MAKROZOOBENTHOS SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS AIR SUNGAI CITARUM HULU
YULIAN ADYPRASETYO HASTOMO
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Makrozoobenthos sebagai Bioindikator Pencemaran Air Sungai Citarum Hulu (Cisangkuy, Cikapundung, dan Ciwidey) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
Yulian Adyprasetyo Hastomo NIM E34110071
ABSTRAK YULIAN ADYPRASETYO HASTOMO. Makrozoobenthos Sebagai Bioindikator Kualitas Air Sungai Citarum Hulu (Cisangkuy, Cikapundung, dan Ciwidey). Dibimbing oleh AGUS PRIYONO dan SITI BADRIYAH RUSHAYATI. Perkembangan penggunaan lahan di suatu daerah aliran sungai mempengaruhi kualitas air sungai. Berbagai kegiatan masyarakat baik pertanian, perkebunan maupun industri dan permukiman menghasilkan beban pencemaran yang menyebabkan tercemarnya air sungai. Hasil pemantauan kualitas fisika – kimia, Sungai Cikapundung, Sungai Cisangkuy, dan Sungai Ciwidey menunjukkan status pencemaran berat baik di hulu maupun di hilir. Sedangkan hasil analisis indeks biotik (FBI) berdasarkan sampling biota makrozoobenthos juga menunjukkan status pencemaran ringan hingga berat. Untuk mengetahui tingkat perubahan kualitas perairan tersebut dapat digunakan parameter – parameter yang mempengaruhi kualitas perairan. Parameter – parameter tersebut seperti fisika, kimia dan biologi. Parameter fisika dan kimia sangat dipengaruhi perubahan kondisi sekitar. Sedangkan parameter biologi tidak dipengaruhi kondisi sekitar namun sangat peka terhadap perubahan lingkungan. Parameter biologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah penggunaan bioindikator makrozoobenthos. Kata kunci : bioindikator , indeks biotik, makrozoobenthos, pencemaran
ABSTRACT YULIAN ADYPRASETYO HASTOMO. Macrozoobenthos as Bioindicator of Upperland Citarum Water Quality (Cikapundung, Cisangkuy, Ciwidey) . Supervised by AGUS PRIYONO and SITI BADRIYAH RUSHAYATI. Development land use in a watershed affect the quality of river water. Various activities local people of good agricultural, plantations and industrial and residential produce the burden of pollution that cause the river contamination of water. The results of monitoring the quality of physics – chemistry, Cikapundung river, Cisangkuy river and Ciwidey river show the status of heavy pollution in both upstream and downstream. While the analysis of biotic index (FBI) on the basis of sampling the macrozoobenthos also shows the status of pollution of the light to heavy. To investigate the change the quality of the water can be used parameters which affects the quality of the waters. Parameters such as physics, chemical and biological. The parameters of physics and chemistry is strongly influenced the changes around. While the parameters of biology not influenced the condition around but very sensitive to environmental changes. The parameters of biology that used in this research is the use of bioindicator macrozoobenthos. Keywords: bioindicator, biotic index , macrozoobenthos, pollutant
MAKROZOOBENTHOS SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS AIR SUNGAI CITARUM HULU
YULIAN ADYPRASETYO HASTOMO
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2015 ini ialah pencemaran, dengan judul Penggunaan Makrozoobenthos sebagai Bioindikator Kualitas Air Sungai Citarum Hulu. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir Agus Priyono, MS dan Ibu Dr Ir Siti Badriyah, MSi selaku pembimbing. Penghargaan penulis sampaikan kepada staf BPDAS Citarum Ciliwung dan BPLH Kota Bandung dan Kabupaten Bandung yang telah membantu dalam pengumpulan data. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2015
Yulian Adyprasetyo Hastomo
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
1
Tujuan Penelitian
3
Manfaat Penelitian
3
METODE
3
Waktu dan Tempat
3
Alat dan Bahan
3
Metode Pengambilan Data
4
Analisis Data
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
7
Kondisi Lokasi Penelitian
7
Kondisi Tingkat Pencemaran Air Sungai
10
Tingkat Pencemaran Berdasarkan Data Makrozoobenthos
11
Pengaruh Penggunaan Lahan Terhadap Tingkat Pencemaran
17
Perbandingan Antar Indeks
19
SIMPULAN DAN SARAN
20
Simpulan
20
Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
21
LAMPIRAN
23
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Skor pada pengukuran parameter air Kategori status mutu air sistem US-EPA Tingkat kondisi perairan menggunakan keanekaragamaan Kategori pencemaran berdasarkan indeks famili biotik Jenis tutupan lahan sub DAS Cikapundung Jenis tutupan lahan sub DAS Cisangkuy Jenis tutupan lahan sub DAS Ciwidey Indeks keanekaragamaan dan kemerataan makrozoobenthos di Sungai Cikapundung Tingkat kesamaan makrozoobenthos di Sungai Cikapundung Indeks keanekaragamaan dan kemerataan di Sungai Cisangkuy Tingkat kesamaan makrozoobenthos di Sungai Cisangkuy Indeks keanaekaragamaan dan kemerataan makrozoobenthos di Sungai Ciwidey Tingkat kesamaan makrozoobenthos di Sungai Ciwidey
4 5 5 6 7 9 10 12 13 14 15 16 17
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6
Peta perumusan masalah Peta tutupan lahan das citarum Kondisi Sungai Cikapundung Hulu, Tengah dan Hilir Kondisi Sungai Cisangkuy Hulu, Tengah dan Hilir Kondisi Sungai Ciwidey Hulu, Tengah dan Hilir Perbandingan luas hutan dengan lahan terbangun
2 8 8 9 10 18
DAFTAR LAMPIRAN 1 Perhitungan indeks storet (parameter fisika-kimia) Sungai Cikapundung Hilir 2 Perhitungan indeks storet (parameter fisika-kimia) Sungai Cisangkuy Hulu 3 Perhitungan indeks storet (parameter fisika-kimia) Sungai Cisangkuy Hilir 4 Perhitungan indeks storet (parameter fisika-kimia) Sungai Ciwidey Hulu 5 Perhitungan indeks storet (parameter fisika-kimia) Sungai Ciwidey Hilir 6 Jenis, kepadatan dan nilai toleransi makrozoobenthos di Sungai Cikapundung 7 Jenis, kepadatan dan nilai toleransi makrozoobenthos di Sungai Cisangkuy 8 Jenis, kepadatan dan nilai toleransi makrozoobenthos di Sungai Ciwidey
23 25 27 29 31 33 34 34
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan penduduk beserta pembangunan wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) telah menimbulkan pengaruh yang besar terhadap kualitas perairansungai. Perubahan kualitas perairan yang besar berawal dari pemanfaatan lahan hutan alam untuk berbagai keperluan hidup penduduk di dalam DAS menjadi peruntukan lain seperti perkebunan,tegalan, sawah, permukiman dan industri. Perubahan penggunaan lahan ini berpengaruh terhadap kualitas lingkungan yang disebabkan oleh erosi lahan, limbah pertanian, peternakan dan limbah industri yang pada akhirnya terbawa ke perairan sungai dan menyebabkan turunnya kualitas air sungai. Besarnya perubahan penggunaan lahan di setiap DAS berbeda-beda, sehingga menimbulkan perubahan kualitas air yang berbeda-beda. Perubahan kualitas air ini dapat di deteksi dengan beberapa macam cara diantaranya analisis fisika, kimia dan biologi. Untuk perairan yang dinamis analisis fisika dan kimia kurang memberikan gambaran sesungguhnya tentang kualitas air, dan dapat memberikan penyimpangan – penyimpangan yang kurang menguntungkan karena kisaran nilai-nilai perubahannya sangat dipengaruhi keadaan sesaat. Sedangkan data biota, khususnya makrozoobenthos lebih memberikan informasi kualitas perairan yang lebih baik karena bersifat menetap di habitatnya yaitu dasar perairan. Biota yang dapat digunakan sebagai parameter biologi dalam menentukan kondisi suatu perairan adalah makrozoobentos. Sebagai salah satu organisme yang hidup di perairan, makrozoobentos merupakan hewan yang sangat peka terhadap perubahan kualitas air pada tempat hidupnya yang berpengaruh terhadap komposisi dan kelimpahanya (Kawuri et al. 2012). Hal ini tergantung pada toleransinya terhadap perubahan lingkungan, sehingga organisme ini sering dipakai sebagai indikator tingkat pencemaran suatu perairan. Makrozoobentos terdapat di seluruh badan sungai mulai dari hulu sampai ke hilir. Dengan keberadaan makrozoobentos yang hidupnya relatif lama, maka makrozoobentos ini dapat digunakan untuk menduga status suatu perairan. Penggunaan makrozoobentos sebagai penduga kualitas air dapat digunakan untuk kepentingan pendugaan pencemaran air, baik dari sumber terpusat (point source pollution) maupun sumber membaur (diffuse source pollution). Benthos relatif hidup menetap, sehingga baik untuk digunakan sebagai petunjuk kualitas lingkungan, karena selalu kontak dengan limbah yang masuk ke habitatnya. Kelompok hewan ini dapat lebih mencerminkan adanya perubahan faktor – faktor lingkungan dari waktu ke waktu (Rosenberg dan Resh 1993).
Perumusan Masalah Daerah aliran sungai merupakan suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau laut secara alami. Penggunaan lahan DAS dengan berbagai kegiatan masyarakat baik pertanian, perkebunan, industri dan permukiman menghasilkan berbagai jenis
2 limbah yang menyebabkan menurunnya kualitas air sungai. Lahan-lahan kritis dan pertanian menghasilkan erosi yang menaikkan kadar padatan tersuspensi di air; sementara limbah peternakan dan permukiman meningkatkan kadar bahan organik yang menyebabkan tingginya kadar BOD (Biological Oxygen Demand) yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik yang dinyatakan dalam satu liter untuk sampel air, COD (Chemical Oxygen Demand) yaitu jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi baik yang terdegradasi secara biologis maupun yang sukar terdegradasi secara biologis menjadi CO2 (karbondioksida) dan H2O (air) dan bakteri coli. Menurunnya kualitas air sungai berakibat menurunnya daya dukung sungai bagi keanekaragaman hayati perairan, khususnya makrozoobenthos yang hidup menetap di dasar sungai. Kondisi keragaman dan struktur komunitas makrozoobenthos dengan demikian mencerminkan kondisi kualitas air sungai. Namun saat ini kondisi perairan di DAS terjadi penurunan kualitas air. Untuk mengetahui seberapa besar penurunan kualitas air dibutuhkan pengukuran baik secara fisika, kimia maupun biologi. Pengukuran kualitas air menggunakan indikator biologi dapat digunakan makrozoobenthos. Semakin tinggi tingkat pencemaran air maka akan menyebabkan jenis makrozoobenthos berkurang dan hanya jenis jenis yang toleran yang dapat hidup. Sehingga untuk mengetahui kualitas air melalui indikator biologi (bioindikator) maka terlebih dahulu dibutuhkan kelengkapan data dari makrozoobenthos yang ada di perairan. Skema perumusan masalah struktur komunitas makrozoobenthos disajikan pada Gambar 1.
