Makna Semasiologis Pada Masyarakat Klopoduwur Desa Klopoduwur Kabupaten Blora Indah Arvianti Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas AKI
Abstract
In producing a language, someone uses many ways to express his/her feelings, such as metaphors which full of artistic values. To understand those expressions, we have to compare the tenor and vehicle to get the similar meaning between them, so we can grab the implisit meaning. Samin community in Klopoduwur village expresses metaphor in daily conversation influenced by the their culture. Most of the metaphors have semasiologic meaning, that is the same expression represented in many concepts. To find out the implisit meaning, we have to analyze either tenor or vehicle related with the culture. Key words : semasiologic meaning, metaphor, tenor, vehicle, culture
1. Pendahuluan
signifienya. Tokoh lain yaitu Malinowski
1.1.Latar Belakang Masalah
dan Firth mengulas makna yang dikaitkan
Bahasa tidak dapat dilepaskan dari budaya.
Ketika
kita
atau
Sapir juga memaparkan bahwa makna
berpartisipasi dalam suatu masyarakat, kita
sebagai salah satu bahasan dalam bahasa
menggunakan
dituangkan
berpotensi untuk mengalami pergeseran.
dalam ujaran yang menunjukkan makna.
Salah satu kajian pergeresan makna adalah
Untuk dapat
berkomunikasi dengan baik
metafora. Metafora merupakan pergeseran
secara lisan maupun tertulis, kita harus
makna awal menjadi suatu makna baru
memahami makna yang diujarkan maupun
berdasarkan
ditulis oleh seseorang. Penelitian tentang
tersebut digunakan. Munculnya metafora
makna pada abad ke XX telah diawali
dilatarbelakangi oleh budaya masyarakat
Saussure
setempat.
bahasa
dengan
berinteraksi
dengan konteks situasi penggunaan bahasa.
yang
teori
signifiant
dan
konteks
Karena
dimana
merupakan
metafora
budaya, -147-
Majalah Ilmiah INFORMATIKA Vol. 3 No. 3, Sept. 2012
biasanya
metafora
yang
muncul
juga
tuturan hanya dapat ditangkap dengan
merupakan kekhasan istilah atau dialek yang
mempelajari apa yang dilakukan penutur
hanya ada di lingkungan masyarakat tersebut
terhadap
yang dapat dijadikan pembeda istilah dengan
menghubungkan kata dan gesture sesuai
komunitas lain.
konteks dimana tanda tersebut dihasilkan
bahasanya,
dengan
cara
yang menunjukan bahwa tuturan dapat menghasilkan tindak sosial.
1.2. Ruang Lingkup Penelitian mengenai metafora pada
Budaya
adalah
sesuatu
yang
masyarakat Klopoduwur ini menitikberatkan
dipelajari, ditransfer, dan diturunkan dari
kajian yang mencakup budaya dan kekhasan
satu generasi ke generasi, melalui tindakan
istilah dalam suatu masyarakat. Metafora
manusia
adalah bagian dari bahasa, sementara bahasa
(Duranty, 1997 : 24). Hal ini menjawab
sendiri merupakan produk budaya. Ketika
pertanyaan
melakukan penelitian mengenai metafora,
dilahirkan dari suatu komunitas tertentu
perlu dikaji juga latar belakang budaya yang
akan
melingkupi
tersebut.
dibesarkan. Budaya bukanlah bawaan lahir,
cerminan
namun diperoleh dengan cara pengamatan,
kekhasan istilah sehingga merupakan istilah
meniru, dan mencoba. Menurut Duranty (
pembeda dengan komunitas bahasa yang
1997, 27 - 46 ) budaya merupakan
lain. Karena mencakup hal tersebut, maka
pengetahuan dimana masyarakat memiliki
ruang lingkup pembahasan akan difokuskan
pola pikir , cara memahami dunia, membuat
pada kajian budaya, dialektologi, serta
inferens dan ramalan yang sama antar
metafora.
masyarakat
Metafora
munculnya juga
istilah
merupakan
dengan
interaksi
mengapa
menerapkan
seseorang
budaya
tersebut.
linguistik
dimana
Budaya
yang
dia
juga
merupakan alat komunikasi sebagai suatu 2.
sistem tanda yang berhubungan dengan teori
Kajian Pustaka
semiotik. Budaya merupakan perwujudan
2.1. Budaya Tuturan
sebagai
salah
satu
dunia yang direpresentasikan dalam cerita,
represententasi bahasa merupakan salah satu
mitos,
kajian budayanya dengan penutur sebagai
artistik, dan performasi. Produk-produk
anggota dari suatu komunitas. Dimensi
budaya seperti mitos, upacara ritual, dan
-148-
peribahasa,
produk-produk
yang
Makna Semasiologis Pada Masyarakat Klopoduwur Desa Klopoduwur Kabupaten Blora (Indah Arvianti)
klasifikasi alam dan dunia sosial merupakan
akan
contoh
untuk
mengungkapkan „rice‟ yaitu padi, beras,
simbol-simbol antar
gabah, menir, atau nasi yang merupakan hal
individu, kelompok, atau etnis. Selain itu
yang akrab dengan kehidupan masyarakat
budaya merupakan suatu sistem mediasi
Indonesia. Hal ini juga terjadi pada dialek,
dimana antara manusia dengan lingkungan
dimana bahasa yang tercipta merupakan
dihubungkan oleh suatu alat atau media.
cerminan
Budaya juga merupakan sistem partisipasi
Seperti
karena ketika hidup dalam suatu masyarakat
makanan
dan berkomunikasi dengan masyarakat lain,
pohon atau singkong yang
maka
dikupas dan dikeringkan. Gaplek yang telah
kemampuan
menghubungankan
dikatakan
manusia
bahwa
ia
mampu
berpastisipasi dalam suatu interaksi.
terdapat
banyak
budaya adanya
kosakata
masyarakat istilah
untuk
setempat.
gaplek
sebagai
yang diolah dari umbi ketela kemudian
kering kemudian bisa ditumbuk sebagai
Edward Sapir ( 1884-1939 ) adalah
tepung tapioka yang bisa dibuat bermacam-
seorang antropolog Yahudi Jerman yang
macam kue. Tepung tapioka dari gaplek
mengemukakan adanya relativitas bahasa
selanjutnya bisa dibuat menjadi nasi tiwul
yaitu
dan
yang gurih. Nasi tiwul sangat populer di
sukar
masyarakat yang hidup di Pegunungan Kidul
dilepaskan dari budayanya. Hal ini dapat
yang memanjang dari Gunung Kidul di
dilihat pada tingkat kebutuhan bangsa
Yogyakarta sampai kawasan
Eskimo yang memiliki berbagai macam
Pacitan
kosakata untuk mengungkapkan kata salju
(http://id.wikipedia.org/wiki/Gaplek). Dari
yang selalu akrab dengan kehidupan mereka.
istilah ini maka timbul metafora kosakata
Hal ini berbeda dengan bangsa yang tidak
baru
mengenal salju sehingga hanya ada satu
ditujukan bagi orang yang berasal dari desa
kosakata
dan
hubungan
kebudayaan,
antara
sehingga
untuk
bahasa bahasa
mengungkapkan
kata
yaitu
udik
„nggapleki‟
sebagai
yang
cerminan
kabupaten
biasanya
stereotipe
tersebut ( Samsuri, 1988 : 56 ). Sehingga
masyarakat desa sebagai mana gaplek itu
kosakata dari suatu bangsa atau masyarakat
berasal. Begitu juga metafora kata „asem‟
terbentuk
yang juga timbul dari kehidupan masyarakat
karena
budaya
masyarakat
tersebut. Dalam bahasa Indonesia
yang
Jawa yang banyak ditumbuhi pohon asam.
kehidupannya sangat dekat dengan pertanian
Sehingga ketika kita merasa dikecewakan -149-
Majalah Ilmiah INFORMATIKA Vol. 3 No. 3, Sept. 2012
oleh
sesuatu
akan
namun berbeda penerapannya pada situasi
mengujarkan „asem‟ yang menunjukkan
sosial. Masyarakat bahasa Jawa kraton
sesuatu yang tidak menyenangkan (sama
menggunakan bahasa ngoko
seperti rasa buah asam yang masam).
mengacu pada dirinya sendiri. Misalnya
Contoh
bahwa
ketika ia berkomunikasi dengan orang lain,
penciptaan suatu bahasa dipengaruhi oleh
maka tuturannya adalah „Tenggo sekedhap
budaya masyarakat penggunanya.
nggih
di
hal
atas
maka
kita
menunjukkan
Menurut Jacobson, (Duranty, 1997 : 20 ) bahasa yang digunakan (speech event) memiliki fungsi dalam membangun pesan dan interpretasi. Speech event ini dirangkum oleh
Hymes menjadi istilah SPEAKING.
