MANAJEMEN KOMUNIKASI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PADA STAF DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BUTON UTARA *La Ode Farid Herman ** Laode Muh. Umran *** Masrul Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Halu Oleo
[email protected]
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui manajemen komunikasi pengembangan SDM pada kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara. Penelitian ini bersifat kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik pengamatan, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan sumber daya manusia pada Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara adalah dengan adanya arus pesan komunikasi organisasi yang merupakan cakupan dari komunikasi ke atas , komunikasi ke bawah dan komunikasi horisontal yang sudah terjalin dengan maksimal. Manajemen komunikasi pengembangan sumber daya manusia dapat dilihat melalui sikap keterbukaan, empati, kesetaraan, dan sikap positif yang terjalin sebagai komunikasi interpersonal antara atasan dan bawahan. Hal tersebut dapat dilihat dari terdapat kesamaaan bahasa dan budaya dalam komunikasi, serta adanya efektivitas komunikasi yang sudah terjalin dengan baik dan optimal sebagai parameter keharmonisan hubungan kerja pegawai, sehingga produktivitas pegawai pun sudah lebih berkembang dan berkualitas, serta hal ini berdampak pada produktivitas organisasi. Namun demikian, komunikasi yang terjalin kurang maksimal dalam dimensi sikap mendukung. Kata Kunci : komunikasi, manajemen, SDM, Buton Utara
PENDAHULUAN Ruang Lingkup Secara umum, permasalahan dalam penelitian ini dapat .menimbulkan banyak persepsi. Oleh karena itu, penelitian ini dibatasi dan difokuskan pada perspektif manajemen komunikasi pengembangan sumber daya manusia. Fokus utamanya adalah bagaimana pengembangan sumber daya manusia (staf) .Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara melalui manajemen komunikasi dapat meningkatkan kualitas kinerja staf Dinas Pendidikan Kab. Buton Utara. Permasalahan Manajemen komunikasi sumber daya manusia dalam aspek pendidikan merupakan perpaduan antara sumber daya manusia dan teknologi informasi dalam memilih, menyimpan, mengolah dan mengambil keputusan bidang pendidikan. Manajemen komunikasi sumber daya manusia dalam aspek pendidikan sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan menafsirkan keadaan atau perkembangan aspekaspek pendidikan berdasar data empiris yang berkonsep. Manajemen komunikasi adalah suatu sistem yang dirancang untuk menyediakan informasi guna mendukung pengambilan keputusan pada kegiatan manajemen, dimana manajemen komunikasi dalam penelitian ini terfokus atau terpusat pada dua aspek, yaitu komunikasi interpersonal dan komunikasi organisasi. Manajemen Komunikasi menurut Kaye (1994) adalah bagaimana orang-orang mengelola proses komunikasi mengenai hubungannya dengan orang lain dalam berbagai situasi. Manajemen komunikasi pada sebuah organisasi, dimana seorang pemimpin dapat membangun hubungan, baik di dalam maupun di luar organisasi,
melakuakan komunikasi organisasi kepada bawahannya atau anggota untuk mengembangkan tujuan organisasi, dan memberikan motivasi kerja kepada anggotanya. Sebagai sebuah organisasi, Kantor Dinas Pendidikan Kab. Buton Utara merupakan salah satu instansi pemerintah di Provinsi Sulawesi Tenggara yang terisi dari kumpulan atau sistem individu-individu yang membentuk menejemen komunikasi yang pada umumnya berusaha mencapai tujuan yang dicita-citakan organisasi, yakni manajemen komunikasi SDM yang produktif dan berkualitas. Dalam hal komunikasi di Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara, proses komunikasi yang sangat dinamik seringkali menimbulkan masalah, seperti adanya kesalahfahaman, perbedaan persepsi terhadap pelaksanaan tugas, interaksi yang kurang baik antar pegawai, dan sebagainya yang berdampak pada kinerja yang kurang maksimal. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui manajemen komunikasi pengembangan sumber daya manusia pada kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini, yaitu : 1. Dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi disiplin ilmu komunikasi, khusunya terkait dengan manajemen komunikasi pengembangan sumber daya manusia.