Penggunaan Guna Lahan (land use)DAS Citarum (pertanian, peternakan, industri, permukiman) -
Limbah (beban pencemaran)
Kualitas Air
Struktur Komunitas Makrozoobenthos Gambar 1 Perumusan masalah
3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Menganalisis status kualitas air di sub DAS Citarum Hulu (Sungai Cikapundung, Cisangkuy dan Ciwidey) dengan menggunakan parameter fisika-kimia (indeks storet), keanekaragamaan dan struktur komunitas makrozoobenthos. 2. Membandingkan status pencemaran sungai antara indeks biotik dengan hasil pengukuran kualitas air (fisika-kimia). Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai kondisi kualitas Sungai Cikapundung, Ciwidey dan Cisangkuy berdasarkan data makrozoobenthos bagi masyarakat maupun pemerintah (BPLH Kota Bandung dan BPLH Kabupaten Bandung) sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam pengelolaan DAS Citarum Hulu (sub DAS Cikapundung, Cisangkuy dan Ciwidey).
METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 5 sampai dengan 20 Maret 2015. Penelitian ini dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum Hulu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, meliputi tiga sungai yaitu Sungai Cisangkuy, Sungai Cikapundung, dan Sungai Ciwidey. Data sekunder kualitas air diperoleh dari BPLHD (Balai Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah) Jawa Barat, sedangkan data primer makrozoobenthos diperoleh berdasarkan sampling di tiga titik pengambilan contoh pada masing-masing sungai tersebut. Spesimen hasil pengambilan contoh makrozoobenthos diawetkan dengan alkohol 70% untuk selanjutnya diidentifikasi di Laboratorium Proling, Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor pada tanggal 25 sampai dengan 27 Maret 2015. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi jala surber dengan luas bukaan 40 cm x 40 cm untuk pengumpulan spesimen makrozoobenthos; wadah spesimen menggunakan botol plastik; saringan makrozoobenthos dengan ukuran 1 mm; pinset untuk mengambil spesimen; cawan petri untuk memisahkan spesimen; kertas label untuk memberi nama pada botol spesimen; GPS (Global Positioning System ) Map 62s untuk menandai lokasi pengambilan biota serta mikroskop stereo dan mikroskop majemuk untuk mengidentifikasi spesimen. Sedangkan bahan penelitian adalah spesimen makrozoobenthos dan larutan alkohol 70% untuk mengawetkan spesimen makrozoobenthos.
4 Metode Pengambilan Data Penentuan titik pengambilan makrozoobentos Pengambilan contoh (sampel) makrozoobenthos dilakukan pada 3 titik, yaitu bagian hulu, tengah dan hilir Sungai Cisangkuy, Sungai Cikapundung dan Sungai Ciwidey. Lokasi pengambilan contoh juga mempertimbangkan koordinat lokasi pemantauan kualitas air oleh BPLHD Jawa Barat. Pengambilan dan identifikasi makrozoobentos Sampel makrozoobentos diambil dengan menggunakan jala surber (40cm x 40cm) yang dilengkapi dengan jaring penampung dengan ukuran mata jaring 1 mm. Jala surber diletakan dengan posisi berlawanan arah aliran sungai agar organisme makrozoobentos yang hanyut dapat tertampung dalam jaring. Jala surber diletakan di dasar perairan selama 5 menit untuk menjaring biota yang hanyut ke dalam jaring dan substrat dalam bingkai jala surber digali/dibalik untuk menangkap makrozoobentos yang bersembunyi dibalik substrat. Pengambilan contoh makrozoobentos dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali ulangan pada setiap titik stasiun (3 titik setiap sungai : hulu-tengah-hilir). Sampel selanjutnya disaring, diawetkan, diidentifikasi. Setiap individu yang ditemukan dihitung jumlahnya untuk setiap ulangan. Analisis Data Indeks storet Metode storet merupakan salah satu metode untuk menentukan status mutu air perairan umum. Metode ini adalah metode membandingkan antara data kualitas air dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan baku mutu kelas air yang ditetapkan bagi sungai yang bersangkutan. Dalam penelitian ini baku mutu air yang digunakan adalah kelas II (PP No.82 Thn 2001). Penentuan status mutu air dengan menggunakan metode storet dilakukan dengan cara: (1) pengumpulan data kualitas air secara periodik sehingga membentuk data berulang. (2) membandingkan masing-masing parameter dengan baku mutu airnya. (3) Jika hasil pengukuran memenuhi nilai baku mutu air maka diberi skor 0, sedangkan jika hasil pengukuran lebih besar dari pada baku mutu airnya akan diberi skor sesuai pada Tabel 1. (4) Jumlah negatif dari seluruh parameter dihitung dan ditentukan status mutunya dari jumlah skor yang di dapat dengan menggunakan sistem nilai.
Jumlah Parameter <10
>10
Tabel 1 Skor pada pengukuran parameter air Parameter Nilai Fisika Kimia Maksimum -1 -2 Minimum -1 -2 Rata-rata -3 -6 Maksimum -2 -4 Minimum -2 -4 Rata-rata -6 -12
Biologi -3 -3 -9 -6 -6 -18
5 Klasifikasi status mutu air menggunakan sistem nilai US-EPA (Environmental Protection Agency) dalam empat kelas (Tabel 2).
Kategori A / baik sekali B / baik C / sedang D / buruk
Tabel 2 Kategori status mutu air system US-EPA Skor Keterangan 0 Memenuhi baku mutu -1 s/d -10 Tercemar ringan -11 s/d -30 Tercemar sedang >-31 Tercemar berat
Sumber : Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup no 115 tahun 2003
Kepadatan makrozoobenthos Kepadatan makrozoobentos didefinisikan sebagai jumlah individu makrozoobentos per satuan luas (ind/m2). Jumlah individu per-satuan luas transek atau alat dihitung dari rata-rata jumlah individu pada beberapa pengambilan contoh dengan rumus : ∑ Keterangan : K : rata-rata jumlah individu pada pengambilan contoh sebanyak n kali Ki : jumlah individu pada pengambilan contoh ke-i n : jumlah pengambilan contoh Indeks keanekaragamaan dan kemerataan jenis 1. Indeks Keanekaragamaan Tingkat keanekaragamaan jenis dihitung dengan menggunakan rumus indeks Keanekaragamaan dengan menggunakan rumus Shanon-Wiener (Siahaan et al. 2012) ∑ Keterangan : H’ : indeks Keanekaragamaan pi : ni/N ni : jumlah individu jenis i N : total jumlah individu Kualitas perairan dapat diketahui melalui nilai keanekaragamaan seperti tersaji pada Tabel 3. Tabel 3 Tingkat kondisi perairan berdasarkan indeks keanekaragamaan Kategori H’ Pencemaran sangat ringan 3.00 – 4.50 Pencemaran ringan 2.00 – 3.00 Pencemaran sedang 1.00 – 2.00 Pencemaran berat 0.00 – 1.00 Sumber : Shanon – Wiener
6 2. Indeks Kemerataan dapat dihitung dengan rumus :
Keterangan : E : Indeks Kemerataan N : Kelimpahan jenis S : Jumlah Jenis Nilai indeks E akan berkisar antara 0 – 1. Nilai E akan mendekati 1 bila jumlah individu setiap jenis dalam satu komunitas merata. Indeks kesamaan Tingkat kesamaan antara komunitas makrozoobentos bagian hulu, tengah, dan hilir sub DAS, dianalisis dengan menggunakan rumus indeks kesamaan Jaccard (Cj) sebagai berikut :
Keterangan : Cj : Tingkat kesamaan J : Jumlah jenis yang sama pada kedua lokasi b : Jumlah jenis pada lokasi B a : Jumlah jenis pada lokasi A Indeks famili biotik Indeks Famili Biotik (FBI) adalah penghitungan indeks kualitas air yang dikembangkan oleh Hilsenhoff (1988) berdasarkan nilai toleransi (ketahanan terhadap perubahan lingkungan) dari tiap – tiap jenis,
Keterangan : xi : jumlah individu yang ditemukan pada tiap jenis ti : nilai toleransi dari setiap jenis n : jumlah organisme yang ditemukan pada satu plot Makrozoobenthos yang teridentifikasi kemudian diberi skor berdasarkan tingkat toleransinya terhadap zat pencemar. Jenis makrozoobenthos yang paling toleran diberikan skor 10 dan untuk makrozoobenthos yang intoleran diberi skor 1 (Hilsenhoff 1988 diacu dalam Wibisono dan Barti 2013). Klasifikasi tingkat pencemaran perairan berdasarkan indeks famili biotik ditunjukkan pada Tabel 4.
7 Tabel 4 Kategori pencemaran berdasarkan indeks famili biotik Kategori Indeks FBI Tercemar Sangat Ringan 0.00 – 3.75 Tercemar Ringan 3.76 – 4.25 Tercemar Sedang 4.26 – 5.00 Tercemar Kritis 5.01 – 5.75 Tercemar Berat 5.76 – 6.60 Tercemar Sangat Berat 6.51 – 7.25 Tercemar Ekstrim 7.26 – 10.0 Sumber : Hilsenhoff (1988)
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lokasi Penelitian Sungai Cikapundung Sungai Cikapundung merupakan sebuah sungai yang melewati Kota Bandung dengan panjang 28 kilometer. Daerah Aliran Sungai Cikapundung memiliki luas area 38 464 ha (BAPPEDA 2010). Sungai ini memiliki hulu di utara Kota Bandung tepatnya di daerah Maribaya, Lembang (Gambar 2). Sedangkan untuk bagian tengahnya terletak di Cikapundung Gandok dan Cikapundung Pasir Luyu. Jenis tutupan lahan di sub DAS Cikapundung ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5 Jenis tutupan lahan sub DAS Cikapundung Jenis Tutupan Lahan Hutan Kebun / Perkebunan Ladang / Tegalan Sawah Semak Belukar Tubuh Air Terbangun Jumlah (Ha)
Sub DAS Cikapundung Ha (%) 1 822 5.9 3 778 12.4 4 953 16.2 5 047 16.5 953 3.1 58 0.1 13 852 45.4 30 464 100
Sumber : BPS 2013
Sungai Cikapundung bermuara di Sungai Citarum di Bale Endah. Jumlah penduduk yang tinggal di sub DAS Cikapundung mencapai 2 483 977 jiwa. Sedangkan untuk jumlah penduduk tertinggi berada di Kelurahan Tamansari sebanyak 28 729 jiwa .