Speech event dan speech act bagi Hymes merupakan perangkat partisipasi sebagai cara untuk mengetahui komunitas bahasa seseorang dan bagaimana cara mereka membentuk suatu komunitas. Seseorang memiliki kemampuan dalam beraktifitas sosial di suatu komunitas bahasa termasuk kemampuan linguistik dan kemampuannya menjadi bagian dari suatu komunitas bahasa itu. Jika seseorang memiliki bahasa yang sama namun berbeda komunitas, maka dikatakan bahwa keduanya berada pada komunitas bahasa yang berbeda. Sebagai contoh adalah komunitas bahasa Jawa kraton (Solo dan Yogyakarta) dan komunitas bahasa
Jawa
pesisir
yang
memiliki
komunitas bahasa yang berbeda. Keduanya menggunakan bahasa Jawa yang sama -150-
kula
badhe
adus.
jika itu
Mangga
panjenengan pinarak rumiyin‟. Dalam hal ini penutur menggunakan bahasa ngoko untuk
dirinya
sendiri
(adus),
dan
menggunakan bahasa krama untuk mitra tuturnya
(pinarak).
masyarakat
bahasa
Sedangkan pesisir,
bagi mereka
cenderung menggunakan bahasa Jawa krama untuk dirinya sendiri seperti contoh : „Kula badhe siram rumiyin monggo mang entosi sekedhap nggih‟ (Suryadi, 2010 : 205). Pada data di atas menunjukkan bahwa penutur menggunakan bahasa Jawa krama untuk dirinya sendiri. merupakan
hal
Bagi mereka hal itu yang
santun
dan
menghormati mitra tuturnya. Namun hal ini bertentangan dengan ujaran dari masyarakat Jawa kraton dan ini dianggap sesuatu yang tidak santun. Penggunanan kata „siram‟ yang berbeda (walaupun sama-sama bahasa Jawa) menunjukkan
bahwa
kraton
masyarakat
dan
masyarakat Jawa
Jawa pesisir
merupakan komunitas bahasa yang berbeda atau dengan kata lain dikatakan bahwa
Makna Semasiologis Pada Masyarakat Klopoduwur Desa Klopoduwur Kabupaten Blora (Indah Arvianti)
keduanya
tidak
berada
satu
dialek merupakan sistem kebahasaan yang
tersebut
digunakan oleh suatu masyarakat untuk
kekhasan
membedakannya dari masyarakat yang lain
tuturan dalam komunitas tersebut yang
dengan sistem yang lain pula, namun masih
berbeda dengan komunitas lain.
erat hubungannya. Pada awalnya istilah
komunitas
bahasa.
menunjukkan
bahwa
dalam Hal
terdapat
dialek berasal dari kata Yunani yaitu dialektos 2.2. Dialektologi
sana. Terdapat perbedaan dalam bahasa
Komunitas bahasa yang berbeda diakibatkan
oleh
karena kondisi kebahasaan di
tuturan
bahasa
yang
berbeda pula. Perbedaan tersebut bukan hanya dalam penggunaan tingkat tutur dalam
Yunani yang digunakan oleh pemakai pendukungnya, namun hal tersebut tidak mengakibatkan mereka merasa memiliki bahasa yang berbeda (Ayatrohaedi, 1983: 1).
suatu masyarakat bahasa seperti contoh
Bahasan
mengenai
perbedaan
sebelumnya, namun juga perbedaan yang
bahasa mencakup semua unsur bahasa atau
menyangkut bunyi seperti fonem,
alofon,
tuturan yang dihasilkan suatu masyarakat
dan fitur distingtif, konsep seperti morf,
bahasa. Karena mencakup tuturan sebagai
morfem,
bagian dari bahasa, maka dialektologi juga
alomorfemis,
morfofonemis,
konsep frasa, klausa, dan kalimat, serta
akan
konsep makna yang termasuk dalam ranah
sebagaimana cakupan dalam ilmu mengenai
dialektologi. Menurut Mahsun (1995 : 11-
bahasa yaitu linguistik. Perbedaan tersebut
12), dialektologi merupakan kajian ilmu
berupa
tentang dialek yang membahas perbedaan-
morfologi,
perbedaan
perbedaan semantik (Mahsun, 1995 : 23-55).
isolek
yang
memperlakukan
perbedaan yang ada secara menyeluruh. Istilah dialek sering dikaitkan dengan bentuk
1.
mengkaji
perbedaan
perbedaan
fonologi,
perbedaan
bahasa
perbedaan
sintaksis,
dan
Perbedaan fonologi.
isolek yang standard dan tidak standard.
Perbedaan fonologi adalah perbedaan
Sehingga jika mengkaji dialek, maka akan
dalam hal perbedaan fonetik. Perbedaan
ada perbandingan antara satu dialek dengan
tersebut terjadi jika terdapat perbedaan
dialek yang lain. Sementara itu Weijnen
pada leksem-leksem yang menyatakan
dalam Ayatrohaedi menambahkan bahwa
makna yang sama dan muncul secara -151-
Majalah Ilmiah INFORMATIKA Vol. 3 No. 3, Sept. 2012
teratur
dan
perbedaan
leksem
itu
dan
morfofonemik.
berbentuk variasi dan hanya terjadi pada
Perbedaan afiksasi misalnya terdapat
satu
pada perbedaan wujud afiks yang
atau
dua
bunyi
yang
sama
urutannya. Contoh perbedaan fonologi
memberikan
adalah perbedaan [j] dan [y] pada
benefaktif‟ pada penutur bahasa Jawa di
makna
berbeda
daerah Jawa Tengah bagian barat dan
realisasinya menjadi [ima ( a, A, E)
Jawa Barat. Pada perbedaan reduplikasi,
tuju(q)] dan [ima tuyuq]. Perbedaan
contohnyaa
tersebut dapat berwujud (a) perubahan
reduplikasi untuk membentuk nomina
dari satu fonem menjadi fonem yang
dari
lain, (b) perubahan berupa pelesapan,
prakategorial
(c) perubahan berupa penambahan,
modern.
perubahan berupa perengkahan, dan (e)
menyangkut perbedan bentuk pada kata
perubahan berupa peleburan. Perubahan
yang merupakan hasil proses komposisi
bunyi yang terjadi secara teratur disebut
tersebut.
korespondensi, sedangkan perubahan
morfofonemik
bunyi yang muncul secara sporadik
dalam merealisasikan suatu afiks yang
disebut variasai. Korespondensi terdiri
mngungkapkan
dari korespondensi sangat sempurna,
Karena
sempurna,
muncul secara beraturan, maka selalu
telunjuk
serta
yang
kurang
Sedangkan
variasi
berwujud
asimilasi,
sempurna.
bunyi
dapat
disimilasi,
metatesis, kontraksi, aferesis, sinkope, apokope,
protesis,
epentesis,
dan
makna
adalah
bentuk
dasar
yang
dalam
prbedaan
mengulas
makna
Jawa
komposisi
Sedangkan
perbedaan
berupa
bahasa
Perbedaan
perbedaan
yang
sama.
tersebut
selalu
berbentuk korspondensi. 3.
Perbedaan sintaksis. Perbedaan ini menyangkut semua hal
klausa maupun frasa. Terkadang dalam
Perbedaan ini mengkaji semua aspek
kajian
perbedaan dalam bidang morfologi
morfosintaksis
-152-
perbedaan
sintaksis, seperti perbedaan struktur
Perbedaan morfologi.
seperti
„kausatif,
yang berkaitan dengan kajian dalam
paragog. 2.
komposisi,
aspek
afiksasi,
reduplikasi,
ini
juga
kan
menyinggung
jika
ditemukan
Makna Semasiologis Pada Masyarakat Klopoduwur Desa Klopoduwur Kabupaten Blora (Indah Arvianti)
perbedaan
konstruksi
frasa
yang
menyumbang
menyatakan kepemilikan. 4.
2.
digunakan
mengungkapkan makna
semasiologis
merupakan
yang beragam. Sebagai contoh adalah
yang sama
frase rambutan Aceh yang terkadang hanya disebut Aceh saja. Sehingga kata
Perbedaan semantik. Perbedaan
Perbedaan
penamaan yang sama untuk konsep
unuk
berasal dari satu etymon prabahasa. 5.
punya
kebalikan dari onomasiologis, yaitu
Perbedaan ini terjadi jika leksemyang
yang
hajatan.
Perbedaan leksikon
leksem
kepada
Aceh memiliki sedikitnya 5 makna yaitu
semantik
nama suku bangsa, nama daerah, nama
mengulas
kebudayaan, nama bahasa, serta jenis
perbedaan makna pada wujud yang
rambutan.
sama karena memiliki pertalian antar makna yang digunakan pada daerah penganmatan tertentu dengan daerah 2.3.
pengamatan yang lain. Selain
perbedaan
Metafora Sebagaimana
yang
telah
diungkapkan
yang
sebelumnya,
telah budaya
disebutkan di atas, Ayatrohaedi (1983:4)
merupakan alat komunikasi sebagai suatu
menambahkan pembeda dialek yang lain
sistem
yaitu :
perwujudan dunia yang direpresentasikan
1.