2. Dapat dijadikan sebagai pedoman bagi Pemerintah Kabupaten Buton Utara dalam kaitannya dengan manajemen komunikasi pengembangan sumber daya manusia pada Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara. Teori yang Digunakan Teori yang digynakan dalam penelitian ini teori “The Adult Communication Management Model” yang oleh Kaye digambarkan dengan pendekatan Russian Motouschka Dolls atau Boneka Matouschka Rusia. Berkaitan dengan penjelasan tersebut, Menurut Kaye (Kuswarno, 2009: 119), manajemen Boneka Matouschka Rusia terdiri dari self, interpersonal, system, dan competence. The Adult Communication Management Model adalah teori yang membahas tentang bagaimana proses managemen komunikasi yang dilakukan oleh orang dewasa. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif. Subyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini sebanyak 6 orang, yaitu : Kepala Dinas Pendidikan Kab. Buton Utara, Sekretaris Dinas Pendidikan Kab. Buton Utara, Kepala Bidang Perencanaan, Kepala Bidang Pendidikan Dasar, Kepala Seksi Kurikulum Pend. Pra Sekolah dan Sekolah Dasar, dan Kepala Seksi Survei dan Pemetaan Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu : pengamatan (observasi), wawancara
secara
mendalam
(in-depth-interviewing),
dan
dokumentasi
(documentation). Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif kualitatif. Sedikitnya tiga tahapan yang dilakukan dalam proses analisis data kualitatif (Sugiyono, 2012: 334) sebagai berikut : reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan verifikasi data (conclusion drawing). Keabsahan Data Keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik tringulasi. Keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik tringulasi data. Teknik tringulasi data dilakukan dalam mengumpulkan data yang harus menggunakan beragam sumber data yang berbeda. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Analisis Manajemen Komunikasi Pengembangan Sumber Daya Manusia: 1. Manajemen Komunikasi Organisasi a. Komunikasi ke Atas Komunikasi ke atas dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi (Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara). Untuk mengetahui tentang arus pesan komunikasi organisasi ke atas pada Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara, maka peneliti melakukan
wawancara dengan beberapa informan, yaitu Bapak Hak Muh. Hidaman, S.Pd., selaku Kepala Bidang Perencanaan sebagai berikut : “Sampai saat ini, komunikasi yang berlangsung dari para pegawai kepada pimpinan berlangsung dalam melakukan kegiatan atau aktivitas yang bersifat prosedural sesuai dengan struktur organisasi yang ada” (Wawancara, 9 Desember 2016). Berdasarkan hasil wawancara sebelumnya, dapat dijelaskan bahwa pada Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara, jabatan lebih rendah dipegang oleh anggota Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara. Komunikasi ke atas pada umumnya bertujuan untuk kemudian melakukan kegiatan prosedural yang sudah merupakan bagian dari struktur organisasi tersebut. Berkaitan dengan penjelasan tersebut di atas, diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan salah satu informan kunci, yaitu Bapak Drs. Muh. Yasin, selaku Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara yang mengatakan bahwa : “Hubungan komunikasi saya dengan pegawai di sini baik-baik saja. Mereka kalau perlu persetujuan saya, datang ke ruangan saya” (Wawancara, 14 Desember 2016). Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat dikatakan bahwa hubungan yang terjalin dengan baik antara pegawai kepada pimpinan/ atasan merupakan salah satu aspek terjalin hubungan komunikasi yang optimal.