8
Gambar 2 Peta tutupan lahan DAS Citarum Sungai Cikapundung bagian hulu berada di sekitar perkebunan, permukiman dan persawahan. Permukiman yang berada di sekitar Sungai Cikapundung Hulu tidak berada langsung di bantaran sungai sehingga limbah yang ada tidak langsung dibuang ke badan air. Kondisi ini menyebabkan Sungai Cikapundung memiliki kondisi perairan yang masih jernih. Kondisi yang berbeda di milki oleh aliran Sungai Cikapundung Tengah. Sepanjang sungai ini berdiri bangunan gedung dan permukiman. Sebagian besar permukiman yang ada berada langsung di bantaran sungai. Data BPLH Kota Bandung menyebutkan ada sekitar 1058 rumah yang berada di dekat dengan bantaran sungai Cikapundung. Hampir seluruh permukiman ini membuang limbah langsung ke sungai. Sungai Cikapundung ini menerima limbah lebih dari 2.5 juta liter setiap harinya, yang sebagian besar dari limbah rumah tangga. Tidak jauh berbeda dengan Sungai Cikapundung Tengah, Sungai Cikapundung Hilir juga terdapat banyak permukiman yang berada di kanan kiri sungai dan sawah irigasi. Namun Sungai Cikapundung Hilir ini memiliki kondisi air yang terlihat lebih keruh dan penuh dengan sampah. Kondisi Sungai Cikapundung Hulu, Tengah dan Hilir ditunjukkan pada Gambar 3.
a b c Gambar 3 Kondisi Sungai Cikapundung (a) Hulu, (b) Tengah dan (c) Hilir Sungai Cisangkuy Sungai Cisangkuy memiliki hulu di daerah Banjaran dan hilir di Baleendah, Jawa Barat. Sub DAS Cisangkuy memiliki luas 34 071 ha. Penduduk
9 yang tinggal di wilayah sub DAS Cisangkuy berjumlah 942 963 jiwa. Sub DAS Cisangkuy memiliki kondisi lahan terdiri dari hutan, perkebunan, ladang, sawah, semak dan lahan terbangun (Tabel 6). Tabel 6 Jenis tutupan lahan sub DAS Cisangkuy Jenis Tutupan Lahan Hutan Kebun / Perkebunan Ladang / Tegalan Sawah Semak Belukar Tubuh Air Terbangun Jumlah (Ha)
Sub DAS Cisangkuy Ha (%) 7 099 20.8 7 666 22.5 4 975 14.3 6 742 19.7 2 175 6.3 223 0.6 5 291 15.5 34 071 100
Sumber : BPS 2013
Sungai Cisangkuy hulu berada di sekitar persawahan, perkebunan, peternakan dan permukiman.Sungai ini sedikit mengalami pencemaran. Sungai Cisangkuy Tengah memiliki kondisi lahan lahan terbangun (permukiman dan industri). Sehingga lebih berpotensi terhadap tingkat pencemaran yang tinggi kerena beberapa permukiman tersebut langsung membuang limbah rumah tangganya langsung ke badan sungai. Sungai Cisangkuy Hilir memiliki kondisi lahan yang terdiri dari permukiman dan industri seperti industri tekstil berdiri di sekitar aliran sungai (Gambar 4). Sehingga kemungkinan sungai ini memiliki tingkat pencemaran yang berat.Penggunaan lahan berupa pemukiman, industri dan peternakan merupakan sumber pencemar limbah cair organik yang tinggi (Soeharto 2011).
a b c Gambar 4 Kondisi Sungai Cisangkuy (a) Hulu, (b) Tengah dan (c) Hilir Sungai Ciwidey Sungai Ciwidey mengalir dari Pasir Jambu hingga ke Soreang, Kabupaten Bandung. Daerah Aliran Sungai Ciwidey memiliki luas 22 089 ha. Penduduk yang berdomisili di sub DAS Ciwidey yaitu 499 965 jiwa. Jenis tutupan lahan di sub DAS Ciwidey ditunjukkan pada Tabel 7.
10 Tabel 7 Jenis tutupan lahan sub DAS Ciwidey Jenis Tutupan Lahan Hutan Kebun / Perkebunan Ladang / Tegalan Sawah Semak Belukar Tubuh Air Terbangun Jumlah (Ha)
Sub DAS Ciwidey Ha 5 498 4 897 2 181 4 616 2 416 45 2 436 22 089
(%) 24.8 22.1 9.8 20.9 10.9 0.2 11.0 100
Sumber : BPS 2013
Sungai Ciwidey Hulu memiliki kondisi lingkungan yang cukup baik. Berada disekitar hutan dan sawah. Sungai ini masih memiliki kondisi perairan yang terlihat jernih. Sungai Ciwidey Hilir berada disekitar permukiman yang tidak terlalu padat dan persawahan di Kabupaten Bandung.Kondisi perairan yang terlihat di Sungai Ciwidey Hilir jernih.
a b c Gambar 5 Kondisi Sungai Ciwidey (a) Hulu, (b) Tengah dan (c) Hilir Kondisi Tingkat Pencemaran Air Sungai Sungai Cikapundung Sungai Cikapundung dengan berdasarkan parameter fisika dan kimia memiliki parameter air yang melampaui baku mutunya. Parameter fisika dan kimia yang melampaui baku mutu air kelas II (PP No.82/thn 2001), yaitu fenol, nitrogen dioksida (NO2), khlorida (Cl2), cuprum (Cu) dan plumbum (Pb). Parameter fisika dan kimia tersebut berasal dari limbah rumah tangga, pertanian dan industri yang berada di sekitar sungai. Berdasarkan perhitungan metode storet, Sungai Cikapundung Hilir memiliki tingkat pencemaran berat (golongan D) dengan nilai -140. Sungai Cisangkuy Kondisi kualitas air Sungai Cisangkuy Hulu cenderung buruk karena beberapa parameter fisika dan kimia telah melampaui baku mutu air yang ditetapkan. Parameter sungai yang melampaui batas baku mutu air Kelas II adalah
11 nitrogen dioksida (NO2), DO (dissolved oxygen), BOD, COD fenol, khlorida (Cl2), zinc (Zn) plumbum (Pb), dan bakteri Coliform. Kehadiran bakteri coliform di dalam air mengindikasikan perairan itu kemungkinan tercemar sehingga tidak dapat dijadikan sebagai sumber air minum (Sastrawijaya 2000). Berdasarkan perhitungan indeks Storet, Sungai Cisangkuy Hulu termasuk dalam pencemaran berat (golongan D) dengan nilai -182. Sedangkan bagian hilir memiliki tingkat pencemaran berat dengan golongan D dengan nilai -128. Parameter air yang besar kontribusinya adalah COD, BOD, fenol, khlorida (Cl2), cuprum (Cu), plumbum (Pb) dan bakteri coliform. COD adalah jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi baik yang terdegradasi secara biologis maupun yang sukar terdegradasi secara biologis menjadi karbon dioksaida dan air (Effendi 2003). Nilai COD yang tinggi tidak baik untuk kepentingan perikanan dan pertanian. Sungai Ciwidey Sungai Ciwidey memiliki parameter fisika dan kimia yang hampir sama dengan Sungai Cikapundung dan Cisangkuy. Parameter fisika dan kimia yang melampaui baku mutu air di Sungai Ciwidey Hulu adalah DO, BOD, fenol, tembaga (Cu), zinc (Zn) dan plumbum (Pb). Paramater air BOD dan COD berasal dari limbah rumah tangga dan tinja. Nilai BOD yang tinggi dapat mengurangi ketersediaan oksigen dalam air yang secara umum dapat mempengaruhi ekosistem aquatic bahkan dapat menyebabkan kematian pada organisme aquatic. Berdasarkan perhitungan indeks storet kondisi Sungai Ciwidey Hulu memiliki nilai -156 sehingga tergolong pencemaran berat (golongan D). Demikian pula bagian hilir juga mengalami tingkat pencemarat berat dan termasuk dalam golongan D atau tercemar berat. Sungai ini memiliki nilai indeks storet -146. Tingkat Pencemaran Berdasarkan Data Makrozoobenthos Berdasarkan hasil analisis makrozoobenthos, baik menggunakan metode indeks keanekaragaman maupun indeks Hilsenhoff kondisi tingkat pencemaran air pada ketiga sungai dapat dijelaskan sebagai berikut. Sungai Cikapundung Jenis dan kepadatan makrozoobenthos Biota makrozoobenthos yang ditemukan di Sungai Cikapundung terdiri dari 13 jenis yang termasuk dalam 7 ordo yaitu Ephemeroptera, Tricoptera, Coleoptera, Megaloptera, Diptera, Annelida dan Turbellaria. (Lampiran 6). Sungai Cikapundung bagian hulu ditemukan 11 jenis yaitu Isonychiidae, Baetidae,Odontoceridae, Hydroptilidae, Hydrosychiidae, Elmidae, Sialidae, Simulidae, Tabanidae, Chironomidae merah dan Turbellaria, dengan kepadatan 112.5 ind/m2. Kepadatan tertinggi dimiliki oleh jenis Hydroptilidae dengan nilai 63.19 ind/m2. Sedangkan kepadatan jenis makrozoobenthos terkecil dimiliki oleh jenis Baetidae dengan nilai 0.69 ind/m2. Pada umumnya makrozoobenthos memiliki tingkat kepekaan yang menunjukkan sensitivitas makrozoobenthos terhadap perubahan lingkungan yang terjadi. Jenis Hydropptilidae merupakan jenis makrozoobenthos yang bersifat intoleran yang berarti bahwa organisme yang
12 umumnya hidup dengan bertahan di batu, pasir, dan destirus lainya yang tidak toleran terhadap pencemaran air atau kondisi lingkungan yang tercemar (Wilhm 1975). Sehingga dapat dikatakan sungai Cikapundung bila dilihat dari keapadatan makrozoobenthos memiliki kualitas air tercemar sedang (Hilsenhoff 1988 diacu dalam Rahayu et al. 2009). Sungai Cikapundung Tengah ditemukan 2 jenis makrozoobenthos yaitu Oligochaeta dan Ptychopteridae dengani kepadatan jenis Oligochaeta dengan nilai 6.25 ind/m2 dan jenis Ptychopteridae dengan nilai 2.08 ind/m2. Oligochaeta memiliki karakteristik toleran atau mampu bertahan pada kondisi lingkungan yang memiliki kandungan bahan organik yang tinggi dan memiliki kemampuan osmoregulasi yang baik, sehingga jenis ini dapat menyesuaikan diri terhadap kondisi ekstrim. Keberadaan makrozoobenthos ini mengindikasikan bahwa Sungai Cikapundung Tengah memiliki kualitas air yang buruk. Sungai Cikapundung Hilir hanya memiliki 1 jenis makrozoobenthos yaitu famili Ptychopteridae, dengan kepadatan 1.38 ind/m2. Jenis Ptychopteridae memiliki sifat toleran yang berarti dapat hidup pada perubahan lingkungan yang tinggi, maka Sungai Citarum Hilir memiliki kualitas air yang buruk (sangat tercemar). Keanekaragamaan dan kemerataan jenis makrozoobenthos Sungai Cikapundung Hulu, Tengah, dan Hilir memiliki nilai Indeks Keanekaragamaan yang berbeda. Indeks Keanekaragamaan tertinggi dimiliki oleh Sungai Cikapundung Hulu dengan nilai 1.54; bagian Tengah 0.56 dan bagian Hilir memiliki nilai keanekaragamaan 0. Di Sungai Cikapundung Hilir hanya ditemukan satu jenis makrozoobenthos dan memiliki tipe substrat pasir. Menurut Koesoebiono (1979), dasar perairan berupa pasir dan sedimen halus merupakan lingkungan hidup yang kurang baik untuk makrozoobenthos. Berdasarkan indeks keanekaragamaan makrozoobenthos tersebut Sungai Cikapundung Hulu memiliki tingkat pencemaran sedang (H: 1.00-2.00). Sedangkan untuk Sungai Cikapundung Tengah dan Hilir memiliki tingkat pencemaran berat karena memiliki nilai keanekaragamaan 0.00-1.00 (Wilhm 1975). Nilai keanekaragamaan dan kemerataan pada Sungai Cikapundung ditunjukkan pada Tabel 8. Tabel 8 Indeks keanekaragamaan dan kemerataan makrozoobenthos di Sungai Cikapundung Sungai Cikapundung Indeks Hulu Tengah Hilir Keanekaragamaan (H') 1.54 0.56 0 Kemerataan (E) 0.14 0.28 0 Dengan nilai indeks kemerataan <0,5 antar hulu-tengah-hilir menunjukkan bahwa kondisi hulu-tengah-hilir telah mengalami perubahan penggunaan lahan sehingga memberikan dampak negatif terhadap kualitas habitat dasar sungai, sehingga menyebabkan ketidakmerataan kepadatan (terdapat dominansi jenis) pada komunitas makrozoobenthos.
