusahaam konvensional. Sedangkan manfaat penelitian ini, antara lain :
9
1. Bagi perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada perusahaan khususnya pihak manajemen perusahaan tentang pengaruh manajemen modal kerja terhadap proftabilitas perusahaan. Sehingga diharapkan perusahaan dapat mengelola modal kerja dengan lebih efisien agar mendapatkan profitabilitas yang tinggi. Dan pada akhirnya memberikan kontribusi yang lebih baik pada perekonomian nasional. 2. Bagi Investor Membantu investor dalam
melakukan keputusan investasi pada
perusahaan syariah dan atau konvensional. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya. Memberikan referensi bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tentang pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dan pasar modal syariah, dan sebagai tambahan pengetahuan serta menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama perkuliahan yang diharapkan dapat dijadikan dasar penelitian–penelitian selanjutnya.
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keuangan Islam Rodoni (2009:26-27) menjelaskan, keuangan Islam merupakan prinsip-prinsip kehidupan komersial keuangan yang didiverskasikan dari epistomologi Islam. Pendekatan yang dapat dilakukan ada dua macam. Pertama, disiplin yang memajukan alternatif-alternatif baru terhadapa keuangan komersial konvensional. Disini dilakukan upaya kreatif penafsiran ajaran agama untuk memajukan alternatif baru yang diyakini dapat memberikan kemanfaatan lebih besar dengan tingkat mudharat yang minimum. Pendekatan yang kedua adalah melakukan reevaluasi konsep dan praktek keuangan dengan Fiqh. Dengan mempertanyakan dan menilai apakah konsep dan praktek yang ada tersebut sejalan dengan syariah. Penilaian akan jatuh pada penetepan halal, makruh, mubah, sunnah, atau haram. Prinsip-prinsip dan petunjuk fundamental Al-Qur’an yang dapat dibangun dalam tataran muamalah, khususnya dalam pembiayaan dan investasi keuangan, antara lain : a. Pembiayaan atau investasi hanya dapat dilakukan pada aset atau kegiatan usaha yang halal, spesifik, dan bermanfaat. b. Uang merupakan alat bantu pertukaran nilai, dimana pemilik harta akan memperoleh bagi hasil dari kegiatan usaha tersebut, maka
11
pembiayaan atau investasi harus pada mata uang sama dengan pembukaan kegiatan usaha. c. Akad yang terjadi antara pemilik harta dengan emiten harus jelas. d. Baik pemilik harta maupun emiten tidak boleh mengambil resiko yang melebihi kemampuannya dan menimbulkan kerugian. e. Penekanan pada mekanisme yang wajar dan prinsip kehati-hatian baik pada investor maupun emiten. 2. Perbedaan Entitas Bisnis Syariah dan Konvensional (Febianto, 2011) Bisnis syariah dapat didefinisikan sebagai semua aktifitas bisnis yang tidak terbatas (dari segi kuantitas) kepemilikannya barang atau jasa termasuk keuntungan, tetapi dapat dibatasi dalam hal cara mendapatkan dan menggunakannya (menurut hukum syariah). Dalam Syariah, kekayaan didefinisikan sebagai barang dan jasa yang dapat digunakan oleh manusia dalam kehidupannya yang sesuai dengan hukum syariah. Hukum Syariah dalam Islam adalah nilai inti yang menjadi pedoman, strategis sertataktis, untuk organisasi bisnis. Dengan bimbingan Syariah, bisnis adalah untuk mendapatkan empat hal utama: a. Target hasil: profit-materi dan manfaat-nonmaterial, b.
Pertumbuhan,
c.
kontinuitas,
d.
Rahmat Allah Bisnis Islam yang didasari oleh hukum Syariah cukup jauh berbeda
dengan
bisnis
konvensional,
dalam
hal
cara
mendapatkan
dan
12
menggunakan kekayaan. Bisnis konvensional, dengan fondasi sekularisme nya,
tidak
memperhatikan
hukum
syariah
disetiap
perencanaan,
pelaksanaan, dan semua usaha dalam mencapai tujuan bisnis. Namun demikian, bisnis syariah harus membentuk diri mereka sendiri dalam model
yang
diterima
oleh
bisnis
moderen,
tentu
tanpa
harus
mengkompromikan nilai-nilai dan prinsip dasar syariah. Model bisnis yang sesuai kriteria syariah harus fokus paling tidak kepada lima aspek entitas bisnis yang eksis yaitu ; fungsi manajemen, proses bisnis, budaya organisasi (perusahaan), tata kelola perusahaan, dan tanggung jawab sosial perusahaan. Kemudian aspek-aspek tersebut dikombinasikan dengan nilainilai dan aturan syariah. Gambar 2.1
Perbedaan Proses Bisnis Perusahaan Syariah dan Konvensional
(Sumber: Febianto,2011:7)
Dalam setiap aktifitas dalam proses manajemen bisnis, ada beberapa aspek yang ditekankan dalam prinsip syariah. Aspek-aspek 13
tersebut antara lain; pembiayaan, pemasaran, sumber daya manusia, manajemen operasi. Dimana aspek-aspek tersebut harus mengikuti aturan syariah yang disebut Fiqh Muamalah. Fiqh Muamalah adalah hukum Islam yang mengatur hunbungan antara manusia dan semua tindakan mereka dalam berinteraksi satu sama lain (semua diperbolehkan kecuali ada ketentuan yang melarang). Ruang lingkup fiqh muamalah meliputi antara lain , hukum yang berkaitan dengan semua aspek kehidupan manusia serta hukum yang terkait aktifitas keuangan. Perbedaan mendasar dari proses manajemen bisnis entitas syariah dengan non-syariah (konvensional) dapat di rangkum sebagai berikut : Tabel 2.1 Perbedaan Proses Bisnis Perusahaan Syariah dan Konvensional Syariah (Islami)
Proses
Non-Syariah (Konvensional)
Bisnis Visi dan Misi organisasi
Manajemen Visi dan Misi organisasi
saling berhubungan dengan
Strategis
tujuan penciptaan manusia
hanya didasarkan pada kepentingan materil semata.
di dunia. Terjamin halal untuk semua
Manajemen Tidak aada jaminan halal
input, proses, dan output.
Operasi
untuk setiap input, proses, dan
Serta memprioritaskan
output. Memprioritaskan
produktifitas sesuai koridor
produktifitas berdasarkan
syar’i.
keutungan semata.
Jaminan halal untuk setiap
Manajemen Tidak ada jaminan halal untuk
input, proses, dan output
Keuangan
finansial nya.
setiap input, proses, dan output finansial nya.
14
Pemasaran dilakukan di
Manajemen Tidak ada jaminan halal
koridor jaminan halal.
Marketing
Sumber daya manusia yang
Manajemen Sumber daya manusia yang
profesional dan memiliki
Sumber
profesional. Hanya
tanggung jawab kepribadian
Daya
bertanggung jawab pada
islami kepada diri sendiri,
Manusia
dirinya sendiri dan atasan.
dalam aktifitas pemasaran.
atasan, dan Allah SWT. (Sumber :Adaptasi dari Yusonto dan Widjajakusuma. 2002, Menggagas Bisnis Islami. Dalam Febianto, 2011) 3. Pasar Modal Syariah Pasar modal syariah adalah kegiatan yang berhubungan dengan perdagangan efek syariah perusahaan publik yang berkaitan dengannya, dimana semua produk dan mekanisme operasionalnya berjalan tidak bertentangan dengan hukum muamalat Islamiyah. Pasar modal syariah juga dapat diartikan sebagai pasar modal yang menerapkan prinsip-prinsip syariah.Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh investor maupun emiten, yaitu : a. Instrumen atau efek yang diperjualbelikan harus sejalan dengan prinsip syariah, seperti saham syariah dan sukuk (obligasi syariah) yang terbebas dari unsur riba (interest) dan gharar (ketidakpastian atau ketidaklengkapan informasi yang tidak dapat kelola dan berpotensi menimbulkan sengketa) b. Emiten yang mengeluarkan efek syariah (perusahaan syariah), baik berupa saham ataupun sukuk, harus meanaati semua aturan syariah, maka produk dan jasa yang dihasilkan harus sesuai syariah.
15
c. Semua efek harus berbasis harta (aset) atau transaksi riil (‘ain), bukan mengharapkan keuntungan dari kontrak hutang piutang. d. Semua transaksi tidak mengandung ketidakjelasan yang berlebihan (gharar) atau spekulasi murni. e. Mematuhi semua aturan Islam yang berhubungan dengan hutangpiutang, seperti tidak dibenarkan jual-beli utang dengan cara diskon; emiten tidak boleh menerbitkan efek untuk membayar kembali utang (bai’ad dain bi ad-dain), tidak boleh adanya
kompensansi yang
berdasarkan dari pemabaharuan utang (restructuring); dan tidak dibenarkan melakukan jual beli masa datang (forward) untuk transaksi valuta asing. (Rodoni,2009 : 63.) 4. Saham Syariah Kriteria pemilihan saham syariah didasarkan kepada Peraturan Bapepam & LK No. II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek syariah, pasal 1.b.7. Dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa Efek berupa saham, termasuk HMETD syariah dan Waran syariah, yang diterbitkan oleh Emiten atau Perusahaan Publik yang menyatakan bahwa kegiatan usaha serta cara pengelolaan usahanya dilakukan berdasarkan prinsip syariah, sepanjang Emiten atau Perusahaan Publik tersebut: a. Tidak melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam angka 1 huruf b Peraturan Nomor IX.A.13, yaitu: Kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah antara lain:
16
1) Perjudian dan permainan yang tergolong judi ; 2) Perdagangan yang dilarang menurut syariah, antara lain : (a) perdagangan
yang
tidak
disertai
dengan
penyerahan
barang/jasa; dan (b) perdagangan dengan penawaran/permintaan palsu; 3) Jasa keuangan ribawi, antara lain: (a) bank berbasis bunga; dan (b) perusahaan pembiayaan berbasis bunga; 4) Jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian (gharar) dan/atau judi (maisir), antara lain asuransi konvensional; 5) Memproduksi,
mendistribusikan,
memperdagangkan
dan/atau
menyediakan antara lain: (a) barang atau jasa haram zatnya (haram li-dzatihi); (b) barang atau jasa haram bukan karena zatnya (haram lighairihi) yang (c) ditetapkan oleh DSN-MUI; dan/atau 6) melakukan transaksi yang mengandung unsur suap (risywah). b. Memenuhi rasio-rasio keuangan sebagai berikut : 1) Total utang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total assets tidak lebih dari 45% (empat puluh lima per seratus); 2) Total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan dengan total pendapatan usaha (revenue) dan
17
pendapatan lain-lain tidak lebih dari 10% (sepuluh per seratus. (idx.co.id) 5. Modal Kerja Modal kerja adalah jumlah dana yang diinvestasikan dalam aktiva lancar setiap perusahaan untuk membiayai kegiatan operasinya sehari-hari. Brigham dan Houston (2009:489) mengemukakan bahwa modal kerja adalah investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek, seperti kas, sekuritas yang mudah dipasarkan, piutang usaha dan persediaan. Prevere (2010:15) mendefinisikan modal kerja adalah Modal dikurangi aset tetap , atau dalam konsep jangka pendek, modal kerja adalah uang atau kas (aset likuid) yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan yang timbul karena kewajiban lancar. Modal
kerja dapat dikalasifikasikan berdasarkan komponennya
(Horne dan Wachowicz, 2008: 206), yaitu kas, marketable securities, piutang, dan persediaan. Sebagai tambahan, modal kerja juga dapat dibedakan menurut waktu, yaitu permanen atau sementara. Modal kerja permanen adalah jumlah aset lancar yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang minimum perusahaan. Sedangkan modal kerja sementara, adalah jumlah aset lancar yang bervariasi sesuai kebutuhan musiman Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa modal kerja adalah investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek dalam bentuk kas, sekuritas, piutang dan persediaan yang digunakan untuk memenuhi
18
kegiatan operasi perusahaan. Agar kegiatan operasi perusahaan berjalan lancar, maka dibutuhkan modal kerja yang cukup, oleh sebab itu modal kerja harus dikelola dengan baik.
6. Manajemen Modal Kerja Merujuk kepada definisi yang dijelaskan oleh Horne dan Wachowicz (2008:115), yang dimaksud sebagai manajemen modal kerja adalah usaha dan kegiatan yg meliputi penetapan tujuan serta penetapan cara-cara penyelenggaraan pembinaan mengenai aset lancar perusahaan dan pembiayaan yang dibutuhkan untuk mendanai aset lancar tersebut. Manajemen modal kerja merupakan salah satu faktor terpenting untuk menjalankan kegiatan operasional yang sudah direncanakan , oleh sebab itu modal kerja harus dikelola dengan baik. Manajemen Modal Kerja meliputi tata usaha aset lancar perusahaan - termasuk kas dan surat berharga, piutang, dan persediaan- dan pembiayaan, terutama kewajiban lancar, yang perlu di penuhi oleh aset lancar. Hal-hal yang mendasari manajemen modal kerja terletak pada dua isu keputusan yang mendasar bagi perusahaan, yaitu : a. Penentuan tingkat optimal dari investasi pada aset lancar. b. Penentuan kombinasi yang tepat antara pembiayaan jangka pendek dan jangka panjang yang digunakan untuk investasi pada aset lancar. Keputusan-keputusan tersebut dipengaruhi oleh trade-off yang harus dilakukan antara profitabilitas dan risiko. Penurunan investasi pada aset
19
lancar, sejauh masih dapat mendukung penjualan, akan mengakibatkan peningkatan laba perusahaan pada total aset. Selama biaya pembiayaan jangka pendek lebih rendah dari biaya pada pembiayaan jangka menengah maupun panjang, semakin besar proporsi utang jangka pendek terhadap total utang maka akan semakin besar profitabilitas perusahaan. Jika sebuah perusahaan menggunakan pendekatan hedging, setiap aset akan diimbangi dengan instrumen pembiayaan yang memiliki waktu jatuh tempo yang sama. Aset jangka pendek atau musiman akan dibiayai dengan hutang jangka pendek. Komponen permanen dari aset lancar dan aset tetap jangka panjang akan dibiayai dengan hutang jangka panjang dan atau ekuitas (Horne dan Wachowiz,2008: 206). Secara umum, semakin lama jadwal jatuh tempo pembiayaan yang digunakan oleh perusahaan, semakin rendah risiko yang dihadapi. Namun, semakin lama waktu jatuh tempo, maka semakin mahal biaya pembiayaan yang harus dibayarkan. Sebagai konsekuensinya, perusahaan harus menghadapi trade-off antara risiko dan profitabilitas. Berapa jumlah aset lancar yang harus dijaga dan bagaimana hal tersebut dibiayai adalah saling interdependen. Karena keduanya saling ketergantungan, maka kedua hal tersebut harus dipertimbangkan secara bersama-sama (Horne dan Wachowiz,2005 : 115). 7. Profitabilitas Brigham dan Houston (2009: 86) menjelaskan, profitabilitas digunakan untuk mengukur suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. 20
Profitabilitas memberikan informasi tentang cara perusahaan beroperasi dan merupakan sarana yang diperlukan untuk bertumbuh serta menjaga kelangsungan hidupnya. Untuk mengetahui tingkat profitabilitas sebuah perusahaan, pada umumnya dilakukan analisis terhadap terhadap laporan keuangannya. Rasio profabilitas berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan aset, dan modal saham yang tertentu. Ada tiga rasio yang sering dibicarakan, yaitu : profit margin, return on total asset (ROA), dan return on total equity (ROE). (Hanafi dan Halim, 2009: 83). Namun, menurut Bagchi dan Khamrui (2012: 4), diantara alat ukur yang profitabilitas yang ada, ROA adalah yang paling baik karena menghubungkan secara langsung antara profitabilitas sebuah usaha denga basis total aset yang dimilikinya. 8. Cash Conversion Cycle (CCC) Cash onversion cycle merupaka lamanya waktu uang terikat pada modal kerja atau lamanya waktu antara membayar modal kerja dan mengumpulkan uang tunai dari penjualan modal kerja (Brigham dan Houston, 2009: 495). Sedangkan menurut Gitman ( (2012: 641), cash conversion cycle (CCC) adalah lama waktu yang dibutuhkan sebuah perusahaan umtuk mengkonversi kas yang diinvestasikan dalam operasinya menjadi penerimaan kas sebagai hasil dari kegiatan operasinya.