Perbedaan menunjukkan
onomasiologis nama
yang
yang berbeda
berdasarkan satu konsep di tempat yang berbeda. Kata ondangan, kondangan, atau kaondangan memiliki konsep yang didasarkan
pada kehadiran karena
diundang, sedangkan kata nyambungan memiliki disebabkan
konsep oleh
kehadirannya keinginan
tanda.
Budaya
merupakan
dalam cerita, mitos, peribahasa, dan produkproduk yang artistik. Salah satu produk budaya
yang artistik
adalah metafora.
Edward Sapir mengemukakan suatu konsep yaitu: “Bahasa bergerak terus sepanjang waktu membentuk
dirinya
sendiri.
Ia
mempunyai gerak mengalir ....... tak satupun yang sama sekali statis. Tiap -153-
Majalah Ilmiah INFORMATIKA Vol. 3 No. 3, Sept. 2012
kata,
tiap
unsur
peribahasa,
gramatikal,
bunyi
dan
tiap aksen
Saeed,
metafora
secara pelan-pelan, dibentuk oleh getar
mengorganisasi pikiran tentang dunia (1997
(Sapir dalam Ullmann, 2007 : 247).
Salah potensial
satu
untuk
unsur
getar
mengalami
yang
perubahan
adalah makna. Istilah perubahan makna ini oleh Parera (2004 : 106) dipecah menjadi 2 hal yaitu pergeseran dan perubahan makna. Pergeseran makna adalah gejala perluasan, penyempitan,
pengonotasian,
penyinestesiaan, dan pengasosiasian sebuah makna. Sedangkan perubahan makna adalah penggantian rujukan. Namun Ullman tidak membedakan antara keduanya sehingga istilah yang dipakai adalah perubahan makna dimana pergeseran makna sudah termasuk di dalamnya.
Aspek
apapun
yang
menyebabkan perubahan itu, selalu ada hubungan atau asosiasi antara makna lama makna
baru
(Ullmann
dalam
Sumarsono, 2007 : 263-264). Perubahan dikategorikan
perubahan kesamaan berdasarkan
makna
menjadi
berdasarkan
(similarity) kedekatan
dan
2
yaitu
asosiasi asosiasi
(contiguity).
Kesamaan makna menurut Ullmann (dalam -154-
Menurut
merupakan
yang merupakan hidupnya bahasa”
makna
metafora.
merupakan konfigurasi yang berubah
yang tidak tampak dan impersonal,
dan
Sumarsono, 2007 : 265) disamakan dengan
cara dasar manusia untuk
: 16). Lakoff dan Johnson (2003 : 4) istilah „Argument is
memberikan contoh
war‟. Metafora tersebut terinspirasi dari apa yang
dilakukan
dan
dialami
dalam
berargumentasi. Ketika kita berdebat, kita menyamakan keadaan ketika terjadi perang. Kata-kata yang munculpun terinspirasi dari keadaan ketika perang yaitu menyerang musuh,
mempertahankan
mengalahkan
musuh,
daerah,
mempergunakan
startegi, dan seterusnya. Konsep tersebut disamakan dengan keadaan ketika kita beragumentasi, yaitu menyerang pihak lain, mempertahankan mengalahkan
pendapat
serta
bicara
dengan
lawan
mempergunakan strategi. Metafora tersebut merupakan konseptualisasi dan pemikiran kita tentang argument dan war. Dengan kata lain terdapat asosiasi kesamaan antara kata argument sebagai makna baru dan war sebagai makna lama. Fromkin
(1990
:
230)
juga
mengemukakan teori tentang metafora. Kita sering melanggar aturan semantik dalam menyampaikan gagasan. Kalimat ‘Wall have ears’ dianggap anomali jika diterjemahkan
Makna Semasiologis Pada Masyarakat Klopoduwur Desa Klopoduwur Kabupaten Blora (Indah Arvianti)
secara literal. Namun kalimat itu menjadi
yaitu sesuatu yang sedang kita bicarakan
bermakna ketika kita dapat menggunakan
(yang dibandingkan) dan sesuatu yang kita
imajinasi
untuk menginterpretasikannya
pakai sebagai bandingan. Menurut Dr.
menjadi ‘you can be overheard even when
Richard, sesuatu yang kita bicarakan disebut
you think nobody is listening’. Interpretasi
tenor (makna atau arah umum), sedangkan
non-literal itu disebut metafora.
bandingannya disebut wahana (vehicle). Jika
Peter Newmark dalam Parera
terdapat kalimat Fernando menanduk bola,
(2004 : 133) mengusulkan konsep mengenai
maka kita sedang berbicara tentang seorang
cara untuk menganalisis metafora. Konsep
manusia
tersebut yaitu:
bandingkan
(1).
Objek.
J
Callow
dan
bernama
Fernando
dengan
yang kita
seekor
binatang
Beekman
bertanduk yang bisa menanduk, seperti
menyebut objek dengan topik. Topik
kerbau atau sapi. Fernando adalah sesuatu
adalah hal yang dibicarakan dalam kata,
yang kita bicarakan atau tenor (objek atau
frase, maupun kalimat.
topik menurut Parera) dan binatang adalah
(2). Citra. Citra adalah image dalam bahasa
bandingannya (wahana) (citra dalam Parera).
Inggris dan disamakan dengan vehicle
Pada keduanya, Fernando dan kerbau, ada
oleh I.A. Richard. Citra adalah kejadian,
unsur yang dapat kita bayangkan yaitu
proses, dan hal yang akan digunakan
kesamaan makna (titik kemiripan dalam
sebagai perbandingan yang merupakan
Parera)
keterangan terhadap topik.
menggunakan
(3). Sense „titik kemiripan‟. Antara topik dan citra terdapat aspek-aspek yang mempunyai kemiripian. Titik kemiripan
yaitu
suatu
tindakan
dengan
kepala,
pada
manusia
tindakan itu disebut menyundul dan pada kerbau menanduk. Menurut
Ullmann
dalam
itu yang menjadi komentar bandingan
Sumarsono (2007 – 267 – 269) terdapat 4
bagi topik.
kelompok metafora yang diekspresikan oleh manusia yaitu:
Senada dengan Parera, Ullmann
(1) Metafora antropomorfis. Metafora ini
(dalam Sumarsono, 2007 : 265 – 266) juga
membandingkan
mengemukakan cara
untuk menganalisis
bernyawa dengan tubuh dan anggota
metafora.Terdapat 2 struktur dasar metafora
badan manusia, juga indra dan perasaan
antara
benda
tak
-155-
Majalah Ilmiah INFORMATIKA Vol. 3 No. 3, Sept. 2012
manusia. Contoh : punggung bukit, mulut sungai, jantung kota.
3.
(2) Metafora binatang. Pada metafora ini, sumber
imajinasinya
Tujuan Dan Manfaat Tujuan dari penelitian ini adalah
adalah
dunia
untuk mengetahui ungkapan metafora apa
ini
dapat
saja yang terdapat pada masyarakat Samin
binatang
desa Klopoduwur serta untuk mengetahui
dengan manusia. Sebagai contoh adalah
apa makna dibalik ungkapan tersebut dengan
ada istilah membeo, membabi buta,
cara
membebek. Selain manusia, metafora ini
setempat. Sedangkan manfaat dari penelitian
dapat juga memperbandingkan antara
ini adalah untuk memberikan wawasan
binatang dengan benda tak bernyawa,
pengetahuan pada masyarakat mengenai
misalnya truk itu menyeruduk mobil
budaya dari masyarakat Samin yang dapat
dari belakang.
dikenali melalui ekspresi metafora yang
binatang.
Metafora
memperbandingkan
(3) Metafora
dari
antara
konkret
ke
abstrak
menghubungkan
dengan
budaya
diucapkan.
Metafora ini menjabarkan pengalamanpengalaman konkret ke dalam hal yang
4.
abstrak. Misalnya kata sinar, cahaya,
4.1. Sejarah Desa Klopoduwur
atau
lampu
yang
konkret
banyak
digunakan pada metafora abstrak seperti sinar mata, hidupnya sedang bersinar, otak cemerlang. (4) Metafora
sinaestetik.