13 Indeks kesamaan makrozoobenthos Hasil perhitungan indeks kesamaan makrozoobenthos di Sungai Cikapundung Hulu, Tengah dan Hilir menunjukkan nilai indeks kesamaan yang sangat kecil (<0.5) sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 9. Menurut Magurran (1988), nilai indeks kesamaan jenis Jaccard (Cj) mendekati 0 menunjukkan tingkat kesamaan jenis antar habitat rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi perubahan penggunaan lahan dan sumber pencemar antara hulu tengah dan hilir sungai, sehingga menyebabkan perubahan struktur komunitas dari hulu tengah hingga hilir. Tabel 9 Tingkat kesamaan makrozoobenthos di Sungai Cikapundung Cikapundung Hulu Tengah
Hulu
Tengah
Hilir 0
0 0.25
Selain perubahan kualitas air, perubahan penggunaan lahan juga mempengaruhi perubahan tipe substrat. Tipe substrat dapat menentukan jumlah dan jenis biota disuatu perairan (Susanto 2000). Tingkat kesamaan 0.25 pada Sungai Cikapundung pada bagian tengah dan hilir karena pada bagian ini memiliki tipe tutupan lahan dan substrat yang sama yaitu permukiman dan tanah berpasir. Namun tingkat kesamaan pada kedua bagian sungai ini tergolong rendah. Sedangkan pada bagian tengah tidak memiliki kesamaan jenis dengan bagian tengah dan hilir kemungkinan karena pada bagian hulu memiliki kondisi tutupan lahan dominan berupa perkebunan dan tipe substrat batuan. Indeks famili biotik makrozoobenthos Sungai Cikapundung Hulu di dapatkan 11 jenis makrozoobenthos dengan nilai FBI 4.61 . Berdasarkan perhitungan FBI diperoleh nilai 4.61. Nilai tersebut menunjukkan bahwa Sungai Cikapundung Hulu memiliki klasifikasi pencemaran sedang. Sungai Cikapundung Tengah didapatkan 2 jenis makrozoobenthos dengan nilai toleransi yang tinggi yaitu Oligochaeta dan Ptycopteridae. Berdasarkan perhitungan nilai FBI diperoleh nilai 7.75. Hal ini menunjukkan status pencemaran yang buruk sekali. Hal ini didukung dengan adanya jenis Oligochaeta yang diperoleh di Sungai Lematang Hilir yang menunjukan sungai ini mengalami penurunan kualitas air (Setiawan 2009). Pada bagian hilir juga yang hanya ditemukan 1 jenis makrozoobenthos, dengan nilai FBI 7. Nilai tersebut menunjukkan bahwa Sungai Cikapundung Hilir memiliki tingkat pencemaran yang berat. Dari ketiga titik Sungai Cikapundung tersebut Sungai Cikapundung Tengah merupakan sungai yang memiliki pencemaran yang paling buruk. Hal ini disebabkan karena sungai ini terletak di tengah kota Bandung yang banyak menerima limbah domestik maupun industri yang limbahnya langsung dibuang ke badan sungai. Menurut Supriyanto (2000), air limbah rumah tangga merupakan sumber utama pencemaran badan air di daerah perkotaan. Hal ini menyebabkan sedikitnya jenis makrozoobenthos yang hidup di perairan tersebut. Hanya jenisjenis makrozoobenthos yang memiliki nilai toleransi yang cukup tinggi yang mampu bertahan hidup. Begitupun dengan Sungai Cikapundung Hilir yang banyak memiliki permukiman dan pabrik di samping kanan kiri sungai. Namun di sungai ini tergolong dalam pencemaran berat karena jumlah permukimanya lebih
14 sedikit di bandingkan dengan Cikapundung Tengah. Berbeda dengan Sungai Cikapundung Hulu yang berada pada wilayah perkebunan dan terdapat Taman Hutan Raya (Tahura) Juanda sehingga kondisi air masih tergolong cukup baik dan hanya termasuk tercemar sedang. Sungai Cisangkuy Jenis dan kepadatan makrozoobenthos Hasil pengambilan contoh makrozoobenthos di Sungai Cisangkuy diperoleh 5 ordo yaitu Acariformes, Diptera, Ephemeroptera, Tricoptera dan Turbellaria, terdiri dari 7 jenis (Lampiran 7). Pada bagian hulu ditemukan 6 jenis makrozoobenthos yaitu Isonychiidae, Hydroptiidae, Ptychopteridae, Simulidae, Limnesidae dan Turbellaria. Pada bagian tengah memiliki 1 jenis makrozoobenthos yaitu Chironomidae merah dan bagian hilir dijumpai 1 jenis yaitu Ptycopteridae. Nilai kepadatan jenis makrozoobenthos di Sungai Cisangkuy Hulu 79.86 ind/m2, dengan kepadatan tertinggi dimiliki oleh jenis Hydroptilidae dengan nilai 27.08 ind/m2 yang bersifat intoleran dan kepadatan terendah pada jenis Limnesidae dengan nilai 0.69 ind/m2. Dominasi jenis Hydroptilidae yang bersifat intoleran menyebabkan Sungai Cisangkuy tergolong tercemar sedang. Kepadatan makrozoobenthos di Sungai Cisangkuy Tengah dengan nilai 1.38 ind/m2, termasuk di dalamnya familli Chironomidae merah yang memiliki sifat toleran terhadap pencemaran, sehingga sungai ini tergolong dalam pencemaran berat. Bagian hilir, tingkat kepadatan yang dimiliki jenis Ptycopteridae dengan nilai 38.19 ind/m2, jenis ini memiliki sifat toleran, sehingga Sungai Cisangkuy Hilir memiliki tingkat pencemaran berat. Keanekaragamaan dan kemerataan jenis makrozoobenthos Indeks keanekaragamaan, keseragamaan dan dominansi merupakan indeks yang sering digunakan untuk mengevaluasi suatu kondisi lingkungan perairan berdasarkan kondisi biologinya. Hubungan ini didasarkan bahwa tidak seimbangnya kondisi lingkungan akan turut mempengaruhi komunitas organisme yang hidup pada suatu perairan (Odum 1993). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Sungai Cisangkuy Hulu, Tengah dan Hilir diperoleh nilai keanekaragamaan dan kemerataan sebagaimana Tabel 10. Tabel 10 Indeks keanekaragamaan dan kemerataan di Sungai Cisangkuy Sungai Cisangkuy Indeks Hulu Tengah Hilir Keanekaragamaan (H') 1.09 0 0 Kemerataan (E) 0.18 0 0 Berdasarkan Tabel 10, indeks keanekaragamaan pada Sungai Cisangkuy menurun ke arah hilir sejalan dengan menurunnya kualitas air akibat perubahan penggunaan lahan ke arah hilir yang semakin banyaknya perubahan lahan ke arah pemukiman dan industri. Keanekaragamaan 0 pada tengah dan hilir sungai menunjukkan bahwa kondisi Sungai Cisangkuy tengah dan hilir memiliki tingkat pencemaran berat.
15 Sungai Cisangkuy Hulu, Tengah dan Hilir memiliki nilai kemerataan yang rendah. Nilai kemerataan Sungai Cisangkuy Hulu 0.18 dengan jenis yang dominan adalah Hydroptilidae. Sungai Cisangkuy Tengah dan Hilir memiliki nilai kemerataan 0 dengan jenis yang dominan masing-masing adalah Chironomidae merah dan Ptycopteridae. Indeks kesamaan makrozoobenthos Sungai Cisangkuy hulu, tengah dan hilir memiliki tingkat kesamaan komunitas makrozoobenthos yang rendah. Tingkat kesamaan makrozoobenthos di Sungai Cisangkuy ditunjukkan pada Tabel 11. Tabel 11 Tingkat kesamaan makrozoobenthos di Sungai Cisangkuy Cisangkuy Hulu Tengah
Hulu
Tengah
Hilir 0
0.02 0
Berdasarkan Tabel 11, struktur komunitas makrozoobenthos Sungai Cisangkuy pada bagian hulu, tengah maupun hilir tidak memiliki kesamaan. Dengan kata lain telah terjadi perubahan sumber dan intensitas beban pencemaran antara hulu ke hilir sungai akibat perubahan penggunaan lahan antara hulu dan hilir. Kondisi tutupan lahan di Sungai Cisangkuy Hulu berupa belukar, bagian tengah berupa permukiman dan bagian hilir berupa persawahan memberikan kontribusi beban pencemaran yang berbeda sehingga mengakibatkan perubahan kualitas habitat dasar sungai yang berbeda. Indeks biotik makrozoobenthos Sungai Cisangkuy Hulu yang memiliki 6 jenis makrozoobenthos, dengan nilai FBI 4.37 sehingga Sungai Cisangkuy Hulu memiliki tingkat pencemaran sedang. Sedangkan bagian tengah hanya ditemukan 1 jenis makrozoobenthos yaitu Chironomidae merah yang memiliki toleransi pencemaran air yang tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Siahaan et al. (2012) adanya jenis Chironomidae di Sungai Cisadane juga menunjukan adanya penurunan kualitas air. Berdasarkan perhitungan FBI diperoleh nilai 8 sehingga menurut kategori Wilhm (1975) Sungai Cisangkuy tengah termasuk dalam pencemaran ekstrim. Kondisi Sungai Cisangkuy Hilir tidak berbeda jauh dengan Sungai Cisangkuy Tengah. Sungai ini memiliki satu jenis makrozoobenthos yaitu Ptycopteridae yang memiliki nilai toleransi 7. Dengan perhitungan FBI sungai ini termasuk dalam pencemaran sangat berat/ekstrim. Sungai Cisangkuy Tengah memiliki pencemaran paling berat di antara Sungai Cisangkuy Hulu dan Hilir. Hal ini disebabkan karena di sekeliling Sungai Cisangkuy Tengah merupakan permukiman yang cukup banyak. Selain itu sebagian besar permukiman tersebut membuang limbah rumah tangganya langsung ke badan air.