21
Gambar 2.2 Ilustrasi Cash Conversion Cycle
(Sumber : Brigham dan Houston, 2009: 496) Secara konsep, perusahan akan mendapatkan keuntungan dengan mempercepat penerimaan kas dan memperlambat pengeluaran kas untuk pembayaran utang. Perusahaan akan memperlambat pengeluaran kas atau pembayaran utang. Perusahaan akan mempercepat penerimaan kas untuk dapat menggunakan uang tersebut lebih cepat untuk meningkatkan efesiensi yang pada akhirnya meningkatkan profitabilitas. Sebaliknya, perusahaan berusaha menunda pembayaran hutang selama yang mereka bisa tanpa harus menurunkan kepercayaan kreditor sehingga perusahaan mampu meningkatkan manfaat kas yang telah didapatkan (Horne dan Wachowiz, 2008: 223). Cash conversion period merupakan kombinasi dari penjumlahan inventories conversion period dengan avarege collection period dikurangi payable deferral period. Berdasarkan hasil penelitian, Shin dan Sonen dalam Brigham dan Houston (2009: 498) mengemukakan bahwa mempersingkat cash conversion cycle akan menghasilkan profitabilitas yang lebih tinggi. Jika sebuah perusahaan menjual lebih
22
cepat, mengumpulkan piutang lebih cepat, dan membayar hutang lebih lama tanpa mempengaruhi penjualan dan meningkatkan biaya operasional, maka periode pengumpulan kas akan berkurang, biaya bunga akan berkurang, biaya bunga akan dapat dikurangi dan profit akan meningkat. 9. Inventories Conversion Period (ICP) Inventory merupakan sejumlah bahan atau barang yang disediakan oleh perusahaan, baik berupa barang jadi, bahan mentah, maupun barang dalam proses yang disediakan untuk menjaga kelancaran operasi perusahaan guna memenuhi permintaan konsumen setiap saat. Tujuan manajemen persediaan adalah mengelola perputaran persediaan secepat mungkin tanpa menimbulkan resiko kekurangan persediaan yang akan berpengaruh pada hilangnya penjualan (Gitman,2012: 642).Tingkat persediaan yang optimal tergantung pada penjualan, jadi penjualan harus diperkirakan
sebelum
menentukan
persediaan.
Kesalahan
dalam
menentukan persediaan akan menyebabkan kehilangan penjualan atau menambah beban biaya untuk penyimpanan.. Sedangkan rata-rata waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk mengubah bahan mentah menjadi barang jadi kemudian menjualnya disebut inventory conversion period (Brigham dan Houston, 2009: 496). Penelitian Owalabi dan Alu (2012) dan Ching, et al
(2011)
menemukan bahwa waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk mengubah bahan mentah menjadi barang jadi kemudian menjualnya (inventory conversion period) memiliki hubungan negatif dengan profitabilitas
23
perusahaan. Semakin singkat periode konversi persediaan maka semakin tinggi profitabilitas perusahaan. 10. Average Collection Period (ACP) Account receivables merupakan tagihan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya penjualan secara kredit. Perusahaan harus mampu mengumpulkan piutangnya secepat mungkin. Dan untuk mengetahui seberapa efektif perusahaan dalam mengumpulkan piutangnya dapat menggunakan average collection period. Average collection period merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk mengkonversikan piutang perusahaan menjadi kas, yaitu jangka waktu sejak penjualan hingga realisasi penagihan. Average collection period mewakili rata-rata jumlah hari yang diperlukan perusahaan untuk mengumpulkan pembayaran dari pelanggan (Gitman, 2012: 652). Apabila semakin cepat perusahaan dapat mengumpulkan
piutang,
maka
dana
yang
didapat
akan
dapat
diinvestasikan kembali ke dalam kegiatan operasional perusahaan sehingga profitabilitas perusahaan akan semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Owalabi dan Alu (2012). 11. Payable Deferral Period (PDP) Account
payable adalah hutang dagang yang timbul karena
perusahaan membeli bahan baku secara kredit. Account payable merupakan
salah satu sumber pembiayaan perusahaan yang bersifat
jangka pendek (Gitman,2011: 682). Payable Deferral Period merupakan jangka waktu yang dibutuhkan perusahaan dalam melakukan pembayaran
24
atas hutang-hutangnya. Apabila perusahaan membayar mampu menunda pembayaran hutang-hutangnya tanpa meningkatkan biaya operasi maka profitabilitas perusahaan akan semakin tinggi (Brigham dan Houston, 2009 :496). 12. Current Ratio (CR) Current Ratio (CR) termasuk dalam rasio likuiditas, dimana rasio ini mengukur kemampuan
likuiditas jangka pendek perusahaan relatif
terhadap utang lancarnya (utang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan). Rasio likuiditas yang jelek dalam jangka panjang mempengaruhi
solvabilitas
perusahaan.
Rasio
lancar
akan
mengukur
kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya. ( Hanafi dan Halim, 2009:205) Jika nilai rasio sama dengan 1 atau lebih, maka dapat dikatakan perusahaan memiliki cukup kas dan aset likuid untuk menutupi kewajiban hutang jangka pendeknya atau dengan kata lain memiliki risiko likuiditas yang rendah. Namun, rasio lancar yang terlalu tinggi mengindikasikan kelebihan modal kerja dibandingkan dengan yang dibutuhkan. Jika ini terjadi, maka akan menimbulkan idle funds (dana yang tidak menguntungkan), dan meningkatnya opportunity cost seperti biaya penyimpanan
dan
perawatan
yang
pada
akhirnya
menurunkan
profitabilitas (Sutanto,2009 :290). Quayyum (2011) menemukan dalam penelitiannya bahwa rasio likuiditas memiliki hubungan negatif terhadap profitabilitas.
25
13. Debt Ratio Rasio utang mengukur presentase
dari dana yang diberikan oleh
kreditor. Total utang meliputi kewajiban lancar dan utang jangka panjang. Kreditor lebih menyukai rasio utang yang lebih rendah karena semakin rendah angka rasionya , maka semakin besar peredaman dari kerugian yang dialami kreditor jika dilikuidasi. Pemegang saham , di lain pihak, mungkin
menginginkan
lebih
banyak
leverage
karena
ia
akan
memperbesar ekspektasi keuntungan (Brigham dan Houston, 2006: 86). Hasil penelitian Ching, et al (2011) dan Bagchi dan Khamrui (2012) menunjukkan
bahwa
rasio
utang
berpengaruh
negatif
terhadap
profitabilitas. B. Penelitian Terdahulu Telah banyak peneliti yang mengkaji pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas dari berbagai pandangan di berbagai sektor. Beberapa diantaranya sanagat menarik dan berguna untuk penelitan yang akan dilakukan saat ini. Ganesan (2007) menganalisa efesiensi modal kerja pada 349 perusahaan peralatan telekomunikasi. Variabel dependen yang digunakan adalah income to total assets (IA), dan income to tatal sales (IS) dengan variabel independen days sales outstanding (DSO), days inventory outstanding (DSO), days payable outstanding (DPO), days of working capital (DWC), dan current ratio (CR). Studi tersebut menemukan bahwa walaupun days working capital dan
26
current ratio memiliki hubungan negatif terhadap profitabilitas, namun tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Quayyum (2011) mencoba melakukan investigasi pengaruh efesiensi manajemen modal kerja serta menjaga tingkat likuiditas terhadap profitabilitas perusahaan. Untuk itu,
penelitian dilakukan terhadap perusahaan sektor
semen industri yang listed dalam Dhaka Stock Exchange . Penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu 2005-2009. Variabel bebas yang digunakan adalah ROA, NPM, ICR, Current ratio , Quick Ratio, cash conversion cycle (CCC), Reciebvale Collection Periode ,Payable Defable Periode, Inventories turn over periode, cash to current liability, dan cash to sale. Dan variabel terikat nya adalah ROA dan NPM. Hasilnya, ditemukan hubungan negatif antara CCC dan profitabilitas. Penelitian mengenai hubungan antara manajemen modal kerja dan profitabilitas perusahaan juga pernah dilakukan oleh Bachi dan Khamrui (2012) dengan menggunaka 10
perusahaan pada sektor Fast Moving
Consumer Goods di India dalam kurun waktu 10 tahun. Profitabilitas diukur menggunakan return on assets.Sedangkan cash conversion cycle, interest coverage ratio (ICR), age of inventory, age of creditors, age of debtors, dan debt to asset ratio(DAR) dijadikan alat ukur variable penjelas. Studi tersebut menggunakan alat analisi Pearson’s correlation dan analisis regresi. Penelitian tersebut mengkonvirmasi hubungan negatif antara DER dan CCC dengan profitabilitas. Selain itu, ICR memiliki hupungan positif terhadap profitabilitas.
27
Ching, et.al. (2011) melakukan studi dengan menggunakan analisis regresi berganda untuk mengetahui hubungan antara manajemen modal kerja dan profitabilitas pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa efek Brazil. Dalam penelitiannya, profitabilitas sebagai variabel terikat diukur dengan tiga cara berbeda yaitu menggunakan Return in Sales (ROS), Return on Assets (ROA), Retrun on Equity (ROE). Dan variabel bebasnya adalah Cash Conversion Cycle (CCC), Debt Ratio, Days of Working Capital, Days of Receivable, dan Days of Inventories. Hasil studinya menggunakan regresei linear berganda mengemukakan bahwa CCC (sama dengan days of working capital) dan Debt Ratio memeliki hubungan negatif terhadap profitabilitas. Owalabi dan Alu (2012) melakukan studi serupa terhadap sektor manufaktur di India, dengan menguji hubungan antara Inventories Conversion Periode (ICP) , Cash Conversion Periode (CCP – serupa dengan CCC), Debtors Collection Period (DCP), dan Creditors Payment Periode (CPP) dengan profitabiltas perusahaan (Return on Asset) pada sektor manufaktur yang terdaftar pada Nigeria Stock Exchange. Hasilnya adalah ICP ,CCC, dan DCP memiliki pengaruh negatif terhadap ROA. Sutanto dan Pribadi (2012) meneliti pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas pada satu perusahaan pribadi yang tergolong dalam sektor Usaha Kecil dan Menengah (UMKM). Mereka menggunakan Current Ratio (CR), Recievable Turnover (RT) , dan Net Working Capital Turnover (NWCT) sebagai variabel independen, dan ROA sebagai variabel dependen. Penelitian
28
tersebut membuktikan bahawa secara simultan, variabel-variabel bebas tersebut berpengaruh positif secara simultan terhadap profitabilitas. Secara ringkas, hasil-hasil penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai berikut :
Tabel 2.2 Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Peneliti (Tahun) 1 Ganesan (2007)
Variabel
2
Quayyum (2011)
Regresi Sederhana dan Regresi Berganda
3
Ching, et al. (2011)
Dependen : ROA, NPM, ICR Independen : CR, QR, CCC, RCP, PDP, ITR, CTCL, CTS, NPM, ICR Dependen : ROA, ROE, ROS Independen : CCE, DR, DAR, DI, DWC
4
Bagchi dan Khamrui (2012)
Dependen : ROA Independen : ICR,DER,AI,AD,AC
Statistik Deskriptif, Pearson’s Correlation, Pooled OLS
Dependen : Income to total assets (IA), Income to sales (IS) Independen : DSO, DIO, DPO, DWC, CR
Alat Statistik Analisis Regresi Sederhana, dan ANOVA F-Test
Statsitik Deskriptif, dan Regresi Berganda
Hasil Days of working capital (DWC) memiliki hubungan negatif terhadap IA dan IS namun tidak signifikan CCC dan QR berpengaruh negatif. ICR berpengaruh Positif. ROS dan ROA berpengaruh signifikan. CCE,DR,DI berpengaruh negarif DAR,DWC berpengaruh positif CCC dan DER berpengaruh negatif. ICR berpengaruh positif
29
(Lanjutan Tabel 2.1) 5 Owalabi Dependen : dan Alu ROA (2012) Independen : ICP,CCP,DCP,CPP 6 Sutanto Dependen : dan ROA Pribadi Independen : CR, TR, NWCT
Statsitik Deskriptif, dan Regresi Berganda Regresi Berganda
ICP, DCP, CCP berpengaruh negatif Secara parsial CR, TR, NWCT tidak berpengaruh Terhadap ROA.
(Sumber: Hasil penelitian terdahulu) C. Kerangka Berpikir Setiap perusahaan membutuhkan modal kerja untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. Agar seluruh kegiatan operasinya berjalan dengan lancar, maka perusahaan harus mengelola modal kerja dengan baik sehingga dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan dalam mengelola modal kerja dapat diukur dari profitabilitasnya dan salah satu cara untuk meningkatkan atau memaksimalkan keuntungan perusahaan adalah dengan mengelola modal kerja secara efisien. Semakin efisien pengelolaan modal kerja, maka akan menghasilkan keuntungan maksimal. Tidak berbeda dengan perusahaan-perusahaan konvensional, perusahaan dengan label syariah pun bertujuan untuk meningkatkan profitabilitas dan perlu melakukan manajemen modal kerja yang efesien. Namun, karakteristik yang khusus mengatur tentang keuangan perusahaan syariah menjadikannya menarik untuk diteliti. Berdasarkan dengan hasil penelitian terdahulu dan konsep-konsep dasar sebagaimana diurakan sebelumnya maka kerangka peikiran teoritis dapat disusun sebagamaina pada gambar berikut :
30
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Latar Belakang Mtasalah Krisis Ekonomi Global Berkembangnya Sistem Ekonomi Syariah Penelitian Terdahulu
Landasan Teori Manajemen Modal Kerja dan Profitabilitas Pada Perusahaan Syariah dan Konvensional
Rumusan Masalah
Variabel Dependen : Profitabilitas (Rturn on Asset)
Variabel Independen : Manajemen Modal Kerja (Cash Conversion Cycle, Current Ratio, Debt Ratio
Perusahaan Syariah
Perusahaan Konvensional
Uji Beda : Independent Sample
Uji Normalitas
Uji F : Levine’s Test
Uji Regresi Berganda
Uji t
Uji Asumsi Klasik
Uji t
Uji F
Intrepretasi
Kesimpulan & Saran
31
D. Hipotesis 1. Hipotesis untuk Uji Beda Untuk menganalisis apakah ada perbedaan manajemen modal kerja pada perusahaan syariah dan perusahaan konvensional, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai bertikut : Hipotesis 1 H0,1 :Cash conversion cycle antara perusahaan syariah dan konvensional adalah sama Ha,1 :Cash conversion cycle antara perusahaan syariah dan konvensional adalah berbeda. Hipotesis 2 H0,2 :Current ratio antara perushaaan syariah dan konvensional adalah sama Ha,2 :Current ratio antara perusahaan syariah dan konvensional adalah berbeda. Hipotesis 3 H0,3 :Debt to assets ratio antara perusahaan syariah dan konvensional adalah sama. Ha,3 :Debt to assets ratio antara perusahaan syariah dan konvensional adalah berbeda.
32
2. Hipotesis untuk Regresi Perusahaan Syariah. Untuk menganalisis bagaimana
pengaruh
manajemen modal kerja
terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur
syariah, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai bertikut : Hipotesis 4 H0,4 :Tidak terdapat pengaruh cash conversion cycle terhadap return on asset pada perusahaan syariah. Ha,4 :Terdapat pengaruh cash conversion cycle terhadap return on asset pada perusahaan syariah. Hipotesis 5 H0,5 :Tidak terdapat pengaruh current ratio terhadap return on asset pada perusahaan syariah. Ha,5 :Terdapat pengaruh antara current ratio terhadap return on asset pada perusahaan syariah. Hipotesis 6 H0,6 :Tidak terdapat pengaruh debt to asset ratio terhadap return on asset pada perusahaan syariah. Ha,6 :Terdapat pengaruh debt to asset ratio terhadap return on asset pada perusahaan syariah. 3. Hipotesis untuk Regresi Perusahaan Konvensional. Untuk menganalisis bagaimana
pengaruh
manajemen modal kerja
terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur konvensional, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai bertikut :
33
Hipotesis 7 H0,7 :Tidak terdapat pengaruh cash conversion cycle terhadap return on asset pada perusahaan konvensional. Ha,7 :Terdapat pengaruh cash conversion cycle terhadap return on asset pada perusahaan konvensional. Hipotesis 8 H0,8 :Tidak terdapat pengaruh current ratio terhadap return on asset pada perusahaan konvensional. Ha,8 :Terdapat pengaruh current ratio terhadap return on asset pada perusahaan konvensional. Hipotesis 9 H0,9 :Tidak terdapat pengaruh debt to asset ratio terhadap return on asset pada perusahaan konvensional. Ha,9 :Terdapat pengaruh debt to asset ratio terhadap return on asset pada perusahaan konvensional.