Metafora
ini
didasarkan pada transfer dari satu indra ke indra yang lain, dari bunyi (indra dengar) ke penglihatan, dari sentuhan ke bunyi, dsb. Pada metafora suara yang hangat, maka kita menyadari ada kesamaan hangat tertentu. -156-
antara
dengan
temperatur
kualitas
yang
suara-suara
Metode Penelitian
Nama desa Klopoduwur diperoleh dari legenda yang dipercaya masyarakat setempat. Di daerah tersebut, dulunya terdapat pohon kelapa yang sangat tinggi sehingga jika daun kelapanya jatuh akan menimbulkan bunyi yang keras dan daun tersebut jatuh
suaranya terdengar sampai
kecamatan di Banjarejo yang jaraknya sekitar 3-4 km. Namun pohon kelapa itu hanya dapat dilihat oleh orang-orang yang melakukan ritual tertentu atau „nglampahi‟.
Makna Semasiologis Pada Masyarakat Klopoduwur Desa Klopoduwur Kabupaten Blora (Indah Arvianti)
Desa Klopoduwur juga terkenal dengan
tokohnya
bernama
ada yang tertindas. Ajaran-ajaran yang lain
Samin
yaitu gotong royong yang sangat kuat, sikap
Surosentiko yang berasal dari kraton dengan
saling menghormati, sikap saling membantu,
nama asli
Raden Kohar. Karena adanya
yang sampai sekarang masih dirasakan.
penjajahan kolonial, maka dirinya merasa
Selain itu ada beberapa ciri masyarakat
terpanggil untuk keluar dari kraton untuk
Samin termasuk tidak ada iri, dengki, dan
membentuk komunitas yaitu ajaran-ajaran
kemeren. Kesenian Samin yang masih
Samin Surosentiko yang ajaran luhurnya
dipertahankan adalah tayub yang sekarang
kalau dicermati sangat luarbiasa. Namun
masih ada untuk sedekah bumi. Mereka
karena keberdadaannya pada jaman kolonial
mempercayai jika tidak diselenggarakan,
maka disebut gerakan anti penjajah. Mbah
akan
Samin ketika itu pertama kali datang di
mengalami ganguan, hasil panennya tidak
Ploso Kediren kemudian memiliki banyak
berhasil
pengikutnya termasuk salah satunya mbah
bencana.
Engkrek. Mbah engkrek mendapat mandat untuk menyebarkan ajaran Samin dan
ada
Akhirnya
mbah
Engkrek
atau
seperti
semacam
warganya
pageblug
atau
4.2. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yaitu di dusun
pengikut yang paling banyak terdapat di Klopoduwur.
bencana
Klopoduwur
desa
Klopoduwur
yang
di
merupakan bagian dari desa Klopoduwur.
Klopoduwur dan mempuyai murid yang juga
Selain dusun Klopoduwur, terdapat dusun
menyebarkan ajaran Samin ke berbagai
lain
wilayah termasuk Grobogan, Bojonegoro,
Sumengko, dusun Sale, dusun Badong
Padangan, Pati, mungkin juga sampai
Kidul, dan dusun Badong Geneng dengan
Brebes.
jumlah total 29 RW. Letak desa Klopoduwur
mengembangkan
ajaran
Samin
Ajaran mbah Engkrek melanjutkan ajaran Samin Surosentiko. Salah satunya berupa kerata basa atau jarwa dhosok samin dari sami sami ning gesang. Makna kerata basa itu adalah hidup itu dibuat sama tidak ada yang kaya, tidak ada yang miskin tidak
yaitu
dusun
Wotrangkul,
dusun
yaitu di kecamatan Banjarejo kabupaten Blora. Luas desa Klopoduwur yaitu sekitar 687.705 hektar dengan ketinggian 75 meter di atas laut. Di sebelah utaranya terletak desa Sumengko. Sementara di sebelah baratnya
adalah
desa
Sumberagung. -157-
Majalah Ilmiah INFORMATIKA Vol. 3 No. 3, Sept. 2012
Kabupaten Blora terdapat di sebelah timur
dengan pencapaian angka sekitar 122 jiwa
desa Klopoduwur. Sedangkan pada bagian
dan 741 jiwa penduduk masih dalam rangka
selatan terdapat hutan negara. Dengan luas
pencari kerja.
sawah tadah hujan sekitar 101 hektar dan ladang sekitar 271 hektar, kondisi wilayah desa Klopoduwur sangat sesuai untuk pertanian dan berladang dengan jagung dan gandum sebagai komoditas utama. Selain bertani
dan
berladang
penduduk
juga
beternak seperti sapi dan kambing serta mengembangkan industri seperti pembuatan tahu dan tempe. Penduduk desa mendiami lahan sekitar 104 hektar.
jiwa
sebanyak
dengan
2.483
Taman Kanak-Kanak swasta dengan jumlah total sekitar 74 siswa dan 5 guru, 3 Sekolah Dasar negeri yang berjumlah 667 siswa dan 33 guru, namun belum terdapat SMP apalagi SMA di desa ini. Selain itu terdapat 1 Madrasah Ibtidaiyah swasta dengan jumlah siswa sebanyak 266 orang. Penduduk desa Klopoduwur yang merupakan lulusan SD adalah 74, lulusan SLTP adalah 72 jiwa,
Jumlah penduduknya mencapai 4.976
Dalam hal pendidikan, terdapat 2
perincian
jiwa
dan
laki-laki
perempuan
lulusan SLTA seitar 53 jiwa, tamatan D3 sebanyak 4 jiwa, dan hanya 2 jiwa yang memiliki gelar kesarjanaan.
sebanyak 2.493 jiwa. Dari segi usia, sebanyak 1.818 jiwa adalah anak-anak, 2.475 jiwa adalah masyarakat dengan usia
4.3. Sasaran Penelitian
15-64 tahun dan sejumlah 683 jiwa adalah penduduk dengan usia diatas 65 tahun. Lapangan usaha yang dilakukan masyarakat desa
Klopoduwur
adalah
pertanian,
perkebunan, kehutanan, perikanan, buruh bangunan, serta dalam bidang angkutan, pergudangan, dan komunikasi. Pekerjaan tersebut sebagian besar dilakukan oleh penduduk yang berusia diatas 15 tahun dengan jumlah 3.988 jiwa. Sementara itu tingkat pengangguran juga masih tinggi -158-
Sasaran
penelitian
ini
adalah
tuturan masyarakat desa Klopoduwur yang memiliki perbedaan dialektal dengan daerah lain. Tuturan tersebut diperoleh dari tuturan masyarakat daerah tersebut yang berusia di atas 50 tahun dan merupakan penduduk asli tempat tersebut. Dipilih responden yang berusia di atas 50 tahun karena diharapkan tuturan
tersebut
memang
merupakan
kekhasan tuturan dan responden dapat
Makna Semasiologis Pada Masyarakat Klopoduwur Desa Klopoduwur Kabupaten Blora (Indah Arvianti)
menceritakan sejarah yang dapat dijadikan
berupa transkripsi fonetis, fonemis, atau
data pendukung terciptanya tuturan terebut.
ortografis
(Sudaryanto,
penelitian
ini,
1993:6).
penulis
Pada
menggunakan
transkripsi ortografis. karena yang dianalisis 4.4. Asumsi Penelitian
adalah kalimat. Pada tahap penyediaan data,
Asumsi penelitian ini adalah untuk mengetahui latar belakang terciptanya suatu tuturan berdasarkan budaya masyarakat Klopoduwur,
sehingga
dapat
diketahui
berbagai makna yang terdapat di dalamnya sebagai hasil konseptualitas masyarakat penggunanya ketika mereka melihat dan
peneliti
menggunakan
metode
simak
dengan menyimak penggunaan bahasa yang terjadi di masyarakat desa Klopoduwur Kabupaten
Blora.
Teknik
dasar
yang
digunakan adalah teknik sadap karena peneliti menyadap pembicaraan seseorang atau beberapa orang yang menjadi objek penelitian. Sedangkan teknik lanjutannya
merasakan suatu fenomena budaya.
adalah teknik simak libat cakap
karena
peneliti terlibat dalam dialog, konversasi, atau imbal wicara. Pada teknik lanjutan
4.5. Metode Penyediaan data
berikutnya peneliti Penyediaan adalah
usaha
seorang
peneliti
data
rekam, yang dilanjutkan dengan teknik catat
untuk
dengan mencatat langsung tuturan-tuturan
menyediakan data yang dianggap cukup mewakili
dalam
analisis
suatu
melakukan teknik
tersebut dalam kartu data.
data
(Sudaryanto, 1993:5). Data tersebut haruslah data yang valid dan reliable yang tujuannya disediakan
untuk keperluan analisis serta
mudah untuk dianalisis. Pada tahap ini peneliti
4.6. Metode dan Teknik Analisis Data
dapat
menghentikan
tahap
penyediaan data jika menurutnya data tersebut sudah cukup secara layak dan baik serta sudah dilakukan pencatatan pada kartu data. Pencatatan pada kartu data dapat
Metode
yang digunakan
untuk
menganalisis data adalah metode padan dengan alat bantu berupa tulisan atau teoriteori yang relevan. Pada penelitian ini yang menjadi alat penentunya adalah
tuturan
penutur/narasumber. Selain itu digunakan juga metode agih yaitu metode yang alat -159-
Majalah Ilmiah INFORMATIKA Vol. 3 No. 3, Sept. 2012
bantunya justru bagian dari bahasa itu
informal karena penyajian hasil analisis
sendiri dengan menerapkan teknik dasar,
datanya dirumuskan dengan kata-kata biasa
yaitu teknik pilah unsur-unsur penentu
atau dengan narasi, tidak dengan simbol.
karena cara yang digunakan pada awal kerja analisis adalah membagi satuan lingual
5.