16 Sungai Ciwidey Jenis dan kepadatan makrozoobenthos Berdasarkan hasil penelitian di Sungai Ciwidey Hulu ditemukan 6 jenis makrozoobenthos yaitu Isonychiidae, Hydroptilidae, Dryopidae, Elmidae, Dolichopodidae dan Turbellaria, dengan tingkat kepadatan 24.31 ind/m2. Kepadatan tertinggi dijumpai pada jenis Hydroptilidae dengan kepadatan 15.27 ind/m2 dan terendah jenis Turbellaria dengan kepadatan 0.69 ind/m2. Dominasi Hydroptilidae di sungai ini menunjukkan bahwa Sungai Ciwidey Hulu mengalami pencemaran sedang karena makrozoobenthos ini memiliki tingkat kepekaan sedang. Jenis dan tingkat kepadatan Makrozoobenthos di Sungai Ciwidey ditunjukkan pada Lampiran 8. Sungai Ciwidey Tengah memiliki 3 jenis makrozoobenthos, yaitu Isonyciidae, Lepthophelibiidae dan Hydroptilidae dengan total 33 individu serta memiliki kepadatan 22.92 ind/m2. Jenis Hydroptilidae memiliki kepadatan yang paling tinggi yaitu 18.75 ind/m2 selanjutnya jenis Isonyciidae dan Leptophlebiidae memiliki tingkat kepadatan yang sama yaitu 2.08 ind/m2. Berdasarkan kondisi tersebut Sungai Ciwidey Tengah tercemar sedang karena jenis makrozoobenthos yang mendominasi memiliki tingkat kepekaan sedang. Sungai Ciwidey Hilir memiliki 6 jenis makrozoobenthos yang terdiri dari 18 individu. Jenis Makrozoobenthos yang hidup di sungai tersebut diantaranya Potamanthidae, Nemouridae, Hydroptilidae, Elmidae, Pleuroceridae dan Turbellaria. Kepadatan tertinggi dimiliki oleh jenis Nemouridae dengan nilai kepadatan 6.25 ind/m2. Selanjutnya jenis Hydroptilidae dan Pleuroceridae memiliki nilai kepadatan yang sama yaitu 2.08 ind/m2. jenis Elmidae, Potamanthidae dan Turbellaria memiliki nilai kepadatan yang terkecil yaitu 0,69 ind/m2. Keanekaragamaan dan kemerataan jenis makrozoobenthos Keanekaragamaan makrozoobenthos di Sungai Ciwidey rata rata memiliki tingkat keanekaragaman sedang. Tingkat keanekaragamaan makrozoobenthos di Sungai Ciwidey ditunjukkan pada Tabel 12. Tabel 12 Keanekaragamaan dan kemerataan makrozoobenthos di Sungai Ciwidey Sungai Ciwidey Indeks Hulu Tengah Hilir Keanekaragamaan (H') 1.12 0.60 1.40 Kemerataan (E) 0.18 0.20 0.23 Berdasarkan tingkat keanekaragaman makrozoobenthos di Sungai Ciwidey sebagaimana tabel tersebut, maka bagian hulu tergolong tercemar sedang, bagian tengah tercemar berat dan bagian hilir tercemar sedang. Kemerataan di Sungai Ciwidey antara Hulu, Tengah maupun Hilir tergolong rendah (0.18-0.23) dengan dominasi jenis Hydroptilidae pada hulu dan tengah, serta dominasi Nemouridae pada bagian hilir. Perbedaan struktur komunitas ini berkaitan dengan perubahan penggunaan lahan yang berubah dari hulu ke hilir (Tabel 6).
17 Indeks kesamaan makrozoobenthos Sungai Ciwidey memiliki tingkat kesamaan biota yang termasuk rendah. Tingkat kesamaan biota di Sungai Ciwidey ditunjukkan pada Tabel 13. Tabel 13 Tingkat kesamaan makrozoobenthos di Sungai Ciwidey Ciwidey Hulu Tengah
Hulu
Tengah
Hilir 0.03
0.10 0.03
Tingkat kesamaan komunitas makrozoobenthos Sungai Ciwidey, baik hulu, tengah dan hilir sangat rendah 0.03-0.10 Kondisi tutupan lahan Sungai Ciwidey yang berbeda menyebabkan perbedaan pengaruhnya pada kondisi kualitas habitat dasar sungai. Semakin rendah tingkat kesamaannya menunjukkan perubahan penggunaan lahan dari hulu ke hilir DAS. Sungai Ciwidey Hulu memiliki kondisi tutupan lahan berupa perkebunan, Sungai Ciwidey Tengah memiliki kondisi tutupan lahan berupa persawahan dan Sungai Ciwidey Hilir berada pada wilayah permukiman. Indeks famili biotik makrozoobenthos Makrozoobenthos yang hidup di perairan memiliki nilai toleransi yang berbeda terhadap perbedaan kondisi pencemaran sungai. Semakin tinggi nilai toleransinya maka suatu spesies akan lebih tahan terhadap perubahan lingkungan yang terjadi. Hasil perhitungan FBI di Sungai Ciwidey Hulu memiliki nilai FBI 3.82. Nilai ini menurut Wilhm (1975) menunjukkan perairan tersebut tercemar ringan. Bagian tengah memiliki kondisi tercemar ringan, dengan nilai FBI 3.63. Sungai Ciwidey Hilir memiliki nilai FBI 3.38 yang menunjukkan bahwa sungai ini tercemar ringan. Pengaruh Penggunaan Lahan Terhadap Tingkat Pencemaran Berdasarkan data penggunaan lahan (Tabel 5, Tabel 6 dan Tabel 7) tutupan lahan di sub DAS Cikapundung, Cisangkuy dan Ciwidey berupa lahan hutan tergolong rendah (<30%). Tutupan lahan yang relatif lebih luas di sub DAS Ciwidey 24,8%. Kebalikannya adalah luasnya lahan terbangun pada ketiga sub DAS tersebut. Lahan terbangun terkecil 11,3% ada di sub DAS Ciwidey. Kondisi tutupan lahan dan penggunaan lahan di dalam Sub DAS mempengaruhi kualitas habitat dasar sungai dan kualitas air sungai pada ketiga Sub DAS tersebut. Berkurangnya luas hutan menjadi lahan pertanian dan permukiman, bahkan permukiman penduduk sekitar bantaran sungai menghasilkan beban pencemaran yang nyata, terutama pada parameter TSS akibat meningkatnya erosi lahan pertanian, serta parameter BOD, COD dan bakteri coli akibat limbah permukiman. Kasus berkurangnya tutupan hutan banyak terjadi di DAS di Indonesia. Hutan memiliki fungsi sebagai pengatur tata air dan pengontrol pencemaran dalam DAS (Sudaryono 2002) dan sebagai wilayah tangkapan air untuk mengurangi adanya limpasan permukaan yang dapat menyebabkan erosi dan sedimentasi yang dapat menurunkan kualitas air sungai. Penurunan luas hutan di DAS antara lain berdampak pada peningkatan luas permukiman dan peningkatan jumlah penduduk (Walukow 2012). Kelestarian sungai dapat
18 ditingkatkan jika penggunaan lahan untuk hutan melebihi 50 % dan atau lebih banyak dibangun waduk (Indreswari 1996). Pertambahan populasi dan perkembangan industri sesuai dengan meningkatnya pencemaran air dan degradasi lingkungan (Neto et al. 2006). Perbandingan penggunaan lahan di sub DAS Cikapundung, Cisangkuy, dan Ciwidey ditunjukkan pada Gambar 6.
45,47
24,89 20,84 15,53 11,03 6,78
5,98
Cikapundung Hutan
6,45
Cisangkuy Lahan Terbangun
3,61
Ciwidey Tingkat pencemaran (FBI)
Gambar 6 Perbandingan luas hutan dengan lahan terbangun Berdasarkan indeks FBI, Sungai Cikapundung memiliki tingkat rata-rata pencemaran berat yaitu dengan nilai 6.78. Hal ini berkorelasi dengan luas lahan terbangun seluas 13 852 ha atau 45.4% dari luas hutan yang terdapat di wilayah sub DAS Cikapundung yaitu seluas 1 822 ha atau 5.9% dari luas sub DAS Cikapundung. Kondisi luas hutan dan luas lahan terbangun yang tidak seimbang tersebut menyebabkan buruknya kualitas air di Sungai Cikapundung. Kualitas air Sungai Cisangkuy tidak jauh berbeda dengan Sungai Cikapundung. Berdasarkan indeks FBI Sungai Cisangkuy memiliki tingkat rata-rata pencemaran berat dengan nilai 6.45. Hal ini dapat disebabkan oleh penggunaan lahan yang tidak sesuai meskipun luas hutan yang dimiliki oleh sub DAS Cisangkuy lebih besar yaitu 7 099 ha (20.8%) dibandingkan luas lahan terbangun seluas 5 291 ha (15.5%). Kualitas kedua sub DAS tersebut berbeda dengan sub DAS Ciwidey yang memiliki tingkat pencemaran yang tergolong dalam pencemaran ringan dengan nilai 3.61. Hal ini dapat terjadi karena luas hutan yang dimiliki sub DAS Ciwidey lebih besar yaitu 5 498 ha (24.8%) dibandingkan luas lahan terbangun yang memiliki luas 2 436 ha (11.0%). Setiap sub DAS sendiri juga terjadi degradasi ke arah hilir yaitu perubahan penggunaan lahan dari dominasi hutan ke arah pertanian/kebun serta selanjutnya di hilir berkembang pemukiman dan industri. Degradasi lahan sub DAS ke arah hilir ternyata lebih berkorelasi linear dengan data hasil pemantauan kualitas data biota makrozoobenthos dari pada data fisik-kimia. Dampak limbah permukiman pada hilir ketiga sungai nampak pada tingginya kadar BOD, COD dan bakteri coli.