34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Modal kerja telah dianggap sebagai sumber kehidupan bagi semua unit ekonomi dan maka dari itu, manajemen modal kerja temasuk dalam fungsi manajemen perusahaan yang terpenting.Efesiensi modal kerja sangat penting bagi perusahaan, terutama pada sektor manufaktur, dimana sebagian besar aset nya terdiri dari aset lancar (Raheman, et al.2010 : 413). Oleh karena itu, penelitian ini memilih perusahaan-perusahaan publik yang bergerak di industri manufaktur yang telah listed pada Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai objek penelitiannya. Industri manufaktur merupakan salah satu klasifikasi yang ditetaokan oleh BEI dan dihitung sebagia indeks tersendiri yang merupakan sub indeks dari IHSG. Sektor manufaktur merupakan gabungan dari 3 subsektor, yaitu ; Industri Dasar dan Kimia, Aneka Industri, dan Industri Barang Konsumsi. (IDX ,Buku Panduan Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia, 2010 :5). Berdasarkan penjelasan Horne dan Wachowiz (2008) bahwa kebijakan dan posisi modal kerja dapat bervariasi diberbagai macam sektor atau jenis industri, maka penelitian ini membatasi objek penelitian pada Sektor Industri Dasar dan Kimia. Sektor ini meliputi 59 perusahaan dari total 133 perusahaan yang termasuk dalam Indeks Sektoral Manufaktur. Selain itu, penelitian bertujuan
35
untuk membuktikan secara statsitik bahwa perusahaan atau emiten dengan label syariah memiliki keunggulan dibanding perusahaan konvensional. Oleh karena itu, penelitian ini membagi objek penelitian menjadi dua kelompok yaitu ; 1. Kelompok perusahaan syariah, yaitu yang termasuk dalam Daftar Efek Syariah yang dikeluarkan oleh DSN-MUI selama periode yang telah ditentukan. 2. Kelompok perushaan konvensional, yaitu yang tidak termasuk dalam Daftar Efek Syariah yang dikeluarkan oleh DSN-MUI selama periode yang telah ditentukan. Periode waktu yang diteliti adalah dari tahun 2007 sampai dengan 2010. Periode ini dipilih karena beberapa keterbatasan yang ada. Keterbatasan yang pertama, Daftar Efek Syariah baru diterbitkan pada tahun 2007. Kedua, ketersediaan laporan keuangan yang dipublikasikan. Penentuan variabel yang diteliti di pengaruhi oleh penelitian terdahulu seperti yang telah disebutkan diatas. Sebagai variabel bebas (X), manajemen modal kerja diukur dengan menggunakan ; cash conversion cycle (CCC), avarege collection periode (ACP), inventory conversion periode (ICP), payable defferal periode (PDP), current ratio (CR),
debt to asset ratio (DAR). Sedangkan
profitabilitas perusahaan dijadikan sebagai variabel terikat (Y) dengan alat ukur return on asset (ROA).
36
B. Metode Penentuan Sampel Untuk mencapai tujuan penelitian yang telah disebutkan diatas, maka penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, yakni pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,2008: 122). Pertimbangan tersebut didasarkan pada kepentingan atau tujuan penelitian. Penarikan sample berdasarkan penilaian terhadap karakteristik anggota sampel yang sesuaikan dengan tujuan penelitian. Untuk itu sampel yang dijadikan objek penelitian harus memenuhi kriteria sebaga berikut : 1. Perusahaan termasuk dalam Sektor Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2010. 2. Perusahaan Sektor Industri Dasar dan Kimia yang termasuk dalam Daftar Efek Syariah (DES) yang diterbitkan DSN-MUI selama periode penelitian. maka akan dikelompokkan ke dalam perusahaan syariah. Sedangkan perusahaan yang tidak terdaftar dalam DES secara berturut-turut selama periode penelitian maka akan dikelompokkan ke dalam perusahaan konvensional, 3. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan selama periode penelitian. 4. Perusahaan tidak memiliki nilai return on assets, cash conversion cycle, current ratio, dan debt to asset ratio negatif selama periode penelitian. Setelah dilakukan screening, berikut ini adalah perusahaan-perusahaan yang dijadikan objek penelitian : 37
1. Kelompok Perusahaan Syariah. Tabel 3.1 Daftar Kelompok Perusahaan Syariah yang Dijadikan Sampel No Kode Nama 1 AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk 2 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk. 3 BTON Betonjaya Manunggal Tbk. 4 BUDI Budi Acid Jaya Tbk. 5 CTBN Citra Tubindo Tbk. 6 EKAD Ekadharma International Tbk. 7 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk 8 LION Lion Metal Works Tbk. 9 LMSH Lionmesh Prima Tbk. 10 SMGR Semen Indonesia (Persero) Tbk. (Sumber: Hasil screenening data) 2. Kelompok Perusahaan Konvensional. Tabel 3.2 Daftar Kelompok Perusahaan Konvensional yang Dijadikan Sampel No Kode Nama 1 ALKA Alakasa Industrindo Tbk 2 ALMI Alumindo Light Metal Industry 3 ARNA Arwana Citramulia Tbk. 4 BRNA Berlina Tbk. 5 BUDI Budi Acid Jaya Tbk. 6 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk 7 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk. 8 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk 9 SMCB Holcim Indonesia Tbk. 10 SOBI Sorini Agro Asia Corporindo Tb 11 SRSN Indo Acidatama Tbk 12 TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk. 13 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk. (Sumber: Hasil screenening data)
38
C. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan studi kepustakaan. Studi kepustakaan adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan m enghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang dilakukan dengan menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalh yang akan atau sedang diteliti. Informasi itu diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan, ensiklopedia, laporan keuangan dan sumber-sumber tertulis baik dalam media cetak maupun media elektronik lainnya. Sedangkan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Laporan keuangan yang dijadikan data penelitian diambil dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Indonesian Capital Market Directory (ICMD) merupakan produk ECFIN yang dihasilkan sejak tahun 1990 hingga saat ini dan menjadi referensi utama bagi para pelaku pasar modal guna memperoleh informasi yang selengkap-lengkapnya tentang data dan informasi emiten serta informasi lainnya yang terkait dengan pasar modal Indonesia, khususnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) (www.ecfin.co.id)
39
D. Metode Analisis Data Untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesi, peneliti dapat memilih metode, strategi, pendekatan, dan penelitian yang sesuai. Terdapat dua pertimbangan dalam memilih metode penelitian. Pertama, pertimbangan ideal, yaitu tingkat ketelitian data yang diharapkan dan konsistensi
yang
dikehendaki.
Kedua,
pertimbangan
praktis,
yaitu
tersedianya dana, waktu dan kemudahan lainnya (Sugiyono,2008 :25). Untuk melakukan analisis data, penelitian ini menggunakan alat bantu perangkat lunak Statistic Package for the Social Sciences atau disebut juga dengan Statistical Product and Service Solutions (SPSS). 1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kuantitatif yaitu metode penelitian yang berlandasakn pada fislsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu dan analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan menguji hipotesis. Sedangkan berdasarkan tingkat eksplanasinya, penelitian ini termasuk kedalam penelitian deskriptif (gambaran) ; yaitu berusaha memberikan gambaran hubungan antara variabel bebas dan terikat, sekaligus komparatif ; yaitu berusaha membandingkan hasil deskripsi tersebut (Sugiyono, 2008:13). Bentuk data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel (pool), yakni data yang merupakan gabungan antara data runtut waktu (time series) dengan data seksi silang (cross section). Oleh karenanya, data panel
40
memiliki gabungan karakteristik keduanya yaitu terdiri atas beberapa objek dan meliputi beberapa waktu (Winarno,2011: 2.5). 2. Uji Beda : Independent sample Uji beda t-test digunakan untuk menetukan apakah sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda. Uji beda t-test dilakukan dengan cara membandingkan perbedaan antara nilai rata-rata dengan standar error dari perbedaan rata-rata dua sampel , atau secara rumus maematis dapat ditulis sebagai berikut :
Jadi, tujuan uji beda t-test adalah membandingkan rata-rata dua grup yang tidak berhubungan satu dengan yang lain. Apakah kedua kelompok tersebut mempunyai nilai rata-rata yang sama ataukah tidak sama secara signifikan (Ghozali,2009 :60) Uji beda t-test merupakan bagian dari statsitik parametris dan statistik parametris memerlukan terpenuhi asumsi utama yaitu data yang dianalisis harus berdistribusi normal (Sugiyono, 2008: 209). Metode pengujian normalitas yang digunakan untuk memenuhi asumsi normalitas pada bagian ini adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Kriteria probabilitas dari uji normalitas dengan menggunakan uji Kolomogorov-Smirnov adalah sebagai berikut (Ghozali,2007: 30) :
41
Bila nilai signifikansi uji Komolgorov-Smirnov bernilai dibawah 0.05 maka data berdistribusi normal. Bila nilai signifikansi uji Kolmogorov-Smirnov bernilai diatas 0.05 maka data berdistribusi normal. Untuk pengambilan keputusan pada uji t-test, terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan , yaitu (Ghozali, 2009: 61) : a. Membandingkan nilai absolut pada tabel Group Statsitik. b. Membandingkan secara statsitik dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1) Menguji asumsi varian populasi dengan hipotesis : H0 : σi2 = σj2 , Varian populasi sampel i dan sampel j adalah sama. Ha : σi2 ≠ σj2 , Varian populasi sampel i dan sampel j adalah berbeda. Adapun pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut : Jika probabilitas signifikansi levene test bernilai diatas 0.05, maka H0 tidak dapat ditolak. Jika probabilitas signifikansi levene test bernilai dibawah 0.05, maka H0 ditolak. Apabila H0 diterima, maka analisis uji beda harus menggunakan asumsi equal variance assumed. Dan jika H0 ditolak, , maka analisis uji beda harus menggunakan asumsi equal variance not assumed.
42
2) Melakukan uji beda t-test dengan hipotesis : H0 :
i=
j
Ha :
i≠
j
,
rata-rata populasi sampel i dan sampel j adalah sama.
, rata-rata populasi sampel i dan sampel j adalah berbeda.
Adapun pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut : Jika probabilitas signifikansi (two tail) bernilai diatas 0.05, maka H0 tidak dapat ditolak. Jika probabilitas signifikansi levene test bernilai dibawah 0.05, maka H0 ditolak. 3. Uji Regresi Berganda Uji regresi berganda digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (bebas) yaitu manajemen modal kerja yang terdiri dari cash conversion cycle, current ratio, debt ratio terhadap variabel dependen profitabilitas yang diukur dengan return to asset. Model regresi berganda juga digunakan pada penelitian-penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Raheman et al. (2007), Ching (2011), Hayajneh dan Yassine (2011), Bagchi dan Khamrui (2012), dan Sutanto dan Pribadi (2012). Model Regresi Berganda dalam penelitian ini adalah: Yi = α + β1 X1+ β2 X2 + β3 X3 + εi
Dimana: Y = Return on Asset (ROA)
43
X1 = Cash Conversion Cycle (CCC) X2 = Current Ratio (CR) X3 = Debt To Assets (DAR) ε = Error term a. Uji Asumsi Klasik Untuk dapat melakukan analisis menggunakan model regresi berganda, terdapat beberapa asumsi yang harus terpenuhi. Oleh karena itu dilakukan Uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, autokorelasi, multikolinieritas, dan heteroskedestisitas. 1) Uji Normalitas Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal seperti diketahui bahwa uji t dan uji f mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal / tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistikAda dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statsitk (Ghozali, 2005: 147). (a)
Ananlisis Grafik Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi kumulatif dari distribusi
44
normal. Dari bentuk histogram, dapat ditentukan apakah data yang diteliti berdistribusi normal, moderate positive skewness, substansial positive skewness, severe positive skewness dengan bentuk L, moderate negative skewness, substansial negative skewness, severe negative skewness dengan bentuk J. Gambar 3.1 Bentuk Histogram Normalitas
(Sumber : Ghozali, 2009: 34)
Normalitas
juga
dapat
dideteksi
dengan
melihat
normal
probability plot yang membandingkan distribusi komulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis
45
lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonalnya. Dasar pengambilan keputusan menggunakan analisis grafik adalah sebagai berikut: Jika data menyebar disekitar garis dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Apabila ditemukan bentuk histogram tidak normal, maka data yang tidak terdistribusi normal dapat ditransformasi. Berikut ini bentuk transformasi yang dapat dilakukan sesuai dengan grafik histogram. Tabel 3.3 Bentuk Transformasi Data Bentuk Grafik Histogram Bentuk Transformasi Moderate positive skewness SQRT(x) atau akar kuadrat LG10(x) atau Logartima 10 atau LN Substansial positive skewness Severe positive skewness 1/x atau inverse Moderate negative skewness SQRT(k-x) Substansial negative skewness LG10(k-x) Severe negative skewness 1/(k-x) k = nilai tertinggi dari data mentah x (Sumber: Ghozali,2009:34)
46
(b)
Analisis Statsitik Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati. Secara visual garfik menunjukkan distribusi normal, padahal secara stasitik sebaliknya. Uji statsitik sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan skewness dari residual. Nilai Z statistik untuk skewness dapat dihitung dengan rumus :
Sedangkan nilai Z kurtosis dapat dihitung dengan rumus :
Dimana N adalah jumlah sampel, jika nilai Z hitung > Z tabel, maka distribusi tidak normal. Nilai Z tabel untuk tingkat signifikansi 0,01 adalah 2,58 sedangkan untuk signifikansi 0,05 adalah 1,96 (Ghozali,2009:150). 2) Uji Autokorelasi Menurut Ghozali (2009: 99), uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
47
autokorelasi. Terdapat beberapa metode atau alat yang dapat digunakan untuk menguji apakah terdapat problem autokorelasi pada model regresi. (a)
Uji Durbin-Watson (Ghozali, 2009 :100) Uji ini hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konnstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lag di antara variabel independen. Metode ini membandingkan nilai d statsitik dengan nilai tabel dl-du. Hipotesis yang diuji pada model ini adalah : H0 : Tidak ada autokorelasi (r =0) Ha : Ada autokorelasi ( r ≠ 0) Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut : Tabel 3.4 Pengambilan Keputusan Uji Durbin-Watson Hipotesis Nol Tidak ada autokorelasi positif. Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorealasi negatif Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif
Keputusan
Jika
Tolak
0 < d < dl
Tidak ada keputusan
dl ≤ d ≤ du
Tolak
4-dl < d < 4
Tidak ada keputusan
4-du ≤ d ≤ 4-dl
Tidak ditolak
Du < d < 4-du
(Sumber : Ghozali, 2005:100)
48
Jika model regresi memiliki autokorelasi, maka ada beberapa opsi penyelesaiannya. Jika asumsi nilai ρ tidak diketahui, maka langkah pertama yang dilakukan adalah mengestimasi nilainya. Nilai ρ dapat diestimasi dengan menggunakan nilai statsistik Durbin-Watson dan dihitung menggunakan rumus yang diajukan oleh Theil-Nagar :
Kemudian setelah nilai ρ didapat, langkah selanjutnya adalah mentransformasikan persamaan regresi menjadi seperti dibawah ini : Y@= Y- ρ(Yt-1)
Xi@= Xi- ρ(Xi t-1) Kemudian lakukan regresi dengan persamaan sebagai berikut ; Y@= β1 + X1@ + ... + Xi@ + εt (b)
Runs Test Run Test atau disebut juga Wald–Wolfowitz test dapat pula digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi
49
maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Runs Test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak, dengan hipotesis sebagai berikut : H0 : residual adalah random (acak), atau tidak terjadi autokorelasi antar residual. Ha : residual tidak random, atau terjadi autokorelasi antar residual. Dasar pengambilan keputusan : Apabila nilai probabilitas signifikansi lebih besar dari derajat kesalahan α (alfa), maka H0 ditolak, Apabila nilai probabilitas signifikansi lebih kecil dari derajat kesalahan α (alfa), maka H0 tidak dapat ditolak dan Ha diterima (Ghozali, 2009 :1007). 3) Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variable bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Akibat bagi model regresi yang mengandung multikolinearitas adalah bahwa kesalahan standar estimasi akan cenderung meningkat dengan bertambahnya variable independent, tingkat signifikansi yang digunakan untuk menolak hipotesis nol akan semakin besar dan probabilitas menerima hipotesis yang salah juga akan semakin besar.