Pembahasan
datanya menjadi beberapa bagian atau unsur yang
dipandang
sebagai
bagian
yang
langsung membentuk satuan lingual yang dimaksud (Sudaryanto, 1993 : 31). Langkah analisis
data
yang
diterapkan
yaitu
menganalisis metafora yang menunjukkan perbedaan semasiologis
masyarakat desa
Klopoduwur.
Pada pembahasan ini penulis akan melakukan analisis dengan cara mencari objek yang sedang kita bicarakan (tenor) dan
yang kita pakai sebagai bandingan
(vehicle) kemudian dicari titik kesamaannya sehingga diketahui makna metaforanya. Untuk mengetahui makna metafora, penulis terlebih dahulu mencari makna objek yang terdapat pada Kamus Unggah-Ungguh
4.7. Metode dan Teknik Penyajian Hasil
Supriya
Analisis Data Ada
dua
Basa Jawa karangan Harjawiyana dan Th.
metode
dan
teknik
penyajian hasil analisis data, yaitu metode formal dan informal. Metode formal yaitu metode penyajian hasil analisis data dengan menggunakan statistik berupa tabel dan angka, sedangkan metode informal, yaitu metode penyajian hasil analisis data yang menggunakan uraian kata-kata yang lengkap yang rinci dan terurai (Sudaryanto 1993:36).
(2001).
mencerminkan masyarakat
Metafora kekhasan
desa
Klopoduwur
tersebut dialektal ketika
dikaitkan dengan budaya dan ideologi masyarakat
Klopooduwur
melatarbelakangi
terciptanya
yang simbol
tersebut Data 1 Bumi niku rak ibune njenengan.
laporan atau hasil
Makna kata bumi menurut Kamus
analisis data yang lengkap dalam penelitian
Unggah-Ungguh Basa Jawa (Harjawiyana,
ini, metode dan teknik yang dipakai untuk
2001 : 253) yaitu tanah yang luas (siti
menyajikan hasil analisis data adalah metode
ingkang wiyar). Sedangkan makna kata ibu
Untuk memperoleh
-160-
Makna Semasiologis Pada Masyarakat Klopoduwur Desa Klopoduwur Kabupaten Blora (Indah Arvianti)
yaitu
perempuan
membesarkan
yang
seorang
mengasuh anak.
dan
Tuturan
telah merawatnya. Hal tersebut dibuktikan dengan tuturan :
tersebut mencerminkan bagaimana penutur yang
Jane mboten wonten tujuane. Dados
dipikirkan, dialami, dan dilakukan. Metafora
tujuane niku disukani madang ibune
tersebut terinspirasi dari sifat seorang ibu
pa’ane lha niku wonten ing bumi. Bumi
mengkonseptualisasikan
apa
sebagai vehicle yang disamakan dengan bumi sebagai tenornya. Kata-kata yang munculpun terinspirasi dari sifat seorang ibu yang selalu merawat dengan penuh kasih
niku rak ibune njenengan. Sampeyan e’ek nggih purun. Mpun sampeyan rasa’ke. Bumi niki sami kaliyan ibune njenengan piyambak. Sampeyan madang nggih sangking bumi. Sampeyan nggih
sayang, mengasuh, mendidik, serta memberi
e’ek nggih bumi. Ibune njenengan nek
kita makan.
taksih alit tan
Konsep tersebut disamakan
paribasane rak nopo
dengan keadaan bumi yang merawat kita
mawon ibune njenengan sing ngopeni.
dengan memberi kita makan. Maksudnya
Nek tiyang sakniki nggih tiyang sanes
adalah hampir semua yang kita makan
mendhet pembantu. Roto – roto nggih
merupakan tumbuhan yang ditanam
di
pembantu. Yen jaman riyin ibune tiyang.
tanah. Sehingga dapat dikatakan bahwa kita
Lha niki sangking disukani kaliyan
dapat hidup dan memperoleh energi dari
bumi niki wau. Gadah pangan kathah ayo
makanan yang berasal dari tanah. Hal
podho seneng-seneng.
tersebut disamakan dengan sifat seorang ibu yang selalu merawat, memberikan makan, dan
selalu memenuhi kebutuhan kita.
Metafora
tersebut
merupakan
konseptualisasi dan pemikiran tentang bumi dan ibu ketika membandingkan antara objek tak bernyawa dengan sifat manusia. Dengan kata lain terdapat asosiasi kesamaan antara kata bumi sebagai makna baru dan ibu sebagai makna lama.
Penutur merasakan,
mengamati, dan memikirkan bahwa bumi
Konsep
bumi
yang
disamakan
dengan ibu tampaknya merupakan kekhasan masyarakat desa Klopoduwur. Karena ada anggapan bahwa bumi telah merawat dan memberikan hidup, maka
terdapat tradisi
tayub sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada bumi. Budaya tayub ini merupakan tradisi nenek moyang yang diselenggarakan karena para leluhur tersebut bersyukur
-161-
Majalah Ilmiah INFORMATIKA Vol. 3 No. 3, Sept. 2012
ketika bumi telah memberikan mereka panen
bencana. Dari uraian di atas dapat ditarik
yang melimpah.
kesimpulan bahwa makna metafora bumi terinspirasi
dari
ibu
karena
keduanya
memiliki titik kesamaan. Metafora bumi Yen jaman riyin niku ngeten lhe. Lha yen
sebagai ibu merupakan kekhasan masyarakat
mbah-mbah riyin niku rak ngeten. Mbah-
Klopoduwur
mbah riyin niku gadah pangan sangking
adanya
sedulur-sedulur. Suk mben nek nandur pari awake dhewe nanggep joged neng
yang
budaya
ditunjukkan
tradisi
tayub
dengan sebagai
ungkapan rasa terimakasih anak terhadap ibunya yaitu bumi.
nggone kamituwo nopo neng nggone lurah. Do bareng-bareng do senengseneng. Ngaten lhe ben pangan entuk kathah. Lha niki sanak anak putu niki tiyang sakniki niki mastani mujo setan.
Data 2 Wong mlaku ono pajeke. Wong turu ono pajeke.
Jane nggih mboten, jane nggih mboten. Nggih gampangane kesenengane mbahmbah ndisik bar panen
niku podo
nggawe panganan ngaten niko ngge banca’an gampangane. Lha niku dingge seneng-seneng dingge nanggap joged.
Makna
kata
pajek
yaitu
arta
kapundhutaning nagari ingkang magepokan kaliyan
siti,
griya,
pangupajiwa,
lsp
Do nayub ngaten niko. Niku kesuka’ane
(Harjawiyana, 2001 : 324). Pajak adalah
masyarakat gadah panen kathah niku.
uang yang harus dibayarkan kepada institusi pemerintah ketika kita memiliki kekayaan seperti tanah, rumah, kendaraan, perusahaan,
Menurut kepala desa Klopoduwur, budaya
tayub
masyarakat
ini
adalah
Klopoduwur
kesenian
yang
masih
pekerjaan, dan lain sebagainya. Prosedur pembayaran pajak telah ditentukan baik dengan
membayar
pertahun
maupun
dipertahankan untuk sedekah bumi. Mereka
pemotongan gaji unuk pajak pekerjaan.
mempercayai jika tidak diselenggarakan,
Pajak tersebut pada akhirnya nanti akan
akan
warganya
dikembalikan untuk kepentingan rakyat
mengalami ganguan, hasil panennya tidak
dalam bentuk pelayanan maupun sarana dan
berhasil
prasarana.
-162-
ada
bencana
atau
seperti
semacam
pageblug
atau
Namun
pada
masyarakat
Makna Semasiologis Pada Masyarakat Klopoduwur Desa Klopoduwur Kabupaten Blora (Indah Arvianti)
Klopoduwur makna pajak telah mengalami
numpak sepeda montor
pergeseran makna, namun masih berada
mbayar?
dalam satu medan makna yaitu uang yang
mbiyen rak mlaku ngoten yen mbah
harus dibayar. Makna awal pajak yaitu uang
lanang niku. Lha pajek gelo? Lha
yang harus dibayarkan kepada pemerintah
Nganggo
iku ogak
bensin.