19 Demikian pula data biota menunjukkan degradasi ke arah hilir. Berdasarkan data makrozoobenthos menunjukkan kondisi perairan di Sungai Cikapundung Hulu tercemar sedang, tengah tercemar sangat berat dan hilir tercemar sangat berat. Kualitas Sungai Cisangkuy Hulu menunjukkan pencemaran sedang, tengah tercemar ekstrim dan hilir tercemar sangat berat. Adapun Sungai Ciwidey Hulu memiliki tingkat pencemaran ringan, tengah tercemar ringan dan hilir tercemar sedang. Kondisi ini sesuai dengan perubahan kearah hilir di sub DAS Ciwidey lebih baik kondisinya dibandingkan Sungai Cikapundung dan Cisangkuy. Perbandingan Antar Indeks Pengukuran kualitas air dengan menggunakan metode storet, indeks keanekaragamaan dan famili biotik memiliki hasil status kualitas air yang berbeda. Hasil analisis indeks storet berdasarkan data kualitas fisik-kimia air menyimpulkan kondisi status pencemaran ketiga sungai tercemar berat baik hulu maupun hilir, termasuk Sungai Ciwidey yang memiliki penggunaan lahan yang lebih baik (hutan paling luas dan lahan terbangun paling sedikit). Status pencemaran ini tidak sejalan dengan kondisi penutupan lahan ketiga sub DAS. Namun sebaliknya, berdasarkan perhitungan nilai keanekaragamaan dan FBI menunjukkan degradasi nilai yang berbeda. Sungai Cikapundung Hulu memiliki tingkat pencemaran sedang begitupun dengan nilai FBI. Bagian Tengah memiliki tingkat pencemaran berat berdasarkan nilai keanekaragamaan dan nilai famili biotik makrozoobenthos serta bagian Hilir memiliki tingkat pencemaran berat berdasarkan penilaian melalui nilai keanekaragaman, nilai famili biotik makrozoobenthos dan pengukuran storet. Status pencemaran biotik ini sejalan dengan kondisi tutupan dan penggunaan lahan di sub DAS tersebut yang tutupan lahannya pada bagian hulu cenderung lebih baik dari bagian hilirnya. Sungai Cisangkuy hulu berdasarkan nilai keanekaragamaan dan famili biotik makrozoobenthos, memiliki tingkat pencemaran sedang. Pada bagian Tengah berdasarkan nilai keanekaragamaan dan famili biotik Sungai Cisangkuy Tengah memiliki tingkat pencemaran berat. Bagian Hilir tergolong dalam pencemaran berat berdasarkan nilai keanekaragamaan dan nilai famili makrozoobenthos. Berdasarkan nilai keanekaragamaan makrozoobenthos, Sungai Ciwidey Hulu tergolong dalam pencemaran sedang. Sedangkan berdasarkan nilai FBI. Berdasarkan nilai keanekaragamaan makrozoobenthos, bagian tengah Sungai Ciwidey tergolong pencemaran ringan. Sedangkan berdasarkan nilai FBI tergolong dalam pencemaran sangat ringan. Berdasarkan nilai keanekaragamaan makrozoobenthos di Sungai Ciwidey Hilir tergolong dalam pencemaran sedang. Berdasarkan nilai FBI sungai ini tergolong dalam pencemaran ringan. Sementara berdasarkan nilai storet ketiga sub DAS ini mengalami pencemaran berat. Kecenderungan status pencemaran ringan kea rah berat di sungai ini sejalan dengan perubahan penggunaan lahan yang semakin meningkat, khususnya di bagian hilir sungai. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pengukuran status kualitas air menggunakan Bioindikator (FBI ataupun indeks keanekaragamaan) memberikan hasil pencemaran yang lebih sesuai dengan penggunaan lahan setiap sub DAS
20 tersebut. Hal ini disebabkan karena makrozoobenthos hidup menetap di perairan dalam jangka waktu lebih lama, sementara parameter fisika, kimia (storet) mengalami perubahan sesuai cuaca, besarnya limbah yang masuk, hasil pengukuran yang kontradiktif dengan kondisi perairan, dan sifat kualitas air yang berdinamika. Beberapa organisme makrozooobenthos sering digunakan sebagai spesies indikator kandungan bahan organik dan dapat memberikan gambaran yang lebih tepat dibandingkan pengujian fisika dan kimia (Guntur 1993). Selain itu penggunaan makrozoobenthos lebih murah dan akurat. Berdasarkan hasil pengukuran, penggunaan indeks FBI lebih mewakili kondisi kualitas perairan dibandingkan dengan indeks keanekaragamaan ShanonWiener. Hal ini dikarenakan indeks keanekaragamaan Shanon Wiener hanya menilai kualitas perairan dari jumlah keanekaragamaan jenis biota yang ditemukan di suatu perairan sedangkan untuk indeks FBI pengukuran dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat kepekaan biota terhadap perubahan lingkungan yang terjadi. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Perubahan penggunaan lahan di sub DAS Citarum Hulu menyebabkan berkurangnya luas hutan untuk peruntukan lain, seperti pertanian, peternakan, permukiman penduduk dan industri. Hal ini menyebabkan terjadinya erosi, sedimentasi pada sungai dan pencemaran limbah domestik yang menjadi awal munculnya berbagai beban pencemaran terhadap perairan sungai-sungai di Citarum Hulu yang menurunkan kualitas perairan sungai. Penurunan kualitas Sungai Cikapundung, Cisangkuy dan Ciwidey berdasarkan parameter fisika dan kimia menunjukkan pencemaran sungai tergolong berat. Hasil analisis menggunakan bioindikator makrozoobenthos menunjukkan tingkat pencemaran ringan hingga berat. Identifikasi kualitas air Sungai Cikapundung, Cisangkuy dan Ciwidey menggunakan bioindikator makrozoobenthos lebih sesuai dengan kondisi penggunaan lahan di masing – masing sub DAS. Hal ini ditunjukkan dengan kondisi perairan di Sungai Cikapundung Hulu tercemar sedang, Cikapundung Tengah tercemar sangat berat dan Cikapundung Hilir tercemar sangat berat. Kualitas Sungai Cisangkuy Hulu dengan menggunakan bioindikator menunjukkan pencemaran sedang, Cisangkuy Tengah tercemar ekstrim dan Cisangkuy Hilir tercemar sangat berat. Sungai Ciwidey Hulu memiliki tingkat pencemaran ringan, Ciwidey Tengah tercemar ringan dan Sungai Ciwidey Hilir tercemar ringan. Penggunaan biota (makrozoobenthos) untuk mengetahui kualitas perairan sungai lebih akurat dibandingkan dengan penggunaan parameter fisika dan kimia (indeks storet). Selain itu, diantara indeks biotik FBI lebih akurat dibandingkan indeks keanekaragamaan makrozoobenthos.
21 Saran 1. Perlu dilakukan pemantauan kualitas air menggunakan bioindikator yaitu makrozoobenthos sebagai alternatif dalam pemantauan kualitas air sungai. 2. Perlu pengendalian pencemaraan air sungai dari sumber domestik maupun perbaikan penutupan lahan sub DAS dengan vegetasi yang efektif.