50
Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dalam model regresi adalah sebagai berikut (Ghozali,2009 : 95) : (a)
Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabelvariabel
independen
banyak
yang
tidak
signifikan
mempengaruhi variabel dependen. (b)
Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel bebas. Jika antar variable bebas ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas.
(c)
Mutikolinearitas dapat juga dilihat dari nilai Tolerance dan lawannya, VIF (Variance Inflation Factor). Jika nilai Tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi, maka menunjukkan adanya kolinearitas yang tinggi. Nilai cut off
yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolinieritas adalah nilai Tollerance ≤ 0.10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10. 4) Uji Heterokedestisitas Uji heterokesdatisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual
51
satu pengamatan ke pengamatan yang lain berbeda, maka disebut heterokesdatisitas, sebaliknya jika tetap disebut homokesdatisitas. Model yang baik adalah yang homokesdatisitas. Untuk
mengetahui
apakah
model
yang
diuji
adalah
homokedastis, dapat dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedetisitas dapat dilakukan denhan melihat ada tidak nya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang diprediksi, dan sumbu X adalah residual yang telah di stdendized. Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut (Ghozali,2009 : 126) : Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedestisitas. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedstisitas. b. Ketepatan Model (Goodness of Fit) Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari Goodness of fit model tersebut. Secara statistik, setidaknya ini
52
dapat diukur dari nilai koefesien determinasi, nilai statsitik F dan nilai statistik t. Perhitungan statistik disebut signifikan secara statsitik apabila nilai uji statistiknya dalam daerah kritis (daerah dimana H0 ditolak). Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana H0 diterima (Ghozali, 2009: 87) 1) Koefesien Determinasi Koefesien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefesien determinasi adalah antara nol sampai satu.
Kelemahan
mendasar penggunaan koefesien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli
apakah
variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R2, adjusted R2 dapat naik atau turun apabila
satu
variabel
independen
ditambahkan
kedalam
model
(Ghozali,2009 :87). Cara lain adalah, jika tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 atau 5% maka model yang digunakan dalam kerangka pikir teoritis layak untuk digunakan, sementara jika tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 atau 5% maka model yang digunakan dalam kerangka pikir teoritis tidak layak untuk digunakan. 2) Uji Signifikansi Simultan (Uji Statsitik F).
53
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimaksudkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. Hipotesis nol yang hendak di uji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol, atau : H0 : b1 ; b2 ; .... ; bi = 0 Artinya, apakah variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternaltifnya (Ha) tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol, atau : Ha : b1 ; b2 ; ... ; bi ≠ 0 Artinya, semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen (Ghozali,2009 :88). Adapun hipotesisnya sebagai berikut : H0 = tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan. Ha = ada pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan. Aturan pengambilan keputusan adalah sebagai berikut : Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan menolak Ha. Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan menerima Ha.
54
3) Uji Signifikan Paramater Individual (Uji Statistik t). Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2009 :88).Adapun hipotesis dirumuskan sebagai berikut : Ha : bi > 0, atau Ha : bi < 0 Artinya Jika tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 atau 5% maka hipotesis yang diajukan diterima atau dikatakan signifikan, artinya secara parsial variabel bebas (X1 s/d X4) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y) = hipotesis diterima, sementara jika tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 atau 5% maka hipotesis yang diajukan ditolak atau dikatakan tidak signifikan, artinya secara parsial variabel bebas (X1 s/d X4) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y), hipotesis ditolak. Adapun hipotesisnya sebagai berikut : H0 = tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Ha = ada pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Aturan pengambilan keputusan adalah sebagai berikut : Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan menolak Ha.
55
Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan menerima Ha. E. Operasional Variabel Secara Garis besar definisi operasional variabel yang digunakan adalah sebagai berikut : Tabel 3.5 Definisi Operasional Variabel Penelitian Variabel No 1 Return on Assets (ROA)
Definisi Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu Semakin tinggi rasio, semakin efesien manajemen perusahaan
2
Jangka waktu yang dibutuhkan perusahaan dalam mengumpulkan kas yang berasal dari hasil operasi perusahaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi jumlah dana yang diperlukan untuk diinvestasikan pada current assets. Jangka waktu yang diperlukan untuk mengkonversikan piutang perusahaan menjadi kas
3
Cash Conversion Cycle (CCC)
Avarage Collection Period (ACP)
Cara Pengukuran
Skala Rasio
RCP + ICP - PDP
Receivables
Interval
Interval
Sales / 365
56
(Lanjutan Tabel 3.5)
4
5
6
8
Inventory Conversion Period (ICP)
Payable Defferal Period (PDP)
Current Ratio (CR)
Debt To Aset (DAR)
Jangka waktu yang diperlukan untuk mengkonversi bahan baku menjadi barang jadi dan kemudianmenjualnya. Jangka waktu rata– rata sejak pembelian bahan baku hingga terlaksananya pembayaran atas barang dan pekerja Rasio mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya. Rasio yang mengukur porsi penggunaan utang dalam membiayai aset .
Inventory
Interval
COGS / 365
Payable
Interval
COGS / 365
Rasio
Rasio
57
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Pasar Modal Syariah. Sejarah Pasar Modal Syariah di Indonesia dimulai dengan diterbitkannya Reksa Dana Syariah oleh PT. Danareksa Investment Management pada 3 Juli 1997. Selanjutnya, Bursa Efek Indonesia (d/h Bursa Efek Jakarta) berkerjasama dengan PT. Danareksa Investment Management meluncurkan Jakarta Islamic Index pada tanggal 3 Juli 2000 yang bertujuan untuk memandu investor yang ingin menginvestasikan dananya secara syariah. Dengan hadirnya indeks tersebut, maka para pemodal telah disediakan saham-saham yang dapat dijadikan sarana berinvestasi sesuai dengan prinsip syariah. Namun, baru pada tanggal 23 Nopember 2006, Bapepam-LK menerbitkan paket Peraturan Bapepam dan LK terkait Pasar Modal Syariah. Paket peraturan tersebut yaitu Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.A13 tentang Penerbitan Efek Syariah dan Nomor IX.A.14 tentang Akad-akad yang digunakan dalam Penerbitan Efek Syariah di Pasar Modal. Selanjutnya, pada tanggal 31 Agustus 2007 BapepamLK menerbitkan Peraturan Bapepam dan LK Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah dan diikuti dengan
58
peluncuran Daftar Efek Syariah pertama kali oleh Bapepam dan LK pada tanggal 12 September 2007 (Otoritas Jasa Keuangan, 2013). 2. Sektor Manufaktur: Industri Dasar dan Bahan Kimia. Sektor Industri Dasar dan Kimia adalah bagian dari indeks sektoral Bursa Efek Indonesia (BEI) yang merupakan sub indeks dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sektor ini terdiri dari sub sektor Industri Semen, Industri Keramik, Perselen dan Kaca, Indsutri Logam dan Sejenisnya, Industri Kimia, Industri Plastik dan Kemasan, Industri Pakan dan Ternak, Indsutri Kayu dan Pengolahanya, dan Indsutri Pulp dan Kertas. Indeks Industri Manufaktur, dimana Sektor Industri Dasar dan Kimia menjadi bagian didalamnya, diperkenalkan pada tanggal 2 januari 1996 dengan nilai awal indeks adalah 100 untuk setiap sektor dan menggunakan hari dasar tanggal 28 Desember 1995. Sebanyak 59 perusahaan atau emiten terdaftar dalam Sektor Industri Dasar dan Kimia pada Bursa Efek Indonesia hingga tahun 2012. Lebih dari 30 diantaranya pernah dan atau masih terdaftar sebagai perusahaan syariah yang termasuk dalam Daftar Efek Syariah. Kinerja Sektor industri Dasar dan Kimia cukup mengaggumkan. Sektor ini mampu menjadi salah satu indeks sektoral yang membukukan rata-rata return sebesar 25,67% , lebih tinggi dibanding IHSG yang hanya mencetak rata-rata return 24,38% pada tahun 2005 hingga 2010 (infovesta.com). Sektor Industri Dasar dan Kimia mampu mencetak return hingga 102.93% pada tahun 2009.
59
Tabel 4.1 Perbandingan Return Saham Sektoral dengan IHSG Periode 2005 – 2010
(Sumber : www.infovesta.com, diolah) 3. Deskriptif Variabel Penelitian a.
Perkembangan Return On Asset (ROA) ROA mengukur kemampuan perusahaan mengahsilkan laba bersih dengan berdasarkan tingkat aset tertentu (Hanafi dan Halim,2009 :84). Semakin tinggi angka rasio ini maka semakin baik pula kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Jika ditinjau ROA pada perusahaan syariah dan konvensional diperoleh grafik sebagai berikut:
60
Gambar 4.1 Grafik Perkembangan ROA pada Perusahan Syariah dan Konvensional
16 14
13.975
13.013
12
10.975 9.12
10.415
10 8
7.67
6
ROA SYARIAH ROA KONVENSIONAL
4.36
4
3.92
2 0 2007
2008
2009
2010
(Sumber : data sekunder diolah) Berdasarkan Gambar 4.1 , rata-rata ROA pada perusahaan syariah memiliki angka yang lebih tinggi dari pada perusahaan konvensional selama 2007 sampai 2010. ROA tertinggi pada perusahaan syariah mencapai
13,98%
pada
tahun
2010,
sedangkan
perusahaan
konvensional hanya mampu mencapai rata-rata 9,12% pada tahun 2009. b. Perkembangan Cash Conversion Cycle (CCC) Cash Conversion Cycle (CCC) merupakan jangka waktu yang dibutuhkan perusahaan dalam mengumpulkan kas yang berasal dari hasil operasi perusahaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi jumlah dana yang diperlukan untuk diinvestasikan pada current assets. Jika ditinjau CCC pada perusahaan syariah dan konvensional diperoleh grafik sebagai berikut :
61
Gambar 4.2 Grafik Perkembangan CCC pada Perusahan Syariah dan Konvensional
110 105
105 104
107 104
100
CCC SYARIAH
98 95
94
95
CCC KONVENSIONAL
90 85 2007
2008
2009
2010
(Sumber : data sekunder diolah) Berdasarkan Gambar 4.2 , rata-rata CCC pada perusahaan syariah dan konvensional tidak jauh berbeda. Kedua kelompok perusahaan rata-rata
membutuhkan
waktu
94
sampai
107
hari
untuk
mengumpulkan kas dari kegiatan operasinya. c.
Perkembangan Inventories Conversion Period (ICP) Inventories Turn Over Period merupakan jangka waktu
yang
dibutuhkan untuk mengubah bahan mentah menjadi barang jadi dan kemudian menjualnya. Jika ditinjau ICP pada perusahaan syariah dan konvensional diperoleh grafik sebagai berikut :
62
Gambar 4.3 Grafik Perkembangan ICP pada Perusahan Syariah dan Konvensional
120 106
100 80
85 86
60
90
88
83
85
82
ICP SYARIAH ICP KONVENSIONAL
40 20 0 2007
2008
2009
2010
(Sumber : data sekunder diolah) Berdasarkan Gambar 4.3, perusahaan konvensional mampu mengkonversi
persediaannya
dibandingkan
dengan
menjadi
perusahaan
kas syariah.
lebih
cepat
Perusahaan
konvensional rata-rata mampu mngkonversi persediaannya menjadi kas dalam waktu 82 hari paling cepat, sedangkan perusahaan syariah membutuhkan 85 hari. d. Perkembangan Average Collection Period (ACP) Average collection period merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk mengkonversikan piutang perusahaan menjadi kas, yaitu jangka waktu sejak penjualan hingga realisasi penagihan. Jika ditinjau ACP pada perusahaan syariah dan konvensional diperoleh grafik sebagai berikut :
63
Gambar 4.4 Grafik Perkembangan ACP pada Perusahan Syariah dan Konvensional
70 60
58 56
57 50
51 43
50 40
56 50 ACP SYARIAH
30
ACP KONVENSIONAL
20 10 0 2007
2008
2009
2010
(Sumber : data sekunder diolah) Berdasarkan
Gambar
4.4,
perusahaan
syariah
mampu
mengkonversi piutangnya menjadi kas lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan konvensional. Perusahaan syariah rata-rata mampu mngkonversi piutang menjadi kas dalam waktu 43 hari paling cepat, sedangkan perusahaan konvensional membutuhkan 51 hari. e.
Perkembangan Payable Deferal Period (PDP) Payable
Deferral
Period
merupakan
jangka
waktu
yang
dibutuhkan perusahaan dalam melakukan pembayaran atas hutanghutangnya. Jika ditinjau PDP pada perusahaan syariah dan konvensional diperoleh grafik sebagai berikut :
64
Gambar 4.5 Grafik Perkembangan RPDP pada Perusahan Syariah dan Konvensional
60 50 40
49
47 39
38
41 34
34
30
28
PDP SYARIAH PDP KONVENSIONAL
20 10 0 2007
2008
2009
2010
(Sumber : data sekunder diolah) Berdasarkan Gambar 4.5, kemampuan perusahaan syariah dan konvensional dalam melakukan pembayaran atas hutang-hutangnya tidak jauh berbeda. Perusahaan syariah rata-rata mampu membayar utang dalam waktu 28 hari paling cepat, sedangkan perusahaan konvensional membutuhkan 34 hari.
f.
Perkembangan Current Ratio (CR) Current Ratio mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek
perusahaan relatif terhadap utang lancarnya. Jika ditinjau CR pada perusahaan syariah dan konvensional diperoleh grafik sebagai berikut:
65
Gambar 4.6 Grafik Perkembangan CR pada Perusahan Syariah dan Konvensional
5 4 4 3 3 2 2 1 1 0
3.97 2.86
3.99
3.09 CR SYARIAH CR KONVENSIONAL
1.50
2007
1.49
2008
1.73
2009
1.51
2010
(Sumber : data sekunder diolah) Berdasarkan Gambar 4.6 , rata-rata perusahaan syariah lebih likuid dibanding perusahaann konvensional. Perusahaan syariah memiliki rasio lancar tertinggi sebesar 3,99 kali pada tahun 2010, sedangkan perusahaan konvensional hanya 1,73 kali pada tahun 2009.
g.
Perkembangan Debt to Assets Ratio (DAR) Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-
kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang total utangnya lebih besar dibanding total asetnya. Jika ditinjau DAR pada perusahaan syariah dan konvensional diperoleh grafik sebagai berikut:
66
Gambar 4.7 Grafik Perkembangan DAR pada Perusahan Syariah dan Konvensional
1 1
0.64
0.65 0.57
1
0.55
0
DAR SYARIAH
0.317 0
0.303
0.332
DAR KONVENSIONAL
0.285
0 0 0 2007
2008
2009
2010
(Sumber : data sekunder diolah) Berdasarkan Gambar 4.7, perusahaan Syariah memiliki rasio utang yang lebih rendah dibanding dengan perusahaan konvensional. Hal ini memang sesuai dengan salah satu kriteria perusahaan syariah yang ditentukan oleh Dewan Syariah Nasional yang hanya membolehkan rasio hutang terhadap aset maksimal sebesar 45%.
B. Analisis dan Pembahasan Dalam penelitian ini, untuk dapat menjawab masalah yang telah di rumuskan pada bab 1, pengujian hipotesis dilakukan dengan menganalisis data yang terkumpul menggunakan statistik inferensial. Uji beda diterapkan untuk menganalisis perbedaan antara kelompok perusahaan syariah dan konvensional, sedangkan untuk menganalisis bagaiamana
67
hubungan antar variabel dependen dan independen pada masing-masing kelompok perusahaan digunakan metode analisis regresi berganda.