Jamane
ndase ditutupi ngoten niku helm.
sebagai suatu kewajiban sebagai vehicle yang disamakan dengan makna baru pajak yaitu uang yang harus dibayarkan karena membeli sesuatu sebagai tenornya. Penutur
Dari data di atas tampak bahwa
mengkonseptualisasikan apa yang dilihat
masyarakat
Klopoduwur
dan dirasa bahwa membeli sesuatu
juga
bahwa membeli sesuatu juga disebut pajak
harus mengeluarkan uang, sehingga hal itu
karena harus mengeluarkan uang. Konsep
disebut pajak juga. Data yang mengatakan
pajak muncul ketika mbah Engkrek hidup di
bahwa membeli sesuatu disebut juga pajak
jaman penjajah. Ketika itu pemerintah
terdapat pada tuturan :
Belanda
menggunakan
menganggap
tangan-tangan
panjangnya untuk memeras bangsa kita termasuk
sedulur-sedulur
sikep
dengan
Masalah ngeten niki mbak ture mbah
menarik pajak. Tanggapan yang diberikan
Lasio mpun onten welinge mbah buyut.
adalah mereka sama sekali tidak mau
Mbah Engkreke wangsit niku malah mbah
membayar pajak karena menurut mereka
Engkreke. Pasar mlaku nggih enten bakul
pajak itu untuk kepentingan Belanda bukan
ider niku a. Wong mlaku ono pajeke sepeda montor nggih niku. Pajeke gelo ngangge helm. Gelo niku sirahe. Mbah buyut suk mben wong mlaku iku le ono pajeke dhewe-dhewe le. Lha niku
untuk kepentingan bangsa sendiri dan akhirnya
membangkang
tidak
mau
membayar pajak. Konsep pajak di sini juga bukan hanya berkenaan dengan uang, karena
nopo? Obat nyamuk niku. Kulo tangleti
hal yang diserahkan dapat berupa harta
mbah pajeke wong turu opo mbah?
benda seperti binatang peliharaan.
Lha kowe saiki klambu, obat nyamuk iku rak pajeke wong turu ngoten. Lha wong mlaku thik ono pajek? Lha kowe
-163-
Majalah Ilmiah INFORMATIKA Vol. 3 No. 3, Sept. 2012
Ditarik pajak mboten purun namine
Data 3
diselak. Lha diselak niku nopo nduweni dijaluk ngoten. Pami enten sapi nggih
Maksude Samin sangkak niku rak nyangkal.
enten kebo nggih enten wedhus. Pami mbahe riyin rak gadhah kebo gadhah
Makna
lembu gadhah wedhus gadhah. Ngeten
kata
sangkak
dipalangi,
adalah
niku nggih mendhet sedoyo. Carane
disangkaki,
dialangalangi,
nek dingge pajeke sakdeso Klopoduwur
dicegah (Kawuryan, 2006 : 177). Makna
mpun luweh luweh niku nek riyin.
yang diuraikan diatas didefinisikan dengan penambahan prefiks di- dan sufiks –i. Jika kata sangkak diberi imbuhan tersebut, akan
Karena pada waktu itu selalu ditarik pajak,
maka
ketika
mereka
harus
menjadi kata kerja, seperti dipalangi dan dialangalangi.
Sehingga
jika
imbuhan
mengeluarkan barang yang mereka miliki,
tersebut dihilangkan maka makna sangkak
baik harta benda maupun uang, hal itu juga
adalah palang atau alang-alang (halangan)
disamakan
sebagai kata benda (analisis ini didukung
dengan
pajak.
Nampaknya
terdapat 2 pengertian menyangkut makna
oleh definisi kata
pajak, yaitu (1) uang yang harus dibayarkan
Umum Bahasa Indonesia karangan Badudu
kepada institusi pemerintah ketika kita
dan
memiliki kekayaan dan (2) uang yang harus
perbandingan yang bermakna gangguan,
dibayarkan
sesuatu.
alangan). Halangan tersebut dapat tertuang
Perbedaan tersebut merupakan perbedaan
dalam bentuk cara bertutur (ngendikane)
semasiologis karena satu kata memiliki 2
sebagai kata benda.
ketika
membeli
Zain
(1996
sangkak dalam Kamus
:
1220)
sebagai
konsep makna. Metafora ini merupakan perwujudan
metafora
dari
konkret
ke
konkret, namun tetap merujuk kepada hal
Lah ngendikane niku mpun mboten
yang sama hanya mengalami pergeseran
kepenak ngeten lho
makna disebabkan oleh latar belakang
Ngendikane
niku
saru
kados
budaya masyarakat Samin jaman pemerintah
mBapangan niku saru nggene sinten
Belanda.
niku wau a supe. Niku saru niku ngendikane. Nek riyin mas Arif sakniki
-164-
Makna Semasiologis Pada Masyarakat Klopoduwur Desa Klopoduwur Kabupaten Blora (Indah Arvianti)
ingkang saking australi nggih saking
menghalangi dengan membantah sebagai
nDemak niku sampun pundi pundi mpun
kata kerja. Perbedaan tersebut merupakan
didugeni terakhir mriki terakhir. Teng
perbedaan semasiologis karena satu nama
mriko niku ngendikane saru.
yang sama yaitu sangkak untuk konsep yang berbeda.
Kata sangkak sebagai vehicle
memiliki makna halangan atau gangguan Ketika
ada
kata
sangkak
yang
bermakna menghalangi sebagai kata kerja dalam pemahaman masyarakat Klopoduwur, maka makna sangkak tersebut mengalami pergeseran makna dari kata benda menjadi kata kerja. Bukti bahwa kata sangkak (kata benda) yang berubah menjadi nyangkal (kata kerja)
pada
masyarakat
Klopoduwur
terdapat pada tuturan :
yang
dapat
perbuatan
direpresentasikan melawan,
dengan
menahan
atau
menghalangi secara fisik. Ketika terdapat makna baru yaitu nyangkal, terdapat tuturan yang mencerminkan bagaimana penutur mengkonseptualisasikan
makna
sangkak
ketika merasakan serta mengamati sesuatu. Penutur menyamakan makna halangan atau gangguan yang diwujudkan secara kontak
Maksude Samin sangkak niku
fisik sebagai vehicle dengan halangan yang diungkapkan dengan kontak non fisik berupa
rak nyangkal. M
: Samin Sangkak niku
tuturan
membantah
sebagai
tenornya.
Penutur mengkonseptualisasikan apa yang
maksude nopo to?
dilihat dan dirasa bahwa tuturan bantahan L
: Samin sangkak niku
nek adu omong sangkak. M
: Mbantah
L
: Nggih
juga merupakan perbuatan melawan atau menghalangi. Konsep tersebut digunakan oleh masyarakat Samin ketika mereka melawan berperang,
penjajah
tidak
namun
dengan
menciptakan
bantahan.
Metafora
tuturan-tuturan Dari data di atas, tampaknya terdapat dua
pengertian
mengenai
makna
kata
sangkak, yaitu (1) cara bertutur dengan membantah
sebagai kata benda dan (2)
membantah
merupakan
dengan
metafora
cara
dari
konkret yaitu halangan yang diwujudkan dengan cara melawan atau menghalangi secara kontak fisik seperti berperang yang -165-
Majalah Ilmiah INFORMATIKA Vol. 3 No. 3, Sept. 2012
disamakan
dengan
halangan
dengan
penjajah. Mereka sengaja membuat tuturan
melawan secara non fisik atau abstrak yaitu
yang tidak selayaknya atau membingungkan
dengan tuturan. Data yang menunjukkan
sebagai representasi bentuk perlawanan
bahwa makna sangkak adalah membantah
yang sebenarnya hanya ditujukan kepada
terdapat pada tuturan :
Belanda.
Samin Sangkak niku sok ngomong
Nggih. Upami lhe nggih njenengan kulo
mbantah. Diarani Samin Sangkak. Yen
nggih sampeyan thuthuk ping pindo ping
mriki rak mboten nek ngomong niku
telu kok kroso loro tapi wong njenengan
ualus. Wong pak engkrek niku namine
utang kalih kulo utang loro la nggih kulo
pak engkrek niku.
nyaure nggih kroso loro. Paribasane ngeten yen lakon mriki niku sing bener
Niat mriki niku sae. Ape neng ndi? Ape neng ngarep. Nggih mboten. Ko ndi? Ko mburi. Nggih mboten. Ngoten niku rak tembung sangkak.
niku nggih mboten pripun-pripun nggih mboteh penthang kaleh pemerintah nggih mboten. Kalih pemerintah nggih manut. Neng jaman riyin niku tampane sing
Nggih. Ngaten niku Samin sangkak. Ko
nompo marahi awon niku tiyang londo
ngendi? Ko mburi. Maksude Samin
ngaten. Mongko riyin ditarik pajek
sangkak niku rak nyangkal. Niku
mboten purun kalih londo sing narik.
mboten pas.