DAFTAR PUSTAKA [BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Jawa Barat. 2010. Laporan Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Barat 2010. Bandung (ID): BAPPEDA Jawa Barat [BPDASCC] Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Citarum - Ciliwung. 2011. Laporan Rencana Pengelolaan DAS Citarum Terpadu tahun 2010. Bogor: BPDAS Citarum-Ciliwung. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Kabupaten Bandung dalam angka. Kabupaten Bandung (ID) : BPS Kabupaten Bandung [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Kota Bandung dalam angka.Bandung (ID) : BPS Kota Bandung Cech TV. 2005. Principles of Water Resources History, Development, management, and Policy. Second Edition. Wiley. USA Effendi H. 2003. Telaah Kualitas air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta Guntur. 1993. Studi Kasus Perairan Sungai Brantas Dengan Menggunakan Makrozoobenthos Sebagai Inikator Pencemaran Lingkungan Perairan. Laporan Penelitian. Pusat Studi Lingkungan Universitas Brawijaya Malang. Indreswari G. 1996. Decision Support System for River Management Presented at IHP’s International Symposium on Rivers and People. Yogyakarta. 1996. Kawuri LR, Mustofa NS, Suryanti. 2012. Kondisi Perairan berdasarkan bioindikator makrozoobenthos di Sungai Seketak Tembalang, Kota Semarang. Journal of Management of Aquatic Resources. 1(1) : 1 -7 [KLH] Kementerian Lingkungan Hidup. 2003. Keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Jakarta(ID) : Kementrian Lingkungan Hidup Koesoebiono. 1979. Dasar – Dasar Ekologi Umum Bagian IV Ekologi Perairan. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor Magurran AE. 1998. Ecological Diversity and Its Measurement. London: Croom Helm Ltd. Mann KH 1982. Ecology of Coastal Water. A System Approach Blackwell Scientific Pub. London. 321 p. Nana MA. 2011. Laporan Akhir Rencana Tindak Pengelolaan DAS Citarum. Institut Pertanian Bogor. Bogor
22 Neto ACL, FL Legey, MCG Araya, Jablonski. 2006. A system dynamics model for the environmental management of the Sepetiba Bay Watershed, Brazil. Journal Environmental Management. 38:879 – 888 Pemerintah Republik Indonesia. 2001. PP RI No.82 Tahun 2001. Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Lingkungan Rahayu B, Widodo RH, van Noordwijk M, Suryadi I, Verbist B. 2009. Monitoring Air di Daerah Aliran Sungai. Bogor. Indonesia. Rosenberg DM, Reesh VH. 1993. Freshwater Biomonitoring and Bentic Macroinvertebrates. Chapman and Hall. New York Retnowati DN. 2003. Struktur Komunitas Makrozoobentos dan Beberapa Parameter Fisika Kimia Perairan Situ Rawa Besar, Depok, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor Sastrawijaya AT. 2000. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta. Jakarta Setiawan D. 2009. Studi Komunitas Makrozoobenthos di Perairan Hilir Sungai Lematang Sekitar Daerah Pasar Bawah Kabupaten Lahat. Universitas Sriwijaya. Sumatra Selatan. Setyobuduandi I.1997. Makrozoobentos (Definisi, Pengambilan Contoh dan Penangananya). Laporan Peelitian. Laboraturium Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor Siahaan R, Andri I, Dedi S, Lilik B P. 2012. Keanekaragamaan makrozoobenthos sebagai bioindikator kualitas air Sungai Cisadane, Jawa Barat – Banten. Jurnal Bioslogos. 1(1) : 1 – 9 Soeharto I. 2011.Limbah Kimia dalam Pencemaran Udara dan Air.Yogyakarta(ID) : Penerbit Andi Supriyanto B. 2000. Pengelolaan limbah air yang berwawasan lingkungan suatu strategi dan langkah penangananya. Jurnal Teknologi Lingkungan. 1 (1):17 – 26. Susanto P. 2000. Pengantar Ekologi Hewan. Jakarta (ID) : Departemen Pendidikan Nasional Sudaryono.2002. Pembangunan Daerah Aliran Sungai Terpadu Konsep Pembangunan Berkelanjutan. Jurnal Teknologi Lingkungan. 3(2):153 – 158 Walukow AF. 2012 Analisis kebijakan penurunan luas hutan di Daerah Aliran Sungai Sentatni berwawasan lingkungan. Jurnal Manusia dan Lingkungan. 19 (1) : 74 – 84. Wibisono RWR, Barti SM. 2013. Penentuan kualitas air sungai cihampelas dengan bioindikator makrozoobentos. Jurnal Hasil Penelitian Program Studi Teknik Lingkungan. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung. Wilhm JF. 1975. Biological Indicators of Pollution. Blackwell Scientific. London
Lampiran 1 Perhitungan indeks storet (parameter fisika – kimia) Sungai Cikapundung Hilir No Parameter S BM P1 P2 P3 N Max N Min N Rataan FISIKA 1 TDS mg/L 1000 339 39 183 339 39 187 2 Suhu Air oC 22 sampai 28 25.3 30.2 29.5 30.2 25.3 28 3 TSS mg/L 50 46 62 46 62 46 51.3 KIMIA 4 pH 6 sampai 9 8.6 7.3 7.4 8.6 7.3 7.7 5 Nitrat (NO3-N) mg/L 10 3.7 3.8 3.6 3.8 3.6 3.7 6 Nitrit (NO2-N) mg/L 0.06 0.02 0.369 0.242 0.369 0.02 0.2103 7 Detergen mg/L 0.2 0.36 0.078 0.064 0.36 0.064 0.1673 8 DO mg/L 4 3.3 4.5 2.8 4.5 2.8 3.53 9 BOD mg/L 3 2 20 8 20 2 10 10 COD mg/L 25 17 45 12 45 12 24.67 11 Total P mg/L 0.2 0.21 1.06 1.89 1.89 0.21 1.053 12 Fenol mg/L 0.001 0.129 0.035 0.0171 0.129 0.017 0.061 13 Sulfida mg/L 0.002 14 Cl2 mg/L 0.03 0.07 0.03 0.07 0.07 0.03 0.0567 15 CN mg/L 0.02 0.008 0.008 0.008 0.008 0.008 0.008 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 0 0
0 0 -4 -4 -4 -4 -4 -4 -4 -4 0
-12 0
0 0 -12 0 0 0 0 -12 -12
0 0 -6
S Min S Rataan
0 -2 -2
S Max
-18 0
0 0 -16 -4 -4 -4 -4 -16 -20
0 -2 -8
Skor
1
23
BM P1 P2 0.01 0.01 0.01 0.05 0.02 0.016 0.02 0.081 0.076 0.05 0.038 0.095 1.5 0.26 0.19 0.03 0.35 0.35 89
100
58
82.3
P3 N Max N Min N Rataan 0.01 0.01 0.01 0.01 0.016 0.02 0.016 0.0173 0.07 0.081 0.07 0.0754 0.0463 0.095 0.038 0.059 0.2 0.26 0.19 0.216 0.35 0.35 0.35 0.35 0
0
0
S Max S Min S Rataan 0 0 0 0 0 0 -4 -4 -12 -4 0 0 0 0 0 -4 -4 -12
0 -140 Berat/D
0 0 -20 -4 0 -20
Skor
S : Satuan ; BM : Baku mutu air ; P1 : Sampel 1 ; P2 : Sampel 2 ; P3 : Sampel 3 ; N Max : Nilai Maksimum ; N Min : Nilai Minimum N rataan : Nilai rata – rata ; S Max : Skor Maksimum ; S Min : Skor Minimum ; S Rataan : Skor Rataan
1000 100 58 Total Tingkat Pencemaran /Golongan Sungai
Parameter S Cd mg/L Cr mg/L Cu mg/L Zn mg/L F mg/L Pb mg/L MIKROBIOLOGI 22 Coliform jml/0,1L
No 16 17 18 19 20 21
Lampiran 1 Perhitungan indeks storet (parameter fisika – kimia) Sungai Cikapundung Hilir (lanjutan)
2 24
Lampiran 2 Perhitungan indeks storet (parameter fisika – kimia) Sungai Cisangkuy Hulu N N S S N No Parameter S BM P1 P2 P3 Max N Min Rataan Max Min Rataan Skor FISIKA 1 TDS mg/L 1000 339 135 102 339 102 192 0 0 0 0 22 sampai 2 Suhu Air oC 28 23.2 24.8 23.3 24.8 23.2 23.76 0 0 0 0 3 TSS mg/L 50 314 46 82 314 46 147.33 -2 0 -6 -8 KIMIA 4 pH 6 sampai 9 6.6 7.4 7.4 6.6 7.4 7.13 0 0 0 0 5 Nitrat (NO3-M) mg/L 10 3.4 8.1 9.8 9.8 3.4 7.1 0 0 0 0 6 Nitrit (NO2-N) mg/L 0.06 0.149 0.375 0.35 0.375 0.149 0.291 -4 -4 -12 -20 7 Detergen mg/L 0.2 0.071 0.134 0.095 0.134 0.071 0.1 0 0 0 0 8 DO mg/L 4 6.8 7.4 6 7.4 6 6.73 -4 -4 -12 -20 9 BOD mg/L 3 4 7 8 8 4 6.33 -4 -4 -12 -20 10 COD mg/L 25 41 23 24 41 23 29.33 -4 0 -12 -16 11 Total P mg/L 0.2 0.2 1.21 0.61 1.21 0.61 0.673 -4 -4 -12 -20 12 Fenol mg/L 0.001 0.0212 1.21 0.1344 1.21 0.0212 0.455 -4 -4 -12 -20 13 Sulfida mg/L 0.002 14 Cl2 mg/L 0.03 0.04 0.06 0.02 0.06 0.02 0.04 -4 0 -12 -16 15 CN mg/L 0.02 0.02 0.008 0.015 0.02 0.008 0.0143 0 0 0 0
3
2525
S : Satuan ; BM : Baku mutu air ; P1 : Sampel 1 ; P2 : Sampel 2 ; P3 : Sampel 3 ; N Max : Nilai Maksimum ; N Min : Nilai Minimum N rataan : Nilai rata – rata ; S Max : Skor Maksimum ; S Min : Skor Minimum ; S Rataan : Skor Rataan
Lampiran 2 Perhitungan indeks storet (parameter fisika – kimia) Sungai Cisangkuy Hulu (lanjutan) N N N S S N No Parameter S BM P1 P2 P3 Max Min Rataan Max Min Rataan Skor 16 Cd mg/L 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0 0 0 0 17 Cr mg/L 0.05 0.02 0.008 0.015 0.02 0.008 0.0143 0 0 0 0 18 Cu mg/L 0.02 0.07 0.07 0.07 0.07 0.07 0.07 0 0 0 0 19 Zn mg/L 0.05 0.0469 0.02 0.1842 0.1842 0.02 0.083 -4 0 -12 -16 20 F mg/L 1.5 0.11 0.25 0.05 0.25 0.05 0.136 0 0 0 0 21 Pb mg/L 0.03 0.35 0.35 0.35 0.35 0.35 0.35 -4 -4 -12 -20 MIKROBIOLOGI 22 Coliform jml/0,1L 1000 190 1384 163 1384 163 579 -6 0 0 -6 Total -182 Tingkat Pencemaran /Golongan Sungai Berat/D
4 26