1. Uji Beda a. Uji Normalitas Uji beda t-test merupakan bagian dari statsitik parametris dan statistik parametris memerlukan terpenuhi asumsi utama yaitu data yang dianalisis harus berdistribusi normal (Sugiyono, 2008: 209). Berikut ini adalah hasil uji normalitas. Tabel 4.2 Uji Normalitas Untuk Uji Beda One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ROA
CCC
ACP
ICP
PDP
CR
DAR
N 92 92 92 92 92 92 92 Normal Mean 8.8011 1.0167E2 52.9192 87.5514 38.8005 3.3727 47.5543 Parametersa Std. 7.48108 6.63812E1 1.95026E1 5.77300E1 2.71716E1 9.40010 1.95916E1 Deviation Most Absolute .144 .165 .101 .147 .164 .386 .104 Extreme Positive .144 .165 .101 .147 .164 .362 .104 Differences Negative -.127 -.084 -.060 -.088 -.117 -.386 -.081 Kolmogorov-Smirnov Z 1.378 1.585 .967 1.411 1.570 3.707 .993 Asymp. Sig. (2-tailed) .045 .013 .306 .037 .014 .000 .278 a. Test distribution is Normal.
(Sumber : Data sekunder diolah) Berdasarkan Tabel 4.2, dapat dilihat bahwa hanya variabel ACP dan DAR yang berdistribusi normal karena memiliki nilai probabilitas signifikansi diatas α 0.05. Sedangkan variabel ROA, CCC, ICP, PDP, dan CR adalah tidak normal sehingga perlu ditransformasi. Setelah dilakukan pengamatan bentuk
68
histogram dan pengujian, maka bentuk yang tepat adalah logaritma 10 atau LN. Tabel 4.3 Uji Normalitas Untuk Uji Beda Setelah Transformasi Data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test LN_ROA LN_CCC LN_ICP LN_PDP N Normal Parametersa Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
92 1.7993 .93776 .059 .043 -.059 .566 .906
92 4.4142 .68431 .098 .060 -.098 .941 .338
92 4.2177 .83640 .135 .070 -.135 1.291 .071
92 3.4652 .62750 .057 .047 -.057 .547 .925
a. Test distribution is Normal.
(Sumber: Data sekunder diolah.) Setelah dilakukan transformasi ke bentuk Logaritma 10, variabel ROA, CCC, ICP, PDP, dan CR memiliki nilai probabilitas signifikansi diatas α 0.05. Dengan demikian asumsi normalitas untuk uji beda telah terpnuhi. b. t-Test Independent Uji beda t test independent digunakan untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan komponen-komponen manajemen modal kerja dan profitabilitas yang diteliti yaitu cash conversion cycle (CCC), account recievable collection periode (ACP), Inventory collection periode (ICP), payable defferal periode (PDP), current ratio (CR), dan debt to asset ratio (DAR) pada dua kelompok perusahaan.
69
LN_CR 92 .7275 .71731 .095 .095 -.065 .909 .380
Tabel 4.4 Hasil Output Uji Beda Bagian Pertama Group Statistics Groups N
Mean Std. Deviation Std. Error Mean
LN_ROA S
40 2.2801
.71247
.11265
K
52 1.4294
.92745
.12861
LN_CCC S
40 4.4706
.56052
.08863
K
52 4.3708
.76869
.10660
S
40 49.7266
13.96160
2.20752
K
52 55.3750
22.70379
3.14845
LN_ICP S
40 4.3497
.59421
.09395
ACP
K
52 4.1162
.97675
.13545
LN_PDP S
40 3.4860
.60557
.09575
K
52 3.4492
.64927
.09004
S
40 1.0922
.55177
.08724
K
52
.4469
.70760
.09813
S
40 30.9250
13.91621
2.20035
K
52 60.3462
12.37151
1.71562
LN_CR DAR
(Sumber: Data sekunder diolah) Berdasarkan Tabel 4.4, dapat dilihat bahwa variabel ROA, ACP, CR, dan DAR pada kelompok perusahaan syariah dan konvensional memiliki selisih yang cukup jauh. Nilai rata ROA dan CR para perusahaan syariah lebih tinggi dibanding perusahaan konvensional. Sedangkan nilai variabel ACP dan DAR pada perusahaan syariah lebih rendah dibanding dengan kelompok perusahaan konvensional. Untuk memastikan apakah perbedaan yang ada pada perusahaan syariah dan konvensional memang nyata secara statsitik, maka perlu dilihat hasil uji independent sample test berikut ini.
70
Tabel 4.5 Hasil Output Uji Beda Bagian Kedua Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F LN_CCC
Equal variances assumed
t-test for Equality of Means
Sig.
6.235 .014
Equal variances not assumed
LN_CR
Equal variances assumed
Equal variances assumed Equal variances not assumed
df
.692
90
.491
.720
.050 .823
4.759
Equal variances not assumed DAR
t
Sig. (2tailed)
4.914
1.969 .164 -10.709
89.778 .473
90
.000
89.976 .000
90
.000
-10.545 78.615 .000
(Sumber: Data sekunder diolah) Ada dua tahapan untuk melihat apakah ada perbedaan yang nyata secara statistik antara kelompok perusahaan syariah dan konvensional. Pertama, menguji apakah variance populasi kedua sample tersebut sama (equal variance assumed) ataukah berbeda (equal variance not assumed). Kedua, melihat nilai t-
71
test untuk menentukan apakah terdapat perbedaan nilai ratarata secara signifikan (Ghozali,2009 :61) Pengambilan keputusan untuk menentukan asumsi varian yang digunakan untuk melakukan uji t-test independent adalah sebagai berikut : Probabilitas signifikansi levene test > 0.05, maka menggunakan asumsi equal variance assumed. Probabilitas signifikansi levene test < 0.05, maka menggunakan asumsi equal variance not assumed. Terlihat dari hasil ouput spss pada Tabel 4.3, nilai probabilitas Levene’s Test CR dan DAR secara berturut-turut adalah 0,823 dan 0,164 lebih besar dari derajat kesalahan 5%, sedangkan CCC sebesar 0.14 lebih kecil dari alfa 5%. Maka dapat CR dan DAR memiliki varians populasi yang sama sehingga menggunakan asumsi equal variance assumed. Sedangkan CCC menggunakan
asumsi equal variance not
assumed. Setelah diketahui asumsi yang digunakan, maka selanjutnya adalah melihat uji t pada Tabel 4.3. Nilai signifikansi uji t dengan menggunakan equal variance assumed untuk variabel CR signifikansi sebesar 0.000, dan signifikansi variabel DAR sebesar 0.000. Sedangkan untuk variabel CCC memiliki nilai probabilitas 0.473. Maka dapat disimpulkan bahwa CR dan
72
DAR antara perusahaan syariah dan perusahaan konvensional berbeda secara signifikan. Dan CCC antara perusahaan syariah dan perusahaan konvensional adalah sama. Sehingga Ha,2; Ha,3 diterima dan Ha,1 ditolak. Tabel 4.6 Ringkasan Hasil Uji Beda
(Sumber: Data sekunder diolah)
2. Analisis Regresi Berganda Analisis
regresi
berganda
digunakan
untuk
menganalisis
bagaimana hubungan dan pengaruh variabel independen manajemen modal kerja terhadap variabel dependen profitabilitas pada kelompok perusahaan syariah dan perusahaan konvensional. Untuk dapat melakukan analisis menggunakan model regresi berganda, terdapat beberapa asumsi yang harus terpenuhi. Oleh karena itu dilakukan Uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, autokorelasi, multikolinieritas, dan heteroskedestisitas.
73
a. Analisis Regresi Berganda Kelompok Perusahaan Syariah. 1) Uji Asumsi Klasik. (a)
Uji Normalitas. Untuk menguji apakah variabel residual pada kelompok
perusahaan
syariah
memiliki
distribusi
normal, maka dilakukan analisis grafik dan uji statistik. Gambar 4.8 Grafik Normal P-Plot Perusahaan Syariah
(Sumber: Data di diolah) Tabel 4.7 Deskriptif Statsitik Normalitas Perusahaan Syariah Descriptive Statistics N
Skewness
Kurtosis
Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error Unstandardized Residual Valid N (listwise)
40
-.012
.374
-.368
.733
40
(Sumber: Data di diolah) Dapat dilihat pada Gambar 4.7 bahwa titik-titik residual tersebar disekitar garis diagoanal, maka dapat disimpulkan bahwa pola distribusi residual adalah
74
normal.
Untuk
lebih
memastikan
hal
tersebut,
berdasarkan Tabel 4.6 dilakukan analisis statistik dengan melihat nilai skewness dan kurtosis sebagai berikut :
Nilai Z hitung untuk skewness dan kurtosis secara berturut-turut adalah sebesar -0.031 dan -0.048 lebih kecil dari nilai Z tabel dengan tingkat signifikansi 0.05 sebesar 1.96. Dapat disimpulkan
bahwa residual
berdistribusi normal baik dilihat dari grafik normal pplot dan analisis statsitik. (b)
Uji Autokorelasi. Berdasarkan
pertimbangan
praktis,
Runs test
digunakan untuk menguji autokorelasi pada data perusahaan syariah. Runs Test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara acak random atau
75
tidak (sistematis) (Ghozali : 107). Untuk melakukan runs test perlu dibentuk hipotesis sebagai berikut : H0 : Residual adalah random (acak) Ha : Residual adalah tidak random. Tabel 4.8 Hasil Uji Autokorelasi Perusahaan Syariah Runs Test Unstandardized Residual a
Test Value
.08953
Cases < Test Value
20
Cases >= Test Value Total Cases
20 40
Number of Runs
20
Z
-.160
Asymp. Sig. (2-tailed)
.873
a. Median
(Sumber: Data di diolah)
Hasil uji Runs Test menunujukkan nilai tes adalah 0.08953 dengan probabilitas 0.873 tidak signifikan pada derajat kesalahan 0.05 yang berarti hipotesis nol diterima dan
hipotesis
alternatif
ditolak.
Sehingga
dapat
disimpulkan bahwa residual random atau tidak terjadi autokorelasi antar residual. (c)
Uji Multikolinieritas. Tabel
berikut
multikoliniearitas
ini pada
menunjukkan kelompok
hasil
uji
perusahaan
konvensional.
76
Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolinieritas Perusahaan Syariah Coefficientsa
Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
(Constant) CCC CR
.692
1.446
.292
3.423
.368
2.716
DAR
a. Dependent Variable: ROA
(Sumber: Data di diolah) Tabel 4.9menunjukkan bahwa tidak ada variabel yang memiliki nilai tollerance yang lebih kecil dari 0.10 dan nilai VIF yang lebih besar dari 10. Dengan demikian, dapat
disimpulkan
bahwa
tidak
terjadi
masalah
multikolinieritas pada kelompok perusahaan syariah. (d)
Uji Heteroskedestisitas Gambar 4.9 Grafik Scatter Plot Perusahaan Syariah
(Sumber: Data di diolah) 77
Dari grafik scatter plot pada Gambar 4.9 terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedestisitas pada model regresi pada perusahaan syariah, sehingga model regresi layak digunakan. 2) Model Regresi Tabel 4.10 Model Regresi Perusahaan Syariah Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant) CCC CR DAR
B
Standardized Coefficients
Std. Error
Beta
t
Sig.
23.995
6.219
3.858 .000
-.013
.019
-.116
-.295
.921
-.085
-.320 .751
-30.906
12.443
-.585
-2.484 .018
-.676 .503
a. Dependent Variable: ROA
(Sumber: Data diolah)
Berdasarkan output SPSS pada Tabel 4.11 ,dapat dibuat persamaan matematis sebagai berikut : ROA = 23.995 – 0,013CCC – 0,295 CR – 30,906DAR + ε 3) Uji F Tabel 4.11 Uji F Perusahaan Syariah ANOVAb Model
Sum of Squares
df
1 Regression
554.511
3
Residual
1550.065
36
Total
2104.576
39
Mean Square
F
Sig.
184.837 4.293 .011a 43.057
a. Predictors: (Constant), DAR, CCC, CR b. Dependent Variable: ROA
(Sumber: Data diolah)
78
Berdasarkan Tabel 4.11 Uji F didapat nilai probabilitas signifikansi 0.011. Karena probabilitas yang lebih kecil dari derajat kesalahan 5% atau 0.05, maka model regresi dapat digunakan untuk
memprediksi ROA atau dapat dikatakan
CCC, CR, dan DAR secara bersama-sama berpengaruh terhadap ROA. 4) Uji Signifikansi Individual (Uji Statsitik t) Tabel 4.12 Uji t Perusahaan Syariah Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant)
B
Std. Error
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
23.995
6.219
CCC
-.013
.019
-.116
-.676 .503
CR
-.295
.921
-.085
-.320 .751
-30.906
12.443
-.585
-2.484 .018
DAR
3.858 .000
a. Dependent Variable: ROA
(Sumber: Data di diolah) Dari Tabel 4.11 diatas, dapat diketahui bahwa : (a)
Konstanta sebesar 23,995 menyatakan bahwa jika semua variabel independen dianggap konstan, maka rata-rata ROA perusahaan syariah sebesar 23,995 persen.
(b)
Koefesien CCC sebesar -0,013 dengan nilai signifikansi 0,503 lebih besar dari α 0,05. Artinya CCC pada kelompok perusahaan syariah tidak berpengaruh negatif terhadap return on asset. Hal tersebut mendukung penelitian Ganesan (2007) dan Sutanto (2012). Ganesan
79
(2001) menjelaskan bahwa CCC mungkin tidak memiliki pengaruh signifikan bila perusahaan memiliki jumlah aset tetap (fixed assets) yang tidak proporsional terhadap aset lancarnya. (c)
Koefesien CR sebesar -0,295 dengan nilai signifikansi 0,751 lebih besar dari α 0,05. Artinya CR pada kelompok perusahaan syariah tidak berpengaruh negatif terhadap return
on
asset.
Hasil
ini
mendukung
penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Ganessan (2007) dan Sutanto (2012), serta sesuai temuan Quayyum
dan
Raheman, et al (2010) yang menemukan CR tidak berpengaruh signifikan pada beberapa sektor, salah satunya sektor tekstil. Serupa dengan CCC, CR mungkin tidak memiliki pengaruh signifikan bila perusahaan memiliki jumlah aset tetap (fixed assets) yang tidak proporsional terhadap aset lancarnya. (d)
Koefesien DAR sebesar 30,906 dengan nilai signifikansi 0.018 lebih kecil dari 0.05, artinya DAR berpengaruh negatif. Setiap peningkatan DAR 1 persen, maka ROA akan berkurang sebesar 30,906 persen. Hal ini seperti yang diharapkan, bahwa semakin rendah nilai rasio hutang (debt ratio), maka akan menurunkan beban modal dan risiko perusahaan yang pada akhirnya akan meningkatkan
80
profitabilitas. Hasil ini mendukung penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Ching (2011), dan Bagchi dan Khamrui (2012). Berdasarkan hasil uji t pada perusahaan syariah, maka hipotesis alternatif pada Hipotesis 4 dan 5 ditolak, atau CCC dan CR tidak berpengaruh terhadap ROA.
Sedangkan
hipotesis alternatif pada Hipotesis 6 diterima, atau dengan kata lain DAR berpengaruh terhadap ROA. 5) Uji Koefesien Determinasi (R2) Untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen pada perusahaan syariah, maka dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 4.13 Uji Koefesien Determinasi Perusahaan Syariah Model Summaryb
Model
R
1
.513a
R Square
Adjusted R Square
.263
.202
Std. Error of the Estimate 6.56181
a. Predictors: (Constant), DAR, CCC, CR b. Dependent Variable: ROA
(Sumber: Data di diolah) Berdasarkan Tabel 4.13 didapat nilai adjusted R2 sebesar 0.202. Maka dapat diartikan bahwa variabel independen CCC, CR, dan DAR mampu menjelaskan variabel dependen ROA sebesar 20.2%. Sedangkan sisanya, sebesar 79.8% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam model
81
seperti pangsa pasar perusahaan (Raza, et al. 2011), kualitas tenaga kerja (Ton, 2009), dan faktor makroekonomi seperti inflasi, GDP, tingkat upah, jumlah perusahaan, tingkat bunga (Bekeris , 2012). b. Analisis Regresi Kelompok Perusahaan Konvensional. 1) Uji Asumsi Klasik (a)
Uji Normalitas. Gambar 4.10 Grafik Normal P-Plot Perusahaan Konveansional
(Sumber : Data sekunder diolah)
Tabel 4.14 Deskriptif Statsitik Normalitas Perusahaan Konvensional Descriptive Statistics N
Skewness
Statistic Statistic Unstandardized Residual
52
Valid N (listwise)
52
.874
Std. Error .330
Kurtosis Statistic 3.024
Std. Error .650
(Sumber: Data diolah) 82
Dapat dilihat pada Gambar 4.12 bahwa titik-titik residual tersebar disekitar garis diagoanal, namun sebagian titik menjauh dari garis diagonal. Artinya ada kemungkinan bahwa residual tidak berdistribusi normal. Untuk lebih memastikan hal tersebut, dilakukan analisis statistik berdasarkan
Tabel 4.14 dengan melihat nilai
skewness dan kurtosis sebagai berikut :
Nilai Z hitung untuk skewness dan kurtosis secara berturut-turut adalah sebesar 36 dan 32.102 lebih besar dari nilai Z tabel dengan tingkat signifikansi 0.05 sebesar 1.96.