b. Komunikasi ke Bawah Komunikasi ke bawah sebagian besar terjadi di lingkup kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara. Informasi yang mengalir dari atas ke bawah berkisar seputar informasi, dalam hal ini mengenai tugas-tugas anggota organisasi, informasi mengenai kebijaka-kebijakan pimpinan atau organissi, baik di dalam maupun diluar Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara dan informasi lain yang menyangkut keberlangsungan organisasi. Untuk mengetahui tentang arus pesan komunikasi organisasi dari atas ke bawah pada Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara, maka peneliti melakukan wawancara dengan beberapa informan, yaitu Bapak Hak Muh. Hidaman, S.Pd., selaku Kepala Bidang Perencanaan sebagai berikut : “Komunikasi berhubungan erat dengan aspek informasi. Seperti yang dipahami bahwa sebagai pegawai atau anggota biasa, kami hanya menerima informasi dari atasan atau pimpinan saja. Terlepas dari hal tersebut, maka pimpinanlah yang kemudian kami jadikan sebagai center atau pusat dari segala informasi, baik itu yang berkaitan dengan tugastugas ataupun pekerjaan kami, ataupun itu berhubungan dengan kepentingan organisasi” (Wawancara, 9 Desember 2016). Berdasarkan hasil wawancara sebelumnya, dapat dikatakan bahwa dalam mengkomunikasikan atau menyampaikan suatu informasi ke seluruh anggota, atasan pada kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara menjadi pusat dari segala informasi yang mengalir dari atas ke bawah. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa manajemen puncak harus memiliki informasi yang lengkap dari semua unit dalam sebuah lingkup organisasi.
Berkaitan dengan penjelasan tersebut di atas, diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan salah satu informan kunci, yaitu Bapak Drs. Muh. Yasin, selaku Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara yang mengatakan bahwa : “Komunikasi antara saya dengan pegawai di sini baik-baik saja dan tidak ada hambatan kami dalam berkomunikasi. Jadi, hubungan kami dan urusan kantor juga baik-baik saja dan berjalan sesuai yang diharapkan” (Wawancara, 14 Desember 2016). Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat dikatakan bahwa salah kunci kesuksesan dan keberhasilan dalam sebuah organisasi, dapat ditentukan dengan terjalinnya hubungan komunikasi yang baik dan optimal. Hal ini dapat dipahami bahwa komunikasi yang baik dalam suatu kelompok, dapat meningkatkan motivasi dan keselarasan dalam bekerja. c. Komunikasi Mendatar atau Komunikasi Horisontal Komunikasi mendatar atau komunikasi horisontal terdiri dari proses penyampaian informasi diantara rekan-rekan sejawat (pegawai) dalam unit kerja yang sama. Unit kerja dalam hal ini meliputi individu dalam suatu kelompok sosial tersebut yang ditempatkan pada tingkat otoritas yang sama dalam organisasi dan mempunyai atasan yang sama. Untuk mengetahui tentang arus pesan komunikasi organisasi mendatar atau horizontal pada Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara, maka peneliti melakukan wawancara dengan beberapa informan, yaitu Bapak Hak Muh. Hidaman, S.Pd., selaku Kepala Bidang Perencanaan sebagai berikut : “Jelas kami memiliki tugas dan fungsi pekerjaan yang berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan struktur organisasi yang ada pada Dinas
Pendidikan Kabupaten Buton Utara. Berdasarkan struktur organisasi tersebut, kami dipilah-pilah sesuai dengan bidang-bidang apa yang kami tangani atau bidang-bidang apa yang diberikan tanggung jawab kepada kami sesuai dengan keterampilan dan kemampuan yang kami miliki di bidang yang bersangkutan” (Wawancara, 9 Desember 2016). Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat dikatakan bahwa anggota/ pegawai pada kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara memiliki tugas atau pekerjaan pada bagian-bagian yang bervariasi atau berbeda-beda. Secara umum, pada setiap pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara memiliki kewenangan yang dapat mengatur jalannya organisasi sesuai deskripsi pekerjaannya dimana masing-masing sesuai dengan keterampilan dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap pegawai. Berkaitan dengan penjelasan tersebut di atas, diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan salah satu informan kunci, yaitu Bapak Drs. Muh. Yasin, selaku Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara yang mengatakan bahwa : “Untuk proses komunikasi secara horizontal sendiri, sering digunakan oleh para pegawai yang bertugas atau yang bekerja di kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara” (Wawancara, 14 Desember 2016). Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat dikatakan bahwa tidak jarang komunikasi horizontal juga sering digunakan oleh anggota pada saat melakukan tugas setiap harinya di kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara. 2. Manajemen Komunikasi Interpersonal Manajemen komunikasi ini, dilihat dari lima sikap positif yang dapat mengembangkan produktivitas SDM. Komunikasi yang terjalin antara atasan dan
bawahan berjalan masih kurang masksimal dalam sikap mendukung. Keterbukaan, kemampuan untuk membuka diri bawahan dan atasan tergolong cukup baik dan optimal. a. Sikap Keterbukaan (Openness) Dalam memulai proses komunikasi, pegawai kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara biasanya menggunakan kata-kata sapaan, seperti halnya menanyakan keadaan/ kabar atau salam dan berbincang-bincang ringan ataupun candaan ringan yang kemudian dapat membangkitkan semangat kerja. Pada Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara, aspek keterbukaan ini, khususnya tentang komunikasi-komunikasi ketika bertemu antar pegawai yang lain sudah menjadi hal yang biasa atau wajar. Berdasarkan penjelasan di atas, maka adapun di dalam kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara selalu melakukan kegiatan aktif internal sehari-harinya, seperti berbincang-bincang bersama, sehingga sesama pegawai dan pimpinan Dinas Pendidikan Buton Utara dapat menajdi akrab dalam menjaga hubungan baik di dalam lingkup kerja dan organisasi. Lebih lanjut, untuk mengetahui tentang aspek keterbukaan dalam manajemen komunikasi pada Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara, maka peneliti melakukan wawancara dengan beberapa informan, yaitu Bapak Hak Muh. Hidaman, S.Pd., selaku Kepala Bidang Perencanaan sebagai berikut: “Pada saat memasuki kantor, biasanya atasan maupun pegawai lainnya memulai percakapan sederhana, seperti halnya menanyakan keadaan atau kabar kepada pegawai yang ada. Dalam hal ini, atasan dan anggota sama-sama memiliki kebutuhan berkomunikasi untuk kemudian
menyampaikan atau menerima informasi” (Wawancara, 9 Desember 2016). Berdasarkan hasil wawancara sebelumnya, dapat dikatakan bahwa pegawai Dinas Pendidikan Kab. Buton Utara memiliki sikap keterbukaan yang terjalin dengan baik yang ditandai dengan adanya proses menyapa antara sesama pegawai dan bercakap-cakap sebentar. Dengan pertemuan yang diawali dengan komunikasi sederhana tersebut, akan meningkatkan motivasi dan semangat kerja pegawai. Berkaitan dengan penjelasan tersebut di atas, diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan salah satu informan kunci, yaitu Bapak Drs. Muh. Yasin, selaku Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara yang mengatakan bahwa : “Kalau di sini memang tidak kaku kalau kita saling bertemu. Misalnya saya sendiri ketika bertemu dengan pegawai atau bawahan saya, kami pun melakukan komunikasi singkat dan sederhana, tidak langsung ke ruangan. Contoh lainnya, kami menanyakan kabar dan lain sebagainya” (Wawancara, 14 Desember 2016). Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat dikatakan bahwa pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara memiliki hubungan keterbukaan yang sangat baik. Hal tersebut dapat diketahui ketika pimpinan dan pegawai melakukan komunikasi singakat dan sederhana pada saat datang dan bertemu di kantor. Hal ini dapat dipahami bahwa kesemua aspek tersebut dapat bermanfaat bagi pegawai, yakni diantaranya dapat bekerja dengan nyaman.