Lampiran 3 Perhitungan indeks storet (parameter fisika – kimia) Sungai Cisangkuy Hilir N N S S S No Parameter S BM P1 P2 P3 Max N Min Rataan Max Min Rataan Skor FISIKA 1 TDS mg/L 1000 339 12 107 339 12 152 0 0 0 0 22 sampai 2 Suhu Air oC 28 25 28.7 31.7 31.7 25 28 -2 0 0 -2 3 TSS mg/L 50 70 30 46 70 30 48.67 -2 0 0 -2 KIMIA 4 pH 6 sampai 9 8.3 6.9 7.8 8.3 6.9 7,67 0 0 0 0 5 Nitrat (NO3-M) mg/L 10 3.6 1.4 1.9 3.6 1.4 2.3 0 0 0 0 6 Nitrit (NO2-N) mg/L 0.06 0.023 0.036 0.104 0.104 0.023 0.0543 -4 0 0 -4 7 Detergen mg/L 0.2 0.151 0.176 0.05 0.176 0.05 0.125 0 0 0 0 8 DO mg/L 4 5 3.6 1.5 5 1.5 3.367 -4 0 0 -4 9 BOD mg/L 3 2 63 5 63 2 23.33 -4 0 -12 -16 10 COD mg/L 25 3 74 18 74 3 31.667 -4 0 -12 -16 11 Total P mg/L 0.2 0.48 0.09 0.21 0.48 0.09 0.2 -4 0 0 -4 12 Fenol mg/L 0.001 0.0305 0.0621 0.0293 0.0621 0.0293 0.0406 -4 -4 -12 -20 13 Sulfida mg/L 0.002 14 Cl2 mg/L 0.03 0.05 0.26 0.05 0.26 0.05 0.12 -4 -4 -12 -20 15 CN mg/L 0.02 0.017 0.009 0.008 0.017 0.008 0.0113 0 0 0 0
5
27
S Min 0 0 -4 0 0 -4 0
S Max 0 0 -4 0 0 -4 0
Skor 0 0 -20 0 0 -20 0 0 0 -128 Berat/D
S Rataan 0 0 -12 0 0 -12
S : Satuan ; BM : Baku mutu air ; P1 : Sampel 1 ; P2 : Sampel 2 ; P3 : Sampel 3 ; N Max : Nilai Maksimum ; N Min : Nilai Minimum N rataan : Nilai rata – rata ; S Max : Skor Maksimum ; S Min : Skor Minimum ; S Rataan : Skor Rataan
Lampiran 3 Perhitungan indeks storet (parameter fisika – kimia) Sungai Cisangkuy Hilir (lanjutan) N N N No Parameter S BM P1 P2 P3 Max Min Rataan 16 Cd mg/L 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 17 Cr mg/L 0.05 0.016 0.016 0.016 0.016 0.016 0.016 18 Cu mg/L 0.02 0.07 0.07 0.07 0.7 0.7 0.07 19 Zn mg/L 0.05 0.0372 0.0315 0.008 0.0372 0.008 0.025 20 F mg/L 1.5 0.05 0.09 0.05 0.09 0.05 0.063 21 Pb mg/L 0.03 0.35 0.35 0.35 0.35 0.35 0.35 MIKROBIOLOGI 22 Coliform jml/0,1L 1000 200 820 27 820 27 349 Total Tingkat Pencemaran /Golongan Sungai
6 28
2 Suhu Air 3 TSS KIMIA 4 pH Nitrat (NO35 M) Nitrit (NO26 N) 7 Detergen 8 DO 9 BOD 10 COD 11 Total P 12 Fenol 13 Sulfida 14 Cl2 15 CN
No Parameter FISIKA 1 TDS
6.89
6 sampai 9 10 0.06 0.2 4 3 25 0.2 0.001 0.002 0.03 0.02
mg/L
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
12
3.8
7.4
25.3 54
339
2.3
0.02 0.009
0.02 0.008
0.02 0.008
0.026 0.014
0.057 0.028 6 4.126 5 0.35 0.039
3.2
25.067 52
152.67
N Rataan
6.89 7,19
24.9 50
12
N Min
0.04 0.02
3.8
7.3
25 54
107
N Max
0.04 0.026
P3
0.091 0.039 0.044 0.02 6.5 5.3 5 3.69 9 3 0.42 0.2 0.07 0.0171
2.3
7.4
24.9 50
P2
0.043 0.091 0.039 0.02 0.044 0.02 5.3 6.2 6.5 3.69 5 3.69 3 9 3 0.41 0.42 0.22 0.07 0.0315 0.0171
3.5
25.3 52
oC mg/L
339
1000 22 sampai 28 50
mg/L
P1
BM
S
Lampiran 4 Perhitungan indeks storet (parameter fisika – kimia) Sungai Ciwidey Hulu
0
-4 0
-4 0 -4 -4 0 -4 -4
0
0
0 -2
S Max
0 0
0 0 -4 -4 0 0 -4
0
0
0 0
0
S Min
0 0
0 0 -12 -12 0 -12 -12
0
0
0 -6
0
S Rataan
0
-4 0
-4 0 -20 -20 0 -16 -20
0
0
0 -8
Skor
7
29
S : Satuan ; BM : Baku mutu air ; P1 : Sampel 1 ; P2 : Sampel 2 ; P3 : Sampel 3 ; N Max : Nilai Maksimum ; N Min : Nilai Minimum N rataan : Nilai rata – rata ; S Max : Skor Maksimum ; S Min : Skor Minimum ; S Rataan : Skor Rataan
Lampiran 4 Perhitungan indeks storet (parameter fisika – kimia) Sungai Ciwidey Hulu (lanjutan) N S S S No Parameter S BM P1 P2 P3 N Max N Min Rataan Max Min Rataan Skor 16 Cd mg/L 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0 0 0 0 17 Cr mg/L 0.05 0.06 0.016 0.016 0.016 0.06 0.0306 0 -4 0 -4 18 Cu mg/L 0.02 0.07 0.07 0.07 0.07 0.07 0.07 -4 -4 -12 -20 19 Zn mg/L 0.05 0.644 0.0341 0.0358 0.644 0.0341 0.237 -4 -4 -12 -20 20 F mg/L 1.5 0.05 0.08 0.05 0.05 0.08 0.06 0 0 0 0 21 Pb mg/L 0.03 0.35 0.35 0.35 0.35 0.35 0.35 -4 -4 -12 -20 MIKROBIOLOGI 22 Coliform jml/0,1L 1000 10 180 3 180 3 64.33 0 0 0 0 Total -156 Tingkat Pencemaran /Golongan Sungai Berat/D
8 30
2 Suhu Air 3 TSS KIMIA 4 pH Nitrat (NO35 M) Nitrit (NO26 N) 7 Detergen 8 DO 9 BOD 10 COD 11 Total P 12 Fenol 13 Sulfida 14 Cl2 15 CN
No Parameter FISIKA 1 TDS
5.66
6 sampai 9 10 0.06 0.2 4 3 25 0.2 0.001 0.002 0.03 0.02
mg/L
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L 0.05 0.008
0.05 0.012
1.2
7.3
29 52
91
0.021 0.008
P3
0.064 0.047 0.084 0.02 6.8 6.8 3.69 3.69 3 3 0.62 0.45 0.029 0.0171
5.6
7.4
25.7 46
105
P2
0.031 0.039 4.1 3.69 3 0.1 0.08
2
25 78
oC mg/L
572
1000 22 sampai 28 50
mg/L
P1
BM
S
1.2
5.66
25 46
91
N Min
0.05 0.012
0.021 0.008
0.06 0.031 0.084 0.02 6.8 4.1 3.69 3.69 3 3 0.62 0.1 0.08 0.0171
5.6
7.4
29 78
572
N Max
Lampiran 5 Perhitungan indeks sroret (parameter fisika – kimia) Sungai Ciwidey Hilir
0.0403 0.0093
0.047 0.047 5.5 3.69 3 0.39 0.042
2.93
6.78
26.57 58.67
256
N Rataan 0
-4 0
0 0 -4 -4 0 -4 -4
0
0
-2 -2
S Max
0 0
0 0 -4 -4 0 0 -4
0
-4
0 0
0
-12 0
0 0 -12 -12 0 -12 -12
0
0
0 -6
0
S S Min Rataan
0
-16 0
0 0 -20 -20 0 -16 -20
0
-4
-2 -8
Skor
9
31
S : Satuan ; BM : Baku mutu air ; P1 : Sampel 1 ; P2 : Sampel 2 ; P3 : Sampel 3 ; N Max : Nilai Maksimum ; N Min : Nilai Minimum N rataan : Nilai rata – rata ; S Max : Skor Maksimum ; S Min : Skor Minimum ; S Rataan : Skor Rataan
Lampiran 5 Perhitungan indeks sroret (parameter fisika – kimia) Sungai Ciwidey Hilir N N S S S No Parameter S BM P1 P2 P3 N Max Min Rataan Max Min Rataan Skor 16 Cd mg/L 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0 0 0 0 17 Cr mg/L 0.05 0.016 0.03 0.016 0.03 0.016 0.0206 0 0 0 0 18 Cu mg/L 0.02 0.07 0.07 0.07 0.07 0.07 0.07 -4 -4 -12 -20 19 Zn mg/L 0.05 0.0597 0.02 0.0425 0.05 0.02 0.0407 0 0 0 0 20 F mg/L 1.5 0.05 0.06 0.05 0.06 0.05 0.053 0 0 0 0 21 Pb mg/L 0.03 0.35 0.35 0.35 0.35 0.35 0.35 -4 -4 -12 -20 MIKROBIOLOGI 22 Coliform jml/0,1L 1000 60 120 5 120 5 61.67 0 0 0 0 Total -146 Tingkat Pencemaran /Golongan Sungai Berat/D
10
32
Lampiran 6 Jenis, kepadatan dan nilai toleransi makrozoobenthos di Sungai cikapundung Sungai Cikapundung Jumlah (ind) Nilai Toleransi Ordo Famili Hulu Tengah Hilir Ephemeroptera Isonychiidae 17 2 Baetidae 1 4 Trichoptera Odontoceridae 2 0 Hydroptilidae 91 4 Hydropsyhidae 16 4 Coleoptera Elmidae 3 5 Megaloptera Sialidae 3 4 Diptera Simulidae 6 6 Tabanidae 2 6 Ptycopteridae 3 2 7 Chironomidae merah 8 8 Annelida Oligochaeta 9 8 Turbellaria Turbellaria 13 4
Kepadatan (ind/m2) Hulu Tengah Hilir 11.8 0.69 1.38 63.19 11.11 2.08 2.08 4.17 1.39 2.08 1.38 5.55 6.25 9.02 -
11
33
Famili Isonychiidae Hydroptilidae Ptycopteridae Simulidae Chironomidae merah Limnesidae Turbellaria 2 4 7 6 8 6 4
Nilai Toleransi Hulu 2 39 6 3 1 7
Tengah 2 -
Jumlah (ind)
Lampiran 8 Jenis, kepadatan dan nilai toleransi makrozoobenthos di Sungai Ciwidey Sungai Ciwidey Jumlah (ind) Nilai Toleransi Ordo Famili Hulu Tengah Ephemeroptera Isonychiidae 7 3 2 Leptophlebiidae 3 2 Potamanthidae 4 Plecoptera Nemouridae 2 Trichoptera Hydroptilidae 22 27 4 Coleoptera Dryopidae 1 5 Elmidae 3 5 Diptera Dolichopodidae 1 4 Gastropoda Pleuroceridae 6 Turbellaria Turbellaria 1 4
Acariformes Turbellaria
Ordo Ephemeroptera Trichoptera Diptera
Sungai Cisangkuy
Lampiran 7 Jenis, kepadatan danm nilai toleransi makrozoobenthos di Sungai Cisangkuy
12
Hilir 1 9 3 1 3 1
55 -
Hilir
1.39 -
Tengah
38.19 -
Hilir
Kepadatan (ind/m2) Hulu Tengah Hilir 4.86 2.08 2.08 0.69 6.25 15.27 18.75 2.08 0.69 2.08 0.69 0.69 2.08 0.69 0.69
Hulu 1.39 27.08 4.17 2.08 0.69 4.86
Kepadatan (ind/m2)
34
135
RIWAYAT HIDUP Yulian Adyprasetyo Hastomo, lahir di Klaten pada tanggal 9 Juli 1993. Penulis merupakan anak bungsu dari dua bersaudara. Putra dari Sarmo SP dan Sumini. Penulis bersekolah di SMP Negeri 3 Surakarta lalu melanjutkan di SMA Batik 1 Surakarta. Pada tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi Institut Pertanian Bogor, Fakultas Kehutanan, Departemen Kpnservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Selama menjalani perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan yaitu Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) dan pada kepengurusan 2013-2014 penulis menjadi salah satu pengurus yaitu menjadi ketua Fotografi Konservasi. Selain itu penulis juga pernah mengikuti ekspedisi Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di tahun 2013 di Taman Nasional Manusela dan tahun 2014 di Taman Nasional Aketajawe Lolobata. Selama Menjadi mahasiswa, kegiatan perkuliahan lapang yang pernah diikuti penulis adalah Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Cagar Alam Gunung Papandayan, Praktik Pengelolaan Hutan (P2H) di Gunung Walat dan Praktik Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Baluran.