Dapat
disimpulkan
bahwa
residual
tidak
berdistribusi normal baik dilihat dari grafik normal p-plot dan analisis statsitik.
83
Data yang tidak terdistribusi secara normal dapat ditransformasi agar menjadi normal. Untuk menentukan bentuk
transformasi
yang
tepat
harus
diketahui
bagaimana bentuk histogram dari data yang ada, apakah moderate
positive
skewness,
substansial
positive
skewness, severe positive skewness, moderate negative skewness, substansial negative skewness, dan sverve negative skewness (Ghozali,2009 : 33)
Gambar 4.11 Grafik Histogram Perusahaan Konvensional
(Sumber: Data diolah)
Dapat dilihat pada Gambar 4.11, variabel ROA, CCC, dan CR memiliki bentuk histogram moderate positive skewness, sehingga variabel-variabel tersebut perlu ditransformasi menjadi bentuk akar kuadrat. Berikut
84
ini akan ditampilkan grafik normal p-plot dan statsitik deskriptif data yang telah di transformasi dalam bentuk akar kuadrat atau square root (SQRT). Gambar 4.12 Grafik Normal P-Plot Perusahaan Konvensional Setelah Transformasi Data
(Sumber: data diolah) Tabel 4.15 Deskriptif Statsitik Normalitas Perusahaan Konvensional Setelah Transformasi Data Descriptive Statistics N
Skewness
Statistic Statistic Unstandardized Residual Valid N (listwise)
52
-.045
Std. Error .330
Kurtosis Statistic .150
Std. Error .650
52
(Sumber: data diolah) Setelah dilakukan transformasi data, grafik normal p-plot pada Gambar 4.12 menunjukan sebaran yang
85
normal. Untuk lebih memastikan maka dilakukan uji statistik menggunakan hasil Tabel 4.15 berikut ini.
Nilai Z hitung skewness dan kurtosis data yang telah ditransformasi adalah -9.574 dan 1.59 lebih kecil dari nilai Z tabel pada signifikansi 0.05 sebesar 1.96. Maka dapat disimpulkan bahwa sebaran residual data adalah normal. Untuk itu, semua uji yang akan dilakukan selanjutnya
untuk
perusahaan
konvensional,
akan
menggunakan data yang telah ditransformasi. (b)
Uji Autokorelasi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya korelasi antar residual pada data kelompok perusahaan konvensional maka dilakukan uji Durbin-Watson. Nilai Durbin-
86
Watson (DW) didapat dengan cara meregresikan variabel yang diteliti menggunakan SPSS. Kemudian nilai DW akan dibandingkan dengan nilai tabel Durbin-Watson dengan menggunakan nilai signifikansi 5%. Untuk itu perlu dibuat hipotesis sebagai berikut : H0 : tidak ada autokorelasi (r = 0) H1 : ada autokorelasi (r ≠ 0) Jika nilai DW lebih besar dari nilai du dan lebih kecil dari 4-du (du
R
1
.764a
R Square .583
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
.557
.71504
DurbinWatson 1.335
a. Predictors: (Constant), DAR, SQRT_CR, SQRT_CCC b. Dependent Variable: SQRT_ROA
(Sumber: data diolah) Hasil output SPSS menunujukan nilai Durbin – Watson sebesar 1.335. Nilai tersebut lebih kecil daripada nilai pada tabel du untuk k=3 atau 3 variabel independen dan jumlah sampel sebanyak 52 yaitu 1.6769. Hal tersebut menunujukkan bahwa terdapat autokorelasi positif. Autokorelasi dapat disembuhkan dengan cara
87
mentransformasi kedalam bentuk difference (Ghozali, 2009: 109) .Untuk mengobati autokorealsi diperlukan nilai rho (ρ), dan dalam kasus ρ tidak diketahui maka dapat diestimasi dengan beberapa cara. Dalam penelitian ini ρ diestimasi dengan berdasarkan nilai Durbin-Watson d statsitik. Pada kasus jumlah sampel kecil Theil-Nagar mengajukan rumus untuk menghitung ρ sebagai berikut:
Dimana : n = jumlah sampel atau observasi d = nilai statsistik Durbin-Watson k = jumlah variabel bebas
Dengan menggunakan rumus Theil-Nagar didapat nilai ρ sebesar 0.337. Setelah nilai ρ didapatkan, maka langkah selanjutnya adalah mentransformasi persamaan regresi menjadi seperti dibawah ini : Y@= Y- ρ(Yt-1) Xi@= Xi- ρ(Xi t-1)
88
Kemudian lakukan regresi dengan persamaan sebagai berikut ; Y*= β1 + X1* + ... + Xt* + εt Tabel 4.17 Uji Autokorelasi Perusahaan Konvensional Setelah Transformasi Data Model Summaryb Model
R
R Square
1
.725a
.526
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
.496
.69092
DurbinWatson 2.118
a. Predictors: (Constant), SQRT_DAR@, SQRT_CR@, SQRT_CCC@ b. Dependent Variable: SQRT_ROA@
(Sumber: Data diolah) Tabel
4.17,
menunjukkan
hasil
regresi
setelah
ditransformasi dalam bentuk difference. Hasil tersebut menunjukkan nilai statistik Durbin-Watson sebesar 2.118 lebih besar daripada nilai tabel du dengan tingkat derajat kesalahan 5% dan jumlah variabel bebas 3 sebesar 1.6769. Nilai Durbin-Watson juga berada dibawah nilai 4-du sebesar 2.3231 , sehingga H0 tidak dapat ditolak dan disimpulkan tidak ada autokorelasi. Untuk itu, semua uji yang akan dilakukan selanjutnya untuk perusahaan konvensional, akan menggunakan model yang telah ditransformasi dalam bentuk difference. (c)
Uji Multikolinieritas.
89
Tabel 4.18 Hasil Uji Multikolinieritas Perusahaan Konvensional Coefficientsa
Collinearity Statistics Model
Tolerance
VIF
(Constant) SQRT_CCC@
.974
1.027
SQRT_CR@
.997
1.003
SQRT_DAR@
.977
1.024
a. Dependent Variable: SQRT_ROA@
(Sumber: Data diolah) Tabel 4.17 menunjukkan bahwa tidak ada nilai tollerance yang lebih kecil dari 0.10 dan VIF yang lebih besar dari 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
masalah
multikolinieritas
pada
kelompok
perusahaan konvensional. (d)
Uji Heteroskedestisitas Gambar 4.13 Grafik Scatter plot perusahaan Konvensional
(Sumber: Data diolah)
90
Dari grafik scatter plot pada Gambar 4.15 terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedestisitas pada model regresi pada perusahaan konvensional, sehingga model regresi layak digunakan. 2) Model Regresi Tabel 4.19 Model Regeresi Perusahaan Konvensional Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
7.292
.818
SQRT_CCC@
-.088
.040
.001 -1.025
SQRT_CR@ SQRT_DAR@
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
8.910
.000
-.221
-2.167
.035
.077
.001
.013
.990
.144
-.725
-7.139
.000
a. Dependent Variable: SQRT_ROA@
(Sumber: Data diolah) Berdasarkan output SPSS pada Tabel 4.18 , dari ke tiga variabel yang dimasukkan kedalam model regresi, variabel CR tidak berpengaruh signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari probabilitas signifikansi untuk CR sebesar 0.990 diatas 0.05. Sedangkan CCC dan DAR memiliki probibalitas 0.035 dan 0.000, yang artinya signifikan pada 0.05. Dari Tabel 4.17 dapat dibuat persamaan matematis sebagai berikut : ROA = 7.292 - 0.088CCC + 0.001CR – 1.025 DAR + ε
91
3) Uji F Tabel 4.20 Uji F Perusahaan Konvensional ANOVAb Sum of Squares
Model 1
Mean Square
df
Regression
24.913
3
8.304
Residual
22.436
47
.477
Total
47.349
50
F
Sig. .000a
17.396
a. Predictors: (Constant), SQRT_DAR@, SQRT_CR@, SQRT_CCC@ b. Dependent Variable: SQRT_ROA@
(Sumber: Data diolah) Berdasarkan Tabel
4.20,
didapat
nilai
probabilitas
signifikansi sebesar 0.000. Karena probabilitas yang lebih kecil dari derajat kesalahan 5% atau 0.05, maka model regresi dapat digunakan untuk
memprediksi ROA atau dapat dikatakan
CCC, CR, dan DAR secara bersama-sama berpengaruh terhadap ROA. 4) Uji Signifikansi Individual (Uji Statsitik t) Tabel 4.21 Uji t Kelompok Perusahaan Konvensional Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
7.292
.818
SQRT_CCC@
-.088
.040
.001
.077
-1.025
.144
SQRT_CR@ SQRT_DAR@
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
8.910
.000
-2.167
.035
.001
.013
.990
-.725
-7.139
.000
-.221
a. Dependent Variable: SQRT_ROA@
(Sumber: Data diolah) Dari persamaan regresi diatas, dapat diketahui bahwa :
92
(a)
Konstanta sebesar 7.292 menyatakan bahwa jika variabel independen dianggap konstan, maka rata-rata ROA untuk perusahaan konvensional adalah sebesar 7.292 persen.
(b)
Koefesien CCC sebesar -0.088 dengan signifikansi 0.035 dibawah α 0.05
menyatakan bahwa CCC berpengaruh
negatif. Setiap penambahan CCC sebanyak 1 hari, maka ROA akan berkurang sebesar 0.088 persen. Temuan ini sesuai dengan teori yang menyatakan demikian dan mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ching , et al (2011), Quayyum (2011), Bagchi dan Khamrui (2012), dan Owalabi dan Alu (2012). (c)
Koefesien CR sebesar 0,001 dengan nilai signifikansi 0,990
lebih besar dari α 0,05. Walaupun dari nilai
koefesiennya, CR berpengaruh positif, namun tidak terbukti secara statistik. Raheman
et
al
(2010)
Hasil ini mendukung temuan dalam
penelitian
yang
dilakukannya pada sektor Auto & Engineering dan Cements & Ceramics. (e)
Koefesien DAR sebesar -1.025 dengan signifikansi 0.000 menyatakan bahwa DAR berpengaruh negatif. Setiap penambahan DAR sebanyak 1 persen, maka ROA akan berkurang sebesar 1.025 persen. Temuan ini konsisten dengan teori dan temuan pada pengujian yang dilakukan
93
pada kelompok perusahaan syariah dan mendukung penelitian Ching, et al (2011), dan Bagchi dan Khamrui (2012). Hasil uji t pada kelompok perusahaan konvensional menunjukkan bahwa hipotesis alternatif untuk hipotesis
8
ditolak, atau dengan kata lain CR tidak berpengaruh terhadap ROA. Sedangkan hipotesis alternatif untuk Hipotesis 7 dan 9 diterima, atau CCC dan DAR berpengaruh negatif terhadap ROA. 5) Uji Koefesien Determinasi (R2) Untuk
menentukan
seberapa
besar
prediktor
dapat
menjelaskan variabel terikatnya pada kelompok perusahaan konvensional, dapat ditunjukkan dengan nilai koefisien determinasi yang diperoleh dari nilai adjusted R square sebagai berikut Tabel 4.22 Uji Koefesien Determinasi (R2) Perusahaan Konvensional Model Summaryb
Model 1
R .725a
Change Statistics Std. Adjusted Error of R R R the Square F Sig. F DurbinSquare Square Estimate Change Change df1 df2 Change Watson .526
.496
.69092
.526 17.396
3 47
.000
2.118
a. Predictors: (Constant), SQRT_DAR@, SQRT_CR@, SQRT_CCC@ b. Dependent Variable: SQRT_ROA@
(Sumber: Data diolah)
94
Berdasarkan tampilan output SPSS model summary, dapat dilihat besarnya adjusted R2 adalah 0,496 yang berarti 49,6% variasi return on assets pada perusahaan konvensional dapat dijelaskan oleh variasi dari ke tiga variabel independen yaitu CCC, CR, dan DAR. Sedangkan sisanya sebesar 51,4% dijelaskan oleh variabel yang tidak dimasukkan dalam mode seperti pangsa pasar perusahaan (Raza, et al. 2011), kualitas tenaga kerja (Ton, 2009), dan faktor makroekonomi seperti inflasi, GDP, tingkat upah, jumlah perusahaan, tingkat bunga (Bekeris , 2012). c. Ringkasan Hasil Analisis Regresi Berganda Pada Kelompok Perusahaan Syariah dan Konvensional Hasil analisis regresi yang telah dilakukan pada kelompok perusahaan manufaktur Sektor Industri Dasar dan Bahan Kimia Syariah dan Konvensional dapat diringkas sebagai berikut : Tabel 4.23 Ringkasan Hasil Analisis Regresi
Nilai Sig. Hasil Uji F Hasil Uji t : CCC CR DAR
Syariah α Kesimpulan
0.011
Nilai Sig.
Berpengaruh
0.000
Tidak Berpengaruh Tidak Berpengaruh Berpengaruh Negatif
0.035 0.990 0.000
0.05 0.503 0.751 0.018
Konvensional α Kesimpulan Berpengaruh 0.05 Berpengaruh Negatif Tidak Berpengaruh Berpengaruh Negatif
(Sumber: Data sekunder diolah)
95
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan manajemen modal kerja serta pengaruhnya pada kelompok perusahan manufaktur syariah dan konvensional. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Terdapat perbedaan yang signifikan secara statsitik pada current asset (CR), dan debt to asset ratio (DAR) antara perusahaan manufaktur Sektor Industri Dasar dan Bahan Kimia syariah dan konvensional. Perusahaan syariah memiliki rasio likuiditas yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan konvensional. Selain itu, perusahaan syariah juga memiliki rasio hutang yang lebih rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perusahaan syariah mampu mengelola manajemen modal kerja lebih baik dibandingkan dengan perusahaan konvensional. 2. Hasil Uji Regresi menunjukkan bahwa variabel independen debt to asset ratio (DAR) berpengaruh negatif secara statistik terhadap variabel dependen return on asset (ROA) pada perusahaan manufaktur Sektor Industri Dasar dan Bahan Kimia syariah. Sedangkan cash conversion cycle (CCC) dan current ratio (CR) tidak berpengaruh terhadap variabel profitabilitas ROA.
96
3. Hasil Uji Regresi menunjukkan bahwa variabel independen cash conversion cycle (CCC) dan debt to asset ratio (DAR) berpengaruh negatif secara statsitik terhadap variabel dependen return on asset (ROA) pada perusahaan manufaktur Sektor Industri Dasar dan Bahan Kimia konvensional. Sedangkan current ratio (CR) tidak berpengaruh terhadap variabel profitabilitas ROA. B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka penulis dapat sampaikan beberapa saran sebagai berikut : 1. Kriteria perusahaan syariah, khususnya ketentuan rasio hutang yang rendah merupakan faktor yang mempengaruhi profitabilias. Untuk itu, perusahaan
sebaiknya
mengurangi
penggunaan
hutang
dan
meningkatkan modal internal. 2. Bagi investor, investasi pada perusahaan atau emiten syariah menajdi pilihan yang lebih menarik, karena kriteria perusahaan syariah menyebabkan pengelolaan manajemen modal kerja yang lebih baik sehingga menghasilkan profitabilitas yang lebih tinggi dibanding perusahan konvensional. 3. Bagi akademisi dan peneliti lain dengan topik sejenis disarankan untuk melakukan kajian lebih lanjut dengan memasukkan variabel independen lainnya, seperti tingkat keampuan perusahaan membayar bunga, dan faktor eksternal seperti risiko pasar. Dan menambah
97
periode penelitian agar dapat memberikan analisis yang lebih komprehensif.