Sing mastani tiyang samin sangkak tiyang anu niku rak londo. Lha karepe
Nggih. Lha tiyang samin sangkak niku nggih larene pinten mbah? Yo loro lanang wedhok. Sak ndonya niki rak entene lanang
mbek wedhok. Kadang
mriki niku rak mbelani negarane piyambak. Ampun ngantos kenging tiyang luar negri ngeten. Neng jaman niko salah sangka.
larene nipu enem duko pinten. Lha ngeten niku mboten bingung njenengan? Yen
Isine sami mbantah mawon. Nek riyin
mriki mboten nopo entene.
ngaten lhe mbak diwestani tiyang samin niku maksude. Riyin tan ditarik pajak kalih penjajah. Lha niki mboten purun
Tuturan
tersebut
merupakan
kekhasan masyararakat Samin ketika jaman -166-
saestu sebabe niku rak bumi bumine kiyambak. Kiyambake tan njajah ngoten
Makna Semasiologis Pada Masyarakat Klopoduwur Desa Klopoduwur Kabupaten Blora (Indah Arvianti)
cumak sing dados sesepuh deso niku mboten nyukani saran ngoten. Nggih mboten wanton nyukani saran kalih
Namun ternyata ada salah murid
buyute ngoten. Ditarik pajak mboten
mbah Godek yaitu mbah Pangan yang
purun namine diselak.
memiliki
sifat
suka
menunjukkan
kelebihannya kepada orang lain.
Makna sangkak yaitu halangan juga tercermin pada sifat masyarakat samin sangkak
yang
suka
menunjukkan
kelebihannya kepada orang lain. Pada awalnya ajaran Samin adalah Samin Sikep di Klopoduwur. Ajaran oleh mbah Engkrek
Nggih. Neng sakrene tiyang sinau niku watake ngetingalke sae nggih onten, pamer
nggih
onten
Kados
mBah
Pangan samin Sangkak niku. Sakjane asline nggih sekolahe teng mriki. Ning sampun anu kan wong aku duwe gaman
dan mbah Godek tersebut juga dilakukan
kok ora takketokkno dadi takketokno.
dengan cara ritual kebatinan (nglampahi).
Tembunge ngoten. Dados coro tiyang
Tampaknya terdapat aturan bahwa tidak
omong kowe luwih pinter diarani samin
boleh
sangkak.
menunjukkan
kelebihan
kepada orang lain. Hal ini
tersebut
terdapat pada
tuturan mbah Lasio ketika mensitir tuturan mbah Godek :
Dhewe dhewe jalur ngaten lhe. Neng asline nggih sekolahe teng mriki. Neng mriku rak ngetokke kebisane. Nduwe gampangane duwe kepinteran kok orak takgunakno iki wong lehku sekolah
Lha jaman riyin niku ngeten lhe nggih
pirang-pirang tahun olehku prihatin,
masalah niku wau nggih. Masalehe mbahe
takgunakno. Lha mriki rak mboten
lanang kulo mbah Godhek mboten
ngejokke.
purun mbukak. Menawi nggih nderek ajrih menawi nggih. Niki ditutup kalih mbahe ngeten tiyang mriki tanglet niku
Dari data di atas tampak bahwa
mboten didudohke. Yo ra iso jenenge
terdapat makna sangkak yang lain yaitu sifat
samin kok takdodohno. Upami mboten wonten kulo nggih mpun ilang.
menghalangi,
merintangi
atau
melawan
dengan cara
memamerkan kelebihannya -167-
Majalah Ilmiah INFORMATIKA Vol. 3 No. 3, Sept. 2012
kepada orang lain. Sifat ini juga merupakan makna
titik
sedulur sikep. Makna kata sikep adalah
kesamaan antara halangan dengan sifat.
tandhuk adhedasar kaantepane (Kawuryan,
Halangan atau perlawanan dalam bentuk
2006 : 190). Sehingga makna sikep adalah
tuturan
perlawanan
perbuatan
menurut
kemantapan
Belanda,
keyakinan
hatinya.
Sebagai
terhadap
metafora
sebagai
ketika
terdapat
Data di atas menyebut ada frasa
cerminan
pemerintah
kolonial
dan
referensi
memiliki kesamaan bentuk dengan melawan
tambahan, penulis mencari makna lain
aturan ajaran Samin dari mbah Godek yang
tentang sikap yang mengatakan bahwa sikap
seharusnya tidak boleh dipamerkan, namun
adalah pendirian yang didasarkan pada
hal
pandangan hidup (Badudu dan Zain, 1996 :
tersebut
dilawan
dengan
tindakan
sebaliknya. Bentuk perlawanan tersebut
1319).
tercermin pada sifat ingin memamerkan
sebelumnya
kelebihannya
atau
disebut Samin, namun mereka lebih suka
sombong. Sehingga (3) sifat menghalangi
disebut sedulur sikep. Nampaknya makna
atau melawan aturan merupakan makna
tersebut memiliki konotasi yang lebih baik
semasiologis selain makna (1) halangan
dibandingkan
berupa
definisinya
cara
kepada
orang
membantah
lain
dan
(2)
Sebagaimana
telah
masyarakat
Samin. sikep
diuraikan
Samin
Jika adalah
enggan
ditilik
dari
perbuatan
menghalangi dengan membantah. Sehingga
berdasarkan kemantapan dan keyakinan
makna ke (2) dan ke (3) merupakan
hatinya. Hal ini tampak pada tuturan :
perwujudan
metafora
dari
konkret
(halangan) ke abstrak yaitu membantah dan A : Sikep niku maksude nopo
sifat. mbah?
S : Singkep niku jane mboten
Data 4
enten artine wong cumak lakon sikep niku lakon
Yen mriki niku sedulur sikep niate seduluran.
V : Sikap
Yen Samin Surosentiko niku samin sangkak. S : Sikap nggih M: Mboten sikep maksude disikep dirangkul -168-
Makna Semasiologis Pada Masyarakat Klopoduwur Desa Klopoduwur Kabupaten Blora (Indah Arvianti)
S : Mboten
ngaten lhe.Sakniki a enten tiyang sepuh ditratak. Corone sopan santun mpun
V : Sikepe sing apik
kurang.
S : Prilaku
L
niku ajeng sampeyan
Data di atas menunjukkan bahwa
tangleti ajeng teng
narasumber juga mengatakan bahwa makna
pundi mbah? Niku
kata sikep adalah perbuatan. Perbuatan
mandhek jegrek.
tersebut tercermin pada tingkah laku mbah Engkrek sebagai leluhurnya yang selalu bersikap baik. Salah satu contohnya adalah ketika sedang berjalan dan ditanya oleh orang lain, beliau tidak menjawab sambil
: Wong Pak Engkrek
I
: Pripun mbah?
L
: Mandhek jegrek.
Madhep kalih njenengan ajeng teng sabin
berjalan terus, namun berhenti dahulu dan menjawab
pertanyaan
tersebut
I
yang
: Mboten mlajar
ngaten nggih
menunjukkan sikap kesopanan. Sakniki mpun angel nggih kantun sing
L
: Mboten. Niku rak
I
: Ngajeni
L
: Niku tingkah lakune
ngajeni
sepuh sepuh ngaten. Sing teng mriko nggih mriko sing teng mriki nggih mriki. Neng tiyang mriki niki mpun kangelan mpun kangelan masalah kejujuran mpun kangelan. Roto roto berontak. Mpun mboten jamane kuno ngoten. Sakniki wonten tiyang sepuh ngoten mawon nitih sepeda
bablas ngoten mawon.
Nek jaman buyute riyin niku mboten.
pak
engkrek.
Nek
sakniki
rak
tiyang
carane meh neng ndi neng mlampah
tegal niku
kalih rak
mboten sopan.
Enten tiyang mlampah niku lhe tanglet mendhel. Mboten trus nyauri kalih mlampah
mandheg
jejgrek
ngoten
kalih mlengak kados tiyang baris
Sikap masyarakat sedulur sikep juga tampak pada perilaku mbah Engkrek yang -169-
Majalah Ilmiah INFORMATIKA Vol. 3 No. 3, Sept. 2012
tidak memperdulikan berapa kekayaan yang
Falsafah yang diyakini oleh pengikut
dia punya dan selalu hidup sederhana, tidak
sedulur sikep adalah ojo sok njiwit awake
mencari harta benda sebanyak-banyaknya
tiyang yen awake dhewe kiyambak niki
karena itu hanyalah bunga hidup. Yang
mpun dijiwit, ampun ngrembug tiyang neng
penting dalam hidup adalah berbuat baik
ngrembuko awake dhewe, keno moco ragane
pada sesamanya.
tiyang nek mpun moco ragane piyambak, keno nuthuk awake wong neng awake dhewe mpun dithuthuk, dan yen utang nggih
Nggih. Wong tiyang sikep niku bondo
mboten kantuk
donya niku mboten penting. Sing penting
kantuk.
niku kalih roso. Tindak tanduke karo
kekhasan sikap masyarakat samin
sanak sedulur
sing apik sing becik.