b. Sikap Empati (Empathy) Secara umum, kondisi empati dapat terwujud apabila dalam suatu organisasi atasan bersedia memberikan perhatian kepada anggota/ pegawai, dan dapat mengetahui apa yang dialami oleh pegawai yang bersangkutan. Begitu juga antara anggota dengan anggota lainnya, sudah menjadi suatu kewajiban bagi individu untuk kemudian dapat memperhatikan satu sama lainnya. Dengan demikian, pegawai tersebut merasa diperhatikan keberadaannya di kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara. Untuk mengetahui tentang aspek empati dalam manajemen komunikasi, maka peneliti melakukan wawancara dengan beberapa informan, yaitu Bapak Hak Muh. Hidaman, S.Pd., selaku Kepala Bidang Perencanaan Dinas Pendidkan Kab. Buton Utara sebagai berikut : “Saya berusaha sebisa mungkin untuk berempati dan bersimpati kepada rekan kerja, misalanya ada pegawai yang kelihatan murung, lalu saya memberikan dorongan dan menanyakan kepada dia tentang apa yang sedang dia hadapi, sehingga dia melakukan curhat kepada saya dan saya memberikan solusi agar masalahnya dapat diselesaikan dengan cepat” (Wawancara, 9 Desember 2016). Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat dikatakan bahwa pegawai memiliki kemampuan untuk dapat kemudian memikirkan apa yang dipikirkan dan dialami oleh rekan sesamanya, bahkan bawahan dan atasan mampu untuk merasakan apa yang dirasakan oleh rekannya. Kemampuan yang optimal untuk mendengarkan dan merasakan dan pada akhirnya ada rasa saling menghargai
dan menghormati di dalam organisasi, khususnya di kantor Dinas Pendidikan Kab. Buton Utara. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan salah satu informan kunci, yaitu Bapak Drs. Muh. Yasin, selaku Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara yang mengatakan bahwa: “Untuk hal ini, biarlah pegawai saya yang menilai. Jadi jika saya bilang saya sudah berempati saya sudah bersimpati rasanya itu tidak adil yah. Lebih baik biarkan saja pegawai yang menilai, tetapi saya berusaha dan sebisa mungkin harus selalu bersikap empati dan simpati, sehingga menimbulkan suatu kesolidan untuk semua pegawai” (Wawancara, 14 Desember 2016). Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat dikatakan bahwa pimpinan selalu berusaha berempati kepada pegawai. Hal ini dapat dijelaskan bahwa faktor empati sangat mempengaruhi kesolidan antar pimpinan dan pegawai, sehingga pegawai memiliki semangat dan motivasi dalam melakukan suatu pekerjaan yang dibebankan kepada pimpinan. c. Sikap Mendukung (Supportiveness) Dalam hal sikap mendukung dapat terwujud dalam hubungan antara atasan dengan anggota, apabila atasan atau pegawai tertentu bersedia menghargai atau dapat memberikan ide atau gagasan. Namun dalam sikap mendukung pada Dinas Pendidikan Kab. Buton Utara masih kurang maksimal, karena atasan memaksakan kehendak atau gagasannya yang ia miliki tanpa memberikan kesempatan bagi anggota untuk memberikan ide.
Untuk mengetahui tentang aspek sikap mendukung dalam komunikasi, maka peneliti melakukan wawancara dengan beberapa informan, yaitu Bapak Hak Muh. Hidaman, S.Pd., selaku Kepala Bidang Perencanaan sebagai berikut: “Kadang-kadang pimpinan kurang memberikan kami juga kesempatan untuk menyampaikan gagasan ataupun ide-ide… yah mungkin saja pimpinan merasa ide-ide kami kurang cemerlang” (Wawancara, 9 Desember 2016). Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat dikatakan bahwa dalam aspek sikap mendukung, atasan kurang dapat memberikan kesempatan kepada anggota dalam menyampaikan gagasan dan ide. Sikap mendukung ditunjukkan dalam bentuk sikap dan perilaku. Dalam sikap, adalah bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam suatu komunikasi harus memiliki perasaan dan pikiran positif, bukan prasangka dan curiga. Dalam perilaku, tindakan yang dipilih adalah relevan dengan tujuan komunikas. Berkaitan dengan penjelasan tersebut di atas, diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan salah satu informan kunci, yaitu Bapak Drs. Muh. Yasin, selaku Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara yang mengatakan bahwa : “Tidak semuanya kami tidak mendukung. Dengan kata lain, kami tetap mendukung dengan cara memberikan motivasi, jadi supaya tujuan tercapai dengan sesuai dengan apa yang diinginkan, terutama agar semua berjalan dengan apa yang diharapkan dengan hasil yang baik. Namun dukungan kami kepada pegawai kami kondisikan dan kami sesuaikan apakah bagus untuk kepentingan organisasi atau tidak” (Wawancara, 14 Desember 2016). Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat dikatakan bahwa Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara secara serta merta memberikan dukungan
kepada pegawai dalam melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan kepentingan organisasi. Hal tersebut dapat dipahami bahwa organisasi harus terlebih dahulu menelaah dan menimbang ketika memberikan kepercayaan dan dukungan kepada pegawai dalam melaksanakan tugas atau kegiatan tertetu yang sifatnya untuk membangun kualitas lembaga tersebut. d. Sikap Positif (Positiveness) Sikap positif dapat dilakukan oleh setiap atasan atau pimpinan dengan cara memberikan hal-hal baik. Sikap positif dibagi menjadi dua, yaitu dorongan verbal dan dorongan non verbal. Dorongan verbal menjadi hal utama yang dilakukan oleh pimpinan Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara, seperti memberikan motivasi lisan dan penghargaan yang diberikan Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara sehingga, memiliki prestasi kerja. Untuk mengetahui tentang aspek sikap positif dalam komunikasi pada Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara, maka peneliti melakukan wawancara dengan beberapa informan, yaitu Bapak Hak Muh. Hidaman, S.Pd., selaku Kepala Bidang Perencanaan Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara sebagai berikut. “Kalau menurut saya, pegawai-pegawai di sini sudah dipercayai oleh pimpinan, baik dalam pelaksanaan tugas-tugas atau pekerjaan lain yang diberikan pimpinan kepada pegawai, pimpinan juga memberikan motivasi kepada pegawainya” (Wawancara, 9 Desember 2016). Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat dikatakan bahwa pada sikap positif, atasan sepenuhnya mempercayai anggota terhadap apa yang dilakukannya pada organisasi dan dengan cara memberikan motivasi untuk
mencapai tujuan organisasi dan dapat melaksanakaan tugas lebih baik. Sikap positif ditunjukkan dalam bentuk sikap dan perilaku. Dalam bentuk sikap, maksudnya bahwa pihak yang terlibat dalam komunikasi harus memiliki perasaan dan pikiran positif, bukan prasangka dan curiga. Berkaitan dengan penjelasan tersebut di atas, diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan salah satu informan kunci, yaitu Bapak Drs. Muh. Yasin, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara yang mengatakan bahwa: “Ini kembali ke pertanyaan yang sebelumnya. Jadikan saya sebagai teman jangan jadikan saya sebagai atasan, sebab apabila ada rasa canggung antara atasan dan bawahan nanti akan timbul rasa segan, saya tidak mau anak buah saya merasa tertekan atau pesan saya tidak tersampaikan dengan baik karena adanya rasa canggung. sehingga, saya sering memberikan arahan, tetapi ada sedikit cendaan sedikit jadi biar situasi mencair baru masukan point-point saya, sedikit ada bercanda agar suasana nya nyaman” (Wawancara, 14 Desember 2016). Berdasarkan hasil wawancara sebelumnya, dapat dikatakan bahwa pimpinan membangun suasana interaksi yang menyenangkan dengan karyawannya, dimana pimpinan lebih menerapkan pola situasi kerja yang bersahabat tanpa memandang pegawai sebagai bawahan sepenuhnya, tetapi menganggap mereka seperti teman dan sahabat, tentunya dengan batas-batas kewajaran. Hal tersebut dapat dipahami dengan komunikasi yang bersahabat, maka pegawai menjadi nyaman dalam bekerja. e. Sikap Kesetaraan (Equality) Atasan berusaha untuk menempatkan diri dengan anggota agar terbentuknya suatu kesetaraan komunikasi antara atasan dengan anggota yang