98
DAFTAR PUSTAKA Anser, Raheem dan Qaisar Ali Malik. “Cash Conversion Cycle and Firm‟s Profitability – A Study Listed Manufacturing Companies od Pakistan”. IQSR Journal of Business and Management Vol. 8, Issue 2. 2013 Bagchi, Bhaskar dan Khamrui, B. “Relationship between Working Capital Management and Profitability :A Study of Selected FMCG Companies in India”, Business and Economic Journal Vol.2012 :BEJ-60, 2012. Bekeris, Rokas. “The Impact of Macroeconomic Indicators Upon SME‟s Profitability”.Ekonomika Vol. 91(3), Vilnus University. 2012. Bhunia, Amaendu dan Amit Das “Affiliation between Working Capital Management and Profitability.”, Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business, Vol.3, 2012. Boeri, Tito and Luigi Guiso .”The Sub-prime Crisis: Greenspan„s Legacy”. 2007. Brigham, Eugene F. dan Houston, Joel F. “Fundamental of Financial Management”. 12th Edition , Cengage Learning, 2009. Ching, Hong Yuh., et al.”Relationship betwwen Working Capital Management and Profitability in Brazilian Listed Companies”, Journal Of Global Business And Economics, Vol.3, 2011. Febianto, Irwan. “Shariah Compliant Model of Business Entities”. Universitas Padjajaran. 2011. Ganessan, Vedavinayagam. “An Analysis of Working Capital Management Effeciency in Telecomunication Equipment Industry”. River Academic Journal, Vol.3 No.2. 2007. Gitman, Lawrance. “ Principle of Managerial Finance”. 12th Edition, Prentice Hall. 2008 Ghozali, Imam. “Aplikasi Multivariate dengan Program SPSS” Cetakan Ke-4. Badan Penerbit Universitas Dipenegoro. 2009.
Hanafi, Mahmud M dan Halim, Adul . “Analisis Laporan Keuangan”, Edisi ke-4, UPP STIM YKPN, 2009. Hayajaneh, Osama Suhail dan Yassine, Fatima Lahcen Ait. “The Impact of Working Capital Effeciency on Pro fitability – An Empirical Analysis on Jordanian Manufacturing Firms”, International Research Journal of Finance and Economics, 2011. Horne, James C. Van dan Wachowiz, John M . “Fundamental of Financial Management”. 12th Edition , Prentice Hall, 2005. Horne, James C. Van dan Wachowiz, John M . “Fundamental of Financial Management”. 13th Edition , Prentice Hall, 2008. IDX. “Buku Panduan Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia”. Indonesia Stock Exchange. 2010. Laux, Judy. “Topics in Finance : Part IX-Working Capital Management”, Colorado College Working Paper 2012-7, Colorado, 2012. Lazaridis, Ioannis dan Tryfonifis, Dimitrios. “The Relationship between Working Capital Management and Profitability of Listed companies in The Athens Stock Exchange”, Yunani, 2006. Otoritas Jasa Keuangan. “Pengenalan Produk Syariah di Pasar Modal”. (Online). (http://syariah.ojk.go.id/pengenalan_produk_syariah.html). 2013. Owalabi, Sunday Ajao dan Alu, Chituru Nkechinyere. “Effective Working Capital Management And Profitability : A Study of Selected Quoted Manufacturing Companies in Nigeria”, Economics and Finance Review Vol.2(6), 2012. Preve, Lorenzo A. Dan Virginia, Sarria-Allende. Management”. Oxford Press, 2010.
“Working Capital
Quayyum, Sayeda Tahmina. “Effects of Working Capital Management and Liquidity : Evidence from the Cement Industry of Bangladesh” , Journal od Business and Technology, Vol.5, Dhaka. 2011.
Raheman, Abdul. Abdul Qayyum, Talat Afza, dan Mahmood Ahmed Bodla. “Sector Wise Analysis of Working Capital Management and Firm Performance in Manufacturing Sector of Pakistan”. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business, Vol.2, 2010. Raza, Syed Ali., M Shoaib Farooq dan Nadeem Khan. “Form And Industry Effects On Firm Profitability : An Empirical Analysis Of KSE”. Munich Personal RePEc Archive. 2011. RBS and Greenwich Asscoiation. “Working Capital Management”. 2011 Rodoni, Ahmad. “Investasi Syariah”. Cetakan I, Lembaga Penelitian UIN Jakarta. 2009. Rudiyanto. “Prospek Reksadana Sektoral”. (Online). (http: //rudiyanto. blog.kontan. co.id / 2011 / 05/02/prospek –reksadana - sektoral / prospek-reksa - dana- sektoral/) Sutanto,J.E dan Pribadi Yanuar. “Effeciency of Working Capital on Company Profitability in Generating ROA (Case Studies in CV.Tools Box in Surabaya)”, Journal of Economics, Business, and Accoutancy Ventura. Vol.15, 2012. Suharyadi dan Purwanto. “ Statistika Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern”. Edisi Ke-2, Salemba Empat.2009 Sugiyono. “Metodologi Penelitian Bisnis”. Cetakan ke-12, Alvabeta. 2008. Ton, Zeynep. “The Effect of Labor on Profitability : The Role of Quality”. Working Paper , Harvard Business School. 2009. Usama, Muhammad. “Working Capital Management and its affect on firm‟s Profitability and Liquidity : In Other Food Sector of (KSE) Karachi Stock Index.”, Arabian Journal of Business and Management Review, Vol.1, 2012. Winarno, Wing Wahyu. “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews”. Edisi ke-3.UPP STIM YKPN.2009. World Bank. “Laju Pertumbuhan Sektor Manufaktur Semakin Cepat”, (Online).(http://www.worldbank.org/in/news/press-release/2012/10/10/ indonesia- manufacturing- sector-picks-up-pace)
www.ecfin.co.id
www.idx.co.id
www.infovesta.com
www.kontan.co.id
Lampiran 1 : Daftar Perusahaan Manufaktur No Kode Nama Perusahaan Tanggal IPO DES Industri Dasar Dan Bahan Kimia 2007 2008 2009 2010 2011 2012 AKKU
Alam Karya Unggul Tbk.
1-Nov-04
v
v
v
v
v
2 3
AKPI
Argha Karya Prima Industry Tbk
18-Dec-92
v
v
v
v
v
v
v
ALDO
Alkindo Naratama Tbk.
12-Jul-11
4
ALKA
Alakasa Industrindo Tbk
12-Jul-90
v
v
v
v
v
5
ALMI
Alumindo Light Metal Industry
2-Jan-97
6
AMFG
Asahimas Flat Glass Tbk.
8-Nov-95
v
v
v
v
v
7 8
APLI
Asiaplast Industries Tbk.
1-May-00
ARNA
Arwana Citramulia Tbk.
17-Jul-01
v
v v
v
9 10 11
BAJA
Saranacentral Bajatama Tbk.
21-Dec-11
BRNA
Berlina Tbk.
6-Nov-89
BRPT
Barito Pacific Tbk.
1-Oct-93
12 13
BTON
Betonjaya Manunggal Tbk.
18-Jul-01
BUDI
Budi Acid Jaya Tbk.
8-May-95
14 15
CPIN
Charoen Pokphand Indonesia Tbk
18-Mar-91
CTBN
Citra Tubindo Tbk.
28-Nov-89
v
v
v
16
DPNS
Duta Pertiwi Nusantara Tbk.
8-Aug-90
v
v
17
EKAD
Ekadharma International Tbk.
14-Aug-90
v
v
18
ETWA
Eterindo Wahanatama Tbk
16-May-97
v
19
FASW
Fajar Surya Wisesa Tbk.
1-Dec-94
20
FPNI
Titan Kimia Nusantara Tbk
21-Mar-02
GDST
Gunawan Dianjaya Steel Tbk.
23-Dec-09
IGAR
Champion Pacific Indonesia Tbk
5-Nov-90
v
v
23
IKAI
Intikeramik Alamasri Industri
4-Jun-97
v
v
24
INAI
Indal Aluminium Industry Tbk
5-Dec-94
25
INCI
Intanwijaya Internasional Tbk
24-Jul-90
v
v
INKP
Indah Kiat Pulp & Paper Tbk.
16-Jul-90
INRU
Toba Pulp Lestari Tbk.
18-Jun-90
1
21 22
26 27
v
v
v
v
v
v
v
v v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
INTP
Indocement Tunggal Prakasa Tbk
5-Dec-89
29
IPOL
Indopoly Swakarsa Industry Tbk
9-Jul-10
30
JKSW
Jakarta Kyoei Steel Works Tbk.
6-Aug-97
31 32
JPFA
Japfa Comfeed Indonesia Tbk.
23-Oct-89
JPRS
Jaya Pari Steel Tbk
8-Aug-89
33
KBRI
Kertas Basuki Rachmat Indonesi
11-Jul-08
34
KIAS
Keramika Indonesia Assosiasi T
8-Dec-94
35 36 37 38 39
KRAS
Krakatau Steel (Persero) Tbk.
10-Nov-10
LION
Lion Metal Works Tbk.
20-Aug-93
LMSH
Lionmesh Prima Tbk.
4-Jun-90
MAIN
Malindo Feedmill Tbk.
10-Feb-06
MLIA
Mulia Industrindo Tbk
17-Jan-94
40
NIKL
Pelat Timah Nusantara Tbk.
14-Dec-09
41
PICO
Pelangi Indah Canindo Tbk
23-Sep-96
42
SAIP
Surabaya Agung Industri Pulp &
3-May-93
43 44 45 46
SIAP
Sekawan Intipratama Tbk
17-Oct-08
SIMA
Siwani Makmur Tbk
3-Jun-94
SIPD
Sierad Produce Tbk.
27-Dec-96
SMCB
Holcim Indonesia Tbk.
10-Aug-97
SMGR
Semen Indonesia (Persero) Tbk.
48 49 50
28
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v v
v v v
v v v
v v
v v
v v
v v
v v
v v
v
v
8-Jul-91
v
v
v
v
v
v
v
SOBI
Sorini Agro Asia Corporindo Tb
3-Aug-92
v
SPMA
Suparma Tbk.
16-Nov-94
SRSN
Indo Acidatama Tbk
11-Jan-93
v v v
v
v
51
SULI
Sumalindo Lestari Jaya Tbk
21-Mar-94
52
TBMS
Tembaga Mulia Semanan Tbk.
30-Sep-93
53
TIRT
Tirta Mahakam Resources Tbk
13-Dec-99
54
TKIM
Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk.
3-Apr-90
55
TOTO
Surya Toto Indonesia Tbk.
30-Oct-90
TPIA
Chandra Asri Petrochemical Tbk
26-May-08
TRST
Trias Sentosa Tbk.
2-Jul-90
47
56 57
v
v
v v
v v v
v v
v v
v v
v v
v v
v v
58
UNIC
Unggul Indah Cahaya Tbk
6-Nov-89
v
v
Yanaprima Hastapersada Tbk
5-Mar-08
v
v
v v
59 YPAS Aneka Industri Lainnya
v
v
v
v
v
v
v
v v
v v v
v v v
v v v
v v v
v v v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
60
ADMG
Polychem Indonesia Tbk
20-Oct-93
61 62 63 64
ARGO
Argo Pantes Tbk.
7-Jan-91
ASII
Astra International Tbk.
4-Apr-90
AUTO
Astra Otoparts Tbk.
15-Jun-98
BATA
Sepatu Bata Tbk.
24-Mar-82
65
BIMA
Primarindo Asia Infrastructure
30-Aug-94
66
BRAM
Indo Kordsa Tbk.
5-Sep-90
67
CNTX
Century Textile Industry Tbk.
22-May-79
68 69
ERTX
Eratex Djaja Tbk.
21-Aug-90
ESTI
Ever Shine Tex Tbk.
13-Oct-92
v
v
v
70
GDYR
Goodyear Indonesia Tbk.
1-Dec-80
v
v
v
71
GJTL
Gajah Tunggal Tbk.
8-May-90
72
HDTX
Panasia Indo Resources Tbk.
6-Jun-90
73
IKBI
Sumi Indo Kabel Tbk.
21-Jan-91
v v
v v
v v
v v
v v
v v
v v
74
IMAS
Indomobil Sukses Internasional
15-Sep-93
75
INDR
Indo-Rama Synthetics Tbk.
3-Aug-90
v
v
v
v
v
v
v
76
INDS
Indospring Tbk.
10-Aug-90
77
JECC
Jembo Cable Company Tbk.
18-Nov-92
78 79 80
KARW
ICTSI Jasa Prima Tbk.
20-Dec-08
KBLI
KMI Wire & Cable Tbk.
6-Jul-92
KBLM
Kabelindo Murni Tbk.
1-Jun-92
v
v v
v v
v v
v v
v v
v v
81
LPIN
Multi Prima Sejahtera Tbk
5-Feb-90
v
v
v
v
v
v
v
82
MASA
Multistrada Arah Sarana Tbk.
9-Jun-05
v
v
v
v
v
v
83
MYTX
Apac Citra Centertex Tbk
10-Oct-89
84
NIPS
Nipress Tbk
24-Jul-91
85
PAFI
Panasia Filament Inti Tbk
1-Jan-00
86 87
PBRX
Pan Brothers Tbk.
16-Aug-90
POLY
Asia Pacific Fibers Tbk
12-Mar-91
88
PRAS
Prima Alloy Steel Universal Tb
12-Jul-90
89
PTSN
Sat Nusapersada Tbk
8-Nov-07
90
RICY
Ricky Putra Globalindo Tbk
22-Jan-98
91
SCCO
Supreme Cable Manufacturing &
20-Jul-82
92
SMSM
Selamat Sempurna Tbk.
9-Sep-96
93
SSTM
Sunson Textile Manufacture Tbk
20-Aug-97
94
STAR
Star Petrochem Tbk.
13-Jul-11
95
TFCO
Tifico Fiber Indonesia Tbk.
26-Feb-80
96
TRIS
Trisula International Tbk.
28-Jun-12
97
UNIT
Nusantara Inti Corpora Tbk
18-Apr-02
98 UNTX Unitex Tbk. 99 VOKS Voksel Electric Tbk. Hasil Industri Untuk Konsumsi
16-Jun-89 20-Dec-90
100
ADES
Akasha Wira International Tbk.
13-Jun-94
101
AISA
Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
11-Jun-97
102 103 104 105
ALTO
Tri Banyan Tirta Tbk.
10-Jul-12
CEKA
Cahaya Kalbar Tbk
9-Jul-96
DAVO
Davomas Abadi Tbk
22-Dec-94
DLTA
Delta Djakarta Tbk
12-Feb-84
106
DVLA
Darya-Varia Laboratoria Tbk.
11-Nov-94
107
GGRM
Gudang Garam Tbk.
27-Aug-90
108
ICBP
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
7-Oct-10
109
INAF
Indofarma Tbk
17-Apr-01
110
INDF
Indofood Sukses Makmur Tbk.
14-Jul-94
111
KAEF
Kimia Farma Tbk.
4-Jul-01
112
KDSI
Kedawung Setia Industrial Tbk.
29-Jul-96
113
KICI
Kedaung Indah Can Tbk
28-Oct-93
114
KLBF
Kalbe Farma Tbk.
30-Jul-91
115
LMPI
Langgeng Makmur Industri Tbk.
17-Oct-94
116 117
MBTO
Martina Berto Tbk.
13-Jan-11
MERK
Merck Tbk.
23-Jul-81
118
MLBI
Multi Bintang Indonesia Tbk.
17-Jan-94
119
MRAT
Mustika Ratu Tbk.
27-Jul-95
v
v
v
v
v
v
v
v v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v v
v v
v v
v v
v v
v
v v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v v v
v
v
v
v
120
MYOR
Mayora Indah Tbk
4-Jul-90
121
PSDN
Prasidha Aneka Niaga Tbk
18-Oct-94
122
PYFA
Pyridam Farma Tbk
16-Oct-01
123
RMBA
Bentoel Internasional Investam
5-Mar-90
124
ROTI
Nippon Indosari Corpindo Tbk.
28-Jun-10
125
SCPI
Schering Plough Indonesia Tbk
8-Jun-90
126 127
SKBM
Sekar Bumi Tbk.
5-Jan-93
SKLT
Sekar Laut Tbk.