Ngoten niku. Yen masalah bondo donya kan kembangane urip. Yen
tindak
tanduke sing becik mati matio kan ninggal gondo sing wangi mboten
yen nderek nganggeke
Falsafah
tersebut
merupakan yang
diyakini sehingga prinsipnya mereka tidak akan mengganggu orang lain sebelum diganggu orang lain. Namun selain makna sikep
yang
berarti
perbuatan
menurut
gondo sing bacin ngoten lhe. Lha jaman
kemantapan dan keyakinan hati, ternyata
niku mbah engkrek
pengen sugih
terdapat konsep makna sikep yang lain.
omah sak anu rak
Sikep juga dimaknai merupakan lelakon
keturutan. Kiyambake rak mboten.
yang diperoleh dengan cara ritual. Hal
Omah mawon paribasane niku lhe
tersebut dibuktikan dengan tuturan :
mbludag
gedheg
yen
kayune
niku nggih
pring.
Mboten mewah ngaten niku mboten saestu. Sing penting niku mriki (sambil
Singkep niku ngaten lhe mas. Singkep
menunjukk dadanya). Kalih sanak
niku
sedulur tindako sing apik sing becik
mboten nganu nggih awake dhewe sing
ojo sok nganu wong nek durung nganu
nyonggo. Lakon niku wedhi kalih sing
awake dhewe.
nyonggo
wong niku
gesang
lakon nggih
ngaten.
nek
Dadi
ngendikan nggih sing ati ati ojo ndamel lorone tiyang sanes. Nek dijiwit loro nggih kedahe mboten njiwit ngoten
-170-
Makna Semasiologis Pada Masyarakat Klopoduwur Desa Klopoduwur Kabupaten Blora (Indah Arvianti)
Lha jaman riyin niku ngeten lhe nggih.
kemantapan dan
Masalah niku wau nggih masalahe mbahe
ditunjukkan dengan sikap berbuat baik
lanang kulo mbah Godhek mboten purun
kepada sesamanya (2) perbuatan yang
mbukak. Menawi nggih nderek ajrih
dilakukan untuk memperoleh ilmu dengan
menawi nggih. Niki ditutup kalih mbahe ngeten. Tiyang mriki tanglet niku mboten didudohke. Yo ra iso jenenge samin kok takdudohno. Upami mboten
keyakinan hatinya yang
cara melakukan ritual tertentu. Perbedaan tersebut merupakan perbedaan semasiologis karena satu
nama yang sama yaitu sikep
untuk konsep yang berbeda.
wonten kulo nggih mpun ilang.
Kata sikep
sebagai vehicle merupakan perbuatan baik Yen tanglet nggih kulo dudohke masalah niki. Yen mboten tanglet nggih mboten. Soale nggih yen seneng nek mboten? Lelakon niki mboten nopo nopo nganu
terhadap sesama menurut kemantapan dan keyakinan hatinya. Ketika terdapat makna baru yaitu lakon, terdapat tuturan yang mencerminkan
abut saestu.
bagaimana
penutur
mengkonseptualisasikan makna sikep ketika merasakan serta mengamati sesuatu. Penutur menyamakan makna perbuatan yang baik sebagai vehicle dengan perbuatan mencari Terdapat pergeseran makna dari makna awal menuju makna baru. Makna awal
sikep
adalah
kemantapan dan
perbuatan
menurut
keyakinan hatinya yang
ditunjukkan dengan sikap berbuat baik kepada sesamanya. Namun makna tersebut menjadi bergeser ketika maknanya adalah perbuatan
yang
dilakukan
untuk
memperoleh ilmu dengan cara melakukan ritual tertentu, dalam hal ini adalah ajaran kebatinan yang disebarkan oleh mbah Engkrek. Dari data di atas, tampaknya
ilmu kebatinan sebagai tenornya. Penutur mengkonseptualisasikan apa yang dilihat dan dirasa bahwa kata sikep juga merupakan tandhuk atau perbuatan yang sebenarnya tujuannya untuk kebaikan, yaitu melawan penjajah pada masa itu dengan ilmu kebatinan. Metafora ini merupakan metafora dari konkret ke konkret. Keduanya samasama merujuk ke hal yang konkret namun mengalami pergeseran makna karena latar belakang budaya ketika ajaran Samin berupa mencari ilmu kebatinan masih banyak
terdapat dua pengertian mengenai makna kata sikep, yaitu (1) perbuatan menurut -171-
Majalah Ilmiah INFORMATIKA Vol. 3 No. 3, Sept. 2012
diterapkan pada jaman mbah Engkrek masih
Sementara itu metafora pajek yang memiliki
hidup.
konsep berbeda juga merupakan kekhasan karena
ketika
muncul
pertama
kali
dituturkan oleh tokoh yang pernah hidup dan 6.
Kesimpulan
menjadi panutan di masyarakat itu. Sehingga
Dari semua data metafora pada masyarakat
desa
Klopoduwur
tersebut,
selain perwujudan metafora dari benda mati yang
disamakan
metafora
dengan
konkret
metafora selain
ke
manusia
abstrak,
dan
terdapat
dapat disimpulkan bahwa metafora
yang
memiliki perbedaan semasiologis tersebut muncul karena dipengaruhi yang
terdapat
oleh budaya
pada
masyarakat
Klopoduwur.
yang didasarkan pada
landasan teori sebelumnya yaitu metafora dari konkret ke konkret yang tetap mengacu
Daftar Pustaka
pada medan makna yang sama namun dengan konsep yang berbeda. Metafora ini merupakan hasil konseptualisasi apa yang mereka alami, rasakan, dan lihat yang merupakan kekhasan bahasa yang ada di masyarakat karena
tersebut.
munculnya
Disebut
kekhasan
metafora
tersebut
Ayatrohaedi. 1983. Dialektologi. Sebuah Pengantar. Jakarta : Pusat Pembinaan dan
Pengembangan
Departemen
Bahasa
Pendidikan
dan
Kebudayaan.
ditunjang oleh latarbelakang budaya yang terdapat
pada
masyarakat
Klopoduwur
seperti budaya tayub yang sampai sekarang masih dilaksanakan sebagai perwujudan rasa terimakasih terhadap bumi yang dianggap
Badudu, J.S. dan Sutan Mohammad Zain. 1996.
Kamus
Umum
Bahasa
Indonesia. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
ibu. Selain itu metafora samin sangkak dan sedulur sikep merupakan kekhasan istilah yang
hanya
terdapat
pada
komunitas
masyarakat samin pada jaman penjajah dan memiliki konsep makna yang berbeda. -172-
Duranty,
Alessandro.
1997.
Linguistic
Anthropology. Cambridge: Cambridge University Press.
Makna Semasiologis Pada Masyarakat Klopoduwur Desa Klopoduwur Kabupaten Blora (Indah Arvianti)
Fromkin,
Victoria,
dkk.
1990.
An
Samsuri. 1988. Berbagai Aliran linguistik
Introduction to Language. Australia :
Abad XX. Jakarta : Departemen
Harcourt Brace & Company.
Pendidikan
Kawuryan, Megandaru W. 2006. Kamus Lengkap Jawa-Indonesia IndonesiaJawa. Bantul: Bahtera Pustaka. Haryana Harjawiyana, Haryana dan Th. Supriya.
2001.
Kamus
Unggah-
Unnguh Basa Jawa. Yogyakarta: Kanisius.
dan
Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek
Pengembangan
Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Pengantar Penelitian
Wahana
Kebudayaan
Secara Linguistik. Yogyakarta : Duta Wacana University Press.
http://id.wikipedia.org/wiki/Gaplek
Suryadi, M. 2010. Konstruksi
Leksikal
Lakoff, George dan Mark Johnson. 2003.
Tuturan Jawa Pesisir yang Bertautan
Metaphor we Live By. Chicago dan
dengan Nilai Kesantunan. Jurnal
London: The University of Chicago
Seminar
Press.
Budaya.
Mahsun,
M.S.
Diakronis.
1995. Sebuah
Dialektologi Pengantar.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Nasional Semarang:
Bahasa
dan
Universitas
Diponegoro.
Ullmann, Stephen dalam Sumarsono. 2007. Pengantar Semantik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Parera, J.D. 2004. Semantik. Jakarta : Penerbit Erlangga. Purwadi. 2004. Tata Cara Pernikahan Pengantin Jawa. Yogyakarta: Media
Utomo, Sutrisno Sastro. 2009. Kamus Lengkap Jawa Indonesia. Yogyakarta : Kanisius.
Abadi. Saeed, John I. 1997. Semantics. Oxford: Blackwell. -173-