bersangkutan. Kesetaraan yang terjalin dalam organisasi antara atasan dengan anggota dengan cara melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat positif untuk mendekatkan diri antara atasan dan anggota agar tidak terjadi perbedaan yang berarti. Namun ada kendala yang terjadi antara anggota kepada atasan jika bertemu ataupun berinteraksi/ Anggota cenderung malu dan segan terhadap atasan jika berinteraksi atau bertemu dengan atasan. Rasa malu muncul karena rasa menghormati kepada anggota yang dianggap sebagai atasan dan yang lebih dituakan. Untuk mengetahui tentang aspek kesetaraan dalam komunikasi yang terjadi pada kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara, maka peneliti melakukan wawancara dengan beberapa informan, yaitu Bapak Hak Muh. Hidaman, S.Pd., selaku Kepala Bidang Perencanaan sebagai berikut : “Ya kita disini memberikan kesamaan dan tidak membedabedakan perhatiannya, jadi satu sama lain tidak ada rasa iri dengan pegawai yang lain, jadi disini kita disamakan semuanya” (Wawancara, 9 Desember 2016). Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat dikatakan bahwa pegawai kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara menerapkan prinsip kesetaraan dengan tidak membeda-bedakan perhatian antar sesama pegawai. Berkaitan dengan penjelasan tersebut sebelumnya, diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan salah satu informan kunci, yaitu Bapak Drs. Muh. Yasin, selaku Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara yang mengatakan bahwa : “Terus terang saya tidak pernah membeda-bedakan siapa si A si B dan orang mana-mana nya, jadi disini dituntut profesionalisme, jadi semua
peraturan semua ketentuan dari organisasi harus dilaksanakan, pointnya harus dikerjakan semua pegawai tanpa membedakan status strata sosialnya, jadi semua sama, diberikan beban sama, diberikan hak dan kewajiban yang sama” (Wawancara, 14 Desember 2016). Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat dikatakan bahwa kunci kesuksesan dan keberhasilan sebuah organisasi, baik swasta ataupun dalam lembaga dibawah naungan pemerintahan tentunya akan memiliki mutu atau kualitas ketika pimpinan dan bawahan menerapkan sikap saling menghargai satu sama lainnya dan tidak memandang antara pegawai tersebut dengan cara membeda-bedakan berdasarkan status strata sosialnya. Pembahasan Manajemen Komunikasi Organisasi Proses pesan ke atas terjadi berbentuk pelaporan kegiatan, serta penyampaian informasi yang menyangkut masalah kantor Dinas. Alur pesan disampaikan dari pegawai kepada pegawai yang memiliki jabatan sekertaris, yaitu sebagai penyalur pesan yang diterima dari anggota, kemudian disampaikan kepada atasan agar dapat diketahui secara jelas dan bertujuan memecahkan masalah yang terjadi. Komunikasi yang optimal dapat terjadi antara bawahan kepada pegawai apabila hubungan yang terjalin dengan baik antara pegawai kepada atasan merupakan aspek terjalin hubungan komunikasi yang optimal. Secara umum, komunikasi antara pegawai dengan atasan dapat dilihat dari kualitas komunikasi, dalam hal ini komunikasi tersebut sesuai dengan strutur komunikasi sebagai mestinya. Komunikasi ke bawah merupakan pesan yang mengalir dari atas ke bawah berkisar informasi mengenai kebijakan pimpinan atau organissi, baik di dalam maupun
diluar Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara. Atasan dalam menyampaikan pesan merupakan pusat informasi di dalam organisasi. Proses komunikasi yang baik terjadi apabila tidak terjadi hambatan-hambatan dalam berkomunikasi tersebut. Komunikasi yang baik dan optimal antara bawahan dan atasan dapat menentukan kualitas organisasi, sehingga dapat meningkatkan motivasi dan keselarasan kerja pegawai dalam suatu organisasi. Komunikasi horisontal merupakan proses penyampaian pesan diantara rekanrekan pegawai dalam unit kerja yang sama. Unit kerja merupakan satuan kerja dalam kelompok yang berada pada lingkup kerja yang sama dalam organisasi. Pada umumnya, pegawai pada Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara memiliki pekerjaan pada bagian-bagian yang berbeda-beda, serta mempunyai kemampuan dan keahlian