128
SQBB
129 130 131
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
8-Sep-93
v
v
v
v
v
v
Taisho Pharmaceutical Indonesi
29-Mar-83
STTP
Siantar Top Tbk.
16-Dec-96
TCID
Mandom Indonesia Tbk.
23-Sep-93
v v
v v v
v v v
v v v
v v v
v v v
v v v
TSPC
Tempo Scan Pacific Tbk.
17-Jun-94
v
v
v
v
v
v
v
132
ULTJ
Ultra Jaya Milk Industry & Tra
2-Jul-90
133
UNVR
Unilever Indonesia Tbk.
11-Jan-82
v v
v v
v v
v v
v v
v v
v v
134
WIIM
Wismilak Inti Makmur Tbk.
18-Dec-12
Lampiran 2 : Data Penelitian Groups* S S S S S S S S S S S S S S S S
KODE AKPI
AMFG
BTON
CTBN
ROA CCC ACP ICP PDP CR DER 1.485 73.550 67.507 69.187 63.144 1.250 1.320 4.142 78.053 59.054 56.301 37.302 1.370 1.170 5.958 81.235 50.804 70.635 40.204 1.500 0.980 4.800 101.854 55.037 88.280 41.462 1.790 0.880 8.607 49.414 49.414 114.053 114.053 2.75 0.37 11.370 152.923 25.471 139.198 11.746 3.45 0.35 3.412 96.595 35.428 97.146 35.979 3.34 3.34 13.949 91.410 33.754 100.832 43.176 3.940 0.29 18.903 60.100 60.100 22.977 22.977 3.15 0.35 29.532 27.722 27.722 33.531 33.531 4.32 0.28 13.453 56.131 39.689 22.913 6.471 9.46 0.08 9.344 23.228 38.903 27.183 42.858 3.600 0.23 13.710 26.859 62.355 34.663 70.159 1.54 0.87 10.290 53.294 46.831 65.776 59.313 1.49 1.06 7.123 51.749 56.123 65.685 70.059 1.67 0.85 6.712 86.247 81.144 197.686 192.583 1.380 1.43
S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S K K K K K K K K K K K K K K K
EKAD
IGAR
INTP
LION
LMSH
SMGR
ALKA
ALMI
ARNA
BRNA
4.984 3.272 9.958 11.975 4.677 2.403 7.785 19.827 9.764 15.465 20.688 27.684 11.705 14.948 12.387 12.712 9.460 14.901 3.306 9.400 20.850 23.801 25.685 23.345 4.83 2.85 5.43 2.61 2.31 0.28 1.77 2.91 6.89 7.38 7.77 9.05 2.68 4.03 3.99
71.611 62.223 119.135 121.635 101.560 90.725 96.413 76.838 101.769 112.155 98.527 103.112 279.320 291.580 264.616 295.505 99.149 93.092 107.213 88.390 78.480 88.886 66.426 79.152 8.00 14.52 16.35 20.29 80.07 51.41 32.13 39.30 32.99 37.33 47.39 60.41 77.09 85.62 92.38
54.937 37.629 43.720 44.195 66.588 67.825 74.236 57.471 39.724 34.415 46.428 44.413 79.768 57.739 67.041 58.106 39.403 29.639 48.414 39.719 43.928 44.550 36.158 43.680 29.21 33.62 44.26 50.58 21.14 14.44 29.96 19.25 80.36 82.52 80.80 86.17 76.29 76.18 95.04
64.637 47.759 104.653 109.949 63.090 52.083 49.872 41.992 79.716 96.093 84.736 84.747 230.778 252.172 232.374 258.491 101.158 73.658 79.773 77.044 68.297 87.206 67.479 78.688 3.12 3.35 5.29 4.09 65.36 89.86 116.92 56.32 23.32 31.72 27.31 36.61 49.45 51.75 56.84
47.963 23.165 29.238 32.508 28.118 29.184 27.695 22.625 17.671 18.353 32.638 26.048 31.226 18.330 34.799 21.093 41.412 10.205 20.974 28.373 33.745 42.870 37.211 43.215 24.33 22.45 33.19 34.38 6.43 52.90 114.75 36.27 70.69 76.91 60.72 62.37 48.65 42.30 59.49
3.07 2.59 1.41 1.760 3.06 4.07 5.69 7.040 2.89 1.79 3.01 5.550 5.41 5.69 7.96 9.440 1.85 2.75 2.12 2.440 3.64 3.39 3.58 2.920 1.41 1.52 1.63 1.50 0.89 0.74 0.97 0.66 0.77 0.76 0.79 0.76 2.41 2.28 4.09
0.39 1.03 1.1 0.74 0.53 0.38 0.29 0.23 0.45 0.33 0.24 0.17 0.27 0.26 0.19 0.17 1.16 0.64 0.83 0.67 0.27 0.3 0.26 0.29 5.50 4.28 2.86 3.08 2.07 2.76 2.21 1.97 1.68 1.58 1.38 1.12 1.34 1.29 1.70
K 6.31 93.99 BUDI K 3.11 98.39 K 1.94 86.00 K 9.16 61.21 K 2.34 85.46 CPIN K 3.90 64.40 K 4.90 47.65 K 30.15 47.71 K 33.91 47.33 FASW K 3.24 112.95 K 0.98 99.72 K 7.54 113.18 K 6.30 104.98 PICO K 1.88 179.08 K 2.21 119.49 K 2.33 139.49 K 2.11 192.20 SMCB K 2.35 41.14 K 3.44 51.48 K 12.33 43.69 K 7.94 38.93 SOBI K 11.18 171.03 K 12.82 199.75 K 12.48 103.06 K 3.82 152.61 SRSN K 7.69 220.05 K 1.73 250.51 K 6.13 282.92 K 2.70 286.37 TKIM K 0.46 147.77 K 2.28 123.32 K 1.34 161.84 K 2.00 135.93 TOTO K 6.17 124.99 K 6.14 72.01 K 18.09 126.72 K 17.75 133.10 *S= Kelompok Perusahaan Syariah K= Kelompok Perusahaan Konvensional
87.66 71.34 38.69 42.40 48.91 31.69 20.54 21.50 21.56 63.63 41.95 63.18 56.87 86.33 51.47 37.84 41.53 45.76 42.97 37.09 34.57 51.55 42.69 36.66 48.90 66.45 77.00 74.53 77.89 57.57 67.89 97.94 67.60 70.76 68.36 79.44 86.97
64.69 51.41 65.76 39.67 56.96 77.39 45.68 49.18 50.12 67.79 70.37 64.22 66.90 179.18 152.92 149.91 186.85 38.56 46.33 37.76 49.17 147.56 168.72 89.39 116.50 174.51 184.28 222.89 217.05 117.97 87.80 102.30 93.83 121.12 82.20 98.12 105.87
58.36 24.36 18.44 20.86 20.41 44.68 18.56 22.96 24.34 18.47 12.61 14.23 18.79 86.44 84.91 48.26 36.17 43.17 37.82 31.16 44.82 28.08 11.66 23.00 12.79 20.91 10.77 14.50 8.57 27.77 32.37 38.40 25.49 66.89 78.54 50.84 59.74
1.33 1.61 1.05 1.04 1.03 1.23 1.31 1.82 2.93 1.92 2.08 2.31 0.84 0.79 0.99 91.00 1.03 1.33 1.65 1.27 1.66 1.81 1.67 1.54 1.18 1.49 1.37 1.71 2.42 2.53 2.58 2.37 2.19 1.35 1.40 2.06 2.10
1.62 1.31 1.70 1.10 1.53 3.45 2.91 0.82 0.46 1.91 1.84 1.32 1.48 2.28 2.90 2.32 2.25 2.19 1.93 1.19 0.53 0.83 0.95 0.78 1.29 0.79 1.04 0.89 0.59 2.81 2.58 2.63 2.45 1.88 1.84 0.91 0.73
Lampiran 3 : Output SPSS Uji Beda
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ROA N Normal Parametersa
Mean Std. Deviation Most Extreme Absolute Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
CCC
92 92 8.8011 1.0167E2
ACP 92 52.9192
ICP 92 87.5514
PDP
CR
92 92 38.8005 3.3727
DAR 92 47.5543
7.48108 6.63812E1 1.95026E1 5.77300E1 2.71716E1 9.40010 1.95916E1 .144 .144 -.127 1.378 .045
.165 .165 -.084 1.585 .013
.101 .101 -.060 .967 .306
.147 .147 -.088 1.411 .037
.164 .164 -.117 1.570 .014
.386 .362 -.386 3.707 .000
.104 .104 -.081 .993 .278
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test SQRT_ROA SQRT_CCC SQRT_ICP SQRT_PDP SQRT_CR N Normal Parametersa Most Extreme Differences
92 2.7204 1.18921 .087 .087 -.065 .837 .485
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
92 9.5975 3.10793 .103 .103 -.054 .986 .285
92 8.8542 3.04235 .082 .082 -.061 .782 .573
92 5.9356 1.89876 .097 .097 -.061 .927 .357
92 1.5635 .96845 .223 .220 -.223 2.138 .000
a. Test distribution is Normal.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test LN_ROA N Normal Parametersa Most Extreme Differences
LN_CCC
92 1.7993 .93776 .059 .043 -.059 .566 .906
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
92 4.4142 .68431 .098 .060 -.098 .941 .338
LN_ICP 92 4.2177 .83640 .135 .070 -.135 1.291 .071
a. Test distribution is Normal.
Group Statistics Groups LN_ROA LN_CCC ACP LN_ICP LN_PDP LN_CR
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
S
40
2.2801
.71247
.11265
K
52
1.4294
.92745
.12861
S
40
4.4706
.56052
.08863
K
52
4.3708
.76869
.10660
S
40
49.7266
13.96160
2.20752
K
52
55.3750
22.70379
3.14845
S
40
4.3497
.59421
.09395
K
52
4.1162
.97675
.13545
S
40
3.4860
.60557
.09575
K
52
3.4492
.64927
.09004
S
40
1.0922
.55177
.08724
K
52
.4469
.70760
.09813
LN_PDP 92 3.4652 .62750 .057 .047 -.057 .547 .925
LN_CR 92 .7275 .71731 .095 .095 -.065 .909 .380
DAR
S
40
30.9250
13.91621
2.20035
K
52
60.3462
12.37151
1.71562
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F LN_ROA Equal variances assumed
2.419
Sig.
6.235
.014
Equal variances not assumed ACP
Equal variances assumed
16.881
3.615
LN_PDP Equal variances assumed Equal variances not assumed
1.847
.178
df
Lower
Upper
.000
.85065
.17689
.49923 1.20206
4.975 90.000
.000
.85065
.17097
.51098 1.19032
90
.491
.09982
.14433
-.18692
.38656
.720 89.778
.473
.09982
.13863
-.17560
.37524
90
.170 -5.64845
4.08114
2.45944 13.75634
-1.469 86.220
.145 -5.64845
3.84524
1.99536 13.29226
.692
.060 1.334
Equal variances not assumed
Sig. (2Mean Std. Error tailed) Difference Difference
95% Confidence Interval of the Difference
90
.000 -1.384
Equal variances not assumed LN_ICP Equal variances assumed
t
.123 4.809
Equal variances not assumed LN_CCC Equal variances assumed
t-test for Equality of Means
90
.186
.23358
.17516
-.11440
.58156
1.417 85.883
.160
.23358
.16485
-.09413
.56129
90
.783
.03672
.13264
-.22680
.30024
.279 86.654
.781
.03672
.13143
-.22453
.29797
.277
LN_CR
Equal variances assumed
.050
.823 4.759
Equal variances not assumed DAR
Equal variances assumed Equal variances not assumed
1.969
.164
90
.000
.64525
.13559
.37588
.91463
4.914 89.976
.000
.64525
.13130
.38440
.90611
90
.000 -29.42115
2.74736
34.87927 23.96304
78.615 10.545
.000 -29.42115
2.79014
34.97521 23.86710
10.709
Lampiran 4
: Output SPSS Regresi Berganda Perusahaan Syariah
Variables Entered/Removedb Variables Entered
Model
Variables Removed a
1
DAR, CCC, CR
Method . Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: ROA
Model Summaryb
Model
R
Change Statistics Std. Error R Adjusted of the R Square F Square R Square Estimate Change Change df1 df2
.513a
1
.263
.202
6.56181
.263
4.293
3
Sig. F Change
36
DurbinWatson
.011
1.332
a. Predictors: (Constant), DAR, CCC, CR b. Dependent Variable: ROA
ANOVAb Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
F
554.511
3
184.837
Residual
1550.065
36
43.057
Total
2104.576
39
Sig.
4.293
.011a
a. Predictors: (Constant), DAR, CCC, CR b. Dependent Variable: ROA
Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
(Constant)
B
Std. Error
23.995
6.219
CCC
-.013
.019
CR
-.295
.921
-30.906
12.443
DAR
a. Dependent Variable: ROA
Standardized Coefficients Beta
Collinearity Statistics
Correlations t
Sig.
Zeroorder Partial Part Tolerance
VIF
3.858
.000
-.116
-.676
.503
-.017
-.112
-.097
.692 1.446
-.085
-.320
.751
.311
-.053
-.046
.292 3.423
-.585 -2.484
.018
-.492
-.382
-.355
.368 2.716
Lampiran 5
: Output SPSS Regresi Berganda Perusahaan Konvensional
Variables Entered/Removedb Variables Entered
Model 1
Variables Removed a
DAR, CR, CCC
Method . Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: ROA Model Summaryb Model
R .735a
1
Adjusted R Square
R Square .540
Std. Error of the Estimate
.511
4.61374
a. Predictors: (Constant), DAR, CR, CCC b. Dependent Variable: ROA Model Summaryb Model
R .735a
1
Adjusted R Square
R Square .540
Std. Error of the Estimate
.511
4.61374
a. Predictors: (Constant), DAR, CR, CCC b. Dependent Variable: ROA ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
1199.132
3
399.711
Residual
1021.755
48
21.287
Total
2220.887
51
F
Sig.
18.778
.000a
a. Predictors: (Constant), DAR, CR, CCC b. Dependent Variable: ROA Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error 31.933
4.356
CCC
-.039
.010
CR
1.125 -39.032
DAR a. Dependent Variable: ROA
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
7.331
.000
-.392
-3.726
.001
.994
.115
1.132
.263
5.590
-.742
-6.982
.000
Descriptive Statistics N
Skewness
Statistic Unstandardized Residual Valid N (listwise)
Statistic
52
.874
52
Variables Entered/Removedb
Model 1
Variables
Variables
Entered
Removed
Method
SQRT_DAR@, SQRT_CR@,
. Enter a
SQRT_CCC@
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: SQRT_ROA@
Kurtosis
Std. Error .330
Statistic 3.024
Std. Error .650
Model Summaryb
Model 1
R
Change Statistics Std. Error of the R Square F Estimate Change Change df1 df2
R Adjusted Square R Square
.725a
.526
.496
.69092
.526 17.396
3
47
Sig. F Change
DurbinWatson
.000
2.118
a. Predictors: (Constant), SQRT_DAR@, SQRT_CR@, SQRT_CCC@ b. Dependent Variable: SQRT_ROA@ ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
24.913
3
8.304
Residual
22.436
47
.477
Total
47.349
50
F
Sig.
17.396
.000a
a. Predictors: (Constant), SQRT_DAR@, SQRT_CR@, SQRT_CCC@ b. Dependent Variable: SQRT_ROA@ Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B
Standardized Coefficients
Std. Error
(Constant)
7.292
.818
SQRT_CCC@
-.088
.040
.001 -1.025
SQRT_CR@ SQRT_DAR@
Collinearity Statistics
Beta
t
Sig.
Tolerance
8.910
.000
-.221
-2.167
.035
.974
1.027
.077
.001
.013
.990
.997
1.003
.144
-.725
-7.139
.000
.977
1.024
a. Dependent Variable: SQRT_ROA@ Coefficient Correlationsa Model 1
SQRT_DAR@ Correlations
Covariances
SQRT_CR@
SQRT_CCC@
SQRT_DAR@
1.000
-.012
.152
SQRT_CR@
-.012
1.000
-.056
SQRT_CCC@
.152
-.056
1.000
SQRT_DAR@
.021
.000
.001
SQRT_CR@
.000
.006
.000
SQRT_CCC@
.001
.000
.002
a. Dependent Variable: SQRT_ROA@
VIF
Lampiran 7 : Tabel dl-du