yang berbeda-beda sesuai dengan latar belakang keahlian tertentu. Adapun pentingnya komunikasi horizontal adalah adanya kegiatan atau sosialisasi yang melibatkan beberapa pegawai yang mempunyai deskripsi pekerjaan yang bervariasi. Komunikasi Interpersonal Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjalin secara bertatap muka atau dua arah. Dalam manajemen komunikasi, memiliki beberapa sikap dalam mengembangkan kualitas pegawai, yaitu sikap keterbukaan, sikap empati, sikap mendukung, sikap positif, dan sikap kesetaraan. Keterbukaan dalam proses komunikasi merupakan salah satu aspek untuk dapat meningkatkan keakraban dan hubungan yang baik dan positif antara pegawai dalam suatu organisasi. Dengan begitu, maka hubungan kerja pun dapat lebih baik dari sebelumnya. Empati merupakan sikap saling merasa mengerti dan perhatian kepada
pegawai serta dapat mengetahui mengetahui apa yang dialami oleh pegawai yang bersangkutan. Begitu juga antara anggota dengan anggota lainnya, sudah menjadi suatu kewajiban bagi individu untuk kemudian dapat memperhatikan satu sama lainnya. Mendukung merupakan sikap mengahargai antara satu pegawai dengan pegawai dalam memberikan atau menerima masukan serta ide dari pegawai yang bersangkutan. Sikap positif merupakan sikap yang memberikan hal positif demi memberikan motivasi kerja bagi seorang pegawai. Kesetaraan yang terjalin dalam organisasi dapat terjadi dengan cara melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat positif untuk mendekatkan diri antara atasan dan anggota agar tidak terjadi perbedaan yang berarti. PENUTUP Kesimpulan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan sumber daya manusia pada Dinas Pendidikan Kab. Buton Utara adalah dengan adanya arus pesan komunikasi organisasi yang merupakan cakupan dari komunikasi ke atas (upward communication), komunikasi ke bawah (downward communication) dan komunikasi horisontal/ mendatar
yang
sudah
terjalin
dengan
maksimal.
Manajemen
komunikasi
pengembangan sumber daya manusia dapat dilihat melalui sikap keterbukaan, empati, kesetaraan, dan sikap positif yang terjalin sebagai proses komunikasi antara atasan dan bawahan. Hal tersebut dapat dilihat dari terdapat kesamaaan bahasa dan budaya dalam komunikasi, serta adanya efektivitas komunikasi yang sudah terjalin dengan baik dan optimal sebagai parameter keharmonisan hubungan kerja pegawai, sehingga produktivitas pegawai pun sudah lebih berkembang dan berkualitas, serta hal ini
berdampak pada produktivitas organisasi. Namun demikian, komunikasi yang terjalin kurang maksimal dalam dimensi sikap mendukung. Saran Berdasrkan kesimpulan dalam penelitian ini, peneliti menyarankan kepada masyarakat dan Pemerintah Daerah Kabupaten Buton Utara: 1. Bagi pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara, khususnya Pegawai Negeri Sipil untuk mempertahankan komunikasi-komunikawsi yang sudah terjalin dengan baik dan efektif, agar motivasi kerja, keterampilan dan kemampuan dalam bekerja dapat lebih baik. 2. Bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara untuk mempertahankan manajemen komunikasi, khususnya berusaha untuk selalu menerapkan komunikasi sebagai salah satu bentuk manajemen komunikasi yang sudah terjalin dengan cukup efekti. Selain itu, perlu lebih diperhatikan lagi pada aspek sikap mendukung, agar manajemen komunikasi yang terjadi di dalam lingkup Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara dapat lebih baik dan optimal. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk melakukan penelitian diluar variabel atau indikator yang sudah ada dalam penelitian, mengingat terdapat variabel atau indikator lain yang lebih mempengaruhi pengembangan kualitas pegawai.
DAFTAR PUSTAKA Kaye, Michael. 1994. Comunication Management. Sydney: Prentice Hall. Kusworo, Engkus. 2009. Metode Penelitian Komunikasi Fenomonologi: Konsepsi, Pedoman, dan Contoh Penelitian. Bandung: PT. Widya Padjajaran. Sugiyono. 2012. Memahami Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dan R & G. Bandung : CV. Alfabeta.